Pura Tirta Empul

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesona Pulau Dewata memang tidak pernah habis untuk dinikmati dan tak akan lekang di makan waktu. Berbagai warisan budaya di Bali masih kokoh bertahan walau digempur arus globalisasi. Tak heran jika pulau seluas 5.634 km persegi tersebut selalu menjadi lokasi tujuan wisata baik wisatawan mancanegara maupun turis lokal. Salah satu warisan budaya dari pulau kelahiran Untung Suropati ini adalah Pura Tirta Empul Tampak Siring. Pura yang masuk dalam wilayah Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar dimaksud berada tepat di sebelah Istana Presiden di Tampak Siring. Secara etimologi, Tirta Empul berarti air suci yang menyembul keluar dari tanah. Air tersebut kemudian 1

Transcript of Pura Tirta Empul

Page 1: Pura Tirta Empul

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesona Pulau

Dewata memang tidak

pernah habis untuk

dinikmati dan tak akan

lekang di makan waktu.

Berbagai warisan budaya

di Bali masih kokoh

bertahan walau digempur arus globalisasi. Tak heran jika pulau seluas 5.634 km

persegi tersebut selalu menjadi lokasi tujuan wisata baik wisatawan mancanegara

maupun turis lokal.

Salah satu warisan budaya dari pulau kelahiran Untung Suropati ini adalah

Pura Tirta Empul Tampak Siring. Pura yang masuk dalam wilayah Desa

Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar dimaksud berada tepat

di sebelah Istana Presiden di Tampak Siring. Secara etimologi, Tirta Empul

berarti air suci yang menyembul keluar dari tanah. Air tersebut kemudian

mengalir ke sungai Pakerisan. Sumber air ini kerap digunakan untuk Upacara

Melukat oleh ribuan penduduk Bali dengan makna sebagai perlambang

pembersihan manusia dari berbagai hal-hal negatif.

Pura Tirta Empul Tampak Siring merupakan mata air yang disucikan oleh

umat Hindu di Bali yang berlokasi sekitar 39 Km dari Denpasar. Mata Air yang

disakralkan ini diyakini dapat menetralisir pengaruh negatif atau kata lainnya

1

Page 2: Pura Tirta Empul

mata air disini diyakini bisa membersihkan diri kita dari kekuatan

jahat. Keyakinan itu muncul karena banyak orang yang sakit dan sudah berobat ke

berbagai dokter dan tidak kunjung sembuh, setelah mandi di Mata Air Tirta

Empul dengan menghaturkan sesajen, penyakitnya langsung sembuh. Dalam

makalah ini, penulis akan membahas lebih lengkap tentang sejarah Pura Tirta

Empul.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penulisan makalah ini ialah untuk membahas mengenai sejarah Pura Tirta Empul.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui mengenai

sejarah Pura Tirta Empul.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini ialah dengan cara pengumpulan data

melalui media internet kemudian penulis uraikan kembali dengan menggunakan

kata-kata sendiri.

2

Page 3: Pura Tirta Empul

1.5 Tinjauan pustaka

Pengertian

Kata "Pura" sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sanskerta (-pur, -

puri, -pura, -puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota

dengan menara atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya di Pulau Bali,

istilah "Pura" menjadi khusus untuk tempat ibadah; sedangkan istilah "Puri"

menjadi khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan.

Jenis Pura

Terdapat beberapa jenis pura yang berfungsi khusus untuk menggelar

beberapa ritual keagamaan Hindu dharma, sesuai penanggalan Bali.

1. Pura Kahyangan Jagad: pura yang terletak di daerah pegunungan.

Dibangun di lereng gunung, pura ini sesuai dengan kepercayaan Hindu

Bali yang memuliakan tempat yang tinggi sebagai tempat bersemayamnya

para dewa dan hyang.

2. Pura Segara: pura yang terletak di tepi laut. Pura ini penting untuk

menggelar ritual khusus seperti upacara Melasti.

3. Pura Desa: pura yang terletak dalam kawasan desa atau perkotaan,

berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat Hindu dharma di

Bali.

3

Page 4: Pura Tirta Empul

Sad Kahyangan

Sad Kahyangan atau Sad Kahyangan Jagad, adalah enam pura utama yang

menurut kepercayaan masyarakat Bali merupakan sendi-sendi pulau Bali.

Masyarakat Bali pada umumnya menganggap pura-pura berikut sebagai Sad

Kahyangan:

1. Pura Besakih di Kabupaten Karangasem.

2. Pura Lempuyang Luhur di Kabupaten Karangasem.

3. Pura Goa Lawah di Kabupaten Klungkung.

4. Pura Uluwatu di Kabupaten Badung.

5. Pura Batukaru di Kabupaten Tabanan.

6. Pura Pusering Jagat (Pura Puser Tasik) di Kabupaten Gianyar.

Selain pura-pura Sad Kahyangan tersebut di atas, masih banyak pura-pura di

lainnya di berbagai tempat di pulau Bali, sesuai salah satu julukannya Pulau

Seribu Pura.

4

Page 5: Pura Tirta Empul

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lokasi Pura

Pura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah Desa Manukaya,

Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Tampaksiring adalah nama dan

sebuah desa yang terletak 36 km dari Denpasar.

Pura Tirta Empul

sebagai peninggalan Kerajaan

di Bali, salah satu dari

beberapa peninggalan

purbakala yang menarik

untuk disaksikan dan

diketahui di desa ini.

Disebelah Barat Pura tersebut pada ketinggian adalah Istana Presiden yang

dibangun pada pemerintahan Presiden Soekarno.

2.2 Sejarah Pura

Pura Tirta Empul ini juga merupakan salah satu situs peninggalan sejarah

di Bali khususnya Gianyar. Oleh karena itu pula, presiden pertama Republik

Indonesia, Soekarno mendirikan sebuah Istana Presiden tepat di sebelah barat

Pura Tirta Empul, Tampak Siring. Para presiden Indonesia yang datang ke Bali

biasanya menyempatkan diri singgah ke Istana Presiden Tampak Siring tersebut.

Saat ini pura Tirta Empul dan lokasi tempat melukat tersebut merupakan salah

satu lokasi wisata unggulan di kabupaten Gianyar.

5

Page 6: Pura Tirta Empul

Diperkirakan nama Tampaksiring berasal dari (bahasa Bali) kata tampak

yang berarti "telapak" dan siring yang bermakna "miring". Makna dari kedua kata

itu konon terkait dengan sepotong legenda yang tersurat dan tersirat pada sebuah

daun lontar, yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari bekas jejak telapak

kaki seorang raja bernama Mayadenawa.

Menurut lontar "Mayadanawantaka", raja ini merupakan putra dari

Bhagawan Kasyapa dengan Dewi Danu. Namun sayang, raja yang pandai dan

sakti ini memiliki sifat durjana, berhasrat menguasai dunia dan mabuk akan

kekuasaan. Terlebih ia mengklaim dirinya sebagai Dewa yang mengharuskan

rakyat untuk menyembahnya.

Alkisah, lantaran tabiat buruk yang dimilikinya itu, lantas Batara Indra

marah, kemudian menyerbu dan menggempurnya melalui bala tentara yang

dikirim. Sembari berlari masuk hutan, Mayadenawa berupaya mengecoh

pengejarnya dengan memiringkan telapak kakinya saat melangkah. Sebuah tipuan

yang ia coba tebar agar para pengejar tak mengenali jejaknya. Konon dengan

kesaktian yang dimilikinya, ia bisa berubah-ubah wujud atau rupa.

Namun, sepandai-pandai ia menyelinap, tertangkap juga oleh para

pengejarnya, kendati -- sebelumnya -- ia sempat menciptakan mata air beracun,

yang menyebabkan banyak bala tentara menemui ajal usai mandi dan meminum

air itu. Lantas sebagai tandingan, Batara Indra menciptakan mata air penawar

racun itu. Air penawar itulah yang kemudian disebut dengan Tirta Empul (air

suci). Sedangkan kawasan hutan yang dilewati Mayadenawa -- dengan berjalan

memiringkan telapak kakinya -- dikenal dengan sebutan Tampaksiring.

6

Page 7: Pura Tirta Empul

Lalu, bagaimana dengan keberadaan arsitektur Pura Tirta Empul beserta

permandiannya itu?

Ktut Soebandi, dalam buku "Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali"

menyebutkan, Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja

Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat diketahui dari adanya

sebuah piagam batu yang terdapat di

desa Manukaya yang memuat tulisan

dan angka yang menyebutkan bahwa

permandian Tirta Empul dibangun

pada Sasih Kapat tahun Icaka 884,

sekitar Oktober tahun 962 Masehi.

Lantas, bagaimana pula dengan Pura Tirta Empul-nya, apakah dibangun

bersamaan dengan permandiannya?

Ternyata (masih dalam buku tersebut) antara lain dinyatakan bahwa Pura

Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Masula Masuli berkuasa

dan memerintah di Bali. Hal ini dapat diketahui dari bunyi lontar Usana Bali. Isi

dari lontar itu disebutkan artinya sebagai berikut: "Tatkala itu senang hatinya

orang Bali semua, dipimpin oleh Baginda Raja Masula Masuli, dan rakyat

seluruhnya merasa gembira, semua rakyat sama-sama mengeluarkan padas, serta

bahan bangunan lainnya, seperti dari Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring".

Dalam Prasasti Sading ada disebutkan, Raja Masula Masuli bertahta di

Bali mulai tahun I€aka 1100 atau tahun 1178 M, yang memerintah selama 77

tahun. Berarti ada perbedaan waktu sekitar 216 tahun antara pembangunan

permandian Tirta Empul dengan pembangunan puranya.

7

Page 8: Pura Tirta Empul

2.3 Struktur Pura

Seperti biasa pura – pura di Bali, pura ini dibagi atas Tiga bagian yang

merupakan Jaba Pura (HaLaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah) dan

Jeroan (Halaman Dalam).

Pada Jaba Tengah terdapat 2

(dua) buah kolam persegi empat

panjang dan kolam tersebut

mempunyai 30 buah pancuran yang

berderet dari Timur ke Barat

menghadap ke Selatan. Masing –

masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri diantaranya

pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran Cetik (Racun).

Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan mitologi

yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara

Indra.

Jika dikaji dari perbedaan waktu dan fungsi dari ruang arsitektural,

menunjukkan bahwa ruang telah mendahului kesadaran visual manusianya. Dalam

hal ini setiap objek memiliki suatu hubungan dengan ruang. Objek selaku sumber

mata air berhubungan dengan ruang, yakni ruang untuk mandi, citra ruang sebagai

tempat -- religius -- untuk membersihkan diri secara alam sekala (nyata) maupun

niskala (tak nyata).

Dalam suatu tatanan spasial, jika suatu objek -- tempat mandi -- berdaya

guna secara optimal, terciptalah suatu tatanan dari Ruang-Waktu. Permandian

adalah ruang. Hubungan-hubungan yang dibangun oleh bentuk dan ruang akan

8

Page 9: Pura Tirta Empul

menentukan ritme, nilai estetika, dan religius dari bangunan itu. Di mana ruang

mandi ini bukan semata membersihkan badan-ragawi, namun juga rohani, yang

dalam bahasa-spiritual-Bali disebut juga ngelukat.

Ruang sebagai suatu ide spiritual telah menjadi dorongan hakiki bagi

ekspresi dalam pernyataan-pernyataan artistik, filosofis, etis, dan ritual. Kesatuan

antara ruang dan waktu memberi kepada arsitektur tampilan yang wadahnya

menampung kegiatan-kegiatan di dalamnya secara optimal. Ruang estetis-religius

dari permandian dan puranya boleh dikata seni pembentukan ruang abstrak dan

pengalaman ruang, lantaran ruang yang terbentuk penuh "daya hidup", salah

satunya muncul melalui kucuran air -- yang diyakini punya vibrasi suci -- dari

dalam pancurannya.

Hal lain bila lebih dicermati lagi dari nilai historisnya, menurut Bernard M

Feilden dalam buku "Conservation of Historic Buildings", bahwa ada beberapa

nilai pada prinsipnya terkandung dalam arsitektur yang bernilai sejarah yakni (1)

nilai-nilai emosional seperti keajaiban, identitas, kontinyuitas, spiritual dan

simbolis; (2) nilai-nilai kultural yang meliputi pendokumentasian, sejarah,

arkeologi, usia dan kelangkaan, estetika dan simbolis, arsitektural, tata kota,

pertamanan dan ekologikal; dan (3) nilai-nilai penggunaan seperti fungsional,

ekonomi, sosial dan politik.

Bagaimana pemandangan di sekitar pura? Jika mengamati lingkungannya

dari sisi tebing yang menghubungkan Istana Tampaksiring dengan Pura Tirta

Empul dan permandiannya, di kejauhan utara terlihat kebiruan Gunung Batur dan

keelokan panorama Gunung Agung di sebelah timur. Di sekitarnya juga nampak

permukiman penduduk serta pemandangan persawahan berterasering di

9

Page 10: Pura Tirta Empul

kemiringan pebukitan. Di sela-sela bangunan terhampar lansekap yang bernas

oleh rimbun dedaunan dan tanaman hias, dengan rerumputan hijau berpaut

pepohonan-pepohonan tua, menambah suasana keteduhan dan ketenangan di

kawasan pura ini.

Secara arsitektural, Permandian dan Pura Tirta Empul ini memiliki nilai

sejarah, bervibrasi spiritual, berkarakter khas, serta akrab dan ramah terhadap

lingkungan. Tampilan arsitekturnya bernafaskan tradisi, serta menyatu terhadap

kondisi alam di sekitarnya. Ruang-ruangnya pun menyiratkan makna yang

religius.

10

Page 11: Pura Tirta Empul

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Pura Tirta Empul dan permandiannya terletak di wilayah Desa Manukaya,

Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Tampaksiring adalah nama

dan sebuah desa yang terletak 36 km dari Denpasar.

2) Nama Tampaksiring berasal dari (bahasa Bali) kata tampak yang berarti

"telapak" dan siring yang bermakna "miring". Makna dari kedua kata itu

konon terkait dengan sepotong legenda yang tersurat dan tersirat pada

sebuah daun lontar, yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari bekas

jejak telapak kaki seorang raja bernama Mayadenawa.

3) Ketut Soebandi, dalam buku "Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali"

menyebutkan, Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman

pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat

diketahui dari adanya sebuah piagam batu yang terdapat di desa Manukaya

yang memuat tulisan dan angka yang menyebutkan bahwa permandian

Tirta Empul dibangun pada Sasih Kapat tahun Icaka 884, sekitar Oktober

tahun 962 Masehi.

4) Tiga bagian yang merupakan Jaba Pura (HaLaman Muka), Jaba Tengah

(Halaman Tengah) dan Jeroan (Halaman Dalam). Pada Jaba Tengah

terdapat 2 (dua) buah kolam persegi empat panjang dan kolam tersebut

mempunyai 30 buah pancuran yang berderet dari Timur ke Barat

menghadap ke Selatan. Masing – masing pancuran itu menurut tradisi

11

Page 12: Pura Tirta Empul

mempunyai nama tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan,

Pebersihan, Sudamala dan Pancuran Cetik (Racun).

3.2 Saran

Pura merupakan salah satu tempat suci warisan dari leluhur, khususnya

Pura Tirta Empul yang sarat dengan nilai sejarah. Sebagai generasi muda sudah

sepatutnya kita ikut menjaga dan melestarikan Pura agar tidak punah oleh jaman.

Pihak pemerintah sebagai pihak eksekutif juga harus ambil bagian dalam upaya

pelestarian pura dengan cara membuat aturan dan hukuman yang jelas bagi orang

yang dengan sengaja maupun tidak merusak atau berusaha memusnahkan pura.

12

Page 13: Pura Tirta Empul

DAFTAR PUSTAKA

http://www.parisada.org/index.php?

option=com_content&task=view&id=721&Itemid=99

http://palingindonesia.com/pura-tirta-empul-tampak-siring/

http://imadewira.com/pura-tirta-empul-tampak-siring/

http://www.babadbali.com/pura/plan/tirta-empul.htm

13