Post on 27-Oct-2015
Perbedaan afinitas obat anti psikotik terhadap reseptor
Dena
Antipsikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor dopamin dalam berbagai jaras di otak
A. Jenis-Jenis Antipsikotik
ANTIPSIKOTIK GENERASI PERTAMA (APG I)
Obat antipsikotik yang ada di pasaran saat ini, dapat di kelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi kedua
(APG II). Antipsikotik generasi pertama mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2
khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan
Antagonist Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau tipikal.4
Kerja dari APG I menurunkan hiperaktivitas dopamin di jalur mesolimbik sehingga
menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG I tidak hanya memblok reseptor D 2 di
mesolimbik tetapi juga memblok reseptor D2 di tempat lain seperti di jalur mesokortikal,
nigrostriatal, dan tuberoinfundibular. Apabila APG I memblok reseptor D2 di jalur mesokortikal
dapat memperberat gejala negatif dan kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur tersebut.
blokade reseptor D2 di nigrostriatal secara kronik dengan menggunakan APG I menyebabkan
gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Blokade reseptor D2 di
tuberoinfundibular menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat menyebabkan
disfungsi seksual dan peningkatan berat badan.4
APG I mempunyai peranan yang cepat dalam menurunkan gejala positif seperti
halusinasi dan waham, tetapi juga menyebabkan kekambuhan setelah penghentian pemberian
APG I. 4
Kerugian pemberian APG I: 4
1. Mudah terjadi EPS dan tardive dyskinesia
2. Memperburuk gejala negatif dan kognitif
3. Peningkatan kadar prolaktin
4. Sering menyebabkan terjadinya kekambuhan
Keuntungan pemberian APG I adalah jarang menyebabkan terjadinya Sindrom
Neuroleptik Malignant (SNM) dan cepat menurunkan gejala negatif.4
APG I dapat dibagi berdasarkan potensi dan rumus kimia. Pembagian berdasarkan
potensi adalah potensi tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan pembagian berdasarkan rumus
kimia adalah phenotiazine dan non-phenotiazine.4
Potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg. APG I potensi
tinggi diantaranya adalah haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine dan thiothixine. Potensi anti
dopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi seperti distonia, akatisia, dan
parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan darah rendah.4
Potensi sedang bila dosis APG I yang digunakan antara 10- 50 mg. APG I potensi sedang
diantaranya perphenazine, loxapine dan molindone. Digunakan untuk penderita yang sulit
terhadap toleransi efek samping APG I potensi tinggi dan potensi rendah.4
Potensi rendah bila dosis APG I yang digunakan lebih dari 50 mg. APG I potensi rendah
diantaranya adalah clorpromazine, thiridazine, dan mesoridazine. Mempunyai efek samping
sedasi, hipotensi ortostatik, lethargi dan gejala antikolinergik meningkat berupa mulut kering
retensi urine, pandangan kabur dan konstipasi.4
Pembagian APG I bedasarkan rumus kimia: 5
1. Phenotiazine
Rantai Aliphatic: Clorpromazine
Rantai piperazine: Perphenazine, Trifluoperazine, fluphenazine.
Rantai Piperidine: Thioridazine
2. Butyrophenoone: Haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine: Pimozide
CLORPROMAZINE (Largactil, Promactil, Cepezet)
Clorpromazine (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Derivat
fenotiazin lain di dapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin.6
Farmakodinamik: CPZ berefek farmakodinamik sangat luas. Largactil diambil dari kata large
action.6
Fatmakokinetik: pada umumnya semua fenotiazin di absorpsi baik bila diberikan per oral
maupun parenteral. Penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati,
kelenjar suprarenal dan limpa. Sebgaian fenotiazin mengalami hidroksilasi dan konjugasi,
sebagian lagi diubah menjadi sulfoksid yang kemduian dieksresi bersama feses dan urin. Setelah
pemberian CPZ dosis besar, maka masih ditemukan eksresi CPZ atau metabolitnya selama 6-12
bulan.5
Indikasi (obat ini dapat di pakai) pada: 6,7,8
- Skizofrenia dengan gejala agitasi, ansietas, tegang, bingung, insomnia, waham,
halusinasi;
- Psikosis manik-depresif;
- Gangguan kepribadian
- Psikosis involusional
- Psikosis pada anak
- Dalam dosis rendah dapat digunakan untuk mual, muntah maupun cegukan atau
gangguan non psikosis dengan gejala agitasi tegang, gelisah, cemas dan insomnia.
Dosis: 6,7,
- Dosis permulaan 25-100 mg/hari
- Dosis ditingkatkan sampai 300 mg/hari
- Bila gejala belum hilang dosis dapat ditingkatkan perlahan-lahan hingga 600-900
mg/hari.
Cara pemberian : 6,7
- diberikan per-oral dengan dosis terbagi.
- untuk efek cepat dapat diberikan per injeksi (im) dengan penderita dalam posisi berbaring
(untuk mencegah timbulnya orthostatic hipotension yang sering terjadi).
Efek samping : 6,7,8
- Lesu dan ngantuk.
- Hipotensi ortostatik.
- Mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi dan amenore pada wanita
Kontra indikasi : 6,7,8
- Klorpromazine tidak boleh diberikan pada keadaan-keadaan :
- Koma.
- Keracunan alkohol, barbiturat dan narkotika.
- Hipersensitif (allergik).
TRIFLUOPERAZINE (Stelazine, Stelosi)
Indikasi : 7
- Skizofrenia.
- Psikosis paranoid (gangguan waham menetap).
- Psikosis manik-depresif.
- gangguan tingkah laku pada Retardasi Mental.
Dosis : 7
- dosis awal 2 – 3 x 2,5 mg.
- dosis pemeliharaan 3 x 5 – 10 mg.
Efek samping : 7
- Ngantuk, pusing lemas.
- Gangguan ekstra piramidalis.
- Occulogyric crisis.
- Hiperefleksi.
- Kejang-kejang grandmal.
Kontra indikasi : 7
- Depresi SSP.
- Koma.
- Gangguan liver.
- Dyscrasia darah.
- Hipersensitif.
FLUPHENAZINE
Untuk kasus-kasus akut diberikan Flupenazine HCl (anatensol) dalam bentuk tablet dan
injeksi. 4
Dosis :
- 2,5 – 10 mg / hari dengan dosis terbagi.
- Bila diperlukan dosis dapat dinaikkan sp 20 mg / hari.
Untuk kasus-kasus kronis diberikan Flupenazine decanoat (flupenazine dilarutkan dalam
minyak), sebagai long acting anti psychotic (berefek panjang) --- Modecate injeksi(25 mg /
amp). 4
Dosis : 4,7
- awal : 12,5 mg / 2 minggu.
- bila efek samping ringan/tidak ada, ditingkatkan 25 mg / 3 – 6 minggu.
Efek samping : 4,7,8
- Tersering gangguan estra piramidalis.
- Tardive diskinesia persistent.
- Ngantuk.
- Mimpi2 aneh.
Kontra indikasi : 4,7,8
- hipersensitif.
- Depresi SSP berat.
PERPHENAZINE (Trifalon)
Indikasi : 7
- Gejala positif Skizofrenia.
- Dalam dosis rendah digunakan untuk nausea, vomitus dan cegukan.
Dosis : 7
- 3 x 4 - 8 mg / hari.
Efek samping : 7
- Sering timbul gangguan ekstra piramidalis.
- Gangguan endokrin, seperti : laktasi meningkat, gnekomasti, menstruasi terganggu, sukar
eyakulasi.
Kontra indikasi : 7
- hipersensitif.
- Koma.
- Depresi berat.
- Gangguan liver.
- Gangguan darah.
THIORIDAZINE
Indikasi : 7
- Gejala positif Skizofrenia.
- Depresi dengan agitasi, ansietas dan afek hipotim.
Dosis : 7
- Awal (initial) : 3 x 50 – 100 mg / hari.
- Pemeliharaan (maintenance) : 200 – 800 mg / hari.
Efek samping : 7
- sedasi, mulut kering, gangguan akomodasi, vertigo, hipotensi ortostatik.
- Jarang timbul ganguan ekstra piramidalis.
Kontra indikasi : 7
- Koma.
- Depresi SSP berat.
- Diskrasia darh.
- Hipersensitif.
HALOPERIDOL
Haloperidol mempunyai afinitas yang kuat pada reseptor D2, lebih lemah antagonis
reseptor kolinergik dan histamin. Kadar puncak plasma Haloperidol dalam waktu 2-6 jam setelah
pemberian oral dan dalam waktu 20 menit setelah pemberian intramuskular. Waktu paruhnya
antara 10-12 jam. Diekskresi dengan cepat melalui urine dan tinja dan berakhir dalam 1 minggu
setelah pemberian. 4
Secara farmakologi, struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon
memperlihatkan banyak sifat farmakologi fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip
fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang kuat dan efektif untuk fase
mania penyakit manik deprsif dan skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda
secara kuantitatif keran butirofenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn
over rate nya. 6
Secara farmakokinetik, haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya
dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan
masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati
dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Eksresi haloperidol
lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis
tunggal. 6
Dosis Haloperidol dapat dimulai dari 1 atau 2 mg dengan pemberian 2 atau 3 kali per
hari, kemudian peningkatan dosis disesuaikan dengan gejala yang belum terkontrol, beberapa
kepustakaan mengatakan dosis per hari yang efektif antara 5-20 mg. Pada pasien dengan efek
samping mininal dan belum tercapai respon terapi, dosis obat dapat ditingkatkan sampai dosis
30-40 mg per hari. Setelah pemberian awal perlu dilakukan monitoring efikasi klinis, sedasi atau
efek samping lainnya yang mungkin timbul sehingga dapat dilakukan penyesuaian dosis atau
penggantian dengan antipsikotik lain. 4
Pada anak-anak atau usia lanjut dosis dapat diturunkan dan dapat dimulai dengan 0,5-1,5
mg per hari dengan pemberian 2 atau 3 kali perhari. 4
Haloperidol decanoate (injeksi long acting) setelah disuntikan dilepas secara lambat ke
dalam pembuluh darah, sehingga pemberiannya tiap 3-4 minggu perkali, karena waktu paruhnya
panjang. 4
Kontraindikasi pemberian Haloperidol adalah pasien dalam keadaan koma, depresi SSP
yang disebabkan alkohol atau obat lain, sindrom parkinson, usia lanjut dengan Parkinson Like
Symptomps, wanita menyusui dan sesitif terhadap Haloperidol. 2,4,6,7,8
Interaksi Haloperidol akan menghambat metabolisme antidepresan trisiklik, dapat
mengganggu efek antiparkinson dan levodopa, tekanan intra okuler bola mata dapat terjadi
apabila diberikan bersama dengan antikolinergik. Metabolisme Haloperidol meningkat bila
diberikan bersama dengan carbamazepine. 4
Efek samping yang paling sering adalah efek ekstrapirmidalis (EPS) seperti parkinson
like symptomps, akatisia, diskinesia, distonia, hyperreflexia, rigiditas, opistotonus, dan kadang-
kadanga krisi okulogirik. Efek samping yang lain adalah tardive dyskinesia pada pemakaian
haloperidol yang lama atau penghentian haloperidol tiba-tiba. Efek samping lain yang ringan
seperti sedasi dan autonomik. Pemberian haloperidol dalam waktu lama dapat terjadi
peningkatan berat badan dan penurunan fungsi kognitif. 4,6
PIMOZIDE (Orap)
Indikasi : 5
- Gangguan skizofrenia kronik untuk memperbaiki sosialisasi.
Dosis : 2 – 8 mg / hari.
Efek samping : 7
- Jarang timbul gangguan ekstra piramidalis pada dosis terapeutik.
Kontra indikasi : 7
- Koma.
- Hipersensitif.
- Depresi endogen.
- Penyakit parkinson.
Obat antipsikotik tipikal biasanya menyebabkan gejala ekstrapiramidalis (Sindrom
Parkinsonisme): 2,5,9
- tremor (pada ektremitas dan lidah).
- kaku kuduk.
- hiper salivasi.
- rigiditas.
- jalan seperti robot, karena kaku otot tungkai.
- ekspresi muka monoton (muka topeng), karena kaku otot wajah.
- bicara pelo.
Bila terjadi Gangguan ekstra piramidalis (sindroma parkinsonisme), maka pemberian
obat distop dan diganti dengan obat lain atau dosis obat diturunkan. Bila obat obat pengganti
tidak tersedia atau obat tersebut sangat diperlukan, maka untuk menghilangkan sindroma
parkinsonisme diberikan obat-obat anti sindroma parkinsonisme. Obat-obat anti Sindrom
Parkinsonisme: 9
1. Triheksifenidil
Diberikan per-oral dengan dosis 3 x 2 – 4 mg / hari.
2. Dipenhidramin (benadryl)
Dapat diberikan per-oral atau per-enteral dengan dosis 50 – 100 mg / hari.
3. Sulfas atropin
dapat diberikan per-oral atau per-enteral
tablet 0,5 mg ; 3 x 1
injeksi 0,25 mg/amp. ; 3 x 1 amp.
4. Benzodiazepin.
Obat-obat APG I yang masih sering digunakan adalah Haloperidol, Fluphenazine,
Trifluoperazine dan Clorpromazine. Cara pemberian APG I dapat secara per oral, injeksi short
acting maupun injeksi long acting (depot). Injeksi shot acting pemberiannya secara
intramuscular (IM), biasanya digunakan untuk pasien yang agitasi atau menolak minum
obat.efek klinis cepat diperoleh setelah pemberian. 4
ANTIPSIKOTIK GENERASI KEDUA (APG II)
APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA) atau
antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi anatar serotonin dan
dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang menyebabkan efek samping EPS lebih
rendah dan sanagat efektif untuk mengatasi gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II
adalah APG I hanya dapat memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan
reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2). APG yang dikenal saat ini adalah
clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine, zotepine, ziprasidone, aripiprazole. Saat ini
antipsikotik ziprasidone belum tersedia di Indonesia. 2,4
Kerja obat antipsikotik generasi kedua pada dopamin pathways: 4
1. Mesokortikal Pathways
Antagonis 5HT2A tidak hanya akan menyababkan berkurangnya blokade terhadap
antagonis D2 tetapi juga menyababkan terjadinya aktivitas dopamin pathways sehingga
terjadi keseimbangan antara keseimbangan antara serotonin dan dopamin. APG II lebih
berpengaruh banyak dalam memblok reseptor 5HT2A dengan demikian meningkatkan
pelepasan dopamin dan dopamin yand dilepas menang daripada yang dihambat di jalur
mesokortikal. Hal ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif maka tidak terjadi lagi
penurunan dopamin di jalur mesokortikal dan gejala negatif yang ada dapat diperbaiki.
APG II dapat memperbaiki gejala negatif jauh lebih baik dibandingkan APG I karena di
jalur mesokortikal reseptor 5HT2A jumlahnya lebih banyak dari reseptor D2, dan APG II
lebih banyak berkaitan dan memblok reseptor 5HT2A dan sedikti memblok reseptor D2
akibatnya dopamin yang di lepas jumlahnya lebih banyak, karena itu defisit dopamin di
jalur mesokrtikal berkurang sehingga menyebabkan perbaikan gejala negatif skizofrenia.
2. Mesolimbik Pathways
APG II di jalur mesolimbik, antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan antagonis D2 di
jalur tersebut. jadi antagonsis 5HT2A tidak dapat mempengaruhi blokade reseptor D2 di
mesolimbik, sehingga blokade reseptor D2 menang. Hal ini yang menyababkan APG II
dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia. Pada keadaan normal serotonin akan
menghambat pelepasan dari dopamin.
3. Tuberoinfundibular Pathways
APG II di jalur tuberoinfundibular, antagonis reseptor 5HT2A dapat mengalahkan
antagonis reseptor D2. Hubungan antara neurotransmiter serotonin dan dopamin sifatnya
antagonis dan resiprokal dalam kontrol sekresi prolaktin dari hipofise. Dopamin akan
menghambat pengelepasan prolaktin, sedangkan serotonin menigkatkan pelepasan
prolaktin. Pemberian APG II dalam dosis terapi akan menghambat reseptor 5HT2A
sehingga menyebabkan pelepasan dopamin menigkat. Ini mengakibatkan pelepasan
prolaktin menurun sehingga tidak terjadi hiperprolaktinemia.
4. Nigrostriatal Pathways
APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan, yaitu: 4
1. APG II menyebabkan EPS jauh lebih kecil dibandingkan APG I, umunya pada dosis
terapi sangat jarang terjadi EPS.
2. APG II dapat mengurangi gejala negatif dari skzofrenia dan tidak memperburuk gejala
negatif seperti yang terjadi pada pemberian APG II.
3. APG II menurunkan gejalan afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk
pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.
4. APG II menurunkan gejala kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit Alzheimer.
Antipsikotik generasi kedua yang digunakan sebagai: 4
First line: Risperidone, Olanzapine, Quetiapine, Ziprasidone, Aripiprazole
Second line: Clozapine.
Obat antipsikotik yang sering digunakan ada 21 jenis yaitu 15 jenis berasal dari APG I
dan 6 jenis berasal dari APG II. Keuntungan yang didapatkan dari pemakaian APG II selain efek
samping yang minimal juga dapat memperbaiki gejala negatif, kognitif dan mood sehingga
mengurangi ketidaknyamanan dan ketidakpatuhan pasien akibat pemakian obat antipsikotik. 4
Pemakaian APG II dapat meningkatkan angka remisi dan menigkatkan kualitas hidup
penderita skizofrenia karena dapat mengembalikan fungsinya dalam masyarakat. Kualitas hidup
seseorang yang menurun dapat dinilai dari aspek occupational dysfunction, social dysfunction,
instrumental skills deficits, self-care, dan independent living. 4
CLOZAPINE
Merupakan APG II yang pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnya EPS, tidak
menyebabkan terjadinya tardice dyskinesia dan tidak terjadi peningkatan dari prolaktin.
Clozapine merupakan gold standard pada pasien yang telah resisten dengan obat antipsikotik
lainnya. Profil farmakoligiknya atipikal bila dibandingkan dengan antipsikotik lain.
Dibandingkan terhadap psikotropik yang lain, clozapine menunjukkan efek dopaminergik
rendah, tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal
otak, yang berhubungan dengan fungsi emosional dan mental yang lebih tinggi, yang berbeda
dari dopamin neuron di daerah nigrostriatal (darah gerak) dan tuberoinfundibular (daerah
neruendokrin). 4
Clozapine efektif untuk menggontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang
positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social disinterest dan incompetence, personal
neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara
bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat ini berguna untuk pasien yang refrakter dan
terganggu berat selam pengobatan. Selain itu, karena resiko efek samping EPS yang sangat
rendah, obat ini cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala EPS yang berat bila diberikan
antipsikosis yang lain. Namun, karena clozapin memiliki efek resiko agranulositosis yang lebih
tinggi dibandingkan antipsikosis yag lain, maka pengunaannya di batasi hanya pada pasien yang
resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis lain. Pasien yang diberi clozapine perlu di
pantau sel darah putihnya setiap minggu. 4,6,10
Secara farmakokinetik, clozapine di absorpsi secara cepat dan sempurna pada pemberian
per oral. Kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat. Clozapine
secara ekstensif diikat protein plasma (>95%), obat ini di metabolisme hampir sempurna
sebelum dieksresi lewat urin dan tinja (30% melaui kantong empedu dan 50% melaui urine),
dengan waktu paruh rata-rata 11,8 jam sehingga pemberiannya dianjurkan 2 kali dalam sehari. 6
Distribusi dari clozapine dibandingkan obat antipsikotik lainnya lebih rendah. Umunya afinitas
dari clozapine rendah pada reseptor D2 dan tinggi pada reseptor 5HT2A sehingga cenderung
rendah untuk menyebabkan terjadinya efek samping EPS. Pada reseptor D4 afinitasnya lebig
tinggi 10 kali lipat dibandingkan antipsikotik lainnya, dimana reseptor D4 terdapat pada daerah
korteks dan sedikit pada daerah srtiatal. Hal ini lah yang membedakan clozapine dengan APG I. 4
Dosis : 4,7
- Hari 1 : 1 – 2 x 12,5 mg.
- Berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg / hari sp 300 – 450 mg / hari dengan pemberian
terbagi.
- Dosis maksimal 600 mg / hari.
- Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg
Efek samping : 4,7
- granulositopeni, agranulositosis, trombositopeni, eosinofilia, leukositosis, leukemia.
- Ngantuk, lesu, lemah, tidur, sakit kepala, bingung, gelisah, agitasi, delirium.
- Mulut kering atau hipersalivasi, penglihata kabur, takikardi, postural hipotensi,
hipertensi.
- Dsb.
Kontra indikasi : 4,7
- Ada riwayat toksik/hipersensitif.
- Gangguan fungsi Sumsum tulang.
- Epilepsi yang tidak terkontrol.
- Psikosis alkoholik dan psikosis toksik lainnya.
- Intoksikasi obat.
- Koma.
- Kollaps sirkulasi.
- Depresi SSP.
- Ganguan jantung dan ginjal berat.
- Gangguan liver.
RISPERIDONE
Risperidone merupakan obat APG II yang kedua diterima oleh FDA (Food and Drug
Administration) sebagai antipsikotik setelah clozapine. Rumus kimianya adalah benzisoxazole
derivative. Absorpsi risperidone di usus tidak di pengaruhi oleh makanan dan efek terapeutik nya
terjadi dalam dosis rendah, pada dosis tinggi dapat terjadi EPS. Pemakaian risperidone yang
teratur dapat mencegah terjadinya kekambuhan dan menurunkan jumlah dan lama perawatan
sehingga baik digunakan dalam dosis pemeliharaan. Pemakaian riperidone masih diizinkan
dalam dosis sedang, setelah pemberian APG I dengan dosis yang kecil dihentikan, misalnya
pada pasien usia lanjut dengan psikosis, agitasi, gangguan perilaku yang di hubungkan dengan
demensia. 4
Risperidone dapat memperbaiki skizofrenia yang gagal di terapi dengan APG I tetapi
hasil pengobatannya tidak sebaik clozapine. Obat ini juga dapat memperbaiki fungsi kognitif
tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada penderita demensia misalnya demensia Alzheimer. 4
Metabolisme risperidone sebagian besar terjadi di hati oleh enzim CYP 2D6 menjadi 9-
hydroxyrisperidone dan sebagian kecil oleh enzim CYP 3A4. Hydroxyrisperiodne mempunyai
potensi afinitas terhadap reseptor dopamin yang setara dengan risperidone. Eksresi terutama
melalui urin. Metabolisme risperiodne dihambat oleh antidepresan fluoxetine dan paroxetine,
karena antidepresan ini menghambat kerja dari enzim CYP 2D6 dan CYP 3A4 sehingga pada
pemberian bersama antidepresan ini, maka dosis risperidone harus dikurangi untuk
meminimalkan timbulnya efek samping dan toksik. Metabolisme obat ini dipercepat bila
diberikan bersamaan carbamazepin, karena menginduksi CYP 3A4 sehingga perlu peningkatan
dosis risperidone pada pemberiaan bersama carbamazepin disebabkan konsentrasi risperidone di
dalam plasma rendah. 4
Indikasi : 4,7
- Skizofrenia akut dan kronik dengan gejala positif dan negatif.
- Gejala afektif pada skizofrenia (skizoafektif).
Dosis : 4,7
- Hari 1 : 1 mg, hari 2 : 2mg, hari 3 : 3 mg.
- Dosis optimal - 4 mg / hari dengan 2 x pemberian.
- Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5 mg, ditingkatkan sp 1 – 2
mg dengan 2 x pemberian.
- Umunya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal, jika belum
terlihat respon perlu penilaian ulang.
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.
Efek samping: 4,7
- EPS
- Peningkatan prolaktin (ditandai dengan gangguan menstruasi, galaktorea, disfungsi
seksual)
- Sindroma neuroleptik malignan
- Peningkatan berat badan
- Sedasi
- Pusing
- Konstipasi
- Takikardi
OLANZAPINE
Merupakan derivat dari clozapine dan dikelompokkan dalam golongan
Thienobenzodiazepine. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh makanan. Plasma puncak olanzapine
dicapai dalam waktu 5-6 jam setalah pemberian oral, sedangkan pada pemberian intramuskular
dapat dicapai setelah 15-45 menit dengn waktu paruh 30 jam (antara 21-54 jam) sehingga
pemberian cukup 1 kali sehari. 4
Olanzapine merupaka antagonis monoaminergik selektif yang mempunyai afinitas yang
kuat terhadap reseptor dopamin (D1-D4), serotonin (5HT2A/2c), Histamin (H1) dan α1 adrenergik.
Afinitas sedang dengan reseptor kolinergik muskarinik (M1-5) dan serotonin (5HT3). Berikatan
lemah dengan reseptor GABAA, benzodiazepin dan β-adrenergik. Metabolisme olanzapine di
sitokrom P450 CYP 1A2 dan 2D6. Metabolisme akan meningkat pada penderita yang merokok
dan menurun bila diberikan bersama dengan antidepresan fluvoxamine atau antibiotik
ciprofloxacin. Afinitas lemah pada sitokrom P450 hati sehingga pengaruhnya terhadap
metabolisme obat lain rendah dan pengaruh obat lain minimal terhadap konsentrasi olanzapine. 4
Eliminasi waktu paruh dari olanzapine memanjang pada penderita usia lanjut. Cleareance
30% lebih rendah pada wanita dibanding pria, hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan
efektivitas dan efek samping anatar wanita dan pria. Sehingga perlu modifikasi dosis yang lebih
rendah pada wanita. Cleareance olanzapine meningkat sekitar 40% pada perokok dibandingkan
yang tidak merokok, sehingga perlu penyesuaian dosis yang lebih tinggi pada penderita yang
merokok. 4
Indikasi : 4,7
- Sizofrenia atau psikosis lain dengan gejala positive dan negatif.
- Episode manik moderat dan severe.
- Pencegahan kekambuhan gangguan bipoler.
Dosis : 4,7
- Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.
- Untuk episode manik mulai dengan dosis 15 mg 1 x sehari.
- Untuk pecegahan kekambuhan gangguan bipolar 10 mg / hari.
Efek samping: 4,7
- Penigkatan berat badan
- Somnolen
- Hipotensi ortostatik berkaitan dengan blokade reseptor α1
- EPS dan kejang rendah
- Insiden tardive dyskinesia rendah
QUETIAPINE
Struktur kimia yang mirip dengan clozapine, masuk dalam kelompok dibenzothiazepine
derivates. Absorpsinya berlangsung cepat setelah pemberian oral, konsentrasi plasma puncak
dicapai dalam waktu 1,5 jam setelah pemberian. Metabolisme terjadi di hati, pada jalur
sulfoxidation dan oksidasi menjadi metabolit tidak aktif dan waktu paruhnya 6 jam. 4
Quetiapine merupaka antagonis reseptor serotonin (5HT1A dan 5HT2A), reseptor dopamin
(D1 dan D2), reseptor histamin (H1), reseptor adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya lemah pada
reseptor muskarinik (M1) dan reseptor benzodiazepin. Cleareance quetiapine menurun 40% pada
penderita usia lanjut, sehinga perlu penyesuaian dosis yang lebih rendah dan menurun 30% pada
penderita yang mengalami gangguan fungsi hati. Cleareance quetiapine meningkat apabila
pemberiannya dilakukan bersamaan dengan antiepileptik fenitoin, barbiturat, carbamazepin dan
antijamur ketokonazole. 4
Quetiapine dapat memperbaiki gejala positif, negatif, kognitif dan mood. Dapat juga
memperbaiki pasien yang resisten dengan antipsikotik generasi pertama tetapi hasilnya tidak
sebaik apabila di terapi dengan clozapine. Pemberian pada pasien pertama kali mendapat
quetiapine perlu dilakukan titrasi dosis untuk mencegah terjadinya sinkope dan hipotensi
postural. Dimulai dengan dosis 50 mg per hari selama 4 hari, kemudian dinaikkan menjadi 100
mg selama 4 ahri, kemudian dinaikkan lagi menjadi 300 mg. Sete;ah itu dicari dosis efektif
antara 300-450 mg/hari. Efek samping obat ini yang sering adalah somnolen, hipotensi postural,
pusing, peningkatan berat badan, takikardi, dan hipertensi. 4
ZIPRASIDONE
APG II dengan struktur kimia yang baru, obai ini belum tersedia di Indonesia.
Ziprasidone merupakan antipsikotik dengan efek antagonsis antara reseptor 5HT2A dan D2.
Berinteraksi juga denga reseptor 5HT2C, 5HT1D dan 5HT1A, afinitasnya pada reseptor ini sama
atau lebih besar dari afinitas pada reseptor D2. Afinitas sedang pada reseptor histamin dan α1.
Ziprasidone tidak bekerja pada muskarinik (M1). 4
Ziprasidone juga antipsikotik yang mempunyai mekanisme kerja yang unik karena
menghambat pengambilan kembali (reuptake) neurotransmiter serotonin dan norepineprine di
sinaps. Obat ini efektif digunakan untuk gejala negatif dan penderita yang refrakter dengan
antipsikotik. Obat ini aman diberikan pada penderita usia lanjut. 4
Absorpsi ziprasidone akan meningkat dengan adanya makan, tetapi tidak dipangruhi oleh
usia, jenis kelamin, gangguan fungsi hati atau ginjal. Konsentrasi plasma puncak dicapai dalam
waktu 2-6 jam setelah pemberian oral denga waktu paruh obat rata-rata 5-10 jam, sehingga
pemberiannya 2 kali sehari. Metabolsime ziprasidone melalui hati, sebagian besar pada isoenzim
CYP 3A4 dan sebagian kecil di CYP 1A2. Mekanisme kerja farmakologik diperkirakan pro-
serotonergik dan pro-noradregenik sehingga di prediksi dapat bekerja sebagai antidepresan dan
ansiolitik. Efikasi dari ziprasidone terjadi pada dosis 80-160 mg/hari, untuk pengobatan terhadap
gejala positif, negatif, dan depresif pada pasien skizofrenia. 4
Dosis intial yang aman diberikan tanpa dosis titrasi adalah sebesar 40 mg perhari.
Pemberiannya akan semakin efektif bila bersamaan dengan makanan. Dosis pemeliharaan
berkisar antara 40-60 mg per hari. 4
Terjadinya efek samping EPS rendah dan tidak terjadi peningkatan kadar prolaktin. Efek
samping yang dijumpai selama uji klinis adalah somnolen (14%), peningkatan berat badan
(10%), gangguan pernafasan (8%), EPS (5%), dan bercak-bercak merah di kulit (4%).
Peningkatan berat badan sangat kecil atau dapat dikatan tidak ada, karena bekerja sangat lemah
pada reseptor AH1 walaupun bekerja juga sebagai antagonis pada reseptor 5HT2c. Ziprasidone
tidak menyebabkan gangguan jantung. 4
ARIPIPRAZOLE
Merupakan antipsikotik generasi baru, yang bersifat partial agonis pada reseptor D2 dan
reseptor serptonin 5HT1A serta antagonis pada reseptor serotonin 5HT2A. Aripiprazole bekerja
sebagai dopamin sistem stabilizer artinya menghasilkan signal transmisi dopamin yang sama
pada keadaan hiper atau hipo-dopaminergik karena pada keadaan hiperdopaminergik
aripiprazole afinitasnya lebih kuat dari dopamin akan mengeser secara kompetitif
neurotransmiter dopamin dan berikatan dengan reseptor dopamin. Pada keadaan
hipodopaminergik maka aripiprazole dapat menggantikan peran neurotransmiter dopamin dan
akan berikatan dengan reseptro dopamin. 4
Aripiprazole di metabolisme di hati melaui isoenzim P450 pada CYP 2D6 dan CYP 3A4,
menjadi dehydro-aripiprazole. Afinitas dari hasil metabolisme ini mirip dengan aripiprazole pada
reseptor D2 dan berada di plasma sebesar 40% dari keseluruhan aripiprazole. Waktu paruh
berkisar antara 75-94 jam sehingga pemberian cukup 1 kali sehari. Absorpsi aripiprazole
mencapai konsentrasi plasma ouncak dalam waktu 3-5 jam setelah pemberian oral. Aripiprazole
sebaiknya diberikan sesudah makan, terutama pada pasien yang mempunyai keluhan dispepsia,
mual dan muntah. 4
Indikasi :
- Skizofrenia.
Dosis :
- 10 atau 15 mg 1 x sehari.
Efek samping :
- Sakit kepala.
- Mual, muntah.
- Konstipasi.
- Ansietas, insomnia, somnolens.
- Akhatisia.