Post on 26-Dec-2019
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DAN PANTANGAN MAKANAN DENGANKEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS ANGGABERI KECAMATAN ANGGABERIKABUPATEN KONAWE
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam MenyelesaikanPendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
HARDIANTI MUKADDASP00312017064
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANKENDARI
2018
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan denga sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DAN PANTANGAN MAKANANDENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADAIBU HAMIL DI PUSKESMAS ANGGABERI KECAMATAN ANGGABERIKABUPATEN KONAWE
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjan Terapan
Kebidanan pada program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari, sejauh yang saya ketahui skripsi ini bukan merupakan
tiruan atau Duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari maupun di perguruan tinggi atau
instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Kendari, Agustus 2018
Hardianti MukaddasNIM.P00312017064
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Hardianti Mukaddas
2. Tempat, tanggal lahir : Anggotoa, 21 Maret 1992
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Jl. Polingai, Kel.Inalahi
Kec.Wawotobi
B. Pendidikan
1. Tamat SD Negeri 2 Analahumbuti, Tahun 2003
2. Tamat MTsN 1 Wawotobi, Tahun 2006
3. Tamat SMAN 1 Wawotobi, Tahun 2009
4. Tamat DIII Kebidanan Yayasan Pendidikan Konawe, Tahun
2012
5. Masuk Politeknik Kesehatan Kendari Tahun 2017 sampai
sekarang
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsiyang berjudul “Hubungan aktifitas fisik
dan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Puskesmas Anggaberi”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang
membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih
sebesar-besarnya terutama kepada IbuAswita, S.Si.T, MPHselaku
Pembimbing I dan Ibu Andi Malahayati N, S.Si.T, M.Kesselaku
Pembimbing II yang telah banyak membimbing sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kendari.
3. Bapak Gafar, S.Sos selaku Kepala Puskesmas Anggaberi
4. Ibu Hj. Nurnasari, SKM, M.Kesselaku penguji 1, Ibu Dr. Kartini, S.Si.T,
M.Kes selaku penguji 2, Ibu Feryani, S.Si.T, MPH selaku penguji 3
dalam skripsi ini.
vii
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Orang tua tercinta Ayahanda H. Mukaddas, A.Ma dan Ibunda Hj. Sitti
Kilat, suami Samsarti Suprianto, SH dan anak Evelyn Caizhi Iliwua
penghormatan yang tinggi penulis haturkan atas segala didikan, doa
dan bantuan baik moril maupun materil.
7. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................... iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
KATA PENGANTAR......................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................... x
ABSTRACT....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 9
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 9
B. Landasan Teori.......................................................................... 39
C. Kerangka Teori.......................................................................... 42
D. Kerangka Konsep...................................................................... 43
E. Hipotesis Penelitian.................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 44
A. Jenis Penelitian......................................................................... 44
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 44
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 45
D. Variabel Penelitian..................................................................... 46
E. Definisi Operasional.................................................................. 46
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 48
ix
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 48
H. Alur Penelitian........................................................................... 48
I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 51
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................... 51
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 52
C. Pembahasan ............................................................................ 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 66
A. Kesimpulan .............................................................................. 66
B. Saran ....................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 67
LAMPIRAN
x
ABSTRAK
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DAN PANTANGAN MAKANAN DENGAN KEJADIANKEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS
ANGGABERI KECAMATAN ANGGABERIKABUPATEN KONAWE
Hardianti Mukaddas1 Aswita2 Andi Malahayati2
Latar belakang: Kekuranganenergikronik(KEK)merupakankondisiyang disebabkankarenaadanyaketidakseimbangan asupangiziantaraenergi danprotein, sehingga zatgiziyang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi.Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan aktifitas fisik danpantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi.Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Sampelpenelitian adalah ibu hamil di Puskesmas Anggaberi yang berjumlah 41 ibu hamil.Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner tentang KEK, aktifitas fisik, pantanganmakanan. Analisis data mengunakan uji chi square.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Kejadian KEK pada ibu hamil diPuskesmas Anggaberisebanyak 13 orang (31,7%). Aktifitas fisik ibu hamil di PuskesmasAnggaberilebih banyak pada aktifitas fisik ringan sebanyak 22 orang (53,7%). Pantanganmakanan ibu hamil di Puskesmas Anggaberilebih banyak pada tidak ada pantangansebanyak 29 orang (70,7%). Ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian KEK pada ibuhamil di Puskesmas Anggaberi (X2=13,868; pvalue=0,001). Ada hubungan pantanganmakanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi (X2=14,685;pvalue=0,000).
Kata kunci : KEK, aktifitas hidup, pantangan makanan
1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
xi
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY AND DIETARYRESTRICTIONS OF FOOD WITH LACK OF ENERGY CHRONICLE
(KEK) IN PREGNANT WOMEN AT CLINIC OF ANGGABERIANGGABERI SUB DISTRICT KONAWE REGENCY
Hardianti Mukaddas1 Aswita2 Andi Malahayati2
Background: chronic energy Deficiency (KEK) is condition caused due to an inefficientprovision of nutritional intake between protein and energy, so that the nutrients your bodyneeds would not be sure.
Purpose of The Research: the research aims to know the relationship of physical activityand dietary restrictions of food with the incidence of KEK in pregnant women in the clinicof Anggaberi.
Method of The Research: Design of The Research used the cross sectional. Sample ofresearch are pregnant women at Clinic of Anggaberi totalling 41 pregnant women. Datacollection instruments in the form of a questionnaire about physical activity, KEK, theabstinence of food. Data analysis using chi square test.
Result of The Research: the results showed the incidence of KEK in pregnant women inClinic of Anggaberi was 13 people (31.7%). The physical activity of pregnant women inthe Clinic of Anggaberi more on mild physical activity was 22 people (53.7%). Foodabstinence of pregnant women in the Clinic of Anggaberi more on there are no dietaryrestrictions was 29 people (70.7%). There is a relationship of physical activity with theincidence of KEK in pregnant women in Clinic of Anggaberi (13,868; x 2 = pvalue =0.001). There is a connection with food abstinence of KEK in pregnant women in Clinic ofAnggaberi (14,685; x 2 = pvalue = 0.000).
Key words: KEK, activities of life, abstinence food
1 Student status of D-IV Obstetrics Poltekkes Kendari
2 Lectures Department of Obstetrics Poltekkes Kendari
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam
mengukur status gizi masyarakat (Moehji, 2013). Jika masukan zat gizi
untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan
tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Kekurangan zat gizi dan
rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat rawan, hal ini
ditandai masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan
oleh perdarahan karena anemia gizi dan kekurangan energi kronik (KEK)
selama masa kehamilan.
Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan
ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari
ibunya tidak mencukupi, maka janin tersebut akan mempunyai
konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya
(Misaroh & Praverawati, 2016). Kekurangan zat gizi dan rendahnya
derajat kesehatan ibu hamil masih sangat rawan, hal ini ditandai masih
tingginya angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan oleh perdarahan
karena anemia gizi dan KEK selama masa kehamilan. Angka kematian ibu
berdasarkan data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 sebesar 359/100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013) dan pada
tahun 2015 berdasarkan data Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2
sebesar 305/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian terbesar
adalah penyebab lain sebesar 40,8% dan perdarahan sebesar 30,3%
(Kemenkes, 2016).
Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan kondisi yang
disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi antara
energi dan protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak
tercukupi (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi KEK di negara-negara
berkembang seperti Banglades, India, Indonesia, Myanmar, Nepal,
Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu dengan BMI <18,5. Adapun
negara yang mengalami prevalensi yang tertinggi adalah Banglades yaitu
47%, sedangkan Indonesia menjadi urutan keempat terbesar setelah India
dengan prevalensi 35,5% dan yang paling rendah adalah Thailand dengan
prevalensi 15-25% (Sigit, 2015). Prevalensi KEK pada wanita hamil di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 sebesar 24,2% dan di
Sulawesi Tenggara sebesar 22,6% (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum
hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang
hamil lebih tinggi dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan
menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya meningkat selama hamil. Menurut Sediaoetama
(2014), penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung.
3
Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola
konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak langsung terdiri
dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi karena penyakit
infeksi atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang, pengetahuan,
pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang
kurang mencukupi kubutuhan, kondisi hygiene yang kurang baik, jumlah
anak yang terlalu banyak, usia ibu , usia menikah, penghasilan rendah,
perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak merata, jarak
kehamilan (Sediaoetama, 2014). Penyebab tidak langsung dari KEK
disebut juga penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan
menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat kekurangan
energi kronis.
Pantangan makanan adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi
ibu selama hamil sesuai dengan kebiasaan turun-temurun yang dianut.
Makanan pantang atau pantang makanan adalah bahan makanan atau
masukan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam masyarakat
karena alasan-alasan yang bersifat budaya. Menurut Sediaoetama (2015),
pantang makanan yaitu tidak boleh makan jenis makanan tertentu
dijumpai pada masyarakat karena alasan budaya dan kesehatan di
berbagai negara seluruh dunia. Berbagai budaya memberikan peranan
dan nilai yang berbeda terhadap pangan (Baliwati, dkk, 2014).
Kepercayaan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Semakin banyak
4
pantangan dalam makanan maka semakin kecil peluang keluarga untuk
mengkonsumsi makan yang beragam. Kondisi demikian, tentunya akan
memperburuk keadaan ibu hamil sehingga menyebabkan ibu hamil
kekurangan gizi yang berisiko megalami KEK.
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang
dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah pada aktivitas fisik yang
sifatnya berat. Aktivitas fisik yang terlalu berat dapat menimbulkan
hematuria, hemolisis, dan perdarahan pada gastrointestinal yang dapat
mempengaruhi status besi. Hematuria dapat terjadi karena adanya trauma
pada glomerulus.Intensitas latihan dapat menyebabkan aliran darah pada
ginjal menurun yang menyebabkan peningkatan laju filtrasi glomerulus.
Hemolisis dapat timbul akibat dari kompresi pembuluh darah yang
disebabkan oleh kontraksi yang kuat dari otot-otot yang terlibat dalam
aktivitas fisik yang dilakukan. Hemolisis dapat menyebabkan kehilangan
besi akibat penghancuran membran sel darah merah yang akan
mempengaruhi kadar hemoglobin (Gallagbar, 2015).
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian
mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat
bayi lahir rendah (BBLR). Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini
juga mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia
yang mencapai 10,2% (Kemenkes RI, 2016). Jumlah KEK ibu hamil di
Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 sebanyak 14,5% dan di
5
Kabupaten Konawe sebensar 15,1% (Dinkes Sultra, 2017). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK mempunyai risiko
2 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai lingkar lengan atas (LILA) lebih dari 23 cm (Pratiwi, 2015).
Demikian pula hasil penelitian Hidayanti (2014) menyatakan bahwa ibu
hamil yang mengalami KEK mempunyai risiko melahirkan bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan ibu
hamil yang tidak KEK.
Hasil survey pendahuluan di Puskesmas Anggaberi diperoleh data
tentang kejadian KEK pada ibu hamil, yaitu kejadian KEK pada tahun
2016 sebanyak 19 kasus (21,35%) dari 89 ibu hamil, tahun 2017
sebanyak 24 kasus (12,5%) dari 192 ibu hamil, tahun 2018 bulan Januari
hingga Mei sebanyak 29 kasus (30,85%) dari 94 ibu hamil (Puskesmas
Anggaberi, 2018). Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi kenaikan
kasus KEK pada ibu hamil. Ibu hamil dengan KEK berisiko mengalami
komplikasi baik dalam kehamilannya maupun persalinannya sehingga
perlu dilakukan perbaikan gizi pada ibu hamil.
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik untuk
meneliti tentang hubungan aktifitas fisik dan pantangan makanan dengan
kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi.
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian
yaitu Apakah ada hubungan aktifitas fisik dan pantangan makanan
dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dan pantangan
makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi.
b. Mengetahui aktifitas fisik ibu hamil di Puskesmas Anggaberi.
c. Mengetahui pantangan makanan ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi.
d. Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan kejadian KEK
pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi.
e. Menganalisis hubungan pantangan makanan dengan kejadian
KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan ibu hamil tentang KEK dalam
kehamilan.
7
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau informasi
tentang perbaikan gizi terutama berkaitan dengan penyuluhan
pentingnya gizi dalam kehamilan untuk mencegah kejadian KEK.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya dan
sebagai masukan untuk menyusun program yang akan
datang serta sebagai dasar perencanaan dalam rangka
pelayanan dan usaha pencegahan terjadinya KEK.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian Vita (2014) yang berjudul faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK)
pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning dan Tambelangan
Kabupaten Sampang Jawa Timur. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Vita adalah variabel bebas penelitian. Variabel bebas
penelitian ini adalah hubungan aktifitas fisik dan pantangan
makanan sedangkan penelitian Vita dkk adalah usia menikah,
pendidikan, pekerjaan, umur kehamilan, kadar hb, konsumsi zat
besi.
2. Penelitian Sri dkk (2015) yang berjudul beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK)
pada ibu hamil di BPS Sri Widyaningsih, AM.Keb Desa Lemahireng
8
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian Sri dkk adalah variabel bebas penelitian.
Variabel bebas penelitian ini adalah hubungan aktifitas fisik dan
pantangan makanan sedangkan penelitian Sri dkk adalah jarak
kelahiran, pendidikan dan pengetahuan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
a. Pengertian
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2014). KEK
adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi
(kalori dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan
dengan LILA-nya kurang dari 23,5 cm (Kemenkes, 2015).
b. Penyebab
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu
sejak sebelum hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi,
karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi dari ibu yang tidak dalam
keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolism energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya meningkat selama hamil. Menurut Sediaoetama (2014),
penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1) Penyebab Langsung,
Peyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola
konsumsi dan penyakit infeksi.
10
2) Penyebab Tidak Langsung
a) Hambatan utilitas zat-zat gizi. Hambatan utilitas zat-zat gizi
ialah hambatan penggunaan zat-zat gizi karena susunan
asam amino didalam tubuh tidak seimbang yang dapat
menyababkan penurunan nafsu makan dan penurunan
konsumsi makan.
b) Hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi
cacing.
c) Ekonomi yang kurang.
d) Pengetahuan
e) Pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang.
f) Produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan.
g) Kondisi hygiene yang kurang baik.
h) Jumlah anak yang terlalu banyak.
i) Jarak kehamilan
j) Usia ibu yang tua
k) Penghasilan rendah.
l) Perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak
merata.
Penyebab tidak langsung dari KEK banyak, maka penyakit ini
disebut penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan
menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat
kekurangan energi kronis.
11
c. Penilaian KEK
Penilaian kekurangan energi kronik dalam kehamilan
menggunakan pita lingkar lengan atas (LILA). Kategori KEK adalah
apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA
(Supariasa, 2014). Menurut Kemenkes RI (2015) pengukuran LILA
pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu deteksi
dini yang mudah dan dapat dilaksanakan masyarakat awam,
untuk mengetahui kelompok berisiko KEK. Wanita usia subur
adalah wanita usia 15-45 tahun. LILA adalah suatu cara untuk
mengetahui risiko KEK..
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik
pada ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran
petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah
1) Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon
ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan
bayi berat lahir rendah.
2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran
WUS yang menderita KEK.
12
5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
menderita KEK.
Ambang batas LILA pada WUS dengan risiko KEK
di Indonesia adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari
23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko
kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak (Supariasa, 2014).
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan–urutan
yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA
(Supariasa, 2014) yaitu tetapkan posisi bahu dan siku, letakkan
pita antara bahu dan siku, tentukan titik tengah lengan,
lingkarkan pita LILA pada tengah lengan, pita jangan terlalu
dekat, pita jangan terlalu longgar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran
LILA adalah pengukuran dilakukan dibagian tengah antara
bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan
kanan). Lengan harus posisi bebas, lengan baju dan otot
lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang dan alat
ukur dalam keadaan baik.
13
d. Dampak KEK
Kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi
oleh keadaan gizi ibu selama hamil. KEK pada ibu hamil perlu
diwaspadai kemungkinan ibu melahirkan bayi berat lahir rendah,
pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga
mempengaruhi kecerdasan anak dikemudian hari dan kemungkinan
premature (Kemenkes, 2015). Ibu hamil yang berisiko KEK adalah
ibu hamil yang mempunyai ukuran LILA kurang dari 23,5 cm.
Menurut Hamin et al (2014) menyatakan bahwa LILA ibu hamil
berkorelasai positif dengan IMT ibu hamil, sehingga pengukuran
IMT ibu hamil sama akuratnya dengan pengukuran LILA ibu hamil.
Menurut Moehji (2013) menyatakan bahwa gizi buruk karena
kesalahan dalam pengaturan makanan membawa dampak yang
tidak menguntungkan bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi
bayi yang akan lahir. Dampak gizi buruk terhadap ibu dapat
berupa hyperemesis, keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan
saat kelahiran, perdarahan, bahkan dapat membawa kematian.
Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang buruk dapat
menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum
waktunya (premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian
dibawah satu tahun.
Selain itu adanya masalah gizi timbul karena perilaku gizi
yang salah. Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan
14
antara konsumsi zat gizi dan kecukupan gizi. Jika seseorang
mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan gizinya, maka orang
itu akan menderita gizi kurang (Khomsan dan Anwar, 2014).
Menurut Lubis (2013) bila ibu mengalami kekurangan gizi selama
hamil akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin,
seperti diuraikan berikut ini
1) Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat
badab ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi.
2) Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), perdarahan pasca persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3) Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran
(abortus), kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan
BBLR.
15
Menurut Soetjiningsih (2015) adanya kekuragan energi
protein (KEP) akan mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan
kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR mempunyai
risiko kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan.
Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama
masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin dari pada
malnutrisi akut.
e. Pencegahan KEK
Menurut Chinue (2015), ada beberapa cara untuk mencegah
terjadinya KEK, antara lain :
1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu :
a) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari
bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur)
dan bahan makanan nabati (sayur berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, tempe).
b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C (seperti daun katuk, daun
singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat
bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam usus.
c) Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan
meminum tablet penambah darah. Guna mencegah
terjadinya risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan
16
(WUS) sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya
dengan LILA tidak kurang dari 23.5 cm. Beberapa kriteria
ibu KEK adalah berat badan ibu sebelum hamil <42 kg,
tinggi badan ibu <145 cm, berat badan ibu pada kehamilan
trimester III <45 kg, Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum
hamil < 17,00 dan ibu menderita anemia (Hb <11 gr%).
2. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian KEK
a) Faktor langsung
1) Asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari
pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai
gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam
negeri yaitu upaya pertanian dalam menghasilkan bahan
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat
dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan
menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
2) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula
terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunya nafsu
makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran
17
pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh
adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan
gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan
sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi.
Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara
lain diare, tuberculosis, campak dan batuk rejan (Supariasa,
2014). Hampir semua penyakit infeksi yang berat yang
diderita pada waktu hamil dapat mengakibatkan keguguran,
lahir mati, atau Berat Badan Lahir Rendah (Soetjiningsih,
2015).
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit
infeksi dan juga infeksi akan mempermudah status gizi dan
mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu
a) Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan,
menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi
makanan pada waktu sakit
b) Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat
diare, mual, muntah dan perdarahan yang terus menerus
c) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan
kebutuhan akibat sakit atau parasit yang terdapat pada
tubuh (Supariasa, 2014).
3) Pola konsumsi makanan
18
Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi
dapat digunakan jagung, ubi jalar dan roti. Untuk pengganti protein hewani
dapat digunakan daging, ayam dan telur. Makanan ibu hamil diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi agar ibu dan janin dalam keadaan
sehat. Demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi
harus dalam keadaaan baik dan selama kehamilan harus mendapatkan
tambahan protein, mineral, vitamin dan energi (Huliana, 2015). Menurut
penelitian Simarmata (2014) pola konsumsi ibu hamil berdasarkan
frekuensi makan dan jenis makan, yaitu mengkonsumsi beras sebagai
makanan pokok dengan frekuensi 1-3x/hari, mie dikonsumsi dengan
frekuensi 1-3x/minggu, ubi dengan frekuensi 1-3x/minggu, roti dan biskuit
jarang dikonsumsi, konsumsi daging dan telur dengan frekuensi 1-
3x/minggu, sedangkan kebutuhan konsumsi sayur ikan sebagai lauk-pauk
1-3x/hari, konsumsi sayur-sayuran misalnya bayam, buncis, daun ubi,
sayur jipang dan kangkung dengan frekuensi 1-3x/minggu, dan konsumsi
buah- buahan, seperti konsumsi buah jeruk 1-3x/hari, papaya dan
semangka 1-3x/minggu. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pangan,
status kesehatan dan pengetahuan gizi.
Jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi ibu hamil
trimester I adalah nasi dengan frekuensi 1 x/hari, mie dengan frekuensi
sering (55,5%), roti dan umbi-umbian lebih banyak dikonsumsi dengan
frekuensi 1-5x/minggu (72,2% dan 83,3%). Konsumsi lauk-pauk diketahui
19
mengkonsumsi ikan kering dan tempe dengan frekuensi 1 x/hari, telur dan
tahu 1-5x/minggu, frekuensi konsumsi ikan basah,ayam dan daging
2x/bulan. Sedangkan mengkonsumsi makanan sayur-sayuran sebagian
besar ibu hamil trimester I, mengkonsumsi daun ubi, kacang
panjang dan sawi dengan frekuensi 1x/hari, konsumsi bayam 1-
5x/minggu. Dan ibu hamil trimester I mengkonsumsi buah-buahan 1-
5x/minggu. Pola makan ibu hamil trimester I dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang gizi, ketersediaan pangan dan kemampuan
membeli pangan (Sipahutar, 2013).
Menurut penelitian Chairiah (2012) pola makan ibu hamil
berdasarkan jumlah asupan energi, protein, lemak dan natrium yaitu rata-
rata asupan energi yang dikonsumsi ibu hamil adalah 2.572 kal dengan
asupan energi minimum yang dikonsumsi sebanyak 2.100 kal dan
maksimum 3.100 kal. Asupan rata-rata protein adalah 66,52 gram
dengan asupan protein minimum yang dikonsumsi sebanyak 42,00
gram dan maksimum 88,00 gram. Asupan rata-rata lemak adalah
86,50 gram dengan jumlah lemak minimum yang dikonsumsi sebanyak
60,00 gram dan maksimum 110,00 gram. Jumlah rata-rata Natrium
adalah 2,54 mg dengan jumlah natrium minimum yang dikonsumsi
sebanyak 1,5 mg dan maksimum 2,9 mg.
Sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi energi, protein, asam
folat dan kalsium dibawah angka kecukupan yang dianjurkan. Makanan
pokok yang sering dikonsumsi adalah nasi, telur sebagai lauk hewani,
20
tempe dan tahu sebagai lauk nabati. Sayur-sayuran yang banyak
dikonsumsi adalah bayam, sedangkan buah-buahan yang sering
dikonsumsi adalah pisang. Jajanan yang sering dikonsumsi adalah
gorengan sedangkan minuman yang sering dikonsumsi adalah susu pada
frekuensi ≥1 kali/hari (Putri, 2012). Menurut Nurmilawati (2012), pola
makan ibu hamil berdasarkan asupan energi dan protein mempunyai
susunan makanan yang tidak lengkap, frekuensi makan makanan pokok
dengan frekuensi 1-3x/hari, frekuensi makan lauk-pauk 3-5x/minggu,
frekuensi makan sayur-sayuran 3-5x/minggu, frekuensi makan buah-
buahan yang jarang 1-3x/minggu.
b) Faktor tidak langsung
1) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah,
sebanyak 60-80% dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk
membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80% energi
dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20
persen dipenuhi oleh sumber energi lainnya seperti lemak dan
protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin
besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk
pangan.
21
2) Pengetahuan
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku
pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai
asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa
jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan
nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha
untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat,
ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan
memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang
bergizi.
3) Pekerjaan
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang
dengan gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih besar
dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap aktifitas
memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas
yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda
karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/kerja
zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada
dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada
22
saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari,
yang mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan
tidak ada perubahan tingkat kegiatan.
4) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan
sumber daya manusia. Tingkat pendidikan merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan,
karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya
konsumsi makanan lebih baik. Dalam kepentingan gizi keluarga,
pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap
terhadap adanya maslaah gizi di dalam keluarga dan bisa
mengambil tindakan yang tepat (Puli dkk, 2014). Pendidikan
formal dari ibu rumah tangga sering sekali mempunyai
asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa
jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat makan pengetahuan
nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha- usaha untuk
memilih makanan yang bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu
rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih
makanan yang lebih bergizi daripada yang kurang bergizi
(Surasih, 2014).
23
5) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan.
Orang yang tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan
sebagian besar pendapatan untuk makan. Pendapatan merupakan
faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah
tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen
dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan.
Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh
karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi
oleh sumber energy lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan
yang meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total
pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan
(Sediaoetama, 2014).
6) Pantangan Makanan
Pantangan makanan adalah makanan yang tidak boleh
dikonsumsi ibu selama hamil sesuai dengan kebiasaan turun-temurun
yang dianut. Makanan pantang atau pantang makanan adalah bahan
makanan atau masukan yang tidak boleh dimakan oleh para individu
dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya.
Biasanya pihak yang diharuskan memantang memiliki ciri-ciri tertentu,
atau sedang mengalami keadaan tertentu (misalnya karena sedang
hamil atau menyusui), dan karena dalam kebudayaan setempat
24
terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap bahan makanan
tersebut (misalnya berkenaan dengan sifat keramatnya).
Adat memantang makan itu diajarkan secara turun temurun
dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankannya
mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan-
alasan memantang makanan yang bersangkutan, dan sekedar karena
patuh akan tradisi setempat (Swasono, 2015). Menurut Sediaoetama
(2015), pantang makanan yaitu tidak boleh makan jenis makanan
tertentu dijumpai pada masyarakat karena alasan budaya dan
kesehatan di berbagai negara seluruh dunia. Dari sudut ilmu gizi,
pantang makanan dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok pertama, pantang makanan yang tidak berdasarkan
agama (kepercayaan)
2. Kelompok kedua, pantang makanan yang berdasarkan agama
(kepercayaan)
3. Kelompok ketiga, pantangan yang jelas akibatnya terhadap
kesehatan.
Pangan dan gizi sangat berkaitan erat karena gizi seseorang
sangat tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah
pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan
pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan,
dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Banyak
sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor budaya
25
sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya
masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara. Unsur-unsur budaya
mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-
kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi.
Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda
terhadap pangan (Baliwati, dkk, 2014). Kepercayaan masyarakat
tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap
pemilihan bahan makanan. Semakin banyak pantangan dalam
makanan maka semakin kecil peluang keluarga untuk mengkonsumsi
makan yang beragam. Beberapa jenis bahan makanan dilarang
dimakan oleh anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui ataupun kaum
remaja. Jika ditinjau dari konteks gizi, bahan makanan tersebut justru
mengandung nilai gizi yang tinggi, tetapi tabu itu tetap dijalankan
dengan alasan takut menanggung risiko yang akan timbul. Sehingga
masyarakat yang demikian akan mengkonsumsi bahan makanan
bergizi dalam jumlah yang kurang, dengan demikian maka penyakit
kekurangan gizi akan mudah timbul di masyarakat. (Suhardjo, 2014).
A. Berg (1986) dalam Pudjiadi (2014), diberbagai negara atau
daerah terdapat 3 kelompok masyarakat yang biasanya mempunyai
makanan pantangan, yaitu anak kecil, ibu hamil dan ibu yang
menyusui. Khusus mengenai hal itu di Indonesia antara lain
dikemukakan sebagai berikut:
26
a) Pada anak kecil di banyak daerah, makanan yang bergizi dijauhkan dari
anak-anak, karena takut akan akibat-akibat yang sebaliknya. Di
beberapa daerah ikan dilarang untuk anak-anak karena menurut
kepercayaan ikan akan menyebabkan penyakit cacingan, sakit mata
atau sakit kulit. Di tempat lain kacang-kacangan yang kaya dengan
protein seringkali tidak diberikan kepada anak-anak karena khawatir
perut anaknya akan kembung.
b) Pada ibu yang sedang hamil, berdasarkan hasil studi di Kalimantan
Tengah ditemukan fakta adanya 27 jenis ikan yang merupakan
makanan pantangan, dengan alasan apabila ikan-ikan itu dimakan
dapat menyebabkan maruyan (gangguan pada kesehatan ibu), mabuk,
merusak badan, sulit melahirkan, peranakan bisa ke luar, dsb.
c) Pada ibu yang sedang menyusui, di Indonesia banyak wanita
mengurangi makan sesudah melahirkan anak untuk menjaga bentuk
tubuhnya. Di Jawa, makan telur dipantangkan selama ibu sedang
menyusui anaknya, karena diduga telur bisa menyebabkan
pendarahan. Di Kalimantan Tengah ada berbagai jenis ikan tertentu
yang dipantang karena bisa menyebabkan air susu ibu berbau amis
dan mengakibatkan bayinya sakit perut, dll. Seringkali ditemukan
seorang wanita yang sedang hamil diharuskan pantang terhadap
berbagai jenis bahan makanan, seperti ikan, dan sebagainya. Ada juga
wanita hamil yang hanya dibolehkan makan nasi dengan sedikit garam
saja, sedang makanan lain tidak diperkenankan. Penjelasan yang luas
27
akan faedah makanan, bahaya pantangan semacam itu haruslah
diberikan lebih dulu kepada wanita hamil, sehingga dia merasa yakin
bahwa pantangan semacam itu akan merusak dirinya dan bayinya
(Moehji, 2013).
Seringkali ditemukan adanya pantang makanan bagi wanita hamil
terhadap beberapa jenis makanan tertentu yang jika dilihat dari nilai gizi,
bahan makanan tersebut mungkin saja dibutuhkan oleh ibu. Secara
umum, tidak ada pantang makanan bagi ibu hamil selama ibu tidak
mengalami komplikasi ataupun mengalami penyakit lain. Ibu hamil boleh
mengkonsumsi makanan yang diinginkan dengan jumlah yang tidak
berlebihan. Adanya pantangan seperti itu akan menghambat pemenuhan
kebutuhan gizi ibu yang akhirnya berbahaya bagi kesehatan ibu serta
pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga perlu penjelasan kepada
ibu tentang manfaat makanan serta bahaya pantangan (Sulistyoningsih,
2011).
Hasil penelitian Yuliani (2002) di Bogor, didapatkan proporsi ibu
hamil yang mempunyai pantang makanan sebesar 15,3%. Sedangkan
penelitian Surasih (2005) di Banjarnegara diperoleh proporsi adanya
pantangan terhadap makanan sebesar 39,20% dan dari 39,20% yang
berpantangan tersebut didapat 44,73% ibu hamil berpantangan terhadap
ikan. Dalam penelitian Kamarullah (2001), diperoleh 50% ibu hamil KEK
memiliki pantangan, seperti mengkonsumsi ikan, cumi-cumi, dll. Apabila
diamati jenis makanan yang dipantang dikonsumsi sebagian besar adalah
28
jenis makanan yang bernilai gizi tinggi. Disisi lain kelompok yang
berpantang mengkonsumsi adalah mereka yang tergolong kelompok
rawan gizi. Kondisi demikian, tentunya akan memperburuk keadaan ibu
hamil. Ibu hamil merupakan kelompk yang paling rawan terhadap
makanan sumber protein hewani. Hal ini seharusnya tidak dilakukan,
karena pangan sumber protein ini sangan diperlukan untuk pertumbuhan
dan sebagai zat pembangun.
7) Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik merupakan fungsi dasar hidup manusia. Sejak
zaman dahulu aktifitas fisik diperlukan untuk mengumpulkan
makanan dengan cara berjalan sekeliling hutan dan sungai, berlari
dari kejaran musuh atau hewan liar yang hendak menerkam. Pada
perkembangan selanjutnya setelah manusia mengenal sistem
budidaya maka manusia banyak menggunakan aktifitas fisik untuk
bertani menanam padi dan berkebun menanam sayuran untuk
memenuhi kebutuhan makanan. Agar dapat bertahan hidup manusia
zaman purba memerlukan tempat yang menyediakan bahan
makanan, sehingga mereka banyak membutuhkan energi untuk
berkelana mencari makanan, berpindah dari satu tempat ke tempat
lain yang masih banyak sumber-sumber bahan makanan. Seiring
perkembangan peradaban manusia mulai mnengenal alat
angkut/transportasi berupa hewan seperti kuda yang digunakan
sebagai alat transportasi. Pada masa sudah dikenal alat transportasi,
29
aktifitas fisik manusia untuk berjalan ke suatu tempat sudah mulai
berkurang.
Menurut WHO aktifitas fisik (physical activity) merupakan
gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan
pengeluaran energi. Aktifitas fisik melibatkan proses biokimia dan
biomekanik. Aktifitas fisik dapat dikelompokkan berdasarkan tipe dan
intensitasnya. Seringkali orang menukarkan istilah aktifitas fisik
dengan latihan olahraga atau exercise. Secara definisi latihan
olahraga (exercise) merupakan bagian dari aktifitas fisik atau dapat
dikatakan latihan olahraga (exercise) adalah aktifitas fisik yang
terencana, terstruktur, berulang, dan bertujuan untuk memelihara
kebugaran fisik (Haskell & Kiernan 2000). Jumlah energi yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktifitas dapat diukur
dengan kilojoule (KJ) atau kilokalori (kkal). Satu kalori (kal) setara
dengan 4,186 joule atau 1 kilokalori (Kkal) setara dengan 1.000
kalori atau setara dengan 4.186 kalori.
Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
kesegaran jasmani seseorang. Faktor-faktor seperti umur, jenis
kelamin, makanan atau diit, genetik dan kebiasaan merokok
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesegaran/kebugaran
jasmani seseorang. Kebugaran jasmani seseorang meningkat
sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan
terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-
30
kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga
penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya. Faktor perbedaan
jenis kelamin berpengaruh terhadap kesegaran jasmani, namun
sampai usia pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki
hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-
anak laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.
Perbedaan ini kemungkinan terkait dengan perbedaan kondisi
fisiologis setelah mengalami purbertas seperti perubahan
hormonal dan komposisi tubuh (persen lemak tubuh).
Faktor genetik akan berpengaruh terhadap kapasitas jantung
paru, postur tubuh, kondisi obesitas, haemoglobin/sel darah dan
serat otot. Faktor diit berpengaruh terhadap kesegaran seseorang
terkait dengan komposisi zat gizi yang dikonsumsi. Seseorang
memiliki daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi
karbohidrat (60-70 %). Apalagi jenis karbohidrat dengan kompisisi
indeks glikemik rendah akan memberikan penyediaan energi lepas
lambat, sehingga memungkinkan daya tahan seseorang lebih
lama. Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan
untuk olah raga yang memerlukan kekuatan otot yang besar. Hal
ini terkait dengan fungsi protein sebagai zat pembangun dan
pengganti jaringan serta sel yang rusak.
Kebiasaan merokok akan menurunkan kesegaran jasmani
seseorang. Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai
31
VO2maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan. Gas CO yang
terhisap akan berikatan dengan hemoglobin darah sehingga
mengurangi kemampuan sel darah merah untuk mengikat oksigen
yang diperlukan untuk oksidasi zat gizi sumber energi. Selain
itu menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada dalam
rokok dapat memperbesar pengeluaran energi dan mengurangi
nafsu makan. Kemajuan teknologi saat ini sudah mempengaruhi
pola aktifitas manusia. Perubahan gaya hidup kearah sedentary
yaitu gaya hidup yang semakin sedikit melakukan aktifitas fisik
berpengaruh terhadap kesehatan. Gaya hidup modern telah
meminimalkan aktifitas fisik seseorang, seperti fungsi tangga sudah
digantikan oleh elevator, penggunaan alat rumahtangga yang serba
digital, serta penggunaan kendaraan bermotor telah mengurangi
aktifitas berjalan kaki ke tempat kerja maupun ke sekolah.
Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa aktifitas
fisik dengan intensitas tertentu memberikan banyak manfaat untuk
kesehatan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah
menciptakan berbagai fasilitas yang memberikan kemudahan-
kemudahan kepada manusia, sehingga meminimalkan pengeluaran
energi. Seiring dengan perkembangan tekhnologi tersebut, dewasa
ini prevalensi penyakit-penyakit yang terkait dengan rendahnya
aktifitas fisik semakin meningkat. Secara umum hasil studi
diberbagai negara menyebutkan bahawa aktfitas fisik yang
32
memadai bermanfaat untuk kesehatan terutama mengurangi resiko
penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung, stroke, diabetes
mellitus tipe 2, obesitas dan gizi lebih, penyakit kanker payudara,
kanker kolon serta depresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas fisik
memberikan keuntungan yang besar untuk menurunkan resiko
penyakit jantung. Orang yang kurang melakukan aktifitas fisik
beresiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung bila
dibandingkan orang yang tidak aktif. Aktifitas fisik juga membantu
mencegah penyakit stroke dan memperbaiki faktor resiko
cardiovascular disease (CVD) seperti tekanan darah tinggi dan
tinggi kolesterol. Rendahnya level aktifitas fisik dapat meningkatkan
pula prevalensi obesitas secara signifikan. Obesitas terjadi bila
asupan energi melebihi pengeluaran energi total termasuk energi
untuk melakukan aktifitas fisik.
Mekanisme biologis yang terkait hubungan aktifitas fisik
dengan penurunan risiko penyakit kronis dan kematian dini dapat
dijelaskan dari berbaagai hasil penelitian yang dirangkum oleh
Warburton dkk. Aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin akan
memperbaiki komposisi tubuh melalui penurun lemak abdominal
adiposit dan perbaikan terhadap control berat badan. Selain itu
dapat meningkatkan profil lipoprotein melalui penurunan level
trigliserida, peningkatan kolesterol HDL (kolesterol baik),
33
menurnkan LDL serta menurunkan rasio LDL terhadap HDL.
Aktifitas fisik juga memperbaiki homeostasis glukosa dan
sensitifitas insulin, menurunkan tekanan darah dan inflamasi
sistemik, menurunkan pembekuan darah, memperbaiki aliran darah
jantung, memperbaiki fungsi jantung serta endhotelial.
Aktifitas fisik yang dilakukan secara rutin juga memperbaiki
psikologis seseorang melalui penurunan stress, kecemasan dan
depresi. Faktor psikologis penting dipertimbangkan untuk
pencegahan dan manajemen penyakit jantung serta berimplikasi
juga terhadap penyakit kronis lainnya seperti diabetes,
osteoporosis, hipertensi, kegemukan kanker dan depresi. Terjadinya
perbaikan massa tubuh karena aktifitas fisik menyebabkan
peningkatan sintesis glikogen dan aktifitas hexokinase, peningkatan
GLUT-4 dan ekpresi mRNA, memperbaiki densitas kapiler otot
sehingga mengakibatkan perbaikan pengangkutan glukosa ke otot.
Pada mekanisme penurunan laju penyakit kanker, dengan
melakukan aktifitas fisik secara regular menurunkan laju kanker
sebesar 46%, menurunkan simpanan lemak dan meningkatkan
pengeluaran energi, serta berkaitan pula dengan perubahan level
hormone, fungsi imun, insulin dan pembentukan radikal bebas yang
berpengaruh langsung terhadap tumor.
Secara umum manfaat aktifitas fisk dapat disimpulkan yaitu
(1) manfaat fisik/biologis meliputi : menjaga tekanan darah tetap
34
stabil dalam batas normal, meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit, menjaga berat badan ideal, menguatkan tulang
dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh, dan meningkatkan
kebugaran tubuh.; (2) manfaat aktifitas fisik secara psikis/mental
dapat : mengurangi stress, meningkatkan rasa percaya diri,
membangun rasa sportifitas, memupuk tanggung jawab, dan
membangun kesetiakawanan sosial.
Aktifitas fisik seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Baik faktor lingkungan makro, lingkungan mikro maupun faktor
individual. Secara lingkungan makro, faktor social ekonomi akan
berpengaruh terhadap aktifitas fisik. Pada kelompok masyarakat
dengan latar belakang social ekonomi relatif rendah, memiliki
waktu luang yang relatif sedikit bila dibandingkan masyarakat
dengan latar belakang social ekonomi yang relatif lebih baik.
Sehinggakesempatan keelompok social ekonomi rendah untuk
melakukan aktifitas fisik yang terprogram serta terukur tentu akan
lebih rendah bila dibandingkan kelompok social ekonomi tinggi.
Lingkungan social ekonomi secara makro ini juga berpengaruh
terhadap kondisi fasilitas umum dalam suatu negara. Pada negara
dengan kondisi social ekonomi tinggi akan menyediakan fasilitas
umum yang lebih modern seperti tersedia angkutan umum yang
lebih nyaman dan baik, fasilitas escalator dan fasilitas canggih lain
35
yang memungkinkan masyarakatnya melakukan aktifitas fisik yang
rendah.
Begitu pula kemampuan masyarakat untuk membeli
kendaraan bermotor (mobil dan motor) dan alat-alat rumahtangga
(seperti mesin cuci) lebih tinggi. Sebaliknya pada negara dengan
kondisi social ekonomi yang rendah, negara belum mampu
menyediakan fasilitas umum dengan teknologi maju. Selain itu
kemampuan daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor
dan peralatan rumahtangga yang canggih belum seperti negara
dengan social ekonomi tinggi. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap
aktifitas fisik yang dilakukan masyarakatnya.
Lingkungan mikro yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik
adalah pengaruh dukungan masyarakat sekitar. Dewasa ini sudah
terjadi perubahan dukungan masyarakat terhadap aktifitas fisik,
masyarakat sudah beralih kurang memperlihatkan dukungan yang
tinggi terhadap orang yang masih berjalan kaki kalau pergi ke
pasar, ke kantor, ke sekolah. Penggunaan kendaraan bermotor
menjadi trend yang mengarah kepada kebutuhan gengsi.
Masyarakat lebih memberikan apresiasi yang tinggi kepada
penggunaan mesin cuci, mesin pembajak tanah, mobil dan sepeda
motor bila melakukan berbagai pekerjaan. Perubahan pandangan
masyarakat terhadap alat dan barang yang memepermudah
36
pekerjaan ini, telah menyebabkan aktifitas fisik masyarakat menjadi
berkurang.
Kebiasaan masyarakat untuk mengisi waktu luang dengan
bermain diluar rumah sudah mulai ditinggalkan diganti dengan
kebiasaan menonton televisi, main playstation dan game computer
serta berinternet. Disamping penghargaan masyarakat terhadap
kegiatan olahraga yang sedikit mengeluarkan energi seperti golf
dibandingkan olahraga yang membutuhkan energi lebih tinggi, turut
mempengaruhi aktifitas fisik yang akan dilakukan. Kondisi tersebut
juga diperparah oleh pengaruh urbanisasi yang telah
menyebabkan perjalanan menjadi lama karena mascet, sehingga
karyawan dan anak sekolah harus menghabiskan banyak waktu di
jalan. Kehidupan di kota-kota besar sudah tidak aman dan
nyaman untuk melakukan kegiatan bersepeda atau berjalan diluar
rumah karena kurangnya lahan untuk aktifitas tersebut dan kurang
aman dari kejahatan-kejahatan. Dampak urbanisasi ini juga
berpengaruh terhadap aktifitas fisik.
Faktor individu seperti pengetahuan dan persepsi tentang
hidup sehat, motivasi, kesukaan berolahraga, harapan tentang
keuntungan melakukan aktifitas fisik akan mempengaruhi
seseorang untuk melakukan aktifitas fisik. Orang yang memiliki
pengetahuan dan persepsi yang baik terhadap hidup sehat akan
melakukan aktifitas fisik dengan baik, karena mereka yakin dampak
37
aktifitas fisik tersebut terhadap kesehatan. Apalagi orang yang
mempunyai motivasi dan harapan untuk mencapai kesehatan
optimal, akan terus melakukan aktifitas fisik sesuai anjuran
kesehatan. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap seseorang
rutin melakukan aktifitas fisik atau tidak adalah faktor umur, genetic,
jenis kelamin dan kondisi suhu dan geografis.
8) Biologis
a. Usia
Ibu hamil dengan usia antara 20-35 tahun akan lebih siap
baik secara jasmani maupun rohaninya untuk terjadinya khamilan.
Karena pada usia tersebut keadaan gizi seorang ibu lebih baik
dibandingkan pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun (Surasih, 2014). Usia ibu hamil juga sangat berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan janin maupun ibunya
sendiri. Semakin muda dan semakin tua usia ibu hamil juga
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan gizi yang diperlukan.
Wanita muda (kurang dari 20 tahun) perlu tambahan gizi karena
selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandungnya. Sementara umr yang lebih tua (lebih dari 35
tahun) perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang
semakin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka
38
diperlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung (Maryam, S. 2015).
b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan yaitu
kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa
kelompok wanita selama masa reproduksi (BKKBN, 2011). Paritas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu
hamil. Paritas merupakan faktor yang yang sangat mempengaruhi
terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil
atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak
ditemui 2 keadaan ini yaitu kesahatan terganggu seperti anemia
dan kurang gizi serta kekendoran pada dinding perut dan bagian
rahim (Asria, 2012). Ibu dengan paritas yang terlalu sering (lebih
dari 3 kali) akan mempunyai status gizi kurang karena cadangan
gizi dalam tubuh ibu sudah terkuras. Untuk paritas yang paling baik
adalah 2 kali (Surasih, 2014).
39
B. Landasan Teori
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2014). KEK adalah keadaan
dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Dengan ditandai berat badan kurang
dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang `dari 23,5 cm
(Kemenkes, 2015).
Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola
konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak langsung terdiri
dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi karena penyakit
infeksi atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang, pengetahuan,
pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang
kurang mencukupi kubutuhan, kondisi hygiene yang kurang baik, jumlah
anak yang terlalu banyak, aktifitas fisik, usia ibu, usia menikah,
penghasilan rendah, pantangan makanan, perdagangan dan distribusi
yang tidak lancar dan tidak merata, jarak kehamilan (Sediaoetama, 2014).
Penyebab tidak langsung dari KEK banyak, maka penyakit ini disebut
penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan
menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat kekurangan
energi kronis.
Pantangan makanan adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi
ibu selama hamil sesuai dengan kebiasaan turun-temurun yang dianut.
40
Makanan pantang atau pantang makanan adalah bahan makanan atau
masukan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam masyarakat
karena alasan-alasan yang bersifat budaya. Menurut Sediaoetama (2015),
pantang makanan yaitu tidak boleh makan jenis makanan tertentu
dijumpai pada masyarakat karena alasan budaya dan kesehatan di
berbagai negara seluruh dunia. Berbagai budaya memberikan peranan
dan nilai yang berbeda terhadap pangan (Baliwati, dkk, 2014).
Kepercayaan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Semakin banyak
pantangan dalam makanan maka semakin kecil peluang keluarga untuk
mengkonsumsi makan yang beragam. Kondisi demikian, tentunya akan
memperburuk keadaan ibu hamil sehingga menyebabkan ibu hamil
kekurangan gizi yang berisiko megalami KEK.
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang
dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah pada aktivitas fisik yang
sifatnya berat. Aktivitas fisik yang terlalu berat dapat menimbulkan
hematuria, hemolisis, dan perdarahan pada gastrointestinal yang dapat
mempengaruhi status besi. Hematuria dapat terjadi karena adanya trauma
pada glomerulus.Intensitas latihan dapat menyebabkan aliran darah pada
ginjal menurun yang menyebabkan peningkatan laju filtrasi glomerulus.
Hemolisis dapat timbul akibat dari kompresi pembuluh darah yang
disebabkan oleh kontraksi yang kuat dari otot-otot yang terlibat dalam
41
aktivitas fisik yang dilakukan. Hemolisis dapat menyebabkan kehilangan
besi akibat penghancuran membran sel darah merah yang akan
mempengaruhi kadar hemoglobin (Gallagbar, 2015).
42
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian di Modifikasi dari Supariasa (2014);Kemenkes (2015); Sediaoetama (2014); Asria (2012); Surasih, (2014);Puli dkk (2014)
Faktor Tidak langsung1) Pendapatan keluarga2) Aktifitas fisik3) Pengetahuan4) Pekerjaan5) Pendidikan6) Panntangan makanan7) Usia menikah8) Biologis
a. Usiab. Jumlah anakc. Jarak kehamiland. Perilaku
Faktor Langsung1. Asupan makanan2. Penyakit infeksi3. Pola konsumsi makanan
Kebutuhan gizi ibu hamil
Kekurangan energi kronik
43
D. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Variabel terikat (dependent): Kekurangan energi kronis
Variabel bebas (Independent): aktifitas fisik, pantangan makanan
E. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian Kekurangan
Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi.
2. Ada hubungan antara pantangan makanan dengan kejadian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi.
Aktifitas FisikKekurangan Energi
Kronik (KEK)PantanganMakanan
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah Puskesmas yaitu 68.180 Km2. Puskesmas secara
geografis sebelah barat berbatasan dengan kecamatan tonggauna,
sebelah utara berbatasan dengan kecamatan meluhu, sebelah timur
berbatasan dengan dengan kecamatan wawotobi, sebelah selatan
berbatasan dengan kecamatan unaaha. Luas Wilayah menurut
kelurahan sangat beragam. Kecamatan Anggaberi terdiri dari 6
kelurahan sebagai berikut :
Dengan berpedoman pada kegiatan pokok yang dilengkapi dengan
adanya kegiatan tambahan dan inovatif diharapkan puskesmas anggaberi
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Disamping itu semua kegiatan akan lebih terancana, lengkap, akurat dan
52
saling terkait sehingga mutu pelayanan puskesmas akan meningkat dan
mampu memenuhi tuntutan masyarakat, sesuai visi dan misi puskesmas
anggaberi.
Visi Puskesmas adalah menjadikan puskesmas anggaberi menjadi
pusat pelayanan. Kesehatan Masyarakat yang bermutu dan memberikan
pelayanan secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi- tingginya tahun 2020. Misi Puskesmas adalah menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja puskesmas
anggaberi, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas anggaberi, memahami dan selalu
peduli atas pelayanan yang ramah dan santun untuk setiap pasien yang
dilayani, menggerakkan pembangunan kesehatan di Kecamatan
anggaberi dengan melibatkan lintas program dan lintas sektoral secara
terpadu dan berkesinambungan, membantu masyarakat mendapatkan
informasi dan pelayanan kesehatan dengan lebih mudah sehingga
sadar, mau dan mampu untuk hidup sehat, memelihara dan
meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan, memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
B. Hasil Penelitian
Penelitian hubungan aktifitas fisik dan pantangan makanan dengan
kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi telah dilaksanakan
pada bulan Juli tahun 2018. Sampel penelitian adalah ibu hamil di poli KIA
53
Puskesmas Anggaberi yang berjumlah 41 ibu. Data yang telah terkumpul
diolah, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel yang disertai
penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan bivariabel.
1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel untuk
memperoleh gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi.
Variabel yang dianalisis pada analisis univariabel adalah aktifitas fisik dan
pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Hasil analisis
univariabel sebagai berikut
a. Identifikasi kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi
KEK adalah keadaan dimana seseorang ibu hamil mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun
yang diukur menggunakan pita LILA. KEK dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua yaitu KEK (LILA < 23,5 cm) dan tidak KEK (LILA ≥23,5 cm).
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1Distribusi Frekuensi Kejadian KEK Pada Ibu Hamil di Puskesmas
Anggaberi
Kejadian KEK Jumlahn %
KEKTidak KEK
1328
31,768,3
Total 41 100
54
Hasil penelitian pada tabel 1 terlihat bahwa kejadian KEK sebanyak
13 orang (31,7%).
b. Identifikasi Aktifitas Fisik Ibu Hamil Di Puskesmas Anggaberi
Aktifitas fisik adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh ibu
hamil. Aktivitas fisik dibagi menjadi 3 yaitu aktivitas fisik pada saat
kerja, berolah raga, dan waktu luang. Aktifitas fisik Ibu Hamil dalam
penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu ringan (hanya memerlukan sedikit
tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan
atau ketahanan (endurance). Contoh: berjalan kaki, menyapu lantai,
mencuci piring, berdandan, duduk, mengasuh anak, nonton TV, tidur),
sedang (membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot
yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh: jalan sehat, berenang,
bersepeda, bermain musik, jalan cepat, mencuci baju, yoga, senam,
berbelanja, berkendara), berat (Biasanya berhubungan dengan olahraga
dan membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh:
berlari, aerobik, bela diri, mengepel). Hasil penelitian dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Ibu Hamil Di Puskesmas Anggaberi
Aktifitas Fisik Ibu Hamil Jumlahn %
RinganSedangBerat
22811
53,719,526,8
Total 41 100
55
Hasil penelitian pada tabel 2 terlihat bahwa aktifitas fisik ibu hamil
lebih banyak pada aktifitas fisik ringan sebanyak 22 orang (53,7%).
c. Identifikasi Pantangan Makanan Ibu Hamil Di Puskesmas
Anggaberi
Pantangan makanan adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi
ibu selama hamil sesuai dengan kebiasaan turun-temurun yang dianut.
Pantangan makanan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
sda pantangan makanan dan tidak Ada pantangan makanan Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3Distribusi Frekuensi Pantangan Makanan Ibu Hamil Di Puskesmas
Anggaberi
Pantangan Makanan Ibu Hamil Jumlahn %
AdaTidak ada
1229
29,370,7
Total 41 100
Hasil penelitian pada tabel 3 terlihat bahwa pantangan makanan
ibu hamil lebih banyak pada tidak ada pantangan sebanyak 29 orang
(70,7%).
2. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Uji yang digunakan adalah Uji Kai Kuadrat atau Chi
Square. Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan
56
aktifitas fisik dan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu
hamil di Puskesmas Anggaberi. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
4,5.
Tabel 4Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian KEK pada ibu hamil
di Puskesmas Anggaberi
Aktifitas FisikKEK Total X2
(p-value)
KEK Tidak KEKn % n % n %
RinganSedangBerat
238
4,97,3
19,5
2053
48,812,27,3
22811
53,719,526,8
13,868(0,001)
Total 13 31,7 28 68,3 41 100Sumber: Data Primer
p<0,05, X2tabel: 3,84
Hasil penelitian pada tabel 4 menyatakan bahwa ada hubungan
aktifitas fisik dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi (X2=13,868; pvalue=0,001).
Tabel 5Hubungan Pantangan Makanan Dengan Kejadian KEK Pada Ibu Hamil
di Puskesmas Anggaberi
PantanganMakanan
KEK Total X2
(p-value)
KEK Tidak KEKn % n % n %
YaTidak
94
22,09,7
325
7,361,0
1229
29,370,7
14,685(0,000)
Total 13 31,7 28 68,3 41 100Sumber: Data Primer
p<0,05, X2tabel: 3,84
Hasil penelitian pada tabel 5 menyatakan bahwa ada hubungan
pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi (X2=14,685; pvalue=0,000).
57
C. Pembahasan
1. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Kek Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Anggaberi
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan aktifitas
fisik dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Anggaberi (X2=13,868; pvalue=0,001). Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Vita (2014) menyatakan bahwa aktifitas
fisik berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronik
(KEK) pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning dan Tambelangan
Kabupaten Sampang Jawa Timur. Demikian pula hasil penelitian
Sri dkk (2015) menyatakan bahwa ada hubungan aktifitas fisik
dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil
di BPS Sri Widyaningsih, AM.Keb Desa Lemahireng Kecamatan
Bawen Kabupaten Semarang.
Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan salah satu
masalah gizi masyarakat terutama di negara berkembang
termasuk Indonesia. Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat
kesehatan ibu hamil masih sangat rawan, hal ini ditandai masih
tingginya angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan oleh
perdarahan karena anemia gizi dan KEK selama masa kehamilan.
Angka kematian ibu berdasarkan data survei demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 359/100.000
kelahiran hidup (BKKBN, 2013) dan pada tahun 2015 berdasarkan
58
data Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) sebesar
305/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian terbesar adalah
penyebab lain sebesar 40,8% dan perdarahan sebesar 30,3%
(Kemenkes, 2016).
Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan kondisi yang
disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi
antara energi dan protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan
tubuh tidak tercukupi (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi KEK di
negara-negara berkembang seperti Banglades, India, Indonesia,
Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu
dengan BMI <18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi
yang tertinggi adalah Banglades yaitu 47%, sedangkan Indonesia
menjadi urutan keempat terbesar setelah India dengan prevalensi
35,5% dan yang paling rendah adalah Thailand dengan prevalensi
15-25% (Sigit, 2015). Prevalensi KEK pada wanita hamil di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 sebesar
24,2% dan di Sulawesi Tenggara sebesar 22,6% (Kemenkes RI,
2013).
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak
sebelum hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena
kebutuhan orang hamil lebih tinggi dari ibu yang tidak dalam
keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi
59
lainnya meningkat selama hamil. Menurut Sediaoetama (2014),
penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola
konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak langsung
terdiri dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi
karena penyakit infeksi atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang,
pengetahuan, pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang,
produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan, kondisi
hygiene yang kurang baik, jumlah anak yang terlalu banyak, usia
ibu, usia menikah, penghasilan rendah, perdagangan dan
distribusi yang tidak lancar dan tidak merata, jarak kehamilan
(Sediaoetama, 2014). Penyebab tidak langsung dari KEK disebut
juga penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan
menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat
kekurangan energi kronis.
Aktifitas fisik merupakan fungsi dasar hidup manusia.
Sejak zaman dahulu aktifitas fisik diperlukan untuk mengumpulkan
makanan dengan cara berjalan sekeliling hutan dan sungai, berlari
dari kejaran musuh atau hewan liar yang hendak menerkam.
Pada perkembangan selanjutnya setelah manusia mengenal
sistem budidaya maka manusia banyak menggunakan aktifitas
fisik untuk bertani menanam padi dan berkebun menanam
60
sayuran untuk memenuhi kebutuhan makanan. Agar dapat
bertahan hidup manusia zaman purba memerlukan tempat yang
menyediakan bahan makanan, sehingga mereka banyak
membutuhkan energi untuk berkelana mencari makanan,
berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang masih banyak
sumber-sumber bahan makanan. Seiring perkembangan
peradaban manusia mulai mnengenal alat angkut/transportasi
berupa hewan seperti kuda yang digunakan sebagai alat
transportasi. Pada masa sudah dikenal alat transportasi, aktifitas
fisik manusia untuk berjalan ke suatu tempat sudah mulai
berkurang.
Menurut WHO aktifitas fisik (physical activity) merupakan
gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan
pengeluaran energi. Aktifitas fisik melibatkan proses biokimia dan
biomekanik. Aktifitas fisik dapat dikelompokkan berdasarkan tipe
dan intensitasnya. Seringkali orang menukarkan istilah aktifitas
fisik dengan latihan olahraga atau exercise. Secara definisi
latihan olahraga (exercise) merupakan bagian dari aktifitas fisik
atau dapat dikatakan latihan olahraga (exercise) adalah
aktifitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang, dan
bertujuan untuk memelihara kebugaran fisik (Haskell & Kiernan
2000). Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu aktifitas dapat diukur dengan kilojoule (KJ) atau kilokalori
61
(kkal). Satu kalori (kal) setara dengan 4,186 joule atau 1 kilokalori
(Kkal) setara dengan 1.000 kalori atau setara dengan 4.186 kalori.
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Aktivitas fisik yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah
pada aktivitas fisik yang sifatnya berat. Aktivitas fisik yang terlalu
berat dapat menimbulkan hematuria, hemolisis, dan perdarahan
pada gastrointestinal yang dapat mempengaruhi status besi.
Hematuria dapat terjadi karena adanya trauma pada
glomerulus.Intensitas latihan dapat menyebabkan aliran darah
pada ginjal menurun yang menyebabkan peningkatan laju filtrasi
glomerulus. Hemolisis dapat timbul akibat dari kompresi
pembuluh darah yang disebabkan oleh kontraksi yang kuat dari
otot-otot yang terlibat dalam aktivitas fisik yang dilakukan.
Hemolisis dapat menyebabkan kehilangan besi akibat
penghancuran membran sel darah merah yang akan
mempengaruhi kadar hemoglobin (Gallagbar, 2015).
2. Hubungan Pantangan Makanan Dengan Kejadian Kek Pada
Ibu Hamil Di Puskesmas Anggaberi
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan
pantangan makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
Puskesmas Anggaberi (X2=14,685; pvalue=0,000). Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Vita (2014)
62
menyatakan bahwa pantangan makanan berhubungan dengan
kejadian kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di
Kecamatan Kamoning dan Tambelangan Kabupaten Sampang
Jawa Timur. Demikian pula hasil penelitian Sri dkk (2015)
menyatakan bahwa ada hubungan pantangan makanan dengan
kejadian kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di BPS
Sri Widyaningsih, AM.Keb Desa Lemahireng Kecamatan Bawen
Kabupaten Semarang.
Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan salah satu
masalah gizi masyarakat terutama di negara berkembang
termasuk Indonesia. Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat
kesehatan ibu hamil masih sangat rawan, hal ini ditandai masih
tingginya angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan oleh
perdarahan karena anemia gizi dan KEK selama masa kehamilan.
Angka kematian ibu berdasarkan data survei demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 sebesar 359/100.000
kelahiran hidup (BKKBN, 2013) dan pada tahun 2015 berdasarkan
data Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) sebesar
305/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian terbesar adalah
penyebab lain sebesar 40,8% dan perdarahan sebesar 30,3%
(Kemenkes, 2016).
Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan kondisi yang
disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi
63
antara energi dan protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan
tubuh tidak tercukupi (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi KEK di
negara-negara berkembang seperti Banglades, India, Indonesia,
Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu
dengan BMI <18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi
yang tertinggi adalah Banglades yaitu 47%, sedangkan Indonesia
menjadi urutan keempat terbesar setelah India dengan prevalensi
35,5% dan yang paling rendah adalah Thailand dengan prevalensi
15-25% (Sigit, 2015). Prevalensi KEK pada wanita hamil di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 sebesar
24,2% dan di Sulawesi Tenggara sebesar 22,6% (Kemenkes RI,
2013).
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak
sebelum hamil ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena
kebutuhan orang hamil lebih tinggi dari ibu yang tidak dalam
keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya meningkat selama hamil. Menurut Sediaoetama (2014),
penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola
konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak langsung
terdiri dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi
64
karena penyakit infeksi atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang,
pengetahuan, pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang,
produksi pangan yang kurang mencukupi kubutuhan, kondisi
hygiene yang kurang baik, jumlah anak yang terlalu banyak, usia
ibu, usia menikah, penghasilan rendah, perdagangan dan
distribusi yang tidak lancar dan tidak merata, jarak kehamilan
(Sediaoetama, 2014). Penyebab tidak langsung dari KEK disebut
juga penyakit dengan causa multi factorial dan antara hubungan
menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat
kekurangan energi kronis.
Pantangan makanan adalah makanan yang tidak boleh
dikonsumsi ibu selama hamil sesuai dengan kebiasaan turun-
temurun yang dianut. Makanan pantang atau pantang makanan
adalah bahan makanan atau masukan yang tidak boleh dimakan
oleh para individu dalam masyarakat karena alasan-alasan yang
bersifat budaya. Menurut Sediaoetama (2015), pantang makanan
yaitu tidak boleh makan jenis makanan tertentu dijumpai pada
masyarakat karena alasan budaya dan kesehatan di berbagai
negara seluruh dunia. Berbagai budaya memberikan peranan dan
nilai yang berbeda terhadap pangan (Baliwati, dkk, 2014).
Kepercayaan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi
sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan.
Semakin banyak pantangan dalam makanan maka semakin kecil
65
peluang keluarga untuk mengkonsumsi makan yang beragam.
Kondisi demikian, tentunya akan memperburuk keadaan ibu hamil
sehingga menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi yang berisiko
mengalami KEK.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi sebanyak
13 orang (31,7%).
2. Aktifitas fisik ibu hamil di Puskesmas Anggaberi lebih banyak pada
aktifitas fisik ringan sebanyak 22 orang (53,7%).
3. Pantangan makanan ibu hamil di Puskesmas Anggaberi lebih
banyak pada tidak ada pantangan sebanyak 29 orang (70,7%).
4. Ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian KEK pada ibu hamil
di Puskesmas Anggaberi (X2=13,868; pvalue=0,001).
5. Ada hubungan pantangan makanan dengan kejadian KEK pada
ibu hamil di Puskesmas Anggaberi (X2=14,685; pvalue=0,000).
B. Saran
1. Petugas kesehatan khususnya di Puskesmas diharapkan selalu
menginformasikan kepada ibu hamil tentang kekurangan energi
kronik (KEK) dan faktor risikonya serta bahaya KEK.
2. Ibu hamil diharapkan selalu mencari informasi tentang KEK.
67
DAFTAR PUSTAKA
Asria, K. (2012) Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan KonsumsiEnergi Pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2010. Skripsi. Jakarta:FKIK UIN.
Baliwati, Y. F. (2014) Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta:Penerbit Swadaya.
BKKBN, (2011) Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011. Jakarta:Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional DirektoratPelaporan dan Statistik.
Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/BadanKoordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen Kesehatan,& Macro International Inc. (2013) Survei Demografi dan KesehatanIndonesia 2012. Jakarta.
Chairiah, (2012) Pengaruh Pola Makan Dan Status Gizi TerhadapKejadian Hypertensi Pada Ibu Hamil Di RSU Tanjung PuraKabupaten Langkat. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Chinue, C. 2009. Kekurangan Energi Kronik (KEK).http://chinue. Wordpress.com/2009/03/14/makalah-KEK. Diaksespada tanggal 14 Maret 2017.
Erni, Y. (2014) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan KekuranganEnergi Kronis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas SungaiBilu Banjarmasin. An Nadaa. Vol. 1 No. 2. ISSN 2442-4986.
Gallagber, P.G. (2015) Wiliam Hematologi. New York : Mc Graw Hil
Hidayati,M., Hadi,H., Susilo,J. (2014) Kurang Energi Kronis danAnemia Ibu Hamil Sebagai Faktor Resiko Kejadian BeratBayi Rendah di Kota Mataram, NTB. Sain Kesehatan; 18(4):483-491.
Huliana, (2015) Gizi Ibu Hamil. Jakarta: Arcan.
Kemenkes RI. (2013) Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Bakti Husada.
___________ (2015) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta:Kemenkes RI.
68
___________ (2016) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta:Kemenkes RI.
Khomsan, A., Anwar, F. (2014). Makanan Tepat Badan Sehat. Jakarta:Hikmah.
Lubis, Z (2013) Status gizi ibu hamil serta pengaruhnya terhadap bayiyang dilahirkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Misaroh, Proverawati (2016) Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Moehji, S. ( 2013) Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta:Papas Sinar Sinanti.
Nurmilawati, (2012) Hubungan Pola Makan Ibu Selama HamilDengan Berat Badan Lahir Dan Panjang Badan Lahir Bayi PadaGolongan Keluarga Miskin Di Kecamatan Percut Sei Tuan. Skripsi.Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pratiwi, (2015) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurang Energi Kronispada Ibu Hamil. http://id.shvoong.com/ di akses pada tanggal 5 Maret2017.
Puli, T., Thaha, A.R., Aminudin, S. (2014) Hubungan Sosial EkonomiDengan Kekurangan Energi Kronik Pada Wanita Prakonsepsi di KotaMakassar. Naskah Publikasi. Makassar: Unhas.
Puskesmas Anggaberi, (2017). Profil Kesehatan Puskesmas AnggaberiTahun 2016. Ranomeeto: Puskesmas Anggaberi.
Putri, (2012) Pola Makan dan Konsumsi Tablet Besi Pada Ibu HamilTrimester Ketiga di Wilayah Kerja Puskesmas LubukSikaping. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Rizka, A.A., Puji, P., Luvi, D.A. (2015) Beberapa Faktor YangBerhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)Pada Ibu Hamil di BPS Sri Widyaningsih, AM.Keb DesaLemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. NaskahPublikasi. Semarang: Stikes Ngudi Waluyo.
Sediaoetama. (2014). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi JilidII. Jakarta: Dian Rakyat.
69
Sigit, (2015) Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Gizi DanKonsumsi Protein Dengan Kejadian Kek. www.digilib.esaunggul.ac.id . Diakses Tanggal 12 April 2017.
Simarmata, M. (2014). Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan,Pengetahuan Gizi Dan Status Kesehatan Dengan Kejadian KEKPada Ibu Hamil Di Kabupaten Simalungun. Tesis. Medan:Universitas Sumatera Utara.
Sipahutar, H. (2013) Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil TrimesterPertama Dan Pola Makan Dalam Pemenuhan Gizi Di WilayahKerja Puskesmas Parsoburan Kabupaten Toba Samosir.Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sri, A.,P., Widya, K.T., Dwi, D.G. (2015) Beberapa Faktor YangBerhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)Pada Ibu Hamil di BPS Sri Widyaningsih, AM.Keb DesaLemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. NaskahPublikasi.
Soetjiningsih, (2015) Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sri, H., Suci, B. (2011) Analisis Faktor Yang Mempengaruhi KekuranganEnergi Kronis Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas WediKlaten. Jurnal Inovasi Kebidanan. Vol. 1. No. 1.
Supariasa, I., Bakri, B., dan Fajar, I. (2014) Penilaian Status Gizi.Jakarta: EGC.
Surasih, H. (2014). Faktor-faktor yan Berhubungan dengan KekuranganEnergiKronis (KEK) pada Ibu Hamil di Kabupaten Banjarnegara.Naskah Publikasi. Semarang: IKM Universitas Negeri Semarang.
Vita, K.M. (2014) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan KejadianKekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di KecamatanKamoning Dan Tambelangan Kabupaten Sampang Jawa Timur.Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17. No. 2.
Ringan Sedang Berat Ya Tidak <23,5 cm ≥23,5 cm1 Ny “S” Tn”A” √ √ 45 cm TIDAK2 Ny “ S” Tn “R” √ √ 27 cm TIDAK3 Ny “N” Tn “H” √ √ 26 cm TIDAK4 Ny “M” Tn “ M” √ √ 21 cm KEK5 Ny “L“ Tn “R” √ √ 28 cm TIDAK6 Ny “N” Tn “A” √ √ 26 cm TIDAK7 Ny”M” Tn”N” √ √ 28 cm TIDAK8 Ny”H” Tn “D” √ √ 27 cm TIDAK9 Ny “F” Tn “M” √ √ 23 cm KEK
10 Ny “S” Tn “K” √ √ 20,3 cm KEK11 Ny “Y” Tn “K” √ √ 25 cm TIDAK12 Ny “U” Tn “S” √ √ 31 cm TIDAK13 Ny “M” Tn “R” √ √ 24,5 cm TIDAK14 Ny “R” Tn “E” √ √ 27 cm TIDAK15 Ny “S” Tn “M” √ √ 29 cm TIDAK16 Ny “N” Tn “A” √ √ 26 cm TIDAK17 Ny “A” Tn “A” √ √ 22 cm KEK18 Ny “H” Tn “A” √ √ 24,5 cm TIDAK19 Ny “E” Tn “R” √ √ 26 cm TIDAK20 Ny “H” Tn “A” √ √ 26,5 cm TIDAK21 Ny “A” Tn “S” √ √ 23 cm KEK22 Ny “M” Tn “S” √ √ 22,5 cm KEK23 Ny “E” Tn “J” √ √ 25 cm TIDAK24 Ny “H” Tn “A” √ √ 25 cm TIDAK25 Ny “A” Tn “I” √ √ 20 cm KEK26 Ny “R” Tn “A” √ √ 23 cm KEK27 Ny “K” Tn “U” √ √ 26 cm TIDAK28 Ny “Y” Tn “Y” √ √ 27 cm TIDAK29 Ny “A” Tn “M” √ √ 25 cm TIDAK30 Ny “R” Tn “U” √ √ 22 cm KEK31 Ny “I” Tn “E” √ √ 22 cm KEK32 Ny “S” Tn “M” √ √ 24 cm TIDAK33 Ny “H” Tn “P” √ √ 25 cm TIDAK34 Ny “Y” Tn “T” √ √ 25,3 cm TIDAK35 Ny “H” Tn “A” √ √ 26 cm TIDAK36 Ny “R” Tn “L” √ √ 22,3 cm KEK37 Ny “F” Tn “U” √ √ 22,5 cm KEK38 Ny “I” Tn “R” √ √ 27 cm TIDAK39 Ny “D” Tn “P” √ √ 21,2 cm KEK40 Ny “L” Tn “M” √ √ 24 cm TIDAK41 Ny “Y” Tn “J” √ √ 25,2 cm TIDAK
KEK
MASTER TABEL
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DAN PANTANGAN MAKANAN DENGANKEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS ANGGABERI KECAMATAN ANGGABERIKABUPATEN KONAWE
NO NAMAIBU
NAMASUAMI
AKTIFITAS FISIK PANTANGANMAKANAN LILA
AKTIVITAS
Ringan Sedang Berat Ya Tidak1 Ny “S” Tn”A” √ 2 √2 Ny “ S” Tn “R” √ 2 √3 Ny “N” Tn “H” √ 3 √4 Ny “M” Tn “ M” √ 2 √5 Ny “L“ Tn “R” √ 1 √6 Ny “N” Tn “A” √ 2 √7 Ny”M” Tn”N” √ 2 √8 Ny”H” Tn “D” √ 2 √9 Ny “F” Tn “M” √ 1 √
10 Ny “S” Tn “K” √ 3 √11 Ny “Y” Tn “K” √ 2 √12 Ny “U” Tn “S” √ 1 √13 Ny “M” Tn “R” √ 2 √14 Ny “R” Tn “E” √ 2 √15 Ny “S” Tn “M” √ 2 √16 Ny “N” Tn “A” √ 2 √17 Ny “A” Tn “A” √ 2 √18 Ny “H” Tn “A” √ 1 √19 Ny “E” Tn “R” √ 2 √20 Ny “H” Tn “A” √ 3 √21 Ny “A” Tn “S” √ 2 √22 Ny “M” Tn “S” √ 2 √23 Ny “E” Tn “J” √ 2 √24 Ny “H” Tn “A” √ 2 √25 Ny “A” Tn “I” √ 3 √26 Ny “R” Tn “A” √ 1 √27 Ny “K” Tn “U” √ 2 √28 Ny “Y” Tn “Y” √ 2 √29 Ny “A” Tn “M” √ 3 √30 Ny “R” Tn “U” √ 2 √31 Ny “I” Tn “E” √ 2 √32 Ny “S” Tn “M” √ 1 √33 Ny “H” Tn “P” √ 2 √34 Ny “Y” Tn “T” √ 2 √35 Ny “H” Tn “A” √ 2 √36 Ny “R” Tn “L” √ 3 √37 Ny “F” Tn “U” √ 2 √38 Ny “I” Tn “R” √ 3 √39 Ny “D” Tn “P” √ 2 √40 Ny “L” Tn “M” √ 2 √41 Ny “Y” Tn “J” √ 2 √
NO NAMAIBU
NAMASUAMI
AKTIFITAS FISIK PANTANGANMAKANAN
<23,5 cm ≥23,5 cm PANTANGAN1 45 cm 1 21 27 cm 1 21 26 cm 1 21 21 cm KEK 2 11 28 cm 1 21 26 cm 1 22 28 cm 1 21 27 cm 1 21 23 cm KEK 2 12 20,3 cm KEK 2 11 25 cm 1 11 31 cm 1 21 24,5 cm 1 21 27 cm 1 21 29 cm 1 21 26 cm 1 21 22 cm KEK 2 21 24,5 cm 1 21 26 cm 1 22 26,5 cm 1 12 23 cm KEK 2 22 22,5 cm KEK 2 11 25 cm 1 21 25 cm 1 21 20 cm KEK 2 11 23 cm KEK 2 11 26 cm 1 21 27 cm 1 22 25 cm 1 22 22 cm KEK 2 11 22 cm KEK 2 21 24 cm 1 21 25 cm 1 21 25,3 cm 1 12 26 cm 1 22 22,3 cm KEK 2 11 22,5 cm KEK 2 21 27 cm 1 21 21,2 cm KEK 2 11 24 cm 1 22 25,2 cm 1 2
KEKLILA
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
KepadaYth.
Bapak / ibu / saudara responden
Di Puskesmas Anggaberi
Nama saya Hardianti Mukaddas, mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan aktifitas fisik dan pantangan
makanan dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Anggaberi, yang mana
penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika ibu
bersedia, saya akan memberikan lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang
telah disediakan untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan digunakan
hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya
disampaikan terima kasih.
Kendari, 2018
Responden Peneliti
…………….
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DAN PANTANGAN MAKANAN DENGANKEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS ANGGABERI
No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan saudara
saat ini
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat
4. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. PERGURUAN TINGGI
5. Pekerjaan :
6. Jumlah Anak :
7. Pendapatan Perbulan : Rp.
8. Penyakit Yang Pernah diderita selama hamil:
a. ....................................
b. ....................................
c. ....................................
d. ....................................
9. LILA : cm
AKTIVITAS FISIK
JENIS KEGIATAN (√)
Aktivitas Fisik Ringan
berjalan kaki
menyapu lantai
mencuci piring
berdandan
duduk
mengasuh anak
nonton TV
tidur
Aktivitas Fisik Sedang
jalan sehat
berenang
bersepeda
bermain music
jalan cepat
mencuci baju
yoga
senam
berbelanja
berkendara
Aktifitas Fisik Berat
Berlari
Aerobic
bela diri
mengepel
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian