LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen...

122

Transcript of LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen...

Page 1: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,
Page 2: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman i

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Tahun 2009 dibuat bertepatan dengan berakhirnya periode Rencana Strategis (Renstra) Departemen Keuangan Tahun 2005-2009. DJPU dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.1/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan dan efektif beroperasi pada tahun 2007. Atas dasar itu, periode evaluasi kinerja dalam LAKIP DJPU selaku unit Eselon I berada pada periode 2007-2009. Namun demikian, ulasan evaluasi kebijakan umum kinerja pengelolaan utang tetap diupayakan sesuai dengan periode Renstra Departemen Keuangan yaitu dalam periode 2005-2009. Hal ini dimaksudkan agar gambaran evaluasi pengelolaan utang selama periode Renstra 2005-2009 dapat diperoleh secara mencukupi.

Selanjutnya, berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor S-7/MK.1/2010, tanggal 8 Januari 2010, penyusunan materi evaluasi LAKIP Tahun 2009 termasuk penyajian indikator kinerja yang tercantum dalam Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2010 di setiap unit Eselon I Departemen Keuangan diharapkan sudah mengadopsi Indikator Kinerja Utama dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard, sebagai ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.

Ikhtisar capaian keberhasilan sasaran strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang periode 2007-2009 dengan menggunakan metodologi Balanced Scorecard adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian sasaran strategis pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan indikator pemenuhan target untuk pembiayaan APBN melalui utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

2. Pencapaian sasaran strategis transparansi dengan indikator ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

3. Pencapaian sasaran strategis akuntabilitas dengan indikator opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

4. Pencapaian Sasaran strategis kredibilitas dengan indikator pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

5. Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, untuk memperluas pasar SBN, setiap tahun akan selalu dilakukan kajian terhadap kemungkinan pengembangan maupun penerbitan instrumen baru.

6. Pencapaian sasaran strategis mengelola portofolio utang, dengan tiga indikator yaitu rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang, pencapaian target effective cost, dan Terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai dengan strategi yang ditetapkan, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

7. Pencapaian sasaran strategis melaksanakan pembayaran berdasarkan tagihan dengan indikator tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

Page 3: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman ii

8. Pencapaian sasaran strategis membina hubungan dengan kreditor dan investor, dengan indikator peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang dan partisipasi investor dalam penerbitan SBN, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

9. Pencapaian sasaran strategis menyusun landasan hukum dan peraturan, dengan indikator penyediaan peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan di tahun berikutnya. Terutama, dalam hal penyusunan draft RUU mengenai pinjaman luar negeri yang masih memerlukan serangkaian kegiatan untuk mendapatkan masukan atau pandangan stakeholders mengenai perlunya pengaturan pinjaman luar negeri dalam suatu undang-undang, pengaturan pengelolaan hibah, dan percepatan proses penyusunan desain instrumen dan landasan hukum termasuk fatwa dan rancangan peraturan pemerintah dalam rangka penerbitan SBSN untuk membiayai proyek APBN.

10. Pencapaian sasaran strategis melakukan monitoring dan evaluasi dengan indikator persentase penurunan progress variant terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

11. Pencapaian sasaran strategis merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi, dengan indikator % karyawan yang kompetensinya sesuai dengan kebutuhan kompetensi jabatan tematik dan jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan wewenang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

12. Pencapaian sasaran strategis mengembangkan organisasi yang handal dan modern, dengan indikator persentase penyelesaian SOP terhadap SOP yang harus diperbaharui/dibuat, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, dalam penyusunan SOP masih perlu terus dilaksanakan pengkajian dan penyempurnaan terhadap SOP yang ada dan penyusunan SOP baru agar semua kegiatan pengelolaan utang dapat dilaksanakan secara efektif, transparan, dan akuntabel.

13. Pencapaian sasaran strategis mewujudkan good governance, dengan indikator persentase rekomendasi audit Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan BPK yang telah ditindaklanjuti dan tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan prosedur, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

14. Pencapaian sasaran strategis membangun sistem informasi yang terintegrasi, dengan indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

Berbagai keberhasilan kinerja sasaran strategis yang telah dicapai akan dipertahankan oleh DJPU bahkan ditingkatkan dan untuk beberapa kegiatan yang terkait dengan pencapaian indikator kinerja yang belum terlaksana/terdapat permasalahan (pending matters) diupayakan agar dapat dilaksanakan/diselesaikan masalahnya.

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJPU dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja DJPU pada periode berikutnya.

Page 4: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman iii

DAFTAR ISI

Hal.

IKHTISAR EKSEKUTIF.................................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tugas dan Fungsi, Organisasi, serta Sumber Daya Manusia...................... 1

C. Sistematika Penyajian LAKIP........................................................................ 6

II. RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA .................................... 7

A. Alur Pikir ......................................................................................................... 7

B. Peran Strategis DJPU..................................................................................... 8

C. Rencana Strategis 2007-2009........................................................................ 9

D. Program Pengelolaan dan Pembiayaa Utang................................................ 15

E. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) .................................................................. 16

F. Balanced Scorecard (BSC) ............................................................................ 17

G. Rencana Kinerja Versi BSC........................................................................... 18

III. PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS................................................. 21

A. Pengelolaan Utang......................................................................................... 21

B. Pembiayaan Defisit Periode 2005-2009......................................................... 23

C. Pembiayaan Melalui Utang 2005-2009.......................................................... 25

D. Kebijakan Umum Pengelolaan Utang 2005-2009.......................................... 26

E. Pengukuran Sasaran...................................................................................... 30

F. Pending Matters.............................................................................................. 89

G. Akuntabilitas Keuangan.................................................................................. 93

IV. PENUTUP .......................................................................................................... 95

A. Kesimpulan ………………………………………............................................. 95

B. Saran.............................................................................................................. 98

Page 5: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman iv

Hal.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang................. 4

DAFTAR BAGAN

Bagan Alur Pikir Penyusunan LAKIP ………………………………………………. 7

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Komposisi Pegawai Menurut Golongan…………………………………. 5

Grafik 2. Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II……………………………. 5

Grafik 3. Komposisi Pegawai Menurut Jabatan…………………………………… 6

Grafik 4. Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin……………………………. 6

Grafik 5. Pembiayaan Utang dan Nonutang, 2005-2009………………………… 24

Grafik 6. Rasio Utang terhadap PDB 2005-2009…………………………………. 28

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pembiayaan Utang 2005-2009…………………………………………. 25

Tabel 2 Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang, 2005-2009…………………………………………………………………..

29

Tabel 3 Realiasi Pembayaran Utang antara TA 2005 – 2009…………………. 39

Tabel 4 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang,

2007-2009………………………………………………………………….

47

Tabel 5 Debt Switching dan Buy back SBN……………………………………… 52

Tabel 6 Pengurangan Utang melalui Skema Debt Swap……………………… 52

Tabel 7 Pagu dan Realisasi Anggatan Tahun 2009……………………………. 93

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengukuran Kinerja Kegiatan Tahun 2009

2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 2009

Page 6: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang Tahun 2009 dibuat bertepatan dengan berakhirnya periode Rencana

Strategis (Renstra) Departemen Keuangan Tahun 2005-2009.

DJPU dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.1/2006

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan dan efektif beroperasi pada

tahun 2007. Atas dasar itu, periode evaluasi kinerja dalam LAKIP DJPU selaku unit Eselon I

berada pada periode 2007-2009.

Namun demikian, ulasan atas evaluasi berdasarkan kebijakan umum kinerja

pengelolaan utang diupayakan tetap sesuai dengan periode Renstra Departemen Keuangan

yaitu dalam periode 2005-2009. Hal ini dimaksudkan agar gambaran evaluasi pengelolaan

utang selama periode Renstra 2005-2009 dapat diperoleh secara mencukupi.

B. Tugas, Fungsi, Organisasi, dan Sumber Daya Manusia

1. Tugas dan Fungsi

Pada tahun 2008, DJPU mengalami perubahan dalam struktur organisasi, yaitu

berupa penajaman dan penambahan tugas dan fungsi berkaitan dengan telah

disahkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara dan adanya pengembangan instrumen pembiayaan Pinjaman Dalam Negeri

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 54 Tahun 2008 tentang

Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri serta Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) Nomor 44/PMK.01/2008 tentang Persyaratan dan Pelaksanaan

Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga

Listrik yang Menggunakan Batubara.

Perubahan struktur organisasi yang diakibatkan penajaman dan penambahan tugas

dan fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Direktorat Surat Berharga Negara yang semula berfungsi sebagai front office untuk

Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) diubah

menjadi front office khusus untuk SUN;

Page 7: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 2

b. Reposisi Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah dari middle office menjadi front

office berkaitan dengan pelaksanaan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN);

c. Penambahan tugas dan fungsi pengelolaan Pinjaman Dalam Negeri;

d. Penambahan tugas dan fungsi pemantauan risiko gagal bayar (default) atas

penyediaan anggaran utang kontinjensi melalui dana jaminan pemerintah.

Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

131/PMK.1/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan kemudian

diganti dengan PMK Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Departemen Keuangan. PMK ini mulai diberlakukan secara efektif pada tanggal 31

Desember 2008 sebagaimana diatur dalam Pasal 1 PMK Nomor 149/PMK.07/2008

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan.

Berdasarkan PMK Nomor 100/PMK.01/2008, tugas DJPU adalah :

Menyelenggarakan sebagian tugas pokok Departemen di bidang pengelolaan utang dan

hibah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya, DJPU menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang pengelolaan utang dan

hibah;

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang pengelolaan utang dan hibah;

c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang pengelolaan

utang dan hibah;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pengelolaan utang dan hibah;

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.

Page 8: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 3

2. Organisasi

DJPU terdiri dari 6 unit Eselon II, dengan susunan sebagai berikut:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis

dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Pinjaman dan Hibah mempunyai tugas merumuskan pelaksanaan

kebijakan dan standarisasi pengelolaan pinjaman dan hibah berdasarkan kebijakan

teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

c. Direktorat Surat Utang Negara mempunyai tugas merumuskan pelaksanaan

pengelolaan portofolio, pengembangan pasar, analisis keuangan dan pasar SUN,

serta merumuskan peraturan dan kebijakan operasional SUN berdasarkan kebijakan

teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal;

d. Direktorat Pembiayaan Syariah mempunyai tugas merumuskan kebijakan

pengelolaan pembiayaan syariah yang meliputi penerbitan, penjualan, pembelian

kembali, dan penukaran SBSN, perencanaan dan pengembangan instrumen

pembiayaan syariah, pemantauan dan analisis perkembangan pasar keuangan,

serta penyiapan peraturan dan dokumen hukum, baik yang diterbitkan secara

langsung oleh Pemerintah maupun melalui Perusahaan Penerbit SBSN,

berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

e. Direktorat Strategi dan Portofolio Utang mempunyai tugas merumuskan,

merekomendasikan, dan mengevaluasi strategi pengelolaan utang, menyusun

rencana pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui utang dan

hibah, mengkaji pengelolaan utang, merekomendasikan struktur portofolio utang

yang optimal, mengelola risiko utang, merumuskan kebijakan dan strategi

peningkatan peringkat kredit, mengkoordinasikan pengelolaan strategi utang dengan

lembaga terkait, merumuskan strategi pengembangan instrumen utang, memantau

risiko dan kewajiban kontinjensi, memantau, merekomendasikan dan mengevaluasi

kepatuhan terhadap prosedur standar pengelolaan utang, kode etik, peraturan

perundangan, dan perjanjian yang terkait dengan pengelolaan utang;

Page 9: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 4

f. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen mempunyai tugas merumuskan

kebijakan monitoring dan evaluasi, verifikasi dan administrasi, penyelesaian

pembayaran kewajiban, pelaksanaan akuntansi dan pelaporan, pengembangan

sistem informasi utang berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur

Jenderal terkait dengan pinjaman, hibah, dan instrumen pembiayaan syariah.

Struktur organisasi DJPU disajikan sebagai berikut:

Gambar Struktur Organisasi

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

Page 10: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 5

3. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2009, komposisi pegawai DJPU adalah

sebagai berikut:

Grafik 1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan

Grafik 2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II

0

10

20

30

40

50

60

IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a

Jum

lah

Pe

ga

wa

i

Golongan Pegawai

0

20

40

60

80

100

1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

East

West

North

No. Golongan Pegawai Jumlah Pegawai

No. Unit Eselon II

Jumlah Pegawai

1 IV/d 2 1 Sekretariat Direktorat Jenderal 63

2 IV/c 3 2 Dit Pinjaman dan Hibah 58

3 IV/b 6 3 Dit Surat Utang Negara 43

4 IV/a 18 4 Dit Pembiayaan Syariah 35

5 III/d 35 5 Dit Strategi dan Portofolio Utang 35

6 III/c 55 6 Dit Evaluasi, Akuntansi dan

Setelmen 78

7 III/b 43 JUMLAH 312

8 III/a 57

9 II/d 44

10 II/c 40

11 II/b 8

12 II/a 1

JUMLAH 312

Page 11: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 6

Grafik 3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan

Grafik 4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis

Kelamin

No. Jabatan Pegawai Jumlah Pegawai

No. Jenis Kelamin Pegawai

Jumlah Pegawai

1 Eselon I 1 1 Laki-laki 250

2 Eselon II 5 2 Perempuan 62

3 Eselon III 23 JUMLAH 312

4 Eselon IV 77

5 Pelaksana 206

JUMLAH 312

C. Sistematika Penyajian

LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU sampai dengan

tahun 2009. Sedangkan capaian kinerja (performance results) tahun 2009 akan

diperbandingkan dengan rencana kinerja (performance plans) tahun 2009 sebagai tolok ukur

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dalam tahun tersebut.

Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini memungkinkan

teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik

perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP

adalah sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur

organisasi.

Bab II – Rencana Strategis dan Rencana Kinerja, menyajikan rencana strategis tahun

2007-2009 dan rencana kinerja tahunan 2007-2009.

Bab III – Pengukuran, Evaluasi, dan Analisis, menyajikan hasil pengukuran sasaran,

evaluasi, dan analisis kinerja terhadap pencapaian sasaran.

Bab IV – Penutup, menyajikan simpulan dan saran.

Lampiran-lampiran

Page 12: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 7

BAB II

RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA

A. Alur Pikir

Bagan Alur Pikir Penyusunan LAKIP

LANDASAN UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang SPPN;

Inpres 7 Tahun 1999 tentang AKIP;

Renstra Departemen Keuangan Tahun 2004-2009

TUGAS DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

Menyelenggarakan sebagian tugas pokok dibidang pengelolaan utang dan

hibah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

RENSTRA DJPU TAHUN 2007-2009

Visi Misi

Tujuan Sasaran Strategi

Kebijakan Program

Kegiatan Pokok

RKT DAN PK DJPU TAHUN 2009

LAKIP DJPU TAHUN 2009

Umpan Balik

Page 13: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 8

B. Peran strategis DJPU

Sebagai organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang, DJPU

berupaya meningkatkan kualitas kinerjanya, melalui peran serta setiap pegawai DJPU yang

memiliki profesionalisme, integritas dan komitmen yang tinggi atas pencapaian kinerja yang

ditetapkan dalam dokumen perencanaan strategisnya. Peran strategis DJPU digambarkan

sebagai berikut;

1. Memenuhi sebagian pembiayaan defisit APBN yang berasal dari sumber pembiayaan

melalui utang

Selain pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam

menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka

pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam

maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan defisit APBN.

Selain untuk memenuhi target pembiayaan APBN melalui utang yang berasal dari

potofolio pinjaman dan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), DJPU juga

melaksanakan kegiatan yang meliputi penerbitan/pengadaan utang dan pengembangan

instrumen pembiayaan utang, serta pengembangan pasar SBN. Pembiayaan melalui

utang dilakukan dengan cara mencari sumber pembiayaan yang berbiaya rendah dan

menguntungkan negara dengan mempertimbangkan struktur portofolio utang yang

optimal, biaya dan risiko yang dapat ditolerir, dan pemilihan instrumen utang yang tepat.

2. Mengelola utang negara;

Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan

dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan

mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara

berkesinambungan.

Kesalahan di dalam pengelolaan utang akan berdampak negatif terhadap perekonomian,

antara lain ketidakmampuan dalam membayar kewajiban utang, membengkaknya

kewajiban utang di luar perkiraan, menurunnya kepercayaan investor dan kreditor,

terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terganggunya

kesinambungan fiskal (fiscal sustainability), terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat

tidak terjaminnya sumber pembiayaan, bahkan gagal bayar (default).

Page 14: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 9

Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang sampai dengan 31 Desember 2009

mencapai Rp 1.590,66 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan

pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai sifat dapat

menimbulkan kewajiban dan dikhawatirkan akan mengurangi pilihan dan keleluasaan

pemerintah dikemudian hari untuk melakukan kebijakan pembangunannya sebagai

akibat dari penumpukan beban fiskal pembayaran utang.

C. Rencana Strategis 2007-2009

Renstra DJPU tahun 2007-2009 memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan

program yang akan dilaksanakan oleh DJPU, yang mengacu pada Renstra Departemen

Keuangan tahun 2004-2009. Renstra tersebut disusun melalui suatu proses yang sistematis

dan berkelanjutan dari pembuatan keputusan manajerial, dengan memanfaatkan sebanyak-

banyaknya pengetahuan antisipatif melalui analisis lingkungan internal dan eksternal,

mengorganisasikan usaha-usaha pelaksanaan pencapaian sasaran, melakukan

pengelolaan risiko, dan mengukur hasilnya sebagai umpan balik dalam mengevaluasi

kinerja di masa akan datang. Dalam Renstra DJPU tahun 2007-2009 telah ditetapkan visi,

misi, tujuan, sasaran, strategi, dan program yang akan dilaksanakan oleh DJPU sebagai

berikut:

1. Visi dan Misi

a. Visi

”Menjadi Pengelola Utang Pemerintah yang Profesional dan Handal sesuai Standar Internasional”

b. Misi

Dalam rangka pencapaian Visi di atas, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

menetapkan Misi sebagai berikut:

1) Mewujudkan pengelolaan pinjaman dan hibah yang efektif, efisien, transparan

dan akuntabel;

2) Mewujudkan pengelolaan Surat Berharga Negara yang profesional dan

akuntabel;

3) Mewujudkan pengelolaan strategi dan portofolio utang yang mampu

meminimalkan biaya pada profil risiko yang dapat diterima;

Page 15: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 10

4) Mewujudkan suatu kebijakan pembiayaan syariah yang tepat dan sesuai dengan

prinsip-prinsip keuangan syariah;

5) Mewujudkan pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen pengelolaan utang

yang tepat, akurat, profesional dan bertanggung jawab serta menyediakan

informasi tentang utang kepada para pengambil keputusan secara akurat dan

tepat waktu.

c. Tujuan

Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan merupakan sesuatu

yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu, 1 sampai 5 tahun

kedepan. Berdasarkan visi dan misi tersebut, tujuan DJPU adalah sebagai berikut:

1) Mengoptimalkan pengelolaan utang, baik yang berasal dari SBN (government

securities) maupun pinjaman (official loan) sebagai alternatif pembiayaan defisit

APBN, agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan pada

tingkat risiko yang dapat ditolerir;

2) Membantu kelancaran tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam

penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan;

3) Mendukung pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan secara efisien

dan efektif serta terpadu;

4) Meningkatkan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM aparatur sesuai dengan

kebutuhan dalam melaksanakan tugas kepemerintahan dan pembangunan.

d. Sasaran

Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan dicapai secara

nyata dalam jangka waktu tahunan, semesteran atau bulanan. Sasaran harus

bersifat spesifik, dapat dinilai, diukur, dan menantang namun dapat dicapai,

berorientasi pada hasil, dan dapat dicapai dalam periode 1 tahun mendatang.

Berdasarkan hal tersebut di atas, sasaran DJPU yang telah ditetapkan pada tahun

2009 adalah sebagai berikut:

Page 16: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 11

1) Terselesaikannya peraturan tentang pengelolaan utang;

2) Terwujudnya pengamanan rencana penyerapan pinjaman luar negeri

(disbursement) baik pinjaman program maupun pinjaman proyek;

3) Terlaksananya pengelolaan Portofolio SBN;

4) Berkembangnya Pasar dan infrastruktur pendukung SBN;

5) Tersedianya strategi pengelolaan utang dengan struktur portofolio yang optimal,

tingkat risiko yang terkendali, dan tingkat biaya yang dapat diterima;

6) Terlaksananya perencanaan dan kebijakan pembiayaan syariah sebagai

alternatif instrumen pembiayaan APBN;

7) Terlaksananya evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang secara efektif dan

efisien;

8) Meningkatnya kualitas kelembagaan dan ketatalaksanaan direktorat jenderal;

9) Meningkatnya pelayanan kepegawaian;

10) Meningkatnya kualitas perencanaan program dan keuangan, pengelolaan

keuangan, dan laporan keuangan direktorat jenderal;

11) Meningkatnya kualitas pelayanan kerumahtanggaan pengelolaan pemeliharaan

sarana gedung, peralatan, dan kendaraan dinas direktorat jenderal;

12) Meningkatnya kapasitas/kualitas SDM;

13) Meningkatnya kualitas pembinaan administrasi dan pengelolaan sarana dan

prasarana direktorat jenderal.

e. Strategi

Strategi pengelolaan utang ditetapkan sebagai berikut:

1) Pelaksanaan ketentuan mengenai prinsip kehati-hatian dalam mengelola utang,

melalui:

a) Mengupayakan pencapaian target maksimum tambahan bersih utang

(pinjaman & penerbitan SBN) +1% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB);

b) Memprioritaskan penerbitan SBN di pasar domestik untuk kepentingan

pembiayan defisit dan pembayaran kembali utang (refinancing).

Page 17: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 12

2) Pengembangan Pasar Domestik SBN, melalui:

a) Diversifikasi instrumen utang dan perluasan basis investor;

b) Mengembangkan infrastruktur pasar dalam rangka mendukung efisiensi

pasar.

3) Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri yang efektif, melalui:

a) Membiayai proyek yang cost recovery;

b) Memperbaiki project readiness criteria;

c) Membiayai proyek dalam rangka Millenium Development Goals (MDGs).

4) Pengelolaan Portofolio SBN yang credible, melalui:

a) Menerbitkan obligasi benchmark secara reguler (E.g. 5, 7, 10 and 20 years);

b) Melakukan penukaran obligasi (debt switching) secara lebih aktif dalam

rangka memperpanjang jatuh tempo;

c) Melakukan pembelian kembali (buy back) untuk mengurangi outstanding dan

mendukung stabilitas pasar.

2. Kebijakan

Kebijakan yang ditetapkan DJPU pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Mempercepat proses penyusunan draft RUU, serta mengusulkan penetapan

hukum dan peraturan perundang-undangan di bidang PHLN;

b. Mempercepat proses penyusunan draft RPP, serta mengusulkan penetapan

hukum dan peraturan perundang-undangan di bidang PHLN;

c. Menyusun dan mereviu peraturan dan dokumen hukum yang berkaitan dengan

pengelolaan SBN:

d. Melakukan penyusunan ketentuan antara lain tentang pembayaran utang luar

negeri, utang dalam negeri, subsidi, dan pembayaran kepada surveyor;

e. Melakukan optimalisasi, efisiensi, dan efektifitas penggunaan pinjaman luar negeri;

f. Meningkatkan sistem penatausahaan pinjaman luar negeri secara tertib dan

teratur;

Page 18: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 13

g. Melakukan pengendalian intern (sisdur dan kelembagaan) administrasi pinjaman

luar negeri yang lebih intensif;

h. Menyusun peraturan mengenai penyaluran dan pengelolaan pinjaman;

i. Mengkaji komposisi penerbitan SBN dalam rupiah dan mata uang asing dengan

mempertimbangkan aspek biaya dan risiko bagi pemerintah;

j. Melakukan penerbitan SBN secara regular;

k. Mengurangi stok utang melalui pembelian kembali obligasi negara sebelum jatuh

tempo;

l. Meningkatkan durasi portofolio SBN melalui program pertukaran (debt switching);

m. Memperbaiki likuiditas obligasi negara di pasar sekunder;

n. Membangun kepercayaan pasar dan daya tarik SBN;

o. Menerbitkan SBN yang dapat dijadikan benchmark dan likuid di pasar sekunder;

p. Meningkatkan frekuensi komunikasi dengan otoritas moneter dalam bentuk

pertukaran informasi dan dialog, serta menyelaraskan SBN program dengan

kebijakan moneter;

q. Mengembangkan infrastruktur yang dibutuhkan bagi pengembangan pasar yang

aktif dan likuid;

r. Mengembangkan komunikasi yang baik dengan para pelaku pasar SBN untuk

mendapatkan informasi pasar yang akurat;

s. Memantau perdagangan SBN di pasar sekunder untuk mengetahui seri SBN yang

diminati pelaku pasar;

t. Meningkatkan kerjasama dengan investor institusi dan regulator pasar keuangan

untuk memperluas basis investor;

u. Mengembangkan kerjasama yang baik dengan Bank Indonesia selaku pelaksana

kliring, setelmen, dan registrasi;

v. Mengoptimalkan akses pasar informasi melalui penyedia jasa informasi keuangan

seperti Bloomberg, PIPU, dll;

w. Menerbitkan berita triwulanan;

Page 19: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 14

x. Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi SBN ke berbagai kalangan;

y. Menyeimbangkan profil jatuh tempo obligasi negara;

z. Meningkatkan tertib administrasi pembayaran pinjaman luar negeri;

aa. Menyempurnakan sistem pengadministrasian pinjaman yang efektif dan efisien;

bb. Menyempurnakan pelaksanaan pengadministrasian dan penagihan pinjaman;

cc. Melakukan penyelesaian dokumen perjanjian pinjaman secara tepat waktu;

dd. Meningkatnya kualitas monitoring dan evaluasi pendanaan proyek yang dibiayai

PHLN, serta pelaksanaan replenishment oleh Executing Agency (EA);

ee. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Bank Indonesia dan unit terkait

intern Departemen Keuangan dalam proses pembayaran bunga dan pokok SBN;

ff. Meningkatkan koordinasi dalam rangka penataan kelembagaan dan

ketatalaksanaan direktorat jenderal;

gg. Menerapkan prinsip-prinsip good governance;

hh. Menyelenggarakan analisis kebutuhan SDM dalam rangka rekrutmen pegawai;

ii. Melaksanakan penempatan pegawai sesuai kebutuhan unit;

jj. Menyelenggarakan kajian pola mutasi kepegawaian;

kk. Menyusun standar kompetensi jabatan;

ll. Mengikutsertakan para pegawai dalam berbagai program pelatihan;

mm. Mengembangkan aplikasi sistem informasi kepegawaian;

nn. Menyelenggarakan pertemuan rutin dengan unit terkait dalam rangka koordinasi

pembinaan kepegawaian;

oo. Meningkatkan pembinaan dan koordinasi dalam rangka menyusun rencana kerja

anggaran, dan pelaksanaannya;

pp. Meningkatkan pelayanan pelaksanaan pembayaran gaji dan tunjangan;

qq. Melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana direktorat jenderal;

rr. Meningkatkan sarana dan prasarana di lingkungan direktorat jenderal.

Page 20: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 15

D. Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

1. Program Pokok: Pengelolaan dan Pembiayaan Utang

Program ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan:

a. Menyusun peraturan di bidang pengelolaan PHLN;

b. Menyusun peraturan perundangan-undangan tentang pengelolaan SUN;

c. Menyusun peraturan perundangan-undangan tentang pengelolaan pembiayaan

syariah;

d. Menyusun peraturan perundangan-undangan yang mendukung pelaksanaan stretgi

dan portofolio utang;

e. Melaksanakan pengelolaan pinjaman dan hibah;

f. Melaksanakan pengelolaan portofolio SUN;

g. Melaksanakan pengelolaan portofolio SBSN;

h. Mengelola strategi dan portofolio utang;

i. Mengelola kebijakan pembiayaan syariah;

j. Melaksanakan evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang.

2. Program Penunjang

Terdapat tiga program penunjang yang ditujukan untuk memberikan pelayanan teknis

dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal, dengan rincian

sebagai berikut:

a. Penerapan kepemerintahan yang baik

Program ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, yaitu:

1) Menyusun dokumen organisasi dan ketatalaksanaan;

2) Menyelenggarakan pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian;

3) Menyelenggarakan pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan;

4) Mengelola gaji, honorarium, dan tunjangan;

5) Menyelenggarakan operasional dan pemeliharaan perkantoran.

Page 21: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 16

b. Pengelolaan sumber daya manusia aparatur dengan kegiatan menyelenggarakan

pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian; dan

c. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur negara dengan kegiatan melaksanakan

pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana.

E. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Pada setiap awal tahun, DJPU menyusun dokumen perencanaan kinerja berupa RKT

sebagai dasar penyusunan laporan pertanggungjawaban kinerja di akhir periode evaluasi.

RKT memuat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang bersangkutan

dengan informasi yang dimuat dalam RKT mencakup berbagai kegiatan, indikator kinerja

inputs, outputs, dan outcomes.

RKT dibuat berdasarkan Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang

Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai sub

sistem baru pada waktu itu dalam melaksanakan ketentuan Inpres 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Dalam perkembangan selanjutnya, berkaitan dengan telah diterbitkannya Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang

Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah dan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 87/KMK.01/2009 tentang Pengelolaan Indikator

Kinerja Utama Di Lingkungan Departemen Keuangan, sejak tahun 2008 telah diperkenalkan

dan diimplementasikan sistem manajemen kinerja dengan menggunakan metodologi

Balanced Scorecard (BSC) di lingkungan Departemen Keuangan.

Berdasarkan ketentuan tersebut dan sesuai surat Menteri Keuangan Nomor

S-7/MK.1/2010, tanggal 8 Januari 2010 serta sejalan dengan arahan pejabat dari Biro

Organisasi dan Ketatalaksanaan Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan dan

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam beberapa

rapat kerja bersama di Departemen Keuangan, penyusunan materi evaluasi LAKIP Tahun

2009 termasuk penyajian Indikator Kinerja yang tercantum dalam RKT Tahun 2010 di setiap

unit Eselon I Departemen Keuangan diharapkan sudah mengadopsi IKU sebagai ukuran

keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.

Page 22: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 17

F. Balanced Scorecard (BSC)

Dengan dimulainya program reformasi birokrasi yang ditetapkan melalui Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen

Keuangan maka dimulai juga manajemen kinerja Depkeu berbasis Balanced Scorecard

(BSC). Pengelolaan kinerja berbasis BSC di lingkungan Departemen Keuangan (Depkeu)

secara eksplisit dinyatakan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 12/KMK.01/2010

tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan. Keputusan tersebut

mengatur tentang penetapan pengelola kinerja, kontrak kinerja, penyusunan dan perubahan

peta strategi, Indikator Kinerja Utama (IKU), dan target, serta pelaporan capaian kinerja

triwulanan kepada Menteri Keuangan.

Konsep BSC dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang berawal

dari studi tentang pengukuran kinerja di sektor bisnis pada tahun 1990. Dengan

menggunakan metodologi BSC, setiap unit eselon I secara hirarkis (cascade)

menyelenggarakan penyusunan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators/ KPI),

yang diharapkan dapat mencerminkan keberhasilan organisasi dalam rangka memenuhi

harapan pemangku kepentingan (stakeholders), meningkatkan kinerja operasional,

mengetahui tingkat keefektifan organisasi/kepemimpinan dalam mengelola sumber daya

yang dimilki, dan sekaligus mengetahui hasil-hasil kinerja pengelolaan keuangan. Atas

pencapaian realisasi target IKU kemudian menjadi tolok ukur keberhasilan pencapaian

sasaran dan tujuan strategis organisasi.

Cascading BSC Depkeu diturunkan (cascaded) ke seluruh unit organisasi yang ada di

bawahnya. BSC Depkeu ini disebut Depkeu-Wide sedangkan setelah dicascade ke unit

organisasi di bawahnya yaitu ke eselon I disebut Depkeu-One, ke eselon II disebut Depkeu-

Two, ke eselon III disebut Depkeu-Three, ke eselon IV disebut Depkeu-Four, dan kelevel

pelaksana disebut Depkeu-Five.

BSC dalam implementasinya menjadi suatu sistem manajemen untuk mengelola

implementasi strategi, mengevaluasi prestasi kerja tidak hanya dilihat dari segi finansial

tetapi juga mengkomunikasikan Visi, Strategi, Kinerja Organisasi agar sesuai dengan

harapan Stakeholder.

Page 23: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 18

G. Rencana Kinerja Versi BSC C

usto

mer

Pers

pecti

ve

Learn

ing

and

Gro

wth

Pers

pecti

ve

Pembiayaan yang

aman bagi

kesinambungan fiskal

(1 IKU)

Mengelola

portofolio

utang

(3 IKU)

Melaksanakan

pembayaran

kewajiban secara tepat

(1 IKU)

Merekrut dan mengembangkan SDM yg

berintegritas dan

berkompetensi tinggi (2 IKU)

SDM OrganisasiMengembangkan

organisasi yg handal

dan modern

(1 IKU)

Mewujudkan good

governance

(2 IKU)

InformasiMembangun sistem

informasi yang terintegrasi

(1 IKU)

Kredibilitas

(1 IKU)

Kreditor, Investor, Donor

Transparansi

(1 IKU)

Menyusun

landasan

hukum dan

peraturan(1 IKU)

Melakukan

monitoring &

evaluasi

(1 IKU)

Membina

hubungan

dengan

kreditor dan investor

(2 IKU)

PETA STRATEGI DJPU TAHUN 2009

Fin

ancia

lP

ers

pecti

ve

(Sta

kehold

er

Pers

pecti

ve)

Inte

rnal

Pers

pecti

ve

Mengembangkan instrumen

pembiayaan yang efektif(1 IKU)

Akuntabilitas

(1 IKU)

V I S I :Menjadi pengelola utang pemerintah yang memiliki sumber daya manusia yang profesional dan tata kelola organisasi yang sesuai standar

internasional TUJUAN STRATEGIS:

1. Mengoptimalkan pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN) maupun pinjaman untuk mengamankan pembiayaan APBN;2. Mendukung upaya financial market deepening untuk meningkatkan kapasitas daya serap dan efisiensi pasar keuangan.

Peta strategi DJPU menerapkan 4 perspektif, yaitu Stakeholders, Customers, Internal

Process, dan Learning and Growth. Dari Peta Strategi tahun 2009 tersebut, terdapat 14

Sasaran Strategis (SS) DJPU yang ingin diwujudkan dengan 19 IKU yang ditetapkan. Target

kinerja berdasarkan implementasi BSC di tahun 2009 adalah sebagaimana tabel berikut.

Perspektif Strategic Objectives IKU Baseline

(Realisasi 2008)

Target

2009

Stakeholders

1. Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal

1 F 1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang (Realisasi Penerbitan SBN Bruto)

93.50% 100.00%

Rp126,244

triliun

Rp173.698 triliun

Customers

2. Transparansi 2 C 1 Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang

273 380

Page 24: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 19

Perspektif Strategic Objectives IKU Baseline

(Realisasi 2008)

Target

2009

3. Akuntabilitas 3 C .2 Opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang

83% 100.00%

4. Kredibilitas 4 C 3 Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran

100.00% 100.00%

Internal Drivers

5. Mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif

5 D 1 Efektifitas instrumen pembiayaan baru

0.00% 100.00%

6. Mengelola portofolio utang

6 D 2.1 Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

5.84% 6.59%

8 D 2.2 Pencapaian target effective cost

n.a 100.00%

9 D 2.3 Terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai dengan strategi yang ditetapkan

n.a. 100.00%

7. Melaksanakan pembayaran berdasarkan tagihan

10 D 3 Tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan

100.00% 100.00%

8. Membina hubungan dengan kreditor dan investor

11 D 4.1 Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang

42 50

12 D 4.2 Partisipasi investor dalam penerbitan SBN

154,72% 165.00%

9. Menyusun landasan hukum dan peraturan

13 D 5 Tersedianya Peraturan dan Keputusan yang mendukung pengelolaan utang

12 16

10. Melakukan monitoring & evaluasi

14 D 6 % penurunan progress variant terhadap

pinjaman yang masuk kategori berisiko dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif

29.29% 29.29%

Learning and Growth

11. Merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi

15 LG 1.1

% karyawan yang kompetensinya sesuai dengan kebutuhan kompetensi jabatan tematik

60.00% 65.00%

16 LG 1.2

Jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan wewenang

0 0

Page 25: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 20

Perspektif Strategic Objectives IKU Baseline

(Realisasi 2008)

Target

2009

12. Mengembangkan organisasi yg handal dan modern

17 LG 2 % penyelesaian SOP terhadap SOP yang harus diperbaharui/dibuat

95.00% 100.00%

13. Mewujudkan good governance

18 LG 3.1

% rekomendasi audit Itjen dan BPK yang telah ditindaklanjuti

100.00% 100.00%

19 LG 3.2

Tingkat Kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan prosedur

100.00% 100.00%

14. Membangun sistem informasi yang terintegrasi

19 LG 4 Sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana

90.00% 90.00%

Dalam melakukan pembahasan pengukuran, evaluasi, dan analisis LAKIP DJPU Tahun

2009, yaitu pada BAB III, untuk pengelolaan utang secara umum mengacu kepada indikator

kinerja yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/KMK.06/2005

tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2005–2009, sedangkan untuk mengukur

kinerja secara khusus dalam periode 2007-2009 mengacu kepada SS dan IKU yang telah

ditetapkan.

Page 26: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 21

BAB III

PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS

A. Pengelolaan Utang

Utang secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu Pinjaman dan SBN.

1. Pengelolaan Pinjaman

Pinjaman berdasarkan postur APBN terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman

Proyek. Pinjaman Proyek adalah pinjaman yang dilakukan untuk membiayai kegiatan

tertentu (proyek), yang pencairan pinjamannya sangat tergantung pada realisasi

pelaksanaan proyek. Sedangkan Pinjaman Program adalah bentuk pinjaman tunai

yang pencairannya berdasarkan persyaratan atau pemenuhan kondisi tertentu.

Pinjaman Program dimanfaatkan terutama untuk pembiayaan APBN secara umum.

Untuk menjaga adanya good governance dalam pengelolaan pembiayaan melalui

pinjaman, telah disusun Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tatacara

Pengadaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri serta Penerusan Pinjaman dan/atau

Hibah Luar Negeri. Aturan ini merupakan aturan pelaksanaan dari UU Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam PP tersebut diatur bahwa pinjaman luar

negeri dilakukan dengan mempertimbangkan adanya: (a) kebutuhan pembiayaan,

(b) kemampuan penyerapan, (c) kemampuan membayar kembali, dan (d) risiko yang

akan ditanggung Pemerintah.

Selain instrumen pinjaman luar negeri, dalam periode ini juga dikembangkan

instrumen pembiayaan melalui Pinjaman Dalam Negeri. Pinjaman tersebut dapat

berasal dari BUMN, Pemerintah Daerah, dan Perusahaan Daerah yang memenuhi

persyaratan tertentu sebagaimana diatur dalam PP Nomor 54 Tahun 2008 tentang

Tatacara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah.

Instrumen pembiayaan melalui pinjaman dalam negeri merupakan instrumen alternatif

dan akan dimanfaatkan apabila menurut analisis biaya dan risiko layak untuk

dilakukan, dengan mempertimbangkan situasi perekonomian yang memungkinkan

pemberi pinjaman melakukan transaksi pinjam-meminjam pada Pemerintah tanpa

meninggalkan tujuan penempatan dana dari pihak pemberi pinjaman. Akan tetapi

sampai dengan akhir tahun 2009, instrumen tersebut belum digunakan, mengingat

aturan pelaksanaannya sampai dengan saat ini masih dalam proses penyusunan.

Page 27: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 22

2. Pengelolaan SBN

Instrumen SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah

Negara (SBSN). SUN diterbitkan berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang

Surat Utang Negara. Sedangkan SBSN diterbitkan berdasarkan UU Nomor 19 Tahun

2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

Penerbitan SBN selain digunakan untuk membiayai defisit APBN, juga digunakan

untuk menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas

penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam 1 (satu) tahun

anggaran dan pengelolaan portofolio utang negara. SBN dapat diterbitkan dalam

jangka pendek, sampai dengan satu tahun maupun jangka panjang. SBN yang

diterbitkan dalam jangka pendek pada prinsipnya merupakan instrumen pengelolaan

kas Pemerintah dalam hal terjadi cash mismatch. Dari sisi nilai tukar yang digunakan,

SBN dapat diterbitkan dalam mata uang domestik maupun dalam mata uang asing

(valas). Dari sisi sifatnya SBN dapat menjadi instrumen yang tradable (dapat

diperdagangkan) maupun non-tradable (tidak dapat diperdagangkan). Sedangkan dari

cara penerbitannya dapat dilakukan dalam 2 cara sebagai berikut (1) melalui

mekanisme lelang maupun (2) melalui mekanisme non lelang baik melalui mekanisme

bookbuilding, penempatan langsung (private placement), dan transaksi langsung.

Besaran jumlah penerbitan SBN neto setiap tahunnya dilakukan berdasarkan

kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR yang pembahasannya dilakukan secara

tidak terpisah dari pembahasan APBN. SBN neto merupakan selisih antara jumlah

SBN yang diterbitkan dengan SBN yang jatuh tempo dan/atau dibeli kembali. Konsep

neto dibutuhkan oleh pengelola utang untuk mendapatkan fleksibilitas dalam

pengelolaan utang, dengan memanfaatkan momentum pasar yang ada, baik untuk

kepentingan pemenuhan target pembiayaan maupun dalam rangka pengelolaan

portofolio dan risiko utang.

Pemenuhan kebutuhan pembiayaan melalui pengelolaan SBN dilakukan dengan

mengacu pada strategi yang ditetapkan. Strategi dimaksud mencakup strategi

pengelolaan SBN di pasar perdana maupun pasar sekunder, yang meliputi antara lain

penerbitan SBN secara reguler di pasar domestik, pengembangan instrumen,

pelaksanaan buyback dalam rangka pengelolaan portofolio dan stabilisasi pasar SBN.

Page 28: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 23

B. Pembiayaan Defisit Periode 2005-2009

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir berada pada level

yang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain didorong oleh peran belanja

pemerintah yang dipenuhi dari penerimaan negara dan sumber-sumber pembiayaan.

Peningkatan belanja pemerintah yang tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan

negara mendorong peningkatan defisit APBN. Hal ini terlihat pada peningkatan belanja

pemerintah yang mencapai hampir dua kali lipat yaitu dari sebesar Rp509,63 triliun pada

tahun 2005 menjadi sebesar Rp956,38 triliun pada tahun 2009 yang memberikan

konsekuensi terjadinya peningkatan defisit dari Rp14,41 triliun pada tahun 2005 menjadi

Rp87,43 triliun pada tahun 2009. Peningkatan defisit yang cukup besar tersebut

memerlukan ketersediaan sumber pembiayaan yang memadai sehingga tujuan kebijakan

fiskal untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai.

Dalam periode 2005-2009, kebijakan keuangan negara lebih diarahkan untuk

menjaga dan mempertahankan momentum pertumbuhan dan memenuhi agenda

pembangunan. Pemerintah berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan belanja

negara yang cukup ekspansif, baik belanja modal, subsidi maupun belanja sosial yang

dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Sebagai konsekuensinya APBN pada periode

tersebut memiliki defisit yang relatif tinggi dibanding periode sebelumnya, dan tingginya

defisit ini membawa konsekuensi pada tingginya kebutuhan pembiayaan yang harus

dipenuhi.

Pemenuhan pembiayaan atas realisasi defisit periode 2005–2009 dilakukan melalui

sumber utang dan nonutang. Kedua sumber tersebut dapat bersifat penerimaan, dalam arti

terdapat aliran masuk (inflow) ke APBN tahun bersangkutan yang dapat memberikan

tambahan kemampuan bagi Pemerintah untuk memenuhi belanja negara maupun untuk

membiayai pengeluaran pembiayaan sendiri, dan dapat bersifat pengeluaran, dalam arti

adanya aliran keluar (outflow) dari APBN yang digunakan antara lain untuk membayar

kewajiban utang, investasi atau penyertaan negara (bukan belanja modal), atau untuk

membayar komitmen pemerintah lainnya seperti adanya kebijakan untuk memberikan

penjaminan. Kebijakan dalam memanfaatkan setiap sumber pembiayaan tersebut

dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan efisiensi biaya, kemampuan

penyediaan dana, dan dampaknya pada masa yang akan datang.

Page 29: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 24

Untuk memenuhi defisit tersebut, maka kebijakan yang diambil oleh Pemerintah

terfokus pada pencarian sumber pembiayaan, dengan memperhitungkan kapasitas sumber

pembiayaan dan pemilihan kombinasi yang seimbang diantara pilihan alternatif sumber

yang tersedia, dengan tetap memperhatikan sustainability-nya dalam jangka panjang, dan

trade-off biaya dan risiko dari pemilihan alternatif dimaksud.

Secara keseluruhan pembiayaan utang dan nonutang periode 2005–2009 dapat

terlihat pada grafik 1 berikut:

Grafik 5 Pembiayaan Utang dan Nonutang, 2005-2009

(triliun rupiah)

2005+ 2006+ 2007+ 2008+ 2009

++

SBN - neto 22.6 36.0 57.2 85.9 99.3

Pinjaman Luar Negeri - neto (10.3) (26.6) (23.9) (13.2) (12.7)

Lainnya (Nonutang) - neto (1.2) 20.0 9.1 16.5 43.2

Defisit APBN 14.4 29.1 49.8 4.1 129.8

% Defisit terhadap GDP (RHS) 0.5 0.9 1.3 0.1 2.4

Page 30: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 25

C. Pembiayaan Melalui Utang 2005-2009

Pembiayaan melalui utang dianggap merupakan sumber pembiayaan yang dapat

berkesinambungan (sustainable) mengingat adanya konsep pembiayaan kembali

(refinancing), serta lazim dilakukan oleh hampir seluruh negara.

Dalam periode 2005-2009 terdapat pola yang konsisten dalam pembiayaan APBN

Indonesia, dimana pembiayaan yang bersumber dari utang neto meningkat secara

signifikan. Realisasi pembiayaan utang neto meningkat dari sebesar Rp14,55 triliun pada

tahun 2005 menjadi sebesar Rp88,40 triliun pada tahun 2009. Dari sisi instrumen utang,

terdapat suatu kecenderungan pergeseran pola pembiayaan yang mengarah pada market

based financing melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan SBN neto

yang semakin meningkat, selain berperan sebagai instrumen pembiayaan, juga digunakan

untuk pembayaran kembali (refinancing) pinjaman luar negeri dan investasi pemerintah

serta penyertaan modal negara. Secara bertahap penerbitan SBN neto meningkat dari

Rp22,57 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp99,47 triliun pada tahun 2009. Sementara

pinjaman luar negeri menunjukkan penurunan selama periode tersebut dengan rata-rata

penurunan sekitar Rp15,83 triliun pertahun. Data pembiayaan utang periode 2005-2009

dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Pembiayaan Utang 2005-2009

(Triliun Rupiah)

KETERANGAN

2005 2006 2007 2008 2009

Realisasi (LKPP) Realisasi

Sementara

A Surat Berharga Negara (neto) 22.57 35.99 57.17 85.92 99.47

B Pinjaman (neto) (8.02) (23.01) (23.85) (13.22) (11.07)

I Penarikan Pinjaman Luar Negeri 29.09 29.67 34.07 50.22 56.96

II Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri

(37.11) (52.68) (57.92) (63.44) (68.03)

Total Pembiayaan Utang 14.55 12.98 33.32 72.70 88.40

Keterangan: Pinjaman neto tidak memperhitungkan pengeluaran pembiayaan dalam rangka penerusan pinjaman

Kecenderungan peningkatan sumber pembiayaan dari utang yang makin besar akan

membawa konsekuensi langsung pada pengelolaan fiskal Pemerintah. Konsekuensi

tersebut antara lain:

Page 31: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 26

1. Adanya kebutuhan yang makin besar terhadap alokasi belanja untuk pembayaran

bunga atas utang.

2. APBN dan pengelolaan fiskal cukup rentan terhadap dinamika pasar.

3. Kebutuhan refinancing utang semakin meningkat yang harus diimbangi dengan upaya

peningkatan kapasitas pasar SBN, sebagai instrumen utama dalam pembiayaan.

4. Perlunya pengelolaan kas yang makin baik agar setiap utang yang dilakukan tidak

menimbulkan biaya yang berlebihan akibat adanya dana tunai yang idle.

Oleh karena itu, dalam pengelolaan utang diperlukan penerapan disiplin fiskal secara

konsisten agar penggunaan dari setiap utang tersebut dapat dialokasikan pada sektor yang

produktif dan dilaksanakan secara efisien untuk mencapai efektivitas yang tinggi dari

pembiayaan melalui utang. Disamping itu, dalam pengelolaan utang juga menuntut adanya

disiplin pasar yang tinggi agar proses pengambilan keputusan dapat berlangsung secara

hati-hati, cepat, tepat, dan efisien dengan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip

tatakelola yang baik (good governance principles).

D. Kebijakan Umum Pengelolaan Utang 2005-2009

Untuk lebih mengendalikan beban utang agar dapat memberikan dampak yang

positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia serta untuk menjaga agar penyusunan APBN

dan APBD dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan negara, sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 12 dan Pasal 17 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun

2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam PP tersebut diatur bahwa besarnya

jumlah kumulatif defisit dari APBN dibatasi tidak melebihi 3 persen dari PDB tahun

bersangkutan dan besarnya jumlah kumulatif pinjaman pemerintah pusat dan daerah

dibatasi tidak melebihi 60 persen dari PDB tahun bersangkutan. Perbandingan antara

besarnya total pinjaman Pemerintah dengan PDB tahun yang bersangkutan disebut Debt to

GDP ratio.

Selain itu, dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/KMK.06/2005 tentang

Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2005–2009, disebutkan bahwa dalam jangka

menengah, pedoman umum pengelolaan utang Negara mengacu pada Peraturan Presiden

Page 32: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 27

Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun

2004-2009, dimana dalam Perpres tersebut diatur bahwa peningkatan pengelolaan

pinjaman luar negeri Pemerintah diarahkan untuk menurunkan stok pinjaman luar negeri

tidak saja secara relatif terhadap PDB tetapi juga secara absolut. Untuk pinjaman dalam

negeri, diupayakan tetap adanya ruang gerak yang cukup pada sektor swasta melalui

penarikan pinjaman neto kurang dari 1% PDB dan menurun secara bertahap. Dengan

demikian, rasio stok pinjaman terhadap PDB diperkirakan menurun secara bertahap

menjadi lebih rendah dari 40% PDB pada tahun 2009.

Dari dua ketentuan tersebut, terdapat tiga ukuran yang mencerminkan keberhasilan

kinerja pengelolaan utang yaitu:

1. Jumlah kumulatif pinjaman pemerintah dibatasi tidak melebihi 40 persen dari PDB.

2. Turunnya stok pinjaman luar negeri tidak saja secara relatif terhadap PDB tetapi juga

secara absolut.

3. Penarikan pinjaman neto kurang dari 1% PDB dan menurun secara bertahap.

Berkaitan dengan ketentuan dalam KMK Nomor 447/KMK.06/2005, pada grafik 6

terlihat bahwa rasio utang terhadap PDB (dengan komponen utang berupa instrumen

Pinjaman Luar Negeri dan SBN) menurun dari 47 persen pada akhir tahun 2005 dan

menjadi sekitar 30 persen pada akhir tahun 2009.

Page 33: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 28

Grafik 6 Rasio Utang terhadap PDB 2005-2009

Catatan : RHS = Right Hand Side (sisi sumbu X sebelah kanan), LHS = Left Hand Side (sisi sumbu X sebelah kiri)

Pada grafik 6 di atas terlihat bahwa sejak tahun 2006 rasio utang terhadap PDB telah

berada dalam posisi di bawah 40 persen, dan rasio tersebut cenderung menurun selama

periode 2005-2009. Rasio ini mengindikasikan bahwa jumlah utang yang ditarik oleh

Pemerintah setiap tahun telah dilakukan secara hati-hati, terencana, dan tepat sasaran

sehingga kontribusinya terhadap perekonomian nasional telah mendorong peningkatan

ekonomi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan peningkatan utang itu sendiri.

Selain itu, pada grafik 6 terlihat pula bahwa perkembangan stok (outstanding) utang

luar negeri secara relatif terhadap PDB menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini

sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009.

Sedangkan perkembangan stok utang luar negeri secara absolut/nominal

menunjukkan sedikit kenaikan karena peningkatan stok utang dalam mata uang US dollar

akibat penerbitan SBN valas untuk memenuhi target penerbitan SBN neto dalam periode

2005-2009 yang meningkat tajam. Penerbitan SBN Valas tersebut dilakukan terutama

Page 34: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 29

untuk menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik. Perkembangan stok

utang luar negeri berdasarkan mata uang dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Perkembangan Stok Utang Luar Negeri berdasarkan Mata Uang, 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009

Mata Uang Asli

USD 26.4 27.5 28.4 32.8 37.1

JPY 3,184.4 3,066.0 2,941.9 2,820.5 2,713.8

EUR 8.1 7.8 7.2 6.7 5.9

Mata Uang Lain

USD 259.9 248.1 267.1 358.6 348.7

JPY 265.6 232.4 244.4 341.9 276.0

EUR 94.4 92.6 98.9 104.2 79.8

Mata Uang Lain 34.4 36.1 41.4 48.2 48.9

Total 654.4 609.2 651.8 852.9 753.4

-------------------------- Beragam Mata Uang --------------------------

Equivalent dalam Rupiah

Untuk menghindari terjadinya crowding out effect di pasar keuangan domestik,

Pemerintah membatasi tambahan bersih utang domestik sebesar 1 persen dari PDB.

Realisasi tambahan bersih utang domestik terhadap PDB periode 2005–2009 masing-

masing adalah sebesar -0,1%, 0,5%, 1,1%, 0,9%, dan 0,9%. Dengan demikian rata-rata

tambahan bersih utang domestik setiap tahun dalam 5 tahun terakhir adalah sebesar 0,68

persen dari PDB.

Page 35: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 30

E. Pengukuran Sasaran

1. Sasaran strategis pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan

indikator pemenuhan target pembiayaan melalui utang

Pemenuhan target pembiayaan melalui utang yang menjadi IKU unit pengelola

utang dihitung dari realisasi penerbitan SBN dan pengadaan Pinjaman Program.

Pemenuhan pembiayaan dari pinjaman yang digunakan sebagai komponen IKU hanya

yang berasal dari Pinjaman Program, tidak termasuk Pinjaman Proyek karena sifat

Pinjaman Program yang relatif sama dengan SBN dalam hal pola penarikannya.

Dalam memenuhi target pembiayaan melalui utang, realisasi penerbitan

SBN/pengadaan Pinjaman Program dilakukan dengan menggunakan konsep gross

agar lebih mencerminkan upaya/kinerja Pemerintah dalam memenuhi total kebutuhan

pembiayaan APBN yang berasal dari utang.

Pencapaian IKU ini menuju capaian yang diarahkan kepada ketepatan atas target

(stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang

diharapkan.

a. Pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2009 ditargetkan

sebesar Rp175,12 triliun (100%) dengan capaian realisasi sebesar Rp173,12 triliun

(98.86%), yang terdiri dari:

1) Penarikan Pinjaman Program ditargetkan sebesar Rp30,32 triliun (ekuivalen

USD2.994 juta) dengan realisasi sebesar Rp28,57 triliun (ekuivalen USD2.944

juta). Jumlah realisasi tersebut merupakan jumlah keseluruhan kegiatan

pengelolaan Pinjaman Program di tahun 2009 berasal dari 10 perjanjian.

Sumber pinjaman berasal dari Bank Dunia sebesar USD1.544 juta, Asian

Development Bank (ADB) sebesar USD500 juta, Japan International

Cooperation Agency (JICA) sebesar USD600 juta, dan Pemerintah Perancis

sebesar USD300 juta.

Pada Pinjaman Program yang bersumber dari Bank Dunia, terjadi perubahan

target dari semula sebesar USD1.594 juta menjadi USD1.544 juta. Perubahan

target tersebut ditetapkan dalam Rapat Monitoring dan Evaluasi APBN-P 2009

tanggal 16 Oktober 2009.

Page 36: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 31

2) Pembiayaan melalui SBN ditargetkan secara neto sebesar Rp99,256 triliun

atau secara gross sebesar Rp144,548 triliun. Adapun realisasi penerbitan SBN

secara neto Rp99,256 triliun atau secara gross sebesar Rp144,558 triliun, yang

terdiri dari realisasi penerbitan SUN gross sebesar Rp128,007 triliun dan

realisasi penerbitan SBSN gross sebesar Rp16,550 triliun. Realisasi SBN neto

melampaui target yang ditetapkan karena pembukuan accrued interest sebesar

Rp185,8 miliar diperhitungkan sebagai bagian dari realisasi SBN neto.

Jumlah realisasi penerbitan SUN sebesar Rp128,007 triliun merupakan jumlah

keseluruhan kegiatan penerbitan SUN di tahun 2009 yang berasal dari:

a) Realisasi penerbitan SUN dalam mata uang rupiah sampai dengan 31

Desember 2009 adalah sebesar Rp88,236 triliun. Jumlah penerbitan

tersebut terdiri dari penerbitan Obligasi Negara (ON) sebesar Rp54,5 triliun,

penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) sebesar Rp24,7 triliun,

penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI006 sebesar Rp8,54 triliun

dan penerbitan SUN melalui private placement sebesar Rp500 miliar.

b) Realisasi penerbitan SUN dalam mata uang asing denominasi USD sampai

dengan 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp36,075 triliun (ekuivalen

USD3 miliar), sedangkan realisasi penerbitan SUN mata uang asing

denominasi Yen (Samurai Bond/Shibosai) adalah sebesar Rp3,695 triliun

(ekuivalen JPY35,00 miliar atau USD350 juta).

Jumlah realisasi penerbitan SBSN tahun 2009 sebesar Rp16,55 triliun, dengan

rincian sebagai berikut:

a) Penerbitan Sukuk Ritel dengan nilai nominal Rp5,56 triliun;

b) Penerbitan SBSN Valas sebesar Rp7,03 triliun (ekuivalen USD650);

c) Private placement SDHI dengan nilai nominal Rp2,69 triliun; dan

d) Penerbitan SBSN reguler (IFR) dengan cara lelang sebesar Rp 1,28 triliun.

Masih rendahnya realisasi penerbitan SBSN tahun 2009, yaitu hanya mencapai

Rp16,55 triliun, antara lain disebabkan karena terlambatnya persetujuan DPR

atas penggunaan BMN sebagai aset SBSN, sehingga mengakibatkan

penundaan program penerbitan yang sudah direncanakan. Selain itu, tingginya

Page 37: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 32

ekspektasi imbal-hasil (yield) yang diinginkan oleh investor menyebabkan

pelaksanaan penerbitan tidak memberikan hasil yang optimal.

Dengan demikian, target pemenuhan pembiayaan APBN melalui utang di tahun

2009 relatif dapat terpenuhi.

b. Selama periode 2007-2008, pemenuhan target pembiayaan melalui utang dirinci

sebagai berikut:

1) Realisasi pemenuhan pembiayaan melalui utang di tahun 2008 sebesar

Rp156,35 triliun, dipenuhi melalui penerbitan SUN gross dalam mata uang

rupiah sebesar Rp82,23 triliun, penerbitan SUN gross dalam denominasi USD

sebesar Rp39,32 triliun (ekuivalen USD4,2 miliar), penerbitan SBSN gross

dalam mata uang rupiah Rp4,70 triliun dan melalui pengadaan Pinjaman

Program sebesar Rp30,10 triliun (ekuivalen USD2,77 miliar).

2) Realisasi pemenuhan pembiayaan melalui utang di tahun 2007 sebesar

Rp119,57 triliun, dipenuhi melalui penerbitan SUN gross dalam mata uang

rupiah sebesar Rp86,38 triliun, penerbitan SUN gross dalam denominasi USD

sebesar Rp13,58 triliun (ekuivalen USD1,5 miliar), dan melalui pengadaan

Pinjaman Program sebesar Rp19.61 triliun (ekuivalen USD2,11 miliar).

c. Beberapa tantangan dalam pemenuhan pembiayaan melalui utang, antara lain:

1) potensi pasar SBN domestik relatif masih terbatas, yang disebabkan karena

masih terbatasnya perkembangan industri pasar keuangan domestik;

2) penerbitan obligasi valas berpotensi meningkatkan risiko nilai tukar, akan

tetapi obligasi valas tetap dibutuhkan karena menjadi alternatif untuk

menghindari crowding out effect;

3) target penerbitan SBN yang terlalu besar dan tidak diimbangi dengan

pertumbuhan pasar domestik, dapat mendorong naiknya imbal hasil yang

diminta investor;

4) ketersediaan pinjaman lunak yang disediakan oleh pemberi pinjaman semakin

terbatas.

d. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,

antara lain:

Page 38: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 33

1) bekerjasama dengan lembaga terkait dalam mengupayakan pengembangan

pasar SBN domestik, memperluas basis investor SBN domestik, dan

mengembangkan instrumen SBN;

2) mengembangkan strategi pengelolaan risiko utang melalui instrumen derivatif

(hedging) dan penerapan konsep asset liability management dengan Bank

Indonesia (natural hedging);

3) meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga baik domestik dan

internasional dalam rangka mendapatkan sumber pembiayaan utang alternatif;

4) target pembiayaan APBN melalui SBN perlu ditetapkan secara realistis

dengan mempertimbangkan daya serap pasar dan pengelolaan portofolio dan

risiko utang;

5) meningkatkan fleksibilitas pembiayaan utang melalui penerapan konsep utang

neto.

e. Pencapaian sasaran strategis pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal

dengan indikator pemenuhan target untuk pembiayaan APBN melalui utang

selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

2. Sasaran strategis transparansi dengan indikator ketersediaan informasi dalam

rangka transparansi pengelolaan utang

IKU ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi terkait pengelolaan utang

kepada publik secara transparan dalam rangka menjaga tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pengelolaan utang yang transparan. Ketersediaan informasi

pengelolaan utang adalah jumlah publikasi atau diseminasi data dan informasi utang

kepada publik melalui berbagai media (cetak/elektronik) dalam satu tahun.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize),

dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang baik/diharapkan.

a. Indikator transparansi pengelolaan utang di tahun 2009 ditargetkan sebesar 380

set dengan realisasi sebesar 489 set.

1) Terkait dengan pengelolaan SUN, ketersediaan informasi dalam rangka

transparansi pengelolaan utang berupa pelaksanaan kegiatan press release

terkait dengan penerbitan SUN ditargetkan sebesar 32 frekuensi dengan

Page 39: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 34

realisasi sebesar 66 frekuensi. Kegiatan yang dilakukan melebihi target yang

telah direncanakan, karena terdapat tambahan press release seperti

penyediaan informasi terkait hasil pelaksanaan transaksi melalui metode

private placement dan transaksi SUN secara langsung yang sebelumnya tidak

dimasukkan dalam target. Kegiatan press release juga dilakukan dalam rangka

menginformasikan perkembangan rating (upgrade ratings) dari rating agency.

Dilakukan pula, kegiatan penyediaan bahan publikasi dan informasi pasar

SUN yang ditargetkan sebesar 12 frekuensi dengan realisasi sebesar 12

frekuensi.

Selain itu terdapat pula kegiatan publikasi dalam pengelolaan SUN. Tahun

2009, publikasi ditargetkan sebanyak 284 frekuensi terdiri dari publikasi

melalui website sebanyak 280 frekuensi dan publikasi peraturan 4 frekuensi.

Realisasi selama tahun 2009 sebanyak 373 frekuensi terdiri dari publikasi

website sebanyak 366 frekuensi dan publikasi peraturan 7 frekuensi.

Kegiatan publikasi dan informasi dalam rangka pengelolaan SUN berupa:

a) Penyusunan/penyediaan bahan publikasi untuk penyelenggaraan

sosialisasi dan pre-marketing Obligasi Negara Ritel (ORI).

b) Penyusunan/penyediaan bahan publikasi dalam rangka penyelenggaraan

konferensi pers terkait:

(1) hasil regular issuance maupun buyback/debtswitch;dan

(2) penerbitan ORI.

c) Publikasi dalam bentuk slide presentasi mengenai perkembangan SUN

dalam ”Government Debt Securities Management”, yang ditampilkan pada

Website DJPU secara mingguan.

d) Penyusunan bahan Recent Economic Development, Joint Publication

”External Debt Statistic of Indonesia”, dan Buku Saku Perkembangan Utang

Negara.

e) Publikasi melalui media elektronik misalnya penyelenggaraan talk show di

radio dalam rangka pre-marketing ORI;

Page 40: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 35

f) Publikasi berupa pencetakan brosur, standing banner, stiker, dan spanduk

dalam rangka sosialisasi SUN dan marketing ORI.

2) Terkait dengan pengelolaan SBSN, ketersediaan informasi dalam rangka

transparansi pengelolaan utang berupa kegiatan press release lelang SBSN,

seleksi Agen Penjual Sukuk Ritel, dan Konsultan Hukum yang ditargetkan

sebesar 11 frekuensi dengan realisasi sebesar 13 frekuensi.

3) Terkait dengan pengelolaan strategi dan portofolio utang ketersediaan

informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa diseminasi

strategi pengelolaan utang yang dilakukan sebesar 1 frekuensi.

4) Terkait dengan pengelolaan evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang,

ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa

laporan pengelolaan utang yang ditargetkan sebesar 36 laporan dengan

realisasi sebesar 36 laporan yang terdiri dari dua jenis laporan bulanan yaitu

Laporan Buku Saku dan Stock Transaction Report (24 laporan) dan tiga jenis

laporan triwulanan yaitu laporan Central Government Debt Statistical Table

(CGDST), Laporan Posisi Pinjaman Luar Negeri dan Laporan Perkembangan

Pinjaman Luar Negeri (12 laporan). Selain itu juga dilakukan publikasi

terhadap laporan keuangan pengelolaan utang.

b. Selama periode 2007-2008, penyediaan informasi kepada publik mengenai

pengelolaan utang antara lain berupa kegiatan penerbitan berita triwulan, press

release seperti informasi terkait hasil pelaksanaan transaksi baik melalui lelang,

penjualan SUN valas dan ORI, termasuk press release dalam rangka

menginformasikan perkembangan rating (upgrade ratings) dari lembaga

pemeringkat (rating agency) dan publikasi mengenai data statistik utang.

c. Tantangan yang dihadapi dalam penyajian informasi dalam rangka transparansi

pengelolaan utang antara lain:

1) Beragamnya kebutuhan informasi yang harus disediakan oleh pemerintah

disesuaikan dengan kebutuhan dari stakeholders pengelolaan utang.

2) Validitas data pinjaman sangat tergantung pada hasil rekonsiliasi antara

pengelola utang dan pengelola kas, serta konfirmasi dari pemberi pinjaman

Page 41: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 36

yang bersangkutan. Hal ini mengakibatkan data yang up to date dan valid

belum dapat diperoleh secara tepat waktu.

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Penyediaan informasi kepada stakeholders dalam rangka transparansi

pengelolaan utang, tetap dilakukan secara berkala, tepat waktu, dan

berkesinambungan disertai pula dengan peningkatan kualitas penyajian dan

materi informasi;

2) Peningkatan koordinasi dengan pihak terkait, untuk selalu menyajikan

data/informasi kepada stakeholders secara up to date;

3) Melakukan rekonsiliasi data utang dengan pihak-pihak terkait secara regular,

baik eksternal Departemen Keuangan (Bank Indonesia dan pemberi pinjaman)

maupun internal Departemen Keuangan (DJPU, dan Ditjen PBN c.q. Dit PKN

dan KPPN) dalam upaya pengintegrasian data utang.

e. Pencapaian sasaran strategis transparansi dengan indikator ketersediaan

informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang, selama periode 2007-

2009, dapat tercapai dengan baik.

3. Sasaran strategis akuntabilitas dengan indikator opini eksternal auditor terhadap

LK BA Pengelolaan Utang

Opini BPK terhadap LK BA Pengelolaan Utang adalah opini audit yang diberikan

oleh Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) terhadap Laporan Keuangan atas bagian

anggaran pengelolaan utang yang dikelola DJPU. Terdapat 4 jenis opini yang dapat

diberikan oleh BPK, yakni (i) opini wajar tanpa pengecualian (WTP/unqualified opinion),

(ii) opini wajar dengan pengecualian (WDP/qualified opinion), (iii) opini tidak wajar

(adversed opinion), dan (iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of

opinion).

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan

atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian

yang diharapkan.

a. Realisasi opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang tahun 2009

adalah hasil audit Laporan Keuangan tahun 2008, yang dijelaskan sebagai berikut:

Page 42: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 37

Target untuk tahun 2009 berupa opini BPK atas LK BA pengelolaan utang tahun

2008, yaitu sebesar 100% (WTP) dengan realisasi sebesar 100% (WTP), dimana

LK BA pengelolaan utang Tahun 2008 yang terdiri dari Laporan Keuangan BA 061,

(Pembayaran Cicilan Bunga Utang), 096 (Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar

Negeri), dan 097 (Pembayaran Cicilan Pokok Dalam Negeri) mendapatkan opini

WTP dari BPK.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai opini WTP atas LK BA

Pengelolaan Utang adalah:

1) Melakukan perbaikan database utang melalui rekonsiliasi data posisi utang

dan data pembayaran utang dengan Bank Indonesia dan Ditjen

Perbendaharaan c.q. Dit. Pengelolaan Kas Negara;

2) Melakukan penyempurnaan aplikasi Sistem Akuntansi Utang Pemerintah

(SAUP) dan Sistem Akuntansi Hibah (SIKUBAH) yang diperlukan dalam

rangka menyusun laporan keuangan terkait pengelolaan utang dan hibah.

3) Menerapkan SAP dalam transaksi, pengolahan, dan penyusunan laporan

keuangan pengelolaan utang;

4) Melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan 40/PMK.05/2009 tentang

SIKUBAH;

5) Melakukan rekonsiliasi data hibah dengan Kementerian/Lembaga dan Kuasa

BUN;

6) Melakukan harmonisasi peraturan mengenai penggunaan dokumen sumber

pencatatan hibah.

b. Selama periode 2007-2008, opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan

Utang adalah sebagai berikut:

1) Realisasi opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang tahun

2008 adalah hasil audit Laporan Keuangan tahun 2007 yang terdiri dari

Laporan Keuangan :

a) Laporan Keuangan BA 061 (Pembayaran Cicilan Bunga Utang) dan 097

(Pembayaran Cicilan Pokok Dalam Negeri) yang mendapat opini WTP.

Page 43: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 38

b) Laporan Keuangan BA 096 (Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri)

yang mendapat opini Disclaimer.

2) Realisasi opini eksternal auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang tahun

2007 adalah hasil audit Laporan Keuangan tahun 2006 dan merupakan

laporan keuangan pertama yang disusun berdasarkan implementasi SAP dan

Sistem Akuntansi Keuangan, yang terdiri Laporan Keuangan BA 061

(Pembayaran Cicilan Bunga Utang), 096 (Pembayaran Cicilan Pokok Utang

Luar Negeri), dan 097 (Pembayaran Cicilan Pokok Dalam Negeri),

kesemuanya mendapat opini disclaimer

c. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator opini eksternal

auditor terhadap LK BA Pengelolaan Utang antara lain:

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah

Pusat terkait dengan pengelolaan utang dalam 5 tahun ke depan diharapkan dapat

dipertahankan pada level tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

sedangkan untuk pengelolaan hibah diupayakan ditingkatkan dalam tahun pertama

mendapat opini Wajar Dengan Pengeculian (WDP) dan untuk tahun-tahun

selanjutnya akan mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Walaupun telah mendapatkan opini WTP dari BPK atas LKPP terkait pengelolaan

utang, masih terdapat permasalahan sebagai berikut:

1) Aplikasi Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SAUP) yang belum sempurna;

2) Perbedaan ketentuan pengakuan utang yang berasal dari pinjaman luar

negeri;

3) Rekonsiliasi pinjaman luar negeri masih belum didukung oleh sistem aplikasi.

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Penyempurnaan Aplikasi Sistem Akuntansi Utang dan Hibah;

2) Harmonisasi ketentuan/kebijakan terkait pengelolaan utang dan hibah;

3) Opini BPK atas LKPP Pengelolaan hibah: Pada tahun 2008, Opini BPK atas

LKPP Pengelolaan hibah adalah opini yang pertama kali dilaporkan dan

memperoleh opini Disclaimer (Tidak Menyatakan Pendapat). Terkait dengan

Page 44: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 39

hal tersebut, pemerintah telah menerbitkan PMK No.40/PMK.05/2009 tentang

Sistem Akuntansi Hibah pada tanggal 27 Februari 2009.

4) Sosialisasi ketentuan terkait pengelolaan hibah kepada kementerian/lembaga

maupun pemerintah daerah.

e. Pencapaian sasaran strategis akuntabilitas dengan indikator opini eksternal auditor

terhadap LK BA Pengelolaan Utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai

dengan baik.

4. Sasaran strategis kredibilitas dengan indikator pembayaran tepat waktu, tepat

jumlah, dan tepat sasaran.

IKU ini dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas pengelolaan

utang melalui pembayaran kewajiban pokok utang, bunga, dan biaya utang secara

tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga dapat menghindari kerugian

negara. Kegiatan penyelesaian pembayaran kewajiban utang meliputi penyelesaian

pembayaran pokok, bunga dan biaya atas pinjaman luar negeri dan Surat Berharga

Negara (Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara).

Pencapaian IKU ini diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu

(stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian yang

diharapkan.

Perkembangan realisasi pembayaran utang antara Tahun Anggaran 2005 sampai

dengan Tahun Anggaran 2009 sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Realiasi Pembayaran Utang antara TA 2005 - 2009

(dalam triliun rupiah)

No. Jenis Pengeluaran TA 2005 TA 2006 TA 2007 TA 2008 TA 2009*)

1 Pokok dan buyback SBN

24,456 25,060 59,686 46,779 49,067

2 Cicilan pokok utang luar negeri

37,112 52,681 57,923 63,469 68,031

3 Bunga utang dalam negeri

42,600 54,908 57.727 58,925 62,699

4 Bunga utang luar negeri

22,600 24,174 20,910 28,09 30,114

J u m l a h 126,768 156,824 196,246 197,782 209,911

Ket : *) unaudited

Page 45: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 40

a. Pada tahun 2009 pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat

sasaran, dilaksanakan dengan realisasi sebesar 99,99999998% atau terdapat

denda sebesar 0.000000019%.

Pada tahun tersebut terdapat denda atas keterlambatan pembayaran biaya

pinjaman luar negeri kepada Uni Credit Bank Austria. Hal ini disebabkan karena

tagihan pembayaran yang seharusnya jatuh tempo pada tanggal 31 Maret 2009

diterima pada tanggal 13 April 2009 yang kemudian diterbitkan Surat Permintaan

Pembayaran (SPM) pada tanggal 15 April 2009. Denda sebesar EUR2,8 ekuivalen

Rp40.023,00 (0.000000019%) dari total pembayaran pokok, bunga dan biaya

lainnya sebesar Rp209.930.928.008.810.

Realisasi pembayaran utang dilaksanakan melalui kegiatan:

1) pembayaran pokok dan pembelian kembali SUN sebesar

Rp49.066.788.007.901;

2) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp68.031.113.857.047;

3) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp74.283.245.489.644;

4) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp18.529.451.626.635.

b. Selama periode 2007-2008, indikator pembayaran utang secara tepat waktu, tepat

jumlah dan tepat sasaran dijelaskan sebagai berikut:

1) Pada tahun 2008 pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan

tepat sasaran. Realisasi pembayaran utang dilaksanakan melalui kegiatan:

a) pembayaran pokok dan pembelian kembali SUN sebesar

Rp46.779.041.977.082;

b) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar

Rp63.469.341.575.482;

c) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp58.925.182.165.257;

d) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp28.608.634.396.865.

2) Pada tahun 2007 pembayaran utang telah dilakukan secara tepat waktu, tepat

jumlah dan tepat sasaran. Realisasi pembayaran utang dilaksanakan melalui

kegiatan:

Page 46: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 41

a) pembayaran pokok dan pembelian kembali SUN sebesar

Rp59.686.063.547.598

b) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar

Rp57.922.520.692.823;

c) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp57.727.428.456.134;

d) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp20.909.624.785.967.

c. Beberapa tantangan dalam pembayaran kewajiban utang secara tepat waktu, tepat

jumlah, dan tepat sasaran, antara lain:

1) Terdapat tagihan (Notice of Payment/NOP) dari pemberi pinjaman yang belum

diterima hingga mendekati tanggal tempo pinjaman yang bersangkutan.

2) Terdapat data penarikan (Notice of Disbursement) pinjaman luar negeri dari

pemberi pinjaman yang diterima tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh

terhadap data outstanding pinjaman luar negeri

3) Masalah dokumentasi copy Loan Agreement dan Grant Agreement dan filing

system yang masih dalam proses penataan

d. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,

antara lain:

1) Menerbitkan NOP Pengganti untuk tagihan yang telah mendekati jatuh tempo

tetapi masih belum diterima.

2) Mengembangkan sistem informasi alat kendali SPM untuk memonitor proses

pelaksanaan pembayaran utang.

3) Penatausahaan pinjaman yang tepat waktu

Penatausahaan pinjaman yang dilakukan meliputi pengadministrasian

dokumen perjanjian, dokumen penarikan, penerbitan nomor registrasi dan

pengarsipan dokumen terkait pinjaman secara tepat waktu.

4) Verifikasi dokumen tagihan secara tepat waktu;

Verifikasi dokumen tagihan atau Notice of Payment (NoP) dilakukan terhadap

seluruh dokumen tagihan pembayaran kewajiban utang dan dokumen lainnya

terkait lainnya untuk menjamin pelaksanaan pembayaran kewajiban utang

Page 47: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 42

secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran, serta untuk menghindari

terjadinya kerugian negara. Keberhasilan verifikasi dokumen tagihan dilakukan

dengan mengukur persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat

waktu.

5) Melakukan komunikasi dengan pemberi pinjaman terkait tagihan-tagihan yang

belum diterima.

6) Melakukan rekonsiliasi data pembayaran utang dengan Ditjen

Perbendaharaan dan Bank Indonesia, rekonsiliasi posisi utang dengan

pemberi pinjaman dan Bank Indonesia untuk meningkatkan validitas data

utang.

7) Melakukan penataan dokumentasi/kearsipan atas copy Loan Agreement dan

Grant Agreement telah dilakukan melalui penataan arsip dokumen Loan

Agreement dan Grant Agreement yang meliputi 4.564 copy dokumen, yang

terdiri dari : 256 active loan, 1.774 fully disbursed, 2.488 fully paid, 46

cancelled loan dan 953 grant agreement.

8) Melakukan modernisasi filing system, yaitu dengan melakukan pengalih-

mediaan dokumen tersebut kedalam bentuk digital dan pengembangan

aplikasi e-document yang berbasis web, yang telah dilakukan terhadap 2.054

loan agreement dan 636 grant agreement, serta telah di-upload ke aplikasi e-

document.

e. Pencapaian Sasaran strategis kredibilitas dengan indikator pembayaran tepat

waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, selama periode 2007-2009, dapat tercapai

dengan baik.

5. Sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan

indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru

IKU ini dimaksudkan untuk meningkatkan fleksibilitas Pemerintah dalam

pembiayaan fiskal sehingga dapat meningkatkan kapasitas sumber pembiayaan dan

mengurangi ketergantungan pembiayaan dari instrumen pembiayaan tertentu.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize),

dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang baik/diharapkan.

Page 48: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 43

a. Pada tahun 2009 efektifitas instrumen pembiayaan baru ditargetkan sebesar 100%

(Rp14,1 triliun) dengan realisasi 139.91% (Rp19,295 triliun). Realisasi tersebut

terdiri:

1) Instrumen SUN baru yang diterbitkan sampai dengan akhir tahun 2009

sebesar 100% (Rp4,195 triliun), yang terdiri dari SUN yang diterbitkan dengan

cara private placement yaitu SPN dengan seri SPNNT20090430 pada bulan

Februari 2009 untuk Pemda DKI Jakarta sebesar Rp500 M, serta Samurai

Bond yang diterbitkan pada bulan Juli 2009 sebesar ¥35 M (ekuivalen Rp3,695

T dengan kurs Rp105,58/¥);

2) Instrumen SBSN baru sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar 151%

(Rp15,1 triliun), terdiri dari penerbitan SBSN dengan instrumen baru pada

triwulan I tahun 2009 sebesar Rp5,5 triliun berupa Sukuk Ritel, serta pada

triwulan II tahun 2009 sebesar Rp9,6 triliun berupa SBSN Valas Rp7 triliun,

SBSN SDHI-A Rp1,5 triliun, SDHI-B Rp850 miliar, dan SDHI-C Rp336 miliar.

b. Selama periode 2007-2008, dilaksanakan pengembangan dan penerbitan

instrumen pembiayaan baru, yaitu:

1) Pada tahun 2008, Instrumen SBN baru yang diterbitkan SBSN melalui metode

bookbuilding menggunakan struktur ijarah sale and lease back seri IFR0001

dan IFR0002 dengan total nominal penerbitan sebesar Rp4,78 triliun.

Selain itu juga telah dikembangkan instrumen utang baru, yaitu:

a) Sukuk Ritel, SBSN Valas, dan SBSN SDHI;

b) SUN valas di luar mata uang dollar US, seperti Samurai Bond, proses

penerbitan Samurai Bond relatif berbeda dengan penerbitan SUN valas

yang denominasi dollar yang selama ini telah dilakukan terutama karena

Samurai Bond tersebut memiliki garansi dari Japan Bank for International

Cooperation (JBIC) dan diterbitkan melalui private placement.

2) Pada tahun 2007, Instrumen SBN baru yang diterbitkan yaitu:

a) SPN sebesar Rp4,168 triliun dari 3 kali penerbitan.

b) Zero Coupon Bond sebanyak 3 seri zero coupon bond, dengan total

outstanding sebesar Rp10,50 triliun.

Page 49: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 44

Selain melaksanakan penerbitan instrumen pembiayaan baru tersebut, pada

tahun 2007 Pemerintah juga melakukan kajian mengenai instrumen SUKUK

atau ON berbasis syariah

c. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator efektifitas

instrumen pembiayaan baru antara lain:

1) Pengembangan Instrumen Pembiayaan Surat Negara

Pengembangan instrumen baru jenis Surat Utang Negara di periode 2010-

2014 masih dalam proses pengkajian untuk dilakukan pengembangan lebih

lanjut.

2) Pengembangan Instrumen Pembiayaan Syariah

Pengembangan instrumen baru dan metode penerbitan SBSN terus dilakukan

untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas Pemerintah dalam melakukan

penerbitan SBSN. Keberhasilan portofolio SBSN yang optimal dan efektif

melalui persentase pemenuhan struktur portofolio SBSN sesuai dengan

strategi, persentase pencapaian target effective cost, serta persentase

ketersediaan underlying asset sesuai target.

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Melanjutkan pengembangan instrumen SUN dengan membuka peluang

penerbitan instrumen baru sesuai kebutuhan investor dengan

mempertimbangkan faktor risiko dan biaya yang dihadapi Pemerintah dan

melakukan kajian, evaluasi dan/atau inovasi atas instrumen SUN yang sudah

ada;

2) Sedangkan instrumen baru SBSN untuk pembiayaan proyek (project financing)

dengan akad istishna’ atau musyarakah sampai dengan saat ini masih dalam

proses finalisasi desain instrumen, penerbitan fatwa MUI serta penyusunan

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pembiayaan

Proyek/Kegiatan APBN Melalui Penerbitan SBSN.

e. Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang

efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru, selama periode

2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, dalam rangka

Page 50: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 45

memperdalam pasar SBN, setiap tahun akan selalu dilakukan kajian terhadap

kemungkinan pengembangan maupun penerbitan instrumen baru untuk

memperluas pasar SBN, dan apabila memungkinkan, instrumen baru tersebut

akan diterbitkan.

6. Sasaran strategis mengelola portofolio utang, dengan indikator:

a. Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang menggambarkan

beban utang yang harus ditanggung pemerintah dalam bentuk pembayaran beban

bunga, biaya, dan imbal hasil dalam tahun berjalan dibandingkan dengan rata-rata

outstanding utang pada tahun tersebut. IKU ini merupakan salah satu alat untuk

mengukur efisiensi beban bunga yang harus ditanggung oleh Pemerintah dalam

memenuhi target pembiayaan utang dalam satu tahun anggaran. Efisiensi

dilakukan agar realisasi pembayaran bunga utang lebih rendah dari alokasi bunga

utang yang ditetapkan dalam APBN, dengan tetap mempertimbangkan risiko dan

pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Hal ini berdampak pada rasio beban

bunga terhadap rata-rata outstanding utang yang semakin rendah dan

menunjukkan bahwa pengelolaan utang pada tahun anggaran tersebut telah

efisien.

Penurunan beban utang dapat dilakukan antara lain melalui pemilihan

jenis/instrumen utang baru dan restrukturisasi utang yang telah ada. Pemilihan

jenis/instrumen utang baru antara lain dengan meminimalkan penerbitan SBN

dengan diskon dan/atau bunga yang tinggi, serta mengutamakan pengadaan

pinjaman luar negeri baru yang bersifat lunak. Sedangkan restrukturisasi dilakukan

melalui program debtswitch/buyback SBN dan restrukturisasi jenis bunga pinjaman

luar negeri.

Perkembangan target dan realisasi rasio beban bunga terhadap rata-rata

outstanding utang periode 2005-2009 adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 2009 rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

ditargetkan sebesar 6,59% dengan realisasi sebesar 5,75%.

Page 51: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 46

Target beban bunga utang pada tahun 2009 adalah sebesar Rp110,6 triliun

dengan realisasi sebesar Rp92,7 triliun. Perkiraaan rata-rata posisi utang pada

tahun 2009 adalah sebesar Rp1.679,4 triliun dengan realisasi sebesar

Rp1.613,4 triliun.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target

(minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian

yang diharapkan. Pencapaian realisasi rasio yang lebih rendah dari target di

tahun 2009 terutama disebabkan karena adanya penghematan beban bunga

akibat:

a) kebijakan front loading yang market adaptive dilakukan untuk mengurangi

tekanan di pasar domestik, sehingga pada semester kedua pemerintah

memiliki keleluasaan dalam memilih instrumen untuk mendapatkan biaya

utang yang relatif rendah;

b) biaya yang dikeluarkan untuk debt switching lebih rendah dari target;

c) restrukturisasi pinjaman luar negeri; dan

d) penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan tingkat bunga acuan untuk

pinjaman luar negeri dan SBN Variable Rate.

2) Pada periode 2007–2008, perkembangan realisasi rasio beban bunga

terhadap rata-rata outstanding utang menunjukkan indikator yang semakin

baik, dalam artian cenderung menurun. Perkembangan rasio beban bunga

terhadap rata-rata outstanding utang selama periode 2007–2009 dapat dilihat

pada tabel 4.

Page 52: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 47

Tabel 4 Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang, 2007-2009

Target

APBN-P LKPP

Target

APBN-P LKPP

Target

APBN-P LKPP

Target

APBN-P LKPP

Target

IKU Realisasi

1 Pembayaran Bunga Utang 61.0 65.2 82.5 79.1 83.6 79.6 94.8 87.5 110.6 92.7

2 Rata-rata Outstanding Utang 1,308.1 1,306.4 1,323.5 1,307.7 1,325.2 1,345.8 1,441.7 1,513.1 1,679.4 1,613.4

3 Rasio 4.66% 4.99% 6.23% 6.05% 6.31% 5.91% 6.57% 5.78% 6.59% 5.75%

Kurs tengah BI akhir tahun (Rp/US$1) 9,830 9,020 9,419 10,950 9,400

2009

UraianNo

triliun rupiah

2005 2006 2007 2008

Pada periode 2007–2008, penurunan rasio beban utang terhadap rata-rata

outstanding utang disebabkan karena peningkatan beban utang yang relatif

lebih rendah dibandingkan peningkatan rata-rata outstanding utang.

3) Beberapa tantangan dalam penurunan Rasio beban bunga terhadap rata-rata

outstanding utang, antara lain:

a) Kondisi pasar keuangan yang dinamis sehingga mempengaruhi antara

lain:

(1) Fluktuasi yield SBN yang berdampak pada pembayaran bunga SBN

baru yang diterbitkan;

(2) Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama

mata uang yen dan US dollar yang sangat volatile. Pergerakan nilai

tukar berdampak signifikan, baik pada pembayaran bunga utang

valas maupun outstanding utang valas.

(3) Perubahan risk appetite investor yang berpengaruh pada pemilihan

jenis instrumen SBN yang diterbitkan. Pemilihan jenis instrumen yang

diterbitkan berdampak pada pembayaran bunga utang dan komposisi

outstanding utang.

b) Realisasi penarikan Pinjaman Proyek tidak ditentukan oleh Kementerian

Keuangan, tetapi ditentukan oleh pelaksana kegiatan yaitu

Page 53: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 48

Kementerian/Lembaga. Besaran realisasi penarikan Pinjaman Proyek

berdampak pada pembayaran bunga dan posisi outstanding pinjaman.

4) Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut,

antara lain:

a) Mengakomodasi perkiraan fluktuasi dan pergerakan nilai tukar dan

yield/tingkat bunga dalam perhitungan pembayaran bunga utang.

b) Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam penerapan readiness

criteria dan penyusunan proyeksi penarikan Pinjaman Proyek.

5) Indikator Kinerja Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang,

selama periode 2007-2009, dapat tercapai sesuai dengan target yang

ditetapkan.

b. Pencapaian target effective cost

Effective cost merefleksikan biaya riil yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah

dalam menerbitkan/menarik utang. IKU ini bertujuan supaya Pemerintah dalam

menerbitkan/menarik utang dengan biaya utang yang wajar sesuai target yang

ditetapkan.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target

(minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang

diharapkan. Pencapaian target effective cost berarti kombinasi tingkat biaya utang

yang diterbitkan dalam satu tahun sama dengan atau di bawah target effective cost

yang ditetapkan

1) Pada tahun 2009, indikator effective cost ditargetkan sebesar 100% dengan

realisasi sebesar 80,80%.

Pencapaian effective cost yang lebih rendah dari target di tahun 2009

disebabkan karena beberapa faktor sebagai berikut yaitu, membaiknya kondisi

perekonomian, strategi penerbitan yang digunakan, dan pemilihan instrumen

utang yang diterbitkan telah memberi dampak menekan biaya utang (cost of

fund) utang secara keseluruhan, sehingga berada di bawah target batas

maksimum yang ditetapkan.

Page 54: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 49

Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) perumusan rencana portofolio utang yang efektif untuk membiayai

kebutuhan pembiayaan tahunan; dan

b) penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman secara selektif.

2) Pada periode 2007–2008, perkembangan effective cost dijelaskan sebagai

berikut:

Target Indikator kinerja effective cost pengelolaan utang dapat tercapai,

disebabkan oleh turunnya tingkat bunga, yang memberi dampak terhadap

menurunnya suku bunga pinjaman luar negeri.

3) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator

pencapaian target effective cost.

Effective cost merupakan cerminan dari biaya utang. Pemerintah berupaya

mendapatkan tingkat biaya utang yang wajar dengan tidak melebihi target

yang telah ditetapkan serta memperhatikan kondisi pasar keuangan.

4) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Penerbitan SBN secara selektif dengan mengoptimalkan potensi sumber

pembiayaan domestik melalui penerbitan SBN Rupiah.

b) Pengadaan pinjaman luar negeri dilakukan sepanjang untuk memenuhi

kebutuhan prioritas, memberikan terms & conditions yang wajar

(favourable) bagi Pemerintah dan tanpa agenda politik dari kreditor;

5) Indikator Kinerja pencapaian target effective cost, selama periode 2007-2009,

dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan.

c. Terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai dengan strategi yang ditetapkan

Struktur portofolio utang yang optimal merefleksikan komposisi instrumen

utang yang memiliki tingkat risiko yang terkendali.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan

atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah

capaian yang diharapkan.

Page 55: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 50

1) Pada tahun 2009, indikator terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai

dengan strategi yang ditetapkan ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi

sebesar 87,40%.

Struktur portofolio utang relatif mendekati target strategi yang telah ditetapkan,

dimana pencapaian struktur tersebut melalui penerbitan utang baru serta

transaksi pasar sekunder seperti buyback & debt switch. Hal ini disebabkan:

a) Penerbitan Shibosai sebesar JPY35 miliar yang lebih kecil dari rencana

sebesar JPY100 miliar.

b) Penguatan kurs rupiah terhadap valuta asing.

c) Tidak banyaknya permintaan atas floating debt di tengah situasi penurunan

suku bunga.

d) Rendahnya permintaan akan short term debt pada kondisi tingkat bunga

yang rendah

Secara keseluruhan risiko portofolio utang lebih rendah dari yang ditargetkan

dengan tanpa meningkatkan biaya utang secara signifikan.

Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan:

a) Restrukturisasi utang melalui pembelian kembali sebelum jatuh tempo

(buyback), dan;

b) Pengurangan Utang melalui Skema debt switching/debt swap;

2) Pada periode 2007–2008, perkembangan struktur portofolio utang dijelaskan

sebagai berikut:

Dalam rangka pengelolaan portofolio, pemerintah telah melakukan Debt

Switching melalui mekanisme pasar untuk pertama kalinya dilakukan pada

tahun 2005 yaitu dengan menukar SBN yang mempunyai jatuh tempo jangka

pendek dengan SBN dengan jatuh tempo yang lebih panjang. Switching

dilakukan dalam rangka mengurangi risiko pembiayaan kembali terutama

untuk jangka pendek, sampai dengan tiga tahun ke depan. Dalam melakukan

switching, pemerintah akan mempertimbangkan kondisi pasar dan minat

Page 56: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 51

pelaku pasar untuk berpartisipasi. Hal ini dimaksudkan agar tujuan switching

dapat dicapai dan dilakukan pada biaya yang wajar.

Buyback dilakukan oleh pemerintah untuk beberapa tujuan diantaranya

mengurangi refinancing risk dengan mengurangi outstanding dari SBN yang

jatuh tempo pendek (1-2 tahun) dan menjaga stabilitas pasar ketika pasar

surat utang mengalami kelesuan. Sejak tahun 2004, jumlah pembelian kembali

yang pernah dilakukan mencapai Rp12,354 triliun. Masih rendahnya

pembelian kembali yang dilakukan karena keterbatasan sumber dana tunai

pemerintah untuk operasi tersebut. Secara ideal, dalam konsep utang neto,

seharusnya pemerintah dapat melakukan buyback terutama untuk stabilitas

pasar dengan cara menerbitkan jumlah yang cukup besar ketika pasar cukup

tinggi, dan melakukan stabilitas pasar ketika terdapat kecenderungan kelesuan

pasar. Baik debt switching maupun buyback bertujuan untuk pengembangan

pasar dan peningkatan likuiditas yang dilakukan dengan menerbitkan obligasi

yang dapat menjadi benchmark dan aktif ditransaksikan (on the run) dengan

obligasi yang tidak aktif (off the run).

Page 57: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 52

Tabel 5

Tabel 6 Pengurangan Utang melalui Skema Debt Swap

Title1 2 3

Debt Swap I Learning Resources Centres EUR 12.8 EUR 25.6 EUR 25.6

Debt Swap II Junior Education in Eastern Region of Indonesia EUR 11.5 EUR 23.0 EUR 0.0

Debt Swap IIIa Financial Assistance for Environmental

Investements of Micro and Small Enterprises

EUR 6.3 EUR 12.5 EUR 0.0

Debt Swap IIIb Strengthening the Development of National Parks

in Fragile Ecosystem

EUR 12.5 EUR 25.0 EUR 0.0

Debt Swap IV School Recontruction & Rehabilitation in

Earthquake Area in Yogyakarta and Central Java

EUR 10.0 EUR 20.0 EUR 0.0

Debt Swap V Debt2Health EUR 25.0 EUR 50.0 EUR 10.0

EUR 5.7 EUR 5.7 EUR 3.9

USD 24.2 USD 24.2 USD 16.6

USA Debt Development Swap Tropical Forest Conservation Act/TFCA USD 20.0 USD 22.0 USD 0.0

EUR 161.8 EUR 39.5

USD 46.2 USD 16.6

5 6

TOTAL

Germany

Italy Debt Swap I Housing and Setlement

4

Country Debt SwapProject

Amount Realization

Cancelation

Commitment

Page 58: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 53

Pemerintah melakukan Debt Swap dengan berbagai negara sehingga

memperoleh pengurangan utang sebesar EUR 161.80 juta dan USD 46.20 juta.

3) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator

terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai dengan strategi yang ditetapkan

antara lain:

Dalam mengelola utang Pemerintah, diperlukan upaya untuk mengurangi biaya

yang cenderung meningkat dan memitigasi risiko yang cukup tinggi. Salah satu

upaya yang dilakukan oleh Pemerintah adalah melakukan penerapan lindung

nilai (hedging) dalam rangka meningkatkan kepastian besarnya pembayaran

kewajiban utang dan mewujudkan struktur portofolio utang yang optimal.

Dalam perspektif pengelolaan risiko secara luas, penerapan hedging dapat

dilakukan melalui natural hedging dan melalui pemanfaatan instrumen derivatif

yang tersedia di pasar keuangan.

Sampai dengan akhir tahun 2009, hedging yang telah dilakukan adalah natural

hedging, yaitu dengan:

a) Menerbitkan surat berharga valuta asing atau melakukan pinjaman luar

negeri tunai (pinjaman program) dalam mata uang yang sesuai dengan

mata uang yang digunakan untuk membayar kewajiban;

b) Melakukan restrukturisasi pinjaman terutama dengan menyederhanakan

nilai tukar referensi (untuk utang dalam currency SDR) agar risiko nilai

tukar lebih mudah diperhitungkan;

c) Melakukan transaksi debt switch dan cash buyback untuk mengendalikan

risiko refinancing dengan mengurangi tekanan fiskal pada tahun-tahun

tertentu.

Sedangkan penggunaan instrumen derivatif dalam rangka hedging belum

dilaksanakan, terutama karena masih belum tersedianya peraturan perundang-

undangan yang mendukung pelaksanaan transaksi instrumen derivatif.

Page 59: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 54

4) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

Dalam periode tahun 2004-2009 telah dilakukan beberapa kegiatan dalam

rangka persiapan implementasi hedging dengan menggunakan instrumen

derivatif yaitu:

a) Melakukan kajian terhadap aspek infrastruktur. Dari hasil kajian ini

teridentifikasi beberapa kondisi yang perlu dipenuhi/ dipersiapkan sebelum

Pemerintah mengimplementasikan transaksi tersebut, diantaranya adalah :

i. Landasan legal dari transaksi dalam rangka menjaga governance

dari perspektif kebijakan. Sampai saat ini aturan perundangan yang

secara ekplisit memberikan kewenangan pada Menteri Keuangan

untuk melakukan pengelolaan utang adalah Pasal 7 ayat (2) huruf l

Undang-undang Nomor 1 tahun 2004. Namun operasional

pengelolaan utang (termasuk pengelolaan portofolio dan risiko) dan

jenis instrumen kebijakan yang dapat digunakan tidak secara

eksplisit tersirat dalam peraturan tersebut;

ii. Guidelines yang menjadi alat untuk menjaga governance dari

perspektif operasional pelaksanaan pengelolaan lindung nilai melalui

instrumen derivatif. Aspek governance diperlukan karena

berdasarkan masukan dari pelaku pasar maupun perusahaan yang

telah menggunakan instrumen derivatif dalam lindung nilai, transaksi

hedging dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan/ motivasi yang

bisa saling bertolak belakang, yaitu antara spekulasi dan proteksi;

b) Melakukan penyusunan draft peraturan sebagai landasan hukum

penggunaan instrumen derivatif;

c) Melakukan persiapan dalam hal-hal berikut:

i. Formulasi tujuan dan rekomendasi terkait dengan instrumen kontrak

yang dapat dilakukan (apakah swap, forward atau option) untuk

tujuan yang telah ditentukan;

ii. Bisnis proses yang dibutuhkan meliputi formulasi kebijakan,

rekomendasi transaksi, approval transaksi, pricing metodologi,

Page 60: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 55

analisis pricing, eksekusi, dan monitoring transaksi serta setelmen

transaksi termasuk didalamnya level of authority;

iii. Pemilihan dan penunjukkan counterparty hedging, termasuk

memahami kapasitas dan posisi masing-masing pelaku;

iv. Perlakuan akuntansi dan penganggaran, termasuk perlakuan belanja

yang diperlukan dalam transaksi hedging seperti pembayaran premi

pada transaksi option dan mekanisme netting (cash inflow dan cash

outflow) pada transaksi swap dan forward.

5) Indikator Kinerja terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai dengan strategi

yang ditetapkan, selama periode 2007-2009, dapat tercapai sesuai dengan

target yang ditetapkan.

d. Pencapaian sasaran strategis mengelola portofolio utang, dengan tiga indikator

yaitu rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang, pencapaian target

effective cost, dan Terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai dengan strategi

yang ditetapkan, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

7. Sasaran strategis melaksanakan pembayaran berdasarkan tagihan dengan

indikator tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan.

Tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan merupakan alat ukur tingkat

penyelesaian pembayaran kewajiban utang pemerintah berdasarkan tagihan dari

kreditor dan investor terhadap seluruh pembayaran kewajiban utang.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan

atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati target adalah capaian

yang diharapkan.

a. Pada tahun 2009, indikator tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan

ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 99,41%. Pencapaian yang

lebih rendah dari target disebabkan karena dari 3.712 SPM yang diterbitkan

sampai dengan Q4, terdapat 22 SPM diterbitkan berdasarkan NOP Pengganti.

Realisasi penerbitan SPM berdasarkan Notice of Payment (NOP) Pengganti

disebabkan surat permintaan NOP I dan II (Reminder I dan II) yang dikirimkan

kepada kreditor tidak mendapat respon. Sedangkan NOP yang diperlukan sebagai

Page 61: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 56

dasar penerbitan SPM harus diterima 10 hari sebelum tanggal jatuh tempo belum

diterima, sehingga perlu diterbitkan NOP Pengganti.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya sasaran

pelaksanaan pembayaran sesuai tagihan, sebagai berikut:

1) memperbaiki database utang untuk menyakini validitas data;

2) memperketat kontrol jadual pembayaran;

3) melakukan komunikasi baik melalui surat atau email kepada kreditor sedini

mungkin;

4) melakukan rekonsiliasi data posisi utang dengan Bank Indonesia dan kreditor;

5) melakukan rekonsiliasi data pembayaran dengan DJPB dan Bank Indonesia;

6) melakukan pengiriman surat permintaan tagihan (reminder I dan reminder II)

kepada kreditor terhadap tagihan-tagihan yang telah mendekati tanggal jatuh

tempo.

b. Perkembangan pelaksanaan pembayaran utang sesuai tagihan tahun 2007 sampai

dengan 2008, sebagai berikut:

1) Tahun 2008 jumlah SPM yang diterbitkan sebanyak 3.603 SPM dengan 29

SPM diterbitkan berdasarkan NoP Pengganti. Sehingga realisasi tingkat

ketepatan pembayaran berdasarkan tagihan pada tahun 2008 sebesar

99,20%.

2) Tahun 2007 jumlah SPM yang diterbitkan sebanyak 3.252 SPM yang

diterbitkan berdasarkan tagihan yang diterima dan telah diverifikasi. Pada

tahun ini belum ada mekanisme penerbitan NoP Pengganti atas tagihan-

tagihan yang telah mendekati tanggal jatuh tempo. Upaya yang telah dilakukan

dalam mengantisipasi terhadap tagihan-tagihan yang belum diterima tersebut

dengan melakukan komunikasi melalui surat atau email kepada lender dan

melakukan update data skedul pembayaran.

c. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator tingkat

ketepatan pembayaran sesuai tagihan antara lain:

Page 62: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 57

1) Ketepatan pembayaran kewajiban utang dilaksanakan dengan mengacu antara

lain: ketentuan pada Loan Agreement, Terms and conditions, tagihan atau

Notice of Payment (NoP) dan dokumen penarikan atau Notice of Disbursement

(NoD).

2) Koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait, seperti DJPB, Bank

Indonesia, maupun lender dan donor dalam rangka peningkatan akurasi data

utang dan hibah.

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

Untuk mencapai sasaran strategis tersebut dilaksanakan beberapa upaya, yaitu :

1) Melakukan penataan dokumentasi/kearsipan atas copy Loan Agreement dan

Grant Agreement telah dilakukan melalui penataan arsip dokumen Loan

Agreement dan Grant Agreement yang meliputi 4.564 copy dokumen, yang

terdiri dari : 256 active loan, 1.774 fully disbursed, 2.488 fully paid, 46 cancelled

loan dan 953 grant agreement.

2) Melakukan modernisasi filing system, yaitu dengan melakukan pengalih-

mediaan dokumen tersebut kedalam bentuk digital dan pengembangan aplikasi

e-document yang berbasis web, yang telah dilakukan terhadap 2.054 loan

agreement dan 636 grant agreement, serta telah di-upload ke aplikasi e-

document.

3) Penyediaan data outstanding utang yang akurat

Data utang mengandung informasi tentang data posisi utang (debt outstanding

position) dari masing-masing kreditor. Untuk meningkatkan akurasi data utang

maka dilakukan rekonsiliasi data utang melalui pengiriman konfirmasi data

utang ke masing-masing kreditor secara periodik. Data utang yang akurat

diukur melalui persentase konfirmasi data outstanding utang kepada lender.

4) Koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait, seperti Direktorat Jenderal

Perbendaharaan, Bank Indonesia, maupun lender dan donor dalam rangka

peningkatan akurasi data utang.

5) Melakukan updating database utang atas hasil rekonsiliasi data posisi utang

dan data pembayaran utang.

Page 63: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 58

e. Pencapaian sasaran strategis melaksanakan pembayaran berdasarkan tagihan

dengan indikator tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan, selama periode

2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

8. Sasaran strategis membina hubungan dengan kreditor dan investor, dengan

indikator:

a. Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi

pengelolaan utang

Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi

pengelolaan utang adalah jumlah masyarakat dan pelaku ekonomi yang mengikuti

sosialisasi, investor gathering, dealer meeting tentang pengelolaan utang

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2009 peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi

akan fungsi pengelolaan utang ditargetkan sebesar 50 frekuensi dengan

realisasi sebesar 59 frekuensi.

a) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan pinjaman, kegiatan

peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi

pengelolaan utang berupa sosialisasi kepada stakeholders mengenai PMK

No. 40 tahun 2008 tentang Sistem Akuntansi Hibah dan informasi umum

mengenai pinjaman.

b) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan SUN, kegiatan peningkatan

pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan

utang meliputi :

1). Pelaksanaan sosialisasi SUN dari yang ditargetkan sebanyak 7

frekuensi telah dicapai sebanyak 9 frekuensi. Pelaksanaan melebihi

target yang telah direncanakan disebabkan karena adanya tambahan

permintaan dari universitas di luar universitas yang telah direncanakan

untuk dilakukan sosialisasi pada tahun tersebut.

Page 64: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 59

2). Sasaran dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah kelompok masyarakat

yang memiliki pendidikan yang memadai, mempunyai interaksi sosial

yang relatif besar, dan mempunyai prospek untuk mengkomunikasikan

dan menyebarluaskan informasi yang diperoleh pada kelompok yang

lebih luas.

3). Penyelenggaraan dealer/analyst meeting, pertemuan dengan para

analis/dealer telah berjalan sebanyak 4 kali dari 9 kali pertemuan yang

direncanakan. Realisasi yang kurang dari target diakibatkan oleh

padatnya jadwal kegiatan pengelolaan utang seperti Penerbitan

Obligasi Internasional dan penerbitan ORI. Namun demikian,

rendahnya frekuensi pertemuan tidak berarti mengurangi kualitas dari

program kegiatan ini, karena pada beberapa kesempatan pertemuan

yang diselenggarakan oleh para analis dan dealer dapat dihadiri oleh

perwakilan unit pengelola utang.

4). Penyelenggaraan Investor gathering dalam tahun 2009 ditargetkan

sebanyak 3 frekuensi dengan realisasi sebanyak 6 frekuensi.

Pencapaian realisasi melebihi target disebabkan karena terdapat

tambahan kegiatan kerjasama dengan beberapa investment bank

dalam rangka menyampaikan perkembangan terkini pengelolaan SUN

dan untuk meningkatkan komunikasi yang lebih aktif dan intensif.

5). Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi maupun

pelaku pasar baik domestik maupun internasional dalam tahun 2009

ditargetkan sebanyak 5 frekuensi dengan realisasi sebesar 19

frekuensi. Hal ini disebabkan beberapa kegiatan di forum internasional

yang bukan merupakan kegiatan rutin sehingga tidak ditargetkan,

dapat dilaksanakan. Kegiatan tersebut dilaksanakan mengingat adanya

kebutuhan dalam rangka pengembangan pasar SUN dan untuk

memperdalam pasar Surat Utang di ASEAN dan terutama pasar surat

utang dalam negeri, serta upaya meningkatkan komunikasi dengan

pelaku pasar internasional sekaligus sharing informasi antara issuer

maupun investor.

Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

Page 65: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 60

a) Koordinasi Investor Relation Unit (IRU) sebesar 1 frekuensi.

b) Partisipasi dalam Forum Asian Bond Market Initiatives (ABMI)

sebesar 6 frekuensi.

c) Pertemuan dalam Forum Internasional sebanyak 9 frekuensi.

d) Kegiatan koordinasi dan kerjasama peningkatan rating sebesar 5

frekuensi.

6). Pelaksanakan kegiatan sosialisasi dalam rangka penjualan Obligasi

Negara Ritel (ORI) atau pre-marketing ORI dalam rangka mendukung

pengembangan pasar SUN khususnya publikasi mengenai Obligasi

Negara Ritel. Pre-marketing ORI dalam tahun 2009 ditargetkan

sebanyak 12 lokasi dengan realisasi sampai dengan 31 Desember

2009 sebanyak 12 lokasi.

c) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan SBSN, kegiatan peningkatan

pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan

utang yaitu sosialisasi SBSN (premarketing dan investor gathering)

direncanakan dilaksanakan sebanyak 16 frekuensi dengan realisasi

sebesar 17 frekuensi. Realisasi yang melebihi target disebabkan karena

penambahan lokasi kegiatan. Adapun lokasi pelaksanaan sosialisasi

terbagi secara merata untuk wilayah Indonesia bagian Timur, Tengah, dan

Barat, dengan target peserta sosialisasi adalah, akademisi, instansi vertikal

Departemen Keuangan, Pemda, MUI, Ormas, Perbankan, Asuransi, Dana

Pensiun, serta masyarakat umum.

2) Selama periode 2007-2008, kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat

dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang dijelaskan sebagai berikut:

a) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan pinjaman, kegiatan

peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi

pengelolaan utang meliputi:

(1) Tahun 2008, dilaksanakan seminar internal yang ditargetkan sebanyak

4 frekuensi dengan realisasi sebanyak 3 frekuensi (75%) karena

keterbatasan waktu.

(2) Tahun 2007, dilaksanakan sosialisasi PP Nomor 2 tahun 2006 tentang

Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah

Page 66: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 61

Serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri sebesar 4

frekuensi dengan sasaran pemberi pinjaman, Kementerian/Lembaga,

dan Pemerintah Daerah.

b) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan SBN, kegiatan peningkatan

pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan

utang meliputi :

(1) Pelaksanaan sosialisasi SBN

Penyelenggaraan sosialisasi tentang SUN sebanyak 25 frekuensi di

berbagai kota besar di Indonesia, sosialisasi dalam rangka penyiapan

RUU SBSN dilakukan sebanyak 4 frekuensi dan sosialisasi tentang

SBSN di 5 kota besar di Indonesia, sosialisasi dalam rangka

pengenalan produk ORI (pre marketing) di 32 kota di Indonesia, dan

sosialisasi mengenai SUN yang dilakukan dengan bekerjasama

dengan pihak perguruan tinggi guna meningkatkan pemahaman

tentang pengelolaan SUN di kalangan akademisi sebanyak 7 frekuensi.

(2) Penyelenggaraan dealer/analyst meeting;

Kegiatan dealer/analyst meeting dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran tentang perkembangan ekonomi makro dan pasar keuangan

terkini baik lokal maupun global dengan para pelaku pasar (dealer) dan

analis pasar. Kegiatan ini lebih intensif dilakukan sejak

dilaksanakannya Sistem Dealer Utama dalam pengelolaan SUN pada

tahun 2007. Pertemuan tersebut juga sering menyertakan pihak

regulator di bidang pasar modal dan moneter serta SRO.

(3) Penyelenggaraan investor gathering;

Kegiatan pertemuan dengan investor berupa Investor gathering secara

rutin dilakukan dan umumnya dilaksanakan pada akhir tahun

berkenaan. Hal ini dimaksudkan selain untuk mensosialisasikan

strategi dan kebijakan pengelolaan SBN tahun berikutnya kepada

stakeholder, juga untuk mendapatkan masukan yang berarti dalam

rangka meningkatkan kinerja pengelolaan SBN.

(4) Penyelenggaraan kerjasama kelembagaan baik domestik maupun

internasional;

Page 67: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 62

(a) Koordinasi secara rutin dilakukan dengan unit/instansi terkait

dengan pengelolaan SUN seperti Bapepam dan Lembaga

Keuangan, Bank Indonesia, dan Bursa Efek Surabaya, dengan

total kegiatan sebanyak 6 kali.

(b) Dalam rangka peningkatan kerjasama internasional, pada tahun

2007 dilakukan kegiatan aktif mengikuti pertemuan ABMI Task

Forces Meeting di Chiang May, Thailand; dan ASEAN Finance

Deputy Minister Meeting di Cijian, China.

3) Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan dalam rangka

peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi

pengelolaan utang antara lain:

a) Penyebarluasan informasi terkait pengelolaan utang kepada masyarakat

luas belum optimal dalam menjangkau investor di luar ibukota propinsi

terutama di wilayah timur Indonesia.

b) Masih belum dioptimalkannya penggunaan sarana informasi baik melalui

media cetak maupun elektronik untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang pengelolaan utang.

c) Kondisi dan perkembangan pasar keuangan baik secara regional dan

internasional yang dinamis menuntut keahlian dalam merespon informasi

dan dinamika pasar tersebut.

4) Langkah yang diambil adalah:

a) Terus berupaya meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam

penyelenggaraan sosialisasi terkait pengelolaan utang, antara lain dengan

perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat, khususnya wilayah

yang belum dijangkau pelaksanaan sosialisasi.

b) Mengoptimalkan penggunaan sarana informasi baik melalui media cetak

maupun elektronik terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah yang

secara geografis sulit dijangkau untuk melakukan sosialisasi tentang

pengelolaan utang.

Page 68: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 63

c) Meningkatkan kerjasama dan partisipasi secara aktif dalam kegiatan-

kegiatan yang diselenggarakan baik dalam forum regional maupun

internasional.

5) Indikator kinerja tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan, selama periode

2007-2009, dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan.

b. Partisipasi investor dalam penerbitan SBN

Partisipasi investor dalam penerbitan SBN adalah persentase jumlah nominal

penawaran/bid yang masuk dalam setiap transaksi SBN terhadap target nominal

indikatif yang direncanakan dalam setiap pelaksanaan transaksi SBN. Partisipasi

investor baik individu maupun institusi dalam pelaksanaan transaksi SBN di Pasar

perdana dijadikan salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan

untuk mendukung upaya pengembangan pasar SBN

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2009 partisipasi investor dalam penerbitan SBN ditargetkan

sebesar 180% dari target indikatif penerbitan SBN sebesar Rp147,78 Triliun

dengan realisasi sebesar 250.45% (Rp370,12 Triliun).

Pencapaian yang melampaui target disebabkan karena jenis SBN yang

ditawarkan sesuai dengan permintaan investor. Selain itu, hal ini didukung juga

dengan pemulihan kondisi perekonomian global dan domestik, yang ditandai

dengan laju inflasi yang terkendali pada tingkat yang relatif rendah, tingkat

bunga yang terus menurun, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil dengan

kecenderungan menguat.

Keberhasilan indikator ini didukung dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Pemantauan dan analisis terhadap kinerja dan potensi pasar SUN, pasar

uang dan derivatif.

Pasar SUN domestik maupun global sangat dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor, baik faktor ekonomi, keuangan, hingga politik sehingga

pemutakhiran informasi kondisi pasar melalui berbagai media data dan

Page 69: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 64

informasi baik cetak maupun media elektronik sangat diperlukan dalam

mendukung kinerja pengelolaan portofolio SUN. Media elektronik yang

dapat digunakan antara lain, bloomberg, reuters, dan internet. Selain itu,

dapat juga memanfaatkan sumber data yang disediakan oleh SRO (IDX

dan Bank Indonesia). Dalam hal pemantauan dan analisis terhadap kinerja

dan potensi pasar SUN yang akan dilakukan yaitu penyiapan informasi

berupa kuotasi harga dan yield SUN, kuotasi Crisis Management Protocol

(CMP), market up-date, dan kepemilikan SBN di pasar sekunder.

b) Monitoring dan evaluasi kewajiban/kinerja Dealer Utama;

Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi kewajiban Dealer Utama

diberlakukan sejak tahun 2007, kegiatan ini untuk mendorong keaktifan

para Dealer Utama untuk berpartisipasi dalam penerbitan SUN, mengingat

salah satu kewajiban Dealer Utama berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan tentang Sistem Dealer Utama adalah Dealer Utama diwajibkan

untuk menyampaikan penawaran pembelian dalam setiap lelang SUN di

pasar perdana.

Selain itu, Dealer utama juga diwajibkan untuk melakukan aktivitas dalam

lelang SUN di pasar perdana yang paling sedikit memenangkan 2,00% dari

total target indikatif atau yang dimenangkan (mana yang paling kecil)

selama kurun waktu 3 bulanan (Triwulan I s.d. IV).

c) penyelenggaraan Pre Marketing SBN ritel;

Pelaksanaan kegiatan Pre Marketing ORI yang dilakukan sejak tahun

2006, mampu mendorong partisipasi investor dalam penjualan ORI, hal ini

dapat dilihat dari besarnya minat calon investor yang hadir pada setiap

kegiatan Pre Marketing ORI. Selain itu, meningkatnya jumlah investor dari

ORI001-ORI006 yang berpartisipasi dan makin besarnya nilai investasi

dalam ORI. Hal ini menunjukkan pula bahwa ORI sudah mulai dikenal

masyarakat sebagai salah satu pilihan investasi yang menguntungkan.

d) penyelenggaraan riset pasar SBN;

Penyelenggaraan riset pasar keuangan dan SBN, yang dilakukan sejak

tahun 2007, mampu mendorong partisipasi investor dalam penerbitan

Page 70: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 65

SBN, hal ini dapat dilihat dari permintaan SBN yang meningkat pada tahun

2009 dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun tujuannya dilakukan riset

adalah untuk mengetahui secara komprehensif mengenai variabel yang

berpengaruh terhadap pengelolaan SBN, termasuk variabel ekonomi

makro dan keuangan, mengetahui secara komprehensif mengenai

hubungan perkembangan pasar keuangan domestik, regional, dan global

dengan pasar SBN, memahami secara komprehensif bagaimana

mengembangkan pasar derivatif yang berkaitan dengan pengembangan

pasar SBN di dalam negeri sehingga dengan dilakukannya riset pasar dan

keuangan SBN ini dapat memberikan dasar bagi pengambilan keputusan

yang terkait dengan pengelolaan utang khususnya pengelolaan SBN.

2) Perkembangan indikator partisipasi investor dalam penerbitan SBN dalam

periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

a) Tahun 2008 realisasi partisipasi investor dalam penerbitan SBN (berupa SUN dan

SBSN) sebesar 154,72% (Rp248,421 triliun) dari target indikatif penerbitan

sebesar 100 % (Rp160,563 triliun).

Tingkat partisipasi investor dalam rangka penerbitan SUN tahun 2008 adalah

sebesar 152,54% dihitung dari rasio jumlah penawaran/bid yang masuk sebesar

Rp240,351 triliun dengan target indikatif penerbitan SUN tahun 2008 sebesar

Rp157,563 triliun meliputi seluruh penerbitan SUN baik melalui lelang maupun non

lelang yang terdiri dari SUN domestik, dan SUN valas termasuk ORI.

Realisasi partisipasi investor dalam penerbitan SBSN tahun 2008 adalah sebesar

269%. Angka tersebut merupakan realisasi yang dihitung berdasarkan dari jumlah

penawaran yang masuk terhadap target indikatif penerbitan SBSN domestik seri

IFR-0001 & IFR-0002, yang dilaksanakan dengan cara bookbuilding pada bulan

Agustus 2008. Total penawaran yang masuk adalah sebesar Rp8,07 triliun, terdiri

dari IFR-0001 sebesar Rp4,839 triliun dan IFR-0002 sebesar Rp3,231 triliun,

sedangkan jumlah target indikatif untuk penerbitan kedua seri SBSN tersebut

adalah sebesar Rp3 triliun.

b) Tahun 2007, realisasi partisipasi investor dalam penerbitan SBN (berupa

SUN, SBSN belum ada penerbitan) adalah sebesar 236,31% (Rp252,569

triliun) dari target nominal indikatif penerbitan SUN tahun 2007 sebesar

Rp106,880 triliun meliputi seluruh penerbitan SUN baik melalui lelang

Page 71: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 66

maupun non lelang yang terdiri dari SUN domestik dan SUN valas

termasuk ORI.

3) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator partisipasi

investor dalam penerbitan SBN antara lain:

a) Belum optimalnya koordinasi dengan pelaku pasar, SRO's, otoritas

moneter, otoritas pasar modal, otoritas perpajakan termasuk dengan

lembaga rating, sehingga mempengaruhi kinerja pengelolaan utang negara

(sovereign debts), dan likuiditas pasar;

b) Masih kurangnya komunikasi dan publikasi informasi mengenai

pengelolaan SUN kepada masyarakat;

c) Masih terbatasnya perkembangan industri kelompok investor SUN

domestik khususnya dana pensiun dan asuransi;

d) Kondisi pasar SUN yang bergerak secara dinamis dan instrumen SUN

yang terus berkembang menuntut dilakukannya penyusunan peraturan

baru atau review atas peraturan yang ada;

e) Pasar SUN yang relatif belum berkembang memerlukan peran serta aktif

pelaku pasar dan pengawasan yang berkesinambungan;

f) Kemampuan untuk mengolah informasi pasar keuangan yang dapat

mempengaruhi pengelolaan SUN masih terbatas baik dari sisi SDM

maupun infrastruktur yang digunakan.

g) Rendahnya partisipasi investor khususnya investor syariah pada

penerbitan SBSN khususnya pada penerbitan dengan cara lelang;

4) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Perumusan peraturan dan kebijakan pengelolaan SUN yang berkualitas;

b) Pengelolaan portofolio SUN yang optimal dan efektif;

c) Pengembangan pasar SUN yang dalam, aktif, dan likuid;

d) Pelaksanaan analisis keuangan dan pasar SUN yang berkualitas;

e) Monitoring dan evaluasi yang efektif dalam mendukung pengelolaan SUN.

Page 72: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 67

f) Mengembangkan metode penerbitan yang lebih fleksibel untuk

mengakomodasi perubahan target pembiayaan dan ketidakpastian kondisi

pasar keuangan;

g) Mengembangkan basis investor dengan membuka peluang penerbitan

SBSN valas dalam berbagai mata uang kuat dunia dengan

mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang melekat pada masing-

masing mata uang, dan meningkatkan kualitas investor SBSN valas

melalui penjatahan pemenang secara selektif.

h) Melanjutkan dan meningkatkan pengembangan pasar perdana SBSN

melalui peningkatan kualitas jadwal lelang dan metode penerbitan SBSN

serta peningkatan kualitas penetapan benchmark series SBSN yang dapat

mendorong pengembangan pasar sekunder SBSN;

i) Melanjutkan pengembangan dan memperkuat basis investor, khususnya

investor yang memiliki horison investasi jangka panjang;

j) Menerbitkan SBSN valas secara terukur, sebagai pelengkap

(complementary sources) untuk membiayai kewajiban valas, membuat

benchmark, dan menghindari crowding-out di pasar domestik;

5) Indikator kinerja partisipasi investor dalam penerbitan SBN, selama periode

2007-2009, dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan. Namun

demikian, peningkatan partisipasi investor dalam penerbitan SBN masih perlu

terus terutama untuk pasar SBN di dalam negeri, sehingga tercipta basis

investor yang mampu meningkatkan kemandirian pembiayaan pembangunan

nasional melalui pengembangan pasar domestik yang efisien dan stabil.

c. Pencapaian sasaran strategis membina hubungan dengan kreditor dan investor,

dengan indikator peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan

fungsi pengelolaan utang dan partisipasi investor dalam penerbitan SBN, selama

periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

Page 73: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 68

9. Sasaran strategis menyusun landasan hukum dan peraturan dengan indikator

tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang.

Tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang

bertujuan untuk memberikan landasan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan

pengelolaan utang. Indikator ini diukur berdasarkan tersusunnya rancangan Peraturan

dan Keputusan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan atau yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal dalam rangka mendukung pengelolaan utang.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize),

dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan.

a. Pada tahun 2009 indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung

pengelolaan utang ditargetkan sebesar 16 set dengan realisasi sebesar 22 set.

Terdiri 1 Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), 7 Peraturan Menteri Keuangan

(PMK), 6 Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK), 5 Keputusan Menteri

Keuangan (KMK), 2 Keputusan Direktur Jenderal (Kepdirjen), dan 1 Rancangan

Kepdirjen .

Selain itu, pada tahun 2009 juga dilaksanakan penyusunan:

1) Draft Rancangan Undang-Undang Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN).

Penyusunan RUU PHLN pada awal tahun 2009 direncanakan dihentikan,

dengan pertimbangan bahwa pengaturan pinjaman luar negeri sudah cukup

melalui PP No. 2 Tahun 2006. Tetapi, dalam perkembangan selanjutnya

ternyata ada tuntutan dari legislatif agar Pemerintah menyusun draft RUU

mengenai pinjaman luar negeri. Untuk menindaklanjuti tuntutan tersebut, maka

penyusunan draft RUU dilanjutkan kembali dengan melaksanakan serangkaian

kegiatan untuk mendapatkan masukan atau pandangan stakeholders terutama

dari kalangan akademisi mengenai perlunya pengaturan pinjaman luar negeri

dalam suatu undang-undang.

2) Draft PMK tentang Seleksi Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri. Draft

tersebut telah disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan

pada bulan Desember 2009.

Page 74: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 69

b. Perkembangan indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung

pengelolaan utang dalam periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 2008, realisasi tersedianya peraturan dan keputusan yang

mendukung pengelolaan utang sebanyak 13 buah. Terdiri 1 UU, 1 RUU, 4 PP,

1 RPP, 7 PMK, 14 KMK, 2 Perdirjen, dan 1 Kepdirjen. Selain itu, pada tahun

2008 juga telah dilakukan kajian terhadap 3 RPP dan 3 RPMK.

2) Pada tahun 2007, realisasi tersedianya peraturan dan keputusan yang

mendukung pengelolaan utang sebanyak 13 buah. Terdiri 2 RUU, 3 RPP, 5

PMK, 2 RPMK, dan 1 Perdirjen. Selain itu, pada tahun 2007 juga telah

dilakukan kajian terhadap peraturan pemerintah nomor 2 tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan

Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

c. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator tersedianya

peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang antara lain:

1) Belum optimalnya penyediaan peraturan dan keputusan dalam rangka

koordinasi antara Kementerian Keuangan, Bappenas dan

Kementerian/Lembaga pelaksana proyek yang dibiayai pinjaman dalam

mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam proses

pengadaan dan pelaksanaan proyek yang dibiayai pinjaman, sehingga

mempengaruhi kinerja pengelolaan pinjaman;

2) Belum optimalnya penyediaan peraturan dan keputusan dalam rangka efisiensi

dan efektivitas pemanfaatan pinjaman luar negeri yang berdampak pada

meningkatnya beban commitment fee karena keterlambatan pemenuhan

persyaratan pencairan pinjaman oleh pelaksana pinjaman (executing agency)

dan keterlambatan dalam implementasi proyek. Rendahnya penyerapan dana

pinjaman tersebut akan berpotensi menambah biaya utang secara

keseluruhan.

3) Belum optimalnya penyediaan peraturan dan keputusan dalam rangka

pengelolaan hibah.

4) Belum adanya kerangka hukum dan administrasi untuk melakukan hedging

dalam pengelolaan risiko portofolio utang;

Page 75: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 70

5) Masih perlu dilakukannya perumusan peraturan dan kebijakan pengelolaan

SUN agar tercipta tingkat pengelolaan yang lebih berkualitas;

6) Lambatnya proses penyusunan desain instrumen dan landasan hukum

termasuk fatwa dan rancangan peraturan pemerintah dalam rangka penerbitan

SBSN untuk membiayai proyek APBN;

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan pengelolaan pinjaman perlu disiapkan

peraturan-peraturan pelaksanaan sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2006 atau peraturan penggantinya dan peraturan lain yang

masih memerlukan rincian sebagai panduan dan acuan pelaksanaan.

2) Melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan 40/PMK.05/2009 tentang

SIKUBAH;

3) Melakukan harmonisasi peraturan mengenai penggunaan dokumen sumber

pencatatan hibah.

4) Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk transaksi hedging dalam

rangka memastikan biaya utang dan pengelolaan risiko portofolio utang.

5) Melakukan kegiatan penyediaan peraturan dan kebijakan pengelolaan SUN

yang berkualitas dan dapat menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan

transaksi SUN. Untuk mengukur keberhasilan perumusan Peraturan dan

kebijakan pengelolaan SUN yang berkualitas, adalah dengan menghitung

jumlah peraturan dan keputusan yang disusun dalam rangka mendukung

pengelolaan SUN.

6) Melakukan kegiatan yang diperlukan dalam rangka menyediakan landasan

hukum penerbitan SBSN serta pemberian kepastian hukum bagi investor dan

masyarakat terkait instrumen SBSN. Dengan penjelasan, penerbitan SBSN

memiliki karakteristik khusus yang memerlukan adanya underlying asset pada

setiap transaksi serta struktur akad yang harus sesuai dengan prinsip syariah,

sehingga diperlukan adanya penyusunan dokumen hukum yang memadai dan

optimal. Kegiatan tersebut antara lain menyusun peraturan dan keputusan

yang mendukung pengelolaan SBSN, menyusun fatwa dan opini syariah

Page 76: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 71

SBSN, menyusun dokumen hukum dalam rangka penerbitan SBSN sesuai

kebutuhan dan rencana.

e. Pencapaian sasaran strategis menyusun landasan hukum dan peraturan, dengan

indikator penyediaan peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan

utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun demikian,

masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan di tahun

berikutnya. Terutama, dalam hal penyusunan draft RUU mengenai pinjaman luar

negeri yang masih memerlukan serangkaian kegiatan untuk mendapatkan masukan

atau pandangan stakeholders mengenai perlunya pengaturan pinjaman luar negeri

dalam suatu undang-undang, pengaturan pengelolaan hibah, dan percepatan

proses penyusunan desain instrumen dan landasan hukum termasuk fatwa dan

rancangan peraturan pemerintah dalam rangka penerbitan SBSN untuk membiayai

proyek APBN.

10. Sasaran strategis melakukan monitoring dan evaluasi dengan indikator %

penurunan progress variant terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko

dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif.

Progress Variant (PV) adalah pengukuran kinerja pinjaman yang menunjukkan

perbandingan antara disbursement ratio dengan elapsed time ratio. Disbursement ratio

adalah perbandingan antara total penarikan pinjaman dengan total komitmen pinjaman.

Elapsed time ratio adalah perbandingan antara waktu yang telah terlewati dalam masa

disbursement period dengan disbursement period yang tersedia (avalability period).

Avalability period adalah periode waktu antara pinjaman mulai berlaku efektif (Loan

Effectiveness) sampai dengan masa berakhirnya penarikan pinjaman (Loan Closing

Date). Indikator ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja penyerapan pinjaman.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang kurang dari target (minimize),

dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang diharapkan.

a. Pada tahun 2009 indikator % penurunan PV terhadap pinjaman yang masuk

kategori berisiko dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif ditargetkan

sebesar ≤ 29,29% dengan realisasi sebesar 26,76%, dimana terdapat 36 pinjaman

yang masuk kategori berisiko dari 136 pinjaman yang aktif.

Page 77: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 72

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya indikator %

penurunan PV terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko dibandingkan

dengan total pinjaman yang aktif, adalah:

1) Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pinjaman dan/atau hibah luar

negeri dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan dan kondisi dalam

setiap tahapan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau

hibah luar negeri.

2) Melakukan analisis masalah dan pemberian rekomendasi.

3) Memberikan solusi yang tepat dalam penyelesaian masalah untuk mewujudkan

penurunan persentase progress variant pinjaman yang masuk dalam kategori

berisiko (at risk).

b. Perkembangan indikator % penurunan PV terhadap pinjaman yang masuk kategori

berisiko dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif dalam periode 2007-2008

adalah sebagai berikut:

1) Tahun 2008 % penurunan PV terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko

dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif sebesar 29,29%, dimana

terdapat 53 pinjaman yang masuk kategori berisiko dari 180 pinjaman yang

aktif.

2) Tahun 2007 % penurunan PV terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko

dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif sebesar 30,89%, dimana

terdapat 59 pinjaman yang masuk kategori berisiko dari 191 pinjaman yang

aktif.

c. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator % penurunan

PV terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko dibandingkan dengan total

pinjaman yang aktif adalah dengan melakukan penurunan progress variant

terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko dibandingkan dengan total

pinjaman yang aktif akan meningkatkan kinerja penyerapan pinjaman luar negeri

secara optimal dan tepat waktu.

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

Page 78: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 73

1) Melakukan on site visit ke lokasi kegiatan proyek guna mengenai

permasalahan di lapangan dan memberika rekomendasi action plan dalam

rangka percepatan penyerapan dan pelaksanaan kegiatan

2) Mengirimkan surat pemberitahuan secara rutin kepada Front Office (Direktorat

Pinjaman dan Hibah) sebagai peringatan awal antara lain mengenai pinjaman

yang akan mengalami closing date, pinjaman yang belum efektif, dan sisa

undisbursed loan guna mengetahui status terakhir pinjaman.

3) Mengirimkan surat pemberitahuan kepada K/L terhadap proyek-proyek yang

masuk dalam kategori berisiko secara rutin sebagai bahan evaluasi.

e. Pencapaian sasaran strategis melakukan monitoring dan evaluasi dengan indikator

% penurunan progress variant terhadap pinjaman yang masuk kategori berisiko

dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif, selama periode 2007-2009, dapat

tercapai dengan baik.

11. Sasaran strategis merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan

berkompetensi tinggi, dengan indikator:

a. Persentase karyawan yang kompetensinya sesuai dengan kebutuhan kompetensi

jabatan tematik

Indikator persentase karyawan yang kompetensinya sesuai dengan kebutuhan

kompetensi jabatan tematik bertujuan untuk menyediakan pejabat yang

mempunyai kompetensi sesuai jabatannya dalam rangka meningkatkan dan

mengamankan keuangan dan kekayaan negara. Variabel kompetensi jabatan

berdasarkan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ/Standard kemampuan, keahlian,

pengetahuan dan perilaku yang dibutuhkan oleh seorang pejabat untuk dapat

melaksanakan tugas jabatannya dengan baik). Sedangkan variabel jabatan tematik

adalah jabatan yang sangat berperan dalam pencapaian kinerja yang ditentukan

oleh Unit Eselon I. Indikator ini hanya mengukur untuk pejabat eselon IV,

mengingat pejabat eselon I, II, dan III diukur oleh Sekretariat Jenderal.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target

(maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang

diharapkan.

Page 79: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 74

1) Pada tahun 2009 indikator % karyawan yang kompetensinya sesuai dengan

kebutuhan kompetensi jabatan tematik ditargetkan sebesar 65% dengan

realisasi sebesar 80%.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung tercapainya indikator %

karyawan yang kompetensinya sesuai dengan kebutuhan kompetensi jabatan

tematik, adalah sebagai berikut:

a) pelaksanaan diklat kompetensi;

b) pelaksanaan assesment center.

2) Perkembangan indikator % karyawan yang kompetensinya sesuai dengan

kebutuhan kompetensi jabatan tematik dalam periode 2007-2008 adalah

sebagai berikut:

Tahun 2008, data menggunakan hasil pengukuran tahun 2007, karena periode

pelaksanaan assesment dilaksanakan pada tahun 2009, yaitu dua tahun sejak

dilakukannya pengukuran di tahun 2007. Sedangkan di tahun 2007,

berdasarkan pengukuran dengan SKJ pejabat eselon IV yang memenuhi

standar kompetensi terdapat hasil pengukuran sebesar 92% dengan job person

match sebesar 70%.

3) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator % karyawan

yang kompetensinya sesuai dengan kebutuhan kompetensi jabatan tematik

adalah pengelompokan jabatan tersebut ke dalam kriteria jabatan tematik.

Sampai dengan berakhirnya tahun 2009, pengelompokan jabatan tersebut

belum ada penetapannya di lingkungan DJPU, mengingat semua jabatan

ternyata terkait dengan pencapaian keberhasilan Indikator Kinerja Utama.

Kendala yang terjadi dalam proses penetapan jabatan tematik sudah

disampaikan dalam rapat persiapan verifikasi Depkeu-One dengan Pushaka

dan unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan pada awal Agustus

2009, dimana disepakati perlu mengkoordinasikan hal tersebut dengan Biro

SDM Setjen Departemen Keuangan untuk melihat kembali definisi jabatan

tematik. Dalam beberapa kegiatan pelaporan kepada pimpinan, jabatan tematik

bagi DJPU diberlakukan untuk semua jabatan struktural.

Page 80: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 75

Sehingga, pada tahun 2009 pengukuran indikator kinerja ini di DJPU

diberlakukan terhadap semua jabatan Eselon IV.

4) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut untuk tahun 2010,

sesuai kesepakatan seluruh pejabat pengelola IKU unit Eselon I di lingkungan

Departemen Keuangan, indikator ini diubah menjadi “persentase pejabat yang

telah memenuhi standar kompetensi jabatannya”, tidak dikaitkan lagi dengan

jabatan tematik. Sehingga diharapkan, proses pengukurannya menjadi lebih

sesuai kenyataan.

5) Pencapaian indikator kinerja % karyawan yang kompetensinya sesuai dengan

kebutuhan kompetensi jabatan tematik, selama periode 2007-2009, dapat

tercapai dengan baik, walaupun terdapat hambatan berupa permasalahan

pengelompokan jabatan tematik yang belum disepakati oleh pengelola IKU di

lingkungan Departemen Keuangan pada tahun tersebut.

b. Jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan

wewenang

Indikator jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau

penyalahgunaan wewenang bertujuan untuk menegakkan kepatuhan terhadap

kode etik, menjaga integritas tinggi pegawai, dan peningkatan good governance.

Kasus pelanggaran berat/penyalahgunaan wewenang adalah penyimpangan yang

dilakukan pegawai berdasarkan Laporan Hasil Audit Inspektorat Jenderal dan

Rekomendasi Majelis Kode Etik tiap-tiap unit eselon I.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang kurang dari target

(minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang

diharapkan.

1) Pada tahun 2009 indikator jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran

berat atau penyalahgunaan wewenang ditargetkan sebanyak 0 pegawai

dengan realisasi sebanyak 1 pegawai terkait kasus pelanggaran terhadap PP

Nomor 10 Tahun 1974.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencegah adanya pegawai yang

terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan wewenang, adalah

sebagai berikut:

Page 81: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 76

a) Menyusun peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan Kode Etik di

Lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

b) Melakukan sosialisasi peraturan tentang kode etik serta peraturan lainnya

yang menyangkut disiplin pegawai.

2) Perkembangan indikator jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran

berat atau penyalahgunaan wewenang dalam periode 2007-2008 adalah tidak

terdapat pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan

wewenang.

3) Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator jumlah

pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan

wewenang adalah penyimpangan yang dilakukan pegawai yang

mengakibatkan terjadinya kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan

wewenang sangat sulit diprediksi, karena sangat tergantung kepada perilaku

individu masing-masing pegawai.

4) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor-01/PM.8/2007 tentang

Kode Etik di Lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor-02/PM.8/2007 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor-01/PM.8/2007. Peraturan

tersebut dikemas dalam bentuk buku saku dan telah dibagikan kepada

seluruh pegawai untuk dipedomani.

b) Melakukan sosialisasi peraturan tentang kode etik serta peraturan lainnya

yang menyangkut disiplin pegawai.

c) Melakukan sosialisasi Instruksi Menteri Keuangan Nomor: 01/IMK.01/2009

tanggal 9 Januari 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Penegakan

Disiplin PNS di Lingkungan Departemen Keuangan kepada seluruh

pegawai.

d) Melakukan monitoring pelaksanaan kode etik.

e) Melakukan pembinaan kepada pegawai terutama yang dilakukan oleh

atasan langsung secara lebih intensif.

Page 82: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 77

5) Pencapaian indikator kinerja jumlah pegawai yang terkena kasus pelanggaran

berat atau penyalahgunaan wewenang, selama periode 2007-2009, belum

dapat tercapai dengan baik, karena masih terdapat 1 orang pegawai yang

dijatuhi hukuman disiplin.

c. Pencapaian sasaran strategis merekrut dan mengembangkan SDM yang

berintegritas dan berkompetensi tinggi, dengan indikator % karyawan yang

kompetensinya sesuai dengan kebutuhan kompetensi jabatan tematik dan jumlah

pegawai yang terkena kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan wewenang,

selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

12. Sasaran strategis mengembangkan organisasi yang handal dan modern, dengan

indikator persentase penyelesaian SOP terhadap SOP yang harus

diperbaharui/dibuat.

Indikator persentase penyelesaian Standard Operating and Procedures (SOP)

terhadap SOP yang harus diperbaharui/dibuat bertujuan untuk menunjukan janji

pelayanan kepada stakeholder dan untuk menunjang terwujudnya organisasi modern.

SOP merupakan pedoman/petunjuk bagi para aparatur (pejabat/pegawai) dalam

melaksanakan tugas (pelayanan) dan bagi para pengguna jasa pelayanan (pelanggan)

untuk mengetahui/memahami akan suatu prosedur pelayanan yang dilakukan oleh

aparatur.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize),

dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan.

a. Tahun 2009, persentase penyelesaian SOP terhadap SOP yang harus

diperbaharui/dibuat di lingkungan DJPU ditargetkan sebesar 100% (196 SOP)

dengan realisasi sebesar 100% (196 SOP), terdiri dari 111 SOP Administratif dan

85 SOP Teknis. SOP tersebut telah ditetapkan dengan Kepdirjen Nomor Kep-

105/PU/2009 tanggal 15 Oktober 2009.

Keberhasilan sasaran ini didukung dengan kegiatan:

1) Penyusunan SOP

SOP yang telah dibuat oleh DJPU terdiri atas dua jenis yaitu: SOP Administratif

dan SOP Teknis. SOP Administratif merupakan SOP yang ditujukan untuk unit

Page 83: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 78

Sekretariat DJPU sedangkan SOP Teknis adalah SOP untuk unit direktorat

teknis pada DJPU.

2) Pelaksanaan rapat kerja dalam penyusunan SOP

Rapat kerja secara intensif dengan melibatkan perwakilan dari para direktorat

di lingkungan DJPU dan pejabat dari Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,

Sekretariat Direktorat Jenderal Kementerian Keuangan.

b. Perkembangan pencapaian indikator persentase penyelesaian Standard Operating

and Procedures (SOP) terhadap SOP yang harus diperbaharui/dibuat selama

periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

1) Tahun 2008, target SOP yang dibangun/diperbaharui adalah sebanyak 20

SOP (100%), dengan realisasi sampai akhir tahun 2008 baru tersusun 19 SOP

(95%), untuk 1 SOP yaitu SOP Penanganan krisis Pasar SUN sedang dalam

pembahasan. SOP yang dibangun/diperbaharui tersebut belum mendapat

penetapan di tahun 2008, namun karena kepentingan mendesak dan sesuai

arahan biro organta SOP tersebut telah diberlakukan di lingkungan DJPU. SOP

tersebut kemudian menjadi bagian dari kelompok SOP yang ditetapkan dengan

Kepdirjen Nomor Kep-105/PU/2009 tanggal 15 Oktober 2009.

2) Sedangkan di tahun 2007, realisasi penyelesaian SOP terhadap SOP yang

harus diperbaharui/dibuat di lingkungan DJPU sebesar 90 SOP (100% dari

target) yang telah ditetapkan dengan Kepdirjen Nomor Kep-36/PU/2007

tanggal 11 September 2007.

c. Kendala yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator penyelesaian

SOP terhadap SOP yang harus diperbaharui/dibuat di lingkungan DJPU antara lain:

1) Penyempurnaan SOP masih terus dilakukan berkaitan dengan adanya

kebutuhan stakeholders dan penataan organisasi.

2) Beberapa SOP yang telah dibuat masih harus disingkronisasikan dengan

dokumen uraian jabatan, karena SOP berkaitan dengan kewenangan tugas

jabatan dalam pengambilan keputusan tertentu atau melakukan suatu kegiatan.

3) Untuk SOP bagi jabatan tertentu seperti Kepala Subag Tata Usaha direktorat

perlu untuk dilakukan standariasasi.

Page 84: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 79

4) Standar waktu yang tercantum dalam SOP masih perlu dikaji lebih lanjut, agar

tercipta suatu janji layanan yang lebih mendekati waktu normal pelaksanaan

kegiatan, sehingga tingkat kepuasan terhadap layanan yang diberikan dapat

lebih ditingkatkan.

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Melakukan identifikasi SOP yang masih harus dibuat;

2) Melakukan sinkronisasi antara uraian jabatan, SOP, dan ABK agar keterkaitan

antara ketiga dokumen tersebut serta arahan pada kewenangan pelaksanaan

setiap kegiatan menjadi lebih jelas dan waktu pelaksanaan kegiatannya lebih

terukur.

3) Melakukan standarisasi SOP bidang Tata Usaha;

4) Melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan unit terkait, yaitu Biro

Organisasi dan Ketatalaksanaan serta unit Eselon II di lingkungan DJPU, dalam

mempercepat penyelesaian SOP.

e. Pencapaian sasaran strategis mengembangkan organisasi yang handal dan

modern, dengan indikator persentase penyelesaian SOP terhadap SOP yang harus

diperbaharui/dibuat, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

Namun demikian, dalam penyusunan SOP masih perlu terus dilaksanakan

pengkajian dan penyempurnaan terhadap SOP yang ada dan penyusunan SOP

baru agar semua kegiatan pengelolaan utang dapat dilaksanakan secara efektif,

transparan, dan akuntabel.

13. Sasaran strategis mewujudkan good governance, dengan indikator:

a. Persentase Rekomendasi Audit Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah Ditindaklanjuti, adalah indikator

kinerja yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan/pembinaan atas pelaksanaan

tugas administratif pengelolaan utang dengan obyek pemeriksaan terhadap Bagian

Anggaran 15.

1) Tahun 2009 % rekomendasi audit Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan

dan BPK yang telah ditindaklanjuti ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi

sebesar 0%, hal ini disebabkan sampai dengan akhir tahun 2009 tidak terdapat

Page 85: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 80

rekomendasi yang diterima dari Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan

mapun eksternal auditor lainnya yang perlu ditindaklanjuti.

2) Perkembangan pencapaian indikator Persentase Rekomendasi Audit Inspektorat

Jenderal Departemen Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang

telah Ditindaklanjuti selama periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

a) Tahun 2008, rekomendasi audit diperoleh dari dua unit pengawas fungsional,

yaitu Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan Badan Pemeriksa

Keuangan, yang dapat ditindak lanjuti secara 100%. Karena, semua

tanggapan yang diberikan DJPU dianggap dapat diterima oleh unit pengawas

fungsional. Rekomendasi dan tanggapan yang diberikan dirinci sebagai

berikut:

i. Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dengan Surat Tugas Nomor

ST-580/IJ/2008 tanggal 06 Februari 2008, yang melakukan audit

terhadap pelaksanaan kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa (Belanja

Modal) DIPA Tahun Anggaran 2007 pada Sekretariat Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang.

ii. Badan Pemeriksa Keuangan dengan surat Nomor 17/TIM5/BPK/3/2008

tanggal 18 April 2008 yang menyampaikan temuan pemeriksaan atas

Laporan Keuangan Tingkat Eselon I Direktorat Jenderal Pengelolaan

Utang.

iii. Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dengan Surat Tugas Nomor

ST-525/IJ/2008 tanggal 12 Agustus 2008, yang melakukan audit

terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal

Pengelolaan Utang.

b) Tahun 2007, rekomendasi audit diperoleh dari Inspektorat Jenderal

Departemen Keuangan, yang dapat ditindak lanjuti secara 100%. Karena,

semua tanggapan yang diberikan DJPU dianggap dapat diterima oleh unit

pengawas fungsional. Rekomendasi yang diberikan Inspektorat Jenderal

Departemen Keuangan dengan Surat Tugas Nomor ST-1010/IJ/2007 tanggal

17 Desember 2007, yang melakukan audit terhadap pelaksanaan kegiatan

Page 86: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 81

Pengadaan Barang dan Jasa (Belanja Modal) DIPA Tahun Anggaran 2007

pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

Pencapaian target indiktaor kinerja ini didukung oleh kegiatan-kegiatan

penyusunan tanggapan laporan hasil pemeriksaan aparat pengawas

fungsional yang telah dilakukan dan rapat-rapat pembahasan permasalahan

secara intensif dengan menjunjung tinggi pelaksanaan kode etik dari masing-

masing pihak.

3) Tantangan yang dihadapi dalam melakukan pencapaian target Indikator kinerja

persentase rekomendasi audit Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan

BPK yang telah ditindaklanjuti adalah dalam pembahasan setiap permasalahan

masih perlu melakukan penyamaan persepsi terhadap peraturan pelaksanaan

kegiatan pengadaan barang dan jasa dan masih terbatasnya jumlah

pegawai/pejabat di lingkungan DJPU yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan

barang dan jasa.

4) Upaya yang dilakukan antara lain melakukan peningkatan koordinasi di internal

DJPU dalam melakukan proses pengadaan barang dan jasa agar sesuai dengan

ketentuan yang berlaku serta mengirim pegawai/pejabat untuk mengikuti diklat

pengadaan barang dan jasa.

5) Indikator kinerja persentase rekomendasi audit Inspektorat Jenderal Departemen

Keuangan dan BPK yang telah ditindaklanjuti, selama periode 2007-2009, dapat

tercapai dengan baik. Namun demikian, rekomendasi yang telah diberikan oleh

Tim Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dalam rangka penyempurnaan

pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU tetap perlu dicermati untuk senantiasa

dilaksanakan secara konsisten sehingga tidak terjadi pelanggaran dalam

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan.

b. Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan prosedur

1) Tahun 2009 % tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan

prosedur ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 100%, hal ini

disebabkan Sampai dengan akhir tahun 2009 tidak terindikasi adanya

pelanggaran terhadap prosedur dan ketentuan yang berlaku. Kegiatan yang

Page 87: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 82

sedang dilaksanakan adalah assessment kepatuhan pelaksanaan SOP pada unit

di lingkungan DJPU.

Pencapaian target indikator kinerja ini didukung oleh kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan pelaksanaan monitoring kepatuhan untuk seluruh kegiatan

pengelolaan utang yang terdapat di DJPU, baik monitoring kepatuhan terhadap

peraturan, prosedur standar, kode etik, dan kebijakan pimpinan.

2) Perkembangan pencapaian indikator Tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang

sesuai dengan prosedur selama periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

a) Pada tahun 2008 telah dilakukan evaluasi Kepatuhan terhadap Pelaksanaan

Kegiatan di Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen (Direktorat EAS).

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan

output, terdapat kegiatan-kegiatan di SOP yang bukan merupakan kegiatan

reguler dari unit kerja. Untuk itu, dilakukan pengelompokan output terhadap

kegiatan-kegiatan tersebut. Adapun pengelompokan output menjadi:

i. Kegiatan inti, yaitu kegiatan-kegiatan yang merupakan tugas pokok ;

ii. Kegiatan lain-lain, yaitu tugas-tugas khusus dari Direktur pada saat-saat

tertentu.

Hasil evaluasi kepatuhan terhadap pelaksanaan tugas untuk menghasilkan

kegiatan inti di Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen menunjukkan

bahwa dari 10 (sepuluh) Standard Operating Procedure (SOP) menghasilkan

100 (seratus) output dan 81 (delapan puluh satu) output atau 81% output

dilakukan sedangkan 19 (sembilan belas) output atau 19% output tidak

dilakukan.

b) Tahun 2007 merupakan tahun awal berdirinya unit kepatuhan pada level

seksi di Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Pada tahun awal kegiatan

dan dengan jumlah pegawai belum optimal, telah dilakukan pelaksanaan pilot

project kegiatan kepatuhan. Kegiatan tersebut dilakukan pada salah satu Sub

Direktorat di Direktorat EAS. Pilot Project tersebut dilanjutkan dengan

pelaksanaan evaluasi kepatuhan untuk keseluruhan SOP yang terdapat di

Direktorat EAS pada tahun 2008.

Page 88: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 83

3) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja

persentase tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai dengan prosedur

adalah pelaksanaan monitoring kepatuhan masih belum dapat dilaksanakan

secara optimal untuk seluruh kegiatan pengelolaan utang yang terdapat di DJPU.

4) Kendala yang ada lebih kepada sumberdaya manusia yang melaksanakan

kegiatan tersebut. Hal ini terkait dengan jumlah pegawai dan kemampuan

pegawai dalam melakukan monitoring kepatuhan dimaksud.

5) Indikator kinerja persentase tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai

dengan prosedur, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

Namun demikian, masih perlu dilakukan pembenahan dalam melakukan

monitoring kepatuhan baik dari jumlah sumber daya manusia, peningkatan

pemahaman atas obyek kegiatan yang berpotensi melanggar kode etik, maupun

peningkatan alat ukur dalam penilaian kepatuhan dan pelanggaran.

c. Pencapaian sasaran strategis mewujudkan good governance, dengan indikator

persentase rekomendasi audit Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan

BPK yang telah ditindaklanjuti dan tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang

sesuai dengan prosedur, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

14. Sasaran Strategis membangun sistem informasi yang terintegrasi, dengan

indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi

sesuai rencana.

Perkembangan penyelesaian sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang

terimplementasi sesuai rencana, sebagai berikut :

a. Tahun 2009 sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi

sesuai rencana ditargetkan sebesar 90% dengan realisasi sesuai dengan target,

yaitu sebesar 90%, meliputi :

1) Dashboard eksekutif DJPU, merupakan sistem aplikasi baru yang berfungsi

untuk menampilkan informasi- informasi penting dalam format tabel, grafik, dan

simulasi yang diperoleh dari berbagai sumber data : Badan Kebijakan Fiskal,

Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Dealer Utama, Bloomberg, dsb.

Informasi yang dihasilkan meliputi :

Page 89: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 84

a) indikator utama

b) sistem peringatan dini

c) indikator pasar

d) indikator makro dan fiskal

e) indikator risiko dan portofolio

f) statistik utang pemerintah

2) Standard report dan adhoc report, merupakan sistem aplikasi baru yang

berfungsi untuk mengotomasi laporan-laporan yang diproduksi DJPU baik yang

bersifat reguler maupun sewaktu-waktu. Laporan yang dihasilkan meliputi :

a) Government Securities Summary

b) Crisis Management Protocol

c) Market Update

d) Quarterly Statistic Bulletin

e) Buku Saku

3) Portal intranet, merupakan sistem aplikasi baru yang berfungsi sebagai portal

untuk mengakses seluruh sistem aplikasi yang terkait dengan fungsi

pengelolaan utang.

4) Sistem Aplikasi Surat Perintah Membayar/SASPEM (pengembangan), meliputi

penambahan fitur untuk :

a) Pencetakan SPM SBSN

b) Proyeksi kebutuhan kas

c) Outstanding confirmation letter

d) Debt outstanding position

e) Data alamat bayar

f) Rekening KUN untuk mata uang JPY

Page 90: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 85

b. Tahun 2008, pembangunan dan pengembangan sistem aplikasi TIK meliputi :

1) Penyusunan IT strategy DJPU sebagai dokumen cetak biru pengembangan

sistem informasi DJPU beberapa tahun mendatang. Kegiatan ini merupakan

kelanjutan dari tahun 2007 dan dilaksanakan bekerjasama dengan konsultan

TAMF.

a) Kondisi sistem yang ada saat ini

b) Kondisi sistem ideal/ yang diharapkan sesuai dengan requirement dari

masing-masing unit dan proses bisnis debt management office yang berlaku

internasional

c) Mengidentifikasi gap antara kondisi saat ini dan kondisi ideal

d) Penentuan prioritas pengembangan sistem, time frame dan anggaran yang

diperlukan

2) Aplikasi PMON, meliputi penambahan fitur untuk :

a) Implementasi Bagan Akun Standar

b) Pencatatan seri SBSN

c) Perbaikan sistem pelaporan

3) Decision Support System (DSS), meliputi penambahan fitur untuk :

a) Issuance seri VR

b) Modul upload data issuance ke aplikasi PMON

c) Penyempurnaan kriteria perhitungan penentuan pemenang lelang/ allotment.

4) SASPEM, meliputi penambahan fitur untuk :

a) Implementasi Bagan Akun Standar

b) Perbaikan sistem pelaporan

5) Loan Management System modul monitoring, sistem aplikasi baru, untuk

memonitor dan mengevaluasi kinerja pinjaman dan hibah pemerintah sejak loan

dinyatakan efektif hingga closing date/ closing account.

Page 91: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 86

6) Payment Alert System, merupakan sistem aplikasi baru; untuk pemantauan

kewajiban pembayaran pinjaman yang akan jatuh tempo sejak dari tagihan

lender, skedul kewajiban, dan progress penyelesaiannya

7) E-Loan, sistem aplikasi baru untuk pengarsipan naskah pinjaman dan hibah

secara elektronik

Tahun 2008 realisasi penyelesaian pembangunan sistem aplikasi baru dan

pengembangan mencapai 90 persen sesuai dengan target yang direncanakan.

c. Tahun 2007 pembangunan dan pengembangan sistem aplikasi TIK terdiri dari:

1) Penyusunan IT strategy DJPU, meliputi:

a) Mapping infrastruktur jaringan,

b) Sistem operasi,

c) Database,

d) Sistem aplikasi dan perangkat lunak lainnya

e) Kapasitas SDM

2) Upgrade ke DMFAS versi 5.3

3) Pengembangan aplikasi PMON, meliputi:

a) Perhitungan accrued interest

b) Pencatatan seri SBSN

c) Perbaikan sistem pelaporan

4) Pengembangan aplikasi Decision Support System (DSS), meliputi :

a) issuance seri baru : (zero coupon dan variable rate) dan

b) switching (many to many, many to one, dan switching semua seri)

5) Pengembangan Sistem Aplikasi Surat Perintah Membayar (SASPEM), dalam

rangka memperbaiki sistem pelaporan

6) Pengadaan hardware dan instalasi jaringan server, switch hub, dan instalasi

jaringan, meliputi :

Page 92: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 87

a) Pengadaan dan instalasi server

b) Instalasi jaringan untuk menghubungkan Gedung Utama dengan Gedung

Perbendaharaan IV

c) Instalasi jaringan yang menghubungkan semua ruangan di Gedung

Perbendaharaan IV

d. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator kinerja sistem

aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana,

antara lain:

1) Masih perlu dilakukan evaluasi terhadap Standar Operating Procedure (SOP)

terkait pemberian layanan teknologi informasi, belum adanya service catalog TI,

belum adanya SLA (Service Level Agreement) yang merupakan kesepakatan

antara penyedia layanan dan pengguna layanan mengenai tingkat (mutu)

layanan.

2) Perlu membangun sistem deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server

yang terjadi.

3) Belum adanya data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan

DJPU.

4) Belum adanya standard tata kelola IT.

5) Belum adanya upaya yang terstruktur dalam mengatasi dampak risiko/bencana

yang berpotensi mengganggu kelangsungan aktivitas DJPU.

e. Upaya yang dilakukan dalam pencapaian target indikator kinerja sistem aplikasi TIK

di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai rencana, antara lain:

1) Melakukan evaluasi terhadap Standar Operating Procedure (SOP) terkait

pemberian layanan teknologi informasi, menyusun service catalog TI, menyusun

SLA (Service Level Agreement) yang merupakan kesepakatan antara penyedia

layanan dan pengguna layanan mengenai tingkat (mutu) layanan;

2) Membangun aplikasi early warning system server dan proxy DJPU, yang

merupakan deteksi dini terhadap kemungkinan gangguan server yang terjadi;

Page 93: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 88

3) Membangun data center yang berfungsi sebagai pusat data di lingkungan

DJPU. Data Center merupakan fasilitas yang digunakan untuk penempatan

kumpulan server atau sistem komputer dan sistem penyimpanan data yang

dikondisikan dengan pengaturan catu daya dan udara, pencegahan bahaya

kebakaran, dan dilengkapi pula dengan sistem pengamanan fisik. Layanan

utama data center terdiri atas lima komponen, yaitu: Business continuance

infrastructure, Data center security, Application optimization, Internet protocol

address (IP), dan Storage (Penyimpanan);

4) Melaksanakan penerapan standard tata kelola IT yang mengacu kepada

"Implementation Methodology Best Practices", serta keterpaduan aspek

organisasi termasuk manajemen perubahan (change management), proses

bisnis, teknologi dan manajemen proyek TI yang sesuai. Namun sebelum itu,

perlu pemahaman terlebih dahulu terhadap methodology best practices di

bidang IT, yang pada umumnya didasarkan pada kerangka IT Service

Management (ITSM) dan IT Project Management (ITPM);

5) Membuat rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan) yang teruji

dalam mengatasi dampak risiko/bencana yang berpotensi mengganggu

kelangsungan aktivitas DJPU sebagaimana telah diamanatkan dalam

ketentuan Diktum Kedelapan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

260/KMK.01/2009 tentang Kebijakan Pengelolaan TIK di lingkungan

Departemen Keuangan. Namun demikian, perlu terlebih dahulu meningkatkan

pemahaman mengenai rencana pemulihan bencana (Disaster Recovery Plan)

yang pada umumnya mengacu kepada Information Security Management

System (ISMS) atau sering disebut IT Security Policy yang menggunakan

standar ISO/IEC 27001:2005.

f. Pencapaian sasaran strategis membangun sistem informasi yang terintegrasi,

dengan indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang

terimplementasi sesuai rencana, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan

baik.

Page 94: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 89

F. Pending Matters

Disamping sasaran strategis yang tersebut di atas, terdapat beberapa kegiatan

yang terkait dengan sasaran tersebut yang hingga akhir tahun 2009 belum sepenuhnya

dapat terselesaikan (pending matters) yaitu:

1. Penyusunan Undang-undang tentang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

Sampai dengan akhir tahun 2009, rencana pengajuan dan pembahasan RUU

Pinjaman dan Hibah Luar Negeri kepada DPR tidak terlaksana berdasarkan Program

Legislasi Nasional (Prolegnas) 2005-2009. Selama proses pembahasan tahun 2009,

Tim Kerja telah melakukan beberapa perubahan ketentuan/pasal dalam Naskah

Rancangan Undang-Undang tentang Pinjaman dan Hibah Luar Negeri. Pembahasan

dan perubahan pada RUU tersebut salah satunya adalah perubahan ruang lingkup

(skema) dan judul RUU yang semula RUU Pinjaman dan Hibah Luar Negeri menjadi

RUU Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (PLNP). Hal ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa hibah luar negeri cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Mengingat RUU PLNP tidak masuk dalam Prolegnas 2010-2015, maka proses

RUU PLNP selanjutnya akan diproses dengan mengikuti ketentuan pada Peraturan

Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan

Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang,

Rancangan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden. Persetujuan dan

pengesahan RUU PLNP ditargetkan dapat diselesaikan pada tahun 2011.

2. Penyusunan Peraturan Pelaksanaan bagi Peraturan Pemerintah tentang

Pengelolaan Pinjaman Dalam Negeri

Peraturan perundang-undangan di bidang pinjaman dalam negeri telah ditetapkan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan

dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah. Dengan ditetapkannya PP

tersebut, maka telah tersedia landasan hukum dalam rangka pengadaan pinjaman

dalam negeri oleh pemerintah. Namun untuk pengadaan pinjaman dalam negeri masih

diperlukan tiga peraturan pelaksanaan, yaitu:

a. Rancangan Peraturan Pelaksanaan tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman

Dalam Negeri, sedang disusun oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan;

Page 95: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 90

b. Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Seleksi Penyedia

Pinjaman Dalam Negeri telah disusun oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan

Utang dan sedang dalam tahap finalisasi di Sekretariat Jenderal.

c. Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tatacara Penerusan Pinjaman

Dalam Negeri kepada BUMN, BUMD dan Pemerintah Daerah, akan disusun oleh

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

3. Pengembangan Instrumen Pembiayaan Syariah

Dengan adanya pengembangan instrumen baru yang berupa Surat Berharga

Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk, telah diterbitkan 4 jenis instrumen SBSN dengan

menggunakan 2 jenis akad yaitu:

a. SBSN seri IFR dengan akad Ijarah sale and lease back

b. SBSN seri SR dengan akad Ijarah sale and lease back

c. SBSN seri SRI dengan akad Ijarah sale and lease back

d. SBSN seri SDHI dengan akad Ijarah Al khadamat

Sedangkan SBSN untuk pembiayaan proyek (project financing) dengan akad

istishna’ atau musyarakah sampai dengan saat ini masih dalam proses finalisasi

desain instrumen, penerbitan fatwa MUI serta penyusunan Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Tata Cara Pembiayaan Proyek/Kegiatan APBN Melalui Penerbitan

SBSN.

4. Penggunaan Instrumen Derivatif dalam Pengelolaan Utang

Dalam mengelola utang Pemerintah, diperlukan upaya untuk mengurangi biaya

yang cenderung meningkat dan memitigasi risiko yang cukup tinggi. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan oleh Pemerintah adalah melakukan penerapan lindung nilai

(hedging) dalam rangka meningkatkan kepastian besarnya pembayaran kewajiban

utang dan mewujudkan struktur portofolio utang yang optimal. Dalam perspektif

pengelolaan risiko secara luas, penerapan hedging dapat dilakukan melalui natural

hedging dan melalui pemanfaatan instrumen derivatif yang tersedia di pasar keuangan.

Sampai dengan akhir tahun 2009, hedging yang telah dilakukan adalah natural

hedging dengan:

Page 96: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 91

a. Menerbitkan surat berharga valuta asing atau melakukan pinjaman luar negeri

tunai (pinjaman program) dalam mata uang yang sesuai dengan mata uang yang

digunakan untuk membayar kewajiban;

b. Melakukan restrukturisasi pinjaman terutama dengan menyederhanakan nilai

tukar referensi (untuk utang dalam currency SDR) agar risiko nilai tukar lebih

mudah diperhitungkan;

c. Melakukan transaksi debt switch dan cash buyback untuk mengendalikan risiko

refinancing dengan mengurangi tekanan fiscal pada tahun-tahun tertentu.

Sedangkan penggunaan instrumen derivatif dalam rangka hedging belum

dilaksanakan, terutama karena masih belum tersedianya peraturan perundang-

undangan yang mendukung pelaksanaan transaksi instrumen derivatif. Namun

demikian, sejak tahun 2004 hingga 2009, telah dilakukan beberapa kegiatan dalam

rangka persiapan implementasi hedging dengan menggunakan instrumen derivatif

yaitu:

a. Melakukan kajian terhadap aspek infrastruktur. Dari hasil kajian ini teridentifikasi

beberapa kondisi yang perlu dipenuhi/ dipersiapkan sebelum Pemerintah

mengimplementasikan transaksi tersebut, diantaranya adalah :

1). Landasan legal dari transaksi dalam rangka menjaga governance dari

perspektif kebijakan. Sampai saat ini aturan perundangan yang secara

ekplisit memberikan kewenangan pada Menteri Keuangan untuk melakukan

pengelolaan utang adalah Pasal 7 ayat (2) huruf l Undang-undang Nomor 1

tahun 2004. Namun bagaimana operasional pengelolaan utang (termasuk

pengelolaan portofolio dan risiko) dapat diselenggarakan, dan instrumen

kebijakan apa yang dapat digunakan tidak secara eksplisit tersirat dalam

perundangan tersebut;

2). Guidelines yang menjadi alat untuk menjaga governance dari perspektif

operasional pelaksanaan pengelolaan lindung nilai melalui instrumen

derivatif. Aspek governance diperlukan karena berdasarkan masukan dari

pelaku pasar maupun perusahaan yang telah menggunakan instrumen

derivatif dalam lindung nilai, transaksi hedging dapat dimanfaatkan untuk

Page 97: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 92

berbagai tujuan/ motivasi yang bisa saling bertolak belakang (spekulasi vs.

proteksi).

b. Melakukan penyusunan draft peraturan sebagai landasan hukum penggunaan

instrumen derivatif;

c. Menyusun guidelines dan secara paralel mempersiapkan:

1). Formulasi tujuan dan rekomendasi terkait dengan instrumen kontrak yang

dapat dilakukan (apakah swap, forward atau option) untuk tujuan yang telah

ditentukan;

2). Bisnis proses yang dibutuhkan meliputi formulasi kebijakan, rekomendasi

transaksi, approval transaksi, pricing metodologi, analisis pricing, eksekusi,

dan monitoring transaksi serta setelmen transaksi termasuk didalamnya level

of authority;

3). Pemilihan dan penunjukkan counterparty hedging, termasuk memahami

kapasitas dan posisi masing-masing pelaku;

4). Perlakuan akuntansi dan penganggaran, termasuk perlakuan belanja yang

diperlukan dalam transaksi hedging seperti pembayaran premi pada transaksi

option dan mekanisme netting (cash inflow dan cash outflow) pada transaksi

swap dan forward.

d. Memperdalam pemahaman mengenai dokumen kontrak baik ISDA maupun Long

Confirmation (dalam hal transaksi bilateral), pricing untuk transaksi dan lain-lain.

Hal ini dilakukan melalui review dokumen ISDA dalam kegiatan workshop dengan

narasumber dari konsultan hukum lokal yang memahami dokumen ISDA dan

memahami sistem hukum serta peraturan yang berlaku di Indonesia.

5. Penyediaan Gedung Kantor yang Dapat Menampung Seluruh Pegawai dalam

Satu Lokasi

Penyediaan gedung kantor yang dapat menampung seluruh pegawai dalam satu

lokasi belum dapat tersedia. Lokasi gedung kantor masih terpisah yaitu sebagian

pegawai menempati Gedung A.A. Maramis II dan sebagian lagi menempati Gedung

Prijadi Praptosuhardio II milik Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Rencana

pengadaan gedung yang dapat menampung para pegawai DJPU dalam satu lokasi

Page 98: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 93

akan segera diusulkan kepada Menteri Keuangan c.q. Sekretaris Jenderal Departemen

Keuangan.

G. Akuntabilitas Keuangan

Alokasi Pagu Anggaran tahun 2009 yang disediakan dalam rangka pembiayaan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada DJPU adalah sebesar Rp. 83.770.898.000

sedangkan realisasinya sebesar Rp. 71.893.535.774 dengan perincian per program dan

kegiatan sebagai berikut :

Tabel 7 Pagu dan Realisasi Anggatan Tahun 2009

No. PROGRAM/KEGIATAN PAGU REALISASI %

1 PROGRAM PENERAPAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK 35.038.385.000 28.790.109.714 82,17

- Pengelolaan Gaji, Honorarium dan Tunjangan 16.332.305.000 11.745.448.778 71,92

- Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 11.476.550.000 9.954.544.118 86,74

- Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan 2.140.418.000 2.122.392.318 99,16

- Pengembangan SDM dan Administrasi Kepegaw aian 1.030.950.000 982.788.900 95,33

- Peningkatan Tatalaksana dan SDM 2.857.062.000 2.802.730.600 98,10

- Penyelenggaraan Pembinaan Teknis Administrasi 1.201.100.000 1.182.205.000 98,43

2 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 3.387.575.000 2.912.302.736 85,97

- Pengembangan Kapasitas/Kualitas SDM Aparatur 3.387.575.000 2.912.302.736 85,97

3 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA

APARATUR NEGARA

4.879.700.000 4.269.177.265 87,49

- Pembangunan/Pengadaan/Peningkatan Sarana dan Prasarana 4.879.700.000 4.269.177.265 87,49

4 PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMBIAYAAN UTANG 40.465.238.000 35.921.946.059 88,77

- Penyusunan Peraturan Per-UU-an tentang Pengelolaan Utang 8.934.640.000 7.355.133.250 82,32

- Pengelolaan Pinjaman dan Hibah 4.964.732.000 3.608.138.150 72,68

- Pengelolaan Surat Utang Negara 10.809.324.000 10.282.131.837 95,12

- Pengelolaan Strategi dan Portofolio Utang 4.585.398.000 4.292.372.760 93,61

- Pengelolaan Pembiayaan Syariah 5.500.000.000 5.251.952.074 95,49

- Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Utang 5.671.144.000 5.132.217.988 90,50

83.770.898.000 71.893.535.774 85,82J U M L A H

Capaian realisasi anggaran sebesar Rp. 71.893.535.774 (85,82 %) antara lain

disebabkan:

1. Penundaan pembahasan Rancangan Undang-undang PHLN dengan DPR dan Unit-Unit

terkait.

Page 99: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 94

2. DJPU sebagai unit baru belum mempunyai gedung kantor untuk ruang kerja yang

memadai sesuai kebutuhan dan saat ini dua unit eselon 2 masih menempati gedung

kantor Ditjen Perbendaharaan. Hal tersebut berpengaruh terhadap proses pelaksanaan

penyediaan sarana dan prasarana perkantoran dan pemenuhan kebutuhan jumlah

pegawai sesuai dengan yang telah direncanakan, sedangkan pembiayaannya telah

dialokasikan pada DIPA Tahun Anggaran 2009.

3. Beberapa diklat yang telah direncanakan tidak jadi dilaksanakan karena diklat tersebut

telah diselenggarakan oleh BPPK dan penggantian sebagian lokasi pelaksanaan diklat

yang semula akan dilaksanakan di luar kota, namun karena beberapa hal diklat

dilaksanakan di dalam kota.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, telah menyusun Laporan Keuangan Bagian

Anggaran 15 untuk Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009. Laporan Keuangan tersebut

terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Atas

Laporan Keuangan tahun 2007 dan 2008 telah dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa

Keuangan sebagai pemeriksa ekternal maupun Inspektorat Jenderal Kementerian

Keuangan sebagai pemeriksa internal.

Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dilakukan kepada Kementerian

Keuangan. Direktorat Jenderal Pengelolaan utang, salah satu eselon I dari Kementerian

Keuangan diaudit sebagai bagian dari Kementerian Keuangan. Dari audit yang dilakukan

kepada unit-unit eselon I tidak diberikan opini karena opini Badan Pemeriksa Keuangan

hanya diberikan kepada Kementerian dan Lembaga.

Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Bagian Anggaran 15 tahun Anggaran 2007 dan 2008 oleh Badan Pemeriksa Keuangan

tidak terdapat catatan yang harus diperbaiki yang menjadi temuan ditingkat Kementerian.

Penilaian oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan terhadap

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dapat diyakini dan ditelusuri

kebenarannya.

Dengan demikian terhadap anggaran yang dikelola Direktorat Jenderal Pengelolaan

Utang telah dipertatanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel.

Page 100: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 95

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kinerja pengelolaan utang pada akhir tahun 2009, dengan menggunakan indikator

kinerja sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor

447/KMK.06/2005 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2005-2009, telah

dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Jumlah kumulatif pinjaman (utang) pemerintah dibatasi tidak melebihi 40 persen dari

PDB.

2. Turunnya stok pinjaman luar negeri tidak saja secara relatif terhadap PDB tetapi juga

secara absolut.

3. Penarikan pinjaman neto kurang dari 1% PDB dan menurun secara bertahap.

Perkembangan keberhasilan pencapaian kinerja selama tahun 2005-2009 dari tiga

ukuran tersebut adalah (i) rasio utang terhadap PDB (dengan komponen utang berupa

instrumen Pinjaman Luar Negeri dan SBN) menurun dari 47 persen pada akhir tahun 2005

dan menjadi 30 persen pada akhir tahun 2009; (ii) perkembangan stok utang luar negeri

secara absolut/nominal menunjukkan sedikit kenaikan karena peningkatan stok utang

dalam mata uang US dollar akibat penerbitan SBN valas untuk memenuhi target penerbitan

SBN neto dalam periode 2005-2009 yang meningkat tajam. Penerbitan SBN Valas tersebut

dilakukan terutama untuk menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik; (iii)

untuk menghindari terjadinya crowding out effect di pasar keuangan domestik, Pemerintah

membatasi tambahan bersih utang domestik sebesar 1 persen dari PDB. Realisasi

tambahan bersih utang domestik terhadap PDB periode 2005–2009 masing-masing adalah

sebesar -0,1%, 0,5%, 1,1%, 0,9%, dan 0,9%. Dengan demikian rata-rata tambahan bersih

utang domestik setiap tahun dalam 5 tahun terakhir adalah sebesar 0,68 persen dari PDB.

Sedangkan, capaian kinerja DJPU, periode 2007-2009, terkait dengan pencapaian

sasaran strategis dengan menggunakan metodologi BSC adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian sasaran strategis pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal

dengan indikator pemenuhan target untuk pembiayaan APBN melalui utang, selama

periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

Page 101: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 96

2. Pencapaian sasaran strategis transparansi dengan indikator ketersediaan informasi

dalam rangka transparansi pengelolaan utang, selama periode 2007-2009, dapat

tercapai dengan baik.

3. Pencapaian sasaran strategis akuntabilitas dengan indikator opini eksternal auditor

terhadap LK BA Pengelolaan Utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai

dengan baik.

4. Pencapaian Sasaran strategis kredibilitas dengan indikator pembayaran tepat waktu,

tepat jumlah, dan tepat sasaran, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan

baik.

5. Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif

dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru, selama periode 2007-2009,

dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, untuk memperluas pasar SBN, setiap

tahun akan selalu dilakukan kajian terhadap kemungkinan pengembangan maupun

penerbitan instrumen baru.

6. Pencapaian sasaran strategis mengelola portofolio utang, dengan tiga indikator yaitu

rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang, pencapaian target effective

cost, dan Terpenuhinya struktur portofolio utang sesuai dengan strategi yang

ditetapkan, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

7. Pencapaian sasaran strategis melaksanakan pembayaran berdasarkan tagihan

dengan indikator tingkat ketepatan pembayaran sesuai tagihan, selama periode 2007-

2009, dapat tercapai dengan baik.

8. Pencapaian sasaran strategis membina hubungan dengan kreditor dan investor,

dengan indikator peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan

fungsi pengelolaan utang dan partisipasi investor dalam penerbitan SBN, selama

periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

9. Pencapaian sasaran strategis menyusun landasan hukum dan peraturan, dengan

indikator penyediaan peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang,

selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, masih

terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan di tahun berikutnya.

Terutama, dalam hal penyusunan draft RUU mengenai pinjaman luar negeri yang

masih memerlukan serangkaian kegiatan untuk mendapatkan masukan atau

Page 102: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 97

pandangan stakeholders mengenai perlunya pengaturan pinjaman luar negeri dalam

suatu undang-undang, pengaturan pengelolaan hibah, dan percepatan proses

penyusunan desain instrumen dan landasan hukum termasuk fatwa dan rancangan

peraturan pemerintah dalam rangka penerbitan SBSN untuk membiayai proyek APBN.

10. Pencapaian sasaran strategis melakukan monitoring dan evaluasi dengan indikator

persentase penurunan progress variant terhadap pinjaman yang masuk kategori

berisiko dibandingkan dengan total pinjaman yang aktif, selama periode 2007-2009,

dapat tercapai dengan baik.

11. Pencapaian sasaran strategis merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas

dan berkompetensi tinggi, dengan indikator % karyawan yang kompetensinya sesuai

dengan kebutuhan kompetensi jabatan tematik dan jumlah pegawai yang terkena

kasus pelanggaran berat atau penyalahgunaan wewenang, selama periode 2007-

2009, dapat tercapai dengan baik.

12. Pencapaian sasaran strategis mengembangkan organisasi yang handal dan modern,

dengan indikator persentase penyelesaian SOP terhadap SOP yang harus

diperbaharui/dibuat, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun

demikian, dalam penyusunan SOP masih perlu terus dilaksanakan pengkajian dan

penyempurnaan terhadap SOP yang ada dan penyusunan SOP baru agar semua

kegiatan pengelolaan utang dapat dilaksanakan secara efektif, transparan, dan

akuntabel.

13. Pencapaian sasaran strategis mewujudkan good governance, dengan indikator

persentase rekomendasi audit Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan BPK

yang telah ditindaklanjuti dan tingkat kepatuhan pengelolaan utang yang sesuai

dengan prosedur, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

14. Pencapaian sasaran strategis membangun sistem informasi yang terintegrasi, dengan

indikator sistem aplikasi TIK di bidang pengelolaan utang yang terimplementasi sesuai

rencana, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik.

Page 103: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 98

B. Saran

Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai di atas kiranya dapat

dipertahankan bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Sementara untuk

beberapa program/kegiatan yang capaian kinerjanya belum mencapai target sebagaimana

direncanakan akan ditingkatkan kinerjanya pada tahun-tahun mendatang.

Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara

transparan baik kepada Pimpinan DJPU maupun seluruh pihak yang terkait dengan tugas

dan fungsi DJPU, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada

periode berikutnya dalam rangka lebih memberikan manfaat kepada masyarakat maupun

kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengelola utang.

Page 104: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 99

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pengukuran Kinerja Kegiatan Tahun 2009 2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 2009

Page 105: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pengelolaan dan 1.1.1 Menyusun peraturan di bidang Inputs:

Pembiayaan Utang pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar a. SDM orang 115.00 115.00 100.00

Negeri (PHLN) b. Dana ribu rupiah 8,943,640.00 7,355,133.00 82.24

c. Peraturan jenis 6.00 6.00 100.00

d. Peralatan unit 80.00 80.00 100.00

e. Data entitas 6.00 6.00 100.00

Outputs:

a. RUU tentang PHLN sampai tingkat Panitia

antar Departemen buah 1.00 1.00 100.00

b. RPP tentang PHLN buah 1.00 0.00 0.00

c. RPP tentang Hibah Luar Negeri buah 1.00 1.00 100.00

Outcomes:

Terselesaikannya penyusunan

Undang-Undang dan Peraturan

Pendukung lainnya tentang PHLN persen 100.00 66.67 66.67

1.2.1 Menyusun peraturan Inputs:

perundangan-undangan tentang a. SDM orang 40.00 40.00 100.00

pengelolaan SUN b. Peraturan buah 11.00 15.00 136.36

c. Peralatan unit 40.00 40.00 100.00

d. Data entitas 12.00 12.00 100.00

Outputs :

a. Peraturan terkait transaksi SUN peraturan 3.00 9.00 300.00

b. Dokumen hukum pelaksanaan transaksi

SUN dokumen 57.00 66.00 115.79

Outcomes:

Terselenggaranya penyusunan

peraturan dan kebijakan operasional

untuk mendukung pengelolaan portofolio

dan pengembangan pasar SUN persen 100.00 100.00 100.00

PENGUKURAN KINERJA KEGIATANDIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

TAHUN ANGGARAN 2009

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

1

Page 106: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

1.3.1 Menyusun peraturan Inputs:

terkait pengelolaan a. SDM orang 30.00 37.00 123.33

pembiayaan syariah b. Dana ribu rupiah 766,850.00 753,807.24 98.30

c. Peraturan paket 11.00 11.00 100.00

d. Peralatan unit 10.00 10.00 100.00

e. Data entitas 11.00 11.00 100.00

Outputs:a. Peraturan terkait pembiayaan syariah buah 4.00 9.00 225.00

b. Dokumen hukum terkait transaksi SBSN dokumen 50.00 40.00 80.00

Outcomes:Tersedianya peraturan dan dokumen

yang memadai dalam rangka

pengelolaan pembiayaan syariah persen 100.00 100.00 100.00

1.4.1 Menyusun peraturan Inputs:

perundangan-undangan yang a. SDM orang 34.00 35.00 102.94

mendukung pelaksanaan strategi b. Dana ribu rupiah 806,040.00 794,051.00 98.51

dan pengelolaan portofolio utang c. Peraturan berkas 12.00 45.00 375.00

d. Peralatan unit 35.00 35.00 100.00

e. Data berkas 12.00 12.00 100.00

Outputs:

RPP tentang Pengadaan Pinjaman

Luar Negeri RPP 1.00 1.00 100.00

Outcomes:

Terselesaikannya penyusunan

peraturan perundangan-undangan

yang mendukung

dan pengelolaan portofolio utang persen 100.00 100.00 100.00

2.1.1 Melaksanakan pengelolaan pinjaman Inputs:

dan hibah a. SDM orang 66.00 66.00 100.00

b. Dana ribu rupiah 4,964,732.00 3,608,138.00 72.68

c. Peraturan paket 6.00 6.00 100.00

d. Peralatan unit 80.00 80.00 100.00

e. Data entitas 6.00 6.00 100.00

Outputs:

a. Loan agreement/grant agreement buah 20.00 69.00 345.00

b. Laporan misi, appraisal, pemantauan,

dan supervisi proyek yang dibiayai

proyek laporan 48.00 12.00 25.00

c. Laporan hasil evaluasi kesiapan proyek laporan 20.00 20.00 100.00

d. Buku manual PHLN buku 1.00 1.00 100.00

telah

disampaikan

ke depkumhan

2

Page 107: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

Outcomes:Terwujudnya pengamanan rencana

penyerapan pinjaman dan hibah persen 100.00 100.00 100.00

3.1.1 Melaksanakan pengelolaan Surat Inputs:

Utang Negara (SUN) a. SDM orang 40.00 40.00 100.00

b. Dana ribu rupiah 10,809,324.00 10,282,131.84 95.12

c. Peraturan jenis 11.00 15.00 136.36

d. Peralatan unit 40.00 40.00 100.00

e. Data entitas 12.00 12.00 100.00

Outputs:

a. 1) SUN dalam mata uang

rupiah melalui metode

lelang:

a) Obligasi Negara frekuensi 22.00 22.00 100.00

milyar rupiah 36,400.00 54,500.00 149.73

b) Surat Perbendaharaan frekuensi 22.00 21.00 95.45

Negara milyar rupiah 24,000.00 24,700.00 102.92

c) Buyback/debtswitch frekuensi 6.00 6.00 100.00

milyar rupiah 2,284.15 11,456.00 501.54

2) SUN secara langsung frekuensi 3.00 1.00 33.33

melalui Dealing Room : milyar rupiah 500.00 10.00 2.00

3) Obligasi Negara Ritel frekuensi 2.00 1.00 50.00

(ORI) milyar rupiah 5,500.00 8,536.73 155.21

4) SUN Valas di pasar frekuensi 2.00 2.00 100.00

perdana internasional milyar rupiah 14,100.00 39,770.43 282.06

b. Kuotasi harga Dealer Utama data 240.00 233.00 97.08

c. Laporan koordinasi dan kerjasama

dengan instansi maupun pelaku pasar

baik domestik maupun internasional laporan 5.00 19.00 380.00

d. Instrumen SUN (pengembangan) instrumen 2.00 2.00 100.00

e. Pelayanan kepada publik dan investor:

1) Sosialisasi dan publikasi SUN lokasi 7.00 9.00 128.57

peserta 1,050.00 1,300.00 123.81

2) Investor gathering kegiatan 3.00 6.00 200.00

peserta 450.00 500.00 111.11

3) Dealer/analyst meeting kegiatan 9.00 4.00 44.44

peserta 270.00 200.00 74.07

4) Siaran pers dan pengumuman hasil

transaksi SUN kepada publik dokumen 32.00 62.00 193.75

f. Pre Marketing ORI lokasi 12.00 12.00 100.00

peserta 1,800.00 900.00 50.00

g. Laporan riset pasar keuangan dan SUN laporan 3.00 3.00 100.00

3

Page 108: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

Outcomes:

a. Terlaksananya transaksi dalam

rangka pengelolaan portofolio SUN persen 100.00 100.00 100.00

b. Terlaksananya kegiatan pengembangan

pasar dan infrastruktur pelaksanaan

transaksi SUN persen 100.00 100.00 100.00

3.2.1 Melaksanakan pengelolaan Inputs:

portofolio SBSN a. SDM orang 30.00 37.00 123.33

b. Dana ribu rupiah 4,733,150.00 4,498,144.83 95.03

c. Peraturan paket 11.00 11.00 100.00

d. Peralatan unit 10.00 10.00 100.00

e. Data entitas 11.00 11.00 100.00

Outputs:a. Nominal SBSN triliun rupiah 20.00 16.30 81.50

b. Rekomendasi Identifikasi BMN laporan 1.00 1.00 100.00

c. Rekomendasi Komite Syariah SBSN laporan 1.00 1.00 100.00

d. Laporan pemantauan dan analisis

keuangan dan pasar SBSN laporan 3.00 66.00 2,200.00

e. Laporan hasil kajian pengembangan

instrumen pembiayaan syariah laporan 1.00 1.00 100.00

f. Laporan hasil kajian pengembangan

infrastrutur pasar SBSN laporan 1.00 1.00 100.00

g. Laporan hasil kajian penyiapan

proyek sebagai underlying transaksi

SBSN laporan 1.00 1.00 100.00

h. Publikasi SBSN paket 6.00 13.00 216.67

i. Sosialisasi SBSN lokasi 6.00 10.00 166.67

orang 900.00 1,000.00 111.11

j. Investor gathering/analyst meeting lokasi 2.00 2.00 100.00

orang 200.00 200.00 100.00

k. Penyelenggaraan Non-Deal Roadshow lokasi 1.00 0.00 0.00

l. Pre Marketing SBSN Ritel lokasi 5.00 5.00 100.00

m. Jumlah investor Sukuk Ritel orang 1,000.00 14,295.00 1,429.50

Outcomes:a. Terselenggaranya pengelolaan

pembiayaan syariah persen 100.00 90.00 90.00

b. Terlaksananya pengembangan pasar

SBSN persen 100.00 100.00 100.00

4

Page 109: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

5.1.1 Mengelola strategi dan portofolio Inputs:

utang a. SDM orang 34.00 35.00 102.94

b. Dana ribu rupiah 3,779,358.00 3,498,321.76 92.56

c. Peraturan berkas 12.00 45.00 375.00

d. Peralatan unit 35.00 35.00 100.00

e. Data berkas 12.00 12.00 100.00

Outputs:

a. Rumusan strategi dan kebijakan utang

jangka menengah dan jangka panjang berkas 1.00 0.00 0.00

b. Rumusan rencana kebutuhan

pembiayaan melalui utang dalam

rangka APBN berkas 1.00 1.00 100.00

c. Rumusan rencana portofolio utang

untuk membiayai kebutuhan anggaran

tahunan (annual financing plan ) berkas 1.00 1.00 100.00

d. Laporan hasil monitoring dan analisis

kinerja dan risiko portofolio utang laporan 1.00 1.00 100.00

e. Rumusan batas maksimum pinjaman berkas 1.00 1.00 100.00

f. Laporan hasil monitoring potensi

kewajiban kontinjensi laporan 1.00 1.00 100.00

g. Laporan dan rekomendasi terkait

pelaksanaan kepatuhan terhadap

peraturan perundangan, prosedur

standar, dan kode etik laporan 1.00 0.00 0.00

h. Laporan dan rekomendasi terkait

pengelolaan risiko operasional laporan 1.00 1.00 100.00

Outcomes:

a. Tersedianya strategi dan kebijakan

pengelolaan utang yang mendukung

pencapaian struktur portofolio yang

optimal, serta tingkat risiko yang

terkendali, dan dengan biaya yang

dapat diterima persen 100.00 80.00 80.00

b. Tersedianya rekomendasi kebijakan di

bidang pengelolaan kewajiban

kontinjensi yang optimal dan

mendukung tercapanya ketahanan

fiskal persen 100.00 100.00 100.00

c. Telaksananya kegiatan pengelolaan

utang yang sesuai dengan peraturan

perundangan, prosedur operasional,

dan kode etik persen 100.00 50.00 50.00

5

Page 110: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

6.1.1 Melaksanakan evaluasi, akuntansi, Inputs:

dan setelmen utang a. SDM orang 80.00 79.00 98.75

b. Dana ribu rupiah 5,671,144.00 5,132,217.00 90.50

c. Peraturan jenis 5.00 5.00 100.00

d. Peralatan unit 33.00 33.00 100.00

e. Data entitas 12.00 12.00 100.00

Outputs:

a. Nilai efektif penarikan PHLN

1) Pinjaman Program miliar rupiah 26,400.00 20,815.08 78.85

2) Pinjaman Proyek miliar rupiah 25,700.00 28,607.98 111.32

b. Nilai Pembayaran Utang

1) Cicilan Pokok Utang DN miliar rupiah 71,875.11 49,066.79 68.27

2) Bunga Utang DN miliar rupiah 68,238.60 62,641.88 91.80

3) Cicilan Pokok Utang LN miliar rupiah 69,031.70 68,031.11 98.55

4) Bunga Utang LN miliar rupiah 38,863.00 30,191.15 77.69

c. Laporan utang laporan 36.00 36.00 100.00

d. Laporan hasil monitoring dan evaluasi

proyek yang dibiayai PHLNlaporan 10.00 10.00 100.00

e. Sistem informasi utang (pengembangan) paket 3.00 3.00 100.00

Outcomes:

Terlaksananya evaluasi, akuntansi, dan

setelmen utang yang tepat, akurat,

profesional, dan bertanggungjawab persen 100.00 100.00 100.00

7 Penerapan 7.1.1 Menyusun dokumen organisasi Inputs:

Kepemerintahan Yang dan ketatalaksanaan a. SDM orang 9.00 9.00 100.00

Baik b. Dana ribu rupiah 2,857,062.00 2,802,730.60 98.10

c. Peraturan paket 4.00 4.00 100.00

d. Peralatan unit 8.00 8.00 100.00

e. Data berkas 11.00 11.00 100.00

Outputs:

a Dokumen organisasi dokumen 5.00 5.00 100.00

b. Dokumen ketatalaksanaan dokumen 3.00 3.00 100.00

c. Dokumen pelaporan kinerja dokumen 4.00 6.00 150.00

d. Laporan rapat-rapat koordinasi/kerja/

dinas/pimpinan/kelompok kerja/konsultasi laporan 1.00 1.00 100.00

Outcomes:Terlaksananya penataan dan

penyempurnaan organisasi dan

ketatalaksanaan persen 100.00 100.00 100.00

6

Page 111: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

8.1.1 Menyelenggarakan pengembangan Inputs:

SDM dan administrasi kepegawaian a. SDM orang 14.00 12.00 114.29

b. Dana ribu rupiah 1,030,950.00 982,788.00 104.67

c. Peraturan paket 3.00 3.00 100.00

d. Peralatan unit 5.00 5.00 100.00

e. Data berkas 1.00 1.00 100.00

Outputs:

a. Dokumen kepegawaian dokumen 10.00 10.00 100.00

b. Tingkat koordinasi internal persen 100.00 100.00 100.00

c. Assesment Centre orang 186.00 50.00 26.88

d. Sistem informasi manajemen

kepegawaian unit 1.00 1.00 100.00

e. Laporan pelaksanaan baperjakat laporan 1.00 1.00 100.00

f. Laporan monitoring kode etik laporan 1.00 1.00 100.00

Outcomes:

Terlaksannya administrasi kepegawaian persen 100.00 100.00 100.00

9.1.1 Menyelenggarakan pembinaan Inputs:

administrasi dan pengelolaan a. SDM orang 10.00 11.00 110.00

keuangan b. Dana ribu rupiah 2,140,418.00 2,112,392.00 98.69

c. Peraturan jenis 10.00 10.00 100.00

d. Peralatan unit 10.00 10.00 100.00

e. Data berkas 3.00 3.00 100.00

Outputs:

a. Dokumen penganggaran dokumen 3.00 3.00 100.00

b. Dokumen perbendaharaan SPM 1,843.00 1,843.00 100.00

ribu rupiah 83,770,898.00 71,893,535.00 85.82

c. Laporan keuangan laporan 3.00 3.00 100.00

Outcomes: Terselenggaranya administrasi keuangan

yang dapat dipertanggungjawabkan persen 100.00 100.00 100.00

9.2.1 Mengelola gaji, honorarium, dan Inputs:

tunjangan a. SDM orang 11.00 11.00 100.00

b. Dana ribu rupiah 16,332,305.00 11,745,448.00 71.92

c. Peraturan jenis 10.00 10.00 100.00

d. Peralatan unit 15.00 15.00 100.00

e. Data pegawai 325.00 371.00 114.15

Outputs:

a. Gaji ribu rupiah 14,537,459.00 10,641,446.00 73.20

frekuensi 13.00 13.00 100.00

b. Uang makan ribu rupiah 1,260,270.00 630,975.00 50.07

frekuensi 12.00 12.00 100.00

c. lembur ribu rupiah 534,576.00 473,027.00 88.49

frekuensi 12.00 12.00 100.00

7

Page 112: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

Outcomes: Terselenggaranya pembayaran

gaji/honorarium dan tunjangan persen 100.00 100.00 100.00

10.1.1 Menyelenggarakan operasional dan Inputs:

pemeliharaan perkantoran a. SDM orang 16.00 17.00 106.25

b. Dana ribu rupiah 12,677,650.00 9,954,543.15 121.48

c. Peraturan paket 5.00 5.00 100.00

d. Peralatan unit 20.00 20.00 100.00

e. Data berkas 5.00 5.00 100.00

Outputs:

a. Perpustakaan unit 1.00 1.00 100.00

b. Pertemuan/jamuan delegasi/misi/tamu frekuensi 250.00 120.00 48.00

c. Gedung kantor (Perawatan) unit 2.00 2.00 100.00

d. Kendaraan operasional R-2 (Perawatan) unit 10.00 10.00 100.00

e. Kendaraan operasional R-4 (Perawatan) unit 49.00 49.00 100.00

f. Peralatan dan Mesin (Pemeliharaan) unit 500.00 500.00 100.00

g. Internet, bloomberg, reuters paket 3.00 3.00 100.00h. Laporan Simak-BMN laporan 2.00 2.00 100.00

Outcomes: Terselenggaranya operasional dan

pemeliharaan perkantoran persen 100.00 100.00 100.00

11 Pengelolaan 11.1.1 Menyelenggarakan pengembangan Inputs:

Sumber Daya SDM dan administrasi kepegawaian a. SDM orang 14.00 12.00 114.29

Manusia b. Dana ribu rupiah 3,387,575.00 2,917,302.00 113.88

Aparatur c. Peraturan jenis 3.00 3.00 100.00

d. Peralatan unit 5.00 5.00 100.00

e. Data berkas 1.00 1.00 100.00

Outputs:

a. Training frekuensi 4.00 4.00 100.00

orang 120.00 156.00 130.00

b. Workshop frekuensi 4.00 4.00 100.00

orang 260.00 100.00 38.46

c. Seminar/Sosialisasi frekuensi 4.00 4.00 100.00

orang 160.00 634.00 396.25

d. Diklat teknis frekuensi 56.00 48.00 85.71

orang 270.00 947.00 350.74

e. Laporan evaluasi pemantauan

penyelenggaraan diklat frekuensi 6.00 6.00 100.00

Outcomes:

Terselenggaranya pelatihan pegawai

secara teratur persen 100.00 100.00 100.00

8

Page 113: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (5) (6) (7) (8) (9)

No Program

Kegiatan

Persentase

Pencapaian

Target

Keterangan

(3) (4)

Uraian Indikator Kinerja Satuan Rencana Realisasi

12 Peningkatan 12.1.1 Melaksanakan Inputs:

Sarana dan pembangunan/pengadaan/ a. SDM orang 7.00 7.00 100.00

Prasarana peningkatan sarana dan prasarana b. Dana ribu rupiah 4,879,700.00 4,269,177.00 87.49

Aparatur c. Peraturan paket 5.00 5.00 100.00

Negara d. Peralatan unit 7.00 7.00 100.00

e. Data entitas 2.00 2.00 100.00

Outputs:

a. Perlengkapan sarana gedung paket 5.00 1.00 20.00

b. Peralatan dan mesin

1) Electronic filling system paket 1.00 1.00 100.00

2) UPS unit 1.00 1.00 100.00

3) Server unit 4.00 4.00 100.00

4) Komputer dekstop unit 79.00 79.00 100.00

5) Lemari arsip modern (roll o pack) unit 1.00 1.00 100.00

6) Mesin Fotocopy unit 2.00 2.00 100.00

Outcomes:Tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai persen 100.00 100.00 100.00

9

Page 114: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

Visi : Menjadi Pengelola Utang Pemerintah yang Profesional dan Handal sesuai dengan Standar Internasional

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)

1 Terselesaikannya 1.1 Terselesaikannya penyusunan Pengelolaan 1.1.1 Menyusun peraturan di bidang Inputs:

peraturan tentang Undang-Undang dan Peraturan dan pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar a. SDM orang 115

pengelolaan utang Pendukung lainnya tentang PHLN 100% Pembiayaan Negeri (PHLN) b. Dana ribu rupiah 8,943,640

Utang c. Peraturan jenis 6

d. Peralatan unit 80

e. Data entitas 6

Outputs:

a. RUU tentang PHLN sampai tingkat Panitia

antar Departemen buah 1

b. RPP tentang PHLN buah 1

c. RPP tentang Hibah Luar Negeri buah 1

Outcomes:

Terselesaikannya penyusunan

Undang-Undang dan Peraturan

Pendukung lainnya tentang PHLN persen 100

1.2 Terselenggaranya penyusunan Pengelolaan

dan

1.2.1 Menyusun peraturan Inputs:

peraturan dan kebijakan operasional Pembiayaan

Utang

perundangan-undangan tentang a. SDM orang 40

untuk mendukung pengelolaan portofolio pengelolaan SUN b. Peraturan buah 11

dan pengembangan pasar SUN 100% c. Peralatan unit 40

d. Data entitas 12

Outputs :

a. Peraturan terkait transaksi SUN peraturan 3

b. Dokumen hukum pelaksanaan transaksi

SUN dokumen 57

Outcomes:

Terselenggaranya penyusunan

peraturan dan kebijakan operasional

untuk mendukung pengelolaan portofolio

dan pengembangan pasar SUN persen 100

1.3 Tersedianya peraturan dan dokumen Pengelolaan 1.3.1 Menyusun peraturan Inputs:

yang memadai dalam rangka dan terkait pengelolaan a. SDM orang 30

pengelolaan pembiayaan syariah 100% Pembiayaan pembiayaan syariah b. Dana ribu rupiah 670,725

Utang c. Peraturan paket 11

d. Peralatan unit 10

e. Data entitas 11

Outputs:

a. Peraturan terkait pembiayaan syariah buah 4

b. Dokumen hukum terkait transaksi SBSN dokumen 50

RENCANA KINERJA TAHUNAN

(6)

Kegiatan

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANGTAHUN ANGGARAN 2009

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

1

Page 115: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)(6)

Kegiatan

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

Outcomes:

Tersedianya peraturan dan dokumen

yang memadai dalam rangka

pengelolaan pembiayaan syariah persen 100

1.4 Terselesaikannya penyusunan Pengelolaan 1.4.1 Menyusun peraturan Inputs:

peraturan perundangan-undangan dan perundangan-undangan yang a. SDM orang 34

yang mendukung Pembiayaan mendukung pelaksanaan strategi b. Dana ribu rupiah 1,147,525

dan pengelolaan portofolio utang 100% Utang dan pengelolaan portofolio utang c. Peraturan berkas 12

d. Peralatan unit 35

e. Data berkas 12

Outputs:

RPP tentang Pengadaan Pinjaman

Luar Negeri RPP 1

Outcomes:

Terselesaikannya penyusunan

peraturan perundangan-undangan

yang mendukung

dan pengelolaan portofolio utang persen 100

2 Terwujudnya pengamanan 2.1 Terwujudnya pengamanan rencana Pengelolaan 2.1.1 Melaksanakan pengelolaan pinjaman Inputs:

rencana penyerapan penyerapan pinjaman dan hibah 100% dan dan hibah a. SDM orang 66

pinjaman luar negeri Pembiayaan b. Dana ribu rupiah 4,964,732

(dishbursment) baik Utang c. Peraturan paket 6

pinjaman program maupun d. Peralatan unit 80

pinjaman proyek e. Data entitas 6

Outputs:

a. Loan agreement/grant agreement buah 20

b. Laporan misi, appraisal, pemantauan,

dan supervisi proyek yang dibiayai

proyek laporan 48

c. Laporan hasil evaluasi kesiapan proyek laporan 20

d. Buku manual PHLN buku 1

Outcomes:

Terwujudnya pengamanan rencana

penyerapan pinjaman dan hibah persen 100

2

Page 116: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)(6)

Kegiatan

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

3 Terlaksananya 3.1 Terlaksananya transaksi dalam Pengelolaan 3.1.1 Melaksanakan pengelolaan Surat Inputs:

pengelolaan Portofolio SBN rangka pengelolaan portofolio SUN 100% dan Utang Negara (SUN) a. SDM orang 40

Pembiayaan b. Dana ribu rupiah 10,809,324

4 Berkembangnya Pasar dan 4.1 Terlaksananya kegiatan pengembangan Utang c. Peraturan jenis 5

infrastruktur pendukung pasar dan infrastruktur pelaksanaan d. Peralatan unit 40

SBN transaksi SUN 100% e. Data entitas 12

Outputs:

a. 1) SUN dalam mata uang

rupiah melalui metode

lelang:

a) Obligasi Negara frekuensi 22

milyar rupiah 36,400

b) Surat Perbendaharaan frekuensi 22

Negara milyar rupiah 24,000

c) Buyback/debtswitch frekuensi 6

milyar rupiah 2,284

2) SUN secara langsung frekuensi 3

melalui Dealing Room : milyar rupiah 500

3) Obligasi Negara Ritel frekuensi 2

(ORI) milyar rupiah 5,500

4) SUN Valas di pasar frekuensi 2

perdana internasional milyar rupiah 14,100

b. Kuotasi harga Dealer Utama data 240

c. Laporan koordinasi dan kerjasama

dengan instansi maupun pelaku pasar

baik domestik maupun internasional laporan 5

d. Instrumen SUN (pengembangan) instrumen 2

e. Pelayanan kepada publik dan investor:

1) Sosialisasi dan publikasi SUN lokasi 7

peserta 1,050

2) Investor gathering kegiatan 3

peserta 450

3) Dealer/analyst meeting kegiatan 9

peserta 270

4) Siaran pers dan pengumuman hasil

transaksi SUN kepada publik dokumen 32

f. Pre Marketing ORI lokasi 12

peserta 1,800

g. Laporan riset pasar keuangan dan SUN laporan 3

Outcomes:

a. Terlaksananya transaksi dalam

rangka pengelolaan portofolio SUN persen 100

b. Terlaksananya kegiatan pengembangan

pasar dan infrastruktur pelaksanaan

transaksi SUN persen 100

3

Page 117: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)(6)

Kegiatan

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

3.2 Terselenggaranya pengelolaan Pengelolaan 3.2.1 Melaksanakan pengelolaan Inputs:

pembiayaan syariah 100% dan portofolio SBSN a. SDM orang 30

Pembiayaan b. Dana ribu rupiah 4,829,275

4.2 Terlaksananya pengembangan pasar Utang c. Peraturan paket 11

SBSN 100% d. Peralatan unit 10

e. Data entitas 11

Outputs:

a. Nominal SBSN triliun rupiah 20.00

b. Rekomendasi Identifikasi BMN laporan 1

c. Rekomendasi Komite Syariah SBSN laporan 1

d. Laporan pemantauan dan analisis

keuangan dan pasar SBSN laporan 3

e. Laporan hasil kajian pengembangan

instrumen pembiayaan syariah laporan 1

f. Laporan hasil kajian pengembangan

infrastrutur pasar SBSN laporan 1

g. Laporan hasil kajian penyiapan

proyek sebagai underlying transaksi

SBSN laporan 1

h. Publikasi SBSN paket 6

i. Sosialisasi SBSN lokasi 6

orang 900

j. Investor gathering/analyst meeting lokasi 2

orang 200

k. Penyelenggaraan Non-Deal Roadshow lokasi 1

l. Pre Marketing SBSN Ritel lokasi 5

m. Jumlah investor Sukuk Ritel orang 1000

Outcomes:

a. Terselenggaranya pengelolaan

pembiayaan syariah persen 100

b. Terlaksananya pengembangan pasar

SBSN persen 100

5 Tersedianya strategi 5.1 Tersedianya strategi dan kebijakan Pengelolaan 5.1.1 Mengelola strategi dan portofolio Inputs:

pengelolaan utang dengan pengelolaan utang yang mendukung dan utang a. SDM orang 34

struktur portofolio yang pencapaian struktur portofolio yang Pembiayaan b. Dana ribu rupiah 3,437,873

optimal, tingkat risiko yang optimal, serta tingkat risiko yang Utang c. Peraturan berkas 12

terkendali, dan tingkat terkendali, dan dengan biaya yang d. Peralatan unit 35

biaya yang dapat diterima dapat diterima 100% e. Data berkas 12

5.2 Tersedianya rekomendasi kebijakan di

bidang pengelolaan kewajiban Outputs:

kontinjensi yang optimal dan a. Rumusan strategi dan kebijakan utang

mendukung tercapanya ketahanan jangka menengah dan jangka panjang berkas 1

fiskal 100% b. Rumusan rencana kebutuhan

5.3 Telaksananya kegiatan pengelolaan pembiayaan melalui utang dalam

utang yang sesuai dengan peraturan rangka APBN berkas 1

perundangan, prosedur operasional, c. Rumusan rencana portofolio utang

dan kode etik 100% untuk membiayai kebutuhan anggaran

tahunan (annual financing plan ) berkas 1

d. Laporan hasil monitoring dan analisis

kinerja dan risiko portofolio utang laporan 1

e. Rumusan batas maksimum pinjaman berkas 1

4

Page 118: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)(6)

Kegiatan

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

f. Laporan hasil monitoring potensi

kewajiban kontinjensi laporan 1

g. Laporan dan rekomendasi terkait

pelaksanaan kepatuhan terhadap

peraturan perundangan, prosedur

standar, dan kode etik laporan 1

h. Laporan dan rekomendasi terkait

pengelolaan risiko operasional laporan 1

Outcomes:

a. Tersedianya strategi dan kebijakan

pengelolaan utang yang mendukung

pencapaian struktur portofolio yang

optimal, serta tingkat risiko yang

terkendali, dan dengan biaya yang

dapat diterima persen 100

b. Tersedianya rekomendasi kebijakan di

bidang pengelolaan kewajiban

kontinjensi yang optimal dan

mendukung tercapanya ketahanan

fiskal persen 100

c. Telaksananya kegiatan pengelolaan

utang yang sesuai dengan peraturan

perundangan, prosedur operasional,

dan kode etik persen 100

6 Terlaksananya evaluasi, 6.1 Terlaksananya evaluasi, akuntansi, dan Pengelolaan 6.1.1 Melaksanakan evaluasi, akuntansi, Inputs:

akuntansi, dan setelmen setelmen utang yang tepat, akurat, dan dan setelmen utang a. SDM orang 80

utang secara efektif dan profesional, dan bertanggungjawab 100% Pembiayaan b. Dana ribu rupiah 5,671,144

efisien Utang c. Peraturan jenis 5

d. Peralatan unit 33

e. Data entitas 12

Outputs:

a. Nilai efektif penarikan PHLN

1) Pinjaman Program miliar rupiah 26,400.00

2) Pinjaman Proyek miliar rupiah 25,700.00

b. Nilai Pembayaran Utang

1) Cicilan Pokok Utang DN miliar rupiah 73,051.17

2) Bunga Utang DN miliar rupiah 69,340.00

3) Cicilan Pokok Utang LN miliar rupiah 61,609.20

4) Bunga Utang LN miliar rupiah 32,317.79

c. Laporan utang laporan 3

d. Laporan hasil monitoring dan evaluasi

proyek yang dibiayai PHLN laporan 10

e. Sistem informasi utang (pengembangan) paket 3

Outcomes:

Terlaksananya evaluasi, akuntansi, dan

setelmen utang yang tepat, akurat,

profesional, dan bertanggungjawab persen 100

5

Page 119: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)(6)

Kegiatan

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

7 Meningkatnya kualitas 7.1 Terlaksananya penataan dan Penerapan 7.1.1 Menyusun dokumen organisasi Inputs:

organisasi dan penyempurnaan organisasi dan Kepemerintahan dan ketatalaksanaan a. SDM orang 9

ketatalaksanaan direktorat ketatalaksanaan 100% Yang Baik b. Dana ribu rupiah 2,857,062

jenderal c. Peraturan paket 4

d. Peralatan unit 8

e. Data berkas 11

Outputs:

a Dokumen organisasi dokumen 5

b. Dokumen ketatalaksanaan dokumen 3

c. Dokumen pelaporan kinerja dokumen 4

d. Laporan rapat-rapat koordinasi/kerja/

dinas/pimpinan/kelompok kerja/konsultasi laporan 1

Outcomes:

Terlaksananya penataan dan

penyempurnaan organisasi dan

ketatalaksanaan persen 100

8 Meningkatnya pelayanan 8.1 Terlaksannya administrasi kepegawaian 100% Penerapan 8.1.1 Menyelenggarakan pengembangan Inputs:

kepegawaian Kepemerintahan SDM dan administrasi kepegawaian a. SDM orang 14Yang Baik b. Dana ribu rupiah 1,030,950

c. Peraturan paket 3

d. Peralatan unit 5

e. Data berkas 1

Outputs:

a. Dokumen kepegawaian dokumen 10

b. Tingkat koordinasi internal persen 100

c. Assesment Centre orang 186

d. Sistem informasi manajemen

kepegawaian unit 1

e. Laporan pelaksanaan baperjakat laporan 1

f. Laporan monitoring kode etik laporan 1

Outcomes:

Terlaksannya administrasi kepegawaian persen 100

9 Meningkatnya kualitas 9.1 Terselenggaranya administrasi keuangan Penerapan 9.1.1 Menyelenggarakan pembinaan Inputs:

perencanaan program dan yang dapat dipertanggungjawabkan 100% Kepemerintahan administrasi dan pengelolaan a. SDM orang 10

keuangan, pengelolaan Yang Baik keuangan b. Dana ribu rupiah 2,140,418

keuangan, dan laporan c. Peraturan jenis 1

keuangan Direktorat d. Peralatan unit 10

Jenderal; e. Data berkas PM

Outputs:

a. Dokumen penganggaran dokumen 3

b. Dokumen perbendaharaan SPM PM

ribu rupiah 83,770,898.00

c. Laporan keuangan laporan 3

Outcomes:

Terselenggaranya administrasi keuangan

yang dapat dipertanggungjawabkan persen 100

6

Page 120: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)(6)

Kegiatan

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

9.2 Terselenggaranya pembayaran Penerapan 9.2.1 Mengelola gaji, honorarium, dan Inputs:

gaji/honorarium dan tunjangan 100% Kepemerintahan tunjangan a. SDM orang 16Yang Baik b. Dana ribu rupiah 16,332,305

c. Peraturan jenis 10

d. Peralatan unit 15

e. Data pegawai 325

Outputs:

a. Gaji ribu rupiah 15,302,705

frekuensi 13

b. Uang makan ribu rupiah 1,029,600

frekuensi 12

Outcomes:

Terselenggaranya pembayaran

gaji/honorarium dan tunjangan persen 100

10 Meningkatnya kualitas 10.1 Terselenggaranya operasional dan Penerapan 10.1.1 Menyelenggarakan operasional dan Inputs: Bag. Umum & Duktek

pelayanan pemeliharaan perkantoran 100% Kepemerintahan pemeliharaan perkantoran a. SDM orang 16

kerumahtanggaan Yang Baik b. Dana ribu rupiah 12,677,650

pengelolaan pemeliharaan c. Peraturan paket 5

sarana gedung, peralatan, d. Peralatan unit 20

dan kendaraaan dinas e. Data berkas 5

Direktorat Jenderal

Outputs:

a. Perpustakaan unit 1

b. Pertemuan/jamuan delegasi/misi/tamu frekuensi 250

c. Gedung kantor (Perawatan) unit 2

d. Kendaraan operasional R-2 (Perawatan) unit 10

e. Kendaraan operasional R-4 (Perawatan) unit 49

f. Peralatan dan Mesin (Pemeliharaan) unit 500

g. Internet, bloomberg, reuters paket 3

h. Laporan Simak-BMN laporan 2

Outcomes:

Terselenggaranya operasional dan

pemeliharaan perkantoran persen 100

11 Meningkatnya kapasitas/ 11.1 Terselenggaranya pelatihan pegawai Pengelolaan 11.1.1 Menyelenggarakan pengembangan Inputs:

kualitas SDM secara teratur 100% Sumber Daya SDM dan administrasi kepegawaian a. SDM orang 14

Manusia b. Dana ribu rupiah 3,387,575

Aparatur c. Peraturan jenis 3

d. Peralatan unit 5

e. Data berkas 1

7

Page 121: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,

(1) (2) (4) (5) (8) (9) (10)(6)

Kegiatan

(3)

KeteranganNo

(7)

Satuan TargetProgram

Uraian Indikator Kinerja

Sasaran

Uraian Indikator Target

Outputs:

a. Training frekuensi 4

orang 120

b. Workshop frekuensi 4

orang 260

c. Seminar/Sosialisasi frekuensi 4

orang 160

d. Diklat teknis frekuensi 56

orang 270

e. Laporan evaluasi pemantauan

penyelenggaraan diklat frekuensi 6

Outcomes:

Terselenggaranya pelatihan pegawai

secara teratur persen 100

12 Meningkatnya kualitas 12.1 Tersedianya sarana dan prasarana yang Peningkatan 12.1.1 Melaksanakan Inputs: Bag. Umum & Duktek

pembinaan administrasi memadai 100% Sarana dan pembangunan/pengadaan/ a. SDM orang 7

dan pengelolaan sarana Prasarana peningkatan sarana dan prasarana b. Dana ribu rupiah 4,879,700

dan prasarana direktorat Aparatur c. Peraturan paket 5

jenderal Negara d. Peralatan unit 7

e. Data entitas 2

Outputs:

a. Perlengkapan sarana gedung paket 5

b. Peralatan dan mesin

1) Electronic filling system paket 1

2) UPS unit 1

3) Server unit 4

4) Komputer dekstop unit 79

5) Lemari arsip modern (roll o pack) unit 1

6) Mesin Fotocopy unit 2

Outcomes:

Tersedianya sarana dan prasarana yang

memadai persen 100

8

Page 122: LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI … · Pencapaian sasaran strategis mengembangkan instrumen pembiayaan yang efektif dengan indikator efektifitas instrumen pembiayaan baru,