FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

15
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.V, No.2, Juli 2016 8 FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.) BEBAS MIRISTISIN DAN SAFROL DENGAN METODE GRANULASI BASAH Yova Amijaya Fitri, Dradjad Priambodo, Keri Lestari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran ________________________________________________________________________ Abstrak Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat adalah pala (Myristica fragrans Houtt.). Namun, kandungan miristisin dan safrol pada biji pala memberikan efek yang tidak diharapkan bagi tubuh sehingga harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemisahan miristisin dan safrol dapat dilakukan dengan metode kromatografi kolom sehingga diperoleh ekstrak biji pala yang bebas miristisin dan safrol. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak biji pala bebas miristisin dan safrol (PBMS) memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemik dan antidislipidemik. Penelitian ini bertujuan membuat formula sediaan tablet dari ekstrak PBMS yang memenuhi persyaratan dan memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemik dan antidislipidemik. Metode penelitian eksperimental meliputi ekstraksi, pemisahan miristisin dan safrol, formulasi sediaan tablet dengan perbedaan variasi konsentrasi PVP yaitu 2%, 3%, 4%, dan 5%, evaluasi sediaan tablet, dan pengujian aktivitas sediaan tablet. Hasil penelitian menujukkan bahwa sediaan tablet yang dibuat memenuhi persyaratan kualitas tablet. Berdasarkan data hasil kromatografi lapis tipis (KLT), zat berkhasiat dari ekstrak PBMS masih terdapat dalam sediaan tablet setelah melalui tahapan formulasi. Berdasarkan pertimbangan klinis untuk terapi diabetes melitus maka diperlukan tablet yang dapat segera hancur agar dapat segera memberikan aktivitas. Tablet yang memiliki waktu hancur tercepat adalah tablet formula 1 (F1) dengan waktu hancur 6,71 menit. Kata kunci : Ekstrak, Formulasi, Myristica fragrans Houtt., Pala, Tablet Abstract Indonesia is a rich country in medicinal plants. One of the plants can be used as a medicinal plant is nutmeg (Myristica fragrans Houtt.). However, the content of myristicin and safrole on nutmeg give undesirable effects to the body, so they need to be removed. Myristicin and safrole can be removed using column chromatography method. Based on previous research, nutmeg seed extract free myristicin and safrole (PBMS) have antihiperglicemic and antidislipidemic activities. This research aims to create a tablet formulation of PBMS that meet the requirements and have antihiperglicemic and antidislipidemic activities. Experimental methods include extraction, separation myristicin and safrole, tablet formulations with variations concentration of PVP 2%, 3%, 4% and 5%, evaluation of tablets and tablet activities assay. The results showed that the tablets which formulated are meet the requirements of good quality tablets. Based on the data of thin layer chromatography (TLC), efficacions substance of PBMS were found in the tablets after formulation steps done. Based on clinical considerations for the treatment of diabetes mellitus then needed a tablet that can be disintegrated immediately in order to provide immediate activity. Tablets that have the fastest time of disintegration is formula 1 (F1) which disintegration time is 6.71 minutes. Keyword : Extract, Formulation, Myrisytica fragrans Houtt., Nutmeg, Tablet _____________________________________________________________________________

Transcript of FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

Page 1: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

8

FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.)

BEBAS MIRISTISIN DAN SAFROL DENGAN METODE GRANULASI BASAH

Yova Amijaya Fitri, Dradjad Priambodo, Keri Lestari

Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

________________________________________________________________________

Abstrak

Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat

digunakan sebagai bahan obat adalah pala (Myristica fragrans Houtt.). Namun, kandungan

miristisin dan safrol pada biji pala memberikan efek yang tidak diharapkan bagi tubuh sehingga

harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemisahan miristisin dan safrol dapat

dilakukan dengan metode kromatografi kolom sehingga diperoleh ekstrak biji pala yang bebas

miristisin dan safrol. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak biji pala bebas miristisin dan

safrol (PBMS) memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemik dan antidislipidemik. Penelitian ini

bertujuan membuat formula sediaan tablet dari ekstrak PBMS yang memenuhi persyaratan dan

memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemik dan antidislipidemik. Metode penelitian

eksperimental meliputi ekstraksi, pemisahan miristisin dan safrol, formulasi sediaan tablet

dengan perbedaan variasi konsentrasi PVP yaitu 2%, 3%, 4%, dan 5%, evaluasi sediaan tablet,

dan pengujian aktivitas sediaan tablet. Hasil penelitian menujukkan bahwa sediaan tablet yang

dibuat memenuhi persyaratan kualitas tablet. Berdasarkan data hasil kromatografi lapis tipis

(KLT), zat berkhasiat dari ekstrak PBMS masih terdapat dalam sediaan tablet setelah melalui

tahapan formulasi. Berdasarkan pertimbangan klinis untuk terapi diabetes melitus maka

diperlukan tablet yang dapat segera hancur agar dapat segera memberikan aktivitas. Tablet yang

memiliki waktu hancur tercepat adalah tablet formula 1 (F1) dengan waktu hancur 6,71 menit.

Kata kunci : Ekstrak, Formulasi, Myristica fragrans Houtt., Pala, Tablet

Abstract

Indonesia is a rich country in medicinal plants. One of the plants can be used as a medicinal

plant is nutmeg (Myristica fragrans Houtt.). However, the content of myristicin and safrole on

nutmeg give undesirable effects to the body, so they need to be removed. Myristicin and safrole

can be removed using column chromatography method. Based on previous research, nutmeg

seed extract free myristicin and safrole (PBMS) have antihiperglicemic and antidislipidemic

activities. This research aims to create a tablet formulation of PBMS that meet the requirements

and have antihiperglicemic and antidislipidemic activities. Experimental methods include

extraction, separation myristicin and safrole, tablet formulations with variations concentration

of PVP 2%, 3%, 4% and 5%, evaluation of tablets and tablet activities assay. The results

showed that the tablets which formulated are meet the requirements of good quality tablets.

Based on the data of thin layer chromatography (TLC), efficacions substance of PBMS were

found in the tablets after formulation steps done. Based on clinical considerations for the

treatment of diabetes mellitus then needed a tablet that can be disintegrated immediately in

order to provide immediate activity. Tablets that have the fastest time of disintegration is

formula 1 (F1) which disintegration time is 6.71 minutes.

Keyword : Extract, Formulation, Myrisytica fragrans Houtt., Nutmeg, Tablet

_____________________________________________________________________________

Page 2: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

9

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang

kaya akan berbagai macam tumbuhan yang

diantaranya mempunyai potensi yang cukup

besar untuk dikembangkan menjadi obat.

Perubahan pola pikir masyarakat dengan

sikap back to nature membuat

perkembangan dan pemanfaatan tanaman

obat di Indonesia semakin meningkat

(Pramono, 2011).

Salah satu tanaman yang dapat

digunakan sebagai bahan obat adalah

tanaman pala (Myristica fragrans Houtt.).

Pala telah lama dikenal sebagai bumbu

masakan dan dapat pula digunakan untuk

tujuan pengobatan karena mempunyai sifat

terapeutik. Biji pala diketahui dapat

meringankan berbagai penyakit, yaitu

disentri, muntah, mulas masuk angin, sulit

tidur, dan rematik (Khare, 2007).

Pemberian ekstrak air biji pala 100

mg/kg/hari selama 30 hari pada tikus,

diketahui dapat melindungi tikus dari

hiperglikemia, hiperlipidemia dan

kerusakan jaringan jantung (Kareem et al.,

2009). Ekstrak etanol biji pala dilaporkan

memiliki aktivitas hipoglikemik pada tikus

diabetik yang diinduksi aloksan (Somani &

Singhai, 2008). Kandungan dehidro-di-

isoeugenol dari ekstrak biji pala berperan

sebagai agonis ganda terhadap PPAR dan

PPAR, yaitu reseptor yang berperan

mengatur metabolisme lemak dan glukosa

(Lestari, 2010).

Biji pala mengandung minyak atsiri,

minyak lemak, saponin, miristisin, elimisin,

enzim lipase, alkaloid, eugenol, isoeugenol,

linalool, α- dan β- pinena2. Kandungan

utama pala antara lain eugenol, miristisin,

safrol dan trimyritisin. Dari kandungan

tersebut, safrol dan miristisin memberikan

efek yang tidak diharapkan bagi tubuh.

Safrol diketahui bersifat hepatotoksik dan

menunjukkan aktivitas hepatokarsinogenik

lemah. Sementara miristisin dapat

menyebabkan hipotensi, sedasi, anestesi

dan bersifat halusinogenik (Nagore et al.,

2013). Oleh karena itu, miristisin dan safrol

harus dipisahkan terlebih dahulu dari

ekstrak biji pala sebelum digunakan sebagai

obat atau sebagai suplemen.

Pemisahan miristisin dan safrol dapat

dilakukan dengan menggunakan metode

kromatografi kolom sehingga diperoleh

ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt.)

bebas miristisin dan safrol. Penelitian

sebelumnya, menyebutkan bahwa ekstrak

biji pala bebas miristisin dan safrol (PBMS)

memiliki aktivitas sebagai

antihiperglikemik dan antidislipidemik.

Ekstrak PBMS pada dosis 26,6 mg/Kg BB

tikus dapat menurunkan kadar gula darah

dan trigliserida pada hewan percobaan

(Lestari, 2010).

Untuk meningkatkan pemanfaatan

ekstrak PBMS tersebut, perlu dilakukan

suatu pengembangan cara pengolahan

sehingga lebih mudah digunakan dan lebih

stabil baik secara fisika maupun kimia,

salah satunya adalah dengan

memformulasikan bahan alam tersebut ke

dalam bentuk sediaan tablet.

Page 3: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

10

Dengan dibuatnya tablet dari bahan

alam tersebut diharapkan pengembangan

obat tradisional Indonesia semakin maju

dan memiliki kualitas yang memenuhi

standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan

hal tersebut maka pada penelitian kali ini

dibuat sediaan tablet dari ekstrak biji pala

(Myristica fragrans Houtt.) bebas miristisin

dan safrol.

METODOLOGI

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian

ini adalah alat uji kadar air/moisture

determinant balance (OHAUS MB 35), alat

uji kekerasan tablet (Erweka), alat uji

kerenyahan tablet/friability tester, alat uji

waktu hancur (Erweka), bejana

pengembangan kromatografi lapis tipis

(Camag), cawan penguap, jangka sorong

(Mitutoyo), kolom kromatografi, lampu UV

254 dan 366 nm (Camag UV-Betrachter),

maserator, mesin cetak tablet, mesh nomor

16 dan 20, mortir dan stemper, oven,

piknometer, pipa kapiler, plat KLT GF254,

rotary evaporator, tapped density tester,

timbangan analitis (Mettler Toledo) dan

alat-alat gelas yang biasa digunakan di

Laboratorium Teknonologi Sediaan Non

Steril.

Bahan

Biji pala diperoleh dari Wanayasa,

Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dan

dideterminasi di Jurusan Biologi FMIPA-

Universitas Padjadjaran.

Bahan kimia yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Ac-Di-Sol (PT. Kimia

Farma), aerosil, aquadest, Avicel PH 101,

baku miristisin dan safrol (Universitas

Yonsei, Korea), etanol 95%, etil asetat,

metanol dan n-heksan, pereaksi etanol-asam

sulfat, pelat KLT silika GF254 (Merck),

silika gel 60 pro column 70-230 mesh,

larutan besi (III) klorida, Magnesium

Stearat, pereaksi Dragendorff, pereaksi

Liebermann Buchard, pereaksi Mayer,

serbuk magnesium, Poli Vinil Pirolidon

(PVP), talk.

Pembuatan Ekstrak

Biji pala yang telah dikeringkan

dihaluskan kemudian diekstraksi dengan

cara maserasi selama 3 x 24 jam

menggunakan pelarut etanol 95% hasil

redestilasi. Hasil ekstraksi kemudian

dipekatkan dengan menggunakan rotary

evaporator sehingga diperoleh ekstrak

kental.

Pemisahan Miristisin dan Safrol

Pemisahan Safrol dan Miristisin

dilakukan dengan metode kromatografi

kolom menggunakan sistem elusi isokratik.

Sebanyak 20 gram ekstrak digerus dengan

silika gel hingga menjadi serbuk homogen.

Kemudian ditempatkan dalam kolom

sedemikian rupa sehingga siap untuk

dielusi. Pelarut yang digunakan adalah

campuran n-heksan:etil asetat (10:1).

Kolom dielusi kemudian ditampung

sebanyak 10 fraksi. Fraksi-fraksi yang

Page 4: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

11

dihasilkan dipantau dengan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) bersamaan dengan

miristisin dan safrol dengan pengembang n-

heksan:etil asetat (10:1). Penampak bercak

yang digunakan adalah asam sulfat 10%

dalam etanol. Selanjutnya kolom dielusi

dengan eluen etil asetat kemudian dengan

metanol hingga diperoleh fraksi etil asetat

dan fraksi metanol. Fraksi n-heksan:etil

asetat yang sudah tidak mengandung

miristisin dan safrol digabungkan dengan

fraksi etil asetat dan fraksi metanol.

Gabungan fraksi tersebut dipekatkan

dengan menggunakan rotary evaporator

pada suhu 40C kemudian diuapkan di atas

penangas air (water bath) pada suhu 60oC

hingga beratnya stabil (Lestari, 2010).

Penapisan Fitokimia Ekstrak PBMS

Penapisan fitokimia meliputi

golongan metabolit sekunder alkaloid,

flavonoid, tanin dan polifenol, saponin,

kuinon, monoterpenoid dan

seskuiterpenoid, steroid dan triterpenoid.

Pengujian Kadar Air Ekstrak PBMS

Pengujian kadar air dilakukan dengan

destilasi toluena. Sebanyak 2 gram zat yang

akan diuji dimasukkan ke dalam labu

kering dan ditambahkan 200 mL toluen.

Labu dipanaskan hati-hati. Setelah toluen

mulai mendidih, disuling dengan kecepatan

2 tetes per detik kemudian dinaikkan 4

tetes per detik. Setelah semua air tersuling,

tabung penerima dibiarkan dingin hingga

air dan toluen memisah sempurna. Volume

air dibaca pada alat uji kadar air.

Formulasi Tablet

Pada penelitian ini dibuat empat

formula tablet dengan perbedaan variasi

konsentrasi pengikat (PVP) yaitu 2%, 3%,

4% dan 5%. Formula tablet dari ekstrak

biji pala bebas miristisin dan safrol dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tablet ekstrak biji pala bebas

miristisin dan safrol dibuat dengan metode

granulasi basah yang mempunyai berat

teoritis 525 mg. Setiap formula dibuat

sebanyak 200 tablet dengan tahap

pengerjaan sebagai berikut : Ekstrak biji

pala bebas miristisin dan safrol ditimbang,

kemudian dimasukkan ke dalam mortar,

bahan komponen tablet diayak kemudian

Tabel 1. Formula Tablet Ekstrak PBMS

Komposisi

Formula (%)

I II III IV

Ekstrak PBMS 28,58 28,58 28,58 28,58 Avicel PH 101 Aerosil

53,42 7

52,42 7

51,42 7

50,42 7

PVP 2 3 4 5 Ac-Di-Sol (fasa dalam) 2 2 2 2 Talk Mg Stearat

3 2

3 2

3 2

3 2

Ac-Di-Sol (fasa luar) 2 2 2 2

Page 5: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

12

ditimbang sesuai dengan jumlah tablet yang

dibuat, ditambahkan aerosil, avicel PH 101

hingga homogen, ditambahkan PVP, Ac-

Di-Sol (fase dalam) hingga homogen,

ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga

membentuk massa yang dapat di kepal.

Massa granul basah digranulasi melalui

mesh no.16, kemudian, dimasukkan ke

dalam oven pada suhu 550 C selama 18-24

jam. Granul hasil pengeringan dilewatkan

ke dalam ayakan mesh no.20. Susut

pengeringan granul diperiksa. Ac-Di-Sol

(fase luar), talk, dan Mg Stearat dicampur

dengan granul hingga homogen.

Selanjutnya dilakukan pengujian massa

cetak tablet, pencetakan tablet dan evaluasi

sediaan tablet jadi.

Pengujian Massa Cetak

Pengujian massa cetak yang

dilakukan meliputi: uji susut pengeringan

atau Loss of Drying (LOD), laju alir, sudut

istirahat, kerapatan nyata, kerapatan

mampat, kerapatan sejati dan

kompresibilitas.

Pencetakan Tablet

Tablet ekstrak biji pala bebas

miristisin dan safrol dibuat dengan metode

granulasi basah yang mempunyai berat

teoritis 525 mg. Setiap formula dibuat

sebanyak 250 tablet.

Evaluasi Tablet Jadi

Evaluasi yang dilakukan meliputi:

keseragaman bobot, keseragaman ukuran,

kekerasan tablet, friabilitas tablet, dan

waktu hancur.

Analisis Kualitatif Tablet dengan

Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis dilakukan

menggunakan lempeng silika gel GF254,

dengan pengembang n-heksan:etil asetat

(10:1).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Ekstraksi

Ekstraksi biji pala (2,9 Kg) secara

maserasi dengan etanol 95% diperoleh

ekstrak kental 297,83 g, sehingga diperoleh

rendemen sebesar 10,27%.

Hasil Pemisahan Miristisin dan Safrol

Pemisahan miristisin dan safrol

dilakukan dengan metode kromatografi

kolom. Elusi pertama dilakukan dengan

menggunakan eluen n-heksan:etil asetat

10:1. Elusi ini dilakukan untuk

mengeluarkan miristisin dan safrol dari

ekstrak. Eluen ini dipilih karena sifat

miristisin dan safrol yang cenderung non

polar. Pemisahan senyawa kimia pada

kromatografi kolom didasarkan pada

kepolaran sampel terhadap fase diam. Silika

gel yang bersifat polar akan mengikat

senyawa yang relatif lebih polar. Senyawa

dengan tingkat kepolaran yang lebih rendah

akan keluar lebih dahulu terbawa oleh eluen

sehingga pemisahan senyawa tersebut

terjadi berdasarkan perbedaan tingkat

kepolaran.

Page 6: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

13

Dari hasil kromatografi kolom

diperoleh sebanyak 10 fraksi. Masing-

masing fraksi dipantau secara kualitatif

dengan kromatografi lapis tipis (KLT)

bersamaan dengan baku miristisin dan

safrol untuk mengetahui pada fraksi ke

berapa miristisin dan safrol telah keluar

atau terpisah dari ekstrak. Pengembang

yang digunakan adalah campuran pelarut n-

heksan:etil asetat (10:1). Hasil kromatografi

dilihat dibawah sinar UV 254 nm, 366 nm,

dan penampak bercak asam sulfat 10%

dalam etanol. Hasil KLT dapat dilihat pada

Gambar 1.

Berdasarkan hasil KLT, terlihat

bahwa baku miristisin memiliki bercak

berwarna kuning dengan nilai Rf 0,41 dan

baku safrol memiliki bercak berwarna ungu

dengan nilai Rf 0,72. Kemudian warna dari

bercak-bercak yang muncul dari sepuluh

fraksi diamati.

Dari hasil KLT, diketahui bahwa pada

fraksi 5, 6, 7, 8 dan 9 memiliki spot yang

sama dengan miristisin (0,41) dan pada

fraksi 6, 7, dan 8 memiliki spot yang sama

dengan safrol (Rf 0,72). Hal ini

menunjukkan bahwa miristisin terdapat

pada fraksi 5, 6, 7, 8, dan 9 dan safrol

terdapat pada fraksi 6, 7, dan 8. Dengan

demikian fraksi yang bebas miristisin dan

safrol adalah fraksi 10. Rf dari masing-

masing bercak dapat dilihat pada Tabel 2.

Setelah miristisin dan safrol

terpisah, kolom selanjutnya dielusi dengan

etil asetat kemudian dilanjutkan dengan

metanol untuk menarik senyawa semi polar

dan senyawa polar yang terkandung di

dalam ekstrak. Fraksi n-heksan:etil asetat

yang sudah tidak mengandung miristisin

dan safrol (fraksi 10) digabungkan dengan

fraksi etil asetat dan fraksi metanol.

Gabungan fraksi tersebut dipekatkan

Gambar 1. Hasil kromatografi lapis tipis fraksi n- heksan:etil asetat. Keterangan: M:

Miristisin; S: Safrol; 1: Fraksi 1; 2: Fraksi 2; 3: Fraksi 3; 4: Fraksi 4; 5:

Fraksi 5; 6: Fraksi 6; 7: Fraksi 7; 8: Fraksi 8; 9: Fraksi 9; 10: Fraksi 10.

Page 7: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

14

dengan menggunakan rotary evaporator

hingga kental. Gabungan fraksi diuapkan

kembali di atas penangas air (water bath)

pada suhu 40oC hingga beratnya stabil. Dari

20 gram ekstrak diperoleh ekstrak biji pala

bebas miristisin dan safrol sebanyak 13,68

gram.

Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak

PBMS

Penapisan Fitokimia bertujuan

untuk mengetahui adanya golongan

metabolit sekunder yang terkandung di

dalam gabungan fraksi ekstrak biji pala.

Hasil penapisan fitokimia terdapat pada

Tabel 3.

Salah satu senyawa aktif yang

terkandung di dalam ekstrak biji pala

adalah Dehidro-di-isoeugenol. Dehidro-di-

isoeugenol merupakan senyawa turunan

fenol. Berdasarkan hasil penapisan

fitokimia, terbukti bahwa ekstrak PBMS

terdeteksi mengandung senyawa golongan

polifenol. Hal ini ditunjukkan dengan

Tabel 2. Hasil KLT Miristisin, Safrol dan Fraksi n heksan:etil asetat

Rf

Sinar UV Asam sulfat 10% dalam etanol

254 nm 366 nm

Myristisisn 0,41 - - Kuning

Safrol 0,72 Biru - Ungu

Fraksi 1 - - - -

Fraksi 2 - - - - Fraksi 3 - - - -

Fraksi 4 - - - -

Fraksi 5 0,04 0,41 0,64 0,72 0,88

- - - - -

- - - - -

Abu pudar Kuning

Hijau biru Ungu

Kuning Fraksi 6 0,04

0,42 0,64 0,72 0,88

Biru pudar -

Biru Biru

-

- - - - -

Abu pudar Kuning

Hijau biru Ungu

Kuning Fraksi 7 0,04

0,41 0,50 0,65 0,72

Biru pudar -

Biru Biru Biru

- - - - -

Abu pudar Kuning Ungu

Hijau biru Ungu

Fraksi 8 0,04 0,41 0,51 0,65 0,72

- -

Biru Biru pudar

-

- - - - -

Abu pudar Kuning Merah

Hijau biru Ungu

Fraksi 9 0,41 0,52 0,65

- -

Biru

- - -

Kuning Merah

Hijau biru Fraksi 10 0,52 Biru - Merah

Page 8: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

15

terbentuknya warna biru-hitam setelah

penambahan larutan besi (III) klorida pada

filtrat atau larutan ekstrak yang telah

dipanaskan.

Hasil Pengujian Kadar Air Ekstrak

PBMS

Kadar air yang diperoleh dari

gabungan fraksi ekstrak biji pala adalah

9,94%, sesuai dengan standar kadar air

ekstrak yaitu < 16% (Depkes, 2004).

Hasil Formulasi Tablet Ekstrak PBMS

Pada penetapan formula ini

digunakan satu jenis pengikat yaitu PVP

dengan empat variasi konsentrasi. Tablet

dari gabungan fraksi ekstrak biji pala ini

dibuat dengan metode granulasi basah.

Metode granulasi basah dipilih karena

memiliki beberapa keuntungan yaitu, dapat

meningkatkan kompresibilitas serbuk,

memperbaiki daya alir, dan memiliki

distribusi dan keseragaman zat aktif yang

baik. Formula terdiri atas fasa dalam dan

fase luar. Fase dalam terdiri dari ekstrak biji

pala (zat aktif), aerosil (adsorben), avicel

PH 101 (pengisi), PVP (pengikat), Ac-Di-

Sol (penghancur) sedangkan fasa luar

terdiri dari Ac-Di-Sol (penghancur), Mg

Stearat (pelincir), dan talk (pelincir).

Pada formula ini, digunakan Avicel

101 dan aerosil sebagai pengering ekstrak.

Aerosil digunakan untuk mengurangi sifat

higroskopis dari ekstrak biji pala bebas

miristisin dan safrol ekstrak biji pala.

Avicel PH 101 juga berfungsi sebagai

pengisi tablet dan dapat memperbaiki sifat

alir granul. Avicel PH 101 jika

ditambahkan pada proses granulasi basah

dapat meningkatkan daya ikat dalam

pengempaan serta mengurangi capping dan

friabilitas tablet.

PVP digunakan sebagai pengikat

karena PVP larut dalam air dan alkohol

serta menunjukkan pelepasan obat yang

lebih cepat dibandingkan pengikat lain.

Ac-Di-Sol digunakan sebagai

penghancur dalam sediaan tablet. Bahan

penghancur ditambahkan untuk

memudahkan pecahnya atau hancurnya

tablet ketika berkontak denganh cairan

saluran pencernaan. Bahan penghancur

dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet,

sehinga tablet mengembang dan

Tabel 3. Hasil pengujian Fitokimia Ekstrak Biji Pala Bebas Miristisin dan Safrol

Golongan Metabolit Sekunder Hasil Polifenol + Flavonoid +

Tanin + Saponin - Kuinon +

Steroid dan triterpenoid - Monoterpenoid dan sesquiterpenoid +/+

Alkaloid - Keterangan: (+) = Terdeteksi; (-) + Tidak terdeteksi

Page 9: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

16

menyebabkab tablet pecah menjadi bagian-

bagian. Pada waktu digunakan dalam

granulasi basah sebaiknya Ac-Di-Sol

ditambahkan dalam tahap pembasahan dan

pengeringan (intragranular dan

ekstragranular) sehingga kemampuan

memecah dan mengembangnya lebih baik.

Sebagai pelincir dalam formula ini

digunakan talkum dan magnesium stearat.

Talkum dengan konsentrasi 1-5% dapat

memberikan efek anti adheren dan glidan

yang baik. Antiadheren merupakan zat yang

digunakan untuk mencegah menempelnya

massa tablet pada punch dan dinding

cetakan, sedangkan glidan digunakan untuk

memperbaiki aliran granul dari hopper

menuju lubang cetakan.

Magnesium stearat memberikan

efek lubrikan yang baik dengan konsentrasi

0,25-5%. Lubrikan digunakan untuk

mengurangi gesekan antara granul dengan

dinding cetakan selama pengempaan dan

pengeluaran tablet.

Hasil Evaluasi Massa Cetak Tablet

Ekstrak PBMS

Evaluasi massa cetak dilakukan

untuk mengetahui sifat granul yang akan

dicetak. Hasil evaluasi massa cetak tablet

dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil pengujian

diketahui bahwa susut pengeringan massa

cetak tablet antar formula berkisar pada

rentang 1,80% sampai 1,96%. Dengan nilai

susut pengeringan tersebut diharapkan

massa cetak tidak terlalu basah dan dapat

dihasilkan tablet yang tidak rapuh. Granul

yang basah akan menyebabkan

pengelupasan dan penempelan atau

melekatnya bahan tablet pada punch dan

dinding die ketika proses pencetakan.

Granul juga tidak boleh terlalu kering

karena apabila terjadi pengeringan total

granul akan dapat menghilangkan daya ikat

dan cenderung membentuk capping dan

laminasi. Granul yang sangat kering dan

hanya mengandung sedikit sekali

persentase air (kelembapan), dapat

menghasilkan tablet yang renyah atau

memiliki nilai friabilitas yang tinggi

(Aulton, 1988).

Hasil pemeriksaan kerapatan nyata

menunjukkan nilai 0,46 g/ml sampai 0,52

g/ml dan kerapatan mampat menunjukkan

Tabel 4. Hasil Evaluasi Massa Cetak Tablet

Evaluasi Massa Kempa

Formula

I II III IV Susut pengeringan (%) 1,80 1,96 1,96 1,90

Kerapatan sejati (g/mL) 0,61 0,61 0,64 0,612 Kerapatan nyata (g/mL) 0,46 0,51 0,52 0,48

Kerapatan mampat (g/mL) 0,52 0,55 0,57 0,53 Kompresibilitas (%) 11,44 8,03 9,06 8,09

Kecepatan alir (g/dtk) 15,44 18,02 16,82 17,31 Sudut istirahat ( º ) 21,80 10,23 8,58 10,67

Page 10: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

17

nilai 0,52 g/ml sampai 0,57 g/ml. Pengujian

kerapatan nyata dan kerapatan mampat

digunakan untuk menghitung

kompresibilitas dari massa cetak. Hasil

perhitungan kompresibilitas massa cetak

tablet berkisar antara 8,03 % sampai

11,44%. Berdasarkan Indeks Konsolidasi

Carr, nilai kompresibilitas yang berada

pada rentang 5-12% menunjukkan sifat

aliran yang sangant baik (Aulton, 1988).

Dengan demikian massa cetak tablet

memiliki sifat aliran serbuk yang sangat

baik.

Kecepatan alir dapat diketahui

dengan mengukur sudut istirahat. Makin

kecil sudut istirahat maka daya alir massa

cetak semakin baik. Hasil pengujian sudut

istirahat massa cetak tablet berkisar antara

8,58º sampai 21,80º. Hal ini menunjukkan

bahwa seluruh massa cetak memiliki daya

alir yang sangat baik. Dari hasil pengujian

daya alir massa cetak pada keempat

formula, diperoleh nilai antara 15,44 g/detik

sampai 18,02 g/detik. Nilai ini

menunjukkan sifat aliran yang sangat baik9,

sehingga diharapkan massa cetak tidak

menimbulkan masalah pada saat pengisian

ke dalam mesin cetak. Aliran yang baik

sangat penting dalam proses pencetakan

agar menghasilkan volume dan berat tablet

yang seragam.

Hasil Evaluasi Tablet Ekstrak PBMS

Hasil evaluasi tablet meliputi

keseragaman bobot, keseragaman ukuran,

kekerasan, friabilitas dan waktu hancur

dapat dilihat pada Tabel 5.

Hasil Keseragaman Bobot Tablet

Ekstrak PBMS

Pada proses pencetakan tablet,

mesin yang digunakan diatur pada berat

525 mg. Hasil pemeriksaan keseragaman

bobot dihasilkan rata-rata berkisar antara

524,87 sampai 534,00 mg. Farmakope

Indonesia III menyatakan bahwa tablet

tidak boleh menyimpang lebih dari 5 %,

yang berarti berat masing-masing tablet

harus berkisar antara 498,75 mg sampai

551,25 mg. Dengan demikian hasil tersebut

telah memenuhi syarat yang ditetapkan.

Perbedaan bobot dapat terjadi

karena ukuran partikel dan daya alir massa

cetak. Walaupun volume massa cetak yang

masuk ke die sama banyak, dengan adanya

Tabel 5. Hasil Evaluasi Tablet

Evaluasi Tablet

Formula

I II III IV

Bobot tablet (mg) 529,28 528,40 524,87 534,00

Tebal tablet (mm) 3,82 3,59 3,58 3,87

Diameter tablet (mm) 12,05 12,04 12,03 12,06 Kekerasan (N) 75,35 88,92 70,20 83,65

Friabilitas (%) 0 0 0 0

Waktu Hancur (menit) 6,71 8,73 9,44 10,30

Page 11: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

18

proporsi partikel besar dan kecil maka akan

mempengaruhi bobot tablet yang dicetak.

Kecepatan alir dan sudut istirahat massa

cetak juga mempengaruhi keseragaman

bobot, karena dari nilai kecepatan alir dan

sudut istirahat ini dapat diketahui sifat

aliran massa cetaknya. Daya alir yang baik

akan memudahkan massa cetak mengalir

melalui hopper sehingga dapat memberikan

keseragaman pengisian pada die saat

pencetakan yang akhirnya akan mempunyai

pengaruh terhadap keseragaman bobot

tablet.

Hasil Keseragaman Ukuran Tablet

Ekstrak PBMS

Dimensi serta ukuran tablet kempa

ditentukan oleh peralatan selama proses

pengempaan. Diameter tablet sangat

ditentukan oleh ukuran punch yang

digunakan, sedangkan tebal tablet

dipengaruhi oleh bobot dan tekanan.

Ketebalan tablet adalah satu-satunya

variabel dimensi yang berhubungan dengan

proses.

Pada beban kempa yang konstan,

ketebalan tablet bervariasi dengan

berubahnya pengisian die, dengan distribusi

ukuran partikel serta kepadatan campuran

partikel yang dikempa, dan dengan berat

tablet. Sementara pada pengisian die yang

konstan ketebalan bervariasi dengan

berubahnya beban kompresi.

Pemeriksaan hasil pengujian

keseragaman ukuran dihasilkan rata-rata

diameter tablet berkisar antara 12,03 mm

sampai 12,06 mm dan tebal tablet berkisar

antara 3,58 mm sampai 3,87 mm.

Hasil Kekerasan Tablet Ekstrak PBMS

Pada umumnya tablet harus cukup

keras agar tahan atau tidak pecah pada saat

pengemasan dan pengiriman. Selain itu,

tablet juga harus cukup lunak sehingga

akan melarut dan hancur dengan sempurna

begitu dipergunakan pada saat pengobatan.

Pengaturan kekerasan tablet ini

dapat dilakukan dengan cara mengatur

tekanan punch atas mesin tablet. Kekuatan

tablet, seperti juga ketebalannya,

merupakan fungsi dari isi die, dan gaya

kompresi. Ada penambahan gaya kompresi,

nilai kekerasan tablet meningkat, sedangkan

ketebalan tablet berkurang. Hubungan ini

berlangsung terus sampai tercapai

kekerasan maksimum dan ketebalan

minimum. Bila setelah itu tekanan terus

ditingkatkan, akan mengakibatkan tablet

berlapis-lapis atau terjadi cap, sehingga

integritas tablet akan hilang. Pada tenaga

kompresi yang tetap (jarak antara punch

atas dan bawah), kekerasan tertentu tablet

akan meningkat dengan meningkatnya isi

die dan berkurang dengan mengurangi isi

die. Dari hasil pemeriksaan, pengujian

kekerasan tablet berkisar antara 70,20 N

sampai 88,92 N.

Hasil Friabilitas Tablet Ekstrak PBMS

Tablet harus memiliki ketahanan

atas kerenyahan atau friabilitas agar dapat

bertahan terhadap berbagai macam

Page 12: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

19

guncangan mekanik pada saat pembuatan,

pengepakan, dan distribusi. Friabilitas

tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air

dari granul dan produk akhir. Kandungan

air (kelembaban) yang rendah tetapi dalam

batasan yang dapat diterima dapat berfungsi

sebagai pengikat. Granul yang sangat

kering dan hanya mengandung sedikit

sekali persentase kelembaban, sering

menghasilkan lebih banyak tablet yang

renyah.

Hasil pemeriksaan friabilitas

kerenyahan tablet adalah 0%. Friabilitas

(kerapuhan) tablet pada keempat formula

tablet yang dibuat dalam penelitian ini telah

memenuhi persyaratan sesuai dengan USP

27, yaitu kehilangan bobot yang masih

diperkenankan adalah hingga 0,8%.

Hasil Waktu Hancur Tablet Ekstrak

PBMS

Waktu hancur tablet ekstrak biji

pala berkisar antara 402,67 detik (6,71

menit) sampai 618 detik (10,30 menit).

Nilai tersebut masih memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia, yaitu waktu hancur

tidak lebih dari 15 menit (900 detik).

Hubungan nilai waktu hancur dari masing-

masing formula terhadap konsentrasi

pengikat PVP (poly vinyl pyrrolidone)

dapat dilihat pada Gambar 2.

Dari grafik pada gambar 2 dapat

diketahui bahwa uji waktu hancur dari

keempat formula menunjukkan peningkatan

waktu hancur seiring dengan meningkatnya

konsentrasi PVP. Tablet F1 dengan

konsentrasi PVP 2% memiliki nilai waktu

hancur tercepat yaitu 402.67 detik (6,71

menit) sedangkan tablet F4 dengan

konsentrasi PVP 5% memiliki nilai waktu

hancur terlama yaitu 618 detik (10,30

menit).

Hal tersebut dikarenakan PVP

memberikan kekompakan dan daya tahan

Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi PVP terhadap waktu hancur. Keterangan: F1:

Tablet Formula 1 dengan konsentrasi PVP 2 %; F2: Tablet Formula 2

dengan konsentrasi PVP 3 %; F3: Tablet Formula 3 dengan konsentrasi PVP

4 %; F4: Tablet Formula 4 dengan konsentrasi PVP 5 %.

402.67

523.66 566.33

618

0

100

200

300

400

500

600

700

F1 F2 F3 F4

Wak

tu H

ancu

r (d

eti

k)

Formula

Page 13: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

20

tablet sehingga jumlah konsentrasi pengikat

dapat mempengaruhi karakteristik tablet

kempa. Penggunaan pengikat dalam jumlah

besar akan membuat tablet keras dan tidak

teridisintegrasi dengan mudah.

Kecepatan waktu hancur tablet

dapat berhubungan dengan kecepatan

melarut tablet. Tablet yang mudah larut

atau memiliki kelarutan tinggi dapat segera

diabsorbsi oleh tubuh dan bioavailabilitas

dapat segera tercapai. Meskipun uji waktu

hancur tidak memberikan jaminan bahwa

partikel-partikel tersebut akan melepaskan

bahan obat dalam kecepatan kelarutan yang

sebenarnya, kelarutan obat dari pecahan-

pecahan tablet dapat mengontrol sebagian

atau hampir seluruh obat yang ada di dalam

darah, sehingga uji waktu hancur tetap

dipakai sebagai petunjuk dalam pembuatan

formula optimum tablet (Lachman et al.,

1986).

Berdasarkan pertimbangan klinis

untuk terapi diabetes melitus maka

diperlukan tablet yang dapat segera hancur

agar dapat segera diabsorbsi dan

memberikan aktivitas. Dari hasil penelitian

diatas, tablet yang memiliki waktu hancur

tercepat adalah tablet formula 1 (F1)

dengan waktu hancur 402,67 detik (6,71

menit).

Hasil Uji Kualitatif Kromatografi Lapis

Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT)

dilakukan dengan menggunakan lempeng

silika gel GF254, dengan pengembang N-

heksan : etil asetat = 10 : 1. Hasil KLT

dilihat pada UV 254 dan UV 366,

kemudian disemprot dengan penampak

bercak asam sulfat 10% dalam etanol. Hasil

KLT ekstrak biji pala dan keempat formula

tablet dapat dilihat Gambar 3 dengan nilai

Rf pada Tabel 6.

Gambar 3. Hasil KLT Ekstrak Biji Pala Bebas Miristisin dan Safrol dan keempat

formula. Keterangan: E : Ekstrak biji pala bebas myristisisn dan safrol; F1:

Tablet formula 1; F2: Tablet formula 2; F1: Tablet formula 3; F1: Tablet

formula 4.

Page 14: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

21

Dari hasil pengujian kromatografi

lapis tipis dapat dilihat bahwa keempat

formula tablet memiliki spot yang sama

dengan gabungan fraksi ekstrak biji pala.

Hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang

terkandung dalam gabungan fraksi ekstrak

biji pala masih terdapat dalam sediaan

tablet setelah melalui proses formulasi.

SIMPULAN

Formulasi tablet dari ekstrak biji

pala bebas miristisin dan safrol dapat

dilakukan menggunakan metode granulasi

basah dengan perbandingan konsentrasi

pengikiat PVP dan pengisi Avicel PH101

yang berbeda-beda. Hasil evaluasi massa

cetak maupun evaluasi tablet jadi

menunjukkan bahwa keempat formula yang

digunakan memenuhi persyaratan sebagai

suatu sediaan tablet yang baik.

Berdasarkan hasil pengujian

kromatografi lapis tipis dapat disimpulkan

bahwa zat berkhasiat dari ekstrak biji pala

bebas miristisin dan safrol masih terdapat

dalam sediaan tablet setelah melalui

tahapan formulasi.

Berdasarkan pertimbangan klinis

untuk terapi diabetes melitus maka

diperlukan tablet yang dapat segera hancur

agar dapat segera diabsorbsi dan

memberikan aktivitas. Dari hasil penelitian,

tablet yang memiliki waktu hancur tercepat

adalah tablet formula 1 (F1) dengan waktu

hancur 6,71 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Aulton ME. 1988. Pharmaceutics: The

Science of dosage form design.

New York: Longman Group

Churchill Livingston. 612 – 614.

Depkes RI. 2004. Monografi Ekstrak

Tumbuhan Obat Indonesia. Vol 1.

Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Kareem MA, Gadhamsetty SK, Shaik

AH,Kodidhela L, et al. 2009. Effect

of aqueous extract of nutmeg on

hyperglycaemia, hyperlipidaemia

and cardiac histology associated

with isoproterenol-induced

myocardial infarction in rats.

Tropical Journal of

Pharmaceutical Research August

2009; 8(4):337-344.

Khare, C. P. 2007. Indian medicinal plants.

New Delhi: Springer. 424-9.

Tabel 6. Nilai Rf Ekstrak Biji Pala Bebas Miristisin dan Safrol dan Keempat Formula

No.bercak Rf Pengamatan

UV 254 nm UV 366 nm Penampak Bercak 1 0,02 Biru - Merah muda 2 0,06 Biru - Ungu 3 0,10 Biru - Merah muda 4 0,15 - - Biru abu 5 0,25 Biru Biru Ungu muda 6 0,37 Biru - Ungu muda 7 0,6 Biru - -

Page 15: FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.2, Juli 2016

22

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL.

1986. The theory and practice of

industrial pharmacy. 2nd Ed.

Philadelphia: Lea and Febiger. 644

– 663, 680 – 712.

Lestari K. 2010. Pengembangan biji pala

(Myristica fragrans Houtt.) sebagai

antihiperglikemik dan

antidislipidemik dengan efek

agonis ganda pada PPAR /. Studi

yang berkaitan dengan upaya

pengelolaan diabetes melitus tipe 2

(disertasi). Bandung: Universitas

Padjadjaran.

Nagore DH, Kuber V, Patil P, Deshmukh T.

2013. Simultaneous assessment and

validation of reverse phase-high

performance liquid

chromatography method for

quercetin, eugenol, myristicin, and

safrole from nutmeg, fruit and

mace. Chron Young Sci. 2013(4):9-

17.

Pramono, S. 2011. Prioritas penelitian

pendukung program saintifikasi

jamu dari hulu hingga hilir.

Seminar Nasional Pokjanas TOI

41; 5-6 Oktober 2011; Malang.

Somani RS, & Singhai AK. 2008.

Hypoglicaemic and antidiabetic

activities of seeds of Myristica

fragrans in normoglycaemis and

alloxan-induced diabetic rats. J

Asian. Exp. Sci. 22(1): 95-102.