Post on 12-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSISTENSI KESENIAN DOLALAK SEBAGAI KEBUDAYAAN DAERAH
DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG
KABUPATEN PURWOREJO
SKRIPSI
Oleh:
RATNA MAYASARI
K8408097
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Ratna Mayasari
NIM : K8408097
Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Sosiologi Antropologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “EKSISTENSI KESENIAN DOLALAK
SEBAGAI KEBUDAYAAN DAERAH DI DESA MLARAN KECAMATAN
GEBANG KABUPATEN PURWOREJO” ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 10 Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Ratna Mayasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
EKSISTENSI KESENIAN DOLALAK SEBAGAI KEBUDAYAAN DAERAH
DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG
KABUPATEN PURWOREJO
Oleh:
RATNA MAYASARI
K8408097
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 10 Juli 2012
Pembimbing I
Drs. Tentrem Widodo, M.Pd
NIP. 1949122111979031001
Pembimbing II
Drs. H.M. Haryono, M.Si
NIP.195101011981031005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs, M.H. Sukarno, M.Pd ------------------
Sekertaris : Drs. Slamet Subagya, M.Pd ------------------
Anggota I : Drs. Tentrem Widodo, M.Pd ------------------
Anggota II : Drs. H.M. Haryono, M.Si ------------------
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
u.b. Pembantu Dekan 1
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP. 1966604151991031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRAK
Ratna Mayasari. EKSISTENSI KESENIAN DOLALAK SEBAGAI
KEBUDAYAAN DAERAH DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG
KABUPATEN PURWOREJO. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) alasan kesenian Dolalak
mampu dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo, (2)
peran kesenian Dolalak dalam kehidupan masyarakat, (3) strategi yang perlu
dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus
terpancang tunggal. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Subjek
penelitian, informan, peristiwa dan tempat, dokumen dan arsip, studi pustaka. Teknik
informasi diambil berdasarkan kunci dan informan pendukung. Data yang diperoleh
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data diuji
menggunakan teknik Trianggulasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi tiga jalur kegiatan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) desa Mlaran yang terletak di
Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo memiliki kesenian tradisional bernama
kesenian Dolalak. (2) Alasan kesenian Dolalak menjadi identitas kebudayaan daerah
di Kabupaten Purworejo adalah dilihat dari segi historisnya dan keunikan yang
digemari penonton. Kesenian ini lahir di Purworejo dan memiliki ciri khas tersendiri
yaitu kostum, tarian, lagu, musik, dan kebiasaan trance yang dilakukan oleh
penarinya. (3) Kesenian Dolalak memiliki peran dalam kehidupan masyarakat serta
dapat menunjang kemajuan dan perkembangan mayarakat Purworejo pada umumnya.
Dari segi sosial, kesenian ini bersifat menghibur dan meningkatkan kesejahteraan
anak yaitu dengan menyumbangkan hasil dari pementasan kesenian Dolalak untuk
memenuhi kebutuhan dan hak anak yang tidak mampu. Segi ekonomi, kesenian ini
dapat menjadi mata pencaharian tambahan yang diperoleh dari hasil pementasan
kesenian Dolalak. Segi pendidikan anak akan menjadi lebih aktif dan kreatif di
bidang seni serta akan mengenal kebudayaannya sendiri dan pada akhirnya akan
timbul rasa bangga pada diri anak terhadap kesenian daerahnya yang nantinya akan
menjadi awal dari timbulnya rasa nasionalisme yang tinggi pada anak tersebut. (4)
Strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak khususnya di
Desa Mlaran yaitu dengan mendirikan sanggar tari dan group kesenian Dolalak agar
tetap eksis dan berkembang lebih luas di masyarakat pada umumnya. Pelestarian dari
pihak pemerintah daerah yaitu dengan mencanangkannya kesenian dolalak ke dalam
mata pelajaran muatan lokal di tingkat SD se Kabupaten Purworejo.
Kata Kunci: eksistensi kesenian, identitas kebudayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Ratna Mayasari. THE EXISTENCE OF DOLALAK ART AS LOCAL CULTURE
IN MLARAN VILLAGE OF GEBANG SUBDISTRICT OF PURWOREJO
REGENCY. Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas
Maret University. July 2012.
The objective of research is to find out (1) the reason of why Dolalak art can
become a local cultural identity in Purworejo Regency, (2) the role of Dolalak art in
society life, and (3) the strategy that should be taken to preserve Dolalak art in
Purworejo Regency.
This study was a qualitative research with a single embedded case study. The
data source in this research derived from research subject, informant, event and place,
document and archive, library study. Information technique was taken based on the
key and supporting informant. The data was collected using observation, interview,
and documentation. Data validity was tested using Triangulation technique.
Technique of analyzing data used in this research included three activities: data
reduction, data display, and conclusion drawing or verification.
The result of research showed (1) Mlaran village located in Gebang
subdistrict, Purworejo Regency had traditional art named Dolalak art. (2) The reason
of why Dolalak art could become local cultural identity in Purworejo Regency could
be seen from historical aspect and peculiarity the spectators are fond of. This art was
born in Purworejo and had its own characteristics such as costume, dance, song,
music, and trance habit the dancer usually undertakes. (3) Dolalak art played a role in
society life as well as supported the progress and development of Purworejo society
in general. From social aspect, this art was entertaining and improved the child
welfare by giving the result of Dolalak art performance to fulfill the poor child’s
needs and right. From economic aspect, this art could be a secondary livelihood
obtained from the result of Dolalak art performance. The child education aspect
would be more active and creative in art field as well as would be familiar to his/her
culture, thereby feeling of proud of their culture would emerge within the children,
that in turn would be a starting point of high nationalism feeling within them. (4) The
strategy needed to take to preserve Dolalak art, particularly in Mlaran Village was to
establish a dance studio and Dolalak art group in order to keep existing and
developing more widely within the society in general. The preservation from the local
government was to launch Dolalak art into local content subject at elementary
schools throughout Purworejo Regency.
Keywords: art existence, cultural identity.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
MOTTO
“Semakin tinggi ilmu, maka seseorang semakin tenang hidupnya. Sebaliknya,
semakin banyak harta, maka seseorang semakin tidak tenang karena takut
kehilangan”
(Lentera Hati)
“Jika kau ingin memiliki sesuatu yang belum kau punyai, maka kau harus
melakukan sesuatu yang belum pernah kau kerjakan”
(Lentera Hati)
“Kesia-siaan adalah kufur nikmat. Semakin banyak perkataan dan perbuatan
sia-sia, akan semakin tak nyaman di hati dan mengundang berbagai masalah yang tak
perlu”
( aa gym)
Setetes keringat orang tuaku seribu langkahku harus maju.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT,
kupersembahkan karya kecil ini kepada:
1. Orang tua tercinta Bapak Suparman Hadi dan Ibu Nur Hayati yang telah
memberikan cinta dan kasih sayang tanpa pamrih.
2. Mas Eko, Mbak Dewi, Mas Agus, Mas Safiq, Mbak Anit, Mbak Ninda, Mas Afin,
dan Mega yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan motivasinya.
3. Teman-teman Pendidikan Sosiologi- Antropologi ’08 khususnya kelas A yang
telah menjadi partner belajar selama kurang lebih empat tahun. Terima kasih atas
pelajaran, pengalaman dan persahabatan yang solid selama ini.
4. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Kami haturkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini berjalan dengan cukup baik. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah dan terlimpahkan pada junjungan Kita Rasullulah SAW. Skripsi
ini ditulis untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Sosiologi- Antropologi Jurusan Imu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama masa penyelesaian skripsi ini, cukup banyak hambatan yang
menimbulkan kesulitan, dan berkat karunia Allah SWT dan peran berbagai pihak,
kesulitan yang pernah timbul dapat diatasi. Tidak lupa, ucapan terima kasih
diucapkan kepada yang terhormat:
1. Prof.Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP UNS,
3. Drs. MH Sukarno, M.Pd Ketua Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
4. Drs. Tentrem Widodo, M.Pd Pembimbing I yang telah memberikan motivasi,
masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini sekaligus sebagai Pembimbing
Akademik.
5. Drs. Haryono, M.Si Pembimbing II yang telah memberikan ide, masukan, dan
motivasi dalam penyusunan skripsi,
6. Bapak Bambang Kepala Desa Mlaran yang telah memberikan ijin observasi.
7. Informan yang telah memberikan informasi menganai Kesenian Dolalak.
8. Masyarakat Desa Mlaran yang telah membantu saya dalam melengkapi data
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
9. Bapak Suparman Hadi dan Ibu Nur Hayati yang telah memberikan kasih sayang,
doa, semangat, inspirasi, motivasi, hikmah serta ilmu yang berguna bagi
kehidupan penulis.
10. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga segala amal baik dan keikhlasan membantu penulis tersebut
mendapatkan imbalan dari Allah SWT dan semoga hasil penelitian yang sederhana
ini dapat bermanfaat.
Surakarta, 10 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PERNYATAAN ............................................................................................... ii
PENGAJUAN SKRIPSI ................................................................................. iii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iv
PENGESAHAN .............................................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 9
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
1. Tinjauan Tentang Kesenian Dolalak ........................................... 9
a. Pengertian Kesenian .............................................................. 9
b. Pengertian Seni Tari .............................................................. 11
c. Pengertian Kesenian (Seni Tari) Tradisional ........................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
d. Pengertian Sistem Kepercayaan ............................................ 13
e. Pengertian Kesenian Tradisional Dolalak ............................. 14
2. Tinjauan Tentang Kebudayaan Daerah Kabupaten Purworejo .. 15
a. Pengertian Kebudayaan ......................................................... 15
b. Fungsi Kebudayaan ............................................................... 18
c. Karakteristik Kebudayaan ..................................................... 19
d. Unsur-unsur Kebudayaan ...................................................... 21
e. Unsur-unsur Kebudayaan (Seni) ........................................... 21
f. Pengertian Kebudayaan Nasional (Indonesia) ...................... 22
g. Pengertian Kebudayaan Daerah (Purworejo) ........................ 24
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 28
A. Tempat dan Waktu penelitian ......................................................... 28
1. Tempat Penelitian ...................................................................... 28
2. Waktu Penelitian ........................................................................ 28
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ....................................................... 29
1. Bentuk Penelitian ....................................................................... 29
2. Strategi Penelitian ...................................................................... 29
C. Sumber Data ................................................................................... 31
D. Teknik Pengambilan Informan ....................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 32
1. Teknik Observasi ....................................................................... 32
2. Teknik Wawancara .................................................................... 33
3. Teknik Dokumentasi .................................................................. 34
F. Validitas Data ................................................................................. 34
G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 35
1. Reduksi Data .............................................................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
2. Tahap Penyajian Data ................................................................ 36
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ....................................... 36
H. Prosedur Penelitian ......................................................................... 37
1. Persiapan .................................................................................... 38
2. Pengumpulan Data ..................................................................... 38
3. Analisis Data .............................................................................. 38
4. Penyusunan Laporan Penelitian ................................................. 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 39
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ................................................... 39
1. Gambaran Umum Desa Mlaran ................................................. 39
2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ........................................... 42
3. Eksistensi Kesenian Dolalak di Desa Mlaran ............................ 43
B. Deskripsi Temuan Penelitian ............................................................ 48
1. Makna yang Terkandung dalam Kesenian Dolalak ................... 49
2. Alasan Kesenian Dolalak Mampu Dijadikan sebagai Identitas
Kebudayaan Daerah Kabupaten Purworejo ............................... 63
3. Peran Kesenian Dolalak dalam Kehidupan Masyarakat di Desa
Mlaran ........................................................................................ 66
4. Strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian
Dolalak di Desa Mlaran ............................................................. 70
C. Pembahasan ...................................................................................... 73
1. Eksistensi Kesenian Dolalak Sebagai Identitas Kebudayaan
Daerah Kabupaten Purworejo .................................................... 73
2. Peran Kesenian Dolalak Dalam Kehidupan Masyarakat di
Desa Mlaran ............................................................................... 75
3. Strategi dalam Melestarikan Kesenian Dolalak di Desa Mlaran 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................................ 83
A. Simpulan ........................................................................................... 83
B. Implikasi ........................................................................................... 86
C. Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89
LAMPIRAN .................................................................................................... 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Cabang Seni ............................................................................................. 10
2. Waktu Penelitian ...................................................................................... 28
3. Karakteristik Kesenian Dolalak ............................................................... 47
4. Kaitan Antara Karakteristik Kesenian Dolalak dengan Masyarakat
Purworejo ................................................................................................. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir .................................................................................... 27
2. Peta Desa Mlaran ..................................................................................... 39
3. Jalan yang Rusak ...................................................................................... 40
4. Alat Musik Pengiring Kesenian Dolalak ................................................. 44
5. Kostum dan Aksesoris Penari Dolalak ..................................................... 45
6. Pose Gerak Pencik ................................................................................... 52
7. Pose Gerak Kirig ...................................................................................... 52
8. Pose Gerak Ngetol ................................................................................... 53
9. Pose Gerak Siak ....................................................................................... 53
10. Pose Gerak Kesutan ................................................................................. 54
11. Pose Gerak Kiprah ................................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Catatan Lapangan (Fieldnote) ................................................................... 92
2. Pedoman Wawancara (Interview Guides) dan Observasi ......................... 108
3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 133
4. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ................................................ 154
5. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS .......................................................... 155
6. Surat Keterangan ...................................................................................... 156
7. Surat Permohonan Ijin Observasi ............................................................. 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang mengenal keindahan.
Aristoteles berpendapat tentang “khatharsis”, yaitu suatu proses pemurnian rasa yang
dinyatakan bahwa setelah berolah seni dan apresiasi seni maka manusia merasakan
semacam kepuasan, terbebas dari kekangan jiwa, yang sering tidak disadari. Namun
kreativitas untuk berolah seni adalah aktivitas jiwa manusia yang komplek dan cukup
tinggi (Bates Howrey, 1966:7). Dalam hal ini seni merupakan salah satu hasil upaya
budi manusia yang menumbuhkan keindahan, dan rasa puas yang dicapai melalui
olah seni, garap seni, serta apresiasi seni mempunyai nilai khusus yang tidak terdapat
pada kepuasan yang lain. Indonesia kaya akan kesenian dan segala sesuatu yang
berbau keindahan. Bentuk-bentuk seni di suatu daerah Indonesia berbeda dengan
daerah lain. Aturan, kebiasaan, keadaan wilayah di suatu daerah dapat menciptakan
seni yang sesuai. Hingga timbullah istilah multikultural. Hal ini yang menjadikan
suatu identitas di suatu daerah. Dimana suatu daerah memiliki ciri khas dalam
mengekspresikan seninya.
Perbincangan mengenai “identitas” di dalam konteks masyarakat
kontemporer kita yang kini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh arus globalisasi
sesungguhnya adalah perbincangan mengenai perjuangan, perang, tekanan,
pengaruh, perubahan, transformasi, pergeseran, kontradiksi, dan paradox identitas.
Artinya perbincangan mengenai identitas adalah perbincangan mengenai “dinamika
identitas” itu sendiri yang selalu berpindah dan berubah sebagai akibat dari sebuah
dunia yang dibentuk oleh ketergantungan yang tinggi, saling mempengaruhi dan
persaingan yang tajam diantara unsur-unsurnya. Identitas itu juga ditujukan sebagai
benteng agar daerah tersebut tetap diakui keberadaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dalam memandang identitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
identitas dilihat sebagai sesuatu yang bersifat melampaui sejarah, ahistoris,
berlangsung kontinuitas ruang dan waktu. Identitas merefleksikan pengalaman
sejarah bersama serta kode cultural yang dimiliki bersama dalam sekelompok
masyarakat, yang memberi mereka kerangka acuan dan makna kehidupan yang tidak
berubah serta berkelanjutan. Kedua, identitas merupakan proses menjadi sebuah
rantai perubahan terus menerus, sebuah rentang sejarah,. Dalam hal ini identitas
mempunyai peluang yang sama sebagai pelestarian masa lalu serta tranformasi dan
perubahan masa depan. Identitas tidak hanya berorientasi ke masa lalu yang bersifat
primordial (warisan budaya) tapi juga ke masa depan. Identitas mengalami
tranformasi dan perubahan secara terus menerus.
Menurut Muji Sutrisno (2005), “seni tidak hanya berperan sebagai
pembentuk identitas tetapi seni merupakan roh kehidupan, pendamai kehidupan,
pemulia kehidupan”. Sebagai roh kehidupan, seni berperan besar dalam
menghindarkan manusia dari perangkap pengerdilan makna kehidupan. Identitas
hanya dijadikan sebagai alat menciptakan benteng-benteng kokoh kecurigaan dan
resistensi terhadap manusia, bangsa dan kebudayaan lain yang dapat menimbulkan
konflik. Padahal seni sebagai pendamai kehidupan, seni menghargai bebagai
perbedaan dan keanekaragaman budaya yang dapat menjadi sebuah karya yang
mendamaikan kehidupan dunia. Jadi, peran seni dalam pembentukan dan dinamika
identitas pada kenyataannya bersifat kontekstual. Seni menjadi roh kehidupan dan
juru damai dalam masyarakat. Identitas dijadikan sebagai alat perusak. Seni menjadi
wacana pengayaan informasi ketika masyarakat terperangkap dalam penyeragaman
informasi dan hegemoni cultural. Seni juga sebagai alat politik ketika kehidupan
politik masyarakat dibentuk oleh politisasi identitas.
Disini jenis seni yang akan saya bahas adalah seni tari khususnya kesenian
Dolalak di Kabupaten Purworejo dengan daerah yang akan dijadikan objek penelitian
adalah Desa Mlaran. Hal ini karena menurut saya, kesenian Dolalak memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
keunikan tersendiri baik tarian maupun unsur-unsur yang ada di dalamnya. Kesenian
Dolalak merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Purworejo yang lahir di
Desa Mlaran. Kabupaten Purworejo (Bahasa Jawa: purwareja), adalah sebuah
kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota berada di kota Purworejo. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara,
Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di timur), Samudra
Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di sebelah barat.
Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu Dzikir Saman mengadopsi
kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20
pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata
samaniyah (arab, artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir.
Diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. Pada jeda tiap adegan
disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton).
Kemudian kesenian Incling, Riwayat singkat Kesenian Incling ini
sebenarnya bersumber dari sebuah cerita yang terdapat di Jawa Timur dan khususnya
Karesidenan Madiun yang berpusat di Ponorogo. Jenis iringan yang digunakan yaitu
Angklung, Kempul, Gong Suwuk, Bende, Kendang, Bedug, Kecrek. Jenis tarian
yang digunakan yaitu Balapan, Adu Jago, Baris, Perang gaman. Jenis pakaian yang
digunakan yaitu Onclong, Prajurit, Penthul Tembem, Barongan.
Ada juga kesenian khas Purworejo yang bernama Ching Pho Ling,
Pisowanan dalam pertunjukan Ching Pho Ling, merupakan fenome-na sosio-kultural
ketika seorang demang melaporkan tugasnya di wilayah kekuasaannya. Untuk
melakukan pisowanan, seorang demang diikuti oleh pengawal yang menunjukkan
semangat patriotisme yang mengandung nilai-nilai, perjuangan, kesetiaan,
kemerdekaan, kebersamaan, dan lain-lainnya. Dalam pisowanan berbentuk
barisan/arak-arakan dengan membawa alat-alat senjata untuk menjaga keselamatan
rombongan. Selain itu juga membawa peralatan musik sederhana yang dibunyikan
untuk menghilangkan kepenatan selama perjalanan. Bentuk arak-arakan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kemudian menjadi sumber ide dari lahirnya seni pertunjukan Ching Pho Ling yang
ber fungsi menjadi sebuah tontonan, sehingga kesenian Ching Pho Ling di Purworejo
merupakan kesenian yang dikembangkan dari budaya pisowanan yaitu arak-arakan
seorang demang saat menuju ke kadipaten. Kreativitas muncul adalah pada
pengembangan gerak, iringan maupun busananya, sehingga bentuknya menjadi
menarik sebagai tontonan yang berfungsi sebagai hiburan masyarakat. Keberadaan
kesenian ini sangat memprihatinkan yang jumlahnya hanya tinggal satu di Kabupaten
Purworejo, namun masih tetap eksis. Untuk mengantisiasi kepunahan seni itu perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari pihak pemerintah.
Kesenian khas lainnya yaitu Dolalak, tarian tradisional diiringi musik
perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. Satu kelompok penari terdiri
dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja
(seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari : Topi pet
(seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan
berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Biasanya para penari
dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk
makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak.
Tari dolalak sudah dipatenkan menjadi tarian khas daerah Purworejo. Tari ini
merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa penjajahan
Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam
militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi sindiran sehingga merupakan
pantun. Kata dolalak sebenarnya berasal dari notasi Do La La yang merupakan
bagian dari notasi do re mi fa so la si do yang kemudian berkembang dalam logat
Jawa menjadi Dolalak yang sampai sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak. Kesenian
ini juga merupakan kesenian tradisional yang dijadikan sebagai identitas Kabupaten
Purworejo.
Menurut Suwaji Bastomi (1988:8), “suatu kesenian dikatakan sebagai suatu
identitas di suatu daerah jika seni itu lahir di tengah-tengah masyarakat yang sifatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kerakyatan tanpa diketahui seseorang sebagai penciptanya”. Kesenian Dolalak ini
merupakan salah satu dari kesenian yang tersebut di atas. Karena kesenian ini lahir di
tengah-tengah masyarakat pada masa penjajahan dan memiliki unsur-unsur mistik
yang masih melekat pada masyarakat sampai sekarang ini. Namun kesenian ini
masih simpang siur tempat asal mulanya dan penciptanya belum diketahui. Ada yang
mengatakan kesenian Dolalak berasal dari Mlaran, ada yang mengatakan dari
Kaligesing, ada juga yang mengatakan dari Sejiwan. Kesenian ini juga telah
mengalami banyak perubahan. Walaupun kesenian Dolalak sudah mengalami banyak
perubahan namun kesenian ini masih tetap eksis dan intinya masih tetap sama
dengan aslinya, hanya saja mendapat penambahan-penambahan tertentu pada bagian-
bagian tertentu seperti syair, musik pengiring dan penarinya.
Menurut para sarjana, seni tari dapat memperkuat kemakmuran, dan
keselamatan, bila tari itu berfungsi mengeluarkan atau menolak kekuatan buruk yang
menyebabkan sakit dan bencana lain. Apalagi kalau tari itu diikuti dengan trance (tak
sadarkan diri) dianggap mempunyai kekuatan yang lebih tinggi. Selain dihubungkan
dengan kehidupan desa, kesenian ini berhubungan dengan kepercayaan animistic
prasejarah dan ritual. Orang yang yakin kepada sesuatu yang dianggap gaib, sangat
sulit ditemukan kebenarannya, sebab ia menganggap hal-hal yang tidak terjangkau
oleh akal tersebut maka diterimanya dan diyakini menjadi hal-hal yang gaib. Dari
uraian tersebut,Kesenian Dolalak juga termasuk di dalamnya. Kesenian ini sarat
dengan hal mistik dan masa lampau. Eksistansi yang bernuansa batin ini, kadang-
kadang memang banyak mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak. Kesenian
ini bisa saja terancam keberadaannya. Hal ini karena tidak sedikit generasi muda
yang menyepelekan dan menganggap remeh bahkan kuno kesenian ini. Herusatoto
(1991:2) mengemukakan bahwa dijaman modern yang serba ilmiah, rasional, praktis,
pragmatis dan efisien, untuk apa kita membicarakan hal-hal yang bernada mistik?
Namun pendapat tersebut tidak bisa sepenuhnya dijadikan patokan, karena
kebudayaan yang identik dengan religi dan mistis sampai sekarang ini juga masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sangat banyak yang melekat di hati masyarakat Indonesia khususnya orang-orang
jaman dahulu yang lahir, tinggal, dan menetap di Jawa. Mereka sudah terbiasa dan
mempercayai hal-hal mistis tersebut karena adanya bukti-bukti dari sanksi-sanksi
yang timbul dari mistisnya kebudayaan tersebut.
Suryadi AG (1993:10-11) juga menegaskan bahwa budaya religi komunitas
Jawa memang telah mapan dan tidak pernah tergoyahkan oleh berbagai –isme dan
paham baru. Oleh karena itu untuk menghindari kepunahan tersebut, pemerintah
daerah Purworejo melakukan berbagai program yang berkaitan dengan pelestarian
budaya daerah setempat khususnya untuk pelestarian kesenian Dolalak. Beberapa
diantaranya yaitu penetapan kesenian Dolalak ke dalam kurikulum muatan lokal di
SD di daerah Purworejo. Pada hari-hari tertentu, diadakan pementasan kesenian
Dolalak di tempat-tempat tertentu pula. Selain itu juga kesenian Dolalak tidak hanya
di pertunjukkan di daerah Purworejo saja tetapi juga di daerah-daerah lain bahkan
pernah dipertunjukkan di TMII.
Membahas kesenian Dolalak ini, kesenian ini diadakan pada masa tenggang
yang tidak tetap dan untuk kejadian khas. Para pemain kebanyakan warga desa
setempat yang berperan atau menari sebagai hobi atau untuk mendapatkan prestise.
Kesenian ini masih tetap eksis walaupun sering mengalami perubahan baik dari segi
gerakan, musik maupun para penarinya. Kesenian ini lebih sering ditampilkan di luar
daerah asalnya keberadaannya pun juga dikenal baik oleh masyarakat daerah lainnya.
Dahulu kesenian ini dilakukan oleh para kaum laki-laki. Seiring perkembangan
jaman dan permintaan penonton, penarinya dilakukan oleh para wanita cantik.
Musiknya pun diaransement dan dikemas dengan lebih modern. Untuk biaya
pertunjukan, kesenian ini tidak memungut biaya, dengan kata lain masyarakat atau
sponsor dan penonton datang secara gratis. Karena keseniaan ini sudah ada
penyelenggaranya atau penanggapnya yang akan membayarnya. Namun untuk
pertunjukan di sebuah acara seperti nikahan, khitanan, dan acara lainnya yang
bersifat individu, kesenian ini ditanggap/dipertunjukan secara komersil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Kesenian Dolalak juga mempunyai pengaruh dalam kehidupan masyarakat
setempat. Salah satunya dari segi ekonomi, kesenian ini bisa saja menjadi mata
pencaharian tambahan penduduk setempat. Dari segi kehidupan lainnya pun juga
berpengaruh. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti segala sesuatu yang
berhubungan dengan kesenian Dolalak. Maka untuk syarat meraih gelar sarjana strata
1, peneliti mengambil judul skripsi “Eksistansi Kesenian Dolalak Sebagai Identitas
Budaya Daerah di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha menggali persoalan :
1. Mengapa kesenian Dolalak mampu dijadikan sebagai identitas kebudayaan
daerah di Kabupaten Purworejo?
2. Apa saja peran kesenian Dolalak dalam kehidupan masyarakat?
3. Bagaimana strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian
Dolalak di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui mengapa kesenian Dolalak mampu dijadikan sebagai
identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo?
2. Untuk mengetahui apa saja peran kesenian Dolalak dalam kehidupan
masyarakat?
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang perlu dilakukan untuk
melestarikan kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan analisis bagi
perkembangan khususnya daerah Kabupaten Purworejo mengenai
kebudayaan.
b. Dari segi ini akan diperoleh gambaran makna dan fungsi terhadap fenomena
kesenian Dolalak yang selama ini dianggap sarat akan mistiknya.
c. Bagi generasi muda sekarang ini diharapkan akan lebih yakin bahwa unsur-
unsur yang terkandung di dalam kesenian ini adalah fenomena yang
memiliki makna dan fungsi tertentu bagi kehidupan.
2. Secara Praktis
a. Membuka wawasan kepada masyarakat khususnya di daerah Kabupaten
Purworejo untuk memanfaatkan kesenian Dolalak sebagai kesenian
tradisional khas Kabupaten Purworejo yang telah dikolaborasikan dengan
kesenian spiritual dan dikemas lebih modern sebagai bentuk sajian spesial
yang menarik.
b. Masyarakat lebih menilai positif yang menguntungkan tentang kesenian
Dolalak dan berupaya mempertahankan serta melestarikan keberadaannya
dengan selalu bangga telah menjadikan sebagai identitas kebudayaan daerah
di Kabupaten Purworejo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang kesenian Dolalak
a. Pengertian Kesenian
Kesenian berasal dari kata seni, apa sebenarnya seni itu? Kata orang pada
umumnya yang disebut kesenian adalah sesuatu yang bersifat indah, itulah seni.
Maka orang yang membuat seni disebut seniman. Menurut Suwaji Bastomi secara
singkat dalam bukunya yang berjudul “Apresiasi Kesenian Tradisional”
mengemukakan bahwa seni menunjukkan gambaran tentang keadaan penciptanya,
masyarakatnya, dan bangsanya (1988:6). Jadi seni merupakan pernyataan tentang
keadaan batin pencipta, seni dapat dijadikan sebagai ungkapan batin yang
dinyatakan dalam bentuk rupa, gerak, nada, sastra atau bentuk-bentuk lain yang
mempesonakan penciptanya sendiri maupun orang lain yang dapat menerimanya.
Seni juga merupakan lambang atau simbol sesuatu menurut subjektifitas pencipta
yang objektif.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, seni adalah kecakapan membuat
(menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah. Sesuatau karya yang dibuat
(diciptakan) dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak, lukisan, ukir-ukiran
dan sebagainya. Kalau Kita terjemahkan dalam bahasa yang sederhana dapat kita
artikan menjadi “ kecakapan mencipta” sama dengan “Kelincahan membuat”.
Dalam Bahasa Inggris seni sama dengat Zenith yang artinya asyik, sedangkan
dalam Bahasa Belanda dikatakan Zenue dapat diartikan sinting. Jadi kesenian
itu dalam bahasa Inggris adalah hal ikhwal yang membuat sesorang menjadi
asyik dan riang gembira. Tetapi kalau diambil dari bahasa Belanda bahwa
kesenian itu adalah sesuatu yang membuat seseorang menjadi sinting atau
senewen, atau mabuk.
Kesenian kalau diambil dari definisi dalam Kamus Bahasa Indonesia ,
maka yang disebut berkesenian, atau sesuatu yang mempunyai seni, yaitu
apabila seseatu itu mempunyai unsur kelincahan atau kecakapan yang luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
biasa. Jadi kalau orang yang berkesenian tinggi apabila orang tersebut
mempunyai kelincahan dalam melakukan gerak sehingga menjadi trampil yang
mengarah pada kerja yang mempunyai skill tinggi, hingga menjadi profesional.
Pada Definisi yang kedua sesuatu disebut berkesenian jika mendatangkan
keasyikan, hingga mendatangkan kegembiraan. Keasyikan dan Kegembiraan
yang berlebihan akan menimbulkan senewen atau lupa daratan. Sering kita
melakukan sesuatu saking asyiknya hingga lupa daratan, yang lebih parah lagi
dapat membuat orang sinting.
Menurut Koentjaraningrat (2005:20), berdasarkan indera penglihatan
manusia, maka kesenian dapat dibagi sebagai berikut:
(1) seni rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan bahan batu dan kayu,
(b) seni menggambar dengan media pensil dan crayon, (c) seni menggambar
dengan media cat minyak dan cat air; (2) seni pertunjukkan yang terdiri dari
(a) seni tari, (b) seni drama, (c) seni sandiwara.
Selain itu Koentjaraningrat (2005) juga memaparkan, kesenian
Berdasrkan indera pendengaran manusia dibagi ke dalam: ”(1) seni musik
(termasuk seni musik tradisional), dan (2) seni kesusasteraan” (hlm. 20).
Tabel 2.1. Cabang-cabang Seni Berdasarkan Bentuk dan Medium Seni
No. Cabang
seni Bentuk media Indera penikmat Matra
1. Rupa Benda Penglihatan, peraba 2 dimensi atau
3 dimensi
2. Sastra Tulisan penglihatan 2 dimensi
3. Musik Suara,benda,
manusia, gerak
Pendengaran,
penglihatan 3 dimensi
4. Tari Tubuh manusia,
gerak, musik
Penglihatan,
pendengaran 3 dimensi
5. Teater Manusia,
benda/alam, akting, adegan, suara/musik
Penglihatan,
pendengaran 3 dimensi
(Sumber: http://guruvalah.20m.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Pengertian Seni Tari
Joan Kealiinohomoku, seorang ahli tarian tradisional yang berasal dari
Samoa Island, meyakini bahwa dance is cultural and cultural is dance (Anya
Peterson Royce, The Antropology of Dance, 1977:13). Seluruh konfigurasi
estetika koreografi berlomba-lomba menyuguhkan aspek-aspek kehidupan sosial
secara holistik: relasi kosmis, sastra, hiburan, seni rakyat, hidup sehari-hari, ritual,
perkawinan, feminisme, konsep kekuasaan, budi pekerti, doa, kesejahteraan atau
etis (Bdk. R.O. Simatupang, Dance in Indonesia, 1964:9).
Berdasarkan penelusuran yang saya kutip, seorang ahli sejarah tarian dan
muzik Jerman bernama C. Sachs telah memberikan definisi seni tari sebagai
gerakan yang berirama. Seni tari adalah pengucapan jiwa manusia melalui gerak-
gerik berirama yang indah. Dalam kebudayaan melayu terdapat berbagai – bagai
jenis tarian, ada tarian asli ataupun tarian yang telah dipengaruhi oleh unsur –
unsur modern. Sedangkan menurut Jafar Mampak, tarian melayu asli terbagi
kepada dua jenis. Pertama, tarian yang bercorak lemah lembut seperti tarian mak
inang dan siti payung. Kedua, tarian rancak yang merupakan hasil daripada
pengaruh tarian Portugis seperti tarian Ronggeng , Serampang Laut dan Singapura
Dua.
Seni tari boleh dikategorikan dalam berbagai-bagai jenis. Antara
pembahagian yang boleh dibuat terhadap seni tari melayu adalah seperti berikut :
1) Tarian-tarian yang bercorak seni tari istana yang dipersembahkan pada waktu
perkahwinan, pertabalan, istiadat menyembah dan sebagainya. Tarian-tarian
ini termasuklah tarian siti payung, mak inang, asyik, gamelan dan sebagainya.
2) Tarian-tarian yang memperlihatkan wujudnya pengaruh Arab dan Parsi seperti
tarian rodat, hadrah dan sebagainya.
3) Tarian rakyat seperti, ndolalak, dondang sayang, ronggeng, joget dan
sebagainya.
4) Tarian yang khusus ditarikan oleh kaum lelaki saja seperti tarian kuda kepang,
tarian labi-labi, tarian berdayung dan sebagainya.
Dari jenis tarian di atas, Dolalak dikategorikan sebagai tarian rakyat.
Asal mula kesenian Dolalak adalah akulturasi budaya barat (Belanda) dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
timur (Jawa). Pada jaman Hindia Belanda Purworejo terkenal sebagai daerah /
tempat melatih serdadu / tentara. Sebagaimana tentara pada jamannya, mereka
berasal dari berbagai daerah, tidak hanya Purworejo saja dan dilatih oleh
tentara/militer Belanda. Mereka hidup di tangsi / barak tentara.
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun
telinga (Teori-teori Kebudayaan, 2005:74). Sebagai makhluk yang mempunyai
cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Sedangkan tari menjadi
simbol keterpaduan aspek-aspek sang subjek pelaku, seperti makna-makna dari
kesadaran, tindakan, kebiasaan jalan pikiran, perasaan, dan seperangkat norma
yang diimaninya. Maksudnya, seorang penari di atas panggung sedang
berkomunikasi dan menyusun sesuatu.
c. Pengertian Kesenian (Seni Tari) Tradisional
Ditinjau dari dasar penciptaannya, kesenian tradisional terjadi akibat dari
perwujudan seni dari generasi ke generasi yang selalu berulang dan berlangsung
dalam jangka waktu lama. Kesenian tradisional memiliki ciri-ciri khusus yang
menjadi identitas kesenian itu yaitu nilai-nilai yang dianut serta gagasan-gagasan
yang melatar belakanginya. Pada kesenian tradisional terdapat tanda-tanda
semangat kolektif para pencipta yang sangat kuat, disamping itu kesetiaan
pencipta pada pola-pola penciptaan yang didasarkan pada kehidupan sosial
masyarakat yang kuat pula. Oleh karena itu kesenian tradisional sangat menonjol
pada identitas kolektif yang didukung oleh pandangan hidup kesukuan
didaerahnya.
CA van Peursen menyatakan bahwa dalam magi, manusia ingin
menguasai. Mitos lebih bersifat transenden sedangkat magis bersifat imanen
(1976:50-51). Hal ini bisa diartikan dalam proses penciptaan kesenian tradisional
akan terjadi hubungan antara subjek pencipta dengan kondisi lingkungan.
Penciptaan kesenian tradisional biasanya terpengaruh oleh keadaan sosial budaya
masyarakat di suatu tempat. Dalam hal ini banyak berkaitan dengan kepercayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
terhadap hal-hal yang bersifat gaib. Pandangan itu melahirkan apa yang disebut
dengan mitos. Tetapi manusia menganggap bahwa dirinya mempunyai kekuatan
untuk menguasai sesuatu melalui kepandaiannya. Manusia juga dapat mengambil
tindakan melindungi diri. Tindakan tersebut adalah tindakan magis. Dalam mitos
religius, manusia ingin mengabdi.
d. Pengertian Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia
dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad
raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan
kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin
religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang
penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion
(Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama. Agama biasanya memiliki
suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam"
dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem
pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi
kesenian. Dalam Kesenian Dolalak terdapat sistem kepercayaan, yaitu dalam
tariannya terdapat bagian yang disebut trance yaitu tidak sadarkan diri. Hal ini
dilakukan dengan cara mengundang makhluk halus yang dilakukan oleh
paranormal dan menjadikan penari menjadi tidak sadarkan diri (kesurupan).
Dalam teori-teori penting mengenai asal mula dan inti religi yang
dikemukakan oleh Koentjaraningrat, terdapat teori yang menurut saya berkaitan
dengan kesenian Dolalak, yaitu teori kekuatan luar biasa. Pendirian ini terutama
diajukan pakar antropologi Inggris, R.R. Marett, dalam bukunya The Threshold
Of Religion (1909). Teori ini dimulainya dengan kecaman terhadap anggapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tylor mengenai kesadaran manusia akan adanya jiwa. Menurut Marett, kesadaran
seperti itu terlalu kompleks bagi pikiran makhluk manusia yang baru berada pada
tingkat-tingkat awal dari kehidupannya di bumi ini. Ia juga mengatakan bahwa
pangkal dari segala perilaku keagamaan ditimbulkan karena adanya perasaan tidak
berdaya dalam menghadapi gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang dianggap
luar biasa dalam kehidupan manusia. Alam tempat gejala-gejala dan peristiwa-
peristiwa itu berasal, yang oleh manusia dianggap sebagai tempat adanya
kekuatan-kekuatan yang melebihi kekuatan-kekuatan yang telah dikenalnya dalam
alam sekelilingnya, disebut the supernatural. Gejala-gejala, hal-hal, dan
peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap sebagai akibat dari kekuatan
supernatural (kekuatan sakti).
Kepercayaan pada suatu kekuatan sakti yang ada dalam gejala-gejala,
hal-hal, peristiwa-peristiwa yang luar biasa tadi oleh Marett dianggap sebagai
kepercayaan yang sudah dianut oleh manusia sebelum mereka mengenal makhluk
halus dan ruh (sebelum ada kepercayaan animisme). Oleh karena itu bentuk religi
yang diuraikan oleh Marett itu seringkali mendapat sebutan praeanimism. Lebih
jelasnya tentang kesenian Dolalak bisa dilihat di poin berikut.
e. Pengertian Kesenian Tradisional Dolalak
Dolalak termasuk tarian rakyat jenis slawatan yang pementasannya
dilakukan secara berpasang-pasangan. Pada kesenian tari khas Purworejo yang
bernama Dolalak, para pernarinya juga diiringi suara bedug, terbang jawa, organ,
dan kendang. Biasanya ketika para penari lainnya mundur teratur ada salah satu
penari yang menggunakan kacamata hitam jingkrak-jingkrak agresif itu tandanya
si penari sedang kesurupan roh halus. Asal mula kesenian Dolalak adalah
akulturasi budaya barat (Belanda) dengan timur (Jawa). Pada jaman Hindia
Belanda Purworejo terkenal sebagai daerah / tempat melatih serdadu / tentara.
Sebagaimana tentara pada jamannya, mereka berasal dari berbagai daerah, tidak
hanya Purworejo saja dan dilatih oleh tentara/militer Belanda. Mereka hidup di
tangsi / barak tentara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Ketika ditetapkan otonomi daerah, yang diteruskan kepada pembentukan
Dinas Promosi Daerah (Disproda) yaitu gabungan Dinas Pariwisata dengan
Departemen Penerangan, kesenian itu jadi andalan daerah. Bahkan ndolalak Sinar
Muda dari Dukuh Sumbersari, Desa Kaligono, Kaligesing, sempat pentas di
anjungan Jawa Tengah di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Tidak
tanggung-tanggung Taman Impian Jaya Ancol menawarkan pentas 2 minggu
sekali.
2. Tinjauan Tentang Kebudayaan Daerah Purworejo
a. Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddhayah yang
merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa
Indonesia. Kebudayaan bisa dikatakan sebagai suatu sistem dalam masyarakat
dimana terjadi interaksi antar individu/kelompok dengan idnividu/kelompok lain
sehingga menimbulkan suatu pola tertentu, kemudian menjadi sebuah kesepakatan
bersama (baik langsung ataupun tidak langsung).
Menurut Koentjaraningrat (2005:19), umumnya bagi orang berbahasa
Indonesia, kebudayaan adalah “kesenian”, yang bunyinya :
Kebudayaan (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala pikiran dan
perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat
dinikmati dengan panca inderanya (yaitu penglihat, penghirup, pengecap,
perasa, dan pendengar).
Seorang antropolog yaitu E.B. Tylor dalam Soerjono Soekanto (2003:
172) mendefinisikan “kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat”. Sedangkan Koenjaraningrat (2002: 180)
“kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan manusia yang dijadikan milik dari menusia
dengan belajar”. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang berupa ide atau gagasan,
hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang diciptakan oleh manusia yang diturunkan
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya baik secara lisan
maupun tulisan.
Kebudayaan ada tiga wujud, yaitu:
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2) Wujud kebudayan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Dengan mengutip dari internet, ada beberapa pandangan kebudayaan
menurut beberapa ahli, yaitu Herskovits memandang “kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang
kemudian disebut sebagai superorganic”. Menurut Andreas Eppink, “kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat”. Menurut Edward Burnett Tylor, “kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang di dapat seseorang sebagai anggota masyarakat”. Menurut Selo
Sumardjan dan Soelaiman Soemardi, “kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan cipta masyarakat”. Jadi kesimpulannya, kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Menurut Krober dan Kluckhohn (Teori-teori Kebudayaan, 2005:8-9) ada
enam pemahaman pokok mengenai budaya, yaitu:
1) Definisi deskriptif, cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komprehensif yang menyusun keseluruhan hidup sosial sekaligus
menunjukkan sejumlah ranah (bidang kajian) yang membentuk budaya
2) Definisi historis, cenderung melihat budaya sebagai warisan yang dialih-
turunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya
3) Definisi normatif, bisa mengambil dua bentuk. Yang pertama, budaya
adalah aturan atau jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan
tindakan yang konkret. Yang kedua, menekankan peran gugus nilai tanpa
mengacu pada perilaku
4) Definisi psikologis, cenderung memberi tekana peran budaya sebagai
piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi,
belajar, atau memenuhi kebutuhan material maupun emosionalnya
5) Definisi struktural, mau menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antara
aspek-aspek yang terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa
budaya adalah abstraksi yang berbeda dari perilaku konkret
6) Definisi genetis, definisi budaya yang melihat asal-usul bagaimana
budaya itu bisa eksis atau tetap bertahan. Definisi ini cenderung melihat
budaya lahir dari interaksi antar manusia dan tetap bisa bertahan karena
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan mengutip Rene Char, Ignas Kleden menjelaskan setiap pembaruan
suatu budaya. Bahwa pada mulanya kebudayaan adalah “nasib” dan baru
kemudian kita menanggungnya sebagai tugas. Pada mulanya kita adalah
penerima yang bukan saja menghayati tetapi juga menjadi penderita yang
menanggung beban kebudayaan tersebut sebelum kita bangkit dalam
kesadaran untuk turut membentuk dan mengubahnya. Pada dasarnya kita
adalah “pasien” kebudayaan sebelum kita cukup kuat untuk menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
“agen”nya (Ignas Kleden, Pembaruan Kebudayaan: Mengatasi Transisi,
dalam Prisma 8, 1985).
Dari kutipan tersebut bisa dipahami bahwa dengan terbentuknya
kebudayaan, manusia menjadi mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab
dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut. Sehingga manusia bisa saja
menjadi objek bagi kebudayaan itu sendiri. Setelah itu manusia memiliki
kewenangan untuk menjalankan dan mengembangkan kebudayaan tersebut.
b. Fungsi Kebudayaan
Banyak sekali fungsi kebudayaan dalam setiap hal apapun yang terdapat
dalam setiap kebudayaan. Salah satu fungsi kebudayaan yang paling penting
adalah untuk melestarikan setiap budaya yang ada. Jangan sampai budaya yang
ada ini bisa cepat punah karena jalannya dari jaman ke jaman. Dalam setiap
negara pun banyak sekali kebudayaannya. Contoh yang sangat menonjol yaitu
negara kita ini Indonesia. Dalam negara kita ini banyak sekali budaya yang ada.
Ragam budaya yang banyak ini kita sebenarnya harus bangga. Karna hanya
Indonesialah yang memiliki banyaknnya ragam macam budaya. Maka dari itu kita
sebagai warga negara asli Indonesia haruslah menjaga apa yang telah ada dari
sejak nenek moyang kita menciptakan semua ragam budaya ini sampai kapanpun
agar tidak punah dimakan oleh jaman. Didalam kebudayaan terdapat pola-pola
perilaku yang merupakan cara-cara manusia untuk bertindak sama dan harus
diikuti oleh semua anggota masyarakat, artinya kebudayaan merupakan suatu
garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai
bagaimana masyarakat harus bertindak, bagaimana masyarakat melakukkan
hubungan dengan orang lain atau bersosialisasi, apa yang harus dilakukan, apa
yang dilarang dan sebagainya. Hasil karya manusia akan melahirkan suatu
kebudayaan atau teknologi yang nantinya akan berguna untuk melindungi ataupun
membantu masyarakat untuk mengolah alam yang bisa bermanfaat bagi
masyarakat itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Secara khusus Kebudayaan berfungsi:
1) Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
2) Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
3) Pembimbing kehidupan manusia
4) Pembeda antar manusia dan binatang
5) Hidup lebih baik, Lebih manusiawi dan berperikemanusiaan
Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah
didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani
maupun rohani.
Jadi secara singkat, Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat
mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau
mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang, bagaimanapun hidupnya,
akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habit)
merupakan suatu perilaku pribadi yang berarti kebiasaan orang seorang itu
berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah.
Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-
tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.
c. Karakteristik Kebudayaan
Karakteristik Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat
ditukar dan dapat berubah, itu terjadi „hanya jika‟ ada jaringan interaksi
antarmanusia dalam bentuk komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok
budaya yang terus menerus. Dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Edward T.
Hall, budaya adalah komunikasi; komunikasi adalah budaya. Jika kebudayaan
diartikan sebagai sebuah kompleksitas total dari seluruh pikiran, perasaan, dan
perbuatan manusia, maka untuk mendapatkannya dibutuhkan sebuah usaha yang
selalu berurusan dengan orang lain. Disini Edward T. Hall menegaskan bahwa
hanya manusialah yang memiliki kebudayaan, sedangkan binatang tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Karaktersitik dari kebudayaan membentuk perilaku-perilaku komunikasi yang
khusus, yang tampil dalam konsep subkultur (Alo Liliweri : 2007). Subkultur
adalah kebudayaan yang hanya berlaku bagi anggota sebuah komunitas dalam
satu kebudayaan makro. Sebagai contoh para homosex atau lesbi mempunyai
kebudayaan khusus, apakah itu dari segi pakaian, makanan, istilah, atau bahasa
yang digunakan sehari-hari.
Menurut Wikipedia kebudayaan, perwujudan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Dalam mempelajari kebudayaan tedapat beberapa pendekatan: materi,
behaviorisme, dan ideasional. Pendekatan materi yakni memandang kebudayaan
sebagai materi: pada produk yang dihasilkan sehingga bisa diobservasi.
Pendekatan behavirosime kebudayaan dipandang sebagai suatu pola tindakan dan
perilaku atau sebagai suatu sistem adaptif. Sedangakan pada pendekatan
ideasional kebudayaan dipandang sebagai suatu ide, yaitu keseluruhan
pengetahuan yang memungkinkan produk dan perilaku ditampakkan. (Mudjahirin
Thohir, Kebudayaan Indonesia)
Jadi dalam kutipan tersebut bisa dikatakan dalam memahami kebudayaan
tidak hanya dilakukan dengan satu pendekatan saja namun juga dapat dilakukan
dengan berbagai cara pendekatan. Selain itu kita juga harus mengacu pada
sejumlah karakteristik kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu
dimiliki bersama, diperoleh melalui belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif dan
maladapti, bersifat relatif dan universal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar
maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang
bersifat sebagai kesatuan. Soerjono Soekanto (2003: 176 ) menyatakan di dalam
kebudayaan terdapat Unsur-unsur pokok (besar)/cultural universal:
1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-
lat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transpor dan sebagainya).
2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi dan sebagainya).
3) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan).
4) Bahasa (lisan maupun tertulis).
5) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6) Sistem pengetahuan
7) Religi (sistem kepercayaan).
e. Unsur-unsur Kebudayaan (Seni)
Sebagian masyarakat mendefinisikan kebudayaan dengan arti yang
sempit. Mereka mengira kebudayan itu hanya sebatas kesenian dalam wujud
tarian. Kenyataan seperti itu ternyata masih berlangsung terus hingga saat ini,
walaupun dalam arti yang sesungguhnyapengertian atau definisi kebudayaan
tidaklah seperti itu. Koentjaraningrat, seorang pakar dalam bidang antropologi
yang dimiliki bangsa Indonesia pada saat ini mendefinisikan kebudayaan sebagai,
“ Keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar “
(1983:182). Sedangkan kesenian merupakan salah satu ke tujuh unsur kebudayaan
yang mempunyai wujud, fungsi, dan arti di dalam kehidupan masyakakat. Dalam
hal ini bentuk-bentuk kesenian yang tersebar di seluruh tanah air menunjukkan
corak-corak dan karakter yang beraneka ragam. Corak atau karakter tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
muncul karena banyak dipengaruhi oleh sifat atau karakter budaya setempat, dari
mana masyarakat berasal atau bertempat tinggal. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan oleh Ahmad Nashir, “Karakter atau ciri khas dari suatu kesenian
dipengaruhi oleh berbagai hal yang ada di lingkungan sekitarnya” (2008:3). Ini
dapat dibuktikan misalnya melalui seni tari Jawa seperti budaya, yang banyak
dipengaruhi oleh sifat dan karakter orang Jawa yang juga jelas pasti bercorak
budaya jawa yang lemah gemulai.
Seperti contoh kesenian tradisional Dolalak, keberadaannya banyak
dipengaruhi oleh sifat dan karakter budaya setempat. Dalam hal ini adalah corak
dan karakter budaya Jawa. Dalam keberadaannya, kesenian tradisional khas
Purworejo tersebut di dalamnya juga terkandung nilai-nilai etika, susila, norma
dan estetika (keindahan). Nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam kesenian
tersebut memang sekilas tidak akan tampak. Akan tetapi apabila kita kaji lebih
jauh dan mendalam, baik melalui apa yang terlihat maupun melalui kajian syair
ataupun ceritanya baik yang tersurat maupun yang tersirat, akan kita dapatkan
suatu bentuk tuntunan ajaran yang dalam takaran atau dalam kacamata budaya.
Misalnya syair tembang dalam Dolalak, setiap tembangnya secara tersurat
menggambarkan perjalanan kehidupan manusia sesuai dengan kacamata agama.
Dalam kaitannya tersebut di atas, upaya pengembangan dan perkembangan
kebudayaan daerah khususnya hendaknya diarahkan agar kebudayaan daerah
tersebut semakin banyak diterima oleh masyarakat luas. Dengan diterimanya salah
satu bentuk kebudayaan oleh masyarakat yang bersifat menasional, maka pada
dasarnya upaya pengembangan dan perkembangan kebudayaan telah dapat sampai
pada apa yang diharapkan.
f. Pengertian Kebudayaan Nasional (Indonesia)
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan seluruh rakyat Indonesia.
Merupakan puncak kebudayaan daerah. Menurut pandangan Ki Hajar Dewantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tentang kebudayaan nasional yang katanya “puncak-puncak dari kebudayaan
daerah”. Faham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin
lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan,
ekonomi nasional, hukum nasional, bahasa nasional. Koentjaraningrat
menyebutkannya “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya,
asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah
kebudayaan nasional”. Pengertian yang dimaksudkan itu sebenarnya lebih berarti,
bahwa puncak-puncak kebudayaan daerah atau kebudayaan suku bangsa yang
bermutu tinggi dan menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia bila
ditampilkan untuk mewakili negara (nation). Misalnya: tari Bali, di samping
orang Indonesia merasa bangga karena tari itu dikagumi di negeri, seluruh dunia
juga mengetahuinya. Bali itu letaknya di Indonesia jadi kesenian itu dari
Indonesia. Dalam hal ini juga berlaku bagi cabang-cabang kesenian lain bagi
berbagai suku bangsa di Indonesia.
Dengan beribu-ribu gugus kepulauan, beraneka ragam kekayaan serta
keunikan kebudayaan, menjadikan masyarakat Indonesia yang hidup diberbagai
kepulauan itu mempunyai ciri dan coraknya masing-masing. Hal tersebut
membawa akibat pada adanya perbedaan latar belakang, kebudayaan, corak
kehidupan, dan termasuk juga pola pemikiran masyarakatnya. Kenyataan ini
menyebabkan Indonesia terdiri dari masyarakat yang beragam latar belakang
budaya, etnik, agama yang merupakan kekayaan budaya nasional dengan kata lain
bisa dikatakan sebagai masyarakat multikultural.
Ciri-ciri kebudayaan nasional adalah sebagai berikut:
1) Mengandung unsur budaya daerah yang sifatnya diakui secara
nasional.
2) Mencerminkan nilai luhur dan kepribadian bangsa.
3) Merupakan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.
4) Mengandung unsur-unsur yang mempersatukan bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Contoh kebudayaan nasional antara lain sifat gotong royong, pakaian
nasional yaitu kebaya dan batik, serta bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
Semuanya itu menjadi identitas khas bangsa Indonesia. Suatu kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia.
g. Pengertian Kebudayaan Daerah (Purworejo)
Keanekaragaman adat istiadat, agama, seni, budaya, dan bahasa yang
berkembang di Indonesia melahirkan adanya kebudayaan nasional dan
kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang khas
yang terdapat pada wilayah tersebut. Kebudayaan daerah di Indonesia sangatlah
beragam. Menurut Koentjaraningrat (2005), kebudayaan daerah sama dengan
konsep suku bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan
masyarakat. Keragaman budaya daerah bergantung pada faktor geografis.
Semakin besar wilayahnya, maka makin komplek perbedaan kebudayaan satu
dengan yang lain.
Konsep Kebudayaan Daerah. Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu
masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai kota, sebagai
kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu
corak khas yang terutama terlihat orang luar yang bukan warga masyarakat
bersangkutan. Sebaliknya, terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat
corak khasnya, terutama unsur-unsur yang berbeda menyolok dengan
kebudayaannya sendiri. Pola khas tersebut berupa wujud sistem sosial dan sistem
kebendaan. Pola khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu
menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa berupa suatu unsur kebudayaan fisik
dengan bentuk yang khusus yang tidak terdapat pada kebudayaan lain.
Kebudayaan daerah memiliki ciri khas tersendiri. Namun, secara
keseluruhan ciri khas tersebut mengandung banyak unsur kesamaan yang
melahirkan kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang
tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu yang memiliki ciri-ciri khas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kedaerahan. Seperti halnya kebudayaan daerah Purworejo juga memiliki ciri khas
tertentu sebagai identitas daerah tersebut. Ciri-ciri kebudayaan daerah antara lain:
1) Memiliki sifat kedaerahan tertentu.
2) Mempunyai adat istiadat yang khas.
3) Memiliki unsur kebudayaan asli dan tradisional.
4) Dianut oleh penduduk daerah tersebut.
5) Adanya bahasa dan seni daerah.
6) Adanya unsur kepercayaan.
7) Adanya peninggalan sejarah.
Mengutip dari internet, bahwa menurut Clifford Geertz, kriteria yang
menentukan batas-batas dari masyarakat suku bangsa yang menjadi pokok dan
lokasi nyata suatu uraian tentang kebudayaan daerah atau suku bangsa (etnografi)
adalah sebagai berikut:
1) Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
2) Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh identitas
penduduk sendiri.
3) Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh wilayah geografis (wilayah
secara fisik)
4) Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologis.
5) Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mempunyai pengalaman
sejarah yang sama.
6) Kesatuan penduduk yang interaksi di antara mereka sangat dalam.
7) Kesatuan masyarakat dengan sistem sosial yang seragam.
Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan berbagai kebudayaan daerah yang
berlainan, terutama yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi mereka dan
perwujudan kebudayaan yang dihasilkan untuk mendukung kegiatan ekonomi
tersebut (cultural activities), misalnya nelayan, pertanian, perdagangan, dan lain-
lain. Pulau yang terdiri dari daerah pegunungan dan daerah dataran rendah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dipisahkan oleh laut dan selat, akan menyebabkan terisolasinya masyarakat yang
ada pada wilayah tersebut. Akhirnya mereka akan mengembangkan corak
kebudayaan yang khas dan cocok dengan lingkungan geografis setempat. Untuk
daerah Purworejo juga memiliki dataran tinggi dan dataran rendah, mata
pencahariannya pun disesuaikan dengan keadaan geografisnya.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir adalah berfikir berdasarkan atas teori yang dipakai
untuk menjelaskan kejadian-kejadian yang diamati dan diteliti. Berdasarkan
kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mempunyai anggapan
dasar bahwa manusia dan kebudayaan memang tidak dapat dipisahkan hal ini
terkait dengan pembentukan identitas kebudayaan di suatu daerah karena secara
tidak langsung kebudayaan di suatu daerah berbeda dengan daerah lain.
kebudayaan tersebut juga menyesuaikannya dengan perkembangan jaman saat ini
dan tuntutan masyarakat.
Sama halnya seperti kesenian Dolalak yang dijadikan sebagai identitas
budaya daerah di Kabupaten Purworejo, kebudayaan ini lambat laun semakin
berbembang sesuai dengan perkembangan jaman dan tutntutan masyarakat. Hal
ini dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada kesenian Dolalak ini, mulai dari
kostum, tarian, penari, musik, lagu pengiring, dan lain sebagainya. Sehingga
eksistansi kesenian Dolalak sebagai kesenian bu daya daerah tetap terjaga dan
tidak membosankan.
Dalam konteks kebudayaan tradisional di Indonesia yang beranekaragam,
kesenian Dolalak yang telah dipatenkan dan dijadikan sebagai kesenian khas dan
identitas Kabupaten Purworejo ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti.
Peneliti meneliti kemampuan kesenian Dolalak untuk menjadi kesenian
tradisional identitas di Kabupaten Purworejo, strategi pelestariannya, dan
peranannya dalam kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini juga melihat ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
tidaknya kesesuaian antara karakteristik kesenian Dolalak dengan karakteristik
kebudayaan khas di Kabupaten Purworejo.
Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini skema kerangka
berpikir yang akan mempermudah dalam memahaminya:
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Kebudayaan nasional
Kebudayaan daerah
Upaya kesenian
Dolalak menjadi
kesenian khas
Strategi pelestarian
kesenian Dolalak
Peranan kesenian
Dolalak
Karakteristik kebudayaan
Purworejo
Kesenian Dolalak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di desa Mlaran Kabupaten Purworejo.
Adapun yang menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan didasarkan atas keberhasilan Desa Mlaran membuat kesenian
Dolalak hingga membawa kesuksesan tidak hanya bagi Desa Mlaran tetapi
juga Kabupaten Purworejo.
b. Tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian ini
c. Jarak tempuh yang relatif dekat dengan tempat tinggal peneliti
d. Desa Mlaran merupakan daerah asal dan pusat berkembangnya kesenian
Dolalak
e. Desa Mlaran memiliki masalah yang releven dengan permasalahan yang
akan dibahas oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan kurang lebih selama 6 bulan, terhitung
mulai bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2012. Waktu penelitian terbagi
dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan, seperti pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
1. Pengajuan judul
2. Penyusunan proposal penelitian
3. Seminar proposal penelitian
4. Pembuatan instrumen penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
5. Perijinan dan persiapan turun ke
lapangan
6. Pengumpulan data
7. Analisis data
8. Penyusunan laporan penelitian
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk menggali atau membangun proporsi atau menjelaskan makna di
balik realita. Peneliti melihat peristiwa di lapangan, berupaya menemukan apa
yang sedang terjadi dalam dunia yang diteliti ( Burhan Bungin, 2003:82).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian multimetode dengan satu fokus masalah
penelitian. Tugas peneliti dalam penelitian kualitatif menurut Sutopo (2002:35)
yaitu menggambarkan atau menjelaskan tentang situasi yang sebenarnya untuk
mendukung penyajian data dari lapangan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian meliputi perilaku, persepsi, tindakan yang sifatnya secara
holistik dan naturalistik. Penafsiran kualitatif secara interpretatif atas pengalaman
manusia dengan menggunakan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, serta
menggunakan metode yang sistematis. Oleh karena itu, dalam penelitian ini,
peneliti hendak mendeskripsikan dan menggali data tentang eksistansi kesenian
Dolalak sebagai kebudayaan daerah di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang,
Kabupaten Purworejo.
2. Strategi Penelitian
Menurut Sutopo (2002:123), “strategi penelitian adalah metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data”. Strategi merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
bagian dari desain penelitian yang dapat menjelaskan bagaimana tujuan penelitian
akan dicapai dan bagaimana masalah yang dihadapi di dalam penelitian akan
dikaji dan dipecahkan untuk dipahami. Beberapa strategi atau model penelitian
kebudayaan yang perlu dipilih, yaitu fenomenologi, etnografi, grounded theory,
etnometodologi (analisis wacana), dan sebagainya. Dalam pengumpulan data juga
dapat dilakukan dengan naturalistic observation dan indepth interview atau the
open ended or ethnographic (in depth) interview (Fontana dan Frey, 1994:365-
366) dan (Adler dan Adler, 1994:337). Berbagai model ini dapat terkait dengan
teori yang hendak disiapkan. Strategi semacam ini implikasinya bisa berupa
model-model atau pendekatan penelitian. Masing-masing strategi memiliki
implikasi dan arah yang berbeda-beda. Implikasi termasuk berkaitan dengan
aspek-aspek lain dari perangkat penelitian.
Schramm dalam K. Yin (2000:17) “esensi studi kasus, tendensi sentral
dari semua jenis studi kasus, adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan
tentang mengapa studi tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan
apa hasilnya. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
terpancang tunggal. Menurut HB. Sutopo (2002: 112) “Studi kasus tunggal adalah
penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu subjek)”.
Jumlah sasaran (lokasi studi) tidak menentukan suatu penelitian berupa studi
kasus tunggal ataupun ganda, meskipun penelitian dilakukan dibeberapa lokasi
(beberapa kelompok atau sejumlah pribadi), kalau sasaran studi tersebut memiliki
karakteristik yang sama atau seragam maka penelitian tersebut tetap merupakan
studi kasus tunggal. Terpancang artinya terfokus, maksudnya dalam penelitian ini
memfokuskan pada suatu masalah yang sudah ditetapkan sebelum peneliti terjun
ke tempat penelitian. Disebut tunggal karena penelitian ini merupakan penataan
secara rinci aspek-aspek tunggal. Menurut Sutopo (2002: 42) ”Aspek tunggal
dapat berupa suatu lembaga, sekelompok manusia dan satu kelompok kebudayaan
atau masyarakat”. Aspek tunggal atau karakteristik dalam penelitian ini yaitu
masyarakat di Desa Mlaran yang termasuk desa dimana tempat lahir dan
berkembangnya kesenian Dolalak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Sumber Data
Sumber data merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai data
dalam suatu penelitian. Ada empat sumber data penting yang dijadikan sasaran
penggalian informasi dalam penelitian. Sumber tersebut meliputi: (1) Subjek
penelitian, (2) informan, (3) peristiwa dan tempat, (4) dokumen dan arsip,
(5) studi pustaka. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat
Desa Mlaran Kabupaten Purworejo. Informan yang dipilih dalam penelitian
adalah orang yang dapat memberikan keterangan yang diperlukan dalam
penelitian. Informan tersebut meliputi :
1) Tokoh budaya
2) Masyarakat Desa Mlaran
3) Kepala Desa
4) Pelatih tari Dolalak
Sumber data peristiwa atau aktivitas dalam penelitian berupa kegiatan
yang berkaitan dengan kesenian Dolalak. Sedangkan sumber data tempat adalah
Desa Mlaran Kabupaten Purworejo merupakan lokasi utama penelitian. Dokumen
yang merupakan sumber data dalam penelitian berupa buku yang berkaitan
dengan kesenian tradisional/kesenian daerah, khususnya kesenian Dolalak. Selain
itu, beragam foto dan catatan lapangan mengenai eksistansi kesenian Dolalak.
Sedangkan studi pustaka dilakukan dibeberapa perpustakaan FKIP UNS,
perpustakaan UNS dan perpustakaan yang mendukung lainnya yang mempunyai
referensi yang berkaitan dengan kesenian tradisional/kesenian daerah, khususnya
kesenian Dolalak .
D. Teknik Pengambilan Informan
Penelitian ini menggunakan teknik informasi berdasarkan kunci dan
informan pendukung. Menurut Spradley (1997:61), kriteria pemilihan informan
yaitu enkulturasi penuh, keterlibatan langsung, suasana budaya yang tidak
dikenal, waktu yang cukup, non analitis. Selain itu ada pertanyaan dasar dalam
menentukan informan yang benar adalah dengan pemilihan informan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
memadai, dan dengan menanyakan kepada mereka berbagai hal yang mereka tahu
dan kuasai. Dengan kata lain, kita harus mengadakan seleksi para informan yang
mempunyai kemampuan yang kita butuhkan. Penentuan informan dilakukan
dengan menggunakan jaringan, yaitu berdasarkan informasi yang diperoleh dari
pemilihan masyarakat/warga yang bertempat tinggal di Desa Mlaran, Kecamatan
Gebang, Kabupaten Purworejo melalui perkenalan di daerah tersebut. Selain itu,
penentuan informan melalui pelaku budaya di daerah tersebut, dalam hal ini
peneliti mengambil informan dari tokoh budaya, masyarakat Desa Mlaran, kepala
desa Mlaran, pelatih tari Dolalak di salah satu sanggar tari yang ada di daerah
tersebut.
E. Teknik Pengumpulan Data
Mengutip pendapat sanapiah faisal dalam bukunya Format-format
Penelitian Sosial (2001 : 29), “ apapun format penelitiannya, suatu penelitian
paling tidak melewati lima tahap global. Kelima tahap global tersebut terdiri dari
pemilihan dan analisis masalah, penentuan metodologi, pengumpulan data,
pengolahan, analisis dan interpretasi data, dan menyusun laporan”. Jadi teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dan perlu dilakukan
dalam metode penelitian, karena dalam teknik pengumpulan data membahas
instrumen atau alat untuk mengumpulkan data.
Menurut pendapat Abdurrahman Fathoni (2005 : 104), “ada empat
macam teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian, yakni
observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi.” Mengacu pada pendapat
tersebut, penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data juga
untuk memperoleh keterangan yang benar-benar akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan. Tehnik tersebut meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Teknik Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap obyek dengan menggunakan seluruh indra (Arikunto 1998: 128).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Menurut Sutrisno (1983: 136) observasi yaitu pengamatan terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki. Jadi, berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa observasi adalah kegiatan yang tidak terbatas pada satu
obyek pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung
juga bisa menggunakan kuesioner.
Observasi yang peneliti lakukan terhadap obyek untuk memperoleh data
di lapangan Observasi juga dilakukan pada kegiatan yang dilakukan di sanggar
tari yang meliputi: latihan rutin yang diadakan setiap hari tertentu yang diadakan
di Sanggar Tari Dolalak “Sri Arum” di Desa Mlaran Kabupaten Purworejo.
Observasi dilaksanakan dengan tujuan untuk dan mengamati lebih
mendalam kegiatan yang dilakukan di Desa Mlaran yang bersangkutan dengan
perkembangan kesenian Dolalak, hingga memunculkan ide dan kreatifitas dalam
mempertahankan keeksisan kesenian tradisional Dolalak dan mengembangkannya
tidak hanya di Kabupaten Purworejo saja tapi juga hingga ke ranah yang lebih
luas.
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan seseorang baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk mendapatkan informasi yang diperlukan (Arikunto
1996: 145).
Guba dan Lincoln (1991) membagi wawancara dalam 4 bentuk yaitu:
a) Wawancara oleh tim,
b) Wawancara tertutup dan terbuka,
c) Wawancara riwayat secara lisan,
d) Wawancara terstruktu dan tak terstruktur
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur meskipun lebih cenderung pada
wawancara tidak terstruktur yaitu pewancara menetapkan sendiri masalah –
masalah serta pertanyaan tidak disusun lebih dahulu namun disesuaikan dengan
karakter dan ciri responden, sehingga wawancara mengalir seperti dialog atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
percakapan sehari-hari. Wawancara dilakukan terhadap Lurah Desa Mlaran,
Pelatih tari Dolalak, tokoh kesenian Dolalak, pemain musik Dolalak, penari
Dolalak, dan masyarakat setempat.
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Arikunto (1998: 234) teknik dokumentasi adalah salah satu
usaha untuk mencari data dan variable yang berupa catatan, transkrip, surat kabar,
majalah, agenda, buku, prasasti, notulen rapat, leger, foto, video, VCD, dan kaset.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, beberapa pertimbangan peneliti memilih
teknik dokumentasi yaitu sebagai berikut:
a. Dokumentasi merupakan sumber data yang stabil dalam menunjukkan
suatu fakta
b. Teknik okumentasi mudah didapat dan peristiwanya telah berlangsung.
c. Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya
d. Dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga
e. Data dapat ditinjau kembali bila diperlukan
F. Validitas Data
Validitas termasuk suatu ukuran yang akan menunjukkan tingkat
kesahihan atau keabsahan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid atau
sahih apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Arikunto 1998:
160). Pengujian validitas atau keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data untuk pengecekan dan pembanding terhadap data tersebut
(Denzim dalam Moleong 1999: 178). Jadi informan yang berbeda-beda dengan
mengkategorikan informan yang berada di Desa Mlaran. Pengecekan balik untuk
memperoleh derajat kepercayaan (validitas) dilakukan dengan ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. Membandingkan persepsi informan yang satu dengan informan yang lain
tentang eksistansi kesenian Dolalak sebagai identitas budaya daerah di
Kabupaten Purworejo pada umumnya dan Desa Mlaran pada khususnya
b. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
yaitu membandingkan antara persepsi informan dengan pengamatan yang
sebenarnya tentang eksistansi kesenian Dolalak sebagai identitas budaya
daerah
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan informan. Dalam hal ini mencari
data dari tokoh yang bersangkutan dengan kesenian Dolalak dengan
masyarakat biasa yang tinggal di Desa Mlaran untuk menvari jawaban
tentang eksistansi kesenian Dolalak sebagai identitas budaya daerah.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu kegiatan dalam penelitian berupa
penarikan kesimpulan yang akan menjawab masalah penelitian terhadap data yang
dikumpulkan secara terperinci dan valid. Milles dan Huberman (dalam Rohidi
1992) menyatakan bahwa data yang muncul dari penelitian kualitatif berupa kata-
kata bukan rangkaian angka. Sugiyono (2008:246-253) juga memaparkan, analisis
model Miles dan Haberman meliputi tahap reduksi data, tahap penyajian data,
tahap kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
melakukan pendekatan diskriptif kualitatif dalam penelitian ini dengan proses
analisis data, dalam proses ini meliputi tiga jalur kegiatan yaitu: reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penjelasan dari ketiga
tahap tersebut adalah :
1. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2008:247), “mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.” Jadi reduksi data akan membantu memperjelas data yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dikumpulkan. Prosesnya yaitu, setelah peneliti masuk ke lapangan untuk
melakukan pengumpulan data, maka akan diperoleh data yang jumlahnya banyak.
Langkah pertama yang akan diambil setelah data berhasil dikumpulkan adalah
mereduksi data.
2. Tahap Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah penyajian data.
Menurut Sugiyono (2008:249), “penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya.” Dalam hal ini, peneliti menggunakan penyajian data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah berupa teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Tahap ketiga dari analisis data model Miles dan Huberman adalah tahap
penarikan kesimpulan dan verivikasi. Menurut Sugiyono (2008:252-253),
“kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dapat dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan dikembangkan setelah
penelitian berada di lapangan.” Jadi rumusan masalah yang telah dirumuskan
sebelumnya tidak bisa dijadikan sebagai patokan sepenuhnya karena mungkin
akan berkembang bahkan berubah dari yang dirumuskan sebelumnya.
Berikut adalah bagan yang menjelaskan ketiga proses/tahap analisis data
yang telah disebutkan di atas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 3.1. Teknis Analisis Data Model Miles dan Haberman
H. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian kualitatif tidak dapat ditentukan secara pasti
seperti halnya penelitian kuantitatif. Menurut Husnaini Usman dan Purnomo
Setiady A (2000:82-84), langkah penelitian kualitatif dapat dibagi menjadi lima,
antara lain:
a. Studi pendahuluan untuk penjajagan keadaan di lapangan agar lebih
fokus,
b. Pembuatan pradesain penelitian yaitu membuat desain tentang teori,
instrumen penelitian dan mendesain analisis data,
c. Seminar pradesain yaitu melakukan seminar sebagai umpan balik dari
proposal penelitian untuk mengadakan perbaikan tulisan,
d. Pengumpulan data dan memasuki lapangan meliputi memilih lokasi atau
tempat, informan (pelaku) dan kegiatan (aktivitas) di lapangan.
e. Analisis data yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan (verifikasi).
Akan tetapi langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah
dengan mengambil prosedur penelitian dari Sutopo (2002:187-190) yang meliputi
empat tahap :
Pengumpulan data
Reduksi data
Penarikan
kesimpulan
Penyajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
1. Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian yang meliputi pengajuan judul dan tulisan
proposal penelitian kepada dosen pembimbing
b. Membuat desain penelitian yaitu dengan mengumpulkan bahan atau
sumber materi penelitian yang berasal dari lapangan berupa data dan
pengamatan awal, serta menyiapkan instrumen penelitian atau alat
observasi
c. Mengurus perijinan penelitian
2. Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan
pegamatan berperan serta atau observasi partisipan
b. Membuat fieldnote (catatan lapangan) dan ranskrip hasil wawancara
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan
3. Analisis Data
a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai desain penelitian yang
meliputi reduksi data (pembuatan matriks hasil penelitian lapangan),
penyajian data (pembuatan matriks hasil lapangan dengan matriks teori),
dan penarikan kesimpulan (verifikasi)
b. Mengembangkan hasil interpretasi data dengan analisis lanjut kemudian
disesuaikan dengan hasil temuan di lapangan
c. Melakukan pengayaan dalam menganalisis data yang sudah ada dengan
dosen pembimbingnya
d. Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian
4. Penyusunan Laporan Penelitian
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan yaitu mendeskripsikan laporan yang telah disusun
dengan dosen pembimbing
c. Melakukan perbaikan laporan sesuai hasil diskusi
d. Penyusunan laporan akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Desa Mlaran
Desa Mlaran merupakan salah satu dari 25 desa yang terletak di
Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Desa Mlaran
mempunyai jarak 10 km dari kota Kabupaten Purworejo. Sampai sekarang belum
ada yang mengetahui secara pasti tahun berdirinya desa Mlaran. Masyarakat Desa
Mlaran mengartikan istilah “Mlaran” dengan inti yang sama, yaitu berasal dari
kata “melar ing paran” yang artinya sukses di perantauan. Jadi menurut mereka
masyarakat desa ini bisa sukses setelah merantau dan orang-orang yang sudah
sukses di perantauan kembali lagi ke desa untuk membangun dan
mengembangkan desanya.
Gambar 4.1. Peta Desa Mlaran
Secara geografis, Desa Mlaran terletak di ketinggian 42-72 m-dpl dengan
sebagian besar wilayahnya datar sampai bergelombang sebanyak 70%. Untuk
mencapai tempat ini pun memerlukan kesabaran dan harus hati-hati, karena jarak
yang ditempuh dari kota cukup jauh. Jalan yang ditempuh pun cukup berbahaya
bagi yang belum pernah mengunjunginya. Hal ini dikarenakan jalannya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
cukup berliku dan rusak. Jalan yang rusak yaitu dari Berjan, Seren, Winong,
Mlaran, Gebang, itu semua bahkan sudah tidak layak disebut sebagai jalan raya
lagi.
Gambar 4.2. Jalan yang Rusak
Secara detail, Desa Mlaran terletak di perbatasan wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Desa Ngemplak, Pelutan
Sebelah Timur : Desa Bendosari
Sebelah Selatan : Desa Winong Lor, Kroya
Sebelah Barat : Desa Jati Wangsan, Sutoragan
Arah Desa Mlaran dari kota kabupaten Purworejo yaitu sebelah barat
kota Kabupaten Purworejo, tepatnya di Purworejo bagian barat dekat dengan
perbatasan Purworejo dengan Kebumen. Sarana dan prasarana Desa Mlaran dirasa
masih kurang memadai. Desa Mlaran tidak memiliki layanan internet seperti
warung internet (warnet) maupun area hotspot. Walaupun demikian,
masyarakatnya juga tidak tertinggal oleh kemajuan jaman. Hal ini dibuktikan
dengan sebagian besar masyarakat sudah memiliki elektronik dan alat komunikasi
yang canggih seperti televisi (TV), tape, DVD, kulkas, Hand Phone (HP),dan lain-
lain. Selain itu juga sebagian warga Desa Mlaran sudah memiliki alat transportasi
pribadi yang berbahan bakar minyak, seperti sepeda motor, bahkan mobil pribadi.
Jadi walaupun desa ini termasuk daerah yang jauh dari jalan raya, namun
masyarakatnya memiliki perekonomian yang sebagian besarnya sudah
berkecukupan. Hanya saja perhatiannya terhadap sarana dan prasarananya seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
jalan raya yang masih kurang dan sangat perlu perhatian lebih dari pemerintah
daerah.
Desa Mlaran terdiri dari 5 dusun, 5 RW, dan 13 RT dengan lokasi seluas
313,243 Ha. Seperti halnya desa-desa lain, potensi perangkatnya terdiri dari
Seorang Kepala Desa (Kades), satu orang Sekretaris Desa (Sekdes), lima orang
kaur dan lima Kepala Dusun (Kadus). Desa Mlaran mempunyai jumlah penduduk
1774 orang yang terdiri dari 962 orang laki-laki dan 812 orang perempuan, dan
dengan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) berjumlah 73 RTM.
Berkaitan dengan proses fasilitasi pembuatan dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa Mlaran merupakan kebutuhan yang
mendesak terutama proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara
partisipatit dan demokratis. Dokumen RPJM-Desa tersebut mendapat dukungan
dan legalitas dari semua unsur masyarakat. Letak topografis tanahnya datar,
dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian,
perkebunan dan perikanan sehingga sebagian besar masyarakat desa adalah petani
dan petani penggarap.
Setiap pemerintahan di suatu daerah pasti mengalami pergantian
pemimpin, begitu juga pemerintahan di Desa Mlaran. Sejak berdirinya, Desa
Mlaran di pimpin oleh Kepala Desa hingga saat ini sudah berganti 8 kali, yaitu:
1. Padmo Tahun 1942 s/d 1943
2. Idris Tahun 1943 s/d 1947
3. Wakhiri Tahun 1947 s/d 1977
4. Taman Tahun 1977 s/d 1982
5. Jaet Tahun 1982 s/d 1990
6. Hasim Tahun 1990 s/d 1998
7. Supardi Tahun 1998 s/d 2006
8. Bambang Purwanto Tahun 2006 sampai sekarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
Masyarakat di desa Mlaran memiliki tingkat sosial dan keramahan yang
cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan sikap warganya terhadap orang yang
dikenal maupun yang belum dikenal. Selain itu juga masih sering dijumpai warga
yang berkumpul dan bersenda gurau satu sama lain membicarakan sesuatu hal.
Desa Mlaran juga masih bersifat tradisional dan agraris. Hal ini dibuktikan dengan
Letak topografis tanahnya datar, dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk lahan pertanian, dan perkebunan. Sehingga sebagian besar
masyarakat desa adalah petani dan petani penggarap. Desa Mlaran memiliki
130,120 Ha wilayahnya berupa tanah sawah dan sebesar 10,00 Ha wilayahnya
berupa tegal dan perkebunan.
Masyarakat desa Mlaran merupakan masyarakat yang berbudaya dan
memiliki produktifitas baik di bidang pertanian maupun kesenian yang cukup
tinggi. Walaupun banyak warga yang belum memiliki pekerjaan yang tetap
mereka masih dapat hidup dan berkembang dengan usaha dan kreatifitas masing-
masing. Dengan keadaan yang sederhana mereka tetap tidak meninggalkan
kebudayaan dan kesenian yang melekat di desa Mlaran, yaitu kesenian Dolalak.
Mereka tetap melestarikan kesenian Dolalak di tengah-tengah kemajuan jaman.
Prestasi yang diraih di bidang kesenian ini cukup memuaskan. Usaha pelestarian
tersebut hingga dikenal oleh masyarakat daerah lainnya. Bahkan hingga desa
Mlaran dikenal sebagai Mlaran Dolalak, Desa Dolalak, ada juga yang menyebut
Kampung Dolalak.
Kebudayaan termasuk tingkat pelayanan Pemerintah Desa bidang sosial.
Dalam upaya perkembangan budaya dan kesenian daerah, desa Mlaran memiliki 1
buah sanggar kesenian. Sanggar ini ditujukan untuk melatih menari dolalak,
bermain musik, dan nyinden (nyanyian untuk iringan tarian Dolalak). Namun
sanggar ini tidak memiliki rutinitas maupun jadwal belatih yang teratur. Seperti
yang diungkapkan oleh pelatih kesenian Dolalak, bahwa “...kami tidak melakukan
latihan secara rutin, cuma pas ada yang menanggap saja”. Berdasarkan ungkapan
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka berlatih hanya jika mereka menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tawaran untuk manggung di suatu acara. Jadi sanggar ini terkesan sepi dan seperti
bukan sanggar.
Penyebaran penduduk di desa Mlaran sudah merata. Walaupun gedung
sekolah masih sedikit, namun pendidikannya masih diutamakan di seluruh lapisan
masyarakat di desa Mlaran. Jumlah sekolah Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak 2
buah dengan murid sebanyak 36 siswa, dan tenaga pengajar sebanyak 5 orang.
Untuk jumlah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 buah dengan murid sebanyak 225
siswa, dan tenaga pengajar sebanyak 15 orang. Walaupun demikian ada juga
sebagian masyarakat yang kurang memperhatikan pendidikan dikarenakan faktor
biaya dan kurangnya wawasan mengenai pentingnya pendidikan.
3. Eksistensi Kesenian Dolalak di Desa Mlaran
Kesenian tari Dolalak merupakan sabuah tarian rakyat yang menjadi
primadona tari tradisional di Purworejo. Dolalak adalah kesenian khas dari
Kabupaten Purworejo, tepatnya berasal dari Desa Mlaran. Sejarah terciptanya
tarian Dolalak yang menjadikan tarian khas dari Purworejo ini konon bermula dari
peniruan oleh beberapa pengembala terhadap gerakan tarian dansa serdadu
Belanda. Tarian yang sudah eksis sejak sekitar 85 tahunan ini telah merebak
hampir di setiap desa di wilayah Purworejo.
Tarian ini merupakan peninggalan pada zaman penjajahan Belanda. Asal
kata Dolalak adalah dari not Do dan La karena tarian ini diiringi hanya dengan
alat musik dua nada, tentunya pada zaman dulu awal mula Dolalak. Namun ada
juga yang mengartikan istilah Dolalak dari kata Do dan Lala (menari, bersenang-
senang), yang artinya sebuah tarian pada jaman Belanda untuk mengungkapkan
rasa bahagia dan bersenang-senang sambil bernyanyi dan menari. Dolalak diiringi
musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang, dan sebagainya.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, tarian Dolalak sekarang sudah
diringi dengan musik modern, yaitu keyboard.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 4.3. Alat Musik Pengiring Kesenian Dolalak
Dolalak dimainkan oleh satu kelompok penari yang terdiri dari 12 orang
penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria,
atau seluruhnya wanita). Pada awalnya penari Dolalak dilakukan oleh laki-laki,
namun sesuai perkembangan jaman dan minat audiens, mulai tahun 1976 sampai
sekarang penari Dolalak hanya dilakukan oleh para wanita, berseragam hitam
dengan aksesoris yang gemerlapan juga ada aksesoris yang khas yaitu kacamata
hitam. Jadi, sekarang ini sudah jarang sekali dijumpai penari Dolalak laki-laki,
kebanyakan dilakukan oleh para wanita.
Secara detail, kostum mereka terdiri dari : Topi pet (seperti petugas
stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki
tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Pada masa penjajahan Belanda, para
serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan
diiringi dengan nyanyian. Oleh orang Jawa, nyanyiannya menggunakan nyanyian
yang berisi sindiran seperti pantun. Sesuai perkembangan jaman, lagu-lagu yang
dimainkan lebih bervariasi dan beragam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 4.4. Kostum dan Aksesoris Penari Dolalak
Tarian Dolalak saat ini sudah berkembang pesat bahkan sudah menjadi
brand image Kabupaten Purworejo khususnya Desa Mlaran sebagai daerah asal
kesenian Dolalak. Dolalak semakin populer di kalangan generasi muda. Hal ini
tidak luput dari peran Pemerintah Daerah Purworejo yang terus mengembangkan
dan melestarikan kesenian asli daerah ini. Bahkan di setiap event-event tingkat
nasional kesenian Dolalak selalu tampil sebagai suatu kesenian yang unik.
Dalam pertunjukan Dolalak, yang membuat unik dan paling menarik
dari tari Dolalak adalah ketika penari memasuki tahap tarian trance. Biasanya
para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (tidak sadarkan
diri) atau yang sering disebut dengan istilah kesurupan. Penari-penari Dolalak bisa
mengalami trance, yaitu suatu kondisi mereka tidak sadar karena sudah begitu
larut dalam tarian dan musik. Saat penari mengalami trance yang ditandai dengan
mengenakannya kaca mata hitam, penari akan mampu menari berjam-jam tanpa
henti. Selain itu gerak tariannya pun berubah menjadi lebih energik dan
mempesona. Tingkah mereka bisa aneh-aneh dan lucu. Ketika dalam kondisi
kesurupan (tak sadar) biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa, dan
sebagainya. Kadang hingga ada yang sampai makan beling kaca, bunga, dan lain-
lainnya yang tidak sewajarnya untuk dimakan. Namun kesadaran penari akan
pulih kembali setelah sang dukun “mencabut“ roh dari tubuh sang penari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Menurut beberapa narasumber, awal mula kesenian dolalak dari desa
Mlaran kecamatan Gebang dan dirintis oleh bapak Karyadi yang tidak lain adalah
sesepuh Desa Mlaran. Pada jaman dahulu, waktu masih jaya bpk Karyadi selalu
memenangkan festival yang diadakan di Purworejo. Kesenian yang menjadi no
satu tersebut bernama group Dolalak Sri Dadi dari Mlaran. Kesenian tersebut juga
mendapatkan sponsor rokok Djarum 76 sampai pentas ke Ancol dan tempat
penting lainnya. Namun sekarang sudah terpecah belah menjadi beberapa group
kesenian Dolalak. Jadi dalam satu desa Mlaran ada tiga group dolalak Sri Arum,
Sri Dadi dan satu lagi Sri Mulyo, dari kesemuanya group dolalak itu bapak
Karyadi yang memimpin dan kemudian diambil alih orang, itulah sedikit
komentar dan usulan pada pemda purworejo bagaimana supaya tarian dolalak dari
desa Mlaran pimpinan bapak Karyadi dipatenkan dan menjadi sumber awal mula
tarian dolalak yang diperbanyak oleh group-group lain di Purworejo. Di wilayah
Purworejo saja sudah banyak banyak group dolalak lain, takutnya nanti dolalak
diklaim negara lain misalnya Belanda yang menurut sejarah dulu waktu menjajah.
Keeksistensiannya Dolalak di Desa Mlaran sangat tinggi. Di setiap
lomba-lomba kesenian tingkat nasional kesenian Dolalak selalu menjuarai. Hal
inilah yang selalu mendorong Kesenian Dolalak selalu ditampilkan dalam
Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, Jambore Pramuka dari tingkat
daerah sampai Nasional, pertunjukkan budaya antar daerah, bahkan sudah
melanglang ke beberapa negara di Asia dan Eropa. Oleh karena itu Dolalak
dipatenkan sebagai kesenian asli Indonesia pada umumnya dan menjadi kesenian
asli daerah Kabupaten Purworejo pada khususnya. Hal ini bertujuan agar Dolalak
tidak diklaim sebagai milik perseorangan, daerah, atau bahkan bangsa lain.
Dolalak di Desa Mlaran semakin berkembang bahkan dikenal di luar
daerah Mlaran. Setelah kesenian ini ditayangkan di salah satu televisi nasional,
peminat dan penanggapnya juga ada yang berasal dari pulau lain seperti
Kalimantan. Hal inilah yang membuat Desa Mlaran dikenal sebagai desa Dolalak.
Namun untuk mempertahankan keeksistensian kesenian Dolalak, dijumpai banyak
kendala, salah satunya yaitu biaya material yang dibutuhkan untuk
pengembangannya. Menurut para narasumber, pemerintah memang mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
perkembangan dan eksitensi kesenian Dolalak, namun tidak diimbangi dengan
bantuan materi berupa uang sebagai dana pelengkap. Kerja sama antara
pemerintah dan instansi kesenian di rasa masih kurang. Jadi para pendiri dan
pelatih Dolalak mengembangkan kesenian secara mandiri tanpa bantuan
pemerintah setempat. Mereka menggunakan kreatifitas dan usaha mereka masing-
masing untuk mempertahankan keeksisan kesenian Dolalak. Hal itulah yang
membuat kesenian tradisional Dolalak sedikit terhambat dalam biaya
pengembangannya.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh kesimpulan bahwa kesenian
mengalami perubahan dari tiap generasinya. Hal inilah yang membedakan
karakteristik antara keseniapn dolalak di tiap generasi secara tradisional dan
modern.
Tabel 4.1. Karakteristik Kesenian Dolalak
No. Jenis/Bentuk Tradisional Modern
1. Penari Laki-laki Mayoritas perempuan
2. Kostum/pakaian Membawa senjata dan
tanpa kacamata
Tanpa senjata dan
menggunakan kacamata
3. Alat musik
Hanya alat musik
tradisional saja (bedug,
kendang, rebana, dll)
Disertai alat musik
modern (gitar, organ,
drum, dll)
4. Tarian Gerakan tarian tradisional Disertai gerakan tarian
modern (goyangan erotis)
5. Lagu
Lagu asli dolalak
(ikan cucut, saya cari,
pakek nanti, makanlah
sirih, kelap-kelip, dll)
Disertai lagu tambahan
sesuai keinginan
penanggap/penonton
(dangdut,campur sari, dll)
Perubahan penyajian kesenian Dolalak tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat Purworejo pada umumnya dan masyarakat Desa Mlaran pada
khususnya merupakan masyarakat yang selalu berkembang mengikuti jaman.
Masyarakat setempat tidak merubah bentuk aslinya dari kesenian Dolalak
tersebut, tetapi hanya menambahkan beberapa variasi saja dalam penyajiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Kaitannya dengan masyarakat Purworejo pada umumnya, kesenian Dolalak
memiliki karakteristik yang sesuai degan masyarakat di Kabupaten Purworejo.
Tabel 4.2. Kaitan Antara Karakteristik Kesenian Dolalak dengan Masyarakat
Purworejo
No. Karakteristik Kesenian Dolalak Karakteristik Masyarakat Purworejo
1. Mayoritas penari wanita Menjunjung tinggi emansipasi wanita.
2. Kostum/pakaia seperti serdadu
Belanda
Jiwa patriotik dan nasionalis yang
tinggi
3. Alat musik Kreatifitas masyarakat yang tinggi
4.
Tarian yang lemah gemulai
namun juga terdapat tarian yang
enerjik
Keluwesan masyarakat terhadap
lingkungan sekitar dimana mereka
tinggal
5.
Isi lagu berupa gambaran realitas
kehidupan dan nasehat terhadap
sesama
Jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi
serta bertindak sesuai dengan tuntunan
ajaran agama
6. Terdapat unsur mistik dalam
penyajiannya
Sistem kepercayaan yang masih
melekat pada masyarakat setempat
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa kesenian Dolalak
memiliki karakteristik yang sesuai dengan masyarakat Kabupaten Purworejo. Dari
segi mistiknya, kesenian Dolalak sarat dengan unsur mistiknya, hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat tetap berpegang pada kepercayaan dan
kebudayaan nenek moyang meskipun jaman semakin berkembang.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Kabupaten Purworejo merupakan daerah yang dikenal sebagai pelopor di
bidang pendidikan dan dikenal sebagai wilayah yang menghasilkan tenaga kerja
di bidang pendidikan, pertanian dan militer. Para tokoh maupun tenaga kerja di
bidang pertanian pendidikan, militer, seniman dan pekerja lainnya oleh
masyarakat luas di tanah air dikenal sebagai orang-orang Bagelen, nama
kebangsaan dan yang disegani baik di dalam maupun di luar negeri
(Purworejokab). Kabupaten Purworejo juga memiliki berbagai macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kebudayaan dan kesenian. Salah satunya yaitu kesenian Dolalak yang berasal dari
Desa Mlaran dan dikembangkan di berbagai daerah di kabupaten Purworejo serta
dikenal tidak hanya di wilayah Purworejo saja tetapi juga di beberapa wilayah lain
di Indonesia. Eksistansi dari kesenian inilah yang saya jadikan objek penelitian.
1. Makna yang Terkandung dalam Kesenian Dolalak
Kebudayaan pada dasarnya berbeda jenis antara satu daerah dengan
daerah lain. Kebudayaan juga memiliki makna yang berbeda-beda antara satu
daerah dengan daerah lainnya. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai identitas
suatu daerah karena yang namanya identitas itu tidak sama antara satu dengan
yang lainnya. Hal ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Blumer yaitu
mengenai teori interaksi simbolik. Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip
utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa
(language), dan pikiran (thought). Premis ini nantinya mengantarkan kepada
konsep „diri‟ seseorang dan sosialisasinya kepada „komunitas‟ yang lebih besar,
masyarakat.
Blumer mengajukan premis pertama, bahwa human act toward people or
things on the basis of the meanings they assign to those people or things.
Maksudnya, manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada
dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain
tersebut. Once people define a situation as real, its very real in its consequences.
Pemaknaan tentang apa yang nyata bagi kita pada hakikatnya berasal dari apa
yang kita yakini sebagai kenyataan itu sendiri. Karena kita yakin bahwa hal
tersebut nyata, maka kita mempercayainya sebagai kenyataan.
Premis kedua Blumer adalah meaning arises out of the social interaction
that people have with each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang
dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu
atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul „dari sananya‟. Makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language) dalam
perspektif interaksionisme simbolik. Blumer menegaskan tentang pentingnya
penamaan dalam proses pemaknaan. Sementara itu Mead juga meyakini bahwa
penamaan simbolik ini adalah dasar bagi masyarakat manusiawi (human society).
Premis kedua Blumer adalah meaning arises out of the social interaction that
people have with each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang
dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu
atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul „dari sananya‟. Makna
berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language)—dalam
perspektif interaksionisme simbolik.
Premis ketiga Blumer adalah an individual’s interpretation of symbols is
modified by his or her own thought process. Interaksionisme simbolik
menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses
berpikir ini sendiri bersifat refleksif.
Kesenian merupakan salah satu contoh unsur budaya yang jika di lihat
antara kesenian di suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya. Kesenian
Dolalak mempunyai ciri dan makna tersendiri yang sesuai dan melekat dengan
masyarakat Purworejo. Perbedaannya dengan daerah lain yaitu selain di dalamnya
terdapat penari, penyanyi dan pemain musik untuk mengiringinya juga dapat
dilihat dari lagu, gerakan, dan kostumnya.
Terdapat juga bagian yang ditunggu-tunggu oleh penonton dan juga
dijadikan sebagai inti dari kesenian ini, yaitu terdapat unsur magi ketika penari
mengalami trance. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu warga setempat
“ndolalak kih seng paling apik yo nggon bagian mendeme soale le joged lincah
banget karo mangan beling. Dadine le ndelok ra marai bosen soale gumun karo
penasaran” (Slamet, 38, petani). Arti dari pernyataan tersebut adalah “ Dolalak itu
yang paling bagus ya di bagian kesurupannya karena yang menari lincah sekali
sambil makan pecahan kaca. Jadi yang nonton tidak bosan karena kagum dan
penasaran” (Slamet, 38, petani). Dapat kita ambil kesimpulan bahwa trance dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kesenian ini memiliki makna tersendiri dan menghibur bagi warga yang
melihatnya.
Berkaitan dengan ciri dari kesenian Dolalak yang khas itu yaitu dilihat
dari bentuk lagu, tarian, dan kostumnya. Seorang tokoh budaya dari Desa Mlaran
secara rinci menyebutkan judul lagu yang dinyanyikan di setiap babaknya sebagai
berikut :
Babak pertama nampilke telung tarian lan lagu “Selamat Datang”,
“Pambukane”, “Ikan Cucut”, “Kupu-kupu”, “Saya Cari”, “Atas Pisang”,
“Jalan-jalan Keras”, lan Tarian Tunggal. Bar kuwe tarian lagu ''Sekar
Mawar'' lan ''Saya Cari''. Sa’teruse tarian lagu “Kecil-kecil”, “Ikan
Cucut”, “Pakai Nanti”, “Atas Pisang”, “Bagi bagi”, “Jalan-jalan Alus”,
lan “Sungguhlah Jalan”. (Adiwarno, 75, Petani)
Gerakan dari penyajian Dolalak dimulai dari maju beksan yang diawali
dengan lagu Ikan Cucut, semua penari keluar memasuki arena pertunjukan dari
dua arah yang berlawanan dengan gerak Ngetol menthang kanan atau kiri, tangan
kanan atau kiri nekuk di depan puser dengan bentuk jari-jari ngrayung. Egan
berikutnya dilanjutkan ragam gerak dengan lagu: Pakek Nanti, Kembang Mlati,
Makanlah Sirih, Kembang Menur, Makanlah Sirih, Kembang Aren, Kelap-kelip,
Numpak Sepur, Main-main, Atas Pisang, dan Saya Cari (Pari Cempo). Pada
puncak sajian salah satu penari akan melakukan gerak kiprah yang
menggambarkan penari sedang trance atau mendem. Saat salah satu penari
melakukan gerak kiprah, penari yang lain membentuk setengah lingkaran di
depan penari yang kiprah. Penutup sajian Dolalak semua penari meninggalkan
arena pertunjukan dengan jalan Ngetol sama seperti saat memasuki arena
pertunjukan.
Ciri khas gerak Dolalak yaitu: Pencik,Kirig Ngetol, dan Siak tetap
menjadi inti garapan dan lebih dipertegas bentuk dan penampilannya serta gerak-
gerak lainnya yaitu dansa, taweng lilingan, kesutan, mbandul, tepis engklek,
lambean miwir sampur, dan kiprah yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. Pencik yaitu gerak kesamping kiri atau kanan dengan satu kak jinjit posisi
tanjak, tangan seperti tanjak bapang. Bila kaki kiri yang jinjit maka tangan
kanan lebih tinggi dari tangan kiri demikian sebaliknya (lihat gambar 4.5).
Gambar 4.5. Pose Gerak Pencik
(Sumber: Koleksi Melania 2006)
b. Kirig yaitu gerak menggetarkan bahu kiri dan kanan dengan pelaksanaan
gerak: pada posisi berdiri badan mendhak kaki rapat, kaki kanan jinjit,
kedua tangan malangkerik lalu kedua bahu digetarkan. Pose gerak kirig
dapat dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.6. Pose Gerak Kirig
(Sumber: Koleksi F. Untariningsih 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Ngetol yaitu berjalan mendhak sambil menggoyangkan pinggul yang
teknik pelaksanaan geraknya: kedua tangan ngrayung di depan puser, kaki
rapat, mendhak lalu jalan sambil menggoyangkan pinggul (lihat gambar
4.7)
Gambar 4.7. Pose Gerak Ngetol
(Sumber: Koleksi Melania 2006)
d. Siak yaitu seblak kedua tangan, tangan kiri tanpa sampur, tangan kanan
dengan sampur lalu ukel kanan, tanjak kaki kanan. Perhatikan gambar 4.8.
Gambar 4.8. Pose Gerak Siak
(Sumber: Koleksi Sanggar Tari Prigel 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
e. Dansa yaitu gerak bergandengan tangan antara 2 penari menggunakan dua
tangan kemudian kaki diangkat bergantian kiri dan kanan (engklek) sambil
kedua tangan yang bergandengan diayun ke samping kiri dan kanan.
f. Taweng lilingan yaitu tangan kanan atau kiri seperti ulap-ulap tetapi ibu
jari dan jari telunjuk ditekuk, badan sedikit membungkuk dan tangan
satunya di pinggang belakang.
g. Kesutan yaitu tangan kiri nekuk ngrayung, telapak tangan menghadap ke
atas di bawah tangan kiri, kaki kanan jinjit dilanjutkan tanjak kaki kanan,
tangan kanan diukel menghadap ke atas melingkari tangan kiri jadi
menthang. Tangan kiri naik ke atas dekat telinga kiri kemudian ukel buka
dan tutup (gambar 4.9).
Gambar 4.9. Pose Gerak Kesutan
(Sumber: Koleksi Sanggar Tari Prigel 2006)
h. Mbandul yaitu kaki kanan jinjit satu pecak di dekat kaki kiri. Tangan
kanan mengepal, ibu jari mengarah ke lutut kaki kanan, dilanjutkan
mengangkat kaki kanan diikuti tangan kanan nekuk ibu jari di bahu kanan.
i. Tepis Engklek yaitu menepukkan punggung tangan kanan ke telapak
tangan kiri sambil lari-lari kecil maju, kaki jejer dan engklek (meloncat
dengan satu kaki), pada saat engklek tangan kanan ditarik mendekati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
telinga kanan, telapak tangan kanan menghadap ke belakang dan tangan
kiri lurus dengan telapak tangan menghadap ke depan.
j. Lambean Miwir Sampur ( selendang) yaitu gerak jalan di tempat, kaki
kanan di depan, tangan kanan menjepit sampur tangan kiri lenggang tanpa
sampur.
k. Kiprah yaitu gerak yang dilakukan salah satu penari sebagai
penggambaran adegan trance jadi tidak benar-benar trance. Gerak kiprah
merupakan perpaduan dari beberapa gerak antara lain gerak kirig, taweng,
tepis engklek, menthang dua tangan, dan ulap-ulap (lihat gambar 4.10).
Gambar 4.10. Pose Gerak Kiprah
(Sumber: Koleksi Sanggar Tari Prigel 2006)
Urutan penyajian Dolalak yaitu diawali dengan Ikan Cucut, Pakek Nanti,
Kembang Mlati, Makanlah Sirih, Kembang Menur, Makanlah Sirih, Kembang
Aren, Kelap-kelip, Numpak Sepur, Main-main, Atas Pisang, dan Saya Cari (Pari
Cempo) serta diakhiri dengan kiprah (diambil dari wawancara Sri Wahyuningsih
dengan Eko Marsono 27 April 2007 dan R. Ciptosiswoyo 7 Mei 2007). Berikut
uraian geraknya:
a) Ikan Cucut :
Ngetol menthang tangan kanan atu kiri memasuki gawang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Ngetol menthang tangan kanan atau kiri
Siak
Kirig
Taweng kanan
Siak
Ngetol
Ngetol
Siak
Ngetol menthang tangan kanan atau kiri
Kirig malangkerik
Ngetol
Ngetol
Siak
Kirig lilingan
Ngetol ngrayung , pose Dansa
Dansa
Dansa
Siak
Pencik
Ngetol mundur
Siak
b) Pakek Nanti :
ukel tangan , badan ngentul
Kirig, menthang kiri, leyotan
Taweng kanan lilingan
Siak
Kesutan
Taweng kanan lilingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Siak
c) Kembang Mlati
Mbandul
Mbandul
Siak
Ngetol taweng kanan
Ngetol taweng kanan
Siak
d) Makanlah Sirih
Tepis, engklek
Tepis, engklek
Siak
Tepis, engklek
Ngetol taweng kanan
Siak
Tepis, engklek
Ngetol taweng kanan
Siak
e) Kembang Menur
Mbandul
Ngetol taweng kanan lilingan
Ngetol taweng kanan lilingan
Siak
f) Makanlah Sirih
Tepis engklek
Tepis engklek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Siak
Tepis engklek
Ngetol taweng kanan
Siak
Tepis, engklek
Ngetol taweng kanan
Siak
g) Kembang Aren
Mbandul
Ngetol taweng kanan lilingan
Ngetol taweng kanan lilingan
Siak
h) Kelap-kelip (2x)
Engklek menthang
Taweng kanan tanjak
Tanjak
Taweng kanan tanjak
Siak
Engklek menthang
Taweng kanan tanjak
Tanjak
Taweng kanan tanjak
Siak
Dansa engklek
Dansa jalan
i) Main-main
Kesut seling kirig
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Siak ukel wolak-walik
kesut seling kirig
Siak ukel wolak-walik
j) Atas Pisang
Tepis lari
Ogek lambung taweng kanan
Tepis lari
Ogek lambung taweng kanan
Tepis lari
Siak wolak walik
Lambean miwir sampur
Ngetol malang kerik
Tepis lari
Siak wolak walik
k) Saya Cari
Kirig
Taweng kanan
Tepis menthang kanan
Pencik
Siak ukel wolak walik
l) Aden saya minta
Tepis engklek silang tangan
Siak wolak walik
m) Pari cempo
Engklek muter
Ogek lambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Engklek muter
Ogek lambung
Engklek muter
Ogek lambung
n) Kiprah
Engklek muter
Ulap menthang
Ulap malang kerik
Ulap menthang
Kirig menthang kedua tangan
Jalan ngetol meninggalkan gawang tangan kiri ngrayung di depan
puser tangan kanan menthang ngrayung.
Gerakan-gerakan tersebut di atas menggambarkan kegembiraan pada
penari. Di lihat dari segi historisnya, dimana kesenian ini di lakukan oleh para
serdadu belanda yang sedang bersenang-senang dan diluapkan dengan menari
yang tidak beraturan sambil minum minuman beralkohol (mabuk). Istilah mabuk
itu sendiri oleh orang jawa disebut sebagai mendem atau trance (kesurupan). Oleh
orang jawa kemudian dimodivikasi sedemikian mungkin sehingga tariannya lebih
teratur dan enak untuk dilihat.
Kesenian Dolalak diiringi dengan lagu yang berupa pantun atau sindiran.
Syair lagu yang biasa dinyanyikan pada kesenian Dolalak Tradisional yang tiap
lagu hanya diambil beberapa bait saja adalah sebagai berikut:
Ikan Cucut
Ikan cucut jalan di laut, ikan cucut jalan di laut
Kena ombak bergoyang buntut
Andeng-andeng di atas mulut, andeng-andeng di atas mulut
Jangan mandeng nanti kepincut
Naik sepeda jangan diputar, naik sepeda jangan di putar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Kalau diputar rusak rodanya
Naik tangga jangan gemetar, naik tangga jangan gemetar
Kalau gemetar apa jadinya
Nasi putih apa ikannya, Nasi putih apa ikannya
Ikan sapi masak selada
Sakit hati apa obatnya, sakit hati apa obatnya
Diri sendiri yang ngobatinya
Gunung mana yang paling tinggi, gunung mana yang paling tinggi
Tidak melawan gunung Merapi
Dukun mana yang paling sakti, dukun mana yang paling sakti
Tidak melawan diri sendiri
Pakek Nanti
Pakek nanti kalau bilang-bilang melati
(kalau bilang-bilang melati)
Pakek nanti kalau bilang-bilang melati
(kalau bilang-bilang melati)
Banyu wudlu munggah langgar solat sembahyang
Pakek kereset mundun jemuwah mbopong Al-Qur‟an
(mudun jemuwah mbopong Al-Qur‟an)
Pakek angrudi mudun jemuwah mbopong berjanji
Makanlah Sirih
Kembang Mlati pantes den agem pro putri
Kembang Mlati pantes den agem pro putri
Ayo sedulur pada ajagi negari
Kembang Menur megar angglagah do sawur
Kembang Menur megar angglagah do sawur
Puji syukur mring anteping pro sedulur
Makanlah sirih ujung-ujungan, makanlah sirih ujung-ujungan
Kurang kapur-kurang kapur tambahlah soda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Saya di sini untung-untungan, saya di sini untung-untungan
Hidup rukun-hidup rukun pastilah sudah
Kembang Mawar megar gandane angambar
Kembang Mawar megar gandane angambar
Dadi rakyat amrihe pada sing sabar
Kelap-kelip
Kelap-kelip lampu di kapal, kelap-kelip lampu di kapal
Kapal goyang turun sekoci, kapal goyang turun sekoci
Mari-mari kita belajar, mari-mari kita belajar
Untuk bekal di hari nanti, untuk bekal di hari nanti
Saya ingin numpang bicara, saya ingin numpang bicara
Pada tuan-tuan semua, pada tuan-tuan semua
Ada salah seribu salah, ada salah seribu salah
(diselingi bunyi terbang dan kendang dua baris lagu)
Mari-mari kita gembira, mari-mari kita gembira
Kita gembira bersama-sama, kita gembira bersama-sama
Numpak Sepur
Jalan-jalan dinumpak sepur, jalan-jalan dinumpak sepur
Dinumpak sepur ke Surabaya, dinumpak sepur ke Surabaya
Main-main
Main-main, main lentera (main-main, main lentera)
Main-main, main lentera (main-main, main lentera)
Lentera Jawa lampu duduk di atas meja
(Lampu duduk di atas meja)
Padang njero padange njobo (padang njero padange njobo)
Padang njero padange njobo (padang njero padange njobo)
Samar wonge ora samar suarane
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Atas Pisang
Di atas pisang di bawah jantung, di atas pisang di bawah jantung
Undur-undur di pinggir kali
Dia terpasang dia tergantung, dia terpasang dia tergantung
Asal dapat si jantung hati
Kupu-kupu terbang di klambu, kupu-kupu terbang di klambu
Saya tembak kena dadanya
Putih kuning di dalam jantung, putih kuning di dalam jantung
Saya coba apa rasanya
Saya Cari
Saya Cari manis kembang Melati di saya cari
Manis kembang Melati-melati suka yang manis kepada saya
Aden saya minta aden semula boleh
Aden saya minta aden semula boleh
Boleh kasih tuan yang manis kepada saya
Pari cempo sri kuning genjah cemara
Pari cempo sri kuning genjah cemara
Remu-remu wong manis kakehan senggu
Maksud dari syair-syair diatas adalah berisi tentang nasehat atau
peringatan antara manusia satu terhadap manusia lainnya. Nasehat tersebut
mengenai kehidupan nyata yang telah dilihatnya dan dipelajarinya, kemudian
dituangkan ke dalam bentuk pantun yang dilagukan.
2. Alasan Kesenian Dolalak Mampu Dijadikan sebagai Identitas
Kebudayaan Daerah Kabupaten Purworejo
Setiap kumpulan masyarakat yang sering disebut dengan desa maupun
wilayah memiliki kesenian yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain.
Hal ini yang dapat dijadikan sebagai identitas suatu daerah. Agar suatu daerah
tetap dikenal dan tidak terisolir, masyarakat melakukan pembangunan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menunjukkan hasil karya dan prestasi yang tidak terlupakan. Desa Mlaran yang
terletak di Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo, merupakan salah satu desa
yang mempertahankan keeksisan kebudayaan daerahnya yang berupa kesenian
Dolalak. Kesenian inilah yang dijadikan sebagai kesenian daerah di Kabupaten
Purworejo.
Penelitian yang saya lakukan, saya menemui beberapa informan yang
mengemukakan tentang Alasan Dolalak mampu dijadikan sebagai identitas
kesenian di Kabupaten Purworejo. Dalam sejarahnya, Dolalak merupakan tarian
rakyat jenis slawatan yang pementasannya dilakukan secara berpasang-pasangan.
Seperti yang dikemukakan oleh bapak Akhmad Khoirudin selaku sesepuh desa
Mlaran, “Dolalak nitip legowo saking berjanji.” (Akhmad Khoirudin, 73, petani).
Jadi maksudnya dolalak berisi titipan pesan-pesan dari al-berjanji. Berjanji disini
berupa tuntunan-tuntunan dan petunjuk-petunjuk yang diajarkan dalam al kitab
yang di kemas dalam bentuk lagu, biasanya disebut dengan solawatan. Jadi
menurut beliau, alasan Dolalak mampu dijadikan sebagai identitas kesenian di
Kabupaten Purworejo pada Umumnya dan Desa Mlaran pada khususnya, karena
Dolalak mengemban pesan-pesan moral dan spiritual yang baik dan sangat cocok
untuk seluruh masyarakat Purworejo pada umumnya.
Menurut bapak Narto Narimo selaku pelatih kesenian Dolalak di sanggar
seni “Sri Arum” bahwa “alasan kesenian Dolalak dijadikan sebagai identitas
kesenian daerah di Kabupaten Purworejo yaitu karena menurut sejarahnya cikal
bakal kesenian ini berasal dari Purworejo tepatnya di Desa Mlaran dan kesenian
ini juga hanya ada di Purworejo saja, tidak ada di daerah lain” (Narto Narimo, 43,
Petani). Lain halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh bapak Adiwarno
selaku tokoh budaya Desa Mlaran yang dulunya juga pernah menjadi penari dan
pelatih kesenian Dolalak. Beliau memiliki sanggar dan group kesenian Dolalak
yang bernama Sri Mulyo. Namun sekarang sudah tidak seeksis dulu dikarenakan
anggotanya yang sudah banyak merantau, selain itu juga banyaknya sanggar yang
masih muda dan dengan wajah yang lebih segar. Bapak umur 75 tahun ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
mengungkapkan bahwa alasan kesenian Dolalak mampu dijadikan sebagai
identitas kesenian di Kabupaten Purworejo yaitu karena minat dan kekaguman
masyarakat pada umumnya terhadap kesenian Dolalak.
“... Kadoso wayang golek meniko koyo ora ono wong sing nanggap. Kulo
gadah akal, jajal tak dadi dalang dolalak. Lajeng sami saged. Lah niko
dipun tanggap tiyang nggen kagungan kerso. Coro dagangane payune laris
banget. Mulai tahun sakpiturutipun tahun 90 laris banget mboten nate
prei.” (Adiwarno, 75, petani).
Dalam percakapan tersebut, yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia,
beliau mengemukakan bahwa “... seperti wayang golek itu seperti tidak ada yang
menanggap. Saya punya akal, coba menjadi dalang Dolalak. Kemudian bisa
semua. Yang kemudian ditanggap orang yang sedang punya hajat. Seperti halnya
dagangan yang laku keras. Mulai tahun sepanjang tahun 90 laku keras tidak
pernah libur.” Jadi para peminat dan masyarakat Purworejo lah yang membuat
kesenian Dolalak mampu menjadi identitas kesenian di Purworejo pada umumnya
dan Desa Mlaran pada khususnya sebagai tempat awal berdirinya kesenian
Dolalak.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa intinya alasan
dari kesenian Dolalak dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Purworejo
menurut pendapat warga Desa Mlaran yaitu dilihat dari segi historisnya, dimana
kesenian ini cikal bakalnya berasal dari kebiasaan orang Belanda pada masa
penjajahan yang yang tinggal di barak-barak di kawasan Purworejo. Mereka
bersenang-senang dengan cara menari dan mabuk-mabukan, yang pada akhirnya
ditiru oleh warga pribumi yang ada di wilayah tersebut. Selain itu kesenian
Dolalak juga hanya ada di Purworejo saja sebelum pada akhirnya dikembangkan
ke daerah lain dan dikenal di daerah lain. Alasan lainnya yaitu dilihat dari segi
moralnya, kesenian ini berisikan petunjuk-petunjuk yang baik dan sesuai dengan
kepribadian warga di Purworejo pada umumnya. Alasan lain mengapa kesenian
Dolalak yang dipilih yaitu karena kesenian ini lebih diminati oleh masyarakat
Purworejo pada khususnya dibandingkan kesenian lainnya di Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Purworejo. Kesenian Dolalak lebih diterima di masyarakat dan sangat menghibur
masyarakat pada umumnya.
3. Peran Kesenian Dolalak dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Mlaran
Kesenian Dolalak ini merupakan salah satu dari kesenian daerah. Karena
kesenian ini lahir di tengah-tengah masyarakat pada masa penjajahan dan
memiliki unsur-unsur mistik yang masih melekat pada masyarakat sampai
sekarang ini. Namun kesenian ini masih simpang siur tempat asal mulanya dan
penciptanya belum diketahui. Ada yang mengatakan kesenian Dolalak berasal dari
Mlaran, ada yang mengatakan dari Kaligesing, ada juga yang mengatakan dari
Grabag bahkan Sejiwan.
Menurut bapak Narimo, “Sebenarnya yang namanya Dolalak cikal bakal
dari Mlaran, terus dari daerah lain disuruh mengembangkan” (Narto Narimo, 43,
Petani). Jadi dari segi historisnya, kesenian ini asli dari Purworejo, dimana cikal
bakalnya berasal dari Desa Mlaran dan dikembangkan di daerah lain seperti
Kaligesing, Grabag, Sejiwan. Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh bapak
Ahmad Khoirudin selaku sesepuh Desa Mlaran, beliau mengemukakan pendapat
yang berbeda degan narasumber lainnya.
“... Pendiri Dolalak adalah pak Karyadi saking Mlaran, namung Dolalak
asale saking Grabag. Pelatihe niku namine Jasman ....” (Akhmad
Khoirudin,73,petani)
Jadi jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maksud dari
pendapat bapak Ahmad Khoirudin adalah “... pendiri Dolalak adalah pak Karyadi
dari Mlaran, tetapi Dolalak berasal dari Grabag. Pelatihnya itu bernama Jasman
....” (Akhmad Khoirudin,73,petani). Dengan kata lain Dolalak merupakan
percampuran dari dua daerah di Kabupaten Purworejo yaitu seorang pendiri yang
berasal dari Mlaran dan pelatihnya yang berasal dari Grabag. Jadi masih adanya
kebingungan terhadap tempat asal berdirinya kesenian Dolalak.
Kesenian ini juga telah mengalami banyak perubahan. Walaupun
kesenian Dolalak sudah mengalami banyak perubahan namun kesenian ini masih
tetap eksis dan intinya masih tetap sama dengan aslinya, hanya saja mendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
penambahan-penambahan tertentu pada bagian-bagian tertentu seperti syair,
musik pengiring dan penarinya. Kesenian juga memiliki peranan penting dalam
kehidupan masyarakat. Ada yang menjadikan kesenian sebagai hiburan dan
kesenangan saja, mata pencaharian tambahan bahkan utama, ritual keagamaan,
penyampain pesan secara simbolik, pendidikan, dan alat sosialisasi. Semuanya
dikemas secara berbeda-beda dan dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Begitu
juga dengan peranan kesenian Dolalak di Desa Mlaran.
Bagi sebagian besar warga Desa Mlaran, kesenian Dolalak tidak bisa
dijadikan sebagai mata pencaharian utama. Karena kesenian ini tidak selalu ada
setiap waktu, tetapi hanya waktu-waktu tertentu saja. Pada kenyataannya,
sebagian besar kesenian ini dipertunjukan untuk tujuan komersial saja dan
sebagian kecilnya dipertunjukan hanya pada acara tertentu di desa, itupun juga
secara komersial. Jadi kesenian ini dipertunjukkan jika ada yang menanggap dan
membayarnya. Oleh karena itu tidak mudah untuk menjumpai pertunjukan
kesenian ini di hari-hari biasa.
Seperti yang telah diungkapkan oleh bapak Ahmad Khoirudin selaku
sesepuh desa Mlaran. Pada saat menjumpainya di rumah sederhananya, beliau
mengemukakan mengenai manfaat dari kesenian Dolalak dengan logat jawanya
yang kental.
“.... Manfaat dolalak namung seni, kesenian. Mboten onten manfaate, mung
ngge hiburan. Coro seniki organ tunggal. Nek wayang onten manfaate
kagem ruwat ....” (Akhmad Khoirudin,73,petani)
Arti dari ungkapan tersebut adalah “.... Manfaat Dolalak hanya seni,
kesenian. Tidak ada manfaatnya, hanya untuk hiburan. Seperti halnya sekarang
organ tunggal. Sedangkan wayang ada manfaatnya untuk ruwat ....” (Akhmad
Khoirudin,73,petani). Jadi intinya kesenian Dolalak hanya sebagai hiburan dan
untuk ditanggap saja. Lain halnya dengan wayang yang biasanya untuk upacara
tradisional yang sakral seperti ruwatan.
Lain halnya dengan pendapat bapak Adiwarno. Banyak manfaat yang
didapat dari berkarya di bidang kesenian, khususnya kesenian Dolalak di Desa
Mlaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
“ Manfaat niku katah ginane. Karan kulo momong cah sekolah. Sepisan
kangge tambah srawung sedulur men kathah kancane, keno imbalan kanggo
tuku buku cah sekolah, karo nggo opo wae jenenge duit, njuk nambah
pengalaman tanggap teng pundi-pundi duwe kenalan.” (Adiwarno, 75,
petani).
Beliau mengemukakan bahwa, “ manfaat tersebut banyak kegunaannya.
Namanya juga saya mengasuh anak sekolah. Pertama untuk tambah silaturahmi
supaya banyak temannya, bisa imbalan untuk membeli buku anak sekolah, dan
untuk apa saja namanya juga uang, lalu menambah pengalaman tahu dimanapun
punya kenalan” (Adiwarno, 75, petani). Jadi baginya sangat menyenang kan dan
tidak ada ruginya mengikuti kesenian Dolalak, bahkan sangat menguntungkan
bagi kehidupan sosialnya.
Dari segi ekonomi, kesenian Dolalak cukup membantu dan bisa dijadikan
sebagai pekerjaan sambilan. Kesenian Dolalak tidak dapat dijadikan sebagai mata
pencaharian utama pada masyarakat Desa Mlaran pada khususnya. Seperti yang
diungkapkan oleh pelatih kesenian Dolalak “Sri Arum” :
“ ... Dahulu, kesenian Dolalak dalam sebulan dipentaskan bisa mencapai 27
kali. Namun sekarang karena banyaknya kesenian yang sudah beredar dan
lebih modern, membuat kesenian Dolalak menjadi berkurang dalam
pementasannya. Sehingga Kesenian Dolalak tidak dapat dijadikan sebagai
mata pencaharian utama masyarakat Desa Mlaran” (Narto Narimo, 34,
petani).
Hal ini dikarenakan kesenian Dolalak hanya dipentaskan jika ada yang
menanggap saja. Sebagian besar masyarakat menggantungkan perekonomian
mereka dari hasil pertanian, karena lahannya yang sangat cocok untuk bercocok
tanam. Berkaitan dengan pertanian, kesenian Dolalak tidak dikaitkan untuk
menyambut hasil panen. Kesenian Dolalak hanya dijadikan hiburan saja disaat
ada yang menanggapnya di acara hajatan, kitanan, dan lain sebagainya.
Dari segi pendidikan, kesenian Dolalak juga memiliki peran yang besar
dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan kesenian. Hal ini
dibuktikannya dengan telah dicanangkannya kesenian Dolalak ke dalam muatan
lokal di tingkat Sekolah Dasar (SD). Menurut kepala sekolah SD Negeri 1 Mlaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
yaitu Bapak Busroni kesenian Dolalak di jadikan sebagai muatan lokal tingkat SD
se Kabupaten Purworejo tersebut sejak tahun 1970‟an sampai sekarang.
Tujuannya yaitu untuk meningkatkan dan menambah nilai kesenian bagi siswa
dan meningkatkan kreatifitas siswa sejak usia dini.
Pelaksanaannya, dijumpai beberapa hambatan dengan ditambahnya
kesenian Dolalak ke dalam muatan lokal di tingkat SD. Menurut Bapak Busroni,
“mata pelajaran kesenian Dolalak ini memiliki kendala dalam pengajar dan
alokasi waktunya yang dirasa masih kurang”. Guru pengajar yang secara khusus
menguasai kesenian Dolalak dirasi masih jarang. Untuk waktunya yang dirasa
masih kurang karena jam belajar mengajar tidak ditambah sedangkan mata
pelajaran bertambah, sehingga kurang sesuai dalam pemanfaatan waktunya.
Menurut beliau juga kesenian ini akan lebih baik jika dimasukkan ke dalam
ekstrakulikuler sekolah karena kesenian Dolalak dalam pembelajarannya
membutuhkan waktu yang tidak singkat. Kesenian ini juga membutuhkan suasana
yang tepat agar tidak mengganggu kelas lain yang sedang melakukan kegiatan
belajar mengajar.
Dari segi politik, kesenian Dolalak sudah jarang bahkan tidak pernah
dikaitkan dengan kegiatan politik seperti kampanye dan lain sebagainya. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh salah satu sesepuh Desa Mlaran, “... Dolalak
mboten nate kagem kampanye, mung kangge tiyang gadah damel” (Akhmad
Khoirudin, 73, petani). Beliau mengungkapkan bahwa “... Dolalak tidak pernah
untuk kampanye, hanya untuk hajatan” (Akhmad Khoirudin, 73, petani). Baginya,
Kesenian Dolalak merupakan kesenian rakyat yang dari rakyat, milik rakyat, dan
untuk rakyat. Jadi kesenian ini tidak bisa dimiliki secara pribadi oleh suatu partai
ataupun untuk kegiatan politik lainnya.
Berbeda dengan pendapat tokoh budaya Desa Mlaran, “... Kagem
kampanye kadang-kadang cok ngangge. Nate riyen jaman kampanye Marhaen,
coro seniki PDI. Kados niku perlu” (Adiwarno, 75, petani). Beliau
mengungkapkan bahwa: “... untuk kampanye kadang-kadang dipakai. Pernah
dahulu pada masa kampanye Marhaen, kalo sekarang PDI. Seperti itu perlu”
(Adiwarno, 75, petani). Menurutnya selama hal itu tidak mengganggu, jadi tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
masalah memasukkan kesenian Dolalak ke dalam kegiatan politik. Hal ini
dikarenakan faktor eksistensi dan ekonomi juga. Jadi motivasi bapak Adi tersebut
hanya untuk meningkatkan kualitas kesenian Dolalak agar tetap dikenal dan untuk
menambah penghasilan dari upah pertunjukkannya tersebut.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesenian Dolalak
memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Di bidang sosial,
kesenian ini dapat menghibur masyarakat dan dapat mempererat tali silaturahmi
dengan cara kerja sama dalam mempertahankan keberadaan kesenian Dolalak.
Selain itu juga dapat meningkatkan kreatifitas dan partisipasi masyarakat di
bidang seni. Di bidang ekonomi, kesenian ini dapat dijadikan sebagai pekerjaan
sambilan yang dapat menjadi penghasilan tambahan bagi pelatih dan anggotanya.
Dari segi pendidikan, kesenian ini memiliki peran untuk meningkatkan dan
menambah nilai kesenian bagi siswa serta meningkatkan kreatifitas siswa sejak
usia dini, selain itu juga dapat menanamkan jiwa nasionalis yang tinggi pada anak.
4. Strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak di
Desa Mlaran
Suatu daerah tidak akan hidup dan berkembang tanpa adanya suatu
kebudayaan. Salah satu fungsi kebudayaan yang paling penting adalah untuk
melestarikan setiap budaya yang ada. Jangan sampai budaya yang ada ini bisa
cepat punah karena jalannya dari jaman ke jaman. Dalam setiap daerah pun
banyak sekali kebudayaannya. Contohnya kebudayaan yang menonjol di
Kabupaten Purworejo pada umumnya dan Desa Mlaran pada khususnya yaitu
berupa kesenian. Kesenian tersebut bernama Dolalak.
Kesenian Dolalak perlu adanya peningkatan upaya pelestarian baik dari
segi fisik, instrumen, gerak, maupun syair lagunya agar tidak punah. Upaya
pelestarian antara satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Bahkan antara
satu individu dengan individu dalam suatu daerah pun memiliki cara pelestarian
yang berbeda pula. Mereka memiliki pandangan tersendiri dalam
mempertahankan keberadaan suatu budaya. Namun pada hakekatnya, mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan kebudayaan agar tidak punah
dan tetap dikenal sebagai identitas suatu daerah.
Dalam wawancara yang saya lakukan terhadap beberapa masyarakat desa
Mlaran, mereka mengemukakan pendapatnya mengenai upaya pelestarian yang
hendak dilakukan terhadap keberadaan kesenian Dolalak. Menurut bapak Ahmad
Khoirudin selaku sesepuh Desa Mlaran, upaya pelestariannya masih kurang.
“Cara pelestarian, pimpinane pun boten onten. Pelestarianipun golongan
remaja pundi ngonten tumut latihan, saget. Namung pelestarian seni kagem
tiyang nom sampun boten laku.hehe..” (Akhmad Khoirudin,73,petani)
Dengan tertawa senjanya dan dengan bahasa jawanya yang fasih, beliau
mengemukakan bahwa “cara pelestarian, pemimpinnya juga tidak ada.
Pelestariannya golongan remaja ikut latihan, bisa, tetapi pelestarian seni untuk
anak muda sudah tidak laku.hehe..” (Akhmad Khoirudin,73,petani). Jadi intinya,
menurut beliau sekarang pemuda-pemudi kurang adanya kepedulian terhadap
kesenian tradisioanl. Oleh karena itu perlu adanya latihan secara rutin yang
diadakan untuk kaum remaja.
Pendapat tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh bapak
Adiwarno selaku tokoh budaya di Desa Mlaran. Bapak usia 75 tahun yang juga
bekerja sebagai petani itu mengemukakan bahwa strategi untuk pelestarian
kesenian Dolalak itu perlu adanya pembentukan group kesenian untuk melatih dan
mengembangkan bakatnya di bidang seni khususnya Kesenian Dolalak.
“ .... kedahipun damel generasi kajenge boten sepian. Sakniki mriko-mriko
pun sami damel group, seng boten sepi daerah Pituruh.” (Adiwarno, 75,
petani).
Menurut beliau yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, bahwa :
“ .... seharusnya membuat generasi supaya tidak sepi. Sekarang di mana saja
sudah membuat group, yang tidak sepi yaitu daerah Pituruh.” (Adiwarno, 75,
petani). Jadi group tersebut selain menampung dan mengembangkan kreatifitas di
bidang seni, juga dapat meramaikan kesenian di Desa Mlaran pada khususnya,
sehingga kesenian Dolalak tetap eksis dan ramai diminati masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari segi pendidikan juga mempunyai pengaruh dalam pelestarian
kesenian Dolalak. Karena dengan adanya kesenian dolalak yang dimasukkan ke
dalam muatan lokal di tingkat SD se Kabupaten Purworejo, maka akan
mengenalkan anak terhadap kesenian Dolalak yang merupakan kesenian identitas
di Kabupaten Purworejo. Dengan kata lain, anak akan lebih menghargai
kebudayaan daerahnya dan akan terbangun rasa nasionalismenya.
Pada umumnya warga memilih dengan membentuk group kesenian di
Desa untuk menjaga kelestarian kesenian Dolalak di Desa Mlaran agar tidak
punah. Begitu juga pelestarian di tingkat SD se Kabupaten Purworejo, seperti
halnya yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah SD Negeri 1 Mlaran yaitu Bapak
Busroni. Beliau mengungkapkan bahwa : “ Strateginya diadakan program rutin
latihan tari dolalak setiap minggunya”. Jadi menurut beliau di SD 1 Mlaran pada
khususnya mengadakan latihan secara rutin setiap minggunya agar siswa lebih
tahu dan siap jika nanti ada lomba yang mempertunjukan kesenian Dolalak
tingkat SD. Lomba tersebut biasanya berupa pesta siaga, maupun lomba lainnya
yang dapat meningkatkan prestasi dan kreatifitas anak.
Hal itu seperti yang diungkapkan juga oleh guru SD Negeri 1 Mlaran,
yaitu Ibu Sulyah, “... Biasanya diadakan lomba pada waktu Pesta Siaga diadakan
tari dolalak untuk melestarikan. Penilain tari dolalak ada penilaian sendiri”. Jadi
di Kabupaten Purworejo, setiap ada Pesta Siaga selalu ada kategori penilaian
kesenian Dolalak secara tersendiri. Hal ini untuk menunjukkan bahwa pentingnya
kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo karena merupakan kesenian identitas
Kabupaten Purworejo.
Dari berbagai uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu
adanya strategi untuk melestarikan kesenian Dolalak agar tetap eksis dan sesuai
dengan predikatnya sebagai identitas kebudayaan daerah di Purworejo. Beberapa
diantaranya yaitu dengan membentuk group atau sanggar kesenian Dolalak. Selain
itu juga perlu adanya pementasan secara rutin dalam setiap acara kebudayaan di
daerah Purworejo, serta lomba-lomba yang berkaitan dengan pelestarian kesenian
Dolalak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
C. Pembahasan
1. Eksistensi Kesenian Dolalak Sebagai Identitas Kebudayaan Daerah
Kabupaten Purworejo
Menurut Koentjaraningrat (2005:19), kebudayaan (dalam arti kesenian)
adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis,
dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya (yaitu penglihat,
penghirup, pengecap, perasa, dan pendengar). Di dalam sebuah kebudayaan
memiliki tujuh unsur kebudayaan yang mutlak ada dalam kehidupan masyarakat.
Salah satuya yaitu seni/kesenian.
Menurut Suwaji Bastomi secara singkat dalam bukunya yang berjudul
“Apresiasi Kesenian Tradisional” mengemukakan bahwa seni menunjukkan
gambaran tentang keadaan penciptanya, masyarakatnya, dan bangsanya (1988:6).
Jadi seni merupakan pernyataan tentang keadaan batin pencipta, seni dapat
dijadikan sebagai ungkapan batin yang dinyatakan dalam bentuk rupa, gerak,
nada, sastra atau bentuk-bentuk lain yang mempesonakan penciptanya sendiri
maupun orang lain yang dapat menerimanya. Seni juga merupakan lambang atau
simbol sesuatu menurut subjektifitas pencipta yang objektif.
Selain itu ia juga mengemukakan bahwa, “suatu kesenian dikatakan
sebagai suatu identitas di suatu daerah jika seni itu lahir di tengah-tengah
masyarakat yang sifatnya kerakyatan tanpa diketahui seseorang sebagai
penciptanya.” (Suwaji Bastomi, 1988:8). Dalam teori identitas Stuart Hall
(1994), identitas merupakan sesuatu yang bersifat imajiner atau diimajinasikan
tentang keutuhannya. Identitas muncul bukan dari kepenuhannya yang berasal
dari dalam diri secara individual, melainkan mencuat akibat perasaan timpang
yang kemudian diisi oleh kekuatan dari luar setiap individu. Identitas adalah suatu
imajinasi yang lahir ketika kita dipandang berbeda oleh pihak lainnya.
Berbicara menngenai identitas suatu daerah, kesenian Dolalak
merupakan salah satu identitas kebudayaan daerah di Purworejo khususnya bagi
Desa Mlaran, Kecamatan Gebang. Hal ini dapat dilihat dari sejarahnya yang lahir
di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo. Kesenian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
merupakan kesenian identitas di daerah Purworejo karena seni ini lahir di tengah-
tengah masyarakat Purworejo pada umumnya yang sifatnya kerakyatan tanpa
diketahui seseorang sebagai penciptanya. Meskipun sudah divariasi dan diadaptasi
dengan dunia modern saat ini, namun kesenian ini masih memengang keasliaan
dari ciri khas dan inti yang terkandung di dalamnya. Misalnya saja lagu yang
dibawakan untuk kesenian Dolalak ini sajaknya yang masih sama seperti dahulu
dan bentuknya pun masih berupa pantun yang berisi nasihat dan pesan-pesan
hidup lainnya. Dari segi pakaian penarinya pun masih sama, yaitu menggunakan
seragam hitan seperti serdadu Belanda disertai topi pet dan kaos kaki panjang,
serta yang sangat identik dengan kacamata yang dipakai penarinya pada saat
mengalami trance.
Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Irwan Abdullah dalam bukunya
yang berjudul Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan mengenai fakta
kebudayaan.
“ ... Kebudayaan bukanlah suatu warisan yang secara turun temurun dibagi
bersama atau dipraktikkan secara kolektif, tetapi menjadi kebudayaan yang
lebih bersifat situasional yang keberadaannya tergantung pada karakter
kekuasaan dan hubungan-hubungan yang berubah dari waktu ke waktu.
Usaha merajut kebudayaan telah berlangsung dalam suatu ruang yang penuh
dengan kepentingan para pihak yang turut mengambil bagian dalam proses
itu” (Prof. Dr. Irwan Abdullah, 2006:9-10).
Hal ini sesuai tuntutan kemajuan jaman, kesenian Dolalak agar tetap
terjaga keeksiannya juga telah banyak melakukan penambahan-penambahan yang
lebih bervariasi. Hasilnya kesenian daerah yang pernah jaya di tahun 90‟an dan
juga pernah surut di awal tahun 2000‟an kini bisa bangkit kembali dan
mempertahankan keeksisannya sebagai kesenian identitas di Purworejo khususnya
Desa Mlaran. Para pelopor kesenian Dolalak tidak mengubah semua bentuk yang
ada di kesenian ini, hanya saja mereka menambah beberapa saja untuk menjaga
keasliannya. Sebagai contoh, seperti alat musik yang dulunya hanya kentongan,
bedug, kendang, dan alat musik tradisional lainnya, sekarang ditambah dengan
alat musik keyboard, gitar, dan alat musik modern lainnya. Kemudian untuk
lagunya yang dlu hanya berupa sajak pantun saja, sekarang ditambah dengan lagu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
modern lainnya seperti lagu dangdut. Tujuan dari semua itu untuk memenuhi
keinginan penonton agar tidsk cepat bosan dan tetap tertarik untuk melihat bahkan
menanggapnya.
Kenyataannya, proses estetisasi dalam kehidupan perkotaan telah
menegaskan suatu tranformasi bagi kesenian Dolalak sebagai identitas
kebudayaan daerah Purworejo dengan batas-batas kultural yang berubah. Identitas
dalam konteks global memiliki corak simbolisasi yang padat dengan nilai estetika
yang menggugat nilai-nilai etis dan definisi normatis tentang kebudayaan secara
umum. Makna kebudayaan itu sendiri kemudian ditentukan oleh proses diskursif
yang dibangun dengan kekuatan yang bervariasi dengan kepentingan yang
beragam, karena pusat kekuasaan mengalami gugatan akibat kompetisi yang
semakin berat yang melibatkan aktor dan partisipan yang berbeda.
Jadi, jika dikaitkan dengan eksistensi kesenian dolalak sekarang ini,
banyak tarian dan lagu-lagu yang dikolaborasikan dengan tarian dan lagu-lagu
yang modern dan lebih bersemangat. Goyang-goyang yang erotispun lebih
disenangi pada waktu gerakan joged kasaran terutama pada waktu terjadi trance.
Hal ini justru mendapat dukungan dari para pelatih kesenian Dolalak generasi
penerus yang terdahulu. Mereka tidak takut akan hilangnya keaslian dari kesenian
tersebut karena mereka tidak menghilangkan unsur-unsur yang lama, hanya
menambah beberapa saja unsur yang baru dan lebih terkini. Hal ini terbukti bahwa
kesenian Dolalak khususnya di Desa Mlaran tetap eksis bahkan semakin
berkembang degan harapan dapat di kenal di seluruh nusantara dan dapat menjadi
kesenian nasional Indonesia.
2. Peran Kesenian Dolalak Dalam Kehidupan Masyarakat di Desa Mlaran
Dalam kamus Umum bahasa Indonesia, seni adalah kecakapan membuat
(menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah. Seni adalah manifestasi
keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan suatu karya seni. Seni
lahir bersama dengan kelahiran manusia. Keduanya erat berhubungan dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
bisa dipisahkan. Dimana ada manusia disitu ada kesenian. Seni adalah suatu
produk budaya dari sebuah peradaban manusia, sebuah wajah dari suatu
kebudayaan yang diciptakan oleh suatu bangsa atau sekelompok masyarakat.
Secara teoritis, seni atau kesenian dapat didefinisikan sebagai manifestasi budaya
(priksa atau pikiran dan rasa; karsa atau kemauan; karya atau hasil dari
perbuatan) manusia yang memenuhi syarat-syarat estetik. Hal ini disebabkan oleh
karena ditopang oleh serangkaian nilai-nilai yang ditinggikan seperti agama atau
norma-norma lain.
Muhammad Iqbal, pelaku seni kelahiran Sialkot, Punjab, memberikan
rambu-rambu yang menegaskan bahwa harus ada suatu hal yang harus dicapai
dalam berkesenian atau memaknai seni dalam kehidupan. Pertama, seni harus
menciptakan kerinduan akan hidup yang abadi, karena tujuan utama dari seni
adalah hidup itu sendiri. Seni dianggap sebagai saran yang penting bagi prestasi
kehidupan sehingga ia harus memelihara ladang kehidupan agar tetap hijau dan
memberikan petunjuk kehidupan bagi manusia.
Yang kedua adalah pembinaan manusia. Seni harus bisa memberikan
dorongan dan asupan serta mampu memompa rasa keberanian dan kejantanan
bagi orang-orang (audiens) yang bermentalkan „ayam‟ dan memberikan semangat
kepada setiap manusia serta menciptakan kerinduan akan tujuan hidup yang baru
dan ideal (inspiratif). Seni harus memiliki tujuan etis dan instruksional. Seni
memiliki daya magis dan harus dimanfaatkan untuk menciptakan pribadi manusia
yang baik. Contohnya adalah musik, harus dapat menimbulkan semangat juang
dan mendorong keberanian serta mengilhami perbuatan yang gagah berani, atau
membuat manusia berlaku sederhana, teratur, adil, dan menghormati Tuhan Yang
Mahakuasa.
Ketiga, seni harus mampu membuat kemajuan social. Seniman dapat
dianggap sebagai orang agung dan menjadi panutan. Menurut Muhammad Iqbal,
seorang seniman dengan kekuatan „kenabian‟-nya mampu meninggikan derajat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
suatu bangsa dan mengatarkannya ke arah kebesaran demi mencapai kebesaran
yang lebih tinggi lagi.
Bagaimanakah peranan seni sebagai kebutuhan seni dalam kehidupan
manusia. Apabila kita menyimak ke masa silam dalam kehidupan manusia,
kebutuhan akan seni mempunyai peranan yang amat penting untuk mencari
kekuatan di luar dirinya yang bersifat magis, sakral dan religius, pun demikian
pada masa kini peranan seni telah merasuk ke dalam berbagai segi kehidupan
manusia.
Agus Purwontor, dalam tulisannya “Peranan Seni dalam Kehidupan
Manusia” juga menjelaskan tentang seni sebagai kebutuhan hidup. Dalam istilah
lain dikatakan seni sebagai applied art (seni terpakai), seni yang digunakan, seni
terapan. Dalam hal ini diterangkan bahwa seni itu digunakan untuk tujuan dan
maksud tertentu terhada benda atau ide, menurut kegunaannya, tetapi tidak
melepaskan segi keindahannya. Di samping memiliki keindahan wujud, seni juga
memiliki nilai kegunaan dari wujud sendiri.
Pada dasarnya, setiap kesenian pasti memiliki peranan penting dalam
kehidupan masyarakat khususnya dalam pembentukan identitas diri maupun
kelompok seperti halnya kesenian Dolalak. Kesenian ini memiliki peranan yang
cukup penting dalam kehidupan masyarakat di Desa Mlaran pada khususnya dan
masyarakat di Purworejo pada umumnya. Sudah barang tentu itu ada sebabnya,
sehingga kesenian Dolalak dapat diterima dan bertahan sedemikian oleh dan
dalam kehidupan masyarakat sampai sekarang ini. Disinilah kesenian ini
mempunyai kegunaan dan peranan yang dirasa dan disadari oleh masyarakat yang
mengenalnya.
Kesenian ini, selain dapat menghibur masyarakat, juga dapat
meningkatkan mutu dan kualitas daerah agar lebih dikenal oleh masyarakat lain
secara lebih luas. Pada dasarnya kesenian bisa membuat masyarakat terhindar dari
pengisolasian terhadap suatu daerah. Selain itu juga kesenian dapat membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
jati diri suatu masyarakat di suatu daerah. Dan pada akhirnya terbentuklah
identitas diri dalam suatu daerah.
Pertunjukkan dalam kesenian Dolalak selalu didukung dengan berbagai
komponen seperti tata rias, busana, musik dan lagu serta hal lain yang terintegrasi
seperti hal gaib. Tata rias yang glamour dan disertai aksesoris berupa kacamata
hitam yang dikenakan pada saat tahap trance. Busana yang serba gelap dan
modelnya seperti baju militer serdadu Belanda. Musik yang mengiringi berupa
musik tradisional seperti bedug, kendang, dan lainnya. Sekarang musik
pengiringnya telah dilengkapi dengan alat musik modern, seperti keyboard, gitar,
dan lainnya. Lagu pengiringnya berupa sajak-sajak seperti pantun dan berisi
tentang nasehat-nasehat dan sindiran-sindiran. Sekarang, pada tahap trance
ditambah dengan lagu-lagu modern yang lebih digemari penonton seperti dangdut
koplo.
Tahapan yang dilakukan pada proses pertunjukkan Dolalak meliputi
tahapan persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Tahap persiapan meliputi doa
bersama, pengecekan kelengkapan alat dan personil, dan persiapan yang berkaitan
dengan hal-hal gaib. Tahap pelaksanaannya dimulai dengan menyajikan tarian
yang yang disebut dengan joged alusan, diikuti joged dansa. Kemudian pada
tahap tarian inti berupa joged kasaran. Pada bagian ini penari mengalami trance
(kesurupan). Setelah itu kembali lagi ke joged alusan, joged kasar lagi. Dan pada
bagian penutup dengan mempertunjukkan tarian terakhir yang merupakan tarian
penutup berupa joged alusan.
Kesenian Dolalak memiliki makna tersendiri baik bagi masyarakat
setempat, maupun bagi pelaku kesenian Dolalak itu sendiri. Bagi masyarakat
setempat kesenian Dolalak bermakna sebagai hiburan, tuntunan, sebagai identitas
sosial, makna persatuan, religi, pelapisan sosial, makna kebudayaan (mewarisi
budaya leluhur). Makna bagi pelaku antara lain untuk meningkatkan
kesejahteraan, makna hiburan, makna persatuan, makna penyaluran bakat, Status
Sosial, makna hubungan sosial, pelestarian budaya. Atas dasar kesimpulan dapat
disarankan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Secara ekonomi, jelas memberi keuntungan berbagai pihak, antara lain
bagi pelaku kesenian, pelaku wisata maupun warga masyarakat yang berdagang
serta Pemerintah Daerah setempat. Namun hal ini tidak dapat dijadikan sebagai
mata pencaharian utama, karena dilihat dari banyaknya peminat yang menanggap
kesenian ini sudah semakin jarang. Kesenian ini hanya dipertunjukkan jika ada
yang minat saja. Sedangkan pada kenyataannya, sekarang ini semakin banyaknya
kesenian baik tradisional maupun modern yang juga digemari masyarakat. Jadi
tingkat keeksisan kesenian ini dinilai dari semakin banyaknya peminat dan
semakin seringnya dipentaskan, maka tingkat keeksisan kesenian ini akan
semakin bertambah tinggi.
Secara religi, kesenian ini mengalami banyak kontra dalam
pertunjukkannya. Tahap trance sangat kontra dengan ajaran agama karena tidak
sesuai dengan syariat yang diajarkan. Trance di sini lebih cenderung ke hal-hal
mistik yang berbau sirik. Karena melibatkan sesajen dan adanya kerja sama
dengan makhluk gaib. Kemudian untuk gerakan dan tindakan para penarinya yang
fulgar serta kostumnya yang cukup ketat dan terbuka di bagian paha. Namun bagi
masyarakat awam, hal ini tidaklah jadi masalah. Hal ini dikarenakan kesenian ini
bersifat menghibur bagi mereka selama tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
seperti halnya tindakan kriminal.
3. Strategi Dalam Melestarikan Kesenian Dolalak di Desa Mlaran
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai pulau tersebar diatas
lautan luas. Setiap pulau memiliki sejarah tersendiri mulai dari sejarah nenek
moyang hingga sejarah pergerakan melawan penjajahan meraih kemerdekaan
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia ditunjukkan
pada sebuah ideologi bangsa yang berasal dari pemikiran pendiri bangsa, yaitu
ideologi Pancasila. Ideologi yang mencerminkan sebuah perbedaan sebagai
sebuah bentuk persatuan yang indah. Persatuan yang mewujudkan harmonisasi,
sehingga bila salah satu bagian hilang maka keharmonisan itu akan hilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Keberagaman Indonesia yang paling nyata adalah budaya. Budaya
nasional adalah kumpulan dari berbagai nilai-nilai budaya daerah yang
mencerminkan Indonesia seutuhnya. Budaya yang tersebar disetiap pulau di
Indonesia. Budaya yang memiliki ciri khas kuat yang melekat. Budaya yang
berasal dari lingkungan dan norma yang berbeda. Budaya yang membentuk
sebuah adat istiadat yang mengakar sehingga tak mudah hilang dalam pergaulan
masyarakat. Budaya Indonesia adalah budaya yang kaya. Budaya yang terdiri dari
berbagai budaya daerah yang beragam. Sayangnya, budaya tersebut hampir
musnah karena persaingan dengan budaya asing. Pemerintah baik pusat maupun
daerah juga rakyat harus bertanggung jawab atas keadaan ini.
Kesenian daerah merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Setiap
kesenian khususnya kesenian daerah pasti perlu adanya pelestarian untuk menjaga
keberadaannya. Hal ini agar tidak di klaim oleh daerah lain maupun agar tidak
punah, apalagi kesenian yang merupakan identitas kebudayaan suatu daerah.
Identitas adalah jati diri yang harus dijaga. Tanpa identitas, seseorang sulit untuk
dikenali. Dalam upaya pelestariannya, antara satu daerah dengan daerah lain
berbeda-beda, bahkan antara satu individu dengan individu lain dalam satu daerah
pun berbeda-beda pula. Mereka memiliki pandangan tersendiri dalam
mempertahankan suatu kebudayaan. Pada hakekatnya, mereka memiliki tujuan
yang sama yaitu mempertahankan kebudayaan yang ada agar tidak punah dan
tetap dikenal sebagai identitas kebudayaan suatu daerah.
Pelestarian kesenian dalam suatu kebudayaan pada kenyataannya tidak
hanya dengan pengakuan saja namun juga perlu adanya pengembangan dan
peningkatan prestasi di bidangnya. Seperti halnya kesenian Dolalak di Desa
Mlaran Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo, dimana kesenian ini sudah
dikenal dan memiliki segudang prestasi. Dolalak semakin populer di kalangan
generasi muda. Hal ini tidak luput dari peran masyarakat daerah yang terus
mengembangkan dan melestarikan kesenian asli daerah Purworejo ini. Bahkan di
setiap event-event tingkat nasional, kesenian Dolalak selalu tampil sebagai suatu
kesenian yang unik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Di setiap lomba-lomba kesenian tingkat nasional kesenian Dolalak selalu
menjuarai. Hal inilah yang mendorong Dolalak tetap lestari. Kesenian Dolalak
selalu ditampilkan dalam Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia, Jambore
Pramuka dari tingkat daerah sampai Nasional, pertunjukkan budaya antar daerah,
bahkan sudah melanglang ke beberapa negara di Asia dan Eropa. Oleh karena itu
Dolalak dipatenkan sebagai kesenian asli Indonesia pada umumnya dan menjadi
kesenian asli daerah Kabupaten Purworejo pada khususnya. Hal ini bertujuan agar
Dolalak tidak diklaim sebagai milik perseorangan, daerah, atau bahkan bangsa
lain.
Dalam pelestariannya, bagi pihak Pemerintahan Desa-Kecamatan
setempat, tokoh budaya, pelatih, penari/pemain dan masyarakat setempat, untuk
mengembangkan tidak harus dikaitkan dengan program pariwisata budaya. Hal ini
dibuktikan dengan berkembangnya kesenian Dolalak secara mandiri. Sanggar
kesenian yang didirikannya pun dilaksanakan secara mandiri dari hasil
pementasan group kesenian itu sendiri. Para pelatih dan pengurus kesenian tidak
memungut biaya kepada para anggota dan para anak didiknya. Mereka saling
bekerja sama secara sukarela dalam memajukan kesenian daerah yang sudah
dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Purworejo tersebut.
Bagi kelornpok paguyuban hendaknya tetap menjaga nilai sakral, serta
nilai lain yang dalam kebudayaan masyarakat setempat memiliki fungsi integratif
(pemersatu). Dengan kata lain, kesenian Dolalak sebagai budaya lokal dijadikan
sebagai media untuk bermasyarakat yang tidak berorientasi ekonomi semata.
Sehingga diharapkan dalam pengembangan kesenian ini dapat meningkatkan
solidaritas dan kerja sama yang tinggi dalam kehidupan sosial di Desa Mlaran
pada khususnya dan Kabupaten Purworejo pada umumnya.
Jika dikaitkan dengan pendidikan, pemerintah memiliki cara tersendiri
dalam menanamkan nilai bangga terhadap budaya sendiri, yaitu dengan
mencantumkannya kesenian Dolalak ke dalam mata pelajaran muatan lokal yang
ada di tingkat Sekolah Dasar (SD) se Kabupaten Purworejo. Hal inilah salah satu
cara pemerintah dalam upaya melestarikan kesenian Dolalak sebagai identitas
kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo. Selain itu pemerintah juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
menjadikan kesenian ini sebagai perlombaan yang wajib ada dalam kegiatan pesta
siaga baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten dalam lingkup
Purworejo. Penilaiannya pun dilakukan secara tersendiri, sehingga sekolah lebih
serius dalam mengenalkan dan mengajarkan kesenian ini kepada para siswa SD.
Selain itu juga siswa menjadi lebih termotivasi dan lebih bangga terhadap
kesenian daerahnya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai eksistensi kesenian Dolalak
sebagai identitas kebudayaan di Desa Mkaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Desa Mlaran yang merupakan salah satu dari 25 desa yang terletak di Kecamatan
Gebang, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah memiliki kesenian tradisional yang
merupakan kesenian identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo. Kesenian tersebut
bernama Dolalak yang berasal dari kata do dan la yang diambil dari not pada nada lagu. Ciri-
ciri kesenian ini adalah kostum yang dikenakan penari adalah kostum serba warna hitam
seperti kostum serdadu Belanda pada masa penjajahan dahulu yang dilengkapi dengan kaos
kaki panjang, topi pet, dan kacamata hitam yang dikenakan pada saat trance atau tidak
sadarkan diri. Kemudian iringan lagu yang khas berupa slawatan dan pantun berisikan
nasehat hidup. Alat musik intinya yaitu bedug, kentongan, dan kendang. Dari segi historis,
kesenian ini menggambarkan pada masa kolonial Belanda yaitu dengan tujuan menumbuhkan
apresiasi seni masyarakat Desa Mlaran pada khususnya dan masyarakat Purworejo pada
umumnya dengan memasukkan semangat kolonialis lewat kostum dan atribut penari seperti
serdadu Belanda.
Alasan kesenian Dolalak menjadi identitas kebudayaan daerah di Kabupaten
Purworejo adalah dilihat dari segi historisnya. Kesenian ini lahir di Purworejo, bisa dikatakan
tepatnya di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang. Pada mulanya kesenian ini dijadikan hiburan
saja oleh para tentara dan petinggi Belanda pada masa penjajahan. Dalam dunia barat pada
waktu kesenian ini diselenggarakan, para serdadu menikmatinya dengan diselingi minum
alkohol yang sering disebut dengan mabuk dalam istilah jawa disebut mendem. Sesuai tradisi
jawa, istilah mabuk diganti dengan trance atau yang sering disebut tidak sadarkan diri dengan
cara dimasuki roh halus pada diri penari hingga penari melakukan hal-hal yang tidak
sewajarnya dilakukan oleh manusia normal biasanya, seperti makan pecahan kaca. Hal inilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
yang membuat kesenian Dolalak lebih digemari oleh penonton dan dapat berkembang dengan
lebih mudah di kalangan masyarakat. Kesenian Dolalak sendiri tidak hanya berkembang di
daerah Desa Mlaran saja melainkan dikembangkan juga di daerah Kali Gesing, Grabag,
Sejiwan, dan daerah lain di Kabupaten Purworejo. Hingga sampai sekarang ini Kabupaten
Purworejo lebih dikenal dengan kesenian Dolalaknya. Itulah sebabnya kesenian Dolalak
dipatenkan dan menjadi identitas kesenian daerah di kabupaten Purworejo.
Kesenian Dolalak merupakan kesenian yang dijadikan sebagai identitas kebudayaan
daerah di Kabupaten Purworejo. Kesenian ini telah mendapatkan hak paten dari pemerintah
sebagai kesenian asli Purworejo. Hal ini agar kesenian Dolalak tidak diklaim sebagai
kesenian daerah lain bahkan oleh luar negeri. Selain itu juga agar kesenian ini tidak punah
dan tetap eksis walaupun jaman semakin maju dan berkembang. Sampai sekarang ini
kesenian Dolalak masih tetap ada dan dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan
masyarakat desa Mlaran pada khususnya yang telah lekat dengan kesenian ini, sehingga
sering dijuluki sebagai “Mlaran, Kampung Dolalak”. Tingginya keeksisan kesenian ini
dibuktikan dengan banyaknya warga desa Mlaran yang turut berpartisipasi terhadap kesenian
Dolalak, seperti ikut menjadi penari, pemain musik, bahkan hanya membantu
berlangsumngnya kesenian ini saja. Selain itu juga sering dipentaskannya kesenian ini di
setiap acara desa seperti acara tujuh belasan, ataupun acara lain yang ada di desa Mlaran itu
sendiri. Kesenian ini juga pernah ditanggap di luar pulau bahkan juga pernah diundang untuk
dipentaskan di TMII.
Kesenian Dolalak memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Desa Mlaran
pada khususnya dan mayarakat Purworejo pada umumnya. Kesenian ini dapat menunjang
kemajuan dan perkembangan daerah di segala bidang. Dari segi sosial, kesenian ini memiliki
peranan yang sangat penting karena sifatnya yang menghibur. Selain itu juga dapat
meningkatkan kreatifitas masyarakat setempat di bidang seni serta dapat menumbuhkan rasa
bangga pada masyarakat setempat akan kebudayaan daerah yang mereka miliki sehingga
timbullah rasa nasionalisme yang tinggi. Kesenian ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan
anak yaitu salah satunya dengan menyumbangkan hasil dari pementasan kesenian Dolalak
untuk memenuhi kebutuhan dan hak anak yang dirasa kurang mampu di daerah tersebut. Dari
segi ekonomi, kesenian ini dapat menjadi mata pencaharian tambahan yang diperoleh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
hasil pementasan kesenian Dolalak. Dalam sekali manggung, kesenian ini dapat meraih hasil
minimal 3 juta. Oleh masyarakat setempat, hasil dari pementasan ini hanya bisa dijadikan
sebagai tambahan saja karena hasil pementasan tersebut belum mencapai batas cukup dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dari segi pendidikan, yaitu dengan dicanangkannya
kesenian Dolalak ke dalam mata pelajaran muatan lokal di tingkat SD se Kabupaten
Purworejo, maka anak akan menjadi lebih aktif dan kreatif di bidang seni. Selain itu anak
juga akan lebih mengenal dan tahu akan kebudayaannya sendiri dan pada akhirnya akan
timbul rasa bangga pada diri anak terhadap kesenian daerahnya yang nantinya akan menjadi
awal dari timbulnya rasa nasionalisme yang tinggi pada anak tersebut. Kesenian ini juga
dapat menjadi penunjang prestasi pada anak karena kesenian ini mendapat nilai tambahan
tersendiri, khususnya bagi anak yang aktif di bidangnya. Kemudian dari segi politik dan
agama, kesenian ini jarang dikaitkan karena bertentangan dengan tujuan dari bidang-bidang
tersebut dan banyak menuai kontra di dalamnya. Misalnya dari segi politik, kesenian ini tidak
dapat diikut sertakan karena kesenian Dolalak adalah kesenian rakyat yang merupakan milik
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jadi kesenian ini bukanlah kesenian milik perorangan
ataupun golongan. Pendiri sanggar maupun pelatih hanya sebagai sarana dalam memajukan
kesenian ini saja. Segi politik, kesenian ini lebih cenderung untuk kepentingan golongan saja.
Oleh karena itu kesenian ini tidak di anjurkan untuk dipentaskan di acara partai seperti
kampanye. Kemudian dari segi agamnya yaitu kontra yang dapat dilihat dari kesenian ini
adalah dibagian trance dan kostumnya karena hal ini tidak sesuai ajaran agama. Dalam hal ini
trance atau tidak sadarkan diri tersebut terdapat kerjasama antara manusia dengan makhluk
gaib disertai dengan sesajen-sesajen yang ada sebagi persyaratannya. Dalam agama, hal itu
sudah merupakan sirik karena sudah bersekutu dengan setan. Untuk kostumnya juga tidak
diperkenankan oleh agama karena menunjukkan keseksian dan terbukanya anggota badan
yang seharusnya tertutup.
Strategi yang perlu dilakukan untuk melestarikan kesenian Dolalak khususnya di
Desa Mlaran yaitu dengan mendirikan sanggar tari dan group kesenian Dolalak agar tetap
eksis dan berkembang lebih luas di masyarakat pada umumnya. Selain itu juga dengan
mengajak masyarakat setempat untuk turut ikut berpartisipasi dalam mengembangkan
kesenian Dolalak, yaitu dengan cara bergabung dalam group kesenian maupun
menumbuhkan rasa bangga pada diri sendiri dengan kebudayaan daerahnya sendiri dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
memperkenalkannya pada masyarakat luas yang belum tahu dan paham dengan kesenian
Dolalak. Pelestarian dari pihak pemerintah daerah yaitu dengan mencanangkannya kesenian
dolalak ke dalam mata pelajaran muatan lokal di tingkat Sekolah Dasar se Kabupaten
Purworejo. Hal ini bertujuan untuk pengenalan sejak dini terhadap anak-anak di Kabupaten
Purworejo terhadap kesenian Dolalak sebagai kesenian daerahnya sendiri. Selain itu juga
dapat menanamkan rasa nasionalisme yang tinggi pada anak-anak.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Penelitian ini dapat menjelaskan teori tindakan dengan metodologi fungsional
struktural yang didalamnya terdapat paradigma empat fungsi yaitu Adaptasi terhadap
lingkungan tertentu, Goal-gratification (atau Goal-attainment) “pemenuhan tujuan” atau
“pencapaian tujuan yang mencakup kebijakan-kebijakan kelompok selanjutnya, Integrasi
sebagai suatu sistem sosial, serta pelestarian pola sebagai kepedulian terhadap pola-pola nilai
Laten atau struktur terdalam kelompok itu. Paradigma empat fungsi yang kemudian dikenal
dengan singkatan yang diambil dari huruf depan pada masing-masing subsistem yaitu AGIL
(Adaptif, Goal, Integrasi, Laten). Teori ini diterapkan dalam penelitian dimana kesenian
dolalak di desa Mlaran dijadikan sebagai Adaptif karena desa ini termasuk daerah asal
berdirinya kesenian Dolalak. Goal atau tujuannya yang dicapai yaitu untuk menjadi identitas
kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo dengan berbagai tindakan seperti memberikan
hak paten dan upaya lain agar Purworejo tetap eksis dengan kebudayaan khasnya. Peranan
kesenian dolalak terhadap masyarakat setempat dijadikan sebagai Integrasi dimana kesenian
Dolalak memiliki pengaruh dalam kehidupan masyarakat setempat di berbagai bidang
kehidupan. Pelestarian kesenian dolalak dijadikan sebagai nilai Laten yaitu dengan
membentuk kelompok kesenian dolalak (sanggar seni) dan di bidang pendidikan dengan
menerapkannya kesenian Dolalak ke dalam mata pelajaran muatan lokal di tingkat Sekolah
Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa masyarakat
Desa Mlaran pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Purworejo pada umumnya telah
memanfaatkan kesenian Dolalak sebagai kesenian tradisional khas Kabupaten Purworejo
yang telah dikolaborasikan dengan kesenian spiritual dan dikemas lebih modern sebagai
bentuk sajian spesial yang menarik. Kesenian ini bersifat menghibur bagi masyarakat pada
umumnya. Masyarakat lebih menilai positif yang menguntungkan tentang kesenian Dolalak
dan berupaya mempertahankan serta melestarikan keberadaannya dengan selalu bangga telah
menjadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo. Akan tetapi
kesenian ini masih memiliki kendala dalam pengembangannya, yaitu tidak adanya bantuan
dana pengembangan kesenian Dolalak dari pemerintah. Para pengelola kesenian masih
menggunakan biaya dan tenaga serta inisiatif sendiri dalam upaya pelestariannnya. Jadi
pemerintah dirasa hanya bangga dan mengklaim kesenian Dolalak sebagai identitas
kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo saja tanpa adanya penambahan anggaran dalam
pelestariannya.
C. Saran
Berdasarkan penelitian tersebut peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Pengelola sanggar, pelatih, pendiri, dan seniman
Pengelola sanggar, pelatih, pendiri, dan seniman di Desa Mlaran pada khususnya dan di
Kabupaten Purworejo pada umumnya harus lebih kreatif dalam pengembangan
kesenian Dolalak agar penikmat seni Dolalak merasa lebih terhibur dan tidak cepat
bosan namun jangan menghilangkan karakteristik asli dari kesenian Dolalak itu sendiri.
Sehingga kesenian ini tidak hanya bersifat menghibur saja namun juga memiliki makna
tersendiri dalam kehidupan masyarakat.
2. Tokoh Kebudayaan
Tokoh Kebudayaan setempat hendaknya lebih gigih dan kreatif dalam pengembangan
kebudayaan Daerah setempat baik dari segi materi maupun spiritual serta lebih giat
dalam memperkenalkan kebudayaan asli di Daerah setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
3. Masyarakat setempat
Tokoh Kebudayaan dan masyarakat setempat hendaknya lebih aktif menunjukkan
partisipasinya dalam pengembangan kesenian Dolalak. Menumbuhkan rasa bangga dan
tidak boleh malu dengan kebudayaan tradisional miliknya sendiri walaupun sudah
dirasa kuno karena kesenian ini juga memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat
dan dalam pembangunan daerah. Sehingga kerjasama antara pihak kesenian dan
masyarakat akan terjalin dengan baik.
4. Pemerintah Desa Mlaran
Pemerintah Desa Mlaran hendaknya lebih memperhatikan perkembangan kesenian
Dolalak dan menyediakan tempat untuk pengembangan kesenian.
5. Pemerintah daerah Purworejo
Pemerintah daerah Purworejo hendaknya tidak hanya mengklaim kesenian Dolalak
sebagai identitas kebudayaan daerah saja, namun juga lebih mendukung dalam
pengembangan dan pelestarian kesenian Dolalak baik dukungan dari segi materiil
maupun spirituil. Sehingga para seniman tidak akan merasa kesulitan dalam
pengembangannya, serta kerjasama antar pihak seniman dan pemerintah dapat berjalan
dengan baik.
6. Kepala Sekolah Dasar
Kepala Sekolah Dasar hendaknya juga memperhatikan perkembangan siswa dalam
pemahaman terhadap kebudayaan daerah agar timbul jiwa nasionalis yang tinggi pada
diri anak.
7. Dinas Kemendikbud
Dinas Kemendikbud hendaknya lebih memperhatikan kualitas dalam pendidikan
khususnya kaitannya dengan kesenian Dolalak yang dijadikan sebagai muatan lokal di
tingkat SD se Kabupaten Purworejo, yaitu dengan menambah jumlah guru pengajar
kesenian Dolalak yang lebih handal dan profesional dalam bidangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 89
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Anonim. Cabang-cabang Seni Berdasarkan Bentuk dan Medium Seni. Diperoleh
pada tanggal 12 Juni 2012 dari http://guruvalah.20m.com/.
. Teori Interaksi Simbolik. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2012 dari
http://www.slideshare.net/RonzzyKevin/teori-interaksi-simbolik.
. Teori Interaksi Simbolik. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2012 dari
http://sosiologi.fisip.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=74:teori-interaksi-simbolik-mead&catid=34:informasi
. Teori Interaksionisme Simbolik. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2012
dari http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/17/teori-interaksionisme-
simbolik/
.Seni. Diperoleh pada tanggal 15 Juli 2012 dari
ttp://www.scribd.com/doc/12826464/seni
. Manusia dan Keindahan. Diperoleh pada tanggal 15 Juli 2012 dari
http://blog.uinmalang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-
keindahan/
. Mendidik Melalui Seni. Diperoleh pada tanggal 15 Juli 2012 dari
http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/198205132008121002-
JULIA/Mendidik_Melalui_Seni.pdf
. Art is Pleasant. Diperoleh pada tanggal 15 Juli 2012 dari
http://colourexist.blogspot.com/
. Pentingnya Seni Dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk
Berbudaya. Diperoleh pada tanggal 15 Juli 2012 dari
http://manshurzikri.wordpress.com/2010/05/12/pentingnya-seni-dalam-
kehidupan-manusia-sebagai-makhluk-berbudaya/
Ben, S. (1985). Jacklin Smith:Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi
Guru. Yogyakarta: IKALASTI.
Budisantoso. (1994). Kesenian dan Kebudayaan. Wiled No. III volume 6.
Surakarta: STSI Press.
Hartono. (2000). Peran Sanggar Dalam Perkembangan Seni Tari. Yogyakarta:
Lentera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
KIPRAH . (2009, November). Kecamatan Purworejo Tampil sebagai Penyaji
Terbaik. Hlm. 5.
. (2011, Desember). Menelusuri Hak Paten Dolalak. Hlm. 16.
. (2011, Desember). Bangilun = Dolalak?. Hlm. 17.
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi:Kebudayaan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
. (2005). Pengantar Ilmu Antropologi:Pokok-pokok Etnografi. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Liliweri, A. (2007). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta:
PT Lukis Pelangi Aksara.
Moeljohadiwinata, & Moch Nasroen. (19930. Diskripsi Kesenian Dolalak.
Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil Propinsi
Jawa Tengah Proyek Pengembangan Kesenian Jawa Tengah.
Nanik. (2000). Perkembangan Kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo Jawa
Tengah.
Peter, B. (2005). Teori-teori Sosial: Observasi Kritis terhadap Filosof Terkemuka.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Royce, A, P. (1977). The Antropology of Dance.
Setiadi, Elly, dkk. (2009). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : kencana.
Simatupang, B, R, O. (1964). Dance in Indonesia.
Soehardjo, AJ. (1990). Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sofa. (2011). Nilai-nilai Yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Diperoleh pada tanggal 12 Juli 2012 dari
http://massofa.wordpress.com/2011/11/17/nilai-nilai-yg-dikembangkan-
dalam-pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa/
Sutrisno, M., & Putranto, H. (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta :
Kanisius.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Suwaji, B. (1986). Kebudayaan Apresiasi Seni Pendidikan Seni. Semarang :
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang Press.
. (1988). Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang : IKIP Semarang.
Suwardi, E. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan : Ideologi,
Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.
Tesis pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Bali. (1968-1999).
Sebuah Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna.
Umar, K. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta : Sinar Harapan.
Wahyuningsih, S. (2007). Skripsi “ Bentuk Penyajian Ndolalak Paket Padat di
Sanggar Tari Prigel Kabupaten purworejo”. Semarang : Universitas
negeri Semarang.
Yayasan Obor Indonesia. (1988). Teori Masyarakat : Proses Peradaban dalam
Sistem Dunia Modern. Jakarta : Buku Obor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Lampiran 1
Fieldnote
Informan 1
Nama : Bambang Purwato
Status : Kepala Desa
Pekerjaan : Kepala Desa Mlaran
Alamat : Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo
Umur : 54 Tahun
Pada hari minggu sore yang panas, saya memulai untuk melakukan observasi di
Desa Mlaran. Pertama yang saya lakukan adalah mencari letak Desa Mlaran itu
sendiri dan kemudian menuju Balai Desa untuk menemui Kepala Desa Mlara.
Maksud dan tujuan saya waktu itu adalah untuk minta ijin pada Kepala Desa agar
saya diijinkan untuk melakukan obervasi mengenai eksistensi kesenian dolalak
sebagai kebudayaan daerah di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten
Purworejo serta minta pendapat kepada Bapak Kepala Desa Mlaran mengenai
siapa saja yang bisa di jadikan sebagai informan dalam penelitian yang saya
lakukan ini.
Desa Mlaran merupakan daerah yang sama sekali belum pernah saya kunjungi
sebelumnya. Awal mulanya saya menuju pusat kota Purworejo untuk mencari
daerah Desa Mlaran. Masyarakat Purworejo termasuk masyarakat yang sangat
bersahabat. Dengan modal nekat dan sambil bertanya-tanya pada masyarakat
Purworejo, hingga akhirnya saya sampai di Desa Mlaran. Kunjungan pertama
sebelum penelitian yang saya lakukan yaitu mencari dan mengunjungi Balai Desa
Mlaran sebelum pada akhirnya menuju kediaman bapak Lurah Desa Mlaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Sesampainya di Balai Desa saya memutuskan untuk pulang ke Kebumen dan akan
kembali lagi ke Desa Mlaran keesokan harinya.
Keesokan harinya sayakembali ke Desa Mlaran lagi untuk menemui Bapak
Kepala Desa. Saya mencari beliau di kantor Kepala Desa. Namun kantor tersebut
terlihat sepi dan tidak ada satu pegawaipun yang ada di dalam kantor. Menurut
saya, kantor tersebut memang jarang dipakai. Hal itu terlihat dari kondisi dan
keadaan dalam kantor yang tidak rapih dan seperti tidak terurus. Menurut saya
juga para pegawai di Desa Mlaran bekerja tidak di kantor dan ruangan masing-
masing, melainkan di rumah masing-masing.
Setelah itu, saya memutuskan untuk mengunjungi kediaman bapak Kepala Desa
Mlaran. Saat itu beliau sedang tidak di rumah, namun oleh istrinya, saya di suruh
menunggu sebentar. Beberapa menit kemudian beliau datang. Kepala Desa
Mlaran tersebut bernama Bambang Purwanto. Beliau orangnya termasuk ramah
dan baik hati. Permintaan ijin yang saya lakukan langsung ditanggapi dengan
baik. Saya juga diberi tahu siapa saja informan yang dapat saya wawancarai untuk
kelengkapan data penelitian. Setelah berbincang-bincang banyak dan saling
memperkenalkan diri, saya memutuskan untuk pamit pulang karena hari dirasa
sudah cukup sore.
Keesokan harinya saya mendatangi kediaman bapak Bambang kembali, namun
saya tidak dapat bertemu dengan beliau. Akhirnya saya memutuskan untuk
mewawancarai informan lain terlebih dahulu dan kemudian hari berikutnya
dengan bapak Lurah. Hasilnya pada hari berikutnya saya bisa bertemu dengan
bapak lurah di kediamannya yang tidak jauh dari Balai Desa Mlaran tersebut.
Wawancara pun saya mulai. Berbeda dengan informan lainnya yang bisa langsung
menjawab tanpa melihat daftar pertanyaan dari saya, pak Bambang lebih memilih
untuk melihat daftar pertanyaan dari saya yang kemudian nantinya akan dijawab
satu per satu oleh beliau. Sehingga hasil yang diperoleh pun tidak maksimal.
Banyak pertanyaan yang saya buat namun beliau tidak dapat menjawab sesuai
yang saya inginkan. Beliau lebih banyak bercerita daripada menjawab pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
dari saya. Dengan kata lain, satu jawaban dari beliau diselingi dengan berbagai
macam cerita. Hal ini dikarenakan dengan kegemaran beliau dalam bercerita.
Beliau termasuk orang yang suka bercerita mengenai pengalaman hidup.
Setelah beberapa menit kami berbincang-bincang, kemudian sang istri datang
dengan menyuguhkan secangkir teh hangat dan beberapa makanan ringan kepada
saya. Sang istri termasuk orang yang lemah lembut dan baik hati. Dalam
perbincanagnnya, pak Lurah juga bercerita banyak hal mengenai kegiatannya
yang padat dan beliau juga sering ada acara ke luar kecamatan. Oleh sebab itu
beliau susah untuk ditemui.
Dalam wawancara yang saya lakukan, banyak pertanyaan yang beliau tidak tepat
bahkan tidak tahu jawabannya. Beliau mengaku hanya tahu mengenai bidang
politik dan kemasyarakatan saja. Selain dari bidang tersebut, beliau hanya tahu
sepintas saja. Menurut beliau, alasan dari Dolalak dijadikan sebagai identitas
kebudayaan daerah di Purworejo karena dari segi sejarahnya yang berawal dari
Purworejo. Beliau juga mengemukakan bahwa kesenian ini sering di pentaskan di
setiap ada orang nanggap dan acara tujuhbelasan di Desa Mlaran.
Dari segi manfaatnya, kesenian ini memiliki manfaat yang cukup besar bagi
masyarakat Desa Mlaran pada khususnya. Menurut dalam pengembangannya,
agar kesenian ini tidak cepat punah juga harus ada strategi pelestariannya.
Misalnya, dengan membina anak-anak tingkat SD dalam bidang kesenian
Dolalak. Dalam pengembangannya juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Dalam hal ini, pemerintah tidak memberikan anggaran kecuali jika penyelenggara
membuat proposal untuk diajukan ke pemerintah. Jadi dalam biaya
pengembangannya dilakukan secara individu karena hal ini sudah dikelola secara
perorangan.
Lanjut ke pertanyaan berikutnya mengenai hambatan dalam pengembangan
kesenian Dolalak. Menurut pak Lurah, kesenian tersebut tidak memiliki hambatan
kecuali dari reaksi penonton pada saat menyaksikan kesenian Dolalak. Beliau
mengemukakan bahwa kadang terjadi perkelahian antar penonton pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
menyaksikan kesenian Dolalak. Peristiwa tersebut banyak sekali penyebabnya,
misalnya gara-gara tersenggol penonton lain, atau penyebab lainnya yang dapat
menyebabkan emosi antar penonton.
Di sela-sela percakapan, beliau juga menceritakan mengenai salah satu penari
Dolalak yang cukup diidolakan oleh para kaum lelaki pada waktu itu. Nama
penari tersebut adalah Nur. Nur merupakan penari yang memiliki daya tarik
tersendiri dalam menarikan kkesenian Dolalak. Dengan badannya yang indah, dia
dapat menari dengan luwes dan lincah. Namun sekarang dia sudah tidak
berkecimpug di kesenian Dolalak lagi, karena dia sudah menikah dan berkeluarga.
Selang beberapa lama pertanyaan demi pertanyaan sudah saya ajukan disertai
dengan perbincangan-perbincangan ringan dengan bapak Kepala Desa Mlaran,
dan akhirnya selesai juga di ujung pertemuan pada hari itu. Saya memutuskan
untuk pamit pulang dan akan melanjutkan penelitian kembali pada hari
berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Informan 2
Nama : Adiwarno
Status : Tokoh budaya
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo
Umur : 75 Tahun
Di suatu pagi yang cerah, di sebuah Desa yang sejuk dan segar bernama Desa
Mlaran. Di desa tersebut tinggallah seorang lanjut usia yang bernama Adiwarno.
Bapak Adiwarno berusia 75 tahun dan pekerjaan utamanya sebagai petani. Tetapi
dalam masyarakat desa Mlaran beliau disebut sebagai tokoh budaya di Desa
Mlaran. Bapak Adiwarno tinggal di sebuah rumah yang sederhana namun sangat
nyaman untuk titinggali. Untuk mencapai tempat tinggal bapak Adiwarno cukup
sulit, karena rumahnya tidak tepat di pinggir jalan. Sebelum menuju rumah beliau,
saya menuju rumah bapak Bambang selaku Lurah Desa Mlaran untuk
menanyakan alamat informan yang akan dituju. Pada waktu itu saya ditemani
seorang sahabat yang bernama Niken Dwi Setyaningsih. Setelah menanyakan
alamat ke pak lurah, saya dan teman saya langsung mencari alamat rumah bapak
Adiwarno. Untuk mencapai rumah bapak Adiwarno, saya bertanya pada seorang
ibu yang sedang berjalan. Namun karena masih belum jelas, saya bertanya lagi
pada seorang pemilik warung yang rumahnya dekat dengan rumah bapak
Adiwarno. Beliau mengantar kami sampai tempat tujuan. Setibanya di rumah
bapak Adiwarno, kedatangan kami disambut hangat oleh beliau. Pada waktu itu
rumah sangat sepi. Hanya ada beliau dan seorang cucunya yang baru pulang
sekolah. Beberapa pertanyaan saya ajukandengan dibantu teman saya untuk
merekamnya. Beliau nampak senag hati dan bersemangat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari saya, walaupun ada beberapa pertanyaan yang
menurutnya sulit karena kurang dimengerti maksud dari pertanyaan saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tersebut.pertanyaan yang saya ajukan seputar “Eksistensi Kesenian Dolalak
Sebagai Identitas Kebudayaan Daerah di Desa Mlaran, Kecamatan Gebang,
Kabupaten Purworejo” menurut pendapatnya sebagai tokoh budaya. Sejarah
singkatnya, beliau dulunya seorang penari dan pelatih kesenian Dolalak. Dalam
rumahnya masih terdapat alat musik Dolalak dan piala-piala yang pernah
diraihnya pada waktu masih berkecimpungdi dunia Dolalak. Menurut
pendapatnya Desa Mlaran berasal dari kata “melar ing paran”. Mlaran menika
menawi dipun kiroto boso. Meniko sejarahe melare saking paran. Trus meniko
dados smi mlancong teng pundi” anggenipun usaha dados melar.
Arti dari istilah “melar ing paran” tersebut yaitu masyarakat kembali lagi ke
kampung halaman untuk membangun desa setelah berkembang dan sukses di
perantauan.
Pertanyaan yang saya ajukan berikutnya yaitu mengenai macam-macam
kebudayaan yang ada di Desa Mlaran.
kebudayaan wonten Mlaran sakmeniko wekdal menawi rumiyin wonten
kudalumping, jamane alit kulo meniko wonten wayang golek, sakmeniko
wekdal wontenipun namung kantun dolalak.
Menurut beliau dengan nada bangga menyebutkan bahwa kebudayaan Mlaran itu
termasuk banyak macamnya. Beberapa diantaranya yaitu kuda lumping, wayang
golek, namun yang sekarang terkenal dengan Purworejonya yaitu Kesenian
Dolalak.
Bapak Adiwarno juga seorang yang menguasai bidang kesenian Dolalak. Beliau
selain bisa menjadi pelatih, juga bisa menjadi penari, penyanyi, dan pemain musik
Dolalak. Semuanya beliau kuasai dengan baik. Sekarang pun beliau masih fasih di
bidang kesenian Dolalak. Beliau juga bercerita mengenai masa mudanya dahulu.
Pada waktu masih muda, sebelum beliau menjadi pelatih kesenian Dolalak dan
tokoh budaya di Desa Mlaran, beliau juga pernah bergelut di kesenian Wayang
Golek. Setelah selang beberapa tahun beliau beralih ke kesenian Dolalak dengan
mengajak warga dari segala umur untuk bergabung bersamanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Kulo rumiyin meniko kulo nderek dalang wayang golek...kulo njuk ngajak
lare-lare SD, ayo nduk do latihan joged....kulo lateh saged mulai tahun
1985. Kulo mulai ngajare mulai SD, SMP, SMA dumugi semanteno lare
tamat SMA do golek gawean. Tekan dados sak mriki kulo dados dalang
dolalak. Menawi dados penari dolalak iku tahun 1958.
Beliau mulai menguasai kesenian Dolalak mulai tahun 1958’an. Hingga pada
akhirnya mulai tahun 1985’an beliau mulai mencoba untuk melatih warga untuk
aktif dalam kesenian Dolalak. Beliau mengajar dari mulai anak-anak tingkat SD
sampai SMA. Namun anggotanya banyak juga yang mengundurkan diri dan
akhirnya berkurang jumlah anggotanya. Anggota yang sudah lulus SMA banyak
yang merantau dan mencari kerja di tempat yang jauh.
Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai perbedaan yang ada antara kesenian
dolalak desa Mlaran dengan daerah lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
berbagai segi.
Sami ning gih benten. Nek klambine podo-podo ireng. Nek lagu coro
gamelane cengkok-cengkok onten bentene. Nek seng modele sanese mriki
niku kaligesing, nanging nyuwun sewu, nek coro dagangane niku seng payu
model coro mlaranan. tembange bedo-bedo.
Menurut beliau kesenian Dolalak di Desa Mlaran dengan daerah lainnya sama tapi
juga berbeda. Persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi pakaian
yang sama-sama berwarna hitam. Segi lagunya jelas berbeda dengan daerah lain,
yaitu dari cengkoknya, namun menurut beliau lebih banyak peminat dolalak
Mlaran. Jenis lagu yang berbeda-beda tersebut diistilahkan dengan lagu Mlaranan,
pesisiran, grabagan.
Sejarang singkat beliau menjadi penggemar dan Dolalak yaitu karena rasa prihatin
beliau karena keberadaan kesenian Dolalak yang sebenarnya unik namun jarang
orang yang mengetahuinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Riyen kulo jaman teseh enom seneng nonton. Trenyuh pingin dadi dalang
dolalak. Mriki ngawontenaken, nganake group njuk ngundang pelatih
saking Grabag.
Beliau mengundang pelatih dari Grabag agar masyarakat desa Mlaran dapat
berlatih dan mengenal kesenian Dolalak. Hingga terbukti saat ini kesenian
Dolalak di Desa Mlaran lebih berkembang dari waktu itu.
Dalam mengembangkan kesenian Dolalak dari awal sampai sekarang ini, beliau
mengalami banyak kendala. Salah satu diantaranya yaitu dari segi biaya
pengembangannya.
Anggaran meniku nek riyen kulo mboten dibantu nopo-nopo ming namung
berdikari, sakniki sami mawon mboten onten le bantu mung karang wes
payu laris.yowes men rapopo.
Beliau sangat menyesalkan pemerintah yang kurang andil dalam pengembangan
kesenian dolalak dari segi materi. Dari dahulu hingga sekarang, beliau
mengembangkan kesenian ini hanya dengan biaya sendiri bukan bantuan dari
pemerintah. Namun beliau tidak menyalahkannya, karena beliau merasa sudah
mensyukuri dan cukup mampu dengan hasil yang sudah didapatnya.
Selain itu, beliau juga mengalami kendala dari lingkungan sekitar.
Godane gede, karang seng jenenge dadi ketua niku le pokok kudu sabar.
Seng sepantarane kulo pun do mati deset. jaman kulo nom godane wedok.
Selama menjadi ketua kesenian Dolalak, beliau mengaku sangat membutuhkan
kesabaran yang tinggi. Banyak tokoh budaya yang sebaya dengan beliau namun
sudah meninggal dunia. Selain itu juga godaan terbesarnya selama menjadi ketua
kesenian dolalak yaitu wanita. Menurut beliau banyak wanita yang
mengaguminya, namun beliau tetap kuat imannya dan berusaha agar tidak
tergoda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Informan 3
Nama : Narto Narimo
Status : Pelatih kesenian Dolalak
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo
Umur : 48 Tahun
Pada suatu hari, saya mengawali penelitian dengan menuju rumah pak Lurah Desa
Mlaran. Rumahnya sekitar 100 m dari Balai Desa Mlaran. Perjalanan dari rumah
saya (Prembun, Kebumen) menuju Desa Mlaran lumayan jauh. Hal yang
membuat jauh dan lama dikarenakan jarak yang jauh dan keadaan jalan yang
kurang baik. Pada waktu itu, kondisi badan saya juga sedang kurang baik. Sya
pada waktu itu tidak sendirian, saya ditemani sahabat saya yang bernama Niken
Dwi Setyaningsih. Dia membantu saya merekam wawancara saya selama
penelitian berlangsung.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan butuh konsentrasi , akhirnya saya
sampai di tempat tujuan, yaitu rumah bapak Bambang selaku lurah Desa Mlaran.
Namun saya tidak dapat bertemu pak Bambang karena beliau sedang ada acara di
kecamatan lain. Di situ saya hanya bertemu dengan istri pak lurah. Kami disambut
hangat oleh beliau. Sambil menunggu kedatangan pak lurah, kami berbincang-
bincang dengan bu lurah. Beberapa jam kami menunggu, namun pak lurah tidak
juga kunjung datang. Akhirnya saya memutuskan untuk ke rumah pak Narimo
terlebih dahulu.
Pak Narimo yang memiliki nama panjang Narto Narimo tersebut merupakan
pelatih kesenian Dolalak. Beliau juga memiliki group dan sanggar kesenian yang
bernama “Sri Arum” yang beliau kelola secara turun temurun. Rumahnya tidak
jauh dari Balai Desa Mlaran. Sebelum menuju rumahnya, saya menuju warungnya
terlebih dahulu sesuai petunjuk bu lurah untuk menanyai alamat rumah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
ditinggali pak Narimo dan keluarganya. Sesampainya di warung pak Narimo, saya
hanya bertemu dengan istrinya. Ternyata pak Narimo sedang ada bisnis
dagangannya di lain tempat. Dan saya dianjurkan untuk menelefon pak Narimo
terlebih dahulu untuk membuat janji. Ternyata pak Narimo bisa meluangkan
waktunya, dan saya pun di suruh sejenak untuk menunggu kedatangannya. Setelah
beberapa menit menunggu, Alhamdulillah saya bisa bertemu dengan pak Narimo
saat itu juga di rumahnya dan saya pun langsung melakukan wawancara dan
observasi berkaitan dengan eksistensi kesenian Dolalak.
Menurut bapak Narimo, kesenian Dolalak tersebut merupakan tiruan dari
kebiasaan Belanda pada masa penjajahan.
Ada penjajahan Belanda, kalau lagi bersenang-senang ada dansa. Orang
pribumi diikutsertakan untuk melihat. Orang pribumi tertarik. Orang
Belanda senangnya mabuk. Kalau dalam istilah Jawa “mendem” yaitu
dengan cara kesurupan. (Narimo)
Beliau berpendapat bahwa kesenian Dolalak awalnya merupakan kebiasaan orang
Belanda dalam mengekspresikan kegembiraan yang dituangkan ke dalam bentuk
dansa atau tarian berpasangan. Orang pribumi sebagai penontonnya. Orang-orang
Belanda bersenag-senang dan berdansa sambil minum-minuman keras, istilah ini
oleh orang jawa disebut mendem. Tingkah orang Belanda yang aneh-aneh saat
mendem tersebut seperti orang kesurupan. Jadi orang pribumi menirunya dengan
cara dimasuki makhluk gaib pada diri penari, sehingga penari bertingkah aneh-
aneh dan berjoged dengan sangat enerjik dan lincah tanpa rasa malu.
Beliau juga menceritakan mengenai pendiri kesenian Dolalak. Sampai sekarang
sudah empat orang dari Desa Mlaran yang perperan penting dalam pengembangan
kesenian Dolalak. Mereka adalah bapak Truno, bapak Adiwarno, bapak Karyadi,
dan bapak Narimo sebagai keturunan dari bapak Karyadi.
Dolalak bagi pak Narimo merupakan tarian yang ciri-cirinya mirip dansa. Karena
tarian ini dimainkan oleh para penari secara berpasang-pasangan. Dolalak
dimainkan oleh penari yang jumlahnya genap sekitar duabelas sampai empatbelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
orang, jadi jumlahnya enam sampai tujuh pasang penari. Dahulu, kesenian
Dolalak penarinya dilakukan oleh laki-laki. Mulai tahun 1978 oleh bapak Karyadi
kesenian ini dalam pementasannya bisa mencapai duapuluh tujuh kali dalam
sebulan. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi beliau sendiri dan masyarakat
kabupaten Purworejo pada umumnya. Wilayah pementasannya paling jauh sampai
Jakarta, yaitu di TMII. Bapak Narimo sendiri pernah mendapat tawaran melatih
kesenian Dolalak di luar Pulau, namun beliau tidak menyanggupinya dikarenakan
jaraknya yang jauh dan tidak adanya waktu untuk ke luar pulau.
Alat musik yang digunakan dalam kesenian Dolalak adalah termasuk alat musik
tradisional, namun juga ditambah sedikit yang lebih modern.
Musiknya beduk, terbang, kendang. Sekarang berhubung sudah mulai
kemajuan jaman saya tambahi organ. (Narimo)
Beliau menambahkan alat musik organ ataupun alat musik lainnya yang lebih
modern karena tuntutan jaman dan tuntutan penanggap. Namun beliau tidak
menghilangkan tradisi awal yang menggunakan alat musik tradisional. Jadi antara
musik tradisional dan modern beliau padukan dengan baik dan sesuai. Hasilnya
kesenian ini lebih diminati dan tidak membosankan. Selain itu, dalam hal lagu
pengiring, beliau juga memadukan lagu asli dengan ditambah lagu modern yang
banyak diminati penonton. Nyanyian yang dilagukan sebanyak 30 nyanyian
dengan durasi kurang lebih 30 menit.
Beliau juga mengemukakan alasan dari dipilihnya kesenian Dolalak untuk
dijadikan sebagai identitas kebudayaan daerah di Kabupaten Purworejo. Menurut
beliau, kesenian ini hanya ada di Purworejo. Bahkan se Indonesia pun tidak ada
kesenian Dolalak di tempat lain kecuali Purworejo saja walaupun ada kesenian
yang hampir mirip dengan kesenian Dolalak, namun pada dasrnya kesenian
tersebut beda satu sama lain.
Kesenian ini memiliki unsur mistik dalam pementasannya. Mistik tersebut terlihat
dari tariannya pada saat trance. Pada tahap ini terdapat kerjasama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
makhluk gaib yang telah dipanggil oleh pelatih. Persiapan dalam tahap ini pun
juga ada.
Kita kalau mau pementasan itu udah ada sajennya. Kita mengadakan sajen
itu beras kuning, tumpeng ingkung, daun dadap srep, pari ronggean, torong,
kemenyan, bedak, kaca, teh, gula, kopi, mawar, melati, dan masih banyak
lagi. (Narimo)
Dalam persiapannya, beliau menyediakan berbagai macam sesajen untuk
mengundang roh-roh halus yang ada disekitarnya yang kemudian untuk
dimasukkan ke salah satu jiwa sang penari.
Sajen itu kalau sudah mau dimulai kita kan bakar kemenyan. Ijin dulu sama
yang bawurekso. Nantinya kalau kita mau menghendaki penari yang mau
kesurupan kita yang membikin, ada lafalannya tertentu yang tidak bisa
disebar luaskan. (Narimo)
Selain bentuk sesajaen, beliau juga menggunakan mantra tertentu untuk
mengundangnya. Mantra tersebut sangat rahasia, jadi hanya pewaris/pelatih saja
yang tahu tentang mantra tersebut. Menurut beliau tujuan dari trance tersebut agar
tahu penari tersebut jogetnya seperti apa dan lincahnya seperti apa.
Di tengah-tengah wawancara yang saya lakukan, kemudian saya disuguh air
minum dan makanan ringan oleh ibu Narimo. Sambutan yang diberikan oleh
keluarga bapak Narimo sangat baik dan hangat. Beliau juga bercerita mengenai
keluarganya dan anak-anaknya. Beliau termasuk orang yang tidak pandang dalam
menolong orang. Beliau juga memiliki anak yang seumuran dengan saya. Namun
anaknya sudah menikah walaupun sambil kuliah. Itulah sebabnya beliau berpikir
seperti menolong anaknya sendiri. Dalam perbincangan kami juga diselingi video
Dolalak yang beliau miliki. Beliau mempertunjukkannya kepada saya pementasan
Dolalak yang dimilikinya. Group kesenian yang dimilikinya jarang melakukan
latihan rutin. Hal ini dikarenakan sudah dari umur tujuh tahun para anggotanya
sudah bisa mempertunjukkan kesenian dolalak, khususnya pada penarinya sendiri.
Jadi bagi yang belum bisa menari tetap bisa diikutsertakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
pertunjukkannya, walaupun hanya meniru gerakannya saja. Hasilnya lambat laun
mereka bisa menari dengan baik seperti penari aslinya.
Pelestarian Dolalak yang beliau lakukan yaitu dengan membentuk group kesenian
Dolalak secara turun temurun. Jadi tujuannya agar kesenian ini tidak berhenti
ditengah jalan jika ada sesuatu hal yang tidak diduga seperti meninggal dunia.
Kendala dalam pelestarian kesenian Dolalak bagi beliau adalah dari segi biaya.
Beliau mengembangkan kesenian Dolalak secara mandiri.
Kalau dari pemerintah sama sekali tidak ada anggaran, pemerintah
senangnya mengakui dolalak sebagai kesenian Purworejo. Biaya kita
patungan satu group. (Narimo)
Beliau sangat menyayangkan kinerja pemerintah dalam pengembangan kesenian
Dolalak. Beliau mengalami kendala dari segi biaya operasional yang bertambah
mahal namun tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat. Sebagai contoh
harga seragam yang sekitar Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00 tersebut berasal dari
biaya sendiri dibantu oleh anggotanya.
Kesenian Dolalak sendiri tidak dapat dijadikan sebagai matapencaharian utama
karena hasilnya yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Pementasan biaya dari mulai awal misalnya 1 paket sekitar 1 juta rupiah
sedangkan Dolalak dibayar senilai 3,5 juta rupiah yang kemudian dibagi ke semua
anggota. Di lain hal, perolehan penghasilan tergantung dari yang mau nanggap.
Bapak Narimo sendiri mendapat sekitar Rp 100.000,00 – Rp 150.000,00 per
malamnya. Jadi untuk kategori orang yang sudah berkeluarga, penghasilan
tersebut masih dirasa kurang dan tidak dapat dijadikan sebagai mata pencaharian
utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Informan 4
Nama : Akhmad Khoirudin
Status : Masyarakat Desa Mlaran
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Mlaran, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo
Umur : 73 Tahun
Pada tanggal 28 Maret 2012 tepatnya hari rabu saya bermaksud menemui pak
Lurah Desa Mlaran, naman seperti hari kemarin, saya tidak juga bertemu beliau
dikarenakan kesibukannya yang padat. Saya hanya bertemu dengan bu Lurah saja.
Pada waktu itu, bu Lurah sedang ada tamu yang juga sedang menunggu
kedatangan pak lurah untuk meminta tanda tangan beliau. Saya sempat berkenalan
dengan ibu muda tersebut. Ibu tersebut bernama Kokom yang rumahnya juga
berada di Desa Mlaran. Setelah saya berbincang-bincang lama dengan mereka
akhirnya saya memutuskan untuk mewawancarai salah satu sesepuh Desa Mlaran
yang pernah ditunjukkan oleh Pak Lurah beberapa hari yang lalu. Ternyata setelah
ditelusuri melalui pembicaraan kami, ternyata informan yang akan saya tuju
tersebut termasuk saudara dari Ibu Kokom. Dengan senang hati bu Kokom pun
mengantarkan saya ke rumah informan yang tak jauh dari rumah bu Kokom
sendiri.
Perjalanan tidak sedekat yang dibayangkan. Perjalanan terasa jauh walaupun
sebenarnya dekat. Hal ini dikarenakan jalannya yang berliku-liku dan melewati
jalan setapak. Jalan yang ditempuh ada yang sudah beraspal, namun ada juga yang
aspalnya sudah rusak. Sesampainya di rumah bu Kokom, saya langsung diantar ke
rumah informan yang berada di depan rumah bu Kokom dan kami pun langsung
menemui informan. Kami saling memperkenalkan diri sebelum mengawali
wawancara saya. Informan tersebut bernama Akhmad Khoirudin. Beliau berumur
73 tahun dan bekerja sebagai petani. Beliau merupakan salah satu masyarakat
yang dianggap sesepuh oleh masyarakat setempat. Beliau juga termasuk salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
penggemar kesenian Dolalak sejak mudanya hingga sekarang. Beliau pun dengan
senang hati menjawab pertanyaan yang saya ajukan.ditengah-tengah wawancara
yang saya lakukan, beliau juga seringkali menambahi dengan cerita mengenai
pengalaman beliau sendiri. Saya merasa beliau termasuk orang yang senang
berbagi cerita dan pengalaman terhadap orang lain. Dari ceritanya ternyata beliau
juga dikategorikan termasuk “orang pinter”. Banyak juga orang yang sering
berkonsultasi mengenai masalah mereka terhadap pak Khoirul. Pak Khoirul pun
tidak segan memberi solusi bahkan beliau bisa juga mengobati orang.beliau juga
bercerita kalau ia juga pernah mengalami mati suri sebanyak dua kali. Beliau
menceritakan keadaannya selama mati suri tersebut. Beliau melihat dua tempat
yang berbeda dan tidak ada di bumi ini, menurut beliau mungkin itulah yang di
namakan surga dan neraka. Dari situlah awal beliau bisa menjadi “orang pintar”
dan bisa membantu banyak orang yang membutuhkannya. Namun beliau tetap
tidak sombong, karena semua itu adalah kuasa Illahi.
Setelah berbincang-bincang banyak, kemudian saya memulai mengajukan
pertanyaan kepada bapak Akhmad Khoirul mengenai eksistensi kesenian Dolalak
di Desa Mlaran. Menurut beliau awal mula kata Mlaran yaitu “melare soko
paran”. Maksudnya yaitu warga Desa Mlaran dapat berkembang dan sukses dari
perantauan. Di Desa Mlaran memiliki kesenian Dolalak namun beliau
berpendapat kalau kesenian Dolalak bukan berasal dari Mlaran.
“.... Pendiri Dolalak adalah pak Karyadi saking Mlaran, namung Dolalak
asale saking Grabag. Pelatihe niku namine Jasman ....”
Menurut beliau, pendiri kesenian ini memang berasal dari Mlaran yaitu Bapak
Karyadi namun asal dari kesenian ini yaitu Grabag. Grabag termasuk salah satu
daerah di Kabupaten Purworejo. Pelatih yang terkenal di Grabag tersebut bernama
Jasman. Bagi beliau, kesenian Dolalak juga memiliki ciri tersendiri.
Cirine Dolalak mendem... Dilalah le narine luwes le purun mendem...
Tujuan mendem kanggo rame-rame tok.supoyo penonton seneng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Menurut beliau mendem (tidak sadarkan diri) merupakan bagian yang paling
dinanti-nanti oleh penikmat kesenian Dolalak. Penari yang dipilih untuk menari
dalam keadaan trance (mendem) tersebut adalah penari yang lincah dan enerjik.
Hal ini dimaksudkan agar pertujukkan terlihat lebih ramai dan penonton pun lebih
senang dan terhibur. Beliau juga mengemukakan fungsi dari kesenian Dolalak.
“.... Manfaat dolalak namung seni, kesenian. Mboten onten manfaate, mung
ngge hiburan. Coro seniki organ tunggal. Nek wayang onten manfaate
kagem ruwat ....”
Menurut beliau kesenian Dolalak hanya berfungsi sebagai hiburan saja. Hal ini
berbeda dengan kesenian wayang golek yang memiliki nilai fungsi misalnya
sebagai ruwatan atau acara tradisi kejawen lainnya. Kesenian Dolalak tidak dapat
digunakan untuk acara tradisi kejawen. Kesenian ini hanya dipertunjukkan jika
ada yang berminat untuk menanggapnya dan jika ada acara Desa kesenian ini juga
sering dipertunjukkan.
Kesenian ini bagi beliau merupakan kesenian yang hanya ada di Purworejo. Jadi
beliau berharap agar warga masyarakat di Purworejo menyadari, mengakui, dan
melestarikan kesenian ini agar tidak mudah punah.
“Cara pelestarian, pimpinane pun boten onten. Pelestarianipun golongan
remaja pundi ngonten tumut latihan, saget. Namung pelestarian seni kagem
tiyang nom sampun boten laku...”
Menurut beliau pemerintah sudah jarang melakukan pelestarian. Pada
kenyataannya, pelestarian kesenian Dolalak sebenarnya dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Menurut beliau bisa dilakukan dengan mengikutsertakan golongan
remaja di Daerah Purworejo untuk ikut latihan kesenian Dolalak. Jadi
keikutsertaan kaum muda di daerah tersebut dapat menanamkan jiwa nasionalis
dan bangga terhadap budaya sendiri, sehingga pengembangan kesenian ini dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Lampiran 2
Interview Guides
No. Informan Kategori Rambu-rambu Metode
1. Kepala Desa
Mlaran
1. Eksistensi
Desa Mlaran
1. Bagaimana
sejarah
terbentuknya
desa Mlaran?
2. Bagaimana letak
geografis Desa
Mlaran?
Wawancara,
dokumentasi
2. Kebudayaan
khas Desa
Mlaran
1. Apa saja
kebudayaan Khas
Desa Mlaran?
2. Apa saja
kesenian Khas
Desa Mlaran?
3. Apa saja ciri-ciri
kebudayaan dan
kesenian khas
Desa Mlaran?
4. Adakah
persamaan dan
perbedaan
kebudayaan dan
kesenian khas
Desa Mlaran
dengan daerah
lain di Kabupaten
Purworejo?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
5. Apa saja
persamaan dan
perbedaan
tersebut?
6. Apa saja prestasi
yang pernah
dicapai oleh Desa
Mlaran?
3. strategi
pelestarian
kesenian
Dolalak
1. Mengapa Dolalak
Mampu dijadikan
sebagai identitas
kesenian di Desa
Mlaran bahkan
Kabupaten
Purworejo?
2. Setiap kapan
kesenian Dolalak
dipentaskan?
3. Apa manfaat
dengan adanya
kesenian Dolalak
bagi segala
bidang?
4. Bagaimana
strategi yang
perlu dilakukan
untuk
melestarikan
kesenian Dolalak
di Kabupaten
Purworejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
khususnya Desa
Mlaran?
5. Adakah anggaran
tersendiri untuk
kelangsungan
kesenian
Dolalak?
6. Adakah
hambatan dalam
pelestarian
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran?
4. peran
kesenian
Dolalak
1. Apa saja peran
kesenian Dolalak
dalam kehidupan
masyarakat?
2. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
politik?
3. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan dengan
kegiatan politik?
4. Apa saja
kelebihan dan
kekurangannya
dengan
melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
politik yang ada?
5. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan sistem
pendidikan?
6. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan
7. dengan sistem
pendidikan?
8. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dijadikan sebagai
salah satu muatan
lokal di sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
9. Sudahkah hal itu
terlaksana?
10. Apa saja
kelebihan dan
kekurangannya
dengan
menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
kesenian Dolalak
sebagai salah satu
m uatan lokal di
sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
5. usaha
pematenan
kesenian
Dolalak
1. Usaha apa yang
perlu dilakukan
agar kesenian
Dolalak tetap
menjadi identitas
kesenian di
kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
2. Setujukah Anda
jika Desa Mlaran
dijadikan sebagai
“Kampung
Dolalak”?
megapa?
3. Apa harapan
Anda terhadap
keberlangsungan
dan keberadaan
kesenian
Dolalak?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
2. Tokoh
Budaya
1. Eksistensi
Desa Mlaran
1. Bagaimana
sejarah
terbentuknya
desa Mlaran?
2. Bagaimana letak
geografis Desa
Mlaran?
Wawancara,
dokumentasi
2. Kebudayaan
khas Desa
Mlaran
1. Apa saja
kebudayaan Khas
Desa Mlaran?
2. Apa saja
kesenian Khas
Desa Mlaran?
3. Apa saja ciri-ciri
kebudayaan dan
kesenian khas
Desa Mlaran?
4. Adakah
persamaan dan
perbedaan
kebudayaan dan
kesenian khas
Desa Mlaran
dengan daerah
lain di Kabupaten
Purworejo?
5. Apa saja
persamaan dan
perbedaan
tersebut?
6. Apa saja prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
yang pernah
dicapai oleh Desa
Mlaran?
3. Strategi
pelestarian
kesenian
Dolalak
1. Mengapa Dolalak
Mampu dijadikan
sebagai identitas
kesenian di Desa
Mlaran bahkan
Kabupaten
Purworejo?
2. Setiap kapan
kesenian Dolalak
dipentaskan?
3. Apa manfaat
dengan adanya
kesenian Dolalak
bagi segala
bidang?
4. Bagaimana
strategi yang
perlu dilakukan
untuk
melestarikan
kesenian Dolalak
di Kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
5. Adakah anggaran
tersendiri untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
kelangsungan
kesenian
Dolalak?
6. Adakah
hambatan dalam
pelestarian
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran?
4. Peran
kesenian
Dolalak
1. Apa saja peran
kesenian Dolalak
dalam kehidupan
masyarakat?
2. Bisakah kesenian
Dolalak dijadikan
sebagai mata
pencaharian
utama
masyarakat Desa
Mlaran?
3. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
politik?
4. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan dengan
kegiatan politik?
5. Apa saja
kelebihan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
kekurangannya
dengan
melibatkan
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
politik yang ada?
6. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan sistem
pendidikan?
7. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan dengan
sistem
pendidikan?
8. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dijadikan sebagai
salah satu muatan
lokal di sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
9. Sudahkah hal itu
terlaksana?
10. Apa saja
kelebihan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
kekurangannya
dengan
menjadikan
kesenian Dolalak
sebagai salah satu
m uatan lokal di
sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
5. Usaha
pematenan
kesenian
Dolalak
1. Usaha apa yang
perlu dilakukan
agar kesenian
Dolalak tetap
menjadi identitas
kesenian di
kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
2. Setujukah Anda
jika Desa Mlaran
dijadikan sebagai
“Kampung
Dolalak”?
megapa?
3. Apa harapan
Anda terhadap
keberlangsungan
dan keberadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
kesenian
Dolalak?
3. Pelatih Tari
Dolalak
1. Eksistansi
kesenian
Dolalak
1. Bagaimana
sejarah kesenian
Dolalak?
2. Bagimana ciri-
ciri kesenian
Dolalak?
3. Adakah
persamaan dan
perbedaan
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran
dengan Desa
lainnya di daerah
Kabupaten
Purworejo?
Sebutkan!
4. Apa saja prestasi
yang pernah
diraih oleh
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran?
5. Mengapa Dolalak
mampu dijadikan
sebagai identitas
kesenian di Desa
Mlaran bahkan
Kabupaten
Purworejo?
Wawancara,
observasi,
dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
2. Unsur
kesenian
Dolalak
1. Setiap kapan
kesenian Dolalak
dipentaskan?
2. Apa saja
persiapan yang
perlu dilakukan
sebelum
pementasan?
3. Unsur-unsur apa
saja yang
terkandung di
dalam kesenian
Dolalak?
4. Adakah unsur
mistik yang
terkandung
dalam kesenian
Dolalak?
5. Seperti apakah
unsur tersebut?
6. Adakah syarat-
syarat tertentu
untuk menjadi
penari maupun
pemain musik
pada kesenian
Dolalak?
7. Apa saja jenis
gerakan dan
musik yang
diajarkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kesenian
Dolalak?
3. Strategi
pelestarian
kesenian
Dolalak
1. Bagaimana
strategi yang
perlu dilakukan
untuk
melestarikan
kesenian Dolalak
di Kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
2. Adakah anggaran
tersendiri untuk
kelangsungan
kesenian
Dolalak?
3. Adakah
hambatan dalam
pelestarian
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran?
4. Peran
kesenian
Dolalak
1. Apa saja peran
kesenian Dolalak
dalam kehidupan
masyarakat?
2. Bisakah kesenian
Dolalak dijadikan
sebagai mata
pencaharian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
utama
masyarakat Desa
Mlaran?
3. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
politik?
4. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan dengan
kegiatan politik?
5. Apa saja
kelebihan dan
kekurangannya
dengan
melibatkan
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
politik yang ada?
6. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan sistem
pendidikan?
7. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan dengan
sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
pendidikan?
8. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dijadikan sebagai
salah satu muatan
lokal di sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
9. Sudahkah hal itu
terlaksana?
10. Apa saja
kelebihan dan
kekurangannya
dengan
menjadikan
kesenian Dolalak
sebagai salah satu
muatan lokal di
sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
5. Usaha
pematenan
kesenian
Dolalak
1. Usaha apa yang
perlu dilakukan
agar kesenian
Dolalak tetap
menjadi identitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
kesenian di
kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
2. Setujukah Anda
jika Desa Mlaran
dijadikan sebagai
“Kampung
Dolalak”?
megapa?
3. Apa harapan
Anda terhadap
keberlangsungan
dan keberadaan
kesenian
Dolalak?
4. Masyarakat
Desa Mlaran
1. Eksistansi
kesenian
Dolalak
1. Apa yang Anda
ketahui tentang
Kesenian
Dolalak?
2. Bagimana ciri-
ciri kesenian
Dolalak?
3. Adakah
persamaan dan
perbedaan
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran
dengan Desa
lainnya di daerah
Wawancara,
observasi,
dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Kabupaten
Purworejo?
Sebutkan!
4. Apa saja prestasi
yang pernah
diraih oleh
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran?
5. Mengapa Dolalak
mampu dijadikan
sebagai identitas
kesenian di Desa
Mlaran bahkan
Kabupaten
Purworejo?
2. Strategi
pelestarian
kesenian
Dolalak
1. Setiap kapan
kesenian Dolalak
dipentaskan?
2. Apa manfaat
dengan adanya
kesenian Dolalak
bagi Anda?
3. Bagaimana
strategi yang
perlu dilakukan
untuk
melestarikan
kesenian Dolalak
di Kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Mlaran?
3. Peran
kesenian
Dolalak
1. Apa saja peran
kesenian Dolalak
dalam kehidupan
masyarakat?
2. Bisakah kesenian
Dolalak dijadikan
sebagai mata
pencaharian
utama
masyarakat Desa
Mlaran?
3. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
politik?
4. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan dengan
kegiatan politik?
5. Apa saja
kelebihan dan
kekurangannya
dengan
melibatkan
kesenian Dolalak
dengan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
politik yang ada?
6. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan sistem
pendidikan?
7. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan
8. dengan sistem
pendidikan?
9. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dijadikan sebagai
salah satu muatan
lokal di sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
10. Sudahkah hal itu
terlaksana?
11. Apa saja
kelebihan dan
kekurangannya
dengan
menjadikan
kesenian Dolalak
sebagai salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
muatan lokal di
sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
4. Usaha
pematenan
kesenian
Dolalak
1. Usaha apa yang
perlu dilakukan
agar kesenian
Dolalak tetap
menjadi identitas
kesenian di
kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
2. Setujukah Anda
jika Desa Mlaran
dijadikan sebagai
“Kampung
Dolalak”?
megapa?
3. Apa harapan
Anda terhadap
keberlangsungan
dan keberadaan
kesenian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Dolalak?
5. Kepala
Sekolah SD
Mlaran
1. Eksistansi
kesenian
Dolalak
1. Apa yang Anda
ketahui tentang
Kesenian
Dolalak?
2. Bagimana ciri-
ciri kesenian
Dolalak?
Wawancara,
observasi,
dokumentasi
2. Peran
kesenian
Dolalak
1. Adakah
kaitannya antara
kesenian Dolalak
dengan sistem
pendidikan?
2. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dikaitkan dengan
sistem
pendidikan?
3. Menurut Anda,
perlukah
kesenian Dolalak
dijadikan sebagai
salah satu muatan
lokal disekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
4. Sudahkah hal itu
terlaksana?
5. Apa saja
kelebihan dan
kekurangannya
dengan
menjadikan
kesenian Dolalak
sebagai salah satu
muatan lokal di
sekolah
khususnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
3. Eksistansi
kesenian
Dolalak di
bidang
pendidikan
1. Adakah
persamaan dan
perbedaan
kesenian Dolalak
di SD ini dengan
SD lainnya di
daerah
Kabupaten
Purworejo?
Sebutkan!
2. Apa saja prestasi
yang pernah
diraih oleh SD ini
berkaitan dengan
kesenian
Dolalak?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
3. Mengapa Dolalak
mampu dijadikan
sebagai identitas
kesenian di Desa
Mlaran bahkan
Kabupaten
Purworejo?
4. Setiap kapan
kesenian Dolalak
dipentaskan?
5. Apa saja
persiapan yang
perlu dilakukan
sebelum
pementasan?
4. Unsur
kesenian
Dolalak
1. Unsur-unsur apa
saja yang
terkandung di
dalam kesenian
Dolalak?
2. Adakah unsur
mistik yang
terkandung
dalam kesenian
Dolalak?
3. Seperti apakah
unsur tersebut?
4. Adakah syarat-
syarat tertentu
untuk menjadi
penari maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
pemain musik
pada kesenian
Dolalak?
5. Apa saja jenis
gerakan dan
musik yang
diajarkan dalam
kesenian
Dolalak?
5. Strategi
pelestarian
kesenian
Dolalak
1. Apa manfaat
dengan adanya
kesenian Dolalak
bagi pendidikan?
2. Bagaimana
strategi yang
perlu dilakukan
untuk
melestarikan
kesenian Dolalak
di Kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
3. Adakah anggaran
tersendiri untuk
kelangsungan
kesenian
Dolalak?
4. Adakah
hambatan dalam
pelestarian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
kesenian Dolalak
di Desa Mlaran?
6. Usaha
pematenan
kesenian
Dolalak
1. Usaha apa yang
perlu dilakukan
agar kesenian
Dolalak tetap
menjadi identitas
kesenian di
kabupaten
Purworejo
khususnya Desa
Mlaran?
2. Setujukah Anda
jika Desa Mlaran
dijadikan sebagai
“Kampung
Dolalak”?
megapa?
3. Apa harapan
Anda terhadap
keberlangsungan
dan keberadaan
kesenian
Dolalak?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Lampiran 3
Dokumentasi
Gambar Keadaan Desa Mlaran
Area Persawahan
Jalan yang Rusak Jalan yang Berliku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Gambar Gerakan Tari Dolalak
Kostum Dolalak Gerak Pencik
Gerak Kirig Gerak Ngetol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Gerak Kesutan
Gerak Kiprah Gerak Siak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Gambar Informan Tokoh Budaya
Informan pada waktu menyanyikan lagu pengiring Dolalak
Di depan rumah informan informan pada saat diwawancarai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Gambar Informan Kepala Sekolah dan Guru SD
Di ruang kantor SD Mlaran
Informan pada saat diwawancarai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Gambar Informan Pelatih Dolalak
Di depan Rumah informan Informan pada saat diwawancarai
Gambar Informan Kepala Desa Mlaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Gambar Informan Warga Desa Mlaran
Wawancara dengan informan Ruang kerja informan
Gambar Prestasi Dolalak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Gambar Alat Musik Dolalak
Bedug bedug dan kendang
Bedug bedug, kendang, rebana
Bedug bedug, kendang, rebana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Gambar Kostum Dolalak
Pakaian yang dikenakan
Aksesoris topi pet yang dipakai penari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Gambar Fasilitas Desa Mlaran
Kantor Kepala Desa
Gedung Gapoktan dan LKMA Gedung PKK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Gedung Poliklinik
Gambar Kantor Kepala Desa Mlaran
Tampak dari depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Ruang Pegawai
Teras Depan Teras Samping
Ruang Kepala Desa Tampak dari Samping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Gambar Peta Desa Mlaran Gambar Peta Kecamatan Gebang
Gambar Peta Kabupaten Purworejo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Gambar Struktur dan Agenda Desa Mlaran
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Mlaran
Rencana Kerja Pemerrintah Daftar Petugas PBB
Informasi Kegiatan LKMD Daftar Piket Perangkat Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Gambar SD Mlaran
Ruang Kelas Kantor SD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Halaman Sekolah
Ruang Kantor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Kegiata PNPM Mandiri Kecamatan Gebang
Tafud Irigasi
Gedung TK Air Bersih
Simpab Pinjam Perempuan Jembatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Jembatan Polindes
Gedung PAUD Pasar
Rabat Beton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Rabat Beton
Gedung TK Makadam
Irigasi Gedung TK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Rabat Beton
Ketrampilan Menjahit Ketrampilan Pertanian
Ketrampilan Rias Ketrampilan Boga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Posyandu
Posyandu Beasiswa
Permainan Edukatif Tafud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user