Post on 30-Oct-2014
MALAKAH FARMAKOGNOSIDAUN BELIMBING ASAM
(Averrhoa belimbi )
D
I
S
U
S
U
N
OLEH: REGIA HUTAPEA
AKADEMIK FARMASI MAHADHIKAJL. RAYA INPRES No.47 –Kp TENGAH KRAMAT JATI – JATIM 13750 – TELP .8400742
Website : www.mahadhika.or.id – Email : akfarmhd@yahoo.co.id
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat maju, baik
pria ataupun wanita, tua ataupun muda bisa terserang penyakit ini, dan gejalanya
tidak terasa. Penyakit ini disebut sebagai silent diseases dan
merupakan faktor risiko utama dari perkembangan/ penyebab penyakit jantung dan
stroke; bila tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh
lainnya, seperti otak, ginjal, mata dan kelumpuhan organ-organ
gerak (Purwati et al., 2005). Menurut definisi, hipertensi adalah bila tekanan darah
sistolik melebihi 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg (Anonymous,
2009).
Bila tekanan darah antara 120-139 mmHg pada sistolik dan 80- 89 mmHg
pada diastolik dapat dikatakan sudah mengalami prehipertensi. Pemilihan obat-
obatan antihipertensi saat ini telah banyak mengalami perubahan, karena perlu
mempertimbangkan efikasi, efek samping yang ditimbulkan, pemakaian jangka
panjang dan nilai ekonomisnya. Penggunaan herbal dan bahan alami untuk
mengobati dan mengontrol penyakit sudah banyak dilakukan oleh masyarakat
dunia (Rapavi et al., 2000; Aceves-Avila et al., 2001). Bahkan akhir-akhir ini
terjadi peningkatan penelitian terhadap herbal dan bahan alami untuk mengobati
berbagai penyakit (Navarro et al., 1996; Okeke et al., 2001).
ndustri farmasi juga berusaha mencari peluang pemanfaatan bahan alam dan
turunannya sebagai bahan untuk obat (Van Elswijk dan Irth, 2002). Selain itu,
potensi pasar juga perlu dipertimbangkan dalam upaya menemukan obat baru yang
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan (Xavier et al., 2001).
Pengaruh pemberian ekstrak belimbing wuluh terhadap tekanan darah hewan uji 55
DAUN BELIMBING ASAM
(Averrhoa bilimbi L.)
Daun belimbing asam adalah anak daun Averrhoa billimbi L.suku
oxalidaceae.
Pemerian Bau aromatic rasa agak pahit .
Makroskopik permukaan atas anak daun berwarna hijau muda.hijau sampai hijau
kecoklatan,permukaan bawah berwarna lebih muda.bentuk bundar panjang sampai
jorong ,panjang 2 cm samapi 10 cm ,lebar 0,7 cm samapi 3 cm . ujung daun
runcing .pangkal daun membundar ,pinggir daun merata.Tanggkai daun 1 mm
sampai 2 mm ,tulang daun ,terutama tulang daun utama menonjol pada permukaan
bawah ,pemukaan bawah berambut lebih banyak dari pada permukaan atas,jika di
raba terasa halus .
Mikroskopik pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis
atas terdiri dari 1 lapis sel besar berbentuk segi empat sampai segi empat
memanjang ,kutikula tipis ,rambut penutup terdiri dari 1 sel berbentuk kerucut
panjang lurus atau bengkok ,ujung runcing ,dinding tebal tidak berlignin epidermis
bawah terdiri dari 1 lapisan sel yang lebih kecil dari pada epidermis atas,bentuk
membulat.
I. Sifat Organoleptik
Sifat mutu organoleptik adalah sifat mutu produk yang hanya dapat
diukur atau dinilai dengan uji atau penilaian organoleptik.
Sifat organoleptik merupakan hasil reaksi fisiopsikologis berupa tanggapan
atau kesan pribadi seorang atau penguji mutu (Soekarto, 1985).
Tujuan dari pengenalan sifat organoleptik pangan ini adalah mengenal
sifat-sifat organoleptik beberapa produk yang berperan dalam analisis bahan
dan melatih pancaindra untuk mengenali jenis-jenis rangsangan (Rahayu,
1997).
Buah belimbing wuluh mempunyai potensi yang baik untuk dijadikan produk
makanan olahan, salah satunya adalah manisan kering.
Keuntungan manisan kering diantaranya awet, volume dan bobotnya menjadi lebih
kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengepakan.
Manisan buah belimbing wuluh kering yang baik adalah yang memiliki rasa manis,
teksturnya kering ,
warna menarik dan masih ada aroma dari buah Belimbing Wuluh karena itu
merupakan ciri khas dari manisan buah belimbing wuluh (Satuhu, 1994).
Uji organoleptik adalah pengujian sel subyektif yaitu penerimaan selera
makanan yang didasarkan atas uji kegemaran dan analisa perbedaan.
Penerimaan atas pengujian secara organoleptik diperlukan beberapa syarat
antara lain :suasana tenang,
:bersih,
:peralatan yang digunakan bebas bau,
bahan contoh yang tepat standart dan panelis agak terlatih dengan demikian
dapat diketahui produksi yang diuji (Soewarno, 1985).
II .Botani Belimbing Wuluh
Tanaman belimbing wuluh mempunyai sosok tanaman yang memanjang
keatas bisa mencapai 12 meter tingginya, miskin akan cabang sehinggatanamannya
agak langsing. Daun belimbing wuluh berbentuk lonjong bulat telur yang letaknya
di ujung cabang atau ranting. Buah belimbing wuluh berbentuk lonjong berwarna
hijau pekat semasa muda dan berubah
kekuningan setelah masak, besarnya seukuran telur puyuh yang muncul
bergelantungan pada dahannya (Satuhu, 1994).
Dari batang dan cabang tanaman belimbing wuluh keluar bunga yang
berwarna merah muda atau ungu yang berbentuk bintang. Belimbing
wuluh.tumbuh baik pada dataran rendah juga dapat tumbuh di daerah pegunungan
sampai ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Tanaman belimbing wuluh
umumnya tumbuh subur pada daerah yang beriklim kering dan cukup mendapat
sinar matahari (Pinus Lingga, 1985).Warna daging buah buahan yang dikupas pada
umumnya cepat menjadi coklat. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi browning,
baik yang enzimatis maupun yang non enzimatis. Warna-warna buah yang menjadi
coklat ini tidak disukai.
Dengan adanya air garam disekeliling buah, maka reaksi browning
dapat dicegah.Agar belimbing wuluh yang dibuat manisan bermutu bagus maka
sebelumnya perlu diberikan perlakuan pendahuluan dengan cara
direndam,perebusan, dan pengeringan.Hal ini dimaksudkan agar manisan buah
yang dihasilkan mempunyai rasa, warna dan tekstur yang bagus dan tidak banyak
vitamin C yang hilang.Pada proses pembuatan manisan belimbing wuluh ada fase
dimana bahan dasar harus dikeringkan yang fungsinya untuk mengurangi kasar air
agar daya simpan produk lebih lama. Proses pengeringan tersebut juga sangat
bervariasi, dapat secara langsung, dijemur dibawah matahari atau dengan bantuan
alat (lemari pengering).Karena sifat vitamin C yang tidak tahan terhadap panas,
maka kemungkinan kadar vitamin C pada manisan belimbing wuluh pada proses
pengeringan yang berbeda dapat berbeda, serta hasil akhir.
produkpun dapat berbeda pula seperti kenampakannya, tekstur, rasa dan lainlain.
Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti apakah lama pengeringan
berpengaruh pada kadar vitamin C, pH dan sifat organoleptik pada pembuatan
manisan belimbing wuluh (Satuhu, 1994).
TABEL I
KANDUNGAN ZAT GIZI BELIMBING WULUH
TIAP 100 GRAM
Komponen J u m l a h
Energi 32 (cal)
Karbohidrat 7 (gr)
Protein0. 4 (gr)
Vitamin C 52 (mg)
Calsiumb 10 (mg)
Phospor 10 (mg)
Zat Besi 1,0 (mg)
Sumber : Pinus Lingga, 1985
Belimbing wuluh memang bukan buah yang bisa disantap sebagai buah.segar
apalagi sampai dipajang di meja makan.
Namun demikian, manfaatnya juga banyak. mulai dari bumbu sayur,penghapus
noda pakaian, obat-obatan tradisional sampai pada manisan.
A. Manisan
1. Manisan buah
Manisan adalah sejenis makanan ringan yang terbuat dari buah yang
diawetkan terutama dengan menggunakan gula. Dipasaran ada empat jenis
manisan yang dijual, yaitu :
Manisan basah dengan larutan gula encer.
Biasanya buah : mangga, salak, jambu biji, kedondong, pepaya
Manisan basah dengan larutan gula kental, misal: buah pala,ceremai,
belimbing.
Manisan kering bertabur gula kasar, misal: buah asam, pala, kedondong.
Manisan kering asin, rasa asam, asin manis dan relatif digemari
(Apriantono, 1984). Buah Belimbing wuluh potensi yang baik untuk diolah
dan dalam bentuk manisan kering
Produk ini mempunyai beberapa Keuntungan: lebih awet, volume serta
bobotnya menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengepakan dan pengangkutan. Proses pengolahan, pertama Belimbing wuluh
disortasi dulu sampai bersih, selanjutnya buah yang telah dicuci dengan air
mengalir digilas dengan parut untuk mengurangi kadar airnya. Lalu direndam
dalam larutan kapur 10 %
selama 2 hari. Setelah direndam dalam larutan kapur dengan konsentrasi 10 %
kemudian diangkat dan dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan garam
dengan konsentrasi 10 %. Kemudian dilakukan pencucian dengan air
kemudian ditiriskan. Setelah ditiriskan kemudian direbus dalam larutan gula
dengan kadar 65 % selama 15 menit.
Kemudian dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan gula sisa perebusan
selama 24 jam. Tahap akhir,
diangkat, kemudian ditiriskan dan dikeringkan (Pinus Lingga, 1985).
Manisan buah kering produk olahan buah segar yang menggunakan pemanis
gula sebagai pengawet utama dan pemberi rasa (Apriantono, 1989). Jika
konsistensi gula dalam bahan cukup tinggi maka gula berperan sebagai
pengawet, karena dapat menurunkan Aw (Water activiti) dari bahan makanan
sampai suatu keadaan dimana pertumbuhan mikroorganisme tidak
memungkinkan lagi,
prinsip bekerjanya gula sebagai pengawet ialah gula
dengan konsentrasi 65% bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, khamir
dan kapang.
Belimbing wuluh mempunyai rasa masam sehingga untuk menghilangkan
perlu direndam dalam larutan kapur.
Fungsi dari larutan kapur Ca(OH)2 untuk
mengurangi dan menghilangkan rasa masam dan lender yang terdapat dalam
buah belimbing wuluh, selain itu juga untuk memperbaiki tekstur dari buah
supaya menjadi renyah. Kerenyahan terjadi karena kalsium dari larutan kapur
yang berpenetrasi ke dalam jaringan buah menjadi lebih kompak dengan
terbentuknya ikatan baru antara kalsium dengan senyawa yang terdapat dalam
jaringan buah. Yaitu antara air kapur yang bereaksi dengan pektik membentuk
kalsium (Pinus Lingga, 1985)
Garam merupakan racun dari jasad renik. Mikroba perusak yang terdapat pada
buah menjadi mati bila ditambahkan garam. Jika dikombinasikan dengan
asam daya bunuhnya terhadap jasat renik menjadi lebih kuat. Pemakaian
garam dapat dengan cara perendaman dalam larutan garam, pemberian
langsung lantas diaduk atau dengan pelumuran.
Mekanisme pengawetan dengan pemberian garam dapatlah dijelaskan sebagai
berikut, garam mempunyai tekanan osmotik yang tinggi sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya plasmolisa pada sel mikroorganisme, garam bersifat
higroskopik sehingga dapat menyerap air dari bahan makanan, dengan
demikian Aw makanan menjadi rendah dan dapat meracuni mikroorganisme
peka terhadap karbondioksida, garam merintangi aksi enzim peoteolik.
Pada proses penggaraman ada cara diantaranya adalah: penggaraman kering
(dry salting), perendaman dalam larutan garam (brine) kombinasi dari
penggaraman kering dan perendaman larutan dalam garam, infeksi dengan
larutan garam.
Faktor-faktor dari dalam juga mempengaruhi penetrasi garam
terhadap jaringan segar baik hewani maupun nabati yaitu :
tipe atau jenis dari bahan segar tersebut
1, kandungan lemak,
2,ukuran dan potongan bahan yang diolah.
Sedangkan faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi penetrasi garam
yaitu : suhu larutan garam, volume larutan garam, kemurnian daripada garam,
aktifitas jasad renik (Derajat, 1981).
B. Vitamin C (C6H8O6)
1. Sumber Vitamin C
Buah-buahan merupakan sumber vitamin C yang utama, karena itu
buahbuahan merupakan bahan pelengkap makanan yang penting dalam kehidupan
sehari-hari di dalam rumah tangga. Sayur-sayuran juga merupakan sumber
vitamin C, tetapi tidak sekaya buah-buahan. Distribusi vitamin C dalam berbagai
tumbuhan sangat bervariasi. Beberapa buah ada yang sebagian besar sumber
vitamin C nya terdapat pada bagian kulit dibandingkan dengan bagian daging dan
paling sedikit bagian biji. Adapula jenis buah-buahan yang kandungan vitamin C
nya paling banyak pada dagingnya. Biasanya rasa daging buah itu asam-asam
manis karena vitamin C atau asam askorbat adalah sejenis gula yang mudah
teroksiodasi, tetapi kegiatan koenzimnya ini memegang peranan penting dalam
system pengoksidasian atau penyusutan faali. Kadar vitamin C sangat dipengaruhi
oleh varietas, lingkungan, tempat tumbuh, pemakaian berbagai jenis pupuk, tingkat
kematangan buah dan sebagainya, kemungkinan adanya variasi yang besar dalam
kadar vitamin C harus selalu dipertimbangkan (Winarno,1980
2.Kerusakan Vitamin C pada proses pengolahan
Vitamin C sangat mudah rusak pada saat pemasakan, penyimpanan dan
berbagai proses pengolahan pangan sehingga dalam hidangan vitamin C yang
tertinggal jauh lebih kecil dibandingkan dengan kadarnya dalam makanan
segar sebelum mengalami pemasakan dan penanganan lainnya.
Sifat umum dari vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak
berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190 - 192 °C. Senyawa ini
bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam, mudah larut dalam air dan
tidak larut dalam bensin, eter, kloroform dan minyak. Sangat sensitif terhadap
faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan terhadap suhu, udara, konsentrasi
gula garam, pH, oksigen, enzim katalisator logam, konsentrasi awal baik
dalam larutan maupun sistem model dan rasio antara asam askorbat dan
dehidro asam askorbat Oleh karena itu dalam proses pengolahan terutama
menggunakan suhu tinggi vitamin C banyak yang hilang serta dihindari
pengirisan dan penghancuran yang berlebihan (Winarno, 1980).
Pemasakan buah makanan dalam rumah tangga terdiri atas berbagai tahap
yaitu menyiangi, mengiris-iris atau memotong-motong, mencuci dan
mengolahnya dengan menggunakan panas.
Pada pembersihan atau penyiangan
bahan makanan mentah, bagian yang rusak atau tidak dimakan dibuang,
misalnya kulit dan biji. Pada dasarnya tidak banyak vitamin yang dibuang dari
bahan makanan mentah ini. Sebagian besar vitamin dalam bahan makanan
yang dibeli, masih tersimpan utuh dalam bagian yang akan dimakan.
Pada pemotongan dan pengirisan buah atau sayur-sayuran mentah, sebagian
sel-selnya rusak terpotong, sehingga isinya termasuk vitamin C menjadi
keluar. Keadaan ini menyebabkan terbuka pengaruh udara yang mengandung
oksigen dan pengaruh sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet.
Mengiris-iris buah atau sayur menjadi potongan yang semakin halus
menyebabkan kerusakan semakin berat bila sesudah dipotong-potong masih
dibiarkan saja beberapa lama sebelum dimasak. Pengirisan buah atau sayur
mentah sebaiknya dilakukan segera sebelum dimasak lebih lanjut.
Kerusakan atau kehilangan dapat dihindari dengan cara mendidihkan dulu air
perebus baru buah atau sayur dimasukkan ditutup rapat dan direbus tidak
terlalu lama. Keadaan ini akan menyebabkan uap air akan mendesak keluar
udara yang mengandung oksigen, sehingga dapat dihindarkan kerusakan
vitamin C oleh pengaruh udara dalam zat asam tersebut. Selain itu ion-ion
logam yang terlepas dari alat pemasak yang dibuat dari bahan logam akan
memudahkan terjadinya kerusakan oleh oksidasi vitamin C. kerusakan vitamin
C dapat dihindari dengan menggunakan alat pemasak berlapis email atau
terbuat dari bahan stainless steel.
Teknik pemasakan yang baik dapat menekan kerusakan vitamin C sehingga
kadar vitamin C dalam bahan pangan masih dapat dipertahankan sekitar 50 %
dari kadar semula. Teknik pengeringan buah-buahan dan sayuran menurut
teknologi pangan dapat mempertahankan kadar asal vitamin C dalam
prosentase yang cukup dan hanya sedikit yang hilang setelah menjadi
makanan jadi (Sediaoetama, 1987 )
D. pH
pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam, pH suatu larutan dapat ditera
dengan beberapa cara antara lain dengan jalan menitrasi larutan dengan asam -
basa dengan kertas indikator atau lebih teliti lagi dengan mengunakan pH
Meter. Suatu asam kuat dalam larutan mengion sempurna menjadi ion – ionnya.
Makin rendah keasaman suatu larutan maka pH akan semakin besar pH suatu
bahan pangan sangat mempengaruhi daya simpannya, karena mikroba dapat
tumbuh baik pada batas pH tertentu. Bakteri dan ragi umumnya akan tumbuh pada
pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan kapang.
Olehkarena itu semakin rendah kadar air pada suatu bahan pangan maka akan
semakin tinggi nilai pH nya dan semakin banyak bakteri yang dapat hidup
pada bahan makanan tersebut sehingga menyebabkan semakin cepat pula
bahan pangan tersebut mengalami kerusakan
E. Pengeringan
1. Pengeringan
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling lama.
Cara ini merupakan suatu proses yang ditiru dari alam. Pengeringan merupakan
metodepengawetan pangan yang paling luas digunakan (Desrosier,1988).
Pengertian dari pengeringan adalah suatu metode untuk menghilangkan
sebagian air dari bahan pangan dengan menguapkan (Winarno, 1993)
Proses pengeringan dapat dilakukan secar
1.alamiah dengan menggunakan sinar matahari (sun drying).
2 Atau penjemuran, sedangkan
pengeringan non alamiah (artifical drying) atau buatan menggunakan suatu
alat pengeringan.
a.Pengeringan alamiah (sun drying)
Pengeringan alamiah merupakan pengeringan yang lazim digunakan
karena dilakukan dengan bantuan sinar matahari. Keuntungan menggunakan
pengering alami :
1. murah,
2. tidak memerlukan keahlian khusus,
3. mudah dalam prosesnya.
Kekurangan dari metode ini antara lain :
1. tergantung dari cuaca,
2. sukar menentukan lama penjemuran karena kenaikan suhu tidak teratur,
3. kebersihan kurang terkendali.
b. Pengeringan Non alamiah (artifical drying)
Pengeringan buatan merupakan cara pengeringan yang menggunakan alat
pengering. Pada proses ini udara yang dipanaskan disirkulasikan dengan alat
penghembus.
Keuntungan dari metode ini :
1. suhu dan aliran udara dapat diatur,
2. proses dapat dikontrol,
3. kebersihan dapat terjamin,
4. tidak memerlukan tempat yang luas,
5. penyusutan bahan tidak sebesar pengeringan alamiah (Marliyati, Sulaiman dan
Anwar, 1992).
Mutu yang akan diperoleh dari suatu produk kurang khususnya tepung
seperti tekstur, warna bisa dicapai bila suhu, waktu, bahan yang dipilih dan
proses pengeringan terkendali dengan efektif dan efisien. Hal tersebut dapat
dilakukan menggunakan pengeringan buatan.
Untuk pengeringan suatu bahan pangan terdapat berbagai tipe pengering
yang digunakan. Pemilihan tipe pengering tergantung pada bahan yang akan
dikeringkan dan tujuan pengeringan.
Dari berbagai tipe pengering yang sering digunakan untuk penelitian
dehidrasi buah-buahan dan sayuran di laboratorium dalam sekala kecil adalah
pengering kabinet.
Hal yang menyebabkan penggunaan pengeringan ini adalah
murah pembuatannya dan mudah dalam penggunaannya. Pengering ini terdiri dari
suatu ruangan dimana rigen-rigen yang akan dikeringkan terdapat didalamnya.
Udara dihembuskan dengan menggunakan kipas angin melalui suatu pemanas dan
kemudian menembus rigen-rigen pengering berisi bahan yang akan dikeringkan
(Desrosier, 1988).
Untuk berhasilnya suatu usaha pengeringan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu :
1. luas permukaan,
2. suhu pemanasan,
3. kecepatan aliran udara,
4. Tekanan udara. Pengeringan dapat berlangsung baik jika tidak
terjadi case hardening.
Case hardening yaitu suatu keadaan dimana luas
permukaan bahan sudah kering tapi bagian dalam masih basah. Penyebab case
hardening adalah suhu pemanasan yang terlalu tinggi. Suhu pengeringan
untuk buah berkisar 55 -70 ‘C. Pada umumnya pengeringan bahan pangan
khususnya buah dapat mengubah warna menjadi coklat. Perubahan warna
tersebut disebabkan reaksi enzimatis ataupun non enzimatis. Untuk mencegah
reaksi browning bisa ditambahkan SO2, vitamin C atau dengan penambahan
Bisulfit (Marliyati, Sulaiman dan Anwar, 1992)
Pengaruh pengeringan terhadap kadar vitamin C
Selama pengeringan, bahan pangan kehilangan kadar air yang menyebabkan
naiknya kadar gizi di dalam massa yang tertinggal. Sebagian besar bahan pangan
kering bila direkonstuksi atau rehidrasi tetap berbeda dengan bahan pangan yang
segar. Bagaimanapun juga melalui cara
pengawetan, kualitas bahan pangan yang diawetkan tidak pernah lebih tinggi
dari bahan aslinya (Desrosier,1988)
Dengan berkurangnya air dalam bahan pangan, kandungan senyawasenyawa
seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral konsentrasinya akan
meningkat tetapi vitamin dan zat warna pada umumnya rusak atau berkurang
(Marliyati, Sulaiman dan Anwar, 1992).
IDENTIFIKASI
1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat p,terjadi warna hitam.
2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida p,terjadi warna hijau
muda.
3. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tees natrium hidroksida p 5 %b/v
terjadi warna kuning kehijauan .
4. Timbang 500mg serbuk daun ,cmpur dengan 5 ml methanol p dan panaaskan
diatas tangas air selama 2 menit dinginkan ,saring cuci endapan dengan
methanol p,secukupnya hingga diperoleh 5 ml filtrate.Pada titik pertama
lempeng KLTtutulkan 25 mikroliter filtrate pada titik kedua tutulkan 10
microliter zat warna II LP .eluasi dengan campuran etllasetat P – metal keton
P – asam format P –air (50 +30 +10 +10) dengan jarak rambat 15 cm . amati
dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviuolet 366 nm .Semprot lempeng
dengan aluminium klorida LP .Panaskan pada suhu 110 c selama 10
menit ,amat dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm .Pada
kromatogram tampak bercak dengan warna dan hR sebagai berikut
NO hR x Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm
1 22-32 - - - Biru hijau
2 61-74 - - - Hijau kekuningan
3 109-120 - - Coklat Hijau muda
4 121-142 - - Coklat Hijau muda
5 158-170 - - - Biru hijau
Catatan :harga Rx dihitung terhadap bercak warna biru dengan kromatogram zat
warna II LP hRf bercak warna biru = 35 .
BAHAN DAN METODE
A. Bahan dan Alat
Bahan baku penelitian, yaitu daun belimbing wuluh yang berwarna hijau sampai
hijau tua, diperoleh dari sekitar Bogor. Hewan uji kucing dengan berat sekitar 2
kg, pelarut alkohol, akuades, gliserin, heksan 80%. Alat yang digunakan antara
lain, 1 set alat ekstraksi, evaporator, 1set alat bedah, alat suntik, dan kimografi.
b.Metode Penelitian
1. Pengeringan Daun
Daun belimbing wuluh dikeringkan dengan oven pada suhu 40°C. Daun yang telah
kering digiling dengan ukuran partikel 40, 50 dan 60 mesh.
2. Analisis Mutu
Analisis mutu daun belimbing wuluh meliputi penentuan kadar abu, kadar abu
tidak larut asam, kadar sari larut air dan kadar sari larut alkohol sesuai
persyaratan yang tertera dalam MMI/Materia Medika Indonesia (1989).
3. Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah secara maserasi dengan perbandingan
bahan dan pelarut (alkohol 70%) 5: 1. Setelah direndam selama semalam,
dilakukan penyaringan, filtrat diuapkan dengan pengurangan tekanan sampai
dihasilkan ekstrak kental dan disebut sebagai ekstrak kasar.
4. Pemurnian Ekstrak
Pemurnian ekstrak dilakukan dengan metode ekstraksi,
menggunakan pelarut heksan konsentrasi 80 %.
5. Analisis GC MS
Analisis terhadap senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak daun belimbing
wuluh dilakukan secara GC-MS dengan kondisi alat sebagai berikut : Tipe alat QP
2010 Shimadzu, jenis kolom DB-MSI, kapiler, panjang 60 m dan diameter 0,25
mm, suhu kolom terprogram, 50-230/
5°C/menit dan suhu injektor 225°C.
6. Uji Anti Hipertensi
Ada beberapa cara uji hipertensi yang dikenal salah satunya adalah metode berdarah pada hewan uji menurut Gilman et al., (1992), Djatmiko et al., (2001a) yang menggunakan kucing sebagai hewan uji. Hal ini dikarenakan tekanan darah kucing dapat dikatakan menyerupai tekanan darah pada manusia.Uji aktivitas antihipertensi menggunakan modifikasi metode Gilman et al., (1992) dan Djatmiko et al.,(2001a) dengan hewan uj i kucing dilakukan di FakultasKedokteran Hewan, IPB. Kucing yang digunakan berbobot Hernani, et al. 56sekitar ± 2 kg, sebanyak enam ekor untuk dua perlakuan. Dosis yang digunakan adalah 4 taraf dosis, yaitu 8,3; 16,6; 25 dan 33 mg/kg bb dengan 3 ulangan.Persiapan larutan uji dengan membuat larutan sesuai pH darah kucing (5-7). Larutan dibuat isotonis dengan menambahkan gliserin sebagai emulsifier dengankonsentrasi larutan 40% (air sebagai pelarut). Campuran disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.Hewan uji (kucing) dianestesi menggunakan urethane 25 % dengan dosis 1,75g/kg bb, karena bobot kucing yang dipakai 2 kg, maka dipakai 14 cc. Setelah kucing pingsan lalu diletakkan di meja operasi. Pertama-tama bulu pada tempat yang akan digunakan untuk proses percobaan dibersihkan, kemudian vena femoralis pada paha untuk memasukkan kanula sebagai tempat memasukkan larutan uji. Arteri carotis pada leher dibuka, lalu dimasukkan trakhea tube yang disambungkan dengan larutan natrium sitrat dan manometer air raksa. Tekanan darah kucing akan terbaca pada alat kimograf (Gambar 1). Kemudian disuntikkan heparin 0,1 % sebanyak 5 cc untuk mencegah pembekuan darah, penyuntikan larutan uji sesuai dosis dilakukan pada kanula .6. Analisis GC MS
Analisis terhadap senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak daun belimbing
wuluh dilakukan secara GC-MS dengan kondisi alat sebagai berikut : Tipe alat QP
2010 Shimadzu, jenis kolom DB-MSI, kapiler, panjang 60 m dan diameter 0,25
mm, suhu kolom terprogram, 50-230/5°C/ menit, suhu injektor 225°C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak
Pada pembuatan ekstrak, ternyata ukuran partikel bahan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap rendemen
ekstrak yang dihasilkan .Sesuai dengan penelitian Susanto et al., (1996) pada
kunyit menunjukkan bahwa ukuran partikel 20 mesh akan menghasilkan rendemen
yang lebih tinggi (23,47%) dibandingkan
dengan ukuran partikel 40 dan 60 mesh (masing-masing 17,09 dan 21,43%), akan
tetapi rendemen akan meningkat kembali pada ukuran partikel 80 mesh (24,18%).
Proses ekstraksi bertujuan untuk menarik komponen kimia yang berada dalam
bahan semaksimal mungkin (Farouq, 2003). Pada ukuran partikel yang lebih halus
berarti luas
permukaan semakin luas sehingga semakin besar terjadinya kontak antara bahan
dan pelarut. Ukuran partikel juga mempengaruhi kandungan bahan aktif yang
terekstrak. Pada ekstraksi daun Agrimonia eupatoria, ternyata daya antioksidan
ekstrak meningkat dengan
meningkatnya waktu ekstraksi dan semakin kecilnya ukuran partikel. Hal ini
karena lamanya waktu dan luas permukaan akan menyebabkan pemindahan
molekul lebih
Pengaruh pemberian ekstrak belimbing wuluh terhadap tekanan darah hewan uji 57
ektensif dari padatan ke larutan (Giao et al., 2009). Produk ekstrak mempunyai
banyak keuntungan antara lain, semua kandungan bioaktif tanaman terdapat dalam
bentuk konsentrat, dan masih dalam bentuk matrik alami. Semua individu senyawa
tersebut ada dalam
komposisi alami, sehingga risiko efek samping menjadi kecil, aksi total senyawa
bioaktif tidak berubah, rekayasa konsentrasi relatif kandungan senyawa bioaktif
dapat dikontrol lebih mudah dan standarisasi menjadi lebih mudah (Sinambela,
2003). Kualitas ekstrak yang dihasilkan
mempunyai warna hijau, pH 5,90, berat jenis 1,175, total padatan terlarut 22% dan
sisa pelarut 4%. Faktor yang berpengaruh dalam warna ekstrak yang dihasilkan
adalah
dari proses pengeringan, bila pemanasan terlalu tinggi maka ekstrak yang
dihasilkan sedikit hitam (Harbourne et al., 2009). Daun willow yang dikeringkan
pada suhu 60°C dan 90°C ternyata berubah warna menjadi kecoklatan karena
adanya pembentukan kuinon dan dekomposisi dari fenolat (Julkunen-Tiitto dan
Sarsa, 2001).
B. Pemurnian
Rendemen ekstrak yang dihasilkan dari proses pemurnian
dengan pelarut heksan 80% adalah 70,50%, pH 4,08, berat jenis ekstrak 0,8999,
total padatan terlarut 69,94%dan sisa pelarut 0,305. Pemurnian terhadap ekstrak
dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa inert dengan cara penghilangan
lemak menggunakan pelarut heksan, karena heksan mempunyai toksisitas yang
rendah, tidak reaktif dan inert (Anonymous, 2007). Pemurnian dilakukan
setelah opembuatan ekstrak primer. Pemurnian terhadap ekstrak dapat
meningkatkan kandungan senyawa bioaktif menjadi lebih tinggi dibandingkan
dalam bentuk ekstrak kasar (Gulfraz et al., 1999). Hal ini terlihat dalam penurunan
tekanan darah pada kucing, dimana ekstrak murni
menurunkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan
dengan ekstrak kasar. Nilai pH yang dihasilkan dari ekstrak murni jauh lebih kecil
dibandingkan dengan ekstrak kasar, yaitu 4,08. Nilai
pH ekstrak sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekstrak. Pada ekstrak daun
belimbing wuluh, ternyata ada peningkatan senyawa phytol dari 12,64% menjadi
51,34% dan ini berpengaruh terhadap perubahan pHnya dari 5,08 menjadi 4,08.
Perubahan pH akan menyebabkan perubahan stabilitas senyawa aktif, seperti
kurkumin pada kunyit akan lebih stabil bila dalam larutan pH netral atau asam, dan
kandungan asam malat dari daun anggrek akan berubah
setelah terjadi perubahan pH .
C. Senyawa Aktif
Hasil identifikasi senyawa kimia secara GCMS menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mengandung senyawa paling dominan adalah senyawa turunan asam dikarboksilat yaitu dietil phtalat (1). Asam karboksilat biasanya berasal dari lemak dan merupakanturunan dari asam-asam lemak. Senyawa lain yang teridentifikasi adalah senyawa phytol (2). Phytol merupakan senyawa alkohol diterpen asiklik, dan campuran dari bentuk cis dan trans dari 3, 7, 11, 15 tetrametil -2-heksadesen-1-ol (Anonymous. 2006). Senyawa ini bisa digunakan sebagai adjuvant yang cukup baik dan aman untuk memperbaharui komplemen antibody (Lim et al., 2006). Senyawa-senyawa lain yang teridentifikasi adalah asam ferulat (3), asam lemak seperti asam miristat (4), etil palmitat (5) dan 6, 10, 14 trimetil pentadekanon-2 (6) (Gambar 2). Menurut Pehowich et al., (2000), minyak kelapa yang mengandung asam lemak rantai panjang dan digunakan secara moderate akan mengurangi risiko penyakit jantung salah satu efek dari hipertensi Dari ekstrak kasar, kandungan senyawa dietil phtalat dan phytol masing-masing 9,75 dan 12,64%, setelah pemurnian menjadi 4,80 dan 51,34%. Berarti dietil phatalat konsentrasinya turun, dan phytol meningkat.
C. Uji Antihipertensi Daun Belimbing Wuluh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua ekstrak memiliki efek hipotensif atau efek menurunkan tekanan darah pada kucing hipertensi (Tabel 3 dan Gambar 4).Perlakuan dosis ekstrak yang diuji ternyata secara statistic berbeda nyata. Adanya peningkatan dosis ekstrak yang disuntikkan ternyata akan terjadi juga peningkatan efek hipotensif. Hewan uji dibuat hipertensi dalam keadaanteranestesi, tujuannya untuk memberikan rangsanganpada system kardiovaskuler dengan pemberian suntikanepinephrine 0,2 ml (Djatmiko et al., 2001a). Akibat penyuntikan epinephrine maka tekanan darah hewan uji meningkat menjadi 177 mmHg (tekanan darah normal
adalah 120 mmHg). Rangsangan pada system kardiovaskuler dengan epinephrine ini dilakukan sebelum penyuntikan larutan uji. Ekstrak kasar memiliki efek hipotensif yang signifikan lebih rendah dari pada ekstrak murni. Dosis dengan efekhipotensif tertinggi yaitu dosis 33 mg/kg bb. Pemberian ekstrak kasar belum mampu menurunkan tekanan darah hewan uji yang hipertensi ke tekanan darah normal, karena hanya mampu menurunkan tekanan darah 46,5 mmHg, sehingga tekanan darah hewan uji setelah diberikan ekstrak masih 130,5 mmHg. Pemberian ekstrak murni dengan dosis 33 mg/kg bb mampu menurunkan tekanan darah 54,5 mmHg. Hasil penelitian Bipat et al., (2008)pada babi yang telah disuntik dengan epinephrine menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 0,01 mg/ml dan 1 mg/ml menurunkan tekanan darah masing-masing menjadi 151 ±12 mmHg dan 127 ± 23 mmHg dari tekanan semula 174 ± 10 mmHg.Suatu produk biofarmaka yang mengandung campuran daun seledri dan tempuyung menunjukkan efek hipotensif dengan nilai D50 efek hipotensif kucinghipertensi adalah 16,37 ± 1,08 mg/kg bb (Djatmiko et al., 2001a). Bila diekstrapolasi nilai dosis pada manusia dengan berat 50 kg adalah sekitar 249,05 mmHg. Penurunan tekanan darah terjadi karena efek diuretic dari produk tersebut (Djatmiko et al., 2001b) Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, antara lain kapasitas kerja jantung, elastisitas pembuluh darah dan faktor darah itu sendiri, misal viskositas dan volume darah (Djatmiko et al., 2001a). Setelah pemberian ekstrak ternyata telah terjadi penurunan tekanan darah, hal ini berarti bahwa ekstrak tersebut mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi.
KESIMPULAN
Ekstrak kasar dan ekstrak yang telah dimurnikan dari daunbelimbing wuluh mempunyai potensi untuk dikembangkanmenjadi obat anti hipertensi, karena memberikan efek penurunan tekanan darah secara signifikan terhadaphewan uji kucing. Dari pemberian ekstrak kasar dengan dosis 25 mg/kg bb bisa menurunkan tekanan darah sampai 41,25 mmHg, dan ekstrak yang telah dimurnikan mencapai 51,5 mmHg. Durasi penurunan tekanan darah untuk obat
antihipertensi yang terbaik adalah yang tidak terlalu cepat dalam menurunkan tekanan darah setelah pemberiannya. Dari pemberian ekstrak kasar ternyata mempunyai durasi penurunan tekanan darah lebih cepat (0,99 menit)dibandingkan dengan ekstrak murni (1,43 menit
kegunaan lain belimbing wuluh
Meramu belimbing wuluh
Secara umum, belimbing wuluh dapat dimanfaatkan untuk berbagai ramuan pengobatan alami. Belimbing wuluh memang telanjur dikenal sebagai tanaman obat yang berguna untuk obat darah tinggi.
Seseorang dikatakan menderita penyakit tekanan darah tinggi bila nilai tekanan darah sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHG. Dalam kamus kedokteran, tekanan darah tinggi sering juga disebut hipertensi.
Gejalan umum yang ditimbulkan akibat tekanan darah tinggi memang tidak sama pada setiap orang. Gejala yang sering dikeluhkan penderita tekanan darah tinggi antara lain sakit kepala berlebihan, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengku, pusing, berdebar atau detak jantung terasa cepat, serta telinga berdenging.
Berikut adalah cara meramu belimbing wuluh seperti dijelaskan ahli tanaman obat, Dr Setiawan Dalimarta :
Obat Darah Tinggi
Bahan yang dibutuhkan, 3 buah belimbing wuluh ukuran sedang.
Cara meramu :
Buah belimbing wuluh dicuci dengan air bersih lalu dipotong-potong. Kemudian rebus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, airnya disaring sebelum diminum setelah makan pagi.
Siapkan tiga buah belimbing wuluh dan biji srigading 25 gr yang sudah dicuci bersih. Biji srigading ditumbuk halus. Masukkan ke dalam panci berisi empat gelas air dan rebuslah bersama belimbing wuluh. Dinginkan lalu saring sebelum diminum. Cukup diminum segelas sehari.
Buah belimbing wuluh diparut, peras ambil airnya dan diminum sekali sehari.
Catatan: Penderita hipertensi yang air kencingnya mengandung kristal oksalat disarankan tidak menggunakan resep ini karena bahannya mengandung asam oksalat. Penderita hipertensi dengan gangguan lambung seperti maag juga tidak dianjurkan menggunakan resep ini karena rasanya yang asam. Anda dapat menganti belimbing wuluh dengan belimbing manis.
Blimbing Wuluh menyebuhkan Gusi berdarah
Mengkonsumsi buah belimbing wuluh baik segar maupun manisan secara rutin tiap hari
Dua buah belimbing wuluh dimakan tiap hari
Blimbing Wuluh sebagai Obat Gondongan
1/2 genggam daun belimbing wuluh ditumbuk dgn 3 bawang putih. Kompreskan pada bagian yg gondongan.
10 ranting muda belimbing wuluh berikut daun dan 4 butir bawang merah setelah dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Balurkan ketempat yg sakit.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Rematik Segenggam daun belimbing wuluh dicuci tumbuk sampai halus tambahkan kapur sirih gosokkan ke bagian yg sakit.
100 gr daun muda belimbing wuluh 10 biji cengkeh dan 15 biji merica dicuci lalu digiling halus tambahkan cuka secukup sampai menjadi adonan seperti bubur. Oleskan adonan bubur tadi ketempat yg sakit.
5 buah belimbing wuluh 8 lembar daun kantil (Michelia champaca L.) 15 biji cengkeh 15 butir lada hitam dicuci lalu ditumbuk halus diremas dgn 2 sendok makan air jeruk nipis dan 1 sendok makan minyak kayu putih. Dipakai utk menggosok dan mengurut bagian tubuh yg sakit. Lakukan 2-3 kali sehari.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Sariawan
10 kuntum bunga belimbing wuluh asam jawa gula aren direbus dgn 3 gelas air sampai air tinggal 3/4 saring minum 2 kali sehari.
Segenggarn bunga belimbing wuluh gula jawa secukup dan 1 cangkir air direbus sampai kental. Setelah dingin disaring dipakai utk membersihkan mulut dan mengoles sariawan.
2/3 genggam bunga belimbing wuluh dicuci lalu direbus dgn 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum sehari 3 kali 3/4 gelas. 3 buah belimbing wuluh 3 butir bawang merah 1 buah pala yg muda 10 lembar daun seriawan 3/4 sendok teh adas 3/4 jari pulosari dicuci lalu ditumbuk halus diremas dgn 3 sendok makan minyak kelapa diperas lalu disaring. Dipakai utk mengoles luka-luka akibat sariawan 6-7 kali sehari.
Untuk sariawan, segenggam bunga belimbing wuluh direbus dengan tiga gelas air hingga tersisa 2,5 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum tiga kali 3/4 gelas
Blimbing Wuluh sebagai Obat Sakit gigi
Lima buah belimbing wuluh setelah dicuci bersih dikunyah dgn garam. Ulangi beberapa kali sampai hilang rasa sakitnya.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Pagel linu
Satu genggam daun belimbing wuluh yg masih muda 10 biji cengkeh 15 biji lada digiling halus lalu tambahkan cuka secukupnya. Lumurkan ketempat yg sakit
Blimbing Wuluh sebagai Obat Penghilang Panu
Sepuluh buah belimbing wuluh dicuci lalu digiling halus tambahkan kapur sirih sebesar biji asam diremas sampai rata. Ramuan ini dipakai utk menggosok kulit yg terserang panu. Lakukan 2 kali sehari
Blimbing Wuluh sebagai Obat Sakit Gigi Berlubang
5 buah belimbing wuluh dicuci bersih makan dgn sedikit garam kunyah ditempat gigi yg berlubang
Blimbing Wuluh sebagai Obat Penurun Tekanan Darah Tinggi
Siapkan 3 buah belimbing wuluh dan biji srigading 25 gr yg sudah dicuci
bersih. Biji srigading ditumbuk halus. Masukkan ke dalam panci berisi 4
gelas air dan rebuslah bersama belimbing wuluh. Dinginkan lalu saring
sebelum diminum. Cukup diminum 1 gelas sehari.
Buah yg besar dan berwarna hijau diparut ambil air dan diminum.
3 buah belimbing diparut peras air diminum sekali sehari.
3 buah belimbing wuluh dicuci lalu dipotong-potong seperlu direbus dgn 3
gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring minum
setelah makan pagi.
10 buah belimbing wuluh 1 jari rimpang kunyit 1/4 genggam daun meniran
3 jari labu air 3 jari gula enau dicuci dan dipotong-potong seperlu lalu
direbus dgn 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin
disaring minum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Batuk
Daun bunga buah yg masing-masing sama banyak direbus dalam air yg
mendidih selama 1/2 jam dan minum airnya.
Segenggam daun belimbing wuluh segenggam bunga dan 2 buah belimbing
gula batu rebus dgn 2 gelas air sampai air tinggal setengah saring minum 2
kali sehari.
Segenggam bunga belimbing wuluh beberapa butir adas gula secukup dan
air 1 cangkir ditim selama beberapa jam.
25 kuntum bunga belimbing wuluh 1 jari rimpang temu-giring 1 jari kulit
kayu manis 1 jari rimpang kencur 2 butir bawang merah 1/4 genggam
pegagan 1/4 genggam daun saga 1/4 genggam daun inggu 1/4 genggam
daun sendok dicuci dan dipotong-potong seperlu direbus dgn 5 gelas air
bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring diminum dgn
madu seperlunya. Sehari 3 kali 3/4 gelas.
Buah belimbing wuluh dibuat manisan sehari makan 3 x 6-8 buah.
Untuk Mengatasi batuk rejan : Ambil sebanyak 10 buah belimbing wuluh
dicuci bersih, remas dengan dua sendok air garam. Kemudian saring dan
minum dua kali sehari.
Obat batuk pada anak : Segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir
adas, dan gula secukupnya ditambah satu cangkir air. Campuran ditim
selama beberapa jam. Setelah dingin disaring dengan kain dan dibagi untuk
dua kali minum, pagi dan malam saat perut masih kosong.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Diabetes
Enam buah belimbing wuluh dilumatkan direbus dgn 1 gelas air sampai air tinggal setengah saring minum 2 kali sehari.
Blimbing Wuluh sebagai Obat Penghilang Jerawat
Siapkan 3 buah belimbing wuluh segar. Cuci hingga bersih. Buah diparut dan diberi sedikit garam.
Tempelkan pada kulit yg berjerawat. Lakukan 2 kali sehari. Buah belimbing wuluh secukup dicuci lalu ditumbuk halus diremas dgn air
garam seperlu utk menggosok muka yg berjerawat. Lakukan 3 kali sehari. 6 buah belimbing wuluh dan 1/2 sendok teh bubuk belerang digiling halus
lalu diremas dgn 2 sendok makan air jeruk nipis. Ramuan ini dipakai utk menggosok dan melumas muka yg berjerawat. Lakukan 2-3 kali sehari.
TRIMAKASIH