I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan...

39
1 I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Dari dulu sebetulnya pemerintah menginginkan petani yang mandiri, tangguh, sehingga diharapkan petani tidak lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek. Keinginan itulah yang menjadi dasar pengembangan suatu sistem pendidikan pertanian untuk petani yang lazim disebut dengan penyuluhan (Sugarda dkk., 2001) Penyuluhan pertanian diartikan sebagai sistem pendidikan non formal untuk petani dan keluarganya. Petani belajar mengerjakan sendiri dan kepentingan petani diusahakan menjadi keinginan petani. Selanjutnya petani dibantu agar dapat membantu diri sendiri untuk berusahatani yang lebih menuntungkan supaya kesejateraan hidup petani dan keluarganya lebih baik. Namun demikian, sampai saat ini permasalahan yang mendasar dihadapi petani adalah kurangnya akses pada permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Dilain pihak banyak teknologi inovatif yang telah dihasilkan terutama dari Badan Litbang Pertanian tetapi belum semua teknologi tersebut dimanfaatkan oleh petani atau pengguna. Kemudian kecil atau sempitnya rata-rata kepemilikan lahan oleh petani juga merupakan kendala dalam menerapkan inovasi teknologi oleh petani secara parsial. Untuk itu, gerakan usahatani berkelompok (group farming atau joint farming operation) perlu diupayakan, karena menurut Hong dan Pi-Feng (1974) melalui diskusi kelompok mereka akan melaksanakan kerjasama dan menerapkan paket teknologi yang dianjurkan. Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani (BBP2TP, 2009). Hal ini dilakukan melalui pemberdayaan keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan

Transcript of I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan...

Page 1: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang

penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam

pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh sebab itu, pembangunan

ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun

tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.

Dari dulu sebetulnya pemerintah menginginkan petani yang mandiri, tangguh,

sehingga diharapkan petani tidak lagi menjadi objek tetapi menjadi subjek. Keinginan

itulah yang menjadi dasar pengembangan suatu sistem pendidikan pertanian untuk

petani yang lazim disebut dengan penyuluhan (Sugarda dkk., 2001) Penyuluhan

pertanian diartikan sebagai sistem pendidikan non formal untuk petani dan

keluarganya. Petani belajar mengerjakan sendiri dan kepentingan petani diusahakan

menjadi keinginan petani. Selanjutnya petani dibantu agar dapat membantu diri

sendiri untuk berusahatani yang lebih menuntungkan supaya kesejateraan hidup

petani dan keluarganya lebih baik. Namun demikian, sampai saat ini permasalahan

yang mendasar dihadapi petani adalah kurangnya akses pada permodalan, pasar

dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah.

Dilain pihak banyak teknologi inovatif yang telah dihasilkan terutama dari

Badan Litbang Pertanian tetapi belum semua teknologi tersebut dimanfaatkan oleh

petani atau pengguna. Kemudian kecil atau sempitnya rata-rata kepemilikan lahan

oleh petani juga merupakan kendala dalam menerapkan inovasi teknologi oleh

petani secara parsial. Untuk itu, gerakan usahatani berkelompok (group farming

atau joint farming operation) perlu diupayakan, karena menurut Hong dan Pi-Feng

(1974) melalui diskusi kelompok mereka akan melaksanakan kerjasama dan

menerapkan paket teknologi yang dianjurkan.

Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian

(P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and

Information (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan

kesejahteraan petani (BBP2TP, 2009). Hal ini dilakukan melalui pemberdayaan

keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan

Page 2: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis serta mengembangkan

kemitraan dengan sektor swasta. Pemberdayaan petani dapat dilakukan dengan

berbagai pendekatan yaitu perbaikan pada semua komponen penyuluhan yang

ada, penyempurnaan dan penguatan keberadaan kelembagaan yang terkait

dengan pengadaan teknologi, serta sistem informasi pertanian.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis

Badan Litbang Pertanian yang berada di daerah, bertanggung jawab terhadap

pelaksanaaan kegiatan pada komponen C yaitu pengkajian dan diseminasi

teknologi pertanian. Secara umum komponen C dari P3TIP ini bertujuan untuk

mengetahui teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan pasar serta

meningkatkan kapasitas BPTP supaya berfungsi lebih efektif (Panduan

Pelaksanaan FEATI, 2009). Untuk maksud tersebut BPTP Sumbar pada tahun

2011 telah melaksanakan Demfarm/ujicuba coba beberapa teknologi yang

dibutuhkan petani yang dilaksanakan di UP FMA Mother dan diikuti oleh UP FMA

lainnya yang sejenis. Untuk lebih mempercepat adopsi teknologi, maka perlu

dilakukan replikasi dengan memasukan perlakuan atau inovasi teknologi dalam

rangka scalling up. yang dilaksanakan melalui tiga tahapan: 1. Sosialisasi

teknologi yang akan didemfarmkan, 2). Workshop Percepatan Replikasi

Teknologi, 3).Pelaksanaan Demfarm itu sendiri sesuai dengan hasil worlshop.

1.2. Dasar Pertimbangan

Lambatnya proses pengadopsian inovasi teknologi oleh petani,

dikhawatirkan upaya meningkatkan produktivitas beberapa komoditas pertanian

strategis dan ekonomis sulit dicapai, dan tentunya akan memperlambat

pencapaian peniingkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dari data

statistik, pada tahu 2007 jumlah penduduk miskin tercaataat 37,2 juta jiwa dan

63,4 % berada di pedesaan dengan mata pencarian utama adalah di bidang

pertanian. (BPS, 2008). Oleh sebab itu pembangunan ekonomi nasional berbasis

pertanian dan pedesaan secara lansung maupun tidak lansung akan berdampak

pada penguranggan penduduk miskin.

Page 3: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

Sementara itu FMA yang dirancang sebagai wahana pembelajaran bagi

petani dalam pengembangan agribisnis di pedesaan yang berbasis teknologi

diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pembelajaran yang

dilaksanakan disini diharapkan akan dapat merubah perilaku, pola pikir dan sikap

petani dari sub sistem tradisional menjadi petani modern berwawasaan agribisnis,

dengan pendekatan belajar sambil berbuat (learning by doing) (Pusat

Pengembangan Penyuluhan Pertanian, 2009).

Dalam rangka mencapai tujuan diatas, kegiatan-kegiatan yang selama ini

telah didemonstrasikan ditingkat petani pada tahun 2011 telah ditingkatkan dalam

kegiatan Demplot dan sebagian besar telah diadopsi oleh petani perserta

pelatihan. Untuk lebih mempercepat penyebaran teknologi, maka perlu sekali

dilakukan replikasinya di UP FMA Baby sebagai upaya untuk melakukan “Scaling

Up” terhadap kegiatan yag sama yang dalam pelaksanaannya berkerjasama

dengan anggota UP FMA di masing-masing lokasi kegiatan. Kerjasama ini juga

akan dapat meningkatkan keterkaitan antara peneliti, penyuluh dan petani.

Adapun kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Judul dan lokasi kegiatan Replikasi Demfarm teknologi mendukung kegiatan FMA di tiga Kabupaten FEATI di Sumbar TA. 2012

No Demonstrasi FMA Pelaksana

1 2 3

Demplot replikasi Teknologi Pengolahan inyak kelapa dan ubi-ubian:

a) Demplot replikasi Teknologi Perbaikan dan pengembangan produk olahan ubikayu-ubijalar

b) Demplot replilkasi Teknologi Perbaikan mutu minyak kelapa secara enzimatis

Demplot replikasi Teknologi penangkar benih padi sawah

FMA Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota FMA Koto Baru, Kecamatan Padang Sago dan FMA Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman Kabupaten Pesisir Selatan

Page 4: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

1.3.Tujuan

a) Melaksanakan replikasi demfarm teknologi yang telah dilaksanakan pada

tahun 2011 mendukung kegiatan FMA dalam penyebaran Teknologi dan

Scalling Up, yaitu: Pembuatan minyak kelapa secara enzimatis, Teknlogi

produk olahan ubikayu dan ubijalar serta teknologi Penangkar Benih padi

sawah.

b) Kelompok Tani/FMA dapat melihat dan menilai sendiri keunggulan

teknologi yang didemonstrasikan sehingga adopsi inovasi teknologi dapat

berlangsung lebih cepat dan sempurna.

1.4.Keluaran yang diharapkan

a) Replikasi demfarm teknologi perbaikan mutu produk olahan ubikayu, dan

ubijalar, Teknolgi pengolahan minyak tanak tradisional secara enzimatis

serta Teknologi Penangkar Benih Padi Sawah

b) Peningkatan Pengetahuan dan pemahaman petani tentang teknologi yang

di sampaikan.

1.5. Hasil yang diharapkan

1. Diversifikasi Produk Olahan Ubi kayu dan ubijalar ungu

2. Minyak tanak tradisional yang bermutu sesuai dengan standar mutu minyak

nasional

3. Tersedianya benih bermutu dan bersertifikat sebanyak 3 ton untuk

memenuhi kebutuhan petani di lokasi kegiatan .

1.6. Manfaat yang diharapkan

1. Dengan adanya replikasi demfarm dan diversifikasi produk olahan ubikayu

dan ubijalar akan mempercepat adopsi teknologi, penyebaran dan

pengenalan produk olahan tersebut sehingga dapat ningkatkan daya

saingnya sehingga harga jual lebih tinggi, dan akan meningkatkan

pendapatan

Page 5: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

2. Replikasi demfarm Pengolahan minyak kelapa secara enzimatis akan

menghasikan minyak dengan mutu lebih baik dan tahan lama akan

meningkatkan daya saing dan harga jual, yang selanjutnya akan

meningkatkan pendapatan petani.

3. Petani dapat memproduksi benih bersertifikat sendiri, tidak tergantung

kepada benih komersial

1.7. Dampak

1. Peningkatan mutu produk olahan ubikayu dan pengolahan ubijalar menjadi

produk makanan akan menambah minat petani untuk membudidayakan

tanaman tersebut dan mengolahnya menjadi produk makanan, terutama

ubijalar.

2. Pengolahan kelapa mengasilkan minyak dengan mutu yang jauh lebih baik

dari cara tradisional dapat meningkatkan harga jual sehingga diharapkan

menberi dampak bertambahnya industri rumah tangga yang memproduksi

mengolah kelapanya sendiri menjadi minyak.

3. Terbentuknya kelompok-kelompok tani penangkar benih yang sudah

menguasai teknoloogi Agribisnis Benih Padi Bersertifikat.

Page 6: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

II.TINJAUAN PUSTAKA

Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertania

(P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and

Imformation (FEATI) bertujuan untuk meningkatkan produktifitas, pendapatan

ddan kesejahteraan petani (BBP2TP, 2009).Hal ini dilakukan melalui

pemberdaayaann keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi,

teknologi, modal dan sarana produksi untuk mengembangkan agribisnis dan

kemitraan dengan kemitraan dengan pihak swasta. Pemberdayaan petani dapat

dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu, perbaikan semua komponen

penyuluhan, penyempurnaan dan penguatan teknologi yang terkait dengan

pengadaan teknologi serta sitem informasi pertanian.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis

Badan Litbang Pertanian yang ada didaerah, bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan kegiatan pada komponen C. Secara umum komponnen C dari P3TIP

ini bertujuan untuk mengetahui teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani

dan pasar serta meningkatkan kapasitas BPTP agar berfungsi efektif (Panduan

Pelaksanaan FEATI, 2009).

Salah satu metoda pengembangan kapasitas pelaku utama dilakukan

melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu

sendiri yang disebut juga dengan “Farmer Managed Ekstension Activity (FMA)”.

FMA ini dirancang sebagai wahana pembelajaran bagi petani dalam

pengembangan agribisnis di pedesaan yang berbsis teknologi. Dengan kegiatan

ini diharapkan petani dapat merubah perilaku, pola fikir dan sikap dari yang

tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis melalui pembelajaran

berkelanjutan dengan pendekatan belajar sambil berbuat atau berusaha (“learning

by doing”) (Pusat Pengembangan Penyuluh Pertanian,2009). Salah satu kegiatan

yang perlu dilakukan untuk maksud tersebut diatas adalah pembelajaran

bagaimana meningkatkan dan atau mengembangkan produk-produk olahan

tradisional, seperti minyak kelapa, produk olahan ubikayu dan ubi jalar.

Minyak nabati yang dipakai untuk penggorengan sebagian besar berasal

dari kelapa dan kelapa sawit. Kedua jenis minyak tersebut berbeda dalam struktur

molekulnya. Minyak sawit, mengandung asam lemah tidak jenuh dengan arti kata

Page 7: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

banyak mengandung ikatan rangkap yang apabila dipanaskan akan mudah pecah

menjadi radikal bebas yang dapat dapatmembahayakan kesehatan. Minyak

kelapa kaya dengan asam lemak rantai sedang yang mengandung 90% asam

lemak jenuh, dimana asam lemah jenuh ini mempunyai daya bunuh terhadap

senyawa berbahaya (Ariwianti dkk, 2010). Karena itu produksi minyak kelapa

perlu digiatkan.

Pembuatan minyak kelapa secara tradisional dilakukan dengan

pemanasan pada suhu tinggi. Yang banyak menimbulkan kerugian. Sebagai

contoh, pemanasan yang tinggi dapat mengubah struktur minyak serta

menghasilkan warna minyak kurang baik. Dewasa ini telah ditemukan suatu

metode pembuatan minyak kelapa yang dapat mengurangi kerugian-kerugian

tersebut di atas, yaitu Pembuatan Minyak Kelapa secara Fermentasi.

Pembuatan minyak kelapa secara fermentasi memiliki banyak keuntungan

dibandingkan dengan cara tradisional. Pada cara tradisional, rendemen minyak

yang diperoleh sekitar 15-17%, sedangkan dengan cara fermentasi rendemen

yang diperoleh sekitar 22-24%. Keunggulan lain dari minyak kelapa fermentasi ini

adalah mempunyai warna lebih jernih, aroma lebih baik, tahan lebih lama dan

dapat menghemat bahan bakar bila dibandingkan dengan minyak kelapa

tradisional.(Diki dkk,2009)

Penelitian dalam komoditas ubijalarpun telah banyak dihasilkan Dengan

telah dihasilkannya varietas ungul ubiungu membuka peluang lebih besar untuk

dikembangkan menjadi produk olahan, disebabkan jenis ubi ini mempunyai

banyak keunggulan, sepeti pikmen ungu yang dimilikinya sebagai anti oksidan

dalam tubuh, mengandung serat makanan alami yang tinggi dan bersifat prebiotik

(Anonim, 2010).

Page 8: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

III. METODOLOGI

3.1.Lokasi Kegiatan :

1. Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, dan Kuranji Hilir, Sungai Limau

Kabupaten Padang Pariaman untuk Demfarm Produk Olahan Kelapa

2. Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota

Untuk Demfarm Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar

3. Kabupaten Pesisir Selatan untuk Penangkar Benih Padi Sawah

3.2. Waktu Pelaksanaan: Januari – September 2012

3.3. Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan ini akan dilakukan di tiga kabupaten Kabupaten FEATI di Sumbar

yaitu di Kabupaten Padang Pariaman, Persisir Selatan, dan Lima Puluh Kota dari

bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Peserta yang dipilih untuk replikasi ini

adalah FMA – FMA yang berdampingan mempunyai kegiatan sejenis dengan

FMA pelaksana pada tahun 2011. Untuk pelaksananya diambil satu FMA sebagai

inti, sedangkan FMA lainnya diundang sebagai peserta. Kegiatan demfarm yang

akan dilaksanakan adalah kegiatan Dermfarm yang telah dilaksanakan pada

tahun 2011, namun dapat saja dilakukan modifikasi perlakuan seperlunya sesuai

dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan petani.

Setiap kegiatan demfarm dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan sebagai

berikut: (1) Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian, dan koordinator FEATI di masing-masing Kabupaten dan

kecamatan. sekaligus menetapkan FMA pelaksana workshop. (2) Workshop,

sekaligus sosialisasi kegiatan Kepada Up FMA peserta untuk menentukan

tepatnya perlakuan yang dibutuhkan petani serta menetapkan FMA pelaksana. (3)

Pelaksanaan Replikasi Demfarm (4.) Pemantauan atau workshop terhadap adopsi

teknologi yang telah disampaikan.

Workshop dilaksanakan dengan maksud untuk mendapatkan umpan balik

dan untuk merumuskan perbaikan teknologi/ perlakuan yang dibutuhkan petani

dalam upaya meningkatkan mutu dan pengembangan komoditas yang

didemfarmkan. Kegiatan ini dilaksanakan lansung dibawah Koordinator SKPP.

Page 9: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

 

Pelaksanaan Demfarm dilakukan setelah adanya workshop untuk

mendapatkan umpan balik perbaikan perlakuan dan menentukan lokasi demfarm.

Cara kerja untuk masing-demfarm disajikan dalam lampiran.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1.Sosialisasi

4.1.1.1. Produk Olahan

Untuk kegiatan Replikasi Demfarm produk olahan kelapa koordinasi dan

komunikasi yang intensif dilakukan dengan Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman sampai ketingkat

Kecamatan. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengimformasikan kegiatan

yang akan dilakukan sekaligus mendapatkan masukan, dan memperkuat jaringan

kerjasama, guna menyukseskan pelaksanaan Replikasi Demfarm Produk olahan

ini. Koordinasi dipimpin lansung oleh Ir. Syahrial A, MS sebagai LO mewakili

Kepala BPTP Sumbar. Untuk kegiatan Demfarm produk olahan ubi koordinasi

dilakukan dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Lima Puluh Kota sampai ketingkat Kecamatan.

Dalam koorkoordinasi ini pemerintah daerah sampai ketingkat Kecamatan

akan mendukun sepenuhnya kegiatan ini. Salah satu hasil yang diperoleh dalam

koordinasi ini adalah penetapan jadwal Workshop untuk masing-masing kegiatan

4.`1.1.2. Penangkar benih Padi Sawah

Setelah lokasi replikasi di tetapkan jatuh pada Kelompok Tani Padang Dama

I, maka diadakalah sosialisasi kegiatan Demplot replikasi Penangkaran benih Padi

Sawah Bersertifikat dengan Tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Peserta kegiatan adalah pengurus atau anggota kelompok tani Padang

dama I ditambah dengan pengurus atau anggota Kelompok Tani diluar

Kelompok Padang Dama I yang berjumlah seluruhnya 25 orang

2. Teknologi yang dilasanakan adalah teknologi penangkaran benih padi

bersertifikat, dengan teknologi dasar:

Pengolahan tanah sempurna

Penggunaan pupuk kandang 2 ton/ha

Page 10: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

10 

 

Varitas unggul: IR66

Bibt muda: 14 hari

Jumlah bibit rumpun tanam : 2-3 bibt

Tanam : Jajar Legowo 4:1

Pupuk an organik : Ponska 300 kg/ha + Urea 100 Kg/ha

Pengairan : Intermiten

Pengendalian Hama dan Penyakit : PHT

Sekolah Lapang (SL) pembenihan

Sekolah Lapang Rouging 3 kali : vegetative umur 1 bulan, umur ber bunga

50% dan 1 minggu sebelum panen, untuk membuang tanaman yang tercampur.

Dari kegiatan Sosialisasi ini tidak banyak kesulitan yang ditemui oleh kelompok

peserta. Hal ini disebabkan sebagian mereka telah mendapat pelatihan

penangkaran benih pada kegiatan Demplot SLPTT yang kebetulan juga

dilaksanakan pada kelompok Padang Dama I, namun demikian belum pernah

untuk pesrta diluar Padang Pama I.

4.1.2. Workshop

4.1.2.1. Produk Olahan Ubi Kayu dan Ubi jalar

Worshop Produk olahan ubikayu dan ubi jalar dilaksanakan di Kelompok

Tani cacang, UPFMA Batu payuang. Workshop ini dihadiri sebanyak 54 peserta

terdiri dari Koordinator FEATI Kabupaten dan kecamatan Lareh Sago Halaban,

serta anggotan kelompok tani sejenis se kabupaten Lima Puluh Kota. Pada

workshop ini dihasilkan kesepakatan bahwa replikasi Demfarm produk olahan ubi

kayu dan ubijalar akan dilaksanakan di kelompok Tani Senada dan teknologi yang

akan didemostrasikan adalah pembuatan es krim dan mie basah ubi ungu, serta

kue stik ubikayu dari tepung mocav. Untuk acara demfarm nantinya para peserta

akan diundang lansung oleh Kepala BP4K Kabupaten Lima Puluh Kota. Lokasi

Kegiatan Replikasi Demfarm ditetapkan di kelompok tani Senada pada tanggal 27

Juni 2012.

Page 11: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

11 

 

Gambar 1. Workshop percepatan replikasi demfarm produk olahan ubi-ubian (Atas, Kiri: Sambutan Sekretaris UP-FMA Batu Payuang; Kanan: Sambutan Penjab FEATI BPTP Sumbar,Ir, Ismon L, Msi); Bawah, Kiri: Sambutan Kepala BP4K kab. Lima Puluh Kota yang Diwakili oleh Ir. Eka Surya; Kanan: Peserta Workshop)

4.1.2.2. Pembuatan Minyak Tanak secara enzimatis

Worshop pembuatan minyak tanak diselenggarakan di kelompok tani

Berkah bersama yang berfungsi sebagai mother. Worshop tersebut dihadiri oleh

peserta sebanyak 47 orang yang berasal dari Koordinator FEATI Kabupaten

Padang Pariaman dan Kecamatan Padang Sago serta perwakilan UP-FMA

sejenis se Kabupaten Padang pariaman. Dalam workshop tersebut diperoleh

informasi dari petani bahwa mutu minyak tanak dipengaruhi oleh lama penyimpan

kelapa sebelum diolah, tetapi seberapa besar pengaruhnya belum diketahui.

Untuk itu pada replikasi demfarm nanti akan disepakati diuji 3 perlakuan yaitu:

kelapa yang baru dipetik, kelapa yang satu minggu setelah dipetik dan kelapa 3

minggu setelah dipetik. Sedangkan tempat Replikasi demfarm ditetapkan di UP

FMA Kuranji Hilir, kecamatan Sungai Limau, pada tanggal 24 Mei 2012.

Page 12: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

12 

 

Gambar 2. Workshop Pembuatan minyak Kelapa secara enzimatis. (Kiri Sambutan Penanggungjawab FEATI BPTP Sumbar, Ir, Ismon L,Msi; Kanan: Sebagian peserta Workshop.)

4.1.2.3. Penangkar Benih Padi Sawah

Dari hasil worksop yang dilaksanakan pada Kelompok Tani Padang Dama

I, yang dihadiri oleh Tim FEATI Kab. Pesisr Selatan, Pengurus FMA LABAN,

Nagari Salido, Kec. IV Jurai, Kab. Pesisir Selatan sebagai FMA Induk, Calon

kelompok Tani Replikasi dan pengurus, Tim Feati dari BPTP Sumatera Barat

dihasilkan sebagai berikut:

1. Lokasi demlot replikasi Penangkaran benih padi dilksanakan pada Kelmpk Tani

Padang Dama I, Nagari Koto Barapak, kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisr

selatan.

2. Varitas yang digunakan adalah IR 66 dengan label ungu

3. Kelompok peserta demplot akan dimasukkan kedalam assosiasi benih yang

telah dibentuk oleh UP FMA LAGAN dan Dinas Pertanian Kab. Pesisir Selatan

4.1.3. Pelaksanaan Demfarm

4.1.3.1. Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar

Kegiatan demfarm produk olahan ubi kayu dan ubijalar dilaksanakan pada

tanggal 27 Juni 2012 di Kelompok tani Senada, UP-FMA Batu Payuang dihadiri

oleh 40 peserta. Pada acara demfarm ini turut memberikan sambutan sekali gus

membuka acara Kepala BP4K Kabupaten Lima Puluh Kota Ir. Khalid (Gambar 1.

Dalam sambutannya Kepala BP4K berharap dengan adanya pelatihan produk

olahan ubi ungu ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani serta

munculnya pengusaha yang memasarkan hasilnya. Diharapkan juga adanya

Page 13: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

13 

 

diversifikasi produk olahan ubi yang semakin bervariasi. Kedepannya diharapkan

BPTP Sumbar akan tetap menyampaikan teknologi-teknologi baru sekalipun

FEATI sudah berakhir.

Sebelum acara pelatihan dimulai, penanggung jawab kegiatan Drs. Edial

Afdi terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang proses pengolahan, manfaat

dan keuntungan memanfaatkan ubijalar ungu untuk makanan selingan. Dalam

kegiatan Demfarm ini peneliti BPTP mendemonstrasikan tiga tenologi pengolahan

ubi, yaitu; eskrim ubijalar ungu, mie basah ubi ungu dan kue stik ubikayu dari

tepung mocav. Gambar 3

Gambar 3. Pelaksanaan Demfarm Produk Olahan Ubi-ubian(Atas, Kiri: Sambutan Kepala BP4K Kab.Lima Puluh Kota; Kanan Sambutan Penjab Kegiatan Drs. Edial Afdi, MS; Bawah,Kiri Peserta pelatihan; Kanan Peneliti BPTP, Ir. Farida Artati sebagai nara sumber)

Page 14: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

14 

 

4.1.3.2. Pembuatan Minyak Tanak Secara Enzimatis.

Kegiatan Demfarm pembuatan minyak tanak secara enzimatis Demfarm

dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012, dan dibuka lansung oleh Koordinatoor

FEATI kecamatan Sungai Liimau, Demfarm diihadiri sebanyak 31 orang peserta,

Kegiatan Demfarm tersebut diawali dengan penjelasan dari penanggung

jawab kegiatan (Drs. Edial Afdi, MS) tentang proses pembuatan minyak kelapa

dan fungsi dari enzim, sementara yang menjadi nara sumbernya adalah Ibu Haliza

dari FMA Koto Baru. FMA ini telah menjadi objek study banding bagi FMA lain,

antara lain FMA Toboh Ketek, FMA Sungai Asam, dan FMA Lubuk Pandan.

Pengurus FMA juga telah menjadi narasumber pada pembelajaran pengolahan

minyak kelapa murni di FMA lain, seperti: FMA Toboh Ketek dan FMA Lubuk

Padan. Para peserta dibagi menjadi tiga grup yang masing-masing grup

memproses minyak kelapa dengan bahan baku sebanyak 20 buah kelapa masing-

masing perlakuan yaitu: 1) kelapa yang baru dipetik; 2) Kelapa satu minggu

setelah dipetik dan; 3) Kelapa 2 mingggu setelah dipetik. Kelapa yang dipakai

diambil tumpukan penyimpanan (Gambar 4)

Gambar 4. Penumpukan kelapa sebelum diolah untuk minyak

Para peserta dituntun kembali oleh Siti Haliza dari UP FMA “Mother” dalam

pengerjaannya tahap demi tahap agar diperoleh minyak dengan mutu yang baik.

Dari pembelajaran tersebut terungkap bahwa perbedaan mutu minyak yang

dihasilkan oleh masing-masing UP-FMA disebabkan oleh faktor ketelitian dalam

Page 15: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

15 

 

pemakaian besarnya api tungku, lama pemasakan, kecepatan pemisahan minyak

dan penyaringan. Untuk mendapatkan mutu minyak yang lebik baik dan seragam

proses pembuatannya dipandu oleh Siti Halisa dari UP-FMA Mother (Gambar 5)

A B C

D E F

Gambar 5. Proses pembuatan minyak kelapa secara enzimatis.( A. Kelapa sudahdiparut; B: Pemberian Sari Nenas; C: Pengadukansantan; D: Pemisahan air dari blondo; E: Pemasakan; F: Pemisahan minyak dari ampas)

Setelah didapatkan minyak lalu diamati warna dan kejernihan serta diukur

rendemen minyaknya untuk masing-masing grup. Hasilnya menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang nyata dari minyak yang dihasilkan oleh ketiga grup

pembelajaran tsb. Minyak dianalisa dilaboratorium Baristand Padang Hasil analisa

dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 16: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

16 

 

Tabel 2. Rendemen dan komponen mutu minyak tanak yang berasal dari kelapa dengan umur simpan 0; 1; 2 minggu

N0

Parameter

SNI

Hasil Analisa

0

minggu

1

minggu

2

minggu

Petani

1

2

3

4

5

6

7

8

Rendemen (%)

Kadar air(%)

Asam lemak bebas(%)

Bilangan Iod

Bilangan Penyabunan

Bilangan Peroksida

Kadar Kotoran

Minyak pelikan

Maks 0,5

Maks 5

8 – 10

255-265

Maks 5

Maks 0,5

Negatif

0,12

0,13

5,38

19,65

0,96

5,20

Negatif

0,16

0,13

5,35

19,59

0,96

5,32

Negatif

0,25

0,10

6,72

10,73

0,96

5,76

Negatif

0,10

1,00

6,64

17,37

0,96

5,20

Negatif

Dari analisa ini ada dua parameter masih berada diluar SNI yaitu bilangan

penyabunan dan kadar kotoran.

4.1.3.3. Penangkar Benih Padi sawah

4.1.3.3.1 Sekolah Lapang pembenihan padi

Untuk mendapatkan benih padi yang mempunyai kemampuan tumbuh

tinggi perlu diadakan kegiatan Sekolah lapang pembenihan padi. Dimana peserta

diajarkan cara pembenihan dengan teknologi perendaman telur dengan garam.

Dimana peserta dijarkan mendapatkan benih bermutu dengan cara sebagai

berikut : Dilarutkan garam kedalam air, kemudian dimasukkan telur kedalam air

tersebut. Apabila telur telah merapung. garamnya sudah cukup. Lalu

dimasukkan benih padi kedalam larutan. Benih-benih yang merapung dibuang,

sedangkan yang mengendap berarti benih bagus untuk di tanaman. Dari hasil

pengujan benih tersebut ada sekitar 5 % yang terbuang. Setelah itu benih di

tanam di kotak-kotak plastic dan sebagian ada juga di deder diatas plastic hitam

yang sudah dicampur pupuk kandang. Dari hasil pengamatan umur 10 hari benih

tumbuh merata. Pada umur 14 hari benih sudah dapat dipindahkan kelapangan.

Page 17: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

17 

 

4.1.3.3.2. Keragaan Tanaman Dilapangan

Kegiatan ini adalah kegiatan FEATI yang akan berakhir pendanaannya

pada bulan Juli 2012 . Oleh sebab itu tanaman maka diharapkan sudah panen

pada akhir Juli 2012. Alhamdulillah akhir April 2012 sudah bisa tanam. Khusus

untuk Demplot I ha. Sementara lokasi sekitarnya masih mengolah tanah. Jadi

ada perbedaan waktu tanam lebih kurang 3 minggu.

Keragaan awal tanaman sampai umur 30 hari setelah tanam dilapangan cukup

bagus. Tapi saat dilakukan Sekolah Lapang (SL) penseleksian awal (rouging

vegetative) sudah mulai tampak gejala serangan tungro (daun tanaman berwarna

kuning terang), yaitu sekitar 4 rumpun. Untuk penyelamatan 4 rumpun tersebut

sudah dibuang.

Sebagai pengedalian hama wereng hijau, telah disemprot dengan

Darmabas dan aploud, Namun karena hanya pertanaman demplot tersebut saja

yang ada dilapangan dengan cepat gejala serangan tungro semakin meluas.

Daun tanaman kekuningan seperti kekurangan hara. Karena serangan ini

tanaman telah berumur lebih 1 bulan , malai tetap keluar tetapi karena daun sudah

rusak, proses pengisian biji tidak lagi sempurna, Buah padi hampa dan hitam-

hitam, daun hangus dan kering. Sehingga oleh pengamat hama telah dipasang

bendera merah sebagai tanda daerahkronis endemi tunggro. Tingkat serangan

ini sampai 60-70% dari areal tanam. Ada lokasi di luar demplot yang juga

terserang, keadaan ini disebabkan karena waktu tanam yang sama dengan

kegiatan demplot. Kawasan sekitar yang tanam lebih lambat tidak terseran tungro

dan aman. Kegiatan rouging 50% keluar bunga dan seminggu sebelum panen

tetap dilakukan bersama dengan BPSB di lapangan , namun petani tidak bersedia

hasinya di jadikan benih.

4.1.3.3.3. Panen dan Hasil Panen

Panen tetap dilakukan pada lokasi terserang tungro maupun yang tidak

terserang tungro. Ubinan diambil 2,5 m x 2,5 m, dengan indek hasil pengalian 1,6.

Dari hasil ubinan didapat gambaran sebagai berikur :

Lokasi terserang tungro 80% : Ubinan = 1,2 kg x 1,6 = 1,920 t/ha

Lokasi yang terserang 10 %: Ubinan = 3,2kg x 1,6 = 5, 120 t/ha

Page 18: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

18 

 

Lokas tidak terserang : Ubinan = 3,7 kg x 1,6 = 5,920 T/ha

Hasil panen 1 ha, 22 karung yang beratnya rata-rata 55kg, jadi hasil bersih

1 ha = 22 karung x 55kg = 1,210 kh/ha

Kehilangan hasil dari serangan tungro adalah sebagai berikut :

1. Kehilahangan hasil terserang tungro dibandingkan dengan tidak terserang

tungro secara ubinan:

2. 5.92 t/h - 1.92 t/ha = 4.000 t/ha

4,00 t/ha x 100 % = 67,56 %

5.92 t/ha

3. 5.92 t/h - 1.21 t/ha = 4,71 t/ha

4,71 t/ha x 100 % = 79,56 %

5.92 t/ha

Jadi bila dibandingkan dengan hasil ubinan yang tidak terserang tunggro maka

akan terjadi kehilangan hasil sekitar 67,56 %

Jika dibandingkan dengan hasil murni perhektar terjadi penurunan hasil sekitar

79,56 %.

Tanaman masih bias menghasilkan walaupun hanya 1,21 t/ha gabah kering

panen. Ini disebabkan karena tanaman diserang tungro setelah ber umur 1 bulan

dan dibantu pengenalian dengan obat2an. Jadi masih ada sebagian tanaman

yang masih sempat sempurna pengisian bulirnya.

4.2. Pembahasan

4.2.1.Demfarm Produk Olahan Ubikayu dan Ubijalar

Kegiatan ini dimulai dengan koordinasi dan komunikasi yang intensif

dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Lima Puluh Kota sampai ketingkat Kecamatan. Tahapan kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengimformasikan kegiatan yang akan dilakukan sekaligus

mendapatkan masukan, dan memperkuat jaringan kerjasama, guna

menyukseskan pelaksanaan Demfarm Produk olahan ini.

Page 19: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

19 

 

Dalam koordinasi ini Tim BPTP Sumbar lansung diterima oleh Kepala

BP4K Ir. Khalid. Pada kesempatan tersebut beliau mengungkapkan bahwa secara

umum di Kabupaten Lima Puluh Kota pengollahan ubi-ubian telah cukup maju

dengan menghasilkan berbagai produk olahan yang telah dikenal masyarakat,

namun Kepala BP4K meminta agar Tim BPTP yang akan melaksanakan kegiatan

ini dapat berdiskusi lansung dengan pengurus UP FMA yang bersangkutan untuk

mengetahui teknologi yang dibutuhkan dalam pengolahan kedua komoditas

tersebut. Selanjutnya sosialisasi dan koordinasi dilanjutkan ke Kecamaatan dan

ke UP FMA.

Dalam diskusi dengan petugas Kecamatan Lareh sago Halaban di tetapkan

lokasi Demfarm adalah tetap di FMA Batu Payuang Kecamatan Lareh Sago

Halaban namun kelompok yang beberbeda. Kalau tahun 2011 di kelompok

Cacang maka untuk Replikasi dilaksanakan dikelompok Senada.

Dari pelaksanaan demonstrasi telihat antusias peserta dan petugas dengan

mengikuti kegiatan sampai selesai. Ini membuktikan bahwa teknologi yang

disampaikan merupakan teknologi yang mereka butuhkan yang diharapkan dapat

meningkatkan nilai tambah dan pendapatan.

Dari demfarm pengolahan ubijalar ungu tahun 2011 yang hanya berupa kue

stik, petani telah mengembangkan untuk beberapa produk seperti kue sapik dan

lain-lain, sehingga keltan Senada yang merupakan salah satu peserta pelatihan

telah membentuk kelompok usaha dengan nama Senada Jaya yang memasarkan

produk olahan ubiungu ini. (Gambar 1)

.

Gambar 6. Produk olahan ubijalar ungu yang diproduksi olehKelompok Tani Senada, UP FMA Batu Payuang

Page 20: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

20 

 

Produk olahan ubijalar ungu ini merupakan komoditas unggulan dan sangat

menompang keberhasilan FMA Batu Payuang ini, untuk mendapatkan peringkat

pertama di Provinsi Sumatra Barat sebagai UP FMA Berprestasi, sehingga

diundang ke Istana untuk ikut merayakan Hari Kemerdekaan RI tahun 2012 ini.

Keberhasilan ini antara lain disebabkan dukungan pemerintah Daerah yang cukur

besar. Hal dibuktikan dengan penyambutan yang meriah disaat Tim Penilai FEATI

pusat yang lansung dihadiri oleh Wakil Bupati Lima Puluh Kota (Gambar 7,8)

Pada waktu itu dihidangkan dan ditampilkan produk-produk olahan ubijalar ungu

seperti pada Gambar 9

Gambar 7.Kiri: Diskusi dengan Tim Penilai FEATI Pusat. Kanan Penyambutan Masyarakat terhadap Kedatangan TIM Penilai FEATI Pusat di batu Payuang

Gambar 8. Anggota Tim Penilai FEATI pusat dan Sambutan Wakil Bupati

Lima Puluh Kota pada acara penilai UP FMA Berprestasi tingkat Nasional

Page 21: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

21 

 

.

Gambar 9 Produk olahan ubijalar Produksi UP FMA Batu Payuang yang ditampilkan pada saat kedatangan Tim Penilai FEATI Pusat

Walaupun di FMA Batu Payuang ini telah dihasilkan beberapa produk

olahan ubijalar ungu, namun mereka masih menginginkan produk lahan lainnya

serper es krimubijalar ungu dan produk olahan ubikayu, karena itulah pada

kegiatan replikasi demfarm diadakan pelatihan pembuatan eskrim ubi jalar ungu,

mie ubijalar ungu dan kue stik dari tepung mocav. Pengolahan mocav ini menjadi

produk makanan sangat dibutuhkan oleh petani, karena di lima puluh kota sendiri

telah diproduksi tepung mocav dengan jumlah yang cukup besar.

4.2.2. Demfarm Pembauatan Minyak Tradisonal Secara Enzimatis

Dalam koordinasi ini Tim BPTP Sumbar lansung diterima oleh Sekretaris

BP3KP Ir. Syfruddin didampingi oleh Ka.Subid Kelembagaan Penyuluhan Arlius,

S.PKP. Pada kesempatan tersebut beliau mengungkapkan bahwa perkembangan

produksi minyak tradisional ini sangat mengembirakan dan semenjak

diperkenalkan oleh BPTP Sumbar teknologi fermentasi dalam memproduksi

minyak, mutunya sudah mulai meningkat dari yang sangat tradisional. Karena itu

Pemda Kab. Padang Pariaman menyambut baik diadakannya kegiatan ini dengan

harapan mutu yang rendah dapat ditingkatkan sehingga ada keseragaman mutu

produk.

Tim BPTP Sumbar menyampaikan bahwa kegiatan akan didahului dengan

warkshop. Pada acara tersebut akan dihimpun umpan balik dari para petani.

Berdasarkan imformasi tersebut petani menentukan sendiri teknologi(materi

replikasi demfarm) yang dibutuhkan.

Page 22: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

22 

 

Dari kegiatan tahun 2011 yang lalu minyak yang dihasilkan masih

mempunyai tingkat kekeruhan sekitar 30%, melebihan dari Standar Nasional yang

diitetapkan dan kandungan minyak pelikan positif (Tabel 3), sementara dalam

replikasi demfarm ini dapat meniadakan minyak pelikan dan teknologi penyaringan

dengan kertas saring yang dilapisi kapas dapat menurunkan kekotoran secara

nyata yakni dari 34,11% (Tabel 2) menjadi 5,2-5,76% (Tabel 1) namun masih

diluar pesyaratan SNI yaitu 0,5%. Persyaratan SNI merupakan persyaratan

minyak goreng yang diproduksi secara pabrikan yakni melalui tahapan netralisasi,

pemucatan dan penghilangan bau, karena itu minyak kelapa yang diproduksi para

petani diKabupaten Padang Pariaman belum lagi mampu memenuhi persyaratan

SNI secara keseluruhan.

Parameter lain yang diluar SNI adalah bilangan penyabunan (Tabel 1).

Dalam Anonim (2009), dari parameter yang ditetapkan SNI tersebut ada dua

kategori. Pertama: parameter yang menentukan mutu yaitu kadar air, dan

bilangan peroksida. Parameter inilah yang dapat diperbaiki melaui proses. Kedua

: parameter yang menentukan jenis minyak yaitu asam lemak bebas, bilangan

penyabunan dan bilangan IOD. Khusus bilangan penyabunan digunakan untuk

menunjukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam

lemak rantai pendek, berarti Berat Molekulnya kecil dan mempunyai bilangan

penyabunan tinggi dan sebaliknya. minyak kelapa kaya dengan asam lemak rantai

sedang (C8 – C14) (Slamet dkk, 1989) yang mempunyai bilangan penyabunan

196-206 (Anonim,2009). Dari itu berarti bahwa bilangan penyabunan minyak

kelapa yang diproduksi oleh petani di Padang Pariaman jauh lebih rendah dari

standar SNI. Hal ini kemungkinan disebabkan minyak tersebut banyak

mengandung bahan yang tidak bisa disabun. Menurut Ketaren (1986) bilangan

penyabunan minyak dipengaruhi oleh senyawa yang tidak tersabun seperti sterol,

hidrokarbon, pigmen dan tokoferol.

Page 23: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

23 

 

Tabel. 3.Kandungan variabel mutu minyak kelapa yang diproduksi memakai nenas dan persyaaraatan SNI (Edial Afdi dkk, 2011)

N0 Variabel Minyak Kelapa UP FMA

SNI

1

2

3

4

5

6

7

Kadar air (%)

Asam lemak bebas (%)

Angka Iod gr Iod/100g)

Angka penyabunan (%mg KOH/g)

Angka peroksida (mg Oksigen/g)

Minyak pelikan

Kotoran (%)

0,08

0,13

8,21

4,10

0,00

Positif

34,11

Maks 0,5

Maks 5

8-10

255-265

Maks 5

Negatif

0,5

4.2.3. Penangkar Benih Padi Sawah

Dari hasil pengamatan ini terlihat bahwa dengan sistim tanam yang tidak

serentak ini menyebabkan tingkat serengan wereng hijau sebagai vector

pembawa virus sangat tinggi, sebab tidak ada tanaman lain yang akan

diseranganya. Untuk Kab. Pesisir selatan tungro sudah hamper merupakan

penyakit tanaman yang sangat mengancam pertaman petani. Dengan adanya

pemancangan bendera merah di lokasi demplot artinya daerah ini sedah menjadi

daerah kronis endemic tungro (sudah terdapat wereng hijau rata-rata 1 ekor

/rumpun) ini sudah harus dikendalikan secara intensif

Akibat serangan tungro terjadi pnurunan hasil hamper 80 %, menyebabkan

petani tidak mau hasilnya dijadikan benih. Akibatnya gagallah kegiatan ini untuk

menghasilkan benih padi bersertifikat. Buat sementara kita belum membicarakan

pada petani pemilik sawah bagaimana tentang penurunan hasil, diganti atau tidak.

Dari hasil diskusi dengan pengamat hama dan pennyuluh, pada tahun-

tahun sebelumnya di lokasi lain sudah pernah terserang tungro sampai tidak

mendapatkan hasil.

Page 24: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

24 

 

V. KESIMPULAN

1. Dari sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan disimpulkan

bahwa kegiatan ini sangat direspon oleh pemda kabupaten sampai

kekecamatan dan petani pengguna. Ditingkat petani sendiri masih banyak

teknologi yang dibutuhkan, terutama yang bertujuan untuk meningkat mutu

dan nilai tambah komoditas dan produk tradisional.

2. Demfarm produk olahan ubiungu mendapat respon yang sangat baik dan

petani sebelumnya telah mengembangkan sendiri jenis produk olahannya.

Dengan adanya replikasi ini semakin menambah jenis produk yang bias

dipasarkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

3. Perbaikan proses pengolahan dalam Replikasi Demfarm minyak tanak ini

dapat meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dan mendapat respon

yang sangat baik dari peserta sehingga diharapkan akan meningkatkan

pemasarannya.

4. Dari hasil kegiatan demplot penangkar benih padi sawah ini, tidak dapat

dilanjutkan sampai menghasilkan benih bersertifikat. Walaupun secara

teori tanaman yang terserang menurut staf BPSB dilapangan masih tetap

bisa menghasilkan benih bersertifikat sesuai dengan hasil yang tidak

terserang, tapi karena petani pemilik tidak mau maka tahapan sertifikasi

tidak dapat dilanjutkan.

Page 25: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

25 

 

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Manfaat Ubiungu. w.w.w.setiap hari.com. 13-12-2010. Diakse tanggal 10 September 2012, Jam9.00.

Ariwianti, I.D. dan K.A. Cahyani. 2010. Pembuatan Minyak Kelapa dari Santan Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Papain dengan Penambahan Ragi Tempe. Lab. Mikrobiologi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.http:// www.clicktoconvert.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2012 jam 11.00 wib.

BBP2TP. 2009. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Program Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan In formasi Pertanian (P3TIP). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi pertanian, Bogor. 23 hal.

BPS. 2008. Statistik Indonesia tahun 2007. Badan Pusat Statistik Jakarta.

Diki, Nanang S,,ST., Taufik R.TP., dan Cucu H. 2009. Pembuatan Minyak Kelapa Fermentasi. pustaka2.ritek.go.id.13-12 -2011, Diakses tanggal 6 Februari 2012 Jam 9.00.

Ketaren S. 1986. “Minyak dan Lemak Pangan”. UI. Jakarta

Edial Afdi, Erma, Ridwan, Harnel, Farida Artati dan Novariza. 2011. Demfarm Teknologi Pengolahan Produk Kelapa, Ubikayu dan Ubijalar. Laporan Akhir Kegiatan. BPTP Sumatera Barat.

Sudana. W. 2009. Pedoman pelaksanaan komponen C peningkatan pengkajian dan penyebaran teknologi serta pengukuran idikator keberhasilan.

Sudarmadji, S.et.al. 1989. Analisa bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Jakarta.

Suganda. T.D., Sudarmanto, Sumintareja. S. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. 516 hal.

Wahyudi. 2010.Keripik Kulit Singkong, Renyah dan Gurih. berita.liputan6.com.14-12-2011, Jam 14.00

Page 26: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

26 

 

VII. KINERJA KEGIATAN

1.1. Keluaran

1. Terlaksananya repliksi demfarm teknologi perbaikan mutu produk

olahan ubikayu dan ubijalar dengan menghasilkan es krim dan mie

basah ubijalar ungu sertakue stik ubikayu dari tepung mocav

Terlaksananya perbaikan mutu minyak tanak tradisional melalui replikasi

demfarm teknologi pembuatan minyak kelapa secara enzimatis

2. Terlaksananya replikasi demfarm penangkar benih padisawah sehingga

petani menguasai teknologi produksi benih bemutu.

1.2. Hasil yang diapai

Terlaksananya adopsi teknologi, maka petani mempunyai alternatif dalam

meningkatkan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraannya

1.3. Manfaat

Meningkatkan pengetahuan dan produktifitas serta mutu produk olahan

dalam beragribisnis petani anggota UP FMA.

1.4. Dampak

Secara umum berkembangnya agribisnis UP FMA yang dibina lansung

melalui kegiatan ini serta terjadinya diversifikasi produk olahan, akan menambah

gairah petani untuk berusahatani komoditas yang bersangkutan.

Khusus untuk FMA Batu payuang produk olahan ubijalar ungu sudah

menjadi produk unggulan dalam penilai FEATI pusat sehingga mendapat FMA

teladan pertama Provinsi Sumatera Barat dan mendapat undangan bapak

Presiden RI ke Istana Negara.

Page 27: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

27 

 

LAMPIRAN: Prosedur kerja teknologi yang disampaikan

I. Demfarm produk olahan ubikayu dan ubijalar

1.1. Pembuatan es krim ubijalar ungu

Bahan

Ubijalar ungu dikukus dan dihalus 250 gram

Air rebusan ubijalar ungu 650 ml

Tepung DP 150 gram

Susu kental manis 300 ml

Garam dan vanili secukupnya

Cara pengolahan

Air rebusan ubi ungu disaring dan didinginkan dalam lemari es

Campurkan air rebusan ubiungu dingin dengan susu kental manis,

aduk dengan kecepatan rendah

Tambahkan tepung DP, aduk dengan kecepatan sedang

Tambahkan ubiungu yang sudah dihaluskan dan aduk kembali

Lakukan pengadukan dengan kecepatan tinggi sampai volume es

krim 3 kali volume awal

Masukan kedalam wadah/cup s krim, lalu masukan kedalam freezer

selama 24 jam

1.2. Pebuatan mie ubijalar ungu

Bahan

Pasta ubijalar ungu 500 gram

Tepung terigu 600 gram

Tepung tapioka 100 gram

Royko 2 bungkus

Soda kue 1sdt

Telur ayam 1 butir

Minyak sayur 1 sdm

Garam secukupnya

Page 28: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

28 

 

Cara membuat

Campurkan terigu, tapioka, soda kue, roykodan garam hingga merata

Masukan pasta ubijalaungu dan telur yang sudah dikocok, aduk rata

hinga kalis

Tambahkan minyak sayut dan aduk hinga kalis

Cetak adonan yang telah kalis sehingga berbentuk mie, dan olesi

dengan minyak agar tidak lengket

Kukus mie yang telah diohasilkan sehingga menjadi basah

Mie basah dapat dikeriungkandengan oven

1.3. Pembuatan kue stik ubikayu

Bahan dan Alat

Untuk pembuatan kue stik ubikayu ini diperlukan bahan: tepung mocac,

tepung terigu, tepung tapioca, gula, minyak goreng dan margarine,

sedangkan alatnya adalah baskom, kompor, kuali, alat concerto atau

ampia.

Prosedur Kerja

1. Campurkan tepung mocav, terigu dan tapioca secara homogeny

(dibuat adonan)

2. Encerkan margarine

3. Campurkan margarine, gula pasir, dan bumbu lainnya.

4. Tambahkan air rebusan ubi jalar ungu dan diaduk sampai merata

dan bersifat kalis

5. Cetak dengan alat concerto atau ampia dan dipotong menurut

ukuran yang diinginkan.

6. Goreng dengan minyak pada suhu sedang sampai matang

7. Dinginkan hasil gorengan sambil ditiriskan minyaknya. Kemas

dengan kantong plastik lalu diseal dan siap untuk dipasarkan atau

disimpan untuk beberapa waktu.

Page 29: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

29 

 

II. Pembuatan minyak kelapa secara enzimatis

Cara membuat

Pilih kelapa yang tua dan segar dengan tga kategori penyimpanan

(tanpa disimpan, disimpan 1 minggu dan disimpan 2 minggu)

Kelapa diparut.

Timbang sebanyak kelapa parut.

Tambahkan air dan diperas hingga keluar santannya.(perbandingan

kelapa parut dan air adalah 1 : 2)

Siapkan nenas yang sudah matang dikupas kulitnya dan dibuang

matanya.

Parut nenas hingga terbentuk parutan nenas, kemudian diperas

dengan kain saring (tanpa penambahan air) hingga diperoleh sari buah

nenas

Tambahkan kedalam masing-masing santan dan diaduk hingga rata.

Masukkan ke dalam wadah plastik

Dibiarkan selama lebih kurang 3 jam hingga air dan bakal minyak

terpisah (krim dan skim)

Buang airnya perlahan-lahan dengan menggunakan slang

Sisa santan/bakal minyak (krim dan skim) dimasak dalam kuali dengan

memakai tungku kayu, apisedang, sambil terus diaduk

Pemasakan dilanjutkan sampai semua air habis(2,5 jam)

Minyak disaring dengan kain saring, kemudian disaring menggunakan

kertas saring yang telah diberi kapas

Penyaringan dilakukan sebanyak 4 kali dengan mempertebal lapisan

kapas dalam setiap penyaringan

Setelah dingin minyak dikemas dalam kantong plastic kemasan. Untuk

dipasarkan atau disimpan sebelum dipasarkan (minyak ini tahan

selama 8 bulan)

Page 30: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

30 

 

III. Penangkar Benih Padi sawah

3.1. Pesemaian

Persyaratan lahan untuk persemaian sama dengan lahan untuk

pertanaman produksi benih. Lahan terbaik untuk produksi benih termasuk untuk

persemaiannya adalah lahan bera pada musim sebelumnya atau lahan yang

ditanami dengan varietas yang sama pada musim sebelumnya.

Dalam praktek mungkin sulit diperoleh areal untuk persemaian dengan

persyaratan seperti tersebut di atas. Apabila demikian, maka digunakan areal

bekas pertanaman padi dengan melakukan pengolahan tanah sampai melumpur

sempurna sambil sanitasi (membuang sisa-sisa tanaman). Persemaian dibuat

dengan ukuran lebar 1,5 m dengan panjang sesuai ukuran lahan yang tersedia,

dan tinggi 15 cm.

3.2.Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan dilakukan dengan olah sempurna (2 x bajak, 2 kali garu,

dengan interval 1 minggu).

3.3.Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, dengan 1 bibit

per lubang (untuk menghasilkan BD) dan 2-3 batang perumpun (untuk

memproduksi BP). Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang

sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang).

3.4.Pemupukan

Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan

kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi

tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah

penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan

berproduksi dengan baik. Agar efisien, takaran pupuk disesuaikan dengan kondisi

lahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikan dengan

ketersediaan P dan K dalam tanah yang diukur dengan PUTS. Sedangkan untuk

Page 31: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

31 

 

pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan

tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD). Jika tidak

memungkinkan menggunakan BWD, digunakan takaran pupuk standar sesuai

keadaan hara tanaman (200 – 250 kg/ha). Pupuk P dan K diberikan sekaligus

paling lambat satu minggu setelah tanam, sedangka urea diberikan 3 kali (waktu

tanam, 4 MST, dan 50 HST)

3.5. Pengairan

Sejak saat tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara

cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Namun ketinggian air cukup

2-3 cm, untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu

tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi umumnya memerlukan

aerasi yang baik. Oleh karena itu, pengairan berselang atau intermitten sangat

dianjurkan.

3.4. Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh

gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada

keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dapat dilakukan

pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Hal ini dimaksudkan agar

pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah

dikendalikan.

3.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penykait merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu

varietas tidak mampu menghasilkan seperti yang diharapkan. Karena itu,

pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Hama wereng

coklat dan penyakit tungro merupakan hama dan penyakit yang paling utama saat

ini.

Page 32: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

32 

 

3.6. Rouging/seleksi

Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat

kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan

benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman. Rouging

dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya

menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan

tersebut, pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot) dengan

menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan

sebagai referensi/acuan di dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan

karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan sebagaimana yang

tercantum dalam Tabel 2. berikut.

Apabila cara rouging dengan menggunakan acuan pertanaman ’check plot’

belum mungkin dilakukan, maka hal-hal berikut sebagai patokan dalam

pelaksanaan rouging yaitu:

a. Stadia Vegetatif Awal ( 35 – 45 HST)

1 Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan

2 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

3 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

4 Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

6. Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)

Page 33: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

33 

 

Tabel 4 .Karakteristik tanaman yang diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas.

No

Fase Pertumbuhan Karakter yang perlu diperhatikan

1 Bibit Muda Laju pemunculan bibit Warna daun Tinggi bibit 2 Tanaman Muda Laju pertunasan Tipe pertunasan Warna daun Sudut daun Warna pelepah Warna kaki (pelepah bagian bawah) 3 Fase Anakan Jumlah tunas Maksimum Panjang & Lebar Daun Sudut Pelekatan Daun Warna Daun Panjang & Warna Ligula 4 Fase Awal Sudut pertunasan Berbunga Sudut daun Bendera Jumlah malai/rumpun; Jumlah malai/m2 Umur Berbunga : * 50 % berbunga * 100 % berbunga * Keseragaman berbunga 5 Fase Pematang Tipe malai & tipe pemunculan leher

malai Panjang malai Warna gabah Keberadaan bulu pada ujung gabah Kehampaan malai Laju senesen daun Umur matang Bentuk & Ukuran gabah Bulu Kerebahan 6 Fase Panen Kerontokan Tipe endosperma Bentuk & Ukuran Gabah

Page 34: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

34 

 

b Stadia Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60 HST)

1 Tanaman yang tumbuh diluar jalur/barisan

2 Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

3 Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

4 Tanaman yang warna kaki atau helai daun, dan pelepahnya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

5 Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)

c. Stadia Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)

1 Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

2 Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

3 Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

4 Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda

5 Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda

d. Stadia Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST)

1. Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

2. Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

3. Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar rumpun-rumpun lain

4. Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang

5. Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda

6. Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah, dan ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.

3.7. Panen dan Pengolahan Benih

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau

apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen

Page 35: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

35 

 

masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila

pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih

padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan

kesehatan benih.

Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian

petani adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih

untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam

kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen

yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih

akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan

benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-11%. Setelah

menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas secara baik dan disimpan

ditempat dengan kondisi khusus untuk penyimpanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen dan pengolahan benih

adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Panen

Pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah dinyatakan

lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB. Sebelum panen dilakukan, semua malai

dari kegiatan roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan dipanen. Hal ini

untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai sisa roguing. Selain

itu, perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal,

alat perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang

akan digunakan untuk panen dibersihkan.

b. Proses Panen

Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak

digunakan sebagai calon benih.

1 Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan threser atau potong bawah lalu digebot.

2 Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture meter.

Page 36: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

36 

 

3 Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih.

4 Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih , bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.

c. Pengeringan Benih

2. Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air panen yang tinggi.

3. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan.

4. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering.

c.1. Penjemuran

1 Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari varietas yang berbeda.

2 Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.

3 Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati

4 Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih tersebut.

5 Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, umumnya penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya diberhentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43oC

6 Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah)

c.2. Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer)

1 Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan baik.

2 Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan)

3 Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).

Page 37: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

37 

 

4 Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC

5 Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam dan catat.

6 Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

d. Pengolahan Benih

Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan

(grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain

memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut)

juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam skala kecil dapat

dilakukan secadapat dilakukan secara manual dengan menggunakan nyiru

(ditapi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar, penggunaan mesin

pembersih benih seperti air screen cleaner atau aspirator akan meningkatkan

efisiensi pengolahan.

Apabila dirasa perlu, grading (pemilahan benih) dapat dilakukan dengan tujuan

untuk mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang,

lebar, ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya. Alat-alat seperti Indent

cylinder machine, Indent desk separator, Gravity table seperator dan sebagainya

dapat digunakan di dalam pemilahan benih.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan ; terutama untuk menghindari benih tercampur dengan varietas lain; diantaranya adalah :

1 Sebelum proses pengolahan dimulai, siapkan, cek peralatan dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.

2 Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, baru kemudian pengolahan untuk varietas lainnya.

3 Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang jelas di dalam dan luar karung.

4 Bila alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah sejumlah benih varietas

yang berbeda, mesin/ alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa benih

Page 38: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

38 

 

sebelumnya, baru kemudian digunakan untuk pengolahan varietas lain. Hal ini

perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya campuran dengan varietas lain.

5 Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih, berat

benih bersih dan susut selama pengolahan.

e. Pengemasan Benih

Pengemasan benih selain bertujuan untuk mempermudahkan di dalam

penyaluran/transportasi benih, juga untuk melindungi benih selama penyimpanan

terutama dalam mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek.

Oleh karena itu, efektifitas atau tidaknya kemasan sangat ditentukan oleh

kemampuannya dalam mempertahankan kadar air, viabilitas benih dan serangan

insek.

Pengemasan sementara selama pengolahan benih berlangsung atau setelah

selesai pengolahan sampai menunggu hasil uji lab keluar dan label selesai

dicetak, benih dapat dikemas dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong

plastik di bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran benih,

benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong plastik tebal 0.08 mm

atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat. Pengemasan dilakukan setelah hasil uji

lab terhadap contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB dan label selesai dicetak.

Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-sealed. Pengemasan dan

pemasangan label benih harus dilakukan sedemikian rupa, agar mampu

menghindari adanya tindak pemalsuan.

f. Penyimpanan Benih

Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu

mempertahankan mutu benih seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin

selama periode simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih,

mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih

yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang

secara nyata berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah suhu dan

kelembaban ruang simpan. Kondisi ruangdan pen simpan yang baik untuk benih-

benih yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering dan

Page 39: I.PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakangsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/feati12.pdf · Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat

39 

 

dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (i)

untuk setiap penurunan setiap penurunan 1% kadar air atau 10oF (5,5oC) suhu

ruang simpan akan melipat-gandakan daya simpan benih. Kondisi tersebut

berlaku untuk kadar air benih antara 14% sampai 5% dan pada suhu dari 50oC –

0oC dan (ii) penyimpanan yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH)

ditambah dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk memenuhi

kondisi demikian, idealnya ruang simpan benih dilengkapi dengan AC (air

conditioner) dan dehumidifier (alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan).

Namun jika kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan

selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1 Tidak bocor

2 Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)

3 Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang lancar

sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.

4 Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi

ditutup kawat kasa).

Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas

lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa, agar

tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang

mudah. Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah

tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan

lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan

kartu pengawasan yang berisi informasi:

1 Nama varietas

2 Tanggal panen

3 Asal petak percobaan

4 Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)

5 Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.

6 Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah)

Data yang diamati adalah data agronomi dan penerimaan penangkar yang

menggunakan benih yang dihasilkan serta distribusi (penyaluran/pengunaan)

benih.