Post on 15-Jan-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Frozen shoulder, atau juga sering disebut sebagai adhesive capsulitis,
merupakan suatu kelainan di mana terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu,
yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral, sehingga sendi tersebut
menjadi kaku dan terjadi keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.
Adhesive capsulitis merupakan suatu kondisi yang sangat nyeri dan
melumpuhkan dan sering menyebabkan frustrasi besar bagi pasien dan
perawatnya karena pemulihannya yang lambat. Pergerakan bahu menjadi
sangat terbatas. Nyerinya biasanya terus-menerus, bertambah parah pada
malam hari, atau saat udara menjadi lebih dingin, dan akibat keterbatasan
pergerakan sehingga membuat melakukan kegiatan sehari-hari menjadi sulit.
Kondisi ini, dimana penyebabnya masih belum diketahui, dapat
berlangsung selama lima bulan hingga tiga tahun, dan pada beberapa kasus
diduga disebabkan oleh suatu trauma atau luka pada daerah tersebut. Diduga
proses otoimun berperan, yaitu tubuh menyerang jaringan sehat yang
terdapat pada kapsul. Adanya kekurangan cairan pada sendi juga
menyebabkan keterbatasan gerak.
Selain kesulitan dalam melakukan tugas sehari-sehari, pasien dengan
adhesive capsulitis terkadang mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang
bertambah pada malam hari. Kondisi ini dapat berlanjut menyebabkan
depresi serta nyeri pada leher dan punggung.
Faktor resiko dari frozen shoulder adalah diabetes, stroke, kecelakaan,
penyakit paru, kelainan jaringan ikat, dan penyakit jantung. Kondisi ini jarang
terjadi pada orang-orang dibawah usia 40 tahun.
Pengobatan mungkin menyakitkan dan berat dan terdiri dari terapi fisik,
pengobatan, terapi pijat, hydrodilatation atau operasi. Seorang dokter juga
dapat melakukan manipulasi di bawah anestesi, yang membuka perlekatan
dan jaringan parut pada sendi untuk membantu memulihkan gerak sendi.
Nyeri dapata diatasi dengan analgesic dan NSAID. Kondisi ini sering kalo
merupakan penyakit self-limiting, dapat sembuh tanpa operasi tapi
memerlukan waktu hingga dua tahun. Sebagian besar penderita penyakit ini
1
dapat mengembalikan 90% dari kemampuan gerak sendi bahu. Pasien
dengan frozen shoulder dapat mengalami kesulitan bekerja dan melakukan
aktivitas sehari-hari untuk beberapa waktu.
2.2 Tujuan
Untuk mengetahui definisi, etiologi, diagnosis, manifestasi klinis, dan
penatalaksanaan pada frozen shoulder.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
1. Shoulder Joint
Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh
sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi
kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular,
permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau
sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai
konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi,
disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional
sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, dan sebagainya atas
kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi- sendi lainnya.
Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung
tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas
glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan
kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat
sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya (Soeharyono,
2004; Priguna, 2003).
Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:
a. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala
sendinya tidak sebanding.
b. Kapsul sendinya relatif lemah.
c. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot
supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.
d. Gerakannya paling luas.
e. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah
mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya
(Soeharyono, 2004).
3
2. Kapsul Sendi
Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars):
a. Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik
mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf
reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya menghasilkan cairan
sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan
sendi.Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang
pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sinovial,
tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor nyeri, maka kita
tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis
sendi.
b. Kapsul Fibrosa
Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf
reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan
stabititas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi. Kita dapat
merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan
tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa
(Soeharyono, 2004).
4
3. Kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi,
sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada
gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan
degenerasi kartilago (Soeharyono, 2004).
2.2 Frozen Shoulder (Adhesive Capsulitis)
2.2.1 Definisi
Adhesive capsulitis, sering disebut sebagai frozen shoulder adalah
Suatu penyakit yang idiopatik, progresif, yang menyebabkan keterbatasan
luas gerak sendi baik aktif maupun pasif.
2.2.2 Etiologi
Etiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih
belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain
periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau
operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular, clinical
depression dan Parkinson.
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007
mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :
a.Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita
bersamaan dengan datangnya menopause.
b.Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen
shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti
menderita pada saat yang sama.
c.Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap
hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.
d.Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan
berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen
bahu.
5
2.2.3 Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa
penulis menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang
lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekauan
sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada
pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di
mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada
posisi tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan
kongesti sekunder dan bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan
menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi
fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa subdeltoid,
adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan
bisep, perlekatan kapsul sendi.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan
thrombine dan fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein
tersebut menyebabkan penjedalan dalam darah dan membentuk suatu
substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang
menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM.
Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder. (Cininta,
2011)
In frozen shoulder, the smooth tissues of the shoulder capsule become thick, stiff, and inflamed
(American Association Orthopaedic Surgeon, 2011)
2.2.4 Manifestasi klinis
Penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta
gerakan sendi bahu yang terbatas kesegala arah, terutama gerakan abduksi,
6
sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat
intensitasnya dari hari ke hari. Bersamaan dengan hal itu terjadi gangguan
lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan terjadi lebih kurang selama 6-12
bulan, dimana lingkup gerak sendi bahu akan meningkat dan akhir bulan ke
18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.
Menurut Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
a. Pain ( freezing )
Ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat,
gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut
ini berakhir sampai 10 -36 minggu.
b. Stiffness ( frozen )
Ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral
yang diikuti oleh keterbatasan gerak skapula. Fase ini berakhir 4-12
bulan.
c. Recovery (thawing)
Pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada
sinovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang
nyata. Fase ini berakhir selama 6-24 bulan atau lebih.
2.2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
a) Anamnesis Umum : Identitas penderita
b) Anamnesis khusus: Nyeri di bagian depan dan samping bahu dan
keterbatasan gerak bahu
Keluhan utama penderita
Lokasi keluhan utama
Sifat keluhan utama
Lamanya keluhan
Faktor-faktor yang memperberat keluhan
2. Pemeriksaan Fisik
7
a. Inspeksi
Statis : dari depan dan belakang akan terlihat bahu yang
terkesan reliefnya mendatar, bahkan kempis karena atrofi otot
deltoid, supraspinatus, dan otot-otot rotator cuff lainnya, oedem
(+ / – )
Dinamis : biasanya lengan pasien frozen shoulder akan kurang
terayun saat berjalan
b. Pemeriksaan Gerak Dasar
keterbatasan luas gerak sendi aktif dan pasif
1) Gerak Aktif
Fleksi shoulder : sangat nyeri, ROM terbatas
Ekstensi shoulder : sedikit nyeri, ROM terbatas
Abduksi : nyeri, ROM terbatas
Adduksi : sedikit nyeri, ROM terbatas
Endorotasi : sangat nyeri, ROM terbatas
Eksorotasi : nyeri, ROM terbatas
2) Gerak Pasif
Fleksi shoulder : sangat nyeri, ROM terbatas
Ekstensi shoulder : sedikit nyeri, ROM terbatas
Abduksi : nyeri, ROM terbatas
Adduksi : sedikit nyeri, ROM terbatas
Endorotasi : sangat nyeri, ROM terbatas
Eksorotasi : nyeri, ROM terbatas
c. Palpasi
Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang
membentuk “musculotendineus rotator cuff” dan sendi
acromioclavicular.
3. Tes spesifik
a. Appley stretch test
8
Merupakan tes tercepat untuk mengevaluasi lengkap gerak sendi
aktif pasien
1) Eksternal rotasi dan abduksi
Pasien diminta menggaruk daerah sekitar angulus
medialis scapula sisi kontra lateral dengan tangan melewati
belakang kepala. Pada penderita frozen shoulder akibat
capsulitis adhesiva biasanya tidak bisa melakukan gerakan
ini. Bila pasien tidak dapat melakukan karena adanya nyeri
maka ada kemungkinan terjadi tendinitis rotator cuff.
2) Internal rotasi dan adduksi
Pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior
scapula sisi kontra lateral, bergerak menyilang punggung.
Pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva
biasanya tidak bisa melakukan gerakan ini.
b. Tes Mosley / Drop arm test
Tes ini bertujuan untuk
memeriksa adanya
kerobekan dari otot rotator
cuff terutama otot
supraspinatus. Dimana
pasien disuruh
mengabduksikan lengannya
9
dalam posisi lurus secara penuh, kemudian pasien disuruh
menurunkannya secara perlahan-lahan apabila pasien tidak bisa
menurunkan dengan perlahan tapi lengan langsung jatuh berarti
tes positif.
c. Joint play movement test
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan gerakan
transalasi (traksi, kompresi, dan gliding) secara pasif untuk
menggambarkan apa yang terjadi di dalam sendi ketika
dilakukan gerakan translasi. Pada frozen shoulder terjadi akibat
capsulitis adhesiva, pola keterbatasan gerak sendi bahu dapat
menunjukkan pola yang spesifik, yaitu pola kapsuler saat
dilakukan pemeriksaan ini. Pola kapsuler sendi bahu yaitu gerak
eksorotasi paling nyeri dan terbatas kemudian diikuti gerak
abduksi dan endorotasi, atau dengan kata lain gerak eksorotasi
lebih nyeri dan terbatas dibandingkan dengan gerak endorotasi.
Bila pada pemeriksaan gerak eksorotasi ditemukan paling nyeri
dan terbatas kemudian diikuti gerak abduksi dan abduksi lebih
terbatas daripada gerak endorotasi maka tes positif adanya
frozen shoulder dan terdapat pola kapsuler. Pada frozen
shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva kualitasa gerakan
yang terjadi pada saat menggerakkan bonggol sendi humerus
terasa adanya suatu tahanan dari dalam, yang dapat
menyebabkan munculnya rasa nyeri dan keterbatasan LGS pada
saat menggerakkan sendi bahu kearah eksorotasi, endorotasi,
abduksi, dan fleksi yang berarti sesuai dengan pola kapsuler
yaitu, eksorotasi>abduksi>endorotasi.
4. Pemeriksaan penunjang
X-Ray posisi AP netral, rotasi internal, rotasi eksternal, dan
supraspinalis outlet
X-Ray axillary views untuk mendiagnosa banding dengan
dislokasi, fraktur dan locking osteofit.
10
2.2.6 Diagnosa Banding
a) Rotator cuff disease : Rotator cuff tendinopathy mirip dengan adhesive
capsulitis fase awal karena terdapat keterbatasan gerakan rotasi
eksternal, namun hasil tes kekuatan masih dalam batas normal.
b) Dislokasi posterior : gejalanya adalah nyeri bahu dan keterbatasan
ROM, tetapi tidak seperti adhesive capsulitis. Dislokasi posterior
diakibatkan oleh trauma yang spesifik.
c) Osteoarthritis : terdapat keterbatasan gerakan abduksi dan rotasi
eksternal secara aktif, tetapi tidak ada keterbatasan gerakan secara pasif.
d) Bursitis : gejala klinis sangat mirip dengan adhesive capsulitis fase awal.
Menunjukkan nyeri yang berat pada semua gerakan namun ROM lebih
lebar dibandingkan dengan adhesive capsulitis pada gerakan pasif.
e) Fraktur : Fraktur lengan, tulang rusuk, atau bahu akan membatasi gerak
bahu. Fraktur adalah biasanya berhubungan dengan trauma.
2.2.7 Penatalaksanaan
A. Program Rehabilitasi Medik
Tujuan :
1. Tujuan Jangka Panjang : mengembalikan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional bahu
2. Tujuan Jangka Pendek : mengurangi rasa cemas dan
meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi nyeri, mengurangi
stiffness sendi, meningkatkan ROM shoulder joint, memperbaiki
ADL seperti berpakaian dan toileting
Fase akut
1. Imobilisasi
2. Terapi dingin
Modalitas terapi ini biasanya digunakan untuk nyeri yang
disebabkan oleh cidera muskuloskletal akut
3. LGS pasif pada seluruh gerakan yang bebas nyeri
4. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
11
Biasanya diberikan pada nyeri akut maupun kronis. Untuk
perlekatan elektroda bisa diletakkan di daerah yang nyeri,
dermatom syaraf tepi, motor point, trigger point, titik akupuntur
5. Lower power laser
6. Latihan LGS pasif atau aktif sendi siku, pergelangan tangan,
atau jari-jari tangan
Fase sub akut / kronis
1. Terapi panas superfisial (infrared, hidrocollator pack (HCP)
2. Terapi panas dalam (USD, SWD, MWD)
Bertujuan untuk meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen
dan mengurangi kekakuan sendi dan rasa nyeri dengan
meningkatkan aliran darah, meningkatkan metabolisme
jaringan, mengurangi spasme otot, mengurangi perlekatan
jaringan, dan meningkatkan ekstensibilitas jaringan.
3. Terapi latihan aktif dan pasif
Active therapy
Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta
menambah lingkup gerak sendi (LGS). Latihan dengan
menggunakan metode free active exercise. Gerakan
dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan
tidak menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang
berasal dari luar. Latihan ini bisa dilakukan kapan pun dan
dimana pun penderita berada. Prinsip dasar dalam
melakukan terapi latihan adalah dengan dilakukan dengan
tehnik yang benar, teratur, berulang-ulang dan
berkesinambungan. Latihan ini dilakukan sebatas toleransi
nyeri dengan penambahan intensitas latihan secara
bertahap. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk
mengulur jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami
pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi dan
kekuatan otot serta mengurangi nyeri.
12
Codman Pendular exercise
1) Tujuan
Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu dengan
melakukan gerakan pasif sedini
mungkin yang dilakukan pasien
secara aktif.
Gerakan pasif dilakukan untuk
mempertahankan pergerakan
pada sendi & mencegah
pelengketan permukaan sendi.
Sedangkan pencegahan
gerakan aktif adalah untuk
mencegah terjadinya kontraksi
otot- otot rotator cuff & abductor bahu.
2) Cara melakukan
Pasien membungkukkan badan dan lengan yang sakit
tergantung vertical. Posisi ini menyebabkan lengan fleksi
90 ۫ pada bahu tanpa adanya kontraksi otot- otot deltoid
maupun rotator cuff.
13
Gravitasi /
gaya tarik
bumi
menyebabkan pemisahan permukaan sendi
glenohumeral sehingga kapsul sendi tersebut akan
memanjang. Lutut pasien dalam keadaan fleksi untuk
mencegah timbulnya gangguan pada pinggang.
Wall climbing exercise
Shoulder wheel exercise
Over head pulley
14
Tujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk
menambah lingkup gerak sendi dan meningkatkan nilai
kekuatan otot dengan bantuan alat ini. Dengan adanya
gerakan yang berulang-ulang maka akan terjadi
penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan
menambah kekuatan otot jika diberi beban (Kisner, 1996).
Gentle streching exercise
15
4. Terapi manipulasi bahu
Manipulasi manual pada bahu yang terkena harus dilakukan
oleh seorang praktisi yang terampil. Tujuan dari manipulasi ini
adalah untuk membebaskan adhesi (perlekatan) secara manual
dan untuk mengembalikan gerak . Manipulasi ini mempunyai
risiko merobek kapsul sendi bahu atau menyebabkan gangguan
struktur internal.
5. Modifikasi ADL (activity of the daily living)
6. Terapi akupuntur
16
Efek pemberian akupuntur untuk frozen shoulder salah
satunya adalah dihasilkannya endorfin di mana merupakan
opiad dari dalam tubuh sendiri. Seperti diketahui bahwa
endorfin merupakan suatu analgetik kuat, sehingga pemberian
akupuntur akan memberikan efek penghambat atau
menghilangkan rasa sakit yang baik.
17
18
B. Medikamentosa
- NSAID
Na Diclofenac (dosis : 100-150 mg/hr)
- Muscle relaxant
Diazepam (dosis : 2-15 mg / dosis diberikan setiap 6-8 jam selama 24
jam)
C. Terapi Operative
Dilakukan jika terapi konservatif gagal, yang sering digunakan :
- Injeksi glenohumeral dengan saline atau lidocaine (untuk
melisiskan adhesi dan untuk meregangkan kapsul)
- Manipulasi di bawah anastesi:
Dalam hal tindakan yang lebih konservatif tidak bekerja,
pengobatan yang lebih mengganggu dapat dilakukan. Intervensi
tersebut termasuk suntikan steroid , manipulasi - bawah anestesi
(manipulation under anesthesia), dan pembedahan. Suntikan
steroid tampaknya seefektif manipulation under anesthesia dan
memiliki lebih sedikit bahaya yang terkait dengan anestesi dan
sedasi . Pembedahan biasanya dicadangkan untuk kasus adhesive
capsulitis yang lebih resisten.
Pada manipulation under anesthesia, pasien dibius untuk
mengurangi tingkat rasa sakit dan ketahanan otot. Dokter bedah
ortopedi memanipulasi bahu untuk membebaskan perlekatan.
Terapi fisik intensif diperlukan untuk beberapa minggu setelah
manipulation under anesthesia, untuk mencegah perlengketan
baru.
Kontraindikasi untuk MUA meliputi:
1) Diabetes dependen insulin
2) Mereka yang berisiko lebih besar untuk fraktur seperti
orang tua atau orang-orang dengan osteoporosis.
3) Mereka dengan gangguan perdarahan
4) Pasien dengan risiko anestesi
D. Edukasi
19
Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen
shoulder akibat capsulitis adhesiva antara lain :
1) Pasien diminta melakukan kompres panas (jika pasien tahan) ±
15 menit pada bahu yang sakit untuk mengurangi rasa nyeri
yang timbul
2) Pasien dianjurkan agar tetap meggunakan lengannya dalam
batas toleransi pasien untuk menghindari posisi immobilisasi
yang lama yang dapat memperburuk kondisi frozen shoulder
3) Latihan sesuai metode Codman pendular exercise di rumah
dengan beban minimal dan dapat ditambah secara bertahap
4) Latihan merambatkan jari lengan yang sakit ke dinding
(walking finger), (5) menghindari posisi menetap yang lama
yang dapat memicu rasa nyeri,
5) Latihan dengan handuk, posisi lengan seperti huruf “S” terbalik
kedua lengan memegang handuk kemudian bahu yang sehat
menarik ke atas sampai lengan yang sakit tertarik,
6) Latihan penguatan dengan prinsip Codman pendular exercise
yang dilakukan di dalam kolam atau bak mandi dengan
melawan tahanan air.
2.2.8 Prognosa
Bergantung dari respon terhadap terapi fisik, latihan, dan perawatan
yang dilakukan dan sebisa mungkin menghindari reinjuring jaringan pada
bahu selama program rehabilitasi.
20
BAB III
KESIMPULAN
1. Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan
periarthritis yang ditandai dengan keterbatasan gerak baik secara pasif
maupun aktif pada semua pola gerak.
2. Faktor predisposisi pada frozen shoulder antara lain periode
immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi
pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical
depression dan Parkinson.
3. Frozen sholder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu: Pain, stiffness, recovery.
4. Penatalaksanaan pada frozen shoulder adalah medikamentosa, terapi,
dan pelatihan fisik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Thomson, Ann M. 2001. Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-
Heinemann,
2001. hal: 71.
David. Ring. 2009. Aprroach to The Patient with Shoulder Pain. In Primary
Care
Medicine. Lippincott Williams and Wilkins. p:150.
Djohan Aras. 2004. Penatalaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis:
Ujungpandang.
Donatelli, Robert, Wooden, Micheal J. 1999. Orthopaedic Physical therapy.
Churchil Livingstone Inc. hal: 160.
Keith, Strange. 2010. Passive Range of Motion and Codman’s Exercise.
American
Academy of Orthopaedic Surgeons.
Priguna, Sidharta. 2003. Sakit neuromuskuloskeletal dal praktek umum.
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Soeharyono. 2004. Sinkronisasi gerak persendian daerah gelang bahu pada
gerak
abduksi lengan. Maj Fisioterapi 2004: 2(23).
22
Yamaguchi K, Ditsios K, Middleton WD, et al. 2006. The demographic and
morphological features of rotator cuff disease. A comparison of
asymptomaticand symptomatic shoulders. J Bone Joint Surg Am.
88:1699.
23