Post on 26-Dec-2015
Gangguan Gerak pada Sendi BahuRobbiq Firly10.2012.223
A6Robbiq.firly@civitas.ukrida.ac.id
KAMPUS II UKRIDA FAKULTAS KEDOKTERANJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Otot dan tulang adalah salah satu penunjang bentuk tubuh manusia. Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot adalah organ yang mengkhususkan diri dalam transformasi energi kimia menjadi gerakan. Gerakan sangat penting untuk kehidupan, dan mengambil banyak bentuk, dari sitoplasma streaming dan pertumbuhan neuron pada tingkat sel, untuk penerbangan jarak jauh dari albatros atau kinerja eksplosif berlari.
Meskipun hanya beberapa keluarga protein bertanggung jawab untuk gerakan di dunia biologis, otot telah dikembangkan untuk mengoptimalkan fungsi ini, dan dikemas dengan protein gerakan-terkait. Otot rangka melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak, yang memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik.
Otot rangka juga menunjang homeostasis dan non homeostatik. Kontraksi otot rangka juga digunakan untuk menggerakan tubuh menjauhi bahaya. Kontraksi otot yang mengahasilkan panas penting untuk menghasilkan panas penting untuk mengatur suhu. Otot yang terus bergerak mengalami kemajuan, tetapi tidak untuk yang jarang digunakan, akan menyebabkan atrofi dan hipotonus.1
Rumusan Masalah
Gangguan gerak pada sendi bahu kanan akibat kejatuhan benda sejak 2 hari yang lalu.
Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara gangguan gerak yang terjadi dengan mekanisme kontraksi.
Skenario
Seorang pekerja dating ke Puskesmas dengan keluhan kesulitan mengangkat tangan dan gangguan gerak pada sendi bahu kanannya sejak 2 hari yang lalu akibat kejatuhan benda yang mengenai daerah bahu kanannya.
Hipotesis
Terjadi gangguan pada mekanisme kontraksi.
Identifikasi Masalah
Tidak ada.
Tulang Extremitas Superior
Kerangka anggota atas dikaitkan pada kerangka badan perantaraan gelang bahu, yang terdiri atas klavikula dan scapula.
Dibawahnya terdapat tulang-tulang yang membentuk kerangka lengan, lengan bawah dan tapak tangan yang seluruhnya berjumlah 30 buah tulang:
- Humerus (tulang lengan atas)- Ulna dan Os Radius (tulang hasta dan pengumpil)- 8 Tulang Karpal (tulang pangkal tangan)- 5 Tulang Metakarpal (tulang tapak tangan)- 14 Falanges (ruas jari tangan)
Klavikula atau tulang selangka adalah tulang yang melengkung yang membentuk bagian anterior dari gelang bahu. Untuk keperluan pemeriksaan dibagi atas batang dan dua ujung. Ujung medial disebut extremitas sterna dan membuat sendi dengan sternum. Ujung lateral disebut extremitas akromial, yang bersendi pada prosesus akronim dan scapula.
Fungsi. Klavikula member kaitan kepada beberapa otot dari leher dan bahu dan dengan demikian bekerja sebagai penopang lengan.
Skapula
Skapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang dari gelang bahu dan terletak di sebelah belakang torax lebih dekat permukaan daripada iga. Bentuknya segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut dan tiga sisi.
Permukaan Skapula. Permukaan anterior atau kostal disebut fossa subskapularis dan terletak paling dekat dengan iga. Permukaan posterior atau dorsal terbagi oleh sebuah belebas yang disebut spina dari scapula dan yang berjalan menyebrangi permukaan itu sampai ujungnya dan berakhir menjadi prosesus akromion. Prosesus akromion ini menutupi sendi bahu. (lihat gambar)
Gambar. Pandangan anterior scapula kiri
Humerus
Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang dari anggota atas. Memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung.
Gambar.
Ujung atas Humerus. Sepertiga dari atas ujung humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga glenoid dari scapula dan merupakan bagian dari bangunan sendi bahu. Segera dibawah leher ada bagian yang sedikit lebih ramping yang disebut leher anatomic. Di sebelah luar ujung atas di bawah leher anatomi terdapat sebuah benjolan, yaitu tuberositas mayor dan di sebelah depan ada benjolan lebih kecil, yaitu tuberositas minor. Antara kedua tuberositas ini terdapat sebuah celah, celah bisipital atau sulkus intertuberkularis, yang membuat tendon dari otot bisep. Tulang menjadi lebih sempit di bawah tuberositas, dan tempat ini disebut leher cirurgis, sebab mudahnya kena fraktur di tempat itu (lihat gambar).
Batang Humerus. Sebelah atas bundar, tetapi semakin ke bawah menjadi lebih pipih. Sebuah tuberkel di sebelah lateral batang, tepat di atas pertengahan, disebut tuberositas deltoideus. Tuberositas ini menerima insersi atau kaitan otot deltoid. Sebuah celah berjalan oblik melintasi sebelah belakang batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral. Karena member jalan ke saraf radialis atau saraf muskolo-spiralis maka celah itu disebut celah spiralis atau celah radialis.
Ujung bawah humerus lebar dan agak pipih. Pada bagian paling bawah terdapat permukaan sendi yang dibentuk bersama tulang lenagan bawah. Trokhlea yang terletak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong0benang tempat bersendi dengan radius.
Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat dua epikondil, yaitu epikondil lateral di sebelah luar dan epikondil di sebelah dalam.
Gambar.
Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
Karpus
Teridiri dari atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah berikut, navikular (skavoid), lunatum (semilunar), trikwetrum dan pisiform. Baris bawah adalah trapezium (multangulum mayus), trapezoid (multangulum minus), kapitatum, hamatum.
Metakarpus
Terdapat lima tulang metacarpal. Setiap tulang mempunya batang dan dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang karpal disebut ujung karpal dan sendi yang bentuknya adalah sendi karpo-metakarpal. Ujung distal bersendi dengan falanges dan disebut kepala. Batang dari tulang ini adalah prismodial (seperti prisma), dan permukaannya yang tersebar menghadap posterior (kea rah belakang tangan). Otot interosa dikaitkan pada sisi-sisi tulang batang.
Falanges
Falanges juga tulang pangjang, mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya mengecil di arah ujung distal. Terdapat empat belas falanges, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari.
Tulang Extremitas Inferior
Mekanisme Kontraksi dan relaksasi pada otot
Pada otot terdapat dua protein utama yaitu aktin dan miosin.2 Aktin sebagai polimer
berfilamen disebut aktin-F dengan panjang terdiri atas dua untai monomer globular yang disebut
aktin-G. Aktin-G jika berpolimerasi akan membentuk aktin-F, maka aktin-G terikat dari depan
ke belakang, menghasilkan sebuah filamen dengan polaritas yang dapat dibedakan. Sedangkan
miosin merupakan famili protein yang anggotanya sudah teridentifikasi. Miosin mempunyai ekor
fibrosa yang terdiri atas dua buah heliks yang saling terpilin. Masing-masing heliks tersebut
memiliki bagian kepala globular yang terikat pada salah satu ujung. Molekul heksamer terdiri
atas satu pasang rantai berat (H, heavy chain) dengan masa molekul masing-masing sekitar
200kDa, dan dua pasang rantai ringan (L-chain) yang masing-masing dengan massa molekul
sekitar 20 kDa.
Pada analisis potongan tipis otot rangka memperlihatkan adanya jembatan menyilang
diantara filamen tipis dan tebal. Jembatan ini dibentuk oleh kepala miosin dan ditambah oleh
sebagian kecil dari bagian seperti batang miosin. Filamen tipis dan tebal yang ada pada otot
rangka jika memendek bukan merupakan sebab terjadi kontraksi. Karena pada dasarnya,
kontraksi otot terdiri atas pembuatan dan pemutusan jembatan silang.
Dalam proses kontraksi diawali dengan diproduksinya asetilkolin oleh ujung serabut saraf
yang nantinya membebaskan ion kalsium (Ca2+). Kemudian ion kalsium akan masuk kedalam
otot mengangkut troponin dan tropomiosin ke aktin. Aktin akan mendekati miosin dan saling
berikatan menjadi aktomiosin sehingga otot akan memendek dan terjadilah proses kontraksi.
Pada saat otot memendek, bagian yang berwarna gelap akan saling mendekat. Pergeseran ini
menentukan derajat pemendekkan otot yang diinginkan dan dimungkinkan bila ada energi yang
tersedia. Energi itu diperoleh sebagai pemecahan ATP menjadi ADP dan AMP. ATP sendiri itu
diperoleh dari glukosa atau karbohidrat. Semakin banyak otot serabut yang dirangsang, semakin
kuat kontraksi otot tersebut. Pada dua orang laki-laki yang berukuran badan setara ukuran otot
itu kurang lebih sama, tetapi kebiasaan melatih otot memungkinkan salah seorang di antaranya
mampu mengaktifkan lebih banyak serabut otot sehingga mempunyai otot yang relatif lebih kuat.
Kontraksi otot dapat diperiksa dengan menggunakan elektromiografi (EMG). Karena kekuatan
kontraksi otot ditentukan oleh banyaknya rangsangan yang dapat mengaktifkan, dalam keadaan
darurat yang disertai ketakutan yang sangat seseorang akan mampu mengaktifkan saraf dan
serabut otot secara maksimal. Pada situasi demikian tidak jarang orang tanpa sadar menunjukkan
kekuatan yang luar biasa. Pusat saraf penggerak otot terdapat di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Untuk otot lengan pusat itu terdapat di daerah leher dan untuk tungkai di
daerah peralihan punggung-pinggang. Jika seseorang ingin menggerakan tungkainya, keinginan
itu disalurkan oleh otak ke sumsum tulang belakang, dan selanjutnya sumsum tulang belakang
akan mengatur kontraksi. Otak yang mengatur keinginan tersebut dalam mengirimkan pesan ke
sumsum tulang belakang dipengaruhi juga oleh otak kecil dan pusat-pusat lain di otak. Oleh
karena itu, selain disusun oleh sumsum tulang belakang kontraksi otot dipengaruhi juga oleh
pengaturan otak kecil dan pusat lain (basal ganglia)
Pada proses relaksasi, ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi
ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang
berubah bentuk ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian
mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian
simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah,
pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi
miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP
bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang lagi.
Setelah proses kontraksi selesai ion kalsium akan lepas atau masuk kembali ke plasma sel
sehingga ikatan troponin pun lepas yang menyebabkan ikatan aktomiosin lepas. Aktomiosin
yang lepas menjadi aktin dan miosin menyebabkan otot kembali lagi memanjang dan otot pun
relaksasi.
Terdapat tiga langkah berbeda pada proses kontraksi dan relaksasi memerlukan ATP yaitu:1,2,3
1. Penguraian ATP dan ATPase miosin menghasilkan energi bagi jembatan silang untuk
melakukan gerakan mengayun yang kuat
2. Pengikatan (bukan penguraian) molekul ATP segar ke miosin memungkinkan terlepasnya
jembatan silang dari filamen aktin pada akhir gerakan mengayun, sehingga siklus dapat
diulang. ATP ini kemungkinan diuraikan untuk menghasilkan energi bagi ayunan
jembatan silang berikutnya,
3. Transportasi akti Ca++ kembali ke retikum sakoplasma selama relaksasi bergantung pada energi yang berasal dari penguraian.
A. Mekanisme kerja otot
Mekanisme Kontraksi otot.
Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi otot dikenal dengan nama
“model pergeseran filamen” (sliding filament mode). 6
Gambar. 8 Mekanisme kontraksi otot
Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang impuls, sinapsis
atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi oleh asetil kolin. Asetil kolin ini
akan merembeskan ion-ion Ca2+ ke serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawaan dengan
molekul, troponin, tropomiosin yang menyebabkan adanya sisi aktif pada filamen tipis (aktin).
Kepala miosin (filamen tebal), segera bergabung dengan filammen tipis tepat pada sisi aktif.
Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin disebut dengan jembatan penyeberangan (cross
bridges). 6
Segera setelah terbentuk, jembatan penyebrangan tersebut membebaskan sejumlah energi
dan menyampaikan energi tersebut ke arah filamen tipis. Proses ini menyebabkan filamen tipis
mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut.
Pada keadaan inilah otot sedang berkontraksi. 6
Energi untuk kontraksi otot
Untuk kontraksi di perlukan energy. Energy yang di gunakan di suplai dalam bentuk
energy kimia yaitu penguraian ATP.
ATP → ADP + P + energy
ADP → AMP + P + energy
Bila energy habis (dalam keadaan ADP → AMP + P + energy ) otot tidak dapar
berkontraksi lagi. Fase ini disebut anaerob. ATP harus di bentuk kembali agar otot dapat
bergerak.
Mekanisme relaksasi otot
Setelah selesai kontraksi, ion kalsium ( Ca2+ ) masuk kembali ke plasma sel sehingga
ikatan troponin dan ion kalsium lepas, menyebabkan lepasnya perlekatan aktin dan
myosin. Keadaan inilah yang di sebut dengan otot relaksasi. 6
Pembentukan kembali ATP
Dalam otot tersimpan glikogen atau gula otot. Gligogen akan di larutkan menjadi
laktasidogen ( pembentukan asam laktat = asam susu ). Laktat sidogen kemudian
diuraikan menjadi glukosa dan asam laktat. Oleh peristiwa respirasi dengan O2 glukosa
akan dioksidasi mengahasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O.
Glikogen → laktasinogen
Asam Laktat Glukosa
O2
CO2 + H2O + Energi
proses ini semuanya terjadi pada saat otot mengalami relaksasi, karena pada
relaksasi perlukan oksigen untuk mengoksidasi glukosa atau asam laktat maka fase
relaksasi di sebut juga fase aerob.
Asam laktat dalam tubuh
Asam susu atau asam laktat yang merupakan hasil sampingan peristiwa dari pemecahan
laktatsidogen dapat menyebabakan pegalinu dalam otot, ataupun dapat meyebabkan
kelelahan otot. Untuk penguraian asam laktat di perlukan oksigan yang sangat bayak.
Keadaan ini menyebabkan pernafasa menjadi terengah – engah. 6
Tabel. Perbedaan kontraski otot dan relaksasi otot.
Variabel Kontraksi Relaksasi
Keadaan pada
serabut otot
1. Miosin bergeser ke dalam ruang
aktin
2. Panjang aktomiosin berkurang
3. Zona Z bertambah panjang
4. Zona H menjadi lebih pendek
1. Miosin berada di luar
ruang aktin.
2. Aktomiosin
bertambah panjang.
3. Zona Z memendek
4. Zona H lebih panjang
5. Ukuran otot lebih
panjang daripada
ukuran semula.
1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologis untuk paramedis. Jakarta: Gramedia; 1993. h.66-74
6. Firmansyah R, Mawardi H, Riandi U. Mudah dan aktif belajar biologi. Jakarta : PT Setia Purna; 2006.h.52-3.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta:EGC;2001.h.212-36
2. Murray RK. Biokima Harper. Jakarta: EGC. 2003. p.683
3. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. Histologi dasar. Jakarta:EGC;1998.h.136-94
4.