Post on 04-Mar-2019
Fragmented Governance danUrban Linkages dalam
Resilient City
Kementerian PPN/BappenasSeptember 2018
1
Kerangka Paparan
2
Urbanisasi Fragmentedgovernance
StrategiInterurban linkages danurban-rural linkages
Rancangankebijakanperkotaannasional
Ilustrasi:
Ketahananpangan kotatergantungproduksiperdesaan
1. Urbanisasi
3
Persebaran penduduk yang tidak merata
4Sumber: 1. Adioetomo, Forthcoming IRSA Book Series on Regional Development No. 15, 2017; 2. Supas BPS, 2015
149 JUTA1,103 ORANG/KM2
15,3 JUTA 28,2 ORANG/KM2
55,2 JUTA114,8 ORANG/KM2
18,7 JUTA99,2 ORANG/KM2
6,9 JUTA13,8 ORANG/KM29,9 JUTA
147 ORANG/KM2
Transisi akhirBerada di bawah tingkat pergantian TFR pada sebagian besar penduduk lanjut usia yang peluangnya sudah
berakhir
Transisi awalMeningkatkan porsi anak-anak
dan penduduk yang bekerja termasuk orang yang lebih tua
Pra-transisiPenurunan tingkat kesuburan yang stagnan, peluang ada di
periode selanjutnya
Ketidakpastian untuk mencapai peluang
Tingkat kesuburan tinggi, tingkat kematian tinggi berbanding dengan
akses pendidikan dan kesehatan yang rencah
Kepadatan penduduk dan transisi demografi di tingkat provinsi
Pendugaan metropolitan 2045
5
Keterangan:1. Kota Metropolitan merupakan kota berstatus kota otonom (single entity) dengan jumlah penduduk lebih dari >1 juta (pp 26/2008)2. Indeks warna menunjukkan kedekatan wilayah (dalam 1 Kawasan): 2015 (9 Kawasan) dan 2045 (11 Kawasan)
2015 204518.896.474 24.026.174
Urbanisasi: Penduduk perkotaan
6
2005 2006 2007 2008 2009 2010Kecil 4.480, 5.567, 6.402, 7.344, 9.466, 10.631Sedang 200.60 225.79 301.35 301.35 310.77 346.25Besar 269.80 310.11 430.91 430.91 478.71 544.85Metropolitan 612.55 710.96 978.62 978.62 1.096. 1.250.
- 200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00
1.000.000,00 1.200.000,00 1.400.000,00
PDB
• 2045: 67,1% penduduktinggal di perkotaan
• Tidak semua isu perkotaanbisa ditangani di kota/kab, bahkan propinsi
• Kebijakan PerkotaanNasional:
• Kebijakan untuk permasalahanperkotaan yang multidimensidan lintas batas administratif
• Mengambil manfaat sebesar-besarnya dari urbanisasi bagikesejahteraan masyarakat luas.
Urbanisasi: PDB
7
Sebelah kiri: urbanization rate, dalam persen; Sebelah kananPDB per kapita tahun 2011 PPP
Sumber: World Urbanization Prospects 2018, hasil kalkulasi staf WB
Share of urban
population
GDP per
capita
0
4.000
8.000
12.000
16.000
0
10
20
30
40
50
60
0
4.000
8.000
12.000
16.000
0
10
20
30
40
50
60
0
4.000
8.000
12.000
16.000
0
10
20
30
40
50
60
China Asia Timur & Pasifik(tidak termasuk negaraberpendapatan tinggi, China and Indonesia)
Indonesia
1% peningkatanpopulasiperkotaan ~ 3% tambahan PDBChina&ATP: 2,7%Indonesia: 1,4%
Aglomerasi perkotaan sebagai alatpertumbuhan ekonomi
8
0,67%
1,21%
2,18%
2,24%
3,08%
6,55%
16,20%
19,15%
Sarbagita
Mamminasata
Kedungsepur
Mebidangro
Bandung Raya
Gerbangkertosusilo
DKI Jakarta
Jabodetabek
Kontribusi KSN Metropolitan terhadap PDB tahun 2015
Lebih dari 90% orang berpengahasilan tinggi di Indonesia bermukim di Jabodetabek dan dapatmengakses 50% kekayaanfinansial
Seluruh kawasanmetropolitan telahberkontribusi 1/3 PDB nasional pada tahun 2015
DKI Jakarta berkontribusi1/2 PDB Nasional – berapacostnya?
Sumber: Boston Consulting Group, 2017
2. Fragmented Governance
9
A
Fragmented Governance: • Birokrasi –
cenderungterspesialisasi
• Peluang: gap/tumpangtindih
Potensi:• Di dalam satu
pemerintahan• Antar
pemerintahan
Rendahnya efisiensipengelolaan internal
pemerintah
Rendahnya tingkatpemanfaatansumber daya
Rendahnyakolaborasi dalam
penangananmasalah
Krisis publik
PermasalahanKota
Melenturkan kotak-kotakpembagian urusan (dalam
satu daerah adm.) danpembagian wilayah (antar
daerah adm)
Membangun cara berpikirholistik, bernegosiasi dan
bekerja sama
Mengintegrasikan tujuankebijakan dan sumberdaya
antar instansi
10
Definisi, akibat, jalan keluar
AKIBAT
Sumber: Fragmented government: theories and facts in China, LI Jinshan, YE Tuo, diakses 2018
**dapat terjadi antar OPD maupun antar pemerintah daerah(ie. Antar provinsi)
Fragmented Governance (antar daerah adm.) = Desentralisasi
11
Defragmented Governance = government reform
• ‘joined up government’ and ‘partnership’ (1999)• Canadian ‘horizontal management’:
mengkoordinasikan pemerintah pusat dan daerahdalam mengatasi isu lintas sektoral.
• Australian ‘çonnecting government’ (2004)• Chinese ‘Super-Ministry system’ dan sistem
koordinasi lintas sektoral (2007).
Desentralisasi belum tentu menghasilkan tatakelola yang efektif dan efisien
• Belum adanya metode komunikasi dan koordinasiyang efektif dalam tata kelola organisasipemerintahan.
• Kegagalan dalam menangani permasalahan lintassektoral.
• Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhanmasyarakat.
TeoriPraktikSumber: Fragmented government: theories and facts in China, LI Jinshan, YE Tuo, diakses 2018
Fragmented Governance (dalam satu adm.)
12
Sistem Tata KelolaPemerintahan terbagi ke
dalam fungsi (urusan)
Kurangnya koordinasi, komunikasi dan kerjasama
Kurang tercapainyatujuan kebijakan
secara keseluruhan
FRAGMENTED GOVERNMENT
• Memindahkan penangananpermasalahan ke departemen lain.
• Adanya konflik kebijakan danprogram antar departemen.
• Pengulangan program yang menyebabkan pemborosan sumberdaya.
• Kurangnya komunikasi yang mengarah pada kurangnyakerjasama antar sektor dalampemenuhan pelayanan sehinggatidak mencapai target.
Isu yang belum diantisipasi dari UU 23/2014: • OPD berfokus pada pelaksanaan
urusan masing-masing, tapi tidakmengenal urusan OPD lain
• Rendahnya koordinasi dalampelaksanaaan rencana
• Birokrasi yang terlalu terspesialisasi tidak bisamengakomodasi isu lintas sektoral.
• ‘Çustomer-oríented government’ -- tidaktercapainya tujuan pembangunan secarakomprehensif, hanya memenuhi kebutuhanjangka pendek atau dengan outcome minimal
• Penggunanan aturan atau kewenangan untukmelaksanakan kegiatan di luar tupoksi.
• Pembiayaan sebagai alat untuk mewujudkankebijakan kurang berfungsi karena“departmentalization of finance”
Sumber: Fragmented government: theories and facts in China, LI Jinshan, YE Tuo, diakses 2018
3. Ilustrasi: ketahanan pangan kotatergantung produksi perdesaan
13
14
Perdesaan:• Penurunan jumlah
penduduk (naker)• Kapasitas rendah• Penduduk tidak punya
lahan• Biaya pertanian tinggi• Tidak ada bantuan
pembiayaan• Tidak berpikir strategis
sebagai suplai utamakota
• Kemiskinan sangat tinggi• Produktivitas rendah
Terbatasnya akses kepasar
Perkotaan (net consumer)• Fokus pada urusannya sendiri• Butuh air dan lahan• Menghasilkan limbah sebagai
– dampak pada sistempenunjang produksi makanan
Solusi lokal:• Urban farming (efisiensi?)
Solusi regional:• Mendukung perdesaan untuk
memastikan suplai• Interaksi menguntungkan
4. Strategi Interurban linkages dan urban-rural linkages
15
Definisi urban-rural linkages
16
• Interaksi yang terjadi antaradesa dan kota disebabkanoleh pergerakan penduduk, barang, uang, jasa layanandan informasi.
• Urban Rural Linkages memberikan dampak kepadaperubahan guna lahan, sumber daya alam, danpenyerapan tenaga kerja
RuralUrban
1. Penduduk2. Barang3. Uang4. Jasa Layanan5. Informasi
1. Perubahan Guna Lahan2. Sumber Daya Alam3. Penyerapan Tenaga Kerja
Interaksi
Implikasi
Urban-rural linkages dalam perspektif urban resilience
17
Sumber: 1. Urban Rural Linkages for Implementing New Urban Agenda UN Habitat, 2017; 2. 100resilientcities.org, diakses 2018
KerangkaKetahanan Kota
• Manfaat yang didapat berupa peningkatan kapasitas daerah dapat menjadi masukan dalam mendukungkerangka ketahanan kota Setiap aspek dalam kerangka ketahanan mengalami peningkatan
ALIRAN
INTERAKSI
KERJASAMAKOTA-DESA
Terlihat dan tidak terlihat:uang, penduduk, barang, layanan, inovasi, informasi
Ekonomi, sosial, demografi, politik, lingkungan, budayaKonsumsi, produksi, finansial, teknologi
Proyek bersama, perjanjian kerjasama dan perencanaan kebijakan(transportasi publik, infrastruktur, pariwisata, aktivitas ekonomi,
perlindungan lingkungan, pengelolaan limbah).
MANFAATPeningkatan kapasitas daerah
Promosi terhadap akses pelayanan publikMengurangi tingkat persaingan
Penggunaan potensi secara efektifPemindahan pengetahuan dan inovasi
Penerapan strategi interurban linkagesdan urban-rural linkages di Indonesia
Interurban• Sistem Perkotaan Nasional
(SPN) optimalisasi PKN, PKW, PKL
Urban-Rural
• 39 Pusat Pertumbuhan Baru Peningkatan keterkaitandaerah hinterland ataukawasan perdesaan dengankota skala kecil
18
Kawasan perdesaan/peri-urban sebagai pendukung utamakeberlanjutan dan ketahanan kota.
Peningkatan peran PKW sebagaidukungan terhadap PKN
5. Rancangan kebijakan perkotaannasional
19
Kerangka visi dan misi perkotaan nasional: Mencapai perkotaan berkelanjutan
20
Regulasi: NSPK, perencanaan terpadu
Kelembagaan: pengelola, penegakanhukum
Pendanaan: perencanaan-penganggaran-pembiayaan terintegrasi
Penerapanpendekatan
cerdas
Kerangka PelaksanaanSosial “Inklusif”
Ekonomi“Sejahtera”
Lingkungan“Hijau”
KPNglobal-lokal
DimensiSpasial
Layanan Dasar(Air Minum, Sanitasi, Energi, Transport, Perumahan)
Visi perkotaan nasional
21
InklusifKehidupan sosial yanginklusif dan layak huni
SejahteraMemberikan peluangbagi semua orang danmenyejahterakan
KOTA BERKELANJUTAN 2045Inklusif, Sejahtera, Hijau dan Tangguh
Hijau danTangguhBerketahanan danberwawasan lingkungan
Contoh misi:Kota hijau dan tangguh
22
Hijaukota yang memanfaatkan sumber daya air, pangan, energi, dan ruang secaraberkelanjutan dengan meminimalisasi dampaknegatif pada lingkungan perkotaan
Tangguhkota yang mampu beradaptasi danmemitigasi risiko bencana dan perubahaniklim, termasuk dengan meningkatkankapasitas kesiapsiagaan masyarakat
Tujuan pembangunanBerkelanjutan (SDGs)
Contoh misi: kebijakan dan indikator
23
No Kebijakan Indikator
1Penyediaan dan pemanfaatanenergi terbarukan danberkelanjutan
Bauran energi terbarukan (7.2.1)
2 Penyediaan ruang publik danruang terbuka hijau (RTH)
Proporsi area kota sebagai ruang terbuka untuk umum (berdasarkanpengguna sesuai kelompok usia, jenis kelamin dan kelompokmasyarakat berkebutuhan khusus)
3Pemanfaatan SDA berkelanjutandan pengendalian pencemaranlingkungan perkotaan
• Presentase perubahan Emisi CO2/Emisi Gas Rumah Kaca (9.4.1.(a))• Persentase limbah padat perkotaan yang dikumpulkan dan ditangani
secara baik dibandingkan dengan jumlah total limbah padat yang dihasilkan kota
• Persentase sampah dan limbah perkotaan yang tertangani (11.6.1.(a))
4Peningkatan ketangguhan kotaterhadap perubahan iklim danrisiko bencana
• Jumlah korban meninggal, hilang, dan terkena dampak bencana per 100.000 orang (11.5.1)
• Jumlah lokasi penguatan pengurangan risiko bencana• Proporsi pemerintah kota yang memiliki dokumen strategi
pengurangan risiko bencana (11.b.1)
Contohpenerapantematik:Kota Tangguh
24
Sosial“Inklusif”
Ekonomi“Kompetitif”
Lingkungan“Hijau”
Kota Berkelanjutan
Kesehatan dan Kesejahteraan
• Meminimalisir kerentananpenduduk
• Keberagaman mata pencahariandan pekerjaan
• Perlindungan yang efektif untukkesehatan dan kehidupanpenduduk
Ekonomi dan Masyarakat
• Identitas dan dukungankomunitas yang kolektif
• Keamanan dan aturanhukum yang komprehensif
• Ekonomi berkelanjutan
Infrastruktur danLingkungan
• Mengurangi eksposur dankerapuhan
• Ketentuan yang efektifterhadap pelayanan/jasa
• Mobilitas dan komunikasiyang dapat diandalkan
Kohesif
Akses universal
Partisipatif
Kesejahteraan
Inovatif
Kreatif
Ramah Lingkungan
Tangguh
Perlindungan ekologi& hayati
• Kepemimpinan danmanajemen yang efektif
• Pemberdayaanpemangkukepentingan
• Perencanaanpembangunan yang terintegrasi
Kepemimpinan & Strategi
Sumber: 100resilientcities.org, diolah
Kerangka berpikir pembangunanperkotaan
25
Peningkatan kualitasdan integrase
Rencana Tata Ruangdan Rencana
Pembangunan
Peningkatankapasitas Pemkot
dalam pengelolaankeuangan
Penetapan prioritasprogram dan
proyekpembangunanberdasarkan
kriteria yang telahditetapkan
Internalisasipendekatan SAF ke
dalam RDTR
Internalisasipendekatan SDF ke
dalam RTRW
Peningkatandukungan
kelembagaan, kebijakan dan
peraturan
Kota memilikiperencanaankota yang terintegrasidan mampumengidentifikasi prioritasprogram pembangunan danmengarahkaninvestasidengan lebihbaik
Peningkatansistem,
kualitas data dan informasi
Penetapanprioritas
kawasan/koridorpembangunan berdasarkan
rencana tata ruangyang terintegrasi
Input Output OutcomeIntervensi
Penerapan metode Capital Investment
Planning untukprioritisasi program
di dalam RPJMD
Studi-studianalitik
Internalisasi hasilprioritisasi ke dalam
RPJMD
Konsep perencanaan kota terintegrasi
26
Rencana Permukiman
Visi dan Misi KepalaDaerah
MasterplanSmart City
APBN/D, KPBU, PINA, SWASTA
Rencana Transportasi
Strategi Ekonomi
Kebijakan LingkunganTerpadu
Rencana PengelolaanAset
RENCANA TATA RUANG
Strategi Pengembangandan Pertumbuhan Kota
RencanaPengembangan Spasial
Nasional
KerangkaPengembangan Ruang
Provinsi
REN
CAN
A S
EKTO
RAL
CIP
Data danInformasi
Database
Database
RPJMNRPJMD
27
Tidak bisa menggunakan prinsip “One Size Fits all” untuk pengelolaan Kawasan Metropolitan.Perlu pertimbangan politik, sosial, dan kapasitas fiskal
Pilihan Bentuk Kelembagaan Kawasan Metropolitan
Sumber: UN-HABITAT, 2015. Unpacking Metropolitan Governance for Sustainable Development, Tokyo Metro Lab TDD “Metropolitan Governance”
Forum Antar Kota(Inter-Municipal Forum)
Otoritas Wilayah/Metropolitan(Metropolitan/Regional
Authority)
Pemerintahan Bertingkat(Two Tier Metropolitan/Local
Government)
Gabungan PemerintahDaerah
(Consolidated Local Government)Badan sementara ataupermanen untuk koordinasipada topik tertentu. Bentukyang dapat diambil adalahsebagai berikut:
• Dewan Metro• Komite• Komisi• Kelompok Kerja• Platform Konsultatif• Partnership• Asosiasi Pemerintah Daerah• KonsorsiumContoh: Metro Cebu Development Coordination Board, Council of Government (COG) common in the USA, Paris.
Otoritas didirikan sebagai entitashukum independen. Secarakonseptual organisasi sukarela(kadang-kadang disebut dengandistrik tujuan khusus meskipunpendekatan secara “bottom-up”)
• Didirikan oleh anggotapemerintah daerah untukperencanaan berbasiskewilayahan
• Biasanya memiliki kekuatanpengambilan keputusan penuh& akuntabilitas untuk sektor(i.e. transportasi, air bersih, sanitasi)
• Mungkin memiliki wewenanguntuk memungut biayapengguna dan memilikikekuatan pajak (i.e. utility company)
Contoh: Metro Manila Development Authority, Metro Vancouver
Penggabungan yang dikarenakankedekaan area antara pemerintahdaerah (i.e. Area metropolitan merupakan area yurisdiksipemerintah daerah).
• Kasus langka karena cenderungkontroversial secara politik danmembutuhkan keterlibatan aktifdari pemerintah nasional ataudaerah
• Penghematan biaya dapatterjadi melalui skala ekonomi, layanan dan harmonisasitingkat gaji di seluruh Pemdabaru dapat distandardisasiberdasarkan tingkat tertinggiPemda yang menghasilkanbiaya yang lebih tinggi.
Contoh: Istanbul, municipalities in South Africa
A B C D
Terdapat tingkatan pemerintah, pemerintah dengan tingkat lebihtinggi akan bertanggung jawabmengkoordinasikan pemerintahdaerah yang terpisah-pisah
• Antara satu pemerintah daerahdengan pemerintah daerahlainnya memiliki hirarki yang setara
Tipe:a. Tidak ada otoritas substansial
diatas (Dar es Salaam)b. Otoritas Terbatas (Budapest)c. Otoritas Substansial diatas
pemerintah dengan tingkatlebih rendah (London, Tokyo)
Contoh: Tokyo and Seoul Metropolitan Governments, London, Budapest, Chinese Municipalities
Masukan
RPP Perkotaan -KPN
RPJMN
RTRWN
Contoh Kelembagaan di Kota MetropolitanBadan Pengelola Transportasi Jabodetabek
Peraturan Presiden No 103 Tahun 2015 tentangpembentukan Badan Pengelola Transportasi Wilayah Jabodetabek(Jakarta, Bogor, Depok, Tenggerang dan Bekasi)
Mengembangkan, mengelola, danmeningkatkan pelayanantransportasi secara terintegrasi diwilayah Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang, dan Bekasi denganmenerapkan tata kelola organisasiyang baik
Dalam pelaksanaan tugas BPTJ mengacu kepadaRITJ yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden
Integrasi Dilakukan Pada:1. Perencanaan dan Kebijakan2. Prasarana dan Pelayanan3. Moda Transportasi4. Sistem Pembayaran5. Sistem Informasi
6. Pembiayaan