Post on 30-May-2018
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
1/409
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN MANGROVE
DI PANTAI UTARA DAN SELATANJAWA TENGAH
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Ilmu Lingkungan
Disusun oleh:
AHMAD DWI SETYAWAN
A 0112001
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2005
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
2/409
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
3/409
iii
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
MANGROVE DI PANTAI UTARA DAN SELATAN
JAWA TENGAH
Disusun oleh:
AHMAD DWI SETYAWAN
NIM.: A 0112001
Telah disetujui oleh Tim Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Prof. Drs. Haris Mudjiman, M.A., Ph.D. ....................... .................
Sekretaris : Al. Sentot Sudaryanto, S.H., M.H.. ....................... .................
Anggota : 1. Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. ....................... .................
2. Drs. Wiryanto, M.Si. ....................... .................
Mengetahui/Menyetujui:
Ketua Program StudiIlmu Lingkungan
: Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si.NIP. 131 947 768
....................... .................
Direktur ProgramPascasarjana
: Prof. Drs. Haris Mudjiman, M.A., Ph.D.NIP. 130 344 454
....................... .................
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
4/409
iv
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama : Ahmad Dwi Setyawan
NIM : A0112001
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: Keanekaragaman
Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah adalah
betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini
diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka. Apabila di kemudian
hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 2 Oktober 2004
Yang membuat pernyataan
Ahmad Dwi Setyawan
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
5/409
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk 60 Tahun Indonesi aku Merdeka!Untuk 60 Tahun Indonesi aku Merdeka!
&&
Para Pej uang Tanzi m AlPara Pej uang Tanzim Al --QaedahQaedah
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
6/409
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Alloh SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang menciptakan harapan, kekuatan, dan kesabaran, atas ijin-Nya naskah tesis ini
dapat disusun sebagaimana direncanakan. Shalawat dan salam bagi sang Nabi,
Muhammad SAW. Naskah laporan penelitian tesis ini berjudul
Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa
Tengah. Judul ini dipilih mengingat masih terbatasnya tulisan yang secara
khusus membahas ekosistem mangrove di Propinsi Jawa Tengah. Dengan tulisan
ini penulis berharap dapat turut menyumbangkan buah pikiran kepada para pihak,
khususnya para pakar, birokrat, dan pengambil kebijakan yang terkait dengan
kawasan pesisir Propinsi Jawa Tengah.
Dalam penulisan naskah ini penulis dibantu banyak pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. dan Al. Sentot Sudarwanto, S.H., M.H. selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Lingkungan PPS UNS Surakarta,
atas bantuannya pada masa-masa akhir studi penulis.
2. Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua
Program Studi Ilmu Lingkungan PPS UNS Surakarta periode 1998-2003, atas
bimbingan dan dorongan yang luar biasa untuk menyelesaikan studi secara cepat.
3. Drs. Wiryanto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang tiada segan untuk
turun ke lapangan membantu koleksi data serta memberikan bimbingan secara
terus-menerus dalam penulisan naskah.
4. Drs. Kusumo Winarno, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Lingkungan PPS UNS Surakarta periode 1998-2003, atas bantuan analisis
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
7/409
vii
laboratorium dan masukan-masukan yang sangat berharga bagi naskah ini.
5. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan, M.Sc. yang telah memberi inspirasi untuk
meneliti ekosistem mangrove, serta komunikasi ilmiah yang sangat berharga
di muara Sungai Bogowonto dan Segara Anakan.
6. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. yang telah memberi masukan yang sangat
berarti dalam menginterpretasikan pola pita isozim.
7. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. dan Dr. Sugiyarto, M.Si. yang telah berkenan
membaca manuskrip awal dan memberikan saran perbaikan atas naskah ini.
8. Drs. H. Soepadmo (Alm.), Hj. Amrin Salami, dan keluarga yang membantu
secara material dan moral selama penulis melaksanakan studi.
9. Ari Susilowati, S.Si., M.Si., Cahyanto Mukti, S.Si., Ainur Rohimah, S.Si.,
Asriyati Asih Lestari, dan Sugito atas bantuan koleksi data, baik di lapangan
maupun di laboratorium.
10.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah membantu
penulisan naskah ini.
Penulis menyadari, naskah tesis ini masih terdapat kelemahan meskipun
telah diusahakan sedapat mungkin untuk meminimalkannya. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan dan petunjuk dari
semua pihak, khususnya para pakar senior dalam penelitian ekosistem mangrove,
demi sempurnanya tulisan ini apabila kelak dipublikasikan.
Akhirnya penulis berharap, tesis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Amin.
Surakarta, 2 Oktober 2004
Penulis
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
8/409
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN TIM PEMBIMBING ...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI .............................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxii
ABSTRAK .................................................................................................... xxiii
ABSTRACT ................................................................................................... xxvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................... 8
A. Kajian Teori ............................................................................. 8
1. Definisi Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) .............. 8
2. Definisi Mangrove .................................................................. 9
3. Sebaran Ekosistem Mangrove ................................................ 11
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
9/409
ix
4. Manfaat Ekosistem Mangrove ........................................... 17
5. Kerusakan Ekosistem Mangrove ....................................... 29
6. Komponen Lingkungan Mangrove ................................... 32
7. Adaptasi Tumbuhan dan Hewan Mangrove ........................ 44
8. Zonasi Ekosistem Mangrove ............................................... 51
9. Komponen Biotik Mangrove ............................................. 53
10.Komposisi dan Struktur Vegetasi, serta Diagram ProfilVegetasi .................................................................................... 63
11.Keanekaragaman Genetik dan Kekerabatan Sonneratia albaBerdasarkan Pola Pita Isozim Esterase dan Peroksidase ......... 67
12.Parameter Lingkungan ............................................................ 73
13.Jenis-jenis Pemanfaatan Langsung di dalam EkosistemMangrove dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya, serta UpayaRestorasinya ........................................................................ 81
B. Penelitian Sejenis yang Relevan .............................................. 87
C. Kerangka Pemikiran ................................................................ 88
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 89
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................... 89
B. Data dan Sumber Data .............................................................. 92
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 93
D. Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian ................................ 93
E. Instrumen Penelitian (Bahan dan Alat) .................................. 95
F. Cara Penelitian .......................................................................... 100
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 113
H. Definisi Operasional ............................................................... 115
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 117
A. Rona Lingkungan ..................................................................... 117
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
10/409
x
1. Lingkungan Fisik (Abiotik) .................................................... 117
2. Lingkungan Biotik .................................................................... 123
3. Lingkungan Sosial-Ekonomi (Kultur) ...................................... 130
B. Deskripsi Area Penelitian ........................................................ 133
C. Keanekaragaman Spesies dan Sebaran Tumbuhan Mangrove .. 136
1. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Mangrove ...................... 136
2. Sebaran Lokasi Pertumbuhan .................................................... 143
D. Komposisi, Struktur Vegetasi, dan Profil Vegetasi Mangrove 147
1. Komposisi dan Struktur Vegetasi ............................................ 147
2. Diagram Profil Vegetasi .......................................................... 160
E. Keanekaragaman GenetikSonneratia alba ............................... 181
1. Keanekaragaman Genetik dan Kekerabatan Sonneratia alba ... 181
2. Struktur Genetik dan Restorasi Habitat .................................... 195
F. Parameter Lingkungan ............................................................. 200
1. Karakter Fisika-Kimia .............................................................. 200
2. Logam Berat Fe, Pb, Cd, dan Cr .............................................. 206
3. Unsur Nutrien ......................................................................... 217
G. Pemanfaatan Langsung di dalam Ekosistem Mangrove danPenggunaan Lahan di Sekitarnya, serta Upaya Restorasinya .... 226
1. Pemanfaatan Langsung di dalam Ekosistem Mangrove .......... 232
2. Penggunaan Lahan di Sekitar Ekosistem Mangrove ................ 242
3. Kerusakan Ekosistem Mangrove dan Upaya Restorasinya ...... 249
H. Permasalahan Ekosistem Mangrove di Pantai Utara danSelatan Jawa; Studi Kasus Pesisir Rembang dan SegaraAbakan Cilacap .................................................................... 257
1. Permasalahan Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten
Rembang .............................................................................. 257
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
11/409
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
12/409
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemanfaatan tumbuhan mangrove (SNM, 2003) ....................... 18
Tabel 2. Manfaat obat beberapa spesies tumbuhan mangrove danpenggunaannya (SNM, 2003) ..................................................... 24
Tabel 3. Keterkaitan antara faktor lingkungan dengan penyebaranbeberapa spesies pohon mangrove secara alami (SNM, 2003) ..... 33
Tabel 4. Penyebaran spesies mangrove berdasarkan penggenangan (SNM,2003) .............................................................................................. 43
Tabel 5. Tumbuhan dan hewan khas pada setiap kabupaten/kota seluruh diPropinsi Jawa Tengah (Bappedal, 2003) ..................................... 128
Tabel 6. Luas kawasan mangrove area penelitian ...................................... 135
Tabel 7. Keragaman spesies tumbuhan mangrove di pantai utara danselatan Jawa Tengah ...................................................................... 137
Tabel 8. Frekuensi relatif spesies tumbuhan mangrove strata habituspohon, strata habitus semak dan anak pohon, serta strata habitus
herba, bibit semak, dan bibit pohon di pantai utara dan selatanJawa Tengah ................................................................................ 148
Tabel 9. Nilai penutupan spesies tumbuhan mangrove strata habituspohon, strata habitus semak dan anak pohon, serta strata habitusherba, bibit semak, dan bibit pohon di pantai utara dan selatanJawa Tengah ................................................................................ 150
Tabel 10. Nilai penting spesies tumbuhan mangrove strata habitus pohon,strata habitus semak dan anak pohon, serta strata habitus herba,bibit semak, dan bibit pohon di pantai utara dan selatan Jawa
Tengah .......................................................................................... 152
Tabel 11. Kenekaragaman jenis tumbuhan yang memberi bentuk diagramprofil vegetasi ................................................................................ 161
Tabel12. Hasil pengukuran karakter fisik-kimia pada kawasan ekosistemmangrove di pantai utara dan selatan Jawa Tengah ....................... 201
Tabel 13. Kadar logam berat Fe, Cd, Cr, dan Pb di lingkungan mangrovepantai utara dan selatan Jawa Tengah ........................................... 207
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
13/409
xiii
Tabel 14. Hasil pengukuran unsur nutrien pada kawasan ekosistemmangrove di pantai utara dan selatan Jawa Tengah ...................... 218
Tabel 15. Pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove di pantaiutara dan selatan Jawa Tengah ..................................................... 228
Tabel 16. Penggunaan lahan di sekitar (di luar tegakan) ekosistemmangrove di pantai utara dan selatan Jawa Tengah ................... 229
Tabel 17. Kegiatan restorasi ekosistem mangrove di pantai utara danselatan Jawa Tengah ...................................................................... 230
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
14/409
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Distribusi mangrove dunia (dari total luas 18.107.700 ha).Keterangan: A. Indo-Pasifik Barat, B. Amerika - Afrika Barat(FAO 1985; Spalding dkk.,1997) ........................................ 12
Gambar 2. Distribusi luasan hutan mangrove di Asia Tenggara denganluas keseluruhan sekitar 61.250 km2 (A); dan jumlah spesiespada setiap negara (B) (Spalding dkk.,1997) ....................... 14
Gambar 3. Distribusi luasan hutan mangrove di Indonesia (FAO, 1985) .... 15
Gambar 4. Sebaran ekosistem mangrove di Jawa (Whitten dkk.,2000) .... 16
Gambar 5. Daur nutrien dan hubungan ketergantungan dalam ekosistemmangrove (Berjak dkk., 1977 dalam SNM, 2003) ................. 39
Gambar 4. Morfologi khas tumbuhan mangrove ...................................... 21
Gambar 5. Tipe ekosistem mangrove ......................................................... 22
Gambar 6. Bentuk spesifikasi akar pada mangrove. A. Akar papan,Heritiera, Xylocarpus. B. Akar pasak:Avicennia, Sonneratia.
C.Akar penyangga: Rhizophora. D. Akar lutut: Bruguiera .... 47
Gambar 7. Biji/propagul berbagai spesies tumbuhan mangrove ............... 49
Gambar 8 Komunitas mangrove ................................................................ 59
Gambar 9 Tipe habitat mangrove ............................................................ 59
Gambar 10. Fisiografi lingkungan mangrove ............................................ 59
Gambar 11. Morfologi khas tumbuhan mangrove .................................... 60
Gambar 12. Kerangka pemikiran .............................................................. 88
Gambar 13. Peta sebaran lokasi penelitian .................................................. 91
Gambar 14. Posisi belt transect dan plot kuadrat pada setiap stasiunpenelitian ................................................................................. 104
Gambar 15. Diagram vertikal dan horizontal profil vegetasi di 20 lokasidi pantai utara dan selatan Jawa Tengah. Keterangan: A.Wulan, B. Sigrogol, C. Serang, D. Bulak, E. Telukawur, F.
Tayu, G. Juwana, H. Pecangakan, I. Pasar Bangi, J. Lasem,
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
15/409
xv
K. Bogowonto, L. Cakrayasan, M. Lukulo, N. Cincingguling,O. Ijo, P. Bengawan, Q. Serayu, R. Tritih, S. Motean, T.
Muara Dua; 1. Avicennia spp., 2. Sonneratia spp., 3.Rhizophora spp., 4. Excoecaria agallocha, 5. Aegiceras, 6.Nypa fruticans, 7 (-), 8. Xylocarpus spp., 9. Bruguiera spp.;Sumbu panjang: x = 60 m, sumbu pendek: y = 10 m, sumbutegak: z = 20 m ................................................................. 167
Gambar 16. Variasi genotipe S. alba di pantai utara dan selatan JawaTengah: A. berdasarkan pita isozim esterase; B. berdasarkanpita isozim peroksidase .......................................................... 183
Gambar 17. Pita isozim esterase S. alba dari pantai utara dan selatan Jawa
Tengah. Keterangan: A = Wulan (WUL), B = Juwana (JUW),C = Pasar Banggi (PAS), D = Bogowonto (BOG), E =Motean (MOT), F = Muara Dua (MUA) ............................ 183
Gambar 18. Pita isozim peroksidase S. alba dari pantai utara dan selatanJawa Tengah. Keterangan: A = Wulan (WUL), B = Juwana(JUW), C = Pasar Banggi (PAS), D = Bogowonto (BOG), E= Motean (MOT), F = Muara Dua (MUA) ........................... 184
Gambar 19. Dendrogram hubungan kekerabatan S. alba dari pantai utaradan selatan Jawa Tengah berdasarkan pita isozim esterase.
Keterangan: WUL = Wulan, JUW = Juwana, PAS = PasarBanggi, BOG = Bogowonto, MOT = Motehan, MUA =Muara Dua. Pada kelompok VII = pita isozim tidak muncul. 185
Gambar 20. Dendrogram hubungan kekerabatan S. alba dari pantai utaradan selatan Jawa Tengah berdasarkan pita isozimperoksidase. Keterangan: WUL = Wulan, JUW = Juwana,PAS = Pasar Banggi, BOG = Bogowonto, MOT = Motehan,MUA = Muara Dua. Pada kelompok VII = pita isozim tidakmuncul ................................................................................... 186
Gambar 21. Penurunan luas laguna Segara Anakan 1903-2000 (ECI,1994) ....................................................................................... 275
Gambar 22. Sebaran lokasi penelitian berdasarkan letak dan batas petaadministratif kabupaten di Propinsi Jawa Tengah ................. 338
Gambar 23. Tipe topografi pulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ................... 339
Gambar 24. Tipe geologipulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ..................... 339
Gambar 25. Tipe fisiografipulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ................... 340
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
16/409
xvi
Gambar 26. Tipe iklim Schmidt-Ferguson pulau Jawa (Whitten dkk.,2000) ....................................................................................... 340
Gambar 27. Tipe agroklimat pulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ................ 341
Gambar 28. Curah hujan tahunan di pulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ..... 341
Gambar 29. Jumlah bulan kering di pulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ... 342
Gambar 30. Daerah aliran sungai (DAS)pulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ... 342
Gambar 31. Tipe permukaan air tanahpulau Jawa (Whitten dkk., 2000) .. 343
Gambar 32. Tipe penggunaan lahan pulau Jawa (Whitten dkk., 2000) ..... 343
Gambar 33. Sebaran kepadatan penduduk di pulau Jawa (Whitten dkk.,2000) ........................................................................................ ..... 344
Gambar 34. Sebaran pemukiman penduduk di pulau Jawa (Whitten dkk.,2000) .............................................................................. ......... 344
Gambar 35(Plate 1). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Demak... 345
Gambar 36(Plate 2). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Jepara .... 345
Gambar 37 (Plate 3). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Pati .. 346
Gambar 38(Plate 4). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Rembang .... 346
Gambar 39(Plate 5). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Kulonprogo 347
Gambar 40(Plate 6). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Purworejo. 347
Gambar 41(Plate 7). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Kebumen.. 348
Gambar 42(Plate 8). Batas wilayah dan data demografi Kabupaten Cilacap .. 348
Gambar 43. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Wulan ............... 349
Gambar 44. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Sigrogol ............. 350
Gambar 45. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Serang ............... 351
Gambar 46. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Bulak ................ 352
Gambar 47. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Telukawur ........ 353
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
17/409
xvii
Gambar 48. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Tayu .................... 354
Gambar 49. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Juwana ................ 355
Gambar 50. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Pecangakan ....... 356
Gambar 51. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Pasar Banggi ....... 357
Gambar 52. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Lasem ................. 358
Gambar 53. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Bogowonto ....... 359
Gambar 54. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Cakrayasan ........ 360
Gambar 55. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Wawar,Purworejo (tidak terdapat ekosistem mangrove) ................... 361
Gambar 56. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Lukulo ................ 362
Gambar 57. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Cingcingguling ... 363
Gambar 58. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Ijo........................ 364
Gambar 59. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Bengawan .......... 365
Gambar 60. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di Serayu ............... 366
Gambar 61. Bentuk landskap dan penutupan vegetasi di laguna SegaraAnakan, Cilacap (Tritih, Motean, Muara Dua) ....................... 367
Gambar 62. Lokasi penelitian Wulan .......................................................... 368
Gambar 63. Lokasi penelitian Sigrogol ..................................................... 368
Gambar 64. Lokasi penelitian Serang ..................................................... 368
Gambar 65. Lokasi penelitian Bulak .......................................................... 368
Gambar 66. Lokasi penelitian Telukawur .................................................. 368
Gambar 67. Lokasi penelitian Tayu ............................................................ 368
Gambar 68. Lokasi penelitian Juwana ..................................................... 369
Gambar 69. Lokasi penelitian Pecangakan ............................................... 369
Gambar 70. Lokasi penelitian Pasar Banggi ............................................... 369
Gambar 71. Lokasi penelitian Lasem ......................................................... 369
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
18/409
xviii
Gambar 72. Lokasi penelitian Bogowonto ................................................. 369
Gambar 73. Lokasi penelitian Cakrayasan..................................................... 369
Gambar 74. Lokasi penelitian Lukulo ..................................................... 369
Gambar 75. Lokasi penelitian Cingcinggguling ........................................ 369
Gambar 76. Lokasi penelitian Ijo ............................................................... 370
Gambar 77. Lokasi penelitian Bengawan ..................................................... 370
Gambar 78. Lokasi penelitian Serayu ........................................................ 370
Gambar 79. Lokasi penelitian Tritih .......................................................... 370
Gambar 80. Lokasi penelitian Motean ..................................................... 370
Gambar 81. Lokasi penelitian Muara Dua ................................................. 370
Gambar 82.Avicennia alba ........................................................................ 371
Gambar 83.Avicennia marina ................................................................... 371
Gambar 84.Avicennia officinalis ............................................................... 371
Gambar 85. Sonneratia alba ...................................................................... 371
Gambar 86. Sonneratia caseolaris .............................................................. 371
Gambar 87. Sonneratia ovata ..................................................................... 371
Gambar 88.Bruguiera cylindrica ............................................................... 371
Gambar 89.Bruguiera gymnorrhiza ........................................................... 371
Gambar 90.Bruguiera parviflora .............................................................. 371
Gambar 91.Bruguiera sexangula ............................................................... 372
Gambar 92. Ceriops decandra ................................................................... 372
Gambar 93. Ceriops tagal ........................................................................... 372
Gambar 94.Lumnitzera littorea .................................................................. 372
Gambar 95.Nypa fruticans ....................................................................... 372
Gambar 96.Rhizophora apiculata ............................................................. 372
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
19/409
xix
Gambar 97.Rhizophora mucronata ........................................................... 372
Gambar 98.Rhizophora stylosa ................................................................ 372
Gambar 99.Acrostichum aureum ............................................................... 373
Gambar 100.Acrostichum speciosum........................................................... 373
Gambar 101.Aegiceras corniculatum........................................................... 373
Gambar 102.Aegiceras floridum ................................................................. 373
Gambar 103.Excoecaria agallocha ........................................................... 373
Gambar 104.Heritiera littoralis ................................................................ 373
Gambar 105. Osbornia octodonta .............................................................. 373
Gambar 106. Pemphis acidula ................................................................. 373
Gambar 107. Scyphiphora hydrophyllacea ................................................ 374
Gambar 108.Xylocarpus granatum ........................................................... 374
Gambar 109.Xylocarpus moluccensis ........................................................ 374
Gambar 110.Xylocarpus rumphii ............................................................. 374
Gambar 111Acanthus ilicifolius .............................................................. 374
Gambar 112Barringtonia asiatica ............................................................ 374
Gambar 113 Calophyllum inophyllum ..................................................... 374
Gambar 114 Calotropis gigantea ............................................................. 374
Gambar 115 Cerbera manghas ................................................................ 375
Gambar 116 Clerodendrum inerme ........................................................... 375
Gambar 117Derris trifoliata ..................................................................... 375
Gambar 118 Finlaysonia maritima ........................................................... 375
Gambar 119Hibiscus tiliaceus ................................................................. 375
Gambar 120Ipomoea pes-caprae ............................................................. 375
Gambar 121 Pandanus tectorius ............................................................. 375
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
20/409
xx
Gambar 122. Pongamia pinnata .............................................................. 375
Gambar 123. Scaevolia taccada ............................................................... 376
Gambar 124. Sesuvium portulacastrum ..................................................... 376
Gambar 125. Spinifex littoreus .................................................................. 376
Gambar 126. Stachytarpheta jamaicensis..................................................... 376
Gambar 127. Terminalia catappa .............................................................. 376
Gambar 128. Thespresia populnea ............................................................ 376
Gambar 129. Vitex ovata .......................................................................... 376
Gambar 130. Cyperaceae ........................................................................... 376
Gambar 131. Strata bibitRhizophora di Pasar Banggi ................................ 377
Gambar 132. Strata bibitAvicennia di Wulan ............................................ 377
Gambar 133. Strata pohonRhizophora di Pasar Banggi ............................. 377
Gambar 134. Strata pohonRhizophora di Bulak ........................................ 377
Gambar 135. Strata anak pohon Sonneratia di Wulan ................................ 377
Gambar 136. Dominasi semak-semakA. ilicifolius pada lahan terbuka ..... 377
Gambar 137. Daun S. alba dari Wulan ..................................................... 378
Gambar 138. Daun S. alba dari Juwana ..................................................... 378
Gambar 139. Daun S. alba dari Segara Anakan ......................................... 378
Gambar 140. Akar penyanggaRhizophora ................................................ 378
Gambar 141. Akar pensil Sonneratia ..................................................... 378
Gambar 142. Akar lututBruguiera ..................................................... 378
Gambar 143. Akar papan/banirXylocarpus ................................................. 378
Gambar 144. Tambak ikan bandeng di Juwana ......................................... 379
Gambar 145. Tambak garam di Pasar Banggi ............................................ 379
Gambar 146. Jaring apung di Wulan ..................................................... 379
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
21/409
xxi
Gambar 147. Perahu nelayan di Segara Anakan ..................................... 379
Gambar 148. Penebangan kayu dan konversi ke pertambakan di Pecangakan.... 379
Gambar 149. Penebangan kayu dan konversi ke pertambakan di Wulan .... 379
Gambar 150. Pemanenan kayu bakar di Wulan ........................................ 380
Gambar 151. Penggembalaan ternak di Lukulo .......................................... 380
Gambar 152. BuahA. ilicifolius sebagai bahan obat hepatitis .................... 380
Gambar 153. Gumuk pasir sebagai bahan baku semen ............................... 380
Gambar 154. Potensi ekowisata di Pasar Banggi ......................................... 380
Gambar 155. Potensi pendidikan di Bogowonto .......................................... 380
Gambar 156. Sawah di sekitar ekosistem mangrove di Cingcingguling ..... 380
Gambar 157. Pelabuhan ikan di Juwana ..................................................... 380
Gambar 158. Sampah domestik di Wulan..................................................... 381
Gambar 159. Tipikal pemukiman di Segara Anakan ................................... 381
Gambar 160. Hambatan pertumbuhan bibit Rhizophora di Pasar Bangioleh: A. sampah plastik, B. rumput laut Ulva. ........................ 381
Gambar 161. Papan penunjuk restorasi ekosistem mangrove. A. PasarBanggi (2002, berhasil); B. Lukulo (2000, gagal) .................. 381
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
22/409
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diskripsi lokasi penelitian ..................................................... 338
Lampiran 2. Batas administratif dan data kependudukan di setiapkecamatan pada kedelapan kabupaten yang menjadi lokasipenelitian ................................................................................ 345
Lampiran 3. Bentuk lanskap dan penutupan vegetasi/lahan pada setiaplokasi penelitian berdasarkan peta topografi tahun 1963-1965dan citra satelit Landsat 7 TM periode Juli-September 2001 .. 349
Lampiran 4. Penampakan fisiografi dan fisiognomi setiap lokasipenelitian ................................................................................. 368
Lampiran 5. Keanekaragaman spesies tumbuhan mangrove mayor,minor, dan sebagian tumbuhan asosiasi yang ditemukan dilokasi penelitian (sebagian gambar bersumber dari Kitamuradkk., 1997) ............................................................................. 371
Lampiran 6. Struktur vegetasi mangrove pada beberapa lokasi penelitian .. 377
Lampiran 7. Keanekaragaman bentuk morfologi daun S. alba .................. 378
Lampiran 8. Bentuk morfologi akar napas (pneumatofora) tumbuhanmangrove ................................................................................ 378
Lampiran 9. Pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove danpenggunaan lahan di sekitarnya, serta upaya restorasinya ...... 379
Lampiran 10. Pedoman Wawancara ....................................................... 382
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
23/409
xxiii
ABSTRAK
Ahmad Dwi Setyawan. 2004. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di PantaiUtara dan Selatan Jawa Tengah. Surakarta: Program Studi Ilmu Lingkungan,Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Keanekaragaman dan sebaran spesies tumbuhan dipengaruhi oleh asal-usul,sejarah populasi, evolusi, dan faktor-faktor lingkungan, termasuk biogeografi,ekologi reproduksi dan cara penyebaran biji. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui: (i) Keanekaragaman spesies dan sebaran mangrove di pantai utaradan selatan Jawa Tengah; (ii) Komposisi dan struktur, serta diagram profil
vegetasi mangrove; (iii) Keanekaragaman genetik populasi Sonneratia albaberdasarkan pola pita isozim; (iv) Parameter lingkungan, meliputi: (a) salinitas air,suhu (air dan sedimen), pH (air dan sedimen), DO air, dan karakter tanah; (b)kandungan bahan organik total (BOT), nitrat (NO3
-), ammonium (NH4
+), fosfat(PO4
3-); dan (c) kandungan logam berat (Fe, Cd, Cr, dan Pb); serta (v)Pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove dan penggunaan lahan disekitarnya, serta upaya restorasinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifkuantitatif, dilakukan pada 20 habitat mangrove di pantai utara dan selatan JawaTengah, pada bulan Juli s.d. Desember 2003. Dari hasil penelitian disimpulkanbahwa: (i) Di pantai utara dan selatan Jawa tengah ditemukan tumbuhanmangrove sebanyak 55 spesies (27 familia), terdiri dari mangrove mayor (17),
minor (12), dan tumbuhan asosiasi (26), dengan bentuk habitus pohon (32), semak(13), dan herba (10). Tumbuhan mangrove mayor dengan lokasi sebaran palingluas adalah Rhizophora mucronata (16), diikuti S. alba (15),Nypa fruticans (12),
Avicennia alba (11), danA. marina (11). Tumbuhan mangrove minor paling luaslokasi sebarannya adalahAcrostichum aureum (11). Tumbuhan asosiasi mangroveyang lokasi sebarannya paling luas adalah Acanthus ilicifolius (16), Derristrifoliata (15), Calotropis gigantea (13), Hibiscus tiliaceus (11), Terminaliacatappa (11), dan Ipomoea pes-caprae (10). Sedangkan spesies-spesies lainnyaditemukan kurang dari 10 lokasi. Lokasi dengan keanekaragaman spesies palingbanyak adalah Wulan (35), diikuti Motean dan Muara Dua (masing-masing 29),Bogowonto (19), Pasar Banggi (18), Tritih (17), Sigrogol (15), Juwana dan Ijo(masing-masing 14), Cakrayasan (12), Lasem dan Serang (masing-masing 11),Bulak, Telukawur, Cingcingguling dan Bengawan (masing-masing 9),Pecangakan (8), Serang (6), dan Tayu (5). (ii-a) Secara umum strata pohon yangsekaligus memiliki strata anak pohon dan bibit pohon, serta strata semak yangsekaligus memiliki strata bibit semak, apabila diperbandingkan dalam satu spesiesyang sama maka nilai pentingnya cenderung tetap. Pada tiga besar tumbuhanmangrove mayor,yaituAvicennia spp., Sonneratia spp., dan Rhizophora spp. nilaipenting pada strata pohon secara berturut-turut adalah 0,190, 0,136, dan 0,058;strata anak pohon 0,163, 0,126, dan 0,213, strata bibit pohon 0,186, 0,113, dan0,235. Oleh karenanya kelestarian tumbuhan mangrove di Jawa Tengah
diperkirakan akan terjamin, meskipun dalam kondisi disturbansi, selama tidak
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
24/409
xxiv
terjadi perubahan-perubahan lingkungan secara besar-besaran dalam skala luas.Data ini sekaligus menunjukkan tingginya pengaruh antropogenik, yang
menyebabkan disturbansi ekosistem, sehingga tegakan tidak mencapai klimaks,dengan nilai penting tumbuhan muda relatif tinggi. (ii-b) Diagram profil vegetasisecara vertikal dan horizontal menunjukkan tingginya pengaruh antropogenik,vegetasi didominasi tumbuhan muda, yang hanya memiliki (1)-2-(3-4) stratakanopi. Gangguan oleh aktivitas manusia menyebabkan sebagian besar vegetasidalam kondisi suksesi sekunder, dan hampir tidak ada yang berada dalam kondisiklimaks. Area yang tercakup di dalam belt transect yang digunakan untukmenyusun diagram tersebut seringkali terdapat celah kanopi, tanah kosong akibatpenebangan, atau bahkan tanah yang telah diubah menjadi kegunaan lain,terutama sawah dan tambak. Adanya resisitensi tumbuhan muda untuk terusbertahan, pada lingkungan yang mengalami disturbansi ini memberikan harapan
akan tetap lestarinya tumbuhan mangrove di Jawa Tengah, namun apabila terjadiperubahan lingkungan secara besar-besaran dalam skala luas, boleh jadilingkungan ini akan sepenuhnya rusak. (iii) Pengujian keanekaragaman genetikS.alba dengan isozim esterase secara keseluruhan memunculkan 9 pita, dengan 12variasi genotipe, sedangkan isozim peroksidase memunculkan 6 pita, dengan 11variasi genotipe. Dendrogram hubungan kekerabatan berdasarkan pola pitaesterase menunjukkan adanya 13 kelompok, yang menyatu pada tingkat kesamaan67% (kecuali kelompok ke-13 yang tidak memunculkan pita esterase). Adapundendrogram berdasarkan pola pita peroksidase menunjukkan adanya 12kelompok, yang juga menyatu pada tingkat kesamaan 66% (kecuali kelompok ke-12 yang tidak memunculkan pita peroksidase). Individu S. alba dari lokasi yangsama atau berdekatan umumnya memiliki keanekaragaman genetik yangcenderung sama, mengingat pertukaran genetik di dalam satu populasi atau diantara populasi yang berdekatan umumnya lebih tinggi dari pada dengan populasilain, sehingga populasi S. alba dari pantai utara memiliki kesamaan genetik yanglebih tinggi di antara sesamanya dibandingkan dengan populasi dari pantaiselatan, begitu pula sebaliknya populasi dari pantai selatan memiliki kesamaangenetik yang lebih tinggi di antara sesamanya dibandingkan dengan populasi daripantai utara. (iv-a) Suhu air berkisar antara 26,0oC (Telukawur) s.d. 37,6oC(Lasem), dengan rata-rata 30,95oC. Derajat keasaman (pH) air bervariasi antara6,94 (Ijo dan Muara Dua) s.d. 8,29 (Wulan), dengan rata-rata 7,56. Adapun pH
sedimen bervariasi antara 6,19 (Tayu) s.d. 8,13 (Wulan), dengan rata-rata 7,35.Kadar DO air berkisar antara 2,84 mg/L (Muara Dua) s.d. 20,00 mg/L (Tayu),dengan rata-rata 8,836 mg/L. Salinititas air bervariasi antara 0,4% (Muara Dua)s.d. 4,5% (Wulan), dengan rata-rata 2,82%. Tipe tanah sedimen berkisar antaralempung, lempung-lumpur, lempung-pasir, lempung-pasir putih, dan lumpur.Warna sedimen tanah bervariasi antara merah, kelabu, kelabu-merah, hitam-merahdan hitam-putih. Tekstur tanah bervariasi antara becek dan padat. (iv-b) Kadar Febervariasi antara 42,682 mg/100g (Bulak) s.d. 282,098 mg/100g (Lukulo), denganrata-rata 225,853 mg/100g. Kadar Cd bervariasi antara 0,0662 mg/100g (Tayu)s.d. 0,3270 mg/100g (Bulak) dengan rata-rata 0,1215 mg/100g. Kadar Crbervariasi antara 0,3042 mg/100g (Bengawan) s.d. 3,0808 (Lukulo), dengan rata-
rata 1,0583 mg/100g. Kadar Pb bervariasi 0,7026 mg/100g (Cingcingguling) s.d.
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
25/409
xxv
2,1304 mg/100g (Serayu) dengan rata-rata 1,3885 mg/100g. Kadar tersebut relatiftinggi, namun masih pada kisaran baku mutu yang diperkenankan. (iv-c) Kadar
bahan organik total bervariasi antara 8,308% (Wulan) s.d. 15,361% (Bulak),adapun rata-ratanya adalah 11,260%. Kadar NO3
- bervariasi antara 0,327 mg/100g(Cingcingguling) s.d. 0,671 mg/100g (Bulak), dengan rata-rata 0,4224 mg/100g.Kadar NH4
+ bervariasi antara 0,276 mg/100g (Wulan) s.d. 0,409 mg/100g (Ijo),dengan rata-rata 0,2847 mg/100g. Kadar PO4
3- bervariasi antara 4,73 mg/100g(Cingcingguling) s.d. 8,39 mg/100g (Ijo) dengan rata-rata 6,80 mg/100g. Hal inimengindikasikan belum adanya eutrofikasi pada sedimen tanah di lingkunganmangrove Jawa Tengah. Kadar nitrogen masih berada jauh di bawah kisaran bakumutu limbah cair, sedangkan kadar fosfat yang tinggi merupakan konsekuensi darikeberadaan mangrove di lingkungan laut, fosfat bukan faktor pembatas dankeberadaannya melimpah. Oleh karena itu, belum terjadi eutrofikasi pada sedimen
tanah mangrove di Propinsi Jawa Tengah. (v) Pemanfaatan langsung dalamekosistem mangrove, mencakup perikanan, kayu, bahan pangan, pakan ternak,bahan obat, bahan baku industri, serta pariwisata dan pendidikan. Adapunpenggunaan lahan di sekitar ekosistem mangrove, mencakup perikanan/tambak,pertanian, serta kawasan pengembangan dan bangunan. Kegiatan antropogeniktersebut telah menurunkan peran ekologi, ekonomi dan sosial budaya ekosistemmangrove, oleh karena itu perlu dilakukan restorasi. Upaya restorasi yang cukupberhasil terjadi di Pasar Banggi, keberhasilan ini tampaknya karenapengikutsertaan masyarakat dalam manajemennya. Kegiatan restorasi yang gagalterjadi di Cakrayasan dan Lukulo; penyebab utama kegagalan ini tampaknyaadalah kesalahan pemilihan bibit dan tiadanya pemeliharaan yang cukup berarti.
Kata kunci: keanekaragaman, distribusi, tumbuhan mangrove, pantai utara,pantai selatan, Jawa Tengah
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
26/409
xxvi
ABSTRACT
Ahmad Dwi Setyawan. 2004. Diversity of Mangrove Plants in Northern andSouthern Coast of Central Java. Surakarta: Graduate Program of EnvironmentalScience, Sebelas Maret University.
Distribution and diversity of plants species were influenced by origins, historicalpopulation, evolution, and environmental factors, such as biogeography,ecological reproduction, and seed dispersal. The study was intended to observe: (i)The diversity and the distribution of mangrove plants species on southern andnorthern coast of Central Java. (ii) The structure, the composition and the diagram
profile of mangrove vegetation. (iii) The genetic diversity of Sonnerata albapopulation based on its isozyme patterns. (iv) The environmental parametersincluding: (a) the water salinity, the temperature of water and sediment, the pHvalue of water and sediment, the water DO, and the character of soil. (b) thecontent of total organic matter (TOM), nitrate (NO3
-), ammonium (NH4+),
phosphate (PO43-), and (c) the contents of heavy metal (Fe, Cd, Cr, and Pb); and
also (v) the direct use in the mangrove ecosystem and the land use in itssurrounding, and restoration activities. This was descriptive research that wasdone qualitatively and quantitatively, in 20 sites of mangrove habitat of northernand southern coast of Central Java. The summary could be drawn from the resultsof the study that: (i) There was 55 species (27 families) of mangrove plants in
Central Java, composed by major (17), minor (12), and association (26) plants,with habits i.e. trees (32), shrubs (13), and herbs (10). The species of majormangrove plant with the broadest range of site distribution were Rhizophoramucronata (16), followed by S. alba (15),Nypa fruticans (12),Avicennia alba and
A. marina (each was 11). The species of minor mangrove plant with the broadestrange of site distribution was Acrostichum aureum (11). The associative plant ofmangrove with the broadest range of site distribution was Acanthus ilicifolius(16), Derris trifoliata (15), Calotropis gigantea (13), Hibiscus tiliaceus (11),Terminalia catappa (11), and Ipomoea pes-caprae (10). The other species weredistributed in less than 10 sites. The location with the most varied speciesdiversity was Wulan (35), the next was Motean and Muara Dua (each was 29),Bogowonto (19), Pasar Banggi (18), Tritih (17), Sigrogol (15), Juwana and Ijo(each was 14), Cakrayasan (12), Lasem and Serang (each was 11), Bulak,Telukawur, Cingcingguling and Bengawan (each was 9), Pecangakan (8), Serang(6), and the last was Tayu (5). (ii-a) In common the trees strata which also havesaplings strata and strata seedlings; and shrubs strata which also have strata ofseedlings, if they were compared to the same species then their important valuetend to be stable. In the big three of mangrove major plants, i.e. Avicennia spp.,Sonneratia spp., and Rhizophora spp., the important value of trees stratasubsequently were 0,190, 0,136, and 0,058; the saplings strata were 0,163, 0,126,dan 0,213; and the seedlings strata were 0,186, 0,113, and 0,235. So it was
predictable that in the disturbance condition, the preservation of mangrove was
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
27/409
xxvii
guaranteed, as long as there was no great change on a broad scale. This data alsoindicated that there was high anthropogenic activities caused ecosystem
disturbance, so the trees stand did not arrive climax yet, the important value ofyoung plants was high enough. (ii-b) The diagram profile of vegetation showedthe height of anthropogenic influence, where the vegetation was dominated byyoung plants, there were only (1)-2-(3-4) strata of canopy (storey). Humandisturbance caused most of the vegetation was in the secondary succession, almostit has not in the climax condition. The area in the belt transect that used to builddiagram usually have canopy gap or bare land caused by logging, or to beconverse into another land use, especially sawah (rice field) and tambak (fishpond and salt extraction). The resistance of young plant gives hope to thesustainability of the mangrove plant in Central Java, but width scale ofenvironmental changes can degraded this habitat completely. (iii) The individual
ofS. alba of the same or near location has the same genetic diversity in common,because the genetic change on a same population was higher than on a differentpopulation. Therefore, the populations ofS. alba from northern coast had highersimilarity each others than southern coast one, on the other way the populationsfrom southern coast had higher similarity each others than northern coast one. (iv-a) The water temperature ranged from 26.0oC (Telukawur) to 37.6oC (Lasem)with the average temperature of 30.95oC. The acidity degree (pH) of water was inthe range of 6.94 (Ijo and Muara Dua) to 8.29 (Wulan), with the average of 7.56.The acidity degree of sediment varied from 6.19 (Tayu) to 8.13 (Wulan) with theaverage of 7.35. The DO content of water varied from 2.84 mg/L (Muara Dua) to20.00 mg/L (Tayu) with the average of 8.836 mg/L. the water salinity was in therange of 0.4% (Muara Dua) to 4.5% (Wulan) with the average of 2.82%. The typeof sediment varied from clay, clay-silt, clay-sand, clay-white sand, and silt. Thecolor of sediment varied from red, gray, gray-red, black-red, and black-white. Thesoil texture varied from soft to hard soil. (iv-b) The Fe content varied from 42.682mg/100g (Bulak) to 282.098 mg/100g (Lukulo) with the average of 225.853mg/100g. The Cd content varied from 0.0662 mg/100g (Tayu) to 0.3270 mg/100g(Bulak) with the average of 0.1215 mg/100g. The Cr content varied from 0.3042mg/100g (Bengawan) to 3.0808 mg/100g (Lukulo) with the average of 1.0583mg/100g. The Pb content varied from 0.7026 mg/100g (Cingcingguling) to 2.1304mg/100g (Serayu) with the average of 1.3885 mg/100g. This result indicated that
the content of heavy metals was high enough, but still below the recommendedstandard quality of sewage. (iv-c) The content of total organic material variedfrom 8.308% (Wulan) to 15.361% (Bulak) with the average of 11.260%. TheNO3
- content varied from 0.327 mg/100g (Cincingguling) to 0.671 mg/100g(Bulak) with the average of 0.4224 mg/100g. The NH4
+ content varied from 0.174mg/100g (Wulan) to 0.409 mg/100g (Ijo) with the average of 0.2847 mg/100g.The PO4
3- content varied from 4.73 mg/100g (Cincingguling) to 8.39 mg/100g(Ijo) with the average of 6.80 mg/100g. This result indicated that the content ofnitrogen was far below the recommended standard quality of sewage. The highconcentration of phosphate was the consequence of marine environment inmangrove ecosystem, that phosphate was not limiting factor and there was in great
quantities. It can be concluded that was not eutrophycation yet in soil sediment of
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
28/409
xxviii
mangrove environment in Central Java Province. (v) The direct use in themangrove ecosystem included fishery, forestry, food stuff, cattle woof, medicinal
stuff, industrial material, and also tourism and education. The land use aroundmangrove ecosystem included fishery/embankment, agriculture, and the area ofdeveloping and building. The anthropogenic activities had been degradedmangrove ecosystem, it was called for restoration. The mangrove restoration hadbeen done success in Pasar Banggi, but it failed in Cakrayasan and Lukulo. Thefailure can be caused by mistake in seedling species selection and not existingmaintain of the seedlings. The success can be improved by participation of localpeople in its management.
Keywords: diversity, distribution, mangrove plants, northern coast, southerncoast, Central Java.
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
29/409
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan mangrove memiliki habitus pohon atau semak dengan bentuk
dan ukuran beragam. Tumbuhan ini mudah dikenali karena tumbuh pada kawasan
pantai di antara rata-rata pasang dan pasang tertinggi, serta beberapa di antaranya
membentuk sistem perakaran yang sangat menyolok (Ng dan Sivasothi, 2001).
Komunitas mangrove terdiri dari tumbuhan, hewan, dan mikrobia, namun tanpa
kehadiran tumbuhan mangrove, kawasan tersebut tidak dapat disebut ekosistem
mangrove (Jayatissa dkk., 2002).
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem paling produktif dan
memiliki nilai ekonomi tinggi, antara lain sebagai sumber kayu bakar, bahan
bangunan, bahan makanan, dan obat-obatan (Tanaka, 1992; MoE, 1997a;
Bandaranayake, 1998). Hutan ini tumbuh di area pasang-surut kawasan tropis dan
sub-tropis, seperti pantai yang dangkal, muara sungai, delta, rawa belakang/burit
(back swamp), dan laguna (Ng dan Sivasothi, 2001). Ekosistem mangrove
memiliki fungsi ekologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya yang beragam, namun
sejumlah besar area ekosistem mangrove dunia telah musnah karena pertambakan,
pengambilan kayu, sedimentasi dan reklamasi, pencemaran lingkungan, bencana
alam, dan lain-lain (Knox dan Miyabara, 1984; Nybakken, 1993).
Kemampuan hutan untuk menyimpan dan mensekuestrasi karbon, menjadi
perhatian dunia sehubungan dengan upaya mitigasi emisi CO2. Kegiatan manusia
1
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
30/409
2
dan gangguan alam, seperti konversi hutan ke penggunaan di luar kehutanan, serta
degradasi hutan akibat pemanenan berlebih, kebakaran, meledaknya hama dan
penyakit, dan lain-lain dapat menyebabkan hutan menjadi sumber CO2. Hal ini
terjadi karena produktivitas primer dari fotosintesis dilampaui oleh total respirasi
serta oksidasi tumbuhan, tanah dan sisa-sisa bahan organik (Brown, 2002). Dalam
skala global, perubahan penutupan hutan akan menaikkan emisi gas CO2 ke
atmosfer sehingga menyumbang terjadinya efek rumah kaca (Houghton, 1999;
Houghton dan Hackler, 2001). Pembukaan ekosistem mangrove diyakini turut
menyumbangkan emisi CO2 ke atmosfer mengingat ekosistem ini kaya akan
bahan organik, baik yang terkumpul sebagai autochtonous dari lingkungan
mangrove itu sendiri maupun sebagai allochtonous dari kawasan sungai dan laut
di sekitarnya.
Kawasan pantai utara dan selatan Jawa Tengah, merupakan bagian pulau
Jawa yang secara dinamis mengalami perubahan. Pertambahan penduduk dan
kepadatannya yang tinggi menyebabkan besarnya kebutuhan akan lahan, sehingga
hampir semua ekosistem alami diubah menjadi ekosistem antropogenik. Sebagian
besar habitat mangrove di Jawa telah mengalami degradasi, namun pulau Jawa
masih menyisakan ekosistem mangrove yang alami, sehingga dapat menjadi
sumber biji/propagul untuk merestorasi ekosistem yang rusak, terutama di
beberapa kawasan taman nasional (Setyawan dkk., 2003; 2004).
Di pantai utara Jawa Tengah, sedimen dari sungai dan laut terendapkan
pada lokasi-lokasi tertentu yang terlindung dan membentuk tidal flat (tanah
lumpur pasang surut). Di pantai selatan, sedimen yang terbawa sungai dan laut
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
31/409
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
32/409
4
tawar dari sungai Citanduy, Jeruk Legi-Donan, Cimeneng/Cikonde, dan lain-lain
(Winarno dan Setyawan, 2003).
Tumbuhan melakukan adaptasi terhadap kondisi lokal habitatnya sehingga
terbentuk keanekaragaman hayati, baik pada tingkat genetik, spesies, maupun
ekosistem. Salah satu bukti adanya keanekaragaman genetik sebagai bentuk
tanggapan terhadap kondisi lokal tampak pada kegagalan eksperimen penanaman
Sonneratia alba dengan bibit dari Segara Anakan Cilacap ke muara Sungai
Bogowonto pada tahun 1997 (Tjut Sugandawaty Djohan, 2001, komunikasi
pribadi). Bibit tersebut mati akibat penggenangan, sedangkan bibit lokal tetap
dapat bertahan hidup.
Eksistensi makhluk hidup di suatu lingkungan sangat ditentukan oleh
faktor-faktor lingkungan abiotik, biotik, dan kultur masyarakat. Faktor lingkungan
abiotik diperkirakan mempengaruhi sebaran, keanekaragaman spesies, dan
kemelimpahan (penutupan) vegetasi mangrove di setiap lokasi, baik di pantai
utara maupun pantai selatan Jawa Tengah, meskipun hal ini tentunya juga
dipengaruhi oleh faktor biotik seperti kompetisi dan herbivori, serta faktor sosial
budaya yang tampak pada jenis-jenis pemanfaatan langsung di dalam ekosistem
mangrove dan jenis-jenis penggunaan lahan oleh masyarakat di sekitar dan
masyarakat yang tinggal di hulu sungai (daerah aliran sungai).
Penelitian keanekaragaman hayati tumbuhan mangrove di pesisir Jawa
Tengah secara komprehensif dengan mengintegrasikan penelitian
keanekaragaman hayati pada tingkat genetik, spesies dan ekosistem; serta
dikaitkan dengan kondisi lingkungan fisika-kimia, potensi eutrofikasi oleh unsur
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
33/409
5
nutrien dan pencemaran lingkungan oleh limbah logam berat; serta aktivitas
pemanfaatan ekosistem mangrove, penggunaan lahan dan upaya restorasi yang
telah dilakukan, diharapkan dapat menjadi landasan pengelolaan ekosistem
mangrove di propinsi ini secara lestari dan berkelanjutan, sehingga dapat turut
memberi sumbangan terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk itu penelitian ini
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan terhadap permasalahan penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana keanekaragaman spesies dan sebaran mangrove di pantai utara
(mulai dari Rembang s.d. Demak) dan pantai selatan Jawa Tengah (mulai dari
Kulonprogo s.d. Cilacap)?
2. Bagaimana komposisi dan struktur, serta diagram profil vegetasi mangrove di
pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah?
3. Bagaimana keanekaragaman genetik dan kekerabatan populasi Sonneratia
alba berdasarkan pola pita isozim di pantai utara dan pantai selatan Jawa
Tengah?
4. Bagaimana parameter lingkungan pada kawasan mangrove di pantai utara dan
pantai selatan Jawa Tengah, meliputi:
a. Parameter fisika-kimia: salinitas air, suhu (air dan sedimen), pH (air dan
sedimen), DO air, dan karakter tanah,
b. Parameter nutrien: kadar bahan organik total (BOT), nitrat (NO3-),
ammonium (NH4+), fosfat (PO4
3-), dan
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
34/409
6
c. Parameter pencemaran lingkungan: kadar logam berat (Fe, Cd, Cr, dan
Pb).
5. Bagaimana jenis-jenis pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove
dan penggunaan lahan di sekitarnya, serta upaya restorasi ekosistem mangrove
di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui keanekaragaman dan sebaran mangrove di pantai utara (mulai dari
Demak s.d. Rembang) dan pantai selatan Jawa Tengah (mulai dari Purworejo
s.d. Cilacap).
2. Mengetahui komposisi dan struktur, serta diagram profil vegetasi mangrove di
pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah.
3. Mengetahui keanekaragaman genetik dan kekerabatan populasi Sonneratia
alba berdasarkan pola pita isozim di pantai utara dan pantai selatan Jawa
Tengah.
4. Mengetahui parameter lingkungan pada kawasan mangrove di pantai utara dan
pantai selatan Jawa Tengah, meliputi:
a. Parameter fisika-kimia: salinitas air, suhu (air dan sedimen), pH (air dan
sedimen), DO air, dan karakter tanah,
b. Parameter nutrien: kadar bahan organik total (BOT), nitrat (NO3-),
ammonium (NH4+), fosfat (PO4
3-), dan
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
35/409
7
c. Parameter pencemaran lingkungan: kadar logam berat (Fe, Cd, Cr, dan
Pb).
5. Mengetahui jenis-jenis pemanfaatan langsung di dalam ekosistem mangrove
dan penggunaan lahan di sekitarnya, serta upaya restorasi ekosistem mangrove
di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah.
D. Manfaat Penelitian
Pengetahuan mengenai kondisi terkini ekosistem mangrove di Jawa
Tengah dapat memberikan manfaat teoritis berupa sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, terkait dengan upaya penyelamatan (save it),
penelitian (study it), dan pemanfaatan (use it) sumberdaya ekosistem mangrove
dunia secara aman dan lestari. Adapun secara praktis, pengetahuan ini diharapkan
dapat digunakan sebagai landasan pengelolaan sumberdaya ekosistem mangrove
di Jawa Tengah, mengingat ekosistem mangrove memiliki nilai ekologi, sosial-
ekonomi, dan sosial-budaya, yang sangat tinggi. Pengelolaan secara tepat
diharapkan dapat menjaga kelestariannya, serta meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, khususnya masyarakat yang kehidupannya tergantung pada kesehatan
dan sustainabilitas ekosistem mangrove, seperti nelayan pantai dan petambak.
Ekosistem mangrove yang terjaga akan berdampak secara keseluruhan terhadap
ekosistem padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem pantai.
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
36/409
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Definisi Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati)
Istilah biodiversitas mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, sebagai
kepanjangan dari biological diversity (keanekaragaman hayati; kehati) (Wilson,
1988). Konvensi keanekaragaman hayati (Convention on Biological Diversity,
CBD) mengartikan biodiversitas sebagai: keanekaragaman di antara makhluk
hidup dari semua sumber, termasuk daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain,
serta kompleks-kompleks ekologi yang mereka menjadi bagiannya; mencakup
keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies, dan pada ekosistem (CBD,
Pasal 2), sehingga mencakup keanekaragaman genetik (di dalam spesies),
keanekaragaman spesies (di antara spesies), dan keanekaragaman ekosistem
(Groombridge, 1992; BDP, 2001).
Keanekaragaman genetik adalah frekuensi dan keragaman gen di dalam
dan di antara populasi spesies yang sama. Keanekaragaman genetik merupakan
hasil evolusi selama jutaan tahun, sehingga informasi genetik yang terbentuk
merupakan sumberdaya yang tidak tergantikan. Kehilangan biodiversitas genetik
bersifat permanen. Keanekaragaman spesies adalah gabungan dari jumlah spesies
(kekayaan; richness) dan jumlah individu di dalam spesies (kemelimpahan;
abundance). Spesies adalah kelompok organisme yang dapat berkawin secara
bebas dan menghasilkan keturunan fertil. Perpindahan dari aras keanekaragaman
8
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
37/409
9
genetik ke spesies tidak selalu jelas karena evolusi dan isolasi populasi merupakan
proses yang lambat dan selalu diperbaharui. Keanekaragaman ekosistem adalah
variasi di dalam dan di antara berbagai ekosistem. Ekosistem adalah kompleks
dinamis dari komunitas tumbuhan, hewan dan mikrobia dengan lingkungan non-
hayatinya, yang berinteraksi sebagai sebuah unit fungsional (BDP, 2001).
Secara tradisional keanekaragaman hayati didekati melalui karakter
morfologi, namun sifat ini memiliki banyak keterbatasan mengingat sedikitnya
jumlah ciri-ciri yang dapat dianalisis. Karakter ini berdasarkan sifat fenotipe,
sehingga ragam genetik yang diperoleh masih bersifat dugaan, serta dipengaruhi
plastisitas fenotipe dan faktor lingkungan. Pada tingkat populasi, penggunaan sifat
morfologi untuk menganalisis keanekaragaman hayati semakin tidak berarti,
karena tingginya persamaan ciri morfologi dan semakin sedikitnya sifat pembeda
yang dapat diungkapkan (Bhattacharyya dan Johry, 1998; Lawrence, 1951).
2. Definisi Mangrove
Kata mangrove merupakan perpaduan bahasa Melayu manggi-manggi dan
bahasa Arab el-gurm menjadi mang-gurm, keduanya sama-sama berartiAvicennia
(api-api), pelatinan nama Ibnu Sina, seorang dokter Arab yang banyak
mengidentifikasi manfaat obat tumbuhan mangrove (Jayatissa dkk., 2002; Ng dan
Sivasothi, 2001). Sedang menurut MacNae (1968) kata mangrove merupakan
perpaduan bahasa Portugis mangue (tumbuhan laut) dan bahasa Inggris grove
(semak-belukar), menjadi mangrove yakni semak-belukar yang tumbuh di tepi
laut. Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas
tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang-surut maupun untuk individu-individu
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
38/409
10
spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa
Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan,
sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. FAO
(1982; 1994), merekomendasikan penggunaan kata mangrove baik untuk individu
spesies tumbuhan maupun komunitas tumbuhan di daerah pasang surut.
Hutan mangrove atau mangal adalah sejumlah komunitas tumbuhan yang
tumbuh di sepanjang garis pantai tropis dan sub-tropis, didominasi tumbuhan
bunga terestrial berhabitus pohon dan semak, dapat menginvasi dan tumbuh di
kawasan pasang surut, yaitu daerah antara pasang tertinggi sampai ketinggian
rata-rata air laut, dengan tanah bersalinitas tinggi dan anaerob (MacNae, 1968;
Chapman, 1976; Tomlinson, 1986; Aksornkoae, 1993; Nybakken, 1993; Kitamura
dkk., 1997). Hutan mangrove dapat pula didefinisikan sebagai suatu tipe hutan
yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna,
dan muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada
saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Ekosistem
mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai tumbuhan, hewan, dan
mikrobia yang berinteraksi dengan lingkungan di habitat mangrove (SNM, 2003),
namun tanpa hadirnya tumbuhan mangrove, kawasan ini tidak dapat disebut
ekosistem mangrove (Jayatissa dkk., 2002).
Dalam bahasa Indonesia hutan mangrove disebut juga hutan pasang surut,
hutan payau, rawa-rawa payau atau hutan bakau. Istilah yang sering digunakan
adalah hutan mangrove, hutan bakau, atau hutan payau (Kartawinata, 1979; SNM,
2003), namun untuk menghindari kesalahan literasi dianjurkan penggunaan istilah
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
39/409
11
mangrove karena bakau adalah nama lokal untuk anggota genus Rhizophora,
sementara hutan mangrove disusun oleh banyak genus dan spesies tumbuhan
lainnya. Oleh karena itu, penyebutan hutan mangrove dengan hutan bakau
sebaiknya dihindari (SNM, 2003).
3. Sebaran Ekosistem Mangrove
a. Sebaran Ekosistem Mangrove Dunia
Tumbuhan mangrove diperkirakan berasal dari Indo-Malaysia, kawasan
pusat biodiversitas mangrove dunia. Spesies ini terbawa arus laut ke seluruh
pantai daerah tropis dan sub-tropis dunia, pada garis lintang 25oLU dan 25oLS,
karena bijinya dapat mengapung. Dari kawasan Indo-Malaysia, mangrove tersebar
ke barat hingga India dan Afrika Timur, serta ke timur hingga Amerika dan Afrika
Barat (Atlantik). Penyebaran mangrove dari pantai barat Amerika ke laut Karibia,
terjadi pada jaman Cretaceous atas dan Miocene bawah, antara 66-23 juta tahun
yang lalu, melewati selat yang kini menjadi tanah genting negara Panama.
Penyebaran ke timur diikuti penyebaran ke utara hingga Jepang dan ke selatan
hingga Selandia Baru, sehingga sebagai perkecualian, mangrove ditemukan di
Selandia Baru (38oLS) dan Jepang (32oLU). Cara penyebaran ini menyebabkan
mangrove di Amerika dan Afrika Barat memiliki luas dan keragaman lebih
rendah, karena harus melewati Samudera Pasifik, sedangkan mangrove di Asia,
India, dan Afrika Timur memiliki keragaman lebih tinggi (Walsh, 1974;
Tomlison, 1986). Hal ini menginspirasi Walsh (1974) untuk membagi dunia
mangrove menjadi dua kawasan utama, yaitu Indo-Pasifik Barat yang meliputi
Asia, India dan Afrika Timur, serta Amerika - Afrika Barat (Gambar 1.).
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
40/409
12
Gambar 1. Distribusi mangrove dunia (dari total luas 18.107.700 ha).Keterangan: A. Indo-Pasifik Barat, B. Amerika - Afrika Barat (FAO, 1985;Spalding dkk.,1997).
Mangrove dari kawasan Indo-Pasifik Barat terkenal sangat beragam,
terdiri lebih dari 40 spesies, sedangkan di Amerika - Afrika Barat hanya sekitar 12
spesies. Tumbuhan Rhizophora dan Avicennia, dua genus utama mangrove,
diwakili spesies yang berbeda di kedua kawasan tersebut, mengindikasikan
adanya spesiasi yang mandiri. Di Indo-Pasifik Barat ditemukan A. officinalis, A.
marina, R. mucronata, R. apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, dan S. alba,
2 3 . 3 6 %
7 . 3 6 %
6 . 3 1 %
5 . 7 7 %
4 . 3 1 %
3 . 6 8 %
3 . 5 3 %
3 . 1 7 %
2 . 9 6 %
2 . 9 2 %
3 6 . 6 3 %
I n d o n e s i a ( 4 2 . 5 5 0 k m 2 )
B r a z i l ( 1 3 . 4 0 0 k m 2 )
A u s t r a l i a ( 1 1 . 5 0 0 k m 2 )
N i g e r i a ( 1 0 . 5 1 5 k m 2 )
K u b a ( 7 . 8 4 8 k m 2 )
I n d i a ( 6 . 7 0 0 k m 2 )
M a l a y si a ( 6 . 4 2 4 k m 2 )
B a n g l a d e s ( 5 . 7 6 7 k m 2 )
P a p u a N u g i n i ( 5 . 3 9 9 k m 2 )
M e k s i k o ( 5 . 3 1 5 k m 2
L a i n - l a i n ( 6 6 . 7 2 7 k m 2 )
A s i a T e n g g a r a &
S e l a t an
4 1 %
A u s t r a l i a &
O s ean i a
1 0 %
A f r i k a T i m u r &
T i m u r T e n g a h
6%
A f r i k a B a r a t
1 6 %
A m e r i k a
2 7 %
B A
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
41/409
13
sedangkan di Atlantik ditemukan A. nitida, R. racemosa, R. mangle, R.
harrissonii, dan Laguncularia racemosa (Marius, 1977; Aksornkoae, 1996).
Luas ekosistem mangrove dunia sangat beragam tergantung metode dan
referensi yang dijadikan acuan. Dengan teknologi remote sensing luas ekosistem
mangrove dunia diperkirakan sekitar 18,1 juta ha (Spalding dkk., 1997).
Sedangkan sumber lama menyebutkan bahwa luas ekosistem mangrove dunia
sekitar 15,9 juta ha (FAO, 1982), data yang diperbaharui luasnya sekitar 16,9 juta
ha (Saenger dkk., 1983). Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia.
Dari 15,9 juta ha mangrove dunia tersebut, sekitar 4,25 juta ha (27%) berada di
Indonesia (FAO, 1982).
b. Sebaran Ekosistem Mangrove Indonesia
Indonesia merupakan negara besar, terdiri lebih dari 17.000 pulau, dengan
panjang garis pantai sekitar 81.000 km (Hadianto, 1998), dengan kondisi
geomorfologi dan hidrologi yang beragam sehingga memungkinkan terbentuknya
berbagai tipe ekosistem mangrove. Sekitar 61.250 km2 atau sepertiga mangrove
dunia terdapat di Asia Tenggara, 42.550 km2 terdapat di Indonesia (Spalding dkk.,
1997) (Gambar 2.). Ekosistem mangrove hanya mencakup 2% daratan bumi,
sehingga secara global sangat langka dan bernilai dalam konservasi (Ong, 2002).
Ekosistem ini merupakan bagian dari wilayah pesisir, pertemuan darat dan laut,
yang mencakup 8% permukaan bumi (Birkeland, 1983; Ray dan McCormick,
1994; Clark, 1996).
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
42/409
14
B
45
36
24
35
295 29
31
A
10.89%
6.43%
4.48%
0.29%
72.17%
1.44%
0.01%
4.29%
Indonesia (42.550 km2)
Malaysia (6.420 km2)
Myanmar (3.790 km2)
Thailan (2.640 km2)
Vietnam (2.530 km2)
Kamboja (850 km2)
Brunei (170 km2)
Singapura (6 km2)
Gambar 2. Distribusi luasan mangrove di Asia Tenggara dengan luaskeseluruhan sekitar 61.250 km2 (A) dan jumlah spesies pada setiap negara (B)(Spalding dkk.,1997).
Ekosistem mangrove di Indonesia umumnya terpencar-pencar dalam
kelompok-kelompok kecil, sebagian besar terletak di Irian Jaya (Papua) (Gambar
3.). Mangrove tumbuh pada berbagai substrat seperti lumpur, pasir, terumbu
karang dan kadang-kadang pada batuan, namun paling baik tumbuh di pantai
berlumpur yang terlindung dari gelombang dan mendapat masukan air sungai.
Tumbuhan mangrove di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dapat mencapai
tinggi 50 m dengan diameter 50 cm, meski umumnya hanya setinggi 25 m dengan
diameter 18 cm (Soemodihardjo dan Ishemat, 1989). Di seluruh Indonesia jumlah
tumbuhan mangrove sekitar 47 spesies (MoE, 1997b). Informasi lain menyatakan
jumlahnya lebih dari 37 spesies (Soemodihardjo dan Ishemat, 1989) atau 45
spesies (Spalding dkk., 1997). Spesies utama berasal dari genera Avicennia,
Rhizophora, Sonneratia, Bruguiera, Ceriops, Excoecaria, Heritiera, Lumnitzera,
Nypa fruticans, Xylocarpus, dan Aegiceras (Soemodihardjo dan Sumardjani,
1994).
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
43/409
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
44/409
16
Gambar 4. Sebaran ekosistem mangrove di Jawa (Whitten dkk.,2000).
Pada tahun 1985, ekosistem mangrove di pulau Jawa seluas 170.500 ha,
namun pada tahun 1997 tinggal 19.077 ha. Di Jawa Tengah pada masa yang sama
luasannya berkurang dari 46.500 ha hingga tinggal 13.577 ha. Apabila
ekstensifikasi tambak dengan mengubah ekosistem mangrove terus dilakukan,
maka kemungkinan besar akan sangat sulit menemukan ekosistem mangrove di
Jawa (Giesen, 1993). Jawa masih menyisakan ekosistem mangrove alami, yang
menyimpan cukup banyak spesies mangrove, sehingga dapat menjadi sumber biji
untuk merestorasi ekosistem yang rusak, terutama di beberapa kawasan taman
nasional, antara lain TN Baluran dan TN Alas Purwo di Jawa Timur, serta TN
Ujung Kulon di Banten. Di lepas pantai utara Jawa, terdapat dua taman nasional
laut yang juga menyimpan ekosistem mangrove, yaitu TNL Karimunjawa dan
TNL Kepulauan Seribu (Setyawan dkk., 2003; 2004).
Di Jawa Tengah, ekosistem mangrove terutama tumbuh di Kepulauan
Karimunjawa, sepanjang pesisir pantai utara Jawa, dan di laguna Segara Anakan.
Pada masa lalu hutan Segara Anakan merupakan ekosistem mangrove terluas di
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
45/409
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
46/409
18
Tabel 1. Pemanfaatan tumbuhan mangrove (SNM, 2003).
No. Spesies Manfaat
1 2 31. Acantus
A.ebracteatus Vahl Bahan obatA.ilicifolius L Bahan obat
2. Aegialitisrotundifolia Roxb
Papan, lem, kayu untuk ikan asap, madu, tanin pengawet jala, taninpenyamak kulit, rempah-rempah dari kulit, sayuran, obat.
3. Aegiceras corniculatumL. Blanco
Perabot rumah tangga, kayu bakar, balok, tiang pancang, racunikan, kertas (berbagai macam), madu.
4. Avicennia Tiang, pagar, pipa, papan, lem, pakan ternak, pupuk hijau,penumbuk padi.
A. alba Blume Kayu bakar, balok, pancang, tiang, pagar, pipa, papan, lem, kayuuntuk ikan asap, racun ikan, kertas, pakan ternak, pupuk hijau,manisan umbut, obat.
A. eucalyptifoliaZipp Tiang pagar, pipa, papan, lem.
A. germinans L Kayu bakar, arang, kayu, tangga, bantalan jalan kereta, bahanbangunan kapal, tiang pancang dok, balok, lantai, papan, tiang,pagar, pipa, papan, sepih, lem pasak, madu obat.
A. marina Vierh Kayu bakar, bahan bangunan kapal, balok, pancang, kayu untukikan asap, kertas, pakan ternak, pupuk hijau, sayuran, madu, sabun
A. nitida Jacg Kayu bakar, arang, kayu tangga, kontruksi berat, bantalan jalankereta, bahan bangunan kapal, tiang pancang dok, balok, pancanglantai, panel, pancang pagar, pipa, papan, lem pasak, pakan ternak,pupuk hijau, umbut dan perabot rumah tangga.
A. officinalis L Kayu bakar, kayu untuk ikan asap, kertas pakan ternak, pupukhijau, sayuran, penumbuk padi.
A. schaueriana Staph& Leechman
Kayu bakar, tanin penyamak kulit, madu
5. Bruguiera Serat sintesis, bahan pencelup pakaianB. cylindrica (L)Blume
Kayu bakar, arang kayu, tangga, tugal, balok, tiang, bangunan,pancang untuk perangkap ikan, tanin untuk penyamak kulit,upacara keagamaan
B. gymnorrhiza (L)Lam.
Seperti di atas ditambah tiang, pagar, pipa
B. parviflora (Roxb)Wight&Arn
Kayu bakar, arang, kayu, tangga, tugal, balok, pancang tanin untukpenyamak kulit, kertas.
B. sexangula (Lour)Poiret Sama seperti di atas ditambah tanin penyamak kulit, rempah-rempah dari kulit kayu, sayuran, obat, dempul, kemenyan.
6. CamptostemnonC. philippinensis Becc Kayu bakar, kertasC. schultzii Mast Kayu, tangga, kertas
7. Ceriops Arang, bahan pencelup pakaian, pakan ternak, pupuk hijauC. decandra (Griff)Ding Hou
Kayu bakar bangunan berat, balok, pancang, tanin untuk penyamakkulit, madu
C. tagal (Perrottet)Robinson
Kayu bakar, kayu, tangga, tugal, bangunan kapal, balok, pancang,tanin pengawet jala dan penyamak kulit, bahan pencelup pakaian,kertas (berbagai jenis), bahan pengganti teh, obat.
8. Conocarpus erectus
L
Kayu bakar, arang, kayu, tangga, pancang bangunan kapal, balok,
lantai, papan, madu, perkakas, gagang alat-alat rumah tangga, obatkuat.
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
47/409
19
1 2 3
9. Cynometraramitumbuhan L Kayu bakar, kontruksi berat, lantai, papan, madu.
10. Excoecariaagallocha L
Kayu tangga, lantai, papan, pelampung, racun ikan, kertas, kotak,kayu, rempah-rempah dari kulit, madu, mainan, korek api,kemenyan.
11. Heritiera
H. fomes Buch. Ham Kayu tangga, kontruksi berat, bahan bangunan kapal, tiangpancang dok, balok, lantai, papan, alat rumah tangga, korek api.
H. littolaris Aiton exDryander
Kayu bakar, kayu, tangga, konstruksi berat, bantalan jalan keretaapi, bahan banguan kapal, tiang pancang dok, balok, lantai, papan,tiang pagar, pipa, lem, tanin pengawet jala, gagang alat rumahtangga, penumbuk padi.
12. Kandelia candel (L)
Druce
Kayu bakar
13. Legunculariaracemosa Gaetun. F
Kayu bakar, arang, pancang, tiang, pagar, pipa, papan, lem, taninpenyamak kulit, gagang alat rumah tangga.
14. Lumnitzera ObatL. littorea (Jacl)Voigt
Kayu bakar, kontruksi berat, bantalan jalan kereta, bahan bangunankapal, pancang dok, balok, lantai, tiang, pagar, papan, pipa, kayuserpih, lem, pancang perangkap ikan, kayu untuk ikan asap, gagangalat rumah tangga.
L. racemosa Willd Seperti diatas15. Nypa fruticans van
Wurmb.Atap, tikar, pancang perangkap ikan, pelampung, jas hujan, topi,payung, gula, cuka, minuman fermentasi, manisan, pembungkusrokok, obat, keranjang.
16. Phoenix poludosaRoxb.
Tiang, pagar, pipa, papan, lem
17. Rhizophora Tanin untuk pengawet jala dari benang, bahan pencelup pakaian,tanin untuk penyamak kulit, kerajinan kayu
R. apiculata Blume Kayu bakar, arang, kayu, tangga, kontruksi, bantalan jalan keretaapi, tugal, tiang, balok, pancang dok, balok, pagar, pipa, papan,lem, pancang perangkap ikan, alat rumah tangga.
R. harrisonii
LeechmanKayu bakar, arang, kayu, tangga, kontruksi, bantalan jalan kereta,tugal, bahan bangunan kapal, balok, pabcang dok, pancang, lantai,papan, tiang pagar, pipa, papan, lem, pasak.
R. mangle L. Seperti di atas ditambah pancang perangkap ikan, tanin pengawetjala dan penyamak kulit, pakan ternak, pupuk hijau, bahanpengganti teh, madu, pegangan alat rumah tangga.
R. mucronata Lam. Seperti di atas ditambah tanin penyamak kulit, kertas, pupuk hijau,pakan ternak, minuman fermentasi, manisan, madu, obat, mebel.R. racemosa G.Meyer
Kayu bakar, arang, kayu, tangga, bahan bangunan, bantalan jalankereta api, tugal, bangunan kapal, pancang dok, balok, lantaipapan, pipa, tiang pagar, lem, pasak papan, pancang bubu ikan,penyamak jala dan kulit, gagang alat rumah tangga, kerajinankayu.
R. stylosa Griff Kayu bakar, arangR. xselala (Salvoza)Tomlinson
Kayu bakar
18. Scyphyphorahydrophyllacea
Gaernt
Kayu bakar, tiang pagar, pipa papan, lem, gagang alat rumahtangga.
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
48/409
20
1 2 3
19. Sonneratia TopiS. alba J. Smith Pancang perangkap ikan, pelampung, bahan pencelup pakaian,
pakan ternak, pupuk hijau, cuka, manisan, sayuran, mebel.S. caseolarris (L)Engl.
Pasak, pelampung, kertas, pakan ternak pupuk hijau, cuka,manisan, sayuran mebel.
S. apetala Buch-Ham Kayu bakar, kayu, tangga, bangunan berat, bangunan kapal, mebel.20. Xylocarpus Bahan pencelup pakaian
X. granatum Koenig Kayu bakar, kayu, tangga, bantalan jalan kereta api, bangunankapal, pancang dok, balok, lantai, papan, tiang pagar, pipa, lem,bahan pencelup, pakaian, kertas, mebel, gagang alat rumah tangga,mainan, kerajinan kayu, ukiran, pensil.
X. moluccensis(Lam) Roem
Seperti di atas.
a. Manfaat Sosial-Ekonomi
Ekosistem mangrove memiliki nilai sosial-ekonomi, dan ekologi dan
sosial-budaya sangat penting (Bennett dan Reynolds, 1993). Ekosistem ini
memiliki nilai sosial-ekonomi berupa: kayu bangunan, kayu bakar, kayu lapis,
bubur kertas, tiang telepon, tiang pancang, bagan penangkap ikan, dermaga,
bantalan jalan kereta api, kayu untuk mebel dan kerajinan tangan, atap, tannin,
bahan obat, gula, alkohol, asam asetat, protein hewani, madu, karbohidrat, bahan
pewarna dan lain-lain (Hamilton dan Snedaker, 1984; IPIECA, 1993; Spaninks
dan Beukering, 1997; Bandaranayake, 1998; Dahdouh-Guebas dkk., 2000;
Manassrisuksi dkk., 2001; Ng dan Sivasothi, 2001; Ong, 2002). Kajian analisis
biaya dan manfaat ekosistem mangrove menunjukkan nilai ekonomi total (total
economic value; TEV) mencapai triliunan rupiah (Ruitenbeek, 1992). Nilai
ekonomi total ekosistem mangrove per tahun di Pulau Madura Rp. 49 trilyun,
Jawa Barat Rp. 1,357 trilyun, dan di seluruh Indonesia Rp. 820 trilyun
(Republika, 23/07/2002). Sebagian manfaat ekonomi penting mangrove diuraikan
lebih terperinci di bawah:
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
49/409
21
1) Kayu dan Produk Kayu
Kayu. Secara tradisional kayu mangrove banyak digunakan untuk
memasak, membangun rumah dan perahu. Kayu N. fruticans digunakan untuk
dermaga karena tahan kebusukan dan hewan pelubang, sedangkan daunnya untuk
atap. Tiang utuhRhizophora merupakan hasil ekosistem mangrove paling utama,
dengan masa panen pendek (Ng dan Sivasothi, 2001; Lovelock, 1993). Kayu
Rhizophora dan Avicennia memiliki nilai kalor tinggi, sehingga sangat sesuai
untuk kayu bakar dan arang. Di Indonesia pembuatan arang dari kayu mangrove
secara komersial telah dilakukan sejak tahun 1887 (Ng dan Sivasothi, 2001),
sedangkan di Malaysia sejak 1902 (Watson, 1928).
Arang.Rhizophora apiculata danR. mucronata dapat menghasilkan arang
berkualitas tinggi, karena berat, padat, keras, bernilai kalori tinggi (7.300 kalori
per gram), dan berjelaga sedikit. Ekspor arang dari Indonesia di tahun 1980
sebesar 42.920 metrik ton; sedangkan jumlah produksi arang antara 1978-1980
sekitar 52.000 metrik ton per tahun (SNM, 2003).
Kayu bakar. Kayu mangrove masih merupakan sumber bahan bakar yang
penting bagi penduduk pantai. Spesies pohon yang umum digunakan sebagi kayu
bakar adalah: Ceriops, Avicennia, Xylocarpus, Excoecaria, Bruguiera, dan
Lumnitzera. Pada tahun 1979 produksi kayu bakar dari ekosistem mangrove di
Sulawesi Selatan sebesar 26.339 m3, sedangkan antara tahun 1973-1976 jumlah
ekspor kayu bakar dari Riau sebesar 700-1.500 m3 per tahun (SNM, 2003).
Tiang. Tiang terutama digunakan untuk tiang pancang, perancah, dan
perangkap ikan. Di Indonesia untuk kebutuhan tersebut digunakan Rhizophora
8/14/2019 Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah
50/409
22
dan Ceriops tagal untuk tiang pancang, sedangkan di Thailand digunakan
Excoecaria agallocha. Di Matang, Malaysia, penjarangan lahan mangrove seluas
2000 ha menghasilkan 3-4 juta tiang pancang per tahun. Pada tahun 1987, hutan
mangrove Indonesia menghasilkan 170.000 tiang pancang (SNM, 2003).
Serpih kayu (chips). Penggunaan kayu mangrove sebagai serpih kayu
hanya dilakukan di Indonesia dan Malaysia, digunakan sebagi bahan baku rayon.
Pada tahun 1978, ekspor kayu mangrove gelondongan Rhizophora dari Aceh dan
Riau sebanyak 382,737 m3. Di Indonesia, pembuatan serpih kayu dari hutan
mangrove telah dihentikan sejak 1990. Sebaliknya Malaysia mencadangkan 4000
ha hutan mangrovenya khusus untuk memproduksi serpih kayu (SNM, 2003).
Bubur kayu (pulp). Kayu mangrove penghasil utama bubur kayuadalah
Avicennia, Bruguiera, dan Camptostemon. merupakan penghasil utama bubur
kayu. Pada tahun 1979 ekspor bubur kayu dari Riau dan Aceh masing-masing
sebesar 63.000 m3. Pada tahun 1990-an sebagian besar bubur kayu di Indonesia
dihasilkan dari hutan tumbuhan industri seperti Eucalyptus, Acacia, Gmelina,
Terminalia, dan Paraserianthes. Kualitas bubur kertas mangrove relatif rendah,
sehingga sejak tahun 1996 mulai ditinggalkan (SNM, 2003).
2) Bahan Pangan
Mangrove menyediakan bahan pangan dari tumbuhan itu sendiri maupun
hewan-hewan yang menggunakannya