CTG NN

21
BAB I PENDAHULUAN I.I. LATAR BELAKANG Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin, terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan pemantauan janin, hal ini tampak nyata sejak era tahun 1960an. Angka morbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indicator kualitas pelayanan obstetric di suatu tempat atau negara. Angak mortalitas perinatal Indonesia masih jauh diatas rata-rata Negara maju, yaitu 60-170 berbanding kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah hipoksia intra uterin. Karditokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia dan kematian intrauterine atau mengalami kerusakan neurologik, sehingga dapat di lakukan tindakan untuk memperbaiki nasib neonates.

Transcript of CTG NN

Page 1: CTG NN

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG

Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal penting dalam pengawasan janin,

terutama pada saat persalinan. Dukungan teknologi sangat berperan dalam kemajuan pemantauan

janin, hal ini tampak nyata sejak era tahun 1960an.

Angka morbiditas dan mortalitas perinatal merupakan indicator kualitas pelayanan

obstetric di suatu tempat atau negara. Angak mortalitas perinatal Indonesia masih jauh diatas

rata-rata Negara maju, yaitu 60-170 berbanding kurang dari 10 per 1.000 kelahiran hidup. Salah

satu penyebab mortalitas perinatal yang menonjol adalah masalah hipoksia intra uterin.

Karditokografi (KTG) merupakan peralatan elektronik yang dapat dipergunakan untuk

mengidentifikasi janin yang mempunyai resiko mengalami hipoksia dan kematian intrauterine

atau mengalami kerusakan neurologik, sehingga dapat di lakukan tindakan untuk memperbaiki

nasib neonates.

Asuhan antenatal modern memerlukan tatalaksana yang efisien, efektif, andal, dan

komprehensif. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang harus

dimiliki oleh tenaga medis dan paramedis yang melakukan asuhan antenatal dan asuhan

persalinan. Standarisasi pemantauan sudah merupakan suatu prasyaratan yang harus dipenuhi

agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang dikaitkan

dengan luaran perinata l dapat dilaksanakan dengan baik. Bila hal ini dapat dilakukan dengan

baik, diharapkan angka kematian ibu dan perinatal dapat diturunkan.

Page 2: CTG NN

Standarisasi memerlukan kegiatan yang terstruktur dan berkesinambungan dengan

evaluasi berkala melalui suatu pelatihan pemantauan kesejahteraan janin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KARDIOTOKOGRAFO

II.1. DEFINISI

Alat kardiotokografi (KTG) merupakan alat bantu didalam pemantauan kesejahteraan

janin. Pada KTG ada tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu denyut jantung janin (DJJ),

kontraksi rahim, dan gerak janin serta korelasi diantara ketiga parameter tersebut. Peralatan KTG

tersebut harus dipelihara dengan baik, jangan sampai kabelnya rusak akibat sering dilepas dan

dipasang atau kesalahan dalam perawatan peralatan tokometer dan kardiometer.

Diperlukan seorang penanggung jawab untuk perawatan dan pengoperasionalan KTG

tersebut, juga pelatihan di dalam menginterpretasikan hasil KTG tersebut. Pada saat pemeriksaan

KTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi harus setengah duduk atau tidur miring

(Gambar 1).

Gambar 1. Posisi pasien pada saat melakukan pemeriksaan KTG (Sumber : http//.www.fetal.freeserve.co.uk/ctg.html)

Page 3: CTG NN

II.2. SYARAT PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI

1. Usia kehamilan 28 minggu.

2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).

3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.

4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada computer (pada KTG

terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik

II.3. CARA PEMERIKSAAN

Ada 2 metode pemeriksaan kardiotokografi:

1. Metode Eksternal

Dilakukan dengan memesang sensor bertekanan (pressure sensor) di pasangkan pada

abdomen wanita, dengan posisi duduk setengah berbaring setengah duduk ( bukan baring

telentang karena dapat menghasilkan hasil yang keliru) dihubungakan ke ultrasound.

(Gambar 2).

Gambar 2. Monitor Elektronik Eksternal (Williams Obstetrics,23rd Edition)

Page 4: CTG NN

2. Metode Internal

Pencatatan langsung dengan cara lain bias dilakukan, setelah ketuban pecah dengan

mengguanakn selang bertekanan yang dimaksukkan kerongga amnioin melalui vagina.

Pengamatan janin secara langsung ataupun internal hanya mungkin setelah ketuban pecah

dan serviks agak dilatasi.

Perekaman yang segera dan terus menurus frekuensi denyut jantung janin,

khususnya dalam hubungannya dengan kontraksi uterus, memberikan suatu penilain

terhadap kesejahteraan janin. Perubahan pada frekwensi jantung janin merupkan petunjuk

awal insufiensi uteroplasenter atau kompresi tali pusat. Jika kontraksi pusat tidak terjadi

dalam 30 menit,dapat dirangsang dengan putting susu. Variasi denyut jantung yang

berkaitan dengan kontraksi dicatat. Jika janin letargik, ia dapat dirangsang untuk bergerak

dengan melakukan ketukan pada uterus secara lembut.

II.4. INDIKASI

Pada kehamilan normal, KTG pada umumnya bias diabaikan. Pada persalinan normal,

pemeriksaan dilakukan pada kala I, dengan pencatatan secara intermiten selama 20 menit dengan

interval setiap setengah jam. Bila grafiknya abnormal atau adanya resiko yang baru terlihat, perlu

dilakukan pencatatan terus menerus.

Indikasi pemeriksaan KTG sebelum dan selama persalinan (menurut Berg,1988):

1. Indikasi Absolut

No. Indikasi Waktu

1. Post maturitas > 7 hari Setiap hari

2. Insufisiensi placenta Beberapa kali/hari

3. Hipertonus, imaturitas janin Setiap 4 hari

Page 5: CTG NN

4. Kontraksi terlampau dini Bbeberapa kali/hari

5. Berisiko persalinan premature Setiap 2 hari

6. Diabetes Setiap 1-2 hari

7. Kehamilan Ganda Setiap 4 hari

8. Inkompatibilitas Rh Setiap hari s/d setiap minggu

9. Plasenta retak rendah Beberapa kali/hari

10. Plasenta previa Setiap 4 hari

11. Perdarahan trimester ke dua Setiap 4 hari

12. Setelah mengalami trauma/kecelakaan Diulang setiap hari/setiap 4 hari

2. Indikasi Relatif

No. Indikasi Waktu

1. Usia ibu dibawah 18 tahun, diatas 40 tahun Setiap 2 hari

2. Riwayat kehamilan dengan komplikasi Setiap 2-4 hari

3. Oligohidroamnion, polihidroamnion Setiap 2-4 hari

4. Gerakan janin terasa berkurang Setiap hari

II.5. KONTRA INDIKASI

Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun

janin.

II.6. TEKHNIK PEMERIKSAAN

1. PERSIAPAN PASIEN

Page 6: CTG NN

a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara

pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medic

dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).

b. Kosongkan kandung kencing.

c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.

d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat

janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4L/menit.

e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum

maksimum DJJ.

f. Hitung DJJ selama satu menit, bila adah his, dihitung sebelum dan segera setelah

kontraksi terakhir.

g. Pasang transduser untuk tokometri didaerah fundus uteri dan DJJ di daerah

punktum maksimum. (Gambar 3).

Gambar 3. Posisi trandsuer

Page 7: CTG NN

h. Setelah tranduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergrak, pencet

bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu

selama perekaman KTG.

i. Hidupkan computer dan Kardiotokograf.

j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin

dicapai).

k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.

l. Lakukan dokumentasi data pada disket computer (untuk data rumah sakit).

m. Matikan monitor. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.

n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

o. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedic

membatu mebacakan hasil interprestasi computer secara lengkap kepada dokter.

2. EVALUASI PEMBACAAN HASIL KTG FIK KALO ADA TAMBAHAN ISI

YAAAAAAA, MANA YANG SALAH TOLONG PERBAIKI. YANG PUNYA

DIRIMU DIGANTI AJA KALO SALAH.

Ada 4 pola kardiotokografi yang mungkin terjadi yaitu:

1. Normal

Pola normal menunjukkan bahwa janin tidak mempunyai risiko mati dalam 7-10 hari

berikutnya. Janin ini disebut reaktif. Frekwensi denyut jantung janin normal adalah

antara 110-160 denyut permenit dengan variabilitas batas dasar normal antara 5-15

denyut permenit. Selama pola ini persisten sepanjang persalinan, prognosis neonatus

baik.

Page 8: CTG NN

2. Suboptimal

Jika didapati pola suboptimal, resiko janin sedikit meningkat dan tes harus dalam 3-4

hari.

3. Deselerasi

Pola deselerasi menunjukkan bahwa es harus diulang keesokan harinya, kecuali jika

kondisi-kondisi untuk melahirkan sudah memungkinkan, sehingga persalinan harus

diinduksi.

4. Preterminal

pola preterminal menunjukkan bahwa janin mempunyai resikok kematian didalam

uterus yang tinggi dan harus dilahirkan segera.

Satu masalah dengan kardiotokografi adalah bahwa pola yang normal meramalkan bahwa janin

tidak dalam keadaan yang bahaya, dan pola abnormal tidak memberikan prediksi yang adekuat

terhadap bahaya janin.

3. CONTOH-CONTOH GAMBAR HASIL REKAMAN KTG

Page 9: CTG NN
Page 10: CTG NN

II.5. TATALAKSANA BERDASARKAN PEMERIKSAAN LARDIOTOKGRAFI

Page 11: CTG NN

II.4. DOKUMENTASI

Setiap rekaman KTG harus dibuat dokumentasi, bisa dalam bentuk hasil cetakan printer atau

direkam dalam disket komputer. Sebaiknya kedua hal tersebut dilakukan bagi setiap pasien. Data

dalam disket disimpan oleh rumah sakit, sedangkan hasil cetakan diberikan kepada pasien.

CONTOH LAPORAN KARDIOTOKOGRAFI

DATA PASIEN

Nama Pasien: ........................... No CM : .................................

Tanggal: ..............................Jam : .................................

Posisi pasien: ..............................Usia gestasi : .........................

Page 12: CTG NN

TD awal: ...............................TD menit ke 15: ......................

Cara pantau: ..............................

Kecepatan kertas: ........cm/menit

Periksa dalam:tidak dilakukan/dilakukan,dengan hasil: .............................................................

Diagnosis ibu janin: ....................................................................................................................

Obat-obatan: .........................................................................................................................

DENYUT JANTUNG JANIN :

Frekuensi dasar:............ dpm, variabilitas: normal / berkurang /silent/ tidak ada /saltatory,

akselerasi: ada / tidak ada, deselerasi: tidakada / ada, jenisnya : dini / lambat / variabel , beratnya:

ringan / sedang / berat

KONTRAKSI UTERUS :

Tidak ada / ada kontraksi / ada his ; Frekuensi : ....../ 10 menit ; kekuatan :......mmHg ;

lamanya : ...... menit ; relaksasi : .................. ; konfigurasi :.................; tonus dasar : ..........mmHg

GERAK JANIN : ........... kali dalam : .......... menit

DIAGNOSIS KTG : .............................................................................

SARAN : ..........................................................................................

PPDS OBGIN / Bidan Jaga

Dokter Penanggung Jawab

(..................................)

(........................................)

CATATAN : Laporan harus ini harus segera dibuat setelah pemeriksaan selesai dan disimpan

dalam status pasien. PPDS OBGIN atau Bidan jaga harus melaporkan dan mendiskusikan hasil

pemeriksaan KTG tersebut dengan dokter SpOG yang bertanggung jawab.

Page 13: CTG NN

Pemeriksaan Penunjang lainnya:fetal scalp stimulation,danfetal acousticstimulation.

Pemeriksaan tersebut merupakan tindakan invasif yang memerlukan peralatan canggih dan

tenaga kesehatan yang terampil karena memiliki resiko pada ibu dan janin. Bukti dari adanya

kegawatan janin adalah ditemukannya kadar pH darah janin yang rendah, dan hal ini berkaitan

juga dengan rendahnya nilai APGAR. Pemeriksaan penunjang ini harus sangat selektif dalam

pemilihannya, artinya harus ada indikasi medis yang benar, dan dilakukan pada tempat yang

benar pula.

BAB III

KESIMPULAN

Kesejahteraan janin intrauterine dan intrapartum merupakan kesatuan yang memerlukan

perhatian serius, karena penyebab yang kurang jelas, dapat terjadi kematian janin intrauterine

secara mendadak. Terdapat beberapa factor yang “memelihara” janin didalam uterus sehingga

janin tersebut bertumbuh kembang secara optimal. Dengan demikian, pada saat persalinan, dapat

tercapai well born baby dan well health mother.

Pada prinsipnya kardiotokografi berfungdi sebagai pengevaluasi kondisi janin dengan

merekam pola denyut jantung janin dan memantau efek kontraksi uterus. Atau secara pengertian

bias dikatakan kardiotokografi adalah: suatu instrument elektronik yang dirancang untuk

mendeteksi kecepatan denyut jantung janin (KDJJ) secara serentak dan mengukur intensitas dan

lamanya kontraksi uterus.

Karditokografi didasarkan pada asumsi bahwa janin yang sehat akan lebih aktif dari pada

janin yang “berisko” dan jantungnya terhadap kontraksi uterus dengan berdetak lebih cepat.

Page 14: CTG NN

Pemantauan kesejahteraan janin memegang peranan penting didalam pengawasan

kehamilan dan persalinan. Pemantauan ini seharusnya sudah dilakukan sejak kehamilan trimester

pertama hingga trimemester ketiga dan saat persalinan.

Metoda sederhana seperti pemantauan gerak janin dan mendengarkan DJJ dapat membantu

mendeteksi abnormalitas secara dini asalkan dilakukan dengan benar. Alat bantu diagnostik

canggih bukan merupakan sesuatu yang harus disediakan karena masih banyak hal penting lain

yang dapat dilakukan untUk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan janin serta kualitas

pelayanan kesehatan di Indonesia.

Pemeriksaan KTG saja tidak cukup untuk menilai kesejahteraan janin. Penambahan

pemeriksaan volume cairan amnion merupakan prasyarat minimal yang harus ditambahkan pada

pemeriksaan KTG.

DAFTAR PUSTAKA

1. Liewer llyn, Derek.Jones.Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi “Fundamental of Obstetrics

and gynaecology). Jakarta:Hypokrates 2001

2. M.D. Taber Ben-Zion. Kapita Selekta, Kedaruratan Obstetri dan Ginekologo Kedokteran EGC

1994

2. Parer JT. Handbook of fetal heart rate monitoring. Philadelphia:W.B Saubders, 1993

3. Ferrara L, Manning F. Grand Rounds : Is the non-stress test still useful ?.Contemporary

Obgyn, February 2005. Di down-load darihttp://www.contemporaryobgyn.netpada tanggal 8 Juni

2013.

4. National Institute for Clinical Excellence. The use of electronic fetal monitoring. UK, 2003.

Di down-load dari http://www.nice.org.uk pada bulan Juni 2013.

Page 15: CTG NN

5.Karsono B. Kardiotokografi : Pemantauan Elektronik Denyut Jantung Janin. Bagian Obstetri

dan Ginekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

6. RCOG. The use of electronic fetal monitoring :The use and interpretation of cardiotocography

in intrapartum fetal survein llance. Evidence-based ClinicalGuideline Number 8. 2001. Di down-

load dari http://www.rcog.org.uk pada bulan Juni 2013.

7. http://www.fetal.freeserve.co.uk/ctg.html

8. http://www.pulsetoday.co.uk/pictures/466xAny/x/k/c/ANTENATAL_CARE.jpg

9.Fetal movement count. Di down-load dari http://www.fpnotebook.com pada Juni 2013.

10. Fundal height measurement. Copyright 1999, 2004 Gerard M. DiLeo, M.D.,F.A.C.O.G. Di

down-load dari http://www.gyn(OB).com pada juni 2013.

11. Cardiotocography. Di down-load darihttp://www.fetal.freeserve.co.od pada

tanggal juni 2-13.