PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady...

21
PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN BELANJA MODAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Disusun Oleh: BANIADY GENNODY PRONOSOKODEWO 121600495 PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YKPN YOGYAKARTA 2018

Transcript of PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady...

Page 1: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DENGAN BELANJA MODAL DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Disusun Oleh:

BANIADY GENNODY PRONOSOKODEWO

121600495

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YKPN

YOGYAKARTA

2018

Page 2: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

83

PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA DENGAN BELANJA MODAL DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Baniady Gennody Pronosokodewo

STIE YKPN Yogyakarta

Abstract

The purpose of this research is to determine the effect of Privilege Funds on

public welfare and poverty with capital expenditure and economic growth as an

intervening variable of the public welfare and poverty in DIY province. This

research is hypothesis testing studies, by testing the effects of exogenous variables,

privilege funds to the public welfare and poverty as endogenous variables,

involving capital expenditure and economic growth as endogenous interventions.

The data used in this research is district or city in DIY province's budget during

the period 2014-2016. Hypothesis testing method using SEM PLS and the result of

the research indicates that privilege funds can not influence the capital

expenditure, privilege funds can influence on economic growth, capital

expenditures influence economic growth, economic growth influence the public

welfare, and economic growth influence poverty.

Key word: Privileg Fund, Public Welfare, Poverty, Capital Expenditure,

Economic Growth

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum yang menggunakan suatu sistem otonomi

daerah dalam pelaksanaan pemerintahannya. Pelaksanaan otonomi daerah sudah

dimulai sejak tahun 2001 yang diharapkan dapat membantu serta mempermudah

dalam berbagai urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Berdasarkan

Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998, otonomi adalah suatu pemberian hak

dan kewenangan kepada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Otonomi

daerah yang berlaku pada saat ini telah diatur berdasarkan UU Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah. DIY sebagai daerah yang menggunakan

sistem kerajaan/monarki, pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan

Hamangkubuwono IX dan Sri Pakualam VIII melakukan “Ijab Qabul” yang

menyatakan untuk bergabung menjadi salah satu wilayah NKRI. Menurut UU

Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pasal

5 ayat 1, Dana Keistimewaan bertujuan untuk menjaga warisan budaya,

melestarikan serta menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat DIY. Dana

keistimewaan ini digunakan melingkupi lima bidang urusan yaitu Tata Cara

Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bidang Kelembagaan, Bidang

Kebudayaan, Bidang Pertanahan, dan Bidang Tata Ruang.

Sebelum disahkannya UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan

Daerah Istimewa Yogyakarta, pada periode 2009-2012, persentase Rasio

Penduduk Miskin (RPM) pada kota Yogyakarta, kabupaten Bantul, Sleman,

Kulon Progo, dan Gunungkidul menurun yaitu masing-masing sebesar 0,67%;

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 3: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

84

0,67%; 1,01%; 1,33%; dan 1,72%. Dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) selama periode 2010-2012 pada kota Yogyakarta, kabupaten Bantul,

Sleman, Kulon Progo, dan Gunungkidul meningkat masing-masing sebesar 0,57;

0,82; 0,41; 0,91; dan 1,49. Selama Dana Keistimewaan dialokasikan dari tahun

2013-2016, persentase RPM pada kota Yogyakarta, kabupaten Bantul, Sleman,

Kulon Progo, dan Gunungkidul menurun yaitu masing-masing sebesar 1,12%;

1,93%; 1,47%; 1,09%; dan 2,36%, penurunan ini lebih besar dibandingkan

dengan penurunan pada periode 2009-2012. Dilihat dari IPM selama periode

2014-2016 pada kota Yogyakarta, kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan

Gunungkidul meningkat masing-masing sebesar 1,54%; 1,31%; 1,42%; 1,70%;

dan 0,79%, peningkatan ini lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pada

periode 2010-2012.

Tabel 1.1

Rasio Penduduk Miskin (%) Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2008-2016

Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2104 2015 2016

Kota Yogyakarta 10,81 10,05 9,75 9,62 9,38 8,82 8,67 8,75 7,70

Bantul 18,54 17,64 16,09 17,28 16,97 16,48 15,89 16,33 14,55

Sleman 12,34 11,45 10,70 10,61 10,44 9,68 9,50 9,46 8,21

Kulon Progo 26,85 24,65 23,15 23,62 23,32 21,39 20,64 21,40 20,30

Gunungkidul 25,96 24,44 22,05 23,03 22,72 21,70 20,83 21,73 19,34

Sumber: BPS DIY

Tabel 1.2

Indeks Pembangunan Masyarakat

Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2010-2016

Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kota Yogyakarta 82,72 82,98 83,29 83,61 83,78 84,56 85,32

Bantul 75,31 75,79 76,13 78,78 77,11 77,99 78,42

Sleman 79,69 80,04 80,10 80,26 80,73 81,20 82,15

Kulon Progo 68,83 69,53 69,74 70,14 70,68 71,52 72,38

Gunungkidul 64,20 64,83 65,69 66,31 67,03 67,41 67,82

Sumber: BPS DIY.

Sakir dan Mutiarin (2015) menemukan temuan pelaksanaan kebijakan

anggaran Dana Keistimewaan yaitu (1) prioritas Dana Keistimewaan yang lebih

dominan untuk urusan kebudayaan, yaitu tahun 2013 sebesar 91,89%, tahun 2014

sebesar 71,62% dan tahun 2015 sebesar 76,87%; (2) kualitas belanja Dana

Keistimewaan yang penyerapannya tidak maksimal sejak tahun 2013 sampai

tahun 2015, di tahun 2013 serapan anggaran sebesar 23,58%, tahun 2014 sebesar

64,88% dan tahun 2015 sebesar 20,06%; (3) kepentingan Dana Keistimewaan

belum memiliki identifikasi output dan outcome secara jelas, sehingga belum

menggambarkan/mencerminkan perkembangan Dana Keistimewaan; (4) persepsi

pemangku Dana Keistimewaan antara pemerintah pusat, Kasultanan, Pakualaman,

elit politik, masyarakat dan pemilik modal yang belum sama; (5) sejak tahun 2013

sampai tahun 2015 dampak adanya Dana Keistimewaan belum dapat dinikmati

oleh masyarakat secara maksimal, di tahun 2014 angka kemiskinan DIY paling

tinggi di Jawa yaitu sebesar 14,55%.

Penggunaan Dana Keistimewaan dialokasikan untuk belanja langsung

dalam melestarikan keistimewaan DIY terutama untuk bidang kebudayaan.

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 4: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

85

Selama periode 2013-2015, bidang kebudayaan merupakan bidang dengan

anggaran terbesar. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

menurunkan angka kemiskinan kabupaten/kota di DIY, maka Dana Keistimewaan

yang dianggarkan seharusnya dialokasikan ke belanja modal dengan persentase

lebih besar dibanding dengan belanja pegawai maupun belanja barang dan jasa.

Peningkatan belanja modal dapat berdampak pada meningkatnya kesejahteraan

masyarakat dan penurunan jumlah penduduk miskin. Jika belanja modal

digunakan untuk peningkatan pembangunan dan perbaikkan fasilitas publik

seperti, sekolah, puskesmas, perpustakaan, lapangan pekerjaan dan sebagainya,

maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penurunan jumlah

penduduk miskin.

Tabel 1.3

Pagu Dana Keistimewaan DIY Tahun 2013-2016 (Dalam ribuan rupiah)

Sumber: Bappeda DIY.

Tabel 1.4

Realisasi Anggaran Belanja Modal (Rp)

Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2014-2016

Kabupaten/Kota 2014 2015 2016

Kota Yogyakarta

193.078.279.594

256.395.156.433 313.355.764.155

Bantul

310.415.290.766

334.880.395.261 338.953.648.072

Sleman

282.862.049.259

426.782.827.409 348.203.013.231

Kulon Progo

146.576.953.515

226.055.713.904 307.589.295.243

Gunungkidul

127.289.721.491

238.175.034.445 260.198.561.110

Sumber: DPPKA DIY

Selama Dana Keistimewaan dialokasikan dari tahun 2013-2016 di DIY,

belanja modal dan pertumbuhan ekonomi meningkat dari tahun 2013-2016.

Dengan adanya Dana Keistimewaan diharapkan dapat meningkatkan potensi

kegiatan perekonomian seperti penataan wawasan budaya pendukung

keistimewaan, pengembangan industri kreatif berbasis budaya, pengembangan

desa budaya, dan pengembangan desa wisata berbasis budaya yang dapat menarik

investor untuk menanamkan modalnya di DIY, sehingga pertumbuhan ekonomi

meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk

meneliti pengaruh Dana Keistimewaan terhadap kesejahteraan masyarakat dan

Bidang 2013 2014 2015 2016

Tata

Pemerintahan

0 400.000 0 0

Kelembagaan 2.516.142,5 1.676.000 1.650.000 1.800.000

Kebudayaan 212.546.511 375.178.719 420.800.000 179.050.365

Pertanahan 6.300.000 23.000.000 10.600.000 13.850.000

Tata Ruang 10.030.000 123.620.000 114.400.000 352.749.635

Jumlah 231.392.653,5 523.874.719 547.450.000 547.450.000

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 5: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

86

kemiskinan dengan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel

intervening. Kesejahteraan masyarakat dalam penelitian ini diukur dengan IPM,

sedangkan kemiskinan diukur dengan RPM.

Tabel 1.5

PDRB ADHK 2010 Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2010-2016

Sumber: BPS DIY.

Rumusan Masalah

1. Apakah Dana Keistimewaan berpengaruh terhadap belanja modal pada

APBD kabupaten/kota di DIY?

2. Apakah Dana Keistimewaan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di DIY?

3. Apakah belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di DIY?

4. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan

masyarakat kabupaten/kota di DIY?

5. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kemiskinan

kabupaten/kota di DIY?

Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji pengaruh Dana Keistimewaan terhadap belanja modal pada

APBD kabupaten/kota di DIY.

2. Untuk menguji pengaruh Dana Keistimewaan terhadap pertumbuhan

ekonomi kabupaten/kota di DIY.

3. Untuk menguji pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di DIY.

4. Untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan

masyarakat kabupaten/kota di DIY.

5. Untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

kabupaten/kota di DIY.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis dan akademis pada penelitian ini yaitu sebagai sarana untuk

menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh Dana keistimewaan

terhadap kesejahteraan masyarakat dan kemiskinan dengan belanja modal dan

pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening.

-

10.000.000.000.000

20.000.000.000.000

30.000.000.000.000

40.000.000.000.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jogja

Bantul

Sleman

kulon Progo

Gunungkidul

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 6: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

87

2. Manfaat praktisi pada penelitian ini yaitu sebagai sarana informasi bagi

pemerintahan daerah DIY dalam memaksimalkan penyerapan Dana

Keistimewaan yang dampaknya dapat dinikmati masyarakat DIY secara

maksimal. Penelitian ini diharapkan juga dapat sebagai referensi bagi

akademisi dan peneliti pada umumnya yang ingin melakukan penelitian

berikutnya dalam bidang yang sama.

Batasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan tahun 2014-2016 sebagai periode penggunaan Dana

Keistimewaan. Penelitian ini tidak menggunakan tahun 2013 sebagai awal

penggunaan Dana Keistimewa karena dalam Laporan Kinerja Dana Keistimewaan

belum adanya rincian alokasi untuk kabupaten/kota. Penelitian ini meneliti

variabel Dana Keistimewaan terhadap kesejahteraan masyarakat yang diukur

dengan IPM dan kemiskinan diukur dengan RPM dengan belanja modal dan

pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening. Variabel Dana Keistimewaan

diukur berdasarkan realisasi alokasi Dana Keistimewaan kabupaten/kota di DIY

selama periode 2014-2016.

Variabel belanja modal pada penelitian ini menggunakan data realisasi

belanja modal APBD kabupaten/kota di DIY tahun 2014-2016, variabel belanja

modal tidak menggunakan belanja modal khusus Dana Keistimewaan, karena data

tersebut tidak dapat ditelusuri oleh DPPKA DIY. Sedangkan variabel

pertumbuhan ekonomi pada penelitian ini menggunakan PDRB Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK). Penelitian ini mengacu pada kabupaten/kota seperti, Bantul,

Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta.

TINJAUAN TEORI DAN METODE PENELITIAN

Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai kontrak

antara prinsipal dengan agen untuk melakukan beberapa layanan atas nama

mereka yang melibatkan pendelegasian sebagai wewenang pengambilan

keputusan kepada agen. Menurut Halim dan Abdullah (2006), teori keagenan

yaitu teori yang mengaitkan hubungan prinsipal dengan agen yang berasal dari

teori ekonomi, sosiologi, dan organisasi. Teori keagenan menjelaskan hubungan

antara prinsipal dengan agen yang dikontrak oleh prinsipal untuk bekerja demi

kepentingan prinsipal, maka pihak agen harus mempertanggungjawabkan semua

pekerjaanya kepada prinsipal. Hubungan antara prinsipal dengan agen

mengakibatkan adanya informasi asimetri, karena agen yang diberikan wewenang

oleh prinsipal memiliki lebih banyak informasi daripada prinsipal.Berkaitan

dengan penelitian ini teori keagenan didasari adanya desentralisasi asimetris

antara daerah yang menerima dana otsus/Dana Keistimewaan dengan daerah yang

tidak menerima dana otsus/Dana Keistimewaan, sehingga daerah seperti DIY

yang mendapatkan Dana Keistimewaan mendapatkan tambahan transfer dana dari

pemerintah pusat. Tambahan transfer dana tersebut seharusnya dapat

meningkatkan belanja modal dan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan jika

penggunaan dana tersebut efisien dan efektif.

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 7: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

88

Hubungan agensi pada penelitian ini terjadi antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, pemerintah daerah dengan pengguna anggaran, dan pengguna

anggaran dengan kuasa pengguna anggaran. Pemerintah pusat sebagai prinsipal

memberikan Dana Keistimewaan kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk

melestarikan keistimewaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DIY.

Pemerintah daerah juga dapat berperan sebagai prinsipal yang memberikan

anggaran Dana Keistimewaan kepada Pengguna Anggaran (PA) untuk

melaksanakan wewenang keistimewaan. Namun, Pengguna Anggaran (PA) juga

berperan sebagai prinsipal yang memberikan kuasa penggunaan anggaran Dana

Keistimewaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk membelanjakan

anggaran Dana Keistimewaan. Agar penggunaan Dana Keistimewaan tersebut

tidak menyimpang dari tujuannya, maka Bappeda DIY ditunjuk sebagai fungsi

monitoring dan evaluasi dan pembentukkan Pansus Danais oleh DPRD DIY untuk

mengawasi pelaksanaan Dana Keistimewaan.

Teori Desentralisasi Fiskal

Penerapan desentralisasi fiskal oleh pemerintah pusat bertujuan untuk mendorong

kemandirian pemerintah daerah dalam mengelola tata pemerintahan dan

keuangannya. Namun, pemerintah pusat tidak lepas tangan secara penuh dalam

memberikan wewenang kepada pemerintah daerah, sehingga dalam penerapan

desentralisasi fiskal dibentuklah UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah yang diganti menjadi UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. Menurut Mardiasmo (2002), pemberian otonomi daerah tidak lagi

sekedar menjalankan instruksi dari pusat, tetapi benar-benar mempunyai

keleluasaan untuk meningkatkan kreativitas dalam mengembangkan potennsi

daerah dan diharapkan pemerintah daerah semakin mandiri, mengurangi

ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan mampu meningkatkan kepercayaan

publik. Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya harus

membuat suatu rencana pendapatan dan belanja untuk tahun tertentu yang disebut

Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD). Namun, pendapatan daerah

tidak bisa sepenuhnya untuk membiayai pembangunan. Oleh karena itu, transfer

dana dari pusat menjadi sumber penerimaan untuk mendukung pembangunan.

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemberian

sumber keuangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berupa

pendapatan transfer yaitu Dana perimbangan seperti Dana Bagi Hasil (DBH),

Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK); Dana Otonomi

Khusus (Dana Otsus) untuk Nanggroe Aceh Darussalam, Papua dan Papua Barat;

Dana Keistimewaan (Danais) untuk DIY; dan Dana Desa.

Menurut Shah dan Thompson (2002), desentralisasi fiskal dapat berjalan

efektif karena ada 3 komponen yaitu (1) adanya otonomi dan kecukupan dalam

penerimaan (revenue autonomy and adequacy); (2) adanya otonomi dalam

pengeluaran (expenditure autonomy); adanya hak istimewa untuk melakukan

pinjaman (borrowing privileges). Menurut UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pasal 42 ayat 1 dan 3, pemerintah

menyediakan pendanaan dalam rangka penyelenggaraan urusan keistimewaan

DIY berupa Dana Keistimewaan yang diperuntukkan bagi dan dikelola oleh

pemerintah daerah DIY yang pengalokasian dan penyalurannya melalui

mekanisme transfer ke daerah. Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 8: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

89

Nomor 124/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Pasal 1 ayat 4, Dana Keistimewaan

adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan untuk mendanai

kewenangan keistimewaan dan merupakan bagian dari dana transfer ke daerah.

Teori Belanja Modal

Menurut PSAP Nomor 2 tentang Laporan Realisasi Anggaran, belanja modal

adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang

member manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja

tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud. Akuntansi belanja

disusun selain untuk memenuhi pertanggungjawaban sesuai ketentuan, juga dapat

dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi manajemen. Menurut Asiri et

al. (2016), belanja modal secara umum dialokasikan untuk membangun sarana-

prasarana yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta

merangsang pihak swasta untuk berinvestasi. Belanja modal akan dialokasikan

oleh pemerintah daerah untuk mendanai kegiatan pembangunan yang ditujukan

untuk kepentingan masyarakat, serta kegiatan ini akan menimbulkan permintaan

barang dan jasa yang akan direspon oleh produsen untuk menghasilkan barang

dan jasa sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah (Badrudin, 2017).Dana

Keistimewaan yang ditransfer oleh pemerintah pusat akan dibelanjakan sesuai

dengan program dan kegiatan. Pengguna Anggaran (PA) yang bertanggung jawab

dalam penggunaan Dana Keistimewaan untuk belanja yaitu Biro Tata Pemerintah

sebagai PA bidang tata cara jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur; Biro

Organisasi sebagai PA bidang kelembagaan; Dinas Kebudayaan sebagai PA

bidang kebudayaan; dan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang sebagai PA bidang

pertanahan dan bidang tata ruang.

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah daerah dipandang perlu memerhatikan pertumbuhan ekonomi sebagai

sebuah instrumen dalam mendorong pembangunan ekonomi agar pada akhirnya

dapat mencapai tujuan penanggulangan kemiskinan yang efektif dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi

maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga

akan meningkat. Kaldor (1963) menyatakan pertumbuhan ekonomi yang cepat

harus mengkorbankan (trade off) pemerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan

yang cepat terjadi pada saat share yang diterima oleh pemilik modal lebih besar

dari share yang diterima oleh pemilik tenaga kerja agar terjadi peningkatan

tabungan untuk investasi, dan growth with distribution lebih menekankan kepada

peningkatan produktivitas dan investasi luar negeri untuk meningkatkan produksi

nasional.

Menurut Kuznets (1995), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan

kapasitas jangka panjang suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai

dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idelogis yang

diperlukannya. Pertumbuhan ekonomi itu dicapai oleh tiga faktor yaitu

peningkatan persediaan barang yang stabil, perkembangan/kemajuan teknologi,

dan penggunaan teknologi secara efisien dan efektif. Menurut Badrudin (2017),

pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 9: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

90

ekonomi di suatu daerah. Salah satu bentuk pembangunan ekonomi adalah

pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan

pemerintahan daerah. Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) per tahun yang dinyatakan dalam satuan persen. Oleh

karena itu untuk menghitung laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah harus

mengetahui nilai PDRBnya. Menurut Sumbayak et al. (2015), penting sekali

adanya pertumbuhan PDRB yang terus meningkat setiap tahun agar terjadi

kemajuan perekonomian dan pada akhirnya tercermin secara rill dalam

pendapatan masyarakat (PDRB per kapita).

Teori Kesejahteraan Masyarakat dan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi seharusnya juga memberikan manfaat langsung terhadap

peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan alokasi

belanja rumah tangga untuk makanan yang bergizi dan pendidikan, sehingga

meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Ranis, 2004). Kesejahteraan masyarakat

menunjukkan ukuran hasil pembangunan masyarakat dalam mencapai kehidupan

yang lebih baik. Berdasarkan UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan

masyarakat adil dan makmur. Masyarakat adil dan makmur adalah kondisi

masyarakat yang dicapai dengan konsep dan proses pembangunan inklusif.

Pembangunan ekonomi inklusif adalah pembangunan ekonomi yang mampu

mewujudkan pertumbuhan ekonomi (pro growth) yang disertai dengan pro job

(penyerapan tenaga kerja), pro poor (pengurangan angka kemiskinan), dan pro

equity (pemerataan distribusi pendapatan), pro enviroment (tidak merusak

lingkungan hidup). Artinya pembangunan yang berorientasi pada pencapaian laju

pertumbuhan ekonomi tertentu namun tetap mempertimbangkan penyerapan

tenaga kerja dengan mengurangi angka pengangguran terbuka, pengurangan rasio

penduduk miskin, pengurangan gini rasio, dan pembangunan yang berorientasi

pada lingkungan hidup (Badrudin, 2017).

Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap bangsa yang

penanganannya dilakukan dengan memenuhi hak-hak dasar masyarakat melalui

pembangunan inklusif. Kemiskinan memang merupakan masalah bagi setiap

negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Kondisi kemiskinan

setidaknya disebabkan oleh rendahnya taraf pendidikan, rendahnya kualitas

kesehatan, terbatasnya lapangan pekerjaan, kondisi demografi yang sulit maupun

terisolasi dan ketidakstabilan politik. Menurut Chambers (1987), inti

permasalahan kemiskinan terletak pada apa yang disebut perangkap kemiskinan

(deprivation trap) yaitu terdiri dari kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, isolasi,

kerentanan dan ketidakberdayaan. United Nations Development Programme

(UNDP) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi kekurangan pendapatan dan

kesulitan ekonomi. Namun, kemiskinan juga dipandang sebagai suatu keadaan

dimana kurangnya akses terhadap pendidikan, kesehatan, maupun mempengaruhi

proses politik dan faktor lainnya yang penting bagi masyarakat.

Penelitian terdahulu

1. Larasati (2016) meneliti tentang Implementasi Dana Keistimewaan Periode

Tahun 2013-2015 di Biro Hukum Sekretariat DIY. Hasilnya menunjukkan

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 10: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

91

bahwa Dana Keistimewaan di Biro Hukum Setda DIY telah terlaksana

dengan baik meskipun realisasi dana belum sepenuhnya optimal.

2. Nuriyatman (2016) meneliti tentang Implementasi Desentralisasi di DIY

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan

DIY. Hasilnya menunjukkan bahwa masih terdapat kendala-kendala teknis

dalam penyerapan anggaran yaitu dari sisi transfer Dana Keistimewaan.

3. Kartika (2014) meneliti tentang Analisis Kesiapan Pengelolaan Dana

Keistimewaan DIY tahun Anggaran 2013. Hasilnya menunjukkan bahwa ada

empat kendala dalam mengelola Dana Keistimewaan yaitu terbatasnya waktu

pelaksanaan, belum rincinya penerjemahan makna keistimewaan sesuai

Perdais, padatnya kegiatan pemerintahan reguler, dan terbatasnya jumlah

SDM. Namun, pemerintah memiliki lima upaya dalam rangka optimalisasi

Dana Keistimewaan yaitu membatasi tugas dan fungsi, menyusun

perencanaan lebih awal, menyusun usulan rincian Perdais, menyesuaikan

KPA, dan mengajukan permohonan penyesuaian sesi atau termin.

4. Fadlan (2016) meneliti tentang Kebijakan Mengenai Ketidakpastian Besaran

Persentase Dana Keistimewaan bagi DIY. Hasilnya menunjukkan bahwa

terdapat berbagai indikator penilaian kebutuhan Dana Keistimewaan,

sehingga tidak merugikan pemerintah pusat sebagai pemberi, dan atau

pemerintah DIY sebagai penerima. Pemberian Dana Keistimewaan bagi DIY

tidak bertentangan dengan konstitusi, karena pemberian status keistimewaan

oleh pemerintah pusat pasti diikuti dengan tambahan desentralisasi fiskal.

5. Pradhani (2016) meneliti tentang Pengaturan dan Pengelolaan Keuangan

Urusan Kebudayaan sebagai Urusan Pemerintahan Konkuren dan Urusan

Keistimewaan di DIY. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak adanya aturan

yang mengatur bahwa seluruh urusan kebudayaan di DIY merupakan urusan

keistimewaan, namun secara tidak langsung dengan didanainya program dan

kegiatan seluruh urusan kebudayaan dengan dana keistimewaan, kecuali

pengeluaran rutin, menunjukkan bahwa urusan kebudayaan di DIY setelah

diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan urusan

keistimewaaan.

6. Sakir dan Mutiarin (2015) meneliti tentang Kebijakan Anggaran Dana

Keistimewaan DIY. Hasilnya menunjukkan bahwa belum semua stakeholder

memahami bahwa progam/kegiatan keistimewaan pada dasarnya juga

merupakan bagian dari Program Pembangunan Daerah, ketidaksiapan dan

kekhawatiran dari PA dan KPA terkait pengadaan barang dan jasa, terutama

bagi Kabupaten/Kota. Selama ini pengadaan barang dan jasa dianggap

sebagai aktivitas yang beresiko bagi panitia pengadaan maupun pejabat

pembuat komitmen, kekurangan sumber daya manusia (SDM) sebagai

pelaksana dan pengelolaan keuangan dana keistimewaan, perencanaan

program, kegiatan dan anggaran belum mencerminkan kebutuhan dan

kapasitas dari PA/KPA masing-masing kewenangan keistimewaan, dan

partisipasi masyarakat DIY dalam pelaksanaan kewenangan keistimewaan

belum dilibat sejak awal perumusan program, kegiatan dan penganggaran.

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 11: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

92

Pengembangan Hipotesis

Dana Keistimewaan terdiri atas lima bidang kewenangan yaitu bidang

kebudayaan, bidang kelembagaan, bidang tata cara pengisian jabatan, bidang

pertanahan dan tata ruang. Dana Keistimewaan yang dialokasikan pada bidang

kelembagaan, kebudayaan, pertanahan dan tata ruang, selama periode 2013-2016

mengalami kenaikan signifikan. Dana keistimewaan seharusnya digunakan untuk

menyediakan lebih banyak fasilitas publik yang terkait dengan tata ruang,

pertanahan, kebudayaan dan kelembagaan.

Semakin tinggi Dana Keistimewaan yang diberikan pemerintah pusat,

maka semakin tinggi belanja modal pemerintah daerah, karena pemerintah daerah

DIY mendapatkan tambahan anggaran untuk dibelanjakan dalam rangka

menyelenggarakan keistimewaan dan kesejahteraan masyarakat. Sakir dan

Mutiarin (2015), Larasati (2016), Nuriyatman (2016), dan Kartika (2016)

menyatakan penyerapan Dana Keistimewaan belum optimal karena adanya

kendala-kendala terhadap penyerapan Dana Keistimewaan yaitu seperti

kekurangan sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaksana dan pengelolaan

keuangan Dana Keistimewaan dan belum rincinya penerjemahan makna

keistimewaan sesuai Perdais.

H1: Dana Keistimewaan berpengaruh positif terhadap belanja modal APBD

kabupaten/kota di DIY.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan

pembangunan ekonomi di suatu daerah. Salah satu bentuk pembangunan ekonomi

adalah pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang mendukung

kegiatan pemerintahan daerah. Dana keistimewaan akan dialokasikan untuk

mendanai lima bidang kewenangan keistimewaan, Dana Keistimewaan menjadi

sumber pendapatan yang baru bagi pembangunan DIY khususnya pada lima

urusan kewenangan keistimewaan. Hal tersebut akan memberikan dampak pada

pembangunan yang meningkatkan produksi barang dan jasa terutama pada bidang

kebudayaan untuk meningkatkan sektor pariwisata. Adanya peningkatan sektor

pariwisata yang menjadi pendapatan unggulan dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi pada kabupaten/kota di DIY.

Sakir dan Mutiarin (2015) menyatakan bahwa Dana Keistimewaan kurang

optimal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena belum rincinya

penerjemahan makna keistimewaan sesuai Perdais. Kartika (2016), menyatakan

walaupun penyerapan Dana Keistimewaan kurang optimal, namun pemerintah

memiliki lima upaya dalam rangka optimalisasi Dana Keistimewaan yaitu

membatasi tugas dan fungsi, menyusun perencanaan lebih awal, menyusun usulan

rincian Perdais, menyesuaikan KPA, dan mengajukan permohonan penyesuaian

sesi atau termin. Menurut Fadlan (2016), pemberian keistimewaan kepada DIY

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena pemberian keistimewaan

diikuti dengan tambahan desentralisasi fiskal berupa Dana Keistimewaan.

H2: Dana Keistimewaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi kabupaten/kota di DIY.

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 12: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

93

Belanja modal digunakan untuk mendanai kegiatan pembangunan yang

ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Pembangunan tersebut dapat berupa

tanah; persediaan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi dan jaringan;

dan fasilitas publik lain sehingga dapat memudahkan aksesibilitas masyarakat

dalam kegiatan sehari-hari dan untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.

Jika kegiatan ekonomi masyarakat tidak didukung oleh pemerintah daerah, maka

pertumbuhan ekonomi tidak akan meningkat. Menurut Sasana (2009), tambahan

desentralisasi fiskal berdampak pada pertumbuhan ekonomi, apabila desentralisasi

fiskal dipusatkan pada pengeluaran/pembelanjaan publik

Menurut Kuncorojati (2015), peningkatan belanja modal dapat

memberikan dampak pada pembangunan yang meningkatkan produksi barang dan

jasa, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Sedangkan menurut Asiri

et al. (2016) belanja modal secara umum dialokasikan untuk membangun sarana-

prasarana yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta

merangsang pihak swasta untuk berinvestasi. Alokasi belanja modal yang

digunakan untuk pembangunan dan perbaikkan infrastruktur dan fasilitas publik

dapat meningkatkan investasi berupa aset maupun dana segar. Peningkatan

investasi diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik.

H3: Belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di DIY.

Pembangunan ekonomi dapat diukur dengan adanya pertumbuhan

ekonomi, peningkatan pertumbuhan ekonomi juga memberikan manfaat langsung

terhadap peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan

alokasi belanja rumah tangga untuk makanan yang bergizi dan pendidikan,

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Ranis, 2004). Tingkat

pertumbuhan ekonomi suatu negara menunjukkan tingkat kemakmuran

masyarakat. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar kesejahteraan

masyarakat. Selain pendapatan nasional, pendapatan per kapita juga menjadi tolak

ukur yang paling sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat.

Midgley dan Conley (2010) menyatakan bahwa pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi wajib menghasilkan perbaikkan dalam wujud nyata dari

kesejahteraan masyarakat dengan menitikberatkan pada peningkatan standar

kehidupan, pendidikan dan kesehatan. Apabila pertumbuhan ekonomi baik, maka

tingkat pendapatan masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan pendapatan

yang terjadi meningkatkan kebutuhan hidup masyarakat yang lebih baik, hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pembangunan masyarakat meningkat. Kuncorojati

(2015) memiliki pernyataan yang berbeda, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi

justru semakin menurun kesejahteraan masyarakat, karena pertumbuhan ekonomi

yang hanya menitikberatkan pada pembangunan eksklusif.

H4: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap Kesejahteraan

Masyarakat kabupaten/kota di DIY.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat menggambarkan kenaikkan aktivitas

ekonomi yang kemudian diharapkan dapat mampu menurunkan angka kemiskinan.

Pertumbuhan PDRB per kapita dinilai lebih mencerminkan kondisi perubahan

perekonomian lapisan masyarakat atau kemajuan dari tingkat kesejahteraan

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 13: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

94

masyarakat (welfare). Menurut Sumbayak et al. (2015), penting sekali adanya

pertumbuhan PDRB yang terus meningkat setiap tahun agar terjadi kemajuan

perekonomian dan pada akhirnya tercermin secara rill dalam pendapatan

masyarakat (PDRB per kapita). Dengan adanya peningkatan pertumbuhan

ekonomi, maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor

produksi juga akan meningkat, sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan.

Kuncorojati (2015) menyatakan bahwa, semakin tinggi pertumbuhan

ekonomi maka semakin tinggi pula angka kemiskinan. Meningkatnya angka

kemiskinan dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tidak diiringi dengan

pembangunan dan perbaikkan fasilitas publik untuk masyarakat miskin.

Sedangkan hasil penelitian hasan dan Zikriah (2010), peningkatan PDRB

memberikan dampak terhadap jumlah penduduk miskin, peningkatan PDRB

mengindikasikan kemudahaan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi

maupun sosial kemasyarakatan. Sasana (2009) menyatakan bahwa, menurunnya

angka kemiskinan merupakan efek dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

H5: Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap kemiskinan

kabupaten/kota di DIY.

Metode Penelitian

Populasi yang akan menjadi objek penelitian ini adalah realisasi penggunaan Dana

Keistimewaan pada lima bidang secara keseluruhan dari Bidang Kebudayaan,

Bidang Pertanahan, Bidang Tata Ruang, Bidang Kelembagaan dan Tata Cara

Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur dan anggaran pada

kabupaten/kota di DIY selama tahun 2014-2016. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Sumber data penelitian

ini adalah:

1. Data Laporan Realisasi Anggaran APBD kabupaten/kota di DIY dan Laporan

Kinerja Dana Keistimewaan selama periode 2014-2016 yang diperoleh secara

langsung dari Bappeda DIY. Data yang diperoleh yaitu realisasi Dana

Keistimewaan dan belanja modal APBD kabupaten/kota di DIY.

2. Data pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di DIY selama periode 2014-

2016 yang diperoleh dari BPS melalui www.bps.go.id.

3. Data kesejahteraan masyarakat pada penelitian ini diukur menggunakan IPM

dan data tentang kemiskinan diukur menggunakan RPM selama periode

2014-2016 yang diperoleh dari BPS memalui www.bps.go.id.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model

analisis Partial Least Square (PLS) untuk menguji pengaruh. Menurut Ghozali

(2014), tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel

laten untuk tujuan prediksi dengan model analisis:

1. Inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten. Inner model

menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive

theory.

2. Outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan

indikator atau variabel manifest. Outer model mendefinisikan bagaimana

setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya.

3. Weight relation mengestimasi nilai kasus dari variabel laten. Tanpa

kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 14: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

95

indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit variance (nilai

standardize), sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat

dihilangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dana Keistimewaan memiliki nilai realisasi terendah sebesar Rp4.125.771.950

yaitu di Kabupaten Sleman pada tahun 2014, nilai realisasi tertinggi sebesar

Rp493.501.137.133 yaitu di Kota Yogyakarta pada tahun 2016, dan nilai rata-rata

realisasi tahun 2014-2016 sebesar Rp85.418.234.747. Variabel belanja modal

memiliki nilai realisasi terendah sebesar Rp127.289.721.491 yaitu di Kabupaten

Gunungkidul pada tahun 2014, nilai realisasi tertinggi sebesar Rp426.782.827.409

yaitu di Kabupaten Sleman di tahun 2016, dan nilai rata-rata realisasi tahun 2014-

2016 sebesar Rp274.054.113.593. Variabel pertumbuhan ekonomi memiliki laju

pertumbuhan terendah sebesar 4,54% yaitu di Kabupaten Gunungkidul pada tahun

2014, laju pertumbuhan tertinggi sebesar 5,30% yaitu di Kabupaten Sleman pada

tahun 2014, dan rata-rata laju pertumbuhan tahun 2014-2016 sebesar 4,97%.

Berdasarkan tabel 4.2, tampak bahwa IPM memiliki nilai terendah sebesar 67,03

yaitu di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014, nilai tertinggi sebesar 85,32

yaitu di Kota Yogyakarta pada tahun 2016, dan nilai rata-rata sebesar 76,54.

Persentase RPM memiliki nilai terendah sebesar 7,70% di Kota Yogyakarta pada

tahun 2016, nilai tertinggi sebesar 21,73% yaitu di Kabupaten Gunungkidul pada

tahun 2015, dan nilai rata-rata sebesar 14,40%.

Tabel 4.1

Analisis Deskriptif Dana keistimewaan, Belanja Modal, dan

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di DIY DIY Tahun 2014-2016

Keterangan

N

Dalam Rupiah Pertumbuhan

Ekonomi

(%) Dana

Keistimewaan

Belanja Modal

Minimum 15 4.125.771.950 127.289.721.491 4,54

Maksimum 15 493.501.137.133 426.782.827.409 5,30

Rata-rata 15 85.418.234.747 274.054.113.593 4,97

Deviasi Standar 15 159.032.101.004 78.842.307.599 0,2256

Sumber: Data Penelitian, diolah

Tabel 4.2

Analisis Deskriptif Indikator IPM dan RPM

Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2014-2016

Keterangan N IPM RPM

Minimum 15 76,44 13,10%

Maksimum 15 85,32 15,03%

Rata-rata 15 77,31 14,40%

Deviasi Standar 15 0,862 0,90%

Sumber: Data Penelitian, diolah

Berdasarkan tabel 4.1 tampak bahwa realisasi terendah Dana Keistimewaan

yaitu di kabupaten Sleman justru memiliki nilai realisasi belanja modal tertinggi

dan memiliki laju pertumbuhan PDRB tertinggi di DIY. Sebaliknya, nilai realisasi

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 15: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

96

tertinggi Dana Keistimewaan yaitu Kota Yogyakarta memiliki nilai realisasi

belanja modal dan laju pertumbuhan PDRB lebih rendah daripada kabupaten

Sleman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan Dana

Keistimewaan belum tentu dapat meningkatkan realisasi belanja APBD.

Peningkatan belanja modal APBD kabupaten/kota di DIY disebabkan oleh adanya

peningkatan Dana Perimbangan dan Dana Desa

Penelitian Outer Model

Nilai indicator weight untuk IPM dan RPM signifikan atau kurang dari 5%, hal ini

menunjukkan model pengukuran untuk menguji konstruk dalam rangka

mengetahui kemampuan instrument mengukur apa yang seharusnya diukur

dengan menggunakan indicator weight adalah signifikan. IPM sebagai indikator

untuk mengukur variabel kesejahteraan masyarakat dan RPM sebagai indikator

untuk mengukur variabel kemiskinan ditunjukkan dengan hasil outer weight yang

hasilnya menunjukkan <0,001. Variabel dalam penelitian ini memiliki nilai

indicator weight untuk semua variabel yaitu variabel eksogen Dana Keistimewaan,

variabel endogen intervening belanja modal, pertumbuhan ekonomi, variabel

endogen kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan IPM dan kemiskinan yang

diukur dengan RPM nilai signifikansinya <0,001.

Tabel 4.3

Indicator Weight Variabel Manifes

Indikator Nilai Indicator Weight Keterangan

IPM <0,001 Signifikan

RPM <0,001 Signifikan

Sumber: Data diolah

Penelitian Inner Model

Model struktural atau inner model pada penelitian akan disebut fit apabila p-value

dari ARS dan APC <5%, serta nilai AVIF <5. Model struktural atau inner model

pada kerangka konseptual akan dihitung Goodness of Fit Inner Model berdasarkan

nilai R2 masing-masing variabel endogen. Nilai R

2 variabel endogen pada

penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.4. Goodness of Fit Inner Model pada

analisis PLS menggunakan ukuran Stone-Geisser Q-Square Test yang berupa nilai

Q-Square predictive relevance dihitung berdasarkan nilai R2 masing-masing

variabel eksogen yaitu variabel belanja modal sebesar 0,12, pertumbuhan

ekonomi sebesar 0,57, dan kesejahteraan masyarakat sebesar 0,20. Dengan

demikian, nilai Q-Square predictive relevance sebesar:

Q2

= 1-(1-R12) (1-R2

2) (1-R3

2) (1-R4

2)

=1-(1-0,12)(1-0,57)(1-0,80)(1-0,91)

=1-(0,88)(0,43)(0,20)(0,09)

=1-0,0083952

= 0,9931888

Tabel 4.4

Nilai R2 Variabel Eksogen

Variabel Eksogen Nilai R2

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 16: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

97

Belanja Modal (R12) 0,12

Pertumbuhan Ekonomi (R22) 0,57

Kesejahteraan Masyarakat (R32) 0,80

Kemiskinan (R32) 0,91

Sumber: Data diolah

Tabel 4.5

Goodness of Fit Test

Hasil p-value Kriteria Keterangan

APC= 0,647 <0,001 <0,05 Diterima

ARS= 0,601 <0,001 <0,05 Diterima

AVIF= 1,000 <5, ideally <3 Diterima

Sumber: Data diolah

Pengujian Hipotesis

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Hipotesis

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Koefisien Jalur p-value Prediksi Temuan Hipotesis

DKBM (H1) -0,34 0,06 + - Ditolak

DKPE (H2) 0,40 0,03 + + Diterima

BMPE (H3) 0,65 <0,01 + + Diterima

PEKM (H4) 0,89 <0,01 + + Diterima

PEMS (H5) -0,33 <0,01 - - Diterima

Sumber: Data diolah

1. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Dana Keistimewaan tidak

berpengaruh terhadap belanja modal yang ditunjukkan dengan nilai p-value

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 17: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

98

sebesar 0,06 lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05.

Dengan demikian, hipotesis H1 yang menyatakan bahwa Dana Keistimewaan

berpengaruh positif terhadap belanja modal APBD kabupaten/kota di DIY

ditolak. Hasil dari pengujian ini mendukung penelitian Larasati (2016),

Nuriyatman (2016), dan Kartika (2016) yang menyatakan penyerapan Dana

Keistimewaan belum optimal karena adanya kendala-kendala terhadap

penyerapan Dana Keistimewaan. Menurut Sakir dan Mutiarin (2015) kendala-

kendala tersebut berupa pelaksanaan kebijakan anggaran Dana Keistimewaan

yang masih memprioritaskan untuk urusan kebudayaan, yaitu tahun 2013

sebesar 91,89%, tahun 2014 sebesar 71,62% dan tahun 2015 sebesar 76,87%,

dimana Dana Keistimewaan yang digunakan untuk belanja modal sangatlah

rendah; dan kualitas belanja Dana Keistimewaan yang penyerapannya tidak

maksimal sejak tahun 2013 sampai tahun 2015, di tahun 2013 serapan

anggaran sebesar 23,58%, tahun 2014 sebesar 64,88% dan tahun 2015

sebesar 20,06% karena kurangnya SDM sebagai pelaksana dan pengelolaan

keuangan Dana Keistimewaan dan belum rincinya penerjemahan makna

keistimewaan sesuai Perdais.

2. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Dana Keistimewaan

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan

nilai p-value sebesar 0,03 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan

yaitu 0,05 dan nilai koefisien jalur sebesar 0,40 yang memiliki angka positif.

Dengan demikian, hipotesis H2 yang menyatakan bahwa Dana Keistimewaan

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di DIY

diterima. Hasil pengujian ini tidak mendukung penelitian Sakir dan Mutiarin

(2015) yang menyatakan bahwa Dana Keistimewaan belum optimal dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena belum semua pemangku

kepentingan memahami bahwa Program/Kegiatan Keistimewaan pada

dasarnya juga merupakan bagian dari Program Pembangunan, ketidakpastian

dan kekhawatiran dari pengguna anggaran (PA) dan Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) terkait pengadaan barang dan jasa, terutama bagi

Kabupaten/Kota, kepentingan Dana Keistimewaan belum memiliki

identifikasi output dan outcome secara jelas, sehingga belum

menggambarkan/mencerminkan perkembangan Dana Keistimewaan, persepsi

pemangku Dana Keistimewaan antara pemerintah pusat, Kasultanan,

Pakualaman, elit politik, masyarakat dan pemilik modal yang belum sama,

sejak tahun 2013 sampai tahun 2015 dampak adanya Dana Keistimewaan

belum dapat dinikmati oleh masyarakat secara maksimal, di tahun 2014

angka kemiskinan DIY paling tinggi di Jawa yaitu sebesar 14,55%. Kartika

(2016), menyatakan walaupun penyerapan Dana Keistimewaan kurang

optimal, namun pemerintah memiliki lima upaya dalam rangka optimalisasi

Dana Keistimewaan yaitu membatasi tugas dan fungsi, menyusun

perencanaan lebih awal, menyusun usulan rincian Perdais, menyesuaikan

KPA, dan mengajukan permohonan penyesuaian sesi atau termin, sehingga

alokasi Dana Keistimewaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Fadlan (2016), pemberian keistimewaan kepada DIY dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena pemberian keistimewaan diikuti

dengan tambahan desentralisasi fiskal berupa Dana Keistimewaan. Dengan

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 18: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

99

demikian pengalokasian Dana Keistimewaan dapat dioptimalkan untuk

pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di DIY.

3. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel belanja modal berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai p-value

<0,01 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan nilai

koefisien jalur sebesar 0,65 yang memiliki angka positif. Dengan demikian,

hipotesis H3 yang menyatakan bahwa belanja modal berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di DIY diterima. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian Kuncorojati (2015) yang menyatakan

belanja modal berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menurut Sumbayak et al. (2015), penting sekali adanya pertumbuhan PDRB

yang terus meningkat setiap tahun agar terjadi kemajuan perekonomian dan

pada akhirnya tercermin secara rill dalam pendapatan masyarakat (PDRB per

kapita). Dengan adanya peningkatan belanja modal maka diharapkan akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Sasana (2009), tambahan

desentralisasi fiskal berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Apabila

desentralisasi fiskal dipusatkan pada pengeluaran /pembelanjaan publik, maka

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Menurut Asiri et al. (2016)

belanja modal secara umum dialokasikan untuk membangun sarana-prasarana

yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta

merangsang pihak swasta untuk berinvestasi. Alokasi belanja modal yang

digunakan untuk pembangunan dan perbaikkan infrastruktur dan fasilitas

publik dapat meningkatkan investasi berupa aset maupun dana segar.

Peningkatan investasi diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan

publik. Dengan adanya pembangunan oleh pemerintah dan tambahan

investasi tersebut, maka dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang optimal.

4. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan

dengan nilai p-value <0,01 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang

ditetapkan yaitu 0,05 dan nilai koefisien jalur sebesar 0,89 yang memiliki

angka positif. Dengan demikian, hipotesis H4 yang menyatakan bahwa

belanja modal berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat

kabupaten/kota di DIY diterima. Hasil pengujian pada penelitian ini tidak

mendukung dari penelitian Kuncorojati (2014) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan

masyarakat kabupaten/kota di DIY. Dilihat dari tabel 1.1, periode sesudah

penggunaan Dana Keistimewaan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yang diukur dengan indikator IPM. Penelitian yang dilakukan Ranis (2004) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan akan meningkatkan alokasi

belanja rumah tangga untuk makanan yang bergizi dan pendidikan, sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Midgley dan Conley (2010)

menyatakan bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wajib

menghasilkan perbaikkan dalam wujud nyata dari kesejahteraan masyarakat

dengan menitikberatkan pada peningkatan standar kehidupan, pendidikan dan

kesehatan. Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat.

Hal ini berarti, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin tinggi

pula kesejahteraan masyarakat kabupaten/kota di DIY.

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 19: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

100

5. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi

berpengaruh negatif terhadap kemiskinan yang ditunjukkan dengan nilai p-

value <0,01 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05

dan nilai koefisien jalur sebesar -0,96 yang memiliki angka negatif. Dengan

demikian, hipotesis H5 yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif terhadap kemiskinan kabupaten/kota di DIY diterima.

Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh negatif terhadap kemiskinan. Hal ini berarti semakin meningkat

pertumbuhan ekonomi maka semakin menurun angka kemiskinan di

kabupaten/kota di DIY. Hasil pengujian ini tidak mendukung hasil penelitian

Kuncorojati (2015) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Dilihat dari tabel 1.1, periode

sesudah penggunaan Dana Keistimewaan menurunkan angka keminskinan

yang diukur dengan indikator RPM. Sasana (2009) menyatakan bahwa,

menurunnya jumlah penduduk miskin merupakan efek dari meningkatnya

pertumbuhan ekonomi. Menurut hasan dan Zikriah (2010), peningkatan

PDRB memberikan dampak terhadap jumlah penduduk miskin, peningkatan

PDRB mengindikasikan kemudahaan masyarakat untuk melakukan aktivitas

ekonomi maupun sosial kemasyarakatan.

Kesimpulan

1. Hasil pengujian yang disajikan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa, variabel

Dana Keistimewaan tidak berpengaruh terhadap belanja modal. Hal ini berarti,

semakin tinggi alokasi Dana Keistimewaan belum dapat meningkatkan

belanja modal APBD kabupaten/kota di DIY.

2. Hasil pengujian yang disajikan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa, variabel

Dana Keistimewaan berpengaruh positif terhadap variabel pertumbuhan

ekonomi. Hal ini berarti, semakin tinggi alokasi Dana Keistimewaan, maka

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di DIY.

3. Hasil pengujian yang disajikan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa, variabel

belanja modal APBD kabupaten/kota di DIY berpengaruh positif terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti, semakin tinggi belanja modal

APBD kabupaten/kota di DIY, maka dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi kabupaten/kota di DIY, karena belanja modal digunakan untuk

pembangunan dan perbaikkan infrastruktur dan fasilitas pelayanan publik

yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian, sehingga memacu

meningkatnya pendapatan masyarakat.

4. Hasil pengujian yang disajikan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa, variabel

pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap variabel kesejahteraan

masyarakat kabupaten/kota di DIY. Hal ini berarti, semakin tinggi

pertumbuhan ekonomi, maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

kabupaten/kota di DIY.

5. Hasil pengujian yang disajikan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa, variabel

pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap variabel kesejahteraan

masyarakat kabupaten/kota di DIY. Hal ini berarti, semakin tinggi

pertumbuhan ekonomi, maka dapat menurunkan angka kemiskinan

kabupaten/kota di DIY.

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 20: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

101

Saran

1. Penambahan indikator untuk mengukur Indeks Gini dan pengangguran yang

dapat memberikan penjelasan apakah Dana Keistimewaan dapat menurunkan

Indeks Gini maupun pengangguran kabupaten/kota di DIY.

2. Penggunaan variabel belanja modal khusus Dana Keistimewaan agar dapat

mengintepretasikan seberapa besar Dana Keistimewaan digunakan untuk

belanja modal.

3. Penambahan waktu penelitian untuk mengetahui perkembangan alokasi Dana

Keistimewaan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan

kesejahteraan masyarakat, penrunan kemiskinan, penurunan pengangguran

dan perbaikkan nilai Indeks Gini.

DAFTAR PUSTAKA

Asiri, A. A. A, et al. 2016. Pengaruh Belanja Modal dan Investasi Swasta

Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Melalui Kesempatan Kerja di

Provinsi Sulawesi Utara Periode 2003-2013. Jurnal Berkala Ilmiah

Efisiensi, Vol. 16, No. 03.

[BPS] Badan Pusat Statistik Yogyakarta. (Online). https://yogyakarta.bps.go.id/

(diakses 2 Oktober 2017)

Badrudin, Rudy. 2017. Ekonomika Otonomi Daerah. Edisi Kedua. Yogyakarta:

UPP-STIM YKPN.

Fadlan, Herlambang. 2016. Kebijakan Mengenai Ketidakpastian Besaran

Prosentase Dana Keistimewaan Bagi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Ghozali, Imam. 2014. Partial Least Square Konsep, Metode dan Aplikasi:

Menggunakan Program WarpPLS 4.0. Semarang: Badan Penerbit-Undip.

Halim, Abdul dan Abdullah, Syukiriy. 2006. Studi atas Belanja Modal pada

Anggaran Pemerintah Daerah dan Hubungannya dengan Belanja

Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintahan

ISSN: 0216-8642, Vol. 2, No 2.

Hasan, T. I. B dan Zikriah.2010. Pengaruh Belanja Modal Pemerintah dan

Produk Domestik Bruto terhadap Penduduk Miskin di Aceh. Jurnal SAINS

Riset Vol. 1, No 13.

Jensen, M.C dan Meckling, W.H. 1976. The Theory of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance ial

Economics, Page 305-365

Kartika, Dewi. 2016. Analisis Kesiapan Pengelolaan Dana Keistimewaan daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Larasati, H. Nadia. 2016. Implementasi Dana Keistimewaan Periode Tahun

2013-2015 di Biro Hukum Sekretariat Daerah daerah Istimewa

Yogyakarta (Setda DIY). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:

Penerbit ANDI

Midgley, J. and Conley, A, (Eds.), (2010). Social Work and Social Development:

Theories and Skills for Developmental Social Work. Oxford :University

Press.

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id

Page 21: PENGARUH DANA KEISTIMEWAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN …repository.stieykpn.ac.id/208/1/JURNAL Baniady Gennody Pronosoko… · MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

102

Nuriyatman, Eko. 2016. Implementasi Desentralisasi di Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) Berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012

Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pasca

Sarjana Hukum UNS, Vol. IV, No. 2.

Peraturan Daerah Istimewa Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Pengisian

Jabatan, Pelantikan, Gubernur dan wakil Gubernur, pengisian jabatan

Gubernur dan Wakil Gubernur

Peraturan Daerah Istimewa Nomor 3 Tahun 2015 tentang Kelembagaan

Pemerintah daerah daerah Istimewa Yogyakarta

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 25 tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan daerah.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.07/2015 tentang Tata cara

Pengalokasian dan Penyaluran Dana Keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta

Pradhani, S. I. 2016. Pengaturan Pengelolaan Keuangan Urusan Kebudayaan

Sebagai Urusan Pemerintahan Konkuren dan Urusan Keistimewaan di

Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

Ranis, Gustav.2004. Human Development and Economic Growth. Working

Papers 887. Ekconomic Growth Center. New Haven: Yale University.

Sakir dan Mutiarin, Dyah. 2015. Kebijakan Anggaran Dana Keistimewaan

Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Kebijakan

Publik, Vol. 2, No. 3.

Sasana, Hadi. 2009. Peran Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Ekonomi di

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan,

Vol. 10, No. 1, Hal. 103-124.

Sumbayak, D. J, et al. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat

Kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan. Vibiz Regional Reasearch

Center. Jakarta: FE UI

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1998.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan daerah istimewa

Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

repository.stieykpn.ac.id