Konservasi Pura Tirta Bulan di Desa Singapadu Tengah ......Gambar 1. Pancoran Tirta Sisi Utara....

8
Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 7, A 001-008 https://doi.org/10.32315/ti.7.a001 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 | A 001 Fakultas Arsitektur & Desain, Unika Soegijapranata, Semarang ISBN 978-602-51605-7-8 E-ISBN 978-602-51605-5-4 Konservasi Pura Tirta Bulan di Desa Singapadu Tengah, Gianyar: Penataan Objek Bersejarah Berbasis Prinsip Ekowisata-Spiritual I Made Suarya 1 , I Nyoman Widya Paramadhyaksa 2 , I Gusti Agung Bagus Suryada 3 1 Lab. Perancangan Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana. 2,3 Lab. Arsitektur dan Budaya, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana. Korespondensi: [email protected] Abstrak Desa Singapadu Tengah adalah sebuah desa yang telah ditetapkan menjadi desa wisata baru dalam wilayah Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penetapan tersebut didasarkan pada keberadaan objek potensial yang sangat banyak. Di antara demikian banyaknya objek potensial yang ada, terdapatlah sebuah pura yang memiliki karakter berupa hidro arkeologi. Pura ini bernama Pura Tirta Bulan yang terletak di Desa Pakraman Negari. Pura Tirta Bulan merupakan pura yang menjadi tempat untuk melakukan pengelukatan (prosesi pembersihan menggunakan air suci). Pura yang berada di tepian sungai Oos ini, pada area Utama Mandala terdapat tinggalan berupa Goa yang dipercaya digunakan sebagai tempat bersemedi. Artikel ini memuat sebuah ringkasan dari hasil penelitian berkenaan dengan konsep penataan Pura Tirta Bulan yang akan dijadikan sebagai sebuah objek wisata religi. Penyusunan konsep desain ini dilakukan dengan berupaya mengakomodir segala gagasan dari banyak pihak, seperti dari pengelola pura, pemuka desa, pemuka agama, masyarakat, dan tentunya dari pihak pemerintah daerah. Kata-kunci : konsep, penataan, Pura, religi, wisata Pendahuluan Desa Singapadu Tengah merupakan salah satu desa yang telah ditetapkan sebagai destinasi wisata baru oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar. Karena desa ini memiliki berbagai daya tarik wisata potensial yang dapat dikembangkan. Desa Singapadu Tengah adalah sebuah desa tradisional Hindu Bali yang berada dalam wilayah Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penataan dan pengelolaan desa ini dilakukan berdasarkan falsafah Tri Hita Karana yakni suatu konsep adanya hubungan yang harmonis antara umat manusia, alam lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tim penyusun RPJM Desa Singapadu, 2010). Dalam Masterplan Desa Wisata Singapadu Tengah, memperlihatkan bahwa Desa Singapadu memiliki banyak daya tarik wisata potensial. Salah satu daya tarik wisata yang akan dikembangkan yakni Pura Tirta Bulan. Pura ini masuk sebagai destinasi wisata religi. Hal ini berkaitan dengan potensi dari daya tarik wisata tersebut yakni adanya sumber mata air yang disucikan oleh masyarakat setempat. Selain dari pada itu, daya tarik wisata ini juga mempunyai Goa yang dipercaya sebagai tempat bersemedi. Pura Tirta Bulan secara geografis terletak disisi Utara Desa Singapadu Tengah yang berbatasan dengan Desa Singapadu Kaler. Ada dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai objek ini, yakni dari jalan utama Singapadu- Ubud, selanjutnya masuk ke jalan lingkungan (± 3 meter) dan melewati melalui jalur pinggir sungai Tukad Oos. Kedua akses tersebut tentu

Transcript of Konservasi Pura Tirta Bulan di Desa Singapadu Tengah ......Gambar 1. Pancoran Tirta Sisi Utara....

  • Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 7, A 001-008 https://doi.org/10.32315/ti.7.a001

    Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 | A 001 Fakultas Arsitektur & Desain, Unika Soegijapranata, Semarang ISBN 978-602-51605-7-8 E-ISBN 978-602-51605-5-4

    Konservasi Pura Tirta Bulan di Desa Singapadu Tengah, Gianyar: Penataan Objek Bersejarah Berbasis Prinsip Ekowisata-Spiritual

    I Made Suarya1, I Nyoman Widya Paramadhyaksa2, I Gusti Agung Bagus Suryada3

    1 Lab. Perancangan Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana. 2,3 Lab. Arsitektur dan Budaya, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana. Korespondensi: [email protected]

    Abstrak Desa Singapadu Tengah adalah sebuah desa yang telah ditetapkan menjadi desa wisata baru dalam wilayah Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penetapan tersebut didasarkan pada keberadaan objek potensial yang sangat banyak. Di antara demikian banyaknya objek potensial yang ada, terdapatlah sebuah pura yang memiliki karakter berupa hidro arkeologi. Pura ini bernama Pura Tirta Bulan yang terletak di Desa Pakraman Negari. Pura Tirta Bulan merupakan pura yang menjadi tempat untuk melakukan pengelukatan (prosesi pembersihan menggunakan air suci). Pura yang berada di tepian sungai Oos ini, pada area Utama Mandala terdapat tinggalan berupa Goa yang dipercaya digunakan sebagai tempat bersemedi. Artikel ini memuat sebuah ringkasan dari hasil penelitian berkenaan dengan konsep penataan Pura Tirta Bulan yang akan dijadikan sebagai sebuah objek wisata religi. Penyusunan konsep desain ini dilakukan dengan berupaya mengakomodir segala gagasan dari banyak pihak, seperti dari pengelola pura, pemuka desa, pemuka agama, masyarakat, dan tentunya dari pihak pemerintah daerah. Kata-kunci : konsep, penataan, Pura, religi, wisata Pendahuluan

    Desa Singapadu Tengah merupakan salah satu desa yang telah ditetapkan sebagai destinasi wisata baru oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar. Karena desa ini memiliki berbagai daya tarik wisata potensial yang dapat dikembangkan. Desa Singapadu Tengah adalah sebuah desa tradisional Hindu Bali yang berada dalam wilayah Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penataan dan pengelolaan desa ini dilakukan berdasarkan falsafah Tri Hita Karana yakni suatu konsep adanya hubungan yang harmonis antara umat manusia, alam lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa (Tim penyusun RPJM Desa Singapadu, 2010). Dalam Masterplan Desa Wisata Singapadu Tengah, memperlihatkan bahwa

    Desa Singapadu memiliki banyak daya tarik wisata potensial. Salah satu daya tarik wisata yang akan dikembangkan yakni Pura Tirta Bulan. Pura ini masuk sebagai destinasi wisata religi. Hal ini berkaitan dengan potensi dari daya tarik wisata tersebut yakni adanya sumber mata air yang disucikan oleh masyarakat setempat. Selain dari pada itu, daya tarik wisata ini juga mempunyai Goa yang dipercaya sebagai tempat bersemedi. Pura Tirta Bulan secara geografis terletak disisi Utara Desa Singapadu Tengah yang berbatasan dengan Desa Singapadu Kaler. Ada dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai objek ini, yakni dari jalan utama Singapadu-Ubud, selanjutnya masuk ke jalan lingkungan (± 3 meter) dan melewati melalui jalur pinggir sungai Tukad Oos. Kedua akses tersebut tentu

  • Konservasi Pura Tirta Bulan Di Desa Singapadu Tengah, Gianyar: Penataan Objek Bersejarah Berbasis Prinsip Ekowisata-Spiritual

    A 002 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018

    nilainya sangat rendah. Selain dari pada itu, kondisi Pura juga perlu mendapat penataan terutama pada tiga area utama yakni area petirtan, jeroan dan area goa Pura Tirta Bulan. Material struktur bangunan pelinggih yang berbahan batu padas, kondisinya juga sudah banyak yang haus. Keberadaan pura yang berada ditepian sungai ini, tepatnya dipinggir tebing membutuhkan perhatian pada sistem drainase. Hal ini dapat dilihat, ketika musim hujan rembesan air yang berasal dari atas tebing secara tidak langsung tergenang di area jeroan Pura. Biasanya ketika volume air tinggi, tidak jarang air masuk ke mulut goa. Akibatnya, di dalam goa terdapat endapan lumpur yang menyebabkan level ketinggian mulut goa antara lantai goa dan langit-langit goa menjadi berkurang. Hal ini tentu mengakibatkan pengunjung akan mengalami kesulitan ketika memasuki mulut goa. Berdasarkan kajian awal, diperoleh sebuah gagasan untuk melakukan suatu upaya penyelamatan dan penataan kompleks bangunan Pura Tirta Bulan tersebut agar terhindar dari berbagai kerusakan. Tujuannya, selain untuk penyelamatan, sekaligus menjadikan Pura Tirta Bulan sebagai daya tarik wisata religi dan dapat mendukung pelaksanaan kegiatan wisata di Desa Singapadu Tengah. Artikel ini memuat ringkasan dari sebuah kajian studi kasus mengenai solusi berupa konsep penataan Pura Tirta Bulan yang nantinya dapat segera diaplikasikan guna dapat menjawab segala permasalahan keruangan dan kebutuhan wisata baru di Singapadu Tengah.

    Metode Penelitian

    Penelitian yang dilakukan ini menerapkan rangkaian metode pengumpulan data dan telaah data sebagai berikut.

    Metode Pengumpulan Data

    Dalam tahap pengumpulan data, tim peneliti menjalankan metode observasi langsung ke lapangan, wawancara, dan kajian pustaka. (1) Observasi langsung; (2) Wawancara; (3) Studi pustaka. Observasi langsung ke lapangan dilakukan dengan tujuan untuk dapat memperoleh segala gambaran mendetail secara

    langsung mengenai segala bentuk potensi dan permasalahan keruangan yang berlaku dalam Pura Tirta Bulan.

    Wawancara yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh segala gambaran deskriptif kualitatif mengenai: (a) segala macam ide maupun gagasan yang dimiliki oleh pihak PEMDA, pemuka desa, maupun anggota masyarakat setempat mengenai pengembangan objek ini; (b) memperoleh gambaran berkenaan dengan sejarah serta karakteristik objek; dan (c) berbagai gambaran permasalahan tentang aspek keruangan, tata nilai budaya, kepercayaan, sosial, dan aspek ekonomi yang berpeluang terjadi apabila kegiatan penataan kompleks pura ini menjadi objek wisata baru itu dilaksanakan. Kegiatan wawancara kepada berbagai narasumber ini dilakukan juga dengan tujuan untuk mendapatkan suatu kesamaan visi, misi, gagasan, hingga konsep penataan dan pengelolaan kompleks Pura Dalem itu.

    Studi pustaka yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk dapat mengumpulkan berbagai macam data yang secara langsung maupun tidak langsung berelasi dengan kasus penataan kompleks pura ini, seperti: data mengenai sejarah, data tentang aspek sosial budaya, data tentang prosesi ritual, gambaran pola aktivitas para civitas maupun para wisatawan dan data gambaran kondisi fisik bangunan kompleks Pura Tirta Bulan.

    Fokus Kajian

    Kajian yang dilakukan ini terfokus pada upaya melakukan pembahasan berkenaan dengan dasar-dasar penyusunan konsep desain penataan dan pengelolaan kompleks Pura Tirta Bulan Desa Pakraman Negari yang ada di wilayah Desa Singapadu Tengah sebagai objek wisata baru yang banyak mempertimbangkan aspek kebutuhan real pemedek dan wisatawan, konservasi, serta upaya proteksi terhadap sakralitas dan kesucian kompleks pura.

  • I Made Suarya

    Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 | A 003

    Kajian Pustaka

    Pada saat ini, perkembangan wilayah desa di Bali sebagai satu destinasi wisata baru berkembang semakin pesat. Hal ini disebabkan karena wilayah desa dan masyarakatnya di Bali memiliki potensi alam yang masih alami dan kebudayaan masyarakatnya yang unik. Kondisi ini menyebabkan munculnya wacana desa wisata sebagai alternatif pengembangan destinasi wisata yang selama ini masih didominasi oleh destinasi wisata konvensional. Menurut Inskeep (1991), pariwisata di wilayah perdesaan merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang menyajikan berbagai potensi desa, sehingga wisatawan dapat terlibat langsung dalam aktivitas masyarakat dan mempelajari tradisi dan budaya masyarakat setempat. Masyarakat desa secara aktif turut merencanakan, mengelola, dan memperoleh manfaat dari kunjungan para wisatawan. Oleh karena itu desa wisata diyakini merupakan terobosan untuk memberikan manfaat sektor pariwisata secara langsung terhadap masyarakat, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

    Meskipun demikian menurut Pitana (1999), pengembangan desa wisata masih menjadi alternatif yang sensitif, karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat apabila tidak direncanakan dan dikelola secara benar. Dalam upaya meminimalisir dampak negatif tersebut, maka pengembangan desa wisata harus melibatkan masyarakat desa dengan segala perangkatnya secara aktif (Muljadi, 2009). Dengan demikian, desa wisata dianggap mampu meningkatkan kesejahteraan, melestarikan alam, sosial dan budaya masyarakat. Kelestarian alam, sosial dan budaya masyarakat menjadi bermanfaat bagi keberlanjutan desa wisata karena merupakan potensi utama yang nantinya dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut. Ada suatu konsep pengembangan desa wisata yang harus diperhatikan merupakan pengembangan tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat desa sehingga tidak

    dapat direncanakan dan dikelola secara sepihak. Ada berbagai macam potensi suatu desa yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata dalam suatu desa wisata. Beberapa di antaranya berupa objek bangunan bersejarah maupun destinasi alam asri milik desa.

    Pengembangan pariwisata juga dapat berperan positif terhadap usaha pelestarian suatu area bersejarah yang dilestarikan, melalui beberapa cara: (a) penempatan jalur keluar masuk wisatawan dalam area secara tepat; (b) pengadaan tourist information; (c) pengelolaan infrastruktur secara terpadu; (d) pengaturan pola sirkulasi wisatawan; (e) sarana akomodasi pendukung; (f) penataan kembali lanskap dan landmark; (g) pengaturan jaringan pendukung dan utilitas Andrei (2013). Dalam hal pengelolaan dan keberlanjutannya, perlu dilakukan pengaturan (a) alur pengunjung; (b) antisipasi jumlah pengunjung; dan (c) usaha terintegrasi dengan penduduk setempat Patin (2010). Pada bagian lainnya, kebijakan mengenai pengelolaan objek wisata yang tegas terhadap wisatawan dapatmengingatkan bahwa para wisatawan juga ikut berperan dan bertanggung jawab terhadap pelestarian objek yang dikunjunginya itu Anagnostopoulos (1994).

    Hasil dan Pembahasan

    Gambaran Kondisi Eksisting

    Pura Tirta Bulan merupakan sebuah pura yang digunakan untuk memuja Tuhan dengan manifestasinya sebagai dewa penyucian. Pura ini tergolong Pura umum yang dipuja oleh seluruh umat Hindu. Di Pura ini terdapat tiga titik sumber mata air pancoran yang biasanya digunakan untuk melakukan penglukatan oleh warga sekitar Desa Singapadu Tengah.

    Pancoran tirta ini terletak dipinggir sungai Tuka Oos yang terkadang hilang ketika volume air sungai meningkat saat hujan lebat di hulu. Peningkatan volume air ini mengakibatkan pancoran tirta akan menghilang terendam air sungai. Oleh karena itu, ketika hujan masyarakat tidak berkenan ke area pancoran tirta karena cukup berbahaya. Terendamnya

  • Konservasi Pura Tirta Bulan Di Desa Singapadu Tengah, Gianyar: Penataan Objek Bersejarah Berbasis Prinsip Ekowisata-Spiritual

    A 004 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018

    area pancoran ini dipengaruhi oleh berubahnya aliran sungai Tukad Oos yang diakibatkan oleh adanya longsor pada sisi timur sungai. Longsor tersebut menutup jalur sungai sehingga aliran air menggerus area barat sungai, tepatnya tebing dibawah Pura Tirta Bulan yang level konturnya lebih rendah dari sisi timur. Tak khayal jika hal tersebut menyebabkan pada area pancoran menjadi tergenang ketika hujan lebat terjadi di hulu sungai.

    Gambar 1. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Pancoran tirta di Pura Tirta Bulan terdapat tiga titik, yakni sisi Utara berada tepat dibawah pohon beringin, dan pancoran tirta kedua serta ketiga berada disisi Selatan. Pancoran tirta kedua dan ketiga areanya lebih aman dari pada pancoran tirta sisi Utara. Karena tempatnya lebih tinggi dan terlindung oleh batu besar yang memblok aliran sungai (walaupun sungai dalam kondisi meluap).

    Gambar 2. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Sejarah Pura sendiri menurut pemangku (pendeta Pura) setempat berdiri sejak leluhurnya (tepatnya kakek pemangku yang sekarang) mendapat pewisik (petunjuk gaib) ketika mengalami kejadian yakni tidak bisa keluar dari sebuah goa. Setelah melakukan pemujaan, ia pun berjanji jika dapat keluar dari goa tersebut ia akan membangun pelinggih-pelinggih pelengkap pura. Mulut goa yang menjadi akses keluarnya tersebut merupakan area Pura Tirta Bulan saat ini. Akhirnya, setelah tiga hari berlalu ia pun dapat keluar dan selanjutnya memberi tahu kejadian tersebut kepada keluarga besarnya. Singkat cerita, dilakukanlah pembangunan pura dan pemberian nama terhadap pura tersebut dengan nama Pura Tirta Bulan.

    Gambar 3. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Gambar 4. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Di area pura sendiri terdapat beberapa pelinggih pengayengan untuk pemujaan kepada Dewa dengan menifestasi tertentu. Pada area jeroan atau utama mandala Pura Tirta Bulan, terdapat

  • I Made Suarya

    Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 | A 005

    pelinggih apit lawang yang berada di depan Candi Bentar sebagai entrance Pura. Selanjutnya, terdapat beberapa pelinggih antara lain Padmasana berada di Timur laut, pelinggih Dewi Gangga, pelinggih Segara, pelinggih Gedong Sari, pelinggih Taksu, Pengaruman, Piasan, dan pelinggih Asagan (lihat Gambar 1). Pelinggih-pelinggih tersebut menurut penuturan Jro Mangku Pura Tirta Bulan awalnya tidak sejumlah itu, akan tetapi setelah kejadian yang dialami oleh leluhurnya yang tersesat di dalam goa. Setelah mampu keluar dari goa akhirnya berjanji untuk melengkapi pelinggih-pelinggih pelengkap sebagai tempat pemujaan.

    Gambar 6. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Selain dari pada itu, pada area natar Pura perlu adanya penataan drainase. Karena ketika hujan terjadi, terdapat rembesan air hujan yang berasal dari tebing diatas Pura Tirta Bulan. Rembesan air ini selain menggenangi area natar Pura, juga mengalir ke sisi mulut goa yang menyebabkan adanya endapan lumpur yang membuat level ketinggian antara lantai dan langit-langit goa menjadi berkurang. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap kelancaran aksesibilitas pemedek untuk memasuki goa.

    Goa Pura Tirta Bulan ini cukup mudah untuk dicapai. Akan tetapi, pengunjung hanya dapat masuk ke goa dengan cara beriringan karena lebar mulut goa hanya cukup untuk satu orang. Setelah melewati mulut goa, pengunjung akan mulai mencium bau yang cukup menyengat, yakni bau kotoran kelelawar yang khas. Ketika mencapai titik terdalam goa pengunjung akan menemukan kelelawar yang bergelantungan

    pada sisi langit-langit goa. Pada area tersebut pengunjung akan melihat pelinggih untuk pemujaan. Pelinggih ini berbentuk padmasana yang diletakkan pada sisi barat goa dengan beralaskan bataran yang memiliki ketinggian satu meter dari lantai dasar goa.

    Dimensi goa sendiri cukup luas, dapat menampung sekitar 10-15 orang sekaligus. Goa ini memiliki bentuk persegi panjang dari sisi Utara ke Selatan. Pemangku menuturkan bahwa goa ini tembus langsung ke arah bibir sungai tetapi jalurnya saat ini tidak memungkinkan terkait keamanan jalur dan kondisi yang lembab dikhawatirkan terdapat hewan-hewan berbisa seperti ular yang menghuni pada jalur tersebut.

    Rencana Penataan Area Pancoran

    Dalam penataan area pancoran tirta Pura Tirta Bulan, hal yang paling utama berkaitan dengan keamanan pengunjung atau pemedek yang akan melakukan ritual penglukatan. Permasalahan yang terjadi yakni adanya longsor pada sisi Timur sungai Tukad Oos tentunya menjadi tindakan pertama atau prioritas. Tindakan tersebut berupa dilakukannya pengerukan sedimentasi dan tanah-tanah bekas longsoran. Pengerukan ini tentu akan berdampak pada kembalinya alur sikulasi air sungai dari hulu ke hilir.

  • Konservasi Pura Tirta Bulan Di Desa Singapadu Tengah, Gianyar: Penataan Objek Bersejarah Berbasis Prinsip Ekowisata-Spiritual

    A 006 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018

    Gambar 7. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Setelah dilakukan pengerukan, selanjutnya pada area pancoran tirta pada sisi utara dilakukan peninggian level lantai setinggi titik pasang permukaan air sungai ketika meluap. Selain dilakukan peninggian level lantai juga dibuatkan tanggul untuk menghindari luapan air sungai ke area pancoran. Pada titik sumber mata air juga dilakukan penataan, karena level lantai ditambah maka sumber mata air dibuatkan bak sebagai penampungan air yang selanjutnya dapat dialirkan melalui pancoran.

    Dengan dibuatkannya bak tersebut, rembesan-rembesan air di sisi pancoran akan tertampung dan menambah debit air pancoran. Volume air yang bertambah ini dapat bermanfaat untuk

    menambah jumlah pancoran tirta pada sisi Utara. Pancoran tirta pada sisi Selatan juga dilakukan hal yang sama dengan sisi Utara. Ini bertujuan untuk keamanan dari pengunjung dan pemedek ketika melakukan ritual penglukatan.

    Rencana Penataan Area Utama Mandala

    Gambar 8. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Area utama mandala merupakan area utama pada Pura Tirta Bulan. Rencana penataan yang dilakukan pada area utama mandala ini berkaitan dengan penataan pelinggih-pelinggih lama yang telah mengalami kerusakan.

    Gambar 9. Pancoran Tirta Sisi Utara.

  • I Made Suarya

    Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018 | A 007

    Adanya renovasi pada atap ijuk, kayu pelinggih dan bataran pelinggih. Selain dari pada itu, area utama mandala dilakukan penataan drainase untuk menghindari genangan yang ditimbulkan oleh rembesan air yang berasal dari tebing diatas Pura Tirta Bulan. Kondisi Pura ini juga cukup lembab karena sinar matahari sulit masuk ke area Pura yang ditutupi oleh pohon beringin. Oleh karena itu, penggunaan material untuk natar Pura perlu diperhatikan sehingga pertumbuhan lumut yang dapat merusak material bangunan dapat di antisipasi.

    Rencana Penataan Area Goa

    Penataan area goa di Pura Tirta Bulan diprioritaskan berkaitan dengan keamanan saat pengunjung memasuki area goa dan kemudahan pengunjung untuk memasuki area goa. Untuk meningkatkan keamanan, perlu adanya pengamanan beberapa dinding dan langit-langit goa. Selain dari pada itu, berdasarkan informasi dari pemangku Pura yakni adanya jalan tembus dari dalam goa langsung menuju sungai Tukad Oos, perlu dilakukan penataan sehingga sirkulasi pengunjung menjadi satu jalur.

    Entrance dari utama mandala Pura dan keluarnya dari luar Pura yakni jaba sisi tepatnya pinggir sungai Tukad Oos. Pada area dalam goa dilakukan pengamanan dibeberapa titik yang secara stuktur dianggap rawan. Di area dalam goa juga dilakukan penambahan pencahayaan guna memudahkan pengunjung dalam menikmati suasana goa yang sebelumnya sangat gelap.

    Gambar 10. Pancoran Tirta Sisi Utara.

    Kesimpulan

    Pada dasarnya konsep penataan area Pura Tirta Bulan mengutamakan upaya pelestarian sumber mata air, keamanan pemedek dan wisatawan dalam melaksanakan ritual penglukatan, dan keamanan dalam memasuki area goa. Konsep penataan yang dilaksanakan tetap sejalan terhadap kebutuhan masyarakat dan kebutuhan wisatawan dalam melakukan kegiatan di area Pura Tirta Bulan.

    Konsep penataan juga berupaya mempertahankan nilai-nilai kesucian Pura, kearifan lokal secara sekala (konkret) yang bersifat tangible dan niskala (abstrak) yang bersifat intangible, serta meningkatkan estetika Pura Tirta Bulan sebagai daya tarik wisata untuk mendukung pelaksanaan desa wisata di Desa Singapadu Tengah.

  • Konservasi Pura Tirta Bulan Di Desa Singapadu Tengah, Gianyar: Penataan Objek Bersejarah Berbasis Prinsip Ekowisata-Spiritual

    A 008 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2018

    Daftar Pustaka

    Anagnostopoulos, George L. (1994).Tourism and Historic Landscape Management. Ekistics; Athens 61.368/369 (Sep-Dec 1994): 317-320. Andrei, Ruxandra Daniela, dr; dkk. (2013). Ecological Tourism - a Form of Responsible Tourism. Romanian Economic and Business Review, suppl. Special Issue 1; Brasov (Winter 2013): 373-388. Inskeep, E. (1991). Tourism Planning. An Integrated and Sustainable Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold. Ishii, Hiroaki T; dkk. (2010). Integrating ecological and cultural values toward conservation and utilization of shrine/temple forests as urban green space in Japanese cities. Landscape and Ecological Engineering; Dordrecht6.2 (Jul 2010): 307-315. Muljadi, A. J. (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. (TT). Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia PusatNomor:11/Kep/I/PHDIP/1994mengenaiBhisama Kesucian Pura. Patin, Valéry. (2010). The Economy of Cultural Heritage, Tourism and Conservation. International Preservation News; The Hague 52 (Dec 2010): 6-11. Pitana, I G. (1999). Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar: Bali Post. Tim Penyusun RPJM Desa Singapadu. (2010). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Singapadu Tengah. Desa Singapadu Tengah. Windhu, Ida Bagus Oka. (1984). Bangunan Tradisional Bali Serta Fungsinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan. Daftar Informan I Nyoman Rosman (49 tahun), Perbekel Desa

    Singapadu Tengah, Kec.Sukawati, Kab.Gianyar I Nyoman Suciarta (43 tahun), Klian Banjar Abasan,

    Desa Singapadu Tengah, Kec.Sukawati, Kab.Gianyar Kedua informan diwawancarai pada tanggal 10

    Desember 2016

    PendahuluanMetode PenelitianKajian PustakaPada saat ini, perkembangan wilayah desa di Bali sebagai satu destinasi wisata baru berkembang semakin pesat. Hal ini disebabkan karena wilayah desa dan masyarakatnya di Bali memiliki potensi alam yang masih alami dan kebudayaan masyarakatnya yang uni...Meskipun demikian menurut Pitana (1999), pengembangan desa wisata masih menjadi alternatif yang sensitif, karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat apabila tidak direncanakan dan dikelola secara benar. Dalam upaya meminimalisir dampak ne...Pengembangan pariwisata juga dapat berperan positif terhadap usaha pelestarian suatu area bersejarah yang dilestarikan, melalui beberapa cara: (a) penempatan jalur keluar masuk wisatawan dalam area secara tepat; (b) pengadaan tourist information; (c) ...Hasil dan PembahasanGambaran Kondisi EksistingKesimpulanDaftar Pustaka