Post on 27-Oct-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
Fobia (dalam arti klinis) adalah bentuk paling umum dari gangguan
kecemasan. Sebuah studi di Amerika oleh National Institute of Mental Health
(NIMH) menemukan bahwa antara 8,7% dan 18,1% dari orang Amerika
menderita fobia. Broken bawah usia dan gender, penelitian ini menemukan bahwa
fobia adalah penyakit mental yang paling umum di kalangan wanita di semua
kelompok usia dan yang kedua penyakit yang paling umum di antara pria yang
lebih tua dari 25.
Penelitian epidemiologis baru-baru ini telah menemukan bahwa fobia
adalah gangguan mental tunggal yang paling sering di Amerika Serikat.
Diperkirakan 5 sampai 10 persen populasi menderita gangguan yang mengganggu
dan kadang-kadang menimbulkan ketidakberdayaan tersebut.
Perkiraan yang kurang konservatif adalah sampai 25 persen populasi. Penderitaan
yang berhubungan dengan fobia, khususnya jika keadaan tersebut tidak dikenali
atau dianggap sebagai gangguan mental, dapat menyebabkan komplikasi
psikiatrik lain, termasuk gangguan kecemasan lain, gangguan depresi berat, dan
gangguan berhubungan zat, khususnya gangguan penggunaan alkohol. Tidak
dikenalinya fobia adalah disayangkan, karena penelitian riset terakhir telah
menemukan bahwa fobia seringkali responsif terhadap pengobatan dengan
psikoterapi kognitif dan perilaku dan terhadap pengobatan dengan farmakoterapi
spesifik, termasuk obat trisiklik, inhibitor monoamine oksidase, dan antagonis
reseptor beta adrenergik.
Suatu fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang
menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap objek, aktivitas, atau situasi
yang ditakuti. Adanya atau diperkirakan akan adanya situasi fobik menimbulkan
ketegangan parah pada orang yang terkena, yang mengetahui bahwa reaksi adalah
berlebihan. Namun demikian, reaksi fobik menyebabkan suatu gangguan pada
kemampuan seseorang untuk berfungsi di dalam kehidupannya.
Disamping agorafobia, Diagnostic dan Statistical Manual of Mental
Disorders edisi keempat (DSM-IV) menuliskan dua fobia lainnya : fobia spesifik
1
dan fobia sosial. Fobia spesifik dinamakan fobia sederhana di dalam DSM edisi
ketiga yang direvisi (DSM-III-R). Fobia sosial juga disebut gangguan kecemasan
sosial, ditandai oleh ketakutan yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa
memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial, seperti berbicara di depan
publik, miksi dikamar kecil (disebut “shy bladder”), dan menjanjikan kencan.
Tipe umum fobia sosial seringkali suatu keadaan yang kronis dan menimbulkan
ketidakberdayaan yang ditandai oleh penghindaran fobik terhadap sebagian besar
situasi sosial. Jenis fobia sosial tersebut mungkin sulit dibedakan dari gangguan
kepribadian menghindar.
Anatomi
Fobia lebih sering daripada tidak terkait dengan amigdala, suatu wilayah otak
yang terletak di belakang kelenjar hipofisis di sistem limbik. Amigdala
mengeluarkan hormon yang mengontrol ketakutan dan agresi. Ketika rasa takut
atau respons agresi dimulai, amigdala melepaskan hormon ke dalam tubuh untuk
membuat tubuh manusia menjadi suatu "tanda", di mana mereka siap untuk
bergerak, berlari, berkelahi, dll. Ini defensif "waspada" dan respons secara umum
disebut dalam psikologi sebagai fight of flight response.
2
Gambar A
BAB II
F O B I A
II.1. Definisi
Fobia (dari bahasa Yunani: φόβος, Phobos, rasa takut atau mengerikan
takut), adalah irasional, intens, terus-menerus takut situasi tertentu, kegiatan,
benda, atau orang. Gejala utama gangguan ini adalah yang berlebihan, tidak
masuk akal keinginan untuk menghindari subjek yang ditakuti. Ketika rasa takut
berada di luar kendali seseorang, dan jika rasa takut yang mengganggu kehidupan
sehari-hari, maka diagnosis di bawah salah satu gangguan kecemasan dapat
dibuat.
Menurut Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, Fourth Edition
(DSM-IV), fobia sosial, fobia spesifik, dan agoraphobia adalah sub-kelompok
gangguan kecemasan.
Fobia spesifik adalah istilah umum untuk semua jenis gangguan
kecemasan yang jumlah untuk yang tidak masuk akal atau ketakutan irasional
yang berkaitan dengan pajanan terhadap objek atau situasi tertentu. Akibatnya,
orang-orang yang terpengaruh secara aktif cenderung menghindari kontak
langsung dengan objek atau situasi dan, dalam kasus yang parah, penyebutan atau
penggambaran dari mereka.
Fobia sosial merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
kecemasan ketika berhadapan dengan situasi sosial atau melakukan performa di
depan umum. Ketika kondisi pemicu, orang secara fisik tidak dapat
mengosongkan kandung kemih.
3
Agoraphobia - gangguan kecemasan, sering dipicu oleh rasa takut akan
mengalami serangan panik dalam lingkungan yang tidak ada cara mudah
melarikan diri.
II.2. Epidemiologi
Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah lebih sering dibandingkan fobia sosial. Fobia
spesifik adalah gangguan mental yang paling sering pada wanita dan nomor dua
tersering pada laki-laki, hanya setelah gangguan berhubungan dengan zat.
Prevalensi enam bulan fobia spesifik adalah kira-kira 5 sampai 10 per 100 orang.
Rasio wanita berbanding laki-laki adalah kira-kira 2 berbanding 1, walaupun rasio
adalah mendekati 1 berbanding 1 untuk jenis darah, injeksi, atau cedera. Onset
usia puncak untuk tipe lingkungan alami dan tipe darah, injeksi, dan cedera adalah
rentang 5 sampai 9 tahun, walaupun onset juga terjadi pada usia puncak untuk tipe
situasional (kecuali takut ketinggian) adalah lebih tinggi, dalam pertengahan usia
20-an, yang dekat dengan usia onset untuk agorafobia. Objek dan situasi yang
ditakuti pada fobia spesifik (dituliskan dalam frekuensi menurun) adalah binatang,
badai, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.
Fobia Sosial
Prevalensi enam bulan untuk fobia sosial adalah kira-kira 2 sampai 3 per
100 orang. Dalam penelitian epidemiologis, wanita lebih sering terkena daripada
laki-laki, tetapi pada sampel klinis sering kali terjadi hal yang sebaliknya. Alasan
untuk observasi yang berlainan tersebut adalah tidak diketahui. Onset usia puncak
untuk fobia sosial adalah pada usia belasan tahun, walaupun onset sering kali
paling muda pada usia 5 tahun dan paling lanjut usia 35 tahun.
II.3. Etiologi
Baik fobia spesifik dan fobia sosial memiliki tipe-tipe dan penyebab tepat dari tipe
tersebut kemungkinan berbeda. Bahkan didalam tipe-tipe, seperti pada semua
gangguan mental, ditemukan heterogenisitas penyebab. Patogenesis fobia, jika
4
dimengerti, mungkin terbukti sebagai model yang jelas untuk interaksi antara
faktor biologia dan genetika, pada satu pihak, dan peristiwa lingkungan, pada
pihak lain. Pada fobia spesifik tipe darah, injeksi, cedera, orang yang terkena
mungkin memiliki refleks vasovagal yang kuat yang diturunkan, yang menjadi
berhubungan dengan emosi fobik.
Prinsip-prinsip Umum
Faktor perilaku.
Pada tahun 1920 John b. Watson menulis suatu artikel yang berjudul
“Conditioned Emotional Reaction”, dimana ia menceritakan pengalamannya
dengan Little Albert, seorang bayi dengan ketakutan terhadap tikus dan kelinci.
Tidak seperti Little Hans dari Freud, yang memiliki gejala fobik pada perjalanan
alami kematangannya, kesulitan Little Albert merupakan akibat langsung dari
percobaan ilmiah oleh dua ahli psikologis yang menggunakan teknik yang telah
berhasil menginduksi respons yang dibiasakan pada binatang percobaan.
Rumusan Watson menggunakan model stimulus-respons tradisional dari
Pavlov tentang refleks yang dibiasakan (conditional reflex) untuk menerangkan
ciptaan fobia. Dimana, kecemasan adalah dibangkitkan oleh stimulus yang secara
alami menakutkan yang terjadi dalam hubungan dengan stimulus kedua yang
sifatnya netral. Sebagai akibat hubungan tersebut, khususnya jika dua stimuli
dipasangkan pada beberapa keadaan yang berurutan, stimulus yang pada awalnya
adalah netral memiliki kemampuan untuk membangkitkan kecemasan oleh dirinya
sendiri. Dengan demikian, stimulus netral menjadi stimulus yang dibiasakan
untuk menghasilkan kecemasan.
Dalam teori stimulus-respons klasik, stimulus yang dibiasakan secara
bertahap kehilangan potensinya untuk membangkitkan suatu respons jika tidak
diperkuat oleh pengulangan periodik stimulus yang tidak dibiasakan. Pada gejala
fobik, perlemahan respon terhadap stimulus fobik,-yaitu, stimulus yang
dibiasakan- tidak terjadi; gejala mungkin berlangsung selama bertahun-tahun
tanpa adanya pendorong eksternal yang terlihat. Teori pembiasaan pelaku (operant
5
conditioning theory) memberikan suatu model untuk menjelaskan fenomena
tersebut. Pada teori pembiasaan pelaku, kecemasan adalah suatu dorongan yang
memotivasi organisme untuk melakukan apa yang dapat menghilangkan pengaruh
yang menyakitkan. Dalam perjalanan perilaku acaknya, organisme belajar bahwa
tindakan tertentu memungkinkan mereka menghindari stimulus yang
menyebabkan kecemasan. Pola penghindaran tersebut tetapi stabil untuk jangka
waktu yang lama sebagai akibat penguatan yang diterima organisme dari kapasitas
untuk menekan aktivitas. Model tersebut mudah diterapkan pada fobia dimana
penghindaran objek atau situasi yang menimbulkan kecemasan memainkan
peranan inti. Perilaku penghindaran tersebut menjadi terfiksasi sebagai gejala
yang stabil karena efektivitasnya dalam melindungi seseorang dari kecemasan
fobik.
Teori belajar memiliki relevansi khusus terhadap fobia dan memberikan
penjelasan sederhana dan dapat dimengerti bagi banyak aspek gejala fobik. Tetapi
kritik mengatakan bahwa teori ini sebagian besar membicarakan mekanisme
permukaan pembentukan gejala dan kurang berguna dibandingkan teori
psikoanalitik dalam memberikan pemahaman beberapa proses psikis dasar
kompleks yang terlibat.
Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud mengajukan suatu rumusan neurosi fobik yang tetap
merupakan penjelasan analitik tentang fobia spesifik dan fobia sosial. Freud
menghipotesiskan bahwa fungsi utama kecemasan adalah sebagai memberi sinyal
kepada ego bahwa suatu dorongan bawah sadar yang dilarang mendorong untuk
mendapatkan ekspresi sadar, jadi mengubah ego untuk memperkuat dan
menyusun pertahanannya melawan dorongan instingtual yang mengancam. Freud
memandang fobia-histeria kecemasan, seperti yang terus disebutnya demikian-
sebagai akibat dari konflik yang berpusat pada situasi oedipal masa anak-anak
yang tidak terpecahkan. Karena dorongan seks terus memiliki warna sumbang
yang kuat pada masa dewasa, kebangkitan seksual cenderung menyalakan suatu
kecemasan yang karakteristiknya adalah ketakutan kastrasi. Jika represi gagal, ego
harus memanggil pertahanan tambahan. Pada pasien fobik pertahanan yang
6
terlibat terutama menggunakan pengalihan; yaitu, konflik seksual dialihkan dari
orang yang menimbulkan konflik kepada objek atau situasi yang tampaknya tidak
relevan dan tidak penting, yang selanjutnya memiliki kekuatan untuk
membangkitkan kumpulan afek, termasuk sinyal kecemasan. Objek atau situasi
fobik mungkin memiliki hubungan asosiatif langsung dengan sumber utama
konflik dan, dengan demikian, menyimbolkannya (mekanisme pertahanan
simbolisasi). Selanjutnya, situasi atau objek biasanya adalah sesuatu yang mampu
dijauhi oleh seseorang; dengan mekanisme pertahanan penghindaran tambahan
tersebut, orang dapat lolos dari kecemsan yang serius. Freud pertama kali
membicarakan rumusan teoritik tentang pembentukan fobia dalam riwayat
kasusnya yang terkenal tentang Little Hans, seorang anak berusia 5 tahun yang
memiliki ketakutan terhadap kuda.
Walaupun ahli teori pertama kali berpendapat bahwa fobia dihasilkan oleh
kecemasan kastrasi, ahli teori psikoanalitik sekarang ini telah mengajukan bahwa
kecemasan tipe lain mungkin terlibat. Sebagai contoh, pada agorafobia,
kecemasan perpisahan jelas memainkan peranan yang utama, dan pada eritrofobia
(ketakutan terhadap warna merah yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan
terhadap perdarahan), elemen rasa malu menyatakan keterlibatan kecemasan
superego. Pengamatan klinik menyebabkan pandangan bahwa kecemasan
berhubungan dengan fobia memiliki berbagai sumber dan warna.
Fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetika-konstitusional
dan stresor lingkungan. Penelitian longitudinal menyatakan bagwa anak-anak
tertentu memiliki predisposisi konstitusional terhadap fobia karena mereka lahir
dengan temperamen tertentu yang dikenal sebagai inhibisi perilaku terhadap yang
tidak dikenal (behavioral inhibition to the unfamiliar). Tetapi suatu bentuk stress
lingkungan kronis harus bekerja pada disposisi temperamental tersebut untuk
menciptakan fobia yang lengkap. Stresor tertentu seperti kematian orangtua,
perpisahan orangtua, kritik atau penghinaan oleh saudara kandung yang lebih tua,
dan kekerasan di rumah tangga mungkin mengaktivasi diatesis laten di dalam
anak-anak, sehingga anak menjadi simptomatik.
Sikap Fobik Balik (Counterphobic Attitude).
7
Otto Fenichel meminta perhatian terhadap kenyataan bahwa kecemasan dapat
disembunyikan pola sikap dan perilaku yang mencerminkan suatu penyangkalan,
dimana objek atau situasi yang ditakuti adalah berbahaya atau bahwa seseorang
adalah ketakutan terhadapnya. Dasar dari fenomena tersebut adalah kebalikan dari
situasi dimana seseorang adalah korban pasif dari lingkungan luar pada suatu
posisi secara aktif berusaha untuk melawan dan menguasai apa yang ditakutinya.
Orang fobik-balik mencari-cari situasi bahaya dan melawan secara entusias
terhadap situasi tersebut. Terlibat di dalam olaharaga yang kemungkinan
berbahaya, seperti terjun payung, mendaki gunung, mungkin menunjukkan
perilaku fobik-balik. Pola tersebut mungkin sekunder terhadap kecemasan fobik
atau dapat digunakan sebagai cara normal untuk mengatasi situasi yang secara
realistis adalah berbahaya. Permainan anak-anak mungkin mengandung elemen
fobik-balik, seperti saat anak-anak bermain dokter dan memberikan pada boneka
suntikan yang diterimanya pada pagi hari di tempat praktek dokter pediatrik. Pola
perilaku tersebut mungkin melibatkan mekanisme pertahan yang berhubungan
yaitu identifikasi dengan agresor.
Fobia Spesifik
Perkembangan fobia spesifik dapat disebabkan dari pemasangan (pairing)
objek atau situasi tertentu dengan emosi ketakutan dan panik. Berbagai
mekanisme untuk pemasangan tersebut telah didalilkan. Pada umumnya, suatu
kecenderungan tidak spesifik untuk mengalami kecemasan dan ketakutan
membentuk kelompok latar (backgroup); jika suatu peristiwa spesifik (sebagai
contoh,mengemudi) dipasangkan dengan pengalaman emosional (sebagai contoh,
kecelakaan), orang adalah rentan terhadap asosiasi emosional permanen antara
mengemudikan kendaraan dan ketakutan atau kecemasan. Pengalaman emosional
sendiri dapat responsif terhadap kejadian eksternal, seperti kecelakaan lalulintas,
atau kejadian internal, paling sering adalah serangan panik. Walaupun seseorang
mungkin tidak pernah mengalami serangan panik lagi dan mungkin tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan panik, orang tersebut mungkin
memiliki ketakutan umum untuk mengemudikan dan bukan suatu ketakutan
mengalami serangan yang diekspresikan saat mengemudi. Mekanisme asosiasi
8
lain antara objek fobik dan emosi fobik adalah modeling, dimana seseorang
mengamati reaksi pada orang lain (sebagai contoh, orang tua), dan pengalihan
informasi, dimana seseorang diajarkan atau diperingatkan tentang bahaya objek
tertentu (sebagai contoh, ular berbisa).
Faktor Genetika
Fobia spesifik cenderung berada di dalam keluarga. Tipe darah, injeksi, cedera
cenderung memiliki kecenderungan keluarga yang tinggi. Penelitian telah
melaporkan bahwa duapertiga sampai tigaperempat penderita yang terkena
memiliki sekurangnya satu sanak saudara derajat pertama dengan fobia spesifik
dari tipe yang sama. Tetapi, pemeriksaan kembar dan adopsi yang diperlukan
belum dilakukan untuk menyingkirkan peranan bermakna transmisi non genetik
pada fobia spesifik.
Fobia Sosial
Beberapa penelitian telah melaporkan kemungkinan adanya sifat pada
beberapa anak yang ditandai oleh pola inhibisi perilaku yang konsisten. Sifat
tersebut mungkin cukup sering pada anak-anak yang orang tuanya menderita
gangguan panik dan mungkin berkembang menjadi pemalu yang parah saat anak
tumbuh menjadi besar. Sekurangnya beberapa orang dengan fobia sosial mungkin
mengalami inhibisi perilaku yang terlihat selama masa anak-anak. Kemungkinan
berkaitan dengan sifat tersebut, yang diperkirakan didasarkan secara biologis,
adalah data dengan dasar psikologis yang menyatakan bahwa orang tua dari orang
denga fobia sosial, sebagai suatu kelompok adalah, kurang mengasuh, lebih
menolak, dan lebih overprotektif pada anak-ankanya dibandingkan orang tua lain.
Beberapa riset fobia sosial telah mengacu pada spektrum dari kekuasaan sampai
yang ditundukkan pada kerajaan binatang. Sebagai contoh, orang yang berkuasa
mungkin cenderung berjalan dengan dagu terangkat dan membuat kontak mata,
sedangkan orang yang dikalahkan mungkin cenderung berjalan dengan kepala
tertunduk dan menghindari kontak mata.
Faktor Neurokimiawi.
9
Keberhasilan farmako terapi dalam mengobati fobia sosial telah menciptakan dua
hipotesisi neurokimiawi spesifik tentang dua jenis fobia sosial. Secara spesifik,
pengguanaan antagonis bet adrenergik, sebagai contoh, Propanolol (Inderal) –
untuk fobia kinerja (performance phobia), (sebagai contoh, berbicara di depan
public) telah mengembangkan teori adrenergik untuk fobia tersebut. Pasien
dengan fobia kinerja mungkin melepaskan lebih banyak norepinefrin dan
epinefrin, baik sentral maupun perifer, dibandingkan orang nonfobik, atau pasien
tersebut mungkin peka terhadap stimulasi adrenergik tingkat yang normal.
Pengamatan bahwa inhibitor monoamine oksidase (MAOI) mungkin lebih efektif
dibandingkan obat trisiklik dalam pengobatan fobia sosial umum, dikombinasikan
dengan data praklinis, telah menyebabkan beberapa peneliti menghipotesiskan
bahwa aktivitas dopaminergik adalah berhubungan dengan patogenesis gangguan.
Faktor Genetika
Sanak saudara derajat pertama orang denga fobia sosial adalah kira-kira 3 kali
lebih mungkin menderita fobia sosial dibandingkan sanak saudara derajat pertama
orang tanpa ganggguan mental. Dan beberapa data awal menyatakan bahwa
kembar monozigotik adalah lebih sering bersesuaian dibandingkan kembar
dizigotik, walaupun pada fobia sosial adalah cukup penting untuk mempelajari
kembar yang dibesarkan secara terpisah untuk membantu mengontrol faktor
lingkungan.
II. 4. Patofisiologis
Fobia Spesifik
Fobia spesifik yang umum, gangguan yang heterogen ciri utama adalah terus-
menerus, ketakutan yang tidak masuk akal dari suatu obyek atau situasi terbatas.
Artikel ini etiologi sekarang tinjauan teori dan data empiris yang tampaknya
mungkin penting dalam menyelidiki patofisiologi gangguan ini. Ini termasuk
pengkondisian, dimodifikasi conditioning, dan model nonassociative
pembangunan fobia, fisiologis terhadap rangsangan fobia, neuroimaging, primata,
dan biologis studi tantangan. Hipotesis patofisiologi disarankan oleh riset terbaru
mengenai neurocircuitry dari dikondisikan takut juga dibahas. Meskipun telah
10
fobia spesifik kurang kesehatan masyarakat dan kepentingan klinis dari gangguan
kecemasan lain, mereka mungkin dibatasi alam dan hubungannya dengan
dikondisikan takut dapat membuat mereka menjadi subjek yang produktif bagi
penelitian ke patofisiologi dasar.
Fobia Sosial
Patofisiologi fobia sosial tidak jelas. Namun, teori-teori telah muncul didasarkan
pada kemanjuran agen farmakologi digunakan untuk mengobati fobia sosial.
Dengan demikian, fungsi serotonergic mungkin terlibat karena serotonergic
reuptake inhibitor membantu mengurangi gejala. Similary, beberapa peneliti
percaya dalam etiologi adrenergik karena keberhasilan terapi Propanolol.
Neurocircuitry amigdala, suatu struktur yang terlibat dalam ketakutan, mungkin
terlibat.
Gambar B
Cemas
Respon fisiologis tinggi dan peningkatan tingkat Catecholamine memainkan peran
penting dalam respons fisiologis normal tubuh terhadap stres dan kecemasan.
Kecemasan patologis telah dihipotesiskan sebagai akibat dari gangguan di korteks
serebral, terutama sistem limbik.
Neurotransmitter terutama terkait dengan kecemasan di daerah ini
Norepinephrine, gamma-aminobutyric acid (GABA), dan Serotonin. Kemanjuran
11
Benzodiazepin dalam menangani GABA kecemasan telah terlibat dalam
patofisiologi gangguan kecemasan. Obat yang mempengaruhi norepinefrin
(misalnya, antidepresan trisiklik, monoamina oksidase inhibitor [MAOIs]) juga
mujarab dalam pengobatan beberapa gangguan kecemasan.
II. 5. Diagnosis
Fobia Spesifik
Nama untuk fobia spesifik di dalam DSM-III-R adalah fobia sederhana (simple
phobia). Nama ini telah diganti dalam DSM-IV untuk menyesuaikan tata nama
dalam internasional. Classification of Disease revisi ke-10 (ICD-10) dan untuk
menghindari sempitnya lingkup diagnosis. Sebagai contohnya, karena serangan
panik adalah sering ditemukan pada pasien fobia spesifik, nama “fobia sederhana”
secara tidak tepat mengesankan bahwa serangan panik adalah tidak dimungkinkan
oleh kriteria diagnostik,
Beberapa perubahan lain telah dibuat dari criteria DSM-III-R menjadi
kriteria DSM-IV untuk fobia spesifik (Tabel 16.3-1). Kriteria A dan B telah
diperbaharui untuk memungkinkan bahwa pemaparan dengan stimulus fobik
menyebabkan suatu serangan panik. Tetapi, berlawanan dengan gangguan panik,
pada fobia spesifik serangan panik adalah berikatan secara situasional dengan
stimulus fobia spesifik. Kriteria F dalam DSM-IV memasukkan kata “tidak lebih
baik disebabkan oleh” untuk menekankan perlunya pertimbangan klinisi tentang
diagnosis gejala. Isi fobia spesifik dan kekuatan hubungan (sebagai contoh,
dengan tanda atau tanpa tanda) antara stimulus dan serangan panik juga perlu
dipertimbangkan.
Karena suatu tinjauan pada literature menyatakan bahwa fobia spesifik
adalah berhubungan dengan onset usia, rasio jenis kelamin, riwayat keluarga, dan
respons fisiologis yang bervariasi, DSM-IV memasukkan tipe fobia spesifik yang
terpisah : tipe binatang : tipe lingkungan alami (sebagai contoh, badai) : tipe
darah, injeksi, cedera ; tipe situasional (sebagai contoh, mobil) ; dan tipe lain
12
(untuk fobia spesifik yang tidak masuk ke dalam keempat tipe sebelumnya). Data
pendahuluan menyatakan bahwa tipe lingkungan alami adalah paling sering pada
anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun dan tipe situasional sering pada awal
usia 20 tahunan.
Kriteria Diagnostik untuk Fobia Spesifik
a. Rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan,
ditunjukkan oleh adanya atau antisipasi suatu objek atau situasi tertentu
(misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, mendapatkan
suntikan, melihat darah).
b. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respons
kecemasan yang segera, yang dapat berupa serangan panik yang
berhubungan dengan situasi. Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat
diekspresikan oleh menangis, tantrum, membeku, atau mengendong.
c. Orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan : pada anak-anak, ciri ini mungkin tidak ada.
d. Situasi fobik dihindari, atau jika tidak dapat dihindari, dihadapi dengan
kecemasan atau penderitaan yang kuat.
e. Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau penderitaan dalam situasi yang
ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi
pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan
orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
f. Pada individu yang berusia di bawah 18 tahun, durasi sekurangnya adalah
6 bulan.
g. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik berhubungan dengan
objek atau situasi spesifik adalah tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain, seperti gangguan obsesif-kompulsif ( misalnya,
takut kepada kotoran pada seseorang dengan obsesi tentangkontaminasi),
gangguan stres pascatraumatik (misalnya, menghindari stimuli yang
berhubungan dengan stresor yang berat), gangguan cemas perpisahan
(misalnya, menghindari sekolah), fobia sosial (misalnya, menghindari
13
situasi sosial karena takut merasa malu), gangguan panik dengan
agorafobia, atau agorafobia tanpa riwayat gangguan panik.
Tipe darah, injeksi, cedera dibedakan dari tipe lainnya dimana bradikardia dan
hipotensi sering kali menyusul takikardia awal yang sering terjadi pada semua
fobia. Fobia spesifik tipe darah, injeksi, cedera kemungkinan mengenai banyak
anggota dan generasi dari suatu keluarga. Satu tipe fobia spesifik yang telah
dilaporkan baru-baru ini adalah fobia ruang, dimana pasien takut akan terjatuh
jika disekitarnya tidak ada penopang, seperti dinding atau sebuah kursi. Beberapa
data menyatakan bahwa pasien yang terkena mungkin memiliki fungsi yang
abnormal pada hemisfer kanan, kemungkinan menyebabkan gangguan visual-
spasial (penglihatan ruang).
Fobia Sosial
Kriteria diagnostik DSM-IV untuk fobia sosial (tabel B) telah dimodifikasi
dari kriteria diagnostik DSM-III-R. Karena fobia sosial dapat disertai dengan
serangan panik, kriteria B dan F DSM-IV telah ditulis ulang untuk menekankan
fakta tersebut (kriteria B) dan untuk mendorong penggunaan pertimbangan klinis
dalam membuat diagnosis akhir (kriteria F). DSM-IV menambahkan suatu tipe
fobia sosial, tipe umum, yang dapat digunakan untuk meramalkan perjalanan
penyakit, prognosis, dan respons pengobatan. DSM-IV mengesampingkan
diagnosis fobia sosial jika gejala adalah akibat dari penghindaran sosial yang
berakar dari rasa malu tentang kondisi medis psikiatrik atau nonpsikiatrik lainnya.
Kriteria Diagnostik untuk Fobia Sosial
a. Rasa takut yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial
atau kinerja dimana orang bertemu dengan orang yang tidak dikenal atau
dengan kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Individu merasa takut
bahwa ia akan bertindak dalam cara (atau menunjukkan gejala kecemasan)
yang akan memalukan atau merendahkan. Catatan : untuk melakukan
hubungan sosial yang sesuai dengan usia dengan orang yang telah
14
dikenalnya dan kecemasan harus terjadi dalam lingkungan teman sebaya,
dan tidak dalam interaksi dengan orang dewasa.
b. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan
kecemasan, yang dapat berupa serangan panik yang berikatan dengan
situasi atau dipredisposisikan oleh situasi. Catatan : pada anak-anak,
kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis, tantrum, membeku, atau
menarik diri dari situasi sosial dengan orang yang tidak dikenal.
c. Orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan : pada anak-anak, ciri ini mungkin tidak ditemukan.
d. Situasi sosial atau kinerja yang ditakuti adalah dihindari, atau jika tidak
dapat dihindari dihadapi dengan kecemasan atau penderitaan yang kuat.
e. Penghindaran, antisipasi fobik, atau penderitaan dalam situasi sosial atau
kinerja secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi
pekerjaan (akademik), atau aktivitas sosial dan hubungan dengan orang
lain, atau terdapat penderitaan dalam situasi sosial atau kinerja secara
bermakan menganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan
(akademik), atau aktivitas sosial dan berhubungan dengan orang lain, atau
terdapat penderitaan yang jelas tentang menderita fobia.
f. Pada individu di bawah 18 tahun, durasi sekurangnya adalah 6 bulan.
g. Rasa takut atau penghindaran adalah bukan karena efek fisiologis langsung
dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi
medis umum, dan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
mental lain (misalnya, gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia,
gangguan cemas perpisahan, gangguan dismorfik tubuh, gangguan
perkembangan pervasif, atau gangguan kepribadian skizoid).
h. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental lain, rasa
takut dalam kriteria A adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit
Parkinson, atau menunjukkan perilaku makan abnormal pada anoreksia
nervosa atau bulimia nervosa.
II. 6. Gambaran Klinis
15
Fobia adalah ditandai oleh kesadaran akan kecemasan berat jika pasien terpapar
dengan situasi atau objek spesifik atau jika pasien memperkirakan akan terpapar
dengan situasi atau objek tersebut. DSM-IV menekankan kemungkinan bahwa
serangan panik dapat dan sering kali terjadi pada pasien dengan fobia spesifik dan
sosial, tetapi serangan panik, kecuali kemungkinan bagi beberapa serangan yang
pertama, adalah diperkirakan. Pemaparan dengan stimulus fobik atau
memperkirakannya hampir selalu menyebabkan serangan panik pada orang yang
rentan terhadap serangan panik (panic attack-prone person).
Pasien dengan fobia, menurut definisinya, mencoba untuk menghindari stimulus
fobik. Beberapa pasien mengalami masalah besar dalam menghindari situasi yang
menimbulkan kecemasan. Sebagai contohnya, seorang pasien fobik mungkin
menggunakan bis untuk bepergian jarak jauh, bukannya dengan pesawat terbang,
untuk menghindari kontak dengan objek fobia pasien, yaitu pesawat terbang.
Kemungkinan sebagai cara lain untuk menghindari stres dari stimulus fobik,
banyak pasien fobik menderita gangguan berhubungan dengan zat, terutama
gangguan penggunaan alkohol. Selain itu, diperkirakan sepertiga dari semua
pasien dengan fobia sosial memiliki gangguan depresi berat.
Temuan utama pada pemeriksaan status mental adalah adanya ketakutan
yang irasional dan egodistonik terhadap situasi, aktivitas, atau objek tertentu;
pasien mampu menggambarkan bagaimana mereka menghindari kontak dengan
situasi fobik. Depresi seringkali ditemukan pada pemeriksaan status mental dan
mungkin ditemukan pada sebanyak sepertiga dari semua pasien fobik.
Pada pasien 33 tahun, seorang laki-laki yang tinggal di Seattle dengan
istrinya. Ia bekerja sebagai salesman sejak lulus dari perguruan tinggi, dimana ia
pernah unggul dalam bidang matematika. Ia pergi ke dokter psikiatrik pribadi,
atas anjuran temannya, karena mengeluh “cemas pada pekerjaan.”
Pasien menggambarkan dirinya sebagai ramah tamah dan popular pada
keseluruhan masa remaja dan dewasa mudanya, tanpa masalah serius sampai
tahun ketiga di perguruan tinggi. Ia selanjutnya mulai mengalami ketegangan dan
gugup saat belajar untuk suatu ujian dan menulis karangan. Jantungnya berdebar-
debar, tangannya berkeringat dan gemetaran. Sebagai akibatnya, ia sering kali
tidak menulis karangan yang diperlukan dan jika ia mengejakannya, akan
16
menyerahkannya setelah batas waktunya lewat. Ia tidak mengerti mengapa ia
begitu gugup dengan menulis karangan dan mengerjakan ujian dimana ia selalu
mengerjakannya dengan baik di masa lalu. Sebagai akibat dari tidak menyerahkan
karangan tertentu dan keterlambatannya dalam menyerahkan karangan lain,
tingkat perguruan tingginya sangat terpengaruhi.
Segera setelah lulus pasien bekerja sebagai saleman untuk perusahaan
asuransi. Latihan awalnya (menghadiri ceramah, menyelesaikan tugas membaca)
berjalan dengan baik, tetapi saat ia mulai bertemu klien, kecemasannya kembali
timbul. Ia menjadi gugup saat menanti telepon dari kliennya. Jika telepon
bisnisnya berbunyi, ia mulai gemetar dan kadang-kadang tidak dapat menjawab.
Akhirnya, ia menghindari kecemasan dengan tidak menjadwalkan perjanjian dan
tidak menghubungi klien yang diharapkan bertemu.
Jika ditanyakan tentang situasi apa yang menyebabkan ia gugup, ia berkata
bahwa ia khawatir tentang pikiran klien terhadap dirinya. “Klien mungkin merasa
bahwa saya gugup dan mungkin bertanya pada saya yang tidak dapat saya jawab,
dan saya akan merasa bodoh. “Sebagai akibatnya, ia secara berulang menulis
kembali dan mengatakan kembali kembali naskah penjualan untuk percakapan
telepon karena ia “sangat khawatir dalam mengatakan hal yang benar. Saya pikir
saya sangat ketakutan tentang akan dihakimi.”
Walaupun tidak pernah menganggur, pasien memperkirakan bahwa ia
hanya mengguankan 20 persen kapasitas kerjanya, yang dapat ditoleransi oleh
perusahaan karena ia hanya dibayar atas dasar komisi. Pada beberapa tahun
sebelumnya, ia pernah mendapatkan pinjaman sejumlah besar uang untuk
membuat pertemuan akhir.
Walaupun keterbatasan finansial adalah suatu beban, pasien dan istrinya
mentraktir tamu-tamu di rumahnya secara teratur dan menikmati dalam
bersosialisasi dengan teman-teman pada piknik, pesta, dan hubungan formal.
Pasien berkeluh, “ Hal ini hanya jika saya berharap untuk melakukan sesuatu.
Selanjutnya, saya seperti di atas panggung, sendirian, dengan setiap orang
menonton diri saya.”
II. 7. Diagnosis Banding
17
Fobia spesifik dan fobia sosial masing-masing perlu dibedakan dari ketakutan
yang sesuai dan rasa malu yang normal. DSM-IV membantu dalam pembedaan
tersebut dengan mengharuskan bahwa gejala mengganggu kemampuan pasien
untuk berfungsi secara tepat. Kondisi medis nonpsikiatrik yang dapat
menyebabkan perkembangan suatu fobia adalah pemakaian zat (khususnya
halusinogen dan simpatomimetik), tumor sistem saraf pusat, dan penyakit
serebrovaskular. Gejala fobik pada keadaan tersebut tidak dapat dipercaya tanpa
adanya temuan tambahan yang mengarahkan pada pemeriksaan fisik, neurologis,
dan status mental. Skizofrenia juga merupakan diagnosis banding untuk fobia
spesifik dan fobia sosial, karena pasien skizofrenik dapat memliki gejala fobik
sebagai bagian dari psikosisnya. Tetapi, tidak seperti pasien skizofrenik, pasien
fobik memiliki tilikan terhadap irasionalitas ketakutan mereka dan tidak memiliki
kualitas aneh dan gejala pikotik lainnya yang menyertai skizofrenia.
Di dalam diagnosis banding fobia spesifik dan fobia sosial, klinisi harus
mempertimbangkan gangguan panik, agorafobia, dan gangguan kepribadian
menghindar. DSM-IV mengakui bahwa membedakan antara gangguan panik,
agorafobia, fobia sosial, dan fobia spesifik mungkin sulit pada kasus individual,
dan klinisi dianjurkan untuk mengguanakan pertimbangan klinis. Tetapi pada
umumnya, pasien dengan fobia spesifik dan fobia sosial yang tidak umum
(nongeneralized social phobia) cenderung mengalami kecemasan segera jika
dihadapkan dengan stimulus fobik. Selain itu, kecemasan atau panik mereka
adalah terbatas pada situasi yang dapat dikenali, dan pada umumnya, pasien tidak
mengalami kecemasan abnormal jika mereka tidak berhadapan dengan stimulus
fobik ataupun tidak disebabkan dalam memperkirakan datangnya stimulus.
Seorang pasien agorafobik seringkali merasa nyaman dengan adanya
orang lain di dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, sedangkan pasien
dengan fobia sosial menjadi lebih merasa cemas daripada sebelumnya jika ada
orang lain. Bilamana sesak napas, rasa pening, rasa tercekik, dan ketakutan akan
kematian adalah sering pada ganggguan panik dan agorafobia, gejala yang
beruhubungan dengan fobia sosial biasanya berupa muka kemerahan (blushing),
kedutan otot, dan kecemasan tentang kecermatan. Perbedaan antara fobia sosial
18
dan gangguan kepribadian menghindar mungkin sulit dan memerlukan wawancara
yang luas dan riwayat psikiatrik.
Fobia Spesifik
Diagnosis lain yang harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
fobia spesifik adalah hipokondriasi, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan
kepribadian paranoid. Hipokondriasis adalah ketakutan akan menderita suatu
penyakit, sedangkan fobia spesifik tipe penyakit adalah ketakutan akan tertular
penyakit. Beberapa pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memanifestasikan
perilaku yang tidak dapat dibedakan dari perilaku seorang pasien fobia spesifik.
Sebagai contohnya, pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif mungkin
menghindari pisau karena mereka memiliki pikiran kompulsif tentang membunuh
anak-anaknya, sedangkan pasien dengan fobia spesifik yang melibatkan pisau
mungkin menghindari pisau karena ketakutan dirinya akan terpotong. Gangguan
kepribadian paranoid dapat dibedakan dari fobia spesififk oleh adanya ketakutan
menyeluruh pada pasien dengan gangguan kepribadian paranoid.
Fobia Sosial
Dua pertimbangan diagnosis banding tambahan untuk fobia sosial adalah
gangguan depresi berat dan gangguan kepribadian skizoid. Menghindari situasi
sosial sering kali merupakan gejala depresi; tetapi, wawancara psikiatrik dengan
pasien kemungkinan mengungkapkan berbagai kumpulan gejala depresi. Pada
pasien dengan gangguan kepribadian skizoid, tidak ada minatnya dalam hal
sosialisasi, menyebabkan perilaku sosial menghindar.
II. 8. Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Tidak banyak yang diketahui tentang perjalanan penyakit dan prognosis fobia
spesifik dan fobia sosial karena mereka relatif baru dikenali sebagai gangguan
mental yang penting. Diperkenalkannya psikoterapi spesifik dan farmakoterapi
untuk mengobati fobia akan juga mempengaruhi interpretasi data tentang
19
perjalanan penyakit dan prognosis kecuali kontrol pemeriksaan untuk strategi
pengobatan.
Gangguan fobik mungkin disertai dengan lebih banyak morbiditas
dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Tergantung pada derajat mana perilaku
fobik mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi, pasien yang terkena
mungkin memiliki ketergantungan finansial pada orang lain semasa dewasa dan
memiliki berbagai derajat gangguan dalam kehidupan sosialnya, keberhasilan
pekerjaan, dan, pada orang muda, prestasi sekolahnya. Perkembangan gangguan
berhubungan zat yang menyertainya juga merugikan perjalanan penyakit dan
prognosis gangguan.
II. 9. Terapi
Psikoterapi Berorientasi-Tilikan
Pada awal perkembangan psikoanalisis dan psikoterapi berorientasi secara
dinamik, ahli teori percaya bahwa metoda tersebut adalah pengobatan terpilih
untuk neurosis fobik, yang selanjutnya diperkirakan berasal dari konflik genital
oedipal. Tetapi, segera kemudian, ahli terapi mengetahui bahwa, walaupun ada
kemajuan dalam mengungkapkan dan menganalisa konflik yang tidak disadari,
pasien seringkali gagal melepaskan gejala fobiknya. Selain itu, dengan terus
menghindari situasi fobik, pasien menghindari suatu derajat bermakna kecemasan
dan hubungannya dari proses analitik. Freud dan muridnya Sandor Ferenczi
mengetahui bahwa, jika diperoleh kemajuan di dalam menganalisis gejala
tersebut, ahli terapi telah melewati peranan analitiknya dan secara aktif
mendorong pasien fobik untuk mencari situasi fobik dan mengalami kecemasan
dan didapatkan tilikan. Sejak saat itu, dokter psikiatrik biasanya setuju bahwa
suatu aktivitas pada pihak ahli terapi serngkali diperlukan untuk mengobati
kecemasan fobik secara berhasil. Keputusan untuk menerapkan teknik terapi
psikodinamika berorientasi-tilikan harus didasarkan bukan pada adanya gejala
fobik saja tetapi pada indikasi positif dari struktur ego dan pola hidup pasien
untuk menggunakan metoda terapi tersebut. Terapi berorientasi-tilikan
memungkinkan pasien mengerti asal dari fobia, fenomena tujuan sekunder, dan
20
peranan daya tahan dan memungkinkan pasien mencari cara yang sehat dalam
menghadapi stimuli yang menyebabkan kecemasan.
Terapi Lain
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga mungkin berguna dalam
pengobatan fobia. Hipnosis digunakan untuk meningkatkan sugesti ahli terapi
bahwa objek adalah tidak berbahaya, dan hipnosis-diri (self-hypnosis) dapat
diajarkan pada pasien sebagai suatu metoda relaksasi jika berhadapan dengan
objek fobik. Psikoterapi suportif dan terapi keluarga seringkali berguna dalam
membantu pasien secara aktif menghadapi objek fobik selama pengobatan. Tidak
hanya terapi keluarga dapat menggunakan bantuan keluarga dalam mengobati
pasien, tetapi terapi ini juga dapat membantu keluarga mengerti sifat masalah
pasien. Suatu aktivitas terapeutik dan suportif tambahan bagi pasien mungkin
melibatkan Anxiety Disorders Association of America (ADAA).
Fobia Spesifik
Terapi yang paling sering digunakan digunakan untuk fobia spesifik
adalah terapi pemaparan (exposure therapy), suatu tipe terapi perlaku yang
asalnya didahului oleh Joseph Wolpe. Ahli terapi mendesensitisasi pasien, dengan
menggunakan pemaparan stimulus fobik yang serial, betahap, dan dipacu diri
sendiri. Ahli terapi mengajari pasien tentang bebagai teknik untuk menghadapi
kecemasan, termasuk relaksasi, kontrol pernafasan, dan pendekatan kognitif
terhadap gangguan. Pendekatan kognitif adalah termasuk mendorong kenyataan
bahwa situasi tersebut pada dasarnya adalah aman. Aspek kunci dari terapi
perilaku yang berhasil adalah (1) komitmen pasien terhadap pengobatan, (2)
masalah dan tujuan yang diidentifikasikan dengan jelas, dan (3) strategi alternatif
yang tersedia untuk mengatasi perasaan pasien. Pada situasi spesifik fobia darah,
injeksi, dan cedera, beberapa ahli terapi menganjurkan bahwa pasien
mengencangkan tubuhnya selama pemaparan untuk membantu menghindari
kemungkinan pingsan akibat reaksi vasovagal terhadap stimulasi fobik. Beberapa
laporan awal menyatakan bahwa antagonis beta adrenergik dapat berguna dalam
pengobatan fobia spesifik. Jika fobia spesifik adalah disertai dengan serangan
21
panik, farmakotrapi atau psikoterapi yang diarahkan pada serangan panik
mungkin juga bermanfaat.
Fobia Sosial
Pengobatan fobia sosial menggunakan psikoterapi dan farmakoterapi, dan
berbagai pendekatan adalah diindikasikan untuk tipe umum dan situasi kerja.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemakaian farmakoterapi menghasilkan
hasil yang lebih baik daripada terapi tersebut sendiri-sendiri, walaupun temuan
tersebut mungkin tidak dapat diterapkan pada semua situasi dan pasien.
Beberapa penelitian yang terkontrol dengan baik telah menemukan bahwa
inhibitor monoamine oksidase, khususnya Phenezine (Nardil), adalah efektif
dalam mengobati fobia sosial tipe umum. Obat lain yang telah dilaporkan efektif,
walaupun tidak banyak uji terkontrol baik, adalah Aprazolam (Xanax),
Clonazepam (Klonopin), dan kemungkinan inhibitor ambilan kembali Serotonin.
Dosis untuk obat tersebut adalah sama dengan yang digunakan pada gangguan
depresif, dan respons biasanya memerlukan waktu empat sampai enam minggu.
Beberapa data menyatakan bahwa obat trisiklik dan Buspirone (Buspar) mungkin
tidak efektif pada fobia sosial, walaupun data adalah terbatas dan tidak definitif.
Psikoterapi untuk fobia sosial tipe umum biasanya melibatkan suatu
kombinasi metoda perilaku dan kognitif, termasuk latihan hilang kognitif,
desensitisasi, sesion selama latihan, dan berbagai tugas pekerjaan rumah.
Pengobatan fobia sosial yang disertai dengan situasi kinerja seringkali
melibatkan pemakaian antagonis reseptor beta-adrenergik segera sebelum
pemaparan dengan stimulus fobik. Dua senyawa yang paling luas digunakan
adalah Atenolol (Tenormin), 50 sampai 100 mg tiap pagi atau satu jam sebelum
kinerja, dan Propranolol (20 sampai 40 mg). teknik kognitif, perilaku, dan
pemaparan dapat juga berguna dalam situasi kinerja.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Kriteria Diagnostik untuk Fobia
Spesifik dan Fobia Sosial.
22
BAB III
KESIMPULAN
Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan
penghindaran yang disadari terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.
Menurut Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, Fourth Edition
(DSM-IV), fobia terbagi 3 : fobia sosial, fobia spesifik, dan agoraphobia adalah
sub-kelompok gangguan kecemasan.
Patogenesis fobia, jika dimengerti, mungkin terbukti sebagai model yang
jelas untuk interaksi antara faktor biologia dan genetika, pada satu pihak, dan
peristiwa lingkungan, pada pihak lain.
Tidak banyak yang diketahui tentang perjalanan penyakit dan prognosis
fobia spesifik dan fobia sosial karena mereka relatif baru dikenali sebagai
gangguan mental yang penting. Diperkenalkannya psikoterapi spesifik dan
farmakoterapi untuk mengobati fobia akan juga mempengaruhi interpretasi data
tentang perjalanan penyakit dan prognosis kecuali kontrol pemeriksaan untuk
strategi pengobatan.
Terapi berorientasi-tilikan memungkinkan pasien mengerti asal dari fobia,
fenomena tujuan sekunder, dan peranan daya tahan dan memungkinkan pasien
23
mencari cara yang sehat dalam menghadapi stimuli yang menyebabkan
kecemasan.
Hipnosis, terapi suportif, dan terapi keluarga mungkin berguna dalam pengobatan
fobia
Terapi yang paling sering digunakan digunakan untuk fobia spesifik adalah terapi
pemaparan (exposure therapy).
Pengobatan fobia sosial menggunakan psikoterapi dan farmakoterapi, dan
berbagai pendekatan adalah diindikasikan untuk tipe umum dan situasi kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb. Gangguan
Kecemasan. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri- Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi-7. Jilid-2. 1997. Jakarta: Binarupa Aksara.
Hal: 47-56.
2. American Psychiatric Association. Social Phobia (Social Anxiety
Disorder). Diagnostic and Statistical of Mental Disorder. Edisi-4. 1994.
Washington: R.R. Donnelly & Sons Company. Hal: 405-417.
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Phobia
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Specific_phobia
5. http://en.wikipedia.org/wiki/Social_anxiety_disorder
6. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9861472
7. http://emedicine.medscape.com/article/290854-overview
8. http://emedicine.medscape.com/article/805265-overview
24