Post on 10-Mar-2019
Pemerintah Kabupaten Probolinggo i
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
DAFTAR ISI Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Landasan Hukum
1.4 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya
1.5 Sistematika Penulisan
I – 1
I – 3
I – 3
I – 5
I – 6
B AB
II
KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
2.1 Kondisi dan Analisis
2.1.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.1.1 Geomorfologi
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah
B. Topografi
C. Hidrologi
D. Klimatologi
2.1.1.2 Lingkungan Hidup
A. Kawasan Budidaya
B. Kawasan Lindung
C. Kawasan Rawan Bencana
2.1.2 Demografi
2.1.3 Ekonomi dan Sumberdaya Alam
2.1.3.1 Ekonomi
A. Industri
B. Pariwisata
2.1.3.2 Sumberdaya Alam
A. Sumber Daya Alam Tidak Terbarukan
B. Sumberdaya Alam Terbarukan
Hasil Pertanian
Hasil Perkebunan
Hasil Kehutanan
Hasil Peternakan
II – 1
II – 1
II – 1
II – 1
II – 2
II – 5
II – 6
II – 6
II – 9
II – 11
II – 12
II – 13
II – 18
II – 18
II – 20
II – 22
II – 24
II – 24
II – 25
II – 25
II – 28
II – 31
II – 31
Pemerintah Kabupaten Probolinggo ii
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Hasil Perikanan dan Kelautan
2.1.4 Sosial Budaya dan Politik
2.1.4.1 Sosial Budaya
A. Agama
B. Pendidikan
C. Kesehatan
D. Sosial Lainnya
2.1.4.2 Politik
2.1.5 Prasarana dan Sarana
2.1.5.1 Transportasi dan Perhubungan
2.1.5.2 Telekomunikasi dan Informasi
2.1.5.3 Listrik, Air Bersih, dan Drainase
2.1.6 Pemerintahan
2.1.7 Tata Ruang dan Kewilayahan
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah
II – 32
II – 33
II – 33
II – 35
II – 36
II – 39
II – 42
II – 43
II – 44
II – 45
II – 46
II – 48
II – 52
II – 54
II – 57
BAB
III
VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
3.1 Visi
3.2 Misi
3.3 Arah Pembangunan Daerah
3.3.1 Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Tahun
2005–2025
3.3.2 Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–
2025
3.3.3 Tahapan dan Skala Prioritas
III – 1
III – 2
III – 4
III – 4
III – 8
III – 17
BAB
IV
PENUTUP IV – 1
Pemerintah Kabupaten Probolinggo I - 1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, lebih
mengutamakan pelaksanaan desentralisasi yang memberikan
keleluasaan dan sebagian besar kewenangan kepada daerah untuk
penyelenggaraan otonomi daerah, kewenangan untuk menentukan dan
melaksanakan kebijakan menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi.
Terselenggaranya kepemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita
bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna,
berhasilguna, bersih, dan bertanggungjawab (akuntabel).
Pelaksanaan desentralisasi dilakukan dalam rangka
pengintegrasian Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Sistem
Pembangunan Nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Pemerintah Kabupaten Probolinggo I - 2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam hal ini
setiap Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun dokumen perencanaan
daerah, yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Kabupaten Probolinggo disusun dalam upaya mengantisipasi arah
pembangunan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun kedepan, yaitu
periode 2005 2025 berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta
kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
Nasional. Oleh karena itu, Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Probolinggo harus disusun secara terencana, terarah, terpadu,
sistematis, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dengan
memperhatikan kondisi, potensi dan proyeksi kemampuan sumber daya
daerah, mengoptimalkan partisipasi masyarakat, serta menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar fungsi pemerintahan
dan antara Daerah serta Pusat.
Dokumen RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo bersifat makro
yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah,
yang proses penyusunannya dilakukan secara partisipasif dengan
melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo I - 3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo periode
2005 2025 adalah sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan
daerah guna mewujudkan visi,misi, tujuan, sasaran dan arah
pembangunan jangka panjang sesuai kewenangan daerah. RPJP Daerah
juga digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan penyusunan
pembangunan tahunan Kabupaten Probolinggo.
Sedangkan tujuan penyusunan RPJP Daerah Kabupaten
Probolinggo adalah:
1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan;
2. Menciptakan sinkronisasi dan sinergi antar fungsi dan antar daerah
baik di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Nasional;
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
4. Meningkatkan penggunaan sumber daya yang efektif, efisien,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan secara merata;
5. Menjaga keberlanjutan pembangunan yang dilaksanakan per-lima
tahunan.
1.3 Landasan Hukum
Landasan hukum dan operasional penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Probolinggo
adalah:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo I - 4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 19 Tahun 2000
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo
Tahun 2000 – 2010;
10. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tahun
2005 Tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan
RPJM Daerah.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo I - 5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1.4 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Penggambaran keterkaitan RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo
dengan dokumen perencanaan lainnya mengacu pada Undang - Undang
Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 5, seperti ditunjukkan Gambar 1.1 berikut ini:
Gambar 1.1. Keterkaitan RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo
dengan dokumen perencanaan lainnya
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo periode 2005 - 2025
mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi Jawa Timur;
2. RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo disusun dengan
memperhatikan keterkaitan dengan dokumen-dokumen
perencanaan pembangunan lainnya baik dokumen milik pemerintah
daerah sendiri maupun dokumen di tingkat Provinsi;
Penyerasian melalui
musrenbangDiperhatikanAcuan
Renstra
KL
RPJM
Nasional
RKP RPJMP
Nasional
RPJMP
Daerah
RPJM
Daerah
RKPD
Renstra
SKPD
Renja
KL
Renja
SKPD
Visi, misi & program
kepala daerah
Visi misi& program
presiden
Pedoman Jabaran
Pedoman
Jabaran
Pedoman
Pedoman
Pem
eri
nta
hP
usat
Pem
eri
nta
hD
aera
h
Penyerasian melalui
musrenbangDiperhatikanAcuan
Renstra
KL
RPJM
Nasional
RKP RPJMP
Nasional
RPJMP
Daerah
RPJM
Daerah
RKPD
Renstra
SKPD
Renja
KL
Renja
SKPD
Visi, misi & program
kepala daerah
Visi misi& program
presiden
Pedoman Jabaran
Pedoman
Jabaran
Pedoman
Pedoman
Pem
eri
nta
hP
usat
Pem
eri
nta
hD
aera
h
Pemerintah Kabupaten Probolinggo I - 6
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
3. RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Kabupaten Probolinggo yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Propinsi Jawa Timur;
4. RPJM Daerah Kabupaten Probolinggo merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya
berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM
Nasional;
5. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu
pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas
pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
1.5 Sistematika Penulisan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Kabupaten Probolinggo disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
landasan hukum, hubungan RPJP Daerah dengan dokumen
perencanaan lainnya, dan sistematika penulisan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo I - 7
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB II : KONDISI, ANALISIS, DAN PREDIKSI KONDISI
UMUM DAERAH
Bab ini berisi tentang kondisi dan analisis dari masing-
masing aspek kehidupan seperti geomorfologi, lingkungan
hidup, demografi, ekonomi, sumberdaya alam, sosial
budaya, politik, prasarana dan sarana daerah, pemerintahan,
serta tata ruang dan kewilayahan dengan menyertakan
prediksi kondisi umum daerah.
BAB III : VISI, MISi, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini berisi tentang visi, misI, dan arah pembangunan
daerah Kabupaten Probolinggo dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yang ingin dicapai
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisi tentang penegasan kembali pentingnya RPJP
Daerah sebagai pedoman bagi seluruh pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah
dan pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB II
KONDISI, ANALISIS
DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH
2.1 Kondisi dan Analisis
2.1.1 Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.1.1 Geomorfologi
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu Kabupaten yang
terletak di Provinsi Jawa Timur berada pada posisi 7º40΄ - 8º10΄ Lintang
Selatan (LS) dan 112º50΄ - 113º30΄ Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah
mencapai 1.696,17 km2. Batas-batas wilayah Kabupaten Probolinggo,
adalah:
- Sebelah Utara (7º40΄ LS) : Selat Madura.
- Sebelah Timur (113º30΄ BT) : Kabupaten Situbondo.
- Sebelah Barat (80º10΄ LS) : Kabupaten Pasuruan.
- Sebelah Selatan (112º50΄ BT) : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten
Jember.
- Sedangkan di sebelah Utara bagian tengah terdapat Daerah Otonom,
yaitu Kota Probolinggo.
Dari luas wilayah yang ada, pemanfaatan paling besar 513,80 Km
untuk tegal, 426,46 Km2 untuk hutan dan 373,13 Km2 untuk persawahan.
Sedangkan sisanya sebesar 383,38 Km2 bagi peruntukan lainnya yaitu
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
permukiman, perkebunan, tambak/kolam, sempadan sungai dan
pantai. Dalam jangka waktu 20 tahun yang akan datang distribusi
pemanfaatan tata ruang ini bisa berubah dengan adanya peningkatan
kebutuhan permukiman dengan perkembangan jumlah penduduk, untuk
kawasan industri (manufaktur maupun jasa) yang bisa mendesak turunnya
proporsi untuk pertanian. Dengan demikian perlu dipikirkan kualitas dari
rencana tata ruang yang lebih baik serta diterapkannya perundangan
penataan ruang sebagai payung kebijakan pemanfaatan ruang bagi semua
sektor. Oleh karena jika terjadi perubahan tata guna lahan perlu mengikuti
perencanaan tata ruang daerah/wilayah Kabupatan Probolinggo sampai 20
tahun kedepan.
B. Topografi
Secara topografi Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri-ciri fisik
yang menggambarkan kondisi geografis terdiri dari dataran rendah pada
bagian Utara, lereng-lereng gunung pada bagian Tengah dan dataran tinggi
pada bagian Selatan dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah
yang berbeda. Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung
membujur dari Barat ke Timur, yaitu Gunung Semeru, Gunung Argopuro,
Gunung Tengger dan Gunung Lamongan. Kabupaten Probolinggo terletak
pada ketinggian 0 – 2500 m di atas permukaan laut dengan temperatur
rata-rata 27ºC - 30ºC, sedangkan bagian Selatan yaitu Kecamatan
Sukapura, Sumber, Tiris dan Krucil udaranya relatif bertemperatur rendah.
Tanahnya berupa tanah vulkanis yang banyak mengandung mineral berasal
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dari ledakan gunung berapi yang berupa pasir dan batu, lumpur bercampur
dengan tanah liat yang berwarna kelabu kekuning-kuningan. Sifat tanah
semacam ini mempunyai tingkat kesuburan tinggi dan sangat cocok untuk
jenis tanaman sayur-sayuran (hortikultura) seperti di sekitar pegunungan
Tengger yang mempunyai ketinggian antara 750 – 2.500 m di atas
permukaan laut. Meskipun demikian perlu diwaspadai kemungkinan terjadi
bencana meletusnya gunung berapi, mengingat gunung Semeru masih aktif
dan kadang kala menyemburkan pasir seperti hujan pasir yang dapat
dirasakan juga oleh masyarakat Kabupaten Probolinggo.
Tanah yang membujur dari Barat ke Timur di bagian Selatan yang
berada di kaki pegunungan Argopuro dan berketinggian antara 150 – 750 m
di atas permukaan laut sangat cocok untuk tanaman kopi, buah-buahan
seperti durian, alpukat dan mangga. Wilayah Kecamatan yang sangat tepat
untuk tanaman buah-buahan ini adalah Kecamatan Krucil dan Tiris.
Kabupaten Probolinggo memang terkenal dengan buah mangga yang
merupakan tanaman musiman, sehingga kalau sedang musim, produksi
buah mangga sangat melimpah. Oleh karena buah ini tidak tahan lama,
maka perlu dipikirkan upaya untuk menggunakan buah mangga sebagai
bahan dasar untuk membuat berbagai makanan dan minuman yang
mempunyai nilai jual lebih tinggi, seperti selai, kripik, jus, dan dodol.
Bentuk permukaan daratan di kabupaten Probolinggo diklasifikasikan
atas tiga (3) jenis, yaitu:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1. Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 - 100 m diatas
permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai
Utara mulai dari Barat ke arah Timur. Dengan demikian keberadaan
laut tersebut cukup potensi untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat, namun juga perlu mengamankan wilayah pesisir pantai
supaya tidak terjadi abrasi, yaitu dengan cara menanami bakau
sepanjang tepi pantai dan tidak diperkenankan adanya reklamasi
untuk lahan bangunan.
2. Daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 - 1.000 m diatas
permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah
sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta
pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.
3. Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 m dari
permukaan air laut, daerah ini terletak di sebelah Barat Daya yaitu
sekitar Pegunungan Tengger dan di sebelah Tenggara yaitu disekitar
Pegunungan Argopuro.
Kondisi yang bervariasi tersebut telah memperkaya sumberdaya
alam, baik yang terdapat di darat, laut, dan udara dalam bentuk
keanekaragaman flora, fauna, sumberdaya mineral, dan sumberdaya air
yang diharapkan dapat didayagunakan secara optimal, bertanggung jawab
dan berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan pola penggunaan tanah menggambarkan mayoritas
untuk lahan pertanian dan sebagian untuk permukiman dan industri. Namun
perlu diperhatikan tata ruang yang disusun jangan sampai dalam
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
prakteknya terjadi perubahan fungsi lahan yang tidak sesuai
peruntukkannya.
Selain itu di Kabupaten Probolinggo juga terdapat kawasan rawan
bencana berupa tanah longsor, seperti kawasan pantai, tanah gundul di
kawasan hutan lindung dan kawasan berkelerengan lebih dari 40 %. Hal ini
perlu diantisipasi supaya tidak menimbulkan bencana dikemudian hari.
Dengan demikian, sebagian besar daratan digunakan untuk
penyediaan pangan dan kegiatan pertanian lainnya, hal ini menunjukkan
bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor andalan masyarakat
Kabupaten Probolinggo.
C. Hidrologi
Menurut Dinas Pengairan Kabupaten Probolinggo, terdapat 25
sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang
adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 km sedangkan sungai terpendek
adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 km. Sungai yang paling lebar
adalah sungai Pancarlagas dengan lebar 50 m dan panjang 85,70 Km.
Sungai-sungai yang mempunyai debit air terkecil adalah sungai Pekalen
dengan debit 3.300 (ml/dt), panjang 35,10 Km dan lebar 35 m serta baku
lahan paling luas diairi 6.983 Ha. Sementara itu, terdapat areal irigasi yang
cukup luas, yaitu 35.031 Ha, sehingga membuka peluang bagi petani untuk
meningkatkan hasil produksinya. Namun untuk mempertahankan kondisi
tersebut perlu menjaga debit air yang stabil. Kenyataanya debit air
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 6
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
tergantung pada kemampuan tangkapan air di musim hujan dan kondisi
hutan di daerah hulu sungai. Untuk keperluan tersebut pemeliharaan sungai
perlu lebih diperhatikan, jangan sampai sempadan sungai dimanfaatkan
untuk kegiatan yang tidak selayaknya, misalnya adanya bangunan hunian di
kawasan yang seharusnya untuk peruntukan tanaman.
Selain sungai, di Kabupaten Probolinggo juga terdapat Danau/Ranu,
yaitu Danau/Ranu Segaran, Danau/Ranu Agung, dan Danau/Ranu Gedang,
yang sampai saat ini belum didayagunakan sebagaimana mestinya.
Danau/Ranu tersebut dapat meningkatkan aset Kabupaten Probolinggo jika
dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan sebagai daerah wisata maupun
untuk budidaya perikanan air tawar.
D. Klimatologi
Lokasi Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar garis
khatulistiwa berarti daerah ini mengalami perubahan iklim dua jenis setiap
tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau
berkisar pada bulan April hingga bulan Oktober dengan rata-rata curah
hujan ± 29,5 mm per hari hujan, sedangkan musim penghujan dari bulan
Oktober hingga April dengan rata-rata curah hujan ± 229 mm per hari hujan.
Curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan
Maret dengan rata-rata ± 360 mm per hari hujan. Melihat rentang curah
hujan yang sangat besar perlu diwaspadai timbulnya banjir pada bulan-
bulan dengan curah hujan tertinggi. Diantara dua musim tersebut
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 7
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
terdapat musim pancaroba yang biasanya ditandai dengan tiupan angin
kering yang cukup kencang yang biasa disebut Angin Gending.
2.1.1.2 Lingkungan Hidup
Pembangunan bidang lingkungan hidup diarahkan untuk
meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan. Untuk
mewujudkan arah pembangunan bidang lingkungan hidup tersebut
ditetapkan strategi dan prioritas pembangunan bidang lingkungan hidup,
yaitu pengendalian dan pemulihan pencemaran udara, tanah, air pada
daerah yang memiliki industri bsar dan sedang sampai ke hilir.
Pembangunan yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia termasuk
di Kabupaten Probolinggo masih sering mengutamakan pencapaian tujuan
jangka pendek dan kurang mempertimbangkan keberlanjutannya dan
adanya daya dukung lingkungan. Keinginan untuk memperoleh keuntungan
ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan eksploitasi sumberdaya
alam (SDA) secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas
SDA dan lingkungan hidup termasuk terjadinya konflik pemanfaatan ruang
untuk berbagai peruntukannya. Penyebab terjadinya permasalahan tersebut
adalah (1) pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum
menggunakan rencana tata ruang sebagai acuan koordinasi dan
sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah; (2) pemanfaatan
dan pengendalian tata ruang yang tidak konsisten, dan (3) belum adanya
kesepahaman serta komitmen antar pelaku pembangunan dalam
pengelolaan tata ruang.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 8
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Pengelolaan lingkungan hidup di wilayah pedesaan kabupaten
Probolinggo yang diarahkan melalui lima macam pengembangan, yaitu (1)
pengembangan agropolitan terutama bagi kawasan yang berbasis
pertanian; (2) peningkatan kapasitas SDM di pedesaan khususnya dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya; (3) pengembangan jaringan
infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan pedesaan dalam
upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial, dan ekonomi yang
komplementer serta saling menguntungkan; (4) peningkatan akses
informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan
teknologi serta (5) pengembangan social capital dan human capital yang
belum tergali potensinya, sehingga kawasan pedesaan tidak semata-mata
mengandalkan sumberdaya alamnya saja.
Permasalahan yang dihadapi dari sektor lingkungan hidup, antara
lain (1) terbatasnya SDM aparatur yang berkualifikasi lingkungan hidup; (2)
adanya instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang belum
dapat diterapkan secara menyeluruh; (3) masih rendahnya kesadaran
masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup; (4)
belum optimalnya peran organisasi lingkungan hidup; (5) terjadinya
fenomena pembangunan oleh masyarakat yang tidak serasi dengan
rencana tata ruang, dan (6) masih adanya pelanggaran di bidang
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Sedangkan permasalahan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup lainnya dibedakan menjadi pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup. Penyebab terjadinya pencemaran
lingkungan hidup, antara lain (1) aktifitas pembuangan air limbah industri di
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 9
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), namun demikian pada beberapa industri (pada saat tertentu) pernah
terjadi kualitas air limbahnya untuk beberapa parameter masih diatas
ambang baku mutu, antara lain pabrik tahu dan pabrik gula; (2) aktivitas
pembuangan air limbah dan sampah domestik ke sungai. Sedangkan
penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup, antara lain (1)
penebangan mangrove secara liar; (2) perusakan mangrove oleh pada
pencari cacing rofus; (3) aktivitas penambangan Bahan Galian Golongan C
yang tidak berwawasan lingkungan; (4) aktivitas penangkapan ikan dengan
menggunakan jaring pukat harimau yang menyebabkan kerusakan terumbu
karang; (5) aktivitas pengangkutan batu bara PLTU yang menimbulkan
ceceran di pantai secara akumulatif berpotensi mengganggu kehidupan
terumbu karang; (6) aktivitas produksi biomasa tanaman semusim pada
lahan dengan kelerengan > 45 % tanpa diikuti usaha konservasi lahan
(terasering).
Berkaitan dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup, Kabupaten
Probolinggo terpisah menjadi beberapa kawasan yaitu kawasan budidaya,
kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Terdapat juga satu
kawasan yang disebut dengan kawasan khusus, yaitu kawasan PLTU
Paiton, kawasan Pulau Gili Ketapang dan kawasan hortikultura (mangga
estate). Luas kawasan khusus ini adalah 1.550,00 Ha atau 0,91 % dari luas
wilayah Kabupaten Probolinggo
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 10
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
A. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan sebagai fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya
alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Klasifikasi kawasan
budidaya meliputi kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan dengan jenis
peruntukan hutan 426,46 Km2, tegalan 513,80 Km2, serta persawahan
373,13 Km2. Sedangkan lahan permukiman yang merupakan kawasan
terbangun hanya meliputi 147,74 Km2 dari seluruh luas lahan. Pengaturan
zoning kawasan budidaya diarahkan untuk mengendalikan perkembangan
pemanfaatan ruang yang cenderung dapat berpengaruh negatif terhadap
lingkungan sekitar. Pengaturan zoning kawasan budidaya ini mencakup
pengembangan lokasi/kawasan industri, kawasan pertanian, kawasan
pariwisata, kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan. Arah
pengembangan perindustrian direncanakan menyebar. Pengendalian untuk
kawasan ini dilakukan secara ketat agar tidak menimbulkan masalah
lingkungan (pencemaran). Pengembangan untuk kawasan ini hanya
diizinkan untuk kegiatan penunjang industri. Antara industri dan kegiatan
penunjang diberi jalur hijau yang berfungsi sebagai pemisah (barrier) dan
KDB maksimum sebesar 40 % dari tanah yang dimiliki.
Pengaturan zoning kawasan pertanian yang terdiri pertanian basah
dan pertanian kering adalah (1) untuk sawah pertanian basah perubahan
tidak boleh melebihi 50 % dari tanah yang ada di setiap kecamatan; (2)
untuk pertanian kering peralihan diijinkan untuk kegiatan yang memberi nilai
ekonomis tinggi dan tidak menimbulkan pencemaran, dan (3) untuk
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 11
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
perkebunan peralihan fungsinya diizinkan maksimum 5 % dari luas wilayah
perkebunan yang ada.
Pengaturan zoning kawasan pariwisata pada berbagai wilayah
kecamatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan atas kondisi dan
keindahan wisata tanpa perubahan fungsi. Sementara itu pengaturan
zoning kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan dikembangkan
sesuai dengan peran dan fungsinya yaitu konsep fleksibel zoning bagi
kawasan yang rawan perubahan dan mempunyai fungsi yang sangat
penting, sedangkan pada kawasan lainnya menggunakan konsep fixed
zoning.
B. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Salah satu
kawasan lindung yang perlu terus menerus dimantapkan adalah kawasan
suaka alam. Kawasan ini di Kabupaten Probolinggo telah ditetapkan sesuai
dengan arahan RTRW Provinsi Jawa Timur. Pada dasarnya pemantapan
kawasan ini bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan melindungi biota,
ekosistem, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
Perlindungan kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka
margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah
pengungsian satwa.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 12
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Kawasan suaka alam selain untuk mempertahankan kelestarian
alam, juga berperan dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan dan
kegiatan wisata. Kegiatan ini tetap harus dipertahankan berdasarkan pada
konsepsi menjaga kawasan suaka alam, termasuk kawasan suaka alam
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Pengaturan zoning kawasan lindung dikendalikan secara ketat
sesuai dengan kondisi dan penambahan fungsi kawasan tersebut antara
lain (1) kawasan suaka alam dan pelestarian tidak ada perubahan fungsi,
sedangkan luas kawasan serta kegiatan tambahan berupa bangunan hanya
diizinkan untuk menunjang pariwisata; (2) kawasan hutan lindung mutlak
tidak diizinkan adanya perubahan fungsi kawasan selain hanya untuk
kawasan lindung; (3) kawasan lindung yang terdapat kawasan terbangun
penunjang pariwisata yang memiliki kelerengan tanah tinggi dibatasi
pengembangannya, kawasan ini dimanfaatkan sebagai kawasan wisata
alam dan (4) kondisi pemanfaatan ruang di sepanjang daerah aliran sungai
pada sebagian kawasan telah dimanfaatkan untuk pertanian, permukiman
atau pemanfaatan bahan galian pasir. Untuk melindungi kawasan ini, maka
kawasan yang belum digunakan sebagai kawasan budidaya harus tetap
dipertahankan dan tidak boleh terjadi perubahan fungsi.
Masalah yang timbul di dalam kawasan hutan lindung yang
terbentang di sepanjang aliran sungai adalah adanya perambahan hutan,
pemanfaatan hutan lindung menjadi tanah pertanian dan atau pemukiman
dan penambangan liar bahan galian pasir.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 13
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Pelestarian lingkungan hidup melalui pengaturan kawasan, terutama
untuk kawasan lindung dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan
kelestarian alam, pengendalian dan pencemaran udara, tanah, dan air.
Pengendalian tersebut perlu terus menerus dipantau, agar kualitas
lingkungan hidup di Kabupaten Probolinggo terjaga.
C. Kawasan Rawan Bencana
Penetapan kawasan rawan bencana di Kabupaten Probolinggo
bertujuan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang
disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan
manusia itu sendiri. Bencana yang dimaksudkan berupa tanah longsor,
termasuk didalamnya adalah wilayah rentan yaitu daerah-daerah yang
memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai dan tanah gundul di kawasan
hutan lindung, serta kawasan bersudut lereng lebih dari 40 %. Kawasan
rawan bencana lainnya meliputi kawasan rawan gerakan tanah, rawan
letusan gunung berapi, rawan gempa bumi, dan rawan angin topan.
Kawasan rawan bencana erosi pada umumnya terdapat di bagian
wilayah Selatan yang merupakan daerah dataran tinggi. Berdasarkan
sumber yang berasal dari Kantor Pertanahan Kabupaten Probolinggo
bahwa daerah yang memiliki tingkat kemiringan tanah lebih dari 40 % cukup
tinggi, yaitu seluas 35 % dari seluruh luas daerah Kabupaten Probolinggo.
Masalah yang bisa timbul untuk kawasan rawan bencana adalah
adanya ancaman erosi untuk 40 % luas daerah Kabupaten Probolinggo
yang dapat menurunkan produktifitas hasil produksi wilayah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 14
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2.1.2 Demografi
Penduduk Kabupaten Probolinggo sebagian besar berasal dari suku
Madura karena wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang
sebagian besar hidup sebagai nelayan. Berdasarkan sebaran penduduk
menunjukkan 72,6 % tinggal di pedesaan sedangkan sisanya sebesar 27,4
% tinggal di perkotaan.
Berdasarkan hasil susenas tahun 2000, Kabupaten Probolinggo
memiliki penduduk sebesar 1.004.967 jiwa jiwa dengan pertumbuhan
penduduk sebesar 0,95% dan hasil survey Sosial dan Ekonomi Nasionan
(Susenas) Tahun 2004, jumlah penduduk menjadi sebesar Rp. 1.043.971
Jiwa yang berarti laju penduduk sebesar 0,96%.
Kondisi ini diikuti pula dengan peningkatan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 3,8 % pada tahun 2004. Peningkatan laju pertumbuhan
penduduk dan kepadatan penduduk disamping karena penambahan angka
kelahiran juga disebabkan oleh migrasi dari daerah sekitarnya, karena
Probolinggo merupakan pusat Wilayah Pembangunan (WP) Probolinggo –
Lumajang. Dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,96 % per tahun,
maka diperkirakan dalam jarak waktu 20 tahun ke depan akan bertambah
sebesar 25 %. Dengan bertambahnya jumlah penduduk sebesar 270.000
(angka kelahiran tetap) berarti kebutuhan perumahan bertambah sebanyak
± 70.000 unit, penyediaan air bersih juga ikut bertambah dan demikian pula
perlu adanya penciptaan lapangan pekerjaan baru, karena bertambahnya
proporsi penduduk usia produktif pada periode tersebut. Meningkatnya
jumlah penduduk ini bila tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 15
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
proporsional akan menimbulkan semakin tingginya tingkat pengangguran
dan kemiskinan.
Salah satu cara untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan
adalah melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM didefinisikan
sebagai indeks komposit yang disusun dari tiga indikator, yaitu lama hidup
yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir, pendidikan yang
diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
penduduk usia 15 tahun ke atas dan standar hidup yang di ukur dengan
pengeluaran per kapita (PPP Rupiah). IPM sebagai nilai komposit dapat
menunjukkan seberapa besar tingkatan pembangunan manusia dapat
dicapai. Selain itu IPM juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
bagi perencanaan pengembangan peningkatan sumberdaya manusia
(SDM).
IPM Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun terakhir terus
mengalami kenaikan yang cukup berarti. Besar IPM tahun 2004 sebesar
58,53. Peningkatan ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan
pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik,
yang hal ini tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya, yaitu
Indeks Harapan Hidup sebesar 59,12, Indeks Pendidikan sebesar 60,53,
dan Indeks Daya Beli Masyarakat sebesar 55,93. Namun, IPM Kabupaten
Probolinggo masih lebih kecil dari IPM Jawa Timur yang besarnya 64,49.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya pemberdayaan
berkelanjutan untuk SDM Kabupaten Probolinggo.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 16
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kabupaten Probolinggo
dalam angka, jumlah murid yang menempuh pendidikan (SD, SMA, dan
SMA) semakin meningkat yang diikuti dengan peningkatan rasio guru dan
murid. Sementara itu apabila ditinjau dari kesehatan, ditunjukkan bahwa
terdapatnya penurunan balita dan ibu melahirkan.
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kependudukan
adalah persebaran penduduk yang tidak merata bahwa sebagian besar
penduduk dengan kepadatan tinggi tinggal di sekitar perkotaan, sedangkan
penduduk dengan kepadatan rendah tinggal di daerah pedesaan. Hal ini
menimbulkan permasalahan bagi pembangunan wilayah yaitu terjadi
ketidakseimbangan pertumbuhan pembangunan antara daerah pusat kota
dengan daerah pedesaan. Tantangan kependudukan untuk tahun 2005
adalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk, pemerataan persebaran
penduduk, kualitas penduduk, serta penyediaan sarana dan prasarana
untuk menunjang kehidupan penduduk.
Struktur penduduk berdasarkan jumlah pencari kerja pada tahun
2004 tercatat 1.061 orang yang terdiri dari laki-laki 569 orang dan
perempuan 492 orang. Jumlah pencari kerja ini sebatas yang terekam
lewat kantor tenaga kerja. Diyakini jumlah pencari kerja sebenarnya lebih
besar dari angka tersebut karena banyak yang tidak mendaftar ke kantor
tenaga kerja. Dibandingkan dengan tahun 2003 jumlah pencari kerja ini
mengalami kenaikan yang cukup tajam, yaitu 60 %. Jumlah lowongan
yang tersedia untuk Tahun 2004 hanya 145 orang atau turun sebesar 326%
dari Tahun lalu. Sedangkan besaran penempatan kerja di Tahun 2004
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 17
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
hanya mencapai 2,19% dari seluruh pencari kerja dengan kata lain
mengalami penurunan sekitar 5% dibanding Tahun lalu.
Berdasarkan struktur umur dengan pertumbuhan rata-rata usia
produktif 0,21 % pertahun, penduduk usia produktif pada tahun 2025
diproyeksikan akan mencapai 994.232 penduduk atau sekitar 82 % dari
jumlah penduduk pada tahun 2025. Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan
penduduk usia produktif Indonesia sebesar 40 %. Jumlah ini
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan penduduk usia produktif, sehingga
penanganan untuk penyediaan kesempatan kerja harus mendapat
perhatian lebih besar karena adanya kecenderungan peningkatan usia
produktif yang masuk pasar kerja.
Berdasarkan hasil sensus ekonomi tahun 2004 di Kabupaten
Probolinggo terdapat 138.382 Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah
anggota rumah tangga sebanyak 421.795 jiwa. Adapun kecamatan yang
memiliki jumlah rumah tangga miskin terbesar yaitu kecamatan besuk
terdapat 11.087 RTM dengan jumlah anggota sebanyak 32.306 jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Probolinggo masih diperlukannya
penanganan lebih intensif yang dilakukan secara berkala untuk mengatasi
masalah kemiskinan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat, karena hal ini berkaitan dengan masalah mutu sumberdaya
manusia (SDM), hak asasi manusia (HAM) dan pemerataan kesejahteraan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang
kependudukan antara lain (1) tingginya laju pertumbuhan penduduk; (2)
cenderung meningkatnya jumlah rumah tangga miskin; dan (3) tingkat
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 18
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kesadaran masyarakat untuk memiliki dokumen penduduk (KTP, KK, akta-
akta Catatan Sipil) masih rendah.
2.1.3 Ekonomi dan Sumberdaya Alam
2.1.3.1 Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari
aktifitas perekonomian masyarakat di Kabupaten Probolinggo yang juga
digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
pembangunan. Berdasarkan indikator Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000, pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Probolinggo sampai Tahun 2004 mengalami
pertumbuhan sebesar 4,51% dengan PDRB atas dasar harga konstan
mencapai Rp. 4.894.000.000,9. Namun dibandingkan dengan kondisi
sebelum krisis ekonomi pertumbuhan ini masih belum kembali seperti
semula
Sementara itu indikator pertumbuhan ekonomi lainnya dapat di ukur
melalui pendapatan regional perkapita yang menunjukkan peningkatan
dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu dari Rp. 3.846.065,99 pada
tahun 2000 menjadi Rp. 5.925.277,24 pada tahun 2004. Berdasarkan
trend yang ada, PDRB untuk lima tahun ke depan diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,23 % per tahun. Sedangkan
untuk pendapatan perkapita ADHB diharapkan tumbuh rata-rata sebesar
6,33 % per tahun.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 19
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Selanjutnya berdasarkan ADHB, sektor pertanian menyumbang
sekitar 33,81 % dari total nilai PDRB Kabupaten yang diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 24,73 % sedangkan sektor paling
kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,01 %.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo selalu berusaha meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memacu penggalian sumber
keuangan baru secara intensif, wajar dan tertib agar dana pembangunan
tidak terlalu tergantung dari Pemerintah Pusat. Secara umum PAD dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan jika pada tahun 2003 sebesar Rp.
23.705.403.724,18 menjadi sebesar Rp. 19.561.775.961,05 pada tahun
2004 yang disebabkan adanya perubahan obyek pajak. Apabila
dibandingkan dengan besarnya APBD Tahun 2004 yang sebesar Rp.
347.004.328.154 maka kontribusi PAD sebesar 5,52%. Sehingga keuangan
Kabupaten Probolinggo masih dapat dikatakan masih bergantung pada
Pemerintah Pusat.
Apabila ditinjau dari besarnya angka Daya Beli Masyarakat (DBM)
tercermin masih kurang kuatnya permintaan barang dan jasa yang di
dorong oleh peningkatan pengeluaran oleh para pelaku ekonomi, tetapi
secara umum pengeluaran kebanyakan masih cenderung terserap pada
konsumsi bukan pada investasi. DBM Kabupaten Probolinggo selama lima
tahun terakhir mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan nilai
pendapatan dan pengeluaran per kapita penduduk dan inflasi mata uang
rupiah. Besarnya DBM Kabupaten Probolinggo tahun 2004 adalah Rp
1.967.100,- per kapita per tahun, meningkat 11 % dari tahun 2003. Apabila
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 20
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dibandingkan dengan angka rata-rata DBM di Propinsi Jawa Timur sebesar
Rp. 1.756.200,- per kapita per tahun, menunjukkan bahwa DBM Kabupaten
Probolinggo sudah lebih baik. Hal ini diperkuat dengan besarnya Ideks
Daya Beli (IDB) Kabupaten Probolinggo tahun 2004 yang besarnya 58,56
masih lebih tinggi dari IDB Propinsi Jawa Timur.
Mencermati Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Probolinggo menunjukkan bahwa realisasi anggaran
pendapatan melebihi rencana yang telah ditargetkan di tahun 2004, dengan
besar rencana Rp. 344.821.879.000,- dan realisasi sebesar Rp.
345.887.858.145,05,-. Disamping itu anggaran belanja mengalami surplus,
yang berarti tingkat pendapatan melebihi jumlah yang dibelanjakan.
Walaupun demikian perlu dicatat bahwa surplus ini terjadi karena ada
sebagian kegiatan yang tidak terselesaikan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Apabila kegiatan tersebut bersifat kegiatan investasi Pemerintah
berarti surplus tersebut justru kurang membantu pertumbuhan ekonomi
daerah.
A. Industri
Berdasarkan hasil survei industri yang dilakukan Badan Pusat
Statistik (BPS), terjadi peningkatan jumlah perusahaan, tercatat 14 Industri
Besar dengan penyerapan tenaga kerja ± 1400 orang, 41 industri sedang
dengan penyerapan tenaga kerja 2.500 orang. Tiga jenis industri utama di
Kabupaten Probolinggo adalah industri kerajinan umum (39 %) diikuti oleh
industri pangan (37 %) dan yang terkecil adalah industri logam (3 %).
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 21
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Industri kerajinan merupakan jenis industri unggulan dari Kabupaten
Probolinggo, sehingga keberadaannya perlu untuk tetap dipertahankan.
Kerajinan kayu dalam bentuk mebelair memiliki nilai jual yang tinggi
terutama untuk pasar ekspor, karena memiliki kekhasan tersendiri, baik
dilihat bahan bakunya, yaitu umur kayu dan jenis kayu yang dipergunakan
maupun desain hasil produksinya.
Pengelolaan industri kerajinan diarahkan pada peningkatan kualitas
hasil produksi kerajinan, peningkatan usaha kelompok pengrajin dengan
fasilitas kredit lunak, penyebarluasan informasi pemasaran kepada
kelompok usaha. Sedangkan pengelolaan industri pengolahan diarahkan
pada penyiapan kawasan lokalisasi industri berorientasi pengolahan hasil
pertanian, peningkatan dan penggunaan teknologi pengolahan yang bebas
polusi.
Selama periode lima tahun terakhir investasi mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 5,3 % per tahun. Sedangkan produksi meningkat rata-
rata sebesar 1,7 % per tahun. Untuk masing-masing sektor peningkatan
yang terjadi adalah (1) Industri mesin, logam dan kimia untuk industri kecil
formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,3 % per tahun; (2)
Industri mesin, logam dan kimia untuk industri kecil non formal mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 3,3 %; (3) Industri Aneka untuk industri kecil
formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,2 %; (4) Industri Aneka
untuk industri kecil non formal mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,6
%, (5) Industri hasil pertanian dan kehutanan untuk industri kecil formal
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14 %.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 22
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan data-data diatas, terlihat bahwa sektor formal
mengalami kenaikan lebih besar daripada sektor non formal. Selain itu,
industri kecil juga mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan
industri menengah dan besar.
Jumlah industri kecil selama kurun waktu lima tahun terakhir
mengalami kenaikan rata-rata 3,8 %. Di sisi lain, jumlah tenaga kerja yang
terserap pada sektor industri kecil mengalami kenaikan rata-rata 3,3 %
selama lima tahun terakhir. Kondisi Industri yang masuk kriteria baik
mengalami kenaikan rata-rata 1,5 % per tahun. Industri yang masuk kriteria
cukup, mengalami kenaikan rata-rata 17,4 %.
Walaupun perkembangan industri cukup menggembirakan, beberapa
masalah yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah yang berkaitan
dengan pasar yaitu produk yang dihasilkan masih berorientasi pada pasar
lokal, lemahnya inovasi-inovasi dalam networking (jejaring) yang justru
dituntut untuk memasuki pasar global dan masih sedikitnya pemanfaatan
komunikasi pasar melalui internet.
B. Pariwisata
Probolinggo mempunyai banyak obyek wisata, diantaranya Gunung
Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang dengan taman lautnya,
Pantai Bentar, Arung Jeram, Danau Ronggojalu, Ranu Segaran, dan
Sumber Air Panas yang terletak di Desa Tiris serta Candi Ketapang dan
Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Selain itu
Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas,
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 23
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
diantaranya Kerapan Sapi, Tarian Kuda Kencak, Tari Kiprah Glipang, Tari
Slempang, Tari Pangore, Tari Rondojalu, dan seni budaya masyarakat
Tengger (Hari Raya Kasada).
Jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Probolinggo
menurun sebesar 16 % tahun 2003-2004 baik untuk wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara. Tujuan wisatawan sebanyak 64 % ke
Gunung Bromo, 32 % ke Gunung Bentar, 3,5 % ke Ronggojalu, dan 0,3 %
ke Air Terjun Madakaripura.
Penurunan jumlah wisatawan saat ini lebih disebabkan oleh adanya
lumpur Lapindo yang mengakibatkan sektor perekonomian Jawa Timur
mengalami penurunan yang tidak hanya di alami oleh Kabupaten
Probolinggo saja melainkan juga Kota dan Kabupaten lainnya di Jawa
Timur. Selama ini jalur pariwisata (road map) wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara mempunyai rute jalur pariwisata Surabaya-
Malang-Probolinggo-Bali. Namun sekarang rute pariwisata tersebut
dialihkan menjadi Surabaya-Malang-Denpasar, dengan memakai jalur
penerbangan.
Beragamnya obyek wisata di Kabupaten Probolinggo belum
ditunjang dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai salah
satunya adalah sarana akomodasi. Beberapa permasalahan yang dihadapi
adalah (1) terbatasnya sarana dan prasarana pariwisata utamanya pada
kawasan-kawasan wisata selain Gunung Bromo; (2) keterbatasan
kesadaran masyarakat dalam pengembangan pariwisata daerah; dan (3)
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 24
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kurangnya pemeliharaan, pelestarian dan pengembangan pariwisata
daerah.
2.1.3.2 Sumberdaya Alam
A. Sumberdaya Alam Tidak Terbarukan
Sumberdaya alam tidak terbarukan yang dimiliki oleh Kabupaten
Probolinggo berupa bahan-bahan tambang meliputi sirtu (pasir/tanah dan
batu-batuan). Kawasan pertambangan adalah kawasan yang mempunyai
potensi untuk usaha pertambangan yang meliputi pertambangan bahan-
bahan galian golongan C. Berdasarkan data dari Dispenda Kabupaten
Probolinggo terdapat beberapa hasil tambang di Kabupaten Probolinggo
yaitu batu gunung, pasir, tanah urug, dan pasir/krikil batu. Luas areal
tambang batu gunung pada tahun 2001 adalah 61 Ha dan menurun menjadi
57 Ha pada tahun 2004. Penurunan ini diikuti dengan menurunnya jumlah
produksi sebesar 0,77 %. Tambang pasir yang dimiliki juga mengalami
penurunan hasil produksi sebesar 0,45 % dari tahun 2002 ke tahun 2004.
Kemudian besarnya luas areal tambang pasir/krikil batu dari tahun 2001 ke
tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,93 %.
Penurunan hasil tambang sirtu terjadi karena adanya pembatasan
lahan yang diperbolehkan untuk di tambang dari Pihak Pemerintah Daerah.
Pengelolaan sektor pertambangan ke depan diarahkan pada pembatasan
eksploitasi bahan tambang golongan C dalam luasan kawasan dan volume
terutama di Kecamatan Maron, Krejengan, Pajarakan, Pakuniran, dan
Kotaanyar. Pembatasan eksploitasi terutama ditujukan pada usaha
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 25
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
penambangan yang tidak berijin. Disamping itu juga dilakukan pembinaan
dan penyuluhan secara berkala dan diawasi secara ketat. Hal ini dilakukan
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup akibat beban cemaran limbah
pada komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya,
dan kesehatan masyarakat. Selain itu untuk jangka 20 tahun ke depan
bahan tambang yang merupakan sumberdaya tidak terbarukan tidak dapat
diandalkan untuk meningkatkan pendapatan daerah, karena itu perlu
dikelola secara efektif dan efisien sehingga penggunaannya lebih hemat,
sekaligus menjaga kelestariannya.
B. Sumberdaya Alam Terbarukan
Sumberdaya alam terbarukan di Kabupaten Probolinggo berasal dari
hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, serta perikanan dan
kelautan.
Hasil Pertanian
Berdasarkan karakteristik daerah ± 60 % mata pencaharian
penduduk bekerja di sektor pertanian. Pertanian tanaman pangan masih
merupakan sub sektor andalan dalam pembangunan di Kabupaten
Probolinggo. Tanaman pangan meliputi padi dan palawija yang terdiri dari
tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Secara
keseluruhan luas areal panen padi dan palawija tahun 2004 mengalami
penurunan sebesar 2,65 % dibandingkan tahun 2000 tapi hasil produksi
padi sejak tahun 2001 sampai dengan 2004 menunjukkan kenaikan sebesar
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 26
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
0,6 % dengan produksi padi perhektar yang mengalami kenaikan sebesar
0,03 % Tahun 2004.
Untuk produksi palawija, secara umum areal panen mengalami
penurunan yang diikuti dengan penurunan hasil produksinya untuk tahun
2004 dibandingkan tahun 2003. Untuk ubi kayu dan ubi jalar masing-masing
naik sebesar 56 % yakni mencapai 184.498 Ton. Meningkatnya produksi
palawija yang berupa ubi kayu dan ubi jalar menggambarkan bahwa petani
lebih memfokuskan pada tanaman palawija ini, di samping karena mudah
dalam melakukan budidaya juga dari segi biaya lebih murah, mereka juga
mengkonsumsinya sebagai pengganti beras apabila harga beras mahal
atau pada saat harga palawija tersebut sangat murah karena hasil produksi
melimpah di pasar. Berdasarkan peruntukan lahan di Kabupaten
Probolinggo areal sawah seluas 38.509 Ha (22,7 %) lebih kecil dibanding
areal tegal seluas 52.801,95 Ha (31,1 %). Berarti penduduk lebih banyak
mengusahakan tanaman palawija dibanding padi.
Kabupaten Probolinggo terkenal sebagai sentra tanaman bawang
merah sebagai salah satu dari tanaman hortikultura yang dikembangkan.
Luas panen dan produktifitas tertinggi dicapai oleh Kecamatan Dringu, yaitu
sebesar 4.011 ha dengan produktifitas sebesar 135,68 kw/ha. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi penurunan produktifitas
sebesar 5,21 %. Penurunan produktifitas dikarenakan perubahan musim
yang sulit diprediksi, penggunaan pupuk yang kurang berimbang, adanya
lahan produktif yang berubah fungsi, dan kurang optimalnya pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman tersebut.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 27
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Untuk tanaman buah-buahan selain Probolinggo terkenal dengan
julukannya sebagai kota Mangga dan Anggur juga menghasilkan beberapa
buah-buahan lainnya, seperti alpukat, manggis, dan durian. Pada tahun
2004 produktifitas mangga mencapai 48.182 Tonyang berarti mengalami
penurunan sebesar 8,4 % dibanding tahun sebelumnya hal ini lebih
dikarenakan pengaruh iklim yang tidak mendukung. Sedangkan untuk
anggur mengalami kenaikan produksi sebesar 6,3%. Sementara produksi
durian meningkat 18% walaupun alpukat dan manggis mengalami
penurunan produksi sebesar 93% dan 90%. Penurunan ini disebabkan oleh
serangan hama dan sistem budidaya yang kurang optimal.
Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu bagian
pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam yang berakar di
masyarakat dan merupakan andalan dalam memperkokoh fundamental
ekonomi regional maupun nasional. Sub sektor tanaman pangan sebagai
basis dalam struktur perekonomian daerah masih nampak terjadi fluktuasi
produktifitasnya dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh (1) masih
rendahnya sumberdaya manusia petani serta belum berfungsinya secara
optimal keberadaan kelompok tani; (2) masih rendahnya kepemilikan aset
petani yang rata-rata memiliki lahan di bawah 0,5 Ha dan belum optimalnya
pemanfaatan teknologi pertanian, (3) belum dilaksanakannya anjuran
pemakaian pupuk berimbang, dan (4) masih lemahnya akses pasar dan
permodalan yang membutuhkan banyak persyaratan yang sulit dipenuhi
oleh petani.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 28
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Masalah yang terlihat pada saat ini dalam bidang pertanian adalah
menyempitnya lahan pertanian, beberapa tanaman pangan mengalami
penurunan produktifitas, ketersediaan input (benih, pupuk, obat) dalam
waktu, jumlah dan harga yang tepat yang belum terjangkau khususnya
untuk petani lahan sempit.
Hasil Perkebunan
Komoditas perkebunan berupa kelapa, tembakau, kapuk randu,
cengkeh, kopi, tebu, kapas, pinang, dan aren. Total hasil produksi kelapa di
tahun 2004 sebesar 3,977 ton, naik sebesar 4,3 % dibandingkan tahun
2003. Peningkatan produksi kelapa ini disebabkan karena bertambahnya
luas area perkebunan kelapa itu sendiriditambah dengan dilakukannya
peremajaan secara berkal dan pemberantasan hama secara efektif..
Sementara itu total luas areal kapuk randu adalah 4.321 ha untuk tahun
2004, mengalami peningkatan sebesar 0,5 % dibandingkan tahun
sebelumnya. Hasil produksi kapuk dan produktifitasnya juga mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 8,1 %, dan 2,6 %. Peningkatan
produksi yang tidak diikuti oleh peningkatan produktifitas secara
proporsional, disebabkan karena belum semua tanaman randu dapat
menghasilkan serat kapuk yang sama jumlah produksinya dan kurang
dilakukan peremajaan.
Hasil komoditas terbesar selain kelapa dan kapuk randu adalah
tembakau, kopi, dan tebu. Tembakau dengan hasil produksi berupa
rajangan/krosok terdapat di beberapa Kecamatan, yaitu Gading, Pakuniran,
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 29
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Kotaanyar, Paiton, Besuk, Kraksaan, dan Krejengan masing-masing
dengan produktifitas yang sama, yaitu sebesar 1,40 ton/ha/tahun
Kopi dapat diperoleh di tujuh Kecamatan, yaitu Sukapura, Sumber,
Tiris, Krucil, Gading, Pakuniran, dan Lumbang. Pada tahun 2004 total hasil
produksi berupa ose kering mencapai 569,68 ton dengan tingkat
produktifitas 0,32 ton/ha/Th . Hal perlu diwaspadai ketidakstabilan harga
kopi di pasaran yang pada umumnya terkait dengan kondisi panen dan
penanganan pasca panen yang kurang optimal. Hal ini berarti bahwa
ketidakstabilan harga kopi harus dipertimbangkan dalam keputusan untuk
menambah areal tanam. Namun untuk kopi rakyat kelemahannya sering
terjadi pada kualitas produksi tidak melakukan grading sehingga antara kopi
yang masak dengan yang masih muda sering tercampur, dan hal ini dapat
menurunkan harga produk.
Tebu merupakan tanaman yang dapat dijumpai di hampir setiap
Kecamatan, kecuali Kecamatan Kuripan dan Bantaran dengan hasil
produksi berupa kristal gula. Pada tahun 2004 terjadi penurunan luas areal
tanaman tebu sebesar 25 % dari tahun 2003.
Walaupun tebu, tembakau dan kopi menjadi tanaman perkebunan
andalan bagi Kabupaten Probolinggo, namun masalah yang sering timbul,
adalah ketidakpastian harga. Untuk kopi dan tembakau harganya sangat
tergantung kepada harga pasar dunia. Sedangkan tebu harganya bagi
petani tidak pasti karena tidak mendapatkan informasi yang jelas, sangat
tergantung pada besar kecilnya rendemen tebu. Disamping ketidakpastian
harga, berlakunya Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 30
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kebebasan petani untuk memilih komoditas yang dibudidayakan
menyulitkan pemerintah untuk menyeimbangkan antara produksi dan
permintaan pasar.
Pengelolaan sektor perkebunan diarahkan pada peningkatan kualitas
bibit unggul tanaman. Selain itu, pembangunan hasil perkebunan diarahkan
untuk membangun manusia dan masyarakat perkebunan melalui usaha
perkebunan. Oleh karena itu, pelaksanaan pembangunan perkebunan
dilakukan dengan mengintegrasikan aspek-aspek ekonomi, ekologi, dan
sosial budaya.
Hasil Kehutanan
Pembangunan hasil kehutanan merupakan salah satu bagian
pembangunan ekonomi berbasis sumberdaya alam yang berakar di
masyarakat dan merupakan andalan dalam memperkokoh fundamental
ekonomi regional maupun nasional. Berkaitan dengan kehutanan, menurut
fungsinya terbagi atas tiga klasifikasi yaitu hutan lindung, hutan produksi,
dan hutan suaka alam. Luas hutan secara total menurut data yang
diperoleh dari Perum Perhutani II Jatim/KKPH Probolinggo tahun 2004
adalah meningkat 0,62 % dengan capaian luas arel 51.502,9 ha dan
terdistribusi menjadi hutan lindung 54% hutan produksi dan sisanya 42 %
merupakan hutan suaka alam 4%.
Berdasarkan perkembangan fakta tersebut, masalah yang timbul
adalah berkurangnya luas hutan lindung karena beralih fungsi menjadi
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 31
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
hutan produksi yang dikhawatirkan menurunkan fungsi hutan lindung
dengan indikator hilangnya beberapa spesies tanaman yang dilindungi.
Hasil Peternakan
Hasil peternakan di Kabupaten Probolinggo dibedakan antara ternak
besar, ternak kecil dan unggas (ayam dan burung). Perkembangan populasi
ternak yang naik turun menghasilkan pendapatan peternak yang juga
mengalami pasang surut. Adanya penyakit ternak besar, seperti kuku dan
mulut dan ternak unggas seperti Avian Flu, mempengaruhi pendapatan
peternak, karena peternak harus mengeluarkan biaya ekstra untuk
melakukan vaksinasi.
Dengan memperhatikan aspek manajemen budidaya yang masih
lemah dan belum berorientasi bisnis, maka nilai tambah atau hasil yang
dicapai belum memberikan kontribusi baik kepada pertumbuhan ekonomi
rakyat maupun pendapatan daerah. Hal ini diakibatkan oleh adanya
beberapa permasalahan yang ada antara lain (1) rekayasa genetika sapi-
sapi bibit Intansejati (IB) berjalan sangat lamban dan kurang memperoleh
perhatian yang serius; (2) belum adanya sentuhan teknologi terhadap
limbah pertanian sebagai pakan ternak yang potensial; (3) belum adanya
penanganan yang serius terhadap akses pasar yang berpihak kepada
peternak, (4) pengembangan budidaya ternak sangat kecil karena
keterbatasan modal, (5) minimnya sarana, prasarana, dan alat mesin (Alsin)
peternakan untuk pembibitan, teknologi pakan, penanganan kesehatan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 32
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
hewan, dan (4) belum adanya penanganan kesehatan ternak yang
memadai (klinik, laboratorium type C, Poskeswan).
Hasil Perikanan dan Kelautan
Hasil Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Probolinggo diperoleh
dari hasil penangkapan di laut, tambak, kolam, dan keramba serta
ranu/sungai. Produktifitas hasil penangkapan ikan di laut semakin lama
semakin menurun dan berdampak kepada rendahnya pendapatan nelayan.
Kondisi ini dikarenakan rusaknya sebagian habitat ikan di laut yang
mengalami degradasi ekosistem di laut dan pantai. Apabila kerusakan
habitat ikan di laut dan pantai tidak dilakukan rehabilitasi ekosistemnya,
maka pendapatan nelayan akan semakin menurun. Daerah kerusakan yang
terjadi terutama terumbu karang dan kawasan mangrove, serta kurangnya
partisipasi masyarakat dan pihak swasta untuk bersama-sama melindungi
habitat ikan di laut secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi dalam hasil
perikanan yaitu (1) sebagian besar sarana dan prasarana tangkap yang
dipakai nelayan kapasitasnya kecil; (2) terbatasnya fishing ground dan
adanya over fishing; (3) besarnya biaya untuk budidaya air payau
(pengelolaan tambak) secara intensif; (4) banyaknya lahan tambak yang
ditinggalkan pemiliknya; (5) masih rendahnya pemahaman tentang
kelembagaan kelompok, manajemen permodalan sehingga nelayan berada
pada posisi yang lemah; (6) masih adanya konflik antar nelayan, dan (7)
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 33
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
tingkat kesadaran masyarakat masih rendah terhadap pelestarian fungsi
laut dan pantai.
2.1.4 Sosial Budaya dan Politik
2.1.4.1 Sosial Budaya
Kehidupan masyarakat Kabupaten Probolinggo relatif rukun, toleran,
dan terbuka merupakan modal dasar untuk melaksanakan pembangunan
dan merealisasikan tujuan reformasi. Sikap menghargai perbedaan
pendapat secara kritis telah membudaya di masyarakat juga merupakan
modal dasar untuk mengembangkan pemerintahan yang baik dan bersih
(good and clean governance). Demikian pula karakateristik masyarakat
Kabupaten Probolinggo yang ulet, tegas, terbuka, dan lugas bila dikelola
dan disalurkan dengan baik merupakan modal dasar yang cukup besar
peranannya dalam pembangunan.
Masyarakat Probolinggo sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur
yang menghargai nilai-nilai adat dan budaya Jawa dan Madura serta
terbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar, merupakan kondisi
yang sangat kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan mewujudkan
cita-cita reformasi. Meskipun masyarakat Probolinggo sebagian besar terdiri
dari Jawa dan Madura, kehidupan mereka relatif rukun dan damai dengan
warga.
Perubahan sosial tidak dapat dielakkan di tengah masyarakat yang
selalu dinamis. Nilai sosial yang yang ideal melekat pada masyarakat
Probolinggo tidak berbeda dengan nilai sosial ideal Jawa pada umumnya,
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 34
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
yaitu rasa kolektifitas menjadi sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari.
Individu tidak bisa dengan leluasa berbuat tanpa ada kesepakatan kolektif
dalam mencapai tujuan hidupnya. Mereka tetap terikat dengan sebuah
kesadaran kolektif baik ditingkat keluarga maupun masyarakat. Disamping
itu terdapat sebagian kecil masyarakat lainnya yang sosial budayanya
masih diwarnai oleh sisa-sisa zaman kerajaan Majapahit, yaitu masyarakat
Tengger yang hidup di lereng gunung Bromo, Kecamatan Sukapura,
Sumber dan sekitarnya dengan sebagian besar penduduknya beragama
Hindu.
Sebagai daerah pesisir/pantai, sosial budaya masyarakat
Probolinggo telah mulai mengalami akulturasi. Keragaman budaya itu
menjadi kekayaan yang harus dilestarikan dan dikembangkan.
Permasalahan budaya yang dihadapi adalah semakin besarnya pengaruh
globalisasi yang berdampak pada perubahan sosial budaya lokal, yang bila
tidak diantisipasi dan dikendalikan tentunya akan berdampak pada nilai-nilai
sosial budaya lokal.
A. Agama
Selama ini pembangunan agama menunjukkan adanya peningkatan
kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
terpeliharanya kerukunan antar umat beragama serta meningkatnya
kesadaran dan peran aktif umat beragama. Hal ini ditandai dengan semakin
mantapnya kerukunan hidup umat beragama dan meningkatnya sarana
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 35
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
peribadatan, kegiatan keagamaan serta pelayanan dan penyelenggaraan
ibadah haji.
Pada tahun 2004 dari 1.043.967 jiwa penduduk Kabupaten
Probolinggo, tercatat 972.994 jiwa menganut Agama Islam. Sedangkan
agama lain dianut oleh sebagian kecil masyarakat. Agama Kristen
Protestan dipelukoleh 1.084 jiwa, Agama Katolik dipeluk oleh 1.285 jiwa,
Agama Hindu dipeluk oleh 15.456 jiwa dan Agama budha dipeluk oleh 243
orang.
Permasalahan yang masih memerlukan perhatian bersama adalah
pada sebagian masyarakat kehidupan beragama belum menggambarkan
penghayatan dan penerapan niai-nilai ajaran agama yang dianut, walaupun
disisi lain kerukunan antara umat beragama masih tetap terpelihara dengan
baik, sehingga diperlukan penghayatan terhadap norma-norma agama yang
telah dijalani dengan sepenuh hati. Oleh karena itu pembinaan kehidupan
umat beragama diposisikan sejajar dengan aspek-aspek pembangunan
lainnya, karena memiliki makna yang sangat strategis bagi suksesnya
pembangunan secara keseluruhan.
B. Pendidikan
Pembangunan di bidang pendidikan secara umum terus ditingkatkan
guna terciptanya masyarakat Indonesia yang berpendidikan untuk
mendukung pembentukan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas.
Sejalan dengan hal itu, maka peningkatan partisipasi sekolah penduduk
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 36
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
harus diimbangi dengan sarana fisik pendidikan dan tenaga guru yang
memadai.
Pada tahun 2004 rasio murid dan guru untuk TK dan SD meningkat
masing-masing menjadi sebesar 1:15 dari sebelumnya 1:18. Peningkatan
ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah sekolah, jumlah murid dan
jumlah guru. Sementara untuk SLTP dan SMA menurun dari 1:11 menjadi
1:14.
Indeks Pendidikan Kabupaten Probolinggo selama lima tahun
terakhir menunjukkan peningkatan, yang di tahun 2004 sebesar 2,18, dari
tahun 2003. Besarnya indeks pendidikan di tahun 2004 masih jauh lebih
rendah dari rata-rata Indeks Pendidikan Propinsi Jawa Timur yang sebesar
70,92, namun sudah lebih baik dari pada pencapain indeks tahun-tahun
sebelumnya. Angka indeks pendidikan ini dibentuk berdasarkan gabungan
antara Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), yang
proporsinya adalah dua per tiga dari AMH dan satu per tiga dari RLS.
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan proporsi penduduk berusia 15
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau
lainnya, terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih. AMH
Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun terakhir terus mengalami kenaikan
yang cukup signifikan. Besar AMH tahun 2004 sebesar 75,65 % meningkat
1,29 % dibandingkan tahun 2003. Angka ini sebenarnya masih tergolong
tinggi, karena masih ada sekitar 25 % penduduk dewasa yang buta huruf.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo harus berpacu dengan keras agar
membebaskan penduduk dewasanya dari buta huuruf. Buta huruf dewasa
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 37
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
yang dimaksud adalah seluruh penduduk 15 tahun ke atas, termasuk usia
dewasa dan lansia. Membebaskan buta huruf dari penduduk usia sekolah
tentu berbeda dengan membebaskan buta huruf dari penduduk usia
dewasa dan lansia. Meningkatnya angka melek huruf menunjukkan bahwa
program-program pembangunan pendidikan yang telah di buat oleh
Pemerintah Kabupaten Probolinggo mulai memberikan hasil yang
signifikan. Program-program pendidikan ini terutama ditujukan pada
pemberian kesempatan yang lebih merata pada semua lapisan masyarakat
untuk menerima pendidikan.
Sementara itu, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dari pendidikan yang
ditempuh penduduk Kabupaten Probolinggo selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan, yang di tahun 2004 sebesar 5,24 meningkat 0,31
dari tahun 2003.
Indikator komposit pendidikan melalui AMH dan RLS merupakan
tingkatan kemajuan yang harus dicapai dalam taraf yang minimal. Asumsi
dasarnya adalah semakin lama orang belajar/ sekolah, semakin tinggi
kemampuan melek hurufnya dan semakin merata tingkat pendidikannya.
Hal ini berarti bahwa salah satu indikator kemajuan pembangunan tercapai
dengan signifikan.
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu investasi dalam modal
manusia, karena pada hakekatnya investasi tersebut adalah pengorbanan
di masa kini untuk memperoleh keuntungan di masa depan. Proses
pendidikan itu sendiri melibatkan suatu bagian waktu, yang tentu saja
mengurangi kesempatan untuk menghasilkan yang lain. Oleh karena itu
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 38
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
tidaklah berlebihan bila Kabupaten Probolinggo menempatkan sektor
pendidikan sebagai sektor prioritas selain kesehatan dan ketahanan
pangan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan, adalah (1)
pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing keluaran pendidikan; (3) tata kelola dan
akuntabilitas serta pencitraan publik ; (4) masih terbatasnya kebutuhan
sarana dan prasarana sekolah; dan (5) kemitraan dengan masyarakat dan
dunia usaha dalam proses belajar mengajar masih perlu ditingkatkan.
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan bidang kebudayaan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang kebudayaan
adalah (1) masih terbatasnya pelaku/pemerhati seni dan budaya dalam
rangka pembinaan seni dan budaya; (2) dalam upaya pelestarian,
peningkatan dan pengembangan kebudayaan, belum mencapai hasil yang
optimal; (3) usaha pelestarian cagar budaya dan nilai budaya belum
optimal, dan (4) masih terbatasnya dukungan masyarakat dalam upaya
penggalian, penyusunan penelitian dan penulisan sejarah.
C. Kesehatan
Peningkatan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari ketersediaan
sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Secara umum banyaknya
fasilitas kesehatan di tahun 2004 tidak mengalami perubahan. Perubahan
hanya terjadi pada penambahan rumah sakit yang terdapat di Kecamatan
Tongas, bertambahnya rumah dokter dan berkurangnya rumah paramedis.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 39
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Probolinggo tidak
mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 2
buah Rumah Sakit di Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Dringu , 33 buah
Puskesmas dan 87 Puskesmas Pembantu yang terdapat di setiap
Kecamatan. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan umumnya mengalami
peningkatan pada tenaga bidan dan perawat. Selain itu di tahun 2004
terjadi peningkatan jumlah apotik sebesar 14%.
Rata-rata lebih dari 90 % bayi di setiap Kecamatan telah diimunisasi.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya
kesehatan khususnya imunisasi untuk bayi agar terjadi kekebalan tubuh
terhadap penyakit tertentu. Selain itu jumlah mengunjung Posyandu
meningkat dari 76,5 % di tahun 2004.
Jumlah pasangan usia subur (PUS) tercatat 229.330 orang, namun
yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 165.666 atau sekitar 72,24 %. Jika
dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi peningkatan peserta KB aktif
sebesar 2 %. Dari keseluruhan jenis alat kontrasepsi, tiga jenis alat
kontrasepsi yang diminati masyarakat, yang diamati dari tiga tertinggi
persentase pemakaian adalah suntik (31,55 %), pil (26,34 %) dan implant
(23,24 %).
Indeks Harapan Hidup (IHH) Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun
terakhir terus mengalami kenaikan yang cukup berarti. Besar IHH tahun
2004 sebesar 59,12. IHH dihasilkan dari Angka Harapan Hidup (AHH) yang
dibuat indeks dengan standar global dari UNDP dengan besaran AHH
maksimal 85 tahun dan minimal 25 tahun.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 40
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
AHH adalah rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh
penduduk. AHH Kabupaten Probolinggo selama 5 tahun terakhir terus
mengalami kenaikan yang cukup berarti. Besar AHH tahun 2004 sebesar
60,47 tahun meningkat 0,32 dibandingkan tahun 2003. AHH sekitar 60
tahun ini harus ditingkatkan terus, karena masih lebih rendah dari rata-rata
Propinsi Jawa Timur yang besarnya mencapai 64,69 tahun.
Penambahan usia harapan hidup waktu lahir menunjukkan telah
terjadinya peningkatan kemampuan penduduk dalam memperbaiki kualitas
hidup dan lingkungan. Peningkatan kualitas hidup akan sebanding dengan
peningkatan status sosio-ekonomi keluarga. Sedangkan kualitas lingkungan
berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup dalam
lingkungan fisik yang lebih baik.
Cara pengukuran AHH adalah berhubugan dengan angka kematian
bayi. Semakin rendahnya angka kematian bayi, maka AHH semakin tinggi
dan sebaliknya. Dengan demikian upaya menurunkan angka kematian bayi
adalah suatu yang mutlak untuk meningkatkan AHH. Bayi merupakan
kelompok umur yang paling peka terhadap aspek-aspek kesehatan, karena
sistem pertahanan tubuh yang belum sempurna menyebabkan bayi mudah
terkena penyakit, terutama infeksi.
Permasalahan yang dihadapi dalam kesehatan adalah (1) masih
tingginya angka kematian ibu dan anak; (2) kesadaran masyarakat untuk
perilaku hidup bersih dan sehat masih rendah; (3) pelayanan kesehatan
belum merata; (4) masih tingginya penyakit menular; masih adanya gizi
buruk; merebaknya dampak Avian Flu, yang banyak memakan korban jiwa,
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 41
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
karena keterlambatan penanganan; (5) masih tingginya penderita TB Paru,
Kusta dan Deman Berdarah; (6) belum terpenuhinya seluruh kebutuhan alat
kontrasepsi bagi peserta KB aktif dan peserta KB baru; (7) rendahnya minat
masyarakat terhadap IUD sementara stok IUD cukup banyak; dan (8)
sulitnya memberantas penyakit sosial masyarakat yang berdampak
semakin bertambahnya angka penderita HIV/AIDS.
D. Sosial Lainnya
Berkaitan dengan kesejahteraan bidang sosial lainnya, disoroti hal-
hal yang menunjang keamanan dan ketertiban masyarakat. Keamanan dan
ketertiban masyarakat merupakan satu kondisi yang sangat penting
terhadap kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan serta terciptanya ketentraman dan ketertiban, sehingga
hasilnya dapat dinikmati masyarakat secara luas. Dalam kenyataannya,
tingkat kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam usaha bela negara
melalui sistem keamanan swakarsa belum mantap. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya perkara tindak pidana umum di tahun 2004 mengalami penurunan
sebesar 15,29 % dibandingkan tahun sebelumnya dan semua perkara
sudah dilimpahkan ke Pengadilan Negeri (PN). Sedangkan untuk perkara
tindak pidana Narkoba ada 7 perkara di tahun 2004 yang telah dilimpahkan
ke PN.
Selanjutnya dengan menurunnya jumlah korban kecelakaan lalu
lintas, yaitu 668 orang tahun 2004 dibandingkan 73 orang pada tahun 2003
merupakan salah satu indikator terjadinya penurunan kedisiplinan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 42
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
masyarakat dalam berlalu lintas. Sedangkan untuk perkara korupsi pada
tahun 2004 terdapat 2 perkara yang semuanya sudah dilimpahkan ke PN.
Pembangunan bidang sosial lainnya diarahkan pada pemberdayaan
masyarakat desa dan perempuan terutama pada isu-isu pengarusutamaan
gender (PUG) dalam pembangunan, perlindungan kepada perempuan
dengan peningkatan ketrampilan dan kesejahteraan perempuan,
peningkatan keswadayaan masyarakat, pengembangan kapasitas
kelembagaan dan kemasyarakatan desa/kelurahan serta peningkatan
kesejahteraan sosial.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang sosial
adalah (1) rendahnya kesadaran bela negara dalam mewujudkan
keamanan swakarsa; (2) pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat masih rendah; (3) banyak lembaga desa yang kurang berfungsi
dan kurangnya keterbukaan aparat desa, dan (4) masih rendahnya SDM
perempuan dalam upaya mensejahterakan dirinya dan keluarga.
2.1.4.2 Politik
Reformasi politik nasional yang menemukan momentum di tahun
1998, secara monumental diwujudkan dalam pemilu tahun 1999 serta
pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden tahun 2004, melalui dua
kali perubahan lima undang-undang politik. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan juga terus dilakukan pembenahan ditandai dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tetang Pemerintahan Daerah serta
berbagai peraturan pelaksanaan yang dibutuhkan. Tingginya dinamika
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 43
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
politik dan perlunya konsolidasi dan sinkronisasi ketentuan normatif maka
dilakukan revisi dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah untuk mengganti undang-undang
sebelumya. Praktek politik selama sekitar lima tahun memperlihatkan
betapa besarnya perubahan politik yang terjadi, partisipasi politik
masyarakat yang lebih otonom, independen dan mandiri juga semakin
meningkat dan meluas termasuk dalam kehidupan politik lokal.
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang masih baru berjalan,
maka implementasinya masih menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan
yang membutuhkan penyesuaian guna menuju tercapaianya pemerintahan
yang baik dan bersih (good and clean governance). Penyelenggaraan
Pemerintahan yang baik menuntut adanya kerjasama antara Pemerintah
Daerah, DPRD dan masyarakat luas yang saat ini terjalin dengan baik.
Indikasinya antara lain adalah kebersamaan dalam menyelesaikan berbagai
masalah yang timbul, fungsi legislatif sebagai wakil rakyat telah semakin
meningkat kualitasnya dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh eksekutif.
Permasalahan yang dihadapai dalam kehidupan politik antara lain (1)
belum optimalnya pelaksanaan kewenangan yang diserahkan kepada
daerah; dan (2) keberadaan aparat pemerintah serta mekanisme hubungan
pusat dengan daerah belum sepenuhnya mendorong kesiapan pelaksanaan
otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 44
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2.1.5 Prasarana dan Sarana
Prasarana dan sarana adalah aspek penting dalam kelancaran
proses pembangunan guna meningkatkan perekonomian daerah, karena
tingkat aksesibilitas suatu wilayah akan dapat mempengaruhi
perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya daerah. Sumberdaya
pendukung tidak hanya berupa sarana dan prasaran fisik saja, melainkan
juga berupa sarana dan prasarana hukum serta pemerintahan. Secara rinci
akan diuraikan sebagai berikut :
A. Transportasi dan Perhubungan
Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan
pemersatu wilayah. Infrastruktur transportasi mencakup transportasi darat
(jalan, perkeretaapian, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan),
transportasi laut dan udara.
Transportasi jalan merupakan modal transportasi utama yang
berperan penting dalam mendukung pembangunan serta mempunyai
kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi
komoditi perdagangan dan industri. Sarana dan prasarana transportasi jalan
telah menjangkau hampir seluruh bagian wilayah bahkan sampai ke desa-
desa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PU Bina Marga bahwa
pembangunan jalan terus diperpanjang yang diikuti dengan dilakukannya
rehabilitasi dan pemeliharaan jalan serta jembatan yang telah ada.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 45
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Probolinggo dalam sektor
transporasi darat adalah (1) kurangnya jumlah terminal untuk beberapa
kawasan strategis; dan (2) adanya kecenderungan kepadatan lalu lintas
yang meningkat untuk kendaraan bermotor dan tidak bermotor; dan (3)
pelebaran badan jalan.
Prasarana lain di Kabupaten Probolinggo berupa jalan kereta api
yang memanjang di sisi Barat Ke Timur/Selatan yang secara garis besar
melewati KecamatanTongas-Kota Probolinggo-Leces-Tegal Siwalan.
Angkutan kereta api di Kabupaten Probolinggo mempunyai peranan yang
cukup besar karena dapat mengurangi beban jalan raya, selain itu karena
kereta api dapat digunakan untuk mengangkut barang selain orang.
Pengelolaan prasarana kereta api di Kabupaten Probolinggo adalah dengan
meningkatkan frekuensi perjalanan, menambah armada kereta api, dan
meningkatkan pemeliharaan terhadap jalur kereta api.
Pengembangan transportasi laut di Kabupaten Probolinggo
diarahkan untuk meningkatkan jumlah keluar-masuk angkutan barang dan
penumpang melalui laut yang dilakukan dengan kapal-kapal yang ada.
Sedangkan pembangunan bidang perhubungan untuk jangka panjang
diarahkan pada peningkatan sistem pelayanan transportasi yang tertib,
lancar, aman, merata, dan terjangkau masyarakat luas.
B. Telekomunikasi dan Informasi
Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sejalan dengan
perubahan peradaban dan budaya manusia, yang berdampak positif dan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 46
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
negatif bagi kehidupan manusia, termasuk bagi pelaksanaan pembangunan
daerah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
telah banyak diaplikasikan hasil-hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, disertai dengan adanya berbagai penelitian dan
pengembangan untuk mengatasi berbagai permasalahan strategis daerah
secara terarah dan berkelanjutan.
Kemajuan teknologi bidang telekomunikasi terutama sarana dan
prasarana telepon sampai saat ini telah menjangkau seluruh wilayah
kecamatan. Dengan melalui sarana telekomunikasi tersebut, baik untuk
keperluan bisnis maupun sosial diharapkan dapat mendukung kelancaran
arus informasi dan komunikasi daerah serta media elektronik, guna
memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada masyarakat
tentang keberhasilan pelaksanaan pembangunan dan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan di
Kabupaten Probolinggo.
Perkembangan sektor telekomunikasi secara umum mengalami
kenaikan. Jumlah pelanggan otomat mencapai 14.533 orang pada Tahun
2003. Namun, peningkatan ini diikuti oleh penurunan jumlah warung
telekomunikasi (wartel) hingga 56,76 % di tahun yang sama. Hal ini terjadi
akibat meningkatnya jumlah pengguna telepon selular yang tarifnya jauh
lebih murah dibandingkan dengan telepon rumah dan wartel.
Peranan media massa telah meluaskan cakupan komunikasi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pelaksanaan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 47
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
penerangan untuk mewujudkan keterbukaan dan kebebasan yang
bertanggung jawab saat ini masih terus dikembangkan.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam teknologi informasi
adalah (1) semakin derasnya pengaruh arus globalisasi; (2) masih
sedikitnya masyarakat yang menggunakan jasa internet yang berdampak
pada perubahan paradigma sistem dan mekanisme pemerintahan; (3)
kurang tanggap dan mampunya institusi dan aparatur dalam menyiapkan
dan mengaplikasi berbagai hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta hasil-hasil penelitian dan pengembangan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan publik; (4) implementasi e-government
belum optimal, dan (5) belum adanya akses informasi sampai ke
desa/kecamatan dengan menggunakan LAN (Local Area Network).
C. Listrik, Air Bersih, dan Drainase
Listrik
Kebutuhan listrik dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan
berkembangnya perekonomian suatu wilayah dan meningkatnya taraf hidup
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah pelanggan
listrik sebesar 1,6 % di tahun 2004 dibandingkan tahun 2003. Dari
keseluruhan pelanggan, pelanggan kategori rumah tangga mencapai 72,3
%.
Permasalahan yang dihadapi adalah (1) belum seluruh desa berlistrik
dan (2) belum dibangunnya gardu lokal yang melintasi daerah pedesaan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 48
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Air Bersih
Berdasarkan data dari dinas pengairan, penyediaan air baku untuk
pertanian pada tahun 2004 meningkat sebesar 1,8 % dibandingkan tahun
2002, sementara jumlah areal sawah fungsional yang diairi pada tahun
2004 meningkat sebesar 1,6 % dibandingkan tahun 2002. Selain itu
penggunaan areal sawah dengan pengairan teknis cukup luas. Hal ini
membuka peluang pada petani untuk meningkatkan hasil produksi
pertaniannya, mengingat pengairan teknis mampu digunakan lebih dari dua
kali dalam setahun.
Pemanfaatan air baku adalah pemanfaatan sumberdaya air oleh
masyarakat untuk berbagai kepentingan dalam menunjang kegiatan
pembangunan. Dalam pemanfaatan kegiatan air baku harus
memperhatikan keseimbangan daya dukung sumberdaya air sebab
keseimbangan daya dukung sumberdaya air sangat berkaitan dengan
masalah kelestarian lingkungan hidup. Tata guna air, tata guna lahan serta
kehutanan diselenggarakan secara terpadu sehingga menjamin kelestarian
fungsi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Perhatian khusus perlu
diberikan kepada pengembangan dan konservasi sumberdaya air,
penyediaan dan pengelolaan air baku, pengembangan dan pengelolaan
jaringan irigasi serta pengelolaan sumber air bawah tanah yang terkendali.
Potensi sumberdaya air yang terdapat di wilayah Kabupaten
Probolinggo berasal dari sungai besar dan kecil, telaga/ranu, dan sumber-
sumber mata air. Sumber-sumber air tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kepentingan rumah tangga (air bersih yang selama ini hanya
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 49
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
mampu dipenuhi oleh PDAM hanya 50 %), irigasi persawahan dan tegalan,
pendinginan dalam proses industri perikanan.
Banyaknya sumber-sumber air yang tersebar di seluruh wilayah
Kabupaten Probolinggo memberikan gambaran bahwa pada kenyataannya
masyarakat masih dapat memenuhi kebutuhan air bersih sendiri. Namun
demikian semakin tinggi kepadatan penduduknya sumber-sumber air yang
ada akan semakin tidak memenuhi jumlah kebutuhan yang ada. Untuk
mencukupi kebutuhan air bersih PDAM memanfaatkan semaksimal
mungkin bahan baku air dari sungai yang mempunyai debit terbesar.
Sebagaimana yang ditargetkan bahwa pelayanan air bersih sebesar
60 % dari seluruh jumlah penduduk di Kabupaten Probolinggo, namun
diperkirakan jumlah pemakai akan tidak sebesar angka tersebut.
Permasalahan yang dihadapi adalah (1) kebutuhan air bersih masih belum
dirasakan oleh seluruh masyarakat, karena belum tersedianya pipa
penghubung; (2) sulitnya medan untuk pipanisasi di pedesaan; dan (3)
belum meningkatnya kesadaran sebagian besar masyarakat terutama di
pedesaan akan pentingnya air bersih terutama untuk kesehatan.
Untuk menjaga tersedianya air tanah yang cukup setiap bangunan
yang ada dipersyaratkan untuk menyediakan peresapan air dari hujan.
Ruang-ruang terbuka dan pekarangan sebaiknya tidak diperkeras
seluruhnya sehingga masih tetap ada lahan-lahan untuk peresapan air.
Sumber-sumber air yang ada dari telaga dan sumur lainnya diperkirakan
dimasa yang akan datang mengalami penurunan kualitas kebersihannya
dikarenakan semakin banyaknya pemakai dan tidak semakin banyaknya
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 50
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
jumlah air yang tersedia. Pemanfaatan sumber air alam ini perlu dijaga
keseimbangannya dengan tetap menjaga daerah peresapan disekitar
sumber air.
Drainase
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Probolinggo tahun
2004 terlihat bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
lingkungan semakin meningkat. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya
persentase penduduk pengguna jamban yaitu sebesar 29,36 % pada tahun
2001 meningkat menjadi 38,30 % pada tahun 2004. Begitu juga rumah
yang memiliki Saluran Pembuang Air Limbah (SPAL) dari 14,83 % pada
tahun 2001 meningkat menjadi 26,24 % pada tahun 2004.
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan drainase adalah (1)
belum seluruh warga masyarakat terutama yang tinggal dipedesaan
memiliki jamban sendiri; (2) pembangungan jamban yang dilakukan oleh
pemerintah tidak semuanya dipergunakan warga; (3) kurangnya sosialisasi
masalah kesehatan diri dan lingkungan kepada masyarakat berkaitan
dengan kebersihan; dan (4) rendahnya tingkat pendidikan masyarakat desa.
2.1.6 Pemerintahan
Pembagian wilayah Kabupaten Probolinggo terdiri dari 24
Kecamatan, 325 Desa dan 5 Kelurahan, 1.380 Dusun, 1.593 Rukun Warga
(RW) serta 5.863 Rukun Tetangga (RT). Di lihat dari komposisi jumlah
desa, Kecamatan Paiton memiliki jumlah desa terbanyak, yaitu 20 Desa,
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 51
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
sedangkan Kecamatan Kuripan memiliki jumlah Kecamatan paling sedikit,
yaitu 7 Desa.
Berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, bahwa
telah terjadi perubahan normatif. Di satu pihak, realokasi dan redistribusi
aparatur perlu menggunakan pertimbangan manajerial, di lain pihak sulit
mengabaikan pertimbangan non manajerial (sosial, psikologis dan
kemanusiaan). Bila semata menggunakan pertimbangan manajerial, maka
akan terjadi rasionalisasi besar-besaran dan potensial yang dapat
menimbulkan gejolak sosial. Bila dominan diwarnai pertimbangan non
manajerial menimbulkan dampak inefisiensi serta ketidaksesuaian antara
struktur organisasi, jumlah aparatur dan beban kerja. Kondisi dilematis
tersebut semakin nampak ketika daerah diberi kebebasan untuk
menentukan jenis dan jumlah unit organisasi berdasarkan kemampuan,
kebutuhan dan beban kerja sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah
Nomor 84 Tahun 2000. Secara faktual kombinasi pertimbangan manajerial
dan non manajerial dalam penempatan aparatur sulit dielakkan. Hal ini
semakin mencolok ketika muncul Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2003 sebagai revisi Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 yang di
dalamnya memberi banyak pembatasan terhadap jumlah dan jenis unit
organisasi, daerah mengalami kesulitan bahkan bereaksi melakukan protes,
penundaan bahkan penolakan. Terjadinya perubahan dari Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 ke Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
membuka harapan baru bagi daerah dalam mengatasi situasi dilematis.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 52
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Dalam usaha-usaha menuju pemerintahan yang bersih dan
bertanggung jawab (clean and good governance) dibutuhkan sumberdaya
manusia sebagai salah satu motor penggerak utama perubahan.
Sumberdaya manusia yang dibutuhkan daerah Kabupaten Probolinggo
dalam pembangunan terutama aparatur pelaksana yang mantap, baik
secara kualitas dan kuantitas demi profesionalisme pelaksanaan
pembangunan daerah dan pemanfaatan potensi secara efektif dan efisien
telah mencukupi. Jumlah PNS di Kabupaten Probolinggo Tahun 2004
mengalami kenaikan 2,31% dari tahun sebelumnya. PNS Golongan III
masih menduduki prosentase tertinggi 56% diikuti Golongan II sebesar 25%
Golongan IV 16% dan Golongan I 2,45%.
Implikasi atas jumlah pegawai negeri Kabupaten Probolinggo yang
meningkat, paling utama adalah semakin kompleksnya mekanisme
pemerintahan. Pemimpin daerah dituntut untuk mampu mengkoordinasikan
dan mengkomunikasikan semua program yang akan dilaksanakan dengan
baik dan dapat meningkatkan profesionalisme pelayanan kepada
masyarakat sehingga keseluruhan kegiatan pemerintah dapat
diimplementasikan. Hal ini di dukung oleh perolehan produk yang selama
tahun anggaran 2005 DPRD Kabupaten Probolinggo telah menghasilkan
sebanyak 32 produk yang terdiri dari 16 Perda, 13 Keputusan DPRD dan 3
Keputusan Pimpinan.
Setelah era reformasi, penyelenggaraan pelayanan dasar semakin
mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembangunan, seperti pendidikan,
kesehatan, fasilitas umum, dan lain-lain. Permasalahan utama yang
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 53
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo terkait dengan pelayanan
publik adalah semakin meningkatnya tuntutan publik akan sistem
manajemen pemerintahan yang menekankan pada kualitas pelayanan
publik, yang memperhatikan pengutamaan hak-hak publik melalui
optimalisasi penggunaan teknologi dan informasi. Oleh kareba itu perlu
dilakukan penataan birokrasi berupa restrukturisasi organisasi di
Kabupaten Probolinggo sesuai dengan fungsi dan kewenangan serta
permasalahan yang dihadapi pada masa mendatang.
2.1.7 Tata Ruang dan Kewilayahan
Pembangunan yang dilakukan di suatu daerah di Indonesia termasuk
di Kabupaten Probolinggo masih sering dilakukan tanpa
mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh
keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan
untuk mengeksploitasi sumberdaya alam (SDA) secara berlebihan sehingga
menurunkan kualitas dan kuantitas SDA dan lingkungan hidup. Selain itu,
seringkali pula terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor.
Salah satu penyebab terjadinya permasalahan tersebut adalah
karena pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum
menggunakan Rencana Tata Ruang sebagai acuan koordinasi dan
sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah. Pemanfaatan
dan pengendalian tata ruang yang tidak konsisten dan belum adanya
kesepahaman serta komitmen antar pelaku pembangunan dalam
pengelolaan tata ruang juga menjadi penyebab lainnya.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 54
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wilayah
nasional, ruang wilayah propinsi, ruang wilayah kabupaten yang mencakup
perkotaan dan pedesaan, baik yang direncanakan maupun yang tidak yang
menunjukkan adanya hierarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu diperlukan penataan ruang yaitu proses perencanaan,
pelaksanaan rencana, dan pengendalian pelaksanaan rencana tata ruang.
Sedang azas penataan ruang adalah pemanfaatan ruang bagi kepentingan
secara terpadu berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang
dan berkelanjutan dan juga perlu keterbukaan, persamaan, keadilan dan
perlindungan hukum. Dengan demikian tata ruang wilayah Kabupaten
Probolinggo merupakan pedoman dan pengendalian kebijaksanaan dan
kegiatan pembangunan dalam lingkup wilayah Kabupaten Probolinggo yang
masih bersifat umum. Rencana tata ruang ini bersumber pada rencana tata
ruang wilayah Propinsi Jawa Timur. Rencana tata ruang ini dalam gerak
pelaksanaannya perlu dijabarkan ke dalam petunjuk-petunjuk operasional
pelaksanaan ataupun peraturan-peraturan daerah dalam bentuk rencana
tata ruang yang lebih detail yang meliputi rencana kawasan Kota/Perkotaan,
kawasan Pedesaan dan kawasan tertentu.
Pembagian wilayah pembangunan di Kabupaten Probolinggo terbagi
menjadi 6 (enam) Wilayah Pelayanan Pembangunan (WPP), yaitu (1) Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) Probolinggo, merupakan Wilayah Pembangunan
(WP) I dengan pusat Kota Kraksaan sebagai pusat pemerintahan,
perikanan, perdagangan dan jasa; (2) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Kotaanyar, merupakan WP II sebagai pusat pengembangan perindustrian
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 55
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
dan perkebunan; (3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Krucil, merupakan WP III
sebagai pusat pengembangan perkebunan dan pertanian; (4) Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) Dringu, merupakan WP IV sebagai daerah penyangga
perkotaan; (5) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Tongas, merupakan WP V
sebagai pusat pengembangan kawasan industri; dan (6) Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) Sukapura, merupakan WP VI sebagai pusat pengembangan
kawasan pertanian.
Pembangunan yang dilakukan di suatu daerah di Indonesia termasuk
di Kabupaten Probolinggo masih sering dilakukan tanpa
mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh
keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan
untuk mengeksploitasi SDA secara berlebihan sehingga menurunkan
kualitas dan kuantitas SDA dan lingkungan hidup. Penyebab terjadinya
permasalahan tersebut adalah karena (1) pembangunan yang dilakukan
dalam wilayah tersebut belum menggunakan Rencana Tata Ruang sebagai
acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar
wilayah dan (2) pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang tidak
konsisten dan belum adanya kesepahaman serta komitmen antar pelaku
pembangunan dalam pengelolaan tata ruang.
2.2 Prediksi Kondisi Umum Daerah
Berdasarkan berbagai hasil dari kondisi dan permasalahan yang
dihadapai berikut ini digambarkan prediksi kondisi umum daerah kabupaten
Probolinggo yang terdiri dari:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 56
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2.2.1 Sumber Daya Alam
Kekayaan sumber daya alam apabila tidak dikelola dengan
kebijakan yang tepat akan dihadapkan pada 2 ancaman yaitu
krisis pangan dan krisis air. Kedua krisis tersebut menjadi
tantangan jangka panjang yang perlu diwaspadai agar tidak
menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat.
Meningkatnya jumlah penduduk sebesar 25 % dalam 20 Tahun
kedepan menyebabkan penyediaan pangan semakin terbatas.
Keterbatasan ini disebabkan oleh semakin sempitnya lahan
pertanian karena penggunaan untuk keperluan lain. Semakin
sulitnya terjadi revolusi hijau yang kedua berarti kenaikan
produktifitas pertanian stagnan. Juga bertambahnya kebutuhan
lahan pertanian akan mengancam keberadaan hutan dan
terganggunya keseimbangan tata air;
Memburuknya kondisi hutan menyebabkan menurunnya
ketersediaan air yang mengancam turunnya debit air pada musim
kemarau serta menurunnya pasokan air untuk pertanian;
Pemanfaatan secara optimal sumber daya kelautan maupun
sumber daya alam daratan dengan tetap menjaga kelestariannya
menjadi tantangan yang perlu dipersiapkan untuk dapat menjadi
pegangan masa depan masyarakat Kabupaten Probolinggo.
Untuk keperluan tersebut diperlukan pemihakan nyata oleh
seluruh stakeholders.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 57
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2.2.2 Lingkungan Hidup
Meningkatnya pencemaran lingkungan akibat adanya kegiatan
industri dan rumah tangga yang menghasilkan limbah;
Meningkatnya peran investor dari pihak luar yang tidak
memperhatikan tata lingkungan akan mengganggu lingkungan
sekitar, sehingga dapat menimbulkan pencemaran;
Adanya pemanasan global yang semakin meluas di masa depan;
Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih rendah.
2.2.3 Sosial Budaya
Pertumbuhan penduduk yang seimbang yaitu jumlah usia
produktif lebih besar dari non- produktif. Keseimbangan itu
penting untuk meningkatkan mutu SDM dan kesejahteraan
masyarakat;
Penyebaran dan mobilitas penduduk perlu mendapatkan
perhatian sehingga kesenjangan kepadatan wilayah kota dan
desa dapat diturunkan;
Pembangunan kesehatan dan pendidikan memiliki peran penting
untuk meningkatkan kualitas SDM. Pembangunan di bidang
kesehatan yang dihadapi adalah mengurangi kesenjangan status
sosial kesehatan masyarakat melalui tingkat sosial ekonomi,
akses terhadap pelayanan kesehatan, penyebaran tenaga
kesehatan yang kurang memadai, meningkatkan akses terhadap
fasilitas kesehatan. Pembangunan bidang pendidikan adalah
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 58
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
penyediaan pelayanan pendidikan untuk menuntaskan wajib
belajar pendidikan menengah 12 tahun (wajar dikmen) dan
meningkatkan jumlah proporsi penduduk yang menyelesaikan
pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi, menuntaskan
jumlah penduduk buta aksara, menurunkan kesenjangan antar
kelompok masyarakat, meningkatkan pendidikan agama dan
pendidikan umum (formal-nonformal), meningkatkan
keberpihakan perempuan untuk bisa berpartisipasi dalam
pembangunan dan berproduksi;
Meningkatnya arus globalisasi, kemajuan teknologi, komunikasi
dan informasi menjadi tantangan untuk mempertahankan budaya
setempat. Merupakan tantangan untuk mengurangi terjadinya
konflik dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku di
daerah setempat;
Kurangnya keberpihakan dalam perencanaan pembangunan dan
partisipasi dalam pengambilan keputusan.
2.2.4 Ekonomi
Berkaitan dengan kemajuan perekonomian 20 tahun mendatang
adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
namun tetap menjaga pemerataan dan mengurangi kesenjangan;
Basis kekuatan ekonomi dengan mengandalkan tenaga kerja
profesional dengan upah yang proporsional agar hasil produksi
bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global;
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 59
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Secara internal pertumbuhan penduduk yang masih tetap tinggi
dalam 20 tahun ke depan diperkirakan angkatan kerja didominasi
oleh kelompok yang bertingkat pendidikan SMU. Dengan kondisi
tersebut dituntut adanya peningkatan kapasitas ekonomi supaya
mampu menyediakan tambahan lapangan kerja yang layak;
Berkaitan dengan kemajuan ekonomi adalah mengembangkan
aktifitas perekonomian yang didukung oleh penguasaan dan
penerapan teknologi, peningkatan produktifitas SDM,
pengembangan kelembagaan ekonomi yang efisien, serta
menjamin ketersediaan kebutuhan dasar di wilayah tersebut.
Pengembangan kawasan di Kabupaten Probolinggo dibutuhkan
investasi besar yang merupakan peluang investor dari luar
daerah untuk ikut berpartisipasi.
Usaha Kecil Menengah (UKM) harus mampu bersaing dengan
industri sedang dan besar, sehingga diperlukan adanya
pengembangan secara seimbang berbagai skala unit usaha
(termasuk pasar) yang efisien agar tercipta kelembagaan
ekonomi yang efisien pula;
Keberlanjutan pengembangan kegiatan yang dilakukan berkaitan
dengan adanya Koperasi (termasuk LKM);
Perluasan daerah pemasaran melalui pengembangan kawasan
agropolitan sesuai potensi daerah dan tata ruang kewilayahan;
Penataan ulang regulasi pemerintah untuk
menumbuhkembangkan dan mengayomi keberlanjutan UKM;
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 60
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Tingginya angka kemiskinan merupakan tantangan adanya
keberpihakan dalam perencanaan dan penganggaran dalam
berbagai upaya penanggulangan kemiskinan.
2.2.5 Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana transportasi pada masa mendatang adalah
pengembangan sistem transportasi yang terjangkau dan ramah
lingkungan. Peningkatan iklim kompetisi yang sehat, peningkatan
peran swasta dan masyarakat dalam pelayanan transportasi
publik, pengembangan kapasitas SDM & teknologi transportasi
tepat guna, hemat energi dan ramah lingkungan, serta
meningkatkan kesadaran disiplin berlalu lintas;
Menyediakan prasarana perhubungan untuk kelancaran akses
antar wilayah;
Kelancaran arus informasi dan komunikasi terutama untuk
pengembangan Iptek harus mampu disikapi secara positif, akibat
adanya arus globalisasi yang mengakibatkan dapat diaksesnya
semua informasi tanpa filter.
2.2.6 Tata Ruang
Pengaturan tata ruang sesuai peruntukannya merupakan
tantangan pada masa yang akan datang agar berada dalam satu
Pemerintah Kabupaten Probolinggo II - 61
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
sistem yang menjamin konsistensi antar perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB III
VISI & MISI DAERAH
3.1 Visi
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana
Kabupaten Probolinggo harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan
dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi adalah rumusan umum
mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan,
yang didalamnya berisi suatu gambaran yang menantang tentang
keadaan masa depan, cita, dan citra yang ingin diwujudkan, dibangun
melalui proses refleksi dan proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang
dianut oleh seluruh komponen stakeholders.
Visi pemerintah Kabupaten Probolinggo periode 2005 2025 dapat
dirumuskan sebagai berikut:
“TERWUJUDNYA KABUPATEN PROBOLINGGO YANG BERDAYA
SAING”
Pemahaman atas pernyataan visi tersebut mengandung makna
terjalinnya sinergi yang dinamis antara masyarakat, Pemerintah
Kabupaten Probolinggo, dan seluruh stakeholders dalam merealisasikan
pembangunan Kabupaten Probolinggo secara terarah dan terpadu.
Secara filosofi visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang
terkandung didalamnya, yaitu:
1. Terwujudnya terkandung upaya dan peran Pemerintah Daerah
dalam mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang berdaya saing;
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
2. Kabupaten Probolinggo adalah satu kesatuan masyarakat hukum
dengan segala potensi dan sumber dayanya dalam sistem
Pemerintahan di wilayah Kabupaten Probolinggo;
3. Berdaya saing adalah kesiapan Pemerintah Daerah dalam
menghadapai tantangan-tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada.
Kemampuan berdaya saing tercermin pada:
a. Ketersediaan SDM yang berkualitas, berpikiran global, berdaya
saing, dan mampu memenuhi kebutuhan dan kemajuan
pembangunan Kabupaten Probolinggo;
b. Penguatan perkonomian domestik berbasis keunggulan
kompetitif di seluruh wilayah;
c. Pembangunan infrastruktur yang maju dan berwawasan
lingkungan ;
d. Reformasi di bidang hukum dan aparatur negara.
3.2 Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai pemersatu
gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen
penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang
diberikannya.
Adapun misi Pemerintah Kabupaten Probolinggo periode 2005
2025, adalah:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 3
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
1. Mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Artinya membentuk manusia yang
berakhlak mulia, memelihara kerukunan internal dan antar umat
beragama, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai
luhur budaya dan memiliki kebanggaan daerah dalam
memantapkan landasan spiritual, moral dan etika, dalam
pembangunan masyarakat.
2. Mewujudkan masyarakat yang demokratis berlandaskan hukum,
yaitu memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh,
memperkuat peran masyarakat sipil, memperkuat kualitas
desentralisasi dan otonomi pada pemerintahan tingkat kecamatan
dan desa; kebebasan media dalam mengkomunikasikan
kepentingan masyarakat, meningkatkan budaya hukum dan
menegakkan hukum secara adil, tidak diskriminatif, dan memihak
pada rakyat kecil.
3. Mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, kreatif dan
inovatif. Hal ini dilakukan dengan cara memperbesar akses
pendidikan bagi semua lapisan masyarakat dan memperbaiki
kualitas penyelenggaraan pada berbagai tingkat pendidikan;
mengintegrasikan pendidikan formal dan informal; menciptakan
keseimbangan antara pendidikan umum dan pendidikan
ketrampilan.
4. Mewujudkan Probolinggo ASRI (Aman, Sejahtera, Ramah dan
Indah). Adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 4
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara
keberadaaan, pemanfaatan, dan keberlanjutan sumberdaya alam
serta lingkungan hidup. Dengan menjaga fungsinya, daya
dukungnya, dan kenyamanan dalam kehidupan sekarang dan
masa depan melalui pemanfaatan ruang yang serasi untuk
pemukiman, kegiatan sosial dan ekonomi serta upaya konservasi.
5. Mewujudkan daerah yang berdaya saing, artinya mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing; meningkatkan pengetahuan untuk menuju manusia
yang kreatif dan inovatif secara berkesinambungan; memperkuat
perekonomian berbasis keunggulan potensi lokal menuju
keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem
produksi dan distribusi dan pelayanan; membangun infrastruktur
yang baik dan reformasi di bidang hukum dan aparatur daerah.
3.3 Arah Pembangunan Daerah
3.3.1 Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah
mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis berlandaskan
hukum, berpengetahuan, kreatif, inovatif, dan berdaya saing. Sebagai
ukuran tercapainya tujuan pembangunan kabupaten Probolinggo dalam
20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok
sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 5
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
A. Terwujudnya masyarakat kabupaten Probolinggo yang berakhlak
mulia, beretika, berbudaya dan beradab, ditandai oleh hal-hal
berikut:
Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan
masyarakat Kabupaten Probolinggo yang cukup beragam,
meskipun mayoritas keturunan suku Madura, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran,
bergotong-royong, berjiwa patriotik dan tangguh, berusaha
berkembang dinamis, dan berorientasi Iptek;
Relatif beragamnya budaya masyarakat di Kabupaten
Probolinggo tetap menjunjung harkat dan martabat manusia
Indonesia.
B. Terwujudnya Pemerintahan Daerah Kabupaten Probolinggo yang
demokratis, berlandaskan hukum, dan berkeadilan yang
ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
Terwujudnya penegakan hak-hak asasi manusia yang berdasar
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Mewujudkan kelembagaan nilai-nilai demokrasi yang
menitikberatkan pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi
dan kemitraan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 6
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
C. Terwujdunya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat Kabupaten
Probolinggo, ditandai oleh hal-hal berikut:
Terwujudnya keamanan di wilayah Kabupaten Probolinggo yang
menjaga keselamatan warga dari tindak kriminal;
Aparat keamanan daerah yang profesional bertindak mengayomi
masyarakat dalam bidang keamanan dan dibantu oleh partisipasi
masyarakat.
D. Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang ASRI, ditandai oleh
hal-hal berikut:
Terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
(SDA) dan fungsi lingkungan hidup. Hal ini dicerminkan
membaiknya kondisi lingkungan hidup yang mampu mendukung
kualitas kehidupan ekonomi dan sosial;
Terpeliharanya cagar alam dan cagar budaya di Kabupaten
Probolinggo untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing daerah,
serta modal pembangunan daerah.
E. Terwujudnya potensi lokal yang berdaya saing untuk mencapai
masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera, ditunjukkan oleh
hal-hal berikut:
Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan
ditunjukkan dari pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan.
Dengan demikian harapan 20 tahun kedepan masyarakat
Kabupaten Probolinggo terjadi pengurangan ketimpangan
pendapatan antar individu;
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 7
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) dengan
menurunnya angka buta aksara dan meningkatnya jenjang
sekolah yang ditempuh. Dengan demikian indeks pembangunan
manusia (IPM) pada kurun waktu 20 tahun mendatang meningkat;
Terbangunnya struktur perekonomian yang tangguh berdasarkan
keunggulan kompetitif di wilayah Kabupaten Probolinggo. Hal ini
ditinjau dari potensi sumberdaya alam yang mendukung sektor
pertanian, industri, dan pariwisata;
Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang andal dan efisien
sesuai kebutuhan seluruh masyarakat dan industri;
Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang
dan menarik investor dalam upaya pengembangan potensi lokal,
berupa kemudahan perijinan, terjaminnya keamanan,
memadainya kebutuhan transportasi dan perhubungan, serta
tersedianya pasokan listrik dan air;
Meningkatnya profesionalisme aparatur daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa,
dan bertanggung jawab, profesional serta amanah yang mampu
mendukung pembangunan daerah.
F. Terwujudnya Kabupaten Probolinggo sebagai daerah sebagian
pesisir dan sebagian dataran tinggi yang mampu menopang
kemandirian lokal yang berdaya saing, ditandai oleh hal-hal
berikut:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 8
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Meningkatkan budidaya berbasis potensi lokal yang berasal dari
sumberdaya laut dan sumberdaya pertanian, perkebunan serta
kehutanan;
Membangun sistem pertanian terpadu yang didukung
sumberdaya manusia (SDM) yang mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek).
G. Terwujudnya peranan Kabupaten Probolinggo di tingkat regional
(Propinsi Jawa Timur) dan Nasional (Indonesia) bahkan
Internasional, ditandai oleh hal-hal berikut:
Memperkenalkan/mempromosikan potensi lokal daerah
Kabupaten Probolinggo di tingkat regional, nasional, dan
internasional terutama di industri pariwisata;
Meningkatkan daya tarik Kabupaten Probolinggo yang
mendorong investor untuk menanamkan modalnya.
3.3.2 Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025
Untuk mencapai tingkat kemajuan yang diinginkan, arah
pembangunan jangka panjang selama kurun waktu 20 tahun mendatang
sebagai berikut:
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 9
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
A. Mewujudkan Masyarakat yang Berakhlak Mulia, Beretika,
Berbudaya dan Beradab.
Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral,
dan beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan
masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis sesuai
dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia dan menciptakan iklim
kondusif serta mengharapkan nilai-nilai kearifan lokal mampu merespon
modernisasi secara positif dan produktif. Hal ini dapat tercapai melalui:
Pendidikan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan
peran agama sebagai landasan moral dan etika dalam
pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos kerja,
menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan pendorong guna
mencapai kemajuan dalam pembangunan;
Budaya inovatif berorientasi iptek yang mempunyai kecerdasan
emosional, spiritual dan sosial. Meningkatkan budaya membaca
dan menulis menjadikan masyarakat yang cerdas, kritis, dan
kreatif dengan mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif
menuju budaya produktif.
B. Mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang Demokratis
Berlandaskan Hukum
Untuk mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang demokratis dan
adil dilakukan melalui:
Pemantapan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh melalui
pembangunan hukum yang diarahkan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 10
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
menangani dan menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang
terkait dengan KKN;
Pembangunan hukum berupa penegakan dan perlindungan
hukum diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, mengatur permasalahan yang
berkaitan dengan ekonomi, terutama dunia usaha dan dunia
industri, serta menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk
meningkatkan daya saing;
Pembaharuan materi hukum dengan tetap memperhatikan
kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh
globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan
perlindungan hukum, penegakan hukum dan hak-hak asasi
manusia (HAM) serta kesadaran hukum;
Memperkuat peran masyarakat sipil sehingga proses
pembangunan parsipatoris yang bersifat bottom-up bisa berjalan;
Menumbuhkan masyarakat tanggap (responsive community) yang
akan mendorong semangat sukarela (spirit of voluntarism) yang
sejalan dengan makna gotong-royong.
C. Mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang Aman dan Damai
Pembangunan keamanan diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme Polri beserta institusi terkait dengan masalah keamanan
dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka mewujudkan
terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 11
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
hukum serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan
masyarakat.
Penyempurnaan Peraturan perundang-undangan pertanahan
dengan mempertimbangkan aturan masyarakat adat serta peningkatan
upaya penyelesaian sengketa pertanahan melalui kewenangan
administrasi, peradilan, maupun alternatif dispute resolution.
Penyempurnaan kelembagaan pertanahan ini sesuai dengan semangat
otonomi daerah dan dalam rangka kerangka NKRI terutama yang
berkaitan dengan peningkatan kapasitas SDM bidang pertanahan di
daerah. Hal ini akan memberikan rasa aman dan damai bagi masyarakat.
D. Mewujudkan Pembangunan di Kabupaten Probolinggo Merata
Antar Wilayah Kecamatan
Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya. Pelaksanaan
pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan
terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang.
Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronkan ke dalam rencana
tata ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.
Rencana Tata Ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan. Rencana
Tata Ruang Wilayah disusun secara hierarki, sehingga terdapatnya
perimbangan dan pemerataan pembangunan antar wilayah.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 12
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu ditingkatkan
kompetensi SDM dan kelembagaan di bidang penataan ruang, kualitas
rencana tata ruang, efektifitas penerapan dan penegakan hukum dalam
perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.
Peningkatan kerjasama antar kecamatan di wilayah Kabupaten
Probolinggo dalam rangka memanfaatkan keunggulan komperatif maupun
kompetitif setiap kecamatan.
E. Mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang ASRI (Aman,
Sejahtera, Ramah, Indah)
Sumber daya alam yang ASRI akan menjamin tersedianya sumber
daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup yang
terpelihara akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu
untuk mewujudkan Kabupaten Probolinggo yang ASRI, maka sumber
daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk
menjamin keberlanjutan pembangunan daerah. Penerapan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi
prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
F. Mewujudkan Daerah yang Berdaya Saing
Kemampaun daerah untuk berdaya saing tinggi adalah sebagai
kunci tercapainya kemajuan dan kemakmuran daerah. Untuk mencapai
hal tersebut dilaksanakan beberapa kegiatan, sebagai berikut:
Membangun Sumberdaya Manusia yang Berkualitas
Pembangunan sumberdaya manusia adalah sangat penting karena
akan memajukan daerah supaya mampu memiliki daya saing di era
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 13
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
globalisasi. Peran pendidikan dan kesehatan akan menopang
peningkatan SDM. Oleh karena itu perlu meningkatkan anggaran
pendidikan dan kesehatan meliputi segala sarana dan
prasarananya.
Meningkatkan Potensi Lokal dengan Orientasi
Regional/Nasional dan Berdaya Saing Global
Mengelola potensi lokal melalui inovasi, penelitian, pengembangan
dan penerapan iptek. Untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Probolinggo dengan cara meningkatkan
kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat
sebagai upaya menanggulangi kemiskinan.
Kelembagaan ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan
ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah
yang baik dalam menyusun kerangka regulasi dan perizinan yang
efisien, efektif, dan non-diskriminatif. Menjaga, mengembangkan,
dan melaksanakan iklim persaingan usaha secara sehat serta
melindungi konsumen. Mendorong pengembangan standarisasi
produk dan jasa untuk meningkatkan daya saing. Merumuskan
strategi dan kebijakan pengembangan teknologi sesuai dengan
pengembangan ekonomi daerah dan meningkatkan daya saing
usaha kecil menengah (UKM).
Pembangunan kawasan industri di Kabupaten Probolinggo (Tongas
dan Paiton) diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya
saing, baik di pasar lokal, regional, nasional bahkan internasional.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 14
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Dalam upaya memperkuat daya saing perekonomian sektor industri
perlu dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal)
yang dapat menumbuhkembangkan industri yang sehat dan kuat
melalui:
- Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi
produk (pengembangan ke hilir);
- Penguatan hubungan antar industri yang terkait secara
horizontal termasuk industri pendukung dan komplemen,
jaringan perusahaan multinasional serta penguatan hubungan
dengan kegiatan sektor primer dan jasa pendukung;
- Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas
meliputi sarana dan prasarana fisik, seperti transportasi,
komunikasi, energi, termasuk teknologi, prasarana pengukuran
standarisasi, pengujian dan pengendalian kualitas, serta sarana
dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri;
- Peningkatan kontribusi lembaga jasa keuangan bank dan non-
bank dalam pendanaan pembangunan terutama peningkatan
akses pendanaan bagi keluarga miskin di Kabupaten
Probolinggo. Semakin banyaknya lembaga keuangan akan
memberikan alternatif pendanaan lebih banyak bagi seluruh
lapisan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 15
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
Dalam upaya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), beberapa hal yang dilakukan
adalah:
- Untuk mendorong pembangunan ekonomi yang berbasis
keunggulan dan daya saing, diupayakan peningkatan kerjasama
antar lembaga penelitian dan pengembangan (litbang)
departemen dengan perguruan tinggi dan dunia usaha;
- Untuk menerapkan inovasi dalam iptek, memberikan informasi
kepada masyarakat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan cara mengembangkan hasil iptek tersebut ke dalam
usaha-usaha yang dilakukan masyarakat.
Sarana dan Prasarana yang Memadai
Sarana dan prasarana yang memadai adalah untuk menopang
pembangunan daerah dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui:
- Penyediaan sarana prasarana transportasi;
- Pembangunan prasarana sumber daya air melalui pendekatan
pengelolaan kebutuhan (demand management) yang ditujukan
untuk peningkatan efektifitas dan efisiensi penggunaan,
pengkonsumsian air dan pendekatan pengelolaan pasokan
(supply management) untuk meningkatkan keandalan pasokan
air;
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 16
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
- Pembangunan pos dan telematika untuk mendorong terciptanya
masyarakat Kabupaten Probolinggo berbasis informasi
(knowledge-based society);
- Pembangunan sarana dan prasarana energi dan
ketenagalistrikan diarahkan pada pengembangan sarana dan
prasarana energi untuk meningkatkan akses pelayanan
konsumen terhadap energi.
Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi dilakukan untuk mendukung terselenggaranya
kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance)
melalui:
- Pembangunan aparatur negara untuk meningkatkan kualitas
dan profesionalisme aparatur negara agar mampu mendukung
keberhasilan pembangunan di segala bidang dan untuk
mengeliminir praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);
- Peningkatan pelayanan publik kepada stakeholder yang
berkaitan dengan efisiensi ekonomi yang berdaya saing.
G. Mewujudkan Daerah Pesisir dan Dataran Tinggi Kabupaten
Probolinggo yang Mampu Menopang Kemandirian Lokal yang
Berdaya Saing
Pembangunan daerah pesisir dan dataran tinggi pada masa yang
akan datang diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan
berdasarkan pengelolaan sumberdaya laut dan sumberdaya hutan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 17
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
berbasiskan ekosistem yang terkait aspek-aspek SDM dan kelembagaan,
politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan
dan teknologi.
H. Mewujudkan Kabupaten Probolinggo Berperan Aktif di Tingkat
Regional dan Nasional
Untuk mewujudkan Kabupaten Probolinggo berperan aktif ditingkat
regional maupun Nasional, perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan
dan mengembangkan keunggulan potensi lokal dengan melibatkan
seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.
Pengembangan keunggulan potensi lokal agar tetap dapat
dipertahankan dan berdaya saing tinggi perlu dilakukan upaya penguatan
jaringan hubungan dan kerjasama yang produktif antar penguasa daerah.
3.3.3 Tahapan dan Skala Prioritas
Untuk mencapai sasaran pokok sebagaiman dimaksud,
pembangunan jangka panjang, membutuhkan tahapan dan skala prioritas
yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka
menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan
urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan
permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan akan skala prioritas
dalam setiap tahapan berbeda-beda, namun secara keseluruhan
berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya. Hal ini dilakukan
dalam mewujudkan sasaran pokok yang tertuang dalam misi
pembangunan jangka panjang, sehingga dapat ditetapkan prioritasnya
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 18
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
untuk masing-masing tahapan. Prioritas utama menggambarkan makna
strategis dan urgensi permasalahan. Atas dasar tersebut, tahapan dan
skala prioritas utama dapat disusun sebagai berikut :
A. RPJM Periode ke-1
Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap
sebelumnya, RPJM periode ke-1 diarahkan untuk:
Membangun masyarakat yang berkarakter cerdas, adil, dan
beradab, berkepribadian nasional, tangguh, kompetitif, bermoral,
dan berdasarkan falsafah Pancasila, yang dicirikan dengan watak
dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
Membangun Kab. Probolinggo di segala bidang yang ditujukan
untuk menciptakan Kabupaten Probolinggo yang aman dan damai,
adil dan demokratis, dan meningkatnya tingkat kesejahteraan
masyarakat;
Meningkatkan SDM dan Iptek melalui peningkatan mutu pendidikan
dan kesehatan;
Meningkatkan ketahanan pangan;
Pengembangan investasi di berbagai unit usaha industri dan jasa
melalui upaya peningkatan permodalan serta profesionalitas
ketenagakerjaan;
Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan,
pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 19
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kebijakan spasial semua sektor dalam mencegah dampak
kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan dampak bencana;
Meningkatkan pengawasan kinerja aparatur pemerintah menuju
good and clean governance.
B. RPJM Periode ke-2
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan
RPJM periode ke-1, RPJM periode ke-2 diarahkan untuk:
Memantapkan penataan kembali pembangunan di segala bidang,
melalui peningkatan sumberdaya manusia (SDM) dan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek);
Memantapkan upaya peningkatan ketahanan pangan,
pengembangan investasi serta ketenagakerjaan;
Meningkatkan daya saing perekonomian melalui penguatan
industri manufaktur yang sejalan dengan penguatan pembangunan
pertanian dan lainnya sesuai potensi daerah secara terpadu untuk
lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha;
Pengembangan teknologi tepat guna untuk menunjang percepatan
pembangunan di segala bidang;
Peningkatan aksesibilitas menuju Kabupaten Probolinggo melalui
pengembangan pembangunan jalan arteri primer yang bebas
hambatan (tol);
Pengembangan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah;
Memantapkan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan, pengembangan kelembagaan dan peningkatan
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 20
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
kapasitas kebijakan spasial semua sektor dalam mencegah
dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan dampak
bencana;
Memantapkan peningkatan pengawasan kinerja aparatur
pemerintah menuju good and clean governance.
C. RPJM Periode ke-3
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan
RPJM periode ke-2, RPJM periode ke-3 diarahkan untuk:
Lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang, menekankan pencapaian saya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan keunggulan SDA dan SDM berkualitas
serta kemampuan ilmu dan pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang
terus meningkat;
Memantapkan pengembangan infrastruktur di seluruh wilayah untuk
mendukung kelancaran kegiatan perekonomian;
Lebih memantapkan upaya pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan
peningkatan kapasitas kebijakan spasial semua sektor dalam
mencegah dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan
dampak bencana;
Lebih memantapkan peningkatan pengawasan kinerja aparatur
pemerintah menuju good and clean governance.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo III - 21
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
D. RPJM Periode ke-4
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan
RPJM periode ke-3, RPJM periode ke-4 diarahkan untuk:
Terwujudnya masyarakat yang maju dan sejahtera melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
terbangunnya struktur perkonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah kecamatan yang
didukung oleh SDM yang berkualitas dan berdaya saing;
Terwujudnya aksesibilitas dalam menunjang kelancaran kegiatan di
segala bidang;
Terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan;
Terwujudnya tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, yang
berdasarkan hukum, birokrasi yang profesional dan netral (good
and clean governance);
Terwujudnya masyarakat sipil, masyarakat politik dan masyarakat
ekonomi yang maju dan terwujudnya kemandirian usaha daerah
dalam konstelasi nasional maupun global.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo IV - 1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
BAB IV
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Kabupaten Probolinggo periode 2005 2025 merupakan sebuah
penjabaran dari visi, misi, dan arah pembangunan daerah Kabupaten
Probolinggo selama 20 tahun yang akan datang dengan
memperhitungkan tantangan di masa depan, tuntutan masyarakat, dan
proyeksi kondisi umum daerah yang akan dikembangkan. RPJP Daerah
tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam proses
penyusunannya, akan tetapi menjadi sebuah tumpuan pelaksanan
pembangunan yang berkelanjutan bagi seluruh elemen yang terlibat
didalamnya, termasuk pemerintahan dan masyarakat Kabupaten
Probolinggo.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Kabupaten Probolinggo periode 2005 2025 disusun selain bertindak
sebagai pedoman, landasan dan referensi dalam penyusunan Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Probolinggo
(Renstra-SKPD) juga merupakan pedoman bagi penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten
Probolinggo. Pola penyusunan RPJP Daerah ini mengacu pada Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 2025 dan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 050/2020/SJ Tanggal 11 Agustus 2005 mengenai Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo IV - 2
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Probolinggo
Implementasi RPJP Daerah Kabupaten Probolinggo periode 2005
2025 dalam Pembangunan Daerah dilaksanakan secara berkelanjutan
melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kabupaten Probolinggo, dengan indikator keberhasilan pelaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan akan sangat bergantung pada
komitmen dan peran serta aktif para stakeholders. Komitmen dan peran
serta aktif ini termasuk didalamnya ditunjukkan dengan profesionalitas
aparatur pemerintahan menuju pemerintahan yang bersih dan
bertanggung jawab (good and clean governance) serta umpan balik
pembangunan dari masyarakat. Hasil-hasil pembangunan yang
dilaksanakan, diharapkan dapat disebarluaskan secara adil dan merata
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sesuai
dengan visi Kabupaten Probolinggo untuk mewujudkan masyarakat yang
berdaya saing.
Akhirnya, RPJP Daerah ini adalah sebuah produk hasil
perencanaan yang tidak sepenuhnya sempurna sekaligus memiliki
keterbatasan dan kelemahan, meskipun masih diyakini dapat digunakan
sebagai landasan yang mendasar dalam penyusunan kebijakan, program
dan arah-arah kegiatan pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan
aspirasi dan umpan balik penyempurnaan dari seluruh stakeholders yang
berkepentingan pada hasil-hasil pembangunan yang berkelanjutan.
Semoga dokumen ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi
seluruh masyarakat Kabupaten Probolinggo beserta Pemerintahan selaku
penyelenggara pembangunan.