Post on 01-Dec-2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. LATAR BELAKANG
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin,
terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan pemantauan
janin, hal ini tampak nyata sejak era tahun 1960an.
Angka morbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indicator kualitas pelayanan
obstetric di suatu tempat atau negara. Angak mortalitas perinatal Indonesia masih jauh diatas
rata-rata Negara maju, yaitu 60-170 berbanding kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Salah
satu penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah hipoksia intra uterin.
Karditokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia dan kematian intrauterine
atau mengalami kerusakan neurologik, sehingga dapat di lakukan tindakan untuk memperbaiki
nasib neonates.
Asuhan antenatal modern memerlukan tatalaksana yang efisien, efektif, andal, dan
komprehensif. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang harus
dimiliki oleh tenaga medis dan paramedis yang melakukan asuhan antenatal dan asuhan
persalinan. Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu prasyaratan yang harus dipenuhi
agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang dikaitkan
dengan luaran perinata l dapat dilaksanakan dengan baik. Bila hal ini dapat dilakukan dengan
baik, diharapkan angka kematian ibu dan perinatal dapat diturunkan.
Standarisasi memerlukan kegiatan yang terstruktur dan berkesinambungan dengan
evaluasi berkala melalui suatu pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KARDIOTOKOGRAFO
II.1. DEFINISI
Alat kardiotokografi (KTG) merupakan alat bantu didalam pemantauan kesejahteraan
janin. Pada KTG ada tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu denyut jantung janin (DJJ),
kontraksi rahim, dan gerak janin serta korelasi diantara ketiga parameter tersebut. Peralatan KTG
tersebut harus dipelihara dengan baik, jangan sampai kabelnya rusak akibat sering dilepas dan
dipasang atau kesalahan dalam perawatan peralatan tokometer dan kardiometer.
Diperlukan seorang penanggung jawab untuk perawatan dan pengoperasionalan KTG
tersebut, juga pelatihan di dalam menginterpretasikan hasil KTG tersebut. Pada saat pemeriksaan
KTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau tidur miring
(Gambar 1).
Gambar 1. Posisi pasien pada saat melakukan pemeriksaan KTG (Sumber : http//.www.fetal.freeserve.co.uk/ctg.html)
II.2. SYARAT PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI
1. Usia kehamilan 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada computer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik
II.3. CARA PEMERIKSAAN
Ada 2 metode pemeriksaan kardiotokografi:
1. Metode Eksternal
Dilakukan dengan memesang sensor bertekanan (pressure sensor) di pasangkan pada
abdomen wanita, dengan posisi duduk setengah berbaring setengah duduk ( bukan baring
telentang karena dapat menghasilkan hasil yang keliru) dihubungakan ke ultrasound.
(Gambar 2).
Gambar 2. Monitor Elektronik Eksternal (Williams Obstetrics,23rd Edition)
2. Metode Internal
Pencatatan langsung dengan cara lain bias dilakukan, setelah ketuban pecah dengan
mengguanakn selang bertekanan yang dimaksukkan kerongga amnioin melalui vagina.
Pengamatan janin secara langsung ataupun internal hanya mungkin setelah ketuban pecah
dan serviks agak dilatasi.
Perekaman yang segera dan terus menurus frekuensi denyut jantung janin,
khususnya dalam hubungannya dengan kontraksi uterus, memberikan suatu penilain
terhadap kesejahteraan janin. Perubahan pada frekwensi jantung janin merupkan petunjuk
awal insufiensi uteroplasenter atau kompresi tali pusat. Jika kontraksi pusat tidak terjadi
dalam 30 menit,dapat dirangsang dengan putting susu. Variasi denyut jantung yang
berkaitan dengan kontraksi dicatat. Jika janin letargik, ia dapat dirangsang untuk bergerak
dengan melakukan ketukan pada uterus secara lembut.
II.4. INDIKASI
Pada kehamilan normal, KTG pada umumnya bias diabaikan. Pada persalinan normal,
pemeriksaan dilakukan pada kala I, dengan pencatatan secara intermiten selama 20 menit dengan
interval setiap setengah jam. Bila grafiknya abnormal atau adanya resiko yang baru terlihat, perlu
dilakukan pencatatan terus menerus.
Indikasi pemeriksaan KTG sebelum dan selama persalinan (menurut Berg,1988):
1. Indikasi Absolut
No. Indikasi Waktu
1. Post maturitas > 7 hari Setiap hari
2. Insufisiensi placenta Beberapa kali/hari
3. Hipertonus, imaturitas janin Setiap 4 hari
4. Kontraksi terlampau dini Bbeberapa kali/hari
5. Berisiko persalinan premature Setiap 2 hari
6. Diabetes Setiap 1-2 hari
7. Kehamilan Ganda Setiap 4 hari
8. Inkompatibilitas Rh Setiap hari s/d setiap minggu
9. Plasenta retak rendah Beberapa kali/hari
10. Plasenta previa Setiap 4 hari
11. Perdarahan trimester ke dua Setiap 4 hari
12. Setelah mengalami trauma/kecelakaan Diulang setiap hari/setiap 4 hari
2. Indikasi Relatif
No. Indikasi Waktu
1. Usia ibu dibawah 18 tahun, diatas 40 tahun Setiap 2 hari
2. Riwayat kehamilan dengan komplikasi Setiap 2-4 hari
3. Oligohidroamnion, polihidroamnion Setiap 2-4 hari
4. Gerakan janin terasa berkurang Setiap hari
II.5. KONTRA INDIKASI
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun
janin.
II.6. TEKHNIK PEMERIKSAAN
1. PERSIAPAN PASIEN
a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara
pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medic
dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
b. Kosongkan kandung kencing.
c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat
janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4L/menit.
e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum
maksimum DJJ.
f. Hitung DJJ selama satu menit, bila adah his, dihitung sebelum dan segera setelah
kontraksi terakhir.
g. Pasang transduser untuk tokometri didaerah fundus uteri dan DJJ di daerah
punktum maksimum. (Gambar 3).
Gambar 3. Posisi trandsuer
h. Setelah tranduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergrak, pencet
bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu
selama perekaman KTG.
i. Hidupkan computer dan Kardiotokograf.
j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin
dicapai).
k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.
l. Lakukan dokumentasi data pada disket computer (untuk data rumah sakit).
m. Matikan monitor. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.
n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
o. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedic
membatu mebacakan hasil interprestasi computer secara lengkap kepada dokter.
2. EVALUASI PEMBACAAN HASIL KTG FIK KALO ADA TAMBAHAN ISI
YAAAAAAA, MANA YANG SALAH TOLONG PERBAIKI. YANG PUNYA
DIRIMU DIGANTI AJA KALO SALAH.
Ada 4 pola kardiotokografi yang mungkin terjadi yaitu:
1. Normal
Pola normal menunjukkan bahwa janin tidak mempunyai risiko mati dalam 7-10 hari
berikutnya. Janin ini disebut reaktif. Frekwensi denyut jantung janin normal adalah
antara 110-160 denyut permenit dengan variabilitas batas dasar normal antara 5-15
denyut permenit. Selama pola ini persisten sepanjang persalinan, prognosis neonatus
baik.
2. Suboptimal
Jika didapati pola suboptimal, resiko janin sedikit meningkat dan tes harus dalam 3-4
hari.
3. Deselerasi
Pola deselerasi menunjukkan bahwa es harus diulang keesokan harinya, kecuali jika
kondisi-kondisi untuk melahirkan sudah memungkinkan, sehingga persalinan harus
diinduksi.
4. Preterminal
pola preterminal menunjukkan bahwa janin mempunyai resikok kematian didalam
uterus yang tinggi dan harus dilahirkan segera.
Satu masalah dengan kardiotokografi adalah bahwa pola yang normal meramalkan bahwa janin
tidak dalam keadaan yang bahaya, dan pola abnormal tidak memberikan prediksi yang adekuat
terhadap bahaya janin.
3. CONTOH-CONTOH GAMBAR HASIL REKAMAN KTG
II.5. TATALAKSANA BERDASARKAN PEMERIKSAAN LARDIOTOKGRAFI
II.4. DOKUMENTASI
Setiap rekaman KTG harus dibuat dokumentasi, bisa dalam bentuk hasil cetakan printer atau
direkam dalam disket komputer. Sebaiknya kedua hal tersebut dilakukan bagi setiap pasien. Data
dalam disket disimpan oleh rumah sakit, sedangkan hasil cetakan diberikan kepada pasien.
CONTOH LAPORAN KARDIOTOKOGRAFI
DATA PASIEN
Nama Pasien: ........................... No CM : .................................
Tanggal: ..............................Jam : .................................
Posisi pasien: ..............................Usia gestasi : .........................
TD awal: ...............................TD menit ke 15: ......................
Cara pantau: ..............................
Kecepatan kertas: ........cm/menit
Periksa dalam:tidak dilakukan/dilakukan,dengan hasil: .............................................................
Diagnosis ibu janin: ....................................................................................................................
Obat-obatan: .........................................................................................................................
DENYUT JANTUNG JANIN :
Frekuensi dasar:............ dpm, variabilitas: normal / berkurang /silent/ tidak ada /saltatory,
akselerasi: ada / tidak ada, deselerasi: tidakada / ada, jenisnya : dini / lambat / variabel , beratnya:
ringan / sedang / berat
KONTRAKSI UTERUS :
Tidak ada / ada kontraksi / ada his ; Frekuensi : ....../ 10 menit ; kekuatan :......mmHg ;
lamanya : ...... menit ; relaksasi : .................. ; konfigurasi :.................; tonus dasar : ..........mmHg
GERAK JANIN : ........... kali dalam : .......... menit
DIAGNOSIS KTG : .............................................................................
SARAN : ..........................................................................................
PPDS OBGIN / Bidan Jaga
Dokter Penanggung Jawab
(..................................)
(........................................)
CATATAN : Laporan harus ini harus segera dibuat setelah pemeriksaan selesai dan disimpan
dalam status pasien. PPDS OBGIN atau Bidan jaga harus melaporkan dan mendiskusikan hasil
pemeriksaan KTG tersebut dengan dokter SpOG yang bertanggung jawab.
Pemeriksaan Penunjang lainnya:fetal scalp stimulation,danfetal acousticstimulation.
Pemeriksaan tersebut merupakan tindakan invasif yang memerlukan peralatan canggih dan
tenaga kesehatan yang terampil karena memiliki resiko pada ibu dan janin. Bukti dari adanya
kegawatan janin adalah ditemukannya kadar pH darah janin yang rendah, dan hal ini berkaitan
juga dengan rendahnya nilai APGAR. Pemeriksaan penunjang ini harus sangat selektif dalam
pemilihannya, artinya harus ada indikasi medis yang benar, dan dilakukan pada tempat yang
benar pula.
BAB III
KESIMPULAN
Kesejahteraan janin intrauterine dan intrapartum merupakan kesatuan yang memerlukan
perhatian serius, karena penyebab yang kurang jelas, dapat terjadi kematian janin intrauterine
secara mendadak. Terdapat beberapa factor yang “memelihara” janin didalam uterus sehingga
janin tersebut bertumbuh kembang secara optimal. Dengan demikian, pada saat persalinan, dapat
tercapai well born baby dan well health mother.
Pada prinsipnya kardiotokografi berfungdi sebagai pengevaluasi kondisi janin dengan
merekam pola denyut jantung janin dan memantau efek kontraksi uterus. Atau secara pengertian
bias dikatakan kardiotokografi adalah: suatu instrument elektronik yang dirancang untuk
mendeteksi kecepatan denyut jantung janin (KDJJ) secara serentak dan mengukur intensitas dan
lamanya kontraksi uterus.
Karditokografi didasarkan pada asumsi bahwa janin yang sehat akan lebih aktif dari pada
janin yang “berisko” dan jantungnya terhadap kontraksi uterus dengan berdetak lebih cepat.
Pemantauan kesejahteraan janin memegang peranan penting didalam pengawasan
kehamilan dan persalinan. Pemantauan ini seharusnya sudah dilakukan sejak kehamilan trimester
pertama hingga trimemester ketiga dan saat persalinan.
Metoda sederhana seperti pemantauan gerak janin dan mendengarkan DJJ dapat membantu
mendeteksi abnormalitas secara dini asalkan dilakukan dengan benar. Alat bantu diagnostik
canggih bukan merupakan sesuatu yang harus disediakan karena masih banyak hal penting lain
yang dapat dilakukan untUk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan janin serta kualitas
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Pemeriksaan KTG saja tidak cukup untuk menilai kesejahteraan janin. Penambahan
pemeriksaan volume cairan amnion merupakan prasyarat minimal yang harus ditambahkan pada
pemeriksaan KTG.
DAFTAR PUSTAKA
1. Liewer llyn, Derek.Jones.Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi “Fundamental of Obstetrics
and gynaecology). Jakarta:Hypokrates 2001
2. M.D. Taber Ben-Zion. Kapita Selekta, Kedaruratan Obstetri dan Ginekologo Kedokteran EGC
1994
2. Parer JT. Handbook of fetal heart rate monitoring. Philadelphia:W.B Saubders, 1993
3. Ferrara L, Manning F. Grand Rounds : Is the non-stress test still useful ?.Contemporary
Obgyn, February 2005. Di down-load darihttp://www.contemporaryobgyn.netpada tanggal 8 Juni
2013.
4. National Institute for Clinical Excellence. The use of electronic fetal monitoring. UK, 2003.
Di down-load dari http://www.nice.org.uk pada bulan Juni 2013.
5.Karsono B. Kardiotokografi : Pemantauan Elektronik Denyut Jantung Janin. Bagian Obstetri
dan Ginekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
6. RCOG. The use of electronic fetal monitoring :The use and interpretation of cardiotocography
in intrapartum fetal survein llance. Evidence-based ClinicalGuideline Number 8. 2001. Di down-
load dari http://www.rcog.org.uk pada bulan Juni 2013.
7. http://www.fetal.freeserve.co.uk/ctg.html
8. http://www.pulsetoday.co.uk/pictures/466xAny/x/k/c/ANTENATAL_CARE.jpg
9.Fetal movement count. Di down-load dari http://www.fpnotebook.com pada Juni 2013.
10. Fundal height measurement. Copyright 1999, 2004 Gerard M. DiLeo, M.D.,F.A.C.O.G. Di
down-load dari http://www.gyn(OB).com pada juni 2013.
11. Cardiotocography. Di down-load darihttp://www.fetal.freeserve.co.od pada
tanggal juni 2-13.