Post on 09-Mar-2019
1
Lampiran 3
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENGGUNAAN
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORAN MAS
KOTA DEPOK TAHUN 2011
SKRIPSI
RAINY ALUS FIENALIA
0906617082
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN REPRODUKSI
DEPOK
Januari, 2012
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
2
Lampiran 3
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENGGUNAAN
METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORAN MAS
KOTA DEPOK TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
RAINY ALUS FIENALIA
0906617082
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN REPRODUKSI
DEPOK
Januari, 2012
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3
Lampiran 3
Universitas Indonesia
ii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
4
Lampiran 3
Universitas Indonesia
iii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
5
Lampiran 3
Universitas Indonesia
iv Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6
Lampiran 3
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Tri Yunis Miko Wahyono M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
2. dr. Lely Nurlaely, selaku kepala UPT Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas
yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya
perlukan;
3. dr. Yovsyah M.Kes, yang telah bersedia menyediakan waktu untuk menguji
ketika sidang skripsi;
4. Kepala Program Studi Kesehatan Reproduksi beserta seluruh staf pengajar
dan administrasi atas segala fasilitas, bantuan, dan dukungan kepada saya
selama menuntut ilmu di FKM UI
5. Seluruh staf KIA Puskesmas Pancoran Mas yang telah banyak membantu
dalam memperoleh data yang saya perlukan;
6. Orangtua dan keluarga saya yang selalu mendo’akan , memberikan dukungan
material dan moril;
7. Agus Maulana Supriatna dan Agus Aji Maghfiroh yang senantiasa setia
menemani dan memberi dukungan;
8. Teman-teman seperjuangan Kespro 2009 (Nana, Oom, Mba Mai, Iftah, Isni,
Icha, Mba Ika, Bu Rin, Sari, Heny, Friska, Love, Reni) yang selalu
memberikan semangat dan motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi tepat
pada waktunya;
v
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7
Lampiran 3
Universitas Indonesia
9. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per
satu. Terima kasih atas bantuannya.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Depok, Januari 2012
Penulis
vi
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
8
Lampiran 3
Universitas Indonesia
vii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
9
Lampiran 3
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Rainy Alus Fienalia
Program Studi : Kesehatan Reproduksi
Judul : Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011
Penduduk telah meningkat tujuh kali lipat selama dua ratus tahun terakhir,
melampaui tujuh miliar pada 2011. Besarnya jumlah penduduk juga tidak tersebar
merata, tercatat tujuh negara 'menguasai' setengah populasi dunia. China berada di
daftar teratas, disusul India, Amerika Serikat, Indonesia, Brasil, Pakistan dan
Nigeria.Menurut SDKI (2007) Total Fertility Rate (TFR) di perkotaan sebesar 2,3
sedangkan di pedesaan sebesar 2,8.Penggunaan alat atau cara KB pada kelompok
perempuan berstatus kawin usia 10-49 tahun dan pasangannya secara nasional
adalah 55,85%.Jenis alat KB yang digunakan secara nasional,di dominasi dengan
cara suntik (32,3%) selanjutnya pil (12,8%), AKDR/Spiral (5,1%), sterilisasi
wanita (2,1%), susuk (1,4%), kondom (1,1%) dll. Puskesmas Pancoran Mas 2010
jumlah peserta KB aktif yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) yaitu IUD 1501 akseptor (12,08%), MOP/MOW 553 akseptor (4,45%),
dan implant 206 akseptor(1,66 %). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh
informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas
Kota Depok Tahun 2011. Desain penelitian menggunakan kasus control.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau simple random sampling. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 195 akseptor KB. Enam puluh lima
untuk kelompok kasus yaitu pengguna metode kontrasepsi jangka panjang dan
130 lainnya untuk kelompok kontrol yaitu pengguna non metode kontrasepsi
jangka panjang. Uji statistik menggunakan chi square test. Hasil penelitian
didapatkan ada hubungan antara umur ibu (p value = 0,007 dan OR 2,5), jumlah
anak hidup (p value=0.000 dan OR sebesar 3,9), kelengkapan pelayanan KB (p
value = 0,000 dan OR sebesar 5,6), jarak ke tempat pelayanan KB (p value =
0,001 dan OR sebesar 4,3), biaya penggunaan alat kontrasepsi (p value = 0,000
dan OR sebesar 2,6), pengetahuan tentang MKJP (p value= 0,004 dan nilai OR
sebesar 2.6) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah
kerja Puskesmas Pancoran Mas.
Kata Kunci : Faktor Risiko, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
viii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
10
Lampiran 3
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Rainy Alus Fienalia
Study Program : Reproductive Health
Title :Factors Associated With Long Term Use of Contraceptive
Methods in The Work Area Community Health
CentersPancoran Mas Depok 2011
The populations has increased seven times over the last two hundred years,
exceeded seven billion in 2011. The large of population is not distributed evenly,
also recorded seven country ‘master’ half the world’s population. China was in the
top list,followed India, The United State, Indonesia, Brazil, Pakistan, and Nigeria.
According SDKI (2007) total fertility rate (TFR) in urban areas 2.3 while in rural
areas amounted to 2.8. The use of tools or methods in family planning group is
marriedwomen aged 10-49 years and their partners was 55.85% nationally. Types
of contraceptives that are used nationally, dominated by injecting (32.3%) goes on
the pil (12.8%), IUD/Spiral (5.1%), female sterilization (2.1%), implants (1.4%),
condoms (1.1%),etc. Health centers Pancoran Mas 2010 the number of active
family planning participants who wore a long term contraceptives methods
(MKJP) i.e 1501 IUD acceptors (12.08%), 553 (4.45%) MOP/MOW acceptors,
206 (1.66%) implantsacceptors. The purpose of the study to obtain information
about the factor associateda long term contraceptives methods in The Work Area
Community Health CentersPancoran Mas Depok 2011. Research using case-
control design. Sampling was done randomly or simple random sampling. The
number of samples in this study were as many as 195 family planning acceptors.
Sixty five for the cases long term contraceptives method users and 130 other for
the control group of non users of long term contraceptives methods users. Statistic
test using chi square test. The research results obtained there is a relationship
between the mother’s age (p value=0.007, OR=2.5), the number of children living
(p value=0.000, OR=3.9), the number of living children (p value=0.000, OR=3.9),
the completeness of service KB (p value=0.000, OR=5.6), the distance to the
place of service KB (p value=0.001, OR=4.3), the cost of the use of birth control
(p value=0.004, OR=2.6), long term contraceptives methods in The Work Area
Community Health CentersPancoran Mas Depok 2011.
Keywords: Risk Factors, Long-Term Contraception Methods (MKJP)
ix Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
11
Lampiran 3
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xiv
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 7
1.4 Tujuan ....................................................................................... 7
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................. 7
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................. 7
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 8
1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Depok .......................................... 8
1.5.2 Bagi Puskesmas Pancoran Mas ....................................... 9
1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan ................................................. 9
1.5.4 Bagi Peneliti .................................................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Masalah........................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 10
2.1 Gerakan Keluarga Berencana Nasional .................................... 10
2.1.1 Sejarah Keluarga Berencana ........................................... 10
2.1.2 Definisi Keluarga Berencana .......................................... 11
2.1.3 Tujuan Keluarga Berencana ............................................ 12
2.1.4 Sasaran ............................................................................. 13
2.1.5 Kebijaksanaan Gerakan KB Nasional ............................... 13
2.2 Kontrasepsi ............................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Kontrasepsi ........................................................... 14
2.2.2 Macam-macam metode kontrasepsi ................................ 15
2.2.3 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ................. 15
2.3 Pola Dasar Penggunaan Kontrasepsi Yang Rasional ................ 25
2.3.1Fase Menunda / Mencegah Kehamilan ............................ 25
2.3.2Fase Menjarangkan Kehamilan ....................................... 25
2.3.3Fase Menghentikan / mengakhiri Kehamilan /Kesubura . n 26
2.4 Teori Pemilihan Kontrasepsi .................................................... 26
2.4.1 Faktor Sosio –Demografi ................................................. 26
2.4.2 Faktor Sosio – Psikologi .................................................. 26
x Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
12
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.4.3 Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Kesehatan 27
2.5 Teori Perilaku ........................................................................... 29
2.5.1 Teori Lawrence Green..................................................... 29
2.5.2 Teori Health Belief Model (HBM) ................................. 30
2.6 Determinan Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi 32
2.6.1 Umur Ibu ......................................................................... 32
2.6.2 Pendidikan Ibu ................................................................ 33
2.6.3 Status Pekerjaan Ibu ........................................................ 35
2.6.4 Jumlah Anak Hidup ........................................................ 35
2.6.5 Jumlah Penghasilan ......................................................... 36
2.6.6 Kelengkapan Pelayanan KB ............................................ 37
2.6.7 Jarak Ke Tempat Pelayanan Kontrasepsi ........................ 37
2.6.8 Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi ............................... 37
2.6.9 Dukungan Suami ............................................................. 38
2.6.10 Dukungan Keluarga ...................................................... 39
2.6.11 Pengetahuan Tentang MKJP ......................................... 39
BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,
DAN HIPOTESIS ......................................................................... 41
3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 41
3.2 Definisi Operasional ................................................................. 43
3.3 Hipotesis ................................................................................... 46
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 47
4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 47
4.2 Lokasi dan Waktu penelitian .................................................... 48
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 48
4.3.1 Populasi ........................................................................... 48
4.3.2 Sampel ............................................................................. 48
4.3.3 Cara Pengambilan Sampel ............................................... 50
4.4 Pengumpulan Data ..................................................................... 50
4.5 Instrumnent Penelitian ............................................................... 50
4.6 Manajemen Data ........................................................................ 50
4.6.1 Editing ............................................................................. 50
4.6.2 Coding ............................................................................. 51
4.6.3 Prossecing ....................................................................... 51
4.6.4 Cleaning .......................................................................... 51
4.6.5 Analisis Data ................................................................... 51
BAB 5 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 54
5.1 Gambaran Umum Karakteristik................................................. 54
5.1.1 Gambaran Umum Sampel (Karakteristik Sampel) .......... 58
5.1.2 Gambaran Umum Faktor Predisposisi............................. 59
5.1.3 Gambaran Umum Faktor Pemungkin .............................. 60
5.1.4 Gambaran Umum Faktor Isyarat atau Tanda .................. 61
5.1.5 Gambaran Umum Faktor Ancaman ................................. 62
5.2 Hubungan Antara Faktor Predisposisi, Pemungkin, Isyarat atau
Tanda, dan Ancaman ................................................................ 63
5.2.1 Hubungan antara Faktor Predisposisi (Umur Ibu, Pendidikan
Ibu, Status Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak Hidup, Jumlah
xi
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
13
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Penghasilan) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) ....................................................................... 63
5.2.2 Hubungan antara Faktor Pemungkin (Kelengkapan Pelayanan
KB, Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya Penggunaan Alat
Kontrasepsi) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) ....................................................................... 66
5.2.3 Hubungan antara Faktor Isyarat atau Tanda (Dukungan Suami
dan Dukungan Keluarga) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) ........................................................... 68
5.2.4 Hubungan antara Faktor Ancaman (Pengetahuan Tentang
Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ....................................... 69
BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 71
6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 71
6.2 Umur Ibu ...................................................................................... 72
6.3 Pendidikan.................................................................................... 73
6.4 Status Pekerjaan Ibu ..................................................................... 74
6.5 Jumlah Anak Hidup ..................................................................... 74
6.6 Jumlah Penghasilan ...................................................................... 74
6.7 Kelengkapan Pelayanan KB ........................................................ 75
6.8 Jarak Ke Tempat Pelayanan Kontrasepsi ..................................... 76
6.9 Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi ............................................ 76
6.10 Dukungan Suami ........................................................................ 77
6.11 Dukungan Keluarga ................................................................... 78
6.12 Pengetahuan Ibu Tentang MKJP ............................................... 78
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 80
7.1 Kesimpulan .................................................................................. 80
7.2 Saran ............................................................................................ 81
7.2.1 Bagi Puskesmas Pancoran Mas .......................................... 81
7.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Depok dan Badan Keluarga Berencana
Darah .................................................................................. 82
7.2.3 Bagi Peneliti Lain ............................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
xii
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
14
Lampiran 3
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel Definisi Operasional Variabel .................................................................. 43
Tabel Distribusi Faktor Risiko Pada Kelompok Kasus dan Kontrol ................. 53
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011....................... 56
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Sampel (Data Kontinyu)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ... 58
Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................ 60
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Faktor Pemungkin Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................ 61
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Faktor Isyarat atau Tanda Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011....................... 62
Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Faktor Ancaman Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................ 62
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi (Umur Ibu,
Pendidikan, Status Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak Hidup, jumlah
Penghasilan) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun
2011 ......................................................................................................... 65
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Faktor Pemungkin (Kelengkapan
Pelayanan KB, Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya Penggunaan Alat
Kontrasepsi) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun
2011 ......................................................................................................... 67
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Faktor Isyarat atau Tanda (Dukungan
Suami dan Dukungan Keluarga) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota
Depok Tahun 2011 .................................................................................. 69
Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Faktor Ancaman (Pengetahuan
Tentang Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................................... 69
xiii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
15
Lampiran 3
Universitas Indonesia
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Syarat Bagi Calon Peserta Kontrasepsi Mantap ........................ 21
Diagram 2 Teori Bertrand (1980) dalam Purba (2009) ..................................... 28
Diagram 3 Kerangka Konsep Modifikasi dari Teori Green (2005)
dan Teori Lewin (1954) ...................................................................... 41
Diagram 4 Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol .................................................. 47
xiv Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
16
Lampiran 3
Universitas Indonesia
DAFTAR ISTILAH
Data kontinu :Data yang merupakan rangkaian data, nilainya
dapat berbentuk desimal
Distribusi frekuensi :Susunan data angka menurut besarnya (kuantitas)
atau menurut kategorinya (kualitas)
Hipotesis :Pernyataan sementara yang perlu diuji
kebenarannya.
Mean :Rata-rata hitung
Median :Nilai yang terletak pada observasi yang di tengah,
kalau data tersebut telah disusun
Nilai P :Nilai yang menunjukkan besarnya peluang salah
menolak H0 dari data penelitian
Odds Ratio : Istilah yang dipakai untuk menunjukkan rasio
antara dua nilai variabel dikotomi, misalnya antara
sakit dan tidak sakit.
Skala nominal :Pengukuran yang paling lemah tingkatannya
terjadi apabila bilangan atau lambing-lambang lain
digunakan untuk mengklasifikasikan objek
pengamatan.
Skala ordinal :Pengukuran pada ordinal tidak hanya membagi
objek menjadi kelompok-kelompok yang tidak
tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada
hubungan (ranking).
Sumber data primer :Data yang diperoleh langsung dari
responden/obyek yang diteliti, ada hubungannya
dengan yang diteliti. Sumber data sekunder :Data yang telah lebih dulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang/instansi diluar dari peneliti
sendiri walaupun yang dikumpulkan itu
sesungguhnya adalah data yang asli. Data primer
yang telah diolah lebih lanjut misalnya dalam
bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dsb,
sehingga lebih informatif untuk digunakan pihak
lain.
α :Merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
peluang salah dalam menolak hipotesis nol
β :Merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
peluang salah dalam menerima hipotesis nol
xv Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
17
Lampiran 3
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
Bappenas : Badan Pembangunan dan Perencanaan Nasional
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
HBM : Health Belief Model
IPPF :Population dan International Planned Parenthood Federation
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
LDFEU : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
LKBN : Lembaga Keluarga Berencana Nasional
MDG’s : Millennium Development Goals
MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
MOP : Medis Operatif Pria
MOW : Medis Operatif Wanita
PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
PLKB : Petugas Lapangan Keluarga Berencana
PUS : Pasangan Usia Subur
OR : Odds Ratio
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
UU : Undang-Undang
WHO : World Health Organisation
xvi Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
18
Lampiran 3
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Output SPSS
Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Surat Izin
xvii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
19
Lampiran 3
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu
waktu atau jangka waktu tertentu.Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan
yang terdiri atas demografi dan studi kependudukan.Fokus perhatian demografi
adalah perubahan besar komposisi dan distribusi penduduk.Sering pula demografi
didefinisikan sebagai suatu studi kuantitatif dari lima proses demografi, yaitu
fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.Kelima proses ini
terjadi secara terus menerus dan menentukan besar, komposisi, dan distribusi
penduduk yang bersangkutan.(Wiknyosastro, 1998)
Jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai tujuh miliar hingga akhir
tahun ini. Peningkatan jumlah penduduk di Afrika berhasil menutup penurunan
tingkat kelahiran yang turun di kawasan lainnya. Menurut sebuah studi baru
dariInstitut Nasional untuk Studi Demografi (INED), kenaikan jumlah penduduk
secara keseluruhan akan terus berlangsung sampai mencapai angka stabil di antara
9-10 miliar seluruh dunia pada akhir abad ini. INED memperkirakan hanya butuh
waktu 14 tahun lagi untuk mencapai delapan miliar orang sebelum angka mulai
stabil.(Dayanara, 2011)
Penduduk telah meningkat tujuh kali lipat selama dua ratus tahun terakhir,
melampaui tujuh miliar pada 2011, dan diperkirakan akan mencapai sembilan atau
10 milyar pada akhir abad ke-21.Berdasarkan sejarah, pertumbuhan populasi
global telah melonjak sejak abad ke-19. Besarnya jumlah penduduk juga tidak
tersebar merata, tercatat tujuh negara sekarang 'menguasai' setengah populasi
dunia, dan karena pergeseran demografis mereka memiliki pengaruh besar. China
berada di daftar terpuncak dengan lebih dari 1,33 miliar penduduk, disusul India
dengan jumlah penduduk 1,17 miliar.Lima negara lain yang memiliki jumlah
penduduk terbesar berdasarkan urutan adalah Amerika Serikat, Indonesia, Brasil,
Pakistan dan Nigeria. INED memperkirakan antara sekarang dan 2050, India akan
menjadi negara yang paling padat penduduknya, karena Beijing mulai
menerapkan kebijakan satu anak.(Dayanara, 2011)
1 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
20
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Jumlah penduduk yang bertambah pesat berada di negara-negara
berkembang. Sebagai akibatnya penduduk di negara tersebut belum menikmati
kehidupan yang layak.Mereka menderita kekurangan makan dan gizi, sehingga
tingkat kesehatan buruk, mempunyai pendidikan yang rendah, dan kekurangan
lapangan pekerjaaan.Secara khusus, tingkat kelahiran dan kematian masih tinggi.
Di Indonesia kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah besar.
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu
(AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan dari angka 390 per 100.000
kelahiran hidup pada periode tahun 1990-1994 menjadi 334 per 100.000 kelahiran
hidup pada periode tahun 1993-1997, 307 pada SDKI 2002-2003, dan 228 pada
tahun 2007. Walaupun mengalami penurunansecara signifikan tetapi angka
tersebut masih berada dibawah target Millennium Development Goals (MDG’s)
yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup. Terlebih bila dibandingkan dengan AKI di
negara-negara ASEAN, AKI di Indonesia 3-6 kali lipat jumlahnya. Oleh karena
itu,berbagai program kependudukan dilaksanakan yang bertujuan untuk
mengurangi beban kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan akibat tekanan
penduduk.
Pikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk sudah timbul sejak
lama diantaranya Plato (427-347) mengemukakan bahwa pranata sosial dan
pemerintahan sebaiknya direncanakan keseimbangan antara kebutuhan dan
membahas tentang kesuburan wanita,kematian ibu dan anak, masalah migrasi
yang berkaitan dengan masalah sosial.(Manuaba, 1998).Pada awal abad 19, di
Inggris upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok
orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-
1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris.Di
Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang dengan program
birth control-nya merupakan pelopor Keluarga Berencana modern.Pada tahun
1948 Margareth Sanger ikut mempelopori pembentukan International Committee
on Planned Paranthood yang dalam konferensinya di New Delhi pada 1952
meresmikan berdirinya International Planned Parenthod Federation (IPPF).Sejak
saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana.(Wiknyosastro,
1998).
2
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
21
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Keluarga berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.(BKKN,2008).
Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
dan istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2002).
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama 25
tahun mendatang terus meningkat secara pesat yaitu dari 205,1 juta pada tahun
2000 menjadi 273,3 juta pada tahun 2025.Walaupun demikian, pertumbuhan rata-
rata pertahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan
kecenderungan terus menurun.Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia
bertambah dengan kecepatan 1,49% pertahun,kemudian antara periode 2000-2005
dan 2020-2025 turun menjadi 1,34% dan 0,92% pertahun.Turunnya laju
pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun
penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena
kematian.Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada
awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi,
sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam
kurun waktu yang sama.(BPS, 2005)
Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang perempuan
karena pada rentang usia tersebut kemungkinan perempuan melahirkan anak
cukup besar.Semakin banyak jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) maka peluang
banyaknya anak yang dilahirkan juga semakin besar.Semakin banyak jumlah anak
berarti semakin banyak tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya.Dengan demikian
pembatasan jumlah anak perlu diperhatikan agar tercapai keluarga yang
sejahtera.Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah
melalui program KB.Wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang
pernah menggunakan atau memakai alat atau cara KB adalah 79,76%.Dari
3
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
22
Lampiran 3
Universitas Indonesia
perempuan usia 15-49 tahun yang berstatus kawin sebesar 57,91% diantaranya
sedang menggunakan atau memakai KB. (Susenas, 2006)
Penggunaan alat atau cara KB pada kelompok perempuan berstatus kawin
usia 10-49 tahun dan pasangannya secara nasional adalah 55,85%.Kelompok usia
reproduksi 25-39 tahun adalah pengguna KB terbanyak hampir 62 %.Jenis alat
KB yang digunakan secara nasional,di dominasi dengan cara suntik (32,3%)
selanjutnya pil (12,8%), AKDR/Spiral (5,1%), sterilisasi wanita (2,1%), susuk
(1,4%), kondom (1,1%) dll.Presentasi perempuan kawin umur 10-49 tahun yang
menggunakan alat atau cara KB menurut tempat mendapatkan pelayanan KB dan
tempat tinggal adalah di perkotaan: BPS 50,6%,Puskesmas 11,8%, sedangkan
didesa: BPS 53,1% dan sebanyak 13 % di Puskesmas.Secara umum dapat dilihat
bahwa usia rata-rata perkawinan pertama pada usia 20 tahun.Provinsi dengan
presentase perkawinan sangat muda (10-14 tahun) yang paling tinggi adalah
Kalimantan Selatan (9%),Jawa Barat (7,5%), Kalimantan Timur dan Kalimantan
Tengah masing-masing7%.Sebagian besar mempunyai anak 1-2 orang.(Riskesdas,
2010)
Menurut SDKI (2007) Total Fertility Rate (TFR) di perkotaan sebesar 2,3
sedangkan di pedesaan sebesar 2,8.Total Fertility Rate (TFR) Indonesia masih
lebih tinggi daripada TFR Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Brunei
Darusalam.Sembilan puluh sembilan persen perempuan pernah kawin dan
berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat atau cara KB yaitu sebesar
masing-masing 98% dan 99%.Sedangkan pengetahuan tentang suatu alat atau cara
KB modern menunjukkan 98%.Alat atau cara KB yang paling populer adalah
suntikan dan pil masing-masing 96% dan 95%.Delapan puluh tiga persen wanita
pernah kawin dan 84% wanita berstatus kawin pernah menggunakan suatu alat
atau cara KB.Alat atau cara KB modern di populer di antara perempuan disemua
kelompok umur. Wanita muda cenderung menggunakan cara KB suntikan, pil,
dan susuk KB, sementara yang lebih tua cenderung memilih alat kontrasepsi
jangka panjang seperti IUD, sterilisasi wanita dan sterilisasi pria.Pemakaian suatu
cara kontrasepsi di daerah perkotaan sedikit lebih tinggi dari daerah pedesaan,
yaitu 63% dan 61%, tetapi pemakaian cara KB modern hampir tidak berbeda baik
di wilayah perkotaan maupun dipedesaan masing-masing sebesar 57% dan
4
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
23
Lampiran 3
Universitas Indonesia
58%.Namun demikian terdapat perbedaan dalam variasi alat atau cara KB yang
digunakan.Perempuan perkotaan lebih mengandalkan IUD, kondom, dan
sterilisasi perempuan, sementara wanita pedesaan lebih mengandalkan suntikan
dan susuk KB.Persentase perempuan berstatus kawin menurut alat atau cara KB
yang dipakai menurut daerah tempat tinggal.Diperkotaan sterilisasi wanita (4,0%),
sterilisasi pria (0,2%), pil (13,9%), IUD (6,7%), suntik (28%), susuk (1.8%),
kondom (2.4%),dan MAL (0,0%).Sedangkan dipedesaan sterilisasi wanita (2,3%),
sterilisasi pria (0,2%), pil (12,8%), IUD (3,6%), suntik (34,5%), susuk (3,5%),
kondom (0,5%),dan MAL (0,0%).
Alat atau cara KB modern popular diantara wanita di semua kelompok
umur. Namun demikian, pemakaian kontrasepsi pada wanita yang berumur lebih
muda (15-19 tahun) dan yang berumur tua (45-49 tahun) lebih rendah
dibandingkan yang berumur 20-39 tahun. Wanita muda cenderung menggunakan
cara KB suntikan, pil, dan susuk KB, sementara yang berumur lebih tua
cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, sterilisasi wanita,
sterilisasi pria. Dibanding dengan data SDKI 2002-2003, pemakaian cara suntikan
mengalami keniakan 4 poin dari 28 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 32
persen pada SDKI 2007, sedangkan pemakain IUD dan implant masing-masing
turun 1 point persen, dari 6 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 5 persen pada
SDKI 2007 dan implant dari 4 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 3 persen
pada SDKI 2001. (SDKI, 2007)
Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri sepertitercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)tahun 2004-2009 adalah
meningkatnya penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) seperti
IUD (Intra Uterine Device), implant(susuk) dan sterilisasi.(Imbarwati, 2009)
Salah satu sasaran program KB dalam RKP tahun 2011 menargetkan
cakupan pasien baru yang menggunakan MKJP sebesar 12,5% dan pasien aktif
yang menggunakan MKJP sebesar 25%. (Syarief, 2010)
Pada SDKI 2007 Jawa Barat menempati urutan ketiga terbawah dari 6
propinsi di Jawa, persentase perempuan berstatus kawin yang memakai alat atau
cara KB yaitu sebesar 61%.Alat atau cara KB yang digunakan adalah sterilisasi
wanita (1,5%), sterilisasi pria (0,5%), pil (57,6%), IUD (14,6%), suntik (70,3%),
5
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
24
Lampiran 3
Universitas Indonesia
susuk (6,8%), kondom (5,4%),dan MAL (0,9%).Sterilisasi wanita dan sterilisasi
pria menempati posisi terendah di Pulau Jawa.
Kota Depok terdiri dari 6 kecamatan dan 63 kelurahan. Dari Profil
Kesehatan Kota Depok 2009 terlihat bahwa alat kontrasepsi yang digunakan oleh
Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu Suntik (51,20%), pil (30,78%), IUD (10,62%),
implant (3,81%), MOW/MOP (2,48%), dan kondom (1,12%). Kecamatan
Pancoran Mas menduduki peringkat terbawah dalam persentase sterilisasi wanita
maupun pria, implat, dan kondom dibawah Kecamatan Beji.
Dari data profil Puskesmas Pancoran Mas 2010 jumlah peserta KB aktif
yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu IUD 1501
akseptor (12,08%), MOP/MOW 553 akseptor (4,45%), dan implant 206
akseptor(1.66 %). Sedangkan untuk metode kontrasepsi non jangka panjang (Non
MKJP) urutan teratas ditempatin oleh suntik sebanyak 6950 akseptor(55,95%),
diikuti oleh pil 2853 akseptor(22,97%) dan kondom 358 akseptor(2,89%). Masih
rendahnya PUS yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
membuat penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011.
1.2 Rumusan Masalah
Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang perempuan
karena pada rentang usia tersebut kemungkinan perempuan melahirkan anak
cukup besar. Menurut Riskesdas (2010) kelompok usia reproduksi 25-39 tahun
adalah pengguna KB terbanyak hampir 62 %.Jenis alat KB yang digunakan secara
nasional,di dominasi dengan cara suntik (32,3%) selanjutnya pil (12,8%),
AKDR/Spiral (5,1%), sterilisasi wanita (2,1%), susuk (,4%), kondom (1,1%) dll.
Dari data profil Puskesmas Pancoran Mas 2010 jumlah peserta KB aktif
yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu IUD 1501
akseptor (12,08%), MOP/MOW 553 akseptor (4,45%), dan implant 206
akseptor(1,66 %). Sedangkan untuk metode kontrasepsi non jangka panjang (Non
MKJP) urutan teratas ditempatin oleh suntik sebanyak 6950 akseptor(55,95%),
diikuti oleh pil 2853 akseptor(22,97%) dan kondom 358 akseptor(2,89%). Masih
6
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
25
Lampiran 3
Universitas Indonesia
rendahnya PUS yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
membuat penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana gambaran faktor predisposisi, faktor pemungkin, isyarat atau
tanda, dan faktor ancaman terhadap penggunaan metode kontrasepsijangka
panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2011.
1.3.2 Apakah ada hubungan antara faktor predisposisi, faktor pemungkin, isyarat
atau tanda, dan faktor ancaman dengan penggunaan metode kontrasepsijangka
panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun
2011.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
1.4.2 Tujuan Khusus
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui:
1. Gambaran faktorpredisposisi(umur,pendidikan,status pekerjaan ibu,
jumlah anak yang masih hidup, dan jumlah penghasilan,) pengguna
metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
2. Gambaran faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat
pelayanan KB, dan biaya pemasangan alat kontrasepsi) penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas
Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
7
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
26
Lampiran 3
Universitas Indonesia
3. Gambaran faktor isyarat atau tanda (dukungan suami dan dukungan
keluarga)penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di
Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
4. Gambaran faktor ancaman(pengetahuan tentang kontrasepsi MKJP)
penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
5. Hubungan antara faktorpredisposisi(umur,pendidikan,status pekerjaan
ibu,jumlah anak yang masih hidup, dan jumlah penghasilan,)dengan
penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
6. Hubungan antara faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke
tempat pelayanan KB, dan biaya pemasangan alat kontrasepsi) dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
7. Hubungan antara faktor isyarat atau tanda (dukungan suami dan dukungan
keluarga) pekerjaan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok
Tahun 2011.
8. Hubungan antara faktor ancaman(pengetahuan tentang MKJP) dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Depok
Sebagai bahan masukan kepada perencanaan dan pembuatan kebijakan
khususnya program yang terkait dengan KB dalam pengembangan dan
peningkatan kegiatan program KB,sehingga dapat meningkatkan partisipasi PUS
dalam menggunakan alat atau cara KB Metode jangka panjang.
8
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
27
Lampiran 3
Universitas Indonesia
1.5.2 Bagi Puskesmas Pancoranmas
Sebagai bahan masukan terhadap tenaga kesehatan khususnya di
Puskesmas Pancoranmas Kota Depok bagian KB dalam rangka meningkatkan
partisipasi KB jangka panjang.
1.5.3 Bagi Badan Keluarga Berencana Daerah (BKBD)
Sebagai bahan masukan kepada pengelola program KB dalam
merencanakan program peningkatan cakupan metode kontrasepsi jangka panjang
dan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.
1.5.4 Bagi Institusi Pendidikan
Menambah bahan kepustakaan FKM UI dan diharapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi masukan dan informasi tentang pelayanan KB.
1.5.5 Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai faktor yang
berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang serta
memberi pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah.
1.6 Ruang Lingkup Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan metode
kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas
Kota Depok Tahun 2011.Penelitian ini dilakukan mengingat masih rendahnya
PUS yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah
Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok.Sasaran penelitian ini adalah seluruh
akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok.Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 dengan menggunakan
data primer dan data sekunder.Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode
wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data register KB Puskesmas
Pancoran Mas.
9
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
28
Lampiran 3
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gerakan Keluarga Berencana Nasional
2.1.1 Sejarah Keluarga Berencana
Gerakan Keluarga Berencana yang kita kenal sekarang ini bermula dari
kepeloporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada
awal abad ke 19 di Inggris, upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas
prakasa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu.
Maria Stopes (1880-1950) mengajurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum
buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang
dengan program birth control-nya merupakan pelopor Keluarga Berencana
modern. Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November
1921 diadakan American National Birth Control Conference yang pertama. Salah
satu hasil konferensi tersebut adalah pendirian American Birth Control League
dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada 1925 Margareth Sanger
mengorganisasi Konferensi International di New York yang menghasilkan
pembentukan InternationalFederation of Birth Control League. Selanjutnya pada
tahun 1927 Margareth Sanger menyelenggarakan Word Population Conference di
Jenewa yang melahirkan International Women for Scientific Study on Conference
di Jenewa yang melahirkan International Women for Scientific Study on
Population dan International Planned Parenthood Federation (IPPF).Federasi ini
memilih Margareth Sanger dan Rama Ran dari India sebagai pimpinannya.Sejak
saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh
dunia, ternasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI).(Winkyosastro, 1998)
Di Indonesia keluarga berancana modern mulai dikenal pada tahun 1953.
Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah sebuah wadah dengan nama
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan merupakan pelopor
pergerakan keluarga berencana nasional. PKBI memperjuangkan terwujudnya
keluarga sejahtera melalui cara mengatur atau menjarangkan kehamilan,
mengobati kemandulan dan memberi nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan
10
11 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
29
Lampiran 3
Universitas Indonesia
dan pelayanan sangat terbatas, karena banyaknya kesulitan dan hambatan yang
melarang penyebarluasan gagasan keluarga berencana.
Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB tahun
1967, maka dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai
lembaga semi pemerintah. Dan pada tahun 1970, ditetapkan sebagai Badan
Pemerintah melalui Keppres no.8 tahun 1970 dan diberi nama badan koordinasi
keluarga berencana nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden,
dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian
pelaksanaan program keluarga berencana. (Palti, 2010)
2.1.2 Definisi Keluarga Berencana
Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan
membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
dan istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2002).
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (Juliantoro, 2000).
Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak
anak yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat
untuk mencapai keinginan tersebut. (Mc Kenzie, 2006).
Keluarga Berencana Menurut BKKBN (1998) artinya mengatur jumlah
anak sesuai kehendak anda dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil atau
salah satuusaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian yang terpadu
dalam program Pembangunan Nasional dan bertujuan untuk turut serta
menciptakankesejahteraan ekonomi, spiritual, sosbud penduduk Indonesia agar
dapat d i cap a i keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi Nasional.
Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, keluarga berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
11
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
30
Lampiran 3
Universitas Indonesia
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
(Mochtar, 1998)
2.1.3 Tujuan Keluarga Berencana
Program keluarga berencana bertujuan untuk membangun manusia
Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan
kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Di samping itu pelaksanaan program
KB juga diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahiran atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan cara memilih metode
kontrasepsi secara sukarela. Dengan demikian program KB akan merupakan
cermin dari upaya menurunkan tingkat kelahiran dan sekaligus membangun
keluarga sejahtera.(Bappenas, 1996)
Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, kebijakan keluarga berencana
bertujuan untuk:
Mengatur kehamilan yang diinginkan
Menjaga kesahatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak
Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga
berencana
Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak
kehamilan.
Tujuan umum keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur
kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. (Mochtar, 1998)
12
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
31
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.1.4 Sasaran
2.1.4.1 Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasaran utama gerakan KB
nasional. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49
tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan fertilitas yang tinggi,
sasaran PUS ini ditekankan pada PUS dengan paritas rendah, khususnya PUS
yang berusia muda dan paritas rendah sebagai sasaran prioritas.Sasaran ini
diarahkan untuk menggunakan kontrasepsi efektif terpilih sehingga jumlah
anak yang dilahirkan dapat mendukung pelembagaan norma keluarga kecil
2.1.4.2 Nir PUS
Nir PUS adalah semua anggota masyarakat selain PUS, seperti anak-
anak pra sekolah dan dalam usia sekolah, remaja, orang dewasa yang belum
menikah atau kelompok generasi muda, dan generasi yang lebih tua. Generasi
muda disini sebagai sasaran gerakan KB nasional mempunyai makna dan nilai
strategis dan politis, juga berpotensi untuk menjadi motivator.
2.1.4.3 Sasaran Institusional
Sasaran ini meliputi organisasi-organisai, lembaga kemasyarakatan,
instansi pemerintah dan instansi swasta. Institusi-institusi ini akan terus dibina
dan dimantapkan peranannya hingga secara berangsur-angsur dapat melakukan
alih peran dalam pengelolaan gerakan nasional
2.1.4.4 Sasaran Wilayah
Sasaran wilayah diarahkan untuk dapat mencapai penggarapan program
wilayah paripurna sesuai dengan kondisi pencapaian program, kondisi
pencapaian program, kondisi potensi wilayah dan kondisi geografisnya.
Dengan kata lain, sasaran wilayah ini diutamakan untuk peningkatan
pemerataan penggarapan program.(BKKBN, 1992)
2.1.5 Kebijaksanaan Gerakan KB Nasional
Kebijaksanaan gerakan KB Nasional pada Repelita V merupakan
kelanjutan dan pengembangan dari kebijaksanaan yang telah dilaksanakan
sejak Pelita I.Kebijaksanaan tersebut meliputi 4 dimensi yaitu:
13
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
32
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.1.5.1 Perluasan Jangkauan
Kebijaksanan perluasan jangkauan gerakan Keluarga Berencana
bertujuan untuk mengajak PUS ber-KB atas dasar azas sukarela, kesadaran dan
rasa tanggung jawab dengan mempertimbangkan nilai-nilai sosial, budaya, dan
keserasian agama serta kepercayaan kepada Tuhan YME.
2.1.5.2 Pembinaan
Kebijaksanaan pembinaan bertujuan untuk memantapkan program,
khususnya pemantapan kelestarian penggunaan kontrasepsi oleh para peserta
KB. Kebijaksanaan ini meliputi 2 faktor, yaitu faktor yang berkenaan dengan
penggunaan alat kontrasepsi dan yang berkaitan dengan kesadaran dan perilaku
kondisi sosial budaya para peserta KB.
2.1.5.3 Pelembagaan dan Pembudayaan
Dalam rangka pelembagaan ini, ada dua hal penting yang dilakukan
adalah penataan pengelolaan kegiatan pelembagaan dan pemantapan pelayanan
melalui jalur masyarakat seperti keagamaan dan sebagainya.
2.1.5.4 Keterpaduan
Dengan keterpaduan diharapkan untuk lebih meningkatkan
kesejahteraan peserta KB dan keluarganya.Program-program lebih diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak yang diharapkan akan
mempunyai kualitas sumber daya manusia. (BKKBN, 1992)
2.2 Kontrasepsi
2.2.1 Pengertian Kontrasepsi
Menurut BKKBN dalam Kusumanigrum (2009) kontrasepsi berawal dari
kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan.Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma
tersebut.
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan.(Wiknjosastro, 1998)
14
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
33
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan alat
atau obat-obatan. (Mochtar, 1998)
2.2.2 Macam-macam metode kontrasepsi
2.2.2.1 Metode Sederhana
Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan
pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma, dan spermisida.
2.2.2.2 Metode Modern/Efektif
Terdapat tiga metode modern yaitu kontrasepsi hormonal (pil, suntikan,
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit/ Implant),Intra Uterine Devices ( Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim/ AKDR), Kontrasepsi Mantap (Medis Operatif Wanita/MOW dan
Medis Operatif Pria/MOP).
2.2.2.3 Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
a. MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW )
b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk
dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain
metode yang termasuk dalam MKJP.
2.2.3 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
2.2.3.1 Pengertian
Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi berjangka
panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat
kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah.
(BKKBN, 1991)
2.2.3.2 Penggolongan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Saat ini metode kontrasepsi yang digolongkan kedalam MKJP
meliputi:Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK), Kontrasepsi Mantap (MOW dan MOP).
2.2.3.3 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Tulisan ilmiah tentang AKDR utnuk pertama kali dibuat oleh Richter dari
Polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia mempergunakan bahan yang dibuat
15
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
34
Lampiran 3
Universitas Indonesia
dari benang sutera. Pada tahun 1934 seorang peneliti bernama Ota dari Jepang
untuk pertama kalinya membuat AKDR dari plastik yang berbentuk cincin.
Penelitian terus dilakukan dan pada tahun enam puluhan mulai dilakukan
penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-bahan seperti tembaga,
seng, magnesium, timah, progesterone, dan lain-lain. Maksud penambahan itu
ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR. Penyelidikan AKDR jenis ini, yang
diberi nama AKDR bioaktif, sampai sekarang masih berlangsung terus.
AKDR adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut
dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilamen pada ujung bawahnya.
Menurut USAID (2003) cara kerjanya dengan menghambat kemampuan
sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, memungkinkan untuk mencegah implantasi telus dalam
uterus. Tetapi menurut Winkyosatro (1998) sampai sekarang belum ada orang
yang yakin bagaimana mekanisme kerja AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda yang melarutkan blastosis atau
sperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat lembaga mungkin berlainan.
Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan kedalam rongga uterus selain
menimbulkan reaksi radaang seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasiat
anhidrase karbon dan fosfotase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon juga
menebalkan lendir serniks sehingga pasasi sperma.
Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR; yang paling
banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah AKDR
jenis Lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan
bentuk tertutup sebagai cincin.
AKDR Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1 tahun
pertama ( 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).
AKDR mempunyai keuntungan yaitu dapat efektif segera setelah
pemasangan, metode jangka panjang, sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat-ingat, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang
segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dan
dapat digunakan sampai menopause ( 1tahun atau lebih setelah haid terakhir).
16
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
35
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Efek samping yang umum terjadi adalah perubahan siklus haid (umumnya
pada 3 bulan petama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan
banyak, perdarahan (spotting) antarmenstruasi, merasakan sakit dan kejang
selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perporasi dinding uterus (sangat
jarang apabila pemasangannya benar), tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS,
perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu, ekspulsi
(pengeluaran sendiri) dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya.
Komplikasi dari pemasangan AKDR adalah infeksi (terjadi bila alat-alat
yang digunakan tidak disucihamakan atau sudah adanya infeksi yang subakut atau
menahun pada traktus genetalia sebelum pemasangan), perforasi (umumnya
terjadi sewaktu pemasangan walaupun bias terjadi pula kemudian), dan kehamilan
(jika terjadi kehamilan dengan AKDR didalam, tidak akan menimbulkan cacat
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahin).
AKDR dapat digunakan oleh wanita usia reproduktif, menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang, menyusui, wanita perokok, penderita
tumor jinak payudara, tekanan darah tinggi, pernah menderita stroke, penderita
diabetes, dan penderita penyakit hati atau empedu.
AKDR tidak diperkenankan digunakan oleh wanita hamil, perdarahan
vagina yang tidak diketahui, sedang menderita infeksi alat genital, tiga bulan
terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik,
kelainan bawaan uterus ynag abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri, diketahui menderita TBC pelvik, dan ukuran rongga
rahim kurang dari 5 cm. (Saifuddin, 2003)
Pemasangan AKDR dapat dilakukan pada keadaan haid sedang berlangsung
saat hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid, sewaktu postpartum
(secara dini, secara langsung, dan secara tidak langsung), sewaktu postabortum,
dan beberapa hari setelah haid terakhir.
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk
memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang
harus diperhatikan adalah : 1 bulan pasca pemasangan, 3 bulan kemudian, setiap 6
bulan berikutnya, dan bila terlambat haid 1 minggu.
17
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
36
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.2.3.4 AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
Susuk adalah kontrasepsi sub dermal yang mengandung Levonorgestrel
(LNG) sebagai bahan aktifnya dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan
disusukkan di bawah kulit.
Cara kerjanya membuatlendir serviks menjadi kental sehingga menyulitkan
penetrasi sperma, menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, dan menekan ovulasi.
AKBKsangat efektif (0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan). Pada literature
lain menyebutkan kegagalannya antara 0,3-0,5 per seratus tahun wanita.
AKBK memiliki tiga jenis yaitu norplant (terdiri dari 6 batang silastik lembut
berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun), implanon (terdiri dari satu batang putih
lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg
3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun, jadena dan Indoplant (terdiri dari 2
batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun).
Keuntungan yang dimiliki oleh AKBK adalah pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan, bebas dari pengaruh estrogen, tidak
menggangu ASI, mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid,
melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan
tumor jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penaykit radang
panggul, dan menurunkan angka kejadian endometriosis.
Keterbatasan yang dimiliki pada kebanyakan klien dapat menyebabkan
perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
AKBK dapat digunakan oleh wanita usia reproduktif, menyusui,riwayat
kehamilan ektopik, tekanan darah 180/110 mmHg, tidak boleh menggunakan
kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. Sedangkan yang tidak boleh
mengunakan implan adalah wanita hamil atau diduga hamil, perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya, benjolan/kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi,
mioma uterus dan kanker payudara, dan gangguan toleransi glukosa. (Saifuddin,
2003)
18
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
37
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Waktu yang paling baik untuk pemasangan AKBK adalah sewaktu haid
berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan
dapat disingkirkan.
2.2.3.5 Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Kontrasepsi mantap adalah pemotongan/pengikatan kedua saluran telur
wanita (Tubektomi) atau kedua saluran sperma laki-laki (Vasektomi).Operasi
tubektomi ada beberapa macam cara antara lain adalah kuldoskopik, kolpotomi,
posterior, laparoskopi dan minilaparatomi.
Cara yang sering dipakai di Indonesia adalah laparaskopi dan
minilaparatomi.Cara kerjanya dengan mencegah pertemuan sel telur dengan
sperma.
Efektivitas kontrasepsi mantap dalam teori sebesar 99,9% tetapi dalam
kenyataannya sebesar 99%.
Keuntungan yang dimiliki oleh kontrasepsi mantap yaitu mempunyai
efektifitas paling tinggi diantara metode kontrasepsi lainnya, mengakhiri
kesuburan selamanya (keberhasilan pembalikan tidak bisa dijamin), tidak perlu
perawatan khusus, dan tidak memiliki kontraindikasi.
Kontrasepsi mantap baik untuk pasangan yang sudah yakin tidak ingin
punya anak lagi, jika hamil akan membahayakan jiwanya dan ingin metode yang
tidak menganggu.
Efek Samping yang ditemukan jarang, ringan, dan bersifat sementara
misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi pada luka operasi. Pada vasektomi infeksi
dan epididimitis terjadi pada 1-2% pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi,
kerusakan organ lain dan komplikasi karena anastesi dapat terjadi. (Saifuddin,
2003)
A. Metode Kontrasepsi MantapMOW(Medis Operasi Wanita)
MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua
saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati
saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma
laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania
tidak akan turun (BKKBN, 2006)
19
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
38
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi pada wanita adalah suatu kontrsepsi
permanen yang dilkaukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua
saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel
mani (sperma). (Mochtar, 1998)
Menurut PKMI (1985) untuk mencegah timbulnya keadaan yang tidak
diinginkan, seperti misalnya penyesalan setelah mendapatkan pelayanan
kontrasepsi mantap, maka perlu ditetapkan persyaratan mereka yang dapat
memperoleh pelayanan kontrasepsi mantap. Secara umum ada tiga syarat yang
harus dipenuhi oleh peserta mantap, yaitu:
Sukarela
Calon peserta kontrasepsi mantap harus secara sukarela menerima
pelayanan kontrasepsi mantap. Artinya calon peserta tersebut tidak
dipaksa atau ditekan untuk menjadi peserta kontrasepsi mantap. Untuk
memantapkan syarat sukarela ini perlu dilakukan pelayanan informasi dan
konseling.
Bahagia
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi syarat
kebahagiaan artinya calon peserta tersebut terikat dalam perkawinan yang
syah dan harmonis, telah di anugrahi sekurang-kurangnya 2 orang anak
dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun, dan dengan mempertimbangkan
umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun. Syarat bahagia ini dapat
diketahui pada saat dilakukan pelayanan informasi dan konseling.
Kesehatan
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi syarat
kesehatan yang mempunyai arti tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan
jika kepada calon peserta tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi
mantap. Syarat kesehatan ini dapat diketahui pada saat dilakukan
pemeriksaan prabedah.
Hasil penelitian terhadap tiga persyaratan di atas akan menentukan
dapat atau tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan kontrasepsi mantap.
Dengan perkataan lain tidak semua orang yang meminta pelayanan
kontrasepsi mantap dapat dilayani. Bagan pelayanan kontrasepsi mantap yang
diuraikan di atas secara sederhana dilukiskan sebagai berikut:
20
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
39
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Diagram 1 Syarat Bagi Calon Peserta Kontrasepsi Mantap
CALON PESERTA
SYARAT SUKARELA
TERPENUHI TIDAK TERPENUHI
SYARAT BAHAGIA
TIDAK TERPENUHI TERPENUHI
SYARAT KESEHATAN
TIDAK TERPENUHI TERPENUHI
CARA KONTRASEPSI MANTAP CARA KB LAINNYA
21
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
40
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Teknik melakukan MOW
Tahap persiapan pelaksanaan yaitu:informed consent, riwayat medis/
kesehatan, pemeriksaan laboratorium, pengosongan kandung kencing, asepsis
dan antisepsis daerah abdomen, anesteri.
Teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi antara lain:
Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya
diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah
(suprapubik) maupun subumbilikal 13 (pada lingkar pusat bawah).
Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah, dan
dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini
juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin,2006). Baik untuk masa interval
maupun pasca persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan
kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong
sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup
dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi,
klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006).
Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan
yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif.
Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah
abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada
jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya
pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi
dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien
rawat jalan setelah pelayanan.(Saifuddin,2006).
Perawatan yang dilakukan post operasi yaitu: istirahat 2-3 jam,
pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu, ambulasi dini, diet biasa, dan
luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu,
cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang
menetap, perdarahan luka insisi.
22
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
41
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Menurut Mochtar (1998) pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat:
Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
Pasca persalinan (post partum)
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam,atau
selambat-lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca
persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang
akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang
setelahhari ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus
dan alat alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan
lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.
Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
Waktu opersi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya
harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk
dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri
karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan
kontrasepsi mantap.
Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia
tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40
tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun
dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau
lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur
suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya
telah melebihijumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)
Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu adanya gangguan
fisik (misalnya tuberculosis pulmonum,penyakit jantung) atau psikis (seperti
skizofrenia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain lain) yang akan
menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi, indikasi medik obstetri yaitu
toksemia gravidarum yang berulang, seksiosesarea yang berulang, histerektomi
obstetri, pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan
untuk sekaligus melakukan sterilisasi, indikasi sosial ekonomi adalah indikasi
23
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
42
Lampiran 3
Universitas Indonesia
berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama
bertambah berat.
Menurut Mochtar (1998) kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu
dibagi menjadi 2 yang meliputi indikasi mutlak (peradangan dalam rongga
panggul, peradangan liang senggama akut (vaginitis, servisitis akut), kavum
dauglas tidak bebas,ada perlekatan)dan indikasi relatif (obesitas berlebihan, bekas
laparotomi).
BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain:
perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, tidak mengganggu
kehidupan suami istri, tidak mempengaruhi kehidupan suami istri, tidak
mempengaruhi ASI, lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya
memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), dan
lebih ekonomis.
Kerugian dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati dan
Sujiyati, 2009) yaitu antara lain: harus dipertimbangkan sifat permanen metode
kontrasepsi initidak dapat dipulihkan kembali, klien dapat menyesal dikemudian
hari, resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum, rasa
sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan, dilakukan oleh
dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi atau dokter spesalis
bedah untuk proses laparoskopi, tidak melindungi diri dari
IMS.(www.digilib.unimus.ac.id)
B. MetodeKontrasepsi MantapMOP(Medis Operasi Pria)
Vasektomi sebenarnya telah dikenal orang sejak lama. Pada abad 19,
para ahli bedah telah melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan:
mencegah infeksi, kelenjar prostat atau pada hipertrofi kelenjar prostat.
(Mochtar, 1998)
Vasektomi adalah tindakan memotong dan penutup saluran mani (vas
deferens) yang disalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di
testis.
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang
mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis vesikula seminalis. Dengan
memotong vas deferens sperma tidak mampu diejakulasikan dan pria akan
24
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
43
Lampiran 3
Universitas Indonesia
menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma, yang memakan
waktu sekitar tiga bulan. (BKKBN, 2007). Indikasi untuk melakukan vasektomi
yaitu: untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanen, pengobatan guna
mencegah epididitimis.
Teknik saat melakukan vasektomi adalah dengan menutup duktus
spermatikus (vas deferens) yang dilakukan dengan cara diikat (ligasi), dipotong
(vasektomi), menggunakan klip, cincin, atau brands.
2.3 Pola Dasar Penggunaan Kontrasepsi Yang Rasional
Agar dapat mewujudkan pelayanan yang aman dan bermutu diperlukan
kesatuan pemikiran tentang pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional.
Pola penggunaan kontrasepsi yang ini haruslah sesuai dengan tahapan usia, sesuai
dengan penyakit dan mungkin ada banyak faktor kesehatan yang lainnya.
Pola dasar penggunaan kontrasepsi tersebut menurut Hartanto (1996) dalam
Ayurai (2009) adalah sebagai berikut :
2.3.1 Fase Menunda / Mencegah Kehamilan
Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak
dulu karena berbagai alasan.Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena
peserta masih muda, penggunaan kondom kurang menguntungkan karena
pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggama, sehingga akan memiliki
kegagalan tinggi. Penggunaan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada
masa ini dapat dianjurkan terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi pil
oral.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan yaitureversibilitas yang tinggi
(kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100% karena pada masa ini peserta
belum mempunyai anak), dan efektifitas yang tinggi.
2.3.2Fase Menjarangkan Kehamilan
Umur diantara 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan
melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir maka dianjurkan untuk memakai
IUD sebagai pilihan utama.Kegagalan yang menyebabkan kelahiran cukup tinggi
namun disini kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia
melahirkan yang baik.
25
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
44
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Ciri-ciri kontrasepsi yang dibutuhkan adalah keefektifitasannya cukup
tinggi, reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak
lagi, dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang
direncanakan, dan tidak menghambat ASI.
2.3.3.Fase Menghentikan / mengakhiri Kehamilan /Kesuburan.
Pada fase ini biasanya adalah ibu-ibu diatas usia 30 tahun dianjurkan untuk
tidak hamil atau tidak punya anak lagi karena alasan medis dan alasan
lainnya.Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.Pil oral kurang dianjurkan
karena usia itu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya efek
samping dan komplikasi.
Ciri-ciri kontrasepsi yang dibutuhkan yaitu efektifitas sangat tinggi, dapat
dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang ada.
2.4 Teori Pemilihan Kontrasepsi
Menurut Bertrand (1980) dalam Purba (2009), faktor-faktor yang
mempengaruhi pemakaian kontrasepsi, adalah sebagai berikut :
2.4.1 Faktor Sosio - Demografi
Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standar hidup
lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai,
pendapatan keluarga dan stastus pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara
sedang berkembang ) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya.
Beberapa faktor demografi tertentu yang mempengaruhi penerimaan KB di
beberapa negara, misalnya di banyak negara-negara sedang berkembang,
penggunaan kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30
tahun yang sudah memiliki anak 3 atau lebih. Faktor sosial lain yang
mempengaruhi adalah suku dan agama.
2.4.2 Faktor Sosio – Psikologi
Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang
dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain
adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki-laki, sikap terhadap KB,
komunikasi suami istri, persepsi terhadap kematian anak, sikap dan kepercayaan
26
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
45
Lampiran 3
Universitas Indonesia
tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan
dan efek samping kontrasepsi.
2.4.3 Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Kesehatan
Program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) merupakan salah satu
faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor
yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan
yang berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke
tempat pelayanan, dan keterlibatan dengan media massa.
Secara ringkas faktor-faktor tersebut dapat dilihat seperti gambar dibawah
ini:
27
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
46
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Diagram 2 Teori Bertrand (1980) dalam Purba (2009)
FAKTOR SOSIO-
DEMOGRAFI
Pendidikan
Pendapatan
Status Pekerjaan
Perumahan
Status Gizi
Umur
Suku
Agama
FAKTOR SOSIO-
PSIKOLOGI
Ukuran Keluarga Ideal
Pentingnya Nilai Anak
Laki-Laki
Sikap terhadap KB
Komunikasi Suami Istri
Persepsi Terhadap
Kematian Anak
PEMAKAIAN
KONTRASEPSI
FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
PELAYANAN
Keterlibatan dalam
kegiatan yang
berhubungan dengan
KB
Pengetahuan tentang
Kontrasepsi
Jarak ke Pusat
Pelayanan
Paparan dengan Media
massa
28
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
47
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.5Teori Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu
aspek fisik, psikis dan sosial.
Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan
perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain:
2.5.1 Teori Lawrence Green
Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam
pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,
jamban dan sebagainya.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat digambar sebagai berikut :
B = f (PF,EF,RF)
Dimana :
B = behaviour
PF = predisposing factors
EF = enabling factors
RF = reinforcing factors
F = fungsi
29
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
48
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.(Notoadmojo,2007)
2.5.2 Teori Health Belief Model (HBM)
Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio
psikologis, munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem
kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk
menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan
oleh provider, kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan
perilaku pencegahan penyakit (preventif health behavior), yang oleh Becker
(1974) dikembangkan dari teori lapangan (Fieldtheory, 1954) menjadi model
kepercayaan kesehatan (health belief model) (Notoatmodjo, 2003).
Health Belief Model (HBM) didasarkan atas 3 faktor esensial, kesiapan
individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau
memperkecil resiko kesehatan. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang
membuatnya merubah perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu,
serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, dan adanya kepercayaan perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri
yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap
perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang
merekomendasikan perubahan perilaku dan pengalaman mencoba merubah
perilaku yang serupa. Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan
sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan,
dimulai dari pertimbangan orang mengenai kesehatan. Health Belief Model
(HBM) ini digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Health
30
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
49
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Belief Model (HBM) merupakan model kognitif yang berarti bahwa khususnya
proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut Health
Belief Model (HBM) kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan
tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan
yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan
dan kerugian (Machfoedz, 2006).
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang
akanmuncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau
kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa,
bila ancaman yang dirasakan tersebut, maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada, yaitu:
Ketidak kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang
merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan
masalah kesehatan menurut kondisi mereka.
Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orang-orang
yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila
mereka mengembangkan masalah kesehatan atau membiarkan penyakitnya
tidak ditangani.Penilaian kedua yang dibuat adalah perbandingan antara
keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan
tindakan pencegahan atau tidak yang berkaitan dengan dunia medis, dan
mencakup berbagai ancaman perilaku, seperti check-up untuk mencegah
atau pemeriksaan awal dan imunisasi (Machfoedz, 2006).
Menurut Kosa dan Robertson yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993),
menyatakan bahwa perilaku kesehatan individu cendrung dipengaruhi oleh
kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang
diinginkan dan kurang mendasarkan pada pengetahuan biologi. Memang
kenyataannya demikian, setiap individu mempunyai cara yang berbeda didalam
mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan, meskipun gangguan
kesehatannya sama.Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian
individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut.
Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan oleh
individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis.Apabila individu
31
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
50
Lampiran 3
Universitas Indonesia
bertindak untuk mengobati penyakitnya, ada empat variabel yang terlihat dalam
tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability) agar
seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus
merasakan bahwa ia rentan(susceptible) terhadap penyakit tersebut dan keseriusan
yang dirasakan (perceived seriousness), tindakan individu untuk mencari
pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit
tersebut terhadap individu atau masyarakat, manfaat dan rintangan yang
dirasakan, apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap
gawat(serius),ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, tergantuk pada manfaat
yang dirasakan dari rintangan yang ditemukan, isyarat atau tanda-tanda(cues)
untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,
kegawatan, dan keuntungan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-
faktor eksternal, misalnya pesan-pesan pada media masa, nasehat atau anjuran
teman atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo,
2003).
2.6 Determinan Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi
2.6.1 Umur Ibu
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang
dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang
lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang
berumur muda. (Notoadmojo, 2003)
Menurut BKKBN (1993) dalam Ekarini (2008) kesehatan pasangan usia
subur sangat mempengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga waktu
melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki dan jarak anak
tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk
menjadi akseptor kontap, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan
juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi dan
tubektomi sebagai cara kontrasepsi.
Menurut Hartanto (1996), pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional
pada umur diantara 20-30 tahun adalah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas
yang tinggi karena pada umur tersebut PUS masih berkeinginan untuk mempunyai
32
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
51
Lampiran 3
Universitas Indonesia
anak. Sedangkan pada umur > 30 tahun kontrasepsi yang dianjurkan adalah yang
mempunyai efektivitas tinggi dan dapat dipakai untuk jangka panjang.
Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna
antara umur responden dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Responden yang
berumur kurang dari 30 tahun mempunyai peluang lebih tinggi untuk memilih non
kontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang berumur lebih dari 30
tahun.
Dalam penelitian Yusuf (2002) dinyatakan ada hubungan yang bermakna
antara umur dengan penggunaan MKJP. Pada kelompok responden yang berumur
tua (> 30 tahun) sebagian besar menggunakan MKJP (50%) dibandingkan dengan
kelompok responden yang berumur muda (≤ 30 tahun) yaitu hanya sebesar 11,1%.
Dari nilai OR dapat diketahui bahwa kemungkinan ibu yang berumur tua untuk
menggunakan kontrasepsi MKJP adalah sebesar 8 kali dibandingkan ibu yang
berumur muda.
Hasil penelitian Noor (2002) didapatkan bahwa ada hubungan bermakna
antara umur dengan pemakaian kontrasepsi mantap.
Penelitian Mitra (1999) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara umur responden terhadap pemakaian kontrasepsi mantap.
Penelitian Amiranty (2003) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna pada tiap kelompok umur dengan pemakaian MKJP. Wanita yang
berusia 36-49 tahun memiliki peluang sebesar 10 kali untuk memakai MKJP
dibandingkan wanita yang berusia 15-19 tahun.
2.6.2 Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan akan lebih muah menerima gagasan baru. Demikian
pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar
penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. (Manuaba,
1998).
Pendidikan menunjukkan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis
kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi
efektif. Hal itu dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai
33
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
52
Lampiran 3
Universitas Indonesia
alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai
kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih alat kontrasepsi yang
dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui akibat sampingan dari
masing-masing alat kontrasepsi. (Rifai, 2008)
Menurut BKKBN (1980) dalam Kusumaningrum (2009) pendidikan
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukanpengetahuan dan persepsi
seseorang terhadap pentingnyasesuatu hal,termasuk pentingnya keikutsertaan
dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas
pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru.
Purwoko (2000) dalam Ekarini (2008), mengemukakan pendidikan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap
tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih
kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat
menyesuaikan diri terhadapperubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun
tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB). Karena pengetahuan KB
secara umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran
kesehatan, pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri
memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB, sehingga
semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang
mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya
Penelitian yang dilakukan Ananta (1992) mengatakan bahwa tingkat
pendidikan lebih baik, mempunyai hubungan yang positif dengan lama masa
menggunakan kontrasepsi.
Hasil penelitian Yusuf (2001) menyatkan bahwa ada hubungan antara
proporsi penggunaan MKJP oleh responden yang berpendidikan rendah dan
berpendidikan tinggi. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 3
kali lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan ibu
yang berpendidikan rendah.
34
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
53
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.6.3 Status Pekerjaan Ibu
Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN dan LDFEUI (1998) status
pekerjaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemakian kontap.Jadi
besar kemungkinan wanita yang bekerja akan lebih menyadari kegunaan dan
manfaat KB dan lebih mengetahui berbagai metode kontrasepsi dari wanita yang
tidak bekerja.
Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna
antara pekerjaan dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Responden yang tidak
bekerja mempunyai peluang 1,9 kali lebih tinggi untuk memilih non kontrasepsi
mantap dibandingkan dengan responden yang bekerja.
Amiranty (2003) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
status pekerjaan dengan penggunaan MKJP. Ibu yang bekerja memiliki peluang
sebesar 2 kali untuk memakai MKJP dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
2.6.4 Jumlah Anak Yang Hidup
Jumlah anak yang dimiliki, paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani
dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana yang salah satunya
menggunakan kontrasepsi mantap yaitu vasektomi dan tubektomi.
(Wiknjosatro,1999)
Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna
antara jumlah anak masih hidup dengam pemakaian kontrasepsi mantap. Dengan
interpretasi bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari 3 orang yang
masih hidup mempunyai peluang 7,5 kali lebih tinggi untuk memilih non kontap
dibandingkan dengan responden yang mempunyai anak masih hidup lebih dari
sama dengan 3 orang.
Noor (2002) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jumlah
anak yang masih hidup dengan pemakian kontrasepsi mantap. Akseptor KB yang
mempunyai anak lebih dari 3 orang cenderung lebih banyak menggunakan kontap
dibandingkan dengan anak hidup sebanyak 2 atau kurang.
35
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
54
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Hasil penilitian Purwoko (2000) dalam Ekarini (2008) jumlah anak hidup
mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang
akan digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat
kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas
rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak terdapat
kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
Hasil penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara proporsi penggunaan MKJP dengan kelompok responden yang
memiliki jumlah anak hidup yang kecil dengan kelompok responden yang
memiliki jumlah anak yang lebih besar. Responden yang memiliki jumlah anak >
2 orang mempunyai kemungkinan 20x lebih besar untuk menggunakan MKJP
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak ≤ 2 orang.
Menurut BKKBN (1999) dalam Amiranty (2003), umur dan jumlah anak
yang pernah dilahirkan seorang wanita akan mempengaruhi tingkat pemakaian
kontrasepsi. Wanita dengan umur tinggi yang pada umumnya mempunyai anak
lebih banyak akan cenderung memakai kontrasepsi, terutama untuk membatasi
kelahiran. Sebaliknya pemakaian kontrasepsi pada wanita muda yang belum
mempunyai anak atau yang baru mempunyai anak dalam jumlah sedikit
cenderung ditujukan untuk menjarangkan dan atau menunda kehamilan.
2.6.5 Jumlah Penghasilan
Menurut BKKBN (1999) dalam Ekarini (2008)tingkat pendapatan suatu
keluarga sangat berpengaruh terhadap kesertaan suami dalam berKB. Nampaknya,
bila PUS keduanya bekerja, berarti istri tidak bekerja atau memiliki pendapatan
sendiri.
Menurut Wesbrook (1984) menjelaskan bahwa orang-orang yang dengan
status sosial ekonomi rendah,kurang aktif dan lebih fatalistik atau respon menolak
bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi.
Bertrand (1984) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi adalah status sosio ekonomi. Semakin tingi status sosio
ekonomi seseorang maka semakin mudah untuk menggunakan kontrasepsi.
2.6.6 Kelengkapan Pelayanan KB
36
37
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
55
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Pasien atau masyarakat yang mengalami kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan cenderung memetuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana
pengobatan yang telah disepakati, namun jika yang terjadi sebaliknya maka pasien
tersebut akan beralih ke dokter atau pengobatan lain.(Imbalo,2006)
2.6.7Jarak Ke Tempat Pelayanan
Menurut Depkes (2007) pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan
dengan akses geografi, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat
memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan ini adalah hubungan antara lokasi
suplai dan lokasi dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau
biaya tempuh. Hubungan antara akses geografi dan volume dari pelayanan
bergantung dari jenis pelayanan oleh berkurangnya sumber dana yang ada.
Peningkatan akses dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun
biaya tempuh. Fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada belum digunakan dengan
efesien oleh masyarakat karena lokasi pusat-pusat pelayanan tidak berada dalam
radius masyarakat banyak dan lebih banyak berpusat di kota-kota dan lokasi
sarana yang tidak terjangkau dari segi perhubungan.
2.6.8 Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dalam pemasaran sosial KB dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan
dan penggunaan alat kontrasepsi. Secara implicit terdapat dua aspek penting dari
harga atau biaya yaitu: aspek finansial dan aspek non finansial. Aspek finansial
yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi
serta alat kontrasepsi. Aspek non finansial yaitu usaha, waktu, dan
ketidaknyamanan yang dialami oleh akseptor dalam upayanya memperoleh
produksi sosial yang ditawarkan. Pada sisi lain, biaya dengan aspek finansial
mempunyai aksesbilitas, dimana biaya dapat mempengaruhi jangkauan terhadap
calon akseptor. Semakin mahal harganya semakin terbatas akses calon akseptor
untuk mendatangi sarana pelayanan tersebut dan alat kontrasepsi tertentu.
(BKKBN, 1994) dalam (Kemala, 2002).
Menurut Bruce (1989) dalam Amiranty (2003) hukum pasar menunjukkan
bahwa pelayanan kontrasepsi yang lebih baik dengan harga yang tepat akan
menarik lebih banyak klien. Sedangkan dalam pemasaran sosial KB, biaya
dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan dan pemakaian alkon. Biaya yang
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
56
Lampiran 3
Universitas Indonesia
dikeluarkan dapat mempengaruhi jangkauan terhadap calon akseptor. Semakin
mahal harganya semakin terbatas akses calon akseptor untuk mendatangi sarana
pelayanan tersebut dan pemilihan alat kontrasepsi tertentu.(BKKBN, 1994)
Menurut Easterlin (1975) dalam Bakir (1984) menyatakan bahwa
pasangan suami istri akan mempunyai keinginan atau motivasi untuk membatasi
kehamilan dalam bentuk pemakaian alat kontrasepsi yang bersangkutan jika biaya
atau pengorbanan yang harus mereka keluarkan untuk tujuan ini relatif kecil atau
tidak ada sama sekali.
Hasil penelitian Wijayanti (2004) dalam Ekarini (2008) akibat
ketidaktahuan masyarakat di desa Timpik tentang metode MOP, mereka
mengemukakan berbagai alasan, salah satunya biaya MOP atau vasektomi yang
mahal. Alasan tersebut dikaitkan dengan penghasilan mereka sebagai petani kecil
dan mereka menganggap tidak akan mampu menjangkau metode ini.
Hasil penelitian Kemala (2002) menyatakan ada hubungan antara biaya
pelayanan KB dengan penggunaan MKJP dengan p value 0,001. Wanita yang
mengeluarkan biaya lebih dari 10,000 rupiah mempunyai peluang 3,87 kali untuk
memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan wanita yang mengeluarkan
biaya pelayanan KB 2000 rupiah atau kurang.
Dalam penelitian Amiranty (2003) menyatkan ada perbedaan yang
signifikan biaya pelayanan KB antara pemakai MKJP dengan pemakai non MKJP.
Responden yang mengeluarkan biaya KB sebesar 2000-5500 memiliki peluang
sebesar 8,11 kali untuk memakai MKJP dibandingkan yang harus mengeluarkan
biaya sebesar < 2000 rupiah.
2.6.9 Dukungan Suami
Hartanto (2004) dalam Purba (2009) mengatakan bahwa kontrasepsi tidak
dapat dipakai oleh istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal
bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang
terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk
kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.
38
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
57
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.6.10 Dukungan Keluarga
Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang oleh
anggota sebagai suatu yang dapat bermanfaat. Keluarga adalah dua orang atau
lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasi sebagai bagian dari keluarga (Friedmen ,1998).
Menurut Friedmen (1998) dukungan keluarga merupakan salah satu faktor
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Peran dukungan keluarga
sendiri terbagi menjadi peran formal yaitu peran yang tampak jelas, bersifat
eksplisit misalnya peran suami dan peran informasi seperti bantuan langsung dari
kelaurga. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan sosial yang dipandang
oleh anggota keluarga. Dukungan keluarga (suami/ istri) memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan. Baik keluarga ini maupun keluarga besar berfungsi sebagai
system pendukung bagi anggota anggotanya.
Hasil penelitian Pembayun (2003) menyatakan tidak ada hubungan
bermakna antara dorongan lingkungan dengan pemakaian kontrasepsi mantap.
2.6.11 Pengetahuan Tentang MKJP
Dalam memperkenalkan cara-cara kontrasepsi kepada masyarakat tidak
mudah untuk segera diterima karena menyangkut pengambilan keputusan oleh
masyarakat untuk menerima cara-cara kontrasepsi tersebut. Menurut Rogers, ada
empat tahap untuk mengambil keputusan untuk menerima inovasi tersebut yaitu
tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan
keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Melalui tahap-tahap
tersebut, inovasi bisa diterima maupun ditolak.
Studi yang dilakukan oleh Anne R Pebley dan James W Breckett (1982)
dalam Kartini (2009) menemukan bahwa ”Sekali wanita mengetahui tempat
pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting
dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan
anatara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang
digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit
menggunakan metode kontrasepsi tradisional.” Pengetahuan yang benar tentang
39
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
58
Lampiran 3
Universitas Indonesia
program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi
keikutsertaan masyarakat dalam program KB.
Menurut WHO dalam Kusumawati (2006) pengetahuan seseorang bersal
dari pengalaman yang bersal dari berbagai macam sumber, misalnya pendidikan,
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dekat,
dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang berprilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ibu yang mempunyai
pengetahun tinggi memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk menggunakan
MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah.
40
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
59
Lampiran 3
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi
model perilaku Green (2005) dan model kepercayaan kesehatan (Health Belief
Models)Lewin (1954).Dalam penelitian ini tidak semua variabel perilaku Green
dan akan diteliti. Variabel yang akan diteliti meliputi variabel independen yang
menggunakan (1). Faktor predisposisi (umur, status pekerjaan ibu, pendidikan,
jumlah anak yang hidup, dan jumlah penghasilan,),(2) Faktor pemungkin
(kelengkapan pelayanan KB,jarak ke tempat pelayanan KB, dan biaya
pemasangan alat kontrasepsi),(3) Faktor isyarat atau tanda (dukungan suami dan
keluarga), (4) Faktor ancaman (pengetahuan tentang MKJP). Sedangkan variabel
dependennya adalah pengunaaan metode kontrasepsi jangka panjang.Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
41 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
60
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Variabel Independen Variabel Dependen
Diagram 3 Kerangka Konsep
Modifikasi dari Teori Green (2005) dan Teori Lewin (1954)
Faktor Predisposisi
Umur
Pendidikan
Status Pekerjaan Ibu
Jumlah Anak Hidup
Jumlah Penghasilan
Faktor Pemungkin
Kelengkapan
Pelayanan KB
Jarak ke tempat
pelayanan KB
Biaya Pemasangan
alat kontrasepsi
Pengunaan
Metode
Kontrasepsi
Jangka
Panjang
(MKJP)
Faktor Isyarat atau Tanda
Dukungan Suami
Dukungan Keluarga
Faktor Ancaman
Pengetahuan Tentang
Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
42
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
61
Lampiran 3
Universitas Indonesia
3.2 Definisi Operasional
Tabel Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Umur Lamanya
seseorang
hidup sejak
dilahirkan
sampai pada
saat
sekarang,
dihitung
dalam tahun
(Depkes RI,
1998)
Wawancara Kuesioner 0. Nilai < 30
tahun
1. Nilai ≥
30tahun
(Hartanto,
1996)
Ordinal
2. Pendidikan Jenjang
sekolah
formal
tertinggi yang
dicapai oleh
seseorang.
(Diknas,
2003)
Wawancara Kuesioner 0.Pendidikan
dasar (SD,
SMP
sederajat)
1.Pendidikan
lanjutan
(SMA,
PT/Akademi)
Ordinal
3. Status
Pekerjaan
Ibu
Seseorang
yang
melakukan
kegiatan
ekonomi
dengan
maksud
memperoleh
atau
membantu
memperoleh
pendapatan
atau
keuntungan,
paling sedikit
1 jam (tidak
terputus)
dalam
seminggu
yang lalu
(BPS, 2009).
Wawancara Kuesioner 0. Tidakbekerj
a
1. Bekerja
Ordinal
43
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
62
Lampiran 3
Universitas Indonesia
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
4.
Jumlah anak
yang hidup
Jumlah anak
yang
dilahirkan
oleh seorang
dan masih
hidup sampai
saat ini
(Joeharno,20
08)
Wawancara
Kuesioner
0. 0- 2 orang
1. ≥ 3orang
Ordinal
5. Kelengkapan
Pelayanan
KB
Kelengkapan
pelayanan
yang
diberikan
oleh petugas
kesehatan
kepada
peserta
akseptor KB
Wawancara Kuesioner 0.Kurang jika
skor jawaban
≤ mean
1.Baik jika
skor jawaban
>mean
Ordinal
6. Jumlah
Penghasilan
Jumlah
penghasilan
yang
didapatkan
keluarga
selama 1
bulan
Wawancara Kuesioner 0. Rendah jika
≤ Rp 1.253.638
1.Tinggi jika
>Rp 1.253.638
Ordinal
7. Dukungan
Suami
Anjuran dari
suami untuk
memakai KB
Wawancara Kuesioner 0. Lemah jika
nilai
jawaban≤
mean
1. Kuat jika
nilai
jawaban >
mean
Ordinal
8. Dukungan
Keluarga
Anjuran
darikeluargau
ntuk
memakai KB
Wawancara Kuesioner 0. Lemah jika
nilai
jawaban≤
mean
1. Kuat jika
nilai
jawaban >
mean
Ordinal
44
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
63
Lampiran 3
Universitas Indonesia
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
9.
Pengetahuan
tentang
kontrasepsi
jangka
panjang
Yang
diketahui
responden
tentang
kontrasepsi
jangka
panjang
Wawancara
Kuesioner
0.Rendah jika
nilai
jawaban≤
mean
1. Tinggi nilai
jawaban>me
an
Ordinal
10. Pengunaan
Metode
Kontrasepsi
Jangka
Panjang
Akseptor KB
yang
menggunaka
n metode
kontrasepsi
jangka
panjang
Wawancara Kuesioner 0.Pengguna
metode
kontrasepsi
Non MKJP
1. Pengguna
metode
kontrasepsi
MKJP
Nominal
11. Biaya
pemasangan
alat
kontrasepsi
Semua
pengeluaran
yang
digunakan
untuk
memasang
kontrasepsi
Wawancara Kuesioner 0. Jika ≤
median
(10000)
1. Jika
>median
(10000)
Ordinal
12. Jarak ke
tempat
pelayanan
KB
Jarak yang di
tempuh oleh
akseptor KB
dari tempat
tinggalnya ke
lokasi
pelayanan
KB untuk
mendapatkan
pelayanan
KB
Wawancara Kuesioner 0. Jauh jika >
2,5 Km
1. Dekat Jika ≤
2,5 Km
(BPS,2002)
Ordinal
45
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
64
Lampiran 3
Universitas Indonesia
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara faktor predisposisi(umur,pendidikan,status pekerjaan ibu,
jumlah anak yang masih hidup, dan jumlah penghasilan,) dengan penggunaan
metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran
Mas Kota Depok Tahun.
2. Ada hubungan antara faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke
tempat pelayanan KB, dan biaya pemasangan alat kontrasepsi) dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
3. Ada hubungan antara faktor isyarat atau tanda (dukungan istri dan dukungan
keluarga) pekerjaan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
4. Ada hubungan antara faktor ancaman(pengetahuan tentang kontrasepsi MOW)
dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
46
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
65
Lampiran 3
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol yaitu
membandingkan subjek dengan penyakit (kasus) dengan subjek tanpa penyakit,
sebagai kontrol. Kemudian peneliti menghitung proporsi kasus yang terpajan dan
tidak terpajan, serta proporsi kontrol yang terpajan dan tidak terpajan. Ciri utama
desain kasus-kontrol adalah penelitian dimulai pada subjek dengan penyakit
(subjek) dan subjek tanpa penyakit (kontrol). Kelebihan desain penelitian kasus-
kontrol adalah hasil dapat diperoleh dengan cepat, biaya yang diperlukan relatif
sedikit, dan memerlukan subjek penelitian yang relatif sedikit.(Ariawan, 1998)
Diagram 4 Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol ( Sastroasmoro, 2002)
Ya
Tidak
Kasus
Kontrol
Ya
Tidak
Apakah ada
faktor risiko
Penelitian
dimulai
disini
retropektif
47 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
66
Lampiran 3
Universitas Indonesia
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di
wilayah kerja Puskesmas Pancoranmas Depok.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan kita
lakukan.(Hastono, 2008)
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik berupa hasil
perhitungan maupun ukuran, kuantitatif maupun kualitatif pada katakteristik
tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. (Nawawi, 1983).
Sedangkan menurut Sugiyono (2001)populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh akseptor KB di wilayah kerja
Puskesmas Pancoranmas Depok
4.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya kita ukur
dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi.(Hastono,
2008).
Menurut Suparman (1989) sampel adalah pendekatan bersifat analistik
kuantitatif yaitu mengumpulkan data dengan cara mencacah dan pengukuran
dengan menggunakan satuan hitungan.Dengan demikian data yang dikumpulkan
dapat dibuat klasifikasi secara kuantitatif.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam suatu penulisan sebagian individu yang diselidiki itu sebagai
sampel atau contoh.( Nawawi, 1997)
Sampel diambil dari populasi yang dipilih dengan karakteristik untuk
kasus adalah akseptor KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini sedangkan untuk kontrolnya
adalah akseptor KB yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
48
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
67
Lampiran 3
Universitas Indonesia
dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Rumus yang digunakan adalah
perhitungan besar sampel pada uji hipotesis terhadap dua proporsi didapatkan
formula rumus sebagai berikut (lemeshow, 1997):
{
[√ ]
[√ ] }
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini
= Proporsi kelompok kontrol yang terekspos
= Proporsi kelompok kasus yang diperkirakan terekspos
P =
= Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk= 0,05 adalah 1,96)
= Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
(power) sebesar diinginkan (untuk ß=0,2 adalah 0.84)
Dalam penelitian kasus-kontrol sering terjadi kasus sulit dicari namun
kontrol lebih mudah untuk dicari. Sehingga untuk satu kasus dapat digunakan
k control dan dengan desain seperti ini, pemanfaatan sampel menjadi lebih
efesien. Perhitungan besar sampel untuk desain satu kasus - k control
merupakan perluasan dari rumus sebelumnya, yaitu:
{
[√(
) ]
[√
] }
Dari penelitian sebelumnya didapat hasil sebagai berikut:
Variabel n
Kasus
n
Kontrol
n
Total
Umur
Jumlah Anak
Pekerjaan
Pendidikan
Penghasilan
Biaya
Dukungan Keluarga/Suami
Pengetahuan
Kelengkapan
0.9
0.8
0.7
0.5
0.4
0.4
0.7
0.3
0.5
0.6
0.3
0.45
0.2
0.1
0.1
0.4
0.1
0.2
31
15
61
39
32
32
42
62
39
62
30
122
78
64
64
88
124
78
93
45
183
117
96
96
130
186
117
49
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
68
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 195 akseptor KB. Enam puluh lima untuk
kelompok kasus yaitu pengguna metode kontrasepsi jangka panjang dan 130
lainnya untuk kelompok kontrol yaitu pengguna non metode kontrasepsi jangka
panjang.
4.3.3 Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel dengan cara simple random sampling.
Pencuplikan random sederhana (simple random sampling) dari suatu populasi
terbatas (finite population) merupakan metode pemilihan sampel dimana masing-
masing item (elemen) dari keseluruhan populasi memiliki peluang yang sama dan
independen untuk terpilih ke dalam sampel. (Murti, 2003)
Peneliti mengambil sampel dengan cara mendatangi posyandu yang berada
di Puskesmas Pancoranmas dan ditambah dengan akseptor KB yang datang
berkunjung ke Puskesmas Pancoranmas. Peneliti memilih sampel secara acak
dibantu oleh kader posyandu, bidan puskesmas, dan PLKB.
4.4 Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.Pengambilan data primer menggunakan alat bantu berupa kuesioner
yang dipakai pada saat wawancara.Sedangkan data sekunder menggunakan
register KB.
4.5 Instrumen Penelitian
Kuesioner ini digunakan dalam pengumpulan data melalui proses
wawancara secara langsung kepada responden dan alat ini ditujukkan untuk
memperoleh jawaban yang akurat dari responden (notoadmojo,2002).
4.6 Manajemen Data
Semua data terkumpul maka data akan diolah dengan sofware pengolah
data dengan tahap-tahap berikut:
4.6.1 Editing
Merupakan kegaitan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau
kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca
50
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
69
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan
Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten.(Hastono, 2007)
4.6.2 Coding
Pada tahap ini dilakukan pengkualifikasian data dan pemberian kode dari
setiap jawaban dalam bentuk angka agar pada saat proses data dapat
mempermudah analisis data.
4.6.3 Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-
entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam
paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.(Hastono, 2007)
4.6.4 Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali
yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke komputer.
4.6.5 Analisis Data
Analisis data ini dilakukan sebagai penunjang kegiatan analisis dan upaya
pembuatan hipotesis.Teknik analisis yang digunakan adalah:
4.6.5.1 Analisis Univariat
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terhadap
variabel-variabel independen yang diteliti dengan mendeteksi nilai
ekstrim/outliner dengan melihat gambaran distribusi frekuensi variabel
dependent dan independent yang akan diteliti yang digambarkan dalam
bentuk tabel dan garfik.
Analisis univariat (analisis deskriptif) adalah analisis yang
menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara
berkelompok (Riyanto, 2009). Tujuan dilakukan analisis ini adalah untuk
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
(Hastono, 2007).
51
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
70
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Analisis univariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk
mendeskripsikan karakteristik responden menurut kasus dan kontrol,
dilakukan dengan menyajikan distribusi variabel yang diteliti dengan
statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk
mengetahui proporsi masing-masing variabel.
4.6.5.2 Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel dapat
diteruskan analisis yang lebih lanjut. Apabila analisis hubungan antara dua
variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Kegunaan
analisis bivariat bisa untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
signifikan antara dua variabel, atau bisa juga digunakan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kelompok
(sampel)
Pada tahap ini analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel dependen dan independenpada data dengan menggunakan
uji hipotesis dua variable kategorik yaitu uji beda proporsi atau Chi-
square.Chi square dapat digunakan untuk menentukan/menguji:
Ada tidaknya hubungan/asosiasi antara 2 variabel (Test of
Independency)
Apakah suatu kelompok homogen dengan sub kelompok lain (Test
of Homogenity)
Apakah ada kesesuaian antara pengamatan dengan parameter
tertentu yang dispesifikan (Goodnes of Fit)
Dasar dari uji kai kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang
diamati dengan frekuensi yang diharapkan.
Tujuan dari digunakannya kai kuadrat adalah untuk menguji
perbedaan proporsi/persentase antara beberapa kelompok data. Dilihat dari
segi datanya uji kai kuadrat dapat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel kategorik dengan variabel katagorik.
Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan
dependen, digunakan batas kemaknaan sebesar 0,05 (5%). Bila nilai
52
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
71
Lampiran 3
Universitas Indonesia
p<0,05 berarti ada hubungan bermakna, jika nilai p> 0,05 maka tidak ada
hubungan yang bermakna.
Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan faktor-faktor
resiko terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dan
mengetahui besar risiko (odds ratio) paparan terhadap kasus dengan
menggunakan tabel 2x2 sebagai berikut:
Tabel Distribusi Faktor Risiko
Pada Kelompok Kasus dan Kontrol
Penyakit
Pajanan
Kasus
(+)
Kontrol
(-)
Terpajan a b
Tidak Terpajan c d
Nilai besarnya Odds ratio ditentukan dengan rumus OR= a.d/b.c,
dengan confidence interval 95%.Hasil interpretasi sebagai berikut:
a. Bila OR lebih dari 1, dan CI 95% tidak mencakup nilai 1,
menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor
risiko.
b. Bila OR lebih dari 1, dan CI 95% mencakup nilai 1,
menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan
faktor risiko.
c. Bila OR kurang dari 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti
merupakan faktor protektif
53
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
72
Lampiran 3
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Karakteristik
Penggunaan alat kontrasepsisebagian besar menggunakan suntik yaitu 111
orang (56,9%) sedangkan AKDR/IUD diurutan kedua sebanyak 37 orang (19%)
sedangkan untuk alat kontrasepsi pil, implant/susuk , dan MOW, masing-masing
9,7%, 8,2%, dan 6,2%. Proporsi responden yang menggunakan metode
kontrasepsi non jangka panjang sebanyak 130 orang (66,7%) dan yang
menggunakan metode jangka panjang sebanyak 65 orang (33,3%).
Distribusi umur responden sebagian besar adalah responden yang berusia
≥ 30 tahun sejumlah 110 orang (56,4%) sementara sebanyak 85 responden
berumur < 30 tahun (43,6%).
Tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar berpendidikan
lanjut yaitu sebanyak 122 orang (62,6%) sedangkan responden yang tingkat
pendidikan dasar sebanyak 73 orang (37,4%). Sedangkan proporsi status
pekerjaan ibu, sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 145 orang (74,4%) dan
sebanyak 50 orang (25,6%) responden bekerja.
Persentasejumlah anak yang masih hidup, sebagian besar mempunyai anak
yang masih hidup 0-2 tahun sejumlah 120 orang (61,5%) sementara yang
memiliki anak yang masih hidup ≥ 3 yaitu 75 orang (38,5%) .
Distribusi responden berdasarkan jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi
sebagian besar berjarak jauh sejumlah 168 orang (86,2%) sementara responden
yang berjarak dekat sebanyak 27 orang (13,8%).
Proporsi biaya penggunaan alat kontrasepsi responden sebagian besar
biaya ≤10000 yaitu sejumlah 119 orang (61%) sementara yang berbiaya >10000
sebanyak39 orang (39%). Sedangkan untuk jumlah penghasilan responden
sebagian besar berpenghasilan tinggi yaitu sejumlah 135 orang (69,2%) sementara
responden yang berpenghasilan rendah 65 orang (30,8%).
Bedasarkan karakteristik kelengkapan pelayanan KB sebagian besar
respoden baik sejumlah 130 orang (66,7%) sementara responden yang kurang
sebanyak 65 orang (33,3%).
54 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
73
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Proporsi dukungan suami hampir merata. Responden dengan dukungan
suami lemah yaitu 100 orang (51,3%) sementara untuk dukungan suami kuat 95
orang (48,7%). Hal serupa ditemukan pada karakteristik dukungan keluarga
tersebar hampir merata. Responden yang memiliki dukungan keluarga lemah
sejumlah 98 orang (50,3%) sementara untuk dukungan kuat 97 orang (49,7%).
Proporsi pengetahuan ibu tentang MKJP sebagian besar responden
berpengetahuan rendah sejumlah 122 orang (62,6%) sementara responden yang
berpengetahuan tinggi 73 orang (37,4%).Gambaran umum karakteristik responden
secara lengkap tersaji pada Tabel 5.1.
55
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
74
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
No Variabel n %
1. Alat Kontrasepsi
Pil
Suntik
Implant/Susuk
IUD
MOW
19
111
16
37
12
9,7
56,9
8,2
19,0
6,2
Jumlah 195 100
2. Metode
Kontrasepsi
MKJP
Non MKJP
65
130
33,3
66,7
Jumlah 195 100
3. Umur
≥ 30 tahun
< 30 tahun
110
85
56,4
43,6
Jumlah 195 100
4. Tingkat
Pendidikan
Pendidikan Lanjut
Pendidikan Dasar
122
73
62,6
37,4
Jumlah 195 100
5. Status Pekerja
Ibu
Bekerja
Tidak Bekerja
50
145
25,6
74,4
Jumlah 195 100
6. Jumlah Anak
Yang Hidup
Jumlah Persentase
≥ 3 orang
0-2 orang
75
120
38,5
61,5
Jumlah 195 100
7. Jarak Ke Tempat
Pelayanan
Kontrasepsi
Jumlah Persentase
Jauh
Dekat
168
27
86,2
13,8
Jumlah 195 100
56
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
75
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
No Variabel n %
8. Biaya
Penggunaan Alat
Kontrasepsi
Jumlah Persentase
>10000
≤10000
76
119
39
61
Jumlah 195 100
9. Jumlah
Penghasilan
Jumlah Persentase
Tinggi
Rendah
135
65
69,2
30,8
Jumlah 195 100
10. Kelengkapan
Pelayanan KB
Jumlah Persentase
Baik
Kurang
130
65
66,7
33,3
Jumlah 195 100
11. Dukungan Suami Jumlah Persentase
Kuat
Lemah
95
100
48,7
51,3
Jumlah 195 100
12. Dukungan
Keluarga
Jumlah Persentase
Kuat
Lemah
97
98
49,7
50,3
Jumlah 195 100
13. Pengetahuan Ibu
Tentang MKJP
Jumlah Persentase
Tinggi
Rendah
73
122
37,4
62,6
Jumlah 195 100
57
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
76
Lampiran 3
Universitas Indonesia
5.1.1Gambaran Umum Sampel (Karakteristik Sampel)
Dari hasil uji univariatdidapatkan rata-rata umur ibu adalah 31,48 tahun
(95% CI: 30,44-32,51), dengan standar deviasi 7,316 tahun. Umur termuda 17
tahun dan umur tertua 56 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini rata-rata umur ibu adalah diantara 30,44-32,51 tahun.
Rata-rata jarak antara rumah responden dengan tempat pelayanan KB
adalah 1,8 Km (95% CI: 1,7-1,9), dengan standar deviasi 0,75 Km. Jarak terdekat
0,5 Km dan yang terjauh 4 Km. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini rata-rata jarak antara rumah responden dengan tempat
pelayanan KB adalah diantara 1,7-1,9 Km.
Biaya yang dikeluarkan responden dalam menggunakan KB yaitu rata-rata
19651,28 rupiah (95% CI: 9506,90-29795,66), dengan standar deviasi 71825,238
rupiah. Biaya termurah gratis (0 rupiah) dan yang paling mahal 1000000 rupiah.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata biaya
yang dikeluarkan oleh responden untuk menggunakan KB adalah diantara
9506,90 – 29795,66 rupiah.Gambaran umum sampel secara lengkap tersaji pada
Tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Karakteristik Sampel (Data Kontinyu)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variabel Mean SD Minimal -
Maksimal
95% CI
Umur 31,48 7,316 17-56 30,44 – 32,51
Jarak 1,8 0,75 0,5-4 1,7-1,9
Biaya 19651,28 71825,238 0-1000000 9506,90-29795,66
58
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
77
Lampiran 3
Universitas Indonesia
5.1.2 Gambaran Umum Faktor Predisposisi
Respondenyang berumur ≥ 30 tahun yang menggunakan MKJP, ada
sebanyak 46 orang (70,8%). Sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada
sebanyak 64 orang (49,2%).
Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 41 (63,1%)
responden berpendidikan lanjut. Sedangkan pada kelompok yang tidak
menggunakan MKJP, ada sebanyak 81 orang (62,3%) responden yang
berpendidikan lanjut.
Responden bekerja yang menggunakan MKJP sebanyak 17 orang (26,2%).
Sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 33 orang
(25,4%) yang bekerja.
Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 39 (60%) responden
yang mempunyai anak hidup ≥ 3 orang. Sedangkan yang tidak menggunakan
MKJP, ada sebanyak 36 orang (27,7%) yang memnpunyai anak hidup ≥ 3 orang.
Responden berpenghasilan tinggi yang menggunakan MKJP, ada sebanyak
47 orang (72,3%). Sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP
sebanyak 88 orang (67,7%).Gambaran umum faktor predisposisi responden secara
lengkap tersaji pada Tabel 5.4.
59
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
78
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variable Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP)
Jumlah
Ya (Kasus) Tidak
(Kontrol)
N % n % n %
Umur
≥ 30 tahun
< 30 tahun
46
19
70,8
29,2
64
66
49,2
50,8
110
85
56,4
43,6
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Pendidikan
Pendidikan Lanjut
Pendidikan Dasar
41
24
63,1
36,9
81
49
62,3
37,7
122
63
62,6
37,4
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Status Pekerjaan Ibu
Bekerja
Tidak Bekerja
17
48
26,2
73,8
33
97
25.4
74.6
50
145
25,6
74,4
Jumlah 95 100 130 100 195 100
Jumlah Anak Yang
Hidup
≥ 3 orang
0-2 Orang
39
26
60,0
40,0
36
94
27.7
72.3
75
120
38,5
61,5
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Penghasilan
Tinggi
Rendah
47
18
72,3
27,7
88
42
67.7
32.3
135
60
69,2
30,8
Jumlah 65 100 130 100 195 100
5.1.3 Gambaran Umum Faktor Pemungkin
Respondenyang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsinya dekat yang
menggunakan MKJP, ada sebanyak 17 orang (26,2%). Sedangkan pada kelompok
yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 10 orang (7,7%).
Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 35 (53,8%)
responden yang menyatakan biaya penggunaan kontrasepsi sebesar >10000.
Sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 30
orang (46.2%) responden yang menyatakan biaya penggunaan kontrasepsi mahal.
60
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
79
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Responden yang menyatakan kelengkapan pelayanan KB baik yang
menggunakan MKJP, ada sebanyak 57 orang (87,7%). Sedangkan pada kelompok
yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 73 orang (56,2%).Gambaran
umum faktor pemungkin responden secara lengkap tersaji pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Menurut Faktor Pemungkin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variable Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
Jumlah
Ya (Kasus) Tidak
(Kontrol)
n % n % n %
Jarak
Dekat
Jauh
17
48
26,2
73,8
10
120
7,7
92,3
27
168
13,8
86,2
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Biaya
>10000
≤10000
35
30
53,8
46,2
41
89
31.5
68.5
76
119
39
61
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Kelengkapan
Pelayanan KB
Baik
Kurang
57
8
87,7
12,3
73
57
56,2
43,8
130
65
66,7
33,3
Jumlah 65 100 100 100 195 100
5.1.4 Gambaran Umum Faktor Isyarat atau Tanda
Pada responden yang mendapatkan dukungan kuat dari suami yang
menggunakan MKJP, ada sebanyak 30 orang (46,2%). Sedangkan pada responden
yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 65 orang (50%).
Dari repondenyang mendapatkan dukungan kuat dari keluarga yang
menggunakan MKJP, ada sebanyak 35 orang (53,8%). Sedangkan pada responden
yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 62 orang (47,7%).Gambaran
umum isyarat atau tanda responden secara lengkap tersaji pada Tabel 5.6.
61
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
80
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Tabel 5.6
Distribusi Responden Menurut Faktor Isyarat atau Tanda
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variable Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP)
Jumlah
Ya (Kasus) Tidak
(Kontrol)
N % n % n %
Dukungan Suami
Kuat
Lemah
30
35
46,2
53,8
65
65
50
50
95
100
48,7
51,3
Jumlah 130 100 130 100 195 100
Dukungan Keluarga
Kuat
Lemah
35
30
53,8
46,2
62
68
47,7
52,3
97
98
49,7
50,3
Jumlah 65 100 130 100 195 100
5.1.5 Gambaran Umum Faktor Ancaman
Tabel 5.7
Distribusi Responden Menurut Faktor Ancaman
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variable Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
Jumlah
Ya (Kasus) Tidak
(Kontrol)
N % n % n %
Pengetahuan MKJP
Tinggi
Rendah
34
31
52,3
47,7
39
91
30
70
73
122
37,4
62,6
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Berdasarkan tabel 5.7 responden berpengetahuan tinggi yang
menggunakan MKJP, ada sebanyak 34 orang (52,3%). Sedangkan yang tidak
menggunakan MKJP, ada sebanyak 39 responden (30%).
62
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
81
Lampiran 3
Universitas Indonesia
5.2 Hubungan Antara Faktor Predisposisi, Pemungkin, Isyarat atau Tanda,
dan Ancaman
5.2.1 Hubungan antara Faktor Predisposisi (Umur Ibu, Pendidikan Ibu,
Status Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak Hidup, Jumlah Penghasilan) dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Hasil analisa hubungan umur ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden
yangberumur ≥ 30 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) responden sebesar 46 orang (70,8%), sedangkan responden yang tidak
menggunakan MKJP ada sebanyak64 orang (49,2%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p= 0,007 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara
signifikan antara umur ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 2,5
artinya responden yang berumur ≥ 30 tahun memiliki peluang sebesar 2,5 kali
lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dibandingkan responden yang berumur < 30 tahun. Dengan tingkat kepercayaan
95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 1,32-4,71.
Analisa hubungan pendidikan ibu dengan penggunaan metode kontarsepsi
jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara respondenyang
pendidikan lanjut yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
sebesar 41 orang (63,1%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP
sebanyak 81 orang (62,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara
pendidikan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
Hasil analisa hubungan status pekerjaan ibu dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
respondenbekerja yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
sebesar 17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP
ada sebanyak 33 orang (25,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1.000 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara
63
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
82
Lampiran 3
Universitas Indonesia
status pekerjaan ibudengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP).
Hasil analisa hubungan jumlah anak hidup dengan penggunaan metode
kontarsepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
responden yangmempunyai anak hidup ≥ 3 orang yang menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 39 orang (60%), sedangkan
responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 36 orang (27,7%). Hasil
uji statistik diperoleh nilai p = 0.005 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwaada hubungan secara signifikan antara jumlah anak hidup dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga
diperoleh informasi nilai OR sebesar 3,9artinya responden yang mempunyai
anak hidup ≥ 3 orangmemiliki peluang sebesar 3,9 kali lebih besar untuk
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan
responden yang mempunyai anak hidup 0-2. Dengan tingkat kepercayaan 95%
diyakini bahwa nilai OR berada diantara 2,09-7,34.
Hasil analisa hubungan jumlah penghasilan dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
responden yang penghasilan tinggi yang menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) yang penghasilan tinggi sebesar 47 orang (72,3%), sedangkan
responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 88 orang (67,7%). Hasil
uji statistik diperoleh nilai p = 0,622 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan secara signifikan antara jumlah penghasilan dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Gambaran hubungan
antara faktor predisposisi (umur Ibu, pendidikan, status pekerjaan ibu, jumlah
anak hidup, jumlah Penghasilan)dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) pada tabel 5.8.
64
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
83
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Tabel 5.8
Distribusi Responden
Menurut Faktor Predisposisi
(Umur Ibu, Pendidikan, Status Pekerjaan Ibu,
Jumlah Anak Hidup, Jumlah Penghasilan)
dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variabel Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
Jumlah OR
(95% CI)
Nilai p
Ya
(Kasus)
Tidak
(Kontrol)
n % n % n %
Umur
≥ 30 tahun
< 30 tahun
46
19
70,8
29,2
64
66
49,2
50,8
110
85
56,4
43,6
2,5
1,32-4,71
0,007
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Pendidikan
Pendidikan Lanjut
Pendidikan Dasar
41
24
63,1
36,9
81
49
62,3
37,7
122
63
62,6
37,4
1,0
0,56-1,91
1,000
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Status Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
17
48
26,2
73,8
33
97
25,4
74,6
50
145
25,6
74,4
1,0
0,53-2,05
1,000
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Jumlah Anak Hidup
≥ 3 orang
0-2 Orang
39
26
60,0
40,0
36
94
27,7
72,3
75
120
38,5
61,5
3,9
2,09-7,34
0,005
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Penghasilan
Tinggi
Rendah
47
18
72,3
27,7
88
42
67,7
32,3
135
60
69,2
30,8
1,3
0,65-2,40
0,622
Jumlah 65 100 130 100 195 100
65
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
84
Lampiran 3
Universitas Indonesia
5.2.2 Hubungan antara Faktor Pemungkin (Kelengkapan Pelayanan KB,
Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi)
dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Hasil analisa hubungan kelengkapan pelayanan KB dengan penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
responden yang kelengkapan pelayanan KB baik yang menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 57 orang (87,7%), sedangkan
responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 73 orang (56,2%). Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0.005 dengan demikian dapat disimpulkan bahwaada
hubungan secara signifikan antara kelengkapan pelayanan KB dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga
diperoleh informasi nilai OR sebesar 5,6artinya responden yang kelengkapan
pelayanan KB baikmemiliki peluang sebesar 5,6 kali lebih besar untuk
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan
responden yang kelengkapan pelayanan KB kurang. Dengan tingkat kepercayaan
95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 2.,48 -12,59.
Hasil analisa hubungan jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi
bahwa diantara respondenyang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi dekat yang
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 17 orang
(26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 10
orang (7,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 dengan demikian dapat
disimpulkan bahwaada hubungan secara signifikan antara jarakke tempat
pelayanan kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 4,3artinya
responden yang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsidekatmemiliki
peluang sebesar 4,3 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang jarak ke tempat pelayanan
kontrasepsijauh. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR
berada diantara 1,82-9,94.
Analisa hubungan biaya penggunaan alat kontrasepsi dengan penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
66
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
85
Lampiran 3
Universitas Indonesia
responden yangbiaya penggunaan alat kontrasepsi mahal yang menggunakan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan
responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 21 orang (16,2%). Hasil uji
statistik diperolehnilai p = 0,004 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan secara signifikan antara biaya penggunaan alat kontrasepsi dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga
diperoleh informasi nilai OR sebesar 2.5artinya responden yang biaya
penggunaan alat kontrasepsi>10000memiliki peluang sebesar 2.5 kali lebih
besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dibandingkan responden yang biaya penggunaan alat kontrasepsi ≤10000. Dengan
tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 1.37-4.67.
Gambaran hubungan antara faktor pemungkin(kelengkapan pelayanan KB, jarak
ke tempat pelayanan KB, biaya penggunaan alat kontrasepsi)dengan penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada tabel 5.9.
Tabel 5.9
Distribusi Responden
Menurut Faktor Pemungkin
(Kelengkapan Pelayanan KB, Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya
Penggunaan Alat Kontrasepsi)
dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variabel Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
Jumlah OR
(95% CI)
Nilai p
Ya
(Kasus)
Tidak
(Kontrol)
n % n % n %
Jarak
Dekat
Jauh
17
48
26,2
73.8
10
120
7,7
92,3
27
168
13,8
86,2
4,3
1,82-9,94
0,001
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Biaya
>10000
≤10000
35
30
53,8
46,2
41
89
31.5
68.5
76
119
31
69
2.5
1.37-4.67
0,004
Jumlah 65 100 130 100 195 100
Kelengkapan Pelayanan
Baik
Kurang
57
8
87,7
12,3
73
57
56,2
43,8
130
65
66,7
33,3
5,6
2,48-12,59
0,005
Jumlah 65 100 100 100 195 100
67
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
86
Lampiran 3
Universitas Indonesia
5.2.3 Hubungan antara Faktor Isyarat atau Tanda (Dukungan Suami dan
Dukungan Keluarga) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
Hasil analisa hubungan dukungan suami dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
responden yang dukungan suami kuat yang menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) sebesar 30 orang (46,2%), sedangkan yang tidak
menggunakan MKJP sebanyak 65 orang (50%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p
= 0,723 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara
signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP).
Hasil analisa hubungan dukungan keluarga dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
responden yang dukungan keluarga kuat yang menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan responden yang
tidak menggunakan MKJP sebanyak 62 orang (47,7%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,510 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan secara signifikan antara dukungan keluarga dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Gambaran hubungan antara faktor isyarat
atau tanda(dukungan suami dan dukungan keluarga)dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada tabel 5.10
68
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
87
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Tabel 5.10
Distribusi Responden
Menurut Faktor Isyarat atau Tanda
(Dukungan Suami dan Dukungan Keluarga)
dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Variabel Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
Jumlah OR
(95% CI)
Nilai p
Ya
(Kasus)
Tidak
(Kontrol)
n % n % n %
Dukungan Suami
Kuat
Lemah
30
35
46,2
53,8
65
65
50
50
95
100
48,7
51,3
0,9
0,47-1,56
0,723
Jumlah 130 100 130 100 195 100
Dukungan Keluarga
Kuat
Lemah
35
30
53,8
46,2
62
68
47.7
52.3
97
98
49,7
50,3
1,3
0,70-2,32
0,510
Jumlah 65 100 130 100 195 100
5.2.4Hubungan antara Faktor Ancaman (Pengetahuan Tentang Kontrasepsi
Jangka Panjang) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP)
Tabel 5.11
Distribusi Responden
Menurut Faktor Ancaman
(Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Jangka Panjang)
dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011
Pengetahuan
Ibu Tentang
MKJP
Penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP)
Jumlah OR
(95% CI)
Nilai p
Ya
(Kasus)
Tidak
(Kontrol)
n % n % n %
Tinggi
Rendah
34
31
52,3
47,7
39
91
30
70
73
122
37,4
62,6
2,6
1,38-4,73
0,004
Jumlah 65 100 130 100 195 100
69
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
88
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Berdasarkan tabel 5.11 memperlihatkan hasil analisa hubungan
pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi jangka panjang dengan penggunaan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
responden yang pengetahuan tinggi yang menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) sebesar 34 orang (52,3%), sedangkan responden yang
tidak menggunakan MKJP sebanyak 39 orang (30%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,004 dengan demikian dapat disimpulkan bahwaada hubungan secara
signifikan antara pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi jangka panjang
dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga
diperoleh informasi nilai OR sebesar 2,6artinya responden yang pengetahuan
tentang metode kontrasepsi jangka panjang tinggimemiliki peluang sebesar
2,6 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) dibandingkan responden yang pengetahuan tentang metode kontrasepsi
jangka panjang rendah. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR
berada diantara 1,38-4,73.
70
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
89
Lampiran 3
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian kasus kontrol.
Kelemahan pertama studi kasus kontrol terletak pada penggunaan logika yang
berkebalikan dengan paradigma eksperimen klasik, yaitu bahwa peneliltian
hubungan kausal paparan dan penyakit tidak diawali dengan identifikasi paparan
(sebagai penyebab) kemudian diikuti selama periode waktu tertentu untuk melihat
perkembangan penyakit (sebagai akibat), melainkan melihat akibatnya terlebih
dahulu, baru menyelidiki penyebabnya. Selain itu kasus kontrol rawan akan
terjadinya bias. Karena subjek kasus kontrol dipilih berdasarkan status
penyakitnya, maka dengan studi kasus kontrol pada umumnya tidak dapat
menghitung laju insidensi baik pada polulasi yang terpapar maupun tak terpapar.
(Murti, 2003)
Variabel dalam penelitian ini dibatasi dengan variabel dalam kerangka
konsep yang ada. Tidak semua variabel diikutsertakan dalam penelitian ini,
dikarenakan terdapat banyak keterbatasan diantaranya waktu, tenaga, dan dana
yang dimiliki oleh penulis.
Dalam menganalisis hasil penelitian ini hanya menggunakan analisis
statistic yang terbatas pada analisis univariat dengan menampilkan distribusi
frekuensi masing-masing variable dan analisis bivariat dengan uji chisquare untuk
melihat hubungan masing-masing variable independen dengan dependen,
sehingga belum dapat diketahui faktor-faktor yang paling berpengaruh.
6.2 Umur Ibu
Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor
intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi
biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah,
komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur
menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yangdibutuhkan. (Kusumanigrum,
2009)
71 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
90
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Pada penelitian ini, peneliti membagi umur dalam 2 kelompok yaitu ≥ 30
tahun (faktor resiko) dan < 30 tahun. Dari hasil analisis didapatkan diantara
responden berumur ≥ 30 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) sebanyak 46 orang (70,8%), sedangkan responden yang tidak
menggunakan MKJP, ada sebanyak64 orang (49,2%).Hasil
chisquarememperlihatkan ada hubungan secara signifikan antara umur ibu dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value0.007.
Responden yang berumur ≥ 30 tahun memiliki peluang sebesar 2,5 kali lebih
besaruntuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dibandingkan responden yang berumur < 30 tahun. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2002) yang menyatakan ada hubungan
yang bermakna antara umur dengan penggunaan MKJP, kemungkinan ibu yang
berumur tua untuk menggunakan kontrasepsi MKJP adalah sebesar 8 kali
dibandingkan ibu yang berumur muda.
SDKI (2007) menyatakan bahwa wanita muda cenderung menggunakan
cara KB suntik, pil dan susuk KB, sementara yang lebih tua cenderung memilih
kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, sterilisasi wanita dan sterilisasi pria.
Umur wanita menentukan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan
digunakan, karena umur wanita mempengaruhi keinginan terhadap jumlah anak
yang dimiliki. Umur wanita yang muda cenderung untuk mempunyai keinginan
anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berumur tua. Oleh
karena keinginan tersebut, wanita muda cenderung memilih menggunakan metode
kontrasepsi non jangka panjang seperti suntik dan pil.
6.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian
pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar
penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. (Manuaba,
1998)
72
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
91
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Dalam penelitian iniberdasarkan hasil analisis didapatkan responden
berpendidikan lanjut (SMA dan Akademik/PT) yang menggunakan MKJP
sebanyak 122 orang (62,6%),sedangkan responden yang tidak menggunakan
MKJP sebanyak 81 orang (62,3%). Pada uji chisquare memperlihatkan tidak ada
hubungan secara signifikan antara pendidikan ibu dengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 1,000.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ananta
(1992) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan lebih baik, mempunyai
hubungan yang positif dengan lama masa menggunakan kontrasepsi.
Keputusan seseorang dalam menentukan alat kontrasepsi yang digunakan
tidak selalu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki, banyak faktor
yang mempengaruhinya, diantaranya kepribadian, lingkungan individu, serta
pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan.
6.4 Status Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan ibu berkaitan erat dengan pendapatan keluarga. Status
pekerjaan ibu bisa menggambarkan tingkat pengambilan keputusan didalam
keluarga.
Hasil penelitian didapatkan informasi bahwa diantara responden
bekerjayang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
sebanyak17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP
ada sebanyak 33 orang (25,4%). Hasil chisquare diperoleh bahwa tidak ada
hubungan secara signifikan antara status pekerjaan ibudengan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 1,000.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amiranty (2003) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status pekerjaan dengan
penggunaan MKJP. Ibu yang bekerja memiliki peluang sebesar 2 kali untuk
memakai MKJP dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan karena sebagian besar
responden yang ikut dalam penelitian ini adalah ibu yang tidak bekerja, sehingga
tidak dapat dilihat hubungannya.
73
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
92
Lampiran 3
Universitas Indonesia
6.5 Jumlah Anak Hidup
Setiap anak merupakan cerminan harapan serta keinginan orang tua yang
menjadi pedoman dari pola pikir, sikap maupun perilaku dari orang tua tersebut.
Dengan demikian, setiap anak yang dimiliki oleh pasangan suami istri akan
memberi pertimbangan tentang apakah mereka ingin memiliki anak dan jika ingin,
berapa jumlah yang diinginkan. (Indira, 2009)
Dalam penelitian iniberdasarkan analisis didapatkan responden
yangmempunyai anak hidup ≥ 3 orang yang menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP)sebesar 39 orang (60%), sedangkan responden yang tidak
menggunakan MKJP ada sebanyak 36 orang (27,7%). Pada uji chisquare
memperlihatkan ada hubungan secara signifikan antara jumlah anak hidup dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP),responden yang
mempunyai anak hidup ≥ 3 orangmemiliki peluang sebesar 3,9 kali lebih besar
untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan
responden yang mempunyai anak hidup 0-2.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yusuf (2001) menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara proporsi penggunaan MKJP dengan
kelompok responden yang memiliki jumlah anak hidup yang kecil dengan
kelompok responden yang memiliki jumlah anak yang lebih besar. Responden
yang memiliki jumlah anak > 2 orang mempunyai kemungkinan 20x lebih besar
untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak ≤ 2
orang.
Jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan memberikan
pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil keputusan yang
tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai.
6.6Jumlah Penghasilan
Penghasilan sesorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
penerimaan dan pengambilan keputusan terhadap inovasi baru.
Hasil penelitian menunjukkandiantara responden yangberpenghasilan
tinggi yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 47
orang (72,3%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode
74
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
93
Lampiran 3
Universitas Indonesia
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak88 orang (67,7%). Hasil
chisquarememperlihatkantidak ada hubungan secara signifikan antara jumlah
penghasilan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dengan p value 0,622.
Hasil diatas tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bertrand
(1980) yang menyatakan bahwa penghasilan seseorang mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi. Walaupun demikian jumlah penghasilan tidak
menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi ada
faktor sosio psikologi seperti ukuran keluarga ideal, sikap terhadap KB,
komunikasi suami istri dan lain-lain.
6.7 Kelengkapan Pelayanan KB
Kelengkapan pelayanan KB dapat menggambarkan tingkat kualitas dari
pelayanan tersebut. Kualitas KB dianggap bermutu apabila pelayanan mampu
memberikan kepuasan pada akseptor dan sesuai dengan kode etik serta memenuhi
standar pelayanan.(Syaifudin, 2005)
Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa diantara responden yang
kelengkapan pelayanan KB baik yang menggunakan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) sebesar 77 orang (87,7%), sedangkan responden yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 73 orang
(56,2%). Hasil chisquare menunjukkan ada hubungan secara signifikan antara
kelengkapan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) dengan p value 0.005.Responden yang kelengkapan pelayanan
KB baik memiliki peluang sebesar 5,6 kali lebih besar untuk menggunakan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang
kelengkapan pelayanan KB kurang.
Hasil diatas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Green (1997)
yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan masuk dalam faktor yang mendukung
munculnya perilaku kesehatan.
Pasien atau masyarakat yang mengalami kepuasan terhadap pelayanan
kesehatan cenderung mematuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana
75
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
94
Lampiran 3
Universitas Indonesia
pengobatan yang telah disepakati, namun jika yang terjadi sebaliknya maka pasien
tersebut akan beralih ke dokter atau pengobatan lain.(Imbalo, 2006)
6.8Jarak Ke Tempat Pelayanan Kontrasepsi
Jarak ke tempat pelayanan merupakan salah satu factor yang berperan
dalam penggunaan sarana dan prasarana kesehatan, semakin dekat dengan fasilitas
kesehatan maka akan memudahkan sesorang untuk mengakses fasilitas kesehatan
yang ada.
Hasil penelitian ini didapatkanresponden yang jarak ke tempat pelayanan
kontrasepsi dekat yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
sebesar 17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)sebanyak 10 orang (7,7%). Hasil chisquare
diperoleh bahwa ada hubungan secara signifikan antara jarak ke tempat pelayanan
kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dengan p value = 0,001.Responden yang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi
dekat memiliki peluang sebesar 4,3 kali lebih besar untuk menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang jarak ke tempat
pelayanan kontrasepsi jauh.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan
Sukmawati (2001)yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara jarak ke
tempat pelayanan KB dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD.
Jarak yang dekat dengan fasilitas kesehatan memudahkan akseptor KB
untuk menjangkau dan mengakses pelayanan yang diberikan oleh fasilitas
kesehatan serta menambah tingkat pengetahuan akseptor KB. Penelitian ini
sejalan dengan teori Bertrand yang menyatakan bahwa jarak ke tempat pelayanan
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi.
6.9Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dalam penelitian ini didapatkanhasil bahwayang biaya penggunaan alat
kontrasepsi > 10000 yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)sebanyak 30 orang (46,2%). Hasil
76
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
95
Lampiran 3
Universitas Indonesia
chisquare disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara biaya
penggunaan alat kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) dengan p value 0,005. Responden yang biaya penggunaan alat
kontrasepsi> 10000 memiliki peluang sebesar 2.5 kali lebih besaruntuk
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan
responden yang biaya penggunaan alat kontrasepsi ≤ 10000.
Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian Kemala (2002) yang
menyatakan ada hubungan antara biaya pelayanan KB dengan penggunaan MKJP.
Wanita yang mengeluarkan biaya lebih dari 10.000 rupiah mempunyai peluang
3,87 kali untuk memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan wanita yang
mengeluarkan biaya pelayanan KB 2000 rupiah atau kurang.
Dalam pemasaran sosial KB dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan
dan penggunaan alat kontrasepsi. Secara implicit terdapat dua aspek penting dari
harga atau biaya yaitu: aspek finansial dan aspek non finansial.Aspek finansial
yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi
serta alat kontrasepsi.Pada sisi lain, biaya dengan aspek finansial mempunyai
aksesbilitas, dimana biaya dapat mempengaruhi jangkauan terhadap calon
akseptor. Semakin mahal harganya semakin terbatas akses calon akseptor untuk
mendatangi sarana pelayanan tersebut dan alat kontrasepsi tertentu. (BKKBN,
1994) dalam (Kemala, 2002).
6.10 Dukungan Suami
Menurut BKKBN (2000) penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung
jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi
yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Suami dan
istri harus saling mendukung dalam penggunaan metode kontrasepsi karena
kelurga berencana dan kesehatan reproduksi bukan hanya urusan pria atau wanita
saja.
Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa diantara yang dukungan suami
kuatyang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 30
orang (46,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 65 orang (50%).Hasil
77
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
96
Lampiran 3
Universitas Indonesia
chisquarediperoleh bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan
suami dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p
value 0,723.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tatarini (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antaradukungan suami
dengan pemakaian alat kontrasepsi (p value, 0,001).
Dukungan suami bukan satu-satunya faktor yang menentukan seorang istri
dalam memakai alat kontrasepi jangka panjang tetapi ada faktor lain seperti status,
pandangan pribadi, serta rasa keberdayaan seorang istri yang sangat menentukan
pilihan akan alat kontrasepsi yang digunakan.
6.11 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang yang
memiliki ikatan persaudaraan dapat berupa informasi, tingkah laku tertentu,
atapun materi.
Hasil penelitian menyatakan bahwa diantara responden yang dukungan
keluarga kuat yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 62 orang (47,7%). Hasil chisquare
diperoleh bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan keluarga
dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value
=0,510.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pembayun (2003) yang
menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara dorongan lingkungan dengan
pemakaian kontrasepsi mantap.
Dukungan keluarga dipengaruhi oleh kelas sosial, bentuk keluarga, latar
belakang keluarga dan tahap siklus kehidupan keluarga. (Gunarso,1999)
6.12 Pengetahuan Ibu Tentang MKJP
Menurut WHO dalam Kusumawati (2006)Pengetahuan dapat membentuk
keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai dengan keyakinan
78
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
97
Lampiran 3
Universitas Indonesia
tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.Menurut WHO dalam Kusumawati (2006)
Hasil penelitian ini didapatkandiantara responden yang pengetahuan tinggi
yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 34 orang
(52,3%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) sebanyak 39 orang (30%). Hasil chisquaremenunjukkan
ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang metode
kontrasepsi jangka panjang dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) dengan p value 0,004. Dari uji statistik juga diperoleh informasi
bahwaresponden yang pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang
tinggi memiliki peluang sebesar 2,6 kali lebih besar untuk menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
Penelitian ini sejalan dengan Yusuf (2001) yang menyatakan bahwa ibu
yang mempunyai pengetahun tinggi memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar
untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan
rendah.
Pengetahuan responden berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan
untuk menerima suatu inovasi. Pengetahuan responden yang tinggi
menggambarkan tingkat wawasan yang lebih luas sehingga lebih memudahkan
untuk menerima inovasi baru dan pengambilan keputusan yang sesuai.
Pengetahuan dapat menggambarkan status ekonomi seseorang dan tingkat
pendidikan seseorang.
79
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
98
Lampiran 3
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011 dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.Responden yang berumur ≥ 30 tahun yang menggunakan MKJP, ada sebanyak
46 orang (70,8%), sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 64
orang (49,2%). Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 41 (63,1%)
responden berpendidikan lanjut, sedangkan pada kelompok yang tidak
menggunakan MKJP, ada sebanyak 81 orang (62,3%) responden yang
berpendidikan lanjut. Responden bekerja yang menggunakan MKJP sebanyak 17
orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada
sebanyak 33 orang (2,4%) yang bekerja. Dari meraka yang menggunakan MKJP,
ada sebanyak 39 (60%) responden yang mempunyai anak hidup ≥ 3 orang.
Sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 36 orang (27,7%) yang
memnpunyai anak hidup ≥ 3 orang. Responden berpenghasilan tinggi yang
menggunakan MKJP, ada sebanyak 47 orang (72,3%), sedangkan responden yang
tidak menggunakan MKJP sebanyak 88 orang (67,7%).
2. Respondenyang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsinya dekat yang
menggunakan MKJP, sebanyak 17 orang (26,2%), sedangkan pada kelompok
yang tidak menggunakan MKJP, sebanyak 10 orang (7,7%). Dari mereka yang
menggunakan MKJP, sebanyak 35 (53,8%) responden yang menyatakan biaya
penggunaan kontrasepsi > 10000, sedangkan pada kelompok yang tidak
menggunakan MKJP sebanyak 30 orang (46,2%) responden yang menyatakan
biaya penggunaan kontrasepsi > 10000. Responden yang menyatakan
kelengkapan pelayanan KB baik yang menggunakan MKJP, sebanyak 57 orang
(87,7%), sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, sebanyak 73
orang (56,2%).
80 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
99
Lampiran 3
Universitas Indonesia
3. Pada responden yang mendapatkan dukungan kuat dari suami yang
menggunakan MKJP, sebanyak 30 orang (46,2%), sedangkan pada responden
yang tidak menggunakan MKJP, sebanyak 65 orang (50%). Dari repondenyang
mendapatkan dukungan kuat dari keluarga yang menggunakan MKJP, sebanyak
35 orang (53,8%), sedangkan pada responden yang tidak menggunakan MKJP,
sebanyak 62 orang (47,7%).
4. Responden berpengetahuan tinggi yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 34
orang (52,3%), sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 39
responden (30%).
5. Dari lima variabel faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu, status
pekerjaan ibu, jumlah anak hidup, jumlah penghasilan) hanya dua variabel yang
menunjukkan hubungan signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) yaitu umur ibu dan jumlah anak hidup.
6. Dari tiga variabel faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke
tempat pelayanan KB, biaya penggunaan alat kontrasepsi) semua variabel
memiliki hubungan signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP) yaitu kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat pelayanan KB
dan biaya penggunaan alat kontrasepsi .
7. Dari dua variabel faktor isyarat atau tanda yaitu dukungan suami dan keluarga
tidak ada yang menyatakan hubungan signifikan terhadap penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
8. Faktor ancaman yaitu pengetahuan tentang penggunaan MKJP menunjukkan
hubungan yang signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang (MKJP).
7.2 Saran
7.2.1Bagi Puskesmas Pancoranmas
1. Terus meningkatkan kualitas pelayanan KB, dengan mengikutkan tenaga
kesahatan yaitu bidan dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak
terkait seperti persatuan profesi maupun dinas kesahatan. Melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap SOP yang telah ditetapkan secara rutin sehingga dapat
mengetahui secara menyeluruh proses pelayanan yang terjadi.
81
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
100
Lampiran 3
Universitas Indonesia
2.Untuk meningkatkan upaya konseling, informasi, dan edukasi kepada WUS
tentang jenis, cara pemakaian, efektifitas, dan efek samping MKJP terutama pada
wanita fase reproduksi sehat (20-30 tahun) yang dapat disisipkan pada kegiatan
posyandu dan kegiatan di dalam gedung puskesmas.
3. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang MKJP pada WUS terutama
jenis, cara pemasangan, efektivitas, dan efek samping dengan cara memberikan
konseling yang intensif kepada calan akseptor KB melalui media-media perantara
seperti leaflet, poster, dan lembar balik KB.
7.2.2Bagi Dinas Kesehatan Depok dan Badan Keluarga Berencana Daerah
(BKBD)
1. Peningkatan akseptor KB MKJP dapat dilakukan dengan membuat kerjasama
antara dinas terkait dengan pihak swasta seperti BPS, rumah sakitagar biaya
penggunaan alat kontrasepsi MKJP dapat terjangkauoleh masyarakat luas.
Mempertahankan dan memperluas jangkauan safari KB yang dilakukan pihak-
pihak terkait, agar calon akseptor MKJP yang terkendala biaya penggunaan alat
kontrasepsi dapat mengakses dengan gratis.
2. Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif dan agresif kepada masyarakat
tentang biaya MKJP yang terjangkau melalui leaflet, poster, dan informasi yang
disisipkan dalam kegiatan kemasyarakatan seperti posyandu, pertemuan kader,
dan penyuluhan KB
3. Meningkatkan kerjasama dengan banyak pihak terutama bidan praktek swasta
(BPS) agar calon akseptor KB MKJP dapat dengan mudah mengakses alat
kontrasepsi jangka panjang.
4. Sosialisai pola pemakaian yang rasional perlu dilakukan terus menerus dengan
bekerja sama dengan pihak-pihak terkait terutama pada WUS yang mempunyai
anak 1-2 orang yang ingin menunda atau mengakhiri kehamilan.
7.2.3 Bagi Peneliti Lain
1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam terhadap faktor-faktor
lain yang mungkin berhubungan dengan penggunaan MKJP, sehingga dapat
diketahui faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan MKJP.
82
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
101
Lampiran 3
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Amiranty, Mira. (2003). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
PemakaianMetode Kontrasepsi Jangka Pada Akseptor KB di Propinsi Maluku
dan Papua pada Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder Sosial Ekonomi
Nasional 2001). Depok: Skipsi FKM UI.
Anonymous. BAB 2 Tinjauan Pustaka. October 18, 2011.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19990/.../Chapter%20II.pdf
Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metodologi Sampel pada Penelitian Kesehatan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Bakier, Zaenab. (1984). Analisa Penggunaan Alat Kontrasepsi di Indonesia:
Faktor yang Mempengaruhi Berdasarkan Data Sensus Penduduk 1980, Buku
II. Jakarta: BPS.
Bappenas. (1996). Kependudukan dan Keluarga Berencana. October 18, 2011.
http://bappenas.go.id/get-file-server/node/6613/
BKKBN. (1992). Informasi Dasar Gerakan KB Nasional. Jakarta: BKKBN.
BPS. (2007). Statistik Kesejahteraan Rakyat Welfare 2006. Jakarta: BPS.
BPS, BKKBN, Depkes, & Macro International. (2008). Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: BPS, BKKBN, Depkes, & Macro
International.
Dayanara, Amira D. (2011). Jumlah Penduduk Dunia Diperkirakan Capai 7
Miliar Tahun 2011. October 18, 2011. http://www.finance.detik.com.htm
Depkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Ekarini, Sri. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali. October 28, 2011. Program Pasca Sarjana FKM UNDIP.
http://www.eprints.undip.ac.id/
Hartanto, Hanafi. (2002). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar.
83 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
102
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Hastono, Sutanto P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Kemala, Sukma. (2002) Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Biaya Pelayanan
KB Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita
Usia Subur di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2001. Depok. Skripsi FKM
UI.
K T , Laksmi Indira. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis
Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Keluarga Miskin.October 28, 2011.
Fakultas Kedokteran UNDIP.http://www.eprints.undip.ac.id/
Kusumaningrum, Radita. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur (Karya Tulis
Ilmiah). October 28, 2011. Fakultas Kedokteran UNDIP.
http://www.eprints.undip.ac.id/
Lemesshow, Stanley & Lwanga, Stephen K. (1997). Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan (Pramono, Dibyo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (199). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obsetri. Jakarta: EGC.
Murti, Bhisma. (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Notoadmojo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Palti, Sandro A. (2010). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di Kelurahan Suka Raja
Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010. November 12, 2011. FKM USU.
http://repository.usu.ac.id/
Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2009. Depok: Dinas Kesehatan Kota Depok
Profil UPT Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas 2010. Depok: UPT Puskesmas
Kecamatan Pancoran Mas 2010.
84
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
103
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Purba, J. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi
Pada Istri PUS di Kecamatan Rambar Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun
2008. Medan: Sekolah Pasca SarjanaUSU.
Sabri, Luknis, &Hastono, Sutanto P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Saifuddin, Abdul Bari. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworihardjo.
Sastroasmoro, Sudigdo, & Ismael, Sofyan. (2002). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Syarief, Sugiri. (2010). Kebijakan BKKBN Dalam Peningkatan Kesertaan
Masyarakat Ber-KB. December 25, 2011.
http://www.pkmi-online.com/download/kebijakan_bkkbn.ppt
Yusuf, Alfiat. (2001). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Tanjung Batu Kabupaten Ogan
Komering Ilir Sumatera Selatan Tahun 2000. Depok: Skipsi FKM UI.
Wiknjosastro, Hanifa. (1999). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Praworihardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. (1998). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Praworihardjo.
85
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
104
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Umur Ibu
Statistics
Umur Ibu N Valid 195
Missing 0 Mean 31.48 Median 31.00 Mode 32 Std. Deviation 7.316 Minimum 17 Maximum 56
Descriptives
31.48 .52430.44
32.51
31.2231.00
53.5297.316
17563910
.503 .174
.008 .346
MeanLower BoundUpper Bound
95% Conf idenceInterv al for Mean
5% Trimmed MeanMedianVarianceStd. Dev iationMinimumMaximumRangeInterquart ile RangeSkewnessKurtosis
Umur IbuStat ist ic Std. Error
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
105
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Hubungan Antara Umur dengan MKJP
605040302010
Umur Ibu
40
30
20
10
0
Freq
uenc
y
Mean = 31.48Std. Dev. = 7.316N = 195
Histogram
Umur_2 * Kb_2 Crosstabulation
66 19 8550.8% 29.2% 43.6%
64 46 11049.2% 70.8% 56.4%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
< 30 tahun
> dari 30 tahun
Umur_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Chi-Square Tests
8.175b 1 .0047.323 1 .0078.379 1 .004
.006 .003
8.133 1 .004
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 28.33.
b.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
106
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Pendidikan Ibu
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tidak sekolah/tidak
tamat SD 7 3.6 3.6 3.6
SD 22 11.3 11.3 14.9 SLTP 44 22.6 22.6 37.4 SLTA 109 55.9 55.9 93.3 Perguruan Tinggi 13 6.7 6.7 100.0 Total 195 100.0 100.0
Risk Estimate
2.497 1.322 4.714
1.335 1.098 1.622
.535 .340 .841195
Odds Rat io f or Umur_2(< 30 tahun / > dari 30tahun)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
6543210
Pendidikan Ibu
120
100
80
60
40
20
0
Fre
qu
en
cy
Mean = 3.51Std. Dev. = 0.91N = 195
Histogram
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
107
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan) didk_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Pendidikan Dasar (<SMA) 73 37.4 37.4 37.4
Pendidikan Lanjut (SMA dan PT/Ak) 122 62.6 62.6 100.0
Total 195 100.0 100.0
Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan MKJP
didk_2 * Kb_2 Crosstabulation
49 24 7337.7% 36.9% 37.4%
81 41 122
62.3% 63.1% 62.6%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2
Count% within Kb_2
Pendidikan Dasar (<SMA)
Pendidikan Lanjut (SMAdan PT/Ak)
didk_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Chi-Square Tests
.011b 1 .917
.000 1 1.000
.011 1 .9171.000 .523
.011 1 .917
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 24.33.
b.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
108
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Pekerjaan Ibu
Pekerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Bertani 1 .5 .5 .5
Wiraswasta 21 10.8 10.8 11.3 Pegawai negeri/Swasta 22 11.3 11.3 22.6 Karyawan/buruh 6 3.1 3.1 25.6 Tidak bekerja/IRT 145 74.4 74.4 100.0 Total 195 100.0 100.0
Kerja_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Tidak Bekerja 145 74.4 74.4 74.4
Bekerja 50 25.6 25.6 100.0 Total 195 100.0 100.0
Risk Estimate
1.033 .558 1.914
1.011 .824 1.240
.978 .648 1.477195
Odds Rat io for didk_2(Pendidikan Dasar(<SMA) / PendidikanLanjut (SMA dan PT/Ak))For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
109
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan MKJP
Kerja_2 * Kb_2 Crosstabulation
97 48 14574.6% 73.8% 74.4%
33 17 5025.4% 26.2% 25.6%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
Tidak Bekerja
Bekerja
Kerja_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Chi-Square Tests
.013b 1 .908
.000 1 1.000
.013 1 .9081.000 .519
.013 1 .908
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 16.67.
b.
Risk Estimate
1.041 .528 2.054
1.014 .806 1.275
.974 .621 1.527195
Odds Rat io for Kerja_2(Tidak Bekerja / Bekerja)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
110
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Jumlah Anak Hidup
Jumlah anak hidup
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 0 2 1.0 1.0 1.0
1 63 32.3 32.3 33.3 2 55 28.2 28.2 61.5 3 43 22.1 22.1 83.6 4 22 11.3 11.3 94.9 5 6 3.1 3.1 97.9 6 4 2.1 2.1 100.0 Total 195 100.0 100.0
Anak_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 0-2 120 61.5 61.5 61.5
> dari 3 75 38.5 38.5 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan antara Jumlah Anak Hidup dengan MKJP
Anak_2 * Kb_2 Crosstabulation
94 26 12072.3% 40.0% 61.5%
36 39 7527.7% 60.0% 38.5%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
0-2
> dari 3
Anak_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
111
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi yabg diigunakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid pil 19 9.7 9.7 9.7
suntik 111 56.9 56.9 66.7 implant/susuk 16 8.2 8.2 74.9 AKDR/IUD 37 19.0 19.0 93.8 sterilisasi wanita (mow) 12 6.2 6.2 100.0 Total 195 100.0 100.0
Kb_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Non MKJP 130 66.7 66.7 66.7
MKJP 65 33.3 33.3 100.0 Total 195 100.0 100.0
Chi-Square Tests
19.110b 1 .00017.769 1 .00018.951 1 .000
.000 .000
19.012 1 .000
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 25.00.
b.
Risk Estimate
3.917 2.091 7.336
1.632 1.266 2.103
.417 .278 .624195
Odds Rat io f or Anak_2(0-2 / > dari 3)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
112
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Jumlah Penghasilan
Statistics
Jumlah Penghasilan N Valid 195
Missing 0 Mean 1913589.7
4 Median 2000000.0
0 Mode 2000000 Std. Deviation 992306.71
4 Minimum 500000 Maximum 7000000
Gaji_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Rendah 60 30.8 30.8 30.8
Tinggi 135 69.2 69.2 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan Jumlah Penghasilan dengan MKJP
Gaji_2 * Kb_2 Crosstabulation
42 18 6032.3% 27.7% 30.8%
88 47 13567.7% 72.3% 69.2%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
Rendah
Tinggi
Gaji_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
113
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Jarak Ke Tempat Pelayanan KB
Jarak ketempat KB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid .50 8 4.1 4.1 4.1
1.00 60 30.8 30.8 34.9 1.50 14 7.2 7.2 42.1 2.00 61 31.3 31.3 73.3 2.50 25 12.8 12.8 86.2 3.00 26 13.3 13.3 99.5 4.00 1 .5 .5 100.0 Total 195 100.0 100.0
Chi-Square Tests
.433b 1 .510
.244 1 .622
.438 1 .508.622 .313
.431 1 .511
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
b.
Risk Estimate
1.246 .647 2.401
1.074 .874 1.320
.862 .549 1.352195
Odds Rat io f or Gaji_2(Rendah / Tinggi)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
114
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Jarak_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Jauh 168 86.2 86.2 86.2
Dekat 27 13.8 13.8 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan Jarak ke Tempat Pelayanan KB dengan MKJP
Jarak_2 * Kb_2 Crosstabulation
120 48 16892.3% 73.8% 86.2%
10 17 277.7% 26.2% 13.8%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
Jauh
Dekat
Jarak_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Chi-Square Tests
12.381b 1 .00010.882 1 .00111.628 1 .001
.001 .001
12.317 1 .000
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b.
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
115
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Biaya KB
Statistics
Harga untuk ber-KB N Valid 195
Missing 0 Mean 19651.28 Median 10000.00 Mode 10000 Std. Deviation 71825.238 Minimum 0 Maximum 1000000
Harga_5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid <= 10000 119 61.0 61.0 61.0
> 10000 76 39.0 39.0 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan Biaya dengan MKJP
Harga_5 * Kb_2 Crosstabulation
89 30 11968.5% 46.2% 61.0%
41 35 7631.5% 53.8% 39.0%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
<= 10000
> 10000
Harga_5
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
116
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Chi-Square Tests
9.067b 1 .0038.153 1 .0048.974 1 .003
.003 .002
9.020 1 .003
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 25.33.
b.
Risk Estimate
2.533 1.373 4.671
1.386 1.099 1.749
.547 .369 .812195
Odds Rat io f or Harga_5(<= 10000 / > 10000)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
117
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Kelengkapan Pelayanan KB
Statistics
Kelengkapan Pelayanan KB N Valid 195
Missing 0 Mean 22.62 Median 24.00 Mode 24 Std. Deviation 2.046 Minimum 14 Maximum 24
Lengkap_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid kurang 65 33.3 33.3 33.3
Baik 130 66.7 66.7 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan antara Kelengkapan Pelayanan KB dengan MKJP
Lengkap_2 * Kb_2 Crosstabulation
57 8 6543.8% 12.3% 33.3%
73 57 13056.2% 87.7% 66.7%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
kurang
Baik
Lengkap_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
118
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Dukungan Suami
Statistics
Dukungan Suami N Valid 195
Missing 0 Mean 8.49 Median 8.00 Mode 3 Std. Deviation 4.264 Minimum 0 Maximum 16
Chi-Square Tests
19.396b 1 .00018.003 1 .00021.505 1 .000
.000 .000
19.297 1 .000
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 21.67.
b.
Risk Estimate
5.563 2.457 12.595
1.562 1.308 1.864
.281 .143 .553195
Odds Rat io for Lengkap_2 (kurang / Baik)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
119
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
DukSu_1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Lemah 100 51.3 51.3 51.3
Kuat 95 48.7 48.7 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan antara dukungan Suami dengan MKJP
DukSu_1 * Kb_2 Crosstabulation
65 35 10050.0% 53.8% 51.3%
65 30 9550.0% 46.2% 48.7%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
Lemah
Kuat
DukSu_1
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Chi-Square Tests
.257b 1 .612
.126 1 .723
.257 1 .612.650 .362
.255 1 .613
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 31.67.
b.
Risk Estimate
.857 .472 1.557
.950 .779 1.158
1.108 .744 1.651195
Odds Rat io f or DukSu_1 (Lemah / Kuat)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
120
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Dukungan Keluarga
Statistics
Dukungan Keluarga N Valid 195
Missing 0 Mean 5.99 Median 5.00 Mode 3 Std. Deviation 3.511 Minimum 0 Maximum 15
DukKel_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Lemah 98 50.3 50.3 50.3
Kuat 97 49.7 49.7 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan MKJP
DukKel_2 * Kb_2 Crosstabulation
68 30 9852.3% 46.2% 50.3%
62 35 9747.7% 53.8% 49.7%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
Lemah
Kuat
DukKel_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
121
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Pengetahuan Tentang MKJP
Statistics
Pengetahuan Tentang MKJP N Valid 195
Missing 0 Mean 5.16 Median 3.00 Mode 0 Std. Deviation 5.993 Minimum 0 Maximum 27
Chi-Square Tests
.656b 1 .418
.433 1 .510
.657 1 .418.450 .255
.653 1 .419
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 32.33.
b.
Risk Estimate
1.280 .704 2.324
1.086 .890 1.325
.848 .569 1.264195
Odds Rat io f or DukKel_2 (Lemah / Kuat)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
122
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Peng_2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Rendah 122 62.6 62.6 62.6
tinggi 73 37.4 37.4 100.0 Total 195 100.0 100.0
Hubungan antara Pengetahuan Tentang MKJP dengan MKJP
Peng_2 * Kb_2 Crosstabulation
91 31 12270.0% 47.7% 62.6%
39 34 7330.0% 52.3% 37.4%
130 65 195100.0% 100.0% 100.0%
Count% within Kb_2Count% within Kb_2Count% within Kb_2
Rendah
tinggi
Peng_2
Total
Non MKJP MKJPKb_2
Total
Chi-Square Tests
9.207b 1 .0028.279 1 .0049.086 1 .003
.003 .002
9.160 1 .002
195
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsy mp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 24.33.
b.
Risk Estimate
2.559 1.384 4.731
1.396 1.101 1.771
.546 .369 .807195
Odds Rat io f or Peng_2(Rendah / tinggi)For cohort Kb_2 = NonMKJPFor cohort Kb_2 = MKJPN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idenceInterv al
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
123
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA
PANJANG (MKJP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORANMAS KOTA DEPOK
TAHUN 2011
Informed Consent
Assalammu’allaikum Wr.Wb
Nama saya Rainy Alus Fienalia, mahasiswi Universitas Indonesia sedang
melakukan penelitian untuk melihat FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI
JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANCORANMAS KOTA DEPOK TAHUN 2011. Penelitian ini dilakukan
semata-mata untuk kepentingan akademik dan tidak akan berdampak negatif
kepada ibu, bapak ataupun keluarga. Setiap jawaban ataupun penjelasan yang ibu
berikan akan dijaga kerahasiaannya. Wawancara akan berlangsung sekitar 20
sampai 30 menit.
Paraf atau Tanda Setuju Responden
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
124
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA
PANJANG (MKJP)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORANMAS KOTA DEPOK
TAHUN 2011
I. Faktor Predisposisi
1. Identitas Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Alamat :
2. Pendidikan :
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/PT
3. Pekerjaan :
1. Bertani
2. Wiraswasta
3. Pegawai negeri / swasta
4. Karyawan / Buruh
5. Tidak bekerja / IRT
4. Jumlah anakyang hidup…………………….orang
5. Jumlah Penghasilan yang didapat selama satu bulan……………………..rupiah
Faktor Pemungkin
Penggunaan alat Kontrasepsi
6. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi ?
1. Ya
2. Tidak
7. Jika ”ya”....alat kontrasepsi apa yang digunakan ?
1. Kondom
2. Pil
3. Suntik
4. Implant/Susuk
5. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
6. Sterilisasi wanita (Metode Operasi Wanita/MOP)
8. Dimana ibu mendapatkan alat kontrasepsi?
1. Puskesmas
2. Bidan Praktek Swasta
3. Dokter Praktek
4. Rumah Sakit
5. Lainnya
9. Berapa jarak dari rumah Ibu ke tempat pelayanan kontrasepsi ?
...............................Km
10. Berapa lama (dalam menit) ibu tiba di tempat pelayanan kontrasepsi dari rumah
ibu ? ............................................................................menit
11. Apakah Ibu dikenakan biaya untuk mendapatkan alat kontrasepsi ?
1. Ya
2. Tidak
12. Berapa biaya yang Ibu keluarkan untuk mendapatkan alat
kontrasepsi?............................ rupiah
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
125
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Kelengkapan Pelayanan KB
13. Menurut Ibu apakah di tempat pelayanan KB yang yang ibu gunakan tersedia
lengkap berbagai jenis KB?
1. Lengkap 2. Cukup Lengkap 3. Kurang Lengkap 4. Tidak Lengkap
14. Apakah petugas menanyakan riwayat penyakit Ibu sebelum menggunakan alat
kontrasepsi?
1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu
15. Apakah petugas menanyakan KB yang pernah dipakai sebelumnya?
1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu
16. Apakah petugas memberikan penjelasan tentang macam-macam alat kontrasepsi?
1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu
17. Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi Ibu petugas menjelaskan tentang
efek samping alat kontrasepsi yang akan Ibu gunakan?
1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu
18. Apakah Ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi diberi lembar persetujuan
tindakan?
1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu
Faktor Isyarat atau Tanda
Dukungan Suami
19. Apakah Suami mendukung untuk menggunakan alat kontrasepsi ?
1. Sangat Mendukung 2. Mendukung 3. Cukup Mendukung
4. Kurang mendukung 5. Tidak Mendukung
20. Apakah Suami menyarankan menggunakan alat kontrasepsi tertentu?
1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak
21. Apakah Suami mengingatkan untuk mengontrol alat kontrasepsi yang digunakan?
1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak
22. Apakah Suami mengetahui tentang efek samping dari alat kontrasepsi?
1. Sangat Tahu 2. Tahu 3. Cukup tahu 4. Kurang Tahu 5.Tidak Tahu
Dukungan Keluarga
23. Apakah keluarga mendukung untuk menggunakan alat kontrasepsi ?
1. Sangat Mendukung 2. Mendukung 3. Cukup Mendukung
4. Kurang mendukung 5. Tidak Mendukung
24. Apakah keluarga menyarankan menggunakan alat kontrasepsi tertentu?
1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak
25. Apakah Keuarga mengingatkan untuk mengontrol alat kontrasepsi yang
digunakan?
1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak
26. Apakah Keluarga mengetahui tentang efek samping dari alat kontrasepsi?
1. Sangat Tahu 2. Tahu 3. Cukup tahu 4. Kurang Tahu 5.Tidak Tahu
Faktor Ancaman
Pengetahuan Tentang MKJP
27. Apakah Ibu mengetahui jenis/macam-macam alat kontrasepsi efektif (MKJP)?
1. Ya 2. Tidak (lanjut ke no 29)
28. Jika Ibu tahu, sebutkan jenis-jenis alat metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
tersebut?
1. IUD 2. Implant 3. MOW 4. MOP
5. Pil 6. Suntik 7. Kondom
29. Apakah Ibu mengetahui kelebihan atau manfaat dari pemakaian IUD?
1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 31)
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
126
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
30. Apa saja kelebihan pemakaian IUD?
1. Sangat Efektif
2. Tidak mempengaruhi volume ASI
3. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
4. Praktis
5. Lain-lain………….
31. Apa ibu mengetahui efek samping dari alat kontrase[si IUD?
1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 34)
32. Apa saja efek samping IUD tersebut?
1. Nyeri bagian perut
2. Haid lebih lama dan banyak
3. Perdarahan
4. Perforasi diniding rahim
5. Lain-lain………………
33. Menurut Ibu, apakah efek samping diatas berbahaya?
1. Sangat Berbahaya
2. Berbahaya
3. Cukup Berbahaya
4. Kurang Berbahaya
5. Tidak Berbahaya
6. Tidak Tahu
34. Apakah Ibu mengetahui kelebihan atau manfaat dari pemakaian Implant?
1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 36)
35. Apa saja kelebihan pemakaian implant?
1. Tidak mengganggu ASI
2. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
3. Pengembalian kesuburan cepet setelah pencabutan
4. Praktis
5. Lain-lain………….
36. Apa ibu mengetahui efek samping dari pemakaian Implant?
1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 39)
37. Apa saja efek samping implant tersebut?
1. Peningkatan/penurunan berat badan
2. Perdarahan
3. Nyeri ditempat pemasangan
4. Gangguan aktivitas
5. Lain-lain………………
38. Menurut Ibu, apakah efek samping diatas berbahaya?
1. Sangat Berbahaya
2. Berbahaya
3. Cukup Berbahaya
4. Kurang Berbahaya
5. Tidak Berbahaya
6. Tidak Tahu
39. Apakah Ibu mengetahui kelebihan atau manfaat dari pemakaian MOW(Steril)?
1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 41)
40. Apa saja kelebihan pemakaian MOW(Steril)?
1. Permanen
2. Efektivitas tinggi
3. Tidak menganggu pola haid
4. Praktis
5. Lain-lain………….
41. Apa ibu mengetahui efek samping dari pemakaian MOW(Steril)?
1. Tahu 2. Tidak tahu (Pertanyaan berakhir Disini)
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
127
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
40. Apa saja efek samping MOW(Steril) tersebut?
1. Perubahan pola haid
2. Nyeri sekitar operasi
3. Perubahan libido
4. Parut diluka operasi
5. Lain-lain………………
42. Menurut Ibu, apakah efek samping diatas berbahaya?
1. Sangat Berbahaya
2. Berbahaya
3. Cukup Berbahaya
4. Kurang Berbahaya
5. Tidak Berbahaya
6. Tidak Tahu
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
128
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Lampiran 3
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
129
Lampiran 3
Universitas Indonesia
(Lanjutan)
Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012