Post on 04-Jan-2016
ACARA IPengenalan Software SIG dan Data Geografis
A. Pustaka
SIG (Sistem Informasi Geografis), merupakan suatu sistem (berbasis
komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi–
informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis objek–objek dan fenomena–fenomena dimana lokasi geografis
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan
demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan
berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a)masukan,
(b)keluaran, (c)manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (d)analisis
dan manipulasi data (Aronoff89 dalam Prahasta:2004).
Definisi SIG selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Hal ini terlihat
dari banyaknya definisi SIG yang telah berkembang. Selain itu, SIG juga
merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan
oleh berbagai bidang dispilin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Berikut
merupakan garis besar dari definisi–definisi SIG yang telah beredar di berbagai
pustaka :
1. SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer,
perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk
memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan
menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi (ESRI:1990
dalam Prahasta:2004).
1
2. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasuukan (capturing),
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan
menampilkan data–data yang berhubungan dengan posisi–posisi di muka bumi
(Rice:1920 dalam Prahasta:2004).
3. SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
memungkinkan untuk mengelola (mangae), menganalisa, memetakan informasi
spasial berikut daya atributnya (data deskriftif) dengan akurasi kartografi
(Basic:1920 dalam Prahasta:2004).
4. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, mengintegrasikan dan menganalisa informasi–informasi yang
berhubungan dengan permukaan bumi (Demers :1997 dalam Prahasta:2004).
5. SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data
yang tereferensi secara spasial atau koordinat–koordinat geografi. Dengan kata
lain, SIG merupakan sistem basisdata dengan kemampuan–kemampuan khusus
untuk data yang tereferensi secara geografis berikut sekumpulan operasi–operasi
yang mengelola data tersebut (Foote:1995 dalam Prahasta:2004).
SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan
linkungan sistem–sistem yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG
terdiri dari beberapa komponen berikut: (Gistut:1994 dalam Prahasta:2004)
1. Perangkat Keras: Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform
perangkat keras mulai dari PC desktop, workstation, hingga multiuser host yang
dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer
yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan yang besar, dan
mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian,
2
fungsionalitas SIG tidak secara ketat terhadap karakteristik–karakteristik fisik
perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC-pun dapat diatasi.
Adapaun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer
(PC), mouse, digitize, printer, dan scanner.
2. Perangkat lunak: bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem
perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basisdata memegang
peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan
perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan
jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang
masing–masing dieksekusi sendiri.
3. Data dan informasi geografis: SIG dapat mengumpulakan dan menyimpan
data dan infotmasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng
import-nya dari perangkat–perangkat lunak SIG yang lain maupun secara
langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data
attributnya dari tabel–tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
4. Manajemen: suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan baik dan
dikerjakan oleh orang–orang yang memiliki keahlian yang tepat apda semua
tingkatan.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan bias menjalankan program SIG dengan benar.
2. Mengetahui jenis dan kegunaan menu utama program ER Mapper, dan
ArcView
3
3. Mengetahui karakteristik foto udara dan citra satelit sebagai salah satu sumber
data dalam pekerjaan survey dan pemetaan.
4. Mengetahui karakteristik obyek yang terekam pada foto udara, citra Landsat,
dan citra SPOT.
4
C. Alat dan Bahan
1. Sepetangkat computer yang dilengkapi dengan CD Room dan USB Mass
Storage Device manager
2. Program ER Mapper
3. Program ArcView
4. Cakram (CD) atau Flashdisk untuk penyimpanan data hasil praktikum
5. Foto udara dan Citra satelit daerah Cilacap dalam bentuk sofcopy
D. Cara Kerja
1. Komputer dihidupkan, catat spesifikasi hardware dan software yang telah
diinstall di computer
2. Program ER Mapper dibuka, dicatat menu utama dan kegunaanya yang ada
pada program tersebut dalam bentuk table pengamatan
3. Program ArcView dibuka, dicatat menu utama dan kegunaanya yang ada pada
program tersebut dalam bentuk table pengamatan
4. Buka semua data spasial yang ada menggunakan ER Mapper. Perhatikan
tampilan citra dalam Pseudo Layer dan RGB Layer dalam berbagai kombinasi
saluran spectral. Catat semua karakteristik foto dan citra yang di tampilkan
5. Lakukan interpretasi pada berbagai obyek yang tergambar pada foto udara dan
citra tersebut dan catatlah hasil interpretasi dalam table karakteristik foto
uadara dan citra satelit
6. Pilihlah kombinasi saluran spectral yang terbaik, dan simpan dengan
ekstensi .ers; .bil; .tif dan .jpg.
5
E. Hasil dan Pembahasan
6
Pengolahan citra digital rnerupakan serangkaian perlakuan terhadap citra
menggunakan teknik-teknik yang dikenal dalam bidang penginderaan jauh (digital
image processing), dimana di dalamnya bisa saja terdapat proses restorasi citra
(koreksi atmosferik dan koreksi geometrik), penajaman citra dan pemfilteran
spasial, transformasi citra, klasifikasi citra, dan lain-lain serta output.
A. Perangkat Lunak ER Mapper
ER Mapper adalah software pengolah citra digital yang saat ini telah banyak
dipakai. Pengembangan pengembangan yang telah dilakukan selama kurun waktu
itu membuat software ER Mapper memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan
semakin baik untuk pengolahan data digital penginderaan jauh dibanding versi
sebelumnya.
ER Mapper dapat dijalankan pada komputer dengan spesifikasi minimal:
komputer PC/AT dengan procesor pentium, RAM 24 Mb, dengan sistem operasi
Windows 95 ke atas atau windows NT dan monitor warna beresolusi tinggi. ER
Mapper juga dapat dijalankan pada sistem jaringan keria (network) dengan sistem
operasi UNIX. ER Mapper dapat digunakan untuk menampilkan dan mengolah
data raster, menampilkan dan mengedit data vektor, dan dapat dihubungkan
dengan data dari Sistem Informasi Geografi (SiG), database management system
(DBMS) dan sumber data lainnya.
ER Mapper mengunakan suatu konsep pengolahan data yang dinamakan
algoritma, dimana algoritma ini membuat semacam tahapan-tahapan mandiri
dalam proses pengolahan citra. Tahapan tahapan pengolahan citra dapat disimpan
dan diedit dalam suatu file algoritma yang dapat digunakan untuk tahapan
pengolahan data citra lainnya.
7
ER Mapper didesain khusus untuk penanganan data data yang berkaitan
dengan masalah kebumian dan meliputi industri industri yang bergerak di bidang
kebumian pula. Berikut ini adalah bidang bidang yang dapat menggunakan
aplikasi aplikasi ER Mapper, antara lain:
* Pemantauan lingkungan
* Manajemen dan perencanaan kota dan daerah urban
* Manajemen sumber daya hutan
* Layanan informasi dan manajemen pemanfaatan lahan
* Eksplorasi mineral
* Pertanian dan perkebunan
* Manajemen sumber daya air
* Manajemen sumber daya pantai dan laut
* Oseanografi fisik
* Eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi.
Pada ER Mapper, data citra digital disimpan dalam suatu penyimpanan
elektronik sebagai suatu susunan data dua dimensi yang dinamakan piksel (picture
element). Setiap piksel mewakill suatu area di permukaan bumi. Besarnya area
yang diwakili oleh satu piksel ini tergantung sensor satelit yang digunakan, yaitu
ada yang 10 m, 20 m, 30 m, dll. Ukuran / nilai-nilai ini disebut sebagai resolusi
spasial dari sensor satelit yang dimaksud seperti yang dijelaskan di atas. Susunan
dua dimensi data citra ini disebut sebagai format raster sehingga data citra digital
sering juga disebut data raster. Perlu diketahui bahwa data raster tersusun dalam
baris horisontal yang disebut lines dan kolom vertikal yang disebut sample.
8
Kelebihan ER Mapper
Perkembangan yang telah dialami ER Mapper merupakan usaha agar ER
Mapper dapat menyesuaikan dengan perkembangan perangkat keras (hardware)
dan sistem operasi (OS) yang ada dan berkembang pada saat ini. Perkernbangan
yang terjadi ini juga memberikan beberapa fasilitas baru guna Iebih
memaksimalkan kemampuan software ER Mapper dalarn pengolahan citra digital.
Beberapa kelebihan yang dimiliki ER Mapper adalah :
1. Penyimpanan data harddisk. ER Mapper hanya menyimpan data original dari
citra dan aplikasi penyimpanannya saja, sehingga cukup menghemat ruang
hardisk.
2. Kecepatan penyimpanan. Karena ER Mapper hanya menyimpan data original
citra dan aplikasi pengolahannya sehingga membuat byte data yang tersimpan
lebih kecil dan ini rnernbuat proses penyimpanannya lebih cepat.
3. Pemrosesan template. Algoritma dapat digunakan untuk pengolahan template
untuk aplikasi berbagai data yang berlainan.
4. Kuantitas hasil. Algoritma mengandung semua pengolahan data yang
diperlukan sehingga kita tidak dipersulit dengan pengolahan citra kita : " apa yang
harus dilakukan dengan citra ini ?"
5. Pemrosesan yang interaktif. Pengolahan data terlihat langsung pada layar
monitor tanpa harus membuat file keluaran lebih dulu.
6. Mosaik citra vang interaktif. Mosaik dapat diproses dengan mudah tanpa
memerlukan pencontohan dan penggabungan beberapa file data yang bisa
menghasilkan ruang hardisk yang besar.
9
7. Penggabungan data yang interaktif. Data SPOT dan Landsat TM misalnya
dapat digabung secara interaktif tanpa membutuhkan file file keluaran di hardisk.
8. Kemampuan menampilkan citra piksel perpiksel.
9. Fasilitas tukar menukar data raster hingga 130 format pengimpor data.
10. Fasilitas pencetakan data keluaran hingga 250 format.
11. Kemampuan visualisasi 3D dan flying through.
12. Kemampuan membaca data vektor seperti : AutoCad dan Arc/Info.
13. Kemampuan layout dan output kartografis yang memadai untuk ukuran
software image procesing.
Peta Pendukung Dalam Pengolahan Citra Digital
Dalam pengolahan citra digital kita membutuhkan data atau peta lain
sebagai sumber informasi spasial. Beberapa peta pendukung dalam pengolahan
citra digital contohnya antara lain. Peta Topografi / Rupa Bumi Indonesia.
Peta ini berfungsi sebagai peta referensi dalam proses rektifikasi citra.Peta
Penggunaan Lahan. Pada proses klasifikasifikasi multispektral sering dijumpai
obyek-obyek yang sulit untuk diidentifikasi. Peta penggunaan lahan yang telah
ada dapat digunakan sebagai data acuan yang dapat membantu dalam pergenalan
obyek di lapangan ini. Software pengolah citra umumnya hanya mampu
menampilkan data citra yang mempunyai beberapa band secara 3 dimensi, yaitu 3
band yang ditampilkan bersama-sama dalam mode warna RGB, yaitu ada band-
band yang diproyeksikan pada warna merah (red), hijau (green) dan biru (blue).
Untuk ‘membaca’ atau menginterpretasi tampilan warna RGB ini perlu
memerlukan pengetahuan mengenai pola tanggapan spektral obyek.
10
2. Perangkat Lunak SIG ArcView
Perangkat lunak sistem informasi geografi saat ini telah banyak dijumpai
dipasaran. Masing-masing perangkat lunak ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan dalam menunjang analisis informasi geografi. Salah satu yang sering
digunakan saat ini adalah ArcView. ArcView yang merupakan salah satu
perangkat lunak Sistem Infrmasi geografi yang di keluarkan oleh ESRI
(Environmental Systems Research Intitute). ArcView dapat melakukan pertukaran
data, operasi-operasi matematik, menampilkan informasi spasial maupun atribut
secara bersamaan, membuat peta tematik, menyediakan bahasa pemograman
(script) serta melakukan fungsi-fungsi khusus lainnya dengan bantuan extensions
seperti spasial analyst dan image analyst (ESRI).
ArcView dalam operasinya menggunakan, membaca dan mengolah data
dalam format Shapefile, selain itu ArcView jaga dapat memanggil data-data
dengan format BSQ, BIL, BIP, JPEG, TIFF, BMP, GeoTIFF atau data grid yang
berasal dari ARC/INFO serta banyak lagi data-data lainnya. Setiap data spasial
yang dipanggil akan tampak sebagai sebuah Theme dan gabungan dari theme-
theme ini akan tampil dalam sebuah view. ArcView mengorganisasikan
komponen-komponen programnya (view, theme, table, chart, layout dan script)
dalam sebuah project. Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi di dalam
ArcView.
Salah satu kelebihan dari ArcView adalah kemampaunnya berhubungan dan
berkerja dengan bantuan extensions. Extensions (dalam konteks perangkat lunak
SIG ArcView) merupakan suatu perangkat lunak yang bersifat “plug-in” dan
dapat diaktifkan ketika penggunanya memerlukan kemampuan fungsionalitas
11
tambahan (Prahasta). Extensions bekerja atau berperan sebagai perangkat lunak
yang dapat dibuat sendiri, telah ada atau dimasukkan (di-instal) ke dalam
perangkat lunak ArcView untuk memperluas kemampuan-kemampuan kerja dari
ArcView itu sendiri. Contoh-contoh extensions ini seperti Spasial Analyst, Edit
Tools v3.1, Geoprocessing, JPGE (JFIF) Image Support, Legend Tool, Projection
Utility Wizard, Register and Transform Tool dan XTools Extensions.
12
F. Simpulan
1. Program ER Mapper dan ArcView termasuk dalam software SIG dan
pengolah data geografis
2. ER Mapper lebih difungsikan sebagai pengolah data awal yang berasal dari
citra
3. ArcView lebih difungsikan sebagai pengolah data peta digital
4. Pengoperasian progam ER Mapper dan ArcView harus di jalankan dengan
penuh ketelitian.
13
G. Daftar Pustaka
Budiyanto, Eko. 2006. Avenue untuk Pengembangan Sistem Informasi Geografis, Andi Offset, Yogyakarta.
Burrough, P. 1986. Principle of Geographical Information System for Land Resources Assesment. Claredon Press:Oxford.
Fathansyah, Ir. Basis Data. Informatika. Bandung. 2007
Jogiyanto HM, Prof.,Dr., MBA, Akt. Analisis & Desain Sistem Informasi : Pendekatan terstruktur teori dan praktik aplikasi bisnis. Andi Offset. Yogyakarta. 2005
John E. Harmon. Steven J, Anderson, 2003, Design and Implementation of Geographic Information System. John Wiley and Sons : New Jersey.
Kendall E, Kendall J. Analisis dan Perancangan Sistem. PT Indeks. Klaten. 2007
Paul Longley et.al, 2001. Geographic Information System and Science. Jihn Wiley and Sons : New York.
Philippe Rigaux et.al, 2002, Spatial Database With Application to GIS. Morgan Kaufman : San Fransisco.
Prahasta, Eddy, Ir., MT. 2002. Sistem Informasi Geografis : Konsep-Konsep Dasar. Edisi Revisi. Informatika. Bandung.
Prahasta, Eddy, Ir., MT. 2009. Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView.Cetakan Kelima. Informatika. Bandung. Mei.
14
ACARA IIInterpretasi Citra dan Digitasi On Screen
A. Pustaka
Penginderaan jauh (remote sensing) menurut Purwadi, 2001 adalah ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena
melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung
dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Inderaja merupakan ilmu bila
digunakan untuk lingkup studi inderaja sendiri dan merupakan suatu teknik bila
digunakan sebagai penunjang untuk mempelajari bidang ilmu lainnya
(Pentury,1997). Komponen dasar dalam sistem inderaja adalah radiasi
elektromagnetik (REM), atmosfer, sensor, dan objek.
Menurut Sutanto,1987. Penginderaan jauh (inderaja) adalah ilmu atau seni
untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala yang
dikaji. Alat yang dimaksud dalam batasan ini adalah alat pengindera atau sensor.
Pada umumnya sensor dipasang pada wahana (platform) yang berupa pesawat
terbang, satelit, pesawat ulang alik atau wahana lainnya. Obyek yang diindera atau
yang ingin diketahui berupa objek dipermukaan bumi, di dirgantara, atau di
antariksa. Penginderaannya dilakukan dari jarak jauh sehingga disebut
penginderaan jarak jauh.
Teknik adalah alat khusus untuk melaksanakan metode. Teknik dapat pula
diartikan sebagai cara melakukan sesuatu secara ilmiah. Teknik interpretasi citra
dimaksudkan sebagai alat atau cara khusus untuk melaksanakan metode
15
penginderaan jauh. Teknik juga merupakan cara untuk melaksanakan sesuatu
secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain ialah interpretasi citra. Bahwa interpretasi
citra dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi. Interpretasi citra
dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori tertentu pula.
Mungkin kadang-kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan, akan
tetapi berupa dugaan ilmiah (scientific guess)
Citra menyajikan gambaran lengkap yang mirip ujud dan letak sebenarnya.
Kemiripan ujud ini memudahkan pengenalannya pada citra, sedang kelengkapan
gambarannya memungkinkan penggunaannya oleh beragam pakar untuk beragam
keperluan. Meskipun demikian, masih diperlukan data lain untuk lebih
meyakinkan hasil interpretasi dan untuk menambah data yang diperlukan, tetapi
tidak diperoleh dari citra. Data ini disebut data acuan yang dapat berupa pustaka,
pengkuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto terrestrial maupun
foto udara selain citra yang digunakan. Data acuan dapat berupa tabel statistik
tentang meteorologi atau tentang penggunaan lahan yang dikumpulkan oleh
perorangan maupun oleh instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang ada
akan meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang akan memperjelas lingkup,
tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.
Untuk verifikasi hasil interpretasi citra sering harus dilakukan cara sampling
dalam pekerjaan medan. Untuk ini perlu dipertimbangkan sampling mana yang
terbaik dan kemudian merancang strategi sampling yang cocok. Pada umumnya
dipilih sampling multitingkat untuk perkiraan tepat terhadap parameter
lingkungan.
16
Van der Meer (1965; dalam Sutanto, 1992) menyatakan pentingnya uji
medan. Pekerjaan pemetaan tanah memerlukan penentuan jenis tanah di tiap
tempat dan delineasi batasnya. Penentuan jenis tanah meliputi 15% - 20% volume
pekerjaan, sedang delineasi jenis tanah meliputi 80% - 85% volume pekerjaan.
Penentuan jenis tanah tetap dilakukan di medan dan di laboratorium, tetapi
delineasi batas jenis tanahnya dapat dilakukan pada foto udara berdasarkan pada
agihan lereng, vegetasi, dan perujudan lain yang sering erat kaitannya dengan pola
agihan jenis tanah.
B. Tujuan
1. Melakukan interpretasi citra secara digital, menggunakan kalsifikasi
unsupervised
2. Menyimpan data citra yang sudah diinterpretasikan dalam format *.bil dan
*.jpg
3. Melakukan digitasi on screen pada citra yang sudah diinterpretasi secara digital
17
C. Alat dan Bahan
1. Seperangkat computer yang dilengkapi dengan CD Room dan USB Mas
Storage Device Manager; dan Sofware GIS
2. Foto udara dan Citra satelit daerah Cilacap dalam bentuk softcopy
D. Cara Kerja
1. Program ER Mapper dibuka
2. Dibuka file data citra digital dalam tampilan RGB sesuai data acara 1
3. Lakukan eksekusi statistika ( Calculate Statistic ), masukkan file data dan klik
OK. Kemudian dibuka kembali data statistic yang telah di eksekusi tersebut
4. Dilakukan interpretasi visual dan spectral (unsupervised) dari citra, kemudian
di catat dilembar kerja
5. Citra yang sudah diinterpretasi ditampilkan dalam tampilan RGB dan simpan
file tersebut ke dalam folder hasil pekerjaan dengan nama yang sama dengan
penambahan class.
6. Dibuka ArcView GIS versi 3.3. Periksa ekstension-nya dan dipilih (centang)
kolom ekstensi yang ada: (1) Geoprocessing; (2) Image Analysis; (3) JPEG
(JFIF) Image Support; (4) Overview Utility; dan (5) TIFF 6.0 Image Support.
Kemudian diklik Make Defaultnya dan klik OK.
7. Ditampilkan citra terklasifikasi tersebut dalam ArcView GIS versi 3.3 dengan
diklik New pada menu utama ArcView dan dipilih citra yang sudah
diklasifikasi.
18
8. Diperiksa koordinatnya apakah sudah sesuai atau belum (klik View >
Properties) jika belum benar diperbaiki dahulu menggunakan ER Mapper.
Bilamana sudah sesuai (ada Latitude dan Longitude-nya) maka dilakukan
digitasi menggunakan fasilitas yang ada di ArcView sesuai petunjuk.
19
E. Hasil dan Pembahasan
20
Penginderaan jarak jauh sangat bermanfaat dalam membantu proses
pengukuran, penelitian dan pengelolaan suatu sumberdaya bumi dengan
menggunakan konsep interpretasi foto udara, fotogeometri, interpretasi citra dari
sensor nonfotografi baik secara visual maupun menggunakan tehnik pemrosesan
citra digital.
KUNCI INTERPRETASI CITRA
Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah
diinterpretasi serta diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya.
Keterangan ini meliputi jenis obyek yang digambarkan, unsur interpretasinya, dan
keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi
daerahnya. Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman dalam
melaksanakan interpretasi citra, dapat berupa kunci interpretasi citra secara
individual maupun berupa kumpulannya. Kunci interpretasi citra dibedakan atas
dasar ruang lingkupnya dan atas dasar lainnya.
1. Atas dasar ruang lingkupnya
Berdasarkan ruang lingkupnya, kunci interpretasi citra dibedakan menjadi
empat jenis, yaitu:
a) Kunci individual (item key), yaitu kunci interpretasi citra yang
digunakan untuk obyek atau kondisi individual. Misalnya kunci interpretasi untuk
tanaman karet.
b) Kunci subyek (subject key), yaitu himpunan kunci individual yang
digunakan untuk identifikasi obyek-obyek atau kondisi penting dalam suatu
subyek atau kategori tertentu. Misalnya kunci interpretasi untuk tanaman
perkebunan.
21
c) Kunci regional (regional key), yaitu himpunan kunci individual atau
kunci subyek untuk identifikasi obyek-obyek atau kondisi suatu wilayah tertentu.
Wilayah ini dapat berupa daerah aliran sungai, wilayah administratif atau wilayah
lainnya.
d) Kunci analog (anlogues key) ialah kunci subyek atau kunci regional
untuk daerah yang terjangkau secara terrestrial tetapi dipersiapkan untuk daerah
lain yang tak terjangkau secara terrestrial. Misalnya digunakan kunci interpretasi
hutan Kalimantan untuk interpretasi hutan di Irian Jaya. Cara ini tidak dianjurkan,
kecuali di dalam keadaan darurat.
2. Atas Dasar Lainnya
Di samping berdasarkan linmgkupnya, kunci interpretasi citra sering
dibedakan dengan beraneka dasar. Salah satu dasar pembeda lainnya ialah pada
karakter dasar atau karakter intrinsiknya. Berdasarkan karakter intrinsiknya ini
maka kunci interpretasi citra dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a) Kunci langsung (direct key), yaitu kunci interpretasi citra yang
disiapkan untuk obyek atau kondisi yang tampak langsung pada citra, misalnya
bentuk lahan dan pola aliran permukaan.
b) Kunci asosiatif (associative key), yaitu kunci interpretasi citra yang
terutama digunakan untuk deduksi informasi yang tidak tampak langsung pada
citra, misalnya tingkat erosi dan kepadatan penduduk.
Kunci interpretasi citra sebaiknya digunakan untuk daerah tertentu saja,
yaitu yang dibuat untuk daerah A tidak seyogyanya diterapkan begitu saja untuk
daerah B kecuali untuk kunci analog.
22
PENANGANAN DATA
Citra dapat berbentuk kertas cetakan atau transparansi yang juga semakin
banyak digunakan. Transparansi dapat berujud lembaran tunggal maupun
gulungan. Dalam menanganinya perlu berhati-hati jangan sampai menimbulkan
goresan atau bahkan penghapusan padanya. Untuk transparansi gulungan lebih
mudah penanganannya, akan tetapi terhadap yang lembaran perlu lebih berhati-
hati, baik lembaran transparansi maupun lembaran kertas cetak.
Banyak citra beragam jenis, skala, atau saat perekaman digunakan secara
bersamaan untuk meningkatkan hasil interpretasinya. Dengan demikian sering
banyak citra yang dihadapi oleh penafsir citra. Penafsir citra yang berpengalaman
pun belum tentu memperhatikan cara penanganan data, karena ia mungkin lebih
tertarik pada interpretasinya. Hal demikian tentu saja tidak baik untuk kemudahan
dalam menyimpan dan mencari kembali, dan untuk keawetan citra.
Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik ialah
(1) menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik
dan menghadap ke atas,
(2) mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan
dilaksanakan dan meletakkan kertas penyekat di antaranya,
(3) meletakkan tumpukan citra sedemikian sehingga jalur terbang
membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat, sedapat mungkin dengan
arah bayangan mengarah ke pengamat,
(4) meletakkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding sebelah-
menyebelah dengan yang akan diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji,
tumpukan menghadap ke bawah dalam urutannya (Sutanto, 1992).
23
Menurut Este dan Simonett, interpretasi citra merupakan perbuatan
mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan
menilai arti pentingnya objek tersebut. Adapun unsur-unsur interpretasi pada citra
atau foto udara terdiri atas sembilan macam, yaitu sebagai berikut.
1. Rona dan Warna Rona (Tone), yaitu tingkat kegelapan atau kecerahan
suatu objek pada citra.
Adapun Warna (Colour), yaitu wujud yang tampak pada mata dengan
menggunakan spektrum tampak yang lebih sempit. Misalnya, warna biru, hijau,
merah, dan warna yang lainnya.
2. Tekstur (Texture) adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang
dinyatakan dengan kasar, sedang, dan halus. Misalnya, hutan bertekstur kasar,
semak belukar bertekstur sedang, sedangkan sawah bertekstur halus.
3. Bentuk (Shape) adalah konfigurasi atau kerangka gambar dari suatu
objek yang mudah dikenali. Misalnya, persegi empat teratur dapat diidentifikasi
sebagai komplek perkantoran, sedangkan bentuk persegi tidak teratur dapat
diidentifikasi sebagai kompleks permukiman penduduk. Bentuk lainnya antara
lain gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, dan U atau persegi
panjang.
4. Ukuran (Size) adalah ciri objek berupa jarak, luas, lereng, dan volume.
Ukuran objek pada citra dikalikan dengan skala meng hasilkan jarak yang
sebenarnya.
5. Pola (Pattern) adalah susunan keruangan yang dapat menandai bahwa
suatu objek merupakan bentukan oleh manusia atau bentukan alamiah. Misalnya,
pola garis teratur merupakan pola jalan, sedang kan pola garis yang berkelok-
24
kelok merupakan sungai. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang
teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, serta selalu menghadap ke
jalan. Kebun karet, kebun kelapa, dan kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan
atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak
tanamnya.
6. Situs (Site) adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Misalnya, permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir pantai, tanggul
alam, atau sepanjang tepi jalan. Adapun persawahan banyak terdapat di daerah
dataran rendah dan berdekatan dengan aliran sungai. Jadi, situs sawah berdekatan
dengan situs sungai.
7. Bayangan (Shadow) adalah sifat yang menyembunyikan detail atau objek
yang berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan
yang penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi
lebih jelas. Misalnya, lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan,
begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya
bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya memper lihatkan bayangan
objek yang tergambar dengan jelas.
8. Asosiasi (Association) adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan
objek yang lainnya. Misalnya, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta
api. Adapun permukiman penduduk berasosiasi dengan jalan.
9. Konvergensi Bukti adalah bukti-bukti yang mengarah kepada kebenaran,
artinya semakin banyak unsur interpretasi yang diguna kan dalam
menginterpretasi suatu citra maka semakin besar kemung kinan kebenaran
25
interpretasi yang dilakukan. Tahapan-tahapan kegiatan dalam interpretasi citra,
yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis.
1. Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak
maupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek.
Misalnya, objek berupa savana.
2. Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada
citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat
stereoskop.
Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu sebagai berikut.
a. Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dengan objek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna.
Adapun faktor yang mempengaruhi rona antara lain sebagai berikut.
1) Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus).
2) Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan).
3) Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup, dan gelap).
4) Keadaan cuaca (cerah atau mendung).
5) Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi).
6) Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan juni atau september).
b. Ciri Spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang permukaan Bumi. Ciri
spasial dapat dikenali dengan menggunakan unsurunsur interpretasi yang meliputi
rona, bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan tekstur.
c. Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada waktu
perekaman. Misalnya, rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedangkan
pada musim kemarau tampak gelap.
26
3. Analisis adalah kegiatan penelaahan dan penguraian data hasil
identifikasi sehingga dapat dihasilkan dalam bentuk tabel, grafik, atau peta
tematik.
Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk
mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki
menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah
ini :
Hirarki Interpretasi Citra
Digitasi on screen merupakan suatu teknik digitasi atau proses konversi dari
data format raster ke dalam format vektor. Pada proses ini, peta yang akan digitasi
terlebih dahulu harus dibawa ke dalam format raster baik itu melalui proses
scanning dengan alat scanner atau dengan pemotretan. Jika peta tersebut
merupakan citra hasil foto udara ataupun satelit maka langsung dimasukkan ke
dalam ArcMap.
27
Digitasi On Screen di bagi kedalam 3 kelompok berdasarkan type
shapefilenya yaitu:
1. Point
Digitasi untuk membuat simbol fasilitas umum, tempat wisata, Gunung, Kota,
Pabrik, dll
2. Line
Digitasi untuk membuat jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, dan sungai.
3. Polygon
Digitasi untuk membuat wilayah Kabupaten,
Salah satu cara membuat peta-peta digital berbasis GIS adalah dengan
melakukan digitasi. Ada dua teknik mendigit data yang lazim digunakan yakni
menggunakan alat bantu yang disebut digitizer, dan mendigit langsung pada layar
komputer dengan bantuan mouse yang dikenal dengan istilah digitasi on screen.
Saat ini, teknik digitasi on screen lebih disenangi karena lebih cepat, mudah dan
praktis sehingga mampu menghemat lebih banyak biaya, usaha dan waktu
dibandingkan digitasi menggunakan digitizer.
Idealnya , proses digitasi membutuhkan data mentah sebagai peta dasar
untuk digitasi. Digitasi on screen menuntut adanya peta dasar sebagai data mentah
yang sudah dalam format digital (bisa masuk komputer). Data mentah ini berupa
data raster yang kebanyakan dihasilkan melalui scanning, foto udara, citra satelit,
dan sebagainya.
28
F. Simpulan
1. Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
tersebut.
2. unsur-unsur interpretasi pada citra atau foto udara terdiri atas sembilan macam,
yaitu sebagai berikut: Rona dan Warna Rona, Tekstur, Bentuk, Ukuran, Pola,
Situs, Bayangan, Asosiasi, dan Konvergensi Bukti.
3. Digitasi on screen merupakan suatu teknik digitasi atau proses konversi dari
data format raster ke dalam format vector.
4. Digitasi On Screen di bagi kedalam 3 kelompok berdasarkan type shapefilenya
yaitu: Point, Line dan Polygon
29
G. Daftar Pustaka
Al Bahra bin Ladjamudin. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005
Budiyanto, Eko , 2002, Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS, Andi , Yogyakarta.
Delima, Y.I. 2007. Aplikasi Web Geographic Information System (SIG) Untuk Mencari Jalur Alternatif Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Nuarsa, I Wayan. 2005. Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Puntodewo A, Dewi S, dan Tarigan J. 2003. Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan sumber daya alam. Bogor Barat: Center for International Forestry Research.
Sembiring, K. 2007. Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia. Lomba Karya Tulis Mahasiswa. Bandung.
30
ACARA IIIEditing dan Pelabelan
A. Pustaka
GIS merupakan suatu bidang kajian ilmu yang relatif baru yang dapat
digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu sehingga berkembang dengan
sangat cepat. Berdasarkan International GIS Dictionary atau directory
internasional GIS, pengertian dari GIS adalah a computer system for capturing,
managing, integrating, manipulating, analysing and displaying data which is
spatially referenced to the Earth. Tentunya masih banyak definisi atau pengertian
lain dari GIS yang juga disosialisasikan oleh pakar-pakar GIS dari berbagai
displin ilmu. Sebagai perbandingan, ESRI sebagai suatu vendor besar yang
bergerak dalam bidang GIS mendefinisikan GIS sebagai kumpulan yang
terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan
personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-
muhktahirkan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk
informasi yang mempunyai referensi geografi. Secara umum, berdasarkan
definisi-definisi yang data tersebut, satu fungsi dari GIS yang sangat penting
adalah kemampuan untuk menganalisis data, terutama data spasial yang kemudian
menyajikannya dalam bentuk suatu informasi spasial berikut data attributnya.
Manajemen data dalam SIG utama adalah fungsi menyimpan, menampilkan,
dan menggali data dari bank data. Penyimpanan data termasuk kegiatan untuk
memperbaiki dan memperbaharui data spasial dan data atribut. Pilihan bentuk dan
teknik penyimpanan data spasial dalam SIG sangat mempengaruhi efisiensi
31
system operasional SIG. Penyimpanan data spasial dalam format JPEG, GIF, Tiff/
GeoTiff, ers, alg, erv, dan sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap kapasitas
simpanan, tetapi berpengaruh juga terhadap kecepatan operasional SIG. Secara
umum pengolahan data dilaksanakan mulai dari penampilan data geospasial pada
layar montor, konversi data, editing (perbaikan), pelabelan, penyimpanan dan
pengaktifan kembali.
Pengolahan atau manajemen data sering dikaitkan dengan sistem keamanan
data dan kemudahan dalam penyajian data setiap saat diperlukan. Manajemen/
pengolahan data, terutama pilihan bentuk/ format penyimpanan data dalam suatu
file data harus diperhatikan jangka waktu pemakaiannya, apakah untuk pemakaian
jang pendek, jangka menengah atau jangka panjang. Untuk itu perlu dilakukan
identifikasi dan evaluasi prosedur pada setiap sistem manajemen data yang akan
dilakukan.
B. Tujuan
1. Melakukan perbaikan Arc terhadap hasil digitasi yang mengandung kesalahan
2. Memberi, menambah dan memperbaiki label pada setiap polygon
32
C. Alat dan Bahan
1. Seperangkat computer yang dilengkapi dengan CD Room dan USB Mas
Storage Device Manager; dan Sofware GIS
2. Foto udara dan Citra satelit daerah Cilacap yang sudah didigitasi on screen
D. Cara Kerja
1. Setelah selesai digitasi ,buka Arc Info GIS versi 3.5.1
2. Ketiklah perintah pada Arc Info,C:/[ARC] shapearc hd hdp
(enter) .Catatan: hd= coverage hasil digitasi ;hdp = coverage yaang akan
diedit
3. Ketik perintah C:/[ARC] clean hdp (enter)
4. Ketik perintah C:/[ARC] arcedit (enter)
5. Ketik perintah C:/[ARC] disp 4 (enter)
6. Ketik perintah C:/[ARC] edit hdp (enter)
7. Ketik perintah C:/[ARC] drawen all ;draw (enter),maka arc hasil digitasi
ditampilkan
8. Perintah lain diberikan pada saat pelaksanaan praktikum sesuai kebutuhan
33
E. Hasil dan Pembahasan
Editing data spasial berkaitan dengan proses-proses menambah, menghapus
dan mengubah objek-objek spasial pada peta digital. Tetapi bagian utama dari
editing data spasial adalah menghilangkan kesalahan digitasi. Peta yang baru
dibuat, meski dilakukan seteliti mungkin tetap selalu ada kesalahan.
Kesalahan yang ada pada peta digital biasanya selain kesalahan digitasi
adalah peta tersebut telah kedaluwarsa (outdate), oleh karena itu data spasial juga
34
perlu direvisi atau diperbaharui. Proses pembaharuan (updating) pada dasarnya
sama seperti proses editing data.
Menu utama dalam proses pengolahan data adalah perbaikan (editing)
datagrafis dan data nongrafis. Editing data grafis dilakukan untuk memperbaiki
coverage akibat adanya kesalahan yang dibuat pada waktu digitasi. Editing dalam
SIG dapat dilakukan menggunakan program ARC_VIEW dan menggunakan
program ARC_INFO. Kesalahan digitasi berupa : (a) kelebihan garis (overshoot);
(b) garis yang belum menyambung (undershoot); (c) poligon yang belum diberi
label; (d) polygon yang kelebihan label; (e) adanya gap antara dua garis atau dua
poligon yang belum tertutup; dan (f) Nilai User-ID. Jenis-jenis feature dalam
melakukan editing menggunakan program ARC_INFO, antara lain : (a) EF-TIC
(untuk mengedit titik ikat coverage); (b) EF-ARC (untuk mengedt garis/ arc); (c)
EF-LABEL (untuk mengedit label yang salah); EF-NODE (untuk mengedit node);
EF-ANNO (untuk mengedit anotasi).
Kesalahan lokasi berhubungan dengan lokasi objek peta pada peta digital.
Tujuan akhir digitasi adalah menduplikasi peta sumber (paper map) menjadi
format digital. Untuk menentukan seberapa baik tujuan itu dicapai adalah dengan
cara membuat check plot peta digital pada skala yang sama dengan peta sumber,
dan menumpangkan hasil plot pada peta sumber serta melihat kesepadanan
keduanya. Ada toleransi tertentu yang diijinkan untuk kesalahan lokasi ini. Di
Amerika Serikat, The Natural Resources Conservation Service (NRCS)
menetapkan pergeseran antara garis peta 38 sumber dengan garis peta digital
hasil plotting tidak lebih dari 0,01 inc (0,254 millimeter), yang berarti pada skala
35
1:24.000, toleransi ini mewakili 20 feet (6 – 7 meter) jarak sebenarnya di
permukaan bumi.
Contoh-contoh editing dalam SIG :
(1) overshoot
(2) undershoot
(3) kurang label
(4) kelebihan lebel
(5) gap dua garis/ poligon yang belum tertutup
36
Kesalahan topologis terjadi karena adanya pelanggaran aturan relasi
topologis yang digunakan dalam software GIS. Kesalahan umum yang terjadi
adalah arc-arc yang seharusnya bertemu pada suatu titik (node) tidak bertemu
dengan sempurna. Kesalahan ini disebut undershoot jika ada gap antar arc, dan
disebut overshoot jika ada arc yang melewati (overextended) arc yang lain. Kedua
kesalahan tersebut menghasilkan dangling arc, yaitu arc yang memiliki polygon
kiri dan polygon kanan yang sama, dan menghasilkan dangling node pada ujung
arc.
Secara umum lebih mudah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
overshoot dibanding undershoot. Dangling node juga terjadi jika polygon tidak
tertutup dengan benar. Overshoot (kiri) dan Undershoot (kanan) Unclosed
polygon Dalam kasus khusus dangling node dapat diterima bahkan diperlukan,
misal pada cabang-cabang sungai, atau jalan buntu pada peta.
Jenis kesalahan yang lain adalah pseudo node, yaitu node-node yang
membentuk arc tersendiri pada sebuah arc yang seharusnya kontinyu. Namun
pseudo node pada kasus tertentu dapat diterima, misal segmen jalan yang
memiliki atribut yang berbeda karena batas kecepatan yang berbeda.
Arc memiliki from-node dan to-node yang menentukan arah arc, oleh karena
itu kesalahan arah arc dapat menjadi sumber kesalahan topologis, misal arah
aliran air pada aplikasi hidrologi harusmenuju daerah ketinggian yang lebih
rendah, atau jalan yang searah (one-way street) harus mengikuti arah lalu lintas
yang telah ditentukan Arah arc ditentukan oleh from-node dan to-node. Kesalahan
topologis dapat juga menghasilkan label ganda (multiple label). Sebuah polygon
harus memiliki satu label dan tidak ada dua polygon dengan label yang sama.
37
F. Simpulan
38
G. Daftar Pustaka
Ackermann, University of Stuttgart, Digital Photogrammetry : Challenge and Potential, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, PE&RS, June 1996.
Alec McEwen, Geomatics and Law, Geomatica, Vol. 50, No.1, 1996, pp.103
Andrew U. Frank, Geoinformation, Technical University Vienna, Surveying Education for Future, Geomatica, Vol. 49, No.3, 1995, pp.273-282.
Barry Wellar, Prof., Department of Geography, Univ. of Ottawa, Geomatics Education and Training, 1995-2000 ; Trends, Issues, Opportunities and Challenges, Geomatica, Vol. 49, No.3, 1995, pp.336-340
Davis, B. E., 1996. GIS: A Visual Approach. Ist edition. OnWord Press. Camino Entraa Santa Fe, USA
Denis B., Geomatics Canada, Natural Resources Canada, Geomatics in Canada, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995, pp. 124-128
Geomatics Canada : A New Name A New Approach, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995 Excellence in Geomatics : Quality Management and Standards, Geomatica, Vol. 48, No.3, summer 1994 Vaniceck, Geodecy the concept, 1st edition, 1982.
Mazerall, Reorganization of Geomatics Canada, Geomatica, Vol. 49, No.2, 1995, pp.232-233. Peter Paul, National Atlas Information Service, Canada Center for Mapping, Geomatics Canada, Geomatics Canada and the World Wide Web (WWW), Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995.
39
ACARA IVLayout Peta Tematik
A. Pustaka
Pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data,
editing data, analisis data, penambahan label, dan pengaturan legenda daftar isi
telah dilakukan. Melalui fasilitas layout kita dapat membuat dan mengatur data
mana saja yang akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis gis yang
kita gunakan serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan.
Layout bersifat dinamis, artinya kompenen pada layout akan berubah
apabila kita mengadakan perubahan terhadap komponen tersebut. Misalnya view
yang digunakan pada layout akan berubah bentuk tampilannya apabila kita
mengadakan perubahan pada window view tersebut.
Dalam proses pembuatan peta, fase akhir adalah layout atau tata letak peta.
Layout peta sebaiknya mengikuti kaidah dan komponen kartografi. Hal ini agar
nantinya peta yang dihasilkan dapat dengan mudah dibaca ataupun diinterpretasi
oleh orang lain yang menggunakannya. Peta-peta yang menarik, informatif dan
akurat tentunya merupakan salah satu komponen penting dalam
merepresentasikan data untuk berbagai kerperluan
Untuk memulai melakukan layout peta pastikan semua symbologi baik
warna ataupun notasi lain telah selesai di tentukan, selain itu skala tampilan juga
perlu di pastikan betul telah selesai agar nantinya proses layouting atau penayajian
peta dapat berjalan dengan efisien
40
Tahap keluaran data hasil kerja dalam proses SIG berupa : (1) peta dasar,
seperti: peta foto udara, peta radar, peta citra satelit, peta atlas, peta topografi, dan
peta rupa bumi; (2) peta tematik atau peta bertema, seperti : peta administrasi
wilayah, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta lereng, peta
hidrologi, peta kerentanan banjir, peta kerentanan longsor, peta vegetasi, peta
sebaran hama penyakit tanaman, peta rencana pengembangan wilayah, dan peta
pengebangan agroindustri, dan (3) data deskriptif berupa data tabel, grafik dan
buku laporan ilmiah yang terkait dengan peta yang dihasilkan. Pada tahap ini
diperlukan alat pencetak peta dan laporan, berupa: a) printer untuk pencetakan
peta dan buku laporan pada ukuran A4 dan A3, b) plotter untuk pencetakan peta
pada ukuran A0 atau ukuran besar.
Secara umum data keluaran hasil kerja SIG dapat dikelompokan menjadi
dua bagian, yaitu (1) data keluaran sementara (tentatif), dan (2) data keluaran
akhir. Data keluaran sementara (tentatif) umumnya berupa peta satuan lahan
homogen (peta SLH) yang tersusun dari dua atau lebih peta tematik untuk tujuan
survei sumberdaya lahan, yaitu digunakan sebagai peta kerja lapang. Peta
keluaran akhir dalam proses SIG, seperti peta penggunaan lahan dapat digunakan
sebagai dasar perumusan dan penetapan kebijakan penanggulanan bajir,
pengaturan tata ruang, evakuasi dan rehabilitasi lahan.
B. Tujuan
1. Menampilkan layout peta dalam format cetak yang benar, misalnya dalam
skala 1 : 50.000
41
C. Alat dan Bahan
D. Cara Kerja
1. Setelah digitasi, editing dan pemberian label dinyatakan selesai, maka hasil
digitasi disimpan dan ditampilkan menggunakan ArcView versi 3.3.
2. Pada menubar klik View > Layout.
3. Dari Template Manager, dipilih portrait dan klik OK.
4. Dari menubar klik Layout > Hide Grid; kemudian diklik Layout > Page setup.
5. Pada jendela Page Setup, pada kolom Page Size dipilih ukuran A4; pada kolom
Unit map dipilih Centimeter; kemudian diklik OK.
6. Pada jendela Layout, diatur grid-nya, koordinat, tata letak peta, judul peta,
skala, dan legenda petanya; kemudian ditambahkan keterangan lain yang
dibutuhkan, misalnya: Nama pemeta, Instansi dan tahun pembuatan petanya.
42
E. Hasil dan Pembahasan
Layout dalam system Arc View adalah proses hasil keluaran dari pekerjaan
project suatu view yakni peta, dimana tata letak dan legenda peta akan
ditempatkan, lengkap dengan koordinat baik geodetics maupun UTM, serta
informasi informasi lainnya yang relevan terhadap peta yang ditampilkan.
Pelaksanaan masuk dalam pekerjaan layout disarankan apabila telah selesai
seluruh view view yang di editing, sehingga tidak terjadi perubahan posisi pada
waktu pencetakan, sebab apabila koordinat telah ditempatkan sementara editing
pada view masih dilakukan, dikhwatirkan user lupa mengembalikan posisi view
pada posisi awalnya, sehingga koordinat tidak sesuai dengan keadaan posisi peta,
sebelum masuk kedalam lembar layout pastikan extention yang mewakili
berfungsinya lembar view yang akan ditampilkan yakni graticule and measure
grid sudah di chek list, caranya dengan klik file pilih extention kemudian check
list graticule and measure.
43
1. PAGE SETUP
Perlu di ingat bahwa dalam
pembuatan layout pencetakan nantinya
adalah dengan menentukan tata letak dan
ukuran kertas dalam pencetakan, dalam arc
view penentuan pencetakan kertas sangat
ditentukan hasilnya, dan tidak dapat di convert ke ukuran lain apabila ukuran awal
telah ditentukan, maka user harus menentukan dulu ukuran kertas yang akan
dipakai dalam pencetakan, dengan cara pilih menu Layout kemudian pilih Page
setup maka akan muncul dialog box yang memperlihatkan jenis kertas dan bentuk
cetakan, disini kita coba pilih ukuran A4 dan Landscape
II. Meletakkan View Frame
Setelah penentuan lembar
cetakan kita tentukan mulailah kita
meletakan hasil kerja project dalam
View kedalam lembar kerja layout,
“harus di ingat tata letak dan kaidah
pemetaan utamanya untuk untuk
tempat legenda, insert dan lain lainnya harus dipertimbangkan” Peletakan
lembar kerja view dengan klik button tool kemudian bawa mouse kedalam
lembar kerja geser (drop and drag) dan kasih ruang untuk peletakan koordinat dan
legenda nantinya agar tampilan peta yang kita buat sesuai dengan kaidah kaidah
kartografi dan pemetaan selanjutnya akan muncul box view frame properties,
kemudian pilihlah view yang akan ditampilkan dalam lembar kerja.
44
III. Mengatur Skala Koordinat
Atur scala tampilan secara manual
dengan memilih scale pada posisi set scale
pada pilihan User Specified scale
(menentukan skala secara manual) masukan
angka scala yang kita harapkan (usahakan
dalam memasukan angka sacala adalah angka yang bulat. Setelah peta view ter
tampil pada lembar layout selanjutnya adalah menentukan dan meletakan
koordinat pada sisi peta
dengan mengklik icon button
graticule and measure nya.
Chek list create greaticule,
dan pada create Measure grid
hilangkan checklist nya,
untuk Create graticule,
adalah menentukan koordinat Geodetic yang akan ditampilkan dalam lembar kerja
Layout nantinya, sedangkan untuk create measured grid adalah untuk lembar kerja
dengan koordinat UTM. Selanjutnya pilih next dan akan muncul box Selanjutnya
dimana ada dua macam pilihan tampilan dalam layout koordinat, pada pilihan
”label only” disini tampilan koordinat tidak memakai garis bantu, sedangkan pada
”graticules and labels” adalah tampilan koordinat dengan garis dan label,
kemudian pilihan pada ”degree” pilih angka sesuai besaran derajat selisih
tampilan yang dikehendaki misalnya per 1 (satu) an derajad dan selanjutnya, pada
latitude maupun longitude selanjutnya pilihan pada minute tergantung pada besar
45
kecilnya scala peta, semakin besar scala peta semakin besar jarak antar minute
nya, untuk pilihan ”second” tergantung juga pada besaran scala peta, sedangkan
font dan size huruf tergantung selera user.
IV. Legenda
Dalam sebuah peta,
legenda sangat penting untuk
memberikan informasi seputar
peta yang ditampilkan, posisi
legenda yang akan ditempatkan
juga menjadi sangat penting,
adakalanya posisi legenda sebelah kiri dari peta, ataupun sebelah kanan, ada juga
legenda terletak di sebelah bawah, dan sering juga legenda terletak di dalam
sebuah peta, hal ini tergantung rasa estetika pembuatnya saja, kemungkinan juga
informasi untuk legenda yang akan ditampilkan cukup banyak. Membuat legenda
dapat juga dilakukan dengan cara manual dan bukan dengan input langsung dari
view, cara ini kurang efektif dan apabila terjadi perubahan theme pada view, maka
legenda manual tadi tidak secara otomatis berubah, lain hal nya kalau legenda di
input langsung dari view.
V Judul Peta
Setiap peta mempunyai judul yang memberikan informasi tentang
keberadaan peta berdasarkan posisi dan koordinat muka bumi juga menampilkan
skala layout berbanding dengan keadaan senyatanya. Pembuatan judul pada peta
dapat dilakukan secara manual dengan label text, pilihlah text dan ukuran yang
sesuai dengan besaran lokasi tempat judul akan diletakkan.
46
VI Mata Angin
Posisi layout selalu terlatak pada posisi utara
pada layar monitor, pilihan icon matangin telah
disediakan oleh arcview dan hanya memilih icon icon
yang di inginkan, letakkan icon mata angin pada posisi yang di kehendaki, klik
pada icon matangin, kemudian drop and drag pada posisi nya.
VII. Inset Peta
Inset peta diperlukan
untuk memberikan
informasi yang lebih akurat
lagi bagi pihak yang
membutuhkan nya, dalam
hal ini kita coba
menampilkan sebuah peta
yang lebih kecil untuk di inset ke dalam peta yang lebih besar lagi, misalnya
kabupaten kampar terhadap Propinsi Riau. Untuk membuat layout peta buka view
baru, dan masukkan theme yang lebih besar dari kabupaten kampar dan masukkan
juga theme kabupaten kampar.shp beri juga infomasi yang menunjukan lokasi
peta dimaksud dan atau warna warna lain, ini untuk memperjelas informasi
47
F. Simpulan
1. Layout dalam system Arc View adalah proses hasil keluaran dari
pekerjaan project suatu view yakni peta.
2.
48
G. Daftar Pustaka
Alec McEwen, Geomatics and Law, Geomatica, Vol. 50, No.1, 1996, pp.103
Andrew U. Frank, Geoinformation, Technical University Vienna, Surveying Education for Future, Geomatica, Vol. 49, No.3, 1995, pp.273-282.
Denis B., Geomatics Canada, Natural Resources Canada, Geomatics in Canada, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995, pp. 124-128
Geomatics Canada : A New Name A New Approach, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995 Excellence in Geomatics : Quality Management and Standards, Geomatica, Vol. 48, No.3, summer 1994 Vaniceck, Geodecy the concept, 1st edition, 1982.
49