Post on 03-Feb-2016
description
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda;
Identifikasi awal
Triarko NurlambangAnggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda - DEPDAGRI
Pusat Penelitian Geografi Terapan UI
• Pengantar: mengapa perlu KLHS?• Aplikasi KLHS bagi Kebijakan dan Perencanaan• Identifikasi awal untuk kebijakan Penyeberangan Selat Sunda• Contoh Kasus Rehabilitasi dan Rekonstruksi “Aceh Tsunami”
Dikotomi baru: Ekonomi Berkelanjutan vs Ekologi Berkelanjutan? Dimanakah posisi kita saat ini? Menuju arah keberlanjutan yang mana?
Jadi mau kemanakah kita? Apakah akan tercipta Paranoia atau kemitraan
Degradasi Lingkungan Hidup dan deplesi Sumber
Daya Alam (SDA)
Meningkatnya disparitas pendapatan
Meingkatnya kemiskinan dan marjinalisasi
Jumlah dan pertumbuhan populasi
Pola dan volume ekonomi
Pilihan teknologi
Peran Pemerintah Kualitas Lingkungan Hidup
Sistem nilai, keinginan/hasrat, dan
aspirasi
Struktur kekuatan (politik)
Pengetahuan dan Pemahaman
Kebutuhan kehidupan Proses ekologis jangka panjang
Kecenderungan
kritikal
Perkiraan kecenderungan
Kecenderungan tertinggi (ultimate
trend)
MASALAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan dan peran Kelembagaan (Formal dan Informal)
sebagai “Pendorong/Driver”
Lingkungan Hidup
Sosial Ekonomi
Institusi (Formal dan Informal)
Sumber: Partidario, 2000
MENGAPA PERLU Kajian MENGAPA PERLU Kajian Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Strategis/ KLHS?Strategis/ KLHS? Meningkatkan manfaat pembangunan. Rencana dan implementasi pembangunan lebih terjamin
keberlanjutannya. Mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam membuat
prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan.
Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan, rencana, atau program pembangunan.
SEA is a systematic process for evaluating the environmental consequences of proposed policy, plan, or program initiatives in order to ensure they are fully included and appropriately addressed at the earliest appropriate stage of decision-making on par with economic and social considerations (Sadler dan Verheem, 1996).
DEFINISI
APA KLHS?APA KLHS?
KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi terhadap lingkungan hidup dari inisiatif usulan kebijakan, rencana, atau program (KRP) dalam rangka memastikan adanya pertimbangan LH yang tepat dan dilaksanakan pada tahapan sedini/seawal mungkin dari proses pengambilan keputusan KRP selain pertimbangan ekonomi dan sosial
KLHS MEMFASILITASI TERINTEGRASINYA ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERLANJUTAN(Untuk Kebijakan-Rencana-Program/KRP)
Tujuan KLHS
Maksud (Aim) Tujuan Generik (Generic Objectives)
Instrumental
Mengidentifikasi dampak penting lingkungan dari kebijakan, rencana, program untuk proses pengambilan keputusan
Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam kebijakan, rencana, atau program.
Transformatif
Memperbaiki mutu dan proses formulasi kebijakan, rencana, dan program
Memfasilitasi proses pengambilan keputusan agar dapat menyeimbangkan tujuan lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi
Substantif
Meminimumkan potensi dampak penting negatif yang akan timbul sebagai akibat dari kebijakan, rencana, atau program (tingkat keberlanjutan lemah)
Melakukan langkah-langkah perlindungan lingkungan yang tangguh (tingkat keberlanjutan moderat)
Memelihara potensi sumberdaya alam dan daya dukung air, udara, tanah dan ekosistem (tingkat keberlanjutan moderat sampai tinggi)
Kebijakan Perencanaan Program Proyek
KAJIAN LINGKUNGAN
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
KLHS ProgramatikKLHS Programatik
KLHS KebijakanKLHS Kebijakan
KLHS Regional KLHS Regional
KLHS SektoralKLHS Sektoral
AMDAL
Source: Partidario, 2000
TIPOLOGITIPOLOGI
Nilai Dasar KLHS
• Keterkaitan (interdependency)
• Keseimbangan (equilibrium)
• Keadilan sosial & ekonomi (socio-economic just)
Sumber: Tim KLHS ESP-1, 2007
PRINSIP-PRINSIP (Kriteria performa)
● Sesuai tujuan (fit for purpose)● Bersifat obyektif (objective led)● Dijiwai oleh semangat keberlanjutan
(sustainability led)● Komprehensif (comprehensive scope)● Relevan untuk keputusan (decision relevant)● Integratif (integrative)● Partisipatif (participative)● Efektif biaya (cost-effectiveness)
Sumber: IAIA, 2000
Atribut AMDAL KLHS
Posisi Akhir siklus pengambilan keputusan Hulu siklus pengambilan keputusan
Pendekatan Cenderung bersifat reaktif Cenderung pro-aktif
Fokus analisisIdentifikasi, prakiraan & evaluasi dampak lingkungan
Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
Dampak kumulatif Amat terbatasPeringatan dini atas adanya dampak kumulatif
Titik berat telaahanMengendalikan dan meminimumkan dampak negatif
Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan
Alternatif Alternatif terbatas jumlahnya Banyak alternatif
Kedalaman Sempit, dalam dan rinciLuas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi & kerangka umum
Deskripsi prosesProses dideskripsikan dgn jelas, mempunyai awal dan akhir
Proses multi-pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif & kontinyu
Fokus pengendalian dampak
Menangani simptom kerusakan lingkungan
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan, terutama ditujukan utk menelaah agenda keberlanjutan,
BEDA DENGAN AMDAL [lanjutan] AMDAL KLHS
PEMRAKARSA Pemerintah/swasta Pemerintah
INSTITUSI PENILAI
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian & persetujuan AMDAL
Tidak diperlukan institusi yg berwenang memberikan penilaian & persetujuan KLHS
Sumber: WB, 2002
Aplikasi KLHS Sistem Inti Institusi penanggungjawab
Tata Ruang RTRW Dept. PU – Pemda
Rencana Pembangunan Daerah
RPJP (D), RPJM (D), RTRW(D)
Dept. Dagri – Pemda
Rencana Pembangunan Nasional
Perencanaan Nasional Bappenas
KLHS sektor Belum sepenuhnya dikembangkan
Dept. Sektoral
Kebijakan KLHS• Wajib (?)• Sukarela (?)
Kajian belum sepenuhnya selesai dikaji
KLH/ Bappenas/ Depdagri
Aplikasi KLHS dalam Konteks Aplikasi KLHS dalam Konteks Pembangunan di IndonesiaPembangunan di Indonesia
Sumber: Tim KLHS ESP-1, 2007
Peran KLHS dalam proses pembuatan keputusan/ kebijakan
(integrated processes)(merged processes)
17
Mana yang paling efektif?
• Merged processes:– Opsi terbaik jika para perencana memiliki sikap yang
positif terhadap permasalahan LH dan KLHS
• Integrated processes:– Opsi terbaik untuk kasus yang memiliki sikap negatif
(terhadap LH)– Dasar yang terbaik (only?) untuk membuat peraturan– Praktek yang paling banyak diterapkan di dunia
Sumber: Verheem, 2007
18
Seberapa ‘dini’ KLHS mulai diterapkan?
• ‘Sangat awal’:– Proposal kebijakan belum ada (baru ide/wacana)– Analisis KLHS dibutuhkan untuk mengatasi masalah– KLHS membantu membangun proposal
• ‘Awal’: – Sudah ada proposal kebijakan– KLHS mengkaji dampak– Proses KLHS memberi peluang alternatif yang lebih baik
Sumber: Verheem, 2007
KLHS sampai saat ini secara luas dimanfaatkan untuk bidang-bidang, diantaranya:• Perjanjian internasional• Privatisasi• Program Operasi Terstruktur• Anggaran Nasional• Rencana Investasi Jangka Panjang• Proposal legislatif• Kebijakan Global dan Sektoral• Kebijakan Strategi Pengentasan Kemiskinan• penataan Ruang dan Perencanaan Tata Guna Tanah• Perencanaan Sektoral (transportasi, pertanian, pariwisata, pertambangan, infrastruktur, dll)
PEMANFAATAN KLHS DI DUNIA
Sumber: Thomas B. Fisher
Metode yang sering diterapkan dalam KLHS
Penggunaan metode dan teknik yang cocok dalam KLHS tergantung dari kisaran aspek-aspek yang dikaji dan disarankan ‘Taylor Made’ sesuai dengan kapasitas yang tersedia untuk kajian
Metode KLHS Teknik yang sering digunakan
Penapisan Indikator, checklists, konsultasi Tenaga Ahli
Pelingkupan Indikator, checklists, matriks, partisipasi publik, konsultasi
Kajian dampak Matriks, survey, partisipasi publik, konsultasi, jaringan, analisis statistik, peta overlay
Review Konsultasi, partisipasi publik
Pengambilan Keputusan Checklists, matriks, peta overlay
Tindak - lanjut Indikator, survey
Metode KLHS yang sering diterapkan
Sumber: Thomas B. Fisher
Contoh penerapan metode KLHS; kasus perencanaan transportasi
ANALISIS IMPLIKASI KEBIJAKAN dan STRATEGI
Triarko NurlambangAnggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda – DEPDAGRI
Pusat Penelitian Geografi Terapan UI
Upaya penyusunan Kebijakan berbasis KLHS
KLHS adalah upaya “antisipatif dan preventif”:
• KLHS dirancang untuk mengintegrasikan perhatian dan pengamanan (safeguards) terhadap kepentingan LH dalam setiap tahapan pengambilan keputusan, mulai dari awal rancangan sampai pemantauan dampak ataupun hasil kegiatan dengan tetap mengutamakan penekanan pada pentingnya menciptakan alternatif-alternatif kebijakan pembangunan
• Pendalaman dan Permukaan KLHS (Deep and Shallow SEA) Pendalaman KLHS (Deep SEA): mengkaji secara mendalam akar permasalahan ketidak-berlanjutan pembangunan (unsustainable development) Permukaan KLHS (Shallow SEA): fokus pada dampak langsung dan segera akibat ketetapan suatu kebijakan (immediate impact of policy) terhadap kondisi LH
KLHS dan KRP (Kebijakan-Rencana-Program)
Strategi vs Perencanaan
Strategi adalah seni untuk memanfaatkan sumberdaya. Merupakan satu studi terhadap sejumlah opsi dan memilih diantaranya yang paling layak/cocok/baik. Seperti dalam
permainan catur, strategi dibangun berdasarkan antisipasi terhadap satu kemungkinan kumpulan aksi.
Perencanaan berhubungan dengan eksekusi suatu strategi. Sumberdaya apa saja yang diperlukan? Bagaimana
kerangka waktunya? Siapa yang akan melaksanakannya? Dan bagaimana jika yang terjadi tidak sesuai dengan
rencana?
Strategi apa adanya dan Strategi yang dirancang
Maksud Strategi
Strategi yang terrealisasiStrategi yg
tdk direalisasi
Strategi apa adanya
Strategi yang dirancang
Adapted from: Mintzberg, H. “The Strategy Concept I: Five Ps for Strategy” California Management Review. Volume 30 Number1, Fall 1987.
Performa Unggulan
dapat Dipertahankan
Diarahkan oleh Tenaga Ahli
ARAHAN STRATEGIS
“Musibah dari Awal”
“Pekerjaan Setengah-setengah”
“Menapak dengan Susah Payah”
“Nah ini Ada Harapan Berhasil”
EKSEKUSI
STRATEGI
Kacau
Kacau
Baik
Baik
Diarahkan secara Formal
Maria Partidario, 2007
KLHS dapat menjadi instrumen untuk mengintegrasikan aksi Strategis jika
dioperasikan secara Strategis
Pesan KunciPesan Kunci
1. Memahami bahwa strategi yang dirumuskan adalah obyek KLHS dan untuk konteks kajian;
2. Pastikan kajiannya memiliki perspektif jangka panjang, lintas sektor, dan integratif;
3. Fokus pada faktor-faktor kritis untuk pengambilan keputusan dan bekerja dengan dimensi kecenderungan waktu daripada kondisi saat ini;
4. Mengadopsi satu sikap yang dapat memfasilitasi, pengambilan keputusan, mendukung para pengambilan keputusan, dan memberdayakan pengambilan
keputusan berkelanjutan;5. Terus menerus memberikan informasi bagi pengambilan keputusan strategis dan
dengan cara yang pragmatis (dapat dilakukan dalam setiap unit pengambilan keputusan), dengan tujuan untuk membantu proses pengambilan keputusan
6. Gunakan strategi komunikasi, dengan memperhatikan multi perspektif and tindakan berlandaskan good governance
7. Pastikan proses atau tahapan pengambilan keputusan terpantau dan dikaji secara sistematik terhadap tujuan
7 Prinsip KLHS mendasar bagi Strategic-based Approach
Elemen Kunci dalam Metodologi berbasis StrategisMenetapkan Critical Factors for Decision (CFD)
Critical Factors (Faktor-Faktor Kritis) merupakan isu-isu fokal yang saling terikat – menunjukkan ketidakpastian
Titik kritis
SI: Strategic Issues (menjelaskan tujuan Strategi dalam satu perencanaan)
SRF: Strategic Reference Framework (menjelaskan acuan kajian berdasarkan kondisi LH utama, tujuan pembangunan berkelanjutan dan pembangunan sektoral; dan terkait dengan tujuan perencanaan lainnya – internasional)
EF: Environmental Factors (menjelaskan aspek utama kondisi LH saat ini; karakteristik LH yang paling berpotensi terkena dampak)
Untuk meningkatkan keefektifan KLHS dibutuhkan:
• Pemahaman dalam konteks institusional– Konfigurasi aktor/jaringan– Karakteristik proses pengambilan keputusan– Aturan pengambilan keputusan
• Mengadaptasi proses KLHS– Keterbatsan kapasitas dan sumber daya– Norma-norma dan prioritas– Kepentingan dan kekuatan
• Rancangan sebagai pendukung kebijakan– Pengintegrasian proses melalui: formulasi permasalahan,
tujuan, alternatif, dampak, dan pilihan-pilihan– Kegunaan dan relevansi untuk ketetapan yang sudah
diputuskan
Kebijakan ada political will untuk melaksanakan KLHS dan dimanfaatkan hasilnyavisi dapat dijabarkan dalam target dan tujuan
Institusiada kapasitas untuk menilai dan mengnterpretasikan hasil KLHS prosesnya terorganisir dan terjadwal dengan baikfungsi evaluasi yang mapan dan independenada hubungan yang erat dengan proses pengambilan keputusan organisasi yang melibatkan seluruh kementerian atau dinas yang relevan
Metodologikebutuhan dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
cocok dan disetujuihasilnya dapat dikombinasikan dengan analisis ekonomidata dapat dimanfaatkan secara elektronik ada kesepakatan dalam hal pembobotan
Komunikasihasil KLHS dapat disampaikan secara sederhana dan komprehensiftmenggambarkan perbadingan alternatif-alternatif thasilnya dapat disandingkan dengan target nasional atau sektoral
Faktor-faktor sukses dalam melaksanakan KLHS
Identifikasi AWAL KLHS bagi Penyeberangan Selat Sunda
Jika menggunakan pendekatan regional maka akan dilihat lebih holistik /komprehensif (capturing) dan sistemik; prioritas nya adalah kebutuhan stakeholder Pengang
guran
Tabungan terbatas
Kurang modal
Produktifitas rendah
Pendapatan/kapita rendah
Daya beli rendah
Pertmbhn eko. rendah
Keluarga besar
Laju kelahiran
tinggi
Permintaan tenga kerja
tinggi
Output/ pekerja kurang
Pendidikan kurang
Kemiskinan
Perumahan tak layak
Kondisi hidup tak sehat
Kesehatan buruk
Kurang gizi
Diet jelek
Ouput pertanian
kecil
Sedikit input modern
REGION
Jabodetabekcur
Jika menggunakan pendekatan sektoral maka sulit menentukan
prioritas diantara sektor-sektor
Penetapan Prioritas Pembangunan
Relatif lebih mudah Relatif lebih sulit
Sumber: Triarko N, 2006
Krisis Ekologi
Berbasis
Regional
Aktifitas Pembangunan
Aktifitas Masyarakat
Tingkat Pembangunan
Penyeberangan Selat Sunda –
Sumatera/Jawa
Layak untuk melanjutkan
kegiatan pembangunan
Tidak Layak untuk
melanjutkan kegiatan
pembangunan
Kondisi Pembangunan
mengarah kritis perlu perlakuan
khusus
Kondisi Pembangunan sudah kritis Kegiatan Pembangu Utama perlu dibekukan/ dihentikan
Kondisi pembangunan yg aman perlu/
dapat dipertahankan
kelangusngannya
Ambang batas Ambang batas
Kondisi Krisis Ekologi dan Pembangunan
Waktu
Tingkat Pembangunan
Penyeberangan Selat Sunda –
Sumatera/Jawa
Tingkat Pembangunan
Penyeberangan Selat Sunda-
Sumatera/Jawa
Sumber: Triarko N, 2006
Alih fungsi lahan sawah
Penyusutan luasan sawah terbesar terjadi di wilayah Jawa dan Bali seluas 36.000 ha atau sekitar 3.600 ha/tahun.
Perubahan Penggunaan Tanah Sawah 1994 - 2004 (%)
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1994-19981998-20022002-2004
4. Pangan
Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
Threat Status (Loss since 1985)Critically Endangered (>70% )Endangered (50-70%)Vulnerable Vulnerable (40-50%)(40-50%)Near Threatened (20-40%)Least Concern (0-20%)
2007 Threat Status of Natural forest in 38 EFRs
Many EFRs in Eastern lowland and Swamp zones are “Critically Endangered ” or “Endangered”.
Many EFRs in Western coast, Hill and Montane zones are “Near Threatened” or “Least Concern”.
EFR: Eco-Floristic Region
Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
Natural forest loss 1985-2007 by Function by Province
ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss
CA -3,321 -21% -12,518 -6% N.A. -4,730 -79%CA-L N.A.HSAW -69 0% -34,606 -8% -222 -5% -45,086 -12%SM -5,406 -7% N.A.TAHURA -771 -22% N.A. -5,402 -48%TB -8,213 -10% N.A.TN -15,344 -2% -14,501 -4% N.A. -79,929 -11%TN-L N.A.TWA N.A. -687 -100%TWA-L N.A.
Protection Forest HL -172,402 -10% -241,725 -31% -110,576 -13% -165,909 -50% -25,125 -15%HPT -19,890 -46% -240,204 -42% -22,327 -12% -1,074,275 -59% -81,801 -28%HP -166,165 -31% -330,797 -61% -21,844 -27% -916,366 -51% -456,433 -49%HPK -11,154 -96% -30,534 -28% -1,922,262 -79% -1,974 -86%
APL APL -633,702 -67% -583,037 -74% -331,730 -59% -106,137 -97% -835,107 -83%
WaterDanau/Sungai/Perairan*
-5,627 -71% -2,808 -63% -1,384 -64% -3,793 -40% -1,802 -69%
TOTAL Total -1,030,910 -25% -1,444,332 -46% -545,637 -23% -4,233,829 -62% -1,492,990 -48%
ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss
CA -946 -100% -21,514 -9%CA-LHSAW -79,984 -10%SM -115,065 -61% -3,804 -70% -124,274 -46%TAHURA -19 -100% -993 -25% -7,185 -38%TB -7,713 -99% -15,926 -17%TN -9,768 -3% -60,513 -15% -81,519 -27% -261,573 -10%TN-L -835 -82% -835 -82%TWA -8,337 -59% -9,023 -61%TWA-L
Protection Forest HL -34,250 -15% -104,900 -27% -57,684 -48% -912,572 -20% -912,572 -20%HPT -58,329 -34% -44,975 -34% -12,764 -61% -1,554,566 -48%HP -16,271 -48% -913,369 -81% -108,466 -100% -2,929,711 -57%HPK -170,142 -93% -2,136,066 -78%
APL APL -320,581 -89% -874,529 -90% -256,480 -93% -3,941,303 -78% -3,941,303 -78%
WaterDanau/Sungai/Perairan*
-927 -93% -6,723 -82% -2,365 -85% -25,429 -66% -25,429 -66%
TOTAL Total -457,121 -38% -2,291,070 -67% -524,074 -62% -12,019,962 -48% -12,019,962 -48%
-6,620,343 -59%
TOTAL by Class
-520,315 -12%
Bengkulu S. Sumatra Lampung TOTAL by Function
Conservation
Production
Class Function
FunctionAceh N. Sumatra W. Sumatra
Class
Conservation
Production
Riau Jambi
Sumber: WWF, 2008
HASIL PERHITUNGAN DAYA DUKUNG AIR PROPINSI-PROPINSI DI PULAU JAWA DAN BALI
A. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perdesaan(360 kg setara beras/orang x 4 m3/kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun
No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status
(000 orang) (m3/orang/tahun) (m3/tahun) (mm/tahun) Supply (m3/tahun) Supply/Demand
1 Bali 544.9 3379 1440 4,865,760,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00082870 Overshoot2 Banten 90,186.4 9309 1440 13,404,960,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04978600 Overshoot3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1440 12,528,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00437272 Overshoot4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1440 56,256,480,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04857136 Overshoot5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1440 4,723,200,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04908814 Overshoot6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1440 45,917,280,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.05285981 Overshoot7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1440 51,192,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06749167 Overshoot
Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS
B. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perkotaan(480 kg setara beras/orang x 4 m3/kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun
No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status
(000 orang) (m3/orang/tahun) (m3/tahun) (mm/tahun) Supply (m3/tahun) Supply/Demand
1 Bali 544.9 3379 1920 6,487,680,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00062153 Overshoot2 Banten 90,186.4 9309 1920 17,873,280,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.03733950 Overshoot3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1920 16,704,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00327954 Overshoot4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1920 75,008,640,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.03642852 Overshoot5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1920 6,297,600,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.03681610 Overshoot6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1920 61,223,040,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.03964485 Overshoot7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1920 68,256,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.05061875 Overshoot
Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS
C. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan 4 sehat 5 sempurna dan kebutuhan lainnya (2 x 800 m3 air/orang/tahun); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun
No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status
(000 orang) (mm3/orang/tahun) (m3/tahun) (mm/tahun) Supply (m3/tahun) Supply/Demand
1 Bali 544.9 3379 1600 5,406,400,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00074583 Overshoot2 Banten 90,186.4 9309 1600 14,894,400,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04480740 Overshoot3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1600 13,920,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00393545 Overshoot4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1600 62,507,200,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04371422 Overshoot5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1600 5,248,000,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04417933 Overshoot6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1600 51,019,200,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.04757383 Overshoot7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1600 56,880,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06074250 Overshoot
Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS
Perhitungan Daya Dukung Air
Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air
Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air
Ketersediaan Air
Ketersediaan air per kapita (m3/kapita/th)
Nama Provinsi
1990 1995 2000 2005
(Qrata+Air Tanah)
(Qrata+Air Tanah)
(Qrata+Air Tanah)
(Qrata+Air Tanah)
(Q90%+Air Tanah)
DKI Jakarta 138 124 136 152 59
Jawa Barat*) 2,347 2,165 1,907 1,744 431
Jawa Tengah
1,480 1,421 1,368 1,303 268
DI Yogyakarta
762 713 714 689 194
Jawa Timur 1,280 1,231 1,205 1,139 294
J a w a 1,583 1,491 1,414 1,338 323Catatan: *)Termasuk Banten
5. AirIndikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa
Kondisi umum LH pulau sumatera dan jawa mengarah pada situasi
kritis
Identifikasi AWAL Penyeberangan Selat Sunda (1)
UU Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2009:
Pasal 15• Pemerintah (Pusat) dan Pemda wajib membuat KLHS untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) pembangunan• Pemmerintah dan Pemda wajib melaksanakan rekomendasi KLHS dalam penyusunan RPJP (N/D), RPJM (N/D), dan RTRW (N/D)
Pasal 16• KLHS mencakup daya dukung dan daya tampung, perkiraan resiko LH, kinerja jasa ekosistem, efisiensi SDA, resiliensi dan kapasitas adaptasi perubahan iklim, ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
Pasal 17• KLHS menjadi dasar KRP di suatu wilayah
Pasal 18• Tata laksana KLHS diatur dalam PP
Pasal 19• Perencanaan tata ruang wajib didasarkan KLHS untuk menjaga kelestarian fungsi LH dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
Sistem Lingkungan Hidup
Perubahan Iklim dan Variasinya
Kejadian ekstrim (bencana)
Ketersediaan SD Air, udara dan
tanah berkualitas
Naiknya permukaan air laut
Dam
pak
pd
LH
Perubahan pada emisi dan tutupan lahan
Perubahan pada SD Air, Penggunaan Tanah,
Permodalan, Ketenagkerjaan, dan
Produktifitas
Perubahan pada pola produksi dan konsumsi
Dam
pak
pd E
kono
mi
Ker
enta
nan
KEBIJAKANMitigasiAdaptasi
Sistem Ekonomi
Tekanan LH
Tekanan Ekonomi
Contoh Simplifikasi Integrasi Keterkaitan Sistem LH dan Sistem Ekonomi (Kerangka Pemahaman KLHS)
Identifikasi AWAL Konsekuensi Penyeberangan Selat Sunda (2)
Titik Kritis Ekologis
Daya dukung- Daya tampung ( minus )
Pendekataan perhitungan dampak kumulatif:a.Teknik perhitungan - linier - non-linier - kombinasi (system dynamic)b. Orientasi output - Trade-off? - Zero sum game? - Positive sum game?
Daya dukung- Daya tampung ( surplus )
Daya dukung- Daya tampung ( maksimum )
Sebelum konstruksi
JSS
Saat konstruksi
JSS Setelah beroperasi JSS
Tahap awal Tahap operasi penuh
?
?
??
10 – 15 tahun
Solusi Strategis:‘ bend-down the curve’• Sumatera berpotensi sebagai hinterland Jawa aliran (barang dan manusia) dari Sumatera- Jawa dialihkan sebaliknya secara berimbang (urusan penataan ruang)• Pola konsentrasi pembangunan linier (mengikuti jalur “life in the fast lane” trans Sumatera dan Pantura Jawa) perlu dipecah/disperse secara terkendali sesuai daya dukung dan daya tampung
?
?
Dampak Positif secara ruang
Dampak Negatif secara ruang
• Akan lebih memberikan multiplier effect ekonomi mengikuti jalur transportasi daripada nodal /pusat pengembangan di mulut penyeberangan (seperti pengalaman Eurotunnel)• Pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat karena transaksi barang dan jasa lebih lancar• Peluang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih terbuka seiring dengan lebih banyak modal mengalir
• Pada jalur linier transporatsi Sumatera-Jawa akan lebih cepat mengalami tekanan dan konsekuensi alih lahan. • Struktur sosial budaya dan pola kehidupan sehari-hari akan berubah ke arah yang lebih rasional.• Mengingat lemahnya daya saing pada sektor sekunder dan tersier maka tekanan pada sektor primer akan menjadi titik utama, artinya eksploitasi SDA akan meningkat tajam. Tekanan terhadap biodiversitas meningkat.• Ekosistem berubah peluang percepatan perubahan iklim
• Bagaimana perhitungan portofolio terhadap total aset (tangibel/intangibel) demi PB?• Jika SDA dan daya dukung semakin terbatas bagaimana siklus ekonomi nya? Berapa tahun “golden period”nya ?
CONTOH PENETAPAN STRATEGI DAN SOLUSI DIKAITKAN DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU
UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Contoh Penerapan KLHS dalam Kasus Penanganan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi “Aceh Tsunami”
Tim CEPP-BAPPENAS2006
Critical Pressure Points of Natural
Resources aspect (physical
Environment)
Critical Pressure Points on Social-
Economic aspects
Kegiatan pembangunan dan
masyarakat
Masa Rehabilitasi dan
Rekonstruksi
Sebelum Bencana Gempa
dan Tsunami
Terjadinya Bencana Gempa dan Tsunami serta Masa Gawat Darurat
Masa setelah Rehabilitasi dan Rekonstruksi
?
?
Perlu adanya Intervensi Kebijakan untuk
mengurangi Dampak Negatif Pembangunan
Kegiatan
pembanguna
n dan
masyarakat
Tingkat Kegiatan
Pembangunan
Struktur Model Dinamika Struktur Model Dinamika DaerahDaerah
Struktur Model Dinamika Struktur Model Dinamika DaerahDaerah
Penduduk
Pembangunan rumah
Pembangunan jalanLahan
EkonomiEk. pertanianEk. industriEk. non-industri
Lahan permukimanLahan ekonomi
Lahan terbuka
Pembuatan bata
Pengadaan kayu konstruksiPengadaan pasir
Pengadaan batu pondasi
Pengadaan kayu konstruksiPengadaan kayu bakar untuk pembuatan batu
Dinamika Pembangunan
Daerah
Lahan pertanian
Metode Kajian CEPPMetode Kajian CEPPMetode Kajian CEPPMetode Kajian CEPP
Mengembangkan Modeling Berbasis System DynamicsDengan software Powersim
Mengembangkan Modeling Berbasis System DynamicsDengan software Powersim
• u/ mengetahui perilaku dinamika (perubahan berdasarkan perjalanan waktu)
• u/ mengidentifikasi variabel-variabel dari perubahan berdasarkan perjalanan waktu tersebut
• u/ menguji sensitivitas model melalui intervensi terhadap variabel-variabel tersebut
• Sehingga variabel yang sensitif terhadap perubahan perilaku dinamika dapat diklasifikasikan sebagai Critical Environmental Pressure Points (CEPP)
• u/ mengetahui perilaku dinamika (perubahan berdasarkan perjalanan waktu)
• u/ mengidentifikasi variabel-variabel dari perubahan berdasarkan perjalanan waktu tersebut
• u/ menguji sensitivitas model melalui intervensi terhadap variabel-variabel tersebut
• Sehingga variabel yang sensitif terhadap perubahan perilaku dinamika dapat diklasifikasikan sebagai Critical Environmental Pressure Points (CEPP)
Tanah Liat
Batu Pondasi
Kayu Bakar dan Kayu Bulat
Pasir
I nmigrasi dan Outmigrasi