digilib.uns.ac.id/Media... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Media dan Isu...
Transcript of digilib.uns.ac.id/Media... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user Media dan Isu...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Media dan Isu Keistimewaan DIY
( Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 – Januari 2011 )
Disusun Oleh :
D.PANDU YOGA BANGSAWAN D 1209020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
Media dan Isu Keistimewaan DIY
( Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 – Januari 2011 )
Disusun Oleh :
D.PANDU YOGA BANGSAWAN D 1209020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN MOTTO
Menjadi Katholik yang sejati.
Dimana ada kebenaran disitu akan tubuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya.
Yesaya, 3 : 17
Ilmu tak akan habis hingga kita mati, karena ilmu yang abadi adalah ilmu yang berarti.
Hidup ibarat roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah, saat kita berada di bawah, janganlah menyerah untuk berjuang sampai di atas kembali. Namun bila kita sudah berada di atas jangan sombong dan lupa perjuangan yang kita hadapi hingga sampai di atas.
Masa depan adalah tujuan dan masa lalu adalah jalan, raihlah tujuanmu dengan penuh harapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis banyak
sekali mendapatkan bantuan, dorongan, motivasi dari banyak pihak, oleh karena
hal itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, antara lain:
1. Tuhan Yesus Kristus sang pelindungku, Puji Tuhan atas segala Berkah,
Kasih, dan Karunianya dalam hidup Penulis, Thanks God.
2. Bunda Maria, Bunda Penolong Abadi, Puji Syukur atas segala Penyertaan,
Pengantaraan, dan Curahan Kasih Karunia dalam doa Novena Tiga Salam
Maria.
3. Kedua Orang Tua Penulis, Papa Andreas Puji Hesti Sasmito dan Mama
Anastasia Herly Hastuti, atas segala dukungan, motivasi, doa, kasih sayang,
dan cinta yang diberikan kepada Penulis selama ini.
4. Saudara-saudaraku tersayang, mas Dheny, mbak Dini, dhek Fitri, dan dhek
Rima. Terima kasih untuk semua dukungan, motivasi, dan kasih sayang
kalian semua, I Love You All.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda
Maria atas berkah dan karunianya sehingga skripsi ini dapat Penulis selesaikan
dengan baik dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti
kepada Penulis, karena dengan skripsi ini Penulis dapat mempunyai kesempatan
belajar dalam berbagai hal dari banyak pihak,
Skripsi dengan judul Media dan Isu Keistimewaan DIY (Analisis
Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan
Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari 2011) ini merupakan salah
satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian untuk Skripsi ini bermula dari ketertarikan Penulis terhadap
isu mengenai Keistimewaan Yogyakarta terkait RUU Keistimewaan DIY yang
berhembus kencang di kalangan masyarakat, dan banyak diliput oleh media
massa. RUU Keistimewaan DIY ini sendiri terdapat lima pasal yakni parardhya,
kultur/adat, kepemilikan dan pengelolaan tanah, tata ruang, keuangan, dan
prosedur pemilihan kepala daerah. Hanya pasal prosedur pemilihan kepala daerah
saja yang sampai sekarang belum disepakati, karena masih menjadi perdebatan
dalam mekanisme pengangkatan kepala daerah Yogyakarta, apakah Sultan
ditetapkan secara otomatis sebagai Gubernur DIY atau dipilih melalui
pemilukada.
Menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan,
tetapi berkat bantuan, bimbingan dan saran-saran yang sangat berarti dari
beberapa pihak, maka hambatan tersebut dapat Penulis atasi, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Prof. Drs. Pawito. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
2. Dra. Prahastiwi Utari, MSi, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi I yang telah
memberikan dukungan dan kemudahan dalam penulisan skripsi hingga
selesai, semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan balasan berkah yang
melimpah kepada beliau beserta keluarga.
4. Drs. Widyantoro, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi II yang telah
memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi.
5. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi, serta memberi
pengarahan dan bantuan kepada Penulis selama menempuh perkuliahan.
6. Bapak, Ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang berkenan memberikan ilmu dan
pengetahuannya.
7. Bapak Thomas Pudjo Widijanto, selaku Kepala Perwakilan Kompas DIY,
yang telah memberikan ijin bagi Penulis untuk melakukan penelitian di
Kantor Perwakilan Kompas DIY, serta membantu memberikan informasi
dan data yang Penulis perlukan.
8. Bapak Phillipus SMS Parera, selaku Kepala Tempo Biro Jawa Tengah-
Yogyakarta, yang telah memberikan ijin bagi Penulis untuk melakukan
penelitian di Kantor Tempo Biro Jawa Tengah –Yogyakarta, serta
membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan.
9. Saudara Aloysius B Kurniawan, selaku wartawan Kompas yang telah
membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan.
10. Saudari Pito Agustin Rudiana, selaku wartawan Tempo yang telah
membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan.
11. Teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi-Transfer kelas B, yang tidak bisa
Penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas pertemanan dan jalinan
silaturahmi yang indah selama ini.
12. Kepada seluruh petugas birokrasi kampus yang telah membantu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
13. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.
Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini, namun Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.
Surakarta, Januari 2012
D.Pandu Yoga Bangsawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
ABSTRAK ................................................................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 11
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 13
a. Isu dan Opini Publik ......................................................................... 13
b. Berita ............................................................................................... 15
c. Media Massa .................................................................................... 24
d. Sejarah Keistimewaan Yogyakarta ................................................... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
F. Landasan Teori ....................................................................................... 30
a. Paradigma Konstruksionisme............................................................ 30
b. Konsep Framing ............................................................................... 38
c. Framing Sebagai Teknik Analisis ..................................................... 40
G. Kerangka Pikir ....................................................................................... 42
H. Metodologi Penelitian ............................................................................ 44
a. Jenis Penelitian ................................................................................. 44
b. Obyek Penelitian .............................................................................. 40
c. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 45
d. Validitas Data ................................................................................... 47
e. Teknik Analisis Data ........................................................................ 43
f. Sistematik Laporan Penelitian........................................................... 49
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Harian Kompas ...................................................................................... 56
a. Sejarah Harian Kompas .................................................................... 56
b. Visi dan Misi Kompas ...................................................................... 60
c. Nilai-nilai Dasar Kompas ................................................................. 66
d. Penyajian Halaman dan Rubrikasi .................................................... 70
e. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................ 73
f. Kebijakan Redaksional ..................................................................... 74
g. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Kompas .................................. 75
h. Alamat Redaksi ................................................................................ 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
B. Koran Tempo ......................................................................................... 80
a. Sejarah Koran Tempo ....................................................................... 80
b. Visi dan Misi Koran Tempo ............................................................. 89
c. Penyajian Halaman dan Rubrikasi .................................................... 90
d. Desain dan Layout Koran Tempo ..................................................... 93
e. Bobot Berita ..................................................................................... 83
f. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................ 94
g. Bagan Struktur Organisasi PT.TEMPO INTI MEDIA ...................... 95
h. Bagan Struktur Organisasi SDM di Bagian Redaksional Koran
Tempo .............................................................................................. 95
i. Kebijakan Redaksional ..................................................................... 96
j. Proses Pembuatan Berita pada Koran Tempo .................................... 96
k. Outline Proses Distribusi Koran Tempo ............................................ 97
l. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Koran Tempo ......................... 97
m. Alamat Redaksi ................................................................................ 101
BAB III : ANALISIS DATA
A. Frame Berita di Harian Kompas ............................................................. 103
1. Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan Yogyakarta
Versi Pemerintah .............................................................................. 110
2. Analisis Teks Berita Dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan
Yogyakarta ....................................................................................... 147
3. Analisis Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU
Keistimewaan DIY ........................................................................... 184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Frame Berita di Koran Tempo ................................................................ 194
1. Analisis Teks Berita dengan Tema Usul Referendum ....................... 204
2. Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan
Yogyakarta Versi Pemerintah ......................................................... 225
3. Analisis Teks Berita dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan
Yogyakarta ....................................................................................... 244
4. Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU
Keistimewaan DIY ........................................................................... 272
5. Analisis Teks Berita dengan Tema Mundurnya GBPH
Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY 278
C. Matriks Analisis Frame Berita ............................................................... 285
D. Kebijakan Redaksional Harian Kompas dan Koran Tempo .................... 289
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 296
B. SARAN ................................................................................................. 299
Daftar Pustaka
Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Gambaran Umum Nilai Berita ................................................. 18
Tabel 2. Perbedaan antara Paradigma Positivis dan Konstruksionis ....... 35
Tabel 3. Struktur Perangkat Analisis Berita Model Pan Kosicki ............ 54
Tabel 4. Rincian Oplag Harian Kompas untuk Wilayah Jawa Tengah
dan DIY .................................................................................. 76
Tabel 5. Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Harian
Kompas Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ........................ 103
Tabel 6. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta
pada harian Kompas edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke
dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah ........................... 108
Tabel 7. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Usul Gubernur
Dipilih ..................................................................................... 110
Tabel 8. Analisis Berita dengan Judul Keistimewaan Versi Pemerintah. 127
Tabel 9. Analisis Berita dengan Judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol.. 137
Tabel 10. Analisis Berita dengan Judul Lebih Suka Penetapan ................ 147
Tabel 11. Analisis Berita dengan Judul Survei Menjadi Acuan
Kemendagri ............................................................................. 159
Tabel 12. Analisis Berita dengan Judul Publik Cenderung Terima
Keistimewaan .......................................................................... 169
Tabel 13. Analisis Berita dengan Judul Setgab Terpecah soal
Yogyakarta .............................................................................. 184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 14. Daftar Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta
Pada Koran TEMPO Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ... 193
Tabel 15. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta
Pada Koran TEMPOEdisi Desember 2010 – Januari 2011 ke
dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah ........................... 202
Tabel 16. Analisis Berita dengan Judul Yogyakarta Gulirkan
Referendum ............................................................................. 204
Tabel 17. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi
Isu Referendum ...................................................................... 210
Tabel 18. Analisis Berita dengan Judul Silakan Yogya Gelar
Referendum ............................................................................. 216
Tabel 19. Analisis Berita dengan Judul USULAN PEMERINTAH
TETAP GUBERNUR YOGYA DIPILIH ................................ 226
Tabel 20. Analisis Berita dengan Judul SULTAN DIJADIKAN
GUBERNUR UTAMA ............................................................ 230
Tabel 21. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Ngotot Gubernur
Yogya Harus Dipilih ................................................................ 236
Tabel 22. Analisis Berita dengan Judul “71 Persen Warga Ingin
Pemilihan”............................................................................... 244
Tabel 23. Analisis Berita dengan Judul Keraton Yogya Curiga Survei
Direkayasa............................................................................... 249
Tabel 24. Analisis Berita dengan Judul Survei Tandingan Disebar .......... 255
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 25. Analisis Berita dengan Judul Mayoritas Responden Dukung
Penetapan Sultan ..................................................................... 261
Tabel 26. Analisis Berita dengan Judul Sama-sama Survei, Hasil
Berkesebalikan ........................................................................ 267
Tabel 27. Analisis Berita dengan Judul Setgab Koalisi Bentuk Tim
Melobi Sultan .......................................................................... 273
Tabel 28. Analisis Berita dengan Judul Pangeran Yogya Tinggalkan
Demokrat ................................................................................ 278
Matrik Analisis Frame Berita .................................................................. 285
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Harian Kompas
1. Surat Bukti Penelitian dari Kompas
2. Lembar Berita Harian Kompas yang Dianalisis Berdasarkan Tema
3. Daftar Pertanyaan (in depth interview)
B. Koran Tempo
1. Surat Bukti Penelitian dari Tempo
2. Lembar Berita Koran Tempo yang Dianalisis Berdasarkan Tema
3. Daftar Pertanyaan (in depth interview)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
D.Pandu Yoga Bangsawan, D1209020, Media dan Isu Keistimewaan DIY (Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari 2011). Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.
Isu seputar keistimewaan DIY menjadi perhatian media yang sangat luas
sehingga menarik bagi Penulis untuk mengadakan penelitian, terutama pada harian Kompas dan Koran Tempo. Dilihat dari pandangan media, Isu Keistimewaan DIY mempunyai nilai berita yang tinggi karena memenuhi beberapa unsur kelayakan berita, antara lain penting, besaran, dekat, manusiawi, ketenaran, juga konflik /kontroversi.
Penelitian ini bertujuan untuk : a).Mengetahui data tentang penilaian
harian Kompas dan Koran Tempo terhadap isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta dalam pemberitaan yang dilakukan keduanya pada periode Desember 2010 – Januari 2011. b).Mengetahui data tentang framing (pembingkaian) harian Kompas dan Koran Tempo pada pemberitaan seputar isu Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta. c).Mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita.
Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, yaitu sekedar mengungkapkan
fakta yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik tringanggulasi sumber. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis framing Pan Kosicki, dengan empat struktur pisau analisis yang lengkap, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) harian
Kompas dalam mengemas realitas peristiwa seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010- Januari 2011 cenderung menonjolkan realitas opini publik melalui jajak pendapat lembaga litbang Kompas, (2) wartawan harian Kompas punya visi untuk membentuk sesuatu, yaitu membentuk opini publik, (3) Harian Kompas menerapkan follow-up dalam membingkai berita keistimewaan DIY terkait polemik RUUK DIY dengan menampilkan feature melalui cara berkisah tertentu, (4) unsur yang paling menonjol dalam berita keistimewaan DIY adalah unsur retoris. (5) Koran Tempo dalam mengemas realitas peristiwa seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011 cenderung berimbang, hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan porsi sama besar antara pandangan pihak pemerintah dengan pihak masyarakat DIY,(6) Koran Tempo memberikan porsi lebih pada usulan referendum, (7) Koran Tempo menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
follow-up dalam membingkai berita keistimewaan DIY terkait polemik RUU Keistimewaan DIY, (8) Unsur yang paling menonjol dari analisis framing Pan Kosicki pada berita seputar Keistimewaan DIY di Koran Tempo edisi Desember 2010-Januari 2011 adalah unsur retoris. (9) Wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam menerapkan standart kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, dalam mengolah dan menyuguhkan berita dipengaruhi oleh rutinitas media, yakni pada prosedur pengambilan keputusan di ruang pemberitaan.
Adapun yang menjadi saran Penulis adalah: Bagi Pengelola Media: (1)
Pengelola media diharapkan sebisa mungkin selalu menerapkan prinsip berita berimbang dalam pemberitaannya, melalui coverboth side bahkan cover all side. (2) Dalam melakukan peliputan sebagai bentuk pengawalan media terhadap suatu isu, diusahakan agar media tidak hanya menjadi/dijadikan corong oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya untuk kepentingan mereka. Bagi Pemerintah Pusat, DPR, dan pihak Keraton Yogyakarta: (1) Sebaiknya Pemerintah Pusat dan DPR segera menetapkan peraturan perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum, terhadap keberadaan Yogyakarta sebagai daerah istimewa, dengan memperhatikan aspirasi dari masyarakat Yogyakarta melalui DPRD dan pihak kraton Yogyakarta. (2) Setelah ada penetapan peraturan perundang-undangan bagi status keistimewaan DIY yang nantinya dapat diterima oleh semua pihak termasuk Kraton Yogyakarta dan pemerintah DIY, diharapkan peran dan fungsi pemerintahan dapat dilaksanakan dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya: (1) Berita seputar Keistimewaan DIY ini merupakan berita besar yang masih bisa memunculkan isu-isu baru dalam perkembangannya, karena sampai saat ini masih belum ada ujung pangkal penyelesaiannya sehingga masih dapat dilakukan penelitian, misalnya dalam hal sistem pemerintahan, kebudayaan, dan keagrariaan. (2) Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan terhadap berita seputar isu keistimewaan DIY di koran nasional, bisa mencoba menggunakan teori agenda setting, untuk melihat seperti apa akibat dari pemberitaan tersebut bagi tokoh-tokoh yang diberitakan, bagi tokoh DIY seperti apa, bagi Pemerintah seperti apa, bagi DPR seperti apa, juga bagi rakyat Yogyakarta sendiri seperti apa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRACT
D.Pandu Yoga Bangsawan, D1209020, Mass Media and Issues Privileges DIY (Framing Analysis of News Privileges DIY at Kompas daily and Koran Tempo period December 2010- Januari 2011), Skripsi, Department of Communication, Faculty of Social and Politic Science, Sebelas March University, Surakarta, January, 2012.
DIY issues surrounding privilege to be a very widespread media attention
so attractive to authors to conduct research, mainly on the Kompas daily and Koran Tempo. Seen from the view of media, Issues privileges DIY has high news value because it meets some of the elements of news worthiness, among other significanse, magnitude, proximity, human interest, prominance, also conflict / controversy.
This study aims to: a).Knowing about assement data Kompas daily and
Koran Tempo on issues in the news privileges Yogyakarta province that carried out both in the period December 2010 – January 2011. b).Knowing the data on the framing Kompas daily and Koran Tempo on the news around issues previleges Yogyakarta related RUUK Yogyakarta. 3). Knowing the application of standards of truth, objectivity matrix, and restrictions as well as other element, which are used by the journalist Kompas daily and Koran Tempo in processing and presenting the news.
This was a descriptive qualitative, that is merely expresses the fact that
occur in the field. Data collection techniques using the techniques of documentation and interviews. The validity of the data using techniques trianggulasi source. The research method used is the method of framing the analysis of Pan Kosicki, with four-blade structure a compete analysis, the syntactic structure, the structure of the script, thematic structure, and rhetorical structure.
Based on these results, it can be concluded that: (1) Kompas daily in
reality of the surrounding the Priviliges DIY on the December 2010 – Janury 2011 tended to accentuate the reality of public opinnion through polls Litbang Kompas, (2) Kompas daily journalist had the vision to create something, which is shaping public opinion, (3) Kompas daily follow-up to apply in framing news privilege DIY relate RUUK DIY polemics by displaying certain features via recounts how. (4) The most prominent element in the privilege DIY news is the element of rhetorical. (5) Koran Tempo in reality resemble the events surrounding the privilige of DIY on the December 2010 – January 2011 tend to be balanced, it is shown to offer the same great between the views of the government with the DIY community, (6) Koran Tempo provides more servings on the proposed referendum, (7) Koran Tempo implement follow- up in news framing privilege DIYrelated polemic draft privileges DIY, (8) The most prominent element of the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
analysis of framing Pan Kosicki on the news about privileges DIY of Koran Tempo in the edition December 2010 - Januari 2011 is the element of rhetorical. (9) Kompas daily journalist and Koran Tempo journalist in applying the standard of truth, matrix objectivity, and restrictions as well as other elements, in processing and presenting the news influenced by the routine media, namely the decision-making procedures in the news room.
Suggestion the author is: For Media Manager: (1) Media managers is
expected as far as possible always apply the principle of balanced news in preaching, through coverboth side even cover all sides. (2) In conducting media coverage as a form of guard against an issue, the media tried to be not only be/become the mouthpiece by certain parties who use it for their interest. For the Central Government, Parliament, and the Sultan Palace: (1) Central Government and Parliament should immediately establish regulations which provide legal certainty, the existence of Yogyakarta as special regions, taking into account the aspirations of the people of Yogyakarta through parliament and the palace of Yogyakarta. (2) Once there is legislation setting for the privilege satus of DIY that can later be accepted by all parties including the Sultan Palace and government DIY, expected roles an functions of government can be implemented properly. For further research: News of DIY privilege this is great news that still could raise new issues in its development, because until now there is still no end of the base so that the solution can still be done the research, for example in terms of system administration, culture, and agrarian. (2) Other researchers who want to conduct research on DIY news surrounding the issues of privilege in nation newspapers, could try to use the theory of agenda setting, ro see what the result of the reports for the figures are reported, for DIY figures as to what, for the Government as to what, for the Parliament as to what, as well as for themselves as to what the people of Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 33 propinsi dengan
dua diantaranya merupakan daerah istimewa, yakni propinsi DI Yogyakarta
dan DI Aceh, juga satu daerah khusus ibukota negara yaitu DKI Jakarta. Dengan
menganut sejarah penunjukan status ketiga propinsi tersebut, tentu ketiganya
memiliki latar belakang yang berbeda dengan propinsi-propinsi lain di
Indonesia.
Terutama DI Yogyakarta, statusnya sebagai Daerah Istimewa itu merujuk
pada runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka,
Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah
Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah
yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri seperti ini pada
zaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen,
sedangkan pada zaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja.
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.
Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran
Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati
Paku Alam I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pemerintah Hindia Belanda saat itu mengakui Kasultanan maupun
Pakualaman, sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri.
Semua itu dinyatakan dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik
Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941 No 47 dan kontrak politik
Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577.
Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono
IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan
bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian
wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan
satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX
dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan
hukumnya adalah:
1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII
tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah).
3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal
30 Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu naskah).
Namun, beberapa waktu yang lalu Presiden RI ke-enam sendirilah yang
kemudian melontarkan statement yang memunculkan polemik tentang
Keistimewaan DIY. Ya, Keistimewaan Yogyakarta dipertanyakan!. Pada Jumat,
26 November 2010 lalu, saat membuka rapat kabinet terbatas di kantornya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan tidak pernah melupakan
sejarah dan keistimewaan DIY. Keistimewaan DIY itu sendiri berkaitan dengan
sejarah dari aspek-aspek lain yang harus diperlakukan secara khusus sebagaimana
pula yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Maka itu harus diperhatikan aspek
Indonesia adalah negara hukum dan negara demokrasi. Kemudian SBY
melanjutkan dengan mengatakan: “Nilai-nilai demokrasi tidak boleh diabaikan,
oleh karena itu, tidak boleh ada sistem monarki yang bertabrakan dengan
konstitusi maupun nilai-nilai demokrasi ”. Pernyataan pada bagian inilah yang
mungkin menuai kontroversi dari masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta.
Pernyataan SBY yang kemudian memunculkan polemik tersebut,
mengacu pada munculnya Undang - Undang No. 32/2004, yang salah satu isinya
menetapkan bahwa Kepala Daerah ditetapkan melalui pemilihan umum atau
yang biasa disebut dengan istilah pemilukada. Semula pemerintah berniat
mengantisipasi keberadaan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa, dengan aturan
yang tersendiri, namun Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta
itu hingga kini tidak jelas nasibnya. Pembahasan Rancangan Undang-Undang ini
menjadi deadlock, padahal masalahnya hanya menyangkut satu pasal saja yakni
pasal jabatan Gubernur, dalam hal ini pemerintah maunya Gubernur dipilih
langsung oleh rakyat.
Akhirnya permasalahan status Keistimewaan Yogyakarta yang disulut
oleh SBY ini menjadi sebuah wacana nasional masyarakat Indonesia, yang tentu
saja tidak luput dari sorotan media, setelah pro dan kontra Rancangan Undang-
Undang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta mengerucut pada satu tema, yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Gubernur dipilih langsung oleh rakyat atau ditetapkan. Terjadi perbedaan
pendapat antara Istana dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X, perbedaan
tersebut semakin kentara saat wacana referendum mengemuka. Sultan meminta
keputusan penentuan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
dipilih secara langsung, harus disepakati melalui referendum. Pemerintah dan
DPR, kata Raja Yogyakarta tersebut, tidak bisa menentukan itu sendiri.
Permasalahan RUU Keistimewaan Yogyakarta ini pun, beberapa waktu
yang lalu sempat memicu DPRD Yogyakarta untuk ikut angkat bicara. Menurut
DPRD Yogyakarta, dengan dasar pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, DPRD
DIY menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah
Tingkat I tetap lestari, dengan mengingat sejarah pembentukan dan
perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati.
Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 itu menyatakan bahwa ”Pembagian
daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan
mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-
hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat Istimewa”.
Sebagai Daerah Otonom setingkat Propinsi, DIY memang dibentuk
dengan Undang-Undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD
1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi
bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.
Semakin lama masalah ini berkembang menjadi isu yang hangat
diperbincangkan di tingkat nasional, Isu ini banyak diendus oleh berbagai media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
massa, baik cetak maupun elektronik, tingkat lokal maupun nasional dari waktu ke
waktu, mulai dari kemunculannya. Media menyajikan berita seputar Isu
Keistimewaan DIY yang menyangkut polemik RUU Keistimewaan Yogyakarta
ini, sebagai headline media, salah satu diantaranya adalah harian Kompas dan
Koran Tempo. Karena, dilihat dari pandangan media, isu ini dinilai mempunyai
nilai berita yang menarik untuk diikuti perkembangannya tahapan demi tahapan.
Dimana kejadian atau peristiwa yang dianggap mempunyai nilai berita (news
value) adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur kelayakan berita.
Unsur-unsur nilai berita itu antara lain; significance (penting), magnitude
(besaran), timesliness (waktu dan aktualitas), proximity (dekat), prominance
(ketenaran), human interest (manusiawi). Ditambah pula dengan
conflict/controversy (konflik/kontroversi), serta unusual (sesuatu yang tidak
biasa).1
Jika ditemui salah satu dari unsur diatas, maka telah dapat menjadikan
suatu kejadian/peristiwa sebagai nilai berita. Sedangkan apabila ditemukan lebih
dari satu unsur, maka kejadian tersebut semakin bertambah tinggi nilai beritanya.
Karena itu, usaha untuk mendapatkan berita besar adalah mencari kejadian yang
memiliki sebanyak mungkin unsur-unsur tersebut.
Jika dilihat dari unsur kelayakan berita, berita Keistimewaan Yogyakarta
merupakan sesuatu yang significance (penting) bagi khalayak, karena banyak
menyita perhatian masyarakat dan menimbulkan penilaian banyak orang,
magnitude (besaran) sebab menyangkut nasib propinsi Yogyakarta sendiri sebagai
1 Y.B. Margantoro, Biar Berita Bicara, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2001, hal. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
daerah yang Istimewa menurut sejarah, juga menyangkut keutuhan NKRI,
sehingga menjadikan berita ini berita besar dengan cakupan nasional. Unsur
lainnya adalah proximity (dekat), hal ini dapat dilihat dari kedekatan hati antara
Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai raja Yogyakarta dengan rakyatnya,
yang notabene dinilai sangat setia kepada rajanya. Kemudian unsur human
interest (manusiawi), sebab melibatkan gerakan manusia dari pihak-pihak yang
memiliki perbedaan pandangan, seperti dapat dilihat dari munculnya gerakan
masa warga Yogyakarta pendukung penetapan, mereka bersama-sama bersatu
dalam bentuk: paguyuban Lurah dan Pamong Desa Ing Sedya Memetri Asrining
Yogyakarta (Ismaya), Paguyuban Dukuh se-DIY Semarsembogo, Paguyuban
Kepala Desa dan Perangkat Desa se-DIY, Gerakan Semesta Rakyat Jogja
(Gentaraja), Gerakan Rakyat Mataram (Geram), Kawulo Ngayogyakarta
Hadiningrat, Forum Komunikasi Seniman Tradisi se-DIY, Parade Nusantara,
maupun dalam bentuk demonstrasi sebagai wujud interaksi penggambaran
kesamaan tekat.
Selain itu juga ada unsur prominance (ketenaran), dikarenakan ada
sesuatu yang membuat masyarakat luar Yogyakarta sendiri pun begitu
mengagumi kota ini, dan sampai–sampai menganggapnya sebagai rumah kedua,
misalnya saja para pelajar dari luar kota yang sedang menuntut ilmu di kota ini,
sehingga menjadikan DIY terkenal / tenar dengan sebutan kota pelajar.
Unsur selanjutnya yang menarik dan penting dalam kasus ini adalah
adanya conflict/controversy (konflik/kontroversi), yakni antara pihak Pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pusat, Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, DPR, dan masyarakat Yogyakarta
yang mengacu pada RUU Keistimewaan DIY.
Meminjam istilah George Wang, “Konflik adalah oase yang tak pernah
kering dalam proses produksi berita”.2 Rumusan klasiknya adalah; konflik,
kontradiksi, dan kontroversi adalah sesuatu yang paling bernilai berita. Sebuah
konflik dan kontroversi bagaimana pun membutuhkan pemberitaan media, begitu
juga konflik yang terjadi dalam masalah status Keistimewaan Yogyakarta yang
mengacu pada RUUK Yogyakarta. Khalayak juga sangat tergantung kepada
pemberitaan media guna mengetahui perkembangan konflik dan kontroversi.
Dalam hal ini media berperan sebagai penyampai opini dan vokasi tentang
kontroversi dan isu, serta memberitahu khalayak tentang perkembangan masalah
dari waktu ke waktu yang membawanya kepada posisi yang strategis dalam
konflik. Dalam titik ini media tidak hanya dapat mempengaruhi opini masyarakat
tetapi juga pihak-pihak yang terlibat dalam konflik itu sendiri.
Dalam kasus Keistimewaan Yogyakarta ini, media dianggap memiliki
kekuatan tertentu, yang tentu saja mampu mempengaruhi situasi konflik.
Kekuatan media ini muncul melalui proses pembingkaian (framing), teknik
pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang (angel),
penambahan foto, gambar, dan lain-lain. Dengan demikian sebetulnya media
mempunyai potensi sebagai peredam atau pendorong konflik. Media bisa juga
memperjelas atau mengeleminirnya, dengan menekankan bagian tertentu,
menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu
2 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, ISAI, Jakarta, 2004, hal. 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
realitas/peristiwa. Dalam hal ini media melakukan seleksi, menghubungkan, dan
menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh
dan diingat oleh khalayak.
Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak dengan
kepentingan, latar belakang dan sudut pandang yang berbeda. Setiap pihak
berusaha menonjolkan baris penafsiran klaim, argumentasi masing-masing yang
berkaitan dengan yang diberitakan atau diwacanakan.
Berita mengenai Keistimewaan Yogyakarta sangat menarik untuk diteliti,
karena Peneliti ingin melihat bangaimana sikap media di dalam memposisikan
dirinya dalam pemberitaan seputar masalah ini, khususnya pada harian Kompas
dan Koran Tempo. Apakah media bersifat netral dengan mewadahi berbagai
wacana yang berkembang atau justru memiliki kecenderungan tertentu. Tentu
setiap media memiliki ideologi yang berbeda satu sama lain, sehingga dalam
menyusun fakta realita yang berkembang menjadi berita akan berbeda pula
hasilnya antara satu media dengan media yang lain. Namun dalam hal ini Peneliti
tidak bertujuan membandingkan pemberitaan mengenai polemik RUU
Keistimewaan Yogyakarta antara harian Kompas dengan Koran Tempo, tetapi
melihat bagaimana media mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai
(mem-frame) berita sesuai dengan penerapan standar kebenaran, matrik
obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya.
Oleh karena itu untuk melihat hal ini Peneliti memilih menggunakan
metode analisis framing. Salah satu prinsip analisis framing adalah wartawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dapat menerapkan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan
serta unsur-unsur lainnya dalam mengolah dan menyuguhkan berita.
Analisis ini mengungkapkan bahwa wacana yang dihasilkan media
massa memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting
bagi khalayak pembaca publik dan berbagai persoalan dan isu yang berkembang
dalam wacana publik. Hal lain yang penting dalam pendekatan framing adalah,
bahwa analisanya sampai pada tataran untuk mengetahui bagaimana perspektif
atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Hal ini
yang tidak diketemukan dalam metode analisis jenis lainnya, seperti analisis isi,
analisis wacana, agenda setting, dan semiotik.
Model Analisis framing yang dipilih adalah model analisis framing Pan
Kosicki, yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Alasan
mengapa menggunakan model Pan Kosicki dalam penelitian ini adalah karena
model ini dinilai tepat untuk dipakai membedah pembingkaian realitas oleh
media melalui isi berita/teks media. Model ini juga merupakan salah satu
alternatif yang baik dalam menganalisis teks media disamping analisis isi
kuantitatif, karena memiliki empat struktur pisau analisis yang lengkap, yaitu
struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.
Sedangkan alasan pemilihan persoalan mengenai isu seputar
Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta, adalah karena wacana ini
sedang ”booming” di berbagai media di Indonesia baik media cetak maupun
media elektronik, lokal maupun nasional, dimana hingga saat ini belum diketahui
ujung penyelesaiannya, mengingat sifatnya yang sangat sensitif, dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menyangkut sejarah bangsa dan dapat mengakibatkan perubahan sosial, politik,
budaya, bahkan tata pemerintahan. Sedangkan alasan pemilihan harian Kompas
dan Koran Tempo sebagai media yang diteliti, karena keduanya adalah media
bertaraf nasional yang sudah ternama, dan punya rating tinggi disertai dengan isi
pemberitaan yang kritis dan logis, dengan bahasa santun namun cerdas. Untuk
edisi seputar topik ini yang dipilih adalah pada edisi Desember 2010 – Januari
2011, karena pada periode inilah isu mengenai Keistimewaan Yogyakarta
berhembus kencang, dan banyak diliput oleh media massa.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah berguna untuk mempermudah dalam pelaksanan
penelitian. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas sehingga dapat tercapai
sasaran dan tujuan yang dipilih. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka
dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Seperti apa pemberitaan yang dilakukan harian Kompas dan Koran
Tempo pada periode Desember 2010 – Januari 2011 sebagai bentuk
penilaian ( variabel independent ) terhadap isu Keistimewaan propinsi
Yogyakarta ( variabel dependent ) ?
2. Seperti apa harian Kompas dan Koran Tempo mengkonstruksikan realitas
peristiwa atau membingkai (mem-frame) isu Keistimewaan Yogyakarta
berkaitan dengan RUUK Yogyakarta dalam pemberitaannya?
3. Seperti apa penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan
batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan
berita?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui data tentang penilaian harian Kompas dan Koran
Tempo terhadap isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta dalam
pemberitaan yang dilakukan keduanya pada periode Desember 2010 –
Januari 2011.
2. Untuk mengetahui data tentang framing (pembingkaian) harian Kompas
dan Koran Tempo pada pemberitaan seputar isu Keistimewaan Yogyakarta
terkait RUUK Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan
batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan
harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan
berita.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Bagi Peneliti
o Diharapkan dapat memberi gambaran, bagaimana cara suatu
media dalam mengkonstruksikan realitas peristiwa atau
membingkai (mem-frame) suatu peristiwa ke dalam bentuk berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
o Diharapkan dapat memberi gambaran, faktor apa saja yang
berpengaruh dalam proses framing/rekonstruksi realitas peristiwa.
Bagi Mahasiswa, Dosen, dan Akademisi Ilmu Komunikasi
o Diharapkan dapat menjadi referensi, bahan perbandingan, dan
bahan pembelajaran dalam penelitian kasus serupa di waktu
mendatang.
Bagi Praktisi Media Massa
o Diharapkan dapat menjadi penilaian terhadap penerapan standar
kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-
unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan dalam mengolah
dan menyuguhkan berita.
Bagi Masyarakat
o Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran, guna mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita.
o Dapat mengetahui bentuk pemberitaan yang dimuat dalam harian
Kompas dan Koran Tempo mengenai isu Keistimewaan propinsi
Yogyakarta.
b. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbang pemikiran dalam
penyempurnaan konsep dan teori analisis framing media, dalam
penggunaanya pada kasus serupa di masa mendatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menunjang perumusan masalah dan mempermudah penyampaian
teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, maka sebelumnya akan
dijelaskan beberapa poin-poin yang didapat dari sumber berupa textbook, hasil
penelitian, dan sebagainya, yang mendukung pembahasan dan mendukung
pembuatan instrumen. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :
a. Isu dan Opini Publik
Isu diuraikan sebagai topik yang terbentuk di sekitar masyarakat. Isu bisa
pula didefinisikan sebagai perbedaan pendapat diantara kelompok-kelompok
berdasarkan kesenjangan dalam fakta, nilai, atau kejadian. Definisi lainnya dari
Isu adalah perbedaan pandangan antara dua atau lebih pihak terhadap alokasi
sumberdaya, termasuk alam, finansial, politik, atau simbolik.3
Isu yang sifatnya pribadi biasanya mencakup ketidaksetujuan yang
muncul di masyarakat. Isu dapat pula diperdebatkan oleh masyarakat, dicakup
oleh media massa, dan disampaikan oleh pemerintah.
Isu tidaklah statis melainkan dinamis, ia tergantung pada besarnya
perhatian yang diterima selang waktu tertentu. Isu akan tumbuh sejak munculnya
sampai kepada kematangan yang prosesnya bisa memakan waktu lama. Meskipun
demikian, yang harus diperhatikan dari suatu isu adalah terciptanya
ketidakpastian.
Isu yang bergulir di kalangan khalayak ramai dapat menimbulkan suatu
opini publik. Opini adalah pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu,
3 Ahmad Fuad Afdhal, Tips & Trik Public Relation, Grasindo, Jakarta, 2005, hal. 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
opini bersifat subjektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang
lainnya selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang beropini,
antara orang yang satu dengan orang yang lainnya memperlihatkan adanya
perbedaan4.
V.O. Key, Jr. mendefinisikan opini publik sebagai berikut: ”the
combined person opinions of adult toward issues of relevance to government”.
Menurut pendapat V.O Key, Jr. opini publik dipandang sebagai gabungan
pendapat pribadi dari orang-orang dewasa terhadap isu-isu yang relevan dengan
pemerintah5.
Ada beberapa macam definisi mengenai opini publik, dilihat dari
beberapa tinjauan ilmu, antara lain6 :
1. Ditinjau dari ilmu sosiologi, menurut William G Sumer, opini publik diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam masyarakat. Disini kekuatan berasal dari norma atau mitos yang berada di masyarakat dan bukan dari pendapat perorangan. Definisi ini menjelaskan bahwa jika suatu pendapat dianut oleh banyak orang, maka dapat diasumsikan bahwa pendapat itu benar.
2. Ditinjau dari ilmu komunikasi, menurut Bernard Berelson, opini publik diartikan sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat, dan dinyatakan secara terbuka. Opini publik sebagai komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula.
3. Ditinjau dari ilmu Psikologi, menurut Leonard W. Doob, opini publik diartikan sebagai hasil dari sikap sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan yang sama dari luar.
4.Aceng Abdullah, PRESS RELATION; Kiat berhubungan dengan media massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 5 V.O. Key, Jr., ”PublicOpinion and American Democracy”, New York: Knopf, 1967, page. 14 dalam Erikson, Robert S. Luttbeg, Norman R; Tedin, Kent L. Pendapat umum- Amerika, (New York: John Wiley & Son, 1980), Hal: 2-3 6.http://www.elib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp-gdl-mellymauli-19326-5-babixo-k. pdf, diakses 13 September 2011, pukul 22.07 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Erikson, Lutberg, dan Tedin ada empat tahap terbentuknya opini
publik, tahapan itu antara lain7:
1. Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang banyak.
2. Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar penilaian atau standar ganda.
3. Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik dengan isu tersebut, seperti politisi atau akademisi.
4. Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu tersebut diketahui khalayak.
Isu seputar keistimewaan DIY yang dibahas dalam penelitian ini
merupakan suatu isu penting yang dapat menimbulkan beraneka macam opini
publik.
b. Berita
1. Pengertian Berita
a. Berita adalah fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung
nilai-nilai yang diumumkan, diinformasikan, yang menarik
perhatian sejumlah orang. Unsur-unsur yang terpenting dari berita
adalah “dikomunikasikan” dan “menarik perhatian sejumlah orang”
karena merupakan sesuatu yang “baru” bagi mereka. Jadi sekalipun
ada fakta, opini, dan nilai, tapi fakta tersebut belum
dikomunikasikan belum dapat disebut berita. Sebaliknya, jika
sesudah dikomunikasikan namun tidak menarik publik atau
7.http://www.fikom-jurnalistik.blogspot.com/2011/03/proses-pembentukan-opini-publik-proses. html, diakses 13 September 2011, pukul 23.10 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kelompok publik yang dituju karena bukan sesuatu yang baru, itu
pun belum dapat disebut sebagai berita.8
b. Berita itu adalah sesuatu yang nyata (news is real). Wartawan adalah pencari fakta. Fakta yang dilengkapi dengan benar akan sama dengan kebenaran itu sendiri. Rem Rieder, editor American Journalism Review, mengatakan: Fakta adalah fakta, fiksi adalah fiksi. Jika ingin mengarang fiksi tulislah novel. Berita adalah juga peristiwa yang segar, yang baru saja terjadi, plus dan minus. Dari peristiwa itu, berita merentang sedikit ke masa lampau dan masa datang. Tekanan pada unsur waktu ini perlu sebab masyarakat sadar akan sifat sementara dari suatu keadaan. Keadaan selalu berubah dan konsumen berita ingin informasi yang paling kini. Perkembangan berita pagi ini mungkin sudah meninggalkan “fakta” yang ditulis semalam.9
c. Mark Fishman memberikan definisi berita sebagai berikut: News is neither a reflection nor a distortion of reality because either of these characterization implies that news can record what is out there. News story, if they reflect anything, reflect the practice of the workers in the organizations that produce news. Some time ago Walter Gieber (1964) made the point that news is what newspapermen make it. 10
Mark Fisherman memandang berita bukanlah refleksi atau distorsi
dari realitas yang seakan berada di luar sana. Titik perhatian tentu
saja bukan apakah berita merefleksikan realitas, apakah berita
distorsi atas realitas, maupun apakah berita sesuai dengan
kenyataan ataukah bias terhadap kenyataan yang digambarkannya.
Karena tidak ada realitas dalam arti riil yang berada di luar diri
wartawan. Kalaulah berita itu merefleksikan sesuatu maka refleksi
8 Maria Assumpta Rumanti, "Dasar-dasar public relation, teori dan praktik", Grasindo, Jakarta, 2002, hal. 130 9 Lih. rem Rieder, "Old Value for New Landscape", dalam American Journalism Review, Nov, 1999. dalam Luwi Ishwara, "Jurnalisme Dasar:Skeptis itulah ciri khas jurnalisme, hanya dengan bersikap skeptis, sebuah media dapat hidup", Seri Jurnalistik KOMPAS, Jakarta, 2011, hal: 76 10 Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese. Mediating the message: theoties of influences on Mass Media Content, Second Edition, New York: Longman, 1996, hal. 110-111.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
itu adalah praktik pekerja dalam organisasi yang memproduksi
berita. Berita adalah apa yang pembuat berita buat.
2. Nilai Berita
Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita
itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya, dan ada
tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrisik
yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Menurut Shoemaker dan Reese,
Nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada khalayak11. Nilai berita
merupakan prosedur standar peristiwa apa yang bisa disebarkan kepada khalayak.
Sehingga suatu peristiwa tidak bisa langsung disebarkan kepada khalayak sebagai
berita, ia harus disaring untuk diproses secara profesional oleh wartawan dengan
memilih peristiwa yang tidak biasa terjadi di sekitar khalayak. Jadi, Nilai berita
adalah produk dari konstruksi wartawan, ia menjadi ukuran yang berguna, atau
yang biasa diterapkan, untuk menentukan kelayakan berita (newsworthy). Nilai
berita yang berasal dari news value bisa diketahui dari “pesan” yang dikandung
oleh suatu berita. Pesan tersebut berisi nilai-nilai; dalam arti bahwa suatu
peristiwa ataupun pernyatan seseorang tidak mungkin menjadi berita jika tidak
memiliki nilai berita. Nilai-nilai berita setidaknya dapat berupa12:
1. Informasi
2. Klarifikasi
11 Luwi Ishwara, "Jurnalisme Dasar: Skeptis itulah ciri khas jurnalisme, hanya dengan bersikap skeptis, sebuah media dapat hidup", Seri Jurnalistik KOMPAS, Jakarta, 2011, hal. 77 12.Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, Papyrus, Surabaya, 2003, hal. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Memperluas wawasan
4. Melahirkan konflik
5. Meredam konflik
6. Menyebarkan keadilan dan kebenaran
7. Menyelesaikan masalah
Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung
konflik (conflict/controversy), bencana alam dan kemajemukan (natural disasters
& the plurality), dampak (impact), kemasyhuran (fame), saat yang tepat
(timeliness) / kesegaran(freshness) dan kedekatan (proximity), keganjilan
(peculiarity), interaksi manusia / human interest, seks, dan aneka lainnya.13 Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Gambaran Umum Nilai Berita
No. Unsur Nilai Berita Penjelasan
1. Prominance Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting.
2. Human Interest Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak.
3. Conflict/Controversy Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja.
4. Unusual Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjadi.
5. Proximity Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan dengan peristiwa yang jauh, baik fisik maupun emosional dengan khalayak.
6. Timeliness/Freshness Peristiwa yang menyangkut hal-hal yang sedang terjadi / baru ditemukan. Kejadian / peristiwa baru akan lebih menarik perhatian
13 Luwi Ishwara, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
khalayak, dibandingkan peristiwa sudah berlalu.
7. Magnitude Peristiwa yang dianggap lebih besar pengaruhnya / menyangkut lebih banyak orang dibandingkan peristiwa lainnya.
8. Pecualirity Peristiwa yang dianggap ganjil oleh khalayak dan tidak normal.
9. Fame Peristiwa yang menyangkut hal-hal atau orang perorang yang terkenal di mata khalayak.
10. Seks Peristiwa yang berkaitan dengan nilai-nilai seks.
* Hasil rangkuman dan adopsi dari Eriyanto, Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi, dan Politik media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal: 106-107, dan sumber-sumber lain.
3. Syarat Berita
Suatu peristiwa yang awalnya kompleks dan tidak beraturan namun
memiliki kelengkapan unsur-unsur berita, yang kemudian ia ditangkap oleh
wartawan untuk diolah secara profesional dengan cara disederhanakan dan dibuat
bermakna sebagai sebuah berita, haruslah memiliki syarat-syarat tertentu sebelum
ia disebar luaskan kembali kepada khalayak melalui media massa, Syarat-syarat
berita tersebut adalah14 :
a. Akurat, singkat, padat, jelas, dan sesuai dengan kenyataan. b. Tepat waktu dan aktual. c. Obyektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa opini dari
penulis yang dibuat-buat. d. Menarik, apa yang disajikan terdiri dari kata-kata dan kalimat yang
khas, segar, dan enak dibaca. e. Baru, belum diberitakan sebelumnya atau merupakan ulangan,
“baru” ini sangat penting, yang menarik perhatian.
14.Maria Assumpta Rumanti, "Dasar-dasar Public Relation, Teori dan Praktik", Grasindo, Jakarta, 2002, hal. 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Produksi Berita
Dalam proses produksi berita tahap awalnya adalah bagaimana wartawan
mempersepsi peristiwa/fakta yang akan diliput. Menurut Mark Fishman, ada dua
kecenderungan studi melihat proses produksi berita15. Pertama, disebut
pandangan seleksi berita (selectivity of news). Dalam bentuk yang umum
pandangan ini sering melahirkan teori seperti gatekeeper, intinya: proses produksi
berita adalah proses seleksi yang dilakukan wartawan di lapangan dengan memilih
peristiwa mana yang penting mana yang tidak, mana yang bisa diberitakan mana
yang tidak. Setelah itu diseleksi dan disunting lagi oleh redaktur guna melihat
bagian mana yang perlu dikurangi atau ditambah. Pandangan ini mengandaikan
seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil di luar diri wartawan, dimana
realitas tersebut yang akan diseleksi wartawan guna dibentuk menjadi sebuah
berita. Pendekatan Kedua, pendekatan pembentukan berita (creation of news),
dalam perspektif ini peristiwa bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, yakni
dibentuk oleh wartawan dengan melakukan kreasi peristiwa dan realitas.
Wartawan berinteraksi dengan dunia (realitas) dan dengan orang yang
diwawancarai, dan sedikit banyak menentukan bagaimana bentuk dan isi berita
yang dihasilkan. Berita dihasilkan dari pengetahuan dan pikiran, bukan karena ada
realitas objektif yang berada di luar, melainkan karena orang akan
mengorganisasikan dunia yang abstrak ini menjadi dunia yang koheren dan
beraturan serta mempunyai makna.
15 Mark Fishman, "Manufacturing News”, (Austin; University of Texas Press, 1980), terutama hal. 13-14. dalam Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal. 100-101.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Proses pembentukan berita adalah proses yang rumit dan banyak faktor
yang berpotensi untuk mempengaruhinya. Di dalam ruang pemberitaan sendiri
yang merupakan tempat produksi berita, ada banyak kepentingan dan pengaruh
yang dapat mengintervensi media, sehingga niscaya akan terjadi pertarungan
dalam memaknai realitas dalam presentasi media. Pamela J. Shoemaker dan
Stephen D. Reese menyebutkan ada faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan16, faktor tersebut adalah:
a. Faktor individual, faktor ini berhubungan dengan latar belakang
profesional dari pengelola media. Level individual melihat
bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media
mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada
khalayak.
b. Level rutinitas media (media routine), rutinitas media berhubungan
dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Dimana setiap
media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang
disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria
kelayakan berita. Ukuran tersebut adalah rutinitas yang
berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola
media yang berada di dalamnya.
c. Level organisasi, level ini berhubungan dengan struktur organisasi
yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media
dan wartawan bukan orang yang tunggal yang ada dalam organisasi 16 Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating the Message: theoties of influences on Mass Media Content, Second Edition, New York: Longman, 1996. dalam Agus Sudibyo,”Politik Media dan Pertarungan Wacana, LKiS, Yogyakarta, 2001, hal. 7-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
itu sendiri. Karena masing-masing komponen dalam organisasi
media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri.
d. Level extra media, level ini berhubungan dengan faktor lingkungan
di luar media. Hal-hal di luar organisasi media sedikit banyak
dalam banyak kasus akan mempengaruhi pemberitaan media. Ada
beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan luar media,
seperti:
Sumber berita, ia mempunyai kepentingan untuk
mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan
opini publik, atau membuat citra tertentu kepada khalayak,
dan seterusnya.
Sumber penghasilan media, ia bisa berupa iklan, bisa pula
berupa pelanggan/pembeli media. Misalnya, media tertentu
tidak akan memberitakan kasus tertentu yang berhubungan
dengan pengiklan, kecuali ada tema tertentu yang menarik dan
bisa mendongkrak penjualan sang pelanggan. Dari sini dapat
dilihat bahwa pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai
pemberitaan media.
Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis.
Pengaruh ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing
lingkungan eksternal media. Misalnya, di negara otoriter
pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam
menentukan berita yang akan disajikan, sedangkan di negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
demokratis dan menganut liberalis campur tangan negara
praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar berada pada
lingkungan pasar dan bisnis.
Level ideologi, ideologi disini diartikan sebagai kerangka
berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh
individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka
menghadapinya.
5. Kategori Berita
Prinsip lain dalam proses produksi berita adalah pengkategorian berita.
Menurut Touchman ada lima kategori berita yang dipakai oleh wartawan untuk
membedakan jenis isi berita dan subyek peristiwa yang menjadi berita, yaitu hard
news, soft news, spot news, developing news, dan continuitas news17. Penjelasan
kelima kategori berita tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hard News, Berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas, semakin cepat diberitakan semakin baik, karena ukuran keberhasilan dari kategori berita ini adalah dari sudut pandang kecepatan pemberitaannya. Berita hard news berhubungan dengan peristiwa yang penting dan cerita yang menarik untuk manusia. Peristiwa yang masuk dalam kategori hard news adalah peristiwa yang direncanakan (sidang istimewa, memorandum, pemeriksaan pejabat atas tuduhan korupsi) bisa juga peristiwa yang tidak direncanakan (kerusuhan di sampit, atau bencana alam di lampung).
17.Gaye Tuchman, ”Making News by Doing Work: Routinizing the Unexpected” dalam Morris Janowitz and Paul Hirsch (ed), Reader in Public Opinion and mass Communication. Third Edition, (New York: Macmillan Publishing, 1981), hal. 170-184 lihat juga Gaye Touchman, ”The Expection Proves The Rule: The study of Routine News Practice”, dalam Paul m. Hirsch, Peter V. Miller, and F. Gerald Kine (ed.), Strategies for Comminication Research, Sage Annual Reviews of Communication Research, (Vol.6, 9 Baverly Hills: Sage Publication, 1997), hal: 43-62. Dalam Eriyanto, Op.Cit., hal. 108-110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Soft News, Kategori berita ini berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest). Dalam berita soft news informasi yang disajikan kepada khalayak bisa diberitakan kapan saja karena yang dilihat adalah apakah informasi yang disajikan kepada khalayak tersebut menyentuh emosi dan perasaan khalayak. Berita soft news berhubungan dengan peristiwa yang menarik yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
c. Spot News, adalah subklasifikasi dari berita hard news. Dalam spot news, peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan dan tidak bisa diprediksi, karena tidak bisa diperkirakan secara spesifik dimana dan kapan peristiwa akan terjadi.
d. Developing News, adalah subklasifikasi lain dari hard news. Dalam developing news peristiwa yang diberitakan adalah mirip dengan spot news yakni berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga, namun dalam developing news dimasukkan elemen lain, dimana peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya.
e. Continuing News, juga merupakan subklasifikasi dari hard news. Dalam continuing news peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan direncanakan. Dimana suatu peristiwa bisa jadi kompleks, dan tidak terduga tetapi mengarah pada satu tema tertentu. Sebagai contoh, adalah peristiwa jatuhnya memorandum sampai sidang istimewa.
c. Media Massa
1. Pengertian Media Massa
Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita.
Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau
tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa bekerja untuk
menyampaikan informasi. Untuk khalayak informasi itu dapat membentuk,
mempertahankan, atau mendefinisikan citra.18
18 Firsan Nova, Crisis:Public Relations, Grasindo, Jakarta, 2009, hal. 204
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Fungsi Media Massa
Media massa dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi memiliki
berbagai macam fungsi, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik. Media
massa adalah alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum
tentang banyak hal. Ia bukanlah sesuatu yang bebas, independent, tetapi memiliki
keterkaitan dengan realitas sosial. Fungsi media massa secara umum adalah19 :
a. Pengantar (pembawa) bagi segenap pengetahuan. Jadi, media massa memainkan peran institusi lainnya.
b. Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan publik. Pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara sukarela, umum, dan murah.
c. Hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan pada dasarnya seimbang dan sama.
d. Media massa menjangkau lebih banyak orang dari pada institusi lain, dan sejak dulu “mengambil alih” peranan sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain.
3. Aspek-aspek yang membuat media massa penting dalam kehidupan
politik20
a. Daya jangkauannya (coverage) yang sangat luas dalam menyebarluaskan informasi politik; yang mampu melewati batas wilayah (geografis), kelompok umur, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi (demografis), juga perbedaan paham dan orientasi (psikografis). Dengan begitu, suatu masalah politik yang dimediasikan menjadi perhatian bersama di berbagai tempat dan kalangan.
b. Kemampuannya melipat gandakan pesan (multiplier of message) yang luar biasa, Satu peristiwa politik bisa dilipat gandakan pemberitaannya sesuai jumlah eksemplar koran, tabloid, dan majalah yang tercetak, juga bisa diulang-ulang penyiarannya sesuai kebutuhan. Alhasil, pelipat gandaan ini menimbulkan dampak yang sangat besar di tengah khalayak.
19 Firsan Nova, Ibid. 20 Ibnu Hamad, "Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: sebuah study critical discourse analysis terhadap berita-berita politik”, edisi: 1, Granit, Jakarta, 2004. Harsono Suwardi, Suatu pengantar, hal. XV-XVI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c. Setiap media bisa mewacanakan sebuah peristiwa politik sesuai pandangannya masing-masing, Kebijaksanaan redaksional yang dimilikinya menentukan penampilan isi peristiwa politik yang diberitakan. Justru karena kemampuan inilah media banyak diincar oleh pihak-pihak yang ingin menggunakannya dan sebaliknya dijauhi oleh pihak yang tak menyukainya.
d. Fungsi Agenda Setting, media memiliki kesempatan yang luas (bahkan hampir tanpa batas) untuk memberitakan sebuah peristiwa politik. Sesuai dengan kebijakannya masing-masing. Setiap peristiwa politik dapat disiarkan atau tidak disiarkan. Yang jelas, belum tentu berita politik yang menjadi agenda merupakan agenda publik juga.
e. Pemberitaan peristiwa politik oleh suatu media lazimnya berkaitan dengan media lainnya hingga membentuk rantai informasi (media as links in other chains). Hal ini akan menambah kekuatan tersendiri pada penyebaran informasi politik dan dampaknya terhadap publik. Dengan adanya aspek ini, semakin kuatlah peranan media dalam membentuk opini publik.
Dalam kerangka pembentukan opini publik, media massa umumnya
melakukan tiga kegiatan sekaligus, Pertama, menggunakan simbol-simbol politik
(language of politic). Kedua, melaksanakan strategi pengemasan pesan (framing
strategies). Ketiga, melakukan fungsi agenda media (agenda setting function).21
d. Sejarah Keistimewaan Yogyakarta
Yogyakarta adalah daerah yang pernah menjadi Ibukota RI di tahun
1946-1949 pada masa penjajahan Belanda (tepatnya tanggal 4 Januari 1946 s.d 27
Desember 1949). Pada waktu itu Sultan Hamengku Buwono IX menjadi
pemimpin pemerintahan di Indonesia, dikarenakan Mohammad Hatta yang
merupakan perdana menteri saat itu menjadi wakil RI dalam Konferensi Meja
21 McNair, Brian,"An Introduction to political Communications”, (London, Routledge, 1955, Bab 1), hal 12. Membagi realitas politik menjadi 3 bentuk: Objective political reality (kejadian-kejadian politik sebagaimana adanya), Subjective reality (kejadian politik menurut persesi aktor-aktor politik dan khalayak, constructed reality (realitas politik hasil liputan media). dalam Ibnu Hamad, Op.Cit., 2004, hal. 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Bundar (KMB) di Belanda. Dan Sultan Hamengku Buwono IX pula lah yang
mewakili RI dalam penyerahan kekuasaan dari Belanda melalui Lovink sebagai
wakil Belanda.
Melihat sejarah perjuangan pada masa perang kemerdekaan tersebut
sudah sepantasnya Yogyakarta mendapat predikat Daerah Istimewa dari
Pemerintah RI berkaitan dengan statusnya. Yogyakarta pun pernah dirumuskan
keistimewaannya meliputi tiga hal yang dapat ditelusuri dari kenyataan historis,
yaitu keistimewaan dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah,
keistimewaan dalam hal pemilikan tanah, dan keistimewaan dalam kebudayaan.
Meski secara yuridis belum diatur tersendiri secara keseluruhan, namun hal ini
sejak tahun 1945 sudah dihayati dan dilaksanakan oleh pemerintah DIY, dan tidak
ditolak Pemerintah Pusat. Dan akan lebih baik lagi bila benar-benar dikukuhkan
dalam peraturan perundang-undangan RI yang resmi, mengingat lima landasan
sebelumnya dianggap belum cukup kuat mengukuhkan status keistimewaan
Yogyakarta. Kelima landasan hukum sebelumnya yang dibuat berkaitan dengan
Keistimewaan Yogyakarta tersebut antara lain:
1. UUD 1945 pasal 18, yang memberi pengakuan formal terhadap
daerah-daerah yang memiliki keistimewaan, yang diatur dengan
Undang-undang, dengan mengingat hak-hak asal-usul yang berlaku
di daerah istimewa itu”.22
22 Soedarisman Poerwokoesoemo, "Daerah Istimewa Yogyakarta", Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1984, hal. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tegasnya, sekalipun secara de facto keistimewaan Yogyakarta
diakui, namun secara de jure memerlukan pengaturan atau katentuan
hukum yang pasti.
2. Undang-undang No.3 tahun 1950, tentang pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Namun UUD ini masih berlandaskan pada
UUDS 1950, sedangkan berdasarkan dekrit presiden 5 Juli 1959,
negara RI kembali menggunakan UUD 1945 hingga kini. Di dalam
UU No.3 tahun 1950 tersebut ditetapkan 13 urusan yang menjadi
kewenangan propinsi Yogyakarta. Artinya sama dengan urusan yang
diserahkan kepada propinsi lain, bedanya urusan-urusan rumah
tangga dan kewajiban-kewajiban lain yang telah dikerjakan oleh
Pemerintah Yogyakarta sebelum pembentukan UU No.3 tahun 1950
tetap dilanjutkan sampai kelak ditentukan lain oleh Undang-undang
yang baru. Selain itu ditentukan pula bahwa Pemerintah Yogyakarta
harus memikul semua hutang piutang yang terjadi sebelum
pembentukan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.23
Kemudian pada tanggal 14 Agustus 1950 juga dikeluarkan Undang-
undang No.19 tahun 1950 yang mengubah Undang-undang No.3
tahun 1950, dimana dalam Undang-undang ini ditetapkan 15 urusan
yang menjadi kewenangan provinsi Yogyakarta, yang sebelumnya
ada 13 urusan. Namun dalam Undang-undang No.3 tahun 1950
maupun Undang-undang No.19 tahun 1950 disamping memasung
23.The Liang Gie, "Pertumbuhan Pemerintahan daerah di Negara Republik Indonesia”, Liberty, Yogyakarta, 1993, hal. 205
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
inisiatif daerah sebab mengatur urusan bukan memberi kewenangan,
juga tidak mencakup dimensi Keistimewaan Yogyakarta. Karenanya
dirasa perlu membentuk satu Undang-undang baru sebagai payung
yuridis yang secara eksplisit dan komprehensif mengakui dan
mengatur keistimewaan Yogyakarta.
3. Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX (sebagai penguasa
Kasultanan Yogyakarta) dan Sri Paku Alam VII (sebagai penguasa
Kadipaten Pakualaman), yang menegaskan bahwa Yogyakarta
adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia yang berstatus
Istimewa, karenanya keduanya bertanggung jawab langsung kepada
Presiden Republik Indonesia24. Maklumat tersebut selaras dengan
piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengkubuwono dan Sri Paku Alam
yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 19 Agustus
194525.
4. Amanat Sri Padoeka Ingkeng Sinoewoen Kandjeng Soeltan Hamengkoe Boewana IX dan Sri Padoeka Kandjeng Goesti Pangeran Adipati Arja Pakoealam VIII tanggal 30 Oktober 1945, yang menyatakan proses penyelenggaraan pemerintahan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan oleh Sri Sultan, Sri Paku Alam, dan Badan Pekerja Komite Nasional Daerah Yogyakarta (terdiri dari wakil-wakil rakyat yang bisa dinilai sebagai pengakuan akan perlunya keterlibatan rakyat dalam proses pemerintahan) membuktilkan adanya upaya monarki Yogyakarta untuk melakukan demokratisasi politik.26
5. Maklumat nomor 18 tanggal 18 Mei 1946 tentang Dewan-Dewan
Perwakilan Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan
24 Soedarisman Poerwokoesoemo, Op.Cit, hal. 14-16 25 Sujamto dalam Soedarisman Poerwokoesoemo, Ibid, hal. 295-296 26 Ibid, hal. 19-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
persetujuan antara Sri Sultan, Sri Paku Alam, dan Badan Pekerja
Dewan Daerah, dimana layak dinilai sebagai satu langkah yang lebih
maju untuk membangun pemerintahan yang stabil dan efektif.
Maklumat ini berisi keputusan untuk mengadakan peraturan tentang
jalannya kekuasaan mengatur dari memerintah (legislatif dan
eksekutif) sehingga akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas
horizontal dari pemerintah di Yogyakarta dapat dicapai.27 Dengan
maklumat ini dapat dilihat bahwa Sri Sultan maupun Sri Paku Alam
sudah berusaha menciptakan desentralisasi kekuasaan dan
mengakibatkan munculnya mekanisme check and balance yang
menjadi ciri sebuah pemerintahan yang demokratis.
F. Landasan Teori
Tinjauan teoritis berguna sebagai arahan untuk mempermudah
tercapainya tujuan suatu penelitian. Dengan didasarkan pada teori yang relevan,
suatu tinjauan teoritis dapat memberikan rambu-rambu dalam pemikiran si
peneliti. Berikut ini adalah penyajian tinjauan teoritis yang digunakan :
1. Paradigma Konstruksionisme
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas S. Kuhn
dalam bukunya The Struktureof Scientific Revolution, pada tahun 1962.
Paradigma ilmiah menurut Kuhn adalah konstalasi hasil-hasil kajian yang terdiri
27 Ibid, hal. 35-37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
atas seperangkat konsep, nilai, teknik, dan lainnya, yang digunakan secara
bersama oleh suatu komunitas ilmiah untuk menentukan keabsahan problem dan
solusinya. Kemudian definisi paradigma Kuhn tadi diperluas oleh Capta menjadi
paradigma sosial pada tahun 1991, definisi paradigma sosial menurut Capta yaitu
berupa kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki bersama oleh
suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan
begaimana komunitas itu mengatur dirinya sendiri.28
Namun istilah paradigma sendiri secara lebih jelas justru dipopulerkan
oleh Robert Friedrichs, dia merumuskan paradigma sebagai suatu pandangan
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan
(subject matter) yang semestinya dipelajari (a fundamental images a dicipline has
of its subject matter). Pandangan Robert Friedrichs ini selanjutnya diperjelas dan
diperinci lagi oleh George Ritzer, menurut George Ritzer paradigma adalah
pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang/ disiplin ilmu pengetahuan.29
Paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari, persoalan-
persoalan apa yang mesti dijawab bagaimana seharusnya menjawabnya, serta
aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang
dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut. Jadi dapat
disimpulkan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar tentang asumsi yang
28.A.Mappadjantji Amien, Kemandirian Lokal; Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 36 29 Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan;Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2006, hal. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara
berpikir dan cara penelitian.
Di dalam paradigma terdapat suatu aliran filsafat ilmu pengetahuan yang
memandang semesta secara etimologis sebagai hasil konstruksi sosial, dan bukan
sesuatu yang ditemukan/telah ada sebelumnya. Aliran ini disebut aliran
konstruksionis/paradigma konstruksionis. Konstruksionis membangun perspektif
tentang adanya keterkaitan antara obyek dan subyek dan adanya peran pikiran dan
pengaruh subjektivitas dalam mengontrol semesta.
Paradigma Konstruksionisme diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann. Mereka berdua banyak menulis karya dan menghasilkan tesis
mengenai konstruksi soaial atas realitas. Tesis utama dari Berger adalah manusia
dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus
menerus30.
Dialektis disini dalam pandapat Berger dan Luchmann, bahwa telah
terjadi dialektika antara individu yang menciptakan masyarakat dan masyarakat
yang menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui tiga tahapan31 :
1. Eksternalisasi (penyesuaian diri), yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia sosiokultural, baik dalam keadaan mental maupun fisik.
2. Obyektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusional.
3. Internalisasi, yaitu proses yang mana individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.
30 Eriyanto, Op.Cit, hal. 34 31 Burhan Bungin, Imaji media massa: Konstruksi dan makna Realitas sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, Jendela, Jakarta, 2001, hal. 14-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya,
yang mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki
dan dialami bersama secara subyektif 32.
Manusia juga merupakan produk yang bersifat dinamis, dinamis yang
dimaksud adalah suatu realitas sebagai hasil dari konstruksi sosial, maka realitas
bersifat subjektif dan objektif sekaligus. Dalam realitas subyektif, menyangkut
makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan obyek. Setiap individu
mempunyai latar belakang sejarah, pengetahuan, dan lingkungan yang berbeda-
beda, yang bisa jadi menghasilkan penafsiran yang berbeda pula ketika melihat
dan berhadapan dengan obyek. Sedangkan dalam realitas obyektif, sesuatu yang
dialami bersifat eksternal, berada di luar/ dalam istilah Berger tidak dapat kita
tiadakan dengan angan-angan. Hal itu misalnya dapat dilihat dari rumusan
institusi, aturan-aturan yang ada, dan sebagainya33.
Sedangkan plural yang dimaksud adalah, menurut Berger suatu realitas
tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga diturunkan oleh Tuhan tetapi dibentuk dan
dikonstruksi. Realitas itu berwajah ganda/plural dimana setiap orang mempunyai
konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas 34.
Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah
realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis
pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau
realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.
32 Ibid, hal.10 33 Eriyanto, Op.Cit, hal. 16 34 Ibid, hal.15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering disebut
sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna, dimana ia sering dilawankan
dengan paradigma positivis (Paradigma transmisi). Ada beberapa ahli yang
mempunyai peristilahan yang berbeda dalam menyebut paradigma konstrusionis
dan paradigma positivis dalam studi media dan komunikasi. Ann N. Crigler
dalam studi media dan komunikasi menyebut pandangan positivis dengan sebutan
pandangan efek media, sedangkan John Fiske dalam studi komunikasi menyebut
pandangan positivis dengan sebutan pendekatan proses dan pandangan
konstruksionis dengan sebutan pendekatan semiotik.35
Di dalam studi media komunikasi, jika paradigma positivis (transmisi)
menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses penyebaran dengan asumsi
ada hubungan satu arah dari media kepada khalayak, dimana dalam
menyampaikan pesan digambarkan peranan sumber aktif dan khalayak pasif. Pada
paradigma kontruksionis (produksi dan pertukaran makna) justru melihat
komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, dimana yang menjadi titik
perhatian adalah bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi
saling memproduksi dan mempertukarkan makna, karena pesan itu sendiri
diandaikan tidak statis, ia dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan
penerima/pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial
dimana mereka berada.
35 Ann. N. Crigler, “introduction: Making Sence of Politics: Construkting Political Message and Meanings”. Dalam Ann n. Crigler (ed,), The Psychology of Political Communication, (Ann Arbor: The University of Michigan Press, 1996), hal. 7-9; Jihn Fiske, Introduction to Communication Studies, Second Edition, (London and New York; Routledge, 1990), hal.2-4. dalam Eriyanto, Ibid, hal. 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis 36, yakni:
a. Pendekatan Konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah sesuatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.
b. Pendekatan Konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai minor of reality yang menampilkan fakta apa adanya.
Di dalam penilaian bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, juga
terdapat perbedaan antara paradigma konstrusionis dengan paradigma positivis.
Perbedaan tersebut dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Perbedaan antara Paradigma Positivis dan Konstruksionis
No. Pembeda Positivis Konstruksionis
1. Fakta/Peristiwa Ada fakta ”riil” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universal
Fakta merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu.
2. Media Media sebagai saluran pesan
Media sebagai agen konstruksi pesan
3. Berita Berita adalah cermin dan refleksi dari kenyataan. Karena itu, berita haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang hendak diliput.
Berita tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas. Karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas.
4. Sifat Berita Berita bersifat objektif: Menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari pembuat berita.
Berita bersifat subjektif : opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat
36 Ibid., hal. 8-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.
5. Wartawan Wartawan sebagai pelopor
Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial.
6. Nilai, Etika, Opini, dan Pilihan Moral
Nilai, etika, opini, dan pilihan moral berada di luar proses peliputan berita.
Nilai, etika, dan
pilihan moral harus berada di luar proses penelitian.
Nilai, etika, dan keberpihakan wartawan tidak dapatdipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.
Nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian
7. Khalayak Berita diterima sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembuat berita.
Khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita.
*Hasil perangkuman yang diadobsi dari Eriyanto, Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi, dan Politik media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal: 19-36
Dilihat dari tabel di atas, dapat diambil garis besar tentang pandangan
paradigma konstruksionis dalam konteks berita. Sebuah teks berita haruslah
dipandang sebagai konstruksi atas realitas, karenanya sangat potensial terjadi
peristiwa yang sama dikonstruksikan secara berbeda. Wartawan bisa jadi
mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda saat melihat suatu peristiwa,
itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa tersebut dalam
wujud teks berita. Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan
peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sebagai berita, melainkan ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan
fakta. Dalam proses internalisasi; wartawan dilanda oleh realitas, dimana realitas
tersebut diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan.
Sedangkan dalam proses eksternalisasi; wartawan menceburkan dirinya untuk
memaknai realitas, konsep tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas.
Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut.
Paradigma Konstruksionisme pun memiliki beberapa kelemahan, antara
lain37 :
a) Pada pendekatan ini, unsur “power” sering diabaikan. Artinya,
kemampuan dominasi satu media atas media lainnya kurang
diperhatikan, padahal konstruksi realitas simbolik melalui teks
dalam menggambarkan realitas yang sebenarnya sangat
dipengaruhi oleh “kekuatan” media tertentu secara keseluruhan,
baikyang menyangkut kompleksitas dan intensitas maupun yang
menyangkut solvabilitas.
b) Pendekatan ini juga sering mengabaikan unsur konteks spesifik
yang ditemui pada saat penelitian dilakukan. Misalnya, terdapat
potensi yang mengandung “hegemoni tandingan” (counter
hegemony) terhadap ideologi media yang mendominasi, sehingga
realitas sosial yang digambarkan bukanlah realitas tunggal,
melainkan realitas yang beragam (multiple reality).
37 Fathurin Zen, NU POLITIK, Analisis Wacana Media, LKiS, Yogyakarta, 2004, hal. 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Dalam penelitian ini, yang membahas mengenai berita seputar isu
keistimewaan DIY terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta menggunakan analisis
framing, dimana analisis framing termasuk ke dalam paradigma kontruksionis.
Karenanya pada bahasan selanjutnya akan dijelaskan mengenai konsep framing
itu sendiri dan bagaimana framing digunakan sebagai teknik analisis.
2. Konsep Framing
Analisis framing pada dasarnya merupakan versi terbaru dari pendekatan
analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan tentang
framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955.38 Awalnya frame
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian
dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame
sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing
individu dalam membaca realitas.
Konsep framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu
komunikasi, ia dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis), namun dewasa ini konsep
framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk
menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus realita
oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang
mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis
38.Agus Sudibyo, Citra Bung Karno, Analisis Berita Pers Orde Baru, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1999a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
fenomena atau aktivitas komunikasi. Ada beberapa definisi mengenai framing
yang disampaikan oleh beberapa ahli, definisi tersebut adalah sebagai berikut39 :
1. Robert N. Entman : “Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain”.
2. Wiliam A. Gamson : ”Cara bercerita / gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan obyek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima”.
3. Todd Gitlin : “Strategi bagaimana realitas / dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas”.
4. David E. Snow and Robert Benford : “Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.”
5. Amy Binder : “ Skema imterpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisasikan peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.”
6. Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki : “ Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
Dari beberapa definisi framing menurut beberapa ahli di atas meskipun
berbeda dalam pengertian dan penekanan, namun ada ada titik singgung utama,
39 Eriyanto, Op.Cit, hal. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
yaitu bahwa framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas isu
dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas
itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol
dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-
aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Penyajian tersebut
dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan
membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di sini media
menseleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari
peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.40
3. Framing sebagai Teknik Analisis
Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media
membentuk konstruksi atas realitas, menyajikan dan menampilkannya kepada
khalayak. Dalam analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media
memahami, memaknai, dan membingkai kasus, yang diberitakan. Metode
semacam ini tentu saja berusaha mengerti (verstehen), dan menafsirkan makna
dari suatu teks dengan menguraikan bagaimana media membingkai isu. Pada
dasarnya framing adalah metode melihat cara bercerita (story telling) media atas
peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang
dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi
realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana
media mengkonstruksikan relitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat 40.Arie S. Soesilo and Philo C. Wasburn, ”Construkting A Political Spectacle: America and Indonesian Media accounts of the Crisis in the Gulf”. The Sociological Quarterly, vol. 35, No. 2, 1994, hal. 368
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Dalam analisis framing,
yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing,
terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana
wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak
pembaca.41
Ada tiga kategori besar elemen / level framing menurut Jisun Woo42, yaitu:
a. Level makrostruktural, level framing ini dapat dilihat sebagai pembingkaian dalam tingkat wacana. Bagaimana peristiwa dipahami oleh media.
b. Level mikrostruktural, level ini memusatkan perhatian pada bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan dan bagian atau sisi mana yang dilupakan /dikecilkan. Elemen mikrostruktural membahas mengenai fakta apa yang disajikan secara menonjol dan fakta mana yang disajikan secara tersembunyi. Pemilihan fakta, angel, narasumber, dalah bagian dari level mikrostruktural ini.
c. Elemen retoris, elemen ini memusatkan perhatian pada bagaimana fakta ditekankan. Penekanan itu dilakukan di antaranya dengan pemilihan kata, kalimat, retorika, gambar, atau grafik tertentu, dengan tujuan untuk meyakinkan kepada khalayak bahwa apa yang disajikan oleh media adalah benar.
Analisis Framing, pendekatan ini pun memiliki beberapa kelemahan,
antara lain43:
a) Adanya anggapan bahwa analisis teks hanya bersifat teori yang tidak menyentuh realitas sosial yang ada.
b) Pemilihan unit analisis dari berita-berita surat kabar ibukota, belum tentu surat kabar tersebut meliput setiap berita yang memiliki nilai bagi pencitraan komunikasi dan konflik politik antara kedua kelompok (tradisionis dan modernis), disamping realitas dan dinamika organisasi yang ada tidak sesederhana sebagaimana yang digambarkan media tersebut.
c) Realitas simbolik yang dikonstruksikan oleh media hanyalah bagian kecil dari realitas objektif yang sebenarnya. Sehingga,
41 Dedy Mulyana, Suatu Pengantar, dalam Eriyanto, Op.Cit, hal. 9-11 42 Jisun Woo, ”Television news Discource in Political Transition Framing the 1987 and 1992 Korean Presidential Elections”, Political communication, (Vol. 13, No.1, 1996), hal. 63-80. dalam Eriyanto, Ibid, Epilog, hal. 287 43 Fathurin Zen, Op.Cit, hal. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
penggambaran yang tidak utuh akan menyebabkan kesimpulan yang diambil oleh khalayak juga tidak utuh. Akibatnya, realitas simbolik ini kadang-kadang lebih dipercaya sebagai realitas yang sesungguhnya.
d) Kemudian menurut pengakuan Pan dan Kosicki sendiri, salah satu kelemahan pendekatan ini ialah keputusan metodologis tentang unit-unit berita mana saja yang diambil sebagai sample, yang dilakukan pengkodean, dan yang dianalisis. Begitu juga menyangkut rumusan konseptual tentang potongan-potongan teks yang tentu saja sangat berpengaruh.
G. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dengan memandang
realitas isu seputar Keistimewaan DIY terkait RUUK Yogyakarta. Isu yang
dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu, dalam hal ini berawal dari pernyataan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seputar status keistimewaan Yogyakarta
yang beliau kemukakan dalam pidatonya. Isu tersebut yang kemudian
mendapatkan penilaian dari masyarakat atau disebut opini publik, dengan segala
macam bentuk opini publik, baik pro maupun yang kontra. Realitas isu dan
macam opini publik tersebut akan ditangkap oleh media massa untuk diseleksi.
Hal yang selanjutnya dilakukan adalah melihat bagaimana peran media massa
dalam kasus ini, dan melihat aspek apa saja membuat media massa penting di
dalamnya. Media yang dipilih adalah harian Kompas dan Koran Tempo.
Dari hasil penangkapan dan seleksi dari beberapa realitas isu dan opini
publik, harian Kompas dan koran Tempo akan memframe/ membingkai isu dan
opini publik tersebut ke dalam bentuk berita melalui proses produksi berita.
Dimana didalam proses produksi berita tersebut ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi jenis dan muatan berita, yaitu, faktor individu, rutinitas media, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
extra media. Dari proses tersebut akan dihasilkan berita dalam bentuk teks/tulisan.
Teks berita tersebut kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis
framing model Pan Kosicki, yang memiliki 4 alat analisis yang terdiri dari
Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Dari proses analisis data tersebut akan
dilengkapi pula dengan indeph interview kepada narasumber yakni wartawan
dan redaktur dari kedua media untuk mengkonfrontasi antara pemberitaan dan
pendapat sang wartawan, baru kemudian akan dihasil kesimpulan penelitian ini.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema berikut ini:
Skema Pemikiran :
*Hasil Pemikiran Peneliti
Realitas Isu & Opini Publik
Framing Media Harian Kompas dan Koran Tempo
Teks Berita
Media Framing Model Pan Kosicki
Analisis dan Reduksi Data
Kesimpulan
Media Massa
Extra Media (Masyarakat,
Pemerintah, Lingkungan
Rutinitas Media Individu
Pembentukan Berita
In depth Interview (Wawancara langsung dengan Wartawan &
Redaktur)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
H. Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan suatu keadaan
sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran
secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Oleh
karena itu bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang
bermaksud memberikan gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Pada prinsipnya dengan metode deskriptif, data-data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian laporan penelitian
ini berupa kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Jadi
Penelitian deskriptif kualitatif untuk menyusun gambaran mengenai obyek apa
yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data di lokasi
penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan untuk kemudian dianalisa dari data
yang telah disajikan, dalam arti hasil penelitian ini lebih menekankan mengenai
berita seputar isu Keistimewaan DIY khususnya penyelesaian RUU Keistimewaan
Yogyakarta yang sampai saat ini belum jelas nasibnya, dan menilainya dalam
pemberitaan yang dimuat pada harian Kompas dan Koran Tempo pada edisi
Desember 2010-Januari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih harian Kompas dan Koran Tempo
sebagai obyek penelitian, khususnya pada edisi Desember 2010 – Januari 2011,
dengan alasan:
1. Harian Kompas dan Koran Tempo merupakan surat kabar skala
nasional yang memiliki rating tinggi, dengan mayoritas pembaca dari
kalangan terpelajar dan berpendidikan tinggi,
2. Guna mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas,
dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh
wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan
menyuguhkan berita, dimana kedua media cetak tersebut dikenal
sering menyuguhkan isi pemberitaan yang kritis dan logis, dengan
bahasa santun namun cerdas.
3. Dalam kurun waktu Desember 2010 sampai Januari 2011 tersebutlah
isu seputar keistimewaan Yogyakarta kencang berhembus, dan
menjadi topik hangat dikalangan masyarakat yang hingga kini RUU
Keistimewaan Yogyakarta sendiri belum diketahui penyelesaiannya.
c. Jenis dan Sumber Data
Dalam penyusunan laporan penelitian, peneliti membutuhkan berbagai
macam data yang relevan dan mendukung penelitian. Data tersebut bisa dalam
bentuk apa saja, berasal dari sumber mana saja yang terpercaya dan teruji
validitasnya, dan tentunya sesuai dengan topik penelitian. Adapun jenis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam 2 bentuk, yaitu
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung dari sumber
aslinya yaitu para informan dari hasil wawancara dan observasi untuk
mendapatkan data primer. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari
observasi isi pemberitaan yang dimuat di harian Kompas dan Koran
Tempo (teks berita), guna melihat bagaimana kedua media tersebut
mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) isu
Keistimewaan Yogyakarta terkait polemik RUU Keistimewaan
Yogyakarta dalam pemberitaannya.
Selain itu juga melakukan wawancara dengan wartawan yang
bersangkutan, yakni wartawan harian Kompas dan Koran Tempo yang
meliput serta menulis berita seputar isu keistimewaan DIY.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
Peneliti secara tidak langsung dari sumber aslinya, akan tetapi dari
sumber lain di luar informan yang sudah diolah, maupun melalui studi
kepustakaan. Sumber data sekunder diantaranya adalah buku, catatan,
laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang
tidak dipublikasikan, peraturan perundang-undangan dan dokumen-
dokumen yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
a. Isi piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri
Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
b. Isi amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku
Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendiri-
sendiri secara terpisah).
c. Isi amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam
VIII tertanggal 30 Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu
naskah).
d. UUD 1945 pasal 18.
d. Validitas Data
Guna melihat kemantapan dan kebenaran dari data yang berhasil digali,
dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, Peneliti harus menentukan
cara-cara yang dianggap tepat untuk mengembangkan validitas data yang
diperoleh. Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran
makna sebagai hasil penelitian. Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul
tersebut, perlu menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Trianggulasi sendiri merupakan cara
yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian
kualitatif. Teknik Trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Trianggulasi sumber, yaitu diperoleh melalui perbandingan hasil wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dengan wartawan yang meliput dan menulis berita seputar isu keistimewaan DIY
di harian Kompas dan Koran Tempo dengan tulisan sang wartawan itu sendiri
yang dituangkan dalam pemberitaan, guna mengetahui penerapan standar
kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya,
yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam
mengolah dan menyuguhkan berita. Lebih tepatnya melakukan kroscek dan
perbandingan terhadap drajat kepercayaan akan suatu informasi yang didapat
melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal tersebut dapat dicapai dengan 44:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan.
Trianggulasi sumber disini dilakukan dengan dengan jalan menggali
informasi dari satu narasumber tertentu, dari kondisi aktifitas yang
menggambarkan perilaku orang, atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip
dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang Peneliti
maksud45.
44 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 45 H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, hal. 79-80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Wawancara Informan
Data Content Analysis Dokumen / Arsip
Observasi Aktivitas
Sumber : H.B Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif
e. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis framing model Pan Kosicki.
Analisis framing model Pan Kosicki berasumsi, bahwa setiap berita mempunyai
frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide
yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita; kutipan
sumber, latar informasi, pemakaian kata / kalimat tertentu ke dalam teks secara
keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna, makna suatu peristiwa dapat
dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
Dalam model Pan Kosicki perangkat framing dibagi menjadi empat
struktur besar, yaitu46:
1. Sintaksis
Dalam pengertian umum, Sintaksis adalah susunan kata atau frase
dalam kalimat. Struktur sintaksis dalam wacana berita berhubungan
dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini,
kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan umum
berita. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida
46 Eriyanto, Op.Cit, hal. 255-264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
terbalik yang dimulai dengan judul headline, lead, episode, latar, dan
penutup. Struktur semantik ini dapat diamati dari bagan berita, yang
terdiri dari :
a. Headline
Merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat
kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan
berita. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana
wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali dilakukan
dengan menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda
tanya untuk menunjukkan sebuah perubahan dan tanda kutip
untuk menunjukkan adanya jarak perbedaan.47
b. Lead
Lead atau teras berita adalah kalimat pembuka dari sebuah berita
dan memegang peranan penting dalam sebuah berita. Lead yang
baik umumnya memberikan sudut pandang dari berita,
menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.
c. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi
makna yang ingin ditampilkan wartawan. Latar umumnya
ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang
sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan
memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. 47 Keny Goshom and Oscar H. Gandy, “Race, Risk and Responsibility: editorial Constrain in the Framing of Inequality”, Journal of Communication, (Vol. 45, No. 2, 1995), hlm. 144-145. dalam Eriyanto, Op.Cit, hal. 258
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
d. Sumber
Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk
membangun objektivitas-prinsip keseimbangan yang tidak
memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan
bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat
wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang
mempunyai otoritas tertentu. Pengutipan sumber menjadi
perangkat framing didasarkan atas tiga hal, yakni:
Mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang
dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas
akademik.
Menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada
pejabat yang berwenang.
Mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang
dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas
sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menimpang.
2. Skrip
Skrip berhubungan dengan cara bertutur wartawan dalam mengemas
peristiwa/cara wartawan dalam mengisahkan peristiwa ke dalam
bentuk berita. Skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam
mengkonstruksi berita, yakni bagaimana suatu peristiwa dipahami
melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan
bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk
menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian tersebut
dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan
kurang menonjol.
Ada dua hal yang menyebabkan laporan berita sering disusun
sebagai suatu cerita, yaitu:
Banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan
hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari
peristiwa sebelumnya.
Berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks
yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.
Bentuk umum dari struktur skrip sendiri adalah dengan pola 5W+1H
(who-siapa, what-apa, when-kapan, where-dimana, why-mengapa,
dan how-bagaimana).
3. Tematik
Tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan
pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat atau
hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Bagi Pan Kosicki berita mirip sebuah pengujian hipotesis, karena
peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
diungkapkan digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi
hipotesis yang dibuat.
Perangkat Tematik memiliki beberapa element yang dapat diamati,
diantaranya adalah koherensi. Koherensi adalah pertalian atau
jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dengan menggunakan
koherensi, dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan
fakta yang berbeda dapat dihubungkan. Koherensi memiliki
beberapa macam, antara lain:
Koherensi sebab akibat, yaitu proposisi atau kalimat satu
dipandang akibat atau sebab dari proposisi yang lain.
Ditandai dengan kata penghubung ”sebab” atau ”karena”.
Koherensi penjelas, yaitu proposisi atau kalimat satu dilihat
sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ditandai
dengan kata hubung ”dan” atau ”lalu”.
Koherensi pembeda, yaitu proposisi atau kalimat satu
dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat
lain. Ditandai dengan kata hubung ”dibandingkan” atau
”sedangkan”.
4. Retoris
Retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu
yang ingin ditonjolkan ke dalam berita. Struktur ini menggambarkan
pilihan-pilihan gaya bahasa yang disusun oleh para jurnalis dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
hubungannya dengan akibat yang diharapkan. Struktur ini akan
melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik,
methapor, pengandaian, dan gambar yang dipakai bukan hanya
mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada
pembaca, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan
meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur
retoris dari wacana berita juga menunjukkan kecenderungan bahwa
apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.
Tabel 3. Struktur Perangkat Analisis Berita Model Pan Kosicki
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta
1. Skema berita Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup
SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta
2. Kelengkapan berita 5 W + 1 H
TEMATIK Cara wartawan menulis fakta
3. Detail 4. Maksud kalimat,
hubungan 5. Nominalisasi antar
kalimat 6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti
Paragraf, proposisi
RETORIS Cara wartawan menekankan fakta
9. Leksikon 10. Grafis 11. Metafor 12. Pengandaian
Kata, idiom, gambar/foto, grafik
*Kerangka Framing Pan Kosicki 48
48 Alex Sobur, "Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing", ROSDA, Bandung, 2001, hal. 176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan hasil teks data, Model Pan Kosicki (Zhongdan Pan dan
Gerald M. Kosocki) adalah model analisis yang paling mendekati karena memiliki
empat alat analisis yang terdiri dari Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris seperti
yang dipaparkan di atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Harian Kompas
1. Sejarah Harian Kompas
Pada tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob
Oetama sering bertemu dalam gerakan asimilasi. Kedua-duanya punya latar
belakang guru, dan punya minat dalam bidang sejarah. PK. Ojong adalah
Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama Pemimpin redaksi
majalah Penabur. Mereka berbincang-bincang bahwa pada waktu itu pembaca
Indonesia terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan
masuk. Keadaan seperti itu tentunya tidak sehat. Muncul ide membuat majalah
untuk menerobos isolasi itu.
Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama.
Untuk memperoleh ijin terbit bagi majalah Intisari. PK. Ojong dan Jakob Oetama
pergi ke gedung kodam (Komando Daerah Militer) di jalan Perwira, Jakarta.
Jakob Oetama masih ingat, dia masuk sendirian, sementara PK. Ojong menunggu
di dalam mobil Opel Caravan-nya yang diparkir jauh-jauh. Jakob mendapat kesan
dari mantan Pemimpin Redaksi Star Weekly yang lebih tua 12 tahun itu sebagai
orang yang cermat dan tidak setengah-setengah. “semua disiapkan dan
dilaksanakan dengan teliti”.
Majalah Intisari terbit 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, tiras pertama
10.000 eksemplar habis terjual, hitam putih dan telanjang, tidak dibalut kulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
muka. Ukurannya kecil, 14 x 17,5 cm dan tebalnya 128 halaman. Drs Jakob
Oetama menjadi pemimpin redaksinya. Nama PK. Ojong dan Adi Subrata tidak
tercantum sebagai pengasuh. Mereka menulis seakan-akan penulis luar. Penulis-
penulis luar diantaranya Nugroho Notosusanto (orang Jakarta di London), Soe
Hok Djin (Beberapa hari di Ubud), Soe Hok Gie (Pengalaman lucu pelukis
Nashar), Kapten dr. Ben Mboi menceritakan pengalamannya diterjunkan dalam
hidup bergerilya di belantara Irian Barat dalam rangka Trikora, Tan Liang Tie
wartawan olahraga sejak Star Weekly menulis Zapotek atlet pelari dari
Cekoslowakia yang diserahkan melatih atlet Indonesia menghadapi Ganefo
(Games of the New Emerging Forces). Nama-nama lain, diantaranya; Mohamad
Ali, Siswadhi, Ajib Rosidi dan Rijono Pratikno.
Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas ketika Partai
Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan
perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara
yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan penyerobotan tanah
milik negara. Aksi serupa ini dilukiskan oleh “Harian Rakyat” yang merupakan
surat kabar milik PKI sebagai adil dan patriotik.
Suatu hari di awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku
Menteri/Panglima TNI-AD, menelepon dan mengutarakan keinginananya kepada
rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang
berimbang, kredibel, dan independen. Frans Seda menanggapi ide itu, kemudian
mengemukakan keinginan itu kepada Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
merupakan sesama rekan di Partai Katolik, juga rakannya Auwjong Peng Koen
(P.K Ojong) (1902-1980) dan Jakob Oetama yang memimpin majalah Intisari.
Terbitan surat kabar tersebut awalnya diberi nama “Bentara Rakyat”,
penggunaan nama tersebut sesuai dengan badan usaha yang membawahinya,
yakni yayasan Bentara Rakyat. Yayasan ini terdiri dari perwakilan elemen
hierarkis dari Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI), Partai Katolik
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik
dan Wanita Katolik. Pemilihan nama Bentara Rakyat dimaksudkan untuk
menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya
bukanlah PKI, juga sengaja untuk menandingi keberadaan surat kabar PKI, yaitu
Harian Rakyat yang merupakan harian terbesar di tahun 1960-an, dengan
kemiripan identitas ini, diharapkan akan mampu memasuki segmen pasar Harian
Rakyat.
Dalam keperluan dinas Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (1964-
1966) manghadap Presiden di Istana Merdeka. Rencana penerbitan surat kabar
Bentara Rakyat diajukan kepada Presiden RI saat itu, Ir.Soekarno. Kemudian
Soekarno mengganti namanya dengan Kompas, pemberi arah dan jalan dalam
mengarungi lautan atau hutan rimba..., alasan penggunaan nama itu karena
Kompas hendak digunakan sebagai media pencari fakta dari segala penjuru.
Meskipun sudah mengantongi restu dari Presiden Soekarno, berkat Mgr.
Soegijapranoto, dan bantuan pimpinan Angkatan Darat, Kompas tidak segera
terbit karena proses ijin terbit mengalami kesulitan. PKI dan kakitangannya
“menguasai” aparatur, khususnya Departemen Penerangan pusat dan daerah. PKI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tidak mentolerir sebuah harian yang akan menjadi saingan berat. Tahap demi
tahap rintangan dapat diatasi, pusat memberi ijin prinsip namun harus
dikonfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya, Panglima Militer Jakarta saat itu,
Letnan Kolonel Dachja, menyaratkan Kompas memperoleh 3000 tanda tangan
pelanggannya. Kemudian Frans Seda mempunyai inisiatif, tokoh-tokoh Katolik
pergi ke Flores yang mayoritas penduduknya beragama Katolik untuk
mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru, dan anggota koperasi Kopra
Primer di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur.
Dalam waktu singkat daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda
tangan terkumpul. Bagian perijinan Puskodam V Jaya menyerahkan dan
mengeluarkan ijin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran “Kompas” bereaksi
keras, bahkan mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan “Kompas”
sebagai “Komando Pastor”.
Kompas terbit sebagai buah pertarungan politik antara kekuatan
organisasi politik berbasis ideologi komunis melawan kelompok yang tidak
berpijak pada ideologi tersebut, termasuk Partai Katolik. Salah satu upaya Partai
Katolik saat itu adalah menerbitkan surat kabar yang mampu menyuarakan
kepentingan partai dan dapat meng-counter wacana ideologi komunis yang
dilakukan oleh surat kabar underbow Partai Komunis Indonesia (PKI).
Akhirnya pada Minggu, 2 Juni 1965, sekitar tengah malam jalan Kramat
Raya yang sudah sepi. Pertunjukan bioskop Rivoli juga telah berakhir, dan
penonton beberapa jam lalu berhamburan pulang. Tinggal beberapa becak yang
masih mangkal di malam yang dingin itu. Tidak jauh dari situ kegiatan percetakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
PN Eka Grafika (dahulu Pecetakan Abadi) baru dimulai, beberapa orang
berkumpul mengelilingi mesin cetak Duplex. PK. Ojong (alm), Jakob Oetama
serta beberapa wartawan: Theodorus Purba (alm), Tinon Prabawa (alm), Tan Soe
Sing (Indra Gunawan), Eduard Liem (Edward Linggar), Roestam Affandi, Djoni
Lambangdjaja, August Parengkuan, dan Harthanto (alm). Mereka nampak tidak
sabar dan was-was, diantara mereka sebentar-sebentar melihat arlojinya mirip
sebuah penantian lahirnya bayi pertama. Wartawatinya, Erka Muchsin (alm) dan
Thress Susilastuti menanti penuh harap di rumah. Disudut lain, duduk di kursi
menghadap meja korektor adalah Kang Hok Dji, Kang Tiauw Liang, Dimyati,
Marjono, dan Petrus Hutabarat. Ketika koran pertama Kompas muncul dari mesin
cetak tepuk tangan menyambutnya. Diiringi kilatan lampu kilat dari kamera
Sudardja (wartawan foto majalah Penabur), suasana suasana menjadi berubah,.
Kemudian tepat 28 Juni 1965, Kompas terbit dengan motto “ Amanat Hati Nurani
Rakyat”. Dalam operasionalisasinya, Kompas diwakili oleh P.K Ojong sebagai
pimpinan umum dan Jacob Oetama sebagai pemimpin redaksi, ditambah beberapa
redaksi dan wartawan dari majalah Intisari. Harian Kompas secara resmi menjadi
salah satu surat kabar yang terbit secara teratur, dimana di halaman pertama pojok
kiri atas tertulis nama: Pemimpin Redaksi Drs Jakob Oetama, Staf Redaksi : Drs.
J. Adisubrata, Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J.
Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Ponis Purba, Tinon Prabawa, Eduard Liem.
Pada awal terbit, Kompas belum memiliki kantor sendiri, melainkan
masih menumpang di kantor redaksi Intisari yang berkantor di percetakan PT.
Kinta, Jl. Pintu Besar 86-88, Jakarta. Dalam perkembangannya, setelah sebulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
cetak di Eka Grafika, manajemen Kompas memutuskan untuk pindah tempat
percetakan dengan tujuan memperbaiki kualitas cetakan. Kemudian dipilihlah
Masa Merdeka yang terletak di Jl. Sangaji, Jakarta, karena dianggap memiliki
kualitas cetakan yang lebih baik. Melalui cetakan Masa Merdeka, ada peningkatan
kualitas cetakan yang juga berpengaruh terhadap peningkatan tiras Kompas dua
kali lipat, dari 4.800 eksemplar menjadi 8.003 eksemplar.
Format harian Kompas pertama kali tampak sangat sederhana, hanya
dengan empat halaman. Berita utama pada saat itu berjudul “KAA II Ditunda
Empat Bulan”, sementara kata perkenalan Pojok Kompas di kanan bawah
berbunyi, “Mari ikat hati, mulai hari ini dengan Mang Usil”. Pada halaman
pertama pojok kiri atas tertulis nama staf redaksi. Edisi pertama Kompas memuat
11 berita luar negeri dan 7 berita dalam negeri di halaman pertama. Istilah tajuk
rencana belum ada, tetapi di halaman 2 ada “Lahirnya Kompas” sebagai tajuk
harian ini. Di halaman 3 berisi antara lain 3 artikel, yaitu berita luar negeri, ulasan
mengenai penyakit ayan dengan Rr. Kompas. Halaman 4 berisi antara lain berita
dan artikel, yakni 2 berita luar negeri dan satu berita dalam negeri. Di halaman ini
juga tercatat ada 2 berita olahraga satu diantaranya tentang PSSI ke Pyongyang.
Berselang tiga bulan setelah terbit, Kompas dilarang terbit beserta surat
kabar lain, sehari setelah peristiwa 30 September 1945. Hanya harian “Angkatan
Bersenjata”, “Berita Yudha”, kantor berita “Antara”, dan “Pemberitaan Angkatan
Bersenjata” yang diijinkan terbit oleh Pelaksana Penguasa Perang Daerah
(Pepelrada). Baru pada tanggal 6 Oktober 1965 Kompas diijinkan untuk terbit
kembali. Setelah pembredelan, oplag Kompas mengalami kenaikan, yaitu menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
26.268 eksemplar, hal ini karena Kompas berpindah cetakan ke PT.Kinta, salah
satu percetakan terbaik pada waktu itu.
Peluang Kompas untuk berkembang semakin terbuka setelah terjadi
pembersihan besar-besaran terhadap PKI dan simpatisannya yang terjadi sejak
akhir 1965. Pada periode pers jaman demokrasi terpimpin diberlakukan Peraturan
Presiden No.6 Tahun 1964 yang menetapkan setiap surat kabar berafiliasi dengan
salah satu partai politik. Kompas sendiri berafiliasi dengan Partai Katolik.
Seiring berjalannya waktu, karen alasan visi harian Kompas yang
terbuka, maka Kompas mulai mengambil sikap sosio politiknya dengan berpihak
pada perjuangan sosialisme demokrat golongan profesional dan secara perlahan-
lahan melepaskan diri dari Partai Katolik (kemudian muncul dasar humanisme
transendental Kompas). P.K. Ojong dan Jacob Oetama lebih cenderung
mendukung kelompok teknokrat dan sayap Partai Sosialis Indonesia.
Pada tanggal 26 Juni 1967 oplag Kompas 30.650 eksemplar. Tepat
setahun kemudian, tanggal 16 Juni 1968 menjadi 44.400. ini berarti penambahan
tiap bulan rata-rata 1.146 eksemplar. Pada tanggal 26 Juni 1969 (ketika harian
Kompas membuka stand di jakarta fair) oplagnya meningkat menjadi 63.747
eksemplar. Tepat 26 Juni 1970 batas 80.000 telah dilewati, tepatnya oplag
Kompas telah menjadi 80.412 eksemplar. Dari jumlah itu, kira-kira 31.000
beredar di Jakarta saja. Ini berarti hampir 40%, selebihnya (60%) tersebar di luar
Jakarta, di seluruh Nusantara. Pola ini, menandakan bahwa Kompas menjadi
harian nasional dan bukan harian lokal atau koran daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Kemudian pada 25 November 1972 Kompas berhasil memiliki mesin
cetak sendiri setelah permohonana kredit ke Bank Pemerintah dikabulkan, dan
berdirilah Percetakan Gramedia yang beralamat di Jl. Palmerah Selatan, Jakarta.
Dimana percetakan Gramedia juga menerbitkan majalah anak-anak Bobo. Secara
bertahap kegiatan redaksional Kompas mulai bisa disatukan di kompleks
Palmerah, Jakarta Pusat, walaupun kegiatan administrasinya masih dilakukan di
gedung Perintis, Jakarta Barat. Pada tahun yang sama pula Kompas membentuk
PT. Transito Asri Media, anak perusahaan yang mendistribusikan buku-buku
import dan lokal pada jaringan toko buku yang dimiliki sendiri.
Ketika peristiwa Malari tahun 1974, terjadi pembredelan pada beberapa
pers yang dinilai Konfrontatif terhadap pemerintah. Pada peristiwa tersebut,
harian Kompas terhindar dari pembredelan massal tersebut karena Kompas
memiliki sikap moderat.
Kompas lalu memulai terobosan guna meningkatkan kepercayaan pada
relasi, pemasangan iklan, pembaca, dan pelanggan, dengan melakukan pendataan,
yang di audit oleh akuntan public Drs. Utomo dan Mulia. Tujuan menyewa
akuntan publik adalah untuk menggaet pasar iklan, dan juga dipakai untuk
mengembangkan sirkulasi dan isinya. Selain itu, strategi pemasaran akan dapat
ditangani dengan lebih matang, efektif, dan efisien. Kemudian pada tahun 1978,
Kompas resmi menjadi anggota Audit Beauraas of Circulation, di Sidney,
Australia. Lembaga internasional ini dibentuk bersama oleh penerbit, pemasang
iklan dan biro iklan untuk menyiarkan angka sirkulasi anggotanya sesuai fakta di
lapangan. Sampai sekarang Kompas adalah harian satu-satunya di Indonesia yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menjadi anggota lembaga tersebut. Hal ini memberikan kebanggan tersendiri bagi
Kompas di mata persuratkabaran nasional dan internasional.
Namun pada pertengahan tahun 1978, Kompas tidak dapat meghindarkan
diri dari pembredelan karena berita seputar penolakan berbagai pihak terhadap
pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden periode 1978-1983. Selain
Kompas, enam surat kabar lain juga mengalami nasib serupa, diantaranya adalah
Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore.
Setelah beberapa bulan tidak terbit, pada bulan September 1978 harian
Kompas diperbolehkan untuk terbit kembali. Kompas pun terbit dengan format
baru, yaitu terbit 7 kali dalam seminggu, dengan diterbitkannya Kompas edisi
minggu. Dimana pada saat itu surat kabar pada umumnya terbit 6 kali dalam
seminggu, hari minggu libur. Kompas pun berkembang menjadi koran dengan
gaya bahasa yang halus, melakukan kritik secara implisist atau secara tidak
langsung. Akibat dari gaya tersebut, sejumlah kalangan menjuluki harian Kompas
sebagai koran moderat. Hal tersebut justru menjadi keunggulan Kompas
dibandingkan dengan harian-harian lainnya. Ben Anderson kemudian juga
menjuluki Kompas sebagai “New Order Newspaper Par Excellence” karena
meskipun dalam pengawasan yang ketat, Kompas tetap mampu bertahan dan
sekaligus juga menyampaikan kritik terhadap pemerintah meskipun dengan gaya
bahasa yang halus.
Pada tanggal 1 Mei 1980, P.K. Ojong yang merupakan salah satu pendiri
Kompas sekaligus pimpinan umum Kompas meninggal dunia. Kepemimpinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Kompas pun kemudian dipegang oleh Jacob Oetama, sebagai Pemimpin Umum
hingga sekarang.
Dengan Undang-Undang Pokok Pers 1982, dan diberlakukannya Surat
Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUP). Semua penerbitan pers di Indonesia
diwajibkan berbadan hukum. Hal ini semakin memperkuat Kompas, yang
kemudian penerbitannya segera dialihkan dari Yayasan Bentara Rakyat ke PT.
Kompas Media Nusantara.
Oplag Kompas selalu meningkat dari tahun ke tahun, dan dapat
dikatakan semakin berkembang pesat. Tiras dan sirkulasi Kompas setiap tahun
juga mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan Kompas telah memiliki sistem
percetakan yang canggih sehingga dapat menjangkau setiap daerah.
Pada edisi perdananya, Kompas hanya menerbitkan 4.800 eksemplar,
pada tahun 1986 sebesar 600.000 eksemplar selama sebulan, dan tahun 1990,
kwartal pertama oplag Kompas sudah mencapai 526.611 eksemplar perhari.
Menurut The Audit Beaureas of Circulation. Distribusi Kompas terbanyak berada
di DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek), yaitu sekitar 246.004 eksemplar,
kemudian wilayah Sumatera sebanyak 64.852 eksemplar, Jawa Barat sebanyak
61.272 eksemplar. Jawa Tengah sebanyak 48.584 eksemplar, Indonesia Timur
sebanyak 36.880 eksemplar. Kalimantan sebanyak 17.910 eksemplar, Jawa Timur
16.518 eksemplar, dan eceran di luar Jakarta sebanyak 31.591 eksemplar.
Sekarang rata-rata 50.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu-
Minggu. Oplag terbesar dicapai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun
dengan oplag 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Visi dan Misi Kompas
Visi surat kabar merupakan ujung pangkal dalam menentukan kebijakan
editorial guna menentukan peristiwa yang dianggap penting oleh suatu surat
kabar. Visi merupakan seuntai nilai dasar sekaligus diperkaya dan disajikan oleh
wartawan melalui pemberitaannya dan pergumulannya dengan realitas, serta
pemikiran yang mereka olah menjadi bahan berita, laporan, maupun komentar.
Setiap media memiliki pandangan atau visi mengenai isu, polemik, dan
permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Visi tersebut yang akan
membedakan isi, susunan, dan bentuk pemberitaan antara satu media dengan
media lainnya.
Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas,
menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas
ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan,
meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Ingin
berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena Kompas adalah lembaga yang
terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas
ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus
perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan
kelompok. Rumusan bakunya adalah “humanisme transcendental“. “Kata Hati
Mata Hati”, pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empathy
dan compassion Kompas.
Sejak semula, terutama perintis surat kabar ini berpendapat, visi
kemasyarakatan koran haruslah terbuka. Visi dan sikap itu selain sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
keyakinan pemimpin, sesuai juga dengan fungsi pers di Indonesia, yaitu ikut
mengembangkan saling pengertian dalam masyarakat yang majemuk, dimana hal
tersebut sesuai dengan paham Pancasila.
Visi Kompas :
“Menjadi Institusi yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan
Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat, Serta Menjunjung
Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan.”
Dalam kiprahnya dalam industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi
membangun masyarakat indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip
humanisme transcenental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati
individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan
sebagai berikut:
a. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.
b. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu
baik politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi.
c. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan
segala kelompok.
d. Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi
dan cita-cita bangsa.
e. Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang
dikembangkan tetapi selalu memperhatikan kontens struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Jadi intinya, Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan dengan
segala kompleksitasnya, cobaan dan permasalahannya, aspirasi dan hasratnya,
keagungan dan kehinaannya, adalah faktor yang ingin ditempatkan secara sentral
dalam visi Kompas. Oleh karena itu, manusia dan kemanusiaan senantiasa
diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan komentarnya. Disamping itu, Kompas
juga berusaha senantiasa peka akan nasib manusia dan semestinya berpegang
juga pada ungkapan klasik dalam jurnalistik, menghibur yang papa mengingatkan
yang mapan.
Misi Kompas :
Setiap media memiliki misi tersendiri dalam nafas pemberitaannya,
selain untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentunya. Misi Kompas
adalah :
“Mengantisipasi dan Meespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional,
Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) Dengan Menyediakan dan
Menyebarluaskan Informasi Terpercaya.”
Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor
satu dalam semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang
sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja
sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam 5 sasaran
operasional:
a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat,
cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b. Kompas, memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus
dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat
yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa
kehidupan dan kemanusiaan.
c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya
intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional,
memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak lain, selalu berusaha
mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis
dan teguh pada prinsip.
d. Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan
meningkatkan tiras.
e. Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus memperoleh
keuntungan dari usaha. Namun keuntungan yang dicari bukan
sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan
layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu
melaksanakan tanggung jawab sosialnya sebagai perusahaan.
3. Nilai-nilai Dasar Kompas
a. Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan
harkat dan martabat
b. Mengutanakan watak baik
c. Profesionalisme
d. Semangat kerja tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
e. Berorientasi pada kepuasan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra
kerja-penerima proses selanjutnya)
f. Tanggung jawab sosial
g. Selanjutnya, kita bertingkah laku mengikuti nilai-nilai tersebut,
dengan begitu kita akan memberikan jasa yang memuaskan bagi
pelanggan
4. Penyajian Halaman dan Rubrikasi
Penyajian halaman Kompas edisi cetak mengalami suatu perubahan
semenjak dilakukan kebijakan penutupan biro daerah dan diganti sebutannya
dengan menjadi perwakilan Kompas di daerah, yang diikuti dengan
dihapuskannya lembar edisi daerah mulai Senin, 3 Januari 2011. Dimana sebelum
dilakukan penghentian penerbitan lembar edisi daerah tersebut, jumlah halaman
harian Kompas edisi setak mencapai 46 halaman, & kini setelah dihapuskannya
lembar edisi daerah jumlahnya menjadi 38 halaman.
Kebijakan penghentian penerbitan lembar edisi daerah ini dapat
dikatakan sebagai gerakan sirkuler, untuk memperkuat posisi Kompas yang sejak
awal dirancang dan dikembangkan sebagai koran nasional tanpa lembar daerah
dan isian khusus, yang proses pelaksanaannya tidak selalu linier dari waktu ke
waktu. “Wajah dan rupa Kompas menjadi satu di mana-mana, dan dimana-mana
menjadi satu”. Begitu bunyi penjelasan dari Pimpinan Redaksi Kompas, Rikard
Bagun, yang dikutip dari halaman 1 Harian Kompas cetak edisi 3 Januari 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berikut adalah penyajian dan rubrikasi pada Harian Kompas cetak:
a. Halaman Utama
Merupakan halaman muka surat kabar, berisi berita-berita utama, atau
headline, kolom topik, dan terkadang halaman paling bawah terdapat
feature.
b. Halaman Politik dan Hukum
Merupakan halaman yang memuat berita-berita yang menyangkut
persoalan politik dan hukum, yang biasanya menjadi agenda nasional
Indonesia.
c. Halaman Opini (Opinion Page)
Merupakan halaman yang berisi opini, baik dari redaksi (tajuk rencana)
maupun pembaca.
d. Rubrik Internasional
Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau peristiwa dari luar
negeri.
e. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Merupakan halaman yang berisi berita atau peristiwa yang berkaitan
dengan dunia pendidikan dan kebudayaan Indonesia.
f. Rubrik Lingkungan dan Kesehatan
Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun berita yang berkaitan
dengan dunia kesehatan, lingkungan, dan alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
g. Rubrik Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun artikel yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
h. Rubrik Umum
Merupakan halaman yang berisi lanjutan berita-berita atau artikel yang
terpotong-potong dari halaman sebelumnya.
i. Rubrik Sosok
Merupakan halaman yang berisi gambaran pribadi, biodata, dan prestasi
seorang tokoh yang dianggap berpengaruh, membawa perubahan, dan
memberikan inspirasi di bidangnya.
j. Rubrik Ekonomi
Merupakan halaman yang memuat ulasan, berita, artikel seputar dunia
bisnis, keuangan, perbankan, valas, dll. Pada lembar halaman ini, mulai
disajikan terpisah dengan lembar halaman utama.
k. Rubrik Nusantara
Merupakan halaman yang berisi berita-berita mengenai kejadian dari
seluruh pelosok negeri.
l. Metropolitan
Merupakan halaman yang berisi berita-berita khusus mengenai kejadian
yang terjadi di ibukota Jakarta.
m. Olahraga
Merupakan halaman yang berisi berita olahraga dari berbagai macam-
macam cabang olahraga, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
n. Rubrik Nama dan Peristiwa
Merupakan halaman yang berisikan tulisan atau ulasan seputar tokoh-
tokoh dari berbagai dunia. Biasanya dari tokoh yang memiliki prestasi
maupun dari kalangan pekerja hiburan / selebritis.
o. Klasika (Klasifikasi Iklan) dan Karier
Merupakan halaman tambahan yang berisi iklan komersial dan info
lowongan pekerjaan, yang biasanya hanya terbit pada edisi-edisi khusus
seperti edisi akhir pekan (Sabtu-Minggu).
5. Struktur Organisasi Perusahaan
Setiap organisasi selalu memiliki struktur keorganisasian guna
membedakan tugas dan tanggung jawab antara satu orang dengan orang yang lain
sesuai bidangnya. Begitu pula dengan Kompas yang merupakan organisasi pers,
juga memiliki sruktur organisasi untuk memudahkan komando pelaksanaan kerja
dan pembagian tugas. Kemampuan managerial sangat dituntut di masing-masing
bidang guna bekerja secara efektif dan efisien, dengan harapan fungsi dan
peranannya dapat berjalan secara optimal
Susunan organisasi surat kabar harian Kompas adalah sebagai berikut:
a. Pendiri : P.K Ojong (1920-1980)
Jacob Oetama
b. Pimpinan Umum : Jacob Oetama
c. Wakil Pimpinan Umum : Agung Adiprasetyo, St. Sularto
d. Pimpinan Redaksi/ Penanggung Jawab : Rikard Bagun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
e. Wakil Pimpinan Redaksi : Trias Kuncahyono, Taufik
Mihardja
f. Redaktur Senior : Ninok Leksono
g. Redaktur Pelaksana : Budiman Tanuredjo
h. Wakil Redaktur Pelaksana : Andi Suruji, James Luhulima
i. Sekretaris Redaksi : Retno Bintarti, M. Nasir
6. Kebijakan Redaksional
Dalam proses pembentukan berita pada suatu media massa, kebijakan
redaksional merupakan pedoman dalam menentukan patut tidaknya suatu kejadian
diangkat oleh surat kabar untuk menjadi bahan berita. Kebijakan redaksi Kompas
harus sesuai dengan visi dan misi yang menjunjung nilai demokrasi dan
kemanusiaan. Ungkapan jurnalistik yang digunakan Kompas adalah “Liput dua
belah pihak, dengan pihak lain jangan-jangan masih ada kemungkinan lain
(balance / cover both sice, cover all side)”. Dengan ungkapan tersebut,
pemberitaan yang dimuat tetap menjunjung tinggi demokrasi, kemanusiaan, dan
asas praduga tak bersalah. Kompas tidak membuat kebijakan presentase volume
atau isi yang akan dimuat, baik politik, ekonomi, dan berita lainnya. Jadi, yang
aktual dan bermanfaat bagi pembacanya itulah yang dimuat.
Secara kongkret, kebijakan redaksional di Kompas adalah sebagai
berikut:
a. Kompas merupakan media yang tidak berpihak pada suatu golongan,
partai, mapun agama tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Tidak membenarkan mengkritik seseorang mengeni hal-hal yang bersifat
pribadi.
c. Tidak membenarkan bagi wartawannya untuk mencari keuntungan
pribadi.
d. Menggunakan sistem check and recheck dalam proses pemberitaannya.
e. Menghargai hal-hal yang bersifat off-the record.
f. Menghormati hak jawab, baik dalam bentuk berita maupun surat
pembaca.
g. Tidak ada kebijaksanaan prosentase volume atau isi yang akan dimuat,
baik politik, ekonomi, dan berita lain. Kompas akan memuat berita atau
komentar dengan pertimbangan mana yang dirasa aktual, dapat dijadikan
proses pemikiran dan pemahaman pembaca seperti yang dirasakan serta
dicoba untuk dikembangkan oleh wartawan.
h. Kompas tidak akan memuat hal-hal yang berbau SARA.
7. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Kompas
Harian Kompas adalah surat kabar nasional yang memiliki oplag
tertinggi di Indonesia. Bahkan pada tahun 2008 saja diperkirakan pembaca surat
kabar ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Rincian oplag harian
Kompas untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY dapat dilihat dalam data berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4. Rincian Oplag Harian Kompas Wilayah Jawa Tengah dan DIY
Note: Perhitungan jumlah pembaca Kompas berdasarkan Survei Pembaca
Kompas yang dilakukan Litbang Kompas pada tahun 2009, yang menyebutkan 1 koran Kompas di baca sekitar 4 orang.
Oplag/paid, berdasarkan data Sirkulasi data Sirkulasi Kompas per Desember 2009.
Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta
Secara umum, penyebaran harian Kompas di Indonesia cukup merata.
Akan tetapi target pemasaran utama tetap berada di Pulau Jawa, terutama Jakarta
yang merupakan Ibukota Negara. Untuk rincian perkembangan oplag Harian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Kompas dari tahun - ke tahun, mulai dari tahun 2008 dapat dilihat pada grafik
berikut:
Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta
Sedangkan segmentasi pembaca harian Kompas dapat dilihat berdasarkan
empat kategori, yakni dari jenis kelamin, segi penghasilan / strata ekonomi sosial
(SES), segi pendidikan, serta dari segi usianya.
Lihat pada grafik berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta
Dari keempat diagram tersebut diatas tampak bahwa pembaca harian
Kompas sebagian adalah lulusan sarjana yang memiliki intelektualitas cukup
tinggi. Sedangkan rata-rata tertinggi pembaca Kompas didominasi oleh pembaca
yang penghasilannya tinggi, yakni di atas 3,5 juta rupiah untuk wilayah
Yogyakarta, dan Rp 1.250.001,- s/d Rp 1.750.000,- untuk wilayah Jawa Tengah.
Sementara itu, sebagian besar pembaca Kompas merupakan pekerja kantoran
dengan level tinggi/eksekutif. Jadi, kesimpulannya pembaca harian Kompas lebih
didominasi oleh kalangan mengengah ke atas yang memiliki pekerjaan mapan
namun dengan jumlah penghasilan yang cukup tinggi, disertai tataran intelektual
yang tinggi pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
8. Alamat Redaksi
Dalam melakukan kerja harian dan proses koordinasi redaksional,
Kompas menempati kantor pusat di lokasi yang strategis di Jakarta yang
merupakan Ibukota Negara. Juga menempati lokasi strategis di Daerah Istimewa
Yogyakarta, dimana wartawan Kompas perwakilan Yogyakarta berkantor, dan
merupakan tempat Penulis melakukan penelitian.
Berikut adalah alamat lengkap kantor Kompas:
a. Kantor Redaksi
Jl. Palmerah Selatan 26-28, Jakarta 10270
Telepon : (021) 534 7710, 534 7720, 534 7730, 530 2200
Fax : (021) 548 6085 / 548 3581
Email : [email protected]
Alamat Surat : P.O. BOX 4612, Jakarta, 12046.
b. Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta
Jl. Suroto No. 2A, Yogyakarta 55224
Telepon : (0274) 563600
B. Koran Tempo
1. Sejarah Koran Tempo
Pada tahun 1971, sejumlah wartawan muda sepakat untuk mendirikan
majalah berita Mingguan Tempo. Dia antaranya adalah Goenawan Mohamad,
Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, dan putu
Wijaya. Maka pada 6 Maret 1971 dari salah satu blog gedung di Jl. Senen Raya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
83, Jakarta, nomer perdana Tempo dilahirkan dengan modal Rp 20 juta oleh
Yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya yang merupakan milik dari pengusaha
Ciputra.
Dengan kepengurusan awal adalah Goenawan Mohamad sebagai Ketua
Dewan Redaksi, dan Blur Rusuanto sebagai Wakil Ketua, dengan dibantu
Usamah, Fikri Jufri, Cristianto Wibisono, Toeti Kakiailatu, Harjoko Trisnadi,
Lukman Setiawan, Syu’bah Asa, Zen Umar Purba, Putu Wijaya, Isman Sawitri,
Salim Said, dan lainnya. Juga satu orang kepercayaan dari Yayasan Jaya Raya
sebagai pengelola Tempo, yaitu Eric Samolia.
Edisi perdana majalah mingguan ini terbit pada April 1971 dengan berita
utama mengenai cedera parah yang dialami Minarni, pemain badminton andalan
Indonesia di Asean Games Bangkok, thailand. Edisi perdana Tempo ini laku
sekitar 10.000 eksemplar, disusul edisi keduanya yang laku sekitar 15.000
eksemplar. Progres penjualan oplag ini menepis keraguan Zainal Abidin, bagian
sirkulasi Tempo, yang menganggap majalah ini tidak akan laku. Tren positif
penjualan Tempo terus berlanjut dengan peningkatan oplag yang meningkat pesat
hingga mencapai sekitar 100.000 eksemplar pada tahun ke-10 terbitnya majalah
mingguan ini.
Adapun beberapa alasan yang melatar belakangi penggunaan nama
Tempo sebagai nama Majalah Berita Mingguan tersebut, yakni:
a. Pertama, nama “Tempo” singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh
lidah Indonesia dari segala jurusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
b. Kedua, nama ”Tempo” terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun
merangsang.
c. Ketiga, nama “Tempo” bukan simbol suatu golongan.
d. Dan Keempat, arti dari kata “Tempo” sederhana saja, yaitu: WAKTU,
sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan
oleh banyak penerbitan jurnalistik di seluruh dunia.
Tempo sempat dianggap meniru majalah TIME, karena sampulnya yang
memang mirip TIME dengan bentuk segi empat berwarna merah membentuk
bingkai di sisinya. Tempo pun menjawab dengan kalimat “Tempo meniru
TIME? Benar Tempo meniru waktu, selalu tepat, selalu baru”, yang
diiklankan Tempo pada terbitan 26 Juni 1971, guna menanggapi surat pembaca
yang berkesimpulan bahwa Tempo telah meniru TIME. TIME pun sempat
menggugat Tempo melalui pengacara Widjojo, namun persoalan ini dapat
diselesaikan dengan damai.
Seiring perjalanan terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Tempo,
antara Goenawan Mohamad dengan Blur Rusuanto. Keduanya memiliki
perbedaan ide dasar. Goenawan berkeinginan agar Tempo bergaya tulis feature
(bercerita), sedangkan Blur cenderung ke News. Keduanya pun sering berbeda
paham dan saling bertolak pendapat. Puncaknya terjadi pada saat Blur
menumpahkan air kopi ke arah Goenawan. Tindakan tersebut dianggap kelewatan
oleh Goenawan, hingga dia meminta Eric Samola untuk memutuskan, apakah
Goenawan sendiri yang keluar atau Blur yang keluar. Akhirnya Blur yang
mengundurkan diri dari Tempo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Hingga pada usia yang ke-12 tahun, tepatnya pada 12 April 1982, Tempo
dibredel oleh Departemen Penerangan malalui surat yang dikeluarkan oleh Ali
Moertopo (Menteri Penerangan). Karena Tempo dianggap telah melanggar kode
etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) yang saat itu dipimpin oleh wartawan harian Pos Kota. Pembredelan
tersebut terjadi diduga karena peliputan yang dilakukan Tempo saat kampanye
partai Golkar di lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden
Soeharto, yang notabene adalah motor partai Golkar tidak suka dengan berita
tersebut.
Baru pada tanggal 7 Juni 1982, pembredelan terhadap Tempo dicabut
setelah Goenawan Mohamad membubuhkan tanda tangan di secarik kertas yang
berisikan permintaan maaf Tempo, dan kesediaan untuk dibina oleh pemerintah.
Waktu itu, Goenawan Mohamad memang tidak punya pilihan lain.
Prahara kembali berguncang di tubuh Tempo pada tanggal 13 juli 1987.
Sebanyak 31 wartawan ramai-ramai keluar (eksodus). Alasannya adalah karena
kesejahteraan dan pola menajemen yang tidak transparan. Mereka yang keluar
diantaranya adalah Syu’ba Asa, Edy Herwanto, Saur Hutabarat, Marah Sakti
Siregar, dan Achmad Luqman. Mereka kemudian mendirikan majalah editor, yang
menjadi saingan Tempo. Goenawan Mohamad sangat sedih dengan kejadian
tersebut. Selanjutnya, pembenahan manajemen pun dilakukan dan kesejahteraan
karyawan juga diperhatikan. Konflik dianggap sebagai momentum untuk
membenahi kekurangan. Goenawan mangatakan, “Yang bagus bukanlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
organisasinya yang sempurna, tapi organisasinya yang selalu dengan teratur dan
dengan tak terlalu sulit disempurnakan, diperbaiki”.
Pada 1990, eksodus kembali terjadi, sebanyak 20 wartawan spontan
keluar. Ada yang mendirikan majalah baru bernama Prospek, yang dimodali oleh
pengusaha Sutrisno Bachir, ada pula yang bergabung ke harian Berita Buana.
Alasan utama eksodus kali ini ada dua, yaitu: Pertama, tawaran kesejahteraan dan
jenjang karir yang menggiurkan di tempat lain. Kedua,beredarnya isu kristenisasi
di tubuh Tempo. Khusus Kristenisasi, isu agama ini membuat tubuh Tempo
menjadi tidak sehat.
Tak berhenti di situ saja, pada tanggal 21 Juni 1994 Tempo kembali
mengalami pembredelan bersama saudara tirinya, Editor, dan majalah yang
sedang berkembang, Detik. Kali ini penyebabnya adalah berita Tempo terkait
pembelian pesawat tempur eks Jerman Timur oleh BJ Habibie. Berita tersebut
tidak menyenangkan para pejabat militer karena merasa otoritasnya dilangkahi.
Namun, diduga penyebab dasarnya adalah karena Presiden Soeharto tidak suka
Tempo dari dulu, dan berita BJ Habibie hanyalah alasan pembenaran semata.
Kalau dulu syarat terbit kembali sangat mudah, yakni hanya dengan
bertanda tangan di secarik kertas. Kali ini sangat sulit, karena keluarga Presiden
Soeharto yang diwakili Hasyim Djojohadikusumo, Adik Prabowo Subianto,
dalam penjelasannya kepada Eric Samola di sebuah pertemuan di hotel
memberikan syarat bahwa berita Tempo harus diketahui oleh mereka (keluarga
Presiden Soeharto), pemimpin redaksi harus ditentukan oleh mereka, dan mereka
bisa membeli saham Tempo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Jajaran pimpinan Tempo mendiskusikan syarat tersebut. Semuanya
bersepakat untuk menolaknya. Mereka rela Tempo tidak pernah terbit lagi, ini
adalah persoalan integritas diri, alasannya. Pembredelan ketiga media tersebut di
atas menyulut pelbagai demonstrasi massa. Salah satunya, demonstrasi berdarah
pada tanggal 27 Juni 1994 oleh para aktivis, mahasiswa, dan buruh. Di tubuh PWI
sendiri juga terjadi demonstrasi. Sebagian wartawan seperti Ahmad Taufik, Dita
Indah Sari, dan yang lainnya sepakat untuk mendirikan Aliansi Jurnalis
Independent (AJI). Mereka menuduh PWI berdiri di bawah ketiak pemerintah.
Walaupun dibredel, Tempo punya cara sendiri untuk tetap eksis dan
menyapa pembacanya. Pada 1996, Tempon meluncurkan majalah digital pertama
di Indonesia, Tempo Interaktif, melalui situs www.tempo.co.id. Karena beredar di
dunia maya, majalah ini lolos dari jangkauan pembredelan. Meskipun Tempo
tetap eksis, sebagian wartawannya tidak tahan hidup tanpa penghasilan yang jelas.
Mereka pun keluar, diantaranya adalah Lukman Setiawan, Mahtoem Mastoem,
Harjoko Trisnadi, Herry Komar, Amran Nasution, dan Agus Basri. Mereka
kemudian mendirikan majalah Gatra yang dimodali Bob Hasan, pengusaha dan
orang kepercayaan Presiden Soeharto. Sebagian yang lain bergabung di Majalah
Forum dan Tabloid Kontan.
Jatuhnya Presiden Soeharto pada reformasi 21 mei 1998 dan naiknya BJ
Habibie sebagai Presiden memberi angin segar bagi masa depan Tempo. Ya,
benar saja, BJ Habibie mencabut pembredelan Tempo dan mengizinkannya untuk
terbit kembali. Gayung bersambut, awak Tempo bergerak. Sekitar 40 orang
berkumpul di Teater Utan Kayu untuk memikirkan Tempo yang baru. Hasilnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
melalui PT Arsa Perdana dan dengan investasi baru sekitar Rp 5 miliar, Tempo
edisi perdana pasca pembredelan terbit pada Selasa, 6 Oktober 1998.
“Kami makin sadar: ada sesuatu yang lebih berharga ketimbang nafkah
dan kepuasan profesional, yakni kemerdekaan dan harga diri,” tulis editorial
perdana Tempo pasca di bredel. Perkembangan Tempo pasca pembredelan sangat
progres. Oplag mencapai sekitar 60 ribu eksemplar tip kal terbit, mengalahkan
majalah pesaing: Gatra, Forum, Panji Masyarakat, dan Gamma. Begitu pula dari
sisi iklan, Tempo meraih 41% porsi iklan dibandingkan para pesaingnya tersebut.
Perentase tersebut meningkat pada tahun 2000 menjadi 50% dan pada tahun 2005
menjadi 70%.
Perkembangan yang luar biasa tersebut membuat manajemen
menerbitkan Tempo dalam edisi Inggris bernama Tempo Magazine pada 12
September 2000. Edisi Inggris ini terbit tiap minggu, dua hari setelah edisi
Indonesia terbit. Oplagnya lumayan, laku sekira 7 ribu eksemplar di edisi
perdananya. Intinya, Tempo kini bisa dibeli di luar negeri dan dibaca oleh orang
asing.
Pada 2 April 2001, ketika umur Tempo menginjak 30 tahun,
diterbitkanlah Koran Tempo. Kehadiran Koran Tempo bertujuan untuk
mengembalikan prinsip-prinsip jurnalistik harian yang terabaikan, yakni: cepat,
lugas, tajam, dan ringkas. Nama Tempo sengaja digunakan pada Koran Tempo
untuk meraih pangsa pasar. Koran Tempo berusaha meraih pembaca yang masih
terbuka lebar, bersaing dengan Kompas, Republika, dan Media Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Hasilnya luar biasa, di Jakarta, Koran Tempo berhasil menjadi peringkat kedua di
bawah Kompas.
Dengan adanya majalah Tempo, Koran Tempo, dan Tempo Interaktif,
manajemen Tempo kemudian mendirikan Tempo News Room (TNR), kantor
berita yang berfungsi sebagai pusat berita ketiga media tersebut. Fungsinya adalah
untuk penghematan sumber daya manusia. Diharapkan, melalui TNR, satu orang
wartawan bisa memberikan kontribusi berita untuk tiga media sekaligus.
Keberadaan TNR ditentang sebagian wartawan. Mereka merasa
dirugikan secara hitungan gaji karena berita mereka dimuat di tiga media
sementara gaji mereka hanya satu kali. Mereka berpikir seharusnya mereka digaji
tiga kali. Masalah ini masih menjadi perdebatan di pihak manajemen Tempo.
Setelah Koran Tempo sukses di pasaran, Tempo juga mencoba menembus bisnis
televisi dengan mendirikan TEMPO TV, kerja sama dengan kantor berita radio
KBR68H. Semangat TEMPO TV adalah ingin menampilkan tayangan televisi
yang berkualitas dan mencarahkan, “sebab informasi bukan hanya data yang
masuk, tetapi juga data yang membuat kita tercerahkan,” kata Goenawan
Mohamad. Kini, TEMPO TV telah memberikan kontribusi program di sekitar 27
TV lokal di seluruh Indonesia.
Pada 8 Maret 2003, terjadi penyerangan oleh para pengunjuk rasa di
kantor Tempo. Mereka semua berdemonstrasi untuk mendukung Tommy Winata.
Penyebabnya adalah berita Tempo mengenai proposal renovasi pasar Tanah
Abang senilai Rp 53 miliar oleh Tommy Winata, pengusaha terkenal, sebelum
pasar itu terbakar. Para pengunjuk rasa itu merusak kantor Tempo. Wartawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tempo dipukuli, Pemred Tempo, Bambang Harymurti dihina, kepalanya ditonjok,
dan perutnya dijotos.
Tempo kembali mengalami masalah, kali ini datang dari umat Katolik
yang mengecam sampul Tempo edisi 10 Februari 2008 yang bergambarkan
mantan Presiden Soeharto (almarhum) bersama anak-anaknya di meja makan.
Gambar tersebut dinilai melecehkan simbol kudus umat kristiani, khususnya
Katolik di Indonesia. Gambar sampul berjudul Setelah Dia Pergi tersebut, mirip
format lukisan perjamuan terakhir Yesus pada murid-muridnya, yaitu The Last
Super, karya Leonardo Da Vinci. Sejumlah perwakilan organisasi Katolik tingkat
nasional mendatangi kantor Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Mereka
menilai lukisan sakral itu telah dianalogikan Tempo dengan keluarga mantan
penguasa orde baru, yang di mata masyarakt berlumuran kasus KKN. Umat
katolik meminta klarifikasi dan pernyatan maaf dari penanggung jawab Tempo.
Mereka juga ingin memastikan kejadian seperti ini tak akan terulang, bukan hanya
untuk umat Katolik, tapi bagi umat beragama lainnya di Indonesia. Dimintanya
pula agar edisi majalah itu ditarik dari peredaran. Sesuai tuntutan perwakilan umat
Katolik,. Tempo pun meminta maaf melalui Koran Tempo, Tempo Interaktif, dan
Majalah Tempo.
Pada Juni 2010, Tempo kembali mendapatkan protes berkaitan dengan
grafik yang digunakan dalam sampul edisi Juni-Juli 2010, sampul tersebut
berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi yang menggambarkan seorang polisi
sedang menggiring celengan babi. Edisi tersebut menceritakan beberapa jenderal
polisi yang memiliki rekening berisi uang milyaran rupiah. Polri memprotes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
sampul tersebut dan meminta Tempo meminta maaf. Pada 8 Juli 2010, kedua
belah pihak sepakat untuk berdamai di luar pengadilan. Pertemuan dimediasi oleh
Dewan Pers dan berlangsung di Gedung Dewan Pers. Saat itu Polri diwakili oleh
Kadiv humas Mabes Polri Irjen Pol. Edward Aritonang, Tempo diwakili oleh
Pemred Tempo, Wahyu Muryadi.
Dan pada 2 April 2011 lalu, Tempo genap berumur 40 Tahun. Di umur
itu, Tempo telah menjadi media besar, berdiri sejajar dengan Kompas, Media
Nusantara Citra (MNC), Jawa Pos Group, dan Media Group. Tempo punya
majalah, punya koran, punya televisi, punya koran digital, dan punya kantor
berita, Tempo punya segalanya. Tumbuh sebuah harapan, semoga Tempo bisa
menjadi teladan dan contoh ditengah kemerosotan kualitas informasi dan tayangan
media, untuk media-media yang mementingkan kualitas bukan komersialisasi,
bukan iklan. Sebab, sebagaimana kata Goenawan Mohamad: “Informasi bukan
hanya data yang masuk, tetapi juga data yang membuat kita tercerahkan”.
2. Visi dan Misi Koran Tempo
Visi surat kabar merupakan nilai dasar yang dihayati bersama oleh para
wartawan yang bekerja pada suatu media cetak/surat kabar.
Visi Koran Tempo adalah “Menjadi acuan dalam proses meningkatkan
kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat, serta membangun
suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Misi Koran Tempo adalah:
a. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang
menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.
b. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan
modal dan politik.
c. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide, bahasa, dan
tampilan visual yang baik.
d. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan bepegang pada kode etik.
e. Menjadi tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam
sesuai kemajuan jaman.
f. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.
g. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya
khasanah artistik dan intelektual.
3. Penyajian Halaman dan Rubrikasi
Berikut ini adalah penyajian rubrikasi pada Koran Tempo berdasarkan
pembagian halamannya:
a. Halaman Utama
Merupakan halaman muka surat kabar, berisi berita-berita utama atau
headline. Yang disertai grafis ataupun foto untuk mempertegas berita dan
berfungsi sebagai gambaran konstruksi peristiwa/reka kejadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
b. Halaman Editorial
Merupakan halaman yang berisi opini/pendapat dan sikap resmi suatu
media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomena,
atau kontroversial yang berkembang di masyarakat.
c. Rubrik Berita Utama
Merupakan halaman yang berisi berita utama bagian dalam / headline
dalam.
d. Rubrik Nasional
Merupakan halaman yang berisi berita atau peristiwa yang dibahas dalam
skala nasional
e. Rubrik Nusa
Merupakan halaman yang berisi berita-berita mengenai kejadian dari
seluruh pelosok negeri.
f. Halaman Pendapat
Merupakan halaman yang berisi opini, baik dari redaksi (tajuk rencana),
akademisi, para ahli, maupun pembaca.
g. Rubrik Ilmu dan Teknologi
Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun artikel yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
h. Rubrik Internasional
Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau peristiwa dari luar
negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
i. Rubrik Seni
Merupakan halaman yang berisi berita-berita atau peristiwa yang
berkaitan dengan kesenian.
j. Rubrik Olahraga
Merupakan halaman yang berisi berita olahraga dari bermacam-macam
cabang olahraga, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
k. Rubrik Bisnis (Finansial dan Industri)
Merupakan halaman yang memuat ulasan, berita, dan artikel seputar
dunia bisnis, keuangan, perbankan, valas, industri, dll. Pada halaman ini,
mulai disajikan terpisah dengan halaman utama.
l. Rubrik Metro
Merupakan halaman yang berisi berita-berita khusus mengenai kejadian
yang terjadi di ibukota Jakarta.
m. Rubrik Gaya Hidup
Merupakan halaman yang berisi informasi mengenai tren dan hobi yang
menjadi gaya hidup masyarakat.
n. Halaman Advertisement
Merupakan halaman yang berisikan iklan komersial.
o. Rubrik Jawa Tengah & Yogyakarta, Rubrik Makasar (Edisi Daerah)
Merupakan halaman yang memuat berita maupun tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan daerah Jawa Tengah & Yogyakarta, juga Makasar.
Mulai dari berita ekonomi, politik daerah, maupun kebudayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
p. Rubrik Khusus
Merupakan halaman yang berisi informasi khusus, semisal: Perkakas
(memuat informasi mengenai perkembangan gadged dan harganya),
Kabar Ramadan (memuat informasi dan berita seputar bulan ramadan).
4. Desain atau Layout Koran Tempo
a. Koran Tempo memanfaatkan grafis secara maksimal dalam penyajiannya
(“graphic-heavy”)
b. Desain yang rapi dan dinamis, dengan simbolik, ada unsur humor.
c. Pemilihan dalam penggunaan foto-foto berita yang berbicara.
5. Bobot Berita
Berikut ini adalah prosentase bobot berita pada Koran Tempo
berdasarkan pada penyajian halaman dan rubrikasi:
Headlines 10%
Ekonomi & Bisnis 30%
Politik 20%
Olahraga 10%
Berita Metro 10%
Berita Daerah 5%
Gaya Hidup 5%
Ilmu dan Teknologi 5%
International 5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
6. Struktur Organisasi Perusahaan
Sebagai salah satu bentuk organisasi pers, Tempo memiliki struktur
keorganisasian yang akan memudahkan pelaksanaan kerja sesuai dengan bidang
masing-masing. Kemampuan manajerial dituntut dalam kinerja di setiap masing-
masing bidang agar bisa tercipta efisiensi dan efektifitas kerja sesuai dengan
keinginan dan harapan.
Susunan organisasi Koran Tempo adalah sebagai berikut:
a. Pendiri Perusahan : Goenawan Mohamad, Fikri
Jufri, Bur Rasuanto, Christianto
Wibisono, Yusri Djalinus, dan
Putu Wijaya.
b. Direktur Utama : Bambang Harymurti
c. Direktur : Herry Hernawan, Toriq Hadad
d. Sekretaris Korporat : Rustam F. Mandayun
e. Pimpinan Redaksi / Penanggung Jawab : Gendur Sudarsono
f. Wakil Pimpinan Redaksi : Daru Priyambodo
g. Redaktur Senior : Goenawan Mohamad
h. PJ. Redaktur Eksekutif : M. Taufiqurohman
i. Redaktur Utama : Yos Rizal Suriaji, Tulus
Wijanarko
j. Sekretaris Redaksi : Dyah Irawati Hapsari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
7. Bagan Struktur Organisasi PT. TEMPO INTI MEDIA
Sumber: Company Profile PT. Tempo Inti Media
8. Bagan Struktur Organisasi SDM di bagian Redaksional Koran
Tempo
Sumber : Company Profile PT. Tempo Inti Media
PEM RED
SEK RED
RED EKS
ASS RED EKS
RED BID RED KREATIF
RED BAHASA RED HAL RED SEN RED FOTO RED DESAIN RED CETAK
PERISET FOTOGRAFER
DESAINER ILUSTRATOR
STAF PROD REPORTER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
9. Kebijakan Redaksional
Kebijakan redaksional merupakan penjabaran dari beberapa kaidah
filosofis, serta visi dan misi surat kabar yang bersangkutan. Kebijakan redaksional
juga menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa atau
isu mana, yang oleh surat kabar tersebut patut diangkat serta dipilih untuk menjadi
bahan berita maupun bahan komentar. Kebijakan redaksional juga menjadi suatu
bentuk tanggung jawab surat kabar dalam pemberitaannya.
Lebih jelasnya, kebijakan redaksional di Koran Tempo terangkum dalam
beberapa pernyataan berikut ini:
a. Koran Tempo merupakan harian umum yang secara independen
diterbitkan dan memberi porsi besar pada politik dan ekonomi.
b. Koran Tempo menghadirkan informasi dengan jernih, akurat, jujur,
berimbang, dan tidak bombastis.
c. Koran Tempo ingin mengembalikan prinsip jurnalisme surat kabar
harian, yakni: cepat, lugas, dan ringkas.
d. Penyajian koran Tempo berorientasi pada kebutuhan pembaca beragam.
10. Proses Pembuatan Berita pada Koran Tempo
Suatu peristiwa yang berkembang di masyarakat dapat menjadi sebuah
berita dengan melalui beberapa tahapan yang panjang dalam proses redaksional.
Berikut ini adalah proses redaksional dalam pembuatan berita pada Koran Tempo:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Sumber: Company Profile PT. Tempo Inti Media
11. Outline Proses Distribusi Koran Tempo
Proses pendistribusian koran Tempo pasca produksi, untuk pembaca di
wilayah DKI Jakarta maupun bagi pembaca di propinsi lain di seluruh Indonesia:
12. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Koran Tempo
Koran Tempo terbit 7 kali dalam seminggu dan menyajikan 56 halaman,
dengan oplag 240.000 eksemplar, dimana sejak berubah menjadi format compact,
sirkulasi meningkat 20% dan 34% pembaca. Koran Tempo dilengkapi dengan
iTEMPO penyisipan reguler (digital update), TEMPO GADING (komunitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
kertas untuk Kelapa Gading dan sekitarnya), dan Sebuah edisi khusus dari Jawa
Timur dan Jawa Tengah (pencetakan jarak jauh). Pada tahun 2009 pun terbit
Koran Tempo Makassar dengan 40 halaman dan memiliki oplag sebesar 30.000
eksemplar.
Persentase distribusi Koran Tempo tediri dari: Distribusi Jakarta &
sekitarnya 60,19%, Jawa Tengah dan Yogyakarta 16,21%, Jawa Barat & Banten
12,9% 6,08% Sulawesi, Sumatera 2,7%, dan wilayah lainnya 1,8%. Sedangkan
persentase untuk distribusi Koran Tempo Makassar adalah Makassar (70%),
Maros (10%), Pangkep, (10%) Gowa (10%), dan Takalar (5%).
Profil pembaca sendiri dapat dibagi ke dalam dua kategori, kategori
pertama adalah dilihat dari segi demografi, yaitu terdiri dari jenis kelamin, umur,
sosial ekonomi. Sedangkan untuk kategori kedua berdasarkan pada segi
psikografi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
a. Segi Demografi
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semua media didominasi oleh para pembaca pria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Kisaran usia rata-rata pembaca Tempo (semua media) adalah 20-50 tahun, kecuali TEMPO bahasa Inggris, usia dominan pembaca lebih dari 50 tahun.
Kisaran usia rata-rata pembaca Tempo (semua media) adalah 20-50 tahun, kecuali TEMPO bahasa Inggris, usia dominan pembaca lebih dari 50 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
b. Segi Psikografi
TIRELESS WORKER: Apakah kelompok yang melihat pekerjaan sebagai jenjang karir sehingga berusaha untuk mencapai puncak, meskipun kadang-kadang untuk mencapainya harus mengesampingkan kepentingan mereka sendiri atau keluarga.
TRENDSETTER: Apakah kelompok yang mengikuti model / gaya terbaru. Secara aktif mencari informasi, mengikuti perkembangan teknologi dan selalu tertarik untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup. Hal ini juga tertarik pada hiburan / Hangout / pariwisata.
SOCIALLY AWARE: Ini adalah kelompok yang didirikan prioritas ekonomi dan sosial dalam kehidupan selalu merupakan keseimbangan dengan masyarakat / lingkungan. Dalam tindakannya selalu memperhitungkan manfaat / dampak terhadap lingkungan mulai dari hak yang sama, polusi, dll
TRADITIONAL FAMILY LIFE: Adalah kelompok yang sangat menjaga norma-norma / nama keluarga, menempatkan dia sebagai kepala keluarga dan perempuan berpartisipasi dalam urusan domestik keluarga. Kelompok ini juga setia pada pasangan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
13. Alamat Redaksi
Dalam melakukan kerja harian dan proses koordinasi redaksional, Koran
Tempo menempati kantor pusat di lokasi yang strategis di Jakarta, yang
merupakan Ibukota Negara. Selain itu juga menempati lokasi strategis di Daerah
Istimewa Yogyakarta, dimana wartawan Tempo biro Yogyakarta berkantor, dan
merupakan tempat dimana Penulis melakukan penelitian.
Berikut adalah alamat lengkap kantor Tempo:
a. Kantor Redaksi MBM & Divisi Pendukung
Gedung Tempo, Jl. Proklamasi No. 72, Jakarta 10320
Telepon : (021) 3916160, Fax : (021) 3921947
b. Divisi Sirkulasi dan Percetakan
PT. Temprint
Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Barat 12210
Telepon : (021) 5360409, Fax : (021) 5349569
c. Redaksi Tempo dan Iklan
Ruko Kebayoran Centre, blok A 11 – 15
Jl. Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta 12240
Telepon : (021) 7255625, Fax : 725 5645, 725 5650
Email : [email protected]
d. Kantor Tempo Biro Yogyakarta
Jl. Kolonel Sugiono No.47, Keparakan Mergangsan, Yogyakarta 55152
Telepon Redaksi : (0274) 380862, 380363, 380864
Fax : (0274) 380865
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
BAB III
ANALISIS DATA
Penelitian ini membahas mengenai analisis framing terhadap berita
Keistimewaan DIY dengan menggunakan perangkat framing model Pan Kosicki,
dimana Peneliti menganggap perangkat framing model Pan Kosicki sebagai
alternatif yang tepat selain analisis isi kuantitatif dalam membedah isi berita,
karena mempunyai empat struktur pisau analisis yang lengkap yaitu Sintaksis,
Skrip, Tematik, dan Retoris. Penelitian ini sendiri terbagi ke dalam empat bab
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yakni pada bab I berisi pendahuluan,
bab II berisi profil perusahaan, bab III berisi analisis data, dan bab IV adalah
kesimpulan penelitian.
Pada bab III ini Peneliti akan membedah berita seputar Keistimewaan
DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari
2011 dalam bentuk analisis data, dengan tujuan untuk melihat bagaimana media
massa mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) berita
sesuai dengan penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-
batasan serta unsur-unsur lainnya. Edisi Desember 2010 - Januari 2011 sendiri
dipilih karena pada periode itulah berita seputar keistimewaan DIY banyak
menghiasi wajah pemberitaan di berbagai media massa, salah satu media yang
banyak memunculkan topik ini dalam pemberitaannya yaitu Harian Kompas dan
Koran Tempo, yang merupakan surat kabar berskala nasional yang sudah
ternama, dan punya rating tinggi disertai dengan isi pemberitaan yang kritis
dan logis, dengan bahasa santun namun cerdas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Untuk melihat lebih jelas proses pembingkaian berita pada kedua media
massa tersebut, Peneliti akan menganalisisnya secara terpisah. Dimana
pembingkaian berita di harian Kompas dan Koran Tempo ditempatkan pada
subbab tersendiri.
A. FRAME BERITA DI HARIAN KOMPAS
Harian Kompas dalam pemberitaannya seputar keistimewaan DIY pada
edisi Desember 2010 - Januari 2011 menurunkan sebanyak 24 berita, yang terbagi
ke dalam beberapa rubrik seperti yang terlihat pada daftar di bawah ini:
Tabel 5. Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Harian KOMPAS
Edisi Desember 2010 – Januari 2011
NO. Judul Berita Rubrik Hari & Tanggal
1. Salah Paham soal Yogyakarta
Presiden Akan Jelaskan Sikapnya
Headline &
Umum
Rabu, 1 Desember 2010
2. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
(1) ”Bung Sultan” yang Demokratis
Politik &
Hukum
Rabu, 1 Desember 2010
3. Ketenangan DIY Terganggu Tajuk Rencana Rabu, 1 Desember 2010
4. Dengarkan Aspirasi Rakyat
Penetapan Gubernur dan Wakil
Gubernur DIY Tak Langgar
Konstitusi
Headline &
Umum
Kamis, 2 Desember 2010
5. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
(2 – HABIS) Lebih Suka Penetapan
Politik &
Hukum
Kamis, 2 Desember 2010
6. Pemerintah Usul Gubernur Dipilih
Presiden: Sultan HB X Masih Tepat
Headline &
Umum
Jumat, 3 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Pimpin DIY
7. RUU KEISTIMEWAAN Kami
Masih Mengungsi Bapak Presiden...
Headline &
Umum
Jumat, 3 Desember 2010
8. Sikap Pemerintah Disesalkan SBY:
Saya Tidak Ada Masalah dengan
Sultan HB X
Headline &
Umum
Sabtu, 4 Desember 2010
9. ”Sejarah Saya Memang Parah” Umum
(Kolom Politik
– Ekonomi)
Sabtu, 4 Desember 2010
10. Survei Menjadi Acuan Kemendagri
Kepala Desa Se – DIY Ancam Boikot
Pemilihan
Politik &
Hukum
Minggu, 5 Desember 2010
11. Negara Akui Keistimewaan DPRD
Kota Yogyakarta Akan Gelar Sidang
Paripurna Penetapan
Headline &
Umum
Senin, 6 Desember 2010
12. JAJAK PENDAPAT ”KOMPAS”
Publik Cenderung Terima
Keistimewaan
Politik &
Hukum
Senin, 6 Desember 2010
13. KEISTIMEWAAN Daerah
”Khusus” Memang Harus Beda...
Politik &
Hukum
Rabu, 8 Desember 2010
14. Warga Dukung Penetapan Ketua
DPD Partai Demokrat DI Yogyakarta
GBPH Prabukusumo Mundur
Headline &
Umum
Kamis, 9 Desember 2010
15. KEISTIMEWAAN Setgab
Membahas RUU
Headline &
Umum
Jumat, 10 Desember 2010
16. KEISTIMEWAAN DIY Penetapan
sebagai Harga Diri
Politik &
Hukum
Jumat, 10 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
17. Setgab Terpecah soal Yogyakarta
Konsep Gubernur Utama Ditolak
Headline &
Umum
Sabtu, 11 Desember 2010
18. DAERAH ISTIMEWA: Kalla:
Pemerintah Yogyakarta
Demokratis
Umum Minggu, 12 Desember 2010
19. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Ribuan Orang Akan Hadiri Sidang
Paripurna
Headline &
Umum
Senin, 13 Desember 2010
20. KEISTIMEWAAN DIY Dengarkan
Aspirasi Yogyakarta
Politik &
Hukum
Senin, 13 Desember 2010
21. Angelina Pimpin DPD Partai
Demokrat
Politik &
Hukum
Senin, 13 Desember 2010
22. JAJAK PENDAPAT ”KOMPAS”
Komodifikasi Survei Opini Publik
Politik &
Hukum
Senin, 13 Desember 2010
23. Yogyakarta Tentukan Sikap Djoko
Suyanto: RUU Belum Final
Headline &
Umum
Selasa, 14 Desember 2010
24. KEISTIMEWAAN DIY Muladi:
Perlu Kepala Dingin
Politik &
Hukum
Selasa, 14 Desember 2010
25. RUU KEISTIMEWAAN DIY Rakyat
Sudah Menabur Tambur...
Nusantara Selasa, 14 Desember 2010
26. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Warga Kecewa Tanggapan Pusat
Headline &
Umum
Rabu, 15 Desember 2010
27. KEISTIMEWAAN DIY Presiden
Yudhoyono Ajak Cari Titik Temu
Headline &
Umum
Kamis, 16 Desember 2010
28. Upacara Mengenang Maklumat 5
September
Nusantara
(Berita Foto)
Kamis, 16 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
29. KEISTIMEWAAN Dewan Bahas
RUU DIY pada Awal 2011
Headline &
Umum
Jumat, 17 Desember 2010
30. KEISTIMEWAAN Aburizal Pimpin
Tim Membahas RUU DIY
Headline &
Umum
Sabtu, 18 Desember 2010
31. Serahkan Aspirasi Warga
Yogyakarta
Politik &
Hukum
(Berita Foto)
Sabtu, 18 Desember 2010
32. RUU KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA Keistimewaan
Versi Pemerintah
Politik &
Hukum
Sabtu, 18 Desember 2010
33. KEISTIMEWAAN DIY Suasana
Tenang Kini di DIY
Politik &
Hukum
Sabtu, 18 Desember 2010
34. Indonesia Bersatu Maju Tajuk Rencana Sabtu, 18 Desember 2010
35. PKB: Cermati Gubernur Utama
Aburizal Bakrie Tunggu Sekretariat
Gabungan
Politik &
Hukum
Senin, 20 Desember 2010
36. LAPORAN AKHIR TAHUN
POLITIK DAN HUKUM (1) SBY
Tidak Pandai Bersolek
Politik &
Hukum
Senin, 20 Desember 2010
37. Aburizal Tidak Urus Tim Lobi Ada
Usul Kepala Pemerintahan Harian
DIY
Politik &
Hukum
Selasa, 21 Desember 2010
38. KEISTIMEWAAN DIY Sultan:
Penetapan Itu Aspirasi Rakyat
Headline Kamis, 23 Desember 2010
39. Datangi Rumah Ikhlasul Amal Nusantara
(Berita Foto)
Jumat, 24 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
40. KEISTIMEWAAN DIY Sosialisasi
Penetapan
Politik &
Hukum
Kamis, 30 Desember 2010
41. KALEIDOSKOP POLITIK DAN
HUKUM 2010 September –
Desember: Rakyat Yogyakarta
Berteriak Melawan
Politik &
Hukum
Jumat, 31 Desember 2010
42. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Warga Ajukan Gugatan ke PTUN
Politik &
Hukum
Senin, 3 Januari 2011
43. SEJARAH POLITIK Pengukuhan
Yogyakarta Kota Republik
Politik &
Hukum
Selasa, 4 Januari 2011
44. KEISTIMEWAAN DIY Mendagri
Tegur Wali Kota Yogyakarta
Politik &
Hukum
Selasa, 4 Januari 2011
45. KEISTIMEWAAN DIY Sultan
Kukuhkan Yogyakarta Kota
Republik
Politik &
Hukum
Rabu, 5 Januari 2011
46. KEISTIMEWAAN DIY Gunung
Kidul Dukung Penetapan Sultan
HB dan Paku Alam
Politik &
Hukum
Kamis, 6 Januari 2011
47. Bom Molotov di Yogyakarta
Korban, Ketua Paguyuban Lurah Se –
DIY Ismaya
Nusantara Jumat, 7 Januari 2011
48. BOM MOLOTOV Pelemparan Bom
Dinilai sebagai Teror
Nusantara Sabtu, 8 Januari 2011
49. Paguyuban Dukuh Dikirimi Surat Nusantara
(Kilas Daerah)
Rabu, 12 Januari 2011
50. KEISTIMEWAAN Fraksi PD
Yogyakarta Dukung Penetapan
Politik &
Hukum
Jumat, 14 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
51. KEISTIMEWAAN DIY Penetapan
Sesuai Demokrasi Pancasila
Politik &
Hukum
Senin, 17 Januari 2011
52. KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
RUUK DIY Mulai Dibahas
Politik &
Hukum
Jumat, 21 Januari 2011
53. RUU DIY Dibahas Lagi Politik & Hukum Rabu, 26 Januari 2011
54. KEISTIMEWAAN DIY Sultan
Hanya Dijadikan Simbol
Politik &
Hukum
Kamis, 27 Januari 2011
Sumber : harian Kompas
Guna mempermudah proses analisis data, dari berita yang disajikan di
harian Kompas pada periode Desember 2010 – Januari 2011 di atas, Peneliti
kemudian memilih beberapa berita dan mengelompokkan berita-berita tersebut
kedalam tema pokok sesuai dengan kategori masalah. Pengelompokan
didasarkan pada isu yang dianggap paling penting dari kasus keistimewaan
Yogyakarta ini, dan mendapat porsi besar dalam pemberitaan. Tema pokok
tersebut antara lain: RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah, Survei
Mengenai Keistimewaan Yogyakarta, Sikap Setgab Terkait RUU
Keistimewaan Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada
daftar pengelompokan berita di bawah ini:
Tabel 6. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta pada
Harian KOMPAS Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam
Tema Pokok sesuai Kategori Masalah
NO. TEMA Judul Berita Rubrik Hari & Tanggal
1. RUU Keistimewaan
Yogyakarta Versi
a. Pemerintah Usul
Gubernur Dipilih
Headline &
Umum
Jumat, 3
Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Pemerintah, Presiden: Sultan HB
X Masih Tepat
Pimpin DIY
b. RUU
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA
Keistimewaan
Versi Pemerintah
Politik &
Hukum
Sabtu, 18
Desember 2010
c. KEISTIMEWAAN
DIY Sultan Hanya
Dijadikan Simbol
Politik &
Hukum
Kamis, 27
Januari 2011
2. Survei Mengenai
Keistimewaan Yogyakarta
a. KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA (2
– HABIS) Lebih
Suka Penetapan
Politik &
Hukum
Kamis, 2
Desember 2010
b. Survei Menjadi
Acuan Kemendagri
Kepala Desa Se –
DIY Ancam Boikot
Pemilihan
Politik &
Hukum
Minggu, 5
Desember 2010
c. JAJAK PENDAPAT
”KOMPAS” Publik
Cenderung Terima
Keistimewaan
Politik &
Hukum
Senin, 6
Desember 2010
3. Sikap Setgab Terkait
RUU Keistimewaan DIY
a. Setgab Terpecah
soal Yogyakarta
Konsep Gubernur
Utama Ditolak
Headline &
Umum
Sabtu, 11
Desember 2010
Sumber : harian Kompas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
1. Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi
Pemerintah
a) Berita I
Elemen struktur berita pilihan pertama di harian Kompas mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul Pemerintah
Usul Gubernur Dipilih yang terbit pada edisi Jumat, 3 Desember 2010.
Tabel 7. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih
Harian KOMPAS (Jumat, 3 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Pemerintah Usul
Gubernur Dipilih
Headline Who,
What
Huruf dicetak
tebal, terdapat
Grafis & Tabel
(berisi poin
kesepakatan
Keistimewaan
Yogyakarta &
rujukan
penentuan kepala
daerah), disertai
link website
berisi rekaman
video ucapan
Menkopolhukam
yang berjudul:
”Djoko:
Gubernur DIY
Dipilih” di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
vod.kompas.com
/gubernurdiy,
Leksikon: Usul
Presiden: Sultan HB X
Masih Tepat Pimpin DIY
Kickers Who,
What
Label jabatan,
Singkatan,
Leksikon:
Tepat
Kal1.
Par1
JAKARTA, KOMPAS –
Pemerintah, dalam draf
Rancangan Undang-Undang
tentang Keistimewaan
Daerah Istimewa
Yogyakarta, tetap
mengusulkan Gubernur
Daerah Istimewa
Yogyakarta selaku kepala
pemerintahan provinsi
dipilih secara demokratis.
Lead Where,
Who,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
selaku,
demokratis
Kal1.
Par2
Dalam draf RUU itu, Sultan
Hamengkubuwono (HB)
dan Sri Paduka Paku Alam
(PA) diposisikan sebagai
pemimpin tertinggi.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
diposisikan
Kal2.
Par2
Usulan itu sudah selesai
dituangkan dalam draf
RUU Keistimewaan DIY
dan siap diajukan ke DPR.
Latar What Koherensi
Penjelas
Leksikon:
dituangkan
Kal1.
Par3
Pandangan Pemerintah
adalah hasil sidang kabinet
Parafrase What,
Where,
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
memfinalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
paripurna yang khusus
membahas dan
memfinalisasi RUU
Keistimewaan DIY di
Kantor Presiden, Jakarta,
Kamis (2/12).
When
Kal2.
Par3
Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan
Keamanan Djoko Suyanto
didampingi Menteri Dalam
Negeri Gumawan Fauzi,
Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Patrialis
Akbar, dan Sekretaris
Kabinet Dipo Alam
menyampaikan posisi
pemerintah itu seusai sidang
kabinet, Kamis.
Latar Who,
What,
When
Koherensi
Penjelas
Label jabatan
Kal1.
Par4
Kamis siang, Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono menegaskan,
dari sisi politik praktis,
sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan, ia
berpendapat, posisi
Gubernur DIY lima tahun
mendatang yang terbaik
tetap dipegang Sultan HB
X.
Parafrase When,
Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon: sisi,
terbaik,
dipegang,
Singkatan,
Label jabatan
Kal1. ”Itu posisi saya sebagai Kutipan Who, Kata ganti Label jabatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Par5 presiden. Dalam kapasitas
saya yang lain, sebagai
ketua dewan pembina
sebuah partai politik, tentu
saya akan mengalirkan
pandangan dan pendapat ini
sebagai politik partai yang
saya bina,” papar Presiden,
yang juga Ketua Dewan
Pembina Partai Demokrat di
Istana Negara.
What,
How
orang,
Kalimat
langsung,
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
kapasitas,
mengalirkan
Kal1.
Par6
Namun, Presiden
menekankan, RUU
Keistimewaan DIY yang
akan diajukan pemerintah
sama sekali tidak berkaitan
dengan politik praktis.
Parafrase Who,
What,
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Idiom: sama
sekali
Kal1.
Par7
Kamis malam, dalam
peringatan Hari Guru
Nasional, Presiden bertemu
dengan Gubernur DIY
Sultan HB X.
Latar When,
What,
Who
Koherensi
Pembeda
Foto dari
fotografer
KOMPAS/Alif
Ichwan dengan
caption:
Presiden
Susilo
Bambang
Yudhoyono
memberikan
penghargaan
Satyalancana
Pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Pendidikan
kepada
Gubernur
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
dalam acara
Puncak
Peringatan
Hari Guru
Nasional 2010
dan HUT Ke-
65 PGRI di
Jakarta, Kamis
(2/12). Label
jabatan,
Singkatan
Kal2.
Par7
Presiden menyerahkan
penghargaan ke sejumlah
kepala daerah, termasuk
Sultan HB X.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
Singkatan
Kal3.
Par7
Namun, Sultan enggan
mengomentari penjelasan
Presiden.
Latar Who,
What
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
enggan
Kal4.
Par7
”Saya tak mau berkomentar.
Saya sudah bilang, itu tidak
baik bagi pejabat. Apalagi
dengan Presiden Berdebat,”
ujarnya.
Kutipan What,
Who
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Idiom:
Apalagi
dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Kal1.
Par8
Dari Yogyakarta, Kamis,
dilaporkan warga
Yogyakarta kecewa dengan
penjelasan Presiden soal
masa depan keistimewaan
DIY.
Latar Where,
When,
What,
Koherensi
sebab-
akibat
Idiom: masa
depan,
Singkatan
Kal2.
Par8
Presiden dinilai tidak tegas
mendukung mekanisme
penetapan kepala daerah
DIY.
Parafrase Who,
Why
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
tidak tegas,
mekanisme,
Singkatan
Kal3.
Par8
Pendukung penetapan akan
melanjutkan berbagai aksi
massanya.
Latar Who,
What
Koherensi
sebab-
akibat
Kal1.
Par9
”Pidato Beliau normatif.
Isinya biasa saja. Cuma
ingin ngeneng-ngenengi
(menenangkan) warga DIY,
tetapi tidak mengarah pada
suatu putusan yang sesuai
dengan aspirasi rakyat
DIY,” papar Sukirman,
Ketua Paguyuban Dukuh
DIY Semarsembogo, seusai
menonton siaran penjelasan
Presiden di Markas
Komando Keistimewaan
Nagari Ngayogyakarta
Hadiningrat di Yogyakarta.
Kutipan,
Latar
What,
Why,
Who,
Where
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Singkatan,
Label jabatan,
Leksikon:
ngeneng-
ngenengi
Secara Demokratis Sub Judul Huruf dicetak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
tebal
Kal1.
Par 10
Menurut Presiden,
pemerintah dan DPR akan
membahas RUU yang
memberikan kepastian bagi
keistimewaan Yogyakarta
dalam pengertian utuh dan
menyeluruh.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Leksikon:
kepastian,
utuh
Kal2.
Par 10
UU Keistimewaan DIY
bukan hanya menggariskan
kedudukan, kekuasaan,
masa jabatan, dan cara
pengangkatan Gubernur dan
Wagub DIY.
Parafrase What,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan,
Singkatan
Kal3.
Par 10
Hal Penting lain
menyangkut perlakuan
khusus dan peran istimewa
bagi pewarisan Kesultanan
dan Pakualaman secara
permanen, hak eksklusif
pengelolaan tanah di DIY
yang otoritas Kesultanan
dan Pakualaman, Tata
Ruang khusus, serta upaya
pelestarian budaya dan
warisan sejarah.
Parafrase What,
How
Koherensi
Penjelas,
Detail,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Leksikon:
otoritas
Kal1.
Par 11
Setelah memberikan
keterangan, Presiden
memimpin sidang kabinet
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
paripurna.
Kal1.
Par 12
Djoko Suyanto, yang
menyampaikan hasil sidang
kabinet, menyatakan,
pemerintah sepakat
menempatkan Sultan dan
Paku Alam sebagai
pemimpin tertinggi di DIY.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan
Kal2.
Par 12
Namun, gubernur sebagai
penyelenggara kekuasaan
eksekutif di daerah itu akan
dipilih secara demokratis.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
penyelenggara
Kal1.
Par 13
”Gubernur itu menjadi
amanat UUD harus dipilih
secara demokratis. Kita ikuti
formulasi itu. Tetapi, kita
ingin menempatkan Sultan
pada posisi yang tertinggi di
wilayah itu,” ujar Djoko.
Kutipan Who,
What
Kalimat
langsung
Kal1.
Par 14
Secara terpisah, puluhan
pendukung penetapan
kepala daerah DIY, yang
tergabung dalam Kawulo
Ngayogjokarto mendatangi
kediaman Wakil Presiden
Boediono di Condongcatur,
Sleman.
Latar Who,
What,
Where
Koherensi
Pembeda
Singkatan
Kal2. Aries Herususeno, sesepuh Kutipan Who, Kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Par 14 Kawulo Ngayojokarto,
menyebutkan, ”Kami
kecewa mengapa Pak
Boediono yang tahu DIY
tidak memberi masukan dan
pertimbangan kepada SBY.”
What,
Why
langsung
Kal.
Par 15
Wakil Ketua DPR Pramono
Anung W menilai
pernyataan Presiden soal
RUU Keistimewaan DIY
tak menjawab pertanyaan
rakyat Yogyakarta.
Penjelasan itu juga tidak
tuntas.
Parafrase,
Penutup
Who,
What
Koherensi
pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Leksikon:
tidak tuntas
Sumber : Berita 1, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah
Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam
berita pilihan pertama, harian Kompas mengangkat judul Pemerintah Usul
Gubernur Dipilih, dilihat dari judul tersebut tampak pada leksikon: Usul yang
berarti gagasan /ide, menunjukkan bahwa Kompas ingin menggambarkan bahwa
pihak Pemerintah menginginkan pemilihan dalam mekanisme pengangkatan
gubernur Yogyakarta. Dalam kickersnya sendiri yang berbunyi Presiden: Sultan
HB X Masih Tepat Pimpin DIY, Kompas menampilkan poin dari pidato
Presiden dengan leksikon: Tepat yang menunjukkan bahwasanya Presiden
menilai orang yang cocok, pas, dan layak untuk menjabat Gubernur Yogyakarta
adalah tetap Sultan Hamengku Buwono X. Hal tersebut coba diperkuat dengan
lead yang bunyinya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah, dalam draf Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap mengusulkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta selaku kepala pemerintahan provinsi dipilih secara demokratis. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 1)
Pada lead diatas dengan mengatasnamakan demokratis, dimana tampak dalam
leksikonnya, digambarkan bahwa Pemerintah memang benar-benar ingin agar
Gubernur Yogyakarta dalam statusnya secara eksekutif sebagai kepala
pemerintahan harus dipilih, hal tersebut coba dituangkan Pemerintah dalam draf
RUUK DIY. Lalu Kompas memberi latar dengan leksikon: diposisikan, yang
menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa dalam draf pemerintah itu Sultan dan
Paku Alam ditempatkan/diletakkan sebagai pimpinan tertinggi, dan usulan
tersebut telah selesai dituangkan dalam draf RUU dan tinggal diserahkan ke DPR,
seperti yang terlihat dalam kedua kalimat berikut:
Dalam draf RUU itu, Sultan Hamengkubuwono (HB) dan Sri Paduka Paku Alam (PA) diposisikan sebagai pemimpin tertinggi. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 2)
Usulan itu sudah selesai dituangkan dalam draf RUU Keistimewaan DIY dan siap diajukan ke DPR. (Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 2)
Pada paragraf selanjutnya Kompas memberi latar yang menjelaskan (koherensi
penjelas) bahwa pandangan pemerintah tersebut dijelaskan oleh Menkopohukam
Djoko Suyanto didampingi Mendagri Gumawan Fauzi, Menteri Hukum dan HAM
Patrialis Akbar, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam pasca sidang kabinet, dan
merupakan hasil sidang kabinet paripurna yang khusus membahas dan
memfinalisasi RUU Keistimewaan DIY, (Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan 2.
Paragraf 3). Kata memfinalisasi dalam kalimat di atas dipakai untuk
menandakan bahwa hasil tersebut merupakan keputusan akhir dari pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Kompas mencoba mendukung kickers dengan menampilkan kutipan
pidato Presiden SBY dalam parafrase yang menyatakan bahwa dari sisi politik
praktis dalam posisinya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, ia
menganggap posisi Gubernur DIY lima tahun mendatang yang terbaik tetap
dipegang Sultan HB X (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 4). Dari parafrase
yang dibuat Kompas mengutip ucapan SBY tersebut, leksikon: sisi dipakai untuk
menjelaskan sudut pandang, terbaik untuk menjelaskan paling pas dibanding
yang lain, dan dipengang menjelaskan dijabat. Kompas melanjutkan dengan
mengutip langsung pidato SBY yang bunyinya:
”Itu posisi saya sebagai presiden. Dalam kapasitas saya yang lain, sebagai ketua dewan pembina sebuah partai politik, tentu saya akan mengalirkan pandangan dan pendapat ini sebagai politik partai yang saya bina,” papar Presiden, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat di Istana Negara.(Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 4)
Dengan mengutip langsung pernyataan Presiden SBY tersebut Kompas berusaha
menekankan bahwa parafrase sebelumnya benar-benar merupakan substansi
pidato Presiden SBY, dan kutipan langsung ini adalah sambungannya. Kutipan
ucapan Presiden SBY menjelaskan (koherensi penjelas) kedudukan lain dari SBY
yang merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dengan leksikon:
kapasitas, dimana SBY akan menyalurkan pandangan itu serupa pandangan
partainya, yang tampak dalam leksikon: mengalirkan.
Kemudian Kompas memberi koherensi pembeda dengan parafrase dari substansi
lain pidato SBY, bahwa RUU Keistimewaan DIY yang akan diajukan pemerintah
sama sekali tidak berkaitan dengan politik praktis. (Lihat Tabel 7, Paragraf 1.
Kalimat 6) Idiom: sama sekali maksudnya adalah tidak sedikitpun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Selanjutnya Kompas memberi latar dengan menggabung kejadian lain
yang ada kaitannya dengan Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono X, yaitu
pertemuan keduanya dalam peringatan Hari Guru Nasional yang merupakan
pertemuan pertama setelah ucapan SBY yang mempersoalkan Keistimewaan
Yogyakarta, dimana dalam pertemuan itu Presiden SBY memberikan penghargaan
kepada beberapa Kepala Daerah termasuk Sultan Hamengku Buwono X. Kompas
juga menambahkan tampilan foto kejadian bertemunya Presiden SBY dan Sultan
Hamengku Buwono tersebut sebagai penekanan. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan
2. Paragraf 7). Pada latar berikutnya Kompas mencoba menanyakan pendapat
Sultan Hamengku Buwono X tentang pidato Presiden SBY sebelumnya, dengan
menampilkan isi kutipan langsung pendapat Sultan, Kompas memberi parafrase
bahwa Sultan tidak mau mengomentari pendapat Presiden SBY (Lihat Tabel 7,
Kalimat 3. Paragraf 7), disusul kutipan langsung ucapan Sultan yang berbunyi:
”Saya tak mau berkomentar. Saya sudah bilang, itu tidak baik bagi pejabat. Apalagi dengan Presiden Berdebat,” ujarnya. (Lihat Tabel 7, Kalimat 4. Paragraf 7)
Di paragraf selanjutnya, tampak Kompas mencoba mencari
keberimbangan informasi, dimana selain menanyakan pendapat Sultan, Kompas
lanjut menampilkan sikap dan pendapat warga Yogyakarta sendiri dalam
menanggapi pidato Presiden SBY. Dalam latar, warga Yogyakarta kecewa
pendapat Presiden akan masa depan keistimewaan Yogyakarta (Lihat Tabel 7,
Kalimat 1. Paragraf 8), Kompas menggunakan idiom: masa depan yang
menjadi label nasib keistimewaan itu sendiri. Dilanjutkan parafrase yang
menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa warga menilai Presiden tidak tegas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
mendukung mekanisme penetapan Gubernur (Lihat Tabel 7, Kalimat 2.
Paragraf 8), Leksikon: tidak tegas menggambarkan sikap presiden yang
setengah-setengah menyikapi masalah ini, dan Leksikon: mekanisme
menunjukkan proses, metode, atau teknik yang digunakan. Di akhiri dengan latar
yang berisi sikap warga pendukung penetapan yang akan melanjutkan berbagai
aksi massanya (Lihat Tabel 7, Kalimat 3. Paragraf 8) sebagai koherensi
kausalitas (sebab-akibat) dari pidato Presiden SBY.
Kompas melanjutkan dengan mengutip langsung pendapat narasumber,
yakni Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo yang bunyinya:
”Pidato Beliau normatif. Isinya biasa saja. Cuma ingin ngeneng-ngenengi (menenangkan) warga DIY, tetapi tidak mengarah pada suatu putusan yang sesuai dengan aspirasi rakyat DIY,” papar Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo, seusai menonton siaran penjelasan Presiden di Markas Komando Keistimewaan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 9)
Leksikon ngeneng-ngenengi dikutip langsung dari ungkapan bahasa jawa
narasumber yang notabene orang jawa, yang artinya ditunjukkan oleh Kompas
dalam tanda kurung yaitu menenangkan. Kemudian Kompas menambah latar
yang menunjukkan bahwa pendapat tersebut diambil seusai narasumber menonton
siaran pidato Presiden SBY di Markas Komando Keistimewaan Nagari
Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta.
Kompas menanamkan sub judul guna memperkokoh judul utamanya
dengan label Secara Demokratis, yang dalam beritanya diawali parafrase
pandangan Presiden SBY tentang opsi dalam draf RUUK Yogyakarta, sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
”Menurut Presiden, pemerintah dan DPR akan membahas RUU yang memberikan kepastian bagi keistimewaan Yogyakarta dalam pengertian utuh dan menyeluruh.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 1, Paragraf 10)
”UU Keistimewaan DIY bukan hanya menggariskan kedudukan, kekuasaan, masa jabatan, dan cara pengangkatan Gubernur dan Wagub DIY.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 2, Paragraf 10)
”Hal Penting lain menyangkut perlakuan khusus dan peran istimewa bagi pewarisan Kesultanan dan Pakualaman secara permanen, hak eksklusif pengelolaan tanah di DIY yang otoritas Kesultanan dan Pakualaman, Tata Ruang khusus, serta upaya pelestarian budaya dan warisan sejarah.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 3, Paragraf 10)
Leksikon: kepastian yang dipakai menggambarkan janji pemerintah akan suatu
kejelasan keputusan tentang masalah ini, sedangkan leksikon: utuh menjelaskan
bahwa keputusan yang diambil akan mencakup penyelesaian keseluruhan aspek
masalah, yang substansi isinya disebut di atas, dengan salah satu poin memakai
leksikon: otoritas untuk menggambarkan daulat dari Kasultanan dan Pakualaman.
Kompas melanjutkan dengan memberi latar, bahwa setelah menyampaikan hal itu
Presiden melanjutkan memimpin sidang kabinet paripurna.
Kompas melengkapi berita dengan mengutip paparan Menkopolhukam
Djoko Suyanto dari hasil sidang kabinet paripurna, dengan parafrase bahwa Sultan
dan Paku Alam menjadi pemimpin tertinggi di DIY, tapi Gubernur sebagai
penyelenggara kekuasaan eksekutif di daerah itu akan dipilih secara demokratis
(Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 12), memakai leksikon:
penyelenggara menunjukkan pelaksana/pemangku jabatan. Kutipan langsung
dari ucapan Menkopolhukam Djoko Soeyanto yang mewakili pemerintah tersebut
berbunyi:
”Gubernur itu menjadi amanat UUD harus dipilih secara demokratis. Kita ikuti formulasi itu. Tetapi, kita ingin menempatkan Sultan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
posisi yang tertinggi di wilayah itu,” ujar Djoko. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 13)
Kompas selanjutnya menggabungkan dengan berita dari masyarakat
Yogyakarta pendukung penetapan sebagai pembeda (koherensi pembeda), dengan
latar, masyarakat yang tergabung dalam Kawulo Ngayogjokarto mendatangi
kediaman Wapres Budiono. Kompas mengutip pendapat salah satu anggota
organisasi tersebut untuk mencari keberimbangan informasi dan alasan aksi
mereka, yang bunyinya:
Aries Herususeno, sesepuh Kawulo Ngayojokarto, menyebutkan, ”Kami kecewa mengapa Pak Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan dan pertimbangan kepada SBY.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 14)
Kemudian ditutup dengan parafrase dari pendapat pihak DPR, yakni Pramono
Anung W selaku Wakil Ketua DPR yang menilai bahwa pernyataan Presiden
SBY menyangkut RUUK Yogyakarta tidak menjawab apa yang menjadi
pertanyaan rakyat, dengan memakai leksikon: tidak tuntas, Kompas
menggabarkan penilaian bahwa pernyataan tersebut belum selesai /belum semua
tercakup didalamnya.
Dari pembedahan berita di atas, unsur sintaksis yang terlihat adalah
Kompas meminta pendapat dari berbagai narasumber yang berkepentingan
dalam masalah ini, mulai dari pendapat Pemerintah, Sultan, dan rakyat
Yogyakarta sendiri, selain itu juga pihak DPR. Dari pihak pemerintah adalah
Presiden SBY dan Menkopolhukam Djoko Suyanto (pemapar hasil sidang kabinet
paripurna), dari pihak Sultan adalah Sultan sendiri, sedangkan dari rakyat
Yogyakarta adalah Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Aries Herususeno, sesepuh Kawulo Ngayojokarto yang mewakili pendapat warga
pro penetapan, sedangkan dari pihak DPR adalah wakil ketua DPR Pramono
Anung W di bagian akhir, namun pernyataan Pramono Anung W tersebut tidak
dikutip langsung oleh Kompas melainkan diambil substansi pendapatnya.
Dari unsur skrip sudah mencakup 5W+1H, yaitu Pemerintah, Sultan,
warga pro pentapan, dan DPR (Who), RUU Keistimewaan DIY (What), Kamis
(2/12) (When), Kantor Presiden Jakarta, dan kota Yogyakarta (Where), Presiden
dinilai tidak tegas mendukung mekanisme penetapan kepala daerah DIY dan
rakyat kecewa mengapa Pak Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan
dan pertimbangan kepada SBY (Why), Pemerintah dalam draf Rancangan
Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap
mengusulkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih (How), namun yang
paling mendominasi adalah unsur who dan what.
Dari unsur tematik, tema yang diambil oleh Kompas adalah mengenai
usulan pemerintah dalam RUU Keistimewaan DIY agar gubernur DIY dipilih
secara demokratis. Dan dari unsur retoris, Kompas menekankan pemberitaan
dengan menggunakan leksikon, idiom, singkatan, label jabatan, serta
menampilkan grafis dan tabel yang berisi poin kesepakatan Keistimewaan
Yogyakarta yang bersumber dari penjelasan Menteri Dalam Negeri tanggal
1/12/2010, adapun poin yang telah disepakati itu antara lain: Parardya: lembaga
yang terdiri dari Sultan Hamengkubuwono dan Adipati Paku Alam sebagai satu
kesatuan yang berfungsi sebagai simbol, pelindung, penjaga, pengayom, serta
pemersatu, Kultur/Adat, Kepemilikan dan pengelolaan tanah, Tata ruang, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Keuangan, sedangkan prosedur pemilihan kepala daerah belum disepakati.
Selain itu juga terdapat tabel lain yang berisi rujukan dalam penentuan kepala
daerah yang bersumber dari penjelasan Presiden RI tanggal 2/12/2010, rujukan
tersebut adalah:
Pasal 18B ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi ”Negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus
atau istimewa yang diatur dalam undang-undang.”
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, yang berbunyi ”Gubernur, Bupati, dan
walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.”
Terdapat juga foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan
penghargaan Satyalancana Pembangunan Pendidikan kepada Sultan Hamengku
Buwono selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan link website berisi
rekaman video ucapan Menkopolhukam yang berjudul: ”Djoko: Gubernur DIY
Dipilih” di vod.kompas.com/gubernurdiy.
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwasanya Kompas telah menerapkan
prinsip berita berimbang dengan mencari pendapat dan pandangan kedua belah
pihak yang menjadi aktor utama dalam masalah ini, yaitu Presiden SBY dan
Sultan Hamengku Buwono X (Cover Both Side) meski Sultan Hamengku Buwono
tidak memaparkan secara gamblang pandangannya, melainkan hanya menyatakan
keengganannya mengomentari pernyataan Presiden SBY. Kompas bahkan juga
mencari pendapat narasumber dari pihak lain yang ada sangkut pautnya dengan
masalah ini, yakni warga Yogyakarta pro penetapan dan pihak DPR (Cover All
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Side). Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur
penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang kampanye
cawali dan cawawali dalam pilkada Solo.49
b) Berita 2
Elemen struktur berita pilihan kedua di harian Kompas mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul
Keistimewaan Versi Pemerintah yang terbit pada edisi Sabtu, 18 Desember 2010.
Tabel 8. Analisis Berita dengan Judul Keistimewaan Versi Pemerintah
Harian KOMPAS (Sabtu, 18 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
RUU KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA
Kickers What Huruf dicetak
tebal, dan
diberi warna
merah
Keistimewaan Versi
Pemerintah
Headline What,
Who
Huruf dicetak
tebal, Grafis
(draf RUUK
DIY versi
Pemerintah,
lambang
Keraton
Yogyakarta),
49 Eni Widiastuti, “Media dan Kampanye Politik (Analisis Framing Berita Kampanye Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Solo dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung Solo di Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka periode 11-24 Juni 2005”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2006, hal: 75-146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
& Foto Abdi
dalem Keraton
dalam bingkai
tugu Jogja
oleh fotografer
Kompas/
Wawan H
Prabowo,
Leksikon:
Versi
Kal1.
Par1
Satu hari setelah Rancangan
Undang-Undang tentang
Keistimewaan Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta sampai ke
DPR, Kamis (16/12),
Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi
mengundang para pakar
untuk berdiskusi.
Lead What,
When,
Who
Koherensi
Penjelas
Label jabatan
Kal1.
Par2
Mereka adalah peneliti LIPI
Siti Zuhro, ahli tata negara
Satya Arinanto, Saldi Isra,
Refly Harun, serta pengamat
politik J Kristiadi dan
Andrinof Chaniago.
Latar Who Detail,
Koherensi
Penjelas
Label jabatan
Kal2.
Par2
Diskusi yang dikawal
Direktur Jenderal Otonomi
Daerah Kementerian dalam
Negeri Djohermansyah
Latar What,
Who
Koherensi
Penjelas
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Djohan ini berlangsung
santai tapi serius.
Kal3.
Par2
Semua pakar
menyampaikan pendapat
mengenai pemilihan
Gubernur DIY dalam
kerangka keistimewaan
Yogyakarta.
Latar What Koherensi
Penjelas
Singkatan,
Leksikon:
kerangka
Kal1.
Par3
Sejak awal, pemerintah
memang bersikukuh
Gubernur DIY harus dipilih.
Latar What Koherensi
Penjelas
Singkatan,
Leksikon:
bersikukuh
Kal2.
Par3
Pada tahun 2009,
pembahasan RUU
Keistimewaan DIY mentok
karena pemerintah dan DPR
belum menyepakati
mengenai pengisian jabatan
Gubernur DIY.
Latar When,
What,
Why
Koherensi
sebab-
akibat
Singkatan,
Leksikon:
mentok
Kal3.
Par3
Pemerintah menginginkan
pemilihan, sedangkan DPR
tetap menginginkan
penetapan.
Latar Who,
What
Koherensi
Pembeda
Kal1.
Par4
Kini, satu tahun menjelang
habisnya masa jabatan
Sultan Hamengkubuwono X
sebagai Gubernur DIY,
pembahasan RUU
Keistimewaan DIY akan
dibuka lagi.
Latar When,
What
Koherensi
Penjelas
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Kal2.
Par4
Sesuai dengan Keputusan
Presiden Nomor 86/P Tahun
2008 tentang Perpanjangan
masa Jabatan Gubernur dan
wakil Guberbur DIY, masa
jabatan Sultan diperpanjang
hingga tiga tahun.
Latar What,
Who
Detail,
Koherensi
Penjelas
Singkatan
Kal3.
Par4
Artinya, jabatan Sultan
sebagai Gubernur DIY akan
berakhir 2011.
Latar What,
Who
Koherensi
Penjelas
Singkatan
Kal1.
Par5
Bagi pemerintah,
penyusunan RUU
Keistimewaan DIY tidak
mudah.
Latar Who,
What
Singkatan,
Leksikon:
tidak mudah
Kal2.
Par5
Sepertinya, draf ini
memang istimewa.
Latar What Leksikon:
istimewa
Kal3.
Par5
Berbagai upaya dilakukan
pemerintah untuk bisa
menyusun draf RUU yang
pas dan tidak melanggar
peraturan atasnya.
Latar How Koherensi
Penjelas
Leksikon: pas
Kal4.
Par5
Bahkan, untuk kepentingan
penyusunan draf RUU,
Kementerian dalam Negeri
juga meminta lembaga
survei untuk membuat
survei mengenai apa yang
diinginkan masyarakat
Yogyakarta.
Latar How,
What
Koherensi
Penjelas
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Kal1.
Par6
”Ini bukan pesanan, tetapi
kami menginginkan apa
yang sebenarnya dimaui
oleh masyarakat. Ada tiga
survei dan itu hanya salah
satu pertimbangan. Selain
itu, masih banyak
pertimbangan yang lainnya,
”ungkap Gamawan Fauzi.
Kutipan What,
How, Who
Kalimat
langsung
Kal1.
Par7
Akankah draf yang dibuat
istimewa oleh pemerintah
akan menjadi istimewa
juga untuk Yogyakarta?
Kita tunggu saja.
Latar What Kata ganti
tanya
Leksikon:
istimewa
Sumber : Berita 2, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah
Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam
berita pilihan kedua, harian Kompas mengangkat judul Keistimewaan Versi
Pemerintah. Dari judul yang dipilih Kompas, tampak leksikon: versi yang
dipakai menandakan bahwa RUUK DIY dalam bahasan ini adalah terbitan
pemerintah, yang isinya merupakan hasil tafsiran pemerintah sebagai gambaran
pandangan pemerintah atas status istimewa yang disandang kota Yogyakarta.
Dalam lead berita, Kompas mengangkat ajakan diskusi pemerintah melalui
Menteri Dalam Negeri dengan beberapa pakar dalam kaitan isi draf RUU
Keistimewaan Yogyakarta yang Pemerintah kirim ke DPR, bunyi lead tersebut
sebagai berikut:
Suatu hari setelah Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sampai ke DPR, Kamis (16/12),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengundang para pakar untuk berdiskusi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 1)
Dalam lead tersebut terlihat Kompas ingin menampilkan bahwa pihak Pemerintah
dalam menyusun Draf RUUK Keistimewaan ini, juga berusaha bersikap
profesional dengan mencari pandangan-pandangan dari para ahli guna
menemukan formulasi penyelesaian pengangkatan Gubernur DIY. Kompas
kemudian memberi latar untuk menjelaskan (koherensi penjelas) siapa saja pakar
yang diundang pemerintah melalui Kemendagri untuk berdiskusi, serta
menunjukkan seperti apa jalannya diskusi tersebut, bunyi kalimatnya seperti
berikut:
Mereka adalah peneliti LIPI Siti Zuhro, ahli tata negara Satya Arinanto, Saldi Isra, Refly Harun, serta pengamat politik J Kristiadi dan Andrinof Chaniago. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 2)
Diskusi yang dikawal Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri Djohermansyah Djohan ini berlangsung santai tapi serius. (Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 2)
Semua pakar menyampaikan pendapat mengenai pemilihan Gubernur DIY dalam kerangka keistimewaan Yogyakarta. (Lihat Tabel 8. Kalimat 3. Paragraf 2)
Dari kalimat di atas, leksikon: kerangka yang dipakai Kompas dimaksudkan
untuk menggambarkan bahwa pertemuan ini diadakan hanya dalam konteks
membahas RUUK DIY saja dan tidak ada bahasan hal-hal lain.
Latar selanjutnya yang dibuat Kompas tampak menggambarkan sikap
pemerintah dan sebab-akibat (koherensi kausalitas) dari sikap pemerintah,
berbunyi:
Sejak awal, pemerintah memang bersikukuh Gubernur DIY harus dipilih. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Pada tahun 2009, pembahasan RUU Keistimewaan DIY mentok karena pemerintah dan DPR belum menyepakati mengenai pengisian jabatan Gubernur DIY. (Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 3)
Pemerintah menginginkan pemilihan, sedangkan DPR tetap menginginkan penetapan. (Lihat Tabel 8. Kalimat 3, Paragraf 3)
Tampak leksikon: bersikukuh yang digunakan Kompas adalah untuk
menggambarkan bahwa sejak masalah status keistimewaan DIY ini muncul,
pemerintah memang berkeras hati dan bersiteguh akan sikapnya yang
menginginkan pemilihan dalam mekanisme pemilihan Gubernur DIY. Leksikon:
mentok digunakan Kompas untuk menjelaskan bahwa akibat dari sudah pol atau
maksimalnya pembahasan RUUK DIY pada tahun 2009, adalah disebabkan
tidak adanya kesepahaman antara pemerintah dan DPR dalam mekanisme
pengisian jabatan Gubernur DIY, dimana Pemerintah ingin Gubernur dipilih
sedangkan DPR inginnya Gubernur ditetapkan.
Latar selanjutnya yang dibuat Kompas adalah mengenai Pembahasan
RUUK DIY yang akan dibuka kembali, mengingat masa perpanjangan jabatan
Sultan selama tiga tahun, dalam Keputusan Presiden Nomor 86/P Tahun 2008
sudah habis pada tahun 2011 ini. Hal tersebut dituangkan Kompas dalam latar
kalimat berikut:
Kini, satu tahun menjelang habisnya masa jabatan Sultan Hamengkubuwono X sebagai Gubernur DIY, pembahasan RUU Keistimewaan DIY akan dibuka lagi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 4)
Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 86/P Tahun 2008 tentang Perpanjangan masa Jabatan Gubernur dan wakil Guberbur DIY, masa jabatan Sultan diperpanjang hingga tiga tahun. (Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 4)
Artinya, jabatan Sultan sebagai Gubernur DIY akan berakhir 2011. (Lihat Tabel 8, Kalimat 3. Paragraf 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Kompas mencoba menggambarkan RUUK DIY ini sebagai sesuatu yang
sulit untuk diputuskan, karena dianggap khas atau eksklusif dan beberapa cara
dilakukan pemerintah untuk mendapatkan formula yang tepat dan tidak melanggar
peraturan. Hal ini ditampilkan Kompas dengan leksikon: tidak mudah, istimewa,
& pas dalam latar yang dibuat pada kalimat ini:
Bagi pemerintah, penyusunan RUU Keistimewaan DIY tidak mudah. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 5)
Sepertinya, draf ini memang istimewa. Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 5)
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk bisa menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar peraturan atasnya. Lihat Tabel 8, Kalimat 3. Paragraf 5)
Kompas juga mengungkap salah satu cara yang dilakukan pemerintah tersebut,
Salah satunya adalah dengan survei dari lembaga survei, yang ditulis Kompas
dalam latar berikut:
Bahkan, untuk kepentingan penyusunan draf RUU, Kementerian dalam Negeri juga meminta lembaga survei untuk membuat survei mengenai apa yang diinginkan masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 8, Kalimat 4. Paragraf 5)
Kompas kemudian mengutip pertanyaan Mendagri menyangkut survei
yang dilakukan pemerintah ini, berikut isi kutipannya:
”Ini bukan pesanan, tetapi kami menginginkan apa yang sebenarnya dimaui oleh masyarakat. Ada tiga survei dan itu hanya salah satu pertimbangan. Selain itu, masih banyak pertimbangan yang lainnya, ”ungkap Gamawan Fauzi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 6)
Kutipan tersebut sepertinya coba dipakai Kompas untuk menegaskan
bahwasannya Kemendagri melalui Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi,
mengiyakan telah melakukan survei untuk melihat aspirasi rakyat Yogyakarta
dalam mekanisme pengangkatan Gubernur propinsi tersebut. Meskipun Gamawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Fauzi menilai bahwa survei tersebut hanya satu dari sekian pertimbangan dalam
menentukan Keistimewaan DIY, khususnya pasal jabatan Gubernur.
Pada paragraf terakhir, Kompas tampak berusaha untuk menggali rasa
keingintahuan pembacanya, dengan menyodorkan kalimat tanya yang sedikit
berbau tantangan akan draf RUUK DIY terbitan pemerintah, yang oleh Kompas
diberi label istimewa seperti tampak pada leksikon: istimewa, kemudian
dilanjutkan ajakan untuk menanti kelanjutan nasib draf tersebut.
Dari pembedahan berita di atas, unsur sintaksis yang terlihat adalah
Kompas hanya mewawancarai satu narasumber sebagai narasumber tunggal untuk
dimintai keterangannya, beliau adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.
Selebihnya Kompas memberi latar berita dari bahan-bahan hasil liputan di
lapangan yang dikonstruksi. Unsur skrip yang terlihat, berita ini tidak sepenuhnya
memenuhi unsur 5W+ 1H karena unsur where tidak ada, unsur-unsur dalam
berita ini yaitu: Pemerintah, para pakar, dan Menteri Dalam Negeri Gamawan
Fauzi (Who), Diskusi Kemendagri dengan para pakar, Draf RUU Keistimewaan
DIY versi Pemerintah (What), Kamis (16/12) (When), RUU Keistimewaan DIY
mentok pada tahun 2009 karena pemerintah dan DPR belum menyepakati
mengenai pengisian jabatan Gubernur DIY (Why), Berbagai upaya dilakukan
pemerintah untuk bisa menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar
peraturan atasnya, bahkan menurut Gamawan Fauzi Kementerian dalam Negeri
punya tiga survei yang dibuat lembaga survei, dan itu hanya salah satu
pertimbangan selain banyak pertimbangan lain (How), Namun tidak dijelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
dimana tempat kejadian (Where), dan yang paling banyak muncul adalah unsur
Who, dan What.
Dari unsur tematik, tema dalam berita ini adalah tentang isi draf RUU
Keistimewaan DIY versi pemerintah. Dimana setelah draf dikirim ke DPR,
Kemendagri mengadakan diskusi dengan beberapa pakar menyoal draf versi
pemerintah ini, dan menjelaskan survei yang dilakukan. Sedangkan dari unsur
unsur Retoris, Kompas memakai beberapa leksikon, label jabatan, singkatan,
serta menampilkan Grafis yang berisi rincian dari draf RUUK DIY versi
Pemerintah, lambang Keraton Yogyakarta, & Foto Abdi dalem Keraton dalam
bingkai tugu Jogja oleh fotografer Kompas/ Wawan H Prabowo. (Lihat
Lampiran)
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Kompas menyampaikan
pemberitaan dengan cara bercerita (feature), hal yang diberitakan disini konsen
pada draf RUU Keistimewaan DIY dari sudut pandang pemerintah. Dengan
memberi lead deskriptif Kompas kelihatan mencoba menarik minat pembaca,
isinya tentang upaya lanjutan Kemendagri setelah sehari sebelumnya
menyerahkan draf RUU Keistimewaan DIY kepada DPR. Pada berita ini Kompas
memang menceritakan kejadian dari satu sisi saja, yaitu dari sisi pemerintah
melalui Kemendagri dalam menyikapi RUU Keistimewaan DIY, dengan
menyertakan kutipan ucapan Mendagri Gamawan Fauzi sebagai narasumber
tunggal untuk menguatkan pemberitaan. Di bagian akhir berita sendiri, Kompas
seakan memberi kesan bersambung dengan tujuan mengajak pembacanya
untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ini kedepannya. Hasil analisis dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan
penelitian yang pernah ada tentang sengketa tanah sriwedari Solo.50
c) Berita 3
Elemen struktur berita pilihan ketiga di Harian Kompas mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul Sultan Hanya
Dijadikan Simbol yang terbit pada edisi Kamis, 27 Januari 2010.
Tabel 9. Analisis Berita dengan Judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol
Harian KOMPAS (Kamis, 27 Januari 2011)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
KEISTIMEWAAN DIY Kickers What Huruf dicetak
tebal, dan
diberi warna
merah
Sultan Hanya Dijadikan
Simbol
Headline Who,
What
Huruf dicetak
tebal, Foto dari
fotografer
KOMPAS/
Yuniadhi Agung
dengan caption :
Anggota Komite
I Dewan
Perwakilan
Daerah, I Wayan
50 Danang Pidekso, “Media dan Sengketa Sriwedari (Analisis Framing terhadap Berita Sengketa Tanah Sriwedari Solo pada Harian Solopos dan Suara Merdeka periode Desember 2006-Februari 2007)”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2007, hal: 99-138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Sudirta dan Dani
Anwar, serta
Menteri dalam
Negeri Gamawan
Fauzi (dari kiri
ke kanan) hadir
dalam rapat kerja
dengan Komisi II
DPR, Rabu
(26/1). Rapat
terutama
membahas
Rancangan
Undang-Undang
Keistimewaan
Yogyakarta,
disertai link
website berisi
rekaman video
berjudul
”Pemerintah
Ingin Gubernur
DIY Dipilih
DPRD” di
vod.kompas.com
/dipilihdprd
Kal1.
Par1
JAKARTA, KOMPAS –
Keinginan mayoritas
masyarakat Yogyakarta
untuk menjadikan Sultan
Lead Where,
What,
Who
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
tidak
diindahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Hamengku Buwono dan
Paku Alam sebagai
gubernur dan wakil
gubernur tidak diindahkan
pemerintah pusat.
Kal.2.
Par1
Sultan dan Paku Alam
hanya akan dijadikan
simbol pemersatu
keberagaman masyarakat
Yogyakarta.
Lead Who,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
simbol
Kal.1.
Par2
Demikian salah satu intisari
pemaparan Menteri dalam
Negeri (Mendagri)
Gamawan Fauzi mengenai
Rancangan Undang–
Undang Keistimewaan
Daerah Istimewa
Yogyakarta (RUUK DIY)
dalam rapat kerja dengan
Komisi II Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR),
Rabu, (26/1).
Latar,
Parafrase
What,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan,
Singkatan
Kal2.
Par2
Rapat juga dihadiri
perwakilan Komite I Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).
Latar What,
Who
Koherensi
Penjelas
Singkatan
Kal1.
Par3
Gamawan memaparkan,
pemerintah menggunakan
empat prinsip, yakni
kerakyatan, Bhinneka
Parafrase Who,
What
Kohernsi
Penjelas,
Kalimat
tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Tunggal Ika, efektivitas
pemerintahan, dan
pendayagunaan kearifan
lokal.
langsung
Kal2.
Par3
Pemerintah merancang
adanya figur yang memiliki
kapasitas simbolik untuk
mengikat keberagaman
dalam sistem tata
kelembagaan Pemerintah
Provinsi DIY.
Parafrase Who, How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
figur,
simbolik,
mengikat
Kal3.
Par3
Fungsi simbolis akan
dijalankan lembaga baru,
yaitu gubernur utama dan
wakil gubernur utama.
Parafrase How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon;
sibolis
Kal1.
Par4
Dalam RUUK DIY yang
diusulkan pemerintah
disebutkan, Sultan HB dan
Paku Alam yang bertahta
secara langsung dan sah
diangkat menjadi gubernur
utama dan wakil gubernur
utama.
Latar What,
Who, How
Koherensi
Penjelas
Singkatan,
Leksikon: sah
Kal2.
Par4
Selain berfungsi sebagai
pelindung, pengayom, dan
penjaga budaya, keduanya
adalah simbol pemersatu
masyarakat Yogyakarta.
Latar How Koherensi
Penjelas
Leksikon:
simbol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Kal1.
Par5
Pengangkatan gubernur dan
wakil gubernur utama itu
diusulkan agar harkat,
martabat, serta kewibawaan
Sultan HB dan Paku Alam
tetap terjaga, terutama
untuk menghindari
keduanya dari masalah
hukum.
Latar What,
Why, Who
Koherensi
penjelas
Idiom: tetap
terjaga
Kal2.
Par5
”Akan menjadi miris kalau
Sultan tersangkut masalah
hukum. Karena itu, kami
buat bagaimana untuk
menjaga itu, bahwa The
King can do no wrong,”
kata Gamawan.
Kutipan Why,
What,
Who
Kalimat
langsung
Idiom: Karena
itu, Leksikon:
miris,
tersangkut,
Perumpamaan
dengan istilah
asing dan
ditulis
memakai
huruf miring
Kal1.
Par6
Sultan HB dan Paku Alam
juga mendapatkan
keistimewaan dalam
mengurus kebudayaan,
pertanahan, serta penataan
ruang.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
keistimewaan
Kal2.
Par 6
Selain itu, gubernur dan
wakil gubernur utama diberi
kewenangan memberikan
arah kebijakan umum,
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
Leksikon:
arah, veto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
pertimbangan, bahkan veto
terhadap rancangan
peraturan daerah DIY.
langsung
Kal1.
Par7
Sementara pengisian jabatan
gubernur dan wakil
gubernur yang bertugas
sebagai kepala
pemerintahan dilakukan
melalui pemilihan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
Latar What,
How, Who
Koherensi
Penjelas
Kal2.
Par7
Gamawan menegaskan,
mekanisme pemilihan oleh
DPR sudah sesuai dengan
ketentuan konstitusi.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
mekanisme,
Idiom:
ketentuan
konstitusi
Kal1.
Par8
Rapat kerja dengan agenda
pemaparan pemerintah
tentang RUUK DIY itu
diwarnai protes dari
perwakilan DPD.
Latar What,
Who
Koherensi
pembeda
Singkatan,
Leksikon:
diwarnai
Kal2.
Par8
Mereka meminta dilibatkan
dalam seluruh pembahasan
RUUK DIY oleh Komisi II
dan pemerintah.
Latar Who,
What
Koherensi
sebab-
akibat
Singkatan
Kal3.
Par8
Menurut anggota Komite I
DPD, I Wayan Sudirta,
pelibatan DPD penting
karena mereka merupakan
Parafrase Who,
What
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
Label jabatan,
Leksikon:
representasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
representasi daerah. langsung
Kal4.
Par8
Ketua komisi II DPD
Chairuman Harahap
menegaskan, pihaknya
akan mengakomodasi
kepentingan semua pihak.
Parafrase Who,
What
Koherensi
penjelas,
kalimat
tak
langsung
Label jabatan,
Leksikon:
mengakomodasi
Sumber : Berita 3, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah
Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam
berita pilihan ketiga, harian Kompas mengangkat judul Sultan Hanya Dijadikan
Simbol. Judul tersebut diturunkan Kompas setelah dilaksanakannya rapat kerja
antara Kemendagri dengan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat yang juga
dihadiri perwakilan Komisi I Dewan Perwakilan Daerah. Dalam pemberitaan ini,
Kompas tampak lebih menonjolkan pandangan pemerintah dengan mengambil
garis besar paparan Kemendagri yang disampaikan langsung oleh Mendagri
Gamawan Fauzi.
Dari unsur Sintaksis, hal tersebut tampak dari judul yang diberikan yaitu
Sultan Hanya Dijadikan Simbol. Judul tersebut tak lain merupakan is i
representasi dari niatan dan pandangan pemerintah, yang tertuangkan dalam
draf RUU Keistimewaan DIY terbitan pemerintah. Kompas menggambarkan
bahwa pemerintah selama ini memang kurang menggubris dari sisi aspirasi
masyarakat Yogyakarta yang kebanyakan menginginkan Sultan Hamengku
Buwono dan Paku Alam menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Lead
yang digunakan Kompas juga dengan jelas menunjukkan hal ini, berikut
bunyinya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
JAKARTA, KOMPAS – Keinginan mayoritas masyarakat Yogyakarta untuk menjadikan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai gubernur dan wakil gubernur tidak diindahkan pemerintah pusat. (Lihat Tabel 9, Kalimat 1. Paragraf 1)
Sultan dan Paku Alam hanya akan dijadikan simbol pemersatu keberagaman masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 1)
Leksikon: tidak diindahkan, yang digunakan Kompas pada lead menekankan
sikap pemerintah terhadap pandangan rakyat Yogyakarta.
Dalam teks berita ini Kompas mengambil tiga narasumber, Kompas lebih
memilih memberi porsi lebih besar ucapan satu narasumber dengan kutipan
langsung yaitu Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi karena mewakili pendapat
pemerintah, tetapi sebaliknya memberikan porsi kecil pada substansi ucapan
narasumber lain. Pendapat anggota Komite I DPD I Wayan Sudirta dikesankan
sebagai pembeda dengan leksikon: diwarnai, tampak bahwa pendapat I Wayan
Sudirta dipakai untuk menggambarkan suasana rapat terdapat ketikpuasan dari
pihak DPD, yang berharap DPD ikut dilibatkan dalam pembahasan RUUK DIY.
Sedangkan pendapat Ketua komisi II DPD Chairuman Harahap dalam kutipan
tak langsungnya hanya digunakan sebagai pelengkap.
Dari unsur Skrip, pola 5W+1H dalam berita ini sudah semua terpenuhi
yaitu: Mendagri Gamawan Fauzi, Ketua komisi II DPD Chairuman Harahap, dan
Komite I DPD I Wayan Sudirta (Who), Dalam RUUK DIY usulan pemerintah
Sultan dan Paku Alam hanya menjadi simbol pemersatu keberagaman masyarakat
Yogyakarta (What), Rabu (26/1) (When), Jakarta (Where), Diusulkan agar harkat,
martabat, serta kewibawaan Sultan HB dan Paku Alam tetap terjaga, terutama
untuk menghindari keduanya dari masalah hukum, sebab menurut Mendagri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Gamawan Fauzi: Akan menjadi miris kalau Sultan tersangkut masalah hukum
(Why), Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam yang bertahta secara langsung
dan sah diangkat menjadi gubernur utama dan wakil gubernur utama, selain
berfungsi sebagai pelindung, pengayom, dan penjaga budaya, keduanya adalah
simbol pemersatu masyarakat Yogyakarta. Sementara pengisian jabatan gubernur
dan wakil gubernur yang bertugas sebagai kepala pemerintahan dilakukan melalui
pemilihan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (How). Unsur dalam
kelengkapan berita yang paling mendominasi adalah Who dan What.
Dari unsur Tematik, tema yang diambil Kompas dalam berita ini meliputi
isi paparan Mendagri bahwa Sultan dan Paku Alam hanya dijadikan Simbol pada
RUUK DIY usulan Pemerintah, yang disampaikannya dalam rapat kerja dengan
Komisi II DPR, dan dihadiri pula oleh perwakilan Komite I Dewan Perwakilan
Daerah. Hal tersebut tampak dalam parafrase pada kalimat berikut:
Gamawan memaparkan, pemerintah menggunakan empat prinsip, yakni kerakyatan, Bhinneka Tunggal Ika, efektivitas pemerintahan, dan pendayagunaan kearifan lokal. (Lihat Tabel 9, Kalimat 1. Paragraf 3)
Pemerintah merancang adanya figur yang memiliki kapasitas simbolik untuk mengikat keberagaman dalam sistem tata kelembagaan Pemerintah Provinsi DIY. (Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 3)
Fungsi simbolis akan dijalankan lembaga baru, yaitu gubernur utama dan wakil gubernur utama. (Lihat Tabel 9, Kalimat 3. Paragraf 3)
Dari kalimat yang dibuat Kompas diatas, Kompas tampak menyusun tema dengan
cara bercerita tertentu, dengan mengambil substansi paparan Mendagri Gamawan
Fauzi melalui beberapa parafrase, antara lain: Parafrase: figur dipakai untuk
menggambarkan sosok seseorang, yang dalam hal ini adalah Sultan dan Paku
Alam, parafrase: simbolik artinya dijadikan bentuk representasi, parafrase:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
mengikat menggambarkan tindakan menyatukan, dan parafrase: simbolis
diartikan cara merepresentasi. Kompas juga mengutip langsung paparan
Gamawan Fauzi untuk mendukung parafrase yang dibuatnnya:
”Akan menjadi miris kalau Sultan tersangkut masalah hukum. Karena itu, kami buat bagaimana untuk menjaga itu, bahwa The King can do no wrong,” kata Gamawan.(Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 5)
Dengan kalimat itu Mendagri Gamawan Fauzi secara langsung mengandaikan bila
raja tidak pernah berbuat salah, dengan harapan bahwa melalui draf buatan
pemerintah yang didalamnya mengatur peran Sultan tersebut, hal ini dapat
diwujudkan.
Dari unsur retoris, Kompas menggunakan label jabatan, leksikon, idiom,
dan foto dari fotografer KOMPAS/ Yuniadhi Agung dengan caption : ”Anggota
Komite I Dewan Perwakilan Daerah, I Wayan Sudirta dan Dani Anwar, serta
Menteri dalam Negeri Gamawan Fauzi (dari kiri ke kanan) hadir dalam rapat kerja
dengan Komisi II DPR, Rabu (26/1). Rapat terutama membahas Rancangan
Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta”, disertai juga dengan link website
berisi rekaman video berjudul ”Pemerintah Ingin Gubernur DIY Dipilih
DPRD” di vod.kompas.com/dipilihdprd, semua itu dilakukan Kompas untuk
menekankan frame yang dibuatnya.
Dari paparan di atas, secara keseluruhan frame yang dibuat Kompas dalam
berita ini mengunggulkan kemenonjolan sisi Kemendagri sebagai pihak yang
diprioritaskan dalam pemberitaan karena mewakili pendapat pemerintah, yakni
dengan cara memberi porsi besar dari paparan Kemendagri Gamawan Fauzi yang
disertai kutipan langsungnya. Sebaliknya memberi porsi kecil dari pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
narasumber lainnya, dimana porsi pendapat anggota Komite I DPD I Wayan
Sudirta dikesankan berada di luar topik, dan pendapat Ketua komisi II DPD
Chairuman Harahap hanya digunakan sebagai pelengkap berita. Hasil analisis
dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa
dengan penelitian yang pernah ada tentang wacana terorisme pasca teror bom
bali.51
2. Analisis Teks Berita Dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan
Yogyakarta
a) Berita 1
Elemen struktur berita pilihan pertama di harian Kompas mengenai
Survei Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul Lebih Suka Penetapan
yang terbit pada edisi Kamis, 2 Desember 2010.
Tabel 10. Analisis Berita dengan Judul Lebih Suka Penetapan
Harian KOMPAS (Kamis, 2 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA (2–
HABIS)
Kickers What Huruf dicetak
tebal, dan
diberi warna
merah
Lebih Suka Penetapan Headline What Huruf dicetak
tebal,
51 Muhammad Amin M, Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali dalam Media Massa (Analisis Framing Berita-Berita Seputar Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali di Surat Kabar Republika dan Jawa Pos Periode Oktober 2002”, Universitas Sebelas Maret, 2003, hal: 85-181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Menggunakan
grafik berisi
detail hasil
jajak pendapat
Kompas
secara acak via
Telepon
Kal1.
Par1
Tak salah jika orang
mengatakan, pemerintah
pusat tak belajar sejarah.
Lead What,
Who
Kal2.
Par1
Bukan hanya salah paham
soal sistem monarki yang
berlawanan dengan nilai–
nilai demokrasi.
Lead What Kata ganti
tak tentu
Idiom: salah
paham
Kal3.
Par1
Yang parah, pemerintah
pusat seharusnya paham,
mulai tahun 1998, soal
gubernur DIY selalu
menjadi masalah pelik,
selalu bergejolak.
Lead What,
Who,
When
Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon:
parah, pelik,
Prefiks
Kal4.
Par1
Ini berkelanjutan sampai
2010, soal penggantian
gubernur dan wakil
gubernur DIY tak juga usai.
Lead What,
When,
Who
Koherensi
penjelas
Leksikon: usai
Kal1.
Par2
Di bawah kepemimpinan
Sultan Hamengku Buwono
no IX, sejak awal
kemerdekaan sampai tahun
1980–an, jabatan gubernur
Latar What,
Who,
When
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
goyang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
DIY tak pernah goyang.
Kal2.
Par2
HB IX bahkan pernah
merangkap sebagai wakil
presiden pada era
pemerintahan Soeharto.
Latar Who,
What
Kohetensi
Penjelas
Singkatan
Kal3.
Par2
Ia ditawarkan untuk dua
periode jabatan, tetapi
menolak.
Latar Who,
What
Kata ganti
orang
Kal1.
Par3
Sebagai wapres yang
berkedudukan di Jakarta,
yang menjalankan
pemerintahan sehari–hari
adalah Wakil Gubernur
Paku Alam VIII.
Latar What,
Where,
Who
Kata ganti
tak tentu
Leksikon;
otomatis
Kal2.
Par3
Pada tahun 1988, HB IX
wafat di Amerika Serikat
dan kemudian dimakamkan
di pemekaman raja–raja
Mataram, Imogiri,
Yogyakarta.
Latar When,
Who,
What,
Where
Koherensi
Penjelas
Singkatan
Kal1.
Par4
Tahun itu juga, Paku Alam
menggantikan peran kepala
daerah.
Latar When,
Who,
What
Koherensi
Penjelas
Kal2.
Par4
Semua berlangsung mulus
walaupun Presiden Soeharto
pada waktu itu menyimpan
kekecewaan besar terhadap
HB IX yang menolak
tawaran untuk
Latar What,
Who
Koherensi
Pembeda
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
memperpanjang jabatan
sebagai wapres.
Kal3.
Par4
Masalah mulai muncul 10
tahun kemudian, tahun
1998, sewaktu Paku Alam
VIII meninggal.
Latar When,
What,
Who
Koherensi
sebab-
akibat
Kal1.
Par5
Mau tak mau, harus ada
yang menggantikan sebagai
gubernur DIY.
Latar What Koherensi
penejelas
Kal2.
Par5
Sultan Hamengku Buwono
X–saat itu sudah menjadi
raja menggantikan
ayahandanya–lantas
menjadi gubernur mulai
masa jabatan pertama.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
Kal3.
Par5
Ketika itu, untuk
memutuskan pencalonan
kepala daerah DIY, DPRD
Provinsi DIY harus
melakukan voting.
Latar What Koherensi
Penjelas
Leksikon:
voting
Kal4.
Par5
Suasana politik sudah
memanas.
Latar What Leksikon:
memanas
Kal5.
Par5
Berhari–hari proses
pemilihan menemui jalan
buntu karena salah satu
fraksi, yaitu F–PP,
mencalonkan Alfian
Darmawan, padahal fraksi
lainnya (F–KP, F–ABRI,
Latar What,
Why,
Who, How
Koherensi
sebab-
akibat
Jabatan,
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
dan F–PDI) menghendaki
hanya satu calon diajukan
ke Mendagri dan minta
Presiden RI segera
mengukuhkan Gubernur
DIY.
Kal1.
Par6
Bertolak dari pengalaman
sejak penetapan HB X
sebagai gubernur DIY tahun
1998, dilanjutkan dengan
masa jabatan kedua dimulai
tahun 2003, kondisi sosial
dan politik di DIY memang
selalu panas menjelang
masa berakhirnya jabatan
kepala daerah.
Latar What,
Who,
When,
How
Koherensi
penjelas
Singkatan,
Leksikon;
panas
Kal2.
Par6
Pemerintah pusat selalu
lamban menyikapi aspirasi
masyarakat yang
menginginkan Sultan
langsung ditetapkan sebagai
gubernur DIY tanpa melalui
pemilihan.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
lamban,
aspirasi
Kal3.
Par6
Keinginan model penetapan
sudah muncul sejak sepuluh
tahun lalu.
Latar What Koherensi
Penjelas
Tidak rinci Sub Judul What Huruf dicetak
tebal
Kal1. Memang benar, ini semua What, Detail, Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Par7 antara lain karena Undang–
Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah
Daerah, yang kemudian
direvisi menjadi Undang–
Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah
Daerah, tidak mengatur
secara rinci mengenai apa
yang disebut dengan
keistimewaan Yogyakarta.
How Koherensi
sebab-
akibat
rinci
Kal2.
Par7
Hal ini berbeda dengan
Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (Aceh),
Provinsi Papua, ataupun
Daerah Khusus Ibukota
Jakarta yang masing–
masing mempunyai
undang–undang terinci.
Latar What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kata ganti
tak tentu
Kal1.
Par8
Karena tak ada ketegasan
tentang apa yang disebut
keistimewaan DIY, setiap
pihak menafsirkan menurut
cara pandang mereka
sendiri.
Latar What,
Why
Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon:
ketegasan,
Idiom: cara
pandang
Kal2.
Par8
Pemerintah pusat cenderung
memakai pola yang sama
dengan daerah lain dalam
pergantian kepala daerah
sesuai yang tertera dalam
Latar Who,
What,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon: pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
UU Pemerintah Daerah.
Kal3.
Par8
Namun, banyak rakyat
Yogyakarta menentang hal
itu karena berarti sebutan
keistimewaan DIY tak ada
artinya.
Latar What,
How, Why
Koherensi
sebab-
akibat
Kal1.
Par9
Semua argumen, baik
pemerintah pusat maupun
rakyat Yogyakarta yang
pro–penetapan,
mendasarkan diri pada kata–
kata: sesuai konstitusi dan
atas nama demokrasi.
Latar What,
Who, How
Koherensi
sebab-
akibat,
Kata ganti
tak tentu
Leksikon:
argumen,
perumpamaan
Kal2.
Par9
Akhirnya tak pernah ada
titik temu dan berlarut–
larut sampai bertahun–
tahun.
Latar How Koherensi
sebab-
akibat,
Kata ganti
tak tentu
Idiom: titik
temu
Kal3.
Par9
Hal ini masih ditambah
dengan konflik dan
persaingan politik antara
Presiden SBY dengan
Sultan HB X sehingga
komunikasi politik menjadi
tidak berjalan.
Latar What,
Who, How
Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon:
konflik,
Idiom:
komunikasi
politik
Libatkan rakyat Sub Judul Who Huruf dicetak
tebal
Kal1.
Par10
Untuk menyelesaikan
masalah ini, sebaiknya
Latar What,
How,
Koherensi
penjelas
Leksikon:
aspirasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
pemerintah pusat dalam
mengambil keputusan
melibatkan dan
memperhatikan aspirasi
rakyat Yogyakarta.
Who,
Kal2.
Par10
Sama halnya ketika
pemerintah membuat
undang–undang otonomi
khusus untuk Aceh dan
Papua yang sangat
memerhatikan kemauan
rakyat di dua provinsi itu.
Latar What,
Who, How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
kemauan
Kal1.
Par11
Harian Kompas sejak tahun
2008 hingga 2010
mengadakan jajak pendapat,
apakah sebaiknya Gubernur
DIY dipilih langsung oleh
rakyat atau penetapan.
Latar Who,
When,
What
Koherensi
Pembeda
Kal2.
Par 11
Pada umumnya, sebagian
besar masyarakat
Yogyakarta menginginkan
penetapan.
Latar What,
Who
Koherensi
Penjelas
Kal3.
Par11
Angkanya berkisar 53,5
persen–79,9 persen.
Latar How Detail
Kal1.
Par12
Sebagai sebuah polling,
hasil nya tidak dimaksudkan
untuk mewakili pendapat
seluruh masyarakat
Yogyakarta.
Latar What,
Who
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
polling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Kal2.
Par12
Apalagi dilakukan dengan
cara menelepon, yang tentu
saja responden menjadi
terbatas secara ekonomis
maupun geografis karena
jaringan telepon belum
merata sampai di desa–desa.
Latar How, Who Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
tak tentu
Kal1.
Par13
Jika menyangkut Keraton
Yogyakarta, penduduk DIY
terutama di pelosok desa
masih sangat loyal.
Latar Who,
What
Koheensi
Penjelas
Leksikon:
loyal
Kal2.
Par13
Sebagai contoh, ketika GKR
Hemas, istri Sultan HB X,
mencalonkan diri sebagai
anggota Dewan Perwakilan
Daerah, suara yang
diperoleh selam dua periode
sangat tinggi.
Latar What,
Who, How
Koherensi
Pembeda
Singkatan
Kal3.
Par13
Jauh sekali mengungguli
kandidat lain.
Latar What Koherensi
Penjelas
Idiom: Jauh
sekali
Kal1.
Par14
Karena itu, tak begitu sulit
memperkirakan jika semua
penduduk desa ataupun kota
ditanyakan ingin penetapan
atau pemilihan, hasilnya
pastilah mirip perolehan
GKR Hemas itu.
Latar,
Penutup
How, Who Koherensi
Penjelas
Leksikon:
mirip
Sumber :Berita 1, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Pada tema Survei Keistimewaan Yogyakarta dalam berita pilihan
pertama, Harian Kompas mengangkat judul Lebih Suka Penetapan, Dalam
berita ini Kompas menyusun berita dengan cara bercerita (feature), untuk
menekankan pada hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas mengenai
mekanisme pengangkatan Gubernur DIY. Dari unsur Sintaksis, dapat dilihat judul
Lebih Suka Penetapan yang diturunkan Kompas merupakan gambaran hasil
jajak pendapat yang dilakukan Kompas bahwa mayoritas responden memilih
mekanisme penetapan. Dilanjutkan dengan lead berita, yang isinya menyindir
pemerintah atas sikap yang dilakukannya selama ini terkait masalah RUUK DIY:
Tak salah jika orang mengatakan, pemerintah pusat tak belajar sejarah. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 1)
Bukan hanya salah paham soal sistem monarki yang berlawanan dengan nilai–nilai demokrasi. (Lihat Tabel 10, Kalimat 2. Paragraf 1)
Yang parah, pemerintah pusat seharusnya paham, mulai tahun 1998, soal gubernur DIY selalu menjadi masalah pelik, selalu bergejolak. (Lihat Tabel 10, Kalimat 3. Paragraf 1)
Ini berkelanjutan sampai 2010, soal penggantian gubernur dan wakil gubernur DIY tak juga usai. (Lihat Tabel 10, Kalimat 4. Paragraf 1)
Dari lead yang digunakan Kompas di atas, Kompas mencoba menggambarkan
kesalahan yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi masalah RUUK DIY.
Kompas menggambarkan bahwa masalah ini timbul sudah ada sejarahnya yakni
sejak 1998, namun dalam menyikapinya pemerintah tidak belajar dari kesalahan.
Fakta disusun Kompas dengan melakukan pemisahan masalah, masalah pertama
tentang sejarah pengisian jabatan Gubernur DIY model penetapan disusun dalam
payung judul utama, pemisahan berikutnya dilakukan dengan batas berupa
subjudul. Subjudul pertama, Tidak rinci digunakan untuk menggambarkan
Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
kemudian direvisi menjadi Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, tidak mengatur mengenai keistimewaan Yogyakarta secara
rinci. Kemudian subjudul Libatkan rakyat, untuk menggambarkan bahwa
pelibatan aspirasi rakyat dalam penyelesaian masalah ini sangatlah diperlukan.
Dari unsur skrip, unsur pembentuk berita dalam beita ini sudah
memenuhi unsur 5W+1H, yaitu Presiden Soeharto, Sultan Hamengku Buwono IX
dan Paku Alam XIII, Sultan Hamengku Buwono X, Presiden SBY, Rakyat
Yogyakarta (Who), Sejarah jabatan Gubernur DIY dan pembahasan RUUK, Hasil
jajak pendapat Kompas (What), Sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 (When),
Jakarta, Amerika Serikat, Yogyakarta(Where), karena berarti sebutan
keistimewaan DIY tak ada artinya bila pergantian kepala daerah sesuai yang
tertera dalam UU Pemerintah Daerah (Why), Hasil polling Kompas dengan angka
berkisar 53,5 persen–79,9 persen menunjukkan responden menginginkan
penetapan (How).
Dari Unsur tematik, tema yang diambil Kompas dalam berita ini meliputi
tiga tema, tema pertama mengenai sejarah pengisian jabatan Gubernur DIY yang
coba dijelaskan Kompas dengan bercerita, bahwa sejak sepuluh tahun lalu model
penetapan sudah menjadi keinginan masyarakat Yogyakarta yang diwujudkan
dalam bentuk aspirasi, dimana sejarah mencatat bahwa selalu terjadi ketegangan
setiap memasuki masa akhir jabatan Gubernur. Tema kedua meliputi status
keistimewaan Yogyakarta yang tidak rinci UU yang mengaturnya, Kompas
mencoba menceritakan bahwa terjadi multi tafsir antara kedua belah pihak yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
antara pemerintah dan masyarakat Yogyakarta dengan argumen mereka, seperti
tampak pada kalimat:
Semua argumen, baik pemerintah pusat maupun rakyat Yogyakarta yang pro–penetapan, mendasarkan diri pada kata–kata: sesuai konstitusi dan atas nama demokrasi. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 9)
Tema ketiga adalah tentang jajak pendapat yang dilakukan Kompas sejak tahun
2008 sampai tahun 2010 tentang mekanisme pengangkatan Gubernur DIY,
dimana Kompas berusaha mengungkapkan bahwa Kompas melakukan jajak
pendapat dengan menghasilkan angka berkisar 53,5 persen–79,9 persen
menunjukkan responden menginginkan penetapan. Namun Kompas menjelaskan
bahwa hasil ini tidak mewakili seluruh aspirasi masyarakat karena dilakukan
melalui media telepon.
Sebagai sebuah polling, hasil nya tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 12)
Apalagi dilakukan dengan cara menelepon, yang tentu saja responden menjadi terbatas secara ekonomis maupun geografis karena jaringan telepon belum merata sampai di desa–desa. (Lihat Tabel 10, Kalimat 2. Paragraf 12)
Kata Polling yang dipakai Kompas menjelaskan hal itu, bahwa jajak pendapat ini
dilakukan dengan cara menelepon responden yang dipilih secara acak. Hal
tersebut juga coba diperkuat Kompas dengan menggunakan unsur retoris berupa
grafik penggambaran detail hasil jajak pendapat Kompas mulai tahun 2008-
2010, yang dilakukan secara acak pada responden berusia minimal 17 tahun,
dengan metode pencuplikan sistematis. (Lihat Lampiran)
Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa Kompas pada berita ini
menyampaikan fakta dengan cara bercerita (feature), dan menekankan fakta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
pemberitaan tersebut melalui unsur retoris berupa penggambaran detail hasil
jajak pendapat yang dilakukan Kompas dalam bentuk grafis untuk menonjolkan
fakta pemberitaan, dimana hasilnya menunjukkan mayoritas responden
menginginkan mekanisme penetapan digunakan dalam pengangkatan Gubernur
DIY. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur
penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang kampanye
cawali dan cawawali dalam pilkada Solo.52
b) Berita 2
Elemen struktur berita pilihan kedua di harian Kompas mengenai Survei
Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul Survei Menjadi Acuan
Kemendagri yang terbit pada edisi Minggu, 5 Desember 2010.
Tabel 11. Analisis Berita dengan Judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri
Harian KOMPAS (Minggu, 5 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Survei Menjadi Acuan
Kemendagri
Headline What,
Who
Huruf dicetak
tebal,
Leksikon:
Survei
Kepala Desa Se–DIY
Ancam Boikot Pemilihan
Kickers Who,
What
Kata ganti
jumlah
Leksikon:
Boikot
Kal1.
Par1
JAKARTA, KOMPAS–
Direktur Jenderal Otonomi
Lead Where,
Who,
Koherensi
Penjelas
Label jabatan,
Leksikon;
52 Eni Widiastuti, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Daerah Kementerian dalam
Negeri Djohermansyah
Djohan menegaskan, dalam
menyususn RUU
Keistimewaan Yogyakarta,
pemerintah mengacu pada
survei.
What survei
Kal2.
Par1
Survei menunjukkan, 71
persen responden
menghendaki pemilihan.
Lead What,
Who, How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
Survei,
responden
Kal1.
Par2
”Kami punya data survei, 71
persen rakyat DIY
menghendaki pemilihan
langsung,” kata
Djohermansyah dalam
Diskusi ”Daerah Istimewa
Kecewa” di Trijaya FM,
Jakarta, Sabtu (4/12)
Kutipan What,
Who,
Where,
When
Koheensi
Penjelas,
Kalimat
Langsung
Leksikon:
Diskusi
Kal1.
Par2
Hasil survei Kementrian
Dalam Negeri (Kemdagri)
itu yang menjadi bahan
pertimbangan pemerintah
bahwa pengisian jabatan
Gubernur–Wagub
Yogyakarta melalui
pemilihan.
Latar What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
survei
Kal1.
Par3
Data survei yang menjadi
pegangan Kemdagri itu
bertolak belakang dengan
Latar What,
Who
When
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
survei,
pegangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
hasil jajak pendapat
Kompas yang dilakukan
sejak tahun 2008 hingga
2010.
Idiom:
bertolak
belakang,
jajak
pendapat
Kal2.
Par3
Ketika ditanya apakah
sebaiknya Gubernur DIY
dipilih langsung oleh rakyat
atau penetapan, sebagian
besar masyarakat
Yogyakarta menginginkan
penetapan.
Latar What,
Who
Koherensi
Penjelas
Kal3.
Par3
Angkanya antara 53,3
persen dan 79,9 persen
(Kompas,2/12)
Latar How,
When
Detail,
Koherensi
Penjelas
Kal1.
Par4
Pemerintah, kata
Djohermansyah, sudah
sejak lama mengakui
keistimewaan Yogyakarta.
Parafrase Who,
What
Koheensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Kal2.
Par4
Hal itu dibuktikan dengan
penyusunan RUUK DIY.
Parafrase How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan
Kal3.
Par4
Kemdagri menargetkan,
penyusunan naskah RUUK
dapat segera diselesaikan
sehingga sudah dapat
Parafrase Who,
What,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
diajukan kepada DPR pada
Desember ini.
langsung
Kal4.
Par4
Pemerintah menargetkan
RUUK DIY sudah dapat
disahkan menjadi undang–
undang paling lambat tahun
2011.
Latar Who,
What,
When
Koherensi
penjelas
Singkatan
Kal1.
Par5
Namun, para kepala desa
siap memboikot pemilihan
umum kepala daerah.
Latar What,
Who
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
memboikot
Kal2.
Par5
”Kami para kepala desa
yang berhadapan langsung
dengan masyarakat. Saya
dan teman–teman siap
memboikot pemilu kepala
daerah jika pemerintah
tetap memaksakan
pemilihan dalam RUUK
DIY,” tutur Ketua Persatuan
Rakyat Desa (Parade)
Nusantara DIY Jiono seusai
diskusi.
Kutipan Who,
What,
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
tak tentu
Singkatan
Kal1.
Par6
Jiono meminta pemerintah
mempertimbangkan sejarah
serta kearifan lokal
Yogyakarta dalam
menyusun RUUK DIY.
Parafrase Who,
What
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Idiom:
kearifan lokal
Kal2.
Par6
Bagi masyarakat
Yogyakarta, jabatan
Parafrase What,
Who
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
melekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
gubernur itu melekat pada
Sultan Hamengku Buwono.
Kal3.
Par6
Karena itu masyarakat
menginginkan Sultan HB
dan Paku Alam otomatis
ditetapkan jadi gubernur dan
wakil gubernur.
Parafrase What,
How, Who
Koherensi
Penjelas
Singkatan,
Leksikon:
otomatis
Kal4.
Par6
Keinginan itu sama sekali
tidak didasari motif politik
ataupun kekuasaan.
Parafrase What,
How
Kalimat
tak
langsung
Idiom: sama
sekali,
Leksikon:
motif
Kal1.
Par7
Ahli hukum tata negara,
Irmanputra Sidin, dalam
diskusi itu juga
mengingatkan pemerintah
untuk mempertimbangkan
kearifan lokal Yogyakarta.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Idiom:
kearifan lokal
Kal2.
Par7
“Kata kuncinya satu, yakni
kearifan. Kearifan lokal dan
kearifan Presiden dalam
mengambil keputusan,”
katanya.
Kutipan What Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Kal1.
Par8
Menurut dia, pengisian
jabatan gubernur–wagub
melalui mekanisme
penetapan tidak melanggar
konstitusi karena telah
dijamin dalam Pasal 18
UUD 1945.
Parafrase What,
How, Why
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
mekanisme,
konstitusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Kal2.
Par8
Selain itu, seluruh
perwakilan daerah pun
telah menyepakati
penetapan Sultan
Hamengku Buwono dan
Paku Alam yang sedang
bertahta menjadi Gubernur
dan Wagub DIY.
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Kal1.
Par 9
”Itu sudah konstitusional,
seluruh anggota DPD
(Dewan Perwakilan Daerah)
sudah menyepakati
penetapan. DPD itu, kan,
wakil dari seluruh daerah di
Indonesia, jadi sebenarnya
sudah selesai semua, sudah
konstitusional,” papar dia.
Kutipan How,
Who, Why
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Singkatan,
Leksikon:
konstitusional
Kal1.
Par10
Sebanyak 132 anggota DPD
menyepakati penetapan
Sultan Hamengku Buwono
dan Paku Alam menjadi
gubernur dan wagub sebagai
satu dari tujuh keistimewaan
Yogyakarta.
Latar What.
Who, How
Detail,
Koherensi
Penjelas
Kal2.
Par10
Klusul penetapan itu masuk
dalam naskah RUUK DIY
yang disusun DPD dan
sudah diserahkan kepada
DPR pada Oktober lalu.
Latar What,
How,
Who,
When
Singkatan,
Leksikon:
Klausul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Raja tidak salah Sub Judul Huruf dicetak
tebal
Kal1.
Par11
Secara terpisah di
Palembang, Sumatera
Selatan, Ketua DPR
Marzuki Alie mengatakan,
hak istimewa yang dimiliki
DIY harus dihargai.
Parafrase Where,
Who,
What
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Kal2.
Par11
Namun, bentuk
penghargaan itu harus
diformulasikan, apakah
Sultan memiliki wewenang
mengurus wilayah,
mengurus keuangan, atau
kewenangan lain.
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
diformulasikan
Kal1.
Par12
Marzuki mengkhawatirkan,
seandainya pelaksana
pemerintahan DIY
melakukan kesalahan
administrasi atau kesalahan
prosedur dalam
pemerintahan yang
berdampak hukum.
Parafrase Who,
What,
Why
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Leksikon:
administrasi,
prosedur
Kal2.
Par12
”Jangan sampai ada prinsip
raja tidak pernah salah. Raja
tidak pernah salah karena
raja sebagai ratu adil. Nanti
hukum susah ditegakkan. Itu
yang harus kita
Kutipan How, Who Kalimat
langsung
Pengandaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
pertimbangkan,“ ujarnya.
Sumber : Berita 2, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta
Pada tema Survei Keistimewaan Yogyakarta dalam berita pilihan
kedua, harian Kompas mengangkat judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri,
Dalam berita ini Kompas menyusun berita dengan melihat sudut pandang
Kemendagri mengenai survei yang telah dilakukannya terkait mekanisme
pengangkatan Gubernur DIY sebagai garis besar berita ini. Dari unsur Sintaksis,
dapat dilihat dari judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri tersebut, Kompas
ingin menyampaikan fakta bahwasannya Kemendagri telah melakukan tanya
jawab seputar aspirasi rakyat, tentang tata cara pengangkatan Gubernur DIY yang
diberi tajuk survei. Dimana hal tersebut dijadikan headline dalam berita ini,
yang juga digunakan untuk mewakili kutipan langsung narasumber pertama,
yaitu Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri
Djohermansyah Djohan. Lead yang dipakai Kompas juga mendukung hal
tersebut:
JAKARTA, KOMPAS–Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri Djohermansyah Djohan menegaskan, dalam menyususn RUU Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah mengacu pada survei.(Lihat Tabel 11, Kalimat 1. Paragraf 1)
Survei menunjukkan, 71 persen responden menghendaki pemilihan. (Lihat Tabel 11, Kalimat 2. Paragraf 1)
Dari Kickers sendiri yang berbunyi Kepala Desa Se–DIY Ancam Boikot
Pemilihan, digunakan oleh Kompas untuk mewakili ucapan narasumber kedua,
yaitu Ketua Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara DIY Jiono. Kickers
tersebut pun menjadi payung dari pendapat narasumber ketiga yaitu Ahli Hukum
Tata Negara, Irmanputra Sidin. Selain itu Kompas juga memberi sub judul raja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
tidak salah untuk mewakili pendapat narasumber keempat, yaitu Ketua DPR
Marzuki Alie. Dengan mengisahkan melalui cara seperti ini, Kompas ingin
menekankan kepada khalayak pembacanya bahwa masing-masing pendapat
memiliki pembenarannya masing-masing.
Dari unsur Skrip, unsur pembentuk berita dalam berita ini terdiri dari:
Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Djohermansyah Djohan, Ketua Persatuan
Rakyat Desa (Parade) Nusantara DIY Jiono, Ahli hukum tata negara Irmanputra
Sidin, dan Ketua DPR Marzuki Alie (Who), Hasil Survei Kemendagri sebanyak
71 persen memilih pemilihan (What), Sabtu (4/12) (When), Jakarta (Where),
Mekanisme penetapan tidak melanggar konstitusi karena telah dijamin dalam
Pasal 18 UUD 1945, dan karena seluruh anggota DPD (Dewan Perwakilan
Daerah) sebanyak 132 anggota sudah menyepakati penetapan sehingga sudah
konstitusional (Why), Survei Kemendagri menunjukkan 71 persen responden
menghendaki pemilihan, namun hal tersebut bertolak belakang dengan jajak
pendapat Kompas, dan Kepala desa se-DIY siap memboikot pemilihan umum
kepala daerah jika pemerintah tetap memaksa pemilihan dalam RUUK DIY
(How). Jadi unsur 5W+1H sudah terpenuhi dalam berita ini, dengan porsi lebih
besar pada unsur Who, What, dan How.
Dari unsur Tematik, Kompas mengambil tiga tema yaitu: pertama,
tentang Survei Kemendagri yang menghasilkan 71 persen suara memilih
pemilihan dalam mekanisme pengangkatan Gubernur DIY, kedua, tentang
ancaman boikot dari kepala desa se-DIY jika pemerintah memaksakan pemilihan
dalam RUUK DIY, dimana mekanisme penetapan sendiri tidak melanggar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
konstitusi dalam Pasal 18 UUD 1945, dan disepakati 132 anggota DPD dalam
susunan RUUK DIY yang diserahkan DPD ke DPR, ketiga, tentang raja tidak
pernah salah. Dengan tema yang dipilih tersebut, tampaknya Kompas hendak
mengkonstruksi berita ini dengan cara melihat berbagai argumen dari sisi
narasumber, dimana masing-masing pendapat memiliki keterwakilan.
Djohermansyah Djohan mewakili Kemendagri, Jiono mewakili masyarakat pro
penetapan, Irmanputra Sidin mewakili masyarakat pro penetapan, dan Marzuki
Alie mewakili pribadinya sebagai anggota DPR, namun pendapat Marzuki Alie
ini sendiri tidak mendapat porsi besar karena tidak dikutip secara langsung, dan
hanya dipakai sebagai pelengkap atau pemanis saja.
Dari unsur Retoris, Kompas menggunakan beberapa idiom disertai
leksikon yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu
dalam berita ini, berita Kompas ini menunjukkan bagaimana media menjadi ajang
perang simbolik antara pihak-pihak yang merasa berkompeten terhadap isu.
Masing-masing narasumber digambarkan saling mengedepankan alasan
pembenaran dengan klaim, dimana pihak yang mewakili gagasan pemilihan
memakai klaim hasil survei yang menyatakan 71 persen suara menyatakan
dukungan atas mekanisme pemilihan. Sedangkan pihak yang mewakili gagasan
penetapan memakai klaim kearifan lokal Yogyakarta, dan pasal 18 UUD 1945
serta suara mayoritas DPD.
Dari paparan di atas tampak bahwa Kompas berusaha menerapkan
prinsip berita berimbang dengan mengutip langsung pendapat pihak yang
mendukung mekanisme pemilihan dan pihak lain yang mendukung mekanisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
penetapan (cover both side), menyertakan pula pelengkap berupa parafrase dari
pendapat pihak DPR yang digunakan sebagai pelengkap atau sebatas pemanis
berita saja. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur
penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang sengketa tanah
sriwedari Solo.53
c) Berita 3
Elemen struktur berita pilihan ketiga di harian Kompas mengenai Survei
Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul Publik Cenderung Terima
Keistimewaan yang terbit pada edisi Senin, 6 Desember 2010.
Tabel 12. Analisis Berita dengan Judul Publik Cenderung Terima
Keistimewaan
Harian Kompas (Senin, 6 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
JAJAK PENDAPAT
”KOMPAS”
Kickers Huruf dicetak
tebal dan
diberi warna
merah
Publik Cenderung Terima
Keistimewaan
Headline Huruf dicetak
tebal, Disertai
grafis berisi
hasil detail
jajak pendapat
Kompas pada
53 Danang Pidekso, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
responden
nasional,
Leksikon:
Publik,
Cenderung
Kal1.
Par1
Polemik sistem monarki
dalam sistem pemerintahan
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tampak
memecah sikap masyarakat.
Lead What,
Who
Leksikon:
Polemik,
monarki
Kal2.
Par1
Meski terpisah cukup
diametral, secara umum
opini publik cenderung
menerima kesepakatan sifat
kekhususan yang dimiliki
oleh provinsi DIY.
Lead What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
diametral,
Idiom: opini
publik
Kal1
Par2
Hal tersebut menjadi
benang merah persepsi
publik dalam jajak
pendapat yang dilakukan
Litbang Kompas pada 1–3
Desember 2010, terkait
Rancangan Undang-Undang
(RUU) Keistimewaan
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Latar What,
Who,
When
Metafora:
benang
merah, Idiom:
persepsi
publik
Kal1.
Par3
Lebih dari tiga perempat
responden yang tinggal di
DIY (88,6 pesen) memilih
Latar How, Who Detail Leksikon:
responden ,
ketimbang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
penetapan Sultan sebagai
gubernur ketimbang
melalui jalur pemilihan
kepala daerah (pilkada)
seperti yang dilakukan di
provinsi lain.
Kal2.
Par3
Sementara pilihan
responden nasional
(sebagian besar di luar DIY)
hampir berimbang, antara
yang menginginkan
penetapan Sultan (49,4
persen) dan pemilihan (45,5
persen).
Latar How, Who Detail Leksikon:
responden,
hampir
berimbang
Kal1.
Par4
Menilik dari latar belakang
pendidikan responden,
bagi responden nasional
tidak terlalu tampak
perbedaan jawaban yang
diberikan meski ada
kecenderungan responden
sarjana dan paskasarjana
lebih banyak yang bersikap
setuju penetapan (sekitar 56
– 66 persen).
Latar What,
Who, How
Leksikon:
Menilik,
responden
Kal2.
Par4
Secara umum, dilihat dari
tingkat intensitas yang
diberikan, tampak pula
bahwa responden nasional
yang menaruh perhatian
Latar How, Who Leksikon:
intensitas,
responden,
soal,
cenderung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
terhadap pemberitaan media
soal RUU Keistimewaan
DIY cenderung memilih
model penetapan Sultan
ketimbang model pilkada.
model
Kal3.
Par4
Sementara bagi responden
DIY, profil yang paling
tinggi menyuarakan model
penetapan (sekitar 80
persen) tersebar dari
kalangan berusia sekitar 30
tahun ke atas, tidak bekerja
hingga sarjana, karyawan
swasta, serta pensiunan dan
tidak bekerja.
Latar What,
Who, How
Singkatan,
Leksikon:
responden,
profil, model
Kal1.
Par4
Cukup tajamnya perbedaan
persepsi publik tampak jika
melihat alasan mereka
mengenukakan opininya.
Latar What Idiom:
persepsi
publik
Kal2.
Par4
Alasan paling banyak bagi
responden yang menyetujui
model penetapan Sultan
sebagai gubernur DIY
adalah terkait nilai
kesejarahan, kesepakatan
historis, dan tradisi yang
selama ini sudah berjalan.
Latar How, Who Leksikon:
responden,
model,
historis,
tradisi,
Singkatan
Kal3.
Par4
Diperingkat berikutnya
adalah opini responden
Latar How, Who Leksikon:
opini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
terkait pribadi positif
Sultan di mata mereka.
responden,
Idiom: pribadi
positif
Kal4.
Par4
Sementara itu, responden
yang memilih model
pilkada mengemukakan
bahwa alasan utamanya
adalah soal sistem
demokrasi.
Latar Who, How Koherensi
Pembeda
Leksikon:
responden,
model, Idiom:
sistem
demokrasi,
Singkatan
Kal5.
Par4
Meski menyatakan soal
sistem, tidak banyak
responden yang
menyinggung soal
transparansi, akuntabilitas
pemerintahan, atau
kesejahteraan.
Latar Who, How Leksikon: soal,
sistem,
responden,
transparansi,
akuntabilitas
Kal1.
Par5
Hingga tahun 2010, RUU
Keistimewaan Yogyakarta
belum juga rampung.
Latar When,
What
Leksikon;
rampung
Kal2.
Par5
Sudah hampir delapan
tahun, sejak 2002, ketika
muncul usul untuk
membuat undang–undang
ini pertama kali.
Latar When,
How
Leksikon:
usul, Idiom:
pertama kali
Kal3.
Par5
Setelah sempat berada di
tangan DPR pada tahun
2008 yang lalu
dikembalikan lagi ke
pemerintah, RUU ini belum
Latar When,
Who, How
Singkatan,
Idiom: titik
temu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
juga menemui titik temu
untuk disahkan.
Kal4.
Par5
Satu persoalan yang
menjadi ganjalan utama
pembahasan RUU adalah
soal jabatan gubernur DIY.
Latar What Singkatan,
Idiom:
ganjalan
utama
Kal5.
Par5
Bagi sebagian besar publik
DIY, jabatan gubernur yang
otomatis dijabat Sultan
merupakan sebuah simbol
status yang sudah diterima
sebagai ”kebenaran”.
Latar Who,
What,
How
Leksikon:
publik,
otomatis,
simbol, status,
Pengandaian
Kal6.
Par5
Sementara di sisi
pemerintah, pasca–
diundangkannya UU Nomor
22 Tahun 1999 tentang
otonomi daerah dan UU
nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan
Daerah, semakin nyata
perlunya sinkronisasi
mekanisme demokrasi di
seluruh provinsi.
Latar Who,
What
Detail,
Koherensi
Pembeda
Leksikon: sisi,
pasca, nyata,
sinkronisasi,
Idiom:
mekanisme
demokrasi
Kal1.
Par6
Sulit dimungkiri, dari
wacana yang berkembang
tampak bahwa demokrasi
yang dipahami sebagian
publik DIY memiliki
paradigma yang
Latar How Leksikon:
wacana,
demokrasi,
publik,
paradigma,
primordial,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
bernuannya primordial. Singkatan
Kal2.
Par6
Dari jawaban yang
diberikan responden DIY,
tampak bahwa bagian
terbesar publik masih
menerima kepemimpinan
Sultan hingga akhir
hayatnya, suatu hal yang
paling menjadi sorotan
dalam diskursus soal
keistimewaan DIY.
Latar What,
Who, How
Leksikon:
responden,
publik,
sorotan,
diskursus,
soal, Singkatan
Kal3.
Par6
Saat ditanya penilaian
tentang masih layak atau
tidak sistem penetapan
kepala daerah di Yogyakarta
disebut sebagai demokrasi,
sebanyak 73 persen
responden menyatakan
masih layak.
Latar What,
Who, How
Leksikon:
layak, sistem,
demokrasi,
responden
Kal4.
Par6
Sebaliknya, responden
nasional cukup bimbang
menilai sistem tersebut
layak disebut demokrasi,
dengan proporsi hampir
berimbang 47,5 persen
(layak) dan 43,4 (tidak
layak).
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
Pembeda,
Detail
Leksikon:
responden,
bimbang,
sistem, layak,
demokrasi,
proporsi
Kal1.
Par7
Terhadap adanya usulan
agar Sultan tidak perlu
Latar What,
Who, How
Leksikon:
parardhya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
menjadi gubernur, tetapi
diposisikan sebagai
parardhya, sebagaimana
diusulkan dalam draf RUU
Keistimewaan DIY yang
diajukan Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas
Gadjah mada (JIP UGM),
responden DIY pun tak
lebih banyak yang menolak.
responden
Kal2.
Par7
Lebih dari 50 persen
responden menyatakan
ketidaksetujuannya apabila
Sultan dan Paku Alam
hanya menduduki jabatan
sebagai parardhya.
Parafrase Who, How Leksikon:
responden,
parardhya
Kal3.
Par7
Parardhya adalah satu
kesatuan lembaga yang
berfungsi sebagai simbol,
pelindung dan penjaga
budaya, serta pengayom
dan pemersatu masyarakat
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Latar Who,
What
Leksikon:
Parardhya,
simbol,
pengayom
Kal1.
Par8
Meski memiliki hak dan
wewenang khusus, posisi
parardhya memang tidak
strategis seperti gubernur.
Latar Who,
What
Leksikon:
parardhya,
strategis
Kal2. Apalagi, sebagai parardhya, Latar Who, Koherensi Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Par8 hak politis Sultan dan Paku
Alam cenderung
”diarahkan” , antara lain
memberikan persetujuan
pemilihan kepala daerah
(dengan hak veto) dan
pengawasan umum
pemerintahan.
What,
How
Penjelas parardhya,
Idiom: hak
politis, hak
veto
Pengandaian
Keselarasan Sub Judul Huruf di cetak
tebal
Kal1.
Par9
Dalam pidato menyikapi
perkembangan sikap publik
terkait RUU Keistimewaan
DIY, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
menyebut perlunya
menempatkan peran
penting Sultan dan Paku
Alam dalam konteks
kepemimpinan DIY.
Parafrase What,
Who, How
Singkatan,
Leksikon:
konteks
Kal2.
Par9
Meski demikian, RUU
Keistimewaan yang
diajukan pemerintah ke
DPR secara subtantif tidak
beranjak dari posisi hukum
semula, yakni menempatkan
Sultan–Paku Alam sebagai
parardhya dan gubernur
dipilih langsung.
Latar What,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
subtantif,
parardhya,
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Kal3.
Par9
Amanat konstitusi dan
perundangan turunannya
menjadi dalil hukum tata
negara yang menurut
pemerintah harus dijalankan
secara konsisten
Latar What,
How, Who
Koherensi
Penjelas
Idiom:
Amanat
konstitusi,
Leksikon:
dalil,
konsisten
‘’Amanat konstitusi dan
perundangan turunannya
mejadi dalil hukum tata
negara yang menurut
pemerintah harus
dijalankan secara
konsisten
Kutipan
Kal1.
Par10
Di sisi lain, posisi sikap
publik, khususnya warga
DIY, tampaknya tidak akan
banyak beranjak dari sikap
meminta model penetapan
gubernur.
Latar What,
Who, How
Koherensi
Pembeda
Idiom: sisi
lain, Leksikon:
posisi, publik
Kal2.
Par10
Posisi yang diametral
antara sebagian besar publik
DIY dan pemerintah tentu
merupakan potensi bencana
politik bagi kestabilan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Latar What,
Who, How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
Posisi,
diametral,
potensi
Singkatan
Kal3.
Par10
Terlebih, di luar berbagai
aspek keistimewaan yang
sudah disepakati pemerintah
Latar What,
Who,
How,
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
Leksikon:
aspek, Idiom:
identitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
dan DPR sebelumnya, soal
penetapan gubernur
bergerak menjadi wacana
soal identitas primordial
daerah bagi orang
Yogyakarta – kalau tidak
bisa bisa disebut ”harga
diri”.
tak tentu primordial,
Pengandaian
Kal4.
Par10
Berkaca dari keberatan
sebagian kawulo
Yogyakarta saat Sultan
berniat maju ke pertarungan
pemilihan presiden pada
pemilu sebelumnya, rakyat
Yogyakarta kebanyakan
lebih suka menempatkan
Sultan sebagai ”Raja”
Keraton Yogyakarta,
gubernur, atau apa pun
istilah politik modern untuk
itu.
Latar Who, How Leksikon:
menempatkan
, Penggunaan
tanda petik
untuk
memperjelas,
Idiom: apa
pun,
Kal5.
Par10
Jabatan presiden atau wakil
presiden, meski tingkatnya
nasional, tidak
”menyilaukan” mata
politik warga Yogyakarta.
Latar What,
Who
Pengandaian
Kal6.
Par10
Meski demikian, manuver
politik Sultan dalam kancah
politik nasional dipandang
responden bisa juga yang
Latar What,
Who
Koherensi
Penjelas
Idiom: Meski
demikian,
Leksikon:
manuver,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
menjadi pemicu polemik
keistimewaan Yogyakarta
saat ini.
pemicu,
polemik
Kal1.
Par11
Dalam konteks demikian,
apalagi didukung fakta
berjalannya sistem
demokrasi di DIY, sulit
untuk mengharapkan
mundurnya stand position
publik DIY.
Latar What,
Who
Leksikon:
konteks,
publik, Idiom:
sistem
demokrasi,
stand position,
Singkatan
Kal2.
Par11
Bagaimanapun, bagi publik
DIY, esensi demokrasi
seperti penghormatan
pluralisme, HAM,
akuntabilitas berjalan
selaras dengan tujuan
kesejahteraan berjalan
selaras dan tak pernah
bermasalah selama ini.
Latar Who, How Leksikon:
esensi,
pluralisme,
akuntabilitas
Kal3.
Par11
Maka, menjadi sebuah
keterkejutan politik ketika
sebuah keistimewaan yang
delapan tahun lalu hendak
dicarikan payung hukum
pelindungnya, kini justru
berbuah ”bencana kecil”
bagi paradigma warga DIY
memandang rajanya.
Latar,
Penutup
What,
How, Who
Nominalisasi
, Koherensi
Penjelas
Leksikon:
keterkejutan,
paradigma,
Idiom: payung
hukum
Pengandaian
Sumber : Berita 3, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Pada tema Survei Keistimewaan Yogyakarta dalam berita pilihan
ketiga, harian Kompas mengangkat judul Publik Cenderung Terima
Keistimewaan. Dari unsur sintaksis, lewat judul yang dipilih, tampak bahwa
Kompas ingin mengemukakan hasil temuannya mengenai sikap publik terhadap
status keistimewaan DIY yang diperoleh dari jajak pendapat yang dilakukan
sendiri oleh pihak Kompas, hal tersebut diperjelas pula dengan kickers yang
menyebutkan tentang itu. Dalam lead berita ini sendiri Kompas mencoba
menuangkan bahwasannya memang sikap publik terpecah menjadi dua, namun
mayoritas publik cenderung menerima status istimewa yang disandang DIY,
meskipun sistem monarki yang dipermasalahkan dalam kasus keistimewaan
DIY ini menjadi sebuah polemik. Berikut bunyi lead tersebut:
Polemik sistem monarki dalam sistem pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tampak memecah sikap masyarakat. Meski terpisah cukup diametral, secara umum opini publik cenderung menerima kesepakatan sifat kekhususan yang dimiliki oleh provinsi DIY. (Lihat Tabel 12, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 1)
Kompas juga memberikan subjudul yang berbunyi Keselarasan, dimana subjudul
ini mencoba mengayomi pemaparan Kompas yang mengutarakan bahwasannya
esensi demokrasi bagi publik DIY, seperti penghormatan pluralisme, HAM,
akuntabilisme berjalan selaras dengan tujuan kesejahteraan, dan selama ini tidak
pernah menimbulkan masalah. Disini tampak Kompas hendak menggambarkan
bahwa publik DIY akan tetap tidak beranjak dari sikap meminta model
penetapan Gubernur, sebab itu sudah menjadi stand position publik DIY,
istilah stand position yang digunakan Kompas ini jelas menggambarkan
kebulatan keinginan dari publik DIY yang mengangap Sultan dipilih itu sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
selaras dengan makna demokrasi, hasil jajak pendapat Kompas pun menunjukkan
ini, meskipun belum bisa dibilang mewakili keseluruhan pendapat warga DIY.
Meski hal ini bertentangan dengan keinginan pemerintah yang maunya Sultan
dan Paku Alam ditempatkan sebagai Parardhya, sedangkan pengangkatan
gubernur tetap melalui mekanisme pemilihan. .
Dari unsur Skrip, unsur pembentuk berita dalam berita ini tidak secara
lengkap memenuhi unsur 5W+1H karena hanya terdiri dari 4 unsur, yakni :
Who, What, When, dan How saja, sedangkan unsur Where dan Why tidak
disebutkan dalam berita ini, untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
Warga DIY/responden DIY, responden nasional, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, Sultan dan Paku Alam ( Who), jajak pendapat Kompas (What), 1–3
Desember 2010 (When), Lebih dari tiga perempat responden yang tinggal di DIY
(88,6 pesen) memilih penetapan Sultan sebagai gubernur ketimbang melalui
jalur pemilihan kepala daerah (pilkada) sementara pilihan responden nasional
(sebagian besar di luar DIY) hampir berimbang, antara yang menginginkan
penetapan Sultan (49,4 persen) dan pemilihan (45,5 persen) (How).
Dari unsur Tematik, tema yang diambil oleh Kompas dalam berita ini
antara lain: pertama, mengenai hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas
kepada responden DIY dan responden nasional berkaitan dengan sifat istimewa
yang menjadi kekhususan DIY dan mekanisme pengangkatan gubernur DIY,
kedua, mengenai keselarasan esensi demokrasi dengan tujuan kesejahteraan,
dimana penetapan gubernur bergerak menjadi wacana soal identitas primordial
daerah bagi warga Yogyakarta yang tercermin dari penolakan terhadap usulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
Parardhya bagi Sultan dan Paku Alam. Dari kedua tema yang dipilih Kompas
tersebut, disini Kompas mencoba bercerita melalui sudut pandang Kompas
mengenai fakta temuannya, yang didapat melalui jajak pendapat Kompas.
Dari unsur retoris, terdapat unsur grafis yang berisikan semua temuan
Kompas dari hasil jajak pendapat yang dilakukannya, mulai dari petanyaan
yang diajukan Kompas maupun persentase dari jawaban-jawaban pertanyaan
tersebut. Jadi secara keseluruhan berita ini dapat diketegorikan sebagai opini
media atau lebih tepatnya adalah analisis yang dilakukan oleh Kompas melalui
lembaga Litbang, seperti yang dikatakan oleh Bapak Thomas Pudjo Widijanto
selaku Kepala Perwakilan Kompas Yogyakarta merangkap reporter senior dalam
wawancara beliau dengan Penulis, berikut adalah kutipan pernyatan beliau:
Jadi itu termasuk kedalam opini... opini kita, jadi analisis istilahnya, analisis kita terhadap RUUK. Jadi itu memang tulisan wartawan ya... analisa wartawan, jadi kan kita punya rubrik politik yang khusus, feature politik dan opini politik di halaman politik gitu. Jadi itu memang rubriknya desk politik, di halaman empat juga menyediakan, wartawan bisa tulis di halaman empat, tapi kadang-kadang karena itu milik umum, ya biarlah untuk umum, kita di halaman politik saja lah. Dan saya kira itu liputan... ya tho... data, analisa, sampai pada analisa itu pasti emosi kita masuk. Itu bisa dikategorikan berita bisa, bisa...!. Dan itu mungkin jurnalis modern kayaknya harusnya begitu ya!, Dia ada... ada semacam dengan keintelektualan dia, dia bisa memberikan sesuatu kepada masyarakat soal setuju-tidak setuju, soal lain. Tapi bahwa si wartawan punya visi untuk membangun sesuatu, untuk membentuk publik opini... Iya! (Lihat Lampiran).
Sehingga dapat dilihat disini, bahwa semua yang ditampilkan dalam berita ini
adalah hasil temuan Kompas melalui survei telepon dengan mengambil 705
responden nasional dan 409 responden DIY, yang dilaporkan Kompas dengan
cara bercerita (feature) dengan maksud agar paparan fakta disini terlihat menarik
dan membentuk opini publik. Hasil analisis dengan membagi elemen berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada
tentang wacana terorisme pasca teror bom bali.54
3. Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan
DIY
Elemen struktur berita pilihan di harian Kompas mengenai Sikap Setgab
terkait RUU Keistimewaan DIY adalah berita berjudul Setgab Terpecah soal
Yogyakarta yang terbit pada edisi Sabtu, 11 Desember 2010.
Tabel 13. Analisis Berita dengan Judul Setgab Terpecah soal Yogyakarta
Harian KOMPAS (Sabtu, 11 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sinaksis Skrip Tematik Retoris
Setgab Terpecah soal
Yogyakarta
Headline Who,
What
Huruf dicetak
tebal, Disertai
grafis berisi
kutipan
langsung dari
perwakilan
partai koalisi,
Leksikon:
Terpecah,
soal
Konsep Gubernur Utama
Ditolak
Kickers What Leksikon:
Konsep,
Ditolak
Kal1. JAKARTA, KOMPAS– Lead Where, Koherensi Leksikon:
54 Muhammad Amin M, Loc. Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
Par1 Enam partai politik anggota
Sekretariat Gabungan Partai
Politik Pendukung Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono
ternyata terpecah
menyikapi Rancangan
Undang–Undang
Keistimewaan Yogyakarta.
Who,
What
Penjelas terpecah
Kal1.
Par2
Hal itu terungkap dalam
pernyataan yang
dikemukakan para
pemimpin enam parpol
anggota Setgab secara
terpisah di Jakarta, Jumat
(10/12).
Latar Who,
How,
Where,
When
Koherensi
Penjelas
Idiom: Hal itu
Kal2.
Par1
Kamis malam, pemimpin
enam parpol Setgab bertemu
di kantor Setgab di Jalan
Diponegoro 43 Jakarta.
Latar When,
Who,
Where
Koherensi
Penjelas
Kal3.
Par1
Keenam parpol itu adalah
Partai Demokrat, Partai
Golkar, Partai Keadilan
Sejahtera, Partai Amanat
Nasional, Partai Persatuan
Pembangunan, dan Partai
Kebangkitan Bangsa.
Latar Who Koherensi
Penjelas
Kal4.
Par1
Ketua Harian Setgab yang
juga Ketua Umum Partai
Aburizal Bakrie dan Menteri
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
Dalam Negeri Gamawan
Fauzi juga hadir (Kompas,
10/12).
Kal1.
Par2
Seusai pertemuan kamis
malam, anggota Dewan
Pembina Partai Demokrat
yang juga Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah
Syarifuddin Hasan
mengatakan, ada tiga hal
yang dibahas dalam
pertemuan itu.
Parafrase What,
When,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Kal2.
Par2
Pertama, Setgab
menghormati keistimewaan
Yogyakarta dan aspirasi
warga Yogyakarta.
Parafrase How,
Who
Koheensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
aspirasi
Kal3.
Par2
Kedua, sesuai konstitusi,
setiap kepala daerah dan
kepala pemerintahan dipilih
secara demokratis.
Parafrase How,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
konstitusi,
demokratis
Kal4.
Par2
Ketiga, komunikasi dengan
rakyat Yogyakarta harus
ditingkatkan.
Parafrase How,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
komunikasi
Kal1.
Par3
Menurut Wakil Sekretaris
Jenderal Partai Demokrat
Parafrase Who,
Where,
Koherensi
Pembeda,
Leksikon:
posisi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
Saan Mustopa, seusai rapat
internal Fraksi Partai
Demokrat di kompleks
Parlemen, Senayan, Jakarta,
Jumat, Partai Demokrat akan
mendukung keputusan
pemerintah terkait RUU
Keistimewaan Yogyakarta,
termasuk jika diputuskan
pengisian posisi gubernur
dan wakil gubernur
Yogyakarta dengan
mekanisme pemilihan
langsung.
When,
What,
How
Kalimat
tak
langsung
mekanisme,
Label jabatan,
Singkatan
Kal2.
Par3
Meski demikian, Partai
Demokrat juga akan tetap
mengindahkan tuntutan
masyarakat.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
mengindahkan,
tuntutan, Idiom:
Meski demikian
Kal1.
Par4
Namun, anggota Setgab
yang lain bersikap berbeda.
Latar Who,
How
Koherensi
Pembeda
Singkatan
Kal2.
Par4
Mahfudz Siddiq, wakil
Sekjen PKS, mengatakan,
partainya menyesuaikan diri
dengan keinginan warga
Yogyakarta yang
menginginkan penetapan.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan
Kal3.
Par4
Sekretaris Fraksi PPP M
Romahurmuziy menyatakan,
Parafrase Who,
How
Koherensi
Pembeda,
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
PPP mendukung penetapan. Kalimat
tak
langsung
Kal4.
Par5
Golkar, menurut Ketua DPP
Partai Golkar Priyo Budi
Santoso, akan
mempertahankan
keistimewaan Yogyakarta.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan
Kal1.
Par6
Dua parpol, PAN dan PKB,
masih menunggu RUU
Keistimewaan Yogyakarta
diserahkan kepada DPR.
Latar Who,
How
Koherensi
Pembeda
Idiom: masih
menunggu,
diserahkan
kepada
Kal2.
Par6
Hal itu disampaikan
Sekretaris Fraksi PAN
Teguh Juwarno dan Ketua
Fraksi PKB Marwah Jafar.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
Jabatan
Kal3.
Par6
Hingga kemarin, DPR
belum menerima draf RUU
Keistimewaan Yogyakarta.
Latar When,
Who,
How,
What
Koherensi
Penjelas
Idiom: Hingga
kemarin
Kal1.
Par7.
Sementara itu, Partai
Gerindra, menurut Wakil
Ketua Fraksi Gerindra
Ahmad Muzani, mendukung
penetapan.
Parafrase Who,
How,
What
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Idiom:
Sementara itu
Kal2.
Par7
Partai Hanura juga senada. Latar Who,
How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
senada
Kal3. Menurut Wakil ketua Fraksi Parafrase Who, Koherensi Jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
Par7 Hanura Syarifudin Sudding,
pihaknya mendukung
penetapan.
How,
What
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Kal1.
Par8
Bahkan, sekjen PDIP–Tjahjo
Kumolo mengatakan,
keistimewaan Yogyakarta
telah menyatu dengan
sejarah Negara Kesatuan RI.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
menyatu
Kal2.
Par8
”Kami mendukung
penetapan. Namun, Sultan
Hamengku Buwono X juga
harus memosisikan diri
sebagai gubernur dan Sultan
untuk semua masyarakat
Yogyakarta, ”katanya seraya
menyatakan bahwa
fungsionaris PDI–P telah
bertemu Sultan.
Kutipan How,
What,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
memosisikan,
fungsionaris
Kal1.
Par9
Tjahjo mengingatkan,
pemerintah tidak
mendelegitimasi kekuasaan
Sultan.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
mendelegitimasi
Kal2.
Par9
Ia menengarai, ada faktor
tertentu yang mendorong
pemerintah pusat
menggulirkan wacana
gubernur dipilih langsung
Parafrase Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Leksikon:
menggulirkan
, wacana,
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
dalam RUU itu. Kata ganti
orang
Kal1.
Par10
Soal gubernur utama, kata
Gamawan Fauzi, hanya
istilah yang diusulkan
pemerintah untuk Sultan
yang mempunyai beberapa
kewenangan dalam
pemerintahan.
Parafrase What,
Who,
How
Koherensi
Pembeda,
kalimat
tak
langsung
Kal2.
Par10
“Apa istilah yang cocok,
coba tawarkan kepada
kami,” katanya.
Kutipan What Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Kal1.
Par11
”Kami menyebutkan dengan
gubernur utama atau nama
lain, dengan mempunyai
sejumlah kewenangan,
seperti memberikan arahan
tentang APBD, perda harus
mendapat persetujuan Sultan
sebagai gubernur utama.
Belum lagi ada kewenangan
hak–hak protokol seperti
inspektur upacara dan
melantik bupati/walikota.
Ditambah lagi hak– hak
istimewa Sultan berdasarkan
tradisi,”ujarnya.
Kutipan Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
kata ganti
orang,
Kata ganti
tak tentu
Leksikon:
protokol,
tradisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
Kal1.
Par12
Menyangkut posisi
gubernur, kata Gamawan
Fauzi, kewenangannya di
luar milik gubernur utama.
Parafrase What,
Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
posisi
Kal2.
Par12
”Gubernur seperti umumnya
kemudian dikurangi
kewenangan –kewenangan
yang dialihkan kepada
Sultan,” ungkap Mendagri.
Kutipan Who,
How
Kalimat
langsung,
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
tak tentu
Kal1.
Par13
Namun, sejumlah elemen
masyarakat DIY menolak
konsep gubernur utama.
Latar Who,
How,
What
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
elemen,
konsep,
Singkatan
Kal2.
Par13
”Gubernur cukup satu saja,
yang diangkat melalui
mekanisme penetapan
sesuai aspirasi warga,” kata
Wakil Ketua DPRD DIY
Janu Ismadi.
Kutipan How,
What,
Who
Kalimat
langsung,
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
mekanisme,
aspirasi, Label
jabatan
Kal1.
Par14
Sementara itu, Paguyuban
Lurah Se–Kabupaten
Gunung Kidul (Semar) yang
beranggotakan 3.015 lurah
mengibarkan 15.000 bendera
lambang Keraton
Yogyakarta.
Latar Who,
How,
What
Detail,
Koherensi
Pembeda
Singkatan
Kal2. Ketua paguyuban Semar Parafrase, Who, Koherensi Label jabatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Par14 yang juga Lurah Siraman,
Wonosari, Suparno
mengatakan, bendera putih
merupakan tanda berkabung
karena status Yogyakarta
terkatung–katung.
Penutup What,
How
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
pengandaian
Sumber : Berita 1, tema Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY
Pada tema Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY, harian
Kompas mengangkat judul Setgab Terpecah soal Yogyakarta. Dari unsur
sintaksis, judul berita yang dipilih Kompas ini nampak terlihat bahwa Kompas
ingin menyampaikan fakta di lapangan, dengan mengemas berita melalui sudut
pandang dari para parpol anggota setgab, dimana Kompas ingin menunjukkan
temuannya bahwa ada diametral atau perbedaan pandangan dan sikap dari parpol
anggota setgap tersebut tentang DIY, yang coba diperjelas Kompas dengan
pemilihan leksikon: terpecah yang artinya terbagi atau terbelah. Hal itu diperkuat
pula dengan pemilihan kickers yang berbunyi Konsep Gubernur Utama
Ditolak, kickers ini menggunakan leksikon: konsep untuk menegaskan bahwa
status Sultan ditempatkan sebagai gubernur utama masih sebatas rancangan
pemerintah, sedangkan leksikon: ditolak dipakai untuk mengungkapkan bahwa
hal tersebut mendapat pertentangan dan ketidaksetujuan dari beberapa parpol
anggota Setgab. Selain itu, dalam lead yang merupakan rangkuman inti berita,
Kompas berusaha menarik perhatian pembacanya dengan lebih detail
menyebutkan bahwa ada enam parpol yang berbeda pandangan dengan
pemerintah. Berikut bunyi lead tersebut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
JAKARTA, KOMPAS–Enam partai politik anggota Sekretariat Gabungan Partai Politik Pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata terpecah menyikapi Rancangan Undang–Undang Keistimewaan Yogyakarta.(Lihat Tabel 13, Kalimat 1.Paragraf 1)
Dalam tubuh berita sendiri, Kompas memberikan kutipan pendapat dari masing-
masing perwakilan keenam partai anggota setgab tersebut, baik melalui kutipan
langsung maupun dengan menggunakan parafrase.
Unsur skrip, dalam berita ini hanya ada empat unsur 5W +1H yang
dipenuhi oleh Kompas, yaitu: Who , What , When , Where , dan How ,
sedangkan unsur Why tidak ditemui dalam berita ini. Unsur pembentuk berita
didominasi oleh unsur Who dan What.
Unsur tematik, terdapat satu tema yang dipilih Kompas untuk diangkat
dalam berita ini, yaitu perpecahan pendapat anggota setgab menjadi dua, antara
suara yang pro penetapan dengan yang pro pemilihan.
Unsur retoris, dalam menonjolkan pemberitaannya Kompas memilih
menggunakan grafis berupa kutipan pendapat dari perwakilan masing-masing
partai anggota setgab dalam bentuk tabel yang diberi judul Suara dari Senayan,
dengan sisipan logo Pemprop DIY.
Dari paparan tersebut diatas, dapat dilihat bahwa Kompas dalam berita
ini menggunakan dominasi sudut pandang /angel pemberitaan dari anggota setgab,
dengan menonjolkan pendapat para anggota setgab sebagai narasumber
mayoritas, tetapi tetap coba disertai pula oleh Kompas dengan beberapa
koherensi, berupa: koherensi penjelas; dari paparan pendapat Mendagri Gamawan
Fauzi, koherensi pembeda; dari pendapat Ketua DPRD DIY, Janu Ismadi, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
penggunaan koherensi sebab-akibat; melalui pendapat Suparno selaku Ketua
Paguyuban Semar. Hal tersebut menandakan bahwa Kompas tetap mencoba
mengcover pihak-pihak yang punya kompetensi, bukan hanya pihak yang pro
tetapi pihak yang kontra pun juga coba dicover. Hasil analisis dengan membagi
elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang
pernah ada tentang kampanye cawali dan cawawali dalam pilkada Solo.55
B. FRAME BERITA DI KORAN TEMPO
Koran Tempo dalam pemberitaannya seputar keistimewaan DIY pada
edisi Desember 2010 - Januari 2011 menurunkan sebanyak 89 berita, yang
terbagi ke dalam beberapa rubrik seperti yang terlihat pada daftar di bawah ini:
Tabel 14. Daftar Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Koran
TEMPO Edisi Desember 2010 – Januari 2011
NO. Judul Berita Rubrik Hari & Tanggal
1. Yogyakarta Gulirkan Referendum Headline, Nusa Rabu, 1 Desember 2010
2. Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu
Referendum
Nasional Rabu, 1 Desember 2010
3. Yogyakarta Satu-satunya Daerah
Istimewa
Nusa Rabu, 1 Desember 2010
4. Silakan Yogya Gelar Referendum Headline,
Nasional
Kamis, 2 Desember 2010
5. Usulan Pemerintah Tetap
GUBERNUR YOGYA DIPILIH
Headline,
Nasional
Jumat, 3 Desember 2010
55 Eni Widiastuti, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
6. Presiden: Sultan Tetap yang
Terbaik
Nasional Jumat, 3 Desember 2010
7. Pendukung Sultan Masih Tuntut
Permintaan Maaf
Nusa Jumat, 3 Desember 2010
8. Presiden Dinilai Cuma Redakan
Ketegangan
Nasional Jumat, 3 Desember 2010
9. Dukungan Mengalir dari
Malioboro hingga Pasundan
Nasional Jumat, 3 Desember 2010
10. KONTROVERSI MONARKI
YOGYAKARTA Warga
Yogyakarta Dirikan Posko Relawan
Siap Mati
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 3 Desember 2010
11. Pembahasan Soal Yogya Diusulkan
Ditunda
Nasional Sabtu, 4 Desember 2010
12. SOAL KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA ” 71 Persen Warga
Ingin Pemilihan”
Nasional Minggu, 5 Desember 2010
13. Adik Sultan Siap Mundur dari
Demokrat
Nusa Minggu, 5 Desember 2010
14. PDIP Siap Boikot Pemilihan
Kepala Daerah
Berita Utama –
Jateng
Senin, 6 Desember 2010
15. Masyarakat NTT Dukung
Penetapan
Berita Utama –
Jateng
Senin, 6 Desember 2010
16. Keraton Yogya Curiga Survei
Direkayasa
Nusa Senin, 6 Desember 2010
17. Partai Demokrat Abaikan
Ancaman Pangeran Yogya
Nusa Senin, 6 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
18. Keraton Cirebon Minta Yogya
Tetap Istimewa
Nusa Senin, 6 Desember 2010
19. Yudhoyono Minta Prabukusumo
Tetap di Partai Demokrat
Berita Utama –
Jateng
Rabu, 8 Desember 2010
20. Sultan dijadikan Gubernur Utama Nusa Rabu, 8 Desember 2010
21. Survei Tandingan Disebar Berita Utama –
Jateng
Kamis, 9 Desember 2010
22. Pangeran Yogya Tinggalkan
Demokrat
Nasional Kamis, 9 Desember 2010
23. Jabatan Gubernur Utama Dikritik Nasional Kamis, 9 Desember 2010
24. GEGER PARTAI DEMOKRAT
YOGYAKARTA Pengunduran Diri
Prabukusumo Diikuti Dua
Pengurus Partai Demokrat
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 10 Desember 2010
25. Anas Yakin Demokrat Eksis Tanpa
Pangeran
Nasional Jumat, 10 Desember 2010
26. RAPAT PARIPURNA DPRD
TENTANG KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA DPRD Tidak
Mengundang Sultan
Berita Utama –
Jateng
Sabtu, 11 Desember 2010
27. Menteri Paparkan RUU Yogya ke
Setgab Koalisi
Nasional Sabtu, 11 Desember 2010
28. Keputusan Prabu Kusumo
Disesalkan Adiknya
Nusa Sabtu, 11 Desember 2010
29. Warga Yogya Akan Turun ke Jalan Nusa Minggu, 12 Desember 2010
30. DPD Demokrat Gamang Berita Utama – Senin, 13 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
Jateng
31. Mayoritas Responden Dukung
Penetapan Sultan
Berita Utama –
Jateng
Senin, 13 Desember 2010
32. Angelina Sondakh Dianggap siap
Pasang Badan
Nasional Senin, 13 Desember 2010
33. Massa Akan Penuhi DPRD DIY Nasional Senin, 13 Desember 2010
34. Sama-sama Survei, Hasil
Berkesebalikan
Nasional Senin, 13 Desember 2010
35. SIDANG PLENO DPRD
YOGYAKARTA Partai Demokrat
Dihujat Massa Pendukung
Penetapan
Berita Utama –
Jateng
Selasa, 14 Desember 2010
36. Dewan Tak Undang Sultan Hadiri
Rapat Paripurna
Berita Utama –
Jateng
Selasa, 14 Desember 2010
37. DPRD Yogyakarta Melawan
Pemerintah
Nasional Selasa, 14 Desember 2010
38. Putusan Paripurna DPRD DIY
Terganjal Reses DPR
Berita Utama –
Jateng
Rabu, 15 Desember 2010
39. Presiden Minta Warga Yogya
Berpikir Jernih
Nasional Rabu, 15 Desember 2010
40. Rektor UGM Tawarkan Mediasi
Sultan dengan Presiden
Berita Utama –
Jateng
Kamis, 16 Desember 2010
41. Pernyataan Bekas Rektor UGM
tentang Pendukung Sultan Dikecam
Berita Utama –
Jateng
Kamis, 16 Desember 2010
42. Rektor UGM Tawarkan Jadi
Mediator Soal Yogyakarta
Nasional Kamis, 16 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
43. KONTROVERSI PENETAPAN
SULTAN SEBAGAI GUBERNUR
Sultan Setuju Penyamaan Persepsi
dengan Presiden
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 17 Desember 2010
44. Pakar UGM Terbelah Soal
Penetapan Sultan
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 17 desember 2010
45. Demokrat DIY Siapkan Enam
Bakal Calon
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 17 Desember 2010
46. Dewan Perwakilan Daerah Cari
Masukan Warga
Berita Utama –
Jateng
Sabtu, 18 Desember 2010
47. Pemerintah Tak Pernah Ajak
Bicara
Berita Utam –
Jateng
Sabtu, 18 Desember 2010
48. Setgab Koalisi Bentuk Tim Melobi
Sultan
Metro Sabtu, 18 Desember 2010
49. BURSA CALON KETUA
DEMOKRAT DIY Akan Muncul
Calon Kuat pada Menit Akhir
Berita Utama –
Jateng
Senin, 20 Desember 2010
50. Tato untuk Keistimewaan Ekonomi dan
Bisnis
Senin, 20 Desember 2010
51. KILAS Keistimewaan Yogyakarta
Masuk Ruang Kagama
Berita Utama –
Jateng
Senin, 20 Desember 2010
52. Giliran Pemuka Agama Dukung
Penetapan Sultan Sebagai
Gubernur
Berita Utama –
Jateng
Selasa, 21 Desember 2010
53. MUSYAWARAH DAERAH
DEMORAT Belum Ada Pernyataan
Dukungan bagi Bakal Calon
Berita Utama –
Jateng
Rabu, 22 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
54. Pendukung Sultan Menggelar
Protes pada Pertemuan Partai
Demokrat
Berita Utama –
Jateng
Kamis, 23 Desember 2010
55. KISRUH YOGYAKARTA
Presiden–Sultan Bertemu Empat
Mata
Nasional Kamis, 23 Desember 2010
56. Kawulo Ngayugyokarto Turut
Ikhlasul Amal Minta Maaf
Berita Utama –
Jateng
Kamis, 23 Desember 2010
57. Ketika Raja Blusukan di
Perkampungan
Berita Utama –
Jateng
Senin, 27 Desember 2010
58. Partai Politik Ajak Sultan
Berdialog
Berita Utama –
Jateng
Selasa, 28 Desember 2010
59. Warga DIY Berikrar Dukung
NKRI dan Penetapan
Berita Utama –
Jateng
Kamis, 30 Desember 2010
60. Partai Koalisi Dinginkan Polemik
Yogyakarta
Nasional Senin, 3 Januari 2011
61. Mendagri Menyoal Bendera
Setengah Tiang Wali Kota
Berita Utama –
Jateng
Selasa, 4 Januari 2011
62. MEMPERINGATI PERPINDAHAN
IBU KOTA RI Yogyakarta Gelar
Kirab Budaya
Berita Utam –
Jateng
Selasa, 4 Januari 2011
63. Istana Siap Hadapi Gugatan Warga
Yogya
Nasional Selasa, 4 Januari 2011
64. Dalam Balutan Panji Keraton
Ngayogyakarta
Berita Utama –
Jateng
Rabu, 5 Januari 2011
65. Massa Pro – Penetapan Diminta
Tak Anarkistis
Berita Utama –
Jateng
Rabu, 5 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
66. Foto Eksklusif Bung Karno dan
Hamengku Buwono IX
Berita Utama –
Jateng
Rabu, 5 Januari 2011
67. DPRD Sleman Dukung Opsi
Penetapan
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 7 Januari 2011
68. Molotov di Rumah Ketua
Paguyuban Lurah
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 7 Januari 2011
69. Kalah Voting Penetapan, Maju ke
Mahkamah Konstitusi
Berita Utama –
Jateng
Sabtu, 8 Januari 2011
70. KILAS Ratusan Penyair Baca Puisi
Istimewa
Berita Utama –
Jateng
Sabtu, 8 Januari 2011
71. Nasi Bungkus Raksasa Istimewa Berita Utama –
Jateng
Sabtu, 8 Januari 2011
72. RUU Yogyakarta Diusulkan
Dibahas di Panja
Nasional Rabu, 12 Januari 2011
73. Paripurna Dewan tanpa Pandangan
Umum
Berita Utama –
Jateng
Kamis, 13 Januari 2011
74. FRAKSI DEMOKRAT DEWAN
KOTA YOGYAKARTA DUKUNG
PENETAPAN
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 14 Januari 2011
75. Demokrat Kota Yogyakarta
Diadukan ke Pusat
Berita Utama –
Jateng
Sabtu, 15 Januari 2011
76. Tyasno: TNI Harus Dukung
Keistimewaan DIY
Berita Utama –
Jateng
Senin, 17 Januari 2011
77. Sepuluh Wajah SBY Berita Utama –
Jateng
Senin, 17 Januari 2011
78. RUUK DIY Sultan Tunggu Berita Utama – Kamis, 20 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Panggilan Panitia DPR Jateng
79. Pemerintah Diminta Tarik
Rancangan Undang-Undang Yogya
Nasional Kamis, 20 Januari 2011
80. RUUK DIY Komisi II Akan
Jadikan Paugeran Keraton Sebagai
Acuan
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 21 Januari 2011
81. KILAS Pemerintah Tolak
Penarikan Rancangan Undang –
Undang Yogyakarta
Nasional Jumat, 21 Januari 2011
82. Joyokusumo : Sultan Diturunkan
Jika Bersalah
Berita Utama –
Jateng
Selasa, 25 Januari 2011
83. RANCANGAN UNDANG –
UNDANG YOGYAKARTA DPR
Targetkan Rampung April
Nasional Selasa, 25 Januari 2011
84. Prabukusumo : Sultan Boleh
Tunjuk Pengganti
Berita Utama –
Jateng
Rabu, 26 Januari 2011
85. KILAS Pemerintah Pertahankan
Konsep Parardya
Nasional Rabu, 26 Januari 2011
86. Pemerintah Ngotot Gubernur
Yogya Harus Dipilih
Nusa Kamis, 27 Januari 2011
87. RUU KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA Keraton Tanggapi
Dingin Usulan Pemerintah
Berita Utama –
Jateng
Jumat, 28 Januari 2011
88. RUU KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA Ichlasul Amal :
Jika Penetapan Jangan Hanya Cek
Kosong
Berita Utama –
Jateng
Sabtu, 29 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
89. Sultan Tidak Kebal Hukum Berita Utama –
Jateng
Senin, 31 Januari 2011
Sumber : Koran Tempo
Dari beberapa berita yang disajikan oleh Koran Tempo pada periode
Desember 2010 – Januari 2011 di atas, Peneliti kemudian mengelompokkan
berita-berita tersebut ke dalam tema pokok sesuai dengan kategori masalah,
seperti yang dilakukan pada analisis berita di Harian Kompas sebelumnya guna
mempermudah proses analisis data. Pengelompokan tema didasarkan pada isu
yang dianggap paling penting, yang menjadi masalah utama, dan mendapat porsi
besar dalam pemberitaan. Peneliti membaginya kedalam 5 tema besar, yakni:
Usul Referendum, RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah, Survei
Mengenai Keistimewaan Yogyakarta, Sikap Setgab Terkait RUU
Keistimewaan Yogyakarta, Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai
Demokrat Terkait Isu Keistimewaan Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih
jelasnya dapat dilihat pada daftar pengelompokan berita di bawah ini:
Tabel 15. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada
Koran TEMPO Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema
Pokok sesuai Kategori Masalah
NO. TEMA Judul Berita Rubrik Hari &
Tanggal
1. Usul Referendum a. Yogyakarta
Gulirkan
Referendum
Headline,
Nusa
Rabu, 1
Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
b. Pemerintah
Berhati-hati Sikapi
Isu Referendum
Nasional Rabu, 1
Desember 2010
c. Silakan Yogya
Gelar Referendum
Headline,
Nasional
Kamis, 2
Desember 2010
2. RUU Keistimewaan
Yogyakarta Versi
Pemerintah.
a. Usulan Pemerintah
Tetap GUBERNUR
YOGYA DIPILIH
Headline,
Nasional
Jumat, 3
Desember 2010
b.. Sultan dijadikan
Gubernur Utama
Nusa Rabu, 8
Desember 2010
c. Pemerintah Ngotot
Gubernur Yogya
Harus Dipilih
Nusa Kamis, 27
Januari 2011
3. Survei Mengenai
Keistimewaan Yogyakarta
a. SOAL
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA
”71 Persen Warga
Ingin Pemilihan”
Nasional Minggu, 5
Desember 2010
b. Keraton Yogya
Curiga Survei
Direkayasa
Nusa Senin, 6
Desember 2010
c. Survei Tandingan
Disebar
Berita
Utama –
Jateng
Kamis, 9
Desember 2010
d. Mayoritas
Responden Dukung
Penetapan Sultan
Berita
Utama –
Jateng
Senin, 13
Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
e. Sama-sama Survei,
Hasil
Berkesebalikan
Nasional Senin, 13
Desember 2010
3. Sikap Setgab Terkait
RUU Keistimewaan DIY
a. Setgab Koalisi
Bentuk Tim Melobi
Sultan
Metro Sabtu, 18
Desember 2010
4. Mundurnya GBPH
Prabukusumo dari Partai
Demokrat Terkait Isu
Keistimewaan DIY
a. Pangeran Yogya
Tinggalkan
Demokrat
Nasional Kamis, 9
Desember 2010
Sumber : Koran Tempo
1. Analisis Teks Berita dengan Tema Usul Referendum
a) Berita 1
Elemen struktur berita pilihan pertama di Koran Tempo mengenai Usul
Referendum adalah berita dengan judul Yogyakarta Gulirkan Referendum yang
terbit pada edisi Rabu, 1 Desember 2010.
Tabel 16. Analisis Berita dengan Judul Yogyakarta Gulirkan Referendum
Koran TEMPO (Rabu, 1 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Yogyakarta Gulirkan
Referendum
Headline What Huruf dicetak
tebal dan
diberi warna
putih dan
merah,
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
Gulirkan
“Usulan itu terlalu jauh” Kickers What terdapat grafis
wajah Sultan
Hamengku
Buwono X,
juga terdapat
grafis yang
berisi risalah
perdebatan
soal jabatan
gubernur
DIYyang
diberi tajuk
“Yogyakarta,
Riwayatmu
Kini”,
Leksikon:
Usulan
Kal1.
Par1
Jakarta – Berbagai lapisan
masyarakat di Yogyakarta
menginginkan referendum
(jajak pendapat) guna
menyelesaikan kisruh
dengan pemerintah pusat
mengenai cara penentuan
gubernur dan wakilnya di
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Lead Where,
Who,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
kisruh
Kal2. Proses ini diharapkan Latar What, Koherensi Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
Par1 menjadi alternatif terakhir
untuk menuntaskan
kontroversi itu.
How Penjelas alternatif,
kontroversi
Kal1.
Par2
"Referendum (adalah)
sebagai bukti kemauan
rakyat Yogya," kata Blasius
Haryadi, warga Kota
Yogyakarta, kemarin.
Kutipan What,
How,
Who,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
bukti,
kemauan
Kal2.
Par2
Tri Haryanto, warga
lainnya, sepakat dengan
Blasius. Dia menegaskan,
kalau Gubernur DIY dipilih
lewat proses pemilihan
umum, tak ada gunanya
Yogyakarta disebut daerah
istimewa.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
proses, tak
ada gunanya
Kal1.
Par3
Tri menyatakan
kejengkelannya terhadap
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, yang
menuding Yogyakarta
menganut monarki.
Parafrase Who,
What,
How
Leksikon:
kejengkelannya,
menuding,
menganut,
monarki
Kal2.
Par3
"Itu dilontarkan pada saat
Yogya terkena bencana.
Kok tak memikirkan
perasaan rakyat Yogya."
Kutipan How Kalimat
langsung
Leksikon:
dilontarkan
Kal1.
Par4
Sebelumnya, Ketua
Paguyuban Dukuh se-DIY
(Semar Sembogo) Sukiman
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kata ganti
Koherensi
Penjelas,
Singkatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
Hadiwiyoyo mengatakan
akan digelar sidang rakyat
untuk mendukung
penetapan Sultan sebagai
gubernur.
jumlah Label jabatan
Kal2.
Par4
"Jika pemerintah pusat tetap
mengadakan pemilihan,
rakyat akan memboikot,"
kata dia.
Kutipan How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
memboikot
Kal3.
Par4
Jajaran perangkat desa
yang tergabung dalam
Parade Nusantara Daerah
Istimewa Yogyakarta
sebelumnya juga
menyatakan perlunya jajak
pendapat.
Parafrase Who, How Koherensi
Pembeda
Leksikon:
Jajaran
Kal1.
Par5
Sri Sultan Hamengku
Buwono X kemarin tak
bersedia berkomentar.
Latar Who, How Koherensi
Pembeda
Kal2.
Par5
"Saya serahkan sepenuhnya
kepada rakyat," kata Sultan.
Kutipan How Kalimat
langsung
Kal1.
Par6
Reaksi rakyat Yogyakarta
itu dipicu oleh pernyataan
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bahwa sistem
pemerintahan di Yogyakarta
tak mungkin monarki,
Latar What,
Who, Why
Koherensi
Sebab-
Akibat
Leksikon:
Reaksi, dipicu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
karena hal itu bertabrakan
dengan konstitusi dan nilai
demokrasi.
Kal2.
Par6
Selama ini kepala daerah di
Yogyakarta memang
menjabat berdasar
penetapan, yakni Sultan
sebagai Gubernur dan Paku
Alam sebagai wakilnya.
Latar How,
Where,
Who,
Koherensi
pembeda
Kal1.
Par7
Sultan merespons dengan
menyatakan akan
menanggalkan jabatan
gubernur, "Kalau sekiranya
saya dianggap pemerintah
pusat menghambat proses
penataan DIY."
Parafrase,
Kutipan
Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Singkatan,
Leksikon:
merespons,
menanggalkan
Kal1.
Par8
Hubungan di antara
keduanya pernah memanas
kala Presiden Yudhoyono
mengatakan pemerintahan
di Yogyakarta seperti
ketoprak, pada 2008.
Latar What,
Who,
How,
Where,
When
Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon:
memanas,
Pengandaian
Kal1.
Par9
Ketua Mahkamah Konstitusi
Mahfud Md. memberi
penilaian soal usulan
referendum.
Parafrase Who,
What
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
usulan, Label
jabatan
Kal2.
Par9
"Ini terlalu jauh," kata dia. Kutipan How Kalimat
langsung,
Kata ganti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
orang
Kal3.
Par9
Alasannya, referendum tak
dikenal dalam konstitusi.
Parafrase How Koherensi
Penjelas,
kalimat
tak
langsung
Leksikon: tak
dikenal
Kal4.
Par9
Ia menyarankan agar warga
Yogyakarta membawa
aspirasi mereka untuk
dibahas oleh Presiden
dengan DPR.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
orang,
kalimat
tak
langsung
Leksikon:
aspirasi
Kal1.
Par10
Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi
menyatakan pemerintah
hati-hati menangani isu
referendum.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kata ganti
tak tentu,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
menangani,
isu, Label
jabatan
Kal2.
Par10
Ia menilai pernyataan
Presiden biasa saja dan tak
menunjukkan konflik
dengan Sultan.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
orang
Leksikon:
konflik
Kal1.
Par11
Antropolog dari Universitas
Gadjah Mada, Heddy Shri
Ahimsa Putra, mengatakan
Presiden tidak sensitif
terhadap hubungan Keraton
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Idiom: tidak
sensitif,
Leksikon:
simbol
budaya, Label
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
sebagai simbol budaya
dengan masyarakatnya.
jabatan
Kal2.
Par11
"Kalau berkaitan dengan
identitas budaya, orang
berani mati."
Kutipan,
Penutup
How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
identitas
budaya,
Idiom: berani
mati
Sumber : Berita 1, tema Usul Referendum
b) Berita 2
Elemen struktur berita pilihan kedua di Koran Tempo mengenai Usul
Referendum adalah berita dengan judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu
Referendum yang terbit pada edisi Rabu, 1 Desember 2010.
Tabel 17. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu
Referendum
Koran TEMPO (Rabu, 1 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Pemerintah Berhati-hati
Sikapi Isu Referendum
Headline Who,
What
Huruf dicetak
tebal, Leksikon:
Berhati-hati,
Isu, terdapat
foto spanduk
tuntutan
referendum
masyarakat
Yogyakarta,
karya fotografer
Antara/Wahyu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
Putro, Juga
grafis bertajuk
Pasal Panas
Aturan
Keistimewaan
Yogyakarta.
Semua berawal dari friksi
Presiden dengan Sultan.
Kickers What,
Who
Leksikon: friksi
Kal1.
Par1
Jakarta -- Pemerintah
menyatakan akan berhati-
hati dalam menyikapi
desakan referendum bagi
warga Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dipicu
oleh tata cara pemilihan
gubernur.
Lead Where,
Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
Berhati-hati,
desakan,
dipicu, tata
cara
Kal1.
Par2
Rancangan Undang-
Undang Keistimewaan
Yogyakarta yang kini
sedang digodok bisa
mengubah tata cara
pemilihan Gubernur
Yogyakarta, yang selama
ini selalu dijabat oleh raja.
Latar What,
How,
Who
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
digodok, tata
cara
Kal2.
Par2
Pembahasan ini semakin
memanas setelah Presiden
Susilo Bambang
Yudhoyono mengeluarkan
pernyataan soal itu.
Latar What,
How
Koherensi
Sebab-
akibat
Leksikon:
memanas, soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
Kal1.
Par3
"Antara Presiden dan
Sultan (Hamengku
Buwono X) hanya
mengenai pembahasan
hukum sebenarnya," kata
Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi seusai
rapat dengan Komisi II
(Pemerintahan Dalam
Negeri) Dewan Perwakilan
Rakyat di gedung DPR,
Jakarta, kemarin.
Kutipan Who,
How,
What,
Where,
When
Kalimat
langsung
Kal1.
Par4
Menurut dia, pemerintah
memikirkan masalah ini
secara menyeluruh untuk
semua wilayah.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Kal2.
Par4
"Kalau ada suatu provinsi
minta hal yang sama,
apakah diakomodasi itu?"
Gamawan bertanya.
Kutipan How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kalimat
tanya
Leksikon:
diakomodasi
Kal3.
Par4
Dia menegaskan, aturan
yang akan dibuat juga
bukan hanya untuk Sri
Sultan Hamengku Buwono
X, tapi juga bagi sultan-
sultan berikutnya.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
orang,
Kata ganti
tak tentu
Kal4.
Par4
Pemerintah pun tak pernah
mempermasalahkan
penetapan Sultan X sebagai
gubernur.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Kal1.
Par5
Desakan referendum
muncul lantaran rancangan
undang-undang yang
diajukan ke DPR sejak
2008 tak kunjung tuntas.
Latar How,
When
Koherensi
Sebab-
Akibat
Leksikon: tak
kunjung tuntas
Kal2.
Par5
Persoalannya ada pada cara
pemilihan gubernur dan
wakilnya.
Latar How Koherensi
Penjelas
Kal3.
Par5
Sebagian partai
menginginkan gubernur
dipilih langsung, agar lebih
demokratis seperti daerah
lain.
Latar Who,
How
Kal4.
Par5
Tapi mayoritas rakyat
Yogyakarta ingin Sultan
otomatis menjadi
gubernur, sebagai bentuk
keistimewaan provinsi itu.
Latar Who,
How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
mayoritas,
otomatis
Kal1.
Par6
Situasi memanas setelah
pada Jumat pekan lalu
Presiden Susilo Bambang
Latar How,
When,
Who,
Koherensi
Sebab-
Akibat
Leksikon:
memanas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
214
Yudhoyono mengatakan
sistem pemerintahan di
Yogyakarta tak mungkin
monarki.
What
Kal2.
Par6
"Tidak mungkin ada sistem
monarki, yang
bertabrakan dengan
konstitusi dan nilai
demokrasi," ucapnya.
Kutipan How Kalimat
langsung,
Koherensi
Sebab-
Akibat
Leksikon:
bertabrakan
Kal3.
Par6
Muncullah ide jajak
pendapat untuk mengetahui
aspirasi seluruh warga
Yogyakarta.
Latar What,
How
Koherensi
Sebab-
Akibat
Leksikon: ide,
aspirasi
Kal4.
Par6
Spanduk dan pamflet berisi
kritik terhadap pemerintah
pusat dan desakan
referendum meluas di
Yogyakarta.
Latar What,
How,
Where
Koheensi
Penjelas
Leksikon:
desakan
Kal1.
Par7
Gamawan menjelaskan,
Yogyakarta memiliki tujuh
keistimewaan dalam
rancangan undang-undang,
enam di antaranya
disepakati oleh Komisi II
dan pemerintah tahun lalu.
Parafrase Who,
What,
How,
When
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Kal2.
Par7
Satu keistimewaan yang
masih alot dibahas adalah
tentang cara pemilihan
kepala daerah.
Parafrase How Koherensi
Penjelas
Leksikon: alot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
215
Kal3.
Par7
Konstitusi mengamanatkan
kepala daerah dipilih
pemerintah.
Parafrase How Koherensi
Penjelas
Kal1.
Par8
Sejumlah politikus
berharap isu referendum
yang menghangat di
Yogyakarta tak serius.
Latar Who,
How,
What,
Where
Koherensi
Pembeda
Leksikon: isu,
menghangat,
tak serius
Kal2.
Par8
Wakil Ketua Komisi II
Ganjar Pranowo menilai
isu ini hanya sindiran buat
Presiden.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon: isu,
sindiran, Label
jabatan
Kal3.
Par8
"Pemerintah harus bisa
meredam dengan cara
yang baik pula," ujar
politikus PDI Perjuangan
ini.
Kutipan Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
meredam
Kal4.
Par8
"Agar tak menjadi
polemik, dan referendum
akan diartikan lain."
Kutipan How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
polemik, Idiom:
diartikan lain
Kal1.
Par9
Lily Wahid dari Partai
Kebangkitan Bangsa
menilai Presiden tak pantas
menyampaikan pernyataan
yang memanaskan situasi.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
langsung
Leksikon:
memanaskan
situasi
Kal2.
Par9
"Tak ada yang bisa
menafikan kontribusi
Kutipan How Koherensi
Penjelas,
Leksikon:
menafikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
216
Yogyakarta dalam
pembentukan negara ini,"
katanya.
Kalimat
langsung
kontribusi
Kal1.
Par10
Gandung Pardiman dari
Golkar menginginkan agar
soal referendum
diselesaikan secara
kenegarawanan antara
Sultan dan Presiden.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
kenegarawanan
Kal2.
Par10
"Semua berawal dari friksi
di antara mereka," kata
bekas Ketua Golkar
Provinsi Yogyakarta ini.
Kutipan.
Penutup
How Kalimat
langsung
Leksikon: friksi
, Label jabatan
Sumber : Berita 2, tema Usul Referendum
c) Berita 3
Elemen struktur berita pilihan ketiga di Koran Tempo mengenai Usul
Referendum adalah berita dengan judul Silakan Yogya Gelar Referendum yang
terbit pada edisi Kamis, 2 Desember 2010.
Tabel 18. Analisis Berita dengan Judul Silakan Yogya Gelar Referendum
Koran TEMPO (Kamis, 2 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Silakan Yogya Gelar
Referendum
Headline What Huruf dicetak
tebal, diberi
warna hitam dan
merah, terdapat
grafis lambang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
Kraton
Yogyakarta dan
grafis gulungan
kertas berisi
sejarah
pembahasan
RUUK DIY
dengan tajuk
“Rancangan
Tak Kunjung
Rampung”.
Ini tantangan legal
masyarakat Yogyakarta
kepada pusat
Kickers What,
Who
Leksikon:
tantangan
legal,
terdapatkutipan
pendapat Sultan
HB X pada
September 2010
yang berbunyi:
“Daripada ribut
dan tak berani
memutuskan
pemilihan atau
penetapan,
kalau berani,ya,
referendum
saja.”
Kal1.
Par1
JAKARTA - Usulan
menggelar referendum
untuk menentukan
Lead Where,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
Usulan,
mekanisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
mekanisme pengangkatan
Gubernur Yogyakarta dan
wakilnya mendapat
dukungan sejumlah
politikus di Dewan
Perwakilan Rakyat.
Kal2.
Par1
Politikus Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera, Anis
Matta, mengatakan
referendum merupakan
jalan untuk menyelesaikan
polemik soal kepala
pemerintahan di provinsi
itu.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
polemik
Kal1.
Par2
"Referendum merupakan
tantangan legal dari
masyarakat Yogya, dan itu
menunjukkan keyakinan
mereka," kata Wakil Ketua
DPR itu.
Kutipan What,
Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
tantangan
legal, Label
jabatan
Kal1.
Par3
Sejawatnya, Teguh
Juwarno, Sekretaris Fraksi
Partai Amanat Nasional di
Dewan Perwakilan Rakyat,
menyatakan referendum
berguna untuk
mendengarkan aspirasi
warga Yogyakarta.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Label jabatan,
Leksikon:
aspirasi
Kal2. "Usulan ini perlu Kutipan How Koherensi Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
Par3 dipertimbangkan
pemerintah (pusat),"
ujarnya tadi malam.
Penejelas,
Kalimat
langsung
Usulan,
dipertimbangkan
Kal1.
Par4
Usulan untuk
melaksanakan referendum
memanas setelah, Jumat
lalu, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
melempar pernyataan
bahwa sistem yang akan
dianut dalam pemerintahan
Yogyakarta tidak mungkin
monarki.
Latar,
Parafrase
How,
What,
When,
Who
Koherensi
Sebab-
Akibat
Leksikon:
memanas
Kal2.
Par4
Sehari kemudian, Sultan
menyatakan kerisauannya
atas pernyataan Presiden
itu.
Latar How Koherensi
sebab-
akibat
Kal3.
Par4
Warga Yogyakarta
mengungkapkan hal
serupa.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
Kal4.
Par4
"Keinginan referendum
warga Yogya sudah sangat
ekspresif akibat lontaran
pernyataan SBY," kata
Wakil Ketua DPR dari
Fraksi PDI Perjuangan,
Pramono Anung.
Kutipan What,
Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
ekspresif,
lontaran,
Singkatan, Label
jabatan
Kal1.
Par5
Namun sejumlah politikus
Senayan lainnya menolak
Parafrase What Koherensi
Pembeda
Leksikon:
menolak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
usulan referendum. usulan
Kal2.
Par5
"Kalau Yogyakarta minta
referendum, bisa-bisa nanti
diikuti daerah lain," kata
Ketua Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan
Hasrul Azwar.
Kutipan What,
How,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
tak tentu
Label jabatan
Kal3.
Par5
Ida Fauziah dari Fraksi
Partai Kebangkitan Bangsa
dan Akbar Faizal dari
Fraksi Hati Nurani Rakyat-
-keduanya dari Komisi II,
yang membidangi masalah
pemerintahan--juga
menyatakan
ketidaksetujuannya.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Label jabatan
Kal1.
Par6
Pengamat politik lokal dan
otonomi daerah dari
Universitas Gadjah Mada,
Ari Dwipayana,
mengingatkan pemerintah
agar menimbang untung-
rugi usulan ini dengan
baik.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Pembeda
Idiom: untung-
rugi, Leksikon:
menimbang,
usulan, Label
jabatan
Kal2.
Par6
"Jika referendum jadi
dilakukan, akan
memberikan predikat
yang buruk bagi
pemerintahan," ujarnya.
Kutipan,
Penutup
How Kalimat
langsung
Leksikon:
predikat
Sumber : Berita 3, tema Usul Referendum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
Pada tema Usulan Referendum, terdapat tiga buah judul pilihan di
Koran Tempo antara lain Yogyakarta Gulirkan Referendum, Pemerintah
Berhati-hati Sikapi Isu Referendum, Silakan Yogyakarta Gelar Referendum.
Dari unsur sintaksis, ketiga berita tersebut sama-sama memilih menyematkan kata
Referendum yang memiliki arti penyerahan suatu persoalan kepada semua
anggota perkumpulan atau segenap rakyat, supaya diputuskan dengan
pemungutan suara umum, hal tersebut dilakukan karena tampaknya Koran
Tempo ingin fokus menonjolkan poin ini dalam paparan pemberitaan di tubuh
berita nantinya. Namun dari ketiga berita ini ternyata Koran Tempo memberikan
perbedaan sudut pandang/angel pemberitaan antara satu berita dengan berita yang
lainnya. Pada berita 1 berjudul Yogyakarta Gulirkan Referendum, Koran
Tempo mengambil sudut pandang mayoritas dari Masyarakat Yogyakarta, hal
tersebut tampak pada pemilihan kutipan dan parafrase mayoritas, berasal dari
beberapa masyarakat Yogyakarta seperti berikut:
"Referendum (adalah) sebagai bukti kemauan rakyat Yogya," kata Blasius Haryadi, warga Kota Yogyakarta, kemarin. Tri Haryanto, warga lainnya, sepakat dengan Blasius. Dia menegaskan, kalau Gubernur DIY dipilih lewat proses pemilihan umum, tak ada gunanya Yogyakarta disebut daerah istimewa. (Lihat Tabel 16, Kalimat 1 & 2. Paragraf 2)
Tri menyatakan kejengkelannya terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menuding Yogyakarta menganut monarki. "Itu dilontarkan pada saat Yogya terkena bencana. Kok tak memikirkan perasaan rakyat Yogya." (Lihat Tabel 16, Kalimat 1 & 2. Paragraf 3)
Sebelumnya, Ketua Paguyuban Dukuh se-DIY (Semar Sembogo) Sukiman Hadiwiyoyo mengatakan akan digelar sidang rakyat untuk mendukung penetapan Sultan sebagai gubernur. "Jika pemerintah pusat tetap mengadakan pemilihan, rakyat akan memboikot," kata dia. (Lihat Tabel 16, Kalimat 1 & 2. Paragraf 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
Dalam tubuh berita ini, Koran Tempo mencoba menguatkan argumen masyarakat
Yogya dengan menyertakan pula kutipan tanggapan Sultan mengenai isu
Keistimewaan DIY, sepertinya hal itu dimaksudkan Tempo agar pendapat rakyat
Yogya di bagian lead dan teras berita dikesankan ada faktor sebab-akibatnya.
Kickers berita sendiri, yang berbunyi “Usulan itu terlalu jauh” adalah inti
pendapat Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md, sebagai bentuk penilaian
beliau sebagai pihak yang mewakili pakar hukum konstitusional sebagai pembeda.
Sedang di bagian penutup berita, Koran Tempo memberi pemanis berita dengan
parafrase Mendagri Gamawan Fauzi dalam menyikapi usulan referendum.
Pada berita 2 lain lagi, pada judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu
Referendum ini, Koran Tempo mengambil mayoritas sudut pandang dari
Pemerintah, yang tampak pada kutipan dan parafrase dari Mendagri Gamawan
Fauzi sebagai wakil dari pemerintah :
"Antara Presiden dan Sultan (Hamengku Buwono X) hanya mengenai pembahasan hukum sebenarnya," kata Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi seusai rapat dengan Komisi II (Pemerintahan Dalam Negeri) Dewan Perwakilan Rakyat di gedung DPR, Jakarta, kemarin. (Lihat Tabel 17, Kalimat 1. Paragraf 3)
Menurut dia, pemerintah memikirkan masalah ini secara menyeluruh untuk semua wilayah. "Kalau ada suatu provinsi minta hal yang sama, apakah diakomodasi itu?" Gamawan bertanya. Dia menegaskan, aturan yang akan dibuat juga bukan hanya untuk Sri Sultan Hamengku Buwono X, tapi juga bagi sultan-sultan berikutnya. Pemerintah pun tak pernah mempermasalahkan penetapan Sultan X sebagai gubernur. (Lihat Tabel 17, Kalimat 1, 2, 3, & 4. Paragraf 4)
Sedangkan judul Silakan Yogyakarta Gelar Referendum mengambil
angel mayoritas dari para anggota dewan di DPR baik yang pro maupun yang
kontra :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
Politikus Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta, mengatakan referendum merupakan jalan untuk menyelesaikan polemik soal kepala pemerintahan di provinsi itu. "Referendum merupakan tantangan legal dari masyarakat Yogya, dan itu menunjukkan keyakinan mereka," kata Wakil Ketua DPR itu. (Lihat Tabel 18, Kalimat 2. Paragraf 1 & Kalimat 1. Paragraf 2)
Sejawatnya, Teguh Juwarno, Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional di Dewan Perwakilan Rakyat, menyatakan referendum berguna untuk mendengarkan aspirasi warga Yogyakarta. "Usulan ini perlu dipertimbangkan pemerintah (pusat)," ujarnya tadi malam. (Lihat Tabel 18, Kalimat 1& 2. Paragraf 3)
"Keinginan referendum warga Yogya sudah sangat ekspresif akibat lontaran pernyataan SBY," kata Wakil Ketua DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Pramono Anung. (Lihat Tabel 18, Kalimat 4. Paragraf 4)
"Kalau Yogyakarta minta referendum, bisa-bisa nanti diikuti daerah lain," kata Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Hasrul Azwar. Ida Fauziah dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa dan Akbar Faizal dari Fraksi Hati Nurani Rakyat--keduanya dari Komisi II, yang membidangi masalah pemerintahan--juga menyatakan ketidaksetujuannya. (Lihat Tabel 18, Kalimat 2 & 3. Paragraf 5)
Dibagian akhir berita, Koran Tempo memberikan kutipan dari pihak akademisi
sebagai pelengkap, yakni pengamat politik lokal dan otonomi daerah dari
Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, dimana dalam hal ini ia ditempatkan
sebagai pihak yang netral, guna memberikan pembeda dari paparan pandangan
beliau dengan pendapat pro dan kontra dari anggota DPR di bagian tubuh berita.
Perbedaan sudut pandang pemberitaan tersebut di atas, menggambarkan
bahwa Koran Tempo berusaha menerapkan prinsip berita berimbang dengan
meng-cover semua sudut pandangan dan pendapat dari pihak-pihak yang punya
kompetensi juga keterkaitan dengan isu ini.
Dari unsur skrip, ketiga berita di atas sudah memenuhi syarat kelayakan
berita dengan lengkapnya unsur 5W+1H di dalamnya, dengan paparan sebagai
berikut : Perwakilan masyarakat Yogyakarta, Mahfud Md (Pakar Hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
Konstitusional), Gamawan Fauzi (Perwakilan Pemerintah), beberapa anggota
DPR, Ari Dwipayana (pihak akademisi) (Who), Usulan Referendum (What),
meski tidak terlalu spesifik disebutkan tapi tertulis: jumat lalu; dan tahun 2008
(When), Jakarta (Where), Reaksi rakyat Yogyakarta dipicu oleh pernyataan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa sistem pemerintahan di Yogyakarta
tak mungkin monarki, karena hal itu bertabrakan dengan konstitusi dan nilai
demokrasi (Why), Muncul ide refrendum/ jajak pendapat untuk mengetahui
aspirasi seluruh warga Yogyakarta (How). Unsur yang paling banyak adalah unsur
How (Lebih jelasnya lihat Tabel 16, 17, dan 18 diatas)
Unsur Tematik, dalam berita ini Koran Tempo hanya mengambil satu
tema sebagai poin utama pemberitaan yaitu Usulan Referendum.
Unsur Retoris, dari ketiga pilihan berita di atas unsur retoris yang
menonjol adalah unsur grafis yang dipakai oleh Koran Tempo, pada berita 1
berjudul Yogya Gulirkan Referendum grafis yang dipakai adalah sketsa wajah
Sri Sultan Hamengku Buwono X disertai Tabel yang diberi judul: Yogyakarata,
Riwayatmu Kini, berisikan sejarah risalah perdebatan status Keistimewaan yang
diterima Yogyakarta, mulai dari 5 September 1945 sampai Oktober 2008. Pada
berita 2 berjudul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu Referendum, terdapat
foto spanduk tuntutan referendum masyarakat Yogyakarta, dan tabel yang
isinya menyebutkan pasal-pasal mana saja yang selama ini menjadi perdebatan
dalam penentuan mekanisme pengangkatan Gubernur DIY, dengan judul Pasal
Panas Aturan Keistimewaan Yogyakarta. Sedangkan pada berita 3 berjudul
Silakan Yogyakarta Gelar Referendum, terdapat logo kraton Yogyakarta dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
tabel berisi perjalanan pembahasan RUUK DIY dari tahun 2002 sampai tahun
2010, yang diberi judul Rancangan Tak Kunjung Rampung. Dari unsur retoris
yang berupa penonjolan grafis seperti disebut di atas, Koran Tempo sepertinya
berusaha memberi pemahaman pada pembacanya bahwa usulan referendum
yang diberitakan memiliki referensi dan acuan, yakni tiga hal yang
dipaparkan pada tabel di masing-masing berita di atas.
Sehingga dapat dilihat dari pembedahan ketiga berita bertema
referendum ini, Koran Tempo jelas menampilkan pemberitaan secara berimbang
dengan mencari sumber berita dari banyak pihak yang mempunyai keterkaitan dan
kompetensi akademik dalam menanggapi berita seputar isu keistimewaan DIY.
Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya
ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang sengketa tanah sriwedari
Solo.56
2. Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi
Pemerintah
a) Berita 1
Elemen struktur berita pilihan pertama di Koran Tempo mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita dengan judul Gubernur
Yogya Dipilih yang terbit pada edisi Jumat, 3 Desember 2010.
56 Danang Pidekso, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226
Tabel 19. Analisis Berita dengan Judul USULAN PEMERINTAH TETAP
GUBERNUR YOGYA DIPILIH
Koran TEMPO (Jumat, 3 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik Retoris
USULAN PEMERINTAH
TETAP GUBERNUR
YOGYA DIPILIH
Headline Who,
What
Leksikon:
Usulan, Tetap,
Dipilih, Huruf
dicetak tebal
diberi warna
hitam dan
merah, Diberi
foto yang
memperlihatkan
pertemuan
antara Presiden
dengan Sultan
Hamengku
Buwono saat
penyerahan
penghargaan
Satyalancana
Pembangunan
Pendidikan
dalam acara
Puncak
Peringatan Hari
Guru Nasional
2010 dan HUT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
227
Ke-65 PGRI,
dan grafis
lambang Kraton
Yogyakarta
disertai draf
RUUK versi
pemerintah
bertajuk
“Keistimewaan
Yogyakarta
Versi Baru”
Sultan tetap orang nomor
satu dengan sejumlah
kewenangan
Kickers Who,
What
Koherensi
Penjelas
Kal1.
Par1
JAKARTA - Pemerintah
berkukuh Gubernur
Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai
penyelenggara
pemerintahan harus dipilih
oleh rakyat.
Lead Where,
Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
berkukuh
Kal2.
Par1
Keputusan ini akan
dimasukkan dalam
Rancangan Undang-
Undang Keistimewaan
(RUUK) Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Lead What,
How
Koherensi
Penjelas
Singkatan
Kal1.
Par2
"Itu yang akan kita
matangkan dan ajukan ke
Kutipan What,
Who,
Kalimat
langsung
Leksikon:
matangkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
228
DPR," ujar Menteri
Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan
Djoko Suyanto seusai rapat
kabinet paripurna di Jakarta
kemarin.
Where Label jabatan
Kal1.
Par3
Djoko menyatakan
rumusan yang diambil
pemerintah berpijak pada
tiga hal, yakni keberadaan
Yogyakarta dalam lingkup
bingkai negara kesatuan,
menghormati keistimewaan
Yogyakarta, serta
menghargai asas
demokratisasi seperti
diamanatkan Undang-
Undang Dasar 1945.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
rumusan,
bingkai, asas
Kal2.
Par3
Dia menambahkan,
pemerintah akan terbuka
terhadap alternatif lain
yang muncul dari DPR.
Parafrase Who,
What,
How
Kata ganti
orang
Leksikon:
alternatif
Kal3.
Par3
"Di sana akan ada
diskursus, kompromi
politik, dan diskusi. Itu hal
yang wajar kita tampung,"
katanya.
Kutipan What,
How
Kalimat
langsusng
Leksikon:
diskursus,
Idiom:
kompromi
politik
Kal1.
Par4
RUUK Yogyakarta sudah
berada di tangan
Latar What,
How
Koherensi
Penjelas
Pengandaian,
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
229
pemerintah sejak 2002. When
Kal2.
Par4
Hingga saat ini, rancangan
itu tak kunjung ditetapkan
sebagai undang-undang.
Latar What,
How
Koherensi
penjelas
Idiom: tak
kunjung
Kal3.
Par4
Salah satu ganjalannya
adalah mekanisme
pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur--
apakah melalui pemilihan
atau penetapan.
Latar What,
Who,
Why
Koherensi
Sebab-
akibat
Leksikon:
ganjalannya,
mekanisme
Kal4.
Par4
Sejumlah politikus di
Senayan, di luar Fraksi
Partai Demokrat, setuju
pengangkatan Gubernur
dan Wakil Gubernur Yogya
melalui penetapan.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Kal1.
Par5
Menurut Menteri Dalam
Negeri Gamawan Fauzi,
pemerintah juga
memutuskan Sultan
Hamengku Buwono X dan
Paku Alam IX sebagai
orang nomor satu dan
tertinggi di Yogyakarta.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Idiom: orang
nomor satu,
Leksikon;
tertinggi, Label
jabatan
Kal2.
Par5
"Mengenai formulasi dan
kewenangan masing-
masing seperti apa, hal itu
masih akan dirumuskan,"
ujarnya pada kesempatan
Kutipan How Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
formulasi,
dirumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
230
yang sama.
Kal1.
Par6
Gamawan memberikan
gambaran ihwal
kewenangan Sultan sebagai
orang nomor satu di
wilayahnya.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
ihwal, Idiom:
orang nomor
satu
Kal2.
Par6
Antara lain ia memiliki
kewenangan memberi
persetujuan atas calon
Gubernur DIY dan
melantik bupati.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
orang
Singkatan
Kal3.
Par6
"(Sultan) orang nomor
satulah, dengan sejumlah
kewenangan," katanya.
Kutipan Who,
How
Kalimat
langsung
Idiom: orang
nomor satulah
Sumber : Berita 1, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah
b) Berita 2
Elemen struktur berita pilihan kedua di Koran Tempo mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita dengan judul Sultan
Dijadikan Gubernur Utama yang terbit pada edisi Rabu, 8 Desember 2010.
Tabel 20. Analisis Berita dengan Judul SULTAN DIJADIKAN GUBERNUR
UTAMA
Koran TEMPO (Rabu, 8 Desember 2010)
Kal.
Par
Preposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
SULTAN DIJADIKAN
GUBERNUR UTAMA
Headline Who, How Huruf dicetak
tebal
“Tugasnya sama saja, Kickers What Koherensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
231
hanya beda nama” Penjelas
Kal1.
Par1
JAKARTA –Kementerian
Dalam Negeri
merampungkan draf
Rancangan Undang-
Undang Keistimewaan
Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Lead Where,
Who,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
merampungkan
Kal2.
Par1
Dalam draf itu, Sultan
Hamengku Buwono X dan
Paku Alam, sebagai orang
nomor satu dan dua di
Yogyakarta, akan
ditempatkan sebagai
gubernur utama dan wakil
gubernur utama.
Lead Who, How Koherensi
penjelas
Idiom: orang
nomor satu dan
dua
Kal1.
Par2
Adapun di bawahnya ada
gubernur yang
menjalankan
pemerintahan.
Latar How Koherensi
penjelas
Kal2.
Par2
“Gubernur itu akan dipilih
langsung,” kata Menteri
Dalam Negeri Gamawan
Fauzi setelah memimpin
rapat bersama finalisasi
RUU tersebut di
kantornya, Senin lalu.
Kutipan,
Latar
Who,
What,
Where,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
finalisasi, Label
jabatan
Kal1.
Par3
Meski menjadi gubernur
utama, Sultan
Latar Who, How Koherensi
penjelas
Leksikon: satu
paket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
232
diperbolehkan mengikuti
pemilihan kepala daerah,
satu paket dengan Paku
Alam.
Kal2.
Par3
Jika Sultan ikut pilkada, ia
bisa maju otomatis tanpa
perlu diajukan oleh partai
politik ataupun
mengumpulkan 15 persen
suara seperti yang
disyaratkan UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Latar Who, How Detail,
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
otomatis
Kal3.
Par3
"Artinya, inilah
istimewanya Pak Sultan
dan Paku Alam,"
Gamawan menambahkan.
Kutipan Who,
What,
How
Kalimat
langsung,
Koherensi
penjelas
Leksikon:
istimewanya
Kal1.
Par4
Kerabat Keraton
Yogyakarta lainnya tak
boleh mengajukan diri.
Latar Who, How Koheensi
Penjelas
Kal1.
Par5
Pemerintah juga akan
meniadakan calon
perorangan kecuali calon
partai politik dan calon
gabungan partai politik.
Latar Who, How Koherensi
Penjelas
Leksikon:
meniadakan
Kal2.
Par5
"Tapi itu tergantung beliau
ingin jadi gubernur atau
tidak. Jika tidak, maka
calon yang maju berlaku
Kutipan How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
233
sesuai undang-undang,”
ujarnya.
Kata ganti
orang
Kal1.
Par6
Adapun kewenangan
Sultan sebagai gubernur
utama adalah, memiliki
hak protokoler dan
kedudukan keuangan,
memelihara nilai-nilai
budaya dan sosial
masyarakat Yogyakarta.
Latar What,
Who, How
Koherensi
penjelas
Kal2.
Par6
“Namun beliau tak berhak
memberhentikan gubernur,
karena gubernur pilihan
rakyat. Kedudukan Sultan
dan Paku Alam sama di
hadapan hukum,” ujarnya,
Kutipan How, Why Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
orang
Kal1.
Par7
Menurut Gamawan, sejauh
ini draf sudah selesai dan
akan diserahkan ke
Sekretariat Negara hari ini.
Parafrase Who,
What,
How,
When
Koherensi
Penjelas
Kal2.
Par7
“Namun apa yang kita
rumuskan belum tentu
disetujui Bapak Presiden,”
katanya.
Kutipan What,
How, Who
Kalimat
langsung,
Koherensi
penjelas,
Kata ganti
orang
Kal1.
Par8
Gamawan juga membantah
kabar bahwa survei yang
dilakukan pemerintah
Parafrase Who,
What,
How
Kata ganti
tak tentu
Leksikon:
rujukan, survei
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
234
menjadi satu-satunya
rujukan.
Kal2.
Par8
Pemerintah, katanya,
mempertimbangkan
amanat UUD 1945, sejarah
Yogya, prinsip demokratis,
dan pandangan sejumlah
pakar.
Parafrase Who, Why Detail,
Koherensi
penjelas
Kal1.
Par9
Hingga kemarin, sejumlah
kalangan masih menyoal
klaim pemerintah bahwa
hasil survei pemerintah
dan sebuah lembaga
menyebutkan 71 persen
warga Yogyakarta
menginginkan pemilihan
gubernur secara langsung.
Latar When,
Who,
What,
How
Koherensi
sebab-
akibat
Idiom: menyoal
klaim
Kal2.
Par10
Para aktivis Gerakan
Rakyat Mataram mengaku
mendapat kuesioner dari
Lembaga Survei Indonesia
(LSI) pada Oktober 2010.
Latar Who,
What,
When
Detail,
Koherensi
Penjelas
Kal1.
Par11
“Dari 107 pertanyaan
dalam kuesioner itu, tak
satu pun kata penetapan.
Semua pemilihan,” kata
Widihasto Wasono,
pemimpin Gerakan Rakyat
Mataram.
Kutipan How,
What,Who
Kalimat
langsung,
Koherensi
Penjelas
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
235
Kal2.
Par11
Dihubungi terpisah, LSI
enggan berkomentar soal
keterlibatannya dalam
survei di Yogyakarta.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
enggan
Kal1.
Par12
Sekretaris Fraksi PPP
DPR, M. Romahurmuzy,
mengusulkan agar warga
Yogyakarta menggelar
referendum untuk
menentukan apakah
gubernur dan wakil
gubernur dipilih atau
ditetapkan.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Label jabatan
Kal1.
Par13
Pakar politik pemerintahan
dari Universitas Gadjah
Mada, Ichlasul Amal,
mengatakan posisi
Gubernur Utama tak jauh
berbeda dengan ide
menempatkan Sultan dan
Paku Alam sebagai
Parardya seperti dalam
draf sebelumnya.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
Parardya ,
Label jabatan
Kal2.
Par13
“Tugasnya sama saja,
hanya beda nama,”
katanya.
Kutipan How Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon: sama
saja
Sumber : Berita 2, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
236
c) Berita 3
Elemen struktur berita pilihan ketiga di Koran Tempo mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita dengan judul
Pemerintah Ngotot Gubernur Yogya Harus Dipilih yang terbit pada edisi Kamis,
27 Januari 2011.
Tabel 21. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Ngotot Gubernur Yogya
Harus Dipilih
Koran TEMPO (Kamis, 27 Januari 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Pemerintah Ngotot
Gubernur Yogya Harus
Dipilih
Headline Who, How Huruf dicetak
tebal,
Leksikon:
Ngotot
“Logika berpikir
Mendagri sesat”
Kickers What,
Who
Koherensi
penjelas
Leksikon:
Logika, Sesat
Kal1.
Par1
JAKARTA -- Pemerintah
berkeras pada pendiriannya
bahwa Gubernur dan Wakil
Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta harus
ditentukan lewat
mekanisme pemilihan oleh
rakyat.
Lead Where,
Who,
What,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
mekanisme,
berkeras
Kal2.
Par1
Penegasan ini disampaikan
oleh Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi sebagai
Lead What,
Who,
When
Koherensi
penjelas
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
237
wakil pemerintah dalam
rapat kerja dengan Komisi
Pemerintahan Dewan
Perwakilan Rakyat kemarin.
Kal1.
Par2
Menurut dia, mekanisme
pemilihan itu didasarkan
pada Pasal 18 ayat 4 UUD
1945, yakni gubernur,
bupati, dan wali kota dipilih
secara demokratis.
Parafrase Who, How Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang,
Detail
Leksikon:
mekanisme,
demokratis
Kal2.
Par2
Dengan demikian,
mekanisme penetapan
secara otomatis Sultan
Hamengku Buwono sebagai
gubernur dianggap
mengabaikan nilai-nilai
demokrasi.
Parafrase How, Who Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung,
kata ganti
tak tentu
Leksikon:
mekanisme,
otomatis,
demokrasi
Kal1.
Par3
"Kalau antara kesultanan
dan pemerintahan
dipisahkan, maka tepatlah
adagium the king can do
no wrong," kata Gamawan
membacakan keterangan
pemerintah ihwal
Rancangan Undang-Undang
Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta di
gedung DPR, Jakarta.
Kutipan How,
Who,
What,
Where
Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
adagium,
ihwal
Metafora: the
king can do no
wrong
Kal1. Gamawan menuturkan, jika Parafrase Who, Koherensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
238
Par4 Sultan dan Paku Alam
sekaligus sebagai gubernur
dan wakil gubernur, mereka
harus
mempertanggungjawabkan
akibat hukum dari
tindakan pemerintahan
yang dilakukan.
What,
How
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Kal2.
Par4
Padahal, di sisi lain, raja
cenderung kebal hukum.
Latar Who, How Koherensi
pembeda
Idiom: sisi
lain, kebal
hukum
Kal3.
Par4
"Kami miris jika Sultan
yang kami hormati
tersangkut masalah hukum
sebagai konsekuensi
digabungnya pemerintahan
dan kesultanan."
Kutipan Who, How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
konsekuensi
Kal1.
Par5
Persoalan lain akan muncul
kalau Sultan dan Paku Alam
sudah berusia senja.
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
Penjelas
Idiom: berusia
senja
Kal2.
Par5
Atau, pada kesempatan lain,
Sultan dan Paku Alam justru
masih remaja, padahal harus
memimpin rakyat
Yogyakarta.
Parafrase How, Who Koherensi
Penjelas
Kal3.
Par5
Sedangkan, “Rakyat
Yogyakarta berharap
hadirnya pemimpin yang
enerjik dan prima untuk
Kutipan Who,
What,
How
Kalimat
langsung,
Koherensi
penjelas
Leksikon:
enerjik, prima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
239
mempercepat kesejahteraan
dan kemajuan daerahnya,”
klaim Gamawan.
Kal1.
Par6
Rapat ini adalah
pembahasan antara DPR
dan pemerintah yang
pertama diadakan sejak
rancangan undang-undang
itu diserahkan ke DPR pada
16 Desember 2010.
Latar What,
How,
Who,
When
Koherensi
penjelas
Kal2.
Par6
Rapat dipimpin Ketua
Komisi Pemerintahan
Chairuman Harahap dan
dihadiri Komite I Dewan
Perwakilan Daerah, serta 25
dari 49 anggota Komisi
Pemerintahan.
Latar What,
How, Who
Detail,
Koherensi
Penjelas
Label jabatan
Kal1.
Par7
Rapat akan dilanjutkan pada
2 Februari dengan agenda
penyampaian pendapat
fraksi-fraksi.
Latar What,
When,
How
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
tak tentu
Leksikon;
agenda
Kal2.
Par7
Chairuman berjanji
menyelesaikan pembahasan
pada April.
Parafrase Who,
What,
When
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Kal3.
Par7
Pengesahan di komisi
direncanakan pada 4 atau 5
April, sedangkan sidang
Parafrase What,
How,
When
Koherensi
penjelas,
Kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
240
paripurna untuk
mengesahkan persetujuan
DPR dijadwalkan 7 atau 8
April.
tak
langsung
Kal1.
Par8
Rancangan versi
pemerintah, terutama soal
pemilihan gubernur,
ditentang oleh masyarakat
Yogya.
Latar What,
Who, How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
ditentang
Kal2.
Par8
Penolakan terhadap gagasan
pemerintah itu
memunculkan unjuk rasa
besar.
Latar What,
How
Koherensi
Penjelas
Idiom: unjuk
rasa
Kal3.
Par8
DPRD Provinsi Yogya pun
ingin Sultan dan Paku Alam
langsung dilantik sebagai
gubernur dan wakilnya.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Singkatan,
Leksikon:
dilantik
Kal4.
Par8
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pernah bertemu
empat mata dengan Sultan
Hamengku Buwono X
untuk membicarakan
masalah ini.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Idiom: empat
mata
Kal1.
Par9
Anggota Komite I DPD, I
Wayan Sudiarta,
menyatakan keberatan
terhadap pendapat
pemerintah karena tak
didasarkan pada Pasal 18B
Parafrase Who,
What,
Why
Koherensi
Pembeda,
Detail
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
241
UUD 1945 yang bersifat
khusus.
Kal2.
Par9
Aturan itu menyatakan,
negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau bersifat
istimewa.
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
tak tentu
Kal3.
Par9
Yogya bersama Daerah
Otonomi Khusus Papua,
Daerah Istimewa Aceh, dan
DKI Jakarta diatur dalam
ketentuan khusus.
Parafrase How Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Kal4.
Par9
"Logika berpikir Mendagri
sesat karena lepas dari
paradigma," ucapnya.
Kutipan What,
Who, How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
Logika, sesat,
paradigma
Kal1.
Par10
Pengamat politik
Burhanuddin Muhtadi
menduga, pemerintah bakal
mencari jalan tengah, yakni
pemilihan lewat DPRD
Yogya.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Idiom: jalan
tengah,
Singkatan
Kal2.
Par10
Tapi opsi ini belum
dipastikan bisa meredam
bergolaknya masyarakat
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
Leksikon:
opsi,
meredam,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
242
Yogyakarta yang
menginginkan penetapan.
tak
langsung
bergolaknya
Kal3.
Par10
”Proses legislasinya akan
alot, mungkin bakal
ditentukan lewat voting,”
ujarnya.
Kutipan What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
legislasinya,
alot, voting
Sumber : Berita 3, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah
Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah,
terdapat tiga buah judul pilihan di Koran Tempo antara lain Usulan Pemerintah
Tetap Gubernur Yogya Dipilih, Sultan Dijadikan Gubernur Utama,
Pemerintah Ngotot Gubernur Yogya Harus Dipilih. Dari unsur sintaksis,
pemakaian ketiga judul berita tersebut oleh Koran Tempo tampak mempunyai
satu inti, bahwasannya sikap pemerintah tetap ingin agar gubernur DIY dipilih,
dan Sultan ditempatkan dalam posisi sebagai gubernur utama dengan fungsi
simbolisasi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari lead dan pemilihan narasumber
yang digunakan pada ketiga berita ini. Penonjolan hasil keputusan pemerintah
tampak jelas dari banyaknya penggunaan kutipan dan parafrase Mendagri
Gamawan Fauzi juga Menkopolhukam Djoko Suyanto sebagai narasumber
utama, meskipun ada narasumber lain yang dipakai oleh Koran Tempo untuk
menanggapi topik utama. Akan tetapi narasumber-narasumber tersebut hanya
digunakan sebagai pelengkap, guna melihat tataran lain untuk dimasukkan dalam
berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
243
Unsur skrip, secara keseluruhan ketiga berita ini telah memenuhi empat
unsur pembentuk berita, yaitu hanya unsur Who, What, When, Where, ,Why, dan
How. Unsur What dan How adalah unsur yang paling mendominasi dalam
pemberitaan ini.
Unsur tematik, tema yang diambil Koran Tempo pada berita ini adalah
tentang usulan pemerintah, bahwa gubernur DIY dipilih dan Sultan hanya
dijadikan simbol.
Unsur skrip, dari ketiga berita ini hanya pada berita berjudul Usulan
Pemerintah Tetap Gubernur Yogya Dipilih saja yang menonjolkan foto dan
grafis sebagai penguat berita, sedangkan pada dua berita lainnya lebih
menonjolkan penggunaan leksikon dan idiom.
Secara keseluruhan, dari ketiga berita dengan tema RUU Keistimewaan
Versi Pemerintah di atas, nampak bahwa Koran Tempo membingkai realitas
mengenai sikap pemerintah atas RUUK DIY dengan lebih menonjolkan paparan-
paparan pihak yang mewakili pemerintah sebagai sumber utama pemberitaan,
disamping menempatkan pihak lain untuk memberi tanggapan guna mencari
keberimbangan. Akan tetapi pihak lain tersebut oleh Koran Tempo dikesankan
hanya sebagai pelengkap berita saja. Hasil analisis dengan membagi elemen berita
berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada
tentang wacana terorisme pasca teror bom bali.57
57 Muhammad Amin M, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
244
3. Analisis Teks Berita dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan
Yogyakarta
a) Berita 1
Elemen struktur berita pilihan pertama di Koran Tempo dengan tema
Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul “71
Persen Warga Ingin Pemilihan” yang terbit pada edisi Minggu, 5 Desember 2010.
Tabel 22. Analisis Berita dengan Judul “71 Persen Warga Ingin Pemilihan”
Koran TEMPO (Minggu, 5 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
SOAL KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA
Woro-
woro
What Leksikon:
SOAL
“71 Persen Warga Ingin
Pemilihan”
Headline Who, How Huruf dicetak
tebal,
menggunakan
tanda petik
untuk
mempertegas
“Klaim pemerintah
membuat resah”
Kickers What,
Who
Leksikon:
klaim, resah
Kal1.
Par1
JAKARTA -- Direktur
Jenderal Otonomi Daerah
Kementerian Dalam Negeri
Djohermansyah Djohan
menyatakan mayoritas
warga Daerah Istimewa
Yogyakarta menginginkan
Lead,
Parafrase
Where,
Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan,
Singkatan,
Leksikon:
mayoritas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
245
pemilihan langsung untuk
pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY.
Kal2.
Par1
Bahkan, mengutip sebuah
survei, warga yang
menginginkan pemilihan
mencapai 71 persen.
Lead,
Parafrase
What,
Who, How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
mengutip,
survei
Kal1.
Par2
"Saya pernah baca survei
pada 2010, sebanyak 71
persen warga Yogya
menginginkan pemilihan
langsung," kata
Djohermansyah seusai
diskusi bertajuk "Daerah
Istimewa Kecewa" di
Jakarta kemarin.
Kutipan What,
When,
How,
Where
Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
survei,
bertajuk,
penggunaan
tanda petik
menunjuk
judul acara
Kal2.
Par2
Namun, saat ditanya ihwal
sumber atau lembaga yang
melakukan survei itu, ia
mengaku lupa.
Latar What, Koherensi
Pembeda,
Kata ganti
orang
Leksikon:
ihwal, survei
Kal1.
Par3
Hingga kemarin, polemik
mengenai mekanisme
pengisian jabatan Gubernur
dan Wakil Gubernur DIY
masih berlangsung.
Latar When,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
polemik
Kal2.
Par3
Pemerintah berkukuh
jabatan itu diisi dengan
pemilihan, seperti dimuat
Latar Who,
What,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
berkukuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
246
dalam draf Rancangan
Undang-Undang
Keistimewaan DIY.
Kal3.
Par3
Namun sejumlah tokoh dan
warga Yogya menghendaki
lewat penetapan.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
pembeda
Leksikon:
lewat
Kal4.
Par3
Mekanisme penetapan juga
disuarakan oleh fraksi-fraksi
di Dewan Perwakilan
Rakyat, kecuali Fraksi
Partai Demokrat.
Latar What,
How, Who
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
Mekanisme
Kal1.
Par4
Menurut Djohermansyah,
pemerintah tetap
mendengarkan aspirasi
warga, baik yang
disampaikan melalui Dewan
maupun lewat kementerian.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
aspirasi
Kal2.
Par4
Dalam urusan ini, ia
menegaskan bahwa posisi
pemerintah ingin
menghargai dan
menghormati Undang-
Undang Dasar 1945.
Parafrase What,
Who
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
posisi
Kal3.
Par4
Menurut pasal 18-D ayat 4,
kepala daerah dipilih
melalui pemilihan secara
demokratis.
Parafrase What,
Who, How
Detail,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
demokratis
Kal4. "Di draf Rancangan Kutipan What, Koherensi Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
247
Par4 Undang-Undang
Keistimewaan oleh tim
khusus, posisi kami seperti
itu," katanya.
How, Who Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
posisi
Kal1.
Par5
Anggota Dewan Perwakilan
Daerah asal Yogyakarta,
Muhammad Afnan
Hadikusumo, menyatakan
klaim yang disampaikan
Djohermansyah tersebut
potensial membuat resah.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan,
Leksikon:
klaim,
potensial,
resah
Kal2.
Par5
"Sungguh aneh. Ketika
Presiden sudah mereda,
pembantunya malah
membuat pernyataan yang
berpotensi membuat kisruh
soal Yogya," ujar Afnan
tadi malam.
Kutipan How,
Who,
When
Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
aneh, malah,
kisruh
Kal1.
Par6
Anggota DPD asal
Yogyakarta lainnya, A.
Hafidh Asrom, menyatakan
tak percaya hasil survei
tersebut.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Label jabatan,
Idiom: tak
percaya,
Leksikon:
survei
Kal2.
Par6
"Saya khawatir survei ini
pesanan untuk
membenarkan anggapan
bahwa seolah-olah
Kutipan Who,
What,
Why
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Leksikon:
khawatir,
survei
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
248
pemerintah didukung
masyarakat," ujarnya.
Kata ganti
orang,
Kata ganti
tak tentu
Kal1.
Par7
Ketidakpercayaan juga
disampaikan Widihasto
Wasana Putra, pemimpin
Gerakan Rakyat Mataram,
yang menghendaki agar
mekanisme pengisian
Gubernur DIY dilakukan
dengan penetapan.
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Idiom:
Ketidakperca-
yaan
Kal2.
Par7
Ia mengaku sudah membaca
pertanyaan-pertanyaan
dalam survei itu dari situs
Internet.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
penjelas,
Kata ganti
orang,
Kata ganti
tak tentu,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
survei
Kal3.
Par7
Sejumlah pertanyaan dinilai
tendensius.
Parafrase What,
Why
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
tendensius
Kal4.
Par7
Misalnya, menurut Anda,
Gubernur Yogyakarta
sebaiknya: A. dipilih karena
Parafrase How Koherensi
Penjelas,
Klimat tak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
249
demokratis; B. dipilih agar
wibawa Keraton tidak turun.
langsung
Kal5.
Par7
"Jadi tidak ada ruang
untuk pertanyaan
penetapan," katanya.
Kutipan How,
What
Koheensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Idiom: tidak
ada ruang
Sumber : Berita 1, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
b) Berita 2
Elemen struktur berita pilihan keduaa di Koran Tempo dengan tema
Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul Keraton
Yogya Curiga Survei Direkayasa yang terbit pada edisi Senin, 6 Desember 2010.
Tabel 23. Analisis Berita dengan Judul Keraton Yogya Curiga Survei
Direkayasa
Koran TEMPO (Senin, 6 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Keraton Yogya Curiga
Survei Direkayasa
Headline Who,
What
Huruf dicetak
tebal,
Leksikon:
Curiga,
Survei,
Direkayasa
‘Survei bukan satu-
satunya rujukan”
Kickers What Leksikon:
Survei,
rujukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
250
Kal1.
Par1
YOGYAKARTA -- Gusti
Kanjeng Ratu Hemas
mempertanyakan kesahihan
survei yang menyebutkan
71 persen warga Yogyakarta
mendukung pemilihan
gubernur dan wakil
gubernur.
Lead,
Parafrase
Who,
What,
How
Koherensi
penjelas
Label jabatan,
Leksikon:
kesahihan,
survei
Kal2.
Par1
"Hasil sebesar itu versi
sapa? Siapa yang membuat?
Kok hasilnya sampai 71
persen, itu siapa yang
disurvei," kata istri Sri
Sultan Hamengku Buwono
X itu melalui telepon
kemarin.
Kutipan What,
How,
When
Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung,
Kalimat
tanya
Leksikon:
versi, kok,
disurvei
Kal1.
Par2
Ratu Hemas mengaku
hanya tertawa ketika
mendengar kabar tentang
hasil survei itu.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
survei
Kal2.
Par2
Soalnya, persentase
tersebut sangat tidak
masuk akal.
Latar What,
Why
Koherensi
penjelas
Leksikon:
persentase,
Idiom: sangat
tidak masuk
akal
Kal3.
Par2
Apalagi jika itu
dibandingkan dengan hasil
pemilihan umum yang
menempatkan Ratu Hemas
Latar What,
Who, How
Koherensi
Pembeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
251
sebagai anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD)
untuk kedua kalinya.
Kal1.
Par3
"Ke mana larinya suara
saya yang 80 persen itu?"
kata Ratu Hemas,
menyebutkan perolehan
suaranya pada Pemilu 2009.
Kutipan What,
Who,
How,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kalimat
tanya
Lekikon:
Larinya
Kal2.
Par3
"Semakin jelas bahwa
survei itu hanya
pembenaran."
Kutipan What,
How
Kalimat
langsung,
Koherensi
penjelas
Leksikon:
survei,
pembenaran
Kal1.
Par4
Cara pengisian jabatan
Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta kembali
menjadi pangkal polemik
selama dua pekan terakhir.
Latar What,
How,
When
Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon:
pangkal
polemik
Kal2.
Par4
Dalam draf Rancangan
Undang-Undang
Keistimewaan Yogyakarta,
pemerintah mengusulkan
agar Gubernur Yogyakarta
dipilih oleh rakyat, bukan
otomatis dijabat oleh Sultan
melalui penetapan
pemerintah.
Latar What,
Who, Why
Koherensi
penjelas
Leksikon:
otomatis
Kal1.
Par5
Sabtu lalu, Direktur Jenderal
Otonomi Daerah
Parafrase When,
Who,
Koherensi
Pembeda,
Leksikon:
mayoritas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
252
Kementerian Dalam Negeri
Djohermansyah Djohan
mengatakan mayoritas
warga Yogyakarta juga
menginginkan pemilihan
langsung untuk pengisian
jabatan gubernur dan wakil
gubernur.
What,
How
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan
Kal2.
Par5
Mengutip sebuah survei
pada 2010, dia
menyebutkan, warga yang
menginginkan pemilihan
gubernur mencapai 71
persen.
Parafrase What,
When,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
Mengutip,
survei
Kal1.
Par6
Pernyataan Djohermansyah
langsung menuai kritik.
Latar What,
Who, How
Koherensi
Sebab-
akibat
Leksikon:
menuai
Kal2.
Par6
Ketua gerakan Rakyat
Mataram, Widihasto
Wasono Putro, menuduh
survei seperti itu dilakukan
demi kepentingan politik
untuk mendukung
penghilangan keistimewaan
Yogyakarta.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
menuduh,
survei
Kal3.
Par6
“Itu jelas tak obyektif,” kata
Widihasto kemarin.
Kutipan Why, Who Koherensi
Penjelas,
Kalimat
Leksikon:
obyektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
253
langsung
Kal4.
Par6
Gerakan Rakyat Mataram
pun mendesak Kementerian
Dalam Negeri membuka
lembaga survei tersebut
kepada masyarakat.
Parafrase Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
mendesak,
survei
Kal5.
Par6
“Kalau berani launching,
harus transparan siapa
yang survei,” kata
Sekretaris Gerakan,
Krisnadi.
Kutipan What,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
launching,
transparan,
survei
Kal1.
Par7
Kemarin anggota Komisi
Pemerintahan Dalam Negeri
Dewan Perwakilan Rakyat,
Ignatius Moelyono, juga
menyayangkan pernyataan
Djohermansyah.
Latar When,
Who,What
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan,
leksikon:
menyayangkan
Kal2.
Par7
"Jangan terlalu banyak
bikin statement yang
membuat situasi tidak
kondusif," kata politikus
Partai Demokrat itu.
Kutipan What,
How, How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
bikin,
statement,
kondusif
Kal1.
Par8
Menurut Moelyono,
kalaupun benar adanya,
hasil sebuah survei perlu
dikaji lebih mendalam.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsng
Idiom:
kalaupun,
Leksikon:
survei, dikaji
Kal2.
Par8
Apalagi saat ini sikap
sebagian warga Yogya
Parafrase What,
Who, How
Koherensi
penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
254
justru menunjukkan hal
sebaliknya, yakni
mendukung penetapan
gubernur.
Kalimat
tak
langsung
Kal1.
Par9
Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi
mengatakan hasil survei
bukan satu-satunya
rujukan pemerintah dalam
mengusulkan cara pengisian
jabatan Gubernur
Yogyakarta.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
tak tentu
Leksikon:
survei,
rujukan
Kal2.
Par9
"Banyak rujukan lain yang
jadi pertimbangan," tulis
Gamawan dalam pesan
singkatnya kepada Tempo
kemarin.
Kutipan What,
How,
When
Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
rujukan,
pertimbangan
Kal1.
Par10
Dalam menyusun draf RUU
Keistimewaan Yogyakarta,
menurut Gamawan,
pemerintah juga telah
memperhatikan, membaca,
dan menyimak banyak
masukan.
Parafrase What,
How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
masukan,
Singkatan
Kal2.
Par10
"Bukan satu pendapat, tapi
semua diskursus yang
menyangkut Yogya," kata
Gamawan.
Kutipan What,
How, Who
Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
diskursus
Sumber : Berita 2, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
255
c) Berita 3
Elemen struktur berita pilihan ketiga di Koran Tempo dengan tema
Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul “Survei
Tandingan Disebar yang terbit pada edisi Kamis, 9 Desember 2010.
Tabel 24. Analisis Berita dengan Judul Survei Tandingan Disebar
Koran TEMPO (Kamis, 9 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Survei Tandingan Disebar Headline What,
How
Huruf dicetak
tebal,
Leksikon:
Survei,
Tandingan,
Disebar
Gusti Prabu
meninggalkan Demokrat
Kickers Who,
What
Kal1.
Par1
YOGYAKARTA --
Paguyuban Dukuh dan
Lurah di Daerah Istimewa
Yogyakarta telah
menyebarkan survei
tandingan tentang
pengisian posisi gubernur
dan wakil gubernur di
provinsi itu.
Lead Where,
Who,
What,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
survei,
tandingan,
posisi
Kal1.
Par2
Isinya sangat sederhana,
hanya berisi dua pilihan,
Latar What,
How
Koherensi
penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
256
yakni setuju penetapan
Sultan Hamengku Buwono
dan Paku Alam menjadi
gubernur dan wakil
gubernur atau pemilihan.
Koherensi
pembeda
Kal2.
Par2
“Survei (pemerintah) itu
ngayawara, ngapusi karena
responden digiring untuk
mendukung pemilihan,”
kata Ketua Paguyuban
Semar Sembogo, Sukiman,
dalam audiensi dengan
anggota DPRD Provinsi
Yogyakarta kemarin.
Kutipan Who,
What,
How,
When
Koherensi
penjelas,
Kalimat
langsung,
Kalimat
pasif
Tanda kurung
untuk
menunjuk
kepada,
Metafora:
ngayawara,
ngapusi,
Leksikon:
Survei,
digiring, Label
jabatan,
Singkatan
Kal1.
Par3
Rencananya hasil survei
dibacakan pada 13
Desember nanti, bertepatan
dengan Rapat Paripurna
DPRD Provinsi Yogyakarta
dengan agenda penentuan
sikap tentang Rancangan
Undang-Undang
Keistimewaan Yogyakarta.
Latar What,
When,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
survei
Kal2.
Par3
Ketua Fraksi Partai Amanat
Nasional Istianah Z.A.
mengingatkan Paguyuban
agar polling itu melibatkan
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
Label jabatan,
Leksikon:
polling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
257
seluruh masyarakat. langsung
Kal3.
Par3
“Hasilnya akan kami kirim
ke pusat sebagai
pembanding,” katanya.
Kutipan What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Kal1.
Par4
Survei ini “balasan” atas
hasil survei yang diyakini
oleh Direktorat Jenderal
Otonomi Daerah
Kementerian Dalam Negeri
bahwa 71 persen warga
Yogyakarta setuju gubernur
dipilih.
Latar What,
Who,
Why, How
Koherensi
penjelas,
Detail
Leksikon:
survei,
Perumpamaan:
“balasan”
Kal2.
Par4
Hasil survei inilah yang
dijadikan acuan pemerintah
pusat untuk memasukkan
pasal pemilihan gubernur
dan wakil gubernur ke
Rancangan Undang-Undang
Keistimewaan Yogyakarta
yang segera diserahkan
kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
Latar What,
Who, How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
survei, acuan
Kal1.
Par5
Sikap pemerintah itu
memunculkan perlawanan
dari rakyat dan Keraton
Yogyakarta.
Latar What,
Who, Why
Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon:
perlawanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
258
Kal2.
Par5
Muncullah ide referendum
untuk menentukan cara
mengisi jabatan gubernur.
Latar How Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon: ide,
referendum
Kal3.
Par5
Bahkan, kemarin, adik
Sultan Hamengku Buwono
X, Gusti Bendara Pangeran
Haryo Prabu Kusumo,
menyatakan mundur
sebagai anggota dan Ketua
Partai Demokrat Provinsi
Yogyakarta.
Latar When,
Who,
What
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
mundur
Kal4.
Par5
“Ini soal harga diri bapak
saya (Sri Sultan Hamengku
Buwono IX). Saya tak ingin
menjadi anak durhaka,”
kata Gusti Prabu kepada
Tempo di kediamannya di
Alun-alun Kidul.
Kutipan How,
Who,
Where
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Tanda kurung
untuk
menunjuk
kepada, Idiom:
anak durhaka
Kal1.
Par6
Keputusan Gusti Prabu
seiring dengan sikap
Demokrat, yang
menginginkan adanya
pemilihan.
Parafrase What,
Who, Why
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
seiring
Kal2.
Par6
Sekretaris Dewan Pembina
Demokrat Andi Alfian
Mallarangeng menyatakan
sikap ini disampaikan oleh
Ketua Dewan Pembina
Susilo Bambang
Parafrase Who,
What,
How,
When,
Where
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
259
Yudhoyono dalam
pertemuan dengan pengurus
kabupaten/kota dan provinsi
Yogyakarta pada Sabtu
pekan lalu di Puri Cikeas.
Kal1.
Par7
Ketua DPRD Yoeke Indra
Agung Laksana mengatakan
sikap ketujuh fraksi akan
disampaikan dalam rapat
yang terbuka untuk umum.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsumh
Label jabatan
Kal2.
Par7
Hasilnya akan menjadi
keputusan DPRD dalam
bentuk surat penetapan.
Parafrase What,
How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan
Kal3.
Par7
Sejauh ini enam partai
selain Demokrat tegas
menyatakan mendukung
penetapan.
Parafrase Who,
How,
What
Koherensi
penjelas
Leksikon:
tegas
Kal1.
Par8
Sukiman menjelaskan,
blangko survei versi
Paguyuban ukurannya
separuh kertas HVS ukuran
folio yang disertai kolom
alamat dan nomor kontak
lembaga pelaksana survei
serta nama, alamat,
pekerjaan, dan tanda tangan
responden.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung,
Detail
Leksikon:
survei, versi,
responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
260
Kal2.
Par8
Sekretaris Gerakan Semesta
Rakyat Yogyakarta
(Gentaraja) Aji Bandjana
mengatakan blangko yang
sudah diisi diserahkan
melalui pengurus RT, RW,
lurah setempat, ketua
organisasi masyarakat, atau
Paguyuban.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Leksikon:
blangko,
Paguyuban
Kal1.
Par9
Itu berbeda dengan format
blangko survei versi
pemerintah.
Latar How, Who Koherensi
pembeda,
Kata ganti
benda
Leksikon:
blangko,
survei,versi
Kal2.
Par9
Menurut Sukiman, pada
lembar survei dari pusat itu
tak tertera identitas
responden dan kapan
disebarkan.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
survei,
responden
Kal3.
Par9
Sebagai aparat pemerintah
desa, Sukiman pun tak
mengetahui survei itu.
Latar What,
Who, How
Koherensi
penjelas
Label jabatan,
Leksikon:
aparat, survei
Kal4.
Par10
“Kami minta warga DIY
menolak hasil survei itu,”
ujarnya.
Kutipan Who,
How,
What
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
orang,
Kalimat
langsung
Singkatan,
Leksikon:
survei
Sumber : Berita 3, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
261
d) Berita 4
Elemen struktur berita pilihan keempat di Koran Tempo dengan tema
Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul Mayoritas
Responden Dukung Penetapan Sultan yang terbit pada edisi Senin, 13 Desember
2010.
Tabel 25. Analisis Berita dengan Judul Mayoritas Responden Dukung
Penetapan Sultan
Koran TEMPO (Senin, 13 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Mayoritas Responden
Dukung Penetapan Sultan
Headline How,
What,
Who
Huruf dicetak
tebal,
Leksikon:
Mayoritas,
Responden
Partai Demokrat
Yogyakarta berada dalam
tekanan
Kickers What Leksikon:
tekanan
Kal1.
Par1
YOGYAKARTA -
Berdasarkan hasil survei
sementara yang dilakukan
perangkat desa dan berbagai
elemen masyarakat DIY
pendukung penetapan per 12
Desember siang, sebanyak 92
persen responden dari 2.300
responden memilih
Lead Where,
What,
Who,
When,
How
Koherensi
penjelas,
Detail
Leksikon:
survei,
elemen,
responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
262
penetapan.
Kal2.
Par1
Hanya 8 persen yang
mendukung pemilihan.
Lead How,
What
Koherensi
penjelas,
Detail
Kal3.
Par1
Hasil itu berdasarkan
penghitungan pada blangko
survei yang telah kembali.
Lead How,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
blangko,
survei
Kal4.
Par1
“Hasil yang akan kami
umumkan besok 13
Desember (hari ini),” kata
Ketua Paguyuban Dukuh
DIY “Semar Sembogo”,
Sukiman, kepada Tempo
kemarin.
Lead,
Kutipan
How,
Where,
Who,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
Paguyuban,
Singkatan,
Penggunaan
tanda petik
untuk
menunjuk
nama
Kal1.
Par2
Survei untuk mengetahui
jumlah pendukung penetapan
dan pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur DIY itu telah
dilakukan dua bulan lalu.
Latar What,
How,
When
Koherensi
penjelas
Leksikon:
Survei
Kal2.
Par2
Jumlah blangko yang
disebar sebanyak 46 ribu.
Latar What,
How
Detail Leksikon:
blangko,
disebar
Kal3.
Par2
Tapi hanya 2.300 responden
yang mengembalikan.
Latar How Koherensi
penjelas,
Detail
Leksikon:
responden
Kal4.
Par2
Padahal disebar ke tiap
pedukuhan di Provinsi DIY.
Latar How Koherensi
penjelas
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
263
Kal1.
Par3
Sukiman mengaku tak
semua penduduk DIY
mendapat blangko, dan
blangko akan ditambah
menjadi 100 ribu lembar.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Detail,
Kalimat
tak
langsung
Singkatan,
Leksikon:
blangko
Kal2.
Par3
Penduduk DIY sekitar 3 juta
jiwa “Kami kekurangan
tenaga,” kata Sukiman.
Kutipan Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Detail
Singkatan
Kal3.
Par3
Blangko yang sudah diisi
langsung dikembalikan
melalui dukuh, lurah, RT,
RW, ataupun organisasi
masyarakat.
Latar What,
How
Koherensi
penjelas,
Detail
Leksikon:
Blangko,
Idiom:
ataupun
Kal1.
Par4
Sukiman menyatakan jika
Dewan tak mendukung
penetapan, dia siap
menggelar kongres rakyat di
Alun-alun Utara Keraton
Yogyakarta untuk melantik
Sultan Hamengku Buwono X
dan Paku Alam IX sebagai
Gubernur dan Wakil
Gubernur DIY seumur
hidup.
Parafrase Who,
What,
How,
Where,
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
orang
Leksikon:
melantik,
Idiom: seumur
hidup
Kal1.
Par5
Ketua DPRD DIY Yoeke
Indra Agung Laksana
Parafrase Who,
How,
Koherensi
Pembeda,
Singkatan,
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
264
menegaskan, suara DPRD
DIY diharapkan bulat sesuai
aspirasi masyarakat yang
menurut dia mendukung
penetapan.
What Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
orang
bulat, aspirasi
Kal2.
Par5
“Kalau tidak bulat, kan ada
mekanisme lain yang bisa
ditempuh. Seperti melalui
voting,” kata Yoeke.
Kutipan How,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
bulat,
mekanisme
Kal1.
Par6
Adapun Presidium Pelaksana
Ketua Partai Demokrat DIY
sempat merumuskan
dukungan penetapan
Gubernur dalam pleno Sabtu
malam.
Latar Who,
What,
How,
When
Koherensi
pembeda
Label jabatan,
Singkatan,
Leksikon:
pleno
Kal2.
Par6
Ketua Majelis Pertimbangan
Daerah Partai Demokrat DIY
Sukardi mengakui, peserta
pleno banyak yang berada di
bawah tekanan untuk
menentukan sikap.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan,
Singkatan,
Leksikon:
pleno,
tekanan
Kal3.
Par6
Ada tekanan dari keluarga,
tetangga, bahkan ada
informasi papan nama Partai
Demokrat di Kulon Progo
dicopot orang.
Parafrase How,
Who,
Where
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
tekanan,
dicopot
Kal4.
Par6
”Semalam itu kami ngalir
saja. Bukan berarti
mendukung penetapan, tapi
Kutipan When,
Who,
What,
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
Pengandaian:
ngalir,
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
265
memahami aspirasi
masyarakat yang mendukung
penetapan,” katanya.
How langsung,
Kata ganti
orang
aspirasi
Kal1.
Par7
Sementara itu, Wali Kota
Yogyakarta Herry Zudianto
menggelar aksi individual
dengan menurunkan bendera
Merah Putih menjadi
setengah tiang, kemarin, di
rumahnya di Gang Golo,
Kota Yogyakarta.
Latar Who,
What,
How,
When,
Where
Koherensi
pembeda
Leksikon:
individual,
Idiom:
setengah tiang
Kal2.
Par7
Herry mengenakan baju adat
Jawa peranakan warna hitam,
celana panjang hitam,
blangkon hitam, dan selop
hitam.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
penjelas,
Detail
Kal3.
Par7
Di dada kirinya terselip
emblim Merah Putih.
Latar How,
What
Detail Leksikon:
terselip
Kal1.
Par8
Herry memulai aksi itu
dengan hormat pada bendera,
menurunkan menjadi
setengah tiang, dan
mencium ujung bendera.
Latar Who,
How,
What
Koherensi
penjelas,
Detail
Idiom:
setengah
tiang,
Koherensi:
mencium
Kal2.
Par8
Aksi yang dilakukan seorang
diri itu sebagai ekspresi
kedukaannya karena
Rancangan Undang-Undang
Keistimewaan Yogyakarta
menjadi polemik.
Latar What,
Why
Koherensi
penjelas
Idiom:
ekspresi
kedukaannya,
Leksikon:
polemik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
266
Kal3.
Par8
"Mestinya kan bisa
diselesaikan tanpa ada yang
terluka," kata Herry.
Kutipan How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Pengandaian:
terluka
Kal1.
Par9
Herry menyatakan tak akan
ikut aksi massa saat sidang
pleno DPRD itu.
Parafrase Who,
What,
How
Kalimat
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
pleno
Kal2.
Par9
”Aksi saya, ya, sekarang
ini,” katanya.
Kutipan What,
Who,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Kal3.
Par9
Herry juga tak akan
memobilisasi masyarakat
Yogyakarta dan pegawai ke
gedung DPRD itu.
Parafrase Who,
What,
Where
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kalimat
aktif
Leksikon:
mobilisasi
Kal4.
Par9
“Perjuangan itu sesuai dengan
aspirasi masing-masing. Jadi
tidak bagus kalau
dimobilisasi.”
Kutipan Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kalimat
pasif
Leksikon:
aspirasi,
mobilisasi
Sumber : Berita 4, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
267
e) Berita 5
Elemen struktur berita pilihan kelima di Koran Tempo dengan tema
Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul Sama-
sama Survei, Hasil Berkesebalikan yang terbit pada edisi Senin, 13 Desember
2010.
Tabel 26. Analisis Berita dengan Judul Sama-sama Survei, Hasil
Berkesebalikan
Koran TEMPO (Senin, 13 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Sama-sama Survei, Hasil
Berkesebalikan
Headline Kata ganti
tak tentu,
Kata kerja
tak
transitif
Huruf dicetak
tebal,
Leksikon:
Survei,
Berkesebalikan,
Konfiks
Kal1.
Par1
“Torture numbers, and they'll
confess to anything.”
Paksalah, gencetlah angka-
angka. Mereka akan
berbicara tentang apa pun.
Lead,
Kutipan
What,
How,
Who
Kalimat
langsung,
Kata kerja,
Kata ganti
tak tentu,
Kata ganti
orang
Metafora:
Torture
numbers, and
they'll confess
to anything,
Surfiks
Kal2.
Par1
Begitulah kata Gregg
Easterbrook, penulis Amerika
kelahiran 3 Maret 1953.
Lead What,
Who,
Where,
When
Koherensi
Penjelas
Surfiks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
268
Kal1.
Par2
Dalam debat seputar
keistimewaan Yogyakarta,
pihak-pihak yang beradu
pendapat pun memakai angka
dan statistik untuk
menguatkan argumen
mereka.
Latar What,
How,
Why
Koherensi
penjelas,
Kata ganti
tak tentu,
kata ganti
orang
Prefiks,
Leksikon:
debat,
statistik,
argumen
Kal2.
Par2
Terakhir, giliran perangkat
desa dan berbagai kelompok
warga pro-penetapan Sultan
sebagai Gubernur Yogya
melansir hasil survei versi
mereka.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
survei ,versi
Kal3.
Par2
Hasilnya: 92 persen
responden memilih
penetapan.
Latar How,
Who,
What
Detail Leksikon:
responden
Kal1.
Par3
Ketua Paguyuban Dukuh se-
Daerah Istimewa Yogyakarta,
Sukiman, mengatakan angka
itu diperoleh dari 2.300
kuesioner yang telah
kembali dari 46 ribu
kuesioner yang disebarkan
panitia survei.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Detail
Leksikon:
Paguyuban,
kuesioner,
survei
Kal2.
Par3
Panitia akan menyebarkan
lagi kuesioner sehingga
totalnya menjadi 100 ribu.
Parafrase Who,
How
Koherensi
Penjelas,
Detail
Leksikon:
kuesioner,
Surfiks
Kal3.
Par3
“Memang tak sampai 3 juta,
karena kami kekurangan
Kutipan How,
Who,
Koherensi
Penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
269
tenaga,” kata Sukiman di
Yogyakarta kemarin,
merujuk pada jumlah
penduduk Yogyakarta.
Where,
When
Kalimat
langsung
Kal4.
Par3
“Ini kan sukarela.” Kutipan How Kalimat
langsung
Kal1.
Par4
Sabtu dua pekan lalu,
Direktur Jenderal Otonomi
Daerah Kementerian Dalam
Negeri Djohermansyah
Djohan mengatakan hal
sebaliknya.
Latar When,
Who,
What
Koherensi
pembeda
Label jabatan
Kal2.
Par4
Mengutip sebuah survei pada
2010, dia menyebutkan,
warga yang menginginkan
pemilihan gubernur mencapai
71 persen.
Parafrase How,
What,
When,
Koherensi
penjelas,
Kata ganti
orang,
Detail
Leksikon:
survei
Kal3.
Par4
Sejauh ini belum ada
penjelasan seputar metode
survei rujukan pemerintah
itu.
Latar How,
What,
Who
Koherensi
penjelas
Leksikon:
metode,
survei, Surfiks
Kal4.
Par4
Lembaga yang logonya
tercantum dalam kuesioner
survei pun emoh memberi
penjelasan.
Latar Who,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
survei, emoh
Kal1.
Par5
Di luar itu, ada harian
Kompas yang sejak 2008
hingga 2010 rutin menggelar
jajak pendapat.
Latar Who,
When,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
jajak
pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
270
Kal2.
Par5
Pertanyaan tim Kompas,
“Apakah sebaiknya Gubernur
Yogyakarta dipilih langsung
atau ditetapkan?” Hasil jajak
pendapat pertama, pada 12
September 2008,
menunjukkan 79,9 persen
responden mendukung
penetapan.
Parafrase How,
Who,
When,
What
Detail Tanda petik
untuk
menunjuk
pertanyaan
Kal3.
Par5
Pada survei terakhir, 22
Oktober 2010, tinggal 53,5
persen responden yang
mendukung penetapan.
Parafrase What,
When,
How
Detail Leksikon:
survei,
responden
Kal1.
Par6
Berbeda dengan dua survei
oleh pihak yang bertikai,
Kompas memaparkan
metode jajak pendapat
mereka.
Latar How,
Who
Koherensi
penjelas,
Kata ganti
orang
Leksikon:
survei,
metode, jajak
pendapat
Kal2.
Par6
Pengumpulan pendapat
dilakukan per telepon.
Latar What,
How
Koherensi
penjelas
Kal3.
Par6
“Responden 17 tahun ke atas
dipilih secara acak, melalui
metode pencuplikan
sistematis,” tulis Kompas (2
Desember).
Kutipan Who,
How
Koherensi
penjelas
Leksikon:
acak, metode,
sistematis
Kal4.
Par6
Lain survei, lain pula
hasilnya.
Latar What,
How
Proposisi
kategorial
Leksikon:
survei
Sumber : Berita 5, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
271
Pada tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta, terdapat lima
buah judul pilihan di Koran Tempo antara lain “71 Persen Warga Ingin
Pemilihan”, Keraton Yogya Curiga Survei Direkayasa, Survei Tandingan
Disebar, Mayoritas Responden Dukung Penetapan Sultan, Sama-sama
Survei Hasil Berkesebalikan. Dari unsur sintaksis, pada kelima judul berita ini
terlihat bahwa Koran Tempo, berusaha mewakili tiga bentuk survei atas pro-
kontra pemilihan atau penetapan gubernur DIY. Antara satu judul yang dipakai
Koran Tempo dengan judul lainnya ada perbedaan pembahasan, yaitu: judul 1
yang berbunyi “71 Persen Warga Ingin Pemilihan” digunakan untuk
membawahi berita tentang survei dari Kemendagri, tampaknya penyematan tanda
petik pada judul ini dimaksudkan Koran Tempo untuk menegaskan bahwa 71
persen tersebut masih perlu dipertanyakan keabsahannya, karena hasil tersebut
hanya sebatas pengakuan dari Kemendagri yang belum disebutkan secara jelas,
apa nama lembaga survei yang digunakan. Pada judul 2 yang berbunyi Keraton
Yogya Curiga Survei Direkayasa digunakan untuk membawahi kecurigaan
Gusti Kanjeng Ratu Hemas atas survei dari Kemendagri, judul 3 yang berbunyi
Survei Tandingan Disebar dipakai untuk membawahi tindakan Paguyuban
Semar Sembogo dalam mengadakan survei tandingan, guna menguji hasil survei
Kemendagri. Judul 4 yang berbunyi Mayoritas Responden Dukung Penetapan
Sultan, untuk membawahi hasil survei tandingan yang digelar Paguyuban Semar
Sembogo, sedangkan pada judul berita 5 yang berbunyi Sama-sama Survei Hasil
Berkesebalikan dipergunakan Koran Tempo untuk menilai, bahwa hasil survei
Kemendagri yang menyatakan mayoritas mendukung pemilihan, berbeda dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
272
hasil survei dari Paguyuban Semar Sembogo dan Jajak pendapat Kompas yang
keduanya menghasilkan kesimpulan, bahwa masyarakat DIY memilih penetapan.
Unsur skrip, berita-berita ini sudah mencakup 5W+1H dengan unsur
How menjadi unsur dominan. Unsur tematik, tema yang diambil oleh Koran
Tempo dari kelima berita di atas adalah satu, yakni mengenai Survei publik
terhadap opsi penetapan atau pemilihan dalam mekanisme pengangkatan gubernur
DIY.
Unsur retoris, penonjolan yang dilakukan oleh Koran Tempo dalam
berita diatas agar terlihat menarik perhatian khalyak pembacanya adalah melalui
penggunaan beberapa leksikon, idiom, juga metafora. Sehingga dari paparan
kelima berita di atas dapat dinilai bahwa Koran Tempo dalam mengemas realitas
tentang survei publik terkait mekanisme jabatan gubernur DIY, yang dituangkan
pada pemberita, berusaha menerapkan prisip berita berimbang dengan
memaparkan hasil survei dari semua pihak, baik yang dilakukan pihak pro
pemilihan maupun pihak pro penetapan. Hasil analisis dengan membagi elemen
berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah
ada tentang kampanye cawali dan cawawali dalam pilkada Solo.58
4. Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan
DIY
Elemen struktur berita pilihan di Koran Tempo mengenai Sikap Setgab
Terkait RUU Keistimewaan DIY adalah berita dengan judul Setgab Koalis i
Bentuk Tim Melobi Sultan yang terbit pada edisi Sabtu, 18 Desember 2010.
58 Eni Widiastuti, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
273
Tabel 27. Analisis Berita dengan Judul Setgab Koalisi Bentuk Tim Melobi
Sultan
Koran TEMPO (Sabtu, 18 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Setgab Koalisi Bentuk Tim
Melobi Sultan
Headline Who,
How
Huruf dicetak
tebal, Prefiks,
Leksikon:
Melobi
Kal1.
Par1
JAKARTA -- Beberapa
partai yang tergabung dalam
Sekretariat Gabungan Partai
Koalisi pendukung
pemerintah Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
membentuk tim kecil.
Lead Where,
Who,
How
Koherensi
Penjelas
Sufiks
Kal2.
Par1
Tim nantinya akan bertemu
dengan Sultan Hamengku
Buwono X berkaitan dengan
polemik yang terjadi di
seputar masalah
keistimewaan Yogyakarta.
Lead Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
polemik,
masalah
Kal1.
Par2
Pembentukan tim itu
disampaikan oleh Ketua DPP
Partai Kebangkitan Bangsa
Marwan Ja'far kepada Tempo
di Jakarta kemarin.
Latar What,
Who,
Where,
When
Koherensi
Penjelas
Singkatan,
Label jabatan
Kal2. Menurut dia, tim kecil ini Parafrase What, Koherensi Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
274
Par2 akan dipimpin oleh Aburizal
Bakrie sebagai Ketua Harian
Setgab.
How,
Who
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
orang
Kal1.
Par3
"Tim kecil ini bertugas
melakukan penyerapan
aspirasi dan sosialisasi
kepada Sultan Hamengku
Buwono X dan Paku Alam,"
kata Marwan.
Kutipan What,
How,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
aspirasi,
sosialisasi
Kal2.
Par3
Waktunya akan dilakukan
pada masa reses Dewan
Perwakilan Rakyat.
Parafrase What,
How,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
masa reses ,
Sufiks
Kal3.
Par3
Rencananya, pertemuan itu
akan berlangsung beberapa
kali.
Parafrase How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Sufiks
Kal4.
Par3
"Mungkin targetnya satu
bulan."
Kutipan How Kalimat
langsung
Sufiks
Kal1.
Par4
Menurut Marwan, tim kecil
juga akan mendalami
pendapat akademis soal
keistimewaan Yogyakarta.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Leksikon:
akademis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
275
Kal2.
Par4
Tujuannya, agar tidak ada
kesan "head-to-head" antara
pemerintah dan Keraton.
Parafrase What,
Why,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Pengandaian:
head-to-head,
Sufiks
Kal1.
Par5
Ia membantah anggapan
bahwa saat tim bertemu
dengan Sultan, Setgab sudah
membawa sebuah sikap.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung,
Kata ganti
orang
Singkatan
Kal2.
Par5
Misalnya mendukung
pemerintah dalam polemik
keistimewaan Yogyakarta.
Parafrase How,
Who,
What
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Sufiks,
Leksikon:
polemik
Kal3.
Par5
"Setgab hanya ingin Sultan
lebih terbuka soal
keinginannya," ujar Marwan.
Kutipan Who,
What,
How
Kalimat
langsung
Singkatan,
Leksikon: soal,
Sufiks
Kal1.
Par6
Polemik soal keistimewaan
Yogyakarta muncul berkaitan
dengan mekanisme pengisian
jabatan Gubernur dan Wakil
Gubernur DIY dalam RUUK
DIY.
Latar What,
How
Koherensi
sebab-
akibat
Leksikon:
Polemik, soal,
mekanisme,
Singkatan,
Konfiks
Kal2.
Par6
Dalam rancangan ini,
pemerintah berkukuh bahwa
jabatan tersebut diisi dengan
Latar What,
Who,
How
Koherensi
Pembeda
Leksikon:
mekanisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
276
pemilihan, sedangkan warga
dan tokoh di Yogyakarta,
termasuk Sultan,
menghendaki mekanisme
penetapan.
Kal3.
Par6
Kamis lalu, surat amanat
presiden tentang pengajuan
RUUK DIY sudah diterima
Dewan Perwakilan Rakyat.
Latar When,
What,
How,
Who
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
amanat,
Konfiks,
Singkatan
Kal1.
Par7
Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi
mempersilakan jika Dewan
akan melakukan dialog
dengan Sultan untuk
membahas rancangan
tersebut.
Parafrase Who,
How,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
dialog
Kal2.
Par7
"Jika DPR akan dialog
dengan Sultan, saya kira itu
bagus, lanjutkan saja,"
katanya di kantor Presiden
kemarin, "Kita sudah kirim
ke DPR, tinggal DPR untuk
membicarakan dengan
masyarakat Yogya dan Sultan
kalau perlu."
Kutipan Who,
Where,
When,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
Kata ganti
orang
Singkatan,
Sufiks,
Leksikon:
dialog
Sumber : Berita 1, tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY
Pada tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY, berita yang
diturunkan Koran Tempo berjudul Setgab Koalisi Bentuk Tim Melobi Sultan.
Dari unsur Sintaksisnya, leksikon: melobi yang dipilih dalam judul berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
277
memiliki arti melakukan pendekatan secara tidak resmi, pilihan leksikon: melobi
sebenarnya kurang tepat karena terlalu berlebihan dan memunculkan persepsi
pembaca bahwa ada unsur kepentingan di dalamnya. Dalam berita ini Koran
Tempo menggunakan dua narasumber, dimana pendapat narasumber kedua
dikesankan menanggapi pendapat narasumber utama, narasumber utama yaitu
Ketua DPP PKB Marwah Ja’far, dan narasumber kedua adalah Mendagri
Gamawan Fauzi.
Unsur skrip, unsur pembentuk berita dalam pemberitaan ini sudah
memenuhi unsur 5W+1H, dengan unsur How sebagai unsur dominan di
dalamnya.
Unsur tematik, tema yang dipilih Koran Tempo dalam berita ini hanya
satu, yaitu pembentukan tim kecil oleh anggota setgab, untuk bertemu dengan
Sultan Hamengku Buwono X.
Unsur retoris, pada berita ini tidak ada kemenonjolan pemberitaan secara
mencolok dengan grafis maupun foto, tetapi hanya dengan pemilihan penggunaan
kata seperti tampak pada singkatan, leksikon, dan pengandaian didalamnya.
Dari paparan di atas dapat terlihat bahwa dalam berita ini Koran Tempo
lebih menonjolkan satu sisi pendapat narasumber yaitu Ketua DPP PKB
Marwah Ja’far sebagai pengisi mayoritas pemberitaan, sebelum dikesankan
memperoleh tanggapan oleh Mendagri Gamawan Fauzi sebagai narasumber
kedua.Tetapi diantara kutipan kedua narasumber tersebut Koran Tempo tetap
berusaha menyisipkan sebuah latar guna memperoleh korelasi antara kedua
pendapat narasumber ini. Hasil analisis dengan membagi elemen berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
278
berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada
tentang sengketa tanah sriwedari Solo.59
5. Analisis Teks Berita dengan Tema Mundurnya GBPH Prabukusumo dari
Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY
Elemen struktur berita pilihan di Koran Tempo mengenai Mundurnya
GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY adalah
berita dengan judul Pangeran Yogya Tinggalkan Demokrat yang terbit pada edisi
Kamis, 9 Desember 2010.
Tabel 28. Analisis Berita dengan Judul Pangeran Yogya Tinggalkan
Demokrat
Koran TEMPO (Kamis, 9 Desember 2010)
Kal.
Par
Proposisi Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Pangeran Yogya
Tinggalkan Demokrat
Headline Who,
What
Huruf dicetak
tebal, Leksikon:
Tinggalkan
Tak Diundang dalam
pertemuan di Cikeas
Kickers What,
Where
Koherensi
Penjelas
Terdapat foto
dari wartawan
Tempo/Bernada
Ruruit dengan
caption: Gusti
Bendoro
Pangeran
Haryo
59 Danang Pidekso, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
279
Prabukusumo
(berkemeja
batik) di
kediamannya,
Yogyakarta,
kemarin.
Kal1.
Par1
Yogyakarta -- Adik Sri
Sultan Hamengku Buwono
X, Gusti Bendara Pangeran
Haryo Prabu Kusumo,
memutuskan mundur dari
kepengurusan dan
keanggotaannya di Partai
Demokrat.
Lead Where,
Who,
What
Koherensi
Penjelas
Konfiks,
Leksikon:
mundur
Kal2.
Par1
Keputusan ini merupakan
buntut kontroversi tentang
pemilihan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Lead How Koherensi
Penjelas
Leksikon:
buntut,
kontroversi
Kal1.
Par2
“Malam nanti Prabu
Kusumo menyatakan resmi
mundur,” kata orang dekat
Pangeran Prabu kepada
Tempo kemarin.
Kutipan When,
Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Leksikon:
resmi, mundur
Kal2.
Par2
Sebelumnya, setelah
menemui para seniman di
kediamannya, Alun-alun
Kidul, Yogyakarta, Pangeran
Prabu menyatakan,
“Kemungkinan mundur,
Kutipan What,
Who,
Where,
How
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Sufiks,
Leksikon:
mundur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
280
tunggu nanti malam saja.”
Kal1.
Par3
Tempo pun menanyakan
pendapatnya tentang harapan
Ketua Dewan Pembina
Demokrat yang juga
presiden, Susilo Bambang
Yudhoyono, agar Pangeran
Prabu, yang juga Ketua
Demokrat Provinsi
Yogyakarta, tak mundur
dari partai.
Latar,
Parafrase
What,
Who,
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
tak
langsung,
Kata kerja
transitif
Sufiks,
Leksikon:
mundur
Kal2.
Par3
Presiden menyampaikan hal
itu kepada sejumlah
pengurus Demokrat
Yogyakarta di Puri Cikeas,
Sabtu pekan lalu.
Latar Who,
What,
Where,
When
Koherensi
Penjelas,
Kata kerja
transitif
Kal3.
Par3
“Tidak bisa,” ucapnya tegas. Kutipan How,
What
Koherensi
Pembeda,
Kalimat
langsung
Kal4.
Par3
“Ini soal harga diri bapak
saya (Sri Sultan Hamengku
Buwono IX). Saya tak ingin
menjadi anak durhaka.”
Kutipan What,
Why
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung,
kata ganti
orang
Leksikon: soal,
Idiom: harga
diri, anak
durhaka,
Tanda kurung
menunjuk
kepada
Kal1.
Par4
Di hadapan para seniman
tradisional, Pangeran Prabu
Latar What,
Who,
Koherensi
Penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
281
menangis ketika
menyampaikan alasan
pembelaannya terhadap
martabat ayahnya.
How Kata kerja
transitif
Kal2.
Par4
Dalam acara itu para seniman
mendesak Demokrat
Yogyakarta mendukung
penetapan Sultan sebagai
gubernur.
Latar What,
Who,
How
Koherensi
Penjelas
Kal2.
Par4
Sejumlah seniman pun tak
bisa membendung air mata.
Latar Who,
What
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
membendung,
Prefiks, Idiom:
air mata
Kal3.
Par4
Suasana hening. Latar How Koherensi
Penjelas
Leksikon:
hening
Kal1.
Par5
Ia menjelaskan, ayahnya dan
Paku Alam VIII telah
mengorbankan harga diri
dengan mengumumkan
Amanat 5 September 1945,
yang menyerahkan negara
Ngayogyakarta Hadiningrat
yang berdaulat kepada
Indonesia.
Parafrase Who,
What,
How
Koherensi
Penjelas,
Kata ganti
orang,
Kata kerja
transitif,
Detail
Idiom: harga
diri
Kal2.
Par5
“Artinya apa? Harga diri
bapak, yang tadinya berkuasa
penuh, menjadi sangat
sangat terbatas. Kalau
sekarang masih diucik-ucik,
Kutipan What,
How,
Who
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Sufiks,
Leksikon:
harga diri,
diucik-ucik,
Konfiks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
282
itu keterlaluan,” kata
Pangeran Prabu.
Kal1.
Par6
Rencana mundur sudah
disampaikannya beberapa
hari lalu jika pemerintah
berkeras mengusulkan
pemilihan Gubernur
Yogyakarta dalam
Rancangan Undang-Undang
Keistimewaan Yogyakarta.
Latar What,
When,
Who,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
mundur,
Prefiks
Kal2.
Par6
Selama ini Sultan Hamengku
Buwono dan Paku Alam
otomatis ditetapkan sebagai
gubernur dan wakil gubernur.
Latar Who,
How
Koherensi
Penjelas
Leksikon:
otomatis
Kal3.
Par6
Pemerintah tetap
menginginkan ada pemilihan.
Latar Who,
What,
How
Koherensi
Pembeda
Kal4.
Par6
Sikap Demokrat pun sama,
yakni mendukung pemilihan.
Latar What,
How
Koherensi
Penjelas
Kal1.
Par7
Menurut Sekretaris Dewan
Pembina Demokrat Andi
Alifian Mallarangeng, sikap
itu disampaikan dalam
pertemuan Yudhoyono dan
pengurus pusat dengan
pengurus kabupaten/kota dan
provinsi se-Yogyakarta pada
Sabtu pekan lalu.
Parafrase Who,
What,
How,
When
Koherensi
penjelas,
Kalimat
tak
langsung
Label jabatan
Kal2. Hadir dalam pertemuan, Latar What, Koherensi Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
283
Par7 antara lain, Ketua Demokrat
Kota Yogyakarta Sinarbiyat
Nujanat, Sekretaris
Demokrat Provinsi Agus
Bastian, dan Wakil Ketua
DPRD Provinsi Yogyakarta
dari Demokrat, Sukedi. Tapi
Pangeran tak hadir.
Who,
How
penjelas,
Detail
Kal1.
Par8
Menteri Pemuda dan
Olahraga ini pun
mempersilakan jika Pangeran
hendak mengundurkan diri.
Latar Who,
How,
What
Koherensi
Penjelas
Label jabatan
Kal2.
Par8
"Hak seseorang untuk
menjadi anggota atau tidak,”
ujarnya kemarin.
Kutipan How,
When
Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Sufiks
Kal1.
Par9
Pangeran Prabu mengaku
tak diundang dalam
pertemuan itu.
Latar Who,
How,
What
Koherensi
penjelas
Kal2.
Par9
“Demi Allah.” Padahal,
telepon rumah dan telepon
selulernya selalu aktif.
Kutipan How Koherensi
Penjelas,
Kalimat
langsung
Sufiks, Idiom:
Demi Allah
Sumber : Berita 1, tema Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY
Pada tema Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat
Terkait Isu Keistimewaan DIY, berita pilihan di Koran Tempo adalah berita
berjudul Pangeran Yogya Tinggalkan Demokrat. Dari unsur Sintaksis, judul
berita yang dipakai Koran Tempo dengan tidak menyebut nama melainkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
284
menunjuk status darah biru, sebagai putra keraton Yogyakarta dengan sebutan
Pangeran, menggambarkan bahwa Koran Tempo ingin menonjolkan latar
belakang silsilah si subyek sebagai bagian dari kaum ningrat. Namun
penggunaan leksikon: tinggalkan sebagai kata penjelas dirasa kurang tepat,
karena leksikon: tinggalkan itu akan membentuk persepsi pembaca, bahwa
beliau pergi dengan tidak hormat. Seharusnya yang digunakan adalah
leksikon: meninggalkan/mengundurkan diri, karena menggambarkan sesuatu
yang lebih halus dan lebih menjelaskan bahwa beliau lebih memilih asal
usulnya, dari pada jabatan politik kepartaian yang disandangnya. Dalam lead
berita ini Koran Tempo memberikan sedikit gambaran alasan mundur GBPH
Prabukusumo, berikut isinya:
Yogyakarta -- Adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabu Kusumo, memutuskan mundur dari kepengurusan dan keanggotaannya di Partai Demokrat. Keputusan ini merupakan buntut kontroversi tentang pemilihan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. (Lihat Tabel 28, Kalimat 1 & 2. Paragraf 1)
Dalam pemilihan narasumber sendiri, dalam berita ini koran Tempo menempatkan
pendapat GBPH Prabukusumo sebagai narasumber utama melalui kutipan
langung, disertai kutipan pendapat orang dekat beliau sebagai penjelas, juga
pendapat Sekretaris Dewan Pembina Demokrat Andi Alfian Malarangeng sebagai
pihak yang menanggapi.
Unsur skrip, berita ini secara keseluruhan telah memenuhi unsur
pembentukan berita karena unsur 5W+1H sudah tercakup dalam pemberitaan.
Dengan unsur How sebagai unsur yang mendominasi.
Unsur tematik, tema yang dipilih oleh Koran Tempo dalam berita ini
hanya tentang pengunduran diri GPBH Prabukusumo. Dalam berita ini terlihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
285
bahwa Koran Tempo berusaha menggali penyebab mundurnya Prabukusumo
dengan mengisahkan alasan-alasan beliau yang dikompair dengan tanggapan dari
Partai Demokrat sendiri.
Unsur retoris, sesuatu yang coba dipakai Koran Tempo untuk
menonjolkan pemberita adalah foto yang menggambarkan suasana saat proses
pertemuan GBPH Prabukusumo dengan para seniman guna memaparkan
keinginan mundurnya dari Demokrat.
Secara keseluruhan Koran Tempo dalam pemberitaan ini, coba
menyampaian pesan dengan cara bercerita tertentu, dengan menonjolkan satu sisi
subyek utama disertai tanggapan dari subyek lain yang punya sangkut paut
dengan kisah subyek utama tadi, untuk mencoba berimbang. Hasil analisis dengan
membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan
penelitian yang pernah ada tentang wacana terorisme pasca teror bom bali.60
C. MATRIK ANALISIS FRAME BERITA
a. Harian Kompas
NO. TEMA Judul Berita Frame Kompas
1. RUU Keistimewaan
Yogyakarta Versi
Pemerintah
a. Pemerintah Usul
Gubernur Dipilih
Gubernur tetap
dipilih secara
Demokratis
b. Keistimewaan
Versi Pemerintah
Pemerintah
Bersikukuh
Gubernur DIY
dipilih
60 Muhammad Amin M, Loc.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
286
c. Sultan Hanya
Dijadikan Simbol
Sultan HB dan
Paku Alam
sebagai
Gubernur
Utama dan
Wagub Utama
2. Survei Mengenai
Keistimewaan
Yogyakarta
a. Lebih Suka
Penetapan
Jajak Pendapat
Kompas tahun
2008-2010
hasilnya
mayoritas
memilih
penetapan
b. Survei Menjadi
Acuan
Kemendagri
Survei
Kemendagri
menunjukkan 71
persen
menghendaki
pemilihan
c. Publik
Cenderung
Terima
Keistimewaan
Penilaian opini
publik oleh
Kompas tahun
2010, hasilnya
mayoritas
menerima sifat
kekhususan DIY
3. Sikap Setgab
Terkait RUU
Keistimewaan DIY
a. Setgab Terpecah
soal Yogyakarta
Pro-Kontra
sikap Setgab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
287
b. Koran Tempo
NO. TEMA Judul Berita Frame Koran
Tempo
1. Usulan
Referendum
a. Yogyakarta
Gulirkan
referendum
Masyarakat
Yogyakarta
inginkan
Referendum
b. Pemerintah
Berhati-hati
Sikapi Isu
Referendum
Desakan
Referendum
disikapi hati-hati
oleh Pemerintah
c. Silakan Yogya
Gelar
Referendum
Pro-Kontra sikap
atas usulan
referendum dari
Sultan
2. RUU
Keistimewaan
Yogyakarta Versi
Pemerintah
a. Usulan
Pemerintah Tetap
Gubernur Yogya
Dipilih
Dalam draf
RUUK DIY
pemerintah
berkukuh
Gubernur dipilih
b. Sultan Dijadikan
Gubernur Utama
Kemendagri
memfinalisasi
tugas Sultan
sebagai Gubernur
Utama
c. Pemerintah
Ngotot Gubernur
Yogya Harus
Pemerintah
berkeras,
mekanisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
288
Dipilih pemilihan bagi
Gubernur DIY
3. Survei Mengenai
Keistimewaan
Yogyakarta
a. 71 Persen Warga
Ingin Pemilihan
Klaim pemerintah
atas hasil survei
71 persen
pemilihan
b. Keraton Yogya
Curiga Survei
Direkayasa
Gusti Hemas
mempertanyakan
kesahikan survei
dari Kemendagri
c. Survei Tandingan
Disebar
Paguyuban
Dukuh dan Lurah
se-DIY
mengadakan
survei balasan
d. Mayoritas
Responden
Dukung
Penetapan Sultan
Hasil Survei
Paguyuban
Dukuh dan Lurah
se-DIY, 92 persen
responden
dukung
penetapan
e. Sama-sama
Survei, Hasil
Berkesebalikan
Hasil survei
Kemendagri
berbeda dengan
hasil survei dari
Paguyuban Semar
Sembogo dan
Jajak Pendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
289
Kompas
4. Sikap Setgab
Terkait RUU
Keistimewaan DIY
a. Setgab Koalisi
Bentuk Tim
Melobi Sultan
Tim bentukan
Setgab bertugas
melakukan
penyerapan
aspirasi dan
sosialisasi kepada
Sultan
5. Mundurnya GBPH
Prabukusumo dari
Partai Demokrat
Terkait Isu
Keistimewaan DIY
a. Pangeran Yogya
Tinggalkan
Demokrat
Harga diri Sultan
HB IX sebagai
alasan GBPH
Prabukusumo
mundur dari
Partai Demokrat
D. KEBIJAKAN REDAKSIONAL HARIAN KOMPAS DAN KORAN
TEMPO
Dari hasil pembedahan teks berita di Harian Kompas dan Koran Tempo
mengenai isu seputar keistimewaan DIY di atas, Peneliti akan mencoba
mencocokkannya dengan melihat seperti apa kebijakan keredaksionalan yang
dipakai oleh kedua media massa tersebut, yang diperoleh melalui in depth
interview. Peneliti mengambil dua orang dari masing-masing media, yaitu di
pihak Kompas ada Kepala Perwakilan Kompas Yogyakarta yang merangkap
wartawan; Pak Thomas Pudjo Widijanto, dan reporter Kompas; Aloysius B
Kurniawan. Sedangkan di pihak Koran Tempo ada Pak Phillipus SMS Parera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
290
selaku Kepala Tempo Biro Yogyakarta yang merangkap redaktur berita, dan Pito
Agustin Rudiana selaku reporter Koran Tempo.
Penilaian terhadap isu seputar keistimewaan DIY. Wartawan Kompas
menilai isu seputar keistimewaan DIY sebagai isu yang menarik, seperti yang
terlihat pada kutipan wawancara dengan Pak Thomas Pudjo Widijanto pada Senin,
7 November 2011 berikut ini:
E... sebagai wartawan mungkin memang isu menarik ya... terutama isu menarik dan e... bagi masyarakat DIY, keistimewaan DIY itu memang terletak pada Sultan dan wakilnya... dan Paku Alam gitu... jadi... makanya... dan itu sudah kayak menyejarah gitu lho bagi masyarakat, jadi saya itu tidak pernah yang namanya punya Gubernur itu orang luar gitu, kita punya gubernur itu selalu Sultan gitu, sehingga ketika ini digoncang, ya masyarakat goncang... dan itu sebagian besar. Oke... katakan enam puluh persen aja tergoncang oleh isu-isu ini... dan kami sebagai wartawan di samping punya penilaian menarik, juga ingin memberikan benar-benar e... pemahaman kepada masyarakat luas bagaimana sebenarnya seharusnya DIY ini dipimpin, apakah penetapan, apakah e... itu pemilihan.
Pada faktor yang menjadi pertimbangan Harian Kompas dan Koran
Tempo mengangkat isu keistimewaan DIY menjadi berita. Harian Kompas dan
Koran Tempo memiliki persamaan pandangan dalam memandang bentuk
demokrasi yang terjadi pada isu keistimewaan DIY yang mengacu pada RUUK
DIY, tampak dari kutipan hasil wawancara berikut:
E... Kompas juga harus mendudukkan masalah propinsi ini, itu sesuai dengan kondisinya gitu... jadi kalau toh memang e... kita selalu ingin mengangkat bahwa e... kalau mau penetapan misalnya, kami juga memberikan kesempatan... menulis, atau e... kita menulis memang penetapan... tapi ada pihak yang pro pemilihan... ya kita mengangkat pemilihan begitu, jadi e... isu ini adalah isu bagaimana misalnya membangun demokrasi, membangun demokrasi itu apakah harus pemilihan... ini banyak di... di kasus RUUK sendiri memunculkan banyak pelajaran, salah satunya memang membangun demokrasi itu... yang kedua adalah bagaimana sejarah memberikan warna pada penetapan pemerintahan itu akan terlihat gitu tentang RUUK. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011)
Kalau RUUK ini sebenarnya awalnya baik-baik saja ya, tidak ada masalah ya, kemudian ketika muncul soal mekanisme pengisisan jabatan itu yang kemudian ceritanya menjadi ribet, menjadi persoalan karena ternyata ada perbedaan pandangan yang ternyata itu sangat prinsipil, saya sih melihatnya lebih pada ini ya... konteks persoalan disini adalah persoalan demokrasi, artinya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
291
terlepas itu omongannya SBY atau bantahan dari Sultan, artinya masyarakat punya hak untuk menentukan siapa orang yang layak menjadi pemimpinnya di daerahnya... begitu, cuman kan kemudian di DIY kan spesifik karena mengacu pada status istimewa itu, nah kemudian itu yang kesannya membedakan DIY dengan daerah atau propinsi yang lain begitu. (Pito Agustin Rudiana; Selasa, 2 Agustus 2011)
Aspirasi penetapan oleh masyarakat Yogyakarta terkait RUUK DIY oleh kedua
perwakilan media dianggap juga merupakan salah satu bentuk demokrasi. Seperti
yang dikatakan Sudi Silalahi 61, penerapan nilai-nilai universal demokrasi juga
telah memfasilitasi kebebasan sipil yang makin meningkat di beberapa tahun
terakhir. Meningkatnya kinerja kebebasan sipil itu, nampak dari makin
membaiknya jaminan terhadap kebebasan berpendapat, kebebasan dari rasa takut,
kebebasan berusaha, dan kebebasan berkumpul dan berserikat. Meningkatnya
kualitas kebebasan sipil juga ditunjukkan dengan makin majunya keleluasaan
informasi dan komunikasi publik. Keleluasaan akses informasi dan kebebasan
jalur komunikasi di Indonesia telah ikut menyemai benih penyuburan demokrasi
di berbagai ranah pembangunan dengan semakin menguatnya nilai-nilai
demokrasi sebagai sendi utama penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang ikut pula memberikan penguatan bagi dinamika budaya nasional.
Kemudian, faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan di ruang
pemberitaan. Pada harian Kompas cara menentukan ukuran dalam memandang
suatu peristiwa menjadi berita, seperti apa ciri-ciri berita yang baik, dan seperti
apa kriteria kelayakan berita ternyata dipengaruhi oleh level rutinitas media, hal
tersebut tampak dari hasil kutipan wawancara berikut:
61.Sudi Silalahi, Jurnal Sekretaris Negara RI, NEGARAWAN; Demokrasi Untuk Pembangunan, No. 18, November 2010, hal. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
292
Editor itu namanya Kepala desk, Kepala desk inilah dan wakilnya yang memberi tugas kepada wartawan. Gitu, lalu Redpel atau redaktur pelaksana, tugasnya redaktur pelaksana itu yang menghimpun dan yang memimpin, misalnya kamu mbok nulis ini... kamu nulis ini... itu kadang-kadang oleh redpel, disamping ide... ide oleh kepala desk sendiri... gitu, tapi kadang-kadang redpel ini juga memberi tugas. Karena tugas redpel adalah memang mengawasi seluruh proses jadinya koran dari awal sampai akhir... ini tugasnya redpel, jadi redpel semua harus tahu... berita apa yang akan dikeluarkan hari ini oleh Kompas, berita apa yang akan kita keluarkan besok. Kepala desk itu berpengaruh dalam penentuan tema berita. Redpel punya kewenangan sendiri, dia bisa menolak untuk sebuah pemberitaan, wah berita ini tidak usah!, ini redpel bisa... jadi meskipun sudah masuk ke kepala desk-kelapa desk... nanti ada tataran lagi untuk menyeyeleksi, ini tidak usah dimuat misalnya... itu haknya si redpel. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011)
Hal serupa juga dilakukan di Koran Tempo, ada pengaruh dari rutinitas media
dalam menentukan berita, seperti yang terlihat dari petikan hasil wawancara
berikut:
Ada dua jenis... ya... dua jenis berita yang sehari-hari kita geluti. Berita yang direncanakan dan berita yang tidak direncanakan, berita yang direncanakan itu biasanya follow up ya... atau bisa juga in depth. Kita mendengar informasi kita coba gali, nah... untuk follow up, berita-berita yang direncanakan ini in depth, tulisan panjang atau apapun itu, itu biasanya e... wartawan itu ditugasi, kita bikin rapat, dalam rapat redaksi kita fokuskan, kita menulis seperti ini, angelnya seperti ini, biasanya kalau bisa ini...ini... ini..., tentang ini, dan ini kemudian kita tugaskan si A kesini,si B kesini, wawancara ini, reportase ini. Nah, tapi ada juga berita yang tidak by penugasan, jadi hari ini misalnya pagi-pagi setiap wartawan sudah dibagi bit... kita bilang bit... tempat liputan. Kita bagi wartawan A tugasnya di kantor gubernur misalnya, setiap hari dia akan kesana setiap pagi, nanti apa yang terjadi... bitnya disana, tiap hari dia akan disana. Nah, yang akan ditulis adalah apa yang dia temukan disana pada hari itu, ada apa-ada apa dia akan menulis itu. Nah, tapi tidak berarti apa yang dia dapat disana bisa dia tulis begitu saja, nanti kan dia kasih kabar ni... dia telpon atau sms atau kirim email, atau apapun itu. Mas atau mbak... hari ini di kantor gubernur ada berita ini, begini... begini... begini..., nanti redaktur akan menilai, o... ini berita bagus, nanti akan dibalas... Oke...!, tapi kamu tambahin sumber ini... Jadi begitu, tetap ada pengarahan karena memang... tapi memang pengarahan pada kasus yang kedua, pengarahan itu fungsinya untuk memperdalam berita, untuk membuat berita itu menjadi komprehensif, ya... obyektif, (Phillipus SMS Parera; Jumat, 29 Juli 2011 & Selasa, 2 Agustus 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
293
Dengan demikian pemberitaan pada hakikatnya tidak bisa lepas dari faktor
individu atau si pembuat berita yang ada kemungkinan mempunyai subjektivitas
dalam membuat berita. Dalam hasil penelitian Artini62, dikatakan bahwa self
censorship merupakan bentuk proses seleksi atau sensor diri secara intelektual
dalam diri wartawan ketika dia dihadapkan pada pilihan untuk semua pihak,
bahwa pentingnya konsep self censorship dan tanggung jawab media dalam
kegiatan redaksi. Pada tingkat organisasi atau masyarakat, terlebih lagi media
masa, self censorship atau sensor diri adalah tindakan pengawasan yang dilakukan
sendiri terutama dalam memenuhi berbagai kepentingan, yakni masyarakat dan
pasar. Tindakan self censorship tidak hanya untuk menghadapi isu-isu sensitif,
tapi juga dalam proses seleksi atau editing di media, kreatifitas iklan, yang disebut
juga soft censorship. Secara internal, media terus melakukan self censorship ini
seperti pemilihan judul atau headline berita di surat kabar sebagai proses editing.
Faktor ekstra media. Sumber berita juga memberi pengaruh dalam
bagaimana bentuk pemberitaan nantinya, sumber berita ini dapat dilihat dalam
pemilihan narasumber. pertimbangan harian Kompas dalam memilih narasumber
menurut wartawan sebagai berikut:
Ada korelasi antara keintelektualan dia dengan kasus yang dihadapi. E... karena itu penting bagi sebuah berita, kita tidak hanya mengandalkan atau menunggu peristiwa itu, tapi juga menarik akademisi sebagai narasumber, untuk ikut memikirkan ini. Dan itu juga harus ada korelasi antara si pakar dan peristiwa kasusnya begitu, misalnya peristiwa keistimewaan menghadirkan dari pakar hukum, dengan pakar politik, dengan negarawan, dengan budayawan, dengan masyarakat Jogja sendiri. Itu penting menurut kita, seluas mungkin berita itu, sejelas mungkin berita itu, itu penting bagi pemberitaan. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011)
62.Artini, EXPOSURE: Journal of Advance Communication, Self Censorship dan Tanggung Jawab Sosial Media Massa, Vol.1 No.1, Februari 2011, hal. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
294
Pertimbangannya ya kompeten, Sultan, kayak anggota pansus RUUK... Hajar Pranowo... saya pernah wawancara, Ketuanya panja RUUK si Chairuman Harahap pernah, yang jelas ya dua anggota panja RUUK itu pernah. Terus temen-temen aktivis keistimewaan Jogjakarta juga penah ada,macam-macam lah, masyarakat awam ada juga. (Aloysius B Kurniawan; Rabu, 3 Agustus 2011)
Sedangkan menurut wartawan Koran Tempo pertimbangan yang diambil dalam
memilih narasumber adalah sebagai berikut:
Peristiwa atau berita, kejadian, isu yang kita beritakan, yang berkembang di masyarakat itu memiliki begitu banyak fakta ya..., ada yang murni peristiwa gitu lho! tapi setelah fakta, setelah kejadian itu ada yang namanya diskursus... ya. Ada pertanyaan misalnya e... yang sekarang sedang orang debat itu adalah apakah gubernur itu harus dipilih atau ditetapkan misalnya... nah, ketika kita menulis soal itu sebenarnya kita sedang menulis soal bagaimana politikus dan semua masyarakat Jogja, dan semua orang yang terlibat di dalam itu membuat pilihan. Jadi kita bicara soal diskusi... soal diskusi yang bukan cuma politik tetapi juga publik, nah untuk kasus semacam ini, kita penting untuk menghadirkan semua view... semua sudut pandang yang berkaitan dengan kasus ini, sehingga kita perlu bicara dengan banyak orang, mendengarkan banyak orang gitu lho, (Phillipus SMS Parera; Jumat, 29 Juli 2011 & Selasa, 2 Agustus 2011)
E... pertimbangannya adalah yang lebih... e... pertama adalah yang lebih capable ya... dia paham soal persoalan itu, kemudian yang kedua jelas dia adalah pihak-pihak yang punya kepentingan, jadinya tidak hanya persoalan pendukung penetapan atau pemilihan, tetapi juga pihak-pihak yang artinya memang selama ini mungkin merasa diuntungkan atau dirugikan dengan sistem kepemimpinan selama ini, model pemerintahan DIY selama ini begitu. Kemudian juga e... apa... keahliannya mungkin dia punya pandangan-pandangan sendiri soal keistimewaan, dan itu dari pakar-pakar,lebih cenderung begitu, dan juga yang beliau mengolah... misalnya kalau dari DPR RI... misalnya, beliau adalah yang mempunyai pengetahuan dan terlibat dalam proses pembahasannya, seperti itu. (Pito Agustin Rudiana; Selasa, 2 Agustus 2011)
Dalam berita keistimewaan DIY ini, pihak-pihak tertentu bisa menggunakan
media untuk menyampaikan apa yang menjadi pandangan mereka dan itu dapat
mengakibatkan terbentuknya opini publik. Dalam penelitian Budiono63, salah satu
temuannya menghasilkan kesimpulan bahwa pihak pro penetapan memobilisasi
63.Budiono, Jurnal Penelitian Komunikasi dan Informasi, Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informasi (BPPKI), Sidang Rakyat Yogyakarta: Memobilisasi Aspirasi Kepemimpinan DIY Melalui Mekanisme Penetapan, Vol 13, No.1, Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
295
opini publik melalui media massa dan media online. Karena pers nasional sebagai
salah satu institusi social dalam system politik secara keseluruhan berfungsi
sebagai jembatan penghubung antara struktur politik yang ada dalam masyarakat
yaitu antara infrastruktur politik, antar suprastruktur politik, antar infrastruktur
politik. 64
64.Sulistiani DN, Paradigma; Jurnal Masalah Sosial, Politik, dan Kebijakan, Pelaku Media dalam Memandang Persoalan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Vol 13, No.3, September 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
296
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis data yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, mengenai analisis framing terhadap berita
keistimewaan DIY pada harian Kompas dan Koran Tempo edisi Desember 2010 –
Januari 2011, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Harian Kompas
Harian Kompas menilai isu seputar Keistimewaan DIY ini sebagai
isu yang menarik.
Harian Kompas dalam mengemas realitas peristiwa seputar
keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010- Januari 2011,
cenderung menonjolkan realitas opini publik melalui jajak pendapat
lembaga litbang Kompas, akibatnya khalayak lebih mudah
mengingat aspek-aspek dari hasil jajak pendapat yang disajikan
secara menonjol oleh Kompas. Penyajian tersebut dilakukan dengan
menekankan hasil jajak pendapat, menonjolkan aspek mekanisme
pengangkatan Gubernur DIY, dan membesarkannya melalui berita
feature atas suatu realitas/peristiwa.
Seperti dikatakan bahwa jurnalisme ialah bercerita dengan suatu
tujuan. Dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin
disampaikan wartawan kepada pembacanya, dan ada tema yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
297
diangkat dari suatu peristiwa. Peristiwa seputar Keistimewaan DIY,
dalam berita harian Kompas edisi Desember 2010 - Januari 2011
yang dibedah menggunakan analisis framing, dapat disimpulkan
bahwa harian Kompas mengemas realitas tentang Keistimewaan
DIY lebih banyak menonjolan unsur retoris, dengan foto dan
terkhusus adalah dominasi paparan grafik dari hasil jajak pendapat
yang dilakukan melalui lembaga Litbang yang dimilikinya, guna
mengangkat tema jajak pendapat.
Dalam membingkai berita keistimewaan DIY, terkait isu yang
menjadi polemik seputar RUU Keistimewaan DIY, wartawan harian
Kompas punya visi untuk membentuk sesuatu, yaitu membentuk
opini publik.
Harian Kompas menerapkan follow-up dalam membingkai berita
keistimewaan DIY terkait polemik RUU Keistimewaan DIY, dengan
menampilkan feature melalui cara berkisah tertentu.
Harian Kompas tidak memuat atau memberi judul khusus yang
membahas tentang usulan referendum yang muncul di DIY.
Wartawan harian Kompas dalam menerapkan standart kebenaran,
matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya
dalam mengolah dan menyuguhkan berita dipengaruhi oleh rutinitas
media yakni pada prosedur pengambilan keputusan di ruang
pemberitaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
298
2. Koran Tempo
Koran Tempo dalam mengemas realitas peristiwa seputar
keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011
cenderung berimbang, hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan
porsi sama besar antara pandangan pihak pemerintah dengan pihak
masyarakat DIY.
Unsur yang paling menonjol dari analisis framing Pan Kosicki pada
berita seputar Keistimewaan DIY di Koran Tempo edisi Desember
2010-Januari 2011 adalah unsur retoris, hal yang mencolok dapat
terlihat adalah dari penggunaan grafis untuk menekankan isi berita.
Koran Tempo memberikan porsi lebih pada usulan referendum, hal
tersebut tampak dari usaha penggalian semua informasi yang
mungkin, termasuk mencari-cari pendapat masyarakat DIY, juga para
pakar yang dianggap kompeten menanggapi usulan referendum untuk
digunakan sebagai bahan pertimbangan, dimana semuanya itu
ditempatkan dalam beberapa berita dengan judul referendum.
Koran Tempo menerapkan follow-up dalam membingkai berita
keistimewaan DIY terkait polemik RUU Keistimewaan DIY, yakni
tidak sebatas ketika isu itu meledak tapi kemudian mencari tahu
mengapa dan bagaimana, tidak semata-mata kapan dan dimana.
Dengan maksud agar berita tetap terus bergulir sesuai dengan fokus
dan tema besar yang sama tapi dengan isu yang berubah-ubah. Itu
dipandang Koran Tempo sebagai bentuk pengawalan media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
299
Konsen Koran Tempo dalam berita RUU Keistimewaan DIY adalah
sebisa mungkin memberikan dan menampilkan semua perspektif
yang mungkin untuk masyarakat tentang Jogja.
Wartawan Koran Tempo dalam menerapkan standart kebenaran,
matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya
dalam mengolah dan menyuguhkan berita juga dipengaruhi oleh
rutinitas media yakni pada prosedur pengambilan keputusan di ruang
pemberitaan.
B. SARAN
1. Bagi Pengelola Media
Pengelola media diharapkan sebisa mungkin selalu menerapkan
prinsip berita berimbang dalam pemberitaannya, melalui coverboth
side bahkan cover all side.
Dalam melakukan peliputan sebagai bentuk pengawalan media
terhadap suatu isu, diusahakan agar media tidak hanya
menjadi/dijadikan corong oleh pihak-pihak tertentu yang
memanfaatkannya untuk kepentingan mereka.
2. Bagi Pemerintah Pusat, DPR, dan pihak Keraton Yogyakarta
Sebaiknya Pemerintah Pusat dan DPR segera menetapkan peraturan
perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum, terhadap
keberadaan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
300
memperhatikan aspirasi dari masyarakat Yogyakarta melalui DPRD
dan pihak kraton Yogyakarta.
Setelah ada penetapan peraturan perundang-undangan bagi status
keistimewaan DIY yang nantinya dapat diterima oleh semua pihak
termasuk Kraton Yogyakarta dan pemerintah DIY, diharapkan peran
dan fungsi pemerintahan dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Berita seputar Keistimewaan DIY ini merupakan berita besar yang
masih bisa memunculkan isu-isu baru dalam perkembangannya,
karena sampai saat ini masih belum ada ujung pangkal
penyelesaiannya sehingga masih dapat dilakukan penelitian,
misalnya dalam hal sistem pemerintahan, kebudayaan, dan
keagrariaan.
Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan terhadap
berita seputar isu keistimewaan DIY di koran nasional, bisa mencoba
menggunakan teori agenda setting, untuk melihat seperti apa akibat
dari pemberitaan tersebut bagi tokoh-tokoh yang diberitakan, bagi
tokoh DIY seperti apa, bagi Pemerintah seperti apa, bagi DPR
seperti apa, juga bagi rakyat Yogyakarta sendiri seperti apa.