ISI SIG 2013

74
ACARA I Pengenalan Software SIG dan Data Geografis A. Pustaka SIG (Sistem Informasi Geografis), merupakan suatu sistem (berbasis komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi–informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek–objek dan fenomena–fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a)masukan, (b)keluaran, (c)manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (d)analisis dan manipulasi data (Aronoff89 dalam Prahasta:2004). Definisi SIG selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah berkembang. Selain itu, SIG juga merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang 1

Transcript of ISI SIG 2013

Page 1: ISI SIG 2013

ACARA IPengenalan Software SIG dan Data Geografis

A. Pustaka

SIG (Sistem Informasi Geografis), merupakan suatu sistem (berbasis

komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi–

informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan

menganalisis objek–objek dan fenomena–fenomena dimana lokasi geografis

merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan

demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan

berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis: (a)masukan,

(b)keluaran, (c)manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (d)analisis

dan manipulasi data (Aronoff89 dalam Prahasta:2004).

Definisi SIG selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi. Hal ini terlihat

dari banyaknya definisi SIG yang telah berkembang. Selain itu, SIG juga

merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan

oleh berbagai bidang dispilin ilmu, dan berkembang dengan cepat. Berikut

merupakan garis besar dari definisi–definisi SIG yang telah beredar di berbagai

pustaka :

1.      SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer,

perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk

memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan

menampilkan semua  bentuk informasi yang bereferensi geografi (ESRI:1990

dalam Prahasta:2004).

1

Page 2: ISI SIG 2013

2.      SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasuukan (capturing),

menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan

menampilkan data–data yang berhubungan dengan posisi–posisi di muka bumi

(Rice:1920 dalam Prahasta:2004).

3.      SIG adalah kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang

memungkinkan untuk mengelola (mangae), menganalisa, memetakan  informasi

spasial berikut daya atributnya (data deskriftif) dengan akurasi kartografi

(Basic:1920 dalam Prahasta:2004).

4.      SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,

memeriksa, mengintegrasikan dan menganalisa informasi–informasi yang

berhubungan dengan permukaan bumi (Demers :1997 dalam Prahasta:2004).

5.      SIG merupakan sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data

yang tereferensi secara spasial atau koordinat–koordinat geografi. Dengan kata

lain, SIG merupakan sistem basisdata dengan kemampuan–kemampuan khusus

untuk data yang tereferensi secara geografis berikut sekumpulan operasi–operasi

yang mengelola data tersebut (Foote:1995 dalam Prahasta:2004).

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan

linkungan sistem–sistem yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Sistem SIG

terdiri dari beberapa komponen berikut: (Gistut:1994 dalam Prahasta:2004)

1.      Perangkat Keras: Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform

perangkat keras mulai dari PC desktop, workstation, hingga multiuser host yang

dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer

yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan yang besar, dan

mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian,

2

Page 3: ISI SIG 2013

fungsionalitas SIG tidak secara ketat terhadap karakteristik–karakteristik fisik

perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC-pun dapat diatasi.

Adapaun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer

(PC), mouse, digitize, printer, dan scanner.

2.      Perangkat lunak: bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem

perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basisdata memegang

peranan kunci. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan

perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan

jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang

masing–masing dieksekusi sendiri.

3.      Data dan informasi geografis: SIG dapat mengumpulakan dan menyimpan

data dan infotmasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng

import-nya dari perangkat–perangkat lunak SIG yang lain maupun secara

langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data

attributnya dari tabel–tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

4.      Manajemen: suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan baik dan

dikerjakan oleh orang–orang yang memiliki keahlian yang tepat apda semua

tingkatan.

B. Tujuan

1. Mengetahui dan bias menjalankan program SIG dengan benar.

2. Mengetahui jenis dan kegunaan menu utama program ER Mapper, dan

ArcView

3

Page 4: ISI SIG 2013

3. Mengetahui karakteristik foto udara dan citra satelit sebagai salah satu sumber

data dalam pekerjaan survey dan pemetaan.

4. Mengetahui karakteristik obyek yang terekam pada foto udara, citra Landsat,

dan citra SPOT.

4

Page 5: ISI SIG 2013

C. Alat dan Bahan

1. Sepetangkat computer yang dilengkapi dengan CD Room dan USB Mass

Storage Device manager

2. Program ER Mapper

3. Program ArcView

4. Cakram (CD) atau Flashdisk untuk penyimpanan data hasil praktikum

5. Foto udara dan Citra satelit daerah Cilacap dalam bentuk sofcopy

D. Cara Kerja

1. Komputer dihidupkan, catat spesifikasi hardware dan software yang telah

diinstall di computer

2. Program ER Mapper dibuka, dicatat menu utama dan kegunaanya yang ada

pada program tersebut dalam bentuk table pengamatan

3. Program ArcView dibuka, dicatat menu utama dan kegunaanya yang ada pada

program tersebut dalam bentuk table pengamatan

4. Buka semua data spasial yang ada menggunakan ER Mapper. Perhatikan

tampilan citra dalam Pseudo Layer dan RGB Layer dalam berbagai kombinasi

saluran spectral. Catat semua karakteristik foto dan citra yang di tampilkan

5. Lakukan interpretasi pada berbagai obyek yang tergambar pada foto udara dan

citra tersebut dan catatlah hasil interpretasi dalam table karakteristik foto

uadara dan citra satelit

6. Pilihlah kombinasi saluran spectral yang terbaik, dan simpan dengan

ekstensi .ers; .bil; .tif dan .jpg.

5

Page 6: ISI SIG 2013

E. Hasil dan Pembahasan

6

Page 7: ISI SIG 2013

Pengolahan citra digital rnerupakan serangkaian perlakuan terhadap citra

menggunakan teknik-teknik yang dikenal dalam bidang penginderaan jauh (digital

image processing), dimana di dalamnya bisa saja terdapat proses restorasi citra

(koreksi atmosferik dan koreksi geometrik), penajaman citra dan pemfilteran

spasial, transformasi citra, klasifikasi citra, dan lain-lain serta output.

A. Perangkat Lunak ER Mapper

ER Mapper adalah software pengolah citra digital yang saat ini telah banyak

dipakai. Pengembangan pengembangan yang telah dilakukan selama kurun waktu

itu membuat software ER Mapper memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan

semakin baik untuk pengolahan data digital penginderaan jauh dibanding versi

sebelumnya.

ER Mapper dapat dijalankan pada komputer dengan spesifikasi minimal:

komputer PC/AT dengan procesor pentium, RAM 24 Mb, dengan sistem operasi

Windows 95 ke atas atau windows NT dan monitor warna beresolusi tinggi. ER

Mapper juga dapat dijalankan pada sistem jaringan keria (network) dengan sistem

operasi UNIX. ER Mapper dapat digunakan untuk menampilkan dan mengolah

data raster, menampilkan dan mengedit data vektor, dan dapat dihubungkan

dengan data dari Sistem Informasi Geografi (SiG), database management system

(DBMS) dan sumber data lainnya.

ER Mapper mengunakan suatu konsep pengolahan data yang dinamakan

algoritma, dimana algoritma ini membuat semacam tahapan-tahapan mandiri

dalam proses pengolahan citra. Tahapan tahapan pengolahan citra dapat disimpan

dan diedit dalam suatu file algoritma yang dapat digunakan untuk tahapan

pengolahan data citra lainnya.

7

Page 8: ISI SIG 2013

ER Mapper didesain khusus untuk penanganan data data yang berkaitan

dengan masalah kebumian dan meliputi industri industri yang bergerak di bidang

kebumian pula. Berikut ini adalah bidang bidang yang dapat menggunakan

aplikasi aplikasi ER Mapper, antara lain:

* Pemantauan lingkungan

* Manajemen dan perencanaan kota dan daerah urban

* Manajemen sumber daya hutan

* Layanan informasi dan manajemen pemanfaatan lahan

* Eksplorasi mineral

* Pertanian dan perkebunan

* Manajemen sumber daya air

* Manajemen sumber daya pantai dan laut

* Oseanografi fisik

* Eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi.

Pada ER Mapper, data citra digital disimpan dalam suatu penyimpanan

elektronik sebagai suatu susunan data dua dimensi yang dinamakan piksel (picture

element). Setiap piksel mewakill suatu area di permukaan bumi. Besarnya area

yang diwakili oleh satu piksel ini tergantung sensor satelit yang digunakan, yaitu

ada yang 10 m, 20 m, 30 m, dll. Ukuran / nilai-nilai ini disebut sebagai resolusi

spasial dari sensor satelit yang dimaksud seperti yang dijelaskan di atas. Susunan

dua dimensi data citra ini disebut sebagai format raster sehingga data citra digital

sering juga disebut data raster. Perlu diketahui bahwa data raster tersusun dalam

baris horisontal yang disebut lines dan kolom vertikal yang disebut sample.

8

Page 9: ISI SIG 2013

Kelebihan ER Mapper

Perkembangan yang telah dialami ER Mapper merupakan usaha agar ER

Mapper dapat menyesuaikan dengan perkembangan perangkat keras (hardware)

dan sistem operasi (OS) yang ada dan berkembang pada saat ini. Perkernbangan

yang terjadi ini juga memberikan beberapa fasilitas baru guna Iebih

memaksimalkan kemampuan software ER Mapper dalarn pengolahan citra digital.

Beberapa kelebihan yang dimiliki ER Mapper adalah :

1. Penyimpanan data harddisk. ER Mapper hanya menyimpan data original dari

citra dan aplikasi penyimpanannya saja, sehingga cukup menghemat ruang

hardisk.

2. Kecepatan penyimpanan. Karena ER Mapper hanya menyimpan data original

citra dan aplikasi pengolahannya sehingga membuat byte data yang tersimpan

lebih kecil dan ini rnernbuat proses penyimpanannya lebih cepat.

3. Pemrosesan template. Algoritma dapat digunakan untuk pengolahan template

untuk aplikasi berbagai data yang berlainan.

4. Kuantitas hasil. Algoritma mengandung semua pengolahan data yang

diperlukan sehingga kita tidak dipersulit dengan pengolahan citra kita : " apa yang

harus dilakukan dengan citra ini ?"

5. Pemrosesan yang interaktif. Pengolahan data terlihat langsung pada layar

monitor tanpa harus membuat file keluaran lebih dulu.

6. Mosaik citra vang interaktif. Mosaik dapat diproses dengan mudah tanpa

memerlukan pencontohan dan penggabungan beberapa file data yang bisa

menghasilkan ruang hardisk yang besar.

9

Page 10: ISI SIG 2013

7. Penggabungan data yang interaktif. Data SPOT dan Landsat TM misalnya

dapat digabung secara interaktif tanpa membutuhkan file file keluaran di hardisk.

8. Kemampuan menampilkan citra piksel perpiksel.

9. Fasilitas tukar menukar data raster hingga 130 format pengimpor data.

10. Fasilitas pencetakan data keluaran hingga 250 format.

11. Kemampuan visualisasi 3D dan flying through.

12. Kemampuan membaca data vektor seperti : AutoCad dan Arc/Info.

13. Kemampuan layout dan output kartografis yang memadai untuk ukuran

software image procesing.

Peta Pendukung Dalam Pengolahan Citra Digital

Dalam pengolahan citra digital kita membutuhkan data atau peta lain

sebagai sumber informasi spasial. Beberapa peta pendukung dalam pengolahan

citra digital contohnya antara lain. Peta Topografi / Rupa Bumi Indonesia.

Peta ini berfungsi sebagai peta referensi dalam proses rektifikasi citra.Peta

Penggunaan Lahan. Pada proses klasifikasifikasi multispektral sering dijumpai

obyek-obyek yang sulit untuk diidentifikasi. Peta penggunaan lahan yang telah

ada dapat digunakan sebagai data acuan yang dapat membantu dalam pergenalan

obyek di lapangan ini. Software pengolah citra umumnya hanya mampu

menampilkan data citra yang mempunyai beberapa band secara 3 dimensi, yaitu 3

band yang ditampilkan bersama-sama dalam mode warna RGB, yaitu ada band-

band yang diproyeksikan pada warna merah (red), hijau (green) dan biru (blue).

Untuk ‘membaca’ atau menginterpretasi tampilan warna RGB ini perlu

memerlukan pengetahuan mengenai pola tanggapan spektral obyek.

10

Page 11: ISI SIG 2013

2. Perangkat Lunak SIG ArcView

Perangkat lunak sistem informasi geografi saat ini telah banyak dijumpai

dipasaran. Masing-masing perangkat lunak ini mempunyai kelebihan dan

kekurangan dalam menunjang analisis informasi geografi. Salah satu yang sering

digunakan saat ini adalah ArcView. ArcView yang merupakan salah satu

perangkat lunak Sistem Infrmasi geografi yang di keluarkan oleh ESRI

(Environmental Systems Research Intitute). ArcView dapat melakukan pertukaran

data, operasi-operasi matematik, menampilkan informasi spasial maupun atribut

secara bersamaan, membuat peta tematik, menyediakan bahasa pemograman

(script) serta melakukan fungsi-fungsi khusus lainnya dengan bantuan extensions

seperti spasial analyst dan image analyst (ESRI).

ArcView dalam operasinya menggunakan, membaca dan mengolah data

dalam format Shapefile, selain itu ArcView jaga dapat memanggil data-data

dengan format BSQ, BIL, BIP, JPEG, TIFF, BMP, GeoTIFF atau data grid yang

berasal dari ARC/INFO serta banyak lagi data-data lainnya. Setiap data spasial

yang dipanggil akan tampak sebagai sebuah Theme dan gabungan dari theme-

theme ini akan tampil dalam sebuah view. ArcView mengorganisasikan

komponen-komponen programnya (view, theme, table, chart, layout dan script)

dalam sebuah project. Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi di dalam

ArcView.

Salah satu kelebihan dari ArcView adalah kemampaunnya berhubungan dan

berkerja dengan bantuan extensions. Extensions (dalam konteks perangkat lunak

SIG ArcView) merupakan suatu perangkat lunak yang bersifat “plug-in” dan

dapat diaktifkan ketika penggunanya memerlukan kemampuan fungsionalitas

11

Page 12: ISI SIG 2013

tambahan (Prahasta). Extensions bekerja atau berperan sebagai perangkat lunak

yang dapat dibuat sendiri, telah ada atau dimasukkan (di-instal) ke dalam

perangkat lunak ArcView untuk memperluas kemampuan-kemampuan kerja dari

ArcView itu sendiri. Contoh-contoh extensions ini seperti Spasial Analyst, Edit

Tools v3.1, Geoprocessing, JPGE (JFIF) Image Support, Legend Tool, Projection

Utility Wizard, Register and Transform Tool dan XTools Extensions.

12

Page 13: ISI SIG 2013

F. Simpulan

1. Program ER Mapper dan ArcView termasuk dalam software SIG dan

pengolah data geografis

2. ER Mapper lebih difungsikan sebagai pengolah data awal yang berasal dari

citra

3. ArcView lebih difungsikan sebagai pengolah data peta digital

4. Pengoperasian progam ER Mapper dan ArcView harus di jalankan dengan

penuh ketelitian.

13

Page 14: ISI SIG 2013

G. Daftar Pustaka

Budiyanto, Eko. 2006. Avenue untuk Pengembangan Sistem Informasi Geografis, Andi Offset, Yogyakarta.

Burrough, P. 1986. Principle of Geographical Information System for Land Resources Assesment. Claredon Press:Oxford.

Fathansyah, Ir. Basis Data. Informatika. Bandung. 2007

Jogiyanto HM, Prof.,Dr., MBA, Akt. Analisis & Desain Sistem Informasi : Pendekatan terstruktur teori dan praktik aplikasi bisnis. Andi Offset. Yogyakarta. 2005

John E. Harmon. Steven J, Anderson, 2003, Design and Implementation of Geographic Information System. John Wiley and Sons : New Jersey.

Kendall E, Kendall J. Analisis dan Perancangan Sistem. PT Indeks. Klaten. 2007

Paul Longley et.al, 2001. Geographic Information System and Science. Jihn Wiley and Sons : New York.

Philippe Rigaux et.al, 2002, Spatial Database With Application to GIS. Morgan Kaufman : San Fransisco.

Prahasta, Eddy, Ir., MT. 2002. Sistem Informasi Geografis : Konsep-Konsep Dasar. Edisi Revisi. Informatika. Bandung.

Prahasta, Eddy, Ir., MT. 2009. Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView.Cetakan Kelima. Informatika. Bandung. Mei.

14

Page 15: ISI SIG 2013

ACARA IIInterpretasi Citra dan Digitasi On Screen

A. Pustaka

Penginderaan jauh (remote sensing) menurut Purwadi, 2001 adalah ilmu dan

seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena

melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung

dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Inderaja merupakan ilmu bila

digunakan untuk lingkup studi inderaja sendiri dan merupakan suatu teknik bila

digunakan sebagai penunjang untuk mempelajari bidang ilmu lainnya

(Pentury,1997). Komponen dasar dalam sistem inderaja adalah radiasi

elektromagnetik (REM), atmosfer, sensor, dan objek.

Menurut Sutanto,1987. Penginderaan jauh (inderaja) adalah ilmu atau seni

untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan

menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala yang

dikaji. Alat yang dimaksud dalam batasan ini adalah alat pengindera atau sensor.

Pada umumnya sensor dipasang pada wahana (platform) yang berupa pesawat

terbang, satelit, pesawat ulang alik atau wahana lainnya. Obyek yang diindera atau

yang ingin diketahui berupa objek dipermukaan bumi, di dirgantara, atau di

antariksa. Penginderaannya dilakukan dari jarak jauh sehingga disebut

penginderaan jarak jauh.

Teknik adalah alat khusus untuk melaksanakan metode. Teknik dapat pula

diartikan sebagai cara melakukan sesuatu secara ilmiah. Teknik interpretasi citra

dimaksudkan sebagai alat atau cara khusus untuk melaksanakan metode

15

Page 16: ISI SIG 2013

penginderaan jauh. Teknik juga merupakan cara untuk melaksanakan sesuatu

secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain ialah interpretasi citra. Bahwa interpretasi

citra dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi. Interpretasi citra

dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori tertentu pula.

Mungkin kadang-kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan, akan

tetapi berupa dugaan ilmiah (scientific guess)

Citra menyajikan gambaran lengkap yang mirip ujud dan letak sebenarnya.

Kemiripan ujud ini memudahkan pengenalannya pada citra, sedang kelengkapan

gambarannya memungkinkan penggunaannya oleh beragam pakar untuk beragam

keperluan. Meskipun demikian, masih diperlukan data lain untuk lebih

meyakinkan hasil interpretasi dan untuk menambah data yang diperlukan, tetapi

tidak diperoleh dari citra. Data ini disebut data acuan yang dapat berupa pustaka,

pengkuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto terrestrial maupun

foto udara selain citra yang digunakan. Data acuan dapat berupa tabel statistik

tentang meteorologi atau tentang penggunaan lahan yang dikumpulkan oleh

perorangan maupun oleh instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang ada

akan meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang akan memperjelas lingkup,

tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.

Untuk verifikasi hasil interpretasi citra sering harus dilakukan cara sampling

dalam pekerjaan medan. Untuk ini perlu dipertimbangkan sampling mana yang

terbaik dan kemudian merancang strategi sampling yang cocok. Pada umumnya

dipilih sampling multitingkat untuk perkiraan tepat terhadap parameter

lingkungan.

16

Page 17: ISI SIG 2013

Van der Meer (1965; dalam Sutanto, 1992) menyatakan pentingnya uji

medan. Pekerjaan pemetaan tanah memerlukan penentuan jenis tanah di tiap

tempat dan delineasi batasnya. Penentuan jenis tanah meliputi 15% - 20% volume

pekerjaan, sedang delineasi jenis tanah meliputi 80% - 85% volume pekerjaan.

Penentuan jenis tanah tetap dilakukan di medan dan di laboratorium, tetapi

delineasi batas jenis tanahnya dapat dilakukan pada foto udara berdasarkan pada

agihan lereng, vegetasi, dan perujudan lain yang sering erat kaitannya dengan pola

agihan jenis tanah.

B. Tujuan

1. Melakukan interpretasi citra secara digital, menggunakan kalsifikasi

unsupervised

2. Menyimpan data citra yang sudah diinterpretasikan dalam format *.bil dan

*.jpg

3. Melakukan digitasi on screen pada citra yang sudah diinterpretasi secara digital

17

Page 18: ISI SIG 2013

C. Alat dan Bahan

1. Seperangkat computer yang dilengkapi dengan CD Room dan USB Mas

Storage Device Manager; dan Sofware GIS

2. Foto udara dan Citra satelit daerah Cilacap dalam bentuk softcopy

D. Cara Kerja

1. Program ER Mapper dibuka

2. Dibuka file data citra digital dalam tampilan RGB sesuai data acara 1

3. Lakukan eksekusi statistika ( Calculate Statistic ), masukkan file data dan klik

OK. Kemudian dibuka kembali data statistic yang telah di eksekusi tersebut

4. Dilakukan interpretasi visual dan spectral (unsupervised) dari citra, kemudian

di catat dilembar kerja

5. Citra yang sudah diinterpretasi ditampilkan dalam tampilan RGB dan simpan

file tersebut ke dalam folder hasil pekerjaan dengan nama yang sama dengan

penambahan class.

6. Dibuka ArcView GIS versi 3.3. Periksa ekstension-nya dan dipilih (centang)

kolom ekstensi yang ada: (1) Geoprocessing; (2) Image Analysis; (3) JPEG

(JFIF) Image Support; (4) Overview Utility; dan (5) TIFF 6.0 Image Support.

Kemudian diklik Make Defaultnya dan klik OK.

7. Ditampilkan citra terklasifikasi tersebut dalam ArcView GIS versi 3.3 dengan

diklik New pada menu utama ArcView dan dipilih citra yang sudah

diklasifikasi.

18

Page 19: ISI SIG 2013

8. Diperiksa koordinatnya apakah sudah sesuai atau belum (klik View >

Properties) jika belum benar diperbaiki dahulu menggunakan ER Mapper.

Bilamana sudah sesuai (ada Latitude dan Longitude-nya) maka dilakukan

digitasi menggunakan fasilitas yang ada di ArcView sesuai petunjuk.

19

Page 20: ISI SIG 2013

E. Hasil dan Pembahasan

20

Page 21: ISI SIG 2013

Penginderaan jarak jauh sangat bermanfaat dalam membantu proses

pengukuran, penelitian dan pengelolaan suatu sumberdaya bumi dengan

menggunakan konsep interpretasi foto udara, fotogeometri, interpretasi citra dari

sensor nonfotografi baik secara visual maupun menggunakan tehnik pemrosesan

citra digital.

KUNCI INTERPRETASI CITRA

Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah

diinterpretasi serta diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya.

Keterangan ini meliputi jenis obyek yang digambarkan, unsur interpretasinya, dan

keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi

daerahnya. Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman dalam

melaksanakan interpretasi citra, dapat berupa kunci interpretasi citra secara

individual maupun berupa kumpulannya. Kunci interpretasi citra dibedakan atas

dasar ruang lingkupnya dan atas dasar lainnya.

1. Atas dasar ruang lingkupnya

Berdasarkan ruang lingkupnya, kunci interpretasi citra dibedakan menjadi

empat jenis, yaitu:

   a) Kunci individual (item key), yaitu kunci interpretasi citra yang

digunakan untuk obyek atau kondisi individual. Misalnya kunci interpretasi untuk

tanaman karet.

   b) Kunci subyek (subject key), yaitu himpunan kunci individual yang

digunakan untuk identifikasi obyek-obyek atau kondisi penting dalam suatu

subyek atau kategori tertentu. Misalnya kunci interpretasi untuk tanaman

perkebunan.

21

Page 22: ISI SIG 2013

   c) Kunci regional (regional key), yaitu himpunan kunci individual atau

kunci subyek untuk identifikasi obyek-obyek atau kondisi suatu wilayah tertentu.

Wilayah ini dapat berupa daerah aliran sungai, wilayah administratif atau wilayah

lainnya.

   d) Kunci analog (anlogues key) ialah kunci subyek atau kunci regional

untuk daerah yang terjangkau secara terrestrial tetapi dipersiapkan untuk daerah

lain yang tak terjangkau secara terrestrial. Misalnya digunakan kunci interpretasi

hutan Kalimantan untuk interpretasi hutan di Irian Jaya. Cara ini tidak dianjurkan,

kecuali di dalam keadaan darurat.

2. Atas Dasar Lainnya

Di samping berdasarkan linmgkupnya, kunci interpretasi citra sering

dibedakan dengan beraneka dasar. Salah satu dasar pembeda lainnya ialah pada

karakter dasar atau karakter intrinsiknya. Berdasarkan karakter intrinsiknya ini

maka kunci interpretasi citra dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

   a) Kunci langsung (direct key), yaitu kunci interpretasi citra yang

disiapkan untuk obyek atau kondisi yang tampak langsung pada citra, misalnya

bentuk lahan dan pola aliran permukaan.

   b) Kunci asosiatif (associative key), yaitu kunci interpretasi citra yang

terutama digunakan untuk deduksi informasi yang tidak tampak langsung pada

citra, misalnya tingkat erosi dan kepadatan penduduk.

Kunci interpretasi citra sebaiknya digunakan untuk daerah tertentu saja,

yaitu yang dibuat untuk daerah A tidak seyogyanya diterapkan begitu saja untuk

daerah B kecuali untuk kunci analog.

22

Page 23: ISI SIG 2013

PENANGANAN DATA

Citra dapat berbentuk kertas cetakan atau transparansi yang juga semakin

banyak digunakan. Transparansi dapat berujud lembaran tunggal maupun

gulungan. Dalam menanganinya perlu berhati-hati jangan sampai menimbulkan

goresan atau bahkan penghapusan padanya. Untuk transparansi gulungan lebih

mudah penanganannya, akan tetapi terhadap yang lembaran perlu lebih berhati-

hati, baik lembaran transparansi maupun lembaran kertas cetak.

Banyak citra beragam jenis, skala, atau saat perekaman digunakan secara

bersamaan untuk meningkatkan hasil interpretasinya. Dengan demikian sering

banyak citra yang dihadapi oleh penafsir citra. Penafsir citra yang berpengalaman

pun belum tentu memperhatikan cara penanganan data, karena ia mungkin lebih

tertarik pada interpretasinya. Hal demikian tentu saja tidak baik untuk kemudahan

dalam menyimpan dan mencari kembali, dan untuk keawetan citra.

Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik ialah

(1) menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik

dan menghadap ke atas,

(2) mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan

dilaksanakan dan meletakkan kertas penyekat di antaranya,

(3) meletakkan tumpukan citra sedemikian sehingga jalur terbang

membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat, sedapat mungkin dengan

arah bayangan mengarah ke pengamat,

(4) meletakkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding sebelah-

menyebelah dengan yang akan diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji,

tumpukan menghadap ke bawah dalam urutannya (Sutanto, 1992).

23

Page 24: ISI SIG 2013

Menurut Este dan Simonett, interpretasi citra merupakan perbuatan

mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan

menilai arti pentingnya objek tersebut. Adapun unsur-unsur interpretasi pada citra

atau foto udara terdiri atas sembilan macam, yaitu sebagai berikut.

1. Rona dan Warna Rona (Tone), yaitu tingkat kegelapan atau kecerahan

suatu objek pada citra.

Adapun Warna (Colour), yaitu wujud yang tampak pada mata dengan

menggunakan spektrum tampak yang lebih sempit. Misalnya, warna biru, hijau,

merah, dan warna yang lainnya.

2. Tekstur (Texture) adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang

dinyatakan dengan kasar, sedang, dan halus. Misalnya, hutan bertekstur kasar,

semak belukar bertekstur sedang, sedangkan sawah bertekstur halus.

3. Bentuk (Shape) adalah konfigurasi atau kerangka gambar dari suatu

objek yang mudah dikenali. Misalnya, persegi empat teratur dapat diidentifikasi

sebagai komplek perkantoran, sedangkan bentuk persegi tidak teratur dapat

diidentifikasi sebagai kompleks permukiman penduduk. Bentuk lainnya antara

lain gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, dan U atau persegi

panjang.

4. Ukuran (Size) adalah ciri objek berupa jarak, luas, lereng, dan volume.

Ukuran objek pada citra dikalikan dengan skala meng hasilkan jarak yang

sebenarnya.

5. Pola (Pattern) adalah susunan keruangan yang dapat menandai bahwa

suatu objek merupakan bentukan oleh manusia atau bentukan alamiah. Misalnya,

pola garis teratur merupakan pola jalan, sedang kan pola garis yang berkelok-

24

Page 25: ISI SIG 2013

kelok merupakan sungai. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang

teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, serta selalu menghadap ke

jalan. Kebun karet, kebun kelapa, dan kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan

atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak

tanamnya.

6. Situs (Site) adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.

Misalnya, permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir pantai, tanggul

alam, atau sepanjang tepi jalan. Adapun persawahan banyak terdapat di daerah

dataran rendah dan berdekatan dengan aliran sungai. Jadi, situs sawah berdekatan

dengan situs sungai.

7. Bayangan (Shadow) adalah sifat yang menyembunyikan detail atau objek

yang berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan

yang penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi

lebih jelas. Misalnya, lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan,

begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya

bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya memper lihatkan bayangan

objek yang tergambar dengan jelas.

8. Asosiasi (Association) adalah keterkaitan antara objek yang satu  dengan

objek yang lainnya. Misalnya, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta

api. Adapun permukiman penduduk berasosiasi dengan jalan.

9. Konvergensi Bukti adalah bukti-bukti yang mengarah kepada kebenaran,

artinya semakin banyak unsur interpretasi yang diguna kan dalam

menginterpretasi suatu citra maka semakin besar kemung kinan kebenaran

25

Page 26: ISI SIG 2013

interpretasi yang dilakukan. Tahapan-tahapan kegiatan dalam interpretasi citra,

yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis.

1. Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak

maupun yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek.

Misalnya, objek berupa savana.

2. Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada

citra yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat

stereoskop.

Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu sebagai berikut.

a. Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga

elektromagnetik dengan objek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna.

Adapun faktor yang mempengaruhi rona antara lain sebagai berikut.

1) Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus).

2) Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan).

3) Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup, dan gelap).

4) Keadaan cuaca (cerah atau mendung).

5) Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi).

6) Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan juni atau september).

b. Ciri Spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang permukaan Bumi. Ciri

spasial dapat dikenali dengan menggunakan unsurunsur interpretasi yang meliputi

rona, bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan tekstur.

c. Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada waktu

perekaman. Misalnya, rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedangkan

pada musim kemarau tampak gelap.

26

Page 27: ISI SIG 2013

3. Analisis adalah kegiatan penelaahan dan penguraian data hasil

identifikasi sehingga dapat dihasilkan dalam bentuk tabel, grafik, atau peta

tematik.

Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk

mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki

menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah

ini :

Hirarki Interpretasi Citra

Digitasi on screen merupakan suatu teknik digitasi atau proses konversi dari

data format raster ke dalam format vektor. Pada proses ini, peta yang akan digitasi

terlebih dahulu harus dibawa ke dalam format raster baik itu melalui proses

scanning dengan alat scanner atau dengan pemotretan. Jika peta tersebut

merupakan citra hasil foto udara ataupun satelit maka langsung dimasukkan ke

dalam ArcMap.

27

Page 28: ISI SIG 2013

Digitasi On Screen di bagi kedalam 3 kelompok berdasarkan type

shapefilenya yaitu:

1.  Point

Digitasi untuk membuat simbol fasilitas umum, tempat wisata, Gunung, Kota,

Pabrik, dll

2.  Line

Digitasi untuk membuat jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, dan sungai.

3.  Polygon

Digitasi untuk membuat wilayah Kabupaten,

Salah satu cara membuat peta-peta digital berbasis GIS adalah dengan

melakukan digitasi. Ada dua teknik mendigit data yang lazim digunakan yakni

menggunakan alat bantu yang disebut digitizer, dan mendigit langsung pada layar

komputer dengan bantuan mouse yang dikenal dengan istilah digitasi on screen.

Saat ini, teknik digitasi on screen lebih disenangi karena lebih cepat, mudah dan

praktis sehingga mampu menghemat lebih banyak biaya, usaha dan waktu

dibandingkan digitasi menggunakan digitizer.

Idealnya , proses digitasi membutuhkan data mentah sebagai peta dasar

untuk digitasi. Digitasi on screen menuntut adanya peta dasar sebagai data mentah

yang sudah dalam format digital (bisa masuk komputer). Data mentah ini berupa

data raster yang kebanyakan dihasilkan melalui scanning, foto udara, citra satelit,

dan sebagainya.

28

Page 29: ISI SIG 2013

F. Simpulan

1. Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek

tersebut.

2. unsur-unsur interpretasi pada citra atau foto udara terdiri atas sembilan macam,

yaitu sebagai berikut: Rona dan Warna Rona, Tekstur, Bentuk, Ukuran, Pola,

Situs, Bayangan, Asosiasi, dan Konvergensi Bukti.

3. Digitasi on screen merupakan suatu teknik digitasi atau proses konversi dari

data format raster ke dalam format vector.

4. Digitasi On Screen di bagi kedalam 3 kelompok berdasarkan type shapefilenya

yaitu: Point, Line dan Polygon

29

Page 30: ISI SIG 2013

G. Daftar Pustaka

Al Bahra bin Ladjamudin. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005

Budiyanto, Eko , 2002, Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS, Andi , Yogyakarta.

Delima, Y.I. 2007. Aplikasi Web Geographic Information System (SIG) Untuk Mencari Jalur Alternatif Menggunakan AHP. Surabaya: Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

Nuarsa, I Wayan. 2005. Menganalisis Data Spasial dengan ArcView GIS 3.3 untuk Pemula. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Puntodewo A, Dewi S, dan Tarigan J. 2003. Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan sumber daya alam. Bogor Barat: Center for International Forestry Research.

Sembiring, K. 2007. Aplikasi Sistem Informasi Penanggulangan Bencana di Indonesia. Lomba Karya Tulis Mahasiswa. Bandung.

30

Page 31: ISI SIG 2013

ACARA IIIEditing dan Pelabelan

A. Pustaka

GIS merupakan suatu bidang kajian ilmu yang relatif baru yang dapat

digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu sehingga berkembang dengan

sangat cepat. Berdasarkan International GIS Dictionary atau directory

internasional GIS, pengertian dari GIS adalah a computer system for capturing,

managing, integrating, manipulating, analysing and displaying data which is

spatially referenced to the Earth. Tentunya masih banyak definisi atau pengertian

lain dari GIS yang juga disosialisasikan oleh pakar-pakar GIS dari berbagai

displin ilmu. Sebagai perbandingan, ESRI sebagai suatu vendor besar yang

bergerak dalam bidang GIS mendefinisikan GIS sebagai kumpulan yang

terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan

personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-

muhktahirkan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk

informasi yang mempunyai referensi geografi. Secara umum, berdasarkan

definisi-definisi yang data tersebut, satu fungsi dari GIS yang sangat penting

adalah kemampuan untuk menganalisis data, terutama data spasial yang kemudian

menyajikannya dalam bentuk suatu informasi spasial berikut data attributnya.

Manajemen data dalam SIG utama adalah fungsi menyimpan, menampilkan,

dan menggali data dari bank data. Penyimpanan data termasuk kegiatan untuk

memperbaiki dan memperbaharui data spasial dan data atribut. Pilihan bentuk dan

teknik penyimpanan data spasial dalam SIG sangat mempengaruhi efisiensi

31

Page 32: ISI SIG 2013

system operasional SIG. Penyimpanan data spasial dalam format JPEG, GIF, Tiff/

GeoTiff, ers, alg, erv, dan sebagainya tidak hanya berpengaruh terhadap kapasitas

simpanan, tetapi berpengaruh juga terhadap kecepatan operasional SIG. Secara

umum pengolahan data dilaksanakan mulai dari penampilan data geospasial pada

layar montor, konversi data, editing (perbaikan), pelabelan, penyimpanan dan

pengaktifan kembali.

Pengolahan atau manajemen data sering dikaitkan dengan sistem keamanan

data dan kemudahan dalam penyajian data setiap saat diperlukan. Manajemen/

pengolahan data, terutama pilihan bentuk/ format penyimpanan data dalam suatu

file data harus diperhatikan jangka waktu pemakaiannya, apakah untuk pemakaian

jang pendek, jangka menengah atau jangka panjang. Untuk itu perlu dilakukan

identifikasi dan evaluasi prosedur pada setiap sistem manajemen data yang akan

dilakukan.

B. Tujuan

1. Melakukan perbaikan Arc terhadap hasil digitasi yang mengandung kesalahan

2. Memberi, menambah dan memperbaiki label pada setiap polygon

32

Page 33: ISI SIG 2013

C. Alat dan Bahan

1. Seperangkat computer yang dilengkapi dengan CD Room dan USB Mas

Storage Device Manager; dan Sofware GIS

2. Foto udara dan Citra satelit daerah Cilacap yang sudah didigitasi on screen

D. Cara Kerja

1. Setelah selesai digitasi ,buka Arc Info GIS versi 3.5.1

2. Ketiklah perintah pada Arc Info,C:/[ARC] shapearc hd hdp

(enter) .Catatan: hd= coverage hasil digitasi ;hdp = coverage yaang akan

diedit

3. Ketik perintah C:/[ARC] clean hdp (enter)

4. Ketik perintah C:/[ARC] arcedit (enter)

5. Ketik perintah C:/[ARC] disp 4 (enter)

6. Ketik perintah C:/[ARC] edit hdp (enter)

7. Ketik perintah C:/[ARC] drawen all ;draw (enter),maka arc hasil digitasi

ditampilkan

8. Perintah lain diberikan pada saat pelaksanaan praktikum sesuai kebutuhan

33

Page 34: ISI SIG 2013

E. Hasil dan Pembahasan

Editing data spasial berkaitan dengan proses-proses menambah, menghapus

dan mengubah objek-objek spasial pada peta digital. Tetapi bagian utama dari

editing data spasial adalah menghilangkan kesalahan digitasi. Peta yang baru

dibuat, meski dilakukan seteliti mungkin tetap selalu ada kesalahan.

Kesalahan yang ada pada peta digital biasanya selain kesalahan digitasi

adalah peta tersebut telah kedaluwarsa (outdate), oleh karena itu data spasial juga

34

Page 35: ISI SIG 2013

perlu direvisi atau diperbaharui. Proses pembaharuan (updating) pada dasarnya

sama seperti proses editing data.

Menu utama dalam proses pengolahan data adalah perbaikan (editing)

datagrafis dan data nongrafis. Editing data grafis dilakukan untuk memperbaiki

coverage akibat adanya kesalahan yang dibuat pada waktu digitasi. Editing dalam

SIG dapat dilakukan menggunakan program ARC_VIEW dan menggunakan

program ARC_INFO. Kesalahan digitasi berupa : (a) kelebihan garis (overshoot);

(b) garis yang belum menyambung (undershoot); (c) poligon yang belum diberi

label; (d) polygon yang kelebihan label; (e) adanya gap antara dua garis atau dua

poligon yang belum tertutup; dan (f) Nilai User-ID. Jenis-jenis feature dalam

melakukan editing menggunakan program ARC_INFO, antara lain : (a) EF-TIC

(untuk mengedit titik ikat coverage); (b) EF-ARC (untuk mengedt garis/ arc); (c)

EF-LABEL (untuk mengedit label yang salah); EF-NODE (untuk mengedit node);

EF-ANNO (untuk mengedit anotasi).

Kesalahan lokasi berhubungan dengan lokasi objek peta pada peta digital.

Tujuan akhir digitasi adalah menduplikasi peta sumber (paper map) menjadi

format digital. Untuk menentukan seberapa baik tujuan itu dicapai adalah dengan

cara membuat check plot peta digital pada skala yang sama dengan peta sumber,

dan menumpangkan hasil plot pada peta sumber serta melihat kesepadanan

keduanya. Ada toleransi tertentu yang diijinkan untuk kesalahan lokasi ini. Di

Amerika Serikat, The Natural Resources Conservation Service (NRCS)

menetapkan pergeseran antara garis peta 38 sumber dengan garis peta digital

hasil plotting tidak lebih dari 0,01 inc (0,254 millimeter), yang berarti pada skala

35

Page 36: ISI SIG 2013

1:24.000, toleransi ini mewakili 20 feet (6 – 7 meter) jarak sebenarnya di

permukaan bumi.

Contoh-contoh editing dalam SIG :

(1) overshoot

(2) undershoot

(3) kurang label

(4) kelebihan lebel

(5) gap dua garis/ poligon yang belum tertutup

36

Page 37: ISI SIG 2013

Kesalahan topologis terjadi karena adanya pelanggaran aturan relasi

topologis yang digunakan dalam software GIS. Kesalahan umum yang terjadi

adalah arc-arc yang seharusnya bertemu pada suatu titik (node) tidak bertemu

dengan sempurna. Kesalahan ini disebut undershoot jika ada gap antar arc, dan

disebut overshoot jika ada arc yang melewati (overextended) arc yang lain. Kedua

kesalahan tersebut menghasilkan dangling arc, yaitu arc yang memiliki polygon

kiri dan polygon kanan yang sama, dan menghasilkan dangling node pada ujung

arc.

Secara umum lebih mudah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

overshoot dibanding undershoot. Dangling node juga terjadi jika polygon tidak

tertutup dengan benar. Overshoot (kiri) dan Undershoot (kanan) Unclosed

polygon Dalam kasus khusus dangling node dapat diterima bahkan diperlukan,

misal pada cabang-cabang sungai, atau jalan buntu pada peta.

Jenis kesalahan yang lain adalah pseudo node, yaitu node-node yang

membentuk arc tersendiri pada sebuah arc yang seharusnya kontinyu. Namun

pseudo node pada kasus tertentu dapat diterima, misal segmen jalan yang

memiliki atribut yang berbeda karena batas kecepatan yang berbeda.

Arc memiliki from-node dan to-node yang menentukan arah arc, oleh karena

itu kesalahan arah arc dapat menjadi sumber kesalahan topologis, misal arah

aliran air pada aplikasi hidrologi harusmenuju daerah ketinggian yang lebih

rendah, atau jalan yang searah (one-way street) harus mengikuti arah lalu lintas

yang telah ditentukan Arah arc ditentukan oleh from-node dan to-node. Kesalahan

topologis dapat juga menghasilkan label ganda (multiple label). Sebuah polygon

harus memiliki satu label dan tidak ada dua polygon dengan label yang sama.

37

Page 38: ISI SIG 2013

F. Simpulan

38

Page 39: ISI SIG 2013

G. Daftar Pustaka

Ackermann, University of Stuttgart, Digital Photogrammetry : Challenge and Potential, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, PE&RS, June 1996.

Alec McEwen, Geomatics and Law, Geomatica, Vol. 50, No.1, 1996, pp.103

Andrew U. Frank, Geoinformation, Technical University Vienna, Surveying Education for Future, Geomatica, Vol. 49, No.3, 1995, pp.273-282.

Barry Wellar, Prof., Department of Geography, Univ. of Ottawa, Geomatics Education and Training, 1995-2000 ; Trends, Issues, Opportunities and Challenges, Geomatica, Vol. 49, No.3, 1995, pp.336-340

Davis, B. E., 1996. GIS: A Visual Approach. Ist edition.  OnWord Press. Camino Entraa Santa Fe, USA

Denis B., Geomatics Canada, Natural Resources Canada, Geomatics in Canada, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995, pp. 124-128

Geomatics Canada : A New Name A New Approach, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995 Excellence in Geomatics : Quality Management and Standards, Geomatica, Vol. 48, No.3, summer 1994 Vaniceck, Geodecy the concept, 1st edition, 1982.

Mazerall, Reorganization of Geomatics Canada, Geomatica, Vol. 49, No.2, 1995, pp.232-233. Peter Paul, National Atlas Information Service, Canada Center for Mapping, Geomatics Canada, Geomatics Canada and the World Wide Web (WWW), Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995.

39

Page 40: ISI SIG 2013

ACARA IVLayout Peta Tematik

A. Pustaka

Pembuatan layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah input data,

editing data, analisis data, penambahan label, dan pengaturan legenda daftar isi

telah dilakukan. Melalui fasilitas layout kita dapat membuat dan mengatur data

mana saja yang akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis gis yang

kita gunakan serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan.

Layout bersifat dinamis, artinya kompenen pada layout akan berubah

apabila kita mengadakan perubahan terhadap komponen tersebut. Misalnya view

yang digunakan pada layout akan berubah bentuk tampilannya apabila kita

mengadakan perubahan pada window view tersebut.

Dalam proses pembuatan peta, fase akhir adalah layout atau tata letak peta.

Layout peta sebaiknya mengikuti kaidah dan komponen kartografi. Hal ini agar

nantinya peta yang dihasilkan dapat dengan mudah dibaca ataupun diinterpretasi

oleh orang lain yang menggunakannya. Peta-peta yang menarik, informatif dan

akurat tentunya merupakan salah satu komponen penting dalam

merepresentasikan data untuk berbagai kerperluan

Untuk memulai melakukan layout peta pastikan semua symbologi baik

warna ataupun notasi lain telah selesai di tentukan, selain itu skala tampilan juga

perlu di pastikan betul telah selesai agar nantinya proses layouting atau penayajian

peta dapat berjalan dengan efisien

40

Page 41: ISI SIG 2013

Tahap keluaran data hasil kerja dalam proses SIG berupa : (1) peta dasar,

seperti: peta foto udara, peta radar, peta citra satelit, peta atlas, peta topografi, dan

peta rupa bumi; (2) peta tematik atau peta bertema, seperti : peta administrasi

wilayah, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta lereng, peta

hidrologi, peta kerentanan banjir, peta kerentanan longsor, peta vegetasi, peta

sebaran hama penyakit tanaman, peta rencana pengembangan wilayah, dan peta

pengebangan agroindustri, dan (3) data deskriptif berupa data tabel, grafik dan

buku laporan ilmiah yang terkait dengan peta yang dihasilkan. Pada tahap ini

diperlukan alat pencetak peta dan laporan, berupa: a) printer untuk pencetakan

peta dan buku laporan pada ukuran A4 dan A3, b) plotter untuk pencetakan peta

pada ukuran A0 atau ukuran besar.

Secara umum data keluaran hasil kerja SIG dapat dikelompokan menjadi

dua bagian, yaitu (1) data keluaran sementara (tentatif), dan (2) data keluaran

akhir. Data keluaran sementara (tentatif) umumnya berupa peta satuan lahan

homogen (peta SLH) yang tersusun dari dua atau lebih peta tematik untuk tujuan

survei sumberdaya lahan, yaitu digunakan sebagai peta kerja lapang. Peta

keluaran akhir dalam proses SIG, seperti peta penggunaan lahan dapat digunakan

sebagai dasar perumusan dan penetapan kebijakan penanggulanan bajir,

pengaturan tata ruang, evakuasi dan rehabilitasi lahan.

B. Tujuan

1. Menampilkan layout peta dalam format cetak yang benar, misalnya dalam

skala 1 : 50.000

41

Page 42: ISI SIG 2013

C. Alat dan Bahan

D. Cara Kerja

1. Setelah digitasi, editing dan pemberian label dinyatakan selesai, maka hasil

digitasi disimpan dan ditampilkan menggunakan ArcView versi 3.3.

2. Pada menubar klik View > Layout.

3. Dari Template Manager, dipilih portrait dan klik OK.

4. Dari menubar klik Layout > Hide Grid; kemudian diklik Layout > Page setup.

5. Pada jendela Page Setup, pada kolom Page Size dipilih ukuran A4; pada kolom

Unit map dipilih Centimeter; kemudian diklik OK.

6. Pada jendela Layout, diatur grid-nya, koordinat, tata letak peta, judul peta,

skala, dan legenda petanya; kemudian ditambahkan keterangan lain yang

dibutuhkan, misalnya: Nama pemeta, Instansi dan tahun pembuatan petanya.

42

Page 43: ISI SIG 2013

E. Hasil dan Pembahasan

Layout dalam system Arc View adalah proses hasil keluaran dari pekerjaan

project suatu view yakni peta, dimana tata letak dan legenda peta akan

ditempatkan, lengkap dengan koordinat baik geodetics maupun UTM, serta

informasi informasi lainnya yang relevan terhadap peta yang ditampilkan.

Pelaksanaan masuk dalam pekerjaan layout disarankan apabila telah selesai

seluruh view view yang di editing, sehingga tidak terjadi perubahan posisi pada

waktu pencetakan, sebab apabila koordinat telah ditempatkan sementara editing

pada view masih dilakukan, dikhwatirkan user lupa mengembalikan posisi view

pada posisi awalnya, sehingga koordinat tidak sesuai dengan keadaan posisi peta,

sebelum masuk kedalam lembar layout pastikan extention yang mewakili

berfungsinya lembar view yang akan ditampilkan yakni graticule and measure

grid sudah di chek list, caranya dengan klik file pilih extention kemudian check

list graticule and measure.

43

Page 44: ISI SIG 2013

1. PAGE SETUP

Perlu di ingat bahwa dalam

pembuatan layout pencetakan nantinya

adalah dengan menentukan tata letak dan

ukuran kertas dalam pencetakan, dalam arc

view penentuan pencetakan kertas sangat

ditentukan hasilnya, dan tidak dapat di convert ke ukuran lain apabila ukuran awal

telah ditentukan, maka user harus menentukan dulu ukuran kertas yang akan

dipakai dalam pencetakan, dengan cara pilih menu Layout kemudian pilih Page

setup maka akan muncul dialog box  yang memperlihatkan jenis kertas dan bentuk

cetakan, disini kita coba pilih ukuran A4 dan Landscape

II. Meletakkan View Frame

Setelah penentuan lembar

cetakan kita tentukan mulailah kita

meletakan hasil kerja project dalam

View kedalam lembar kerja layout,

“harus di ingat tata letak dan kaidah

pemetaan utamanya untuk untuk

tempat legenda, insert dan lain lainnya harus dipertimbangkan”  Peletakan

lembar kerja view dengan klik button tool  kemudian bawa mouse kedalam

lembar kerja geser (drop and drag) dan kasih ruang untuk peletakan koordinat dan

legenda nantinya agar tampilan peta yang kita buat sesuai dengan kaidah kaidah

kartografi dan pemetaan selanjutnya akan muncul box view frame properties,

kemudian pilihlah view yang akan ditampilkan dalam lembar kerja.

44

Page 45: ISI SIG 2013

III. Mengatur Skala Koordinat

Atur scala tampilan secara manual

dengan memilih scale pada posisi set scale 

pada pilihan User Specified scale

(menentukan skala secara manual) masukan

angka scala yang kita harapkan (usahakan

dalam memasukan angka sacala adalah angka yang bulat. Setelah peta view ter

tampil pada lembar layout selanjutnya adalah menentukan dan meletakan

koordinat pada sisi peta 

dengan mengklik icon button

graticule and measure nya.

Chek list create greaticule,

dan pada create Measure grid

hilangkan checklist nya,

untuk  Create graticule,

adalah menentukan koordinat Geodetic yang akan ditampilkan dalam lembar kerja

Layout nantinya, sedangkan untuk create measured grid adalah untuk lembar kerja

dengan koordinat UTM. Selanjutnya pilih next dan akan muncul box Selanjutnya

dimana ada dua macam pilihan tampilan dalam layout koordinat, pada pilihan

”label only” disini tampilan koordinat tidak memakai garis bantu, sedangkan pada

”graticules and labels” adalah tampilan koordinat dengan garis dan label,

kemudian pilihan pada ”degree” pilih angka sesuai besaran derajat selisih

tampilan yang dikehendaki misalnya per 1 (satu) an derajad dan selanjutnya,  pada

latitude maupun longitude selanjutnya pilihan pada minute tergantung pada besar

45

Page 46: ISI SIG 2013

kecilnya scala peta, semakin besar scala peta semakin besar jarak antar minute

nya,   untuk pilihan ”second” tergantung juga pada besaran scala peta, sedangkan

font dan size huruf tergantung selera user.

IV. Legenda

Dalam sebuah peta,

legenda sangat penting untuk

memberikan informasi seputar

peta yang ditampilkan, posisi

legenda yang akan ditempatkan

juga menjadi sangat penting,

adakalanya posisi legenda sebelah kiri dari peta, ataupun sebelah kanan, ada juga

legenda terletak di sebelah bawah, dan sering juga legenda terletak di dalam

sebuah peta, hal ini tergantung rasa estetika pembuatnya saja, kemungkinan juga

informasi untuk legenda yang akan ditampilkan cukup banyak. Membuat legenda

dapat juga dilakukan dengan cara manual dan bukan dengan input langsung dari

view, cara ini kurang efektif dan apabila terjadi perubahan theme pada view, maka

legenda manual tadi tidak secara otomatis berubah, lain hal nya kalau legenda di

input langsung dari view.

V Judul Peta

Setiap peta mempunyai judul yang memberikan informasi tentang

keberadaan peta berdasarkan posisi dan koordinat muka bumi juga menampilkan

skala layout berbanding dengan keadaan senyatanya. Pembuatan judul pada peta

dapat dilakukan secara manual dengan label text, pilihlah text dan ukuran yang

sesuai dengan besaran lokasi tempat judul akan diletakkan.

46

Page 47: ISI SIG 2013

VI Mata Angin

Posisi layout selalu terlatak pada posisi utara

pada layar monitor, pilihan icon matangin telah

disediakan oleh arcview dan hanya memilih icon icon

yang di inginkan, letakkan icon mata angin pada posisi yang di kehendaki, klik

pada icon matangin, kemudian drop and drag pada posisi nya. 

 VII. Inset Peta

Inset peta diperlukan

untuk memberikan

informasi yang lebih akurat

lagi bagi pihak yang

membutuhkan nya, dalam

hal ini kita coba

menampilkan sebuah peta

yang lebih kecil untuk di inset ke dalam peta yang lebih besar lagi, misalnya

kabupaten kampar terhadap Propinsi Riau. Untuk membuat layout peta buka view

baru, dan masukkan theme yang lebih besar dari kabupaten kampar dan masukkan

juga theme kabupaten kampar.shp beri juga infomasi yang menunjukan lokasi

peta dimaksud dan atau warna warna lain, ini untuk memperjelas informasi

47

Page 48: ISI SIG 2013

F. Simpulan

1. Layout dalam system Arc View adalah proses hasil keluaran dari

pekerjaan project suatu view yakni peta.

2.

48

Page 49: ISI SIG 2013

G. Daftar Pustaka

Alec McEwen, Geomatics and Law, Geomatica, Vol. 50, No.1, 1996, pp.103

Andrew U. Frank, Geoinformation, Technical University Vienna, Surveying Education for Future, Geomatica, Vol. 49, No.3, 1995, pp.273-282.

Denis B., Geomatics Canada, Natural Resources Canada, Geomatics in Canada, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995, pp. 124-128

Geomatics Canada : A New Name A New Approach, Geomatica, Vol. 49, No.1, 1995 Excellence in Geomatics : Quality Management and Standards, Geomatica, Vol. 48, No.3, summer 1994 Vaniceck, Geodecy the concept, 1st edition, 1982.

49