Post on 29-Mar-2019
HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN
FENOTIPE MOLEKULER ESTROGEN RESEPTOR (ER) PADA PASIEN
INVASIVE BREAST CARCINOMA OF NO SPECIAL TYPE (NST) DI
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh:
NABILA MAHARANI AHMADI PUTRI
J 500 140 058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
HUBUNGAN ANTARA USIA DAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN
FENOTIPE MOLEKULER ESTROGEN RESEPTOR (ER) PADA PASIEN
INVASIVE BREAST CARCINOMA OF NO SPECIAL TYPE (NST) DI
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Abstrak
Kejadian kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat tertinggi yang diderita
oleh wanita. Usia merupakan independent risk factor. Angka kejadian obesitas juga
meningkat seiring dengan umur akan meningkatkan resiko kanker payudara. Salah
satu metode yang dapat memberikan prognosis dan jenis terapi terhadap kanker
payudara adalah Immunohistokimia dengan keberadaan dan status Estrogen
reseptor-Progesteron reseptor (ER-PR) dan HER-2 (Human Epidermal Growth
Factor Receptor). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia
dan BMI dengan fenotipe molekuler ER pada pasien Invasive breast carcinoma of
no special type (NST) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian
ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel
diambil dengan prinsip Purposive Sampling. Penelitian ini menggunakan data
primer rekam medis. Jumlah sampel sebesar 134. Analisis data yang digunakan
yaitu uji Chi Square. Hasil distribusi sampel penelitian berdasarkan usia terdapat
114 pasien usia > 40 tahun (85,1%) dan 20 pasien usia ≤ 40 tahun (14,9%). Hasil
distribusi sampel penelitian berdasarkan BMI terdapat 54 pasien (40,3%) yang
dikategorikan mengalami obesitas (BMI 25 kg/m2) dan 80 pasien (59,7%) dan
non obesitas (BMI < 25 kg/m2). Hasil distribusi pengujian IHK menunjukkan
bahwa ER+ ditemukan pada 40 pasien (29,9%) sedangkan ER- 94 pasien (70,1%).
Uji Chi Square hubungan antara usia dengan fenotipe molekuler ER menunjukan
hasil p = 0,297. Uji Chi Square hubungan antara BMI dengan fenotipe molekuler
ER menunjukan hasil p = 0,008. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan
fenotipe molekuler ER. Terdapat hubungan antara BMI dengan fenotipe molekuler
ER. Obesitas (BMI 25 kg/m2) berhubungan dengan ER positif.
Kata Kunci: Estrogen Reseptor, Imunohistokimia, Usia, BMI, Breast Cancer.
Abstract
The case of breast cancer in indonesia is the highest rank among the woman. The
age is the independent risk factor. The obesity rates also increase the risk of breast
cancer. One of the methods which can provide prognosis and the kind of breast
cancer therapy is progesteron reseptor (ER-PR) and HER 2 ( Human Epidermal
Growth factor receptor). The purpose of the research is to know the correlation
between the age and BMI with molecular phenotype Estrogen Reseptor (ER) on
invasive Breast carcinoma of no special type (NST) patient in PKU muhammadiyah
Surakarta. This research uses observational analytic with cross sectional design.
The sample was taken by using purposive sampling. This research uses primary
data record. The samples are 134 patients. The data analysis is chi square. The
result based on the age there were 114 patients at the age > 40 years old (85,1%)
and 20 patients at the age ≤ 40 y.o (14,9%). the result of the research based on the
2
BMI there were 54 patients (40.3%) were categorised as obese (BMI <25 kg/m²).
The result of IHK test showed that ER+ was found on 40 patients (29.9%) and ER-
94 patients (70.1%). Chi square test between the age and molecular phenotype ER
showed that the result of p = 0.297. Chi square test between BMI and molecular
phenotype ER showed that the result of p= 0.008. There is no correlation between
the age and molecular phenotype. There is correlation between BMI and molecular
phenotype. Obesity ( BMI ≥ 25kg/m²) has positive correlation with ER positive.
Keywords: Estrogen reseptor, Immunohistochemistry, Age , BMI, Breast Cancer.
1. PENDAHULUAN
Kanker payudara berasal dari pertumbuhan berlebihan atau
perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel atau jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Romadhon, 2013). Kanker
payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di dunia.
Diperkirakan lebih dari 508.000 wanita di dunia meninggal pada tahun 2011
akibat kanker payudara (WHO, 2014). Klasifikasi kanker payudara dibagi
menjadi In situ carcinoma dan Invasive carcinoma (Rosai, 2011). Tipe Invasive
carcinoma of no special type (NST) merupakan tipe tersering pada kanker
payudara (Syukri, Fidiawati, & Tripriadi, 2016).
Kejadian kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat tertinggi
yang diderita oleh wanita. Insiden kanker payudara pada perempuan sebanyak
48.998 kasus (30,5%). Pada tahun 2012 kematian yang disebabkan oleh kanker
payudara sebanyak 19.750 kematian atau 21 ,5% (Ferlay , et al., 2012). Provinsi
Jawa Tengah memiliki jumlah penderita kanker payudara sebanyak 11.511 jiwa.
Surakarta menjadi kota dengan jumlah penderita kanker payudara terbanyak di
Jawa Tengah (Depkes RI, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Juliade Chatrin
pada tahun 2016, memberikan data bahwa terdapat 288 orang yang terdiagnosis
kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi (Chatrin, 2016).
Terdapat beberapa faktor risiko kanker payudara yang meliputi faktor
reproduksi (usia menarche dini, kehamilan pertama pada usia lanjut, paritas yang
rendah, dan masa laktasi), faktor endokrin (kontrasepsi oral, terapi sulih hormon,
usia lebih dari 75 tahun dengan densitas payudara 75%, dan hiperplasi atipik),
faktor diet (konsumsi alkohol dan obesitas), dan faktor genetik yaitu anggota
keluarga dengan kanker payudara dan riwayat keluarga dengan kanker ovarium
3
(Rasjidi, 2010). Usia merupakan faktor penting untuk risiko rekurensi tanpa
tergantung faktor lainnya yang biasa disebut dengan independent risk factor
(Azamris & Bachtiar, 2015). Kelompok usia 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-
54 tahun memiliki risiko tinggi terhadap kanker karena pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat (Depkes RI, 2015). Wanita usia 50 tahun keatas atau pada
waktu pre- menopause, memiliki kadar estrogen yang tinggi pada jaringan
payudara. Hal ini seringkali dianggap berasal dari tingginya uptake dari hormon
dalam sirkulasi (Suparman & Suparman, 2014).
Riset kesehatan dasar tahun 2010 di Indonesia, mengalami kenaikan
angka prevalensi gizi yang semula 12,2% pada tahun 2007, menjadi 14,2% pada
tahun 2010. Selain itu peningkatan berat badan atau body mass index (BMI) akan
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, kolon, prostat, endometrium,
ginjal dan kandung empedu. Sehingga angka mortalitas juga meningkat seiring
dengan peningkatan berat badan (Hamdy, 2013).
Wanita mempunyai prevalensi dua kali lebih banyak mengalami obesitas
dibandingkan pada pria. Angka kejadian obesitas juga meningkat seiring dengan
umur, terutama diatas 50 tahunan atau 60 tahunan (Hamdy, 2013).
Salah satu metode yang dapat memberikan prognosis dan jenis terapi
terhadap kanker payudara adalah Immunohistokimia (Iabellapansa, Muhimmah,
& Indrayanti, 2013). Immunohistokimia (IHK) merupakan suatu teknik yang
digunakan untuk mengidentifikasi molekul tertentu seperti protein dalam suatu
jaringan dengan memanfaatkan prinsip pengikatan antibodi. IHK pada kanker
payudara digunakan untuk mengetahui keberadaan dan status Estrogen reseptor-
Progesteron reseptor (ER-PR) dan HER-2 (Human Epidermal Growth Factor
Receptor) yang dapat digunakan sebagai biomarker untuk prognostik dan
prediktif spesifik pada pasien dengan kanker payudara. Marker ini berperan
penting terhadap terapi hormonal. ER merupakan biomarker pada kanker
payudara, karena hormon ini menyediakan indeks kepekaan terhadap
pengobatan endokrin (Dowsett & Weigel, 2010).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Hubungan antara usia dan BMI (Body Mass Index) dengan fenotipe
4
molekuler (Esterogen Reseptor) ER pada pasien Invasive breast carcinoma of
no special type (NST) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”.
2. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober-November 2017. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh rekam
medis hasil PA pasien kanker payudara tipe NST di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling, dan dengan besar sampel
penelitian minimal dalah 47 sampel, namun dalam penelitian didapatkan 134
sampel.
Cara Kerja :
Langkah I : Peneliti menentukan sampel dengan cara purposisve sampling
untuk seluruh rekam medis hasil PA pasien kanker payudara tipe NST di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kemudian menghitung besar sampel
dengan menggunakan rumus. Besar sampel penelitian minimal dalah 47 sampel,
namun dalam penelitian didapatkan 134 sampel.
Langkah II : Mengkategorikan sampel berdasar ER+ dan ER-, kemudian dilihat
usia dan BMI
Langkah III : Usia dikategorikan menjadi ≤ 40 tahun (kurang dari sama dengan
40 tahun) dan > 40 tahun (lebih dari 40 tahun). BMI dikategorikan menjadi
obesitas dan non obesitas.
Langkah IV : Edit, mengkodekan, memasukkan, & membersihkan data.
Langkah V : Analisis data menggunakan uji hipotesis beda proporsi chi-square.
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Analisis Statistik
1.1.1 Data Demografi
Penelitian ini memiliki hasil pengujian immunohistokimia
menunjukkan bahwa PR (Progesteron Reseptor) positif ditemukan
pada 32 pasien (23,8 %) sedangkan 102 pasien (76,2%) yang lain
dikategorikan memiliki PR negatif. Tingkat pendidikan paling
banyak adalah SMA sebanyak 56 responden (41,8%), perguruan
tinggi sebanyak 37 responden (27,6%), SD sebanyak 26 responden
(19,4%), SMP sebanyak 15 responden (11,2%).
1.1.2 Deskripsi Sampel Penelitian
Hasil distribusi sampel penelitian berdasarkan usia terdapat
114 pasien usia > 40 tahun (85,1%) dan 20 pasien usia ≤ 40 tahun
(14,9%). Hasil distribusi sampel penelitian berdasarkan BMI
terdapat 54 pasien (40,3%) yang dikategorikan mengalami obesitas
(BMI 25 kg/m2) dan 80 pasien (59,7%) dan non obesitas (BMI <
25 kg/m2). Hasil distribusi pengujian IHK menunjukkan bahwa ER+
ditemukan pada 40 pasien (29,9%) sedangkan ER- 94 pasien
(70,1%).
1.1.3 Analisis Statistik
Uji Chi Square hubungan antara usia dengan fenotipe
molekuler ER menunjukan hasil p= 0,297. Uji Chi Square hubungan
antara BMI dengan fenotipe molekuler ER menunjukan hasil
p=0,008.
1.2 Pembahasan
Estrogen reseptor (ER) merupakan marker biologi yang paling
penting pada kanker payudara. Struktur ER pada pasien kanker payudara
dapat menjadi respon prediktif terhadap terapi hormonal. Ekspresi protein
ER meningkatkan prognosis terhadap penyakit kanker payudara (Lari &
Kuerer, 2011). Secara kuantitatif dikatakan bahwa kadar ER meningkat
dengan meningkatnya usia. Tumor dengan ER negatif memperlihatkan
6
proliferasi dan pertumbuhan tumor lebih agresif demikian juga angka
kekambuhan tinggi (Ramli, 2015). Estrogen reseptor diekspresikan secara
berlebihan pada sekitar 70% dari kanker payudara yang dikenal sebagai ER
positif. Status reseptor estrogen digunakan untuk menentukan sensitifitas
lesi kanker payudara terhadap terapi anti estrogen dan untuk menilai
sensitifitas kemoterapi preventif pada wanita yang memiliki risiko tinggi
kanker payudara (Choridah, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dengan kriteria di atas 40
tahun dan 40 tahun ke bawah tidak berhubungan signifikan dengan status
ER (p=0,297). Hanya secara klinis hasil observasi memperlihatkan
kecenderungan prevalensi ER positif yang lebih tinggi pada wanita
penderita kanker payudara tipe NST berusia lebih dari 40 tahun
dibandingkan pada penderita berusia 40 tahun ke bawah. Hal ini dapat
disebabkan karena semakin tua usia (dengan asumsi usia menarche yang
tidak terlalu variatif) maka paparan estrogen yang dialami akan lebih
banyak. Dalam studi yang lain, sekitar duapertiga wanita penderita
karsinoma payudara berumur <50 tahun mempunyai ekspresi ER positif,
sementara sekitar 80% tumor pada wanita berusia >50 tahun adalah ER
positif (Payne SJ, 2008 ). Tingginya kadar estrogen pada jaringan payudara
wanita pascamenopause seringkali dianggap berasal dari tingginya uptake
dari hormon dalam sirkulasi (Suparman, 2014). Peningkatan risiko terkena
kanker payudara meningkat pada usia 30 tahun atau pada usia reproduktif
yang kemudian setelah itu meningkat dengan kecepatan yang lebih rendah.
Peningkatan risiko ini terjadi karena pada usia tersebut wanita akan
mengalami perubahan siklus menstruasi yang membuat mereka tidak
berovulasi, atau tetap berovulasi namun tidak menghasilkan hormon
progesteron yang mencukupi sehingga level hormon estrogen yang akan
meningkat (Rukmi & Handayani, 2014).
Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan adanya hubungan
signifikan antara BMI dengan status ER (p=0,008). Obesitas (BMI 25
7
kg/m2 menurut kriteria Asia Pasifik) pada penderita kanker payudara tipe
NST berhubungan dengan ER positif. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan oleh Balasubramaniam et al. (2013) dalam studinya bahwa
obesitas meningkatkan risiko kanker payudara. Pada wanita yang
mengalami obesitas dan pola diet makanan berlemak dengan frekuensi yang
tinggi dapat meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah yang akan
meningkatkan risiko terkena kanker payudara karena efek proliferasi dari
estrogen pada duktus ephitelium payudara (Indrati, et al., 2010). Selain itu,
terdapat beberapa bukti yang menunjukkan perubahan metabolik pada
pasien kanker payudara dengan Body Mass Index (BMI) tinggi. BMI
berhubungan dengan resistansi insulin dan khususnya perubahan terkait
produksi sitokin oleh jaringan adiposa. Jaringan tersebut merupakan
kontributor utama terhadap sifat agresif dari kanker payudara yang
berkembang melalui pengaruhnya terhadap angiogenesis dan stimulasi
kemampuan invasif dari sel kanker (Sarifudin, A. Prihartono, & Guatama,
2016).
4. PENUTUP
Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara usia dengan fenotipe molekuler ER pada Invasive carcinoma mammae of
no special type (p=0,297) dan terdapat hubungan antara BMI dengan fenotipe
molekuler ER pada Invasive carcinoma mammae of no special type. Obesitas
(BMI 25 kg/m2) berhubungan dengan ER positif (p=0,008).
Penelitian ini memberikan informasi mengenai faktor yang terbukti
terkait dengan kanker payudara yaitu obesitas. Oleh karena itu para wanita
disarankan untuk menerapkan gaya hidup yang dapat menjaga kesehatan dan
mencegah dari obesitas. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk meningkatkan prognosis pada penderita kanker payudara.
Penelitian lebih lanjut tetap diperlukan dengan beberapa saran diantaranya:
pelibatan faktor-faktor lain selain usia dan BMI, diperlukan wawancara BMI
awal terdiagnosis dan setelah terapi, dilengkapi stadium klinis dan hasil USG
8
tumor, analisis lebih komprehensif dengan protein-protein lain seperti PR dan
HER, dengan sampel lebih banyak dan cakupan yang lebih luas.
PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr.Yuni Prastyo Kurniati,
Sp.PA, M.M.Kes, Dr. Erika Diana Risanti, M.Sc, dan Prof. DR. Dr. EM
Sutrisna. M.Kes yang telah membimbing, memberikan saran dan nasihat kepada
penulis dalam skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Azamris, I., & Bachtiar, H. (2015). Perbandingan Prognosis Subtipe Molekuler
Kanker Payudara Antara Pasien Kanker Payudara Wanita Usia Muda dan
Tua Di Rsup Dr. M. Djamil Padang. MKA, Volume 38, Nomor 3, pp. 209.
Balasubramaniam, S., Rotti, S., Vivekanandam, S., 2013. Risk factors of female
breast carcinoma: A Case control study at Puducherry. Indian J Cancer,
50(1), pp.65-70.
Chatrin, J. (2016). Gambaran Self Efficacypasien Kanker Payudara dalam
Perawatan Mandiri Tanda dan Gejala Selama Menjalani Kemoterapi Di
RSUD Dr. Moewardi 2016. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.
Choridah, L., 2013. Densitas mamografi metode nilai ambang, kadar estradiol, dan
polimorfisme reseptor estrogen 1 sebagai prediktor kanker payudara.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada. Dissertation.
Depkes RI. (2013). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Depkes RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dowsett, M., & Weigel, M. T. (2010). Current and emerging biomarkers in breast:
and prediction. Endocrine-Related Cancer, 17, R245–R262.
Ferlay , J., Soerjomataram , I., Ervik , M., Dikshit , R., Eser , S., Mathers , C., . . .
Bray, F. (2012). Cancer Incedence and Mortality Worldwide: IARC
CancerBase No.11. France: http://globocan.iarc.fr.
Hamdy. (2013). Obesity. Retrieved from www.medscape.com:
http://emedicine.medscape.com/article/123702-overview#a1
Iabellapansa, A., Muhimmah, I., & Indrayanti. (2013). Klasifikasi Citra
Imunohistokimia Sel Kanker Payudara HER2 Skore 1+ dan 3+. Seminar
Nasional Informatika Medis (SNIMed) ,, 4 (24), IV, p. 25.
Indirati, R., 2010, Faktor faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker
payudara wanita, (http://eprints.undip.ac.id/5248/1/Rini_Indarti.pdf,
diakses tanggal 10 Januari 2018)
Lari, S. A., Kuerer , H. M., 2011. Biological markers in dcis and risk of breast
recurrence: A Systematic review. Journal of Cancer, vol.2, p. 2.
Payne SJ, B. R. (2008 ). Predictive markers in breast cancer the present.
Histopathology, 52(1):82-90.
Ramli, M., 2015. Update breat carcer management diagnostic and treatment.
Majalah kedokteran Andalas. 38, No. Supl. 1.
Rasjidi, I. (2010). Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
10
Romadhon, Y.A. 2013. Gangguan siklus sel dan mutasi gen pada kanker payudara.
CDK. 40(10). pp. 786-9
Rosai, J. (2011). Rosai and Ackerman's Surgical Pathology 10th ed. Vol 2. New
York: Elsevier.
Rukmi, D. K.; Handayani, D., 2014. Faktor risiko kanker payudara pada wanita di
RSUD Panembahan Senopati Bantul. Media Ilmu Kesehatan , vol 3, pp.3
Sarifudin, A. Prihartono, N., & Guatama, W. (2016). Pengaruh Indeks Massa Tubuh
terhadap Disease-Free Survival Lima Tahun Pasien Kanker Payudara di
Rumah Sakit Kanker "Dharmais" Jakarta. Indonesian Journal of Cancer,
Vol. 10.
Suparman, E., & Suparman, E. (2014). Peran Esterogen dan Progesteron Terhadap
Kanker Payudara. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3, hlm. 141-
148.
Syukri, N. A., Fidiawati, W. A., & Tripriadi, E. S. (2016). Profil Pemeriksaan
Indeks Proliferatif KI-67 Pada Penderita Kanker Payudara di RSUD Arifin
Achmad. JOM FK , 3, 1.
WHO. (2014). WHO Breast Cancer: prevention and control. WHO.