Post on 17-Oct-2015
description
LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 7
BLOK 9 (ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 5)
HARAPAN IBU RITA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Adeka Julita Sari (1006658556)
Ajrina Busri (1006658562)
Anantaria Okawati Rambe (1006658575)
Annisa Dwi Puspita (1006658581)
Annisa Luthfia Yandri (1006658594)
Dellyan Putra (1006658625)
Dina Ariani (1006658631)
Dominikus Fernandi (1006658644)
Farida Ervintari (1006658650)
Febia Karunia (1006658663)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan hasil diskusi skenario 7 dalam bentuk makalah Blok 9
Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 5 dengan judul Harapan Ibu Rita. Kami mengharapkan
laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya..
Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu
kami menyelesaikan masalah dalam Skenario 7 ini, di antaranya:
1. drg. Siti Fardaniah Sp. Pros, fasilitator yang telah dan senantiasa memberikan arahan
kepada kami selama berlangsungnya diskusi.
2. Para penulis yang telah membantu kami menjawab persoalan-persoalan yang ada di
dalam skenario 2 ini melalui buku-buku maupun tulisan mereka.
3. Orangtua dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam
menyelesaikan tugas-tugas ini.
Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan di dalam
makalah ini dan jauh dari kesempurnaan. Namun, kami tetap berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan para pembaca.
Jakarta, Oktober 2012
Penyusun
Kelompok 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan laporan ini berdasarkan pada kasus berikut:
Satu bulan kemudian , Ibu Rita berkunjung kembali ke drg. Tatia untuk melanjutkan
perawatan kehilangan gigi 26 dengan gigi tiruan yang tidak dapat dilepas. Ibu Rita
bersedia menjalani tahap-tahap perawatan yang sudah ditetapkan, dengan harapan
mendapatkan gigi tiruan yang estetis dan nyaman.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui:
1. Jenis-jenis gigi tiruan jembatan.
2. Indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan dan persyaratan gigi abutment.
3. Komponen-komponen pada gigi tiruan jembatan dan tipe-tipenya.
4. Material yang digunakan pada pembuatan gigi tiruan jembatan.
5. Tata laksana klinis perawatan gigi tiruan jembatan.
6. Komunikasi dokter gigi dengan laboratorium dental
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis gigi tiruan jembatan dan bagaimana indikasi serta
kontraindikasinya?
2. Apa saja komponen yang ada pada gigi tiruan jembatan?
3. Apa saja syarat yang diperlukan sebuah gigi untuk dijadikan gigi penyangga pada gigi
tiruan jembatan?
4. Apa saja syarat dan prinsip preparasi gigi tiruan jembatan?
5. Bagaimana tata laksana perawatan gigi tiruan jembatan?
3
D. Mind Map
E. Hipotesis
Ibu Rita akan dibuatkan gigi tiruan jembatan tipe conventional bridge dengan gigi 25
dan 27 sebagai gigi penyangga. Sebelumnya dilakukan perawatan prepostetik pada gigi 24
dan 25 berupa pembuatan restorasi onlay.
Gigi Tiruan Jembatan
Komponen GTJ
Tata laksana
Klinis
Syarat gigi
abutment
Indikasi dan
kontraindikasi
Komunikasi
Laboratorium
Jenis Gigi Tiruan
Jembatan
konektor pontik
retainer
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jenis-jenis Bridge
a) Gigi tiruan jembatan konvensional
Rigid fixed bridge
Sesuai namanya, GTJ jenis ini secara fixed terhubung satu sama lain, baik
melalui solder masing-masing mahkota maupun sebagai satu kesatuan
casting (GTJ logam tuang).Dengan kata lain, tekanan yang diterima GTJ ini
akan terdistribusi secara merata ke semua unit mahkota. GTJ jenis ini sering
digunakan untuk GTJ yang long span, namun jarang digunakan untuk yang
short span, karena diperlukan retensi yang sangat baik dari kedua retainer.
Jika gagal risiko lepas sangat tinggi. Dengan kata lain, dalam pembuatan
GTJ jenis ini perlu preparasi gigi abutment yang cukup ekstensif.
- All acrylic GTJ sementara, tekanan kunyah ringan
- All metal tidak memerlukan estetis, gigi penyangga pendek
- All porcelain ukuran abutment besar dan tekanan kunyah ringan
- Kombinasi indikasi luas, kekuatan dan estetis baik
Indikasi Penggantian 1 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang
punya tekanan kunyah normal kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.;
Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).
Kontra-Indikasi Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga
memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda
dengan ruang pulpa besar.
Keuntungan Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek
splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan
penunjang periodontal.
Kerugian Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya
ungkit/bent/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan
berada baik di gigi penyangga atau berada di tengah span/pontics.
5
Semi fixed bridge
Pada GTJ jenis ini distribusi tekanan dibagi ke masing-masing unit pontik &
retainer. Disini GTJ dibagi menjadi 2 bagian, yaitu satu retainer dan
gabungan pontik & retainer menggunakan desain dovetail & slot (minor &
major retainer male & female counterpart). Jarang sekali menggunakan
mahkota tiruan penuh dan lebih kepada inlay atau onlay. GTJ ini lebih
diindikasikan untuk yang short span di regio posterior dikarenakan pada
GTJ ini tidak perlu preparasi yang ekstensif (sifat abutmentnya inlay/onlay).
Disini bagian yang bersifat non-rigid diletakkan pada bagian distal unit GTJ
dengan tujuan untuk mencegah tertariknya kunci (yang menghubungkan
minor & major retainer) ke arah anterior akibat adanya efek Anterior
Component Force saat terjadi oklusi. Hal ini membuat tekanan oklusal
diberikan pada masing-masing pontik/retainer.
Syarat Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.
Konstruksi Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah
tertariknya key karna gaya ACF.
Indikasi Salah satu abutment miring >20 atau intermediate abutment;
Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan
2 gigi dengan gigi penyangga intermediate.
Keuntungan Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya
ungkit sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu
ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah;
Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit
harus diulang.
Kerugian Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit
retainer; Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur
pada kunci tinggi.
Cantilever bridge
GTJ ini merupakan jenis yang paling sederhana karena hanya punya satu
abutment/retainer. Meskipun demikian, apabila proses dan preparasinya
6
dilakukan dengan baik, desain ini memiliki kesuksesan tertinggi. Bentuk
desainnya adalah pontic secara langsung terhubung/disangga oleh 1 gigi
abutment. Hal ini menyebabkan tekanan yang diterima jaringan
periodonsium menjadi lebih besar daripada jenis lainnya sehingga area akar
dari gigi penyangga harus cukup lebar untuk menyerap tekanan tersebut.
Indiaksinya untuk gigi anterior yang memiliki daya gigi ringan seperti I2,
sedangkan untuk C harus menggunakan semi rigid atau rigid-fixed. Di regio
posterior jaranga digunakan karena beban oklusalnya terlalu tinggi dan
berisiko terjadi gaya mengungkit.
Syarat tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.
Keuntungan Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil
maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena
kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown.
Indikasi Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.
Kontra-Indikasi Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban
oklusalnya tidak terlalu besar.
Kerugian Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan
periodonsium (baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial,
namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa
bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.
Spring Bridge
Disini pontics teerhubung dengan retainer melalui palatal bar yang panjang
dan fleksibel, dengan kata lain GTJ ini merupakan kombinasi antara retainerp
oleh dan potesa jaringan dimana tekanan mastikasi yang seharusnya diterima
oleh pontic akan diserap oleh mukoperiosteum via palatal bar tersebut. Hal
ini sangat menguntungkan terutama bagi pasien yang memiliki beban oklusal
dan daya gigit yang kuat serta menginginkan estetika tertinggi (full-
porcelain). Selain itu, preparasi gigi hanya perlu satu karena retainer yang
akan digunakan hanya 1 serta faktor diastema bukan menjadi persoalan
7
sebagaimana pada GTJ jenis lainnya. Namun, pembuatannya sangat sulit dan
perlu keakuratan yang tinggi.
Indikasi Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi
pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics
sehingga tidak terlalu terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio
tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga, baik karena
faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik retainernya;
Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).
Kontra-Indikasi Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek
sehingga kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula;
Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau
bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor
estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki kontak
proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.
Keuntungan Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan
relatif lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena
faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah
selama preparasi dan pembuatannya benar.
Kerugian Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya
yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara
alami; Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama
dan kompleks serta butuh keahlian.
Compound Bridge
Merupakan kombinasi dari 2 jenis GTJ atau lebih dengan tujuan untuk
membuat suatu unit yang dapat saling membagi/mendistribusi tekanan
kunyah diantara pontik ke retainernya. Beberapa jenisnya antara lain: rigid-
fixed & semi-rigid, rigid-fixed & spring, rigid-fixed & cantilever. GTJ ini
digunakan karena tidak mungkin hanya menggunakan 1 jenis/unit GTJ saja
pada satu kasus disebabkan oleh banyaknya gigi yang hilang (flexural effect).
Keuntungan utama dari GTJ ini adalah mampun memecah 1 unit GTJ yang
8
kompleks menjadi beberapa unit fungsional dan mencegah kegagalan
restorasi seperti contoh diatas.
Telecospic Bridge Gigi tiruan jembatan yang umumnya dibuat pada gigi
yang miring (drifting). Preparasi tetap sesuai dengan sumbu giginya tetapi
pada pembuatan coping di sisi mesialnya sejajar dengan sumbu gigi
penyangga lain dengan kombinasi backing-facing metal-porselen.
b) Gigi tiruan jembatan sophisticated
Resin bonded prostheses / adhesive bridge
Retainer hanya berupa pelat metal yang dilekatkan pada bagian
lingual/oklusal dengan sistem etsa tanpa/sedikit preparasi.
- Rochette bridge
- Maryland bridge
- Implant bridge
Removable bridge
Tujuan menanggulangi masalah sulitnya membersihkan periodonsium di
bawah pontik dan antara gigi penyangga dengan pontik. GTJ ini dapat
dilepas namun kelemahannya tidak tahan lama.
c) Perbandingan Desain Conventional Bridge
Fixed-fixed
No. Kelebihan Kekurangan
1. Desain yang kuat dengan
retensi maksimum dan kuat.
Preparasi gigi yang paralel/sejajar,
menyebabkan kehilangan jaringan yang
lebih banyak, dapat membahayakan
pulpa, dan mengurangi retensi; kekuatan
gigi juga dapat berkurang.
2. Gigi penyangga dapat splint, khususnya
saat gigi geligi bergerak karena
kehilangan tulang saat periodontitis.
Preparasinya sulit, khususnya jika space
pada gigi sangat luas; kesejajaran harus
selalu diperhatikan.
3. Desainnya cocok untuk long-span Seluruh retainer merupakan major
9
bridges. retainer dan require extensive (luas),
preparasi destruktif gigi penyangga.
4. Konstruksinya kuat. Sementasinya sulit.
5. Jangka waktu lama.
Fixed-movable
No. Kelebihan Kekurangan
1. Preparasinya tidak membutuhkan
kesejajaran antara gigi yang satu
dengan yang lain.
Masa penggunaannya terbatas, khususnya
karena terdapat pergerakan gigi
penyangga.
2. Karena preparasinya tidak harus
sejajar/paralel, maka desain preparasi
dapat berbeda.
Konstruksinya lebih sulit dibandingkan
dengan fixed-fixed.
3. Dapat melindungi jaringan gigi karena
preparasi dilakukan untuk minor
retainers yang kurang destruktif.
Sulit untuk membuat temporary bridges.
4. Mentolerir pergerakan gigi minor.
5. Sementasinya mudah.
Cantilever Bridge
No. Kelebihan Kekurangan
1. Desain konservatif diperlukan bila gigi
penyangganya hanya satu.
Masa waktu penggunaannya lebih terbatas
daripada penggunaan satu pontik karena
pengaruh tekanan terhadap gigi
penyangga.
2. Bila gigi penyangganya hanya satu,
tidak membutuhkan preparasi yang
paralel/sejajar. Bila gigi penyangganya
dua atau lebih, preparasi paralel akan
lebih mudah karena letak gigi tersebut
berdekatan.
Konstruksi bridgenya harus kuat (rigid)
untuk mencegah distorsi.
3. Konstruksinya kuat. Tekanan oklusal pada pontik
menyebabkan tilting dari gigi penyangga, 4. Paling sesuai untuk menggantikan gigi
10
anterior yang hilang/rusak. khususnya pada gigi penyangga yang
terletak di distal pontik dan sudah
berpotensi untuk tilting ke mesial.
d) Perbandingan Desain Bridge dengan Preparasi Minimal
Fixed-fixed
No. Kelebihan Kekurangan
1. Permukaan area retensinya luas. Kecenderungan gigi penyangga untuk
dislodged dari retainernya karena tekanan
oklusal dari gigi antagonis.
2. Menggunakan single casting dan
relatif lebih mudah.
Bila gigi penyangganya tilting, sulit
mendapatkan retensi yang kuat.
3. Retensi kedua gigi harus sama, hal ini sulit
dicapai bila gigi penyangga yang satu
merupakan gigi molar dan gigi yang lain
merupakan gigi premolar.
Fixed-movable
No. Kelebihan Kekurangan
1. Independent tooth movement
kemungkinan dapat terjadi, khususnya
pada gigi penyangga untuk alat
lepasan. Major retainer dapat didesain
untuk retensi optimum.
Tidak sesuai untuk anterior bridges.
2. Retensi pada minor retainer (pada alat
lepasan) tidak perlu terlalu kuat.
Pembuatannya sulit.
3. Retensi major dan minor retainer
dapat berbeda-beda.
Tidak sesuai untuk pemakaian yang lama
karena alat lepasannya kurang mampu
untuk menahan tekanan lateral . 4. Alat lepasan dapat mencegah gigi
penyangga yang terletak di posterior
untuk tilting.
11
Cantilever Bridge
No. Kelebihan Kekurangan
1. Menggunakan preparasi konservatif
pada seluruh desainnya, biasanya
hanya disertai single preparasi minimal
untuk retainernya.
Area retensinya kecil dan rentan untuk
debonding bila terkena tekanan putar
(torquing forces).
2. Cocok untuk menggantikan gigi insisif
lateral, menggunakan gigi kaninus
sebagai gigi penyangga.
3. Cocok untuk pemakaian dalam waktu
singkat untuk gigi posterior.
4. Memudahkan pasien untuk
membersihkan daerah di antara pontik
dan gigi yang sehat dengan floss.
5. Tidak perlu preparasi yang sejajar.
6. Konstruksinya mudah.
2. Indikasi dan Kontraindikasi Bridge serta Persyaratan Gigi Abutment
a) Pertimbangan Umum
Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta
keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja
sama dengan dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam
pembuatan GTJ perlu waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala.
Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup mahal.
Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi
menyebabkan GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment
dari GTJ tersebut.
b) Indikasi Umum
Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL
bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC
(dalam hal ini GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi
12
mereka yang hilang. Selain itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan
karena pandangan umum menganggap GTL membuat mulut menjadi bau dan
dari segi estetik kurang.
Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan
sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya
dikontraindikasikan karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk
mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC sebagai alternatifnya.
Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat
faktor kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun
karena faktor ini dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ
diindikasikan karena kestabilan dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi
tidak bergerak lagi.
Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang
goyang atau kurang stabil akan dirawat dengan splinting, disini penggunaan
GTJ diindikasikan untuk splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan
gigi tidak makin parah dan gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara
merata. Namun penting untuk diingat bahwa GTH bukanlah sebagai
perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi yang goyang
bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.
Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering
bergerak sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat
menghilangkan rasa tidak nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.
Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban
oklusal secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana
kedua faktor tersebut jarang dicapai di dalam GTL.
c) Kontra-Indikasi Umum
Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak
ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi
yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit
seperti kejang-kejang mendadak atau gangguan otak juga
dikontraindikasikan karena dapat mengganggu proses preparasi.
13
Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti
dengan pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang
cukup ekstensif karena menggunakan bahan PFM.
Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan
jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak
memakain epinefrin.
Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.
Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of
span tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada
jaringan periodontal dan gigi penyangganya.
Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak
jaringan mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang
mengalami deformitas kongenital juga tidak bisa digunakan.
Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting tidak dalam satu bidang sejajar.
d) Persyaratan Gigi Abutment
Tiap restorasi harus mampu menahan beban oklusal yang diterimanya. Pada
bridge, gaya yang seharusnya diterima gigi hilang akan didistribusikan melalui
pontic, connector, & retainer, ke gigi abutment. Jadi gigi abutment akan
menerima beban oklusal tambahan. Sebisa mungkin, gigi yang akan dijadikan
abutment haruslah gigi yang vital. Namun gigi yang telah dirawat endo dengan
baik dan asimtomatik juga bisa dijadikan abutment dengan syarat masih ada
sebagian struktur mahkota yang tersisa. Pada gigi seperti ini bisa dipasangkan
dowel crown. Jaringan periodontal disekitar calon gigi abutment harus sehat dan
bebas inflamasi sebelum memulai tahapan perawatan prostho. Bakal gigi
abutment juga seharusnya tidak mengalami kegoyangan. Selain itu kita harus
mengevaluasi beberapa faktor terkait kondisi akar gigi dan jaringan
penyangganya yaitu rasio mahkota-akar, bentuk akar, & luas daerah perlekatan
ligamen periodontal (Antes Law).
Rasio mahkota-akar
Merupakan perbandingan antara panjang gigi yang berada oklusal dari tulang
alveolar dengan panjang gigi yang tertanam di tulang alveolar. Bila panjang
gigi yang tertanam di tulang alveolar makin berkurang, maka kemungkinan
gigi tersebut untuk menerima gaya lateral akan meningkat. Rasio mahkota-
14
akar yang optimal untuk calon gigi abutment untuk bridge adalah 2:3 dan
minimal 1:1 dalam kondisi normal (jaringan perio sehat, tidak ada
kegoyangan, gigi abutment utuh dan kuat).
Namun rasio yang lebih besar dibanding 1:1 juga bisa digunakan apabila
gigi-gigi antagonis dari bakal bridge terdiri dari gigi tiruan, karena beban
oklusalnya akan lebih sedikit sehingga beban yang diterima abutment juga
berkurang. Beban oklusal yang diterima dari gigi tiruan jauh lebih sedikit
dibandingkan beban oklusal dari gigi asli (26.0 lb untuk GTSL, 54.5 lb untuk
bridge, 150.0 lb untuk gigi asli).
Bentuk akar
Bentuk akar gigi yang lebih lebar ke arah labiolingual dibandingkan
mesiodistalnya akan lebih baik dibandingkan dengan akar gigi yang
membulat. Gigi posterior berakar jamak dengan akar yang divergen akan
memiliki penjangkaran yang lebih baik dibandingkan gigi dengan akar-akar
yang konvergen, berfusi, atau bentuknya konus. Gigi-gigi dengan akar yang
konus dapat digunakan sebagai abutment untuk bridge short-span jika
kondisi faktor-faktor lain optimal. Gigi berakar tunggal dengan bentuk akar
yang ireguler atau melengkung di 1/3 apikal juga lebih baik sebagai abutment
dibandingkan gigi dengan bentuk akar yang rapi.
Luas daerah perlekatan ligamen periodontal
Disebut juga dengan luas permukaan akar. Menggambarkan seberapa luas
daerah perlekatan ligamen periodontal antara akar gigi dan tulang
alveolarnya. Gigi yang lebih besar memiliki luas daerah akar yang lebih
besar dan lebih mampu menahan beban oklusal tambahan. Jika tulang
alveolar telah mengalami kerusakan akibat penyakit periodontal, maka
kemampuan gigi tersebut sebagai abutment akan berkurang.
Panjang pontic dibatasi oleh gigi abutmentnya dan kemampuan abutment
untuk menerima beban oklusal tambahan. Berdasarkan Hukum Ante, luas
permukaan akar dari gigi abutment harus sama atau melebihi luas permukaan
akar gigi yang akan digantikan oleh pontic. Dari hukum tersebut, bisa
ditentukan berapa gigi yang bisa digantikan. Namun, semua gigi tiruan cekat
yang menggantikan lebih dari dua gigi hilang dianggap berisiko tinggi.
15
GTCS dengan panjang pontic yang pendek akan memiliki prognosis lebih
baik dibandingkan dengan GTCS dengan pontic yang cukup panjang. Hal ini
bukan hanya ditentukan oleh luas permukaan akar saja. Kerusakan pada
GTCS akibat beban abnormal juga dipengaruhi oleh leverage dan torsi.
Selain itu faktor biomekanis dan faktor dari material yang digunakan juga
berperan dalam ketahanan GTCS.
GTCS long-span selain memberikan beban lebih banyak pada ligamen
periodontal ternyata juga lebih kaku. Deflection yang bisa terjadi pada GTCS
berbanding lurus dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan ketebalan
oklusogingival dari pontic.
Faktor Pengaruh terhadap deflection
Pontic span
1 gigi
2 gigi
3 gigi
Deflection = x
Deflection = 8x
Deflection = 27x
Ketebalan oklusogingival pontic
t
t
Deflection = x
Deflection = 8x
Pontic yang lebih panjang juga memproduksi torsi lebih besar, terutama pada
bridge dengan gigi abutment yang lemah. Untuk mengurangi deflection akibat
pontic yang panjang dan/atau tipis, pontic harus didesain dengan ketebalan
oklusogingival yang cukup. Selain itu gigi tiruan juga bisa dibuat menggunakan
logam dengan yield strength yang tinggi seperti nikel-kromium.
Karena gaya oklusal pada bridge diteruskan dari pontic ke gigi abutment, gaya
yang bekerja pada crown gigi abutment berbeda dengan gaya yang bekerja pada
crown untuk restorasi satu gigi. Gaya pada crown gigi abutment di bridge
cenderung bekerja dalam arah mesiodistal dibandingkan dalam arah bukolingual
seperti pada crown biasa. Oleh karena itu, preparasi mahkota untuk gigi abutment
harus mempunyai resistensi dan ketahanan struktural yang lebih. Hal ini bisa
diperoleh dengan membentuk beberapa groove termasuk di permukaan bukal dan
lingual pada preparasi mahkota.
16
Kadangkala pada bridge juga digunakan abutment sekunder apabila abutment
primernya kurang dari ideal. Ada beberapa syarat untuk memilih abutment
sekunder ini. Abutment sekunder harus memiliki luas permukaan akar yang
minimal sama dengan luas permukaan akar pada abutment primernya. Panjang
mahkota giginya juga harus memadai dan harus ada ruang diantara abutment
primer dan sekunder untuk mencegah tertekannya gingiva. Nantinya saat pontic
menerima gaya, gaya tegangan akan didistribusikan ke abutment sekunder.
Kelengkungan rahang juga memiliki
pengaruh terhadap stres yang terjadi
pada bridge. Jika posisi pontic berada
diluar dari garis sumbu antar-abutment,
maka pontic akan berperan sebagai
lengan pengungkit yang mampu
menghasilkan torsi. Torsi ini bisa
diatasi dengan memasang retensi
tambahan pada arah yang berlawanan
dengan arah lengan pengungkit serta dalam jarak yang sama dengan jarak antara
lengan pengungkit dengan garis sumbu antar-abutment.
3. Komponen-komponen pada Bridge dan Tipe-tipenya
a) Retainer
Adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi tiruan tersebut
dengaan gigi penyangga. Fungsi:
- memegang/ menahan supaya gigi tiruan tetap stabil ditempatnya
- menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga
Macam-macam retainer:
Extra coronal retainer: meliputi bagian luar makota gigi
i. Full-veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Tekanan kunyah normal/ besar
- Gigi-gigi geligi yang pendek
- Intermediare abutment paska
17
perawatan periodontal
- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
Keuntungan:
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik
- Memberikan efek splinting yang terbaik
Kerugian:
- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
ii. Partial-veneer Crown Retainer
Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan / normal
- Bentuk dan besar gigi penyangga
harus normal
- Salah satu gigi penyangga miring
Keuntungan:
- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
- Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang
- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)
Intra Coronal Retainer: meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga
Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay
Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan atau normal
- Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar
- Gigi penyangga mempunyai bentuk/ besar yang normal
18
Keuntungan:
- Jaringan gigi yang diasah sedikit
- Preparasi lebih mudah
- Estetis cukup baik
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi
- Mudah lepas/patah
Dowel retainer
Retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan
mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri
Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah
mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan
- Gigi penyangga perlu perbaikan
posisi/inklinasi
Keuntungan:
- Estetis baik
- Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
- Sering terjadi fraktur akar
b) Pontik dan Edentulous Ridge
Desain gigi prosthetic akan mempengaruhi estetis, fungsi, mudah dalam
pembersihan, menjaga kesehatan jaringan pada edentulous ridge, dan
kenyamanan pasien. Pontik dapat metal-ceramic, cast-metal, atau, resin
processed to metal. Beberapa studi klinis telah menunjukkan bahwa semua
material digunakan untuk pontik ditolerir dengan sama, meskipun inflamasi dapat
terjadi di jaringan gingival dalam respon terhadap beberapa diantaranya.
19
Porcelain telah diamati kemudahan pembersihannya dan hygienic, dan banyak
klinisi menyarankan glazed porcelain sebagai the preferred, atau hanya, material
yang seharusnya menyentuh edentulous ridge. Karena sifat porus resin, dan
kesulitan dalam menjaga highly polished surface on it, resin sebaiknya tidka
digunakan pada pontik di dekat jaringan. Glazed atau highly polished porcelain
dan gold diutamakan untuk kontak jaringan. Desain yang pantas lebih penting
untuk cleanability dan kesehatan yang baik dari jaringan dibanding pemilihan
material. Perubahan jaringan disekitar dengan kehilangan gigi untuk itu pontik
tidak dapat dengan tepat mejiplak gigi yang hilang. Resorpsi alveolar dan
remodeling membentuk kembali area edentulous yang mengelilingi puncak tulang
dan mengisi soket tulang. Ada trauma atau penyakit periodontal berhubungan
dengan kehilangan gigi, bentuk akhir ridge yang telah sembuh bahkan mungkin
lebih greater departure dari bentuk aslinya. Karena beberapa jaringan penyokong
hilang ketika ketika gigi tanggal, dan karena pontik ada terletak diatas jaringan
dibanding tumbuh sana, modifikasi harus dibuat pada morfologi gigi dasar unruk
memastikan bahwa pontik akan dapat dibersihkan dan tidak melukai jaringan.
20
Tissue Contact
Besar dan bentuk kontak pontik dengan ridge adalah sangat penting. Kontak
jaringan yang berlebihan telah dikutip sebagai factor utama dalam kegagalan
fixed partial denture. Telah banyak kesepakatan menyatakan bahwa area
kontak antara pontik dan ridge sebaiknya kecil (fig 26-6,A) dan bagian
pontik menyentuh rigde sebaiknya secembung mungkin. Bagaimanapun juga,
jika ada kontak sepanjang sudut gingivo-facial pontik, harus tidak ada ruang
antara pontik dan jaringan lunak di bagian facial ridge (fig 26-6 A). Jika
ujung pontik meluas melebihi mucogingival junction, maka akan terjadi ulcer
disana (fig 26-7 A). Pontik sebaiknya berkontak hanya pada attached
keratinized gingiva (fig 26-7 B).
Mendapatkan adaptasi yang dekat dari pontik dengan kompresi jaringan tidak
diindikasikan, karena tekanan yang dihasilkan pada ridge mungkin
menyebabkan inflamasi. Sudah menjadi suatu pengetahuan umum bagi
dokter gigi bahwa pontik sebaiknya mengusahakan tidak ada tekanan pada
ridge. Bagaimanpun juga, pontik tidak berkontak dengan ridge pada saat
insersi prosthesis dapat menjadi dikelilingi oleh jaringan hypertrophied
setelah waktu di mulut. Meskipun satu studi menunjukkan bahwa jaringan
dibawah pontik dapat dijaga agar berada dalam keadaan bebas-inflamasi jika
pasien flossing setidaknya sekali sehari, akan ada cetakan atau jejak pontik di
ridge bahkan tanpa inflamasi. Ada peningkatan resiko kegagalan klinis jika
kesuksesan bergantung terlalu banyak pada kooperasi pasien.
Postinsertion Hygiene
Embrasure mesial, distal dan lingual gingival dari pontik sebaiknya terbuka
lebar untuk mengijinkan akses yang mudah bagi pasien untuk pembersihan,
dan kontak antara pontik dan jaringan harus mengijinkan lewatnya floss dari
21
satu retainer ke retainer lainnya. Setelah FPD disemen, ajari pasien teknik
yang sesuai yang dapat dikuasai. Motivasi individual untuk melatih oral
hygiene disekeliling dan dibawah pontik dengan dental floss (fig 26-8),
interproksimal brushes (fig 26-9) atau pipe cleaners. Metode yang digunakan
bergantung pada ukuran embrasure, aksesibilitas, dan kemampuan pasien.
Berikan pasien waktu untuk mempelajari teknik dan peragakan kemampuan
untuk membersihkan sisi bawah pontik dan area yang berdekatan dari
abutment gigi. Bahkan permukaan terhalus pontik harus dibersihkan dengan
baik dan cegah akumulasi plak. Jika pembersihan tidak dilakukan seringkali,
regular interval, jaringan disekeliling pontik akan menjadi terinflamasi.
Pontik yang didesain untuk peletakan di appearance zone harus
memberikan ilusi akan gigi, secara estetis, tanpa membahayakan cleaning-
ability. Pontik yang ditempatkan di nonappearance zone (biasanya
mandibular posterior replacements) ada untuk memperbaiki fungsi dan
mencegah pergeseran/drifting gigi. Karena estetik biasanya merupakan
pertimbangan yang minor/tidak utama di area ini, mungkin tidak perlu
menggunakan material atau kontur yang meniru anatomi dan warna gigi.
Pontik sebaiknya segaris lurus mungkin antara retainer unutk mencegah
torquing/putaran dari retainer dan/atau abutment.
22
Desain pontik
Jenis Design Pontik Keterangan
1. Saddle (ridge lap)
o Pontik ini mirip dengan gigi, menggantikan gigi yang hilang.
o Overlap antara aspek facial dan lingual terhadap ridge.
o Terdapat kontak antara pontik dan edentulous area
o Saddle tidak dapat dibersihkan
o Saddle dapat menyebabkan inflamasi
2. Modified Ridge Lap
o Desain ini memberikan ilusi gigi, namun mengejar seluruh
permukaan yang konveks untuk memudahkan pembersihan.
o Permukaan lingual harus memiliki kontur deflektif untuk mencegah
impaksi makanan dan meminimalisasi akumulasi plak.
o Mungkin akan ada sedikit konkavitas fasiolingual pada sisi fasial
ridge, yang dapat dibersihkan dan ditoleransi oleh jaringan
sepanjang kontak jaringan terbatas secara mesiodistal dan
fasiolingual. (narrow mesiodistally and faciolingually).
o Ridge contact tidak boleh diperluas lebih lingual daripada midline
edentulous ridge, bahkan pada gigi posterior.
o Ketika dimungkinkan, kontur area jaringan yang berkontak pada
pontik harus konveks, bahkan pembuangan operatif sejumlah kecil
jaringan lunak untuk memfasilitasi hal ini pun dimungkinkan.
o Dengan porcelain veneer, adalah desain pontik yang paling sering
digunakan pada appearance zone fixed partial dentures RA dan RB.
3. Hygienic (Sanitary)
o Istilah hygienic digunakan untuk menggambarkan pontik yang tidak
berkontak dengan edentulous ridge.
o Desain ini sering disebut sanitary pontic, yang beberapa tahun lalu
merupakan nama dagang untuk pontik mandibular yang
prefabricated, dan memiliki permukaan cembung dengan slot back.
o Hygienic pontic digunakan pada nonappearance zone, khususnya
untuk menggantikan M1 RB. Ia merestorasi fungsi oklusal dan
menstabilisasi gigi tetangga dan antagonis.
o Tidak ada syarat estetis, dan dapat dibuat dari metal sepenuhnya.
o Ketebalan oklusogingival tidak boleh kurang dari 3 mm, dan harus
ada ruang di bawahnya untuk memfasilitasi pembersihan.
23
o Pontik hygienic umumnya dibuat dari semua konfigurasi yang
konveks secara fasiolingual dan mesiodistal.
o Pembuatan permukaan bawah yang membulat tanpa sudut
memudahkan pembersihan (flossing) yang lebih mudah. Akan lebih
sulit melewatkan floss di bawah permukaan yang datar, atau sudut
fasiogingival dan linguogingival yang tajam. Desain yang bulat
digambarkan sebagai fish belly.
o Desain alternatif, di mana pontik dibuat dalam bentuk concave
archway mesiodistally, telah disarankan.
o Permukaan bawah pontik konveks fasiolingual, memberikan
konfigurasi hyperbolic paraboloid di bagian pontik yang menghadap
jaringan. Ada penambahan bulk untuk kekuatan di konektor, dan
akses untuk pembersihan.
o Stress dikurangi pada konektor, dan defleksi dikurangi pada pusat
pontik, dengan lebih sedikit emas yang digunakan.
o Versi estetik pontik ini dapat dibuat dengan mem-veneer dengan
porselen bagian pontik yang akan tampak, bagian oklusal dan
setengah oklusal permukaan fasial, yang merupakan semua
permukaan fasial pontik ini. Desain ini disebut arc-fixed partial
denture, modified sanitary pontic, atau Perel Pontic.
4. Conical
o Conical pontic bulat dan dapat dibersihkan, namun ujungnya kecil
dibandingkan ukuran keseluruhan pontik.
o Cocok untuk digunakan pada ridge mandibula yang tipis.
o Ketika digunakan pada ridge yang luas dan datar, space embrasure
segitiga yang besar sekitar kontak jaringan memiliki tendensi untuk
pengumpulan debris.
o Pontik ini disebut juga sanitary dummy, sebagaimana
digambarkan oleh Tinker di tahun 1918.
o Penggunaannya dibatasi untuk penggantian gigi di atas ridge yang
24
tipis pada sisi yang tidak terlihat.
5. Ovate
o Pontik ovate memiliki desain round-end yang digunakan ketika
estetis menjadi perhatian utama.
o Pendahulunya adalah porcelain root-tipped pontic, yang digunakan
sebelum tahun 1930 sebagai pengganti saddle pontic yang estetis
dan sanitary.
o Segmen yang berkontak dengan jaringan dari ovate pontic tumpul
dan membulat, dan di-set ke dalam konkavitas ridge. Dengan mudah
dapat di-floss.
o Konkavitas dapat dibuat dengan menempatkan provisional fixed
partial denture dengan pontik meluas 1 jalan ke soket segera
setelah ekstraksi gigi.
o Dapat juga dibuat secara surgikal pada waktu belakangan. Pontik ini
bekerja baik dengan ridge yang luas dan datar, memberikan
tampakan seolah tumbuh dari ridge.
6. Prefabricated Pontic
Facings
o Pada 1 waktu, preformed porcelain facings lebih popular untuk
membuat pontik. Mereka membutuhkan adaptasi terhadap specific
edentulous space, setelah mereka di-reglaze.
o Beberapa, seperti Trupontics, sanitary pontics, dan steeles facings
bergantung pada lug pada custom cast metal backing untuk
melibatkan celah pada permukaan oklusal atau lingual dari facing.
o Sejumlah besar porselen menghasilkan thin gold backing yang dapat
dengan mudah mengalami flexing. Harmony dan Trubyte facings
menggunakan pin horizontal yang pas dengan gold backing. Mereka
sulit digunakan pada pasien dengan space oklusogingival yang
terbatas, dan refitting pin ke backing setelah casting diperlukan.
o Porcelain denture teeth juga dimodifikasi untuk dapat digunakan
sebagai pontic facings.
o Multiple pin holes, sedalam 2 mm, dibuat dengan drill press pada
permukaan lingual dari reverse pin facing. Pin came out dari
backing, menyediakan retensi di mana deep overbite dapat
memendekkan conventional pins. Sayangnya, pin hole pada facing
25
merupakan stress points yang dapat menyebabkan fraktur.
7. Metal Ceramic
Points
o Dengan penggunaan yang luas dari metal-ceramic restorations,
metal-ceramic pontics telah menggantikan tipe pontik lain yang
menggunakan porselen.
o Ia memiliki potensial estetis terbaik sebagai penggantian prostetik
gigi yang hilang.
o Sebagai tambahan, metal-ceramic pontics leih kuat, karena porselen
di-bond ke substrat metal, tidak hanya sekedar disementasi.
o Lebih mudah digunakan karena backing custom made untuk space
(tidak perlu mengadaptasi premade porcelain facing ke space).
The Edentulous Ridge
Modifikasi Pontik
Perkembangan dalam teknik bedah mempermudah perubahan konfigurasi
ridge untuk menciptakan bentuk yang lebih estetik dan lebih mudah
dibersihkan. Ketidakmampuan pasien dalam melakukan bedah memaksa
klinisi untuk memikirkan bentuk alternatif dari pontik. Pada ridge dengan
defek yang parah, dimana 2 atau lebih pontik harus ditempatkan, adalah hal
biasa untuk mengeliminasi ruang embrasure gingival di antara pontik. Black
triangle akan sangat tidak estetik. Plak yang terkumpul mempengaruhi jalur
floss, dan bisa mengurangi rigiditas pontic span. Pink porcelain bisa
ditambahkan ke embrasur gingiva pontik untuk menstimulasi papila
interdental. Tambahan porselen harus didukung metal framework. Jika tidak,
maka berisiko fraktur. Eliminiasi embrasur gingiva bisa membatasi atau
mengeliminasi proliferasi jaringan lunak.
Klasifikasi
Deformitas ridge telah dibagi dalam 3 kategori oleh Slebert, dan klasifikasi ini telah diterima dengan luas:
Kelas 1: Loss of lebar ridge fasiolingual, dengan tinggi apikokoronal yang normal.
Kelas 2: Loss of ridge height, dengan lebar yang normal.
Kelas 3: Loss of both ridge width dan height.
Jika normal (Class N) dengan deformitas minimal ditambahkan, kontur ridge akan terbagi dalam 4 kelas.
26
Lebih sulit untuk mendapatkan hasil estetik dengan memodifikasi ruang
embrasur pada high-profile area seperti regio I maksila. Pontik yang tidak
dimodifikasi akan meninggalkan embrasur gingiva yang besar dan
penambahan gingival flange akan terlihat menyolok. Solusi untuk restorasi
pada defek ridge yang besar, terutama di segmen anterior, adalah sistem
Andrews bridge. Ini menyediakan fixed retainers yang dihubungkan bar segi
panjang yang mengikuti lekukan ridge di bawahnya. Protesa ini meliputi set
gigi pada patient-removable flange of gingiva-colored acrylic resin yang
tersatukan dan distabilisasi oleh bar segi panjang. Sayangnya, flange tersebut
adalah tempat makanan dan plak berkumpul dan sulit dibersihkan.
c) Konektor
Bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan retainer,
pontik dengan pontik/ retainer dengan retainer, sehingga menyatukan bagian-
bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban
kunyah Dilihat dari sifat hubungan ada 2 macam konektor, yaitu:
27
Rigid Connector
Sifat hubungan dari konektor ini kaku, tidak ada pergerakan Diindikasikan
bila memerlukan bridge efek splinting yang maksimal. Keuntungannya
adalah konektor kuat dan mudah dibersihkan.Cara pembuatan ada 2, yaitu:
- Dengan pengecoran (casting)
- Dengan pematrian (soldiering)
Perbedaan cara pembuatan ini tergantung dari tujuan dan indikasinya, pada
pembuatan gigi tiruan jembatan yang panjang kemungkinan ketepatan sukar
didapat karena sifat kontraksi logam, maka proses soldering merupakan
pilihan. Untuk keadaan jarak serviko oklusal yang pendek baik pada ruang
protesa atau gigi penyangganya sehingga ketebalan yang konektor yang
optimal sukar dicapai, maka proses dengan pengecoran akan lebih baik karena
hasilnya lebih kuat dan homogenik.
Non-rigid Connector
Konektor ini mempunyai gerak
terbatas, karena umumnya berbentuk
key dan key way atau male dengan
female yang tidak disemen.
Merupakan konektor pada Non-rigid
Bridge. Indikasinya:
- Salah satu gigi penyangga tidak sejajar inklinasinya
- Menggunakan intermediate abutment paska perawatan periodontal
Keuntungan konektor ini adalah mengurangi efek ungkit yang merugikan
gigi penyangga, sedangkan kerugiannya antara lain:
- Efek splinting tidak optimal
- Pembuatan lebih sulit dan memerlukan ketepatan yang tinggi
- Kemungkinan patah lebih besar
Umumnya diletakan disebelah anterior/ mesial dari gigi yang diganti untuk
mengurangi patahnya konektor akibat anterior component of force.
28
d) Gigi Penyangga (Abutment)
Dari definisi gigi tiruan jembatan, jelas bahwa gigi tiruan jembatan ini adalah
suatu tooth borne denture yang berarti seluruh beban kunyah yang diterima oleh
gigi tiruan ini didukung sepenuhnya oleh gigi-gigi penyangga beserta jaringan
periodontal. Sesuai dengan jumlah, letak, dan fungsinya dikenal istilah :
Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.
Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.
Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.
Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari diastema.
Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak diantara dua
diastema (pontics).
Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi diastema
Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi diastema.
Dalam persiapan penggunaan gigi-gigi penyangga ditemukan beberapa masalah
khusus yang dapat mengganggu kerja GTC. Berikut adalah contoh-contohnya dan
solusi mengatasinya:
Pier Abutment
Kadangkala ada gigi hilang pada sebelah mesial dan distal dari suatu gigi
dan bila gigi-gigi hilang itu diganti dengan bridge, akan ada satu gigi
abutment yang berdiri bebas diantara dua pontic yang dikenal dengan pier
abutment. Biasanya bridge yang memiliki pier abutment melibatkan gigi
anterior dan posterior. Gerakan gigi pada segmen anterior dan posterior
mempunyai perbedaan. Gerakan arah fasiolingual gigi anterior lebih besar
dibanding gerakan arah fasiolingual gigi molar. Gaya dari gerakan seperti
ini ditambah pontic span yang panjang akan menghasilkan stress pada
bridge yang akan diteruskan ke gigi abutment dan mahkotanya. Lama-
kelamaan crown pada gigi abutment akan cenderung terlepas/longgar,
kemudian daerah tepian restorasi akan sangat rawan terkena karies.
Untuk mengatasi efek dari gaya gerakan gigi tersebut, salah satu cara yang
bisa digunakan adalah menggunakan konektor non-rigid. Konektor non-
rigid ini bisa berperan sebagai stress-breaker, yang mencegah distribusi
stress dari satu segmen pada bridge ke segmen yang lainnya. Bentuk
29
umum konektor non rigid adalah tenon (komponen pada pontic)
berbentuk mirip T serta mortise (komponen pada crown abutment)
berbentuk dovetail. Konektor non-rigid akan mendistribusikan gaya ke
tulang alveolar sehingga konektor ini tidak boleh digunakan bila kondisi
gigi abutment mengalami kerusakan jaringan periodontal.
Penempatan konektor non-rigid sebagai stress breaker juga penting.
Biasanya konektor diletakkan pada pier abutment, karena bila diletakkan
pada abutment yang ujung akan menghasilkan efek pengungkit. Mortise
diletakkan pada sebelah distal dari pier abutment, sementara tenon
diletakkan pada sebelah mesial dari pontic. Posisi ini membantu konektor
agar tetap terkunci pada posisinya karena adanya kecenderungan mesial
movement dari gigi posterior saat diberikan beban oklusal.
30
Molar yang tipping sebagai abutment
Contoh kasusnya adalah pada kehilangan gigi 6, dan gigi 7 mengalami
tipping ke arah mesial untuk menutup ruang gigi hilang. Hal ini juga bisa
diikuti dengan mesial tipping gigi 8. Permukaan mesial gigi 8 yang
tipping akan menghalangi insersi bridge sehingga tidak mungkin
perawatan menggunakan bridge dilakukan.
Jika hambatannya hanya sedikit, hal ini bisa diatasi dengan
recontouring permukaan mesial gigi 8.
Jika kemiringannya parah, maka bisa dilakukan uprighting gigi yang
tipping melalui alat ortho cekat. Umumnya gigi 8 akan diekstraksi
untuk menyediakan ruang bagi pergerakan distal gigi 7.
Jika koreksi secara orthodontik tidak bisa dilakukan atau hasil
perawatan ortho hanya sebatas koreksi sebagian, GTCS bisa tetap
digunakan asalkan derajat kemiringan tidak lebih dari 25-30o.
Bisa juga dipasangkan bridge dengan crown pada gigi 7 (gigi
abutment) yang miring. Hal ini bisa dilakukan asal permukaan distal
gigi 7 tidak terkena defek (karies, erosi, dll) serta pasien memilki
kemampuan menjaga OH yang sangat baik. Jika ada perbedaan
tinggi marginal ridge yang mencolok antara distal gigi 7 dengan
mesial gigi 8, penggunaan crown dikontraindikasikan
Bisa juga digunakan telescope crown dan coping pada gigi 7.
Preparasi yang dibutuhkan cukup ekstensif.
Alternatif lain adalah menggunakan GTCS dengan konektor non-
rigid. Arah insersinya adalah sesuai sumbu axial gigi 7 yang miring.
Penggunaan konektor non rigid untuk abutment yang miring sangat
berguna apabila gigi molar yang miring memiliki inklinasi yang
cukup besar ke lingual dan juga mesial.
31
Canine-replacement FDP
FDP untuk menggantikan gigi kaninus biasanya sulit dilaksanakan karena
kaninus sering berada diluar sumbu antar-abutment. Calon gigi abutment
adalah gigi 2 (umumnya gigi terlemah di mulut) dan gigi 4 (gigi posterior
terlemah). Bridge untuk menggantikan gigi 3 RA akan mengalami stress
lebih besar dibandingkan bridge yang menggantikan gigi 3 RB. Hal ini
dikarenakan gaya ke gigi 3 RA akan didistribusikan ke arah labial
sehingga pontic akan makin menjauhi sumbu antar-abutment. Sementara
gaya pada gigi 3 RB didistribusikan ke arah lingual sehingga pontic akan
mendekati sumbu antar-abutment. Bridge untuk menggantikan gigi 3
jangan juga dipakai untuk menggantikan gigi tambahan lain (seperti gigi 2
atau 4). Untuk menggantikan gigi 3 serta gigi tambahan lain paling baik
menggunakan GTSL.
Cantilever FDP
Cantilever FDP adalah bridge dengan abutment pada satu sisi pontic,
dengan sisi lain pontic bebas. Pontic akan berperan sebagai lengan
pengungkit apabila menerima beban oklusal, sehingga kemampuan
32
retentif dari abutment akan sangat penting dalam penggunaan cantilever
FDP. Bakal gigi abutment untuk bridge cantilever harus memiliki akar
yang cukup panjang dengan bentuk yang mendukung, mahkota klinis
yang panjang, rasio mahkota-akar yang baik, dan didukung jaringan
periodontal yang sehat. Umumnya bridge cantilever dipakai untuk
menggantikan hanya satu gigi dan paling tidak memiliki dua gigi
abutment. Cantilever FDP bisa dipakai untuk:
Menggantikan gigi insisif lateral
Menggantikan gigi 4
Menggantikan gigi 6 yang tidak memiliki abutment di distal
33
4. Material yang digunakan dalam pembuatan Bridge
a) Pontik dan Retainer
Pontik dapat terbuat dari metal-keramik, cast metal, dan yang sudah jarang
dipakai adalah resin akrilik yang dilapisi metal. Semua bahan material pontik
dapat toleran dengan jaringan gigi walaupun terkadang terjadi inflamasi pada
jaringan gingival. Porselen mudah dibersihkan dan higienis, dan beberapa klinisi
telah menganjurkan glazed porcelain yang harus menyentuh edentulous ridges.
Karena sifat porus resin, dan kesulitan dalam pemeliharaan permukaan yang
terpolis, resin tidak digunakan pada pontik dekat jaringan. Porselen yang terpolis
baik dan emas dengan tampilan seperti kaca dianjurkan untuk kontak jaringan.
A: Pontik metal-keramik
B: Pontik metal
C: Pontik metal-resin
Kerangka logam untuk gigi tiruan sebagian logam-keramik harus dengan
persyaratan: (1) harus ada jumlah logam yang memadai untuk menjamin
kekakuan untuk kekuatannya (2) porselen harus memiliki ketebalan yang hampir
sama untuk menghindari kemungkinan melemahnya porselen melalui konsentrasi
stress. Untuk memenuhi persyaratan ini, harus ada kepingan logam yang kontinu
pada permukaan lingual, memanjang dari bagian logam pada satu retainer,
melewati pontik lingual, dan ke bagian logam
pada retainer lainnya.
Konfigurasi insisal dari aspek lingual
pembatas mungkin saja lurus (A), atau
berbentuk seperti bergigi (B). Desain bergigi
atau "trestle" diindikasikan ketika konektor
berkurang dalam dimensi faciolingual untuk
memungkinkan porselen di embrasur. Dengan
meningkatkan ketinggian topangan incisogingival, kekuatan konektor akan
meningkat. Ini memberikan sebagian besar logam untuk kekakuan dalam daerah
34
konektor antara pontik dan masing-masing retainer. Jika solder harus diperlukan,
ia memberikan logam yang memadai untuk solder bersama yang kuat.
Cakupan porselen retainer adalah sama
dengan yang untuk unit tunggal, kecuali
di wilayah yang berdekatan dengan
pontik tersebut. Porcelain veneer di
pontik tersebut kontinu dengan lapisan
porselen retainer yakni mencakup bagian
insisal dari permukaan lingual,
permukaan labial, dan daerah yang
berdekatan atau kontak dengan ridge. Porselen berakhir pada permukaan lingual,
sekitar 1 mm insisal ke ridge. Kontak jaringan porselen memungkinkan untuk
estetika yang lebih baik dan menghapus junction porselen-metal yang kasar dari
kontak dengan jaringan, karena bisa menyebabkan iritasi.
Pengecualian terhadap cakupan porselen yang direkomendasikan pada aspek
gingiva pontik terjadi pada situasi di mana semua permukaan oklusal porselen
digunakan dan ruang occlusogingival terbatas. Untuk memastikan sokongan kaku
untuk porselen, aspek gingiva pontik harus tetap dalam logam, dengan junction
porselen-logam terletak pada aspek gingivofacial dari pontik tersebut.
Upaya menghasilkan gigi tirun cekat sebagian
posterior yang estetik akan memerlukan penggunaan
permukaan oklusal all-porcelain terutama di
lengkung mandibula, karena hanya aspek oklusal
gigi premolar dan molar yang terlihat. Setiap kali
permukaan ini digunakan pada sebuah pontik,
sebuah pertimbangan harus dibuat mengenai
ketebalan occlusogingiva dari logam di pontik
tersebut. Untuk memastikan kekakuan yang
memadai, bagian permukaan bawah dari pontik mungkin harus menjadi logam
untuk mengimbangi logam yang dihilangkan dari oklusal.
35
b) Solder Joint
Solder adalah gabungan komponen logam oleh filler metal, atau solder, yang
menyatu dengan masing-masing bagian. Sebenarnya, jika pengisi logam memiliki
titik leleh yang lebih besar dari 450 C (840 F), proses ini disebut mematri
(brazing). Istilah soledering umum digunakan dalam kedokteran gigi. Bonding
adalah kesatuan pada welting dari permukaan yang bergabung dengan solder, dan
bukan pada mencairnya komponen logam. Ketika solder sendi dilakukan dengan
benar, tidak boleh ada fusi atau perubahan dari dua komponen yang bergabung.
Soldering berbeda dalam hal ini dari pengelasan, arti lain dari bergabungnya
logam. Dalam pengelasan fusi, potongan-potongan yang bergabung mencair atau
menyatu bersama-sama, tanpa solder. Fluks ditempatkan pada permukaan yang
akan disolder sebelum mereka dipanaskan. Fluks dapat memberikan perlindungan
permukaan, mengurangi oksida, atau melarutkan oksida. Fluks digantikan oleh
solder, yang kemudian dapat membentuk sebuah interface dan ikatan ke
permukaan yang disolder. Soldering flux untuk logam mulia didasarkan pada
senyawa borat. Mereka membentuk kaca low-fusing yang melindungi permukaan
logam, dan mereka juga mengurangi oksida seperti oksida tembaga. Mereka
sering terlalu cair untuk soldering pre-keramik. Fluorida digunakan pada paduan
logam dasar untuk melarutkan oksida stabil dari kromium, kobalt, dan nikel.
Selain bertindak sebagai pelarut, fluks juga melayani peran protektif.
Fluks lebih mudah diaplikasikan jika dalam bentuk pasta. Pasta fluks dapat
dibuat dengan alkohol, bentuk yang paling popular digunakan dengan paduan
logam mulia menggunakan petrolatum sebagai kendaraan, karena lebih mudah
ditangani. Ini menjaga udara dari fluks, dan ketika dipanaskan, petrolatum hilang
tanpa meninggalkan residu. Fluks terbuat dari boraks umum, atau pasta yang
dibuat dengan air, cenderung berkembang ketika mereka dipanaskan,
menghasilkan lubang pada solder sendi.
Antifluks adalah bahan yang digunakan untuk menguraikan daerah yang akan
disolder untuk membatasi aliran solder. Antifluks yang paling umum adalah tanda
dari pensil grafit lunak, yang tidak memiliki polesan baik. Polesan rouge (oksida
besi) yang bergantung dalam kloroform juga dapat dicat di sekitar wilayah solder
bersama untuk mencegah penyebaran yang tidak diinginkan dari solder.
36
Solder emas diklasifikasikan berdasarkan kehalusan dan oleh karat. Kehalusan
mengacu pada bagian per seribu dari solder yang emas. Misalnya, 600 solder baik
akan menjadi 600 bagian emas per 1.000, atau 60% emas. Ketika digunakan
untuk menandai pengecoran paduan logam, karat mengacu pada bagian per 24
dari logam emas. Sebagai contoh, sebuah paduan 18 K adalah 18 bagian emas per
24, atau 75% emas. Bila digunakan dengan solder, karat memiliki arti yang
berbeda. Sebuah solder yang ditandai sebagai 18 K tidak memiliki kandungan
75% dari emas. Sebaliknya, penunjukan 18 K berarti bahwa itu dirumuskan untuk
digunakan dengan 18 K paduan pengecoran. Isi noble metal dari solder yang
sebenarnya akan diberikan berdasarkan kehalusan bukan oleh karatnya. Semakin
tinggi kehalusan solder, semakin tinggi titik lelehnya dan semakin besar tahan
korosi. Sementara solder dengan kehalusan yang lebih rendah memiliki titik leleh
yang lebih rendah, juga memiliki karakteristik aliran yang lebih buruk.
c) Bahan Cetak & Prosedur Pencetakan
Pada istilah GTC, cetakan merupakan sebuah hasil cetak negatif dari satu atau
beberapa gigi, dan struktur di sekitarnya, yang diperoleh dari insersi dari sebuah
baki berisi (loaded tray) dengan bahan plastis pada mulut pasien yang akan
diubah menjadi bahan elastis atau keras (hard material compound impression
material) pada waktu yang tepat setelah setting (perubahan kimia atau fisika)
yang jika dicampur dengan bahan die yang sesuai akan menghasilkan cetakan
duplikat positif atau replika, sebuah model atau working cast yang disebut
sebagai indirect technique wax pattern fabrication. Bahan cetak telah
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dokter gigi atas konstruksi pola
malam indirek daripada teknik direk berkaitan dengan keterbatasan
penggunaannya, dan beberapa keperluan penting lainnya yang harus ada pada
bahan cetak untuk menghasilkan cetakan yang akurat.
Syarat Bahan Cetak
Kemampuan menghasilkan detil yang baik
Stabilitas dimensi
Tanpa toksisitas baik sebelum ataupun sesudah setting baik pada
operator maupun pasien
Kompatibel dengan bahan die yang tersedia
37
Cukup elastis untuk dilepas dari undercut tanpa deformasi permanen
dan robekan
Warnanya sesuai
Waktu penyimpanannya sesuai
Mudah dimanipulasi dan dipreparasi
Terjangkau secara ekonomis
Klasifikasi Bahan Cetak yang digunakan pada Restorasi Cekat
Bahan termoplastis
Elastis
- Reversible & Irreversibel hydrocolloid
- Silicon (conventional condensations)
- Silicon new presentations (additional type)
- Polyether (hanya memiliki satu konsistensi)
Saat ini bahan cetak rubber elastis dipertimbangkan sebagai bahan cetak yang
paling ideal jika dibandingkan dengan jenis lainnya karena memiliki persyaratan
yang paling memenuhi sebagai bahan cetak. Kelebihan ini membuatnya menjadi
yang terlarus dan akan dijelaskan jenis material rubber yang akan digunakan
yakni rubber base dengan sedikit penjelasan mengenai hidrokoloid.
5. Tata Laksana Klinis Perawatan Bridge
a) Tahapan Klinik I (Preparasi & Pembuatan GTJ)
Pemeriksaan, diagnosis, rencana perawatan, prognosis
Preparasi gigi abutment
Dalam setiap preparasi, selalu ingat mengenai prinsip dan syarat preparasi
seperti yang sudah dibahas pada pemicu sebelumnya. Alat-alat seperti bur,
handpiece, dan alat standar secara umum sama seperti preparasi mahkota
tiruan penuh, perbedaan hanya terletak pada prinsip utama pembuatan GTJ,
yaitu prinsip kesejajaran pada gigi penyangganya. Berbeda dengan full
crown, preparasi gigi abutment tetap harus mengingat fungsi utamanya
dalam GTJ, sehingga harus memenuhi prinsip:
38
- Kesejajaran antar gigi penyangga dan arah insersi
- Pengambilan jaringan seoptimal mungkin
Prinsip kesejajaran ini sangat memengaruhi kestabilan dari kedudukan GTJ
nantinya, kecuali pada GTJ yang sifatnya konektor non-rigid, cantilever
bridge, atau telescopic bridge. Sedangkan prinsip pengambilan jaringan
berhubungan dengan kemampuan memegang retainer dan kemampuan gigi
dalam menerima beban kunyah tambahan (distribusi tekanan dari pontik).
Pada keadaan tertentu:
- Pada gigi yang pendek, untuk memperoleh retensi optimal dan
mendapatkan kekuatan untuk menahan beban, maka pengambilan
oklusal pada daerah supporting cusp lebih banyak. Bila perlu dengan
tambahan groove sebagai penambah kemampuan resistensi.
- Pada diasteme yang sempit, pengambilan proksimal harus lebih
banyak, agar konektor bisa lebih tebal dan kuat.
- Pada span yang panjang, preparasi servikal sebaiknya mempunyai
ketebalan optimal, misalnya minimal dengan bentuk chamfer.
Ada beberapa tindakan khusus berupa modifikasi preparasi abutment untuk
mendapatkan kesejajaran, antara lain:
Jika salah satu terminal abutment miring
Penyesuaian dengan kurva oklusal, mengharuskan pengambilan
lebih banyak pada distooklusal. Analisa arah pemasukan dengan
dental suveyor atau garis khayal, berupa garis sejajar dengan garis
bagi sudut yang terbentuk yang terbentuk oleh kedua sumbu kedua
gigi penyangga.
Terminal abutment dan gigi tetangganya miring
Kemungkinan jaringan mahkota gigi tetangga bagian mesial harus
diambil sedikit agar tidak menghalangi insersi bridge.
Setiap terminal abutment miring dengan kedua sumbu konvergen
Sisi yang berhadapan dengan diastema dipreparasi sejajar garis bagi
sudut yang dibentuk oleh kedua sumbu gigi. Sedang disisi lain
dipreparasi sesuai dengan sumbu gigi masing-masing. Tetapi bila
39
kedua sumbu gigi divergen tidak bisa ditolerir dengan pengasahan,
sehingga harus dilakukan dulu perbaikan posisi / inklinasinya atau
dibuat non-vital (merupakan terapi pendahuluan)
Posisi gigi diluar lengkung karena sedikit rotasi
Pada keadaan demikian perlu pengambilan jaringan yang lebih
banyak. Daerah yang keluar dari lengkung lebih banyak dipreparasi.
Salah satu abutment sedikit palatoversi/labioversi
Pada keadaan gigi penyangga miring ke lingual maka lebih banyak
terjadi pengambilan di daerah lingual, pada gigi penyangga yang
protrusi maka lebih banyak terjadi pengambilan di daerah labial.
Retraksi gingiva
Tindakan ini merupakan tindakan yang mendahului tahap pencetakan gigi.
Merupakan tindakan penarikan/pemisahan sementara free gingiva dari gigi
yang dipreparasi dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang
jelas saat pencetakan serta menghindari luka pada gusi saat preparasi gigi di
sulkus gingiva. Sebelum diretraksi, dilakukan pemeriksaan gigi tetangga
apakah karies atau drifting sehingga harus diperbaiki serta dilanjutkan
dengan pembersihan debris. Ada 4 cara retraksi gingiva, yaitu:
- Mekanis (benang surgical silk 0,3 mm atau copper band atau MTS)
- Kimia (larutan kimia hemostatik dan tidak ada vasokonstriktor)
- Kombinasi (Benang yang mengandung larutan kimia)
- Bedah elektrosurgikal
Kesalahan pada retraksi gingiva dapat menyebabkan resesi gusi, atrofi gusi,
ekspos akar gigi, atau shock tekanan darah jika retraction cord
mengandung vasokonstriktor (e.g. adrenalin).
Pencetakan dan pembuatan die model
Setelah dilakukan retraksi, maka pencetakan dan pembuatan die model
dapat dimulai. Pilih jenis (stock/individual) dan ukuran sendok cetak sesuai
dengan ukuran rahang dan material cetak apa yang akan digunakan. Untuk
pembuatan GTJ umumnya material yang digunakan bersifat elastomer
40
dengan tujuan mendapatkan detail yang akurat. Ingat selalu bahwa sebelum
dicetak, gigi harus dalam keadaan kering dan bebas dari cairan saliva.
Pembuatan catatan gigit
Tahap ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan dari model RA & RB
sebagaimana hubungan tersebut didapat di dalam mulut pasien, sehingga
didapatkan GTC yang stabil oklusinya (oklusi sentris). Umumnya catatan
gigit dibuat menggunakan bite registration paste/bitewax.
Penentuan warna (shade)
Penentuan warna GTC dilakukan untuk mendapat warna gigi yang sesuai
dengan warna gigi-gigi tetangganya. Umumnya cara yang paling banyak
dipakai saat ini adalah dengan menggunakan shade guide dari pabrik yang
mengeluarkan bahan GTC yang kita gunakan. Kesamaan pabrik antara
shade guide dengan material yang kita gunakan di labroatorium sangat
penting karena tiap-tiap pabrik memiliki warna yang berbeda untuk satu
kode yang sama (Contoh: untuk kode A1 antara pabrik A dan pabrik B bisa
ada perbedaan warna). Dalam penentuan warna gigi harus:
- Dalam keadaan basah (sehari-hari gigi itu berada nantinya)
- Pencahayaan terang dari lampu neon (bukan lampu DU) dan tidak
boleh tertutupi oleh bayangan.
Pembuatan Mahkota Sementara gigi abutment dan pontik sementara
Mahkota Sementara
Pembuatannya bisa secara direct atau indirect. Jika secara direct,
maka saat sebelum dipreparasi, jika gigi mengalami karies/fraktur,
ditutupi dengan malam membentuk kontur anatomis normal,
kemudian dilakukan pencetakan. Setelah dipreparasi, cetakan negatif
(alginat) pada gigi itu diisi dengan resin akrilik kemudian
dipasangkan di gigi hasil preparasi yang sudah diberi vaselin agar
tidak menempel di gigi. Setelah mengeras sedikit, resin akrilik
dirapikan seperlunya (dipotong bagian yang berlebih) dan setelah
full setting cetakan dilepas dan MTS dipoles. Jika secara indirect,
maka tahap-tahap tersebut dilakukan pada model gigi dan kemudian
setelah jadi MTS dicobakan di gigi pasien.
41
Cara diatas merupakan pembuatan mahkota sementara secara
fabricated. Cara lain adalah dengan menggunakan mahkota
sementara prefabricated. Berbeda dengan cara fabricated, ada
beberapa macam bahan mahkota sementara digunakan, seperti
aluminium, akrilik, dan seluloid. Prosedur pemakaiannya:
o Pemilihan mahkota sementara, untuk gigi depan harus
diperhatikan warna, bentuk dan besar yang sesuai.
o Adaptasi bagian servikal dan bagian dalam mahkota. Bagian
servikal setiap mahkota sementara tidak boleh menekan bagian
gingival untuk mencegah resesi.
Pontik Sementara
Pembuatan pontik sementara dilakukan sebelum pencetakan untuk
pembuatan GTJS pada retainernya. Disini pontik dibuat dengan
menggunakan wax (biasanya inlay wax) dan kemudian baru
dilakukan pencetakan untuk pembuatan MTS di gigi abutment.
b) Tahapan Klinik II (Evaluasi GTJ)
Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru
backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi terlebih
dahulu, terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya (pada tipe
PFM), namun jika tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini
dievaluasi kecekatan GTC, ketepatan marginal, kontak proksimal, ruang untuk
facing, kontak oklusal dan artikulasi. Jika evaluasinya baik, maka backing logam ini
dikembalikan lagi ke laboratorium untuk dibuatkan facing porselennya. Setelah jadi
sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi pemeriksaan di gigi pasien namun belum
disementasi secara permanen. Evaluasi ini meliputi:
Kecekatan (fitness/self retention)
GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas
dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan
gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.
42
Marginal fitness & integrity
Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde half-
moon; apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan
pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi,
apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang terlalu
panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan
panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat
terbukanya tepi restorasi.
Kontak proksimal
Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu
ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena
gaya ini sangat berpengaruh terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan
dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal
gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami hambatan
ringan namun tidak sampai merobek benang.
Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva
Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga
tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya.
Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah
satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan
menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan
warna pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk
memaksimalkan efek self cleansing pada daerah embrasurnya.
Penyesuaian oklusal
Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik
kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam
kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil
restorasi yang menandakan bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang
mengganjal atau ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini perlu karena
ketidaknyamanan ini dapat berujung pada gangguan sistem mastikasi.
43
Estetika
Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya
pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan
seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior
dan sebagian kecil posterior) maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya
dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.
c) Tahapan Klinik III (Sementasi dan Insersi)
Tahap pemasangan dilakukan dengan cara melakukan sementasi dari retainer pada
GTJ ke gigi penyangga menggunakan semen permanen yang tidak larut dalam
cairan mulut sehingga GTJ dapat berfungsi penuh. Pemasangan dapat bersifat
sementara ataupun permanen namun umumnya bahan yang digunakan sama hanya
berbeda tujuannya. Pemilihan bahan sementasi didasarkan pada:
Besar beban kunyah
Jika tekanan kunyah besar maka memerlukan bahan yang memiliki
compressive strength tinggi untuk mencegah terjadinya retak dikemudian
hari dan dapat menyebabkan lepasnya GTJ. Jika tekanan kunyah berisiko
menimbulakn gaya ungkit makan bond strength ke gigi juga harus baik.
Jumlah gigi penyangga
Jika jumlah gigi penyangga cukup banyak (GTJ long span) maka bahan
semennya perlu memiliki working time panjang dan flow tinggi untuk
mencegah terjadinya pengerasan yang terlalu awal sebelum gigi
dipasangkan mengingat jumlah retainer yang akan disemen banyak.
Keadaan gigi penyangga
Pada gigi penyangga yang mengalami hiperemia namun masih vital maka
sementasi dilakukan dengan bahan yang pH tinggi (basa). Jika gigi kurang
retentif semen perlu punya bond strength & film thickness tinggi. Apabila
sifat gigi penyangga merupakan MT pasak logam maka perlu menggunakan
bahan semen yang dapat berikatan dengan baik dengan logam.
44
Desain dan bahan gigi tiruan
Desain dan bahan gigi tiruan berpengaruh pada estetika dan fungsional GTC
nantinya. Jika bahan gigi tiruan adalah akrilik yang translusen maka
tentunya semen harus memiliki warna yang sebisa mungkin mirip dengan
warna gigi, sedangkan untuk desain tertentu maka semen harus punya
tingkat kelarutan yang rendah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas bahan semen yang umum
digunakan antara lain GIC, Semen Resin, Zinc-Polikarbonat, dan Zinc-Fosfat.
Glass-Ionomer Cement
Merupakan bahan semen yang paling banyak dipakai karena kemampuan
biokompatibilitas ke jaringan dan restorasi yang baik melalui ikatan kimia.
Terdiri atas bubuk dan liquid yang mengandung fluor sebagai proteksi dari
karies. Saat pemasangan pastikan gigi tidak terkontaminasi oleh saliva karena
sifat semen yang water-based. Apabila material yang digunakan adalah logam
logam tersebut dilapisi dengan opaquer terlebih dahulu. Sayangnya karena
daya larut yang rendah risiko kebocoran tepi servikal tinggi.
Resin Cement (Zinc Siloco Phosphate Cement)
Semen ini sudah tidak banyak dipakai karena sifatnya yang asam sehingga
restorasi tidak tahan lama dan mengiritasi jaringan. Namun semen ini karena
memiliki komposisi resin maka sifat translusensinya sangat baik. Biasanya
semen ini digunakan pada retainer yang menggunakan material akrilik atau
porselen serta gigi penyangga yang non-vital (dowell crown).
Zinc Poly-Carboxylate Cement
Merupakan bahan semen jenis akrilik dengan paduan antara bubuk dan
liquidnya akan menurunkan pH serta meningkatkan bond strength karena
reaksi dengan kalsium gigi dan kandungan fluornya. Sifat adhesif ke logam
tinggi sehingga banyak dipakai untuk sementasi Pasak-Inti. Kekurangannya
adalah setting time yang cepat sehingga tidak cocok untuk GTJ dengan span
panjang atau multiple abutment bridge. Tingkat kekerasannya juga masih
dibawah semen zinc-fosfat.
45
Zinc Phosphate Cement
Merupakan bahan semen yang paling pertama dikeluarkan tetapi masih
menjadi pilihan utama karena memiliki tingkat kekerasan, film thickness dan
setting time yang memadai. Semen ini juga punya pilihan warna sehingga
tidak terlalu mencolok. Sayngnya pH semen ini rendah sehingga berisiko
mengiritasi pulpa saat belum mengeras. Oleh karena itu biasanya diberikan
pelaps untuk proteksi pulpa dengan cavity varnish.
Prosedur sementasi adalah sebagai berikut:
Pembersihan bagian dalam retainer dari debris atau lemak dengan alkohol
lalu keringkan dengan air spray. Lakukan hal yang sama pada gigi
penyanggan namun menggunakan larutan antiseptik (jika alkohol dapat
dehidrasi jaringan). Jika semen yang digunakan bersifat asam, gig
penyangga dapat terlebih dahulu dilapisi dengan cavity varnish di daerah
dekat pulpa atau diaplikasikan kalsium hidroksida.
Blokir semua daerah insersi dengan gulungan kapas untuk mencegah
terjadinya kontaminasi oleh saliva serta gunakan saliva ejector. Berikan
separator oil di dasar pontik dan interdental untuk memudahkan
pengambilan sisa semen yang berlebih.
Lakukan manipulasi semen sesuai petunjuk pabrik lalu oleskan semen di
bagian dalam retainer dan di gigi penyangga, lalu pasang sesuai dengan arah
dan posisi yang benar. Tekan secara bertahap masing-masing retainer untuk
membuat semen mengalir dengan baik dan mencegah adanya jebakan udara.
Lihat kondisi oklusi sentris dan fitnessnya, jika masih salah lepas segera dan ulangi
lagi. Jika sudah baik, GTJ ditekan dengan jari secara merata atau pasien dapat
diminta untuk menggigit dengan alat khusus sampai semen mencapai setting time.
Buang sisa kelebihan semen dengan sonde atau eksavator kecil dan menggunakan
benang gigi di bagian interdental.
d) Pemeliharaan Gigi Tiruan Jembatan
Pemeliharaan kesehatan mulut untuk menunjang jesehatan gingiva disekitar gigi
tiruan dan giginya sendiri. Pemeliharaan yang harus dilakukan oleh pasien terdiri
dari 4 tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan plak dan sisa makanan berupa:
46
Menghilangkan plak gigi berupa penyikatan dan penggunaan alat
pembersih lainnya (brushing, flossing, dan irigasi) dengan disclosing
solution sebagai kontrol plak.
Sikat gigi : digunakan untuk daerah yang mudah terlihat,dengan
tekanan yang ringan dan memakai sikat yang agak lunak pada
permukaan gigi dan daerah gingival
Alat pembersih lainnya : pada daerah yang sukar / tidak terlihat
seperti interdental atau dasar pontik, dapat dipakai :
- Dental floss : dengan alat bantu pengait berbentuj loop atau jarum.
Super floss yang mempunyai 3 bagian yaitu : ujung yang kaku
untuk memudahkan pemasukan floss ke dasar pontik, spongy
filamen brush yang berfungsi sebagai pembersih plak, perangsang
peningkatan aliran darah, dan unwaxed floss untuk menarik sisa
makanan dan plak keluar
- Hytrel : merupakan dental cleansing tape (bentuk pita) yang
berguna untuk membersihkan dasar pontik
- Oral irrigating device : merupakan penyemprot air bertekanan
yang dapat mengeluarkan sisa makanan
- Interdental cleaning device : merupakan alat yang berguna untuk
membersihkan area interdental
Mengurangi makanan/minuma yang asam dan kariogenik
Penggunaan obat kumur dengan tujuan menghambat pertumbuhan plak,
misalnya dengan chlorhexidine
Pemeriksaan ulang rutin setiap 3 6 bulan ke dokter giginya
untuk pemeriksaan rutin gigi tiruan jemabatan dokter gigi harus melakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
Kemungkinan terjadinya karies pada gigi penyangga
Umumnya yang terjadi adalah karies servikal, diperiksa secara klinis
dengan sonde atau secara radiografis untuk melihat karies proksimal.
Vitalitas gigi penyangga
Dilakukan dengan electric pulp tester. Nila perlu dengan pemeriksaan
radiografis untuk melihat adanya kelainan di jaringan periapikal.
47
Kegagalan sementasi
Dengan cara menekan pada satu sisi retainer apakah ada gerakan dari
gigi tiruan atau dengan menekan dan menarik keatas berulang-ulang.
Bila terlihat gelembung udara didaerah marginal, berarti semennya
larut atau tidak ada.
Kegoyangan dan adanya poket pada gigi penyangga
Umumnya karena beban kunyah yang lebih besar daripada kemampuan
jaringan penyangga gigi dalam menahan beban (over loading), dapat
terlihat jelas pada rontgen foto.
Perubahan gigitan
Kemungkinan karena oklusi habitual, terlihat dengan adanya facet pada
permukaan oklusal.
Peradangan gingival
Terutama dibawah pontik.
Akibat pemakaian pada gigi tiruan
- Melengkungnya pontik (fleksi)
- Kerusakan seperti robek, retak, berlubang pada retainer / konektor
- Ausnya facing akrilik / pecahnya lapisan porselen
e) Masalah dan Penanggulangan Paska-Insersi (Post-Insertion Problem)
Setelah gigi tiruan jembatan dipasang tetap, dapat terjadi reaksi pada struktur
jaringan keras dan lunak gigi baik pada gigi tiruannya maupun daerah lainnya
seperti pulpa, jaringan periodontal, mukosa pipi/lidah atau neuromuscular otot
kunyah dan sendi rahang.
Sensitif / Peka Terhadap Suhu
Sensitif baik pada rangsangan dingin/panas dapat berlangsung beberapa
hari atau bulan setelah pemasangan. Penyebabnya: dekatnya dinding
preparasi dengan pulpa, gigi tiruan jembatan sementara yang tidak
melindungi secara sempurna, dan adanya kontak prematur.
Rasa Tidak Enak Selama Berfungsi
Penyebabnya: Terjadinya kontak premature atau hambatan gerak
sentrik/lateral. Koreksi oklusal dapat menghilangkan gejala tersebut.
48
Timbulnya Peradangan Gusi
Faktor predisposisi: Oral hygine yang buruk, edain yang salah, prosedur
kerja yang kurang baik. Penyebab langsung: overkontur, embrasure sempit,
trauma karena bur / alat pengasah, adanya sisa bahan cetak/semen
sementara yang tertinggal didalam sulkus.
Retensi Sisa Makanan
Retensi sisa makanan sering terjadi dibawah pontik konektor. Yang
terpenting adalah cara pemeliharaan dan pembersihannya. Kontak yang
berat pada gerak artikulasi yang menyebabkan pergerakan gigi penyangga,
dapat menimbulkan retensi makanan didaerah kontak giginya.
Tergigitnya Pipi / Lidah
Penyebab: overjet oklusal, gigi posterior terlalu kecil, atau kontaknya cusp
to cusp. Tergigitnya pipi yang berlangsung sementar disebabkan karena
belum adaptasinya otot kunyah.
Pergerakan Gigi
Penyebab: karena kontak oklusal yang berat pada artikulasi yang dimulai
dengan adanya rasa tidak nyaman selama berfungsi namun dibiarkan (tidak
segera diatasi).
Gangguan Sistem Neuromuskular
Gangguan ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang harus segera
ditanggulangi. Penyebab: tidak sesuainya gerak artikulasi gigi tiruan dengan
gerak sendi rahang. Perubahan posisi sendi rahang akan menimbulkan sakit
yang hebat pada otot kunyah dan sendi rahang.
Keluhan yang Tidak Jelas
Keluhan ini antara lain disebabkan oleh:
Rasa tidak enak karena adanya beban tambahan pada gigi penyangga
Ada kontak premature ringan
Adanya gigi tiruan pada daerah yang dulunya tidak ada
Tidak menerima gigi tiruan secara psikologis karena tidak ada motivasi
sejak awal (terpaksa)
49
Gejala-gejala diatas bila tidak segera ditanggulangi akan bertambah berat, sehingga
akan menggagalkan perawatan. Jenis kegagalan pasca pemasangan:
Kegagalan Sementasi
Kegagalan sementasi dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, antara lain:
Adanya fleksi (pada span yang panjang, logam pontiknya tipis dan
lunak) sehingga gigi tiruan melengkung. Hal ini akan membuka tepi
serikal retainer dan semennya akan larut.
Retensi kurang, misalnya pada mahkota klinis pendek dengan preparasi
yang konus dan tidak membuat retensi tambahan pada tahap preparasi.
Teknik sementasi yang kurang sempurna, karena manipulasi terlalu
lama; semen sudah kadaluarsa, dll.
Kegagalan Pada Gigi Tiruannya Sendiri
Kegagalan ini dapat terjadi antara lain karena desain yang salah, proses
laboratorium yang kurang sempurna, atau karena pemakaian. Bentuk
kegagalan berupa:
Melengkung, robek, atau patah karena metal kurang tebal dan keras
(terutama pada long span bridge), adanya porositas internal dari metal,
tidak dilakukan heat treatment (hardening).
Facing lepas karena retensi mekanis (akrilik) kurang baik, perlekatan
batas akrilik / porselen dengan metal di daerah gigitan.
Patahnya daerah penyolderan (solder joint) karena terlalu besar/lebar
bahan soldernya, tidak bersatu sempurna dengan bagian yang disolder
(bahan tidak sama, atau pencairan logam solder tidak sempurna, atau
ada kotoran pada bagian-bagian yang akan disolder).
Terjadinya Iritasi Dan Resesi Gingival
Iritasi berkaitan dengan kesehatan mulut dan proses pemeliharaan yang
tidak sempurna. Desain salah seperti over contour, tidak baiknya titik
kontak, interdental embrasure yang sempit / kecil, dasar pontik yang
menekan mukosa atau pemilihan macam pontik yang salah merupakan
pennyebab iritasi. Resesi diakibatkan terlalu besarnya beban kunyah.
50
Terjadinya Kelainan Jaringan Periodontal
Secara klinis terlihat pergeseran gigi / goyangnya gigi penyangga,
penyebabnya:
Adanya kontak prematur saat oklusi atau hambatan gerak artikulasi
sehingga timbul overloading.
Pemilihan jumlah gigi penyangga yang tidak memenuhi syarat dan
sesuai hukum Ante atau panjangnya span sehingga jaringan pendukung
gigi penyangga tidak mampu mendukung beban kunyah.
Terjadinya / Timbulnya Karies
Tepi retainer yang tidak fit / tepat akan mengakibatkan semen larut
sebagian dan dengan menempelnya plak di daerah tersebut akan
menimbulkan karies. Bila diderah subgingival sud