Post on 26-Oct-2015
188
KAJIAN KEUNGGULAN STANDAR SISTEM MANAJEMEN ENERGI
oleh
Ellia Kristiningrum1 dan Suminto2
Abstrak
Energi merupakan salah satu sumber daya yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi dalam memproduksi barang. Sumber energi di Indonesia adalah coal, crude oil and product, natural gas and product, hydropower, geothermal dan biomassa. Energi dari berbagai sumber ini dikonsumsi oleh industri, rumah tangga, komersial, transportasi, dan lainnya. Data statistik konsumsi energi menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun penggunaan energi di Indonesia mengalami kenaikan. Penerapan sistem manajemen setidaknya akan menghasilkan keuntungan finansial dan lingkungan. Sistem yang telah di set dapat membantu mewujudkan kelangsungan hidup jangka pendek suatu perusahaan pada saat harga energi sangat mahal ataupun saat tidak tersedia pasokan energi. Selain itu, manajemen energi dapat membantu perusahaan untuk mewujudkan kesuksesan jangka panjang atau bisa digunakan sebagai investasi. Standar ISO 50001 bertujuan untuk mengaktifkan organisasi dalam membangun sistem dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja energi, termasuk efisiensi penggunaan dan konsumsi energi,. Karena peran dan pentingnya ISO 50001:2011 tersebut, diharapkan Badan Standardisasi Nasional (BSN) perlu segera mengadopsi standar tersebut menjadi standar nasional. Kata kunci: energi, efisiensi, sistem manajemen, ISO 50001, standar nasional
Abstract
Energy is one of the resources used by a company or an organization in producing the goods. Indonesia's energy sources are coal, crude oil and products, natural gas and products, hydropower, geothermal and biomass. Energy from various sources is consumed by industrial, household, commercial, transportation, and others. Statistical data shows that energy consumption in Indonesia from year to year has increased. The implementation management system will at least result in financial and environmental benefits. The system has been set to help achieving short-term survival of a company when the price of energy is very expensive or when the energy supply is not available. Besides that, energy management is also able to assist companies to realize the long-term success or it could be used as an investment. The aim of ISO 50001 standard is to enable organizations to set-up the systems and necessary processes to improve energy performance, including energy efficiency, usage and consumption. Since the role of ISO 50001:2011, it is expected that the National Standardization Agency (BSN) should immediately to adopt ISO 50001 as a national standard. Keywords: energy, efficiency, management system, ISO 50001
1 Peneliti Muda di Puslitbang, Badan Standardisasi Nasional 2 Peneliti Madya di Puslitbang, Badan Standardisasi Nasional
189
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protokol Kyoto sebagai sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) adalah sebuah persetujuan internasional
mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini
berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas
rumah kaca (uap air, karbondioksida, metana, nitrogen oksida, gas lainnya). Jika
sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global
antara 0,02 C dan 0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003). Konvensi
dimaksud adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on
Climate Change. Protokol ini dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka
untuk penandatanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999.
Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang
dilakukan Rusia pada 18 November 2004. Tujuan dari Protokol Kyoto terhadap
pasokan energi membuat pentingnya kebijakan di bidang efisiensi energi semakin
meningkat.
Terkait dengan penggunaan energi, seringkali pemilik rumah dan pebisnis
tidak bisa mengontrol pasokan energi. Namun mereka pasti bisa memutuskan
bagaimana menggunakan energi yang mereka miliki. Energi yang paling efisien
digunakan adalah apabila energy yang digunakan tidak berlebihan (boros) atau
seminimum mungkin. Efisiensi kadang-kadang diabaikan dalam diskusi tentang
sumber daya energi alternatif. Bagi ekonom, efisiensi energi mempunyai arti yang
sangat luas, hal ini mencakup semua hal yang menghasilkan penurunan jumlah energi
yang digunakan untuk menghasilkan satu aktivitas ekonomi (contoh: energi yang
digunakan per unit GDP atau nilai tambah). Efisiensi energi dikaitkan dengan efisiensi
ekonomi, termasuk teknologi, dan perubahan perilaku.
Kegiatan menuju efisiensi yang lebih besar seringkali disebut dengan
manajemen energi. Manajemen energi saat ini menjadi fokus prioritas dari beberapa
organisasi, karena potensi yang besar untuk menghemat energi dan mengurangi emisi
gas rumah kaca. Lebih dari sekedar isu lingkungan, manajemen energi adalah
merupakan masalah yang sama dengan ekonomi dan sosial. Pada intinya, manajemen
energi mendukung tiga pilar keberlanjutan (sustainability), yaitu ekonomi, lingkungan
dan masyarakat/sosial.
1.2 Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji keunggulan standar ISO 50001 tentang sistem
manajemen energi yang dapat digunakan oleh organisasi/perusahaan sebagai acuan
dalam mengatur penggunaan dan kebutuhan energi.
1.3 Metode Kajian
Kajian ini menggunakan metode kajian deskriptif yang merupakan metode kajian yang
berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya
(Best,1982:119). Objek dalam kajian ini adalah ISO 50001 (sistem manajemen energi)
190
merupakan standar internasional yang baru saja dipublikasikan oleh organisasi
standardisasi internasional (International Organization for Standardization-ISO).
II KONSUMSI ENERGI INDONESIA
Energi merupakan salah satu sumber daya yang digunakan oleh perusahaan atau
organisasi dalam memproduksi barang. Data Kementrian ESDM dalam 2010 dalam
Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, menunjukkan bahwa sumber
energi Indonesia adalah coal, crude oil and product, natural and gas product,
hydropower, geothermal dan biomassa. Energi dari berbagai sumber ini dikonsumsi
oleh industri, rumah tangga, komersial, transportasi, dan lainnya.
Tabel 1 Konsumsi Energi (Termasuk Biomassa) Nasional Tahun 2000 – 2009
Tabel 2 Konsumsi Energi (Tanpa Biomassa) Nasional Tahun 2000 – 2009
(sumber: 2010 Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, Kementrian ESDM)
Berdasarkan data pada Tabel tersebut di atas terlihat bahwa ada
kecendungan kenaikan untuk konsumsi energi total nasional di Indonesia. Banyak
sekali faktor yang menyebabkan kenaikan tersebut, antara lain faktor sosial, budaya,
lingkungan dan sebagainya. Dari data tersebut juga memperlihatkan bahwa konsumsi
energi terjadi kenaikan yang siknifikan terutama di sektor industri, rumah tangga,dan
transportasi. Dan sebagai perbandingan ternyata konsumsi energi global juga terjadi
pada sektor industri (51%); sektor transportasi (27%); sektor rumah tangga (15%) dan
sektor komersial (7%) (sumber: World Energy Demand and Economic Outlook 2010)
Berdasarkan pada data tersebut, maka perlu kiranya semua pihak ikut
memikirkan apa yang dapat dilakukan untuk mendukung program efisiensi energi.
Pemikiran ini dapat diwujudkan dalam berbagai macam bentuk kegiatan, mulai dari
sektor rumah tangga, transportasi, industri, komersial, dan lain-lain.
191
Tabel 3 Pembagian Konsumsi Energi Nasional Per Sektor Tahun 2000 – 2009
(sumber: 2010 Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, Kementrian ESDM)
III STANDAR SISTEM MANAJEMEN ENERGI (ISO 50001:2011)
Bagi semua pihak, khususnya perusahaan, menerapkan sistem manajemen energi
menjadi sangat penting. Dengan menerapkan sistem manajemen ini setidaknya akan
menghasilkan keuntungan, antara lain financial dan lingkungan. Sistem manajemen
energy yang telah di set dapat membantu mewujudkan kelangsungan jangka pendek
suatu organisasi/perusahaan pada saat herga energi sangat mahal ataupun saat tidak
tersedia pasokan energi. Disamping itu, manajemen energi juga dapat membantu
organisasi/perusahaan untuk mewujudkan kesuksesan jangka panjang atau bisa
digunakan sebagai investasi. Dalam kondisi tersebut organisasi/perusahaan dapat
memberikan penawaran harga yang relatif murah. Manfaat lain dari penerapan sistem
menejemen energi ini adalah bahwa perusahaan atau organisisasi ikut berperan serta
dalam membantu mengurangi pemanasan global (global warming), dan hujan asam.
Apabila organisasi/perusahaan mengkonsumsi sedikit energi berarti
organisasi/perusahaan tersebut mengurangi polusi termal, yang intinya dapat
membantu meningkatkan kualitas lingkungan.
Dalam penerapan sistem manajemen energi tersedianya sumber daya yang
mampu mendukung untuk mencapai penerapan sistem manajemen energi tersebut
adalah penting. Hal lain yang diperlukan adalah memasukkan informasi dasar tentang
manajemen energi ke dalam struktur manajemen organisasi terpadu secara
keseluruhan. Meskipun masing-masing negara mempunyai otoritas dan aturan masing-
masing dalam mengelola energi, namun perangkat dan pedoman dapat diperoleh dari
standar yang diakui secara internasional.
Standar adalah dokumen yang ditetapkan oleh organisasi yang berwenang
dan sangat dibutuhkan. Standar dirumuskan secara terbuka dan melalui proses
konsensus dari pemangku kepentingan (stakeholders). Standar dirumuskan agar
mudah diadopsi oleh beberapa organisasi dengan harapan dapat diterapkan secara
lancar oleh organisasi tersebut. Standar-standar ini dirumuskan untuk digunakan
192
sebagai pedoman atau acuan oleh organisasi/perusahaan untuk mengurangi
persaingan dalam perdagangan yang tidak adil dan pedoman yang tidak konsisten.
Standar manajemen termasuk manajemen energi menjadi sangat penting bagi
suatu organisasi/perusahaan untuk menmperbaiki dan meningkatkan kinerjanya
sebagai alat dan pedoman dalam pengaturan manajemen di suatu organisasi.
Keberadaan standar sistem manajemen mutu (ISO 9001), sistem manajemen
lingkungan (ISO 14001) dan standar manajemen lainnya telah berhasil meningkatkan
kinerja dan peningkatan efisiensi yang berkelanjutan dalam organisasi di seluruh
dunia.
1.1 Perumusan Standar Sistem Manajemen Energi ISO 50001:2011
Perumusan standar ini dimulai pada bulan Februari 2008, dimana ISO TMB (Technical
Management Board) menetapkan komite proyek untuk Energy management (ISO/PC
242). ISO/PC 242 inilah yang mengusulkan proyek ISO 50001 – Energy management.
ISO 50001 akan menyediakan kerangka secara internasional yang dapat digunakan
oleh industry untuk mengatur segala aspek energy, termasuk pengadaaan dan
penggunaannya. Setelah melalui pembahasan selama dua tahun, standar manajemen
energi tersebut akhirnya dapat dipublikasikan pada awal tahun 2011 dengan nama ISO
50001:2011 – Energy management systems — Requirements with guidance for use.
Beberapa faktor yang mendukung cepatnya perumusan standar ini, antara
lain adanya keinginan untuk membendung ketergantungan pada penggunaan bahan
bakar fosil dan semangat serta kompetensi tenaga ahli dan pemangku kepentingan
dalam mengembangkan dokumen standar ini. Pada saat komite terbentuk, jadwal yang
padat menunjukkan bahwa draft final (rancangan akhir) dari standar ISO 50001
tersebut harus selesai pada tahun 2011. Hal in isepertinya tidak akan dapat terwujud,
khususnya terkait dengan waktu yang dibutuhkan unutk proses balloting. Namun,
kenyataannya, karena adanya kebutuhan yang mendesak akan tersedianya standar
internasional yang dapat digunakan sebagai alat dan pedoman bagi organisasi untuk
menghadapi isu kritis mengenai energi, ternyata proses perumusan standar ISO 50001
tersebut sangat lancar.
1.2 Tujuan, Cakupan dan Peran ISO 50001:2011
Tujuan standar ISO 50001 adalah untuk mengaktifkan organisasi/perusahaan dalam
membangun sistem dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja energi,
termasuk efisiensi energi, penggunaan dan konsumsi. Penerapan standar internasional
ini mengarah pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan
lainnya yang terkait dan biaya energi melalui manajemen energi yang sistematis.
Standar internasional ini dapat diterapkan untuk semua jenis dan ukuran organisasi,
terlepas dari kondisi geografis, budaya atau sosial. Keberhasilan dalam penerapan
standar ini tergantung pada komitmen dari semua tingkatan dan fungsi organisasi,
terutama manajemen puncak. Standar internasional ini spesifik untuk persyaratan-
persyaratan sistem manajemen energi (EnMs), di mana organisasi dapat
mengembangkan dan menerapkan kebijakan energi, dan menetapkan tujuan, sasaran,
dan rencana aksi yang memperhatikan persyaratan hukum dan informasi terkait
193
dengan penggunaan energi yang signifikan. Sebuah EnMs memungkinkan suatu
organisasi untuk mencapai komitmen kebijakan tersebut, mengambil tindakan yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja energi dan menunjukkan kesesuaian terhadap
persyaratan standar ini.
Standar internasional ini berlaku untuk kegiatan di bawah kendali organisasi,
dan penerapannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik organisasi, termasuk
keberagaman sistem, tingkat dokumentasi, dan sumber daya. Prinsip standar ini
didasarkan pada kerangka perbaikan berkelanjutan Rencanakan - Lakukan – Periksa –
Tindakan (PDCA) dan menggabungkan manajemen energi ke dalam praktek
organisasi sehari-hari, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Model Sistem Manajemen Energi dalam ISO 50001:2011 - Energy
management systems — Requirements with guidance for use
Dalam kaitannya dengan manajemen energi, rencana (plan) yang dilakukan
adalah mengkaji ulang energi dan menetapkan data dasar, indikator kinerja energi
(EnPIs), tujuan, sasaran, rencana tindakan yang diperlukan untuk memberikan hasil
yang akan meningkatkan kinerja energy sesuai dengan kebijakan organisasi di bidang
energy.
Sedangkan untuk tahap Do (lakukan), hal yang harus dilakukan adalah
melaksanakan rencana aksi yang telah ditetapkan sebelumnya terkait dengan
pengelolaan energy. Setelah itu, tahap pemeriksaan (periksa) dilakukan dengan
memantau atau mengukur proses dan karakteristik kunci operasi yang menentukan
kinerja energy terhadap kebijakan dan tujuan, serta melaporkan hasil. Tahap yang
terakhir adalah tindakan (action), hal yang dilakukan adalah tindakan untuk terus
meningkatkan kinerja energy dan EnMS.
Penerapan standar ini diharapkan memberikan kontribusi untuk penggunaan
sumber energi yang tersedia lebih efisien, menigkatkan daya saing dan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dan lainnya yang terkait dampak lingkungan.
Standar internasional ini berlaku dan tidak membatasi dari jenis energi yang
digunakan. Namun, standar ini tidak menetapkan persyaratan yang mutlak untuk
kinerja energi di luar komitmen dalam kebijakan energi dari suatu organisasi. Apabila
dua organisasi melakukan kegiatan yang serupa, tetapi memiliki kinerja energi yang
berbeda, kedua-duanya dapat menerapkan manajemen sesuai dengan persyaratan
194
dalam standar ini. Standar ini juga didasarkan pada unsur-unsur umum dari standar
sistem manajemen ISO, untuk memastikan tingkat kompatibilitas dengan ISO 9001
dan ISO 14001.
Standar ISO 50001:2011 ini menetapkan persyaratan untuk penetapan,
penerapan, pemeliharaan dan perbaikan sistem pengelolaan energi, yang tujuannya
adalah untuk memungkinkan suatu organisasi mengikuti pendekatan yang sistematis
dalam mencapai perbaikan berkelanjutan dari kinerja energi, termasuk efisiensi energi,
penggunaan energi dan konsumsi.
Standar ini menetapkan persyaratan yang berlaku untuk penggunaan energi
dan konsumsi, termasuk pengukuran, dokumentasi dan pelaporan, desain dan praktek
pengadaan untuk peralatan, sistem, proses dan personil yang berkontribusi terhadap
kinerja energi. Standar internasional ini berlaku untuk semua variabel yang
mempengaruhi kinerja energi yang dapat dipantau dan dipengaruhi oleh organisasi.
Standar ini tidak menetapkan kriteria kinerja tertentu terkait dengan energi.
Standar ini dirancang untuk digunakan secara terpisah, tetapi bisa juga
diintegrasikan dengan standar sistem manajemen lainnya seperti lingkungan,
kesehatan dan keselamatan, dan berlaku untuk setiap organisasi yang ingin
memastikan kesesuaian dengan kebijakan energi. ISO 50001 akan memberikan
strategi teknis dan manajemen kepada organisasi/perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi energi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kinerja lingkungan. Standar ini
akan memberikan kerangka kerja yang mudah dipahami untuk meningkatkan efisiensi
energy ke dalam praktek kinerja organisasinya. Hal lain yang dapat diberikan adalah
membantu organisasi dalam mempergunakan energy yang dimiliki serta memberikan
panduan tentang pembandingan, pengukuran, mendokumentasikan, dan pelaporan
perbaikan yang mereka diproyeksikan untuk engurangi emisi gas rumah kaca. Dalam
mengatur penggunaan sumber energi, standar ini dapat berperan untuk menciptakan
transparasi dan fasilitas komunikasi pada pengelolaan sumber daya energi serta
mempromosikan praktek dan meningkatkan kebiasaan baik mengenai manajemen
energi.
Dalam rantai pasokan, penerapan sistem manajemen energi juga dapat
memberikan kerangka kerja yang jelas untuk penyediaan, penggunaan dan
meningkatkan efisiensi energi. Dalam acara launching standar baru ini, di Geneva
International Conference Centre (CICG), Switzerland, disampaikan bahwa ada dua
hasil yang telah diperoleh dari penerapan percontohan untuk standar ini. Di sampaikan
pula bahwa diperoleh dua pengalaman yang diambil dari skala industry yang berbeda.
Yang pertama adalah pengalaman dari industri besar, perusahaan ini dapat
mengurangi penggunaan energi sebanyak 17,9% selama dua tahun. Pada saat yang
sama, prinsip ISO 50001 juga berhasil diterapkan oleh usaha kecil, yang
mempekerjakan 36 orang. Dalam dua tahun, ternyata perusahaan ini dapat
menghemat energi sebesar 14,9%.
195
IV STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN PANITIA TEKNIS PERUMUSAN
STANDAR
4.1 Ketersediaan Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara
nasional di Indonesia. Standar ini dirumuskan oleh Pantitia Teknis dan ditetapkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Tidak berbeda dengan cara perumusan standar
internasional, perumusan SNI juga mengacu pada WTO Code of good practice, yaitu:
a. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder yang
berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
b. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang
berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap
pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya. Dan dapat
dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan
pengembangan SNI;
c. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak
dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya
dan diperlakukan secara adil;
d. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi
perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar
perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar
global dan memperlancar perdagangan internasional; dan
f. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi
pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan
nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
Berdasarkan data BSN per tanggal 28 Juni 2011, jumlah SNI yang yang telah
ditetapkan adalah 7.020 SNI yang terdiri dari SNI produk 4.036 SNI, SNI manajemen
sebanyak 27 SNI dan SNI uji sebanyak 1.633 SNI, serta SNI lain-lain sebanyak 1.324.
Gambar 2 Data SNI per 28 Juni 2011 (data Pusido BSN)
Dari data pada Gambar 2 tersebut terlihat bahwa untuk standar sistem manajemen,
Indonesia telah mempunyai 27 standar sebagai berikut:
196
Tabel 4 Daftar Standar Nasional Indonesia – SNI Manajemen
Standar Judul Tahun
penetapan
SNI 6729:2010 Sistem pangan organik 2010
SNI 7512:2008 Teknologi informasi - Teknik keamanan - Pengelolaan
insiden keamanan informasi
2008
SNI ISO /IEC
17050-2:2010
Penilaian kesesuaian - Deklarasi kesesuaian oleh pemasok -
Bagian 2: Dokumen pendukung
2010
SNI ISO
10002:2009
Manajemen mutu - Kepuasan pelanggan - Pedoman
penanganan keluhan pada organisasi
2009
SNI ISO
10005:2009
Sistem manajemen mutu - Pedoman untuk rencana mutu 2009
SNI ISO
10006:2009
Sistem manajemen mutu - Panduan untuk manajemen mutu
dalam proyek
2009
SNI ISO
10012:2009
Sistem manajemen pengukuran - Persyaratan untuk proses
pengukuran dan peralatan ukur
2009
SNI ISO
10014:2009
Manajemen mutu - Panduan untuk realisasi manfaat finansial
dan ekonomi
2009
SNI ISO
14015:2009
Manajemen lingkungan - Asesmen lingkungan pada Tapak
dan Organisasi (EASO)
2009
SNI ISO
14021:2009
Label lingkungan dan deklarasi - Klaim lingkungan
swadeklarasi (pelabelan lingkungan Tipe II)
2009
SNI ISO
14031:2009
Manajemen lingkungan - Evaluasi kinerja lingkungan -
Panduan
2009
SNI ISO
22000:2009
Sistem manajemen keamanan pangan - Persyaratan untuk
organisasi dalam rantai pangan (Food safety management
system - Requirements for any organization in the food chain
(ISO 22000:2005, IDT)
2009
SNI ISO
28000:2009
Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai
pasokan (Specification for security management systems for
the supply chain (ISO 2800:2007, IDT)
2009
SNI ISO
28001:2009
Sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan - Praktek
terbaik untuk implementasi keamanan rantai pasokan,
asesmen dan perencanaan - Persyaratan dan panduan
2009
SNI ISO
9000:2008
Sistem manajemen mutu - dasar-dasar dan kosakata 2008
SNI ISO
9001:2008
Sistem manajemen mutu - Persyaratan 2008
SNI ISO
9004:2009
Pengelolaan organisasi untuk sukses berkelanjutan -
Pendekatan manajemen mutu
2009
SNI ISO/IEC
16085:2008
Teknologi informasi - Proses daur hidup perangkat lunak -
Pengelolaan resiko
2008
SNI ISO/IEC
17007:2010
Penilaian kesesuaian - Pedoman penyusunan dokumen
normatif yang sesuai untuk digunakan dalam penilaian
kesesuian
2010
SNI ISO/IEC
17021:2008
Penilaian kesesuaian - Persyaratan lembaga audit dan
sertifikasi sistem manajemen
2008
197
Standar Judul Tahun
penetapan
SNI ISO/IEC
17024:2009
Penilaian kesesuaian - Persyaratan umum lembaga
sertifikasi personel, IDT
2009
SNI ISO/IEC
17043:2010
Penilaian kesesuaian - Persyaratan umum uji profisiensi 2010
SNI ISO/IEC
17050-1:2010
Penilaian kesesuaian - Deklarasi kesesuaian oleh pemasok -
Bagian 1: Persyaratan umu
2010
SNI ISO/IEC
20000-1:2009
Teknologi informasi - Manajemen layanan - Bagian 1 :
Spesifikasi
2009
SNI ISO/IEC
20000-2:2009
Teknologi nformasi - Manajemen layanan - Bagian 2 : Aturan
praktik
2009
SNI ISO/IEC
Guide 60:2010
Penilaian Kesesuaian - Petunjuk praktik yang baik 2010
SNI ISO/TS
16949:2009
Sistem manajemen mutu - Persyaratan khusus untuk
penerapan ISO 9001:2008 bagi organisasi produksi otomotif
dan bagian jasa yang relevan
2009
sumber: Pusido BSN, 2011
4.2 Ketersediaan Panitia Teknis
Perumusan standar dilakukan oleh Panitia Teknis sesuai dengan PNPS (Program
Nasional Perumusan Standar) yang telah disetujui oleh Manajemen Teknis
Pengembangan Standar (MTPS). Pengusulan PNPS mengacu pada ketentuan dalam
pedoman pengembangan standar serta memperhatikan ketentuan PSN beserta
revisinya dan pedoman atau ketentuan lain yang relevan sesuai dengan kebutuhan.
Panitia Teknis Perumusan SNI (PT) adalah organisasi yang dibentuk dan
ditetapkan oleh BSN, yang beranggotakan para ahli yang menangani lingkup tertentu
dan mewakili pihak yang berkepentingan, bertugas melakukan perumusan Rancangan
SNI (RSNI) dan pemeliharaan SNI.
Sampai bulan Juni 2011, BSN telah menetapkan sebanyak 91 Panitia Teknis
(PT) dan 32 Sub Panitia Teknis (SPT) yang bertugas untuk merumuskan standar
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Saat ini, Panitia Teknis (PT) perumusan SNI
yang terkait dengan energi 15 Panitia Teknis yang dikelola oleh Kementrian ESDM,
Sedangkan untuk menangani perumusan standar di bidang manajemen energi, belum
ada Panitia Teknisnya. (BSN, Memento Panitia Teknis Perumusan SNI 2010).
Oleh karena itu mengingat pentingnya standar ISO 50001, maka BSN perlu
segera membentuk panitia teknis atau menugaskan PT yang relevan untuk dapat
mengadopsi standar ISO 50001 tersebut menjadi SNI.
V KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Pengenalan standar ISO 50001 ini diharapkan dapat disosialisasikan secara luas
kepada semua jenis pengguna energi. Prinsip dasar Model Plan-Do-Check-Act telah
terbukti berhasil untuk mengelola masalah mutu dan lingkungan. Setiap standar sistem
198
manajemen adalah pengembangan atau perbaikan dari standar yang sebelumnya
berdasarkan pelajaran dari pengalaman.
Standar ISO 50001 dapat diterapkan oleh semua jenis dan ukuran organisasi,
terlepas dari kondisi geografis, budaya atau sosial. Penerapan ISO 50001 dapat
diintegrasikan dengan standar manajemen lainnya. Jadi yang suksesnya penerapan
sistem manajemen energi tidak hanya menyebabkan terwujudnya manajemen yang
efektif, akan tetapi penggunaan energi akan lebih bijaksana.
Mengingat pentingnya standar ISO 50001, maka diharapkan BSN melalui
Panitia Teknis yang terkait dapat mengadopsi standar tersebut ke dalam standar
nasional yaitu SNI. Adopsi standar tersebut dapat dilakukan oleh salah satu panitia
teknis yang dikelola oleh Kementerian ESDM atau membentuk panitia teknis baru.
1.2 Saran
Mengingat pentingnya standar ISO 50001 ini, maka disarankan:
1. BSN segera membentuk panitia teknis (PT) untuk bidang sistem manajemen
energi atau menugaskan PT atau sub panitia teknis (SPT) yang relevan.
2. BSN segera melakukan Adopsi ISO 50001:2011 – Energy management
systems — Requirements with guidance for use menjadi SNI
3. BSN melakukan sosialisasi standar ISO 50001 kepada organisasi/pengusaha
bekerjasama dengan instansi teknis terkait lainnya.
VI DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Standardisasi Nasional. 2011. Daftar Panitia Teknis, Jakarta.
www.bsn.go.id diakses tanggal 25 Juni 2011
2. Badan Standardisasi Nasional. 2011. Daftar Standar Nasional Indonesia.
Jakarta. www.bsn.go.id diakses tanggal 25 Juni 2011
3. Badan Standardisasi Nasional. 2007. Pedoman Standardisasi Nasional 01-
2007. Jakarta
4. Lukman Agus, MT. 2010. http://majalahenergi.com/terbaru/pengantar-
manajemen-energi-perusahaan, diakses tanggal 24 Juni 2011
5. http://rangminang.wordpress.com/2007/10/01/manajemen-energi-1/
6. International Organization of Standardization. 2011. ISO 50001:2011, Energy
Management Standard Impacts The Bottom Line. Geneva
7. Wikipedia. 2011. Efficient energy use.
http://en.wikipedia.org/wiki/Efficient_energy_use, diakses tanggal 24 Juni
2011
Prosiding PPI Standardisasi 2011 – Yogyakarta, 14 Juli 2011
199