Post on 06-Mar-2019
1
I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang
penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh sebab itu, pembangunan
ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun
tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.
Dari dulu sebetulnya pemerintah menginginkan petani yang mandiri, tangguh,
sehingga diharapkan petani tidak lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek. Keinginan
itulah yang menjadi dasar pengembangan suatu sistem pendidikan pertanian untuk
petani yang lazim disebut dengan penyuluhan (Sugarda dkk., 2001) Penyuluhan
pertanian diartikan sebagai sistem pendidikan non formal untuk petani dan
keluarganya. Petani belajar mengerjakan sendiri dan kepentingan petani diusahakan
menjadi keinginan petani. Selanjutnya petani dibantu agar dapat membantu diri
sendiri untuk berusahatani yang lebih menuntungkan supaya kesejateraan hidup
petani dan keluarganya lebih baik. Namun demikian, sampai saat ini permasalahan
yang mendasar dihadapi petani adalah kurangnya akses pada permodalan, pasar
dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah.
Dilain pihak banyak teknologi inovatif yang telah dihasilkan terutama dari
Badan Litbang Pertanian tetapi belum semua teknologi tersebut dimanfaatkan oleh
petani atau pengguna. Kemudian kecil atau sempitnya rata-rata kepemilikan lahan
oleh petani juga merupakan kendala dalam menerapkan inovasi teknologi oleh
petani secara parsial. Untuk itu, gerakan usahatani berkelompok (group farming
atau joint farming operation) perlu diupayakan, karena menurut Hong dan Pi-Feng
(1974) melalui diskusi kelompok mereka akan melaksanakan kerjasama dan
menerapkan paket teknologi yang dianjurkan.
Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian
(P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and
Information (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan
kesejahteraan petani (BBP2TP, 2009). Hal ini dilakukan melalui pemberdayaan
keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan
2
sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis serta mengembangkan
kemitraan dengan sektor swasta. Pemberdayaan petani dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan yaitu perbaikan pada semua komponen penyuluhan yang
ada, penyempurnaan dan penguatan keberadaan kelembagaan yang terkait
dengan pengadaan teknologi, serta sistem informasi pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis
Badan Litbang Pertanian yang berada di daerah, bertanggung jawab terhadap
pelaksanaaan kegiatan pada komponen C yaitu pengkajian dan diseminasi
teknologi pertanian. Secara umum komponen C dari P3TIP ini bertujuan untuk
mengetahui teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan pasar serta
meningkatkan kapasitas BPTP supaya berfungsi lebih efektif (Panduan
Pelaksanaan FEATI, 2009). Untuk maksud tersebut BPTP Sumbar pada tahun
2011 telah melaksanakan Demfarm/ujicuba coba beberapa teknologi yang
dibutuhkan petani yang dilaksanakan di UP FMA Mother dan diikuti oleh UP FMA
lainnya yang sejenis. Untuk lebih mempercepat adopsi teknologi, maka perlu
dilakukan replikasi dengan memasukan perlakuan atau inovasi teknologi dalam
rangka scalling up. yang dilaksanakan melalui tiga tahapan: 1. Sosialisasi
teknologi yang akan didemfarmkan, 2). Workshop Percepatan Replikasi
Teknologi, 3).Pelaksanaan Demfarm itu sendiri sesuai dengan hasil worlshop.
1.2. Dasar Pertimbangan
Lambatnya proses pengadopsian inovasi teknologi oleh petani,
dikhawatirkan upaya meningkatkan produktivitas beberapa komoditas pertanian
strategis dan ekonomis sulit dicapai, dan tentunya akan memperlambat
pencapaian peniingkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dari data
statistik, pada tahu 2007 jumlah penduduk miskin tercaataat 37,2 juta jiwa dan
63,4 % berada di pedesaan dengan mata pencarian utama adalah di bidang
pertanian. (BPS, 2008). Oleh sebab itu pembangunan ekonomi nasional berbasis
pertanian dan pedesaan secara lansung maupun tidak lansung akan berdampak
pada penguranggan penduduk miskin.
3
Sementara itu FMA yang dirancang sebagai wahana pembelajaran bagi
petani dalam pengembangan agribisnis di pedesaan yang berbasis teknologi
diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pembelajaran yang
dilaksanakan disini diharapkan akan dapat merubah perilaku, pola pikir dan sikap
petani dari sub sistem tradisional menjadi petani modern berwawasaan agribisnis,
dengan pendekatan belajar sambil berbuat (learning by doing) (Pusat
Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2009).
Dalam rangka mencapai tujuan diatas, kegiatan-kegiatan yang selama ini
telah didemonstrasikan ditingkat petani pada tahun 2011 telah ditingkatkan dalam
kegiatan Demplot dan sebagian besar telah diadopsi oleh petani perserta
pelatihan. Untuk lebih mempercepat penyebaran teknologi, maka perlu sekali
dilakukan replikasinya di UP FMA Baby sebagai upaya untuk melakukan “Scaling
Up” terhadap kegiatan yag sama yang dalam pelaksanaannya berkerjasama
dengan anggota UP FMA di masing-masing lokasi kegiatan. Kerjasama ini juga
akan dapat meningkatkan keterkaitan antara peneliti, penyuluh dan petani.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Judul dan lokasi kegiatan Replikasi Demfarm teknologi mendukung kegiatan FMA di tiga Kabupaten FEATI di Sumbar TA. 2012
No Demonstrasi FMA Pelaksana
1 2 3
Demplot replikasi Teknologi Pengolahan inyak kelapa dan ubi-ubian:
a) Demplot replikasi Teknologi Perbaikan dan pengembangan produk olahan ubikayu-ubijalar
b) Demplot replilkasi Teknologi Perbaikan mutu minyak kelapa secara enzimatis
Demplot replikasi Teknologi penangkar benih padi sawah
FMA Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota FMA Koto Baru, Kecamatan Padang Sago dan FMA Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman Kabupaten Pesisir Selatan
4
1.3.Tujuan
a) Melaksanakan replikasi demfarm teknologi yang telah dilaksanakan pada
tahun 2011 mendukung kegiatan FMA dalam penyebaran Teknologi dan
Scalling Up, yaitu: Pembuatan minyak kelapa secara enzimatis, Teknlogi
produk olahan ubikayu dan ubijalar serta teknologi Penangkar Benih padi
sawah.
b) Kelompok Tani/FMA dapat melihat dan menilai sendiri keunggulan
teknologi yang didemonstrasikan sehingga adopsi inovasi teknologi dapat
berlangsung lebih cepat dan sempurna.
1.4.Keluaran yang diharapkan
a) Replikasi demfarm teknologi perbaikan mutu produk olahan ubikayu, dan
ubijalar, Teknolgi pengolahan minyak tanak tradisional secara enzimatis
serta Teknologi Penangkar Benih Padi Sawah
b) Peningkatan Pengetahuan dan pemahaman petani tentang teknologi yang
di sampaikan.
1.5. Hasil yang diharapkan
1. Diversifikasi Produk Olahan Ubi kayu dan ubijalar ungu
2. Minyak tanak tradisional yang bermutu sesuai dengan standar mutu minyak
nasional
3. Tersedianya benih bermutu dan bersertifikat sebanyak 3 ton untuk
memenuhi kebutuhan petani di lokasi kegiatan .
1.6. Manfaat yang diharapkan
1. Dengan adanya replikasi demfarm dan diversifikasi produk olahan ubikayu
dan ubijalar akan mempercepat adopsi teknologi, penyebaran dan
pengenalan produk olahan tersebut sehingga dapat ningkatkan daya
saingnya sehingga harga jual lebih tinggi, dan akan meningkatkan
pendapatan
5
2. Replikasi demfarm Pengolahan minyak kelapa secara enzimatis akan
menghasikan minyak dengan mutu lebih baik dan tahan lama akan
meningkatkan daya saing dan harga jual, yang selanjutnya akan
meningkatkan pendapatan petani.
3. Petani dapat memproduksi benih bersertifikat sendiri, tidak tergantung
kepada benih komersial
1.7. Dampak
1. Peningkatan mutu produk olahan ubikayu dan pengolahan ubijalar menjadi
produk makanan akan menambah minat petani untuk membudidayakan
tanaman tersebut dan mengolahnya menjadi produk makanan, terutama
ubijalar.
2. Pengolahan kelapa mengasilkan minyak dengan mutu yang jauh lebih baik
dari cara tradisional dapat meningkatkan harga jual sehingga diharapkan
menberi dampak bertambahnya industri rumah tangga yang memproduksi
mengolah kelapanya sendiri menjadi minyak.
3. Terbentuknya kelompok-kelompok tani penangkar benih yang sudah
menguasai teknoloogi Agribisnis Benih Padi Bersertifikat.
6
II.TINJAUAN PUSTAKA
Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertania
(P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and
Imformation (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktifitas, pendapatan
ddan kesejahteraan petani (BBP2TP, 2009).Hal ini dilakukan melalui
pemberdaayaann keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi,
teknologi, modal dan sarana produksi untuk mengembangkan agribisnis dan
kemitraan dengan kemitraan dengan pihak swasta. Pemberdayaan petani dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu, perbaikan semua komponen
penyuluhan, penyempurnaan dan penguatan teknologi yang terkait dengan
pengadaan teknologi serta sitem informasi pertanian.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis
Badan Litbang Pertanian yang ada didaerah, bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan pada komponen C. Secara umum komponnen C dari P3TIP
ini bertujuan untuk mengetahui teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani
dan pasar serta meningkatkan kapasitas BPTP agar berfungsi efektif (Panduan
Pelaksanaan FEATI, 2009).
Salah satu metoda pengembangan kapasitas pelaku utama dilakukan
melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu
sendiri yang disebut juga dengan “Farmer Managed Ekstension Activity (FMA)”.
FMA ini dirancang sebagai wahana pembelajaran bagi petani dalam
pengembangan agribisnis di pedesaan yang berbsis teknologi. Dengan kegiatan
ini diharapkan petani dapat merubah perilaku, pola fikir dan sikap dari yang
tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis melalui pembelajaran
berkelanjutan dengan pendekatan belajar sambil berbuat atau berusaha (“learning
by doing”) (Pusat Pengembangan Penyuluh Pertanian,2009). Salah satu kegiatan
yang perlu dilakukan untuk maksud tersebut diatas adalah pembelajaran
bagaimana meningkatkan dan atau mengembangkan produk-produk olahan
tradisional, seperti minyak kelapa, produk olahan ubikayu dan ubi jalar.
Minyak nabati yang dipakai untuk penggorengan sebagian besar berasal
dari kelapa dan kelapa sawit. Kedua jenis minyak tersebut berbeda dalam struktur
molekulnya. Minyak sawit, mengandung asam lemah tidak jenuh dengan arti kata
7
banyak mengandung ikatan rangkap yang apabila dipanaskan akan mudah pecah
menjadi radikal bebas yang dapat dapatmembahayakan kesehatan. Minyak
kelapa kaya dengan asam lemak rantai sedang yang mengandung 90% asam
lemak jenuh, dimana asam lemah jenuh ini mempunyai daya bunuh terhadap
senyawa berbahaya (Ariwianti dkk, 2010). Karena itu produksi minyak kelapa
perlu digiatkan.
Pembuatan minyak kelapa secara tradisional dilakukan dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Yang banyak menimbulkan kerugian. Sebagai
contoh, pemanasan yang tinggi dapat mengubah struktur minyak serta
menghasilkan warna minyak kurang baik. Dewasa ini telah ditemukan suatu
metode pembuatan minyak kelapa yang dapat mengurangi kerugian-kerugian
tersebut di atas, yaitu Pembuatan Minyak Kelapa secara Fermentasi.
Pembuatan minyak kelapa secara fermentasi memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan cara tradisional. Pada cara tradisional, rendemen minyak
yang diperoleh sekitar 15-17%, sedangkan dengan cara fermentasi rendemen
yang diperoleh sekitar 22-24%. Keunggulan lain dari minyak kelapa fermentasi ini
adalah mempunyai warna lebih jernih, aroma lebih baik, tahan lebih lama dan
dapat menghemat bahan bakar bila dibandingkan dengan minyak kelapa
tradisional.(Diki dkk,2009)
Penelitian dalam komoditas ubijalarpun telah banyak dihasilkan Dengan
telah dihasilkannya varietas ungul ubiungu membuka peluang lebih besar untuk
dikembangkan menjadi produk olahan, disebabkan jenis ubi ini mempunyai
banyak keunggulan, sepeti pikmen ungu yang dimilikinya sebagai anti oksidan
dalam tubuh, mengandung serat makanan alami yang tinggi dan bersifat prebiotik
(Anonim, 2010).
8
III. METODOLOGI
3.1.Lokasi Kegiatan :
1. Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, dan Kuranji Hilir, Sungai Limau
Kabupaten Padang Pariaman untuk Demfarm Produk Olahan Kelapa
2. Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota
Untuk Demfarm Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar
3. Kabupaten Pesisir Selatan untuk Penangkar Benih Padi Sawah
3.2. Waktu Pelaksanaan: Januari – September 2012
3.3. Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan ini akan dilakukan di tiga kabupaten Kabupaten FEATI di Sumbar
yaitu di Kabupaten Padang Pariaman, Persisir Selatan, dan Lima Puluh Kota dari
bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Peserta yang dipilih untuk replikasi ini
adalah FMA – FMA yang berdampingan mempunyai kegiatan sejenis dengan
FMA pelaksana pada tahun 2011. Untuk pelaksananya diambil satu FMA sebagai
inti, sedangkan FMA lainnya diundang sebagai peserta. Kegiatan demfarm yang
akan dilaksanakan adalah kegiatan Dermfarm yang telah dilaksanakan pada
tahun 2011, namun dapat saja dilakukan modifikasi perlakuan seperlunya sesuai
dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan petani.
Setiap kegiatan demfarm dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan sebagai
berikut: (1) Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, dan koordinator FEATI di masing-masing Kabupaten dan
kecamatan. sekaligus menetapkan FMA pelaksana workshop. (2) Workshop,
sekaligus sosialisasi kegiatan Kepada Up FMA peserta untuk menentukan
tepatnya perlakuan yang dibutuhkan petani serta menetapkan FMA pelaksana. (3)
Pelaksanaan Replikasi Demfarm (4.) Pemantauan atau workshop terhadap adopsi
teknologi yang telah disampaikan.
Workshop dilaksanakan dengan maksud untuk mendapatkan umpan balik
dan untuk merumuskan perbaikan teknologi/ perlakuan yang dibutuhkan petani
dalam upaya meningkatkan mutu dan pengembangan komoditas yang
didemfarmkan. Kegiatan ini dilaksanakan lansung dibawah Koordinator SKPP.
9
Pelaksanaan Demfarm dilakukan setelah adanya workshop untuk
mendapatkan umpan balik perbaikan perlakuan dan menentukan lokasi demfarm.
Cara kerja untuk masing-demfarm disajikan dalam lampiran.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1.Sosialisasi
4.1.1.1. Produk Olahan
Untuk kegiatan Replikasi Demfarm produk olahan kelapa koordinasi dan
komunikasi yang intensif dilakukan dengan Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman sampai ketingkat
Kecamatan. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengimformasikan kegiatan
yang akan dilakukan sekaligus mendapatkan masukan, dan memperkuat jaringan
kerjasama, guna menyukseskan pelaksanaan Replikasi Demfarm Produk olahan
ini. Koordinasi dipimpin lansung oleh Ir. Syahrial A, MS sebagai LO mewakili
Kepala BPTP Sumbar. Untuk kegiatan Demfarm produk olahan ubi koordinasi
dilakukan dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Lima Puluh Kota sampai ketingkat Kecamatan.
Dalam koorkoordinasi ini pemerintah daerah sampai ketingkat Kecamatan
akan mendukun sepenuhnya kegiatan ini. Salah satu hasil yang diperoleh dalam
koordinasi ini adalah penetapan jadwal Workshop untuk masing-masing kegiatan
4.`1.1.2. Penangkar benih Padi Sawah
Setelah lokasi replikasi di tetapkan jatuh pada Kelompok Tani Padang Dama
I, maka diadakalah sosialisasi kegiatan Demplot replikasi Penangkaran benih Padi
Sawah Bersertifikat dengan Tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Peserta kegiatan adalah pengurus atau anggota kelompok tani Padang
dama I ditambah dengan pengurus atau anggota Kelompok Tani diluar
Kelompok Padang Dama I yang berjumlah seluruhnya 25 orang
2. Teknologi yang dilasanakan adalah teknologi penangkaran benih padi
bersertifikat, dengan teknologi dasar:
Pengolahan tanah sempurna
Penggunaan pupuk kandang 2 ton/ha
10
Varitas unggul: IR66
Bibt muda: 14 hari
Jumlah bibit rumpun tanam : 2-3 bibt
Tanam : Jajar Legowo 4:1
Pupuk an organik : Ponska 300 kg/ha + Urea 100 Kg/ha
Pengairan : Intermiten
Pengendalian Hama dan Penyakit : PHT
Sekolah Lapang (SL) pembenihan
Sekolah Lapang Rouging 3 kali : vegetative umur 1 bulan, umur ber bunga
50% dan 1 minggu sebelum panen, untuk membuang tanaman yang tercampur.
Dari kegiatan Sosialisasi ini tidak banyak kesulitan yang ditemui oleh kelompok
peserta. Hal ini disebabkan sebagian mereka telah mendapat pelatihan
penangkaran benih pada kegiatan Demplot SLPTT yang kebetulan juga
dilaksanakan pada kelompok Padang Dama I, namun demikian belum pernah
untuk pesrta diluar Padang Pama I.
4.1.2. Workshop
4.1.2.1. Produk Olahan Ubi Kayu dan Ubi jalar
Worshop Produk olahan ubikayu dan ubi jalar dilaksanakan di Kelompok
Tani cacang, UPFMA Batu payuang. Workshop ini dihadiri sebanyak 54 peserta
terdiri dari Koordinator FEATI Kabupaten dan kecamatan Lareh Sago Halaban,
serta anggotan kelompok tani sejenis se kabupaten Lima Puluh Kota. Pada
workshop ini dihasilkan kesepakatan bahwa replikasi Demfarm produk olahan ubi
kayu dan ubijalar akan dilaksanakan di kelompok Tani Senada dan teknologi yang
akan didemostrasikan adalah pembuatan es krim dan mie basah ubi ungu, serta
kue stik ubikayu dari tepung mocav. Untuk acara demfarm nantinya para peserta
akan diundang lansung oleh Kepala BP4K Kabupaten Lima Puluh Kota. Lokasi
Kegiatan Replikasi Demfarm ditetapkan di kelompok tani Senada pada tanggal 27
Juni 2012.
11
Gambar 1. Workshop percepatan replikasi demfarm produk olahan ubi-ubian (Atas, Kiri: Sambutan Sekretaris UP-FMA Batu Payuang; Kanan: Sambutan Penjab FEATI BPTP Sumbar,Ir, Ismon L, Msi); Bawah, Kiri: Sambutan Kepala BP4K kab. Lima Puluh Kota yang Diwakili oleh Ir. Eka Surya; Kanan: Peserta Workshop)
4.1.2.2. Pembuatan Minyak Tanak secara enzimatis
Worshop pembuatan minyak tanak diselenggarakan di kelompok tani
Berkah bersama yang berfungsi sebagai mother. Worshop tersebut dihadiri oleh
peserta sebanyak 47 orang yang berasal dari Koordinator FEATI Kabupaten
Padang Pariaman dan Kecamatan Padang Sago serta perwakilan UP-FMA
sejenis se Kabupaten Padang pariaman. Dalam workshop tersebut diperoleh
informasi dari petani bahwa mutu minyak tanak dipengaruhi oleh lama penyimpan
kelapa sebelum diolah, tetapi seberapa besar pengaruhnya belum diketahui.
Untuk itu pada replikasi demfarm nanti akan disepakati diuji 3 perlakuan yaitu:
kelapa yang baru dipetik, kelapa yang satu minggu setelah dipetik dan kelapa 3
minggu setelah dipetik. Sedangkan tempat Replikasi demfarm ditetapkan di UP
FMA Kuranji Hilir, kecamatan Sungai Limau, pada tanggal 24 Mei 2012.
12
Gambar 2. Workshop Pembuatan minyak Kelapa secara enzimatis. (Kiri Sambutan Penanggungjawab FEATI BPTP Sumbar, Ir, Ismon L,Msi; Kanan: Sebagian peserta Workshop.)
4.1.2.3. Penangkar Benih Padi Sawah
Dari hasil worksop yang dilaksanakan pada Kelompok Tani Padang Dama
I, yang dihadiri oleh Tim FEATI Kab. Pesisr Selatan, Pengurus FMA LABAN,
Nagari Salido, Kec. IV Jurai, Kab. Pesisir Selatan sebagai FMA Induk, Calon
kelompok Tani Replikasi dan pengurus, Tim Feati dari BPTP Sumatera Barat
dihasilkan sebagai berikut:
1. Lokasi demlot replikasi Penangkaran benih padi dilksanakan pada Kelmpk Tani
Padang Dama I, Nagari Koto Barapak, kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisr
selatan.
2. Varitas yang digunakan adalah IR 66 dengan label ungu
3. Kelompok peserta demplot akan dimasukkan kedalam assosiasi benih yang
telah dibentuk oleh UP FMA LAGAN dan Dinas Pertanian Kab. Pesisir Selatan
4.1.3. Pelaksanaan Demfarm
4.1.3.1. Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar
Kegiatan demfarm produk olahan ubi kayu dan ubijalar dilaksanakan pada
tanggal 27 Juni 2012 di Kelompok tani Senada, UP-FMA Batu Payuang dihadiri
oleh 40 peserta. Pada acara demfarm ini turut memberikan sambutan sekali gus
membuka acara Kepala BP4K Kabupaten Lima Puluh Kota Ir. Khalid (Gambar 1.
Dalam sambutannya Kepala BP4K berharap dengan adanya pelatihan produk
olahan ubi ungu ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani serta
munculnya pengusaha yang memasarkan hasilnya. Diharapkan juga adanya
13
diversifikasi produk olahan ubi yang semakin bervariasi. Kedepannya diharapkan
BPTP Sumbar akan tetap menyampaikan teknologi-teknologi baru sekalipun
FEATI sudah berakhir.
Sebelum acara pelatihan dimulai, penanggung jawab kegiatan Drs. Edial
Afdi terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang proses pengolahan, manfaat
dan keuntungan memanfaatkan ubijalar ungu untuk makanan selingan. Dalam
kegiatan Demfarm ini peneliti BPTP mendemonstrasikan tiga tenologi pengolahan
ubi, yaitu; eskrim ubijalar ungu, mie basah ubi ungu dan kue stik ubikayu dari
tepung mocav. Gambar 3
Gambar 3. Pelaksanaan Demfarm Produk Olahan Ubi-ubian(Atas, Kiri: Sambutan Kepala BP4K Kab.Lima Puluh Kota; Kanan Sambutan Penjab Kegiatan Drs. Edial Afdi, MS; Bawah,Kiri Peserta pelatihan; Kanan Peneliti BPTP, Ir. Farida Artati sebagai nara sumber)
14
4.1.3.2. Pembuatan Minyak Tanak Secara Enzimatis.
Kegiatan Demfarm pembuatan minyak tanak secara enzimatis Demfarm
dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012, dan dibuka lansung oleh Koordinatoor
FEATI kecamatan Sungai Liimau, Demfarm diihadiri sebanyak 31 orang peserta,
Kegiatan Demfarm tersebut diawali dengan penjelasan dari penanggung
jawab kegiatan (Drs. Edial Afdi, MS) tentang proses pembuatan minyak kelapa
dan fungsi dari enzim, sementara yang menjadi nara sumbernya adalah Ibu Haliza
dari FMA Koto Baru. FMA ini telah menjadi objek study banding bagi FMA lain,
antara lain FMA Toboh Ketek, FMA Sungai Asam, dan FMA Lubuk Pandan.
Pengurus FMA juga telah menjadi narasumber pada pembelajaran pengolahan
minyak kelapa murni di FMA lain, seperti: FMA Toboh Ketek dan FMA Lubuk
Padan. Para peserta dibagi menjadi tiga grup yang masing-masing grup
memproses minyak kelapa dengan bahan baku sebanyak 20 buah kelapa masing-
masing perlakuan yaitu: 1) kelapa yang baru dipetik; 2) Kelapa satu minggu
setelah dipetik dan; 3) Kelapa 2 mingggu setelah dipetik. Kelapa yang dipakai
diambil tumpukan penyimpanan (Gambar 4)
Gambar 4. Penumpukan kelapa sebelum diolah untuk minyak
Para peserta dituntun kembali oleh Siti Haliza dari UP FMA “Mother” dalam
pengerjaannya tahap demi tahap agar diperoleh minyak dengan mutu yang baik.
Dari pembelajaran tersebut terungkap bahwa perbedaan mutu minyak yang
dihasilkan oleh masing-masing UP-FMA disebabkan oleh faktor ketelitian dalam
15
pemakaian besarnya api tungku, lama pemasakan, kecepatan pemisahan minyak
dan penyaringan. Untuk mendapatkan mutu minyak yang lebik baik dan seragam
proses pembuatannya dipandu oleh Siti Halisa dari UP-FMA Mother (Gambar 5)
A B C
D E F
Gambar 5. Proses pembuatan minyak kelapa secara enzimatis.( A. Kelapa sudahdiparut; B: Pemberian Sari Nenas; C: Pengadukansantan; D: Pemisahan air dari blondo; E: Pemasakan; F: Pemisahan minyak dari ampas)
Setelah didapatkan minyak lalu diamati warna dan kejernihan serta diukur
rendemen minyaknya untuk masing-masing grup. Hasilnya menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang nyata dari minyak yang dihasilkan oleh ketiga grup
pembelajaran tsb. Minyak dianalisa dilaboratorium Baristand Padang Hasil analisa
dapat dilihat pada Tabel 2.
16
Tabel 2. Rendemen dan komponen mutu minyak tanak yang berasal dari kelapa dengan umur simpan 0; 1; 2 minggu
N0
Parameter
SNI
Hasil Analisa
0
minggu
1
minggu
2
minggu
Petani
1
2
3
4
5
6
7
8
Rendemen (%)
Kadar air(%)
Asam lemak bebas(%)
Bilangan Iod
Bilangan Penyabunan
Bilangan Peroksida
Kadar Kotoran
Minyak pelikan
Maks 0,5
Maks 5
8 – 10
255-265
Maks 5
Maks 0,5
Negatif
0,12
0,13
5,38
19,65
0,96
5,20
Negatif
0,16
0,13
5,35
19,59
0,96
5,32
Negatif
0,25
0,10
6,72
10,73
0,96
5,76
Negatif
0,10
1,00
6,64
17,37
0,96
5,20
Negatif
Dari analisa ini ada dua parameter masih berada diluar SNI yaitu bilangan
penyabunan dan kadar kotoran.
4.1.3.3. Penangkar Benih Padi sawah
4.1.3.3.1 Sekolah Lapang pembenihan padi
Untuk mendapatkan benih padi yang mempunyai kemampuan tumbuh
tinggi perlu diadakan kegiatan Sekolah lapang pembenihan padi. Dimana peserta
diajarkan cara pembenihan dengan teknologi perendaman telur dengan garam.
Dimana peserta dijarkan mendapatkan benih bermutu dengan cara sebagai
berikut : Dilarutkan garam kedalam air, kemudian dimasukkan telur kedalam air
tersebut. Apabila telur telah merapung. garamnya sudah cukup. Lalu
dimasukkan benih padi kedalam larutan. Benih-benih yang merapung dibuang,
sedangkan yang mengendap berarti benih bagus untuk di tanaman. Dari hasil
pengujan benih tersebut ada sekitar 5 % yang terbuang. Setelah itu benih di
tanam di kotak-kotak plastic dan sebagian ada juga di deder diatas plastic hitam
yang sudah dicampur pupuk kandang. Dari hasil pengamatan umur 10 hari benih
tumbuh merata. Pada umur 14 hari benih sudah dapat dipindahkan kelapangan.
17
4.1.3.3.2. Keragaan Tanaman Dilapangan
Kegiatan ini adalah kegiatan FEATI yang akan berakhir pendanaannya
pada bulan Juli 2012 . Oleh sebab itu tanaman maka diharapkan sudah panen
pada akhir Juli 2012. Alhamdulillah akhir April 2012 sudah bisa tanam. Khusus
untuk Demplot I ha. Sementara lokasi sekitarnya masih mengolah tanah. Jadi
ada perbedaan waktu tanam lebih kurang 3 minggu.
Keragaan awal tanaman sampai umur 30 hari setelah tanam dilapangan cukup
bagus. Tapi saat dilakukan Sekolah Lapang (SL) penseleksian awal (rouging
vegetative) sudah mulai tampak gejala serangan tungro (daun tanaman berwarna
kuning terang), yaitu sekitar 4 rumpun. Untuk penyelamatan 4 rumpun tersebut
sudah dibuang.
Sebagai pengedalian hama wereng hijau, telah disemprot dengan
Darmabas dan aploud, Namun karena hanya pertanaman demplot tersebut saja
yang ada dilapangan dengan cepat gejala serangan tungro semakin meluas.
Daun tanaman kekuningan seperti kekurangan hara. Karena serangan ini
tanaman telah berumur lebih 1 bulan , malai tetap keluar tetapi karena daun sudah
rusak, proses pengisian biji tidak lagi sempurna, Buah padi hampa dan hitam-
hitam, daun hangus dan kering. Sehingga oleh pengamat hama telah dipasang
bendera merah sebagai tanda daerahkronis endemi tunggro. Tingkat serangan
ini sampai 60-70% dari areal tanam. Ada lokasi di luar demplot yang juga
terserang, keadaan ini disebabkan karena waktu tanam yang sama dengan
kegiatan demplot. Kawasan sekitar yang tanam lebih lambat tidak terseran tungro
dan aman. Kegiatan rouging 50% keluar bunga dan seminggu sebelum panen
tetap dilakukan bersama dengan BPSB di lapangan , namun petani tidak bersedia
hasinya di jadikan benih.
4.1.3.3.3. Panen dan Hasil Panen
Panen tetap dilakukan pada lokasi terserang tungro maupun yang tidak
terserang tungro. Ubinan diambil 2,5 m x 2,5 m, dengan indek hasil pengalian 1,6.
Dari hasil ubinan didapat gambaran sebagai berikur :
Lokasi terserang tungro 80% : Ubinan = 1,2 kg x 1,6 = 1,920 t/ha
Lokasi yang terserang 10 %: Ubinan = 3,2kg x 1,6 = 5, 120 t/ha
18
Lokas tidak terserang : Ubinan = 3,7 kg x 1,6 = 5,920 T/ha
Hasil panen 1 ha, 22 karung yang beratnya rata-rata 55kg, jadi hasil bersih
1 ha = 22 karung x 55kg = 1,210 kh/ha
Kehilangan hasil dari serangan tungro adalah sebagai berikut :
1. Kehilahangan hasil terserang tungro dibandingkan dengan tidak terserang
tungro secara ubinan:
2. 5.92 t/h - 1.92 t/ha = 4.000 t/ha
4,00 t/ha x 100 % = 67,56 %
5.92 t/ha
3. 5.92 t/h - 1.21 t/ha = 4,71 t/ha
4,71 t/ha x 100 % = 79,56 %
5.92 t/ha
Jadi bila dibandingkan dengan hasil ubinan yang tidak terserang tunggro maka
akan terjadi kehilangan hasil sekitar 67,56 %
Jika dibandingkan dengan hasil murni perhektar terjadi penurunan hasil sekitar
79,56 %.
Tanaman masih bias menghasilkan walaupun hanya 1,21 t/ha gabah kering
panen. Ini disebabkan karena tanaman diserang tungro setelah ber umur 1 bulan
dan dibantu pengenalian dengan obat2an. Jadi masih ada sebagian tanaman
yang masih sempat sempurna pengisian bulirnya.
4.2. Pembahasan
4.2.1.Demfarm Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar
Kegiatan ini dimulai dengan koordinasi dan komunikasi yang intensif
dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Lima Puluh Kota sampai ketingkat Kecamatan. Tahapan kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengimformasikan kegiatan yang akan dilakukan sekaligus
mendapatkan masukan, dan memperkuat jaringan kerjasama, guna
menyukseskan pelaksanaan Demfarm Produk olahan ini.
19
Dalam koordinasi ini Tim BPTP Sumbar lansung diterima oleh Kepala
BP4K Ir. Khalid. Pada kesempatan tersebut beliau mengungkapkan bahwa secara
umum di Kabupaten Lima Puluh Kota pengollahan ubi-ubian telah cukup maju
dengan menghasilkan berbagai produk olahan yang telah dikenal masyarakat,
namun Kepala BP4K meminta agar Tim BPTP yang akan melaksanakan kegiatan
ini dapat berdiskusi lansung dengan pengurus UP FMA yang bersangkutan untuk
mengetahui teknologi yang dibutuhkan dalam pengolahan kedua komoditas
tersebut. Selanjutnya sosialisasi dan koordinasi dilanjutkan ke Kecamaatan dan
ke UP FMA.
Dalam diskusi dengan petugas Kecamatan Lareh sago Halaban di tetapkan
lokasi Demfarm adalah tetap di FMA Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago
Halaban namun kelompok yang beberbeda. Kalau tahun 2011 di kelompok
Cacang maka untuk Replikasi dilaksanakan dikelompok Senada.
Dari pelaksanaan demonstrasi telihat antusias peserta dan petugas dengan
mengikuti kegiatan sampai selesai. Ini membuktikan bahwa teknologi yang
disampaikan merupakan teknologi yang mereka butuhkan yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah dan pendapatan.
Dari demfarm pengolahan ubijalar ungu tahun 2011 yang hanya berupa kue
stik, petani telah mengembangkan untuk beberapa produk seperti kue sapik dan
lain-lain, sehingga keltan Senada yang merupakan salah satu peserta pelatihan
telah membentuk kelompok usaha dengan nama Senada Jaya yang memasarkan
produk olahan ubiungu ini. (Gambar 1)
.
Gambar 6. Produk olahan ubijalar ungu yang diproduksi olehKelompok Tani Senada, UP FMA Batu Payuang
20
Produk olahan ubijalar ungu ini merupakan komoditas unggulan dan sangat
menompang keberhasilan FMA Batu Payuang ini, untuk mendapatkan peringkat
pertama di Provinsi Sumatra Barat sebagai UP FMA Berprestasi, sehingga
diundang ke Istana untuk ikut merayakan Hari Kemerdekaan RI tahun 2012 ini.
Keberhasilan ini antara lain disebabkan dukungan pemerintah Daerah yang cukur
besar. Hal dibuktikan dengan penyambutan yang meriah disaat Tim Penilai FEATI
pusat yang lansung dihadiri oleh Wakil Bupati Lima Puluh Kota (Gambar 7,8)
Pada waktu itu dihidangkan dan ditampilkan produk-produk olahan ubijalar ungu
seperti pada Gambar 9
Gambar 7.Kiri: Diskusi dengan Tim Penilai FEATI Pusat. Kanan Penyambutan Masyarakat terhadap Kedatangan TIM Penilai FEATI Pusat di batu Payuang
Gambar 8. Anggota Tim Penilai FEATI pusat dan Sambutan Wakil Bupati
Lima Puluh Kota pada acara penilai UP FMA Berprestasi tingkat Nasional
21
.
Gambar 9 Produk olahan ubijalar Produksi UP FMA Batu Payuang yang ditampilkan pada saat kedatangan Tim Penilai FEATI Pusat
Walaupun di FMA Batu Payuang ini telah dihasilkan beberapa produk
olahan ubijalar ungu, namun mereka masih menginginkan produk lahan lainnya
serper es krimubijalar ungu dan produk olahan ubikayu, karena itulah pada
kegiatan replikasi demfarm diadakan pelatihan pembuatan eskrim ubi jalar ungu,
mie ubijalar ungu dan kue stik dari tepung mocav. Pengolahan mocav ini menjadi
produk makanan sangat dibutuhkan oleh petani, karena di lima puluh kota sendiri
telah diproduksi tepung mocav dengan jumlah yang cukup besar.
4.2.2. Demfarm Pembauatan Minyak Tradisonal Secara Enzimatis
Dalam koordinasi ini Tim BPTP Sumbar lansung diterima oleh Sekretaris
BP3KP Ir. Syfruddin didampingi oleh Ka.Subid Kelembagaan Penyuluhan Arlius,
S.PKP. Pada kesempatan tersebut beliau mengungkapkan bahwa perkembangan
produksi minyak tradisional ini sangat mengembirakan dan semenjak
diperkenalkan oleh BPTP Sumbar teknologi fermentasi dalam memproduksi
minyak, mutunya sudah mulai meningkat dari yang sangat tradisional. Karena itu
Pemda Kab. Padang Pariaman menyambut baik diadakannya kegiatan ini dengan
harapan mutu yang rendah dapat ditingkatkan sehingga ada keseragaman mutu
produk.
Tim BPTP Sumbar menyampaikan bahwa kegiatan akan didahului dengan
warkshop. Pada acara tersebut akan dihimpun umpan balik dari para petani.
Berdasarkan imformasi tersebut petani menentukan sendiri teknologi(materi
replikasi demfarm) yang dibutuhkan.
22
Dari kegiatan tahun 2011 yang lalu minyak yang dihasilkan masih
mempunyai tingkat kekeruhan sekitar 30%, melebihan dari Standar Nasional yang
diitetapkan dan kandungan minyak pelikan positif (Tabel 3), sementara dalam
replikasi demfarm ini dapat meniadakan minyak pelikan dan teknologi penyaringan
dengan kertas saring yang dilapisi kapas dapat menurunkan kekotoran secara
nyata yakni dari 34,11% (Tabel 2) menjadi 5,2-5,76% (Tabel 1) namun masih
diluar pesyaratan SNI yaitu 0,5%. Persyaratan SNI merupakan persyaratan
minyak goreng yang diproduksi secara pabrikan yakni melalui tahapan netralisasi,
pemucatan dan penghilangan bau, karena itu minyak kelapa yang diproduksi para
petani diKabupaten Padang Pariaman belum lagi mampu memenuhi persyaratan
SNI secara keseluruhan.
Parameter lain yang diluar SNI adalah bilangan penyabunan (Tabel 1).
Dalam Anonim (2009), dari parameter yang ditetapkan SNI tersebut ada dua
kategori. Pertama: parameter yang menentukan mutu yaitu kadar air, dan
bilangan peroksida. Parameter inilah yang dapat diperbaiki melaui proses. Kedua
: parameter yang menentukan jenis minyak yaitu asam lemak bebas, bilangan
penyabunan dan bilangan IOD. Khusus bilangan penyabunan digunakan untuk
menunjukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam
lemak rantai pendek, berarti Berat Molekulnya kecil dan mempunyai bilangan
penyabunan tinggi dan sebaliknya. minyak kelapa kaya dengan asam lemak rantai
sedang (C8 – C14) (Slamet dkk, 1989) yang mempunyai bilangan penyabunan
196-206 (Anonim,2009). Dari itu berarti bahwa bilangan penyabunan minyak
kelapa yang diproduksi oleh petani di Padang Pariaman jauh lebih rendah dari
standar SNI. Hal ini kemungkinan disebabkan minyak tersebut banyak
mengandung bahan yang tidak bisa disabun. Menurut Ketaren (1986) bilangan
penyabunan minyak dipengaruhi oleh senyawa yang tidak tersabun seperti sterol,
hidrokarbon, pigmen dan tokoferol.
23
Tabel. 3.Kandungan variabel mutu minyak kelapa yang diproduksi memakai nenas dan persyaaraatan SNI (Edial Afdi dkk, 2011)
N0 Variabel Minyak Kelapa UP FMA
SNI
1
2
3
4
5
6
7
Kadar air (%)
Asam lemak bebas (%)
Angka Iod gr Iod/100g)
Angka penyabunan (%mg KOH/g)
Angka peroksida (mg Oksigen/g)
Minyak pelikan
Kotoran (%)
0,08
0,13
8,21
4,10
0,00
Positif
34,11
Maks 0,5
Maks 5
8-10
255-265
Maks 5
Negatif
0,5
4.2.3. Penangkar Benih Padi Sawah
Dari hasil pengamatan ini terlihat bahwa dengan sistim tanam yang tidak
serentak ini menyebabkan tingkat serengan wereng hijau sebagai vector
pembawa virus sangat tinggi, sebab tidak ada tanaman lain yang akan
diseranganya. Untuk Kab. Pesisir selatan tungro sudah hamper merupakan
penyakit tanaman yang sangat mengancam pertaman petani. Dengan adanya
pemancangan bendera merah di lokasi demplot artinya daerah ini sedah menjadi
daerah kronis endemic tungro (sudah terdapat wereng hijau rata-rata 1 ekor
/rumpun) ini sudah harus dikendalikan secara intensif
Akibat serangan tungro terjadi pnurunan hasil hamper 80 %, menyebabkan
petani tidak mau hasilnya dijadikan benih. Akibatnya gagallah kegiatan ini untuk
menghasilkan benih padi bersertifikat. Buat sementara kita belum membicarakan
pada petani pemilik sawah bagaimana tentang penurunan hasil, diganti atau tidak.
Dari hasil diskusi dengan pengamat hama dan pennyuluh, pada tahun-
tahun sebelumnya di lokasi lain sudah pernah terserang tungro sampai tidak
mendapatkan hasil.
24
V. KESIMPULAN
1. Dari sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan disimpulkan
bahwa kegiatan ini sangat direspon oleh pemda kabupaten sampai
kekecamatan dan petani pengguna. Ditingkat petani sendiri masih banyak
teknologi yang dibutuhkan, terutama yang bertujuan untuk meningkat mutu
dan nilai tambah komoditas dan produk tradisional.
2. Demfarm produk olahan ubiungu mendapat respon yang sangat baik dan
petani sebelumnya telah mengembangkan sendiri jenis produk olahannya.
Dengan adanya replikasi ini semakin menambah jenis produk yang bias
dipasarkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
3. Perbaikan proses pengolahan dalam Replikasi Demfarm minyak tanak ini
dapat meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dan mendapat respon
yang sangat baik dari peserta sehingga diharapkan akan meningkatkan
pemasarannya.
4. Dari hasil kegiatan demplot penangkar benih padi sawah ini, tidak dapat
dilanjutkan sampai menghasilkan benih bersertifikat. Walaupun secara
teori tanaman yang terserang menurut staf BPSB dilapangan masih tetap
bisa menghasilkan benih bersertifikat sesuai dengan hasil yang tidak
terserang, tapi karena petani pemilik tidak mau maka tahapan sertifikasi
tidak dapat dilanjutkan.
25
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Manfaat Ubiungu. w.w.w.setiap hari.com. 13-12-2010. Diakse tanggal 10 September 2012, Jam9.00.
Ariwianti, I.D. dan K.A. Cahyani. 2010. Pembuatan Minyak Kelapa dari Santan Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Papain dengan Penambahan Ragi Tempe. Lab. Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.http:// www.clicktoconvert.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2012 jam 11.00 wib.
BBP2TP. 2009. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Program Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan In formasi Pertanian (P3TIP). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi pertanian, Bogor. 23 hal.
BPS. 2008. Statistik Indonesia tahun 2007. Badan Pusat Statistik Jakarta.
Diki, Nanang S,,ST., Taufik R.TP., dan Cucu H. 2009. Pembuatan Minyak Kelapa Fermentasi. pustaka2.ritek.go.id.13-12 -2011, Diakses tanggal 6 Februari 2012 Jam 9.00.
Ketaren S. 1986. “Minyak dan Lemak Pangan”. UI. Jakarta
Edial Afdi, Erma, Ridwan, Harnel, Farida Artati dan Novariza. 2011. Demfarm Teknologi Pengolahan Produk Kelapa, Ubikayu dan Ubijalar. Laporan Akhir Kegiatan. BPTP Sumatera Barat.
Sudana. W. 2009. Pedoman pelaksanaan komponen C peningkatan pengkajian dan penyebaran teknologi serta pengukuran idikator keberhasilan.
Sudarmadji, S.et.al. 1989. Analisa bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Jakarta.
Suganda. T.D., Sudarmanto, Sumintareja. S. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. 516 hal.
Wahyudi. 2010.Keripik Kulit Singkong, Renyah dan Gurih. berita.liputan6.com.14-12-2011, Jam 14.00
26
VII. KINERJA KEGIATAN
1.1. Keluaran
1. Terlaksananya repliksi demfarm teknologi perbaikan mutu produk
olahan ubikayu dan ubijalar dengan menghasilkan es krim dan mie
basah ubijalar ungu sertakue stik ubikayu dari tepung mocav
Terlaksananya perbaikan mutu minyak tanak tradisional melalui replikasi
demfarm teknologi pembuatan minyak kelapa secara enzimatis
2. Terlaksananya replikasi demfarm penangkar benih padisawah sehingga
petani menguasai teknologi produksi benih bemutu.
1.2. Hasil yang diapai
Terlaksananya adopsi teknologi, maka petani mempunyai alternatif dalam
meningkatkan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraannya
1.3. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan produktifitas serta mutu produk olahan
dalam beragribisnis petani anggota UP FMA.
1.4. Dampak
Secara umum berkembangnya agribisnis UP FMA yang dibina lansung
melalui kegiatan ini serta terjadinya diversifikasi produk olahan, akan menambah
gairah petani untuk berusahatani komoditas yang bersangkutan.
Khusus untuk FMA Batu payuang produk olahan ubijalar ungu sudah
menjadi produk unggulan dalam penilai FEATI pusat sehingga mendapat FMA
teladan pertama Provinsi Sumatera Barat dan mendapat undangan bapak
Presiden RI ke Istana Negara.
27
LAMPIRAN: Prosedur kerja teknologi yang disampaikan
I. Demfarm produk olahan ubikayu dan ubijalar
1.1. Pembuatan es krim ubijalar ungu
Bahan
Ubijalar ungu dikukus dan dihalus 250 gram
Air rebusan ubijalar ungu 650 ml
Tepung DP 150 gram
Susu kental manis 300 ml
Garam dan vanili secukupnya
Cara pengolahan
Air rebusan ubi ungu disaring dan didinginkan dalam lemari es
Campurkan air rebusan ubiungu dingin dengan susu kental manis,
aduk dengan kecepatan rendah
Tambahkan tepung DP, aduk dengan kecepatan sedang
Tambahkan ubiungu yang sudah dihaluskan dan aduk kembali
Lakukan pengadukan dengan kecepatan tinggi sampai volume es
krim 3 kali volume awal
Masukan kedalam wadah/cup s krim, lalu masukan kedalam freezer
selama 24 jam
1.2. Pebuatan mie ubijalar ungu
Bahan
Pasta ubijalar ungu 500 gram
Tepung terigu 600 gram
Tepung tapioka 100 gram
Royko 2 bungkus
Soda kue 1sdt
Telur ayam 1 butir
Minyak sayur 1 sdm
Garam secukupnya
28
Cara membuat
Campurkan terigu, tapioka, soda kue, roykodan garam hingga merata
Masukan pasta ubijalaungu dan telur yang sudah dikocok, aduk rata
hinga kalis
Tambahkan minyak sayut dan aduk hinga kalis
Cetak adonan yang telah kalis sehingga berbentuk mie, dan olesi
dengan minyak agar tidak lengket
Kukus mie yang telah diohasilkan sehingga menjadi basah
Mie basah dapat dikeriungkandengan oven
1.3. Pembuatan kue stik ubikayu
Bahan dan Alat
Untuk pembuatan kue stik ubikayu ini diperlukan bahan: tepung mocac,
tepung terigu, tepung tapioca, gula, minyak goreng dan margarine,
sedangkan alatnya adalah baskom, kompor, kuali, alat concerto atau
ampia.
Prosedur Kerja
1. Campurkan tepung mocav, terigu dan tapioca secara homogeny
(dibuat adonan)
2. Encerkan margarine
3. Campurkan margarine, gula pasir, dan bumbu lainnya.
4. Tambahkan air rebusan ubi jalar ungu dan diaduk sampai merata
dan bersifat kalis
5. Cetak dengan alat concerto atau ampia dan dipotong menurut
ukuran yang diinginkan.
6. Goreng dengan minyak pada suhu sedang sampai matang
7. Dinginkan hasil gorengan sambil ditiriskan minyaknya. Kemas
dengan kantong plastik lalu diseal dan siap untuk dipasarkan atau
disimpan untuk beberapa waktu.
29
II. Pembuatan minyak kelapa secara enzimatis
Cara membuat
Pilih kelapa yang tua dan segar dengan tga kategori penyimpanan
(tanpa disimpan, disimpan 1 minggu dan disimpan 2 minggu)
Kelapa diparut.
Timbang sebanyak kelapa parut.
Tambahkan air dan diperas hingga keluar santannya.(perbandingan
kelapa parut dan air adalah 1 : 2)
Siapkan nenas yang sudah matang dikupas kulitnya dan dibuang
matanya.
Parut nenas hingga terbentuk parutan nenas, kemudian diperas
dengan kain saring (tanpa penambahan air) hingga diperoleh sari buah
nenas
Tambahkan kedalam masing-masing santan dan diaduk hingga rata.
Masukkan ke dalam wadah plastik
Dibiarkan selama lebih kurang 3 jam hingga air dan bakal minyak
terpisah (krim dan skim)
Buang airnya perlahan-lahan dengan menggunakan slang
Sisa santan/bakal minyak (krim dan skim) dimasak dalam kuali dengan
memakai tungku kayu, apisedang, sambil terus diaduk
Pemasakan dilanjutkan sampai semua air habis(2,5 jam)
Minyak disaring dengan kain saring, kemudian disaring menggunakan
kertas saring yang telah diberi kapas
Penyaringan dilakukan sebanyak 4 kali dengan mempertebal lapisan
kapas dalam setiap penyaringan
Setelah dingin minyak dikemas dalam kantong plastic kemasan. Untuk
dipasarkan atau disimpan sebelum dipasarkan (minyak ini tahan
selama 8 bulan)
30
III. Penangkar Benih Padi sawah
3.1. Pesemaian
Persyaratan lahan untuk persemaian sama dengan lahan untuk
pertanaman produksi benih. Lahan terbaik untuk produksi benih termasuk untuk
persemaiannya adalah lahan bera pada musim sebelumnya atau lahan yang
ditanami dengan varietas yang sama pada musim sebelumnya.
Dalam praktek mungkin sulit diperoleh areal untuk persemaian dengan
persyaratan seperti tersebut di atas. Apabila demikian, maka digunakan areal
bekas pertanaman padi dengan melakukan pengolahan tanah sampai melumpur
sempurna sambil sanitasi (membuang sisa-sisa tanaman). Persemaian dibuat
dengan ukuran lebar 1,5 m dengan panjang sesuai ukuran lahan yang tersedia,
dan tinggi 15 cm.
3.2.Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan dilakukan dengan olah sempurna (2 x bajak, 2 kali garu,
dengan interval 1 minggu).
3.3.Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, dengan 1 bibit
per lubang (untuk menghasilkan BD) dan 2-3 batang perumpun (untuk
memproduksi BP). Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang
sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang).
3.4.Pemupukan
Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan
kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi
tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah
penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi dengan baik. Agar efisien, takaran pupuk disesuaikan dengan kondisi
lahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikan dengan
ketersediaan P dan K dalam tanah yang diukur dengan PUTS. Sedangkan untuk
31
pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD). Jika tidak
memungkinkan menggunakan BWD, digunakan takaran pupuk standar sesuai
keadaan hara tanaman (200 – 250 kg/ha). Pupuk P dan K diberikan sekaligus
paling lambat satu minggu setelah tanam, sedangka urea diberikan 3 kali (waktu
tanam, 4 MST, dan 50 HST)
3.5. Pengairan
Sejak saat tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara
cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Namun ketinggian air cukup
2-3 cm, untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu
tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi umumnya memerlukan
aerasi yang baik. Oleh karena itu, pengairan berselang atau intermitten sangat
dianjurkan.
3.4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh
gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada
keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dapat dilakukan
pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Hal ini dimaksudkan agar
pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah
dikendalikan.
3.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penykait merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu
varietas tidak mampu menghasilkan seperti yang diharapkan. Karena itu,
pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Hama wereng
coklat dan penyakit tungro merupakan hama dan penyakit yang paling utama saat
ini.
32
3.6. Rouging/seleksi
Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat
kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan
benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Rouging
dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya
menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan
tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot) dengan
menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan
sebagai referensi/acuan di dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan
karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan sebagaimana yang
tercantum dalam Tabel 2. berikut.
Apabila cara rouging dengan menggunakan acuan pertanaman ’check plot’
belum mungkin dilakukan, maka hal-hal berikut sebagai patokan dalam
pelaksanaan rouging yaitu:
a. Stadia Vegetatif Awal ( 35 – 45 HST)
1 Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
2 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
3 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
4 Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
6. Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
33
Tabel 4 .Karakteristik tanaman yang diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas.
No
Fase Pertumbuhan Karakter yang perlu diperhatikan
1 Bibit Muda Laju pemunculan bibit Warna daun Tinggi bibit 2 Tanaman Muda Laju pertunasan Tipe pertunasan Warna daun Sudut daun Warna pelepah Warna kaki (pelepah bagian bawah) 3 Fase Anakan Jumlah tunas Maksimum Panjang & Lebar Daun Sudut Pelekatan Daun Warna Daun Panjang & Warna Ligula 4 Fase Awal Sudut pertunasan Berbunga Sudut daun Bendera Jumlah malai/rumpun; Jumlah malai/m2 Umur Berbunga : * 50 % berbunga * 100 % berbunga * Keseragaman berbunga 5 Fase Pematang Tipe malai & tipe pemunculan leher
malai Panjang malai Warna gabah Keberadaan bulu pada ujung gabah Kehampaan malai Laju senesen daun Umur matang Bentuk & Ukuran gabah Bulu Kerebahan 6 Fase Panen Kerontokan Tipe endosperma Bentuk & Ukuran Gabah
34
b Stadia Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60 HST)
1 Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan
2 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
3 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
4 Tanaman yang warna kaki atau helai daun, dan pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
5 Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
c. Stadia Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)
1 Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
2 Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
3 Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
4 Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
5 Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda
d. Stadia Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST)
1. Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
2. Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
3. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain
4. Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang
5. Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
6. Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah, dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.
3.7. Panen dan Pengolahan Benih
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau
apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen
35
masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila
pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih
padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan
kesehatan benih.
Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian
petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam
kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen
yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih
akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan
benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-11%. Setelah
menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan
ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih
adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Panen
Pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan
lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB. Sebelum panen dilakukan, semua malai
dari kegiatan roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini
untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing. Selain
itu, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal,
alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang
akan digunakan untuk panen dibersihkan.
b. Proses Panen
Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak
digunakan sebagai calon benih.
1 Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot.
2 Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture meter.
36
3 Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.
4 Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih , bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.
c. Pengeringan Benih
2. Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi.
3. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan.
4. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering.
c.1. Penjemuran
1 Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda.
2 Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.
3 Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati
4 Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.
5 Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, umumnya penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya diberhentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43oC
6 Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah)
c.2. Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer)
1 Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.
2 Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan)
3 Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).
37
4 Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC
5 Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan catat.
6 Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).
d. Pengolahan Benih
Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan
(grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain
memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut)
juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kecil dapat
dilakukan secadapat dilakukan secara manual dengan menggunakan nyiru
(ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin
pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan
efisiensi pengolahan.
Apabila dirasa perlu, grading (pemilahan benih) dapat dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang,
lebar, ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya. Alat-alat seperti Indent
cylinder machine, Indent desk separator, Gravity table seperator dan sebagainya
dapat digunakan di dalam pemilahan benih.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan ; terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain; diantaranya adalah :
1 Sebelum proses pengolahan dimulai, siapkan, cek peralatan dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.
2 Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, baru kemudian pengolahan untuk varietas lainnya.
3 Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang jelas di dalam dan luar karung.
4 Bila alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah sejumlah benih varietas
yang berbeda, mesin/ alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih
38
sebelumnya, baru kemudian digunakan untuk pengolahan varietas lain. Hal ini
perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.
5 Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih, berat
benih bersih dan susut selama pengolahan.
e. Pengemasan Benih
Pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam
penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan
terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek.
Oleh karena itu, efektifitas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas benih dan serangan
insek.
Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah
selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai
dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong
plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih,
benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm
atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji
lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak.
Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan
pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu
menghindari adanya tindak pemalsuan.
f. Penyimpanan Benih
Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu
mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin
selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih,
mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih
yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang
secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan
kelembaban ruang simpan. Kondisi ruangdan pen simpan yang baik untuk benih-
benih yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering dan
39
dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (i)
untuk setiap penurunan setiap penurunan 1% kadar air atau 10oF (5,5oC) suhu
ruang simpan akan melipat-gandakan daya simpan benih. Kondisi tersebut
berlaku untuk kadar air benih antara 14% sampai 5% dan pada suhu dari 50oC –
0oC dan (ii) penyimpanan yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH)
ditambah dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk memenuhi
kondisi demikian, idealnya ruang simpan benih dilengkapi dengan AC (air
conditioner) dan dehumidifier (alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan).
Namun jika kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan
selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1 Tidak bocor
2 Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)
3 Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang lancar
sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.
4 Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi
ditutup kawat kasa).
Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas
lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa, agar
tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang
mudah. Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah
tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan
lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan
kartu pengawasan yang berisi informasi:
1 Nama varietas
2 Tanggal panen
3 Asal petak percobaan
4 Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)
5 Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.
6 Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah)
Data yang diamati adalah data agronomi dan penerimaan penangkar yang
menggunakan benih yang dihasilkan serta distribusi (penyaluran/pengunaan)
benih.