Post on 04-Aug-2015
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
ANALISIS ENZIM PENCERNAAN PADA
USUS IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Disusun oleh :
1. Erlian Krisainin R. (093204002)
2. Sumarsono Yuli P. (093204036)
3. Sukma Janeka K. (093204044)
4. Eka Noviyanti (093204050)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa
yang lebih kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang
penting bagi kebutuhan sel, jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan
merupakan proses kimia. Proses kimia membutuhkan adanya enzim untuk perubahan
kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam meningkatkan kecepatan reaksi tanpa
mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam proses pencernaan, enzim
dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan lambung. Enzim
bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks seperti karbohidrat,
protein, vitamin dan mineral (Guyton,1992).
Pada sebagian vertebrata, khususnya mamalia, pencernaan makanan secara
kimiawi mulai terjadi di rongga mulut dimana yang dicerna pertama kali adalah
karbohidrat. Kemudian hasil hidrolisis karbohidrat akan menuju usus halus untuk
dicerna menjadi molekul yang lebih sederhana lagi. Usus halus merupakan tempat
terjadinya absorbsi makanan, karena itulah dapat dikatakan bahwa sebenarnya
pencernaan makanan secara kimiawi berpusat di usus halus (intestinum). Pada ikan
usus halus memegang peranan yang penting dikarenakan proses pencernaan kimiawi
pada ikan baru di mulai di bagian ususnya karena rongga mulut ikan tidak memilki
kelenjar saliva yang mampu menghasilkan amilase saliva. Praktikum sistem
pencernaan dilakukan dengan mengadakan uji terhadap keberadaan enzim di usus
ikan dan menguji fungsi empedu dalam proses pencernaan. Pengujian dilakukan
secara tidak langsung, yaitu dengan mendeteksi hasil dari kerja enzim. Pengujian
dilakukan terhadap enzim amilase, enzim maltase, enzim tripsin dan pengaruh
empedu terhadap lemak. Enzim diekstrak dari ikan mas (Cyprinus carpio).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa macam – macam enzim pencernaan yang terdapat pada usus ikan mas?
2. Bagaimana fungsi empedu dalam pencernaan makanan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat ditentukan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui macam – macam enzim pencernaan yang terdapat pada usus ikan
mas.
2. Mengetahui fungsi empedu dalam pencernaan makanan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ikan Mas
Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia (Anonim,2007).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Familia : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : C.carpio (Linnaeus,1758 )
Ikan Mas merupakan salah jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan
memanjang pipih ke samping dan lunak. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas
yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya. Mulut terletak di
ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang
sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik
dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas ini
berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru,
merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan
rasnya (Rochdianto, 2005). Ikan mas mudah diperoleh dan mudah dikembangbiakkan.
Hal ini dikarenakan ikan mas mudah beradaptasi terhadap lingkungan dan makanan
yang diperoleh.
B. Sistem Pencernaan Pada Ikan Mas
Sistem pencernaan ikan mas tersusun atas dua bagian utama yaitu:
1. Tractus digestivus(Saluran Pencernaan)
2. Glandula digestoria(Kelenjar pencernaan)
1. Tractus Digestivus (saluran pencernaan) terdiri dari:
a) cavum oris berkaitan dengan cara mendapatkan makanan, ada mulut yang
dapat disembulkan kedepan dan tidak, jenis tertentu terdapat sungut untuk
mencari makanan didasar perairan, dan posisi mulut berkaitan dengan
kebiasaan memakannya, rahang banyak mengandung gigi yang berguna
untuk mengunyah, lidah kecil melekat pada dasar rongga mulut dan
merupakan alat yang membantu pernafasan. Rongga mulut; diselaputi sel-sel
penghasil lender yang berperan mempermudah jalannya makanan kesegmen
berikutnya, terdapat juga organ pengecap yang berfungsi menyeleksi
makanan, jenis tertentu memiliki gigi yang berperan mengambil,
mencengkram, merobek, memotong, atau menghancurkan makanan, atau
merupakan alat pencernaan makanan secara mekanik.
b) pharnyx terdapat pada celah insang dan banyak mengandung lembaran -
lembaran insang yang terletak sebelah menyebelah, jenis ikan filter feeding
proses penyaringan makanan terjadi di faring karena tapis insang mengarah
kesegmen faring, kadangkala ditemukan organ pengecap.
c) oesophagus merupakan terusan dari pharynx, permulaan saluran pencernaan
berbentuk pipa mengandung lender untuk membantu penelanan makanan,
pada ikan laut berfungsi penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkan
konsentrasi garam air laut yang diminum menurun sehingga memudahkan
penyerapan air oleh usus belakang dan rectum.
d) ventriculus (lambung) organ ini hampir sama bentuk dan warnanya dengan
usus sehingga sukar dibedakan, berfungsi penampung makanan, jenis ikan
tidak memiliki lambung fungsi lambung digantikan usus depan termodifikasi
menjadi kantung yang membesart (lambung palsu), jenis ikan herbivore
biasanya terdapat gizard (lambung khusus) yang berfungsi untuk menggerus
makanan.
e) pylorus → segmen yang terletak antara lambung dan usus depan berfungsi
sebagai pengatur pengeluaran makanan (chyme) dari lambung ke segmen usus,
f) intestinum (usus) → terdiri dari sel enterosit (memiliki villi berbentuk
menyerupai sarang tawon) dan mukosit (sel goblet penghasil lendir), segmen
terpanjang dari saluran pencernaan, bagian depannya terdapat dua saluran
yang masuk didalamnya yang berasal dari kantung empedu (ductus
choledochus) dan pancreas, jenis ikan tertentu yang pankreasnya menyebar
pada organ hati (hepatopankreas) hanya ada satu saluran yaitu ductus
choledochus.
g) rectum → segmen saluran pencernaan yang terujung berfungsi penyerapan air
dan ion, pada larva ikan juga berfungsi penyerapan protein.
h) anus → terletak di sebelah saluran genital pada ikan bertulang sejati letaknya.
i) kloaka → hanya dimiliki oleh ikan rawan (chondrichthyes); ruang
bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital, saluran
pencernaannya masuk dari bagian bawah sedangkan saluran urogenitalnya
masuk melalui bagian atas dan klepnya pada lubang pengeluaran (Maskoeri
Jasin, 1992).
2. Glandula Digestoria (kelenjar pencernaan)
Kelenjar pencernaan pada ikan mas hanya ada satu yang disebut dengan
kelenjar hepatopankreas yang terdiri dari sel-sel hati dan sel-sel pancreas yang
sudah membaur jadi satu. Kelenjar pencernaan ini tampak menyelubungi ha,pir
seluruh intestinum. Saluran pelepasan dari kelenjar ini sangat halus seperti benang
yang berderet sepanjang intestinum anterior yang disebut hepatopancreaticus.
Hasil kerja hepatopancreaticus disimpan dalam vesica fellea(kantung empedu)
yang kemudian dikeluarkan ke dalam usus melewati ductus coleodocus(ductus
cysticus) yang bermuara pada intestinum anterior. Berikut ini bagian kelenjar
hepatopankreas yaitu:
a) hepar (hati) berwarna merah kecoklatan dan terdapat beberapa lembar.
b) vesica fellea (kantung empedu) terdapat diantara lembaran-lembaran hati,
berwarna hijau gelap.
c) pankreas → memiliki dua tipe sel, eksokrin dan endokrin; menyebar di
antara sel hati; terletak dekat usus depan; menghasilkan enzim :
Protease
- eksopeptidase : melepaskan ujung asam amino (misal: aminopeptidase,
tripeptidase, dipeptidase).
- endopeptidase : katalisator dalam menghidrolisis rantai peptid bagian
tengah dan rantai peptid yang spesifik; terdiri dari pepsin dan tripsin.
Lipase → katalisator dalam hidrolisis trigliserid menjadi monogliserid
dan asam lemak.
Esterase → memecahkan rantai ester menjadi asam lemak dan alkohol.
Karbohidrase → ditemukan disepanjang saluran pencernaan; antara lain
amilase, maltase, glikohenase, sukrase. (Maskoeri Jasin, 1992).
C. Enzim
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul
zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan
terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan
mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang
artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi
kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap.
Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati
menjadi glukosa. Enzim dipelajari dalam enzimologi (Campbell,1995).
Enzim membantu proses metabolisme di dalam tubuh. Enzim banyak terdapat
pada makanan segar karena enzim sangat sensitive terhadap panas dan akan rusak
dalam proses pemasakan dan pasteurisasi. Enzim berperan penting bagi kehidupan
dengan cara menjalankan seluruh metabolisme tubuh. Kita tidak dapat mencerna atau
menyerap makanan dan kita pun bisa mati jika tidak ada enzim dalam tubuh. Enzim
adalah biokatalisator spesifik yang bergabung dengan koenzim (vitamin dan mineral)
yang menjalankan roda kehidupan melalui metabolisme agar tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Pada umumnya kita sudah mengetahui kegunaan vitamin dan mineral
bagi tubuh, akan tetapi kemungkinan besar Anda tidak menyadari bahwa vitamin
tidak akan diaktifkan dalam tubuh sampai bergabung dengan enzim (Campbell,1995).
Jumlah enzim yang kecil di dalam sel mempersulit pengukuran kadarnya di
dalam ekstrak jaringan atau cairan. Untungnya, aktivitas katalitis yang dimiliki enzim
dapat menjadi sarana pemeriksaan yang sensitive dan spesifik bagi pengukuran kadar
enzim itu sendiri. Kemampuan mengatalitis transformasi ribuan, puluhan ribu, atau
bahkan lebih molekul substat menjadi produk dalam periode waktu yang singkat
memberikan kepada setiap molekul enzim kemampuan untuk secara kimiawi
menguatkan keberadaannya (Lehninger, 1995).
Untuk mengukur kadar enzim di dalam sebuah sampel ekstrak jaringan atau
cairan biologik lain, kecepatan reaksi yang dikatalitis oleh enzim dalam sampel
tersebut harus ditentukan. Dalam kondisi yang tepat, hasil pengukuran kecepatan
reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Karena jumlah molekul atau
massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam
unit enzim. Jumlah relatif enzim dalam berbagai ekstrak kemudian dapat
dibandingkan. International Union of Biocemistry mengartikan satu unit aktivitas
enzim sebagai 1 mikromol (1 mol; 10-6) substrat yang bereaksi atau produk yang
ditransformasikan per menit (Lehninger, 1995).
Susunan spasial dan kompartementalisasi enzim, substrat, serta kofaktor di
dalam sel mempunyai makna yang teramat penting. Sebagai contoh, di dalam sel-sel
hati, enzim untuk glikolisis terdapat di dalam sitoplasma sedangkan enzim untuk
siklus asam sitrat di dalam mitokondria. Distribusi enzim diantara berbagai organel
subselular dapat dipelajari setelah dilakukan fraksionasi homogenat sel melalui
sentrifugasi berkecepatan tinggi. Kandungan enzim pada setiap fraksi kemudian
diperiksa (http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim).
Enzim Pencernaan pada Ikan Mas
Berikut ini adalah beberapa enzim yang berperan dalam pencernaan ikan mas
diantaranya adalah:
1. Tripsin
Tripsin adalah suatu enzim pemecah protein atau proteose, yang dihasilkan
oleh sel-sel pankreas dalam bentuk molekul tripsinogen yang tidak aktif.
Tripsinogen akan diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase yaitu enzim
yang dihasilkan oleh usus. Tripsin dapat bekerja maksimal pada pH 8-9.
Pembuktian adanya enzim tripsin dapat dilakukan dengan uji biuret, apabila
bahan uji mengandung protein yang memiliki dua atau lebih ikan peptida
akan berwarna keunguan bila diuji dengan reagen biuret.
2. Amilase
Amilase(α-amilase) terdapat pada saliva dan usus halus. Amilase berfungsi
sebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum, dekstrin dan glikogen
menjadi maltosa. Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua molekul
glukosa. Ikatan yang terjadi adalah antara karbon nomor 1 dan atom karbon
nomor 4, oleh karenanya maltosa masih memiliki gugus –OH glikosidik dan
demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil
hidrolisis amilum dengan asam maupun enzim. Dalam tubuh amilum
mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amilase. Pengujian enzim
amilase dapat dilakukan dengan uji Benedict. Glukosa akan mereduksi Cu2+
menjadi Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Endapan yang
terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung
konsentrasi bahan uji yang diperiksa.
3. Lipase
Lipase dalam cairan pankreas berfungsi sebagai katalis dalam proses
hidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, monoasilgliserol dan
diasilgliserol. Aktivitas enzim lipase dapat bertambah dengan adanya ion
Ca2+ dan asam empedu, dan bekerja secara optimal pada pH 7-8,8.
D. Empedu
Komposisi empedu
97 % air
pigmen empedu :
- biliverdin → berwarna hijau
- bilirubin → berwarna kuning → mewarnai urine dan feses. Pada
kasus kerusakan fungsi hati dimana bilirubin akan masuk dalam
pembuluh darah sehingga seluruh jaringan di tubuh berwarna kuning
(jaundice).
garam-garam empedu : terbentuk dari asam empedu yang berikatan
dengan kolesterol dan asam amino. Setelah disekresi ke dalam usus,
garam tersebut direabsorbsi dari illeum bagian bawah kembali ke hati
dan di daur ulang kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatika garam empedu. (Ethel Sloane, 2003)
Fungsi garam empedu dalam usus halus
emulsifikasi dan saponifikasi lemak : garam empedu mengemulsi
globulus lemak besar dalam usus halus yang kemudian menghasilkan
globulus lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk
kerja enzim.
absorbsi lemak : garam empedu membantu absorbsi zat terlarut lemak
dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.
pengeluaran kolestrol dari tubuh : garam empedu berikatan dengan
kolestron dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle
yang akan dibuang melalui feces(Ethel Sloane, 2003)
merangsang peristaltis usus sehingga empedu bekerja sebagai laksatif
alamiah(Roger Watson, 2002).
empedu adalah saluran untuk ekskresi pigmen dan substansi toksik dari
aliran darah, seperti alkohol dan bahan kimia lainnya(Roger Watson,
2002).
empedu juga berfungsi sebagai deodoran untuk feses, mengurangi bau
yang menyengat. Hal ini semata-mata dihubungkan dengan kenyataan
bahwa kekurangan garam-garam empedu berarti pencernaan lemak
buruk, sehingga lemak di dalam usus tetap berlebihan, melapisi
makanan lain dan mencegah pencernaan dan absorbsi. Akibatnya,
protein dan lemak yang tidak tercerna diserang oleh bakteri pembusuk
dan mengalami dekomposisi yang menghasilkan kelebihan hidrogen
yang disulfurasi, yaitu gas yang menyebabkan bau feses abnormal,
drainase yang menyengat, dan berbau seperti telur busuk (Roger
Watson, 2002).
Kendali pada sekresi dan aliran empedu
Sekresi empedu diatur oleh faktor syaraf (impuls parasimpatis) dan hormon
(sekretin dan CCK) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan pankreas. Saat
asam lemak dan asam amino mencapai usus halus, CCK dilepas untuk mengkontraksi
otot kandung empedu dan merelaksasi sfingter Oddi. Cairan empedu kemudian
didorong ke dalam duodenum (Roger Watson, 2002).
Kandung empedu
Kandung empedu adalah kantong muskular hijau menyerupai pir dengan
panjang 10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati. Kapasitas
total kandung empedu kurang lebih 30 ml sampai 60 ml. Fungsinya :
menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus disekresi oleh sel-sel
hati, sampai diperlukan dalam duodenum. Di antara waktu makan, sfingter
Oddi menutup dan cairan empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang
relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK
mengkonsentrasikan cairannya dengan cara mereabsorbsi air dan elektrolit.
Dengan demikian kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi
empedu hati(Roger Watson, 2002).
E. Tinjauan Bahan
Larutan Benedict
Larutan Benedict adalah larutan yang mengandung ion-ion tembaga(II) yang
dikompleks dalam sebuah larutan basa. Larutan Benedict mengandung ion-ion
tembaga(II) yang membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan
natrium karbonat. Pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat mencegah
terbentuknya sebuah endapan - kali ini endapan tembaga(II) karbonat.
Benedict merupakan reagen yang dapat membuktikan adanya zat yang
mengandung glukosa dan turunannya, hasil yang positif memberikan endapan
berwarna merah bata karena terbentuknya ikatan antara atom Cu atau tembaga
yang berikatan dengan gugus aldehid dari glukosa yang bersifat aktif. Pada
keadaan ini atom tembaga yang berada pada bentuk ioniknya dengan bilangan
oksidasi 2 akan membentuk ikatan ionik dengan oksigen pada sisi aldehid atau
keton membentuk endapan Tembaga(II) Oksida.(Sloane,2003).
Toluen
Toluen memiliki rumus struktur C7H8. Massa relative (Mr) 92,14 g/mol.
Densitas toluen 0,8714 g/cm³. Sifat reaksi toluene pada kondisi 15 °C, 0,8669
g/cm³ (20 °C). mudah terbakar (http://Toluen - Wikipedia.mht). Toluen
berfungsi sebagai pelarut materi organik sekaligus sebagai pengawet tanpa
merubah struktur/ konformasi senyawa organik yang diawetkannya. Biasa
digunakan dalam mikroteknik untuk membuat preparat apusan dari suatu
untuk tujuan tertentu, membantu melekatkan pada kaca objek. Toluen ini
bersifat nonpolar, sehingga tidak bisa bercampur dengan pelarut polar seperti
air (Hart, 1998).
Amilum
Amilum digunakan sebagai sumber zat pati yang dapat dicerna oleh enzim
amilase(Van de Graf,1994).
Biuret
Biuret merupakan reagen yang bersifat basa, sehingga gugus amin dari asam
amino bertindak sebagai asam Dengan membentuk NH4+. Reaksi
menghasilkan senyawa basa NH4OH yang menyebabkan larutan berwarna
ungu.(Poedjiadi,1994).
Minyak goreng
Minyak goreng termasuk dalam lemak netral. Lemak netral adalah
persenyawaan asam lemak dengan gliserol. Tiga molekul asam lemak (rantai
panjang atom karbon dan hidrogen dengan satu gugugs karboksil di salah satu
ujungnya) berikatan kovaln dengan satu molekul gliserol (satu molekul terdiri
dari tiga karbon dengan tiga sisi gugus hidroksil) melalui proses sintesis
dehidrasi. Minyak cenderung cair pada suhu kamar (Etjhel Sloane, 2004).
Gliserin
Gliserin adalah cairan bening, banyak dipakai untuk membuat sediaan obat.
Persenyawaan gliserin dengan asam lemak membentuk lemak (Kamus Biologi
Tarsito, 1999).
Telur
Telur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus yang mengandung zat
gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor
anak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah kulit telur, putih telur a
albumin dan kuning telur. Albumin mengandung protein, glukosa, lemak,
garam dan air.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat
• Tabung reaksi 10 buah
• Botol warna gelap dan tutup 1 buah
• Mortar dan alu 1 set
• Gelas piala 1 buah
• Pembakar spirtus 1 buah
• Penjepit kayu 1 buah
• Pipet tetes 1 buah
• Rak tabung reaksi 1 buah
• Gelas ukur 10 ml 2 buah
• Corong kaca 1 buah
• Kertas saring secukupnya
• Papan seksi 1 buah
• Dissecting set 1 set
b. Bahan
• Ikan mas dengan berat 300-350 g 1 ekor
• Akuades secukupnya
• Toluen 4-5 tetes
• Larutan kanji matang encer
• Maltosa
• Albumin/putih telur
• Minyak goreng secukupnya
• Giserin 50% 20 ml
• Reagen biuret
• Reagen benedict
• Korek api
2. Cara kerja
a. Membuat ekstrak usus
Bedahlah ikan mas pada bagian perutnya
Pisahkan usus dari organ lainnya secara hati-hati. Ambil usus halus dengan cara
memotongnya dari bagian akhir lambung hingga awal usus besar.
Ambil kantung empedunya dengan hati-hati dan jangan sampai pecah.
Bukalah usus halus dengan cara menyayatnya secara longitudinal.
Bersihkan usus tersebut dengan akuades, kemudian masukkan ke dalam mortir.
Ambil 20 ml gliserin 50% dan masukkan ke dalam mortir, haluskan ususnya.
Ambil 4-5 tetes toluen, haluskan kembali. Setelah halus, masukkan usus tersebut
ke dalam botol, kemudian tutup rapat-rapat. Bungkus botol dengan kertas karbon.
Simpan ekstrak usus tersebut dalam ruang gelap selama 6-7 hari.
Setelah 6-7 hari, saringlah ekstrak usus tersebut dengan kertas saring.
Lakukan tes terhadap larutan hasil saringan tersebut yaitu tes pembuktian adanya
amilase, maltase dan tripsin.
b. Tes pengaruh empedu terhadap lemak
Sediakan dua tabung reaksi. Beri label kedua tabung A dan B. Tuangkan isi
kantung empedu ke dalam tabung A dengan menggunting sedikit permukaannya.
Encerkan empedu tersebut dengan akuades sehingga volumenya menjadi 2 ml.
Masukkan 2 ml akuades ke dalam tabung B, sebagai kontrol.
Tambahkan ke dalam kedua tabung tersebut masing-masing 2 ml minyak goreng.
Kocok keduanya kuat-kuat dan biarkan selama 5-10 menit. Amati apa yang terjadi
pada kedua larutan dalam tabung tersebut. Bandingkan besarnya gumpalan lemak
dalam masing-masing tabung.
c. Tes pembuktian adanya amilase
Sediakan dua tabung reaksi dan beri label A dan B. Tuangkan reagen benedict ke
dalam tabung tersebut masing-masing 2 ml.
Siapkan dua tabung lain dan beri label C dab D.
Masukkan larutan kanji matang encer masing-masing 2 ml ke dalam tabung C dan
D. Untuk tabung C tambahkan 1 ml ekstrak usus sedangkan tabung D tambahkan
1 ml akuades. Goyang kedua tabung tersebut selama 5-10 menit.
Teteskan sebanyak 5 tetes larutan dalam tabung C ke tabung A, dan larutan dalam
tabung D ke tabung B.
Panaskan tabung A dan B selama 5 menit dan amati perubahan warna yang terjadi
pada larutan tabung A dan B.
d. Tes pembuktian adanya maltase
Langkah pembuktian adanya maltase seperti langkah pengujian adanya amilase.
Hanya saja larutan kanji encer diganti dengan maltosa.
e. Tes pembuktian adanya tripsin
Siapkan dua tabung reaksi dan berilah label A dan B. Masukkan ke dalam tabung
masing-masing 1 ml putih telur yang sudah diencerkan. Panaskan kedua tabung
tersebut hingga mendidih.
Dinginkan kedua tabung tersebut, setelah dingin masukkan 1 ml ekstrak usus ke
dalam tabung A dan 1 ml akuades untuk tabung B. Diamkan 510 menit.
Teteskan masing masing 5 tetes reagen biuret ke dalam tabung A dan B. Amati
perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan, maka dapat diperoleh data sebagai berikut :
A. Tabel Hasil Percobaan Tes pengaruh Empedu terhadap Lemak
Perlakuan
Keadaan
Warna sebelum Warna sesudah dikocok
selama 10 menit
Tabung A : Terdapat dua lapisan. Lapisan Ukurannya Lebih kecil.
2 ml Cairan
empedu
+ 2 ml minyak
goreng
atas merupakan minyak yang
berwarna kuning keemasan dan
lapisan bawah merupakan cairan
empedu yang berwarna hijau
tua.
Terdapat empat lapisan:
1. Lapisan atas (pertama):
terdapat buih/busa dengan
warna bagian bawah buih
kuning keruh
2. Lapisan kedua: lapisan
lemak berwarna oranye
3. Lapisan ketiga: berwarna
hijau muda
4. Lapisan bawah (keempat):
berwarna hijau tua ada
endapan
Tabung B :
2 ml Aquades
+ 2 ml minyak
goreng
Terdapat dua lapisan
Lapisan atas merupakan minyak
yang berwarna kuning keemasan
dan lapisan bawah merupakan
aquades yang berwarna bening
Ukurannya Lebih besar
Terdapat dua lapisan:
Lapisan atas: berwarna oranye
Lapisan bawah: berwarna putih
keruh
B. Tabel Hasil Percobaan Tes Pembuktian Adanya Amilase
Larutan Perlakuan Pengamatan
Sebelum Sesudah
Tabung A 1. Diberi benedict 2 ml2. Diberi 5 tetes tabung C (berisi
1 ml ekstrak usus + 2 ml kanji matang encer dan goyang selama 5 menit)
3. Dipanaskan selama 5 menit
Berwarna Biru Berwarna Biru
kehijauan
Ada endapan
merah bata
sedikit pada
permukaan atas
dan bawah
Tabung B 1. Diberi reagen benedict 2 ml2. Diberi 5 tetes tabung D (berisi
1 ml akuades + 2 ml kanji matang encer dan goyang selama 5 menit)
3. Dipanaskan selama 5Menit
Berwarna Biru Berwarna Biru
Tidak ada
endapan
C. Tabel Hasil Percobaan Tes Pembuktian Adanya Maltase
Larutan Perlakuan Pengamatan
Sebelum Sesudah
Tabung A 1. Diberi benedict 2 ml2. Diberi 5 tetes tabung C (berisi
1 ml ekstrak usus + 2 ml maltosa dan goyang selama 5 menit)
3. Dipanaskan selama 5 menit
Berwarna Biru Berwarna Merah
bata (+++)
Ada endapan
merah bata pada
permukaan atas
dan bawah
Tabung B 1. Diberi reagen benedict 2 ml2. Diberi 5 tetes tabung D (berisi
1 ml akuades + 2 ml maltosa dan goyang selama 5 menit)
3. Dipanaskan selama 5 Menit
Berwarna Biru Berwarna Merah
Bata (++)
Tidak ada
endapan
D. Tabel Hasil Percobaan Tes Pembuktian Adanya Tripsin
Larutan Perlakuan Pengamatan
Sebelum Sesudah
Tabung A 1. Diberi putih telur (1 ml) dipanaskan sampai mendidih
2. Didinginkan, ditambah 1 ml ekstrak usus, didiamkan 5-10 menit
3. Ditambah 1 ml NaOH (pekat) + 2 tetes CuSO4 sampai terjadi perubahan warna
Berwarna putih Berwarna ungu
(+++)
Ada endapan
pada dasar
tabung
Tabung B 1. Diberi putih telur (1 ml) Berwarna putih Berwarna ungu
dipanaskan sampai mendidih2. Didinginkan, ditambah 1 ml
akuades, didiamkan 5-10 menit
3. Ditambah 1 ml NaOH (pekat) + 2 tetes CuSO4 sampai terjadi perubahan warna
(++)
ada endapan
pada dasar
tabung
4.2 Analisis Data
1. Tes Pegaruh Empedu Terhadap Lemak
Analisis data tabel A (Tes pegaruh empedu terhadap lemak) yaitu, dapat
dilihat bahwa pada perlakuan tabung A yang berisi cairan empedu yang sudah
diencerkan dengan akuades sampai volumenya menjadi 2 ml, yang ditambahkan
minyak goreng 2 ml sebelum dilakukan pengocokan, terdapat dua lapisan yaitu
lapisan atas berwarna kuning keemasan yang merupakan minyak dan lapisan bawah
berwarna hijau tua yang merupakan cairan empedu. Kemudian setelah dilakukan
pencampuran dengan cara mengocok selama 5-10 menit, didapatkan hasil terdapat
gumpalan lemak yang ukurannya lebih kecil daripada tabung B dan terdapat empat
lapisan ; lapisan atas (pertama) terdapat buih/busa dengan warna bagian bawah buih
kuning keruh, lapisan kedua: lapisan lemak berwarna oranye, lapisan ketiga: berwarna
hijau muda, lapisan bawah (keempat): berwarna hijau tua dan terdapat endapan.
Tabung B yang berisi 2 ml akuades dan 2 ml minyak goreng sebelum
dilakukan pengocokan terdapat dua lapisan yang tampak terpisah; lapisan atas
berwarna kuning keemasan yang merupakan minyak dan lapisan bawah berwarna
jernih yang merupakan aquades. Kemudian setelah dilakukan pencampuran
(pengocokan) selama 5-10 menit, didapatkan ukuran lebih besar dan terdapat dua
lapisan ; lapisan atas berwarna oranye dan terdapat gumpalan minyak besar-besar
serta lapisan bawah yang berwarna putih keruh.
2. Tes pembuktian adanya amilase, maltase dan tripsin:
Analisis data tabel B (Uji Amilase) yaitu, dapat dilihat bahwa pada perlakuan
Tabung A yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5 tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak
usus dan 2 ml kanji matang encer serta digoyang selama 5 menit), sebelum
dipanaskan berwarna biru. Setelah tabung A yang berisi 2 ml benedict dan 5 tetes
tabung C (berisi 1 ml ekstrak usus dan 2 ml kanji matang encer serta digoyang selama
5 menit), setelah dipanaskan 5 menit berwarna biru kehijauan dan ada endapan Cu2O
merah bata sedikit pada permukaan atas dan bawah.
Tabung B yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5 tetes tabung D (berisi 1 ml
akuades dan 2 ml kanji matang encer serta digoyang selama 5 menit), sebelum
dipanaskan berwarna biru. Setelah tabung B yang berisi 2 ml benedict dan 5 tetes
tabung D (berisi 1 ml akuades dan 2 ml kanji matang encer serta digoyang selama 5
menit), setelah dipanaskan 5 menit berwarna biru dan tidak ada endapan.
Analisis data tabel C (Uji Maltase) yaitu, dapat dilihat bahwa pada perlakuan
Tabung A yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5 tetes tabung C (berisi 1 ml ekstrak
usus dan 2 ml maltosa serta digoyang selama 5 menit), sebelum dipanaskan berwarna
biru. Setelah tabung A yang berisi 2 ml benedict dan 5 tetes tabung C (berisi 1 ml
ekstrak usus dan 2 ml maltosa serta digoyang selama 5 menit), setelah dipanaskan 5
menit berwarna merah bata (+++) dan ada endapan Cu2O merah bata pada permukaan
atas dan bawah.
Tabung B yaitu diberi 2 ml benedict ditambah 5 tetes tabung D (berisi 1 ml
akuades dan 2 ml maltosa serta digoyang selama 5 menit), sebelum dipanaskan
berwarna biru. Setelah tabung B yang berisi 2 ml benedict dan 5 tetes tabung D (berisi
1 ml akuades dan 2 ml maltosa serta digoyang selama 5 menit), setelah dipanaskan 5
menit berwarna merah bata (++) dan tidak ada endapan.
Analisis data tabel D (Uji Tripsin) yaitu, dapat dilihat bahwa pada perlakuan
Tabung A yaitu diberi 1 ml putih telur yang sudah diencerkan, dipanaskan sampai
mendidih dan didinginkan, maka akan berwarna putih. Setelah 1 ml putih telur
ditambah 1 ml ekstrak usus sambil didiamkan 5-10 menit dan ditambah 1 ml NaOH
serta beberapa tetes CuSO4 sampai terjadi perubahan warna. Maka pada tetesan ke-2
berwarna ungu (+++) dan ada endapan pada dasar tabung.
Tabung B yaitu diberi 1 ml putih telur yang sudah diencerkan, dipanaskan
sampai mendidih dan didinginkan, maka akan berwarna putih. Setelah 1 ml putih telur
ditambah 1 ml akuades sambil didiamkan 5-10 menit dan ditambah 1 ml NaOH serta
beberapa tetes CuSO4 sampai terjadi perubahan warna. Maka pada tetesan ke-2
berwarna ungu (++) dan ada endapan pada dasar tabung.
4.3 Pembahasan
1. Tes Pegaruh Empedu Terhadap Lemak
Berdasarkan analisis diatas yaitu tabel A (Tes pegaruh empedu terhadap
lemak), Pada tabung A yaitu yang berisi cairan empedu yang sudah diencerkan
dengan akuades sampai volumenya menjadi 2 ml, ditambahkan minyak goreng 2 ml.
Sebelum dilakukan pengocokan, terdapat dua lapisan karena belum terjadi
pencampuran, sehingga pada lapisan atas berwarna kuning keemasan yang merupakan
minyak dan lapisan bawah berwarna hijau tua yang merupakan cairan empedu,
keadaan ini dikarenakan berat jenis minyak lebih ringan daripada air sehingga minyak
cenderung berada di atas dan zat-zat lain yang mengandung air berada di bagian
bawah. Selain itu, minyak bersifat nonpolar, sedangkan air bersifat polar. Setelah
dikocok, pada tabung A terlihat emulsi berwarna hijau muda keruh yang terbentuk
karena pencampuran cairan empedu dengan minyak goreng Setelah itu tabung A
didiamkan selama 5-10 menit, didapatkan hasil yaitu ukuran gumpalan lemak lebih
kecil dari tabung B(kontrol) dan terdapat empat lapisan; lapisan atas (pertama)
terdapat buih/busa dengan warna bagian bawah buih kuning keruh, lapisan kedua:
lapisan lemak (berwarna oranye), lapisan ketiga: berwarna hijau muda, lapisan bawah
(keempat): berwarna hijau tua dan ada endapan.
Pada lapisan pertama(atas) terbentuk buih/busa karena dalam melakukan
pengocokan terlalu lama dan terlalu keras. Sedangkan pada lapisan kedua adalah
lapisan lemak berwarna oranye yang berbentuk gelembung-gelembung proses ini
merupakan reaksi yang kurang sempurna dari getah empedu dalam mengemulsikan
lemak dalam minyak. Untuk dapat larut dalam air, minyak harus dibungkus oleh
emulator membentuk kilomikron yang ukurannya kecil, sehingga memudahkan kerja
enzim lipase untuk mengubah minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Pada lapisan
ketiga adalah cairan empedu yang berwarna hijau muda yang telah mengikat lemak
dan lapisan ke empat(bawah/dasar) berwarna hijau tua, ini merupakan sisa empedu
yang tidak ikut mengikat lemak, terdapat pula endapan yang mungkin dikarenakan
kurang bersihnya alat-alat yang digunakan sehingga masih ada sisa-sisa zat dari
praktikum sebelumnya yang akhirnya mempengaruhi hasil percobaan.
Sedangkan pada tabung B yang berisi 2 ml akuades dan 2 ml minyak goreng
dimana sebelum dilakukan pengocokan terdapat dua lapisan yang tampak terpisah
karena belum terjadi pencampuran; lapisan atas berwarna kuning keemasan yang
merupakan minyak dan lapisan bawah berwarna jernih yang merupakan aquades.
Kemudian setelah dilakukan pencampuran (pengocokan) setelah itu didiamkan selama
5-10 menit, didapatkan ukuran gumpalan lemak lebih besar dan terdapat dua lapisan;
lapisan atas berwarna oranye (kuning keruh) dan terdapat gumpalan minyak besar-
besar serta lapisan bawah yang berwarna putih keruh. Minyak goreng tidak larut
dalam air karena tidak dibungkus oleh emulator yang membentuk kilomikron yang
dapat melarutkan lemak dalam air.
Fungsi cairan empedu dalam proses pencernaan makanan adalah sebagai
pengemulsi lemak, dan di gambarkan dalam jalur berikut:
Lemak / lipida merupakan senyawa organik berminyak atau berlemak yang
tidak larut dalam air. Jenis lipida atau lemak yang merupakan bahan bakar utama bagi
semua organisme adalah triasilgliserol. Hampir semua lemak dalam suatu hidangan
mencapai usus halus dalam kondisi sempurna belum tercerna. Karena itu, perlu
dihidrolisis sebab molekul lemak tidak larut dalam air. Salah satunya melalui kerja
enzim lipase yang berfungsi memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Enzim lipase ini dapat bekerja jika ada garam empedu yang terdapat yang
terdapat pada cairan empedu. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan tidak
mengandung enzim pencernaan, tetapi mengandung garam empedu yang bertindak
sebagai deterjen dan membantu dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Getah
empedu juga membentuk lemak menjadi emulsi sehingga memudahkan kerja enzim
lipase dan mudah diserap oleh dinding usus halus serta mengikat asam lemak menjadi
garam kompleks yang mudah larut dalam air. Apabila garam empedu dari kantung
empedu yang disekresikan ke dalam lapisan doudenum maka akan melapisi droplet
lemak yang sangat kecil dan mencegahnya agar tidak menyatu. Proses ini disebut
Emulsifikasi. Karena droplet itu kecil maka luas permukaan lemak yang besar
menjadi terpapar ke lipase. Reaksi yang terjadi antara empedu dengan lemak secara
singkat dapat digambarkan sebagai berikut :
Glogula lemak
Garam Empedu
Garam Empedu (diemulsikan)
Lipase
Gliserol, asam lemak dan gliserida
(empedu + agitasi) Lemak Lemak emulsi
Berikut ini mekanisme proses hidrolisis lemak (triaselgliserol) oleh enzim
lipase.
Selain sebagai pengelmulsi lemak, cairan empedu juga berfungsi untuk menetralkan
racun yang masuk ke dalam tubuh serta mengandung pigmen yang merupakan hasil
samping dari perusakan sel darah merah dalam hati, pigmen empedu ini akan
dikelurkan dari tubuh bersama feses.
2. Tes Pembuktian Adanya Amilase, Maltase dan Tripsin
Pembuktian adanya amilase, maltase, dan tripsin dilakukan dengan
menggunakan reagen benedict dan biuret. Namun, dalam hal ini perlakuan yang
dibedakan adalah campuran akuades dan ekstrak usus.
H
H ─ C ─ O ─ C ─ R1
H ─ C ─ O ─ C ─ R2
O
H ─ C ─ O ─ C ─ R3O
H O
KOH
H
H ─ C ─ OH
H ─ C ─ OH
H ─ C ─ OH
Gliserol
H
+
R1 - COOK
+
R2 - COOK+
R3 - COOK
Sabun Potasium+
Pada analisis tabel B (Tes pembuktian adanya amilase) pada perlakuan
larutan tepung kanji matang encer (amilum) yang dicampur dengan akuades dan
ditambahkan reagen benedict keadaan sebelum dan sesudah pencampuran adalah
tetap yaitu berwarna biru dan tidak ada endapan. Hal ini dikarenakan tepung kanji
matang encer (amilum) yang merupakan gula polisakarida tidak dapat dipecah
menjadi gula yang lebih kecil yaitu gula disakarida oleh enzim amilase (di dalam
akuades tidak terdapat enzim yang memecahnya) yang berarti tidak terjadi reaksi
kimia sehingga tidak ada perubahan warna.
Larutan tepung kanji matang encer (Amilum) terbentuk dari glukosa dengan
jalan penggabungan molekul-molekul glukosa yang membentuk rantai lurus maupun
bercabang dengan melepaskan molekul air. Tepung kanji matang encer (Amilum)
dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase. Dalam ludah
dan cairan yang dikeluarkan oleh pankreas (usus) terdapat amilase yang bekerja
terhadap tepung kanji matang encer (amilum) yang terdapat dalam makanan. Oleh
enzim amilase, tepung kanji matang encer (amilum) diubah menjadi maltosa dalam
bentuk β maltosa. Pada perlakuan larutan tepung kanji matang encer (amilum) yang
dicampur dengan ekstrak usus dan ditambahkan reagen benedict terjadi perubahan
yaitu sebelumnya berwarna biru dan sesudah pencampuran menjadi biru kehijauan
dan terdapat sedikit endapan Cu2O berwarna merah bata pada permukaan atas dan
bawah. Perubahan yang terjadi karena dalam usus ikan mas terdapat enzim amilase
yang mengubah tepung kanji matang encer (amilum), (gula polisakarida) menjadi
gula disakarida berarti terjadi reaksi kimia sehingga menimbulkan perubahan warna
dan terdapat endapan merah bata.
(C6H12O6)n + n H2O n C6H10O6
Pada analisis tabel C (Tes pembuktian adanya maltose) Maltosa adalah
disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Ikatan yang terjadi ialah antara
atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih
mempunyai gugus –OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat
mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum (tepung
kanji matang encer) dengan asam maupun dengan enzim. Telah diketahui bahwa
hidrolisis amilum (tepung kanji matang encer) akan memberikan hasil akhir glukosa +
glukosa. Dalam tubuh, amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim
amilase. Maltosa ini kemudian diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang
digunakan oleh tubuh.
Pada perlakuan larutan maltosa yang dicampur dengan akuades dan reagen
benedict tidak terjadi perubahan warna yang signifikan yaitu dari sebelum perlakuan
berwarna biru dan setelah dipanaskan 5 menit menjadi berwarna merah bata (++) dan
tidak ada endapan. Reagen benedict yang digunakan adalah reagen untuk pembuktian
adanya kandungan glukosa dalam makanan. Pada larutan maltosa yang dicampur
dengan akuades dan ditambahkan dengan reagen benedict tidak terjadi perubahan
warna berarti larutan maltosa tidak mengandung karbohidrat karena pada larutan
tersebut tidak ada enzim maltase yang dapat merubah maltase menjadi glukosa. Pada
perlakuan kedua yaitu larutan maltosa yang dicampur dengan ekstrak usus kemudian
ditambahkan dengan reagen benedict dari sebelum perlakuan berwarna biru dan
setelah dipanaskan 5 menit menjadi berwarna merah bata (+++), ada terdapat endapan
Cu2O berwarna merah bata pada permukaan atas dan bawah. Perubahan ini terjadi
karena pada usus ikan mengandung enzim maltase yang mengubah maltosa (gula
disakarida) menjadi gula monosakarida (glukosa). Ikatan – iakatan pada maltosa
dipecah oleh enzim yang terdapat pada usus ikan mas yang berarti terjadi reaksi kimia
sehingga akan terjadi perubahan warna.
Tes pembuktian adanya tripsin. Tripsin adalah suatu enzim pemecah protein
atau proteosa, yang dihasilkan oleh sel-sel pankreas dalam bentuk molekul
tripsinogen yang tidak aktif. Tripsinogen diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase,
suatu enzim yang dihasilkan dalam usus. Pada perlakuan 1 ml putih telur yang sudah
diencerkan, dipanaskan sampai mendidih dan didinginkan, maka akan berwarna putih.
Setelah 1 ml putih telur ditambah 1 ml akuades sambil didiamkan 5-10 menit dan
ditambah 1 ml NaOH serta beberapa tetes CuSO4 sampai terjadi perubahan warna.
Maka pada tetesan ke-2 berwarna ungu (++) dan ada endapan pada dasar tabung.
Sedangkan pada perlakuan 1 ml putih telur yang sudah diencerkan, dipanaskan
sampai mendidih dan didinginkan, maka akan berwarna putih. Setelah 1 ml putih telur
ditambah 1 ml ekstrak usus sambil didiamkan 5-10 menit dan ditambah 1 ml NaOH
serta beberapa tetes CuSO4 sampai terjadi perubahan warna. Maka pada tetesan ke-2
berwarna ungu (+++) dan ada endapan pada dasar tabung. Namun, warna ungu pada
perlakuan yang dicampur dengan ekstrak usus berwarna ungu agak pekat (Ungu (++
+)), sedangkan yang dicampur dengan akuades warna ungunya lebih muda atau
memudar (Ungu (++)). Perbedaan ini terjadi karena pada perlakuan yang dicampur
dengan akuades tidak terjadi reaksi kimia untuk mengubah larutan putih telur yang
merupakan protein menjadi asam amino sehingga perubahan warna yang ditimbulkan
adalah warna ungu memudar (++) dan dapat membuktikan bahwa dalam larutan putih
telur tersebut mengandung protein.
Pada perlakuan yang dicampur dengan ekstrak usus perubahan warna yang
terjadi menunjukkan warna ungu pekat (ungu (+++)). Hal ini dikarenakan karena pada
ekstrak usus ikan mas terdapat enzim tripsin yang mengubah protein (putih telur)
menjadi asam-asam amino, berarti terjadi reaksi kimia sehingga akan tampak adanya
perubahan warna
4.4 Diskusi
1. Pada percobaan ini digunakan usus ikan yang masih segar, kerana diduga pada
usus ikan yang masih segar mengandung enzim-enzim yang bekerja secara aktif.
2. - Adanya enzim amilase dapat dibuktikan pada pencampuran larutan amilum
ditambah ekstrak usus ditambah reagen benedict setelah dipanaskan ternyata
menghasilkan endapan berwarna merah bata yang lebih pudar daripada larutan
kontrol. Hal ini menandakan bahwa kadar karbohidrat telah berkurang karena
dihidrolisis oleh enzim amilase.
- Adanya enzim maltase dapat dibuktikan pada pencampuran larutan maltase
ditambah reagen benedict setelah dipanaskan ternyata menghasilkan endapan
berwarna merah bata yang lebih pudar daripada larutan kontrol. Hal ini
menandakan bahwa kadar maltosa (disakarida) telah berkurang karena
dihidrolisis oleh enzim maltosa manjadi monosakarida.
- Adanya enzim tripsin dapat dibuktikan pada pencampuran larutan putih telur
yang dipanaskan ditambah ekstrak usus ditambah reagen biuret ternyata
menghasilkan larutan berwarna ungu. Hal ini menandalan bahwa pada usus ikan
mas terdapat enzim tripsin yang menghidrolisis protein menjadi asam amino.
3. Empedu berpengaruh terhadap minyak,yakni sebagai pendispersi lemak menjadi
emulsi (sebagai emulgater). Proses pengemulsian ini penting karena untuk
memecah lemak menjadi monomer –monomer yang lebih sederhana, sehingga
bisa dicerna.
4. Ekstrak usus harus harus disimpan selam satu minggu karena proses penguraian
zat makanan oleh enzim diharapkan dapat terjadi secara sempurna.
5. Hidrolisi amilum :
Secara umum amilum dan air akan menjadi glukosa.
(C6H12O6)n + n H2O n C6H10O6
Amilase
Amilum + H2O maltosa + H2O
(Hidrolisis) (Hidrolisis)
Maltase
Glukosa
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan percobaan tentang macam-
macam enzim pencernaan yang terdapat pada usus ikan mas didapatkan bahwa
pada usus ikan mas terdapat :
Enzim amilase yang berfungsi mengubah polisakarida menjadi disakarida
yang ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata.
Enzim maltase yang berfungsi mengubah disakarida menjadi monosakarida.
Enzim tripsin yang berfungsi mengubah protein menjadi asam amino yang
ditunjukkan dengan adanya warna ungu.
Empedu merupakan salah satu organ pencernaan yang memiliki peran penting
dalam proses pengemulsian lemak agar dapat dicerna dalam tubuh.
Daftar Pustaka
Agus Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper
(Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1
FE, Universitas Tabanan
Guyton & Hall, Artur C.,M.D. & John E.,Ph.D., 1997, Buku Ajar – Fisiologi
Kedokteran, edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran – EGC, Jakarta.
Junquiera, L. C & J. Carneiro. 1980. Basic Histology. Lange Medical Publication :
London
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
www. iptek.net.id/ind/warintek/budidaya-perikanan/php. Budidaya Ikan Mas. terakhir
diakses 20 Mei 2008
Yatim, Wildan. 1996. Histologi. Tarsito : Bandung
(http://Sistem pencernaan - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia.htm).