Post on 24-Mar-2019
EVALUASI ELEKTROKARDIOGRAM DOMBA LOKAL (Ovis
aries) PASCA PENANAMAN IMPLAN TULANG BIFASIK
KALSIUM FOSFAT PADA KERUSAKAN SEGMENTAL
TULANG
RIZAL EKO KURNIAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi
Elektrokardiogram Domba Lokal (Ovis aries) Pasca Penanaman Implan Tulang
Bifasik Kalsium Fosfat pada Kerusakan Segmental Tulang” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Rizal Eko Kurniawan
NIM B04100035
ABSTRAK
RIZAL EKO KURNIAWAN. Evaluasi Elektrokardiogram Domba Lokal (Ovis
aries) Pasca Penanaman Implan Tulang Bifasik Kalsium Fosfat pada Kerusakan
Segmental Dibimbing oleh RIKI SISWANDI dan GUNANTI.
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas elektrokardiografi jantung
domba lokal (Ovis aries) setelah penanaman implan tulang Bifasik Kalsium Fosfat
(BKF). Penelitian menggunakan 12 ekor domba lokal jantan berumur 1.5 tahun
dengan berat badan ±23 kg (22.93±2.75 kg) yang dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama menerima perlakuan dengan penanaman implan tulang BKF I
(HAp 60%:β-TKF 40%) dan kelompok kedua menerima perlakuan dengan
implantasi implan tulang BKF II (HAp 70%:β-TKF 30%). Perlakuan dilakukan
secara aseptis pada sepertiga proximal medial os tibia. Perekaman EKG dilakukan
dalam keadaan hewan teranestesi pada hari ke-0, 7, 30, dan 60 setelah operasi.
Amplitudo P, Durasi P, Amplitudo R, interval QRS, interval PR, interval QT dan
nilai aksis tidak berbeda nyata. Segmen ST berbeda nyata pada kedua kelompok
pada hari 30 dan 60. Frekuensi jantung cenderung menurun. Nilai rataan aksis pada
domba +56.07° lebih berada pada posisi kanan. Secara keseluruhan, penanaman
implan tulang BKF tidak berpengaruh terhadap aktivitas jantung.
Kata kunci: Bifasik Kalsium Fosfat, Domba lokal (Ovis aries), Elektrokardiogram,
implan tulang.
ABSTRACT
RIZAL EKO KURNIAWAN. Electrocardiogram Evaluation of Local Sheep (Ovis
aries) after Bifasic Calcium Phospate Bone Graft implantation on Segmental Bone
Defect. Supervised by RIKI SISWANDI and GUNANTI.
This study was aimed to evaluate the electrocardiographic activity of Local
Sheep (Ovis aries) following biphasic calcium phosphate bone graft implantation.
Twelve rams aged 1.5 years and ±23 kgs (22.93±2.75 kgs) of body weight were
used in present experiment and divided into two groups. The first group received
BCP I implant which contains 60% hydroxyapatite (HA) and 40% betha tricalcium
phospate (β-TCP). The other group received BCP II implant which contains 70%
HA and 30% β-TCP. Bone implantation was made aseptically in one-third proximal
medial of tibial bone. The electrocardiogram examination was done in anesthetized
condition on day 0, 7, 30, and 60. P amplitudo, P duration, R amplitudo, QRS
interval, PR interval, QT interval and electrical axis were not significantly
different. ST Segment were significantly different (P<0.05) in both groups in the 30
to 60 days. Heart rate values tended to be decreased. The MEA values +56.07°
tended to have right axis deviation. Overall, heart activity was not affected by bone
implantation.
.
Keywords: Biphasic Calcium Phosphate, Bone Graft, Electrocardiogram, Local
Sheep (Ovis aries).
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
EVALUASI ELEKTROKARDIOGRAM DOMBA LOKAL (Ovis
aries) PASCA PENANAMAN IMPLAN TULANG BIFASIK
KALSIUM FOSFAT PADA KERUSAKAN SEGMENTAL
TULANG
RIZAL EKO KURNIAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunia-
Nya sehingga dapat menyusun skripsi. Judul yang dipilih dalam penelitian ini
berjudul “Evaluasi Elektrokardiogram Domba Lokal (Ovis aries) Pasca Penanaman
Implan Tulang Bifasik Kalsium Fosfat Pada Kerusakan Segmental Tulang”.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung Hibah BOPTN lintas
Departemen Institut Pertanian Bogor Tahun 2013 dengan judul “Penggunaan Bahan
Implan Tulang Kombinasi Betha-Trikalsium Fosfat dan Bifasik Kalsium Fosfat
sebagai materi substitusi pada kerusakan segmental tulang”.
Penulis mengetahui bahwa karya ini belum sempurna, sehingga bimbingan
dan arahan yang membangun sangat diharapkan demi hasil penelitian yang lebih
baik. Penulis ucapkan terima kasih kepada Drh Riki Siswandi, MSi selaku
pembimbing I, Dr Drh Gunanti, MS selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi,
dan Drh Herwin Pisestyani, MSi sebagai pembimbing akademik. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Dr Ki Agus Dahlan, Dr Drh Ariyani Sismin
Satyaningtyas MSc yang selalu memberikan nasihat penulis, Adik (Risfani Fajar
Irawan), BEM FKH IPB Kabinet Strategis, DKM An Nahl, Musyrif Rumah Quran,
rekan rekan Rumah Quran dan keluarga IMPATA yang selalu mendukung dan
mendoakan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Ridzki M Luthfi atas kerjasamannya selama
pembuatan skripsi. Semoga penulis dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat
khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.
Bogor, Februari 2015
Rizal Eko Kurniawan
DAFTAR ISI
_Toc407167238DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Bifasik Kalsium Fosfat 2
Penggunaan Domba sebagai Hewan Model 2
Jantung 3
Elektrokardiografi 3
METODE 4
Tempat dan Waktu 4
Alat 4
Bahan 4
Prosedur Penelitian 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Gelombang P 6
Kompleks QRS 7
Interval PR 8
Interval QT 9
Segmen ST 9
Frekuensi Jantung 10
Rataan Nilai Aksis
100
SIMPULAN 10
SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 11
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Amplitudo gelombang P (mV) 6
2 Durasi gelombang P (s) 7
3 Amplitudo gelombang R (mV) 7
4 Durasi kompleks QRS (s) 8
5
6
Durasi interval PR (s)
Interval QT (s)
8
9
7
8
9
Durasi segmen ST (s)
Frekuensi Jantung (bpm)
Nilai Aksis
10
10
11
DAFTAR GAMBAR
1 Domba lokal (Ovis aries) 3
2
3
Grafik EKG
Pemasangan lokasi elektroda EKG pada domba
4
5
4 Lubang Implantasi dan Operasi 6
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap tahun kebutuhan subtitusi tulang terus bertambah, karena
meningkatnya kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang, penyakit bawaan dan
non bawaan (Ficai et al. 2011). Kebutuhan allograft tulang semakin meningkat
setiap tahunnya seperti trauma, tumor, ataupun patah tulang (Murugan dan
Ramakrishna 2004) sehingga dibutuhkan berbagai bahan sintetis untuk bahan
implan tulang walaupun secara komersil sudah tersedia, namun tidak ada satupun
bahan sintetis produksi dalam negeri. Allograft tulang merupakan salah satu jenis
dan sumber jaringan pada implan tulang yang berasal dari berbagai material
termasuk polimer alam, polimer sintetik, keramik, dan komposit (Laurencin 2009).
Pada penelitian ini implan terbuat dari bahan Bifasik Kalsium Fosfat.
Bifasik Kalsium Fosfat (BKF) merupakan jenis kalsium yang mengandung dua fase
yaitu hidroksiapatit (HA) dan trikalsiumfosfat (TKF). Berbagai studi menyebutkan
bahwa hidroksiapatit ini bersifat osteoinduktif dan menyokong osteointegrasi (Hua
et al. 2005).
Penggunaan bahan implan tulang dapat menyebabkan Bone cement
implantation syndrome (BCIS). Salah satu metode diagnosa yang dapat digunakan
untuk mengetahui adanya BCIS akibat penanaman implan tulang adalah dengan
menggunakan elektrokardiografi (EKG). Pada kasus BCIS penggunaan implan
tulang akan menghasilkan tekanan intramedula yang tinggi pada saat implan tulang
disisipkan dalam tulang akibat emboli yang terjadi pada jantung (PAPSRS 2006),
sehingga EKG digunakan untuk melihat fungsi jantung melalui aktivitas listrik
jantung domba pasca penanaman impan tulang BKF. Interpretasi elektrokardiografi
terhadap hewan model ditujukan untuk melihat pada perubahan grafik yang terjadi
setelah penanaman tulang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas elektrokardiografi
jantung domba (Ovis aries) setelah penanaman implan tulang BKF pada kerusakan
segmental tulang serta mengetahui pengaruhnya terhadap aktifitas jantung.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan gambaran terhadap biokompatibilitas pasca
penanaman implan Bifasik Kalsium Fosfat. Bifasik Kalsium Fosfat tersebut akan
digunakan sebagai subtitusi tulang pada kerusakan segmental tulang pada manusia.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Bifasik Kalsium Fosfat
Jenis dan sumber jaringan pada implan tulang dapat dibagi menjadi autograft
(tulang berasal dari individu penerima implan tersebut), allograft (tulang berasal
dari individu pendonor dengan spesies yang sama), xenograft (tulang substitusi
berasal dari spesies lain seperti sapi. Bahan material lain yang dapat digunakan
antara lain polimer alam, polimer sintetik, keramik dan komposit (Laurencin 2009). Keramik bioaktif komersial yang digunakan untuk perbaikan tulang terdiri
atas kombinasi kalsium karbonat (CaCO3, dalam bentuk aragonit), kalsium sulfat
(CaSO4.2H2O), kalsium fosfat, dan gelas bioaktif. Keramik kalsium fosfat termasuk
diantaranya beta-trikalsium fosfat [β-TKF, Ca3(PO4)2], hidroksiapatit [HA,
Ca10(PO4)6(OH)2], dan Bifasik Kalsium Fosfat (BKF). Bifasik Kalsium Fosfat
terbuat dari campuran inti HA dan β-TKF. Melalui kombinasi dari tingkat yang
seimbang antara tahap yang lebih stabil (HA) dan yang lebih mudah larut (β-TKF),
adalah mungkin untuk merumuskan BKF dengan laju disolusi terkontrol dan sifat
mekanik yang berbeda (LeGeros dan Daculsi 1997).
Penggunaan Domba sebagai Hewan Model
ISO 10993-6 1994 menentukan bahwa dalam penelitian ortopedik, salah satu
hewan coba yang dianggap layak untuk percobaan implantasi material sebagai
model bagi manusia adalah domba (Pearce et al. 2007). Penelitian orthopedik dunia
pada periode 1990-2001, dilaporkan sebanyak 9-12% menggunakan domba sebagai
hewan model penelitian fraktur, osteoporosis, dan osteoarthritis (Martini et al.
2001). Penggunaan domba dewasa memiliki keunggulan karena berat badan yang
hampir menyerupai manusia, dan juga memiliki tulang panjang dengan dimensi
yang dapat digunakan untuk aplikasi implan dan prosthesis manusia. Tulang domba
dan manusia memiliki pola serupa dalam pertumbuhan tulang (bone ingrowth)
terhadap poros implan (Pearce et al. 2007), kesamaan densitas (0.43 g/cm3) (Nafei
et al. 2000), dan komposisi mineral tulang domba dan manusia tidak menunjukan
perbedaan yang signifikan (Ravaglioli et al. 1996). Domba yang dipakai pada saat
penelitian adalah domba lokal Indonesia dengan spesies Ovis aries.
Domba yang digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian ini adalah
domba lokal. Klasifikasi domba lokal menurut Herren (2000), yaitu :
Kingdom : Animalia
Fillum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Ovis
Spesies : Ovis aries
3
Jantung
Jantung sebagai pompa menyalurkan darah keseluruh tubuh dipisahkan dari
organ-organ dalam thoraks lainnya oleh perikardium. Perikardium adalah sebuah
kantung yang secara normal berisi cairan jernih yang melumasi jantung dan
memungkinkannya berkontraksi tanpa banyak mengalami gesekan. Jantung bagian
miokardium ditutupi oleh jaringan fibrosa yaitu epikardium (Ganong 2002).
Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang
memompakan darah ke paru-paru dan jantung kiri memompakan darah ke seluruh
tubuh. Jantung memiliki dua ruang pompa yang dapat berdenyut, terdiri atas atrium
dan ventrikel. Atrium terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah bagi
ventrikel, yang membantu mengalirkan darah masuk kedalam ventrikel. Ventrikel
selanjutnya menyediakan tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah
ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi perifer. Sistem konduksi jantung dihantarkan
mulai dari nodus sinoatrial (nodus SA) melalui nodus atrioventrikuler (nodus AV),
berkas His hingga ke serabut Purkinje. Impuls jantung dihantarkan oleh nodus SA
yang terletak di perbatasan vena cava superior dengan atrium kanan menuju nodus
AV yang terletak di posterior kanan septum intraatrial. Nodus SA dan nodus AV
dihubungkan oleh tiga serabut. Pada bagian anterior terdapat serabut Bachman, di
tengah terdapat serabut Weckenbach dan pada bagian posterior terdapat serabut
Thorel. Impuls yang mencapai nodus AV dihantarkan menuju ke serabut His dan
terbagi menjadi dua cabang yaitu cabang kanan dan kiri. Impuls dilanjutkan
melalui bundel otot yang berjalan subendokardial melewati septum kemudian
terhubung melalui berkas Purkinje sehingga impuls akan tersebar ke seluruh
ventrikel dan menyebabkan kontraksi jantung (Barret et al. 2010).
Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) adalah hasil aktivitas listrik otot jantung berupa
suatu sinyal (Shirley 2007). Teknik perekaman EKG yang sering digunakan, yaitu
teknik monitoring standar ekstremitas (metode Einthoven) atau bipolar limb leads.
Metode perekaman EKG dilakukan pada 3 tempat pada penelitian ini yakni sadapan
I dengan sudut orientasi 0º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada lengan
Gambar 1 Domba sebagai objek penelitian
4
kiri (LA-left arm) dan elektroda negatif pada lengan kanan (RA-right arm).
Sadapan II dengan sudut orientasi 60º dibentuk dengan membuat elektroda positif
pada kaki kiri (LL-left leg) dan elektroda negatif pada lengan kanan (RA- right
arm). Sadapan III dengan sudut orientasi 120º dibentuk dengan membuat elektroda
positif pada kaki kiri (LL-left leg) dan elektroda negatif pada lengan kiri (LA-left
arm).
METODE
Tempat dan Waktu
Pembuatan implan tulang dilakukan di Laboratorium Biofisika Material,
Departemen Ilmu Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) IPB. Operasi penanaman implan tulang dilakukan di Laboratorium Divisi
Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, bulan
Juli hingga November 2013. Pemeliharaan hewan dilakukan di kandang Unit
Pengelolaan Hewan Laboratorium (UPHL) FKH-IPB.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah perlengkapan anestesi per-injeksi, bor
tulang, mesin EKG Portable (Fukuda M-E cardisuny D300®), termometer,
stetoskop, syringe, alat cukur, dan kamera digital yang digunakan untuk
mendokumentasikan, peralatan bedah minor, bor tulang dengan mata bor ukuran 5
mm, wadah plastik untuk pakan dan minum, ember, selang air, dan gunting.
Bahan
Penelitian menggunakan domba sebagai model hewan. Domba yang dipakai
adalah domba jantan ekor gemuk berjumlah 12 (dua belas ekor) yang dipilih secara
acak dan dibagi kedalam dua kelompok perlakuan. Umur domba berkisar 1.5 tahun
dengan rata-rata bobot badan ±23 kg (22.93±2.75). Bahan lain yang digunakan
Gambar 2 Grafik EKG (Barret et al. 2010)
5
yaitu air, pakan (konsentrat dan rumput). Perbandingan komposisi hidroksiapatit
(HA) dan β-Trikalsiumfosfat (TKF) yang digunakan pada penelitian ini adalah
60%:40% yang selanjutnya disebut Bifasik Kalsium Fosfat (BKF) I dan 70%:30%
Bifasik Kalsium Fosfat (BKF) II berbentuk pelet silinder dengan diameter 4 mm
dan tinggi 7 mm, Intermectin® 10 mg/ml (Ivermectin, PT.Tekad Mandiri Citra),
Albentack-900® (Albendazole, Biotek Indonesia), Aludonna® 0.25 mg/ml (Atropin
Sulfat, PT. Armoxindo Farma), Xylazil® 20 mg/ml (Xylazine, Troy Laboratories),
Ketamil® 100 mg/ml (Ketamin HCl, Troy Laboratories), Flunixin® 50 mg/ml,
Roxine® 100 mg/ml (Enrofloxacine, Sanbe Farma), Ephinephrine® (Ephinephrine
hydrochlorida, Phapros), povidone iodine 2.5%, alkohol 70%, plester, kapas, kasa,
tampon, benang jahit Catgut Chrom® 3-0 (Catgut, Bbraun), Vicryl® 6-0 (Polygactin,
Ethicon), jarum spoid ukuran 24G dan 27G, spoid ukuran 1 ml, dan spoid ukuran 3
ml serta label.
Prosedur Penelitian
Domba yang dipilih secara acak dibagi kedalam dua kelompok perlakuan.
Pada kelompok pertama domba diimplan dengan implan BKF I. Kelompok kedua
diimplan dengan implan BKF II. Operasi implantasi dilakukan sesuai dengan
prosedur bedah aseptis. Sebelum operasi, domba menerima premedikasi aludonna®
0.25%. Anasthesi dilakukan dengan induksi xylazil® 2% intramuskular (IM) dan
rumatan menggunakan Ketamil® 10% (Plumb 2005).
Perekaman EKG menggunakan tiga sandapan bipolar standar (Lead 1, 2, dan
3) dan tiga sandapan unipolar (Lead aVR, aVL, dan aVF) direkam dengan klip EKG
(crocodile clips) sebagai elektroda EKG dengan prinsip base apex. Elektroda EKG
berjumlah empat buah (merah, kuning, hijau, dan hitam). Tempat untuk meletakkan
elektroda EKG dicukur menggunakan alat cukur dan diberikan gel EKG.
Pencukuran dilakukan pada carnial dorso scapula dextra untuk meletakkan
elektroda EKG yang berwarna merah. Pencukuran pada intercostae sinistra
keempat untuk meletakkan elektroda EKG yang berwarna kuning. Pencukuran
didaerah persendian antara femur dan tibia fibula untuk meletakkan elektroda
elektrokardiograf yang berwarna hitam untuk kaki belakang sebelah kanan dan
warna hijau pada kaki sebelah kiri.
Pemasangan implan dilakukan pada bagian medial dari tulang tibia kanan
menggunakan bor tulang untuk membuat lubang sesuai dengan ukuran pelet implan
tulang. Luka sayatan operasi ditutup dengan penjaitan perosteum otot, subkutan,
dan kulit dengan jahitan sederhana. Operasi dilakukan oleh operator yang sama
untuk mencegah variasi operasi. Domba kemudian menerima suntikan antibiotik
Gambar 3 Pemasangan elektroda EKG pada domba
6
Roxine® 100 mg/ml (Enrofloxacine, Sanbe Farma) dengan dosis 4 mg/kgBB, dan
analgesia merk Flunixin® 50 mg/ml dengan dosis 2 mg/kgBB sekali sehari selama
lima hari sesudah operasi.
Perekaman EKG dilakukan dalam keadaan terbius, sebelum domba
memperoleh perlakuan penanaman implan tulang (pada keadaan normal) hari ke-0,
7, 30, dan 60 setelah operasi. Perekaman elektrokardiogram (EKG) digunakan
mesin elektrokardiograf (EKG) (Fukuda ME Cardiosunny D300®) yang telah
dikalibrasi 1 mV = 10 mm dengan kecepatan kertas 50 mm/detik. Parameter yang
diamati pada penelitian ini yaitu amplitudo P, durasi P, durasi interval QRS,
amplitudo R, durasi interval QRS, durasi interval PR, durasi interval QT, durasi
segmen ST, frekuensi jantung, dan nilai aksis.
Data yang diperoleh dinyatakan dalam rataan dan simpangan baku. Data
diolah menggunakan Piranti lunak Microsoft Excel 2007 dan IBM Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) 21. Data variabel dianalisis secara statistik
dengan menggunakan metode One Way analyse of variant (ANOVA), kemudian
dilanjutkan dengan uji Duncan pada selang kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gelombang P
Gelombang P terjadi karena adanya potensial listrik yang dicetuskan sewaktu
atrium berdepolarisasi (Guyton dan Hall 2006) sehingga amplitudo P dapat
diinterpretasikan sebagai pembesaran atrium pada jantung (Widjaja 1990).
Tabel 1 Amplitudo P (mV) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu
Hari Amplitudo P (mV)
BKF I BKF II
0 0.100 ± 0.019ax 0.096 ± 0.023ax
7 0.122 ± 0.017ax 0.116 ± 0.018ax
30 0.085 ± 0.015ax 0.085 ± 0.016ax
60 0.090 ± 0.019ax 0.110 ± 0.023ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan.
7
Dilatasi atrium kanan mengakibatkan besarnya impuls nodus Sinoatrial (SA)
yang dikeluarkan dan menjalar ke nodus Atrioventrikular (AV) (Guyton dan Hall
2006). Berdasarkan hasil penelitian, amplitudo P tidak terdapat perbedaan nyata
diantara kedua kelompok (Tabel 1). Amplitudo P pada penelitian ini berada pada
kisaran nilai normal 0.130 ± 0.02 mV. Gelombang P pada domba dalam beberapa
kasus tidak bisa diukur. Keberadaan gelombang P ada namun tidak jelas (Ahmed
dan Sanyal 2008) dan perbedaan nilai diduga sebagai variasi normal.
Pengukuran durasi P dilakukan untuk mengetahui waktu depolarisasi atrium.
Durasi P pada EKG tidak menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) pada kelompok
I dan kelompok II (Tabel 2). Pada penelitian ini nilai durasi P masih berada pada
kisaran normal. Menurut Ahmed dan Sanyal (2008), rata-rata durasi P pada domba
adalah 0.040±0.004 detik. Pada durasi P menunjukkan tidak adanya gangguan pada
aktivitas atrium akibat penanaman bahan implan (Widjaja 1990). Berdasarkan
kertas rekaman EKG pada sadapan II juga tidak ditemukan adanya kelainan bentuk
durasi P, sehingga perbedaan nilai diduga sebagai variasi normal.
Kompleks QRS
Kompleks QRS menunjukkan aktivitas depolarisasi otot ventrikel jantung.
Kompleks QRS terdiri atas gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S (Thaller
2007). Amplitudo R merupakan defleksi positif pertama dari komplek QRS.
Pengukuran amplitudo menggambarkan fase depolarisasi ventrikel. Menurut
Widjaja (1990), nilai amplitudo R dapat menandakan adanya hipertrofi ventrikel
dan gambaran amplitudo R menunjukkan tanda–tanda Bundle-Branch Block
(BBB). Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat perbedaan nyata. Menurut
Haryati (2010) nilai amplitudo kompleks R pada penelitian ini berkisar dengan nilai
standar domba normal yaitu 0.802±0.438 mV. Hal ini menandakan adanya tidak
adanya kelainan (Guyton dan Hall 2006).
Tabel 2 Durasi P (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu
Hari Durasi P (detik)
BKF I BKF II
0 0.035 ± 0.005ax 0.040 ± 0.005ax
7 0.037 ± 0.006ax 0.039 ± 0.006ax
30 0.041 ± 0.005ax 0.036 ± 0.001ax
60 0.037 ± 0.002ax 0.041 ± 0.002ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan.
Tabel 3 Amplitudo R (mV) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu
Hari Amplitudo R (mV)
BKF I BKF II
0 0.536 ± 0.200ax 0.583 ± 0.166ax
7 0.648 ± 0.195ax 0.533 ± 0.210ax
30 0.600 ± 0.248ax 0.325 ± 0.126ax
60 0.583 ± 0.164ax 0.372 ± 0.075ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan
8
Tabel 4 Durasi Interval QRS (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II
berdasarkan waktu
Hari Durasi QRS (detik)
BKF I BKF II
0 0.040 ± 0.007ax 0.038 ± 0.005ax
7 0.034 ± 0.004ax 0.036 ± 0.003ax
30 0.034 ± 0.005ax 0.037 ± 0.004ax
60 0.038 ± 0.001ax 0.041 ± 0.003ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b,c) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan.
Pada kasus BCIS penggunaan implan tulang menurut PAPSRS (2006) akan
meningkatkan tekanan arteri pulmonal dan resistensi pembuluh darah pulmonal
akibat adanya emboli yang mengakibatkan dinding ventrikel kanan berdilatasi.
Pada penelitian ini nilai kenaikan amplitudo R tidak menunjukkan adanya kelainan
sehingga perbedaan nilai diduga hanya sebagai variasi normal.
Durasi Interval QRS diukur mulai dari awal gelombang Q hingga akhir
gelombang S. Interval QRS menggambarkan waktu yang dibutuhkan impuls listrik
untuk menyebar ke seluruh miokardium ventrikel (Goodner dan Roth 1995).
Pengukuran interval QRS mampu menunjukkan adanya hipertrofi jantung.
Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan durasi interval QRS karena penambahan
massa otot jantung (Sari 2005). Menurut Fakour et al. (2013) nilai standar interval
QRS domba 0.063 detik, pada penelitian ini semua nilai interval QRS berada pada
kisaran normal. Perbedaan nilai durasi dipengaruhi oleh variasi ras (breed) hewan
(Mohan et al. 2005) serta umur (Montes et al. 1994).
Interval PR
Pengukuran interval PR dimulai dari permulaan gelombang P sampai
permulaan kompleks QRS. Interval PR menggambarkan waktu antara onset impuls
listrik dari nodus sinoatrium (nodus SA) melalui nodus atrioventrikular (nodus
AV), turun ke berkas His, cabang berkas, dan berkas Purkinje. Interval PR berfungsi
mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium sampai mulai depolarisasi
ventrikel (Morris et al. 2003). Pada penelitian ini tidak terjadi perbedaan nyata pada
kedua kelompok (Tabel 5). Interval PR merupakan penjumlahan waktu depolarisasi
atrium dan waktu perambatan dari simpul AV (Widjaja 1990). Pemanjangan
interval PR pada rekaman EKG merupakan akibat dari perlambatan konduksi dari
atrium, nodus AV atau sistem His-Purkinje. Interval PR dapat mengalami
percepatan yang terjadi karena adanya aritmia yang berhubungan dengan gangguan
impuls jantung. Pada penelitian ini tidak terjadi percepatan interval PR.
9
Interval QT
Interval QT merupakan jarak antara permulaan gelombang Q sampai akhir
gelombang T yang menggambarkan periode dari awal depolarisasi ventrikel sampai
repolarisasi ventrikel (Widjaja 1990). Kelainan pada interval QT dapat berupa
pemanjangan dan pemendekan interval QT. Menurut Mozkovitz et al. (2013),
pemanjangan interval QT seringkali disebabkan oleh kongenital, induksi obat-
obatan (seperti procainamid, quinidin dan phenothiazin), antihistamin (terfenadin
dan astemizol), peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis dan abnormalitas
elektrolit seperti hipokalsemia, hipokalemia dan hipomagnesemia. Hipokalemia
seringkali terjadi pada penderita dengan hipomagnesemia.
Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan nyata pada kedua kelompok
(Tabel 6). Pemendekan dan pemanjangan daerah interval QT juga tidak ditemukan.
Pemanjangan QT dapat terjadi akibat ketidakseimbangan elektrolit seperti
hipokalsemia dan hiperfosfatemia akibat distribusi asam basa darah yang berubah
(Thrall et al. 2004)
Segmen ST
Segmen ST menunjukkan ukuran waktu antara akhir depolarisasi ventrikel
sampai pada mulainya repolarisasi ventrikel. Pada penelitian ini ditemukan
perbedaan nyata (P<0.05) nilai durasi segmen ST pada kedua kelompok pada hari
ke 30 dan hari ke 60 pada kelompok BKF I (Tabel 7). Nilai durasi segmen ST pada
Tabel 6 Durasi interval QT (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan
waktu
Hari Durasi QT (detik)
BKF I BKF II
0 0.359 ± 0.034ax 0.328 ± 0.043ax
7 0.348 ± 0.036ax 0.349 ± 0.032ax
30 0.382 ± 0.019ax 0.347 ± 0.048ax
60 0.326 ± 0.012ax 0.342 ± 0.044ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan
Tabel 5 Durasi interval PR (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan
waktu
Hari Durasi PR (detik)
BKF I BKF II
0 0.127 ± 0.009ax 0.123 ± 0.020ax
7 0.119 ± 0.014ax 0.117 ± 0.009ax
30 0.144 ± 0.035ax 0.132 ± 0.006ax
60 0.119 ± 0.023ax 0.127 ± 0.020ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan
10
penelitian berkisar pada nilai normal (Haryati 2010). Pada penelitian ini tidak
ditemukan elevasi atau depresi segmen ST.
Frekuensi Jantung
Frekuensi jantung dapat diukur melalui interval RR antar satuan waktu (detik)
dan dapat diketahui sebagai ventricular rate. Menurut Ahmed dan Sanyal (2008)
frekuensi jantung domba bervariasi 75 sampai 115 denyut per menit dengan rata
rata 85±2.8 denyut per menit. Peningkatan frekuensi jantung di hari ke-0 (Tabel 8)
diakibatkan kondisi stress pada saat pertama kali menerima perlakuan.
Rataan Nilai Aksis
Rataan nilai aksis atau Mean Electrical Axis (MEA) merupakan rataan
vektor gaya listrik yang menentukan letak kemiringan jantung di dalam rongga dada
(Levick 1995). Perubahan yang dapat terjadi pada MEA adalah right axis deviation,
left axis deviaton dan indeterminate axis. Nilai aksis jantung pada domba lebih
mengambil posisi kanan (Right Axis Deviation) dengan MEA +56.07º. Perbedaan
MEA disebabkan perbedaan posisi kemiringan jantung pada rongga dada yang
terkait dengan pertumbuhan (Suprayogi et al. 2008). Penyebab penyimpangan axis
juga dapat disebabkan oleh kelainan kongenital, posisi jantung dalam rongga dada,
hipertrofi otot jantung, perubahan konduksi dan ketidakseimbangan elektrik (Kuhn
dan Rose 2008). Pembesaran atrium maupun ventrikel jantung juga dapat
menyebabkan pergeseran nilai MEA (Thaler 2007). Hasil evaluasi MEA pada
Tabel 8 Rata – rata frekuensi jantung (bpm) domba yang diimplan BKF I dan BKF II
berdasarkan waktu
Hari Frekuensi Jantung (bpm)
BKF I BKF II
0 87.67 ± 9.72bx 82.56 ± 11.67bx
7 68.56 ± 13.14ax 74.44 ± 14.76ax
30 64.33 ± 13.50ax 60.33 ± 9.23ax
60 64.33 ± 22.27ax 72.33 ± 13.86ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan.
Tabel 7 Durasi Segmen ST (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan
waktu
Hari Durasi Segmen ST (detik)
BKF I BKF II
0 0.310 ± 0.016ax 0.322 ± 0.015ax
7 0.304 ± 0.036ax 0.314 ± 0.040ax
30 0.232 ± 0.103bx 0.202 ± 0.088bx
60 0.196 ± 0.049bx 0.271 ± 0.025ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b,c,d) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan.
11
kondisi pra dan pasca-operasi maupun antar kelompok perlakuan menunjukkan
hasil yang berbeda tidak nyata (Tabel 9).
SIMPULAN
Penanaman implan tulang BKF tidak berpengaruh terhadap aktivitas jantung
pada 60 hari pengamatan.Peningkatan frekuensi jantung tidak berkaitan erat dengan
penanaman implan tulang, melainkan proses penanganan hewan.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian dalam waktu yang lebih dari 60 hari terhadap
penggunaan implan tulang. Perlu dilakukan penelitian penggunaan implan tulang
pada hewan model lain yang memiliki kekerabatan yang dekat dengan manusia
untuk melihat pengaruh terhadap atrium maupun ventrikel. Perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan area kerusakan dan penanaman implan tulang yang lebih
luas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed JA, Sanyal S. 2008. Electrocardiographic studies in garol sheep and black
bengal goats. Res J Cardiol. (1):1–8.
Barret K, Heddwen B, Scott B, Susan B. 2010. Ganong’s Review of Medical
Physiology. Ed ke-23. New York (US): McGraw-Hill Companies
Brady WJ, Korin BH, Robin N, Amita S, Steven HM, Jeffrey DF, Robert CR. 2013.
The ECG in Prehospital Emergency Care. Sussex (UK): Blackwell
Publishing.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia:
(US): WB Saunder Company.
Fakour Sh, Mokhber DMR, Nadalian MG, Rezakhani A, Lotfollah ZS. 2013.
Electrocardiographic parameters of Markhoz goat using base apex lead and
six standard limb leads. Ir. J. Vet. Res. 14:241-244.
Ficai A, Andronescu E, Voicu G, Ficai D. 2011. Advances in Collagen
Hidroxyapatite Composite Materials. Ed ke-1. Bucharest (ROM): Politehnica
Tabel 9 Rataan Nilai Aksis (-◦) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan
waktu
Hari Nilai aksis (-◦)
BKF I BKF II
0 50.39 ± 6.86ax 53.09 ± 5.10ax
7 66.83 ± 42.69ax 63.94 ± 28.98ax
30 42.50 ± 2.50ax 51.00 ± 3.00ax
60 54.17 ± 10.54ax 52.50 ± 13.86ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b,c,d) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya
perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang
berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05)
dalam kelompok perlakuan.
12
University of Bucharest. Faculty of Applied Chemistry and Materials
Science.
Ganong WF. 2002. Fisiologi Kedokteran Ed ke-20. Jakarta (ID): Kedokteran EGC.
Goodner B, Roth LS. 1995. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.
Cetakan 1. Penerjemah: Yasmin Asih, Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari
The Nurse Survival Guide. Guyton DC, Hall EJ. 2006. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia (US):
Elsevier Saunders.
Haryati, RAD. 2010. Profil Elektrokardiogram Pada Domba Lokal (Ovis Aries) Setelah
Penanaman Implan Semen Tulang Hidroksiapatit-Kitosan Dan Hidroksiapatit-
Trikalsium Fosfat Pada Tulang Tibia.[Skripsi]. Bogor. (ID). Institut Pertanian
Bogor
Hua Y, Ning C, Xiaoying L, Buzhong Z, Wei C, Xiaoling S. 2005. Natural
hydroxyapatite/chitosan composite for bone substitute materials. Med Biol Soc.
5:4888-91.
Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture Ed ke-2. Virginia Polyinstitute and
State University. Virginia (US): Delmar Publishers.
Kuhn L, Rose L. 2008. ECG Interpretation part 1: understanding mean electrical
axis. J Emerg Nurs. 34(6): 530-534. Laurencin CT. 2009. Bone Graft Substitutes. West Conshohocken (US): American
Society for Testing and Materials.
LeGeros RZ, Daculsi G. 1997. In vivo transformation of biphasic calcium phosphate
ceramics: ultrastructural and physic - chemical characterizations. Di dalam:
Yamamuro T, Wilson-Hench J, editor. Handbook of Bioactive Ceramics. Boca
Raton, USA. Fla (US): CRC Pr. 11:17-28.
Levick JR. 1995. An Introducion to Cardiovascular Physiology. Ed ke-2. Oxford (UK).
Butterworth-Heinemann Ltd Linacra House Jordan Hill.
Martini L, Fini M, Giavaresi G, Giardino R. 2001. Sheep model in orthopedic research:
A literature review. J. Comp. Med. 5:292-299.
Mohan NH, Niyogi D, Singh HN. 2005. Analysis of normal electrocardiograms of
Jamunapari goats. J. Vet. Sci. 6:295-298.
Montes AM, Bernal LJ, Bayon A, Palacio MJF, Sotillo J, Ayala I, Trenti F. 1994. A
study of ECG in goats. Proc. 18th World Buiatrics Congress. Italy.1201-1024
Morris F, June E, William JB, John C. 2003. ABC of Clinical ECG. London (UK): BMJ
books
Mozkovitz JB, Bryan DH, Joseph PM, Amal M, William JD. 2013.
Electrocardiographic implications of the prolonged QT interval. Am J Emerg
Med. 31: 866-871.
Murugan R, Ramakrishna S. 2004. Bioresorbable composite bone paste using
polysaccharide based nano hydroxiapatite. J Biomaterial. 25:3829-3835.
Nafei A, Danielsen CC, Linde F, Hvid I. 2000. Properties of growing trabecular bovine
bone. part I: mechanical and physical properties. J Bone Joint Surg Br. 82: 910-
920.
[PAPSRS] Pennsylvania Patient Safety Reporting System. 2006. Bone cement
implantation syndrom. Patient Safety Advisory 3 (4).
Pearce A, Richards RG, Milz S, Schneider E, Pearce SG. 2007. Animal models for
implant biomaterial research in bone: a review. J. Europ. Cells. and Mater. 13:1-
10
Plumb DC. 2005. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. Ed ke-5. Wisconsin (US):
Pharma Vet.
13
Ravaglioli A, Krajewski A, Celotti GC, Piancastelli A, Bacchini B, Montanari L, Zama
G, Piombi L. 1996. Mineral evolution of bone. Biomaterials (17): 617-622.
Sari SI. 2005. Nilai diagnostik beberapa kriteria hipertrofi ventrikel kiri secara
elektrokardiografik pada penderita hipertensi dibanding dengan ekokardiografi.
[Tesis]. Semarang (ID): Unversitas Diponegoro.
Shirley AJ. 2007. ECG Success: Exercises In ECG Interpretation. Philadelphia (US):
FA David Company.
Suprayogi A, Sumitro, Megawati I, Rika S, Huda SD. 2008. Perbandingan nilai
kardiorespirasi dan suhu tubuh dugong dewasa dan bayi. Jurnal Veteriner 8
(4):175
Thaller MS. 2007. The Only EKG Book You’ll Ever Need. Ed ke-5 Philadelphia (US):
Lippincott Williams & Willkinsy.
Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, De Nicola D, Fettman MJ, Lassen ED, Rebar A,
Weiser G. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Philadelphia
(US): Lippincot Williams dan Wilkins.
Widjaja S. 1990. Segi praktik EKG. Jakarta. (ID): Binarupa Aksara
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 6 Agustus 1992 anak pertama dari
2 bersaudara, dari (alm) bapak Sudarsono dan (almh) Ibu Sofiah. Penulis tinggal di
Magetan, Jawa Timur sampai saat ini.
Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri Kalirejo 5 Lawang dan
lulus pada tahun 2004, dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Lawang Malang lalu pindah
ke SMP Negeri 1 Magetan dan lulus tahun 2007. Tahun 2010, Penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Magetan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Fakultas
Kedokteran Hewan sebagai bidang studinya.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi sebagai Ketua
Dewan Keluarga Musholla (DKM) ANNAHL FKH IPB periode 2013-2014, Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB Kabinet Strategis
(BEM FKH IPB) periode 2012-2013, Anggota Himpunan Profesi Ruminansia FKH
IPB 2011-2012, Staff Kajian Strategis Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan
Indonesia Pengurus Cabang IPB (IMAKAHI PC IPB) periode 2011-2012, Forum
for Scientific Studies (FORCES) periode 2011-2012, Organisasi Mahasiswa
Daerah Magetan (OMDA IMPATA), Forum Indonesia Muda angkatan 14 dan
DPM TPB periode 2010 - 2011. Selain aktif organisasi, penulis juga berhasil
mendapatkan prestasi dalam bidang kompetisi ilmiah antara lain peneliti terbaik
kedua Youth Research Competition Universitas Negeri Padang pada tahun 2012 dan
mendapatkan peringkat pertama pada tahun 2013 pada ajang yang sama. Selain itu,
penulis juga aktif dalam berbagai kompetisi penulisan karya tulis ilmiah di tingkat
Nasional dan Universitas. Penulis juga memperoleh beasiswa BIDIK MISI,
Program Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS), serta
Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA).