Pengkajian katarak
-
Upload
heri-damanik -
Category
Documents
-
view
7.025 -
download
13
Transcript of Pengkajian katarak
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Pada Tn. H.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan
Pre dan Post Op Katarak Sinilis Matur Od
di Ruang Rawat Inap Gabung Anak dan Dewasa
Rindu A5 RSUP H. Adam Malik Medan
Disetujui oleh :
Pembimbing Keperawatan CI Kepala Ruangan Rindu A5
RSUP H. Adam Malik Medan RSUP H. Adam Malik Medan
( Delima Warita Purba, S.Kep,Ns) (Julinar Zesca Pasaribu, S.Kep, Ns)
Kapokja Pembimbing Institusi
Keperawatan Rindu A3 AKPER HKBP Balige
( Rinawati Sitepu, S.Kep,Ns) (Mona Santi Nainggolan,S.Kep,Ns)
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Adapun judul dari laporan kasus ini
adalah Asuhan Keperawatan pada Tn.H.P dengan Gangguan Sistem
Sensorineural “Katarak Senilis Matur Od” di Ruang RA5 Kamar III.2 RSUP H.
Adam Malik Medan.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan kasus
ini, baik berupa dukungan moral maupun material secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Azwar Hakmi Lubis Sp.A, M.Kes selaku Direktur Utama RSUP H.
Adam Malik Medan.
2. Bapak Ahmad Sobari,S.Kep, Ns selaku Bidang Keperawatan.
3. Ibu Herlina,S.Kep, Ns selaku KA. Diklat RSUP H. Adam Malik Medan.
4. Ibu Diak. Lamria Simanjuntak, S.Kep, Ns selaku Direktur AKPER HKBP
Balige.
5. Ibu Rinawati Sitepu, S.Kep, Ns selaku Kapokja Rindu A RSUP H. Adam
Malik Medan.
6. Ibu Julinar Zesca Pasaribu, S.Kep, Ns selaku Kepala Ruangan RA.5. THT.
7. Ibu Delima Warita Purba, S.Kep, Ns selaku CI RA .5 THT.
8. Seluruh Staf dan jajaran RSUP H. Adam Malik Medan.
9. Bapak/Ibu dosen pembimbing dari Akademi Keperawatan HKBP Balige.
10. Teman-teman Angkatan VIII yang telah mendukung dan memberi motivasi
dan menyelesaikan studi kasus ini.
11. Orangtua kami yang telah mendoakan kami dalam menyelesaikan praktek
belajar lapangan di RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi meningkatkan mutu dari laporan
ini.Atas perhatian Bapak / Ibu, Penulis mengucapkan terima kasih.
. Medan, Agustus 2012
Hormat Kami,
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.Latar Belakang ............................................................................................ 1
2.Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
2.1.Tujuan umum ...................................................................................... 3
2.2.Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
3.Manfaat Penulisan ....................................................................................... 5
4.Ruang Lingkup ............................................................................................ 6
5.Metode Penulisan ........................................................................................ 7
6.Sistematika Penulisan ................................................................................. 8
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 9
1. Defenisi ................................................................................................... 9
2. Etiologi .................................................................................................... 10
3. Patofisiologi ............................................................................................ 11
4. Manifestasi Klinis ................................................................................... 12
5. Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................... 13
6. Penatalaksanaan ...................................................................................... 14
7. Landasan Teoritis Keperawatan .............................................................. 15
BAB III. TINJAUAN KASUS ................................................................................. 16
1.Pengkajian ................................................................................................. 16
2.Analisa Data .............................................................................................. 17
3.Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 18
4.Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................. 19
5.Catatan perkembangan .............................................................................. 20
BAB IV. PEMBAHASAN ........................................................................................ 21
1.Pengertian ................................................................................................. 21
2.Diagnosa Keperawatan pada Teori ........................................................... 22
3.Diagnosa yang Muncul pada Kasus .......................................................... 23
4.Intervensi................................................................................................... 24
5.Implementasi ............................................................................................. 25
6.Evaluasi ..................................................................................................... 26
BAB V. PENUTUP .................................................................................................. 27
A.Kesimpulan .............................................................................................. 27
B.Saran ......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana nasional. Sebab kebutaan
menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada
kehilangan produktivitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan
pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993-1996,
angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dari jumlah penduduk di
Indonesia. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam
masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.
Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan gumpalan kabut ketika
mengemudi di malam hari, merupakan gejala katarak. Tepat di siang hari
penderita justru merasa silau karna cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak
memicu kita dalam upaya pencegahan dengan memperhatikan gaya hidup
lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang
dapat merusak, akan membuat kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam
stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.
Oleh karena alasan di atas, penulis tertarik mengangkat kasus dengan judul
Asuhan Keperawatan pada Tn.H.P dengan Gangguan Sistem Sensorineural :
Katarak Sinilis Matur Od di Ruangan RA 5 THT RSUP H. Adam Malik
Medan.
2. Tujuan Penulisan
2.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Sensorineural : Katarak Senilis Matur Od di ruangan RA5 THT RSUP Haji
Adam Malik Medan.
2.2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan gangguan sistem
sensorineural.
b) Mampu merumuskan diagnosa keperwatan dengan sistem sensorineural
di Ruang RA5 TH RSUP Haji Adam Malik .
c) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dengan sistem
sensorineural di ruang RA5 THT RSUP Haji Adam Malik Medan.
d) Mampu melakukan tindakan keperawatandengan system sensorineural di
Ruang RA5 THT RSUP Haji Adam Malik Medan.
e) Mampu membuat evaluasi keperawatan pada Tn.H.P dengan Sistem
Sensorineural di RA5 THT RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Manfaat Penulisan
Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan penerapan ilmu yang telah
diperoleh penulis di Institusi Akademi serta salah satu tugas praktek belajar
lapangan selama berada di RSUP Haji Adam Malik Medan.
4. Ruang Lingkup
Laporan kasus ini dibatasi pada satu kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada
Tn.H.P dengan Sistem Sensorineural : Katarak Senilis Matur Od di Ruangan
RA5 RSUP Haji Adam Malik Medan.
5. Metode Penulisan
1. Studi Kepustakaan : Membaca buku dan juga mempelajari buku-
buku yang berhubungan dengan laporan ini.
2. Studi Kasus : Meliputi obsevasi ,partisipatif ,wawancara dan
interview.
3. Dokumentasi : Dengan mempelajari catatan-catatan yang
berhubungan dengan klien diantaranya status klien, catatan perawat dan
catatan dokter.
6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan asuhan keperawatan ini ,penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan membahas tentang latar belakang, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis dari pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, stadium katarak,
pelaksanaan, landasan teoritis keperawatan dan intervensi.
BAB III : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian,analisa data,diagnosa
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan tentang kesenjangan antara konsep teoritis
dengan tinjauan kasus.
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Konsep Dasar Teoritis
1. Defenisi
Katarak adalah terjadinya opositas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, sehingga menyebabkan penurunan atau gangguan penglihatan
(Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, hal 1996).
2. Anatomi Fisiologi
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan
kompleks, menerima dan mengirinkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus
otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menerjemahkan citra visual.
Ada 7 saraf otak (SO) memiliki hubungan dengan mata,yaitu :
Untuk penglihatan (SO II ).
Gerakan mata (SO III, IV, dan VI).
Reaksi pupil (SO III ).
Pengangkatan kelopak mata (SO III).
Penutupan kelopak mata ( SO VII).
Hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.
Bola mata dan struktur yang berhubungan dilindungi dan dilingkupi dalam
tulang berongga bulat dinamakan orbita. Bola mata yang menempati bagian
kecil dari orbita, dilindungi dan dialasi oleh lemak yang terletak dibelakang
bola mata. Saraf dan pembuluh darah mensuplai nutrisi dan mentransmisi
impuls ke otak juga berada dalam orbita. Melekat di bagian luar bola mata
adalah otot yang terorganisasi dengan baik, dipersarafi oleh SO III, IV, dan VI.
Otot ekstraokuler tersebut bekerja bersama untuk mengkoordinasi gerakan
mata.
Orbita merupakan rongga berpotensi untuk terkumpulnya cairan, darah dan
udara karena letak anatomisnya yang dekat dengan sinus dan pembuluh darah.
Pendesakan komponen lain ke lengkungan orbita dapat menyebabkan
pergeseran, penekanan atau protrusi bola mata dan struktur di sekitarnya.
3.Etiologi
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
Usia lanjut dan proses penuaan.
Kongenital atau bisa diturunkan.
Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata,penyakit metabolik(Diabetes
Mellitus) dan obat-obat tertentu(Mis:kortikosteroid).
Pemajanan radiasi,pemajanan yang lama sinar matahari(sinar ultraviolet)
atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
Pembentukan katarak di percepat oleh faktor lingkungan,seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.
(Keperawatan Medical Bedah Vol 3, hal 1996).
4. Patofisiologi
Trauma Degeneratif Perubahan kuman
↓ ↓ ↓
Perubahan serabut Kompresi sentral Jumlah protein
↓ mata keruh membentuk
densitas pada mata massa di mata
Katarak
Pembedahan
Menghambat penglihatan
Pre operasi postoperasi penglihatan buta
-Kecemasan meningkat -gangguan rasa nyaman nyeri -gangguan sensori
-Kurang pengetahuan - risiko tinggi infeksi Persepsi visual
-risiko tinggi terjadinya injury -risiko tinggi cidera
fisik
5. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak, antara lain :
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional,yang diakibatkan penurunan ketajaman
penglihatan.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat dimalam
hari.
Gejala objektif biasanya meliputi :
1. Penyembuhan seperti mutiara keabuan pada pupil.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan,abu-abu atau
putih.
(Keperawatan Medical Bedah Vol 3,hal 1997).
6. Evaluasi Diagnostik
Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan retraksi atau penyakit sistem
saraf /penglihatan ke retina atau jalan optik.
Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan oleh glaukoma.
Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO), norma 12-25
mmHg.
Pengukuran ganioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glaukoma.
Pemeriksaan oftalmoskopi: Mengkaji struktur internal okuler, papil
edema, perdarahan retina, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnosa katarak.
7. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang,
atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan
tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata. Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan yaitu :
1. ICCE (Intracapsular Cataract Extraction ) : yaitu dengan mengangkat
semua lensa termasuk kapsulnya.
2. ECCE (Ekstracapsular Cataract Extraction )terdiri dari 2 macam ,yaitu:
Standar ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa.Dibutuhkan sayatan yang
lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
Fekoemulsifikasi.
Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran
ultrasonic untuk menghancurkan nukleus sehingga material
nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui insisi ±3
mm.Tehnik bedah katarak dengan sayatan kecil ini biasanya
memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang
lebih cepat.
B.Tinjauan Teoritis Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
2. Makanan/Cairan
Gejala : Mual/muntah (glaukomat akut).
3.Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas) sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer
,kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap
(katarak). Penglihatan bawaan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaucoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki.
Tanda : Tampak kecoklatan atu putih susu pada pupil (katarak),
pupil menyempit atau merah/mata keras dengan kornea berawan
(glaucoma darurat).
4.Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaucoma kronis).
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit
kepala atau glaukoma akut.
5.Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga glaukoma,diabetes mellitus,gangguan
sistem vascular, riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh
: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes
mellitus (glaukoma).
2.Diagnosa Keperawatan Post Operasi
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan
intraokuler.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(bedah pengangkatan katarak ).
3. Gangguan sensori perseptual : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan
menurunnya ketajaman gangguan penglihatan.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, salah
interpretasi informasi ditandai dengan tidak akurat mengikuti instruksi.
2.Intervensi Dan Rasional
1. Resiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan tekanan intraokuler.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Diskusikan apa yang terjadi pada
pascaoperasi tentang nyeri,pembatasan
aktivitas,penampilan,balutan mata.
Batasi aktivitas seperti menggerakkan
kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.
Anjurkan menggunakan tehnik
management stress, contoh : bimbingan
imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan
latihan relaksasi.
Pertahankan perlindungan mata sesuai
Membantu mengurangi rasa
takut dan meningkatkan
kerjasama dalam pembatasan
yang diperlukan.
Menurunkan stress pada area
operasi/menurunkan tekanan
intraokuler.
Meningkatkan relaksasi dan
koping, menurunkan TIO.
Digunakan untuk melindungi
indikasi.
Minta pasien untuk membedakan antara
ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam
tiba-tiba. Observasi hifema (perdarahan
pada mata).
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
Antiemetik, contoh :
Proklorperazin(compazine).
Asetazolamid(Diamox )
Sikloplegis.
Analgesik,cth : Kodein,
asetaminofen (Tyenol)
dari cedera kecelakaan dan
menurunkan gerakan mata.
Ketidaknyamanan mungkin
karena prosedur pembedahan :
nyeri akut menunjukkan TIO
dan/atau perdarahan terjadi
karena regangan.
Mual/muntah dapat
meningkatkan TIO.
Menurunkan TIO bila terjadi
peningkatan.
Melumpuhkan otot siliar
untuk dilatasi dan istirahat
iris setelah pembedahan.
Untuk ketidaknyamanan
ringan,meningkatkan
istirahat/mencegah
gelisah,yang dapat
mempengaruhi TIO.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah
pengangkatan katarak).
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Diskusikan pentingnya mencuci
tangan sebelum
menyentuh/mengobati mata.
Gunakan/tunjukkan teknik yang
tepat untuk membersihkan mata
dari dalam keluar dengan tissue
basah/bola kapas untuk tiap
usapan,ganti balutan,dan
masukkan lensa kontakbila
menggunakan.
Tekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata
Menurunkan jumlah bakteri
pada tangan,mencegah
kontaminasi area operasi.
Tehnik aseptik menurunkan
resiko penyebaran bakteri
dan kontaminasi silang.
Mencegah kontaminasi dan
kerusakan sisi operasi.
yang dioperasi.
Observasi/diskusikan tanda
terjadinya infeksi,mis:
kemerahan.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
Antibiotik
(topical,parenteralatau
subkonjungtiva).
Steroid.
Infeksi mata terjadi 2-3 hari
setelah prosedur dan
memerlukan upaya
intervensi.
Sediaan topikal digunakan
secara profilaksis ,dimana
terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi
infeksi.
Digunakan untuk
menurunkan inflamasi.
3. Gangguan sensori perseptual :penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera d/d menurunnya gangguan penglihatan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji informasi tentang kondisi
individu.
Tekankan pentingnya evaluasi
perawatan rutin.
Informasikan pasien untuk
menghindari tetes mata yang
dijual bebas.
Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk
meminimalkan efek sistemik.
Tekankan kebutuhan untuk
menggunakan kaca pelindung
selama hari pembedahan atau
penutup pada malam hari.
Anjurkan pasien tidur
terlentang,mengatur intensitas
lampu dan menggunakan kaca
Meningkatkan pemahaman dan
meningkatkan kerjasama
dengan program pascaoperasi.
Pengawasan periodik
menurunkan resiko komplikasi
serius.
Dapat bereaksi silang/campur
dengan obat yang diberikan.
Tindakan benar dapat
membatasi absorbsi dalam
sirkulasi sistemik.
Mencegah cedera kecelakaan
pada mata dan menurunkan
resiko peningkatan TIO.
Mencegah cedera kecelakaan
pada mata.
mata gelap bila keluar/dalam
ruangan terang.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis,pengobatan b/d tidak
mengenal sumber informasi ,salah interpretasi informasi d/d tidak
akurat mengikuti instruksi.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji derajat/tipe kehilangan
penglihatan.
Bantu pasien
mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan
penglihatan.
Ajarkan pemberian tetes mata,
cth :menghitung
tetesan,mengikuti jadwal,tidak
salah dosis.
Lakukan tindakan untuk
membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan,cth :
kurangi kekacauan.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi :
Pilokarpin Hidroklorida.
Timolol maleat (Timoptic).
Asetazolamid (Diamox ).
Mempengaruhi harapan masa
depan pasien dan pilihan
intervensi.
Intervensi dini mencegah
kebutaan pasien menghadapi
kemungkinan atau mengala-mi
pengalaman kehilangan
penglihatan sebagian atau total.
Mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lanjut.
Menurunkan cahaya keamanan
sehubungan dengan perubahan
lapang pandang/kehilangan
penglihatan.
Menyebabkan konstriksi
pupil,memudah-kan keluarnya
akueus humor.
Menurunkan pembentukan
akueus humor tanpa mengubah
ukuran pupil.
Menurunkan laju produksi
akueus humor.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.PENGKAJIAN
I.BIODATA
a.Identitas Pasien
Nama : Tn.H.P
Jenis kelamin :Laki – Laki
Umur : 57 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sidikalang
Tanggal Masuk RS : Kamis, 09 Agustus 2012
No.Register : 51 – 44 -78
Ruangan Kamar : RA5 / Kamar 3.2
Gol.Darah : 0
Tanggal Pengkajian : 09-10 Agustus 2012
Tanggal Operasi : Jumat,10 Agustus 2012
Diagnosa Medis : Katarak Sinilis Matur OD
b.Penanggungjawab
Nama : Ny.E.S
Hubungan dengan pasien : Istri
Pekerjaan : Wiraswasta
II.KELUHAN UTAMA
Nyeri pada mata sebelah kanan.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A.Provvocative/Palliative
1.Apa penyebabnya : Tindakan operasi.
2.Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Istirahat dan makan obat.
B.Quantity/Quality
1.Bagaimana dirasakan : Terasa nyeri pada mata sebelah kanan.
2.Bagaimana dilihat : Pasien tampak meringis kesakitan.
C.Region
1.Dimana lokasinya : Pada mata sebelah kanan.
2.Apakah menyebar : Tidak menyebar.
D. Severity (mengganggu aktivitas)
Sedikit mengganggu aktivitas, dimana klien tidak dapat melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Klien dibantu perawat dan keluarga, seperti personal
hygiene klien.
E.Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) : Setelah dioperasi.
IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada.
b. Pengobatan/Tindakan yang dilakukan : Tidak ada.
c. Pernah dirawat/dioperasi : Tidak ada.
d. Lamanya dirawat : Tidak ada.
e. Alergi : Tidak ada
f. .Imunisasi : Tidak diketahui.
V.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A.Orangtua :Orangtua laki-laki sudah
meninggal karena faktor usia.
B.Saudara kandung : Tidak ada.
C.Penyakit keturunan yang ada : Tidak ada
D.Anggota keluarga yang meninggal : Tidak ada
F.Penyebab meninggal :Tidak ada.
G.Genogram :
Keterangan :
Laki –laki :
Perempuan
Meninggal
Serumah :
Cerai :
Pasien :
IV.RIWAYAT/KEADAAN PSIKOSOSIAL
A.Bahasa yang digunakan: bahasa batak dan bahasa Indonesia.
B.Persepsi pasien tentang penyakitnya : Pasien mengharapkan agar bisa
sembuh dari penyakitnya.
C.Konsep diri
1.Body Image : Pasien menerima penyakit yang dideritanya saat ini.
2.Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul kembali
dengan keluarganya.
3.Harga diri : Pasien merasa disayangi oleh keluarganya.
4.Peran diri :Pasien berperan sebagai suami dan ayah dari anak-
anaknya.
5.Personal identity : Pasien sebagai suami,mempunyai istri dan anak-
anaknya.
D.Keadaan emosional : Stabil
E.Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara: baik, klien memperhatikan
lawan bicaranya ketika berkomunikasi dan selalu ada respon.
F.Hubungan dengan keluarga :baik, klien sering dijenguk dan dijaga oleh
keluarganya.
G.Hubungan dengan saudara : baik, klien akur dengan saudaranya yang lain.
H.Hubungan dengan oranglain: baik, klien dijenguk oleh tetangganya.
I.Kegemaran: menonton bola.
J.Daya adaptasi : baik, klien mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah
sakit
K.Mekanisme pertahanan diri: klien berharap agar penyakitnya cepat
sembuh.
VII.PEMERIKSAAN FISIK
A.Keadaan umum: Baik.
B.Tanda-tanda vital:
Suhu tubuh : 36⁰C
TD: 110/70 mmHg
TB: 60 cm
Nadi : 80 x/i
RR: 20 X/i
BB : 55 kg.
C.Pemeriksaan kepala dan leher
1.Kepala dan rambut
Kepala
a.Bentuk : Lonjong.
b.Ubun-ubun : Tertutup oleh rambut.
c.Kulit kepala : Tidak ada lesi.
Rambut
a.Penyebaran dan keadaan rambu : Penyebaran rambut merata
b.Bau : khas
c.Warna kulit wajah : Sawo matang.
d.Warna kulit tubuh : Sawo matang.
f.Struktur wajah : Simetris.
2.Mata
a.Kelengkapan dan kesimetrisan
Bagian mata lengkap dan simetris.
b.Palpebra
Palpebra mata sebelah kanan oedema.
c.Konjunctiva dan sclera
Konjunctiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik.
d.Pupil
Konstriksi terhadap cahaya .
e.Cornea dan iris
-
f.Visus
Visus 6/6.
g.Tekanan bola mata
-
Keterangan Mata Kiri Mata Kanan
PRE OPERASI
Palpebra
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Bola mata
Refleks cahaya
Lensa mata
POST OPERASI
Normal
Hiperemis
Tidak anemis
Tampak kehitaman
Ke segala arah
Baik
Jernih, pandangan
jelas
Keadaan mata kiri
baik.
Oedem
Hiperemis
Tidak anemis
Tampak kekuningan,
terdapat pengembunan
seperti mutiara keabuan
pada pupil
Tidak mampu
mengikuti gerakan ke
segala arah
Tidak mamu melihat
cahaya tinggi
Keruh, pandangan
kabur
Mata kanan tidak bisa
melihat dengan baik
karena terdapat luka
insisi dan ditutup
dengan verban.
3.Hidung
a.Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dan simetris terhadap tubuh.
b.Lubang hidung : Tidak ada polip atau sumbatan.
c.Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung.
d.Fungsi penciuman :Baik,mampu membedakan bau-bauan seperti
bau alcohol.
4.Telinga
a.Bentuk telinga : Normal dan simetris terhadap tubuh.
b.Ukuran telinga : Normal.
c.Lubang telinga : Tidak ada polip/sumbatan.
d.Ketajaman pendengaran : Baik.
5.Mulut dan faring.
a.Keadaan bibir : Lembab.
b.Keadaan gusi dan bibir : Kurang bersih.
c.Keadaan lidah : Bersih.
d.Orofaring : Tidak ada kemerahan
e.Fungsi pengecapan :Baik,mampu membedakan rasa
manis,asin,dan pahit.
6.Leher
a.Posisi trachea : Normal.
b.Thyroid : Tidak ada pembesaran.
c.Suara : Jelas.
d.Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran.
e.Vena jugularis : Tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis.
f.Denyut nadi carotis : Teraba.
D.Pemeriksaan Integumen
1.Kebersihan : Cukup.
2.Kehangatan : Normal.
3.Warna : Sawo matang.
4.Turgor : Baik..
5.Kelembaban : Lembab.
6.Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan.
E.Pemeriksaan payudara dan ketiak
1.Ukuran dan bentuk payudara : Normal dan simetris.
2.Warna payudara dan areola : Areola hitam.
3 .Kelainan payudara dan putting : Tidak ada kelainan.
F.Pemeriksaan thorax/dada
1.Inspeksi thoraks.
a.Bentuk thorak : □ Normal □ Pigeon Chest
□ Burrel Chest □ Flail Chest
Beri tanda pada kotak yang tersedia.
b.Pernafasan
Frekuensi : 20 x/i.
Irama : Teratur.
c.Kesulitan bernafas : Tidak ada.
2.Pemeriksaan paru
a.Palpasi getaran suara : Tidak ada.
b.Perkusi : Resonan.
c.Auskultasi
- Suara nafas : Vesikuler.
-Suara tambahan : Tidak ada.
3.Pemeriksaan jantung
a.Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi jantung.
b.Palpasi
-Pulsasi : 80 x/i.
c.Perkusi : Resonan.
d.Auskultasi
-Bunyi jantung :Bunyi jantung 1 LUB,bunyi jantung 2 DUP.
-Bunyi tambahan : Tidak ada.
-Murmur : Tidak ada.
-Frekuensi : 80 x/i.
G.Pemeriksaan abdomen
1.Inspeksi
-Bentuk abdomen : Bentuk suepel.
-Benjolan/massa : Tidak ada.
2.Auskultasi
-Peristaltik usus : Ada.
-Suara tambahan : Tidak ada.
3.Palpasi
-Tanda nyeri tekan : Tidak ada.
-Benjolan/massa : Tidak ada.
` -Tanda acites : Tidak ada.
-Hepar :Tidak ada pembesaran.
-Lien : Tidak ada pembengkakan.
4.Perkusi
-Suara abdomen : Timpani.
-Pemeriksaan acites : Tidak ada.
H.Pemeriksaan kelainan dan daerah sekitarnya
1.Genetalia
-Rambut pubis : Merata.
-Lubang uretra : Ada.
-Hygiene : Kurang bersih.
2.Anus dan perineum
-Lubang anus : Ada.
-Kelainan pada anus :Tidak ada.
-Hygiene : Kurang bersih.
I.Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas
-Kesimetrisan otot : Simetris.
-Pemeriksaan edema : Tidak ada edema.
-Kekuatan otot : Baik.
J.Pemeriksaan Neurologi
1.Tingkat kesadaran.
GCS : 15 E : 4 M : 6 V : 5.
2.Status Mental
a.Kondisi emosi/perasaan : Stabil.
b.Orientasi : Baik.
c.Proses berpikir(ingatan,perhitungan)
~ Baik,klien mampu mengingat kejadian-kejadian tertentu dimasa lalu.
d.Motivasi : Klien mempunyai kemauan untuk cepat sembuh.
e.Persepsi : Klien yakin penyakitnya akan sembuh.
f.Bahasa : Klien menggunakan bahasa batak.
3.Nervus Cranialis
a.N.Olfaktorius/N I :baik,klien mampu membedakan bau-bauan.Contoh:
alkohol.
b.N.Optikus/ N II : kurang,pandangan mata sebelah kanan kabur.
c.N.Okulomotorius/NIII,Trochlearis/NIV,Abdusen:baik,kliendapat menggerakkan
bola mata.
d.N.Trigeminus/N V :Baik,klien dapat menggerakkan rahang saat menguyah.
e.N.Facialis/N VII : Baik,wajah pasien simetris saat tersenyum.
g.N.Glosopharingeus/N IX,Vagus/N X: Baik,klien dapat berbicara dan menelan.
h.N.Asesorius/N XI :Baik, klien mampu mengangkat bahunya,menolehkan
kepala.
i.N.Hipoglosus/N XII : Baik,klien mampu menggerakkan lidahnya ke kiri,kanan .
4.Fungsi Motorik
a.Cara berjalan : Baik,klien dapat berjalan sendiri dengan baik.
b.Romberg test : Baik, klien mampu menahan keseimbangan.
c.Test jari-hidung :Baik,klien mampu menyentuh puncak hidung.
d.Pronasi –supinasi test :Pasien mampu membolak-balikkan telapak
tangannya.
e.Heel to skin test : Klien mampu menjinjit.
5.Fungsi Sensori
a.Identifikasi sentuhan ringan : Klien dapat merasakan sentuhan dengan kapas.
b.Test tajam tumpul : Baik,klien mampu membedakan ujung pena.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
No
.
Pola Sebelum sakit Ketika sakit
1.
2.
a. Makanan
- Diet
- Komposisi
- Frekuensi
- Makanan
yang
disukai
- Selera
makan
- Makanan
pantangan
- Jenis
- Jumlah /
hari
- Minuman
yang
disukai
Makanan biasa
Nasi,ikan, sayur
3 x sehari
Roti
Baik
Tidak ada
Air putih, teh manis
5-8 gelas / hari
Minuman beralkohol
Bubur
Bubur, ikan, sayur
3 x sehari
Tidak ada
Berkurang
Tidak ada
Air putih, teh manis
6 gelas / hari
Tidak ada
3.
- Minuman
pantangan
Tidur
- Kebiasaan
tidur
malam
- Kebiasaan
tidur siang
- Kesulitan
tidur
- Cara
mengatasin
ya
a.Eliminasi BAK
- frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Bau
- Lain-lain
b.Eliminasi BAB
- frekuensi
- Jumlah
- Konsistensi
- Warna
- Bau
- Lain-lain
c.Personal hygiene
kebiasaan
mandi
Pemeliharaan
gigi dan mulut
Pemeliharaan
rambut
Pemeliharaan
Tidak ada
6-8 jam / hari
2 jam / hari
Tidak ada masalah
Tidak ada
5 – 6 x/ hari
± 2000 cc / hari
Kuning
Khas
Tidak ada
1 x sehari
Tidak terhitung
Lembek
Kuning
Khas
Tidak ada
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
1 x seminggu
Tidak ada
Minuman beralkohol
5-6 jam/ hari
Tidak menentu
Ada, karena nyeri mata
kanan
Memberikan obat anti nyeri
3-4 x / hari
1800 cc / hari
Kuning
Khas
Tidak ada
1 x sehari
Tidak terhitung
Lembek
Kuning
Khas
Tidak ada
1 x sehari
1 x sehari
-
-
Ada, klien tidak mampu
melakukan personal
kuku
Masalah dalam
melaksanakan
personal
hygiene
hygiene secara mandiri
karena mata sebelah kanan
terdapat luka insisi dan
ditutup dengan verban
E.Ketergantungan melakukan kegiatan /aktivitas perawatan diri.
1.Makan dan minum : Parsial.
2.BAK : Parsial.
3.BAB : Parsial.
4.Mandi dan hygiene : Parsial.
VIII.HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
a.Diagnosa Medis : Post operasi Katarak Sinilis Matur OD.
b.Pemeriksaan diagnostic/penunjang medis :
-Eritrosit (RBC) : 4,94/mm³.
-Leucosit :26,72/mm³
-Hematokrit : 43,10%.
-Trombosit(PLT) : 263/mm³.
c.Funduscopy : visus 6/6.
KOLABORASI: TERAPI OBAT-OBATAN
No Nama obat Dosis Fungsi Efek samping
1.
Ciprofloxacin
2x1 (500
gr)
Mencegah infeksi.
Mual,muntah,diare,
sakit perut, sakit
kepala, pusing,
gelisah.
2.
3.
4.
5.
6.
Methylprednisolon
Tobrosom
Floxa
As.mefanamat
Keterolac
3x1(4
mg)
6 tts/jam
6 tts/jam
3x1(50
gr)
1 amp/8
jam
Anti inflamasi.
Obat tetes untuk
mata,mencegah iritasi.
Mengobati infeksi luar
pada mata.
Menghilangkan nyeri
akut dan trauma.
Analgesik.
Gangguan pada
cairan dan elektrolit,
retensi cairan,
hipertensi, otot
lemah, keretakan
tulang belakang,
banyak keringat.
Sakit kepala,trauma
muskuloskletal,
Lemah.
Pedih,rasa
gatal,merah-merah
pada konjunctiva.
Iritasi lambung,
mual, muntah, diare,
rasa ngantuk,
pusing, sakit kepala.
Mual,muntah.
B.ANALISA DATA
POST OPERASI
Data Etiologi Masalah
DS :
Pasien mengatakan
nyeri pada mata
sebelah kanan.
DO :
Mata sebelah kanan
terpasang verban post
op katarak.
Katarak
↓
Tindakan pembedahan
↓
Luka insisi
↓
Nyeri
Nyeri
DS :
Pasien mengatakan
kwatir terhadap luka
dimata sebelah kanan .
DO :
Mata kanan terpasang
verban post op
katarak.
Katarak
↓
Tindakan pembedahan
↓
Ada luka insisi
↓
Resiko tinggi infeksi
Resiko tinggi infeksi
DO :
Pasien mengatakan
mata sebelah kanan
tidak bisa melihat.
DS :
Pada mata sebelah
kanan ditutupi verban.
Katarak
↓
Tindakan pembedahan
↓
Ada luka insisi
↓
Gangguan sensori penglihatan
Gangguan sensori
penglihatan.
DATA DX INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : pasien
mengatakan
nyeri pada
mata kanan.
DO :Mata
kanan
terpasang
verban post
op katarak.
-skala nyeri
:5.
DS : Pasien
mengatakan
mata kanan
terdapat
1. Nyeri b/d
luka operasi
d/d pasien
meringis
kesakitan.
2. Resiko
tinggi
infeksi b/d
luka insisi.
Kaji skala nyeri
dan lokasinya.
Berikan posisi
yang nyaman bagi
pasien.
Berikan kompres
dingin sesuai
dengan permintaan.
Kurangi tingkat
pencahayaan.
Anjurkan
menggunakan
kacamata hitam
pada cahaya yang
terang.
Ciptakan
lingkungan
ruangan
kontaminasi dunia
Mengkaji skala nyeri
dan lokasinya.
Mengatur posisi denagn
melakukan teknik
relaksasi.
Mengatur posisi yang
nyaman bagi pasien.
Memberikan kompres
dingin.
Mengatur tingkat
pencahayaan .
Menganjurkan pasien
menggunakan kacamata
hitam.
Memberikan
inj.keterolac.
Mengkaji tanda-tanda
infeksi.
S :Pasien mengatakan nyeri
pada mata kanan.
O : Mata kanan dipasang
verban.
A :Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
luka
operasi.
DO : Mata
sebelah
kanan
ditutup
verban.
luar.
Jaga area kesterilan
luka operasi .
Ajarkan pasien
untuk tidak
menyentuh dan
menggaruk luka
operasi.
Diskusikan bila ada
tanda-tanda infeksi.
Lakukan teknik
aseptik dan
desinfeksi secara
tepat dalam
merawat luka.
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
antibiotik.
Menganjurkan pasien
untuk tidak menyentuh
atau menggaruk mata
yang dioperasi.
Membersihkan
lingkungan dan ruangan
pasien.
Membersihakan luka
dengan menjaga
kesterilan .
Memberikan antibiotik
Ciprofloxacin 1 tab.
S : Pasien mengatakan mata
sebelah kanan terasa gatal.
O : Pada mata sebelah kanan
terdapat luka insisi.
A : Masalah tidak timbul.
P : Intervensi dipertahankan.
DS : Pasien
mengatakan
penglihatan
mata
sebelah
kanan
kabur.
DO : Lensa
tampak
keruh,visus
6/6.
3.Gangguan
sensori
perseptual
penglihatan
b/d luka
operasi d/d
mata
sebelah
kanan
ditutup
verban.
Tentukan
ketajaman
penglihatan,catat
apakah satu atau
kedua sisi mata
terlibat.
Orientasi klien
terhadap
lingkungan setiap
orang lain dan
areanya.
Perhatikan tentang
suram atau
penglihatan kabur
dan iritasi
mata,dimana dapat
terjadi bila
menggunakan tetes
mata.
Rubah lingkungan
sesuai dengan
kebutuhan
penglihatan klien.
Mengobservasi keadaan
pasien.
Mengukur TTV :
-TD :110/80 mmHg.
-RR : 20 x/i
-HR : 80 x/i
-Temp : 36,6⁰C.
Mngorientasikan
kepada klien terhadap
lingkungan setiap orang
lain dan areanya.
Mengatur posisi yang
nyaman bagi pasien.
Mendekatkan barang-
barang yang dibutuhkan
pasien
S : Pasien mengatakan
penglihatan mata sebelah
kanan kabur.
O : Mata sebelah kanan
terdapat luka operasi.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
II.CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn.H.P
Ruangan :RA5 THT
Umur : 57 tahun
Dx.Medis : Katarak sinilis matur od
CATATAN PERKEMBANGAN I
No Hari/Tanggal Jam Diagnosa
keperawatan
Implementasi Evaluasi
1.
Jumat,10
Agustus
2012.
11.00
13.00
14.00
15.00
17.00
19.00
19.30
I
Mengkaji skala nyeri .Skala nyeri =
7
Mengobservasi keadaan umum
pasien.
Memberi obat asam mefanamat
tablet.
Mengukur TTV :
-TD : 110/70 mmHg
-RR : 20 x/i
- HR : 80 x/i
-Temp :36⁰C.
Mengkaji skala nyeri = 5.
Memberikan posisi yang nyaman.
Mengajarkan tehnik visualisasi
kepada pasien untuk mengurangi
nyeri.
S : Pasien mengatakan nyeri
pada mata sebelah kanan.
O : Skala nyeri = 4.
A : Masalah belum teratasi.
P :Intervensi dilanjutkan.
20.00
21.00
21.30
22.00
Operan dengan dinas malam.
Mengkaji skala nyeri =4
Memberikan asam mefanamat 1
tab.
Memberikan posisi yang nyaman.
Menganjurkan pasien untuk
istirahat.
09.00
10.30
11.00
12.00
13.00
14.00
II
Mengobservasi tanda-tanda
terjadinya infeksi :terdapat
kemerahan pada luka operasi.
Menganjurkan pasien untuk tidak
menggaruk mata.
Menganjurkan klien dan keluarga
untuk mencuci tangan sebelum
menyentuh mata.
Membersihkan lingkungan sekitar
pasien.
Memberikan obat
Methylprednisolon .
Membersihkan luka pada mata
kanan dengan teknik steril.
S :Pasien mengatakan mata
sebelah kanan gatal.
O :Pada mata sebelah kanan
terdapat luka operasi.
A :Masalah tidak timbul.
P :Intervensi dipertahankan.
16.00
18.00
Mengukur TTV :
-TB : 110/70 mmHg.
- HR : 82 x/i.
-RR : 22 x/i.
-Temp : 37,2⁰C.
Memberikan Ciprofloxacin .
11.30
12.00
12.30
14.30
16.00
III
Menentukan ketajaman
penglihatan pasien : ketajaman
penglihatan mata sebelah kiri
baik,sedangkan mata sebelah kanan
kurang baik,terdapat trauma insisi
dan dibungkus dengan verban.
Mengobservasi tanda dan gejala
disorientasi Tn.H.P,tidak mampu
memenuhi kebutuhan secara
mandiri , harus memerlikan bantuan
perawat dan keluarga.
Menganjurkan keluarga berada
dekat dengan pasien.
Memberikan posisi yang nyaman
kepada pasien.
Meletakkan barang-barang yang
dibutuhkan dekat pasien.
S:
Pasien mengatakan penglihatan
mata sebelah kanan kabur.
O :
Mata sebelah kanan terdapat
luka operasi.
A :
Masalah belum teratasi.
P :
Intervensi dilanjutkan.
CATATAN PERKEMBANGAN II
2.
Sabtu,11
Agustus 2012
10.00
10.30
14.00
16.00
19.00
19.30
20.00
21.00
I
Mengkaji skala nyeri = 4.
Memberikan inj.keterolac.
Mengobservasi keadaan umum
pasien.
Memberikan obat asam mefanamat
1 tab.
Mengukur TTV :
-TD : 120/80 mmHg.
-RR : 22 x/i.
-HR : 82 x/i.
-Temp : 37⁰C.
Memberikan posisi yang nyaman
pada pasien.
Mengajarkan klien teknik relaksasi
untuk mengurangi nyeri.
Memberikan inj.keterolac .
Menganjurkan pasien untuk
istirahat
S :
Pasien mengatakan nyeri pada
mata kanan.
O :
Skala nyeri =4
A :
Masalah belum teratasi.
P :
intervensi dilanjutkan.
11.00
11.30
12.00
13.00
13.30
15.00
16.00
18.00
19.00
21.00
10.00
II
Mengobservasi tanda terjadinya
infeksi :kemerahan.
Membersihkan luka dengan teknik
steril.
Memberitahu keluarga agar luka
insisi jangan sampai basah/kotor.
Memberikan obat
Methylprednisolon 1 tab.
Membersihkan lingkungan sekitar
pasien.
Mengukur TTV :
-TD : 130/80 mmHg.
-RR : 22 x/i
-HT : 82 x/i.
-Temp : 36,8⁰C.
Menganjurkan pasien untuk tidak
menggaruk mata dan mencuci
tanagn sebelum dan sesudah
menyentuh mata.
Membersihkan luka pada mata
kanan dengan teknik steril.
Memberikan Ciprofloxacin .
Menganjurkan pasien untuk
istirahat .
Menentukan ketajaman penglihatan
pasien : ketajaman penglihatan
mata sebelah kanan masih kurang
baik,luka insisi masih ditutupi
S :
Pasien mengatakan mata
sebelah kanan gatal.
O :
Mata sebelah kanan masih
ditutup dengan verban.
A :
Masalah tidak timbul.
P :
Intervensi dipertahankan.
12.00
12.30
14.00
18.00
19.00
20.00
21.00
III
verban.
Mengobservasi tanda dan gejala
disorientasi :Tn.H.P mengalami
disorientasi pasien belum mampu
memenuhi kebutuhan secara
mandiri.
Memberikan posisi yang
nyaman kepada pasien.
Menganjurkan keluarga pasien
berada dekat pasien .
Membantu pasien melakukan
personal hygiene.
Meletakkan barang-barang yang
dibutuhkan dekat pasien.
Memberikan posisi yang nyaman
kepada pasien .
Menganjurkan pasien untuk
istirahat.
S :Pasien mengatakan
penglihatatn mata sebelah
kanan kabur.
O : Mata sebelah kanan masih
ditutup dengan verban.
A :Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
3. Minggu,12
Agustus 2012
10.00
10.30
11.00
13.00
15.00
20.00
21.00
I Memberikan inj.keterolak..
Mengkaji skala nyeri : 4
Mengukur TTV :
-TD : 130/80 mmHg.
-RR : 22 x/i.
-HR : 82 x/i.
-Temp : 36,5⁰C.
Memberikan posisi yang nyaman
pada pasien .
Mendampingi klien melakukan
teknik relaksasi untuk mengurangi
nyeri.
Memberikan inj.keterolac.
Menganjurkan pasien beristirahat.
S :Pasien mengatakan nyeri
pada mata kanan sudah
berkurang.
O :Pasien tampak tenang.
A :Masalah teratasi sebagian.
P :Intervensi dipertahankan.
10.00
11.00
13.00
14.00
15.00
18.00
19.00
20.00
II Mengobservasi tanda terjadinya
infeksi : tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.
Membersihakan luka pada mata
sebelah kanan dengan teknik steril.
Memberikan methylprednisolon.
Membersihkan lingkungan sekitar
pasien.
Mengukur TTV :
-TD : 120/80 mmHg.
-RR : 22 x/i.
-HR : 82 x/i.
-T : 37⁰C.
Membersihkan luka pada mata
kanan denag teknik steril.
Memberikan Ciprofloxacin.
Menganjurkan klien beristirahat.
S :Pasien mengatakan mata
sebelah kanan masih gatal.
O :Mata sebelah kanan masih
ditutup dengan verban dan
tidak ada tanda-tanda infeksi.
A : Masalah tidak timbul.
P :Intervensi dipertahankan.
12.00
13.00
16.00
18.00
20.00
21.00
III
Mengobservasi ketajaman
penglihatan pasien :mata sebelah
kanan masih ditutupi dengan
verban,sehingga ketajaman
penglihatan berkurang.
Memberikan posisi yang nyaman
kepada pasien.
Menganjurkan keluarga untuk tetap
mendampingi klien dan membantu
memenuhi kebutuhan klien.
Membantu pasien melakukan
personal hygiene.
Meletakkan barang-barang yang
dibutuhkan pasien.
Menganjurkan paien untuk
beristirahat.
S :Pasien mengatakan
penglihatan mata sebelah
kanan kabur.
O :Mata sebekah kanan
masih ditutup dengan verban.
A : Masalah belum teratasi.
P :Intervensi dilanjutkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
Tahap pengkajian proses keperawatan,langkah awal yang dilaksanakan penulis
terhadap pasien dengan “katarak sinilis matur od”, saat kelompok melakukan
pengkajian ini tidak ada menemukan kesulitan karena pasien dalam keadaan sadar,
justru pasien dapat diajak berkomunikasi secara efektif dalam menjawab pertanyaan
yang disajikan, sehingga dapat dilaksanakan dengan baik, dalam hal pengkajian
kelompok menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.
B.DIAGNOSA YANG MUNCUL PADA KASUS
1.Gangguan sensori perseptual penglihatan .
2.Resiko tinggi cedera.
3.Nyeri.
4.Resiko tinggi infeksi.
Diagnosa yang muncul pada Katarak sinilis matur od, ada 4 diagnosa tetapi
kelompok hanya mengangkat 3 diagnosa yang menjadi masalah utama pada pasien,
seperti : gangguan sensori perseptual penglihatan, nyeri dan resiko tinggi infeksi.
C.INTERVENSI
Penulis menetapkan intervensi berdasarkan intervensi yang ada pada tinjauan
teoritis. Adapun intervensi untuk masing- masing diagnosa keperawatan antara lain:
1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi ditandai dengan pasien merigis kesakitan.
Intevensi:
a. Kaji skala nyeri.
b. Observasi adanya tanda – tanda nyeri nonverbal.
c. Evaluasi perilaku nyeri.
d. Atasi nyeri dengan teknuk visualisasi dan relaksasi.
e. Berikan obat sesuai indikasi.
2.Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi.
Intervensi :
a. Mengobservasi tanda terjadinya infeksi.
b. Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.
c. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar.
d. Berikan obat sesuai indikasi.
3.Gangguan sensori perseptual penglihatan berhubungan dengan luka insisi ditandai
dengan mata sebelah kanan ditutup verban.
Intervensi :
a. Menentukan ketajaman penglihatan pasien.
b. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain di areanya.
c. Mengobservasi tanda dan gejala disorientasi.
d. Membantu pasien memenuhi kebutuhan pasien.
D.IMPLEMENTASI
Kelompok melakukan implementasi dari tanggal 10 – 12 Agustus. Pada
pelaksanaan ini, dilakukan berdasarkan tinjauan dasar dan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dialami oleh pasien.
E.EVALUASI
Pada tahap ini, kelompok tidak menjumpai adanya hambatan karena hasil yang
diharapkan dapat dengan jelas dan evaluasi yang diperoleh kelompok, yaitu :
Diagnosa I : Masalah teratasi sebagian, gangguan sensori perseptual
penglihatan sudah terkurangi karena sudah operasi.
Diagnosa II : Nyeri teratasi, karena pasien sudah diberikan asam mefanamat
untuk mengurangi nyeri.
Diagnosa III : Resiko tinggi infeksi tidak terjadi, karena luka insisi katarak
sudah sembuh.
BAB V
PENUTUP
1.Kesimpulan
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya
yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mensjoer 2000).
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kasus ini, yaitu :
1. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Sensorineural “Katarak
Sinilis Matur Od “ pada Tn.H.P dikaji mulai tanggal 10-12 Agustus di Ruang
RA 5 RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Pada pengkajian semua data dapat dikaji, pasien dan keluarga kooperatif
dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, karena disebabkan pasien
kurang pemahaman dalam penyakit yang dideritanya.
3. Dari hasil pengkajian dan analisa data ditemukan diagnosa : Gangguan sensori
perseptual penglihatan, Nyeri, Resiko tinggi infeksi.
2.Saran
Pendidikan kesehatan sebaiknya diberikan kepada klien dan keluarga
dengan harapan klien dan keluarga mampu mempertahankan status
kesehatan.
Diharapkan klien secara rutin memeriksakan kesehatan dan tetap menjaga
pola hidup sehat.
Diharapkan kepada klien agar makan obat secara teratur dan tetap kontrol
walaupun sudah pulang dari rumah sakit.
Diharapkan kepada klien dan keluarga agar mau mengikuti anjuran
dokter dan perawat yang ada dirumah sakit agar penyakit yang diderita
klien tidak terulang lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, dkk. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, vol.3, edisi 8.
Jakarta : EGC
Marilynn E. Doenges, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3.
Jakarta: EGC