Post on 07-Feb-2016
description
Kesejahteraan dan Kemiskinan
Kelompok 8
Desy Rut Yesima 150610130054
Astri Nurlaeli S. 150610130075
Fransisca Lia 150610130116
M. Hanif Fiqri 150610130157
1. Definisi Kesejahteraan dan Kemiskinan
Definisi Kesejahteraan
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti:
Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana
orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.
Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti
khusus resmi.
Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara
sejahtera.
Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan biasanya didefenisikan sebagai sejauh mana suatu individu berada di bawah
tingkat standar hidup minimal yang dapat diterima oleh masyarakat atau komunitasnya.
Marianti dan Munawar (2006) berpendapat bahwa kemiskinan merupakan fenomena multi
dimensi, didefenisikan dan diukur dalam banyak cara. Dalam banyak kasus, kemiskinan telah
diukur dengan terminologi kesejahteraan ekonomi, seperti pendapatan dan konsumsi.
Seseorang dikatakan miskin bila ia berada di bawah tingkat kesejahteraan minimum tertentu
yang telah disepakati.
2. Batasan Kesejahteraan dan Kemiskinan
Batasan Kesejahteraan
Masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian dan pedesaanadalah produktivitas
tenaga kerja dan penguasaan aset produktif yang rendahdisertai adanya dualisme antara
pertanian rakyat yang tradisional dan perusahaanbesar yang maju dan modern serta dualisme
antara kota dan desa. Kondisi inimenyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat dan tingginya
tingkatkemiskinan di pedesaan.Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar hidup yang rendah,
yaituadanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orangdibandingkan
dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat yangbersangkutan.
Batasan kesejahteraan masih banyak diperdebatkan. Terlalu banyak batas-batas kesejahteraan
yang telah dikemukakan para ahli. Namun secara umumkesejahteraan dapat diartikan sebagai
tingkat kemampuan seseorang dalammemenuhi kebutuhan primernya berupa sandang, pangan,
papan,pendidikan, dan kesehatan.
Tidak kalah rumit, kemiskinan yang dialami buruh perkotaan, yang kebanyakan menjadi
buruh kontrak tanpa jaminan hidup masa depan. Pemutusan kerja akibat masa kontrak habis,
bisa menjerumuskan buruh industri ke jurang kemiskinan. Saat mereka menerima upah
minimum regional (UMR) sebagai gaji bulanan, kualitas hidup mereka sebenarnya masih
pas-pasan. Hilangnya pekerjaan menjadikan mereka sebagai orang miskin.
Ukuran kesejahteraan lebih kompleks dari kemiskinan. Kesejahteraan harus dapat memenuhi
kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kerohanian. Orang yang bisa berobat ke dokter bila
sakit, dapat menjalankan ibadah agamanya dengan baik, dan mudah mengakses makanan
bergizi, adalah orang sejahtera. Karena itu, ketidaksejahteraan dapat terjadi karena alasan
ekonomi atau non-ekonomi.
Kesejahteraan dapat diraih jika seseorang dapat mengakses pekerjaan, pendapatan, pangan,
pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya. Kesehatan adalah salah satu indikator
kesejahteraan. Secara makro, ini dicerminkan oleh angka kematian bayi, angka harapan
hidup, dan angka kematian ibu melahirkan. Berbagai indikator itu terkait mudah-tidaknya
akses seseorang terhadap layanan kesehatan.
Pendidikan menjadi kunci penting guna mengatasi kemiskinan dan ketidaksejahteraan. Upaya
pemerintah membagikan dana bantuan operasional sekolah (BOS) ke sekolah-sekolah
bertujuan agar masyarakat dapat mendapat pendidikan secara gratis atau murah. Masyarakat
yang terdidik berpeluang meraih pekerjaan lebih baik sehingga mereka terhindar dari
kemiskinan.
Batasan Kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimumpendapatan yang dianggap
perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam
praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga
definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan
berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin
dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatankesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.
Kriteria Kemiskinan di Indonesia Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Kemiskinan hampir menjadi problem di hampir semua Negara. Tak perduli apakah
Negara maju atau Negara yang sedang berkembang. Tingkat kekompleksitas masalahnya pun
berbeda antar Negara menyelesaikan masalah kemiskinan. Di Indonesia, sebagai Negara
berkembang angka kemiskinan masih cukup tinggi. Karena itu, pemerintah melalui Badan
Pusat Statistik (BPS) membuat kriteria kemiskinan, agar dapat menyusun secara lengkap
pengertian kemiskinan sehingga dapat diketahui dengan pasti jumlahnya dan cara tepat
menanggulanginya.
Pengertian kemiskinan antara satu Negara dengan Negara lain juga berbeda.
Pengertian kemiskinan di Indonesia dibuat oleh BPS. Lembaga tersebut mendefinisikan
kemiskinan dengan membuat kriteria besarannya pengeluaran per orang per hari sebagai
bahan acuan. Dalam konteks itu, pengangguran dan rendahnya penghasilan menjadi
pertimbangan untuk penentuan kriteris tersebut. Kriteria statistik BPS tersebut adalah
1. Tidak miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610.
2. Hampir Tidak Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. – Rp
350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlanya mencapai
27,12 juta jiwa.
3. Hampir Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp
280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlahnya
mencapai 30,02 juta.
4. Miskin, dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar
Rp 7.780.- kebawah per orang per hari. Jumlahnya mencapai 31 juta.
5. Sangat Miskin (kronis), tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak
diketahui dengan pasti berapa jumlas pastinya. Namun, diperkirakan mencapai sekitar 15
juta.
Berdasarkan kriteria kemiskinan yang dilansir oleh BPS tersebut menunjukan jumlah
keluarga miskin di Indonesia cukup besar. Total jumlah penduduk Indonesia kalau dihitung
dengan kriteria pengeluaran per orang hari Rp 11.687.- kebawah , mencapai sekitar 103,14
juta jiwa. Angka kemiskinan tersebut tentu sangat besar untuk ukuran Negara kaya sumber
daya alam seperti Indonesia. Namun, hal tersebut tak membantu masyarakat mengatasi
kekurangannya.
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika prioritas pembangunan di arahkan ke desa.
Selain memang kuantitas angka kemiskinan dan keluarga pra sejahtera masih sangat tinggi,
juga karena di desa juga kaya dengan sumber daya alam yang belum tergarap dengan
maksimal. Dengan begitu, pengangguran yang memicu angka kemiskinan dapat ditekan.
Sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga, serta mengentaskan dari
keluarga pra sejahtera menjadi keluarga sejahtera.
Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Meskipun
bantuan itu tidak mendidik, karena berupa cash money, namun sangat membantu supaya
dapur tetap bisa mengepul. Program tersebut bernama Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak menerima bantuan ini, pemerintah
menggunakan acuan dari BPS tentang 14 (empat belas) Kriteria Kemiskinan, yaitu :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok
tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh
tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan
di bawah Rp 600.000 per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda
motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Melalui kriteria kemiskinan tersebut, masih banyak keluarga di Indonesia yang masuk
kategori di bawah garis kemiskinan, keluarga pra sejahtera, keluarga miskin dan sebutan
lainnya. Pemerintah yang diberi tugas oleh kontitusi harus lebih perhatian pada keluarga ini.
Bagaimana mengentaskan kemiskinan, menghilangkan gizi buruk, menyediakan rumah layak
huni dan tentu dengan mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemicu kemiskinan.
Pemerintah yang berwenang dapat membuat program dan penyaluran bantuan setepat
mungkin sesuai dengan kriteria kelurga miskin diatas. Dengan begitu untuk mewujudkan
Indonesia yang makmur akan tercapai. Yang pada gilirannya dapat menekan angka
kemiskinan sekecil mungkin.
Kriteria Kemiskinan menurut Bappenas
Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya kecukupan dan
mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses
dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha,
terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih,
lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan
hidup dan sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan
besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.
Keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan
mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya
pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi,
jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal. Di
sisi lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedangkan
masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di Puskesmas. Demikian juga
persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan, pada penduduk miskin hanya sebesar 39,1
persen dibanding 82,3 persen pada penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk
sistem jaminan sosial hanya menjangkau 18,74 persen (BPS, 2001) penduduk, dan hanya
sebagian kecil di antaranya penduduk miskin.
Keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan ditunjukkan oleh
kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang
mahal, kesempatan memperoleh pendidikan yang terbatas, tingginya beban biaya pendidikan
baik biaya langsung maupun tidak langsung. Keterbatasan kesempatan kerja dan berusaha
juga ditunjukkan lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah serta
lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti
buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga. Keterbatasan akses layanan
perumahan dan sanitasi ditunjukkan dengan kesulitan yang dihadapi masyarakat miskin yang
tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering dalam memperoleh
perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Dalam satu rumah seringkali
dijumpai lebih dari satu keluarga dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai.
Keterbatasan akses terhadap air bersih terutama disebabkan oleh terbatasnya
penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air. Dalam hal lemahnya kepastian
kepemilikan dan penguasaan tanah, masyarakat miskin menghadapi masalah ketimpangan
struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam penguasaan dan
pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya
terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah
pertanian. Dilihat dari lemahnya jaminan rasa aman, data yang dihimpun UNSFIR
menggambarkan bahwa dalam waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan
korban 10.700 orang, dan lebih dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah
pengungsi cenderung menurun, tetapi pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari
850.000 pengungsi di berbagai daerah konflik.
Lemahnya partisipasi masyarakat ditunjukkan dengan berbagai kasus penggusuran
perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah
garapan. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga
disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan
maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka. Dilihat dari
besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan
adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi, menurut data BPS, rumahtangga
miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumahtangga tidak
miskin. Rumahtangga miskin di perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang,
sedangkan rata-rata anggota rumahtangga miskin di pedesaan adalah 4,8 orang.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut di atas, maka indikator utama kemiskinan
adalah (1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya
mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4)
terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha
dan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya
akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9)
memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses
masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya
partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan
inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi, dan rendahnya jaminan sosial
terhadap masyarakat.
3. Faktor Kesejahteraan dan Penyebab Kemiskinan
Faktor Kesejahteraan
Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup
dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan)
tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan
lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika
jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan tempat
tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan
suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal
yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang
sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena
tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan
tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial
dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis,
bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih
sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat,
menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan
taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 :
18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/ pendapatan yang diterima, maka
akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan
dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2. Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan dan
ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu
ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga
yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.
(BKKBN, 1994 : 18-21)
Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah
penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding
dengan pemasukan keuangan keluarga.
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga
yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau
honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki
jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang
tidaksejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis
kemiskinan.
4. Pendekatan Peningkatan Kesejahteraan dan Pengentasan Kemiskinan
Peningkatan Kesejahteraan
Terkait dengan aspek peningkatan kesejahteraan masyarakat, ada dua model pendekatan.
Pertama dilihat dari sisi peningkatan kesejahteraan lahir, kebudayaan bisa dikembangkan
dalam rangka mendukung timbulnya pariwisata yang ujung-ujungnya masyarakat akan
memperoleh dampak ekonomi secara langsung. Selain itu pula dengan munculnya industri
kreatif yang berbasis budaya lokal juga mendorong Usaha Kecil Masyarakat untuk tumbuh
dan berkembang di wilayah pedesaan. Kedua dilihat dari segi peningkatan kesejahteraan
batin, pembangunan kebudayaan mampu menumbuhkan nilai-nilai kesetiakawan sosial,
nasionalisme, cinta terhadap budaya sendiri, toleransi, ramah, sopan santun, dan toleransi
tinggi. Dalam hal ini pembangunan kebudayaan merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari pembangunan pendidikan. Gambaran untuk membentuk manusia Indonesia
yang kreatif, berkarakter, dan produktif merupakan keterpaduan antara pembangunan di
bidang pendidikan dan kebudayaan.
Pengentasan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan adalah masalah pokok dalam pembangunan di Indonesia dan
kualitas pertumbuhan ekonomi menjadi kunci pemecahannya. Permasalahan utama dalam
upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak tersebar secara merata diseluruh wilayah Indonesia, ini
dibuktikan dengan tingginya disparitas pendapatan antar daerah.
Program Pengentasan Kemiskinan oleh Pemerintah
1. PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) – Mandiri
PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai
dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkankapasitas
masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalammemecahkan berbagai
persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,kemandirian, dan kesejahteraannya.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat
pemerintah daerah serta berbagai pihakuntuk memberikan kesempatan dan menjamin
keberlanjutan berbagai hasil yangdicapai. Tujuan umumnya adalah untuk meningkatnya
kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
2. KUR
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro
Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi
yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang
dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank.
Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya
sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka
meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI,
BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).
3. KB (Keluarga Berencana)
KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksinya
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Undang Undang No. 52/2009 tetang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga).Oleh karena itu, keluarga miskin
apabila tidak terlindungi kontrasepsi, maka akan menambah banyak persoalan hidup yang
mereka hadapi. Belum lagi mata rantai kemiskinan (poverty trap) yang sulit untuk diputus
seperti keluarga miskin kawin dengan yang miskin lagi maka lahir keluarga miskin baru dan
seterusnya.
4. Program Lainnya
- Program PKPS BBM
- Bantuan Operasinal Sekolah (BOS)
- Askeskin (Asuransi Kesehatam Miskin)
- Bantuan Infrastruktur Pedesaan
- Bantuan Langsung Tunai (BLT)
- Raskin (Beras Miskin)
- Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin)
- Jaringan Pengaman Sosial (JPS)
Langkah-langkah Pengentasan Kemiskinan
1. Pada tahun 2015, mengurangi separuh proporsi penduduk dunia yang berpenghasilan
kurang dari 1 dollar AS per hari dan proporsi penduduk yang menderita kelaparan,
dan pada tahun yang sama, mengurangi separuh proporsi jumlah penduduk yang tidak
memiliki akses pada air minum yang sehat;
2. Membentuk dana solidaritas dunia untuk penghapusan kemiskinan dan memajukan
pembangunan sosial dan manusia di Indonesia;
3. Mengembangkan program nasional bagi pembangunan berkelanjutan dan
pengembangan masyarakat daerah lokal dalam lingkup strategi nasional pengurangan
kemiskinan, meningkatkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin serta
organisasi kelompok masyarakat tsb;
4. Mengembangkan kebijakan, cara-cara dan sarana untuk meningkatkan akses
masyarakat adat/penduduk asli dan komunitas mereka terhadap kegiatan-kegiatan
ekonomi;
5. Menyediakan pelayanan kesehatan dasar untuk semua kelompok masyarakat dan
mengurangi ancaman terhadap kesehatan yang berasal dari lingkungan;
6. Menjamin bahwa anak-anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar serta
memperoleh akses dan kesempatan yang sama pada semua tingkatan pendidikan;
7. Menyediakan akses pada sumber daya pertanian bagi masyarakat miskin;
8. Membangun prasarana dasar pedesaan, perbaikan transportasi, serta akses pada pasar,
kemudahan informasi pasar dan kredit bagi masyarakat miskin pedesaan, untuk
mendukung pembangunan pedesaan dan pertanian secara berkelanjutan;
9. Melaksanakan alih pengetahuan dan tehnik dasar pertanian berkelanjutan, termasuk
pengelolaan sumber daya alam secara lestari, untuk petani dan nelayan skala kecil dan
menengah, serta masyarakat miskin di pedesaan, termasuk melalui pendekatan
partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan terkait;
10. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan, dengan memajukan pola
kemitraan produksi pangan berbasis masyararakat.
11. Memerangi kekeringan dan peng-“gurun”-nan lahan, serta mengurangi dampak
bencana kekeringan dan bencana banjir, melalui langkah-Iangkah seperti penggunaan
informasi dan prakiraan iklim dan cuaca, sistem peringatan dini, pengelolaan sumber
daya tanah dan alam secara lestari;
12. Meningkatkan akses pada sanitasi untuk memperbaiki kesehatan manusia dan
mengurangi angka kematian bayi dan “baIita”.
5. Indikator Kesejahteraan Versus Akar Kemiskinan
Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial,
budaya, iptek, hankamnas, dan lain sebagainya. Bidang-bidang kehidupan tersebut meliputi
jumlah dan jangkauan pelayanannya. Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Untuk mendapatkan kesejahteraan itu memang tidak gampang. Tetapi bukan berarti mustahil
didapatkan. Tak perlu juga melakukan yang haram, sebab yang halal masih banyak yang bisa
dikerjakan untuk mencapai kesejahteraan. Kita hanya perlu memperhatikan indikator
kesejahteraan itu. Adapun indikator tersebut diantaranya adalah. Pertama. Jumlah dan
pemerataan pendapatan. Hal ini berhubungan dengan masalah ekonomi. Pendapatan
berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha, dan factor ekonomi lainnya. Penyediaan
lapangan kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapat tetap
untuk memenuhi kebutuhan hidupnyan. Tanpa itu semua, mustahil manusia dapat mencapai
kesejahteraan. Tanda-tanda masih belum sejahteranya suatu kehidupan masyarakat adalah
jumlah dan sebaran pendapatan yang mereka terima. Kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha diperlukan agar masyarakat mampu memutar roda perekonomian yang pada
akhirnya mampu meningkatkan jumlah pendapatan yang mereka terima. Dengan pendapatan
yang mereka ini, masyarakat dapat melakukan transaksi ekonomi.
Kedua, pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau. Pengertian mudah disini dalam arti
jarak dan nilai yang harus dibayarkan oleh masyarakat. Pendidikan yang mudah dan murah
merupakan impian semua orang. Dengan pendidikan yang murah dan mudah itu, semua
orang dapat dengan mudah mengakses pendidikan setinggi-tingginya. Dengan pendidikan
yang tinggi itu, kualitas sumberdaya manusianya semakin meningkat. Dengan demikian
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak semakin terbuka. Berkat kualitas
sumberdaya manusia yang tinggi ini, lapangan kerja yang dibuka tidak lagi berbasis kekuatan
otot, tetapi lebih banyak menggunakan kekuatan otak. Sekolah dibangun dengan jumlah yang
banyak dan merata, disertai dengan peningkatan kualitas, serta biaya yang murah.
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan tidak hanya terbuka bagi mereka yang memiliki
kekuatan ekonomi, atau mereka yang tergolong cerdas saja. Tapi, semua orang diharuskan
untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Sementara itu, sekolah juga mampu
memberikan layanan pendidikan yang sesuia dengan kebutuhan peserta didiknya. Pendidikan
disini, baik yang bersifat formal maupun non formal. Kedua jalur pendidikan ini memiliki
kesempatan dan perlakuan yang sama dari pemerintah dalam memberikan layanan
pendidikan kepada masyarakat. Angka melek huruf menjadi semakin tinggi, karena
masyarakatnya mampu menjangkau pendidikan dengan biaya murah. Kesejahteraan manusia
dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk mengakses pendidikan, serta mampu
menggunakan pendidikan itu untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.
Ketiga, kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Kesehatan merupakan faktor
untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Karena itu, faktor kesehatan ini harus
ditempatkan sebagai hal yang utama dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat yang sakit akan
sulit memperjuangkan kesejahteraan dirinya. Jumlah dan jenis pelayanan kesehatan harus
sangat banyak. Masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan tidak dibatasi oleh jarak
dan waktu. Setiap saat mereka dapat mengakses layanan kesehatan yang murah dan
berkualitas. Lagi-lagi, ini merupakan kewajiban pemerintah yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Apabila masih banyak keluhan masyarakat tentang layanan kesehatan, maka itu pertanda
bahwa suatu Negara masih belum mampu mencapai taraf kesejahteraan yang diinginkan oleh
rakyatnya.
Kemiskinan menjadi persoalan hampir di semua negara yang sedang berkembang.
Upaya untuk penanggulangan kemiskinan dalam berbagai pendekatan telah dilakukan baik
dari sisi kelembagaan, wilayah, maupun strategi khusus sejak Orde baru sampai sekarang.
Ada beberapa program pengentasan kemiskinan seperti Impres Desa Tertinggal, Program
Pengembangan Kecamatan, Jaring pengaman sosial telah diimplementasikan oleh
pemerintah, terutama Desa sebagai wilayah garapannya. Sebagai alasan bahwa fenomena
kemiskinan mudah ditemukan di wilayah pedesaan (Ashley dan Maxwell, 2001: 395).
Namum kenyataannya program program pengentasan kemiskinan tersebut belum mampu
mengentas kemiskinan sebagaimana yang diharapkan.
Beberapa kegagalan dalam usaha mengentaskan kemiskinan bersumber dari dua
faktor; Pertama pemahaman para pengambil kebijakan mengenai difinisi masalah kemiskinan
sebagai semata mata ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan material
dasarnya (Mawardi dan Sumartono, 2003:1). Kedua paradigma dan pemahaman yang kurang
tepat tentang penyebab kemiskinan. Kemiskinan tidak lagi dipahami sebagai masalah yang
dipengaruhi oleh satu faktor tunggal, melainkan multidimensional. Konsekwensinya, pilihan
kebijakan pengentasan kemiskinan harus diformulasikan secara komprehensif dan
memperhatikan berbagai kaitan antar kebijakan lain yang berorientasi pada pengentasan
kemiskinan (Mawardi dan Sumartono, 2003:1).
Akar Kemiskinan Pada Komunitas Pertanian dan Komunitas Nelayan
Beberapa masalah mendasar adalah Adanya akar kemiskinan pada komunitas Agraris.
Sampai saat ini sektor pertanian masih memegang peranan yang cukup penting dalam
struktur perekonomian desa. Dalam identifikasi masalah berdasarkan akar masalah
kemiskinan pada komunitas agraris adalah; Adanya Keterbatasan kualitas sumber daya
manusia, perhatian masyarakat terhadap pendidikan sangat buruk, persoalan sebagian besar
petani yang mempunyai keterbatasan ekonomi terpaksa meminta anaknya untuk berhenti
sekolah untuk ikut membantu orang tuanya.
Adanya kesulitan melakukan diversifikasi usaha pertanian, kesulitan petani dalam
melakukan diversifikasi pertanian sangat tinggi karena kondisi geografis dan ketrampilan
yang dimiliki sangat minim. Adanya ketergantungan yang tinggi terhadap pekerjaan petani,
ketergantungan masyarakat pada pekerjaan petani sangat tinggi, karena tidak adanya
alternatif pekerjaan selain bertani. Masyarakat yang bekerja sebagai petani tidak dapat beralih
pada pekerjaan lain karena masalah rendahnya pendidikan dan modal yang mereka miliki.
Adanya kebijakan pembangunan yang tidak memberdayakan petani, kebijakan
pembangunan yang kurang memberdayakan petani khususnya pada subsidi pupuk dan obat
yang kurang tepat sasaran. Hal ini dikarenakan petani merasa kesulitan dalam mendapatkan
pupuk dan obat yang telah disediakan. Adanya sistem pemasaran hasil pertanian yang
menguntungkan satu pihak. Sistem pemasaran yang dilakukan adalah pemasaran hasil panen
melalui pedagang perantara atau yang sering mereka sebut sebagai tengkulak. Adanya
keterbatasan peluang kerja di sektor non-pertanian, keterbatasan peluang kerja di luar
pertanian sangat tinggi. Hal ini diakibatkan keterbatasan pendidikan, ketrampilan dan modal
yang mereka miliki. Karena ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat hanya bertani, profesi
alternatif pada waktu kemarau yang tersedia hanyalah menjadi kuli bangunan di kota besar.
Akar Kemiskinan pada komunitas Nelayan umumnya menghadapi persoalan yang
hampir sama yaitu nelayan yang bisa bertahan atau meningkat kesejahteraan hidupnya adalah
nelayan yang bermodal besar. Jumlah Nelayan yang memiliki kemampuan jelajah
penangkapan hingga ke lepas pantai (off-shore) relatif kecil.
Berikut beberapa akar kemiskinan pada komunitas Nelayan; pertama, Keterbatasan
kualitas sumber daya manusia, keterbatasan pendidikan berdampak pada pemahaman teknik
penangkapan dan pemanfaatan hasil tangkapan. Nelayan tidak pernah memikirkan dampak di
masa yang akan datang bahwa ikan yang di bom atau di potasium secara alamiah akan
merusak ekosistem laut yang berakibat pada hilangnya bibit bibit ikan.
Keterbatasan modal dan teknologi penangkapan, nelayan dalam memproduksi ikan
memerlukan input produksi atau faktor produksi. Kebanyakan nelayan indonesia menjadikan
modal sebagai persoalan yang sangat serius. Ketiga tidak adanya deversifikasi usaha
penangkapan, kurang adanya hubungan kerja dalam organisasi penangkapan, ketergantungan
terhadap okupasi melaut, penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan,
adanya kerusakan ekosistem, kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan yang memihak
pada nelayan, sistem pemasaran, penegakan hukum terhadap perusakan lingkungan,
keterbatasan peluang kerja diluar bidang nelayan karena keterbatasan sumber daya
manusianya. inilah berbagai aspek akar permasalahan kenapa kemiskinan menjadi sulit untuk
dipecahkan dalam dunia perikanan.
Kesimpulan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan.
Kesejahteraan dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalammemenuhi
kebutuhan primernya berupa sandang, pangan, papan,pendidikan, dan kesehatan.
Kesejahteraan dapat diraih jika seseorang dapat mengakses pekerjaan, pendapatan,
pangan, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya.
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimumpendapatan yang
dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
negara.
Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan:
1. Faktor intern keluarga
2. Faktor ekstern
Penyebab kemiskinan diantaranya adalah penyebab individual, penyebab keluarga,
penyebab sub-budaya (subcultural), penyebab agensi, dan penyebab struktural.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat, ada dua model pendekatan yaitu peningkatan
kesejahteraan lahir dan peningkatan kesejahteraan batin.
Pengentasan kemiskinan adalah masalah pokok dalam pembangunan di Indonesia dan
kualitas pertumbuhan ekonomi menjadi kunci pemecahannya.
Daftar Pustaka
Anonymous. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Kesejahteraan. Diakses tanggal 4 April 2014
Anonymous. 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan. Diakses tanggal 4 April 2014
Anonymous. 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan. Diakses tanggal 4 April 2014
Anonymous. 2013. http://ppkshoraskencana.web.id/2013/06/faktor-yang-mempengaruhi-kesejahteraan/. Diakses tanggal 4 april 2014
Icai. 2010. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/17/indikator-kesejahteraan-95400.html. Diakses tanggal 4 April 2014
Anonymous. 2010. http://sosialbudaya.tvonenews.tv/berita/view/38202/2010/05/04/inilah_14_kriteria_orang_miskin_versi_bps.tvOne. Diakses tanggal 3 April 2014
Anonymous. 2010. http://finance.detik.com/read/2010/04/28/204948/1347399/4/. Diakses tanggal 3 April 2014
Budiantoro, Totok. 2010. http://kerjaituindah.blogspot.com/2010/12/menggali-akar-kemiskinan.html. Diakses tanggal 5 April 2014