Post on 18-Mar-2019
GOOD GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PUBLIK
(Studi atas Penerapan Jakarta Smart City Melalui Aplikasi Qlue
Tahun 2016)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Guntur Indrayana
1113112000028
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
GOOD GOVERNA]VCE DAN KEBIJAKAN PUBLIK
(Studi atas Penerapan Jakarta Smart City Melalui Aplikasi Qlue
Tahun 2016)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan l\{emperoleh
Gelar Saq'ana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Guntur IndrayanaNIM: 1113112000028
Dosen Pembimbing,
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
9680801 200003 1 001
1438 Ht20t7 M
r
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
GOOD GOVERNA]YCE DAI{ KEBTJAKAN PUBLIK
(Studi atas Penerapan Jakarta Smart City Melalui Aplikasi Qlue
Tahun 2016)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarla.
Jika kemudian hari terbukli bahwa karya saya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri rufD Syarif Hidayatullah
Jakarta.
J akarta, 06 Novemb er 2017
Guntur Indrayana
J.
ii
PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI
Dengan ini pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
NamaNimProgran Studi
: Guntur Indrayana:1113112000028: Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi, dengan judul:
GOOD GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PUBLIK (Studi atas
Penerapan Jakarta Smart City Melalui Aplikasi Qlue Tahun
2016)
dan telah diuji.
J ake"rta, 08 Desernb er 2017
Mengetahui,Ketua Program Studi
Menyetujui,Dosen Pembimbing
Dr. Idine Rosvidin Hasan" M.SiNrP. 19701013 200s01 1 003 9680801 200003 1 001
111
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSIGOOD GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PUBLIK
(Studi atas Penerapan Jakarta Smart City Melalui Aplikasi elueTahun 2016)
Oleh
Guntur Indrayana1113112000028
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah'Jakarta pada tanggal08 Desember 2017. Skripsi ini teiah diterima sebagai salah satu syaratmemperoleh gelar Sarjana Sosial (s.Sos) pada Program Studi Ilmu politik.
Ketua,
(-
\-fr,Dr. Idine Rosvidin. N{.SiNIP. 19701013 200501 1 003
NIP. 19610524 200003 2 002
Diterima dan dinyatakan memenuhi2417.
Ketua Program Studi Ilmu Politik, FISIP UIN JakartaI :-.-t/
-/r4,,Dr. Idine Rosyidin. N[.SiNIP: 19701013 200501 1 003
Survani. M.SiNIP. 19770424 200710 2 003
Idris Thaha. M.Si *FNrP. 1966080$"20bd I 001
syarat kelulusan pada tanggal 08 Desember
iv
v
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisa tentang good governance dalam kebijakan
publik. Kebijakan yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta untuk mengumpulkan
segala macam informasi dengan menggunakan teknologi kedalam satu wadah
yang diberi nama Jakarta Smart City. Melalui Jakarta Smart City ini masyarakat
tidak lagi sulit dalam mengakses informasi tentang DKI Jakarta. Masyarakat
cukup membuka website portal Jakarta Smart City, kemudian dapat mengakses
seluruh informasi yang dibutuhkan.
Selain untuk mengumpulkan informasi tentang DKI Jakarta, Jakarta Smart
City juga meluncurkan fitur tambahan yang diberi nama Qlue. Qlue merupakan
sebuah fitur yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan pengaduan
atau pelaporan masalah yang ada di sekitar mereka. Qlue hadir dalam bentuk
aplikasi. Cukup dengan memfoto masalah yang ada, pilih kategori permasalahan
dan memberikan keterangan permasalahan, kemudian diposting dan akan
langsung masuk ke aparat yang berwenang untuk menindaklanjuti. Masyarakat
sebagai pelapor juga dapat memantau proses pelaporannya. Tujuan penelitian ini,
untuk menganalisis kebijakan Jakarta Smart City melalui aplikasi Qlue yang
sudah sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
Untuk menganalisis kebijakan tersebut, penelitian ini menggunakan teori
kebijakan publik sebagai teori utama, kemudian teori mengenai good governance
dan smart city menurut Boyd Cohen digunakan sebagai teori pendukung untuk
memperkuat teori utama. Menggunakan metode kualitatif dengan melakukan
wawancara dan analisis tabel, dapat mengetahui sejauhmana prinsip-prinsip good
governance dalam kebijakan Jakarta Smart City melalui aplikasi Qlue di DKI
Jakarta ini terlaksana. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan
Jakarta Smart City melalui aplikasi Qlue tahun 2016 telah berjalan dengan baik
dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
Kata Kunci: Good Governance, Kebijakan Publik, Smart City, Qlue, Jakarta
Smart City
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan baik. Rasa syukur tiada henti penulis ucapkan tatkala dapat menyelesaikan
salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Ilmu
Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Good Governance dalam Kebijakan
Jakarta Smart City melalui Aplikasi Qlue Tahun 2016” memberikan gambaran
secara umum tentang teori good governance dalam serangkaian kebijakan yang
dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam
menyusun skripsi ini bukan semata-mata karena kemampuan individu penulis
saja, melainkan karena tuntunan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu melalui skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, beserta seluruh staf dan jajarannya.
2. Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf dan jajarannya.
3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu Politik FISIP
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
4. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Agus Nugraha, MA, selaku dosen pembimbing yang bersedia
meluangkan waktu dan arahannya untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu, wawasan selama
masa perkuliahan.
7. Setiaji, selaku Kepala Unit Jakarta Smart City. Terima kasih atas waktu dan
kesempatannya untuk penulis dapat langsung bertemu sapa untuk
wawancara dan mendapatkan data penelitian.
8. Hidayatullah, selaku Camat Tanah Abang dan Agus, selaku Lurah Menteng.
Terima kasih atas waktu dan kesempatannya untuk penulis dapat melakukan
wawancara terkait penelitian ini.
9. Whisnu Prabowo dan Aghreini, selaku Staf dari Jakarta Smart City. Terima
kasih karena telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang
dibutuhkan untuk penelitian ini dan telah mengatur waktu untuk melakukan
wawancara dengan kepala unit Jakarta Smart City.
10. PT. Qlue Indonesia, karena telah berkenan untuk menjawab pertanyaan
wawancara dari penulis.
11. Orang tua tercinta, Hasanuddin dan Khudzaifah. Tanpa doa dan dukungan
mereka berdua penulis tidak akan sampai di titik ini. Terima kasih juga
untuk Mas Afrizal Kholiq karena telah mengingatkan penulis untuk terus
viii
mengerjakan penelitian ini sampai selesai, dan juga tidak lupa untuk Tante,
Virga dan Puput karena telah menjadi pelipur lara bagi penulis saat penulis
merasa jenuh dan bosan saat mengerjakan skripsi di rumah.
12. Yuni Purwati, terima kasih atas doa, waktu, tenaga, dan pemikirannya, serta
kesabaran, juga atas dukungan dan dorongannya saat penulis merasa jenuh
dan bosan dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Sidik, Awal, Daus, Ari, Rizki, Andri, Irfan, Firman, Wiyandi, Putra dan
teman-teman yang lain karena telah memberikan masukan bagi penulis
dalam penelitian ini dan juga telah menghibur penulis saat jenuh dalam
menyusun penelitian ini.
14. Cahyo Eko, M. Himawan Adi Nugroho, dan Allenia Kimalaksmy, sahabat
yang selalu memberikan warna lain dalam kehidupan penulis. Terima kasih
atas segala keikhlasan kalian dalam menerima segala sifat buruk penulis
ketika dalam masa sulit.
15. Teman-teman Program Studi Ilmu Politik, kelas A, angkatan 2013 Riza
Abdul Aziz, Muhammad Syahid Hasan, Aldo Serena dan teman-teman lain
yang tidak dapat penulis tuliskan satu-satu. Terima kasih telah memberi
warna di kehidupan kelas selama perkuliahan berlangsung empat tahun ini.
Jakarta, 06 November 2017
Guntur Indrayana
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................ ii
PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI ............................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Pernyataan Masalah ....................................................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah ....................................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 10
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 10
E. Metode Penelitian ........................................................................................ 14
E.1. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 14
E.2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................ 14
E.2.1. Data Primer ..................................................................................... 14
E.2.2. Data Sekunder ................................................................................. 15
E.3. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 15
E.4. Analisis Data Penelitian ...................................................................... 15
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 16
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP .................................................... 18
A. Kebijakan Publik ........................................................................................ 18
A.1. Definisi Kebijakan Publik ................................................................... 18
A.2. Tahapan Kebijakan Publik .................................................................. 20
A.3. Implementasi Kebijakan Publik .......................................................... 22
B. Good Governance ........................................................................................ 24
B.1. Definisi Good Governance ................................................................. 24
B.2. Prinsip-prinsip Good Governance ...................................................... 25
x
B.3. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial .............................. 27
C. Kebijakan Publik dalam Good Governance ................................................ 29
D. Smart City .................................................................................................... 32
BAB III PROFIL PEMERINTAHAN DKI JAKARTA DAN KONSEP SMART
CITY ...................................................................................................................... 35
A. Sejarah DKI Jakarta ..................................................................................... 35
B. Kebijakan-kebijakan yang Telah ditetapkan Oleh Gubernur DKI Jakarta dan
Masih Berlaku Hingga Saat Ini ........................................................................ 39
C. Konsep Jakarta Smart City .......................................................................... 42
C.1. Latar Belakang Terbentuknya Jakarta Smart City .............................. 42
C.2. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Tugas (UPT) Jakarta Smart City 47
C.3. Aplikasi Pendukung Jakarta Smart City ............................................. 49
BAB IV ANALISIS GOOD GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PUBLIK ATAS
PENERAPAN JAKARTA SMART CITY MELALUI APLIKASI QLUE
TAHUN 2016 ........................................................................................................ 54
A. Penerapan Kebijakan Jakarta Smart City .................................................... 54
A.1. Implementasi Pergub No. 280 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Jakarta Smart City ........................ 54
A.2. Implementasi Insgub No. 223 Tahun 2015 tentang Penggunaan
Aplikasi Jakarta Smart City di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 59
A.3. Penerapan Teknologi yang dimanfaatkan Jakarta Smart City ............ 62
B. Penerapan Prinsip Good Governance dalam Kebijakan Jakarta Smart City
Melalui Aplikasi Qlue tahun 2016 ................................................................... 66
B.1. Partisipasi ............................................................................................ 69
B.2. Transparansi ........................................................................................ 73
B.3. Responsif ............................................................................................ 76
B.4. Efektivitas dan Efisiensi ..................................................................... 80
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 83
A. Kesimpulan ......................................................................................... 83
B. Saran ................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85
xi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Luas area, Jumlah Kecamatan, dan Kelurahan .................................. 37
Tabel III.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun 2010-
2015 ....................................................................................................................... 37
Tabel IV.1. Summary Data per Kategori Melalui Aplikasi Qlue pada 2016 ........ 68
Tabel IV.2. Pengguna Aplikasi Qlue Tahun 2016 ................................................ 70
Tabel IV.3. Laporan Dinas per Kuartil 2016 Melalui Aplikasi Qlue.................... 77
Tabel IV.4. Summary Data per Kategori Melalui Aplikasi Qlue pada 2016 ........ 81
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1. Sinergisitas Enam Pilar Smart City dengan Dinas-dinas di DKI
Jakarta ................................................................................................................... 44
Gambar III.2. Susunan Organisasi Unit Pengelola Jakarta Smart City................. 48
Gambar III.3. Aplikasi Pendukung Jakarta Smart City......................................... 49
Gambar IV.1. Susunan Organisasi Unit Pengelola Jakarta Smart City ................ 58
Gambar IV.2. Laporan Melalui Aplikasi Qlue...................................................... 71
Gambar IV.4. Laporan yang Selesai ditindaklanjut .............................................. 73
Gambar IV.5. Laporan yang sedang dalam Proses ............................................... 74
Gambar IV.6. Laporan yang Belum ditindaklanjut ............................................... 75
Gambar IV.7. Petugas Menindaklanjuti sebuah Laporan yang Masuk di Aplikasi
Qlue ....................................................................................................................... 78
Gambar IV.8. Grafik Rerata Waktu Penyelesaian per Laporan 2016 ................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan tentang pernyataan dan pertanyaan masalah yang
melatarbelakangi pembahasan kebijakan smart city dalam mewujudkan good
governance, studi aplikasi Qlue sebagai aplikasi pendukung Jakarta Smart City
tahun 2016. Juga dipaparkan tentang tujuan dan manfaat, beberapa tinjauan
pustaka serta metode penelitian (yang menggunakan metode penelitian kualitatif)
untuk mendukung kelengkapan dari penelitian ini.
A. Pernyataan Masalah
Saat ini pelaksanaan good governance bukan lagi menjadi tuntutan,
melainkan sudah menjadi kebutuhan bagi setiap kota atau negara. DKI Jakarta
sebagai ibukota negara harus dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam
menerapkan good governance. Sebagai daerah otonom tingkat provinsi, DKI
Jakarta memiliki kewenangan yang mencakup seluruh urusan pemerintahan,
kecuali urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, agama, serta bagian-bagian dari urusan pemerintahan lain yang
menjadi wewenang pemerintah sebagaimana diatur dalam perundang-undangan,
dan urusan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota
Negara Republik Indonesia. Lahirnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007
telah memberikan kewenangan pada DKI Jakarta untuk melakukan pengelolaan
dan memajukan masyarakat dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam
2
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan DKI
Jakarta sebagai daerah otonom, pencapaian tingkat kesejahteraan dapat
diwujudkan secara lebih cepat yang pada akhirnya akan mendorong kemandirian
masyarakat.1 Selain itu, juga menjadi salah satu instrumen dalam merefleksikan
keinginan pemerintah untuk menjalankan tata pemerintahan yang baik dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator
otonomi daerah yang mencakup upaya penegakan hukum, transparansi dan
penciptaan partisipasi.
Dalam mewujudkan hal tersebut munculah konsep good governance. Good
governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik, yang merupakan konsep
dalam mewujudkan suatu pemerintahan yang sehat dan bersih. Good governance
perlu diimplementasikan dalam rangka mewujudkan suatu pemerintahan yang
baik dan bersih, dengan lebih mengedepankan prinsip partisipasi, transparansi,
dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan
negara, sebagai sebuah kosekuensi dari sistem demokrasi yang berjalan. Oleh
karena itu, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas yang tepat, jelas dan nyata sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
guna, bersih dan bertanggungjawab.
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.
3
Dalam upaya mewujudkan good governance, Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta memanfaatkan teknologi. Perkembangan teknologi yang
mengglobal menuntut kita untuk bisa menyesuaikan diri agar tidak menjadi pihak
yang terbelakang. Untuk itu Pemprov DKI Jakarta menciptakan sebuah kebijakan
dengan program Jakarta Smart City (JSC). JSC ini merupakan sebuah program
yang akan menjadikan Ibukota DKI Jakarta menjadi sebuah kota yang cerdas,
efisien, inovatif dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Dalam studi manajemen dan kebijakan publik, teknologi dipandang sebagai
instrumen untuk membantu dan mengelola keterbatasan rasional, dengan
menawarkan fasilitas dan alat bantu dalam proses pembuatan keputusannya.
Perkembangan penggunaan TIK dalam sektor publik sudah berkembang sejak
tahun 90-an dengan istilah electronic government atau digital government. Tren
penggunaan TIK dalam sektor publik dengan kemasan e-government dipicu oleh
keberhasilan e-commerce/e-business dari sektor privat. E-commerce tersebut
menjanjikan keunggulan kompetitif, efisiensi, dan kemudahan layanan, sehingga
sektor publik berupaya untuk mengadopsi implementasi e-commerce/e-business
dalam pengelolaan urusan publik.2
Secara global, adopsi e-government didukung oleh berbagai macam
organisasi internasional. Seperti United Nation (UN) melalui Department of
Economics and Social Affairs sejak tahun 2003 yang melakukan survei mengenai
tingkat kinerja e-government di berbagai negara dunia. Hasil survei 2016,
menyebutkan bahwa penggunaan e-government mengalami perkembangan sangat
2 Arif Budy Pratama, Citra Pemerintah di Era Digital Tiplogi dan Manajemen Reputasi
(Yogyakarta: Gava Media, 2017), hal. 11-12.
4
pesat. Pada 2003 terdapat 45 negara yang menyediakan platform pusat layanan
dan 33 negara memberikan fasilitas transaksi online dalam pelayanan publik. Pada
2016, sebanyak 90 negara sudah menyediakan layanan portal terpadu untuk
informasi publik atau pelayanan online dan 148 negara menyediakan layanan
transaksi online. Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) menyebutnya sebagai transformasi digital dalam sektor publik. OECD
menilai e-government lebih melihat kesuksesan program dari tiga aspek yaitu
transparansi dan pelibatan masyarakat, tata kelola dan koordinasi antar institusi,
serta kapasitas implementasi. Penilaian dengan memberikan skoring, dan rating
mengindikasikan bahwa e-government menjadi tren dalam transformasi global
manajemen tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).3 Pada
dasarnya konsep e-government ini merupakan suatu mekanisme interaksi
pemerintah dan masyarakat dengan menggunakan media sistem informasi yang
menggunakan fasilitas intenet, yang bertujuan untuk memberikan informasi dan
data kepada masyarakat secara mudah, cepat, serta meningkatkan kualitas
pelayanan e-government.
Seiring dengan berkembangnya TIK dan tuntutan masyarakat dalam
penyediaan pelayanan publik, praktik e-government juga mengalami
perkembangan yang berimbas terhadap pola interaksi, aktor, konten, dan konteks
implementasinya. Ada dua perkembangan pola interaksi yaitu cataloguing dan
transactions di mana tahap pertama adalah penyediaan informasi publik pada web
pemerintah, sedangkan tahap kedua meliputi fasilitas untuk bertransaksi dalam
3 Ibid., hal. 12-13.
5
pelayanan publik. Pada penjelasan lebih lanjut, tahap ini ditujukan pada konsep
one-stop-service secara online bagi warga negara.4
Dalam ranah e-government, muncul terminologi government 2.0 sebagai
istilah penggunaan teknologi web 2.0 oleh pemerintah dalam interaksi dengan
warga negaranya yang memungkinkan adanya interaksi dua arah dengan prinsip
keterbukaan, responsivitas, dan akuntabilitas. Dalam konteks tata kelola
pemerintahan, government 2.0 secara lebih nyata terlihat pada penggunaan media
sosial dalam aktivitas kebijakan dan pelayanan publik.5
Indonesia menjadi salah satu negara yang telah menerapkan e-government
dan e-government 2.0 tersebut. Ini sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres)
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan E-government. Dalam menyederhanakan akses ke semua
informasi, layanan publik pemerintah dapat mengoptimalkan pemanfaatan
kemajuan teknologi untuk mempermudah proses birokrasi, serta membentuk
jaringan sistem proses kerja secara terpadu. Dengan demikian, lembaga
masyarakat dan pihak berkepentingan lainnya dapat memanfaatkan informasi dan
layanan pemerintah secara optimal dan cepat melalui proses transformasi menuju
e-government.6
Selanjutnya dalam pengaplikasian e-government 2.0, DKI Jakarta salah satu
daerah yang sudah menerapkannya, yang digagas pada masa pemerintahan
Gubernur Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama
4 Ibid., hal. 15.
5 Ibid., hal. 2.
6 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-government.
6
(Ahok). Jokowi menggagas adanya program Jakarta Smart City (JSC), yang
kemudian diperbarui sistemnya oleh Ahok. Konsep smart city di DKI Jakarta ini
dibuat berdasarkan enam pilar, yaitu smart government, smart people, smart
living, smart mobility, smart economy, dan smart environment, yang pada
hakikatnya konsep smart city harus bermanfaat untuk seluruh masyarakat agar
mendapatkan hidup yang lebih baik. Konsep smart city ini dimulai dengan open
data. Data mengenai segala informasi di DKI Jakarta disajikan di portal resmi
JSC dengan lebih transparan dan mudah diakses oleh masyarakat umum.
Untuk tetap mendukung terciptanya good governance di Pemprov DKI
Jakarta, Ahok juga mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Provinsi DKI
Jakarta Nomor 280 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pengelola Jakarta Smart City, sebagai pelaksana JSC di bawah tanggung
jawab Dinas Komunikasi dan Informasi Masyarakat (Dinas Kominfomas) yang
berkantor di lantai 3 Gedung Balaikota. Selain itu, untuk memperkuat Pergub dan
pelaksanaan program JSC, Gubernur Ahok kembali mengeluarkan Instruksi
Gubernur (Insgub) Nomor 223 Tahun 2015 tentang Penggunaan Aplikasi Jakarta
Smart City di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Insgub ini
mewajibkan seluruh pegawai pemprov DKI Jakarta untuk mengunduh aplikasi
JSC di smartphone-nya, kemudian menggunakannya untuk menambah informasi
dan potensi yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan bidangnya. Serta
untuk memantau dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik
(menindaklanjuti laporan dari masyarakat).
7
Sejak dikeluarkannya Pergub Nomor 280 Tahun 2014, gubernur
menginginkan DKI Jakarta sebagai kota yang berbasis data, di mana
masyarakatnya tidak perlu susah-susah untuk mencari informasi tentang DKI
Jakarta. Karena itulah Ahok mulai mengumpulkan segala macam informasi yang
ada di DKI Jakarta untuk kemudian disatukan ke dalam sebuah sistem, yang
kemudian menjadi sebuah program yang bernama “Jakarta Smart City”. Laporan-
laporan yang disampaikan oleh masyarakat, akan diproses oleh unit pengelola JSC
dengan mengelompokan laporan-laporan tersebut berdasarkan wilayahnya.
Laporan-laporan yang telah dikelompokan berdasarkan wilayah, nanti langsung
menjadi notification atau pemberitahuan bagi pejabat pemerintahan di wilayah
tersebut untuk segera ditindaklanjuti oleh dinas-dinas terkait sesuai dengan yang
dilaporkan masyarakat.
Dalam menunjang penggunaan JSC, Pemprov DKI Jakarta bekerjasama
dengan PT. Qlue Performa Indonesia. Pada 2014, perwakilan Pemprov DKI
Jakarta mengajak Rama, CEO Qlue saat ini, dan timnya untuk bertemu langsung
dengan Gubernur DKI Jakarta, Ahok. Pada saat itu, Ahok mengatakan bahwa
beliau membutuhkan solusi untuk menyatukan semua data di DKI Jakarta secara
mudah. Rama kemudian memberikan gagasan tambahan. Daripada sebatas
mengambil data internal, akan lebih baik jika Pemprov DKI Jakarta juga
mengumpulkan data dan masukan dari masyarakat melalui media sosial khusus
warga. Lebih lengkap lagi, TerralogiQ7 ingin mendorong penggunaan perangkat
Internet of Things (IoT) yang sudah dimiliki oleh JSC, antara lain, lampu pintar
7 TerralogiQ adalah sebutan teknologi aplikasi berbasis data sebelum nama aplikasi Qlue
terbentuk.
8
(terhubung langsung ke command center Pemprov DKI Jakarta), kotak sampah
pintar (bisa memberi alert ke Dinas Kebersihan kalau sudah terisi penuh),
detektor polusi udara, dan kamera CCTV yang bisa menghitung.8 Setelah resmi
bekerjasama, Qlue menjadi aplikasi penunjang JSC selama 10 tahun.
Aplikasi Qlue pada dasarnya merupakan aplikasi penopang kinerja untuk
JSC. Qlue berperan dalam menampung aspirasi masyarakat dan laporan-laporan
permasalahan yang ada di DKI Jakarta, yang nantinya akan masuk ke dalam
sistem Cepat Respon Opini Publik (CROP) pada website JSC. Sistem CROP
inilah yang nantinya akan memetakan segala laporan yang masuk dari aplikasi
Qlue untuk di kelompokan ke wilayah-wilayah tempat pelaporan. Laporan-
laporan yang masuk ini kemudian bisa dilihat melalui aplikasi JSC di smartphone
atau website resmi JSC, smartcity.jakarta.go.id. Laporan yang masuk melalui
aplikasi Qlue, langsung terhubung oleh pejabat-pejabat pemerintahan yang juga
menggunakan aplikasi Qlue tersebut. Untuk kemudian ditindaklanjuti oleh dinas-
dinas terkait menurut jenis permasalahan yang dilaporkan oleh masyarakat.
Portal JSC dan aplikasi Qlue ini memanfaatkan web 2.0 yang dapat
digunakan baik dari sisi internal maupun eksternal institusi. Keduanya adalah
platform berbasis web yang menyediakan layanan curahan hati (curhat), atau lebih
tepatnya tempat melapor warga DKI Jakarta mengenai kondisi pelayanan publik
di lingkungannya. Secara internal laporan masyarakat ini dapat dijadikan basis
data untuk analisis dan evaluasi kinerja unit Satuan Kerja/Organisasi Perangkat
Daerah dan pemetaan kondisi pelayanan publik di DKI Jakarta. Basis data yang
8 Infokomputer, “TerralogiQ: Andalkan Solusi Pemetaan, Fokus Garap Smart City” dalam
https://www.infokomputer.com/, 27 Januari 2016.
9
jumlahnya sangat besar yang dikenal dengan sebutan big data dapat dimanfaatkan
sebagai input yang diolah lebih lanjut dalam desain kebijakan baik itu internal
maupun eksternal pemerintah provinsi. Dalam perspektif eksternal, sebagai sarana
atau wadah penyediaan informasi dan pengaduan masyarakat yang sangat efektif
dan transparan yang secara signifikan meningkatkan responsivitas pemerintah
dalam memberikan pelayanan publik yang sebaik-baiknya.9
Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji tentang
penerapan portal JSC dalam memberikan informasi digital kepada publik, dan
aplikasi Qlue sebagai tempat pelaporan masyarakat dan penunjang kinerja
program JSC itu sendiri. Keduanya saling berkaitan satu sama lain dalam
menopang kinerja Pemprov DKI Jakarta untuk menuju tata kelola pemerintahan
yang baik. Juga memudahkan Pemprov DKI Jakarta dalam berinteraksi dengan
masyarakat dan sekaligus memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, judul penelitian yang diambil adalah: “Good
Governance dan Kebijakan Publik (Studi atas Penerapan Jakarta Smart City
Melalui Aplikasi Qlue Tahun 2016)”.
B. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan dari pernyataan masalah tersebut, maka dirumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1. Bagaimanakah penerapan good governance dalam kebijakan Jakarta Smart
City melalui aplikasi Qlue tahun 2016?
9 Ibid., hal. 31.
10
C. Tujuan dan Manfaat
Dari perumusan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui tentang penerapan good governance dalam kebijakan Jakarta
Smart City melalui aplikasi Qlue di tahun 2016.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh berdasarkan penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu politik khususnya tentang kebijakan publik dan
good governance.
2. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai
kegunaan yang positif bagi masyarakat sebagai informasi awal bagi
kajian-kajian serupa di masa mendatang, terutama bagi penelitian
mengenai kajian kebijakan publik dan good governance.
3. Manfaat Akademis: Memberikan sumbangan terhadap ilmu politik,
khususnya yang menyangkut dengan kebijakan publik. Sebagai salah satu
bahan bagi peneliti lain yang juga ingin meneliti tentang penerapan
Jakarta Smart City melalui aplikasi Qlue.
D. Tinjauan Pustaka
Ada sejumlah penelitian yang di mana analisanya terkait dengan
implementasi kebijakan publik terhadap pelaksanaan good governance di DKI
Jakarta. Terdapat lima kajian literature review penelitian yang penulis anggap
cukup relevan untuk dijadikan bahan tinjauan pustaka.
11
Pertama, penelitian Muhammad Hafidz Tamjidi10
yang menganalisis peran
gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam menjalankan
reformasi birokrasi bidang Sumber Daya Manusia (SDM) di DKI Jakarta. Hafidz
menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang paling menonjol pada diri Ahok
adalah gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional, seperti kebijakan
menaikkan nilai Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang merupakan ciri dari
konsep reward milik gaya kepemimpinan transaksional. Lalu mengenai kebijakan
lelang jabatan dalam rangka menjaring aparatur yang sesuai kompetensi untuk
menduduki sebuah jabatan yang berarti Ahok telah memobilisasi SDM
aparaturnya meninggalkan pola “urut kacang”.
Kedua, penelitian Dinar Annisa Susanti11
yang menganalisis kebijakan
lelang jabatan pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta tahun 2013 dalam
rangka good governance. Dinar menemukan sistem lelang jabatan telah berjalan
dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan dengan para camat dan lurah yang lulus
ujian lelang jabatan, dan menduduki jabatan tersebut, berdampak pada
peningkatan pemberian pelayanan publik di lingkungan kecamatan dan kelurahan.
Lelang jabatan merupakan salah satu bentuk reformasi birokrasi, sebab dengan
adanya lelang jabatan dapat meningkatkan kinerja para pejabat agar pelayanan
berjalan dengan baik. Dengan adanya lelang jabatan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan mutu kinerja di DKI Jakarta.
10
Muhammad Hafidz Tamjidi, “Analisis Gaya Kepemimpinan Basuki Tjahja Purnama
(Ahok) dalam Menjalankan Reformasi Birokrasi Bidang Sumber Daya Manusia di DKI Jakarta”,
(Skripsi S1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2016). 11
Dinar Annisa Susanti, “Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di
DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance”, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).
12
Ketiga, penelitian Silvany Yohana12
yang menganalisis formulasi kebijakan
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pendirian Perusahaan
Air Minum Daerah (PDAM) Kota Depok. Silvany melihat adanya manfaat dari
Perda Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pendirian PDAM Kota Depok merupakan
salah satu bentuk kebijakan yang diambil guna meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan air bersih bagi seluruh masyarakat kota Depok dan
memberikan manfaat berupa penambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk
Kota Depok. Sayangnya kebijakan ini belum bisa diterapkan sepenuhnya.
Sehingga untuk dapat menerapkan kebijakan tersebut diperlukan konsistensi dan
kemauan yang keras dari pemerintah Kota Depok.
Keempat, penelitian Erna Budiarti13
yang menganalisis implementasi
kebijakan pengelolaan sampah di Kota Tangerang Selatan. Erna melihat awal
permasalahan sampah di Kota Tangerang Selatan dimulai dari adanya sikap
Pemerintah Kabupaten Tangerang yang secara mendadak dan sepihak
memutuskan kerjasama pengolahan sampah pada Desember 2009 di saat
pemerintahan definitif Tangerang Selatan belum terbentuk. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah yang menggunung di sejumlah
titik karena tidak terangkut oleh mobil sampah. Untuk menangani penumpukan
sampah tersebut, Pemerintah Kota Tangerang Selatan melakukan beberapa
langkah penanganan, di antaranya dengan kegiatan sosialisasi pengelolaan
sampah, penambahan armada truk pengangkut sampah, pembangunan Tempat
12
Silvany Yohana, “Analisis Formulasi Kebijakan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10
Tahun 2011 tentang Pendirian Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kota Depok”, (Skripsi S1,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Depok, 2012). 13
Erna Budiarti, “Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kota Tangerang
Selatan”, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Depok, 2012).
13
Pembuangan Akhir (TPA) di Cipeucang, dan dibuatnya Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Sampah sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sampah.
Kelima, karya ilmiah yang ditulis Sandra Olivia dan Dumilah Ayuningtyas14
yang berjudul “Analisis Politik dan Kebijakan Pembiayaan Rumah Sakit
Pemerintah DKI Jakarta.” Jurnal ini menjelaskan bahwasanya ada keterkaitan
antara status kelembagaan rumah sakit dengan pola pembiayaan kesehatan. Besar
alokasi serta ketepatan turunnya dana subsidi APBD masih menjadi masalah bagi
rumah sakit pemerintah. Ditambah lagi dengan terjadinya keterlambatan
pembayaran dana gakin sehingga mengganggu kegiatan operasional rumah sakit.
Fungsi sosial rumah sakit pemerintah menyebabkan tarif pelayanan ditetapkan
tidak sesuai berdasarkan unit cost sebenarnya, sehingga tarif yang berlaku adalah
di bawah unit cost. Peningkatan APBD DKI Jakarta belum diiringi dengan
peningkatan dana pada alokasi urusan kesehatan, akan tetapi alokasi dana untuk
rumah sakit cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Penelitian ini berupaya memberikan sumbangsih ilmu terkait dengan
penggunaan portal JSC dan penerapan aplikasi Qlue di DKI Jakarta. Karena ini
merupakan terobosan baru dikalangan pemerintah di mana masyarakat ikut
terlibat dalam hal pengawasan serta proses pembangunan di daerah. Melalui
aplikasi Qlue juga komunikasi antara setiap warga bisa terjalin, karena masyarakat
pengguna aplikasi Qlue bisa saling berinteraksi satu sama lain, dan bisa ikut
14
Sandra Olivia dan Dumilah Ayuningtyas, “Analisis Politik dan Kebijakan Pembiayaan
Rumah Sakit Pemerintah DKI Jakarta”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 3
(Depok: Universitas Indonesia, Desember 2010).
14
mengawasi proses pembangunan dengan memberi penilaian kepada kinerja dari
dinas-dinas terkait di pemerintahan.
E. Metode Penelitian
E.1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan ini adalah
pendekatan kualitatif. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan secara
deskriptif dengan menggunakan data yang berasal dari buku, jurnal ilmiah, artikel
atau berita yang berasal dari media internet. Hal tersebut digunakan untuk
memudahkan dalam memahami segala macam konteks yang terkandung di
dalamnya.
Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif menghasilkan prosedur
analisis dan tidak menggunakan analisis data statistik atau cara kuantifikasi
lainnya. Secara prosedur menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.15
E.2. Sumber dan Jenis Data
E.2.1. Data Primer
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang dilakukan
oleh subyek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adanya informan yang berkenan
dengan variabel yang diteliti.16
Data ini diperoleh langsung oleh pihak-pihak yang
mempunyai informasi lengkap sesuai dengan kebutuhan peniliti yaitu seperti
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal.
4. 16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 2010) hal. 22.
15
mendapatkan informasi langsung dari pihak aparatur pemerintah yang terkait
dengan pengelolaan Jakarta Smart City dan aplikasi Qlue di DKI Jakarta.
E.2.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis
(tabel, catatan, notulen rapat), foto-foto, film, rekaman video dan lain-lain yang
dapat memperkaya data primer.17
E.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di dalam penulisan dilakukan dengan cara
wawancara dan interview secara langsung dengan bagian-bagian yang
berpengaruh terhadap implementasi pengelolaan program Jakarta Smart City dan
penerapan aplikasi Qlue di DKI Jakarta, yaitu:
1. Setiaji, Kepala Unit Pelaksana Tugas Jakarta Smart City.
2. Hidayatullah, Camat Tanah Abang.
3. Agus, Lurah Menteng.
4. Pihak Qlue melalui E-mail.
Dalam teknik pengumpulan data, juga dilakukan dokumentasi yang
diperlukan untuk mempermudah penulis menemukan jawaban dari permasalahan
yang diangkat, dengan mengumpulkan bahan pustaka dari tabel yang didapat,
internet dan dokumen-dokumen instansi yang terkait dengan penelitian ini.
E.4. Analisis Data Penelitian
Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan, digunakan teknik analisis
deskriptif. Analisis deskriptif kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
17
Ibid.,
16
mendeskripsikan secara terperinci mengenai peran pemerintah dan masyarakat
terhadap implementasi pengelolaan portal Jakarta Smart City dan penerapan
aplikasi Qlue di DKI Jakarta. Juga menggunakan model analisis interaktif. Model
ini terdiri atas tiga kegiatan utama, yaitu:18
1. Proses reduksi data dengan melakukan proses pemilihan terhadap data-
data yang terkumpul dan memusatkan perhatian pada penyederhanaan,
abstraksi, dan tranformasi data kasar;
2. Proses penyajian data melalui penyusunan data yang memungkinkan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan;
3. Penarikan kesimpulan itu sendiri.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami isi dari penelitian ini, penulisan skripsi ini
dibagi menjadi lima bab. Tiap bab di dalamnya terdiri dari beberapa sub bab.
Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
Bab I. Pada bab ini peneliti memaparkan permasalahan yang
melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait dalam
penelitian kebijakan Jakarta Smart City dalam mewujudkan good governance di
DKI Jakarta, berdasarkan metode penelitian pendekatan kualitatif.
Bab II. Pada bab ini dipaparkan mengenai teori dan konsep yang
dipergunakan dalam pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi
ini yaitu kebijakan Jakarta Smart City dalam mewujudkan good governance di
DKI Jakarta. Dengan menggunakan landasan teoritis tentang good governance,
kebijakan publik, dan pelayanan publik.
18
Cahyadi Indrananto, “Pemimpin Daerah sebagai Agen: Dramaturgi dalam Komunikasi
Politik Walikota Solo Joko Widodo,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia, Jakarta, 2012), hal. 50.
17
Bab III. Pada bab ini membahas tentang gambaran umum atau profil
mengenai provinsi DKI Jakarta, dan gambaran umum tentang Jakarta Smart City,
serta kebijakan-kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait good
governance.
Bab IV. Pada bab ini merupakan bagian yang berisikan tentang analisis hasil
penelitian dari kebijakan Jakarta Smart City dalam mewujudkan good
governance, studi Qlue sebagai aplikasi pendukung Jakarta Smart City tahun
2016.
Bab V. Pada bab ini menyimpulkan pembahasan mengenai temuan
penelitian skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan
kebijakan Jakarta Smart City dalam mewujudkan good governance di DKI
Jakarta. Selanjutnya di bab penutup ini terdapat pula saran dan kritik bagi para
penelitian selanjutnya.
18
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
Pada bab ini dibahas mengenai teori utama dan teori pendukung untuk
menganalisis penerapan good governance dalam kebijakan Jakarta Smart City
melalui aplikasi Qlue tahun 2016.
Adapun teori utama menggunanakan teori kebijakan publik untuk
menjelaskan tentang kebijakan Pemprov DKI Jakarta dalam membuat programa
Jakarta Smart City, yang kemudian didukung dengan teori good governance untuk
menganalisis sejauhmana pemanfaatan portal Jakarta Smart City (JSC) dan
aplikasi Qlue dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di DKI
Jakarta tahun 2016.
A. Kebijakan Publik
A.1. Definisi Kebijakan Publik
Secara umum istilah kebijakan atau “policy” digunakan untuk menunjuk
perilaku seorang aktor atau sejumlah aktor dalam suatu bidang tertentu. Menurut
James Anderson dalam bukunya Public Policy Making, memberikan definisi
kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor
yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.
Konsep dari kebijakan ini menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya
dikerjakan daripada apa yang diusulkan atau dimaksud. Inilah yang membedakan
kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan pilihan di antara beberapa
19
alternatif yang ada. Menurut David Easton, “public policy is the authoritative
allocation of values for the whole society” (kebijakan publik adalah
pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat).1
Maksudnya adalah kebijakan publik tidak hanya berupa apa yang dilakukan oleh
pemerintah, akan tetapi juga apa yang tidak dikerjakan oleh pemerintah karena
keduanya sama-sama membutuhkan alasan-alasan yang harus
dipertanggungjawabkan.
Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang
banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang
otoritas publik. Menurut Anderson, konsep kebijakan publik ini memiliki
beberapa implikasi, yakni:2 pertama, titik perhatian kita dalam membicarakan
kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara
serampangan. Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern, bukan
sesuatu yang terjadi begitu saja melainkan telah direncanakan oleh aktor-aktor
yang terlibat di dalam sistem politik.
Kedua, kebijakan merupakan suatu arah atau pola tindakan yang dilakukan
oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang
tersendiri. Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan
undang-undang mengenai suatu hal, tetapi juga keputusan-keputusan beserta
dengan pelaksanannya.
Ketiga, kebijakan adalah apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah
dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan
1 Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014), hal. 35.
2 Budi Winarno, Kebijakan Publik Teori dan Proses (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007),
hal. 21.
20
perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Jakarta Smart
City merupakan terobosan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan yang
ingin dicapai adalah berhasil mengumpulkan seluruh informasi-informasi yang
ada di DKI Jakarta, sehingga mudah diakses oleh warga DKI Jakarta untuk lebih
mengenal Ibukota Jakarta.
Pada hakikatnya, kebijakan publik merupakan kewenangan yang dimiliki
pemerintah, baik di pusat maupun daerah, untuk melakukan intervensi terhadap
kehidupan masyarakat agar berjalan teratur, tertib, dan sejahtera. Kewenangan
pemerintah ini meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Tidak ada satupun
organisasi lain yang dapat menyerupai kewenangan seperti itu. Karena kebijakan
publik memiliki kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk
mematuhinya (memiliki hak otokratif), tidak bersifat spesifik dan sempit, tetapi
luas dan strategis. Oleh karena itu, berfungsi sebagai pedoman umum untuk
keputusan-keputusan khusus di bawahnya.3
A.2. Tahapan Kebijakan Publik
Dalam penetapan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, terdapat suatu
proses yang berkesinambungan antara tahap satu dengan tahap lainnya. Tahap-
tahap kebijakan publik menurut William Dund meliputi beberapa kegiatan, yaitu:4
1. Tahap penyusunan agenda: Para pejabat yang dipilih dan diangkat
menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak
disentuh sama sekali atau ditunda dalam waktu yang lama, sementara
masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan.
3 Anggara, Kebijakan Publik, hal. 35.
4 Winarno, Kebijakan Publik, hal. 20-21.
21
2. Tahap formulasi kebijakan: Para pejabat merumuskan alternatif
kebijakan untuk mengatasi masalah. Alternatif kebijakan melihat
perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan
legislatif. Pada tahap ini masing-masing aktor akan “bermain” untuk
mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
3. Tahap adopsi kebijakan: Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus di antara direktur lembaga
atau keputusan peradilan.
4. Tahap implementasi kebijakan: Suatu program kebijakan hanya akan
menjadi catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan.
Kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan oleh unit-unit
administrasi yang memobilisasikan sumberdaya financial dan manusia.
Pada tahap implementasi, berbagai kepentingan akan saling bersaing.
Beberapa implementasi kebijakan mendapatkan dukungan dari para
pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para
pelaksananya.
5. Tahap evaluasi kebijakan: Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan
akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauhmana kebijakan yang
dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada
dasarnya dibuat untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran yang menjadi dasar untuk
menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan
atau tidak.
22
A.3. Implementasi Kebijakan Publik
Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, terdapat dua langkah pilihan
yang harus dipilih, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-
program atau melalui formulasi kebijakan turunan dari kebijakan publik tersebut.5
Konsep implementasi kebijakan secara garis besar bermakna sebagai pelaksaan
undang-undang yang telah ditetapkan pemerintah dan berbagai aktor politik untuk
bersama-sama menjalankan program-program yang berlaku demi mencapai tujuan
kebijakan tersebut.
Konsep implementasi menurut Ripley dan Franklin adalah apa yang terjadi
setelah pembuatan undang-undang ditetapkan, yang memberikan keuntungan atau
dengan adanya keluaran yang nyata (outcome).6 Ini artinya implementasi
merupakan sejumlah kegiatan yang di dalamnya terdapat program-program,
tujuan dan hasil yag diinginkan oleh pejabat pemerintah. Para birokrat khususnya
yang merupakan aktor pembuat kebijakan untuk sebuah program berjalan.
Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan tersebut, yang dikemukakan oleh
George C. Edwards yaitu:7
1. Komunikasi, dalam mengimplementasikan kebijakan ada tiga hal penting
dari proses komunikasi, di antaranya:
a. Transmisi, merupakan informasi tidak hanya disampaikan kepada
pelaksana kebijakan tetapi juga pada kelompok sasaran kebijakan.
5 Joko Widodo, Good Governance Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi (Surabaya: Insan Cendekia, 2007), hal. 191. 6 Winarno, Kebijakan Publik, hal. 35.
7 Ibid., hal 177-210
23
b. Konsistensi, yaitu informasi yang disampaikan harus konsisten
sehingga para pelaksana kebijakan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
c. Kejelasan, yaitu informasi yang disampaikan harus jelas dan mudah
dipahami untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana
kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam
implementasi kebijakan.
2. Sumber daya, merupakan faktor penting dalam melaksanakan kebijakan.
Sumber daya ini meliputi, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai,
informasi, wewenang dan fasilitas.
3. Perilaku para pelaksana kebijakan, merupakan sikap menerima atau
menolak suatu kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagaln dalam implementasi kebijakan.
Struktur birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam
organisasi yang menunjukan adanya bagian kerja serta adanya kejelasan
bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau
dikordinasikan. Struktur birokrasi mencakup lima implementator dalam
pelaksanaan kebijakan, yaitu birokrasi, lembaga legislatif, lembaga peradilan,
kelompok penekan dan organisasi masyarakat.
24
B. Good Governance
B.1. Definisi Good Governance
Menurut Pierre Landell-Mills & Ismael Seregeldin mendefinisikan “good
governance sebagai penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola
sumber daya demi pembangunan sosial ekonomi.”8 Sedangkan menurut Robert
Charlick mengartikan “good governance sebagai pengelolaan segala macam
urusan publik secara efektif melalui pembuatan peraturan dan/atau kebijakan yang
absah demi untuk mempromosikan nilai-nilai kemasyarakatan.”9
Istilah good governance pertama kali dipopulerkan oleh dua lembaga
internasional seperti World Bank dan United Nation Development Program
(UNDP). World Bank mendefinisikan “governance the way state power is used in
managing economic and social resources for development society”. Pengertian ini
menggambarkan bahwa governance adalah cara, yakni cara kekuasaan negara
untuk mengelola sumber-sumber daya ekonomi dan sosial guna pembangunan
masyarakat. Cara ini lebih menunjukkan pada hal-hal yang bersifat teknis.
Sejalan dengan pendapat World Bank, UNDP mengemukakan definisi
governance sebagai “the exercise of political, economic and administrative
authority to manage a nation’s affair at all levels.” Kata governance berarti
penggunaan atau pelaksanaan, yaitu penggunaan kewenangan politik, ekonomi
dan administratif untuk mengelola masalah-masalah nasional pada semua
tingkatan. Titik tekannya pada kewenangan, kekuasaan yang sah, atau kekuasaan
yang memiliki legitimasi. Berdasarkan pengertian tersebut, World Bank lebih
8 Pandji Santosa, Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance (Bandung:
Refika Aditama, 2008), hal. 130. 9Ibid.,
25
menekankan pada cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi
untuk kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih
menekankan pada aspek politik, ekonomi dan administratif dalam pengelolaan
negara.10
B.2. Prinsip-prinsip Good Governance
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-
prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur
kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah
bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Prinsip-
prinsip good governance menurut Lembaga Adminstrasi Negara (LAN) di
antaranya:11
a. Partisipasi. Partisipasi adalah asas yang berbentuk menyeluruh yang
dibangun berdasarkan prinsip demokrasi di mana masyarakat turut serta
dalam pengambilan keputusan baik langsung maupun tidak langsung.
melalui aplikasi Qlue masyarakat dapat melaporkan masalah-masalah
yang ada disekitar mereka sehingga memudahkan petugas untuk bekerja.
b. Penegakan Hukum. Dalam menuju pengelolaan pemerintahan yang
profesional harus didukung oleh aparatur penegakan hukum guna
menghindari partisipasi publik yang berubah menjadi tindakan yang
anarkis. Adapun unsur-unsur penegakan hukum sebagai berikut:12
1) Supremasi hukum.
10
Achmad Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education):
Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani (Jakarta: Indonesian Center for Civic
Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), hal. 198. 11
Ibid., hal. 199-204. 12
Ibid., hal. 201.
26
2) Kepastian hukum.
3) Hukum yang responsif.
4) Penegakan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif.
5) Independensi peradilan.
c. Transparansi. Transparansi merupakan asas keterbukaan dalam proses
pembangunan demi terwujudnya good and clean governance.
Masyarakat bisa ikut memantau kinerja pemerintah melalui fitur website
Jakarta Smart City atau melalui aplikasi Qlue.
d. Responsif. Responsif adalah proses di mana pemerintah harus tanggap
dalam mengahadapi permasalahan-permasalahan masyarakat, dan
memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Setiap laporan yang masuk
melalui aplikasi Qlue akan langsung ditindaklanjuti oleh dinas terkait.
e. Konsensus. Asas konsensus ini mengharuskan dalam pengambilan setiap
keputusan harus melalui proses musyawarah mufakat, dan setiap
keputusan yang dikeluarkan harus bersifat memaksa terhadap semua
yang terlibat dalam konsensus.
f. Kesetaraan. Asas ini mengharuskan kepada pemerintah untuk bersikap
dan berperilaku adil dalam hal pelayanan publik tanpa mengenal
perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin, dan kelas sosial.
g. Efektivitas dan Efisiensi. Asas efektivitas tercermin dalam
keberlangsungan pemerintah menjalankan perannya. Sedangkan efisiensi
diukur dalam parameter keberhasilan pemerintah menjalankan perannya.
Jadi, efisiensi kerja dari pemerintah akan tergambarkan lewat sejauhmana
27
efektivitas pemerintah berjalan untuk memenuhi kepentingan
masayarakat. Dengan melapor melalui aplikasi Qlue dapat menghemat
penggunaan kertas juga menghemat waktu dalam prosesnya, sehingga
laporan bisa dengan cepat ditindaklanjuti.
h. Akuntabilitas. Sesuatu yang dituntut dalam asas akuntabilitas adalah
setiap pejabat publik harus mempertanggungjawabkan semua kebijakan,
perbuatan, moral, dan netralitas kepada masyarakat.
i. Visi Strategis. Dalam merealisasikan good and clean governance setiap
kebijakan yang diambil saat ini harus diperhitungkan dampaknya pada
beberapa tahun yang akan datang. Konsep Jakarta Smart City yang dibuat
oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta dapat bermanfaat untuk seluruh
masyarakat Jakarta sehingga dapat hidup lebih baik dari sebelumnya
yang berdasar pada enam pilar konsep smart city, yaitu Smart
Goverment, Smart People, Smart Living, Smart Mobility, Smart
Economy, dan Smart Environment.
B.3. Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial
Partisipasi merupakan salah satu tujuan dari implementasi good and clean
governance. Keterlibatan masyarakat dalam proses pengelolaan lembaga
pemerintahan pada akhirnya akan melahirkan kontrol masyarakat terhadap
jalannya pengelolaan pemerintahan. Kontrol masyarakat akan berdampak pada
sebuah tata kelola pemerintahan yang baik, efektif, dan bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN). Ada beberapa cara untuk mewujudkan suatu pemerintahan
28
yang baik dan bersih yang berdasarkan pada prinsip-prinsip good and clean
governance seperti:13
1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan. Penguatan peran
lembaga perwakilan rakyat seperti MPR, DPR, dan DPRD harus
dilakukan untuk peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya
pemerintahan. Selain itu, lembaga legislatif juga harus mampu menyerap
dan mengartikulasikan aspirasi masyarakat dalam bentuk suatu usulan
pembangunan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat.
2. Kemandirian lembaga peradilan. Dalam menuju terciptanya suatu
pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang sesuai dengan prinsip-
prinsip good and clean governance, peningkatan profesionalitas aparat
penegak hukum harus dilakukan. Akuntabilitas aparat penegak hukum
dan lembaga peradilan merupakan pilar penting dalam penegakan
hukum.
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah. Perubahan paradigma
aparatur Negara dari yang ingin dilayani menjadi pelayan masyarakat
harus dibarengi dengan peningkatan profesionalitas dan integritas moral
jajaran birokrasi pemerintah. Aparatur birokrasi yang memiliki karakter
harus dapat memberikan pelayanan birokrasi secara cepat, efektif dan
berkualitas.
4. Penguatan partisipasi masyarakat. Peningkatan partisipasi masyarakat
merupakan salah satu unsur penting lain guna merealisasikan
13
Ibid., hal. 204-205.
29
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam
proses kebijakan publik wajib dilakukan dan difasilitasi oleh negara
(pemerintah).
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah. Untuk
merealisasikan prinsip-prinsip good and clean governance, kebijakan
otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan
model pemerintahan yang mendukung tumbuhnya demokrasi di
Indonesia.
C. Kebijakan Publik dalam Good Governance
Sebagai keputusan yang mengikat publik, kebijakan publik haruslah dibuat
oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang
banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama
rakyat banyak. Kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang
dijalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara
modern adalah pelayanan publik, yang terdiri dari segala bentuk pelayanan jasa,
baik dalam bentuk barang maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh negara untuk mempertahankan atau
meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak. Dalam pelaksanaannya,
kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi.14
14
Edi Suharto, Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik bagi Masyarakat dengan
Kebutuhan Khusus disampaikan pada Focused Group Discussion (FGD) “Kajian Pelayanan
Khusus pada Sektor Pelayanan Publik” (Bogor: Lembaga Administrasi Negara (LAN), 9-10
Oktober 2008), hal. 1.
30
Berbagai tahapan dalam proses penyusunan kebijakan yang telah
disampaikan di atas menunjukan bahwa pada tahapan tertentu, keterlibatan aktor
lain di luar pemerintah menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Misalnya
dalam tahap identifikasi dan agenda setting. Untuk dapat menemukan akar
permasalahan secara tepat, keterlibatan para ahli maupun prraktisi terkait dengan
permasalahan tersebut akan sangat diperlukan. Contoh lainnya adalah pada tahap
perumusan dan adopsi kebijakan, di mana keterlibatan lembaga legislatif (DPR
dan DPRD) akan sangat menentukan isi dari kebijkan yang akan dikeluarkan.
Pada titik inilah, proses pembuatan suatu kebijakan publik akan sarat dengan
nuansa politik. Lobi dan negoisasi dengan aktor lain di luar eksekutif akan
diperlukan, sehingga kepiawaian eksekutif dalam berargumen menjadi sumber
daya penting yang harus dimiliki birokrat, terutama saat berhadapan dengan
politisi di lembaga legislatif. Kondisi inilah yang menjadikan kebijakan
pemerintah berlimpitan dengan beberapa prinsip dalam good governance atau tata
kelola pemerintahan yang baik. Bahkan dapat dikatakan bahwa kebijakan
pemerintah akan menjadi cermin bagi pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang
baik. Prinsip-prinsip yang dimaksud antara lain adalah partisipasi, transparansi
dan akuntabilitas.15
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, keterlibatan aktor lain non eksekutif
dalam penyusunan kebijakan pemerintah terkadang tidak dapat dihindarkan.
Selain lembaga legislatif, keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses
penyusunan kebijakan pemerintah merupakan suatu hal penting yang bahkan
15
Nur Azizah, “Kebijakan Pemerintah dan Good Governance”. Paper. (Yogyakarta: JPP
Fisipol UGM, 13 September 2011), hal. 6.
31
diatur dalam undang-undang. Misalnya dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional. Dalam undang-undang
tersebut, secara eksplisit diisyaratkan adanya partisipasi masyarakat dalam
pembuatan kebijakan perencanaan pembangunan nasional maupun daerah melalui
mekanisme musrenbang.16
Terlepas dari praktek musrenbang yang sampai saat ini masih sangat
terbatas dan formalistis, secara legal formal partisipasi masyarakat sudah dibuka.
Artinya, kemauan dan komitmen pemerintah untuk memperbesar partispasi
masyarakat dalam berbagai kebijakan pemerintah memang perlu ditingkatkan.
Dengan partisipasi inilah, legitimasi suatu kebijakan pemerintah di hadapan
warganya akan semakin besar. Di samping harus benar-benar didasarkan pada
akar permasalahan yang telah dianalisis dan mekanisme partisipasi, pembuatan
kebijakan pemerintah juga harus memperhatikan prinsip transparansi.
Transparansi dalam pembuatan kebijakan berarti bahwa kebijakan yang diambil
dilakukan melalui serangkaian prosedur yang wajar dan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Transparansi juga berarti memberikan jaminan kepada masyarakat
dan kelompok lain di luar pembuat kebijakan untuk dapat memperoleh informasi
yang cukup dalam format yang paling mudah dipahami. Terakhir adalah
akuntabilitas. Setiap kebijakan pemerintah dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan tertentu. Dengan sendirinya ada tujuan yang diemban suatu
kebijakan sehingga setiap kebijakan pemerintah harus dapat dipertanggung
jawabkan kepada publik. Di sinilah tahap monitoring dan evaluasi kebijakan
16
Ibid., hal. 6.
32
diperlukan, sebagai salah satu cara untuk menjamin kebijakan yang dibuat telah
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan sejak awal.17
D. Smart City
Smart city adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu
masyarakat terutama dalam upaya untuk mengelola sumber daya yang ada dengan
efisien, serta memberikan kemudahan mengakses informasi kepada masyarakat,
hingga untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Sebuah kota
bias dikatakan smart apabila kota tersebut benar-benar dapat mengetahui keadaan
kota di dalamnya, memahami permasalahan tersebut secara lebih mendalam
hingga mampu melakukan aksi terhadap permasalahan tersebut.18
Menurut Boyd Cohen, smart city adalah konsep perencanaa kota dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi yang akan membuat hidup menjadi lebih
mudah dan sehat dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Smart city
juga kota yang antisipatif mampu mengelola sumber daya secara inovatif dan
berdaya saing. Dengan dukungan teknologi dalam rangka mewujudkan kota yang
nyaman dan berkelanjutan. Dengan definisi operasional kota yang responsif,
inovatif dan kompetitif.19
Munculnya konsep smart city dilatar belakangi oleh beberapa masalah yang
timbul di kota, seperti:20
a. Pertumbuhan populasi manusia yang terus meningkat menuju kota
dengan berbagai tujuan.
17
Ibid., hal. 7. 18
Smartsystem, “Apa itu Smart City?”, dalam https://ugm.ac.id/, 30 Oktober 2016. 19
Holili, “Smart City”, dalam https://scribd.com/, 11 Oktober 2016. 20
Ibid.,
33
b. Traffic jalan yang semakin padat, polusi semakin berat, lahan parkir
menyempit, serta penggunaan sumber daya energi yang semakin besar.
c. Dibutuhkan perawatan kota yang menyeluruh, desain kota pintar yang
kondisi dan produktifitasnya tetap terjaga dengan baik.
d. Penerapan teknologi terpadu seperti jaringan nirkabel aplikasi berbasis
web dan mobile dan lain sebagainya.
Pada tahun 2014, Frost dan Sullivan mengidentifikasi delapan aspek utama
dari penerapan smart city, yaitu smart government, smart infrastructure, smart
technology, smart mobility, smart healthcare, smart energy, smart building dan
smart citizen.21
Sedangkan menurut Cohen, ada enam indikator utama smart city,
yaitu:22
a. Smart living, mengacu pada kualitas hidup dan kebudayaan masyarakat
yang paling mempengaruhi adalah tersedianya kebutuhan, berupa
keamanan, keselamatan, kemudahan dan kenyamanan hidup.
b. Smart economy, tingginya tingkat perekonomian dan kesejahteraan
financial masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi yang baik dan
pendapatan perkapita yang tinggi.
c. Smart mobility, merupakan sistem pergerakan yang memungkinkan
terjadinya pemenuhan kebutuhan dengan pergerakan seminim mungkin
dan secepat mungkin.
d. Smart people, modal manusia yang mendapatkan pendidikan yang baik,
baik secara formal maupun informal dan terwujud dalam individu atau
komunitas-komunitas yang kreatif.
21
Smartsystem, “Apa itu Smart City?”. 22
Holili, “Smart City”.
34
e. Smart environtment, terciptanya sebuah lingkungan yang dapat
memberikan kenyamanan di masa kini dan masa mendatang.
f. Smart government, pemerintahan yang mengeluarkan kebijakan yang
mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan,
demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas
serta efektivitas dan efisiensi kebijakan.
Saat ini hampir seluruh kota-kota besar di dunia telah menerapkan program
smart city. The IESE Business School, sebuah sekolah penelitian di Spanyol, telah
memilih 20 kota pintar terbaik di dunia. Mereka menilainya melalui indeks yang
disebut Cities in Motion Index (CIMI), dengan cara mengirim peneliti ke 135 kota
di 55 negara di seluruh dunia dan mengukurnya dengan 50 indikator. Hasilnya
terdapat 20 kota pintar terbaik di dunia menurut CIMI yaitu: Tokyo, London, New
York, Zurich, Paris, Geneva, Basel, Osaka, Seoul, Oslo, Philadelphia, Los
Angeles, Dallas, Copenhagen, Eindhoven, Amsterdam, Sidney, Stockholm,
Chicago, dan Baltimore.23
Indonesia sebagai negara berkembang juga telah memanfaatkan teknologi
untuk membangun smart city di kota-kota besar, khususnya. Salah satu kota yang
sudah menjalankan konsep smart city ini adalah DKI Jakarta dalam program
Jakarta Smart City. Visi pembuatan smart city di Jakarta menurut Prasetyo Andy
Wicaksono, Head of IT Development Jakarta Smart City adalah membuat roda
pemerintahan yang lebih efektif, efisien dan transparan. Ini untuk merubah pola
pikir lama yang menganggap pemerintah masih bersifat satu arah. Dengan
23
Smartsystem, “Apa itu Smart City?”.
35
diterapkannya smart city di DKI Jakarta paling tidak layanan Pemprov DKI
Jakarta bisa lebih memuaskan, dan tidak lagi bersifat satu arah, melainkan dua
arah. Di mana semua orang bisa memberikan saran, kritik, serta harapan dan juga
apresiasi terhadap para pejabat Pemprov DKI Jakarta.24
24
Ramadhan Triwijanarko, “Menilik Konsep Jakarta Smart City” dalam
http://marketeers.com/, 27 Oktober 2016.
35
BAB III
PROFIL PEMERINTAHAN DKI JAKARTA DAN KONSEP SMART CITY
Pada bab ini penulis membahas tentang DKI Jakarta. Sebagai ibukota
negara, DKI Jakarta memiliki cara tersendiri dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakatnya. Program terbaru, Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan
sebuah program Jakarta Smart City yang memudahkan masyarakat untuk
memantau kinerja Pemprov DKI Jakarta. Termasuk dalam memberikan kritik,
saran dan masukan kepada Pemprov DKI Jakarta agar dapat memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakatnya. Selanjutnya, penulis juga membahas
awal tercetusnya pembentukan DKI Jakarta menjadi smart city beserta dengan
tujuannya. Berikut juga penulis menjelaskan tentang Unit Pelaksana Tugas Jakarta
Smart City (JSC) sebagai pelaksana resmi yang mengelola program JSC tersebut.
Juga dipaparkan beberapa aplikasi pendukung (fitur-fitur pendukung) yang ikut
menyukseskan kinerja JSC.
A. Sejarah DKI Jakarta
DKI Jakarta terletak pada 60
12’ Lintang Selatan dan 1060 48’ Bujur Timur.
DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian 7 meter di atas
permukaan laut. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur No. 171 Tahun
2007, wilayah DKI Jakarta terdiri dari daratan seluas 662,33 km2 dan berupa
lautan seluas 6.997,5 km2. Wilayah DKI Jakarta memiliki tidak kurang dari 110
buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah
36
sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan,
dan usaha perkotaan.1
Pada 31 Agustus 1964 dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1964,
dinyatakan bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota
Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta. Tahun 1999, melalui Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah
menjadi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan otonominya tetap berada
ditingkat provinsi dan bukan pada wilayah kota. Selain itu wilayah DKI Jakarta
dibagi menjadi enam wilayah (lima wilayah kotamadya dan satu kabupaten
administratif kepulauan seribu).2
Berdasarkan letak geografisnya, DKI Jakarta memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Laut Jawa
b. Sebelah Selatan : Kota Depok
c. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Barat
d. Sebelah Barat : Provinsi Banten
Secara administratif, DKI Jakarta dibagi menjadi lima kotamadya dan satu
kabupaten administratif, di mana terdapat 44 kecamatan dan 267 kelurahan,
dengan pembagian sebagai berikut:
1 Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2016”, Katalog BPS:
1102001.31, Juli 2016, hal. 3. 2 Kemendagri, “Sejarah DKI Jakarta” dalam http://www.kemendagri.go.id/.
37
Tabel III.1. Luas area, Jumlah Kecamatan, dan Kelurahan
Kota Administrasi Luas area
(km2) Kecamatan Kelurahan
Kepulauan Seribu 8,70 2 6
Jakarta Selatan 141,27 10 65
Jakarta Timur 188,03 10 65
Jakarta Pusat 48,13 8 44
Jakarta Barat 129,54 8 56
Jakarta Utara 146,66 6 31
DKI Jakarta 662,33 44 267
Sumber: BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2016”, hal. 11.
Adapun jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2015 hasil Sensus Penduduk
2010, sebesar 10.177.924 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk per-tahun
sebesar 1,02 persen. Kepadatan penduduk DKI Jakarta tahun 2015 adalah
15.366,87 jiwa setiap 1 km2. Dengan daerah Jakarta Barat memiliki kepadatan
penduduk tertinggi yaitu sebesar 19.017,92 jiwa/km2.
Tabel III.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun
2010-2015
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
penduduk per-tahun
2010 2014 2015 2010-2015 2014-
2015
Kepulauan Seribu 21.414 23.011 23.340 1,74 1,43
Jakarta Selatan 2.071.628 2.164.070 2.185.711 1,08 1,00
Jakarta Timur 2.705.818 2.817.994 2.843.816 1,00 0,92
Jakarta Pusat 895.371 910.381 914.182 0,42 0,42
Jakarta Barat 2.292.997 2.430.410 2.463.560 1,45 1,36
Jakarta Utara 1.653.178 1.729.444 1.747.315 1,11 1,03
DKI Jakarta 9.640.406 10.075.310 10.177.924 1,09 1,02
Sumber: BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2016”, hal. 59.
Untuk sistem kepemerintahan, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
menetapkan tentang kepemimpinan gubernur. Undang-Undang tersebut mengatur
38
tentang kekhususan DKI Jakarta sebagai daerah otonom dan Ibukota Negara.
Salah satu pasalnya mengatur bahwa Pemprov DKI dipimpin gubernur dan wakil
gubernur yang dipilih secara langsung melalui pemilihan kepala daerah, untuk
masa jabatan selama 5 (lima) tahun.3
Pasca kemerdekaan hingga saat ini, ada 15 orang yang telah menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta. Adapun daftar nama-nama Gubernur DKI Jakarta
tersebut, sebagai berikut: 4
1. Suwiryo (1945-1951).
2. Sjamsuridjal (1951-1953).
3. Sudiro (1953-1960).
4. Sumarno (1960-1966).
5. Henk Ngantung (1964-1965).
6. Ali Sadikin (1966-1977).
7. Tjokropranolo (1977-1982).
8. Mayjen R. Soeprapto (1982-1987).
9. Letjen Wiyogo Atmodarminto (1987-1992).
10. Surjadi Soedirdja (1992-1997).
11. Sutiyoso (1997-2007).
12. Fauzi Bowo (2007-2012).
13. Joko Widodo (2012-2014).
14. Basuki Tjahaja Purnama (2014- Juni 2017).
15. Djarot Syaiful Hidayat (Juni 2017-Oktober 2017).
3 BPS Prov. DKI Jakarta, “Jakarta dalam Angka 2016”, hal. 25.
4 Randy Rinaldi, “Gubernur DKI Jakarta dari Masa ke Masa” dalam
http://randyrinaldi.blogspot.co.id/, 22 Januari 2014.
39
Pola kepemimpinan mereka amat beragam. Berbagai kebijakan telah
ditetapkan sesuai dengan kepentingan masyarakat DKI Jakarta. Ada yang berupa
pengembangan pendidikan, ekonomi, hingga kebijakan menuju transparansi. Sifat
dari kebijakan tersebut juga beragam. Ada yang lahir melalui musyawarah para
anggota legislatif dan eksekutif daerah, hingga penggunaan teknologi di masa
modernisasi saat ini. Dari semua kebijakan tersebut, tujuannya hanya satu,
menjadikan DKI Jakarta sebagai kota yang sejahtera.
B. Kebijakan-kebijakan yang Telah ditetapkan Oleh Gubernur DKI
Jakarta dan Masih Berlaku Hingga Saat Ini
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara memiliki status istimewa dan
diberikan otonomi khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan menyandang status khusus, seluruh
kebijakan mengenai pemerintahan maupun anggaran ditentukan pada tingkat
provinsi (karena lembaga legislatif hanya ada pada tingkat provinsi).5
DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat
pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa
perbankan dan keuangan, dan juga sebagai gerbang utama wisatawan
mancanegara. Pembangunan di wilayah DKI Jakarta mempunyai potensi yang
besar, tantangan dan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan daerah
lain. Untuk mengembangkan potensi-potensi dan menangani tantangan serta
5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
40
permasalahan tersebut diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang terarah,
terpadu, dan menyeluruh dengan memperhatikan 4 (empat) pilar pembangunan,
yaitu pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup yang didukung oleh pilar
aparatur atau birokrasi.6
Setiap gubernur yang memimpin DKI Jakarta tidak segan dalam
merumuskan dan menetapkan sebuah kebijakan. Kebijakan yang dibuat biasanya
dikaitkan dengan persoalan yang sedang terjadi di DKI Jakarta saat itu. Seperti
Sjamsuridijal, adalah gubernur yang menetapkan kebijakan terkait permasalahan
kesejahteraan rakyat di masa kepemimpinannya pada 1951-1953, yang
diperhatikan olehnya seputar permasalahan listrik, air minum, pelayanan
kesehatan, pendidikan dan kebijakan tanah. Juga tentang kebijakan dalam
pengembangan Universitas Indonesia. Dilanjut dengan kepemimpinan Sudiro
yang memimpin DKI Jakarta pada 1953-1960. Pada masa Sudiro, DKI Jakarta
dibagi ke dalam tiga wilayah, yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Jakarta
Utara. Serta dalam ruang lingkup yang lebih kecil lagi, Sudiro membentuk Rukun
Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).7
Gubernur yang paling berani dalam mengambil suatu kebijakan adalah Ali
Sadikin. Ia menjabat pada dua periode kepemimpinan antara tahun 1966-1977.
Dalam rentang 11 tahun tersebut banyak kebijakan yang dibuat Ali Sadikin,
namun kebijakan yang paling fenomenal adalah ia melegalkan kawasan perjudian
dan prostitusi di DKI Jakarta. Ia memanfaatkan kawasan perjudian dan prostitusi
6 Geografis Jakarta, “Wilayah DKI Jakarta” dalam http://www.jakarta.go.id/, 01 Januari
2008. 7 Rinaldi, “Gubernur DKI Jakarta”.
41
di Kramat Tunggak untuk diambil pajaknya guna mengisi kas Provinsi DKI
Jakarta.8
Kemudian Mayjen R. Soeprapto menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta
pada 1982-1987. Soeprapto dikenal sebagai pembuat masterplan DKI Jakarta.
Surjadi Soedirja yang menjabat sebagai Gubernur periode 1992-1997 berani
menghapus becak dan andong dari DKI Jakarta sebagai bagian dari alat
transportasi masyarakat. Ia juga mulai merencanakan pembangunan Rumah Susun
(Rusun) bagi warga DKI Jakarta dan menciptakan daerah resapan air di DKI
Jakarta untuk menanggulangi banjir.9
Sutiyoso menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam dua periode antara
tahun 1997-2007. Dalam sepuluh tahun kepemimpinannya, Sutiyoso dihadapkan
dalam berbagai masalah pelik di DKI Jakarta, terutama kemacetan. Untuk
menaggulangi macet, Sutiyoso mulai menggagas diadakannya Busway sebagai
alat transportasi massal untuk mengurangi volume kendaraan di DKI Jakarta
hingga saat ini.10
Joko Widodo mulai menjabat sebagai gubernur pada kurun
waktu 2012-2014, sebelum ia menjabat sebagai presiden. Dalam kurun waktu
tersebut, Jokowi telah mengeluarkan kebijakan yang tidak biasa bagi masyarakat
DKI Jakarta. Mulai dari dibukanya akses warga untuk dapat melihat anggaran
pemerintah DKI Jakarta melalui website resmi Pemprov, sampai dengan kebijakan
lelang jabatan di tingkat kecamatan dan kelurahan. Selanjutnya, Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) yang menggantikan posisi Joko Widodo sebagai gubernur
menjabat pada periode 2014-2017. Dalam kurun waktu tersebut Ahok pun banyak
8 Ibid.,
9 Ibid.,
10 Ibid.,
42
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak biasa, mulai dari di bangunnya
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), menyediakan Rusun bagi warga
yang terkena lokalisasi dari Pemprov DKI Jakarta, dan mulai dikeluarkanlah
kebijakan Jakarta Smart City yang bertujuan untuk menjadikan kota DKI Jakarta
menjadi kota yang maju, modern, aman, nyaman dan tenteram untuk ditinggali
oleh semua kalangan.
C. Konsep Jakarta Smart City
C.1. Latar Belakang Terbentuknya Jakarta Smart City
Program Jakarta Smart City merupakan pengaplikasian Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, bahwasanya sebagai upaya
meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan, dengan melibatkan masyarakat dalam program
ini, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang perseorangan, kelompok,
maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan
publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.11
Program smart city mulai diterapkan oleh Provinsi DKI Jakarta pada tahun
2014. Program smart city di mulai dari transparansi. Semua data yang ada di
instansi-instansi Pemprov DKI Jakarta dapat dilihat oleh seluruh masyarakat.
Konsep transparansi ini sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak pasangan
Jokowi-Ahok melakukan kebijakan e-budgeting di awal masa pemerintahannya.
Selanjutnya, transparansi tidak hanya masalah budget, tapi semua data yang ada di
11
Byu, “Jakarta Smart City, dari Info Lalin hingga Harga Sembako” dalam
https://www.menpan.go.id/, 29 Maret 2017.
43
DKI Jakarta bisa diakses. Saat ini smart city yang diterapkan oleh DKI Jakarta
mulai diperbaharui oleh Ahok. Ahok menggandeng beberapa anak muda untuk
ikut mengembangkan konsep Jakarta Smart City (JSC). Pertama, smart city yang
diharapkan Ahok nantinya bukan hanya menjadi command centre, tetapi juga
berguna untuk orang lain, membuat semua menjadi lebih mudah dan membuat
semua data menjadi lebih transparan. Kedua, akan timbul partisipasi dari
masyarakat. Masyarakat yang memiliki data dapat memberikan masukan dan
kritik, sehingga DKI Jakarta semakin lama akan menjadi kota yang pintar, karena
pelaksanaaannya melibatkan masyarakat, pemerintah, dan uang pemerintah untuk
menuju ke kehidupan DKI Jakarta yang lebih baik.12
Program JSC mengacu pada enam prinsip utama, yaitu smart government,
smart economy, smart live, smart living, smart people, dan smart mobility yang
digambarkan sebagai berikut:
12
TyoJB, “Impian Ahok “terhadap Jakarta Smart City” yang Menjadi Kenyataan” dalam
https://youtube.com/, 11 Mei 2016.
44
Gambar III.1. Sinergisitas Enam Pilar Smart City dengan Dinas-dinas di DKI
Jakarta
Sumber: Gambar dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September
2017.
Smart Government, di zaman yang sudah modern ini mau tidak mau kita
harus berhadapan langsung dengan perkembangan teknologi, oleh karena itu,
dalam urusan pemerintahan pun mulai digunakanlah teknologi. Tujuannya adalah
agar kinerja pemerintah menjadi lebih mudah, serta menjaga komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat. Pemerintah DKI Jakarta memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam menjalankan program JSC seperti dalam hal
transparansi termasuk e-budgeting di dalamnya. Pemprov DKI Jakarta mulai
mengupload mengenai dana APBD ke website resmi www.jakarta.go.id, sehingga
masyarakat bisa mengakses semua data tersebut. Pemprov DKI Jakarta memiliki
program untuk mempermudah layanan perizinan bagi masyarakat dengan
45
membuka layanan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dan akan berada dalam
tanggung jawab Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP).
Smart Economy, dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta akan menjadi
fasilitator bagi para wirausahawan, di mana Pemprov DKI Jakarta menyediakan
tempat bagi para wirausahawan untuk menjajakan barang dagangannya sehingga
mudah dijangkau oleh pembeli, dan kebersihan serta keamanannya terjamin.
Sehingga kota DKI Jakarta terlihat lebih rapi dan tertata dengan tidak ada lagi
orang-orang yang berjualan di sembarang tempat. Pemerintah juga bisa menjadi
penghubung bagi para UKM untuk bisa bekerjasama dengan para pengusaha-
pengusaha besar dan ternama. Yang akan berada dalam tanggung jawab Koperasi
UMKM dan Perdagangan (KUMKMP).
Smart Environment, untuk menjaga kualitas udara di DKI Jakarta, Pemprov
DKI Jakarta bekerjasama dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD)
untuk memantau kualitas udara di DKI Jakarta. Dan untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan tempat-tempat umum di DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta
memberikan tanggung jawab tersebut kepada Dinas Kebersihan DKI Jakarta
untuk menjaga kebersihan di DKI Jakarta.
Smart Living, masyarakat yang tinggal di DKI Jakarta harus dapat
merasakan aman dan nyaman. Pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini bertanggung
jawab untuk menyediakan hunian tempat tinggal yang aman dan nyaman bagi
masyarakat DKI Jakarta. Dengan berada di lingkungan yang aman dan nyaman
serta bersih maka masyarakat akan lebih senang tinggal di DKI Jakarta.
46
Smart Mobility, untuk mengatasi masalah kemacetan di DKI Jakarta,
pemerintah harus menyediakan transportasi angkutan massal yang aman dan
nyaman bagi masyarakat. Tidak hanya itu, transportasi itu juga harus terintegrasi
dengan armada transportasi yang lain, baik darat maupun laut. Dan semua ini
dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta. Serta mulai
diujicoba program Electronic Parking (Parkir Elektronik) di beberapa tempat di
DKI Jakarta, dan berada dalam tanggung jawab Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Smart People, semua masyarakat di DKI Jakarta harus dapat memperoleh
pendidikan yang layak. Dengan mendapatkan pendidikan yang layak, maka
masyarakat akan mengetahui ke mana tujuan hidupnya dengan ilmu-ilmu yang dia
dapat selama bersekolah. Program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta
Sehat (KJS) telah berhasil membantu warga Jakarta yang kurang mampu untuk
mendapatkan pendidikan selama 12 tahun, dan akan diperpanjang sampai tingkat
perguruan tinggi. Itu semua berada dalam tanggung jawab Dinas Pendidikan.
Ke-enam prinsip tersebut menjadi sebuah patokan bagi beberapa kota besar
yang telah menerapkan smart city selama bertahun-tahun. Kemudian ke-enam
prinsip tersebutlah yang akan menjadi acuan bagi Pemprov DKI Jakarta dalam
menentukan arah kebijakan yang akan dikeluarkan.
Untuk mempermudah masyarakat dalam memanfaatkan program JSC, maka
dihadirkan pula JSC dalam bentuk website dan aplikasi smartphone. Versi website
dapat diakses lewat smartcity.jakarta.go.id. Sedangkan aplikasi smartphone dapat
diunduh gratis di playstore atau ios. Hadirnya aplikasi JSC tersebut, membuat
DKI Jakarta terasa dalam satu genggaman, sehingga memudahkan masyarakat
47
untuk mengakses informasi mengenai DKI Jakarta. Hanya dengan bermodalkan
smartphone, warga DKI Jakarta dapat memperoleh berbagai informasi terkini
yang dibutuhkannya melalui kecanggihan aplikasi JSC.
C.2. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Tugas (UPT) Jakarta Smart City
Untuk memastikan program JSC berjalan sesuai dengan rencana, maka
dibentuklah sebuah Unit Pelaksana Tugas (UPT) JSC. Unit ini terbentuk dalam
Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 280 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Jakarta Smart City. UPT JSC ini
berfungsi untuk mengontrol kinerja aplikasi JSC serta turut mengawasi dan
mengelola setiap aduan warga dan respon aparat pemerintah di aplikasi JSC.13
UPT JSC berada di bawah Dinas Komunikasi dan Informasi Statistik DKI Jakarta.
UPT JSC ini dipimpin oleh seorang kepala unit yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala dinas.
Dalam mendukung program JSC semua pihak harus ikut terlibat dalam
mendukung program tersebut. Mulai dari jajaran aparatur pemerintahan tertinggi
sampai terendah semua harus ikut mensupport program JSC. Salah satu bentuk
dukungan adalah dengan dikeluarkannya Instruksi Gubernur (Insgub) Nomor 223
Tahun 2015 tentang Penggunaan Aplikasi Jakarta Smart City di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dalam Insgub tersebut
ditujukan kepada Kepala Badan Provinsi DKI Jakarta, Kepala Dinas Provinsi DKI
Jakarta, Walikota Provinsi DKI Jakarta, Bupati Kepulauan Seribu Provinsi DKI
Jakarta, Kepala Biro Setda Provinsi DKI Jakarta, Camat Provinsi DKI Jakarta,
13
Kurnia Sari Aziza, “Wujudkan Kota Pintar, Ahok Bakal Bentuk UPT Jakarta Smart City”
dalam http:// kompas.com/, 15 Desember 2014.
48
Lurah Provinsi DKI Jakarta untuk mengunduh aplikasi mobile Jakarta Smart City
Apps dan Jakarta Smart City Portal pada smartphone mereka. Serta
mengoperasionalkan dan memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang ada pada Jakarta
Smart City Apps dan Jakarta Smart City Portal, dan menambah informasi serta
potensi mengenai Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan kewenangannya. Juga
menugaskan kepada para staf di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit
Kerja Perangkat Daerah (SKPD/UKPD) untuk ikut mengunduh dan
memanfaatkan Jakarta Smart City Apps dan Jakarta Smart City Portal, guna
peningkatan monitoring dan tindak lanjut terhadap pelaporan/pelayanan publik.
Gambar III.2. Susunan Organisasi Unit Pengelola Jakarta Smart City
Sumber: Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 280 Tahun 2014
tentang Unit Pelaksana Tugas Jakarta Smart City.
49
C.3. Aplikasi Pendukung Jakarta Smart City
Kesuksesan dan kelancaran Jakarta Smart City bertumpu pada keberadaan
aplikasi-aplikasi, seperti Qlue, Trafi, Waze, iJakarta, Zoomato, Gofood, Nodeflux,
IPJ (Info Pangan Jakarta) dan Ragunan Zoo, sebagai aplikasi pendukung.14
Aplikasi-aplikasi ini dihadirkan guna memudahkan masyarakat dalam mendukung
suksesnya menjadikan DKI Jakarta menjadi smart city. Dalam mengembangkan
aplikasi-aplikasi tersebut, Pemprov DKI Jakarta melalui UPT JSC menjalin
kerjasama dengan beberapa startup muda untuk ikut mengembangkan aplikasi-
aplikasi pendukung tersebut.15
Gambar III.3. Aplikasi Pendukung Jakarta Smart City
Sumber: http://smartcity.jakarta.go.id.
14
Dalam http://smartcity.jakarta.go.id. 15
Peraturan Gubernur Nomor 280 Tahun 2014 BAB III Pasal 4 ayat 2 huruf m mengatakan
pengembangan koordinasi, kerja sama dan kemitraan serta desiminasi informasi dengan
SKPD/UKPD, instansi pemerintah, swasta, masyarakat dan/atau pemangku kepentingan terkait
lainnya dalam rangka pelaksanaan dan pengendalian informasi Jakarta Smart City.
50
Trafi, merupakan sebuah aplikasi pendukung JSC yang berfungsi untuk
memantau semua transportasi yang ada di Jakarta, seperti Busway, kereta
commuter line, serta angkutan umum lainnya. Melalui Trafi masyarakat bisa
mentracking keberadaan Busway di mana, dan memperkirakan waktu kedatangan
di halte yang sudah dipilih. Juga bisa memberikan arahan kepada pengguna untuk
mencapai tujuan yang dituju jika ingin menggunakan transportasi umum selain
busway.16
Gofood, merupakan salah satu fitur dalam aplikasi Gojek. Fitur ini
digandeng oleh JSC untuk memudahkan warga DKI Jakarta dalam membeli atau
memesan makanan di tempat-tempat makan yang ada di DKI Jakarta, sehingga
tidak menggangu aktifitas yang sedang dilakukan. IPJ (Info Pangan Jakarta),
melalui fitur ini warga DKI Jakarta dapat memantau ketersediaan pangan yang
ada di DKI Jakarta, berikut dengan harga dari bahan-bahan pangan yang ada di
pasar.
Waze, merupakan sebuah aplikasi penunjuk jalan seperti google maps.
Melalui Waze masyarakat bisa menghindari jalan-jalan macet yang ada di DKI
Jakarta, sehingga memudahkan untuk sampai ke tempat tujuan dengan lebih cepat.
iJakarta, merupakan sebuah perpustakaan online yang dapat diakses oleh
siapa saja. Dengan menggunakan metode peminjaman sama seperti perpustakaan
pada umumnya. iJakarta mempunyai koleksi buku lebih dari 10.000 buku. Setiap
16
Viva.co.id, “Konsep Kota Masa Depan ala Jakarta Smart City” dalam
https://youtube.com/, 21 April 2016.
51
pengguna yang ingin membaca buku melalui iJakarta, diberikan waktu 3 hari
untuk menyelesaikan pembacaan bukunya.17
Qlue, merupakan salah satu aplikasi andalan dalam Jakarta Smart City. Qlue
merupakan sebuah aplikasi bagi masyarakat untuk melaporkan semua
permasalahan di sekitar mereka. Setiap keluhan yang dilaporkan nantinya akan
langsung terlihat di dashboard Jakarta Smart City serta akan langsung terhubung
ke pihak terkait sesuai dengan permasalahan yang dilaporkan, dan langsung akan
ditindaklanjuti.
Nodeflux, merupakan sebuah startup yang menyediakan layanan berbasis
data. Zoomato, merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan sejumlah tempat
makan (restoran) yang ada di DKI Jakarta. Mulai dari makanan yang ada di
restoran-restoran mahal sampai dengan makanan-makanan yang biasa dijajakan di
pinggir jalan, yang sebelumnya telah dicek rasa makanannya dan kebersihannya.
Sehingga warga Jakarta tidak perlu bingung lagi jika ingin makan apa saja.18
Ragunan Zoo, merupakan sebuah aplikasi bagi pengunjung Kebun Binatang
Ragunan. Di dalam aplikasi tersebut berisi peta kebun binatang Ragunan,
sehingga pengunjung tidak lagi bingung jika ingin melihat hewan-hewan yang ada
di kebun binatang Ragunan.19
Dari kesembilan aplikasi pendukung tersebut, aplikasi Qlue merupakan
unggulan dalam meningkatkan pelayanan kepada warga DKI Jakarta. Dengan
berbagai permasalahan yang ada di DKI Jakarta, banyak masyarakat yang tidak
tahu harus melaporkan kepada siapa. Sejak adanya Qlue, masyarakat dapat lebih
17
Ibid., 18
Ibid., 19
Ibid.,
52
mudah dalam melaporkan keluhannya. Cukup dengan mengambil gambar
permasalahan yang ada, kemudian pilih jenis keluhannya, lalu “klik” post, maka
keluhan yang baru saja difoto sudah dapat dilihat oleh dinas terkait dan akan
masuk kedalam sistem dashboard Jakarta Smart City, sehingga kepala daerah
juga dapat memantau tindak lanjut dari keluhan warga tersebut.20
Cara ini
dilakukan untuk mempermudah proses pengaduan warga yang sebelumnya
dikeluhkan karena terlalu lama prosesnya. Setiap laporan yang masuk melalui
aplikasi Qlue akan langsung terlihat di dalam web smartcity.jakarta.go.id. Melalui
itulah unit-unit yang ada di kantor Jakarta Smart City memantau setiap laporan
yang masuk, berikut juga dengan tindak lanjut dari petugas-petugas atau dinas-
dinas terkait.
Sejak munculnya JSC beserta dengan fitur-fiturnya, membuat masyarakat
semakin mudah memberikan laporan permasalahan kepada pemerintah daerah,
sehingga laporan yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk tulisan, tetapi juga
foto. Laporan dari masyarakat kemudian dipetakan secara digital dan terintegrasi
dengan laman smartcity.jakarta.go.id dan CROP. Seluruh aparat Pemprov DKI
Jakarta diwajibkan untuk menginstal aplikasi ini di smartphone mereka masing-
masing, terutama aparat yang bertanggung jawab terhadap wilayah permukiman,
yakni lurah dan camat.21
Berdasarkan pengakuan Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, dan
Kehumasan DKI Jakarta, Bapak Agus Bambang Setiowidodo, 44 camat yang ada
20
Official NET News, “Talk Show Aplikasi Qlue Jakarta Smart City-IMS”, official NET
news dalam https://youtube.com/, 30 Juli 2015. 21
Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 223 Tahun 2015 tentang Penggunaan
Aplikasi Jakarta Smart City di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
53
di seluruh wilayah DKI Jakarta telah menginstal CROP. Sedangkan dari 267
lurah, sebagiannya juga telah menginstal aplikasi tersebut.22
Untuk mendukung
suksesnya program JSC, Pemprov DKI juga telah menyiapkan 300 unit kamera
pengawas yang disebar di berbagai penjuru Ibu Kota, baik di jalanan, sungai,
maupun permukiman. Serta ruang kontrol 300 kamera pengawas berada di Balai
Kota DKI Jakarta, yang nantinya jumlah kamera pengawas akan terus ditambah,
dan menurut rencana hingga 500 unit.
Program smart city yang dibangun Pemprov DKI Jakarta diarahkan untuk
memberikan kemudahan warga dalam mendapatkan akses informasi yang
dibutuhkan melalui Teknologi Informasi. Hal ini dilakukan untuk
memaksimalkan pelayanan publik, memberikan solusi penyelesaian masalah, dan
mendukung pembangunan berkelanjutan.23
Melalui aplikasi Jakarta Smart City
masyarakat bisa melihat keberadaan Transjakarta, memantau keadaan lalu lintas,
menegecek harga tanah di Jakarta, dan melihat berbagai macam laporan
pengaduan dari masyarakat.
22
Kurnia Sari Aziza, “Seperti Apa Cara Kerja Jakarta Smart City?”dalam http://
kompas.com/, 16 Desember 2014. 23
Viva.co.id, “Konsep Kota Masa Depan”.
54
BAB IV
ANALISIS GOOD GOVERNANCE DAN KEBIJAKAN PUBLIK ATAS
PENERAPAN JAKARTA SMART CITY MELALUI APLIKASI QLUE
TAHUN 2016
Dalam mengatasi berbagai macam permasalahan di DKI Jakarta, Pemprov
DKI Jakarta mulai memanfaatkan teknologi untuk mengurai permasalahan dan
mencarikan solusi yang tepat guna mengatasi permasalahan di DKI Jakarta.
Kemajuan teknologi juga dimanfaatkan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk
mengajak para startup-startup muda untuk ikut berkontribusi dalam membuat
inovasi-inovasi terkini dengan tujuan untuk menjadikan kota Jakarta Baru menjadi
kenyataan.
Pada bab ini penulis memaparkan bagaimana Jakarta Smart City hadir
sebagai inovasi dalam menunjang kinerja Pemprov DKI Jakarta dalam melayani
warga DKI Jakarta. Membahas aplikasi Qlue yang merupakan salah satu media
yang disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk warga Jakarta dalam
menampung segala macam aduan dan membantu Pemprov DKI Jakarta dalam
mengeluarkan kebijakan yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
A. Penerapan Kebijakan Jakarta Smart City
A.1. Implementasi Pergub No. 280 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Jakarta Smart City
Dalam rangka pengelolaan DKI Jakarta dengan mengembangkan dan
mensinergikan seluruh potensi hingga sumber daya yang terintegrasi, pemerintah
55
DKI Jakarta memanfaatkan tekonologi. Ini dimaksudkan guna mewujudkan DKI
Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapih serta konsisten dengan rencana tata
ruang wilayahnya. Juga ingin membangun budaya masyarakat perkotaan yang
toleran sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota dan membangun
pemerintahan yang bersih dan transparan yang berorientasi pada pelayanan
publik. Oleh karena itu dikeluarkanlah Pergub Nomor 280 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Jakarta Smart City untuk
mensinergikan seluruh aspek yang dapat membangun DKI Jakarta lebih baik.
Dalam Peraturan Gubernur tersebut menjelaskan bahwa unit pengelola
merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kominfomas dalam pelaksanaan
pengelolaan sistem/aplikasi Jakarta Smart City. Unit Pengelola Jakarta Smart City
tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Kominfomas. Adapun susunan organisasi Unit Pengelola Jakarta Smart City,
teridiri dari Kepala Unit, Subbagian Tata Usaha, Satuan Pelaksana Perencanaan,
Penelitian dan Pengembangan, Satuan Pelaksana Operasional, dan Subkelompok
Jabatan Fungsional.
Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City merupakan Jabatan Struktural
Eselon III.a. Dalam pasal 6, Kepala Unit Pengelola Jakarta Smart City memiliki
tugas:1
a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Unit
Pengelola Jakarta Smart City;
b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Satuan Pelaksana,
Subkelompok Jabatan Fungsional;
1 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 280 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Jakarta Smart City.
56
c. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD dan/atau
Instansi Pemerintah/Swasta dalam rangka kelancaran dan peningkatan
pelaksanaan tugas dan fungsi Unit pengelola Jakarta Smart City, dan
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Unit
Pengelola.
Dalam implementasinya, Setiaji, selaku Kepala Unit Jakarta Smart City
dalam mengkoordinasikan dengan sub bagian, satuan pelaksana dan sub jabatan
fungsional melakukan pertemuan setiap awal tahun untuk mengevaluasi kinerja
pada tahun sebelumnya, dan merencanakan target pekerjaan pada tahun depan.
Setiaji juga melakukan monitoring kepada bagian-bagian dibawahnya dengan cara
mengadakan pertemuan mingguan dan dua mingguan, selain itu juga ada whattsap
grup untuk berkoordinasi secara informal.
“Sebagai kepala unit dalam melakukan koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi
unit pengelola dengan sub bagian, satuan pelaksana, dan sub kelompok jabatan
fungsional, (huruf a dan b) kita panggil. Setiap tahun ada perencanaan dan program
untuk memulai kegiatan, ada timeline juga apa yang harus diselesaikan. Untuk
mengkoordinasikan setiap tahun kita ada rapat koordinasi dengan masing-masing
tidak hanya dengan PNS nya tapi juga tim untuk mengevaluasi. Untuk
memonitoring ada pertemuan mingguan dan per temuan 2 mingguan. Di luar itu
ada wasap grup.”2
Selain melakukan koordinasi dengan pejabat di bawahnya, Setiaji juga
melakukan koordinasi dan menjalin kerjasama dengan SKPD/UKPD dan dengan
instansi Pemerintah/Swasta dalam rangka kelancaran dan peningkatan
pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelola. Setiaji mengatakan, dalam
praktiknya kepala unit selain mengadakan pertemuan setiap minggu dengan
bawahan-bawahannya untuk evaluasi, serta menjalin kerjasama dengan pihak
swasta, seperti Gofood dan Zoomato, dalam menunjang program JSC. Setiaji
mengatakan bahwa tugasnya sebagai kepala unit hanya sebagai perantara antara
2 Wawancara dengan Setiaji, Ketua Unit Pelaksana Jakarta Smart City, Jakarta, 29
September 2017.
57
pihak swasta dengan pemerintah, dan menyediakan segala informasi yang
dibutuhkan oleh pihak swasta untuk mengembangkan sebuah aplikasi baru yang
bisa digunakan oleh masyarakat DKI Jakarta, sebagaimana penuturannya:
“(Huruf c) Saya ini kayak mak comblang. Seperti Pak Gubernur ingin membenahi
PKL, kita coba menjembatani dengan digital, kemudian kita koordinasi dengan unit
terkait, UMKM supaya PKL ini bisa digitalisasi, kemudian kita jembatani dengan
Gofood, Zoomato. Kemudian kita ajak sukarelawan untuk mendatanya, kemudian
datanya kita kasih ke Gofood agar masyarakat bisa langsung mengorder. Begitu
juga dengan tokopedia, kita juga menjembatani agar UMKM kita bisa menjual
produknya di tokopedia. Fungsi saya gitu, temuin-temuin, mau kawin ya gitu.
Seperti penghulu.”3
Jakarta Smart City sebagai sebuah instansi yang berada di bawah Dinas
Komunikasi, informasi dan Kehumasan Provinsi DKI Jakarta memiliki tanggung
jawab untuk memberikan laporan kepada Kepala Dinas Kominfomas atas kinerja-
kinerja nya. Setiaji pun menuturkan hal yang sama, bahwasanya dirinya memiliki
tanggungjawab kepada Kepala Dinas Kominfomas, dan untuk laporannya,
menurut Setiaji ada beberapa laporan yang memang harus diisi seperti laporan
keuangan, laporan kinerja, dan sebagainya. Namun, Setiaji juga menuturkan
bahwa ia tidak memiliki laporan tanggung jawab kepada masyarakat, melainkan
sudah diakumulasikan dengan laporan-laporan yang lain dan nantinya akan di
rekapitulasi oleh gubernur, seperti yang dijelaskannya:
“(Huruf d) yang pasti secara struktur organisasi ke kepala dinas ya. Untuk
laporannya, masing-masing berbeda, ada laporan keuangan, laporan kinerja, setiap
bulan saya juga harus ngisi aktivitas saya sehari-hari, yang e-kin ya nanti ada
rewardnya. Laporan-laporan tadi itu digunakan untuk perhitungan gaji ya dari situ.
Kalo ke masyarakat gak ada laporan. Justu laporan tadi diakumulasi, dilaporkan
oleh pemerintah daerah dalam LKPJ (laporan kinerja pertanggung jawaban)
gubernur. Kalau yang untuk masyarakat dari situ. Bentuk pertanggungjawaban,
secara sub koordinasi kepada kepala dinas. Laporan yang dibuat ada laporan
keungan dan laporan kinerja. Tiap bulan saya harus mengisi kegiatan saya sehari-
3 Wawancara dengan Setiaji.
58
hari. Lakib (laporan kinerja). Kalo ke masyarakat, tidak ada laporan. Tapi di
rekapitulasi oleh gubernur. LKPJ.”4
Pada masa pemerintahan Ahok hingga saat ini, Setiaji dibantu oleh unit
pelaksana Jakarta Smart City lainnya yang juga dibantu oleh tenaga ahli. Para
tenaga ahli ini dibagi kedalam lima divisi, yaitu Divisi Field, Divisi Data analysis,
Divisi Development, Divisi Communication, dan Divisi Monev yang dibentuk
sesuai dengan keahlian dan tugas pokok masing-masing. Adapun susunan Unit
Pelaksana Tugas Jakarta Smart City tahun 2016 adalah:
Gambar IV.1. Susunan Organisasi Unit Pengelola Jakarta Smart City
Tahun 2016
Sumber: Data dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September 2017.
4 Wawancara dengan Setiaji.
59
A.2. Implementasi Insgub No. 223 Tahun 2015 tentang Penggunaan Aplikasi
Jakarta Smart City di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Untuk memperlancar jalannya program JSC, tidak hanya dibentuk suatu
Unit Pengelola Jakarta Smart City melalui Pergub Nomor 280 Tahun 2014, tetapi
untuk menjangkau hingga ketingkat terendah dalam pelaksanaan program JSC,
gubernur sebagai kepala daerah mengeluarkan Instruksi Gubernur Nomor 223
Tahun 2015 tentang Penggunaan Aplikasi Jakarta Smart City di Lingkungan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penggunaan aplikasi Jakarta Smart City di
lingkungan Pemprov DKI Jakarta ini dalam rangka mewujudkan peningkatan
pelayanan dan keterbukaan informasi publik di lingkungan Pemprov DKI Jakarta,
serta sebagai upaya untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan
dengan berbasis teknologi informasi.
Insgub ini ditujukan kepada Kepala Badan Provinsi DKI Jakarta, Kepala
Dinas Provinsi DKI Jakarta, Walikota Provinsi DKI Jakarta, Bupati Kepulauan
Seribu Provinsi DKI Jakarta, Kepala Biro Setda Provinsi DKI Jakarta, Camat
Provinsi DKI Jakarta, dan Lurah Provinsi DKI Jakarta. Dalam Insgub tersebut,
gubernur memerintahkan untuk seluruh kepala bagian, kepala biro, kepala dinas,
walikota, bupati, camat dan lurah untuk mengunduh aplikasi mobile Jakarta Smart
City Apps dan Jakarta Smart City Portal pada smartphone serta pedoman
pemanfaatannya. Gubernur juga memerintahkan untuk mengoperasionalkan dan
memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang ada pada Jakarta Smart City Apps dan
Jakarta Smart City Portal, serta menambah informasi dan potensi mengenai
Provinsi DKI Jakarta sesuai kewenangannya. Juga menugaskan para staf di
60
lingkungan kerja SKPD/UKPD masing-masing untuk mengunduh dan
memanfaatkan Jakarta Smart City Apps dan Jakarta Smart City Portal guna
peningkatan monitoring dan tindak lanjut pelaporan/pelayanan publik.5
Dalam pengimplementasian Insgub tersebut, Kepala Dinas komunikasi,
informasi dan kehumasan DKI Jakarta Agus bambang Setiowidodo mengatakan
44 camat yang ada di seluruh wilayah Jakarta telah menginstal CROP, sedangkan
dari 267 lurah sebagiannya telah menginstal aplasikasi tersebut, “camat sudah
semuanya, lurah sudah sebagian. Kita dorong terus agar semuanya bisa segera
menginstal CROP secepatnya”.6
Ini didukung dengan pernyataan dari Bapak Agus selaku Lurah Menteng,
bahwa dalam pemerintahan Ahok banyak kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
lebih berorientasi kepada masyarakat supaya diberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya. Sehingga masyarakat dimudahkan segala sesuatunya tanpa ada biaya
tambahan, dan merupakan bagian dari reformasi birokrasi yang dilakukan oleh
Pemprov DKI Jakarta. Ditambah dengan adanya kebijakan smart city yang
semakin memudahkan masyarakat dalam menghadapi segala persoalan di sekitar
lingkungan mereka. Sehingga masyarakat bisa melaporkan setiap persoalan
melalui telepon, sms, dan lain sebagainya, sehingga para aparat setempat bisa
langsung menindaklanjuti laporan masyarakat tersebut, yang disampaikan sebagai
berikut:
“... Karena banyak kebijakan beliau (Ahok) lebih berorientasi kepada bagaimana
masyarakat diberikan pelayanan sebaik-baiknya, dimudahkan segala sesuatunya
5 Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 223 Tahun 2015 tentang Penggunaan
Aplikasi Jakarta Smart City di Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 6 Kurnia Sari Aziza, “Seperti Apa Cara Kerja Jakarta Smart City?”dalam http://
kompas.com/, 16 Desember 2014.
61
tanpa ada biaya tambahan. Semua itu merupakan bagian dari reformasi birokrasi,
dan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Dan hasilnya bisa dirasakan
dengan adanya kebijakan smart city dimana masyarakat diberikan akses mudah
kepada pimpinan, terutama ketika menghadapi persoalan di lingkungan sekitarnya.
Karena, ketika masyarakat menghadapi kesulitan, maka Negara wajib hadir. Oleh
karena itu beliau banyak mendorong kehadiran Negara melalui aparaturnya dalam
setiap persoalan masyarakat.”7
Dengan semakin mudahnya masyarakat memberikan laporan kepada
pemerintah, membuat perubahan pada pola komunikasi anatara pimpinan dengan
bawahannya. Dengan sistem smart city yang diterapkan oleh Pemprov DKI
Jakarta membuat aparat-aparat yang ada dibawah tidak perlu menunggu perintah
dari pimpinan untuk menindaklanjuti segala laporan dari masyarakat, sehingga
menimbulkan pola komunikasi bottom-up, Bapak Agus menuturkan:
“Jadi yang menjadi prioritas beliau (Ahok) kan bagaimana masyarakat
disejahterakan, bagaimana masyarakat dimudahkan. Dan yang paling tahu
permasalahan di masyarakat kan memang aparat, karena langsung bersentuhan
dengan mereka. Dengan adanya smart city semua saran atau keluhan dari bawah,
baik dari masyarakat atau aparat di lapangan bisa dilaporkan langsung kepada
gubernur, untuk kemudian diteruskan kepada petugas terkait untuk menindaklanjuti
laporan tersebut. Sehingga menimbulkan komunikasi dari bawah ke atas.”8
Konsep smart city yang dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta adalah dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu menurut Camat Tanah Abang,
Bapak Hidayatullah, saat ini bukan hanya masyarakat yang mengikuti kemajuan
zaman di bidang teknologi, tetapi juga aparat pemerintah di lingkungan Pemprov
DKI Jakarta wajib untuk mengikuti kemajuan teknologi. Dengan banyaknya fitur
yang memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan siapa saja, maka
Pemprov DKI Jakarta pun ikut membuka beberapa cara untuk memudahkan
masyarakat berkomunikasi dengan masyarakat, seperti melalui sms, telepon
7 Wawancara dengan Agus, Lurah Menteng, Jakarta, 27 Mei 2017.
8 Wawancara dengan Agus.
62
centre, BBM (Blackberry Massanger), media sosial resmi Pemprov DKI Jakarta,
dan website resmi Pemprov DKI Jakarta.9
Dengan program Jakarta Smart City yang sudah mulai berkembang, baik
dikalangan pemerintahan dan masyarakat, serta didukung dengan hadirnya
aplikasi-aplikasi pendukung maka Insgub Nomor 223 Tahun 2015, diperuntukan
untuk pejabat pemerintahan. Namun tidak semua menggunakan aplikasi-aplikasi
pendukung tersebut, melainkan hanya petugas-petugas yang ada di lapangan,
seperti Pak Lurah, Pak Camat dan anggota PPSU, seperti penuturan Setiaji yang
mengatakan:
“Insgub Nomor 223 tahun 2015 untuk menaungi aplikasi-aplikasi seperti Qlue dan
lain-lain untuk dimanfaatkan, dan hanya untuk internal pemerintah. Tidak semua
aparat telah mengunduh aplikasi-aplikasi yang diperuntukkan untuk aparat, tetapi
aplikasi untuk respon yang di lapangan itu wajib untuk diunduh, seperti Pak Lurah,
Pak Camat dan PPSU.”10
Dengan begitu konsep Jakarta Smart City yang diusung oleh Pemprov DKI
Jakarta bukan hanya untuk mencerdaskan para aparatur pemerintahnya tetapi juga
masyarakatnya. Dengan masyarakat ikut berkontribusi dalam membangun kota
Jakarta menjadi lebih maju dan modern.
A.3. Penerapan Teknologi yang dimanfaatkan Jakarta Smart City
Adapun penerapan Jakarta Smart City ini memanfaatkan berbagai macam
teknologi, antara lain teknologi big data, Internet of Things (IoT) dan sistem
laporan warga. Teknologi big data adalah suatu teknologi untuk mengelola
berbagai jenis data dalam jumlah besar. Data-data tersebut nantinya akan
dianalisis untuk kemudian digunakan dalam pengambilan kebijakan di DKI
9 Wawancara dengan Hidayatullah, Camat Tanah Abang, Jakarta, 27 Mei 2017.
10 Wawancara dengan Setiaji.
63
Jakarta. Menurut Dian Ekowati, selaku Kepala Dinas Kominfomas DKI Jakarta,
Teknologi big data menjadi salah satu prioritas pada program pengembangan e-
government di Pemprov DKI Jakarta yang dikelola oleh Jakarta Smart City.11
Manfaat dari teknologi big data yang telah dilakukan oleh Jakarta Smart City
adalah untuk menganalisis laporan warga melalui tujuh kanal pengaduan resmi
Pemprov DKI Jakarta, analisis data transportasi Transjakarta, analisis arus lalu
lintas dari aplikasi Waze, analisis aset kendaraan Pemprov DKI Jakarta, analisis
pola penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Sedangkan Internet of Things (IoT) adalah sebuah teknologi dengan
memanfaatkan koneksi internet untuk menghubungkan antar perangkat untuk
memonitor dan mengontrol sesuatu. Interaksi tersebut memanfaatkan konektivitas
internet yang tersambung secara terus menerus. Pemprov DKI Jakarta telah
memanfaatkan teknologi IoT dan telah terintegrasi dengan Jakarta Smart Ciy,
serta telah digunakan untuk memonitor bus Transjakarta, CCTV online,
memonitor truk sampah dan alat berat, memonitor ambulans, memantau
ketinggian air dan mengontrol lampu penerangan jalan umum. Sedangkan sistem
laporan warga merupakan sebuah layanan untuk menerima laporan warga melalui
berbagai media. Tim Jakarta Smart City akan mengelompokan laporan-laporan
tersebut dan memverifikasi detail informasinya, kemudian laporan tersebut
tersebut diintegrasikan ke dalam Citizen Relation Management (CRM) untuk
ditindaklanjuti oleh dinas terkait. Saat ini Pemprov DKI Jakarta menyediakan
tujuh kanal pengaduan bagi warga DKI Jakarta yang ingin melaporkan
11
Jakarta Smart City, “Penerapan Fenomena Big Data pada Smart City – Jurnal JSC”
dalam https://youtube.com/, 07 Agustus 2017.
64
permasalahan di sekitarnya. Warga dapat melapor melalui Twitter resmi Pemprov
DKI Jakarta (@DKIJakarta), melalui Facebook (Pemprov DKI Jakarta), melalui
sms ke nomor 0811272206, melalui Email (dki@jakarta.go.id), melalui LAPOR
1708, melalui website Balai Warga Jakarta.go.id dan Qlue. Seperti yang
disampaikan oleh Setiaji sebagai berikut: “Aplikasi CRM merupakan aplikasi
yang dibuat oleh Jakarta Smart City. Yang berfungsi untuk mengintegrasikan
segala macam laporan yang masuk melalui tujuh kanal pengaduan.”12
Dari ke-enam unsur program Jakarta Smart City yang diterapkan, nantinya
akan menjadi tolak ukur dalam pembuatan kebijakan di DKI Jakarta dalam
beberapa tahun ke depan. Ini untuk menjadikan DKI Jakarta menjadi kota yang
pintar serta aman dan nyaman untuk ditinggali oleh warga DKI Jakarta. Dalam
pelaksanaannya untuk mesinergikan keenam prinsip tersebut dibutuhkan proses
yang panjang. Menurut Setiaji, untuk menuju smart city pilar pertama yang harus
dirubah adalah smart government. Ini bertujuan untuk meraih kepercayaan dari
masyarakat, untuk meraih partisipasi dari masyarakat. Setelah itu baru masuk ke
pilar-pilar yang lain. Namun inti dari semuanya adalah harus berkesinambungan
antara pilar yang satu dengan pilar lainnya, sebagaimana penuturannya:
“Enam pilar kita biasa sebut. Yang kita sasar dari awal itu smart government, untuk
lebih responsive, transparansi. Sasar lebih dulu smart government. Di kota-kota
lain juga seperti itu. Kita harus merubah government nya dulu. Jadi lebih responsif,
transparansi, dsb. Kalo pemerintahnya belum berubah gimana cara kita mengajak
masyarakat untuk berubah dong. Kalo transparan, pemerintahnya dipercaya,
masyarakat sudah pasti berpartisipasi. Ya gitu jadi relasinya sama kuat untuk
government nya berubah dulu. Baru setelah itu kita menyasar ke program-program
lain, misalnya transportasi, dan pasti ada hubungannya sih. Kita gak bisa
memaksakan untuk menjalankan smart environtment dulu, gak bisa karena untuk
menjadi smart environtment harus dibenahi dulu transportasinya, kalau
transportasinya udah hemat energi, masyarakatnya udah mau pindah dari mobil
12
Wawancara dengan Setiaji.
65
pribadi ke transportasi umum. Kemudian aman dan nyaman semuanya harus jalan,
paralel.”13
Dalam penerapannya selama kurang lebih dua tahun ini, Jakarta Smart City
tidak hanya membantu warga DKI Jakarta dalam memantau keadaan kondisi DKI
Jakarta, tetapi juga telah membantu gubernur dalam melakukan penilaian terhadap
aparat-aparat di kalangan Pemprov DKI Jakarta, dan memantau kondisi DKI
Jakarta sehingga tidak ada lagi aparat Pemprov yang tidak bekerja. Serta
memberikan ruang bagi masyarakat untuk memberikan kritik dan saran untuk
Pemprov DKI Jakarta dalam upaya untuk memperbaiki pelayanan kepada
masyarakat. Adapun beberapa aplikasi dan portal yang berhasil diciptakan oleh
Jakarta Smart City, sebagai berikut.14
Portal Jakarta.go.id, merupakan website
resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berisi segala macam informasi
mengenai Ibu Kota DKI Jakarta. Portal ini juga terintegrasi dengan portal resmi
lainnya yang menyediakan informasi-informasi terkait dengan DKI Jakarta.
Citizen Relation Management (CRM), merupakan sebuah aplikasi yang
diperuntukkan untuk menindaklanjuti seluruh laporan masyarakat yang berasal
dari tujuh kanal pengaduan yang disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Web
Kinerja, merupakan sebuah aplikasi hasil dari kerja sama dengan Biro Tata
Pemerintahan untuk mengukur dan mendokumentasikan kinerja aparatur wilayah
seperti Lurah dan Camat. Aplikasi Input Data, merupakan sebuah aplikasi
mobile pendukung situs kinerja untuk petugas kelurahan dalam mendata pekerjaan
yang akan menjadi tanggung jawab wilayahnya.
13
Wawancara dengan Setiaji. 14
Gambar dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September 2017.
66
Pantau Banjir, merupakan sebuah aplikasi yang berfungsi untuk memantau
informasi tentang ketinggian air di wilayah DKI Jakarta dan memantau
pengoperasian pompa air Jakarta yang berdasarkan pada data yang diinput oleh
petugas dinas tata air setiap jamnya. Executive Dashboard, merupakan sebuah
aplikasi mobile untuk mempermudah gubernur memantau kondisi DKI Jakarta
dan kinerja dari SKPD. Seperti memantau kinerja SKPD, kinerja Lurah, CCTV,
tinggi permukaan air, kemacetan, pembagian KJP dan KJS. Sehingga
memudahkan gubernur dalam memberikan penilaian terhadap kinerja aparatur di
bawahnya dan juga memudahkan gubernur dalam memantau kondisi Ibu Kota
DKI Jakarta.
Mekanisme Pendataan Mandiri (MPM), merupakan aplikasi hasil dari
insiatif dari Bappeda untuk mendata dan memverifikasi data masyarakat yang
menjadi sasaran penerima manfaat dari pemerintah. JKTNXT, merupakan
aplikasi virtual personal assistant yang dirancang sebagai sumber informasi untuk
warga DKI Jakarta. Portal Jakarta Smart City, merupakan website resmi yang
memberikan informasi mengenai profil Jakarta Smart City, kegiatan yang
dilakukan Jakarta Smart City, dan transparansi data pemerintah DKI Jakarta yang
berbasis data.
B. Penerapan Prinsip Good Governance dalam Kebijakan Jakarta Smart
City Melalui Aplikasi Qlue tahun 2016
Rencana untuk mewujudkan DKI Jakarta menjadi smart city sudah ada saat
Joko Widodo kampanye tahun 2012, di mana terdapat kata-kata smart city di
67
dalam dokumen perencanaan Kota DKI Jakarta. Namun baru lebih di detailkan
pada 2014 oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan resmi
diluncurkan pada pertengahan tahun 2014 oleh Gubernur Basuki Tjahaja
Purnama. Ini dijelaskan oleh Setiaji yang mengatakan:
“Pada saat pak Jokowi kampanye, saat menyusun RPJB itu ada kata-kata “smart
city” di dalam dokumen perencanaan kota Jakarta, pada tahun 2012. Hanya di situ
masih belum detail mengenai konsep smart city itu akan seperti apa, baru lebih
detail di tahun 2014, Bappeda menyusun semacam roadmap terkait smart city. Ada
tiga tahun tahapan terkait smart city, 2015 nya ngapain, di 2016 ngapain, di 2017
nya ngapain, termasuk definisi smart city itu disusun dinsitu. Sebenarnya
pencetusnya dari beliau berdua (Jokowi-Ahok). Lebih di detailkan lagi dan
diimplementasikan pada saat pak Ahok menjadi gubernur dan di launching pada
2014 pertengahan.”15
Pada dasarnya setiap negara memiliki cita-cita untuk membuat suatu
kebijakan publik yang ideal, yang sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
Dengan kebijakan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip good governance, berarti
tercipta tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam buku Pancasila, HAM, dan
Masyarakat Madani karya Ahmad Ubaedillah dan Abdul Razak, menurut
Lembaga Administrasi Negara (LAN) ada sembilan aspek fundamental dalam
good governance, yaitu partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsif,
orientasi kesepakatan, kesetaraan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, visi
strategis. Kesembilan prinsip ini yang harus terpenuhi dalam setiap kebijakan
yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta.
15
Wawancara dengan Setiaji.
68
Tabel IV.1. Summary Data per Kategori Melalui Aplikasi Qlue pada 2016
No. Keterangan
Total Laporan
Keseluruhan Masih
Menunggu
Sedang
diproses
Selesai
dikerjakan
1 Kemacetan 33.491 1.906 13.634 18.369
2 Sampah 85.628 1.989 7.612 75.758
3 Pelanggaran 68.995 3.782 23.998 44.993
4 Kebakaran 9.237 516 1.907 2.692
5 Jalan Rusak 26.026 1.508 14.695 12.099
6 Pengemis 5.873 329 1.540 2.163
7 Kaki Lima Liar 23.686 2.060 14.336 8.896
8 Kriminal 6.941 550 2.653 2.148
9 Lampu Jalan Rusak 22.745 1.413 11.875 11.630
10 Pohon Tumbang 16.566 891 5.321 8.449
11 Fasilitas Umum 43.179 2.745 17.049 25.781
12 Parkir Liar 63.148 3.980 30.382 28.338
13 Pajak Abnormal 4.953 421 1.156 900
14 Pelanggaran Izin Bangunan 6.558 699 4.959 1.327
15 Joki 3 in 1 1.032 113 393 116
16 Pelanggaran Merokok 480 100 338 47
17 Makanan Non Hygienis 11.104 124 1.085 9.871
18 Iklan Tak Berizin 16.497 444 1.962 15.522
19 Teroris 101.097 97 947 2.165
20 Bencana Banjir 6.621 521 2.559 5.217
21 Pajak Kos-Kosan 173 21 90 71
22 Narkoba 133 11 67 60
23 Fogging BDB 2.246 135 588 1.671
24 Pencegahan Banjir 4.850 271 1.427 3.759
25 RPTRA 1.086 117 424 545
Total 512.978 24.743 160.997 282.587
Sumber: Data dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September 2017.
Seperti yang terlihat pada tabel tersebut, semenjak terciptanya program
Jakarta Smart City yang didukung oleh aplikasi Qlue, Pemprov DKI Jakarta,
khususnya dinas-dinas, menjadi lebih mudah dalam menindaklanjuti setiap
laporan permasalahan yang ditujukan kepada dinas-dinas tersebut. Hal ini
dikarenakan aplikasi Qlue yang dikelola oleh UPT Jakarta Smart City dapat
memetakan secara langsung jenis-jenis permasalahan yang dilaporkan yang
kemudian juga langsung terhubung dengan dinas terkait agar segera
69
ditindaklanjuti. Pemetaan permasalahan ini terjabarkan berdasarkan jenis atau
kategori yang disesuaikan dengan dinas-dinas yang ada di DKI Jakarta.
Dari tabel yang tertera tersebut, juga dapat terlihat bahwa Jakarta Smart City
dan aplikasi Qlue ini memenuhi beberapa prinsip good governance. Salah satu
prinsip yang ada yaitu, partisipasi yang dapat terlihat dari laporan-laporan
sebanyak itu yang tidak terlepas dari masyarakat yang melaporkan. Kemudian
prinsip efektivitas dan efisiensi juga terasa, karena laporan yang masuk langsung
ditujukan kepada dinas terkait dan segera ditindaklanjut. Serta masyarakat yang
melapor juga tidak perlu datang ke kantor dan menunggu lama, cukup dengan
mengambil gambar permasalahan, pilih jenis laporan, berikan keterangan, dan
dipost melalui aplikasi Qlue.
Lebih terperinci, pada penerapan program Jakarta Smart City dan aplikasi
Qlue memenuhi empat aspek prinsip good governance yang dikemukakan oleh
Lembaga Administrasi Negara (LAN). Keempat prinsip good governance yang
terpenuhi dalam pelaksanaan Jakarta Smart City dan aplikasi Qlue tahun 2016
dijelaskan sebagai berikut:
B.1. Partisipasi
Prinsip partisipasi ditunjukan masyarakat melalui keaktifannya dalam
menggunakan aplikasi Qlue. Jumlah pengunduh aplikasi Qlue sebanyak 100.000
orang berdasarkan unduhan di Google Play Store. Juga mendapatkan penilaian
dari masyarakat dengan rating 4.2 (Qlue).16
Dari jumlah pengguna aplikasi Qlue
tersebut, menandakan antusiasme masyarakat terhadap program yang dikeluarkan
16
Berdasarkan pemberitahuan di Google Play Store pada aplikasi Qlue dan aplikasi Jakarta
Smart City, terhitung pada 30 Oktober 2017.
70
oleh Pemprov DKI Jakarta cukup baik. Seperti yang dikemukakan oleh pihak
Qlue bahwa “animo masyarakat cukup bagus, di mana aplikasi Qlue mendapatkan
rating 4.2 di Google Play Store.”17
Berikut ini disampaikan data mengenai jumlah
pengguna aplikasi Qlue setiap bulan di tahun 2016:
Tabel IV.2. Pengguna Aplikasi Qlue Tahun 2016
No Bulan
Pengguna
Aplikasi
Qlue
1 Januari 26.653
2 Februari 30.489
3 Maret 40.001
4 April 45.837
5 Mei 42.263
6 Juni 49.693
7 Juli 46.786
8 Agustus 44.337
9 September 36.612
10 Oktober 43.304
11 November 34.094
12 Desember 26.819
Total 466.888
Sumber: Data dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September 2017.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat untuk
melapor permasalahan yang ada di DKI Jakarta melalui aplikasi Qlue cukup
bagus. Di mana pengguna aplikasi Qlue sebanyak 466.888 sepanjang tahun 2016.
Dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan aplikasi Qlue berarti semakin
banyak masalah yang dapat langsung ditindaklanjuti oleh petugas-petugas terkait
permasalahan yang di laporkan. Qlue yang menjadi media sosial khusus warga
untuk melaporkan sebuah permasalahan juga mendapat sambutan hangat dari
masyarakat itu sendiri. Seperti yang terlihat dari jumlah pengguna aplikasi Qlue
17
Wawancara dengan pihak Qlue melalui E-mail pada 12 September 2017.
71
yang mencapai 100.000 pengunduh, yang menandakan bahwa permasalahan di
Ibukota DKI Jakarta memang banyak dan masyarakat memiliki tempat untuk
melaporkan masalah itu secara langsung agar segera ditindaklanjuti dan
masyarakat juga dapat mengawasi setiap masalah yang dilaporkan. Bagi
masyarakat umum yang ingin melihat masalah-masalah yang dilaporkan melalui
aplikasi Qlue dapat mengakses portal Jakarta Smart City di laman
smartcity.jakarta.go.id untuk sama-sama mengawasi kinerja dari aparat-aparat
Pemprov DKI Jakarta. Seperti yang tertera pada gambar dibawah ini dimana
masyarakat melaporkan masalah sampah yang ada di Jakarta melalui aplikasi
Qlue.
Gambar IV.2. Laporan Melalui Aplikasi Qlue
Sumber: Gambar dari Aplikasi Qlue, diperoleh pada 11 November 2017.
72
Partisipasi masyarakat dalam aplikasi Qlue terlihat melalui akun gugun_dut
melaporkan masalah sampah yang berada di Jembatan Penyebrangan Orang (JPO)
busway Slipi Petamburan dengan memberikan keterangan “tolong dibersihkan
sampah di JPO Slipi Petamburan. Nyaris setiap pagi selalu ada sampah disana
#sampahkering.” Dari laporan tersebut akun gugun_dut telah ikut berpartisipasi
dalam membantu Pemprov DKI Jakarta untuk menanggulangi masalah sampah di
DKI Jakarta, serta membantu Dinas Kebersihan Kota Jakarta dalam memantau
kebersihan di kota Jakarta.
Tidak hanya itu, partisipasi melalui Jakarta Smart City dapat dilihat dari
aktifnya masyarakat memperoleh informasi mengenai DKI Jakarta yang dapat
diakses dengan mudah melalui Portal Jakarta Smart City lewat laman
smartcity.jakarta.go.id sesuai kebutuhan masyarakat. Tidak hanya itu, dari data-
data yang dibuka tersebut, UPT JSC sering mengadakan sebuah acara dengan
melibatkan masyarakat dan anak-anak muda untuk memikirkan dan mencari
solusi bagi permasalahan DKI Jakarta. Dengan mengundang para anak-anak
muda, mahasiswa, komunitas, dan masyarakat untuk sama-sama memikirkan
masalah DKI Jakarta dan mencari solusinya melalui data-data yang dimiliki dan
diberikan ke masyarakat untuk mendapatkan ide-ide kreatif dari masyarakat.
Seperti yang disampaikan Setiaji yang mengatakan:
“Dengan mengadakan sebuah acara (sayembara) yang dapat diikuti masyarakat,
dimana kita membuka data pemerintah. Atau dengan berkolaborasi dengan
mengajak masyarakat dan juga komunitas. Kita mengajak semua masyarakat dan
juga mahasiswa untuk sama-sama mikirin, atau istilahnya partisipasi warga lah,
untuk menyumbangkan ide kreatifnya. Kita juga buka co-working space, di mana
itu menjadi tempat kumpulnya anak-anak muda dan pemerintah memberikan
73
sebuah problem untuk menyaring ide-ide kreatif dari
masyarakat/mahasiswa/komunitas tadi.”18
B.2. Transparansi
Transparansi dalam aplikasi Qlue dapat dilihat melalui gambar yang
diposting oleh masyarakat, dan tindaklanjutnya juga dibuktikan dengan gambar
pula yang dipost oleh petugas penindaklanjut. Seperti yang terlihat dalam gambar
di bawah ini:
Gambar IV.4. Laporan yang Selesai ditindaklanjut
Sumber: Gambar dari Aplikasi Qlue, diperoleh pada 30 September 2017.
Pada gambar di atas, menjelaskan suatu persamalahan yang dilaporkan oleh
masyarakat berupa halte yang tidak terpakai karena rusak. Dari laporan tersebut,
petugas menindaklanjuti laporan dalam waktu 34 hari terhitung dari tanggal
18
Wawancara dengan Setiaji.
74
laporan dipost. Dalam gambar di atas juga terlihat ada keterangan selesai
berwarna hijau, yang berarti laporan tersebut sudah selesai ditindaklanjuti, dengan
ditambahkan bukti berupa foto yang tertera pada gambar kiri. Selain itu, pelapor
juga dapat memberikan penilaian terhadap hasil tindaklanjut yang dilakukan oleh
petugas. Bentuk partisipasi pada gambar di atas dilihat dari masalah-masalah yang
dilaporkan oleh masyarakat dan bentuk tindak lanjut dari petugas yang juga harus
dalam bentuk gambar atau foto, dan juga masyarakat bisa memberikan penilaian
terkait dengan tindaklanjut yang dilakukan oleh petugas.
Adapun gambar laporan yang belum diproses, sebagai berikut:
Gambar IV.5. Laporan yang sedang dalam Proses
Sumber: Gambar dari Aplikasi Qlue, diperoleh pada 30 September 2017.
Pada gambar di atas, menjelaskan sebuah permasalahan yang sedang dalam
proses tindaklanjut, ditandai dengan keterangan proses yang berwarna kuning.
75
Selain itu, untuk memastikan laporan ditindaklanjut ada petugas yang
memberitahukan lewat pemberitahuan akun pribadi pelapor bahwa laporan akan
segera ditindaklanjuti. Seperti yang tertera pada gambar di sebelah kanan yang
menunjukan petugas atas nama Siskaleonitas yang memberi pesan “akan segera
di TL”. Dari penjelasan tersebut, transparansi yang dihadirkan melalui aplikasi
Qlue ditujukan kepada masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat memantau
laporan yang mereka laporkan, apakah sudah ditindak lanjut atau masih dalam
kedadaan proses.
Sedangkan untuk laporan yang belum ditindaklanjuti, pihak Qlue juga
memberikan informasi seperti gambar di bawah ini:
Gambar IV.6. Laporan yang Belum ditindaklanjut
Sumber: Gambar dari Aplikasi Qlue, diperoleh pada 30 September 2017.
76
Pada gambar di atas, menjelaskan bahwa sebuah laporan masih menunggu
untuk mendapat tindaklanjut. Ini ditandai dengan keterangan menunggu berwarna
merah yang ada pada gambar yang berarti laporan belum ditindaklanjut. Hal
tersebut merupakan salah satu bentuk transparansi yang dibutuhkan masyarakat
untuk mengetahui perbedaan dari tindaklanjut yang telah dilakukan oleh pihak
terkait.
Jadi pada intinya, transparansi dibangun oleh Jakarta Smart City tidak hanya
berupa keterbukaan informasi seputar DKI Jakarta melainkan juga laporan seputar
permasalahan yang dilaporkan melalui aplikasi Qlue. Semua orang dapat melihat
bagaimana kinerja Pemprov DKI Jakarta dalam menindaklanjuti setiap
permasalahan yang dilaporkan melalui aplikasi Qlue. segala proses pengerjaan,
dari yang belum terselesaikan, yang sedang proses, hingga yang sudah
terselesaikan dapat diawasi oleh semua kalangan demi mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
B.3. Responsif
Dengan permasalahan-permasalahan yang ada, maka dibutuhkan solusi yang
smart untuk menindaklanjuti masalah tersebut. Dengan kemajuan teknologi saat
ini, kita bisa memanfaatkan teknologi agar dapat merespon permasalahan dengan
lebih cepat, sebagaimana yang disampaikannya:
“... Dengan seperti itu muncul berbagai permasalahan mulai dari macet, sampah,
banjir. Sehingga membutuhkan solusi yang lebih smart, ditambah dengan adanya
teknologi sehingga kita manfaatkan teknologi tadi supaya kita lebih cepat
merespon permasalahan tadi. Dibanding dengan kita tidak memakai teknologi, bisa
jadi kita tidak tahu kalau disana ada permasalahan yang urgent untuk
ditindaklanjuti. Itulah gunanya teknologi tadi supaya kita lebih smart untuk
menyelesaikan berbagai macam problem tadi.”19
19
Ibid.,
77
Jakarta Smart City hadirnya aplikasi Qlue merupakan cara pemerintah
dalam membagikan informasi yang diinginkan oleh masyarakat, yang juga dapat
dilihat dan dipantau oleh masyarakat luas, serta sebagai cara pemerintah untuk
memanfaatkan teknologi dalam mengelola pemerintahan dan memperbaiki
layanan kepada masyarakat. Untuk mengefektifkan dan mengefisienkan kerja
Pemprov DKI Jakarta, “... tujuannya yaitu untuk mempercepat waktu respon dari
aparat DKI Jakarta. Tujuan dari smart city, selain mempercepat pelayanan juga
untuk mengefektifkan dan mengefisienkan kerja aparat juga.”20
Dengan adanya aplikasi Qlue, dinas-dinas Pemprov DKI Jakarta mendapat
banyak laporan dari masyarakat. Dapat dilihat dari tabel di bawah ini, di mana
dinas-dinas tersebut mendapatkan jumlah laporan mencapai 98.677 laporan
permasalahan yang masuk ke dinas-dinas di DKI Jakarta di tahun 2016. Laporan
melalui aplikasi Qlue dalam kuartil tahun 2016 dijabarkan sebagai berikut:
Tabel IV.3. Laporan Dinas per Kuartil 2016 Melalui Aplikasi Qlue
No Nama Dinas Laporan per Kuartil 2016
Total Maret Juni September Desember
1 Dinas Perhubungan 19.537 11.255 14.336 9.371 54.499
2 Dinas Kebersihan 8.155 4.024 5.010 3.607 20.796
3 Satpol PP 3.304 1.014 1.271 3.418 9.007
4 Dinas Sosial 1.289 926 475 466 3.156
5
Dinas perindustrian &
energi 1.527 352 235 92 2.206
6 Bina Marga 467 260 284 605 1.616
7 Staff Transjakarta 2.961 3.982 2.412 1.963 11.318
8 Dinas Kominfo 39 0 0 0 39
9 BPBD 2 0 0 0 2
10 Polisi 4 0 0 3 7
11 Tata Air 185 3 18 4 210
12 Dinas Pertamanan 243 0 13 32 288
20
Ibid.,
78
13 BPLHD 0 42 0 0 42
Total 37.713 21.858 19.545 19.561 98.677
Sumber: Data dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September 2017.
Dari tabel di atas tersebut bisa dilihat dinas yang paling banyak
mendapatkan laporan permasalahan adalah dinas Perhubungan, yang berarti
masalah kemacetan di DKI Jakarta masih sangat tinggi dengan jumlah laporan
mencapai 54.499 laporan. Dari tabel tersebut juga bisa dilihat bahwa tingkat
pelaporan tertinggi terjadi pada kuartil pertama di tahun 2016, yaitu sebanyak
37.713 laporan. Salah satu bentuk respon yang dilakukan oleh dinas di DKI
Jakarta adalah yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Seperti yang
tertera pada gambar di bawah ini:
Gambar IV.7. Petugas Menindaklanjuti sebuah Laporan yang Masuk di
Aplikasi Qlue
Sumber: Gambar dari aplikasi Qlue, diperoleh pada 11 November 2017.
79
Terlihat petugas dari Dinas Perhubungan dan petugas Satpol PP sedang
menindaklanjut laporan terkait dengan parkir liar yang berada di Palmerah. Selain
itu juga terlihat petugas dari Dinas Perhubungan yang sedang menindaklanjut
laporan terkait dengan angkot-angkot yang sedang mengetem dan pengendara
sepeda motor yang melawan arus hingga menyebabkan kemacetan di sekitar
stasiun Pasar Minggu. Namun berdasarkan pantauan penulis, respon dari dinas-
dinas terkadang masih terlalu lama, di mana Dinas Perhubungan dalam
menindaklanjuti masalah parkir liar dan angkot-angkot yang berhenti
sembarangan membutuhkan waktu berhari-hari.
Untuk mempercepat waktu respon dari aparat, Pemprov DKI Jakarta
bekerjasama dengan Qlue. Ini sesuai dengan pernyataan Setiaji yang mengatakan
bahwa:
“Dengan adanya Qlue, respon time menjadi lebih cepat, dan yang tercepat itu
hanya 7 menit per laporan. Sebelum adanya Qlue, Pemprov DKI Jakarta belum
dapat mengukur secara pasti, dan tidak dapat merespon laporan lebih cepat,
kemudian juga masyarakat sama-sama dapat mengawasi kinerja Pemprov DKI
Jakarta. Semenjak hadirnya Qlue kinerja Pemprov DKI Jakarta menjadi lebih
responsif.”21
Pernyataan Setiaji diatas didukung dengan rata-rata waktu penyelesaian
laporan sepanjang tahun 2016 yang ada di kisaran 27,8 jam/laporan, seperti yang
terlihat dalam grafik dibawah dimana tingkat responsif dari aparatur pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Dengan rata-rata waktu tercepat dalam penyelesaian di
bulan November yang mencapai 8 jam/laporan. Ini menjadi kemajuan tersendiri
bagi Pemprov DKI Jakarta, karena sebelum adanya aplikasi Qlue rata-rata waktu
penyelesaian laporan mencapai 171 jam/laporan.
21
Wawancara dengan Setiaji.
80
Gambar IV.8. Grafik Rerata Waktu Penyelesaian per Laporan 2016
Sumber: Data dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September 2017.
B.4. Efektivitas dan Efisiensi
Semenjak program Jakarta Smart City dikeluarkan oleh gubernur,
diharapkan kinerja Pemprov DKI Jakarta menjadi lebih baik. Pemprov DKI
Jakarta menginginkan keterlibatan masyarakat dalam merumuskan dan
mengetahui masalah yang ada di DKI Jakarta. Dengan maksud tersebut, secara
khusus Pemprov DKI Jakarta menjalin kerjasama dengan Qlue. Dengan adanya
Qlue, Pemprov DKI Jakarta dapat mengetahui problem yang ada di masyarakat
secara langsung, dan dengan masyarakat melaporkan permasalahan melalui Qlue,
membuat Pemprov DKI Jakarta mengetahui lokasi mana saja yang terdapat
masalah sesuai dengan apa yang ada di sekitar mereka. Seperti yang dikemukakan
Setiaji sebagai berikut:
“Dengan hadirnya Qlue ini ya kita bisa mengetahui problem di masyarakat secara
langsung, dan ini merupakan cara termurah dibandingkan dengan menggunakan
CCTV untuk memantau sampah. Dan kali ini kita menggunakan masyarakat
sebagai sensor. Ini sih ide awalnya dari Pak Jokowi yang sering melakukan
blusukan, Qlue ini sebenarnya bagian dari e-blusukan, jadi masyarakatlah yang
81
mereport ke kita. Jadi kita tahu di lokasi mana yang ada sampah dan masalah
sebagainya.”22
Dengan kerjasama yang terjalin antara Pemprov DKI Jakarta dengan
perusahaan aplikasi Qlue, membuat Qlue menjadi media terpopuler bagi
masyarakat DKI Jakarta. Sesuai dengan pernyataan Setiaji bahwa “pada tahun
2015 dan 2016, Qlue menjadi salah satu andalan Jakarta Smart City.”23
Dengan
populernya Qlue dikalangan masyarakat DKI Jakarta membuat laporan
permasalahan yang masuk ke Pemprov DKI Jakarta bertambah banyak. Seperti
terlihat pada tabel di bawah ini yang merupakan jenis/kategori laporan yang sering
di laporkan oleh masyarakat melalui aplikasi Qlue, berikut dengan alur proses
tindak lanjutnya:
Tabel IV.4. Summary Data per Kategori Melalui Aplikasi Qlue pada 2016
No. Keterangan
Total Laporan
Keseluruhan Masih
Menunggu
Sedang
diproses
Selesai
dikerjakan
1 Kemacetan 33.491 1.906 13.634 18.369
2 Sampah 85.628 1.989 7.612 75.758
3 Pelanggaran 68.995 3.782 23.998 44.993
4 Kebakaran 9.237 516 1.907 2.692
5 Jalan Rusak 26.026 1.508 14.695 12.099
6 Pengemis 5.873 329 1.540 2.163
7 Kaki Lima Liar 23.686 2.060 14.336 8.896
8 Kriminal 6.941 550 2.653 2.148
9 Lampu Jalan Rusak 22.745 1.413 11.875 11.630
10 Pohon Tumbang 16.566 891 5.321 8.449
11 Fasilitas Umum 43.179 2.745 17.049 25.781
12 Parkir Liar 63.148 3.980 30.382 28.338
13 Pajak Abnormal 4.953 421 1.156 900
14 Pelanggaran Izin Bangunan 6.558 699 4.959 1.327
15 Joki 3 in 1 1.032 113 393 116
16 Pelanggaran Merokok 480 100 338 47
17 Makanan Non Hygienis 11.104 124 1.085 9.871
18 Iklan Tak Berizin 16.497 444 1.962 15.522
19 Teroris 101.097 97 947 2.165
20 Bencana Banjir 6.621 521 2.559 5.217
21 Pajak Kos-Kosan 173 21 90 71
22
Wawancara dengan Setiaji. 23
Wawancara dengan Setiaji.
82
22 Narkoba 133 11 67 60
23 Fogging BDB 2.246 135 588 1.671
24 Pencegahan Banjir 4.850 271 1.427 3.759
25 RPTRA 1.086 117 424 545
Total 512.978 24.743 160.997 282.587
Sumber: Data dari UPT Jakarta Smart City, diperoleh pada 29 September 2017.
Keterangan: Sama dengan Tabel IV.1.
Laporan yang masuk melalui aplikasi Qlue memudahkan Pemprov DKI
Jakarta untuk memetakan setiap permasalahan sesuai kategori masing-masing,
yang nantinya akan terhubung dengan dinas-dinas terkait sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Ini menjadi efektif karena laporan dapat segera ditindaklanjuti
oleh petugas terkait. Selain itu manfaat efisiensi juga dirasakan dengan
penghematan. Penghematan ini berupa hemat waktu, tenaga dan kertas, di mana
dalam melaporkan sebuah permasalahan melalui Qlue, masyarakat tidak perlu
datang ke kelurahan atau tempat pengaduan lainnya. Cukup melalui smartphone
masyarakat dengan mudah melaporkan suatu masalah. Masalah cukup difoto, pilih
kategori permasalahan, diberi keterangan masalahnya, kemudian dipost melalui
aplikasi Qlue. Efisiensi bagi dinas-dinas di DKI Jakarta dengan adanya aplikasi
Qlue adalah memudahkan dinas-dinas tersebut dalam merumuskan kebijakan
untuk menindaklanjuti masalah yang di laporkan, sehingga tidak memerlukan
waktu yang lama dalam merumuskan suatu kebijakan.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwasanya
penerapan good governance dalam kebijakan Jakarta Smart City melalui aplikasi
Qlue tahun 2016 telah berjalan dengan baik dan memenuhi prinsip-prinsip good
governance. Dikarenakan partisipasi masyarakat dalam memberikan laporan
permasalahan melalui aplikasi Qlue terhitung tinggi dengan jumlah laporan
permasalahan yang mencapai 512.978 laporan dari 466.888 pengguna aplikasi
Qlue sepanjang tahun 2016.
Dari sisi transparansi dalam portal Jakarta Smart City tetap terjaga dengan
mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi seputar DKI Jakarta yang
dibutuhkan. Transparansi dalam aplikasi Qlue terlihat di mana masyarakat baik
yang melapor ataupun tidak, dapat memantau masalah yang dilaporkan apakah
sudah ditindaklanjut atau belum. Juga masyarakat dapat memantau hasil dari
tindaklanjut yang dilakukan dinas-dinas terkait. Pemantauan laporan
permasalahan tersebut dapat dilihat melalui aplikasi Qlue sendiri maupun melalui
Portal Jakarta Smart City lewat web smartcity.jakarta.go.id.
Dengan hadirnya Jakarta Smart City dan aplikasi Qlue kinerja dari aparat-
aparat Pemprov DKI Jakarta semakin responsif. Karena aparat di lapangan dapat
langsung menindaklanjut laporan melalui laporan yang masuk melalui aplikasi
Qlue. Akibatnya, kecepatan waktu aparat dan dinas-dinas di Pemprov DKI Jakarta
semakin meningkat di tahun 2016.
84
Dengan adanya aplikasi Qlue dan Jakarta Smart City Pemprov DKI Jakarta
tidak lagi susah dalam mengumpulkan permasalahan-permasalahan yang ada di
DKI Jakarta. Sehingga Pemprov DKI Jakarta tidak lagi membutuhkan waktu lama
untuk merumuskan masalah dalam membuat sebuah kebijakan terkait dengan
masalah yang dilaporkan. Bagi dinas-dinas dapat langsung menindaklanjuti
laporan permasalahan tersebut, serta masyarakat dapat dengan mudah melaporkan
masalah yang ada melalui aplikasi Qlue yang bisa diunduh melalui smartphone.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah secara terbuka mengundang masyarakat dalam perumusan
kebijakan Jakarta Smart City dan memberikan pelatihan kepada
masyarakat agar kontribusi masyarakat semakin banyak, sehingga
partisipasi masyarkat terwujud.
2. Agar UPT Jakarta Smart City dan perusahaan pengembang aplikasi Qlue
memperbaiki sistem pengawasan yang sudah ada, sehingga masyarakat
dan pemerintah bisa sama-sama ikut mengawasi kinerja aparat.
3. Sebaiknya dibuat sebuah Standart Operational (SOP) bagi dinas-dinas
dalam menindak lanjut laporan yang masuk agar lebih responsif, efektif
dan efisien.
85
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anggara, Sahya. Kebijakan Publik. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2006.
Pratama, Arif Budy. Citra Pemerintah di Era Digital Tipologi dan Manjemen
Reputasi. Yogyakarta: Gava Media, 2017.
Santosa, Pandji. Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: Refika Aditama, 2008.
Ubaedillah, Achmad dan Rozak, Abdul. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education): Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta:
Indonesian Center for Civic Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012.
Widodo, Joko. Good Governance Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi. Surabaya: Insan Cendekia, 2007.
Winarno, Budi. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media
Pressindo, 2007.
Skripsi, Tesis dan Jurnal
Azizah, Nur. “Kebijakan Pemerintah dan Good Governance”. Paper. Yogyakarta,
JPP Fisipol UGM, 13 September 2011.
Budiarti, Erna. “Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kota Tangerang
Selatan”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia, Depok, 2012.
Indrananto, Cahyadi. “Pemimpin Daerah sebagai Agen: Dramaturgi dalam
Komunikasi Politik Walikota Solo Joko Widodo”. Tesis S2 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Jakarta, 2012.
Olivia, Sandra dan Ayuningtyas, Dumilah. “Analisis Politik dan Kebijakan
Pembiayaan Rumah Sakit Pemerintah DKI Jakarta”. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 5 No. 3. Universitas Indonesia, Depok,
Desember 2010.
Suharto, Edi. Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik bagi Masyarakat dengan
Kebutuhan Khusus. Disampaikan pada Focused Group Discussion (FGD)
86
“Kajian Pelayanan Khusus pada Sektor Pelayanan Publik”. Bogor: Lembaga
Administrasi Negara (LAN), 09-10 Oktober 2008.
Susanti, Dinar Annisa. “Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan
Lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance”.
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013.
Tamjidi, Muhammad Hafidz. “Analisis Gaya Kepemimpinan Basuki Tjahja
Purnama (Ahok) dalam Menjalankan Reformasi Birokrasi Bidang Sumber
Daya Manusia di DKI Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2016.
Yohana, Silvany. “Analisis Formulasi Kebijakan Peraturan Daerah (Perda) No. 10
Tahun 2011 tentang Pendirian Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM)
Kota Depok”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia, Depok, 2012.
Dokumen
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. “Jakarta dalam Angka 2016”, Katalog
BPS: 1102001.31. Juli 2016.
Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 223 Tahun 2015 tentang
Penggunaan Aplikasi Jakarta Smart City di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan E-government.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 280 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Jakarta Smart City.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.
Wawancara
Agus, Lurah Menteng. Jakarta, 27 Mei 2017.
Hidayatullah, Camat Tanah Abang. Jakarta, 27 Mei 2017.
Pihak Qlue. Melalui E-mail, 12 September 2017.
Setiaji, Ketua Unit Pelaksana Jakarta Smart City. Jakarta, 29 September 2017.
87
Aplikasi
Portal Jakarta Smart City.
Qlue.
Internet
Aziza, Kurnia Sari Aziza. “Wujudkan Kota Pintar, Ahok Bakal Bentuk UPT
Jakarta Smart City”. http:// kompas.com/, 15 Desember 2014.
Aziza, Kurnia Sari. “Seperti Apa Cara Kerja Jakarta Smart City?”.
http://kompas.com/, 16 Desember 2014.
Byu. “Jakarta Smart City, dari Info Lalin hingga Harga Sembako”.
https://www.menpan.go.id/, 29 Maret 2017.
Holili. “Smart City”. https://scribd.com/, 11 Oktober 2016.
Infokomputer. “TerralogiQ: Andalkan Solusi Pemetaan, Fokus Garap Smart
City”. https://www.infokomputer.com/.
Jakarta Smart City. “Implementasi di Bidang Pemerintahan Saat Ini (Unit Jakarta
Smart City)”. http://smartcity.jakarta.go.id/.
Jakarta Smart City. “Penerapan Fenomena Big Data pada Smart City – Jurnal
JSC”. https://youtube.com/, 07 Agustus 2017.
Jakarta, Geografis. “Wilayah DKI Jakarta”. http://www.jakarta.go.id/, 01 Januari
2008.
Kemendagri. “Sejarah DKI Jakarta”. http://www.kemendagri.go.id/.
News, Official NET. “Talk Show Aplikasi Qlue Jakarta Smart City-IMS”.
https://youtube.com/, 30 Juli 2015.
Rinaldi, Randy. “Gubernur DKI Jakarta dari Masa ke Masa”.
http://randyrinaldi.blogspot.co.id/, 22 Januari 2014.
Smartsystem. “Apa itu Smart City?”. https://ugm.ac.id/, 30 Oktober 2016.
Triwijanarko, Ramadhan. “Menilik Konsep Jakarta Smart City”.
http://marketeers.com/, 27 Oktober 2016.
TyoJB. “Impian Ahok “terhadap Jakarta Smart City” yang Menjadi Kenyataan”.
https://youtube.com/, 11 Mei 2016.
Viva.co.id. “Konsep Kota Masa Depan ala Jakarta Smart City”.
https://youtube.com/, 21 April 2016.