Post on 27-Jan-2021
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI
“PERTIWI” DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
MELALUI PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA
KUCUR KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG
Oleh:
IRFAN FAHRIZZA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI
“PERTIWI” DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
MELALUI PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA
KUCUR KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG
Oleh :
IRFAN FAHRIZZA
135040100111082
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil
penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak
pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juli 2017
Irfan Fahrizza
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul Penelitian : Efektivitas Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani “Pertiwi”
dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan melalui
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Kucur
Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Nama Mahasiswa : Irfan Fahrizza
NIM : 135040100111082
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Setiyo Yuli Handono, SP.,MP.,MBA
NIP. 19820716 200604 1 001
Mengetahui,
a.n. Dekan
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Mangku Purnomo, SP.,M.Si.,Ph.D
NIP. 19770420 200501 1 001
Tanggal disetujui :
LEMBAR PENGESAHAN
Menegaskan
MAJELIS PENGUJI
Penguji 1
Dr. Ir. Agustina Shinta H.W.,MP
NIP. 19710821 200212 2 001
Penguji 2
Vi’in Ayu Pertiwi, SP.,MP
NIK. 201609900419 2 001
Penguji 3
Setiyo Yuli Handono, SP.,MP.,MBA
NIP. 19820716 200604 1 001
i
RINGKASAN
IRFAN FAHRIZZA. 135040100111082. Efektivitas Pemberdayaan Kelompok
Wanita Tani “Pertiwi” dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan melalui Program
Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Di bawah bimbingan Setiyo Yuli Handono, SP.,MP.,MBA
Pembangunan pada sektor pertanian telah dimulai sejak masa orde baru.
Program pembangunan pertanian yang dikenal saat itu adalah Revolusi Hijau. Pada
tahun 1984, Indonesia berhasil melakukan swasembada beras melalui program
Revolusi Hijau. Kesuksesan Revolusi Hijau ternyata memiliki dampak negatif yang
hingga kini masih dirasakan. Revolusi Hijau yang selalu menekankan peningkatan
produksi dan kesejahteraan petani, ternyata bersifat tidak ramah lingkungan dan
kurang memperhatikan martabat petani. Upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem
pertanian di Indonesia terus dilakukan. Pemerintah telah menyusun program
pemberdayaan untuk membentuk sistem pertanian berlanjut (Sustainable Agriculture)
dengan mengedepankan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat. Program
tersebut adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Sasaran dari program ini
adalah kaum perempuan melalui kelompok wanita tani. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang telah menerapkan
program KRPL sejak tahun 2012. Salah satu desa yang sedang menerapkan program
KRPL adalah Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Program KRPL di
Desa Kucur diimplementasikan pada Kelompok Wanita Tani “Pertiwi” sejak tahun
2016 dengan didampingi oleh penyuluh. KWT Pertiwi memiliki keunikan tersendiri
dalam menerapkan Program KRPL dibandingkan KWT lain yang ada di Kabupaten
Malang. Melalui Program KRPL, KWT Pertiwi mencoba untuk memandirikan
kelompok dengan pelatihan budidaya tanaman organik secara bersama-sama pada
sebuah greenhouse.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1)
Menganalisis efektivitas dari pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi melalui
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari, dan (2) Menganalisis dampak
pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi terhadap pertanian berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan
kuantitatif dan kualitatif atau kombinasi (mix method). Pendekatan kuantitatif pada
penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan mengenai efektivitas program
KRPL. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan mengenai
dampak program KRPL. Penelitian ini menggunakan metode sensus, dimana seluruh
populasi atau anggota KWT Pertiwi dijadikan sebagai subyek penelitian atau sampel.
Jumlah anggota dan pengurus dari KWT Pertiwi adalah sebanyak 21 orang. Oleh
karena itu, responden atau informan yang dijadikan objek penelitian ini adalah
seluruh anggota KWT Pertiwi yang berjumlah 21 orang dan 5 key informan.
Teknik analisis untuk menjawab tujuan yang pertama merupakan analisis
berdasarkan pendapat dan pikiran yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
instrumen kuisioner dan disajikan dalam bentuk deskriptif sebagai hasil dari
ii
pengkategorian menggunakan skala likert. Untuk menganalisis efektivitas program
tersebut, maka digunakan metode statistik sederhana dengan cara membagi nilai
realisasi kegiatan program tersebut dengan nilai target atau tujuan yang hendak
dicapai. Sedangkan teknik analisis untuk menjawab tujuan penelitian mengenai
dampak program menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberdayaan Kelompok Wanita
Tani (KWT) Pertiwi melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sudah
berjalan cukup efektif. Hal ini dibuktikan dengan persentase efektivitas yang
memiliki nilai sebesar 76,34%. Persentase nilai tersebut merupakan hasil analisis
melalui berbagai macam indikator, yaitu sosialisasi program, keikutsertaan anggota,
ketepatan sasaran, pelaksanaan program, pemantauan program, serta kepuasan
anggota KWT Pertiwi terhadap Program KRPL. Selain itu, hasil peneletian juga
menunjukan bahwa Program KRPL yang dilaksanakan oleh KWT Pertiwi memiliki
beberapa dampak positif terhadap pertanian berkelanjutan yang memiliki tiga pilar,
yaitu tidak merusak lingkungan, secara sosial dan budaya sesuai dengan masyarakat,
serta layak secara ekonomi. Program tersebut berdampak cukup baik terhadap lingkungan dan keadaan sosial KWT Pertiwi. Namun, Program KRPL belum
berpengaruh positif secara nyata terhadap keadaan ekonomi KWT Pertiwi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan anggota KWT
Pertiwi sebaiknya lebih aktif lagi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Baik
ketika terdapat penyuluhan secara teori, maupun secara praktik langsung di
greenhouse, dan apabila terdapat penjelasan yang kurang dimengerti, sebaiknya
langsung ditanyakan kepada penyuluh. Selain itu, Kelompok Wanita Tani Pertiwi
sebaiknya menerapkan sistem pertanian organik dengan konsisten agar Program
KRPL dapat berdampak positif terhadap pertanian berkelanjutan. Sistem pertanian
organik akan memiliki dampak yang sangat baik terhadap keadaan lingkungan, sosial,
dan ekonomi petani apabila diterapkan dalam jangka panjang dan terus-menerus.
iii
SUMMARY
IRFAN FAHRIZZA. 135040100111082. Effectiveness of Empowerment Women
Farmers Group “Pertiwi” to Realize Sustainable Agriculture Through the Sustainable
Food Home Area Program In Kucur Village Dau Sub District Malang District.Under
the guidance of Setiyo Yuli Handono, SP., MP., MBA
Development in the agricultural sector has started since the old order. The
agricultural development program known at the time was the Green Revolution. In
1984, Indonesia successfully carried out rice self-sufficiency through the Green
Revolution program. The success of the Green Revolution proved to have a variety of
negative impacts that are still felt today. Green Revolution which always emphasizes
the increase of production and prosperity of farmers, turned out to be not
environmentally friendly and less attention to the dignity of farmers. Government
efforts to improve the agricultural system in Indonesia continue to be done. The
government has set up an empowerment program to establish a sustainable
agricultural system (Sustainable Agriculture) by promoting social, economic, and
environmental factors of the community. The program is Sustainable Food House
(KRPL). The goal of this program is women through women farmer groups.
Agricultural Technology Assessment Center (BPTP) of East Java, especially in
Malang Regency has implemented KRPL program since 2012. One of the villages
that are implementing KRPL program is Kucur Village, Dau District, Malang
Regency. The KRPL program in Desa Kucur is implemented in the "Pertiwi" Farmer
Women Group accompanied by extension workers. KWT Pertiwi has its own
uniqueness in applying KRPL Program compared to other KWT in Malang Regency.
Through the KRPL Program, KWT Pertiwi tries to establish a group by training
organic cultivation together in a greenhouse.
Based on that explanation, the purpose of this research are (1) To analyze the
effectiveness of empowerment of women farmer group through the Sustainable Food
House Program, and (2) to analyze the impact of empowerment of women farmer
group on sustainable agriculture.
This research uses two approaches, that is quantitative and qualitative
approach or combination (mix method). Quantitative approaches to this research are
used to answer the objectives of the effectiveness of the KRPL program. While the
qualitative approach is used to answer the objectives of the impact of the program
KRPL. This study used the census method, where the entire population or members
of KWT Pertiwi were used as research subjects or samples. The number of members
and administrators of KWT Pertiwi is 21 people. Therefore, the respondents or
informants who made the object of this study are all members of KWT Pertiwi which
amounted to 21 people and 5 key informants. Analytical techniques to answer the
first goal is an analysis based on opinions and thoughts obtained from interviews with
questionnaire instruments and presented in the form of desktiptif as a result of
categorization using Likert scale. To analyze the effectiveness of the program, then
iv
used a simple statistical method by dividing the realization value of the program
activity with the target value or goal to be achieved. While the analytical techniques
to answer the purpose of research on the impact of the program using data reduction
techniques, data presentation, and conclusion.
The results of this research indicate that the empowerment of KWT Pertiwi
through the KRPL program has been running quite effectively. This is evidenced by
the percentage of effectiveness that has a value of 76.34%. The percentage of these
values is the result of analysis through various indicators, namely program
socialization, member participation, target accuracy, program implementation,
program monitoring, and satisfaction of KWT Pertiwi members to the KRPL
Program. In addition, the results of research also showed that the KRPL program
implemented by KWT Pertiwi has some positive impacts on sustainable agriculture
which has three pillars, that is not environmentally destructive, socially and culturally
appropriate to society, and economically feasible. The program has a good impact on
the environment and social condition of KWT Pertiwi. However, the KRPL program
has not significantly affected the economic condition of KWT Pertiwi.
Based on the results of these research, researchers suggest that KWT Pertiwi
members should be more active in every activity undertaken. Both when there is
counseling in theory, as well as in practice directly in the greenhouse, and if there is
an unintelligible explanation, you should immediately be asked to the extension
agent. For extension officers, it is better to monitor the activities of the KRPL
Program further upgraded, at least once a week. Because the results showed that there
are constraints during the plant maintenance process. In addition, KWT Pertiwi
should implement a consistent organic farming system. Because the organic farming
system will have a very good impact on the environmental, social, and economic
conditions of farmers if applied in the long term and continuously.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Adapun judul dari
penelitian ini adalah “Evektivitas Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani “Pertiwi”
dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan melalui Program Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang”. Penelitian ini
merupakan kewajiban setiap mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya dalam rangka menyelesaikan studi tahap sarjana (S-1).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Program KRPL serta
menganalisis dampak Program KRPL terhadap Pertanian Berkelanjutan. Penelitian
skripsi ini merupakan proses belajar yang dilakukan oleh penulis supaya penulis
dapat mengenal, mempelajari, dan menganalisis fakta-fakta mengenai
penyelenggaraan program pemberdayaan masyarakat, yang kemudian disajikan
dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi.
Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi
perbaikan penelitian ini. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan
yang dipandang cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini
dapat berguna dan memberikan manfaat bagi para akademisi dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
Malang, Juli 2017
Irfan Fahrizza
vi
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1995 di Kabupaten Serang Propinsi
Banten. Peneliti merupakan anak ke-tiga dari empat bersaudara. Peneliti memulai
pendidikan formalnya dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Anyar, kemudian peneliti
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 1 Anyar sejak tahun 2007 hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 hingga 2013,
peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)
1 Anyar. Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang
Strata-1 (S-1) di Universitas Brawijaya Malang, Fakultas Pertanian, Program Studi
Agribisnis. Peneliti diterima oleh Universitas Brawijaya melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................... i
SUMMARY .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .........................................................................................
Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.3 Batasan Masalah ............................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian .........................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined.
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Error! Bookmark not defined.
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ..........................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.2 Efektivitas ......................................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengertian Efektivitas ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Konsep Efektivitas................................................................................ Error! Bookmark not defined.
2.3 Pertanian Berkelanjutan .................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined.
viii
2.3.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Konsep Pertanian Berkelanjutan .......................................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Ciri-ciri Pertanian Berkelanjutan .......................................................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Pemberdayaan ................................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Konsep Pemberdayaan ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.5 Kawasan Rumah Pangan Lestari ...................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.5.1 Prinsip dan Tujuan KRPL .................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.5.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Program KRPL .................................... Error! Bookmark not defined.
2.6 Kelompok Wanita Tani .................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.7 Tinjauan tentang Metode Penelitian ..............................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.7.1 Teknik Analisis Data Kuantitatif .......................................................... Error! Bookmark not defined.
2.7.2 Teknik Analisis Data Kualitatif ............................................................ Error! Bookmark not defined.
III. KERANGKA TEORITIS ..............................................................................
Error! Bookmark not defined.
3.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Definisi Operasional ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
3.2.2 Pengukuran Variabel ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
IV. METODE PENELITIAN ..............................................................................
Error! Bookmark not defined.
4.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.3 Teknik Penentuan Informan ..........................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.5 Teknik Analisis Data .....................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.5.1 Analisis Efektivitas Pemberdayaan KWT melalui Program KRPL ..... Error! Bookmark not defined.
4.5.2 Analisis Dampak Pemberdayaan KWT ................................................ Error! Bookmark not defined.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Error! Bookmark not defined.
ix
5.1 Gambaran Umum ..........................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.2 Karakteristik Informan ..................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.3 Efektivitas Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Pertiwi melalui Program
KRPL .............................................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.3.1 Sosialisasi Program KRPL ................................................................... Error! Bookmark not defined.
5.3.2 Keikutsertaan Anggota KWT Pertiwi dalam Program KRPL .............. Error! Bookmark not defined.
5.3.3 Ketepatan Sasaran Program KRPL ...................................................... Error! Bookmark not defined.
5.3.4 Pelaksanaan Program KRPL ................................................................ Error! Bookmark not defined.
5.3.5 Pemantauan Program KRPL................................................................. Error! Bookmark not defined.
5.3.6 Kepuasan Anggota KWT Pertiwi terhadap pelaksanaan Program
KRPL .................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
5.3.7 Efektivitas Program KRPL secara Keseluruhan ................................... Error! Bookmark not defined.
5.4 Dampak Pemberdayaan KWT Pertiwi melalui Program KRPL terhadap Pertanian Berkelanjutan .................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.4.1 Dampak Lingkungan ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
5.4.2 Dampak Sosial ...................................................................................... Error! Bookmark not defined.
5.4.3 Dampak Ekonomi ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
VI. PENUTUP .....................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined. 6.2 Saran ..............................................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ..........................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Klasifikasi Efektivitas .....................................................................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
x
2. Standar Pengklasifikasian Tingkat Efektivitas Program KRPL .....................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
3. Indikator Dampak Program KRPL terhadap Pertanian Berkelanjutan ...........
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
4. Persentase Karakteristik Informan ..................................................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
5. Persentase Keberhasilan Sosialisasi Program KRPL ......................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
6. Persentase Keikutsertaan Anggota KWT Pertiwi dalam Program KRPL ......
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
7. Persentase Ketepatan Sasaran Program KRPL ...............................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
8. Persentase Pelaksanaan Program KRPL .........................................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
9. Persentase Pemantauan Program KRPL .........................................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
10. Persentase Kepuasan Pelaksanaan Program KRPL ........................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
11. Interpretasi Efektivitas Program KRPL secara Keseluruhan ..........................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
12. Dampak Program KRPL .................................................................................
..................................................................... Error! Bookmark not defined.
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Konsep Efektivitas.........................................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined.
2. Pilar Pertanian Berkelanjutan ........................................................................
................................................................... Error! Bookmark not defined.
3. Kerangka Pemikiran Efetivitas Pemberdayaan KWT “Pertiwi” ...................
................................................................... Error! Bookmark not defined.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Profil Sampel ................................................................................................. 77
2. Data Skoring .................................................................................................. 79
3. Kuisioner Penelitian....................................................................................... 84
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat sangat penting dilakukan demi tercapainya
kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menjadikan masyarakat
tersebut tidak bergantung pada orang lain atau mandiri dengan mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Pemerintah terus melakukan pemberdayaan diberbagai
sektor demi kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu sektor yang berperan penting
untuk mencapai kesejahteraan tersebut adalah sektor pertanian. Pemberdayaan
masyarakat pada sektor pertanian telah dimulai sejak masa orde baru, yaitu melalui
Program Revolusi Hijau. Berkat dari Revolusi Hijau, produksi beras Indonesia
meningkat 289% (hampir 4 kali lipat) dalam 30 tahun (Poerwanto et al, 2012).
Peningkatan produksi tersebut membuat Indonesia berhasil melakukan swasembada
beras pada tahun 1984.
Kesuksesan Revolusi Hijau ternyata memiliki dampak negatif yang hingga
kini masih dirasakan. Revolusi Hijau yang selalu menekankan peningkatan produksi
dan kesejahteraan petani, ternyata bersifat tidak ramah lingkungan dan kurang
memperhatikan martabat petani. Suhendang (2012) menyebutkan bahwa dampak
negatif dari Revolusi Hijau diantaranya adalah berupa degradasi lingkungan sebagai
akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan, menurunnya
keanekaragaman hayati akibat hilangnya berbagai varietas lokal, serta patahnya
berbagai ketahanan genetik terhadap hama dan penyakit.
Selain berdampak buruk pada lingkungan, Revolusi Hijau juga
mengakibatkan kesenjangan sosial semakin tinggi. Petani yang memiliki modal besar
akan semakin kaya, sedangkan petani yang memiliki modal kecil akan semakin
miskin. Revolusi hijau yang lebih menekankan pada input mengakibatkan petani
yang kurang memiliki modal mengalami kesulitan untuk menerapkan sistem
pertaniannya. Teknik budidaya pada masa Revolusi Hijau hanya mampu diterapkan
oleh kelompok petani dengan pendapatan tinggi, karena mereka mampu menyediakan
2
input agar mendapatkan produktivitas yang tinggi dari varietas unggul baru yang
diintroduksikan.
Revolusi hijau juga berdampak negatif terhadap keadaan sosial masyarakat.
Fakih (1992) mengemukakan bahwa sistem “rembung desa” dan tradisi “gotong
royong” di Jawa, misalnya, yang secara tradisional menjadi sarana bagi petani untuk
mengekspresikan gagasannya dihancurkan secara sistematik dengan menciptakan
sistem kekuasaan negara melalui Undang Undang Pemerintahan Desa yang
dipaksakan di desa-desa di Indonesia. Tradisi gotong royong yang telah tertanam
dalam budaya lokal telah berubah menuju individualis dan komersil. Selain
memusnahkan bibit-bibit lokal, memudarkan budaya, dan mengabaikan pengetahuan
lokal, Revolusi Hijau juga menggeser peran wanita tani dalam sektor pertanian.
Teknologi yang dikembangkan tidak berpihak kepada kaum wanita tani.
Upaya pemerintah untuk memperbaiki dampak negatif dari Program Revolusi
Hijau terus dilakukan. Pemerintah telah menyusun program pemberdayaan untuk
membentuk sistem pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) dengan
mengedepankan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat. Program
tersebut adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Sasaran dari program ini
adalah kaum perempuan melalui kelompok wanita tani. Menurut Hubies (2012), di
Indonesia, 54% tenaga kerja perempuan bekerja di sektor pertanian, mulai dari
penyiapan benih sampai panen dan pascapanen (penyimpanan, pengepakan,
pengolahan, dan pemasaran). Meskipun persentase angkatan kerja perempuan dalam
sektor pertanian cukup besar, mereka kurang memiliki akses terhadap pendidikan dan
pelatihan serta finansial dalam bidang pertanian. Melalui program KRPL, pemerintah
berusaha untuk memberikan akses tersebut bagi kaum perempuan untuk
meningkatkan produktivitasnya. Petunjuk Pelaksanaan Sinergi Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Sistem Delivery Benih (2014) menyebutkan
bahwa prinsip utama pengembangan KRPL adalah mendukung upaya: (1) Ketahanan
dan kemandirian pangan keluarga, (2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya
lokal, (3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, (4) Peningkatan
kesejahteraan keluarga.
3
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, khususnya di
Kabupaten Malang telah menerapkan program KRPL sejak tahun 2012. Salah satu
desa yang sedang menerapkan program KRPL adalah Desa Kucur, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang. Program KRPL di Desa Kucur diimplementasikan pada
Kelompok Wanita Tani “Pertiwi” dengan didampingi oleh penyuluh. Meskipun
Program KRPL di Kabupaten Malang telah dimulai sejak tahun 2012, namun KWT
Pertiwi baru mulai menerapkan program tersebut pada tahun 2016. Oleh karena itu,
program pemberdayaan tersebut masih dalam tahap penyadaran. Sehingga Program
KRPL yang dijalankan pada KWT Pertiwi saat ini belum berorientasi pada
kesejahteraan masyarakat, melainkan masih pada tahap penyadaran akan pentingnya
sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Langkah awal untuk
mewujudkan hal itu, KWT Pertiwi mendirikian sebuah greenhouse untuk dijadikan
kebun percontohan sebagai sarana belajar bagi anggota kelompok. Hal tersebut
merupakan sebuah langkah yang berbeda dan cukup kreatif dibandingkan KWT lain
yang ada di Kabupaten Malang. Mayoritas KWT yang ada di Kabupaten Malang
menerapkan Program KRPL langsung berorientasi pada produktivitas, sehingga
ketika mereka mengalami kegagalan tanam, maka mereka tidak memiliki dana atau
modal untuk melanjutkan Program KRPL. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas pemberdayaan kelompok
wanita tani melalui program KRPL terhadap pertanian berkelanjutan di Desa Kucur
Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Penelitian mengenai Program KRPL sebelumnya telah banyak dilakukan.
Penelitian yang banyak dilakukan biasanya lebih mengkaji terkait dampak Program
KRPL terhadap pendapatan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Zahro
(2012), ia meneliti tentang persepsi masyarakat mengenai Program KRPL serta
menganalisis biaya dan manfaat Program KRPL bagi masyarakat di Desa Banjarsari,
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Selain itu, Widayanti (2015) melakukan
penelitian terhadap Program KRPL di Kabupaten Bogor dengan menganalisis kinerja
Program KRPL berdasarkan perspektif keuangan. Walaupun Program KRPL telah
banyak diteliti, namun belum banyak peneliti yang mengkaji tentang efektivitas
4
Program KRPL serta dampaknya terhadap pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam terkait efektivitas Program
KRPL serta dampaknya terhadap pertanian berkelanjutan.
Penelitian mengenai efektivitas dan dampak dari Program KRPL terhadap
pertanian berkelanjutan penting untuk dilakukan, karena Program KRPL dapat terus
dilaksanakan apabila berjalan dengan efektif dan memiliki dampak positif terhadap
pertanian berkelanjutan. Oleh karenanya penelitian ini perlu dilakukan untuk
mengkaji efektivitas Program KRPL lebih dalam. Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran masyarkat khususnya Kelompok Wanita tani
“Pertiwi” di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang mengenai pentingnya
sistem pertanian yang ramah lingkungan sehingga mampu menerapkan pertaninan
berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
Rendahnya kesadaran masyarakat tani terhadap sistem pertanian yang ramah
lingkungan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan.
Petani yang tetap menerapkan sistem pertanian konvensional terus meningkatkan
input kimia untuk mempertahankan produktivitasnya yang semakin turun. Hal
tersebut tidak lain karena dampak negatif dari input kimia yang digunakan secara
terus-menurus dan dalam jangka waktu yang lama sehingga menurunkan kesuburan
lahan.
Salah satu desa yang masih menerapkan sistem pertanian konvensional adalah
Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Sistem pertanian konvensional yang
tidak ramah lingkungan sudah seharusnya ditinggalkan oleh petani. Pemerintah terus
berupaya untuk menggantingkan sistem pertanian konvensional tersebut dengan
sistem pertanian yang ramah lingkungan. Pemberdayaan masyarakat tani menjadi
salah satu bentuk nyata yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
kesadaran petani akan pentingnya sistem pertanian yang ramah lingkungan. Salah
satu model pemberdayaan yang sedang diterapkan oleh pemerintah adalah program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program KRPL diterapkan dengan
5
memanfaatkan pekarangan atau ruang terbuka yang mampu memenuhi syarat tumbuh
tanaman. Prinsip utama dari program KRPL adalah pertanian yang ramah lingkungan,
sehingga tidak hanya berdampak terhadap perekonomian masyarakat, namun
berpengaruh juga terhadap keadaan sosial dan lingkungan masyarakat.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Pertiwi merupakan salah satu kelompok yang
menerapkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Desa Kucur,
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Program KRPL yang diterapkan oleh KWT
Pertiwi memiliki keunikan tersendiri, karena dana bantuan yang diberikan oleh
pemerintah digunakan untuk kepentingan kelompok, bukan kepentingan individu
anggota. Dana bantuan tersebut digunakan untuk membangun sebuah greenhouse
yang dijadikan kebun percontohan sebagai sarana belajar anggota kelompok dalam
menerapkan sistem pertanian organik. Selain sebagai sarana belajar bersama,
greenhouse tersebut tetap dimanfaatkan untuk meperoleh keuntungan secara ekonomi
melalui budidaya tanaman. Hal tersebut dilakukan agar dana bantuan yang telah
diberikan tetap berputar sehingga kas kelompok tetap tersedia.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat efektivitas pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi
melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari?
2. Bagaimanakah dampak pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi terhadap
pertanian berkelanjutan?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah untuk memfokuskan tujuan
yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut:
1. Penilaian efektivitas dilakukan berdasarkan pendampingan BPP Kecamatan Dau
terhadap KWT Pertiwi sejak dijalankannya program KRPL hingga saat ini.
2. Penelitian ini menganalisis efektivitas pemberdayaan KWT Pertiwi dalam
mewujudkan pertanian berkelanjutan serta dampak program tersebut sejak
6
dibangunnya sarana greenhouse. Sehingga penelitian ini tidak berfokus pada
ketahanan pangan keluarga.
1.4 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis efektivitas dari pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi melalui
Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
2. Menganalisis dampak pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi terhadap
pertanian berkelanjutan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapatkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi KWT, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi bahan evaluasi internal dan
eksternal lembaga/organisasi terkait kondisi KWT saat ini dan menentukan
strategi yang sesuai dengan kebutuhan KWT.
2. Bagi pihak luar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan gagasan
dan informasi yang berkaitan dengan hasil penelitian ini untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan
yang telah diperoleh di masa perkuliahan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Peneliti telah melakukan analisis terhadap beberapa hasil penelitian lain yang
memiliki keterkaitan dengan topik yang diangkat peneliti. Analisis tersebut
bermanfaat sebagai dasar atau acuan untuk mencari perbedaan lain dalam
merumuskan pertanyaan penelitian serta membandingkan metode analisis yang
digunakan. Selanjutnya hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan untuk mengetahui
perlu atau tidaknya penelitian ini dilakukan. Penelitian terdahulu yang dijadikan
tinjauan dalam penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan Widayanti
(2015), Caesarion et al (2013), dan Permana (2012) mengenai Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL) serta efektivitas dari suatu program pemberdayaan.
Penelitian mengenai Program KRPL telah banyak dilakukan, namun belum
banyak yang mengkaji terkait efektivtias Program KRPL serta dampaknya terhadap
pertanian berkelanjutan. Salah satu penelitian yang terkait Program KRPL adalah
penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2015) yang meneliti tentang Evaluasi
Kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lestari pada Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Melalui Pendekatan Balance Scorecard.
Penelitian tersebut dilakukan untuk; (1) menilai dan meninjau evaluasi kinerja yang
diterapkan pada Program KRPL selama ini, (2) mengetahui kinerja Program m-KRPL
berdasarkan konsep Balance Scorecard yang meliputi perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam analisis
datanya. Pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptif evaluatif berdasarkan
empat perspektif pengukuran kinerja dalam Balance Scorecard. Sedangkan
pendekatan kuantitatif menggunakan metode Pairid Comparasion. Hasil penelitian
menunjukan bahwa program m-KRPL berdampak positif bagi masyarakat dimana
mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga, menghemat pengeluaran tumah
tangga, dan memenuhi kebutuhan pangan harian rumah tangga. Hasil lain
menunjukan kinerja KRPL berdasarkan perspektif dan proses bisnis masing-masing
8
memiliki nilai sebesar 30,56%. Sedangkan dilihat dari perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran nilainya hanya sebesar 22,22% dan nilai terendah berasal dari
perspektif keuangan yaitu 16,67%.
Selain itu, Caesarion et al (2013) melakukan penelitian mengenai Efektivitas
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Lampung
Selatan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis efektivitas kinerja
usaha kecil setelah adanya penyaluran bantuan permodalan melalui Program PUAP.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan metode uji kesahihan, uji
keandalan, pengujian hipotesis, pengujian secara simultan, pengujian secara parsial,
dan pengujian koefisien determinasi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan usaha tani, pengembangan
agribisnis perdesaan, pengembangan keuangan mikro, serta penilaian terhadap
pendampingan memberikan pengaruh nyata secara simultan terhadap kinerja usaha
tani di Kabupaten Lampung Selatan 64,8% dan sisanya (35,2%) dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Pada tahun 2012, Permana melakukan sebuah penelitian tentang Efektivitas
Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan
Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang
Jawa Barat). Tujuan dari penelitian tersebut adalah; (1) menganalisis efektivitas
komunikasi Program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa
Barat, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal
dengan efektivitas komunikasi Program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan
Ciampel Karawang Jawa Barat, (3) menganalisis hubungan antara efektivitas
komunikasi Program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari
Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan analisis
statistik deskriptif dan statistik inferensial. Pendekatan statistik inferensial digunakan
untuk menganalisis keterkaitan peubah-peubah yang diduga terjadinya efektivitas
komunikasi, juga untuk melihat hubungan antar peubah-peubah bebas, peubah antara
dan peubah terikat, yang diuji secara statistik non-parametrik dengan menggunakan
korelasi rank Spearman. Data diolah dengan menggunakan program komputer
9
perangkat lunak (software) Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 19.0.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa program optimalisasi lahan pekarangan
yang dilaksanakan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat
berlangsung cukup efektif pada tataran kognitif, afektif, dan konatif. Hal ini
dibuktikan bahwa sebagian peserta program KRPL dapat memahami informasi yang
mereka dapatkan dari penyuluh tentang program tersebut, mereka juga ingin
menerapkan program optimalisasi lahan pekarangan ini, serta mereka juga
menjalankan program Kementerian Pertanian ini agar mampu mengoptimalkan lahan
pekarangan yang mereka miliki. Karakteristik individu yang berhubungan nyata
positif dengan efektivitas komunikasi adalah pendidikan dan luas lahan. Faktor
eksternal yang berhubungan nyata positif dengan efektivitas komunikasi adalah akses
informasi, kebijakan publik, dan intensitas penyuluhan. Efektivitas komunikasi
(kognitif, afektif, konatif) program KRPL yang berhubungan nyata dengan
optimalisasi lahan pekarangan adalah optimalisasi pemanfaatan pekarangan.
Berdasarkan tinjauan dari ketiga penelitian terdahulu tersebut, ditemukan
beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2015) dan Permana (2012) memiliki
persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu meneliti tentang
Program KRPL. Namun tujuan yang hendak diteliti oleh peneliti memiliki perbedaan.
Penelitian Widayanti (2015) mengkaji tentang kinerja Program KRPL dengan konsep
Balance Scorecard di Kabupaten Bogor dan penelitian Permana (2015) mengkaji
tentang hubungan antara efektivitas komunikasi Program KRPL dengan optimalisasi
lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengkaji tentang efektivitas
Program KRPL terhadap pertanian berkelanjutan di Desa Kucur Kecamatan Dau
Kabupaten Malang Jawa Timur. Selain itu, Caesarion, Pandjaitan, dan Syamsun
(2013) melakukan penelitian tentang efektivitas Program PUAP di Kabupatan
Lampung Selatan. Penelitian yang dilakukan oleh Caesarion, Pandjaitan, dan
Syamsun (2013) memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
yaitu mengkaji tentang efektivitas sebuah program pemberdayaan. Namun program
10
pemberdayaan tersebut berbeda dengan program yang diteliti oleh peneliti. Metode
analisis dari ketiga penelitian terdahulu tersebut berbeda dengan metode analisis yang
digunakan oleh peneliti. Widayanti (2015) menggunakan metode Pairid
Comparasion untuk mengukur kinerja Program KRPL dengan konsep Balance
Scorecard. Permana (2012) menggunakan metode statistik inferensial untuk
mengukur hubungan antara efektivitas komunikasi Program KRPL dengan
optimalisasi lahan pekarangan. Caesarion et al (2013) menggunakan metode uji
kesahihan, uji keandalan, pengujian hipotesis, pengujian secara simultan, pengujian
secara parsial, dan pengujian koefisien determinasi untuk menguji efektivitas kinerja
Program PUAP. Sedangkan peneliti dalam meneliti tingkat efektivitas Program
KRPL menggunakan skala likert untuk mengkategorikan data yang kemudian
dianalisis berdasarkan konsep efektivitas. Kemudian untuk mengetahui dampaknya
terhadap pertanian berkelanjutan, peneliti menggunakan metode Miles and
Huberman. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai gap penelitian, karena peneliti
melakukan sebuah penelitian yang berbeda dengan penelitian yang sudah pernah
dilakukan.
2.2 Efektivitas
2.2.1 Pengertian Efektivitas
Setiap program pasti memiliki sebuah tujuan, karena pada hakikaktnya
program tersebut dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari sebuah
program dapat kita ketahui tercapai atau tidaknya dengan menganalisis
efektivitasnya. Definisi mengenai efektivitas itu sendiri sangat beragam. Para ahli
mendefinisikan efektivias dengan persepsi yang berbeda-beda tergantung pendekatan
mereka masing-masing. Sejalan dengan pendapat Steers (1980) yang menyatakan
bahwa pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang,
bergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi seorang ahli ekonomi,
efektivitas adalah keuntungan atau laba investasi. Bagi seorang manajer produksi,
efektivitas seringkali berarti kuantitas atau kualitas output barang atau jasa.
11
Menurut Handoko (2003), efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Faktor penentu dari tercapainya suatu tujuan adalah ketepatan dalam
memilih langkah-langkah dalam menjalankannya. Drucker (1982) berpendapat bahwa
efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things),
sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing things right).
Kedua pernyataan Drucker tersebut tampak sama, namun memiliki perbedaan makna.
Efsiensi itu sendiri diterjemahkan sebagai daya guna, sedangkan efektivitas
diterjemahkan sebagai hasil guna. Efektivitas (hasil guna) dtekankan pada efeknya,
hasilnya, dan tanpa atau kurang memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan
untuk memperoleh hasil tersebut (Syamsi, 1983). Selain itu, Siagian (2005)
berpendapat bahwa, berbicara mengenai efektivitas, maka yang menjadi sorot
perhatiannya adalah tercapainya sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya
dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk
melakukan berbagai kegiatan.
2.2.2 Konsep Efektivitas
Menurut Gibson et al (1996), kita dapat berpikir mengenai efektivitas melalui
tiga pendekatan, yaitu pendekatan tujuan, pendekatan teori sistem, dan pendekatan
multiple constituency. Pendekatan menurut tujuan menekankan pada pentingnya
pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. Sedangkat pendekatan
menurut teori sistem menekankan pada pentingnya adaptasi terhadap tuntutan ekstern
sebagai kriteria penilaian keefektifan. Teori sistem juga mengidentifikasikan
pencapaian keseimbangan antara beberapa bagian sistem dimana organisasi menjadi
bagiannya. Dalam praktik dan penjelasan yang lebih konkrit, pendekatan multiple
constituency dapat memberikan keseimbangan di antara beberapa bagian sistem
dengan memberi kepuasan pada bagian-bagian organisasi (individual dan kelompok
individu yang mempunyai peran dalam organisasi). Satu studi baru dari teori multiple
constituency menyarankan perlunya mengintegrasikan sistem dan pendekatan tujuan
untuk mencapai efektivitas.
12
Pendekatan teori sistem yang dikemukakan oleh Gibson et al (1996)
menyimpulkan bahwa: (i) kriteria keefektivan harus mencerminkan keseluruhan
siklus masukan-proses-keluaran, tidak hanya keluaran, dan (ii) kriteria keefektivan
harus mencerminkan hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan
sekelilingnya. Kriteria keefektivan tersebut disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Konsep efektivitas
Sumber: Gibson et al, 1996
Dalam teori sistem, organisasi dianggap sebagai satu elemen dari sejumlah
elemen yang saling bergantung. Arus masukan dan keluaran adalah titik dasar
permulaan dalam menggambarkan organisasi. Dalam pengertian yang paling
sederhana, organisasi mengambil sumber daya masukan dari sistem yang lebih luas
(lingkungan), sumber daya ini diproses, dan keluar dalam bentuk yang diubah
(keluaran).
Berdasarkan pendekatan-pendekatan mengenai keefektivan yang telah
dikemukakan, Gibson et al (1996) mengelompokan beberapa kriteria umum
efektivitas organisasi, yaitu:
a. Produksi, mencerminkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan jumlah dan
kualitas keluaran yang dibutuhkan lingkungan. Konsep ini ini meniadakan setiap
pertimbangan efisiensi. Ukuran produksi berhubungan secara langsung dengan
keluaran yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekanan organisasi bersangkutan.
b. Efisiensi, perbandingan keluaran terhadap masukan. Efesiensi diukur menurut
rasio (perbandingan), yang dalam bentuk umum ialah rasio antara keuntungan
dengan biaya atau waktu yang dipergunakan.
Input Proses Output
Lingkungan
13
c. Kepuasan, menjadi ukuran keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan
karyawan dan anggotannya. Ukuran kepuasan mencakup sikap anggota,
perganitian anggota, kehadiran, kelambatan, dan keluhan.
d. Keadaptasian, tingkat dimana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap
perubahan internal dan eksternal. Keadaptasian mengacu pada kemampuan
manajemen merasakan perlunya perubahan dalam lingkungan, termasuk
perubahan dalam tubuh organisasi sendiri.
e. Pengembangan, mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan
kapasitasnya mengahadapi tunutan lingkungan. Usaha-usaha pengembangan yang
lazim adalah program pelatihan bagi manajerial.
Menurut Steers (1980), pada dasarnya dikemukakan bahwa cara yang terbaik
untuk meneliti efektivitas ialah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep
yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut.
a. Optimasi tujuan
Kelebihan utama dari ancangan tujuan dalam menilai efektivitas adalah bahwa
sukses organisasi diukur menurut maksud organisasi dan menurut pertimbangan
nilai si-penyidik. Penggunaan ancangan optimasi tujuan memungkinkan
dikenalinya secara jelas bermacam-macam tujuan yang sering bertentangan, di
samping beberapa hambatan dalam usaha mencapi tujuan. Jadi, efektivitas dinilai
menurut ukuran beberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang
layak dicapai. Pemusatan perhatian pada tujuan yang layak dicapai dan optimal,
kelihatnnya lebih realistis untuk tujuan evaluasi, daripada menggunakan tujuan
akhir atau tujuan yang diinginkan, sebagai dasar ukuran.
b. Perspektif sistem
Dalam perspektif sistem, ancangan tujuan mencakup beberapa tujuan lagi dalam
suatu kerangka kerja yang dinamis. Tujuan tidak diperlukan sebagai keadaan
akhir yang statis, tetapi sebagai sesuatu yang dapat berubah dalam perjalanan
waktu. Lagipula tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat
mempersembahkan masukan-masukan (faktor-faktor produksi) baru demi
penentuan tujuan berikutnya.
14
c. Tekanan pada segi perilaku
Konsep ini mengintegrasikan tingkat mikro dan makro dari analisis kita dan
meneliti bagaimana tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat
menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi. Ancangan terhadap
studi tentang efektivitas organisasi meliputi tiga perspektif yang saling
berhubungan mengenai sifat hubungan antara elemen-elemen utama dari sistem
organisasi, dan bagaimana elemen-elemen tersebut saling mempengaruhi untuk
mempermudah atau menghambat pencapaian tujuan organisasi yang mungkin
dicapai (layak).
Berdasarkan pandangan Steers menurut ketiga konsep tersebut, maka kriteria
yang paling menonjol dalam pengukuran efektivitas suatu organisasi antara lain:
a. Evektivitas Keseluruhan, sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas
pokoknya atau mencapai semua sasarannya.
b. Kualitas, kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh organisasi.
c. Produktivitas, kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan
organisasi.
d. Kesiagaan, penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa
organisasi mampu menyelesaikan sesuatu tugas khusus dengan baik jika diminta.
e. Efisiensi, nisbah yang mencerminkan perbandingan beberapa aspek prestasi unit
terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.
f. Laba atau Penghasilan, penghasilan atas penanaman modal yang dipakai untuk
menjalankan organisasi dilihat dari sudut pandang si pemilik.
g. Pertumbuhan, penamabahan dalam hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas pabrik,
harga, penjualan, laba, bagian pasar, dan penemuan-penemuan baru.
h. Pemanfaatan Lingkungan, batas keberhasilan organisasi berinteraksi dengan
lingkungannya, memperoleh sumberdaya yang langka dan berharga yang
diperlukannya untuk operasi yang efektif.
i. Stabilitas, Pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumberdaya sepanjang waktu,
khususnya dalam periode-periode sulit.
15
j. Perputaran atau keluar masuknya pekerja, frekuensi atau jumlah pekerja dan
keluar atas permintaanya sendiri.
k. Kemangkiran, frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan.
l. Kecelakaan, frekuensi-frekuensi dalam pekerjaan yang berakibat kerugian waktu
untuk turun mesin atau waktu penyembuhan/perbaikan.
m. Semangat kerja, kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai
tujuan dan sasaran organisasi termasuk perasaan terikat.
n. Motivasi, kekuatan kecenderungan seorang individu melibatkan diri dalam
kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan .
o. Kepuasan, tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau
pekerjaannya dalam organisasi.
p. Penerimaan tujuan organisasi, diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap
pribadi dan oleh unit-unit dalam organisasi.
q. Kepaduan – konflik-konflik – kompak, dimensi berkutub dua. Yang dimaksud
kutub kepaduan adalah fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu
sama lain, bekerjasama dengan baik, berkomunikasi sepenuhya dan secara
terbuka, dan mengkoordinasikan usaha kerja mereka. Pada kutub yang lain
terdapat organisasi penuh pertengkaran baik dalam bentuk kata-kata maupun
secara fisik, koordinasi yang buruk, dan komunikasi yang tidak efektif.
r. Keluwesan adaptasi, kemampuan sebuah organisasi untuk mengubah prosedur
standar operasinya jika lingkungannya berubah, untuk mencegah kebekuan
terhadap rangsangan lingkungan.
s. Penilaian oleh pihak luar, penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi oleh
mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungannya, yaitu pihak-pihak dengan
siapa organisasi ini behubungan.
Budiani (2007) menyatakan bahwa kriteria keefektivan suatu program dapat
dilihat melalui empat variabel berikut:
a. Tingkat ketepatan sasaran
b. Sosialisasi mengenai program
c. Pengetahuan anggota mengenai tujuan
16
d. Pemantauan dari petugas penyuluh
2.3 Pertanian Berkelanjutan
2.3.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan
Mardikanto (2009) menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan adalah suatu
filosofi yang berbasis pada tujuan-tujuan manusia dan atas pemahaman terhadap
dampak jangka panjang dari aktivitas-aktivitas kita atas lingkungan dan spesies-
spesies lainnya. Filosofi tersebut dapat membimbing kita dalam menerapkan
pengalaman dan teknologi untuk mewujudkan sistem pertanian yang baik dan
melindungi sumberdaya. Pertanian berkelanjutan memadukan tiga tujuan yang
meliputi: pengamanan lingkungan, pertanian yang menguntungkan, dan kesejahteraan
masyarakat petani (Gold, 1999).
Menerapkan sistem pertanian berkelanjutan bukan berarti menurunkan
produktivitas hasil panen. Melainkan meningkatkan kualitas hasil dengan diiringi
peningkatan kuantitas secara bertahap. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
tersebut menggunakan teknologi ramah lingkungan yang tidak merusak sumberdaya.
Pertanian berkelanjutan adalah suatu pendekatan sistem yang memahami keberlanjutn
secara mutlak. Sistem ini memahaminya dari sudut pandang yang luas, dari sudut
pertanian individual, kepada ekosistem lokal, dan masyarakat yang dipengaruhi oleh
sistem pertanian, baik lokal maupun global. Pendekatan sistem tersebut, memberikan
kita piranti untuk menggali interkoneksi antara pertanian dan aspek-aspek lain dari
lingkungan kita (SAREP, 1998). Sistem tersebut mampu menekan kerusakan
lingkungan, menstabilkan produktivitas, dan meningkatkan perekonomian dalam
jangka panjang, serta memelihara keadaan sosial antar masyarakat.
Pertanian berkelanjutan merupakan jalan dari praktek pertanian yang mencari
optimasi keterampilan (skill) dan teknologi untuk mencapai stabilitas jangka panjang
dari usahatani, perlindungan terhadap lingkungan, dan keamanan konsumen. Hal itu
dicapai melalui strategi manajemen yang membantu produsen untuk memilih varietas
dan silangan (hybrid), perlindungan tanah, praktek budaya, program kesuburan tanah,
dan program manajemen perlindungan tanaman. Tujuan pertanian berkelanjutan
17
adalah untuk meminimalisasi dampak lingkungan akibat sistem pertanian
konvensional. Konversi lingkungan yang menggema adalah bagian integral dari
upaya untuk mencapai pertanian berkelanjutan (USDA, 1999)
Pertanian berkelanjutan adalah suatu model dari organisasi sosial ekonomi
yang berbasis pada visi pembangunan yang merata dan partisipatif, yang menegaskan
bahwa sumber daya alam dan lingkungan adalah dasar dari aktivitas ekonomi.
Pertanian akan berkelanjutan manakala memperhatikan ekologi, layak secara
ekonomi, dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dan sesuai dengan budaya, yang
berbasis pada pendekatan ilmiah yang holistik. Pertanian berkelanjutan lebih banyak
melibatkan masyarakat untuk tinggal di lahnnya, menguatkan masyarakat pedesaan
dan memadukan manusia dengan lingkungannya (Mardikanto, 2009).
Menurut Susanto (2006) pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis
agroekologi yang diusulkan diarahkan pada usaha mempertahankan dan
memperbaiki produksi dengan bertumpu pada pilar: (i) secara ekonomi layak
(economically feasible) dengan bentuk sistem produksi jangka panjang, (ii)
penggunaan teknologi yang sepadan (technologically appropriate), (iii) secara
lingkungan tidak merusak dan berkelanjutan (enviromentally sound and sustainable),
(iv) secara sosial dan budaya dapat diterima (socially and culturally acceptable).
Ilustrasi mengenai sistem pertanian berkelanjutan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2.Pilar pertanian berkelanjutan
Sumber: Susanto, 2006
Biosfer:
Keberlanjutan
Ekologis
Sosial & Budaya:
Pembangunan
Sosial &
Pemantapan
Budaya
Produksi:
Pembangunan
Ekonomi
Pertanian
Berkelanjutan
18
2.3.2 Konsep Pertanian Berkelanjutan
Keberlanjutan merupakan suatu acuan yang selalu diterapkan dalam setiap
pembangunan saat ini. Keberlanjutan itu sendiri berarti menjaga agar suatu upaya
terus berlangsung, dan bertahan serta menjaga agar tidak terjadi kemunduran. Dalam
sektor pertanian, keberlanjutan berarti sebuah upaya agar tetap produktif dan tetap
mempertahankan sumberdaya tanpa mengakibatkan kerusakan. Menurut Reijntjes, et
al (1992) menyatakan bahwa konsep pertanian berkelanjutan harus mencakup hal-hal
berikut ini.
a. Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumber daya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan ditingkatkan.
Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan
serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri).
Sumberdaya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara,
biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah
pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa
diperbarui.
b. Bisa berlanjut secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bisa cukup
menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta
mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan
biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya
dalam hal produk usaha tani yang langsung, namun juga dalam hal fungsi seperti
melestarikan sumber daya alam dan meminimalkan resiko.
c. Adil, yang berarti bahwa sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian
rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak
mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta
peluang pemasaran terjamin. Semua orang memiliki kesempatan untuk
berperanserta dalam pengambilan keputusan, baik di lapangan maupun di dalam
masyarakat. Kerusuhan sosial bisa mengancam sistem sosial secara keseluruhan,
termasuk sistem pertaniannya.
19
d. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan, dan
manusia) dihargai. Martabat dasar semua mahluk hidup dihormati, dan hubungan
serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar, seperti
kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa sayang. Integritas budaya
dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.
e. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya
pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain. Hal ini
meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga
inovasi dalam arti sosial budaya.
2.3.3 Ciri-ciri Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan merupakan sebuah sistem pertanian yang
menggabungkan agroteknologi mutakhir ke dalam sistem pertanian yang sesuai
dengan budaya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui prinsip ramah
lingkungan. Oleh karena itu, tujuan dari pertanian berkelanjutan tidak hanya
mengaplikasikan teknologi terbaru saja, namun meningktakan kesejahteraan petani
dan mempertahankan kondisi lingkungan lestari. Sinukaban (2008) menyatakan
bahwa ciri-ciri pertanian berkelanjutan adalah sebagai berikut.
a. Produksi pertanian cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah melanjutkan
usahanya.
b. Pendapatan petani yang cukup tinggi sehingga petani dapat mendesain masa
depan keluarganya dari pendapatan usaha taninya.
c. Teknologi yang diterapkan, baik teknologi produksi maupun teknologi
konservasi, adalah teknologi yang dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan
petani dan diterima oleh petani dengan senang hati sehingga sistem pertanian
tersebut dapat dan akan diteruskan oleh petani dengan kemampuannya secara
terus menerus tanpa bantuan dari luar.
d. Komoditas pertanian yang diusahakan sangat beragam dan sesuai dengan kondisi
biofisik daerah, dapat diterima oleh petani dan laris di pasar.
20
e. Laju erosi kecil (minimal), lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi.
Akibatnya, produktivitas yang cukup tinggi tetap dapat dipertahankan atau
ditingkatkan secara lestari dan fungsi hidrologis daerah terpelihara dengan baik
sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
f. Sistem penguasaan atau pemilikan lahan dapat menjamin keamanan investasi
jangka panjang (longterm investment security) dan menggairahkan petani untuk
terus berusaha tani.
g. Meningkatkan lapangan kerja di daerah pedesaan.
1.4 Pemberdayaan
Lahirnya konsep pemberdayaan berawal dari tidak berpihaknya sebuah
program pembangunan terhadap rakyat mayoritas. Menurut Sopandi (2003) yang
mengemukakan bahwa ide mengenai konsep pemberdayaan berasal dari kerangka
logika sebagai berikut:
1. Bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan kekuasaan faktor
produksi
2. Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan
masyarakat pengusaha pinggiran
3. Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem
politik, sistem hukum dan sistem ideologi yang manipulatif untuk memperkuat
legitimasi
4. Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi
secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat
berdaya dan masyarakat tunadaya, akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu
masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai.
Situasi menguasai dan dikuasai harus mampu kita hilangkan, oleh karena itu perlu
dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment
of the powerless). Alur pikir di atas sejalan dengan terminologi pemberdayaan itu
sendiri atau yang dikenal dengan istilah empowerment yang berawal dari kata daya
(power). Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat
21
dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar. Menurut Kartasasmita (1996)
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong,
memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya. Upaya-upaya tersebut diikuti dengan
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam
konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan
iklim dan suasana yang kondusif. Pekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin
berdaya.
2.4.1 Konsep Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang sedang dalam kondisi
tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Menurut Djajadiningrat, et al (2003) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Pemberdayaan selalu terbentuk karena dua
kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan
pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Pemberdayaan masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila mengandung
prinsip pemberdayaan yang berkelanjutan. Djajadiningrat, et al (2003) menjelaskan
bahwa pemberdayaan masyarakat harus memiliki tiga karakter penting, yaitu berbasis
masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource
based), dan berkelanjutan (sustainable). Berbasis masyarakat mengandung pengertian
bahwa masyarakat bertindak sebagai pelaku atau subjek dalam perencanaan dan
pelaksanaannya. Berbasis sumber daya setempat adalah penciptaan kegiatan yang
berbasis sumber daya setempat seperti pertanian, peternakan, kerajinan, dan lain
sebagainya.
22
Proses pemberdayaan memiliki tiga tahapan yang harus dilalui untuk
mencapai kemandirian masyarakat. Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007)
mengemukakan bahwa proses pemberdayaan terbagi menjadi tiga tahapan, pertama
adalah penyadaran, kedua adalah pengkapasitasan, dan yang ketiga adalah
pendayaan. Target sasaran pemberdayaan adalah masarakat yang kurang mampu,
oleh karena itu pada tahap pertama kita harus memberikan pencerahan dengan
menyadarkan bahwa mereka memiliki hak untuk mampu dalam menghadapi masalah
yang dihadapi. Mereka harus diberikan motivasi bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Tahap pengkapasitasan terdiri
dari tiga jenis, yaitu pengkapasitasan manusia, organisasi, dan sistem nilai.
Pengkapasitasan manusia dilakukan dengan memberikan pendidikan, pelatihan, dan
kegiatan lainnya untuk meningkatkan keterampilan individu atau kelompok.
Pengkapasitasan organisasi dilakukan dengan melakukan restrukturisasi organisasi
sehingga dapat memunculkan inovasi baru dalam perubahan yang dilakukan.
Pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan membuat “aturan main” di dalam
organisasi yang berupa peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggotanya.
Ketiga, tahap penyadaran, pada tahap ini target sasaran diberikan daya atau kekuatan,
kekuasaan, otoritas atau peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki
sehingga target sasaran dapat menjalankan kekuasaan yang diberikan dan mampu
membawa perubahan lebih baik.
2.5 Kawasan Rumah Pangan Lestari
Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model
Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL)” yang merupakan himpunan dari
Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan
pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan
pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,
pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga
keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi
23
dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk
penyelamatan hasil yang melimpah (Kementerian Pertanian, 2011).
Model KRPL merupakan upaya untuk menuju kecukupan dan kemandirian
pangan rumah tangga. Pengembangan KRPL juga memiliki tujuan untuk menekan
biaya pengeluaran rumah tangga dengan cara memenuhi kebutuhannya sehari-hari
dengan memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki, serta agar mampu
menghindar dari dampak anomali iklim ekstrim. Model KRPL akan menjadi tumpuan
untuk mengantisipasi perubahan alih fungsi lahan pertanian dengan keadaan dalam
pemanfaatan pekarangan.
Beberapa faktor lain yang mendukung keberlanjutan KRPL adalah
ketersediaan benih, penanganan pascapanen dan pengolahan, dan pasar bagi produk
yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan
Kebun Benih Desa (KBD), pengolahan hasil, dan pemasaran. Selanjutnya untuk
mewujudkan kemandirian kawasan, maka dilakukan pengaturan pola dan rotasi
tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak. Untuk memenuhi Pola Pangan
Harapan, diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok
pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lainnya) bagi keluarga.
Model ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan dan
kesejahteraan keluarga.
2.5.1 Prinsip dan Tujuan KRPL
Pengembangan KRPL merupakan gerakan dari dan untuk masyarakat
pedesaan mulai tingkat dusun sampai dengan tingkat Rumah Tangga (RT) yang
bekerjasama dengan ibu-ibu Tim Penggerak PKK mulai tingkat provinsi sampai
dengan Dasa Wisma dan instansi pemerintah hanya berfungsi sebagai motivator,
fasilator, dan stabilator terhadap gerakan ini. Rumah Pangan Lestari merupakan
rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan
sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan
24
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan
keanekaragamannya.
Program KRPL yang dikembangkan oleh pemerintah memiliki beberapa
prinsip dasar. Berikut ini beberapa prinsip dalam Program KRPL:
a. Ketahanan dan kemandirian pangan rumahtangga
b. Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal
c. Konservasi sumberdaya genetik (tanaman, ternak, ikan) untuk masa depan
d. Peningkatan kesejahteraan rumahtangga dan masyarakat
e. Pendidikan dan pelatihan
f. Kesehatan dan gizi masyarakat
g. Antisipasi perubahan iklim.
Kementerian Pertanian (2011) menyatakan bahwa tujuan pengembangan
KRPL yang tercantum dalam Pedoman Umum KRPL adalah:
a. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan
pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan,
buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (Toga), pemeliharaan ternak dan ikan,
pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.
b. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari
dalam suatu kawasan.
c. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan
lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
2.5.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Program KRPL
Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan Model KRPL,
dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam pedoman
umum model KRPL (Kementerian Pertanian 2011), yaitu:
a. Persiapan, yaitu pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan
kelompok sasaran, pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan
dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, koordinasi dengan Dinas
Pertanian dan Dinas terkait lainnya di Kabupaten/Kota, memilih pendamping
25
yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan.
b. Pembentukan Kelompok, kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok
rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu
dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan
melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok
dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri.
Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan
prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.
c. Sosialisasi, menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat
kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan
sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta
petugas pelaksana instansi terkait.
d. Penguatan Kelembagaan Kelompok, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
kelompok: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2)
mampu mentaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) mampu
memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama dalam
kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu untuk bekerjasama dengan
aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
e. Perencanaan Kegiatan, melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan
lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat
keluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,
pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta
pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja
untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok
dan dinas instansi terkait.
f. Pelatihan, dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang
dilakukan diantaranya teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, Toga,
teknik budidaya ikan dan ternak, pembenihan dan pembibitan, pengolahan hasil
26
dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan
lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan.
g. Pelaksanaan, kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi
oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh Penyuluh dan Petani Andalan.
Secara bertahap, dalam pelaksanaanya menuju pada pencapaian kemandirian
pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi
tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan
peningkatan kesejahteraan.
h. Pembiayaan, bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah
daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta dan
dana lain yang tidak mengikat.
i. Monitoring dan Evaluasi, dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan
dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat
juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam
meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang
tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari. Model KRPL dilaksanakan
dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan
daerah, yang masing-masing bertanggung jawab terhadap sasaran atau
keberhasilan kegiatan.
2.6 Kelompok Wanita Tani
Kegiatan pembangunan khususnya pada sektor pertanian menunjukan peran
serta semua pihak, terutama para petani dan keluarganya. Salah satu unsur tersebut
adalah para isteri petani maupun wanita yang mempunyai posisi sebagai kepala
keluarga dalam masyarakat pedesaan serta pengelola usahatani atau pencari nafkah
utama dalam keluarganya, atau dapat disebut sebagai wanita tani. Manoppo (2009)
berpendapat bahwa wanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan
masyarakat pertanian yang dibagi kedalam dua bagian, yakni wanita tani menurut
27
statusnya dalam keluarga dan wanita tani menurut fungsinya dalam usahatani.
Apabila dilihat dari statusnya dalam keluarga, wanita tani terdiri dari :
a. Kepala keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi; wanita janda (ditinggal suami
karena bercerai atau meninggal) atau wanita tidak menikah yang hidup mandiri,
tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga mempunyai tanggungan.
b. Isteri petani, yaitu wanita yang menjadi isteri petani, hidup satu rumah sebagai
suami istri yang sah.
c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur diatas 30 tahun atau
yang sudah pernah menikah dan tinggal bersama seorang petani (ibu, mertua,
saudara, ipar, anak, kemenakan, dan lain-lain).
d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah
menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan, dan
lainnya).
e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur dibawah 16 tahun dan belum
pernah menikah yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang petani.
Sementara itu, apabila dilihat dari fungsinya dalam usahatani, wanita tani
terdiri dari :
a. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya secara
mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai:
1) Kepala keluarga yang hidup atau mencukupi nafkah keluarganya dari
usahatani.
2) Isteri petani, seorang suami tidak berfungsi sebagai pencari nafkah utama atau
bekerja di luar usahatani keluarga.
3) Wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita yang bertindak
sebagai pengelola usahatani secara mandiri.
b. Mitra/pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu pengusaha tani
dalam keluarganya, tanpa pemberian upah atau pembagian hasil secara ekonomi.
Mitra usaha petani tersebut berstatus sebagai :
1) Isteri petani
2) Wanita dewasa anggota keluarga
28
3) Pemuda atau taruna tani wanita
Lebih lanjut, Ramanti (2006) mendefinisikan wanita tani sebagai isteri dari
petani yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab
dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha
peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, Kelompo