Post on 18-Jan-2021
i
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG
KESELAMATAN KERJA
(Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Pelaksanaan Tugas
di Kabupaten Muaro Jambi)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Hukum Tata Negara
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
JUNAIDI
SPI. 152214
Dosen Pembimbing
1. Dr. Bahrul Ulum, S. Ag., MA
2. Ulya Fauhaidah, S. Hum., M. SI
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya:.Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah
(QS. Al-Anbiyaa’: 21 ayat 73)
vi
ABSTRAK
Nama: JUNAIDI, NIM: SPI. 152214, sekripsi ini berujul Implementasi Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (Studi pada Satuan
Polisi Pamong Praja dalam Pelaksanaan Tugas di Kabupaten Muaro Jambi).
Skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis empiris dengan metode pengumpulan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: (1) Implementasi
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi, dilakuakn dengan
memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli keselamatan kerja; memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan dan
memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan; (2) Faktor Penghambat
dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas diantarnaya Kekurangan
Personil, di mana disaat adanya kegiatan yang bersamaan menyebabkan petugas
satpol pp harus terpisah dan menjadi berkurang anggota dalam melakuakn
penertiban dan Kekurangan Armada, di mana armada yang terbaras menjadi
kendala satpol pp; (3) Upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam mengimplementasikan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan Penambahan Personil dan Armada, di mana dengan
mengajukan ke bupati agar mendapat penambahan personil dan armada, selain itu
pula dengan mengatur jadwal agar tidak terjadi terbenturnya acara pengamanan
dan Melaksanakan Patroli Rutin, di mana diperuntukkan untuk pemberi
pemahaman dan peringatan kepada PKL yang melanggar.
Kata Kunci: Implementasi, Keselamatan Kerja Satuan Polisi Pamong Praja
vii
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang…
“dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang
berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” Qs. Yusuf : 87
“dan Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.” Qs. Al-Baqarah : 286
Yang Utama Dari Segalanya…
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah memberikan ku kekuatan
Membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkan dengan cinta
Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan, Akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Tak lupa sholowat dan salam kita ucapkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW.
Ayahanda M. Zen (alm) dan Ibunda Hairani…
Tampak garis kelopak mata yang dah mulai bekerut
Tersadar bahwa dia selalu memperhatikan ku dari kecil hinga kini
Tampak rambutnya yang hitam dah mulai memutih
Dan aku sadar dia selalu memikirkan keadaan ku lagi waktu aku kecil hinga kini
Istriku Nurhasanah, penyemangatku
Istriku Siti Fatimah dan Anakku Asila Al-Amin, Azkayra Al-Amin nahkoda
terhebat yang telah membawaku mengarumi dunia dengan ketangkasan dan
keberaniannya
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan karunia, taufiq dan hidayah-Nya. Semoga shalawat serta salam
selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (Studi pada Satuan Polisi Pamong Praja
dalam Pelaksanaan Tugas di Kabupaten Muaro Jambi)”.
Meskipun skripsi ini penulis susun dengan segenap kemampuan yang ada,
namun penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti.
Dan berkat adanya bantuan dari para pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada yang Terhormat:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan selaku Pembimbing I skripsi.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Batasan Masalah .................................................................. 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 6
E. Kerangka Teori .................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 16
BAB II METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitan .............................................. 18
B. Pendekatan Penelitian ......................................................... 18
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 19
D. Unit Analisis ........................................................................ 20
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 23
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 22
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 23
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi ........................ 28
B. Visi dan Misi Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi .............. 30
C. Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi ..... 31
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam
melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi ................ 57
B. Faktor Penghambat dalam Mengimplementasikan Undang
-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas......................... 62
C. Upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam mengimplementasikan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas........................ 66
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….……... 70
B. Saran-Saran..............…...……………………............……... 71
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR SINGKATAN
ASN : Aparatur Sipil Negara
KKN : Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
PNS : Pegawai Negeri Sipil
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
SWT : Subhanahu Wata’ala
SAW : Shallallahu Alaihi Wasalla
TUN : Tata Usaha Negara
UIN : Universitas Islam Negeri
UU : Undang-Undang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Satpol PP adalah seorang polisi, yang oleh karenanya dapat (dan bahkan
harus) dibilangkan sebagai bagian dari aparat penegak hukum (law enforcer).
Dikatakan demikian, karena Satpol PP dibentuk untuk membantu pemerintah
daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah. Sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah adalah salah satu jenis
perundang-undangan.1 Fungsi Satpol PP sebagai aparat penegak Peraturan
Daerah yang dibentuk untuk membantu kepala daerah menegakkan Peraturan
Daerah dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketertiban masyarakat.
Pasal 3 dan 4 PP Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satpol PP pula menegaskan
tugas Satpol PP menegakkan Peraturan Daerah dan menyelenggarakan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.2
Dari hasil observasi awal penulis menemukan bahwa demi ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat, Satpol PP Muaro Jambi diharapkan tidak
menggunakan cara-cara kekerasan dalam melakukan setiap penertiban,
melainkan mengedepankan pendekatan persuasif. Satpol PP di Kabupaten
Muaro Jambi dalam melakukan pekerjaannya turun patroli hanya bermodalkan
peluit dan buku saku pedoman operasional Satpol PP Muaro Jambi yang selalu
1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, Presiden Republik Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 8. 2Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi
Pamong Praja, Presiden Republik Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 44.
1
2
ada di tas pinggang mereka. Undang-Undanng Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja telah memberi petunjuk dalam menjaga keselamatan kerja
dengan menyesuaikan dan menyempurnakan penngamanan pada pekerjanya
yang berbahaya. Karena keselamatan kerja merupakan suatu usaha untuk
mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat
mengakibatkan kecelakaan di mana ketika Satpol PP menertibkan PKL maka
harus memperhatikan kondisi dan lingkungan tempat penertiban, agar tidak
terjadi keruntuhan, tertimpa dan juga tergelincir dikarenakan lokasi PKL yang
tidak selalunya baik. Selain itu pula, seringkali PKL yang menjual minuman
keras dan tempat hiburang malam melakukan perlawanan, namun dengan cara
yang berdasarkan Satuan Operasional Prosedur (SOP) maka Satpol PP tetap
menjalankan pekerjaannya.3 Ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Bapak
Umar selaku Kasi Trantip Satpol PP di Kabupaten Muaro Jambi bahwa:
“Kami diberi instruksi oleh Bupati untuk bertindak dengan cara yang
baik, sopan santun, rapi, tetapi tegas, tidak boleh arogan, dan bukan
zamannya lagi kita arogan, karena semuanya harus sesuai Peraturan yang
telah diberikan kepada kami dan itu kami gunakan sebagai acuan dalam
melakukan kegiatan pengawasan atau penindakan”.4
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa sifat humanislah yang
harus diutamakan karena PKL dan tempat hiburan malam juga memiliki potensi
untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja, terutama bagi tenaga kerja
yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di
sektor formal karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki.
Meskipun hadirnya Satpol PP di Kabupaten Muaro Jambi rupanya PKL dan
3Undang-Undanng Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
4Wawancara dengan Umar, Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi , Tanggal 22
Februari 2019.
3
tempat hiburan malam masih tetap marak yang menjual minuman keras, untuk
itu diperlukan ketegasan pasalnya upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi dalam menjaga keindahan tata ruang kota dengan penertiban PKL,
baik itu di wilayah yang menjadi sasaran program Pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi belum juga kunjung selesai, dikarenakan PKL masih berjualan di
trotoar sementara pemerintah telah menyediakan tempat atau zona untuk PKL
berjualan di siang hari.
Pernertiban PKL dan tempat hiburan malam merupakan hal dilematis
disatu sisi, pemerintah menginginkan keindahan tata ruang kota, tetapi tetap
menarik retribusi bagi PKL dan tempat hiburan malam. Namun disisi lain PKL
haruslah berjualan untuk menghidupi keluarganya. Untuk itu diperlukan wadah
yang dapat menjadi tempat para PKL agar tidak mengganggu ketertiban umum,
karena dengan adanya PKL yang berjualan di Trotoar ataupun di depan kantor
maka itu sangat mengganggu keindahan tatanan Kota. Kehadiran PKL juga
bukan hanya merusak lingkungan dan keindahan wilayah sekitar tempat dia
berjualan, tetapi juga melanggar hak penjalan kaki dan pengguna jalan raya.
Demi eksistensi PKL maka diperlukan penataan. Penataan tersebut dilakukan
oleh petugas atau aparatur pemerintahan yang menangani masalah tersebut, di
mana diamanatkan dalam pasal 148 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah Satpol PP adalah perangkat daerah yang
membantu tugas kepala daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah dan
4
ketentraman masyarakat, yang dikepalai oleh kepala daerah.5 Aparat Satpol PP
dalam pelaksanaannya diharapkan bertindak tegas menertibkan para PKL yang
sengaja mendirikan tenda/tempat dagangannya di atas trotoar/saluran air, di
bahu jalan, dan sebagainya.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun skripsi dengan judul: “Implementasi Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (Studi pada Satuan
Polisi Pamong Praja dalam Pelaksanaan Tugas di Kabupaten Muaro
Jambi)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro
Jambi?
2. Apa saja faktor penghambat dalam mengimplementasikan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam
melaksanakan tugas?
3. Bagaimana upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam mengimplementasikan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan tugas?
5Undang-undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Satpol PP, Presiden
Republik Indonesia, Jakarta, 2004, hlm. 4.
5
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang
telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan batasan masalah ini
hanya membahas keselamata kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan
tugas berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu
kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas di Kabupaten
Muaro Jambi.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam mengimplementasikan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam
melaksanakan tugas.
c. Untuk mengetahui upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam mengimplementasikan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan
6
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai keselamata kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam
melaksanakan tugas berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja, ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu
pengalaman dan wawasan bagi penulis sendiri terhadap keselamata kerja
Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan tugas berdasarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
b. Menjadi bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya.
c. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Siafuddin
Jambi.
d. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk Fakultas Syari’ah khususnya
jurusan Hukum Tata Negara, dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah lainnya.
e. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
7
E. Kerangka Teori
1. Keselamatan Kerja
Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah satunya yaitu
perlindungan keselamtan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja
secara aman melakukan kerjanya secara aman melakukan kerjanya sehari-hari
untuk meningkatkan produktivitas. Menurut Hanis Restyawan Keselamatan Kerja
adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun
mental dalam lingkungan pekerjaan.6 Dalam mmemanajemen Keselamatan kerja
meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja sedangkan,
kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik maupun
mental.Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan.7 Keselamatan kerja juga menunjuk pada
suatu kondisi kerja yang aman dan selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah pengawasan terhadap orang,
mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya pekerja
tidak mengalamai cedera menurut. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
6 Hanis Restyawan, “Pelaksanaan Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kudus Dalam
Rangka Menyelenggarakan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Di Kabupaten
Kudus”, Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus, 2012, hlm. 4 7Edi Siswadi, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik, Rejowinangun, Yogyakarta,
2012, hlm. 9.
8
proses perlindungan pekerja dalam kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu
perusahaan atau tempat kerja yang menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para
pekerja. Perlindungan bagi pekerja merupakan kewajiban perusahaan demi
menjaga lingkungan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Pengertian Kinerja
Setiap organisasi mengharapkan karyawannya memiliki kemampuan
menghasilkan kinerja yang tinggi. Rianto Rahadi menyatakan bahwa kinerja
(performance) mengacu pada kadar pencapaian tugas–tugas yang membentuk
sebuah pekerjaan karyawan.8 Itu artinya kinerja adalah prestasi kerja atau hasil
kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia
per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas ke rjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Asmawi Rewansyah menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu hasil
yang dicapai karena termotivasi dengan pekerjaan dan puas dengan pekerjaan
yang mereka lakukan. Agung Utama mengungkapkan bahwa kinerja pada
dasarnya merupakan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Dengan
begitu kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan
sesuatu kegiatan dan menyempurnakanya sesuai dengan tanggung jawabnya
dengan hasil seperti yang diharapkan. Pada hakikatnya kinerja merupakan prestasi
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya
sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu.
8Rianto Rahadi, Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia, Tunggal Mandiri Publishing,
Malang, 2010, hlm. 18
9
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa
kinerja merupakan hasil atau prestasi yang dicapai seseorang baik secara kualitas
maupun kuantitas dalam melaksanakan pekerjaannya yang berhubungan dan
berkontribusi bagi keberhasilan organisasi.
3. Indikator Kinerja
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi dan kinerja juga sering diartikan sebagai hasil kerja
atau prestasi kerja. Kinerja memiliki makna yang lebih luas, bukan hanya
menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga proses kerja berlangsung. Kinerja
adalah hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan
kinerja kefektifan kinerja lainnya.9 Dengan begitu tentang kinerja, dapat
disimpulkan bahwa kinerja merupakan catatan hasil pekerjaan suatu organisasi
dalam kurun waktu tertentu, yang berhubungan dengan kuat dengan tujuan
strategis organisasi.
Indikator kinerja organisasi merupakan ukuran kuantitatif maupun kualitatif
untuk menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, baik
dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan
selesai. Indikator kinerja juga berguna untuk meyakinkan komponen organisasi
bahwa komponen kinerja organisasi menunjukan kemajuan dalam rangka menuju
pencapaian sasaran maupun tujuan organisasi yang bersangkutan. Menurut Edi
9Arifin Tahir, Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, Pustaka Indonesia Press, Jakarta, 2011, hlm. 26.
10
Siswadi ada beberapa indikator kinerja dalam mengukur kinerja birokrasi public,
yaitu:10
a. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara
input dengan output. Konsep produktivitas mencoba mengembangkan satu ukuran
produktivitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan public
memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.
b. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang
terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat
terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Ketepatan waktu
juga menjadi klasifikasi pengukuran kinerja seseorang atau kelompok. Kinerja
seseorang atau kelompok dapat dikatakan baik, jika dapat menyelesaikan
pekerjaannya tepat waktu atau sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
c. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-
program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan
kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas
10
Edi Siswadi, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik, Rejowinangun, Yogyakarta,
2012, hlm. 9.
11
dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara
langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi
dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
d. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik
itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar, baik yang
eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu
ketika berbenturan dengan responsivitas.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas Publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik tunduk pada para pejabat public yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat,
dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam
konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan
kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat
dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah,
seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal,
seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan
organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap
benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam melakukan pekerjaan
maka diperlukan suatu indikator demi tercapainya pekerjaan itu sendiri, karena
12
penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat
digunakan sebagai ukuran keberhasialn suatu organisasi dalam mencapai misinya.
Penulis akan menggunakan teori ini untuk mengetahui seberapa berhasilkan kinerja
Saupol PP Muaro Jambi dalam keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam
melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi.
F. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Marito Dalimunthe, mahasiswa
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, ditulis pada tahun 2017, dengan
judul “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Bagi Pegawai Kantor
Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau”,11
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktafakta sesuai dengan ruang lingkup judul
penelitian dan memberikan gambaran tentang adanya fanomena sosial. Penelitian
ini menggunakan teori Sukur (Sumaryadi, 2005:79) untuk melihat Implementasi
Program Jaminan Kesehatan yaitu Adanya perogram atau kebijaksanaan yang
dilaksanakan, Target group dan Unsur pelaksana. Kesimpulan yang dapat diambil
berdasarkan wawancara dengan responden yaitu Implementasi Program Jaminan
Kesehatan bagi pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan
Riau tidak terealisasi dengan baik, Program atau kebijaksanaan tidak dilaksanakan,
Petugas Patroli SATPOL PP yang berstatus PTT dan PHL belum memiliki
11
Marito Dalimunthen “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Bagi Pegawai Kantor
Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau”, Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, 2017, hlm. 4
13
asuransi keselamatan dan kesehatan kerja dan Manajemen Kantor SATPOL PP
sudah melakukan Pengajuan Anggaran APBD Provinsi untuk mendaftarkan setiap
SATPOL PP yang berstatus PTT dan PHL untuk menjadi anggota BPJS.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Achmad Yulianto Fakultas Hukum
Universitas Muria Kudus, ditulis pada tahun 2016, dengan judul “implementasi
Tugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Di Bidang Penertiban
Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Kota Pati”,12
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui implementasi tugas Satpol PP di bidang penertiban Pedagang Kaki
Lima (PKL) di Kota Pati, dan kendala-kendala yang muncul dalam rangka
penertiban PKL tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
sosiologis, sehingga data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder.
Sampel dengan menggunakan teknik non random sampling, terdiri dari Pimpinan
Disperindag, pimpinan Satpol PP, 2 anggota SatpolPP, dan 3 PKL. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebelum implementasi pelaksanaan tugas penertiban, terlebih
dahulu Satpol PP membuat perencanaan untuk dijadikan pedoman kerja melaui
tahapan, yaitu mulai dari penertiban melalui pembinaan preventifberupa sosialisasi
atau penyuluhan, penertiban melalui pembinaan persuasive berupa pembinaan
secara langsung kepada PKL ke lapangan dengan sekaligus patroli, dan penertiban
melalui tindakan represif yang berakhir dengan pemberian sanksi.Penertiban yang
dilakukan meliputi TDU, larangan penggunaan badan jalan, bahu jalan dan trotoar
untuk tempat usaha, larangan meninggalkan barang dagangan dan peralatan lain di
lapak. Penertiban Hasil implementasi pelaksanaan tugas di bidang penertiban
12
Achmad Yulianto, “implementasi Tugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Di
Bidang Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Kota Pati”, Fakultas Hukum Universitas Muria
Kudus, 2016, hlm. 4
14
PKL tersebut menujukkan semak in adanya penurunan angka pelanggaran dari
tahun ketahun. Pemberian sanksi sampai pada sanksi administrasi terhadap 2 PKL,
sedangkan sanksi pidana belum pernah diterapkan. Penertiban dilaksanakan
bekerjasama dengan SKPD terkait dan Kepolisian. Implenetasi pelaksanaan tugas
yang dilakukan Satpol PP sudah sesuai dengan Perbub Pati Nomor 29 Tahun 2013.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Hanis Restyawan Fakultas Hukum
Universitas Muria Kudus, ditulis pada tahun 2012, dengan judul “Pelaksanaan
Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kudus Dalam Rangka
Menyelenggarakan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Di
Kabupaten Kudus”,13
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah
kesesuaian pengaturan pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja di
Kabupaten Kudus berdasarkan perda kabupaten kudus nomor 15 tahun 2008. Dari
hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa pengaturan tugas Satuan Polisi Pamong
Praja di Kabupaten Kudus dalam hal ini diatur dalam PerdaKabupaten Kudus
Nomor 15 Tahun 2008 adalah belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2010 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Nevirianty Sukma Fakultas
Hukum Universitas Muria Kudus Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar
Lampung, ditulis pada tahun 2018, dengan judul “Upaya Satuan Polisi Pamong
Praja Dalam Menanggulangi Anak Jalanan Yang Mengganggu Ketertiban
13
Hanis Restyawan, “Pelaksanaan Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kudus Dalam
Rangka Menyelenggarakan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Di Kabupaten
Kudus”, hlm. 4
15
Umum Di Kota Bandar Lampung”,14
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Upaya Satuan Polisi Pamong Praja dalam menanggulangi anak jalanan yang
mengganggu ketertiban umum serta Apakah faktor penghambat Polisi Pamong
Praja dalam menanggulangi anak jalanan yang mengganggu ketertiban umum.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis
empiris. Sumber data menggunakan data primer dan data skunder. Narasumber
terdiri dari Kepala bagian Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Anggota Dinas
Sosial dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa upaya satuan polisi pamong praja
dalam menanggulangi anak jalanan yang mengganggu ketertiban umum yaitu
dengan dilakukannya upaya penal dengan cara direhabilitasi dan dengan cara non
penal dengan melakukan penyuluhan, himbauan, memperbaiki keadaan sosial
ekonomi masyarakat, meningkatkan kesadaran hukum serta disiplin masyarakat
dan meningkatkan pendidikan moral.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Rizal Khairul Amri Jurusan Ilmu
Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro,
ditulis pada tahun 2016, dengan judul “Pelaksanaan Kinerja Satuan Polisi
Pamong Praja Dalam Menegakkan Pelanggaran Peraturan Daerah di
Kabupaten Blora (Studi Kasus Perda No. 7 Tahun 2015)”,15
Penelitian ini
14
Nevirianty Sukma, “Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menanggulangi Anak
Jalanan Yang Mengganggu Ketertiban Umum Di Kota Bandar Lampung”, Fakultas Hukum
Universitas Muria Kudus Fakultas Hukum Universitas Lampung Bandar Lampung, 2018, hlm. 3 15
Rizal Khairul Amri, “Pelaksanaan Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam
Menegakkan Pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten Blora (Studi Kasus Perda No. 7 Tahun
16
bertujuan untuk mengetahui kinerja Satuan Polisi Pamong Praja menjalankan
tugasnya dalam menegakkan ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Blora dan
untuk mengetahui kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Blora
menjalankan tugasnya tanpa adanya diskriminas. Metode penelitian ini adalah
metode kuantitatif deskriptif. Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan
data adalah kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini diperoleh bahwa kinerja Satuan Polisi Pamong Praja menjalankan
tugasnya dalam menegakkan ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Blora,
kurang baik karena baru mencapai 63,71%. Hal ini berarti bahwa kinerja Satuan
Polisi Pamong Praja tersebut tidak berjalan dengan baik. Diketahui bahwa ada tiga
indikator yang hasilnya tidak baik yaitu produktivitas, responsibilitas dan
akuntabilitas,
Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsi ini dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam
membahas pokok permasalahan, yaitu variabel Satpol PP. Sedangkan, perbedaan
antara skripsi ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada tinjauan
Undang-Undang kerja. Pada skripsi ini kajian lebih difokuskan untuk menjelaskan
secara deskriptif mengenai membahas keselamata kerja Satpol PP Muaro Jambi
dalam melaksanakan tugas berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja.
2015)”, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro,
2016, hlm. 3
17
Adanya persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam skripsi ini dengan
hasil-hasil penelitian sebelumnya tentu membawa konsekuensi pada hasil
penelitian yang diperolehnya. Bila pada hasil-hasil penelitian sebelumnya
ditujukan untuk memperoleh gambaran/deskriptif variabel itu sendiri (variabel
variabel tugas Satpol PP), maka pada penelitian ini diharapkan untuk menghasilkan
gambaran tentang keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan
tugas di Kabupaten Muaro Jambi.
18
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tentang keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam
melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan lokasi ini berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Adanya perlawanan yang dilakuakn PKL dan tempat hiburan malam yang
membehayakan keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam
melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi.
2. Adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai
keterangan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah yuridis normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach).16
Pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah pendekatan yang
dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.. Menurut Sugiyono menyatakan
bahwa “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandungm
2009, hal. 36.
18
19
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.17
Merriam
menambahkan. kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang akan digunakan
peneliti untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) 18
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer yang penulis ambil dari informasi di lapangan melalui observasi
dan wawancara di lokasi penelitian, data primer yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah: 1 (satu) Kepala Satpol PP Muaro Jambi., 3 (tiga) pegawai
Satpol PP Muaro Jambi.
2. Data sekunder yang penulis ambil berupa dokumentasi, literatur, pustaka
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Sumber data penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/ peristiwa, dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan orang yang bisa
memberikan data melalui wawancara. Sumber data yang berbentuk suasana/
peristiwa berupa suasana yang bergerak ataupun lisan, meliputi ruangan, suasana,
dan proses. Sumber data tersebut merupakan objek yang akan diobservasi. Adapun
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 9. 18
Sharan B. Merriam, Rualitative Research and Case Study Applications in Education,
(New York City, 1998), hlm. 3.
20
sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa atau kejadian, dimana dalam
penelitian ini peristiwa dijadikan sumber data adalah penelitian ini tentang
keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan tugas di
Kabupaten Muaro Jambi. Pelaksana pemberi kewenangan, di mana dalam hal ini
Satpol PP Muaro Jambi di Kabupaten Muaro Jambi yang dapat memberikan
informasi dapat dilakukan melalui wawancara dan lainnya dan dokumentasi, di
mana sumber data yang diambil dari dokumen ini berupa data dalam bentuk
laporan, catatan peristiwa, keterangan, jumlah permasalahan, dan lain sebagainya.
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang.19
Unit analisis juga menjelaskan kapan
waktu (tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian
tidak secara jelas menggambarkan mengenai batasan waktu tersebut. Dalam
penelitian ini, unit analisisnya adalah tentang keselamatan kerja Satpol PP Muaro
Jambi dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi. Penetapan unit
analisis tersebut, karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan popupasi
dan sampel, namun hanya menggunakan dokumen-dokumen dari Satpol PP Muaro
Jambi.
Dalam penelitian ini informan ditentukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan pertimbangan
19
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, (2012), hlm. 62.
21
informasi. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai
pada taraf kelebihan artinya bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya
boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru.20
Informan adalah
orang yang memberi atau orang yang menjadi sumber data dalam penelitian
(narasumber). Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
peneliti dan diperkirakan orang yang menjadi informan ini menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian. Informan dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan kewenangan dan keilmuan yang terkait dengan
penelitian ini, mereka diantaranya:
1. Kepala Satpol PP Muaro Jambi satu orang
2. KABID Satpol PP Muaro Jambi satu orang
3. KASI Satpol PP Muaro Jambi satu orang
4. Pegawai Satpol PP Muaro Jambi tiga orang
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Martinis
Yamin menyatakan bahwa “dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi
aktif dalam aktiivitas mereka.”21
Penelitian partisipatif ini kemudian dikhususkan
lagi menjadi partisipasi pasif (passive participation) artinya peneliti datang ke
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,hlm.85. 21
Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009), hlm. 79.
22
tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Obyek observasi dinamakan situasi sosial yang terdiri atas:
a. Place, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
b. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.
c. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, penulis memilih
observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana
peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung
terhadap objek penelitian, yaitu dengan meminta pandangan mengamati kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan tugas
di Kabupaten Muaro Jambi. Observasi yang dilakukan penulis dalam skripsi ini
terhadap subyek menggunakan pedoman observasi yang disusun sebagai berikut:
1) Mencatat kesan umum subyek: penampilan, pakaian, tingkah laku, cara
berfikir.
2) Interaksi sosial dan tempat lingkungan.
3) Ekspresi saat wawancara dan Bahasa tubuh saat wawancara.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara ini penulis gunakan untuk mendapatkan permasalahan yang
23
diteliti, berupa perkataan dari informan di lapangan, dan juga untuk mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semistructure interview) dimana
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan,
laptop, dan camera karena penulis menggunakan wawancara catatan lapangan. Hal
ini bermanfaat untuk mencatat dan mendokumentasikan semua percakapan dengan
sumber data, dimana kesemuanya telah digunakan setelah mendapat izin dari
sumber data. Karena wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur. Dalam
skripsi ini, penulis menggunakan metode wawancara yang dilakukan kepada
subyek dengan menggunakan dokumntasi catatan lapangan. Adapun pedoman
wawancara yang telah disusun sebagai berikut:
a. Latar belakang, lingkungan dan keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi
dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi.
b. Keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan tugas di
Kabupaten Muaro Jambi.
c. Faktor penghambat Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan tugas di
Kabupaten Muaro Jambi.
d. Upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro
Jambi.
e. Hasil pencapaian dan harapan.
3. Dokumentasi
24
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen baik yang berada di Satpol PP Muaro Jambi yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut. Nasution menyatakan dokumentasi
adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari
catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.22
Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip
dari lembaga yang di teliti. Adapun di dalam skripsi ini penulis mengumpulkan
data mengenai sejarah, visi-misi, profil, serta bukti-bukti dan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh Satpol PP Muaro Jambi dalam melaksanakan tugas di
Kabupaten Muaro Jambi.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Aktivitas analisis
data yaitu reduksi data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan lalu
diverifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
22
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.
143.
25
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak
relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam
penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara, kemudian
data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang
jelas kepada penulis.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi dari reduksi
data yang kemudian disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah dipahami.
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga
dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Penyajian data juga dapat
dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan antara kategori dan
sejenisnya.Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang
paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalamskripsi ini
peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah
didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.
3. Kesimpulan/Verifikasi
26
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.
Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa,
ketiga metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan
penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan
lapangan, dan juga memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik
kesimpulan tentang keselamatan kerja Satpol PP Muaro Jambi dalam
melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam penulisan
skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran
tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Batsan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka.
27
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Unit Analsis dan
Alat Analisis Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan Prasarana
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB V penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan
Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.
28
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Muaro Jambi
Satuan Polisi Pamong Praja, yang disingkat dengan Satpol PP adalah
perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban
umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi
Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Satuan Polisi Pamong Praja
dapat berkedudukan di daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Di daerah Provinsi,
Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala Satuan yang berada di bawah
dan tanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi.
Sedangkan di daerah Kabupaten/ Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh
Kepala Satuan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/
Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota.23
Polisi Pamong Praja didirikan pertama kali di Yogyakarta pada tanggal 3
Maret 1950 dengan moto Praja Wibawa, yang berfungsi untuk mewadahi sebagian
tugas Pemerintah Daerah. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja pada masa
setelah proklamasi kemerdekaan dimana sempat diawali dengan kondisi yang tidak
stabil dan mengancam NKRI, maka pada masa itu dibentuklah Detasemen Polisi
sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di Yogyakarta sesuai dengan Surat
Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertujuan untuk
menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal 10 November 1958,
23
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
28
29
lembaga ini berubah nama menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. Selanjutnya
pada Tahun 1960 dimulai pembentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja di luar
Daerah Jawa dan Maduradengan dukungan para petinggi militer. Pada tahun 1962
namanya kembali berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk membedakan dari
korps Kepolisian Negara seperti yang dimaksud dalam UU No. 13 Tahun 1961
Tentang Pokok-Pokok Kepolisian. Namun pada tahun 1963 berubah nama lagi
menjadi Kesatuan Pagar Praja, namun selanjutnya istilah Satuan Polisi Pamong
Praja atau Satpol PP mulai dikenal sejak diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1974
Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. 24
Sebagai tindak lanjut dari UU No. 32 Tahun 2004 tersebut, Pemerintah
Provinsi Jambi membentuk Satuan Polisi Pamong Praja sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jambi No. 34 Tahun 2001 tanggal 26 April 2001 dan telah
diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2001 Nomor : 38
tanggal 28 April 2001. Untuk selanjutnya Pemerintah Provinsi Jambi
mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 8 Tahun 2008 yang mana
menyebutkan dengan jelas bahwa tugas pembinaan dan penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum khususnya dilingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Jambi Selain itu Satuan Polisi Pamong Praja juga bertugas untuk
penertiban pelaksanaan dan pengawasan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah. Maka mulai sejak itulah dibentuk pula Satuan Polisi Pamong Praja di
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.
24
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
30
B. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru adalah
sebagai berikut: 25
1. Visi
a. Terwujudnya masyarakat Kota Pekanbaru yang tentram, tertib dan taat hukum.
Dalam pernyataan visi tersebut mengandung kata-kata kunci sebagai berikut
b. Tentram adalah suatu tatanan yang sesuai dengan kaidah hukum, norma
hukum, norma sosial dan peraturan perundang – undangan sehingga
terselenggara sendi – sendi kehidupan yang menjamin rasa aman dan tentram.
c. Tertib adalah suatu keadaan kehidupan yang serba teratur dan tertata dengan
baik sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku guna
mewujudkan kehidupan masyarakat yang dinamis, aman, tentram lahir dan
batin.
d. Taat hukum adalah suatu bentuk kesadaran individu ataupun kolektif yang
memahami bahwa hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terdapat
ketentuan – ketentuan adanya hak, kewajiban serta larangan yang harus
dipatuhi bersama agar kehidupan menjadi teratur.
2. Misi
Meningkatkan penyelenggaraan dan pemeliharaan ketentraman dan
ketertiban umum serta menumbuhkan kepatuhan hukum masyarakat.
25
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
31
C. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi26
26
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
Ketua Satpol PP
RA Gani
Sekretaris Ketua Satpol PP
Kabid Satpol PP
Kasi Satpol PP
32
D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing Bidang/Bagian Satpol PP
Kabupaten Muaro Jambi
Tugas pokok Satuan Polisi Pamong Praja berdasarkan Pedoman Prosedur
Tetap Satuan Polisi Pamong Praja:
e. Memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum
f. Menegakkan Peraturan Daerah Peraturan Bupati, dan Keputusan Bupati
g. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia
h. Penyiapan kebutuhan sarana dan prasarana operasional serta perlindungan
masyarakat. 27
Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
lingkup tugasnya
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Tugas Pokok Masing-masing Bidang/Bagian Satpol PP:
1) Kepala Satuan Polisi Pamong Praja
Tugas pokok: Memimpin pelaksanaan pemeliharaan dan penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan
Bupati dan Keputusan Bupati, pengembangan kapasitas sumber daya manusia,
penyiapan kebutuhan sarana prasarana operasional serta perlindungan masyarakat.
27
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
33
a) Mempelajari peraturan perundangan-undangan, kebijakan teknis, pedoman
teknis maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang berhubungan dengan
tugasnya.
b) Menyusun kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
Keputusan Bupati, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, penyiapan
kebutuhan sarana dan prasarana operasional serta perlindungan masyarakat.
c) Menetapkan rencana strategis jangka panjang, menengah maupun jangka
pendek.
d) Menetapkan pedoman pelaksanaan dan pedoman teknis di bidang pemeliharaan
dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, penegakkan Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati, pengembangan kapasitas
sumber daya manusia, penyiapan kebutuhan sarana dan prasarana operasional
serta perlindungan masyarakat. 28
e) Membina dan menyelenggarakan pengawasan teknis di bidang pemeliharaan
dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati, pengembangan
kapasitas sumber daya manusia, penyiapan kebutuhan sarana dan prasarana
operasional serta perlindungan masyarakat.
f) Mengevaluasi dan melaporkan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman
dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
28
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
34
Keputusan Bupati, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, penyiapan
kebutuhan sarana dan prasarana operasional serta perlindungan masyarakat.
g) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas
dan fungsinya. 29
2) Kepala Subbagian Tata Usaha
Tugas pokok: Melaksanakan tugas di bidang kesekretariatan yang meliputi
urusan perencanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan, pengelolaan
keuangan, surat menyurat, kearsipan dan dokumentasi kegiatan, rumah tangga dan
perlengkapan, dan pengelolaan kepegawaian.
a) Mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman teknis
maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang berhubungan dengan fungsinya.
b) Mengoordinasikan perencanaan kegiatan masing-masing Seksi.
c) Mengoordinasikan monitoring dan evaluasi kegiatan masing-masing Seksi.
d) Mengoordinasikan dan menyusun laporan-laporan yang dibutuhkan.
e) Menyusun rencana anggaran dan melaksanakan pengelolaan administrasi
keuangan.
f) Melaksanakan pengelolaan surat menyurat dan kearsipan.
g) Melaksanakan pengelolaan dokumentasi kegiatan.
h) Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan pengelolaan barang dan
perlengkapan serta rumah tangga.
i) Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian dan pengembangan
sumber daya manusia.
29
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
35
j) Melaksanakan monitoring, pengendalian, pengawasan dan evaluasi kegiatan
kesekretariatan.
k) Menyusun bahan laporan kegiatan kesekretariatan.
l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas
dan fungsinya. 30
3) Kepala Seksi Pembinaan dan Penegakan Peraturan Daerah
Tugas pokok: Menyiapkan bahan-bahan pelaksanaan sebagian tugas Satuan
Polisi Pamong Praja di bidang pembinaan, penyuluhan dan penegakan Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.
a) Mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman
teknis maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang berhubungan dengan
tugasnya.
b) Menyiapkan bahan rencana dan melaksanakan pembinaan, penyuluhan dan
penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.
c) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman pelaksanaan dan teknis pembinaan,
penyuluhan dan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
Keputusan Bupati.
d) Menyiapkan bahan dan melaksanakan Operasi Yustisi bagi pelanggar
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.
e) Mengoordinasikan dan melaksanakan kegiatan penyelidikan, penyidikan,
pemeriksaan, penindakan, dan pemberkasan perkara pelanggaran Peraturan
Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati oleh PPNS.
30
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
36
f) Melaksanakan monitoring, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
pembinaan, penyuluhan dan penegakan Peraturan Derah, Peraturan Bupati
dan Keputusan Bupati.
g) Menyusun bahan laporan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan penegakan
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.
h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
4) Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Tugas pokok: Menyiapkan bahan-bahan pelaksanaan sebagian tugas Satuan
Polisi Pamong Praja di bidang penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
serta penanggulangan penyakit masyarakat. 31
a) Mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman
teknis maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang berhubungan dengan
tugasnya.
b) Menyiapkan bahan rencana dan melaksanakan penyelenggaraan ketentraman
dan ketertiban umum serta penanggulangan penyakit masyarakat.
c) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman pelaksanaan dan teknis
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penanggulangan
penyakit masyarakat.
d) Menyiapkan bahan dan melaksanakan operasi ketentraman dan ketertiban di
lingkungan pasar, perparkiran, pedagang kaki lima, tempat wisata dan
fasilitas umum lainnya.
31
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
37
e) Menyiapkan bahan dan melaksanakan tindak represif non yustisi.
f) Menyiapkan bahan dan melaksanakan operasi penertiban berdasarkan vonis
Pengadilan Negeri bagi pelanggar Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
Keputusan Bupati.
g) Menyiapkan bahan dan melaksanakan patroli wilayah, penanganan unjuk
rasa dan kerusuhan massa.
h) Menyiapkan bahan dan melaksanakan penanggulangan penyakit masyarakat.
i) Melaksanakan monitoring, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penanggulangan
penyakit masyarakat.
j) Menyusun bahan laporan kegiatan penyelenggaraan ketentraman dan
ketertiban umum serta penanggulangan penyakit masyarakat.
k) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas
dan fungsinya. 32
5) Kepala Seksi Pengembangan Kapasitas Sarana Prasarana
Tugas pokok: Menyiapkan bahan-bahan pelaksanaan sebagian tugas Satuan
Polisi Pamog Praja di bidang pengembangan kapasitas dan sarana prasarana.
a) Mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman
teknis maupun pedoman pelaksanaan lainnya yang berhubungan dengan
tugasnya.
b) Menyiapkan bahan koordinasi, fasilitasi, pelaksanaan dan kerjasama di
bidang pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
32
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
38
c) Menyiapkan bahan koordinasi, fasilitasi, pelaksanaan dan kerjasama di
bidang sarana prasarana.
d) Menyiapkan dan menyusun bahan laporan kegiatan pengembangan kapasitas
dan sarana parasarana.
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
6) Kepala Seksi Pengamanan dan Bina Perlindungan Masyarakat
Tugas pokok: Menyiapkan bahan-bahan pelaksanaan sebagian tugas Satuan
Polisi Pamong Praja di bidang penyelenggaraan pengamanan perkantoran, objek
vital, tamu daerah, kegiatan sosial budaya dan keagamaan serta pemberdayaan
sumber daya manusia perlindungan masyarakat.
a) Mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman
teknis maupun pedoman lainnya yang berhubungan dengan tugasnya.
b) Menyiapkan bahan rencana dan melaksanakan penyelenggaraan pengamanan
perkantoran, objek vital, tamu daerah, kegiatan social budaya dan keagamaan
serta pemberdayaan sumber daya manusia perlindungan masyarakat.
c) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman pelaksanaan dan teknis
penyelenggaraan pengamanan perkantoran, objek vital, tamu daerah, kegiatan
sosial budaya dan keagamaan serta pemberdayaan sumber daya manusia
perlindungan masyarakat. 33
d) Mengoordinasikan dan melaksanakan pengamanan lingkungan kantor Bupati
Muaro Jambi dan rumah dinas: rumah dinas Bupati, Wakil Bupati, Ketua
33
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
39
DPRD, Sekretaris Daerah, dan rumah dinas serta bangunan lainnya sesuai
kebutuhan.
e) Melaksanakan pengamanan asset pemerintah kabupaten dan objek vital.
f) Mengoordinasikan pengamanan gedung kantor milik pemerintah kabupaten.
g) Melaksanakan pengawalan Bupati, pejabat dan atau tamu penting sesuai
ketentuan yang berlaku.
h) Melaksanakan pengamanan kegiatan sosial budaya dan keagamaan di
masyarakat.
i) Menginventarisasi dan mempelajari produk hukum dan hal lainnya yang
berhubungan dengan bidang pemberdayaan sumber daya manusia
perlindungan masyarakat.
j) Melaksanakan monitoring, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
penyelenggaraan pengamanan perkantoran, objek vital, tamu daerah, kegiatan
sosial budaya dan keagamaan serta pemberdayaan sumber daya manusia
perlindungan masyarakat.
k) Menyusun bahan laporan penyelenggaraan pengamanan perkantoran, objek
vital, tamu daerah, kegiatan sosial budaya dan keagamaan serta
pemberdayaan sumber daya manusia perlindungan masyarakat.
l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
40
E. Pedoman Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja
I. Umum34
Ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang
memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat melakukan
kegiatannya dengan tenteram, tertib dan teratur. Untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan di daerah secara berkesinambungan, Ketenteraman dan Ketertiban
Umum merupakan kebutuhan dasar dalam melaksanakan pelayanan kesejahteraan
masyarakat.
Sesuai dengan isi dan jiwa Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja, tugas pokok Satuan Polisi Pamong
Praja adalah untuk membantu Kepala Daerah, menegakan Peraturan Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah, menyelenggarakan ketentraman masyarakat dan
ketertiban umum. Dalam melaksanakan tugasnya Satuan Polisi Pamong Praja
mempunyai: 35
1. Fungsi:
a. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban
umum, penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan
ketenteraman dan ketertiban umum di daerah.
34
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019 35
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
41
c. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan
Kepala Daerah.
d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan
ketenteraman dan ketertiban umum, penegakan Peraturan Daerah,
Peraturan Kepala Daerah dan aparat Kepolisian Negara, Penyidikan
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya.
e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati
f. Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
2. Kewenangan:
a. Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang
mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum.
b. Melakukan pemeriksaan terhadap warga masyarakat atau badan hukum
yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah.
c. Melakukan tindakan Represif non Yustisial terhadap warga masyarakat
atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah. 36
3. Kewajiban
a. Menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, dan hak asasi manusia dan
norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum.
36
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
42
c. Melaporkan kepada Kepolisian Negara atas ditemukannya atau patut
diduga adanya tindak pidana yang bersifat pelanggaran atau kejahatan.
d. Menyerahkan kepada PPNS atas ditemukannya atau patut diduga adanya
pelanggaran terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
Untuk mewujudkan peran Polisi Pamong Praja dalam membina
ketenteraman dan ketertiban umum di daerah serta menegakkan Peraturan Daerah
dalam rangka menyamakan dan mengoptimalkan pola standarisasi pelaksanaan
tugas-tugas operasional Satuan Polisi Pamong Praja diperlukan suatu pedoman
yang dapat dijadikan acuan dalam bentuk prosedur tetap yang berlaku dan
mengikat pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja.
II. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1. Maksud
Maksud Penyusunan Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi
Pamong Praja adalah sebagai pedoman bagi Polisi Pamong Praja dalam
melaksanakan tugas menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum
serta meningkatkan kepatuhan dan ketaatan masyarakat terhadap Peraturan
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
2. Tujuan
Tujuan Penyusunan Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi
Pamong Praja adalah untuk keseragaman pelaksanaan tugas Satuan Polisi
Pamong Praja dalam penyelenggaraan ketenteraman da ketertiban umum
dan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
43
3. Sasaran
Terciptanya ketenteraman dan ketertiban umum dengan sebaikbaiknya.
III. Pengertian-pengertian37
1. Pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan membimbing, mendorong,
mengarahkan, menggerakkan, termasuk kegiatan koordinasi dan bimbingan
teknis untuk pelaksanaan sesuatu dengan baik, teratur, rapi dan seksama
menurut rencana/program pelaksanaan dengan ketentuan, petunjuk, norma,
sistem dan metode secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan
hasil yang diharapkan secara maksimal.
2. Tugas Penyuluhan adalah suatu kegiatan Polisi Pamong Praja dalam rangka
melaksanakan penyampaian informasi tentang program pemerintah,
peraturan perundang-undangan, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala
Daerah dan produk hukum lainnya yang berlaku kepada seluruh masyarakat
dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, kesadaran dan
kepatuhan masyarakat terhadap peraturan yang berlaku sehingga proses
pembangunan dapat berjalan dengan lancar. 38
3. Masyarakat adalah seluruh manusia Indonesia, baik sebagai
individu/perorangan maupun sebagai kelompok di wilayah hukum
Indonesia yang hidup dan berkembang dalam hubungan sosial dan
mempunyai keinginan serta kepentingan yang berbeda-beda, tempat tinggal
37
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019 38
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
44
dan situasi yang berbeda, akan tetapi mempunyai hakekat tujuan nasional
yang sama.
4. Ketertiban adalah suasana yang mengarah kepada keteraturan dalam
masyarakat menurut norma yang berlaku sehingga menimbulkan motivasi
bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Pembinaan ketenteraman dan ketertiban umum adalah segala usaha,
tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan,
pengembangan, pengarahan, pemeliharaan serta pengendalian dibidang
ketenteraman dan ketertiban umum secara berdaya guna dan berhasil guna.
6. Tujuan dari pembinaan ketenteraman dan ketertiban umum adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi segala bentuk ancaman dan gangguan
terhadap ketenteraman dan ketertiban umum di dalam masyarakat, serta
menjaga agar roda pemerintahan dan peraturan perundang-undangan dapat
berjalan lancar, sehingga pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan
secara aman, tertib dan teratur alam rangka memantapkan Ketahanan
Nasional.
7. Unjuk rasa dan kerusuhan massa adalah tindak/perbuatan sekelompok
orang atau massa yang melakukan protes/aksi karena tidak puas dengan
keadaan yang ada. 39
8. Unjuk rasa dan kerusuhan massa merupakan kejadian yang harus
diantisipasi dan dilakukan tindakan pengamanan oleh Satuan Polisi
39
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
45
Pamong Praja sebagai aparat Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan
tugas menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum.
9. Pengawalan terhadap para Pejabat/orang-orang penting (VIP) adalah
merupakan sebagian tugas melekat Satuan Polisi Pamong Praja sebagai
aparat Pemerintah Daerah dalam rangka menyelenggarakan ketenteraman
dan ketertiban umum.
10. Penjagaan tempat-tempat penting adalah merupakan salah satu tugas
melekat pada Satuan Polisi Pamong Praja sebagai aparat Pemerintah
Daerah dalam menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum.
11. Patroli adalah mengelilingi suatu wilayah tertentu secara tertentu yang
bersifat rutin.
12. Penegakan Peraturan Daerah adalah upaya aparat/ masyarakat
melaksanakan Peraturan Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
pencegahan pelanggaran Peraturan Daerah serta tindakan penertiban
terhadap penyimpangan dan pelanggarannya.
IV. Prosedur Tetap Operasional Satuan Polisi Pamong Praja
A. Ketenteraman dan Ketertiban Umum40
1. Ketentuan Pelaksanaan
a. Umum Persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap petugas Pembina
ketenteraman dan ketertiban umum adalah:
1) Setiap petugas harus memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang dasar-dasar ilmu pembinaan/penyuluhan terutama
40
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
46
pengetahuan tentang berbagai bentuk Peraturan Daerah dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
2) Dapat menyampaikan maksud dan tujuan dengan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Dapat juga dengan bahasa daerah setempat.
3) Menguasai teknik penyampaian informasi dan teknik presentasi yang
baik.
4) Berwibawa, penuh percaya diri dan tanggung jawab yang tinggi.
5) Setiap petugas harus dapat menarik simpati masyarakat.
6) Sanggup menerima saran dan kritik masyarakat khususnya Satuan
Polisi Pamong Praja dan kepada Pemerintah Daerah umumnya serta
mampumengidentifikasi masalah, juga dapat memberikan alternatif
pemecahan masalah tanpa mengurangi tugas pokoknya.
7) Petugas Pembina ketenteraman dan ketertiban umum harus memiliki
sifat:
a) Ulet dan tahan uji
b) Dapat memberikan jawaban yang memuaskan kepada semua
pihak terutama yang menyangkut tugas pokoknya.
c) Mampu membaca situasi.
d) Memiliki suri tauladan dan dapat dicontoh oleh aparat
Pemerintah Daerah lainnya.
e) Ramah, sopan, santun dan menghargai pendapat orang lain.
47
b. Khusus41
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh petugas Pembina Ketenteraman
dan Ketertiban Umum adalah:
1) Pengetahuan tentang tugas-tugas pokok Polisi Pamong Praja khususnya
dan Pemerintahan Daerah umumnya.
2) Pengetahuan dasar-dasar hukum dan peraturan perundang-undangan.
3) Mengetahui dasar-dasar hukum pelaksanaan tugas Polisi Pamong Praja.
4) Mengetahui dasar-dasar ilmu komunikasi.
5) Memahami dan menguasai adat-istiadat dan kebiasaan yang berlaku di
daerah.
6) Memahami dan menguasai serta mampu membaca situasi yang berpotensi
dapat mengganggu kondisi ketenteraman dan ketertiban umum di daerah
baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan agama.
7) Mengetahui dan memahami dasar-dasar pengetahuan dan dasar hukum
pembinaan ketenteraman dan ketertiban umum.
2. Perlengkapan dan Peralatan
a) Surat Perintah Tugas.
b) Kelengkapan Pakaian yang digunakan.
c) Kendaraan Operasional (mobil patroli dan mobil penerangan) yang
dilengkkapi dengan pengeras suara dan lampu sirine.
41
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
48
d) Kendaraan roda dua guna memberikan pembinaan dan penertiban terhadap
anggota masyarakat yang ditetapkan sebagai sasaran yang lokasinya sulit
ditempuh oleh kendaraan roda empat.
e) Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
f) Alat pelindung diri seperti topi lapangan/helm dan pentungan.
g) Alat-alat perlengkapan lain yang mendukung kelancaran pembinaan
ketenteraman dan ketertiban umum. 42
4. Tahap, Bentuk dan Cara Pelaksanaan.
Salah satu cara pembinaan Ketenteraman dan Ketertiban Umum adalah
Sosialisasi Produk Hukum, terutama Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah
dan produk hukum perundangan lainnya dalam menjalankan roda Pemerintahan di
daerah kepada masyarakat. Hal tersebut tidak dapat dilaksanakan secara sekaligus,
akan tetapi bertahap dan berkesinambungan, sehingga masyarakat akan memahami
arti pentingnya ketaatan dan kepatuhan terhadap produk hukum daerah, oleh
karena itu di dalam sosialisasi harus memenuhi:
a. Penentuan sasaran sosialisasi seperti perorangan, kelompok atau Badan
Usaha.
b. Penetapan Waktu Pelaksanaan Sosialisasi seperti Bulanan, Triwulan,
Semester dan Tahunan. Perencanaan dengan penggalan waktu tersebut
dimaksudkan agar tiap kegiatan yang akan dilakukan memiliki limit
waktu yang jelas dan mempermudah penilaian keberhasilan dari
kegiatan yang dilakukan.
42
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
49
c. Penetapan Materi Sosialisasi dilakukan agar maksud dan tujuan
sosialisasi dapat tercapai dengan terarah. Selain itu penetapan materi
sosialisasi disesuaikan dengan subjek, objek dan sasaran sosialisasi.
d. Penetapan tempat. Sosialisasi yang dilakukan dapat bersifat Formal dan
Informal, hal tersebut sangat tergantung kepada kondisi di lapangan.
e. Penetapan dukungan Administrasi.
f. Penentuan Narasumber.
Adapun bentuk dan metode dalam rangka pembinaan ketenteraman dan
ketertiban umum tersebut dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:
a. Formal43
1) Sasaran perorangan
a) Pembinaan dilakukan dengan cara mengunjungi anggota masyarakat yang
telah ditetapkan sebagai sasaran untuk memberikan arahan dan himbauan
akan arti pentingnya ketaatan terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Kepala
Daerah dan produk hukum lainnya.
b) Mengundang/memanggil anggota masyarakat yang perbuatannya telah
melanggar dari ketentuan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan
produk hukum lainnya untuk memberikan arahan dan pembinaan bahwa
perbuatan yang telah dilakukannya mengganggu ketenteraman dan
ketertiban umum masyarakat secara umum.
2) Sasaran Kelompok44
43
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019 44
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
50
Pembinaan Ketenteraman dan Ketertiban Umum dilakukan dengan fasilitas
dari Pemerintah Daerah dengan menghadirkan masyarakat di suatu gedung
pertemuan yang ditetapkan sebagai sasaran serta narasumber membahas arti
pentingnya peningkatan ketaatan dan kepatuhan terhadap Peraturan Daerah,
Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya guna memelihara
ketenteraman dan ketertiban umum.
b. Informal
Seluruh Aparat Pemerintah Daerah khususnya aparat dibidang penertiban
seperti Polisi Pamong Praja, mempunyai kewajiban moral untuk
menyampaikan informasi dan himbauan yang terkait dengan Peraturan
Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya kepada
masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan di lingkungan keluarga, tempat
tinggal, tempat ibadah maupun tempat-tempat lainnya yang
memungkinkan untuk melakukan pembinaan.
Metode yang dilakukan dalam pembinaan ketenteraman dan ketertiban
umum adalah dengan membina saling asah, asih, asuh diantara aparat penertiban
masyarakat tanpa mengabaikan kepentingan masing-masing dalam rangka
peningkatan, ketaatan dan kepatuhan masyarakat terhadap Peraturan Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah.
Dengan demikian harapan dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam proses pembangunan dalam keadaan tenteram
dan tertib di daerah dapat terwujud.
51
Selain itu pelaksanaan pembinaan, kenteraman dan ketertiban umum juga
dapat dilakukan dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas umum yaitu:
1) Media Massa dan Media Elektronik seperti Radio dan televisi.
2) Pembinaan yang dilakukan pada tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan dan
Kecamatan.
3) Tatap muka45
4) Pembinaan yang dilakukan oleh sebuah tim yang khusus dibentuk
untuk memberikan arahan dan informasi kepada masyarakat seperti
Tim Ramadhan, Tim Ketertiban, Kebersihan, Keindahan (K3) dan
bentuk Tim lainnya yang membawa misi Pemerintah Daerah dalam
memelihara ketenteraman dan ketertiban umum.
4. Teknis Operasional
Teknis Operasional Pembinaan Ketenteraman dan Ketertiban Umum dalam
menjalankan tugas:
a. Sebelum menuju lokasi sasaran binaan, petugas yang ditunjuk lebih dahulu
mendapatkan arahan dan petunjuk tentang maksud dan tujuan Pemerintah
yang termasuk alternatif pemecahan masalah dari pimpinan.
b. Mempersiapkan dan mengecek segala kebutuhan dan perlengkapan serta
peralatan yang harus dibawa.
c. Setiap petugas yang diperintahkan harus dilengkapi dengan surat perintah
tugas.
45
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
52
d. Menguasai dan memahami Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan
produk hukum lainnya serta Daerah binaan yang dijadikan sasaran sebelum
dilakukanpembinaan.
Penertiban dilakukan dalam rangka peningkatan ketaatan masyarakat
terhadap peraturan, tetapi tindakan tersebut hanya terbatas pada tindakan
peringatan dan penghentian sementara kegiatan yang melanggar Peraturan Daerah,
Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya. Sedangkan putusan final atas
pelanggaran tersebut merupakan kewenangan Instansi atau Pejabat yang
berwenang, untuk itu penertiban di sini tidak dapat diartikan sebagai tindakan,
penyidikan penertiban yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja adalah
tindakan Non Yustisial.
Dalam pelaksanaannya baik upaya bimbingan dan upaya penertiban maka:
a. Seseorang Anggota Polisi Pamong Praja dalam setiap pelaksanaan
tugas juga harus mendengar keluhan dan permasalahan anggota
masyarakat yang melakukan pelanggaran Ketentuan Peraturan Daerah,
Peraturan KepalaDaerah dan produk hukum lainnya dengan cara. 46
1) Dengar keluhan masyarakat dengan seksama
2) Tidak memotong pembicaraan orang
3) Tanggapi dengan singkat dan jelas terhadap permasalahannya.
4) Jangan langsung menyalahkan ide/pendapatan/keluhan masyarakat.
5) Jadilah pembicara yang baik.
b. Setelah mendengar keluhan dari masyarakat yang harus dilakukan adalah:
46
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
53
1) Memperkenalkan dan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya.
2) Menjelaskan kepada masyarakat, bahwa perbuatan yang dilakukannya telah
melanggar Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum
lainnya, jka tidak cukup waktu maka kepada si pelanggar dapat diberikan
surat panggilan atau undangan untuk datang ke Kantor Satuan Polisi
Pamong Praja, untuk meminta keterangan atas perbuatan yang
dilakukannya dan diberikan pembinaan dan penyuluhan.
3) Berani menegur terhadap masyarakat atau Aparat Pemerintah lainnya yang
tertangkap tangan melakukan tindakan pelanggaran Ketentuan Peraturan
Daerah, Peraturan Kepala Daerah atau produk hukum lainnya.
4) Jika telah dilakukan pembinaan ternyata masih melakukan perbuatan yang
melanggar Ketentuan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah atau
produk hukum lainnya, maka kegiatan selanjutnya adalah tindakan
penertiban dengan bekerjasama dengan aparat Penertiban lainnya serta
Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
5. Pembinaan47
a. Pembinaan Tertib Pemerintahan:
1) Melaksanakan piket secara bergiliran
2) Memberikan Bimbingan dan Pengawasan terhadap Pengamanan Kantor
3) Memberikan/memfasilitasi Bimbingan dan Pengawasan serta membentuk
pelaksanaan Siskamling bagi Desa dan Kelurahan.
47
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
54
4) Memberikan Bimbingan dan Pengawasan Administrasi Ketertiban
Wilayah.
5) Melaksanakan Kunjungan Pengawasan dan Pemantauan dalam rangka
membina pelaksanaan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah atau
produk hukum lainnya.
6) Memberikan pengamanan terhadap usaha/kegiatan yang dilakukan secara
masal, untuk mencegah timbulnya gangguan ketenteraman dan ketertiban
umum.
7) Melakukan usaha dan kegiatan untuk mencegah timbulnya kriminalitas.
8) Mengadakan pemeriksaan terhadap Bangunan Tanpa Izin, tempat usaha
dan melakukan penertiban.
9) Melakukan usaha dan kegiatan dalam rangka menyelesaikan sengketa
dalam masyarakat.
10) Melakukan berbagai usaha dan kegiatan sektoral.
b. Pembinaan Tertib Sosial
Melakukan usaha kegiatan: 48
1) Preventif melalui penyuluhan, bimbingan, latihan, pemberian bantuan
pengawasan serta pembinaan baik\kepada perorangan maupun kelompok
masyarakat yang diperkirakan menjadi sumber timbulnya gelandangan,
pengemis, dan WTS.
48
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
55
2) Refresif melalui razia, penampungan sementara untuk mengurangi
gelandangan, pengemis, WTS baik kepada perorangan maupun kelompok
masyarakat yang disangka sebagai gelandangan, pengemis dan WTS.
3) Rehabilitasi meliputi penampungan, pengaturan, pendidikan, pemulihan
kemampuan dan penyaluran kembali ke kampung halaman untuk
mengembalikan peran mereka, sebagai warga masyarakat.
4) Mengadakan penertiban agar aktifitas pasar dapat berjalan lancar, aman,
tertib, dan bersih.
5) Memonitor, memberikan motivasi dan pengawasan terhadap warung toko,
rumah makan yang melakukan kegiatannya tanpa dilengkapi dengan izin
usaha.
6) Melakukan kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait dan aparat keamanan
dan ketertiban kawasan lahan/parkir.
7) Melakukan pengawasan dan penertiban terhadap para pelanggar Peraturan
Daerah, Peraturan Kepala Daerah atau produk hukum lainnya.
8) Melakukan pembinaan mengenai peningkatan kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak dan retribusi yang ditetapkan Pemerintah Daerah serta
melakukan usaha dan kegiatan dalam rangka meningkatkan target
penerimaan pendapatan asli Daerah. 49
49
Dokumentasi lapangan, profil satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, pada 12 September
2019
56
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
Keterangan dalam melakukan tugas merupakan hal penting dalam
pelaksanaan tugas agar terjadi keselamatan petugas. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi
mengatakan bahwa:
Kami harus memberikan keterangan akan tujuan kami, dan juga jumlah
personil saat akan menertibkan PKL dan juga kesiapan semuannya. Kami
juga akan menyeleksi dengan baik baik. Siapa saja yang pantas untuk
menjadi personil kami. Ini harus kami lakukan dengan baik demi
meningkatkan kinerja kami 50
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa selalu memperhatikan
anggota-anggota dengan baik apakah mereka siap dengan segala kondisi untuk
melakukan tugas dengan baik atau tidak. Pentingnya juga dalam memilih anggota
dan menyeleksi dengan baik baik tentu pula. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi
mengatakan bahwa:
Sebelum berangkat saya harus memastikan keselamatan anak buah saya
saat dilapangan nanti agar terhindar dari bahaya, kami harus mengetahui
situasi di lapanagan juga dengan cara menyurvei terlebih dahulu bagaimana
50
Wawancara dengan B Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi i ,
Tanggal 22 Februari 2019.
56
57
kondisi di lapangan tersebut. Kami juga harus tetap waspada
terhadapdengan apa yang ada di lapangan nanti. 51
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa memperhatikan
keselamatan setiap anggota adalah tugas yang sangat penting pula. Selalu waspada
dan berhati-hati dalam bertugas adalah prioritas utama. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi
mengatakan bahwa:
Tentu kami harus diperiksa dahulu kesiapan di lapangan, karena kami harus
bekerja melindungi diri dan juga pemerintah, saat kami ditempatkan di
rumah dinas bupati tentu harus menjaga keselamatan bupati dan pejabat
pemerintah lainnya, kami juga melakukan tugasnya kami dengan
professional agar kami bisa melindungin bupati dan pemerintah lainnya. 52
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa kesiapan adalah salah point
penting dalam menjalankan tugas dan mengawal orang yang penting. Selain
menjaga dan mengawasi orang penting, tentu juga anggota siap untuk melindungi
diri mereka sendiri.
2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Menggunakan alat pelindung merupakan upaya perlindungan yang harus
dilakuakn oleh satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, sehingga dapat memberikan
perlindungan yang baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Muhdar
selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi mengatakan bahwa:
Kami harus memakai alat-alat perlindung diri karena mencegah dan
mengurangi kecelakaan; mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran; mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; kelengkapan
harus juga kami perhatikan saat terjun di lapangan. Karena dengan
perlengkapan kami bisa terlindungin serangan berbahaya dan tidak akan
51
Wawancara bersama Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , 12 Agustus 2019 52
Wawancara bersama Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi , 12
Agustus 2019
58
menimbulkan luka yang sangat fatal. Keselamatan juga kami prioritaskan 53
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa memyediakan alat-alat
perlindungan juga sangat penting. Karena bisa mengurangi dampak dari hal-hal
buruk yang tidak terduga. Karena sangatlah susah menebak kondisi di lapangan
tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Umar selaku Kabid Satpol
PP Kabupaten Muaro Jambi mengatakan bahwa:
Kami juga harus yakin akan keselamatan kami memberi kesempatan atau
jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya; memberi pertolongan pada kecelakaan; memberi alat-alat
perlindungan diri pada para pekerja; mencegah dan mengendalikan timbul
atau menyebarluasnya 54
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa keselamatan dari anggota
adalah hal yang sangatlah penting. Saat bertugas kami harus tau kapan kami harus
menghindar ketika masalah tersebut memang tidak bisa kami tanganin dan itu demi
keselamatan anggota itu sendiri juga. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi mengatakan
bahwa:
Alat pelindung mulai dari spatu, temeng dan juga mobil serrta pisau san
juga pentungan, semua peralatan kami siapkan menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Karena sangat penting sebelum turun kelapangan itu
kamu harus siap siaga dengan peralatan kami. Kami harus siap dengan
segala kondisi tidak boleh lengah sedikit pun.55
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa selalu menyiapkan
perlengkapan dan alat perlindungan berupa sepatu, tameng, dan mobil. Itu semua
53
Wawancara bersama Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi i ,
12 Agustus 2019 54
Wawancara bersama Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , 12 Agustus 2019 55
Wawancara bersama Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , 12 Agustus 2019
59
tujuanya juga untuk melindungin anggota itu sendiri agar tidak terjadi cedera yang
tidak di inginkan.
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan; Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi mengatakan
bahwa:
Sebelum melakukan tindakan tentu saya harus memastikan semua anggota
dalam keadaan baik dan sehat jangan sampai nanti dilapangan ada hal-hal
yang tidak diinginkan. Kesehatan adalah hal yang sangat penting untuk di
jaga, karena menjaga pola makan dan di iringin olahraga dapat
meningkatkan stamina saat terjun kelapangan. 56
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa selalu tidak lupa untuk
mengecek segala kondisi kesehatan para anggota. Kondisi kesehatan sangatlah
penting dalam menjalankan tugas saat berada di lapangan tersebut. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten
Muaro Jambi mengatakan bahwa:
Sebagai koordinatur lapangan, saya wajib memeriksa mereka, baik dari
kesehatan dan juga perlengkapan yang akan dibawa di lapangan nanti agar
semuanya berjalan baik, karena kita tidak tahu apa yang terjadi di lapangan,
jadi kita harus benar-benar siap semuannya. Rutin harus di lakukan setiap
hari untuk selalu siap siaga. Kami harus siap dalam hal apapu supaya bisa
menjalankan tugas kami dengan baik.57
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa selain mengecek kesehatan
juga sangat penting untuk mengecek segala perlengkapan yang ada untuk turun
56
Wawancara bersama Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi , 12
Agustus 2019 57
Wawancara bersama Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , 12 Agustus 2019
60
kelapangan tersebut. Peralatan juga sangat mempengaruhi setiap ada terjadinya
suatu kejadian yang tidak di duga saat berada di lapangan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi
mengatakan bahwa:
Semua sarana dan prasarana harus diperiksa dengan baik, baik itu anggota
dan juga perlengkapan. Karena itu hal yang sangat penting. Tanpa sarana
dan prasaran yang memadai akan susah untuk menghadapi situasi di
lapangan yang kadang tidak bisa di prediksi. Maka dari itu pentingnya
untuk memerhatikan setiap perlengkapan yang ada.58
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa memeriksa segala
perlengkapan haruslah sangat di perhatikan dengan baik-baik. Itu juga buat berjaga
jaga untuk selalu siap dalam menghadapi hal-hal yang buruk terjadi saat berada di
lapangan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Implementasi
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi, dilakuakn dengan
memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli keselamatan kerja; memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan dan
memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan.
B. Faktor Penghambat dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam melaksanakan
tugas
Melaksanakan penertiban yang dilakukan yang Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi terhadap PKL tidak begitu saja selesai dengan mudah, dalam penataan
58
Wawancara Bapak Umar selaku Kabid Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi, 12 Agustus
2019
61
ditemui kendala-kendala yang dihadapi, beberapa kendala. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, terdapat beberapa faktor
internal yang menjadi kendala Satpol PP dalam dalam Mengimplementasikan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan tugas, meliputi:
1. Kekurangan Personil
Personil Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi bisa terbilang cukup, tetapi
ketika ada acara tertentu pada waktu yang bersamaan, maka biasanya terjadi
kekurangan personil. Sedangkan Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi juga
terbilang cukup banyak berjumlah kurang lebih 21 Perda. Sebagaimana dapat
dilihat dari hasil wawancara Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP
Kabupaten Muaro Jambi , sebagai berikut:
Kita sebetulnya lengkap untuk personil, tapi ketika kita ada perjanjian
dengan PKL untuk membantu membongkar tapi ternyata saat waktu
pembongkaran pada waktu yang bersamaan tiba-tiba ada tugas-tugas lain,
misalnya: terjadi kesepakatan dengan PKL hari Kamis tanggal 6 Januari
pembongkaran bersama PKL, tapi ternyata tiba-tiba ada tamu penting yang
perlu penjagaan maka kita kekurangan personil”.59
Bardasarkan hasil wawancara di atas, kendala dalam menata PKL adalah
kekurangan pesonil, apalagi jika sudah mengadakan perjanjian dengan PKL, tetapi
pada waktu yang bersamaan ada tamu penting yang perlu penjagaan dari Satpol
PP. Sehingga Satpol PP tidak bisa ikut dalam pembongkaran lapak bersama PKL
yang sudah dijanjikan.
59
Wawancara dengan Fahmy, Kepala Bidang Trantib Umum Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , Tanggal 26 Agustus 2017.
62
Untuk mengatasi kekurangan personil tersebut langkah yang sudah
dilakukan Satpol PP adalah mengajukan ke Bupati Muaro Jambi untuk
penambahan jumlah personil, tetapi hampir semua SKPD Kabupaten Muaro Jambi
kekurangan personil dikarenakan adanya moratorium (pembatasan jumlah) PNS
dari pemerintah pusat. Dahulu Satpol PP personilnya cukup, yakni 125 (seratus
duapuluh lima) namun dimutasi ke SKPD lain menjadi 82 (delapan puluh dua)
orang sedangkan dengan mutasi tersebut Satpol PP tidak dapat penggantinya hal
ini mengakibatkan kekurangan personil. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Bapak Subandi selaku Komandan Kompi, sebagai berikut:
“Dalam melaksanakan Peraturan Daerah yang jumlahnya sekitar 21
Peraturan Daerah dengan jumlah personil 82 anggota saya rasa kurang. Kita
sudah mengajukan ke nupati untuk personil dan sarana prasarana lainnya,
hasil dari pengajuan kita dijelaskan bahwa hampir semua SKPD Kabupaten
Muaro Jambi kekurangan personil., dahulu pernah berjumlah 125 (seratus
duapuluh lima) orang dimutasi tapi belum ada penggantinya sehingga
sekarang menjadi 80 (delapanpuluh) an”.60
Dari hasilwawancara di atas upaya yang dilakukan untuk menambah
personil Satpol PP adalah dengan mengajukan kepada Bupati, dengan begitu
bupati akan mempertimbangkan terkait pengajuan yang diajukan oleh Satpol PP.
Melihat kondisi yang dapat menyebabkan kendala maka pengaturan waktu juga
menjadi prioritas Satpol PP agar tidak terjadi terbenturan agenda dalam
melaksanakan tugas yang diemban oleh Satpol PP.
2. Kekurangan Armada
Untuk mengamankan Peraturan Daerah yang tidak hanya Peraturan Daerah
PKL saja dengan berjumlah kurang lebih 21 Peraturan Daerah dan wilayah
60
Wawancara dengan Subandi, selaku Komandan Kompi Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , Tanggal 26 Agustus 2017.
63
Kabupaten Muaro Jambi yang bisa dikatakan sebagai pusat perekonomian bagi
daerah-daerah disekitarnya meliputi Kabupaten Muaro Jambi dan dari daerah
lainnya. Sebagai pusat perkonomian ini menyebabkan banyak permasalahan yang
terjadi, mulai dari semakin banyaknya PKL, bangunan liar, orang gila dan
gelandangan, dan masih banyak lagi yang diatur dalam Peraturan Daerah yang
harus dilaksanakan oleh Satpol PP. Banyaknya permasalahan tersebut dibutuhkan
armada yang memadai supaya bisa maksimal dalam patroli ke seluruh Kabupaten
Muaro Jambi . Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara Bapak Muhdar
selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi , sebagai berikut:
“Ada kendala yang disebabkan faktor internal Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi sarana dan prasarana yang masih kurang di mana kendaraan roda 4
(empat) yang hanya berjumlah 8 (delapan), dan roda 2 (dua) yang
berjumlah 5 (lima) maka masih terbatas dan kita perlu armada-armada yang
baru”.61
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi
kekurangan sarana dan prasarana, hal ini dikarenakan kendaraan roda 4 (empat)
yang hanya berjumlah 8 (delapan) buah dan roda 2 (dua) yang berjumlah 5 (lima)
buah. Penulis menemukan bahwa sarana dan prasarana yang miliki Satpol PP
Kabupaten Muaro Jambi berupa armada, alat komunikasi dan informasi, dan alat-
alat pendukung lainnya. Berikut rincian sarana dan prasarana yang dimiliki Satpol
PP Kabupaten Muaro Jambi : Armada, kendaraan roda-4 di antaranya; kepala
satuan 1 unit, truck pasukan 1 unit, double cabin: 1 unit, patroli tertutup: 1 unit dan
Patroli Terbuka: 4 unit. Untuk kendaraan roda-2: patroli: 4 unit, operasional: 1
unit. Alat komunikasi dan informasi, di antaranya handy talky (HT): 36 unit, rig: 10
61
Wawancara dengan Fahmy, Kepala Bidang Trantib Umum Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , Tanggal 26 Agustus 2017.
64
unit, camera digital: 5 unit, LCD proyektor : 1 unit, handycam: 2 unit dan
pendukung lain: metal detector: 2 unit, gate detector: 1 unit, lampu ultraviolet: 10
unit, megaphone: 3 unit, Sound System: 2 unit, PC: 5 unit dan Laptop : 4 unit.
Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Bapak Subandi selaku
Komandan Kompi, sebagai berikut:
“Saya sudah mengupayakan penambahan personil, namun Pemkot
mengatakan hampir semua SKPD kekurangan personil dikarenakan adanya
moratorium PNS. Sedangkan untuk armada sejauh ini sudah ada
penambahan secara bertahap, dikarenakan dana yang terbatas dari
pemerintah kota”.62
Berdasarkan hasil wawancara di atas, langkah yang sudah dilakukan Satpol
PP dalam mengurangi faktor kekurangan armada dengan mengajukan proposal
penambahan armada dan personil yang ditujukan kepada bupati Jambi, tetapi
dikarenakan keterbatasan dana pemerintah kota, maka penambahan dilakukan
secara bertahap. Untuk penambahan personil masih belum bisa ditambahkan oleh
Pemkot, hal ini dikarenakan adanya moratorium PNS dari pemerintah pusat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Faktor
Penghambat dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas diantarnaya
Kekurangan Personil, di mana disaat adanya kegiatan yang bersamaan
menyebabkan petugas satpol pp harus terpisah dan menjadi berkurang anggota
dalam melakuakn penertiban dan Kekurangan Armada, di mana armada yang
terbaras menjadi kendala satpol pp.
62
Wawancara dengan Subandi, selaku Komandan Kompi Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , Tanggal 26 Agustus 2017.
65
C. Upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam mengimplementasikan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan tugas
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis,
terdapat beberapa Upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam mengimplementasikan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP
dalam melaksanakan tugas.
1. Penambahan Personil dan Armada
Penambahan yang perlu dilakukan oleh Satpol PP Kabupaten Muaro Jambi
merupakan penammbahan yang menjadi proritas dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi Satpol PP itu sendiri, dengan mengajukan ke bupati untuk ditindak lanjuti
permohonan penambahan personil dan juga armada.Sebagaimana dapat dilihat dari
hasil wawancara Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , sebagai berikut:
“Kita ajukan ke bupati, untuk permasalahan kekurangan personil kita di
sini. Sebetulnya cukup kalau hanya untuk mengamankan satu kejadian, tapi
kalau terbentur dengan adanya jadwal untuk melakukan penertiban, namun
terbentur dengan pengamanan yang mendadak. Maka kami mengajukan ke
bupati.63
Hasil wawancara di atas pengajuan yang dilakukan demi tercapainya
ketertiban bagi Kabupaten Muaro Jambi , dengan cara menambah personil bila
mana terjadi tabrakan agenda yang dialami oleh Satpol PP. Maka dengan
mengajukan penambahan personil ke bupati diharapkan dapat teratasi kendalam
bila terjadi dua agenda yang bersamaan. Bapak Subandi menambahkan bahwa,
63
Wawancara dengan Fahmy, Kepala Bidang Trantib Umum Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , Tanggal 26 Agustus 2017.
66
perlu diadakan pengaturan dan penambahan personil. Maka dari itu harus adanya
kerjasama antara agenda dari kepala daerah dan juga agenda yang ada di Satpol PP
agar tidak terjadi benturan agenda dikemudian hari. Sebagaimana dapat dilihat dari
hasil wawancara bersamanya sebagai berikut:
“Kami berkomunikasi dengan agenda kepala daerah dan juga bupati, untuk
melihat kegiatan mereka, jangan sampai terjadi tabrakan agenda yang dapat
merugikan pihak manapun, setelah terkoodinir agenda yang baik, maka
kami akan melakukan penindakan atau pengamanan dengan personil yang
lengkap dan peralatan yang lengkap pula, agar tidak terjadi kekurangan
personil lagi”.64
Hasil wawancara di atas dapat dicermati bahwa, dengan melakukan
kerjasama antara pemerintah daerah dan juga agenda yang akan dilakukan maka
Satpol PP akan lebih mudah untuk mengatur dan melakukan pelaksanaan dalam
menjalankan tugas dan fungsi sebagai Satpol PP. Selain penambahan anggota
penambahan armada juga sangat dibutuhkan bagi Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi karena dengan mengajukan berdasarkan kebutuhan yang terpenting, ini
penting sekali, gimana jika tidak punya arma dan kita akan melakukan penertiban
PKL yang membangkang, kita perlu armada untuk menyida dan memberi
pengarahan kepada PKL, maka perlu armada yang mencukupi.
2. Melaksanakan Patroli Rutin
Patroli yang dilakukan Satpol PP demi menghindari kesalahan dan
kembalinya PKL ke temapat yang telah menjadi larangan atau tempat tersebut
adalah fasilitas umum dan negra, maka perlu dilakukan patroli rutin. Sebagaimana
64
Wawancara dengan Subandi, selaku Komandan Kompi Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , Tanggal 26 Agustus 2017.
67
dapat dilihat dari hasil wawancara Bapak Muhdar selaku Kasi Trantip Satpol PP
Kabupaten Muaro Jambi , sebagai berikut:
“Dalam patroli kita lakukan dengan ada yang berjalan kaki, sehingga PKL
tidak begitu terkejut dengan kedatangan kami dan uga ada tempat yang
tidak bisa dijangkau oleh motor, selain itu juga kami menggunakna armada
yang ada, kami selalu memberikan teguran dan surat peringatan agar PKL
yang sudah mengganggu ketertiban umum agar segera bersedia direlokasi,
sehingga kedepannya Kabupaten Muaro Jambi akan lebih baik.65
Hasil wawancara di atas Patroli ini dilaksanakan pada tempat-tempat yang
tidak dimungkinkan dilalui oleh kendaraan bermotor. Patroli berjalan kaki ini lebih
memungkinkan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat dalam rangka
sosialisasi dan pelayanan masyarakat dan patroli dilakukan minimal oleh 2 (dua)
orang. Patroli ini diperlukan untuk mengamati dan mengawasi suatu wilayah serta
memberi bantuan kepada patroli berjalan kaki dalam wilayah yang lebih luas dan
patroli dilakukan oleh minimal 2 (dua) orang dengan mempergunakan 1 (satu) unit
kendaraan operasional bermotor roda dua. Patroli ini diperlukan untuk mengamati
dan mengawasi suatu wilayah serta memberi bantuan kepada patroli bersepeda
motor dalam wilayah yang lebih luas dan perlu tenaga operasional yang lebih
banyak minimal dilaksanakan oleh 6 (enam) orang dengan mempergunakan 1
(satu) kendaraan operasional bermotor roda empat atau lebih.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat upaya Satpol PP
Muaro Jambi dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam melaksanakan Penambahan Personil
dan Armada, di mana dengan mengajukan ke bupati agar mendapat penambahan
65
Wawancara dengan Fahmy, Kepala Bidang Trantib Umum Satpol PP Kabupaten Muaro
Jambi , Tanggal 26 Agustus 2017.
68
personil dan armada, selain itu pula dengan mengatur jadwal agar tidak terjadi
terbenturnya acara pengamanan dan Melaksanakan Patroli Rutin, di mana
diperuntukkan untuk pemberi pemahaman dan peringatan kepada PKL yang
melanggar.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
mengenai dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Implementasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas di Kabupaten Muaro Jambi,
dilakuakn dengan memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja; memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan dan memenuhi dan mentaati semua syarat-
syarat keselamatan.
2. Faktor Penghambat dalam Mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam melaksanakan tugas
diantarnaya Kekurangan Personil, di mana disaat adanya kegiatan yang
bersamaan menyebabkan petugas satpol pp harus terpisah dan menjadi
berkurang anggota dalam melakuakn penertiban dan Kekurangan Armada, di
mana armada yang terbaras menjadi kendala satpol pp.
3. Upaya Satpol PP Muaro Jambi dalam mengimplementasikan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Satpol PP dalam
melaksanakan Penambahan Personil dan Armada, di mana dengan mengajukan
ke bupati agar mendapat penambahan personil dan armada, selain itu pula
dengan mengatur jadwal agar tidak terjadi terbenturnya acara pengamanan dan
69
70
Melaksanakan Patroli Rutin, di mana diperuntukkan untuk pemberi
pemahaman dan peringatan kepada PKL yang melanggar.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten Muaro Jambi , yaitu pembangunan dan pemberian rest area atau
tempat-tempat khusus bagi pedagang kaki lima untuk segera direalisasikan
sehingga keberadaan pedagang kaki lima di Kabupaten Muaro Jambi dapat tertata
dengan rapi, lingkungan menjadi bersih, nyaman, dan pedagang kaki lima tidak
lagi mengganggu ketenteraman, ketertiban dan keamanan masyarakat. Untuk
pedagang kaki lima di Kabupaten Muaro Jambi segera membuat surat izin usaha
agar tidak lagi mendapatkan penertiban dan gusuran dari Satpol PP Kabupaten
Muaro Jambi sehingga keberadaannya dapat tertata dengan rapi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Tahir, Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah, Jakarta: Pustaka Indonesia Press, 2011.
Achmad Yulianto, “implementasi Tugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Di Bidang Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Kota Pati”, Fakultas
Hukum Universitas Muria Kudus, 2016.
Edi Siswadi, Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik, Yogyakarta :
Rejowinangun, 2012.
Hanis Restyawan, “Pelaksanaan Tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kudus
Dalam Rangka Menyelenggarakan Ketertiban Umum Dan Ketenteraman
Masyarakat Di Kabupaten Kudus”, Fakultas Hukum Universitas Muria
Kudus, 2012.
Lingga dan Tauvik Muhamad, Perkembangan Ketenagakerjaan di Indonesia,
Jakarta: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011.
Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, 2009.
Marito Dalimunthen “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Bagi Pegawai
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau”, Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, 2017.
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Nevirianty Sukma, “Upaya Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menanggulangi
Anak Jalanan Yang Mengganggu Ketertiban Umum Di Kota Bandar
Lampung”, Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus Fakultas Hukum
Universitas Lampung Bandar Lampung, 2018.
Rianto Rahadi, Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia, Malang: Tunggal
Mandiri Publishing, 2010.
Rizal Khairul Amri, “Pelaksanaan Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam
Menegakkan Pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten Blora (Studi
Kasus Perda No. 7 Tahun 2015)”, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, 2016.
72
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, 2012
Sharan B. Merriam, Rualitative Research and Case Study Applications in
Education, New York City, 1998.
Suahasil Nazara, Ekonomi Informal di Indonesia Ukuran, Komposisi dan Evolusi,
Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2009.
Tim Penulis, Manajemen Usaha Kecil, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional,
2010.
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.