FORMULASI DAN EVALUASI TABLET HISAP TRIAMSINOLON …
Transcript of FORMULASI DAN EVALUASI TABLET HISAP TRIAMSINOLON …
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
1
FORMULASI DAN EVALUASI TABLET HISAP TRIAMSINOLON ASETONIDA
DENGAN VARIASI PENGIKAT MALTODEKSTRIN DAN PVP
Yola Desnera Putri, Deby Tristiyanti, Marianta Teresia
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
_____________________________________________________________________________
Abstrak
Radang tenggorokan adalah peradangan yang terjadi di daerah belakang tenggorokan, dapat
terjadi akibat iritasi non infeksi. Triamsinolon asetonida salah satu agen anti-inflamasi, yang
mempunyai rasa yang tidak pahit, sehingga dilakukan pengembangan bentuk sediaan
triamsinolon asetonida baru. Salah satunya adalah dengan membuat sediaan tablet hisap yang
dapat berkontak langsung dengan radang tenggorokan, sehingga dapat mempercepat reaksi
penyembuhan. Tablet hisap dibuat menggunakan metode cetak langsung dengan dua jenis
pengikat maltodekstrin dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan PVP dengan konsentrasi 2,5%,
5%, 7,5%. Dari semua formula yang dibuat menghasilkan massa tablet hisap yang baik dari
masing–masing pengikat, karena didasarkan pada kompresibilitas dan daya alir yang sangat
baik. Hasil evaluasi tablet dari masing-masing formula telah memenuhi syarat evaluasi meliputi
keseragaman bobot, keseragaman ukuran, friabilitas, uji kekerasan, uji stabilitas, dan uji
kesukaan tablet hisap, akan tetapi yang terbaik terdapat pada formula ke-3 dari setiap variasi
tablet berdasarkan uji kekerasannya, dan formula dengan maltodekstrin 30% yang paling baik
karena memiliki kekerasan yang lebih dari formula dengan variasi PVP 7,5%.
Kata kunci : Radang, triamsinolon asetonida, tablet hisap
Abstract
Pharingitis is inflammation that occurs in the back of the throat, can occur due to non-
infectious irritation. Triamsinolone acetonide is one of the anti-inflammatory agents, which has
a non-bitter taste, so the new triamcinolone acetonide dosage form is developed. One way is to
make lozenges which can be in direct contact with pharingitis, so that it can speed up the
healing reaction. The suction tablet was made using direct printing method with two types of
maltodextrin binder with a concentration of 10%, 20%, 30%, and PVP with a concentration of
2.5%, 5%, 7.5%. All the formulas made the mass of the suction tablet is good from each binder,
based on excellent compressibility and flow. The results of evaluation of tablets from each
formula met the evaluation requirements including weight diversity, variety of sizes, friability,
hardness test, stability test, and preference for lozenges. However, the best is found in the 3rd
formula of each variation of the tablet based on the hardness test, and the formula with 30%
maltodextrin is best because it has more hardness than the formula with 7.5% PVP variation.
Keywords : Pharingitis, inflammation, triamcinolone acetonide, lozenges
_____________________________________________________________________________
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
2
PENDAHULUAN
Radang tenggorokan atau faringitis
adalah peradangan yang terjadi di daerah
belakang tenggorokan. Angka kejadian
faringitis pada anak anak berlangsung
sampai 5 hari dan pada orang dewasa
setengahnya, gejala radang tenggorokan
ditandai dengan rasa sakit saat menelan,
tenggorokan berwarna merah, dan
pembengkakan pada tenggorokan
(Mutschler, 1991). Salah satu penyebab
radang tenggorokan adalah iritasi (non-
infeksi) yang diperoleh dari makanan atau
minuman. Obat yang direkomendasikan
untuk mengatasi radang tenggorokan adalah
obat golongan kortikosteroid, salah satu
obat yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah triamsinolon asetonida (Nugroho,
2012).
Triamsinolon digunakan terutama
sebagai agen anti-inflamasi yang bekerja
dengan menghambat migrasi leukosit
polimorfonuklear dan menurunkan
permeabilitas pembuluh darah kapiler,
sehingga menekan reaksi radang. Salah satu
keunggulan triamsinolon asetonida adalah
memiliki rasa yang hambar, sehingga cocok
untuk pemberian secara oral. Dalam
meningkatkan daya tarik konsumen maka
diperlukan pengembangan bentuk sediaan
triamsinolon asetonida baru dalam bentuk
tablet hisap.
Faktor yang sangat berpengaruh
dalam formulasi tablet hisap adalah bahan
pengikat, karena bahan pengikat akan
memperbaiki ikatan pada serbuk obat
menjadi butiran granul atau massa dengan
kompaktibilitas yang tinggi. Pengikat juga
akan mempengaruhi hasil dari tablet yang
dihasilkan, yaitu terhadap kekerasan tablet.
Bahan pengikat yang baik tidak hanya
dapat menghasilkan tablet dengan
kekerasan yang memenuhi persyaratan,
tetapi harus memiliki kekerasan dan
kerapuhan yang baik (Tatsa, 2013).
Bahan pengikat yang saat ini banyak
digunakan di industri farmasi adalah dari
polimer sintetik seperti PVP. Pengadaan
bahan polimer sintetik ini masih diimpor
dari luar sehingga ketersediaan bahan
polimer sintetik sebagai bahan pengikat
tidak menutup kemungkinan dapat
mengalami penyusutan. Oleh karena itu,
untuk mengurangi bahan baku impor, dapat
dilakukan dengan meningkatkan
penggunaan bahan baku polimer alam yang
telah dimodifikasi, seperti maltodekstrin.
Menurut penelitian yang sudah ada,
maltodekstrin dapat digunakan sebagai
pengikat pada DE <20. Maltodekstrin
merupakan produk hasil hidrolisis pati
dengan menggunakan asam maupun enzim
yang terdiri dari campuran glukosa,
maltosa, oligosakarida, dan dekstrin.
Produk modifikasi yang dihasilkan
memiliki karakteristik yang lebih unggul.
Maltodekstrin dalam penggunaannya
sebagai bahan tambahan memiliki
karakteristik seperti daya ikat kuat, dan
daya larut tinggi sehingga maltodekstrin
digunakan sebagai bahan pengikat.
Karakteristik dari maltodekstrin akan
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
3
mempengaruhi kekerasan, dan keregasan
tablet. (Bastian, 2011; Blancard, 1995).
METODOLOGI
Alat
Alat yang digunakan pada proses
pembuatan tablet hisap triamsinolon
asetonida adalah timbangan analitik, beaker
glass, gelas ukur, ayakan, mesin pencetak
tablet, friabilator, corong, jangka sorong,
moisture balance, flowmeter, hardness
tester. Pada analisis kualitatif digunakan
spektrofotometer UV (Shimadzu Uv 1800).
Bahan
Bahan yang digunakan adalah
triamsinolon asetonida sebagai zat aktif dan
bahan lainnya aerosil, avicel pH 101, fdc
red, maltrodekstrin, Mg stearat, PVP,
sukrosa, talkum, metanol, perisa stroberi.
Formulasi Tablet
1. Formulasi tablet hisap triamsinolon
asetonida
Formulasi tablet hisap triamsinolon
asetonida menggunakan metode kempa
langsung, dengan dua variasi pengikat
maltodekstrin dan PVP. Formula dapat
dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Formula Tablet Hisap Triamsinolon Asetonida dengan Variasi Konsentrasi
Pengikat Maltodekstrin
Tabel 2. Formula Tablet Hisap Triamsinolon Asetonida dengan Variasi Konsentrasi PVP
Bahan Formula %
1 2 3
Triamsinolon asetonida 1 1 1
PVP 2,5 5 7,5
Talkum 5 5 5
Mg stearat 1 1 1
Aerosil 1,5 1,5 1,5
Sukrosa 20 20 20
Avicel pH 101 68,5 66 63,5
Fdc red qs qs Qs
Perisa stroberri qs qs Qs
Bahan Formula %
1 2 3
Triamsinolon asetonida 1 1 1
Maltodekstrin 10 20 30
Talkum 5 5 5
Mg stearat 1 1 1
Aerosil 1,5 1,5 1,5
Sukrosa 20 20 20
Avicel pH 101 61 51 41
Fdc red Qs qs Qs
Perisa stroberi Qs qs Qs
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
4
Triamsinolon asetonida ditambahkan
ke dalam avicel sedikit demi sedikit,
kemudian diaduk lalu ditambahkan
sukrosa, talkum, dan pengikat maltodeksrin
pada variasi pertama dan PVP sebagai
pengikat variasi ke dua diaduk hingga
homogen.
Fdc red dicampurkan dengan perisa
stroberri dan diaduk hingga fdc red larut
sempurna. Lalu dimasukkan sedikit demi
sedikit ke dalam fasa dalam, diaduk hingga
homogen, lalu ditambahkan Mg stearat dan
aerosil diaduk kembali hingga homogen.
Lalu dievaluasi massa cetak tablet berupa
LOD. Setelah itu massa tablet dicetak
dengan bobot 200 mg pada tekanan
tertentu. Tablet yang dihasilkan disimpan
di tempat kering pada suhu kamar, dan
disimpan dan dikemas dalam wadah kedap
udara yang tidak tembus uap air.
2. Evaluasi massa Cetak Tablet Hisap
Tahapan dari evaluasi massa cetak
tablet hisap adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan Alir
Massa cetak dimasukkan ke dalam
corong, lalu alat dihidupkan. Waktu
alir massa cetak dicatat, setelah itu
dihitung aliran massa cetak (Voight,
1994).
b. Sudut Istirahat
Dengan melakukan prosedur yang
sama pada prosedur nomor 1 di atas
diukur tinggi puncak taburan massa
cetak tablet (h) dan diameter lingkaran
yang terbentuk dari taburan massa
cetak tablet. Sudut istirahat yang
terbentuk dari massa cetak dihitung
antara bidang datar dan tinggi massa
cetak (Aulton, 2002) rumus untuk
sudut istirahat yaitu:
Tg θ =h
r
c. Kerapatan Curah
Sebanyak 30 gram (B) massa cetak
dimasukkan ke dalam gelas ukur 100
ml, di catat volumenya (V0). Dihitung
kerapatan curahnya (Aulton, 2002)
dengan rumus:
BJ curah =
BV0
g
ml
d. Kerapatan mampat
Sebanyak 30 gram (B) massa cetak
dimasukkan ke dalam gelas ukur 100
ml, dicatat volumenya (V0).
Selanjutnya dilakukan pengetukkan
volume pada ketukkan ke 10, 50, dan
100 diukur, lalu dilakukan perhitungan
kerapatan mampat (Aulton, 2002)
dengan rumus:
BJ mampat =B
Vmampatg/ml
e. Kompresibilitas
Kompresibilitas massa cetak dapat
dihitung setelah kerapatan curah dan
kerapatan mampat diketahui. Rumus
untuk kompresibilitas, yaitu:
Indeks Carr = 𝐵𝑗 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡−𝐵𝑗 𝐵𝑢𝑙𝑘
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 x 100 %
f. Waktu larut
Massa cetak sebanyak 5 gram dari tiap
formula dilarutkan ke dalam 200 ml
aqudest pada suhu 15-250 C. Waktu
larut dihitung dengan menggunakan
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
5
stopwatch dimulai dari massa cetak
tercelup ke dalam aquades sampai
semua massa cetak terlarut (Siregar,
2007).
3. Evaluasi Tablet
Parameter dalam evaluasi tablet
adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan penampilan
Meliputi pemeriksaan visual yaitu
bebas dari kerusakkan, kontaminasi
bahan baku, atau pengotoran saat
proses pembuatan.
b. Keseragaman ukuran
Diambil 20 tablet secara acak. Setiap
tablet diukur diameter dan tebalnya
dengan jangka sorong. Diameter tebal
tidak boleh lebih dari tiga kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
c. Keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi
syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan dengan menimbang 20
tablet satu persatu dan di hitung bobot
rata-rata tablet. Jika ditimbang satu
persatu, maka tidak boleh lebih dari
dua tablet yang masing masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A, dan tidak
satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom
B (FI ed III hal 7).
d. Kekerasan tablet
Diambil 20 tablet secara acak,
kemudian diukur kekerasannya dengan
alat hardness tester. Tekanan yang
diperlukan untuk memecahkan tablet
terukur pada alat dengan satuan
Kg/cm2.
e. Uji friabilitas dan friksibilitas
Dibersihkan tablet dengan bobot kira
kira 6,5 gr dari debu, kemudian
ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke
dalam alat, kemudian jalankan dengan
kecepatan 25 putaran per menit, dan
waktu yang digunakan adalah 4 menit
(Lachman, 1989).
f. Uji stabilitas
1. Stabilitas fisik tablet disimpan pada 3
kondisi dibungkus dengan alumunium
foil. Tablet diperiksa pada hari ke 3, 7,
21 dan 28 hari. Pemeriksaan meliputi
bentuk, aroma, warna, dan rasa.
2. Stabilitas kimia, dilakukan untuk
melihat stabilitas kandungan zat aktif
dari tablet hisap triamsinolon asetonida
dengan menggunakan spektrofotometri
uv dengan melihat nilai absorbansinya.
g. Uji kesukaan
Uji kesukaan dilakukan kepada tiga
puluh responden yang dipilih secara
acak. Untuk mengetahui formula mana
yang paling disukai oleh responden
berdasarkan penampilan, rasa dan
warna tablet hisap triamsinolon
asetonida.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi Tablet Hisap Triamsinolon
Asetonida
Pada penelitian ini dibuat formula
tablet hisap dengan dua jenis pengikat yang
berbeda, yaitu variasi pertama
menggunakan maltodekstrin dan variasi
kedua menggunakan PVP. Tiap macam
formulasi dibagi menjadi 3 variasi
konsentrasi pengikat yaitu pada
maltodekstrin 10%, 20% dan 30%,
sedangkan pada PVP 2,5%, 5%, dan 7,5%.
Eksipien tablet yang digunakan
dalam penelitian ini adalah eksipien yang
mempunyai kelarutan dalam air. Semuanya
dirancang agar tercapai tujuan atau
kegunaan dari tablet hisap itu sendiri.
Macam-macam eksipien yang digunakan
yaitu pengisi avicel pH 101 karena
merupakan pengisi tablet kempa langsung
yang paling kompresibel dan dapat
meningkatkan kekuatan kohesif,
antiadheren talkum berfungsi untuk
mencegah lengketnya tablet atau massa
tablet pada punch, lubrikan Mg stearat
yang juga dapat larut baik dalam air
sehingga tidak menghambat kelarutan dari
tablet hisap saat akan dikonsumsi, glidant
aerosil untuk mengurangi keterikatan antar
partikel pada saat dicetak sehingga dapat
memberikan sifat alir yang baik, pemanis
sukrosa karena dapat menghasilkan tablet
dengan tekstur licin dan halus serta
memiliki daya kompresibilitas yang baik,
fdc red sebagai pewarna dan perisa
stroberri.
Pengikat yang digunakan dalam
penelitian ini ialah PVP karena memiliki
sifat daya ikat yang kuat dan daya
kompresibilitas yang baik. Namun
pengadaan bahan polimer sintetik ini masih
diimpor dari luar, oleh karena itu untuk
mengurangi bahan baku impor, dilakukan
dengan meningkatkan penggunaan bahan
baku polimer alam yang telah dimodifikasi,
seperti maltodekstrin. Maltodekstrin dalam
penggunaannya memiliki karakteristik
seperti daya ikat kuat, dan daya larut tinggi
sehingga maltodekstrin digunakan sebagai
bahan pengikat.
Evaluasi Massa Cetak
a. Pengujian kadar lembab
Pengujian kadar lembab ini bertujuan
untuk mengetahui kadar air keseluruhan
yang terdapat dalam sediaan massa cetak.
Hasil pengujian ini dapat dilihat pada
Tabel.3.
b. Pengujian kecepatan alir dan sudut
istirahat
Pengujian kecepatan alir dan sudut
istirahat dilakukan untuk mengetahui
apakah daya alir massa cetak dapat
mengalir dengan baik pada saat proses
pencetakan. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 4. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua formula
mempunyai daya alir yang baik.
c. pengujian kerapatan, curah,
kerapatan mampat, dan
kompresibilitas.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
7
Uji kompresibilitas dilakukan untuk
mengetahui sifat massa siap cetak yang
stabil dan kompak bila diberi tekanan.
Hasil pengujian kerapatan curah, kerapatan
mampat dan kompresibilitas dapat dilihat
pada Tabel 5.
d. Uji waktu larut
Waktu larut menunjukkan kekuatan
daya ikat dari masing-masing pengikat
yang digunakan, semakin lama waktu larut
maka akan semakin kuat daya ikatnya.
Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari hasil penelitian menunjukkan waktu
larut dari maltodekstrin lebih lama
dibandingkan dengan PVP, dan formula ke
tiga dari setiap variasi lebih baik.
Tabel 3. Hasil pengujian kadar lembab variasi maltodekstrin dan PVP
Formula Kadar lembab %
Maltodekstrin PVP
1 3,21 2,49
2 3,13 2,57
3 3,28 2,47
Tabel 4. Hasil Pengujian Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat massa cetak variasi
Maltodekstrin dan vaiasi PVP
Formula
Variasi Maltodekstrin Variasi PVP
Kecepatan alir
(g/detik)
Sudut Istirahat
(0)
Kecepatan alir
(g/detik)
Sudut Istirahat
(0)
1 2.30 21,80o 2.31 22,44o
2 2.59 22,52o 2.88 25,00o
3 2.25 20,550 2.57 24,86o
Tabel 5. Hasil pengujian Kerapatan, Curah, Kerapatan Mampat, dan Kompresibilitas
Variasi Maltodekstrin dan PVP
Formula
Variasi Maltodekstrin Variasi PVP
Kerapatan
curah g/ml
Kerapatan
Mampat
g/ml
Indeks
Konsolidasi
Carr (%)
Kerapatan
curah g/ml
Kerapatan
Mampat
g/ml
Indeks
Konsolidasi
Carr (%)
1 0,37 0,47 20 0,39 0,5 21
2 0,36 0,42 14 0,36 0,53 13
3 0,42 0,49 14 0,46 0,53 12
Tabel 6. Hasil Pengujian Waktu Larut dengan Variasi Maltodekstrin dan PVP
Formula Waktu Larut (menit)
Maltodekstrin PVP
1 2,02 1,99
2 2,29 2,12
3 3,78 3,60
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
8
Hasil Evaluasi Tablet Hisap
Evaluasi tablet hisap yang dilakukan
meliputi uji penampilan fisik, keseragaman
bobot, keseragaman ukuran, kekerasan
tablet, uji kerapuhan, uji stabilitas, dan uji
kesukaan.
a. Uji penampilan
Hasil menunjukkan bahwa ukuran,
bentuk, warna serta bau tablet hisap
memiliki kondisi yang baik dan tidak ada
kontaminasi atau kerusakan yang berarti
pada tablet hisap yang dihasilkan.
b. Keseragaman bobot
Tablet hisap yang dihasilkan
memiliki keseragaman bobot yang tidak
menyimpang dari persyaratan yang telah
ditetapkan dimana tidak ada 2 tablet yang
bobotnya lebih dari 7,5% dari bobot rata-
rata dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata
rata.
c. Keseragaman ukuran
Keseragaman ukuran bertujuan untuk
memberikan pengawasan terhadap
ketebalan tablet agar volume bahan
beragam. Tablet hisap yang dihasilkan
memiliki diameter ±0,89 mm dengan
ketebalan rata rata setiap formula ±0,39 mm
(Tabel 7).
d. Uji kekerasan
Kekerasan tablet berpengaruh
terhadap guncangan mekanik yang
mungkin terjadi selama pengemasan,
penyimpanan ataupun transportasi.
Berdasarkan hasil evaluasi uji kekerasan
tablet hisap pada Tabel 8, variasi
maltodekstrin memiliki kekerasan yang
lebih kuat dibandingkan dengan variasi
PVP sebesar 7,5% dari setiap varisi
memiliki kekerasan yang lebih kuat dari
formula 1 (2,5%) dan formula 2 (5%) hal
ini menunjukkan semakin banyak pengikat
semakin keras.
e. Uji friabilitas dan friksibilitas
Dalam penelitian ini diperoleh
persentase keregasan yang memenuhi
syarat, (<1%). Kedua variasi memiliki
keregasan yang memenuhi persyaratan.
Dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
f. Uji stabilitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat
kestabilan produk selama 28 hari
penyimpanan. Pengujian ini meliputi
pengujian organoleptik, yaitu:
(a) Pengamatan bentuk tablet
Tidak terjadi perubahan bentuk tablet
hisap pada semua formula pada
penyimpanan. Semua formula
memiliki stabilitas bentuk yang baik
selama penyimpanan.
(b) Pengamatan warna tablet
Tidak terjadi perubahan warna tablet
hisap pada semua formula pada
penyimpanan. Semua formula
memiliki stabilitas warna yang baik
selama penyimpanan.
(c) Pengamatan aroma tablet
Semua formula diberi perissa
stroberri sehingga pada sediaan tablet
hisap menghasilkan aroma khas
stroberri. Tidak terjadi perubahan
aroma pada tablet selama
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
9
penyimpanan. Semua formula
memiliki stabilitas aroma yang baik
selama penyimpanan.
(d) Pengamatan rasa tablet
Tidak terjadi perubahan rasa tablet
hisap pada semua formula pada
proses penyimpanan. Semua formula
memiliki stabilitas rasa yang baik
selama penyimpanan.
(e) Stabilitas Kandungan Zat Aktif
Pengujian stabilitas kandungan zat
aktif tablet hisap triamsinolon
asetonida dilakukan dengan tujuan
mengetahui berapa kandungan zat
aktif di dalam tablet hisap dengan
melakukan analisis menggunakan
spektrofotometri UV dengan pelarut
metanol dan panjang gelombang 238
nm. Nilai linieritas R2 sebesar 0,9864
dan nilai y = 0,0544x + 0,0461. Hasil
uji dari masing – masing formula dan
variasi tablet hisap triamsinolon
asetonida dapat dilihat pada Tabel 11.
Dari data yang ditampilkan pada
Tabel 11, dapat dilihat bahwa hasil
uji stabilitas kimia dari masing –
masing formula pada kedua variasi
menunjukkan hasil yang baik, karena
memenuhi syarat farmakope yaitu
tidak kurang dari 85% dan tidak lebih
dari 115%.
g. Hasil uji kesukaan tablet hisap
Uji kesukaan merupakan pengujian
respon suka atau tidaknya responden
terhadap tablet hisap triamsinolon
asetonida dilihat dari segi rasa,
penampilan dan warna. Dalam hal ini
uji kesukaan dilakukan terhadap 30
orang sukarelawan.
(a) Uji kesukaan rasa
Dari hasil pengujian respon yang
beragam dari para responden, dapat
dilihat ada beberapa responden
menyatakan tidak suka, dan agak
tidak suka terhadap rasa dari tablet
hisap triamsinolon asetonida.
Beberapa responden menyatakan
bahwa rasa dari tablet hisap
triamsinolon asetonida ada sedikit
pahit, hal ini kemungkinan terjadi
karena berasal dari penambahan zat
warna yang sedikit berlebihan.
(b) Uji kesukaan penampilan
Hasil respon terhadap penampilan
Tablet uji, dihasilkan bahwa
kesukaan penampilan tablet hisap
triamsinolon asetonida mendapatkan
respon yang baik. Sebagian besar
responden menyatakan suka dan
sangat suka terhadap semua
penampilan tablet hisap triamsinolon
asetonida.
(c) Uji kesukaan warna
Hasil uji kesukaan warna pada tablet
hisap triamsinolon asetonida
mendapatkan respon yang baik dari
para responden. Untuk variasi
maltodekstrin untuk formula ke-3,
responden lebih sangat suka.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
10
Tabel 7. Hasil Pengujian Keseragaman Ukuran dengan Variasi Maltodekstrin
Parameter Maltodekstrin PVP
F1 F2 F3 F1 F2 F3
Diameter 0,89 0,89 0,89 0,89 0,89 0,89
Tebal 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39
Tabel 8. Hasil Evaluasi Kekerasan Tablet Hisap Variasi Maltodekstrin
Kekerasan
kg/cm3
Maltodekstrin PVP
F1 F2 F3 F1 F2 F3
9,55 11 12,8 9,6 10,55 11,5
Tabel 9. Hasil Uji Friabilitas Tablet Hisap Variasi Maltodekstrin
%
Keregasan
Maltodekstrin PVP
F1 F2 F3 F1 F2 F3
0,15 0,15 0 0,30 0,15 0,15
Tabel 10. Hasil Uji Friksibilitas Tablet Hisap Variasi Maltodekstrin
%
Keregasan
Maltodekstrin PVP
F1 F2 F3 F1 F2 F3
0,30 0,30 0,15 0,45 0,30 0,15
Tabel 11. Hasil Uji Stabilitas Kimia Tablet Hisap Triamsinolon Asetonida Variasi
Maltodekstrin
Formula Maltodekstrin PVP
Absorbansi Rata-rata Kadar (%) Absorbansi Rata-rata Kadar (%)
1
10,01
10,01
10,06
10,02 100,2 9,97
10,15
10,01 10,04 100,4
2
9,92
9,98
10,14
10,01 100,1 9,97
10,01
10,14 10,04 100,4
3
9,96
10,07
10,06
10,03 100,3 10,14
9,97
9,99 10,03 100,3
SIMPULAN
Pada penelitian ini telah dibuat
formula tablet dengan dua jenis pengikat
yang berbeda yaitu variasi maltodekstrin
dan variasi PVP. Tiap macam formula
dibagi menjadi tiga variasi konsentrasi
pengikat, yaitu pada variasi pengikat
maltodekstrin 10%, 20% dan 30%
sedangkan untuk variasi pengikat PVP
2,5%, 5% dan 7,5%. Dari hasil uji
kekerasan tablet, variasi maltodekstrin dan
variasi PVP formula ke 3 (7,5%) memiliki
kekerasan yang lebih baik, namun variasi
maltodekstrin lebih tinggi yaitu sebesar
12,8 kg/cm3, dari waktu larut, waktu larut
variasi maltodekstrin formula ke 3 (30%)
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
11
lebih lama dan memenuhi syarat. Dari
pengujian kesukaan 90% formula ke tiga
variasi maltodekstrin sangat disukai dari
segi warna dan penampilan, tetapi dari segi
rasa hanya mendapatkan respon suka yang
lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan
Sediaan Farmasi. Bandung : Penerbit
ITB.
AHFS, Drug Information Essentials. 2011.
Bethesda, Maryland: American
Society Of Healt-System
Pharmacists.
Anief. 2008. Ilmu Meracik Obat.
Yogyakarta : Gadjahmada University
Press.
Ansel, H. C. 1913. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI
Press.
Bastian, Februadi. 2011. Teknologi Pati
dan Gula. Jurusan Teknologi Pangan.
Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanudin. Makasar.
Blancard, P. H. and F. R. Katz. 1995.
Starch Hydrolisis in Food
Polysaccharides and Their
Application. New York : Marcell
Dekker, Inc.
Departemen Kesehatan RI. 1995.
Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Garrison, I.C. 1991. Histamine, Bradykinin,
5-Hydroxy-tryptamine, and their
Antagonist. Dalam: Goodman and
Gilman's The Pharmacological Basis
of Therapeutics. Ed 8. Editor:
Gilman, A.G. et al. New York:
Pergamon Press. Vol. I, 579-
580,588,593.
Lachman, L., Liberman, H. A., Kaning, J.
L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Ed. 3. S. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Lieberman, H.A., L. Lachman. 1989.
Pharmaceutical Dossage Forms:
Tablet volume 1 2nd Ed. New York:
Marcel Dekker. Inc.
Mutschler, E. 1991. Dinamika obat,
Farmakologi, dan Toksikologi.
Penerjemah: Mathilda B. dan Anna
S.R. Bandung: Penerbit ITB. 194-
195, 359, 388, 401-402.
Nugroho, Agung Endro. 2012. Farmakologi
: Obat-obat penting dalam
pembelajaran ilmu farmasi dan
dunia kesehatan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Rahayu, F. 2014. Pembuatan Maltodekstrin
Dari Pati Singkong (Manihot
esculenta Cranzt) Sebagai Pengikat
Pada Tablet Kalsium Laktat. Skripsi.
Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi
Indonesia.
Rowe, RC. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. London:
The Pharmaceutical Press.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VII, No.2, Juli 2018
12
Siregar, Charles JP. 2010. Teknologi
Farmasi Sediaan Tablet : Dasar-
dasar Praktis. Jakarta : EGC.
Tatsa A.H. 2013. Formulasi Tablet Hisap
Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum
americanum L) Sebagai Anti Plak
Gigi. Skripsi. Jakarta : Program Studi
Farmasi, Fakulas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.