Hadist maudlu'

Post on 02-Jul-2015

850 views 10 download

description

Hadits Maudlu' / Hadits PALSU

Transcript of Hadist maudlu'

Apa yang dimaksuddengan haditsmaudlu’…. ???

Hadits maudlu berasal darikata “ ” artinya yang diada-adakan alias “HADITS PALSU”

Maudhu’ berasal dari kata yang mempunyai beberapa makna :

1. merendahkan (Rendah dalamkedudukannya)

2. menjatuhkan (tidak bisa diambildasar hukum )

3. mengada-ngadakan (Dimanipulasioleh perowinya)

4. menyandarkan / menempelkan(Disandarkan pada Rasulullah sedangkanbeliau tidak pernah mengatakannya)

Apa motivasimanusia membuathadits palsu …???

Banyaaaak. Al1. Ta’ashub

2. Targib3. Tarhib

Dan masih banyak lagi

1. Membela suatu madzhab

2. Menakut-nakuti manusia mengerjakanperbuatan jahat

3. Mendorong manusia melakukan perbuatanbaik

4. Mendekatkan diri kepada penguasa

5. Ingin merusak agama (Kaum Zindik)

6. Ingin menyesatkan manusia

7. Mengikuti hawa nafsu dan ahli ra'yu

8. Mencari penghidupan dan memperoleh rizki

9. Fanatisme / Ta’ashub

10.Karena hilang kitab-kitabnya, kemudianmeriwayatkan dari hafalannya dengan keliru

Bagaimana caramengetahui /

mengenali haditsmaudlu’ … ???

Namundemikian, sesungguhny

a kita telahdipermudah dengan

karya-karya para ulamayang memuat /

mengumpulkan hadits-hadits maudlu, Seperti

yang dilakukan IbnuHibban dengan

Kitabnya “Adh-Dhu’afa”

Disamping itu para ulama haditspun telah banyak mengumpulkan

nama-nama rowi yang sukamemalsukan hadits

1. Haditsnya memiliki susunan yang kacau, yang mustahil Nabi SAW bersabda demikian

2. Haditsnya mengandung hal yang patutmendapat ejekan / irasional

3. Isinya bertentangan dengan ketetapan agama4. Ada penyaksian yang sah yang menunjukan

kepalsuannya5. Hadistnya terang-terangan bertentangan

dengan Al-Qur’an6. Haditsnya bertentangan dengan akidah yang

benar7. Adanya pengakuan dari pemalsu hadits

tersebut

1. Ahmad bin Abdillah Al-Juwaibari

2. ‘Abbas bin Dlahhak

3. ‘Ali bin ‘Urwah Ad-Dimisyqi

4. Abu Dawud An-Nakh’I

5. Al-Mughirah bin Syu’bah Al-Kufi

6. Maisarah bin ‘Abdi Rabbih Al-Farisi

7. Muhammad bin Saib Al-Kalbi

8. Abu Sa’id Al-Madani

Dalam rangka mengatasi hadist-hadist maudhu’ para ulama sepakatdengan berbagai pertimbangan dan

kesepakatan bersama untukmemberikan metode-metode yang secara garis besar dapat dijadikansebagai titik temu atau jalan untuk

menemukan kebenaran dalam suatuperiwayatan

1. Keharusan mengisnadkan (menjelaskansumber) hadist

2. Semaraknya aktivitas ilmiyah danpembuktian hadist

3. Memburu para pemalsu Hadist

4. Menjelasakan pelaku para perawi

5. Membuat kaidah-kaidah untuk mengetahuihadist maudhu’.

Pada masa-masa awal Islam, kaummuslimin sejak masa Rasulullah saw sampaiterjadinya pemberontakan terhadap Utsmantidak saling mendustakan di antara mereka. Ketika terjadi pemberontakan terhadapUtsman, tidak selamanya mengharuskanadanya isnad hadits karena mereka dikenaljujur dan terpercaya. Terlebih karenaisnad bukanlah hal baru bagi bangsaArab. Mereka telah mengetahui hal itusebelum masa Islam

Mereka sering mengisnadkan kisah-kisah dansyair-syair pada masa jahiliyah. Pembuktiantentang isnad hadits baru diharuskan setelahterjadi pemberontakan pada masa sahabat-sahabat yunior dan tabi’in senior.Setelah masa sahabat, para tabi’in menuntut danmengharuskan adanya isnad hadits. Tabi’in dantabi’it tabi’in berwasiat untuk mencari isnad. Para tabi’in mendalami masalah isnad danmenguasainya seperti mereka menguasaipersoalan ulumul hadist lainnya.Penjelasan tentang isnad hadits merupakansuatu keharusan, baik bagi orang awam maupunorang yang berilmu.

Sebagian dari mereka mengibaratkan haditstanpa isnad dengan rumah tanpa atap dantiang penyangga. Dengan mengisnadkanhaditsnya, seorang perawi hadits telahlepas dari tanggung jawab. Ia meyakinikeshahihan hadits yang diriwayatkannyajika sanad hadits yang muttashil sampai

kepada Rasulullah saw.

Adapun tabi’in dan tabi’it tabi’in telahmemulai berpindah dan melakukanperjalanan jauh untuk mendapatkan haditsdari orang-orang yang terpercaya danmempelajari hadits-hadits. Ada yang melakukan perjalanan untuk menemuiAbu darda’ untuk mendapatkan satuhadits di Damaskus. Seringkali para tabi’indan tabi’it tabi’in mempelajari hadits secarabersama-sama lalu mereka mengambil haditsyang telah mereka ketahui dan meninggalkanhadits yang mereka ingkari.

Para imam hadits pada masa itu benar-benar memiliki sifat wara’ dan sangat

korektif. Mereka benar-benar hafalhadits sehingga bisa menentukan mana

hadits shahih, dhaif, dan mana haditsmaudhu’. Bagi mereka hadits itu tidak

bercampur. Mereka mampumembedakan hadits yang buruk dan

hadits yang bagus.

Selain sikap hati-hati para ulamadan pembuktian mereka

terhadap hadits, mereka juga“memerangi” para pendusta

secara terang-terangan, melarang merekamenyampaikan hadits, dan

meminta bantuan sultan untukmenumpas mereka.

Sebagaimana para ulama membuat kaidah-kaidah yang mendetail untuk mengetahuihadits shahih, hadits hasan, dan haditsdha’if, mereka juga membuat kaidah-kaidahuntuk mengetahui hadits palsu. Merekamenyebut hal-hal yang menunjukkankepalsuan hadits, baik dari segi sanadmaupun matannya

1. Kebanyakan hadits maudlu’ terdapat dalamkitab-kitab tafsi, tarikh dan sebagainya. Seperti Tafsir Baidlawi, TafsirKalbi, Muqatil, kitab Muhammad bin Ishaqtentang peperangan dan beberapa kitab Al-Waqidi

2. Yang mengkhawatirkan adalah ulama-ulama yang menerima hadits maudlu’ lalumenyiarkannya dengan kepercayaan penuhbahwa hadits-hadits itu sabda Nabi SAW dengan mentakwilkan maknannya

• “Barangsiapa berdusta atas saya dengansengaja maka tempatnya di neraka”( Riwayat Bukhari- Muslim).

• Hadist ini diriwayatkan oleh 98 sahabattermasuk 10 orang yang dikabarkan akanmasuk surga.

Al-Imam Muslim meriwayatkan bahwaRasulullah bersabda :

“Barangsiapa yang menceritakan dari sayasatu perkataan yang disangka dusta makadia adalah salah satu pendusta.”

Hal ini misalnya dilakukan olehsebagian Qushshash (tukang cerita) yang mencari penghidupan melaluiberbagai cerita kepada masyarakat.

Mereka membuat berbagai cerita yang menyenangkan dan menakjubkan, agar

orang-orang mau mendengarkanmereka, kemudian memberi mereka

uang. Ini misalnya dilakukan oleh

Abu Sa’id al-Madaini.

Dan orang yang ta'ashub(fanatik) terhadap Abu Hanifah, memalsu hadits, yang berbunyi:

"Akan ada dari umatku seorang laki-laki yang disebut Abu Hanifah Al Nu'man, dia adalah penerang umatku."Dan orang yang tidak senang dengan Imam Asy Syafi'I, membuat hadits yang berbunyi:

Akan ada dari umatku seorang laki-laki yang disebut Muhammad bin Idris, dia lebih

Hamad bin Zaid berkata: "Orang-orang zindiq membuat hadits dusta yang disandarkan kepada Rasulullah sebanyak empat belas ribu hadits.“ Ahmad bin Shalih Al Mishri berkata:"(Hukuman bagi) orang zindiq adalah dipenggal lehernya, orang-orang dungu itu telah membuat hadits maudhu' sebanyak empat ribu, maka berhati-hatilah.“ Ketika akan dipenggal lehernya Ibnu Adi berkata:"Aku telah memalsukan hadits diantara kalian sebanyak empat ribu hadits, aku mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram."

Hal ini misalnya dilakukan oleh Ghiyats ibnIbrahim an-Nakha’i al-Kufi dengankhalifah Bani ‘Abbas, al-Mahdi.

Ketika Ghiyats masuk ke ruangan al-Mahdi, ia melihatsang khalifah sedang bermain-main dengan burungmerpati. Melihat hal ini, Ghiyats membuat hadits yang disandarkannya kepada Nabi sebagai berikut,

‘Tidak ada perlombaan kecuali bermainpedang, pacuan hewan, adu ketangkasan, dan

bermain burung’.