Post on 11-Mar-2019
KOMUNIKASI ORGANISASI
BADAN MUSYAWARAH MASYARAKAT BETAWI
PADA PERAYAAN LEBARAN BETAWI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Nur Azizah NIM: 106051001857
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA
1431 H/2010M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Respon Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap Buku Leadership Golden Ways Karya Mario
Teguh” telah diujikan dalam Sidang Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Komunikasi
Islam (S. Kom. I). pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 7 Juni 2010 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, M.A Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag., M.Ag. NIP. 19700 903 199603 1 001 NIP.
Penguji I Penguji II
Prof. Yunan Yusro Hj. Umi Musyarofah, M.A. NIP. 19660806 199603 1 001 NIP. 19710816 199703 2 002
Pembimbing
Prof. Dr. Murodi, M.A. NIP. 19640705 199203 1 003
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metodologi Penelitian
E. Tinjauan Pustakaan
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
2. Fungsi Organisasi
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi
B. Lebaran Betawi
1. Pengertian dan Lahirnya Lebaran Betawi
2. Tujuan Pelaksanaan Lebaran Betawi
3. Agenda Utama Lebaran Betawi
BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAMUS BETAWI
A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAMUS Betawi
B. Visi dan Misi BAMUS Betawi
C. Tujuan BAMUS Betawi
D. Struktur Organisasi BAMUS Betawi
E. Program Kerja BAMUS Betawi
BAB IV LEBARAN BETAWI: BENTUK KOMUNIKASI ORGANISASI
BAMUS BETAWI DALAM PERAYAAN LEBARAN BETAWI
A. Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi
B. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas Betawi
C. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Panitia Pelaksana dan
Masyarakat
D. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Nur Azizah Komunikasi Organisasi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.
Lebaran sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal
setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dalam tradisi masyarakat Betawi dikenal ada istilah lebaran, yakni lebaran Idul Fitri, lebaran Haji dan lebaran Yatim. Dari ketiga istilah tersebut dikenal juga lebaran ala Betawi. lebaran ini sejatinya cuplikan lebaran Idul Fitri. Cuplikannya memiliki ciri khas hantaran dan antaran. Hantaran dan antaran adalah memberikan hadiah dari yang lebih muda kepada yang lebih tua. Gagasan pelaksanaan lebaran Betawi ini berasal dari BAMUS Betawi yang telah mendapat kesepakatan dari gubernur wakil gubernur dan Sekda. BAMUS Betawi merupakan organisasi yang mengedepankan semangat kekeluargaan dan gotong royong, organisasi massa yang bernuansa etnis, sehingga komunikasinya lebih terbuka. Oleh karena itu kegiatan Lebaran Betawi tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dari penjelasan dan uraian di atas lalu timbul pertanyaan, Bagaimana bentuk komunikasi organisasi BAMUS Betawi pada perayaan Lebaran Betawi 2008-2009? Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, melalui observasi langsung ke tempat penelitian, wawancara dan dokumentasi. Objek penelitiannya meliputi bentuk komunikasi organisasi BAMUS Betawi pada perayaan lebaran Betawi. Penelitian ini menemukan bahwa bentuk komunikasi internal BAMUS Betawi adalah menggunakan sebuah bentuk komunikasi vertikal dan horizontal. Bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan ormas-ormas Betawi adalah menggunakan komunikasi diagonal. Selanjutnya bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan panitia pelaksana dan masyarakat adalah komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur secara timbal balik yakni komunikasi dari panitia pelaksana kepada masyarakat dan sebaliknya. Sedangkan bentuk komunikasi yang dipakai BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta adalah komunikasi vertical downward communication. Penelitian ini dilandasi oleh teori komunikasi organisasi Zelko dan Dance bersama Lesikar. Menurut kedua teori ini komunikasi organisasi suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal meliputi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Kemudian komunikasi eksternal meliputi komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, taufik, hidayah, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini dengan baik.
Sholawat dan salam tak lupa penulis hanturkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya..
Mengejar penyelesaian skripsi tidak akan dapat dilakukan penulis tanpa
bantuan dan doa dari berbagai pihak. Meski lembar ini tidak akan mampu
melukiskan rasa terima kasih yang tak terhingga, tetapi proses ini mampu dilewati
dan penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak. Dr. Arief Subhan MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra MA, sebagai Pembantu Dekan
Bidang Akademik, Drs. Mahmud Djalal MA, sebagai Pembantu Dekan
Bidang Administrasi Umum dan Keuangan dan Drs. Study Rizal, LK.
MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI), Ibu Umi Musyarafah MA, sebagai Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), yang telah membantu
dalam memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip nilai
penulis dan Dra. Hj. Asriati Jamil, sebagai Dosen Penasihat Akademik
KPI C angkatan 2006, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
ii
3. Bapak Prof. Dr. Murodi, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan
tekun dan sabar dalam memberikan nasihat dan solusinya serta
menyempatkan waktu untuk membimbing penulis.
4. Pengurus BAMUS Betawi, khususnya bang Azis, bang Arsani, dan bang
Uwo yang telah memberikan informasi tentang Lebaran Betawi.
5. Orang tua yaitu Ibu, yang dalam kesendiriannya berusaha untuk memacu
semangat untuk menyelesaikan studi penulis. Almarhum Ayah yang
penulis yakin tersenyum di sisi Allah SWT melihat anaknya lulus. Buat
kakak dan adik yang dengan caranya sendiri-sendiri membuat penulis
lebih sabar.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, atas
kesabaran selama memberikan ilmu yang sangat berharga.
7. Pimpinan dan seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku referensi.
8. Ahmad Ansori, yang selalu membantu dan memberikan supportnya
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman KPI C senasib dan seperjuangan khususnya sahabat penulis
Irma, Nadya dan Indra yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
10. Ibu Linda di Perpustakaan DKI Jakarta yang memberikan banyak
kelonggaran peminjaman buku kepada penulis.
iii
Hemat penulis, skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis
mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya masukan dan saran dari semua pihak dari penyempurnaan
skripsi ini serta semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih.
Jakarta, 07 Juni 2010
Nur Azizah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 9
D. Metodologi Penelitian ................................................................ 9
E. Tinjauan Pustakaan .................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 13
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................ 15
A. Komunikasi Organisasi .............................................................. 15
1. Pengertian Komunikasi Organisasi ...................................... 15
2. Fungsi Organisasi ................................................................. 17
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi ............................... 19
B. Lebaran Betawi .......................................................................... 24
1. Pengertian dan Lahirnya Lebaran Betawi ............................ 24
2. Tujuan Pelaksanaan Lebaran Betawi ................................... 30
3. Agenda Utama Lebaran Betawi ........................................... 31
BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAMUS BETAWI ........ 36
A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAMUS Betawi ................. 36
v
vi
B. Visi dan Misi BAMUS Betawi .................................................. 42
C. Tujuan BAMUS Betawi ............................................................. 42
D. Struktur Organisasi BAMUS Betawi ......................................... 47
E. Program Kerja BAMUS Betawi ................................................. 51
BAB IV LEBARAN BETAWI: BENTUK KOMUNIKASI ORGANISASI
BAMUS BETAWI DALAM PERAYAAN LEBARAN
BETAWI ......................................................................................... 62
A. Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi ........................... 62
B. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas
Betawi ........................................................................................ 67
C. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Panitia Pelaksana
dan Masyarakat .......................................................................... 70
D. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda
DKI Jakarta ................................................................................ 74
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 79
A. Kesimpulan ................................................................................ 79
B. Saran-saran ................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah melaksanakan Ibadah Puasa di bulan Ramadhan di akhiri dengan
hari raya Idul Fitri saling memaafkan satu sama lain. Umat Islam Indonesia
melaksanakan lebaran dan Halal Bil halal.1 Halal Bil Halal suatu tradisi yang
bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam untuk saling memaafkan dan menjalin atau
mempererat silaturahim antar umat Islam, khususnya umat Islam Betawi. Dalam
tradisi masyarakat Betawi, lebaran ini disebut dengan Lebaran Betawi. Karena itu,
semangat saling maaf-memaafkan yang diterapkan secara baik dan benar perlu
dilestarikan dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud
kebersamaan, memperkokoh persatuan dan kesatuan guna mengahadapi berbagai
tantangan dalam menyelenggarakan hak dan kewajiban, tanggung jawab dan tugas
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara, khususnya dan melanjutkan pembangunan kota Jakarta serta
pembangunan nasional.2
Tradisi3 Lebaran Betawi ini akan dijadikan agenda tahunan masyarakat
Betawi. Namun setiap tahun, lokasi akan di ambil di tempat yang berbeda.
1 Halal Bil Halal adalah berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang
umumnya diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang sebanyak-banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat. Dari segi budaya “Halal Bil Halal” dimaknai sebagai kesempatan untuk silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Mastakul Huda, “Halal Bil Halal dan Toleransi Beragama”, http://www.pesantrenvirtual.com. Diakses pada 12 April 2010
2 Facebook Forum Betawi Rempug (FBR) SEJABODETABEK, diakses pada 12 April 2010.
3 Menurut Dictionary of Sociology, tradisi adalah proses situasi sosial yang merupakan pewarisan elemen kebudayaan yang diturunkan dari generasi ke generasi secara terus menerus. Secara lengkap tertulis, a social situation process in which elements of the cultural heritage are
1
2
6Kegiatan ini juga sekaligus untuk mempromosikan dunia pariwisata Jakarta di
mata nasional maupun Internasional.
Melalui acara Lebaran Betawi ini diharapkan akan dapat merajut kembali
jalinan silaturrahim yang terganggu dan akan melekat lebih kuat ikatan
persaudaraan, sehingga pada saatnya akan dapat memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa.
Selain itu melalui kegiatan spesifik Lebaran Betawi juga dimaksudkan
menggali dan menghidupkan kembali tradisi berlebaran masyarakat Betawi yang
dalam beberapa tahun belakangan ini cenderung mengalami penurunan eksistensi
sebagai dampak negatif globalisasi.
Lebaran Betawi merupakan tradisi budaya Betawi usai lebaran dengan
melakukan hantaran atau antaran. Hantaran tersebut berupa pemberian atau hadiah
dari yang lebih muda kepada yang lebih dituakan. “Hantaran itu isinya segala
macam makanan khas Betawi. Nilai yang terkandung adalah silaturahmi, jadi
melalui Lebaran Betawi ini ada hantaran dan silaturahmi dengan seluruh
masyarakat Betawi dan masyarakat lainnya yang hadir di perayaan Lebaran
Betawi tersebut”. Lebaran Betawi ini dimeriahkan dengan berbagai kesenian
Betawi seperti Gambang Kromong4, Keroncong Jakarta5, Wayang Kulit Betawi6,
transmitted from generation by contact of continuity. Lihat Henry Parrtt Fairchild (ed). 1962, Dictionary of Sociology, Paterson, New Jersey: Littlefield Adams & Co., hlm. 322
4 Nama musik gambang kromong diambil dari nama alat musiknya yaitu gambang dan kromong. Dua alat musik ini dalam orkes gambang kromong sangat dominan dibanding alat musik lainnya. Selain gambang dan kromong alat musiknya ialah kongahyan, tehyah, sokong, gendang, kempul, gong, gong enam kecrek dan ningnong. Konghyan, tehyah dan sokong adalah alat musik gesek.
Mulanya orkes gambang kromong merupakan kegiatan masyarakat Cina saja. Setelah pemberontakan Cina tahun 1740, banyak masyarakat Cina melarikan diri ke semua penjuru Batavia sampai ke Tangerang, Bekasi dan Bogor. Setelah masa pemberontakan itulah proses masa pembauran Cina dan Betawi dimulai. Banyak orang Cina yang kawin dengan orang Betawi dan kemudian memeluk agama Islam. Namun umumnya mereka tetap menganut adat-istiadat serta kepercayaan leluhurnya. Akhirnya hobi orang Cina bermain musik gambang kromong diikuti pula oleh orang Betawi.
3
Orkes Melayu7, Onde-ondel8 dan hiburan Layar Tancap9. Selain kesenian Betawi,
Lebaran Betawi juga dimeriahkan dengan sajian-sajian khas kuliner Betawi
Sampai awal abad ke-20, lagu gambang kromong masih dalam bahasa Cina. Baru pada
dasawarsa pertama abad ke-20 retepertoar lagu gambang kromong diciptakan dalam bahasa Betawi. Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ragam Budaya Betawi Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 2002), Cet ke-1
5 Kampung Tugu di kelurahan Tugu, Semper, kecamatan Clincing, Jakarta Utara telah ada sejak jaman prasejarah. Hasil penggalian arkeologi menemukan pecahan gerabah dan manik-manik yang diperkirakan dari jaman neolitikum. Pada abad ke-5 Masehi raja Purnawaman dari kerajaan Tarumanagara membuat kampung Tugu menjadi penting. Raja Purnawaman membuat saluran irigasi melewati kampung Tugu. Cerita ini diketahui dari prasasti Tugu, karena diletakan di kampung Tugu.
Abad ke-17 pemerintah Belanda mejadikan kampung Tugu, Jakarta Utara sebagai tempat pemukiman bagi orang Portugis. Orang Portugis yang ditampung di kampung Tugu ini adalah tawanan perang. Akhirnya orang Portugis tinggal dikampung Tugu sampai turun temurun. Keturunan Portugis ini disebut Mestizo. Orang Mestizo ini menggunakan nama keturunan mereka seperti, Abraham, Andreas, Coernelis, Michielis, Salomons, Saymons, Quiko dan Browne.
Orang Mestizo senang berkesenian. Kesenian yang mereka lahirkan salah satunya adalah keroncong yang dikenal dengan nama Keroncong Tugu. Keturunan Portugis menciptakan Keroncong Tugu. Orang Betawi menciptakan Keroncong Kemayoran. Musik keroncong berasal dari suara keroncong. Suara keroncong ini dikeluarkan oleh sebuah alat musik petik yang berbentuk gitar dengan ukuran kecil. Alat musik ini pertama kali masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Portugis. Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta, Ragam Budaya Betawi Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 2002), Cet ke-1
6 Wayang kulit Betawi berhubungan dengan penyerangan tentara Sultan Agung dari Mataram ke Batavia. Peristiwa ini terjadi pada saat Batavia dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jaan Pieterszoon Coen. Atas dari itu wayang kulit Betawi mempunyai persamaan dengan wayang kulit Jawa Tengah.
Walaupun ada persamaan, tapi antara wayang kulit Betawi dengan wayang kulit Jawa Tengah tetapi ada perbedaan. Di Jawa Tengah wayang kulit dibina dan dikembangkan oleh pihak kraton, maka wayang kulit Jawa Tengah harus mengikuti pakem yang telah ada. Wayang kulit Betawi lebih merakyat, sederhana, polos dan mengembangkan keakraban dengan penontonnya. Wayang kulit Betawi sering pula membawakan lakon atau cerita bukan berasal dari kitab Mahabrata dan Ramayana. Ia menampilkan lakon kehidupan sehari-hari. Hal itu didukung oleh penggunaan bahasa Betawi, khususnya bahasa Betawi Ora. http:// www. Kampungbetawi.com
7 Orkes Melayu sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut. Yang asli menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana, gambus dan suling, bahkan gong. http://www.id.wikipedia.org
8 Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipukul dari dalarnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki dicat dengan warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta. http://www.id.wikipedia.org
9 Layar tancep isinya film-film berlatar belakang Betawi seperti film Benjamin , Sipitung.
4
seperti nasi uduk, pecak gurame, gabus pucung, sayur asem, kerak telor, wajik
dodol. Kemudian Tape Uli, Geplak, Cendol, Salak dan Bir Pletok.10
Untuk itu acara Lebaran Betawi ini akan diselenggarakan secara kreatif,
inovatif, menarik, familiar, berkesan dan monumental melalui pendekatan
kegiatan yang terencana, terarah, terpadu, terukur, menyeluruh, kebersamaan dan
partisipatif.
Konsep dan filosofi kegiatan ini adalah membangkitkan kembali
kesadaran kita semua sebagai penduduk Jakarta bahwa masyarakat Betawi
memiliki khasanah budaya yang sangat kaya, memiliki daya tarik dan mampu
bersaing dengan khasanah budaya daerah lain di Indonesia seperti, Jogjakarta,
Solo, Cirebon atau Banten, yang memiliki tradisi syawalan atau lebaran ketupat.11
Namun pada Lebaran Betawi ini mempunyai keunikan yaitu adanya pameran
geplak raksasa yang ditampilkan pada Lebaran Betawi.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka Lebaran Betawi berupaya
mengangkat kekayaan budaya yang terdiri atas ragam kesenian, kuliner,
pertunjukan, tradisi atau kebiasaan hidup masyarakat Betawi yang mungkin
sebagian sudah jarang kita temui lagi saat ini. Dahulu di tanah Betawi sistem
kekeluargaan dan kekerabatannya sangat kuat, apalagi saat berlebaran atau hari
raya. Diantaranya ada istilah “Kebo Paketan” atau “Andilan” yaitu memotong
hewan kerbau menjelang hari raya yang dibeli secara kolektif oleh masyarakat
semacam arisan atau koperasi, atau “dodol paketan” yaitu kue dodol yang dibuat
10 Bir pletok adalah minumam penyegar yang dibuat dari campuran beberapa rempah-
rempah, yaitu Jahe, Daun Pandan Wangi dan Serai. Minuman tradisional ini dikenal di kalangan etnis Betawi. Agar warnanya lebih menarik, orang Betawi biasanya menggunakan tambah kayu secang, yang akan memberikan warnah Merah bila diseduh dengan air panas. http://www.id.wikipedia.org
11 Muhammad Salahuddien, “Istilah Seputar Lebaran”, http://netSain.com. Diakses pada 12 April 2010.
5
dengan biaya yang ditanggung secara kolektif mengingat proses pembuatan dodol
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang lebih besar daripada membuat kue
lainnya.12
Oleh karena itu Lebaran Betawi mencoba mengangkat kembali nilai-nilai
positif masyarakat Betawi yang dapat dijadikan tauladan atau tuntunan bagi
generasi muda saat ini sekaligus sebagai upaya melestarikan tradisi masyarakat
Betawi. Gagasan pelaksanaan Lebaran Betawi ini berasal dari BAMUS Betawi
yang telah mendapat kesepakatan dan restu dari gubernur, wakil gubernur, dan
sekda. Kegiatan perayaan Lebaran Betawi pada BAMUS Betawi tidak akan
pernah terlepas dari komunikasi. Komunikasi adalah persyaratan kehidupan
manusia. Kehidupan manusia akan hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali
apabila tidak ada komunikasi, interaksi antar manusia baik secara perorangan,
kelompok atau organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan
malakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan
reaksi yang dilakukan manusia ini dalam ilmu komunikasi disebut sebagai
tindakan komunikasi.13 Dalam istilah yang sederhana, komunikasi adalah proses
penyampaian pengertian anatar individu.14 Di era tatanan informasi baru (new
information order) kedudukan komunikasi yang semula dianggap “sepele”
menjadi sangat penting.15 Komunikasi adalah proses yang mana suatu ide
12 Facebook Forum Betawi Rempug (FBR) SEJABODETABEK, diakses pada 12 April
2010 5 T.A. Latief Rosyidi, Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan Informasi, (Medan,
1985). Cet ke-1, h. 48 14 Frazier Moore, Hubungan Masyarakat. Prinsip, Kasus dan Masalah. (Bandung: Rosda
Karya, 1987) 15 Ilham Prisgunanto, Praktik Ilmu Komunikasi. Dalam Kehidupan Sehari-hari. (Jakarta
Selatan: Teraju, 2004). h, ix
6
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud
mengubah prilaku.16
Wilbrum Scrhamm memberikan predikat manusia sebagai The
Communication Animal, artinya tanpa komunikasi manusia akan jatuh derajatnya
pada tingkat yang rendah dalam kehidupan di dunia. Komunikasi merupakan
dasar dari eksistensi suatu masyarakat dan menentukan pula struktur
masyarakatnya. Hubungan antar manusia didasarkan pada komunikasi ini.
Komunikasi merupakan mekanisme ataupun alat dalam pengoperan rangsangan
yang memiliki arti dalam masyarakat.17
Apalagi jika individu tersebut melakukan komunikasi dalam sebuah
organisasi, yang notabennya organisasi merupakan kumpulan orang yang
memiliki tujuan yang sama dan tenaga kerja dalam sebuah organisasi tersebut
memiliki keragaman dalam hal gender, ras, dan etnis.
Komunikasi sangatlah penting dalam sebuah organisasi, dengan proses
komunikasi yang dilakukan setiap pekerja dalam sebuah organisasi akan
memudahkan pimpinan maupun bawahan saling mengetahui konsep-konsep,
perasaan-perasaan, dan harapan-harapan dari anggota organisasi. Hal ini juga
diorientasikan untuk menjaga stabilitas kinerja sebuah organisasi tersebut.
Dalam meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi, komunikasi menjadi
salah satu bagian penunjang keberhasilan dalam mencapai keberhasilan
organisasi. Komunikasi antara pegawai dalam sebuah organisasi bukan hanya
sekedar suatu proses tukar menukar pesan atau pendapat saja, akan tetapi
16 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005). h,
26 17 Phil. Astrid S. Susanto, Filsafat Komunikasi. (Bandung: Binacipta, 1992). Cet. Ke-4, h.
1
7
komunikasi itu merupakan suatu proses yang dapat mengubah pendapat, sikap dan
tingkahlaku kepegawaian dalam organisasi.
Pada tahun 1982 berdirilah suatu wadah yang diberi nama Badan
Musyawarah Masyarakat Betawi disingkat BAMUS Betawi. Organisasi ini
merupakan gabungan dari sejumlah organisasi kebetawian antara lain Ikatan
Warga Jakarta (IWARDA), Persatuan Masyarakat Muhammad Husni Thamrin
(PERMATA MHT), Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Persatuan Wanita
Betawi (PWB), Ikatan Keluarga Anak Jakarta (IKB ANDA), Kesatuan Mahasiswa
Betawi (KMB), Kerukunan Msyarakat Jakarta Asli dan lainnya.18
Dalam musyawarah besar BAMUS Betawi pada tahun 1990 organisasi ini
menyatakan diri sebagai mekanisme sentral19 masyarakat Betawi dalam berbagai
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan sebagai wadah
bermusyawarah masyarakat Betawi baik yang bergabung dalam organisasi
kemasyarakatan, yayasan, lembaga dan segenap potensi Betawi.20 Dibentuknya
BAMUS Betawi ini dilandasi oleh keinginan dari masyarakat Betawi sendiri
untuk meningkatkan citra dan posisi masyarakat Betawi pada kehidupan
bermasyarakat di tingkat nasional.
Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi menjadi salah satu instansi yang
sangat penting guna meningkatkan dan membangun Jakarta, serta
mengembangkan budaya Betawi sebagai upaya pengkayaan khazanah budaya
bangsa dengan Lembaga Kebudayaan Betawi sebagai ujung tombaknya.21
18 Dewan Pengurus BAMUS Betawi, Hasil-Hasil Musyawarah Besar Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi, (Jakarta: 1990), h. 85 19 Mekanisme sentral adalah wadah yang mengkoordinir organisasi dibawahnya. 20 Dewan Pengurus BAMUS Betawi, Hasil-Hasil Musyawarah…., h 44-45 21 Azis Khafia, Dari Betawi untuk Indonesia, (Jakarta: Forum Bersama Untuk Satu,
2009), hlm.31-33
8
Sewajarnya Badan Musyawarah (BAMUS) Betawi memilki kinerja yang baik
dalam organisasinya, dan hal ini tidak terlepas dari peran ketua Badan
Musyawarah (BAMUS) Betawi dalam melaksanakan tugasnya memimpin para
pegawainya dalam menjalankan program-program Bamus Betawi dalam
meningkatkan dan membangun Jakarta. Misalnya setiap tahun Badan
Musyawarah (BAMUS) Betawi mempunyai program kegiatan “Lebaran Betawi”
yang mana bertujuan untuk melestarikan salah satu tradisi budaya Betawi. Dalam
kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat Betawi tetapi dihadiri oleh
masyarakat lain yang ikut berpatisipasi dalam kegiatan ini.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Komunikasi Organisasi Badan Musyawarah Masyarakat
Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.”
B. Pembatasan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai bentuk-bentuk
komunikasi, maka dalam penulisan skripsi ini hanya dibatasi pada bentuk
komunikasi BAMUS Betawi dalam perayaan Lebaran Betawi tahun 2008-2009.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dirumuskan dalam kajian skripsi ini adalah:
Bagaiamana bentuk komunikasi organisasi yang diterapkan BAMUS Betawi
dalam Perayaan Lebaran Betawi 2008-2009?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
bentuk komunikasi organisasi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada
perayaan Lebaran Betawi 2008-2009.
2. Manfaat Penelitian
a. Segi Teoritis
Sebagai bahan rujukan atau referensi tambahan bagi studi komunikasi
organisasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya
komunikasi organisasi sosial kemasyarakatan. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dalam hal-hal
pembentukan organisasi pelajar yang akan datang.
b. Segi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para aktivis
organisasi sosial kemasyarakatan dalam pengembangan organisasinya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analisis yakni suatu cara melaporkan data dengan
menerangkan, memberi gambaran dan mengkualifikasikan serta
menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya, setelah itu baru
disimpulkan.
10
Sengaja penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, karena pada
penelitian ini bertujuan meneliti kualitas komunikasi yang ada didalam organisasi
tersebut. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan penelitian yang deskriptif mengenai permasalahan yang
dikaji, secara tersusun berdasarkan data dan prilaku-prilaku yang diamati.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan lembaga atau orang (informan) yang
sedang diteliti. Dalam hal ini yang dimaksudkan subyek dalam penelitian ini
adalah beberapa informan yakni wakil ketua umum Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi, ketua 1 Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, dan Wakil
sekertaris Jenderal umum II Badan Musyawarah Masyarakat Betawi. Adapun
objek penelitian adalah apa yang akan diteliti. Dalam hal ini objek dalam
penelitian ini adalah bentuk komunikasi organisasi Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang peneliti gunakan adalah kantor organisasi
Badan Musyawarah Masyarakat Betawi yang berlokasi di jalan Suryopranoto No.
8 Jakarta Pusat sebagai tempat kegiatan yang dilakukan Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data-data awal akan dikumpulkan dari sejumlah sumber referensi
tertulis, baik berupa buku, artikel maupun sumber-sumber tulisan ilmiah lainnya
yang bersangkutan dengan judul penelitian yang akan diteliti.
11
Data-data yang telah berhasil disimpulkan tersebut pada akhirnya akan
melalui proses analisis yang kemudian digabungkan hingga menjadi tulisan yang
tersusun dan siap dikaji secara lebih mendalam.
Sesuai dengan metodologi yang akan digunakan yakni penelitian
kualitatif, maka data akan dikumpulkan melalui:
a. Observasi, penulis berusaha mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan langsung seperti mengamati dengan seksama apa-apa saja
dilakukan dan mengikuti aktivitas pegawai-pegawai Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi secara langsung sehingga akan mendapatkan data-
data yang akurat serta dapat dijadikan bahan materi penelitian.
b. Wawancara, penulis berusaha mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara dengan nara sumber terdiri dari Wakil Ketua Umum Badan
Musyawarah Masyarakat Betawi, Ketua 1 Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi, dan Wakil Sekertaris Umum II Badan Musyawarah
Masyarakat Betawi. Jawaban dari wawancara tersebut dicatat atau
direkam dengan alat perekam (tape recorder).
c. Dokumentasi, sumber datanya adalah mengenai hal-hal yang terkait
dengan penelitian, baik berupa catatan, buku, atau berkas-berkas yang
ada dalam organisasi tersebut.
5. Sumber Data
a. Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti.
Untuk itu pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan
wawancara, observasi dan penelusuran dokumen yang akan dilakukan
penulis terhadap kepengurusan Badan Musyawarah Masyarakat Betawi.
12
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari buku-buku,
artikel dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
6. Teknik Analisa Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan. Adapun metode yang penulis gunakan adalah menggunakan
metode analisis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan
menerangkan, dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa
adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dari pengamatan penulis di lingkungan UIN Jakarta, khususnya Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyaiaran Islam
penulis belum menemukan penelitian mengenai “Bentuk Komunikasi Organisasi
Badan Musyawarah Masyarakat Betawi pada Perayaan Lebaran Betawi.” Peneliti
hanya menemukan tiga bentuk penelitian yang menggunakan kata komunikasi
organisasi dalam judul penelitiannya, di antaranya dilakukan oleh Shifaan
Imanuddin. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan judul penelitian “Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan peningkatan
Kinerja Pegawai di MTs Pembangunan UIN Jakarta”, yang penelitian ini
dilakukan pada tahun 2007, pembahasan skripsi ini hanya mengukur peningkatan
kinerja pegawai. Hayustiro Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Komunikasi Organisasi Di Badan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten Bogor”, yang penelitian ini dilakukan pada
13
tahun 2008, skripsi ini menjelaskan terhadap penggunaan media dan non media
dalam sebuah organisasi. Eska Ariyati. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Komunikasi Organisasi
Dalam Pengembangan Kepemimpinan di SMU Muhamdiah 4 Jakarta”, yang
penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan metode dan
materi untuk mengembangkan kepemimpinan para anggota Ikatan Pelajar
Muhamdiyah. Dari pengamatan mengenai tiga bentuk penelitian mengenai
komunikasi organisasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa UIN Jakarta
terdahulu, lebih menekankan terhadap bentuk efek dari hubungan dua bentuk
variabel dan menekankan pada penggunaan media, namun belum adanya
penelitian mengenai perayaan Lebaran Betawi dalam sebuah organisasi.
Tinjauan tersebut tampaknya masih memungkinkan bagi penulis untuk
menulis skripsi berjudul “Bentuk Komunikasi Organisasi BAMUS Betawi pada
Perayaan Lebaran Betawi”.
F. Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustakaan, Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Pengertian Komunikasi Organisasi, Fungsi Organisasi,
Bentuk-Bentuk Organisasi, Pengertian dan Sejarah
14
Lahirnya Lebaran Betawi, Tujuan Pelaksanaan Lebaran
Betawi, Agenda Utama Lebaran Betawi.
BAB III Gambaran Umum Organisasi BAMUS Betawi
Latar Belakang Sejarah Berdirinya BAMUS Betawi, Visi
dan Misi BAMUS Betawi, Tujuan BAMUS Betawi,
Struktur Organisasi BAMUS Betawi, Program Kerja
BAMUS Betawi.
BAB IV Lebaran Betawi: Bentuk Komunikasi Organisasi
BAMUS Betawi dalam Perayaan Lebaran Betawi.
Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi, Bentuk
Komunikasi antara BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas
Betawi, Bentuk Komunikasi Bamus Betawi dengan Panitia
Pelaksana dan Masyarakat, Bentuk Komunikasi BAMUS
Betawi dengan Pemerintahan Daerah DKI Jakarta.
BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran-Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Menurut Onong Uchyana Effendy, pengertian komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau prilaku, baik langsung secara
lisan maupun tak langsung melalui media.22 Sedangkan pengertian organisasi
adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai
tujuan bersama.23
Komunikasi menurut istilah yaitu proses kegiatan manusia yang
diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-
bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang
lain.24 Ahli komunikasi Katz dan Khan menegaskan bahwa komunikasi adalah
suatu proses sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan
setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.25
Organisasi menurut Everett Rogers adalah suatu sistem individu
yang stabil yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama lewat
suatu struktur hirarki dan pembagian kerja.26 Sedangkan Sondang P. Siagian
menyatakan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal
22 Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. Ke-4 h.4
23 Onong Uchyana Effendy, Dinamika……, h. 803. 24 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 1998), h. 69. 25 Daniel Katz dan Robert L. Khan, The Social Psychology of Organization (New York:
Wiley, 1996), h. 223. 26 Mifta Thoha, Prilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-
13, h. 162.
15
16
dalam satu ikatan hirarki di mana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau
sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang
yang disebut bawahan.27
Oganisasi juga dapat disebutkan sebagai sekumpulan orang yang
tunduk pada kesepakatan bersama untuk mengadakan kerjasama dan interaksi
guna mencapai tujuan bersama, dalam rangka keterbatasan sumberdaya manusia
dan sumber materil.
Pengertian komunikasi organisasi menurut ahli komunikasi
Redding dan Sanborn seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam
organisasi yang kompleks.28
Sedangkan Zelko dan Dance seperti dikutip Arni Muhammad
mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang paling
tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.29
Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari
komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota
organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai informasi dan
perasaan diantara sesama anggota organisasi.
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli komunikasi
mengenai pengertian dari komunikasi organisasi ini tetapi ada beberapa hal yang
secara umum dapat disimpulkan yaitu:
27 Sondang P. Siagian, Peranan Taf dan Management (Jakarta: Gunung Agung, 1976),
Cet Ke-1, h. 20. 28 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet Ke-8, h.
65. 29 Arni Muhammad, Komunikasi ......., h. 66
17
a) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
b) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
c) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya dan keterampilan/skilnya.
Komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi. Karena
organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu
membutuhkan berkomunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Apabila ditinjau dari segi proses pencapaian tujuan, akan
terlihat dengan sangat jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukkan
pengaruh yang sangat besar dan bahkan bersifat menentukan.30
Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi
yang ada di luar komunikasi adalah struktur hirarki yang merupakan karakteristik
dari setiap organisasi. Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi
formal dan informal, maka komunikasinya pun dikenal dengan komunikasi formal
dan informal. Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal
yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi
informal, arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-
masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut.31
2. Fungsi Organisasi
Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah:
a. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi
30 Sondang P. Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi (Jakarta:
Gunung Agung, 1985), Cet Ke-3, h. 109. 31 Miftah Thoha, Prilaku ..., h. 163.
18
Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing
dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang
beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga
kerja yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap
peralatannya. Semua ini merupakan tanggung jawab anggotalah yang
membantu organisasi dalam menentukan barang-barang yang
diperlukan.32
b. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar
etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar
masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberikan
organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para
anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang
mereka buat maupun tidak. Selain adanya tanggung jawab yang karena
adanya standar yang perlu diikuti ada pula tanggung jawab yang
diberikan oleh pemerintah berupa undang-undang.33
c. Memproduksi Barang atau Orang
Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau
orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai
produknya masing-masing. Efektivitas proses produksi banyak
tergantung kepada ketepatan informasi. 34
32 Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 32 33 Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 33 34 Arni Muhammad, Komunikasi...., h .33
19
Orang-orang dalam organisasi harus mendapatkan dan
mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya
sehingga aktivitas organisasi berjalan dengan lancar. Penyampaian dan
pemeliharaan informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh karena itu
informasi juga tergantung kepada keterampilan berkomunikasi.35
d. Mempengaruhi atau dipengaruhi orang
Sebenarnya suatu organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang
membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan
organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah
yang baru.36
Orang sebagai anggota organisasi maupun sebagai pemakai jasa
organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Sebaliknya organisasi juga
dipengaruhi oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada
kemampuan dan kualitas anggotanya dalam melakukan aktivitas
organisasi.
Agar suatu organisasi dapat terus berkembang organisasi
hendaknya memilih anggota organisasi yang diperlukannya yang
mempunyai kemampuan yang baik dalam bidangnya dan juga
memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk mengembangkan
diri mereka masing-masing.37
3. Bentuk-Bentuk Komunikasi Organisasi
Komunikasi dalam organisasi tidak terlepas dari bentuk komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Betapa pentingnya komunikasi internal dalam
35 Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 33 36 Arni Muhammad, Komunikasi…, h. 34 37 Arni Muhammad, Komunikasi...., h. 35
20
membina manusia dalam suatu organisasi, dimana masing-masing individu
anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan, namun menjadi suatu kesatuan
dengan adanya kepentingan bersama.
Deddy Mulyana, menawarkan lingkup kajian berkomunikasi
organisasi sebagai berikut: komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi,
bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang
lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali
melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan ada kalanya
juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur
organisasi, yakni komunikasi kebawah, komunikasi keatas dan komunikasi
horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur
organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.38
a. Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah pertukaran gagasan diantara para
administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan
tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran
gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam suatu perusahaan atau
jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan
manajemen).
Atau penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
yang terjadi di dalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur.
38 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 75.
21
a) Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri dari downward communication dan
upward communication. Downward communication adalah informasi
yang berlangsung secara formal dari seseorang yang memiliki wewenang
atau kedudukan lebih tinggi (atasan) kepada orang lain yang
kedudukannya lebih rendah (bawahan).
Upward communication adalah komunikasi yang mengalir dari
tingkat bawah ke tingkat atas sebuah organisasi, dan mencakup kotak
saran, pertemuan kelompok dan prosedur keluhan.
b) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunkasi yang mengalir melintas
berbagai fungsi dalam organisasi.39 Bentuk komunikasi ini diperlukan
untuk mengkoordinasi berbagai fungsi organisasi.
Komunikasi horizontal adalah berbagai informasi diantara
rekan sejawat dalam unit pekerjaan yang sama.40
c) Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi saling melintasi fungsi
dan tingkat dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi dimana
anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, atau
pun horizontal.
Dimensi komunikasi internal dapat diklafikasikan menjadi dua jenis,
yakni:
39 FX Suwarto, Prilaku Keorganisasian (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya,
1999), h. 83. 40 Yenny Ratna Suminar, dkk, Komunikasi Organisasional (Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka, 2004), h. 4.7.
22
1) Komunikasi Interpesonal
Komunikasi interpersonal yaitu proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang
yang dapat langsung diketahui balikannya.
Redding mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi
reaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.41
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.42
Komunikasi antar pribadi ialah komunikasi yang berlangsung antar dua
orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace
(1979) seperti dikutip Hafied Cangara bahwa “Interpersonal Communication is
communication involing two or more people in face to face setting”.43
2) Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling
berinteraksi satu sama lainnya.44
Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidenfikasi suatu
kelompok. Berdasarkan hal itu kita bias mengatakan bahwa komunikasi kelompok
kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain,
memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa
tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.
41 Arni Muhammd, Komunikasi..., h. 159. 42 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi... h. 81. 43 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 32. 44 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu......, h. 33.
23
Jika salah satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah
berkomunikasi dalam kelompok kecil.45
b. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara pimpinan organisasi
dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksternal terdiri dari dua
jalur secara timbal balik, yakni komunikasi dari organisasi kepada khalayak
dan dari khalayak dengan organisasi.
a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada
umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga khalayak merasa ada keterlibatan, setidak-tidaknya ada
hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting dalam usaha
memecahkan masalah jika terjadi tanpa diduga.
b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan
umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan
oleh organisasi. Jika informasi yang disebarkan kepada khalayak itu
menimbulkan efek yang sifatnya kontrofesial (menyebabkan adanya
pro dan kontra dikalangan khalayak), maka disebut opini publik.
Opini publik sering kali merugikan organisasi, karena harus
diusahakan agar segera dapat diatasi, dalam arti kata tidak
menimbulkan permasalahan.
45 Arni Muhammad, Komunikasi... h. 182.
24
B. Lebaran Betawi
1. Pengertian dan Sejarah Lahirnya Lebaran Betawi
1.1 Pengertian Lebaran Betawi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata
“lebaran” sebagai “hari raya ummat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal
setelah menjalankan ibadah puasa di bulan sebelumnya (Ramadhan)”. Hari raya
ini disebut dengan Idul Fitri, sedangkan lebaran besar adalah istilah untuk
menandai hari raya Idul Adha atau disebut juga Lebaran Haji.46
Dalam tradisi masyarakat Betawi dikenal ada istilah lebaran, yakni
Lebaran Idul Fitri, Lebaran Haji (Idul Adha) dan Lebaran Yatim yang dirayakan
setiap tanggal 10 Muharam. Dari ketiga istilah tersebut dikenal juga lebaran ala
Betawi. Lebaran ini sejatinya cuplikan Lebaran Idul Fitri. Cuplikannya memiliki
ciri khas hantaran dan antaran. Hantaran dan antaran adalah sebuah tradisi
memberikan hadiah dari seorang anak kepada orang tua, adik kepada kakak
(abang atau mpok), murid kepada guru, intinya dari yang lebih muda kepada yang
lebih tua. Hadiah atau pemberian bisa berupa makanan tradisional Betawi, seperti,
wajik, dodol, uli, geplak dan lain-lain.47
Sebagian kelompok orang jawa beranggapan istilah “lebaran”
berasal dari ungkapan bahasa Jawa “wis bar (sudah selesai)”, maksudnya sudah
selesai menjalankan ibadah puasa. Kata “bar” sendiri adalah bentuk pendek dari
kata “lebar” yang artinya “selesai”. Bahasa Jawa memang suka memberikan
akhiran “an” untuk suatu kata kerja. Misalnya asal kata “bubar” yang diberi
akhiran “an” menjadi “bubaran” yang umumnya menjadi berkonotasi jamak. Kata
46 Muhammad Salahuddien, “Istilah Seputar Lebaran”, http://netSain.com. Diakses pada 12 April 2010.
47 Berita Jakarta Com, dikutip 16 Oktober 2009
25
“bubar” sendiri adalah bentuk populer atau rendah dari kata “lebar”. Seperti
diketahui Bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa yang berbeda dan berlaku
untuk kelompok masyarakat tertentu. kata “bubar” dan “lebar” maknanya sama,
tetapi kata “bubar” digunakan oleh masyarakat awam, sedangkan kata “lebar”
digunakan oleh para priyayi (bangsawan), sebagai istilah yang lebih halus atau
sopan.48
Jadi ungkapan “wis bar” bentuk singkat ungkapan “wes bubar”
yang berlaku untuk masyarakat awam. Sedangkan ungkapan “sampun lebar”
digunakan oleh golongan mayarakat yang lebih tinggi tingkatan sosialnya.
Selanjutnya kata “lebar” diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan akhiran “an” ,
sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu “lebaran”. Artinya
perayaan secara bersama dengan handai taulan setelah selesai menjalankan ibadah
puasa. Namun yang banyak menggunakan istilah “lebaran” adalah masyarakat
Betawi. Menurut masyarakat Betawi istilah “lebaran” berasal dari kata “lebar”
yang maknanya “luas” yaitu sebagai gambaran keluasan hati setelah keberhasilan
menuntaskan ibadah selama bulan suci Ramadhan dan kegembiraan dalam
menyambut perayaan hari kemenangan dan karena bersilaturahim dengan sanak
saudara dan handai taulan.49
Pada bulan syawwal banyak dilakukan ritual budaya “lebaran”
yaitu berkumpulnya handai taulan untuk saling memaafkan yang umumnya
diselenggarakan melalui acara yang dirayakan secara besar-besaran mengundang
sebanyak–banyaknya kerabat atau kelompok-kelompok pergaulan masyarakat.
48 Muhammad Salahuddien, “Istilah Seputar Lebaran”, http://netSain.com. Diakses pada
12 April 2010. 49 Muhammad Salahuddien, “Istilah Seputar Lebaran”, http://netSain.com. Diakses pada
12 April 2010.
26
Bahkan bagi kalangan pejabat atau pemimpin tokoh masyarakat dikenal istilah “
open house” dimana setelah sholat Idul Fitri para pemuka masyarakat dan seluruh
anggota keluarganya bersiap diri di rumah untuk menerima kunjungan anak buah,
relasi dan masyarakat umum. Tujuannya sekedar bersalam-salaman, bermaaf-
maafan.
Dari segi budaya, lebaran dimaknai sebagai kesempatan untuk
silaturahim, saling memaafkan dan mempererat pertalian kekeluargaan serta
kekerabatan yang ini diyakini akan mampu menciptakan keharmonisan dan
meningkatkan kerukunan diantara sesama di dalam masyarakat. Upaya ini
dipahami karena suku bangsa Indonesia memang amat erat persaudaraannya.
Sehingga momentum “lebaran” dipandang sebagai suatu tuntunan ajaran agama,
bagian dari ritual sekaligus sarana melestarikan budaya.
1.2 Sejarah Lebaran Betawi
Menurut JJ Rizal lebaran secara umum terjadi pada tahun 1929 di
lapangan pergerakan politik nasional banyak terjadi kekalutan karena kerisis
ekonomi dunia yang dampaknya sampai ke Hindia Belanda begitu
menyengsarakan rakyat dan pemerintah Hindia Belanda malah menerapkan
peraturan yang semakin menambah kesengsaraan rakyat. Sementara itu Politieke
Inlichtingendienst (PID) atau Dinas Intelejen Politik merajalela membungkam
kaum pergerakan. Hindia Belanda menjadi Politie Staat atau Negara Polisi.50
Dalam situasi krisis ekonomi dan politik pergerakan nasional itulah
lebaran tahun 1929 dijadikan momentum politis. Java Bode di halaman muka
memberitakan umat Islam di Jakarta untuk pertama kali mengadakan sembahyang
50 JJ. Rizal, “Menemukan makna Tradisi Lebaran”, dalam Majalah Jendela Betawi, Edisi
I Lebaran h. 5
27
Idul Fitri di lapangan terbuka koningsplein (Gambir). Selain merupakan
perlambangan kepercayaan akan filosofi doa perlu di samping ikhtiar ekonomi
dan politik, para tokoh pergerakan nasional menjadikannya momentum bertemu
dan menguatkan semangat rakyat, sekaligus menghayati deritanya. Semoga
lebaran menghantar rakyat Indonesia sampai di ujung menang dan sejahtera lahir
batin. Membawa kemasa depan yang baik. Tidak itu saja, sebagai simbolisasi
keinginan zaman baru, rakyat mengganti kartu lebaran yang beredar pertama kali
tahun 1927 dengan gambar orang berperahu sambil mengibarkan bendera Belanda
dengan desain baru yang lebih sesuai semangat zaman.51
Ridwan Saidi dalam orang Betawi dan Mordernisasi Jakarta
meriwayatkan bahwa koningsplein menjadi pusat sholat Id di Jakarta sampai
dengan penduduk Jepang ketika lapangan itu berganti nama menjadi Ikada. Tahun
1942, kemenangan yang diharapkan memang hadir. Belanda dilibas lars militer
Jepang dan Indonesia jatuh ke tangan “saudara tua”. Namun belum merupakan
kemenangan yang sempurna. Seperti ditelaah oleh Harry J Belanda dalam Bulan
Sabit dan Matahari Terbit bahwa sang saudara tua bukan saja penuh sikap
militeristik, tetapi juga menerapkan politik agama yang tak jarang bikin naik
pitam. Contohnya adalah Jepang mengimbau agar sholat Id diadakan di pagi buta
persis selesai subuh, sebab sebelum matahari terbit Jepang akan bikin upacara
sekerel (sembah matahari) di lapangan yang sama. Saat itulah rakyat kehilangan
puncak wahana sosial-politik-budaya yang mengikat secara khidmat para
pemimpin untuk menghayati penderitaan rakyat.52
51 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6 52 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6
28
Tetapi setelah tiga setengah tahun sudah dijajah Jepang,
kemenangan pun menyempurnakan dirinya. Jumat 17 Agustus 1945 di bulan
puasa, Proklamasi Kemerdekaan dibacakan dwitunggal Soekarno-Hatta. Sebagai
tanda syukur dan bukan saja kelak dalam preambule UUD 45 disebut
kemerdekaan atas berkat rahmat Tuhan panitia Proklamasi Kemerdekaan RI pun
merencanakan sholat Id di halaman gedung Proklamasi. Tetapi, balatentara Dai
Nippon melakukan penjagaan ketat di sekitar gedung bersejarah itu. Sholat Id
akhirnya diadakan di Jalan Raya Pegangsaan Timur Nomor 17.53
Di zaman liberal, sholat Id dilaksanakan di lapangan Banteng.
Setelah di tengah lapangan berdiri monumen pembebasan Iran Barat, maka sejak
itu sholat Id terpencar diberbagai lapangan dan mesjid yang ada di Jakarta.
Istilah lebaran banyak dipopulerkan orang Betawi, tetapi istilah itu
tidak begitu saja ditinggalkan ketika ibukota RI diungsikan dari Jakarta ke
Yogjakarta pada akhir tahun 1945. Belanda yang kembali masuk ke Indonesia dan
rasa ingin menjajah lagi dengan menebeng rombongan Sekutu memperhebat
suasana revolusi. Revolusi itu menghebat karena perbedaan pendapat antar tokoh-
tokoh revolusi itu sendiri. Brosur kontra brosur dikeluarkan oleh masing-masing
tokoh yang ingin agar revolusi berjalan sebagaimana keinginan kelompoknya.
Keadaan memprihatinkan rakyat terjepit.54
Sejumlah tokoh di bulan puasa 1946 menghubungi Bung Karno.
Meminta agar ia sedia di hari raya yang jatuh pada bulan Agustus itu,
mengadakan perayaan lebaran dengan mengundang seluruh komponen revolusi
yang pendirian politiknya beraneka macam dan kedudukannya di dalam
53 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6 54 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 6
29
mayarakat pun berbeda-beda. Biar lebaran menjadi ajang saling memaafkan dan
memaklumi serta menerima keragaman bukan sebagai laknat, tetapi rahmat,
seraya sadar bahwa musuh adalah kolonialis Belanda yang menjajah kembali dan
jangan rakyat dibiarkan tersia-sia hidupnya oleh lilitan kesusahan akibat revolusi.
Semoga di hari kemenangan Tuhan bimbing RI sampai di ujung menang. Bung
Karno setuju lebaran jadi ajang menggalang potensi solidaritas nasional.55
Menurut Ridwan Saidi itulah detik tanggal lahirnya lebaran. Istilah
dari bahasa Arab yang diracik sendiri oleh para pendiri RI sebagai perhelatan
menghalalkan perbedaan, tapi kukuh dalam satu kebersamaan. Ketika lebaran
tiba, di istana Yogyakarta diselenggarakan lebaran sebagai symbol kokohnya
semangat Yogya 45.56
Menurut Amarullah Asbah, wakil ketua umum BAMUS Betawi
periode V, Mengatakan bahwa Lebaran Betawi ini secara sosiologis adalah orang
Betawi tidak lagi menjadi komunitas yang utuh karena orang Betawi tersebut
sudah banyak yang sudah bermencar, tetapi tetap ada keinginan untuk saling
berjumpa. Bagi orang Betawi yang paling ideal untuk berjumpa pada saat lebaran.
Sedangkan secara filosofis saling maaf-memaafkan merupakan bagian penting
dari seremonialnya lebaran, dalam kaitan prilaku sosial yang mempunyai muatan-
muatan filosofis orang Betawi. Mereka akan berbahagia apabila bertemu dengan
orang yang dituakan dan juga bisa bertemu dengan pemimpin mereka. Jadi ada
konsepsi kebahagiaan yang terpenuhi di dalam penyelenggaraan perayaan
Lebaran Betawi. Secara arsip ekonomi lebaran yang standar adalah dari rumah ke
rumah, yang muda cium tangan kepada yang tua. Tanpa adanya dukungan orang
55 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 7 56 JJ. Rizal, “Menemukan…….. h. 7
30
yang berjualan tidak mungkin Lebaran Betawi itu jadi ramai, jadi dalam hal ini
kita gerakan potensi ekonomi orang Betawi.57
2. Tujuan Lebaran Betawi
Menurut Amarullah Asbah, wakil ketua BAMUS Betawi
mengatakan tujuan dari lebaran betawi itu antara lain:
a) Lebaran Betawi menjadi wadah silaturahmi mempererat
persatuan dan kesatuan khususnya warga Betawi dan umumnya
seluruh warga negara Indonesia.
b) Mengangkat kembali nilai-nilai luhur yang positif budaya
Masyarakat Betawi agar tetap terjaga, terpelihara dan di tengah
globalisasi seperti saat ini.
c) Menjadikan kegiatan Lebaran Betawi sebagai upaya untuk
meningkatkan, melestarikan, mengembangkan serta menggali
potensi kekayaan budaya Betawi yang selama ini belum
tersosialisasikan kemasyarakatan secara umum serta menjadi
potensi sektor pariwisata DKI Jakarta.
d) Mengangkat kesadaran masyarakat akan pentingnya tradisi dan
budaya sebagai salah satu aset yang paling berharga di dunia,
melihat fenomena banyaknya kesenian dan hasil karya tradisional
dicaplok satu-persatu oleh negara luar.
e) Mampu memberikan dampak positif secara ekonomi, pendidikan,
politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara kesatuan
republik Indonesia.
57 Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara
Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010
31
f) Momentum ini dimasa mendatang menjadi salah satu program
unggulan Pariwisata Propinsi DKI Jakarta yang mampu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor
pariwisata.58
3. Agenda Utama Lebaran Betawi
Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota Negara dengan segala
aspek pembangunan dan modernisasinya yang berjalan amat cepat, menuntun
keahlian professional yang mungkin masih belum terkejar oleh kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai oleh sebagian besar orang Betawi. Bagaimanapun
Islam sendiri masih tetap digunakan untuk menentukan hasil-hasil penting dalam
lingkar kehidupan.59
Islam adalah salah satu identitas bagi orang Betawi. dan sebagian
tata cara dan adat istiadat pada masyarakat Betawi sudah ada sejak dahulu dan itu
sudah mendarah daging sehingga terasa ganjil, jika orang Betawi tidak
melaksanakan upacara itu dalam kehidupannya. Pada upacara tersebut terkandung
nilai-nilai religius yang mengajarkan agar manusia senantiasa harus bersyukur.
Berbuat saling tolong menolong, manusia yang tidak bersyukur atinya sombong
dan dibenci oleh Tuhan.
Menurut H. Amarullah Asbah, wakil ketua umum BAMUS Betawi
periode V, mengatakan bahwa lebaran Betawi akan menjadi agenda tahunan di
Jakarta dan lokasi acara akan berpindah-pindah. Kegiatan ini juga sekaligus untuk
mempromosikan dunia pariwisata Jakarta di level nasional maupun internasional.
58 Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara
Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010 59 Ninuk Kleden Probonegoro, Teater Lenong Betawi Studi Perbandingan Diakronik,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996), edisi ke-1, h. 126
32
Lebaran Betawi ini harus teragenda dari tahun ke tahun berkesinambungan sampai
hari kiamat.60
Oleh karena itu agenda utama dari Lebaran Betawi disajikan tiga hal
yakni: Pertama, penampilan budaya khas Betawi seperti atraksi budaya Betawi
anatara lain: Tanjidor61, Gambang Kromong, Keroncong Jakarta, Wayang Kulit
Betawi, Orkes Melayu, Lenong62, Ondel-Ondel. Kebudayaan menurut
Koentjaraningrat, budaya merupakan asal kata dari bahasa Sansekerta yaitu
merupakan “Budhi” atau “Akal” dan mengambil kata dasar tersebut maka
kebudayaan dapat diartikan sebagai semua bentuk perwujudan kemampuan akal.
Di sini tak ada perbedaan anatar budaya dan kebudayaan, dalam istilah
antropologi-budaya, kata budaya di sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan
saja dari kebudayaan dengan arti yang sama.63
Masyarakat dan budaya Betawi itu sudah ada dari semula jadi
(sononye), yaitu dari sebelum kedatangan orang-orang Cina, Hindu, Islam, Eropa
dan orang-orang Nusantara di luar daerah Jakarta, karena Betawi itu sendiri sudah
ada paling sedikit sejak 15 abad tahun yang lalu, pendapat ini diperkuat oleh
60 Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode ke V, Wawancara
pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010 61 Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah
dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan disuatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. http://www.id.wikipedia.org
62 Lenong adalah kesenian tradisional Betawi. Lenong mulai berkembang akhir abad ke-19. sebelumnya masyarakat mengenal komedi stambul dan teater bangsawan. Komedi stambul dan teater bangsawan dimainkan oleh bermacam suku bangsa dengan menggunakan bahasa Melayu. Orang Betawi meniru pertunjukan itu. Hasil pertunjukan mereka kemudian disebut lenong. Lenong diiringi musik gambang kromong, dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyan, dan sukong. Lakon atau sekenario lenong umunya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan pembuatan tercela. http://www.id.wikipedia.org
63 Koenjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Aksara Baru, 1987), h. 181
33
temuan-temuan aekeologis, seperti gerabah-gerabah dan alat-alat produksi di
Kalapa Dua, Condet, dan Kali Ciliwung.64
Budaya sendiri terbentuk dari hasil cipta, rasa dan karsa serta sikap
kata perbuatan orang-orang atau suatu masyarakat setempat, dan tersusun menjadi
suatu kebiasaan dari system hidup. Orang dan masyarakat Betawi itu memiliki
keunggulan budaya kompetitif dan keunggulan budaya komperatif yang banyak
dikalangan umum, banyak yang tidak mengetahuinya, sekalipun orang dan
masyarakat Betawi itu sendiri.65 Adapun keunggulan budaya Betawi yaitu:
1. Keunggulan budaya kompetitif, adalah keunggulan milik orang dan
masyarakat Betawi yang tercermin pada sikap, kata dan perbuatan
yang khas dan unik.
2. Keunggulan budaya komperatif, adalah keunggulan milik orang dan
masyarakat Betawi yang terletak pada sifat-sifat istimewa, yang
secara tradisional turun-menurun dan melekat pada diri orang dan
masyarakat Betawi itu sendiri. Dan keistimewaannya, yaitu sifat
religius, sifat silih asih, asuh dan asah, sifat demokratis dan sifat
terbuka.
Memang tidak menutup kemungkinan bahwa kedatangan orang-
orang Asing, dan Nusantara sendiriyang masuk ke wilayah Administratif Jakarta,
membawa bahasa, agama, adat-istiadat masing-masing dan berbaur dengan
masyarakat Betawi secara tidak langsung terjadinya percampuran atau asimilasi di
64 Ridwan Saidi, Warisan Budaya Betawi, (Jakarta: LSIP & Pemda dan DKI Jakarta,
2000), h. 13 65 Lihat makalah Budaya Pradipta, “Budaya Betawi abad XX”, Pada Seminar Pekan
Budaya Betawi XX dan UNAS di Jakarta, pada tanggal 14 September 2004.
34
antara mereka, dan secara tidak langsung telah memberi warna pada kebudayaan,
kesenian masyarakat Betawi itu sendiri.
Kedua, sajian ekonomi, yaitu menampilkan kuliner tataboga Betawi
seperti jenis makanan dan minuman yang disajikan dalam bazar. Dalam sajian
ekonomi ini orang Betawi dapat membuka stand untuk berjualan beraneka khas
dari Betawi antara lain: nasi uduk, nasi ulam, nasi kebuli, nasi goreng, ketupat
sayur, sayur asem, sayur sop, sayur lodeh, sayur laksa, gado-gado, asinan, semur
jengkol, urap, opor, bir peletok, cendol, bandrek, es doger, kopi jahe, es buah,
kerak telor, dodol, geplak dan wajik. Dari dagangan tersebut mereka dapat
memperoleh keuntungan yang besar karena dagangan mereka habis dibeli oleh
masyarakat yang hadir dalam acara lebaran Betawi.66
Ketiga, pergelaran yang bernuansa politik adalah untuk kompak
menyatukan potensi dari latar belakang partai yang hadir diharapkan dalam
bicaranya satu yaitu Lebaran Betawi dengan tidak membeda-bedakan partai yang
ada67. Dari segi momentum, lebaran tahun 2009 mempunyai arti penting, karena
diselenggarakan tidak lama setelah sebagian besar warga negara Indonesia
mengikuti Pemilihan Umum, yang walaupun berlangsung dengan damai, aman
dan lancar, tetapi sedikit banyak telah mempengaruhi hubungan antar masyarakat,
baik individual ataupun kelompok. Pada lebaran Betawi ini masyarakat dapat
berlebaran dan bertemu dengan para pemimpinnya seperti Gubernur dan wakil
gubernur dan lain-lain. Jadi ada kesempatan untuk bisa bertemu dengan
pemimpinnya, dan ada konsepsi kebahagiaan yang terpenuhi di dalam
66 Amarullah Asbah,Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara
Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010 67 Aziz Khafia, Wakil Sekertaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V,
Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No.8 Jakarta Pusat 22 April 2010
35
penyelenggaraan Lebaran Betawi. Gubernur Fauzi Bowo, dalam lebaran Betawi
ini secara simbolis menerima hadiah dari para walikota beserta jajarannya. Upaya
ini sebagai wujud pelestarian tradisi hantaran dan antaran warga Betawi.
Kemudian, gubernur dengan didampingi ketua BAMUS Betawi dan para pejabat
lainnya mengunjungi segala stand yang menyajikan makanan atau jajanan,
pakaian serta pernak-pernik Betawi.68
68 Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara
Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010
BAB III
GAMBARAN UMUM ORGANISASI BADAN MUSYAWARAH
BETAWI
A. Latar Belakang Sejarah Beririnya BAMUS Betawi
Menurut pengamat politik Arbi Sanit dalam makalahnya yang
disampaikan pada seminar “Hak Politik Putera Daerah” salah satu upaya untuk
mewujudkan hak politik kaum Betawi dalam mencapai posisi kepemimpinan di
pemeritahan daerah adalah penguatan organisasi kaum Betawi.
Penguatan organisasi kaum Betawi di sini tentunya bukan dimaksudkan
sebagai sentralisasi kekuasaan organisasi kelompok dan golongan komunitas
Betawi, tetapi untuk menumbuhkan kemampuan dan kemandirian segenap
organisasi yang terbentuk untuk selanjutnya bekerja sama di dalam suatu jaringan
komunikasi berupa forum. Melalui jaringan komunikasi inilah visi dan misi
komunitas Betawi dibangun dan disosialisasikan kepada segenap warga. Tentunya
jaringan komunikasi ini bukan dimaksudkan untuk memagar diri dari masyarakat
lainnya di Jakarta, tetapi dimanfaatkan sebagai mekanisme untuk menggalang
kerjasama yang saling menguntungkan.69
Sejumlah organisasi kebetawian bermunculan pada masa Orde Baru.
Organisasi-organisasi yang turut menambah jumlah organisasi kebetawian yang
ada sebelumnya, tidak terlepas dari longgarnya rasa solidaritas etnis, karena pada
saat itu masyarakat Betawi belum terstruktur secara ketat.70
69 Arbi Sanit, Makalah Seminar Hak Politik Putera Daerah, Lemabag Studi Informasi
Pembangunan, 11 September 1999, h. 5 70 Arsani, Ketua I BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS
Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010.
36
37
Pada masa penjajahan tercatat hanya Perkoempoelan Kaoem Betawi yang
merupakan organisasi kebetawian yang ada. Organisasi ini didirikan oleh M.H.
Thamrin, seorang tokoh Betawi sekaligus tokoh Prindera. Dalam Perkoempoelan
Kaoem Betawi inilah Thamrin berusaha memperjuangkan nasib kaum miskin
Betawi serta mengangkat harkat dan martabat orang Betawi terutama dari segi
ekonomi.71 Sayangnya, organisasi ini tidak berumur panjang. Setelah
kematiannya tidak ada lagi organisasi yang muncul mewakili aspirasi masyarakat
Betawi. Baru kemudian organisasi-organisasi kebetawian kembali muncul pada
masa Orde Baru dan semakin menjamur pada masa reformasi.72
Munculnya organisasi kebetawian pada masa Orde Baru disebabkan
meningkatnya kesadaran masyarakat Betawi untuk berorganisasi. Meskipun
sebagian besar organisasi kebetawian lahir pada masa Orde Baru, ada beberapa
organisasi kebetawian yang lahir pada masa sebelumnya, seperti Ikatan Warga
Jakarta (IWARDA) yang berdiri pada tahun 1954, dan yayasan MH Thamrin yang
berdiri pada tahun 1958. walaupun kedua organisasi ini berdiri sebelum masa
Orde Baru tetapi saat itu belum memperlihatkan keberadaannya dan belum
dikenal oleh masyarakat umum.
Maraknya organisasi kebetawian berdiri, diawali dengan dibentuknya
Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) yang lahir dari hasil seminar Pralokakarya
Penggalian dan Pengembangan Seni Budaya Betawi yang diadakan oleh Dinas
Kebudayaan DKI Jakarta pada 16-18 Februari 1976 atas usulan Ali Sadikin,
71 Abdul Sahal, “Bamus Betawi dalam Perspektif M.H Thamrin (sebuah renungan
kesiangan)” BAMUS Betawi Edisi Khusus Halal Bil Halal, (Maret, 1997), h. 32 72 Menurut Arsani, ketua I BAMUS Betawi, menjamurnya organisasi kebetawian pada
masa reformasi dikarenakan semangat Eufona, dan hal ini pun tidak terlepas dari berkembangnya hawa perpolitikan di Indonesia. Arsani, Ketua I BAMUS Betawi, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010
38
Gubernur Jakarta pada saat itu. Organisasi kebetawian yang lahir setelah
berdirinya Lembaga Kebudayaan Betawi antara lain Permata MHT, Keluarga
Mahasiswa Betawi, Yayasan Sirih Nanas, Ikatan Dokter Betawi, Yayasan Sunda
Kelapa dan lain-lain.
Sampai sekitar awal tahun 80-an ada sekitar16 organisasi kebetawian di
Jakarta. Pada era 80-an inilah berkembang suatu dinamika pembangunan yang
menyelimuti masyarakat Indonesia. Maka banyaklah anggapan yang menyatakan
bahwa dengan menyatukan langkah, pembangunan akan berjalan dengan lancar
dan tercapai. Adanya idiom-idiom pembangunan ini membuat masyarakat Betawi
yang diwakili oleh organisasi-organisasi kebetawian berkeinginan untuk
menyatukan langkah demi lancarnya pembangunan di Indonesia dan memajukan
masyarakat Betawi serta maningkatkan SDM masyarakat Betawi, khusunya
mempersiapkan masyarakat Betawi untuk menghadapi pembangunan kota Jakarta.
Selanjutnya tokoh-tokoh Betawi seperti Effendi Yusuf, H.M Sanif, Eddy M,
Nalapraya dan Wim Salamun beserta tokoh-tokoh dari berbagai pihak,
diantaranya pihak pemerintah, setuju untuk mandirikan suatu mekanisme sentral
atau suatu wadah tempat bermuaranya organisasi kebetawian yang telah ada,
dinamakan BAMUS Betawi.Di sisi lain ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan
berdirinya BAMUS Betawi. Alasan mereka tidak menyetujui pendirian BAMUS
Betawi ini, adalah karena mereka kawatir dengan adanya BAMUS Betawi,
organisasi-organisasi di bawah yang telah lebih dahulu berdiri akan mati.73
Kakhawatiran seperti itu akhirnya dapat ditepis karena sesuai dengan kesepakatan,
BAMUS merupakan merupakan organisasi yang berfungsi sebagai wadah untuk
73 Arsani, Ketua I BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS
Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010
39
berhimpun segenap potensi Betawi untuk melakukan komunikasi dan bersifat
federatif BAMUS Betawi juga merupakan induk organisasi kebetawian yang
nonoperasional, dimana yang beroperasi adalah organisasi-organisasi di
bawahnya. BAMUS Betawi juga membatasi kegiatannya untuk memberi
kebebasan kepada organisasi di bawahnya dalam melakukan kegiatan mereka.
Banyaknya organisasi kebetawian bermunculan pada dekade awal tahun
80-an, menurut Wim Salamun, Ketua Umum IKRAR, sudah sangat
mengkhawatirkan, karena masing-masing organisasi berjalan sendiri-sendiri,
artinya pada saat itu antara organisasi kebetawian yang satu dengan yang lainnya
sepertinya saling bersaing. Alasan ini semakin mendukung terbentuknya suatu
wadah keorganisasian yang menampung organisasi Betawi yang pada saat itu
telah terbentuk.74
Meskipun untuk menyatukan sesuatu yang berbeda bukan pekerjaan yang
mudah, apalagi menyatukan beberapa organisasi yang sebelumnya memang telah
memiliki ketentuan yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akhirnya dengan
melewati beberapa tahapan, para tokoh Betawi yang merupakan wakil dari
organisasi kebetawian yang telah ada berhasil mendeklarasikan BAMUS Betawi
pada tanggal 22 Juni 1982 di Jakarta. Terpilihlah Effendi Yusuf sebagai Ketua
Umum BAMUS periode pertama dan Drs. Arsani sebagai Sekretaris Jenderal.
Pemerintah khususnya pemerintah DKI Jakarta, sangat setuju dengan
berdirinya BAMUS Betawi dan sangat menghargai keberadaan organisasi
tersebut, dengan adanya organisasi kebetawian ini manakala Pemda DKI ingin
mencari informasi mengenai penduduk asli Jakarta tidak lagi bertanya-tanya
74 Abdul Sahal, “BAMUS Betawi : Kemana Mesti Melangkah? “, BAMUS Betawi Edisi
Khusus Halal Bil Halal, (Maret 1997), h. 21
40
kemanakah: ke IWARDA-kah, permata-kah atau ke LKB-kah? Namun dengan
adanya mekanisme sentral seperti BAMUS Betawi, maka yang lebih kredibel
dalam menjawab segala pertanyaan pemerintah tadi adalah organisasi tersebut.
Menurut Drs. Arsani, Ketua 1 BAMUS Betawi, keberadaan BAMUS Betawi pada
saat itu tidak hanya diakui oleh pemerintah daerah saja melainkan juga oleh
pemerintah pusat, yaitu Presiden Suharto yang pada saat itu menghargai
keberadaan BAMUS Betawi.75
Pada awal berdirinya memang belum banyak kegiatan yang dilakukan
BAMUS Betawi, karena lebih banyak terkonsentrasi kepada penggalangan
persepsi, menyamakan pandangan dan memperkokoh solidaritas. Meskipun
demikian, bukan berarti BAMUS Betawi tidak melakukan apa-apa untuk
masyarakat Betawi. BAMUS Betawi bekerja sama dengan Pemda melakukan
pemugaran gedung M.H. Thamrin di jalan Kenari Jakarta Pusat, BAMUS Betawi
ikut membantu pembangunan masjid yang dikelola oleh orang Betawi, kemudian
BAMUS Betawi juga mengadakan santunan anak-anak yatim dan pengobatan
massal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan BAMUS Betawi ini memang tidak
terlepas dari tujuan BAMUS sendiri, yaitu meningkatkan harkat dan martabat
masyarakat Betawi. Diadakannya berbagai macam kegiatan ini merupakan suatu
proses agar keberadaan BAMUS Betawi dirasakan oleh masyarakat Betawi
seluruhnya.76
Sesungguhnya tidak banyak orang yang tahu dan faham terutama
masyarakat Betawi tentang BAMUS Betawi. Ketidaktahuan dan ketidakfahaman
ini sering berdampak buruk bagi masyarakat Betawi. Mereka tidak tahu, kemana
75 Arsani, Ketua I BAMUS Betawi periode V,Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi JL. Suryopronoto No.8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010
76 Abdul Sahal, BAMUS Betawi : Kemana…… h. 21
41
mesti mengadukan permasalahan mereka? Maupun dengan BAMUS Betawi itu
sendiri. Tidak mengherankan, apabila BAMUS Betawi sejak berdiri hingga
sekarang mendapatkan kritik-kritikan dan pendapat-pendapat yang bernada minor.
Secara garis besar ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya
BAMUS Betawi Betawi.
1) Faktor Internal
Masyarakat Betawi ingin bersatu dan membentuk suatu wadah tempat
berhimpunnya organisasi-organisasi kebetawian. Penyatuan organisasi kebetawian
ini didasari oleh banyaknya berdiri organisasi kebetawian pada era 80-an yang
masing-masing berdiri sendiri. Supaya lebih terkoordinasi dengan baik dan
bersatu demi meningkatkan kualitas SDM masyarakat Betawi, sehingga
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempersiapkan
masyarakat Betawi dalam menghadapi arus globalisasi.
Salah satu itu, menurut Drs. Arsani, Ketua 1 BAMUS Betawi , bersatunya
segenap potensi Betawi dalam suatu wadah akan memudahkan masyarakat Betawi
untuk menyampaikan aspirasi bersama yang mesti diperjuangkan kepada
pemerintah.77
2) Faktor Eksternal
Berdirinya BAMUS Betawi dilatarbelakangi oleh keinginan dari Pemda
DKI untuk membentuk suatu organisasi perwakilan dari masyarakat Betawi secara
keseluruhan yang bersifat aspiratif dan respresentatif. Hal ini dilakukan agar
Pemda DKI dan masyarakat Betawi tidak bingung dalam menghadapi
permasalahan yang perlu segera dipecahkan.
77 Arsani, Ketua I BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS
Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010
42
Faktor lain adalah karena sulitnya Pemda DKI mencari kemitraan dalam
hal pembangunan kota Jakarta, terutama dalam hal menghimpun aspirasi serta
potensi warga asli Jakarta, sehingga pemerintah meminta tokoh-tokoh Betawi
untuk membentuk suatu wadah tempat berhimpunnya barbagai macam organisasi
kebetawian yang telah ada.
Dengan adanya BAMUS Betawi ini pertanyaan-pertanyaan maupun usul
yang dilontarkan oleh masyarakat Betawi dapat dikoordinasi oleh BAMUS
kemudian diajukan ke Pemda DKI.
B. Visi dan Misi BAMUS Betawi
Visi Bamus Betawi
1. Memperkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah bashoriyah dan ukhuwah
wathoniyah.
2. Menyelenggarakan Pembinaan Organisasi Kebetawian.
3. Melakukan pendapatan (databes) tentang potensi kebetawian.
4. Membangun jaringan kerjasama dengan berbagai organisasi
kemasyarakatan lainnya.
5. Mengembangkan informasi dan komunikasi sesuai kemajuan teknologi.
6. Mengembangkan budaya Betawi sebagai upaya pengkayaan khazanah
buadaya bangssa dengan Lembaga Kebudayaan Betawi sebagai ujung
tombaknya.78
Misi BAMUS Betawi
BAMUS Betawi yang bermanfaat.
78 Azis Khafia, Dari Betawi…….h. 4
43
C. Tujuan BAMUS Betawi
Anggaran dasar BAMUS Betawi pada BAB IV pasal 7 mengenai maksud
dan tujuan, disebutkan bahwa BAMUS Betawi bertujuan:
(1) Menghimpun dan mempersatukan organisasi, Yayasan, Lembaga, kelompok
masyarakat dan segenap potensi masyarakat Betawi dalam satu wadah
Organisasi kemasyarakatan;
(2) Memperjuangkan kedudukan harkat dan martabat Masyarakat Betawi sejajar
dengan masyarakat lainnya yang telah maju di dunia, tanpa menghilangkan
karakteristik Masyarakat Betawi;
(3) Memelihara dan mengembangkan semangat kesetia kawanan sosial dan
mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan berlandaskan semangat
silaturrahim;
(4) Turut berperan aktif dalam proses pembangunan Nasional khususnya
Pembangunan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menegerahkan
segenap potensi Masyarakat Betawi dalam upaya meningkatkan harkat dan
martabat Masyarakat Betawi.79
Apabila pasal di atas di cermati, mengenai maksud dan tujuan, maka ada
tiga poin utama tujuan didirikannya BAMUS Betawi, yaitu memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia, menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan
masyarakat Betawi, serta meningkatkan kualitas SDM dalam rangka
meningkatkan derajat dan martabat masyarakat Betawi.
Pada awalnya tujuan utama BAMUS Betawi adalah menggalang persepsi,
menyamakan pandangan dan memperkokoh solidaritas masing-masing organisasi
79 Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, Hasil-hasil Musyawarah
BesarV Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, (Jakarta: 2008), h. 9-10
44
kebetawian yang pada saat itu telah terbentuk. Selanjutnya BAMUS Betawi
berperan dalam permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masyarakat Betawi
yaitu meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Betawi dan meningkatkan
SDM masyarakat Betawi agar orang Betawi lebih dipakai dalam pemerintah.
Secara formal BAMUS Betawi adalah organisasi sosial kemasyarakatan
yang bersifat fungsional kedaerahan dan juga merupakan perhimpunan segenap
potensi putera daerah Jakarta, khususnya masyarakat Betawi dari segala lapisan
dan tingkatan sosial dan ekonomi. Selain itu BAMUS Betawi merupakan
organisasi paguyuban yang dibentuk sebagai wadah bagi bermuaranya organisasi-
organisasi kebetawian yang sudah mulai berkiprah, sehingga dapat dikatakan
bahwa BAMUS Betawi bukanlah organisasi massa karena sesungguhnya yang
memiliki massa bukan BAMUS Betawi tetapi organisasi-organisasi pendukung
seperti Ikatan Warga Jakarta (IWARDA), Persatuan Anak Jakarta Muhamad
Husni Thamrin (Permata MHT), Ikatan Keluarga Anak Jakarta (IKEDA), Ikatan
Keluarga Besar Anak Jakarta (IKB ANDA), Persatuan Wanita Betawi (PWB),
Forum Komunikasi Anak Betawi (FORKABI), dan lain-lain. Sudah menjadi
kesepakatan umum dan tertuang dalam AD/ART bahwa BAMUS adalah induk
dari organisasi kebetawian. Karena itu tujuan didirikannya BAMUS adalah untuk
memayungi dan mengkoordinasikan organisasi kebetawian yang ada.
Drs. H. Arsani, Ketua 1 BAMUS Betawi, mengemukakan bahwa BAMUS
Betawi adalah wadah untuk berkoordinasi dan bermusyawarahnya organisasi
kebetawian yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang menyangkut
kepentingan seluruh masyarakat Betawi yang harus diperjuangkan, misalnya
masyarakat Betawi menginginkan putera Betawi menjadi Gubernur DKI
45
Jakarta.80 Pendapatnya ini berdasarkan anggaran dasar BAMUS Betawi pada
BAB III pasal 5 ayat 4 yang berbunyi: “BAMUS Betawi mewakili aspirasi
masyarakat Betawi guna menyerap dan menyalurkan serta memperjuangkan
kepentingan-kepentingan masyarakat Betawi, baik secara vertikal maupun
horizontal”.81
BAMUS Betawi merupakan organisasi yang sifatnya non-operasional,
karena itulah BAMUS Betawi membatasi ruang geraknya agar dapat memberi
kebebasan kepada organisasi pendukungnya untuk menjalankan kegiatan mereka
masing-masing. Karena sifat inilah, membuat kegiatan yang dilakukan BAMUS
Betawi lebih banyak acara seremonial. Tugas BAMUS Betawi di sini anatara lain
mendorong, membimbing dan mengarahkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh organisasi di bawahnya. Misalnya Persatuan Wanita Betawi mengadakan
seminar kewanitaan dan Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi mengadakan
diskusi, maka BAMUS bertugas mengarahkan dan mendorong kegiatan
te eb t.rs u
82
Menurut Abdul Sahal, BAMUS Betawi dan organisasi dibawahnyalah
yang paling berkepentingan merealisasikan cita-cita M.H Thamrin dalam
memperbaiki dan memperjuangkan nasib kaum miskin Betawi., sebab jika tidak
BAMUS Betawi hanyalah sebuah organisasi yang lebih seperti mercusuar dan
hanya berkutat dikubangan itu-itu saja. Namun untuk melaksanakan sebuah cita-
cita luhur tersebut tampaknya yang paling signifikan bagi BAMUS Betawi adalah
80 Arsani, Ketua I BAMUS Betawi periode V, wawancara Pribadi, Sekretrariat BAMUS
Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010 81 Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, Hasil-hasil Musyawarah
BesarV Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, (Jakarta: 2008), h. 9 82 Arsani, Ketua I BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS
Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 3 Maret 2010
46
menurunkan tensi elitisnya. Arogansi BAMUS seperti yang tercermin dalam
AD/ART memang mau tak mau mesti dikompromikan. Jika tidak, BAMUS
Betawi tidak lebih seperti seorang majikan yang tidak kenal orang lain selain
pendukungnya. Menurutnya pula masih banyak orang Betawi yang tidak
mengetahui keberadaan BAMUS Betawi karena itulah ia menyarankan agar
BAMUS Betawi dapat menyentuh masyarakat Betawi yang tinggal di pelosok-
pelosok dan di pinggir-pinggir kota. BAMUS Betawi haruslah menjadi organisasi
operasional yang memiliki beberapa cabang, minimal disetiap kotamadya. Ini
tentu saja mesti dilakukan jika BAMUS Betawi ingin mengayomi dan
mengangkat kehidupan masyarakat Betawi demi mewujudkan cita-cita M.H
ha ri
T m n.83
Wakil Sekjen Umum II BAMUS Betawi saat ini, Azis Khafia, berpendapat
bahwa ada beberapa hal yang membuat BAMUS Betawi tidak dapat berubah
menjadi organisasi yang operasional: Petama, masalah penggalangan massa,
karena yang memiliki massa adalah organisasi-organisasi pendukungnya. Tidak
dapat dipungkiri bahwa BAMUS Betawi lahir atas prakarsa sejumlah organisasi
kebetawian, sehingga tanpa organisasi pendukung BAMUS Betawi tidak mungkin
ada. Kedua, masalah dana; Dana adalah elemen penting dalam setiap organisasi
sehingga hidup matinya suatu organisasi tidak terlepas dari dana. Sejak awal
BAMUS Betawi tidak menerapkan iuran tetap kepada anggotanya sehingga cukup
sulit bagi BAMUS Betawi untuk menjalankan program kerja karena minimnya
keuangan di tubuh BAMUS Betawi. Memang ada suntikan dana dari Pemda DKI
sebesar 20 juta pertiga bulan, tetapi dana tersebut tidak mencukupo untuk
83 Abdul Sahal, BAMUS “Betawi dalam……h. 32
47
menjalankan program-program kerja BAMUS Betawi. Dana tersebut hanya cukup
dipergunakan untuk biaya administrasi berupa surat menyurat dan biaya
dalah menggalang hubungan yang lebih baik
da DKI dalam mewujudkan tatanan masyarakat
D. Struktur Organisasi
T BETAWI
DAN KONSULTATIF
. H. Fauzi Bowo nur Provinsi DKI Jakarta)
arta arta
BA . Si
f aelani
er
fotokopi.84
Selain untuk menyatukan masyarakat Betawi dan organisasi kebetawian
serta meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Betawi, tujuan lain
didirikannya BAMUS Betawi a
dengan pemerintah DKI Jakarta.
Posisi BAMUS Betawi di sini adalah sebagai mitra pemerintah DKI dalam
proses pembangunan kota Jakarta terutama dalam menghimpun aspirasi dan
potensi warga asli Jakarta, sekaligus memformulasikan berbagai kegiatan yang
kondusif dengan kegiatan pem
kota yang sehat dan dinamis.
BAMUS Betawi
STRUKTUR PERSONALIA
BADAN MUSYAWARAH MASYARAKA
1. PERSONALIA BADAN-BA
A. DEWAN PEMBINA Ketua : DR. Ing (Guber Anggota : 1. Ketua DPRD Provinsi DKI Jak 2. MUSPIDA Provinsi DKI Jak 4. Drs. H. Taufiq Effendi, M 5. H. Surya Dharma Ali, M 6. DR. H. Hassan Wirajuda 7. Drs. HM. Syah Manaf 8. Letjen TNI (Purn) HM. Sani 9. Mayjen TNI (Purn) Dr. H. Dj 10. DR. Hj. Siti Suryani Tah
84 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi Periode V,
Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No.8 Jakarta Pusat 24 Februari 2010
48
11. DR. Hj. Tuti Alawiyah AS.
13. H. Djan Farid
ayjen TNI (Purn) H. Eddy M. Nalapraya
ab
M. Yusuf , SKM
yi
i man Muhasyim
kur, MBA durrahman MSC
19. Ali Shahab .Sos, Msi
C. EHAT
in Sani H.A. Syarif Mustafa, SE :
si
ak, SPOG Sc
zmi Anwar, S.IP, MM Djaelani
12. DR. KH. Zaenudin MZ 14. KH. Munzir Tamam85 B. DEWAN KEHORMATAN Ketua : M Anggota : 1. Prof. DR. Jasmine Z. Shah 2. Prof. DR. HasbullahThabrani 3. Prof. DR. Agus Suradika 4. Mayjen TNI (Purn) Yudi 5. Brigjen TNI (Purn) Abdul Syuku 6. KH. Achmad Sodri HM 7. Habib Abdurrahman Al Habs 8. Drs. H. Muhayat, Ms 9. Drs. H. Nuk 10. H. Salman Muchtar 11. H. Muhari 12. Drs. H. Suhaibin Sidi 13. HM. Nuri Taher 14. KH. Abdul Rosyid, AS 16. H. Bambang Syu 17. H. Ardan Ab 18. H. Rano Karno 20. H. Rachmad Effendi, S
DEWAN PENAS Ketua : H. Efendi Yusuf, SH Wakil Ketua : H. Huse Anggota 1. Drs. H. Rusdi Saleh 2. Drs. H. Ma’mun Amin 3. KH. Kazruni Ishaq 4. DR. H. Muzaini Ramli 5. KH. Fachrurazi Ishaq 6. DR. H. Silviana Murni, SH, M 7. Hj. Emma Agus Bisrie 8. DR. H. Abdul Rodj 9. Drs. H. Margani Mustar, M 10. H. Toton Bachtiar 11. KH. Drs. Hasbullah Amin 12. Marsma TNI (Purn) A 13. Drs. H. Mahfudz
85Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, Hasil-hasil….. h. 60
49
14. Drs. Agus Thabrani
Muchtar 20. dr. H. Atje Mulyadi61
um Nachrowi Ramli, SE tua Umum
prida, SH SH
i
ARS
akil Bendahara II : Priya Djan Farid, SH n, ST, MM
II. ITE-KOMITE
Firdaus, MSc lah, S.IP
. H. Adi Mansur
. an Kaderisasi ati, S.Sos
F. Hasyim , S.Ag
. H. Budi Chermansyah
15. H. Irwan Safi’ie 16. H. Kamil Shahab 17. DR. Sukandinasir 18. H. Mamat S. Nain 19. Drs. H. Asmuni
21. H. Dzikrullah86
II. PERSONALIA BADAN PENGURUS HARIAN Ketua Um : Mayjen TNI H.Wakil Ke : Drs. H. Amarullah Asbah Ketua I : Drs. H. Arsani Ketua II : H. Agus Asenie, Dipl. Ing Ketua III : Drs. H. Becky Mardani Ketua IV : H. Zamakhsari HM, SH, MH Ketua V : Hj. Ida Wara SuSekretaris Umum : H. Lulung Abraham Lunggana , Wakil Sekum I : Amirullah, ST Wakil Sekum II : Abdul Aziz Khafia, S. Si, M.SWakil Sekum III : Edi Susilo, SE Bendahara Umum : dr. H. Sibroh Malisi, MWakil Bendahara I : H. M. Natsir, Msi WWakil Bendahara III : Henkky L. Dana I PERSONALIA KOMA. Komite Politik 1. H. Agoes Zakaria 2. Syahrul Kumala 3. Drs. H. Ridho Kamaludin 4. Ferdy Dailami 5. Syrif Hidayatul
6. Iwan Solihin 7. M. Yasin AG 8. Ir. Agus Rahman 910 Drs. Suihan Fatoni
B Komite Organisasi d 1. Erwin H. Al Jakart 2. Anwar Sjani, ST 3. Drs. Syaiful Amri 4. Drs. H. Syakur Mustofa 5. Djamaludin
6
86 Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, Hasil-hasil….. h. 62
50
7. Salman B.
C. Komite Peberdayaan Perempuan
.Sos nti
ti adjudin
6. Hj. Djubaeidah
s Oficio)
Saputra Muchtar
7. Vivi Effendi 8. Fifi Firman Muntaco87
H , SH, M.Si
HI . Abdul Latif, Shi
K, MM , S.Psi
i
. Fajri Husein
angan SDM
, S.IP, MM
1. H. Popy Petra Lumbun 2. Thoifah Khoiriah S3. Savitri Dian Damaya4. Hj. Ulfa Himaya5. Kharisma T
7. Hj. Annisa D. Komite Kebudayaan
1. Ketua Umum LKB (ek2. Dori Herlambang, MT3. Drs. HM. Akri Patrio 4. Yahya Andi 5. Drs. H. Yoyo6. Syarif Nuh
E. Komite Hukum dan HAM
1. Rudiyawan, SH 2. Asnawi Mardani, SH 3. H. Suaib Rizal, SH 4. Mohammad Ihsan, S5. Harman Setiawan6. Nurhasanudin, S78. Nurjayadi, Shi
F. Komite Lingkungan Hidup 1. H. M. Bambang D2. Imron Hasbullah3. H. Ali Marzuk4. M. Yusuf, SHI 5. A. Mufti Izie 6. Muslim Ali Sani, SH78. H. Andi M. Soleh
G. Komite Pengemb1. Edwan Hamidy, SH 2. Rahmat HS 3. Syahrul Mubarak
87 Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, Hasil-hasil….., h. 64
51
4. Haekal Sodri, M.Si .Sos
. M. Shofa
i Syamsi, SE f, SE
. Widie Wahyu Ganda Saputra, SE M88
Arsyad
htar
n . H. Zainul Arifin
a E
n, SE
7. Arri Sofyan, SE 8. A. Fadhli, HS89
ja itu diturunkan dalam bentuk praktisnya atau pelaksanaannya oleh
5. Puryanto, S6. Deny Muchtar78. Bima Agung
H. Komite Ekonomi dan Koperasi 1. H. Aliudin 2. Chairul Alam 3. H. Buchor4. Syah Indra Mana5. M. Najib 6. Firman Toekan 78. A. Erawan Sumandar, SE, M
I. Komite Sosial dan Keagamaan 1. M. Ikhwan Ridwan, ST2. Drs. Munir3. H. Munahar Muc4. H. Jaelani 5. dr. H. Shofiudin 6. Drs. H. Yusuf Ama78. dr. Riska Hasanah
J. Komite Pemuda, Pelajar dan Mahasisw1. Anas Ma’ruf, S2. Junaidi, ST 3. Maryadi, S.Pd 4. Subhan Anshori, S.Ag 5. Danail Al Haj, SH6. Hendri Khaerudi
E. Program Kerja BAMUS Betawi
Program BAMUS Betawi diturunkan dalam bentuk komite. Ada 10 komite
program ker
10 komite.
88 Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, Hasil-hasil….., h. 65 89 Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi, Hasil-hasil….., h. 66
52
Sistematika Program Dewan Pimpinan Pusat BAMUS Betawi Jakarta masa
01 ng meliputi:
.
aktis
ekanisme dan manajemen.
up:
cakup:
abarkan lebih
canaan, pengorganisasian, dan target realisasi oleh
Dew
1.
atian serius untuk mewujudkan BAMUS BETAWI
ebagai organisasi yang konsen terhadap persoalan-persoalan masyarakat,
angsa dan negara.90
bakti 2008-2 3 disusun dalam 3 (tiga) bidang program ya
1 Program Konsulidasi, yang mencakup:
a. Reorganisasi struktural dan non struktural
b. Fungsionalisasi lembaga-lembaga t
c. Penyempurnaan m
2. Program Kaderisasi, yang mencak
a. Kader organisasi
b. Kader masyarakat/bangsa
3. Program Pengabdian, yang men
a. Partisipasi pembangunan
b. Pemberdayaan masyarakat
Ketiga (3) bidang program organisasi ini selanjutnya akan dij
lanjut dengan tahapan peren
an Pimpinan Pusat BAMUS BETAWI, masa bakti 2008-2013.
Program Konsolidasi
Dalam rangka memantapkan kelembagaan, mekanisme dan manajemen
organisasi di tingkat Dewan Pimpinan Pusat BAMUS BETAWI Jakarta agar
lebih efektif dalam proses kaderisasi serta untuk mengakomodir berbagai
persoalan yang berkembang dalam masyarakat, maka program konsolidasi
perlu mendapat perh
s
b
90 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Jawa Barat 2010), h. 25
53
a.
Besar bertanggung jawab dan berkewajiban menjabarkan dan
an pelaksanaan reorganisasi struktural dan non
struk
1)
r wilayah di seluruh wilayah teritori budaya
ogor, sebagian Depok, sebagian Tanggerang
2)
netapkan Dewan Kehormatan Betawi (DKB)
ambatnya 1 (satu) bulan
b.
i. Untuk itu, BAMUS BETAWI Jakarta harus segera
lak tis organisasi sebagai
1. k lembaga hukum dan advokasi.
Reorganisasi struktural dan non struktural
Dewan Pimpinan Besar BAMUS BETAWI Jakarta sebagai eksekutif
tertinggi di
mengoperasinalisasik
tural.
Struktural
Membentuk kordinato
Betawi; sebagian B
dan sebagian Bekasi.
Non Struktural
Menyusun dan me
BAMUS BETAWI Jakarta selambat-l
setelah RAKER.91
Fungsionalisasi Lembaga-Lembaga Taktis
Untuk menunjang implementasi program organisasi, perlu didukung
oleh lembaga-lembaga taktis, organisasi sebagai mitra serta kepanjangan
organisas
me ukan pembentukan lembaga-lembaga tak
berikut:
Membentu
91 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Jawa Barat 2010), h. 26
54
2. Menyelenggarakan Rapat Pleno dan rapat-rapat Pengurus secara
periodik.
Menyelenggarakan peringat 3. an hari-hari besar nasional dan Hari
ya.
5.
ruh potensi organisasi di wilayah Jakarta
an anggota
c. Peny
1)
ukan penyempurnaan
ggi,
Besar Keagamaan (Islam) melalui sarasehan, seminar, simposium,
dialog dan lain sebagain
4. Mengupayakan Sekretariat BAMUS untuk membantu tugas-tugas
operasional organisasi.
Mengaktifkan Lembaga Litbang untuk menyusun Data Base
dengan mendata selu
(Pendaftaran anggota secara terus menerus serta pendata
secara terprogram).92
empurnaan Mekanisme dan Manajemen Organisasi
Perangkat Lunak
Dalam upaya mewujudkan organisasi yang profesional serta
mengakar di masyarakat, maka perlu melak
mekanisme dan manajemen organisasi dengan cara
menyelenggarakan program sebagai berikut:
a. Membangun sistem yang formal serta pola kepemimpinan yang
memenuhi standar kualifikasi di setiap tingkatan organisasi dengan
menitikberatkan pada semangat dan disiplin yang tin
berwawasan luas, berkepribadian yang luhur dan tangguh serta
dewasa dalam menjalankan langkah dan kebijakan organisasi.
92 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Cisarua Jawa Barat 2010), h.
26.
55
b. Membangn sistem jaringan komunikasi dan informasi baik
secara vertikal maupun secara horizontal yang memungkinkan
akan dan segenap peraturan orgnisasi dapat
2)
endukung opersional
I yang dapat menjadi
ifitas organisasi.
2.
ental tangguh, bermoral serta berdedikasi tinggi
cintai kemanusiaan, keadilan,
ebenaran dan kejujuran.
seluruh langkah kebij
tersosialisasi dengan cepat, transparan melalui suatu mekanisme
yang efektif dan efesien.
Perangkat Keras
Untuk menunjang profeionalisme kinerja organisasi tersebut, maka
perlu direalisasikan program yang dapat m
organisasi antara lain:
a. Tersedianya Sekterariat BAMUS BETAW
pusat akt
b. Tersedianya komputer/internet.
c. Tersedianya jaringan telepon/faximile.93
Program Kaderisasi
Dalam rangka memenuhi tuntutan dan kebutuhan zaman akibat perubahan
konstelasi sosial politik baik dalam negeri maupun dunia luar, maka
dibutuhkan kader-kader organisasi yang berkualitas sesuai dengan tuntutan
zaman tersebut, sehingga diharapkan organisasi memiliki sumber daya
manusia (kader) yang berkualitas berwawasan luas, baik wawasan kebangsaan
dan wawasan global. Berm
baik untuk organisasi maupun bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara
dengan menjunjung tinggi HAM dan men
k
93 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Cisarua Jawa Barat 2010), h.
27.
56
Untuk itu, maka Badan Pengurus BAMUS BETAWI Jakarta berkewajiban
ng meliputi:
atihan kader wiraswasta
un dan diselenggarakan sesuai dengan klasifikasi
serta
berik
a.
i
isasi dan sikap kepemimpinan yang mandiri
b.
elah memiliki syarat-syarat
dule pelaksanaan program
adernisasi ini akan disusun oleh Badan Pengurus setelah berakhirnya
untuk melaksanakan kaderisasi ya
Pelatihan Kepemimpinan
a. Pelatihan kader masyarakat
b. Pel
Program kaderisasi disus
dimaksudkan untuk menghasilkan output dengan kategori kader sebagai
ut:
Kader Organisasi
Adalah anggota BAMUS BETAWI yang dinyatakan telah memilik
kemampuan berorgan
sehingga memenuhi kriteria untuk disiapkan menjadi manajer atau
pengurus organisasi sesuai dengan klasifikasi dan strata kepengurusan.
Kader Profesioanal
Adalah anggota organisasi yang dinyatakan t
intelektualitas dan profesionalitas sehingga memenuhi kriteria untuk
dipersiapkan menjadi pemimpin/anggota lembaga legislatif , eksekutif
dan lembaga pemerintahan/swasta lainnya.94
Metode dan sistematika, serta materi dan sche
k
94 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Cisarua Jawa Barat 2010), h.
28.
57
RAKER BAMUS BETAWI Jakarta ini melalui Sidang Pleno dan atau Rapat
3.
at, bangsa dan
asi 17 Agustus 1945 sebagaimana
tersur
Untu
dan m
a.
serta proaktif dengan berbagai instansi Pemerinta Daerah baik
en maupun BUMN, BUMD, serta
b.
kesadaran masyarakat untuk terlibat langsung maupun tidak langsung
Pengurus Badan Pengurus BAMUS BETAWI.95
Program Pengabdian
Sebagai organisasi di tingkat Besar di Jakarta, mempunyai kewajiban moral
untuk memberikan kontribusi bagi kaum Betawi, masyarak
negara dalam mewujudkan cita-cita poklam
at dan tersirat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
k itu, Dewan Pimpinan Pusat BAMUS BETAWI Jakarta perlu menyusun
enyelenggarakan program pengabdian yang terdiri dari:
Program Partisipasi Pembangunan
Untuk membantu pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam melaksanakan
Amanat Penderitaan Rakyat yang tertuang dalam GBHN serta Pola
Dasar Pembangunan Daerah DKI Jakarta, maka perlu dilakukan
koordinasi
Departemen maupun Non Departem
LSM yang ada di daerah untuk membuat program kerja sama baik
jangka pendek maupun jangka panjang dengan menetapkan skala
prioritas.
Program Pemberdayaan Rakyat
Orientasi program ini difokuskan pada usaha memberikan motivasi dan
95 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Cisarua Jawa Barat 2010), h.
28.
58
dalam pencapaian pemulihan (recovery) kondisi sosial, ekonomi,
un sosial budaya di DKI Jakarta khususnya di Jakarta.96
an program ini menitikberatkan pada usaha-usaha sebagai berikut:
Mendorong timbulnya jiwa wirausaha untuk mengurangi angka
penganggura
maup
Sasar
1.
n serta kesenjangan ekonomi dalam masyarakat, serta
embangunan nasional.97
Lebara eh karena itu
s a ini ada pada
komite
PROGRAM KOMITE SOS
mendorong kemampuan usaha kecil dan menengah agar mampu
bersaing di pasaran demi terciptanya fundamental ekonomi
kerakyatan.
2. Mendorong dan menumbuhkan kesadaran dan motivasi peranan
wanita (pemberdayaan wanita) peran gender dalam menunjang
akselerasi p
n Betawi merupakan program lintas komite, ol
emu komite terlibat, tetapi lebih khususnya untuk Lebaran Betawi
sosial dan agama.
IAL DAN AGAMA
No PROGRAM LATAR BELAKANG
1 Kegiatan Perayaan Lebaran Betawi Dalam rangka silaturrahim dan
melestarikan budaya Betawi.
2 Audisi ke instansi-instansi
sosial).
Pemerintah atau lembaga lainnya
(terkait program
Dalam rangka mensosialisasikan
program komite sosial dan sinergi
kegiatan (kerjasama) dengan instasi
terkait kegiatan sosial masyarakat
96 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Cisarua Jawa Barat 2010), h.
29. 97 Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi , (Cisarua Jawa Barat 2010), h.
29.
59
3 Pelatihan-pelatihan Life skill
(keterampilan) upaya
Dalam rangka memperdayakan
masyarakat dan
meningkatkan ekonomi masyarakat
maka perlu diberikan pembekalan
keahlian atau keterampilan.
4 Seminar dan diskusi sosial
masyarakat dalam
Upaya membangun mental, pola
pikir dan wacana
kehidupan masyarkat betawi
dengan persaingan yang semakin
kuat di Ibukota
5 Pemberdayaan CSR (Corporate
Social of Responsibility) ama CSR
Pemberdayaan masyarakat dengan
optimalisasi kerjas
instansi/perusahaan yang ada di
Jakarta baik program materil
maupun non materil.
6 Bakti sosial
aan sosial
Tingginya angka penyayandang
masalah kesejahter
(PMKS), kemiskinan dan sebagai
wujud kepedulian Bamus Betawi
terhadap masyarakat.
7 Sosialisasi, koordinasi dan
pendataan masjid sekolah dan
yayasan, wakaf masyarakat betawi
se-DKI betawi dan
Banyaknya jumlah masjid yang
berawal dari wakaf masyarakat,
tokoh betawi dan menjadi sentral
kegiatan masyarakat
60
tidak memiliki sertifikat wakaf
bahkan mesjid yang hilang karena
dijual pihak tertentu.
8. Pengajian/pengkajian rutin
engurus bamus betawi
Pembinaan aqidah, mental dan
spiritual p
sekaligus menjadi forum
mempererat tali silaturahmi antar
pengurus.
9. Kegiatan penanggulangan bencana
yang terkena
Wujud kepedulian Bamus Betawi
kepada masyarakat
musibah (bencana) sekaligus
sosialisasi kiprah Bamus Betawi
kepada masyarakat.
10. Pembentukan Tim Medis/kesehatan
BAMUS Betawi
us
Tingginya kejadian bencana rutin
(banjir, kebakaran, dll) di DKI
khususnya dan di Indonesia
umumnya maka perlu team khus
yang bergerak dibidang
kesehatan/medis dalam
penanggulangan/pasca bencana.
11. Pengadaan alat-alat kesehatan dan
obat-obatan aka perlu
Mempermudah kinerja team
medis/kesehatan m
didukung oleh obat-obatan
peralatan kesehatan.yang memadai
61
dan berkualitas baik.
12. Pengadaan Mobil Ambulans &
Mobil Jenazah.
Mempermudah kerja team
medis/kesehatan maka perlu
didukung kendaraan opersional
siap pakai dalam kondisi apapun.
13. Pengadaan alat-alat
na (perahu
karet, rompi pelampung, dll)
kerja team
penanggulangan benca
Mempermudah
kesehatan dan evakuasi masyarakat
korban banjir di Jakarta yang
sering terjadi.
14. Posko Mudik Lebaran
dik setiap tahun.
Sebagai bagian kepedulian
masyarakat betawi terhadap
masyaratak urban/pendatang yang
pulang mu
Sekaligus sosialisasi keberadaan
Bamus betawi terhadap
masyarakat.
15. Peringatan hari-hari besar Islam
dan syiar Bamus
Upaya peningkatan ibadah,
kepedulaian
betawi yang dikenal indentik
sebagai masyarakat agamis
(religius).
16. Pelatihan SQ
engurus Bamus betawi
sekaligus menjadi forum
Pembinaan mental dan kecerdasan
spiritual p
62
empererat tali silaturahmi antar m
pengurus.
BAB IV
LEBARAN BETAWI : BENTUK KOMUNIKASI ORGANISASI BAMUS
BETAWI DALAM PERAYAAN LEBARAN BETAWI
A. Bentuk Komunikasi Internal BAMUS Betawi
Setelah penulis membahas tentang Lebaran Betawi pada BAMUS
Betawi seperti yang telah disebutkan di atas, selanjutnya penulis akan membahas
tentang bentuk komunikasi organisasi BAMUS Betawi dalam perayaan Lebaran
B wi
sungnya kegiatan Lebaran Betawi.
n gotong
r
terbu
dalam lam perayaan Lebaran Betawi.
dengan Halal Bil Halal. Halal Bil Halal ini sudah menjadi tradisi BAMUS Betawi
yang dilaksanakan dari tahun ke tahun. Halal Bil Halal ini diselenggarakan untuk
internal pengurus BAMUS Betawi dan juga Pemda DKI Jakarta. Kemudian
BAMUS Betawi mengganti Halal Bil Halal menjadi Lebaran Betawi yang
bertujuan untuk menjalin silaturrahmi dan melestarikan budaya Betawi. Karena
eta .
Dalam organisasi ini terdapat bentuk komunikasi yang baik antara
sesama pengurus BAMUS Betawi, Ormas-ormas Betawi, panitia pelaksana dan
masyarakat, serta dengan Pemda DKI Jakarta. Mereka menjalankan peranannya
masing-masing untuk melaksanakan tugas dengan rasa tanggung jawab demi
berlang
Dari data yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa BAMUS Betawi
merupakan organisasi yang mengedepankan semangat kekeluargaan da
oyong, organisasi massa yang bernuansa etnis sehingga pola komunikasi lebih
ka. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan adanya komunikasi di
organisasi BAMUS Betawi da
Lebaran Betawi merupakan ide dasar dari BAMUS Betawi, dahulu dikenal
63
64
orang Betaw
orang Betaw
bertemu.98. D dak hanya dihadiri oleh masyarakat
B
Leba
dijad
program
BAMUS Betawi yang bekerjasama
d
disel akan di Lapangan
B teng,
i sudah banyak yang bermencar-mencar, di Lebaran Betawi inilah
i dapat berjumpa dengan saudaranya yang sudah lama tidak
alam perayaan Lebaran Betawi ti
etawi tetapi dihadiri oleh masyarakat lain yang ikut memeriahkan perayaan
ran Betawi. Bagi BAMUS Betawi, kegiatan Lebaran Betawi ini dapat
ikan momentum untuk mensosialisasikan organisasi, visi, misi dan
nya kepada publik.
Lebran Betawi ini dikelolah oleh
engan Pemda DKI Jakarta. Lebaran Betawi sudah kedua kalinya
enggarakan, Lebaran Betawi pertama kali diselenggar
an Jakarta Pusat, pada tahun 2008. Kemudian yang kedua Lebaran Betawi
diselenggarakan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan, pada tahun
2009.
Amarullah Asbah, mengatakan bahwa ada tiga hal yang harus ada di
dalam diri pengurus dalam mengelolah kegiatan Lebaran Betawi, yaitu:
2. Harus mempunyai niat, untuk mengelolah kegiatan lebaran Betawi
harus mempunyai niat yang ikhlas, sebagaimana Rasullah SAW
bersabda:
}رواه البخاري{نما األعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى إ
aret 2010. 98 Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara
Pribadi, Sekretariattariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No.8 Jakarta Pusat 4 M
65
dia niatkan (HR Imam Bukhori).
a informasi seputar Lebaran Betawi, misalnya dalam
dapat terjadi antar personal
rinsip pembagian tugas untuk
unikasi formal merupakan suatu sistem
dimana
at,
3. Harus mempunyai motivasi101, dalam mengelolah kegiatan lebaran
Betawi harus mempunyai motivasi. Motivasi ini adalah semangat
berjuang untuk mencapai tujuan dari lebaran Betawi. Jadi adanya
kebutuhan, keinginan, ketegangan, ketidaksenangan, dan harapan
termasuk ke dalam motivasi.
4. Kekompakan dalam bekerja, kekompakan sangat penting agar
kegiatan lebaran Betawi berjalan dengan baik.102
BAMUS Betawi melakukan komunikasi internal pada perayaan Lebaran
Betawi dengan penyampaian gagasan diantara para pengurus BAMUS Betawi
yang ada di dalam struktur organisasi tersebut. Biasanya gagasan yang
disampaikan beberap
berkomunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal. Umumnya
komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan
dalam organisasi melalui jalur hirarkhi dengan p
mencapai tujuan yang diharapkan. Kom
para anggotanya bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Secara formal BAMUS Betawi seperti surat-menyurat, rapat-rap
99 Yang dimaksud perbuatan disini adalah amal ibadah yang membutuhkan niat.
101 Motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri 100 Niat adalah keinginan dan kehendak hati.
untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Jadi motivasi bermakna membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu untuk mencapai suatu kepuasan atau suatu tujuan. Abdullah Masmuh, “Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek”,(Malang: Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang,
riat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 26 April 2010
2008) h. 227, Cet 1 . 102 Amarullah Asbah, Wakil Ketua BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi,
Sekreta
66
melalui media lisan secara langsung, sms (short message service), telepon, dan
undangan tertulis di kertas. Selain itu, ada juga komunikasi yang dilakukan secara
forma
aannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan
te informal lebih berhasil, dan peranannya tidak
k ah pe
. Bila
munikasi tersebut di atas, setiap pimpinan harus
dapat me
h
in l.103
Komunikasi informal biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari
adanya persamaan perasaan, kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab.
Komunikasi informal pada pelaksan
mpat, kadang-kadang komunikasi
al nting, karena dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk
kemajuan organisasi. Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena
pertumbuhan dan penyebarannya tidak teratur. Biasanya di BAMUS Betawi
bentuk komunikasi informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan,
seperti: mengadakan pertemuan di BAMUS Betawi, dan ngobrol-ngobrol pada
jam makan siang, pertemuan lainnya. Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal
yang positif, seperti:
a jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan,
dengan terpaksa digunakan komunikasi informal.
b. Dalam suasana konflik dan penuh ketegangan.
c. Sebagai sarana komunikasi.
Dari kedua bentuk ko
nempatkan diri agar tidak timbul perasaan suka atau tidak tidak suka.
Pimpinan harus mencari dan melaksanakan nilai-nilai positif dari
ubungan-hubungan tersebut. Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan terletak
103 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V,
Wawanc No.8 Jakarta Pusat 22 April 2010.
ara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto
67
p a ba
downward communication dan upward
nication merupakan bentuk komunikasi
i penyampaian informasi untuk ketua umum
pengurus atau komunikasi yang disampaikan
ang masing-masing. Dilakukan dengan media
m rapat maupun evaluasi
kegiatan yang sudah direncanakan.
Upward communication merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari
bawah ke atas. Jadi komunikasi yang mengalir dari para komite kepada para
pengurus kepada ketua umum BAMUS Betawi. Biasa berisi tentang masukan atau
kritk mengenai ide-ide baru seputar kegiatan Lebaran Betawi.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang
ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai
atasan yang sama.
ad gaimana pimpinan memadukan nilai positif yang dihasilkan dari
komunikasi formal dan informal.
Adapun bentuk komunikasi internal yang diterapkan dalam organisasi
BAMUS pada kegiatan Lebaran Betawi agar tercipta kekompakkan antara
pengurus BAMUS di dalam organisasi ini ada dua bentuk, yakni komunikasi
vertikal, dan komunikasi horizontal.
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri dari
communication.104 Downward commu
yang terjadi dari atas ke bawah. Jad
organisasi kepada para anggota
pengurus kepada para komite bid
lisan secara langsung seperti yang dilakukan di dala
105
104 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi…….h. 123 105 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi…..h. 123
68
Komunikasi horizontal biasa dilakukan dalam hal penyampaian pesan
dari sesama pengurus kepada pengurus lain, biasa berisi kemajuan dan
perkembangan dari Lebaran Betawi. Komunikasi horizontal yang paling umum
mencakup semua jenis kontak antarpersonal. Bahkan bentuk komunikasi
horizontal tertulis cenderung menjadi lebih lazim. Komunikasi horizontal paling
sering terjadi dalam rapat, interaksi pribadi. Selama waktu istirahat, obrolan di
telepon, memo, catatan, dan sebagainya.106
Fungsi komunikasi horizontal adalah:
a)
B. Bentuk Komunikasi antara BAMUS Betawi dengan Ormas-Ormas
Betawi
Seperti dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa BAMUS Betawi
merupakan organisasi yang berfungsi sebagai wadah untuk berhimpun segenap
potensi Betawi untuk melakukan komunikasi dan bersifat federatif , BAMUS
Betawi juga merupakan induk organisasi kebetawian yang nonoperasional,
dimana yang beroperasi adalah organisasi-organisasi dibawahnya.
Jumlah organisasi kebetawian paska reformasi memang berkembang
dratis hingga lebih seratus, dengan berbagai macam ragam dan karakter
Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
107
106 Media Kita, “Komunikasi dalam Organisasi”, http://www.batan.go.id. Diakses pada
13 Mei 2010. 107 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi, Wawancara
ribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 21 April 2010. P
69
terbentuknya Ormas Betawi tersebut; ada yang hanya berkumpul berdasar
kampung, pag
kan secara kualitatif juga meningkat, karena banyak SDM-SDM
sudah mulai eksis yang bergerak dibidang
yayasan, sosia
0 Bentuk
komunikasi ini
uyuban kekeluargaan, berdasar hobi berkesenian dan lain-lain.108
Azis Khafia, Sekjen Umum BAMUS Betawi periode V mengatakan secara
kuantitatif ormas semakin meningkat. Sejak beridirnya BAMUS Betawi 1982 ada
16 ormas, sampai sekarang hasil MUBES tahun 2007 meningkat menjadi 114
ormas. Sedang
Betawi dalam berbagai macam budaya
l dan profesi.109
Dalam berkomunikasi dengan ormas-ormas kebetawian, khususnya
tentang kegiatan Lebaran Betawi, BAMUS Betawi menggunakan bentuk
komunikasi diagonal yaitu komunikasi silang melintasi fungsi dan tingkat dalam
organisasi. Hal ini penting dalam situasi dimana anggota tidak dapat
berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah ataupun horizontal.11
sering disebut juga komunikasi silang. Dalam arti berlangsung dari
pengurus BAMUS Betawi kepada ormas-ormas kebetawian dalam posisi yang
berbeda.111
Berdasarkan pengertian komunikasi diagonal di atas maka BAMUS
Betawi dan Ormas Betawi pun sudah sangat jelas bahwa pola komunikasi
diagonal sering digunakan dalam melaksanakan kegiatan Lebaran Betawi.
Dimensi komunikasi diagonal dalam organisasi dapat diklafikasikan
menjadi dua jenis, yaitu:
108 Azis Khafia, Dari Betawi……, h. 39 109 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi, Wawancara
Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 21 April 2010. 110 FX Suwarto, Prilaku………., h. 167
70
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal yaitu percakapan sosial, interorganisasi
dan wawanca
pendapatnya
melalui media lisan maupun tulisan di kertas kertas ataupun papan tulis.
den mas kebetawian dapat dilihat yang pertama ketika ormas
arena dari anggota ormas adalah pengurus BAMUS
Betawi. Kemudian perwakilan ormas yang menjadi pengurus BAMUS Betawi
ra anggota organisasi, tidak mengenal jabatan seperti ketua
FORKABI kepada ketua umum BAMUS Betawi ataupun para anggota BAMUS
Betawi kepada anggota ormas namun dalam komunikasi yang lebih intim secara
tatap muka.112
2. Komunikasi kelompok kecil
Komunikasi kelompok kecil ialah protes komunikasi yang
biasanya sering terjadi ketika rapat kegiatan Lebaran Betawi. Para anggota dari
bidang masing-masing membuat suatu kelompok kecil yang terdiri dari tiga atau
empat orang yang dipimpin oleh ketua bidang masing-masing, dimana anggota-
anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya mengemukakan
Bentuk komunikasi diagonal di dalam komunikasi pengurus
gan ormas-or
mengadakan kegiatan, seperti BAMUS Betawi diundang ataupun BAMUS Betawi
mengadakan kegiatan, ormas diundang. Kemudian yang kedua, dengan bentuk
penyampaian informasi-informasi kegiatan, aktivitas BAMUS Betawi dengan
melibatkan ormas-ormas. Misalnya, ketika BAMUS Betawi ingin rapat lebaran
Betawi yang pertama dilakukan adalah ormas diundang untuk perwakilan dari
ormas masing-masing. K
112 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu….., h. 33
71
m yampaikan kepada anggotanya, bahwa BAMUS Betawi akan mengadakan
Lebaran Betawi.113
BAMUS Betawi juga menggunakan surat atau undangan dan juga
telepon. Setiap ormas mendapat undangan atau saling berhubungan menggunakan
telepon saat akan mengadakan kegiatan Lebaran Betaw
en
i. Dengan undangan,
acara kegiatan Lebaran Betawi sebagaimana isi
Dalam komunikasi yang berlangsung biasa berisi tentang
etawi. Ormas-ormas kebetawian juga terlibat langsung
salah satu dari ormas
nyi dan ormas FORKABI, FBR (From Betawi
karta) menjadi keamanan dan mengatur
has baju adat Betawi114.
gan panitia pelaksana dan
Lebaran Betawi terlebih dulu BAMUS
itia pelaksana Lebaran Betawi adalah
ng bergabung dengan Pemda DKI Jakarta
adakan rapat
tentang Lebaran Betawi..
seluruh ormas Betawi menghadiri
undangan tersebut.
seputar kegiatan Lebaran B
untuk mensukseskan kegiatan Lebaran Betawi. Misalnya
membuka stand, mengisi acara nya
Rempug), IWARDA (Ikatan Warga Ja
area parkir dan lengkap dengan dandanan k
C. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi den
masyarakat
Sebelum mengadakan kegiatan
Betawi membentuk kepanitiaan. Pan
pengurus BAMUS Betawi sendiri ya
yang dipilih secara musyawarah internal. Panitia pelaksana meng
kegiatan Lebaran Betawi di lokasi yang berbeda-beda. Dalam rapat ini membahas
113 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V,
awancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 22 April 010
114 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 22 April 2010.
W2
72
Lebaran Betawi dirancang dan dikemas dalam bentuk pesta taman yang
, seni budaya ekonomi, politik, sejarah, ilmu pengetahuan dan
jikan dengan kombinasi kegiatan yang bersifat formal-
yang dimeriahkan dengan aneka hiburan,
, atraksi dan pameran yang terdiri dari:
ari:
ad SAW (Rawi)
KI Jakarta
e (Alm)
, SH, MM (Walikota Jakarta Selatan)
okoh perintis/pendiri BAMUS Betawi (khusus bagi yang sudah
bernuansa religius
keorganisasian yang disa
seremonial dengan informasi familiar
peragaan pergelaran
A. Pendahuluan yang terdiri d
1. Gema Takbir
2. Pembukaan Beduk
3. Pembacaan riwayat Nabi Muhamm
B. Acara Pembukaan terdiri dari:
1. Pembacaan ayat suci al-Qur’an
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Sambutan Ketua Umum BAMUS Betawi
4. Sambutan Gubernur Provinsi D
5. Pembacaan doa
6. Pemberian penghargaan kepada
a. KH. Abdullah Safi’i
b. KH. Ali Al Hamidi (Alm)
c. H. Syahrul Effendi
d. Para t
meninggal)
e. Penyerahan sumbangan mobil ambulan dari bapak Harianto Badjuri
73
C. Bersalam-salaman untuk saling memaafkan antar dan inter peserta dengan:
1. Gubernur
2. akil Gubernur W
3. K a U
4. P
5. A
6. P
7. T
8. T
D. Peres
1. B
2. P
3. P
4. P
5. H
E. Acara
L
2. S u
3. P
4. H
adalah k
masyarak
etu mum BAMUS Betawi
ara Ulama
nggota MUSPIDA
ara anggota DPR RI, DPD RI dan DPRD Prov DKI Jakarta
okoh-tokoh masyarakat Betawi
okoh-tokoh masyarakat lainnya.
mian bazaar, pameran dan peragaan serta hiburan seperti:
azar makanan, minuman, cenderamata dan pakaian Betawi
ameran foto, lukisan, geplak raksasa dan rumah Betawi
eragaan busana dan pembuatan makanan khas Betawi
enjualan buku-buku Betawi
iburan berupa musik, tarian dan atraksi khas Betawi
Penutupan, dengan susunan:
1. aporan Ketua Panitia
amb tan Ketua Umum BAMUS Betawi
enarikan Door Prize
iburan.
Bentuk komunikasi yang dipakai panitia pelaksana dengan masyarakat
omunikasi eksternal yaitu komunikasi antara panitia pelaksana dengan
at. Komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur secara timbal balik yakni
74
komunik
panitia p
a)
AMUS Betawi akan
m
at. Panitia pelaksana juga menggunakan komunikasi media yakni
komunikasi yang menggunakan media. Adapun bentuk komunikasi
besar minat masyarakat dalam kegiatan Lebaran Betawi, karena banyak
asi dari panitia pelaksana kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada
elaksana.
Komunikasi dari panitia pelaksana kepada masyarakat
Komunikasi dari panitia pelaksana kepada masyarakat pada
umumnya bersifat informatif. Penyampaian informasi-informasi berisi
tentang pemberitahuan kepada masyarakat bahwa B
engadakan kegiatan Lebaran Betawi. Dalam hal ini panitia bekerja
keras dan menjalin kekompakkan antar sesama panitia yang lain agar
informasi mereka dapat diterima oleh masyarakat. Setiap panitia
mempunyai tugas pokok masing-masing yang telah ditentukan dalam
rap
media ini dilakukan dengan menggunaka media, antara lain media cetak
seperti koran nasional maupun koran lokal dan media elektronik seperti
televisi JAK TV. Dan juga menggunakan pamflet, poster, dan spanduk
yang dipasang di seluruh Jakarta.115
b) Komunikasi dari masyarakat kepada panitia pelaksana
Komunikasi dari masyarakat kepada panitia pelaksana merupakan
umpan balik sebagai efek dari penyampaian informasi yang dilakukan
oleh panitia pelaksana. Jika masyarakat sangat antusias untuk
menghadiri acara tersebut maka undangan yang disampaikan memiliki
efek yang positif dan dapat diterima oleh masyarakat. Hasilnya cukup
115 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V,
Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 22 April 2010.
75
masyarakat yang hadir dan menikmati selama acara Lebaran Betawi
berlangsung. Masyarakat yang hadir karena rasa solidaritas kebetawian,
kekeluargaan, dan haus dengan hiburan. Ribuan warga berbaur tanpa
batas dengan para pejabat baik tingkat daerah maupun nasional dengan
memadati setiap stand yang diprakarsai oleh lima kota Administrasi dan
satu Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.116
Salah satu tolak keberhasilan dari kegiatan Lebaran Betawi ini adalah
b yakny
ra Pemda dengan BAMUS Betawi yaitu di
L aran
MUS Betawi dan Pemda
D I Jaka empunyai nuansa budaya yang bisa
juga m tan Lebaran Betawi
pun Pemda DKI Jakarta memang tidak tinggal diam, karena dari BAMUS Betawi
an a yang hadir dari kalangan masyarakat Betawi sendiri. Pertama, jumlah
kehadiran yang datang, kedua dari ramainya penyelenggaraan antusias dari
masyarakat baik yang datang maupun yang dagang dan yang ketiga kehadiran
pejabat.117
D. Bentuk Komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta
BAMUS Betawi adalah kapasitasnya mitra dengan Pemda DKI Jakarta.
Salah satu implementasi kemitraan anta
eb Betawi ini. Hubungan BAMUS Betawi dengan Pemda sangat baik dan
harmonis. Apalagi Fauzi Bowo yang menjadi gubernur DKI Jakarta adalah ketua
pembina BAMUS Betawi. Oleh karena itu, antara BA
K rta itu terjalin suatu sinergi yang m
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, bukan hanya masyarakat Betawi tetapi
asyarakat umumnya yang ada di Jakarta. Dalam kegia
riat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010.
116 Media FUHAB, “LEBARAN BETAWI (Ajang Silaturahmi Pejabat dengan Masyarakat)”, Edisi IV/Oktober/2009.
117 Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekreta
76
membuat penawaran strategi pelaksanaan yang sedemikian rupa di antara lima
alikota dan Bupati Kepulauan Seribu, dukungan dari Pemda DKI Jakarta itu di w
dorong untuk berlomba-lomba membuat kesan yang baik dari masing-masing kota
rintah daerah
d aan Lebaran Betawi bersama BAMUS
Betawi.11
si dan diperbaiki konsep dan penyelenggaraannya
uk me
a)
madyanya. Jadi, BAMUS Betawi hidup berkesinambungan peme
yang mempunyai tanggungjawab administrasi dari jalannya roda pemerintahan
an ini tetap menyatu dalam pelaksan
8
Bagi Pemda DKI Jakarta, kegiatan Lebaran Betawi ini dapat dijadikan
model kemitraan antara pemerintah dan masyarakat serta ajang untuk
menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mensukseskan
visi, misi dan programnya. Bagi BAMUS Betawi dan Pemda DKI Jakarta,
kegiatan ini dapat dijadikan model kegiatan spesifik dan orisinal atau khas Jakarta
yang diselenggarakan secara bersama setiap paska bulan Ramadhan (bulan
Syawwal), setelah dievalua
unt ncapai hasil yang optimal.119
Bentuk komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta adalah
komunikasi vertikal upward comunication yaitu komunikasi yang mengalir dari
pengurus BAMUS Betawi kepada Pemda DKI Jakarta.
Fungsi komunikasi vertikal adalah:
Penyampaian informai tentang kegiatan Lebaran Betawi ataupun tugas
yang akan dilaksanakan kepada Pemda DKI Jakarta
118 Amarullah Asbah, Wakil Ketua Umum BAMUS Betawi periode V, Wawancara
Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 4 Maret 2010. 119 Rancangan Konsep Kerangka Acuan/Proposal Kegiatan Lebaran Betawi BAMUS
Betawi 2010.
77
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan kegiatan Lebaran
Betawi ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh BAMUS
Betawi
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari BAMUS Betawi
d) Penyampaian keluhan dari BAMUS Betawi tentang dirinya sendiri
maupun kegiatannya.
Lebaran Betawi adalah ide dasar BAMUS Betawi yang dikomunikasikan
kepada Pemda DKI Jakarta. Tangggapan dari Pemda sangat baik dan menyatakan
persertujuan dengan kegiatan tersebut. Kemudian Pemda DKI Jakarta langsung
mengadakan rapat dengan Pemkot dan Pemkab untuk membahas ide BAMUS
tuk Lebaran Betawi yang ke tiga, empat dan seterusnya.. Dalam rapat ini
embent
Betawi. Setelah rapat dengan Pemkot dan Pemkab, Pemda DKI Jakarta
mengkomunikasikan kembali hasil rapat kepada BAMUS Betawi. Baru setelah itu
antara BAMUS Betawi dan Pemda DKI Jakarta mengadakan rapat sekaligus
membentuk kepanitiaan.120
BAMUS Betawi mengadakan rapat yang pertama yaitu rapat
pleno121yang memutuskan tempat penyelenggaraan Lebaran Betawi berpindah-
pindah un
m uk panitia, setelah panitia terbentuk, panitia internal BAMUS Betawi
mengkomunikasikannya ke Pemprov DKI Jakarta.
Utusan Pemda yang ikut dalam rapat pertama dari tingkat propinsi
dimulai dari Sekda, dan para lima walikota serta Bupati Kepulauan Seribu.
Intensitas pertemuan yang dilakukan oleh pengurus BAMUS Betawi dan Pemda
120 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V,
Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 22 April 2010.
adan Musyawarah Masyarakat Betawi 2008, h. 41 121 Rapat pleno adalah rapat tertinggi setelah Mubes dan Raker dalam organisasi. Dewan
Pengurus B
78
DKI Jakarta memang terjadi setiap seminggu sekali ataupun dua kali pada saat
bulan Ramadhan sekaligus buka puasa bersama dan sholat tarawih berjamaah.
Dimana pertemuan tersebut berupa rapat mingguan yang bertujuan untuk
mengadakan penilaian kembali atas kegiatan Lebaran Betawi yang dalam proses
guna mengadakan perbaikan apabila diperlukan. Rapat ini membahas tentang
masalah-masalah seputar kegiatan Lebaran Betawi. Pertemuan yang dilakukan
tersebut hanyalah bersifat komunikasi kelompok semata, karena pertemuan yang
mereka lakukan adalah hanya untuk membahas yang berkisar tentang kegiatan
Lebaran Betawi, yaitu seperi dimanakah lokasi dan waktu kegiatan tersebut serta
apa saja yang akan ditampilkan oleh masing-masing walikota.122
Komunikasi antara pengurus dengan Pemda DKI Jakarta memang
terjalin saat rapat, ini bertujuan untuk lebih saling mengenal satu sama lain,
sehingga dapat lebih leluasa dalam mengadakan rapat berikutnya. Dalam rapat ini
juga terjalin keefektifitasan yang ada di dalam komunikasi vertikal dimana saling
terbuka dan saling menerima masukan dari anggota yang lain, lalu anggota yang
lain menyatakan persetujuan dan ketidak setujuan tentang hasil dari masukan
tersebut.
Untuk lebih teknisnya masing-masing walikota dan Bupati Kepulauan
Seribu memberikan apresiasinya, semua SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah)
itu terlibat di Lebaran Betawi. Misalnya Dinas Kebudayaan terlibat untuk
menampilkan segi hiburan, Dinas Pertamanan menampilkan berbagai jenis
tumbuhan dan tanaman, Dinas Perumahan Umum menampilkan arsitek rumah dan
akses jalan. Jadi semua potensi pemerintah daerah otomatis terlibat dalam
122 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V, Wawancara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 22 April 2010.
79
kegiatan Lebaran Betawi. Se sing-masing wilayah walikota
performancenya menampilkan be Oleh karena itu setiap walikota
t koordinasi sendiri dengan apa yang khas dari daerahnya.
Mi n
tiap ma
rbeda-beda.
mengadakan rapa
sal ya Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu menampilkan gambang kromong,
Jakarta Utara menampilkan kesenian khas Keroncong Tugu dan kesan wisata
bahari, Jakarta Selatan menampilkan Orkes Gambus, Jakarta Pusat menampilkan
Orkes Melayu, dan Jakarta Timur menampilkan Lenong. Masing-masing wilayah
menampilkan budaya, mulai dari kesenian, makanan, busana, rumah adat dan
kebudayaan lain.123
123 Azis Khafia, Wakil Sekretaris Jenderal Umum II BAMUS Betawi periode V,
Wawacara Pribadi, Sekretariat BAMUS Betawi Jl. Suryopronoto No. 8 Jakarta Pusat 22 April 2010.
BAB V
PENUTUP
A. Ke
litik
yang d
Selain komunikasi vertikal, bentuk
komunikasi yang digunakan ialah komunikasi horizontal, dimana informasinya
komite kepada para pengurus. Biasanya berisi tentang masukan
dan kri
akan mengadakan kegiatan Lebaran Betawi. Dari perwakilan
simpulan
Lebaran Betawi adalah tradisi budaya Betawi usai lebaran dengan
melakukan hantaran dan antaran. Hantaran dan antaran adalah sebuah tradisi
memberikan hadiah dari yang lebih muda kepada yang lebih tua. Hantaran itu
isinya segala macam makanan khas Betawi. Lebaran Betawi dirancang dalam
bentuk pesta taman yang benuansa religius, budaya Betawi, ekonomi dan po
isajikan dengan kombinasi susunan acara yang bersifat formal-seremonial
dengan informasi familiar dan dimeriahkan dengan aneka atraksi hiburan dan
penghargaan.
Bentuk komunikasi internal BAMUS Betawi adalah menggunakan
komunikasi vertikal, dimana ketua umum BAMUS Betawi menyampaikan idenya
dengan para pengurus. Penyampaian informasi ini diterapkan secara formal dan
informal. Dilakukan dengan media lisan.
mengalir dari para
tikan mengenai perkembangan kegiatan Lebaran Betawi.
Bentuk komunikasi BAMUS Betawi dengan ormas-ormas Betawi adalah
menggunakan komunikasi diagonal dapat dilihat ketika ormas-ormas Betawi
mengadakan kegiatan, maka BAMUS Betawi diundang dan sebaliknya. Dari
kegiatan tersebut BAMUS Betawi dapat menyampaikan informasi bahwa
BAMUS Betawi
80
81
ormas-
n masyarakat. Komunikasi eksternal ini terdiri dari dua
jalu secara timbal balik yakni komunikasi dari panitia pelaksana kepada
masyarakat dan sebaliknya. Panitian pelaksana juga menggunakan komunikasi
media cetak dan elektronik serta menggunakan pamflet, poster, dan spanduk.
Bentuk komunikasi BAMUS Betawi dengan Pemda DKI Jakarta yaitu
menggunakan komunikasi vertikal downward communication, dimana ide dasar
BAMUS Betawi itu dikomunikasikan kepada Pemda DKI Jakarta, kemudian ide
BAMUS Betawi itu diterima Pemda. Pemda mengadakan rapat dengan Pemkot
dan Pemkab. Hasil rapat tersebut kemudian disampaikan kepada BAMUS Betawi.
setelah itu antara Pemda DKI Jakarta dengan BAMUS Betawi mengadakan rapat
yang membahas tentang kegiatan tersebut.
B. Saran-Saran
Untuk BAMUS Betawi dalam mencapai kesan baik dalam Lebaran Betawi
berikutnya, setidaknya BAMUS Betawi sudah mempunyai program anggaran
pembiayaan yang tepat, karena pembiayaan ini mempunyai aspek dan dimensi
yang luas terhadap perencanaan pelaksana. BAMUS Betawi harus melibatkan
praktisi-praktisi dikalangan Betawi yang mempunyai wawasan pada saat kegiatan
Lebaran Betawi.
ormas Betawi diundang untuk menghadiri rapat membahas kegiatan
tersebut.
Bentuk komunikasi BAMUS Betawi dengan panitia pelaksana dan
masyarakat adalah menggunakan komunikasi eksternal yaitu komunikasi antara
panitia pelaksana denga
r
82
BAMUS Betawi harus mempunyai Website untuk mempermudah
komunikasi dengan masyarakat. Dengan hasil dan manfaat yang dicapai, maka
pada saatnya diharapkan terciptanya sinerji yang strategis antara BAMUS Betawi
dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta guna mewujudkan Jakarta yang nyaman dan
sejahtera untuk semua.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Khafia. Dari Betawi untuk Indonesia, Jakarta: Forum Bersama Untuk Satu, 2009.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Effendy, Onong Uchyana. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000.
Fairchild (ed), Henry Parrtt. Dictionary of Sociology. Paterson, New Jersey: Littlefield Adams & Co, 1962.
Gunadi, YS. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: Grasindo, 1998.
Katz, Daniel dan Khan, Robert L. The Social Psychology of Organization. New York: Wiley, 1996.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta.Ragam Budaya Betawi Propinsi DKI Jakarta. Jakarta, 2002.
Koenjaraningrat. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1987.
Masmuh, Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang, 2008.
Moore, H. Frazier. Hubungan Masyarakat. Prinsip, Kasus dan Masalah. Bandung: ROSDA, 1987.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Prisgunanto, Ilham. Praktik Ilmu Komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari. Jakarta Selatan: Teraju, 2004.
Probonegoro, Ninuk Kleden. Teater Lenong Betawi Studi Perbandingan Diakronik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996.
Rosyidi, T.A. Latief . Dasar-Dasar Rhetorika Komunikasi dan Informasi. Medan: 1985.
Saidi, Ridwan. Warisan Budaya Betawi. Jakarta: LSIP & Pemda dan DKI Jakarta, 2000.
Siagan, Sondang P. Peranan Taf dan Management. Jakarta: Gunung Agung, 1976.
Suminar, Yenny Ratna, dkk. Komunikasi Organisasional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004.
Susanto, Phil. Astrid S. Filsafat Komunikasi. Bandung: Binacipta, 1992.
Suwarto, FX Drs, MS. Prilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atmajaya, 1999.
Thoha, Miftah. Prilaku Organisasi. Jakarta: Bina Aksara, 1987. ------ ------ ------ Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung, 1985.
MEDIA
Berita Jakarta Com, dikutip 16 Oktober 2009 Dewan Pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi. Hasil-hasil
Musyawarah Besar V Badan Musyawarah Masyarakat Betawi. Jakarta: 2008. JJ. Rizal, “Menemukan makna Tradisi Lebaran”, dalam Majalah Jendela
Betawi, Edisi I Lebaran. Media FUHAB, LEBARAN BETAWI (Ajang Silaturrahmi Pejabat
dengan Masyarakat). Edisi IV/Oktober/2009. POSKOTA. Tahun Depan, Lebaran Betawi di Jakarta. Rancangan Konsep Kerangka Acuan/ Proposal Kegiatan Lebaran Betawi.
Jakarta, 2010. Rapat Kerja III Badan Musyawarah Masyarakat Betawi . Jawa Barat 2010.
INTERNET facebook Forum Betawi Rempug (FBR) SEJABODETABEK.
www.kampungbetawi.com www.kompas.com www.mediaindonesia.com.
www.netSains.com.
www.okezone.com. www.id.wikipedia.org
SURAT KETERANGAN
Dengan ini Pimpinan BAMUS Betawi menyatakan bahwa Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah yang beridentitas:
Nama : Nur Azizah
NIM : 106051001857
Semester : VIII (delapan)
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Telah mengadakan penelitian dan wawancara di BAMUS Betawi Jakarta Pusat.
Jakarta, 26 Mei 2010
BADAN MUSYAWARAH MASYARAKAT BETAWI
WAKIL KETUA UMUM WAKIL SEKRETARIS JENDERAL
H. Amarullah Asbah
Abdul Azis Khafia, S. Si, M. Si
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Juni 2010
Nur Azizah
RANCANGAN PROGRAM KOMITE TAHUN 2010
PROGRAM KOMITE POLITIK
1. Mendorong kader Bamus Betawi yang ikut seleksi menjadi anggota
KPUD diseluruh kotamadya dan Kabupaten Kepulauan Seribu.
2. Membuat laboratorium data tentang politik
3. Silaturrahmi kader Bamus Betawi yang ada diseluruh partai politik peserta
Pemilu.
4. Membentuk Forum Anggota Legislatif dan Eksekutif.
5. Menyelenggarakan diskusi Daerah Pemilihan Dapil dalam Pemilu 2009.
6. Orientasi Calon Legislatif.
7. Bekerjasama dengan KPUD menyelenggarakan sosialisasi Pemilu 2009.
8. Silaturrahmi orang-orang Betawi yang menjadi caleg pada Pemilu 2009.
9. Memberikan informasi data hasil Pemilu 2004 kepada kader politik yang
memerlukan.
PROGRAM KOMITE PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
No PROGRAM LATAR BELAKANG
1 Audiens ke
instansi-instansi
Pemerintah
(KOMNAS
Perenpuan,
Kementrian
Pemberdayaan
Perempuan,
DIKMENTI dll)
Dalam rangka mensosialisasikan program komite
sosialdan sinergi kegiatan (kerjasama) dengan
instansi terkait kegiatan pemberdayaan perempuan.
2 Diskusi
keperempuan
Upaya meningkatkan pola pikir dan wacana
perempuan-perempuan Betawi terhadap peran serta
dan dinamika perempuan terhadap isu-isu global atau
kekinian.
3 Penyuluhan KB
(Keluarga
Berencana)
Upaya meningkatkan kesejahteraan, dan upaya
menciptakan keluarga yang berkualitas serta
bertanggung jawab sekaligus ikut mensukseskan
kegiatan pemerintah dalam menanggulangi populasi
penduduk.
4 Seminar
Keluarga,
Kesehatan
Meningkatkan kesejahteraan, dan upaya menciptakan
keluarga yang berkualitas dan bertanggung jawab
terhadap pentingnya kesehatan bagi masyarakat.
5 Pelatihan Life
Skill
(Keterampilan)
Dalam rangka memberdayakan masyarakat dan
khususnya perempuan Betawi dan upaya
meningkatkan ekonomi maka perlu diberikan
pembekalan keahlian atau keterampilan.
6 Seminar tentang
gender Betawi
Upaya meningkatkan pola pikir dan wacana
perempuan-perempuan Betawi terhadap peran serta
dan pentingnya makna gender dan dinamika
perempuan Betawi.
7 Kursus-kursus
yang disesuaikan
gender (tata rias,
cenderamata
Betawi, kuliner,
dll)
Memberdayakan perempuan Betawi dan upaya
meningkatkan ekonomi, maka perlu diberikan
pembekalan keahlian atau keterampilan yang
berkaitan dengan budaya Betawi.
8 Kunjungan ke
Lapas Perempuan
dan BAKSOS
Sebagai bagian kepedulian perempuan Betawi
(Bamus Betawi) terhadap masyarakat marginal di
lapas atau rumah tahanan khusus bagi perempuan
sekaligus sosialisasi keberadaan Bamus Betawi
terhadap masyarakat.
9 English Course,
Korea, Arab dan
Cina
Tingginga persaingan global di masa mendatang
maka perempuan Betawi berdayakan diberikan
pembekalan keahlian penguasaan bahasa.
PROGRAM KOMITE KEBUDAYAAN, BAMUS BETAWI
A. JANGKA PENDEK
No. PROGRAM LATAR BELAKANG BENTUK
KEGIATAN
1. Sosialisasi
Kepatutan
Busana Betawi
Pada umumnya msyarakat Betawi,
khususnya pengurus organisasi
Betawi masih kurang memahami
penggunaan busana sesuai kepatutan.
Wokrshop/dis
kusi
mengundang
para pakar
busana
Betawi.
2. Sosialisasi dan
Implementasi
Batik Betawi
- Mendukung upaya produksi batik
Betawi yang dilakukan oleh pemda.
- Mensosialisasikan batik Betawi
kepada masyarakat.
Wokrshop/Di
skusi dan
pameran.
3. Formalisasi Seni
Budaya Betawi
pada lingkup
pemda/pengusaha
swasta/Pemerinta
h
Pusat/Internasion
al
Pemerintah DKI Jakarta, kalangan
pengusaha swasta, pemerintah pusat
dan kalangan internasional yang
berdomisili di Jakarta, sampai saat
ini belum memahami keberadaan
kebudayaan lokal Betawi.
Silaturrahim.
Rekomendasi,
Pameran,
Pergelaran,
dll.
4. Pelatihan
Presenter Betawi
Adanya kebutuhan presenter
berdialek Betawi oleh berbagai
kalangan baik media maupun event
organizing.
Pelatihan
klasikal
5. Nenamu Budaya Budaya Betawi identik dengan
budaya Melayu, sepatutnya diadakan
kunjungan silaturrahim dalam upaya
pembakuan budaya Melayu
Muhibah
Budaya ke
ASEAN dan
workshop.
B. JANGKA MENENGAH/PANJANG
No. PROGRAM LATAR
BELAKANG
BENTUK
KEGIATAN
MAKSUD/
TUJUAN
1. Menata
konsep
keetnikan
(Betawi)
Masih
berkembang
pendapat atau
konsep yang
diketahui dan
digunakan oleh
masyarakat
tentang asal
muasal etnik
Betawi, sehingga
timbul persepsi
dan stereotip yang
tidak baik
terhadap Betawi.
1. Penelitian
2. Seminar
3. Penulisan/
Penerbitan
4.
Pesosialisasian
Agar
masyarakat
Nusantara
memahami
sejarah dan sal
muasal Betawi,
sehingga tidak
muncul lagi
polemik
kebetawian
yang konyol
dan tak
mendasar.
2. Mendudukan
Seniman
Budayawan
Betawi pada
Yayasan
Kesenian
Jakarta,
Gedung
Kesenian
Jakarta, dll
1. Selama ini
seniman
/budayawan
Betawi tidak
pernah dipercaya
duduk pada
dewan dimaksud.
2. Kepengurusan
DKJ sudah akan
berakhir pada
tahun 2009.
Usulan dan
rekomendasi
kepada Pemda
DKI Jakarta
Mendudukan
seniman dan
budayawan
Betawi pada
posisi yang
benar sehingga
dapat mewarnai
perkembangan
kesenian
metropolitan.
3. Mulok
SD/SLTP/
SMU
Hingga saat ini
kurikulum
muatan lokal di
sekolah masih
1. Penyiapan
materi seminar,
penyusunan
materi
Memperkuat
pijakan warna
dan budaya
Betawi pada
belum fokus,
belum tepat, tidak
sinerjis dan tidak
berintegrasi
dengan baik.
kurikulum, dll.
2.
Rekommendasi
wajib.
lembaga
pendidikan
formal guna
menciptakan
generasi muda
yang
memahami
kebudayaan
Betawi.
4. Lokakarya
budaya dan
bahasa Betawi
Lokakarya
budaya Betawi
pernah
diselenggarakan
sekitar 30 tahun
yang lalu.
Lokakarya itu
telah
meneloporkan
beberapa konsep
yang significant
bagi
perkembangan
kebudayaan
Betawi.
Lokakarya Berusaha
mempertegas
konsep
kebudayaan
Betawi seiring
dengan
kemajuan dunia
internasional.
Kegiatan ini
diharapkan
berdampak
mewarnai
berbagai
kebijakan yang
akan diambil
oleh regulator
baik ditingkat
provinsi
maupun
nasional.
5. Lokakarya,
Sayembara
dan Pameran
Kurangnya
kesadaran dan
pemahaman
Lokakarya,
Sayembara dan
Pameran.
Eksplorasi
Arsitektur
Betawi dalam
Arsitektur
Betawi
masyarakat
Betawi,
masyarakat
umum, dan
pemprop DKI
Jakarta tentang
Arsitektur Betawi
menyebabkan
kebudayaan
Betawi dalam
konteks ini
menjadi sangat
minim eksistensi
baik secara
kajian, penelitian
maupun
penerapan.
rangka
memperkuat
eksistensi
kebudayaan
Betawi dan
memperkaya
khazanah
kebudayaan
Nasional,
sekaligus
memberikan
kesadaran dan
pemahaman
kepada
pemerintah dan
masyarakat
umum
khususnya
Betawi tentang
Arsitektur
Betawi, beserta
penerapannya.
6. Kerjasama
dengan
lembaga
kebetawian di
perguruan
tinggi
Universitas negeri
dan swasta
seringkali
membentuk
lembaga atau
badan
kebetawian,
namun jarang
sekali Bamus
berperan aktif
Silaturrahim Agar lembaga
yang ada di
universitas lebih
matang dan
mampu
menelorkan
konsep dan
pemikiran
sesuai dengan
harapan
pada lembaga itu. masyarakat
Betawi.
PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN
KOMITE HUKUM DAN HAM BAMUS
No. PROGRAM LATAR BELAKANG KEGIATAN
1. Mengaktakan pendirian
Bamus Betawi ke
Notaris sebagai legal
formal HISTORIKAL.
Selama 26 tahun berdiri
Bamus Betawi hingga
sekarang belum di akta
notariatkan pendiriannya
- Menghubungi
pihak notaris
- Mendaftarkan
ke Dep Kum
Ham
-
Mengumumkan
melalui berita
lembaran
negara
2. Membentuk lembaga
hukum Bamus Betawi
yang berbadan hukum
dengan nama Lembaga
Advokasi Hukum dan
HAM Bamus Betawi
Banyaknya permasalahan
hukum yang berakibat
merugikan hak-hak
masyarakat Betawi terutama
bidang pertahanan dan hak-
hak hukum lainnya.
- Secara khusus
tugas dan
fungsi
Lembaga
Advokasi
Hukum dan
Ham akan
dibahas
tersendiri oleh
pengurus yang
akan disahkan.
- Memberikan
pelayanan
hukum kepada
pengurus dan
anggota Bamus
Betawi dan
warga Jakarta.
3. Mensosialisasikan
peraturan perundang-
undangan tentang
pemerintahan Propinsi
DKI Jakarta, dan
mengevaluasi perda-
perda yang tidak relefan.
Kebutuhan yang sangat
urgen terhadap masyarakat
secara khusus dan secara
umum berdasarkan hukum
dan Ham sebagai pedoman
dan patokan.
- Melakukan
evaluasi dan
koreksi
terhadap
peraturan yang
tidak relevan
- Melakukan
penyuluhan .
4. Memberikan dukungan
secara advokasi kepada
H.Biem T. Benjamin
anggota DPD RI dalam
rangka melakukan
judisial reviu tentang
undang-undang no.32
tahun 2004 tentang
Otonomi Daerah ke KY.
Reformasi membuka adanya
undang-undang otonomi
daerah sehingga semua
daerah memiliki hak secara
Konstitusional tetapi
masyarakat Jakarta tidak
memiliki hak otonomi secara
penuh.
Membentuk
Tim Advokasi
Judisial Reviu
5. Mengadakan Work
shop, seminar, interaktif
hukum dan ham online
(sesuai kebutuhan)
Bahwa Hukum dan Ham
perlu di Interpretasikan dan
di Implementasikan secara
khusus kepada masyarakat
Betawi.
Sosialisasi dan
Publikasi
6. Mengadakan pendidikan
Advokat
Pengembangan pengetahuan
dan kemampuan Bidang
Hukum dan Ham dalam
Praktisi Hukum.
Kursus
Advokat
7. Menyiapkan sarana dan
prasarana Kantor
Keberadaan sekreteriat
untuk sebuah lembaga
Dalam rangka
memberikan
Lembaga Advokasi
Hukum dan Ham
menjadi penting sebagai
bentuk eksistensi dan
identitas lembaga.
pelayanan
hukum secara
maksimal
terhadap
pencari
keadilan.
8. Melakukan studi
banding baik di dalam
maupun luar negeri
dalam hal penegakan
Hukum dan Ham yang
universal
Dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan
profesionalisme dibidang
Hukum dan Ham.
Penelitian
hukum melalui
eksplana dan
ekspalaratoris
sebagai profesi,
praktisi dan
akademis
Bamus Betawi.
9. Menerbitkan buletin
Bamus Betawi
Belum banyak masyarakat
yang mengetahui keberadaan
Bamus Betawi sebagai induk
organisasi masyarakat
Betawi.
Menyampaikan
informasi dan
publikasi
sebagai sarana
interaksi
masyarakat
Betawi
PROGRAM KOMITE LINGKUNGAN HIDUP BAMUS BETAWI
No. PROGRAM
Jangka Pendek
1. Dalam rangka HUT Kota Jakarta 481
1. Pembuatan Biopori dan rumus resapan di 5 wilayah Kota Jakarta
2. Kerja bakti pembersihan kali di wilayah Kota Jakarta
3. Penanaman 1000 pohon di 5 wilayah Kota Jakarta
4. Penanaman pohon bakau di sekitar pantai utara Jakarta.
5. Pameran tanaman hias
6. Penyemprotan sarang nyamuk.
2. Pembentukan TIM SAR Bamus Betawi
1. Pembentukan dan Pelatihan TIM SAR
2. Pengadaan perahu karet Bamus Betawi
3. Penghargaan Bamus
1.Penghargaan kampung Betawi hijau dan bersih
PROGRAM KOMITE PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
No. PROGRAM INDIKATOR PENGELUARAN
(HASIL)
1. 1.1 Pembenrukan satgas Bamus
Betawi (SABBET)
Tersedianya SABBET yang
professional
2. 2.1 Tata laksana dan
kepemimpinan organisasi
2.2 Pelatihan kewirausahaan
2.3 Pelatihan kiat menembus
peluang kerja
2.4 Keprotokolan
2.5 Administrasi dan laporan
keuangan
2.6 Komputer MS Office
2.7 Penyusunan Peraturan
Perundangan/Legal drafting
Tersedianya SDM yang handal
dalam menjalankan organisasi
Tercapainya wirauusaha baru
Tersedianya kaum muda yang siap
pengetahuan/keterampilan dalam
menembus peluang kerja
Tersedianya tenaga keprotokolan
Tersedianya tenaga administrasi dan
keprotokolan
Tersedianya tenaga operator
komputer
Tersedianya tenaga penyusun
peraturan perundangan
3. 3.1 Seminar Pembangunan DKI
Jakarta
Transparasi pelaksanaan
pembangunan di DKI.
PROGRAM KOMITE SOSIAL DAN AGAMA
No PROGRAM LATAR BELAKANG
1 Audisi ke instansi-instansi
Pemerintah atau lembaga lainnya
(terkait program sosial).
Dalam rangka mensosialisasikan
program komite sosial dan sinergi
kegiatan (kerjasama) dengan instasi
terkait kegiatan sosial masyarakat
2 Pelatihan-pelatihan Life skill
(keterampilan)
Dalam rangka memperdayakan
masyarakat dan upaya
meningkatkan ekonomi masyarakat
maka perlu diberikan pembekalan
keahlian atau keterampilan.
3 Seminar dan diskusi sosial Upaya membangun mental, pola
pikir dan wacana masyarakat dalam
kehidupan masyarkat betawi
dengan persaingan yang semakin
kuat di Ibukota
4 Pemberdayaan CSR (Corporate
Social of Responsibility)
Pemberdayaan masyarakat dengan
optimalisasi kerjasama CSR
instansi/perusahaan yang ada di
Jakarta baik program materil
maupun non materil.
5 Bakti sosial Tingginya angka penyayandang
masalah kesejahteraan sosial
(PMKS), kemiskinan dan sebagai
wujud kepedulian Bamus Betawi
terhadap masyarakat.
6 Sosialisasi, koordinasi dan
pendataan masjid sekolah dan
yayasan, wakaf masyarakat betawi
se-DKI
Banyaknya jumlah masjid yang
berawal dari wakaf masyarakat,
tokoh betawi dan menjadi sentral
kegiatan masyarakat betawi dan
tidak memiliki sertifikat wakaf
bahkan mesjid yang hilang karena
dijual pihak tertentu.
7 Pengajian/pengkajian rutin Pembinaan aqidah, mental dan
spiritual pengurus bamus betawi
sekaligus menjadi forum
mempererat tali silaturahmi antar
pengurus.
8. Kegiatan penanggulangan bencana Wujud kepedulian Bamus Betawi
kepada masyarakat yang terkena
musibah (bencana) sekaligus
sosialisasi kiprah Bamus Betawi
kepada masyarakat.
9. Pembentukan Tim Medis/kesehatan
BAMUS Betawi
Tingginya kejadian bencana rutin
(banjir, kebakaran, dll) di DKI
khususnya dan di Indonesia
umumnya maka perlu team khusus
yang bergerak dibidang
kesehatan/medis dalam
penanggulangan/pasca bencana.
10. Pengadaan alat-alat kesehatan dan
obat-obatan
Mempermudah kinerja team
medis/kesehatan maka perlu
didukung oleh obat-obatan
peralatan kesehatan.yang memadai
dan berkualitas baik.
11. Pengadaan Mobil Ambulans &
Mobil Jenazah.
Mempermudah kerja team
medis/kesehatan maka perlu
didukung kendaraan opersional
siap pakai dalam kondisi apapun.
12. Pengadaan alat-alat
penanggulangan bencana (perahu
karet, rompi pelampung, dll)
Mempermudah kerja team
kesehatan dan evakuasi masyarakat
korban banjir di Jakarta yang
sering terjadi.
13. Posko Mudik Lebaran Sebagai bagian kepedulian
masyarakat betawi terhadap
masyaratak urban/pendatang yang
pulang mudik setiap tahun.
Sekaligus sosialisasi keberadaan
Bamus betawi terhadap
masyarakat.
14. Peringatan hari-hari besar Islam Upaya peningkatan ibadah,
kepedulaian dan syiar Bamus
betawi yang dikenal indentik
sebagai masyarakat agamis
(religius).
15. Pelatihan SQ Pembinaan mental dan kecerdasan
spiritual pengurus Bamus betawi
sekaligus menjadi forum
mempererat tali silaturahmi antar
pengurus.
PROGRAM KOMITE PEMUDA, PELAJAR DAN MAHASISWA
No PROGRAM LATAR
BELAKANG
BENTUK
KEGIATAN
MAKSUD/
TUJUAN
1 Kampaye anti
narkoba, free
sex dan
kenakalan
remaja serta
mahasiswa.
Tingginya tingkat
penyalahgunaan
narkoba, free sex
dan kenakalan
remaja serta
mahasiswa
diwilayah DKI
Jakarta
Diskusi dan
Aksi
Meningkatkan
kesadaran kolektif
pelajar dan
mahasiswa terhadap
bahaya narkob, free
sex dan pergaulan
bebas.
2. Beasiswa
pelajar dan
Tingginya potensi
akademik kader
Pemberian
beasiswa
Meningkatkan
kualitas SDM
mahasiswa
(koordinasi
dikmenti)
muda betawi
tetapi lemah
secara ekonomi
pelajar dan
mahasiswa betawi.
3. Pekan
olahraga
betawi
Perlunya mencari
potensi generasi
muda betawi
dibidang olah
raga.
Kompetisi
cabang olah
raga
Meningkatkan
semangat berolah
ragadi
kalangangenerasi
muda betawi
4. Study
Banding
Pemuda
Perlunya
meningkatkan
wawasan global
kepada pemuda
Study
banding ke
Australia dan
Malaysia
Meningkatkan
kualitas SDM
pemuda dan
mahasiswa betawi
5. Peringatan
Hari-hari
besar
Nasional
Kurangnya rasa
nasionalisme di
kalangan generasi
muda.
Diskusi, bakti
sosial
Menumbuh
kembangkan jiwa
patriotisme dan
nasionalisme pelajar
mahasiswa dan
pemuda.
6. Seminar
kepemudaan
Kurangnya
solidaritas dan
soliditas antar
pelajar dan
mahasiswa betawi
Seminar,
sarasehan dan
diskusi
Meningkatkan
persatuan
dankesatuan
dikalangan pelajar
dan mahasiswa
betawi.1
1 Rapat Kerja III BAMUS Betawi 2010, op.cit h. 1-20
LAMPIRAN FOTO-FOTO
RAPAT INTERNAL LEBARAN BETAWI 2008 OLEH BAMUS BETAWI
RAPAT INTERNAL LEBARAN BETAWI 2008 OLEH BAMUS BETAWI DI PAPARON’S
ACARA HANTARAN DAN ANTARAN KEPADA GUBERNUR DAN
WAKIL GUBERNUR
SUASANA ACARA LEBARAN BETAWI 2009 DI MARGASATWA RAGUNAN
JAKARTA SELATAN
RUMAH ADAT BETAWI DARI JAKARTA TIMUR