Post on 08-Jul-2016
description
I. Masalah Utama : Harga Diri Rendah Kronik
II. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri
atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia (Budi Ana
Keliat, 1998)
Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik
diri secara sosial.
III. Proses Terjadinya Masalah
A. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-
kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan
konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua,
lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima
akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri, sehingga individu tersebut kurang
mengerti akan arti dan tujuan kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan kemampuan
diri. Sedangkan faktor biologis, anak dengan masalah biologis juga bisa menyebabkan
harga diri rendah. Misalnya anak lahir menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen,
1991)
B. faktor presipitasi
1. ketegangan peran ;
2. stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran atau posisi
3. konflik peran ;
4. ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
5. peran yang tidak jelas
6. kurangnya pengetahuan individu tentang perang
7. peran yang berlebihan ;
8. menampilkan seperangkat peeran yang kompleks
9. perkembangan transisi
10. perubahan norma dengan nilai yang tak sesuai dengan diri
11. situasi transisi peran ;
12. bertambah/nberkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
13. transisi peran sehat sakit ;
14. kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi, penampilan, prosedur
pengobatan dan perawatan
C. karakteristik prilaku
perilaku (Stuart dan Sundeen, 1998) :
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
2. Produktivitas menurun
3. Destruktif pada orang lain
4. Gangguan berhubungan
5. Merasa diri lebih penting
6. Merasa tidak layak
7. Rasa bersalah
8. Mudah marah dan tersinggung
9. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
10. Pandangan hidup yang pesimis
11. Keluhan – keluhan fisik
12. Pandangan hidup terpolarisasi
13. Mengingkari kemampuan diri sendiri
14. Mengejek diri sendiri
15. Menciderai diri sendiri
16. Isolasi sosial
17. Penyalahgunaan zat
18. Menarik diri dari realitas
19. Khawatir
20. Ketegangan peran
D. Mekanisme koping
1. Mekanisme koping jangka pendek :
Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus,. Kegiatan mengganti identitas
sementara, misalnya ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang
memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes
popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan.
2. Mekanisme jangka panjang :
Menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi
dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi
diri sendiri. Identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat. Sedangkan mekanise pertahanan ego yang sering digunakan
adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik
pada diri sendiri dan orang lain.
E. Pohon masalah
Isolasi sosial: menarik diri
Berduka disfungsional
IV. Rencana tindakan
A. Tujuan
1. membina hubungan saling percaya
2. pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4. pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
5. pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
Harga Diri rendah
6. pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
B. Intervensi
1. Membina hubungan saling percaya dengan cara sebagai berikut ;
a. Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. Perkenalkan diri dengan pasien, perkenalkan nama dan nama panggilan
yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang
disukai pasien
c. Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Buat kontrak asuhan ; apa yang akan perawat lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan dan dimana tempatnya
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
f. Tunjukan sikap empati terhadap pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien jika memungkinkan
2. Identifikasi kemampuan dsan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang dimilikinya hal-hal yang dapat dilakukan perawat adalah ;
a. Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien dirumah sakit dan dirumah,
adanya keluarga dan lingkungan dekat pasien
b. Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif
3. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara
sebagai berikut ;
a. Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat
digunakan saat ini
b. Bantu pasien menyebutkan dan beri penguat terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
c. Perlihatkan respon yang kondusif upayakan menjadi pendengar yang
aktif
4. Membantu pasien untuk memilih/ menempatkan kemampuan yang akan
dilatih dengan cara sebagai berikut ;
a. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan
yang akan dilakukan sehari-hari
b. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan
dengan mandiri atau dengan bantuan minimal
5. Latih kegiatan yang telah dipilih pasien sesuai kemampuannya dan
menyusun rencana kegitan dengan cara sebagai berikut ;
a. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
b. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
c. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien
6. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
a. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
b. Beri pujian atas kegiatan yang dilakukan pasien setiap hari
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
e. Berikan pasien kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaaan kegiatan
I. Masalah Utama : Isolasi Sosial
II. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam (Twondsend,
1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
membina hubungan yang yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006).
III. Proses Terjadinya Masalah
A. Faktor predisposisi
1. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
2. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Ganguan komunikasi dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan di luar krluarga.
3. Faktor Sosial Budaya
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di sebabkan oleh
norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, diamana setiap anggota
keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor Biologis
pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial
memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta
perhubungan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
B. faktor presipitasi
terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat di timbulkan oleh faktor
internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat di
kelompokan sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor soaial budaya, yaitu stree yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sress terjadi akibat anxietas
atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya bersama dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Anxietas ini dapat
terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhinya kebutuhan individu.
C. karakteristik prilaku
perilaku (Stuart dan Sundeen, 1998) :
1. Menarik diri :
kurang spontan, apatis, ekspresiiwajah kurang berseri, defisit perawatan
diri, komunikasi kurang, isolasi diri, aktivitas menurun, kurang berenergi,
rendah diri, postur tubuh sikap fetus.
2. Curiga :
tidak percaya orang lain, bermusuhan, isolasi sosial, paranoiaisolasi
3. Manipulasi :
kurang asertif, isolasi sosial, harga diri rendah, tergantung pd orang lain,
ekspresi perasaan tidak langsung pada tujuan.
D. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme koping yang sering digunakan pada menarik diri adalah proyeksi
dan represi :
1. Proyeksi adalah keinginan yang tidak dapat ditoleransi ,mencurahkan
emosi kepada oranglain, Karena kesalahan yang dilakukan sendiri.
2. Regresi adalah menghindari setres, kecemasan dengan menampilkan
prilaku kembali seperti pada perkembangan anak
3. Represi adalah menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan
atau komflik atau ingatan dari kesadaran yang cendrung memperkuat
mekanisme ego lainya
E. Pohon masalah
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Isolasi sosial
Harga diri rendah kronis
IV. Rencana tindakan
C. Tujuan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyadari penyebab isolasi social
3. Berinteraksi dengan orang lain
D. Intervensi
Pasien
SP 1
1. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4. mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 2
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang
3. membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian
SP 3
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau
lebih
3. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
I. Masalah Utama : Halusinasi
II. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua
sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau
pengecapan) (Wilson, 1983)
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart dan Sundenn, 1998)
III. Proses Terjadinya Masalah
A. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
B. faktor presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
C. karakteristik prilaku
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
1999) :
Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1. Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
2. Menggerakkan bibir tanpa bicara
3. Gerakan mata cepat
4. Bicara lambat
5. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1. Cemas
2. Konsentrasi menurun
3. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1. Cenderung mengikuti halusinasi
2. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1. Pasien mengikuti halusinasi
2. Tidak mampu mengendalikan diri
3. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
D. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme
pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri.
E. Pohon masalah
Risiko Perilaku Kekerasan
Isolasi Sosial
IV. Rencana tindakan
A. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasi
B. Intervensi
SP I
1. Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi.
2. Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Tahapan tindakannya meliputi :
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi.
b. Peragakan cara menghardik
c. Minta pasien memperagakan ulang.
d. Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasie
SP 2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
2. Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul
Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2).Latih kegiatan agar halusinasi
tidak muncul.
2. Tahapannya :
a. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
b. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien.
c. Latih pasien melakukan aktivitas.
d. Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)
e. Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang (+)
SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)
2. Tanyakan program pengobatan
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program.
5. Jelaskan akibat bila putus obat
6. Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat.
7. Jelaskan pengobatan (5B)
8. Latih pasien minum obat
9. Masukkan dalam jadwal harian pasien