Post on 31-Oct-2015
katarak senilis imatur adalahKatarak Senilis imatur merupakan salah satu jenis penyakit katarak yang disebabkan oleh faktor penuaan. Penderita katarak senilis biasanya berusia diatas 50 tahun.
Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi berkembangnya penyakit katarak senilis adalah diabetes, kurangnya kalsium, kondisi lingkungan, dan penyakit metabolik.
Katarak senilis merupakan salah satu faktor terbesar terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan di usia lanjut.Tetapi sebagian besar penderita katarak senilis tidak menyadari bahwa dirinya terserang katarak. Hal ini disebabkan pada umur 60 tahun lensa akan mengalami kekeruhan.
Dan umumnya hal itu terjadi pada kedua mata mereka. Sehingga mereka menganggap bahwa gannguan penglihatan mereka terjadi karena umur bukan karena katarak.
Katarak senilis sendiri digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu ;
1. katarak immatur yaitu keadaan dimana lensa masih memiliki bagian yang jernih
2. katarak matur yaitu dimana lensa mata sudah menjadi keruh secara keseluruhan
3. dan katarak hipermatur yaitu dimana ada bagian permukaan yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan dapat mengakibatkan peradangan pada bagian mata lainnya.
Gangguan penglihatan pada penderita katarak senilis biasanya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari lokasi dan kematangan katarak.Semua jenis katarak akan terus berkembang dalam mata. Dan biasanya perkembangan katarak yang perlahan tidak mengakibtakan rasa nyeri pada penderitanya.
Namun tak jarang juga katarak bisa mengakibatkan lensa membengkak dan meningkatkan tekanan dalam mata (glaukoma), sehingga akan timbul rada nyeri pada mata.
Gangguan penglihatan yang biasa dialami oleh penderita katarak adalah ;
1. >sulit untuk memfokuskan penglihatan pada malam hari
2. >ketika melihat cahaya akan terasa menyilaukan mata atau ada lingkaran di sekitar cahaya
3. >ketajaman penglihatan yang semakin menurun bahkan pada siang hari
4. >sering gonta – ganti kacamata dan adanya penglihatan ganda pada salah satu mata.
Jika sudah mengalami gangguan mata yang seperti yang tersebut di atas maka tak ada salahnya kita melakukan pemeriksaaan yang lebih lanjut.
Sehingga kita bisa mengetahui kesehatan mata kita.(nn)
Katarak Senilis Tak Harus MembutakanSejauh ini, katarak telah berhasil membutakan tidak kurang dari 1,5 juta penduduk Indonesia. Padahal, katarak bukanlah penyakit yang sifatnya sangat progresif dan langsung bisa merusak saraf penglihatan dalam hitungan hari. Minimnya edukasi dan informasi kepada masyarakat merupakan salah satu hal yang bisa dipersalahkan.
Banyak orang yang belum mengetahui gejala dan tanda kedatangan katarak. Sebagian, justru menganggap penurunan tajam penglihatan akibat katarak merupakan mekanisme penuaan yang wajar dan tidak perlu digubris. Alhasil, mereka datang ke dokter dalam keadaan di mana operasi untuk menyelamatkan daya lihat akan berakhir sia-sia.Istilah katarak merujuk kepada kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Lensa merupakan salah satu media pembiasan pada mata yang kaya dengan protein. Pada saat lensa mengalami kekeruhan, maka penglihatan pun terganggu.
Katarak bukan hanya bisa terjadi pada orang tua sebagai akibat dari penuaan itu sendiri. Pada bayi baru lahir kekeruhan lensa yang terjadi disebut sebagai katarak bawaan. Katarak juga bisa terjadi pada keadaan setelah mata mengalami trauma atau penyakit yang merusak lensa, termasuk penyakit sistemik semisal kencing manis. Pada orang tua, katarak terjadi sebagai akibat dari proses degeneratif dan disebut sebagai katarak senilis.
Sebuah literatur menyebutkan bahwa semua orang tua di usia 55 tahun telah mulai mengalami pengeruhan lensa. Namun, perjalanan penyakitnya berbeda-beda, berpulang kembali kepada yang bersangkutan. Artinya, jika pada A gejala dan tanda katarak muncul 1 tahun berselang, pada B mungkin muncul 10 tahun setelahnya. Sejauh ini, belum ada yang mampu mengemukakan kepastian mengapa katarak senilis bisa terjadi. Perlu diketahui, lensa tidak pernah diperbaharui seumur hidupnya, berbeda dengan kulit yang mengalami siklus mati lalu diganti. Begitupun, lensa terus tumbuh dan membelah.
Untuk memenuhi kebutuhannya akan energi, lensa mata mengadakan rangkaian proses metabolisme. Hasil samping dari proses tersebut adalah senyawa-senyawa radikal bebas. Seiring usia, jumlah antioksidan alami dalam tubuh berkurang sehingga ada radikal bebas yang tidak dinetralkan. Paparan sinar matahari (UV B) juga bisa mengganggu kerja antioksidan, berpotensi untuk merusak protein lensa.Katarak senilis memiliki 4 stadium, yaitu stadium insipien, imatur, matur, dan hipermatur. Tanda dan gejala di masing-masing stadium ini berbeda. Sebaiknya kita kenali dengan baik sebagai
salah satu upaya deteksi dini.
Pada stadium insipien kekeruhan yang terjadi sangat minimal. Bahkan, tajam penglihatan bisa jadi hanya menurun sedikit. Keluhan kabur mungkin belum dirasa. Pada stadium insipien, kekeruhan mulai melebar. Cairan dari luar lensa akan masuk ke lensa menyebabkan lensa menggembung. Keluhan kabur mulai terasa. Pada stadium ini, orang-orang yang sebelumnya menderita rabun jauh, akan merasa rabun jauhnya semakin parah. Jika mereka berpenglihatan normal, maka akan kabur saat melihat jauh. Apabila sebelumnya menderita rabun dekat, mereka akan merasa rabun dekatnya sembuh, tidak butuh kaca mata lagi.
Pada stadium matur, kekeruhan telah terjadi pada seluruh lensa. Cairan pun keluar dari lensa. Pada stadium hipermatur, lensa telah mencair dan jatuh ke bawah. Di sini, penglihatan sudah sangat menghilang, kemungkinan hanya bisa melihat cahaya .Secara umum penderita katarak akan mengalami gejala seperti melihat di balik tirai. Kadang kala dijumpai gejala silau, melihat lingkaran pelangi di sisi lampu, atau berbayang.(dr. Roveny
Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti :
Konsep penuaan :
1. Teori putaran biologik (“A biologic clock”)
2. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali à mati
3. Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan
sel
4. Teori mutasi spontan
5. Teori “A free radical”
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
Teori “A Cross-link”Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi.Perubahan lensa pada usia lanjut :1.Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
2.Epitel – makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa :
Lebih ireguler
Pada korteks jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus (histidin, triptofan,
metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna cokelat protein lensa nucleus mengandung histidin
dan triptofan disbanding normal.
Korteks tidak berwarna karena :Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Klasifikasi Menurut LokasiBerdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi 3, yaitu
nuklear sklerosis,
kortika
posterior subkapsular.
Nuklear sklerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Kortikal, terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior
Posterior subkapsular, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma.5,7
StadiumKatarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu
1. katarak insipen,
2. katarak imatur,
3. katarak matur
4. katarak hipermatur.
Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder
Katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali tidak terdapat bayangan iris pada shadow test atau disebut negatif. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi lembek dan mencair pada bagian korteks. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak
berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.
PENDAHULUAN
Latar Belakang1
Katarak berasal dari bahasa latin ‘cataraca’ dan bahasa yunani catarak yang artinya adalah air
terjun. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata
secara bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi, trauma mata, infeksi penyakit
tertentu. Katarak dapat pula terjadi sejak lahir, karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak
maupun dewasa.
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan didunia mencapai 38 juta
orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan
prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang
terbesar karena katarak senilis / ketuaan
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal terjadinya katarak
antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan dalam persepsi warna, dan daya
penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu
beberapa bulan. Daya penglihatan yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan
yang berperingkat (progresif).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi 1
Secara umum katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya jernih dan tembus
pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak
terjadi secara perlahan-lahan, sehingga penglihatan terganggu secara beragam sesuai tingkat kekeruhan
lensa. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, biasanya diatas 50
tahun
Epidemiologi 1
Katarak senilis sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling sering
didapatkan. Menurut perhitungan kira-kira 90 % dari insiden katarak seluruhnya adalah katarak senilis.
5 % dari orang berusia 70 tahun dan 10 % dari orang yang berusia 80 tahun menderita katarak dan
membutuhkan tindakan pembedahan.
Etiologi 1
Penyebab pasti dari katarak senilis belum ditemukan, diduga ada hubungan dengan keturunan,
oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui riwayat keluarga. Pada katarak senilis sebaiknya
disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat
menimbulkan katarak komplikata. Selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak ditemukan bukti
bahwa radiasi ultraviolet merupakan faktor signifikan dalam timbulnya katarak senilis.
Patofisiologi 3
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein
yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi
peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein,
perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lensa
melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan
nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut
menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan. Dengan
bertambah lanjut usia seseorang maka nucleus lensa mata akan menjadi lebih padat dan berkurang
kandungan airnya, lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya (optic zone) sehingga kemampuan
memfokuskan benda berkurang.
Gejala Klinik4
Gejala Subyektif :
a. Bila Kekeruhan tipis, kemunduran visus sedikit atau sebaliknya.
b. Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak
c. Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan oleh karena refraksi dari lensa
sehingga benda-benda yang dilihat penderita akan menyebabkan silau
d. Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopi, hal ini terjadi karena proses pembentukan
katarak sehingga lensa menjadi cembung dan refraksi power mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh
dimuka retina
Gejala Obyektif :
a. Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi
b. Jika mata diberi sinar dari samping: Lensa tampak keruh keabuan atau keputihan dengan latar hitam
c. Pada fundus reflex dengan opthalmoskop : kekeruhan tersebut tampak hitam dengan latar oranye. Dan
pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau tampak kehitaman tanpa latar orange, hal ini
menunjukkan bahwa lensa sudah keruh seluruhnya
d. Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera anterior menyempit
sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya terjadi glaukoma
Stadium1
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,matur, dan
hipermatur.
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah(air masuk) Normal Berkurang (air + masa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik MataDepan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Tes Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma
Visus + < << <<<
Bayangan iris
-
++<.span>
-
+/-
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi
dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior
dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini
terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung
akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal
sehingga terjadi glaukoma sekunder.Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan
terlihat bayangniris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+)
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan terus
maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke
ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan
iris pada lensayang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan
mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses
katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks
lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudo
positif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola
mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma
karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dancairan / protein
lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.
Diagnosis1
Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
sistemik yang berefek terhadap mata dan perkembangan katarak.
a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman penglihatan untuk
gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh silau, harus diperiksa dikamar dengan
cahaya terang.
b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit
pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat penting yaitu tes pembelokan sinar yang
dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf
optik atau keterlibatan difus makula
c. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi dapat juga struktur
okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).
Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa hati-hati
Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil
Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluxasi lensa dapat
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur
d. Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus
dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.
Penatalaksanaan 2
Tidak ada satupun obat yang dapat diberikan untuk menyembuhkan katarak senilis. Penggunaan
obat-obatan selama ini bertujuan untuk memperlambat penebalan katarak. Katarak hanya dapat diatasi
melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak
diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan,
makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari
gangguan katarak. Akan tetapi melindungi mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat
memperlambat terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata reguler yang dapat
menghalangi sinar ultraviolet (UV) sebaiknya digunakan ketika berada diruang terbuka pada siang hari.
Pengobatan katarak senil yang pernah dipakai adalah :
Iodium tetes, salep, injeksi dan iontoforesis, tidak jelas efektif, sedang beberapa pasien puas.
Kalsium sistein
Imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolisme lensa
Dipakai lentokain dan kataraktolisin dari lensa ikan
Vitamin dosis tinggi juga dipergunakan.
Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Beberapa tahun terakhir bermacam-
macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi.
Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular
catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE).
Tindakan bedah pada pasien katarak dilakukan jika telah ada indikasi seperti:
Katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum matur
Katarak matur, karena jika menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit katarak hipermatur (uveitis
dan glaukoma)
Katarak yang telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma.
a. Ekstraksi katarak intra kapsular
Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE merupakan
metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak. Teknik ini melibatkan mengangkat seluruh lensa
termasuk kapsula posterior. Dalam melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan
selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul. Teknik ini dapat dilakukan dengan alat – alat yang
sedikit canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem origasi.
Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar sering 160 o-
180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat,
keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang bocor,
inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum terjadi saat operasi dan
komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan
pada kasus-kasus dimana zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan
sukses.
ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak dan kasus-
kasus dengan trauma ruptur kapsular. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan,
katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.
b. Extra Capsular Cataract Extraction
Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka kapsula
anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan
ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu :
Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea
Komplikasi cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi atau dieliminasi
Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak
Sebaliknya, kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan mikroorganisme lain ke dalam
kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan
dapat menyebabkan endoptalmitis
Komplikasi 1
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik,
fakotoksik
1. Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan menumpuk di
sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan
fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.
Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
2. Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan
terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.
3. Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagimata sendiri (auto toksik)
Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yangkemudian akan menjadi glaukoma
BAB III KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : jatim
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Anamnesis (autoanamnesia)
Keluhan Utama
Mata kanan tidak bisa melihat
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kanan tidak dapat melihat, keluhan dirasakan sejak 3 bulan
yang lalu. Awalnya bisa melihat namun perlahan penglihatan mata kanan menurun dan sekarang pasien
hanya dapat melihat adakah cahaya atau tidak. Nyeri (-), pusing (-), mual (-), muntah (-).
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah mengalami sakit mata seperti ini
Hipertensi disangkal
Diabetes disangkal
Riwayat pengobatan
Belum pernah berobat sebelumnya dan tidak pernah memakai kacamata sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : T=130/80 mmHg N: 88x/menit RR : 20x/menit
Status Generalis
1. Pemeriksaan kepala : dbn
2. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterus -/-
Pupil : Reflek cahaya +/+
3. Pemeriksaan leher : dbn
4. Pemeriksaan thorax : dbn
5. Pemeriksaan Abdomen : dbn
6. Pemeriksaan ekstremitas : dbn
Status Lokalis
Visus Persepsi cahaya +/+
Iluminasi +/+
Segmen Anterior ODS
Palpebra : edema -/- , spasme -/- , &nbrp; Entropion -/- , ektropion -/-
Konjungtiva : hiperemi -/- , sekret -/-
Kornea : Jernih +/+
BMD : Dalam/dangkal
Iris : Radier +/+
Pupil : Bulat +/+, 0 3mm/3mm
Lensa :Keruh/jernih
Problem List
a. Terjadi kekeruhan pada lensa mata kanan
b. Visus mata kanan menurun
Assessment
Katarak Senilis Matur OD
Planning
a. Informed consent
b. Rencana Lab. Darah lengkap
c. Pro USG dan Biometri
d. Rencana ECCE ( Ekstra Capsular Catarac Ektration) dan IOL
Monitoring
a. Keluhan
b. Vital sign
Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita katarak senilis , dimana katarak ini berhubungan
dengan usia serta proses penuaan yang terjadi didalam lensa
b. Menjelaskan kepada pasien serta keluarga tentang tindakan operasi yang akan dilakukan pada katarak
senilis imatur dimana memiliki resiko post operasi serta membutukan perawatan tertentu post operasi
BAB IV PEMBAHASAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas
50 tahun. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan
korteks lensa. 3
Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam
bentuk keluhan presbiopia. Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara
pasti dan sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling sering didapatkan. 3
Berdasarkan tingkat kematangan katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium yaitu: 3
1. stadium insipien kekeruhan tampak terutama dibagian periferkorteks berupa garis-garis yang melebar
dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah roda
2. stadium immatur kekeruhan terutama pada bagian posterior nukleus dan belum mengenai seluruh
lapisan lensa
3. stadium matur kekeruhan sudah mengenai reluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan
4. hipermatur terjadi pencairan korteks dan nukleus tenggelam kebawah (katarak morgagni), atau lensa
terus kehilangan cairan dan keriput ( katarak shrunken)
Tindakan bedah pada pasien katarak dilakukan jika telah ada indikasi seperti:2
Katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum matur
Katarak matur, karena jika menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit katarak hipermatur (uveitis
dan glaukoma)
Katarak yang telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma
Pembedahan berupa ekstraksi katarak yang dapat dikerjakan dengan cara : 3
a. Intra kapsuler / ICCE
Masa lensa dan kapsul dikeluarkan seluruhnya
b. Ekstra kapsuler / ECCE
Masa lensa dikeluarkan dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan bagian posterior
c. Fakoemulsifikasi
Inti lensa dihancurkan didalam kapsul dan sisa masa lensa dibersihka dengan irigasi dan aspirasi
Adapun komplikasi tindakan operatif katarak2
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam
bilik mata depan yang merupakan resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retina.
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode paska operasi dini. Pupil mengalami
distorsi.
3. Endoftalmitis.
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi (< 0,3%), pasien datang dengan
mata merah yang terasa nyeri, penurunan tajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata
depan (hipopion).
4. Astigmatisma pasca operasi.
Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan
sebelum melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata
steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan
terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan
mudah di klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien duduk di depan slit lamp . Jahitan yang longgar
harus diangkat untuk mencegah infeksi namun mungkin diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan
lokasi insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil menghindarkan
komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada
sebelumnya.
5. Edema makular sistoid.
Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai dengan hilangnya vitreous. Dapat
sembuh seiring berjalannya waktu,namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang
berat.
6. Ablasio retina.
Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan rendahnya tingkat komplikasi ini.
Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous
7. Opasifikasi kapsul posterior.
Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa bulan setelah
pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan
mungkindidapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada kapsul dengan laser sebagai
prosedur klinis rawat jalan.
BAB VKESIMPULAN
Katarak senilis matur adalah katarak yang terjadi dimana kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun dan kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa, warna menjadi
putih keabu-abuan, serta tajam penglihatan menurun tinggal melihat gerakan tangan atau persepsi
cahaya.
Adapun terapi dari katarak senilis matur ini adalah dilakukannya pembedahan dengan tekhnik
Intra Capsular Cataract Extraction, Extra Capsular Cataract Extraction dan fakoemulsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas,Sidarta, HHB Mailangkay, dkk. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan
Mahasiswa Kedokteran. Sagung Seto, Jakarta.2002
2. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of Ophthalmology Medical Faculty
of,Padjadjaran University. 2006.
3. SMF ilmu penyakit mata. Pedoman Dianosis dan Terapi Edisi III. RSUD Soetomo. Surabaya. 2006
4. http://lomboksehat.blogspot.com/2011/11/katarak-senilis.html