Post on 25-Jul-2019
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) Page v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya maka
penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (RPHJP-KPHL) Unit VII Way Waya Kabupaten Lampung Tengah
dapat terselesaikan dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
Kegiatan Penyusunan RPHJP-KPHL Unit VII (Way Waya) merupakan salah satu
tugas pokok dan fungsi serta tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh seorang
Kepala KPHL yang disyahkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selanjutnya RPHJP ini sebagai pedoman dalam melaksanakan pengelolaan KPHL
Unit VII (Way Waya).
Penyusunan RPHJP KPHL Unit VII (Way Waya) ini mengacu pada Peraturan
Direktur Jendral Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2012, tanggal 14 Mei
2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Penyusunannya berdasarkan pada hasil tata
hutan dan mengacu pada rencana kehutanan mulai dari rencana kehutanan tingkat
nasional, rencana kehutanan tingkat provinsi dan juga rencana kehutanan tingkat
kabupaten dengan memperhatikan nilai sosial budaya masyarakat setempat dan
juga kondisi lingkungan di tingkat tapak.
Dalam penyusunan RPHJP ini tentu masih jauh dari sempurna walaupun telah
dilakukan diskusi terfokus di tingkat kabupaten serta dilanjutkan dengan konsultasi
publik di tingkat kabupaten oleh karena itu saran dan masukan yang bersifat
membangun terus diharapkan demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dirjen Planologi Kehutanan melalui
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XX yang sudah memfasilitasi
penyusunan RPHJP ini, demikian juga kepada tim pakar dari Universitas Lampung
(Dr. Agus Setiawan) yang sudah memberikan pendampingan dan bimbingan selama
proses penyusunan RPHJP ini hingga selesai, terima kasih juga kami sampaikan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) Page vi
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta saran-
saran dalam penyusunan ini diantaranya: Pusat Pengendalian Pembangunan
Kehutanan Regional I Sumatera, Sekretariat Nasional KPH, Kepala Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah beserta jajarannya, teman-teman
anggota asosiasi KPHL, NGO, masyarakat, dan semua pihak yang sudah
mendukung penyelesaian RPHJP ini tepat pada waktunya.
Akhirnya semoga RPHJP KPHL Unit VII (Way Waya) Kabupaten Lampung
Tengah ini bermanfaat dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari di wilayah
KPHL Unit VII (Way Waya) Kabupaten Lampung Tengah.
Lampung Tengah, Desember 2015
Plh.Kepala KPHL Unit VII (Way Waya) Kabupaten Lampung Tengah
Hendro, BSc.F NIP.19620903 198903 1 007
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 1
BAB I
1.1. Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang dianugrahkan Tuhan untuk
kelangsungan semua makhluk ciptaannya. Hutan merupakan bagian dari sistem
pengatur tata air, tanah dan udara untuk kehidupan di bumi yang sulit tergantikan.
Hutan sebagai salah satu sistem pendukung kehidupan, penting dikuasai oleh
negara dan dimanfaatkan sebesar besarnya untuk kesejahteraan masyarakat.
Mengingat peran atau fungsinya yang sangat penting, hutan harus dikelola
secara baik, arif dan bijaksana, yaitu sesuai dengan kondisi dan peruntukannya.
Pengelolaan hutan tidak dapat disamakan dengan sumberdaya alam lainnya,
pengelolaan sumberdaya hutan ditujukan untuk mengoptimalkan manfaatnya bagi
kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan fungsi, sifat dan karakteristik
kawasan hutan, yaitu fungsi ekonomi/produksi, fungsi ekologis, dan fungsi sosial
budaya.
Prinsip pengelolaan hutan untuk mewujudkan keberlanjutan fungsi hutan saat
ini adalah sustainable forest ecosystem. Pergeseran paradigma pengelolaan hutan
ini didasarkan pemahaman bahwa sebagian besar nilai hutan adala berupa jasa-jasa
lingkungan hutan, baik yang bersifat tangible maupun intangible.
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan suatu sistem pengelolaan
hutan berdasarkan satu satuan wilayah yang berbasis ekosistem, yang di dalamnya
memuat prinsip-prinsip kelestarian hutan, tindakan administrasi, dan tindakan
organisasi untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang prospektif, sehat dan lestari.
Seluruh kawasan hutan terbagi ke dalam KPH yang meliputi Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP), Kesatuan Pengelolaan Hutan lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Provinsi,
sesuai kewenangannya (menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2014)
bertanggung jawab terhadap pembangunan (KPH) dan infrastrukturnya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 2
Kesatuan Pengelolan Hutan (KPH) berperan penting bagi pembangunan
kehutanan. Adanya KPH di tingkat tapak akan bermanfaat bagi upaya pembenahan
tata kelola kehutanan, mendorong terwujudnya desentralisasi nyata bidang
kehutanan, optimalisasi akses masyarakat terhadap hutan serta merupakan salah
satu jalan bagi resolusi konflik. Selain itu keberadaan KPH dapat menjamin
penyelenggaraan pengelolaan hutan yang tepat lokasi, tepat sasaran, tepat
kegiatan, tepat pendanaan serta memungkinkan ditanganinya wilayah-wilayah “open
acces” yang hingga saat ini belum ditangani.
Keberadaan KPH menjadi semakin kuat dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008.
Pembentukan kelembagaan KPH merupakan prioritas pembangunan nasional dalam
Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
Peraturan Pemerintah tersebut mengarahkan seluruh pengelolaan hutan di
Indonesia dilaksanakan oleh sebuah organisasi kelembagaan Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH). Pengelolaan hutan, sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya
dapat dilakukan secara efektif dan efisien sarta lestari sesuai dengan kondisi
ekologis, sosial dan ekonomi serta budaya masyarakat sekitar hutan. Kegiatan
pengelolaan yang akan dilakukan oleh KPH meliputi: 1) Tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, 2) Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan
pengendalian terhadap pemegang izin, 3) Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu, 4)
Rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan 5) Perlindungan hutan dan konservasi alam.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK. 68/Menhut-
II/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi
Lampung, Kabupaten Lampung Tengah memiliki 1 unit KPHL yaitu KPHL Unit VII
(Way Waya) dengan luas 24.337 ha.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah mendukung terbentuknya
KPHL dengan harapan KPH bersama pemegang izin (HKm) dapat melaksanakan
pengelolaan KPHL Way Waya secara optimal (aspek ekonomi, aspek sosial dan
aspek lingkungan).
Sebagai sebuah institusi pengelola ditingkat tapak dimana salah satu fungsi
dan tugas dari organisasi KPH yaitu menyelenggarakan pengelolaan hutan berupa
tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, maka KPHL Way Waya
harus mempunyai Rencana Pengelolaan yang merupakan rencana induk penggerak
seluruh kegiatan yang mengarahkan pada pencapaian tujuan dari pengelolaan hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 3
yang telah ditetapkan. Rencana pengelolaan yang terdiri dari rencana pengelolaan
jangka panjang dan jangka pendek ini memuat setidaknya tujuan, strategi, rencana
kegiatan serta target yang ingin dicapai dalam pengelolaan hutan itu sendiri.
Tentunya, di dalam penyusunan rencana pengelolaan ini, KPH harus mengacu pada
Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) dan Rencana Kehutanan Tingkat
Daerah, baik itu provinsi maupun kabupaten/kota dan memperhatikan aspirasi, nilai
budaya masyarakat setempat serta kondisi lingkungan.
Sejak ditetapkannya menjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Unit VII oleh Menteri Kehutanan, KPHL Way Waya Lampung Tengah direncanakan
segera melaksanakan proses penyusunan RPHJP dengan difasilitasi oleh
Kementrian Kehutanan melalui Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah
XX Lampung – Bengkulu. Penyusunan dilakukan melalui koordinasi dengan Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah dan Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung.
Langkah awal yang ditempuh dalam penyusunan RPHJP adalah dengan
pelaksanaan inventarisasi hutan dan penyusunan tata hutan wilayah KPHL Unit VII
Way Waya Lampung Tengah yang dilaksanakan oleh Tim BPKH Wilayah Wilayah XX
Lampung – Bengkulu dan didampingi oleh KPHL, selain itu juga dilakukan
pengumpulan data dan informasi terkait lainnya yang nantinya dibutuhkan dalam
penyempurnaan penyusunan RPHJP KPHL Way Waya Lampung Tengah agar lebih
baik.
Oleh karena itu, melalui kegiatan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang (RPH-JP) KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah ini diharapkan
informasi dan data yang dimiliki oleh KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah
yang meliputi kondisi kawasan biofisik, sosial, ekonomi, kelembagaan yang
dilengkapi dengan isu dan permasalahan serta tantangan yang dihadapi, dapat
tersusun sebagai sebuah baseline data yang menjadi dasar di dalam penentuan
prioritas pengelolaan.
Penyusunan RPHJP KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah sangat
penting karena hasilnya merupakan dokumen yang akan dijadikan sebagai pedoman
dan acuan pelaksanaan pengelolaan atau pembangunan kehutanan tingkat tapak di
wilayah KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah sepuluh tahun kedepan dan
memberikan hasil yang sesuai dengan visi dibentuknya KPHL yaitu Pengelolaan
hutan lestari secara berkelanjutan dan mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 4
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
(RPHJP) KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah ini adalah untuk dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan pada wilayah kelola
KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah selama 10 (sepuluh) tahun kedepan,
mulai dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2025.
Adapun yang menjadi tujuan dari penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Unit VII Way Waya ini adalah sebagai berikut:
a. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan hutan yang akan dijadikan
sebagai pedoman dan acuan di dalam penyelenggaraan pengelolaan
hutan di wilayah KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah.
b. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan hutan yang berisi strategi dan
arah pengelolaan yang layak terap untuk memberikan manfaat sosial,
ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan melalui pengelolaan kawasan
hutan dan seluruh potensi yang ada secara komprehensif dengan tetap
memperhatikan dan mempertimbangkan kekhasan dan kearifan lokal yang
ada.
c. Tersedianya dokumen rencana pengelolaan dengan tata waktu yang jelas
sehingga kegiatan pengelolaan hutan dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien untuk memberikan hasil yang optimal.
d. Untuk dijadikan sebagai dasar di dalam penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (Rencana Pengelolaan Tahunan) dan
rencana-rencana teknis pengelolaan lainnya di wilayah KPHL Unit VII Way
Waya Lampung Tengah.
1.3. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam RPHJP KPHL Unit VII Way Waya
Lampung Tengah adalah:
1. Mengembalikan fungsi lindung dalam wilayah kelola KPHL Unit VII Way
Waya Lampung Tengah yang optimal melalui peningkatan presentase
penutupan vegetasi hutan dan peningkatan nilai hasil hutan kayu dan
bukan kayu.
2. Merumuskan visi, misi dan tujuan spesifik dalam pengembangan konsep
KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah 10 tahun ke depan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 5
3. Memperkuat kelembagaan masyarakat penggarap yang dapat
berkeloborasi dengan pemegang izin dan atau KPH dalam pengelolaan
KPHL Unit VII Way Waya pada zona – zona tertentu.
4. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan dalam
mendukung revitalisasi hutan dan optimalisasi pemanfaatan hutan yang
berwawasan lingkungan.
5. Membangun jaringan/hubungan, kerjasama, dan harmonisasi para pihak
dalam pengelolaan, perlindungan, dan pengamanan hutan serta
pemasaran hasil hutan
6. Rencana rehabilitasi lahan kritis dengan penanaman jenis tanaman
MPTS yang mempunyai potensi HHBK dengan memberdayakan
masyarakat sekitar baik dalam penanaman maupun pemanfaatan HHBK
secara berkolaboratif dengan pemegang izin, NGO maupun pihak –
pihak lainnya.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
(RPHJP) KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah meliputi :
1. Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan,
sasaran, ruang lingkup dan batasan pengertian.
2. Deskripsi kawasan, yang mengandung informasi tentang wilayah KPHL
Way Waya Unit VII Lampung Tengah, terdiri dari risalah wilayah,
potensi wilayah KPHL Unit VII, data sosekbud masyarakat, kondisi
posisi KPHL Unit VII dalam perspektif tata ruang wilayah dan
pembangunan daerah dan isu strategis, kendala dan permasalahan.
3. Visi dan misi, yang berisi tentang visi dan misi Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah, visi dan misi KPHL Unit VII
Way Waya Lampung Tengah sendiri, strategi pengelolaan hutan dan
tujuan serta sasaran KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah.
4. Analisis dan proyeksi, yang memuat analisa data dan informasi yang
tersedia saat ini baik data primer maupun sekunder serta proyeksi
kondisi wilayah KPHL Unit VII Way Waya Lampung Tengah dimasa
yang akan datang.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 6
5. Rencana kegiatan, yang memuat :
a. inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya,
b. pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu,
c. pemberdayaan masyarakat,
d. penyelenggaran rehabilitasi pada areal KPHL Unit VII Way Waya
Lampung Tengah,
e. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan
kawasan hutan pada areal berizin
f. pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi,
g. penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam,
h. penyelenggaraan koordinasi, sinkronisasi dan sinergitas antar
pemegang izin, instansi dan pemangku kepentingan,
i. penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM,
j. penyediaan pendanaan,
k. pengembangan pangkalan data (data base)
l. rasionalisasi wilayah kelola,
m. review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)
n. pengembangan investasi.
6. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
7. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
8. Penutup.
9. Lampiran, yang berisi peta wilayah KPHL Unit VII Way Waya Lampung
Tengah, peta penutupan lahan sesuai ketentuan, peta DAS sesuai
kondisi wilayah kerja, peta sebaran potensi wilayah KPHL Unit VII Way
Waya Lampung Tengah dan aksesibilitas, peta penataan hutan berupa
zona/blok dan petak, peta penggunaan lahan sesuai dengan ketentuan,
peta tanah, iklim dan geologi.
Pada awal rencana pengelolaan adalah inventarisasi berkala yang akan
mengetahui potensi – potensi yang berada di dalam wilayah kelola KPHL Unit
VII Way Waya, potensi – potensi yang dimaksud dianalisa dan ditelaah secara
ekonomi dan ekologi untuk dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat
sehingga dapat tercipta suatu kondisi dimana masyarakat sekitar merasakan
manfaat langsung dari keberadaan hutan, kelestarian/lingkungan hutan dan
kesejahteraan masyarakat meningkat. Pada daerah konflik, KPHL Unit VII
berkolaborasi dan mendorong pemegang izin untuk merangkul masyarakat
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 7
penggarap dalam pengelolaan yang saling menguntungkan sesuai dengan
ketentuan – ketentuan yang berlaku.
Berkenaan dengan pendanaan KPHL Unit VII akan membangun hubungan
harmonis dengan Bappeda Kabupaten untuk sumber APBD, Pemerintah
Provinsi, NGO, UPT – UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak mengikat.
Pembangunan jaringan dengan berbagai pihak merupakan prioritas KPHL
Unit VII Way Waya dalam melaksanakan pengelolaan antara lain dengan
pihak Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung, kepolisian, TNI, Kejaksaan, LSM/Pers, Tokoh
Masyarakat/adat, Kesbangpol Kabupaten, Kesbangpol Provinsi, Bappeda
Provinsi, Kecamatan, Kepala Desa, dan Pemegang Izin sehingga tujuan
pengelolaan hutan bisa optimal. Pada Tahun ke delapan KPHL Unit VII Way
Waya Lampung Tengah diharapkan berperan dalam penambahan PAD
Kabupaten dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan/hutan.
1.5. Batasan Pengertian
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap
(UU 41 Tahun 1999).
3. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah.
4. Pengurusan Hutan meliputi kegiatan penyelenggaraan yaitu perencanaan
kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan pendidikan dan
latihan serta penyuluhan kehutanan dan pengawasan (UU 41 tahun 1999)
pembentukan wilayah pengelolaan hutan dan penyusunan rencana
kehutanan.
5. Perencanaan kehutanan meliputi kegiatan inventarisasi hutan, pengukuhan
kawasan hutan, penatagunaan, kawasan hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 8
6. Penataan Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,
mencakup pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe ekosistem
dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.
7. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan;
rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam.
8. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan bukan kayu serta
memungut hasil hutan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
9. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan.
10. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
11. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal
sesuai dengan peruntukannya.
12. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan
atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang
berhubungan dengan pengelolaan hutan.
13. Tata Batas dalam wilayah KPHL Unit VII Way Waya adalah melakukan
penataan batas dalam wilayah kelola KPHL Unit VII Way Waya berdasarkan
pembagian Blok dan petak.
14. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya
secara lengkap.
15. Blok adalah bagian wilayah KPHL Unit VII Way Waya yang dibuat relatif
permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 9
16. Blok Pemanfaatan adalah wilayah yang dikelola dengan tujuan pemanfaatan
hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan.
17. Blok Lindung adalah wilayah yang dikelola dengan tujuan pengawetan
keanekaragaman hayati dan fungsi konservasi dalam hal ini yang akan
dikelola oleh KPHL Unit VII Way Waya melalui kesepakatan dengan
pemegang izin.
18. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur
yang sama.
19. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH Unit VII Way Waya
adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya
yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
20. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar didominasi kawasan hutan
lindung.
21. Para pihak adalah pengelola KPHL Unit VII Way Waya, perwakilan
pemerintah yang berwenang, serta perwakilan masyarakat penerima manfaat
dan dampak pengelolaan KPHL Unit VII Way Waya. Partisipasi parapihak
dapat berupa penyampaian informasi sebagai bentuk penyampaian informasi
paling rendah, sampai dengan keterlibatan parapihak pada setiap tahapan
proses penyusunan rencana pengelolaan.
22. KPHL Unit VII adalah wujud awal dari KPHL Unit VII yang secara bertahap
dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPHL Unit VII
ditingkat tapak.
23. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah kelola KPHL
Unit VII yang merupakan bagian dari wilayah KPHL Unit VII yang dipimpin
oleh Kepala Resort KPHL Unit VII dan bertanggungjawab kepada Kepala
KPHL Unit VII.
24. Wilayah tertentu antara lain adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya
belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya
berada di luar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
25. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan
hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama
jangka benah pembangunan KPHL Unit VII Way Waya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 10
26. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana pengelolaan
hutan berjangka waktu 1 (satu) tahun pada tingkat operasional berbasis
petak/blok.
27. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya
kecuali kayu yang berasal dari hutan.
28. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi
jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi
utamanya.
29. Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
30. Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan
utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat.
31. Izin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) adalah izin usaha
yang diberikan untuk memanfaatkan sumber daya hutan pada kawasan
hutan lindung
32. Pemberdayaan Masyarakat Setempat adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan
manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan
kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat.
33. Masyarakat Setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga
Negara Republik Indonesia yang tinggal di dalam dan/atau di sekitar
hutan, yang bermukim di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan yang
memiliki komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang
bergantung pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap
ekosistem hutan.
34. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
kehutanan.
35. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah
yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan/pengolahan kekayaan daerah dn penjualan asset tetap daerah
serta jasa giro dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
ketentuan – ketentuan yang berlaku.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB I - 11
36. TGHK adalah singkatan dari Tata Guna Hutan Kesepakatan
37. Pergub adalah Peraturan yang disahkan oleh Gubernur dan berlaku untuk
daerah provinsi.
38. Perda adalah peraturan daerah bisa ditingkat Kabupaten Maupun Provinsi
yang pengesahan melalui paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
39. Perbup adalah Peraturan yag disahkan oleh Bupati dan berlaku untuk daerah
Kabupaten bersangkutan
BAB II
2.1 Risalah Wilayah KPHL
2.1.1 Letak, Luas, dan Batas-batas
Secara administrasi berada diwilayah Kabupaten Lampung Tengah
Provinsi Lampung, dimana KPHL ini terletak dan terbagi pada 3
kecamatan yaitu kecamatan Sendang Agung, Kecamatan Pubian dan
Kecamatan Selagai Lingga dengan luas kawasan hutan sebesar 24.337
hektar. Dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pringsewu dan
Tanggamus.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sendang Agung.
Tabel 1. Wilayah Administrasi Kecamatan yang berhubungan dengan KPHL Way Waya.
No. Kecamatan Ibukota
Luas Wilayah
Kecamatan
terhadap
Kabupaten
Jumlah
Kampung/Kelurahan
Km2 % Kampung Kelurahan
1 Selagai
Lingga
Negeri Katon 173,88 3,63 13 -
2 Pubian Negeri
Kepayungan
161,64 3,37 19 -
3 Sendang
Agung
Sendang
Agung
108,89 2,27 9 -
Jumlah 444,41 9,27 41 -
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 2
2.1.2 Pembagian Blok
KPHL Unit VII Way Waya terbagi menjadi 3 blok, yaitu :
a. Blok pemanfaatan
Blok pemanfaatan yang ada di wilayah KPHL Unit VII Way Waya
merupakan wilayah yang telah dimanfaatkan dan dikelola oleh masyarakat
yang telah memperoleh izin ataupun yang saat ini sedang dalam proses
pengurusan izin usaha pemanfaatan hutan. Dan tentunya blok daerah
yang akan dimanfaatkan oleh KPHL sebagai unit kelolanya dengan luas ±
18.042 hektar.
b. Blok perlindungan
Penetapan blok perlindungan sebagai upaya pelestarian dan perlindungan
sumber air. Blok perlindungan merupakan daerah sempadan sungai dan
bagian dari kawasan hutan yang dianggap memiliki fungsi lindung bagi
areal sekitarnya dengan luas ± 5.500 hektar.
c. Blok pemberdayaan.
Blok pemberdayaan merupakan bagian dari wilayah tertentu yang berada
diperbatasan kawasan atau berada di sekitar pemukiman penduduk
dengan luas ± 795 hektar.
2.1.3 Kondisi Geofisik
2.1.3.1 Fisiografi
Secara fisiografi KPHL Unit VII (Way Waya) terletak di 04” 05’ 55,14 s.d
07” 29’ 31,24 Lintang Selatan dan 104” 17’ 58,00 s.d 104” 48’ 06,48 Bujur
Timur dengan ketinggian wilayah antara 500-1200 mdpl. Grup dataran
menyebar pada bagian barat yang merupakan sisa dataran yang terbentuk
di sisi Timur Pegunungan Bukit Barisan. Bagian-bagian yang tahan
terhadap erosi membentuk bukit-bukit kecil yang muncul diantara dataran
sekelilingnya. Tingkat topografi bervariasi dari mulai dataran dengan
keluasan 70% sedangkan pada lereng dengan kemiringan antara 20 -
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 3
40˚ mencapai 30 %. Pada kondisi topografi tingkat kelerangan curam dan
terjal mencapai 10%. Pada kondisi semacam ini tidak dilakukan budidaya
dan masuk dalam zona perlindungan.
2.1.3.2 Tanah
Jenis tanah yang ada pada KPHL Unit VII mayoritas adalah Latosol coklat
tua. Umumnya disebut oleh masyarakat setempat adalah jenis tanah
hitam gembur dan sebagian adalah jenis tanah berpasir dan lempung.
Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna
tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol
berasal dari batuan vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan
untuk pertanian dan perkebunan. Tanah ini berbentuk pada iklim basah
dengan curah hujan 2000 - 7000 mm/tahun, dengan bulan kering kurang
dari 3 bulan, terletak pada topografi bergelombang, berbukit dan
bergunung pada elevansi 100 - 700 m dpl. Solumnya dalam (1,5 - 10 m)
dengan warna coklat hingga kuning. reaksi tanah masam sampai agak
masam (pH 4.5 - 6.5) dan kepekaan terhadap erosi kecil. Jenis tanah ini
cocok untuk tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kebun karet, dan
lada. Tanah latosol memiliki kadar liat lebih dari 60%, remah sampai
gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas
horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa
kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison
kambik.
2.1.3.4 Geologi
Grup dataran tuffa masam menempati penyebaran yang luas ke arah
timur daerah KPHL Way Waya. Dataran tuffa masam dibedakan dari grup
dataran karena perbedaan yang mencolok bahan induk serta karakteristik
tanah secara kimiawi. Bentuk lahan keduanya sama, meskipun di dataran
tuffa masam kadang-kadang dijumpai lebih banyak sisa-sisa erosi yang
resisten. Ketinggiannya berkisar dari 50 sampai 500 meter di atas
permukaan laut. Grup volkan yang dijumpai di daerah ini memiliki
karakteristik yang masih mempertahankan bentuk spesifiknya. Sebaran
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 4
daerah grup volkan di daerah ini terdapat di bagian barat dengan luasan
yang relatif sempit.
2.1.3.5 Iklim
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang paling penting dalam
bidang kehutanan dan merupakan unsur masukan yang penting dalam
proses hidrologi di suatu wilayah. Dari data curah hujan dapat diperoleh
informasi jenis tanaman yang dapat diusahakan di wilayah tersebut. Dalam
pengelolaan/konservasi tanah, curah hujan merupakan salah satu unsur
terpenting yang digunakan untuk menduga besarnya potensi erosi pada
suatu wilayah. Rata-rata curah hujan tahunan pada Stasiun Curah Hujan
Sindang Asri sebesar 2.389 mm per tahun dengan jumlah 6 bulan basah
(curah hujan > 100 mm) dan bulan kering (< 60 mm) 6 bulan secara
berturut-turut. Rata-rata penyinaran matahari sebesar 56%, dengan
suhu rata-rata minimum sebesar 22,5o C dan suhu rata-rata maksimum
sebesar 31,8o C. Rata-rata kelembaban udara berkisar antara 70 – 84 %,
sedangkan kecepatan angin berkisar antara 4 – 5 knot. Dengan demikian,
tipe iklim berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman pada stasiun tersebut
merupakan tipe iklim C.
2.1.3.6 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hidrologi
Berdasarkan pembagian daerah aliran sungai lokasi KPHL Unit VII ini
sebagian besar termasuk ke dalam DAS Way Seputih, hanya sebagian
kecil daerah yang masuk kedalam DAS Way Sekampung dan DAS Tulang
Bawang.
Hidrologi, khususnya lokasi Kawasan Hutan Lindung yang termasuk
didalam DAS Way Seputih memiliki debit sungai maksimum yang terjadi
mulai bulan November sampai dengan Januari dengan warna air sungai
keruh sampai coklat tua kekuningan. Debit air sungai minimum pada
umumnya terjadi sektar bulan Maret sampai dengan Juni. Kemampuan
drainase tanah tergolong sedang.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 5
Tingkat erosi di beberapa wilayah KPHL Unit VII Way Waya ini cukup
tinggi, hal ini dapat ditandai dengan cukup luasnya lahan kritis, semakin
tipisnya lapisan humus tanah, demikian juga pada daerah-daerah dengan
permukaan tanah miring sering ditemui gejala erosi permukaan dan erosi
parit yang cukup serius, dimana hal ini diikuti dengan tingginya
sedimentasi.
2.1.4 Aksesibilitas Kawasan
Aksesibilitas ke batas Kawasan Hutan Lindung di KPHL Unit VII Way
Waya Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung menuju Ibu Kota
tergolong baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sarana perhubungan
darat yang menghubungkan ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan dan
Kampung-Kampung dalam wilayah kerja KPHL. Jalan darat yang ada
berupa jalan beraspal dan dapat dilewati kendaraan baik roda empat
maupun roda dua. Dengan demikian mobilisasi penduduk dari Kampung-
Kampung ke ibu kota kecamatan, kabupaten dan provinsi dapat berjalan
dengan lancar. Sedangkan di akses ke dalam kawasan Hutan Lindung di
KPHL Unit VII Way Waya hanya bisa ditempuh oleh kendaraan roda dua.
2.1.5 Sejarah Wilayah KPHL
2.1.5.1. Penetapan Kawasan Hutan
Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Penetapan Kawasan Hutan di Kabupaten Lampung Tengah merupakan
salah satu bagian Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Lampung yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 256/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 secara keseluruhan
seluas ± 1.004.735 Ha.
Penetapan wilayah KPHL Unit VII Way Waya seluas 24.337 hektar
berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor SK.68/Menhut-II/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang Penetapan
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 6
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Lampung, meliputi area
seluas ± 518.913 ha terdiri dari 9 unit KPHL seluas ± 277.690 ha dan 7
unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) seluas ± 241.223 ha.
2.1.5.2. Pemegang Izin di KHPL Unit VII Way Waya
Saat ini di wilayah kerja KPHL Unit VII Way Waya terdapat 24 Kelompok
Tani Pengelola yang telah memegang Izin IUPHKm seluas 5.792 Ha yang
terdiri dari 1.787 KK dari Bupati Lampung Tengah pada tahun 2010.
Kelompok Tani yang telah mendapatkan Penetapan Areal Kerja (PAK)
untuk Izin HKm dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia pada tahun
2013 sebanyak 8 Gapoktan seluas 7.343,859 Ha yang terdiri dari 4.204
KK. Sedangkan untuk kelompok tani baru yang sedang mengusulkan izin
HKm sebanyak 9 kelompok tani dengan luas ± 4.905,75 Ha yang terdiri
dari 2.849 KK.
2.2 Potensi Wilayah KPHL Unit VII (Way Waya)
2.2.1 Penutupan Vegetasi
Penutupan Vegetasi di wilayah kerja KPHL Unit VII Way Waya tergolong
rapat, karena sebagian besar berupa hutan buatan dan hutan tutupan
alam. Vegetasi hutan yang didominasi jenis tumbuhan berkayu jenis
Sonokeling, medang, afrika, pasang, meranti, durian, nangka, petai,
alpukat, puspa, mahoni, cempaka, albasia, karet, kemiri, manggis, jengkol,
randu, waru, asem, plampain, pulai, beringin, bayur, dan lain-lain jenis
tumbuhan berkambium. Sebagian wilayah ditemukan vegetasi jenis kopi
dan coklat yang ditanam perambah, dan semak belukar.
2.2.2 Potensi Hasil Hutan
Berdasarkan fungsinya sebagai Hutan Lindung, maka potensi hasil hutan
sebagian besar merupakan hasil hutan bukan kayu seperti getah, buah-
buahan serta komoditi tanaman Kopi dan Coklat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 7
2.2.4 Keberadaan Flora dan Fauna Langka
Keberadaan Flora dan fauna langka di KPHL Way Waya bisa dikatakan
sudah mulai berkurang hal ini dikarenakan pada era tahun 1999-2001
pernah terjadi pembukaan lahan besar-besaran yang dilakukan oleh
masyarakat, sehingga berdampak punahnya flora dan fauna langka yang
ada dikawasan hutan tersebut. Hanya beberapa jenis fauna langka seperti
spesies burung, ular, dan biawak yang masih bisa ditemui.
2.2.5 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di KPHL Way Waya sangat
berpeluang dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi bentang alam pada sebagian wilayah yang masih primer,
memungkinkan untuk dikelola menjadi sumber pendapatan bagi
masyarakat, KPH dan Pemerintah nantinya. Pemanfaatan Jasa
Lingkungan pada hutan pada hutan lindung adalah bentuk usaha yang
memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan baik tidak merusak
lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya . Kegiatannya dapat
berupa: usaha wisata alam, usaha olahraga tantangan, usaha
pemanfaatan air, usaha perdagangan karbon (Carbon Trade) atau usaha
penyelamatan hutan dan lingkungan . Pemanfaatan jasa lingkungan yang
diusahakan berupa pemanfaatan sumberdaya air untuk kepentingan
konsumsi rumah tangga dan pengembangan listrik atau mikrohydro untuk
memenuhi kebutuhan listrik anggota kelompok. Dimana dalam
penyelenggaraan pemanfaatan jasa lingkungan hutan dilakukan berbasis
peran serta masyarakat dan para pihak sejak pemikiran awal sampai
dengan pengambilan keputusan, maupun pelaksanaan kegiatan yang
mencakup tahapan perencanaan, pembangunan, peningkatan, operasi,
pemeliharaan, dan rehabilitasi. Partisipatif tersebut mempersyaratkan
adanya rasa saling mempercayai, keterbukaan, rasa tanggungjawab, dan
mempunyai rasa ketergantungan (interdependency) di antara sesama
para pihak (stake holder). Masing-masing stakeholder harus jelas
kedudukan dan tanggung jawab yang harus diperankan, serta yang juga
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 8
cukup penting dalam pemanfaatan jasa lingkungan hutan adanya
distribusi pembiayaan dan keuntungan yang proporsional di antara pihak-
pihak yang berkepentingan. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan secara
bertahap tidak tergantung sepenuhnya pada pembiayaan Pemerintah
baik melalui Anggaran Negara atau Anggaran Daerah untuk pembiayaan
pelayanan bagi pemanfaat yang komersial dan tidak komersial, kecuali
dalam batasan tertentu yang ditujukan bagi kepentingan sosial,
kesejahteraan dan keselamatan umum, menumbuhkan partisipasi swasta
dan masyarakat melalui kerjasama pengelolaan pemanfaatan jasa
lingkungan berdasar kaidah-kaidah pengusahaan yang sehat. Beberapa
Potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah :
1. Curup Bilik
Air Terjun Curup Bilik berlokasi di
dusun Harapan Jaya kampung
Gedung Harta Kecamatan Selagai
Lingga. Objek Wisata ini berada
diantara lereng perbukitan dengan
kondisi alam yang masih alami. Air
Terjun Curup Bilik memiliki ketinggian sekitar 3 meter dan bercabang dua,
karena masyarakat sekitar sebagian pendatang terutama suku sunda
maka dinamakan Air Terjun Curup Bilik (Bilik = Dinding).
2. Curup Tujuh
Objek Wisata Air Terjun Curup Tujuh
merupakan wisata alami yang
berlokasi di kampung Marga Jaya
Kecamatan Selagai Linggga. Air
Terjun tersebut mempunyai Tujuh
Tingkatan terjunan air sehingga
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 9
disebut dengan Air Terjun Curup Tujuh. Uniknya tingkatan air terjun
terbentuk dengan sendirinnya diantara arus air yang mengalir sampai ke
dasar tebing, sehingga mengundang pesona tersendiri pada objek ini.
3. Danau Telogo Rejo
Potensi wisata yang tidak kalah
menarik adalah Danau Telogo Rejo.
Danau ini terbentuk secara alami di
daerah perbukitan yang masih banyak
di tumbuhi pepohonan sehingga
terlihat menambah keindahan
pemandangan alam. Lokasi Danau Telogo Rejo berada di kampung
Sendang baru kecamatan Sendang Agung. Kondisi alam nya masih alami
me mungkin kan pengunjung untuk berekreasi ke sini, apalagi memiliki
udara yang sejuk karena berada di perbukitan. Karena masyarakat sekitar
sebagian besar para pendatang terutama suku jawa, maka dinamakan
Danau Telogo Rejo yang artinya Danau Telaga Bagus.
4. Taman Rekreasi keluarga
Taman rekreasi keluarga yang
dikelola oleh Kelompok Tani Karya
Bersama 22 di kampung marga Jaya
Kecamatan Selagai Lingga. Dimana
pada awalnya lokasi ini merupakan
persawahan yang kemudian
dikembangkan dengan sistem agroforestry dan silvofishery yang
dimanfaatkan sebagai salah satu objek wisata unggulan setempat.
Tempat ini juga menyediakan hiburan memancing bagi para pengunjung
yang memiliki hobi dalam memancing.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 10
2.3 Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Budaya
2.3.1 Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar dan di Dalam Kawasan
Hutan
2.3.1.1. Penduduk
Pada tahun 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik maka jumlah penduduk di 3 Kecamatan yang
berbatasan langsung dengan wilayah kerja KPHL Way Waya adalah
sebesar 107.741 jiwa dengan tingkat kepadatan 756 jiwa/km2 . Kecamatan
dengan jumlah penduduk yang terbesar adalah Kecamatan Pubian
sedangkan kecamatan yang terkecil adalah kecamatan Selagai Lingga.
Jika dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, maka jumlah penduduk
mengalami peningkatan sebesar 4.871 jiwa. Artinya pertumbuhan
penduduk rata-rata adalah sebesar 0.43 % pertahun. Sehingga jika di
proyeksikan hingga tahun 2031 maka jumlah penduduk di Kabupaten
Lampung Tengah menjadi 125.311 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 2 dibawah.
Tabel 2. Jumlah penduduk kecamatan yang mencakup KPHL Unit VII Way Waya
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk Eksisting Proyeksi Jumlah Penduduk
2000 2005 2010 2016 2021 2026 2031
1 Selagai Lingga 0 32.150 31.233 33.135 34.808 36.565 38.411
2 Pubian 0 40.741 40.531 41.962 43.193 44.460 45.765
3 Sendang Agung 0 34.716 35.977 37.381 38.592 39.843 41.135
Jumlah - 107.607 107.741 112.478 116.593 120.868 125.311
Tabel 3. Kepadatan penduduk kecamatan yang mencakup KPHL Unit VII Way Waya
No. Kecamatan
Luas/Area (km2)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
2000 2005 2010 2016 2021 2026 2031
1 Selagai Lingga 173,88 0 185 180 191 200 210 221
2 Pubian 161,64 0 252 251 260 267 275 283
3 Sendang Agung 108,89 0 319 330 343 354 366 378
Jumlah 444,41 - 756 761 794 821 851 882
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 11
2.3.1.2. Keagamaan
Banyaknya transmigran dan imigran dari berbagai daerah yang masuk ke
Kabupaten Lampung Tengah telah menyebabkan penduduknya memiliki
keragaman budaya dan agama. Salah satu dari keragaman agama ini,
tentunya dibutuhkan prasarana ibadah. Secara keseluruhan jumlah
fasilitas peribadatan terbanyak adalah mushola dan mesjid dikarenakan
banyak penganut agama Islam. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian
besar penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Tengah memeluk
agama Islam dimana tempat peribadatannya tidak hanya berupa Masjid
Jami’i (yang dapat digunakan untuk melaksanakan sholat Jum’at secara
berjama’ah) namun juga berdiri bangunan langgar/ surau/mushola yang
dipergunakan untuk keperluan ibadah dengan jema’ah yang lebih kecil
dalam lingkup keluarga/lingkungan.
2.3.1.3. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang saat ini disekitar wilayah KPHL Way Waya dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sarana pendidikan dikecamatan yang mencakup KPHL Unit VII Way Waya
No Kecamatan Fasilitas Pendidikan Eksisting Tahun 2008
SD SLTP SLTA
1 Selagai Lingga 26 10 1
2 Pubian 31 9 0
3 Sendang Agung 24 8 2
Jumlah 81 27 3
2.3.2.4. Mata Pencaharian
Mata Pencaharian anggota kelompok adalah bertani (berkebun) kopi,
kakao karena komoditi ini dianggap paling cocok di daerah ini. Sebagai
penunjang ekonomi keluarga sebagian masyarakat ada pula yang
menanam pala wija dan sayur mayur. Sebagian lagi ada juga sebagai
pedagang keliling, ojek, usaha perikanan, peternakan dan ada pula yang
hanya sebagai buruh tani.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 12
2.3.2.5. Tingkat Pendapatan
Tanaman kopi sebagai tanaman utama yang dibudidayakan oleh
masyarakat menjadi komoditas yang sangat menentukan tingkat
kehidupan petani. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa produksi
tanaman kopi yang dapat dihasilkan oleh petani berkisar antara 500
sampai 1.000 kg/ha dan dengan harga antara Rp. 12.500,- sampai dengan
Rp. 17.000,- /kg. Dengan tingkat produksi dan tingkat harga tersebut
petani dapat memperoleh penghasilan rumah tangga berkisar antara Rp.
1.000.000,- sampai Rp. 40.000.000,-/tahun.
2.3.2.6. Kegiatan Sosial Masyarakat
Masyarakat disekitar KPHL Way Waya aktif di Kegiatan sosial bidang
organisasi lainnya seperti: Karang Taruna, Remaja Islam Masjid,
Kelompok-kelompok pengajian, rukun kematian, klub-klub sepak bola dan
kegiatan sosial lainnya.
2.3.2 Konflik Lahan dan Keadaan Perambahan
Konflik Lahan dan Perambahan di KPHL Way Waya pernah terjadi secara
administrasi Pemerintahan dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat
yang mengklaim sebagian Register 39 yang berada di Kabupaten
Lampung Tengah merupakan wilayah administrasi Kabupaten Lampung
Barat dengan munculnya istilah Register 39 B. Namun seiring waktu,
masyarakat Lampung Barat sendiri dan Pemerintah Kabupaten Lampung
Barat dalam hal ini Dinas Kehutanan setempat, mengakui bahwasanya
daerah tersebut merupakan wilayah administrasi Kabupaten Lampung
Tengah.
Masuknya kembali wilayah yang sempat di klaim sebagai wilayah
Kabupaten Lampung Barat ke wilayah Kabupaten Lampung Tengah
memunculkan beberapa persoalan baru terkait keberadaaan perambah
hutan yang berada dan tinggal di dalam kawasan hutan serta perlunya
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 13
perbaikan hutan diwilayah tersebut yang selama ini proses pembinaan dan
pengelolaan hutan yang dilaksanakan berbeda dengan yang dilaksanakan
di Kabupaten Lampung Tengah. Namun beberapa kelompok masyarakat
yang tergabung didalam Gapoktan Wana Marta telah sepakat untuk
mengikuti aturan main yang berlaku di wilayah Kabupaten Lampung
Tengah. Selain permasalahan diatas permasalahan lain yang perlu
disikapi adalah masih terdapatnya bangunan semi permanen pada
beberapa titik didalam kawasan yang apabila dibiarkan terus berada
disana akan memunculkan kecemburuan dari masyarakat lainnya yang
telah pindah tempat tinggal dan keluar dari kawasan hutan.
2.3.3 Keberadaan Masyarakat Hukum Adat
Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun
temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan
pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan
hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum. Jika yang diasumsikan sebagai masyarakat
hukum adat sesuai definisi diatas, wilayah kerja KPHL Way Waya tidak
memiliki masyarakat hukum adat. Karena adat yang terbentuk dan berada
di wilayah KPHL Way Waya merupakan Hukum adat masyarakat yang
dibawa dari daerah asalnya yang mengatur tata kehidupan dan prilaku
bermasyarakat pada masyarakat tersebut. Karena sebagian besar
masyarakat yang mengelola kawasan hutan di wilayah KPHL Way Waya
merupakan masyarakat pendatang.
2.3.4 Posisi KPHL Unit VII dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah Lampung Tengah
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah nomor 1
tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung
Tengah tahun 2011 – 2031 yang telah disahkan, wilayah KPHL Way Waya
masuk dalam kawasan hutan lindung. Didalam proyeksi yang telah ada
dalam perda tersebut juga disebutkan bahwa wilayah KPHL way Waya
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 14
merupakan kawasan yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan
di Kabupaten Lampung Tengah.
2.4 Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Kegiatan budidaya yang sudah ada di Kawasan Hutan Lindung
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup juga dapat
mengganggu fungsi lindung dari kawasan tersebut. Untuk itu fungsi
sebagai Kawasan Hutan Lindung harus dikembalikan secara bertahap
disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung pada
kawasan HL untuk mendukung kawasan konservasi di atasnya sangat
diperlukan. Melakukan kegiatan reboisasi pada lahan-lahan kritis melalui
kerjasama dengan berbagai lembaga peduli hutan, lintas instansi
pemerintah dan masyarakat setempat diharapkan dapat memperbaiki dan
menjaga fungsi lindung dari kawasan hutan tersebut. Kegiatan
Inventarisasi kawasan hutan yang rusak dan penegakan hukum bagi
kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif, persuasif, dan
preventif) secara kontinu diharapkan dapat mendorong perambah yang
masih ada tergabung pada areal HKm yang sudah direncanakan. Program
pengembangan dan pemantapan kawasan hutan lindung diharapkan dapat
meningkatkan dan mengembangkan cakupan kawasan program HKm
pada kawasan hutan lindung yang sudah rusak/alih fungsi non hutan
sehingga kawasan hutan dapat dimanfaatkan secara efektif.
Selain itu, dengan memperhatikan fungsi lindung, kawasan yang
bersangkutan, dapat dilakukan eksplorasi mineral dan air tanah serta
kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana alam. Apabila
ternyata di Kawasan Lindung terdapat indikasi adanya sumber daya
mineral, kandungan air tanah, atau kekayaan lainnya yang bila diusahakan
dinilai amat berharga bagi Pemerintah, maka kegiatan budidaya di
Kawasan Lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 15
2.5 Posisi Areal Kerja dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah
Kawasan Hutan Lindung yang berada di Register 39 dan Register 22 pada
KPHL Waya. Dalam rangka menjaga kelestarian alam dan sesuai dengan
aturan dari pemerintah pusat melalui Permen PU nomor 16 tahun 2009
untuk dapat menyediakan ruang bagi paru-paru udara sebesar 30% dari
luas Kabupaten/Kota salah satu bentuknya adalah berupa keberadaan
hutan. Mengandalkan program pemerintah dan inisiatif masyarakat dalam
perbaikan lingkungan hutan (rehabilitasi) sangat kecil keberhasilannya
dalam menjaga dan melestarikan keberadaan hutan. Maka dengan adanya
penetapan blok lindung pada masing-masing wilayah KPHL diharapkan
tidak akan adanya perambahan dan pengalihfungsian kawasan ini pada
masa mendatang.
2.6. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan
2.6.1. Tata Batas Kawasan
a. Belum dilakukannya inventarisasi potensi sumberdaya hutan secara
komprehensif di tingkat blok maupun petak.
b. Banyak hilangnya patok batas kawasan hutan.
c. Masih terdapat perluasan garapan oleh masyarakat setempat yang
dilakukan pada beberapa titik blok perlindungan.
d. Belum adanya informasi komprehensif tentang hutan dan kehutanan
sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam
melaksanakan investasi.
e. Belum terjaminnya kualitas data dan Peta sebaran lahan kritis.
f. Belum tersedianya citra satelit yang menggambarkan penutupan
vegetasi kawasan hutan sebagai bahan evaluasi.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 16
2.6.2. Keanekaragaman Hayati
a. Konservasi, rehabilitasi, pemanfaatan, dan pengkayaan sumberdaya
serta sistem ekologis secara berkelanjutan dengan didukung
optimalisasi pengawasan sumberdaya hutan belum berjalan dengan
baik.
b. Belum adanya kesepahaman antara masyarakat pengelola dan
pemerintah dalam menjaga keanekaragaman hayati.
c. Belum terjalinnya kerjasama melalui penelitian dan pengembangan
kehutanan dengan kerjasama Badan penelitian dan pengembangan
daerah, dan lembaga penelitian perguruan tinggi dan Balitbang
Kementerian dalam hal pelestarian keanekaragaman hayati.
d. Masih kurangnya minat para pengelola untuk mengaktifkan
produktifitas sumber benih dan menggali potensi sumber benih yang
menjadi endemik daerahnya.
2.6.3. Koordinasi dengan pihak terkait (stakeholders)
a. Belum berjalannya pengawasan secara merata terhadap pengelolaan
kawasan sehingga beberapa kelompok pengelola merasa belum
mendapatkan keadilan dan merasa diperhatikan, hal ini mengurangi
tingkat kepercayaan kepada KPH dalam penerapan aturan.
b. Belum terjalin sinergitas antara pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat serta komunitas pemerhati lingkungan hidup.
c. Masih adanya elemen masyarakat (LSM) yang bersikap kontradiktif
terhadap upaya pengelolaan RHL.
d. Belum optimalnya dukungan sistem perencanaan, sistem informasi,
inventarisasi, pengolahan data dan litbang bidang kehutanan serta
jaringan kerjasama dengan seluruh stakeholder dalam pembangunan
kehutanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 17
2.6.4. Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu
a. Belum optimalnya dukungan sistem perencanaan, sistem informasi,
inventarisasi, pengolahan data dan litbang bidang kehutanan serta
jaringan kerjasama dengan seluruh stakeholder dalam pembangunan
kehutanan sehingga pemanfaatan hasil hutan tidak optimal.
b. Rapatnya tutupan vegetasi di Kawasan Hutan Lindung oleh tanaman
kayu sehingga pemanfaatan hasil hutan bukan kayu belum optimal;
c. Lemahnya fasilitasi terhadap potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK),
sehingga belum memberikan nilai tambah;
d. Belum adanya role model lokal (silvikultur, kesinambungan
kelembagaan dll) yang didasarkan pada kearifan lokal masyarakat
setempat.
e. Sistem pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat belum sesuai
dengan peruntukanya antara kawasan budidaya dan kawasan lindung
untuk mendukung kelestarian fungsi kawasan hutan, baik sebagai
fungsi lindung (penyangga kehidupan) maupun fungsi produksi Non
kayu/ HHBK.
f. Masih kurangnya pembinaan dalam rangka peningkatan penerimaan
PNBP bidang Kehutanan, meliputi ; PSDH dan retribusi hasil hutan.
g. Belum dilakukan penyusunan data sumber daya alam, baik data
potensi maupun data daya dukung kawasan ekosistem dan
penyusunan NSDH (Neraca Sumber Daya Hutan) yang baik.
h. Belum tersedianya data dan informasi potensi wisata, jasa lingkungan
dan sumber daya hutan di wilayah KPHL Way Waya.
i. Belum terpenuhinya kebutuhan penyuluh masyarakat (PKSM)
sekaligus meningkatkan pengetahuan di bidang kehutanan terutama
potensi HHBK.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 18
2.6.5. Perlindungan Kawasan
a. Belum diterapkannya aturan main yang telah dibuat oleh kelompok
sebagai pondasi dasar dalam hal perlindungan hutan.
b. Lemahnya pemahaman pemanfaatan hasil hutan oleh kelompok
masyarakat, sehingga kerap terjadi tindak pidana kehutanan.
c. Masih terjadinya perambahan di hulu DAS/Sub DAS dan di sekitar
mata air.
d. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap pemanfaatan kawasan
hutan masih tinggi sehingga masyarakat masih mencari celah untuk
membuka areal garapan baru.
e. Masih ada masyarakat / perambah yang bermukim secara menyebar
di setiap umbulan/talang sebagai penggarap kawasan hutan.
f. Belum tersedianya sarana prasarana operasional polisi kehutanan
(polhut) yang memadai dilapangan.
2.6.6. Pemberdayaan Masyarakat
a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat baik di dalam maupun di luar
sekitar kawasan hutan melalui pembinaan usaha ekonomis, dan
pemberdayaan dan pembinaan kelompok LMDH dan kelompok tani
hutan
b. Peningkatan kepedulian, kesadaran dan pemberdayaan masyarakat
bagi upaya pelestarian sumber daya hutan dan pelestarian
lingkungan, sehingga diharapkan mampu mengamankan dan
mengawal pembangunan yang berkelanjutan
c. Banyaknya masyarakat sekitar hutan yang masih miskin dan belum
memperoleh akses dalam mengembangkan usahanya.
d. Perlunya mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi
permasalahan kerusakan sumberdaya hutan dan perlunya pelibatan
peran serta perempuan dalam pembangunan kehutanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 19
2.6.7. Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya
Manusia
a. Bagaimana kelembagaan KPH dapat diperkuat dan dikembangkan
secara terencana sehingga bisa menjalankan perannya dan fungsinya
sebagai bentuk penterjemahan atas jiwa dan semangat desentralisasi
bidang kehutanan sehingga KPH dapat melakukan pengelolaan hutan
di tingkat tapak dengan baik.
b. Dalam upaya pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan
perlunya pembinaan pada pengurus dan anggota tiap bulan bulan
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan
kelembagaan kelompok.
c. Kemampuan wira usaha KPH dan masyarakat harus dibangun
berbasis pengelolaan sumberdaya alam lestari sehingga mampu
menciptakan pasar dan yang perdagangan yang lebih berkadilan.
d. Belum berjalannya Tugas pokok dan fungsi KPH Hal ini sebagai
konsekuensi logis dari belum mengacu pengelola KPH pada norma
standar prosedur dan kriteria KPH, termasuk juga personil sumber
daya manusia yang minim, dana operasional kegiatan yang tidak
dimiliki serta sarana dan prasarana penunjang yang belum memadai.
e. Masih terkendalanya rencana pengembangan usaha kelompok
melalui koperasi yakni penyiapan akta pendirian serta persyaratan lain
yang diperlukan termasuk modal awal, sebagai langkah untuk
memanfaatkan potensi hasil hutan bukan kayu untuk kesejahteraan
anggota yang selama ini dikelola oleh para tengkulak dan pemilik
modal. Pelatihan manajemen usaha akan dilakukan kepada anggota
agar dapat mewujudkan koperasi yang mandiri dan menguntungkan
seluruh anggota.
f. Lemahnya database (data dasar) kehutanan sehingga akan
menyulitkan pengambilan keputusan.
g. Belum tersedianya perencanaan kehutanan yang akan menuntun
aparatur dan para pihak dalam pemanfaatan sumberdaya hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB II - 20
h. Lemahnya kemampuan manajerial aparatur KPHL dalam pengelolaan
hutan.
2.6.8. Penanggulangan Potensi Kebakaran Hutan
a. Masih diperlukannya peningkatkan pengamanan dan perlindungan
hutan dari bahaya kebakaran dan perambahan/ pendudukan (enclave)
hutan.
b. Masih diperlukannya upaya pembangunan posko terpadu pencegahan
perambahan hutan dan Penangulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
serta pembentukan Satgas-Satgas Perambahan dan Kebakaran hutan
di wilayah kerja KPHL.
c. Sampai saat ini penanggulangan kebakaran hutan sebatas upaya
pemadaman api pada saat kebakaran terjadi, sedangkan
perencanaan menyeluruh dalam penanggulangan kebakaran hutan
dan lahan belum dilakukan.
2.6.9. Kemitraan dan Kolaborasi Pegelolaan
a. Akses petani kehutanan terhadap sumber permodalan masih kurang.
b. Aksesibilitas masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan masih
kurang.
c. Belum tersedianya informasi minat kerjasama dengan masyarakat /
swasta & terlaksananya pembinaan terhadap peluang usaha
masyarakat swasta diwilayah KPHL.
d. Kurang optimalnya peran serta badan usaha di sektor kehutanan.
e. Belum adanya kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan investor
dalam pengelolaan hutan di KPHL Way Waya.
f. KPHL belum melakukan pengelolaan secara kolaboratif bersama
masyarakat dalam pemanfaatan jasa lingkungan yang mempunyai
peluang cukup besar dan menjanjikan serta kompetitif di wilayah
KPHL.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025) BAB III - 1
BAB III
3.1 Visi dan Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan
3.1.1 Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Terwujudnya kelestarian hutan dan lahan serta agribisnis kehutanan
perkebunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
3.1.2. Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan
1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan
informasi kehutanan.
2. Meningkatkan pengelolaan hutan dan pembangunan agribisnis
perkebunan yang berkelanjutan untuk memperkuat kesejahteraan
masyarakat.
3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi
sumberdaya alam.
4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran
sungai (DAS) sehingga dapat meningkatkan optimalisasi fungsi
ekologi, ekonomi dan sosial DAS.
5. Meningkatkan ketersediaan produk teknologi dasar dan terapan serta
kompetisi SDM dalam mendukung penyelenggaraan pengurusan
kehutanan dan perkebunan secara optimal.
3.2 Visi dan Misi KPHL Unit VII (Way Waya)
3.2.1. Visi KPHL Unit VII (Way Waya)
Pengelolaan hutan lestari secara berkelanjutan dan mandiri untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3.2.2. Misi KPHL Unit VII (Way Waya)
1. Membangun wilayah dan kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya)
yang mantap.
Naskah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit V Sungai Buaya Kab. Mesuji (2015 – 2024) BAB III - 2
2. Memperkuat kelembagaan KPH dalam mengemban misi pengelolaan
kawasan hutan.
3. Pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan yang optimal secara
partisifatif, kolaboratif, lestari dan berkelanjutan.
4. Pengembangan produk barang (kayu dan non kayu) dan jasa
kehutanan yang ramah lingkungan, kompetitif dan bernilai tambah
serta berbasis kearifan lokal.
5. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan yang
adil dan bertanggung jawab demi kesejahteraan masyarakat.
6. Pelestarian dan perlindungan sumberdaya hutan pada kawasan KPHL
Unit VII (Way Waya)
3.3 Tujuan KPHL Unit VII (Way Waya)
1. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai penyangga lingkungan.
2. Peningkatan kemampuan SDM Aparatur KPH.
3. Meningkatkan Penyadaran para pemangku kepentingan melalui
sosialisasi dan penyuluhan kehutanan.
4. Meningkatkan penerimaan daerah dan pendapatan masyarakat dari
jasa lingkungan.
5. Memanfaatkan hutan secara optimal sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya untuk mendorong pengembangan ekonomi berbasis
kehutanan.
6. Meningkatkan aspek pemasaran baik itu HHBK, jasa lingkungan dan
ekowisata di tingkat nasional dan internasional melalui website KPH,
Kabupaten Lampung Tengah, Asosiasi KPH yang telah ada.
7. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan
(Mendorong pola kemitraan).
8. Memberikan akses pengelolaan hutan kepada masyarakat sekitar dan
dalam kawasan hutan melalui Kemitraan dan Izin HKm.
9. Mengembangkan teknik agroforestry dalam pemanfaatan lahan hutan
yang menyediakan ragam kebutuhan masyarakat.
Naskah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit V Sungai Buaya Kab. Mesuji (2015 – 2024) BAB III - 3
10. Merehabilitasi hutan yang kurang produktif atau kritis (melalui evaluasi
RKU/RKT Pemegang izin HKm).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) Lampung Tengah (2016 – 2025) BAB IV - 1
BAB IV
4.1. Analisa Strategis dan Faktor Penentu Keberhasilan
Analisa lingkungan strategis dan faktor penentu keberhasilan, meliputi
faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal sebagai berikut :
4.1.1. Lingkungan Internal
A. Kekuatan (Strength)
Kekuatan yang dimiliki oleh KPHL Unit VII (Way Waya) diantaranya
adalah:
1) Legalitas formal Kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya) dan struktur
organisasi yang jelas.
2) Potensi kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) dengan
keanekaragaman hayati dan ekosistem yang ada di dalamnya.
3) Adanya potensi jasa lingkungan dan ekowisata yang terdapat dalam
kawasan hutan KPHL Unit VII (Way Waya).
4) Wilayah pengelolaan yang luas dan ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan.
5) Dukungan dari pemerintah Kabupaten Lampung Tengah.
B. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan yang dimiliki oleh KPHL Unit VII (Way Waya) diantaranya
adalah:
1) Masih banyak kawasan yang belum ditata batas
2) Rendahnya kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli
daerah Lampung Tengah.
3) Masih rendahnya pemahaman multipihak terhadap KPHL.
4) Belum lengkapnya data potensi Kawasan KPHL Unit VII (Way Waya).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 2
5) Kurangnya sumberdaya manusia pada Unit Pengelola KPHL Unit VII
(Way Waya).
6) Hubungan dan koordinasi dengan pihak – pihak terkait belum
terbangun dengan baik
7) Kurangnya sarana dan prasarana operasional
8) Pendanaan yang belum mencukupi pelaksanaan kegiatan
4.1.2. Lingkungan Eksternal
A. Peluang (Opportunities)
Peluang yang dimiliki oleh KPHL Unit VII (Way Waya) diantaranya adalah
:
1) Dukungan kebijakan pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah untuk
mewujudkan pengelolaan hutan melalui pengelolaan hutan berbasis
KPHL Unit VII (Way Waya).
2) Perangkat Peraturan Perundang-undangan serta kebijakan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3) Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan terhadap pengelolaan
hutan berbasis masyarakat.
4) Meningkatnya minat masyarakat terhadap usaha kehutanan bukan
kayu.
5) Dukungan Program Pendidikan dan Pelatihan Teknis Kehutanan dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
B. Ancaman (Threat)
Beberapa ancaman terhadap KPHL Unit VII (Way Waya) adalah :
1) Terdapat potensi tambang dalam wilayah KPHL Unit VII (Way Waya).
2) Terancamnya sumber daya flora dan fauna.
3) Meningkatnya jumlah penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan
(merambah).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 3
4) Rendahnya Kesadaran masyarakat dan pengusaha dalam pelestarian
alam.
5) Tingginya kebutuhan lahan untuk kegiatan di luar Kehutanan
6) Kurang sejahtera dan rendahnya tingkat pendidikan masyarkat di
dalam dan disekitar hutan.
4.1.3. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Memanfaatkan Peluang
1) Memantapkan kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya).
2) Mengembangkan pemanfaatan keanekaragaman hayati.
3) Mengembangkan pemanfaatan HHBK dan Jasa Lingkungan.
4) Pemantapan wilayah kelola yang didukung oleh regulasi
5) Mempromosikan dan memasarkan potensi hasil hutan dan jasa
lingkungan
6) Memperkuat kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya)
7) Melindungai keanekaragaman hayati yang dilindungi seseuai dengan
peraturan perundang – undangan
8) Menjalin kemitraan dengan NGO untuk mengembangkan KPHL Unit
VII (Way Waya)
9) Menjalin kemitraan dengan NGO untuk mengembangkan Jasa
Lingkungan
10) Menjalin kemitraan dengan NGO untuk melestarikan keanekaragaman
hayati
11) Mengembangkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan hutan
12) Mengoptimalkan pemanfaatan potensi bukan kayu sehingga bernilai
ekonomi dengan memberdayakan masyarakat
13) Menigkatkan pemanfaatan jasa lingkungan dengan memberdayakan
massyarakat sekitar
14) Pengiriman staf dalam Diklat Kementerian Ligkungan Hidup dan
Kehutanan
15) Pengembangan SDM untuk pemanfaatan dan perlindungan
keanekargaman hayati, yang mampu melakukan pendekatan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 4
partisipatif, serta mengikuti pelatihan-pelatihan pada Diklat
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pada berbagai
peluang pelatihan instansi lain yang relevan baik pemerintah maupun
swasta.
4.1.4. Strategi Menanggulangi Kendala/Kelemahan Dengan Memanfaatkan Peluang
1) Kegiatan Tata Batas melalui kordinasi dengan UPT Kementerian
dengan sumber anggaran APBN atau APBD
2) Sosialisasi kesepahaman dengan masyarakat tentang pentingnya
pelestarian hutan
3) Mengembangkan usaha – usaha produktif berbasis kehutanan
4) Melakukan sosialisasi tentang KPHL Unit VII (Way Waya) kepada
semua pihak
5) Membangun data base KPHL Unit VII (Way Waya)
6) Pengembangan dan penambahan SDM sesuai dengan analisa
kebutuhan tenaga pada KPHL Unit VII (Way Waya)
7) Kerjasama dengan pemegang izin dan pihak terkait dala pembinaan
dan pendampingan kelompok masyarakat kemitraan
8) Kerjasama penningkatan kualitas SDM pengelola KPHL Unit VII (Way
Waya).
9) Berkolaborasi dengan pemegang izin dalam pemanfaatan potensi
bukan kayu yang memberdayakanmasyarakat sekitar
10) Monitoring dan Evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh pemegang
izin
11) Menyelesaikan konflik kehutanan dengan masyarakat bekerjasama
dengan pemerintah daerah.
12) Peningkatan kualitas SDM dengan mengirimkan staf KPHL Unit VII
(Way Waya) untuk mengikuti program pelatihan yang relevan pada
Diklat Teknis Kehutanan, pengembangan SDM secara terus menerus
sesuai kebutuhan KPHL Unit VII (Way Waya).
13) Melaksanakan sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan
kepada masyarakat termasuk sosialisasi tentang KPHL Unit VII (Way
Waya) dan bersinergi dengan dinas untuk mensosialisasikan KPHL
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 5
Unit VII (Way Waya) kepada berbagai pihak termasuk lingkup SKPD
Kabupaten Lampung Tengah, kepada masyarakat sekitar.
4.1.5. Strategi Memakai Kekuatan Untuk Mengatasi
Tantangan/Ancaman
1. Meningkatkan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan kehutanan terkait
jasa lingkungan, ekowisata, perlindungan dan pemanfaatan hutan dan
pengelolaan hutan lestari, keanekaragaman hayati dan manfaatnya
untuk kehidupan masyarakat.
2. Pengoptimalan pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata dengan
melibatkan masyarakat setempat
3. Mendorong pengelolaan hutan berbasis kemasyarakatan dan
penggunaan spesies lokal.
4.1.6. Strategi Memperkecil Kelemahan dan Mengatasi Tantangan/ Ancaman
1. Melengkapi dan memperbaharui Data Base yang berisi data flora dan
fauna, daftar masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan
hutan, serta pendataan penduduk yang memanfaatkan kawasan
hutan.
2. Melakukan tata batas kawasan hutan pada KPHL Unit VII (Way Waya)
bersama pihak2 terkait.
3. Melaksanakan konservasi keanekaragaman hayati satwa tertentu dan
mengembangkan program perlindungan flora dan fauna secara
partisipatif.
4. Berperan dalam pengentasan kemiskinan dengan melibatkan
Masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan.
5. Melakukan sosialisasi KPHL Unit VII (Way Waya) kepada masyarakat
sekitar hutan.
4.2. Analisa SWOT
SWOT merupakan perangkat umum yang digunakan sebagai langkah
awal dalam proses pembuatan keputusan dan perencanaan strategis
dalam berbagai terapan. Analisis SWOT menjawab dua pertanyaan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 6
dimana organisasi saat ini dan ke arah mana organisasi ini akan dibawa.
Jadi analisis SWOT dapat memproyeksikan situasi masa depan dan
membantu organisasi dalam menentukan strategi yang tepat untuk
memanfaatkan kemampuannya dalam meraih atau merespon peluang
dan meminimalkan ancaman dalam mencapai tujuan.
Analisis SWOT merupakan alat bantu analisis dalam menstrukturkan
masalah dengan melakukan analisis terhadap lingkungan strategis, yaitu
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Kombinasi dari faktor-faktor
dalam lingkungan internal kepada faktor-faktor dalam lingkungan
eksternal, akan menghasilkan strategi makro dalam pencapaian misi
perencanaan jangka panjang. Strategi merupakan langkah-langkah yang
berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.
Masing-masing misi akan memiliki tujuan yang memuat manfaat dan hasil
capaian masa depan sehingga mengapa misi tersebut diperlukan.
Cara-cara untuk pencapaian misi tersebut akan dirumuskan dalam
strategi yang berisikan kebijakan. Kebijakan adalah arah atau tindakan
yang diambil untuk mencapai tujuan dengan sasaran yang berisikan
program-program indikatif jangka panjang. Program adalah instrumen
kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran
maupun waktu pentahapan pekerjaan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 7
Tabel 5.1. Strategi Kombinasi Strength (Kekuatan) dan Opportunity (Peluang) dalam Analisis SWOT
S – O
Legalitas formal
kelembagaan KPHL Unit
VII (Way Waya) dan
struktur orgnisasi yang
jelas
Potensi kawasan KPHL Unit
VII (Way Waya) dengan
keanekaragaman hayati dan
ekosistem yang ada di
dalamnya.
Adanya potensi jasa
lingkungan dan ekowisata
yang terdapat dalam
kawasan KPHL Unit VII
(Way Waya)
Wilayah kelola yang
luas dan ditetapkan
oleh menteri
Letak kabupaten
Lampung Tengah yang
strategis
Dukungan Kebijakan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPHL Unit VII (Way Waya).
Memantapkan kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya).
Mengembangkan pemanfaatan keanekaragaman hayati.
Mengembangkan pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan.
Pemantapan wilayah kelola yang didukung oleh regulasi yang lebih inggi
Mempromosikan dan memasarkan potensi hasil hutan dan jasa lingkungan.
Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Peme-rintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Memperkuat kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya).
Melindungi keanekaragaman hayati yang dilindungi sesuai dengan peraturan perundang – undangan
Mengembangkan pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan.
Mendorong tersusunnya regulasi yang mengakomodir peran KPHL Unit VII (Way Waya) dalam pengelolaan hutan yang lebih jelas
Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
Menjalin kemitraan dengan NGO untuk mengembangkan KPHL Unit VII (Way Waya).
Menjalin kemitraan dengan NGO untuk pengembangan jasa lingkungan.
Menjalin kemitraan dengan NGO untuk melestarikan keanekaragaman hayati.
Bekerja sama dan menjalin kemitraan dengan NGO dalam pengelolaan hutan
Mengembangkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan.
Meningkatnya minat masyarakat terhadap usaha kehutanan bukan kayu.
Pengembangan hasil hutan non kayu berupa sarang walet,lebah madu, dan hasil lainnya.
Mengoptimalkan pemanfaatan potensi bukan kayu sehingga bernilai ekonomi
Meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan dengan memberdayakan masyarakat sekitar.
Meningkatkan peran serta masyarkat dalam pengelolaan hutan
Membantu pangsa pasar dan promosi usaha kehutanan bukan kayu
Dukungan Program Pendidikan dan Pelatihan Teknis Kehutanan dari Kementerian Kahutanan;
Mengirim staf mengikuti pelatihan pada Diklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Membangun keterampilan staf dalam pemanfaatan dan perlindungan keanekargaman hayati
Membangun keterampilan dalam pemanfaatan potensi jasaa lingkungan dan jasa lingkungan
Meningkatkan kualitas dan kemampuan SDM KPHL Unit VII (Way Waya) melalui diklat
Menguatnya peran pemerintah daerah dalam pengelolaan kawasan hutan
Membangun dukungan baik dana maupun SDM dari pemerintah daerah dalam pengelolaan hutan
Mengembangkan pemanfaatan dan perlindungan keanekaragaman hayati bersama pemerintahan daerah
Mengembangkan pemanfaatan jasa lingkungan bersama pemerintah daerah
Koordinasi dan harmonisasi serta dukungan pihak – pihak terkait
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 8
Tabel 5.2. Strategi Kombinasi Kekuatan (Strength) dan Ancaman (Threat) dalam Analisis SWOT
S - T
Legalitas formal
kelembagaan KPHL Unit
VII (Way Waya) dan
struktur orgnisasi yang
jelas
Potensi kawasan KPHL Unit
VII (Way Waya) dengan
keanekaragaman hayati dan
ekosistem yang ada di
dalamnya.
Adanya potensi jasa
lingkungan dan ekowisata
yang terdapat dalam
kawasan KPHL Unit VII
(Way Waya)
Wilayah kelola yang
luas dan ditetapkan
oleh menteri
Letak kabupaten
Lampung Tengah yang
strategis
Terdapat potensi tambang dalam wilayah KPHL Unit VII (Way Waya).
Mencegah pertambangan pada kawasan HP melalui koordinasi multi pihak.
Mendorong usaha produktif yang lebih lestari tanpa harus melakukan penambanga.
Mengoptimalkan pengelolaan hutan berbasis ekowisata dan HHBK.
Memantau dan mencegah penambangan ilegal
Mengelola hutan dengan melibatkan masyarakat.
Terancamnya sumber daya
flora dan fauna.
Mendorong rehabilitasi
hutan berbasis species
lokal.
Mendorong rehabilitasi hutan
hkhususnya Blok Lindung
berbasis species lokal.
Rehabilitasi dan Reklamasi
kawasan hutan.
Mencegah kegiatan
yang mengancam
sumberdya flora dan
fauna yang dilindungi
Meningkatkan
kegiatan pengawasan
melalui patroli rutin di
Unit VII (Way Waya)
Meningkatnya jumlah
penduduk yang
memanfaatkan kawasan
hutan (merambah)
Membangun ekonomi
masyarakat berbasis
hasil hutan
Membangun ekonomi
masyarakat berbasis
keanekaragaman hayati
Melibatkan masyarakat
dalam pemanfaatan jasa
lingkungan
Pembinaan dan
pemberdayaan
masyarakat sekitar
melalui kemitraan
Sosialisasi pentingnya
fungsi Kawasan Hutan
terhadap Lingkungan
dan kehidupan
Rendahnya kesadaran
masyarakat dan pengusaha
dalam pelestarian alam.
Melakukan sosialisasi
dan penyuluhan
pengelolaan hutan
lestari
Memberikan penyuluhan
tentang keanekargaman
hayati dan manfaatnya untuk
kehidupan masyarakat
Melakukan sosialisasi dan
penyuluhan jasling dan
HHBK kawasan hutan
Sosialisasi kepada
masyarakat sekitar
pentingnya pelestarian
alam
Tingginya kebutuhan lahan untuk kegiatan diluar Kehutanan
Mendorong usaha pro-duktif yang lebih lestari tanpa harus melakukan penambang-an
Optimalisasi manfaat kawasan hutan
Mencegah pertambangan pada kawasan Hutan Lindung
Mendorong kegiatan kemitraan melalui tumpang sari
Kurang sejahtera dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di dalam dan disekitar hutan.
Mengembangkan program pemanfaatan hutan pro-poor.
Mengoptimalkan potensi keanekaragaman hayati.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan jasa lingkungan
Peningkatan kesejahteraan dengan memberdayaan masyarakat melalui kemitraan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 9
Tabel 5.3. Strategi kombinasi Kelemahan (Weakness) dan Peluang (Opportunity) dalam Analisis SWOT
W – O Masih banyak kawasan belum ditata batas
Sebagian besar wilayah sudah dibebani ijin HKm
Rendahnya kontribusi sek-tor kehutanan terhadap pen-dapatan asli daerah Lampung Tengah
Masih rendahnya pemahaman multipihak terhadap
KPHL Unit VII (Way Waya)
Belum lengkap-nya data potensi kawasan
Kurangnya sumber daya manusia pada unit Pengelola
KPHL Unit VII (Way Waya)
Hubungan dan koordinasi dengan pihak terkait belum terbangun dengan baik
Kurangnya Sarpras Opersional
KPHL Unit VII (Way Waya)
Pendanaan yang belum mencukupi kegiatan
Dukungan Kebijakan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPHL Unit VII (Way Waya).
Mengusulkan kegiatan tata batas melalui koordinasi dengan BPKH XX menggunakan dana APBN dan APBD
Membangun kesepaham-an dengan masyarakat tentang pelestarian hutan
Mengembangkan usaha usaha produktif berbasis kehutanan
Melakukan sosialisasi tentang
KPHL Unit VII (Way Waya)secara terus menerus kepada semua pihak
Membangun data base
KPHL Unit VII (Way Waya)
Pengembangan SDM secara terus menerus sesuai kebutuhan
KPHL Unit VII (Way Waya)
Penambahan sarpras melaui pendanaan dari pusat dan daerah serta donatur yang tidak mengikat
Berkoordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan swasta untuk mendukung kegiatan KPHL UNIT VII (WAY WAYA)
Perangkat peraturan perundang-undangan serta kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Mengimplementasikan berbagai aturan dalam pengelolaan hutan
Melaksanakan berbagai kebijakan yang mendukung pola pengelolaan hutan partisipatif/ dorangan kemitraan kepada pemegang izin
Menerapkan peraturan yang ada untuk meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli daerah
melaksanakan sosialisasi berbagai kebijakan kehutanan kepada pihak pihak terkait
Menghim-pun berbagai peraturan kebijakan pengelolaan hutan
memanfaatkan berbagai kebijakan yang ada untuk me-ningkatkan SDM KPHL UNIT VII (WAY WAYA)
Penambahan sarpras berdasarkan regulasi yang ada
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 10
W – O Masih banyak kawasan belum ditata batas
Sebagian besar wilayah sudah dibebani ijin HKm
Rendahnya kontribusi sek-tor kehutanan terhadap pen-dapatan asli daerah Lampung Tengah
Masih rendahnya pemahaman multipihak terhadap
KPHL Unit VII (Way Waya)
Belum lengkap-nya data potensi kawasan
Kurangnya sumber daya manusia pada unit Pengelola
KPHL Unit VII (Way Waya)
Hubungan dan koordinasi dengan pihak terkait belum terbangun dengan baik
Kurangnya Sarpras Opersional
KPHL Unit VII (Way Waya)
Pendanaan yang belum mencukupi kegiatan
Dukungan lembaga-lembaga kemasyarakatan terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
Kerjasama dalam pembinaan dan pendampingan kelompok masyarakat kemitraan
melaksanakaan pendampingan program kemitraan dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan
Kerjasama dengan NGO dan dana donor terkait pengeloaan hutan demi peningkatan APBD dari sektor Kehutanan
Pembangunan Hubungan dan kerjasama dengan lembaga kemasyarakatan dalam identifikasi dan inventarisasi potensi kawasan hutan
Kerjasama peningkatan kualitas SDM pengelola
KPHL Unit VII (Way Waya)
Pembangunan hubungan dan kerjasama dengan lembaga kemasyarakatan dalam pengelolaan hutan
Meningkatnya minat masyarakat terhadap usaha kehutanan bukan kayu.
Melakukan kerjasama tata hutan Blok Resort terkait kegiatan investasi pada.
Berkolaborasi dengan pemegang izin dalam pemanfaatan potensi hasil hutan bukan kayu
Menyediakan informasi peluang investasi sektor kehutanan.
Melakukan so-sialisasi terus menerus kepa-da semua pihak termasuk kepada investor.
Mengoptimalkan potensi HHBK yang bernilai bisnis dengan memberdayakan masyarakat
Kerjasama dengan NGO dan investor terkait pengelolaan hutan.
Membina hubungan dengan stakeholders dalam pengembangan potensi hasil hutan bukan kayu
Penambahan sarpras operasional yang mendukung pengembangan hasil bukan kayu
Berkoordinasi dengan pusat, daerah, dan swasta dalam pembinaan/pendampingan masyarakat
Dukungan Program Pendidikan dan Pelatihan Teknis Kehutanan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kahutanan;
Sosialisasi batas kawasan yang telah ada
Peningkatan kemampuan SDM melalui diklat pengelolaan pada wilayah yang telah dibebani izin
Pembentukan koperasi terkait pengelolaan hasil hutan non kayu
Sosialisasi KPHL Unit VII (Way Waya)
Pengikutserta-an SDM untuk diklat dalam rangka peningkatan kemampuan
Mengoptimalkan SDM yang ada dan berkoordinasi dengan pusat dan daerah dalam rangka
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 11
W – O Masih banyak kawasan belum ditata batas
Sebagian besar wilayah sudah dibebani ijin HKm
Rendahnya kontribusi sek-tor kehutanan terhadap pen-dapatan asli daerah Lampung Tengah
Masih rendahnya pemahaman multipihak terhadap
KPHL Unit VII (Way Waya)
Belum lengkap-nya data potensi kawasan
Kurangnya sumber daya manusia pada unit Pengelola
KPHL Unit VII (Way Waya)
Hubungan dan koordinasi dengan pihak terkait belum terbangun dengan baik
Kurangnya Sarpras Opersional
KPHL Unit VII (Way Waya)
Pendanaan yang belum mencukupi kegiatan
penambahan personil
Menguatnya peran pemerintah daerah dalam pengelolaan kawasan hutan
Pelibatan pihak – pihak terkait dari unsur pemda, tokoh masyarakat dan pihak terkait lainnya dalam review tata batas
Monitoring dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh pemegang izin
Berkolaborasi dengan pemegang izin HKm dalam penigkatan hasil produksi sehinngga PSDH meningkat
Sosialisasi keberadaan Unit VII (Way Waya) ke pada para pihak dengan pelibatan UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Fasilitasi Kemenhut dalam pemenuhan data
Mengirim-kan staf KPHL Unit VII (Way Waya) untuk mengikuti program pelatihan yang relevan pada DIKLAT Teknis Kehutanan
Dukungan Kebijakan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah untuk mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPHL Unit VII (Way Waya).
Bersinergi dengan pemerintah daerah dalam penataan batas hutan
Membangun hutan dengan berbasis memberdayakan masyarakat sekitar
Dukungan regulasi yang berpihak kepada peran KPHL Unit VII (Way Waya)
Mensosialisasikan peran KPHL Unit VII (Way Waya) kepada daerah daerah sekitar kawasan hutan
Bekerjasa-ma dengan pemerintah daerah dalam penanganan masalah hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 12
Tabel 5.4. Strategi Kombinasi Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threat) Dalam Analisis SWOT
W – T Masih banyak kawasan belum ditata batas
Seluruh wilayah sudah dibebani ijin HKm
Rendahnya kontribusi sektor kehutanan terhadap pendapatan asli daerah Lampung Tengah
Masih rendahnya pemahaman multipihak terhadap KPHL Unit VII (Way Waya)
Belum lengkap-nya data potensi kawasan
Kurangnya sumber daya manusia pada unit Pengelola KPHL Unit VII (Way Waya)
Hubungan dan koordinasi dengan pihak terkait belum terbangun dengan baik
Kurangnya Sarpras Opersional KPHL Unit VII (Way Waya)
Pendanaan yang belum mencukupi kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Terancamnya
sumber daya
flora dan fauna.
Pengukuhan tata batas dengan melibatkan pihak2 terkait
Berkolaborasi dengan pemegang izin dalam perlindungan flora dan fauna
Berkolaborasi dengan pemegang izin HKm dalam peningkatan produksi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
Melakukan sosialisassi tentang KPHL Unit VII (Way Waya) dan perlindungan terhadap flora dan fauna yang dilindungi
Identifikasi dan inventarisasi flora dan fauna yang ada di Unit VII (Way Waya)
Mengoptimalkan SDM yang ada dan memberdayakan masyarakat sekitar dalaam perlindungan flora dan fauna
Pelibatan stakeholders dalam perlindungan flora dan fauna
di KHPL Unit VII (Way Waya)
Penambahan sarpras operasional yang mendukung perlindungan flora dan fauna
Menjalin kerjasama dengan pihak – pihak yang perduli dengan kelesatarian flora dan fauna
Meningkatnya
jumlah
penduduk yang
memanfaatkan
kawasan hutan
(merambah)
Review dan pemeliharaan pal batass
Mendorong pemegang izin member-dayakan masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui kemitraan
Melakukan sosialisasi KPHL Unit VII (Way Waya) kepada masyarakat miskin
Pemberdaya-an masyarakat sekitar dalam rehabilitasi hutan
Melakukan pendataan keluarga miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan
Mengoptimal-kan SDM yang ada dalam sosialisasi atau penyuluhan terhadap masyarakat
Membangun koordinasi dengan stakeholders dalam melakukan penyuluhan terhadap masyarakat
Penambahan sarpras operasional yang mendukung kegiatan penyuluhan
Berkoordinasi dengan pemerintah pusat, peme-rintah daerah dan pihak – pihak yang perduli akan kelestarian hutan
Rendahnya
kesadaran
masyarakat dan
pengusaha
dalam
pelestarian
alam.
Sosialisasi dan ajakan kepada masyarakat melalui program perlindungan flora dan fauna secara partisipatif
Berkolaborasi dengan pemegang izin untuk melakukan sosialisasi tentang pelestarian alam
Sosialisasi untuk pemahaman masyarkat pentingnya fungsi kawasan hutan bagi lingkungan dan ekonomi masyarakat serta penyumbang PAD
Sosialisasi tentang peran KPHL Unit VII (Way Waya) dalam pelestarian alam dan meningkatkan kesadaran masyarkat akan kelestarian linngkungan
Melakukan identifikasi dan sosialisasi terhadap masyarakat dan monitoring terhadap kegiatan pengusaha
Pelibatan stakeholders dan tokoh masyarakat dalam sosialisasi
Membangun hubungan dengan lembaga kemasyarakatan dalam sosialisasi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 13
Tingginya kebutuhan lahan untuk kegiatan diluar Kehutanan
Mengem-bangkan pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus
Monitoring dan evaluasi kegiatan pemgang izin untuk mengoptimal-kan manfaat kawasan hutan
Melakukan sosialisasi pentingnya fungsi kawasan hutan dan proaktif bersama pemegang izin dalam pengelolaan hutan
Melakukan pendataan penduduk yang memanfaat-kan kawasan
Penambahan sarpras operasional yang mendukung kegiatan HHBK
Kurang sejahtera dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di dalam dan disekitar hutan.
Mengembang-kan pola pemanfaatan kawasan untuk tujuan khusus
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat sekitar
Menggiatkan penyuluhan kehutanan
Mendorong pemegang izin HKm untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan dalm berbagai bidang.
Identifikasi dan inventarisasi sosial ekonomi masyarakat sekitar
Pemberdaya-an atau pelibatan masyarakat sekitar dalam identifikasi sosial ekonomi masyarakat
Membangun koordinasi dan kerjasama dengan stakeholders dalam peningkatan kesejahteraan masyarkat sekitar
Penambahan sarpras operasional yang mendukung kegiatan ekonomi masyarakat sekitar
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 14
Tabel 6. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, Kombinasi Faktor (Strategi) dan Sasaran Program Indikatif
VISI
“Pengelolaan hutan lestari secara berkelanjutan dan mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”
Misi Tujuan Kombinasi Faktor (Strategi)
Sasaran Program
I. Membangun wilayah dan kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya) yang mantap
1. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai penyangga lingkungan
1. Memantapkan tata batas hutan bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui UPT dan pemegang izin serta pemerintah daerah
1. Wilayah kelola KPHL Unit VII (Way Waya), patok batas dan patok blok pengelolaan
2. Berkolaborasi dengan pemegang izin dan sakeholders dalam pengamanan dan perlindunngan kawasan hutan
2. Peningkatan eksistensi kawasan
3. Mengembangkan program perlindungan flora dan fauna secara partisipatif.
3. Mempertahankan flora dan fauna enedemik
4. Melestarikan hutan dengan membangun kesepahaman dengan masyarakat tentang pelestarian hutan dan mendorong keluarnya PERDA perlindungan hutan
4. Kelestarian suplai jasa lingkungan
II. Memperkuat kelembagaan KPH dalam mengemban misi pengelolaan kawasan hutan
1. Peningkatan kemampuan SDM Aparatur KPH
1. Pengembangan SDM untuk pemanfaatan dan perlindungan keanekargaman hayati, melakukan pendekatan partisipatif, serta mengikuti pelatihan pelatihan pada Diklat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan pada berbagai peluang pelatihan lain yang relevan
1. Pengembangan dan Pemantapan skill aparat KPHL Unit VII (Way Waya)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 15
2. Membangun Data Base KPHL Unit VII (Way Waya) berisi data social, ekonomi, kebijakan, dan fisik, termasuk daftar keluarga miskin yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan, data flora dan fauna, serta pendataan penduduk yang memanfaatkan kawasan hutan
2. Peningkatan akurasi informasi dalam pengelolaan hutan.
2. Meningkatkan Penyadaran para pemangku kepentingan melalui sosialisasi dan penyuluhan kehutanan
Menggiatkan sosialisasi dan penyuluhan kehutanan terkait, KPHL Unit VII (Way Waya), jasa lingkungan, perlindungan dan pemanfaatan hutan, pengelolaan hutan lestari, keanekaragaman hayati dan manfaatnya untuk kehidupan masyarakat, peraturan perundang-undangan, kebijakan kehutanan, dan perdagangan Carbon kepada pihak pihak yang berkepentingan
Peningkatkan pemahaman tentang peran jasa lingkungan dan pengelolaan hutan lestari
III. Pengelolaan sumberdaya hutan dan lahan yang optimal secara partisifatif, kolaboratif, lestari dan berkelanjutan;
1. Meningkatkan penerimaan daerah dan pendapatan masyarakat dari jasa lingkungan
1. Mengoptimalkan pemanfaatan jasa lingkungan melalui penjagaan fungsi tangkapan air, mempromosikan jasa lingkungan, mengembangkan pola pola pembayaran jasa lingkungan, memasarkan hasil hutan non kayu dengan melibatkan masyarakat terutama rumah tangga miskin serta mengoptimalkan jasa lingkungan sebagai sumber penerimaan KPHL Unit VII (Way Waya)
1. Peningkatkan peran serta masyarakat daerah dalam pengelolaan hutan
2. Meningkatkan kontribusi sektor kehutanan dalam pendapatan asli daerah dengan mengaplikasikan berbagai peraturan yang ada
2. KPHL Unit VII (Way Waya) sebagai penyumbang PAD
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 16
3. Melakukan kajian dampak pertambangan terhadap kawasan hutan dan mencegah mencegah pertambangan pada kawasan HP sebelum ada kajian akademik dan mendorong usaha produktif yang lebih lestari tanpa harus melakukan penambangan
3. Penghimpunan sumberdana dan sumberdaya stakeholders
2. Memanfaatkan hutan secara optimal sesuai dengan fungsi dan peruntukannya untuk mendorong pengembangan ekonomi berbasis kehutanan,
1. Mengembangkan pemanfaatan, perlindungan, dan kelestarian keanekaragaman hayati.
1. Peningkatan nilai ekonomi hutan
2. Membangun ekonomi masyarakat berbasis hasil hutan dan keanekaragaman hayati
2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan
3. Menciptakan manfaat ekonomi hutan sesuai fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekita hutan
IV. Pengembangan produk barang (kayu dan non kayu) dan jasa kehutanan yang ramah lingkungan, kompetitif dan bernilai tambah serta berbasis kearifan lokal
1. Meningkatkan aspek pemasaran baik itu HHBK, jasa lingkungan dan ekowisata di tingkat nasional dan internasional melalui website KPH, Kabupaten Lampung Tengah, Asosiasi KPH yang telah ada
1. Kegiatan pembuatan dan pengorganisasian website KPHL Unit VII (Way Waya) yang memuat semua informasi pengelolaan yang sudah dilakukan oleh KPHL Unit VII (Way Waya), salah satunya kawasan wisata
1. Website Dinas Kehutanan
2. Kegiatan pemasaran yang dilakukan adalah mempermudah proses publikasi potensi sumberdaya alam yang ada dan yang telah diolah oleh Unit V Lampung Tengah terhadap publik.
2. Tersosialisasikannya manfaat keberadaan KPHL Unit VII (Way Waya), hasil produksi beserta nilai tambahnya.
V. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan hutan yang adil
1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan
1. Mengembangkan pola pola pemanfaatan hutan yang mendorong meningkatnya fungsi
1. Peningkatan kelestarian ekonomi dan ekologi hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 17
dan bertanggung jawab demi kesejahteraan masyarakat
(Mendorong pola kemitraan)
kawasan dan juga menjadi sumber sumber pendapatan masyarakat
2. Mengentasan kemiskinan dengan melibatkan keluarga miskin dalam rehabilitasi hutan dan melibatkan masyarakat miskin dalam kegiatan pemanfaatan hasil hutan, serta mengembangkan agroforestry
2. Berkurangnya keluarga miskin di sekitar hutan
3. Mengeluarkan masyarakat dari keterisoliran
3. Daerah terpencil
2. Memberikan akses pengelolaan hutan kepada masyarakat sekitar dan dalam kawasan hutan melalui kemitraan dan izin Hkm.
Mengurangi konflik kehutanan dan meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat
1. Membangun ekonomi masyarakat berbasis hasil hutan dan keanekaragaman hayati
2. Menyelesaikan konflik kehutanan dengan masyarakat bekerjasama pihak – pihak tekait
3. Membangun Pola kemitraan bersama Pemgang izin dan pihak – pihak terrkait.
3. Mengembangkan teknik agroforestry dalam pemanfaatan lahan hutan yang menyediakan ragam kebutuhan masyarakat
1. Tersedianya teknik agroforestry di tingkat masyarakat
1. Pemanfaatan jasa lingkungan terkait perdagangan Carbon dengan mempersiapkan masyarakat sekitar hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 18
2. Melakukan penanaman pohon pada kawasan yang diokupasi dengan pola agroforestry dan menyiapkan mekanisme REDD + untuk memberikan insentif pengelolaan hutan jangka panjang kepada masyarakat
VI. Pelestarian dan perlindungan sumberdaya hutan pada kawasan KPHL Unit VII (Way Waya)
1. Merehabilitasi hutan yang kurang produktif atau kritis (melalui evaluasi RKU/RKT Pemegang izin HKm)
1. Merevitalisasi fungsi kawasan hutan yang ada dalam wilayah kerja KPHL Unit VII (Way Waya).
1. Meningkatkan produksi hasil hutan non-kayu yang dijadikan produk unggulan.
2. Melakukan reboisasi pola penuh maupun pengkayaan dengan kombinasi tanaman tanaman kehidupan/MPTS,
1. Peningkatan peran sektor kehutanan dalam PAD
3. Meningkatkan produksi penanaman tanaman penghasil HHBK melalui budidaya species lokal, penyediaan bibit, dengan menjalin kemitraan bersama masyarakat sekitar kawasan.
1. Peningkatan produksi HHBK bernilai ekonomi tinggi.
4. Mengembalikan kondisi tutupan kawasan hutan dengan tanaman multi guna.
2. Peningkatan tutupan hutan
5. Menyusun panduan panduan investasi sektor kehutanan, menyediakan informasi peluang investasi sektor kehutanan, serta merancang pola investasi tiga pihak; masyarakat, investor, dan KPHL Unit VII (Way Waya)
Naskah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 19
4.3. Proyeksi
Kondisi hutan dan pengelolaan hutan di Kabupaten Lampung
Tengah tidak bisa dipisahkan dari kecendrungan-kecendrungan isu terkait
pengelolaan hutan masa depan. Oleh sebab itu pengelolaan hutan dalam
wilayah kerja KPHL Unit VII (Way Waya) harus diproyeksikan pada
kecendrungan-kecendrungan regional, nasional dan global tersebut. Isu-
isu tersebut mencakup spektrum yang cukup luas yaitu sosial, ekonomi,
budaya, politik dan lingkungan.
4.3.1 Blok Lindung pada KPHL Unit VII (Way Waya)
Blok Lindung pada kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) merupakan
blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air, perlindungan satwa,
dan perlindungan keanekaragaman hayati lainnya.
Kriteria blok lindung ini antara lain:
1. Termasuk dalam kriteria kawasan lindung dan
2. Pada RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam kawasan untuk
perlindungan hutan alam dan kawasan rehabilitasi.
Proyeksi ekologi 10 tahun ke depan untuk blok lindung dapat
berupa:
- Perencanaan dan penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan
dengan sasaran dihasilkannya peta perencanaan dan rehabilitasi
kawasan yang dijadikan dasar pengelolaan kawasan blok lindung, baik
secara ekonomi, sosial dan budaya; terdapatnya pengaturan produksi
pada kawasan blok lindung yang direncanakan sesuai daya dukung
kawasan KPHL Unit VII (Way Waya); dan terehabilitasinya lahan-lahan
kritis pada kawasan blok lindung dengan berbagai jenis pohon
unggulan lokal (endemik) dan komersial.
- Identifikasi dan Inventarisasi blok lindung dan tata batas kawasan
KPHL Unit VII (Way Waya) dengan output tersedianya data potensi
hutan pada kawasan blok lindung; terdefinisikanya masing-masing
peruntukan kawasan blok lindung beserta batas-batasnya pada
Naskah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 20
kawasan KPHL Unit VII (Way Waya); dan adanya fakta bahwa
sebagian besar blok lindung pada KPHL Unit VII (Way Waya) sudah
mengalami degradasi akibat perambahan sehingga hanya tersisa
beberapa petak saja yang masih terlindungi dengan baik dan lestari.
- Pengukuhan dan pemantapan blok lindung pada KPHL Unit VII (Way
Waya) bersama – sama dengan pemegang izin (Kelompok Tani Hkm
dan atau Gapoktan) dengan sasaran terwujudnya kesepahaman
bersama terhadap blok lindung agar pengelolaan atau
pemanfaatannya secara ekonomi, sosial dan budaya tidak
mempengaruhi fungsi ekologi kawasan tersebut; dan terwujudnya
pengelolaan blok lindung yang memperhatikan aspek ekonomi, ekologi,
dan sosial dengan memperhatikan keberadaan masyarakat sekekitar.
4.3.2 Blok Pemanfaatan pada KPHL Unit VII (Way Waya)
Blok pemanfaatan di kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) merupakan
kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan kehutanan. Blok pemanfaatan
yang ada di wilayah KPHL Unit VII Way Waya merupakan wilayah yang
telah dimanfaatkan dan dikelola oleh masyarakat yang telah memperoleh
izin ataupun yang saat ini sedang dalam proses pengurusan izin usaha
pemanfaatan hutan. Dan tentunya blok daerah yang akan dimanfaatkan
oleh KPHL sebagai unit kelolanya dengan luas ± 18.042 hektar
4.3.3 Blok Pemanfaatan untuk Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan P.39/Menhut-II/2013 tentang pemberdayaan masyarakat
melalui kemitraan pada kawasan hutan yang belum dibebani izin
pemanfaatan maka kemitraan bisa dilakukan antara KPHL Unit VII (Way
Waya) dengan masyarakat.
Kriteria blok ini, adalah:
1. Belum dibebani izin pemanfaatan
2. Belum menarik minat pihak ketiga untuk memanfaatkannya.
Naskah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB IV - 21
3. Wilayah tertentu yang berada diperbatasan kawasan atau berada di
sekitar pemukiman penduduk
Proyeksi 10 tahun ke depan untuk blok pemberdayaan dapat berupa:
o Membentuk dan membina kelompok-kelompok masyarakat di bidang
kehutanan berbasis Dusun/kelompok sebagai mitra pemegang izin
dalam pengelolaan hutan dengan sasaran masyarakat mandiri sesuai
komoditas unggulan setempat dalam upaya memanfaatkan blok
pemberdayaan.
o Pelatihan dan pendampingan pengelolaan komoditas kehutanan dan
penanganan pasca panennya dengan sasaran meningkatnya
kemampuan manajerial dan teknis masyarakat dalam pengelolaan
komoditas kehutanan untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas
produk
o Pengembangan potensi lainnya yang mempunyai nilai bisnis sebagai
hasil tambahan masyarakat dan kemandirian KPHL Unit VII (Way
Waya).
BAB V
Rencana pengelolaan hutan di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL) Unit VII (Way Waya) tahun 2016—2025 sesuai dengan
arahan Peraturan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Nomor:
P.5/VII-WP3H/2012 dan kondisi KPHL Unit VII (Way Waya) adalah
sebagai berikut:
5.1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutan
Kegiatan inventarisasi pada seluruh kawasan KPHL Unit VII (Way
Waya) dilakukan bersama pemegang izin HKm yang bertujuan
mengumpulkan dan menyajikan data lapangan terkini, sesuai dengan
perubahan – perubahan yang terjadi pada tingkat tapak. Dinamika
tersebut akan terukur bila dilakukan inventarisasi berkala terhadap
potensi, karakteristik bentang alam, kondisi sosial ekonomi, serta data
informasi lainnya
Kegiatan tersebut pelaksanaannya diseluruh blok pengelolaan agar
data yang tersaji pada pemegang izin HKm dan KPHL Unit VII (Way
Waya) sinkron. Kegiatan ini dilaksanakan secara kolaboratif antara
pemegang izin HKm dan KPHL Unit VII (Way Waya) dengan sumber
anggaran dari pemegang izin HKm / APBD / APBN. Secara lebih
sepesifik, inventarisasi ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi
yang berkaitan dengan potensi sumber daya hutan. Potensi sumber daya
hutan ini meliputi sumber daya biofisik dan sosial ekonomi.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 2
Tabel 7. Jumlah Plot Inventarisasi Hutan dalam Blok Pengelolaan
Uraian Jumlah Lokasi (Resort)
Blok Lindung 5.500 Ha Selagai Lingga, Sendang
Agung, Pubian
Blok Pemanfaatan HHBK 18.042 Ha Selagai Lingga, Sendang
Agung, Pubian
Blok Pemberdayaan 795 Ha Selagai Lingga, Sendang
Agung Pubian
Grand Total 24.337 Ha
Dalam melaksanakan inventarisasi maka diperlukan survei
lapangan untuk mengumpulkan data dan informasi secara spesifik dari
komponen-komponen penyusun sumber daya alam hayati dan ekosistem,
yang mencakup pengukuran atas jenis, populasi, penyebaran, sex-ratio,
kerapatan/kelimpahan populasi, status kelangkaan, permasalahan dan
sebagainya dari potensi dan kekayaan sumber daya alam hayati dan
ekosistem, termasuk sosial ekonomi budaya masyarakat di dalam dan di
sekitar kawasan KPHL Unit VII (Way Waya). Kegiatan survei lapangan
pada seluruh kawasan akan diselesaikan bertahap maksimal dalam tiga
tahun dengan selang waktu lima tahun sekali.
Inventarisasi potensi dilakukan melalui tahapan kegiatan eksplorasi dan
survei lapangan. Praktek kegiatan eksplorasi, survei, inventarisasi,
evaluasi/penilaian dan monitoring mencakup pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan metoda dan teknik
dalam pelaksanaan kegiatan.
Tujuan dilaksanakannya inventarisasi berkala wilayah kelola dan
penataan hutan yaitu tergambarnya kondisi riil dan tersedianya data
sumberdaya hutan serta lingkungan secara lengkap; Adanya pengakuan
dan kepastian hukum batas wilayah KPHL Unit VII (Way Waya) dan
kepastian wilayah yang dapat dikelola oleh KPHL Unit VII (Way Waya)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 3
Adapun rencana sub-kegiatannya sebagai berikut.
1. Koordinasi dan sinkronisasi wilayah kelola dengan pemegang izin
HKm dalam penataan hutan terkait dengan rencana pengembangan
HHBK dan kemitraan
2. Sosialisasi tata batas kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) pada lokus
desa sekitar Kawasan KPHL Unit VII (Way Waya)
3. Orientasi batas luar kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) agar
terbentuk kesepahaman wilayah kawasan KPHL Unit VII (Way Waya).
4. Pemeliharaan pal batas untuk mencegah terjadinya hal–hal yang
merugikan.
5. Inventarisasi potensi kayu, HHBK, vegetasi, jasa lingkungan dan
sosial ekonomi sebagai dasar dalam penyusunan rencana bisnis
6. Review pal batas blok dan petak yang telah dilakukan oleh pemegang
izin HKm untuk mempermudah monitoring dan evaluasi kegiatan yang
telah dilakukan pemegang izin HKm yang akan disinkronkan dengan
fungsi kawasan dan daya dukung lahan
7. Identifikasi dan inventarisasi keanekaragaman satwa untuk melindungi
atau menjaga keanekaragaman hayati agar tidak punah.
5.2. Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu
Pada area Kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) telah dibebani izin
HKm, KPHL Unit VII (Way Waya) akan berkoordinasi dan berkolaborasi
dengan pemegang izin HKm dalam pengoptimalan manfaat kawasan
hutan terutama blok lindung yang tidak termanfaatkan.
Pada kondisi wilayah tertentu yang belum dibebani izin pada
wilayah KPHL Unit VII (Way Waya), maka KPHL Unit VII (Way Waya)
akan berkoordinasi dengan pemegang izin HKm dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan kawasan dengan mendorong pelibatan atau
pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan pada hasil hutan kayu dan
getah karet serta KPHL Unit VII (Way Waya) akan berkolaborasi dengan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 4
pemegang izin HKm untuk mengembangkan potensi HHBK, Jasling–
Ekowisata, dan pengembangan kawasan untuk pendidikan dan penelitian.
1) Pengembangan Hasil Hutan Non-kayu
Hasil Hutan Non-kayu yang dapat dikembangkan pada KPHL Unit
VII (Way Waya) adalah hasil sampingan dari jenis tanaman MPTS, lebah
madu, tanaman obat, rotan dan Jasa Lingkungan. Pemanfaatan Hasil
Non-kayu KPHL Unit VII (Way Waya) diarahkan pada lokasi yang dekat
masyarakat dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Alasannya
karena tingginya minat masyarakat untuk ikut dalam mengelola hutan dan
tingkat konflik ataupun potensi konflik yang terdapat dalam kawasan
dimaksud.
Pemanfaatan hasil hutan non-kayu akan dilakukan dengan satu
atau lebih sistem silvikultur, sesuai dengan karakteristik sumber daya
hutan dan lingkungannya. Usaha pemanfaatan meliputi kegiatan
pemanenan, pemasaran hasil, pengayaan, penanaman, pemeliharaan
sesuai dengan rencana pengelolaan hutan yang telah ditetapkan.
Pemanfaatan hasil hutan non-kayu di KPHL Unit VII (Way Waya)
dikelola melalui sistem pengelolaan lestari (PHL). Konsep PHL
menekankan pada usaha pemanfaatan hasil hutan non-kayu dengan
mempertimbangkan kelestarian fungsi ekosistem hutan dan fungsi sosial
secara terus menerus. Ketiga fungsi tersebut harus terkait satu sama lain
dan harus dikelola secara proporsional dan terintegrasi.
Kegiatan pengelolaan dan pengembangan tanaman kayu penghasil
produk non-kayu di kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) diarahkan pada :
a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lampung Tengah
pada umumnya dan masyarakat disekitar wilayah KPHL Unit VII (Way
Waya) pada khususnya.
b. Peningkatan pelayanan publik terutama pada penyediaan sarana
pasca panen bagi masyarakat sekitar wilayah KPHL Unit VII (Way
Waya) dan untuk kepentingan pembangunan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 5
Dalam pengembangan pemanfaatan hasil hutan non-kayu di
kawasan KPHL Unit VII (Way Waya), diperlukan strategi, regulasi dan
langkah-langkah seperti :
a. Analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
b. Pemetaan dan analisis kelayakan dari pengembangan pemanfaatan
hasil hutan non-kayu.
c. Prospek bisnis/kecenderungan pasar, termasuk identifikasi kelompok
sasaran atau pihak-pihak yang merupakan penerima manfaat dan
keuntungan komersial dari potensi hasil hutan non-kayu.
d. Analisis kebijakan dalam penyelenggaraan pemanfaatan hasil hutan
non-kayu.
e. Konsep atau model kerjasama pengelolaan pemanfaatan hasil hutan
non-kayu yang akan dikembangkan.
f. Sistem mekanisme pelibatan dan partisipatif dari para pihak dalam
penyelenggaraan pemanfaatan hasil hutan non-kayu..
g. Kontribusi pemanfaatan hasil hutan non-kayu bagi pemberdayaan
masyarakat lokal.
h. Mekanisme pembagian manfaat dan keuntungan antara KPHL Unit VII
(Way Waya) dengan para pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
pemanfaatan hasil hutan non-kayu di dalam kawasan KPHL Unit VII
(Way Waya).
Para pihak yang terlibat dalam kerjasama ini antara lain PHKA,
Pemerintah Provinsi, Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian, Dinas Pariwisata dan
Kebudaayan, Badan Penanaman Modal, Badan Lingkungan Hidup,
Camat, Desa, BPD, Kelompok Masyarakat Lainnya, Lembaga Swadaya
Masyarakat, dan Lembaga Penelitian dan Pendidikan.
Pengusahaan kegiatan pemanfaatan hasil hutan non-kayu di KPHL
Unit VII (Way Waya) ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi pemanfaatan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 6
sumber daya alam di kawasan KPH, menjamin keberlanjutan upaya
pelestarian ekosistem di dalam kawasan KPHL Unit VII (Way Waya).
Selain pemanfaatan hasil hutan non-kayu dari blok pemanfaatan,
pemanfaatan hasil hutan non-kayu juga dapat dilakukan pada kawasan
(blok) lindung.
Akan tetapi potensi hasil hutan non-kayu pada blok lindung pada
areal yang dapat digunakan untuk pemanfaatan adalah rendah, sebagian
besar adalah kawasan hutan alami. Oleh sebab itu kegiatan silvikultur
perlu dilakukan dengan menanam spesies kayu endemik untuk
penyelamatan jenis – jenis yang hampir punah namun juga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pihak yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan hasil hutan non-
kayu harus mendapatkan layanan yang optimal agar pemanfaatan SDH
dapat berkembang secara optimal, hal tersebut dapat dicapai melalui
upaya-upaya kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai sistem
insentif yang disediakan oleh KPHL Unit VII (Way Waya), kejelasan
informasi mengenai produk hasil hutan non-kayu yang dikemas secara
menarik, apik, lengkap dan mudah dimengerti. Peranan regulasi dan
perangkat pelaksanaan penyelenggaraan pemanfaatan kayu serta bentuk
layanan yang disediakan KPHL Unit VII (Way Waya) bagi pihak yang
terlibat kegiatan pemanfaatan hasil hutan non-kayu dengan dukungan
ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya.
a. Pengelolaan kegiatan pemanfaatan hasil hutan non-kayu termasuk
membangun kerangka kelembagaan dan model kerjasama kolaboratif
antara KPHL Unit VII (Way Waya) dengan para pihak dalam
pengusahaan dan investor. Penyusunan strategi dan program untuk
menjaring pengusaha berinvestasi di KPHL Unit VII (Way Waya)
dengan mekanisme komunikasi antara KPHL Unit VII (Way Waya)
dengan pengusaha dan investor serta meningkatkan kepercayaan
publik terhadap KPHL Unit VII (Way Waya).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 7
Beberapa kegiatan jangka panjang untuk mensukseskan program ini,
antara lain :
a. Pengembangan produk hasil hutan non-kayu.
b. Peningkatan investasi pengusahaan kegiatan pemanfaatan hasil
hutan non-kayu.
c. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan kegiatan pemanfaatan
hasil hutan non-kayu.
d. Pengembangan jaringan pengusahaan.
e. Membangun mekanisme kontribusi pemanfaatan hasil hutan non-
kayu.
f. Membangun sarana dan prasarana pengembangan kegiatan
pemanfaatan hasil hutan non-kayu.
g. Pengembangan sistem informasi pelayanan publik.
2) Pemanfaatan Jasling-Ekowisata
Merupakan upaya pendayagunaan potensi obyek ekowisata
dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan
pemanfaatan dan pelestarian alam. Kegiatan ekowisata dan rekreasi di
dalam wilayah KPHL Unit VII (Way Waya) diarahkan pada beberapa
kegiatan sebagai berikut :
a. Inventarisasi dan identifikasi obyek dan daya tarik ekowisata dalam
kawasan KPHL Unit VII (Way Waya);
b. Inventarisasi, identifikasi dan analisis sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, kecenderungan pasar, kebijakan sektor kepariwisataan
daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang
berada di sekitar kawasan;
c. Pengembangan obyek ekowisata tetap memperhatikan aspek sosial
ekonomi dan budaya masyarakat, kecenderungan pasar, kebijakan
sektor kepariwisataan daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung di sekitar kawasan;
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 8
d. Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya
pemanfaatan potensi obyek ekowisata kawasan KPH dan diarahkan
pada upaya peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang
berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan dan pihak investor.
e. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
pelayanan dan pendayagunaan jasa lingkungan.
f. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar
pengembangan jasa lingkungan.
g. Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya
pemanfaatan potensi jasa lingkungan yang diarahkan pada upaya
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang berusaha bagi
masyarakat sekitar kawasan.
Beberapa lokasi ekowisata potensial yang bisa dikembangkan di wilayah
KPHL Unit VII (Way Waya) adalah:
a. Ekowisata Pemancingan
b. Wisata pengamatan keanekaragaman satwa (bird watching).
c. Wisata pemandian air.
Pengembangan ekowisata di wilayah KPHL Unit VII (Way Waya)
diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada
pengelolaan kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di
sekitar kawasan. Inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata di dalam
kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) perlu dilakukan sebagai langkah
awal untuk pengembangan lebih lanjut. Selanjutnya hal yang perlu
dilakukan adalah kajian sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, kajian
pasar untuk mengidentifikasi potensi pengunjung, kajian pengembangan
kerjasama dengan investor dan masyarakat lokal, promosi dan
pemasaran usaha ekowisata.
Pengembangan ekowisata perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati
karena kehadiran pengunjung akan memberikan dampak pada lokasi
yang dikunjungi. Oleh kerena itu perlu adanya regulasi untuk memberi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 9
rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di kawasan KPHL Unit VII (Way
Waya) tidak menimbulkan kerusakan ekositem dan lingkungan sehingga
mengganggu fungsi pelestarian dan pengawetan alam di KPHL Unit VII
(Way Waya). Dalam membuat regulasi akan mempertimbangkan aspek
ekologi, estetika, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Regulasi juga diarahkan untuk mangatur kontribusi usaha ekowisata untuk
pengelolaan KPHL Unit VII (Way Waya). Paket wisata yang
dikembangkan sebaiknya mengintegrasikan potensi dan aktivitas budaya
masyarakat serta pendidikan lingkungan untuk pengunjung. Agar
ekowisata dapat berkembang maksimal, para pengunjung harus
mendapatkan layanan yang optimal dan memuaskan. Layanan yang perlu
disediakan bagi pengunjung antara lain kemudahan untuk mendapatkan
informasi mengenai objek ekowisata, ketersediaan media informasi
mengenai objek dan lokasi ekowisata yang dikemas secara lengkap,
menarik dan mudah dimengerti, pelayanan akomodasi yang memadai,
pelayanan pemanduan yang profesional dan menarik dilengkapi petunjuk
keselamatan bagi pengunjung yang mengunjungi suatu objek atau lokasi
ekowisata dalam kawasan serta ketersediaan sarana, prasarana dan
fasilitas pendukung lainnya.
Dalam pengusahaan ekowisata, KPHL Unit VII (Way Waya)
berkolaborasi dengan pemegang izin HKm dan stakeholders dari
pemerintah daerah untuk mewujudkan paket wisata yang yang terintegrasi
antara objek wisata daerah dan objek ekowisata di KPHL Unit VII (Way
Waya) sehingga keberadaan KPHL Unit VII (Way Waya) mendapat
support dari Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah.
Perlu dilakukan penyusunan strategi dan regulasi pengusahaan
ekowisata yang mencakup inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata
di KPHL Unit VII (Way Waya), analisis sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat, analisis pasar yaitu identifikasi kelompok atau sasaran atau
pengunjung potensi ekowisata dan kebutuhannya, pengembangan
kerjasama dengan masyarakat lokal, promosi dan pemasaran usaha
ekowisata yang dikukung oleh sistem managemen usaha wisata serta
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 10
mekanisme pelibatan para pihak dalam penyelenggaraan usaha
ekowisata. Adanya regulasi dalam penyelenggaraan ekowisata untuk
memberi rambu-rambu agar kegiatan ekowisata di kawasan KPHL Unit VII
(Way Waya) tidak mengganggu fungsi pelestarian dan pengawetan alam
di KPHL Unit VII (Way Waya), tidak menyebabkan kerusakan ekosistem
dan lingkungan di kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) dan tidak
menggangu keberlanjutan penghidupan masyarakat setempat.
Regulasi penyelenggraan ekowisata mencakup adanya aturan
yang menjamin pelayanan, kenyamanan dan keselematan pengunjung,
kelestarian dan keselamatan ekosistem di sekitar objek ekowisata dengan
mekanisme pelibatan para pihak dan desain kerangka kelembagaan
kolaboratif dalam pengelolaan usaha ekowisata. Kontribusi usaha
ekowisata bagi pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar objek ekowisata
yang dikembangkan dengan dukungan mekanisme pembagian manfaat
dan keuntungan antara KPHL Unit VII (Way Waya) dan para pihak yang
terlibat dalam penyelenggraan ekowisata di kawasan KPHL Unit VII (Way
Waya).
Pengembangan produk ekowisata diarahkan untuk membangun
ekowisata yang berkelanjutan, yaitu ekowisata yang berbasiskan
masyarakat serta mempunyai orientasi pada aspek konservasi
lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal termasuk
peningkatan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi
masyarakat lokal. Disamping itu, diupayakan juga pendidikan publik,
peningkatan pendapatan daerah. Pengembangan produk ekowisata perlu
disesuaikan dengan karakteristik objek dan lokasi ekowisata, kondisi
sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat dan kelompok sasaran
yang menjadi target pasar dari usaha ekowisata itu sendiri. Manajemen
pengelolaan ekowisata termasuk pengembangan kerangka kelembagaan
dan model kerjasama kolaboratif.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 11
Kegiatan-kegiatan jangka panjang dalam program ini, mencakup antara
lain:
a. Penyusunan strategi dan regulasi pengusahaan ekowisata.
b. Pengembangan produk dan pelatihan ekowisata.
c. Peningkatan investasi pengusahaan.
d. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan ekowisata.
e. Pengembangan jaringan ekoturisme.
f. Penyebaran informasi, promosi dan publikasi.
3) Pemanfaatan kawasan pendidikan dan penelitian
Kegiatan ini berhubungan dengan upaya untuk pembangunan KPHL
Unit VII (Way Waya) untuk mengakomodasi kegiatan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Hasil kegiatan penelitian perlu
diarahkan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada dan berkembang.
Kegiatan penelitian terapan umumnya diarahkan untuk memberikan
dukungan bagi upaya membantu penyelesaian masalah pengelolaan
kawasan KPHL Unit VII (Way Waya), dan penelitian murni umumnya
dilakukan dan diarahkan kepada upaya untuk pengembangan lebih lanjut
dari ilmu pengetahuan, yang dapat dilangsungkan dalam kawasan KPHL
Unit VII (Way Waya).
Semua kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) bisa dipakai untuk lokasi
penelitian dari berbagai aspek pengelolaan sumber daya hutan, aspek
sosial ekonomi, kelembagaan, ekologi hutan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun rencana kerja agar tujuan pengelolaan hutan pada
tingkat tapak KPHL Unit VII (Way Waya) bisa tercapai secara optimal.
Diharapkan dengan adanya rencana pemanfaatan untuk penelitian ini
dapat menunjang pemanfaatan, yang meliputi :
a. Output Penelitian untuk mendukung dan diperlukan untuk menunjang
pemanfaatan jenis dan satwa serta budidaya di luar kawasan, seperti
penelitian dalam menunjang pengawetan dan penangkaran jenis.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 12
b. Penelitian yang hasilnya untuk menunjang pemanfaatan dan
budidaya, ditujukan terhadap seleksi jenis tumbuhan dan satwa
dengan kandungan unsur kimia maupun sifat genetiknya dapat
dimanfaatkan, misalnya untuk industri obat-obatan, zat pewarna, dan
lain-lain, benih atau bibit unggul dalam menunjang peningkatan
produksi pangan, sandang dan papan, perbanyakan dan peningkatan
kualitas jenis melalui rekayasa genetik.
Ketentuan tentang kegiatan penelitian di kawasan KPHL Unit VII
(Way Waya) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri atau Keputusan
Gubernur dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu ketentuan yang mengatur tentang tata cara dan
instansi yang berwenang memberi rekomendasi dan/atau izin untuk
melaksanakan penelitian. Kewenangan yang terkait dengan penelitian
pada saat ini dikoordinasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), tidak mengurangi kewenangan Menteri Kehutanan yang
bertanggung jawab untuk mengatur tata cara pelaksanaan penelitian yang
sasaran penelitiannya berlokasi di KPHL Unit VII (Way Waya).
Untuk mendukung pelayanan kegiatan penelitian, KPHL Unit VII
(Way Waya) berkoordinasi dan berkobaorasi dengan pemegang izin HKm
dan pihak terkait antara lain melaksanakan:
a. Identifikasi obyek penelitian mengenai tumbuhan, satwa, ekosistem,
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
b. Penyiapan sistem pelayanan dan materi kegiatan penelitian.
c. Ketersediaan dan dukungan berupa penyediaan stasiun penelitian.
d. Penyiapan sistem data dasar informasi kegiatan penelitian.
e. Penyusunan rencana dan skala prioritas program penelitian.
f. Pengembangan bentuk kerjasama dalam penelitian.
g. Pengembangan sistem dokumentasi, publikasi dan promosi hasil-hasil
kegiatan penelitian maupun referensi yang terkait.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 13
Tujuan dari pemanfaatan wilayah tertentu yaitu optimalisasi
manfaat pengelolaan seluruh kawasan KPHL Unit VII (Way Waya).
Rencana pengelolaan 10 (sepuluh) tahun kedepan yaitu Kawasan KPHL
Unit VII (Way Waya) tidak hanya menghasilkan PSDH melalui hasil hutan
non-kayu, tetapi juga dapat menghasilkan melalui pegembangan potensi–
potensi jasa lingkungan yang bernilai ekonomi dan mampu
menunjang/memberi manfaat terhadap masyarakat dalam dan disekitar
kawasan hutan.
Adapun sub kegiatan yang berkenaan dengan hal tersebut diatas:
sosialisasi pemantapan kawasan; membuat perjanjian kemitraan antara
masyarakat, pemegang izin HKm; identifikasi hasil hutan non-kayu, dan
jasa lingkungan; serta rencana bisnis jasa lingkungan.
5.3. Pemberdayaan Masyarakat
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan masih
tergantung pada sumber daya alam di dalam kawasan KPHL Unit VII
(Way Waya). Untuk itu, pihak pengelola perlu membimbing masyarakat
untuk dapat mengusahakan pengambilan sumber daya alam yang
berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat.
Dengan demikian maka kawasan dapat dikelola sekaligus memberikan
aliran hasil alam dan jasa secara berkelanjutan kepada masyarakat.
Sementara itu pengembangan usaha alternatif perlu dikembangkan
untuk membatasi pengambilan sumber daya alam. Beberapa program
yang akan dilakukan adalah penanaman dan pengayaan spesies jenis
rotan, kayu penghasil getah (jelutung, karet), buah-buahan, gaharu, obat-
obatan dan tanaman berguna lainnya di wilayah-wilayah rehabilitasi serta
lebah madu.
Salah satu kegiatan yang akan dilakukan di blok pemberdayaan
adalah pembangunan kemitraan dengan pemegang izin HKm. Alasan
ditetapkannya kawasan ini sebagai wilayah kemitraan karena 1) kawasan
Hutan sudah ada pemegang izin HKm, 2) dekat dengan permukiman
warga dan 3) terletak di kawasan hutan lindung.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 14
Untuk mendukung kegiatan kemitraan maka diperlukan kajian mendalam
tentang potensi tanaman yang sesuai untuk dikembangkan, secara
ekologi sesuai, secara teknis mudah diusahakan, dan secara ekonomi
menguntungkan. Perlu pengembangan tanaman yang berdaya jual tinggi,
ringan, dan awet, sehingga memudahkan transportasi dan pengiriman dari
wilayah yang terpencil, misalnya bumbu, ekstrak tanaman obat dan lain-
lain.
Guna mendukung program pemberdayaan (Kemitraan) ini, maka
kegiatan-kegiatan makro jangka panjang yang direncanakan mencakup:
1) Peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan usaha-
usaha ekonomi kehutanan non-kayu.
2) Fasilitasi pembentukan kelompok tani hutan, pendampingan,
pendidikan dan pelatihan serta studi banding pengelolaan hutan yang
melibatkan masyarakat.
3) Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan
publik.
4) Koordinasi dan sinkronisasi program dengan lembaga dan instansi
lain lintas sektoral.
5) Penyuluhan kehutanan
Proses penyampaian informasi kepada masyarakat dapat dilakukan
dengan penyuluhan kehutanan. Proses penyuluhan kehutanan adalah
proses pengembangan pengetahuan, sikap dan perilaku kelompok
masyarakat sasaran agar mereka tahu, mau dan mampu memahami,
melaksanakan dan mengelola usaha-usaha kehutanan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, sekaligus mempunyai
kepedulian dan berpartisipasi aktif dalam pelestarian hutan dan
lingkungannya.
Melalui proses penyuluhan yang diperoleh, masyarakat mendapat
pemahaman dari tidak tahu menjadi tahu akan pentingnya menjaga
keutuhan kawasan hutan, sehingga masyarakat mampu melakukan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 15
aktifitas sebagai pemenuhan kebutuhan hidup dengan menerapkan
kegiatan alternatif yang ditawarkan tanpa menimbulkan dampak yang
negatif terhadap kelestarian sumber daya hutan. Penyuluhan
sebaiknya dilakukan pada waktu yang tepat dan materi yang singkat
dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
Pelaksanaan program penyuluhan kehutanan dapat dilakukan
bersama dengan pemegang izin HKm dan pihak-pihak terkait melalui
kegiatan sebagai berikut :
a. Penyusunan Program Penyuluhan.
b. Sosialisasi Peraturan Perundangan.
c. Sosialisasi Kawasan Konservasi.
d. Diskusi Fokus Group.
Proyeksi untuk 10 (sepuluh) tahun kedepan adalah optimalnya
manfaat Kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) melalui pengembangan
potensi – potensi HHBK dan jasa lingkungan dengan melibatkan
masyarakat sekitar sehingga tecipta hubungan harmonis yang saling
menguntungkan dan berdampak positif terhadap kelestarian fungsi
kawasan hutan, dan peningkatan penghasilan anggota kelompok tani
hutan.
5.4 Penyelenggaraan Rehabilitasi pada areal KPHL Unit VII Way Waya
Lampung Tengah
KPHL Unit VII Way Waya semestinya memiliki fungsi sesuai
peruntukannya sebagai hutan lindung yaitu sebagai pengatur tata air,
pencegah banjir, pengendali erosi, dan penjaga kesuburan tanah. Namun
karena faktor alam dan kelalaian manusia seringkali hutan lindung
kehilangan fungsi dan mengalami kerusakan. Untuk itu perlu dilakukan
penyelenggaraan rehabilitasi pada areal KPHL Unit VII Way Waya dengan
tujuan terpulihnya sumberdaya hutan yang rusak sehingga berfungsi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 16
optimal yang dapat memberikan manfaat, menjamin keseimbangan
lingkungan dan tata air.
Dengan upaya rehabilitasi hutan diharapkan dapat memulihkan,
mempertahankan, meningkatkan fungsi hutan sehingga daya dukung,
produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi yang akan dilakukan diarahkan pada
upaya :
a. Peningkatan peran vegetasi dalam pemulihan kualitas lingkungan
dalam aspek hidrologi, perlindungan tanah, stabilitas iklim mikro,
dan penghasil O2 dan penyerap gas-gas pencemar udara
b. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah
c. Peningkatan peranan tegakan bawah dalam upaya mencegah
terjadinya erosi dan sedimentasi
Bentuk kegiatan yang akan dilakukan dalam hal ini adalah :
1. Pembuatan persemaian / kebun bibit
2. Penanaman
3. Pemeliharaan tanaman
4. Sosialisasi, monitoring dan evaluasi hasil penanaman
5.5 Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal yang berizin
Tujuan dari kegiatan pembinaan dan pemantauan bertujuan untuk
menjamin terlaksananya pengelolaan hutan yang baik oleh pemegang izin
HKm yaitu pengelolaan yang tetap menjamin fungsi lindung kawasan
hutan. Sub Kegiatan pembinaan dan pemantauan :
1. Monitoring dan evaluasi kinerja HKm.
2. Pemetaan tutupan lahan dan komoditas HKm.
3. Bimbingan teknis pengelolaan dan pembinaan areal HKm.
4. Pendampingan kelompok tani HKm dalam kemitraan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 17
5. Pendampingan kelompok tani HKm dalam pengolahan pasca
panen produk HKm dan pemasarannya.
Proyeksi 10 (sepuluh) tahun kedepan yaitu rencana kegiatan
pemegang izin HKm sudah memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, dan
sosial serta bersama-sama KPHL Unit VII (Way Waya) melaksanakan
pengelolaan hutan dan memberdayakan masyarakat sekitar. Kinerja HKm
diukur dengan melihat indikasi semakin meningkatnya fungsi lindung
kawasan (semakin menurunnya erosi dan sedimentasi), meningkatnya
pendapatan petani HKm, rendahnya gangguan terhadap kawasan,
terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan melalui kemitraan dan
meningkatnya besaran iuran PSDH pemegang izin HKm kepada
pemerintah. KPHL Unit VII (Way Waya) bersama-sama pemegang izin
HKm melakukan sosialisasi pentingnya fungsi kawasan hutan untuk
menanggulangi laju deforestasi dan degradasi hutan melalui pendekatan
kepada tokoh masyarakat, aparatur desa, dan tokoh agama desa sekitar
kawasan hutan.
5.6 Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi
Proses pembinaan dan pemantauan dalam pelaksanaan RHL
dilakukan berdasarkan peraturan–peraturan yang berlaku. Kegiatan
pertama adalah memberikan juknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan sebagai
bentuk pembinaan dan kegiatan kedua adalah sinkronisasi rencana
kegiatan dengan juknis yang telah ditetapkan sebagai bentuk
pemantauan.
Dalam konteks pembinaan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
terhadap blok yang sudah ada ijin HKm dan penggunaan kawasan
diarahkan untuk pembinaan teknis dan administrasi. Pembinaan teknis
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan teknis pelaksanaan
kegiatan, sedangkan pembinaan adminsitrasi menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan ketentuan administrasi keuangan. Pelaksanaan
pembinaan terhadap para pemegang ijin dilaksanakan oleh organisasi
sebagai berikut:
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 18
1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan c.q Direktur Jenderal
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dibantu oleh Kepala
Balai Pengelolaan DAS setempat, melaksanakan pembinaan
teknis.
2. Gubernur Lampung dibantu Kepala Dinas Kehutanan Provinsi
Lampung.
3. Kepala KPH yang dibantu oleh Kepala Resort setiap blok
pemanfaatan.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan maka proses
pembinaan dan pengawasan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang
dilakukan oleh pemegang ijin.
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan
reklamasi berdasarkan juknis yang ditetapkan oleh
pemerintah/pengelola KPHL Unit VII (Way Waya)
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara pelaporan RHL
dan administrasi keuangan oleh pemegang ijin.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL
kepada semua stakeholder di KPHL Unit VII (Way Waya).
Dalam proses pemantauan terhadap kegiatan RHL maka perlu melibatkan
beberapa pihak seperti:
1. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan RHL dilakukan oleh KPHL
Unit VII (Way Waya) sesuai lokasi dan jenis kegiatan. Kegiatan ini
meliputi pengumpulan data numerik, spasial dan visual
(dokumentasi) setiap tahapan kegiatan RHL untuk kegiatan
perencanaan, persiapan lapangan, pembibitan, penanaman dan
pemeliharaan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 19
2. Evaluasi hasil kegiatan RHL dilaksanakan bersama oleh Pemegang
izin HKm dan KPHL Unit VII (Way Waya) sebagai sarana perbaikan
kegiatan pada masa yang akan datang.
Proyeksi KPHL Unit VII (Way Waya) dalam rencana pembinaan kegiatan
rehabilitasi atau reboisasi lahan dalam kawasan KPHL Unit VII (Way
Waya) adalah memberikan pendampingan terhadap pelaksanaan
rehabilitasi dengan memberdayakan masyarakat sekitar agar tujuan
rehabilitasi bisa tercapai dan fungsi kawasan hutan tetap terjaga.
5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Pada dasarnya perlindungan kawasan hutan yang telah dibebani izin
merupakan tanggung jawab pemegang izin HKm, tetapi berdasarkan fakta
di lapangan bahwa 25% dari Kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) telah
mengalami kerusakan berat karena konsep pengelolaan belum
dilaksanakan secara benar oleh pemegang izin HKm.
Berkenaan dengan hal tersebut KPHL Unit VII (Way Waya)
berencana berkoordinasi dan berkolaborasi, baik dengan pemegang izin
HKm maupun stkeholders dalam perlindungan kawasan hutan. Kegiatan
ini dimaksudkan agar terjadi harmonisasi antar semua stakeholders
sehingga perlindungan kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) bisa
terlaksana secara optimal dan mencapai target yang diinginkan.
Rencana kegiatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam
dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan pemegang izin HKm, terdiri
dari 4 fokus kegiatan, yaitu pengelolaan kawasan inti/blok perlindungan
sebagaimana di kawasan konservasi, pengelolaan keanekaragaman
hayati, pengendalian kebakaran hutan dan perlindungan kawasan dari
aktivitas ilegal.
Pengelolaan konservasi dimaksudkan sebagai upaya untuk
mewujudkan pengelolaan kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) yang
didasarkan pada status hukum yang kuat, pengelolaan data dan informasi
yang berbasiskan kawasan, mengembangkan pembinaan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 20
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, serta meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan
keanekaragaman hayati dan produk-produk tumbuhan dan satwa liar
dimaksudkan untuk menjaga, mengawetkan dan mempercepat pemulihan
jenis dan populasi di dalam kawasan. Kegiatan direncanakan diawal
dengan inventarisasi blok lindung dan keanekaragaman hayati yang
terdapat didalamnya sebagai data awal untuk melakuan kegiatan
perlindungan dan pengawetan flora dan fauna yang terdapat di Kawasan
KPHL Unit VII (Way Waya). Untuk kegiatan pada blok ini KPHL Unit VII
(Way Waya) akan berkoordinasi dengan pemegang izin HKm sebagai
upaya kolaborasi penyelamatan atau pengawetan keanekaragaman hayati
serta pemanfaatan yang tidak mengganggu fungsi lindung ekosistem yang
ada.
Pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata ditujukan untuk
mengembangkan pemanfaatan produk-produk jasa lingkungan, memacu
pengembangan pemanfaatan kawasan untuk tujuan wisata dan lain
sebagainya.
Fokus kegiatan pengendalian kebakaran hutan dimaksudkan untuk
mencegah, memadamkan kebakaran hutan yang terjadi di dalam kawasan
KPHL Unit VII (Way Waya) serta melakukan tindakan-tindakan
penanganan pasca kebakaran hutan. Upaya ini dilaksanakan baik secara
internal maupun dengan melatih dan melibatkan masyarakat yang ada di
dalam dan sekitar kawasan KPHL Unit VII (Way Waya). Pengendalian
kebakaran hutan dan lahan difokuskan pada lahan-lahan masyarakat
yang berada di dalam kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) maupun yang
berbatasan langsung dengan wilayah KPHL Unit VII (Way Waya)
Perlindungan Kawasan dari Aktivitas ilegal dilakukan dengan
berkoordinasi dengan pemegang izin HKm, dinas yang membidangi
kehutanan baik tingkat kabupaten dan Provinsi, Kemnterian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dan Aparat Penegak Hukum baik dari kepolisian,
TNI, ataupun Kejaksaan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 21
Gangguan keamanan kawasan terbesar adalah akibat dari aktifitas
manusia dapat berupa perambahan kawasan, penyerobotan lahan,
pencurian kayu, tanpa ijin di dalam kawasan, perburuan atau
penangkapan satwa liar, perusakan fasilitas dan lain-lain. Usaha
pencegahan dan penanggulangan gangguan dilaksanakan sesuai dengan
bentuk gangguannya.
Pencegahan dilakukan sebagai langkah awal untuk tidak munculnya
gangguan kawasan dari aktivitas yang bersifat illegal. Hal yang lebih
diutamakan dalam pencegahan adalah pendekatan terhadap masyarakat
yang berada di sekitar kawasan agar timbul suatu pemahaman bahwa
perlindungan kawasan menjadi tanggung jawab bersama. Selain
pencegahan, perlindungan kawasan dilakukan dengan penanggulangan
apabila terjadi pelanggaran hukum di dalam kawasan. Kegiatan
penanggulangan dilakukan dengan melibatkan aparat pemerintah
setempat bersama-sama dengan aparat penegak hukum lainnya.
Pengamanan kawasan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan
dalam bentuk dan pelaksanaan yang berbeda-beda. Untuk mendukung
program ini, beberapa kegiatan umum untuk jangka panjang dapat
ditempuh dengan:
a. Patroli Rutin,
b. Operasi Illegal Logging,
c. Operasi Perambahan Kawasan,
d. Operasi Perladangan Liar,
e. Operasi Perburuan Satwa Liar,
f. Operasi Mandiri dan Gabungan,
g. Koordinasi Perlindungan dan Pengamanan.
5.8 Penyelenggaraan Koordinasi, Sinkronisasi dan Sinergitas antar Pemegang Izin, instansi dan pemangku kepentingan
Kondisi di lapangan saat ini sudah ada perizinan yang dikeluarkan di
dalam wilayah kerja KPHL Unit VII (Way Waya). Di masa datang seseuai
dengan rencana kelola yang sedang disusun ini maka akan ada keperluan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 22
pemberian izin untuk pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa
hutan lainnya. Dalam hal ini pengelola KPHL Unit VII (Way Waya) perlu
membangun koordinasi dengan berbagai pihak. Koordinasi dalam hal ini
adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan yang terpisah (Dinas, Kementerian atau bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien.
Untuk memudahkan KPHL Unit VII (Way Waya) dalam pengelolaan
izin pemanfaatan di setiap blok KPHL Unit VII (Way Waya) maka
diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola KPHL dengan
para calon pemegang izin pemanfaatan lainnya. Koordinasi dan
sinkronisasi merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan
KPHL Unit VII (Way Waya). Proses koordinasi dan sinkronisasi akan
selalu dimusyawarahkan dan dikomunikasikan mulai dari tingkat petak
sampai dengan blok dan resort pengelolaan KPHL Unit VII (Way Waya).
Koordinasi ini sangat diperlukan untuk menyamakan visi dan misi
pengelolaan serta menghindari konflik antara pengelola dan pemegang
izin HKm dan pemegang izin HKm dengan pemegang izin lainnya.
Dengan proses koordinasi dan sinkronisasi demikian, maka tujuan
pembangunan kehutanan di KPHL Unit VII (Way Waya) yang
diselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan, keadilan,
keterbukaan dan ketepaduan dalam pencapaian tujuan pengembangan
ekonomi dapat terwujud.
Proses koordinasi dilaksanakan oleh KPHL Unit VII (Way Waya)
mulai dari tingkat tapak (blok dan petak) yang dikoordinir oleh kepala
resort. Untuk blok pemberdayaan dan blok pemanfaatan KPHL Unit VII
(Way Waya) akan mensosialisasikan rencana kegiatan tahunan dan lima
tahunan ke tingkat desa dan kecamatan dalam musrenbang tingkat
kecamatan melalui tenaga pendamping lapangan. Usulan-usulan program
dan kegiatan kampung sektor kehutanan diakomodir dalam program dan
kegiatan yang bersesuaian dikoordinasikan dan disinkronisasikan agar
terjadi kerjasama yang sinergis.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 23
Dengan proses koordinasi teknis demikian diharapkan dapat terjadi
integrasi program yang akomodatif akomodatif dan terpadu. Sedangkan
untuk blok perlindungan, semua program KPHL Unit VII (Way Waya)
disosialisasikan kepada para stakeholder yang berkepentingan.
Pembangunan hubungan atau jejaring dengan stakeholders
dilakukan dengan berkoordinasi atau berkunjung ke pihak – pihak tersebut
secara periodik dan berkelanjutan agar tercipta hubungan yang harmonis
dan saling mendukung dalam upaya pengelolaan kawasan hutan yang
baik. Pengembangan program bersama akan tercapai jika koordinasi dan
sinergi antar pihak berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergi
mengambil peran yang signifikan dalam mengontrol berjalan atau tidaknya
pencapaian program, baik di internal maupun di eksternal KPHL Unit VII
(Way Waya).
Koordinasi dan sinergi di internal lebih mengacu kepada standar
operasional prosedur atau prosedur kerja yang ada saat ini, sedangkan
koordinasi dan sinergi di eksternal dapat dilakukan berdasarkan
kesepakatan-kesepakatan antar pihak. Rencana strategi dalam kegiatan
dimaksud melalui sosialisasi bersama terhadap masyarakat didalam atau
disekitar kawasan hutan secara periodik atau rutin dengan stakeholders
yang berhubungan dengan masyarakat. Rapat koordinasi rutin dengan
pemegang izin HKm untuk membahas kendala-kendala dan solusinya.
Pihak-pihak terkait antara lain: Dinas Kehutanan Provinsi Lampung,
Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, Bagian Tata Pemerintahan
Kabupaten Lampung Tengah, Bagian Pertanahan Kabupaten Lampung
Tengah, Polisi Kehutanan, Kecamatan yang berbatasan dengan kawasan
di Kabupaten Lampung Tengah, Desa yang berbatasan dengan kawasan
hutan, tokoh mayarakat, NGO, Polsek, Polres, Polda, Koramil, Kodim,
Korem, Kejaksaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan
Lingkungan Hidup, sekolah-sekolah, UPT Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (BPKH, BP2HP, BPDAS, BKSDA), dirjen Planologi, dirjen
PHPL, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 24
Untuk menjamin koordinasi dan sinergi lebih baik, maka akan
dilakukan berbagai kegiatan kegiatan antara lain:
1) Pembentukan kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para
pihak.
Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti
masyarakat, pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan,
merupakan langkah yang baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi
antar pihak. Kelembagaan kolaboratif berdasarkan kesetaraan masing-
masing pihak dalam mengakomodir kepentingan dan keinginan bersama
yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan
implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan
bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan.
2) Pembangunan kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan
blok pemberdayaan antar pihak
Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian
yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi
manusia pada wilayah tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap
kawasan dan sisi yang lain bermanfaat langsung kepada masyarakat.
Pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan masyarakat
diharapkan dapat menjembatani kepentingan semua pihak seperti investor
ataupun pihak swasta dengan masyarakat sehingga meredam konflik
sumber daya alam yang ada di masyarakat.
5.9 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
Pengelolaan kawasan KPHL Unit VII (Way Waya) sangat
membutuhkan dukungan dan kemampuan personil yang memadai.
Kapasitas personil menentukan berhasil tidaknya pengelolaan. Untuk itu
diperlukan pengembangan dan peningkatan bagi personil dari segi
pengetahuan berupa pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang berupa
keahlian pada bidang-bidang tertentu, dan penggalian informasi dari luar
yang dapat menambah pengalaman dan wawasan. Beberapa upaya yang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 25
dapat dilaksanakan dalam peningkatan kapasitas staf KPHL Unit VII (Way
Waya) antara lain perbaikan jenjang pendidikan ke Strata-1 maupun S-2
yang dilakukan secara mandiri maupun program beasiswa. Di samping itu,
mengikutsertakan beberapa staf dalam program pendidikan dan pelatihan,
baik itu di Pusat atau Balai Diklat Kehutanan maupun ke lembaga-
lembaga lain serta menyertakan petugas untuk terlibat pada berbagai
program dan kegiatan di kabupaten yang terkait dalam upaya pengelolaan
KPH.
Pengelolaan kawasan hutan yang cukup luas seperti di KHPL Unit
VII (Way Waya) memerlukan Kualitas dan kuantitas SDM yang
mencukupi. Kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya) merupakan
organisasi tipe B esselon IV merupakan UPT Dinas Kehutanan. Pada
Tahun 2016 direncanakan peningkatan status esselon menjadi esselon III
dengan organisasi tipe A dan pada tahun 2021 ditargetkan menjadi SKPD
atau kantor sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk menyongsong
kemandirian KPHL Unit VII (Way Waya) yang dapat mengelola keuangan
sendiri atau BLUD yang dikepalai oleh kepala kantor.
Pada saat ini kelembagaan KPHL Unit VII (Way Waya) dikepalai oleh
seorang esselon IV.a, kassubag TU, kepala urusan dan kepala resort
esselon IV.b yang seyogyanya didukung oleh Kelompok fungsional dan
staf. Proyeksi 10 (sepuluh) tahun kedepan kelembagaan KPHL Unit VII
(Way Waya) antara lain: Kepala Kantor, Kassubag TU yang membawahi
perencanaan, kepegawaian dan keuangan, kepala seksi Perlindungan
dan keamanan, Kepala seksi rehabilitasi, dan kepala seksi pemasaran
untuk organisasi Tipe A didukung oleh Kelompok fungsional dan staf.
Untuk menunjang pengelolaan KPHL Unit VII (Way Waya) diperlukan
jumlah SDM yang mencukupi atau sesuai dengan luasan wilayah kelola.
Untuk luasan yang ada jumlah SDM yang sesuai sekitar 25 orang dengan
asumsi per orang mengawasi 1.000 – 1.500 ha yang akan didistribusikan
ke resort-resort pengelolaan hutan dengan maksud informasi ataupun
perubahan-perubahan terkini dapat diakomodir.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 26
Pengembangan SDM melalui diklat – diklat yang sesuai dengan
kebutuhan atau selaras dengan pengembangan/pengelolaan kawasan
KPHL Unit VII (Way Waya) seperti ahli GIS, pengumpul data dan tenaga
management pemasaran produk.
Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan
kapasitas personil antara lain:
1. Perbaikan jenjang pendidikan.
2. Pemetaan kompetensi.
3. Diklat SDM Pengelola KPH.
4. Pertukaran kunjungan staf pengelola.
5. Studi banding
6. Magang pegawai.
5.10 Penyediaan Pendanaan
Pendanaan pengelolaan KPHL Unit VII (Way Waya) dipenuhi dari
koloborasi dengan pemegang izin HKm (swadaya), Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
dan dana lainnya yang tidak mengikat. Pengelolaan KPHL Unit VII (Way
Waya) yang optimal membutuhkan dana yang cukup besar mengingat
wilayah kelola yang luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari
keuangan negara. Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti
Pemerintah Provinsi untuk menyediakan dana bagi KPHL Unit VII (Way
Waya) sebagai bagian dari desentralisasi kekuasaan politik, anggaran dan
administrasi bisa menjadi alternatif pendanaan. Cara pendanaan yang
paling mudah dilakukan untuk melengkapi dana APBN adalah bermitra
dengan NGO yang sering mendapatkan bantuan dana internasional untuk
melakukan aktivitas konservasi di KPHL Unit VII (Way Waya).
Pendanaan lainnya dapat diperoleh dengan “mempromosikan”
potensi KPHL Unit VII (Way Waya). KPHL Unit VII (Way Waya) kaya akan
ragam ekosistem hutan yang mengandung keragaman hayati, memiliki
banyak sumber mata air dan jasa-jasa lingkungan lainnya. Namun
demikian potensi ini belum sepenuhnya digunakan secara optimal untuk
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 27
memperkuat pengelolaan KPHL Unit VII (Way Waya), memberdayakan
masyarakat sekitar hutan, mengembangkan ekonomi wilayah.
Beberapa potensi yang dimiliki KPHL Unit VII (Way Waya) ini dapat
dikembangkan untuk bisa mendatangkan dana melalui mekanisme
pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services) seperti
misalnya daya serap karbon, keindahan landscape, perlindungan DAS
dan tata air serta kekayaan keragaman hayati. Daya serap karbon dapat
diwujudkan dengan mekanisme pembayaran rehabilitasi dan restorasi
ekosistem di areal yang perlu direhabilitasi seperti bekas penyerobotan
lahan, bekas perambahan hutan, bekas kebakaran dan kerusakan hutan
lainnya. Skema perdagangan karbon juga bisa direalisasikan melalui
pengembangan program pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
Sumber lainnya mungkin dapat diperoleh dari mengembangkan
sumber pendapatan innovative, misalnya pajak dari perusahaan yang
melakukan pengambilan yang lestari hasil hutan non-kayu dari blok
tertentu di dalam kawasan KPHL Unit VII (Way Waya). Keragaman hayati,
keunikan species flora dan fauna, keindahan bentang alam dan sosial
budaya masyarakat lokal dapat dikemas dalam paket wisata yang memilik
nilai tinggi. Produk-produk yang dihasilkan dari budidaya masyarakat lokal
juga dapat dikemas dan diberi label konservasi untuk diperdagangkan di
pasar hijau. Untuk mendukung program ini, dipersiapkan kegiatan umum
untuk jangka panjang yang mencakup:
1) Pengembangan mekanisme penggalangan dana
Proses dan skema pendanaan lain dapat ditempuh dengan
penggalangan bersama melalui mekanisme yang baik dan
menguntungkan antar pihak. Secara sederhana mekanisme ini dapat
berupa aturan-aturan yang sangat memungkinkan dilaksanakan dan tidak
menyimpang dari regulasi yang sudah disepakati bersama. Selain itu
mekanisme ini juga dibangun di atas kebijakan yang berlaku.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 28
2) Penyusunan proposal dukungan pendanaan
Proposal dukungan pendanaan terbangun berdasarkan kemampuan
KPHL Unit VII (Way Waya) saat ini dan dibandingkan dengan kekurangan
yang ada. Beberapa pemberi dana biasanya mensyaratkan dana
pendamping yang disediakan oleh pihak lain dalam implementasi
program. Kekurangan yang ada baru disusun melalui proposal yang
diinginkan. Penyusunan proposal dan mencari dukungan pendanaan
dapat dilakukan dan bersama pihak-pihak lain seperti konsultan ataupun
NGO, BUMN, Swasta.
3) Pembangunan perencanaan program bersama
Perencanaan program bersama merupakan salah satu langkah
strategis dalam menyikapi penggalangan pendanaan bersama.
Penyusunan perencanan ini lebih melihat kerjasama dengan pihak lain di
luar KPHL Unit VII (Way Waya), pihak lain tersebut berupa program-
program di pemerintah daerah (Pemda) melalui musyawarah
perencanaan pembangunan (Musrenbang), baik di tingkat kecamatan
maupun di kabupaten, ataupun penyusunan program bersama NGO
maupun pihak swasta yang tertarik dan berminat dengan sesuatu issue
ataupun obyek tertentu. Penyusunan program ini akan berjalan dengan
sharing pendanaan atau sumber daya masing-masing pihak.
4) Penyediaan sarana dan prasarana
Dalam kegiatan pengelolaan, sarana dan prasarana berfungsi untuk
menunjang kelancaran kegiatan. Agar pengelolaan berjalan lebih efektif
dan efisien maka dukungan sarana dan prasarana yang memadai
disesuaikan dengan jenis dan jumlah kebutuhan yang diperlukan. Sarana
dan prasarana di KPHL Unit VII (Way Waya) terdiri dari sarana prasarana
perkantoran pada kesekretariatan KPHL Unit VII (Way Waya), sarana
prasarana penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, serta sarana prasarana kegiatan dalam menunjang
perlindungan dan pengamanan kawasan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 29
Kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan diperoleh dengan
pengadaan baru maupun pemeliharaan yang telah ada. Sarana prasarana
diperoleh dari pengusulan dalam setiap tahun anggaran kegiatan.
Kebutuhan sarana prasarana penunjang pengelolaan KPHL Unit VII (Way
Waya) mencakup:
a. Pembangunan rumah jabatan dan mess lapangan.
b. Pembangunan kantor resort lapangan berdasarkan fungsi kawasan
hutan, pondok kerja, pondok jaga dan pos jaga.
c. Pengadaan kendaraan roda 4 dan 2.
d. Pengadaan peralatan survei dan pemetaan
e. Peningkatan peralatan kantor.
f. Peningkatan perlengkapan kerja personil.
g. Pengadaan peralatan komunikasi lapangan.
h. Penyediaan sarana penunjang dan pelayanan pengelolaan ekowisata.
i. Pembangunan mini hidro dan instalasi air bersih.
j. Dana operasional kantor, pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi
sarana dan prasarana.
Skema pendanaan bersumber dari APBN (Ditjen PHPL, Planologi, PHKA),
APBD, dan Anggaran lain yang tidak mengikat (NGO), sumbangan pihak
swasta sebagimana tersaji pada matriks lampiran.
5.11 Pengembangan Pangkalan Data (database)
Pangkalan data yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna
untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHL Unit VII (Way
Waya). Selain itu pangkalan data juga bermanfaat bagi pihak luar yang
membutuhkan informasi tentang KPHL Unit VII (Way Waya) seperti para
peneliti dari universitas atau lembaga penelitian, NGO, Instansi
pemerintah, dan individu.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 30
Oleh karena itu, dalam organisasi KPHL Unit VII (Way Waya) akan
dibuat unit khusus yang mengelola pangkalan data yang bertanggung
jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian
data ke dalam informasi yang siap digunakan. Data dan informasi dapat
dikumpulkan dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari luar. Data
yang dikumpulkan dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen,
laporan, data penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa data digital
(dokumen-dokumen, data GIS dan data digital lainnya). Unit yang secara
khusus mengelola pangkalan data ini merupakan pendukung sistem
organisasi KPHL Unit VII (Way Waya) yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan dari tingkat KPH hingga hingga unit terkecil. Beberapa kegiatan
pendukung dalam membangun program ini antara lain :
1. Pembangunan kelembagaan pangkalan data.
2. Penyediaan staf pangkalan data.
3. Pelatihan staf pangkalan data.
4. Penyiapan perangkat pangkalan data.
5. Penyusunan dan pengelolaan sistem pangkalan data.
6. Membangun manajemen sistem pusat informasi.
Pangkalan data KPHL Unit VII (Way Waya) akan difasilitasi dengan
situs/Web KPHL Unit VII (Way Waya) yang akan memuat informasi-
informasi tentang KPHL Unit VII (Way Waya): sosial, ekonomi, budaya,
jumlah SDM, rencana pengelolaan jangka panjang, rencana pengelolaan
jangka pendek dan rencana bisnis serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan
KPHL Unit VII (Way Waya).
5.12 Rasionalisasi Wilayah Kelola
Pengelolaan KPHL Unit VII (Way Waya) pada masa yang akan
datang menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah
bertambahnya populasi penduduk sekitar kawasan KPHL Unit VII (Way
Waya) yang dapat mempengaruhi ekosistem hutan di KPHL Unit VII (Way
Waya). Hal ini menuntut pihak pengelola KPHL Unit VII (Way Waya) untuk
melakukan kalkulasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 31
Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2 aspek yaitu: 1)
Aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna hutan,
eksplorasi potensi, dan lainnya mulai dari tingkat blok sampai dengan
tingkat petak dan 2) Aspek non teknis yang meliputi rasionalisasi
kelembagaan wilayah kelola hutan (kelembagaan, organisasi, dan
personil).
Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk
penilaian kembali terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika
blok inti/perlindungan sudah tidak memiliki potensi yang signifikan maka
perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain atau mengoptimalkan
potensi yang tersedia. Perubahan wilayah kelola juga akan mempengaruhi
operasionalisasi personil di lapangan.
Wilayah kelola akan berbanding lurus dengan kuantitas SDM yang
ada di KPHL Unit VII (Way Waya). Pada tahap awal, dengan SDM yang
terbatas, direncanakan pengelolaan difokuskan pada pengembangan
HHBK dengan melibatkan masyarakat sekitar dan malakukan
pendampingan terhadap program kemitraan agar program tersebut dapat
berjalan sebagaimana mestinya dan menguntungkan semua pihak
dengan tetap menjamin fungsi lindung kawasan hutan.
5.13 Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali)
Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi
terhadap rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review
rencana pengelolaan dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai
dengan petak pengelolaan. Maksud dilakukannya review terhadap
rencana pengelolaan adalah untuk mewujudkan tatanan pengelolaan
hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi terhadap seluruh
kegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan petak), dan
membentuk lembaga pengelola yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pengurusan hutan mencakup penyelenggaraan
kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 32
dan latihan serta penyuluhan dan pengawasan. Kegiatan yang akan
dilakukan dalam hal ini yaitu :
1. Review rencana pengelolaan KPH
2. Revisi rencana Pengelolaan KPH
3. Monitor pelaksanaan kegiatan pengelolaan
4. Evaluasi kegiatan pengelolaan
5. Pelaporan kegiatan pengelolaan
Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan
dalam proses perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan
hutan di KPHL Unit VII (Way Waya).
2. Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHL Unit VII
(Way Waya) dan kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan
lainnya yang dikembangkan.
3. Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru
sesuai dengan potensi di KPHL Unit VII (Way Waya).
4. Menganalisis kinerja organisasi KPHL Unit VII (Way Waya) di tingkat
tapak (Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHL Unit VII
(Way Waya).
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai dasar perbaikan terhadap kegiatan-
kegiatan yang akan datang agar tujuan yang diinginkan bisa terwujud
sebagimana diharapkan dan untuk memperbaiki kinerja KPHL Unit VII
(Way Waya) menuju pengelolaan yang lebih baik dan sesuai dengan
keadaan terbarukan di Kawasan KPHL Unit VII (Way Waya).
5.14 Pengembangan Investasi
Dalam mengembangkan investasi harus disesuaikan dengan potensi
unggulan yang terdapat di areal KPHL Unit VII Way Waya. Sehingga
keberhasilan investasi dengan daya dukung ketersediaan dan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 20165 – 2025) BAB V - 33
keberlanjutan potensi yang ada dapat tercapai. Pemanfaatan yang dapat
dilakukan di areal KPHL adalah :
a) Pemanfaatan kawasan hutan
b) Pemanfaatan jasa lingkungan
c) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
d) Pemungutan hasil hutan bukan kayu
e) Perdagangan karbon
f) dll
Dalam mengembangkan potensi dibutuhkan pengembangan investasi
sebagai pendukung keberhasilannya. Kegiatan dalam pengembangan
investasi dapat berupa :
1. Penyusunan skema strategis investasi di wilayah KPHL.
2. Pelaksanaan (implementasi) investasi wilayah KPHL dapat
berupa pembentukan koperasi pengelola hutan ataupun
kerjasama dengan pihak ketiga yang bermitra dengan KPHL Unit
VII Way Waya.
3. Menyelenggarakan KPH Expo,mengikuti pameran dan exsebisi.
4. Pelatihan forestpreneurship.
5. Pengembangan skema perdagangan carbon (REDD).
Diharapkan KPHL Unit VII Wa Waya mampu menggiring pengembangan
investasi di wilayah kelola sehingga dapat meningkatkan daya jual dan
daya saing dari potensi yang ada.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB VI - 1
BAB VI
Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 6 Tahun 2010
tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan Pada
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP), Kepala KPHL Way Waya berkewajiban untuk
melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan
pengelolaan hutan di wilayah kerjanya.
6.1 Pembinaan
Pembinaan yang dimaksud di sini adalah berbagai upaya yang dilakukan
untuk menjadikan sesuatu (sasaran) lebih baik, mengarah pada tujuan
yang telah ditentukan. Kegiatan pembinaan meliputi pemberian
pedoman/juklak/juknis, dan bimbingan pelaksanaan, baik pelaksanaan
kegiatan rutin di KPHL Way Waya maupun kegiatan pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan.
Sasaran pembinaan meliputi:
a) Internal KPHL Way Waya; Aspek pembinaan meliputi kelembagaan,
sumberdaya manusia (SDM), dan sarana dan prasarana, baik
administrasi (perkantoran) maupun pelaksanaan pengelolaan di
lapangan.
b) Para pemegang izin pemanfaatan kawasan hutan HKm; aspek
ekologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial melalui monitoring dan
evaluasi rencana umum dan rencana operasional maupun evaluasi
setiap semester.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB VI - 2
Pelaksanaan kegiatan pembinaan ini adalah sebagai berikut:
a) Pembuatan dan pemberian pedoman/juklak/juknis atau standars
operational procedure (SOP) administrasi dan teknis pelaksanaan
pengelolaan lahan (budidaya dan konservasi) di lapangan.
b) Sistem pelaporan yang bersifat periodik (Laporan Tahunan) dan
Laporan Kegiatan.
c) Bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan, dan pembuatan
percontohan (demplot), dan lain-lain sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan.
6.2 Pengawasan
Dalam hal ini, pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran
kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian
hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan
tersebut atau proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan KPHL Way Waya.
Hasil pengawasan diharapkan dapat menunjukkan kesesuaian dan
ketidaksesuaian antara rencana dengan pelaksanaan dan menemukan
penyebab ketidaksesuaian yang muncul.
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya
penyimpangan atas rencana atau target. Berdasarkan temuan tersebut
Manajamen KPHL Way Waya dapat:
a) mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;
b) menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
c) mengoptimalkan pekerjaan agar sasaran rencana dapat tercapai.
Sesuai dengan tugas dan fungsi KPH, selain pengawasan eksternal,
KPHL Way Waya akan melaksanakan pengawasan secara internal.
Pengawasan dalam bentuk ini akan dilakukan dengan cara pengawasan
atasan langsung (Kepala KPHL Way Waya) atau pengawasan melekat
(built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh staf
tertentu yang ditentukan oleh KPHL Way Waya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB VI - 3
Pengawasan yang akan dilakukan oleh KPHL Way Waya meliputi
pengawasan preventif mapun pengawasan represif. Pengawasan
preventif adalah pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan
sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga dapat mencegah
terjadinya penyimpangan, sedangkan pengawasan represif adalah
pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu
dilakukan. Pengawasan represif dilakukan pada akhir tahun anggaran
melalui pemeriksaan laporan kegiatan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya penyimpangan.
Pengawasan akan dilaksanakan dalam bentuk pengawasan aktif, yaitu
pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan
maupun pengawasan pasif, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui
penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggungjawaban yang
disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran. Pengawasan
akan dilakukan dengan didasarkan pada kebenaran formil maupun
kebenaran materil. Pemeriksaan keberanaran formil yaitu pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak
kadaluarsa, dan hal itu terbukti kebenarannya. Pemeriksaan kebenaran
materil adalah pemeriksaan terhadap pengeluaran, apakah telah
memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan
beban biaya yang digunakan serendah mungkin.
6.3 Pengendalian
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengendalian adalah upaya-upaya
atau strategi yang dilakukan untuk menjamin bahwa tujuan yang telah
ditetapkan oleh KPHL Way Waya dapat dicapai. Strategi pengendalian
yang akan ditempuh oleh KPHL Way Waya meliputi pengendalian hasil
(result control), pengendalian tindakan (action control), dan pengendalian
personil (people control).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII (Way Waya) 2016 – 2025 BAB VI - 4
Pengendalian hasil dilaksanakan dengan menfokuskan pada hasil dari
suatu kegiatan yang akan dicapai; yaitu dengan menerjemahkan hasil
yang akan dicapai menjadi target-target tertentu sesuai dengan kondisi
dan kemampuan KPHL Way Waya, baik kemampuan SDM, kemampuan
teknis, dan pendanaan serta skala prioritas.
Pengendalian tindakan yang akan dilaksanakan oleh KPHL Way Waya
adalah dengan menekankan pada cara-cara personil ataupun elemen
KPHL Way Waya dalam menjalankan tugas yang harus dikerjakannya.
Dalam hal ini, setiap personil atau elemen KPHL Way Waya harus
mempertanggung-jawabkan apa yang dilakukannya. Dalam
melaksanakan tindakan pengendalian ini KPHL Way Waya akan
memberikan insentif kepada personil yang melakukan pekerjaan dengan
baik dan benar (good action) dan memberikan hukuman bagi yang tidak
melakukan pekerjaan dengan baik dan benar (poor action).
Pengendalian personil (orang), yaitu pendekatan pengendalian yang
menekankan pada karakteristik orang-orang yang bekerja yang
diharapkan akan mampu menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan
suatu kegiatan yang ditentukan KPHL Way Waya. Pendekatan yang
digunakan adalah choose the right people atau memilih orang-orang yang
tepat untuk suatu kegiatan atau tugas tertentu. Pemilihan akan dilakukan
sejak proses perekrutan, yaitu dengan memilih orang yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan keperluan KPHL Way Waya.
BAB VII
7.1 Pemantauan
Pemantauan atau monitoring merupakan fungsi manajemen yang
dilakukan pada saat suatu kegiatan sedang berlangsung. Pemantauan
mencakup antara lain: a) penelusuran pelaksanaan kegiatan dan
keluarannya (outputs), b) pelaporan tentang kemajuan, dan c) identifikasi
masalah-masalah pengelolaan dan pelaksanaan. Monitoring akan
dilakukan oleh KPHL Way Waya terhadap semua kegiatan yang
dilaksanakan, baik kegiatan yang bersifat administratif, kegiatan rutin,
mapun yang bersifat keproyekan.
Dalam hal pemantauan, kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KPHL Way
Waya meliputi:
1) Penentuan kegiatan atau kegiatan-kegiatan dan outputnya yang harus
dipantau,
2) Penentuan pihak yang harus memantau dan kapan pemantauan
harus dilakukan,
3) Penentuan pihak atau pihak-pihak yang harus menerima laporan hasil
pemantauan.
7.2 Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi manajemen yang dilakukan setelah kurun
waktu tertentu atau setelah suatu kegiatan telah berlalu. Evaluasi yang
akan dilakukan oleh KPHL Way Waya meliputi evaluasi proses, evaluasi
hasil (output) dan evaluasi dampak (outcome). Evaluasi proses
dilakukan terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan yang antara lain
mencakup bagaimana melakukannya, siapa yang menjadi penerima
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB VII - 2
manfaat, serta apa atau bagaimana respons penerima manfaat terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi hasil dilakukan untuk melihat kesesuaian hasil dengan tujuan
dan evaluasi dampak dampak dilaksanakan untuk mengungkapkan siapa
sebenarnya yang memperoleh manfaat dari keberadaan program dan
berapa besar manfaatnya. Dengan kata lain, evaluasi dampak
dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana hasil/manfaat (dan dampak)
yang diharapkan oleh KPHL Way Waya telah tercapai.
Langkah-langkah yang akan ditempuh oleh KPHL Way Waya dalam
melakukan evaluasi adalah:
1) Menentukan apa yang akan dievaluasi (didasarkan pada
hasil/manfaat yang telah ditentukan dalam rencana program dan
dengan menggunakan sejumlah kecil indikator dan target kunci);
2) Menentukan baseline data yang akan digunakan untuk menentukan
keberhasilan suatu kegiatan;
3) Menentukan kapan evaluasi akan dilaksanakan,
4) Menentukan pihak pelaksana evaluasi yang independen dan objektif
(yang tidak terkait dengan pihak pengelola program);
5) Melaksanakan pembahasan laporan hasil evaluasi dengan pihak
pelaksana evaluasi dan pelaksana program;
6) Menyebarluaskan hasil evaluasi kepada pihak terkait untuk
memperoleh umpan balik;
7) Mengadakan pembahasan hasil evaluasi dengan pihak-pihak
pelaksana program dan pemangku kepentingan lain untuk
menentukan langkah-langkah penyempurnaan program yang mungkin
diperlukan.
7.3 Pelaporan
Kegiatan pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB VII - 3
evaluasi. Pada instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang
dilaksanakan disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam
satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan
sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang
memiliki hak atau yang berkewenangan meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pelaporan adalah pelaporan hasil
monitoring yang telah dilakukan oleh Tim Pelaksana Monitoring KPHL
Way Waya. Laporan hasil monitoring KPHL Way Waya diharapkan
disusun secara ringkas dan paling tidak memuat hal-hal berikut: 1)
Pengantar, memuat pengantar penyampaian laporan hasil pemantauan
oleh Kepala KPHL, 2) ringkasan eksekutif, memuat rangkuman kegiatan
dan hasil pelaksanaan pemantauan secara keseluruhan, 3) pelaksanaan
pemantauan, memuat metodologi pemantauan yang mencakup antara
lain: tim pelaksana, proses dan prosedur pelaksanaan, dan jadwal
pelaksanaan kegiatan pemantauan, 4) lingkup kegiatan, memuat
penjelasan lingkup kegiatan pemantauan yang telah dilaksanakan, 5)
hasil monitoring, mencakup aspek-aspek berikut: pencapaian indikator
kinerja, pelaksanaan aktivitas (termasuk kendala pelaksanaan),
pelaksanaan komponen investasi (expenditure components) khususnya
mencakup procurement, dan keuangan (efisiensi dan efektivitas
anggaran), dan 6) rekomendasi, menjelaskan hal yang perlu mendapat
perhatian atau tindak lanjut baik oleh Kepala KPHL maupun oleh
pelaksana kegiatan.
Dalam lingkungan internal pelaporan disampaikan kepada Kepala KPHL
Way Waya, Bidang-Bidang yang ada di KPHL Way Waya, dan Pelaksana
Kegiatan. Sedangkan Pihak-pihak eksternal yang perlu diberi laporan
disesuaikan dengan kepentingan dan atau keterkaitan dalam kegiatan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025) BAB VIII - 1
BAB VIII
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Way Waya ini telah tersusun menurut kaidah
yang berlaku dan telah menyajikan data yang benar pada saat dokumen ini disusun
sebagai dasar penentuan arah pengembangan KPHL Way Waya ke depan.
Proses penyusunan telah melibatkan berbagai pihak, baik di Kabupaten Lampung
Tengah maupun di Provinsi Lampung, Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)
Wilayah XX Lampung – Bengkulu serta pihak terkait di Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, Dewan Pakar
(Akademisi) melalui kegiatan diskusi.
Penyusunan RPHJP yang di fasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan melalui UPT BPKH Wilayah XX Lampung Bengkulu yang nantinya akan
memberikan arahan secara makro dan indikatif bagi pengelolaan KPHL Way Waya
10 (sepuluh) tahun mendatang.
Untuk operasionalisasinya, rencana ini perlu diturunkan ke dalam rencana jangka
pendek seperti rencana kerja tahunan KPHL Unit VII (Way Waya). Sebagai sebuah
rencana makro, dokumen ini diharapkan dapat menyesuaikan dengan perubahan-
perubahan lingkungan strategis baik dalam jangka pendek atau jangka panjang
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pihak-pihak terkait dalam pengelolaan
hutan pada KPHL Way Waya. Perubahan-perubahan yang akan terjadi dapat
dimasukan ke dalam review dokumen ini untuk perbaikan pada masa mendatang.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
MATRIK PROGRAM DAN KEGIATAN JANGKA PANJANG KPHL UNIT VII WAY WAYA TAHUN 2016-2025
Program Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan (Tahun 20.....)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Inventarisasi berkala wilayah kelola
1. Koordinasi dan sinkronisasi wilayah kelola dengan pemegang izin HKm
Penataan hutan terkait dengan rencana pengembangan HHBK dan kemitraan
Seluruh wilayah KPH
# #
2. Sosialisasi tata batas
Diketahuinya batas kawasan # #
3. Orientasi batas luar kawasan
Terbentuk kesepahaman wilayah kawasan
# #
4. Pemeliharaan pal batas
Menjaga keutuhan kawasan hutan
#
#
#
5. Inventarisasi potensi kayu, HHBK, vegetasi, jasa lingkungan dan sosial ekonomi
Menjadi dasar dalam penyusunan rencana bisnis
Blok Pemanfaatan, Perlindungan, dan pemberdayaan
# #
#
#
6. Review pal batas blok dan petak
Mempermudah monitoring dan evaluasi kegiatan
# # #
7. Identifikasi dan inventarisasi keanekaragaman satwa
Melindungi keanekaragaman hayati dari kepunahan
Blok Pemanfaatan, Perlindungan, dan pemberdayaan
# #
#
#
Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu
1. Pengembangan hasil hutan non kayu
Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Blok Pemanfaatan dan pemberdayaan
# # # # # # # # #
2. Pemanfaatan jasling-ekowisata
Pendayagunaan potensi obyek ekowisata dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam
Blok Perlindungan
# # # # # # # # #
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Program Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan (Tahun 20.....)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
3. Pemanfaatan kawasan pendidikan dan penelitian
Mengakomodasi kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
Blok Perlindungan
# # # # # # # # #
Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengembangan usaha-usaha ekonomi kehutanan non-kayu
Peningkatan taraf hidup masyarakat
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
2. Fasilitasi pembentukan kelompok tani hutan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan serta studi banding pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
3. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan publik.
Rencana pengelolaan berbasis masyarakat
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
4. Koordinasi dan sinkronisasi program dengan lembaga dan instansi lain lintas sektoral
Membangun kesepahaman Kantor KPH, Dishutprov, BPKH,
BPDAS, Kementerian
# # # # # # # # # #
5. Penyuluhan Kehutanan (penyusunan program penyuluhan, sosialisasi perundangan, sosialisasi kawasan konservasi, diskusi fokus grup)
Opitimalisasi peran penyuluh sekaligus Peningkatan pemahaman masyarakat
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
Penyelenggaraan Rehabilitasi
1. Pembuatan Persemaian/Kebun Bibit
Pemenuhan bibit berkualitas Blok Pemanfaatan dan pemberdayaan # # # # # # # # # #
2. Penanaman
Mengembalikan fungsi hutan Wilayah KPH # # # # # # # # # #
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Program Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan (Tahun 20.....)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
3. Pemeliharaan tanaman Keberhasilan rehabilitasi Wilayah KPH # # # # # # # # # #
4. Sosialisasi, Monitoring dan Evaluasi
Penilaian keberhasilan rehabilitasi
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal yang berizin
1. Monitoring dan evaluasi kinerja HKm
Menjamin terlaksananya pengelolaan hutan yang baik oleh pemegang izin HKm
Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
2. Pemetaan tutupan lahan dan komoditas HKm
Teridentifikasinya Potensi HKm
Wilayah KPH # #
#
#
#
3. Bimbingan teknis pengelolaan dan pembinaan areal HKm
Menjamin terlaksananya pengelolaan hutan yang baik oleh pemegang izin HKm
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
4. Pendampingan kelompok Tani HKm dalam Kemitraan
Menjamin terlaksananya pengelolaan hutan yang baik oleh pemegang izin HKm
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
5. Pendampingan kelompok tani HKm dalam pengolahan pasca panen produk HKm dan pemasarannya
Menjamin terlaksananya pengelolaan hutan yang baik oleh pemegang izin HKm
Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi
1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang dilakukan oleh pemegang ijin
Kesesuaian dengan Juknis Wilayah KPH # # # # # # # # # #
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan reklamasi berdasarkan juknis yang ditetapkan oleh pemerintah/pengelola KPHL Unit VII (Way Waya)
Kesesuaian dengan Juknis Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
3. Pembinaan dan pengawasan Kesesuaian dengan Juknis Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Program Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan (Tahun 20.....)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
terhadap tata cara pelaporan RHL dan administrasi keuangan oleh pemegang ijin.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL kepada semua stakeholder di KPHL Unit VII (Way Waya).
Kesesuaian dengan Juknis Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
1. Pengelolaan kawasan inti/blok perlindungan
Mempertahankan fungsi
lindung
Blok Perlindungan
# # # # # # # # # #
2. Pengelolaan keanekaragaman hayati
Peningkatan keanekaragam
hayati
Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
3. Pengendalian kebakaran hutan Menjaga kelestarian hutan Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
4. Perlindungan kawasan dari
aktivitas ilegal (Penjagaan kawasan hutan dari ilegal loging, perambah hutan, perladangan liar, perburuan satwa liar dll)
Perlindungan Kawasan hutan Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
Penyelenggaraan Koordinasi, Sinkronisasi dan Sinergitas antar Pemegang Izin, instansi dan pemangku kepentingan
1. Pembentukan kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak.
Membangun dukungan dan
jaringan kerja daripara pihak
Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
2. Pembangunan kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan antar pihak
Membangun dukungan dan
jaringan kerja daripara pihak
Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Program Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan (Tahun 20.....)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
1. Perbaikan jenjang pendidikan Peningkatan Kapasitas SDM Universitas, Badan
Diklat # # # # # # # # # #
2. Pemetaan kompetensi Penempatan SDM sesuai
kemampuannya
Kantor KPH
# # # # # # # # # #
3. Diklat SDM Pengelola KPH Penyiapan SDM yang
tangguh dan profesional
Kantor KPH,
Pusdiklat dll # # # # # # # # # #
4. Pertukaran kunjungan staf pengelola
Pemahaman tentang pola
pengelolaan KPH lainnya
Kantor KPH Lainnya
# # # # # # # # # #
5. Studi banding Peningkatan Kapasitas SDM Disesuaikan dengan
kebutuhan dan potensi
# # # # # # # # # #
6. Magang pegawai Peningkatan Kapasitas SDM
Disesuaikan dengan kebutuhan dan
potensi # # # # # # # # # #
Penyediaan Pendanaan
1. Pembangunan mekanisme
penggalangan dana
Keberlangsungan KPH Kantor KPH
# # # # # # # # # #
2. Penyusunan proposal dukungan
pendanaan
Keberlangsungan KPH Kantor KPH
# # # # # # # # # #
3. Pembangunan perencanaan
program bersama
Keberlangsungan KPH Kantor KPH
# # # # # # # # # #
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Program Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan (Tahun 20.....)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
4. Penyediaan sarana dan
prasarana
Keberlangsungan KPH Wilayah KPH
# # # # # # # # # #
Pengembangan pangkalan data (data base)
1. Pembangunan kelembagaan pangkalan data
Optimalisasi peran KPH dalam updating data dan informasi
Kantor KPH
# # #
2. Penyediaan staf pangkalan data Pemenuhan kebutuhan pegawai yang berkompeten
Kantor KPH
# # # # # # # # #
3. Pelatihan staf pangkalan data Peningkatan SDM Kantor KPH
# # # # # # # # #
4. Penyiapan perangkat pangkalan data
Optimalisasi perangkat pendukung
Kantor KPH
# # # # # # # # #
5. Penyusunan dan pengelolaan sistem pangkalan data
Optimalisasi sistem pangkalan data
Kantor KPH
# # #
6. Membangun manajemen pusat informasi
Membangun jejaring kerja serta feed back dari para pihak
Kantor KPH
# # #
Rasionalisasi Wilayah Kelola 1. Rasionalisasi aspek fisik
kawasan (silvikultur, tata guna hutan, eksplorasi potensi pada wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai dengan tingkat petak)
Kesesuaian pemanfaatan dan penggunaan kawasan
Wilayah KPH
# #
#
#
2. Rasionalisasi aspek non teknis (kelembagaan, organisasi dan personil)
Kesesuaian kelembagaan Kantor KPH
# #
#
#
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Program Kegiatan Tujuan Lokasi Waktu Pelaksanaan (Tahun 20.....)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Review Rencana Pengelolaan
1. Review rencana pengelolaan KPH
Melakukan penilaian atas rencana kerja dan kinerja KPH
Kantor KPH
# #
# #
2. Revisi Rencana pengelolaan KPH
Melakukan penilaian atas rencana kerja dan kinerja KPH
Kantor KPH
# #
#
3. Monitor pelaksanaan kegiatan pengelolaan
Melakukan penilaian atas rencana kerja dan kinerja KPH
Wilayah KPH # # # # # # # # # #
4. Evaluasi kegiatan pengelolaan Menyusun Rencana tindak lanjut
Kantor KPH # # # # # # # # # #
5. Pelaporan kegiatan pengelolaan Akuntabilitas kinerja KPH Kantor KPH
# # # # # # # # # #
Pengembangan Investasi
1. Penyusunan skema startegi investasi di wilayah KPH
Memberikan peluang investasi di wilayah KPH dengan memperhatikan kesesuaian ekologi dan kapasitas ekosistem yang ada melalui penataan ruang kelola KPH bersama dengan masyarakat
Kantor KPH
# # #
2. Implementasi investasi pada wilayah KPH
Wilayah KPH
# # # # # # # #
3. Meyelenggarakan KPH Expo, Mengikuti pameran dan exebisi
Menyesuaikan
# # # # # # # # #
4. Pelatihan forestpreneurship
Wilayah KPH
# # # # # # # # #
5. Pengembangan skema perdagangan karbon (REDD+)
Demplot pendidikan, penelitian dan pengembangan PHL
# # # # # # # # #
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Unit VII Way Waya (2016 – 2025)
Lampiran : Matrik Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
Sumber dana yang digunakan berasal dari :
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten (APBD II),
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi (APBD I),
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
4. Tugas Perbantuan (TP),
5. Dana Dekonsiliasi,
6. Global found,
7. Swadaya masyarakat
8. Sumber dana lain yang tidak mengikat dari pihak ketiga.
Lampung Tengah, Desember 2015
Plh.Kepala KPHL Unit VII (Way Waya)
Kabupaten Lampung Tengah
Hendro, BSc.F NIP.19620903 198903 1 007