Post on 06-Aug-2015
Drama islami
Naskah 1
KETIKA MAS GAGAH PERGI
Pemain drama “Ketika Mas Gagah Pergi”:
Gita
Mama Gita
Nina teman Gita
Mas Gagah Perwira Pratama, kakak Gita
Nadia, kakak Nina
NARASI
Di suatu keluarga tinggallah seorang ibu yang dipanggil “Mama” oleh kedua anaknya.
Mereka hidup bahagia meski cahaya agama tidak terlalu menghiasi keluarga mereka.
Kelakuan dan penampilan yang kuarang sopan sudah dianggap biasa dan dianggap modern
sesuai dengan lingkungan yang ada di wilayahnya.
Kedua anaknya adalah Mas Gagah dan Gita. Mereka akrab sekali. Sampai penampilan
dan gaya bicara hampir sama dan kompak. Suatu saat Mas Gagah pergi selama 6 bulan ke
salah satu pesantren dan di sana ia mendapatkan hidayah untuk meninggalkan dunia
gelapnya. Ia berubah menjadi pemuda yang sholeh sampai adiknya Gita merasa risih karena
perubahannya. Tak lama kemudian Gita menyadari semuanya setelah diberikan pencerahan
oleh Mas Gagah dan mbak temannya yaitu Nina.
Ulang tahun Gita yang ke 17 membuat ia ingin memberikan kejutan untuk Mas Gagah
yaitu pertama kali mengenakan jilbab karena sebelumnya ia tidak pernah menuruti keinginan
Mas Gagahnya untuk memakai jilbab entah ketika diajak ke pengajian, taklim akbar atau
kegiatan keagamaan lainnya.
Namun pada hari itu juga Mas Gagah sedang berada di luar daerah yaitu Bogor. Lalu
ia mendapat kecelakaan. Hingga akhirnya keluarga Gita terhidayah dan sedih sekali atas
kepergian Mas Gagah atau Mas Ikhwan. Akan tetapi sebelum Mas Gagah pergi untuk
selama-lamanya, Gita sempat memperlihatkan bahwa ia sudah menggunakan jilbab ketika
keadaan Mas Gagah sedang kritis.
Gita : “Ma…. Mas Gagah kemana?” (makan jajan sambil berdiri)
1
Mama : “Mama gak tau masmu kemana, mungkin sedang main dengan teman-
temannya di kampus, tunggu saja ya Git ya. Ehh…. Tapi Gita mau apa cari
masmu?”
Gita : “Aku mau ajak dia ke pesta ultah temanku ma…”
Mama : “Oh, kalau memang mendadak sekali telepon saja masmu !”
Gita : “Nggak ah Ma…. Mungkin Mas Gagah sedang sibuk….”
Mas Gagah : “Mama…. Gita…” (tanpa salam)
Mama : “Itu Mas Gagahmu Git…” (menengok ke arah pintu masuk)
Gita : “(Salaman denagn Mas Gagah) Mas kemana aja sih dari tadi Gita cari
mas…”
Mas Gagah : “Maaf Git, Mas tadi banyak kerjaan oragnisasi ma tugas kampus ynag harus
mas selesaikan. Maaf ya…. Memang ada apa mencari mas?”
Gita : “Gita mau ajak mas ke rumah Nina, dia ultah mas… (muka masam)”
Mas Gagah : “Kalau gitu ayok berangkat kebetulan mask an sudah rapi nih, daripada Gita
masih acak-acakan…! (duduk di sofa)”
Gita : “Ok mas…!”
Mas Gagah : “Kalau gitu mas tunggu di depan ya Git ya…. (berjalan menuju pintu)”
Mama : “Hati-hati ya sayang ya….”
Beberapa menit kemudian Mas Gagah dengan pakaian jins dan baju kaos gaya
preman dan acak-acakan sedang menunggu di depan rumah sementara Gita belum juga keluar
kamar. Penampilan Mas Gagah yang begitu acak-acakan membuat ia semakin lebih keren,
begitu anggapan Gita. Apalagi Mas Gagah memiliki wajah yang sangat tampan dan hamper
semua orang tua di dekat rumahnya menyuruh untuk menikahi anak mereka bahkan para istri
ingin menikah denagn Mas Gagah seandainya jodoh belum mendatang mereka.
Mas Gagah : “Ma…. Panggilin Gita dong, aku capek nih nunggu dia….”
Mama : “Ya sayang…! Gita…. Git…. Git…. Cepetan masmu lelah nunggu tuh….”
Gita : “Ya ma…. Suruh aja tunggu lima menit lagi….”
Setelah beberapa menit kemudian mereka berangkat menuju rumah Nina.
Gita : “Nina…. Bukain pintu dong, aku dah dating nih ma mas Gagahku….”
Nina : “Oh Gita, ya…. Sebentar tunggu ya….” (membuka pintu)
Gita : “(masuk) Kok orang-orang sepi, pada kemana? Memangnya mereka belum
datang ya Nin?”
2
Nina : “Gita yang telat bukan mereka yang tidak datang….”
Gita : “Tuh kan mas? Apa…. Ini gara-gara mas…! Tapi tidak apa-apa, mana
kakakmu Nin katamu mau kenalkan ke masku.”
Nina : “Kakakku sudah balik ke kampusnya sejam yang lalu.”
Gita : “Aduuuh…. Semua rencanaku berantakan.”
Mas Gagah : “Mas juga kan sibuk Git, jadi wajarlah kalau telat, apalagi mas juga tidak tau
sebelumnya, Gita juga tidak ngasi tau kalau ada acara ultah Nina sahabat
dekatmu. Maaf ya Nin kami terlambat datang….”
Nina : “Oh…. Tidak apa-apa kak, aku maklumin kok, beneran tidak apa-apa, santé
aja lagi…. (sambil menyuguhkan makanan)”
Gita : “Kalau gitu aku pualng aja dah ya Nin ya, besok kalau kakakmu pulang kasi
kabar ya, biar aku juga ngajak mas Gagah !”
Nina : “Kok buru-buru sekali sih….”
Gita : “Ya kan ndak ada kakakmu, tujuan utamaku kesini kan mau kenalin
kakakmu dengan mas Gagah.”
Mas Gagah : “Kok gitu sih Git, katanya ke sini mau ultah ternyata ada rencana lain pantes
Gita ngotot nagjak mas….”
Gita : “Nanti kita bicara mas di laur ya, malu dong ntar didengar ma Nina….”
Nina : “Oh…. Tidak apa-apa biasa aja lagi….”
Mas Gagah : “Kalau gitu Nin kami pulan ya…. Dah….”
Gita : “Dah Nina….” (melambai-lambai tangannya)
Setelah sampai rumah Mas Gagah memanggil Gita dengan nada tinggi ketika Gita
beranjak ke kamarnya.
Mas Gagah : “Gita…. Mas mau ngomong sini dong….”
Gita : “Ada apa lagi sih mas?”
Mas Gagah : “Bentar aja Git….”
Gita : “Oh ya mas…. Tunggu Gita ke kamar mandi dulu mas.” (masuk kamar
mandi)
Setelah beberapa saat kemudian Gita keluar dari kamar mandi dan menuju Mas Gagah
yang sedang duduk di kamar tengah.
Gita : “Ada apa mas?”
3
Mas Gagah : “Apa maksudmu tadi ngajak kenalan di ruamh Nina? Mas malu tau, mas juga
bisa kok cari pasangan sendiri, kamu kok gitu sama mas.”
Gita : “Bukan gitu mas, tapi karena aku deket aja ma Nina, ya paling tidak mas bias
kenal ma kakaknya. Tidak ada maksud lain kok….”
Mas Gagah : “Kiraen ada apa Git…. Oya besok mas mau pergi selama 6 bulan ke pondok
pesantren Al-Hikmah, ada urusan organisasi ke sana, Gita baik-baik ya di sini
ma mama.”
Gita : “Hmmm…. Tidak ada temanku dong di sini mas….”
Mas Gagah : “Kan ada mama Git….”
Gita : “ya, tapi maksud Gita tidak ada mas di sini kan ndak rame….”
Mas Gagah : “Ciee…. Sekarang ngaku ya kalau tida ada mas Gita kesepian….”
Gita : “Ya lah mas, ntar tidak ada teman aku karaukean di sini, main gitar, nonton
TV, main badminton dan lainnya.”
Mama mengahmpiri mereka.
Mama : “Hmmm…. Anak-anak mama, jangan sedih gitu dong Gita, masmu pasti
pulang, doakan aja biar selmat dan tugas ke sana lancar.”
Mas Gaagah : “Bener tu Git, Gita kan adik mas yang sangat mas sayangi, jangan sedih ya,
nanti mas tetap kok kirim kabar, kita juga bias saling telepon-teleponan kan?
Apalagi mas juga tidak lama kok di sana, cumin 6 bulan.”
Gita : “Ya, itu bagi mas tidak lama tapi bagi Gita satu hari tidak ketemu mas
rasanya setahun, selain itu kepalaku pusing karena tugas sekolah, apalagi sejak
papa tidak ada…. Jadi tidak ad ayang gantiin posisi papa di sini.”
Mama : “Kan ada mama sayang….”
Gita : “Ya ma….”
Mas Gagah : “Ya…. Gitu dong Git…. Adik mas yang paling cantik dan keren.”
Setelah 6 bulan Mas Gagah pulang dengan penampilan yang snagat berbeda dari
biasanya, hingga mama dan Gita tidak menegnalinya.
Mas Gagah : “Assalamualaikum wr wb…. (mengetuk pintu)”
Gita : “Waalaikumussalam wr wb, siapa?”
Mas Gagah : “Masmu Git….”
Gita : “Masak sih…. Kayaknya bukan deh.” (dalam hati ia berpikir kok tumben
masnya ucap salam kalau masuk rumah)
4
Mas Gagah : “Ayo Adik manis…. Bukakan mas pintu….”
Gita : “Adik manis?”
Mas Gagah : “ya Adik manisnya mas tolong bukain dong? Ma…..”
Mama : “Sayang…. Kamu sudah nyampe ya?”
Mas Gagah : “Ya ma…. Gita tuh tidak mau bukain pintu….”
Gita : “Bukan gitu ma…. Soalnya mas Gagah kok berubah, aku kok dipanggilnya
“Adik manis” sih….” (membuka pintu)
Mas Gagah kini telah berubah. Menjadi terlihat seperti pak ustadz. Gita semakin asing
dnegan perubahan yang terjadi pada Mas Gagahnya.
Gita : “Mas Gagah yang semula ia senang berpakaian acak-acakan dan terlihat
lebih keren. Namun sekarang ia lebih suka memakai kopiah putih dan baju
koko kayak bapak-bapak kolot itu Nin, aku tidak suka lihat masku kayak
gitu….”
Nina : “Itu wajar lah Git…. Berarti masmu sudah dapat hidayah….”
Gita : “Hmmm…. Sebentar dulu apa maksudmu hidayah Nin…?”
Nina : “Hidayah itu petunjuk dari Allah yang membuat seseorang menjadi lebih
baik dan hatinya terbuka untuk kebenaran….”
Gita : “Berarti aku belum dapat hidayah ya….”
Nina : “Ya begitulah Git….”
Gita : “Nin…. Bukan itu aja perubahan Mas Gagah akhir-akhir ini. Ia lebih sering
mengaji dan rajin sholat, denger lagu islami ya sebutannya nasyidlah seperti
kata masku, tapi wah aku bosen dengernya, lebih enak denger lagu rok lebih
semangat, apalagi masku lebih suka denger lagu juang Palestina…. Pernah
masku ajak ke kamarnya, aku tercenagng karena semua foto-foto rocker
terkenal tidak lagi terpamang di sana tapi lebih banyak poster-poster para
pejuang islam…. Mas Gagah sekarang tidak mau salaman dengan teman-
teman perempuanku dan biasnaya kalau ada temennya yang datang pasti dia
kenalin ke aku sekarang beda…. Pokoknya banyak deh Nin….”
Nina : “Ya, kalu itu sih aku anggap wajar-wajar saja lah, mbakku juga gitu kok, dia
kan seorang akhwat….”
Gita : “Apa akhwat itu Nin?”
Nina : “Akhwat itu adalah sebutan wanita-wanita muslimah….”
5
Gita : “Aduuuhh… Aku jadi bingung nih…. Aku merasa asing di rumah sendiri
soalnya masku tidak kayak dulu lagi….”
Nina : “Kalau gitu besok aku ajak kamu ketemu mbakku ya?”
Gita : “Oh…. Ya, itu yang aku maksud, tapi kau kan belum begitu mengerti
Keesokan harinya Nina mempertemukan mbaknya dan Gita.
Gita : “Mbak…. Mbak kenal masku kan?
Nadia : “Ya, meskipun mbak belum pernah melihat wajahnya tapi mbak kenal lewat
Nina, dia banyak cerita masalah Gita dan masnya Gita.
Gita : “Berarti mabk tau dong yang aku ceritakan kemarin ma Nina?”
Nadia : “Tau dong….”
Gita : “Dasar mulut ember….” (kesal)
Nina : “Bukan gitu Git….” (mengagetkan Gita dari belakang)
Gita : “Ya, mbak kira-kira aku bias kayak masku tidak ya? Apalagi sekarang dia
nyuruh aku manggilnya mas ikhwan…. Aneh bangeetttts….”
Nadia : “Bisa kok, Gita dan semua wanita pasti bias….”
Gita : “Dan satu lagi mbak, mas Gagah nyuruh aku pake jilbab, ogah ah, aku kan
cantik, rambutku juga bagus….”
Nadia : “Gita…. Seorang perempuan itu punya aurat, aurat itu adalah bagian tubuh
yang tidak boleh kelihatan, yaitu keculai wajah dan telapak tangan, jadi wajar
Gita disuruh gitu sama masnya. Kalau Gita mau pake jilbab nanti mbak ajarin
gimana pake jilbab yang bener.”
Gita : “Aku malu mbak…. Aku malu kalo pake jilbab ntar aku diketawain sama
mamaku dan teman-temanku.”
Nadia : “Jangan malu…. Malu untuk kebaikan tidak boleh, kalo dibilang sok alim,
bilang aja daripada sok kafir…. Ya kan Git…. Ya kan Nin…?”
Gita dan Nina: “Ya ya….”
Gita pulang dengan perasaan lega dan ingin berubah tidak menjadi wanita urak-
urakan lagi, agar masnya pun bisa bersikap seperti dulu lagi dengannya.
Gita : “Ma…. Aku sudah dapat hidayah lo….”
Mama : “Mama lebih dulu dapet hidayah…. Mama kan lebih dulu pakai jilbab”
6
Gita : “Gimana sih ma…. Kenapa tida ngajak-ngajak tapi akau akan pake jilbab
nanti waktu ulang tahunku yang ke 17, berarti besok ma…. Tapi…. Tolong
rahasiain yak ke mas Gagah ya ma ya….”
Mama : “Siiip….”
Hari ini tepat hari ulang tahunnya yang ke 17, Gita ingin membuat kejutan untuk Mas
Gagahnya, namun sampai jam 10 malam Mas Gagahnya belum pulang juga karena ia sednag
mengisi ngaji di salah satu pesantren di luar daerah. Lalu tiba-tiba ada yang menelpon dari
pihak polisi bahwa Mas Gagahnya tabrakan. Mas Gagah dibawa ke ruang ICU, hingga
kondisinya sangat kritis.
Gita : “Mas…. Ini Gita, adik manisnya mas….”
Gita mendekatkan wajahnya kepada Mas Gagah.
Gita : “Mas…. Gita sudah pakai jilbab sekarang seperti impian mas…. Zikir ya
mas….”
Mas Gagah : “Gi…. Ta….”
Gita : “Gita di sini mas. Semua ada di sini, Gita, mama, Nadia dan Nina.”
Mas Gagah tersenyum.
Gita : “Gita udah pakai jilbab, mas…. Jangan ngomong apa-apa dulu mas masih
sakit.”
Mama : “Gita giliran mama karena dokter meminta harus bergantian dan hanya
sebentar.”
Gita : “Ia ma…. Mas…. Gita keluar dulu ya…. Semoga mas bisa bertahan.”
Tak lama kemudian dari arah kejauhan mama Gita memanggil Gita untuk masuk
kembali. Mas Gagah melafadzkan “Laa ilahaillallah….” Mas Gagah telah kembali pada
Allah. Seuals senyum menghiasinya.
Gita : “Selamat jalan Mas Gagah….”
Ketika sampai di rumah Gita membuka surat dari Mas Gagah untuknya.
“Buat adikku manis Gita Ayu Pratiwi
Semoga memperoleh umur yang berkah,
Dan jadilah muslimah sejati
Yang selalu mengedepankan nurani
7
Agar Allah selalu besertamu
Ingat Islam itu indah…
Islam itu cinta…
Kalau kau tak setuju pada suatu kebaikan,
Yang mungkin kau pahami, kau selalu bisa menghargainya…”
Sun Sayang,
Mas Ikhwan, eh Mas Gagah !
Gita teringat kata-kata sebelum Mas Gagah pergi,
“Mas, Gita akhwat bukan sih?”
“Ya, Insya Allah akhwat!”
“Yang bener?”
“Iya dik manis!”
“Kalau ikhwan itu harus ada jenggotnya ya?”
“Kok nanya gitu”
“Lha…. Mas Gagah ada jenggotnya dikit!’
“Ganteng kan?”
“Uuu ! Eh, Mas, kita kudu jihad ya? Jihad itu apa sih?”
“Ya always dong ! Jihad itu kamu sungguh-sungguh berbuat baik…”
Gita : “Selamat jalan Mas Ikhwan, selamat jalan Mas Gagah…!”
SEKIAN
8
Naskah 2
CAHAYA HIDAYAH ANAK NAKAL
Adapun nama-nama pemain dalam drama ini:
Yang berperan sebagai:
Ayah : Dimang
Ibu : Siti Khalifah
Ahmad : Aswad
Adik : Riska
Tabib : Duwi
Penduduk : Saipul, Adi, Suhail Idul dan Andri.
Teman-teman yang baik Sawal, Aksan, Aldi, Nuzul, dan Irsan,
Teman-teman yang berandalan Romi, Lisman, Dodi, Anca, dan Beleng.
Dikisahkan ada sebuah keluarga yang awalnya hidup dengan damai, tentram dan
sejahtra, akan tetapi lama kelamaan keluarga itu menjadi keluarga yang kacau dan berantakan
karena diakibatkan bapak dari keluarga itu mencintai seorang wanita lain. Pada suatu malam
sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada keluarga itu….
Ibu : (Menyiapkan makanan)
Adik : (Membantu ibu)
Ayah : “Bu...? Ahmad kemana?”
Ibu : “Ga’ tau juga kemana katanya tadi dia mau kerumah temannya.”
Ayah : “Ibu itu bagaimana sih? Anak kemana kamu tidak tau.”
Adik : (Menghidangkan makanan di meja makan)
Ibu : (lalu ibu menyusul menghidangkan makanan di meja makan)
Ayah : (Menggeleng-gelengkan kepala melihat makanan di meja) “Ini lagi….. Ini
lagi tidak ada makanan lain apa?”
Ibu : “Yang adanya cuman itu yah.”
Ayah : “Ahhhh…. Aku sudah bosan dengan makanan ini.” (sambil membanting
makanan yang ada di meja)
Ahmad : (Masuk rumah sambil salam)
Ayah : “Ahmad kamu dari mana?”
Ahmad : “Dari rumah teman pak….”
9
Ayah : “Kamu urusin tu ibu kamu buat makanan saja dia tidak becus!!!” ( lalu
membelakangi mereka)
Ahmad : “Dik ada apa?”
Adik : “Ayah marah sama ibu.”
Ahmad : “Ayah…. Apa yang ayah lakukan terhadap ibu...?”
Ayah : “Ahhhh…. (sambil menampar Ahmad) diam kamu…! (sambil menujuk
Ahmad) kamu itu masih anak kecil tidak tahu urusan keluarga….”
Ibu : “Ayah….! Apa yang kamu lakukan terhadap anak kita? Dia itu masih anak-
anak dia tidak tau apa-apa.”
Ayah : “Diam kamu…! (sambil menampar istri) dasar istri tidak tahu diuntung kalau
begini terus lebih baik kita bercerai saja karena aku sudah muak dengan
keluarga ini.” (sambil melempar kursi).
Akibat pertengkaran kedua orang tuanya yang berujung dengan perceraian membuat
jiwa Ahmad mulai terganggu dan setiap hari Ahmad bisanya cuman merenung rasa-rasanya
dia tidak menerima apa yang terjadi pada keluarganya sehingga nasehat teman-temannya pun
dia tidak mau mendengar.
Teman M : “Assalamu alaikum...?”
Teman M1 : “Hai Ahmad, ada apa? Kelihatannya kamu lagi ada masalah?”
Teman M2 : “Berbagilah cerita kepada kami mungkin kami bisa membantu
menyelesaikan masalahmu!”
Ahmad : “Diam kalian…! Kalian tidak tahu apa-apa...”
Teman M3 : “Kenapa kamu tiba-tiba berubah seperti ini Ahmad.”
Tanpa menghiraukan teman-temannya Ahmad pun meninggalkan mereka dan teman-
temannya pun heran melihat tingkah laku Ahmad yang tiba-tiba berubah. mereka tidak lagi
melihat Ahmad yang dulu yang dikenal sebagai orang yang baik dan disukai banyak orang.
Keesokan harinya Ahmad berjalan-jalan dengan tanpa tujuan tiba-tiba ia berjumpa
dengan anak-anak berandalan yang tidak tau aturan.
Berandalan 1 : “Hay Ahmad…? Kamu mau kemana?”
Ahmad : (diam)
Berandalan 2 : “Jangan diam saja Ahmad…!!! Berbagilah kepada kami!!!”
Berandalan 3 : “Kayanya dia lagi ada masalah bro…” (bertanya kepada berandalan 4)
Berandalan 4 : “Sepertinya begitu”
Berandalan 5 : “Dari pada kita g jelas disini, mending kita pergi bersenang-senang. Kita
berpesta.”
10
Akibat dari hasutan anak-anak berandalan Ahmad pun mulai terpengaruh dengan
mereka dan memasuki dunia mereka yang sukanya hura-hura dan bersenang-senang.
Ahmad : “Minuman apa ini?”
Berandalan 1 : “Minuman itu dapat membuat masalah kamu menjadi hilang.”
Ahmad : (minum)
Berandalan 1 : “Bagaimana? Enak bukan?”
Berandalan 2 : “Gimana ni brow sepertinya minuman kita sudah mulai habis dan uang kita
pun sudah habis.”
Ahmad : “Tenang…tenang aku punya uang yang banyak dirumah… kalian tunggu
disini saja jangan kemana-mana kita berpesta lagi!!!”
Dengan dikuasai minuman keras Ahmad pun pulang kerumah bermaksud ingin
mengambil uang ibunya sesampai di rumah ia mendapatkan ibunya sedang shalat.
Ahmad : “(Masuk kamar) dasar orang tua tolol … (Melihat lemari dan mengambil
uang) ahhh ini pasti cukup ni untuk kembali berpesta…Terima kasih ya orang
tua bego.” (Keluar kamar sambil menendang ibunya)
Ibu : (Tersungkur)
Adik : “Ka…. Kakak mau kemana ?”
Ahmad : “Ahhhhh….. diam kamu kamu urusin tu ibu kamu!!!!”
Dalam perjalanan kembali ke tempat teman-temannya,Ahmad mendapatkan musibah
(kecelakaan) akibat minuman keras yang menguasainya. Dan disisi lain,tepatnya di rumah
Ahmad ia mendapatkan ibunya dan adiknya.
Masyarakat : “Assalamu alaikum….”
Adik : “Walaikum salam…. (Sambil membuka pintu). K’Ahmad (menangis) Ibu…..
Ibu…. Ka’ Ahmad kecelakaan bu….”
Ibu : “Apa…? Kecelakaan…?” (gelas terjatuh)
Adik : “Ia bu…” (Ahmad di bawa masuk)
Ibu : “Ahmad anakku….. Apa yang terjadi padamu nak ?” (menangis)
Adik : “Ibu… sabar bu semua ini adalah cobaan dari Allah.”
Setelah kecelakaan yang dialami oleh Ahmad teman-teman baiknya pun
mendengarkan berita dari orang-orang kampung kalau Ahmad kecelakaan dan mereka pergi
kerumah Ahmad untuk menjenguknya.
Teman M : “Assalamu alaikum…?”
Ibu dan adik : “Waalaikum salam….”
Adik : “(Membuka pintu) silahkan masuk...!”
11
Teman M2 : “Bagaimana keadaan Ahmad bu?”
Ibu : “Keadaannya mulai membaik Nak.”
Teman M4 : “Sabar Ahmad mungkin ini semua cobaan dari Allah buat kamu.”
Teman M5 : “Mudah-mudahan kamu tabah menghadapi ini semua dan Allah tidak akan
memberikan cobaan diluar dari kemampuan ummatnya. Dan mungkin dengan
cobaan ini Allah masih memberikan kamu kesempatan untuk bertaubat.”
Ahmad : “Terima kasih teman-teman kalian memang teman-teman aku yang terbaik.”
Akibat kecelakan yang dialami oleh Ahmad membuat dia sadar, kalau selama ini
perbuatan yang ia lakukan adalah perbuatan yang salah. Terutama kepada ibunya yang kini
sedang sakit-sakitan karena semua urusan keluarga kini dia yang memikirkan dan adiknya.
dan tiba-tiba dari luar rumah terdengar suara teriakan.
Teman B1 : “Ahmad…. Ahmad…. Kamu di mana kami sudah nungguin ni? Ahhhh…
lama (masuk rumah sambil mendombrak pintu) ahhhhh ternyata kalian semua
ada di sisini ngapain? Woee Ahmad bangun…bangun!!!”
Teman B2 : (Mengganggu adik Ahmad)
Teman B3 : (Menggeretak teman M)
Ibu : “Dia sedang sakit Nak.”
Teman B1 : “Katanya dia mau pulang ambil uang untuk berpesta kepada kami…”
(menggeretak ibunya)
Ibu : (Terserang asma dan langsung jatuh dan meninggal)
Teman M : “(Semuanya panik)
Adik : “Ibu…. Ibu… Jangan pergi bu jangan tinggalkan aku dan ka’ Ahmad…”
(Sambil menangis)
Teman M 6-7 : “Sabar dik ikhlaskan kepergian ibumu..!”
Teman M6 : “Ya Allah…. Cobaan apa yang engkau berikan kepada Ahmad dan
keluarganya…?”
Teman M7 : “Sabar ya dik…..! Ikhlaskan kepergian ibumu…!”
Ahmad : (Bangun dan menunjuk jasad ibunya)
Teman M5 : “Sabar Ahmad semua ini cobaan dari Allah…!”
Akibat perbuatan anak-anak berandalan yang datang kerumah Ahmad membuat
ibunya stop jantung dan meninggal dunia. Kini Ahmad dan adiknya tinggal sebatang kara
karena telah ditinggal kedua orang tuanya. Dan setelah beberapa bulan berlalu.
Pada suatu hari anak-anak berandalan sedang nongkrong-nongkrong dan berpesta
pora dengan minuman mereka. (Tunggu sebentar beberapa menit karena anak-anak
12
berandalan sedang pesta) Dan dari arah yang lain terlihatlah Ahmad dan teman-teman
baiknya sedang berjalan-jalan dan ditengah perjalanan Ahmad melihat anak-anak berandalan
itu sehingga wajahnya berubah menjadi merah. Karena kemarahan. (terjadi perkelahian, dan
teman-teman baiknya melerai).
Setelah terjadi perkelahian antara Ahmad dan anak-anak berandalan yang
mengakibatkan Ahmad menjadi babak belur maka ahamad di gotong oleh teman-teman
muslimnya pulang kerumah sedangkan dirumah telah ada adiknya yang sedang menunggu
kedatangan kakaknya.
Teman M : “Assalamualaikum?”
Adik : “Walkumussalam, ada apa lagi dengan kak Ahmad?”
Teman M5 : “Kami mendapatkan dia sedang berantem dengan anak-anak berandalannya
Adik : “Astaga kak Ahmad, kenapa lagi? Ya sudah bawa masuk…!” (Ahmad di
bawah masuk)
Teman M5 : “Ya sudah kami permisi dulu. Kamu jaga kakak kamu dengan baik…!”
Adik : “Terimah kasih telah mengantar kak Ahmad kemari….”
(teman muslim turun panggung)
Di suatu hari yang lain pada saat anak-anak berandalan sedeang berjalan-jalan mereka
heran melihat salah satu temannya yang menderita penyakit yang aneh. maka mereka berniat
mencari seorang tabib yang dapat mengetahui obat dan menyembuhkan penyakit temannya.
Teman berandalan: (Dialog teman berandalan dengan teman-temannya).
Maka berangkatlah mereka mencari seorang tabib tersebut. Dan Dari kejauhan terlihat
sebuah rumah yang menurut mereka adalah rumah seorang tabib.
Berandalan : (Mendatangi rumah dan memasukinya)
Teman B1 : “Halo spada….! Any body home….?”
Teman B2 : “Kayanya ga ada orang….?”
Teman B3 : “Gimana kalau kita masuk saja….!”
(teman berandalan memasuki rumah dan mendapati tabib di dalam)
Tabib : “Ada apa dengan teman kalian….?”
Teman B4 : “Gini mbah teman kami mengalami penyakit aneh mungkin mbah dapat
menyembuhkannya….”
Mbah : “Coba saya lihat…! (sambil memeriksa) Oh…. apabila penyakit pada
temanmu ini mau sembuh maka kalian harus minta maaf pada seseorang….”
Teman B5 : “Seseorang…. Mbah?”
Mbah : “Ia seseorang….”
13
Teman B1 : “Siapa mbah...?”
Mbah : “Yaitu sesorang yang telah kalian sakiti begitu juga dengan keluarganya.”
Teman B2 : “Siapa ya...?”
Teman B4 : “Ahmad dan keluarganya bro….”
Teman B3 : “Ayolah teman-teman kita maaf sama Ahmad dan adiknya atas apa yang kita
lakukan…! Saya tidak mau begini terus.”
Teman B : “Saya juga mau minta maaf.”
Teman B5 : “Saya juga mau minta maaf saya banyak salah sama Ahmad.”
Teman B1 : “kalau begitu mari kita semua berangkat kerumah Ahmad.”
Setelah mereka sadar satu persatu maka berangkatlah mereka kerumah Ahmad dan
ditengah perjalanan mereka bertemu dengan teman-teman Ahmad yang baik.
Teman M1 : “Assalamu alaikum…? Kalian mau kemana?”
Teman B1 : “Kami berniat mau kerumah Ahmad….”
Teman M5 : “Ada perlu apa kalian mau kerumah Ahmad...? Apa kalian ingin juga
membunuh Ahmad?”
Teman B1 : “Tidak…. kami hanya mau minta maaf kepada Ahmad, kami banyak salah
kepada Ahmad dan keluarganya…”
Teman M5 : “Apabila kalian sungguh-sungguh mau minta maaf kepada Ahmad dan
adiknya, maka ikutlah kepada kami karena kami juga kebetulan mau ke rumah
Ahmad.”
Maka berangkatlah mereka semua kerumah Ahmad sedangkat dirumah Ahmad telah
menunggu Ahmad dan adiknya. (Naik panggung dan telah ada di depan rumah Ahmad)
Teman M5 : “Ada baiknya kalian menuggu disini biar kami duluan yang masuk nanti
kalian menyusul…!”
Teman B1 : “Baiklah kalau begitu….”
Teman M5 : “Assalamu alaikum...?”
Adik dan Ahmad: “Waalaikum salam….” (Adik membukakan pintu)
Ahmad : “Oh kalian silahkan masuk...!”
Teman M5 : “Bagaimana keadaanmu Ahmad…?”
Ahmad : “Alhamdulillah kini sudah membaik….”
Teman M1 : “Sebetulnya Ahmad bukan cuman kami yang ingin bertemu denganmu tetapi
adalagi.”
Ahmad : “Siapa…..?”
Teman M1 : (Sambil mempersilahkan teman Broken masuk)
14
Ahmad : “Kalian…. Ada perlu apa kalian kemari…? Apa kalian ingin membunuhku
juga…?”
Teman M2 : “Tenang…. Tenang Ahmad kita dengar dulu apa yang mereka inginkan...!”
Teman B3 : “Ahmad…. Kami semua berada di sini ingin meminta maaf atas segala yang
menimpa keluargamu dan dirimu….”
Ahmad : “Apa…. Semudah itu kalian memita maaf kepadaku atas segala yang terjadi
pada keluargaku?”
Teman M3 : “Ahmad tenang dulu mereka cuman ingin meminta maaf kepadamu
terimalah niat baik mereka dan ketahuilah bahwa semua yang terjadi di dunia
ini itu semua adalah sknario Allah.”
Ahmad : (Membalik dan meresapi taujih temannya)
Ahmad : “Mungkin selama ini saya juga banyak salah kepada kalian.”
Ahmad : (Kembali membalik dan memeluk temannya)
Sekian
15