Post on 15-Mar-2019
52
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Evaluasi Program Corporate Social Responsibility Bantuan Bagi
Penderita Hydrocephalus Lorin Solo Hotel.
Lorin Solo Hotel sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa
memiliki berbagai strategi untuk membentuk citra positif bagi perusahaan.
Salah satu strategi yang di gunakan yakni dengan membentuk program
Corporate Social Responsibiity. Melalui program Corporate Social
Responsibility di harapkan perusahaan mampu menjalin hubungan baik
dengan berbagai kalangan, tidak hanya perusahaan saja yang di
untungkan, namun khalayak sasaran juga dapat merasakan manfaat dari
program ini, sehingga apabila program ini berjalan sukses sesuai dengan
tujuan-tujuan yang ditetapkan, akan bermuara pada citra positif bagi
perusahaan.
Program Corporate Social Responsibility dirancang oleh Public
Relation Manager Lorin Solo Hotel setiap tahunnya, dimana dua tahun
terakhir Lorin Solo Hotel menjalin kerjasama dengan salah satu stasiun
televisi di kota Solo dengan nama program “Dari Anda Lorin Berbagi”.
Selama satu tahun terakhir, periode April 2012 hingga April 2013, Lorin
Solo Hotel telah bekerja sama dengan TATV untuk menyelesaikan 18
Program Corporate Social Responsibility dengan berbagai tema.
Pemilihan khalayak dilakukan berdasarkan hari besar yang tercantum pada
kalender ataupun melalui survei dari permohonan bantuan yang
dikirimkan kepada perusahaan. Pemberian bantuan ini dilakukan hanya
sekali, sesuai dengan kebutuhan khalayak. Karena pihak Lorin Solo Hotel
tidak memberikan bantuan secara rutin, maka diharapkan melalui program
acara “Dari Anda Lorin Berbagi” masyarakat terketuk untuk ikut
membantu khalayak tersebut.
53
Akan tetapi, dari ke 18 program yang di laksanakan selama periode
April 2012 hingga periode April 2013, peneliti tidak akan mengevaluasi
keseluruhan program, hanya satu program saja yakni program bantuan
bagi penderita Hydrocephalus, yang di laksanakan pada 26 Maret 2013 di
Wonosari, Klaten. Menurut keterangan yang diberikan Public Relation
Manager Lorin Solo Hotel kepada peneliti, dari ke 18 program Corporate
Social Responsibility yang telah dilaksanakan, program bantuan bagi
penderita Hydrocephalus merupakan program yang mendapat perhatian
paling besar dari masyarakat, meskipun perusahaan memberikan bantuan
hanya satu kali, namun program ini membawa dampak positif bagi
penderita Hydrocephalus dan perusahaan. Hal ini dapat di lihat dari
banyaknya masyarakat yang menelpon untuk ikut memberikan bantuan
kepada keluarga penderita Hydrocephalus tersebut.
Evaluasi merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi sebuah program. Dalam hal ini
evaluasi berfungsi untuk melihat pencapaian tujuan dalam membangun
citra perusahaan dari program Corporate Social Responsibility yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi akan diketahui apakah program ini
dapat dilanjutkan, dihentikan, atau dilanjutkan dengan berbagai
penyempurnaan. Evaluasi memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan
dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sudah sesuai
dengan ketentuan atau belum dan lain sebagainya. Evaluasi ini berfungsi
untuk melihat sejauh mana program tersebut sudah terlaksana, apa yang
terjadi dalam proses pelaksanaannya, hingga melihat bagaimana hasil
akhir dari program tersebut. Oleh sebab itu untuk mengetahui efektifitas
program Corporate Social Responsibility Bantuan Bagi penderita
Hydrocephalus akan dilakukan evaluasi terhadap program tersebut.
Dalam penelitian program bantuan bagi penderita Hydrocephalus,
peneliti menggunakan metode evaluasi dari Stufflebeam yaitu evaluasi
program model CIPP. Dari masing-masing konsep dan tahapan dalam
program CSR akan dikelompokkan ke dalam context, input, process, dan
54
product. Evaluasi yang dilakukan adalah untuk mengukur efektivitas
program Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Public
Relation Manager Lorin Solo Hotel untuk pembangunan citra. Hasil
evaluasi akan dibahas pada subbab 5.2.
5.2 Program bantuan bagi penderita Hyrdocephalus
Corporate Social responsibility merupakan salah satu unsur dalam
menerapkan strategi pembentukan citra perusahaan. Program bantuan bagi
penderita Hydrocephalus dilakukan sebagi bentuk kepedulian perusahaan
terhadap kalangan menengah kebawah, sehingga diharapkan melalui
program ini tujuan-tujuan yang di harapkan oleh perusahaan dapat
tercapai. Evaluasi terhadap program bantuan bagi penderita
Hydrocephalus menggunakan metode analisis data CIPP akan di jelaskan
dalam analisa sebagai berikut :
a. Evaluasi Context
Evaluasi context ini merupakan situasi atau latar belakang yang
mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi program yang akan ataupun
telah dijalankan.
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan
tentang tujuan evaluasi Context yang utama adalah untuk mengetahui
kekutan dan kelemahan yang dimilki program.
Evaluasi context adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang
dilayani dan tujuan program tersebut. Evaluasi context ini mencakup
analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi
obyektif yang dilaksanakan yang berisi tentang analisis kekuatan dan
kelemahan obyek tertentu.
1. Latar Belakang
Lorin Solo Hotel merupakan salah satu hotel bintang 5 yang
terdapat di kota Solo. Hotel ini memiliki beebrapa produk jasa,
55
diantaranya kamar atau tingkat hunian yang terbagi atas Moderate,
Deluxe,Executive, Deluxe Suite, dan Bungalow. Selain itu terdapat pula
beberapa elemen pendukung yang dihasikan oleh Health Club, Food and
Baverage, dan Spa, untuk mendukung produk inti, sehingga Lorin Solo
Hotel menjadi pilihan tepat yang dapat dikunjungi oleh wisatawan.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan
positioning bintang 5 di kota Solo, memiliki citra positif di mata
masyarakat menjadi hal yang penting, agar citra positif dapat terwujud,
diperlukan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat.
Public Relation yang dalam hal ini merupakan penghubung antara
perusahaan dengan berbagai lapisan masyarakat sehingga perlu
menerapkan berbagai strategi agar dapat mempertahankan citra positif
bagi perusahaan. Salah satu strategi yang ditempuh yakni dengan
menerapkan program Corporate Social Responsibility. Melalui program
ini diharapkan perusahaan dapat menjalin hubungan baik dengan berbagai
kalangan, hal ini senada dengan keterangan yang diberikan Public
Relation Manager Lorin Solo Hotel, kartika Oktavia pravitasari :
“Corporate Social Responsibility merupakan salah satu strategi
dalam pembentukan citra perusahaan, melalui program ini
diharapkan perusahaan dapat meraih simpati dari masyarakat,
ketika simpati sudah didapat maka hubungan dengan siapapun
akan lebih baik,selain itu citra yang ingin didapat meskipun hotel
identik dengan kesan komersil namun tidak melupakan kalangan
menengah kebawah ”(wawancara pada tanggal 15 Juni 2013).
Dari keterangan yang diberikan oleh Public Relation Manager
Lorin Solo Hotel, dapat di lihat bahwa khalayak sasaran program
Corporate Social Responsibility merupakan masyarakat dengan tingkat
ekonomi menengah kebawah, hal ini dilakukan agar program yang
dilaksanakan tidak hanya menguntungkan bagi pihak perusahaan saja
namun masyarakat kalangan menengah ke bawah juga dapat merasakan
dampak positif dari program tersebut.
Corporate Social Responsibily merupakan program yang banyak
dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang jasa, namun yang
56
membedakan program Corporate Social Responsibility yang dilakukan
Lorin Solo Hotel dengan hotel-hotel lainnya, dapat dilihat dari strategi
pelaksanaan programnya, pelaksaan program tidak memberikan bantuan
secara rutin terhadap khalayak sasaran, namun dalam waktu satu bulan,
Lorin Solo Hotel dapat melaksanakan kegiatan Corporate Social
Responsibility sebanyak dua kali. Hal ini di ungkapkan oleh Public
Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari.
“Yang membedakan program CSR kami dengan hotel lain atau
perusahaan lain, kami konsisten dalam melakukan program CSR,
bahkan sebulan bisa dua kali melakukan kegiatan CSR dengan
subyek yang berbeda-beda” (Kartika Oktavia Pravitasari,
wawancara, 30 Juli 2013).
Pemilihan subyek yang berbeda-beda di lakukan agar bantuan yang
diberikan dapat merata, sehingga bantuan tidak hanya dirasakan oleh satu
orang atau satu yayasan saja, namun bantuan dapat dirasakan oleh
berbagai masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah.
2. Analisa Tujuan
Dalam evaluasi context ini perlu dilihat apa yang menjadi tujuan
dari di adakannya program Corporate Social Responsibility. Selama
periode bulan April 2012 hingga bulan April 2013 terdapat satu program
yang menarik perhatian masyarakat yakni program bantuan bagi penderita
Hydrocephalus yang dilaksanakan pada tanggal 26 maret 2013. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel,
Kartika Oktavia Pravitasari :
“Program bantuan bagi penderita Hydrocephaulus merupakan
program yang banyak sekali mendapat animo dari para pemirsa
TATV banyak yang menelpon untu ikut membantu, berarti kan
acara itu bisa menyentuh ke hati masyarakat, jadi program kita
mengena, membuat orang-orang tergugah untuk ikut membantu”
(wawancara, 30 Juni 2013).
Penetapan tujuan utama Lorin Solo Hotel mengadakan program
bantuan bantuan bagi penderita Hydrocephalus diperkuat dengan
57
keterangan yang diberikan oleh Public Relation manager, Kartika Oktavia
Pravitasari :
“Tujuan dari diadakannya program bantuan bagi penderita
Hydrocephaulus karena kita memang mengambil subyek-subyek
yang kurang mampu, kalau kita lihat penyakit Hydrocephaulus
merupakan penyakit langka yang belum bisa tersembuhkan, jadi
paling tidak dengan kita membantu anak yang mengidap penyakit
Hydrocephaulus kita bisa meringankan beban orang tuanya,
apalagi rata-rata terdiri dari orang yang kurang
mampu”(wawancara, 30 Juli 2013).
Berdasarkan keterangan yang diberikan Public Relation Manager
Lorin Solo Hotel, tiga tujuan utama di adakannya program bantuan bagi
penderita Hydrochepalus, yaitu :
-Meringakan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus
-Menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan.
-Untuk meningkatkan citra positif bagi perusahaan.
Dari ketiga tujuan tersebut, pada intinya program ini bertujuan
untuk membuat hubungan dengan berbagai kalangan menjadi lebih baik.
Hal ini senada dengan keterangan Kartika Oktavia Pravitasari Public
Relation Manager Lorin Solo Hotel :
”Intinya program ini bertujuan selain membentuk citra positif dan
membantu masyarakat yang kurang mampu, program ini bertujuan
untuk menjalin hubungan dengan siapapun menjadi lebih
baik”(wawancara 30 Juli 2013).
Dari ke tiga tujuan yang telah di tetapkan di atas dapat di
simpulkan bahwa dalam merancang sebuah program, Public Relation
Manager telah menetapkan tujuan yang ingin di capai, dimana ke tiga
tujuan ini saling terkait. Untuk mencapai citra positif bagi perusahaan
maka dirancanglah program yang menguntungkan bagi berbagai pihak
baik itu bagi perusahaan, khalayak sasaran maupun media, dengan
terselenggaranya program tersebut maka akan menghasilkan hubungan
yang baik dengan berbagai kalangan. Jadi kesimpulannya, tujuan di
58
adakannya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus telah tersusun
dengan jelas, sehingga dari ke tiga tujuan tersebut terfokus pada tujuan inti
yakni membentuk citra positif di mata masyarakat, tujuan tersebut dapat
terlaksana jika dalam pelaksanaannya, program ini memiliki sumber daya
manusia dan sumber materi yang terprogram dengan baik.
3. Analisa Lingkungan
Selain melihat tujuan, dalam evaluasi Context juga harus melihat
situasi lingkungan. Analisa lingkungan dapat digunakan untuk melihat
kekuatan dan kelemahan program, selain itu dapat juga di gunakan untuk
melihat peluang atau ancaman yang terdapat dalam program tersebut.
Dalam analisa lingkungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
analisa SWOT.
Metoda analisa SWOT berguna untuk melihat suatu topik atau
permasalahan dari empat sisi yang berbeda yaitu Strength (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kartika Oktavia Pravitasari
selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel pada tanggal 30 Juli
2013 di Lorin Solo Hotel situasi yang mempengaruhi program bantuan
bagi penderita Hydrocephalus dapat diamati melalui analisis SWOT
berikut ini :
a. Strength (Kekuatan)
Menurut keterangan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public
Relation Lorin Solo Hotel, yang menjadi kekuatan dalam program ini
dengan adanya kerjasama dengan media televisi sebagai media
penyampaian pesan kepada khalayak, sehingga dapat membangun
image positif bagi perusahaan.
“Kekuatan dari program CSR Lorin, melalui penggunaan televisi, efek
publikasinya dan penyampaian pesan lebih luas, dengan di adakannya
program ini dapat membangun image positif, segmennya Lorin kan untuk
kalangan menengah ke atas, secara tidak langsung melalui kegiatan CSR
menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kalangan menengah kebawah,
59
dan untuk masyarakat yang melihat melalui televisi akan timbul rasa ingin
membantu, dan dengan menginap di Lorin maka secara tidak langsung
juga ikut membantu kalangan menegah kebawah tersebut.”(Kartika
Oktavia Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013).
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Public Relation
Manager, kekuatan program terletak pada penggunaan media televisi,
yang mana penggunaan televisi belum di gunakan oleh perusahaan lain,
namun berdasarkan analisa peneliti, kekuatan dari program ini terletak
pada dukungan sumber daya material yang dimiliki oleh perusahaan. Hal
ini dibuktikan dengan tidak terdapat kesulitan bagi Public Relation
Manager dalam mengelola keuangan,dana untuk kegiatan Corporate
Social Responsibility telah disisihkan dari sebagian pendapatan
perusahaan. Selain itu sarana dan prasarana yang mendukung program ini
seperti dana atau kebutuhan khalayak sasaran juga mudah didapat,
mekanisme pelaksanaan program ini tidak terlalu rumit karena peliputan
kegiatan telah bekerjasama dengan TATV.
b. Weakness (Kelemahan)
Menurut Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, kelemahan
dari program ini terletak pada efek negatif yang ditimbulkan dari program.
Permintaan bantuan semakin banyak sedangkan tidak mungkin semua
permintaan bantuan dapat diberikan oleh perusahaan.
“Sebetulnya kalau kelemahan dari program ini tidak ada hanya
efek negatifnya terkadang banyak permintaan sumbangan ke
perusahaan semakin banyak, sementara tidak mungkin kita
membantu semua, jadi kadang ada beberapa orang yang memaksa
meminta sumbangan.” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara 30
Juli 2013)
Berdasarkan analisa peneliti terhadap program Hydrocephalus, kelemahan
program ini terletak pada kurangnya sumber daya manusia yang di miliki
divisi Public Relation dalam menjalankan program. Dalam
pelaksanaannya, baik dalam mengelola keuangan untuk program-program
Public Relation, menyusun konsep program, hingga pelaksanaan program
60
sepenuhnya dilaksanakan oleh satu orang, yakin Public Relation Manager.
Dengan terbatasnya sumber daya manusia yang terdapat pada lingungan
internal perusahaan, membuat hasil akhir dari program kurang terpantau
oleh Public Relation.
c. Opportunity (Peluang)
Penggunaan media televisi merupakan peluang bagi Lorin Solo Hotel,
karena jangkauannya yang luas sehingga dapat menyetuh berbagai
kalangan.
“Mereka mungkin bisa membuat program CSR yang sama tapi dengan
media televisi mereka belum bekerja sama, nggak tau kedepannya tapi
sejauh ini belum menggunakan media televisi jadi masih ditangani
secara internal saja. Menurut saya sebagai pelaksana program CSR
sejauh ini belum ada yang menyamai dengan penggunaan media
televisi sebagai sarana penyampaian program” (Kartika Oktavia
Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013)
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Public Relation
Manager diatas, peneliti dapat menganalisa bahwa peluang yang dimiliki
oleh program ini adalah dengan adanya kerjasama perusahaan dengan
stasiun televisi sebagai media penyampaian pesan. Penggunaan media
televisi belum di gunakan oleh perusahaan lain, meskipun program ini
hanya berlangsung sekali namun pesan yang disampaikan media televisi
bersifat luas, dapat menjangkau berbagai wilayah, sehingga dapat
memudahkan perusahaan untuk menyampaikan program, hal ini
memberikan keuntungan bagi Lorin Solo Hotel maupun bagi khalayak
sasaran.
d. Threat (Ancaman)
Ancaman program ini, apabila hotel lain atau perusahaan lain juga
menggunakan media televisi untuk sarana publikasi.
“Kalau pihak lain bisa membuat program yang lebih bagus lagi
atau dengan menggunakan media televisi juga untuk publikasi”
(Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara 30 Juli 2013).
61
Berdasarkan analisa peneliti terhadap program ini, yang menjadi
faktor ancaman adalah dengan semakin meningkatnya persaingan di dunia
perhotelan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan lain juga
akan menggunakan media televisi, atau akan membuat program-program
yang serupa untuk menaikan citra perusahaan. Program Corporate Social
Responsibility memang banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
lain, apabila dalam pelaksanaannya Public Relation Manager tidak
melakukan perbaikan, maka tidak menutup kemungkinan program ini
dapat tertinggal dengan program perusahaan lain.
b. Evaluasi Input
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi
masukan. Dalam evaluasi input ini yang akan dievaluasi adalah sumber
daya yang mendukung program ini yaitu sumber daya manusia, sumber
daya material serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
mendukung program.
Dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, sumber daya
manusia dalam hal ini yaitu Public Relation Manager Lorin Solo Hotel
sebagai pelaksana kegiatan, sumber daya material yaitu dana dan sarana
prasarana yaitu kebutuhan bayi selain itu media dalam hal ini media
televisi juga menjadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
program bantuan bagi penderita Hydrocephalus.
1. Sumber daya Manusia
Dalam pelaksanaan program bantuan bagi penderita
Hydrocephalus, dirancang dan dilaksanakan langsung oleh Divisi
Public Relation, dalam hal ini yang bertanggung jawab melaksanakan
adalah Public Relation Manager. Hal ini sesuai dengan keterangan
yang disampaikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public
Relation Manager Lorin Solo Hotel :
”Divisi Public Relation terdiri dari tiga anggota Public Relation
Manager, Design Grafis dan e-commers namun untuk pelaksanaan
62
program CSR ditangani oleh saya sendiri selaku Public Relation
Manager”(30 Juli 2013).
Berdasarkan analisa peneliti, dalam keseluruhan pelaksanaan
program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel dirancang
dan dilaksanakan sendiri oleh Public Relation Manager. Dalam sebuah
program diperlukan adanya kerjasama antar tim agar program itu dapat
terlaksana dengan baik, namun dalam program ini Public Relation
Manager membuat rancangan program hingga pelaksanaannya
dilakukan sendiri tanpa bantuan dari divisi lain. Secara keseluruhan
program ini telah berjalan dengan baik, bahkan mendapat respon
positif dari masyarakat. Namun kurangnya sumber daya manusia yang
terdapat dalam divisi Public Relation membuat hasil akhir dari
program ini kurang efektif, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya
pemantauan mengenai seberapa besar respon khalayak terhadap
program ini.
2. Sumber Daya Material
Selain Sumber Daya Manusia, yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah sumber daya
material atau dana. Dana menjadi Input yang sangat penting bagi
berlangsungnya program ini,karena dana tersebut di gunakan untuk
membeli kebutuhan yang diperlukan oleh khalayak sasaran. Dana
dalam kegiatan Corporate Social Responsibility berasal dari
pendapatan penjualan kamar, Hal ini senada dengan keterangan yang
diberikan oleh Public Relation manager Lorin Solo Hotel , Kartika
Oktavia Pravitasari.
“Sumber dana untuk kegiatan CSR didapat dari menyisihkan
pendapatan penjualan kamar pertahun untuk kegiatan CSR
disisihkan sebesar 200 juta pertahun”(wawancara, 27 Agustus
2013).
63
Dari dana tersebut yang digunakan untuk program Bantuan bagi
penderita Hydrocephaulus sebesar 2juta Rupiah, hal ini sesuai dengan
keterangan Public Relation Manager Lorin SoloHotel Kartika Oktavia
Pravitasari:
“Dana untuk kegiatan bantuan bagi penderita Hydrocephaulus
sebesar 2juta Rupiah, dana tersebut kami alokasikan untuk
pembelian susu bayi sebesar 1juta Rupiah dan, uang tunai sebesar
1 juta rupiah”(wawancara, 27 Agustus 2013).
Dengan dana 2 juta rupiah tersebut dapat membantu meringankan
beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephaulus untuk biaya
kontrol dan kebutuhan sehari-hari, hal ini sesuai dengan pernyataan
Public Relation Manager Lorin Solo Hotel Kartika Oktavia
Pravitasari:
“Dana sebesar 2 juta Rupiah tersebut sudah sedikit membantu
keluarga penderita Hydrocephaulus bisa untuk 2-3 kali kontrol dan
sisanya untuk kebutuhan sehari-hari anak tersebut”(wawancara, 27
Agustus 2013).
Untuk pengelolaan sumber daya material dikelola langsung oleh
Public Relation Manager Lorin Solo Hotel , dan bantuan sepenuhnya
berasal dari pemasukan perusahaan, tidak ada kerjasama dengan
donatur, hal ini senada dengan keterangan Public Relation Manager
Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari, pada tanggal 27 Agustus
2013 :
“Pengelolaan dana kegiatan CSR merupakan tanggung jawab PR
dan seluruh dana yang digunakan merupakan pemasukan dari
perusahaan tidak ada kerjasama dengan donatur”(wawancara, 27
Agustus 2013).
Dana tidak menjadi hambatan bagi Public Relation dalam menjalankan
program ini, sumber daya material yang tersedia memang telah mencukupi
untuk pemberian bantuan, sejauh ini Public Relation Manager tidak
menemui kendala dalam mengelola sumber daya material yang ada,
namun menurut analisa peneliti, tidak adanya kerjasama dengan donatur
64
maupun perusahaan lain membuat jumlah bantuan yan diberikan terbatas,
hanya sebatas Budget yang disediakan saja.
Adanya kerjasama dengan donatur maupun perusahaan lain dapat
memberikan keuntungan bagi pihak Lorin Solo Hotel maupun pihak lain,
selain hubungan dengan donatur menjadi lebih baik, bantuan yang
diberikan akan lebih besar. Untuk program berikutnya hal ini seharusnya
dapat dilakukan, agar program Corporate Social Responsibility terus
meningkat.
3. Sarana dan Prasarana :
Selain Sumber daya Manusia dan Sumber Daya Material, sarana dan
prasarana juga merupakan elemen penting untuk mendukung
berlangsungnya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus ini,
adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan selain uang tunai adalah
kebutuhan-kebutuhan bayi. Hal ini senada dengan ungkapan Kartika
Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :
“Sarana prasarana yang dibutukan selain uang tunai, tentu
kebutuhan-kebutuhan bayi seperti susu dan makanan
bayi”(wawancara, 30 Juli 2013).
Selain kebutuhan bayi, yang menjadi sarana dan prasarana dalam
program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah media televisi,
media televisi menjadi sarana bagi Public Relation Manager dalam
mengkomunikasikan programnya kepada khalayak. Hal ini sesuai dengan
ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager
Lorin Solo Hotel :
“Selain saya sebagai PR Manager yang menjadi pelaksana, media
televisi dalam hal ini TATV juga turut menjadi alat publikasi bagi
program CSR ini” (30 Juli 2013).
Tersedianya sarana prasarana yang mendukung kegiatan turut membantu
terlaksananya program ini dengan baik, melalui survei Public Relation
Manager dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran,
65
sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran. TATV menjadi media
utama yang membantu Public Relation Manager dalam mengkomunikasikan
programnya. Selain televisi, media cetak juga menjadi sarana dalam
menyampaikan program-program Public Relation kepada khalayak. Karena
program ini hanya dilakukan satu kali, diharapkan dalam mengkomunikasikan
kepada masyarakat hendaknya Public Relation juga memberi info mengenai
apa yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran tersebut, sehingga bantuan
yang diberikan untuk selanjutnya dapat tepat sasaran.
Berdasarkan keterangan yang di berikan oleh Public Relation Manager
menunjukkan bahwa sumber daya atau Input yang dimiliki Lorin Solo Hotel
memiliki sumber daya material yang mencukupi untuk melaksanakan program
ini. Dana yang tersedia cukup besar untuk melaksanakan program-program
Corporate Social Responsibility, sehingga dalam mengelola tidak menemui
kendala.
Dari segi sumber daya manusia, program ini telah berjalan dengan baik
dengan di tangani oleh satu orang saja yakni Public Relation Manager, namun
pada akhir program, respon masyarakat terhadap program-program Corporate
Social Responsibility kurang dapat terpantau oleh Public Relation Manager,
hal ini dikarenakan banyaknya program Public Relation yang ditangani oleh
Public Relation Manager sehingga tidak memungkinkan untuk memantau
hasil akhir program tersebut, melihat bagaimana respon khalayak dan
memantau khalayak-khalayak sasaran yang menerima bantuan.
Sarana dan prasarana yang di gunakan untuk menunjang kegiatan
Corporate Social Responsibility sejauh ini tidak menemui kendala karena
telah terencana dan tersedia
Berdasarkan pengamatan peneliti baik dari sumber daya material maupun
sumber daya eksternal seperti sarana prasarana, media, maupun dari khalayak
sasaran program ini tidak menemui kendala, hanya pada sumber daya internal,
seharusnya program ini dapat dipantau oleh Public Relation, apabila
memungkinkan dapat di bentuk tim khusus untuk membantu Public Relation
Manager dalam melaksanakan program ini, sehingga tidak hanya pada saat
66
pelaksanaan saja namun setelah program ini terlaksana, program ini dapat
terus dipantau agar untuk melaksanakan program selanjutnya Public Relation
dapat mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki.
c. Evaluasi Process
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi
rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap
implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan
sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Pada dasarnya
evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah
diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Untuk
menggambarkan evaluasi process, peneliti akan menguraikan proses awal
gagasan program ini hingga tahap pelaksanaan program dapat
berlangsung.
Dalam sebuah perencanaan program diperlukan strategi agar
program yang di buat dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti hotel perlu menerapkan
strategi dalam mengemas program-programnya agar terlihat menarik dan
mengena di hati mayarakat. Dalam perencanaan program Corporate Social
Responsibility yang dilaksanakan oleh Public Relation akan dilihat strategi
yang di gunakan dalam menjalankan kegiatan Corporate Social
Responsibility. Dari hasil wawancara peneliti dengan Kartika Oktavia
Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel,
mengatakan :
“Untuk program ini kita mempunyai gagasan bahwa bagaimana
kalau kita punya program CSR kan biasanya dipublikasikan di
koran, kalau dikoran kan cuma dibaca orang dan orang bisa lupa
tapi kalau orang melihat sendiri proses bagaimana kita menemukan
subyek, bagaimana kehidupan subyek itu sehari-hari mungkin akan
lebih menggugah masyarakat untuk ikut membantu meringankan
beban masyarakat yang kurang mampu, sehingga bantuan dapat
berkesinambungan, jadi bukan hanya kita yang membantu tapi
masyarakat juga ikut membantu, kalau kita tayangkan di televisi
kan orang jadi lihat lalu ingin membantu, mungkin bantuan yang
diterima justru akan semakin banyak. Kita juga terinspirasi dari
67
acara-acara di televisi kan banyak yang seperti itu”(wawancara, 30
Juli 2013).
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa program ini
merupakan agenda yang dimiliki Public Relation dalam menjalankan
aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Strategi
yang diterapkan untuk mengemas program ini adalah dengan adanya
kerjasama dengan media televisi sebagai media publikasi, pelaksanaan
program dilakukan satu bulan dua kali dengan subyek yang berbeda-beda.
Tujuan penerapan strategi ini agar program yang disampaikan oleh
perusahaan dapat menyentuh hati masyarakat yang melihat tayangan “Dari
Anda Lorin Berbagi”. Strategi pengemasan program merupakan hal yang
penting karena Public Relation dapat melihat kelebihan, kelemhan,
peluang dan ancaman dari program tersebut.
Dalam menjalankan programnya, Public Relation terlebih dahulu
melakukan survei kepada khalayak sasaran, hal ini di tujukan agar bantuan
yang diberikan oleh perusahaan dapat tepat sasaran sesuai dengan
kebutuhan subyek tersebut. Hal ini sesuai dengan keterangan yang
diberikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation, Lorin
Solo Hotel :
“Ketika kita bantu penderita Hydrocephaulus sebenarnya kita
menindaklanjuti surat yang dikirimkan orang tuanya kesini, jadi orang
tuanya mengirim surat ke sini (Lorin) untuk minta bantuan, setelah kita
survei ternyata memang membutuhkan bantuan, disurat itu ditulis, dia
butuh susu,butuh makanan, butuh biaya untuk pengobatan, dua minggu
setelah kami terima surat dari orang tua penderita Hydrocephalus,
kemudian kita survei, kita lihat kondisi anak tersebut dan orang tuanya,
persiapannya tiga hari untuk mempersiapkan dana dan membeli
kebutuhan-kebutuhan untuk bantuan, setelah itu kita jadwalkan kesana”
(Wawancara 30 Juli 2013).
Dilihat dari rentang waktu antara surat permohonan bantuan
dengan waktu pelaksanaan program, program ini bukan merupakan agenda
yang sengaja di buat oleh Public Relation, program ini belum terencana
sebelumnya, namun dalam pelaksanaan, Public Relation cukup bijak
68
dalam mempersiapkan program ini sehingga sumber daya yang tersedia
dapat di gunakan secara efektif.
Tahap berikutnya dalam pelaksanaan program, setelah Public
Relation melakukan survei ke lokasi khalayak, tahap berikutnya adalah
dengan melakukan pemberian bantuan kepada penderita Hydrocephalus
pada tanggal 26 Maret 2013. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika
Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :
“Saat pelaksanaan kita Backup beberapa, kita beri susu, makanan
dan uang tunai, sesuai dengan kebutuhan anak tersebut, tanggal 26
maret kita lakukan pemberian bantuan dengan diliput oleh TATV”
(wawancara, 30 Juli 2013)
Selama kegiatan ini berlangsung, program bantuan bagi penderita
Hydrocephaus sudah berjalan sesuai dengan rancangan kegiatan yang
telah dipersiapkan sebelumnya oleh Public Relation Manager. Dalam
pelaksanaan program, Public Relation Manager juga tidak menemukan
kendala baik itu dari sumber daya manusia maupun sumber daya material.
“Sejauh ini sih kita tidak menemui kendala, baik itu sumber dana
maupun teknis, proses pelaksanaan program juga sesuai dengan
rencana.” (Public Relation Manager, Kartika Oktavia Pravitasari,
wawancara 30 Juli 2013).
Dalam program ini, perencanaan merupakan hal yang penting,
mulai dari siapa yang melaksanakan program, apa yang akan dilaksanakan
hingga bagaimana program itu dilaksanakan. Sejauh ini program bantuan
bagi penderita Hydrocephalus telah berjalan sesuai dengan rencana,
meskipun hanya diperlukan waktu kurang lebih dua minggu untuk
mempersiapkan pelaksanaan program. Suksesnya acara ini tidak lepas dari
peran Public Relation yang mempersiapkan programnya dengan matang,
selain itu sumber daya material dan sarana dan prasarana yang tersedia
juga mendukung terselenggaranya program ini dengan baik.
Respon khalayak terhadap program yang di buat oleh Public
Relation merupakan tolak ukur keberhasilan program-programnya.
Bantuan yang diberikan oleh pihak Lorin Solo Hotel hanya dilakukan satu
69
kali. Menurut keterangan Public Relation Manager, respon paling besar
terdapat pada program Hydrocephalus namun seberapa besar respon
khalayak, Public Relation tidak memantau. Hal ini dinyatakan oleh Public
Relation Manager, Lorin Solo Hotel :
“Dari program-program CSR yang jelas mendapat respon program
itu (Bantuan bagi penderita Hydrocephalus) kalau jumlah orang yang
memberikan bantuan kita tidak memantau, hanya memberi info saja
mengenai alamat orang tua penderita Hydrocephalus, karena Lorin
membantu juga Insidental dengan harapan agar orang lain terketuk
hatinya” (wawancara, 20 September 2013).
Tidak adanya Contol yang di lakukan oleh Public Relation
terhadap program yang dijalankannya karena Lorin Solo Hotel merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang jasa bukan di bidang Sosial, sehingga
Public Relation merasa tidak perlu membuat data mengenai respon
masyarakat yang ingin ikut memeberikan bantuan. Hal ini di ungkapkan
oleh Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia
Pravitasari :
”Lorin kan bukan badan sosial, Cuma membantu insidental jadi
masalah berapa yang ikut menyumbang kita tidak memantau, karna
bantuan diserahkan langsung kepada subyek. Kita juga tidak membuat
data orang-orang yang merespon program ini, repot juga kalau harus di
buat data”(wawancara 20 September 2013).
Dari keterangan yang diberikan Public Relation Manager, Lorin Solo
Hotel , peneliti menganalisa bahwa program ini secara keseluruhan telah
berjalan sesuai dengan rencana, hanya saja pada akhir program, Public
Relation tidak melakukan pemantauan terhadap respon khalayak. Public
Relation hanya sebatas mengetahui bahwa dari ke-18 program yang telah
dijalankannya dari periode April 2012 hingga April 2013, program yang
mendapat respon adalah program bantuan bagi penderita Hydrocephalus.
Hasil akhir dari program ini tidak terpantau oleh Public Relation. Hal ini
dapat disebabkan banyaknya program-program Public Relation yang harus
dijalankan oleh Public Relation Manager, sehingga tidak memungkinkan
untuk memantau masing-masing program.
70
Untuk kedepannya, diharapkan setiap program dapat dipantau hasil
akhirnya, tidak hanya sebatas menjalankan saja, namun respon dari
masyarakat harus tetap dipantau agar Public Relation dapat mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengauhi keberhasilan atau tidak
berhasilnya sebuah program. Sumber daya manusia juga menjadi hal yang
penting dalam mendukung berlangsungnya program, jika memungkinkan
kedepannya dapat di bentuk sebuah tim untuk membantu Public Relation
Manager menjalankan program-program Corporate Social Responsibility.
d. Evaluasi Product
Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk
melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Hasil dari kegiatan ini adalah perusahaan lebih dikenal khalayak
dengan program-program sosialnya, hal ini terlihat dengan besarnya animo
masyarakat terhadap program Corporate Social Responsibility yang
dilakukan Lorin Solo Hotel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika
Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :
“Jadi karena dibantu televisi sehingga banyak yang melihat acara
ini, hal ini merupakan dampak positif karena melalui publikasi
yang kita lakukan, orang akan melihat kita sebagai hotel yang peka
terhadap nilai-nilai sosial, sejak ditayangkan program ini banyak
orang yang bertanya untuk ikut membantu”(wawancara, 30 Juli
2013).
Besarnya respon masyarakat terhadap sebuah program dapat
menjadi tolak ukur bahwa sejauh ini program-program yang di jalankan
oleh Public Relation mendapat berhasil mencapai tujuan. Dengan adanya
respon berarti program-rogram yang dijalankan mendapat perhatian dari
masyarakat, paling tidak masyarakat mengetahui bahwa Lorin Solo Hotel
menyelenggarakan program-program sosial.
Dari tiga tujuan yang telah di tetapkan, tujuan pertama yakni
meringankan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus telah
71
tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari
selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel:
“Setidaknya dengan dana tersebut bisa sedikit meringankan beban
ekonomi orang tua penderita Hydrocephaulus tersebut, karena bisa
untuk biaya 2-3 kali kontrol, kalau membantu secara keseluruhan
ya berat karena banyak program-program CSR lain.” (wawancara
27 Agustus 2013)
Dengan besarnya dana yang dimiliki perusahaan, tidak
menghambat Public Relation Manager dalam mempersiapkan dana yang
dipakai untuk kegiatan tersebut. Karena sifat bantuan yang diberikan tidak
secara rutin, maka dengan dana tersebut telah meringankan beban ekonomi
orang tua penderita Hydrocephalus.
Sejauh ini perusahaan tidak pernah terlibat konflik baik itu dengan
pihak internal perusahaan, maupun pihak eksternal perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan berhasil dalam membangun relasi
yang baik dengan berbagai khalayak. Sesuai dengan tujuan ke dua yang
telah di tetapkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Kartika
Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :
“Sejauh ini, kami (Lorin Hotel Solo) tidak pernah terlibat konflik
dengan berbagai pihak, karena program-program kita banyak
melibatkan khalayak dengan berbagai kalangan, misalnya program
CSR, sehingga hubungan dengan siapa saja menjadi lebih
baik”(wawancara, 30 Juli 2013).
Tugas utama Public Relation adalah menjadi jembatan antara
perusahaan dengan masyarakat. Melalui program ini dampak positif yang
diterima perusahaan adalah hubungan yang baik dengan berbagai
kalangan. Program ini secara tidak langsung menunjukan tanggung jawab
sosial perusahaan terhadap kalangan menengah kebawah.
Program-program Corporate Social Responsibility yang
dilaksanakan oleh Lorin Solo Hotel, selain memberikan dampak positif,
program ini mendapat respon yang baik dari masyarakat, sehingga
program ini juga dapat menginspirasi perusahaan lain, dengan meniru
program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel.
72
“Respon masyarakat sendiri cukup baik ya. Mereka banyak yang
ingin ikut membantu, selain itu program kita juga sudah banyak
ditiru perusahaan lain, tapi sejauh ini belum sampai menggunakan
media televisi”(Kartika Oktavia Pravitasari, Public Relation
Manager, Lorin Solo Hotel, wawancara 30 Juli 2013).
Bukti nyata keberhasilan program-program Corporate Social
Responsibility yang dilaksanakan Lorin Solo Hotel adalah dengan
diraihnya beberapa penghargaan. Melalui penghargaan, citra perusahaan
dimata khalayak pun meningkat, indikator penilaian penghargaan selain
kualitas pelayanan juga terdapat indikator aksi kepedulian sosial, selama
tahun 2013 Lorin Solo Hotel telah meraih dua buah penghargaan. Melalui
penghargaan tujuan ke tiga dari program ini yakni meningkatkan citra
positif perusahaan telah tercapai. Hal ini sesuai dengan keterangan yang
diberikan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager
Lorin Solo Hotel :
”Melalui program CSR Lorin Solo Hotel telah mendapat beberapa
penghargaan, di Tahun 2013 telah meraih penghargaan Solo Best
Brand Index kategori Hotel dengan merek terbaik, dan Asean
Excecutive Award pada bulan Juli 2013, salah satu indikator
penilaian dari segi kepedulian sosial”(wawancara, 30 Juli 2013).
Berdasarkan manfaat yang diterima oleh perusahaan maupun
khalayak dapat dilihat bahwa program ini telah mencapai tujuan. Baik itu
tujuan pertama, kedua, dan ketiga. Melihat bahwa program ini telah
berjalan sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, Public Relation
Manager berencana untuk melanjutkan program Corporate Social
Responsibility sesi ke tiga, program ini akan tetap bekerjasama dengan
TATV dengan khalayak sasaran yang berbeda-beda. pernyataan ini sesuai
dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation
Manager, Lorin Solo Hotel :
“Program CSR yang dijalankan, khususnya program bantuan untuk
penderita Hydrocephalus sejauh ini telah mencapai tujuan, jadi
program ini akan kita lanjutkan ditahun ke tiga, dengan khalayak
sasaran berbeda-beda”(wawancara 30 Juli 2013).
73
Meskipun program ini terbilang sukses, namun Public Relation
tidak ingin mengulang program ini dengan subyek yang sama, hal ini
disebabkan masih banyak khalayak yang belum terjangkau oleh
perusahaan, perusahaan ingin agar bantuan yang diterima dapat lebih
merata. Hal ini di ungkapkan oleh Public Relation, Lorin Solo Hotel,
Kartika Oktavia Pravitasari :
“Kita tidak akan mengulang program dengan subyek yang sama,
masih banyak target lainnya yang belum
terjangkau”(wawancara,20 September 2013).
Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus hanya berlangsung
sekali dan tidak secara rutin dilakukan, namun program-program
Corporate Social Responsibility dirasa mampu memberikan efek besar
bagi perusahaan, yakni dengan meningkatkan citra perusahaan. Program
sosial dirasa cukup efektif dalam meningkatkan citra perusahaan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public
Relation Manager, Lorin Solo Hotel :
“Tentu program CSR mampu meningkatkan citra. Kalau orang
lihat lalu bisa tersentuh, kita dapat penghargaan berkali-kali sebagai hotel
terbaik berarti persepsi masyarakat bagus. Terukurnya citra perusahaan itu
dari didapatkanya penghargaan. Dengan adanya CSR itu kan Image naik.
Buktinya Lorin dapat penghargaan Best Brand yang itu didapat dari survei
masyarakat. Kalau suruh analisa ke masyarakat sendiri ya nggak bisa,
harus pakai lembaga khusus. Ukuran saya kalau sampai ke masyarakat
bisa kenal Lorin itu Brand Awareness terangkat” (wawancara, 20
September 2013).
Berdasarkan analisa peneliti, bagi perusahaan yang bergerak di
bidang jasa, penghargaan merupakan hal penting yang harus di raih.
Dengan adanya penghargaan, maka citra perusahaan akan semakin naik.
Penghargaan di dapat melalui survei masyarakat, yang di dalamnya
terdapat aspek-aspek sejauh mana perusahaan peduli dengan lingkungan
sekitarnya.
Untuk itulah program Corporate Social Responsibility dikemas
agar terlihat berbeda dengan program perusahaan lain. Pengemasan
74
program yang hanya dilakukan satu kali merupakan strategi agar bantuan
yang diberikan dapat merata. Penggunaan media televisi merupakan
sarana publikasi agar pesan yang disampaikan lebih mengena di hati
masyarakat.
Pada tahap kesimpulannya bahwa program ini haruslah tetap
dilanjutkan dengan terus dikembangkan agar masyarakat yang
menyaksikan tergerak untuk ambil bagian dalam program-program Lorin.
Kerjasama dengan donatur maupun instansi lain perlu dilakukan agar
selain hubungan dengan instansi lain menjadi lebih baik, bantuan yang di
terima khalayak sasaran akan lebih besar.
Perlunya di buat tim untuk membantu Public Relation Manager
dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility juga harus
dipertimbangkan, agar setelah program berjalan respon dari masyarakat
dapat di pantau, sehingga Public Relation mengetahui seberapa besar
respon khalayak terhadap program yang dijalankan, sehingga dapat dilihat
kelebihan maupun kelemahan program untuk di jadikan evaluasi bagi
program selanjutnya.
5.3 Matrik Evaluasi Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus
Tabel.1
Program bantuan
bagi penderita
Hydrocephalus
Data Lapangan Hasil Analisis
Context Tujuan diadakannya program
bantuan bagi penderita
Hydrocephalus adalah :
1. Meringankan beban
ekonomi keluarga penderita
Hydrocephalus.
2. Menjalin hubungan baik
dengan berbagai kalangan.
3. Untuk membentuk citra
positif bagi perusahaan.
Analisa Swot berdasarkan
keterangan Public Relation
Manager :
-Kekuatan : Adanya kerjasama
- Dalam merumuskan program, Public
Relation telah menetapkan tujuan
dengan jelas.
-Dukungan berupa sumber daya materi
75
dengan media televisi.
-Kelemahan : Efek negatif yang
timbul berupa banyaknya
permintaan bantuan kepada
perusahaan.
-Peluang: Penggunaan media
televisi sebagai sarana publikasi.
Ancaman:Perusahaanlain
menggunakan media televisi
sebagai sarana publikasi.
merupakan kekuatan dari program ini.
-Program ini hanya dijalankan oleh satu
orang saja.
-Penggunaan media televisi sebagai
strategi pengemasan program sekaligus
sebagai salah satu media penyampaian
pesan dapat menjadi peluang bagi
perusahaan.
-Dengan terus berkembangnya program-
program perusahaan lain atau dengan
program ini ditiru oleh perusahaan lain
dapat menjadi ancaman.
Input Berdasarkan keterangan yang
diberikan Public Relation Manager
:
1. Sumber daya manusia :
pelaksana program hanya satu
orang Public Relation Manager.
2. Sumber daya material : satu
juta uang tunai dan satu juta berupa
susu bayi.
3.Sarana dan pra sarana :
kebutuhan-kebutuhan bayi dan
media televisi sebagai alat
publikasi.
1. Pelaksana program yang hanya
dilaksanakan oleh satu orang.
2. Dana yang digunakan mencukupi
untuk melaksanakan program ini.
3. Adanya sarana dan pra sarana
yang dibutuhkan untuk
mendukung program ini.
Process -Program diberikan hanya satu kali,
hal ini dikarenakan masih banyak
khalayak yang harus dijangkau oleh
perusahaan.
-Pemberian bantuan yang dilaksanakan
hanya satu kali dan tidak rutin namun
Public Relation terlebih dahulu
melakukan survei sehingga bantuan
disesuaikan dengan kebutuhan khalayak
76
-Sebelum melaksanakan program,
Public Relation terlebih dahulu
melakukan survei mengenai apa
yang menjadi kebutuhan penderita
Hydrocephalus tersebut.
-Dalam pelaksanaannya, Public
Relation Manager tidak menemui
kendala, karena telah berjalan
sesuai rencana.
-Public Relation Manager tidak
melakukan pemantauan terhadap
khalayak yang ikut memberikan
bantuan kepada penderita
Hydrocephalus.
tersebut.
-Dalam pelaksanaan program, program ini
telah berjalan sesuai dengan rencana.
-Public Relation tidak memantau seberapa
besar respon khalayak terhadap progam
ini.
Product -Hasil akhir dari program ini adalah
dengan besarnya antusias
masyarakat untuk ikut membantu
keluarga penderita Hydrocephalus.
-Melalui program ini perusahaan
dapat sedikit membantu
meringankan beban ekonomi
keluarga penderita Hydrocephalus.
-Melalui program CSR membuat
hubungan perusahaan dengan
berbagai kalangan menjadi lebih
baik.
-Lorin Solo Hotel meraih beberapa
penghargaan di tahun ini, salah satu
faktor yang menyebabkan
-Dari ke 18 program CSR, program ini
yang paling banyak mendapat respon dari
khalayak.
-Dengan bantuan yang diberikan
perusahaan dapat membantu pengobatan
penderita Hydrocephalus.
-melalui media televisi banyak
masyarakat yang ingin ikut membantu.
Dengan adanya program ini maka
hubungan perusahaan dengan masyarakat
menjadi lebih baik.
-Penghargaan yang diterima Lorin Solo
Hotel merupakan wujud penghargaan
terhadap aksi kepedulian yang dilakukan
77
perusahaan meraih penghargaan
adalah dengan adanya program-
program Corporate Social
Responsibility.
perusahaan terhadap kalangan menengah
kebawah. Namun yang menjadi faktor
penentu di raihnya penghargaan tidak
hanya terletak pada program
Hydrocephalus saja.
Dalam evaluasi Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, pada
dasarnya memiliki tujuan yang jelas dalam perencanaan progamnya, namun pada
analisis SWOT, Public Relation Manager kurang memahami kekuatan serta
kelemahan program. Dalam keterangannya di sebutkan bahwa kekuatan program
terletak pada penggunaan media televisi, kelemahan program terletak pada efek
negatif yang timbul berupa banyaknya permintaan bantuan kepada perusahaan.
Namun berdasarkan analisis peneliti, kekuatan program ini terletak pada
tersedianya dana yang dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya progam,
sedangkan kelemahan program terletak pada minimnya sumber daya manusia
yang mejalankan program ini.
Evaluasi Input berdasarkan keterangan Public Relation Manager,
pelaksana program hanya terdiri Public Relation Manager saja. Secara
keseluruhan, program ini dapat ditangani oleh Public Relation Manager saja
namun minimnya sumber daya manusia yang menangani program ini membuat
hasil akhir program tidak dipantau. Sumber daya lain yang dibutuhkan dalam
program ini adalah sumber daya material berupa dana. Dana yang di perlukan
untuk mendukung program ini sepenuhnya telah disediakan oleh perusahaan.
Dana berasal dari sebagian pendapatan perusahaan. Sarana dan pra sarana yang
diperlukan untuk mendukung program juga telah dipersiapkan dengan baik.
Sejauh ini tidak ada kendala terkait dengan sarana dan pra sarana tersebut.
Evaluasi Process, dalam tahap proses pelaksanaan program, Public Relation
Manager terlebih dahulu melakukan survei untuk melihat kebutuhan apa yang
diperlukan subyek tersebut, setelah melakukan survei kemudian berkoordinasi
dengan pihak TATV untuk melakukan peliputan. Secara keseluruhan dari tahap
persiapan hingga pelaksanaan program, dapat dikatakan program ini efektif
karena telah sesuai dengan perencanaan. Namun pada hasil akhir program,
seberapa banyak respon khalayak pada program ini, Public Relation Manager
78
tidak melakukan pemantauan, dalam sebuah program, evaluasi seharusnya
dilakukan agar Public Relation mengetahui kekurangan yang terdapat pada
program. Evaluasi Product. Hasil akhir dari program ini terlihat dari dampak
positif yang ditimbulkan. Dari ke 18 program Corporate Social Responsibility,
program bantuan bangi penderita Hydrocephalus merupakan program yang
banyak mendapat respon dari khalayak. Hal ini tampak dari banyaknya
masyarakat yang menelpon untuk ikut memberikan bantuan. Tujuan pertama dari
program ini yakni ingin membantu meringankan beban ekonomi keluarga
penderita Hydrocephalus telah tercapai, yakni dengan bantuan yang diberikan
dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari subyek. Tujuan kedua dari program
ini, menjalin hubungan yang baik dengan berbagai kalangan. Corporate Social
Responsibility secara keseluruhan mampu menjalin hubungan baik dengan
berbagai kalangan, khususnya kalangan menengah ke bawah. Tujuan ketiga, dari
program ini adalah meningkatkan citra positif bagi perusahaan. Secara
keseluruhan program Corporate Social Responsibility mampu meningkatkan citra
bagi perushaan, karena perushaan akan dikenal sebagai hotel yang peka terhadap
aspek-aspek sosial.