Post on 31-Jan-2016
description
THE LIMIT TO GROWTH
“EFISIENSI PEMANFAATAN ENERGI UNTUK
KETAHANAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”
Nama : Achmad Baihaqi
NIM : 041111067
Kelas / No Presensi : B / 27
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
EFISIENSI PEMANFAATAN ENERGI UNTUK
KETAHANAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai lebih dari
3.700 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km2. Dengan keuntungan
geografis yang dimiliki, menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan
sumberdaya alam hayati baik yang bersifat renewable resources maupun
nonrenewable resources. Sebagian sumberdaya alam tersebut digunakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan akan energi.
Pengelolaan maupun pemanfaatan sumberdaya alam dewasa ini
berorientasi pada kemakmuran rakyat yang ditunjukkan dengan tingginya
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena sumberdaya
alam merupakan salah satu motor penggerak pembangunan baik dalam konteks
daerah maupun negara. Masalah yang sering muncul dalam pengelolaan
sumberdaya alam adalah berbagai dampak negatif yang mengakibatkan manfaat
yang diperoleh dari sumberdaya sering tidak seimbang dengan biaya sosial yang
harus ditanggung (Fauzi, 2006).
Energi sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu
negara. Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinyu sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi. Zaman dahulu orang menggunakan energi kayu bakar
sebagai bahan bakar, tenaga hewan sebagai sarana transportasi, tenaga angin
untuk berlayar, dan tenaga energy lain yang bersifat renewable resources. Seiring
dengan perkembangan zaman, kebutuhan energi semakin meningkat. Kayu bakar
digantikan dengan batubara dan sarana transportasipun digerakkan oleh mesin
berbahan bakar minyak. Oleh karena itu, manusia mulai mencari sumber-sumber
enegi baru seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam yang bersifat non
renewable resources. Penggunaan energi yang nonrenewable resources ini
membutuhkan biaya yang besar dalam membangun infrastruktur yang mendukung
proses terbentuknya bahan bakar fosil.
Energi yang tersedia di dunia sifatnya terbatas, sedangkan kebutuhan
manusia akan energi tidak terbatas bahkan meningkat dari tahun ke tahun. Elinur,
dkk (2011) menyatakan bahwa, secara keseluruhan, negara-negara di dunia
menggunakan energi fosil yang bersifat unrenewable resources untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
perekonomian negara, kebutuhan energy fosilpun semakin meningkat.
Meningkatnya kebutuhan energi fosil tanpa diimbangi penghematan dalam
penggunaan energy dan pencarian sumber-sumber energi baru akan
mengakibatkan terjadinya krisis energi. Oleh karenanya diperlukan upaya
optimalisasi pasokan energi dan efisiensi dalam pemanfaatannya.
Eksploitasi energi besar-besaran yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan. Manusia dalam mengeksploitasi energi
sering melupakan bahwa sumber daya tersebut bersifat terbatas. Alam dan
seisinya semakin lama semakin berkurang daya dukungnya, sehingga eksploitasi
lingkungan yang didasarkan pada kepentingan ekonomis semata, pada suatu
ketika akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologis. Kondisi seperti
inilah yang disebut Djojohadikusumo (1981) dalam Tri sebagai krisis lingkungan,
yaitu gejala akibat kesalahan atau kekurangan dalam pola dan cara pengelolaan
sumber kebutuhan hidup manusia.
Kebutuhan akan energi dari batubara menimbulkan eksploitasi besar-
besaran batubara di Kalimantan. Eksploitasi besar-besaran tersebut telah
menyebabkan lahan pertanian sekitar rusak. Lubang-lubang bekas galian batubara
tidak terdapat ikan dan hewan-hewan kecil sulit untuk hidup. Tumpukan tanah
bekas galian tampak seperti bukit-bukit kecil yang terdapat dalam suatu lubang
besar. Sisa-sisa batubara kualitas rendah yang tidak dipasarkan berserakan
dimana-mana sehingga ekosistem yang dulunya baik menjadirusak, pohon-pohon
banyak yang mati, hewan-hewan lari mencari habitat yang baru. Tanah menjadi
gersang dan tandus dan terbentuknya lubang-lubang besar tanpa manfaat.
Kebutuhan manusia akan energi juga berhubungan tegak lurus dengan
pencemaran. Konsumsi energi juga menimbulkan senyawa emisi atau polutan.
Polutan akan timbul ketika terjadi konsumsi energi bahan bakar fosil, yang mana
pada waktu itu terjadi perubahan energi dari energi kimia ke energi mekanik,
listrik, atau panas tergantung penggunaan energi tersebut. Senyawa yang
ditimbulkan biasanya dikelompokkan ke dalam Hidrokarbon (HC), Nitrogen
Oksida (NOx) dan Karbon Monoksida (CO). Apabila jumlah emisi yang
ditimbulkan melebihi daya serap lingkungan, hal ini dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan. Polutan yang dihasilkan tersebut merupakan factor terbesar
terjadinya hujan asam, pemanasan global dan perubahan iklim.
Semakin banyak dan bervariasi kebutuhan manusia yang dipenuhi lewat
usaha industri, maka tingkat pencemaran lingkungan dapat dipastikan semakin
tinggi pula. Dan jika hal tersebut dilakukan terus menerus, pada suatu saat akan
terjadi keadaan dimana pertumbuhan ekonomi tidak dapat ditingkatkan lagi,
sementara kemampuan dan kualitas lingkungan sulit untuk diperbaiki kembali.
Inilah yang disebut dengan limit to growth yang diperkenalkan oleh Meadows.
Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi terjadinya the limits to growth
ini adalah perlu adanya capital investment untuk menahan laju pertumbuhan
penduduk beserta seluruh kebutuhannya, menekan polusi lingkungan, serta
mempertahakan kualitas dan daya dukung lingkungan (sumber daya alam) secara
lebih stabil. Jika hal ini bisa dilakukan maka hsilnya adalah stabilitas jumlah
penduduk dan peningkatan kualitas hidup manusia. Inilah yang menjadi tujuan
dari gagasan the limits to growth yang sering disebut sebagai konsep the greening
of the globe yang di Indonesia sering diidentikkan dengan konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainability development).
Energi merupakan salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Pembangunan ekonomi suatu negara harus senantiasa memperhatikan
pengelolaan sumberdaya alam yang dimilki agar dapat menjamin kehidupan
sekarang dan ketersediaan di masa yang akan datang. Pembangunan nasional
harus menjamin terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.
2. PENYEDIAAN ENERGI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL
Dalam neraca energi Indonesia, penyediaan energi terbagi atas
penyediaan energi primer (primer energy supply) dan energi akhir ( final energy
supply). Penyediaan energi primer adalah energi yang disediakan langsung dari
alam, seperti batu bara, minyak mentah, gas alam, dan energi lainnya. Penyediaan
energi primer di dalam neraca energi merupakan penjumlahan produksi dengan
impor dan dikurangi oleh ekspor. Sedangkan energi akhir adalah energi yang
dapat digunakan langsung oleh penggunanya. Penyediaan energi akhir merupakan
penjumlahan penyediaan energi primer dengan transformasi energi dikurangi oleh
penyediaan sendiri.
Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan energi Indonesia mencapai
7 – 8 persen pertahun. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
Indonesia saat ini berkisar antara 5 – 6 persen. Meskipun demikian, masih
tingginya elastisitas energi Indonesia yang berada pada kisaran 1,6 mencerminkan
belum efisiennya penggunaan energi Indonesia. Indonesia masih berada di bawah
Thailand dan Singapura yang memilki elastisitas energi 1,4 dan 1,1.
Namun pertumbuhan energi yang tinggi ini tidak pula ditunjang dengan
kebijakan penyediaan energi yang baik. Data menunjukkan, pada tahun 2011,
minyak masih menjadi energi dengan pangsa terbesar yang mencapai 49,5 persen
dari jumlah total energi sebesar 1,176 miliar setara barel minyak (SBM) / Barrel
Oil Equivalent (BOE). Pangsa terbesar selanjutnya adalah batu bara dan gas
dengan jumlah proporsi masing – masing sebesar 26% dan 20,4%. Hal ini
menunjukkan sangat tingginya ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil
yang mencapai 95%.
2.1 Batubara
Batu bara memiliki peranan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan
energi dan jaminan ketersediaan energi bagi masyrakat. Saat ini batu bara banyak
digunakan di PLTU dan beberapa industri. Menurut Miranti (2008) dalam Djaimi
dan Elinur (2011), Batu bara banyak digunakan untuk pembangkit listrik. Sekitar
71,1 persen dari konsumsi batu bara domestic diserap oleh pembangkit listrik, 17
persen oleh industri semen, dan 10,1 persen digunakan untuk industri tekstil dan
kertas. Pemanfaatan batubara sebagai sumber energi disebabkan cadangan
batubara masih tersedia dan harganya yang relatif lebih murah daripada BBM dan
LNG.
Penyediaan energi batubara domestik lebih kecil daripada produksi yang
dihasilkan. Hal ini terjadi karena batubara lebih banyak diekspor dari pada untuk
konsumsi dalam negeri. Gambar 1 menunjukkan bahwa prooduksi batubara
cenderung meningkat. Selama 19 tahun terakhir (1990 – 2008) produksi batubara
meningkat sebesar 19,03 persen per tahun, impor sebesar 13,49 persen per tahun
dan ekspor sebesar 25,01 persen per tahun. Pada periode 1990 – 2008 total
produksi batubara 7.152,25 juta SBM dan total ekspor batubara sebesar 5.176,68
juta SBM, hanya 0,28 persen yang dikonsumsi dalam negeri dan sisanya 72,31
persen yang diekspor.
2.2 Minyak Mentah
Minyak mentah (Crude Oil) smerupakan bahan baku yang digunakan
untuk menghasilkan bahan bakar seperti premium, solar, minyak tanah, dan
pelumas. Minyak mentah memegang peranan penting dalam mencukupi
kebutuhan energi. Minyak mentah termasuk dalam sumberdaya alam yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga cadangannya makin menipis sejalan dengan tuntutan
kebutuhan energi yang semakin meningkat.
Gambar 2 menunjukkan produksi minyak mentah Indonesia yang
cenderung menurun selama periode 1990-2008 dengan tingkat penurunan rata-rata
sebesar 1,93 persen per tahun dari 533.56 juta SBM pada tahun 1990 menjadi
357,50 juta SBM pada tahun 2008. Sebaliknya, impor minyak mentah mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 4,75 pertahun. Kebutuhan impor minyak mentah
diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
yang terus meningkat.
2.3 Bahan Bakar Minyak
Gambar 3 menunjukkan penyediaan energi BBM yang mengalami
peningkatan selama periode 1990 – 2008. Selama rentang tahun tersebut
penyediaan energi meningkat sebesar 3,01 persen pertahun dari 288,01 juta SBM
menjadi 420,89 SBM. Peningkatan penyediaan energi BBM disebabkan oleh
peningkatan impor BBM, sedangkan produksi BBM domestic cenderung
menurun. Pada periode 1990-2008 produksi BBM menuru sebesar 0,78% dari
271,10 juta SBM menjadi 168,62 juta SBM.
2.4 Gas Alam
Gambar 4, menunjukkan produksi gas alam selama tahun 1990 – 2008
mengalami penurunan. Selama periode tersebut gas alam mengalami penurunan
sebesar 1.19 persen pertahun dari 507,95 juta SBM menjadi 385,07 juta SBM.
Rendahnya produksi gas alam ini karena terbatasnya kapasitas produksi gas.
Kilang-kilang produksi gas sudah berumur tua dan investasi pada aktivitas
eksplorasi untuk membangun sumur-sumur gas dan minyak baru semakin rendah.
Di sisi lain, ekspor gas alam menunjukkan peningkatan dari tahun 1990 – 2008
dari 5,74 juta SBM menjadi 59,17 juta SBM, dengan rata-rata peningkatan sebesar
48,72 persen per tahun. Peningkatan ekspor gas alam disebabkan oleh kemajuan
teknologi, peningkatan permintaan gas, dan harga gas yang relatif lebih murah
dari harga BBM, serta pemanfaatan gas lebih ramag lingkungan.
3. KONSUMSI ENERGI NASIONAL
Pembahasan tentang konsumsi energi nasional dibedakan berdasarkan
jenis energi, yaitu batubara, BBM, dan gas. Untuk setiap jenis energi yang
dikonsumsi kemudian dirinci menurut sektor penggunaannya. Energi yang
dikonsumsi merupakan energi akhir (Final Energy).
Jumlah konsumsi energi berhubungan dengan perkembangan
perekonomian suatu negara. Di Indonesia menunjukkan bahwa peningkatan
Produk Domestik Bruto (PDB) diiringi dengan peningkatan konsumsi energi. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto yang
didisagregasi dalam empat sektor ekonomi pada periode 1993 – 2008 semuanya
cenderung mengalami peningkatan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar
adalah sektor lainnya (pertambangan, konstruksi, listrik, gas, air bersih,
perdagangan, hotel, restoran, komunikasi, dan jasa) dikuti dengan sektor industri,
kemudian sektor pertanian, dan terakhir sektor transportasi.
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa konsumsi energi cenderung
meningkat dari tahu 1993 – 2008. Sektor ekonomi dengan konsumsi energi
tertinggi adalah sektor industry, diikuti dengan sektor transportasi, kemudian
sektor lainnya, dan terendah sektor pertanian. Dengan melihat trand PDB yang
meningkat pada Gambar 5 dan membandingkan tingkat konsumsi energi yang
juga meningkat, memperkuat hipotesis bahwa seiring dengan berkembangnya
perekonomian maka kebutuhan terhadap energi juga mengalami peningkatan.
3.1 Batubara
Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 1999-2008 total
konsumsi batubara mengalami pertumbuhan yang signifikan dari 9,41 juta SBM
menjadi 159,70 juta SBM. Peningkatan konsumsi batubara ini lebih disebabkan
oleh peningkatan konsumsi sektor industri. Sektor industri meningkatkan
konsumsi batubara lebih disebabkan oleh harga BBM yang cenderung meningkat
sebagai konsekuensi dari pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah.
Sektor lain yang juga mengkonsumsi batubara adalah sektor rumah
tangga, namun dengan jumlah yang sangat kecil bahkan pada tahun 2007-2008
tercatat tidak ada rumah tangga yang mengkonsumsi batubara.
3.2 Bahan Bakar Minyak
Minyak bumi sebagai salah satu jenis energi yang banyak dikonsumsi
masyarakat dunia. Terjadinya krisis minyak telah membuktikan secara langsung
maupun tidak langsung peran energi bagi perkembangan ekonomi suatu negara.
Pada masa krisis tersebut penyebab utamanya adalah meningkatnya permintaan
minyak mentah dunia yang dibarengi dengan menurunnya kapasitas produksi
negara-negara penghasil minyak. Krisis minyak ini telah mempengaruhi ekonomi
negara – negara maju maupun negara berkembang.
Di Indonesia, konsumsi BBM semakin tahun semakin meningkat. Ardi
dan Yunita (2009) menyatakan bahwa peningkatan yang cukup besar ini
merupakan salah satu masalah utama ketersediaan BBM jenis premium dan solar
sektor transportasi di Indonesia di tengah-tengah penurunan produksi minyak
mentah secara alami. Dalam kondisi seperti sekarang ini, maka penghematan
konsumsi BBM perlu segera dilakukan. Dengan menghemat 10% konsumsi BBM
sektor transportasi di Indonesia sama dengan temuan eksplorasi yang
memproduksikan 90 ribu barel per hari minyak mentah. Oleh karena itu,
Pemerintah perlu kembali mengajak masyarakat untuk melakukan penghematan
konsumsi energi kususnya BBM.
Bahan Bakar Minyak merupakan energi yang digunakan oleh seluruh
sektor pengguna. Pada Gambar 8, konsumsi BBM mengalami peningkatan yang
signifikan pada periode 2000-2005 konsumsi BBM tetap mengalami peningkatan
namun tidak signifikan. Sementara itu pada periode 2005-2008 konsumsi BBM
cenderung menurun kecuali konsumsi BBM oleh sektor transportasi yang tetap
mengalami peningkatan.
3.3 Gas
Gas merupakan salah satu energi yang cukup potensial penyediaannya di
Indonesia. Namun penggunaannya relatif masih kecil dibandingkan dengan BBM
yang ketersediaannya semakin langka. Dari Gambar 9 terlihat bahwa konsumsi
gas cenderung berfluktuasi dengan trend yang cenderung meningkat dari 46,64
juta SBM pada tahun 1990 menjadi 105,57 juta SBM pada tahun 2008.
Peningkatan konsumsi gas lebih disebabkan oleh peningkatan konsumsi
gas oleh sektor industri dan sektor rumah tangga, sedangkan konsumsi gas oleh
sektor transportasi dan sektor lainnya relatif stagnan. Konsumsi gas masih
didominasi untu pembangkit listrik / PLN dan sektor industri. Kebutuhan gas utuk
pembangkit tenaga listrik pada tahun 2009 mencapai 1,8 BSCFD (Billion
Standard Cubic – Feet per Day). Namun baru terpenuhi 1 BSCFD. Pada tahun
2015 mendatang diperkirakan kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN
sebesar 2,1 BSCF.
4. KETAHANAN ENERGI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Telah dibahas di atas bahwa energi merupakan point penting dalam
perekonomian suatu negara. Di negara berkembang seperti Indonesia, tingkat
pertumbuhan ekonomi bergantung seberapa banyak energi yang tersedia, semakin
banyak energi yang tersedia maka pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat.
Negara berkembang melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya
alam untuk memenuhi kebutuhan energinya. Jika eksploitasi ini terus dilakukan
tanpa ada batas maka cadangan sumberdaya alam akan semakin berkurang dan
enegipun akan semakin sulit ditemukan. Dibutuhkan kontrol pemerintah atau
pihak yang berwenang untuk membatasi ekspoloitasi energi, sehingga energi
dapat digunakan dengan efisien. Penggunaan energi secara efisien akan
menciptakan pembangunan berkelanjutan dan energi akan tetap tersedia dalam
jangka panjang.
Menurut Emil Salim dalam Sujatmoko (1992), pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia,
dengan menyerasikan sumber alam dan manusia dalam pembangunan. Perlunya
konsep pembangunan berkelanjutan ini didasari oleh lima ide pokok. Pertama,
proses pembangunan mesti berlangsung secara berkelanjutan, terus-menerus, dan
kontinyu, yang ditopang oleh sumber daya alam, kualitas lingkungan dan manusia
yang berkembang secara berlanjut pula. Kedua, sumber alam terutama udara, air,
dan tanah memilii ambang batas, dimana penggunaannya akan menciutkan
kuantitas dan kualitasnya. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung
dengan kualitas hidup. Keempat, bahwa pola penggunaan sumber alam saat ini
mestinya tidak menutup kemungkinan memilih opsi atau pilihan lain di masa
depan. Dan kelima, pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas
transgenerasi, sehingga kesejahteraan sekarang tidak mengurangi kemungkinan
bagi generasi selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraan pula.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan reaksi dari
pembangunan konvensional yang beranggapan bahwa alam memiliki kemampuan
yang tak terbatas dalam menyediakan sumberdaya bagi kebutuhan manusia.
Menurut pembangunan konvensional, kelestarian alam dan pembangunan
ekonomi merupakan hal yang terpisah satu sama lain. Padahal sesungguhnya
antara alam dan pembangunan ekonomi memiliki pengaruh satu sama lain yang
tidak dapat dipisahkan.
Untuk dapat menjamin proses pembangunan dalam konteks
berkelanjutan, perlu diperhatikan beberapa faktor penentunya. Faktor-faktor
penentunya adalah pertumbuhan penduduk (population), kegiatan atau ekspansi
industri (industrial output perkapita), kebutuhan bahan konsumsi (food per
kapita), polusi serta sumberdaya dan daya dukung lingkungan, dimana seluruh
pendekatan tersebut dijelaskan dalam konsep limit to growth.
Dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, ada dua aspek
yang perlu diperhatikan. Aspek pertama adalah pemakaian energi yang terlalu
boros. Seiring denganberjalannya waktu, konsumsi energi cenderung mengalami
peningkatan karena jumlah penduduk yang meningkat dan kebutuhan energi untuk
pembangunan juga meningkat. Aspek yang kedua adalah penyediaan energi
khususnya energi fosil yang bersifat nonrenewable resources. Pada masa
mendatang, ketersediaan energi fosil akan habis sehingga pilihannya adalah
memanfaatkan energi yang bersifat renewable resources. Oleh karena itu perlu
adanya inovasi untuk menciptakan energi berbasis renewable resources yang
ramah lingkungan untuk energi berkelanjutan.
Tujuan dari penghematan (efisiensi) energi ialah mengurangi penggunaan
energi untuk menekan biaya energi serta mengurangi dampak lingkunagan yang
disebabkan oleh penggunaan energi. Penghematan energi dapat dilakukan dari sisi
permintaan (demand side) maupun sisi permintaan (supply side). Penghematan
energi juga dapat dilihat dari sisi penerapan teknologi yang efisien dan ramah
lingkungan.
Menurut Elinur dan Djaimi (2011) ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk penghematan energi di sektor rumah tangga. Pertama, melakukan
kampanye hemat energi dengan menekankan pada penggunaan peralatan rumah
tangga dan peralatan lainnya yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya menyalakan lampu yang benar-benar dibutuhkan untuk penerangan,
menonaktifkan peralatan elektronik apabla tidak dioperasikan, dan lainnya.
Kedua, menggunakan peralatan rumah tangga dan peralatan lainnya yang hemat
energi, seperti lampu dan peralatan memasak rumah tangga hemat energi. Ketiga,
merancang bangunan yang efisien energi dalam hal pengaturan suhu dan
pencahayaan.
Dalam sektor industri, penghematan energi dapat dilakukan dengan
pemenfaatan alat yang sesuai dengan kebutuhan dan menerapkan teknologi
industri yang hemat energi. Selain itu perlu adanya subtitusi energi ke energi yang
lebih murah dan bersih, misalnya dari penggunaan minyak kemudian beralih ke
penggunaan batubara. Namun juga harus diperhatikan polutan yang seminimal
mungkin yang dapat dinetralisisr lingkungan sehingga tidak menimbulkan
keruskan lingkungan.
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang paing banyak
mengkonsumsi BBM. Pemakaian energi yang boros oleh sektor ini lebih
dikarenakan banyaknya kendaraan pribadi yang digunakan oleh masyarakat
sehingga menimbulkan kemacetan khususnya dikota-kota besar. Banyaknya
kendaraan pribadi ini juga dikarenakan mudahnya masyarakat mendapatkan akses
pembiayaan untuk membeli kendaraan baru.
Untuk penghematan energi di sektor transportasi ada dua cara yang
dilakukan. Pertama, menyusun renscana tata kota dan tata wilayah yang
terintegrasi, meliputi aktivitas ekonomi wilayah, penyediaan sarana prasarana
yang memadai. Kedua, membangun transportasi masal dalam kota dan antar kota
yang efisien seperti kereta listrik / monorail, bus, mikrolet, dan sarana transportasi
lain yang aman dan nyaman.
Selain dari sisi permintaan, penghematan energi juga dapat dilakukan
dari sisi penyadiaan. Dari sisi peneyediaan, penghematan energi dapat dilakukan
dengan tiga cara. Pertama, pendataan dan penyusunan sistem informasi yang
akurat menurut jenis energi dan pengguna oleh suatu unit atau satuan tugas. Data
tersebut dapat digunakan untuk data tersebut dapat digunakan untuk memantau
dan memberikan informasi kepada industri tentang kemungkinan penerapan
teknologi yang lebih efisien. Kedua membangun dan menerapkan teknologi
teransformasi dan distribusienergi yang efisien sehingga dapat mengurangi
kebocoran energi. Dan ketiga, menerapkan strategi pemanfaatan energi yang
tepat. Pemanfaatan energi yang tepat dapat dilakukan dengan melihat ketersediaan
energi fosil dan potensi pengembangan energi alternatif.
Mengingat semakin menipisnya cadangan energi fosil, khususnya
minyak, maka pemerintah perlu melakukan berbagai upaya dalam jangka
paendek, menengah, dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, berbagai upaya
perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pemanfaatan energi antara lain
dengan cara mengkonversi minyak tanah ke gas untuk rumah tangga, penurunan
subsidi BBM, dan peningkatan kemampuan kilang. Pemerintah telah melakukan
konversi dari minyak tanah ke gas untuk sektor rumah tangga dan pengurangan
subsidi BBm juga telah dilakukan per Bulan Juni tahun 2013 yang semula
premium memiliki harga Rp, 4500 / liter menjadi Rp. 6000/liter.
Untuk jangka menengah, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
investasi untuk produksi, pengolahan dan distribusi energi, serta upaya konservasi
penggunaan energi berbasis bahan bakar minyak ke jenis energi yang lainnya.
Dalam jangka panjang, upaya untuk menggeser penggunaan energi yang
bersumber dari nonrenewable resources beralih ke penggunaan energi yang
bersifat renewable resources, seperti pemanfaatan angn, air, bahan bakar nabati
(biomas, biodiesel, biogas) dan sumber energi yang berkelanjutan lainnya.
Dengan penggunaan energi yang bersifat renewable resources, maka akan lebih
ramah lingkungan dan menimbulkan polutan yang lebih sedikit sehingga daya
dukung lingkungan tetap terjaga dalam pembangunan nasional.
Dalam melakukan produksi energi yang berbasis nonrenewable
resources, hendaknya juga memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan
sumber daya. Sehingga sumber daya alam yang jumlahnya terbatas tidak hanya
dapat dinikmati oleh generasi saat ini tetapi juga dapat dinikmati generasi yang
akan datang. Penghematan penggunaan energi juga perlu dilakukan untuk
menjamin ketersediaan energi masa depan sehingga pembangunan yang
berkelanjutanpun dapat terus dilaksanakan.
5. KESIMPULAN
Energi sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu
negara. Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinyu sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi. Sumberdaya Alam memiliki hubungan yang searah
dengan pembangunan ekonomi suatu negara yang keduanya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Penggunaan energi secara efisien akan menciptakan
pembangunan berkelanjutan dan energi akan tetap tersedia dalam jangka panjang.
Penghematan penggunaan energi berbasis sumber dayaalam tidak terbarukan
dapat dilakukan dari sektor permintaan maupun penyediaannnya. Diperlukan
peran pemerintah dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang sifatnya terbatas
untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional.
Pemerintah perlu melakukan upaya jangka pendek, menengah dan jangka
panjang untuk menjamin ketersediaan energi dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, pemerintah perlu melakukan meningkatkan produktivitas pemanfaatan
energi. Untuk jangka menengah, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
investasi untuk produksi, pengolahan dan distribusi energi, serta upaya konservasi
penggunaan energi berbasis bahan bakar minyak ke jenis energi yang lain. Dalam
jangka panjang, upaya untuk menggeser penggunaan energi yang bersumber dari
nonrenewable resources beralih ke penggunaan energi yang bersifat renewable
resources. Dengan demikian, diharapkan pembangunan ekonomi yang
memanfaatkan jasa dan daya dukung alam, tidak menimbulkan kerusakan secara
ekologis.
DAFTAR PUSTAKA
Astra, I. Made. 2010. Energi dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika Volume 11 No. 2. Jakarta
D.S, Elinur dkk. 2011. Analisis Perilaku Konsumsi dan Penyediaan Energi Dalam
Perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi Indonesia. Jakarta. ISEI
Elinur dan Djaimi Bakce. 2011. Mewujudkan Ketahanan Energi Nasional : Suatu
Strategi Energi Berkelanjutan. Jurnal Ekonomi Indonesia. Jakarta. ISEI
Fauzi, Ahmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama.
Masriah dan Mujahid. 2011. Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan.
Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang.
Ministry Energy and Mineral Resources (MEMR). 2009. Handbook of Energy
and Economic Statistic of Indonesia. Jakarta. Pusdatin ESDM
Soemarwoto, Otto. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta.
Djambatan.
Sujatmoko. 1992. Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta. Gramedia Pustaka
Utama.
Utomo, Tri Widodo W. _____. Keseimbangan Kepentingan Ekonomis Dan
Ekologis Dalam Menunjang Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development). _______.________
_______. 2012. Pengembangan Energi Baru Terbarukan. Jurnal Kajian
Lemhannas RI. Edisi 14. Jakarta. Lemhannas RI.
Lampiran
Gambar 1
Penyediaan Energi Batubara Tahun 1990-2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009 dalam Elinur (2011)
Gambar 2
Penyediaan Energi Minyak Mentah Indonesia Tahun 1990 – 2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009
Gambar 3
Penyediaan Energi BBM Indonesia Tahun 1990-2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009
Gambar 4
Penyediaan Energi Gas Alam Indonesia Tahun 1995-2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009
Gambar 5
PDB Enam Sektor Ekonomi Tahun 1993 – 2008
Sumber : BPS dalam Elinur (2011)
Gambar 6
Konsumsi Energi Akhir Enam Sektor Ekonomi Tahun 1993 – 2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009
Gambar 7
Konsumsi Energi Batubara Indonesia Tahun 1990-2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009
Gambar 8
Konsumsi Energi BBM Indonesia Tahun 1990 – 2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009
Gambar 9
Konsumsi Energi Gas Indonesia Tahun 1990 – 2008
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources 2009 dalam Elinur (2011)