Post on 18-Oct-2021
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
8
FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.)
BEBAS MIRISTISIN DAN SAFROL DENGAN METODE GRANULASI BASAH
Yova Amijaya Fitri, Dradjad Priambodo, Keri Lestari
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
________________________________________________________________________
Abstrak
Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan obat adalah pala (Myristica fragrans Houtt.). Namun, kandungan
miristisin dan safrol pada biji pala memberikan efek yang tidak diharapkan bagi tubuh sehingga
harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemisahan miristisin dan safrol dapat
dilakukan dengan metode kromatografi kolom sehingga diperoleh ekstrak biji pala yang bebas
miristisin dan safrol. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak biji pala bebas miristisin dan
safrol (PBMS) memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemik dan antidislipidemik. Penelitian ini
bertujuan membuat formula sediaan tablet dari ekstrak PBMS yang memenuhi persyaratan dan
memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemik dan antidislipidemik. Metode penelitian
eksperimental meliputi ekstraksi, pemisahan miristisin dan safrol, formulasi sediaan tablet
dengan perbedaan variasi konsentrasi PVP yaitu 2%, 3%, 4%, dan 5%, evaluasi sediaan tablet,
dan pengujian aktivitas sediaan tablet. Hasil penelitian menujukkan bahwa sediaan tablet yang
dibuat memenuhi persyaratan kualitas tablet. Berdasarkan data hasil kromatografi lapis tipis
(KLT), zat berkhasiat dari ekstrak PBMS masih terdapat dalam sediaan tablet setelah melalui
tahapan formulasi. Berdasarkan pertimbangan klinis untuk terapi diabetes melitus maka
diperlukan tablet yang dapat segera hancur agar dapat segera memberikan aktivitas. Tablet yang
memiliki waktu hancur tercepat adalah tablet formula 1 (F1) dengan waktu hancur 6,71 menit.
Kata kunci : Ekstrak, Formulasi, Myristica fragrans Houtt., Pala, Tablet
Abstract
Indonesia is a rich country in medicinal plants. One of the plants can be used as a medicinal
plant is nutmeg (Myristica fragrans Houtt.). However, the content of myristicin and safrole on
nutmeg give undesirable effects to the body, so they need to be removed. Myristicin and safrole
can be removed using column chromatography method. Based on previous research, nutmeg
seed extract free myristicin and safrole (PBMS) have antihiperglicemic and antidislipidemic
activities. This research aims to create a tablet formulation of PBMS that meet the requirements
and have antihiperglicemic and antidislipidemic activities. Experimental methods include
extraction, separation myristicin and safrole, tablet formulations with variations concentration
of PVP 2%, 3%, 4% and 5%, evaluation of tablets and tablet activities assay. The results
showed that the tablets which formulated are meet the requirements of good quality tablets.
Based on the data of thin layer chromatography (TLC), efficacions substance of PBMS were
found in the tablets after formulation steps done. Based on clinical considerations for the
treatment of diabetes mellitus then needed a tablet that can be disintegrated immediately in
order to provide immediate activity. Tablets that have the fastest time of disintegration is
formula 1 (F1) which disintegration time is 6.71 minutes.
Keyword : Extract, Formulation, Myrisytica fragrans Houtt., Nutmeg, Tablet
_____________________________________________________________________________
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
9
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang
kaya akan berbagai macam tumbuhan yang
diantaranya mempunyai potensi yang cukup
besar untuk dikembangkan menjadi obat.
Perubahan pola pikir masyarakat dengan
sikap back to nature membuat
perkembangan dan pemanfaatan tanaman
obat di Indonesia semakin meningkat
(Pramono, 2011).
Salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan obat adalah
tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.).
Pala telah lama dikenal sebagai bumbu
masakan dan dapat pula digunakan untuk
tujuan pengobatan karena mempunyai sifat
terapeutik. Biji pala diketahui dapat
meringankan berbagai penyakit, yaitu
disentri, muntah, mulas masuk angin, sulit
tidur, dan rematik (Khare, 2007).
Pemberian ekstrak air biji pala 100
mg/kg/hari selama 30 hari pada tikus,
diketahui dapat melindungi tikus dari
hiperglikemia, hiperlipidemia dan
kerusakan jaringan jantung (Kareem et al.,
2009). Ekstrak etanol biji pala dilaporkan
memiliki aktivitas hipoglikemik pada tikus
diabetik yang diinduksi aloksan (Somani &
Singhai, 2008). Kandungan dehidro-di-
isoeugenol dari ekstrak biji pala berperan
sebagai agonis ganda terhadap PPAR dan
PPAR, yaitu reseptor yang berperan
mengatur metabolisme lemak dan glukosa
(Lestari, 2010).
Biji pala mengandung minyak atsiri,
minyak lemak, saponin, miristisin, elimisin,
enzim lipase, alkaloid, eugenol, isoeugenol,
linalool, α- dan β- pinena2. Kandungan
utama pala antara lain eugenol, miristisin,
safrol dan trimyritisin. Dari kandungan
tersebut, safrol dan miristisin memberikan
efek yang tidak diharapkan bagi tubuh.
Safrol diketahui bersifat hepatotoksik dan
menunjukkan aktivitas hepatokarsinogenik
lemah. Sementara miristisin dapat
menyebabkan hipotensi, sedasi, anestesi
dan bersifat halusinogenik (Nagore et al.,
2013). Oleh karena itu, miristisin dan safrol
harus dipisahkan terlebih dahulu dari
ekstrak biji pala sebelum digunakan sebagai
obat atau sebagai suplemen.
Pemisahan miristisin dan safrol dapat
dilakukan dengan menggunakan metode
kromatografi kolom sehingga diperoleh
ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt.)
bebas miristisin dan safrol. Penelitian
sebelumnya, menyebutkan bahwa ekstrak
biji pala bebas miristisin dan safrol (PBMS)
memiliki aktivitas sebagai
antihiperglikemik dan antidislipidemik.
Ekstrak PBMS pada dosis 26,6 mg/Kg BB
tikus dapat menurunkan kadar gula darah
dan trigliserida pada hewan percobaan
(Lestari, 2010).
Untuk meningkatkan pemanfaatan
ekstrak PBMS tersebut, perlu dilakukan
suatu pengembangan cara pengolahan
sehingga lebih mudah digunakan dan lebih
stabil baik secara fisika maupun kimia,
salah satunya adalah dengan
memformulasikan bahan alam tersebut ke
dalam bentuk sediaan tablet.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
10
Dengan dibuatnya tablet dari bahan
alam tersebut diharapkan pengembangan
obat tradisional Indonesia semakin maju
dan memiliki kualitas yang memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan
hal tersebut maka pada penelitian kali ini
dibuat sediaan tablet dari ekstrak biji pala
(Myristica fragrans Houtt.) bebas miristisin
dan safrol.
METODOLOGI
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian
ini adalah alat uji kadar air/moisture
determinant balance (OHAUS MB 35), alat
uji kekerasan tablet (Erweka), alat uji
kerenyahan tablet/friability tester, alat uji
waktu hancur (Erweka), bejana
pengembangan kromatografi lapis tipis
(Camag), cawan penguap, jangka sorong
(Mitutoyo), kolom kromatografi, lampu UV
254 dan 366 nm (Camag UV-Betrachter),
maserator, mesin cetak tablet, mesh nomor
16 dan 20, mortir dan stemper, oven,
piknometer, pipa kapiler, plat KLT GF254,
rotary evaporator, tapped density tester,
timbangan analitis (Mettler Toledo) dan
alat-alat gelas yang biasa digunakan di
Laboratorium Teknonologi Sediaan Non
Steril.
Bahan
Biji pala diperoleh dari Wanayasa,
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dan
dideterminasi di Jurusan Biologi FMIPA-
Universitas Padjadjaran.
Bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Ac-Di-Sol (PT. Kimia
Farma), aerosil, aquadest, Avicel PH 101,
baku miristisin dan safrol (Universitas
Yonsei, Korea), etanol 95%, etil asetat,
metanol dan n-heksan, pereaksi etanol-asam
sulfat, pelat KLT silika GF254 (Merck),
silika gel 60 pro column 70-230 mesh,
larutan besi (III) klorida, Magnesium
Stearat, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Liebermann Buchard, pereaksi Mayer,
serbuk magnesium, Poli Vinil Pirolidon
(PVP), talk.
Pembuatan Ekstrak
Biji pala yang telah dikeringkan
dihaluskan kemudian diekstraksi dengan
cara maserasi selama 3 x 24 jam
menggunakan pelarut etanol 95% hasil
redestilasi. Hasil ekstraksi kemudian
dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator sehingga diperoleh ekstrak
kental.
Pemisahan Miristisin dan Safrol
Pemisahan Safrol dan Miristisin
dilakukan dengan metode kromatografi
kolom menggunakan sistem elusi isokratik.
Sebanyak 20 gram ekstrak digerus dengan
silika gel hingga menjadi serbuk homogen.
Kemudian ditempatkan dalam kolom
sedemikian rupa sehingga siap untuk
dielusi. Pelarut yang digunakan adalah
campuran n-heksan:etil asetat (10:1).
Kolom dielusi kemudian ditampung
sebanyak 10 fraksi. Fraksi-fraksi yang
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
11
dihasilkan dipantau dengan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) bersamaan dengan
miristisin dan safrol dengan pengembang n-
heksan:etil asetat (10:1). Penampak bercak
yang digunakan adalah asam sulfat 10%
dalam etanol. Selanjutnya kolom dielusi
dengan eluen etil asetat kemudian dengan
metanol hingga diperoleh fraksi etil asetat
dan fraksi metanol. Fraksi n-heksan:etil
asetat yang sudah tidak mengandung
miristisin dan safrol digabungkan dengan
fraksi etil asetat dan fraksi metanol.
Gabungan fraksi tersebut dipekatkan
dengan menggunakan rotary evaporator
pada suhu 40C kemudian diuapkan di atas
penangas air (water bath) pada suhu 60oC
hingga beratnya stabil (Lestari, 2010).
Penapisan Fitokimia Ekstrak PBMS
Penapisan fitokimia meliputi
golongan metabolit sekunder alkaloid,
flavonoid, tanin dan polifenol, saponin,
kuinon, monoterpenoid dan
seskuiterpenoid, steroid dan triterpenoid.
Pengujian Kadar Air Ekstrak PBMS
Pengujian kadar air dilakukan dengan
destilasi toluena. Sebanyak 2 gram zat yang
akan diuji dimasukkan ke dalam labu
kering dan ditambahkan 200 mL toluen.
Labu dipanaskan hati-hati. Setelah toluen
mulai mendidih, disuling dengan kecepatan
2 tetes per detik kemudian dinaikkan 4
tetes per detik. Setelah semua air tersuling,
tabung penerima dibiarkan dingin hingga
air dan toluen memisah sempurna. Volume
air dibaca pada alat uji kadar air.
Formulasi Tablet
Pada penelitian ini dibuat empat
formula tablet dengan perbedaan variasi
konsentrasi pengikat (PVP) yaitu 2%, 3%,
4% dan 5%. Formula tablet dari ekstrak
biji pala bebas miristisin dan safrol dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tablet ekstrak biji pala bebas
miristisin dan safrol dibuat dengan metode
granulasi basah yang mempunyai berat
teoritis 525 mg. Setiap formula dibuat
sebanyak 200 tablet dengan tahap
pengerjaan sebagai berikut : Ekstrak biji
pala bebas miristisin dan safrol ditimbang,
kemudian dimasukkan ke dalam mortar,
bahan komponen tablet diayak kemudian
Tabel 1. Formula Tablet Ekstrak PBMS
Komposisi
Formula (%)
I II III IV
Ekstrak PBMS 28,58 28,58 28,58 28,58 Avicel PH 101 Aerosil
53,42 7
52,42 7
51,42 7
50,42 7
PVP 2 3 4 5 Ac-Di-Sol (fasa dalam) 2 2 2 2 Talk Mg Stearat
3 2
3 2
3 2
3 2
Ac-Di-Sol (fasa luar) 2 2 2 2
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
12
ditimbang sesuai dengan jumlah tablet yang
dibuat, ditambahkan aerosil, avicel PH 101
hingga homogen, ditambahkan PVP, Ac-
Di-Sol (fase dalam) hingga homogen,
ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga
membentuk massa yang dapat di kepal.
Massa granul basah digranulasi melalui
mesh no.16, kemudian, dimasukkan ke
dalam oven pada suhu 550 C selama 18-24
jam. Granul hasil pengeringan dilewatkan
ke dalam ayakan mesh no.20. Susut
pengeringan granul diperiksa. Ac-Di-Sol
(fase luar), talk, dan Mg Stearat dicampur
dengan granul hingga homogen.
Selanjutnya dilakukan pengujian massa
cetak tablet, pencetakan tablet dan evaluasi
sediaan tablet jadi.
Pengujian Massa Cetak
Pengujian massa cetak yang
dilakukan meliputi: uji susut pengeringan
atau Loss of Drying (LOD), laju alir, sudut
istirahat, kerapatan nyata, kerapatan
mampat, kerapatan sejati dan
kompresibilitas.
Pencetakan Tablet
Tablet ekstrak biji pala bebas
miristisin dan safrol dibuat dengan metode
granulasi basah yang mempunyai berat
teoritis 525 mg. Setiap formula dibuat
sebanyak 250 tablet.
Evaluasi Tablet Jadi
Evaluasi yang dilakukan meliputi:
keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
kekerasan tablet, friabilitas tablet, dan
waktu hancur.
Analisis Kualitatif Tablet dengan
Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis dilakukan
menggunakan lempeng silika gel GF254,
dengan pengembang n-heksan:etil asetat
(10:1).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Ekstraksi
Ekstraksi biji pala (2,9 Kg) secara
maserasi dengan etanol 95% diperoleh
ekstrak kental 297,83 g, sehingga diperoleh
rendemen sebesar 10,27%.
Hasil Pemisahan Miristisin dan Safrol
Pemisahan miristisin dan safrol
dilakukan dengan metode kromatografi
kolom. Elusi pertama dilakukan dengan
menggunakan eluen n-heksan:etil asetat
10:1. Elusi ini dilakukan untuk
mengeluarkan miristisin dan safrol dari
ekstrak. Eluen ini dipilih karena sifat
miristisin dan safrol yang cenderung non
polar. Pemisahan senyawa kimia pada
kromatografi kolom didasarkan pada
kepolaran sampel terhadap fase diam. Silika
gel yang bersifat polar akan mengikat
senyawa yang relatif lebih polar. Senyawa
dengan tingkat kepolaran yang lebih rendah
akan keluar lebih dahulu terbawa oleh eluen
sehingga pemisahan senyawa tersebut
terjadi berdasarkan perbedaan tingkat
kepolaran.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
13
Dari hasil kromatografi kolom
diperoleh sebanyak 10 fraksi. Masing-
masing fraksi dipantau secara kualitatif
dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
bersamaan dengan baku miristisin dan
safrol untuk mengetahui pada fraksi ke
berapa miristisin dan safrol telah keluar
atau terpisah dari ekstrak. Pengembang
yang digunakan adalah campuran pelarut n-
heksan:etil asetat (10:1). Hasil kromatografi
dilihat dibawah sinar UV 254 nm, 366 nm,
dan penampak bercak asam sulfat 10%
dalam etanol. Hasil KLT dapat dilihat pada
Gambar 1.
Berdasarkan hasil KLT, terlihat
bahwa baku miristisin memiliki bercak
berwarna kuning dengan nilai Rf 0,41 dan
baku safrol memiliki bercak berwarna ungu
dengan nilai Rf 0,72. Kemudian warna dari
bercak-bercak yang muncul dari sepuluh
fraksi diamati.
Dari hasil KLT, diketahui bahwa pada
fraksi 5, 6, 7, 8 dan 9 memiliki spot yang
sama dengan miristisin (0,41) dan pada
fraksi 6, 7, dan 8 memiliki spot yang sama
dengan safrol (Rf 0,72). Hal ini
menunjukkan bahwa miristisin terdapat
pada fraksi 5, 6, 7, 8, dan 9 dan safrol
terdapat pada fraksi 6, 7, dan 8. Dengan
demikian fraksi yang bebas miristisin dan
safrol adalah fraksi 10. Rf dari masing-
masing bercak dapat dilihat pada Tabel 2.
Setelah miristisin dan safrol
terpisah, kolom selanjutnya dielusi dengan
etil asetat kemudian dilanjutkan dengan
metanol untuk menarik senyawa semi polar
dan senyawa polar yang terkandung di
dalam ekstrak. Fraksi n-heksan:etil asetat
yang sudah tidak mengandung miristisin
dan safrol (fraksi 10) digabungkan dengan
fraksi etil asetat dan fraksi metanol.
Gabungan fraksi tersebut dipekatkan
Gambar 1. Hasil kromatografi lapis tipis fraksi n- heksan:etil asetat. Keterangan: M:
Miristisin; S: Safrol; 1: Fraksi 1; 2: Fraksi 2; 3: Fraksi 3; 4: Fraksi 4; 5:
Fraksi 5; 6: Fraksi 6; 7: Fraksi 7; 8: Fraksi 8; 9: Fraksi 9; 10: Fraksi 10.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
14
dengan menggunakan rotary evaporator
hingga kental. Gabungan fraksi diuapkan
kembali di atas penangas air (water bath)
pada suhu 40oC hingga beratnya stabil. Dari
20 gram ekstrak diperoleh ekstrak biji pala
bebas miristisin dan safrol sebanyak 13,68
gram.
Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak
PBMS
Penapisan Fitokimia bertujuan
untuk mengetahui adanya golongan
metabolit sekunder yang terkandung di
dalam gabungan fraksi ekstrak biji pala.
Hasil penapisan fitokimia terdapat pada
Tabel 3.
Salah satu senyawa aktif yang
terkandung di dalam ekstrak biji pala
adalah Dehidro-di-isoeugenol. Dehidro-di-
isoeugenol merupakan senyawa turunan
fenol. Berdasarkan hasil penapisan
fitokimia, terbukti bahwa ekstrak PBMS
terdeteksi mengandung senyawa golongan
polifenol. Hal ini ditunjukkan dengan
Tabel 2. Hasil KLT Miristisin, Safrol dan Fraksi n heksan:etil asetat
Rf
Sinar UV Asam sulfat 10% dalam etanol
254 nm 366 nm
Myristisisn 0,41 - - Kuning
Safrol 0,72 Biru - Ungu
Fraksi 1 - - - -
Fraksi 2 - - - - Fraksi 3 - - - -
Fraksi 4 - - - -
Fraksi 5 0,04 0,41 0,64 0,72 0,88
- - - - -
- - - - -
Abu pudar Kuning
Hijau biru Ungu
Kuning Fraksi 6 0,04
0,42 0,64 0,72 0,88
Biru pudar -
Biru Biru
-
- - - - -
Abu pudar Kuning
Hijau biru Ungu
Kuning Fraksi 7 0,04
0,41 0,50 0,65 0,72
Biru pudar -
Biru Biru Biru
- - - - -
Abu pudar Kuning Ungu
Hijau biru Ungu
Fraksi 8 0,04 0,41 0,51 0,65 0,72
- -
Biru Biru pudar
-
- - - - -
Abu pudar Kuning Merah
Hijau biru Ungu
Fraksi 9 0,41 0,52 0,65
- -
Biru
- - -
Kuning Merah
Hijau biru Fraksi 10 0,52 Biru - Merah
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
15
terbentuknya warna biru-hitam setelah
penambahan larutan besi (III) klorida pada
filtrat atau larutan ekstrak yang telah
dipanaskan.
Hasil Pengujian Kadar Air Ekstrak
PBMS
Kadar air yang diperoleh dari
gabungan fraksi ekstrak biji pala adalah
9,94%, sesuai dengan standar kadar air
ekstrak yaitu < 16% (Depkes, 2004).
Hasil Formulasi Tablet Ekstrak PBMS
Pada penetapan formula ini
digunakan satu jenis pengikat yaitu PVP
dengan empat variasi konsentrasi. Tablet
dari gabungan fraksi ekstrak biji pala ini
dibuat dengan metode granulasi basah.
Metode granulasi basah dipilih karena
memiliki beberapa keuntungan yaitu, dapat
meningkatkan kompresibilitas serbuk,
memperbaiki daya alir, dan memiliki
distribusi dan keseragaman zat aktif yang
baik. Formula terdiri atas fasa dalam dan
fase luar. Fase dalam terdiri dari ekstrak biji
pala (zat aktif), aerosil (adsorben), avicel
PH 101 (pengisi), PVP (pengikat), Ac-Di-
Sol (penghancur) sedangkan fasa luar
terdiri dari Ac-Di-Sol (penghancur), Mg
Stearat (pelincir), dan talk (pelincir).
Pada formula ini, digunakan Avicel
101 dan aerosil sebagai pengering ekstrak.
Aerosil digunakan untuk mengurangi sifat
higroskopis dari ekstrak biji pala bebas
miristisin dan safrol ekstrak biji pala.
Avicel PH 101 juga berfungsi sebagai
pengisi tablet dan dapat memperbaiki sifat
alir granul. Avicel PH 101 jika
ditambahkan pada proses granulasi basah
dapat meningkatkan daya ikat dalam
pengempaan serta mengurangi capping dan
friabilitas tablet.
PVP digunakan sebagai pengikat
karena PVP larut dalam air dan alkohol
serta menunjukkan pelepasan obat yang
lebih cepat dibandingkan pengikat lain.
Ac-Di-Sol digunakan sebagai
penghancur dalam sediaan tablet. Bahan
penghancur ditambahkan untuk
memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika berkontak denganh cairan
saluran pencernaan. Bahan penghancur
dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet,
sehinga tablet mengembang dan
Tabel 3. Hasil pengujian Fitokimia Ekstrak Biji Pala Bebas Miristisin dan Safrol
Golongan Metabolit Sekunder Hasil Polifenol + Flavonoid +
Tanin + Saponin - Kuinon +
Steroid dan triterpenoid - Monoterpenoid dan sesquiterpenoid +/+
Alkaloid - Keterangan: (+) = Terdeteksi; (-) + Tidak terdeteksi
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
16
menyebabkab tablet pecah menjadi bagian-
bagian. Pada waktu digunakan dalam
granulasi basah sebaiknya Ac-Di-Sol
ditambahkan dalam tahap pembasahan dan
pengeringan (intragranular dan
ekstragranular) sehingga kemampuan
memecah dan mengembangnya lebih baik.
Sebagai pelincir dalam formula ini
digunakan talkum dan magnesium stearat.
Talkum dengan konsentrasi 1-5% dapat
memberikan efek anti adheren dan glidan
yang baik. Antiadheren merupakan zat yang
digunakan untuk mencegah menempelnya
massa tablet pada punch dan dinding
cetakan, sedangkan glidan digunakan untuk
memperbaiki aliran granul dari hopper
menuju lubang cetakan.
Magnesium stearat memberikan
efek lubrikan yang baik dengan konsentrasi
0,25-5%. Lubrikan digunakan untuk
mengurangi gesekan antara granul dengan
dinding cetakan selama pengempaan dan
pengeluaran tablet.
Hasil Evaluasi Massa Cetak Tablet
Ekstrak PBMS
Evaluasi massa cetak dilakukan
untuk mengetahui sifat granul yang akan
dicetak. Hasil evaluasi massa cetak tablet
dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil pengujian
diketahui bahwa susut pengeringan massa
cetak tablet antar formula berkisar pada
rentang 1,80% sampai 1,96%. Dengan nilai
susut pengeringan tersebut diharapkan
massa cetak tidak terlalu basah dan dapat
dihasilkan tablet yang tidak rapuh. Granul
yang basah akan menyebabkan
pengelupasan dan penempelan atau
melekatnya bahan tablet pada punch dan
dinding die ketika proses pencetakan.
Granul juga tidak boleh terlalu kering
karena apabila terjadi pengeringan total
granul akan dapat menghilangkan daya ikat
dan cenderung membentuk capping dan
laminasi. Granul yang sangat kering dan
hanya mengandung sedikit sekali
persentase air (kelembapan), dapat
menghasilkan tablet yang renyah atau
memiliki nilai friabilitas yang tinggi
(Aulton, 1988).
Hasil pemeriksaan kerapatan nyata
menunjukkan nilai 0,46 g/ml sampai 0,52
g/ml dan kerapatan mampat menunjukkan
Tabel 4. Hasil Evaluasi Massa Cetak Tablet
Evaluasi Massa Kempa
Formula
I II III IV Susut pengeringan (%) 1,80 1,96 1,96 1,90
Kerapatan sejati (g/mL) 0,61 0,61 0,64 0,612 Kerapatan nyata (g/mL) 0,46 0,51 0,52 0,48
Kerapatan mampat (g/mL) 0,52 0,55 0,57 0,53 Kompresibilitas (%) 11,44 8,03 9,06 8,09
Kecepatan alir (g/dtk) 15,44 18,02 16,82 17,31 Sudut istirahat ( º ) 21,80 10,23 8,58 10,67
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
17
nilai 0,52 g/ml sampai 0,57 g/ml. Pengujian
kerapatan nyata dan kerapatan mampat
digunakan untuk menghitung
kompresibilitas dari massa cetak. Hasil
perhitungan kompresibilitas massa cetak
tablet berkisar antara 8,03 % sampai
11,44%. Berdasarkan Indeks Konsolidasi
Carr, nilai kompresibilitas yang berada
pada rentang 5-12% menunjukkan sifat
aliran yang sangant baik (Aulton, 1988).
Dengan demikian massa cetak tablet
memiliki sifat aliran serbuk yang sangat
baik.
Kecepatan alir dapat diketahui
dengan mengukur sudut istirahat. Makin
kecil sudut istirahat maka daya alir massa
cetak semakin baik. Hasil pengujian sudut
istirahat massa cetak tablet berkisar antara
8,58º sampai 21,80º. Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh massa cetak memiliki daya
alir yang sangat baik. Dari hasil pengujian
daya alir massa cetak pada keempat
formula, diperoleh nilai antara 15,44 g/detik
sampai 18,02 g/detik. Nilai ini
menunjukkan sifat aliran yang sangat baik9,
sehingga diharapkan massa cetak tidak
menimbulkan masalah pada saat pengisian
ke dalam mesin cetak. Aliran yang baik
sangat penting dalam proses pencetakan
agar menghasilkan volume dan berat tablet
yang seragam.
Hasil Evaluasi Tablet Ekstrak PBMS
Hasil evaluasi tablet meliputi
keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
kekerasan, friabilitas dan waktu hancur
dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil Keseragaman Bobot Tablet
Ekstrak PBMS
Pada proses pencetakan tablet,
mesin yang digunakan diatur pada berat
525 mg. Hasil pemeriksaan keseragaman
bobot dihasilkan rata-rata berkisar antara
524,87 sampai 534,00 mg. Farmakope
Indonesia III menyatakan bahwa tablet
tidak boleh menyimpang lebih dari 5 %,
yang berarti berat masing-masing tablet
harus berkisar antara 498,75 mg sampai
551,25 mg. Dengan demikian hasil tersebut
telah memenuhi syarat yang ditetapkan.
Perbedaan bobot dapat terjadi
karena ukuran partikel dan daya alir massa
cetak. Walaupun volume massa cetak yang
masuk ke die sama banyak, dengan adanya
Tabel 5. Hasil Evaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
Formula
I II III IV
Bobot tablet (mg) 529,28 528,40 524,87 534,00
Tebal tablet (mm) 3,82 3,59 3,58 3,87
Diameter tablet (mm) 12,05 12,04 12,03 12,06 Kekerasan (N) 75,35 88,92 70,20 83,65
Friabilitas (%) 0 0 0 0
Waktu Hancur (menit) 6,71 8,73 9,44 10,30
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
18
proporsi partikel besar dan kecil maka akan
mempengaruhi bobot tablet yang dicetak.
Kecepatan alir dan sudut istirahat massa
cetak juga mempengaruhi keseragaman
bobot, karena dari nilai kecepatan alir dan
sudut istirahat ini dapat diketahui sifat
aliran massa cetaknya. Daya alir yang baik
akan memudahkan massa cetak mengalir
melalui hopper sehingga dapat memberikan
keseragaman pengisian pada die saat
pencetakan yang akhirnya akan mempunyai
pengaruh terhadap keseragaman bobot
tablet.
Hasil Keseragaman Ukuran Tablet
Ekstrak PBMS
Dimensi serta ukuran tablet kempa
ditentukan oleh peralatan selama proses
pengempaan. Diameter tablet sangat
ditentukan oleh ukuran punch yang
digunakan, sedangkan tebal tablet
dipengaruhi oleh bobot dan tekanan.
Ketebalan tablet adalah satu-satunya
variabel dimensi yang berhubungan dengan
proses.
Pada beban kempa yang konstan,
ketebalan tablet bervariasi dengan
berubahnya pengisian die, dengan distribusi
ukuran partikel serta kepadatan campuran
partikel yang dikempa, dan dengan berat
tablet. Sementara pada pengisian die yang
konstan ketebalan bervariasi dengan
berubahnya beban kompresi.
Pemeriksaan hasil pengujian
keseragaman ukuran dihasilkan rata-rata
diameter tablet berkisar antara 12,03 mm
sampai 12,06 mm dan tebal tablet berkisar
antara 3,58 mm sampai 3,87 mm.
Hasil Kekerasan Tablet Ekstrak PBMS
Pada umumnya tablet harus cukup
keras agar tahan atau tidak pecah pada saat
pengemasan dan pengiriman. Selain itu,
tablet juga harus cukup lunak sehingga
akan melarut dan hancur dengan sempurna
begitu dipergunakan pada saat pengobatan.
Pengaturan kekerasan tablet ini
dapat dilakukan dengan cara mengatur
tekanan punch atas mesin tablet. Kekuatan
tablet, seperti juga ketebalannya,
merupakan fungsi dari isi die, dan gaya
kompresi. Ada penambahan gaya kompresi,
nilai kekerasan tablet meningkat, sedangkan
ketebalan tablet berkurang. Hubungan ini
berlangsung terus sampai tercapai
kekerasan maksimum dan ketebalan
minimum. Bila setelah itu tekanan terus
ditingkatkan, akan mengakibatkan tablet
berlapis-lapis atau terjadi cap, sehingga
integritas tablet akan hilang. Pada tenaga
kompresi yang tetap (jarak antara punch
atas dan bawah), kekerasan tertentu tablet
akan meningkat dengan meningkatnya isi
die dan berkurang dengan mengurangi isi
die. Dari hasil pemeriksaan, pengujian
kekerasan tablet berkisar antara 70,20 N
sampai 88,92 N.
Hasil Friabilitas Tablet Ekstrak PBMS
Tablet harus memiliki ketahanan
atas kerenyahan atau friabilitas agar dapat
bertahan terhadap berbagai macam
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
19
guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan, dan distribusi. Friabilitas
tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air
dari granul dan produk akhir. Kandungan
air (kelembaban) yang rendah tetapi dalam
batasan yang dapat diterima dapat berfungsi
sebagai pengikat. Granul yang sangat
kering dan hanya mengandung sedikit
sekali persentase kelembaban, sering
menghasilkan lebih banyak tablet yang
renyah.
Hasil pemeriksaan friabilitas
kerenyahan tablet adalah 0%. Friabilitas
(kerapuhan) tablet pada keempat formula
tablet yang dibuat dalam penelitian ini telah
memenuhi persyaratan sesuai dengan USP
27, yaitu kehilangan bobot yang masih
diperkenankan adalah hingga 0,8%.
Hasil Waktu Hancur Tablet Ekstrak
PBMS
Waktu hancur tablet ekstrak biji
pala berkisar antara 402,67 detik (6,71
menit) sampai 618 detik (10,30 menit).
Nilai tersebut masih memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia, yaitu waktu hancur
tidak lebih dari 15 menit (900 detik).
Hubungan nilai waktu hancur dari masing-
masing formula terhadap konsentrasi
pengikat PVP (poly vinyl pyrrolidone)
dapat dilihat pada Gambar 2.
Dari grafik pada gambar 2 dapat
diketahui bahwa uji waktu hancur dari
keempat formula menunjukkan peningkatan
waktu hancur seiring dengan meningkatnya
konsentrasi PVP. Tablet F1 dengan
konsentrasi PVP 2% memiliki nilai waktu
hancur tercepat yaitu 402.67 detik (6,71
menit) sedangkan tablet F4 dengan
konsentrasi PVP 5% memiliki nilai waktu
hancur terlama yaitu 618 detik (10,30
menit).
Hal tersebut dikarenakan PVP
memberikan kekompakan dan daya tahan
Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi PVP terhadap waktu hancur. Keterangan: F1:
Tablet Formula 1 dengan konsentrasi PVP 2 %; F2: Tablet Formula 2
dengan konsentrasi PVP 3 %; F3: Tablet Formula 3 dengan konsentrasi PVP
4 %; F4: Tablet Formula 4 dengan konsentrasi PVP 5 %.
402.67
523.66 566.33
618
0
100
200
300
400
500
600
700
F1 F2 F3 F4
Wak
tu H
ancu
r (d
eti
k)
Formula
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
20
tablet sehingga jumlah konsentrasi pengikat
dapat mempengaruhi karakteristik tablet
kempa. Penggunaan pengikat dalam jumlah
besar akan membuat tablet keras dan tidak
teridisintegrasi dengan mudah.
Kecepatan waktu hancur tablet
dapat berhubungan dengan kecepatan
melarut tablet. Tablet yang mudah larut
atau memiliki kelarutan tinggi dapat segera
diabsorbsi oleh tubuh dan bioavailabilitas
dapat segera tercapai. Meskipun uji waktu
hancur tidak memberikan jaminan bahwa
partikel-partikel tersebut akan melepaskan
bahan obat dalam kecepatan kelarutan yang
sebenarnya, kelarutan obat dari pecahan-
pecahan tablet dapat mengontrol sebagian
atau hampir seluruh obat yang ada di dalam
darah, sehingga uji waktu hancur tetap
dipakai sebagai petunjuk dalam pembuatan
formula optimum tablet (Lachman et al.,
1986).
Berdasarkan pertimbangan klinis
untuk terapi diabetes melitus maka
diperlukan tablet yang dapat segera hancur
agar dapat segera diabsorbsi dan
memberikan aktivitas. Dari hasil penelitian
diatas, tablet yang memiliki waktu hancur
tercepat adalah tablet formula 1 (F1)
dengan waktu hancur 402,67 detik (6,71
menit).
Hasil Uji Kualitatif Kromatografi Lapis
Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT)
dilakukan dengan menggunakan lempeng
silika gel GF254, dengan pengembang N-
heksan : etil asetat = 10 : 1. Hasil KLT
dilihat pada UV 254 dan UV 366,
kemudian disemprot dengan penampak
bercak asam sulfat 10% dalam etanol. Hasil
KLT ekstrak biji pala dan keempat formula
tablet dapat dilihat Gambar 3 dengan nilai
Rf pada Tabel 6.
Gambar 3. Hasil KLT Ekstrak Biji Pala Bebas Miristisin dan Safrol dan keempat
formula. Keterangan: E : Ekstrak biji pala bebas myristisisn dan safrol; F1:
Tablet formula 1; F2: Tablet formula 2; F1: Tablet formula 3; F1: Tablet
formula 4.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
21
Dari hasil pengujian kromatografi
lapis tipis dapat dilihat bahwa keempat
formula tablet memiliki spot yang sama
dengan gabungan fraksi ekstrak biji pala.
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang
terkandung dalam gabungan fraksi ekstrak
biji pala masih terdapat dalam sediaan
tablet setelah melalui proses formulasi.
SIMPULAN
Formulasi tablet dari ekstrak biji
pala bebas miristisin dan safrol dapat
dilakukan menggunakan metode granulasi
basah dengan perbandingan konsentrasi
pengikiat PVP dan pengisi Avicel PH101
yang berbeda-beda. Hasil evaluasi massa
cetak maupun evaluasi tablet jadi
menunjukkan bahwa keempat formula yang
digunakan memenuhi persyaratan sebagai
suatu sediaan tablet yang baik.
Berdasarkan hasil pengujian
kromatografi lapis tipis dapat disimpulkan
bahwa zat berkhasiat dari ekstrak biji pala
bebas miristisin dan safrol masih terdapat
dalam sediaan tablet setelah melalui
tahapan formulasi.
Berdasarkan pertimbangan klinis
untuk terapi diabetes melitus maka
diperlukan tablet yang dapat segera hancur
agar dapat segera diabsorbsi dan
memberikan aktivitas. Dari hasil penelitian,
tablet yang memiliki waktu hancur tercepat
adalah tablet formula 1 (F1) dengan waktu
hancur 6,71 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Aulton ME. 1988. Pharmaceutics: The
Science of dosage form design.
New York: Longman Group
Churchill Livingston. 612 – 614.
Depkes RI. 2004. Monografi Ekstrak
Tumbuhan Obat Indonesia. Vol 1.
Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kareem MA, Gadhamsetty SK, Shaik
AH,Kodidhela L, et al. 2009. Effect
of aqueous extract of nutmeg on
hyperglycaemia, hyperlipidaemia
and cardiac histology associated
with isoproterenol-induced
myocardial infarction in rats.
Tropical Journal of
Pharmaceutical Research August
2009; 8(4):337-344.
Khare, C. P. 2007. Indian medicinal plants.
New Delhi: Springer. 424-9.
Tabel 6. Nilai Rf Ekstrak Biji Pala Bebas Miristisin dan Safrol dan Keempat Formula
No.bercak Rf Pengamatan
UV 254 nm UV 366 nm Penampak Bercak 1 0,02 Biru - Merah muda 2 0,06 Biru - Ungu 3 0,10 Biru - Merah muda 4 0,15 - - Biru abu 5 0,25 Biru Biru Ungu muda 6 0,37 Biru - Ungu muda 7 0,6 Biru - -
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.V, No.2, Juli 2016
22
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL.
1986. The theory and practice of
industrial pharmacy. 2nd Ed.
Philadelphia: Lea and Febiger. 644
– 663, 680 – 712.
Lestari K. 2010. Pengembangan biji pala
(Myristica fragrans Houtt.) sebagai
antihiperglikemik dan
antidislipidemik dengan efek
agonis ganda pada PPAR /. Studi
yang berkaitan dengan upaya
pengelolaan diabetes melitus tipe 2
(disertasi). Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Nagore DH, Kuber V, Patil P, Deshmukh T.
2013. Simultaneous assessment and
validation of reverse phase-high
performance liquid
chromatography method for
quercetin, eugenol, myristicin, and
safrole from nutmeg, fruit and
mace. Chron Young Sci. 2013(4):9-
17.
Pramono, S. 2011. Prioritas penelitian
pendukung program saintifikasi
jamu dari hulu hingga hilir.
Seminar Nasional Pokjanas TOI
41; 5-6 Oktober 2011; Malang.
Somani RS, & Singhai AK. 2008.
Hypoglicaemic and antidiabetic
activities of seeds of Myristica
fragrans in normoglycaemis and
alloxan-induced diabetic rats. J
Asian. Exp. Sci. 22(1): 95-102.