Post on 02-Feb-2016
description
2.1 Definisi
Menurut Sheila L. Videbeck. 2008 menyatakan bahwa : perubahan
pervasive emosi individu, yang ditandai dengan depresi atau mania.
Menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing. 1998 menyatakan
bahwa:
keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh
kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan
emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaaan perasaan atau
emosi. Ada 4 fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk dari
komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif
dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
Menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and
Behaviour: kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional
seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan
(euforia), gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara
tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe
bipolar.
2.2 Kategori Gangguan Mood
Gangguan mood dibagi menjadi dua kategori utama (Sheila, 2008) :
a. Gangguan unipolar, yang mencakup depresi mayor dan gangguan distimia,
yang selama gangguan tersebut individu memperlihatkan kesedihan,
agitasi, dn kemarahan karena satu perubahan mood yang ekstrem akibat
depresi.
b. Gangguan bipolar (sebelumnya dikenal sebagai gangguan manik-depresif),
ketika siklus mood individu antara mania dan depresi yang ekstrem, yakni
antara depresi dan keadaan normal, atau mania dan keadaan normal.
2.3 Etiologi
Gangguan mood diyakini menggambarkan disfungsi sistem limbik,
hipotalamus, dan ganglia basalis, yang membentuk kesatuan pada emosi
manusia. Sebelum intrumen riset noninvasif yang menakjubkan ditemukan,
yang saat ini tersedia untuk mengobservasi area fisiologi tubuh yang paling
kecil, teori tentang gangguan mood difokuskan pada pengalaman hidup dan
bagaimana individu memilih untuk meresponnya. Apakah individu belajar dan
tumbuh dari pengalaman hidup yang negatif dan positif, atau apakah
pengalaman tersebut mendorong terjadinya depresi atau mania? Beberapa
teori ini memiliki fokus “menyalahkan korban”,
Sedangkan riset saat ini berfokus pada keyakinan bahwa gangguan
mood merupakan ketidak seimbangan kimiawi yang bersifat biologis
(hormonal, neurologis, atau genetik). Fakta bahwa tubuh manusia merupakan
suatu alat luar biasa yang mampu mengatur dan memulihkan diri sendiri, yang
dapat diperkuat oleh keinginan individu untuk berubah adalah alasan mengapa
kombinasi psikoterapi dan obat-obatan psikotropik lebih efektif untuk
membantu individu yang mengalami gangguan mood.
2.4 Faktor Predisposisi
a. Faktor Genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan kebutuhan
mencintai dan dicintai diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi
gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai meningkat pada kembar
monozigote.
b. Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang
dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan
objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan
perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
c. Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan
orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi
kehilangan.
d. Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami mania.
e. Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa
depan.
f. Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri
lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian
individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang
adaptif.
g. Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya
reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
h. Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi
perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol.
2.5 Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan kebutuhan mencintai dan
dicintai meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.
a. Faktor Biologis
Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau
berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan
ketidakseimbangan metabolisme.
b. Faktor Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang
dan kehilangan harga diri.
c. Faktor Sosial Budaya
Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
Rentang Emosi
Emotional
Responsive
Reaksi
kehilangan
yang wajar
Supresi Reaksi
kehilangan
yangmemanjang
Mania atau
Depresi
Keterangan:
Rentang emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis tidak merupakan
suatu titik yang statis yang tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang
mengalami gangguan perasaan, reaksinya cenderung menetap dan memanjang.
Tetapi hal tersebut, juga sangat tergantung pada tipe gangguan kebutuhan
mencintai dan dicintainya. Apakah termasuk tipe manik atau depresif,atau
kombinasi dari keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari emosional
responsive sampai mania/depresi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Responsif: Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi
dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia
eksternal( memahami harapan orang lain)
2. Reaksi kehilangan yang wajar: Klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari
klien berhenti (misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih
berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung hanya
sementara
3. Supresi : Merupakan tahap dimana koping individu termasuk maladaptive,
klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan perhatiannya
terhadap lingkungan. Apabila fase ini berlangsung terus menerus atau
memanjang, maka hakl tersebut dapat mengganggu individu.
4. Depresi: Gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai ditandai dengan perasaan
sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga,
merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai ada ide
bunuh diri.
Mania: Mania adalah suatu gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai yang
ditandai dengan adanya alam perasan yang meningkat, meluas atau keadaan
emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.
…ne bro be iclude glah agung rg dllye ne ngalih ne... :*
2.6 Macam Gangguan kebtuhan mencintai dan dicintai
2.6.1 Depresi
Depresi adalah suatu jenis gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai
atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih,
putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi,
kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan
genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor
psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor
keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,
pembedah¬an, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik
seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu
yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya
depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik
bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat
menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
A. Tanda dan Gejala Depresi
1. Kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup dan
merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa dan tidak
berguna serta putus asa
2. Sulit klonsentrasi dan daya ingat menurun
3. Nafsu makan dan berat badan menurun
4. Sulit tidur atau tidur berlebihan disertai mimpi-mimpi tidak
menyenangkan
5. Agitasi
6. Retardasi (perlambatan gerakan) motorik
7. Hilang perasaan senang, meninggalkan hobi
8. Kreatifitas dan produktifitas menurun
9. Gangguan seksual/libido menurun
10. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri
B. Ciri-Ciri Klien Yang Rentan Menderita Depresi
a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah,
khawatir, iri, dan tegang
b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah,
dan lebih senagn berdamai untuk menghindari konflik/konfrontasi,
merasa gagal dalam usaha dan sering mengeluh
c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, lebih suka menarik
diri, sulit mengambil keputusan, enggan bicara/pendiam, pemalu,
menghindari keterlibatan dengan orang lain
d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain, atau
menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.
2.6.2 Mania
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang
luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan
bicara yang cepat dan kadang-kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat
(flight of ideas).
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk
mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan
memberi kepuasan kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak orang
tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang
lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang
mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.
A. Tanda dan Gejala Mania
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang
merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima
perasaan ini, mereka menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya
kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran
dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu
topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan,
sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan
terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara
kasar dalam cetusan cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik
yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan
kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan
pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak
seolah olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah
membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak
memiliki kepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk
menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi.
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal
yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat
menonjol atau dapat terjadi agitasi.
Afektif
Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus
asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,
over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,
gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah
laku
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
B. Proses terjadinya masalah
Keterangan:
Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari
persepsinya yang negative terhadap stressor. Klien menganggap masalah
sebagai sesuatu yang 100% buruk. Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik
semua masalah yang diterimanya. Kondisi ini diperburuk dengan tidak
adanya dukungan yang adekuat seperti dari keluarga, sahabat, ibu,
tetangga, terutama keyakinannya kepada sang Maha Kuasa. Muncullah
fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk
keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat
untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu
munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal stressor.
2.7 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Depresi
A. Pengkajian
1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan
perawatn, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan.
Maladaptive coping
Accumulation of stressor
Helplessness depretionPotential self destruction
Stressor
Negative perception to problem
b. Usia dan nomor rekam medik
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat
2. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Hasil dari alat pengkajian yang terstandardisasi untuk depresi (misal,
Beck Depression Inventory, Hamilton Rating Scale of Depression,
Geriatric Depression Scale, dan Self-Rating Depression Scale)
d. Episode-episode gangguan mood atau perilaku bunuh diri di masa lalu
e. Riwayat pengobatan
f. Penyalahgunaan obat dan alkohol
g. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari
individu dengan gangguan mood
5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien
a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)
b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat
kegelisahan, keparahan gangguan mood)
d. Sistem pendukung yang ada
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain
(baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan
riwayat penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau
keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan
mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
B. Analisis Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: klien merasa tidak
berguna, merasa kosong
DO: kehilangan minat
melakukan aktivitas
Merasa tidak berguna
Sedih yang berlebihan
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
DS: klien merasa minder
kepada kedua adiknya,
sedih yang berlebihan
DO: klien menghindar
dan mengurung diri
Sedih yang berlebihan
minder
Mengurung diri,
menghindar
Isolasi sosial: menarik diri
Isolasi sosial: menarik
diri
DS: klien malas mandi
dan mandi jika perlu saja
DO: kuku panjang dan
hitam, kulit banyak daki
dan kering, rambut
berantakan, gigi kuning
Isolasi sosial: menarik diri
Defisit perawatan diri:
mandi dan berhias
Defisit perawatan diri:
mandi dan berhias
DS: ibu merasa frustasi
DO: keluarga tidak
peduli pada klien,
keluarga membawa klien
ke rumah sakit jiwa, dan
dirawat untuk ketiga
kalinya
Murung
Berdiam diri (tak peduli
orang lain: keluarga)
Keluarga frsutasi
Ketidakefektifan
koping keluarga:
ketidakmampuan
keluarga merawat
pasien di rumah
DS: tidak mau makan Tidak mau makan Resiko perilaku
DO: berat badan turun
Berat badan turun
Resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri
kekerasan terhadap diri
sendiri
C. WOC
D. Rencana dan Intervensi Keperawatan
N
O
Diagnosis
Keperawatan
PerencanaanIntervensi
Tujuan Kriteria Hasil
1 Risiko
perilaku
mencederai
diri b.d
TUM:
Klien tidak mencederai
diri sendiri
TUK:
Isolasi sosial : menarik diriDefisit Perawatan diri :
mandi dan berhias
Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan keluarga merawat klien di
rumah
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri-sendiri
Gangguan alam perasaan: depresi
perilaku
kekerasan
1. Klien dapat
membina
hubungan saling
percaya
1.1 Klien mau membalas
salam
1.2 KLien mau menjabat
tangan
1.3 Klien mau menyebutkan
nama
1.4 Klien mau tersenyum
1.5 Klien mau kontak mata
1.6 Klien mau mengetahui
nama perawat
1.1.1 Beri salam atau anggil
nama
1.1.2 Sebutkan nama perawat
sambil jabat tangan
1.1.3 Jelaskan maksud
hubungan interaksi
1.1.4 Jelaskan tentang kontrak
yang akan dibuat
1.1.5 Beri rasa aman dan
sikap empati
1.1.6 Lakukan kontak singkat
tapi sering
2. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab
perilaku
kekerasan
2.1 Klien mengungkapkan
perasaannya
2.2 Klien dapat
mengungkapkan
perasaan jengkel
ataupun kesal
2.1.1 Beri kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya
2.1.2 Bantu klien
mengungkapkan
penyebab perasaan
jengkel atau kesal
3. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda dan gejala
perilaku
kekerasan
3.1 Klien dapat
mengungkapkan
perasaan saat marah
atau jengkel
3.2 Klien dapat
menyimpulkan tanda
dan gejala jengkel atau
kesal yang dialaminya
3.1.1 Anjurkan klien
mengungkapkan apa
yang dialami dan
dirasakannya saat
jengkel atau marah
3.1.2 Observasi tanda dan
gejala perilaku
kekerasan pada klien
3.2.1 Simpulkan bersama
klien yanda dan gejala
jengkel atau kesal yang
dialami klien
4. Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku
kekerasan yang
biasa dilakukan
4.1 Klien dapat
mengungkapkan
perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
4.2 Klien dapatbermain
peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
4.3 Klien dapat
menngetahui cara yang
biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengungkapkan
perilaku kekeraan yang
biasa dilakukan klien
4.2.1 Bantu klien bermain
peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
4.3.1 Bicarakan dengan klien
apakah dengan cara
klien lakukan
masalahnya selesai
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan
5.1 Klien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang
digunakan klien: akibat
pada klien sendiri,
akibat pada orang lain,
dan akibat pada
lingkungan
5.1.1 Bicarakan akibat atau
kerugian dari cara yang
dilakukan klien
5.1.2 bersama klien
menyimpulkan akibat
dari cara yang dilakukan
klien
5.1.3 Tanyakan pada klien
apakah dia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat
6. Klien dapat
mendemonstrasi
kan cara fisik
untuk mencegah
perilaku
kekerasan
6.1 klien dapat
menyebutkan contoh
pencegahan perilaku
kekerasan secara fisik:
tarik napas dalam, pukul
kasur, dan bantal
6.2 klien dapat
mendemonstrasikan
cara fisik untuk
6.1.1 diskusikan kegiatan
fisik yang biasa
dilakukan klien
6.1.2 beri pujian atas kegiatan
fisik yang biasa
dilakukan klien
6.1.3 diskusikan dua cara fisik
yang paling mudah
untuk mencegah
mencegah perilaku
kekerasan
6.3 Klien mempunyai
jadwak untuk melatih
cara pencegahan fisik
yang telah dipelajari
sebelumnya
6.4 Klien mengevaluasi
kemampuannya dalam
melakukan cara fisik
sesuai jadwal yang
disusun
perilaku kekerasan
6.2.1 Diskusikan cara
melakukan tarik napas
dalam dengan klien
6.2.2 Beri contoh klien cara
menarik napas dalam
6.2.3 Minta klien untuk
mengikuti contoh yang
diberikan sebanyak 5
kali
6.2.4 Beri pujian positif atas
kemampuan klien
mendemonstrasikan cara
menarik napas dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
6.3.1 diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi
latihan yang akan
dilakukan sendiri oleh
klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara yang
dipelajari
6.4.1 klien mengevaluasi
peaksanaan latihan
6.4.2 validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
6.4.3 beikan pujian atas
keberhasilan klien
6.4.4 Tanyakan pada klien
apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah
7. Klien dapat
mendemonstrasikan
cara social untuk
mencegah perilaku
kekerasan
7.1 Klien dapat
menyebutkan cara
bicara yang baik dalam
mencegah perilaku
kekerasan
Meminta dengan
baik
Menolak dengan
baik
Mengungkapkan
perasaan baik
7.2 Klien dapat
mendemonstrasikan
cara verbal yang baik
7.3 Klien mumpunyai
jadwal untuk melatih
cara bicara yang baik
7.4 Klien melakukan
evaluasi terhadap
kemampuan cara bicara
yang sesuai dengan
jadwal yang telah
disusun
7.1.1. diskusikan cara bicara
yang baik dengan klien
7.1.2. Beri contoh cara bicara
yang baik :
Meminta dengan
baik
Menolak dengan baik
Mengungkapkan
perasaan dengan baik
7.2.1. Minta klien mengikuti
contoh cara bicara baik
Meminta dengan baik
: “Saya minta uang
untuk beli makanan”
Menolak dengan baik
: “ Maaf, saya tidak
dapat melakukannya
karena ada kegiatan
lain.
Mengungkapkan
perasaan dengan
baik : “Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan” disertai
nada suara yang
rendah.
7.2.2. Minta klien mengulang
sendiri
7.2.3. Beri pujian atas
keberhasilan klien
7.3.1. Diskusikan dengan
klien tentang waktu dan
kondisi cara bicara yang
dapat dilatih di ruangan,
misalnya : meminta
obat, baju, dll, menolak
ajakan merokok, tidur
tidak pada waktunya;
menceritakan kekesalan
pada perawat
7.3.2. Susun jadwaj kegiatan
untuk melatih cara yang
telah dipelajari.
7.4.1. Klien mengevaluasi
pelaksanaa latihan cara
bicara yang baik dengan
mengisi dengan
kegiatan jadwal
kegiatan ( self-
evaluation )
7.4.2. Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien :
“ Bagaimana perasaan
Budi setelah latihan
bicara yang baik?
Apakah keinginan
marah berkurang?”
8. Klien dapat
mendemonstrasi
kan cara spiritual
untuk mencegah
perilaku
kekerasan
8.1 Klien dapat
menyebutkan kegiatan
yang biasa dilakukan
8.2 Klien dapat
mendemonstrasikan
cara ibadah yang dipilih
8.3 Klien mempunyai
jadwal untuk melatih
kegiatan ibadah
8.4 Klien melakukan
evaluasi terhadap
kemampuan melakukan
kegiatan ibadah
8.1.1. Diskusikan dengan
klien kegiatan ibadah
yang pernah dilakukan
8.2.1. Bantu klien menilai
kegiatan ibadah yang
dapat dilakukan di ruang
rawat
8.2.2. Bantu klien memilih
kegiatan ibadah yang
akan dilakukan
8.2.3. Minta klien
mendemonstrasikan
kegiatan ibadah yang
dipilih
8.2.4. Beri pujian atas
keberhasilan klien
8.3.1 Diskusikan dengan klien
tentang waktu
pelaksanaan kegiatan
ibadah
8.3.2. Susun jadwal kegiatan
untuk melatih kegiatan
ibadah
8.4.1. Klien mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan
ibadah dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
8.4.2. Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
8.4.3. Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan
Budi setelah teratur
melakukan ibadah?
Apakah keinginan
marah berkurang
9. Klien dapat
mendemonstrasi
kan kepatuhan
minum obat
untuk mencegah
perilaku
kekerasan
9.1 Klien dapat
menyebutkan jenis,
dosis, dan waktu minum
obat serta manfaat dari
obat itu (prinsip 5
benar: benar orang,
obat, dosis, waktu dan
cara pemberian)
9.2 Klien
mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat
sesuai jadwal yang
ditetapkan
9.3 Klien mengevaluasi
kemampuannya dalam
mematuhi minum obat
9.1.1 Diskusikan dengan klien
tentang jenis obat yang
diminumnya (nama,
warna, besarnya); waktu
minum obat (jika 3x :
pukul 07.00, 13.00,
19.00); cara minum
obat.
9.1.2 Diskusikan dengan klien
tentang manfaat minum
obat secara teratur :
Beda perasaan
sebelum minum obat
dan sesudah minum
obat
Jelaskan bahwa dosis
hanya boleh diubah
oleh dokter
Jelaskan mengenai
akibat minum obat
yang tidak teratur,
misalnya, penyakit
kambuh
9.2.1 Diskusikan tentang
proses minum obat :
Klien meminat obat
kepada perawat ( jika
di rumah sakit),
kepada keluarga (jika
di rumah)
Klien memeriksa obat
susuai dosis
Klien meminum obat
pada waktu yang tepat.
9.2.2. Susun jadwal minum
obat bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum
obat dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaiman perasaan
Budi setelah minum
obat secara teratur?
Apakah keinginan untuk
marah berkurang?”
10. Klien dapat
mengikuti TAK :
stimulasi
persepsi
pencegahan
perilaku
kekerasan
10.1Klien mengikuti TAK :
stimulasi persepsi
pencegahan perilaku
kekerasan
10.2Klien mempunyai
jadwal TAK : stimulasi
persepsi pencegahan
perilaku kekerasan
10.3Klien melakukan
evaluasi terhadap
pelaksanaan TAK
10.1.1 Anjurkan klien untuk
mengikuti TAK :
stimulasi persepsi
pencegahan perilaku
kekerasan
10.1.2 Klien mengikuti TAK :
stimulasi persepsi
pencegahan perilaku
kekerasan (kegiatan
tersendiri)
10.1.3 Diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikan hasil
kegiatan TAK da beri
pujian atas
keberhasilannya
10.2.1 Diskusikan dengan
klien tentang jadwal
TAK
10.2.2 Masukkan jadwak
TAK ke dalam jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation).
10.3.2 Validasi kemampuan
klien dalam mengikuti
TAK
10.3.3 Beri pujian atas
kemampuan mengikuti
TAK
10.3.4 Tanyakan pada klien:
“Bagaimana perasaan
Ibu setelah mengikuti
TAK?”
11. Klien
mendapatkan
dukungan
keluarga dalam
melakukan cara
pencegahan
perilaku
kekerasan
11.1 Keluarga dapat
mendemonstrasikan
cara merawat klien
11.1.1 Identifikasi
kemampuan keluarga
dalam merawat klien
sesuai dengan yang
telah dilakukan keluarga
terhadap klien selama
ini
11.1.2 Jelaskan keuntungan
peran serta keluarga
dalam merawat klien
11.1.3 Jelaskan cara- cara
merawat klien :
Terkait dengan cara
mengontrol perilaku
marah secara
konstruktif
Sikap dan cara bicara
Membantu klien
mengenal penyebab
marah dan
pelaksanaan cara
pencegahan perilaku
kekerasan
11.1.4 Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien
11.1.5 Bantu keluarga
mengngkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga
mempraktikannya pada
klien selama di rumah
sakit dan
melanjutkannya setelah
pulang ke rumah.
2.7.2Mania
A. Pengkajian
a. Data subyektif :
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik
(flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.
b. Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan
dan minum, kurang istirahat / tidur, tidak bertanggungjawab, mudah
tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik
meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau,
kebersihan diri kurang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan mania.
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mania.
3. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan
mania.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
6. Gangguan kebutuhan mencintai dan dicintai: depresi berhubungan
dengan koping maladaptif.
Intervensi Keperawatan
C. Intervensi
a. Tujuan umum :
Sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas
tentang topik, tempat, waktu.
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
Tindakan :
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Beri kesempatan klien mengutarakan keinginan dan
pikirannya dengan teknik focusing.
Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.
3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
Tindakan :
Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi
perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.
Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang
paling tepat dan dapat diterima.
Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang
telah dipilih
Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam
menyelesaikan masalah.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tindakan :
Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak
rangsangan, tidak banyak peralatan.
Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan oleh
pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan,
ditempat yang aman dan terkunci.
Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol
perilakunya.
5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah.
Tindakan :
Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang
terarah, misal: menyapu, joging dll.
Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan
dengan baik oleh klien.
Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.
6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Tindakan :
Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi
kesehatan.
Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani
selama makan.
Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.
7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.
Tindakan :
Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup
dll.
8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
Tindakan :
Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
Bimbing pasien berhias.
Beri pujian bila klien berhias secara wajar.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Tindakan :
Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat).
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan.
Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
benar.
10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
D. Evaluasi
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah
6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.
8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada