EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANIrepository.ub.ac.id/4483/1/Irfan%C2%A0Fahrizza.pdf ·...

93
EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI “PERTIWI” DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MELALUI PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA KUCUR KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG Oleh: IRFAN FAHRIZZA UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2017

Transcript of EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANIrepository.ub.ac.id/4483/1/Irfan%C2%A0Fahrizza.pdf ·...

  • EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI

    “PERTIWI” DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

    MELALUI PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA

    KUCUR KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG

    Oleh:

    IRFAN FAHRIZZA

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    MALANG

    2017

  • EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI

    “PERTIWI” DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

    MELALUI PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA

    KUCUR KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG

    Oleh :

    IRFAN FAHRIZZA

    135040100111082

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS PERTANIAN

    JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

    MALANG

    2017

  • PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil

    penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak

    pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang

    pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

    diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam

    naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Malang, Juli 2017

    Irfan Fahrizza

  • LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

    Judul Penelitian : Efektivitas Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani “Pertiwi”

    dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan melalui

    Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Kucur

    Kecamatan Dau Kabupaten Malang

    Nama Mahasiswa : Irfan Fahrizza

    NIM : 135040100111082

    Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian

    Program Studi : Agribisnis

    Menyetujui : Dosen Pembimbing

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing,

    Setiyo Yuli Handono, SP.,MP.,MBA

    NIP. 19820716 200604 1 001

    Mengetahui,

    a.n. Dekan

    Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

    Mangku Purnomo, SP.,M.Si.,Ph.D

    NIP. 19770420 200501 1 001

    Tanggal disetujui :

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Menegaskan

    MAJELIS PENGUJI

    Penguji 1

    Dr. Ir. Agustina Shinta H.W.,MP

    NIP. 19710821 200212 2 001

    Penguji 2

    Vi’in Ayu Pertiwi, SP.,MP

    NIK. 201609900419 2 001

    Penguji 3

    Setiyo Yuli Handono, SP.,MP.,MBA

    NIP. 19820716 200604 1 001

  • i

    RINGKASAN

    IRFAN FAHRIZZA. 135040100111082. Efektivitas Pemberdayaan Kelompok

    Wanita Tani “Pertiwi” dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan melalui Program

    Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

    Di bawah bimbingan Setiyo Yuli Handono, SP.,MP.,MBA

    Pembangunan pada sektor pertanian telah dimulai sejak masa orde baru.

    Program pembangunan pertanian yang dikenal saat itu adalah Revolusi Hijau. Pada

    tahun 1984, Indonesia berhasil melakukan swasembada beras melalui program

    Revolusi Hijau. Kesuksesan Revolusi Hijau ternyata memiliki dampak negatif yang

    hingga kini masih dirasakan. Revolusi Hijau yang selalu menekankan peningkatan

    produksi dan kesejahteraan petani, ternyata bersifat tidak ramah lingkungan dan

    kurang memperhatikan martabat petani. Upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem

    pertanian di Indonesia terus dilakukan. Pemerintah telah menyusun program

    pemberdayaan untuk membentuk sistem pertanian berlanjut (Sustainable Agriculture)

    dengan mengedepankan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat. Program

    tersebut adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Sasaran dari program ini

    adalah kaum perempuan melalui kelompok wanita tani. Balai Pengkajian Teknologi

    Pertanian (BPTP) Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang telah menerapkan

    program KRPL sejak tahun 2012. Salah satu desa yang sedang menerapkan program

    KRPL adalah Desa Kucur, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Program KRPL di

    Desa Kucur diimplementasikan pada Kelompok Wanita Tani “Pertiwi” sejak tahun

    2016 dengan didampingi oleh penyuluh. KWT Pertiwi memiliki keunikan tersendiri

    dalam menerapkan Program KRPL dibandingkan KWT lain yang ada di Kabupaten

    Malang. Melalui Program KRPL, KWT Pertiwi mencoba untuk memandirikan

    kelompok dengan pelatihan budidaya tanaman organik secara bersama-sama pada

    sebuah greenhouse.

    Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1)

    Menganalisis efektivitas dari pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi melalui

    Program Kawasan Rumah Pangan Lestari, dan (2) Menganalisis dampak

    pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi terhadap pertanian berkelanjutan.

    Penelitian ini menggunakan dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan

    kuantitatif dan kualitatif atau kombinasi (mix method). Pendekatan kuantitatif pada

    penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan mengenai efektivitas program

    KRPL. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan mengenai

    dampak program KRPL. Penelitian ini menggunakan metode sensus, dimana seluruh

    populasi atau anggota KWT Pertiwi dijadikan sebagai subyek penelitian atau sampel.

    Jumlah anggota dan pengurus dari KWT Pertiwi adalah sebanyak 21 orang. Oleh

    karena itu, responden atau informan yang dijadikan objek penelitian ini adalah

    seluruh anggota KWT Pertiwi yang berjumlah 21 orang dan 5 key informan.

    Teknik analisis untuk menjawab tujuan yang pertama merupakan analisis

    berdasarkan pendapat dan pikiran yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

    instrumen kuisioner dan disajikan dalam bentuk deskriptif sebagai hasil dari

  • ii

    pengkategorian menggunakan skala likert. Untuk menganalisis efektivitas program

    tersebut, maka digunakan metode statistik sederhana dengan cara membagi nilai

    realisasi kegiatan program tersebut dengan nilai target atau tujuan yang hendak

    dicapai. Sedangkan teknik analisis untuk menjawab tujuan penelitian mengenai

    dampak program menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan

    kesimpulan.

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberdayaan Kelompok Wanita

    Tani (KWT) Pertiwi melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sudah

    berjalan cukup efektif. Hal ini dibuktikan dengan persentase efektivitas yang

    memiliki nilai sebesar 76,34%. Persentase nilai tersebut merupakan hasil analisis

    melalui berbagai macam indikator, yaitu sosialisasi program, keikutsertaan anggota,

    ketepatan sasaran, pelaksanaan program, pemantauan program, serta kepuasan

    anggota KWT Pertiwi terhadap Program KRPL. Selain itu, hasil peneletian juga

    menunjukan bahwa Program KRPL yang dilaksanakan oleh KWT Pertiwi memiliki

    beberapa dampak positif terhadap pertanian berkelanjutan yang memiliki tiga pilar,

    yaitu tidak merusak lingkungan, secara sosial dan budaya sesuai dengan masyarakat,

    serta layak secara ekonomi. Program tersebut berdampak cukup baik terhadap lingkungan dan keadaan sosial KWT Pertiwi. Namun, Program KRPL belum

    berpengaruh positif secara nyata terhadap keadaan ekonomi KWT Pertiwi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan anggota KWT

    Pertiwi sebaiknya lebih aktif lagi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Baik

    ketika terdapat penyuluhan secara teori, maupun secara praktik langsung di

    greenhouse, dan apabila terdapat penjelasan yang kurang dimengerti, sebaiknya

    langsung ditanyakan kepada penyuluh. Selain itu, Kelompok Wanita Tani Pertiwi

    sebaiknya menerapkan sistem pertanian organik dengan konsisten agar Program

    KRPL dapat berdampak positif terhadap pertanian berkelanjutan. Sistem pertanian

    organik akan memiliki dampak yang sangat baik terhadap keadaan lingkungan, sosial,

    dan ekonomi petani apabila diterapkan dalam jangka panjang dan terus-menerus.

  • iii

    SUMMARY

    IRFAN FAHRIZZA. 135040100111082. Effectiveness of Empowerment Women

    Farmers Group “Pertiwi” to Realize Sustainable Agriculture Through the Sustainable

    Food Home Area Program In Kucur Village Dau Sub District Malang District.Under

    the guidance of Setiyo Yuli Handono, SP., MP., MBA

    Development in the agricultural sector has started since the old order. The

    agricultural development program known at the time was the Green Revolution. In

    1984, Indonesia successfully carried out rice self-sufficiency through the Green

    Revolution program. The success of the Green Revolution proved to have a variety of

    negative impacts that are still felt today. Green Revolution which always emphasizes

    the increase of production and prosperity of farmers, turned out to be not

    environmentally friendly and less attention to the dignity of farmers. Government

    efforts to improve the agricultural system in Indonesia continue to be done. The

    government has set up an empowerment program to establish a sustainable

    agricultural system (Sustainable Agriculture) by promoting social, economic, and

    environmental factors of the community. The program is Sustainable Food House

    (KRPL). The goal of this program is women through women farmer groups.

    Agricultural Technology Assessment Center (BPTP) of East Java, especially in

    Malang Regency has implemented KRPL program since 2012. One of the villages

    that are implementing KRPL program is Kucur Village, Dau District, Malang

    Regency. The KRPL program in Desa Kucur is implemented in the "Pertiwi" Farmer

    Women Group accompanied by extension workers. KWT Pertiwi has its own

    uniqueness in applying KRPL Program compared to other KWT in Malang Regency.

    Through the KRPL Program, KWT Pertiwi tries to establish a group by training

    organic cultivation together in a greenhouse.

    Based on that explanation, the purpose of this research are (1) To analyze the

    effectiveness of empowerment of women farmer group through the Sustainable Food

    House Program, and (2) to analyze the impact of empowerment of women farmer

    group on sustainable agriculture.

    This research uses two approaches, that is quantitative and qualitative

    approach or combination (mix method). Quantitative approaches to this research are

    used to answer the objectives of the effectiveness of the KRPL program. While the

    qualitative approach is used to answer the objectives of the impact of the program

    KRPL. This study used the census method, where the entire population or members

    of KWT Pertiwi were used as research subjects or samples. The number of members

    and administrators of KWT Pertiwi is 21 people. Therefore, the respondents or

    informants who made the object of this study are all members of KWT Pertiwi which

    amounted to 21 people and 5 key informants. Analytical techniques to answer the

    first goal is an analysis based on opinions and thoughts obtained from interviews with

    questionnaire instruments and presented in the form of desktiptif as a result of

    categorization using Likert scale. To analyze the effectiveness of the program, then

  • iv

    used a simple statistical method by dividing the realization value of the program

    activity with the target value or goal to be achieved. While the analytical techniques

    to answer the purpose of research on the impact of the program using data reduction

    techniques, data presentation, and conclusion.

    The results of this research indicate that the empowerment of KWT Pertiwi

    through the KRPL program has been running quite effectively. This is evidenced by

    the percentage of effectiveness that has a value of 76.34%. The percentage of these

    values is the result of analysis through various indicators, namely program

    socialization, member participation, target accuracy, program implementation,

    program monitoring, and satisfaction of KWT Pertiwi members to the KRPL

    Program. In addition, the results of research also showed that the KRPL program

    implemented by KWT Pertiwi has some positive impacts on sustainable agriculture

    which has three pillars, that is not environmentally destructive, socially and culturally

    appropriate to society, and economically feasible. The program has a good impact on

    the environment and social condition of KWT Pertiwi. However, the KRPL program

    has not significantly affected the economic condition of KWT Pertiwi.

    Based on the results of these research, researchers suggest that KWT Pertiwi

    members should be more active in every activity undertaken. Both when there is

    counseling in theory, as well as in practice directly in the greenhouse, and if there is

    an unintelligible explanation, you should immediately be asked to the extension

    agent. For extension officers, it is better to monitor the activities of the KRPL

    Program further upgraded, at least once a week. Because the results showed that there

    are constraints during the plant maintenance process. In addition, KWT Pertiwi

    should implement a consistent organic farming system. Because the organic farming

    system will have a very good impact on the environmental, social, and economic

    conditions of farmers if applied in the long term and continuously.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-

    Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Adapun judul dari

    penelitian ini adalah “Evektivitas Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani “Pertiwi”

    dalam Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan melalui Program Kawasan Rumah

    Pangan Lestari di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang”. Penelitian ini

    merupakan kewajiban setiap mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

    Universitas Brawijaya dalam rangka menyelesaikan studi tahap sarjana (S-1).

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Program KRPL serta

    menganalisis dampak Program KRPL terhadap Pertanian Berkelanjutan. Penelitian

    skripsi ini merupakan proses belajar yang dilakukan oleh penulis supaya penulis

    dapat mengenal, mempelajari, dan menganalisis fakta-fakta mengenai

    penyelenggaraan program pemberdayaan masyarakat, yang kemudian disajikan

    dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi.

    Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh

    karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi

    perbaikan penelitian ini. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan

    yang dipandang cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini

    dapat berguna dan memberikan manfaat bagi para akademisi dan pihak-pihak yang

    berkepentingan.

    Malang, Juli 2017

    Irfan Fahrizza

  • vi

    RIWAYAT HIDUP

    Peneliti dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1995 di Kabupaten Serang Propinsi

    Banten. Peneliti merupakan anak ke-tiga dari empat bersaudara. Peneliti memulai

    pendidikan formalnya dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Anyar, kemudian peneliti

    melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri

    (SMPN) 1 Anyar sejak tahun 2007 hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 hingga 2013,

    peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

    1 Anyar. Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang

    Strata-1 (S-1) di Universitas Brawijaya Malang, Fakultas Pertanian, Program Studi

    Agribisnis. Peneliti diterima oleh Universitas Brawijaya melalui jalur Seleksi

    Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

  • vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN ....................................................................................................... i

    SUMMARY .......................................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

    RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

    I. PENDAHULUAN .........................................................................................

    Error! Bookmark not defined.

    1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.3 Batasan Masalah ............................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian .........................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined.

    II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

    Error! Bookmark not defined.

    2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ..........................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.2 Efektivitas ......................................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengertian Efektivitas ........................................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.2.2 Konsep Efektivitas................................................................................ Error! Bookmark not defined.

    2.3 Pertanian Berkelanjutan .................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined.

  • viii

    2.3.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan ..................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.3.2 Konsep Pertanian Berkelanjutan .......................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.3.3 Ciri-ciri Pertanian Berkelanjutan .......................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.4 Pemberdayaan ................................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Konsep Pemberdayaan ......................................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.5 Kawasan Rumah Pangan Lestari ...................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.5.1 Prinsip dan Tujuan KRPL .................................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.5.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Program KRPL .................................... Error! Bookmark not defined.

    2.6 Kelompok Wanita Tani .................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.7 Tinjauan tentang Metode Penelitian ..............................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.7.1 Teknik Analisis Data Kuantitatif .......................................................... Error! Bookmark not defined.

    2.7.2 Teknik Analisis Data Kualitatif ............................................................ Error! Bookmark not defined.

    III. KERANGKA TEORITIS ..............................................................................

    Error! Bookmark not defined.

    3.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Definisi Operasional ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

    3.2.2 Pengukuran Variabel ............................................................................ Error! Bookmark not defined.

    IV. METODE PENELITIAN ..............................................................................

    Error! Bookmark not defined.

    4.1 Pendekatan Penelitian ....................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.3 Teknik Penentuan Informan ..........................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.5 Teknik Analisis Data .....................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 4.5.1 Analisis Efektivitas Pemberdayaan KWT melalui Program KRPL ..... Error! Bookmark not defined.

    4.5.2 Analisis Dampak Pemberdayaan KWT ................................................ Error! Bookmark not defined.

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

    Error! Bookmark not defined.

  • ix

    5.1 Gambaran Umum ..........................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.2 Karakteristik Informan ..................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.3 Efektivitas Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Pertiwi melalui Program

    KRPL .............................................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.3.1 Sosialisasi Program KRPL ................................................................... Error! Bookmark not defined.

    5.3.2 Keikutsertaan Anggota KWT Pertiwi dalam Program KRPL .............. Error! Bookmark not defined.

    5.3.3 Ketepatan Sasaran Program KRPL ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    5.3.4 Pelaksanaan Program KRPL ................................................................ Error! Bookmark not defined.

    5.3.5 Pemantauan Program KRPL................................................................. Error! Bookmark not defined.

    5.3.6 Kepuasan Anggota KWT Pertiwi terhadap pelaksanaan Program

    KRPL .................................................................................................... Error! Bookmark not defined.

    5.3.7 Efektivitas Program KRPL secara Keseluruhan ................................... Error! Bookmark not defined.

    5.4 Dampak Pemberdayaan KWT Pertiwi melalui Program KRPL terhadap Pertanian Berkelanjutan .................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 5.4.1 Dampak Lingkungan ............................................................................ Error! Bookmark not defined.

    5.4.2 Dampak Sosial ...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

    5.4.3 Dampak Ekonomi ................................................................................. Error! Bookmark not defined.

    VI. PENUTUP .....................................................................................................

    Error! Bookmark not defined.

    6.1 Kesimpulan ....................................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined. 6.2 Saran ..............................................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

    Error! Bookmark not defined.

    LAMPIRAN ..........................................................................................................

    Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Klasifikasi Efektivitas .....................................................................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

  • x

    2. Standar Pengklasifikasian Tingkat Efektivitas Program KRPL .....................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    3. Indikator Dampak Program KRPL terhadap Pertanian Berkelanjutan ...........

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    4. Persentase Karakteristik Informan ..................................................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    5. Persentase Keberhasilan Sosialisasi Program KRPL ......................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    6. Persentase Keikutsertaan Anggota KWT Pertiwi dalam Program KRPL ......

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    7. Persentase Ketepatan Sasaran Program KRPL ...............................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    8. Persentase Pelaksanaan Program KRPL .........................................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    9. Persentase Pemantauan Program KRPL .........................................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    10. Persentase Kepuasan Pelaksanaan Program KRPL ........................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    11. Interpretasi Efektivitas Program KRPL secara Keseluruhan ..........................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

    12. Dampak Program KRPL .................................................................................

    ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Konsep Efektivitas.........................................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined.

    2. Pilar Pertanian Berkelanjutan ........................................................................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined.

    3. Kerangka Pemikiran Efetivitas Pemberdayaan KWT “Pertiwi” ...................

    ................................................................... Error! Bookmark not defined.

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Profil Sampel ................................................................................................. 77

    2. Data Skoring .................................................................................................. 79

    3. Kuisioner Penelitian....................................................................................... 84

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pemberdayaan masyarakat sangat penting dilakukan demi tercapainya

    kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menjadikan masyarakat

    tersebut tidak bergantung pada orang lain atau mandiri dengan mengembangkan

    potensi yang dimilikinya. Pemerintah terus melakukan pemberdayaan diberbagai

    sektor demi kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu sektor yang berperan penting

    untuk mencapai kesejahteraan tersebut adalah sektor pertanian. Pemberdayaan

    masyarakat pada sektor pertanian telah dimulai sejak masa orde baru, yaitu melalui

    Program Revolusi Hijau. Berkat dari Revolusi Hijau, produksi beras Indonesia

    meningkat 289% (hampir 4 kali lipat) dalam 30 tahun (Poerwanto et al, 2012).

    Peningkatan produksi tersebut membuat Indonesia berhasil melakukan swasembada

    beras pada tahun 1984.

    Kesuksesan Revolusi Hijau ternyata memiliki dampak negatif yang hingga

    kini masih dirasakan. Revolusi Hijau yang selalu menekankan peningkatan produksi

    dan kesejahteraan petani, ternyata bersifat tidak ramah lingkungan dan kurang

    memperhatikan martabat petani. Suhendang (2012) menyebutkan bahwa dampak

    negatif dari Revolusi Hijau diantaranya adalah berupa degradasi lingkungan sebagai

    akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan, menurunnya

    keanekaragaman hayati akibat hilangnya berbagai varietas lokal, serta patahnya

    berbagai ketahanan genetik terhadap hama dan penyakit.

    Selain berdampak buruk pada lingkungan, Revolusi Hijau juga

    mengakibatkan kesenjangan sosial semakin tinggi. Petani yang memiliki modal besar

    akan semakin kaya, sedangkan petani yang memiliki modal kecil akan semakin

    miskin. Revolusi hijau yang lebih menekankan pada input mengakibatkan petani

    yang kurang memiliki modal mengalami kesulitan untuk menerapkan sistem

    pertaniannya. Teknik budidaya pada masa Revolusi Hijau hanya mampu diterapkan

    oleh kelompok petani dengan pendapatan tinggi, karena mereka mampu menyediakan

  • 2

    input agar mendapatkan produktivitas yang tinggi dari varietas unggul baru yang

    diintroduksikan.

    Revolusi hijau juga berdampak negatif terhadap keadaan sosial masyarakat.

    Fakih (1992) mengemukakan bahwa sistem “rembung desa” dan tradisi “gotong

    royong” di Jawa, misalnya, yang secara tradisional menjadi sarana bagi petani untuk

    mengekspresikan gagasannya dihancurkan secara sistematik dengan menciptakan

    sistem kekuasaan negara melalui Undang Undang Pemerintahan Desa yang

    dipaksakan di desa-desa di Indonesia. Tradisi gotong royong yang telah tertanam

    dalam budaya lokal telah berubah menuju individualis dan komersil. Selain

    memusnahkan bibit-bibit lokal, memudarkan budaya, dan mengabaikan pengetahuan

    lokal, Revolusi Hijau juga menggeser peran wanita tani dalam sektor pertanian.

    Teknologi yang dikembangkan tidak berpihak kepada kaum wanita tani.

    Upaya pemerintah untuk memperbaiki dampak negatif dari Program Revolusi

    Hijau terus dilakukan. Pemerintah telah menyusun program pemberdayaan untuk

    membentuk sistem pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) dengan

    mengedepankan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat. Program

    tersebut adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Sasaran dari program ini

    adalah kaum perempuan melalui kelompok wanita tani. Menurut Hubies (2012), di

    Indonesia, 54% tenaga kerja perempuan bekerja di sektor pertanian, mulai dari

    penyiapan benih sampai panen dan pascapanen (penyimpanan, pengepakan,

    pengolahan, dan pemasaran). Meskipun persentase angkatan kerja perempuan dalam

    sektor pertanian cukup besar, mereka kurang memiliki akses terhadap pendidikan dan

    pelatihan serta finansial dalam bidang pertanian. Melalui program KRPL, pemerintah

    berusaha untuk memberikan akses tersebut bagi kaum perempuan untuk

    meningkatkan produktivitasnya. Petunjuk Pelaksanaan Sinergi Program Kawasan

    Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Sistem Delivery Benih (2014) menyebutkan

    bahwa prinsip utama pengembangan KRPL adalah mendukung upaya: (1) Ketahanan

    dan kemandirian pangan keluarga, (2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya

    lokal, (3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, (4) Peningkatan

    kesejahteraan keluarga.

  • 3

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, khususnya di

    Kabupaten Malang telah menerapkan program KRPL sejak tahun 2012. Salah satu

    desa yang sedang menerapkan program KRPL adalah Desa Kucur, Kecamatan Dau,

    Kabupaten Malang. Program KRPL di Desa Kucur diimplementasikan pada

    Kelompok Wanita Tani “Pertiwi” dengan didampingi oleh penyuluh. Meskipun

    Program KRPL di Kabupaten Malang telah dimulai sejak tahun 2012, namun KWT

    Pertiwi baru mulai menerapkan program tersebut pada tahun 2016. Oleh karena itu,

    program pemberdayaan tersebut masih dalam tahap penyadaran. Sehingga Program

    KRPL yang dijalankan pada KWT Pertiwi saat ini belum berorientasi pada

    kesejahteraan masyarakat, melainkan masih pada tahap penyadaran akan pentingnya

    sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Langkah awal untuk

    mewujudkan hal itu, KWT Pertiwi mendirikian sebuah greenhouse untuk dijadikan

    kebun percontohan sebagai sarana belajar bagi anggota kelompok. Hal tersebut

    merupakan sebuah langkah yang berbeda dan cukup kreatif dibandingkan KWT lain

    yang ada di Kabupaten Malang. Mayoritas KWT yang ada di Kabupaten Malang

    menerapkan Program KRPL langsung berorientasi pada produktivitas, sehingga

    ketika mereka mengalami kegagalan tanam, maka mereka tidak memiliki dana atau

    modal untuk melanjutkan Program KRPL. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas pemberdayaan kelompok

    wanita tani melalui program KRPL terhadap pertanian berkelanjutan di Desa Kucur

    Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

    Penelitian mengenai Program KRPL sebelumnya telah banyak dilakukan.

    Penelitian yang banyak dilakukan biasanya lebih mengkaji terkait dampak Program

    KRPL terhadap pendapatan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Zahro

    (2012), ia meneliti tentang persepsi masyarakat mengenai Program KRPL serta

    menganalisis biaya dan manfaat Program KRPL bagi masyarakat di Desa Banjarsari,

    Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Selain itu, Widayanti (2015) melakukan

    penelitian terhadap Program KRPL di Kabupaten Bogor dengan menganalisis kinerja

    Program KRPL berdasarkan perspektif keuangan. Walaupun Program KRPL telah

    banyak diteliti, namun belum banyak peneliti yang mengkaji tentang efektivitas

  • 4

    Program KRPL serta dampaknya terhadap pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu,

    peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam terkait efektivitas Program

    KRPL serta dampaknya terhadap pertanian berkelanjutan.

    Penelitian mengenai efektivitas dan dampak dari Program KRPL terhadap

    pertanian berkelanjutan penting untuk dilakukan, karena Program KRPL dapat terus

    dilaksanakan apabila berjalan dengan efektif dan memiliki dampak positif terhadap

    pertanian berkelanjutan. Oleh karenanya penelitian ini perlu dilakukan untuk

    mengkaji efektivitas Program KRPL lebih dalam. Hasil dari penelitian ini diharapkan

    dapat meningkatkan kesadaran masyarkat khususnya Kelompok Wanita tani

    “Pertiwi” di Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang mengenai pentingnya

    sistem pertanian yang ramah lingkungan sehingga mampu menerapkan pertaninan

    berkelanjutan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rendahnya kesadaran masyarakat tani terhadap sistem pertanian yang ramah

    lingkungan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan.

    Petani yang tetap menerapkan sistem pertanian konvensional terus meningkatkan

    input kimia untuk mempertahankan produktivitasnya yang semakin turun. Hal

    tersebut tidak lain karena dampak negatif dari input kimia yang digunakan secara

    terus-menurus dan dalam jangka waktu yang lama sehingga menurunkan kesuburan

    lahan.

    Salah satu desa yang masih menerapkan sistem pertanian konvensional adalah

    Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Sistem pertanian konvensional yang

    tidak ramah lingkungan sudah seharusnya ditinggalkan oleh petani. Pemerintah terus

    berupaya untuk menggantingkan sistem pertanian konvensional tersebut dengan

    sistem pertanian yang ramah lingkungan. Pemberdayaan masyarakat tani menjadi

    salah satu bentuk nyata yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan

    kesadaran petani akan pentingnya sistem pertanian yang ramah lingkungan. Salah

    satu model pemberdayaan yang sedang diterapkan oleh pemerintah adalah program

    Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program KRPL diterapkan dengan

  • 5

    memanfaatkan pekarangan atau ruang terbuka yang mampu memenuhi syarat tumbuh

    tanaman. Prinsip utama dari program KRPL adalah pertanian yang ramah lingkungan,

    sehingga tidak hanya berdampak terhadap perekonomian masyarakat, namun

    berpengaruh juga terhadap keadaan sosial dan lingkungan masyarakat.

    Kelompok Wanita Tani (KWT) Pertiwi merupakan salah satu kelompok yang

    menerapkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Desa Kucur,

    Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Program KRPL yang diterapkan oleh KWT

    Pertiwi memiliki keunikan tersendiri, karena dana bantuan yang diberikan oleh

    pemerintah digunakan untuk kepentingan kelompok, bukan kepentingan individu

    anggota. Dana bantuan tersebut digunakan untuk membangun sebuah greenhouse

    yang dijadikan kebun percontohan sebagai sarana belajar anggota kelompok dalam

    menerapkan sistem pertanian organik. Selain sebagai sarana belajar bersama,

    greenhouse tersebut tetap dimanfaatkan untuk meperoleh keuntungan secara ekonomi

    melalui budidaya tanaman. Hal tersebut dilakukan agar dana bantuan yang telah

    diberikan tetap berputar sehingga kas kelompok tetap tersedia.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian

    sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah tingkat efektivitas pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi

    melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari?

    2. Bagaimanakah dampak pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi terhadap

    pertanian berkelanjutan?

    1.3 Batasan Masalah

    Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah untuk memfokuskan tujuan

    yang telah dirumuskan, yaitu sebagai berikut:

    1. Penilaian efektivitas dilakukan berdasarkan pendampingan BPP Kecamatan Dau

    terhadap KWT Pertiwi sejak dijalankannya program KRPL hingga saat ini.

    2. Penelitian ini menganalisis efektivitas pemberdayaan KWT Pertiwi dalam

    mewujudkan pertanian berkelanjutan serta dampak program tersebut sejak

  • 6

    dibangunnya sarana greenhouse. Sehingga penelitian ini tidak berfokus pada

    ketahanan pangan keluarga.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Berkaitan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

    adalah:

    1. Menganalisis efektivitas dari pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi melalui

    Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

    2. Menganalisis dampak pemberdayaan kelompok wanita tani Pertiwi terhadap

    pertanian berkelanjutan.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang didapatkan dengan adanya penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Bagi KWT, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi bahan evaluasi internal dan

    eksternal lembaga/organisasi terkait kondisi KWT saat ini dan menentukan

    strategi yang sesuai dengan kebutuhan KWT.

    2. Bagi pihak luar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan gagasan

    dan informasi yang berkaitan dengan hasil penelitian ini untuk melakukan

    penelitian selanjutnya.

    3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan

    yang telah diperoleh di masa perkuliahan.

  • 7

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

    Peneliti telah melakukan analisis terhadap beberapa hasil penelitian lain yang

    memiliki keterkaitan dengan topik yang diangkat peneliti. Analisis tersebut

    bermanfaat sebagai dasar atau acuan untuk mencari perbedaan lain dalam

    merumuskan pertanyaan penelitian serta membandingkan metode analisis yang

    digunakan. Selanjutnya hal tersebut dapat dijadikan sebagai alasan untuk mengetahui

    perlu atau tidaknya penelitian ini dilakukan. Penelitian terdahulu yang dijadikan

    tinjauan dalam penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan Widayanti

    (2015), Caesarion et al (2013), dan Permana (2012) mengenai Program Kawasan

    Rumah Pangan Lestari (KRPL) serta efektivitas dari suatu program pemberdayaan.

    Penelitian mengenai Program KRPL telah banyak dilakukan, namun belum

    banyak yang mengkaji terkait efektivtias Program KRPL serta dampaknya terhadap

    pertanian berkelanjutan. Salah satu penelitian yang terkait Program KRPL adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2015) yang meneliti tentang Evaluasi

    Kinerja Model Kawasan Rumah Pangan Lestari pada Balai Besar Pengkajian dan

    Pengembangan Teknologi Pertanian Melalui Pendekatan Balance Scorecard.

    Penelitian tersebut dilakukan untuk; (1) menilai dan meninjau evaluasi kinerja yang

    diterapkan pada Program KRPL selama ini, (2) mengetahui kinerja Program m-KRPL

    berdasarkan konsep Balance Scorecard yang meliputi perspektif keuangan, perspektif

    pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam analisis

    datanya. Pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptif evaluatif berdasarkan

    empat perspektif pengukuran kinerja dalam Balance Scorecard. Sedangkan

    pendekatan kuantitatif menggunakan metode Pairid Comparasion. Hasil penelitian

    menunjukan bahwa program m-KRPL berdampak positif bagi masyarakat dimana

    mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga, menghemat pengeluaran tumah

    tangga, dan memenuhi kebutuhan pangan harian rumah tangga. Hasil lain

    menunjukan kinerja KRPL berdasarkan perspektif dan proses bisnis masing-masing

  • 8

    memiliki nilai sebesar 30,56%. Sedangkan dilihat dari perspektif pertumbuhan dan

    pembelajaran nilainya hanya sebesar 22,22% dan nilai terendah berasal dari

    perspektif keuangan yaitu 16,67%.

    Selain itu, Caesarion et al (2013) melakukan penelitian mengenai Efektivitas

    Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Lampung

    Selatan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis efektivitas kinerja

    usaha kecil setelah adanya penyaluran bantuan permodalan melalui Program PUAP.

    Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan metode uji kesahihan, uji

    keandalan, pengujian hipotesis, pengujian secara simultan, pengujian secara parsial,

    dan pengujian koefisien determinasi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa

    kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan usaha tani, pengembangan

    agribisnis perdesaan, pengembangan keuangan mikro, serta penilaian terhadap

    pendampingan memberikan pengaruh nyata secara simultan terhadap kinerja usaha

    tani di Kabupaten Lampung Selatan 64,8% dan sisanya (35,2%) dipengaruhi oleh

    faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

    Pada tahun 2012, Permana melakukan sebuah penelitian tentang Efektivitas

    Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan

    Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang

    Jawa Barat). Tujuan dari penelitian tersebut adalah; (1) menganalisis efektivitas

    komunikasi Program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa

    Barat, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal

    dengan efektivitas komunikasi Program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan

    Ciampel Karawang Jawa Barat, (3) menganalisis hubungan antara efektivitas

    komunikasi Program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari

    Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan analisis

    statistik deskriptif dan statistik inferensial. Pendekatan statistik inferensial digunakan

    untuk menganalisis keterkaitan peubah-peubah yang diduga terjadinya efektivitas

    komunikasi, juga untuk melihat hubungan antar peubah-peubah bebas, peubah antara

    dan peubah terikat, yang diuji secara statistik non-parametrik dengan menggunakan

    korelasi rank Spearman. Data diolah dengan menggunakan program komputer

  • 9

    perangkat lunak (software) Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 19.0.

    Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa program optimalisasi lahan pekarangan

    yang dilaksanakan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat

    berlangsung cukup efektif pada tataran kognitif, afektif, dan konatif. Hal ini

    dibuktikan bahwa sebagian peserta program KRPL dapat memahami informasi yang

    mereka dapatkan dari penyuluh tentang program tersebut, mereka juga ingin

    menerapkan program optimalisasi lahan pekarangan ini, serta mereka juga

    menjalankan program Kementerian Pertanian ini agar mampu mengoptimalkan lahan

    pekarangan yang mereka miliki. Karakteristik individu yang berhubungan nyata

    positif dengan efektivitas komunikasi adalah pendidikan dan luas lahan. Faktor

    eksternal yang berhubungan nyata positif dengan efektivitas komunikasi adalah akses

    informasi, kebijakan publik, dan intensitas penyuluhan. Efektivitas komunikasi

    (kognitif, afektif, konatif) program KRPL yang berhubungan nyata dengan

    optimalisasi lahan pekarangan adalah optimalisasi pemanfaatan pekarangan.

    Berdasarkan tinjauan dari ketiga penelitian terdahulu tersebut, ditemukan

    beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

    Penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2015) dan Permana (2012) memiliki

    persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu meneliti tentang

    Program KRPL. Namun tujuan yang hendak diteliti oleh peneliti memiliki perbedaan.

    Penelitian Widayanti (2015) mengkaji tentang kinerja Program KRPL dengan konsep

    Balance Scorecard di Kabupaten Bogor dan penelitian Permana (2015) mengkaji

    tentang hubungan antara efektivitas komunikasi Program KRPL dengan optimalisasi

    lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat.

    Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengkaji tentang efektivitas

    Program KRPL terhadap pertanian berkelanjutan di Desa Kucur Kecamatan Dau

    Kabupaten Malang Jawa Timur. Selain itu, Caesarion, Pandjaitan, dan Syamsun

    (2013) melakukan penelitian tentang efektivitas Program PUAP di Kabupatan

    Lampung Selatan. Penelitian yang dilakukan oleh Caesarion, Pandjaitan, dan

    Syamsun (2013) memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

    yaitu mengkaji tentang efektivitas sebuah program pemberdayaan. Namun program

  • 10

    pemberdayaan tersebut berbeda dengan program yang diteliti oleh peneliti. Metode

    analisis dari ketiga penelitian terdahulu tersebut berbeda dengan metode analisis yang

    digunakan oleh peneliti. Widayanti (2015) menggunakan metode Pairid

    Comparasion untuk mengukur kinerja Program KRPL dengan konsep Balance

    Scorecard. Permana (2012) menggunakan metode statistik inferensial untuk

    mengukur hubungan antara efektivitas komunikasi Program KRPL dengan

    optimalisasi lahan pekarangan. Caesarion et al (2013) menggunakan metode uji

    kesahihan, uji keandalan, pengujian hipotesis, pengujian secara simultan, pengujian

    secara parsial, dan pengujian koefisien determinasi untuk menguji efektivitas kinerja

    Program PUAP. Sedangkan peneliti dalam meneliti tingkat efektivitas Program

    KRPL menggunakan skala likert untuk mengkategorikan data yang kemudian

    dianalisis berdasarkan konsep efektivitas. Kemudian untuk mengetahui dampaknya

    terhadap pertanian berkelanjutan, peneliti menggunakan metode Miles and

    Huberman. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai gap penelitian, karena peneliti

    melakukan sebuah penelitian yang berbeda dengan penelitian yang sudah pernah

    dilakukan.

    2.2 Efektivitas

    2.2.1 Pengertian Efektivitas

    Setiap program pasti memiliki sebuah tujuan, karena pada hakikaktnya

    program tersebut dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari sebuah

    program dapat kita ketahui tercapai atau tidaknya dengan menganalisis

    efektivitasnya. Definisi mengenai efektivitas itu sendiri sangat beragam. Para ahli

    mendefinisikan efektivias dengan persepsi yang berbeda-beda tergantung pendekatan

    mereka masing-masing. Sejalan dengan pendapat Steers (1980) yang menyatakan

    bahwa pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang,

    bergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi seorang ahli ekonomi,

    efektivitas adalah keuntungan atau laba investasi. Bagi seorang manajer produksi,

    efektivitas seringkali berarti kuantitas atau kualitas output barang atau jasa.

  • 11

    Menurut Handoko (2003), efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih

    tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan. Faktor penentu dari tercapainya suatu tujuan adalah ketepatan dalam

    memilih langkah-langkah dalam menjalankannya. Drucker (1982) berpendapat bahwa

    efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things),

    sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing things right).

    Kedua pernyataan Drucker tersebut tampak sama, namun memiliki perbedaan makna.

    Efsiensi itu sendiri diterjemahkan sebagai daya guna, sedangkan efektivitas

    diterjemahkan sebagai hasil guna. Efektivitas (hasil guna) dtekankan pada efeknya,

    hasilnya, dan tanpa atau kurang memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan

    untuk memperoleh hasil tersebut (Syamsi, 1983). Selain itu, Siagian (2005)

    berpendapat bahwa, berbicara mengenai efektivitas, maka yang menjadi sorot

    perhatiannya adalah tercapainya sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya

    dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk

    melakukan berbagai kegiatan.

    2.2.2 Konsep Efektivitas

    Menurut Gibson et al (1996), kita dapat berpikir mengenai efektivitas melalui

    tiga pendekatan, yaitu pendekatan tujuan, pendekatan teori sistem, dan pendekatan

    multiple constituency. Pendekatan menurut tujuan menekankan pada pentingnya

    pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. Sedangkat pendekatan

    menurut teori sistem menekankan pada pentingnya adaptasi terhadap tuntutan ekstern

    sebagai kriteria penilaian keefektifan. Teori sistem juga mengidentifikasikan

    pencapaian keseimbangan antara beberapa bagian sistem dimana organisasi menjadi

    bagiannya. Dalam praktik dan penjelasan yang lebih konkrit, pendekatan multiple

    constituency dapat memberikan keseimbangan di antara beberapa bagian sistem

    dengan memberi kepuasan pada bagian-bagian organisasi (individual dan kelompok

    individu yang mempunyai peran dalam organisasi). Satu studi baru dari teori multiple

    constituency menyarankan perlunya mengintegrasikan sistem dan pendekatan tujuan

    untuk mencapai efektivitas.

  • 12

    Pendekatan teori sistem yang dikemukakan oleh Gibson et al (1996)

    menyimpulkan bahwa: (i) kriteria keefektivan harus mencerminkan keseluruhan

    siklus masukan-proses-keluaran, tidak hanya keluaran, dan (ii) kriteria keefektivan

    harus mencerminkan hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan

    sekelilingnya. Kriteria keefektivan tersebut disajikan pada gambar 1.

    Gambar 1. Konsep efektivitas

    Sumber: Gibson et al, 1996

    Dalam teori sistem, organisasi dianggap sebagai satu elemen dari sejumlah

    elemen yang saling bergantung. Arus masukan dan keluaran adalah titik dasar

    permulaan dalam menggambarkan organisasi. Dalam pengertian yang paling

    sederhana, organisasi mengambil sumber daya masukan dari sistem yang lebih luas

    (lingkungan), sumber daya ini diproses, dan keluar dalam bentuk yang diubah

    (keluaran).

    Berdasarkan pendekatan-pendekatan mengenai keefektivan yang telah

    dikemukakan, Gibson et al (1996) mengelompokan beberapa kriteria umum

    efektivitas organisasi, yaitu:

    a. Produksi, mencerminkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan jumlah dan

    kualitas keluaran yang dibutuhkan lingkungan. Konsep ini ini meniadakan setiap

    pertimbangan efisiensi. Ukuran produksi berhubungan secara langsung dengan

    keluaran yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekanan organisasi bersangkutan.

    b. Efisiensi, perbandingan keluaran terhadap masukan. Efesiensi diukur menurut

    rasio (perbandingan), yang dalam bentuk umum ialah rasio antara keuntungan

    dengan biaya atau waktu yang dipergunakan.

    Input Proses Output

    Lingkungan

  • 13

    c. Kepuasan, menjadi ukuran keberhasilan organisasi memenuhi kebutuhan

    karyawan dan anggotannya. Ukuran kepuasan mencakup sikap anggota,

    perganitian anggota, kehadiran, kelambatan, dan keluhan.

    d. Keadaptasian, tingkat dimana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap

    perubahan internal dan eksternal. Keadaptasian mengacu pada kemampuan

    manajemen merasakan perlunya perubahan dalam lingkungan, termasuk

    perubahan dalam tubuh organisasi sendiri.

    e. Pengembangan, mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan

    kapasitasnya mengahadapi tunutan lingkungan. Usaha-usaha pengembangan yang

    lazim adalah program pelatihan bagi manajerial.

    Menurut Steers (1980), pada dasarnya dikemukakan bahwa cara yang terbaik

    untuk meneliti efektivitas ialah memperhatikan secara serempak tiga buah konsep

    yang saling berhubungan, yaitu sebagai berikut.

    a. Optimasi tujuan

    Kelebihan utama dari ancangan tujuan dalam menilai efektivitas adalah bahwa

    sukses organisasi diukur menurut maksud organisasi dan menurut pertimbangan

    nilai si-penyidik. Penggunaan ancangan optimasi tujuan memungkinkan

    dikenalinya secara jelas bermacam-macam tujuan yang sering bertentangan, di

    samping beberapa hambatan dalam usaha mencapi tujuan. Jadi, efektivitas dinilai

    menurut ukuran beberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang

    layak dicapai. Pemusatan perhatian pada tujuan yang layak dicapai dan optimal,

    kelihatnnya lebih realistis untuk tujuan evaluasi, daripada menggunakan tujuan

    akhir atau tujuan yang diinginkan, sebagai dasar ukuran.

    b. Perspektif sistem

    Dalam perspektif sistem, ancangan tujuan mencakup beberapa tujuan lagi dalam

    suatu kerangka kerja yang dinamis. Tujuan tidak diperlukan sebagai keadaan

    akhir yang statis, tetapi sebagai sesuatu yang dapat berubah dalam perjalanan

    waktu. Lagipula tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat

    mempersembahkan masukan-masukan (faktor-faktor produksi) baru demi

    penentuan tujuan berikutnya.

  • 14

    c. Tekanan pada segi perilaku

    Konsep ini mengintegrasikan tingkat mikro dan makro dari analisis kita dan

    meneliti bagaimana tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat

    menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi. Ancangan terhadap

    studi tentang efektivitas organisasi meliputi tiga perspektif yang saling

    berhubungan mengenai sifat hubungan antara elemen-elemen utama dari sistem

    organisasi, dan bagaimana elemen-elemen tersebut saling mempengaruhi untuk

    mempermudah atau menghambat pencapaian tujuan organisasi yang mungkin

    dicapai (layak).

    Berdasarkan pandangan Steers menurut ketiga konsep tersebut, maka kriteria

    yang paling menonjol dalam pengukuran efektivitas suatu organisasi antara lain:

    a. Evektivitas Keseluruhan, sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas

    pokoknya atau mencapai semua sasarannya.

    b. Kualitas, kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh organisasi.

    c. Produktivitas, kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan

    organisasi.

    d. Kesiagaan, penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa

    organisasi mampu menyelesaikan sesuatu tugas khusus dengan baik jika diminta.

    e. Efisiensi, nisbah yang mencerminkan perbandingan beberapa aspek prestasi unit

    terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.

    f. Laba atau Penghasilan, penghasilan atas penanaman modal yang dipakai untuk

    menjalankan organisasi dilihat dari sudut pandang si pemilik.

    g. Pertumbuhan, penamabahan dalam hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas pabrik,

    harga, penjualan, laba, bagian pasar, dan penemuan-penemuan baru.

    h. Pemanfaatan Lingkungan, batas keberhasilan organisasi berinteraksi dengan

    lingkungannya, memperoleh sumberdaya yang langka dan berharga yang

    diperlukannya untuk operasi yang efektif.

    i. Stabilitas, Pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumberdaya sepanjang waktu,

    khususnya dalam periode-periode sulit.

  • 15

    j. Perputaran atau keluar masuknya pekerja, frekuensi atau jumlah pekerja dan

    keluar atas permintaanya sendiri.

    k. Kemangkiran, frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan.

    l. Kecelakaan, frekuensi-frekuensi dalam pekerjaan yang berakibat kerugian waktu

    untuk turun mesin atau waktu penyembuhan/perbaikan.

    m. Semangat kerja, kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai

    tujuan dan sasaran organisasi termasuk perasaan terikat.

    n. Motivasi, kekuatan kecenderungan seorang individu melibatkan diri dalam

    kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan .

    o. Kepuasan, tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau

    pekerjaannya dalam organisasi.

    p. Penerimaan tujuan organisasi, diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap

    pribadi dan oleh unit-unit dalam organisasi.

    q. Kepaduan – konflik-konflik – kompak, dimensi berkutub dua. Yang dimaksud

    kutub kepaduan adalah fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu

    sama lain, bekerjasama dengan baik, berkomunikasi sepenuhya dan secara

    terbuka, dan mengkoordinasikan usaha kerja mereka. Pada kutub yang lain

    terdapat organisasi penuh pertengkaran baik dalam bentuk kata-kata maupun

    secara fisik, koordinasi yang buruk, dan komunikasi yang tidak efektif.

    r. Keluwesan adaptasi, kemampuan sebuah organisasi untuk mengubah prosedur

    standar operasinya jika lingkungannya berubah, untuk mencegah kebekuan

    terhadap rangsangan lingkungan.

    s. Penilaian oleh pihak luar, penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi oleh

    mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungannya, yaitu pihak-pihak dengan

    siapa organisasi ini behubungan.

    Budiani (2007) menyatakan bahwa kriteria keefektivan suatu program dapat

    dilihat melalui empat variabel berikut:

    a. Tingkat ketepatan sasaran

    b. Sosialisasi mengenai program

    c. Pengetahuan anggota mengenai tujuan

  • 16

    d. Pemantauan dari petugas penyuluh

    2.3 Pertanian Berkelanjutan

    2.3.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan

    Mardikanto (2009) menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan adalah suatu

    filosofi yang berbasis pada tujuan-tujuan manusia dan atas pemahaman terhadap

    dampak jangka panjang dari aktivitas-aktivitas kita atas lingkungan dan spesies-

    spesies lainnya. Filosofi tersebut dapat membimbing kita dalam menerapkan

    pengalaman dan teknologi untuk mewujudkan sistem pertanian yang baik dan

    melindungi sumberdaya. Pertanian berkelanjutan memadukan tiga tujuan yang

    meliputi: pengamanan lingkungan, pertanian yang menguntungkan, dan kesejahteraan

    masyarakat petani (Gold, 1999).

    Menerapkan sistem pertanian berkelanjutan bukan berarti menurunkan

    produktivitas hasil panen. Melainkan meningkatkan kualitas hasil dengan diiringi

    peningkatan kuantitas secara bertahap. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi

    tersebut menggunakan teknologi ramah lingkungan yang tidak merusak sumberdaya.

    Pertanian berkelanjutan adalah suatu pendekatan sistem yang memahami keberlanjutn

    secara mutlak. Sistem ini memahaminya dari sudut pandang yang luas, dari sudut

    pertanian individual, kepada ekosistem lokal, dan masyarakat yang dipengaruhi oleh

    sistem pertanian, baik lokal maupun global. Pendekatan sistem tersebut, memberikan

    kita piranti untuk menggali interkoneksi antara pertanian dan aspek-aspek lain dari

    lingkungan kita (SAREP, 1998). Sistem tersebut mampu menekan kerusakan

    lingkungan, menstabilkan produktivitas, dan meningkatkan perekonomian dalam

    jangka panjang, serta memelihara keadaan sosial antar masyarakat.

    Pertanian berkelanjutan merupakan jalan dari praktek pertanian yang mencari

    optimasi keterampilan (skill) dan teknologi untuk mencapai stabilitas jangka panjang

    dari usahatani, perlindungan terhadap lingkungan, dan keamanan konsumen. Hal itu

    dicapai melalui strategi manajemen yang membantu produsen untuk memilih varietas

    dan silangan (hybrid), perlindungan tanah, praktek budaya, program kesuburan tanah,

    dan program manajemen perlindungan tanaman. Tujuan pertanian berkelanjutan

  • 17

    adalah untuk meminimalisasi dampak lingkungan akibat sistem pertanian

    konvensional. Konversi lingkungan yang menggema adalah bagian integral dari

    upaya untuk mencapai pertanian berkelanjutan (USDA, 1999)

    Pertanian berkelanjutan adalah suatu model dari organisasi sosial ekonomi

    yang berbasis pada visi pembangunan yang merata dan partisipatif, yang menegaskan

    bahwa sumber daya alam dan lingkungan adalah dasar dari aktivitas ekonomi.

    Pertanian akan berkelanjutan manakala memperhatikan ekologi, layak secara

    ekonomi, dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dan sesuai dengan budaya, yang

    berbasis pada pendekatan ilmiah yang holistik. Pertanian berkelanjutan lebih banyak

    melibatkan masyarakat untuk tinggal di lahnnya, menguatkan masyarakat pedesaan

    dan memadukan manusia dengan lingkungannya (Mardikanto, 2009).

    Menurut Susanto (2006) pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis

    agroekologi yang diusulkan diarahkan pada usaha mempertahankan dan

    memperbaiki produksi dengan bertumpu pada pilar: (i) secara ekonomi layak

    (economically feasible) dengan bentuk sistem produksi jangka panjang, (ii)

    penggunaan teknologi yang sepadan (technologically appropriate), (iii) secara

    lingkungan tidak merusak dan berkelanjutan (enviromentally sound and sustainable),

    (iv) secara sosial dan budaya dapat diterima (socially and culturally acceptable).

    Ilustrasi mengenai sistem pertanian berkelanjutan dapat dilihat pada gambar 2.

    Gambar 2.Pilar pertanian berkelanjutan

    Sumber: Susanto, 2006

    Biosfer:

    Keberlanjutan

    Ekologis

    Sosial & Budaya:

    Pembangunan

    Sosial &

    Pemantapan

    Budaya

    Produksi:

    Pembangunan

    Ekonomi

    Pertanian

    Berkelanjutan

  • 18

    2.3.2 Konsep Pertanian Berkelanjutan

    Keberlanjutan merupakan suatu acuan yang selalu diterapkan dalam setiap

    pembangunan saat ini. Keberlanjutan itu sendiri berarti menjaga agar suatu upaya

    terus berlangsung, dan bertahan serta menjaga agar tidak terjadi kemunduran. Dalam

    sektor pertanian, keberlanjutan berarti sebuah upaya agar tetap produktif dan tetap

    mempertahankan sumberdaya tanpa mengakibatkan kerusakan. Menurut Reijntjes, et

    al (1992) menyatakan bahwa konsep pertanian berkelanjutan harus mencakup hal-hal

    berikut ini.

    a. Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumber daya alam

    dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan ditingkatkan.

    Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan

    serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri).

    Sumberdaya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara,

    biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah

    pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa

    diperbarui.

    b. Bisa berlanjut secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bisa cukup

    menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta

    mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan

    biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya

    dalam hal produk usaha tani yang langsung, namun juga dalam hal fungsi seperti

    melestarikan sumber daya alam dan meminimalkan resiko.

    c. Adil, yang berarti bahwa sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian

    rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak

    mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta

    peluang pemasaran terjamin. Semua orang memiliki kesempatan untuk

    berperanserta dalam pengambilan keputusan, baik di lapangan maupun di dalam

    masyarakat. Kerusuhan sosial bisa mengancam sistem sosial secara keseluruhan,

    termasuk sistem pertaniannya.

  • 19

    d. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan, dan

    manusia) dihargai. Martabat dasar semua mahluk hidup dihormati, dan hubungan

    serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar, seperti

    kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa sayang. Integritas budaya

    dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.

    e. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri

    dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya

    pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain. Hal ini

    meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga

    inovasi dalam arti sosial budaya.

    2.3.3 Ciri-ciri Pertanian Berkelanjutan

    Pertanian berkelanjutan merupakan sebuah sistem pertanian yang

    menggabungkan agroteknologi mutakhir ke dalam sistem pertanian yang sesuai

    dengan budaya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui prinsip ramah

    lingkungan. Oleh karena itu, tujuan dari pertanian berkelanjutan tidak hanya

    mengaplikasikan teknologi terbaru saja, namun meningktakan kesejahteraan petani

    dan mempertahankan kondisi lingkungan lestari. Sinukaban (2008) menyatakan

    bahwa ciri-ciri pertanian berkelanjutan adalah sebagai berikut.

    a. Produksi pertanian cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah melanjutkan

    usahanya.

    b. Pendapatan petani yang cukup tinggi sehingga petani dapat mendesain masa

    depan keluarganya dari pendapatan usaha taninya.

    c. Teknologi yang diterapkan, baik teknologi produksi maupun teknologi

    konservasi, adalah teknologi yang dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan

    petani dan diterima oleh petani dengan senang hati sehingga sistem pertanian

    tersebut dapat dan akan diteruskan oleh petani dengan kemampuannya secara

    terus menerus tanpa bantuan dari luar.

    d. Komoditas pertanian yang diusahakan sangat beragam dan sesuai dengan kondisi

    biofisik daerah, dapat diterima oleh petani dan laris di pasar.

  • 20

    e. Laju erosi kecil (minimal), lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi.

    Akibatnya, produktivitas yang cukup tinggi tetap dapat dipertahankan atau

    ditingkatkan secara lestari dan fungsi hidrologis daerah terpelihara dengan baik

    sehingga tidak terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.

    f. Sistem penguasaan atau pemilikan lahan dapat menjamin keamanan investasi

    jangka panjang (longterm investment security) dan menggairahkan petani untuk

    terus berusaha tani.

    g. Meningkatkan lapangan kerja di daerah pedesaan.

    1.4 Pemberdayaan

    Lahirnya konsep pemberdayaan berawal dari tidak berpihaknya sebuah

    program pembangunan terhadap rakyat mayoritas. Menurut Sopandi (2003) yang

    mengemukakan bahwa ide mengenai konsep pemberdayaan berasal dari kerangka

    logika sebagai berikut:

    1. Bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan kekuasaan faktor

    produksi

    2. Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan

    masyarakat pengusaha pinggiran

    3. Kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem

    politik, sistem hukum dan sistem ideologi yang manipulatif untuk memperkuat

    legitimasi

    4. Pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi

    secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat

    berdaya dan masyarakat tunadaya, akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu

    masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai.

    Situasi menguasai dan dikuasai harus mampu kita hilangkan, oleh karena itu perlu

    dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment

    of the powerless). Alur pikir di atas sejalan dengan terminologi pemberdayaan itu

    sendiri atau yang dikenal dengan istilah empowerment yang berawal dari kata daya

    (power). Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat

  • 21

    dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar. Menurut Kartasasmita (1996)

    pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong,

    memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

    berupaya untuk mengembangkannya. Upaya-upaya tersebut diikuti dengan

    memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam

    konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan

    iklim dan suasana yang kondusif. Pekuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan

    menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada

    berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin

    berdaya.

    2.4.1 Konsep Pemberdayaan

    Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk

    meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang sedang dalam kondisi

    tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

    Menurut Djajadiningrat, et al (2003) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat

    merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi

    kemampuan yang mereka miliki. Pemberdayaan selalu terbentuk karena dua

    kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan

    pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.

    Pemberdayaan masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila mengandung

    prinsip pemberdayaan yang berkelanjutan. Djajadiningrat, et al (2003) menjelaskan

    bahwa pemberdayaan masyarakat harus memiliki tiga karakter penting, yaitu berbasis

    masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource

    based), dan berkelanjutan (sustainable). Berbasis masyarakat mengandung pengertian

    bahwa masyarakat bertindak sebagai pelaku atau subjek dalam perencanaan dan

    pelaksanaannya. Berbasis sumber daya setempat adalah penciptaan kegiatan yang

    berbasis sumber daya setempat seperti pertanian, peternakan, kerajinan, dan lain

    sebagainya.

  • 22

    Proses pemberdayaan memiliki tiga tahapan yang harus dilalui untuk

    mencapai kemandirian masyarakat. Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007)

    mengemukakan bahwa proses pemberdayaan terbagi menjadi tiga tahapan, pertama

    adalah penyadaran, kedua adalah pengkapasitasan, dan yang ketiga adalah

    pendayaan. Target sasaran pemberdayaan adalah masarakat yang kurang mampu,

    oleh karena itu pada tahap pertama kita harus memberikan pencerahan dengan

    menyadarkan bahwa mereka memiliki hak untuk mampu dalam menghadapi masalah

    yang dihadapi. Mereka harus diberikan motivasi bahwa mereka mempunyai

    kemampuan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Tahap pengkapasitasan terdiri

    dari tiga jenis, yaitu pengkapasitasan manusia, organisasi, dan sistem nilai.

    Pengkapasitasan manusia dilakukan dengan memberikan pendidikan, pelatihan, dan

    kegiatan lainnya untuk meningkatkan keterampilan individu atau kelompok.

    Pengkapasitasan organisasi dilakukan dengan melakukan restrukturisasi organisasi

    sehingga dapat memunculkan inovasi baru dalam perubahan yang dilakukan.

    Pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan membuat “aturan main” di dalam

    organisasi yang berupa peraturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggotanya.

    Ketiga, tahap penyadaran, pada tahap ini target sasaran diberikan daya atau kekuatan,

    kekuasaan, otoritas atau peluang yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki

    sehingga target sasaran dapat menjalankan kekuasaan yang diberikan dan mampu

    membawa perubahan lebih baik.

    2.5 Kawasan Rumah Pangan Lestari

    Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model

    Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL)” yang merupakan himpunan dari

    Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan

    pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan

    pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,

    pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang

    pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga

    keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi

  • 23

    dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk

    penyelamatan hasil yang melimpah (Kementerian Pertanian, 2011).

    Model KRPL merupakan upaya untuk menuju kecukupan dan kemandirian

    pangan rumah tangga. Pengembangan KRPL juga memiliki tujuan untuk menekan

    biaya pengeluaran rumah tangga dengan cara memenuhi kebutuhannya sehari-hari

    dengan memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki, serta agar mampu

    menghindar dari dampak anomali iklim ekstrim. Model KRPL akan menjadi tumpuan

    untuk mengantisipasi perubahan alih fungsi lahan pertanian dengan keadaan dalam

    pemanfaatan pekarangan.

    Beberapa faktor lain yang mendukung keberlanjutan KRPL adalah

    ketersediaan benih, penanganan pascapanen dan pengolahan, dan pasar bagi produk

    yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan

    Kebun Benih Desa (KBD), pengolahan hasil, dan pemasaran. Selanjutnya untuk

    mewujudkan kemandirian kawasan, maka dilakukan pengaturan pola dan rotasi

    tanaman termasuk sistem integrasi tanaman-ternak. Untuk memenuhi Pola Pangan

    Harapan, diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok

    pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji

    berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lainnya) bagi keluarga.

    Model ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan dan

    kesejahteraan keluarga.

    2.5.1 Prinsip dan Tujuan KRPL

    Pengembangan KRPL merupakan gerakan dari dan untuk masyarakat

    pedesaan mulai tingkat dusun sampai dengan tingkat Rumah Tangga (RT) yang

    bekerjasama dengan ibu-ibu Tim Penggerak PKK mulai tingkat provinsi sampai

    dengan Dasa Wisma dan instansi pemerintah hanya berfungsi sebagai motivator,

    fasilator, dan stabilator terhadap gerakan ini. Rumah Pangan Lestari merupakan

    rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan

    sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan

  • 24

    persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan

    keanekaragamannya.

    Program KRPL yang dikembangkan oleh pemerintah memiliki beberapa

    prinsip dasar. Berikut ini beberapa prinsip dalam Program KRPL:

    a. Ketahanan dan kemandirian pangan rumahtangga

    b. Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal

    c. Konservasi sumberdaya genetik (tanaman, ternak, ikan) untuk masa depan

    d. Peningkatan kesejahteraan rumahtangga dan masyarakat

    e. Pendidikan dan pelatihan

    f. Kesehatan dan gizi masyarakat

    g. Antisipasi perubahan iklim.

    Kementerian Pertanian (2011) menyatakan bahwa tujuan pengembangan

    KRPL yang tercantum dalam Pedoman Umum KRPL adalah:

    a. Meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan

    pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan,

    buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (Toga), pemeliharaan ternak dan ikan,

    pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos.

    b. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari

    dalam suatu kawasan.

    c. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan

    lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

    2.5.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Program KRPL

    Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan Model KRPL,

    dibutuhkan 9 (sembilan) tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam pedoman

    umum model KRPL (Kementerian Pertanian 2011), yaitu:

    a. Persiapan, yaitu pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan

    kelompok sasaran, pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan

    dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, koordinasi dengan Dinas

    Pertanian dan Dinas terkait lainnya di Kabupaten/Kota, memilih pendamping

  • 25

    yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang

    telah ditentukan.

    b. Pembentukan Kelompok, kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok

    rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu

    dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan

    melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok

    dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri.

    Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan

    prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.

    c. Sosialisasi, menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat

    kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan

    sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta

    petugas pelaksana instansi terkait.

    d. Penguatan Kelembagaan Kelompok, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

    kelompok: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2)

    mampu mentaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) mampu

    memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama dalam

    kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu untuk bekerjasama dengan

    aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.

    e. Perencanaan Kegiatan, melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan

    lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat

    keluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal,

    pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta

    pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja

    untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok

    dan dinas instansi terkait.

    f. Pelatihan, dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang

    dilakukan diantaranya teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, Toga,

    teknik budidaya ikan dan ternak, pembenihan dan pembibitan, pengolahan hasil

  • 26

    dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan

    lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan.

    g. Pelaksanaan, kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi

    oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh Penyuluh dan Petani Andalan.

    Secara bertahap, dalam pelaksanaanya menuju pada pencapaian kemandirian

    pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi

    tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa, dan

    peningkatan kesejahteraan.

    h. Pembiayaan, bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah

    daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta dan

    dana lain yang tidak mengikat.

    i. Monitoring dan Evaluasi, dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan

    pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan

    dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat

    juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam

    meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang

    tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari. Model KRPL dilaksanakan

    dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan

    daerah, yang masing-masing bertanggung jawab terhadap sasaran atau

    keberhasilan kegiatan.

    2.6 Kelompok Wanita Tani

    Kegiatan pembangunan khususnya pada sektor pertanian menunjukan peran

    serta semua pihak, terutama para petani dan keluarganya. Salah satu unsur tersebut

    adalah para isteri petani maupun wanita yang mempunyai posisi sebagai kepala

    keluarga dalam masyarakat pedesaan serta pengelola usahatani atau pencari nafkah

    utama dalam keluarganya, atau dapat disebut sebagai wanita tani. Manoppo (2009)

    berpendapat bahwa wanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan

    masyarakat pertanian yang dibagi kedalam dua bagian, yakni wanita tani menurut

  • 27

    statusnya dalam keluarga dan wanita tani menurut fungsinya dalam usahatani.

    Apabila dilihat dari statusnya dalam keluarga, wanita tani terdiri dari :

    a. Kepala keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi; wanita janda (ditinggal suami

    karena bercerai atau meninggal) atau wanita tidak menikah yang hidup mandiri,

    tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga mempunyai tanggungan.

    b. Isteri petani, yaitu wanita yang menjadi isteri petani, hidup satu rumah sebagai

    suami istri yang sah.

    c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur diatas 30 tahun atau

    yang sudah pernah menikah dan tinggal bersama seorang petani (ibu, mertua,

    saudara, ipar, anak, kemenakan, dan lain-lain).

    d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah

    menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan, dan

    lainnya).

    e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur dibawah 16 tahun dan belum

    pernah menikah yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang petani.

    Sementara itu, apabila dilihat dari fungsinya dalam usahatani, wanita tani

    terdiri dari :

    a. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya secara

    mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai:

    1) Kepala keluarga yang hidup atau mencukupi nafkah keluarganya dari

    usahatani.

    2) Isteri petani, seorang suami tidak berfungsi sebagai pencari nafkah utama atau

    bekerja di luar usahatani keluarga.

    3) Wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita yang bertindak

    sebagai pengelola usahatani secara mandiri.

    b. Mitra/pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu pengusaha tani

    dalam keluarganya, tanpa pemberian upah atau pembagian hasil secara ekonomi.

    Mitra usaha petani tersebut berstatus sebagai :

    1) Isteri petani

    2) Wanita dewasa anggota keluarga

  • 28

    3) Pemuda atau taruna tani wanita

    Lebih lanjut, Ramanti (2006) mendefinisikan wanita tani sebagai isteri dari

    petani yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab

    dalam kegiatan usaha tani dan kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha

    peningkatan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, Kelompo