Post on 07-Dec-2015
INISIASI II
RUANG LINGKUP EKONOMI MAKROakhmad susilo w
pengantar ekonomi makro
Titik berat penelaahan ekonomi makro adalah pendapatan nasional.
Pendapatan Nasional atau lebih tepatnya Produk Nasional Bruto (PNB) bisa
digunakan untuk mengukur kemakmuran material masyarakat secara
kuantitatif. Sesuai namanya ekonomi makro, maka lingkup kegiatan
ekonomi yang dipelajari adalah ekonomi masyarakat secara agregat,
bukan secara indifidu.
Untuk mempelajari PNB ini ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu
pendekatan pengeluaran oleh berbagai rumah tangga yang terlibat dalam
kegiatan ekonomi nasional, pendekatan penerimaan oleh para pemilik
factor produksi yang terlibat dalam proses produksi, dan pendekatan
produksi.
Pendekatan Pengeluaran.
Pengeluaran yang dimaksud dalam ekonomi makro adalah pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga individu, perusahaan, dan Negara.
Pengeluaran oleh rumah tangga individu untuk membeli kebutuhan yang
berupa barang maupun jasa disebut konsumsi (C = consumption ).
Pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk membeli barang modal
disebut Investasi ( I = Investmen).
Pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah untuk membeli barang dan jasa
dari swasta disebut pengeluaran pemerintah ( G = government
Expenditure).
Pengeluaran yang disebabkan oleh pembelian barang dan jasa oleh orang
dan badan asing disebut ekspor netto atau net esport, X - M = ekspor –
import.
Apabila dibuat rumusan maka Pendapatan Nasional dapat dituliskan sbb:
Y = C + I + G + ( X – M )Y = Pendapatan Nasional Bruto (PNB)C = Consumption ( Konsumsi oleh rumah tangga individu)I = Investement ( Investasi yang dilakukan oleh rumah tangga perusahaan)G = Government Expenditure (pegeluaran oleh pemerintah)X – M = Net Eksport (selisih antara ekspor dengan impor).
KonsumsiBesarnya konsumsi ikut menentukan besarnya PNB. Konsumsi merupakan
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga individu atas dorongan
motif yang berasal dari dalam diri manusia dan bersifat subyektif, yakni
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Besarnya konsumsi sangat tergantung dari pendapatan. Semakin tinggi
pendapatan maka konsumsi cenderung ikut membesar, dengan kenaikan
yang tidak proporsional.
InvestasiMerupakan pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk membeli barang
modal baru, yang merupakan penambahan barang modal riil pada stok
barang yang sudah ada oleh perusahaan swasta domestik. termasuk
investasi antara lain pembelian mesin-mesin untuk produksi, pembuatan
rumah baru, perubahan nilai barang cadangan akibat perubahan jumlah
maupun harga.
Pendekatan Penerimaan.PNB dari penerimaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan penghasilan
atau penerimaan yang diperoleh para pemilik factor produksi dalam suatu
masyarakat selama kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Penghitungan PNB dengan cara pengeluaran maupun penerimaan
seharusnya menghasilkan angka yang sama, artinya besarnya PNB
pengeluaran = besarnya PNB penerimaan.
Dalam kegiatan ekonomi, apa yang dikeluarkan oleh salah satu rumah
tangga pasti menjadi penerimaan rumah tangga yang lain.
Termasuk PNB pendekatan penerimaan meliputi:
PenyusutanPajak tidak langsungUpah an gajiSewaLaba perusahaan peroranganDevidenPajak perseroanLaba tak dibagi.
Pendekatan Produksi PNB Pendekatan produksi (produk neto) dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai pasar semua produk akhir yang dihasilkan oleh
masyarakat selama satu tahun. Produk akhir adalah semua barang atau jasa
yang langsung dikonsumsi oleh konsumen dan tidak diperjual belikan lagi.
Atau bisa juga dihitung dengan cara menjumlahkan semua nilai tambah
yang diperoleh setiap rumah tangga perusahaan. Nilai tambah tersebut
diperoleh setiap ada transaksi dengan cara mengurangkan nilai jual dengan
biaya pembelian. Misalnya, contoh dalam skala kecil transaksi dan
kegiatan produksi yang akan dilalui dalam menghasilkan baju.
Jenis kegiatan nilai produksi nilai tambah
1. pembelian kapuk Rp.20.000 Rp 20.000
2. memintal jadi benang Rp 60.000 Rp 40.000
3. Mengolah jadi kain Rp 110.000 Rp 50.000
3. Mendesain dan menjahit baju Rp 160.000 Rp 50.000
4. menjual baju Rp200.000 Rp40.000,
Jumlah Rp200.000
Penjumlahan nilai tambah tersebut adalah Rp(20.000+40.000+50.000+50.000) = Rp200.000.
Sedangkan nilai produk akhir baju tersebut (harga baju) adalah juga Rp200.000.
PDB pendekatan produksi berarti menjumlahkan semua nilai tambah atau
menjumlahkan niai semua produk akhir yang ada di negara tersebut
dalam kurun waktu satu tahun.
Konsep pendapatan lain
Investasi Bruto: merupakan penambahan keseluruhan stok modal yang
ada. Misal petani X pada tahun 2009 memiliki stok modal berupa mesin
pengolah kripik sebanyak 2000 satuan, setelah satu tahun yakni pada 2010
jumlah modal ditambah sehinga menjadi 2500 satuan. Maka tambahan
sebesar (2500 – 2000) satuan = 500 unit disebut investasi bruto
Investasi Neto: merupakan penambahan stok modal tidak termasuk
penyusutan. Misal petani A pada tahun 2010 telah memiiki mesin kripik
2500 satuan, padahal pada tahun 2009 hanya punya 2000 satuan. Selama
berproduksi antara tahun 2009 sampai 2010 melakukan perbaikan atau
penggantian komponen karena rusak dan aus senilai 100 unit.
Maka besarnya investasi neto adalah besarnya investasi bruto dikurangi
penyusutan. Jadi (500 – 100 )satuan = 400 satuan
Atau
Investasi Bruto = investasi Neto + penyusutan.
Untuk melihat perkembangan besarnya PDB dari tahun ke tahun tidak dapat
hanya diihat dari besrnya nilai PDG tahun berjalan. Sebab setia peride selalu
terjadi penurunan nili uang.
Missal tahun 1993, ada uang Rp.500, bisa untuk beli satu piring nasi goreng
dan kenyang.
Pada tahun 2000, ketika punya uang Rp5000, tidak berarti bisa beli 10
piring nasi goreng dengan 10 kali kenyang. Sebabkenyataannya harga-harga
sudah naik sehingga uang Rp 5000, hanya bisa beli 1 piring nasi dan
kenyang. Artinya uang Rp500, pada tahu 1993 niainya sama dengan Rp
5000, pada tahun 2000.
Demikian pula dalam menghitung PDB, maka pengaruh perubahan nilai
harus dihilangkan dengan cara memberikan bobot tertentu pada harga yang
digunakan. Bobot tersebut berupa indeks harga dan disebut deflator harga
PDB berdasarkan tahun tertentu, misal menggunakan tahun dasar 1993.
Untuk Indonesia dilakukan oleh BPS Pusat Jakarta.
Missal PDB berdasar tahun berlaku pada tahun 1993 = Rp 329775,8 m,
sedangkan tahun 2000 = Rp1117342,3 m,
antara tahuun 1993 sampai 2000 terjadi kenaikan PDB sebesar
(Rp1117342,3 m – Rp 329775,8 m)/ Rp 329775,8 m x 100% = 300%
(kalau kenaikan sebesar ini tentu sangat fantastis).
Yang realistis adalah melihat kenaikan PDB berdasar harga konstan
(berdasar PDB yang telah di deflator).
Maka:PDB harga konstan 1993 = Rp 329775,8 m
PDB harga konstan 2000 = Rp 397666,3 m
Perubahan PDB 1993 sampai 2000 : (Rp 397666,3 m - Rp 329775,8 m) / Rp
329775,8 m x 100% =20,6 %
Ternyata setelah dideflator, antara tahun 1993 sampai 2000, secara realistis
PDB Indonesia hanya naik 20,6% (bukan 300 %)
PDB yang dihitung menggunakan harga berlaku sering disebut PDB
Nominal, sedangkan PDB yang dihitung menggunakan harga konstan tahun
tertentu disebut PDB Riil.