Post on 29-Dec-2015
description
1
GANGGUAN MAKAN PADA ANAK DAN REMAJA
Dr. JOHAN S. LISAL, SpA(K), SpGK
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNHAS / SMF ANAK RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
SUMMARY
Eating disorders are complex illnesses that affect children and adolescents.
According to DSM IV there are three kinds of eating disorders e.g. : anorexia nervosa
(AN), bulimia nervosa (BN) and unclassified one. These disorders can be associated with
serious biological, psychological and sociological morbidity and significant mortality.
The etiology of AN and BN are unknown, however some suggested factors may
play a role, such as biological, genetic and psychosocial factors. Because of the complex
biopsychosocial aspects of these eating disorders, the management of these conditions
appear to be optimal with an interdisciplinary team consisting of professionals from
medical, nursing, nutritional and mental health disciplines. BN has better outcome than
AN. The prevention should be carried out by primary and secondary programs.
Keywords: Anorexia nervosa-Bulemia nervosa-Eating disorders
RINGKASAN
Gangguan makan merupakan penyakit kompleks yang mengenai anak dan remaja.
Berdasarkan DSM IV ada tiga bentuk gangguan makan yaitu: anoreksia nervosa (AN),
bulimia nervosa (BN) dan gangguan makan yang tidak tergolongkan. Gangguan tersebut
dapat menyebabkan morbiditas biologik, psikologik dan sosial, serta kematian.
2
Penyebab gangguan makan belum diketahui dengan jelas, namun diduga terkait
dengan berbagai faktor biologik, genetik dan psikososial. Mengingat kompleksnya aspek-
aspek biopsikososial kelainan ini maka diperlukan tim yang profesional dalam
penanganannya, yang melibatkan dokter, perawat, ahli gizi dan kesehatan jiwa. BN
memiliki prognosis yang lebih baik dari pada AN. Pencegahan dilakukan melalui
program pencegahan primer dan sekunder.
PENDAHULUAN
Masalah kesulitan makan dan gangguan makan pada anak sering dihadapi oleh
orangtua sehingga hal ini sering menjadi alasan bagi mereka untuk berkonsultasi pada
dokter. Pada masa anak-anak tanggung jawab makan ada pada orangtua, tetapi dalam
perkembangannya pada masa remaja tanggung jawab tersebut ada pada anak itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut sistem klasifikasi psikiatrik (ICD-10 dan DSM –IV)
membedakan antara feeding disorders pada masa anak-anak dengan eating disorders
yang pada umumnya terjadi pada masa remaja, sehingga pada masa transisi ini
diperlukan suatu pendekatan yang berbeda baik untuk penilaian maupun
penanggulangannya 1.
Feeding disorders terjadi dalam 6 tahun pertama kehidupan berupa penolakan
makanan atau extreme faddiness pada keadaan ada cukup makanan dan tidak ada
penyakit organik. Keadaan ini sering ditemukan. Penolakan makan terjadi pada > 20 %
anak prasekolah. Tidak seperti pada masa remaja di sini tidak terdapat kecemasan akan
kegemukan dan kelainan psikologik maupun prilaku.
3
Eating disorders (gangguan makan) merupakan suatu sindrom psikiatrik yang
ditandai oleh pola makan yang menyimpang yang terkait dengan karakteristik psikologik
yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh dan berat badan. Berdasarkan DSM IV
ada tiga bentuk gangguan makan yaitu: anoreksi nervosa (AN), bulimia nervosa (BN) dan
gangguan makan yang tidak tergolongkan 1,2.
Dampak gangguan makan pada anak dan remaja tergantung pada berat dan
lamanya gangguan makan yang terjadi. Jika gangguan terjadi dalam waktu beberapa hari
saja terjadi deplesi energi yang akut tanpa gejala yang nyata, akan tetapi bila berlangsung
lama dapat berakibat hambatan pertumbuhan dan perkembangan bahkan kematian 3,4.
Makalah ini membahas secara ringkas gangguan makan pada anak dan remaja
berupa anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.
EPIDEMIOLOGI
Insidens anoreksia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN) meningkat pada 2
dekade terakhir. Diperkirakan 1 dari 100 wanita berumur 16 – 18 tahun mengalami AN,
25 % terjadi pada umur kurang dari 13 tahun 4. Wanita lebih sering mengalami gangguan
makan, dengan perbandingan wanita dengan laki-laki 10 : 1. Awalnya gangguan makan
tersebut hanya dilaporkan pada golongan sosial ekonomi menengah dan atas, tetapi pada
saat ini dilaporkan juga pada golongan sosial ekonomi rendah. Kelainan ini juga
ditemukan pada berbagai kelompok etnik dan ras. BN lebih sering dijumpai dari pada
AN. Dilaporkan 19 % dari pelajar wanita usia remaja lanjut di Belanda menunjukkan
gejala bulimia. Prevalensi BN 1500 kasus dari 100.000 wanita muda. Onset rata-rata
4
kejadian BN pada umur 18 – 19 tahun, kelainan tersebut relatif lebih jarang pada masa
remaja awal 1,4.
ETIOLOGI
Etiologi gangguan makan belum diketahui, akan tetapi sejumlah faktor dianggap
berperan terhadap kelainan ini, faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor psikososial berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial
untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri 2,4.
2. Faktor genetik: adanya bukti bahwa AN banyak didapat pada penderita dengan
riwayat keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar
monozigot dibandingkan dizigot 2,4.
3. Faktor biologik: penurunan sintesis, uptake dan turnover serotonin serta penurunan
sensitivitas reseptor serotonin post sinaptik 2.
GAMBARAN KLINIK
AN dan BN terkait dengan gangguan hampir semua sistem organ, meskipun hal
ini bukan kelainan primer akan tetapi lebih merupakan hasil malnutrisi berat 4.
Gejala klinik AN yang sering ditemukan berupa:
1. Sangat ingin menjadi kurus, selalu merasa gemuk meskipun berat badannya di bawah
ukuran normal berdasarkan umur dan tinggi badan 2,3,4,5.
2. Merasa segan terhadap makanan, hilangnya nafsu makan, hampir tidak makan sama
sekali, pura-pura makan tetapi sebenarnya makanan disembunyikan / dibuang
sebelum makan 1,5.
5
3. Kelelahan, lemah 1,5.
4. Serangan bulimia (makan dengan rakus tetapi segera dimuntahkan kembali atau
dikeluarkan dengan obat pencahar), dapat terjadi pada beberapa kasus 1,4,5.
5. Gangguan tidur banyak didapatkan pada AN berupa periode RAM (rapid eye
movement) yang singkat seperti yang ditemukan pada pasien depresi 1,5.
6. Amenore akibat immaturitas pola sekresi luteinizing hormone 1,2,4,6.
Gejala klinik BN berupa:
1. Rasa kekhawatiran yang sangat terhadap bertambahnya berat badan 2,4,6.
2. Siklus banyak makan / minum dengan rakus (makan dalam jumlah yang besar) yang
tidak terkontrol dan segera dimuntahkan. Tindakan ini termasuk merangsang diri
sendiri agar muntah, menggunakan obat pencahar / diuretik, menahan rasa lapar, diit
dengan ketat, atau melakukan latihan secara berlebihan. Siklus ini dapat muncul
sekali dalam beberapa minggu, atau beberapa kali sehari pada kasus yang berat 1,5,6.
3. Sakit tenggorokan yang kronik (akibat muntah yang berlebihan) 4,5.
4. Kebiasaan buang air besar tidak teratur (akibat penggunaan obat pencahar yang
berlebihan) 2,6.
5. Biasanya dengan berat badan normal, kecuali yang ada kaitannya dengan AN dapat
terjadi penurunan berat badan yang berat 2,6.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk penderita gangguan makan meliputi
pemeriksaan tanda vital, mengukur tinggi dan berat badan penderita dan pemeriksaan
status pubertas 1.5. Kelainan yang didapat pada pemeriksaan fisik berupa kehilangan berat
6
badan yang nyata, bradikardi, hipotensi postural, hipotermi, penipisan email akibat
tumpahan asam lambung, luka pada anus akibat penggunaan pencahar yang berlebihan,
kulit dan bibir kering akibat dehidrasi 1,5.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain darah rutin, kadar elektrolit,
kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid. Pemeriksaan
elektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat pengobatan
antidepresan 1,5.
DIAGNOSIS
Dalam menegakkan diagnosis AN dapat digunakan kriteria diagnosis menurut
WHO 1992 atau DSM IV. Kriteria AN menurut WHO 1992 sebagai berikut 1:
1. Penurunan berat badan paling sedikit 15 % dari yang seharusnya atau body mass
index (BMI) di bawah 17,5. Penurunan berat badan terjadi akibat perlakuan diri
sendiri dengan cara menghindari makanan berlemak, olah raga, muntah atau purgasi.
2. Gangguan pada citra badan (body image), merasa masih gemuk meskipun sudah
sangat kurus.
3. Gangguan endokrin pada wanita berupa amenore dan pada pria berupa impotensi dan
hilangnya ketertarikan seksual.
4. Jika terjadi pada masa prapubertas, perkembangan pubertas tertunda atau dapat juga
tertahan.
Menurut DSM IV kriteria AN sebagai berikut 4:
1. Adanya rasa takut menjadi gemuk.
2. Gangguan persepsi pada salah satu dari berat badan, ukuran atau bentuk tubuh.
7
3. Menolak untuk mempertahankan berat badan lebih dari berat badan normal minimal.
4. Tidak mengalami siklus menstruasi paling sedikit tiga kali secara berturut-turut.
Diagnosis BN dapat ditegakkan berdasarkan kriteria WHO 1992 sebagai berikut 1:
1. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan disertai ketagihan (craving) terhadap
makanan yang tidak dapat dilawan.
2. Muntah, purgasi atau penggunaan obat-obat seperti amfetamin, obat diit, diuretik
dalam upaya untuk mencegah efek akibat makan berlebihan.
3. Gejala psikopatologinya berupa ketakutan yang luar biasa akan kegemukan dan
penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat di
bawah berat badan sebelum sakit yang dianggap berat badan sehat atau optimal.
Menurut DSM IV kriteria BN sebagai berikut 4:
1. Episode makan berlebihan yang berulang.
2. Selama makan berlebihan ada perasaan takut untuk tidak dapat berhenti makan.
3. Menginduksi diri sendiri secara teratur melalui muntah, pemakaian laksansia, diit
ketat atau puasa.
4. Rata-rata minimal 2 kali per minggu episode makan berlebihan dalam minimal 3
bulan.
5. Episode makan berlebihan terjadi pada anak muda dengan berat badan normal atau
sedikit gemuk.
DIAGNOSIS BANDING
Anoreksia nervosa dan bulimia nervosa harus dibedakan dengan:
8
1. Chronic fatique syndrome
Di sini gejala klinik yang timbul mirip anoreksia nervosa berupa kelelahan,
iritabilitas dan memisahkan diri dari hubungan sosial, akan tetapi di sini penderita
tidak menyangkal bila diberitahu bahwa status gizinya tidak memadai dan
memerlukan diit yang lebih baik agar lebih sehat 5.
2. Alergi makanan
Alergi makanan seharusnya dipertimbangkan bila telah dilakukan uji eliminasi
makanan atau penderita telah didiagnosa oleh dokter ahli alergi 5.
3. Depresi
Depresi pada remaja jarang menyebabkan pembatasan diit yang selektif atau
penurunan berat badan yang hebat kecuali bila didahului oleh anoreksia nervosa
sebelumnya 1.
4. Kelainan fisik tertentu seperti tumor intrakranial, tirotoksikosis dan defisiensi hormon
pertumbuhan 1.
TERAPI
Anoreksia nervosa
Rawat inap di rumah sakit dianjurkan pada pasien-pasien dengan gangguan fisik
berat atau pada mereka yang gagal dengan pengobatan rawat jalan. Namun dengan rawat
inap pasien sering kehilangan berat badan kembali setelah keluar dari rumah sakit.
Pemutusan sosial yang normal dapat memperberat kondisi penderita sehingga keputusan
untuk rawat inap harus berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut 1:
9
1. Keinginan pasien dan keluarganya.
2. Anjuran ahli.
3. Derajat beratnya penyakit.
Program sehari (one-day program) menggabungkan beberapa keuntungan seperti
terapi yang intensif, terapi suportif serta terapi prilaku, tanpa mengalami kerugian-
kerugian rawat inap 1.
Pendekatan terapi berupa:
Parental counseling: Pendekatan ini untuk mengajarkan hal-hal praktis seperti
perencanaan makanan, pendidikan dan mengembalikan aktivitas sehari-hari penderita
pada orangtua. Terapi keluarga akan sangat bermanfaat bila komunikasi dalam keluarga
jelek, pemisahan keluarga (separated family therapy) mungkin lebih efektif dari pada
tetap tinggal dalam keluarga (cojoint therapy) terutama pada keluarga-keluarga dengan
tingkat emosi tinggi 1,5.
Farmakoterapi: Pemberian obat-obatan pada terapi anoreksia nervosa masih
mengecewakan. Fluoxetine mungkin dapat mencegah kekambuhan pada pasien-pasien
yang telah mencapai berat badan yang diinginkan 1,4.
Bulimia nervosa
Sebagian besar terapi BN didasarkan pengalaman pada orang dewasa. Banyak
penelitian telah mengkonfirmasi efikasi dari psikoterapi dan farmakoterapi yang terutama
diberikan secara rawat jalan 1,5,6.
10
Cognitive Behavioural Therapy (CBT) dan Terapi Interpersonal
CBT dan terapi interpersonal dapat menurunkan kebiasaan makan berlebihan, muntah,
serta sikap dan tingkah laku yang menyimpang pada wanita penderita BN.
Antidepresan seperti fluoxetine dan desipramine tampak efektif bila dikombinasi dengan
CBT, serta kurang efektif bila diberikan tersendiri.
Terapi keluarga bermanfaat terutama bila terdapat gangguan hubungan keluarga.
PROGNOSIS
Dari suatu penelitian jangka panjang pada remaja dengan AN didapatkan 2/3
tidak mengalami gangguan makan setelah 10 tahun kemudian, tetapi 51 % mengalami
gangguan psikiatrik 1. BN memiliki prognosis yang lebih baik dari pada AN dan lebih
sering mengalami remisi sempurna. Dari suatu penelitian jangka panjang didapatkan
bahwa 71 % dari pasien-pasien BN yang mendapatkan terapi intensif dapat
mempertahankan hasil terapi lebih dari 6 tahun 1,5.
PENCEGAHAN
Pencegahan terdiri atas dua bagian:
Program pencegahan primer ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid
wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang
asimtomatik. Sejumlah program pendidikan telah dicoba berdasarkan asumsi bahwa
pengetahuan dapat mengubah sikap dan prilaku, program tersebut ditekankan pada
pemahaman tentang citra diri 1.
11
Program pencegahan sekunder bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan
memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer.
Dengan intervensi dini morbiditas dapat diturunkan 1.
RUJUKAN
1. Gowers SG. Eating disorders in childhood and adolescence. J Pediatr Obstetr
Gynaecol 2004; 30 (no.1):3-8.
2. La Via M, Marcus M. Eating Disorders. In: Daley DC, Salloum IM, eds. Clinician’s
guide to mental illness. Pittsburg: McGrawhill, 2001:231-62.
3. Canadian Paediatric Society. Eating disorders in adolescents: principles of diagnosis
and treatment. Available at: http//www.cps.ca/english/statements/AM/am 96-04 htm.
Accessed, august; 12th ;2004.
4. Litt IF. Anorexia nervosa and bulimia. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
Eds. Nelson Textbook of Pediatrics;16th edition. Philadelphia: WB Saunders
Company, 2000:562-4.
5. Touyz SW. Anorexia nervosa: new approaches to management. J Pediatr Obstetr
Gynaecol 2000; 26(no.3):7-18.
6. Rowan P. Introducing bulimia nervosa. Available at: http//www.priory
hospital.Co.uk/htm/bulimia.htm. Accessed, august; 12th ;2004.
12
GANGGUAN MAKAN PADA ANAK DAN REMAJA
Dr. Johan S. Lisal, SpA(K), SpGK
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FK UNHAS /
SMF ANAK RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
MAKASSAR