Post on 06-Feb-2018
INSTRUMEN
AKUNTABILITAS NASIONAL
BIDANG AUDITIF
Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara
Deputi III Bidang Litbang Administrasi Pembangunan
Dan Otomasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara
© 2011
INSTRUMEN AKUNTABILITAS NASIONAL
BIDANG AUDITIF
Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara Deputi III Bidang Litbang Administrasi Pembangunan
Dan Otomasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara
© 2011
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
ii
INSTRUMEN AKUNTABILITAS NASIONAL
BIDANG AUDITIF
Penyusun:
Tim Pusat Kajian Hukum Adminstrasi Negara
Diterbitkan oleh : Lembaga Administrasi Negara
Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat Telp. (021) 3868201 – 05, Ext. 142-145
Fax. (021) 3868208 http://www.lan.go.id
Instrumen Akuntabilitas Nasional.Bidang Auditif – Jakarta : LAN, 2011 64 hlm.
ISBN :
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
iii
SAMBUTAN
KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Akuntabilitas secara universal bertujuan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan guna merespon tuntutan masyarakat yang menginginkan setiap lembaga pemerintah yang menggunakan dan melaksanakan anggaran, memberikan pertanggungjawabannya kepada pihak yang memberikan mandat terkait dengan program kegiatan dan anggaran yang dipergunakan tersebut. Tuntutan masyarakat yang lain adalah agar dibentuk suatu aturan atau kebijakan pemerintah yang bersifat nasional yang mewajibkan seluruh instansi/lembaga pemerintah memberikan pertanggungjawabannya pada tiap akhir tahun anggaran, hal ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Esensi diberlakukannya akuntabilitas nasional di Indonesia ini merupakan respon positif terhadap tuntutan masyarakat selama ini agar akuntabilitas dapat diterapkan pada semua instansi/lembaga, yang terdiri dari bagian, bidang, atau sektor, baik secara individu maupun secara organisasi. Oleh karena itu akuntabilitas nasional ini merupakan suatu sistem yang harus segera diterapkan dan diberlakukan di seluruh Indonesia.
Dengan adanya kebijakan pemerintah yang berupa akuntabilitas nasional ini, diharapkan agar penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah yang terkait dengan penggunaan anggaran dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan asas efektivitas, efisiensi, dan akuntabel. Oleh karena itu, harapan kedepannya adalah setiap instansi/lembaga penyelenggaraan pemerintahan/negara dalam menjabarkan dan melaksanakan anggaran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kebijakan akuntabilitas nasional guna mewujudkan good governance.
Akuntabilitas nasional merupakan sistem yang mewajibkan seluruh instansi/lembaga pemerintahan atau lembaga non struktural lainnya untuk mempertanggungjawabkan seluruh anggaran yang dikelola dan dihabiskan dalam melaksanakan program kegiatan yang direncanakan sebelumnya, dapat dilaksanakan sesuai dengan kriteria public accountability and responsibility.
Dengan demikian akuntabilitas nasional ini dapat dijadikan sebagai acuan, pedoman dan instrumen bagi seluruh instansi/lembaga pemerintah untuk memberikan pertanggungjawaban, sekaligus sebagai standar profesional yang harus diwujudkan oleh semua instansi/lembaga pemerintah dalam melaksanakan, menjabarkan, mengelola dan menghabiskan anggaran yang diterimanya. Dengan akuntabilitas nasional ini diharapkan agar seluruh instansi/lembaga pemerintah di Indonesia lebih akuntabel, sekaligus dapat mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Saya menyambut baik dilakukannya penyusunan Instrumen Akuntabilitas Nasional dari beberapa Lembaga Penyelenggaran Negara yang merupakan operasionalisasi dari Pedoman Akuntabilitas Nasional yang telah disusun pada tahun 2010. Instrumen ini menyangkut 2 (dua) dimensi penyelenggaraan negara yaitu dimensi institusional dan dimensi individu dengan 4 (empat) aspek tinjauan, yaitu: Pertama, Apa cakupan isi atau muatan dari akuntabilitas yang diberikan; Kedua, Kepada siapa akuntabilitas tersebut diberikan; Ketiga, Adanya indikator yang jelas untuk mengukur akuntabilitas tersebut; dan Keempat, Adanya mekanisme yang jelas dan tegas untuk mengukur akuntabilitas tersebut. Salah satu pertimbangan yang mendasari adalah karena Lembaga Administrasi Negara beserta Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen lainnya di bawah koordinasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tengah menjalankan tugas besar untuk mengubah mindset, culturalset, dan sistem manajemen aparatur negara melalui Kebijakan Reformasi Birokrasi. Dengan adanya Instrumen Akuntabilitas Nasional ini diharapkan dapat memberi masukan dan dukungan terhadap keberhasilan Program Reformasi Birokrasi yang menjadi prioritas Pemerintah saat ini.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
iv
Akhirnya saya mengharapkan agar Instrumen Akuntabilitas Nasional ini tidak hanya dijadikan tambahan wawasan bagi aparatur negara dan aparatur pemerintahan di tingkat pusat maupun daerah tetapi juga dapat menjadi pendorong terselenggaranya good governance dan clean government dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
v
KATA PENGANTAR
Instrumen akuntabilitas Nasional bidang Auditif (Pemeriksa) yang tersaji dalam buku ini merupakan bagian dari buku pedoman akuntabilitas nasional. Instrumen ini dirancang menjadi panduan teknis bagi lembaga-lembaga pemeriksa untuk menyajikan akuntabilitas nasional.
Tujuan diberlakukannya akuntabilitas nasional di Indonesia ini adalah untuk mengakomodasi tuntutan masyarakat terhadap adanya suatu akuntabilitas yang dapat diterapkan pada semua instansi/lembaga, baik secara individu maupun secara organisasi. Akuntabilitas nasional ini merupakan suatu sistem yang mewajibkan seluruh instansi/lembaga pemerintahan atau lembaga non struktural lainnya untuk mempertanggungjawabkan seluruh tugas dan fungsi yang diamanahkan kepadanya sesuai dengan kriteria public accountability and responsibility. Dengan akuntabilitas nasional ini diharapkan agar seluruh instansi/lembaga pemerintah di Indonesia lebih akuntabel, sekaligus dapat mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance).
Substansi yang termuat dalam akuntabilitas nasional ini, sedikit mencakup 4 (empat) dimensi/aspek, yaitu:
1) Apa cakupan isi atau muatan dari akuntabilitas yang diberikan;
2) Kepada siapa akuntabilitas tersebut diberikan;
3) Adanya indikator yang jelas untuk mengukur akuntabilitastersebut; dan
4) Adanya mekanisme yang jelas dan tegas untuk mengukur akuntabilitas tersebut.
Selanjutnya untuk mempermudah dan memperjelas pelaksanaan akuntabilitas tersebut maka disusunlah buku instrumen akuntabilitas nasional yang diharapkan dapat menjadi instrumen bagi lembaga negara maupun individu (pejabat negara) dalam membuat laporan akuntabilitas.
Disadari bahwa Instrumen ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaannya.
Semoga Instrumen ini dapat memberi manfaat, baik bagi para pengambil keputusan dalam kebijakan akuntabilitas di Indonesia, serta bagi pembaca yang berminat terhadap materi ini. Terima kasih.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
vi
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………........ i
SAMBUTAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA……………………........ iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..…… v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..…….. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………..…… ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
B. Konsep Good Governance dan Akuntabilitasi Nasional ………….......... 6
C. Akuntabilitas Nasional Lembaga Auditif........................... 18
D. Instrumentasi Akuntabilitas Nasional...................................................... 20
E. Sistematika Instrumen Akuntabilitas Nasional …………………………… 22
BAB II TATA KELOLA AKUNTABILITAS NASIONAL LEMBAGA AUDITIF ……… 25
A. Akuntabilitas Tingkat Lembaga Auditif ……………………………………. 25
B. Akuntabilitas Tingkat Individu/Pejabat…………………………………….. 35
BAB III. PENUTUP ..................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 45
LAMPIRAN ................................................................................................................. 47
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
viii
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Matriks Tipe Akuntabilitas …………………… ….…………………………… 15
Tabel 2 Mekanisme Akuntabilitas Pemerintah ……………………...…………......... 16
Tabel 3 Tugas dan Kewenangan Pelaksana BPK ………....................................... 38
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
x
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Hubungan Unsur dalam Good Governance ….………………………… 11
Gambar 2 Cascading Instrumen Akuntabilitas Nasional ……………..…………..... 20
Gambar 3 Skematis Tatakelola Akuntabilitas Nasional ……………....................... 22
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
xii
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi negara
2011
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga ….…………………………………………………………….
47
Lampiran 2 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga 48
Lampiran 3 Isi Laporan dokumen Akuntabilitas Nasional Lembaga …………… 49
Lampiran 4 Alur Kegiatan Mekansime pelaksanaan Akuntabilitas Nasional ….. 50
Lampiran 5 Catatan Feedback dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga ……………………………………………
51
Lampiran 6 Penilaian Pemangku kepentingan bidang Lembaga Auditif ……… 52
Lampiran 7 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Lembaga Pemeriksa …….. 53
Lampiran 8 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu 54
Lampiran 9 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu….. 55
Lampiran 10 Isi Laporan Dokumen Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu …. 56
Lampiran 11 Alur Kegiatan Mekansime Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu ……………………………………………………….
57
Lampiran 12 Catatan Feedback Dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu ………………………………………….
58
Lampiran 13 Penilaian Pemangku Kepentingan Akuntabilitas Nasional Individual ……………………………………………………………..
59
Lampiran 14 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Individual …………………. 60
Lampiran 15 SK Tim Pelaksana ………………………………. …………………. 61
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi di Indonesia telah berjalan satu dekade lebih, namun hasil
yang diharapkan dari implementasi kebijakan reformasi tersebut belum
menunjukkan perubahan yang berarti, khususnya dalam tubuh birokrasi di
negara ini. Semangat reformasi yang menginginkan tercapainya
penyelenggaraan pemerintahan yang terbebas dari unsur-unsur Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) sama sekali belum dapat terwujudkan karena
lemahnya pengawasan dan minimnya peraturan yang mengatur tentang
akuntabilitas lembaga negara. Fenomena seputar pemerintahan yang
mencerminkan betapa kurang baiknya negeri ini tentunya menjadi agenda
besar dan fokus dari reformasi selanjutnya.
Terkait dengan upaya mewujudkan penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari KKN, Pemerintah Indonesia telah menetapkan
pentingnya penerapan prinsip akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara.
Ketetatapan ini tertuang dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Bahkan dalam
Undang-Undang tersebut juga dinyatakan bahwa sebagai asas umum
penyelenggaraan negara, akuntabilitas nasional adalah merupakan asas
yang menyatakan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.
Penyelenggara negara yang dimaksud di atas, meliputi pejabat negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, yudisial, auditif, moneter, lembaga
negara non struktural serta direksi dan komisaris pada BUMN dan BUMD,
Bank Indonesia, Perguruan Tinggi Negeri, TNI dan POLRI.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
2
Dari uraian tersebut di atas, terdapat 2 (dua) hal yang positif dan
penting untuk dipahami yakni:
(1) Akuntabilitas nasional dapat ditetapkan secara formal sebagai asas
penyelenggara negara dan dimaknai sebagai upaya
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan dari program dan
kegiatan yang telah ditetapkan oleh setiap instansi/lembaga
pemerintah kepada masyarakat/rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi, dan
(2) Akuntabilitas nasional sedikitnya harus menyebutkan pelaku atau
siapa yang harus berakuntabel dari setiap lnstansi/lembaga atau
pihak yang menjalankan fungsi pemerintahan baik eksekutif, legislatif,
dan yudisial, auditif, moneter, lembaga negara non struktural. serta
direksi, dan komisaris pada BUMN dan BUMD, Bank Indonesia,
Perguruan Tinggi Negeri, TNI dan POLRI.
Selama ini, Implementasi akuntabilitas di Indonesia diatur dalam
inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) yang secara detail dalam opersionalnya diatur dalam keputusan
kepala LAN No. 589/IX/6/Y/1999 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan
AKIP sebagaimana telah diganti dengan Keputusan Kepala LAN No.
239/IX/6/Y/2003 tentang pedoman penyusunan pelaporan AKIP.
Ditinjau dari aspek kelembagaan sistem akuntabilitas berdasarkan
Inpres No. 7 Tahun 1999 ditugaskan kepada Lembaga Administrasi Negara
(LAN) untuk mengembangkan sistem AKIP dan Badan Pengawas Keuangan
Pembangunan (BPKP) ditugaskan untuk mengevaluasi Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Dalam perkembangannya, Inpres No. 7 Tahun 1999 telah
ditindaklanjuti oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) dengan membentuk Deputi Bidang Akuntabilitas pada tahun 2004
guna mengevaluasi LAKIP yang telah disusun instansi pemerintah pusat dan
daerah yang disampaikan kepada Presiden yang dalam hal ini adalah Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
3
Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa adanya perbedaan yang
mencolok dengan apa yang diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
yang lebih menekankan pada kinerja pada kerangka keuangan1 dengan unit
analisis pada kegiatan dan/atau program, akuntabilitas kinerja yang diatur
dalam Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003 tentang pedoman
penyusunan pelaporan AKIP merupakan pedoman yang diarahkan kedalam
perspektif manajemen dan dengan unit analisis pada tingkat organisasi
secara utuh atau menyeluruh.
Sedangkan apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, Sistem
AKIP sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003
masih relatif belum menekankan pada akuntabilitas publik, melainkan lebih
lebih merupakan akuntabilitas administratif atau vertikal sehingga aturan yang
telah ada tersebut hanya mengatur tentang akuntabilitas administratif atau
vertikal saja, hal ini dapat diketahui dari isi aturan dalam Inpres No. 7 Tahun
1999. Namun sayangnya, terkait dengan akuntabilitas publik hanya diatur
mengenai aspek siapa yang harus menyajikan akuntabilitas tersebut, yaitu:
instansi pemerintah mencakup Kementerian, Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK), Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,
Markas Besar TNI, POLRI, dan sekretariat lembaga tinggi negara (DPR/MPR,
MA, BPK, dan lain-lain) dan itupun masih belum dinyatakan secara jelas.
Sehubungan dengan adanya komitmen pemerintah terhadap
akuntabilitas publik pada tahun 2007 telah ditetapkan PP No. 3 Tahun 2007
tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada
DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(ILPPD) kepada Masyarakat, sebagai pengganti PP No. 56 Tahun 2001
tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
1 Kinerja dalam kerangka penggunaan dan pertanggungjawaban anggaran sebagaimana diamanahkan dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55. Tinjauan lebih detail mengenai hal ini disajikan pada Bab II khususnya dalam Tinjauan Kebijakan.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
4
Walaupun demikian, PP No. 3 Tahun 2007 tersebut hanya mengatur
tentang pertanggungjawaban dalam konteks pemerintahan daerah, namun
demikian jika dilihat dari aspek substansinya, maka penyampaian informasi
kepada masyarakat masih jauh dari harapan khususnya terkait dengan
substansi laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut yang
hanya menekankan pada tingkat pencapaian Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan bukan pada penyampaian tingkat kinerja yang sesungguhnya.
Dewasa ini, adanya peningkatan tuntutan dan harapan dari semua
pihak agar akuntabilitas nasional dapat segera diwujudkan agar semua
instansi pemerintah yang meliputi: Kementerian, LPNK, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Markas Besar TNI, POLRI, dan sekretariat
lembaga tinggi negara (DPR/MPR, MA, BPK, dan lain-lain), dapat
memberikan kewajibannya untuk mempertanggungjawabkan seluruh
penyelenggaraan negara kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi.
Dalam rangka mewujudkan terselenggaranya akuntabilitas nasional,
maka Pusat Kajian Hukum Adminsitrasi Negara, Lembaga Administrasi
Negara telah menyusun buku pedoman akuntabilitas nasional yang dilengkapi
dengan naskah akademik tentang akuntabilitas nasional. Selanjutnya dalam
rangka mengoperasionalkan pedoman tersebut, maka disusunlah instrumen
akuntabilitas nasional yang berisi pedoman teknis untuk pelaksanaan
akuntailitas nasional.
Instrumen akuntabilitas nasional yang tersaji dalam naskah ini adalah
instrumen akuntabilitas nasional untuk Lembaga Auditif di Indonesia, yaitu:
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Eksistensi Badan Pemeriksa Keuangan
dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan tugas untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara yang
bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK
selanjutnya diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), sesuai dengan kewenangannya. Hasil
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
5
pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan (DPR, DPD)
dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.
Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
dilantik oleh Presiden. Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan
oleh anggota. Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara
dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur
dengan undang-undang.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Sebagai Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Dalam pelaksanaan tugasnya, BPK memeriksa seluruh unsur
keuangan negara baik pusat maupun daerah yang mencakup anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah,
Badan Usaha Mililk Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Bank Indonesia, Badan Layanan Umum
(BLU) dan badan lain yang ada kepentingan uang negara di dalamnya.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaksanakan 3 (tiga) macam
pemeriksaan, antara lain:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
6
1. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah, dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
pemerintah.
2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan
efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi
perhatian DPR dan DPD.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini
adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan
keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern pemerintah.
B. Konsep Good Governance dan Akuntabilitas Nasional
1. Good Governance
Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik saat ini. Perubahan
paradigma administrasi publik ini membawa dampak yang cukup signifikan
dalam tatanan global baik dalam tatanan masyarakat maupun tatanan
pemerintah. Perubahan ini mengarah pada perubahan yang menuju ke
perbaikan tatanan pemerintahan maupun masyarakat sebagai pengendali
kekuasaan. (LAN, 2004)
Sementara itu United Nations Development Programme (UNDP)
mendefinisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nation‟s affair at all levels”. Menurut
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
7
definisi ini, governance mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu economic,
political, dan administrative. Economics governance meliputi proses-proses
pembuatan keputusan (decision-making processes) yang memfasilitasi
aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara
ekonomi. Economic governance mempunyai implikasi terhadap equity,
poverty dan quality of life. Political governance adalah proses-proses
pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan, sedangkan administrative
governance adalah sistem implementasi proses kebijakan. Oleh karena itu
institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (negara atau
pemerintahan), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society
(masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-
masing (LAN, 2000 : 5).
Konsep good governance sejak tahun 1991 dipromosikan oleh
beberapa agensi multilateral dan bilateral, seperti: JICA, OECD, GTZ (Keban;
2000, 52). Mereka memberikan tekanan pada beberapa indikator, antara lain:
(1) demokrasi, desentralisasi dan peningkatan kemampuan pemerintah;
(2) hormat terhadap hak asasi manusia dan kepatuhan terhadap hukum yang
berlaku; (3) partisipasi rakyat; (4) efisiensi, akuntabilitas, transparansi dalam
pemerintah dan administrasi publik; (5) pengurangan anggaran militer; dan
(6) tata ekonomi yang berorientasi pasar OECD dan World Bank (LAN; 2000,
6) mensinonimkan good governance dengan penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi
yang langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and
political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Sedangkan
UNDP dalam workshop yang diselenggarakannya (Widodo; 2001, 24)
menyimpulkan “that good governance system are participatory, implying that
all members of governance institutions have a voice in influencing decision
making”. Namun dalam perkembangan berikutnya lembaga ini (LAN; 2000, 7)
memberikan definisi good governance sebagai hubungan yang sinergis dan
konstruktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat (society).
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
8
Lembaga Administrasi Negara (2000, 6) medefinisikan good
governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga “kesinergisan”
interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan
masyarakat (society). Pada tataran ini, good governance berorientasi pada
2 (dua) hal pokok, yakni: Pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan
pada pencapaian tujuan nasional. Pada tataran ini, good governance
mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen-
elemen konstituennya, seperti legitimacy, accountability, scuring of human
right, autonomy and devolution of power dan assurance of civilian control;
Kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal yaitu secara efektif dan
efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Dalam konteks ini,
good governance tergantung pada pada sejauh mana struktur serta
mekanisme politik dan administratif berfungsi secara efektif dan efisien.
Dari beberapa pengertian good governance di atas, maka dapat
diidentifikasi indikator-indikator yang terkandung didalamnya. UNDP
mengajukan karakteristik good governance (LAN; 2000, 7) sebagai berikut :
Participation; Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun secara intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun
atas dasar keabsahan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi
secara konstruktif.
Rule of law; Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa
pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.
Transparancy; Transparansi dibangun atas dasar keabsahan arus
informasi. Proses-proses, lembaga dan informasi yang secara langsung
dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.
Responsive; Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba
untuk melayani setiap stakeholders.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
9
Consensus Orientation; Good governance menjadi perantara
kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi
kepentingan yang lebih luas, baik dalam kebijakan-kebijakan maupun
prosedur-prosedur.
Equity; Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga
kesejahteraan mereka.
Effectiveness and effeciency; Proses-proses dan lembaga-lembaga
menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.
Accountability; Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor
swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik
dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada
organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut
untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.
Strategic vision; Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif
good governance dan pengembangan yang luas dan jauh kedepan
sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
Sementara itu, United Nations (Keban,2000:52) merumuskan
indikator good governance yang meliputi: (1) kemampuan, yaitu kemampuan
yang cukup untuk melaksanakan kebijakan dan fungsi-fungsi pemerintah,
termasuk sistem administrasi publik efektif dan responsif; (2) akuntabilitas
dalam kegiatan pemerintah dan transparan dalam pengambilan keputusan;
(3) partisipasi dalam proses demokrasi, dengan memanfaatkan sumber
informasi dari publik dan dari swasta; (4) perhatian terhadap pemerataan dan
kemiskinan; dan (5) komitmen terhadap kebijakan ekonomi yang berorientasi
kepada pasar. Lebih lanjut Anwar Suprijadi dalam Penerapan Tata
Pemerintahan Yang Baik (2007) mengatakan rujukan good governance
minimal mencakup empat prinsip utama yaitu: keterbukan (transparancy),
pertanggunggugatan (accountability), keadilan (fairness) dan
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
10
pertanggungjawaban (responsiblity). Implementasi kesemuanya sangat
dibutuhkan dalam kerangka good governance.
Nilai yang terkandung dari pengertian beserta karakteristik good
governance tersebut di atas merupakan nilai-nilai yang universal karena itu
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang
tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna.
Kondisi semacam ini perlu adanya akuntabilitas dan tersedianya akses yang
sama pada informasi bagi masyarakat luas. Hal ini merupakan fondasi
legitimasi dalam sistem demokrasi, mengingat prosedur dan metode
pembuatan keputusan harus transparan agar supaya memungkinkan
terjadinya partisipasi efektif. Kondisi semacam ini mensyaratkan bagi siapa
saja yang terlibat dalam pembuatan keputusan, baik itu pemerintah, sektor
swasta maupun masyarakat, harus bertanggung jawab kepada publik serta
kepada institusi yang menjadi stakeholders lainnya. Disamping itu, institusi
governance harus efisien dan efektif dalam melaksanakan fungsi-fungsinya,
responsif terhadap kebutuhan masyarakat, memberikan fasilitas dan peluang
ketimbang melakukan kontrol serta melaksanakan peraturan perundang-
undanganan yang berlaku.
Melalui Penelitian di beberapa daerah, Kartiwa dalam Panji Santosa
(2008) merumuskan strategi reformasi birokrasi dalam mewujudkan Good
Governance di daerah. Menurutnya lebih dahulu dipetakan kendala dan
hambatan dalam upaya mewujudkan good governance yaitu (1) Kendala
politik (2) kendala sistem birokrasi serta (3) kendala sosial budaya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wujud good governance
adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid yang bertanggung
jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang
positif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat (LAN;
2004, 18), sedangkan hubungan diantara ketiga unsur utama (domain)
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
11
Gambar 1 Hubungan Unsur dalam Good Governence
2. Akuntabiltas Nasional
Akuntabilitas Nasional adalah juga akuntabilitas sebagaimana yang
umum dikenal. Istilah ”nasional” yang mengikuti kata akuntabilitas dimaknai
sebagai upaya akuntabilitas seluruh instansi atau lembaga negara yang
mendapatkan mandat tugas dan fungsi dari seluruh peraturan perundangan-
undangan yang telah ditetapkan. Dalam kerangka ini, setiap instansi atau
lembaga negara menyatakan dan menyampaikan kinerja instansi dan
pejabatnya, dengan ukuran-ukuran yang tegas dan jelas sehingga
pemangku kepentingan dapat ikut serta memahami kinerja instnasi atau
lembaga yang bersangkutan.
Secara teoritik, akuntabilitas nasional merupakan konsekuensi dari
implementasi good governance yaitu diselenggarakannya praktek
akuntabilitas. Oleh karena itu, berikut ini dijelaskan pengertian dan ruang
lingkup akuntabilitas yang menjadi dasar bagi akuntabilitas nasional. Secara
umum akuntabilitas adalah usaha yang dilakukan oleh orang atau instansi
yang memiliki tanggung jawab menyampaikan hasil kerjanya dengan cara
yang dapat diukur dengan jelas, dimengerti dan dapat diterima oleh pemberi
tanggung jawab dan pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu,
akuntabilitas sangat erat kaitannya dengan instansi/lembaga pemerintah, dan
kaintannya dengan mempertanggungjawabkan kinerjanya. Namun demikian
negara masyarakat
sektor swasta
Masyarakat
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
12
belum ada satu definisi tentang akuntabilitas yang bisa diterima oleh semua
pakar/ahli. Walaupun demikian Akuntabilitas telah disepakati sebagai strategi
untuk mengatasi penyimpangan kekuasaan sebagai awal dari terjadinya
praktek penyelenggaraan negara yang kotor dan KKN.
Sedangkan Chandler dan Plano (1982) mengartikan akuntabilitas
sebagai “refers to the instituation of checks and balances in an administrative
system”. Akuntabilitas menunjuk pada institusi tentang “checks and balances”
dalam sistem administrasi.
Selanjutnya, Jabra dan Dwivedi (1989) mengemukakan bahwa:
“Accountability is the foundamental prequisite for preventing the abuse of delegated power and for ensuring instead that power is directed toward the achievement of broadly accepted national goal with the greatest possible degree of efficiency, effectiveness, probity, and produce”.
Jabra dan Dwivedi (1989) mengatakan bahwa akuntabilitas adalah
merupakan pondasi bagi proses penyelenggaraan pemerintahan, dan
efektivitas proses itu tergantung pada bagaimana mereka yang berwenang
mempertanggungjawabkan dalam memenuhi tanggungjawab mereka secara
konstitusional dan legal. Pertanggungjawaban adalah merupakan prasyarat
pokok untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan yang
didelegasikan dan sekaligus untuk memastikan bahwa kekuasaan itu
diarahkan menuju pencapaian tujuan organisasi dengan derajat efisiensi,
efektivitas, kejujuran dan kebijaksanaan.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, Jabra and Dwivedi (1995)
mengatakan:
“public service accountability involved the methods by which a public agency or a public official fulfils its duties and obligations, and the process by which that agency or the public officials is required to account for such actions”.
Hal ini dapat dimaknai bahwa akuntabilitas pelayanan publik meliputi
metode-metode yang dimiliki pejabat publik dalam memenuhi tugasnya
sesuai aturan serta proses tempat lembaga atau pejabat publik dapat diminta
untuk bertanggungjawab atas tindakannya.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
13
Sedangkan, Schacter (2002) mendefinisikan akuntabilitas sebagai:
“government to explain and justify publicly the way its uses its power, and take prompt corrective action when things go wrong”.
Akuntabilitas merupakan aktivitas untuk memberikan penjelasan dan
alasan pembenaran atas tindakan (cara) yang dilakukan dalam menggunakan
kekuasaan, dan mengambil tindakan korektif ketika terjadi kesalahan.
Pengertian ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang makna
akuntabilitas itu sendiri. Artinya, akuntabilitas tidak sekedar mencakup
aktivitas untuk memberikan penjelasan atas tindakan yang telah dilakukan,
namun juga mencakup kegiatan melakukan koreksi terhadap tindakan yang
dinilai salah atau tidak tepat. Dengan demikian maka, akuntabilitas pada
hakekatnya lebih sebagai siklus (cycle) yang terdiri atas sejumlah aktivitas
fungsional daripada sebagai sebuah aktivitas tunggal (single action),
(Schacter, 2000).
Aktivitas fungsional dalam akuntabilitas yang dimaksud oleh Schacter
(2000) terdiri dari 3 (tiga) aktivitas fungsional utama, yaitu: (1) informasi
(information), yaitu aktivitas fungsional untuk memberikan penjelasan
(menyampaikan informasi) atas tindakan (kebijakan) yang dilakukan dan
hasilnya, serta alasan-alasan yang menjadi pembenarnya; (2) tindakan
(action), yaitu aktivitas fungsional untuk menilai dan sekaligus mengajukan
tuntutan (demands) atas informasi tentang tindakan (kebijakan) dan hasilnya
serta alasan pembenarnya yang telah disampaikan tersebut; (3) tanggapan
(response), yaitu aktivitas fungsional untuk mengenali dan sekaligus
memberikan tanggapan terhadap tuntutan yang berkembang (diajukan)
setelah informasi disampaikan, termasuk melakukan tindakan koreksi apabila
dinilai memang ada kesalahan yang terjadi. Ketiga aktivitas fungsional ini
berhubungan dengan sebuah siklus yang terus-menerus berulang.
Secara tradisional, konsep akuntabilitas ini diberlakukan sebagai
subordinat dari sebuah konsep pertanggungjawaban. Kata accountability
dalam konsep ini pada dasarnya mengandung arti, penerima tanggung jawab
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
14
yang harus selalu siap untuk „calling to account‟ atau menjelaskan
pertanggungjawaban (explanation of responsibility).
…dalam suatu sistem organisasi, pegawai bertanggung jawab pada organisasi atau pada orang lain (kelompok orang, atasan) untuk melaksanakan tanggung jawab yang diserahkan padanya. Hal ini berarti orang ini harus bertindak dalam konteks hubungan dengan organisasi/orang lain/kelompok/atasan yang dapat memaksa mereka untuk meminta penjelasan dari pegawai ini tentang apa yang sudah dilakukan dan mana yang belum dilakukan. Sehingga dalam kontek pertanggungjawaban orang ini harus bertanggung jawab akan kinerjanya, dan juga merupakan subyek atau penilaian, pengarahan, permintaan, informasi atas tindakan mereka (Thynne and Goldring, 1987, 8)
Akuntabilitas dapat juga diartikan sebagai “suatu cara melalui mana
individu dan organisasi melaporkan kepada pihak yang dianggap memiliki
wewenang dan dituntut bertanggung jawab atas segala tindakannya (Edward
and Hulme 1996,8).
Konsep “Calling to Account” ini menegaskan bahwa Akuntabilitas
tidak sekedar upaya menyampaikan atau mengkomunikasikan
pertanggungjawaban atau hasil kinerja tetapi juga penting untuk merumuskan
pertanggungjawabannya dalam suatu formulasi yang dapat diukur/terukur
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh pemberi mandat dan
pemangku kepentingan lain.
Secara umum akuntabilitas dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis, beberapa pakar/ahli yang memberikan pemisahan/pengelompokan
secara tegas tentang jenis akuntabilitas. Uraian tentang jenis dan pengertian
masing-masing tipe ini telah dikemukakan dalam Buku Pedoman
Akuntabilitas Nasional. Dalam bagian ini disampaikan matrik dari jenis-jenis
yang disajikan oleh para ahli. Secara singkat jenis-jenis akuntabilitas yang
dikemukakan diatas dapat dikemukakan dalam matriks berikut:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
15
Tabel 1 Matriks Tipe Akuntabilitas
No Dikemukakan
Oleh Tipe-Tipe Akuntabilitas
1. Jabra dan Dwivedi (1989)
(1) Administrative/Organization Accountability; (2) Legal Accountability; (3) Political Accountability; (4) Professional Accountability; dan (5) Moral Accountability.
2. Paul (1991)
dalam Salleh dan Iqbal (1995)
(1) Democratic accountability; (2) Professional accountability; dan (3) Legal accountability.
3. Yango (1991) dalam Salleh dan Iqbal (1995)
(1) Traditional or regularity accountability; (2) Managerial accountability; (3) Program accountability dan (4) Process accountability.
4. Greenwood dan Wilson (1989) dalam Fernanda (2002)
(1) Akuntabilitas hukum dan Perundang-undangan; (2) Akuntabilitas politik dan kelembagaan.
5. J.D Stewart (1984) dalam Fernanda (2002)
(1) Akuntabilitas kebijakan; (2) Akuntabilitas program; (3) Akuntabilitas kinerja; (4) Akuntabilitas proses; (5) Akuntabilitas hukum dan Perundang-undangan.
6. Mc Kenney dan Howard (1979) dalam Fernanda (2002)
(1) Akuntabilitas fiskal; (2) Akuntabilitas legal; (3) Akuntabilitas program; (4) Akuntabilitas proses; (5) Akuntabilitas hasil.
7. Schacter (2000) (1) informasi (information); (2) tindakan (action); (3) tanggapan (response).
Sedangkan mekanisme akuntabilitas dijelaskan oleh Richard
Mulgan (2003) dalam bukunya “Holding Power to Account”, memberikan
beberapa gambaran tentang mekanisme akuntabilitas yang disampaikan
dalam bentuk matriks, tentang mekanisme akuntabilitas pemerintah
sebagaimana tersebut dalam tabel 3 dibawah ini, yang dilengkapi dengan
memberikan contoh, sebagai berikut:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
16
Tabel 2 Mekanisme Akuntabilitas Pemerintah
Mekanisme
Siapa Kepada Siapa
Untuk Apa
Bagaimana Prosesnya Bagaimana
Pemilu
1. Politik partai
2. Individu (yang dipilih)
Pemilih Kinerja secara total
Kampanye
Partai politik
Diskusi
Amandemen
Media
Pemerintah
Birokrasi
Wartawan
Publik
Kinerja secara umum
Keputusan khusus
Laporan pers
Wawancara
Laporan dari informan
Informasi
Diskusi
Akses publik secara langsung
Birokrasi Publik Kebijakan miskin
Keputusan khusus
Prosedur pengaduan
Prosedur FOI
Anggaran dasar
Informasi
Diskusi (bukan FOI)
Amandemen (bukan FOI)
Dari uraian dalam matriks tersebut di atas, selanjutnya dianalisis dari
aspek definisi, dan cakupan akuntabilitas, maka dapat ditarik menjadi 3 (tiga)
kesimpulan, yaitu:
1. Isu akuntabilitas lebih di tekankan pada perspektif agency daripada
hanya atasan (birokrasi) atau kepentingan politik;
2. Dalam hal kepada siapa akuntabilitas tersebut disampaikan, maka
perlu memperhatikan bahwa tugas dan bentuk yang berbeda
membutuhkan different accountability arrangement.
3. Akuntabilitas tidak hanya berlaku dalam konteks birokrasi, hirarki,
penjelasan formal, dan mekanisme control.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
17
C. Akuntabilitas Nasional Lembaga Auditif
Akuntabilitas Nasional Lembaga Auditif adalah upaya penyampaian
secara terukur dari penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga Pemeriksa
Keuangan didalam dan di bawah Badan Pemeriksa Keuangan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dasar hukum akuntabilitas Nasional Lembaga Auditif
mengacu pada Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 Bab VI Pasal 32 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, menggariskan bahwa
selaku badan pemeriksa, BPK tetap harus melakukan meknisme
pertanggungjawaban hasil kinerjanya kepada para pemangku kepentingan.
Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, prinsip akuntabilitas dan
transparansi diterapkan dengan cara menyampaikan informasi kepada
masyarakat. Dalam menyusun laporan akuntabilitas tersebut, indikator
akuntabilitas dapat berbasiskan pada visi, misi, nilai dasar organisasi serta
tujuan strategis yang telah ditetapkan BPK.
1. Visi
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri, dan
profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan
negara yang akuntabel dan transparan
2. Misi
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam
rangka mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan
negara, serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintah yang baik,
bersih, dan transparan. sesuai dengan SK BPK RI No.
10/SK/VIII.3/8/2005 tentang Rencana Strategi BPK TA 2006 s.d 2010
3. Tujuan Strategis
Tujuan Strategis yang ingin dicapai BPK adalah:
a. Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara
yang independen dan professional. BPK mengedepankan nilai-nilai
independensi dan profesionalisme dalam semua aspek tugasnya
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
18
menuju terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan Negara;
b. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan.
BPK bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik
kepentingan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), dan masyarakat pada umumnya dengan menyediakan
informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik kepentingan
atas penggunaan, pengelolaan, efektivitas, dan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara;
c. Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. BPK bertujuan
menjadi pusat pengaturan di bidang pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang berkekuatan hukum
mengikat, yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, wewenang
dan fungsi BPK sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan;
d. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara. BPK bertujuan untuk mendorong
peningkatan pengelolaan keuangan negara dengan menetapkan
standar yang efektif, mengidentifikasi penyimpangan, meningkatkan
sistem pengendalian intern, menyampaikan temuan dan
rekomendasi kepada pemilik kepentingan, dan menilai efektivitas
tindak lanjut hasil pemeriksaan;
e. Nilai-Nilai Dasar
Nilai-nilai dasar yang dimiliki oleh BPK adalah:
1) Independensi
BPK RI adalah lembaga negara yang independen di bidang
organisasi, legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh
lembaga negara lainnya.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
19
2) Integritas
BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap
pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi
Kode Etik Pemeriksa dan Standar Perilaku Profesional.
3) Profesionalisme
BPK RI melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesionalisme pemeriksaan keuangan negara, kode etik, dan
nilai-nilai kelembagaan organisasi.
D. Instrumentasi Akuntabilitas Nasional
Instrumentasi Akuntabilitas Nasional yang dimaksud dalam buku ini
adalah bagian dari pedoman akuntabilitas nasional yang memberikan
penjelasan langkah teknis dalam rangka melaksanakan, memanfaatkan, dan
mengukur akuntabilitas nasional di masing-masing instansi. Pada dasarnya,
setiap lembaga negara telah melaksanakan akuntabilitas dengan cara dan
pendekatan masing-masing. Namun demikian kebijakan akuntabilitas belum
semuanya mencakup akuntabilitas yang telah dilakukan tersebut. Oleh
karena itu, setiap lembaga negara, diharapkan dapat merumuskan dan
menetapkan kegiatan akuntabilitas yang telah dilakukan tesebut menjadi
bagian dari Akuntabilitas Nasional. Tatakelola Perumusan dan penetapan
inilah yang disebut dengan instrumentasi akuntabilitas nasional.
Secara konseptual, pancaran (cascading) instrumen akuntabilitas
nasional berangkat dari konsep penyelenggaraan tugas dan fungsi lembaga
terkait sesuai yang termaktub dalam peraturan perundang-undangan
pembentukan lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan konsep
penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dimiliki maka setiap lembaga
menghasilkan dan mempertanggungjawabkan hasil yang berupa output
(hasil) sesuai dimensinya, yaitu dimensi output untuk tingkat pertama, dimensi
outcome untuk tingkat kedua, dimensi benefit untuk tingkat ketiga dan
dimensi impact untuk tingkat tertinggi/ultimate output). Pada dasarnya output
itu dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: output produk (barang) yang
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
20
bersifat tangible dan output kegiatan yang bersifat untangible. Kedua output
inilah yang dijadikan dasar dalam menentukan subtansi, bentuk, mekanisme
serta sasaran yang dituju dalam akuntabilitas setiap lembaga seperti yang
diuraikan dalam Pedoman Akuntabilitas Nasional.
Gambar 2 Cascading Instrumen Akuntabilitas Nasional
Buku instrumen akuntabilitas nasional yang telah disusun bersifat
umum, oleh karena itu, perumusan detailnya perlu dilakukan oleh masing-
masing lembaga negara. Rumusan ini mencakup substansi, bentuk, dan
mekanisme serta sasaran yang dituju. Termasuk dalam perumusan tersebut
yang penting adalah desain Evaluasi, perencanaan, pelaksanaan, dan
pemanfaatan umpan balik dari akuntabilitas yang dilakukan.
Secara umum, sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman
Akuntabilitas Nasional, Lembaga Auditif memiliki unsur penyelenggaraan
akuntabilitas sebagai berikut:
Akuntabilitas Nasional
Tugas dan Fungsi Lembaga berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan pembentuknya
Output Produk Output Kegiatan
Karakteristik Akuntabilitas Lembaga sesuai Tugas
dan Fungsinya
substansi bentuk mekanisme sasaran
Instrumen Akuntabilitas Lembaga sesuai Tugas dan Fungsinya
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
21
a. Substansi: Substansi mencakup isi materi yang disampaikan dalam
akuntabilitas nasional. Di bidang Auditif substansi lebih berdasarkan
standar profesionalisme dan moral. Namun demikian disamping
ketentuan profesionalisme, isi materi akuntabilitas bidang Auditif juga
mencakup standar administrasi dan hukum.
b. Bentuk: Materi telah disusun berdasarkan standar yang dituangkan
dalam substansi di atas, selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dalam bentuk tertentu. Untuk akuntabiltias
nasional bidang Auditif, maka bentuk yang dinilai relevan adalah
penyusunan dokumen laporan, Publikasi dan konfrensi pers.
c. Mekanisme: Mekansime mencakup pola kegiatan dalam menyajikan
substansi dan bentuk akuntabilitas nasional yang sudah disusun. Untuk
bidang Auditif mekanisme yang dinilai tepat adalah Pelaporan atau
disclosure (penyingkapan data dan fakta melalui penyampaian atau
penyajian laporan hasil serta proses).
Baik substansi, bentuk dan mekanisme akuntabilitas bidang Auditif
sebagaimana diuraiakan di atas, disajikan melalui proses tatakelola yang
sistematis dan terlembaga. Secara skematis tatakelola Akuntabilitas nasional
di lembaga Auditif mencakup kegiatan:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
22
PELAKSANAAN AKUNTABILITAS
(SUBSTANSI, BENTUK DAN MEKANISME
PEMANFAATAN UMPAN BALIK
EVALUASI DAN DATABASE
BERKELANJUTAN
PERENCANAAN AKUNTABILITAS
Keterangan:
LPPD : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah EKPOD : Evaluasi Kemampuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah EDOB : Evaluasi Daerah Otonom Baru
Gambar 3
Skematis Tatakelola Akuntabilitas Nasional
E. Sistematika Instrumen Akuntabilitas Nasional
Buku ini terdiri dari tiga bab yang terdiri dari bab I pendahuluan, bab II
tetang Instrumen akuntabilitas nasional Lembaga Auditif, dan bab III penutup.
Masing masing bab menjelaskan beberapa hal sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang penyusunan instrumen
akuntabilitas nasional, uraian mengenai konsep good governance dan
PERENCANAAN
LEMBAGA JANGKA
PANJANG, MENENGAH
DAN TAHUNAN
PERENCANAAN
NASIONAL
PENILAI STAKEHODERL
DAN SHAREHOLDER
HASIL LPPD, EKPOD
EDOP, DAN LKPJ, DLL
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
23
akuntabilitas nasional, maksud instrumentalisasi akuntabilitas nasional
dan sistematika dokumen instrumen akuntablitas nasional ini. .
2. BAB II Akuntabilitas Lembaga Auditif
Pada bab ini dibahas mengenai instrumen akuntabilitas nasional pada
Lembaga Auditif yang menyajikan Pendahuluan Lembaga Auditif
mencakup dasar hukum akuntabilitas Lembaga Auditif, subtansi
akuntabilitas Lembaga Auditif, mekanisme dan bentuk akuntabilitas
Lembaga Auditif, dan kepada siapa harus diakuntabilitaskan. Dilanjutkan
langkah persiapan, Pelaksanaan, Pengukuran dan pemanfaatan umpan
balik.
3. BAB III Penutup
Pada bab ini disampaikan penutup dan saran-saran yang perlu dilakukan
untuk keberlanjutan akuntabilitas nasional yang dilakukan di Lembaga
Auditif (Pemeriksa).
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
24
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
25
BAB II
TATA KELOLA AKUNTABILITAS NASIONAL
LEMBAGA AUDITIF
Tatakelola Akuntabilitas Nasional Lembaga Auditif adalah kegiatan
yang dilakukan atau perlu dilakukan oleh Lembaga Auditif dalam
melaksanakan akuntabilitas nasionalnya. Kegiatan ini terdiri dari 4 kegiatan,
yaitu : (a) Persiapan, (b) Pelaksanaan, dan (c) Pemanfaatan umpan balik.
Tata kelola ini dilaksanakan baik untuk akuntabilitas nasional pada tingkat
lembaga maupun pada tingkat individu.
A. Akuntabilitas Tingkat Lembaga Auditif
Akuntabilitas tingkat lembaga auditif adalah akuntabilitas Badan
Pemeriksa Keuangan dan lembaga di dalam lingkup dan atau di bawah
koordinasi dan tanggung jawabnya. Masing-masing lembaga auditif
melakukan akuntabilitas dengan tatakelola yang terdiri dari Perencanaan
akuntabilitas nasional, Pelaksanaan, dan Pemanfaatan Umpan balik. sebagai
berikut:
1. Perencanaan Akuntabilitas Nasional
Tahap pertama yang harus dilakukan oleh Lembaga Pemeriksa
Keuangan dalam melaksanakan akuntabilitas nasional adalah melakukan
perencanaan akuntabilitas Lembaga. Dokumen perencanaan ini dimaksudkan
agar setiap instansi memberikan pernyataan dengan tegas dan jelas di setiap
awal tahun, tentang apa yang akan dipertanggungjawabkan, bagaimana
mempertanggungjawabkan, bagaimana kinerjanya diukur keberhasilan dan
kegagalannya, bagaimana ukuran ini dapat dipahami oleh stakeholders
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
26
termasuk mereka yang tidak bergerak dibidang Pemeriksaan, serta
bagaimana stakeholders lembaga pemeriksa keuangan dan non keuangan
terlibat dan memberikan masukan dalam rangka perbaikan kinerja
berdasakan akuntabilitas yang disampaikan. Ini adalah pernyataan
akuntabilitas (accountability statement) yang akan disajikan kepada pihak-
pihak yang terkait dan berkepentingan.
Dokumen perencanaan akuntabilitas bukanlah dokumen
perencanaan program kerja atau kegiatan dari instansi. Dokumen
perencanaan akuntabilitas dapat menjadi salah satu program atau kegiatan
dalam dokumen perencanaan progam kerja atau kegiatan instansi. Dokumen
perencanaan ini akan menjadi komitmen dari instansi untuk pada akhir tahun
melakukan akuntabilitas berdasaran data evaluasi kegiatan dan keuangan
yang telah dilaksanakan.
Di dalam dokumen perencanaan akuntabilitas instansi keuangan
sedikitnya terdiri dari komponen:
a. Rencana tahapan kegiatan, mulai dari tingkat bawah sampai Badan
Pemeriksa Keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, penyusunan
tim akuntabilitas, evaluasi kegiatan, penyusunan laporanan akuntabilitas,
dan penyampaian ke stakeholders;
b. Substansi akuntabilitas;
c. Tolok ukur/standarisasi keberhasilan dan kegagalan beserta penjelasan
cara membaca dan mengukurnya;
d. Strategi konsolidasi laporan akuntabilitas dari tingkat pelaksanan sampai
tingkat lembaga (Badan Pemeriksa Keuangan);
e. Mekanisme akuntabilitas;
f. Bentuk akuntabilitas;
g. Jadwal Waktu dilaksanakan akuntabilitas (mulai dari penyususnan
akuntabilitas tingkat instansi tingkat bawah sampai sinkronisasi tingkat
BPK dan penyampaian tingkat nasional oleh BPK);
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
27
h. Pembiayaaan kegiatan akuntabilitas;
i. Sumberdaya yang dimanfaatkan;
j. Organisasi Pelaksana.
Dokumen perencanaan ini ditulis dengan format dan pedoman
sebagaimana terlampir dalam lampiran 1. Dalam dokumen perencanaan ini
dilampirkan resume perencanaan akuntabilitas sebagaimana terlampir dalam
lampiran 2.
2. Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional
Tahap pelaksanaan akuntabilitas nasional di lembaga auditif
(pemeriksa) terkait dengan implementasi perencanaan yang telah disusun di
awal tahun. Pada tahap pelaksanaan ini, sumberdaya dan anggaran yang
telah disediakan untuk program akuntabilitas nasional di arahkan untuk
menyelenggarakan kegiatan yang sudah direncanakan. Sebagaimana
disebutkan dalam Bab I, bahwa akuntabilitas Lembaga keungan bercirikan 3
hal, yaitu:
a. Substansi memenuhi standar profesionalisme dan Moral di bidang
Pemeriksaan Keuangan. Disamping itu juga memenuhi standar
administrasi dan hukum;
b. Bentuk penyajian berupa penyusunan dokumen laporan, Publikasi dan
konferensi pers;
c. Mekanisme yang digunakan untuk melakukan akuntabilitas adalah
Pelaporan atau disclosure (penyingkapan data dan fakta melalui
penyampaian atau penyajian laporan hasil serta proses).
Berdasarkan ketiga ciri akuntabilitas tersebut, maka dalam
pelaksanaan akuntabilitas yang pertama perlu dilakukan adalah menyusun
dokumen pelaporan, dan juga penyederhanaan dalam bentuk brosur, leaflet
atau booklet. Untuk isi pelaporan mencakup hal berikut:
a. Laporan akuntabilitas nasional Lembaga Pemeriksan keuangan
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
28
Laporan akuntabilitas nasional Lembaga Pemeriksan keuanganberisi
pelaporan terkait dengan capaian tugas pokok dan fungsi lembaga. Pada
dasarnya adalah substansi dokumen akuntabilitas disesuaikan dengan
pernyataan (accountabilty statement) yang dinyatakan dalam perencanaan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam peraturan perundangan yang
ada. Dokumen akuntabilitas ini, harus ditulis sedemikian rupa sehingga tidak
saja dapat dimengerti oleh aparatur Pemeriksa, tetapi juga dapat dimengerti
oleh stakeholders di bidang politik, keuangan, perbankan dan masyarakat.
Dengan demikian instrumen dapat disusun dengan bahasa yang berbeda
tetapi dengan isi yang sama. Indikator yang dipergunakan yang dipergunakan
untuk menilai akuntabilitas lembaga auditif berdasarkan tugas danfungsi yang
dimiliki didasarkan pada beberapa bidang, yaitu kepegawaian, publik, hasil,
kualitas, ketepatan waktu, dan biaya sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam “Indikator Sukses BPK”. Adapun indikator-indikator pengukuran hasil
kinerja berdasarkan bidang-bidang tersebut adalah capaian indikator kinerja
makro dan mikro.
Capaian indikator kinerja makro dan mikro di Badan Pemeriksa
Keuangan diantaranya adalah:
1) Bidang Kepegawaian
Indikator Bidang Kepegawaian terdiri dari:
a) Persentase pegawai yang menyatakan diri bahwa mereka memahami
dengan jelas mengenai tujuan-tujuan strategis dan agenda reformasi
BPK;
b) Persentase pegawai yang menyatakan bahwa mereka mengerti
tentang kode etik BPK;
c) Persentase pegawai yang yakin dapat menerapkan kode etik;
d) Persentase pegawai yang puas dengan tingkat pencapaian
independensi atas anggaran dan kepegawaian;
e) Persentase pegawai yang memanfaatkan sistem informasi
manajemen yang cukup untuk pengukuran kinerja secara memadai;
f) Persentase pegawai yang puas dengan penjenjangan karier dan
pengembangan karier;
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
29
g) Persentase pegawai yang puas dengan komunikasi manajemen staf;
h) Persentase pegawai yang puas dengan penjenjangan diklat dan
kurikulum;
i) Persentase pegawai yang memahami peranan dan tanggung jawab
BPK dan pimpinan pelaksana BPK;
j) Persentase pegawai yang puas dengan efektivitas BPK dalam
merespon perubahan-perubahan eksternal;
k) Persentase pegawai yang memahami bahwa dirinya merupakan
bagian dari proses perencanaan strategis;
l) Persentase pegawai yang memahami bahwa sistem disiplin pegawai
adil dan efektif;
m) Persentase pegawai yang berpendapat bahwa pimpinan pelaksana
BPK memperhatikan kesejahteraan;
n) Persentase pegawai yang berpendapat bahwa hasil kerja mereka
sesuai dengan harapan pemilik kepentingan.
o) Persentase pegawai yang berpendapat bahwa sistem informasi yang
ada sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan.
p) Persentase pegawai yang berpendapat bahwa dukungan sarana dan
prasarana umum telah tersedia secara memadai;
q) Persentase pegawai yang dibina dalam pengembangan karier.
2) Pemilik Kepentingan (DPR, DPD, Pemerintah, dan Publik)
Indikator bidang pemilik kepentingan terdiri dari:
a) Persentase responden yang menyatakan bahwa BPK telah efektif.
b) Persentase responden yang menyatakan bahwa kinerja BPK
mengkomunikasikan hasil pemeriksaannya secara memadai kepada
publik.
3) Hasil
Indikator hasil terdiri dari:
a) Jumlah masalah-masalah yang signifikan yang dilaporkan kepada
DPR;
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
30
b) Jumlah pemeriksaan Keuangan;
c) Jumlah Pemeriksaan Kinerja;
d) Jumlah Pemeriksaan dengan tujuan tertentu;
e) Jumlah penyampaian pertimbangan kepada DPR tentang perubahan
perundangundangan atau standar keuangan;
f) Jumlah temuan-temuan yang disampaikan kepada Kepolisian RI dan
Kejaksaan RI;
g) Jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti oleh instansi yang diperiksa;
h) Jumlah kerugian negara yang ditemukan oleh BPK;
i) Jumlah uang negara yang diselamatkan dibandingkan dengan biaya
operasional BPK;
j) Jumlah pemeriksaan di luar Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP);
k) Persentase pencapaian RKP Tahunan.
4) Kualitas
Indikator kualitas terdiri dari:
a) Persentase pemilik kepentingan yang puas dengan hasil pemeriksaan
dan konsultasi BPK.
b) Persentase pemilik kepentingan yang puas dengan cara BPK
mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi secara efektif.
c) Persentase pemeriksaan yang konsisten dengan standar-standar
yang berlaku
5) Ketepatan Waktu
Indikator ketepatan waktu terdiri dari:
a) Persentase responden yang berpendapat bahwa masalah-masalah
yang signifikan diungkapkan dalam laporan tepat waktu.
b) Persentase laporan pemeriksaan yang diterbitkan sesuai dengan
batas waktu yang ditetapkan.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
31
6) Biaya
Indikator biaya terdiri dari:
a) Biaya rata-rata tiap temuan yang signifikan.
b) Biaya rata-rata per pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
c) Biaya rata-rata per pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
d) Jumlah jam yang digunakan dalam melaksanakan pemeriksaan.
e) Jumlah jam yang digunakan dalam mengelola pemeriksaan.
f) Jumlah jam yang digunakan untuk pendidikan dan pelatihan.
7) Penyelesaian kegiatan dalam program kerja baik dari segi tercapainya
output, outcome, sasaran.
8) Penyelesaian daya serap dan kesesuaian alokasi anggaran.
Penyajian dalam bentuk uraian dan anailsis keuangan perlu
disederhanakan sehingga tampak jelas, hasilnya selama ini. Format isi dari
laporan akuntabilitas secara umum dapat dilihat pada lampiran 3.
b. Mekanisme Penyajian Akuntabilitas Nasional
Mekanisme penyajian akuntabilitas nasonal di lembaga Pemeriksan
Keuangan sesuai dengan stakeholders dan shareholders yang terkait adalah :
profesional yaitu para pelaku dan ahli bidang keuangan, politik yaitu DPR,
Pemerintah yaitu presiden dan jajaran pimpinan kepala daerah serta publik
masyarakat pengguna uang dan pengguna jasa perbankan. Mekanisme
penyajian akuntabilitas yang bentuknya adalah laporan dapat diakukan
melalui beberapa cara, yaitu:
1) Pidato Makalah,
2) Siaran Pers,
3) The Audit Forum,
4) Warta BPK,
5) Naskah Memorandum (Dalam dan Luar Negeri),
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
32
6) Hasil Pemeriksaan KAP,
7) Hasil Peer Review,
8) Publikasi Lain (situs http/www.bpk.go.id).
Media yang selama ini dipakai oleh BPK dalam proses
akuntabilitasnya cukup baik artinya informasi yang dibagi atau dilaporkan oleh
BPK dapat dilihat oleh siapapun yang ingin mendapatkannya.
BPK sekiranya perlu juga membagi hasil laporannya kepada pihak
akademis, selain sebagai bahan pembelajaran bagi masyarakat akademis hal
ini juga dapat dimanfaatkan oleh BPK untuk mendapatkan masukan, ide serta
saran-saran yang sekiranya berkaitan dengan laporan BPK. Tentu saja
masukan yang diharapkan adalah masukan yang bersifat membangun.
c. Pembiayaan dan sarana prasarana
Dalam pelaksanaan penyajian akuntabilitas nasional di Lembaga
Auditif, maka dukungan pembiayaan serta sarana prasarana serta SDM
sangat menentukan keberhasilan dari penyelenggaraan akuntabilitas. Oleh
karena itu, maka diperlukan alokasi khusus yang ditetapkan dalam
perencanaan akuntabilitas nasional dan dialokasikan pada saat pelaksanaan.
d. Organisasi
Salah satu elemen lain yang penting dalam pelaksanaan akuntabilitas
adalah organisasi pelaksana. Suatu tim khusus yang dibentuk untuk
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan akuntabilitas nasional ini
sangat penting. Organisasi ini mencakup herarki dari Badan Pemeriksa
Keuangan sampai tingkat operasional. Kewenangannya adalah mengawal
pelaksanaan perencanaan akuntabilitas nasional dan melakukan monitoring
terhadap pelaksanaannya.
3. Pemanfaatan Umpan Balik
Pemanfaatan umpan balik merupakan rangkaian penting dari
kegaitan akuntabilitas. Tahapan ini dilakukan setelah atau pada proses
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
33
penyampaian akuntabilitas kepada stakeholders yang disertai dengan adanya
umpan balik berupa 3 kemungkinan:
a. Adanya pertanyaan – pertanyaan yang kurang mendapatkan penjelasan
secara memuaskan dari dokumen akuntabilitas yang telah disusun atau
dari penjelelasan narasumber.
b. Adanya sanggahan atau penolakan terhadap data serta kesimpulan
yang telah disajikan dalam laporan akuntabilitas karena adanya data lain
yang dimiliki oleh pihak lain.
c. Adanya dukungan dan penguatan terhadap data serta kesimpulan yang
telah disajikan dalam laporan akuntabilitas.
Ketiga kemungkinan umpan balik tersebut perlu didokumentasi dan
digunakan sebagai data untuk dianalisis akurasi dan kemanfaatanya.
Identifikasi ini dapat disusun dalam lampiran 4.
Pemanfaatan umpan balik dilakukan dengan tujuan untuk 3 alasan, yaitu:
a. Untuk bahan / data bagi evaluasi sistem akuntabilitas nasional yang
dikembangkan di Lembaga Auditif
b. Untuk perbaikan dan respon cepat (quick respon) atas ketidak puasan
dan ketidak percayaan terhadap laporan akuntabilitas atau penyajian
akuntabilitas, sedemikian rupa sehingga ketidak puasan dan ketidak
percayaan dapat segera di perbaiki (quick recovery).
c. Untuk memberikan kepastian akan akurasi data, analisis dan kesimpulan
atas laporan akuntabilitas nasional yang telah disusun dan memberikan
kemungkinan untuk perbaikan atau pemberian catatan dalam laporan
akuntabilitas nasional.
4. Pengukuran Akuntabilitas Nasional Bidang Auditif
Pengukuran Akuntabilitas Nasional bidang Auditif pada dasarnya
adalah memastikan bahwa lembaga Auditif memang dapat diperhitungkan
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
34
kinerjanya. Hal ini terkait erat dengan pernyataan akuntabilitas (accountability
statement) yang sudah disampaikan dalam perencanaan akuntabilitas
dengan ukuran indikator dan hasil pengukuran yang sesuai dengan standar
profesional, adminsitrasi dan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, hasil
pengukuran akuntabilitas nasional hanya mencakup 3 hal, yaitu:
a. Akuntabel
b. Akuntabel dengan catatan
c. Tidak akuntabel (atau tidak dapat diukur / tidak diterima pengukurannya)
Untuk melakukan pengukuran maka diperlukan pembuatan form
umpan balik yang berisi tanggapan dan penilain stakeholders mencakup 4 hal
yang dimuat dalam laporan akuntabilitas nasional, yaitu:
a. Penilaian terhadap capaian kinerja mikro dan makro
b. Penialain terhadap ketepatan penggunaan indikator
c. Penilaian terhadap akurasi data
d. Penilaian terhadap pelaksanaan (Mekanisme yang dilaksanakan)
akuntabilitas
Contoh untuk Form penilaian ini disajikan dalam lampiran 6.
Untuk cara penghitungan ditetapkan dengan menggunakan
pembobotan pemangku kepentingan, hal ini mengingat bahwa substansi
dalam akuntabilitas nasional lembaga auditif lebih berbasis pada standar
profesional kemudian dilanjutkan standar administrasi dan hukum serta yang
lain (politik). Maka penilaian pemangku kepentingan yang berasal dari
kalangan profesional akan mendapatkan penilaian yang lebih besar dari yang
lain. Hasil perhitungan dari penilaian pemangku kepentingan dan skor akan
ditotal dan dikatagorisasi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu: Akuntabel, Akuntabel
dengan catatan dan tidak akuntabel. Form perhitungan ini disajikandalam
lampiran 7.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
35
B. Akuntabilitas Tingkat Individu/Pejabat
Akuntabilitas tingkat individu adalah akuntabilitas pejabat Badan
Pemeriksa Keuangan di seluruh instansi didalam lingkup dan atau di bawah
koordinasi dan tanggung jawab Badan Pemeriksa Keuangan. Akuntabilitas
individu disampaikan kepada pimpinan atau yang memberi mandat dan
kepada stakeholders yang terkait dengan jabatannya. Sebagaimana halnya
akuntabilitas tingkat Lembaga, dalam akuntablitas individu, Masing-masing
pejabat melakukan akuntabilitas dengan tatakelola yang terdiri dari
Perencanaan akuntabilitas nasional, Perlaksanaan, dan Pemanfaatan Umpan
balik. sebagai berikut:
1. Perencanaan Akuntabilitas Nasional tingkat Individu
Tahap pertama yang harus dilakukan oleh Pejabat di lingkungan
lembaga Auditif dalam melaksanakan akuntabilitas nasional adalah
melakukan perencanaan akuntabilitas. Dokumen perencanaan ini
dimaksudkan agar setiap pejabat memberikan pernyataan dengan tegas dan
jelas di setiap awal tahun, tentang apa yang akan dipertanggung jawabkan,
bagaimana mempertanggung jawabkan, bagaiamana kinerjanya diukur
keberhasilan dan kegagalannya, bagaimana ukuran ini dapat dipahami oleh
pimpinan dan stakeholders serta bagaimana kinerja individual tersebut
memberikan manfaat bagi kemajuan lembaga auditif.
Dokumen perencanaan akuntabilitas bukanlah dokumen
perencanaan program kerja atau kegiatan dari instansi. Dokumen
perencanaan akuntabilitas dapat menjadi salah satu program atau kegiatan
dalam dokumen perencanaan progam kerja atau kegiatan instansi. Dokumen
perencanaan ini akan menjadi komitmen dari pejabat yang bersangkutan
untuk pada akhir tahun melakukan akuntabilitas berdasaran data evaluasi
kegiatan dan keuangan yang telah dilaksanakan.
Di dalam dokumen perencanaan akuntabilitas individual sedikitnya
terdiri dari komponen:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
36
a. Evaluasi hasil kinerja tahun sebelumnya, berserta permasalahannya.
b. Substansi akuntabilitas;
c. Tolok ukur/standardisasi keberhasilan dan kegagalan beserta
penjelasanan cara membaca dan mengukurnya;
d. Mekanisme akuntabilitas;
e. Bentuk akuntabilitas;
f. Jadwal Waktu dilaksanakan akuntabilitas;
g. Pembiayaaan kegiatan akuntabilitas;
h. Sumberdaya yang dimanfaatkan.
Dokumen perencanaan ini ditulis dengan format dan pedoman
sebagaimana terlampir dalam lampiran 6. Dalam dokumen perencanaan ini
dilampirkan resume perencanaan akuntabilitas sebagaimana terlampir dalam
lampiran 7.
2. Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional
Tahap pelaksanaan akuntabilitas nasional tingkat individu terkait
dengan implementasi perencanaan yang telah disusun di awal tahun. Pada
tahap pelaksanaan ini, sumberdaya dan anggaran yang telah disediakan
untuk program akuntabilitas nasional di arahkan untuk menyelenggarakan
kegaitan:
a. Bentuk akuntabilitas nasional dari pejabat di lingkungan lembaga
auditif
Bentuk akuntabilitas nasional dari pejabat di lingkungan lembaga
auditif adalah laporan atau disclosure. Bentuk ini disajikan melalui
penyusunan dokumen akuntabilitas yang berisi pelaporan terkait dengan
capaian tugas pokok dan fungsi lembaga. Pada dasarnya adalah substansi
dokumen akuntabilitas disesuaikan dengan pernyataan (accountabilty
statement) yang dinyatakan dalam perencanaan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi dalam peraturan perundangan yang ada. Dalam lembaga auditif
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
37
referensi untuk substansi penyusunan menerapkan ketentuan Bank
Indonesia yang telah menerapkan Indikator Kinerja Individu (IKI). IKI
merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk
mempertahankan, meningkatkan dan mengevaluasi kinerja dari para
pegawainya, IKI sendiri diterapkan pada semua level tingkatan pegawai.
Pelaksanaan konkrit dari sistem ini adalah lanjutan dari Sistem
Perencanaan, Anggaran dan Manajemen Keuangan (SPAMK) di BI yaitu
pegawai sesuai dengan tingkatan dan satuan kerja melakukan submit
mengenai tugas-tugas mereka di BI dan senantiasa melakukan update
perkembangan kinerja individu. IKI akan dievaluasi oleh manajer dari tiap
satuan kerja setiap tahunnya, hasil dari IKI yang merupakan raport dari
pegawai BI.
Adapun berdasarkan ketentuan dari BPK yang dapat diadopsi dari
Ketentuan BI mengenai IKI harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. IKI hendaknya lebih detail dengan mencantumkan prosentase:
a. Jam kerja
b. Penggunaan perangkat/fasilitas kantor
c. Biaya rata-rata penggunaan/perawatan fasilitas kantor
diantaranya mobil dinas
d. Biaya rata-rata kunjungan atau tugas dinas luar pegawai
e. Biaya rata-rata yang dihabiskan untuk tunjangan kesehatan
f. Waktu rata-rata yang dipakai untuk menyelesaikan tugas
2. Pegawai memahami sepenuhnya profil dan struktur keorganisasian
BPK
3. IKI dapat diakses masyarakat luas dengan tetap mempertimbangkan
aspek etika;
4. Penyajian IKI dalam bentuk uraian dan analisis keuangan perlu
disederhanakan sehingga nampak jelas, hasilnya selama ini.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
38
Sekilas mengenai tugas dan kewenangan dari pelaksana BPK yang
terkait dengan akuntabilitas individu, antara lain:
Tabel 3 Tugas dan Kewenangan Pelaksana BPK
No. Pimpinan BPK Bidang Tugas Pembinaan
1. Ketua merangkap Anggota
Kelembagaan BPK
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara secara umum
Hubungan Kelembagaan Dalam Negeri dan Luar Negeri
2. Wakil Ketua merangkap Anggota
Pelaksanaan Tugas Penunjang dan Sekretaris Jenderal
Penanganan Kerugian Negara.
3. Anggota I
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan.
4. Anggota II
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pemeriksaan Investigatif
5. Anggota III
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Lembaga Negara, Kesejahteraan Rakyat, Kesekretariatan Negara, Aparatur Negara, Riset dan Teknologi
6. Anggota IV
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Lingkungan Hidup, Pengelola Sumber Daya Alam, dan Infrastruktur.
7. Anggota V
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah I (Sumatera dan Jawa)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
39
8. Anggota VI
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada Wilayah II (Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua)
9. Anggota VII
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Bidang Keuangan negara yang dipisahkan
b. Mekanisme penyajian akuntabilitas Nasional
Mekanisme penyajian akuntabilitas nasonal tingkat individu di
lembaga auditif sesuai dengan stakeholders dan share holder yang terkait
adalah: Pimpinan, profesional yaitu para pelaku dan ahli bidang auditif, politik
yaitu DPR pada tingkat gubernur dan eselon 1 dan publik masyarakat
pengguna uang dan pengguna jasa perbankan.
Mekanisme penyajian akuntabilitas yang bentuknya adalah laporan
dapat diakukan melalui 3 cara, yaitu:
a. Penyerahan laporan (submission)
b. Pertemuan
c. Siaran pers atau dialog Media massa
Kegiatan yang terkait dengan mekanisme ini didokumentasikan
secara tertulis agar menjadi sistematika yang dapat dikembangkan
dikemudian hari. Pola pencatatan terhadap mekanisme ini dapat dibuat
seperti pada lampiran 3.
Kegiatan penyerahan laporan dilakukan kepada pimpinan melalui
mekanisme yang ditentukan oleh pimpinan lembaga auditif. Kegiatan
pertemuan dapat dilakukan dalam bentuk diskusi khusus atau ikut serta
dalam pertemuan laporan tahunan bank Indonesia yang telah biasa dilakukan
atau pertemuan lain yang mengundang stakeholders dari berbagai kalangan.
Disamping itu juga dapat dilakukan dalam pertemuan yang lebih tematik,
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
40
seperti pertemuan khusus dengan DPR, DPD, MPR, Pemerintah, Akademisi,
LSM dan sebagainya. Dalam pertemuan ini BPK menyampaikan laporan
akuntabilitasnya dan selanjutnya mengundang peserta untuk memberikan
respon dan komentar untuk dicatat sebagai umpan balik. Sedangkan untuk
siaran pers atau dialog di Media Massa dilakukan dengan menyajikan
informasi yang lebih singkat dan dengan menggunakan bahasa yang
komuikatif dengan tetap bersumber dari laporan akuntabilitas yang telah
disusun. Hal yang penting diperhatikan adalah kemampuan juru atau
pembicara dalam forum media massa tersebut dan juga setting acara atau
framming yang dikembangkan.
Dalam kegiatan pertemuan maupun jumpa pers atau dialog di media,
maka yang pelu dipersiapkan adalah rundown acara dan juru bicara serta
pilihan isu strategis yang dibutuhkan oleh publik. Dalam beberapa hal, detail
dan teknis kurang diperlukan dalam penyampain seperti ini.
c. Pembiayaan dan sarana prasarana
Dalam pelaksanaan penyajian akuntabilitas nasional tngkat individu di
Lembaga Auditif, maka dukungan pembiayaan serta sarana prasarana serta
SDM sangat menentukan keberhasilan dari penyelenggaraan akuntabilitas.
Oleh karena itu, maka diperlukan alokasi khusus yang ditetapkan dalam
perencanaan akuntabilitas nasional dan dialokasikan pada saat pelaksanaan.
3. Pemanfaatan Umpan Balik
Sebagaimana halnya pada akuntabilitas lembaga, pemanfaatan
umpan balik merupakan rangkaian penting dari kegiatan akuntabilitas.
Tahapan ini dilakukan setelah atau pada proses penyampaian akuntabilitas
kepada pimpinan dan stakeholders yang disertai dengan adanya umpan balik
berupa 3 kemungkinan:
a. Adanya pertanyaan-pertanyaan yang kurang mendapatkan penjelasan
secara memuaskan dari dokumen akuntabilitas yang telah disusun
atau dari penjelelasan narasumber;
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
41
b. Adanya sanggahan atau penolakan terhadap data serta kesimpulan
yang telah disajikan dalam laporan akuntabilitas karena adanya data
lain yang dimiliki oleh pihak lain;
c. Adanya dukungan dan penguatan terhadap data serta kesimpulan
yang telah disajikan dalam laporan akuntabilitas.
Ketiga kemungkinan umpan balik tersebut perlu didokumentasi dan
digunakan sebagai data untuk dianalisis akurasi dan kemanfaatanya.
Identifikasi ini dapat disusun dalam lampiran 10.
Pemanfaatan umpan balik dilakukan dengan tujuan untuk 3 alasan,
yaitu:
a. Untuk bahan/data bagi evaluasi sistem akuntabilitas nasional yang
dikembangkan di Lembaga Auditif;
b. Untuk perbaikan dan respon cepat (quick respon) atas ketidak puasan
dan ketidak percayaan terhadap laporan akuntabilitas atau penyajian
akuntabilitas, sedemikian rupa sehingga ketidak puasan dan ketidak
percayaan dapat segera di perbaiki (quick recovery);
c. Untuk memberikan kepastian akan akurasi data, analisis dan
kesimpulan atas laporan akuntabilitas nasional yang telah disusun dan
memberikan kemungkinan untuk perbaikan atau pemberian catatan
dalam laporan akuntabilitas nasional dan pelaksanaan jabatan
selanjutnya.
4. Pengukuran Akuntabilitas Nasional Bidang Auditif
Pengukuran Akuntabilitas Nasional bidang auditif pada dasarnya
adalah memastikan bahwa lembaga Auditif memang dapat diperhitungkan
kinerjanya. Hal ini terkait erat dengan pernyataan akuntabilitas (accountability
statement) yang sudah disampaikan dalam perencanaan akuntabilitas
dengan ukuran indikator dan hasil pengukuran yang sesuai dengan standar
profesional, adminsitrasi dan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, hasil
pengukuran akuntabilitas nasional hanya mencakup 3 hal, yaitu:
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
42
a. Akuntabel;
b. Akuntabel dengan catatan;
c. Tidak akuntabel (atau tidak dapat diukur / tidak diterima pengukurannya).
Untuk melakukan pengukuran maka diperlukan pembuatan form
umpan balik yang berisi tanggapan dan penilain stakeholders mencakup 3 hal
yang dimuat dalam laporan akuntabilitas nasional, yaitu:
a. Penilaian terhadap capaian kinerja mikro dan makro;
b. Penilaian terhadap ketepatan penggunaan indikator;
c. Penilaian terhadap akurasi data;
d. Penilaian terhadap pelaksanaan (Mekanisme yang dilaksanakan)
akuntabilitas.
Contoh untuk Form penilaian ini disajikan dalam lampiran 13.
Untuk cara penghitungan ditetapkan dengan menggunakan
pembobotan pemangku kepentingan, hal ini mengingat bahwa substansi
dalam akuntabilitas nasional lembaga auditif lebih berbasis pada standar
profesional kemudian dilanjutkan standar administrasi dan hukum serta yang
lain (politik). Maka penilaian pemangku kepentingan yang berasal dari
kalangan profesional akan mendapatkan penilaian yang lebih besar dari yang
lain. Hasil perhitungan dari penilaian pemangku kepentingan dan skor akan di
total dan dikatagorisasi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu: Akuntabel, Akuntabel
Dengan Catatan dan Tidak Akuntabel. Form perhitungan ini disajikan dalam
lampiran 14.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
43
BAB III
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas nasional lembaga auditif merupakan wujud
transparansi dan tanggung jawab lembaga auditif secara keseluruhan dalam
melaksanakan berbagai kewajiban pembangunannya. Sebagaimana
disebutkan di awal buku ini, bahwa pelaksanaan akuntabilitas nasional pada
dasarnya adalah juga upaya untuk melakukan penataan keseluruhan lembaga
negara sedemikian rupa sehingga memiliki tatakelola yang baik (good
governance). Oleh karena itu, buku instrumen akuntabilitas nasional ini,
adalah juga salah satu dari upaya tersebut.
Buku ini telah disusun untuk menjadi referensi lembaga auditif
maupun pejabat di dalamnya agar dapat melaksanakan akuntabilitas
nasional. Namun demikian, buku baru akan dapat memiliki manfaat bila
komitmen terhadap akuntabilitas nasional telah dikembangkan dan dilakukan
dengan benar baik dari segi perencanaan, mekanisme maupun pemanfaatan
umpan balik. Semoga demi perbaikan bangsa dan negara, buku ini dapat
menjadi pijakan untuk membangun akuntabilitas nasional di bidang auditif
(pemeriksa).
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
44
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
45
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Barker, R.S. 2000.”Government Accountability and Its Limits”, Electronic Journals of Departement of State, Volume 5 Number 2.
Esman, J.M. 1995. Management of Development : Perspective and Strategies, Kumairan Press, Inc.
Etzioni, S. 1975. “Administrative Accountability” dalam Public Administration Review (PAR), Number 35, May/June.
Fernada, D. 2002. “Sistem Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah” Journal Desentralisasi Volume 1 Nomor 1, Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, LAN, Jakarta.
Heady, F. 1995. Public Administration : A Comparative Perspective, 5 th, ed. New York : Marcel Decker Inc.
Jabbra, J. G. dan Dwidevi, O. P. 1989. Public Service Accountability, Connecticut : Kumairan Press, Inc.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance, Modul Sosialisasi Sistem AKIP, Jakarta.
------------------------------------------, 2004. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Negara, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta.
Mertins, Jr., H. (ed.). 1979. Professional Standars and Ethics. Washington, D.C. : ASPA Publisher.
UNDP. 1997. Reconceptualising Governance, Discussion Paper 2, New York.
Whittaker, J.B. 1995.The Government Performance and Result Act of 1993, : A Mandate For Strategic Planning And Performance Measurement, Educational service institute, Arlington, Virginia.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945.
Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bebas Dari Korupsi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
46
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaraan Negara.
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban dan Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001, Tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi LPPD kepada Masyarakat.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Keputusan Kepala LAN No. 589/IX/6/Y/1999 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP.
Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/Y/2003 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP.
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
47
LAMPIRAN 1 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan a. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta
prioritas program dan keberhasilan yang ditetapkan
b. Tujuan dan Manfaat c. Dasar hukum Bab II Evaluasi akuntabilitas nasional lembaga Pemeriksa
Keuangan (BPK) tahun sebelumya
Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja Lembaga Pemeriksa a. Indikator kinerja IKU dan IKK yang akan
disajikan
b. Indikator keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
c. Indikator keberhasilan penggunaan anggaran Bab IV Rencana Pelaksanaan a. Rencana Bentuk akuntabilitas b. Rencana Mekanisme c. Jadwal kegiatan d. Organisasi Pelaksana e. Pembiayaan dan sarana prasarana Bab V Pembahasan a. Mekansime penerimaan umpan balik b. Rencana pemanfaatan umpan balik c. Bab Vi Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
48
LAMPIRAN 2 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Lembaga
No Tugas pokok fungsi dan Indikator
keberhasilan
Satuan pengukuran
Rencana capaian kinerja
Standar capaian
Cara memahami
capaian kinerja
Umpan Balik
1
2
3
Dan seterusnya
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
49
LAMPIRAN 3 Isi Laporan dokumen Akuntabilitas Nasional Lembaga
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan a. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta prioritas
program dan keberhasilan yang ditetapkan
b. Tujuan dan Manfaat c. Dasar hukum Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja Lembaga Pemeriksa
Keuangan
a. Kinerja Lembaga Auditif berdasarkan Indikator kinerja IKU dan IKK
b. Capaian pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
c. Capaian penggunaan anggaran d. Standart pengukuran dan cara memahami hasil
pengukuran
Bab IV Hasil capaian a. Capaian kinerja lembaga berdasarkan Iku dan
IKK serta kaitan indikator makro
b. Capaian pelaksanaan program, kegaitan dan ketepatan ssaran
c. Capaian penggunaan anggaran d. Permasalahan yang dihadapi f. Peluang dan pengembangan yang perlu
dilakukan
Bab VI Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
50
LAMPIRAN 4 Alur Kegiatan Mekansime pelaksanaan Akuntabilitas Nasional
Mekanisme stakeholders Lokasi Waktu/
jadwal
Desain
acara
Penanggung
jawab
Pertemuan
Nasional di
Daerah di
Siaran Pers
Nasional di
Daerah di
Leaflet,
poster
Nasional di
Daerah di
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
51
LAMPIRAN 5 Catatan Feedback dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional
Tingkat Lembaga
Bidang umpan balik
Sumber umpan balik
Isi
Catatan signifikansi isi umpan
balik
Tindak lanjut
perbaikan
Tindak lanjut pada organisasi
ke
Bentuk laporan
Data capaian
Penyajian data
Analisis
Kesimpulan
Implikasi
Pelaksanaan
Kepanitiaan
Desain acara
Dll
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
52
LAMPIRAN 6 Penilaian Pemangku kepentingan bidang Lembaga Auditif
Komponen
Akuntabilitas
Nasional
Profesional Moral Hukum Administrasi
Nilai* Nilai x
50
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
10
(bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator
mikro
Pemeriksaan
Indikator
makro
Pemeriksaan
Capaian
perencanaan
pelaksanana
kegiatan
tahunan
Capaian
penggunaan
anggaran
Tatakelola:
Perencanaan
Pelaksanaan
Umpan Balik
(kolom genap untuk nilai 2,4,6,,8,) *. Nilai diisi dengan pemberian score 1 bila
dinilai tidak tepat; 2 bila dinilai kurang tepat karena ada catatan dan 3 bila
dinilai tepat
(kolom ganjil 3,5,7,9) Kolon nilai x bobot adala nilai dikalikan besar masing-
masing bobot
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
53
LAMPIRAN 7 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Lembaga Pemeriksa
Komponen Akuntabilitas
Nasional
Bobot
Total Skor *
Nilai total
(bobot x total skore)
1 2 3 4
Indikator mikro pemeriksa 25
Indikator makro Pemeriksaan 30
Capaian perencanaan
pelaksanana kegiatan tahunan
15
Capaian penggunaan
anggaran
15
Perencanaan 5
Pelaksanaan 5
Umpan Balik 5
TOTAL
*. Total skor diambil dari total pejumlahan kolom ganjil (3,5,7,9) dari tabel 6.
Total nilai di reklasifikasi untuk pembagian 3 kelas menjadi Akuntabel,
akuntable dengan catatan dan tidak akuntabel
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
54
LAMPIRAN 8 Isi Dokumen Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan a. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta prioritas
program dan keberhasilan yang ditetapkan
b. Tujuan dan Manfaat c. Dasar hukum Bab II Evaluasi akuntabilitas nasional individu tahun
sebelumya
Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja a. Indikator kinerja IKU dan IKK yang akan
disajikan
b. Indikator keberhasilan pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
c. Indikator keberhasilan penggunaan anggaran Bab IV Rencana Pelaksanaan a. Rencana Bentuk akuntabilitas b. Rencana Mekanisme c. Jadwal kegiatan d. Organisasi Pelaksana e. Pembiayaan dan sarana prasarana Bab V Pembahasan a. Mekansime penerimaan umpan balik b. Rencana pemanfaatan umpan balik Bab VI Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
55
LAMPIRAN 9 Resume Perencanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu
No Tugas pokok
fungsi dan Indikator
keberhasilan
Satuan pengukuran
Rencana capaian kinerja
Standart capaian
Cara memahami
capaian kinerja
Umpan Balik
1
2
3
Dan seterusnya
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
56
LAMPIRAN 10 Isi Laporan Dokumen Akuntabilitas Nasional Tingkat Individu
Halaman Halaman judul Kata Pengantar Daftar isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah penting Bab I Pendahuluan a. Diskripsi tugas pokok dan fungsi serta prioritas
program dan keberhasilan yang ditetapkan
b. Tujuan dan Manfaat c. Dasar hukum Bab III Ukuran dan pengukuran kinerja a. Kinerja Lembaga Auditif berdasarkan Indikator
kinerja IKU dan IKK
b. Capaian pelaksanaan program, kegiatan (Output, Outcome, dan Dampak) dan ketepatan sasaran
c. Standart pengukuran dan cara memahami hasil pengukuran
Bab IV Hasil capaian a. Capaian kinerja lembaga berdasarkan Iku dan
IKK serta kaitan indikator lembaga
b. Capaian pelaksanaan program, kegaitan dan ketepatan ssaran
c. Permasalahan yang dihadapi d. Peluang dan pengembangan yang perlu
dilakukan
Bab VI Penutup Lampiran (bila ada)
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
57
LAMPIRAN 11
Alur Kegiatan Mekansime Pelaksanaan Akuntabilitas Nasional Tingkat
Individu
Mekanisme stakeholders lokasi Waktu/
jadwal
Desain
acara
Penanggung
jawab
Laporan
pimpinan
Nasional di
Daerah di
Siaran
Pers
Nasional di
Daerah di
Leaflet,
poster
Nasional di
Daerah di
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
58
LAMPIRAN 12 Catatan Feedback Dan Langkah Pemanfaatan Akuntabilitas Nasional
Tingkat Individu
Bidang umpan balik
Sumber umpan balik
Isi Catatan signifikansi isi umpan
balik
Tindak lanjut
perbaikan
Tindak lanjut pada organisasi
Bentuk
laporan
Data
capaian
Penyajian
data
Analisis
Kesimpulan
Implikasi
Pelaksanaan
Dll
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
59
LAMPIRAN 13 Penilaian Pemangku Kepentingan Akuntabilitas Nasional Individual
Komponen
Akuntabilitas
Nasional
Profesional Moral Hukum Atasan
Nilai* Nilai x
50
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
20
(bobot)
Nilai Nilai x
10
(bobot)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Indikator
mikro
Indikator
makro
Capaian
perencanaan
pelaksanana
kegiatan
tahunan
Capaian
penggunaan
anggaran
Tatakelola:
Perencanaan
Pelaksanaan
Umpan Balik
(kolom genap untuk nilai 2,4,6,,8,) *. Nilai diisi dengan pemberian score 1 bila
dinilai tidak tepat; 2 bila dinilai kurang tepat karena ada catatan dan 3 bila
dinilai tepat
(kolom ganjil 3,5,7,9) Kolon nilai x bobot adala nilai dikalikan besar masing-
masing bobot
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
60
LAMPIRAN 14 Penghitungan Akuntabilitas Nasional Individual
Komponen Akuntabilitas
Nasional
Bobot
Total Skor *
Nilai total (bobot xtotal skore)
1 2 3 4
Indikator mikro 25
Indikator makro 30
Capaian perencanaan
pelaksanana kegiatan tahunan
15
Capaian penggunaan
anggaran
15
Perencanaan 5
Pelaksanaan 5
Umpan Balik 5
TOTAL
*. Total skor diambil dari total pejumlahan kolom ganjil (3,5,7,9) dari tabel 6.
Total nilai di reklasifikasi untuk pembagian 3 kelas menjadi Akuntabel,
akuntable dengan catatan dan tidak akuntabel
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
61
SK TIM PELAKSANA
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
62
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
63
Instrumen Akuntabilitas Nasional Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara
2011
64