Post on 05-May-2019
1
KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan
yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang
didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh
Kementerian/Lembaga, instansi internasional, maupun hasil dari diskusi terbatas
perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa
Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.
Publikasi triwulan II tahun 2018 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan II tahun 2018. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan
negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi
perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia
triwulan II tahun 2018 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan
investasi dan kerja sama internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian
daerah.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun
dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan
publikasi ini dapat tercapai.
Jakarta, September 2018
Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS
i
Ringkasan Eksekutif
Pada tahun 2018, perekonomian global diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi
dari realisasi tahun 2017, yaitu mencapai 3,9 persen (YoY). Hal ini didorong oleh
harga komoditas internasional yang masih mengalami peningkatan terutama untuk
komoditas energi dan pangan pertanian. Pertumbuhan negara-negara di dunia
diperkirakan tidak merata, disebabkan oleh peningkatan harga minyak, imbal hasil
di Amerika Serikat yang lebih tinggi, ketegangan perdagangan, dan tekanan pada
pasar mata uang beberapa negara yang secara fundamental mengalami pelemahan.
Pada triwulan II tahun 2018, perekonomian Amerika Serikat (AS) mampu tumbuh
2,8 persen (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh ekspor yang tumbuh 5,7 persen
(YoY) dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 2,7 persen (YoY). Jepang tumbuh
hampir sama dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 1,0 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi masyarakat yang meningkat
didukung oleh kondisi pasar tenaga kerja yang membaik dan penguatan investasi
yang sejalan dengan peningkatan permintaan mesin.
Sementara itu, Tiongkok tumbuh sebesar 6,7 persen (YoY), sedikit lebih rendah dari
triwulan I tahun 2018 maupun triwulan II tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh
perlambatan ekspor dan investasi akibat isu perang dagang dengan AS yang semakin
menguat yang menyebabkan penurunan produksi industri. Kawasan Eropa tumbuh
sebesar 2,2 persen (YoY) yang disebabkan oleh pelemahan pertumbuhan di Spanyol
dan Perancis yang masing-masing tumbuh 2,7 persen (YoY) dan 1,7 persen (YoY)
pada triwulan II tahun 2018.
Perekonomian Indonesia pada triwulan II tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 5,3
persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan II tahun 2017 maupun triwulan I
tahun 2018 yang tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY) dan 5,1 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya perekonomian global
meskipun melambat dari triwulan sebelumnya. Dari sisi domestik, kinerja tersebut
dipengaruhi oleh membaiknya konsumsi masyarakat, meningkatnya konsumsi
pemerintah dan terjaganya ekspor barang dan jasa. Secara regional, dengan rata-
rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2018 mengalami defisit
sebesar USD4,3 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan II tahun 2017 yang
mengalami surplus sebesar USD0,7 miliar maupun triwulan I tahun 2018 yang defisit
sebesar USD3,9 miliar. Defisit NPI pada triwulan II tahun 2018 yang lebih tinggi
tersebut terutama dipengaruhi oleh defisit neraca transaksi berjalan yang lebih
tinggi serta surplus transaksi modal dan finansial yang masih rendah. Dari sisi neraca
perdagangan, nilai total ekspor Indonesia hingga triwulan II tahun 2018 mencapai
ii
USD 88.018,5 juta atau meningkat 10,0 persen (YoY) dibandingkan periode yang
sama tahun 2017. Sementara itu, total impor Indonesia hingga triwulan II tahun
2018 mencapai 89.040,3 juta USD atau meningkat 23,1 persen (YoY) dibandingkan
periode yang sama tahun 2017.
Realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp833,4 triliun atau 44,0 persen
dari target APBN 2018. Realisasi tersebut meningkat dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh kinerja positif baik dari sisi
penerimaan perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Sementara itu, realisasi belanja negara hingga Juni 2018 mencapai Rp944,0 triliun
atau 42,5 persen dari target APBN. Realisasi tersebut sedikit menurun dari realisasi
pada periode yang sama di tahun 2017, yaitu sebesar 42,9 persen dari target APBN.
Hal tersebut disebabkan oleh realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada Juni
2018 yang menurun menjadi 50,3 persen terhadap target APBN, lebih rendah
dibandingkan Juni 2017 yang mencapai 51,6 persen.
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan II tahun
2018 mencapai Rp80,6 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan II tahun 2017 atau
tumbuh sebesar 32,1 persen (YoY). Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing
(PMA) pada triwulan II tahun 2018 terkontraksi sebesar 13,5 persen (YoY). Kenaikan
realisasi PMA terjadi di sektor tersier dengan pertumbuhan sebesar 8,9 persen
(YoY), sedangkan sektor primer dan sekunder mengalami penurunan dengan
pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 5,8 persen (YoY) dan 33,7 persen
(YoY).
Produksi mobil pada triwulan II tahun 2018 mencapai 261.615 unit, atau mengalami
kenaikan sebesar 4,8 persen dibandingkan dengan triwulan II tahun 2017. Kenaikan
produksi tersebut didorong oleh kenaikan produksi truk lebih besar dari 24 ton (79,0
persen) dan bus 5-24 ton (49,5 persen). Sementara itu, penjualan motor kembali
tumbuh positif pada triwulan II tahun 2018, melanjutkan tren pertumbuhan positif
sejak triwulan I tahun 2018. Penjualan tersebut mencapai 1,6 juta atau tumbuh
sebesar 19,0 persen, pertumbuhan tertinggi sejak penurunan penjualan motor akhir
tahun 2014. Peningkatan penjualan ini dapat menjadi indikasi perbaikan daya beli
masyarakat menengah sejalan dengan kenaikan harga komoditas meskipun tren ini
masih perlu diamati keberlanjutannya.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA .......................................................................... 3
Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................... 3
Tingkat Pengangguran ..................................................................................... 5
Inflasi Dunia ..................................................................................................... 6
Suku Bunga Kebijakan ...................................................................................... 8
Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD ............................................................ 10
Perkembangan Harga Komoditas Di Pasar Internasional .............................. 13
Harga Minyak Dunia dan Gas Alam ..................................................... 15
Cadangan Devisa ............................................................................................ 16
Perkiraan Ekonomi Dunia .............................................................................. 18
Risiko Global .................................................................................................. 21
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ................................................................. 25
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................................. 25
Perkembangan Ekonomi Daerah ................................................................... 33
Indeks Tendensi Konsumen dan Indeks Tendensi Bisnis ............................... 38
Indeks Tendensi Konsumen ................................................................. 38
Indeks Tendensi Bisnis ......................................................................... 39
Indeks Keyakinan Konsumen ......................................................................... 41
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ....................................................................... 45
Pertumbuhan Industri Pengolahan................................................................ 45
Perkembangan Penjualan Komoditas Industri Utama................................... 48
Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI).......................................... 51
Investasi Sektor Industri ................................................................................ 52
Tenaga Kerja di Sektor Industri Pengolahan .................................................. 54
Pertumbuhan Wisatawan Mancanegara ....................................................... 55
PERKEMBANGAN KEUANGAN NEGARA ................................................................... 59
Pendapatan Negara dan Hibah ...................................................................... 59
Belanja Pemerintah ....................................................................................... 61
Pembiayaan Pemerintah ............................................................................... 64
iv
Posisi Utang Pemerintah ..................................................................... 65
Surat Berharga Negara ........................................................................ 66
Pinjaman Luar Negeri .......................................................................... 67
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA........................................................ 71
Perdagangan Internasional ............................................................................ 71
Perkembangan Ekspor ......................................................................... 71
Perkembangan Impor .......................................................................... 75
Kerjasama Ekonomi Intenasional ........................................................ 78
Perdagangan Domestik .................................................................................. 90
Perkembangan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor ...................................................................................... 90
Perkembangan Koefisien Variasi Antar Waktu Dan Wilayah .............. 91
Box 1. Isu Terkini: Perundingan IA-CEPA dan RCEP Agreement .......... 94
PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN ............................................................... 99
Transaksi Berjalan ........................................................................................ 101
Perkembangan Neraca Perdagangan ................................................ 101
Neraca Pendapatan ........................................................................... 104
Neraca Modal dan Finansial ........................................................................ 105
Cadangan Devisa .......................................................................................... 107
PERKEMBANGAN INVESTASI .................................................................................. 111
Perkembangan Investasi .............................................................................. 111
Realisasi Investasi ........................................................................................ 112
Realisasi Per Sektor ........................................................................... 112
Realisasi Per Lokasi ............................................................................ 113
Realisasi per Negara .......................................................................... 116
Box 2. Isu Terkini: Perlambatan Investasi di Tengah Tekanan
Dinamika Global dan Persiapan Menghadapi Tahun Politik ............. 117
PERKEMBANGAN MONETER DAN PASAR KEUANGAN .......................................... 121
Perkembangan Moneter .............................................................................. 121
Nilai Tukar Rupiah ............................................................................. 121
Inflasi ................................................................................................. 123
Indeks Harga Bahan Pokok Nasional ................................................. 126
Jumlah Uang Beredar ........................................................................ 127
Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia .............................................. 129
Respon Kebijakan Moneter ............................................................... 130
Perkembangan Perbankan ................................................................ 131
v
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) ........................ 136
Perkembangan Pasar Modal ............................................................. 137
Perkembangan Pasar Saham ............................................................. 137
Perkembangan Pasar Obligasi ........................................................... 139
Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah .................................. 141
LAMPIRAN .............................................................................................................. 149
Lampiran 1: Inflasi Domestik (Bagian 1) ...................................................... 149
Lampiran 2: Inflasi Domestik (Bagian 2) ...................................................... 150
Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang ............................................................. 151
Lampiran 4: Harga Bahan Pokok Nasional ................................................... 152
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tingkat Inflasi Global Triwulan II Tahun 2018 (% YoY) ............................... 8
Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara, Tahun 2018 (persen) .............. 10
Tabel 3. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih, Tahun 2018 ................ 14
Tabel 4. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia, Tahun 2017-2018 ............ 16
Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral,
Tahun 2018 (miliar USD) ........................................................................... 17
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF, Tahun 2016-2018 ............. 18
Tabel 7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB,
Tahun 2017-2019 (YoY) ............................................................................ 20
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017
–Triwulan II Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ....................... 28
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017-
Triwulan II Tahun 2018 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ........ 30
Tabel 10. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi
di Pulau Jawa Tahun 2017-2018 ............................................................... 34
Tabel 11. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi
di Pulau Sumatera Tahun 2017-2018 ....................................................... 35
Tabel 12. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi
di Pulau Kalimantan Tahun 2017-2018 .................................................... 36
Tabel 13. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi
di Pulau Sulawesi Tahun 2017-2018 ......................................................... 36
Tabel 14. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan
Nusa Tenggara Tahun 2017-2018 ............................................................. 37
Tabel 15. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan
Nusa Tenggara Tahun 2017-2018 ............................................................. 37
Tabel 16. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2017–Triwulan II
Tahun 2018 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ...................... 38
Tabel 17. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan I
dan Triwulan II Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha
dan Komponen Pembentuknya ................................................................ 40
Tabel 18. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari – Juli 2018..................... 41
Tabel 19. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah,
2012 – Q22018 (Rp triliun) ....................................................................... 59
Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa,
Tahun 2012-Q12018 (Rp triliun) ............................................................... 64
Tabel 21. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN,
Triwulan II 2017-2018 (Rp triliun) ............................................................ 65
Tabel 22. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan,
viii
Tahun 2012 – 2018 (Rp triliun) ................................................................. 66
Tabel 23. Posisi Pinjaman Luar Negeri Berdasarkan Kreditur,
2012 - Mei 2018 (Juta USD) ...................................................................... 67
Tabel 24. Perkembangan Ekspor sampai dengan Triwulan II Tahun 2018 .............. 71
Tabel 25. Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Menurut
Golongan Barang Terpilih hingga Triwulan II Tahun 2018 ....................... 73
Tabel 26. Perkembangan Volume Ekspor Nonmigas Menurut
Golongan Barang Terpilih hingga Triwulan II Tahun 2018 ....................... 74
Tabel 27. Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Berdasarkan
Negara Tujuan Utama hingga Triwulan II Tahun 2018 ............................. 75
Tabel 28. Perkembangan Impor sampai dengan
Triwulan II Tahun 2018 (Juta USD) ........................................................... 76
Tabel 29. Perkembangan Nilai Impor Nonmigas Menurut
Golongan Barang Terpilih hingga Triwulan II Tahun 2018 ....................... 77
Tabel 30. Perkembangan Nilai Impor Nonmigas Berdasarkan
Negara Asal Utama hingga Triwulan II Tahun 2018 ................................. 78
Tabel 31. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Mei 2018) ....................... 78
Tabel 32. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia
Periode Januari – Juni Tiap Tahun (Direct Only) ....................................... 79
Tabel 33. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia
Periode Januari – Desember Tiap Tahun (Direct Only) ............................ 80
Tabel 34. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA
di Kawasan Oseania (ribu USD) ................................................................ 82
Tabel 35. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA
di Kawasan Asia Selatan (ribu USD) .......................................................... 83
Tabel 36. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA
di Kawasan Asia Tenggara (ribu USD) ....................................................... 84
Tabel 37. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA
di Kawasan Afrika (ribu USD) .................................................................... 88
Tabel 38. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA
di Kawasan Eropa (ribu USD) .................................................................... 89
Tabel 39. Perkembangan PDB Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor hingga triwulan II tahun 2018 ......... 90
Tabel 40. Harga Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional
hingga Triwulan II Tahun 2018 (Rupiah) ................................................... 91
Tabel 41. Koefisien Variasi Harga Antarwaktu Barang Kebutuhan Pokok
Tingkat Nasional hingga Triwulan II Tahun 2018 ...................................... 92
Tabel 42. Koefisien Variasi Harga Antarwilayah Barang Kebutuhan Pokok
hingga Triwulan II Tahun 2018 ................................................................. 93
Tabel 43. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2016-
ix
Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD) ...................................................... 100
Tabel 44. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan II Tahun 2018 (persen).......... 111
Tabel 45. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Investasi
PMDN dan PMA Triwulan II Tahun 2018 Berdasarkan Sektor ............... 112
Tabel 46. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2018 ............... 113
Tabel 47. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Investasi PMDN
Triwulan II Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (Rp triliun) ......................... 114
Tabel 48. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Investasi PMA
Triwulan II Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (USD juta) .......................... 115
Tabel 49. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2018 ................ 115
Tabel 50. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA
Triwulan II Tahun 2018 ........................................................................... 116
Tabel 51. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan II Tahun 2018 ................................... 124
Tabel 52. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen,
April-Juni 2018 (dalam %) ....................................................................... 124
Tabel 53. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap
Pembentukan Inflasi Bulanan, April-Juni 2018 ....................................... 125
Tabel 54. Struktur Suku Bunga Operasi Moneter Reverse Repo (persen) ............. 129
Tabel 55. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional
di Indonesia Tahun 2017 – 2018 (Miliar Rp)........................................... 134
Tabel 56. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor 2016–2018 ............................... 144
Tabel 57. Nilai Tukar Mata Uang ............................................................................ 151
Tabel 58. Harga Bahan Pokok Nasional ................................................................. 152
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Tahun 2018
di Beberapa Negara (YoY) ...................................................................... 4
Gambar 2. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara Tahun 2016-
Triwulan II Tahun 2018 .......................................................................... 6
Gambar 3. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang
terhadap USD per akhir April-Juli 2018 (% YtD) .................................. 12
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2015-
Triwulan II Tahun 2018 (persen) ......................................................... 25
Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar Indonesia
pada Triwulan I Tahun 2017-Triwulan II Tahun 2018 (Persen) ........... 33
Gambar 6. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2015-
Triwulan II Tahun 2018 ........................................................................ 40
Gambar 7. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Nonmigas 2011-
Triwulan II Tahun 2018 (YoY, persen) .................................................. 45
Gambar 8. Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan
Nonmigas Triwulan II Tahun 2018 (YoY, persen) ................................ 47
Gambar 9. Komposisi Pertumbuhan PDB Subsektor Industri
Pengolahan Nonmigas Triwulan II Tahun 2018 ................................... 48
Gambar 10. Produksi Mobil Triwulan I Tahun 2016–Triwulan II Tahun 2018 ........ 48
Gambar 11. Penjualan Mobil Triwulan I Tahun 2016–Triwulan II Tahun 2018 ...... 49
Gambar 12. Penjualan Motor Triwulan I Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018 ...... 50
Gambar 13. Purchasing Manager Index Indonesia Januari 2016-Juli 2018 ........... 51
Gambar 14. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Industri
Triwulan I Tahun 2016- Triwulan II Tahun 2018 .................................. 52
Gambar 15. Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Industri Pengolahan
Triwulan I Tahun 2016- Triwulan II Tahun 2018 .................................. 53
Gambar 16. Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan ............................................ 54
Gambar 17. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara, Triwulan I
Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018 (YoY, persen) ............................. 55
Gambar 18. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan,
Juni 2018 (Rp triliun)........................................................................... 60
Gambar 19. Realisasi Komponen PNBP, Juni 2018 (Rp triliun) ................................ 61
Gambar 20. Perkembangan Komponen Belanja Negara
(% terhadap Target APBN) ................................................................... 61
Gambar 21. Perkembangan Beberapa Komponen Belanja
Pemerintah Pusat, Maret 2018 (Rp triliun) ......................................... 62
Gambar 22. Realisasi Belanja Modal dan Subsidi (% terhadap Target APBN) ......... 63
Gambar 23. Perkembangan Realisasi Defisit APBN,
xi
Juni 2017 dan Juni 2018 (Rp triliun) .................................................... 64
Gambar 24. Perkembangan Rasio Utang Pemerintah Pusat,
2013-2018 (% PDB dan Rp triliun) ....................................................... 66
Gambar 25. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor
(% Total SBN) ....................................................................................... 67
Gambar 26. Nilai Ekspor Indonesia sampai dengan Triwulan II
Tahun 2018 (Juta USD) ........................................................................ 71
Gambar 27. Nilai Impor Indonesia sampai dengan Triwulan II
Tahun 2018 (Juta USD) ........................................................................ 75
Gambar 28. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap
Total SKA Preferensi ............................................................................ 81
Gambar 29. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap
Total SKA Nonpreferensi ..................................................................... 81
Gambar 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2016-
Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD) ................................................... 99
Gambar 31. Neraca Perdagangan Barang Triwulan I Tahun 2015-
Triwulan II Tahun 2018 ...................................................................... 101
Gambar 32. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2016-
Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD) ................................................. 102
Gambar 33. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi
Triwulan I Tahun 2017-Triwulan II Tahun 2018 ................................. 103
Gambar 34. Neraca Pendapatan Investasi Triwulan I Tahun 2016-
Triwulan II Tahun 2018 (USD Miliar) ................................................. 104
Gambar 35. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2016-
Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD) ................................................. 105
Gambar 36. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2016-
Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD) ................................................. 106
Gambar 37. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp per USD) ........ 122
Gambar 38. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5,
Juni 2011 – Juni 2018 (2010=100) ..................................................... 123
Gambar 39. Perkembangan Indeks Harga Komoditas
Bahan Pokok Nasional, Januari 2016-Juni 2018 ................................ 127
Gambar 40. Perkembangan Uang Beredar Triwulan II Tahun 2018 ...................... 128
Gambar 41. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional
di Indonesia 2016 – 2018 .................................................................. 131
Gambar 42. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional
di Indonesia Tahun 2016 –2018 ........................................................ 132
Gambar 43. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional
di Indonesia Tahun 2016–2018 ......................................................... 133
Gambar 44. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
xii
berdasarkan Sektor Ekonomi* .......................................................... 135
Gambar 45. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi
Pasar Saham Tahun 2016–2018 ........................................................ 137
Gambar 46. Perkembangan Obligasi Korporasi 2016–2018 .................................. 139
Gambar 47. Perkembangan Jumlah Perusahaan Dana Pensiun
Tahun 2015–2018* ............................................................................ 140
Gambar 48. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah Tahun 2016-2018 ........... 141
Gambar 49. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan
Syariah 2016 – 2018 .......................................................................... 142
Gambar 50. Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Tahun 2016–2018 ........... 143
Gambar 51. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham
ISSI dan JII Tahun 2016-2018 ............................................................. 145
Gambar 52. Perkembangan Sukuk Korporasi (outstanding)
2016–2018 (Triliun Rp) ...................................................................... 146
Gambar 53. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2016 – 2018 ................................... 147
Gambar 54. Inflasi YoY 82 Kabupaten/Kota April – Juni 2018 ............................... 149
Gambar 55. Inflasi MtM 82 Kabupaten/Kota April – Juni 2018 ............................. 150
1
2
3
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perkiraan pertumbuhan ekonomi global masih sama
dengan perkiraan pada bulan April 2018 yakni
sebesar 3,9 persen. Namun demikian, pertumbuhan
negara-negara di dunia diperkirakan tidak merata
yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak,
imbal hasil di Amerika Serikat yang lebih tinggi,
ketegangan perdagangan, dan tekanan pada pasar
mata uang beberapa negara yang secara
fundamental mengalami pelemahan. Hal ini juga
mempengaruhi proyeksi pertumbuhan negara-
negara berkembang yang semakin tidak merata.
Negara berkembang diproyeksi mampu tumbuh 4,9
persen pada tahun 2018 dan 5,1 persen pada tahun
2019.
Harga komoditas internasional juga masih
mengalami peningkatan. Tren peningkatan ini terus
berlanjut terutama untuk komoditas energi dan
pangan pertanian. Harga minyak dunia masih
mengalami peningkatan didorong oleh peningkatan
permintaan dan perjanjian pembatasan produksi
oleh negara-negara produsen minyak. Harga
komoditas pertanian seperti kakao dan kopi juga
mengalami peningkatan. Untuk kelompok
komoditas logam dan mineral, nikel mengalami
peningkatan yang paling tinggi sepanjang triwulan II
tahun 2018 karena peningkatan permintaan.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada
triwulan II tahun 2018 mampu tumbuh 2,8 persen
(YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh ekspor yang
tumbuh 5,7 persen terutama ekspor barang yang
tumbuh 7,2 persen (YoY). Konsumsi masyarakat juga
mampu tumbuh lebih tinggi mencapai 2,7 persen
(YoY), didukung oleh konsumsi barang tahan lama
yang tumbuh 6,8 persen (YoY).
Harga komoditas internasional juga masih mengalami peningkatan terutama untuk komoditas energi dan pangan pertanian.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 yakni sebesar 3,9 persen.
Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan II tahun 2018 mampu tumbuh 2,8 persen (YoY).
4
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Tahun 2018 di Beberapa Negara (YoY)
Sumber: BEA, ECB, NBC, SingStat, Statistics Japan (diolah)
Ekonomi kawasan Eropa tumbuh 2,2 persen (YoY)
pada triwulan II tahun 2018, melambat dari triwulan
I tahun 2018, yang didorong oleh pelemahan
pertumbuhan di Spanyol dan Perancis yang masing-
masing tumbuh 2,7 persen dan 1,7 persen pada
triwulan II tahun 2018. Selain itu, inflasi yang
mengalami tren meningkat menahan pengeluaran
konsumsi masyarakat.
Pertumbuhan Tiongkok pada triwulan II tahun 2018
tumbuh 6,7 persen (YoY). Pertumbuhan ini sedikit
lebih rendah dari triwulan I tahun 2018 maupun
triwulan II tahun 2017. Hal ini didorong oleh
perlambatan ekspor dan investasi, karena isu perang
dagang dengan AS yang semakin menguat yang
kemudian menyebabkan penurunan produksi
industri. Selain itu, isu risiko keuangan juga menjadi
salah satu yang menahan laju pertumbuhan
ekonomi Tiongkok, yang tercermin dari
pertumbuhan kredit yang melambat.
Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan II
tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 1,0 persen
(YoY), hampir sama dengan triwulan I tahun 2018
namun lebih rendah bila dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun 2017.
Pertumbuhan Jepang didorong oleh konsumsi
Ekonomi kawasan Eropa tumbuh 2,2 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2018.
Tiongkok pada triwulan II tahun 2018 tumbuh 6,7 persen (YoY).
Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan II tahun 2018 mampu tumbuh sebesar 1,0 persen (YoY).
1,5
2,3 1,91,8 1,9 2,1 2,3 2,5 2,6
2,8
1,71,7 1,7
1,9 2,0 2,5 2,72,7
2,4 2,2
6,7 6,7 6,7 6,8 6,9 6,9 6,8 6,8 6,8 6,7
0,5 0,9 1,1
1,71,5 1,4 1,7 1,5
0,9 1,01,9 1,91,2
2,9 2,53,0
5,4
3,1
4,33,8
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Amerika Serikat Uni Eropa Tiongkok Jepang Singapura
5
masyarakat yang meningkat didukung oleh kondisi
pasar tenaga kerja yang membaik dan penguatan
investasi yang sejalan dengan peningkatan
permintaan mesin. Namun demikian, ekspor
mengalami perlambatan pada triwulan II tahun
2018.
Tingkat Pengangguran
Mayoritas tingkat pengangguran beberapa negara di
dunia mengalami penurunan sepanjang periode
triwulan II tahun 2018. Tingkat pengangguran Brazil
pada triwulan II tahun 2018 sebesar 12,4 persen
mengalami penurunan dibandingkan triwulan I
tahun 2018. Jumlah orang bekerja pada triwulan II
tahun 2018 meningkat mencapai 91 juta orang
dengan jumlah pengangguran yang menurun dari
13,8 juta orang pada triwulan II tahun 2017 menjadi
13,2 juta pada triwulan II tahun 2018. Namun
demikian, pekerja sektor informal meningkat.
Pasar tenaga kerja AS juga mengalami penguatan
pada triwulan II tahun 2018. Hal ini menyebabkan
penurunan tingkat pengangguran pada triwulan II
tahun 2018 menjadi sebesar 3,9 persen. Tingkat
pengangguran ini menurun 0,1 persen dari 4,0
persen pada triwulan I tahun 2018. Hal ini didorong
oleh aktivitas manufaktur seiring dengan
permintaan yang meningkat untuk industri
manufaktur.
Tingkat pengangguran Jepang pada triwulan II tahun
2018 cenderung mengalami penurunan seiring
dengan penambahan jumlah pekerja oleh
perusahaan. Selain itu, faktor upah yang meningkat
juga menjadi salah satu penyebab jumlah orang yang
bekerja meningkat. Namun demikian, kondisi
penuaan penduduk masih menjadi tantangan pasar
tenaga kerja dimana rasio jumlah pekerjaan
terhadap pelamar pekerjaan di Jepang sebesar 1,62,
Tingkat pengangguran Brazil pada triwulan II tahun 2018 sebesar 12,4 persen mengalami penurunan dibandingkan triwulan I tahun 2018.
Pasar tenaga kerja AS juga mengalami penguatan pada triwulan II tahun 2018.
Tingkat pengangguran Jepang pada triwulan II tahun 2018 cenderung mengalami penurunan.
6
paling tinggi semenjak tahun 1974. Artinya, ada 162
posisi pekerjaan untuk 100 orang penduduk Jepang.
Tingkat pengangguran di Singapura pada triwulan II
tahun 2018 mengalami peningkatan 0,1 persen
dibandingkan dengan triwulan I tahun 2018. Tingkat
pengangguran Singapura mencapai 2,1 persen pada
triwulan II tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh masih
terus berlanjutnya peningkatan jumlah angkatan
kerja. Pengurangan tenaga kerja pada sektor
manufaktur juga mengalami peningkatan semenjak
triwulan I tahun 2018.
Gambar 2. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018
Sumber: Bloomberg (diolah)
Inflasi Dunia
Inflasi Brazil pada triwulan II tahun 2018 mengalami
peningkatan. Pada bulan Juni 2018, inflasi Brazil
mencapai 4,4 persen. Inflasi ini merupakan yang
tertinggi sejak bulan Maret 2017. Hal ini disebabkan
oleh kenaikan harga pada makanan dan bahan bakar
karena adanya pemogokan yang dilakukan oleh
pengemudi truk. Namun demikian, inflasi ini masih
dalam rentang target sebesar 3,0-6,0 persen.
Pada bulan Juni 2018, inflasi Brazil mencapai 4,4 persen.
Tingkat pengangguran Singapura mencapai 2,1 persen pada triwulan II tahun 2018.
0,00
5,00
10,00
15,00
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018Brazil United Kingdom Euro Area
China Japan Australia
Singapore United States
7
Inflasi India juga mulai mengalami peningkatan. Hal
ini didorong oleh meningkatnya harga-harga
makanan dan minuman. Selain itu, harga-harga
untuk pakaian dan alas kaki, bahan bakar, dan listrik
juga mengalami peningkatan. Inflasi inti juga
mengalami peningkatan dari bulan Mei 2018
sebesar 6,3 persen menjadi 6,6 persen pada bulan
Juni 2018. Inflasi India meningkat mencapai 5,8
persen pada bulan Juni 2018 dari bulan Mei sebesar
4,4 persen.
Inflasi Tiongkok juga mengalami peningkatan 0,1
persen pada bulan Juni 2018 dibandingkan bulan
Mei 2018. Inflasi ini didorong oleh peningkatan
harga komoditas terutama minyak dan juga
dipengaruhi oleh efek pada periode yang sama
tahun sebelumnya yang rendah (low base effect).
Inflasi Tiongkok pada bulan Juni 2018 mencapai 1,9
persen.
Inflasi Singapura mengalami peningkatan mencapai
0,6 persen pada bulan Juni 2018. Hal ini didorong
oleh peningkatan yang tinggi pada harga makanan
dan jasa. Harga makanan meningkat 1,5 persen pada
bulan Juni dari sebelumnya pada bulan Mei 2018
sebesar 1,3 persen yang didorong oleh peningkatan
harga makanan mentah. Inflasi jasa disebabkan oleh
menguatnya pengeluaran untuk liburan dan biaya
jasa telekomunikasi. Inflasi jasa meningkat
mencapai 1,7 persen dari sebelumnya bulan Mei
2018 sebesar 1,6 persen.
Inflasi Filipina juga mengalami peningkatan pada
triwulan II tahun 2018 mencapai 5,2 persen pada
bulan Juni 2018. Hal ini didorong oleh peningkatan
harga-harga seperti perumahan, air, listrik, gas, dan
bahan bakar. Selain itu, peningkatan terjadi pada
harga bahan makanan seperti beras, jagung, roti,
daging, dan sayuran. Inflasi Vietnam juga meningkat
Inflasi India meningkat mencapai 5,8 persen pada bulan Juni 2018.
Inflasi Tiongkok pada bulan Juni 2018 mencapai 1,9 persen meningkat dari bulan Mei 2018
Inflasi Singapura mengalami peningkatan didorong oleh peningkatan yang tinggi pada harga makanan dan jasa.
Inflasi Filipina dan Vietnam juga mengalami peningkatan masing-masing 5,2 persen dan 4,7 persen pada bulan Juni 2018.
8
pada bulan Juni 2018 mencapai 4,7 persen yang
disebabkan oleh peningkatan harga makanan.
Tabel 1. Tingkat Inflasi Global Triwulan II Tahun 2018 (% YoY)
April Mei Juni
Indonesia 3,4 3,2 3,1
BRIC
Brazil 2,8 2,9 4,4
Russia 2,4 2,4 2,3
India 3,2 4,4 5,8
Tiongkok 1,8 1,8 1,9
ASEAN
Singapura 0,2 0,4 0,6
Malaysia 1,3 1,8 0,8
Thailand 1,0 1,5 1,4
Filipina 4,5 4,6 5,2
Vietnam 2,8 3,9 4,7
Negara Maju
Kawasan Euro 1,2 1,9 2,0
Amerika Serikat 2,5 2,8 2,9
Inggris 2,5 2,4 2,4
Jepang 0,6 0,7 0,7
Sumber: Bloomberg, data
Suku Bunga Kebijakan
Bank Sentral Tiongkok memutuskan untuk tidak
mengubah suku bunga acuan sepanjang triwulan II
tahun 2018. People’s Bank of China (PBoC) menahan
tingkat suku bunga pada tingkat 2,55 persen. PBoC
memilih untuk mempertahankan untuk menjaga
kebijakan moneter netral seiring dengan upaya
mempertahankan pertumbuhan yang seimbang dan
mencegah risiko. Bank Sentral memilih untuk
meningkatkan likuiditas ke dalam sistem keuangan
melalui operasi pasar terbuka.
Suku bunga acuan Bank Sentral Tiongkok sepanjang triwulan II tahun 2018 tidak berubah.
9
The Reserve Bank of India (RBI) meningkatkan suku
bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan Juni
2018. Hal ini didorong oleh laju inflasi di India yang
meningkat dan ekonomi yang terus tumbuh. Ini
merupakan pertama kali RBI menaikkan kembali
suku bunga acuannya semenjak tahun 2014.
The Fed mengumumkan kenaikan tingkat suku
bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi antara
1,75-2,00. Tingkat inflasi merupakan salah satu
pendorong The Fed menaikkan tingkat suku bunga
acuan. Tingkat inflasi di AS masih dibawah target The
Fed sebesar 2,0 persen.
Bank sentral Filipina menaikkan tingkat suku bunga
acuan pada bulan Juni 2018. Peningkatan suku
bunga sepanjang triwulan II tahun 2018 dilakukan
sebanyak dua kali pada bulan Mei dari 3,0 persen
menjadi 3,25 persen. Bulan Juni 2018, suku bunga
dinaikkan kembali menjadi 3,5 persen. Kenaikan ini
didorong oleh depresiasi nilai tukar peso terhadap
dolar AS, dan harga komoditas yang meningkat
terutama harga minyak.
Bank sentral Malaysia memilih untuk
mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat
3,25 persen. Bank sentral Malaysia melihat bahwa
pertumbuhan Malaysia masih terus menguat dan
inflasi masih terjaga stabil. Sementara itu, Bank
Indonesia menaikkan suku bunga acuan sepanjang
periode triwulan II tahun 2018 dalam rangka
menjaga daya saing pasar keuangan domestik,
mengantisipasi ketidakpastian global yang
meningkat, dan menyeimbangkan suku bunga
terhadap negara lain. Bank Indonesia menaikkan
suku bunga acuan menjadi 4,75 persen pada bulan
Mei 2018 dan menjadi 5,25 persen pada bulan Juni
2018.
The Fed menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi antara 1,75-2,00.
The Reserve Bank of India (RBI) meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan Juni 2018.
Bank sentral Filipina menaikkan tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali sepanjang triwulan II tahun 2018.
Bank Sentral Malaysia masih mempertahankan tingkat suku bunga 3,25 persen sedangkan Bank Indonesia meningkatkan suku bunga dari 4,75 pada bulan mei 2018 menjadi 5,25 pada bulan Juni 2018.
10
Tabel 2. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara, Tahun 2018 (persen)
April Mei Juni
BRIC
Brazil 6,50 6,50 6,50
Russia 7,25 7,25 7,25
India 6,25 6,25 6,50
Tiongkok 2,55 2,55 2,55
ASEAN
Indonesia 4,25 4,75 5,25
Thailand 1,50 1,50 1,50
Filipina 3,00 3,25 3,50
Malaysia 3,25 3,25 3,25
Vietnam 6,25 6,25 6,25
Negara Maju
Kawasan Euro 0,00 0,00 0,00
Amerika Serikat 1,5-1,75 1,5-1,75 1,75-2,00
Inggris 0,75 0,75 0,75
Jepang -0,1 -0,1 -0,1
Sumber: Bloomberg
Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami
depresiasi sepanjang triwulan II tahun 2018, sebagai
akibat dari peningkatan suku bunga acuan The Fed
untuk yang kedua kalinya sepanjang tahun 2018.
Peningkatan harga minyak dunia juga menyentuh
angka tertinggi selama 3 tahun terakhir.
Peningkatan harga minyak dunia memberikan
dampak tekanan terhadap rupiah, mengingat posisi
Indonesia sebagai net importir minyak.
Rubel Rusia juga mengalami pelemahan terhadap
dolar AS sepanjang triwulan II tahun 2018. Hal ini
didorong oleh harga minyak yang mulai menurun
pada bulan Juni 2018. Selain itu, sanksi baru yang
diberikan oleh AS terhadap Rusia juga menjadi
faktor pendorong pelemahan rubel terhadap dolar
AS seiring banyaknya aliran modal keluar dari Rusia.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami depresiasi sepanjang periode triwulan II tahun 2018.
Rubel Rusia juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS sepanjang triwulan II tahun 2018.
11
Rupee India juga mengalami pelemahan pada bulan
Juli 2018. Jika sebelumnya rupee masih mampu
terapresiasi terhadap dolar AS pada bulan Mei dan
Juni 2018. Hal ini sebagai dampak dari sentimen
negatif terhadap pertumbuhan global. Selain itu,
peningkatan harga minyak dunia dan impor minyak
dunia India yang meningkat, perang dagang antara
Tiongkok dan AS, dan aliran modal keluar yang
meningkat juga menjadi faktor pelemahan rupee
India.
Lira Turki menjadi salah satu mata uang yang
terdepresiasi paling besar sepanjang triwulan II
tahun 2018. Hal ini sebagai dampak dari suku bunga
acuan yang tidak berubah dan tren inflasi yang terus
meningkat. Faktor geopolitik juga menjadi salah satu
faktor dimana AS memberikan sanksi kepada dua
perdana menteri Turki terkait penahanan pendeta.
Rupee India juga mengalami pelemahan pada bulan Juli 2018.
Lira Turki juga salah satu mata uang yang terdepresiasi paling besar sepanjang triwulan II tahun 2018.
12
Gambar 3. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD per akhir April-Juli 2018 (%
YtD)
Sumber: Bloomberg
-6,53
10,36
6,27
7,92
-13,36
-1,58
-0,91
1,88
4,56
11,13
6,33
-28,30
3,50
7,79
-6,59
-5,66
5,55
2,58
5,30
3,90
-3,16
14,34
9,12
13,59
-7,16
-2,29
1,89
9,68
6,97
14,82
11,51
-13,26
10,27
12,90
-4,14
1,31
9,19
3,18
9,25
7,11
-3,04
12,72
8,16
11,75
-12,59
-1,40
0,76
8,34
7,48
11,14
7,71
-22,16
8,20
11,94
-5,58
0,59
7,89
2,58
6,07
3,86
-5,98
11,09
6,19
8,47
-16,04
-1,98
-0,80
4,89
5,60
11,08
6,99
-23,28
0,11
8,18
-7,07
-2,76
6,07
2,15
2,52
2,40
Rupiah Indonesia
Ringgit Malaysia
Dollar Singapura
Baht Thailand
Real Brazil
Rubel Rusia
Rupee India
Yuan China
Yen Jepang
Euro
Poundsterling Inggris
Lira Turki
Rand Afrika Selatan
Won Korea Selatan
Peso Filipina
Kyat Myanmar
Taiwan Dollar
Sol Peru
Peso Chili
Peso Kolombia
Apr-18 Mei 2018 Juni 2018 Juli 2018
13
Perkembangan Harga Komoditas Di Pasar Internasional
Harga komoditas masih melanjutkan tren yang
meningkat sepanjang triwulan II tahun 2018
terutama harga komoditas energi dan pangan
pertanian. Berdasarkan data Pink Sheet Bank Dunia,
pada triwulan II tahun 2018, peningkatan terjadi
pada komoditas batu bara Australia (25,5 persen,
(YoY)), minyak mentah WTI (36,8 persen, (YoY)).
Komoditas pertanian seperti kakao dan kopi robusta
masing-masing meningkat 32,1 persen (YoY) dan
32,3 persen (YoY). Harga logam dan mineral seperti
tembaga juga meningkat 21,2 persen (YoY) dan nikel
meningkat 50,8 persen.
Harga batu bara masih mengalami tren yang terus
meningkat pada triwulan II tahun 2018. Pada
periode ini, harga batu bara Australia mencapai
harga tertinggi pada bulan Mei 2018 mencapai
USD105,4. Hal ini didorong oleh peningkatan
permintaan di Tiongkok dan Asia Utara. Peningkatan
ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang lebih panas
daripada biasanya sehingga permintaan untuk
mesin pendingin dan industri meningkat.
Harga logam dan mineral juga mengalami
peningkatan semenjak awal tahun 2018. Harga nikel
menjadi komoditas dengan peningkatan tertinggi.
Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan
seiring terjadinya penurunan pasokan inventori
nikel global terutama Filipina dan Rusia.
Harga komoditas masih
dalam tren meningkat
sepanjang triwulan II
tahun 2018 terutama
harga komoditas energi
dan pangan pertanian.
Harga batu bara masih
mengalami tren yang
terus meningkat pada
triwulan II tahun 2018.
Harga logam dan
mineral juga mengalami
tren yang meningkat
pada awal tahun 2018.
14
Tabel 3. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih, Tahun 2018
Komoditas Unit Apr-18
Mei Q2-2018 (Sampai dg Mei 2018)
2018
Energi
Coal, Australia ($/mt) 94,2 105,4 99,8
Crude Oil, West Texas ($/bbl) 66,3 70 68,2
Pangan dan Pertanian
Cocoa ($/kg) 2,6 2,7 2,6
Coffee, robusta ($/kg) 3 3 3
Palm Oil ($/mt) 664 660 662
Soybeans ($/mt) 442 431 436,5
Woodpulp ($/mt) 875 875 875
Rubber*, Singapore/MYS ($/kg) 1,7 1,7 1,7
Sugar, world ($/kg) 0,3 0,3 0,3
Wheat, US SRW ($/mt) 198,8 209,9 204,4
Maize ($/mt) 175,6 179,1 177,3
Logam & Mineral
Copper ($/mt) 6851,5 6825,3 6838,4
Iron ore ($/dmtu) 65,8 66,1 65,9
Nickel ($/mt) 13938,1 14366,5 14152,3
Tin ($/mt) 21291,1 20858,8 21075
Zinc ($/mt) 3188,1 3059,9 3124
Inflasi Unit Apr-18 Mei-18
Perubahan terhadap periode
yang sama tahun lalu
Energi
Coal, Australia (%) -1,6 11,9 25,5
Crude Oil, West Texas (%) 5,6 5,5 36,8
Pertanian
Cocoa (%) 5 1,3 32,1
Coffe, robusta (%) 55,9 0,9 32,3
Palm Oil (%) -2,5 -0,6 -6,2
Soybeans (%) 2,3 -2,5 12,4
Woodpulp (%) 0 0 0
Rubber*, Singapore/MYS (%) -3,8 -2,1 -20,3
15
Inflasi Unit Apr-18 Mei-18
Perubahan terhadap periode
yang sama tahun lalu
Sugar, world (%) -11,6 2,7 -25,3
Wheat, US SRW (%) 11,5 5,6 17,7
Maize (%) 2,1 2 12,6
Logam & Mineral
Copper (%) 0,8 -0,4 21,2
Iron ore (%) 0 0,5 -0,6
Nickel (%) 4,1 3,1 50,8
Tin (%) 0,4 -2 5,1
Zinc (%) -2,5 -4 20
Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank
Harga Minyak Dunia dan Gas Alam
Harga minyak mentah dunia masih mengalami
peningkatan sepanjang triwulan II tahun 2018.
Meski sedikit menurun pada bulan Juni 2018 namun
harga minyak mentah dunia masih diatas USD70. Hal
ini didorong oleh masih tingginya permintaan
minyak mentah di pasar global terutama negara-
negara OECD. Selain itu, komitmen dari negara-
negara produsen minyak non-OPEC untuk
mengurangi stok minyak mentah global juga
menjadi penyebab masih tingginya harga minyak
mentah dunia. Faktor lain yang berpengaruh adalah
faktor geopolitik seperti sanksi ekonomi terhadap
Iran dan Venezuela yang semakin menurunkan
prospek pertumbuhan pasokan minyak mentah.
Tren peningkatan harga minyak mentah Indonesia
juga mengikuti tren peningkatan harga minyak
mentah dunia. Di kawasan Asia-Pasifik, permintaan
minyak oleh Tiongkok dan India yang meningkat
menyebabkan harga minyak mentah Indonesia
masih menguat. Namun demikian, pada bulan Juni
harga minyak mentah sedikit menurun karena
adanya penurunan permintaan minyak dari jepang
Harga minyak mentah dunia pada triwulan II tahun 2018 masih mengalami peningkatan
Tren peningkatan harga minyak mentah Indonesia juga mengikuti tren peningkatan harga minyak mentah dunia.
16
dan Korea dan menurunnya aktivitas pengolahan di
Tiongkok dan India seiring program pemeliharaan
kilang.
Tabel 4. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia, Tahun 2017-2018
Harga Minyak Mentah dan Gas Dunia
2017
2018 Rata-rata Bulanan
2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 April Mei Juni
Crude Oil (Rata-rata) 52,9 49,4 52,6 58,7 64,6 70,9 68,5 73,1 71,2 Crude Oil; Brent 54,1 50,2 54,7 61,5 66,9 74,9 71,8 77,0 75,9 Crude Oil; Dubai 52,9 49,7 53,3 59,2 64,0 71,4 67,1 73,5 73,6 Crude Oil; WTI 51,8 48,2 49,8 55,4 62,9 67,9 66,3 70,0 67,3 Indonesian Crude Price Oil 51,0 45,5 51,6 58,1 63,1 70,1 67,4 72,5 70,4 Gas Alam (US) 3,0 3,1 2,9 2,9 3,1 2,9 2,8 2,8 3,0
Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM, EIA
Harga gas alam juga mengalami peningkatan pada
triwulan II tahun 2018, terutama pada bulan Juni
2018 seiring dengan peningkatan permintaan bahan
bakar di pasar global yang meningkat. Peningkatan
harga gas juga terkait dengan peningkatan
permintaan gas alam karena cuaca yang lebih panas
untuk memenuhi kebutuhan untuk mesin pendingin
lebih tinggi dan gas alam menjadi sumber untuk
kebutuhan tersebut.
Cadangan Devisa
Cadangan devisa India pada triwulan II tahun 2018
mengalami peningkatan mencapai USD406,0 pada
bulan Juni 2018 dibandingkan dengan posisi pada
bulan Juni tahun 2017. Peningkatan ini didorong
oleh peningkatan aset mata uang asing dan emas.
Cadangan devisa Tiongkok masih menguat di
tengah perang dagang dengan AS. Hal ini didorong
oleh stabilitas pasar valuta asing di Tiongkok,
penguatan dolar AS, dan harga aset yang meningkat.
Cadangan devisa Thailand juga mengalami
peningkatan dibandingkan dengan posisi tahun lalu
karena adanya aliran modal masuk yang
menyebabkan surplus transaksi berjalan.
Harga gas alam juga mengalami peningkatan pada triwulan II tahun 2018 terutama pada bulan Juni 2018.
Peningkatan cadangan devisa India didorong oleh kepemilikan aset mata uang asing dan emas.
Cadangan devisa Tiongkok masih menguat ditengah perang dagang dengan AS.
17
Cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan
pada bulan Juni 2018. Hal ini sebagai akibat dari
upaya mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS. Penyebab lain adalah pembayaran utang
luar negeri pemerintah dan upaya menjaga
stabilitas rupiah ditengah ketidakpastian pasar
keuangan global.
Tabel 5. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral, Tahun 2018 (miliar USD)
Sumber: IMF, International Reserve Assets 2018
Juni'17 April'18 Mei'18 Juni'18 % YoY
BRIC
Brazil 377,2 380 382,5 379,5 0,6
Rusia 412,2 459,9 456,6 456,7 10,8
India 387,3 421,2 413,0 406,0 4,8
Tiongkok 3149,9 3221,4 3206,3 3205,6 1,8
ASEAN-5
Indonesia 123,1 124,8 122,9 119,8 -2,7
Malaysia 98,9 109,5 108,4 104,7 5,9
Singapura 266,3 287,7 287,9 288,1 8,2
Thailand 185,6 215,2 212,5 206,8 11,4
Filipina 81,3 79,6 79,2 77,5 -4,7
Jepang 1249,7 1255,9 1254,3 1258,5 0,7
Kawasan Euro
779,2 817,8 816,1 804,3 3,2
Inggris 147,3 154,8 158,5 155,5 5,6
Amerika Serikat
122 124,5 122,8 125,1 2,5
Cadangan devisa Indonesia mengalai penurunan pada bulan Juni 2018.
18
Perkiraan Ekonomi Dunia
Pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 masih
diperkirakan sama dengan proyeksi April 2018
sebesar 3,9 persen. Perbedaan pertumbuhan
diantara negara maju seperti AS dan Eropa serta
Jepang semakin melebar, begitu juga negara-negara
berkembang. Pertumbuhan negara yang menjadi
kurang merata disebabkan oleh peningkatan harga
minyak, imbal hasil di Amerika Serikat yang lebih
tinggi, ketegangan perdagangan, dan tekanan pada
pasar mata uang beberapa negara yang secara
fundamental mengalami pelemahan. Hal ini juga
mempengaruhi proyeksi pertumbuhan negara-
negara berkembang yang semakin tidak merata.
Negara berkembang diproyeksi mampu tumbuh 4,9
persen tahun 2018 dan 5,1 persen pada tahun 2019.
Tabel 6. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF, Tahun 2016-2018
WEO-IMF Realisasi Perkiraan
Kelompok Negara 2016 2017 2018 2019
Perbedaan dg April 2018
April Juli April Juli 2018 2019
Dunia 3,2 3,7 3,9 3,9 3,9 3,9 0,0 0,0
Negara Maju 1,7 2,3 2,5 2,4 2,2 2,2 -0,1 0,0 Amerika Serikat 1,5 2,3 2,9 2,9 2,7 2,7 0,0 0,0
Kawasan Eropa 1,8 2,3 2,4 2,2 2,0 1,9 -0,2 -0,1
Jerman 1,9 2,5 2,5 2,2 2,0 2,1 -0,3 0,1 Inggris 1,9 1,8 1,6 1,4 1,5 1,5 -0,2 0,0 Jepang 0,9 1,2 1,2 1,0 0,9 0,9 -0,2 0,0
Negara Berkembang 4,4 4,8 4,9 4,9 5,1 5,1 0,0 0,0 Tiongkok 6,7 6,9 6,6 6,6 6,4 6,4 0,0 0,0 India 7,1 6,7 7,4 7,3 7,8 7,5 -0,1 -0,3
ASEAN-5 4,9 5,3 5,3 5,3 5,4 5,3 0,0 -0,1
Amerika Latin dan Karibia
-0,7 1,3 2,0 1,6 2,8 2,6 -0,4 -0,2
Brazil -3,5 1,0 2,3 1,8 2,5 2,5 -0,5 0,0
Sub Sahara Afrika 1,4 2,8 3,4 3,4 3,7 3,8 0,0 0,1
Afrika Selatan 3,2 3,8 3,9 1,5 3,9 1,7 0,0 0,0
Sumber: World Economic Outlook, Juli 2018
Pertumbuhan ekonomi global diprediksi tumbuh 3,9 persen tahun 2018 dengan pertumbuhan yang kurang merata.
19
Pertumbuhan AS diperkirakan dalam jangka waktu
pendek menguat secara sementara dengan
pertumbuhan sebesar 2,9 persen pada tahun 2018
dan 2,7 persen pada tahun 2019. Stimulus fiskal dan
permintaan swasta yang menguat memberikan
dampak kepada output yang melampaui potensial
dan menurunkan tingkat pengangguran, serta
tekanan inflasi. Impor juga meningkat seiring
dengan peningkatan permintaan domestik. Hal ini
mendorong peningkatan defisit transaksi berjalan
dan memperlebar ketidakseimbangan global.
Pertumbuhan kawasan Eropa diproyeksi mengalami
perlambatan dari 2,4 persen tahun 2017 menjadi 2,2
persen tahun 2018 dan 1,9 persen tahun 2019. Hal
ini seiring dengan pertumbuhan beberapa negara
seperti Jerman, Perancis, dan Italia yang diproyeksi
menurun setelah aktivitas ekonomi pada triwulan I
tahun 2018 yang melambat. Selain itu, kondisi
pengetatan moneter dan kondisi politik yang tidak
pasti juga memberikan pengaruh terhadap
perekonomian kawasan Eropa.
Pertumbuhan ekonomi Jepang diprediksi melambat
menjadi 1,0 persen pada tahun 2018. Perlambatan
konsumsi dan investasi menjadi penyebab
perlambatan pertumbuhan ekonomi Jepang. Namun
demikian, pertumbuhan ekonomi diperkirakan
menguat pada tahun 2019 didorong oleh konsumsi,
ekspor, dan investasi.
Ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh melambat
dari 6,9 persen tahun 2017 menjadi 6,6 persen pada
tahun 2018 dan 6,4 persen pada tahun 2019.
Pertumbuhan moderat ekonomi Tiongkok pada
tahun 2018 dan 2019 disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya kebijakan pengetatan pada
sektor keuangan dan permintaan eksternal yang
diperkirakan melambat.
Pertumbuhan ekonomi Jepang diprediksi turun menjadi 1,0 persen pada tahun 2018.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh melambat dari 6,9 persen tahun 2017 menjadi 6,6 persen pada tahun 2018 dan 6,4 persen pada tahun 2019.
Pertumbuhan kawasan Eropa diproyeksi mengalami perlambatan dari 2,4 persen tahun 2017 menjadi 2,2 persen tahun 2018 dan 1,9 persen tahun 2019.
Pertumbuhan AS diperkirakan menguat dengan pertumbuhan sebesar 2,9 persen pada tahun 2018 dan 2,7 persen pada tahun 2019.
20
Perekonomian kawasan Amerika Latin diperkirakan
tumbuh dari 1,3 persen pada tahun 2017 menjadi
1,6 persen pada tahun 2018 dan lebih lanjut terus
meningkat pada tahun 2019 sebesar 2,6 persen.
Peningkatan harga komoditas yang terjadi
mendorong pertumbuhan negara-negara
pengekspor komoditas di kawasan ini. Penurunan
outlook dari bulan April tahun 2018
menggambarkan kondisi risiko yang dihadapi
beberapa negara di kawasan ini seperti kondisi pasar
keuangan yang mengalami pengetatan di Argentina,
ketidakpastian politik di Brazil, dan tensi
ketidakpastian perdagangan (renegosiasi NAFTA) di
Meksiko, dan penurunan produksi minyak di
Venezuela.
Pertumbuhan ekonomi di kawasan Sub-Sahara
Afrika terus mengalami peningkatan. Hal ini
didukung oleh peningkatan harga komoditas.
Kawasan Sub-Sahara Afrika diproyeksikan tumbuh
meningkat dari 2,8 persen pada tahun 2017 menjadi
3,4 persen pada tahun 2018 dan 3,8 persen tahun
2019. Perbaikan juga diprediksi terjadi pada
perekonomian Nigeria yang mampu tumbuh dari 0,8
persen tahun 2017 menjadi 2,1 persen tahun 2018
dan 2,3 persen 2019 didukung oleh peningkatan
harga minyak. Pertumbuhan Afrika Selatan
diperkirakan juga meningkat karena perbaikan yang
terus terjadi dengan kepemimpinan baru yang
mendorong penguatan investasi.
Tabel 7. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB, Tahun 2017-2019 (YoY)
Pertumbuhan PDB (%)
Perkiraan
2017 2018 2019
Asia 6,1 6,0 5,9 Asia Timur 6,3 6,0 5,8
Tiongkok 6,9 6,6 6,4 Jepang 1,7 1,1 1,0
Asia Selatan 6,5 7,0 7,2 India 6,7 7,3 7,6
Kawasan Sub-Sahara Afrika diproyeksikan tumbuh meningkat dari 2,8 persen pada tahun 2017 menjadi 3,4 persen pada tahun 2018 dan 3,8 persen tahun 2019.
Perekonomian kawasan Amerika Latin diperkirakan tumbuh dari 1,3 persen pada tahun 2017 meningkat menjadi 1,6 persen pada tahun 2018 dan lebih lanjut terus meningkat pada tahun 2019 sebesar 2,6 persen.
21
Pertumbuhan PDB (%)
Perkiraan
2017 2018 2019 ASEAN 5,2 5,2 5,2
Indonesia 5,1 5,2 5,3
Filipina 6,7 6,8 6,9
Thailand 3,9 4,2 4,1
Sumber: Asia Development Outlook Suplement Juli 2018
Risiko Global
Pada triwulan II tahun 2018, risiko global cenderung
lebih kepada risiko negatif baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Risiko keuangan menjadi
sorotan seiring dengan ekspektasi kebijakan
moneter, tensi perdagangan, dan ketidakpastian
politik yang meningkat. Tingkat inflasi di AS yang
menguat juga memberikan ekspektasi terhadap
peningkatan suku bunga AS yang memicu aliran
modal keluar dari negara-negara berkembang.
Selain itu, koordinasi antar pemangku kebijakan di
Tiongkok untuk menurunkan pertumbuhan kredit
meningkatkan risiko negatif pada aktivitas ekonomi.
Risiko positif dalam periode ke depan masih
tertutupi secara dominan oleh risiko negatif.
Tendensi risiko masih lebih berat kepada risiko
negatif pada triwulan II tahun 2018. Namun
demikian, peningkatan harga komoditas yang masih
terjadi masih mendorong pertumbuhan negara-
negara berkembang khususnya pengekspor
komoditas. Kebijakan pengetatan moneter yang
masih ditunda karena tekanan inflasi rendah juga
menjadi salah satu risiko positif pada triwulan II
tahun 2018.
Risiko pada triwulan II tahun 2018 memiliki tendensi pada risiko negatif yang lebih besar.
Peningkatan harga komoditas yang masih terjadi masih mendorong pertumbuhan negara-negara berkembang khususnya pengekspor komoditas.
22
23
24
25
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Perekonomian Indonesia pada triwulan II tahun
2018 mampu tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY),
lebih tinggi dibandingkan triwulan II tahun 2017
maupun triwulan I tahun 2018 yang tumbuh sebesar
5,0 persen (YoY) dan 5,1 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut dipengaruhi perekonomian global yang
mengalami peningkatan, meskipun melambat dari
triwulan sebelumnya. Dari sisi domestik, kinerja
tersebut dipengaruhi oleh membaiknya konsumsi
masyarakat, meningkatnya konsumsi pemerintah
dan terjaganya ekspor barang dan jasa.
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2015-Triwulan II Tahun 2018 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari sisi lapangan usaha, Industri Pengolahan yang
merupakan sektor dengan proporsi terbesar
terhadap PDB tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut melambat dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,6 persen (YoY), namun
tumbuh lebih cepat dari triwulan II tahun 2017 yang
besarnya 3,5 persen (YoY). Kinerja ini dipengaruhi
oleh melambatnya kinerja beberapa industri utama,
seperti industri Makanan dan Minuman.
4,84,7 4,8
5,2
4,9
5,2
5,04,9
5,0 5,0 5,15,2
5,1
5,3
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2015 2016 2017 2018
Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2018.
Industri Pengolahan tumbuh sebesar 4,0 persen (YoY).
26
(i) Industri Makan dan Minuman tumbuh sebesar 8,7
persen (YoY), melambat dari triwulan I tahun 2018
yang tumbuh sebesar 12,8 persen (YoY), namun
meningkat dari triwulan II tahun 2017 yang tumbuh
sebesar 6,5 persen (YoY). Kinerja ini didorong oleh
peningkatan produksi minyak kelapa sawit (CPO).
(ii) Industri Alat Angkutan tumbuh sebesar 3,1
persen (YoY), melambat dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 5,8 persen (YoY), namun lebih
tinggi dari pertumbuhan triwulan II tahun 2017 yang
masing besarnya 0,6 persen (YoY). Pertumbuhan ini
dipengaruhi oleh peningkatan produksi motor.
(iii) Industri Tekstil dan Pakaian Jadi tumbuh sebesar
6,4 persen (YoY), melambat dari triwulan
sebelumnya yang besarnya 7,4 persen (YoY), namun
lebih cepat dari triwulan II tahun 2017 yang tumbuh
sebesar 3,8 persen (YoY). (iv) Industri Batubara dan
Pengilangan Migas tumbuh sebesar 0,3 persen
(YoY), relatif sedikit menurun dari triwulan I tahun
2018 yang tumbuh sebesar 0,4 persen (YoY), namun
tumbuh lebih cepat dari triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Pertumbuhan Industri Batubara dan
Pengilangan Migas tersebut didukung oleh
peningkatan produksi kilang bahan bakar minyak
(BBM).
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan
II tahun 2018 tumbuh sebesar 4,8 persen (YoY), lebih
cepat dari triwulan sebelumnya maupun triwulan II
tahun 2017 yang masing-masing besarnya 3,2
persen (YoY) dan 3,3 persen (YoY). Kinerja tersebut
didorong oleh Pertanian, Peternakan, Perburuan
dan Jasa Pertanian yang tumbuh sebesar 5,0 persen
(YoY) seiring dengan meningkatnya produksi
tanaman pangan dan tanaman holtikultura seiring
dengan adanya panen raya. Sementara itu,
Perikanan tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY),
melambat dari triwulan I tahun 2018 yang sebesar
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tumbuh lebih cepat yaitu sebesar 4,8 persen (YoY).
27
5,5 persen (YoY) maupun triwulan II tahun 2017
yang tumbuh sebesar 6,4 persen (YoY). Kinerja
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan
II tahun 2018 tersebut dipengaruhi oleh faktor
musiman.
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY)
pada triwulan II tahun 2018. Pertumbuhan tersebut
lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) maupun triwulan II
tahun 2017 yang sebesar 3,5 persen (YoY). Kinerja
tersebut dipengaruhi oleh Perdagangan Besar dan
Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor yang
tumbuh sebesar 5,4 persen atau lebih cepat dari
triwulan sebelumnya maupun triwulan II tahun
2017. Sementara itu, Perdagangan Mobil, Sepeda
Motor dan Reparasinya tumbuh sebesar 4,4 persen
(YoY), melambat dari triwulan sebelumnya yang
besarnya 5,9 persen (YoY) namun lebih cepat dari
triwulan II tahun 2017 yang besarnya 3,5 persen
(YoY). Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor tersebut didorong oleh
peningkatan produksi dan impor.
Pada triwulan II tahun 2018, Konstruksi tumbuh
sebesar 5,7 persen (YoY), melambat dari triwulan I
tahun 2018 yang sebesar 7,4 persen (YoY) maupun
triwulan II tahun 2017 yang sebesar 6,9 persen
(YoY). Kinerja ini dipengaruhi oleh realisasi
pengadaan semen dan peningkatan pendapatan
beberapa perusahaan konstruksi BUMN serta
peningkatan indeks nilai konstruksi.
Sektor Informasi dan komunikasi tumbuh sebesar
6,1 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan I
tahun 2018 maupun triwulan II tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 8,5 persen (YoY) dan 11,1 persen
(YoY). Sementara itu, Transportasi dan Pergudangan
Konstruksi tumbuh melambat yaitu sebesar 5,7 persen (YoY).
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tumbuh lebih cepat dari periode yang sama tahun sebelumnya.
28
tumbuh sebesar 8,6 persen (YoY), relatif tidak
berbeda dari triwulan sebelumnya, namun sedikit
lebih lambat dari triwulan II tahun 2017 yang
sebesar 8,8 persen (YoY). Kinerja Transportasi dan
Pergudangan pada triwulan II tahun 2018
dipengaruhi oleh adanya penambahan frekuensi
perjalanan dan dioperasikannya layanan pendukung
baru masa lebaran.
Pada triwulan II tahun 2018, Pertambangan dan
Penggalian tumbuh sebesar 2,2 persen (YoY), lebih
tinggi dari triwulan I tahun 2018 maupun triwulan II
tahun 2017 yang masing-masing sebesar 0,7 persen
(YoY) dan 2,1 persen (YoY). Hal ini didorong oleh
meningkatnya produksi kilang bahan bakar minyak
(BBM).
Tabel 8. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan II Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha (YoY)
Uraian 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,1 3,2 2,8 2,2 3,3 4,8
Pertambangan dan Penggalian -1,2 2,1 1,8 0,1 0,7 2,2
Industri Pengolahan 4,3 3,5 4,8 4,5 4,6 4,0
Pengadaan Listrik dan Gas 1,6 -2,5 4,9 2,3 3,3 7,6
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
4,4 3,7 4,8 5,5 3,6 3,9
Konstruksi 6,0 6,9 7,0 7,2 7,4 5,7
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4,6 3,5 5,2 4,5 4,9 5,2
Transportasi dan Pergudangan 8,1 8,8 8,9 8,2 8,6 8,6
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,3 5,7 5,7 5,5 5,5 5,7
Informasi dan Komunikasi 10,5 11,1 8,8 9,0 8,5 6,1
Jasa Keuangan dan Asuransi 6,0 5,9 6,2 3,8 4,3 3,0
Real Estate 3,7 3,7 3,6 3,7 3,2 3,1
Jasa Perusahaan 6,8 8,2 9,4 9,2 8,0 8,9
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0,2 0,0 0,7 6,9 5,8 7,2
Jasa Pendidikan 4,0 0,9 3,6 5,9 4,8 4,9
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,1 6,3 7,5 6,3 6,1 7,1
Jasa lainnya 7,9 8,5 9,3 8,9 8,4 9,2
Produk Domestik Bruto 5,0 5,0 5,1 5,2 5,1 5,3
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 2,2 persen (YoY).
Informasi dan komunikasi serta Transportasi dan Pergudangan tumbuh sebesar 6,1 persen (YoY) dan 8,6 persen (YoY).
29
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar
7,1 persen (YoY), lebih cepat dari triwulan I tahun
2018 yang besarnya 6,1 persen (YoY) maupun
triwulan II tahun 2017 yang besarnya 6,3 persen
(YoY). Sementara itu, Jasa Keuangan dan Asuransi
tumbuh sebesar 3,0 persen (YoY), melambat dari
triwulan I tahun 2018 yang besarnya 4,3 persen
(YoY) dan triwulan II tahun 2017 yang tumbuh
sebesar 5,9 persen (YoY).
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum tumbuh
sebesar 5,7 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan
triwulan I tahun 2018 yang besarnya 5,5 persen
(YoY) namun relatif tidak berubah dibandingkan
dengan triwulan II tahun 2017. Sementara itu, real
estate tumbuh sebesar 3,1 persen (YoY), melambat
dari triwulan I tahun 2018 maupun triwulan II tahun
2018 yang masing-masing besarnya 3,2 persen (YoY)
dan 3,7 persen (YoY). Pengadaan Listrik dan Gas
tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY), meningkat
signifikan dari pertumbuhan triwulan I tahun 2018
yang sebesar 3,3 persen (YoY) maupun triwulan II
tahun 2017 yang tumbuh negatif sebesar -2,5 persen
(YoY).
Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY)
pada triwulan II tahun 2018, lebih tinggi dari
triwulan I tahun 2018 yang tumbuh sebesar 4,8 dan
meningkat signifikan dari triwulan II tahun 2017
yang tumbuh sebesar 0,9 persen (YoY). Jasa
Perusahaan tumbuh sebesar 8,9 persen (YoY), lebih
tinggi dari triwulan I tahun 2018 yang tumbuh
sebesar 8,0 persen (YoY) maupun triwulan II tahun
2017 yang tumbuh sebesar 8,2 persen (YoY).
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Makan Minum serta Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 7,1 persen (YoY) dan 3,0 persen (YoY).
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Real estate; dan Pengadaan Listrik dan Gas tumbuh masing-masing sebesar 5,7 persen (YoY); 3,1 persen (YoY); dan 7,6 persen (YoY).
Jasa Pendidikan dan Jasa Perusahaan masing-masing tumbuh sebesar 4,9 persen (YoY) dan 8,9 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2018.
30
Di sisi lain, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan sosial tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY)
pada triwulan II tahun 2018, meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,8 persen (YoY)
dan triwulan II tahun 2017 yang tumbuh negatif.
Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga yang
menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi,
tumbuh sebesar 5,1 persen (YoY). Kinerja tersebut
membaik dari triwulan I tahun 2018 maupun
triwulan II tahun 2017 yang masing-masing tumbuh
sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut
didorong oleh cairnya tunjangan hari raya,
tunjangan gaji dan tunjangan kinerja pada triwulan
II tahun 2018. Selain itu, juga didukung oleh
meningkatnya bantuan sosial tunai pemerintah yang
tumbuh sebesar 61,7 persen, lebih cepat
dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang tumbuh
sebesar 18,6 persen.
Makanan dan Minuman Selain Restoran yang
merupakan komponen terbesar Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga tumbuh lebih tinggi pada
triwulan II tahun 2018. Transportasi dan Komunikasi
yang merupakan komponen terbesar kedua dalam
Konsumsi Rumah Tangga juga tumbuh lebih tinggi.
Perumahan dan Perlengkapan Rumah Tangga
tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 4,8 persen (YoY).
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2017–Triwulan II Tahun 2018 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)
Jenis Pengeluaran 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,9 4,9 4,9 5,0 4,9 5,1
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8,1 8,5 6,0 5,2 8,1 8,7
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,7 -1,9 3,5 3,8 2,7 5,3
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 4,8 5,3 7,1 7,3 7,9 5,9
Ekspor Barang dan Jasa 8,4 2,8 17,0 8,5 6,1 7,7
Dikurangi Impor Barang dan Jasa 4,8 0,2 15,5 11,8 12,7 15,2
Produk Domestik Bruto 5,0 5,0 5,1 5,2 5,1 5,3
Sumber : Badan Pusat Statistik
Konsumsi Rumah Tangga yang menjadi sumber utama pertumbuhan PDB tumbuh sebesar 5,1 persen (YoY).
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).
31
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh
sebesar 5,9 persen (YoY) atau melambat dari
triwulan I tahun 2018 yang tumbuh sebesar 7,9
persen (YoY) maupun triwulan II tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY). Pertumbuhan ini
didorong oleh hampir seluruh jenis barang modal
kecuali Produk Kekayaan Intelektual. Selain itu,
pembangunan infrastruktur yang berlangsung di
beberapa daerah, baik pembangunan baru maupun
lanjutan dari pembangunan periode sebelumnya
memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan
PMTB.
Investasi bangunan tumbuh sebesar 5,0 persen
(YoY), melambat dari triwulan I tahun 2018 yang
besarnya 6,2 persen (YoY) dan dari triwulan II tahun
2017 yang besarnya 6,1 persen (YoY). Mesin dan
Perlengkapan tumbuh sebesar 22,7 persen (YoY),
sedikit melambat dari triwulan I tahun 2018 yang
besarnya 23,7 persen (YoY), namun meningkat
signifikan dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang
tumbuh negatif yaitu -2,2 persen (YoY).
Pertumbuhan investasi berupa Mesin dan
Perlengkapan seiring dengan meningkatnya
produksi domestik dan impor.
Konsumsi Pemerintah pada triwulan II tahun 2018
tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY), meningkat cukup
signifikan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 2,7 persen (YoY) maupun triwulan II tahun
2017 yang tumbuh negatif yaitu sebesar -1,9 persen
(YoY). Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya
realisasi belanja bantuan sosial dan barang, yaitu
masing-masing meningkat sebesar 67,6 persen (YoY)
dan 8,0 persen (YoY).
Konsumsi Pemerintah pada triwulan II tahun 2018 meningkat cukup signifikan .
PMTB tumbuh sebesar 5,9 persen (YoY) atau melambat dari triwulan sebelumnya.
32
Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 7,7 persen
(YoY), lebih cepat dibandingkan triwulan I tahun
2018 dan triwulan II tahun 2017 yang masing-masing
besarnya 6,1 persen (YoY) dan 2,8 persen (YoY).
Pertumbuhan yang lebih cepat ini didorong oleh
meningkatnya nilai dan volume baik ekspor
nonmigas maupun migas. Hal ini terutama
dipengaruhi oleh harga komoditas yang masih
meningkat serta perekonomian negara mitra
dagang utama yang tumbuh positif.
Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 15,2 persen
(YoY), lebih tinggi dari triwulan I tahun 2018 yang
tumbuh sebesar 12,7 persen (YoY) maupun triwulan
II tahun 2017 yang tumbuh sebesar 0,2 persen (YoY).
Impor Barang tumbuh sebesar 17,0 persen (YoY),
meningkat dari triwulan I tahun 2018 yang tumbuh
sebesar 13,1 persen (YoY) dan triwulan II tahun 2017
yang tumbuh sebesar 0,2 persen (YoY). Peningkatan
ini didorong oleh peningkatan impor migas yang
tumbuh sebesar 7,1 persen (YoY) maupun impor
nonmigas yang tumbuh sebesar 19,4 persen (YoY).
Di sisi lain, impor Jasa tumbuh sebesar 4,3 persen
(YoY), melambat dari triwulan I tahun 2018 yang
tumbuh sebesar 9,7 persen (YoY), meskipun lebih
tinggi dari triwulan II tahun 2017 yang tumbuh 0,5
persen (YoY). Pertumbuhan tersebut seiring dengan
meningkatnya impor jasa angkutan untuk ekspor
dan impor barang. Selain itu, terjadi peningkatan
jumlah wisatawan nasional dan devisa yang keluar.
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani
Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh sebesar 8,7 persen
(YoY) pada triwulan II tahun 2018, lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,1
persen (YoY) maupun triwulan II tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 8,5 persen (YoY). Pertumbuhan ini
dipengaruhi oleh kegitan pemilihan kepala daerah
Ekspor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 7,7 persen (YoY).
Impor Barang dan Jasa
tumbuh sebesar 15,2 persen (YoY) .
Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 8,7 persen (YoY) .
33
(PILKADA) serentak di 17 provinsi, 39 kota dan 115
kabupaten; kegiatan persiapan pemilihan umum
(PEMILU) legislatif dan presiden 2019; serta aktivitas
partai politik berskala nasional.
Perkembangan Ekonomi Daerah
Pada triwulan II tahun 2018, seluruh pulau
mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan
Papua. Rata-rata pertumbuhan Maluku dan Papua,
Sulawesi, dan Jawa diatas rata-rata pertumbuhan 34
provinsi di Indonesia. Sementara itu, rata-rata
pertumbuhan wilayah yang lain lebih rendah.
Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar Indonesia pada Triwulan I Tahun 2017-Triwulan II Tahun 2018 (Persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik
Perekonomian Maluku dan Papua rata-rata tumbuh
sebesar 18,2 persen (YoY), tumbuh lebih cepat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 16,9 persen (YoY) dan triwulan II tahun 2017
yang tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY). Sementara
itu, Sulawesi rata-rata tumbuh sebesar 6,7 persen
(YoY), lebih rendah dari triwulan I tahun 2018 yang
tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY) meskipun lebih
tinggi dari triwulan II tahun 2017 yang tumbuh
sebesar 6,6 persen (YoY).
4,1 5,7 2,9 5,0 6,9 4,44,2 5,5 3,4 4,4 6,6 5,34,4 5,7 5,3 4,6 6,9 4,44,4 5,6 3,2 3,4 7,5 5,44,3 5,7 3,8 3,3 6,8 16,94,7 5,7 3,8 3,3 6,7 18,2
Sumatera Jawa Bali dan NusaTenggara
Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua
2017 Q1 2017 Q2 2017 Q3 2017 Q4 2018 Q1 2018 Q2
Pada triwulan II tahun 2018, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua serta Sulawesi pada triwulan II tahun 2018, masing-masing sebesar 18,2 persen (YoY) dan 6,7 persen (YoY).
34
Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa sebesar 5,7
persen (YoY), relatif tidak berubah dari triwulan
sebelumnya namun lebih tinggi dari triwulan II tahun
2017 yang tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY).
Sementara itu, Sumatera tumbuh sebesar 4,7 persen
(YoY), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya maupun
triwulan II tahun yang tumbuh masing-masing
sebesar 4,3 persen (YoY) dan 4,2 persen (YoY).
Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar 3,8 persen
(YoY), relatif tidak berubah dari triwulan
sebelumnya namun lebih tinggi dari triwulan II tahun
2017 yang besarnya 3,4 persen (YoY). Sementara itu,
rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kalimatan
adalah sebesar 3,3 persen (YoY), relatif tidak
berubah dari triwulan sebelumnya namun lebih
rendah dari triwulan II tahun 2017 yang besarnya 4,4
persen (YoY).
Tabel 10. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
DKI Jakarta 6,5 6,1 6,4 5,9 6,0 5,9 29,8 29,6 29,7 30,1 29,9 29,8 Jawa Barat 5,3 5,3 5,2 5,3 6,0 5,6 22,1 22,3 22,0 21,9 22,1 22,3 Jawa Tengah 5,3 5,2 5,2 5,4 5,4 5,5 14,8 14,7 14,7 14,5 14,7 14,7 DI Yogyakarta 5,2 5,2 5,4 5,3 5,4 5,9 1,5 1,4 1,5 1,5 1,5 1,4 Jawa Timur 5,4 5,1 5,6 5,7 5,5 5,6 24,9 24,9 25,1 24,9 24,8 24,8 Banten 5,9 5,5 5,6 5,7 5,9 5,6 7,0 7,0 6,9 7,1 7,0 6,9 Jawa 5,7 5,5 5,7 5,6 5,7 5,7 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan
provinsi dengan proporsi perekonomian terbesar di
Jawa. Proporsi perekonomian DKI Jakarta terhadap
Jawa pada triwulan II tahun 2018 adalah sebesar
29,8 persen. Pada triwulan II tahun 2018, DKI Jakarta
yang merupakan kontributor utama perekonomian
Jawa tumbuh sebesar 5,9 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut melambat dari triwulan I
tahun 2018 yang besarnya 6,0 persen (YoY) maupun
triwulan II tahun 2017 yang besarnya 6,1 persen
DKI Jakarta yang merupakan kontributor utama perekonomian Jawa tumbuh sebesar 5,9 persen (YoY).
Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Sumatera pada triwulan II tahun 2018, masing-masing adalah 5,7 persen (YoY) dan 4,7 persen (YoY).
Bali dan Nusa Tenggara serta Kalimatan pada triwulan II tahun 2018 rata-rata tumbuh 3,8 persen (YoY) dan 3,3 persen (YoY).
35
(YoY). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ini
dipengaruhi oleh Konstruksi dan Industri
Pengolahan yang tumbuh melambat. Sementara itu,
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor tumbuh lebih cepat.
Tabel 11. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Aceh 3,8 4,5 4,8 3,6 3,3 5,7 4,9 4,9 4,9 4,9 4,8 4,9 Sumatra Utara 4,5 5,1 5,2 5,6 4,7 5,3 22,8 22,8 22,8 23,0 22,9 22,6 Sumatra Barat 5,0 5,4 5,4 5,4 4,7 5,1 7,2 7,2 7,1 7,2 7,2 7,1 Riau 2,8 2,5 2,9 2,6 2,9 2,4 23,8 23,3 23,2 24,0 23,2 23,4 Jambi 4,2 4,3 4,8 5,2 4,6 4,7 6,4 6,3 6,3 6,5 6,5 6,4 Sumatra Selatan 5,2 5,3 5,6 5,9 5,9 6,1 12,6 12,9 13,1 12,6 12,9 13,0 Bengkulu 5,2 5,3 4,9 4,6 5,1 5,1 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 Lampung 5,1 5,0 5,2 5,3 5,1 5,4 10,3 10,6 10,6 9,6 10,4 10,5 Kep. Bangka Belitung 6,4 5,2 3,6 2,9 2,5 4,5 2,4 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 Kepulauan Riau 2,0 1,1 2,4 2,6 4,5 4,5 7,7 7,6 7,6 7,8 7,8 7,8
Sumatera 4,1 4,2 4,4 4,4 4,3 4,7 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan
memiliki proporsi terbesar pada perekonomian
Sumatera yaitu masing-masing sebesar 23,4 persen,
22,6 persen dan 13,0 persen. Pada triwulan II tahun
2018, Sumatera Utara yang merupakan
penyumbang utama perekonomian Sumatera
tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut relatif lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
maupun triwulan II tahun 2017 yang besarnya 4,7
persen (YoY) dan 5,1 persen (YoY). Kinerja tersebut
dipengaruhi oleh Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan serta Kontruksi yang tumbuh sedikit lebih
tinggi. Selain itu, didukung oleh pertumbuhan
Pertambangan dan Penggalian serta Industri
Pengolahan yang tetap terjaga.
Sumatera Utara yang merupakan penyumbang utama perekonomian Sumatera tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY)
36
Tabel 12. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Kalimantan Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Kalimantan Barat 4,9 4,8 5,1 5,8 5,1 5,2 15,6 15,3 15,9 15,8 15,8 15,4 Kalimantan Tengah 9,5 6,1 6,1 5,3 4,6 5,7 11,3 11,0 11,1 11,2 11,4 11,3 Kalimantan Selatan 5,3 5,0 6,4 4,5 5,1 4,6 13,3 14,3 14,6 14,0 13,5 14,3 Kalimantan Timur 3,9 3,6 3,5 1,6 1,8 1,8 53,0 52,5 51,7 52,0 52,4 52,0 Kalimantan Utara 6,2 6,5 6,6 7,0 5,6 4,6 6,8 6,8 6,8 7,0 7,0 7,0 Kalimantan 5,0 4,4 4,6 3,4 3,3 3,3 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Kalimantan Timur memiliki proporsi sebesar 52,0
persen terhadap perekonomian Kalimantan, atau
yang paling tinggi. Pada triwulan II tahun 2018,
Kalimantan Timur tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY),
relatif tidak berubah dari triwulan sebelumnya,
namun melambat dari triwulan II tahun 2017 yang
tumbuh sebesar 3,6 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut dipengaruhi oleh Pertambangan dan
Penggalian yang relatif terkontraksi serta Industri
Pengolahan yang melambat meskipun Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan yang tumbuh lebih cepat.
Tabel 13. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Sulawesi Utara 6,4 5,8 6,5 6,5 6,6 5,8 12,7 12,8 12,9 13,8 12,5 12,4 Sulawesi Tengah 4,0 6,6 8,7 9,2 6,5 6,0 16,0 16,1 15,5 16,0 16,1 16,1 Sulawesi Selatan 7,7 6,8 6,7 7,8 7,4 7,4 49,9 49,7 50,3 48,4 50,2 50,2 Sulawesi Tenggara 7,8 6,9 6,6 6,1 5,8 6,1 12,5 12,8 12,6 12,9 12,5 12,6 Gorontalo 7,4 6,6 5,2 7,8 6,1 7,5 4,3 4,0 4,1 4,0 4,2 4,0 Sulawesi Barat 7,7 5,3 7,1 6,6 5,5 6,6 4,7 4,6 4,6 4,9 4,7 4,7 Sulawesi 6,9 6,6 6,9 7,5 6,8 6,7 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sulawesi Selatan memiliki proporsi perekonomian
terbesar di Sulawesi, yaitu mencapai 50,2 persen.
Pada triwulan II tahun 2018, Sulawesi Selatan
tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY), relatif tidak
berubah dari triwulan sebelumnya, namun tumbuh
lebih cepat dibandingkan triwulan II tahun 2017
yang tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut didukung oleh Pertanian,
Sulawesi Selatan sebagai penyumbang terbesar perekonomian Sulawesi tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY).
Kalimantan Timur yang merupakan penyumbang terbesar perekonomian Kalimantan tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY).
37
Kehutanan, dan Perikanan serta Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang
tumbuh lebih cepat.
Tabel 14. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Bali 6,2 6,0 6,2 4,0 5,6 6,1 50,8 50,4 48,9 50,2 51,5 51,0
Nusa Tenggara Barat -3,2 -1,5 4,2 0,6 0,1 -0,8 28,1 28,6 30,3 28,1 27,4 27,8
Nusa Tenggara Timur 5,1 5,3 5,0 5,3 5,1 5,2 21,1 21,1 20,8 21,7 21,1 21,2
Bali dan Nusa Tenggara 2,9 3,4 5,3 3,2 3,8 3,8 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Bali merupakan provinsi dengan proporsi
perekonomian terbesar di Bali dan Nusa Tenggara,
yaitu mencapai sebesar 51,0 persen. Pada triwulan II
tahun 2018, Bali tumbuh sebesar 6,1 persen (YoY),
lebih cepat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 5,6 persen (YoY) maupun triwulan II tahun
2017 yang tumbuh sebesar 6,0 persen (YoY). Kinerja
tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang relatif
terjaga, meskipun relatif melambat.
Tabel 15. Perkembangan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2017-2018
Pertumbuhan (%, YoY) Proporsi terhadap Pulau (%)
2017 2018 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Maluku 6,6 5,8 5,8 5,1 5,3 5,5 12,9 12,6 11,5 10,9 11,7 11,0 Maluku Utara 7,6 7,0 7,8 8,3 7,9 7,3 10,3 10,1 9,4 8,8 9,7 9,4 Papua Barat 3,6 2,1 3,8 6,3 5,9 12,8 23,4 21,5 20,8 20,3 21,4 20,5 Papua 3,7 6,3 3,9 4,8 26,1 24,7 53,3 55,8 58,3 60,0 57,3 59,1 Maluku dan Papua 4,4 5,3 4,4 5,4 16,9 18,2 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Papua memiliki proporsi terbesar bagi
perekonomian Maluku dan Papua, yaitu mencapai
sebesar 59,0 persen. Pada triwulan II tahun 2018,
Papua tumbuh signifikan yaitu mencapai sebesar
24,7 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut sedikit
melambat dari triwulan I tahun 2018 yang tumbuh
sebesar 26,1 persen (YoY), namun masih lebih tinggi
Papua memiliki proporsi terbesar bagi perekonomian Maluku dan Papua.
Bali tumbuh lebih cepat yaitu sebesar 6,1 persen (YoY).
38
dari periode yang lain sejak tahun 2013.
Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh
Pertambangan dan Penggalian yang tetap tumbuh
meskipun melambat, serta Konstruksi yang tumbuh
signifikan.
Indeks Tendensi Konsumen dan Indeks Tendensi Bisnis
Indeks Tendensi Konsumen
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan II
tahun 2018 adalah sebesar 125,4 lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang besarnya 103,8. Hal ini
menunjukkan kondisi ekonomi masyarakat yang
meningkat dengan optimisme yang lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut
didorong oleh meningkatnya pendapatan rumah
tangga dengan nilai indeks sebesar 133,4, dan
meningkatnya volume konsumsi rumah tangga
dengan nilai indeks sebesar 132,4. Daya beli
konsumen yang dilihat dari indeks pengaruh inflasi
terhadap pengeluaran rumah tangga yang besarnya
112,9 menunjukkan bahwa inflasi selama triwulan II
tahun 2018 tidak terlalu berpengaruh terhadap
pengeluaran rumah tangga.
Tabel 16. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2017–Triwulan II Tahun 2018 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya
Variabel Pembentuk 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pendapatan rumah tangga 100,3 116,5 110,4 106,7 101,4 133,4
Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari
101,6 109,1 108,7 105,8 103,6 112,9
Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)
107,8 123,2 108,9 109,3 110,0 132,4
Indeks Tendensi Konsumen 102,3 115,9 109,4 107,0 103,8 125,4
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) sebesar 125,4.
39
Pada triwulan III tahun 2018, ITK diperkirakan
menurun sebesar 11,4 persen (YoY) menjadi sebesar
97,0 lebih rendah dari triwulan II tahun 2018 yang
sebesar 125,4 maupun triwulan III tahun 2017 yang
109,4. Hal tersebut menunjukkan perkiraan kondisi
ekonomi dan optimisme masyarakat yang menurun
dari triwulan sebelumnya. Perkiraan lebih
rendahnya kondisi ekonomi masyarakat pada
triwulan III tahun 2018 dipengaruhi oleh perkiraan
penurunan pendapatan rumah tangga yaitu dengan
indeks sebesar 97,7 serta berkurangnya rencana
pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan
pesta/hajatan dengan nilai indeks sebesar 95,7.
Indeks Tendensi Bisnis
Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan II tahun
2018 terus meningkat dengan nilai ITB sebesar
112,8. Optimisme pelaku bisnis di Indonesia lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya dimana nilai ITB
sebesar 106,3. Peningkatan kondisi bisnis tertinggi
terjadi pada lapangan usaha Pengadaan Listrik dan
Gas dengan nilai ITB sebesar 126,8. Sementara itu,
kondisi bisnis terendah terjadi pada lapangan usaha
Real Estate dengan nilai ITB sebesar 102,0. Pada
triwulan III tahun 2018 kondisi bisnis pada seluruh
lapangan usaha diperkirakan meningkat meskipun
dengan tingkat optimisme pelaku bisnis yang lebih
rendah dari triwulan sebelumnya. Perbaikan ini
diperkirakan karena adanya peningkatan order dari
dalam negeri dan peningkatan harga jual.
Pada triwulan III tahun 2018 ITK diperkirakan menurun sebesar 11,4 persen (YoY) menjadi sebesar 97,0.
Kondisi bisnis di Indonesia
pada triwulan II tahun 2018
terus meningkat dengan
optimisme yang lebih tinggi.
40
Gambar 6. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2015-Triwulan II Tahun 2018
Sumber: BPS, diolah
Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun dibanding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan)
dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (meningkat)dibanding
triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan
Tabel 17. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan I dan Triwulan II Tahun 2018 Menurut Lapangan Usaha dan Komponen Pembentuknya
No Sektor dalam ITB ITB Trw I-
2018 ITB Trw II-
2018
Komponen Pembentuk ITB Trw II Tahun 2018
Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas Produksi/
Usaha
Rata-Rata Jam Kerja
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
109,7 114,0 116,1 111,9 -
2 Pertambangan dan Penggalian 93,2 102,4 107,8 100,0 99,3
3 Industri Pengolahan 107,6 111,3 117,5 116,0 100,3
4 Pengadaan Listrik dan Gas 110,5 126,8 136,4 136,4 107,5
5 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
106,3 124,3 139,7 134,9 98,4
6 Konstruksi 92,2 106,0 109,9 105,0 103,3
7
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
111,2 120,1 139,6 118,2 102,6
103,4105,5 106,0 105,2
99,5
110,2
107,9106,7
103,4
111,6 112,4111,0
106,3
112,8
106,1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*
2015 2016 2017 2018
41
No Sektor dalam ITB ITB Trw I-
2018 ITB Trw II-
2018
Komponen Pembentuk ITB Trw II Tahun 2018
Pendapatan Usaha
Penggunaan Kapasitas Produksi/
Usaha
Rata-Rata Jam Kerja
8 Transportasi dan Pergudangan 104,6 126,7 143,9 130,8 105,4
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
102,6 112,4 119,5 116,1 101,7
10 Informasi dan Komunikasi 100,7 110,4 120,0 112,6 98,5
11 Jasa Keuangan 125,3 121,7 135,5 122,4 107,2
12 Real Estat 103,8 102,0 110,6 100,0 95,3
13 Jasa Perusahaan 101,8 109,4 110,5 115,7 102,0
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
111,4 118,2 136,4 145,5 72,7
15 Jasa Pendidikan 107,0 107,6 126,8 102,4 93,5
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
105,8 110,0 114,9 112,6 102,3
17 Jasa Lainnya 104,4 108,4 121,1 102,4 101,6
Indeks Tendensi Bisnis 111,0 112,8 123,0 114,6 100,9
Sumber: Badan Pusat Statistik
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir
triwulan II tahun 2018 adalah sebesar 128,1 atau
lebih tinggi dari akhir triwulan I tahun 2018 yang
sebesar 121,6. Hal ini menunjukkkan optimisme
konsumen terhadap kondisi ekonomi yang lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, IKK
pada bulan Juli sebesar 124,8.
Tabel 18. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari – Juli 2018
KETERANGAN 2018
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 126,1 122,5 121,6 122,2 125,1 128,1 124,8
Kenaikan (YoY) (persen) 9,3 6,2 3,8 0,6 1,2 1,7 2,0 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 114,8 112,2 110,2 110,2 116,1 120,8 115,0
Penghasilan saat ini 124,3 121,1 120,7 121,2 130,8 136,1 127,3 Ketersediaan lapangan kerja 100,7 100,0 96,1 95,5 94,6 97,4 96,8 Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama 119,4 115,5 113,9 113,9 123,0 128,9 120,7
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 137,4 132,8 133,0 134,3 134,1 135,4 134,7
Ekspektasi Penghasilan 150,8 145,8 145,6 147,2 147,7 148,6 149,2 Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 123,4 121,3 118,8 119,3 119,0 122,4 121,6 Ekspektasi Kegiatan Usaha 138,0 131,5 134,5 136,4 135,7 135,3 133,4
Sumber: Bank Indonesia
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir triwulan II tahun 2018 adalah sebesar 128,1 yang menunjukkan optimisme konsumen yang lebih tinggi.
42
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) sebesar 120,8 pada
akhir triwulan II tahun 2018, lebih tinggi dari akhir
triwulan I tahun 2018 yang sebesar 110,2.
Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan indeks
penghasilan saat ini dan ketepatan waktu pembelian
barang tahan lama. Hal tersebut menunjukkan
persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat
ini pada akhir triwulan II tahun 2018 menurun dari
akhir triwulan I tahun 2018. Pada Juli 2018 IKE
adalah sebesar 115,0.
Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) pada akhir
triwulan II tahun 2018 adalah sebesar 135,4 atau
lebih tinggi dari triwulan I tahun 2018 yang besarnya
133,0. Kinerja tersebut dipengaruhi oleh
peningkatan semua komponen pembentuknya, yang
menunjukkan bahwa konsumen lebih optimis
terhadap perkiraan kondisi ekonomi ke depan.
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
pada akhir triwulan II tahun
2018 adalah sebesar 120,8.
Indeks Ekpektasi Konsumen
(IEK) pada akhir triwulan II
tahun 2018 adalah sebesar
135,4.
43
44
45
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI
Pertumbuhan Industri Pengolahan
Gambar 7. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan Nonmigas 2011-Triwulan II Tahun 2018 (YoY, persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah
Pada triwulan II tahun 2018, nilai tambah sektor
industri pengolahan non migas adalah sebesar
Rp648 triliun (harga berlaku), atau tumbuh sebesar
4,41 persen dari triwulan II tahun 2017 (YoY).
Sementara itu, kontribusi industri pengolahan
nonmigas terhadap PDB nasional kembali
mengalami penurunan dari 17,19 persen pada
triwulan II tahun 2017 lalu menjadi 17,16 persen
pada triwulan II tahun 2018.
Secara akumulatif, pada semester I tahun 2018, nilai
tambah sektor industri pengolahan nonmigas adalah
sebesar Rp1.227 triliun (harga berlaku), atau
tumbuh sebesar 4,74 persen dari semester I tahun
2017 (YoY). Meskipun pertumbuhan tersebut lebih
tinggi dibandingkan semester I tahun 2017 (sebesar
4,34 persen), pertumbuhan tersebut belum mampu
untuk membalik tren penurunan kontribusi industri
pengolahan nonmigas. Kontribusi industri
pengolahan nonmigas menurun dari 18,16 persen
pada semester I tahun 2017 menjadi 17,8 persen
pada semester I tahun 2018.
6,17 6,03 5,584,98
4,885,03 5,07
5,17
7,466,98
5,45 5,61
5,05
4,43 4,84
4,74
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 HY-2018
Pertumbuhan PDB Nasional SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NONMIGAS
PDB industri pengolahan
nonmigas pada triwulan II
tahun 2018 mencapai
Rp.648 triliun (Harga
Berlaku) dan tumbuh
sebesar 4,41 persen (YoY).
PDB industri pengolahan nonmigas pada semester I tahun 2018 mencapai Rp1.227 triliun (harga berlaku) dan tumbuh sebesar 4,74 persen (YoY).
46
Berdasarkan subsektor industri pengolahan
nonmigas, subsektor karet dan barang dari karet,
kulit dan alas kaki, serta makanan minuman memiliki
pertumbuhan PDB tertinggi pada triwulan II tahun
2018, yaitu masing-masing sebesar 11,85 persen,
11,38 persen, dan 8,67 persen. Pertumbuhan
subsektor karet didorong oleh meningkatnya
produksi karet akibat kenaikan harga karet
dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun 2017. Sementara adanya peningkatan
konsumsi masyarakat sehubungan dengan Hari Raya
Idul Fitri menjadi salah satu pendorong
pertumbuhan industri kulit dan alas kaki.
Secara kumulatif, pada semester I tahun 2018
subsektor makanan minuman, mesin dan
perlengkapan, serta kulit dan alas kaki menjadi
subsektor dengan pertumbuhan terbesar masing-
masing sebesar 10,63 persen, 9,74 persen, dan 8,42
persen (Gambar 8). Pertumbuhan subsektor
makanan dan minuman juga masih menjadi
penyumbang terbesar dari pertumbuhan industri
pengolahan secara total pada semester 1 tahun
2018 (Gambar 9). Peningkatan produksi CPO dan
konsumsi Hari Raya menjadi faktor pendorong
pertumbuhan industri makanan dan minuman.
Sementara itu, pertumbuhan PMTB, menjadi
pendorong pertumbuhan industri mesin dan
perlengkapan sepanjang tahun 2018.
Pada triwulan II tahun 2018, pertumbuhan PDB tertinggi dicapai oleh subsektor karet; kulit dan alas kaki; dan makanan minuman yaitu masing-masing sebesar 11,85 persen, 11,38 persen, dan 8,67 persen.
Pada semester I tahun 2018, pertumbuhan PDB tertinggi dicapai oleh subsektor makanan minuman; mesin dan perlengkapan; dan kulit dan alas kaki; yaitu masing-masing sebesar 10,63 persen, 9,74 persen, dan 8,42 persen.
47
Gambar 8. Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan II Tahun 2018 (YoY, persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah
Di sisi lain, subsektor yang mengalami kontraksi
pada semester I tahun 2018 yaitu industri
pengolahan tembakau (-0,65 persen), industri
barang logam (-0,97 persen), industri pengolahan
lainnya (-2,30 persen), industri kimia dan farmasi
(-4,16 persen), dan industri kertas (-4,52 persen).
Pertumbuhan negatif di industri kimia, farmasi dan
obat tradisional dipengaruhi oleh beban bahan baku
impor khususnya di industri kimia yang dipengaruhi
kenaikan harga minyak bumi dan pelemahan nilai
tukar, sehingga menyebabkan produsen industri
kimia hulu memutuskan untuk mengurangi produksi
mereka. Beberapa perusahaan kimia hulu
memutuskan untuk menambahkan kapasitas
produksi mereka untuk mencapai tingkat economics
of scale dengan harga bahan baku saat ini.
-4,52
-4,16
-2,30
-0,97
-0,65
2,67
2,78
3,08
4,44
6,08
6,87
7,34
8,42
9,74
10,63
4,74
Industri Kertas dll
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
Industri Pengolahan Lainnya
Industri Barang Logam dll
Industri Pengolahan Tembakau
Industri Furnitur
Industri Barang Galian bukan Logam
Industri Kayu dll
Industri Alat Angkutan
Industri Logam Dasar
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Industri Mesin dan Perlengkapan
Industri Makanan dan Minuman
SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NONMIGAS
Pada semester I tahun 2018, lima subsektor industri pengolahan nonmigas mengalami pertumbuhan negatif.
48
Gambar 9. Komposisi Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas Triwulan II
Tahun 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah
Perkembangan Penjualan Komoditas Industri Utama
Data penjualan mobil dan motor merupakan
indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi
daya beli masyarakat kelas menengah atas dan
kelas menengah bawah. Sementara itu data
penjualan semen merupakan indikator yang
menunjukkan kondisi pembangunan di Indonesia.
Gambar 10. Produksi Mobil Triwulan I Tahun 2016–Triwulan II Tahun 2018
Sumber: GAIKINDO 2018, diolah
3,52 0,460,43
0,290,26
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
Makanan &Minum
Alat Angkut Tekstil Karet Logam Dasar Lainnya MANUFAKTURNon-MIGAS
294.473
4,77
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Produksi mobil (unit, sb.kiri) Pertumbuhan (y-o-y,%,sb.kanan)
49
Produksi mobil pada triwulan II tahun 2018
mencapai 261.615 unit, atau mengalami kenaikan
sebesar 4,77 persen dibandingkan dengan triwulan
II tahun 2017. Kenaikan produksi tersebut didorong
oleh kenaikan produksi truk lebih besar dari 24 ton
(79,01 persen) dan bus 5-24 ton (49,46 persen).
Sementara secara akumulatif, hingga Juni 2018 ini
produksi mobil di Indonesia mencapai 624.408 unit
atau meningkat 4,50 dibandingkan semester 1
tahun 2017.
Gambar 11. Penjualan Mobil Triwulan I Tahun 2016–Triwulan II Tahun 2018
Penjualan mobil pada triwulan II tahun 2018
mencapai 261.615 unit, atau mengalami kenaikan
sebesar 4,75 persen dibandingkan dengan triwulan
II tahun 2017. Kenaikan penjualan mobil ini
didorong oleh kenaikan penjualan mobil truk lebih
dari 24 ton (48,60 persen) dan truk antara 5-24 ton
(27,77 persen). Secara kumulaitf, penjualan mobil
hingga Juni 2018 mencapai 553.779 unit, meningkat
3,79 persen dibandingkan penjualan mobil pada
periode yang sama pada tahun 2017. Kenaikan
produksi dan penjualan untuk kedua jenis tersebut
sejalan dengan meningkatnya aktivitas perusahaan
pertambangan yang masih melakukan investasi
untuk kendaraan pada triwulan ini.
Produksi mobil di triwulan II tahun 2018 mencapai 261.615 unit atau naik sebesar 4,77 persen dibandingkan dengan triwulan II tahun 2017.
261.615
4,8
-25,0-20,0-15,0-10,0-5,00,05,010,015,020,0
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Penjualan Mobil (Unit, sb. kiri)
Pertumbuhan Penjualan Mobil (persen, sb. kanan, y-on-y)
Penjualan mobil pada triwulan II tahun 2018 mencapai 261.615 unit atau meningkat sebesar 4,75 persen dibandingkan dengan triwulan II tahun 2017.
50
Gambar 12. Penjualan Motor Triwulan I Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018
Sumber: GAIKINDO dan ASTRA 2018, diolah
Penjualan motor tumbuh positif pada triwulan II
2018, melanjutkan tren pertumbuhan positif sejak
triwulan pertama tahun 2018. Penjualan motor
mencapai 1,55 juta atau tumbuh sebesar 18,96
persen, pertumbuhan tertinggi sejak penurunan
penjualan motor akhir tahun 2014. Secara
kumulatif, penjualan motor pada semester I tahun
2018 mencapai 3,00 juta unit atau tumbuh 11,19
persen dibandingkan semester I tahun 2017.
Peningkatan penjualan ini dapat menjadi indikasi
perbaikan daya beli masyarakat sejalan dengan
kenaikan harga komoditas, meskipun tren ini masih
perlu diamati keberlanjutannya.
1.545.259
18,96
-35-30-25-20-15-10-5051015202530
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
1.800.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Penjualan Sepeda Motor (Unit, sb. kiri)
Pertumbuhan Penjualan Sepeda Motor (persen, sb. kanan, y-on-y)
Penjualan motor pada triwulan II tahun 2018 mencapai 1,55 juta unit atau meningkat sebesar 18,96 persen (YoY).
51
Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI)
Gambar 13. Purchasing Manager Index Indonesia Januari 2016-Juli 2018
Sumber: CEIC, diolah
Nilai PMI Indonesia pada bulan April, Mei, dan Juni
2018 adalah 51,60; 51,70; dan 50,30 dengan rata-
rata 51,20 selama triwulan II tahun 2018. Laporan
Nikkei Market menyebutkan bahwa ekpansi industri
pengolahan lebih disebabkan oleh meningkatnya
permintaan domestik dibandingkan ekspor. Hal
tersebut disebabkan indeks untuk permintaan
ekspor selalu turun sepanjang tahun 2018. Selain itu,
berkurangnya hari kerja selama bulan Juni tahun
2018 menyebabkan indeks PMI pada bulan Juni
menurun hingga mendekati ke batas normal (50).
Selain itu, kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan
suku bunga diperkirakan juga akan memperlambat
konsumsi dan memberikan tekanan bagi industri
pengolahan Indonesia.
Angka PMI yang berada di atas 50 pada triwulan II tahun 2018 menunjukkan perusahaan industri pengolahan rata-rata masih melakukan ekspansi.
46,0
47,0
48,0
49,0
50,0
51,0
52,0
53,0
Ap
r
May Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan…
Feb
Mar
Ap
r
May Jun
Jul
Au
g
Sep
Oct
No
v
De
c
Jan…
Feb
Mar
Ap
r
May Jun
Jul
52
Investasi Sektor Industri
Gambar 14. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sektor Industri Triwulan I Tahun 2016- Triwulan II Tahun 2018
Sumber: BKPM 2018, diolah
Pada triwulan II tahun 2018, nilai PMDN sektor
industri pengolahan mencapai Rp24,76 triliun atau
menurun sebesar 2,3 persen dibandingkan triwulan
I tahun 2017. Subsektor dengan nilai PMDN
terbesar adalah industri makanan sebesar Rp.12,36
triliun, yang diikuti dengan industri kimia serta
subsektor industri logam, mesin, dan elektronik
dengan nilai investasi masing-masing Rp3,03 triliun
dan Rp2,56 triliun. Sementara subsektor industri
kimia dan farmasi, industri makanan, dan industri
karet dan plastik menjadi subsektor dengan
peningkatan nilai PMDN terbesar pada triwulan II
tahun 2018.
17.902
(34,21)
-40-30-20-1001020304050
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2016 2017 2018
PMDN (Rp. miliar, sb. kiri) Pertumbuhan PMDN (%,sb. kanan, y-o-y)
Nilai investasi dalam negeri untuk sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2018 mencapai Rp24,76 triliun.
53
Gambar 15. Penanaman Modal Asing (PMA) Sektor Industri Pengolahan Triwulan I Tahun 2016- Triwulan II Tahun 2018
Sumber: BKPM (2018), diolah
Dalam enam bulan pertama pada tahun 2018, nilai
PMA untuk sektor industri pengolahan mencapai
USD2,54 miliar. Nilai PMA tersebut turun sebesar
33,71 persen dibandingkan periode yang sama
tahun 2017. Subsektor dengan nilai PMA terbesar
pada triwulan II tahun 2018 adalah subsektor
industri logam, mesin dan perlengkapan sebesar
USD781 juta, diikuti dengan subsektor industri
kimia dan farmasi, dan industri makanan masing-
masing sebesa USD533 juta dan 361 juta.
Sementara itu, subsektor industri barang kulit dan
alas kaki, karet dan plastik, dan mineral nonlogam
merupakan subsektor dengan pertumbuhan
tertinggi pada triwulan ini.
Tren PMDN dan PMA di sektor industri pengolahan
yang cenderung mengalami penurunan pada tahun
2018 tidak sejalan dengan peningkatan Ease of
Doing Business. Kebijakan investasi yang lebih
terarah, harmonisasi kebijakan antara industri hulu
dan hilir, serta peningkatan kepastian dan
kemudahan prosedur untuk mengakses insentif
investasi dapat menjadi beberapa kebijakan untuk
meningkatkan investasi di sektor industri
pengolahan.
Nilai investasi asing di sektor industri pengolahan pada triwulan II 2018 mencapai USD 2,54 miliar.
24.757
-2,3
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
PMDN (Rp. miliar, sb. kiri) Pertumbuhan PMDN (%,sb. kanan, y-o-y)
Dibutuhkan kebijakan khusus untuk meningkatkan investasi di sektor industri pengolahan.
54
Tenaga Kerja di Sektor Industri Pengolahan
Gambar 16. Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah
Berdasarkan data Sakernas bulan Februari 2018,
jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri
pengolahan sebanyak 17,9 juta orang. Jumlah
tersebut meningkat 4,9 persen dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja pada bulan Februari
2017. Kenaikan tenaga kerja tersebut sejalan
dengan analisis Nikkei Market yang menunjukkan
respon antisipatif pelaku industri nasional untuk
bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
17,92
7,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
20,0
Feb-11 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Feb-17 Feb-18
Manufacturing Worker (million people, left side) Growth (%, y-o-y, right side)
Tenaga kerja yang bekerja di sektor industri pengolahan pada bulan Februari 2018 adalah sebanyak 17,9 juta orang.
55
Pertumbuhan Wisatawan Mancanegara
Gambar 17. Pertumbuhan Jumlah Wisatawan Mancanegara, Triwulan I Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018 (YoY, persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah
Pada triwulan II tahun 2018, jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) mencapai 3,86 juta orang,
atau meningkat 11,46 persen dibandingkan dengan
triwulan II tahun 2017. Secara kumulatif, jumlah
wisman hingga Juni 2018 mencapai 7,52 juta orang
atau meningkat 13,08 persen. Meskipun masih
mengalami peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara, tingkat pertumbuhan
kunjungan wisman kembali mengalami
perlambatan dibandingkan dengan tahun 2017.
Salah satu penyebab perlambatan tersebut adalah
beberapa bencana alam yang terjadi di Bali sejak
akhir tahun 2017 lalu. Hal dapat menjadi indikasi
jika pariwisata Indonesia masih sangat bergantung
kepada Bali. Percepatan pengembangan destinasi
lainnya diperlukan untuk mengurangi
ketergantungan pariwisata Indonesia terhadap Bali.
Jumlah wisman pada triwulan II tahun 2018 mencapai 3,86 juta orang, atau meningkat 11,46 persen dibandingkan triwulan II tahun 2017.
3.860.893
5,94 5,83
13,3616,91
21,91
29,55 30,69
6,79
14,8511,46
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
-
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Jumlah Wisman (ribu orang, BPS) Pertumbuhan (%, y-o-y, sb. kanan)
56
57
58
59
PERKEMBANGAN KEUANGAN NEGARA
Pendapatan Negara dan Hibah
Pada triwulan II tahun 2018, realisasi Pendapatan
Negara dan Hibah mencapai Rp833,4 triliun atau
44,0 persen dari target APBN 2018 (Tabel 19).
Realisasi tersebut meningkat dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini didorong
oleh kinerja positif baik dari sisi penerimaan
perpajakan maupun Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP).
Tabel 19. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, 2012 – Q22018 (Rp triliun)
Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016 2017* Q2-2017 Q2-2018
Nominal % APBN Nominal % APBN
Perpajakan 980,5 1.077,3 1.146,9 1.240,4 1.285,0 1.343,5 571,9 38,2 653,5 40,4
PNBP 351,8 354,8 398,6 255,6 262,0 311,2 146,1 58,4 176,8 64,2
Hibah 5,8 6,8 5,0 12,0 8,9 11,2 0,21 15,5 3,1 260,7
TOTAL 1.338,1 1.438,9 1.550,5 1.508,0 1.555,9 1.666,0 295,1 41,0 833,4 44,0
Sumber: Kementerian Keuangan
Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan
Juni 2018 mencapai Rp653,5 triliun (40,4 persen dari
target APBN 2018), meningkat 14,3 persen dari
realisasi triwulan II 2017 sebesar Rp571,9 triliun
(38,2 persen APBN 2017). Pertumbuhan positif ini
disumbang oleh kinerja positif komponen utama
pajak yaitu Pajak Penghasilan (PPh) nonmigas,
khususnya dari jenis pajak PPh Badan serta PPh Pasal
21. Pertumbuhan PPh Pasal 21 tidak terlepas dari
pengaruh pembayaran tunjangan hari raya sebelum
libur Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan konsumsi
masyarakat juga mendorong peningkatan PPN
secara signifikan sebesar 13,6 persen menjadi
Rp218,1 triliun (Gambar 18).
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga triwulan II tahun 2018 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Realisasi penerimaan perpajakan triwulan II tahun 2018 menunjukan kinerja positif, didorong oleh peningkatan PPN dan PPh.
60
Gambar 18. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan, Juni 2018 (Rp triliun)
Sumber: Kementerian Keuangan
Tingginya realisasi penerimaan perpajakan juga
diikuti dengan PNBP yang meningkat. Realisasi PNBP
sampai dengan Juni 2018 mencapai Rp176,8 triliun
atau 64,2 persen dari target APBN, yang secara
komposisi masih didominasi oleh penerimaan SDA
migas dengan proporsi sebesar 33 persen. Realisasi
ini lebih tinggi dibandingkan realisasi sampai dengan
Juni 2017, yaitu 58,4 persen APBN (Tabel 19).
Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
penerimaan SDA migas yang mencapai Rp58,8
triliun, lebih tinggi dibandingkan realisasi Juni 2017,
yakni Rp39,7 triliun (Gambar 19). Tingginya realisasi
migas tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
harga komoditas migas, khususnya harga minyak
bumi dan batu bara sepanjang periode triwulan II
tahun 2018. Peningkatan komponen PNBP Lainnya
yang juga cukup signifikan disumbang oleh kenaikan
realisasi Penjualan Hasil Tambang, sejalan dengan
peningkatan harga batu bara.
314,3
192,0
3,944,3 17,4
359,4
218,1
4,051,0 21,0
Pajak Penghasilan PajakPertambahan
Nilai
PBB dan PajakLainnya
Cukai PajakPerdaganganInternasional
Juni 2017 Juni 2018
Seperti halnya penerimaan perpajakan, PNBP juga menunjukan kinerja yang positif, khususnya penerimaan SDA migas.
61
Gambar 19. Realisasi Komponen PNBP, Juni 2018 (Rp triliun)
Sumber: Kementerian Keuangan
Belanja Pemerintah
Realisasi belanja negara hingga Juni 2018 mencapai
Rp944,0 triliun atau 42,5 persen dari target APBN.
Dengan demikian, realisasi belanja negara hingga
Juni 2018 sedikit menurun dari realisasi pada
periode yang sama pada tahun 2017, yaitu sebesar
42,9 persen. Hal tersebut disebabkan oleh realisasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada Juni 2018
yang menurun menjadi 50,3 persen terhadap target
APBN, lebih rendah dibandingkan Juni 2017 yakni
sebesar 51,6 persen (Gambar 20). Sementara,
realisasi belanja Pemerintah Pusat hingga Juni 2018
mencapai 38,4 persen dari target APBP, lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi pada Juni 2017 yang
mencapai 37,9 persen dari target APBN.
Gambar 20. Perkembangan Komponen Belanja Negara (% terhadap Target APBN)
Sumber: Kementerian Keuangan
39,7
12,7
31,541,9
20,4
58,8
16,4
35,545,5
20,7
SDA Migas SDA Non Migas Pendapatan dari KND PNBP Lainnya Pendapatan BLU
Juni 2017 Juni 2018
Realisasi Belanja Negara hingga Juni 2018 sedikit menurun dibandingkan Juni 2017.
%APBN37,9%APBN
38,4%APBN
%APBN51,6%APBN
50,3%APBN
Belanja pemerintah
pusat
Belanja transfer ke daerah
dan dana desa
Juni 2017
Juni 2018
Juni 2018
Juni 2017
62
Realisasi Belanja Pemerintah Pusat pada triwulan II
tahun 2018 mencapai Rp558,4 triliun (38,4 persen
APBN 2018), lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya, baik secara persentase maupun
nominal. Pertumbuhan realisasi tersebut terutama
dipengaruhi oleh realisasi Subsidi sebesar Rp73,9
triliun (tumbuh 25,9 persen) dan Belanja Bantuan
Sosial sebesar Rp45,1 triliun (tumbuh 74,9 persen)
(Gambar 21).
Selanjutnya, realisasi komponen belanja Pemerintah
Pusat lainnya juga mengalami peningkatan. Realisasi
belanja pegawai mencapai Rp103,8 triliun, lebih
tinggi dibandingkan realisasi belanja pegawai pada
periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp93,6
triliun, yang didorong oleh antara lain pembayaran
tunjangan guru serta THR bagi pensiunan. Realisasi
belanja barang mencapai Rp106,4 triliun atau 31,4
persen dari target APBN 2018, mencerminkan
percepatan kegiatan yang mendukung operasional
pemerintahan. Sementara itu, realisasi belanja
modal mengalami sedikit penurunan dari realisasi
periode yang sama tahun 2017, disebabkan oleh
teknis pengadaan barang/jasa Pemerintah dan
belum tuntasnya pembebasan lahan. Tingginya
belanja negara juga didorong dari pembayaran
bunga utang yang mencapai Rp120,6 triliun (50,5
persen APBN).
Gambar 21. Perkembangan Beberapa Komponen Belanja Pemerintah Pusat, Maret 2018 (Rp triliun)
Sumber: Kementerian Keuangan
Subsidi
Bunga Utang
Bantuan Sosial
Belanja Modal
Belanja Barang
Belanja Pegawai
47,3%
50,5%
58,3%
20,0%
31,4%
45,6% Rp103,8T
Realisasi belanja pemerintah pusat triwulan II tahun 2018 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II tahun 2017, didorong oleh realisasi subsidi, bantuan sosial, dan belanja pegawai.
63
Upaya pemerintah dalam mengurangi belanja
kurang produktif, belum tercermin dari realisasi
belanja modal yang menurun dan peningkatan
belanja subsidi (Gambar 22). Hingga Juni 2018,
realisasi belanja modal mencapai Rp40,7 triliun atau
20,0 persen dari target APBN lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi belanja modal
periode yang sama tahun 2017 yaitu 26,5 persen.
Sementara itu, realisasi belanja subsidi hingga Juni
2018 jauh meningkat dibandingkan realisasi belanja
subsidi pada periode yang sama tahun 2017.
Gambar 22. Realisasi Belanja Modal dan Subsidi (% terhadap Target APBN)
Sumber: Kementerian Keuangan
Hingga Juni 2018, realisasi Dana Perimbangan
mencapai Rp338,6 triliun. Dari realisasi tersebut,
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan komponen
terbesar dengan realisasi sebesar Rp234,0 triliun
atau 58,3 persen dari target APBN (Tabel 20).
Sementara itu, realisasi DAK sampai dengan Juni
mengalami peningkatan pesat dari Rp66,5 triliun
pada 2017 menjadi Rp70,4 triliun pada 2018.
Selanjutnya, jika dilihat dari proporsinya realisasi
DAK terhadap target APBN mengalami penurunan
DAU masih mendominasi realisasi Dana Perimbangan hingga Juni 2018. Sementara itu, realisasi DAK mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Realisasi belanja subsidi pada triwulan II 2018 meningkat dibandingkan triwulan II tahun 2017. Di sisi lain, realisasi belanja modal mengalami penurunan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
%APBN26,5%APBN
%APBN
37,6%APBN
20,0%APBN
47,3%APBN
Belanja modal
Belanja subsidi
Juni 2017 Juni 2018
64
dari 38,4 persen di tahun 2017 menjadi 37,9 persen
di tahun 2018.
Tabel 20. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Tahun 2012-Q12018 (Rp triliun)
Keterangan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Q2-2017 Q2-2018
Nominal % APBN Nominal % APBN
Transfer Ke Daerah 424,4 445,3 495,0 521,1 664,2 682,2 360,4 51,1 349,7 49,5
Dana Perimbangan 411,1 430,4 477,1 485,8 639,8 654,5 349,4 51,6 338,6 50,1
Dana Bagi Hasil 111,3 88,5 103,9 78,1 90,5 88,2 49,7 53,5 34,3 38,4
Dana Alokasi Umum 273,8 311,1 341,2 352,9 385,4 398,6 233,2 56,8 234,0 58,3
Dana Transfer Khusus
25,9 30,8 31,9 54,9 164,5 167,7 66,5 38,4 70,4 37,9
Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
12,0 13,6 16,6 17,7 18,8 20,2 6,5 32,0 6,8 32,4
Dana Insentif Daerah 1,4 1,4 1,4 1,7 5,0 7,5 4,5 60,0 4,3 50,0
Dana Desa - - - 20,8 46,7 59,8 35,8 57,3 35,9 59,8
Total 424,4 445,3 495,0 525,9 710,9 742,0 394,8 51,6 385,6 50,3
Sumber: Kementerian Keuangan
Pembiayaan Pemerintah
Peningkatan kinerja penerimaan perpajakan serta
terjaganya kualitas realisasi belanja negara
membuahkan tingkat defisit APBN yang semakin
membaik. Hingga akhir triwulan II tahun 2018,
defisit APBN mencapai Rp110,6 triliun atau sekitar
0,6 persen PDB, lebih rendah dari realisasi defisit
anggaran pada triwulan II tahun 2017 yang
mencapai Rp175,1 triliun atau 1,3 persen PDB
(Gambar 23).
Gambar 23. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, Juni 2017 dan Juni 2018 (Rp triliun)
Sumber: Kementerian Keuangan
(175,1)
(110,6)
(1,3)
(0,6)
-1,4
-0,9
-0,4
-300
-250
-200
-150
-100
-50
0
Juni 2017 Juni 2018
Rp Triliun %PDB
Realisasi Defisit Anggaran triwulan II tahun 2018 mengalami perbaikan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan II tahun 2017.
65
Penurunan defisit anggaran memberikan dampak
pada penurunan realisasi pembiayaan selama
triwulan II tahun 2018. Hingga triwulan II tahun
2018, realisasi pembiayaan mencapai Rp176,2
triliun (54,1 persen dari target APBN 2018), turun
15,9 persen dari realisasi triwulan II tahun 2017
(Tabel 21). Realisasi pembiayaan APBN mayoritas
berasal dari pembiayaan utang dengan proporsi
hampir 100 persen.
Tabel 21. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN, Triwulan II 2017-2018 (Rp triliun)
Jenis Pembiayaan Q2-2017 Q2-2018
Nominal % APBN Nominal % APBN
Utang 207,8 54,0 176,0 44,1
Investasi (0,1) 0,3 (0,8) 1,2
Pinjaman 1,5 (24,1) 0,9 (14,1)
Penjaminan 0,0 0,0 0,0 0,0
Lainnya 0,2 62,3 0,09 53,7
Total 209,4 63,4 176,2 54,1
Sumber: Kementerian Keuangan
Posisi Utang Pemerintah
Hingga Juni 2018, total utang Pemerintah Pusat
mencapai Rp4.227,8 triliun, atau tumbuh sebesar
14,1 persen dibandingkan realisasi Desember tahun
2017 (sebesar Rp4010,3 triliun). Peningkatan utang
pemerintah dikelola secara hati-hati untuk menjaga
stabilitas perekonomian. Jika dilihat dari rasionya
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), total utang
Pemerintah Pusat diperkirakan lebih rendah
dibandingkan realisasi pada akhir tahun 2017
(sebesar 29,5 persen PDB). Sejauh ini persentase
tersebut masih di bawah batas 60% terhadap PDB
sebagaimana ketentuan Undang-undang Keuangan
Negara Nomor 17 tahun 2003.
Dari total utang pemerintah tersebut, SBN
mendominasi dengan proporsi 81,4 persen dari total
utang pemerintah pusat.
Realisasi pembiayaan mengalami penurunan, diidominasi oleh pembiayaan yang berasal dari utang.
Realisasi rasio utang
Pemerintah Pusat hingga
akhir Juni 2018 menurun
jika dibandingkan posisi
akhir tahun 2017.
66
Gambar 24. Perkembangan Rasio Utang Pemerintah Pusat, 2013-2018 (% PDB dan Rp triliun)
Sumber: Kementerian Keuangan
Surat Berharga Negara
Kepemilikan asing pada SBN masih cukup dominan.
Hingga Juni 2018, kepemilikan asing (nonresiden)
pada SBN mencapai Rp830,2 triliun atau 37,8 persen
dari total SBN rupiah yang diperdagangkan (Tabel
22). Berdasarkan jangka waktunya, SBN bertenor 5
hingga 10 tahun masih mendominasi kepemilikan
asing (sebesar 38,8 persen), berbeda dengan tahun
2017 yang didominasi oleh SBN tenor panjang
(Gambar 25). Persepsi risiko yang meningkat pasca
meningkatnya tekanan eksternal menjadi penyebab
perubahan preferensi dari SBN tenor panjang
menjadi SBN tenor menengah.
Tabel 22. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan, Tahun 2012 – 2018 (Rp triliun)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 Q2-2018
Nominal % Kepemilikan
Bank 299,7 335,4 375,6 350,1 399,5 491,6 461,2 20,9
Institusi Negara 3,1 44,4 41,6 148,9 134,3 141,8 210,0 9,56 Nonbank 517,5 615,4 792,8 962,9 1.239,6 1.466,3 1.525,7 69,6
Reksadana 43,2 42,5 45,8 61,6 85,7 104,0 111,4 5,1 Asuransi 83,4 129,6 150,6 171,6 238,2 150,8 172,8 7,9 Non Residen/Asing 270,5 323,8 461,4 558,5 665,8 836,1 830,2 37,8 Dana Pensiun 56,5 39,5 43,3 49,8 87,3 198,1 219,4 10,0 Individu 32,5 30,4 42,5 57,8 59,8 61,9 2,8
Lain lain 64,9 47,6 61,3 78,8 104,8 117,5 130,0 5,9
Total 820,3 995,3 1.210,0 1.461,8 1.773,3 2.099,8 2.196,9 100,0
Sumber : Kementerian Keuangan
2.375,0 2.608,8 3.165,13.515,5
4.010,3
4.227,8
2000
3000
4000
5000
6000
2013 2014 2015 2016 2017 Juni 2018
Utang Pemerintah Pusat (Rp Triliun)
Minat investor asing terhadap SBN tenor jangka menengah cukup tinggi.
67
Gambar 25. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor (% Total SBN)
Sumber : Kementerian Keuangan
Pinjaman Luar Negeri
Hingga Mei 2018, Jepang masih menjadi kreditur
utama pinjaman luar negeri Indonesia, dengan nilai
pinjaman senilai USD13,8 juta. Secara umum, total
pinjaman luar negeri sedikit menurun dibandingkan
posisi akhir tahun 2017 (Tabel 23).
Tabel 23. Posisi Pinjaman Luar Negeri Berdasarkan Kreditur, 2012 - Mei 2018 (Juta USD)
Negara/Kelompok 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Mei-18
Bilateral 39,6 34,7 30,4 28,1 26,7 26,4 26,1
a Jepang 21 17 15,5 14,6 14 14,6 13.8
b Perancis 2,6 2,5 2,4 2,4 2,7 2,8 2.6
c Jerman 2 1,8 1,7 1,9 2,1 2,3 2.3
d Tiongkok 1 1,2 1,4 1,5 1,4 1,5 1.4
e Korsel 0,9 0,9 1 1 1,3 1,3 1.4
f AS 1,6 1,6 1,5 1,4 1,2 1,2 1.1
g Belanda 0,2 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0.6
h Singapura 1,1 0,9 0,8 0,6 0,6 0,6 0.5
i Australia 0,8 0,7 0,6 0,5 0,5 0,5 0.5
j Austria 0,9 0,7 0,5 0,4 0,4 0,4 0.4
k Lainnya 2,5 2,4 2 1,7 1,6 1,6 1.5
Multilateral 230,1 288,3 94,6 109,3 128,2 150,9 150,4
a Bank Dunia 12,6 13,4 14 16,1 17,3 17,9 18,2
b ADB 10,4 9,4 8,6 9,2 9,3 9 9,2
c IDB 0,5 0,6 1,9 0,6 0,7 0,9 0,9
d IFAD 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2
e Lainnya 53 56,1 70 83,2 100,7 122,9 124,7
Bank Sentral 9,9 9,3 5,9 5,2 3,4 3,3 3,2
Total 126,1 123,5 129,7 126,5 158,3 180,6 182,5
Sumber : Kementerian Keuangan
4,7 3,2 3,5 5,0 6,13,7 5,4 5,1
15,2 11,817,8 17,3 18,9
33,639,0
37,4 35,6 38,8
42,8 44,736,0 37,0 35,4
2014 2015 2016 2017 Jun-18
< 1 1 - 2 2 - 5 5 - 10 > 10
Jepang masih menjadi kreditur utama pinjaman luar negeri Indonesia.
68
69
70
71
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA
Perdagangan Internasional
Perkembangan Ekspor
Gambar 26. Nilai Ekspor Indonesia sampai dengan Triwulan II Tahun 2018 (Juta USD)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai total ekspor Indonesia hingga triwulan II tahun
2018 mencapai 88.018,5 juta USD atau meningkat 10,0
persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Sementara itu, nilai ekspor nonmigas hingga triwulan II
tahun 2018 mencapai 79.338,6 juta USD atau tumbuh
sebesar 9,6 persen dibandingkan periode yang sama
tahun 2017. Adapun pada ekspor migas, nilai ekspor
hingga triwulan II 2018 mencapai 8.637,1 juta USD atau
tumbuh sebesar 13,9 persen dibandingkan periode yang
sama tahun 2017.
Tabel 24. Perkembangan Ekspor sampai dengan Triwulan II Tahun 2018
Komoditas Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18*
Nilai Ekspor 14.553,4 14.132,6 15.586,9 14.537,2 16.209,3 12.999,2
Migas 1.323,6 1.390,9 1.338,0 1.220,7 1.643,6 1.720,4
Minyak Mentah 317,3 446,0 461,3 287,1 522,2 544,2
Hasil Minyak 127,2 107,2 120,0 143,9 209,2 123,1
Gas 879,1 837,7 756,7 789,7 912,2 1.053,1
Non Migas 13.229,8 12.705,9 14.241,9 13.316,5 14.565,7 11.278,8
Pertanian 257,7 235,0 281,3 298,4 308,3 199,8
- 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
Mig
as
Tota
l dan
No
n M
igas
Total Non Migas Migas
Nilai ekspor Indonesia
mencapai 88,0 milyar
USD, atau mengalami
peningkatan sebesar
10,0 persen (YoY).
72
Komoditas Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18*
Industri 10.617,0 10.203,9 11.183,5 10.677,9 11.750,2 8.544,9
Pertambangan dan lainnya
2.355,1 2.267,0 2.784,1 2.340,2 2.507,2 2.534,1
Pertumbuhan Ekspor (YoY%)**
8,6 12,0 6,2 9,5 13,0 11,5
Migas 4,1 16,1 -11,5 17,8 26,8 35,1
Minyak Mentah -16,6 9,4 -24,8 -5,1 29,7 20,4
Hasil Minyak -22,3 14,1 -33,7 -1,5 33,0 32,4
Gas 20,8 20,3 5,5 34,5 23,9 44,5
Non Migas 9,1 11,3 8,2 8,8 11,6 8,6
Pertanian -8,1 -16,8 -3,5 7,4 -2,2 -25,3
Industri 7,4 4,3 2,1 7,9 9,0 0,3
Pertambangan dan lainnya
19,7 68,2 45,1 12,9 28,1 58,5
Proporsi Ekspor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Migas 9,1 9,8 8,6 8,4 10,1 13,2
Minyak Mentah 2,2 3,2 3,0 2,0 3,2 4,2
Hasil Minyak 0,9 0,8 0,8 1,0 1,3 0,9
Gas 6,0 5,9 4,9 5,4 5,6 8,1
Non Migas 90,9 89,9 91,4 91,6 89,9 86,8
Pertanian 1,8 1,7 1,8 2,1 1,9 1,5
Industri 73,0 72,2 71,7 73,5 72,5 65,7
Pertambangan dan lainnya
16,2 16,0 17,9 16,1 15,5 19,5
Sumber Pertumbuhan (%) 8,6 12,0 6,2 9,5 13,0 11,5
Migas 0,4 1,6 -1,0 1,5 2,7 4,6
Minyak Mentah -0,4 0,3 -0,7 -0,1 1,0 0,9
Hasil Minyak -0,2 0,1 -0,3 0,0 0,4 0,3
Gas 1,3 1,2 0,3 1,9 1,3 3,6
Non Migas 8,2 10,2 7,5 8,0 10,4 7,5
Pertanian -0,1 -0,3 -0,1 0,2 0,0 -0,4
Industri 5,4 3,1 1,5 5,8 6,5 0,2
Pertambangan dan lainnya
3,2 10,9 8,1 2,1 4,4 11,4
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*) : Angka Sementara Keterangan (**) : Pertumbuhan year-on-year (YoY)
73
Berdasarkan kelompok barang kode HS 2 dijit, hingga
triwulan II tahun 2018, Bahan bakar mineral (nomor HS 27)
merupakan kelompok barang dengan nilai ekspor terbesar
12.153,8 juta USD, berkontribusi sebesar 15,3 persen
terhadap total ekspor nonmigas. Kelompok barang yang
berkontribusi paling besar sebagai sumber pertumbuhan
ekspor adalah Bijih, Kerak, dan Abu Logam (nomor HS 26)
yakni sebesar 4,6 persen. Hal ini disebabkan kelompok
barang tersebut hingga triwulan II tahun 2018 mengalami
pertumbuhan sebesar 125,2 persen dibandingkan periode
yang sama tahun 2017.
Tabel 25. Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih hingga Triwulan II Tahun 2018
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*) : Angka Sementara
Total volume ekspor nonmigas hingga triwulan II tahun
2018 mencapai 275.156,0 ribu ton atau meningkat
sebesar 15,9 persen dari periode yang sama tahun 2017.
Berdasarkan kelompok barang kode HS 2 dijit, Bahan
bakar mineral (nomor HS 27) juga merupakan kelompok
barang ekspor dengan volume ekspor terbesar dengan
proporsi terhadap total ekspor nonmigas mencapai 76,5
persen. Berdasarkan tingkat pertumbuhan YoY, Bijih,
Kerak, dan Abu Logam (nomor HS 26) mengalami
HS Kelompok Barang
Nilai (Juta USD) Pertumbuhan (%,
YoY) Proporsi thd Total
Nonmigas (%)
Apr-18 May-18 Jun-18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18*
27 Bahan bakar mineral 1.906,2 1.947,2 2.066,2 52,6 23,1 13,6 15,3
15 Lemak & minyak hewan/nabati
1.624,6 1.583,5 1.499,7 45,1 -14,1 15,9 12,4
85 Mesin/peralatan listrik 679,2 790,8 572,6 1,5 1,7 5,6 5,2 87 Kendaraan dan Bagiannya 648,3 666,1 425,0 15,4 6,8 4,5 4,3 40 Karet dan Barang dari Karet 605,8 584,1 401,3 52,3 -21,2 5,7 4,1 71 Perhiasan/Permata 522,9 434,9 288,8 -34,9 13,6 3,7 3,8 26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 474,1 571,6 538,0 -8,8 125,2 1,8 3,7
84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik
481,1 540,9 350,3 4,8 2,3 3,8 3,5
72 Besi dan Baja 364,0 530,2 386,5 76,0 89,2 1,9 3,2 64 Alas kaki 448,4 477,8 298,1 -0,4 4,7 3,3 3,2
10 Kelompok Barang Terbesar
7.754,6 8.127,0 6.826,6 22,8 8,0 59,7 58,8
Kelompok Barang Lainnya 5.562,0 6.438,7 4.452,2 4,9 12,2 40,3 41,2 Total Ekspor Nonmigas 13.316,5 14.565,7 11.278,8 14,9 9,7 100,0 100,0
Kelompok barang bijih,
kerak, dan abu logam
(nomor HS 26)
mengalami pertumbuhan
volume ekspor paling
besar mencapai 481,2
persen.
Bahan Bakar Mineral (HS
27) merupakan komoditas
dengan nilai ekspor
terbesar pada triwulan II
tahun 2018, dengan
proporsi terhadap total
ekspor nonmigas sebesar
15,5 persen.
74
pertumbuhan yang paling besar yakni sebesar 481,2
persen. Hal ini juga terjadi pada triwulan I tahun 2018,
kelompok barang ini mengalami pertumbuhan YoY
sebesar 891,0 persen.
Tabel 26. Perkembangan Volume Ekspor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih hingga Triwulan
II Tahun 2018
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*) : Angka Sementara
Hingga triwulan II tahun 2018, negara tujuan utama
ekspor nonmigas masih sama dengan triwulan I tahun
2018. Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor
terbesar dengan nilai ekspor mencapai 12.296,4 juta
USD atau sebesar 17,0 persen dari total ekspor
nonmigas. Selain itu, hingga triwulan II tahun 2018 ini,
Tiongkok juga merupakan negara tujuan ekspor yang
mengalami tingkat pertumbuhan YoY paling besar yakni
sebesar 34,7 persen.
HS Kelompok Barang Volume (Ribu ton)
Pertumbuhan (%, YoY)
Proporsi thd Total Nonmigas (%)
Apr-18 May-18 Jun-18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18*
27 Bahan bakar mineral 33.316,3 35.935,7 35.773,5 6,6 13,1 78,4 76,5
15 Lemak & minyak hewan/nabati
2.304,3 2.305,0 2.285,2 22,0 -6,0 6,4 5,2
26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 2.569,7 2.848,0 2.270,0 -16,9 481,2 1,0 5,2
25 Garam, Belerang, Kapur 1.508,2 1.556,5 1.116,1 34,7 19,5 2,6 2,6
38 Berbagai produk kimia 441,3 547,6 645,0 -1,1 51,4 0,8 1,0
44 Kayu, Barang dari Kayu 450,9 557,8 310,7 -4,0 -2,6 1,1 1,0
23 Ampas/Sisa Industri Makanan
461,2 432,4 324,8 17,1 3,5 1,0 0,9
48 Kertas/Karton 438,0 474,5 393,4 9,8 13,3 0,9 0,9
47 Bubur kayu/Pulp 373,3 310,3 349,3 15,5 6,8 0,8 0,8
72 Besi dan Baja 293,6 391,8 317,0 31,1 24,0 0,7 0,7
10 Kelompok Barang Terbesar
42.156,7 45.359,5 43.785,1 8,0 17,2 93,8 94,8
Kelompok Barang Lainnya 2.540,1 2.803,9 2.001,4 8,2 -2,8 6,2 5,2
Total Ekspor Nonmigas 44.696,8 48.163,4 45.786,4 8,0 15,9 100,0 100,0
Tiongkok masih menjadi
negara tujuan ekspor
nonmigas utama dengan
nilai ekspor mencapai
12.296,4 juta USD dan
tumbuh 34,7 persen (YoY)
75
Tabel 27. Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan Utama hingga Triwulan II Tahun 2018
Negara Nilai (Juta USD)
Pertumbuhan (%, YoY)
Proporsi thd Total Nonmigas (%)
Apr-18 May-18 Jun-18* Jan-Jun
18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18*
Tiongkok 1.814,4 2.092,9 2.051,32 12.296,4 50,0 34,7 12,6 17,0 Amerika Serikat 1.430,6 1.573,6 1.134,52 8.559,9 6,2 2,3 11,6 11,8 Jepang 1.391,8 1.398,2 1.230,51 8.101,6 4,0 21,3 9,2 11,2 India 1.015,4 1.105,4 945,71 6.271,0 55,2 -8,5 9,5 8,7 Singapura 782,1 766,4 514,87 4.505,9 -4,3 4,7 5,9 6,2 EU 1.266,3 1.612,4 1.085,0 7.880,0 17,5 7,3 10,1 9,9 ASEAN 2.995,2 3.129,4 2.358,2 17.084,1 12,3 10,9 21,3 21,5 Total Ekspor Non Migas 13.316,5 14.565,7 11.278,8 79.381,5 14,9 9,7 100,0 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): angka sementara
Perkembangan Impor
Gambar 27. Nilai Impor Indonesia sampai dengan Triwulan II Tahun 2018 (Juta USD)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Nilai total impor Indonesia hingga triwulan II tahun 2018
mencapai 89.040,3 juta USD atau meningkat 23,1
persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Sementara itu, nilai impor nonmigas hingga triwulan II
tahun 2018 mencapai 75.003,3 juta USD atau tumbuh
sebesar 23,6 persen dibandingkan periode yang sama
tahun 2017. Adapun pada impor migas, nilai impor
hingga triwulan II tahun 2018 mencapai 14.037,0 juta
USD atau tumbuh sebesar 20,8 persen dibandingkan
periode yang sama tahun 2017.
Impor Indonesia hingga
triwulan II tahun 2018
mencapai 89.040,2 juta
USD, meningkat 23,1
persen YoY.
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
0
5.000
10.000
15.000
20.000
Mig
as
Tota
l dan
No
nm
igas
Total Non Migas Migas
76
Tabel 28. Perkembangan Impor sampai dengan Triwulan II Tahun 2018 (Juta USD)
Komoditas Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18
Nilai Impor (USD Juta) 15.309,4 14.185,5 14.463,6 16.162,3 17.662,9 11.256,6
Barang Konsumsi 1.362,9 1.378,8 1.201,2 1.503,1 1.730,1 1.006,1
Bahan Baku 11.466,5 10.554,9 10.803,1 12.026,0 13.131,0 8.508,2
Barang Modal 2.480,0 2.251,8 2.459,3 2.633,2 2.801,8 1.742,3
Migas 2.259,2 2.234,8 2.239,1 2.328,2 2.861,4 2.114,3
Minyak Mentah 573,6 932,7 847,5 799,8 884,7 541,0
Hasil Minyak 1.437,4 1.105,2 117,3 1.305,3 1.733,5 1.300,4
Gas 248,2 196,9 218,3 223,1 243,2 272,9
Non Migas 13.050,2 11.950,7 12.224,5 13.834,1 14.801,5 9.142,3
Pertumbuhan Impor** (%) 27,9 24,9 8,9 35,3 28,3 12,7
Barang Konsumsi 35,4 55,0 -10,6 35,8 33,2 -10,8
Bahan Baku 26,8 20,5 8,9 34,0 24,9 14,8
Barang Modal 29,4 32,2 21,8 41,4 43,1 19,9
Migas 23,6 -9,6 -1,7 41,4 59,7 32,1
Minyak Mentah 95,7 31,7 30,5 87,7 67,2 10,2
Hasil Minyak 9,0 -27,2 -91,3 24,8 60,6 38,0
Gas 14,6 -20,6 -22,2 27,5 32,8 63,3
Non Migas 28,7 34,6 11,1 34,3 23,6 9,0
Proporsi Impor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Barang Konsumsi 8,9 9,7 8,3 9,3 9,8 8,9
Bahan Baku 74,9 74,4 74,7 74,4 74,3 75,6
Barang Modal 16,2 15,9 17,0 16,3 15,9 15,5
Migas 14,8 15,8 15,5 14,4 16,2 18,8
Minyak Mentah 3,7 6,6 5,9 4,9 5,0 4,8
Hasil Minyak 9,4 7,8 0,8 8,1 9,8 11,6
Gas 1,6 1,4 1,5 1,4 1,4 2,4
Non Migas 85,2 84,2 84,5 85,6 83,8 81,2
Sumber Pertumbuhan (%) 27,9 24,9 8,9 35,3 28,3 12,7
Barang Konsumsi 3,2 5,3 -0,9 3,3 3,3 -1,0
Bahan Baku 20,0 15,2 6,6 25,3 18,5 11,2
Barang Modal 4,8 5,1 3,7 6,8 6,8 3,1
Migas 3,5 -1,5 -0,3 6,0 9,7 6,0
Minyak Mentah 3,6 2,1 1,8 4,3 3,4 0,5
Hasil Minyak 0,8 -2,1 -0,7 2,0 5,9 4,4
Gas 0,2 -0,3 -0,3 0,4 0,5 1,5
Non Migas 24,5 29,1 9,4 29,4 19,8 7,3
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): angka sementara Keterangan (**): pertumbuhan year-on-year (YoY)
77
Berdasarkan kelompok barang kode HS 2 dijit, hingga
triwulan II tahun 2018, Mesin-mesin/Pesawat Mekanik
(nomor HS 84) merupakan kelompok barang dengan
nilai impor terbesar 12.600,2 juta USD, berkontribusi
sebesar 16,8 persen terhadap total impor nonmigas.
Kelompok barang ini sebagai sumber pertumbuhan
impor nonmigas juga berkontribusi paling besar yakni
sebesar 5,0 persen.
Tabel 29. Perkembangan Nilai Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih hingga Triwulan II Tahun 2018
HS Kelompok Barang Nilai (Juta USD)
Pertumbuhan (%, YoY)
Proporsi thd Total Nonmigas (%)
Apr-18 May-18 Jun-18* Jan-
Jun 17 Jan-Jun
18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18*
84 Mesin-mesin / Pesawat Mekanik
2.200,5 2.524,2 1.534,4 -5,2 29,9 16,0 16,8
85 Mesin / Peralatan Listik 1.832,9 1.969,8 1.275,7 8,5 27,4 13,2 13,6 87 Kendaraan dan Bagiannya 696,9 646,2 534,1 17,4 29,7 5,0 5,3 39 Plastik dan Barang dari
Plastik 776,3 828,4 514,2 5,9 16,2 6,0 5,7
72 Besi dan Baja 954,4 920,2 393,8 19,1 32,7 5,8 6,2 29 Bahan Kimia Organik 609,2 603,7 345,9 18,6 10,9 4,8 4,4 71 Perhiasan / Permata 170,0 243,4 335,3 101,3 254,8 0,5 1,5 10 Gandum-ganduman 301,9 396,4 288,3 -24,5 28,0 2,2 2,3 73 Benda-benda dari Besi dan
Baja 325,6 374,6 229,7 -26,2 70,2 1,8 2,5
17 Gula dan Kembang Gula 169,8 295,1 179,0 33,5 -16,9 2,0 1,3 10 Kelompok Barang
Terbesar 33.412,1 34.825,4 44.636,8 4,2 28,2 57,4 59,5
Kelompok Barang Lainnya 23.604,9 25.867,4 30.366,6 9,6 17,4 42,6 40,5 Total Ekspor Nonmigas 57.017,1 60.692,8 75.003,3 6,4 23,6 100,0 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*): angka sementara
Hingga triwulan II tahun 2018, negara tujuan utama
impor nonmigas masih sama dengan triwulan I tahun
2018. Tiongkok merupakan negara tujuan impor
terbesar dengan nilai impor mencapai 18.057,2 juta USD
atau sebesar 23,5 persen dari total impor nonmigas.
Selain itu, berdasarkan tingkat pertumbuhan year-on-
year, tingkat pertumbuhan tertinggi hingga triwulan II
tahun 2018 berasal dari Filipina yakni sebesar 256,8
persen.
Kelompok barang Mesin-
mesin/Pesawat Mekanik
(nomor HS 84)
merupakan impor
terbesar, sebesar 16,8
persen terhadap total
impor nonmigas
Negara asal impor utama
hingga triwulan II tahun
2018 adalah Tiongkok,
Jepang, Amerika Serikat,
India, dan Filipina.
78
Tabel 30. Perkembangan Nilai Impor Nonmigas Berdasarkan Negara Asal Utama hingga Triwulan II Tahun 2018
Negara
Nilai (Juta USD) Pertumbuhan (%,
YoY) Proporsi thd Total
Nonmigas (%)
Apr-18 May-18 Jun-18* Jan-Jun
18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18* Jan-Jun
17 Jan-Jun
18*
Tiongkok 3.750,1 2.092,9 2.051,32 18.057,2 5,4 14,6 26,0 23,5
Jepang 1.641,9 1.398,2 1.230,51 8.605,3 8,1 27,1 11,2 11,2
Amerika Serikat 933,0 1.573,6 1.134,52 5.778,4 9,8 57,8 6,0 7,5
India 476,9 1.105,4 945,71 3.635,8 36,9 101,0 3,0 4,7
Filipina 79,4 620,6 543,31 1.471,6 0,7 256,8 0,7 1,9
EU 1.165,1 1.612,4 1.085,0 7.033,3 3,3 36,7 8,5 9,1
ASEAN 2.697,5 3.129,4 2.358,2 15.955,1 -0,8 26,7 20,8 20,8
Total 13.834,0 14.556,1 11.274,7 76.890,4 5,9 26,7 100,0 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan (*): angka sementara
Kerjasama Ekonomi Intenasional
Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada tabel di bawah.
Tabel 31. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Mei 2018)
No Perjanjian ekonomi Status Tahun
1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993
2 United States-Indonesia Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 1997
3 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under
consultation and study 2004
4 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2005
5 Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6)
Proposed/Under consultation and study
2005
6 ASEAN-[Republic of] Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2007
7 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 2008 8 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008
9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2009
10 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 2010
11 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2010
12 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement
Negotiations launched 2011
13 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement
Negotiations launched 2011
14 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries
Signed and In Effect 2011
15 Taipei,China-Indonesia FTA Proposed/Under
consultation and study 2011
79
No Perjanjian ekonomi Status Tahun
16 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement
Negotiations launched 2012
17 [Republic of] Korea-Indonesia Free Trade Agreement Negotiations launched 2012 18 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013 19 Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 2013
20 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under
consultation and study 2014
21 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under
consultation and study 2014
22 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference
Signed but not yet In Effect
2014
23 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2015
24 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2016
25 Indonesia-Eurasian Economic Union Proposed/Under
consultation and study 2016
26 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2016
27 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under
consultation and study 2017
28 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed but not yet In
Effect 2017
29 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed but not yet In
Effect 2017
30 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017
31 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2018
32 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2018
33 Indonesia-Morocco Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2018
34 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2018
35 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study 2018
Sumber: ARIC database, ADB
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) dijelaskan
pada tabel di bawah.
Tabel 32. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia Periode Januari – Juni Tiap Tahun (Direct Only)
Periode SKA Preferensi (%) SKA Nonpreferensi (%) SKA Preferensi + SKA Non Preferensi (%)
2012 44,61 11,24 55,85
2013 48,16 11,68 59,84
2014 48,93 12,01 60,94
80
Periode SKA Preferensi (%) SKA Nonpreferensi (%) SKA Preferensi + SKA Non Preferensi (%)
2015 55,95 13,74 69,68
2016 56,17 12,04 68,21
2017 57,40 12,61 70,01
2018 66,02 10,46 76,48
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)
Sampai enam bulan pertama tahun 2018, penggunaan
SKA Preferensi dan SKA Nonpreferensi mencapai 76,48
persen terhadap total ekspor Indonesia dimana SKA
Preferensi mendominasi penggunaan SKA dengan utilisasi
66,02 persen. Penggunaan SKA periode bulan Januari –
Juni 2018 merupakan penggunaan SKA tertinggi
dibandingkan penggunaan SKA pada periode yang sama
tahun-tahun sebelumnya. Nilai tersebut masih lebih tinggi
dibandingkan penggunaan SKA pada tahun 2017 periode
Januari - Desember, sebesar 70,97 persen.
Tabel 33. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia Periode Januari – Desember Tiap Tahun (Direct Only)
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)
Form D yang merupakan SKA Preferensi atas
Generalized System of Preferences Certificate of Origin,
paling banyak dimanfaatkan sepanjang tahun 2018
dengan tingkat utilisasi 20,8 persen. Pada kurun waktu
yang sama Form B mendominasi utilisasi penggunaan
SKA Nonpreferensi dengan tingkat utilisasi 9,7 persen
(Gambar 29).
Periode SKA Preferensi (%) SKA Nonpreferensi (%) SKA Preferensi + SKA Non
Preferensi (%)
2015 72,28 13,50 85,78
2016 56,63 12,52 69,15
2017 58,43 12,55 70,97
Penggunaan SKA Preferensi
dan SKA Nonpreferensi
mencapai 76,48 persen
terhadap total ekspor
Indonesia pada tahun 2018
(Januari-Juni).
Form D paling banyak
dimanfaatkan sepanjang
tahun 2018 dengan tingkat
utilisasi 20,8 persen.
81
Gambar 28. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)
Gambar 29. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi
Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag (diolah)
82
Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan Negara-negara Mitra FTA
Pada periode Januari - Juni 2018, Indonesia
mengalami surplus neraca perdagangan dengan
Bangladesh, Brunei Darussalam, Filipina, India,
Jepang, Kamboja, Malaysia, Mesir, Myanmar,
Pakistan, Turki, dan Vietnam. Sementara itu pada
periode yang sama, Indonesia mengalami defisit
neraca perdagangan dengan Australia, Iran, Korea
Selatan, Laos, Nigeria, Selandia Baru, Singapura,
Thailand, dan Tiongkok.
Tabel 34. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Oseania (ribu USD)
Uraian 2016 2017 Trend (%) 2013-2017
Jan-Jun Perubahan (%) Jan-Jun 2018/2017 2017 2018
AUSTRALIA
ekspor 3.208.918 2.524.362 -14,19 1.199.939.006 1.344.957.394 12,09
migas 538.276 582.659 -22,84 278.776.066 285.158.253 2,29
non migas 2.670.642 1.941.702 -11,11 921.162.940 1.059.799.141 15,05
impor 5.260.859 6.008.949 2,85 2.877.780.431 2.717.937.172 -5,55
migas 731.732 964.956 58,46 377.837.958 383.528.795 1,51
non migas 4.529.127 5.043.993 -1,05 2.499.942.473 2.334.408.377 -6,62
neraca perdagangan
-2.051.941 -3.484.588 55,12 -1.677.841.425 -1.372.979.778 18,17
migas -193.456 -382.297 -99.061.892 -98.370.542 0,70
non migas -1.858.485 -3.102.291 11,20 -1.578.779.533 -1.274.609.236 19,27
SELANDIA BARU
ekspor 366.543 437.417 -4,06 199.612.574 209.960.153 5,18
migas 8.974 25.464 -6,79 15.643.910 40.410 -99,74
non migas 357.570 411.954 -4,03 183.968.664 209.919.743 14,11
impor 660.904 751.182 -3,69 345.434.520 387.429.545 12,16
migas 1 0 0 2.102 0,00
non migas 660.903 751.182 -3,45 345.434.520 387.427.443 12,16
neraca perdagangan
-294.361 -313.765 -3,21 -145.821.946 -177.469.392 -21,70
Indonesia mengalami surplus
neraca perdagangan dengan 12
negara mitra FTA (sebesar USD
11,7 miliar) dan defisit neraca
perdagangan dengan 9 negara
mitra FTA (sebesar USD 15,3
miliar) pada periode Januari –
Juni 2018.
83
Uraian 2016 2017 Trend (%) 2013-2017
Jan-Jun Perubahan (%) Jan-Jun 2018/2017 2017 2018
migas 8.972 25.464 3,99 15.643.910 38.308 -99,76
non migas -303.333 -339.228 -2,74 -161.465.856 -177.507.700 -9,94
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 35. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Selatan (ribu USD)
Uraian 2016 2017 Trend (%) 2013-2017
Jan-Jun Perubahan (%) Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
BANGLADESH
ekspor 1.266.688 1.596.615 7,46 742.635.099 1.012.344.701 36,32
migas 677 16.129 17,39 15.859.121 104.292.228 557,62
non migas 1.266.011 1.580.487 7,33 726.775.977 908.052.473 24,94
impor 68.404 73.140 -4,50 33.127.013 45.711.496 37,99
migas 0 0 0 0 0,00
non migas 68.404 73.140 -0,46 33.127.013 45.711.496 37,99
neraca perdagangan
1.198.284 1.523.475 8,32 709.508.086 966.633.205 36,24
migas 677 16.129 15.859.121 104.292.228 557,62
non migas 1.197.607 1.507.346 7,82 693.648.964 862.340.977 24,32
INDIA
ekspor 10.103.922 14.083.573 -0,37 6.931.626.024 6.294.084.403 -9,20
migas 169.562 133.866 74,45 79.709.442 23.079.677 -71,05
non migas 9.934.360 13.949.707 -0,68 6.851.916.583 6.271.004.726 -8,48
impor 2.872.789 4.048.501 -2,73 1.988.436.598 2.333.233.827 17,34
migas 29.440 260.677 -18,11 179.778.950 19.582.800 -89,11
non migas 2.843.350 3.787.824 -2,14 1.808.657.648 2.313.651.027 27,92
neraca perdagangan
7.231.133 10.035.072 0,66 4.943.189.426 3.960.850.576 -19,87
migas 140.123 -126.810 -100.069.509 3.496.877 -103,49
non migas 7.091.010 10.161.883 -0,10 5.043.258.935 3.957.353.699 -21,53
PAKISTAN
ekspor 2.018.241 2.398.093 10,97 1.157.736.552 1.239.572.935 7,07
migas 23 32 -31,15 0 83.000.523 0,00
84
Uraian 2016 2017 Trend (%) 2013-2017
Jan-Jun Perubahan (%) Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
non migas 2.018.218 2.398.062 10,98 1.157.736.552 1.156.572.412 -0,10
impor 157.256 241.096 7,25 110.960.249 275.147.787 147,97
migas 0 0 0 0 0,00
non migas 157.256 241.096 7,25 110.960.249 275.147.787 147,97
neraca perdagangan
1.860.985 2.156.997 11,44 1.046.776.303 964.425.148 -7,87
migas 23 32 -31,14 0 83.000.523 0,00
non migas 1.860.963 2.156.966 11,45 1.046.776.303 881.424.625 -15,80
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 36. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Asia Tenggara (ribu USD)
Uraian 2016 2017
Trend (%)
2013-
2017
Jan-Jun Perubahan (%)
Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
BRUNEI DARUSSALAM
ekspor 88.668 64.557 -13,13 33.169.851 28.435.245 -14,27
migas 55 1 -28,38 212 0 0,00
non migas 88.613 64.556 -13,13 33.169.639 28.435.245 -14,27
impor 87.727 42.519 -52,06 10.407.083 13.463.775 29,37
migas 79.732 27.867 -56,08 302 0 -100,00
non migas 7.995 14.652 4,73 10.406.781 13.463.775 29,38
neraca
perdagangan 941 22.037 22.762.768 14.971.470 -34,23
migas -79.677 -27.866 -56,09 -90 0 100,00
non migas 80.618 49.903 -14,85 22.762.858 14.971.470 -34,23
FILIPINA
ekspor 5.270.873 6.627.222 15,12 2.925.064.216 3.265.010.756 11,62
migas 14.010 29.622 43,29 4.968.131 963.948 -80,60
non migas 5.256.863 6.597.600 15,10 2.920.096.086 3.264.046.809 11,78
impor 821.806 859.298 3,68 412.380.251 448.197.981 8,69
85
Uraian 2016 2017
Trend (%)
2013-
2017
Jan-Jun Perubahan (%)
Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
migas 1.621 0 0 42.117 n/a
non migas 820.186 859.298 3,81 412.380.251 448.155.864 8,68
neraca
perdagangan 4.449.067 5.767.924 17,52 2.512.683.965 2.816.812.775 12,10
migas 12.389 29.622 4.968.131 921.831 -81,45
non migas 4.436.678 5.738.302 17,47 2.507.715.835 2.815.890.945 12,29
KAMBOJA
ekspor 426.875 513.858 10,75 240.835.528 265.865.950 10,39
migas 0 2.426 -54,15 2.425.580 0 n/a
non migas 426.875 511.433 10,67 238.409.947 265.865.950 11,52
impor 25.318 28.327 13,06 12.653.833 14.488.352 14,50
migas 0 0 0 0 0,00
non migas 25.318 28.327 13,06 12.653.833 14.488.352 14,50
neraca
perdagangan 401.557 485.531 10,63 228.181.695 251.377.598 10,17
migas 0 2.426 -54,15 2.425.580 0 n/a
non migas 401.557 483.105 10,55 225.756.114 251.377.598 11,35
LAOS
ekspor 5.874 4.213 -3,91 1.838.197 2.667.449 45,11
migas 0 0 0 0 0,00
non migas 5.874 4.213 -3,91 1.838.197 2.667.449 45,11
impor 4.197 11.891 -14,72 4.182.516 15.572.953 272,33
migas 0 0 0 0 0,00
non migas 4.197 11.891 -14,72 4.182.516 15.572.953 272,33
neraca
perdagangan 1.677 -7.678 -2.344.319 -12.905.504 -450,50
migas 0 0 0 0 0,00
non migas 1.677 -7.678 -2.344.319 -12.905.504 -450,50
86
Uraian 2016 2017
Trend (%)
2013-
2017
Jan-Jun Perubahan (%)
Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
MALAYSIA
ekspor 7.121.666 8.467.527 -7,45 4.081.717.342 4.637.659.064 13,62
migas 1.098.718 1.406.235 -24,98 734.415.695 890.681.943 21,28
non migas 6.022.948 7.061.293 -1,17 3.347.301.648 3.746.977.121 11,94
impor 7.200.944 8.858.198 -11,54 4.373.526.861 4.285.092.383 -2,02
migas 2.469.380 3.572.223 -19,55 1.936.168.247 1.430.109.777 -26,14
non migas 4.731.565 5.285.976 -4,20 2.437.358.614 2.854.982.606 17,13
neraca
perdagangan -79.279 -390.671 -47,72 -291.809.519 352.566.681 220,82
migas -1.370.662 -2.165.988 -13,63 -
1.201.752.552 -539.427.834 55,11
non migas 1.291.383 1.775.317 13,88 909.943.034 891.994.515 -1,97
MYANMAR
ekspor 615.684 829.501 9,21 351.516.763 465.245.266 32,35
migas 12.346 622 33,27 456.604 389.706 -14,65
non migas 603.338 828.879 9,01 351.060.158 464.855.560 32,41
impor 113.340 145.723 13,93 79.815.662 96.269.930 20,62
migas 0 0 0 0 0,00
non migas 113.340 145.723 13,93 79.815.662 96.269.930 20,62
neraca
perdagangan 502.344 683.778 8,50 271.701.101 368.975.336 35,80
migas 12.346 622 33,27 456.604 389.706 -14,65
non migas 489.998 683.156 8,26 271.244.496 368.585.630 35,89
SINGAPURA
ekspor 11.860.981 12.767.193 -8,42 5.926.469.986 6.577.495.864 10,99
migas 2.520.947 3.678.463 -18,52 1.623.730.652 2.071.625.136 27,58
non migas 9.340.033 9.088.731 -3,36 4.302.739.333 4.505.870.727 4,72
impor 14.548.299 16.888.529 -12,88 8.055.010.546 10.039.748.041 24,64
87
Uraian 2016 2017
Trend (%)
2013-
2017
Jan-Jun Perubahan (%)
Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
migas 6.887.249 8.603.748 -17,70 4.405.990.096 5.222.037.299 18,52
non migas 7.661.050 8.284.781 -6,66 3.649.020.450 4.817.710.742 32,03
neraca
perdagangan -2.687.318 -4.121.336 -23,55
-
2.128.540.560 -3.462.252.177 -62,66
migas -4.366.301 -4.925.286 -17,17 -
2.782.259.444 -3.150.412.163 -13,23
non migas 1.678.983 803.949 653.718.883 -311.840.015 -147,70
THAILAND
ekspor 5.394.050 6.462.142 0,58 3.131.289.352 3.454.070.011 10,31
migas 783.720 1.026.298 3,94 542.602.559 571.723.762 5,37
non migas 4.610.331 5.435.844 0,02 2.588.686.793 2.882.346.249 11,34
impor 8.666.934 9.281.607 -3,98 4.441.447.657 5.350.585.017 20,47
migas 65.734 89.496 -2,66 22.746.244 27.339.142 20,19
non migas 8.601.200 9.192.110 -3,99 4.418.701.413 5.323.245.875 20,47
neraca
perdagangan -3.272.884 -2.819.464 -11,28
-
1.310.158.305 -1.896.515.006 -44,75
migas 717.985 936.802 4,67 519.856.315 544.384.620 4,72
non migas -3.990.869 -3.756.266 -8,49 -
1.830.014.620 -2.440.899.626 -33,38
VIETNAM
ekspor 3.045.642 3.587.475 10,74 1.624.628.383 1.935.502.202 19,14
migas 14.062 11.359 34,80 5.974.617 12.474.719 108,80
non migas 3.031.580 3.576.116 10,71 1.618.653.765 1.923.027.483 18,80
impor 3.228.402 3.228.760 2,88 1.569.192.666 1.913.025.028 21,91
migas 53.234 564 -45,27 131.593 674.828 412,81
non migas 3.175.168 3.228.196 3,35 1.569.061.073 1.912.350.200 21,88
neraca
perdagangan -182.760 358.715 55.435.717 22.477.174 59,45
migas -39.172 10.795 5.843.024 11.799.891 -101,95
88
Uraian 2016 2017
Trend (%)
2013-
2017
Jan-Jun Perubahan (%)
Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
non migas -143.588 347.920 49.592.692 10.677.283 78,47
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 37. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Afrika (ribu USD)
Uraian 2016 2017 Trend (%)
2013-2017
Jan-Jun Perubahan
(%) Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
MESIR
ekspor 1.110.438 1.253.624 0,70 635.374.948 517.435.462 -18,56
migas 2 2.555 0 0 0,00
non migas 1.110.436 1.251.069 0,66 635.374.948 517.435.462 -18,56
impor 352.144 252.354 25,31 168.743.116 72.890.499 -56,80
migas 257.551 135.929 102.493.956 590.588 -99,42
non migas 94.593 116.425 -5,88 66.249.160 72.299.911 9,13
neraca perdagangan 758.294 1.001.270 -3,94 466.631.832 444.544.963 -4,73
migas -257.549 -133.374 -102.493.956 -590.588 99,42
non migas 1.015.843 1.134.644 1,42 569.125.788 445.135.551 -21,79
NIGERIA
ekspor 310.819 343.804 -15,68 174.053.428 194.553.386 11,78
migas 216 161 -21,04 128.868 0 -100,00
non migas 310.603 343.643 -15,67 173.924.560 194.553.386 11,86
impor 1.287.967 1.289.149 -23,75 474.008.809 1.020.623.761 115,32
migas 1.280.080 1.253.033 -24,04 460.324.227 981.918.678 113,31
non migas 7.887 36.116 -5,86 13.684.582 38.705.083 182,84
neraca perdagangan -977.148 -945.345 -25,89 -299.955.381 -826.070.375 -175,40
migas -1.279.864 -1.252.872 -24,04 -460.195.359 -981.918.678 -113,37
non migas 302.716 307.527 -16,54 160.239.978 155.848.303 -2,74
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
89
Tabel 38. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra FTA di Kawasan Eropa (ribu USD)
Uraian 2016 2017 Trend (%)
2013-2017
Jan-Jun Perubahan (%)
Jan-Jun
2018/2017 2017 2018
TURKI
ekspor 1.024.070 1.168.988 -8,53 549.142.651 707.876.282 28,91
migas 86 0 0 0 n/a
non migas 1.023.984 1.168.988 -8,53 549.142.651 707.876.282 28,91
impor 311.154 534.066 -25,92 197.928.593 303.229.448 53,20
migas 32.917 223.092 -46,49 48.589.460 132.965.115 173,65
non migas 278.238 310.974 4,05 149.339.133 170.264.333 14,01
neraca
perdagangan 712.915 634.922 30,32 351.214.058 404.646.834 15,21
migas -32.831 -223.092 -46,51 -48.589.460 -132.965.115 173,65
non migas 745.746 858.014 -11,77 399.803.518 537.611.949 34,47
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
90
Perdagangan Domestik
Perkembangan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
PDB perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan
sepeda motor hingga triwulan II tahun 2018 mencapai
Rp676.506,0 miliar, atau mengalami pertumbuhan
sebesar 5,1 persen dibandingkan dengan periode yang
sama tahun 2017. Pertumbuhan ini lebih besar daripada
triwulan I tahun 2018 yakni 4,9 persen, dan
dibandingkan dengan triwulan II tahun 2017 yakni 4,0
persen.
Tabel 39. Perkembangan PDB Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor hingga triwulan II tahun 2018
Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Harga Dasar 2010 (Triliun Rupiah)
TW III 17
TW IV 17
TW I 18 TW II 18*
TW III 17
TW IV 17
TW I 18
TW II 18*
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
453,2 451,6 459,7 477,7 336,2 331,5 332,9 343,6
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya
90,6 91,7 93,6 94,5 63,7 64,0 64,5 64,7
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
362,6 359,9 366,1 383,2 272,5 267,5 268,4 278,9
Produk domestik bruto 3.503,6 3.490,6 3.506,7 3.683,9 2.552,2 2.508,9 2.498,6 2.603,7
Pertumbuhan Akumulatif YoY (%) Proporsi (%)
TW III 17
TW IV 17
TW I 18 TW II 18*
TW III 17
TW IV 17
TW I 18
TW II 18*
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4,4 4,4 4,9 5,1 13,2 13,2 13,3 13,2
1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya
4,5 4,8 5,9 5,2 2,5 2,6 2,6 2,5
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
4,4 4,4 4,7 5,1 10,7 10,7 10,7 10,7
Produk domestik bruto 5,0 5,1 5,1 5,2 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan (*) : Angka Sementara
PDB Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi
Mobil, dan Sepeda Motor
hingga triwulan II tahun
2018 tumbuh 5,1 persen
(YoY).
91
Perkembangan Koefisien Variasi Antar Waktu Dan Wilayah
Koefisien variasi harga antarwaktu merepresentasikan
stabilitas harga selama 12 bulan terakhir. Semakin tinggi
koefisien variasi menunjukan bahwa gap antara harga
terrendah dan tertinggi selama 12 bulan terakhir
semakin lebar. Rata-rata koefisien variasi harga
antarwaktu pada 10 barang kebutuhan pokok hingga
akhir triwulan II tahun 2018 mencapai 2,54 persen.
Komoditas yang memiliki koefisien variasi harga paling
tinggi adalah daging ayam ras, dan telur ayam ras.
Terutama daging ayam ras, harga barang kebutuhan
pokok ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan
sejak bulan Mei hingga bulan Juni 2018 yakni dalam dua
bulan tersebut sebesar 8,4 persen. Rata-rata nilai
koefisien variasi harga antarwaktu pada 10 barang
kebutuhan pokok masih berada dibawah target
maksimal yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019
untuk tahun 2018 yakni sebesar 3,0 persen.
Tabel 40. Harga Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional hingga Triwulan II Tahun 2018 (Rupiah)
Harga Komoditas Unit Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18
Beras Medium Rp/kg 11.186 11.037 11.011 10.522 10.358 10.581
Gula Pasir Rp/kg 12.469 12.427 12.393 12.364 12.286 12.342
Jagung Pipilan Rp/kg 7.365 7.162 7.476 7.298 7.164 6.953
Kedelai Impor Rp/kg 10.650 10.721 10.470 10.083 10.298 10.338
Tepung Terigu Rp/kg 9.151 9.305 9.261 9.233 9.262 9.195
Minyak Goreng Curah
Rp/ltr 11.448 11.390 11.514 11.310 11.268 11.459
Susu kental Manis Rp/385gr 10.496 10.446 10.911 10.456 10.386 10.772
Daging Ayam Ras Rp/kg 31.728 30.487 33.073 32.980 34.621 35.737
Daging Sapi Rp/kg 116.724 117.018 116.836 116.923 117.491 119.532
Telur Ayam Ras Rp/kg 24.337 23.616 24.134 23.976 25.612 25.035
Sumber : Kementerian Perdagangan
Koefisien variasi harga
antarwaktu hingga
triwulan II tahun 2018
telah mencapai target
RPJMN 2015-2019 untuk
tahun 2018
92
Tabel 41. Koefisien Variasi Harga Antarwaktu Barang Kebutuhan Pokok Tingkat Nasional hingga Triwulan II Tahun 2018
Komoditas Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18
Beras Medium 1,76 1,99 2,06 2,09 2,32 2,31
Gula Pasir 3,37 3,47 3,33 3,13 3,02 2,70
Jagung Pipilan 1,38 1,18 1,60 1,58 1,50 1,87
Kedelai Impor 0,87 0,87 0,89 1,84 2,07 2,19
Tepung Terigu 6,18 5,62 2,46 2,41 2,15 1,70
Minyak Goreng Curah 1,36 0,64 0,64 0,79 0,96 0,94
Susu kental Manis 0,42 0,43 1,42 1,42 1,44 1,67
Daging Ayam Ras 4,45 4,21 4,23 4,24 4,96 5,97
Daging Sapi 5,84 5,80 5,73 5,65 5,59 0,99
Telur Ayam Ras 5,44 5,24 4,85 4,51 5,01 5,06
Rata-rata 10 Komoditas 3,11 2,94 2,72 2,77 2,90 2,54
Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah
Koefisien variasi harga antarwilayah merepresentasikan
disparitas harga antarprovinsi di Indonesia. Semakin
tinggi koefisien variasi harga antarwilayah menunjukan
bahwa gap tingkat harga barang kebutuhan pokok
antarprovinsi di Indonesia semakin lebar. Hingga
triwulan II tahun 2018, rata-rata koefisien variasi harga
antarwilayah pada 10 barang kebutuhan pokok
mencapai 15,54 persen. Nilai tersebut sudah
menunjukan adanya penurunan disparitas sejak bulan
April tahun 2018. Pada akhir triwulan II tahun 2018, rata
koefisien variasi harga antarwilayah mencapai 14,26
persen. Barang kebutuhan pokok yang memiliki
disparitas harga tertinggi adalah jagung pipilan dan
kedelai impor, sedangkan yang memiliki disparitas harga
paling rendah adalah gula pasir dan daging sapi. Jika
dibandingkan dengan target RPJMN 2015-2019,
koefisien variasi harga antarwilayah masih melebihi
batas maksimal yang ditetapkan yakni 13,8. Hal ini
menunjukan bahwa upaya penurunan disparitas harga
antarprovinsi khususnya pada barang kebutuhan pokok
masih belum mencapai target yang ditetapkan.
Koefisien variasi harga
antarwilayah melebihi
batas maksimal dalam
RPJMN 2015-2019,
menunjukan bahwa
upaya pemerataan
belum mencapai target
yang ditetapkan..
93
Tabel 42. Koefisien Variasi Harga Antarwilayah Barang Kebutuhan Pokok hingga Triwulan II Tahun 2018
Komoditas Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18
Beras Medium 22,12 13,02 11,89 12,60 13,51 12,60
Gula Pasir 6,07 6,14 7,76 6,00 6,02 6,44
Jagung Pipilan 29,04 28,47 36,37 30,81 26,48 27,08
Kedelai Impor 21,78 27,37 26,09 23,89 24,02 22,52
Tepung Terigu 13,80 14,45 15,10 13,86 13,25 13,73
Minyak Goreng Curah 11,26 10,70 13,49 12,35 10,79 10,48
Susu kental Manis 13,11 13,02 18,50 12,66 10,79 11,60
Daging Ayam Ras 15,46 16,43 18,46 16,13 15,23 15,54
Daging Sapi 10,59 10,77 11,52 10,79 10,87 9,66
Telur Ayam Ras 15,10 12,96 20,61 14,11 16,47 12,94
Rata-rata bulanan 15,83 15,33 17,98 15,32 14,74 14,26
Rata-rata akumulatif 15,83 15,58 16,38 16,12 15,84 15,58
Sumber : Kementerian Perdagangan, diolah
94
Box 1. Isu Terkini: Perundingan IA-CEPA dan RCEP Agreement
Perundingan putaran ke-5 Indonesia-European Union Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IEU-CEPA) dilakukan pada tanggal 9-13 Juli 2018. Pada
kesempatan tersebut telah tercapai kesepakatan awal untuk membuka akses
pengadaan barang dan jasa pemerintah. UE meminta agar pemerintah masing-masing
negara membantu mengeliminasi alur administrasi bagi UKM dalam proses pengadaan
barang dan jasa pemerintah melalui e-procurement dan membagi kontrak pengadaan
menjadi lot agar UKM dapat mengikuti proses pengadaan barang dan jasa sesuai
spesifikasi bisnis masing-masing UKM. Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice
(IGJ), Rachmi Hertanti berpendapat bahwa pelarangan diskriminasi terhadap
perusahaan atau pemilik bisnis khususnya UKM dalam pengadaan barang dan jasa
pemerintah justru akan merugikan ekonomi nasional karena akan mempersempit dan
menghambat peningkatan daya saing industri lokal di dalam negeri. Selanjutnya, Rachmi
menambahkan bahwa pembahasan liberalisasi di sektor investasi, perlindungan
investor asing, dan pilihan mekanisme sengketa diyakini akan menekan kemampuan
pemerintah dalam memberlakukan pengawasan dan pembatasan terhadap investasi
asing.
Perundingan IA-CEPA ke-12 dilakukan dari tanggal 16 sampai 20 Juli 2018 di Jakarta.
Perundingan tersebut menurut Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Luar Negeri
Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, merupakan putaran final. Beberapa isu
belum disepakati, diantaranya penuangan akses pasar dalam tariffs elimination’s
schedule. Masih belum diputuskan apakah setelah ini perlu chief negotiator untuk
menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan Undang-Undang. Jika tidak ada kendala
yang signifikan, kerja sama IA CEPA sudah dapat terealisasi pada akhir tahun 2018.
Pada awal bulan Juli lalu, telah diadakan the 5th RCEP Ministerial Meeting di Tokyo
dimana Perundingan RCEP sendiri sudah berlangsung 5 tahun dan dilakukan sebanyak
22 putaran. Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita pada kesempatan tersebut
menyampaikan persoalan terkait dengan revisi ketiga batas tarif dan nilai perdagangan
di antara negara-negara peserta RCEP dalam upaya mencapai tarif final yang moderat.
Ada sejumlah peningkatan dalam penawaran ketiga yang ditunjukkan para negara
peserta, khususnya terkait dengan penghilangan tarif kategori. Namun, ternyata
terdapat disparitas dari kualitas tawaran yang ada, khususnya dari para negara mitra.
Mendag menyampaikan bahwa tawaran tersebut masih lebih rendah daripada target
yang sudah disepakati. Selain itu, meski ada peningkatan, ukuran daftar pengecualian
dari sejumlah negara peserta masih jauh dari kata kredibel. Para Menteri Ekonomi
95
ASEAN juga akan mempertimbangkan untuk memberikan kesempatan waktu yang lebih
lama bagi India dan Tiongkok untuk memberikan laporan penyesuaian tarif, dimana
antara kedua negara belum memiliki perjanjian FTA. Tim perunding juga dituntut untuk
menyelesaikan semua isu yang bersifat teknis dan menyisakan isu politis pada triwulan
ketiga tahun 2018. Langkah strategis percepatan ini dinilai penting untuk menjaga
kredibilitas RCEP, khususnya negara-negara ASEAN selaku pemrakarsa perundingan di
mata dunia internasional.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi telah menghadiri serangkaian pertemuan
Menteri Luar Negeri ASEAN ke-51 dan Post Ministerial Conference ke-19 yang
diselenggarakan pada tanggal 31 Juli – 4 Agustus 2018. Di Singapura, Menlu Retno
dijadwalkan menghadiri 19 rangkaian pertemuan tingkat Menlu ASEAN antara lain
ASEAN Ministerial Meeting Plenary dan Retreat, ARF, 19th ASEAN Plus Three, 8th East
Asia Summit, SEANWFZ, AICHAR Interface, serta pertemuan ASEAN dengan berbagai
mitra wicaranya. Selain serangkaian pertemuan Menlu ASEAN, Retno juga dijadwalkan
untuk melakukan sekitar 12 pertemuan bilateral. Pertemuan ASEAN dan mitra wicara
ASEAN pada tingkat Menteri Luar Negeri tersebut akan membahas mengenai Review of
Cooperation and Future Direction ASEAN serta Exchange of Views on International and
Regional Issues. Beberapa isu yang menjadi perhatian Indonesia dalam pertemuan
antarmenlu ASEAN itu antara lain mengenai Indo-Pasifik, kerja sama penanggulangan
terorisme, pemajuan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership
(RCEP), ekonomi kreatif, serta kerja sama penanganan resiko bencana.
96
Referensi:
Bicara di RCEP, Menteri Enggar Tekankan Fleksibilitas. (2018, July 02). Retrieved from https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/PNgeBp8k-bicara-di-rcep-menteri-enggar-tekankan-fleksibilitas
Embu, W. S. (2018, July 20). Pembahasan sudah selesai 85 persen, IA-CEPA ditarget terealisasi akhir 2018. Retrieved from https://www.merdeka.com/uang/pembahasan-sudah-selesai-85-persen-ia-cepa-ditarget-terealisasi-akhir-2018.html
Herlinda, W. D. (Ed.). (n.d.). Putaran ke-5 Perundingan IEU-CEPA, Apa Saja yang Dibahas? Retrieved from http://industri.bisnis.com/read/20180722/12/819275/putaran-ke-5-perundingan-ieu-cepa-apa-saja-yang-dibahas
Setelah 5 Tahun, Perjanjian Dagang Bebas ASEAN-Mitra Masih Terseok. (2018, July 02). Retrieved from https://katadata.co.id/berita/2018/07/02/dinilai-krusial-progres-perjanjian-dagang-rcep-justru-masih-lambat
Terbang ke Singapura, Menlu RI Akan Bahas Isu Ini di Tingkat ASEAN. (n.d.). Retrieved from http://krjogja.com/web/news/read/73467/Terbang_ke_Singapura_Menlu_RI_Akan_Bahas_Isu_Ini_di_Tingkat_ASEAN
97
98
99
PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II
tahun 2018 mengalami defisit sebesar USD4,3
miliar. Kinerja tersebut menurun dibandingkan
dengan triwulan II tahun 2017 yang mengalami
surplus sebesar USD0,7 miliar maupun triwulan I
tahun 2018 yang defisit sebesar USD3,9 miliar.
Defisit NPI pada triwulan II tahun 2018 yang lebih
tinggi tersebut terutama dipengaruhi oleh defisit
neraca transaksi berjalan yang lebih tinggi serta
surplus transaksi modal dan finansial yang masih
rendah. Neraca transaksi modal dan finansial
mengalami surplus sebesar USD4,0 miliar, lebih
rendah dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang
mencapai USD5,3 miliar meskipun lebih tinggi
dibandingkan triwulan I tahun 2018 yang mencapai
USD2,4 miliar. Perkembangan neraca pembayaran
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 30 dan Tabel
43 di bawah.
Gambar 30. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2016–Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Transaksi Berjalan -4,6 -5,6 -5,0 -1,8 -2,2 -4,7 -4,6 -5,8 -5,7 -8,0
Transaksi Modal dan Finansial 4,4 7,1 10,1 7,7 6,8 5,3 10,2 6,9 2,4 4,0
Neraca Keseluruhan -0,3 2,2 5,7 4,5 4,5 0,7 5,4 1,0 -3,9 -4,3
Posisi Cadangan Devisa 107,5 109,8 115,7 116,4 121,8 123,1 129,4 130,2 126,0 119,8
0
20
40
60
80
100
120
140
-10
-5
0
5
10
15
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II tahun 2017 mengalami suplus sebesar USD0,7 miliar.
Pada triwulan II tahun 2018, NPI mengalami defisit lebih besar, terutama dipengaruhi oleh defisit neraca transaksi berjalan yang lebih besar.
100
Tabel 43. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2016–Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD)
2016 2017 2018
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
I. Transaksi Berjalan -5,0 -1,8 -2,2 -4,7 -4,6 -5,8 -5,7 -8,0
A. Barang 3,9 5,1 5,6 4,8 5,3 3,1 2,3 0,3
Ekspor 34,9 40,2 40,8 39,2 43,4 45,5 44,4 43,8
Impor -31,0 -35,1 -35,1 -34,3 -38,1 -42,5 -42,1 -43,5
1. Barang Dagangan Umum 3,7 5,3 5,5 4,6 5,0 2,8 2,0 0,5
- Ekspor, fob. 34,6 39,9 40,4 38,8 42,8 44,9 43,7 43,3
- Impor, fob. -30,9 -34,6 -35,0 -34,2 -37,8 -42,1 -41,7 -42,8
a. Nonmigas 5,0 6,4 7,6 6,1 6,3 5,1 4,4 3,2
- Ekspor, fob 31,3 36,3 36,5 35,4 39,0 40,6 39,7 38,8
- Impor, fob -26,3 -29,9 -28,8 -29,3 -32,6 -35,4 -35,2 -35,6
b. Migas -1,3 -1,1 -2,2 -1,5 -1,3 -2,4 -2,4 -2,7
- Ekspor, fob 3,3 3,6 4,0 3,4 3,9 4,3 4,1 4,5
- Impor, fob -4,6 -4,7 -6,1 -5,0 -5,1 -6,7 -6,5 -7,2
2. Barang Lainnya 0,2 -0,2 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 -0,2
- Ekspor, fob. 0,3 0,4 0,3 0,4 0,6 0,6 0,6 0,5
- Impor, fob. -0,1 -0,6 -0,2 -0,1 -0,4 -0,4 -0,3 -0,7
B. Jasa - jasa -1,7 -1,7 -1,2 -2,2 -2,1 -2,2 -1,6 -1,8
C. Pendapatan Primer -8,1 -6,3 -7,7 -8,3 -8,9 -7,8 -7,9 -8,2
D. Pendapatan Sekunder 1,0 1,1 1,1 1,0 1,2 1,2 1,4 1,6
II . Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0
III . Transaksi Finansial 10,1 7,7 6,8 5,3 10,2 6,9 2,4 4,0
1. Investasi Langsung 6,6 3,5 2,8 4,4 7,4 4,9 2,9 2,5
2. Investasi Portofolio 6,6 -0,3 6,5 8,1 4,0 2,0 -1,2 0,1
3. Derivatif Finansial 0,0 0,1 -0,1 0,0 0,0 -0,1 0,1 0,0
4. Investasi Lainnya -3,1 4,4 -2,5 -7,2 -1,2 0,1 0,6 1,5
IV. Total (I + II + III ) 5,1 6,0 4,6 0,6 5,6 1,1 -3,3 -4,0
V. Selisih Perhitungan Bersih 0,6 -1,5 -0,1 0,1 -0,2 -0,1 -0,6 -0,3
VI . Neraca Keseluruhan (IV + V) 5,7 4,5 4,5 0,7 5,4 1,0 -3,9 -4,3
Posisi Cadangan Devisa 115,7 116,4 121,8 123,1 129,4 130,2 126,0 119,8
Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah
8,5 8,4 8,6 8,6 8,6 8,3 7,7 6,9
Transaksi Berjalan (% PDB) -2,0 -0,7 -0,9 -1,9 -1,8 -2,3 -2,2 -3,0
Sumber: Bank Indonesia
101
Transaksi Berjalan
Perkembangan Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan Barang
Pada triwulan II tahun 2018, neraca perdagangan
barang surplus sebesar USD0,3 miliar, lebih kecil
dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang surplus
sebesar USD4,8 miliar dan triwulan I tahun 2018
yang besarnya USD2,3 miliar. Penurunan surplus
tersebut didorong oleh menurunnya surplus neraca
perdagangan nonmigas dan membesarnya defisit
neraca perdagangan migas. Perkembangan neraca
perdagangan barang dapat dilihat pada Gambar 31
di bawah.
Gambar 31. Neraca Perdagangan Barang Triwulan I Tahun 2015-Triwulan II Tahun 2018
Sumber: Bank Indonesia
Neraca perdagangan nonmigas surplus sebesar
USD3,2 miliar USD, lebih rendah dari triwulan
triwulan II tahun 2017 yang mencapai USD6,1 miliar
dan triwulan II tahun 2018 yang besarnya USD4,4
miliar. Kinerja tersebut dipengaruhi oleh
pertumbuhan impor barang modal dan penurunan
kinerja ekspor.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2015 2016 2017 2018
Barang Nonmigas 3,9 5,9 6,2 3,0 3,2 4,9 5,0 6,4 7,6 6,1 6,3 5,1 4,4 3,2
Barang Migas -1,1 -1,9 -2,0 -0,7 -0,9 -1,4 -1,3 -1,1 -2,2 -1,5 -1,3 -2,4 -2,4 -2,7
Neraca Barang 3,2 4,4 4,2 2,2 2,6 3,7 3,9 5,1 5,6 4,8 5,3 3,1 2,3 0,3
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Surplus neraca perdagangan nonmigas menurun dipengaruhi oleh pertumbuhan impor barang modal dan penurunan kinerja ekspor.
Surplus neraca perdagangan barang menurun, menjadi sebesar USD0,3 miliar.
102
Sementara itu, neraca perdagangan migas mencapai
defisit sebesar USD2,7 miliar, lebih tinggi
dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang mencapai
USD1,5 miliar maupun triwulan I tahun 2018 yang
mencapai USD2,4. Kinerja ini dipengaruhi oleh impor
yang melebihi ekspor.
Neraca Perdagangan Jasa
Pada triwulan II tahun 2018, defisit neraca
perdagangan jasa mencapai USD1,8 miliar, lebih
rendah dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang
defisit sebesar USD2,2 miliar, namun lebih tinggi dari
triwulan I tahun 2018 yang defiist sebesar USD1,6
miliar. Hal ini terutama dipengaruhi oleh
menurunnya surplus jasa perjalanan dan
meningkatnya defisit jasa transportasi.
Perkembangan neraca perdagangan jasa dapat
dilihat pada Gambar 32 berikut.
Gambar 32. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Surplus jasa perjalanan mengalami penurunan pada
triwulan II tahun 2018 menjadi sebesar USD1,1
miliar. Surplus tersebut lebih besar dibandingkan
triwulan II tahun 2017 yang mencapai USD0,8 miliar
-4,0
-2,0
0,0
2,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Transportasi Perjalanan
Jasa asuransi dan dana pensiun Biaya penggunaan kekayaan intelektual
Jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi Jasa bisnis lainnya
Neraca perdagangan jasa defisit sebesar USD1,8 miliar.
Defisit neraca perdagangan migas mencapai USD2,7 miliar.
Surplus jasa perjalanan menurun, diiringi oleh meningkatnya defisit jasa transportasi.
103
namun lebih kecil dari triwulan I tahun 2018 yang
mencapai USD1,7 miliar. Hal ini didorong oleh
peningkatan pembayaran jasa perjalanan dengan
adanya kenaikan jumlah kunjungan wisatawan
nasional ke luar negeri dengan tingkat pengeluaran
yang lebih tinggi. Adapun, neraca jasa transportasi
mengalami defisit sebesar USD1,9 miliar, lebih tinggi
dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang besarnya
USD1,6 miliar dan triwulan I tahun 2018 yang
mencapai USD1,8 miliar. Gambaran neraca
perdagangan jasa perjalanan dan transportasi dapat
dilihat pada Gambar 33 berikut.
Gambar 33. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi Triwulan I Tahun 2017-Triwulan II Tahun 2018
Sumber: Bank Indonesia
-4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
20
172
018
Impor Perjalanan Ekspor Perjalanan Impor Transportasi Ekspor Transportasi
104
Neraca Pendapatan
Neraca Pendapatan Primer
Gambar 34. Neraca Pendapatan Investasi Triwulan I Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018 (USD Miliar)
Sumber: Bank Indonesia
Pada triwulan II tahun 2018, neraca pendapatan
primer mengalami defisit sebesar USD8,2 miliar.
Defisit tersebut lebih kecil dari triwulan II tahun
2017 yang sebesar USD8,3 miliar, namun meningkat
dibandingkan triwulan I tahun 2018 yang defisit
sebesar USD7,9 miliar. Defisit tersebut dipengaruhi
oleh meningkatnya pembayaran pendapatan
investasi portofolio dalam bentuk deviden. Selain itu
juga dipengaruhi oleh meningkatnya pembayaran
investasi lainnya dalam bentuk bunga pinjaman luar
negeri pemerintah dan swasta. Gambaran
perkembangan neraca pendapatan primer dapat
dilihat pada gambar 34 di atas.
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Pendapatan investasi Kompensansi tenaga kerjaPendapatan investasi langsung Pendapatan investasi portofolio Pendapatan investasi lainnya
Neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar USD8,2 miliar.
105
Neraca Pendapatan Sekunder
Neraca pendapatan sekunder pada triwulan II tahun
2018 surplus sebesar USD1,6 miliar, lebih tinggi
dibandingkan triwulan II tahun 2017 maupun
triwulan I tahun 2018 yang masing-masing besarnya
USD1,0 miliar dan USD1,4 miliar. Peningkatan
surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh
meningkatnya remitansi dari pekerja migran
Indonesia (PMI). Gambaran mengenai
perkembangan pendapatan sekunder dapat dilihat
pada Gambar 35 berikut.
Gambar 35. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2016-Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Neraca Modal dan Finansial
Pada triwulan II tahun 2018 neraca transaksi modal
dan finansial mengalami surplus sebesar USD4,0
miliar, menurun dari triwulan II tahun 2017 yang
mencapai USD5,3 miliar namun lebih tinggi
dibandingkan triwulan I tahun 2018 yang besarnya
USD2,4 miliar. Penurunan surplus tersebut terutama
disebabkan oleh investasi portofolio yang menurun
cukup signifikan. Perkembangan neraca transaksi
modal dan finansial dapat dilihat pada Gambar 36
berikut.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Penerimaan 2,4 2,5 2,4 2,5 2,4 2,5 2,5 2,6 2,8 3,1
Pembayaran -1,2 -1,4 -1,4 -1,4 -1,2 -1,5 -1,4 -1,4 -1,4 -1,5
Pendapatan Sekunder 1,2 1,1 1,0 1,1 1,1 1,0 1,2 1,2 1,4 1,6
Neraca pendapatan sekunder surplus sebesar USD1,6 miliar.
Neraca transaksi modal dan finansial surplus sebesar USD4,0 miliar.
106
Pada triwulan II tahun 2018, investasi langsung
surplus sebesar USD2,5 miliar, lebih kecil dari
triwulan II tahun 2017 yang besarnya USD4,4 miliar
dan triwulan I tahun 2018 yang besarnya USD2,9
miliar. Penurunan surplus tersebut dipengaruhi oleh
meningkatnya arus keluar pada sisi aset dan
menurunnya arus masuk pada sisi kewajiban.
Gambar 36. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2016–Triwulan II Tahun 2018 (Miliar USD)
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja investasi portofolio mengalami surplus
sebesar USD0,1 miliar pada triwulan II tahun 2018,
menurun dari triwulan II tahun 2017 yang surplus
sebesar USD8,1 miliar, namun membaik dari
triwulan I tahun 2018 yang defisit sebesar USD1,2
miliar. Perkembangan tersebut terutama didukung
oleh penerbitan obligasi global pemerintah dan
koorporasi.
Pada triwulan II tahun 2018 investasi lainnya
mengalami surplus sebesar USD1,5 miliar,
meningkat signifikan dibandingkan triwulan II tahun
2017 yang defisit sebesar USD7,2 miliar serta lebih
tinggi dari triwulan I tahun 2018 yang surplus
sebesar USD0,6 miliar. Peningkatan suplus tersebut
dipengaruhi oleh penarikan simpanan sektor swasta
pada bank di luar negeri.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Investasi Langsung 2,8 3,2 6,6 3,5 2,8 4,4 7,4 4,9 2,9 2,5
Investasi Portofolio 4,4 8,3 6,6 -0,3 6,5 8,1 4,0 2,0 -1,2 0,1
Investasi Lainnya -2,8 -4,4 -3,1 4,4 -2,5 -7,2 -1,2 0,1 0,6 1,5
-8-6-4-202468
10
Investasi lainnya mengalami surplus sebesar USD1,5 miliar.
Surplus investasi langsung pada triwulan II tahun 2018 sebesar USD2,5 miliar.
Investasi portofolio pada triwulan II tahun 2018 surplus sebesar USD0,1 miliar.
107
Cadangan Devisa
Cadangan devisa Indonesia pada triwulan II tahun
2018 mencapai USD119,8 miliar atau setara dengan
6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah. Jumlah tersebut lebih kecil
dibandingkan triwulan II tahun 2017 yang besarnya
USD123,1 miliar atau setara dengan 8,6 bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri pemerintah
maupun triwulan I tahun 2018 yang besarnya
USD126,0 miliar atau setara dengan 7,7 bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Sementara itu, pada bulan Juli 2018 cadangan devisa
Indonesia sebesar USD118,3 miliar atau setara
dengan 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri pemerintah.
Cadangan devisa Indonesia pada triwulan II tahun 2018 mencapai USD119,8 miliar.
108
109
110
111
PERKEMBANGAN INVESTASI
Perkembangan Investasi
Dalam penghitungan PDB sisi pengeluaran,
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) triwulan II tahun 2018 tumbuh sebesar 5,87
persen (YoY) dibanding periode yang sama tahun
2017 dan mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen
(QtQ) dibanding triwulan sebelumnya.
Tabel 44. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan II Tahun 2018 (persen)
Q2-2017
(QtQ) Q2-2017
(YoY) Q2-2017
(Proporsi) Q2-2018
(QtQ) Q2-2018
(YoY) Q2-2018
(Proporsi)
Pertumbuhan PDB 4,01 5,01 4,21 5,27
Pertumbuhan PMTB (PDB Konstan)
2,95 5,34 31,36 0,97 5,87 31,15
a. Bangunan 1,62 6,07 23,48 0,53 5,02 23,23
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri
-1,34 -2,23 2,62 -2,34 22,48 3,01
c. Kendaraan 0,13 12,52 1,67 -5,43 8,01 1,67
d. Peralatan Lainnya 4,48 13,50 0,55 -4,83 7,29 0,55
e. Sumber Daya Hayati
17,48 2,05 2,02 18,02 0,02 1,86
f. Produk Kekayaan Intelektual
35,17 0,73 1,00 16,42 -12,82 0,82
Sumber: BPS
Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan II
tahun 2018 (YoY) secara lebih detil didorong oleh
pertumbuhan Mesin dan Perlengkapan Dalam
Negeri sebesar 22,48 persen, Kendaraan sebesar
8,01 persen, dan Peralatan lainnya sebesar 7,29
persen. Adapun sumbangan terbesar dalam
komponen PMTB pada triwulan II tahun 2018
secara detil yaitu pada Bangunan dengan
sumbangan 23,23 persen.
Pertumbuhan PMTB pada triwulan II tahun 2018 mencapai 5,87 persen.
Faktor pendorong
pertumbuhan PMTB terbesar
adalah komponen Bangunan
dengan kontribusi sebesar
23,23 persen.
112
Realisasi Investasi
Realisasi Per Sektor
Realisasi PMA pada triwulan II tahun 2018
mengalami penurunan sebesar 13,5 persen
dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya. Kenaikan realisasi PMA terjadi di sektor
tersier dengan pertumbuhan sebesar 8,9 persen,
sedangkan sektor primer dan sekunder mengalami
penurunan dengan pertumbuhan negatif masing-
masing sebesar 5,8 persen dan 33,7 persen. Untuk
PMDN, kenaikan realisasi didorong oleh
pertumbuhan positif yang terjadi di sektor primer
dan tersier. Kenaikan tertinggi terjadi di sektor
primer dengan pertumbuhan sebesar 80,3 persen,
diikuti sektor tersier yang mengalami pertumbuhan
sebesar 42,9 persen dibandingkan dengan periode
yang sama pada tahun sebelumnya. Berdasarkan
sumbangannya, pada triwulan II tahun 2018, sektor
tersier adalah pemberi sumbangan terbesar baik
untuk PMA maupun PMDN yaitu masing-masing
sebesar 44,6 persen dan 44,0 persen.
Tabel 45. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan II Tahun 2018 Berdasarkan Sektor
Tahun PMA Jumlah (USD juta)
PMDN Jumlah (Rp Triliun)
Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20,4 49,9 21,9 92,2 2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25,7 51,2 51,3 128,2
2014 6.991,3 13.019,4 8.519,0 28.529,6 16,5 59,0 80,6 156,1 2015 6.236,4 11.763,1 11.276,5 29.275,9 17,1 89,0 73,4 179,5 2016 4.501,9 16.687,6 7.774,6 28.964,1 27,7 106,8 81,7 216,2 2017 6.076,1 13.148,4 13.015,0 32.239,5 43,6 99,2 119,6 262,4
2017-TW II 1.502,3 3.830,7 2.926,8 8.259,7 11,3 24,9 24,8 61,0
2018-TW II 1.414,9 2.539,2 3.187,4 7.141,5 20,4 24,8 35,4 80,6 Pertumbuhan (YoY, %) -5,8 -33,7 8,9 -13,5 80,3 -0,6 42,9 32,1 Share (%) 19,8 35,6 44,6 100,0 25,3 30,7 44,0 100
Sumber: BKPM, diolah
Realisasi PMA pada triwulan II tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 13,5 persen (YoY) disebabkan penurunan pada sektor primer dan sekunder. Sedangkan realisasi PMDN mengalami pertumbuhan yang disebabkan oleh kenaikan pada sektor primer dan tersier.
113
Berdasarkan sektor/bidang usaha, pada triwulan II
tahun 2018, lima sektor yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap total realisasi PMA
secara berurutan adalah sektor Pertambangan (13,9
persen), Kawasan Industri dan Perkantoran (13,5
persen), Listrik, Gas dan Air (12,6 persen), Industri
Logam Dasar Mesin dan Elektronik (10,9 persen),
dan Transportasi Gudang dan Telekomunikasi (8,2
persen). Untuk PMDN, kontribusi terbesar berasal
dari sektor Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi sebesar 22,1 persen terhadap total
realisasi PMDN, kemudian setelahnya antara lain:
Pertambangan sebesar 18,4 persen, Industri
Makanan 15,3 persen, Listrik, Gas dan Air 10,9
persen, dan Tanaman Pangan dan Perkebunan 6,7
persen.
Tabel 46. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2018
Sumber: BKPM, diolah
Realisasi Per Lokasi
Berdasarkan lokasi, realisasi PMDN mengalami
pertumbuhan positif sebesar 32,1 persen
dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Pertumbuhan realisasi PMDN terbesar
terjadi di Maluku dengan pertumbuhan sebesar
5.919,2 persen diikuti Kalimantan sebesar 215,7
PMA PMDN
Sektor/Bidang Usaha USD juta
% Thd Total
Sektor/Bidang Usaha Rp Triliun
% Thd Total
1 Pertambangan 995,3 13,9 1 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi
17,8 22,1
2 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran
962,8 13,5 2 Pertambangan 14,9 18,4
3 Listrik, Gas dan Air 898,0 12,6 3 Industri Makanan 12,4 15,3
4 Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik
781,1 10,9 4 Listrik, Gas dan Air 8,8 10,9
5 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi
586,3 8,2 5 Tanaman Pangan dan Perkebunan 5,4 6,7
Gabungan lainnya 2.918,0 40,9 Gabungan Lainnya 21,4 26,6
Jumlah 7.141,5 100 Jumlah 80,6 100
Sektor yang berkontribusi paling besar dalam realisasi PMA adalah sektor pertambangan sebesar 13,9 persen, sedangkan pada realisasi PMDN adalah sektor sektor Transportasi Gudang dan Telekomunikasi yakni sebesar 22,1 persen.
Pada triwulan II tahun
2018, pertumbuhan
realisasi PMDN terbesar
terjadi di Maluku.
114
persen. Sementara itu, Sumatera, Jawa, dan Papua
mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Bali dan Nusa
Tenggara merupakan satu-satunya wilayah yang
mengalami tingkat pertumbuhan negatif. Realisasi
PMDN di Jawa berkontribusi terbesar terhadap total
realisasi PMDN yakni sebesar 55,4 persen kemudian
disusul oleh Kalimantan sebesar 24,5 persen dan
Sumatera sebesar 13,3 persen.
Tabel 47. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Investasi PMDN Triwulan II Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (Rp triliun)
Tahun Lokasi Total
Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2012 14,3 52,7 3,2 16,7 4,9 0,3 0,1 92,2
2013 22,9 66,5 4,4 28,7 3,6 1,1 0,9 128,2
2014 29,6 97,1 0,5 21,4 7,1 0,2 0,3 156,1
2015 37,8 103,8 2,9 20 13,7 0 1,3 179,5
2016 39,8 126,4 2,6 33,6 13,6 0 0,2 216,2
2017 46,5 166 7,1 30,2 10,1 1,2 1,3 262,4
2017-TW II 7,2 42,5 1,5 6,2 3,5 0,0 0,0 61,0
2018-TW II 10,8 44,6 1,1 19,7 3,8 0,5 0,1 80,6
Pertumbuhan (YoY, %)
49,9 4,9 -26,1 215,7 7,5 5919,2 65,5 32,1
Share (%) 13,4 55,4 1,3 24,5 4,7 0,6 0,1 100
Sumber: BKPM, diolah
Realisasi PMA triwulan II tahun 2018 dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya mengalami
penurunan dengan tingkat pertumbuhan sebesar -
13,5 persen. Pertumbuhan negatif terjadi di seluruh
wilayah kecuali wilayah Jawa. Pertumbuhan negatif
tertinggi terjadi di Sulawesi sebesar 58,8 persen.
Secara kontribusi, pada triwulan II tahun 2018, pulau
Jawa, Sumatera, dan Kalimantan memberikan
sumbangan terbesar yaitu 52,0 persen, 20,7 persen
dan 9,1 persen.
Pada triwulan II tahun 2018,
pertumbuhan realisasi PMA
terbesar terjadi di
Sumatera.
115
Tabel 48. Tingkat Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Investasi PMA Triwulan II Tahun 2018 Berdasarkan Lokasi (USD juta)
Tahun Lokasi
Total Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,6 1.507,0 98,8 1.234,5 24.564,7
2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5
2014 3.844,5 15.436,7 993,3 4.673,6 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6
2015 3.732,8 15.433,0 1.265,1 5.842,9 1.560,4 286,2 1.155,7 29.275,9
2016 5.665,3 14.772,4 47,9 2.588,7 2.765,2 541,6 1.682,9 28.964,1
2017 5.497,4 16.761,0 1.157,9 2.887,4 3.487,0 440,1 2.008,8 32.239,5
2017-TW II 1.567,7 3.659,2 522,6 860,2 1.238,8 111,8 299,3 8.259,7
2018-TW II 1.481,1 3.712,6 413,7 647,2 510,1 84,6 292,2 7.141,5
Pertumbuhan (YoY, %)
-5,5 1,5 -20,8 -24,8 -58,8 -24,4 -2,4 -13,5
Share (%) 20,7 52,0 5,8 9,1 7,1 1,2 4,1 100,0
Sumber: BKPM, diolah
Tabel 49. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2018
PMA PMDN
Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total Lokasi (Propinsi) Rp Triliun % Thd Total
Jawa Barat 1.024,5 14,3 DKI Jakarta 16,5 20,5
DKI Jakarta 997,3 14,0 Kalimantan Timur 12,2 15,1
Banten 764,8 10,7 Jawa Timur 10,5 13,0
Sumatera Selatan 603,4 8,4 Jawa Barat 8,5 10,5
Jawa Tengah 506,3 7,1 Jawa Tengah 4,7 5,9
Gabung lainnya 3.245,2 45,4 Gabung lainnya 28,2 35,0
Jumlah 8.130,80 100 Jumlah 76,4 100
Sumber: BKPM, diolah
Untuk PMDN, lima lokasi dengan realisasi paling
besar berturut-turut adalah DKI Jakarta, Kalimantan
Timur, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dengan
sumbangan terbesar berasal dari DKI Jakarta sebesar
20,5 persen dari total realisasi PMDN. Selanjutnya,
Kalimantan Timur memberikan sumbangan terbesar
kedua yaitu sebesar 15,1 persen dari total realisasi
PMDN. Sedangkan pada realisasi PMA, wilayah
penerima PMA terbesar pada triwulan II tahun 2018
secara berturut-turut adalah Jawa Barat, DKI Jakarta,
Banten, Sumatera Selatan, dan Jawa Tengah.
Realisasi PMDN terbesar
pada triwulan II tahun 2018
adalah DKI Jakarta, sebesar
20,5 persen, dan pada
realisasi PMA, lokasi
dengan realisasi terbesar
pada triwulan II tahun 2018
adalah Jawa Barat, yakni
sebesar 14,3 persen.
116
Realisasi per Negara
Tabel 50. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan II Tahun 2018
Negara Juta USD % Thd Total
Singapura 2.396,1 33,6
Jepang 1.027,5 14,4
R.R. Tiongkok 668,1 9,4
Hongkong, RRT 582,5 8,2
Malaysia 382,3 5,4
Gabung lainnya 2.085,0 29,2
Jumlah 7.141,5 100
Pada triwulan II tahun 2018, lima negara asal
investasi PMA paling besar berasal dari Asia, yaitu
Singapura dengan nilai investasi sebesar USD2.396,1
juta atau 33,6 persen dari total realisasi PMA, Jepang
dengan nilai investasi sebesar USD1.027,5 juta (14,4
persen), Tiongkok dengan nilai investasi sebesar
USD668,1 juta (9,4 persen), Hongkong dengan nilai
investasi sebesar USD582,5 juta (8,2 persen) dan
Malaysia dengan nilai investasi sebesar USD382,3
juta atau 5,4 persen dari total PMA.
Negara asal investasi paling besar pada triwulan II tahun 2018 adalah Singapura yakni sebesar 33,6 persen dari total realisasi PMA, diikuti oleh Jepang (14,4 persen), dan Tiongkok (9,4 persen).
117
Box 2. Isu Terkini: Perlambatan Investasi di Tengah Tekanan Dinamika Global dan
Persiapan Menghadapi Tahun Politik
Penurunan realisasi PMA pada triwulan II tahun 2018 dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya merupakan yang pertama terjadi dalam lima tahun
terakhir. Sebelum penurunan pada triwulan II tahun 2018 ini, realisasi investasi
dalam beberapa triwulan terakhir memang mengalami perlambatan. Hal ini tidak
terlepas dari beberapa faktor baik yang berasal dari eksternal maupun internal. Ada
pun faktor eksternal yang dimaksud diantaranya adalah gejolak nilai tukar rupiah
dan perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok. Selain itu, Kepala BKPM pada
tanggal 14 Agustus 2018 menuturkan bahwa Indonesia juga sedang memasuki tahun
politik yang akan berlanjut hingga tahun depan. Hal ini meningkatkan ketidakpastian
dalam perekonomian nasional, sehingga investor cenderung bersifat wait and see.
Salah satu perubahan yang menyebabkan penurunan realisasi ini adalah
menurunnya realisasi PMA yang berasal dari Korea Selatan. Pada triwulan I tahun
2018, realisasi PMA dari Korea Selatan senilai USD900 juta. Namun, pada triwulan II
tahun 2018, realisasi PMA dari Korea Selatan tersebut turun drastis menjadi
USD211,9 juta. Hal ini menyebabkan posisi Korea Selatan sebagai negara ke-5
dengan dengan realisasi PMA tertinggi di Indonesia turun ke posisi delapan.
Penurunan realisasi PMA dari Korea Selatan yang paling drastis dari triwulan I ke
triwulan II tahun 2018 terjadi pada sektor sekunder, khususnya pada industri
peralatan komunikasi tanpa kabel dan industri semi konduktor dan komponen
elektronik lainnya. Kedua industri tersebut berkontribusi sebesar 60,0 persen
terhadap realisasi PMA pada triwulan I tahun 2018 atau senilai USD555,1 juta.
Namun, nilai realisasi pada triwulan II tahun 2018 pada kedua industri tersebut
hanya USD1,4 juta.
Melambatnya laju realisasi investasi juga disebabkan oleh masih ragunya investor
untuk menanamkan modal di Indonesia. Direktur Indef mengatakan bahwa
beberapa hal yang masih menjadi hambatan bagi investor untuk berinvestasi di
Indonesia antara lain: perizinan, suku bunga, dan kondisi infrastruktur. Oleh karena
itu, strategi peningkatan realisasi investasi diarahkan pada upaya meningkatkan
kepercayaan investor terhadap prediksi perekonomian nasional yang akan tumbuh
baik dan stabilitas situasi politik yang tetap terjaga.
118
Referensi:
Deny, S. (2018, August 16). BKPM: Laju Investasi Melambat di Kuartal II 2018.
Retrieved from https://www.liputan6.com/bisnis/read/3618419/bkpm-laju-
investasi-melambat-di-kuartal-ii-2018
Deny, S. (2018, August 16). Pertama Sejak 2013, Realisasi Investasi Asing Turun di
Kuartal II. Retrieved from https://www.liputan6.com/bisnis/read/
3618637/pertama-sejak-2013-realisasi-investasi-asing-turun-di-kuartal-ii
Praditya, I. I. (2018, August 10). Ini Penyebab Pertumbuhan Investasi Kuartal II 2018
Melambat. Retrieved from https://www.liputan6.com/bisnis/read/
3613316/ini-penyebab-pertumbuhan-investasi-kuartal-ii-2018-melambat
119
120
121
PERKEMBANGAN MONETER DAN PASAR KEUANGAN
Perkembangan Moneter
Nilai Tukar Rupiah
Sejak akhir triwulan III tahun 2017 hingga pertengahan
triwulan II tahun 2018, pergerakan nilai tukar mata uang
dolar AS terhadap rupiah terus menguat dan cukup
berfluktuasi. Penguatan tersebut mendorong rupiah
terdepresiasi, melampaui target yang ditetapkan
pemerintah di dalam APBN 2018 sebesar Rp13.400 per USD.
Penguatan USD tersebut didorong oleh sentimen positif
pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS),
normalisasi kebijakan moneter AS, hingga efek perang
dagang AS. Sepanjang 2018, diprediksi Bank Sentral AS (The
Fed) akan menaikkan suku bunga acuan Federal Fund Rate
(FFR) sebanyak empat kali. Hingga triwulan kedua 2018, The
Fed telah menaikkan FFR sebanyak dua kali yaitu pada
tanggal 21 Maret 2018 dan 14 Juni 2018 masing-masing
sebesar 25 bps hingga menjadi 1,75 - 2,00 persen.
Untuk pertama kalinya pada tahun 2018, nilai tukar rupiah
menyentuh level Rp14.000 per USD dan mencapai titik
tertinggi pada 23 Mei 2018 sebesar Rp14.209 per USD
(Gambar 37). Meskipun demikian, rupiah sempat menguat
tipis mencapai Rp13.853 per USD pada 6 Juni 2018, sebelum
akhirnya kembali terdepresiasi hingga Rp14.330 per USD
pada akhir triwulan II tahun 2018. Jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, rupiah pada triwulan II mengalami
pelemahan sebesar 2,82 persen (Lampiran 3). Pelemahan
nilai tukar pada triwulan II dialami oleh hampir seluruh mata
uang negara-negara emerging market, di mana dua mata
uang yang mengalami pelemahan sangat signifikan (di atas
10 persen) adalah Lira-Turki dan Real-Brazil (Lampiran 3).
Jika ditinjau dari kondisi domestik, fundamental ekonomi
Indonesia masih cukup aman di tengah-tengah gejolak
kondisi perkembangan ekonomi global. Hal tersebut
diperlihatkan oleh: (i) pertumbuhan ekonomi triwulan II
yang semakin membaik mencapai 5,27 persen; (ii) tingkat
inflasi yang terkendali pada tingkat 3,12 persen di akhir Juni,
Pada akhir triwulan II tahun 2018, nilai tukar rupiah mencapai Rp14.330 per USD, melemah 2,82 persen jika dibandingkan posisi akhir triwulan sebelumnya.
122
serta (iii) realisasi defisit APBN sebesar 0,75 persen yang
lebih rendah dari asumsi pemerintah dalam APBN yaitu 2,19
persen.
Gambar 37. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp per USD)
Sumber: Bloomberg, data diolah.
Selanjutnya, jika ditinjau dari indeks nilai tukar riil rupiah
(Real Effective Exchange Rate/REER), REER Indonesia masih
relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara sekawasan
ASEAN yaitu Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia
(Gambar 38). Rendahnya REER yang dimiliki Indonesia ini
memiliki dampak positif terhadap daya saing ekspor
dibandingkan negara-negara peers tersebut. Pada akhir
triwulan II tahun 2018, nilai REER Indonesia sebesar 89,59.
Nilai REER negara kawasan ASEAN tertinggi dimiliki oleh
Singapura sebesar 107,63, disusul Thailand sebesar 106,76,
Filipina sebesar 103,93, dan Malaysia sebesar 89,78.
Rp14.209
Rp13.853
Rp14.330
12800
13300
13800
14300
14800
Jan
-17
Feb
-17
Mar
-17
Ap
r-1
7
Mei
-17
Jun
-17
Jul-
17
Agu
-17
Sep
-17
Okt
-17
No
v-1
7
Des
-17
Jan
-18
Feb
-18
Mar
-18
Ap
r-1
8
Mei
-18
Jun
-18
USD
-ID
R (
Ru
pia
h)
USD-IDR (Rp/USD)
23 Mei 2018
30 Juni 2018
6 Juni 2018
Nilai tukar riil rupiah (REER) masih merupakan yang terendah di antara negara-negara sekawasan ASEAN. REER rupiah pada akhir triwulan II tahun 2018 mencapai 89,59.
123
Gambar 38. Real 2Effective Exchange Rate ASEAN-5, Juni 2011 – Juni 2018 (2010=100)
Sumber: Bloomberg, data diolah. Inflasi
Pada umumnya, periode April – Juni merupakan periode
musiman dimana tingkat inflasi relatif lebih tinggi karena
adanya peningkatan permintaan (demand pull inflation) pada
masa bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Namun,
realisasi tingkat inflasi pada triwulan II tahun 2018 lebih
rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun-tahun sebelumnya. Selama periode April – Mei tahun
2018, inflasi tahunan (YoY) masing-masing sebesar 3,41
persen, 3,23 persen dan 3,12 persen (Tabel 51). Selanjutnya,
jika dilihat secara bulanan (MtM) selama triwulan II tahun
2018, pergerakan inflasi pada bulan April – Juni masing-
masing sebesar 0,10 persen, 0,21 persen, dan 0,59 persen
(Tabel 51). Di samping adanya intervensi kebijakan yang
dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) melalui
Forum Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN),
perkembangan inflasi yang terkendali ini juga merupakan
dampak dari penurunan inflasi komponen administered
prices yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya.
Realisasi tingkat inflasi pada triwulan II tahun 2018 lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun – tahun sebelumnya. Bahkan, inflasi pada akhir triwulan II merupakan yang terendah selama tujuh tahun terakhir sejak tahun 2011.
89,59
106,76
89,78
103,93
107,63
80
85
90
95
100
105
110
115
120
Ind
eks
INDONESIA THAILAND MALAYSIA FILIPINA SINGAPURA
124
Tabel 51. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan II Tahun 2018
Persentase (%)
April Mei Juni
Year-on-Year 3,41 3,23 3,12
Month-to-month 0,10 0,21 0,59
Tahun kalender 1,09 1,30 1,90
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Secara tahunan (YoY) sepanjang periode April – Juni tahun
2018, inflasi administered prices terus menurun perlahan
secara berturut-turut dari 4,04 persen, 3,61 persen, dan 2,88
persen (Tabel 52). Penurunan tersebut sejalan dengan upaya
pemerintah untuk mengendalikan kebijakan yang dapat
memengaruhi gejolak harga pada komoditas administered
prices.
Selain mengendalikan inflasi komponen administered prices,
pemerintah dan BI juga fokus pada pengendalian inflasi
komponen volatile food dengan menjaga ketersediaan
pasokan agar dapat mencukupi kebutuhan pasar serta
mengatur kelancaran distribusi pasokan agar lebih efektif dan
efisien. Pada periode triwulan II tahun 2018 secara bertahap
inflasi komponen volatile food masing-masing sebesar 5,08
persen, 4,33 persen, dan 4,60 persen (YoY) (Tabel 52).
Sementara itu, pergerakan inflasi inti cukup stabil secara
tahunan yang mana masing-masing sebesar 2,69 persen, 2,75
persen, 2,72 persen (YoY) dan secara bulanan berturut-turut
sebesar 0,15 persen, 0,21 persen, dan 0,24 persen (MtM)
pada April – Juni 2018 (Tabel 52).
Tabel 52. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen, April-Juni 2018 (dalam %)
Komponen YoY (%) MtM (%)
April Mei Juni April Mei Juni
Inti 2,69 2,75 2,72 0,15 0,21 0,24
Bergejolak 5,08 4,33 4,60 -0,29 0,19 0,90
Diatur pemerintah 4,04 3,61 2,88 0,24 0,27 1,38
Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah
Penurunan inflasi triwulan II tahun 2018 cukup signifikan disumbang oleh komponen inflasi administered prices.
125
Berdasarkan kelompok pengeluaran, sumbangan inflasi
terbesar pada triwulan II tahun 2018 diberikan oleh inflasi
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
dan Kelompok Bahan Makanan, selanjutnya diikuti oleh
Kelompok Sandang dan Kelompok Kesehatan. Share terbesar
dari kelompok-kelompok pengeluaran tersebut terjadi pada
bulan Juni 2018, sehingga mendorong pembentukan inflasi
yang relatif tinggi bulan pada Juni sebesar 0,59 persen (MtM)
(Tabel 53).
Pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau, Subkelompok Tembakau dan Minuman
Beralkohol dan Subkelompok Makanan Jadi memberikan
andil inflasi masing-masing sebesar 0,69 persen dan 0,39
persen. Pada Kelompok Bahan Makanan, kontribusi inflasi
terbesar bersumber dari Subkelompok Sayur-Sayuran
sebesar 2,86 persen. Pada Lelompok Sandang, Subkelompok
Sandang Anak-Anak menyumbang inflasi kelompok ini
sebesar 0,76 persen. Selain itu, inflasi pada Kelompok
Kesehatan kontribusi tertinggi sebesar 1,01 persen
bersumber dari Subkelompok Jasa Perawatan Jasmani.
Secara umum, jika dilihat dari komoditas yang dominan
membentuk inflasi, inflasi pada bulan Juni 2018 disumbang
oleh kenaikan harga pada komoditas ikan segar, daging ayam
ras, ayam hidup, daging ayam kampung, daging sapi, ikan
diawetkan, kacang panjang, petai, tomat sayur, tomat buah,
bawang merah, cabai rawit, kelapa, nasi dengan lauk, rokok
kretek, rokok kretek filter, tarif angkutan udara, tarif
angkutan antarkota, tarif sewa rumah, dan tarif kereta api.
Tabel 53. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Bulanan, April-Juni 2018
Kelompok Pengeluaran Persentase (%)
April Mei Juni
UMUM (headline) 0,10 0,21 0,59
Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,19 0,18 1,50
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,04 0,09 0,07
Kesehatan 0,22 0,21 0,27
Sandang 0,29 0,33 0,36
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 0,16 0,19 0,13
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi pada triwulan II tahun 2018 disebabkan oleh kenaikan harga beberapa indeks kelompok pengeluaran yaitu Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau, Kelompok Bahan Makanan, Kelompok Sandang, dan Kelompok Kesehatan.
126
Kelompok Pengeluaran Persentase (%)
April Mei Juni
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,24 0,31 0,40
Bahan Makanan -0,26 0,21 0,88
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali
Berdasarkan daerah, sepanjang bulan April – Juni 2018,
inflasi bulanan (MtM) tertinggi dialami oleh Kota Merauke
sebesar 1,32 persen pada bulan April dan Kota Tual sebesar
1,88 persen pada bulan Mei, dan Kota Tarakan sebesar 2,71
persen pada bulan Juni (Lampiran 2). Komoditas yang
memberikan andil terhadap tingkat inflasi yang tinggi di
Merauke adalah ikan kembung, kacang panjang, kangkung,
bawang merah, rokok putih, dan rokok kretek filter. Pada
Kota Tual, andil inflasi terbesar disumbang oleh komoditas
ikan kembung, baronang, cakalang, kakap putih, momor,
telur ayam ras, dan daun singkong. Sedangkan pada Kota
Tarakan, andil inflasi terbesar disumbang oleh komoditas ikan
segar, daging dan hasil-hasilnya, dan sayur-sayuran.
Sementara itu, inflasi terendah/deflasi kabupaten/kota pada
triwulan II tahun 2018 dialami oleh Kota Tual sebesar -2,26
persen pada bulan April, Kota Pangkal Pinang sebesar -0,99
persen pada bulan Mei, dan Kota Medan serta Kota
Pekanbaru sebesar 0,01 persen pada bulan Juni.
Indeks Harga Bahan Pokok Nasional
Pada triwulan II tahun 2018, beberapa komoditas bahan-
bahan pokok nasional mengalami kenaikan harga yang cukup
signifikan (Gambar 39). Komoditas tersebut yaitu daging
ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, cabai merah biasa, dan
cabai merah keriting. Kenaikan harga-harga komoditas
tersebut umumnya disebabkan oleh ketersediaan pasokan
yang tidak memadai. Ketidakcukupan pasokan tersebut salah
satunya didorong oleh faktor kenaikan biaya produksi,
sehingga produksi menurun. Misalnya saja pada komoditas
daging ayam dan telur ayam ras yang mana mengalami
kenaikan biaya produksinya akibat kenaikan harga pakan
ayam yang disebabkan oleh impor bahan pakan jagung.
Selain itu, komoditas cabai merah biasa dan cabai merah
Sepanjang triwulan II tahun 2018, secara MtM, tingkat inflasi kabupaten/kota tertinggi terjadi di beberapa daerah kawasan timur Indonesia yaitu Merauke, Tual, dan Tarakan.
Pada triwulan II tahun 2018, beberapa komoditas bahan-bahan pokok nasional mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, yaitu daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, cabai merah biasa, dan cabai merah keriting.
127
keriting juga mengalami gangguan pasokan yang disebabkan
oleh faktor cuaca dengan curah hujan tinggi, sehingga
banyak tanaman yang busuk maupun terjangkit hama dan
penyakit tanaman.
Gambar 39. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Bahan Pokok Nasional, Januari 2016-Juni 2018
Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), 2018.
Jumlah Uang Beredar
Secara umum, likuiditas perekonomian atau uang beredar
dalam arti luas (M2) tumbuh relatif stabil meski sempat
mengalami perlambatan pada pertengah periode April – Juni
2018. Jika dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya,
posisi M2 pada akhir triwulan II tahun 2018 tumbuh 5,91
persen (YoY) sebesar Rp5.533,7 triliun, lebih rendah
dibanding posisi akhir triwulan I tahun 2018 yang tumbuh
sebesar 7,53 persen (Gambar 40) tersebut bersumber dari
seluruh komponennya (M1 dan uang kuasi) dan dipengaruhi
oleh operasi keuangan pemerintah serta peningkatan aktiva
luar negeri bersih di tengah perlambatan pertumbuhan aktiva
dalam negeri.
M1 pada bulan Juni 2018 sebesar Rp 1.452,4 triliun atau
tumbuh sebesar 8,24 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan bulan Maret 2018 sebesar 11,95 persen (YoY).
Penurunan pertumbuhan M1 dipengaruhi oleh penurunan
uang kartal seiring dengan perlambatan konsumsi
masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri pada pertengahan bulan
60
80
100
120
140
160
Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 May-18 Jun-18
Ind
eks
Har
ga
Minyak Goreng Curah Daging Sapi Daging Ayam
Telur Ayam Beras Medium Gula Pasir
Cabai Merah Keriting Cabai Merah Biasa Bawang Merah
Secara umum, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh relatif stabil.
M1 pada bulan Juni 2018 sebesar Rp 1.452,4 triliun atau tumbuh sebesar 8,24 persen (YoY).
128
Juni 2018. Namun demikian, perlambatan tersebut
terhambat oleh peningkatan komponen M1 lainnya yaitu
simpanan giro rupiah baik pada golongan nasabah korporasi
maupun perseorangan.
Pada akhir triwulan II tahun 2018, uang kuasi tumbuh sebesar
5,19 persen (YoY), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada
akhir triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,21 persen (YoY)
pada bulan Maret 2017. Pertumbuhan uang kuasi melambat
disebabkan penurunan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK). Hal ini sejalan dengan tren penurunan suku bunga
simpanan dan peningkatan kebutuhan masyarakat,
komponen tabungan yang mengalami penurunan utamanya
tabungan yang berdenominasi rupiah.
Dilihat dari faktor yang memengaruhi, terjadi peningkatan
aktiva luar negeri bersih yang tercermin dari peningkatan
tagihan luar negeri utamanya disebabkan oleh valuasi pada
instrumen surat berharga asing sejalan dengan depresiasi
nilai tukar Rupiah. Selain itu, penurunan aktiva dalam negeri
bersih yang disebabkan perlambatan tagihan kepada
pemerintah pusat, khususnya pada instrumen SPN juga
memengaruhi perlambatan pertumbuhan uang beredar pada
triwulan ini.
Gambar 40. Perkembangan Uang Beredar Triwulan II Tahun 2018
Keterangan: *) Angka sementara.
Sumber: Bank Indonesia, data diolah.
7,53% 7,46%6,04%
5,91%
11,95%10,17%
10,09%
8,24%
6,21% 6,63%
4,78%5,19%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
00
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
Mar Apr Mei Jun*
Pe
rtu
mb
uh
an Y
oY
(%
)
Rp
Tri
liun
M2 (Rp triliun) M1 (Rp triliun)
Uang Kuasi (Rp Triliun) Pertumbuhan M2, %YoY
Pertumbuhan M1, %YoY Pertumbuhan Uang Kuasi, %YoY
Pada akhir triwulan II tahun 2018, uang kuasi tumbuh sebesar 5,19 persen (YoY).
129
Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia
Selama periode April – Juni 2018, BI meningkatkan suku
bunga kebijakan BI 7-day Repo Rate di tingkat 5,25 persen
(Tabel 54). Kebijakan tersebut merupakan langkah untuk
menjaga daya saing pasar keuangan domestik di tengah
perubahan kebijakan moneter yang dilakukan oleh
berbagai negara lain dan ketidakpastian pasar global yang
tinggi. Pengetatan kebijakan tersebut dilakukan dengan
memperhatikan perkembangan ekonomi global serta
mempertimbangkan risiko eksternal seperti perang
dagang antara AS-Tiongkok, tren peningkatan harga
minyak mentah, dan volatilitas harga komoditas ekspor
utama. Dengan demikian keputusan menaikkan suku
bunga kebijakan BI 7-day Repo Rate yang didukung dengan
kebijakan intervensi di pasar valas dan di pasar Surat
Berharga Negara merupakan langkah yang ditempuh
sebagai bentuk komitmen untuk menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah sehingga dapat memberi sinyal positif kepada
pasar keuangan. Kebijakan menaikkan suku bunga acuan
diharapkan dapat menjaga stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan, serta penguatan pelaksanaan reformasi
struktural yang sejalan dengan upaya perkuatan koordinasi
kebijakan antara BI dengan Pemerintah.
Tabel 54. Struktur Suku Bunga Operasi Moneter Reverse Repo (persen)
April
Tenor 7 hari 2 minggu 1 bulan
Term Structure Operasi Moneter
4,25 4,45 4,60
Mei
Term Structure Operasi Moneter
4,75 4,69 4,83
Juni
Term Structure Operasi Moneter
5,25 4,93 5,13
Sumber: Bank Indonesia.
Pada triwulan II tahun 2018, BI masih tetap menaikkan suku bunga kebijakan BI 7-day Repo Rate secara bertahap sebesar 100 basis poin, dari 4,25 persen menjadi 5,25 persen.
130
Respon Kebijakan Moneter
Pada kuartal kedua tahun 2018, pertumbuhan ekonomi
diperkirakan masih akan menghadapi berbagai risiko global
maupun domestik, diantaranya:
i. Kenaikan harga beberapa komoditas strategis seperti
harga minyak dan beras. Hal ini berpotensi memicu
terjadinya inflasi yang berdampak pada penurunan daya
beli dan tingkat konsumsi masyarakat.
ii. Normalisasi kebijakan moneter AS seiring dengan prospek
pertumbuhan ekonomi AS yang berpotensi mendorong
peningkatan suku bunga acuan FFR hingga empat kali
pada tahun 2018. Menurunnya perbedaan imbal hasil
antara aset berdenominasi rupiah dan dolar AS
menyebabkan terjadinya peningkatan arus keluar modal
di Indonesia. Hal ini berpotensi memberi tekanan lanjutan
pada nilai tukar Rupiah. Hal tersebut diperkirakan dapat
mengganggu pertumbuhan ekonomi domestik serta
tingkat inflasi nasional.
iii. Berlanjutnya perang dagang antara AS dengan Tiongkok
dan Uni Eropa yang dapat memengaruhi kinerja ekspor
dan pertumbuhan ekonomi yang semakin menurun.
Merespon kemungkinan risiko yang akan terjadi selama
2018, Pemerintah bersama BI akan tetap melakukan
langkah-langkah stabilisasi, dengan cara: (i) optimalisasi suku
bunga kebijakan untuk menjaga arus modal supaya tidak
keluar; (ii) menjaga stabilisasi nilai tukar sesuai dengan nilai
fundamentalnya, salah satunya dengan menahan impor
barang-barang tertentu yang dapat meningkatkan
permintaan dolar; (iii) meningkatkan koordinasi kebijakan
dalam mengendalikan inflasi, (iv) melakukan intervensi di
pasar keuangan, serta (v) mengoptimalkan bauran kebijakan
moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk
menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan, khususnya dengan memitigasi peningkatan
risiko jangka pendek.
Merespon kemungkinan risiko yang akan terjadi pada pertengahan tahun 2018, Pemerintah dan BI akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi moneter, khususnya dengan memitigasi peningkatan risiko dari pelemahan nilai tukar.
131
Perkembangan Perbankan
Gambar 41. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional di Indonesia 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
Pada triwulan II tahun 2018, perkembangan sektor jasa
keuangan relatif terjaga dengan ditopang kinerja subsektor
perbankan yang cukup baik. Rasio kecukupan modal
perbankan yang tercermin dari rasio CAR (Capital Adequacy
Ratio) sebesar 22,01 persen, sedikit menurun dibandingkan
dengan posisi triwulan I tahun 2018. Namun demikian, rasio
tersebut masih berada jauh di atas ketentuan minimum yang
ditetapkan yaitu 8 persen. Oleh karena itu, rasio kecukupan
modal masih mencerminkan ketahanan perbankan dalam
mengatasi tekanan di perekonomian.
Sementara dari sisi likuiditas, kondisi likuiditas perbankan
pada triwulan II tahun 2018 semakin ketat, yang tercermin
dari peningkatan rasio LDR (Loan to Deposit Ratio).
Percepatan pertumbuhan kredit di tengah perlambatan
pertumbuhan DPK mendorong peningkatan rasio tersebut.
Rasio LDR meningkat pada triwulan II tahun 2018, yaitu
menjadi 92,76 persen, dari yang sebelumnya sebesar 90,19
persen.
Meskipun pertumbuhan kredit mengalami peningkatan,
risiko kredit macet yang tercermin melalui rasio NPL (Non
Performing Loan) justru membaik.- Rasio NPL pada triwulan
II tahun 2018 sebesar 2,67 persen, lebih rendah jika
Perkembangan sektor jasa
keuangan pada triwulan II
tahun 2018 relatif terjaga,
dengan ditopang oleh
kinerja subsektor
perbankan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
LDR (%) 89,60 91,19 90,04 90,70 89,12 89,31 88,74 90,04 90,19 92,76
CAR (%) 22,00 22,56 23,26 22,93 22,88 22,74 23,25 23,18 22,65 22,01
NPL (%) 2,83 3,05 3,22 2,93 3,19 2,96 2,93 2,59 2,75 2,67
0
5
10
15
20
25
86,0
87,0
88,089,0
90,091,0
92,0
93,094,0
CA
R d
an N
PL
(%)
Loan
to
Dep
osi
t R
atio
(%
)
132
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,75.
Penurunan rasio tersebut menggambarkan adanya
peningkatan kualitas penyaluran kredit perbankan.
Gambar 42. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2016 –2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada triwulan II
tahun 2018 sebesar Rp5.398,82 triliun, atau mengalami
pertumbuhan sebesar 6,99 persen (YoY). Namun demikian,
pertumbuhan ini sedikit melambat jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, dan hal ini utamanya didorong oleh
perlambatan pertumbuhan deposito yang sangat signifikan.
Pada triwulan II tahun 2018, pertumbuhan deposito sebesar
2,68 persen (YoY), jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 12,0 persen (YoY). Tidak jauh berbeda dengan
pertumbuhan deposito, pertumbuhan giro pada triwulan II
tahun 2018 juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan giro
sebesar 10,56 persen (YoY) atau sedikit melambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang sebesar 10,9 persen (YoY).
Sementara itu, tabungan justru mengalami perkembangan
yang sangat baik. Pertumbuhan tabungan mengalami
peningkatan cukup signifikan pada triwulan II tahun 2018.
Tabungan tercatat tumbuh sebesar 11,52 persen (YoY), jauh
0%
5%
10%
15%
20%
25%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Per
tum
bu
han
DP
K (
%)
DP
K (
Trili
un
Ru
pia
h)
DPK (Rp T) Pertumbuhan DPK Growth Tabungan Growth Deposito Growth Giro
Pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga (DPK) perbankan
mengalami sedikit
perlambatan pada triwulan
II tahun 2018.
133
lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh hanya sebesar 6,37 persen.
Gambar 43. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2016–2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Meskipun terjadi perlambatan pada pertumbuhan DPK pada
triwulan II tahun 2018, pertumbuhan total kredit perbankan
justru mengalami peningkatan. Total kredit perbankan
sebesar Rp5.028,75 triliun, atau tumbuh sebesar 11,1 persen
(YoY), lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I tahun
2018 sebesar 8,8 persen (YoY). Peningkatan tersebut
didorong oleh peningkatan pertumbuhan kredit investasi dan
kredit modal kerja.
Kredit investasi mengalami pertumbuhan sebesar 9,4 persen
(YoY) pada triwulan II tahun 2018, jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 4,9 persen (YoY). Menurut Survei Bank Indonesia,
peningkatan kredit investasi tersebut terutama terjadi pada
sektor Konstruksi, khususnya terjadi pada subsektor
konstruksi gedung di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Peningkatan pertumbuhan kredit investasi juga terjadi pada
sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan.
Selain kredit investasi, kredit modal kerja juga berkontribusi
mendorong peningkatan pertumbuhan total kredit pada
triwulan II tahun 2018. Kredit Modal Kerja tumbuh sebesar
11,5 persen (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,8 persen
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Per
tum
bu
han
Kre
dit
(%
)
Kre
dit
Per
ban
kan
(R
p T
)
Kredit (Rp T) Pertumbuhan Total Kredit Pertumbuhan KI
Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK
Meskipun terjadi
perlambatan pada
pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) di
triwulan II tahun 2018,
kredit perbankan justru
mengalami peningkatan
pertumbuhan.
134
(YoY). Menurut survei Bank Indonesia, peningkatan kredit
modal kerja tersebut utamanya didorong oleh akselerasi
penyaluran KMK pada sektor perdagangan, hotel, restoran,
dan sektor industri pengolahan.
Sementara itu, kredit konsumsi justru melambat, dari 11,5
persen (YoY) pada triwulan I tahun 2018, menjadi 10,7 persen
(YoY) pada triwulan II tahun 2018. Perlambatan tersebut
disebabkan oleh perlambatan KPR, KKB, dan Kredit
Multiguna.
Tabel 55. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2017 – 2018 (Miliar Rp)
Sektor 2017 2018
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 284.462 296.652 298.092 317.379 319.600 334.522
Perikanan 9.784 10.287 10.323 11.273 10.639 11.214
Pertambangan dan Penggalian 124.803 122.472 116.336 113.622 104.750 113.514
Industri Pengolahan 756.530 784.685 775.039 824.109 793.325 843.890
Listrik, gas dan air 138.226 127.074 131.216 146.133 154.238 164.681
Konstruksi 215.283 234.149 241.637 258.931 254.714 277.219
Perdagangan Besar dan Eceran 836.519 845.293 844.023 885.454 885.838 930.037
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
94.402 96.725 96.504 97.886 97.367 97.773
Transportasi, pergudangan dan komunikasi 171.076 173.979 169.827 182.628 192.105 214.226
Perantara Keuangan 196.330 212.049 205.687 214.185 211.490 230.761
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan
206.866 211.334 211.447 221.923 225.520 229.839
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
22.639 22.194 23.126 21.822 21.981 22.528
Jasa Pendidikan 8.887 9.247 9.336 10.104 10.166 10.750
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 16.565 17.447 17.542 19.092 19.799 19.351
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan lainnya
58.494 60.218 61.627 72.377 70.715 72.154
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 2.642 2.678 2.652 2.744 2.703 2.717
Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
191 162 157 156 152 112
Kegiatan yang belum jelas batasannya 2.394 3.250 3.090 2.752 3.488 2.890
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Pada triwulan II tahun 2018, penyaluran kredit perbankan
mengalami peningkatan hampir di semua sektor. Dari 18
sektor, peningkatan penyaluran kredit terjadi pada 15 sektor,
kecuali 3 sektor lainnya yaitu: (1) Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial, (2) Badan Internasional dan Badan Ekstra
Pada triwulan II tahun 2018,
penyaluran kredit
perbankan mengalami
peningkatan hampir di
semua sektor.
135
Internasional lainnya, serta (3) Kegiatan yang belum jelas
batasannya.
Sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi
merupakan sektor yang mengalami peningkatan terbesar
yaitu sebesar Rp21,1 triliun atau tumbuh sebesar 11,5 persen
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (QtQ). Di sisi
lain, penyaluran kredit pada Badan Internasional dan Badan
Ekstra Internasional Lainnya mengalami penurunan terbesar
yaitu turun sebanyak 40 miliar atau -26,3 persen jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Secara sektoral, jika ditinjau dari volume penyaluran kredit
terbesar, sektor yang memiliki penyerapan kredit terbesar
adalah sektor perdagangan besar dan eceran, yaitu sebesar
R930 triliun atau 26 persen dari total kredit, kemudian diikuti
oleh sektor pengolahan dengan penyerapan sebesar Rp843,9
triliun atau 23,6 persen dari total kredit. Di sisi lain, sektor
dengan penyaluran kredit terendah adalah sektor Badan
Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya dengan
penyaluran kredit sebesar Rp112 miliar.
Gambar 44. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdasarkan Sektor Ekonomi*
Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Pertanian Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Jasa-jasa
Pertanian21,3%
Jasa-jasa 11%
Perikanan1,5%
Industri Pengolahan 4,8%
Perdagangan 61,5%
136
Total penyaluran KUR hingga Juni 2018 telah mencapai Rp64,56
triliun atau atau 55,1 persen dari target. Adapun target
penyaluran KUR untuk taun 2018 adalah sebesar Rp120 triliun.
Pada triwulan II tahun 2018, KUR sudah disalurkan kepada 2,45
juta debitur dengan rasio tingkat kredit macet (NPL) sebesar 0,01
persen. Berdasarkan skema KUR, penyaluran KUR masih
didominasi oleh skema KUR Mikro (63,5 persen), KUR Kecil (36,1
persen) dan KUR TKI (0,4 persen). Dengan demikian, kinerja ini
menunjukkan keberpihakan Pemerintah terhadap akses
pembiayaan usaha mikro dan usaha kecil.
Dari sisi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi, penyaluran
KUR masih didominasi oleh sektor perdagangan yaitu sebesar
61,5 persen, kemudian diikuti oleh sektor pertanian, perburuan,
dan kehutanan yaitu sebesar 21,3 persen, serta sektor jasa
sebesar 11 persen.
Berdasarkan wilayah, penyaluran KUR masih didominasi oleh
provinsi-provinsi yang terletak di Pulau Jawa yaitu sebesar 56,1
persen, diikuti oleh Sumatera 19,4 persen dan Sulawesi 9,4
persen.
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB)
Perkembangan Industri Asuransi
Perkembangan Total Aset Industri Asuransi 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Target penyaluran KUR
untuk tahun 2017 adalah
Rp106,6 triliun. Total
realisasi KUR yang
tersalurkan hingga
Desember 2017 adalah
Rp96,7 triliun atau 90,7
persen dari target.
0,00
200,00
400,00
600,00
800,00
1000,00
1200,00
1400,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Trili
un
Rp
137
Sepanjang triwulan II 2018, kinerja Industri Keuangan Non-Bank
(IKNB) menunjukkan perkembangan positif tercermin dari
meningkatnya total aset IKNB sebesar 1,2 persen (QtQ) menjadi
Rp2.167,8 triliun didukung kenaikan aset yang signifikan dari
industri Asuransi.
Sampai dengan akhir triwulan II 2018, aset industri Asuransi
tumbuh 4,49 persen (QtQ) menjadi Rp1.198,6 triliun
dibandingkan triwulan sebelumnya. Selanjutnya, jika
dibandingkan dengan jumlah aset pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya (triwulan II tahun 2017), jumlah total aset
industri asuransi mengalami peningkatan sebesar 18,4 persen
(YoY). Dengan demikian, hal ini menggambarkan kinerja yang
positif pada industri asuransi di Indonesia.
Perkembangan Pasar Modal
Perkembangan Pasar Saham
Gambar 45. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Tahun 2016–2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Sepanjang triwulan II
2018, kinerja Industri
Keuangan Non-Bank
(IKNB) menunjukkan
perkembangan positif.
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018 Nila
i Kap
ital
isas
i Pas
ar (
Trili
un
Rp
)
IHSG
(R
p)
Nilai Kapitalisasi Pasar IHSG
138
Sampai triwulan II 2018 ini, The Fed sudah menaikkan Fed Fund
Rate (FFR) sebanyak 2 kali dan diperkirakan akan kembali
menaikkan minimal dua kali pada sisa tahun 2018. Kondisi ini
sangat memengaruhi pergerakan pasar modal global,
termasuk pasar modal domestik yang cukup sensitif terhadap
sentimen global.
Sempat menunjukan kinerja yang positif pada awal 2018,
kondisi pasar modal pada triwulan II tahun 2018 mengalami
pelemahan. IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar pada trilwulan II
tahun 2018 tercatat mengalami penurunan dibandingkan
dengan triwulan I 2018. Pada triwulan II tahun 2018, IHSG
berada pada posisi Rp5.799,2 atau menurun sebesar 6,3
persen (QtQ) jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2018.
Sejalan dengan hal tersebut, nilai kapitalisasi pasar saham juga
mengalami penurunan sebesar 5,4 persen (QtQ) pada triwulan
II tahun 2018 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Nilai kapitalisasi pasar saham menurun dari Rp6.884,9 triliun
pada triwulan I tahun 2018 menjadi Rp6.511,7 triliun pada
triwulan I tahun 2018.
Pelemahan pasar modal secara umum lebih diakibatkan oleh
sentimen eksternal. Masih tinggingya risiko ketidakpastian
pasar keuangan global belakangan ini turut mempengaruhi
minat emiten untuk menghimpun dana di pasar modal
domentik.
Kondisi pasar modal
mengalami pelemahan
pada triwulan II tahun 2018.
Masih tingginya risiko
ketidakpastian pasar global
memperburuk pasar modal
domestik yang cukup
sensitif terhadap sentimen
global.
139
Perkembangan Pasar Obligasi
Gambar 46. Perkembangan Obligasi Korporasi 2016–2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Obligasi korporasi menunjukan perlambatan pertumbuhan
pada triwulan II tahun 2018. Namun sepanjang 2018 industri
pasar obligasi masih bisa tumbuh ditengah kecemasan pasar
global.
Sampai triwulan II tahun 2018 Industri pasar obligasi
mengalami peningkatan yang tercermin dari perkembangan
jumlah obligasi korporasi (outstanding). Pada triwulan II
tahun 2018, jumlah obligasi korporasi (outstanding) berada
pada posisi Rp402,5 triliun atau meningkat sangat tipis
sebesar 0,5 persen (QtQ) jika dibandingkan dengan triwulan I
tahun 2018. Akan tetapi, pertumbuhan tersebut sedikit
melambat atau lebih rendah jika dibandingkan dengan
pertumbuhan obligasi korporasi pada triwulan I tahun 2017
yang mengalami peningkatan sebesar 3,4 persen (QtQ).
Namun, secara umum pasar obligasi tengah tertekan.
Obligasi pemerintah dan korporasi pada dasarnya sama-sama
mengalami penurunan harga. Kecemasan pasar soal arah
kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Ob
ligas
i ko
rpo
rasi
(Tr
iliu
n R
p)
Obligasi korporasi
menunjukan perlambatan
pertumbuhan pada triwulan
II tahun 2018. Namun
sepanjang 2018 industri
pasar obligasi masih
tumbuh ditengah
kecemasan global.
140
Perkembangan Industri Dana Pensiun
Gambar 47. Perkembangan Jumlah Perusahaan Dana Pensiun Tahun 2015–2018*
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Sampai dengan periode laporan, terjadi penurunan aset Dana
Pensiun sebesar 1,6 persen (QtQ) dari Rp262,9 trilliun pada
triwulan I tahun 2018 menjadi Rp258,6 pada triwulan II tahun
2018. Penurunan aset ini sejalan dengan menurunan nilai
investasi sebanyak 1,7 persen (QtQ). Jumlah investasi dana
pensiun mengalami penurunan pada triwulan II tahun 2018.
Jumlah investasi perusahaan dana pensiun sebesar Rp252,6
trilliun atau lebih rendah sebesar 1,7 persen (QtQ) dari
triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp257 triliun. Namun jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama pada triwulan II
tahun 2017 industri dana pensiun masih menunjukan
perkembangan yang positif dengan meningkatnya asset dan
nilai investasi dana pensiun masing masing sebesar 2,4
persen dan 2,9 persen pada triwulan II tahun 2018.
Aset Dana Pensiun
mengalami penurunan.
Penurunan aset ini sejalan
dengan menurunan nilai
investasi.
0,0050,00100,00150,00200,00250,00300,00
0,0050,00
100,00150,00200,00250,00300,00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Trili
un
Rp
Trili
un
Rp
Jumlah Investasi Jumlah Aset Bersih
141
Perkembangan Sektor Jasa Keuangan Syariah Perkembangan Perbankan Syariah
Gambar 48. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah Tahun 2016-2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Kinerja perbankan Syariah pada triwulan II tahun 2018
cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Hal ini terlihat dari peningkatan rasio kecukupan
modal (CAR) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu
18,47 persen. Rasio tersebut masih jauh di atas ketentuan
CAR minimum yakni 8 persen. Hal tersebut mencerminkan
tingginya ketahanan perbankan syariah dalam menghadapi
tekanan perekonomian. Dari sisi penyaluran, rasio
pembiayaan terhadap deposit atau Financing to Deposit Ratio
(FDR) pada triwulan II tahun 2018 meningkat cukup signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 86,46
persen. Kenaikan FDR yang cukup signifikan pada triwulan II
tahun 2018 disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga dibandingkan dengan pertumbuhan
jumlah pembiayaan yang disalurkan. Peningkatan FDR
sebesar 2,14 persen membuktikan baiknya fungsi
intermediasi perbankan syariah.
Adapun, rasio pembiayaan bermasalah atau Non-Performing
Financing (NPF) pada triwulan II tahun 2018 turun sebesar
0,58 persen. Menurunnya NPF dari 3,86 persen pada triwulan
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
FDR 87,52 89,32 87,53 88,78 87,55 87,85 85,25 85,34 84,32 86,46
CAR 14,90 14,72 14,87 16,63 16,98 16,42 16,16 17,91 18,47 20,59
NPF 5,35 5,05 4,94 4,16 4,29 3,99 3,88 3,87 3,86 3,28
0,0
4,0
8,0
12,0
16,0
20,0
24,0
81,0
82,5
84,0
85,5
87,0
88,5
90,0
CA
R &
NP
F (%
)
FDR
(%
)
Kondisi sektor perbankan
syariah pada triwulan I
tahun 2018 relatif terjaga,
dibuktikan dengan
meningkatnya permodalan
serta kualitas pengembalian
pembiayaan perbankan
Syariah.
142
I tahun 2018 menjadi 3,28 persen pada triwulan II tahun 2018
mencerminkan kualitas pengembalian dana perbankan
syariah yang baik.
Gambar 49. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Perbankan Syariah 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Kegiatan intermediasi perbankan syariah pada triwulan II
tahun 2018 cenderung melambat. Kondisi ini terlihat dari
perlambatan pertumbuhan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)
dan jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah
sejak triwulan II tahun 2017. Pertumbuhan DPK perbankan
syariah pada triwulan II tahun 2018 mengalami perlambatan
sebesar 12,98 persen dari triwulan yang sama tahun
sebelumnya (YoY), persentase ini lebih rendah dari nilai
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,78 persen
(YoY). Penurunan DPK tersebut bersumber dari dana
simpanan wadiah sebagai komponen DPK yang tercatat
menurun sebesar 19,36 persen (YoY).
Adapun jumlah pembiayaan yang disalurkan mengalami
perlambatan pertumbuhan yang cukup signifikan pada
triwulan II tahun 2018 dari triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya. Pertumbuhan pembiayaan pada triwulan II
tahun 2018 mencapai 11,20 persen (YoY), 3,21 persen lebih
rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,40
persen (YoY).
0
5
10
15
20
25
0
80
160
240
320
400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Pe
rtu
mb
uh
an (
%)
Trili
un
(R
p)
DPK Pembiayaan Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Pembiayaan (yoy)
Kinerja intermediasi
perbankan syariah pada
Triwulan II tahun 2018
tercatat melambat,
tercermin dari
melambatnya pertumbuhan
DPK dan jumlah
pembiayaan.
143
Gambar 50. Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Tahun 2016–2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Secara umum, perkembangan pembiayaan perbankan
syariah mengalami perlambatan pertumbuhan. Hal ini dapat
dilihat dari pertumbuhan total jumlah pembiayaan yang
mengalami perlambatan semenjak triwulan II tahun 2017.
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya, terjadi perlambatan pertumbuhan jumlah
pembiayaan secara keseluruhan sebesar 11,20 persen (YoY),
lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
sebesar 14,40 persen (YoY). Apabila ditinjau lebih lanjut pada
komponennya, semua jenis pembiayaan mencatat
perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang sama
tahun sebelumnya. Pembiayaan Investasi mengalami
pertumbuhan sebesar 6,86 persen pada triwulan II tahun
2018 dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (YoY);
Pembiayaan Modal Kerja mencatat pertumbuhan sebesar
10,10 persen dari triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya (YoY) dan Pembiayaan Konsumsi tumbuh
sebesar 14,66 persen dari triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya (YoY). Di antara semua jenis pembiayaan syariah,
jenis Pembiayaan Investasi tetap mengalami perlambatan
sejak triwulan I tahun 2016.
0
4
8
12
16
20
24
28
32
0
60
120
180
240
300
360
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Pe
rse
nta
se (
%)
(Rp
Tri
liun
)
Total Pembiayaan Pertumbuhan PIPertumbuhan PMK Pertumbuhan PKPertumbuhan Pembiayaan (YoY)
Jumlah total pembiayaan
yang disalurkan tumbuh
melambat pada triwulan II
tahun 2018.
144
Tabel 56. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor 2016–2018
2016 2017 2018
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan
7.746
8.531
9.484
9.847
9.741
10.419 10.396
Perikanan
1.299
1.405
1.492
1.350
1.370
1.462 1.048
Pertambangan dan Penggalian
6.454
6.604
6.833
7.085
7.012
6.864 6.551
Industri Pengolahan
18.104
19.745
20.055
20.558
20.422
21.463 21.440
Listrik, gas dan air
7.259
8.117
8.262
7.857
7.733
11.044 11.150
Konstruksi
11.057
14.435
14.409
19.782
21.540
22.198 21.273
Perdagangan Besar dan Eceran
27.993
30.319
29.320
30.450
31.600
32.839 32.472
Penyediaan akomodasi dan penyediaan
makan minum
2.713
3.043
3.425
3.489
3.542
3.613 3.730
Transportasi, pergudangan dan komunikasi
10.766
10.921
10.387
11.028
10.019
10.087 9.833
Perantara Keuangan
19.024
18.948
18.106
19.385
19.564
19.583 18.590
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
10.137
12.797
11.354
11.657
12.045
12.326 12.218
Admistrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
261
9
8
9
8
7 5
Jasa Pendidikan
3.479
3.786
4.107
4.390
4.693
4.905 4.794
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2.676
3.030
3.229
3.511
3.658
4.021 3.981
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya,
Hiburan dan Perorangan lainnya
4.472
4.617
4.518
4.895
4.880
4.973 6.699
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah
Tangga
323
337
329
343
330
331 331
Badan Internasional dan Badan Ekstra
Internasional Lainnya
-
-
-
-
-
- -
Kegiatan yang belum jelas batasannya
952
760
688
752
575
538 462
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
145
Perkembangan penyaluran pembiayaan perbankan syariah di
Indonesia pada triwulan I tahun 2018 mengalami
perlambatan. Apabila ditinjau secara sektoral, pertumbuhan
terbesar ada pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya,
hiburan dan perorangan lainnya. Sektor perdagangan besar
dan eceran masih mendominasi penyerapan pembiayaan
yang disalurkan yaitu sebesar 19,7 persen atau sebesar
Rp32.472 miliar. Disusul oleh sektor industri pengolahan yang
mendominasi penyerapan pembiayaan perbankan syariah
sebesar 13,0 persen atau sebesar Rp21.440 miliar. Berbeda
dengan perbankan konvensional, perbankan syariah belum
memberikan pembiayaan terhadap sektor Badan
Internasional dan Badan Ekstra Internasional. Sementara itu
sektor dengan penyaluran pembiayaan terendah berada di
sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan
sosial yakni hanya sebesar Rp5 miliar. Adapun, apabila
ditinjau dari pertumbuhan dari triwulan sebelumnya, semua
sektor mengalami pertumbuhan negatif kecuali pada sektor
listrik, gas dan air; sektor penyediaan akomodasi dan
penyediaan makan minum; serta sektor jasa
kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan
lainnya.
Perkembangan Pasar Modal Syariah
Gambar 51. Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI dan JII Tahun 2016-2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q1
2016 2017 2018
Mili
ar R
p
ISSI JII
Secara umum, penyaluran
pembiayaan perbankan
syariah mengalami
pertumbuhan yang negatif
kecuali pada tiga (3) sektor.
146
Kinerja pasar modal syariah menunjukkan perkembangan
yang kurang baik. Hal ini tercermin dari nilai kapitalisasi pasar
saham syariah baik (Indeks Saham Syariah Indonesia) ISSI
maupun Jakarta Islamic Index (JII) yang terus mengalami
penurunan sejak triwulan IV tahun 2017. Pada triwulan II
tahun 2018 terjadi penurunan nilai kapitalisasi pasar saham
ISSI sebesar Rp157.018 miliar atau 4,38 persen dari triwulan
sebelumnya (QtQ). Nilai kapitalisasi pasar saham ISSI secara
tahunan juga mencatat penurunan sebesar 1,83 persen (YoY).
Sejalan dengan kapitalisasi ISSI yang menurun, nilai
kapitalisasi JII juga mengalami tekanan. Nilai kapitalisasi JII
mengalami penurunan sebesar 3,59 persen dari triwulan
sebelumnya (QtQ). Secara tahunan, JII juga mengalami
penurunan sebesar 8,27 persen dari triwulan II tahun 2017
(YoY). Tekanan pada pasar saham syariah ini dipicu oleh
sentimen pelemahan rupiah yang sejak pertengahan Juni
menembus level psikologis Rp14.000 serta dipicu oleh
dinamika perang dagang global antara Amerika Serikat dan
Tiongkok.
Gambar 52. Perkembangan Sukuk Korporasi (outstanding) 2016–2018 (Triliun Rp)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2016 2017 2018
Sukuk Korporasi
Sejalan dengan tren IHSG,
Kondisi pasar modal syariah
cenderung melemah di
kuartal kedua tahun 2018. Pelemahan pasar modal
lebih diakibatkan oleh
faktor eksternal seperti
pelemahan rupiah dan
kecemasan terhadap isu
perang dagang di pasar
global.
147
Sejalan dengan tren ISSI dan JII, perkembangan pasar sukuk
korporasi Indonesia juga mengalami penurunan. Pada
triwulan II tahun 2018, jumlah sukuk korporasi (outstanding)
tercatat mengalami penurunan sebesar 5,88 persen (QtQ),
yaitu dari Rp17 triliun pada triwulan I tahun 2018 menjadi
Rp16 triliun pada triwulan II tahun 2018. Apabila
dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya, jumlah sukuk korporasi (outstanding) justru
mengalami peningkatan yakni sebesar 5,72 persen (YoY).
Kondisi pasar sukuk korporasi cenderung berfluktuasi
mengingat belum adanya basis investor yang tetap bagi
sukuk korporasi. Oleh sebab itu, pendalaman pasar sukuk
korporasi masih perlu lebih ditingkatkan agar dapat terus
memberikan dukungan pembiayaan bagi pembangunan
ekonomi nasional.
Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank Syariah (IKNBS)
Gambar 53. Pertumbuhan Aset IKNB Syariah 2016 – 2018
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Data sampai dengan bulan Mei 2018
0
10
20
30
40
50
60
70
-
10.000
20.000
30.000
40.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Mei
2016 2017 2018
Pe
rse
nta
se (
%)
Rp
Mili
ar
Aset IKNB Syariah
Asuransi Syariah Lembaga Jasa Keuangan Khusus Syariah
Lembaga Pembiayaan Syariah Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Pertumbuhan IKNB Syariah
Pasar sukuk korporasi
cenderung fluktuatif. Hal ini
salah satunya tercermin dari
peningkatan dan penurunan
jumlah sukuk korporasi
(outstanding) sejak dua
tahun terakhir.
148
Pada triwulan II tahun 2018, Industri Keuangan Non-Bank
Syariah menunjukkan perkembangan yang kurang positif.
Kondisi ini tercermin dari adanya penurunan secara umum
pada jumlah aset Industri Keuangan Non-Bank Syariah
(IKNBS) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Apabila ditinjau lebih rinci, Lembaga Pembiayaan Syariah
mengalami penurunan aset secara signifikan sebesar 18,79
persen dibanding bulan Mei tahun sebelumnya (YoY), atau
dari Rp37,99 triliun pada Mei 2017 menjadi Rp30,85 triliun
pada Mei 2018.
Walaupun secara umum menurun, aset industri Asuransi
Syariah, Lembaga Jasa Keuangan Khusus Syariah, dan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah meningkat. Aset pada
Asuransi Syariah meningkat sebesar 15,96 persen (YoY) pada
Mei 2018, atau meningkat dari Rp36,28 triliun menjadi
Rp42,07 triliun. Hal yang sama terjadi pada Lembaga Jasa
Keuangan Khusus Syariah, dan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah masing-masing meningkat sebesar 17,34 persen (YoY)
atau dari Rp20,29 triliun pada Mei 2017 menjadi Rp23,80
trilyun pada Mei 2018; dan 62,47 persen (YoY) pada Mei 2018
atau sebesar Rp0,07 triliun pada Mei 2017 menjadi Rp0,12
triliun pada Mei 2018. Peningkatan paling signifikan terjadi
pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang sebesar 62,47
persen (YoY) dari Rp0,07 triliun pada Mei 2017 menjadi
Rp0,12 triliun pada Mei 2018.
Walaupun aset Industri
Keuangan Non-Bank Syariah
secara keseluruhan
mengalami penurunan.
Beberapa Industri Keuangan
Non-Bank Syariah,
mengalami peningkatan
aset.
149
LAMPIRAN Lampiran 1: Inflasi Domestik (Bagian 1)
Gambar 54. Inflasi YoY 82 Kabupaten/Kota April – Juni 2018
Sumatera Papua
Maluku
Kalimantan
Nusa Tenggara
Bali
Sulawesi
Jawa
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah.
150
Lampiran 2: Inflasi Domestik (Bagian 2)
Gambar 55. Inflasi MtM 82 Kabupaten/Kota April – Juni 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah.
Sumatera Papua
Maluku
Sulawesi
Jawa
Bali
Nusa Tenggara
Kalimantan
151
Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang
Tabel 57. Nilai Tukar Mata Uang
Negara
April 2018 Mei 2018 Juni 2018 Rata-rata
Triwulanan
QtQ
(%) PAB MTM
(%)
YTD
(%)
YOY
(%) PAB
MTM
(%)
YTD
(%)
YOY
(%) PAB
MTM
(%)
YTD
(%)
YOY
(%)
Rupiah Indonesia 13.913,0 (1,3) (2,6) (4,2) 13.896,0 0,1 (2,5) (4,1) 14.330,0 (3,0) (5,41) (6,9) 13.956,0 (2,8)
Lira Turki 4,1 (2,6) (6,7) (12,6) 4,5 (10,3) (16,3) (22,1) 4,6 (1,4) (17,5) (23,3) 4,4 (12,9)
Rand Afrika Selatan 12,5 (5,0) (0,6) 7,3 12,7 (1,9) (2,5) 3,3 13,7 (7,5) (9,8) (4,7) 12,6 (5,1)
BRIC
Real Brazil 3,5 (5,7) (5,5) (9,4) 3,7 (5,8) (11,0) (13,3) 3,9 (3,9) (14,6) (14,7) 3,6 (10,0)
Rubel Rusia 63,0 (9,0) (8,4) (9,6) 62,4 0,9 (7,6) (9,3) 62,8 (0,6) (8,1) (6,2) 62,0 (8,2)
Rupee India 66,7 (2,2) (4,5) (3,6) 67,4 (1,1) (5,5) (4,3) 68,5 (1,5) (7,0) (5,7) 67,0 (4,0)
Yuan Cina 6,3 (0,9) 2,8 8,9 6,4 (1,2) 1,5 6,4 6,6 (3,2) (1,7) 2,4 6,4 (0,1)
ASEAN-6
Dolar Singapura 1,3 (1,1) 0,8 5,4 1,3 (0,9) (0,1) 3,4 1,4 (1,8) (1,9) 1,0 1,3 (1,1)
Ringgit Malaysia 3,9 (1,5) 3,1 10,6 4,0 (1,4) 1,7 7,6 4,0 (1,5) 0,2 6,3 3,9 (0,4)
Baht Thailand 31,5 (1,2) 3,3 9,6 32,1 (1,6) 1,6 6,2 33,0 (2,9) (1,4) 2,7 31,9 (0,9)
Peso Filipina 51,7 0,9 (3,7) (3,2) 52,5 (1,5) (5,1) (5,2) 53,4 (1,6) (6,6) (5,4) 52,5 (2,2)
Kyat Myanmar 1.340,0 (0,7) 1,6 0,9 1.349,5 (0,7) 0,9 0,5 1.396,0 (3,3) (2,5) (3,0) 1.343,3 (0,6)
Negara Maju
Euro 0,8 (2,0) 0,6 10,9 0,9 (3,2) (2,6) 4,0 0,9 (0,1) (2,7) 2,3 0,8 (2,8)
Poundsterling Inggris 0,7 (1,8) 1,9 6,3 0,8 (3,4) (1,5) 3,2 0,8 (0,7) (2,2) 1,4 0,7 (2,0)
Yen Jepang 109,3 (2,8) 3,0 2,0 108,8 0,5 3,5 1,8 110,8 (1,8) 1,7 1,5 109,1 (0,4)
Won Korea Selatan 1.068,1 (0,4) (0,1) 6,5 1.077,2 (0,9) (1,0) 3,9 1.114,7 (3,4) (4,3) 2,6 1.079,5 (0,7)
Keterangan: PAB = Posisi Akhir Bulan
Sumber: Bloomberg, data diolah.
152
Lampiran 4: Harga Bahan Pokok Nasional
Tabel 58. Harga Bahan Pokok Nasional
Komoditas
April 2018 Mei 2018 Juni 2018 Rata-rata
Triwulan
QtQ
(%) PAB MTM
(%)
YTD
(%)
YOY
(%) PAB
MTM
(%)
YTD
(%)
YOY
(%) PAB
MTM
(%)
YTD
(%)
YOY
(%)
Minyak Goreng 12.000 0,0 (0,4) 4,7 11.900 (0,8) (1,2) 3,8 11.900 0,0 (1,2) 3,8 11.488,9 0,2
Daging Sapi 114.050 0,1 (0,3) (0,9) 115.800 1,5 1,3 0,3 115.850 0,0 1,3 (2,9) 115.419,8 0,8
Daging Ayam Ras 34.000 4,0 (3,3) 12,9 35.200 3,5 0,1 11,5 37.450 6,4 6,5 16,8 30.607,8 (4,7)
Telur Ayam Ras 23.750 5,6 (10,7) 8,9 25.700 8,2 (3,4) 11,2 25.150 (2,1) (5,5) 10,0 22.374,4 (4,4)
Beras Medium 11.900 (0,8) 0,4 12,5 11.900 0,0 0,4 12,3 11.850 (0,4) 0,0 11,6 10.581,7 0,1
Gula Pasir 12.550 0,0 (1,2) (7,8) 12.550 0,0 (1,2) (6,8) 13.900 10,8 9,4 4,1 13.574,1 (12,6)
Cabe Merah Keriting 37.500 (9,7) (1,8) 31,1 33.950 (9,5) (11,1) 16,4 33.800 (0,4) (11,5) 5,5 29.266,0 (15,6)
Cabe Merah Biasa 42.850 (5,4) 12,2 40,0 37.050 (13,5) (3,0) 27,8 35.800 (3,4) (6,3) 4,6 29.937,8 (11,1)
Bawang Merah 37.100 19,5 41,3 12,7 36.050 (2,8) 37,3 18,6 33.950 (5,8) 29,3 (0,6) 32.489,1 (21,6)
Sumber: Kementerian Perdagangan (Posisi Akhir Bulan/PAB), data diolah.
153
SUSUNAN TIM REDAKSI
Penanggungjawab
Dr. Ir. Leonard VH Tampubolon, MA
Pemimpin Redaksi
Eka Chandra Buana, SE, MA
Dewan Redaksi
Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA
Dr. Muhammad Cholifihani, SE, MA
Dr. Ir. Yahya Rachmana Hidayat, MSc
Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D
Dr. Haryanto, SE, MA
Ir. Imarita Trihanda, MS
Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM
Redaktur Pelaksana
Cut Sawalina, SE, Msi
Ichsan Zulkarnaen, SE, MSc, Ph.D
Mochammad Firman Hidayat, SE, MA
Toni Priyanto J, S.Kom, ME
Muhammad Fahlevy, SE, MA
Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc
Dra. Dwi Martini, ME
Yunus Gastanto, SE, PG.Dip
Tari Lestari, S.Si, SE, MS
Octal Pramudito, SE, MA
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Istasius Angger Anindito, SE, MA
Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol
Fajar Hadi Pratama, ST
Sukhad, S.IP
Drs. Muhammad Arif, Msi
154
Penulis
Arianto Christian Hartono, SE, MA
Yeni Oktavia Mulyono, SE
Dwinia Emil, SE
Karina Agustina, SE
Geraldo Sihotang, SE
Filza Amalia, SE
Budiono Rahmat, SE
Sri Mulyani, SE
Shafia Shaliha Ansor Arifai, SE
Indra Muhammad, SE
Muhibbudin Ahmad A, SE
Aris Saputra, SE
Ani Utami, SE
Distributor/Sirkulasi
Imam Musadad
Tulus Sujadi
Administrasi
Dina Fitriani, SPd
Editor
Sri Mulyani, SE
Budiono Rahmat, SE
Grafis dan Layout
Hamdan Hasan, S.Kom
Dimas Adhytia W, SE
155
Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik
membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut
ditpmas@bappenas.go.id
156